SAWERIGADING

Volume 20 No. 1, April 2014 Halaman 15—24

REALITAS ASPEK EKONOMI-SOSIAL MASYARAKAT KUBU DALAM METAFOR BAHASA SUKU KUBU DI (The Reality of Social-Economic Aspects of Kubu Society in The Metaphor of in Jambi)

Natal P. Sitanggang Kantor Bahasa Provinsi Jambi Jalan A.R. Hakim No. 101, Telanaipura, Jambi Telepon/Faksimile (0741) 61131 Pos-el: [email protected] Diterima: 20 November 2013; Dievisi: 7 Januari 2014; Disetujui: 20 Maret 2014

Abstract This article discusses a certain Kubu culture in Bukit Duabelas, Jambi Province based on lingustic perspective, metaphor. Linguistically, metaphor is explained by the formation of its concept and contexts. The fact of the metaphor is gained from the daily conversation of Kubu tribe and analyzed pragmatically and interpretatively to compare and to relate metaphor signs with the intended meaning. In this study, it is found that there is a relevance between social-economy and the form of the metaphor used. Diachronically, it is also found that there is a relationship between the metaphor of Malay/Indonesian and the metaphor of Kubu language. That is why, this study becomes an important reference in tracing a part of prototype and metaphoric contextual analogyfound in Malay/ Indonesian. This is believed because some Malay culture can still be seen in primitive life of Kubu tribe at the moment. Keywords: metaphor, Kubu, background, context, social-economy

Abstrak Tulisan ini membahas bagian kebudayaan suku Kubu di Bukit Duabelas Provinsi Jambi dari sudut pandang kebahasaan, yaitu metafor. Metafor menjelaskan konsep dan konteks pembentukan kebudayaan masyarakat tersebut. Fakta metafor diperoleh dari percakapan sehari-hari suku Kubu dan dianalisis secara pragmatik dan interpretatif untuk membandingkan dan mengaitkan tanda metafor dengan makna yang dimaksudkan.Dalam kajian ini ditemukan relevansi aspek ekonomi-sosial dengan bentuk metafor yang digunakan. Secara diakronis, ditemukan pula keterkaitan metafor bahasa Melayu/ dengan metafor bahasa Kubu. Oleh karena itu, ulasan ini menjadi referensi penting dalam menelusuri sebagian prototipe dan analogi konteks metaforisasi yang terdapat dalam bahasa Melayu/Indonesia saat ini. Hal ini diyakini karena sebagian potret budaya Melayu secara umum pada masa lalu masih dapat terlihat dalam kehidupan primitif suku Kubu saat ini. Kata kunci: metafor, Kubu, latar, konteks, ekonomi-sosial

PENDAHULUAN kalanya tidak saling berhubungan secara harfiah. Metafor merupakan aspek penting yang Karena kerap tidak saling berhubungan, fenomena perlu dipahami dalam sebuah bahasa. Pentingnya metafor termasuk dalam bentuk kias (figurative). aspek ini disebabkan adanya penyampaian suatu Sehubungan dengan bentuk kias atau figuratif konsep makna melalui media lain (transferensi). ini, tidak jarang terjadi pemahaman yang salah Dalam pada itu, antara konsep dan media itu ada karena penginferensian secara harfiah terhadap bentuk-bentuk kias, misalnya, oleh penerjemah, 14 14 15 15 15 Sawerigading, Vol. 20, 1 April 2014: 15—24

peneliti, atau pemelajar bahasa itu (band. Saville- ungkapan dan hubungannya dengan ungkapan Troike 2003: 29). yang terdapat dalam bahasa MI, di antaranya, Metafor dalam kajian komunikasi ataupun buah tangan, simpulan, nenek, putusan, sebelah dalam kajian retorika tradisional dipandang mata dantutup mata. sebagai suatu kajian yang menarik. Hal tersebut Dengan mencermati bahwa metafor erat kaitannya dengan bentuk bahasa, nilai, dan merupakan bentuk bahasa yang bersifat figuratif, estetika yang ada di dalamnya. Dalam kajian diperlukan suatu upaya penalaran untuk antropologi, penelusuran metafor satu etnik dapat menemukan kesejajaran antara yang penanda dan menjadi pintu masuk untuk menggali implikasi petanda sebagaimana dalam terminologi Saussure pemikiran tertentu dan/atau pengalaman (Kridalaksana 2005: 25—32). Sehubungan masyarakatnya tentang dunia (Lakoff dan Johnson dengan itu, masalah dalam penelitian ini dapat dalam Duranti 2000: 64; Saeed 2003: 346). dirumuskan dengan dua pertanyaan berikut. Selain itu, fenomena metafor dalam sebuah (1) Bagaimana bentukdan konteks metafor bahasa dapat dipandang sebagai bagian dari evolusi dalam MK? bahasa sekaligus menjadi histori perkembangan (2) Bagaimana metafor MK menggambarkan cara manusia dalam berpikir atau berlogika realitas aspek ekonomi dan sosial MK? (Saville-Troike ibid 28). Bahkan menurut Mey (2001: 305) metafor tidak hanya terkait dengan Penelitian ini bertujuan untuk menemukan pola pikir, tetapi juga mengindikasikan struktur fitur dan karakteristikmetafor dalam MK. Fitur dan kekuasaan dan penguasaan dalam masyarakat. karakteristik itu dapat dicapai dengan dua tujuan Dalam perkembangannya, bentuk-bentuk berikut. metafor turut memberi sumbangan dalam (1) Mengidentifikasi bentukdan menemukan penggramatikalan bentuk-bentuk dalam bahasa konteks bentuk-bentuk metafor dalam (Hopper dan Traugott 1993: 85; Saeed 2003: 344). MK. Sebagai contoh, saat ini bahasa Melayu-Indonesia (2) Mendeskripsikan realitas aspek ekonomi (selanjutnya disingkat dengan MI) mengenal dan sosial MK berdasarkan sudut pandang bentuk bergantung pada, menangani masalah, metafor. menelan biaya, menarik perhatian, dan sebagainya. Bentuk-bentuk tersebut dapat menunjukkan ciri KERANGKA TEORI kegramatikalan dan keleksikalan di satu sisi, dan Metafor sebagai Kajian Pragmatik ciri metaforanya di sisi lain. Berbicara tentang keetnikan, kajian Metafora adalah bentuk kiasan berupa tentang metafor dalam etnik masyarakat Kubu kata atau frasa yang tidak secara harfiah merujuk (selanjutnya disingkat dengan MK) di Jambi, pada suatu objek atau konsep yang digunakan, menjadi menarik dan penting diperhitungkan melainkan untuk menggantikan yang lain dengan dalam khazanah kebahasaan MI saat ini. menyiratkan persamaan atau analogi di antara Kajian ini menjadi bahan pertimbangan dalam bentuk yang diperbandingkan. Dalam Merriam- menelusuri bagian prototipe dan konteks metafor Webster’s 11th Collegiate Dictionary dicatat yang didapati dalam bahasa MI saat ini (Hopper bahwa metafor secara etimologi berasal dari dan Traugott ibid: 84; Mey 2001: 306; Saeed bahasa Yunani, yaitu dari bentuk meta ‘antara’ ibid: 345). Hal ini diyakini karena potret budaya dan pherein ‘membawa atau menanggung’, MI secara umum di masa lalu masih dapat sedangkan metapherein berarti ‘membawa lebih terlihat dalam kehidupan primitif (alamiah) dari’ atau ‘mentransfer’. MK yang saat ini masih berlangsung. Dengan Fenomena metafor dalam berbahasa tidak penelitian ini, kita dapat mengetahui ciri konteks terlepas dari sejarah pragmatiknya. Sebelum yang melatar belakangi pembentukan sejumlah kemunculan teori pragmatik, metafor memang 16 16 16 17 17 Natal P. Sitanggang: Realitas Aspek Ekonomi Sosial ...

dipandang sebagai objek semantik. Namun, catatanKoentjaraningrat (1974) yang menyebutkan Levinson (1983: 147--62) lebih melihatnya bahwa tingkat ekonomi manusia yang terendah sebagai gejala pragmatik. Dia menyebutkan adalah berburu. Dari tingkat inilah mereka bahwa metafor merupakan kasus pelanggaran berkembang ketingkat beternak kemudian bertani. maksim dalam postulasi maksim implikatur yang Dengan demikian, ketika kata jerat diusulkan oleh Grice. Pandangan ini juga diterima digunakan dalam konteks tahapan kebudayaan oleh Hopper dan Traugott (1993: 84). Mereka manusia yang lebih modern (misalnya, konteks menyebutkan bahwa secara karakter pragmatik hukum), jelas kata itu bukan lagi benda jerat dan metafor pada dasarnya bersifat analogis (Mey seperti pada masa lampau. Namun, konsep 2001: 306). peristiwa yang terkait dengan jerat itu, secara Selain itu, pembentukan dua fenomena diakronis terbawa dari masa lampau dan secara bahasa ini dilatari oleh adanya konteks. analogis termodifikasi oleh konteks masa kini. Pentingnya peran konteks itu ditegaskan Giora Elemen-Elemen Metafora (1999 dalam Jay 2002: 318) yang menyebutkan: Menurut Richars (1936 dalam Saeed “..., that context tell us how to read 2003:346) terminologi metaforatas dua elemen: the metaphoricity of an expression. The tenor dan vehicle. Tenor adalah kesan atau main idea behind graded salience is that subjek yang disimbolkan (petanda). Vehicle people give priority to the salient meaning adalah sarana yang menyimbolkan (penanda) of a word regardless of contex. The salient yang kesan atau tenornya. Konsep tenor bagi meaning of a word or expression is its penulis lain disebut sebagai topik. Dengan lexicalized meaning, the meaning is the menggunakan istilah topik, Jay (2002: 317) literal meaning of a novel metaphor but menambahkan unsur ground (latar) untuk not the intended nonliteral meaning made menjelaskan keterkaitan topik dengan vehicle. available by the context. The familiarity, Dalam hal itu, latar menyajikan persamaan availability, frequency, and conventionality antara keduanya. Berparadigma dari terminologi of an expression contribute to its salient Saussure (Kridalaksana 2005: 28), vehicle atau meaning and give it privileged status.” sarana merupakan penanda, dan tenor atau topik Selain oleh kelaziman, tingkat keseringan, merupakan petanda. Dalam tulisan ini, selain dan keberterimaan masyarakat (sebagaimana akan mengidentifikasi topik dan sarana, penulis disebutkan Giora di atas) sebuah fakta metafor juga akan menghadirkan latardengan mengacu juga dilatari oleh konteks peristiwa, lingkungan, pada pendapat Jay. dan tingkat peradaban penuturnya, sebagai mana Metafor Menggambarkan Budaya terlihat dalam penelitian ini (band. Mey ibid: 302). Oleh karena itu, metafor dapat dijadikan sebagai Aspek metafora dalam bahasa dapat nukilan dokumen rekaman konteks kebudayaan dipandang sebagai pelambang konseptualisasi masa lalu untuk diperbandingkan secara diakronis cara pandang masyarakatnya terhadap dunianya pada masa kini. (world view). Semisal ungkapan metaforis Penggunaan kata, jerat misalnya, saat ini budaya Inggris time is money, pada dasarnya dalam bahasa Indonesia (contoh dalam kalimat menggambarkan cara pandang mereka terhadap Dia dijerat dengan pasal pencucian uang.) dapat waktu. Bagi mereka waktu adalah sesuatu diprediksikan berawal dari bentuk kebudayaan yang dapat dinilai dengan uang. Begitu juga berburu masa lampau, yaitu bentuk peristiwa penghargaan mereka terhadap waktu terealisasi menangkap binatang di hutan, ladang, sawah, dalam konstruksi sintaktis bahasanya dalam atau kebun dengan sebentuk alat yang disebut bentuk tenses dan aspek. jerat. Kelampauan masa tersebut seiring dengan Tentu, konseptualisasi itu menjadi kontras

