Citra Kota Tanjungpinang Dalam Arsip

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Citra Kota Tanjungpinang Dalam Arsip CITRA KOTA TANJUNGPINANG DALAM ARSIP Arsip Nasional Republik Indonesia Jl. Ampera Raya No. 7, Cilandak Timur, Pasar Minggu, Jakarta Selatan 12560 Telp. 62-21-7805851, Fax.62-21-7810280, 7805812 .]LL1118:J`18$Q81R5VRI:1C71J`Q:J`18$Q81R Peta Wilayah Kota Tanjungpinang Sumber: Badan Informasi Geospasial Citra Kota Tanjungpinang dalam Arsip i Lambang Pemerintah Daerah Kota Tanjungpinang Citra Kota Tanjungpinang dalam Arsip ii H. Lis Darmansyah, SH Walikota Tanjungpinang Peroide 2013 s.d. 2018 Citra Kota Tanjungpinang dalam Arsip iii H. Syahrul, S.Pd Wakil Walikota Tanjungpinang Periode 2013 s.d. 2018 Citra Kota Tanjungpinang dalam Arsip iv Drs. Riono, M.Si Sekretaris Daerah Kota Tanjungpinang Periode 2014 s.d. 2019 Citra Kota Tanjungpinang dalam Arsip v Suparno Ketua DPRD Kota Tanjungpinang Periode 2014 s.d. 2019 Citra Kota Tanjungpinang dalam Arsip vi WALIKOTA TANJUNG PINANG DARI MASA KE MASA Citra Kota Tanjungpinang dalam Arsip vii SAMBUTAN KEPALA ARSIP NASIONAL RI Citra Kota Tanjungpinang dalam Arsip viii SAMBUTAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA Indonesia terdiri atas beribu-ribu pulau, berbagai suku bangsa, beragam agama dan budaya. Keunikan Indonesia terletak pada keanekaragaman tersebut. Keanekaragaman yang disandang Indonesia IVJ=:R1 1JR:. G:$:1@:J 1:`J:R1:`J1 ]VC:J$18 V:JV@:`:$:I:J Indonesia tersebut kemudian mengkristal dalam semboyan Bhinneka Tunggal Ika. V:JV@:`:$:I:J R:J 1:`J:R1:`J1 1JR:. JRQJV1: V`$ secara beruntun dalam perjalanan sejarahnya yang penuh dinamika. Perjalanan sejarah Indonesia tersebut terekam dalam arsip, baik dalam arsip konvensional maupun dalam arsip media baru. Arsip menjadi RV]Q1 V=:`:.7:J$ %%%H:`::@%: 8#$: GV`CVG1.:J:]:G1C:R1@: :@:JG:.1:7>&%:V 7:J$:R:5:`1] :R:C:.:V JV$:`:7:J$]:C1J$GV`.:`$?^#)%&% 75 _ Wilayah boleh membelah diri, daerah boleh mengurus diri sendiri- VJR1`15 V :]1 :`1] V :] VG:$:1 =: R1`18 )`1] %:J 1:`1:J nasional. Oleh karenanya arsip perlu diselamatkan, dipelihara, dan dilestarikan. Keberadaban suatu bangsa dapat dilihat dari seberapa utuh R:JCVJ$@:]:`1]J7^#)%&% 7 _ Khazanah kearsipan mengenai Kota Tanjungpinang banyak V`1I]:JR1)1]9:%JRQJV1:^)9:_G:1@IVJ7:J$@% :R: 1 5 @%7::J5 @% @%%:J @VJV$:`::J5 G:1@ R:C:I JV$V`1 %% % JV$V`15 R:J :`1] 7:J$ IV`V1@:J @V1JR:.:JVJ1R:J%7:Q :<%&`:J$@:% :J Q QJQI1 R:V`:.5 :`1] V`% R11J`Q`I:1@:J @VIG:C1 @V]:R: masyarakat Kota Tanjungpinang melalui program ANRI yang disebut RVJ$:J=:&:.8>Q$`:I=:&:.]:R:R::`J7:%:J %7:%:]@:J@VIG:C1IVIQ`1@R:V`:.7:J$ V`V@:I =:Q <%&)1]8 Citra Kota Tanjungpinang dalam Arsip ix >Q$`:I=:&:.%%IVJ1J$@: @:J]VI:.:I:JR:J kesadaran masyarakat terhadap nilai-nilai budaya yang berkembang di lingkungannya, memupuk kebanggaan dan rasa cinta terhadap Tanah Air, menghargai keberagaman, membangun solidaritas, memupuk rasa persatuan dan memperkokoh kesatuan bangsa, sekaligus mendukung pelaksanaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang >VIV`1J &:.8 =:&:.1J1R1 V`G1 @:JRVJ$:J%%:JR: :7:J$ V`@% R:C:I:`1]8=:&:.IV`V1@:JG:$:1I:J:%%R:V`:.1@% GV`]V`:J5IVIGV`11:`J:R:JHQ`:@R:C:IV=:`:.]V`=:C:J:JG:J$: