Jurnal Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Vol. 3 No.2, Juli 2016

KARAKTERISTIK GELOMBANG LAUT DIPERAIRAN KEPULAUAN RIAU

Hari Saputro* , Adi Mulsandi Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika *E-mail : [email protected]

ABSTRAK Informasi meteorologi kelautan dan Informasi klimatologi kelautan berupa gelombang laut sangat dibutuhkan oleh masyarakat dalam aktifitas pelayaran Kepulauan Riau merupakan salah satu jalur pelayaran yang cukup ramai. Berbagai kegiatan ekonomi antar pulau bahkan antar negara sebagian besar mengandalkan transportasi laut yang melintasi kepulauan Riau. Untuk menggambarkan karakteristik gelombang, BMKG menggunakan parameter gelombang signifikan dan maksimum. Oleh karena itu dalam penelitian ini karakteristik gelombang di wilayah kepulauan Riau juga digambarkan dengan menggunakan parameter yang sama yaitu gelombang signifikan dan maksimum. Parameter gelombang yang disajikan dalam penelitian ini dihasilkan dari model gelombang windwave. Untuk mengetahui karakteristik gelombang secara musiman, simulasi gelombang disajikan secara bulanan. Hasil dari kajian ini menunjukkan bahwa, karateristik gelombang di kepulauan Riau berkaitan dengan pola angin musiman. Pada saat masa peralihan (SON) rata- rata tinggi gelombang lebih tinggi dibanding pada saat monsun Asia dan Australia (DJF dan JJA). Pada saat masa peralihan (SON), puncak rata-rata gelombang tertinggi terjadi pada bulan Oktober bisa mencapai 5 meter. Sedangkan pada monsun Asia, puncak rata-rata gelombang tertinggi terjadi pada bulan Desember yang mencapai 3.5 meter, dan pada monsun Australia, puncak rata-rata gelombang tertinggi terjadi pada bulan Juli yang mencapai 2.5 meter. . Kata kunci : Kepulauan Riau, Gelombang Laut, Monsun

ABSTRACT Information marine meteorology and marine climatology information in the form of ocean waves is needed by the community in cruise activity is one of the cruise lines are quite crowded. Various economic activities between islands and even between countries largely rely on sea transportation across the . To describe the characteristics of the wave, BMKG use and maximum significant wave parameters. Therefore, in this study the characteristics of the waves in the Riau archipelago is also described using the same parameters are significant and maximum wave. Wave parameters presented in this study resulted from windwave. To determine the seasonal characteristics of the wave, wave simulation is presented on a monthly basis. The results of this study show that, in the Riau Archipelago wave characteristics associated with the seasonal wind patterns. At the time of the transitional period (SON) average wave height higher than at the time of monsoon Asia and Australia (DJF and JJA). At the time of the transitional period (SON), the average peak of the highest waves occur in October can reach 5 m. while the monsoon Asia, the top of the average wave highest in December reached 3.5 am, and at the monsoon Australia, the top of the average wave highest in July reached 2.5 am.

Keywords : Riau Islands, Sea Wave, Monsooon

1. PENDAHULUAN Kepulauan Riau merupakan daerah yang Tarempa, pulau Natuna dan pulau berhadapan langsung dengan Samudera sebagai ibu kota provinsinya. Hindia yang merupakan pintu masuk segala Pelayaran merupakan salah satu alat akses transportasi laut ke . Selain itu transportasi yang diselenggarakan dengan Kepulauan Riau terbagi menjadi beberapa tujuan untuk memperlancar arus perpindahan pulau seperti pulau , pulau Tanjung orang maupun barang melalui perairan. Balai Karimun, pulau Dabo Singkep, pulau Mengingat sensitivitas kegiatan pelayaran terhadap cuaca sangat tinggi, maka diperlukan