16 16 17 17 17 Sawerigading, Vol. 20, 1 April 2014: 15—24

dengan (misalnya) budaya yang tercermin dalam buto mato, (6) basuh negeri, (7) tahi dimakan, ungkapan Ndak ado ayam bekukuk, kalu hari (8) nenek, (9) bobot, dan (10) simpul/buhul tali. nan siang, siang jugo (‘Tidak ada pun ayam Latar dan Konteks Metafor dalam Bahasa untuk berkokok, kalau saatnya hari akan siang, Kubu tentu akan siang juga’). Dalam peribahasa ini tergambar paradigma masyarakat yang minim Ndelok routon untuk bergerak lebih awal. Ungkapan ndelok routon dalam MK mempunyai bentuk lengkap mendelok routon. METODE Ungkapan ini terdiri atas tiga morfem, yakni men+delok + routon. Pemendekannya menjadi Data dalam pelitian ini bersumber dari ujaran ndelok routon tampak disebabkan oleh gejala penutur asli bahasa Kubu, yakni para tumenggung simulfiks sebagai ragam cakapan dalam MK. yang dianggap mempunyai kecakapan dalam Secara harfiah, ungkapan ini berarti ‘mencari berbagai hal terkait dengan kehidupan MK rotan’. Ungkapan lain yang sejalan dengan termasuk dalam hal kebahasaan. Data diperoleh ungkapan itu adalah ncari louk ’mencari ikan’. dengan terlibat secara langsung mencermati Tindakan untuk baik ndelok routon maupun ncari bentuk-bentuk bahasa figuratif beserta maknanya, louk merupakan bentuk kegiatan beruburu dalam baik secara harfiah maupun secara figuratif. keseharian MK. Dalam hal itu, berburu menjadi Dalam pada itu, ditanyakan pula perihal maksud cara MK untuk memenuhi kebutuhan pangan dan arti dari bentuk kiasan itu. Dalam penelitian mereka. Penggunaannya sebagai ungkapan ini, dibatasi sepuluh data ungkapan metafor untuk ini menjadi lazim diujarkan sebagai jawaban dijadikan sebagai bahan pewacanaan MK secara (termasuk untuk berbasa-basi), misalnya, pada ekonomi-sosial. Kesepuluh ungkapan itu pada percakapan (1) berikut ini. dasarnya sudah dapat dijadikan sebagai pemotret ekonomi sosial MK dari aspek kebahasaan. (1) A : Kawana guding, ndok ke mano? Penganalisisan data dilakukan dengan FN : Pron2: Add, Adv:hendak Prep: ke metode interpretasi (Nunan 1992: 159—178; Pron: mana band. Wray dan Bloomer 2006: 63—4)) ‘(Hei) Kau Guding, hendak ke mana?’ dipadukan dengan ancangan sketsa pragmatik B1 : Ndelok routon. untuk menggali konteks pembentukan ungkapan ‘Mencari rotan.” itu (lihat Levinson 1983: 147--62) dan untuk atau mencari hubungan antara bentuk kiasan (metafor) B2 : Ncari louk. dengan yang dikiaskan. Setelah itu, analisis akan ‘Mencari lauk.’ diuraikan secara deskriptif (dan termasuk dalam Jika secara kontekstual B pergi untuk konteks kalimat jika diperlukan). mencari rotan atau ikan, tuturan B1 atau B2 bukanlah sebagai bentuk kiasan (metafor). Akan PEMBAHASAN tetapi,kepergian Bke suatu tempat belum tentu Berdasarkan penggalian dan pencatatan bertujuan untuk mencari rotan atau mencari ikan data ke permukiman MK di wilayah Taman sebagaimana harfiahnya sekalipun dengan ujaran Nasional Bukit Duabelas, Jambi, diidentifikasi B1 atau B2 seperti pada (1) di atas. Penutur MK sejumlah ungkapan metafor yang dijadikan bisa saja melakukan hal yang lain, misalnya, sebagai data dalam penelitian ini. Sedikitnya menyadap karet, mencari umbi-umbian, atau ada sepuluh contoh ungkapan yang dijadikan sekadar membeli rokok ke warung kampung. sebagai data dalam penelitian ini. Data ungkapan Dalam hal tindakan inilah ujaran dengan ndelok tersebut adalah(1) ndelok routon, (2) ngisi routon dengan B1 atau ncari louk dengan B2 di lempeka, (3) bejawab upah, (4) buah tangan, (5) atas menjadi metafor.

18 18 18 19 19 Natal P. Sitanggang: Realitas Aspek Ekonomi Sosial ...

Secara budaya, routan dan louk adalah bahwa rahim/lambung adalah sesuatu wadah benda yang akrab dalam kehidupan bagi MK atau kantong yang wajib diisi dengan makanan yang akan didapatkan dengan cara mencarinya (nafkah). Ibarat tangki minyak dalam kendaraan atau memburunya di hutan. Dengan demikian, bermotor (band. dengan analogi sistem hidrolik segala sesuatu keperluan yang dicari (antara lain, dengan rangkaian arus listrik oleh Gentner dan getah karet, rokok, atau gandum (umbi-umbian) Gentner [1982] dalam Foley 1999: 179—182; dianggap sebagai buruan. Selanjutnya, bepergian Mey 2001: 302). Realitasnya pengisian (ngisi) untuk bekerja (menyadap, membeli, mencari, itu dilakukan tidak secara harfiah oleh kepala dan lain-lain) setara dengan tindak berburu. keluarga (ayah/suami) sebagai pencari nafkah. Pemanfaatan kata rotan atau lauk sebagai Akan tetapi, dengan bekerja, di antaranya, ungkapan juga mengisyaratkan bahwa benda- berburu, menyadap karet, bejawab upah, ncari benda tersebut merupakan sesuatu inheren bagi louk, atau mencari rotan. Selanjutnya, hasil MK.Posisi tawar benda tersebut lebih penting pekerjaan itu harus ditukarkan menjadi barang daripada kebutuhan yang lain, yakni sandang yang dapat digunakan atau dikonsumsi keluarga. (pakaian) dan/atau papan (kelayakan tempat Rangkaian kegiatan ini merupakan cakupan dari tinggal). Pentingnya benda itu selanjutnya terlihat tindakan ngisi lempeka. Dengan demikian, bagi pada manifestasinya dalam transformasi makna MK keluarga adalah wadah ([container] band. tindakannya. MK tidak menyebutkan *ndelok Jay 2002: 317) yang mesti diisi. umbi atau *ncari ruso untuk mentransformasi Bejawab upah konsep membeli rokok atau menyadap karet. MK pada belakangan ini sudah mengenal Routan dan louk menjadi metafor terhadap bentuk mencari nafkah dengan cara bekerja untuk berbagai kebutuhan pangan seperti gadung, beras, mendapatkan upah. Pekerjaan untuk mendapatkan termasuk rokok. upah tersebut disebut bejawab upah. Keadaan Ngisi lempeka ini menjadi berbeda dari pengamatan Van Ungkapan ngisi lempeka berasal dari Dongen (1906) yang menyebutkan bahwa “tak bentuk lengkap mengisi lempeka. Sebagaimana seorang Kubu pun (di daerah Palembang) yang bentuk lainnya, verba mengisi menjadi ngisi mau menyewakan diri sebagai kuli tetap pada merupakan gejala simulfiks dalam ragam cakapan perusahaan”. MK. Bentuk ngisi lempeka sering juga disingkat Secara umum ungkapan bejawab upah menjadi mempeka (di kelompok Grip). Bagi MK dapat diartikan dengan ‘bekerja kasar atau kata lempeka secara harfiah agaknya sudah kurang serabutan untuk mendapatkan upah’. Dalam hal dikenalsaat penelitian ini dilakukan, kecuali ini, mereka telah menyadari konsep bahwa tenaga disandingkan dengan kata ngisi.Sandingannya dan waktu dapat dijadikan sebagai komoditas. menjadi ngisi lempeka merupakan ungkapan Pekerjaan bejawab upah ini bisa dilakukan dengan secara umum dipahami dengan makna ‘mencari membantu orang kampung untuk mengambil atau nafkah atau kebutuhan anak istri’. Dalam hal mencari ubi atau tembakau. Orang kampung (OK) ini laki-laki dewasa lebih berperan dalam merupakan sebutan kepada kelompok masyarakat mencari nafkah keluarga. Namun, kata lempeka yang sudah hidup berdampingan dalam satu tidak berarti ‘nafkah’. Berdasarkan penjelasan permukiman atau perkampungan. Namun, Tumenggung Tarip, lempeka dapat diartikan kebanyakan pekerjaan yang demikian pada sebagai ‘rahim’ atau ‘lambung’.Transferensi dasarnya kurang digandrungi oleh MK. Hingga konsep mencari nafkah melalui bentuk ngisi penelitian ini dilakukan, MK yang menyewakan lempeka ‘mengisi rahim/lambung’ menunjukkan dirinya menjadi pekerja upahan (buruh) masih bahwa bentuk itu adalah sebuah metafor. Analogi terbatas. Bahkan pekerjaan ini dilakukan yang terbangun dari transferensi itu adalah cenderung karena terpaksa. Biasanya sebagian

18 18 19 19 19 Sawerigading, Vol. 20, 1 April 2014: 15—24

MK melakukan bejawab upah karena paceklik di mengalami gramatikalisasi menjadi dua unsur hutan atau penghasilan dari berburu dalam waktu yakni buah tangan. Selanjutnya, mengalami yang lama sudah tidak mencukupi kebutuhan metaforisasi menjadi oleh-oleh. MK setakat ini keluarganya lagi. Sebaliknya, ketika suatu saat sudah menggunakan buah tangan untuk sesuatu penghasilan dari hutan (berburu) dianggap yang dibawa dari luar hutan dan bukan berupa memadai untuk mencukupi kebutuhannya, MK buah. akan berhenti dari bejawab upah. Buto mato Ketika upah diterima sebagai jawaban, Ungkapan buto matoyang terdapat dalam dapat dikatakan bahwa MK memandang bahwa budaya MK dapat dilihat dalam konstruksi seloka bekerja kepada orang lain adalah sebagaisoal MK dalam kalimat (2) berikut: atau pertanyaanyang harus dijawab (ibarat dalam ujian; Band. Analogi Gentner dan Gentner (2) Samo anak buto mato sebelah, samo [1982] dalam Foley 1999: 179—182; Meyibid: orang buto mato duo. 302). Jawaban dari soal kesulitan itu dicari dan Peribahasa seperti konstruksi (2) di atas ditemukan MK di komunitas orangkampung. sudah menjadi hal yang umum di kalangan MK. Buoh tangan Namun secara semantis, ungkapan itu dibangun Ungkapan buah tangan dikenal tidak atas unsur yang bersifat metaforis. Kata mato hanya dalam bahasa MI, tetapi juga di MK. Baik ‘mata’ dalam ungkapan ini tidak merujuk secara dalam bahasa MI, maupun bahasa MK, ungkapan langsung kepada indra penglihatan, tetapi lebih buah tangan berarti ‘oleh-oleh’. Dalam hal ini kepada cara pandang MK secara kognitif orang tampak bahwa MI dan MK menganggap manusia lain termasuk kepada anak kandung sendiri. Cara sebagai tumbuhan yang dapat menghasilkan pandang ini berupa perhatian, pikiran, kecurigaan, buah. Namun, sebelum pada rampatan yang dan kepercayaan MK secara subjektif. Oleh demikian, terdapat satu peristiwa yang melatar karena itu, konsep perhatian merupakan mata bagi belakangi pembentukan itu yang berasal dari era MK. Sementara itu, penggunaan kata buto, selain kebudayaan MI yang sangat primitif, yaitu ketika karena berdekatan secara kolokatif dengan mata, masyarakat MI belum mengenal peradaban juga digunakan sebagai bentuk ingkaran terhadap modern (kurang-lebih seperti MK sekarang ini). fungsi mata. Dalam hal itu, buto mato ‘buta Penggunaan kata buah dan tangan pada ungkapan mata’ secara harfiah berarti ‘tidak dapat melihat’, ini secara primitif ternyata masih terkait dengan sedangkan secara metafor berarti ‘tidak percaya’. makna yang sebenarnya, terutama buah rotan. Sebagai prototipe metafor kata mata sebagaimana Dengan mencermati perilaku dan pada MK,dalam MI muncul ungkapan menutup penjelasan MK, metaforisasi oleh-oleh menjadi mata, sebelah mata, dan gelap mata (periksa buah tangan berasal dari aktivitas ketikapulang KBBI). Selanjutnya, penggunaan kata sebelah berburu atau mendelok routondi hutan. dalam klausa pertama dan duo dalam klausa Merekapun kerap membawa buah rotan (atau kedua pada (2) di atas menjadi penanda derajat buah lainnya) untuk diberikan sebagai oleh- atau persentase kepercayaan MK terhadap pihak- oleh untuk anaknya (anggota keluarga). Dalam pihak yang dimaksudkan. kepulangannya ke pondok, daging hasil dari Ungkapan buto mato sebelah berburu dan gadung hasil dari mencari biasanya mengisyaratkan ke(tidak)percayaan yang tidak dipikul, sedangkan buah biasanya hanya sepenuhnya kepada anak kandung, sedangkanbuto dipegang (digenggam, dijinjing, dan sebagainya). mato duo mengisyaratkan ketidakpercayaan Karena kebiasaan pemegangan buah inilah, yang penuh bahkan ditambah dengan unsur muncul konsep buah yang di tangan (yang lain kecurigaan kepada orang lain. Kenyataan hingga dipikul). Seiring berjalannya waktu, konsep ini penelitian ini dilakukan, masih banyak MK yang menutup diri terhadap dunia luar disebabkan oleh 20 20 20 21 21 Natal P. Sitanggang: Realitas Aspek Ekonomi Sosial ...