R:`1 I:: @V I::8 <:J:. :`1] V`% IVIGV`1@:J 1J`Q`I:1 7:J$ :@%: R:J QG7V@ IVJ$VJ:1 ]V`=:C:J:J % R:V`:. R:C:I membangun kehidupan berbangsa dan bernegara dalam bingkai Negara V:% :% JRQJV1: ^9:_ 7:J$ V`V@:I R:C:I :`1] G:1@ R:C:IGVJ% V@5]V :5%%`Q QIVJ$VJ:1%R:V`:.8=: &:. %:J %% R:`1 @V:`1`:J CQ@:C 7:J$ R1I1C1@1 % daerah. =: &:. %:J :% @V:% 1J`Q`I:1 7:J$ IVJ$$:IG:`@:J R1J:I1@: @ % R:V`:.8 #% R1J:I1@: @7:J$ V`GVJ%R1: :@V:R:`:JV=:`:.7:J$R1:C:I1GV`:I:8 Kesadaran sejarah ini diharapkan dapat menjadi landasan moral yang kokoh untuk pijakan melompat ke masa depan yang lebih baik. Kesadaran sejarah ini merupakan modal dasar yang kokoh dalam memperkuat ]VJ$VIG:J$:J @QJQI1 &:.8 &:. 7:J$ @%: R:J GV`@:`:@ V` IVJ=:R1]`:7:`: V$:@J7:9:=:&:.Q :<%% R:`1%V V`G: ::J.:C:I:JIVJ=:R1@:J=:&:..:J7: memuat sebagian kecil dari data kearsipan mengenai Kota Tanjungpinang 7:J$ V`1I]:J R1 )9: 9% RVI1@1:J @V.:R1`:J =: &:. 1J1 diharapkan dapat mendorong berkembangnya program lanjutan dari >VIV`1J &:.Q <%%%7:R1G1R:J$@V:`1]:J8 Jakarta, November 2015 Kepala, Dr. Mustari Irawan Citra Kota Tanjungpinang dalam Arsip x DAFTAR ISI Peta Wilayah Kota Tanjungpinang i B>VIV`1J &:.Q <% ii Walikota Tanjungpinang iii Wakil Walikota Tanjungpinang iv #V &:.Q <% v V%&>:&Q <% vi :C1@Q <%&EE vii Sambutan Kepala Arsip Nasional RI viii & :`1 xi PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang 2 B. Sekilas Sejarah Tanjungpinang 3 1. Masa Kolonial 2. Masa Republik Indonesia 6 CITRA KOTA TANJUNGPINANG DALAM ARSIP 9 A. Q: 10 B. >>VIV`1J :.:J C. Pendidikan &8 Perekonomian E. ``:%% 56 F. Transportasi 75 G. Keagamaan 82 H. Sosial Budaya 88 : :``1] 92 Penutup 101 Citra Kota Tanjungpinang dalam Arsip xi PENDAHULUAN CITRA KOTA TANJUNGPINANG DALAM ARSIP PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kota Tanjungpinang atau sebelumnya disebut Tanjungpinang merupakan ibukota Provinsi Kepulauan Riau. Kota ini terkenal RVJ$:J%:JQ :Q%&%\@:`VJ: V`CV]: dari keberadaan Pulau Penyengat, dimana bersemayam para Raja-Raja :%^)9::%_:C:.:%7::)^7:J$ V`I:% RVJ$:J@:`7:: `:J7:Q%&%\# 1J1>%%>VJ7VJ$: menjadi salah satu Kelurahan di Kota Tanjungpinang. #H:`: $VQ$`: Q : <% V`CV :@ R1 >%% \ :J ]:R: @QQ`R1J: ; LR ; B R:J ; LR ; \<5 RVJ$:J G: : 11C:7:.J7:5 VGVC:. :`: H:I: :J \ :J :`: % VJ \ :J5 # # :J VH:I: :J \ :J <% Kabupaten Bintan, Sebelah Barat Kecamatan Galang Kota Batam, dan Sebelah Timur Kecamatan Bintan Timur Kabupaten Bintan. Luas Kota <%:: 1J1 ERVJ$:J%%% =11^ :.1J$$%&_ #H:`: $VQCQ$15 VG:$1:J 11C:7:. <% %:J R: :`:J `VJR:.5 @:1::J `:1: G:@% R:J VG:$1:J C:1J %:J perbukitan sehingga lahan kota sangat bervariasi dan berkontur. Kota Tanjungpinang maupun Pulau Bintan keseluruhan beriklim tropis dengan VI]V`:%=T=<V@:J:J%:J7:GV`@1:`:J :`:IG dan 1.013,7 mbs. Sedangkan penduduk Tanjungpinang didominasi oleh Suku Melayu yang merupakan penduduk asli dan kelompok suku bangsa yang dominan di Tanjungpinang, selain itu terdapat juga suku Bugis dan Tionghoa yang sudah ratusan tahun berbaur dengan suku Melayu dan menjadi penduduk tetap semenjak zaman Kesultanan Johor Riau R:J :V1RVJ :% ^)9: :% 9 _ #%% \% :1:CJ7: IVJV :]R1%\%R:J%%<G:J7:@IVJVI]:| Citra Kota Tanjungpinang