25

Jurnal Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Vol. 3 No.2, Juli 2016

adanya informasi meteorologi kelautan dilakukan pada setiap bulan dalam (Marine Meteorological Information) maupun periode 2010-2015. Informasi klimatologi kelautan (Marine c. Pembuatan peta gelombang dari hasil Climatological Information). Informasi running model windwave-05 dibuat klimatologi kelautan sangat berguna bagi menggunakan Arcview 3.3. perencanaan kegiatan pelayaran seperti d. Selanjutnya melakukan analisis. penentuan waktu layar, penentuan kapasitas e. Membuat kesimpulan dari apa yang telah muatan, serta desain kapal agar dapat dihasilkan menyesuaikan dengan tinggi gelombang yang akan di jumpai di lautan. Salah satu unsur meteorologi kelautan yang mempengaruhi kegiatan pelayaran adalah gelombang. Ditinjau dari gaya pembangkitnya, gelombang laut dikelompokkan menjadi 3 jenis yaitu: Gelombang Tsunami, Gelombang Pasang Surut dan Gelombang Angin. Berdasarkan ketentuan WMO No.471 (Guide to marine meteorological services), dalam pelayanan Informasi meteorologi kelautan yang disebut dengan gelombang adalah gelombang yang terjadi akibat tiupan angin (windwaves). Kepulauan Riau merupakan salah satu jalur pelayaran yang cukup ramai. Berbagai kegiatan ekonomi antar pulau bahkan antar negara sebagian besar mengandalkan transportasi laut yang melintasi kepulauan Riau. Dengan mengetahui karakteristik gelombang di Kepulauan Riau dari bulan ke bulan sepanjang tahun, kita dapat mengetahui daerah-daerah rawan gelombang tinggi, frekuensi kejadian serta waktu terjadinya gelombang tinggi tersebut. Karakteristik gelombang perlu dipelajari karena informasi klimatologi kelautan sangat diperlukan untuk perencanaan berbagai kegiatan kelautan. Gambar 1. Diagram alir

2. DATA DAN METODE 3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Data dan metode yang digunakan dalam Berikut adalah hasil penelitian penelitian ini adalah: Karakteristik Gelombang Laut di Perairan a. Tinggi gelombang dihitung dengan Kepulauan Riau. menggunakan model windwave-05, dengan setting data sebagai berikut :  Periode data tahun : 2010 – 2015  Domain running model : 25° LU - 25° LS, 60° BT - 150° BT  Domain penelitian : 6° LU – 4° LS, 102° BT - 112° BT  Resolusi : 5 x 5 menit b. Melakukan inisialisasi (zero forecasting),

setelah selesai inisialisasi selanjutnya Gambar 4.1 Peta tinggi gelombang signifikan melakukan proses monthly mapping, yaitu (kiri) dan maksimum (kanan) bulan Desember.

26

Jurnal Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Vol. 3 No.2, Juli 2016

Gelombang signifikan pada bulan Desember kepulauan Batam memiliki tinggi gelombang memiliki ketinggian rata-rata 0.00 – 2.00 m. 1.25 – 1.50 m, dan di kepulauan Tanjung Beberapa wilayah di kepulauan Riau memiliki Balai Karimun tinggi gelombang mencapai ketinggian gelombang yang berbeda-beda, 0.75 – 1.25 m. untuk di kepulauan Tarempa dan kepulauan Natuna tinggi gelombang mencapai 1.50 – 2.00 m, di kepulauan Tanjungpinang tinggi gelombang mencapai 0.75 – 1.25 m, kepulauan Batam dengan tinggi gelombang 0.75 – 1.25 m, kepulauan Dabo Singkep tinggi gelombang 1.25 – 1.50 m dan kepulauan Tanjung Balai Karimun tinggi gelombang 0.50 -0.75 m. Pada bulan Desember tinggi gelombang maksimum di kepulauan Riau mencapai 3.50 Gambar 4.3. Peta tinggi gelombang signifikan m, untuk kepuluan Natuna tinggi gelombang (kiri) dan maksimum (kanan) bulan Februari. maksimum dengan ketinggian 2.50 – 3.50 m, kepulauan Tarempa memiliki ketinggian Gelombang signifikan pada pada bulan gelomobang maksimum 2.50-3.00 m, di Februari di kepulauan Natuna memiliki kepulauan Tanjungpinang dan kepulauan ketinggian 0.75 – 1.25 m, untuk wilayah Dabo singkep memiliki ketinggian gelombang kepulauan Tarempa, Kepulauan Batam, maksimum yang sama yaitu 2.00 – 2.50 m, kepulauan Tanjungpinang, kepulauan Dobo tinggi gelombang maksimum di kepulauan Singkep, dan kepulauan Tanjung Balai Batam mencapai 1.50 – 2.00 m, dan Karimun memiliki tinggi gelombang yang kepulauan Tanjung Balai Karimun memiliki sama mencapai 0.00 – 0.50 m. ketinggian 0.75 – 1.25 m. Gelombang maksimum pada bulan Februari untuk kepulauan Natuna dan Tarempa memiliki tinggi gelombang yang mencapai 0.75 – 1.25 m, di kepulauan Tanjungpinang memiliki tinggi gelombang mencapai 0.50 – 0.75 m, sedangkan untuk beberapa wilayah memiliki ketinggian yang sama, yaitu di kepulauan Batam, Kepulauan Dabo Singkep, dan kepulauan Tanjung Balai Karimun memiliki tinggi gelombang mencapai 0.00 –