paradigma sebagaimana terimplementasi dalam ilokusi komisif (lihat Leech 1983:211) yaitu ungkapandalam kalimat (2) di atas. fungsi ujaran untuk mengikat diri penuturnya Basuh negeri terhadap suatu kebenaran. Dalam hal itu penutur Ungkapan ini secara harfiah berarti MK seolah-olah akan melakukan konsekuensi ‘membasuh atau mencuci negeri’, tetapi negatif sebagaimana harfiah ungkapannya secara konseptual berarti ‘menahirkan atau jika ujaran penutur tidak sesuai dengan yang membersihkan wilayah permukiman karena sebenarnya. Dalam hal ini, kualitas kejujuran perbuatan zina yang dilakukan orang tertentu MK dengan unsur ungkapan ini dianggap sangat dalam MK’. Dalam budaya Melayu Jambi, tinggi. Secara kontekstual, ungkapan ini berfungsi kegiatan ini disebut cuci kampung. Budaya antara lain (a) untuk menyatakan intensitas ini dilakukan dalam bentuk ritual memberi kualitas (keseriusan dan atau ketulusan) penutur makan seluruh keluarga yang ada di wilayah atas sesuatu tindakan; (b) untuk mempertaruhkan yang dianggap telah dicemari. Pada dasarnya, harga diri dan keyakinannya dalam membela atau rangkaian ritual dan segala syaratnya merupakan mendukung seseorang; (c) untuk meminta maaf. bentuk hukuman dan denda seseorang yang Bentuk penggunaannya secara kontekstual melakukan perzinaan. Dalam hal ini, perbuatan dapat dicermati dalam konstruksi kalimat (3)--(7) zina tersebut dianggap sebagai perbuatan di bawah ini. yang menistakan atau mengotori negeri. Kenistaan pada negeri ini selanjutnya dipercaya (3) Pindok ake tahi dimakon kopia. dapat menyebabkan para dewa marah, lalu FV:tidak mau1: aku, FId: tahi dimakon mendatangkan musibah di negeri itu jika tidak N:kopi:Pron:itu segera dibersihkan. Analogi MK terhadap ‘Sungguh, maaf. Saya tidak bisa minum negeri adalah sebagai tubuh yang kotor. Dengan kopi itu.’ perkataan lain, bagi MK negeri itu adalah tubuh (4) Unju’o ua kuju u podoa, tahi dimakon! bersama yang harus dijaga ketahirannya. Jika V:ambil N: dulu N: tombak Pron: itu ternistakan, negeri harus dibasuh (bukan dengan Prep: pada Pron: itu,FId: tahi dimakon air) dengan serangkaian ritual makan bersama ‘Ambil tombak itu yang pada itu, seraya bermohon maaf kepada dewa dan seluruh tolonglah!’ keluarga dinegeri itu. Dalam hal ini, bagi MK (5) Jangan mika binguk di aik, tahi ritual adalah air (pembasuh). dimakon. Adv:jangan 2:kamu V:buang air prep: Tahi dimakon di N:air,FId: tahi dimakon Ungkapan metaforis ini sangat lazim ‘Jangan kamu berak di air itu, mohon digunakan dalam MK. Di kelompok lain (antara jangan.’ lain kelompok Grip) dikenal bentuk yang lebih (6) Tahi dimakon, anak itu anak yang baek. panjang, yaitu “tahi dimakon, koncing diminum”. FId: tahi dimakon, N:anak Pron:itu FN: Secara harfiah ungkapan ini bermakna ‘tinja/ anak yang baik tahi dimakan, kencing diminum’, tetapi secara ‘Sumpah, anak itu (adalah) anak yang konseptual tidak demikian. Umumnya, konsep baik.’ ungkapan ini berhubungan dengan tindak ujar (7) Tahi dimakon para kawana, tepijak kesopansantunan (politeness) dalam budaya sebetong lapatoh. MK. Dalam hal ini, MK bersopansantun dengan FId: tahi dimakon prep:para N: kawan merendahkan derajat atau harga dirinya serendah itu, V: terpijak N: sebatang Adv: telah A: mungkin sebagaimana nilai seseorang yang patah termaktub dalam arti harfiah ungkapan ini.Secara ‘Maaf kawan, terpijak sebatang, sudah pragmatik, ungkapan ini merupakan bentuk tindak patah (pula).’ 20 20 21 21 21 Sawerigading, Vol. 20, 1 April 2014: 15—24

Paradigma kesopansantunan MK ular. Ketabuan MK menyebutkan harimau terkait sebagaimana dalam ungkapan ini mengisyaratkan dengan histori dan rasa hormat mereka terhadap kesadaran nilai dirinya lebih rendah daripada binatang itu, tetapi tidak demikan dengan ular. yang lain (terutama dengan OT). Ada juga Konsep ular disebut dengan bobot karena terkait penerimaan MK bahwa sebagian besar OT dengan eufemisme MK untuk mengurangi rasa adalah raja bagi mereka. takut orang lain (khususnya anggota keluarga) Nenek jika mengujarkan kata ular. Metaforiasi ular Penyebutan nenek di lingkungan MK menjadi bobot didasarkan pada analogi sifat dan khususnya berhubungan kehidupan di hutan, kemiripan ular dengan bobot ‘tali’. Dalam hal bukan merujuk kepada manusia dalam konteks itu, ular bisa membebat dan atau melilit sesuatu kekerabatan sebagaimana harfiahnya, tetapi dapat (tumbuhan atau mangsanya). merujuk kepada sejenis binatang yaitu harimau. Simpul tali dan buhul tali Penyebutan itu terjadi karena selain menganggap Ungkapan simpul tali danbuhul tali dalam tabu, MK juga cenderung menaruh rasa hormat MK berkaitan suatu peristiwa tindakan MK yang terhadap binatang itu. Dengan demikian, nenek menimbulkan masalah antarsesama MK sehingga menjadi sarana untuk harimau. menjadi sebuah perkara. Ungkapan simpul tali Metaforisasi harimau menjadi nenek menandakan bahwa perkara itu sangat berat, tercatat dalam cerita lisan tentang pengalaman sedangkan buhul tali menandakan perkara biasa. hidup seorang leluhur MK di hutan. Dalam hal Derajat kepelikan perkara ini dibedakan dari itu, sesosok harimau pernah menolong leluhur itu istilah simpul dan buhul. Ketika penggunaan dua dari ketersesatannya, bahkan mengantarkannya ungkapan ini dikaitkan dengan perkara, tampak sampai dekat dengan permukiman MK. Menjelang bahwa perkara itu dianalogikan MK sebagai sampai di permukiman, dalam ketakutannya tali. Dalam hal itu, tali bisa dipersatukan dengan leluhur itu bermaksud untuk berlari masuk ikatan (simpul/buhul) dan bisa juga diputuskan. kepermukiman. Namun, terdengar suara harimau Bentuk simpul dalam budaya MK adalah ikatan itu berkata, ”Jangan takut, Cucu!”. Pemanggilan tali sulit untuk dibuka atau dilepaskan (karena leluhur itu dengan kata cucu dari sesosok harimau diikat secara mati), sedangkan bentuk buhul itu menggiring leluhur itu untuk menginferensi adalah ikatan yang masih mudah untuk dibuka bentuk kekerabatannya dengan sosok harimau itu atau dilepaskan (karena diikat tidak secara dengan nenek. Dengan perkataan itu, seseorang itu mati). Dalam praktiknya tali yang tersimpul atau mengartikan bahwa jika dirinya dipanggil ”cucu”, terbuhul harus dibawa oleh menti (pemimpin dia harus memanggil ”nenek” kepada harimau MK di bawah depati dan tumenggung) kepada itu. Demikianlah paradigma dan pemanggilan ini depati atau tumenggung untuk ditanggapi atau terus terpelihara hingga sekarang. diselesaikan. Dengan bentuk ikatan itu, depati Terlepas dari kebenaran percakapan atau tumenggung dengan segera mengetahui sebagaimana dalam cerita itu, jelas, cerita sebagai derajat persoalan yang sedang terjadi. Sebagai pewacanaan kehidupan yang menjadi milik dan prototipe metafor, dalam bahasa MI, bisa muncul penggambaran budaya MK telah menunjukkan kata simpulan, kesimpulan, keputusan, atau perannya dalam membentuk kognisi linguistik kalimat “Masalah itu bisa menjadi panjang.” MK (termasuk budaya Melayu secara umum). Gambaran Realitas Ekonomi-Sosial MK Wacana cerita yang demikian menjadi media Melalui Metafor pemeliharaan pemahaman bentuk yang metaforis. Secara ekonomi kata ndelok dan ncari Bobot dalam ungkapan MK sekaligus sebagai penanda Selain tabu atau sungkan mengujarkan taraf perikehidupan MK. Dalam hal itu, taraf harimau, MK juga merasa tabu untuk menyebutkan

22 22 22 23 23 Natal P. Sitanggang: Realitas Aspek Ekonomi Sosial ...