dalam Arsip 2 ERV@:R:J>:$:`\%VR:J$@:J#%%|1:%`:I:1IVJR: :J$1 <%]:R: % %:1:C%%|1: V`CV :@R1 %|1:8 Bahasa yang digunakan di Tanjungpinang adalah bahasa Melayu klasik. Bahasa Melayu di kota ini hampir sama dengan bahasa Melayu yang digunakan di Singapura, Johor, Pahang, Selangor, hingga Malaka, karena memang sejak zaman pemerintahan kesultanan Riau Lingga dahulu Tanjungpinang sudah menjadi pusat budaya Melayu bersama Singapura. Selain itu bahasa Tiochiu dan Hokkien juga banyak digunakan oleh suku Tionghoa di Kota Tanjungpinang. B. SEKILAS SEJARAH TANJUNGPINANG Tanjungpinang telah dikenal sejak lama. Hal ini disebabkan posisinya yang strategis di Pulau Bintan sebagai pusat kebudayaan Melayu dan lalu lintas perdagangan. Keberadaan Tanjungpinang semakin dikenal pada masa Kerajaan Johor pada masa Sultan Abdul Jalil Syah yang memerintahkan Laksamana Tun Abdul Jamil untuk membuka suatu Bandar perdagangan yang terletak di Pulau Bintan, tepatnya di Sungai Carang, Hulu Sungai Riau. Bandar yang baru tersebut menjadi Bandar yang ramai yang kemudian dikenal dengan Bandar Riau. Peranan <% :J$: ]VJ VG:$:1 @:1::J ]VJ7:J$$: R:J ]1J% %\:%^)9:<Q]Q$`:\ _ V]1:1:1:J ]VIV`1J :.:J ]:R: I:: % IVJ=:R1@:J \ Riau merupakan bandar perdagangan yang besar dan bahkan menyaingi bandar Malaka yang masa itu telah dikuasai Portugis dan akhirnya jatuh @V :J$:J\&GVGV`:]:`11:7: R1@1:.@:J]:`:]VR:$:J$ yang semulanya ingin berdagang di Malaka kemudian berbelok arah ke Riau, dan bahkan orang-orang Malaka membeli beras dan kain di Riau. ^\:%%:J@:1::J7:J$:I:JRVJ$:J .:`$:7:J$`VC:GV`:1J$RVJ$:JG:JR:`E:8#VG:$:1% perdagangan, Bandar Riau dikenal sebagai pusat pemerintahan Kerajaan Johor - Riau. Beberapa kali pusat pemerintahan berpindah - pindah dari Johor ke Riau maupun sebaliknya. Citra Kota Tanjungpinang dalam Arsip 3 1. MASA KOLONIAL Keberadaan Tanjungpinang semakin diperhitungkan pada ]V`1: >V`:J$ :% ]:R: % :J :`: V`:=::J :% RVJ$:J\]:R:I::>VIV`1J :.:J:J$&%E%: Haji Fisabilillah. Peperangan selama 2 tahun ini mencapai puncaknya ]:R: :J$$:C |% RVJ$:J@VIVJ:J$:J]:R:]1.:@V`:=::J Melayu Riau yang ditandai dengan hancurnya kapal komando Belanda >E; :C :`?8 & IVJRV:@ \ %% %% R:`1 perairan Riau. # GVGV`:]: % R:`1 ]V`1: V`% : ^ R:J Pasukan Melayu Riau menyerang Malaka sebagai basis Pertahanan Belanda di Selat Malaka. Tetapi dalam peperangan di Malaka tersebut Pasukan Riau mengalami kekalahan dan Raja Haji sebagai komando ]V`:J$:`: ^)9:VI]VJ _) :%:J% :^%VJ:CVG:$>:.C:19 >:R: :J$$:C9 V`=:R1]VJ:JR: :J$:J:JQJ `:@ :J :`:\7:J$R11:@1C1QCV.|>80:J\::IR:J#%:JE R:`1:%^)9::% _>V`=:J=1:J1J1IVJV :]@:J\% GV`@%:%^)9:B> _ Kemunduran kerajaan Melayu Riau semakin jelas sejak adanya <`:@ : B 7:J$ %:J ]V`=:J=1:J VJ :J$ ]VIG:$1:J @V@%R1>V`:1`:J# E:5R1I:J:11C:7:.:%B$:R1G:1:. @V@%\|>:.:J$R:JVG:$1:J11C:7:.% R1@% QC:. J$$`18 E% ]V`1: 1J1 % 7:J$ IVI1:.@:J keutuhan kerajaan Riau-Johor-Pahang-Lingga, dan kemudian Kerajaan ini dikenal dengan sebutan Riau-Lingga, dan Singapura yang kala itu R1 G:1:. @V`:=::J :% %:` $:J RVJ$:J \%% 7:J$ @:C: % R1G:1:.@V`:=::JJ$^_ >:R: |% % :`I:R: ]V` %:J R:`1 \ :0 yang berkekuatan 6 kapal, 326 meriam dan 2130 prajuritnya berhasil memecahkan blokade Bugis atas Malaka.