0.50 m. Gambar 4.2. Peta tinggi gelombang signifikan (kiri) dan maksimum (kanan) bulan Januari

Gelombang signifikan pada bulan Januari memiliki ketinggian rata-rata 1.25 – 1.50 m. Untuk di wilayah kepulauan Natuna dan kepulauan Tarempa memiliki ketinggian gelombang mencapai 1.25 – 1.50 m, kepulauan Batam dan Tanjung Balai Karimun memiliki tinggi gelombang mencapai 0.50 – 0.75 m, dan di kepulauan Tanjungpinang dan Gambar 4.4. Peta tinggi gelombang signifikan kepulauan Dabo Singkep tinggi gelombang (kiri) dan maksimum (kanan) bulan Maret mencapai 0.75 – 1.25 m. Untuk tinggi gelombang maksimum pada Gelombang signifikan pada bulan Maret bulan Januari di kepulauan Natuna dan untuk kepulauan Natuna memiliki ketinggian kepulauan Tarempa mencapai 2.00 – 2.50 m, gelombang mencapai 1.25 – 1.50 m, di kepulauan Tanjungpinang dan kepulauan kepulauan Tarempa dan kepulauan Batam Dabo Singkep mencapai 1.50 – 2.00 m, di ketinggian gelombang mencapai 0.75 – 1.25 m, sedangkan untuk kepulauan

27

Jurnal Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Vol. 3 No.2, Juli 2016

Tanjungpinang, kepulauan Dabo Singkep, dan Gelombang signifikan pada bulan Mei untuk kepulauan Tanjung Balai Karimun memiliki wilayah kepulauan Natuna, kepulauan ketinggian yang sama mencapai 0.50 – 0.75 Tarempa, kepulauan Tanjungpinang, m. kepulauan Batam, kepulauan Dabo Singkep Gelombang maksimum pada bulan Maret dan kepulauan Tanjung Balai Karimun untuk kepulaua Natuna dan Tarempa memiliki memiliki ketinggian gelombang 0.00 – 0.50 ketinggian gelombang mencapai 2.00 – 2.50 m. m, di wilayahTanjungpinang ketinggian Gelombang maksimum pada bulan Mei di gelombang mencapai 1.25 – 1.50 m, wilayah Dabo Singkep memiliki ketinggian kepulauan Batam dengan tinggi gelombang gelombang mencapai 0.00 – 0.75 m, 0.75 – 1.25 m, kepulauan Dabo Singkep sedangkan untuk wilayah kepulauan Natuna, dengan tinggi gelombang 1.50 – 2.00 m, dan kepulauan Tarempa, kepulauan kepulauan Tanjung Balai Karimun memiliki Tanjungpinang, kepulauan Batam, dan tinggi gelombang 0.50 – 0.75 m. kepulauan Tanjung Balai Karimun memiliki ketinggian gelombang 0.00 – 0.50 m.