kehidupan MK masih pada batas mencari secara ekonomi MK masih cenderung bergantung sumber daya alam yang tersedia tanpa diikuti pada hutan. Dengan demikian, secara sosial MK upaya untuk membudidayakan seperti bercocok cenderung masih menutup diri dalam lingkungan tanam atau beternak untuk dikonsumsi. Hal hutan dan kerap menaruh rasa curiga terhadap ini juga menjadi penanda bahwa MK dalam orang luar. sejarahnya (pernah) tidak mengenal konsep berinvestasi dan sebagainya, untuk kepentingan DAFTAR PUSTAKA masa depannya. Sementara itu, kata ngisi dalam ungkapan ngisi lempeka menjadi pengontras MK Cole, P. dan Morgan, J.L. (ed). 1975. Syntax dari perikehidupan OT (modern). Dalam hal itu, and Semantics 3: Speech Act. New York: OT sudah lebih menggunakan istilah memenuhi Academic Press. (dalam ungkapan memenuhi kebutuhan). De Saussure, Ferdinand. Dalam Kridalaksana, Ungkapan ngisi lempeka bagi MK menandai Harimurti. 2005. Mongin-Ferdinand de segala usaha dan upaya mereka pada batas Saussure (1857—1913) Peletak Dasar keterisian perut (dapat makan dan tidak mesti Strukturalisme dan Linguistik Modern. kenyang), sedangkan bagi OT bahkan lebih dari Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. sekadar terisi, yakni penuh. Terlepas dari baik Duranti, Alessandro. 2000. Linguistic Antropology. buruknya pewacanaan ini, tidak terkait dengan New York: Cambride University Press. tendensi apa pun, dan bukan menjadi tujuan dari Foley, William A. 1999. Anthropological penelitian ini. Linguistics: An Introduction. Oxford: Secara sosial MK menyadari dirinya Blackwell Publishing. sebagai strata yang lebih rendah daripada OT, Gentner & Gentner. 1982. Dalam Foley, William hal itu terlihat dari tuturan komisif MK yang A. 1999. Anthropological Linguistics: An mau merendahkan dirinya terhadap yang lain Introduction.Oxford: Blackwell Publishing. (termasuk terhadap OT) dengan menggunakan Giora, R. & Fein, O. 1999. Irony: Context and ungkapan tahi dimakan sebagai jaminan Salience. Metaphor and Symbol. Dalam kejujuran dan ketulusannya. Selain itu, strata ini Jay. Timothy B.2002. The Psychology of juga ditandai oleh penerimaan dirinya sebagai Language. New Jersey: Prentice Hall. orang kelam (gelap) di hutan, dan mengakui yang Grice, H.P. 1975. Logic and Conversation. lain sebagai orang terang (OT) sekaligus sebagai Dalam Cole & Morgan, 1975. Sintax and rajanya. Semantics. Vol. 3. Halaman 41-58. New York: Academic Press, PENUTUP Hopper, Paul J. dan Traugott, Elzabeth Closs.1993. Berdasarkan analisis di atas terlihat bahwa Grammaticalization (Second Edition). metafor dalam MK cenderung dibentuk atas United Kingdom: Cambridge Universtiy pengalaman dan pandangan MK atas dunia Press. hutan. Pandangan MK atas dunianya sekaligus Koentjaraningrat. 1974. Pengantar Antropologi. menandakan perbedaan jangkauan wilayah dan Jakarta: Aksara Baru. ruang lingkup kehidupan serta kognisi MK dari Kridalaksana, Harimurti. 2005. Mongin- masyarakat yang (kita terima lebih) modern. Ferdinand de Saussure (1857—1913) Kontekstualisasi metafor MK berkaitan dengan Peletak Dasar Strukturalisme dan aktivitas, peristiwa, dan konvensi dalam MK. Linguistik Modern. Jakarta: Yayasan Obor Penggunaan kata yang berkolokasi dengan Indonesia. hutan (seperti rotan, buah, nenek, dan lain-lain) Leech, Geoffrey. 1983. Principles of Pragmatics. dalam perangkat metafora menandakan bahwa New York: Longman Inc. Levinson, Stephen C.1995. Pragmatics. New 22 22 23 23 23 Sawerigading, Vol. 20, 1 April 2014: 15—24

York: Cambridge Unversity. Saeed, John I., 2003. Semantics (Second Edition). May, Jacob L. 2001. Pragmatics: An Introduction Oxford: Blackwell Publishing. (Second Edition). Oxford: Blackwell Saville-Troike, Muriel.2003. The Etnography of Publisher. Communication: An Introduction (Third Merriam-Webster. 2006. Merriam-Webster’s Edition). Oxford: Blackwell Publishing. Collegiate Dictionary. Merriam-Webster, Wray, Alison dan Bloomer, Aileen. 2006. Incorporated. Projects in Linguistics: A Practical Guide Nunan, David.1992.Research Methods in to Research Language. London: Hodder Language Learning. New York: Cambridge Arnol. University Press. Van Dongen, C.J.1906.Orang Kubu (Suku Kubu) Richar, I.A. 1936. Dalam Saeed, John I., 2003. di Onderafling Daerah Kubu dari Residensi Semantics (Second Edition). Oxford: Palembang. Laporan Penelitian. Blackwell Publishing.

24 24 24 25 25 SAWERIGADING

Volume 20 No. 1, April 2014 Halaman 25—34

KALA DALAM BAHASA WOTU (Tense in )

Jusmianti Garing Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Selatan dan Provinsi Sulawesi Barat Jalan Sultan Alauddin Km 7/ Tala Salapang, Makassar Telepon (0411) 882401, Faksimile (0411) 882403 Pos-el: [email protected] Diterima: 6 Januari 2014; Direvisi: 18 Februari 2014; Disetujui: 20 Maret 2014

Abstract This research aims to convey tenses in Wotu language.This research applies the qualitative method to find the complete and valid data. The data is collected by library study of reading varies literature, for instance; books, journals, and other resources related to this research, in particular, theories and researches of tenses. There are eleven oral discourses of Wotu language consisting of legend, fable, sage, myth, fairy tale and Wotu sentences become the object analysis in this study. The result shows that there are no grammatical features in marking tenses of Wotu language. Tense is only marked by adverbial times that refer to absolute and relative times. The absolute times are expressed by ijiawi (yesterday), yani eyyoe (today),and laile (tomorrow). Then, relative times are expressed by idiulu (past), innie/mokokkoni (now), nono (later), laipuwa (day after tomorrow), etc. Keywords: tense, Wotu language, qualitative method

Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan bentuk kala dalam bahasa Wotu. Penelitian ini mengaplikasikan metode kualitatif untuk mendapatkan data yang lengkap dan akurat.Data dikumpulkan melalui studi pustaka dengan membaca berbagai literatur seperti buku-buku, jurnal, dan sumber-sumber lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini, khususnya teori dan penelitian-penelitian yang berkenaan dengan bentuk waktu atau kala. Ada sebelas wacana lisan bahasa Wotu yang terdiri atas legenda, fabel, sage, mite, dongeng, dan kalimat-kalimat bahasa Wotu yang menjadi objek penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ditemukan ciri gramatikal dalam menandai bentuk kala dalam bahasa Wotu. Kala hanya ditandai melalui kelas kata adverbia yang merujuk pada waktu absolut dan waktu relatif. Penanda waktu absolut dalam bahasa Wotu adalah ijiawi (kemarin), yani eyyoe (hari ini),dan laile (besok).Selanjutnya, penanda waktu relatif adalah idiulu (dahulu), innie/mokokkoni (sekarang), nono (nanti), laipuwa (lusa), dan sebagainya. Kata kunci: kala, bahasa Wotu, metode kualitatif

PENDAHULUAN sebuah waktu. Pada penelitian kali ini, penulis Kala merupakan bagian dari ciri gramatikal tertarik untuk melakukan kajian tentang kalapada sebuah bahasa yang berfungsi sebagai penanda bahasa Wotu, sebagai suatu proses morfologi waktu. Secara umum, tidak semua bahasa memiliki penanda waktu. Hal tersebut dilakukan mengingat ciri khusus penanda waktu, akan tetapi ada juga bahasa ini sudah hampir punah dan seyogiyanya sebagaian bahasa di dunia yang memiliki sistem harus dilakukan pendokumentasian sebelum morfologis yang rumit dalam mengindikasikan bahasa ini betul-betul punah. Salah satunya adalah

24 24 25 25 25 Sawerigading, Vol. 20, 1 April 2014: 25—34

dalam bentuk kala. Selanjutnya, banyak ahli pula yang Bahasa Wotu terletak di Kabupaten mengatakan bahwa bahasa ini akan punah Timur, Provinsi Sulawesi Selatan, khususnya di karena tingkat kedwibahasaan dengan bahasa Kecamatan Wotu, desa Lambanise dan Bawalipu. Indonesia yang cukup tinggi, di samping bahasa Kedua desa tersebut penutur bahasa Wotu berada. daerah lokal lainnya seperti Bugis, Taeq, dan Bahasa Wotu termasuk kelompok Austronesian bahasa transmigran lainnya seperti, Jawa, Sunda, yang memiliki jumlah penduduk sekitar 3787 dan Bali yang lebih dominan digunakan di orang. Namun, jumlah penduduk tersebut daerah ini. Mahmud dan Zainuddin, (1991: 2) bukanlah jumlah yang aktif sebagai penutur asli mengatakan bahwa salah satu penyebab mengapa bahasa ini. Jumlah penutur asli bahasa Wotu penutur bahasa Wotu semakin berkurang adalah hanya tersisa 500 orang, sehingga bahasa Wotu dikarenakan penutur bahasa ini bersikap tidak dikategorikan sebagai bahasa yang hampir ingin menyinggung perasaan orang lain, sehingga punah. Dengan alasan itu pulalah perlu diadakan mereka sangat jarang menggunakan bahasa penelitian dari segala aspek untuk menghasilkan mereka sendiri dalam berkomunikasi. Mereka pendokumentasian tentang bahasa Wotu itu lebih memilih bahasa lain untuk berkomunikasi sendirisebagai hasil usaha untuk merevitalisasi untuk menjaga hubungan sosialisasi mereka sebuah bahasa yang akan punah. dalam lingkup desa penutur bahasa Wotu itu Beberapa hasil penelitian tentang bahasa sendiri. Pernyataan ini memungkinkan bahwa Wotu adalah Morfologi dan Sintaksis Bahasa penutur bahasa Wotu lebih menggunakan bahasa Wotu (Sande, 1991), Sastra Lisan Wotu oleh lain selain bahasa Wotu di desa yang multikultural. Mahmud dan Zainuddin, (1991). Selain itu, Jadi dalam satu komunitas atau desa tersebut tulisan-tulisan lainnya adalah Quo Vadis Wotu tidak hanya penutur bahasa Wotu yang tinggal Language as an in South atau menetap melainkan banyak penutur bahasa Sulawesi: Determinant Factors and Solution for lain. Jika hal tersebut benar-benar terjadi perlu Its Maintenance Oleh Masruddin (2012).Wotu diadakan penelitian lebih lanjut dan mendalam Language as an Endangered Language oleh apakah karena faktor tersebut bahasa Wotu Jusmianti.G(2012) dan Kata Tugas Bahasa Wotu mengalami pelemahan akan keberadaannya oleh Adri, dkk (2013). dewasa ini. Jika pernyataan yang dikemukakan Bahasa Wotu dikategorikan sebagai sebuah oleh Sande, dkk benar adanya, sikap positif bahasa karena berdasarkan hasil perhitungan yang dimiliki oleh penutur bahasa Wotu dialektrometri dengan bahasa-bahasa yang ada terhadap bahasanya sendiri sudah berkurang, disekitarnya menunjukkan persentase perbedaan sehingga untuk mempertahankan keberadaan kekerabatan yang tinggi misalnya dengan bahasa ini sangat sulit karena penuturnya sendiri bahasa Seko 88%, dan bahasa Bugis 87,7% sudah tidak memiliki kemauan untuk tetap (Mussayedah, dkk: 2008: 102). Adapun situasi menggunakan bahasanya dalam situasi apapun. kebahasaan di daerah tersebut adalah disebelah Namun, fenomena tersebut merupakan salah Timur desa berbahasa Bugis, sebelah Barat desa satu faktor dari sekian banyak faktor mengapa berbahasa Bugis, sebelah Utara desa berbahasa bahasa Wotu akan menjadi punah. Pamona, dan sebelah Selatan desa berbahasa Lebih lanjut, secara morfologis, bahasa Wotu. Berdasarkan situasi kebahasaan tersebut, Wotu memiliki sistem afiksasi, reduplikasi, dan dengan tingkat kedwibahasaan penuturnya yang komposisi yang kompleks. Hal itu ditandai dengan semakin tinggi, gejala terjadinya pergeseran pembentukan kata dari bentuk dasar menjadi bahasa lain ke bahasa Wotu (language shift) bentuk turunan yang tidak sederhana, sehingga akan semakin tinggi. Dengan demikian, status bahasa ini memiliki ciri tersendiri dibandingkan bahasa Wotu menuju ke arah kepunahan akan dengan bahasa-bahasa yang lain di dunia pada benar-benar terjadi. umumnya, dan di Indonesia, Sulawesi Selatan 26 26 26 27 27 Jusmianti Garing: Kala dalam Bahasa Wotu