Recommended publications
  • Konsep Jejaring Destinasi Pariwisata Metropolitan Kepulauan Di Batam, Bintan, Dan Karimun
    KONSEP JEJARING DESTINASI PARIWISATA METROPOLITAN KEPULAUAN DI BATAM, BINTAN, DAN KARIMUN Nurul Nadjmi, Wiendu Nuryanti, Budi Prayitno, Nindyo Soewarno Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada Jl. Grafika No. 2 Kampus UGM , Yogyakarta 55281 e-mail: [email protected] Kondisi makro perairan Indonesia yang merupakan Negara kepulauan (Archipelagic State) yang terbesar di dunia. Dengan jumlah pulau yang mencapai 17.508 buah, serta garis pantai terpanjang kedua yaitu sepanjang 81.000 km. Berdasarkan paradigma perancangan, tata ruang berbasis kepulauan "archipelascape", maka model arsitektur penataan ruang publik tepian air diarahkan pada pemograman spasial dan kegiatan yang mendukung sistem jejaring lintas pulau (trans-island network) serta dalam keterkaitan hulu hilir perkotaan setempat (urban ecoscape linkages). Sehingga apapun kegiatan yang melingkupi serta yang akan dikembangkan dalam ruang publik tepian air perkotaan harus ditempatkan pada posisi dan sistem tersebut secara tepat. Kawasan ini memiliki potensi wisata terutama wisata metropolitan kepulauan. Gugusan kepulauan dalam hal ini Pulau Batam, Pulau Bintan dan Pulau Karimun (BBK) memiliki karakteristik yang berbeda-beda untuk dijadikan kawasan destinasi pariwisata, diantaranya wisata alam atau bahari, wisata religi, wisata belanja, wisata agro, wisata MICE, wisata kuliner, wisata olahraga,dan wisata sejarah. Penelitian ini difokuskan pada konsep jejaring yang tepat dalam pengembangan destinasi pariwisata metropolitan kepulauan dalam hal ini Batam, Bintan dan Karimun. Sebagai lokasi amatan adalah Kawasan BBK sebagai kawasan destinasi pariwisata metropolitan kepulauan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana konsep jejaring yang tepat dalam pengembangan destinasi pariwisata metropolitan kepulauan dalam hal ini Batam, Bintan dan Karimun sehingga bisa menjadi pariwisata metropolitan kepulauan yang dapat di jadikan percontohan dalam pengembangan daerah kepulauan di Indonesia.