Gambar 4.5. Peta tinggi gelombang signifikan (kiri) dan maksimum (kanan) bulan April Gambar 4.7. Peta tinggi gelombang signifikan (kiri) dan maksimum (kanan) bulan Juni Gelombang signifikan pada bulan April untuk kepulauan Natuna dan kepulauan Tarempa Gelombang signifikan pada bulan Juni untuk memiliki ketinggian gelombang yang wilayah kepulauan Natuna, kepulauan mencapai 0.50 – 0.75 m, di kepulauan Tarempa, kepulauan Tanjungpinang, Tanjungpinang, kepulauan Batam, kepulauan kepulauan Batam, kepulauan Dabo Singkep Dabo Singkep, dan kepulauan Tanjung Balai dan kepulauan Tanjung Balai Karimun Karimun memiliki tinggi gelombang memiliki ketinggian gelombang 0.00 – 0.50 mencapai 0.00 – 0.50 m. m. Gelombang maksimum pada bulan April di Gelombang maksimum pada bulan Juni di kepulauan Tarempa memiliki ketinggian wilayah Dabo Singkep memiliki ketinggian gelombang mencapai 0.75 – 1.50 m, untuk gelombang mencapai 0.00 – 0.75 m, kepuluan Natuna, kepulauan Tanjungpinang, sedangkan untuk wilayah kepulauan Natuna, dan kepulauan Dabo Singkep memiliki kepulauan Tarempa, kepulauan ketinggian gelombang 0.75 – 1.25 m, Tanjungpinang, kepulauan Batam, dan sedangkan di kepulauan Batam dan kepulauan kepulauan Tanjung Balai Karimun memiliki Tanjung Balai Karimun ketinggian gelombang ketinggian gelombang 0.00 – 0.50 m. mencapai 0.50 -0.75 m.

Gambar 4.6. Peta tinggi gelombang signifikan Gambar 4.8. Peta tinggi gelombang signifikan (kiri) dan maksimum (kanan) bulan Mei. (kiri) dan maksimum (kanan) bulan Juli.

28

Jurnal Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Vol. 3 No.2, Juli 2016

Gelombang signifikan pada bulan Juli untuk wilayah kepulauan Natuna memiliki ketinggian gelombang 0.75 – 1.50 m, di kepulauan Tarempa memiliki ketinggian gelombang mencapai 1.25 – 1.50 m, untuk wilayah kepulauan Tanjungpinang dan kepulauan Dabo Singkep memiliki ketinggian gelombang 0.75 – 1.25 m, dan di kepulauan Batam dan kepulauan Tanjung Balai Karimun memiliki tinggi gelombang yang mencapai 0.50 – 0.75 m. Gambar 4.10. Peta tinggi gelombang signifikan (kiri) dan maksimum (kanan) bulan September Gelombang maksimum pada bulan Juli di Gelombang signifikan pada bulan September wilayah kepulauan Natuna dan Tarempa untuk wilayah kepulauan Natuna dan memiliki ketinggian gelombang 2.00 – 2.50 kepulauan Tarempa memiliki ketinggian m, di kepulauan Dabo Singkep dan kepulauan gelombang yang mencapain 0.75 – 1.25 m, di Tanjungpinang dengan tinggi gelombang kepulauan Tanjungpinang dan kepulauan mencapai 1.50 – 2.00 m, untuk wilayah Dabo Singkep tinggi gelombang mencapai kepulauan Batam tinggi gelombang mencapai 0.50 – 0.75 m, dan di kepulauan Batam dan 1.25 – 1.50 m, dan wilayah Tanjung Balai kepulauan Tanjung Balai Karimun tinggi Karimun dengan tinggi gelombang 0.75 – gelombang mencapai 0.00 -.0.50 m. 1.25 m. Gelombang maksimum pada bulan September untuk wilayah Natuna memiliki ketinggian gelombang 1.25 – 2.00 m, di wilayah kepulauan Tarempa tinggi gelombang mencapai 1.25 – 1.50 m, kepulauan Tanjungpinang dan kepulauan Dabo Singkep memiliki tinggi gelombang 0.75 – 1.25 m, dan kepulauan Batam dan kepuauan Tanjung Balai Karimun ketinggian gelombang mencapai 0.50 – 0.75 m. Gambar 4.9. Peta tinggi gelombang signifikan (kiri) dan maksimum (kanan) bulan Agustus.