pada khususnya. Jika melihat struktur gramatikal kala disebut atau tidak, seperti dalam contoh yang terdapat dalam bahasa Wotu, pembentukan bahasa Inggris berikut; John sang dan John kata seperti banua, batte, mo-, pa-, -mami, -u, dan sings merupakan bentuk kala yakni bentuk manga-merupakan bentuk afiksasi yang disebut lampau dan bentuk sekarang. Hal tersebut sebagai morfem. Jadi, contoh kata dalam bahasa ditandai dengan penggunaan kata kerja bentuk Wotu tersebut bukan hanya berfungsi sebagai lampau sang dan bentuk sekarang sings. Jadi kata saja melainkan berfungsi sebagai morfem. jelas bahwa, pada konteks kalimat tersebut dapat Gejala-gejala morfologis tersebut menandakan dibedakan bentuk waktunya. Sementarapada bahwa bahasa Wotu memiliki keunikan tersendiri tataran kalimat berikut John signs dan John is dalam pembentukan asal katanya. singing tidaklah menandakan sebagai bentuk Kala yang menjadi kajian utama dalam waktu/kala, tetapi Comrie menyebutnya sebagai penelitian ini merupakan bagian ciri morfologis bentuk aspek. Secara jelas bahwa kalimat John yang tak bermarkah, seperti layaknya bahasa- sang mengindikasikan sebagai bentuk lampau, bahasa yang ada di Sulawesi Selatan pada selanjutnya kalimat John sings mengindikasikan umumnya yang tidak memiliki ciri morfologis sebagai bentuk sekarang. Berbeda halanya pada dalam fungsinya sebagai penanda waktu, bahasa tataran kalimat John is singing menggambarkan Wotu pun juga seperti itu. Kala bahasa Wotu hanya situasi yang masih berlangsung pada waktu ditandai dengan penggunaan bentuk adverbia tertentu. kejadian tersebut biasanya di sebut yang mencirikan waktu absolut dan waktu relatif. continuous event dalam bahasa Inggris. Kajian-kajian tentang kala atau tense Berdasarkan contoh tersebut, disimpulkan telah banyak dilakukan dewasa ini. Kajian-kajian bahwa kala berhubungan dengan situasi yang tersebut adalah Tense in Malayu Ambong (Minde, terjadi pada suatu kejadian, yakni kejadian di Don Van. 2007). Aspect, Tense, and Mood waktu lampau, waktu sekarang, dan waktu yang Inflection in the Languages of the World (Bybee, akan datang. 1985) dan Habitual and Continuous Systems in Lebih lanjut, Comrie (2004: 36) the Zapotec Language (Pickett, 1953 in Bybee menambahkan bahwa tenses atau kala terdiri atas 1985). Sementara itu, kajian pada tataran kala, dua bentuk waktu yakni 1) waktu absolut dan 2) aspek, dan modal dalam bahasa Wotu belum waktu relatif. pernah diteliti.Terkait dengan hal tersebut, penulis Waktu Absolut hanya akan membahas tentang kala dalam bahasa Wotu. Waktu absolut merupakan bagian dari bentuk sekarang atau saat ini. Waktu absolut KERANGKA TEORI sendiri terdiri atas; 1) bentuk sekarang/present tense, bentuk ini merupakan penjelasan dari Teori tentang kala atau di sebut tense situasi yang terjadi sekarang. Menurut Comrie dalam bahasa Inggris telah banyak dibahas oleh (2004: 36) waktu sekarang merupakan bentuk Comrie (2004). Dia mengatakan bahwa tense yang terjadi saat sekarang sebagai poin is the grammaticalised expression of location waktu pada sebuah kejadian, dan hal tersebut in time (2004: 9). Pandangan tersebut berarti merupakan makna dasar sebuah bentuk sekarang bahwa bahasa memiliki ciri gramatikal yang pada sebuah situasi. Present tense digunakan mengindikasikan suatu kejadian yang terjadi untuk merujuk pada situasi yang memiliki pada masa tertentu. Dengan kalimat lain bahwa, waktu yang lebih lama dibandingkan bentuk kala dapat diekspresikan secara gramatikal sesuai sekarang, akan tetapi hal tersebut tidak termasuk dengan lokasi waktu yang ada. Dia memaparkan bentuk sekarang yang membangungnya. Suatu lebih lanjut bahwa pada kasus tertentu, harus hal yang krusial bahwa situasi sekarang/present dilihat bahwa apakah dalam sebuah konteks tense hanya merujuk pada situasi pada sekitaran

26 26 27 27 27 Sawerigading, Vol. 20, 1 April 2014: 25—34

pada waktu sekarang meskipun situasi tersebut Waktu Relatif merupakan bagian atau durasi panjang yang Penanda waktu relatif ditandai dengan terjadi atau melekat lebih dari suasana waktu ciri umum seperti di hari yang sama, sehari sekarang, 2) bentuk lampau/past tense, bentuk sebelumnya, hari berikutnya, dll. Waktu relatif ini memaparkan tentang kejadian yang terjadi ini merupakan kebalikan dari waktu absolut. pada lokasi waktu yang lampau.Dengan kalimat Penanda relatif merujuk pada konteks yang ada lain adalah kejadian yang terjadi sebelum masuk pada suatu situasi.Akan tetapi, waktu relatif ini waktu sekarang. Jadi, bentuk lampau memiliki memiliki kesamaan dengan waktu absolut yakni proses lokasi waktuantara mulai pada masa digunakan untuk merujuk suatu waktu baik lampau hingga ke masa sekarang, akan tetapi lampau, sekarang, dan akan datang, namun yang tidak disebutkan lagi kejadian yang terjadi setelah membedakan adalah rujukan lokasi waktunya. masa itu akan berlangsung ke masa sekarang Lebih lanjut dipaparkan bahwa waktu atau masa yang akan datang. Jadi, titik poinnya relatif merupakan bentuk kala yang tidak adalah kejadian yang terjadi pada saat lampau termasuk dalam bentuk kejadian yang terjadi dan berakhir pula pada masa itu, 3) bentuk akan pada saat itu/sekarang. Comrie dalam Garing datang/future tense, bentuk ini memaparkan (2011:7) mengatakan bahwa penanda waktu situasi yang terjadi setelah bentuk sekarang relatif dibutuhkan untuk mengindikasikan poin (bentuk yang akan datang). Kejadian yang terjadi yang dimaksudkan dalam sebuah konteks. Hal setelah masa sekarang disebut sebagai kejadian tersebut berarti bahwa, penanda waktu relatif yang terjadi pada masa akan datang atau future fokus pada poin yang dirujuk/dimaksud dalam tense.Bentuk future ini biasanya berkaitan dengan konteks. Jadi, perbedaan antara waktu absolut modalitas sebuah bahasa karena ditandai dengan dan waktu relatif sangat jelas sesuai dengan adanya penggunaan beberapa kata kerja bantu atau rujukan atau alokasi waktu yang dirujuknya. modals seperti bentuk akan ‘will’ dan ‘want’yang Bybee dalam Garing (2011:8) menjelaskan menandakan bahwa lokasi waktu pada sebuah bahwa ada pembeda ciri antara bentuk sekarang, kejadian berlangsung pada masa akan datang. lampau, dan akan datang dalam bahasa Inggris. Selanjutnya, penanda waktu absoulut Dengan kalimat lain bahwa, penanda waktu lainnya adalah penggunaan kata keterangan atau lampau berbeda dari kejadian sekarang dan adverbia, seperti waktu kemarin, hari ini, dan akan datang khususnya dalam bahasa Inggris. besok. Ketiga bentuk waktu tersebut digunakan Selanjutnya, Dahl dalam Garing (2011:8) untuk merujuk pada lokasi waktu di luar mengatakan bahwa sesuatu yang normal, ketika konteks. Akan tetapi fakta menunjukkan bahwa kita berbicara tentang kejadian yang akan beberapa budaya yang memiliki perbedaan datang, kita akan berbicara tentang rencana, bahasa tidak memiliki perbedaan konsep tentang tujuan atau kewajiban seseorang, kita juga akan waktu, terutama waktu absolut. Hal tersebut memprediksikan kejadian atau ekstra polasi dikarenakan tidak adanya ciri gramatikal untuk dari kondisi sekarang. Terkadang kita tidak mengekspresikan lokasi waktu atau kala. bisa membedakan antara kala dan modal, itulah Dengan kalimat lain bahwa, beberapa bahasa sebabnya kita sangat sulit untuk membedakan tidak ditemukan adanya ciri gramatikal penanda kedua ciri atau fitur tersebut, karena kedua bentuk waktu sekarang dan akan datang. Selanjutnya, tersebut memiliki ciri yang hampir sama. Namun, di beberapa bahasa lainnya tidak ditemukan dalam hal ini penulis mengharapkan kedua ciri ciri gramatikal penanda bentuk lampau. Hal itu tersebut dapat dibedakan dalam bahasa Wotu. berarti bahwa, pada sebuah bahasa tertentu waktu Comrie (2004: 58) lebih lanjut memaparkan absolut tidak ditemukan sama sekali. bahwa waktu relatif diinterpretasikan terhadap titik acuan yang dimaksudkan oleh konteks.

28 28 28 29 29 Jusmianti Garing: Kala dalam Bahasa Wotu

Dengan kalimat lain bahwa, waktu relatif used to indicate absolute time reference. bukanlah berdasarkan pada makna yang spesifik In contrast, relative tense can also be yang merujuk pada bentuk sekarang melainkan referred to by adverbia items, such as on makna yang harus merujuk pada titik poin yang the same day, on the day before, and on the telah diutarakan melalui konteks. Waktu relatif next day. memiliki keterkaitan erat dengan betuk verba Perbedaan waktu absolut dan relatif finitif dan rujukan bentuk waktu participle. tersebut di atas jelas bahwa kedua bentuk Bentuk participle selalu diinterpretasikan sebagai waktu tersebut dapat dipahami dengan melihat betuk simultan dengan titik yang dirujuk. penggunaan betuk adverbia dalam sebuah Diantarasekian banyak bahasa yang telah bahasa. Dengan kalimat lain bahwa, untuk diteliti dari sudut pandang kala, rujukan waktu melihat apakah bentuk waktu dalam sebuah relatif telah dibatasi terhadap bentuk verba anak bahasa merupakan absolut atau relatif dapat kalimat/subordinate clause (bentuk finitif atau dibedakan atas penggunaan lokasi atau rujukan non-finitif), sedangkan, bentuk verba klausa waktu yang digunakan yang menandakan apakah utama dinterpretasikan sebagai rujukanbentuk pengalokasian waktu tersebut mengekspresikan waktu absolut. Sebagai catatan bahwa korelasi bentuk lampau, sekarang, dan akan datang. tersebut bukan berarti bahwa bentuk waktu absolut Berdasarkan ciri penanda waktu tersebut akan terdapat pada bahasa-bahasa di dunia. Jadi, jelas menjadi acuan utama untuk mendapatkan ciri bahwa penanda waktu relatif merupakan sebuah kala yang digunakan dalam bahasa Wotu. situasi yang dialokasikan saat sekarang, sebelum, dan setelah terhadap referensi titik poin melalui METODE konteks. Penelitian ini menggunakan metode Seperti sebelumnya telah penulis utarakan deskriptif melalui studi pustaka yakni dengan pada pendahuluan bahwa bahasa Wotu memiliki membaca literatur yang berkenaan dengan bentuk ciri tersendiri dalam mengekspresikan penanda kala yang terdapat dalam buku, jurnal, dan hasil- kala, layaknya bahasa-bahasa di dunia yang hasil penelitian lainnya. Adapun sumber data memiliki ciri tersendiri untuk menggambarkan dalam penelitian ini adalah wacana tulisan yang kala. Bahasa Wotu sebagai bahasa yang masuk terkumpul dalam sastra lisan Wotu yang ditulis ke dalam kelompok Austronesian, tidak memiliki oleh Zainuddin Hakim dan Mahmud (1991). ciri gramatikal, akan tetapi, penanda kala Sastra lisan tersebut terdiri atas sebelas wacana dalam bahasa ini ditandai dengan pemakaian yang terbagi dalam legenda, fabel, sage, mite, adverbiauntuk mengekspresikan waktu atau biasa dan dongeng. Selain beberapa wacana tersebut disebut juga sebagai deiksis (penanda waktu). Hal yang menjadi objek pengumpulan data dalam tersebut berarti bahwa tidak ada ciri khusus kata penelitian ini, kalimat-kalimat dalam bahasa kerja yang digunakan untuk mengekspresikan Wotu baik lisan ataupun tulisan menjadi tambahan kala dalam bahasa Wotu, hanya melalui pemarkah untuk melengkapi data yang dimaksudkan dalam waktu absolut dan relatif sebagai penanda kala penelitian ini. dalam bahasa ini. Setelah data terkumpul penulis melakukan Selanjutnya, Comrie (2004;56) teknik analisis dengan mendeskripsikan bentuk membedakan waktu absolut dan waktu relatif kala dalam bahasa Wotu sesuai dengan teori sebagai berikut; yang dikemukakan oleh Comrie (2004). Setelah Adverbia items like today (the day including itu, penulis menyajikan bentuk kala dalam the present moment), yesterday (the day bahasa Wotu melalui pembahasan selanjutnya preceding the day including the present menyimpulkannya. moment), and tomorrow (the day following the day including the present moment) are