    [Show full text]
  • Perkembangan Pendidikan Di Kabupaten Natuna Pasca Pemekaran (2006-2013)
    1 PERKEMBANGAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN NATUNA PASCA PEMEKARAN (2006-2013) Musdar Halifah *, Tugiman **, Marwoto Saiman E-mail : [email protected] Telp/No. HP: 085272621116 Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau Abstrak : Natuna district education office has the arduous task in advancing education in the District Natuna after the split, after the division of the education department autonomously take care of the quality of education and the development of education in its own country, because after the expansion of education in the Natuna has not reached the desired target by the community and local government. Achievement of the National Examination in the 2010-2011 school year. Department of Education District Natuna need accurate measures and hard work. By carrying out the qualifications of teachers in the District Natuna and will provide tutoring outside of school to students. The purpose of the study was to (1) determine the expansion history of the area in Riau Islands District Natuna Regency, especially in the years 2006-2013. (2) determine the development of education in post-Proliferation Natuna Regency 2006-2013. (3) determine the barriers faced by the District Education Office Natuna 2006-2013. This type of research is descriptive qualitative approach that aims to provide a systematic overview of the state of the ongoing research on the object. Where research is Natuna. When the study is planned for 4 months. Data collection techniques in this study included three observation
    [Show full text]
  • Introduction MYANMAR MAP 1.1 INDONESIA and RIAU ISLANDS PROVINCE
    Introduction MYANMAR MAP 1.1 INDONESIA AND RIAU ISLANDS PROVINCE THAILAND National Border LAOS Province Border Ja Administrative Capital South China Sea CAMBODIA PHILIPPINES Philippine Sea VIETNAM MICRONESIA PALAU ACEH BRUNEI MALAYSIA NORTH NORTH KALIMANTAN GORONTALO SULAWESI NORTH SUMATRA SINGAPORE MALAYSIA RIAU ISLANDS Pacific RIAU EAST PROVINCE KALIMANTAN Ocean WEST KALIMANTAN New National Capital CENTRAL Kutai / Penajam SULAWESI NORTH WEST MALUKU SUMATRA CENTRAL WEST JAMBI BANGKA KALIMANTAN PAPUA BELITUNG WEST SULAWESI SOUTH SOUTH MALUKU SUMATRA KALIMANTAN SOUTHEAST SULAWESI PAPUA BENGKULU INDONESIA SOUTH SULAWESI LAMPUNG JAKARTA Jakarta WEST JAVA BANTEN CENTRAL JAVA EAST JAVA BALI YOG- YAKARTA EAST EAST NUSA WEST NUSA TIMOR TENGGARA TENGGARA AUSTRALIA AUSTRALIA Timor Sea Indian Ocean AUSTRALIA 0 100 200km 1 SITUATING THE RIAU ISLANDS Francis E. Hutchinson and Siwage Dharma Negara INTRODUCTION To Singapore’s immediate south, the Province of the Riau Islands has a population of 2.2 million, and a land area of 8,200 square kilometres scattered across some 2,000 islands in 240,000 square kilometres of water. The better-known island groups include: Batam, the province’s economic motor; Bintan, its cultural heartland and the site of the provincial capital, Tanjungpinang; and Karimun, a fishing and shipping hub near the Straits of Malacca. These island groups are more outwardly oriented and multiethnic, but the province also includes another three other island groups, namely Natuna, Anambas and Lingga, which are more isolated, rural, and homogeneous. Within Indonesia, the Province of the Riau Islands1 (PRI) is relatively small in demographic terms, and very remote from the centre of power. Logistics connections between PRI and major population centres in Java and Sumatra are underdeveloped and overpriced, effectively barring significant commercial and cultural exchange between the “centre” of the country and this far-off province.
    [Show full text]
  • Peraturan Daerah Kota Tanjungpinang Nomor 1 Tahun 2012
    PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG HARI JADI KOTA OTONOM TANJUNGPINANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANJUNGPINANG, Menimbang : a. bahwa Kota Tanjungpinang yang dibentuk dengan Undang- Undang Nomor 5 Tahun 2001 tentang Pembentukan Kota Tanjungpinang, yang telah diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri Atas Nama Presiden Republik Indonesia pada tanggal 17 Oktober 2001; b. bahwa untuk menentukan tanggal yang merupakan pedoman dan acuan bagi masyarakat, maka perlu ditetapkan Hari Jadi Kota Otonom Tanjungpinang; c. bahwa berdasarkan pertimbangan pada huruf a dan huruf b, maka dalam pengaturannya perlu ditetapkan dengan Peraturan Daerah; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2001 tentang Pembentukan Kota Tanjungpinang (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4112); 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2002 tentang Pembentukan Provinsi Kepulauan Riau (Lembaran Negara Tahun 2002 Nomor 111, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4237); 3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4421); 4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4844); 5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4438); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4737); 7.