Gelombang signifikan pada bulan Agustus untuk wilayah kepulauan Dabo Singkep memiliki ketinggian gelombang mencapai 0.75 – 1.25 m, sedangkan di wilayah kepulauan Natuna, kepulauan Tarempa, kepulauan Tanjungpinang, kepuluan Batam, dan kepulauan Tanjung Balai Karimun tinggi gelombang mencapai 0.50 – 0.75 m. Gambar 4.11. Peta tinggi gelombang signifikan (kiri) dan maksimum (kanan) bulan Oktober Gelombang maksimum pada bulan Agustus di Gelombang signifikan pada bulan Oktober wilayah kepulauan Dabo Singkep memiliki untuk wilayah kepulauan Natuna memiliki ketinggian gelombang mencapai 1.50 -.2.00 ketinggian gelombang 2.50 – 3.00 m, di m, kepulauan Tanjungpinang dengan tinggi wilayah kepulauan Tarempa tinggi gelombang gelombang mencapai 1.25 – 1.50 m, untuk mencapai 2.00 – 2.50 m, kepualauan Dabo kepulauan Natuna, kepulauan Tarempa, Singkep tinggi gelombangnya 1.50 – 2.00 m, kepulauan Batam, dan kepulauan Tanjung kepulauan Tanjungpinang tinggi gelombang Balai Karimun tinggi gelombang mencapai 1.25 – 1.50 m, kepulauan Batam tinggi 0.75 – 1.25 m. gelombang mencapai 0.75 – 1.25 m, dan

29

Jurnal Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Vol. 3 No.2, Juli 2016

kepulauan Tanjung Balai Karimun tinggi (DJF dan JJA). Pada saat masa peralihan gelombang mencapai 0.50 – 0.75 m. (SON), puncak rata-rata gelombang Gelombang maksimum pada bulan Oktober tertinggi terjadi pada bulan Oktober bisa untuk wilyah kepulauan Natuna memiliki mencapai 5 meter. Sedangkan pada ketinggian gelombang 4.00 – 5.00 m, di monsun Asia, puncak rata-rata wilayah kepulauan Tarempa tinggi gelombang gelombang tertinggi terjadi pada bulan mencapai 3.50 – 4.00 m, di kepulauan Desember yang mencapai 3.5 meter, dan Tanjungpinang dan kepulauan Dabo Singkep pada monsun Australia, puncak rata-rata memiliki tinggi gelombang yang mencapai gelombang tertinggi terjadi pada bulan 2.50 – 3.00 m, kepulauan Batam tinggi Juli yang mencapai 2.5 meter. gelombang mencapai 1.50 – 2.00 m, dan kepulauan Tanjung Balai Karimun tinggi 5. DAFTAR PUSTAKA gelombangnya 1.25 – 1.50 m. Cruz J. 2008. Ocean Wave Energy : Current Status and Future Perspectives. Springer-Verlag Berlin Heidelberg 427 pp, Jakarta. Dahuri R. 2004., Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu, PT. Pradnya Paramita, Jakarta. Habibie, Najib, M., Permana, S, Donaldi., Gambar 4.12. Peta tinggi gelombang signifikan Kurniawan, Roni., Suratno., 2013, (kiri) dan maksimum (kanan) bulan November. Verifikasi Luaran Model Gelombang Gelombang signifikan pada bulan November Windwave-05 Dengan Satelit Altimeter, untuk wilayah kepulauan Natuna memiliki Pusat Penelitian dan Pengembangan tinggi gelombang 1.25 – 1.50 m, wilayah BMKG, Jakarta. kepulauan Tarempa tinggi gelombang 0.75 – Hutabarat, S., dan Evans, S., 1985, Pengantar 1.50 m, kepulauan Tanjungpinang dan Oseanografi, Universitas Indonesia, kepulauan Dabo Singkep tinggi gelombang Jakarta. mencapai 0.75 – 1.25 m, kepulauan batam tinggi gelombang mencapai 0.50 – 0.75 m, Isozaki, I., and Uji, T., 1973, “Numerical dan kepulauan Tanjung Balai Karimun tinggi Prediction of Ocean Wind Waves”, gelombang yang mencapai 0.00 – 0.50 m. Papers in Meteorology and Geophysics, Gelombang maksimum pada bulan November Vol. 24, No. 2, pp. 207-231. untuk wilayah kepulauan Natuna dan Khotimah, K.M., 2012, Validasi Tinggi kepulauan Tarempa tinggi gelombang Gelombang Signifikan Model mencapai 2.00 – 2.50 m, di wilayah kepulauan Gelombang Windwave-05 Dengan Tanjungpinang dan kepulauan Dabo Singkep Menggunakan Hasil Pengamatan tinggi gelombang mencapai 1.50 – 2.00 m, Satelit Altimetri Multimisi, Thesis : dan di wilayah kepulauan Batam dan Universitas Indonesia kepulauan Tanjung Balai Karimun tinggi gelombang mencapai 0.75 – 1.25 m. Kurniawan, Roni., Habibie, Najib, M., 2011, Variasi Bulanan Gelombang Laut di 4. KESIMPULAN Indonesia, Puslitbang, BMKG, Jakarta. Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian Miles J.W., 1957, On the generation of diperoleh beberapa kesimpulan, antara lain : surface waves by shear flows, Journal 1. Karateristik gelombang di kepulauan of Fluid Mechanics, 3(2) 185–204. Riau berkaitan dengan pola angin musiman. Permana, S, Donaldi., Kurniawan, Roni., 2. Pada saat masa peralihan (SON) rata-rata Habibie, Najib, M., 2012, Kajian tinggi gelombang lebih tinggi dibanding Daerah Rawan Gelombang Tinggi di pada saat monsun Asia dan Australia Perairan Indonesia, Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG, Jakarta.