28 28 29 29 29 Sawerigading, Vol. 20, 1 April 2014: 25—34

PEMBAHASAN waktu yang dirujuk dalam kalimat tersebut jelas Setelah melakukan pendeskripsian dan menandakan kejadian yang hanya terjadi pada analisis data tentang kala dalam bahasa Wotu, masa tertentu saja yakni masa sekarang. Dalam maka didapatkan bentuk-bentuk kala sebagai bahasa Wotu juga dikenal adanya penggunaan berikut berdasarkan penjenisan waktu absolut kata mapammula/mammulaya ‘mulai’ sebagai dan waktu relatif. kata kerja dengan demonstratif ini ‘yani’ dan kata keterangan hari ‘eyyoe’ mempertegas bahwa Bentuk Waktu Sekarang dalam Bahasa Wotu bentuk ini merupakan penanda waktu sekarang. Menurut Comrie (2004:36) bentuk sekarang Sama halnya dengan contoh kalimat (2) frase lattu dapat diidentifikasi dengan merujuk pada bentuk eyyoeni ‘sampai dengan hari ini’ menandakan sekarang sebagai titik pada sebuah timeline dan bahwa alokasi waktu terjadi pada saat sekarang. merupakan makna dasar tentang bentuk sekarang Suatu keunikan tersendiri bahwa demonstratif ini sebagai bentuk lokasi dari titik atau poin yang dapat berdiri sendiri dan dapat bergabung pada dirujuk. Dalam bahasa Wotu bentuk ini ditandai kata yang diikutinya seperti yani dan akhiran –ni. dengan penggunaan deiksis waktu ‘sekarang’, (4) Awaeyyo sangoe mipa e i eyyowinae seperti contoh berikut; puranamo kajajiae tomai, ana-anana (1) Mappamulayani eyyoe yau la wija-wijau pura lapolinga massame alanyangnganna sapaya mulompo-lompoiyo suranga anrina, lakiya Akaeyyo edo ladaa wija-wijamu, la mappamulaya dua yani lapasalaiya nawa-nawa anana saitoa eyyo yau la yoo miu membali motitinai tomai (Mahmud dan Zainuddin, 1991: 57) (Mahmud dan Zainuddin, 1991: 55) Dari hari ke hari sesudah kejadian Mulai hari ini aku berjanji, aku itu, anak-anak sudah mulai melupakan dan keturunanku tak akan memakan peristiwa itu, tetapi bagi Akkaeyyo sendiri sebangsamu dan keturunan sebangsamu, hal itu tak pernah lepas dari benaknya. dan pantang bagi kami untuk (5) I lessanna eyyoe, mupakatanraya menyentuhmu, dan mulai hari ini kita melonamo bongi suranga turunna dua dan keturunanmu menjadi bersaudara allu manipie i padapina laree, lapo (2) Lattu eyyoeniedopo usani aga pattunna olitau laawaime patuju melo mbuli i (Tusemoral 2013:14 ) banuana(Mahmud dan Zainuddin, 1991: Sampai dengan hari ini, saya belum 47) mengetahui apa kesimpulannya. Pada sore hari menjelang malam (3) Mammulaya yani eyyoe edo lawaddi ketika awan tipis mulai turun di lereng- saito ito (Mahmud dan Zainuddin, 1991: lereng gunung, sang pemuda kembali ke 52) rumah. Mulai hari ini, tidak diperkenankan orang (6) tapi anggana nonowiya edopo umaleso pun untuk membuang orang tuanya. (Tusemoral, 2013: 34) Tetapi hingga sore ini saya belum lapar. Berdasarkan contoh-contoh kalimat di atas jelas bahwa bentuk sekarang ditunjukkan Contoh kalimat (4) dan (5) menunjukkan melalui penggunaan penanda absolut yakni ‘yani bahwa penanda waktu relatif ditandai dengan eyyoe‘hari ini’, lattu eyyoeni ‘sampai dengan penggunaan Awaeyyo sangoe ‘dari hari ke hari’ hari ini’, dan yani eyyoe‘hari ini’ menandakan dan I lessanna eyyoe ‘pada sore hari menjelang bahwa kejadian yang terjadi dalam konteks malam’. Hal itu berarti bahwa referensi waktu kalimat-kalimat tersebut merupakan bentuk yang yang digunakan dalam kejadian tersebut terjadi sekarang bukan masa lampau dan bukan merupakan bentuk sekarang dengan melihat pula masa yang akan datang. Pengalokasian kejadian yang terjadi secara terus menerus pada 30 30 30 31 31 Jusmianti Garing: Kala dalam Bahasa Wotu

suatu masa, yakni masa sekarang. Pada kalimat Kata tersebut merupakan keterangan waktu (6) kata nonowiya‘ sore ini’ juga menyatakan yang mengindikasikan suatu situasi yang terjadi makna bahwa kejadian tersebut berlangsung pada zaman lampau atau yang telah berlalu pada waktu sekarang. Keberadaan kata penunjuk dan situasi tersebut tidak terjadi lagi secara ‘ini’ mempertegas bahwa alokasi waktu kejadian berkesinambunganatau yang akan datang. dalam situasi tersebut terjadi pada hari itu atau Dengan kalimat lain bahwa, kejadian yang sore itu. Jadi, tidak ada lagi kejadian setelah hari terjadi di masa itu berakhir pada waktu itu juga. itu.Selanjutnya, penanda waktu sekarang lainnya Nomina idiulu dalam bahasa Wotu berfungsi dalam bahasa Wotu sebagai penanda waktu sebagai penanda waktu relatif. relatif adalah mokokkoni‘sekarang’ seperti dalam Lebih lanjut, Comrie (2004: 56), contoh berikut: menyatakan bahwa penanda waktu relatif (7) Billi la laile, mokokkoni upoli mupugaua merupakan bentuk adverbia yang merujuk pada (Tusemoral 2013: 27) sebuah situasi di mana poin utamanya dijelaskan Jangankan besok,sekarang pun saya melalui konteks. Penanda waktu relatif dalam sanggup menjalaninya. bahasa Wotu dapat dilihat pada contoh-contoh berikut; Bentuk Lampau dalam Bahasa Wotu (11) Arona edo ambuli mappamula dua eo Sebagaimana dalam teori Comrie yang talliyue (Tusemoral, 2013: 11) mengatakan bahwa bentuk lampau ditandai Ia tidak pulang sejak dua hari yang lalu dengan pengalokasian waktu yang terjadi sebelum (12)Mappammula isao bongi lauda sekarang dan akan datang. Pandangan tersebut (Tusemoral, 2013: 18) dapat dilihat dalam contoh-contoh kalimat bahasa Hujan turun sejak tadi malam Wotu sebagai berikut; (13) Minggu tolliue dapo, moanetu lalete (8) Idiulu daacarita i Wotu motae, daa suranga ana bareina (Tusemoral, 2013: sango padipi maluo larani sango rano 16) (Mahmud dan Zainuddin, 1991: 44) Sejak minggu yang lalu, laki-laki itu Dahulu kala menurut cerita di Wotu ini pindah. ada suatu lembah atau waduk alam yang (14) Mappammula madonro edo uanre dihuni oleh penguasa gaib yang disebut (Tusemoral, 2013: 34) Oktok. Sejak pagi saya belum makan. (9) Idiulu sarro daa saito tomattua muane (15) Mappammula ibongi edo lapaturu kaka, la bawine tamanna(Mahmud dan jaji elonamo maturu dulu (Tusemoral, Zainuddin, 1991: 72) 2013: 35) Dahulu kala hidup seorang kakek dan Sejak tadi malam kakak tidak tidur. nenek yang tidak mempunyai anak. Jadi, biarkan ia tidur dulu. (10) Daaidiulusaito bawine muali sango (16)Mappammulaeyyonna minggu u opuasa lemba, lemba pura bala maballo (Tusemoral, 2013: 11) suaranga parada morou-rouwwa Saya puasa sejak hari Minggu (Mahmud dan Zainuddin, 1991: 41) Sangat jelas bahwa penanda waktu relatif Dahulu kala ada seseorang perempuan yang terdapat pada contoh kalimat di atas membeli sebuah perahu yang bagus yang ditandai dengan penggunaan preposisi dengan corak yang berwarna-warni. mappammula‘sejak’ dengan penambahan kata Pemarkah bentuk lampau jelas tergambar penanda waktu seperti dua eo talliyue, isao bongi, pada ke tiga contoh kalimat diatas yang ditandai minggu tolliue, madonro, eyyonne Minggu, dengan penggunaan kata idiulu‘dahulu kala’. dan ibongi menggambarkan situasi yang terjadi 30 30 31 31 31 Sawerigading, Vol. 20, 1 April 2014: 25—34

pada masa lampau berdasarkan konteks yang bete (Mahmud dan Zainuddin, 1991; 55) dirujuknya. Jadi, pemarkah waktu lampau yang Hari itu, keranjangnya belum sempat ditandai dengan bentuk-bentuk waktu tersebut dikemasi kemudian ia pergi melaut menandakan waktu relatif dalam bahasa Wotu. menangkap ikan Selain itu, penanda bentuk waktu relatif (21) Yammimonie bete pura mupasalamae lainnya dalam bahasa Wotu dapat dilihat pada awa jia papeddanna tolinoe i wattu contoh kalimat-kalimat berikut; tolliue. (Mahmud dan Zainuddin, 1991: (17) I sangao eyyo matangngaya Kele jia 54) mangabissai, takko daasia sango lawo Kamilah bertiga ekor ikan yang pernah tamaka ogena lonto isese suranna kau selamatkan dari kekejaman manusia tongkossanna(Mahmud dan Zainuddin, tempo hari. 1991: 73) Pada contoh kalimat (20) dan (21) Suatu hari ketika nenek itu sedang asyik- menandakan kejadian yang berlangsung pada asyiknya mencuci, sebuah labu besar masa lalu yang ditandai dengan penggunaan hanyut menghampiri tempat duduknya waktu eyyoe tomai dan wattu tolliue. Kejadian mencuci. dalam konteks tersebut mengindikasikan bahwa (18) Daasaeeyyo laono i tana mupaballoi alokasi waktu yang dirujuk adalah waktu lanraana (Mahmud dan Zainuddin, lampau. Dengan kalimat lain bahwa tidaka ada 1991: 55) lagi kejadian yang dirujuk setelah alokasi waktu Padasuatu hari, ia sedang memperbaiki lampau tersebut yang dimaksud dalam konteks. keranjang Selain penanda waktu relatif dalam bahasa Wotu (19) Daa saeyyo, Antu Lawo awa mongolo yang telah dikemukan di atas, terdapat penanda jia tingaona Kai-Kele mupiaraeya laalae waktu absolut yang mengindikasikan bentuk tomattua (Mahmud dan Zainuddin, 1991: lampau seperti contoh berikut; 73) Pada suatu hari Antu Lawo datang (22) Mappammula ijiawi iya massana edo menghadap kepada kedua orang tua lawa(Tusemoral, 2013: 10) angkatnya. Sejak kemarin mereka tidak datang. Dalam bahasa Wotu, penanda waktu atau Kata adverbia ijiawi ‘kemarin’ pada yang disebut juga sebagai deiksis waktu memiliki kalimat di atas menegaskan suatu situasi yang keberagaman bentuk akan tetapi fungsinya terjadi pada masa lampau. Dengan kalimat lain sama yakni sebagai pemarkah waktu, seperti bahwa, situasi mereka tidak datang sejak kemarin pada contoh kalimat (17), (18), dan (19). Ketiga berlangsung pada waktu yang sudah lewat dari contoh kalimat tersebut menggunakan penanda hari ini. Penggunaan adverbia ijiawisangat jelas waktu sebagai bentuk relatif yang ditandai menandakan waktu absolut dalam bahasa Wotu. dengan pemakaian frase seperti i sangao eyyo, Bentuk yang Akan Datang dalam Bahasa daasaeeyyo laono, dandaa saeyyoyang berarti Wotu bahwa ‘pada suatu hari’. Penanda waktu tersebut Bentuk waktu yang akan datang ditandai mengindikasikan bahwa kejadian yang dimaksud dengan penggunaan waktu absolut dan relatif. dalam konteks tersebut merujuk pada poin waktu Waktu absolut sendiri terdapat pada contoh berikut; lampau. Selanjutnya, beberapa contoh kalimat di bawah ini yang menggunakan penanda waktu (23) Waddiba upassuangio doi, tapi lailepo relatif sebagai berikut;. (Tusemoral, 2013: 20) Saya bisa meminjamkan kamu uang, (20) La eyyoe tomai, laanrana edopo lajaji tetapi besok laawaiya patuju mono i tasi mutika