    [Show full text]
  • Assessment of Hiv Services Packages for Key Populations in Indonesia
    APMG Health 518 Kennedy Street NW Washington, DC 20011 www.apmghealth.com ASSESSMENT OF HIV SERVICES PACKAGES FOR KEY POPULATIONS IN INDONESIA September 2018 Assessment of HIV Service Packages for Key Populations INDONESIA This report was produced by APMG Health, Inc. for the Global Fund to Fight AIDS, Tuberculosis and Malaria, under Purchase Order 20177290. The opinions presented here belong to the author, and do not represent the Global Fund’s official position. This work may be cited as follows: Falkenberry H, McCallum L, Sebayang M, Burrows D, Parsons D, (September 2018) Assessment of HIV Service Packages for Key Populations in Indonesia. APMG Health, Washington, DC. Page | 1 Assessment of HIV Service Packages for Key Populations INDONESIA ACRONYMS AIDS Acquired Immune Deficiency Syndrome ART Anti-retroviral therapy CBO Community-based organization CCM Country Coordinating Mechanism CD4 Cluster of differentiation 4 (Blood test measuring immune system) CDC Center for Disease Control CST Care, support and treatment DFSW Direct female sex workers DHO District Health Office DKI Daerah Khusus Ibukota (District of Jakarta) DOB Date of birth FGD Focus group discussion FSW Female sex worker GAM UNAIDS global AIDS monitoring reports GARPR Global AIDS Response Progress Report GBV Gender based violence GF Global Fund HCT HIV counselling and testing HIV Human Immunodeficiency Virus IAS Indonesian AIDS Society IBBS Integrated Bio-Behavioral Survey IEC Information, education and communication materials IFSW Indirect female sex worker IU Implementing Unit KP Key populations LGBTI Lesbian, Gay, Bisexual, Transgender, Intersex M&E Monitoring and Evaluation MMT Methadone maintenance therapy MoU Memorandum of understanding MSM Men who have sex with men NGO Non-government organization NSP National Strategic Plan OST Opioid substitution therapy PEP Post Exposure Prophylaxis PEPFAR The U.S.
    [Show full text]
  • Bangka Tin, and the Collapse of the State Power
    GSTF Journal of Law and Social Sciences (JLSS) DOI 10.7603/s40741-016-0001-9 DOI: 10.5176/2251-2853_5.1.190 PrintI SSN: 2251-2853,E-periodical: 2251-2861 ; Volume 5, Issue 1; 2016 pp 1-7 © The Author(s) 2016. This article is published with open access by the GSTF. BANGKA TIN, AND THE COLLAPSE OF THE STATE POWER Ibrahim Department of Political Science Faculty of Politics and Social Sciences, University of Bangka Belitung Republic of Indonesia [email protected] Abstract - Bangka Belitung Islands is a region with the most Bangka Island has been indeed the biggest tin producer victorious tin route in the world. This tin wealth spans from in South East Asia and now it even becomes the only area Singkep to Belitung islands. Since Malaysia and Thailand producing tin in this region since Malaysia and Thailand closed their production and followed by Singkep on the late closed their production in 1990’s (Sujitno, 2007:5-7; of 90’s, Bangka Belitung islands have become the only Erman, 2010:3). region producing tin in Indonesia and South East Asia. Interestingly, since reformation rolling, tin that initially under full control of government has turned to be free Tin has been such a problematic matter, not only because commodity without clear management. Tin has entered the of its high price as an un-replaceable industrial whirlpool playing in all arenas, i.e. politics, law, ecology, component, but tin in Bangka Island also dealt with such social, up to the very complicated economy domain. How complicated management with very long management can the state loss its control over this nonrenewable journey.
    [Show full text]
  • Studi Geologi Awal Untuk Calon Tapak PLTN Di Pulau Singkep Dan Lingga, Kepulauan Riau
    Jurnal Pengembangan Energi Nuklir Vol. 21, No. 1, (2019) 35-44 Jurnal Pengembangan Energi Nuklir Laman Jurnal: jurnal.batan.go.id/index.php/jpen Studi Geologi Awal untuk Calon Tapak PLTN di Pulau Singkep dan Lingga, Kepulauan Riau Frederikus Dian Indrastomo*1, Heri Syaeful1, Kurnia Anzhar2, June Mellawati3 1Pusat Teknologi Bahan Galian Nuklir, BATAN, Jalan Lebak Bulus raya No. 9 Ps. Jumat, Jakarta, Indonesia 2Pusat Kajian Sistem Energi Nuklir, BATAN, Jalan Kuningan Barat, Mampang Prapatan, Jakarta, Indonesia. 3Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi, BATAN, Jalan Lebak Bulus raya No.49 Ps. Jumat, Jakarta, Indonesia INFORMASI ARTIKEL ABSTRAK Riwayat Artikel: STUDI GEOLOGI AWAL UNTUK CALON TAPAK PLTN DI PULAU SINGKEP DAN LINGGA, Diterima: KEPULAUAN RIAU. Pulau Singkep dan Lingga adalah bagian dari Kepulauan Riau, seperti Pulau 27 Juni 2019 Batam, Bintan, Karimun, terletak pada daerah strategis yang dapat menjadi lokasi Diterima dalam bentuk revisi: dikembangkannya perdagangan dan perindustrian. Guna memenuhi kebutuhan teknologi dan 01 Juli 2019 listriknya, PLTN merupakan salah satu alternatif pilihan. Berdasarkan hal ini telah dilakukan studi Disetujui: geologi awal guna mengetahui keberadaan daerah interes untuk lokasi PLTN di Kepulauan Riau. 15 Juli 2019 Tujuan penelitian untuk mengetahui kelayakan Pulau Singkep dan Lingga dari aspek geologi sebagai daerah interes untuk ditindaklanjuti sebagai calon tapak PLTN. Metodologi penelitian meliputi studi geologi regional melalui pengumpulan data sekunder, dan survei lapangan untuk verifikasi data sekunder. Verifikasi data lapangan meliputi pengamatan batuan untuk menentukan jenis dan karakteristiknya, pengukuran struktur geologi untuk mengetahui potensi sesar dan Kata kunci: gempa, pendataan sumber air panas untuk mengetahui aktivitas magmatisme. Pengamatan Lingga dilakukan di wilayah pesisir Pulau Singkep dan Lingga.