30

Jurnal Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Vol. 3 No.2, Juli 2016

Pramujo, B., 2014, Variabilitas Gelombang Yuwono N & Kodoatie RJ. 2004. Pada Perairan Laut Selatan Jawa Di Pengembangan Reklamasi Pantai dan Samudra Hindia Dalam Perspektif Perencanaan Bangunan Pengamannya. Dinamika Meteorologis, Tesis, Fakultas Direktorat Bina Teknik, Direktorat Geografi/Program Pascasarjana Jenderal Sumber Daya Air. Departeman Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Pekerjaan Umum, Jakarta. Mada, Yogyakarta.

Prawirowardoyo, S., 1996, Meteorologi,

Institut Teknoloi Bandung, Bandung.

Ramage, C.S, 1971, Monsoon Meteorology, Academic Press, San Diego. Suratno., Harsa, Hastuadi., Habibie, Nadjib, M., Linarka, Ajie, Utoyo., Kurniawan, Roni., 2011, Pemanfaatan Data Luaran Model Prakiraan Cuaca Conformal- Cubic Atmospheric Model (CCAM) Sebagai Input Model Gelombang Windwave-05, Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG, Jakarta. Suratno, 1997, Model Numerik Prakiraan Gelombang Permukaan Laut untuk Perairan Indonesia dan Sekitarnya, Thesis: Universitas Indonesia. Suratno, 2008, Interpretasi Produk Windwave-05, Materi Training Forecaster Meteorologi Maritim, BMKG, Jakarta. Tjasyono, B., 2008, Meteorologi Terapan, Penerbit ITB, Bandung.

Wirjohamidjojo, S., dan Swarinoto, Y,. 2010, Iklim Kawasan Indonesia, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, Jakarta.

WMO No.471, 2001, Guide To Marine Meteorological Services, Secretariat of the World Meteorological Organization, Geneva-Switzerland.

WMO No.702, 1998, Guide To Wave Analysis and Forecasting, Secretariat of the World Meteorological Organization, Geneva-Switzerland.

WMO, 1995, Manual On Codes International

Codes, WMO-No. 306, Vol.1, Geneva- Switzerland: Secretariat of WMO. Wyrtki K. 1961. Physical Oceanography of the Southeast Asian Water. California :

The University of California.

31