32 32 32 33 33 Jusmianti Garing: Kala dalam Bahasa Wotu

(24) Iyo mojagaya yani parewai lante laile (28) Bette tu anu melo ianre seiyye nonowiya madonro (Tusemoral, 2013: 15) (Tusemoral, 2013: 12) Kamu yang menjaga barang ini sampai Ikan itu untuk dimakan nanti sore dengan besok pagi (29) Jamaetu waddi mepura seiyye nonowia. Adverbia lailep/madonro ‘besok’pada Jadi waddi ito matotongnga mojama kalimat di atasmerupakan pemarkah waktu yang (Tusemoral, 2013: 35) akan datang karena alokasi waktunya terjadi pada Pekerjaan itu harus sudah selesai nanti masa akan datang. Kejadian akan meminjamkan sore. Jadi, kita harus bekerja yang uang pada kalimat (23) akan terjadi dimasa sungguh-sungguh. datang yakni besok, bukan kemarin. Lebih (30) Si Dewi melo mipa Jakarta seiyye bongi lanjut, penambahan noun ‘pagi’ pada kalimat (Tusemoral, 2013: 47) (24) lebih mempertegas jika kejadian dalam Si Dewi akan pergi ke Jakarta nanti konteks tersebut akan terjadi di masa datang, malam. yakni besok pagi. Adverbia seiyye ‘nanti’ dalam bahasa Bentuk penanda waktu absolut lainnya Wotu tersebut di atas mengindikasikan sebagai dalam bahasa Wotu dapat dilihat pada contoh pemarkah bentuk akan datang. Pengalokasian kalimat berikut; waktu yang terdapat dalam kalimat-kalimat (25) A Harum melo mupopattudui e Wati tersebut di atas merujuk pada titik poin yakni bula munri (Tusemoral, 2013: 48) kejadian yang akan terjadi sebentar lagi, bukan Si Harum akan melamar di Wati bulan saat itu dan bukan pula terjadi di masa lalu. Jadi, depan jelas bahwa semua kejadian yang dimaksudkan dalam konteks tersebut akan berlangsung pada Penanda waktu pada kalimat di atas jelas masa akan datang. mengindikasikan waktu yang akan datang karena Selain itu, penanda waktu dalam bahasa keberadaan penanda waktu bula munri ‘bulan Wotu khususnya bentuk yang akan datang dapat depan’. Dengan adanya penanda waktu tersebut disimak sebagai berikut; maka jelas bahwa kejadian yang dimaksud merupakan pengalokasian waktu pada titik poin (31) Lembae totumbaname milo simomba yang dirujuk dalam konteks. puranamo iappi uwwe mapacci awa Selanjutnya, bentuk waktu relatif dalam i lara puci pura ipasaniasa toae. bahasa Wotu ditandai dengan penggunaan frase Angie mangiri sumbau-mbau pura seperti contoh kalimat 26 dan 27 berikut; ipatuju, mutoarra pangoarranna lemba sombattae saittupuranagau-gaukka (26) Anu lattu bula itingao sedo gaga mangabarakkaie ipasaniasa. Itoe pada kareba, taipa jia (Tusemoral, 2013: 15) momaro-marokka ado lakedo-kedo Jika sampai dengan bulan depan tidak mitaya kedona gau-gaukae (Mahmud ada kabar, kita pergi ke sana. dan Zainuddin, 1991: 67) (27) Iyo mangapelawi dulu lantu minggu Di tengah malam menjelang subuh, romai (Tusemoral, 2013: 15) oragi Polemba Oge (Menteri yang Kamu menunggu dulu sampai dengan mengurusi pelayaran merangkap Menteri minggu depan Luar Banda Negeri Wotu) turun ke kapal Anu lattu bula itingao dan lantu minggu membacakan beberapa mantera, karena romai merupakan penanda waktu relatif yang esok harinya pelayaran ke alam gaib itu menyatakan kejadian yang akan berlangsung pada segera di mulai. masa akan datang. Contoh berikut merupakan (32) I lipu waliala, edomo saiyya saena penanda waktu relatif lainnyadalam bahasa Wotu; isombatta, pua makuasae jiatu mupewarru 32 32 33 33 33 Sawerigading, Vol. 20, 1 April 2014: 25—34

warru rangasu parabela labawae angi depan), lantu minggu romai (sampai minggu (Mahmud dan Zainuddin, 1991: 68) depan) menandakan bentuk waktu akan datang. Sisa beberapa waktu lagi pelayaran Selanjutnya penanda waktu relatif dalam bahasa ke negeri arwah itu akan sampai dan Wotu ditandai dengan ciri berikut yakni idiulu penguasa alam itu mencium bau kayu (dahulu), mappammula isao bongi (sejak tadi parabela yang asapnya tertiup angin itu. malam) yang menandakan waktu lampau, innie Pada kedua contoh dalam bahasa Wotu dan mokokkoni (sekarang) menandakan waktu tersebut di atas disimpulkan bahwa kedua saat ini/sekarang, dan saiyye nonowiya (nanti penanda waktu yang dimaksud dalam konteks sore), seiyye bongi (nanti malam), itoe pada tersebut merupakan penanda waktu relatif yang momaro-marokka (karena esok harinya), laipuwa mengindikasikan alokasi waktu yang akan (lusa) sebagai penanda waktu yang akan datang. datang. Penanda waktu pada kalimat (31) embae totumbaname milo ‘di tengah malam menjelang DAFTAR PUSTAKA subuh’ merupakan suatu peristiwa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Selanjutnya, Bybee, J. L., 1985. Morphology. A study of penanda waktu yang ditandai dengan anak the relation between meaning and form. kalimat itoe pada momaro-marokka‘karena esok Amsterdam: John Benjamins. harinya’ mempertegas bahwa peristiwa yang Comrie, B.,2004. Tense. Melbourne: Cambridge terjadi dalam konteks kalimat ini merupakan University Press. bentuk kejadian yang akan berlangsung pada Dahl, 1985. Tense and Aspect Systems. New York: masa akan datang. Pada contoh kalimat (32) Basil Blackwell. penanda waktu i lipu waliala ‘sisa beberapa Hopper, J. P., & Traugott, C. E. 1993. waktu lagi’juga menandakan waktu yang akan Grammaticalization. Cambridge: Cambridge datang. University Press. Berdasarkan hasil temuan tentang penanda Garing, Jusmianti., 2011. Tense, Mood, and waktu atau kala dalam bahasa Wotu, tidak Aspect Systems in Tae’ Language. ditemukan adanya pemarkah secara gramatikal, Thesis. Radboud University Nijmegen: tetapi hanya ditandai dengan penggunaan kelas The Netherlands: University Oress kata adverbia dan bentuk-bentuk lainnya baik Mahmud, & Zainuddin, H, 1991. Sastra secara absolut dan relatif. Lisan Wotu. up: Balai Penelitian Bahasa Ujung Pandang, Departemen Pendidikan PENUTUP dan Kebudayaan. Minde, V. D., 1997. Malayu Ambong. Phonology, Seperti pada banyak bahasa di dunia yang Morphology, Syntax. Leiden: The tidak memiliki penanda khusus untuk menentukan Netherlands. waktu, bahasa Wotu pun juga tidak memiliki Mussayyedah, dkk. 2008. Laporan Hasil penanda waktu khusus atau tak bermarkah Penelitian Kekerabatan dan Pemetaan layaknya bahasa-bahasa lainnya yang memiliki Bahasa-bahasa Daerah Provinsi Sulawesi ciri gramatikal sebagai penanda waktu. Kala dalam Selatan dan Sulawesi Barat. Balai bahasa Wotu hanya ditandai dengan penggunaan Bahasa Ujung Pandang Pusat Bahasa, kata adverbia dan bentuk-bentuk lainnya yang Departemen Pendidikan Nasional. menandakan waktu absolut dan relatif. Penanda Prior, A., 1967. Past, Present, and Future. Oxford waktu absolut sendiri dalam bahasa Wotu dicirikan university Press, Oxford. seperti, ijiawi (kemarin) menandakan waktu Sande, 1991. Morfologi dan Sintaksis Bahasa lampau, yani eyyoe (hari ini) menandakan waktu Wotu. Jakarta: Departemen Pendidikan & sekarang, dan laile (besok), bula munri (bulan Kebudayaan. 34 34 34 35 35 SAWERIGADING

Volume 20 No. 1, April 2014 Halaman 35—43

KOSAKATA BAHASA JAWA SEBAGAI SALAH SATU PENGEMBANG KOSAKATA BAHASA INDONESIA (The Javanese Lexicon as One of Indonesian Lexicon Developer)

Wiwin Erni Siti Nurlina Balai Bahasa Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Jalan I Dewa Nyoman 34, Yogyakarta Telepon (0274) 562070, Pos-el: [email protected] Diterima: 2 Januari 2014: Direvisi: 12 Februari 2014; Disetujui: 20 Maret 2014

Abstract This writing discusses form, meaning, and function of lexicon in that absorbs to . Method used is descriptive qualitative and techniques are writing phonetically, selecting elements directly, and analyzing meaning component. The discussion shows that lexicon absorbed into Indonesian lexicon apply three ways, namely loaning, adaptation, and adaptation in whole. Lexicon categories are noun, verb, and adjective. Besides that, some lexicon changes in meaning (narrow or broaden) and some do not. Keywords: lexicon, word form, word class, meaning change

Abstrak Tulisan ini bertujuan mengetahui bermacam bentuk, makna, dan fungsi kosakata bahasa Jawa yang menjadi pengembang kosakata dalam bahasa Indonesia. Metode yang digunakan ialah metode deskriptif kualitatif, dengan teknik penulisan fonetis, teknik pilah unsur langsung, dan teknik analisis komponen makna. Pembahasan menunjukkan kosakata yang menjadi leksikon bahasa Indonesia dilakukan melalui tiga hal, yaitu peminjaman, penyesuaian, dan pengambilan secara utuh. Adapun kategori kosakata adalah nomina, verba, dan adjektiva. Selain itu, unsur leksikon ada yang mengalami perubahan makna (makna menyempit dan makna meluas) dan ada yang maknanya tetap. Kata kunci: kosakata, bentuk kata, kelas kata, perubahan makna

PENDAHULUAN disusun oleh tim penyusun kamus Badan Bahasa, Sebagai negara yang terdiri atas berbagai yang setiap lima tahun direvisi (edisi terakhir suku, Indonesia memiliki berbagai keragaman terbit tahun 2008). KBBI merupakan cerminan budaya, termasuk keragaman bahasa. Akan tetapi, rekaman masyarakat Indonesia. Leksikon atau Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, kosakata yang menjadi entri atau lema dalam (dulu Pusat Bahasa), Kementerian Pendidikan KBBI ialah bahasa Indonesia yang merupakan dan Kebudayaan telah berusaha dan membuahkan salah satu subrumpun bahasa Melayu. Sebagian hasil yang cukup menggembirakan, yaitu telah leksikon dalam KBBI berasal dari bahasa daerah melaksanakan kegiatan pemetaan bahasa secara di Indonesia, yang salah satunya ialah bahasa nasional. Jawa. Sehubungan dengan itu, dapat dikatakan Di samping itu, sebagai kekayaan sekaligus bahwa bahasa Jawa telah menyokong sebagian identitas bangsa, kita mempunyai KBBI atau kosakata dan istilah pada KBBI. Kamus Besar Bahasa Indonesia yang telah Bahasa Jawa sebagai bahasa ibu bagi