    [Show full text]
  • Annu Al Report 2019
    ANNUAL REPORT 2019 ANNUAL 1 ANNUAL REPORT 2019 Building on the initiatives of previous years, Telkomsel continued to expand and to enrich its digital business to shape the future through internal collaboration, synergies, and partnerships within the digital ecosystem at large. Telkomsel continued to expand and to enrich its digital business At the same time, Telkomsel strove to improve customer experience and satisfaction as key drivers of long-term success. (in billion rupiah) (in million) DIGITAL BUSINESS DATA USERS REVENUE 58,237 110.3 23.1% 3.5% DATA 50,550 LTE USERS 88.3 22.3% (in million) 61.3% DIGITAL SERVICES 7,687 29.0% 2019 63.9% DIGITAL 2018 BUSINESS 53.0% CONTRIBUTION 2 PT TELEKOMUNIKASI SELULAR IMPROVED MOMENTUM Telkomsel has successfully delivered growth and revenue from data supported by solid digital products and services offerings, as shown by TOTAL BTS improved momentum in 2019. 212,235 (in gigabyte) 12.2% CONSUMPTION/ 2019 DATA USER 3G/4G BTS 54.7% 5.2 161,938 16.7% 2018 3.4 (in terabyte) PAYLOAD 6,715,227 53.6% 3 ANNUAL REPORT 2019 Highlights of the Year 6 Key Performance Company 8 Financial Highlights at a Glance 9 Operational Highlights 10 2019 Event Highlights 52 Telkomsel in Brief 18 Awards & Accolades 53 Share Ownership History 23 ISO Certification 54 Organization Structure 54 Key Products & Services 56 Milestones Business Review Remarks from 60 Vision and Mission the Management 61 Corporate Strategy in Brief 62 Transformation Program 65 Marketing 26 Remarks from the President Commissioner 72 Digital Services 30
    [Show full text]
  • INDO 20 0 1107105566 1 57.Pdf (5.476Mb)
    J f < r Pahang Channel ....... ,Ci' p p ' rw \ * 0 xv# t‘ p'r; Ua/ S' f - \jg , f t ’ 1 1 « « * 1 * « f 1 * *, M m v t 1 * * * a g % * * *«ii f»i i 1 1 1 n > fc 1 1 ? ' Old Channel Western Channel Eastern Channel Old Channel Map 1 LANDFALL ON THE PALEMBANG COAST IN MEDIEVAL TIMES O. W. Wolters The Palembang Coast during the Fourteenth and Fifteenth Centuries I had always supposed that the metropolitan centers of Srivijaya, though probably dispersed according to their royal, social, commercial, or food-supplying functions, were in the neighborhood o f modern Palem­ bang city. I was among those influenced by the presence there of seventh century inscriptions, and I also assumed that the area where Bukit Seguntang stood had long ago possessed relig iou s prestige among Malays and contributed to the fame of the Palembang area. I did not believe that the capital of Srivijaya had always been in the Palembang area. Palembang enjoyed this status from the seventh century until the second half of the eleventh, when the Malay overlord*s center was moved to the Jambi area where it remained until turbulent events in the second half of the fourteenth century set in train the foundation of the Malay maritime empire of Malacca by a Palembang prince. After the shift in political hegemony from Palembang to Jambi, perhaps only officials in the Chinese court anachronistically continued to use the expression "San-fo-ch*iM ("Srivijaya") to identify the prominent polit­ ica l center on the southeastern coast of Sumatra.
    [Show full text]
  • Penyengat Island Festival (Festival Pulau Penyengat) 2018 Background
    Activity Report Penyengat Island Festival (Festival Pulau Penyengat) 2018 Background Penyengat Island (Pulau Penyengat) is a historical place which had held the most important role in Malay imperium, before the sultanate of Johor, Pahang, Siak, and Lingga existed. This role was held for 120 years from 1722, when the empire of Riau existed, to 1911, when The Netherlands took over the empire. This small island has become a pride for the people of Riau Archipelago (Kepulauan Riau) due to the richness of its historical sites from the empire of Riau heritage. In the era of Sultan Mahmud Syah II (1756 - 1811), the King of Johor-Pahang-Riau-Lingga, Pulau Penyengat was used as a dowry for Engku Putri Raja Hamidah (1764 – 1844) when they were married in 1804 in Riau. Penyengat Island Festival (Festival Pulau Penyengat/FPP) may be considered as a reflection point to recall the culture of Malay and the greatness of its empire. This festival will attract many domestic and international tourists; raise public awareness of Malay culture and tourism, improve marine-based industry, and increase the number of both domestic and international tourists in Pulau Penyengat. FPP 2018 will brought up “Gurindam 12”, a popular literature work written in ancient Riau Malay language, as the theme for this festival. Several kinds of activity and competition will be held, for instance: painting competition, boat racing, canoeing, rowing, traditional swimming, pillow fighting, and kite flying competition. Other activities, such as photography contest, short film, culinary festival, Malay fashion show, and local folklore will also be held in this festival.
    [Show full text]
  • The Visual City Branding of Tanjungpinang City – Riau Islands Mariati1*
    Advances in Social Science, Education and Humanities Research, volume 512 Proceedings of the 1st International Conference on Folklore, Language, Education and Exhibition (ICOFLEX 2019) The Visual City Branding of Tanjungpinang City – Riau Islands Mariati1* 1Department of Visual Communication Design, Universitas Tarumanagara, Jakarta, Indonesia. *Corresponding author. Email: [email protected] ABSTRACT The uniqueness of Tanjungpinang, the capital of Riau Islands Province, Indonesia has a potential of developing its city branding broadly. This study aims to give a visual recommendations for Tanjungpinang as part of their city branding with its Malay-Chinese history and culture. The data collected by conducting forum group discussion, interview, and observation. Firstly, Focus group discussion was held with participant who has been living in the city for more than 20 years and describe with one word how they feel and think about Tanjungpinang. As they stated, “island”, “beaches”, “food”, “seafood”, “cultural festival”, and “people culture” defined Tanjungpinang the most. We also collect the data from in-depth interview with stakeholders who have had a big impact to the development of Tanjungpinang. Secondly, we observe the everyday daily routine and its environment to complete the visual. Thirdly, we identify and ilustrate the visuals and other design elements of Tanjung Pinang’s visual identity such as the color scheme, the typical motifs, the characteristics of people, the culture, the culinary and the coastal tourism as visual recommendations. The result shows that the visual city branding of Tanjungpinang city can be created and built by identify the uniqueness which are from its culinary (gong-gong, otak-otak and ikan dingkis), its coastal tourism (kelong,coral reef, and coconut), its characteristics of people (friendly and warm characters), its cultural activities (togetherness, hardworking, and teamwork delivered through objects such as pompom, becak, and dragonboat).
    [Show full text]
  • Contesting Boundaries in the Riau Archipelago
    CAROLE FAUCHER Contesting boundaries in the Riau Archipelago The fall of the New Order and the implementation of the regional autonomy laws have provided fresh opportunities for the local elite to promote and consolidate their own sphere of influence. As has already been the case in a number of provinces and districts, instances of conflict have spread, often in the context of power struggles and highly complex social and political restructurings (H. Schulte Nordholt 2002). In many cases, these conflicts are popularly articulated through the language of ethnic and religious identity politics. Similarly, ethnic and religious sensitivities which were consciously repressed during the period of the New Order, are now exposed. The Riau Archipelago (or Kepri from Kepulauan Riau) had been so far largely spared from acute tensions and mounting violence. However, among the urban middle class and between generations ideological polarization has taken place. The different attempts to conceptualize ‘Masyarakat Kepri’ – the society of Kepulauan Riau – by politicians and public intellectuals seems to demonstrate how an increasing emphasis on regional identity has gradually superseded a more general concern with the nation. The discussion about the character of the newly formed province of Kepri has oscillated over the past years between the aristocrats’ ideal of reverting to the era of the sultanate, and an image of an industrial oriented pluralistic society, advocated by business people, which is strong and autonomous enough to compete economically with Singapore and Malaysia. The proximity to Malaysia and Singapore has created an interesting para- dox. On one hand, Singapore and Malaysia have been a source of identity for the Malays in the Riau Archipelago as important economic and cultural power bases.
    [Show full text]