34 34 35 35 35 Sawerigading, Vol. 20, 1 April 2014: 35—43

masyarakat Jawa mempunyai banyak kekayaan kosakata. Pengamatan mengenai leksikon bahasa kosakata, seperti yang tercantum dalam kamus- Jawa juga pernah dilakukan oleh Nurlina (2008). kamus bahasa Jawa, baik yang ekabahasa Tulisan itu berupa makalah yang membahas maupun yang dwibahasa, di antaranya Bausastra leksikon yang ada dalam KBBI hanya berdasarkan Djawa (Poerwodarminta, 1939), Kamus Basa kategori kata dan bentuknya. Dikatakan bahwa Jawa (Bausastra Jawa) (Tim Penyusun Balai leksikon bahasa Jawa dalam KBBI (i) berkategori Bahasa Yogyakarta, edisi revisi, 2012), Kamus N, V, A, Adv, dan (ii) terdapat perubahan makna, Bahasa Jawa- Bahasa Indonesia (Nardiati dkk. yaitu menyempit dan meluas, dengan contoh 1993). Kekayaan tersebut direalisasikan dalam yang terbatas. Dalam pembahasannya belum kosakata bahasa Jawa yang memuati beragam disinggung masalah perubahan fonetis serta konsep dan banyak memuat komponen makna muatan fungsinya. Berdasarkan permasalahan sehingga terwujud dalam kosakata yang sangat yang terpapar di atas, dalam tulisan ini dilakukan variatif. Sebagai contoh, dalam bahasa Indonesia pengamatan yang lebih mendalam dari beberapa leksikon yang memiliki makna ’aktivitas mencari aspek yang perlu dan belum dibahas. Sehubungan ikan’ direalisasikan dengan kata memancing, dengan itu, dapat dikatakan tulisan ini merupakan menjaring, menjala, sedangkan dalam bahasa pengembangan atau kelanjutan dari tulisan Jawa dapat dengan kata mancing, njaring, njala, Nurlina (2008). memet, nyundhit, nganco, nyeser, nyuluh, mecak. Berkaitan dengan objek kajian dalam Kenyataan lain yang ditemukan bahwa dalam penelitian ini, dapat dikemukakan pokok bahasa Indonesia terdapat beberapa kata seperti permasalahannya, yaitu bagaimana leksikon busana, sanggama, bela sungkawa, kapok, bahasa Jawa yang menjadi bahasa Indonesia? mandeg yang diambil dari bahasa Jawa dengan Pokok permasalahan itu mencakupi beberapa perubahan fonetis. Dengan kevariatifannya pembahasan. Jika dirumuskan, permasalahan itu, bahasa Jawa banyak yang dipinjam yang yang dikaji itu dapat diperinci sebagai berikut. selanjutnya menjadi kosakata bahasa Indonesia. (1) Bagaimanakah bentuk leksikon bahasa Di sisi lain, perlu diketahui bahwa kata- Jawa masuk dalam bahasa Indonesia? kata dan istilah yang masuk anggota leksikon (2) Bagaimanakah jenis kelas kata leksikon pada KBBI itu diseleksi dan diuji. Penyeleksian bahasa Jawa yang menjadi entri dalam dan pengujian itu ada aturan/kaidahnya. Jadi, KBBI? ada langkah-langkah yang harus dilalui oleh (3) Apa sajakah perubahan makna leksikon bahasa daerah untuk masuk menjadi warga tersebut? leksikon KBBI. Kosakata yang dijadikan warga (4) Fungsi apa sajakah yang termuat dalam leksikon bahasa Indonesia melalui tiga hal, yaitu leksikon tersebut? peminjaman, penyesuaian, dan pengambilan secara utuh (dalam arti diambil langsung). Di Pembahasan ini mempunyai tujuan untuk samping itu, leksikon bahasa Jawa yang dapat mengetahui deskripsi leksikon bahasa Jawa yang masuk menjadi leksikon dalam KBBI ada yang sudah menjadi warga kosakata bahasa Indonesia, mengalami perubahan makna (makna menyempit yang dapat dirinci sebagai berikut. dan makna meluas) dan ada yang maknanya (1) Diperolehnya deskripsi bentuk kosakata tetap. Apalagi kosakata yang digunakan dalam bahasa Jawa yang telah menjadi kosakata media masa, pengembangan nuansa maknanya bahasa Indonesia. lebih beragam. (2) Diperolehnya deskripsi jenis kelas kata Tulisan yang berkaitan dengan pembahasan leksikon bahasa Jawa yang menjadi ini telah ada, yaitu makalah Goenaprawiro (1992) kosakata bahasa Indonesia. yang membahas tentang dukungan bahasa Jawa (3) Diperolehnya deskripsi perubahan ke dalam bahasa Indonesia dalam menambah makna setelah kata dalam bahasa Jawa 36 36 36 37 37 Wiwin Erni Siti Nurlina: Kosakata Bahasa Jawa dalam ...

digunakan dalam bahasa Indonesia. bentuk dasar (BD) / (base form), bentuk turunan (4) Diperolehnya deskripsi fungsi kata (BT) /(derivation), dan bentuk gabung (BG) / bahasa Jawa setelah menjadi leksikon (compound) yang masing-masing penjelasanya dalam bahasa Indonesia. ialah sebagai berikut. (a) Yang dimaksud dengan bentuk dasar KERANGKA TEORI (base form, canonic form, basic alternant) Kajian ini berkaitan dengan bentuk bahasa adalah bentuk dari sebuah morfem yang yang dijelaskan atas unsur-unsurnya. Sehubungan dianggap paling umum dan paling tidak dengan itu, teori yang digunakan ialah teori terbatas (Kridalaksana, 2001:24; Crystal, struktural, yang berkaitan dengan struktur. Di 1991:35). dalam linguistik, kajian struktural merupakan (b) Pembicaraan bentuk turunan berkaitan sebuah pendekatan untuk menganalisis bahasa, dengan proses pembentukan kata. yang secara eksplisit fitur-fitur lingual dapat Dikatakan oleh Wedhawati, dkk. dideskripsikan sebagai sebuah struktur dan (2006:39) bahwa proses pembentukan sistem (Crystal, 1991:330). Struktur berarti kata adalah proses terjadinya kata dari susunan sintagmatis (Wedhawati et al. 2006:16). bentuk dasar menjadi bentuk turunan atau Kridalaksana (2001:157) menjelaskan bahwa proses terjadinya kata melalui perubahan struktur adalah perangkat unsur yang di antaranya morfemis. Bentuk turunan disebut juga ada hubungan yang bersifat ekstrinsik; organisasi dengan kata turunan atau kata jadian. pelbagai unsur bahasa yang masing-masing (c) Yang dimaksud bentuk gabung adalah merupakan pola bermakna. Uhlenbeck (1982:19) proses penggabungan dua kata yang menyatakan bahwa oleh karena setiap bahasa menghasilkan makna baru. merupakan sebuah sistem, yaitu sekumpulan Kelas Kata elemen yang disusun secara fungsional, maka seluruh bagian wacana deskripsi dalam bahasa Kategori kata atau kelas kata adalah Jawa termasuk dalam sistem bahasa Jawa. perangkat kata yang sedikit banyak berperilaku Dengan kata lain, pendekatan yang dipakai ialah sintaksis sama. Subkategorisasi atau subkelas pendekatan struktural. Pendekatan struktural yaitu kata adalah bagian dari suatu perangkat kata pendekatan pada analisis bahasa yang memberikan yang berperilaku sintaksis sama (Kridalaksana, perhatian secara eksplisit pada pelbagai unsur 1986:41). bahasa sebagai struktur dan sistem (Kridalaksana, Menurut Herawati (1995:8) bahwa bahasa 2001:157—158). Pandangan tersebut digunakan Jawa memiliki lima kategori kata, yaitu (1) untuk melihat bentuk, jenis, dan makna leksikon nomina, (2) verba, (3) adjektiva, (4) adverbia, yang menjadi warga bahasa Indonesia. dan (5) kata tugas. Kategori tersebut masih terinci Dengan pijakan itu ada beberapa konsep dalam subkategori, yaitu pada kategori nomina yang terkait untuk dikemukakan. Konsep-konsep dan kata tugas. Kategori nomina terinci menjadi itu ialah (a) bentuk kata dan prosesnya, (b) kelas tiga, yaitu (a) nomina, (b) pronomina, dan (c) kata/kelas kata, dan (c) semantik (khususnya, numeralia. Kategori kata tugas terinci menjadi pengertian leksikon, komponen makna, perubahan empat yaitu (a) preposisi, (b) konjungsi, (c) makna). partikel, dan (d) artikula. Namun, tidak semua jenis kata ditemukan dalam amatan ini. Bentuk Kata Wawasan Semantik Dalam pembicaraan bentuk kata berkaitan dengan kosakata yang menjadi leksikon bahasa Wawasan semantik yang berkaitan untuk Indonesia berupa prakategorial (pracategorial), melihat perubahan makna kosakata bahasa Jawa yang menjadi kosakata bahasa Indonesia 36 36 37 37 37 Sawerigading, Vol. 20, 1 April 2014: 35—43

ialah pengertian leksikon, komponen makna, teknik pilah unsur langsung; dan (iii) untuk perubahan makna. Untuk mencermati makna mengetahui perubahan makna, digunakan teknik kosakata bahasa Jawa yang masuk menjadi analisis komponen makna. Contoh pelaksanaan anggota leksikon bahasa Indonesia, digunakan teknik penulisan fonetis, misal kata payudara, pandangan yang dikemukakan oleh Nida dalam bahasa Jawa berbunyi [payudàrà], dalam (1975:134) tentang analisis komponen makna. bahasa Indonesia menjadi [payudara]. Contoh Dikatakan bahwa analisis komponen makna pelaksanaan teknik pilah unsur langsung, misal dapat dilakukan terhadap setiap leksem dengan kata semrawut, kata tersebut terpilah atas bentuk menguraikan komponen makna yang sekecil- dasar srawut yang mendapat sisipan –em-, yang kecilnya. Juga dikemukakan oleh Larson (1984) menunjukkan bahwa sisipan –em- dalam bahasa dalam Kancanawati (1989:59) bahwa unsur Jawa salah satunya menujukkan penanda kelas leksikal atau kata merupakan gugus komponen kata adjektiva. Contoh pelaksanaan teknik makna. Makna yang diuraikan atas komponen- analisis komponen makna, misal kata gaduh komponen itu adalah makna primer, yaitu makna yang memiliki komponen makna ’untuk hewan’, yang terkandung dalam sebuah leksem ketika kemudian setelah menjadi kosakata bahasa leksem itu berdiri sendiri (idem, 105). Sehubungan Indonesia meluas komponen makna menjadi dengan itu, perlu dikemukakan makna leksem. ’untuk bidang pertanian dan peternakan’. Yang dimaksud dengan leksem adalah kata, Data yang dijadikan subjek dalam kajian (gabungan kata), atau frasa yang merupakan ini ialah leksikon bahasa Jawa yang menjadi satuan bermakna (Kridalaksana, 2001:115). entri/lema dalam KBBI. Selain itu, untuk Kaitannya dengan peninjauan pemaknaan pengayaan data, dipergunakan juga kosakata yang kata-kata bahasa Jawa yang diambil ke dalam digunakan dalam media cetak bahasa Indonesia bahasa Indonesia dapat dibantu dengan (khususnya koran harian yang diambil secara pembahasan tipe-tipe semantik yang telah acak. Maksudnya, apabila ditemukan kosakata dilakukan oleh Arifin et al (1990), Herawati et al bahasa Jawa yang digunakan di koran, dicatat dan (1995), dan Wedhawati et al (1990). dimasukkan sebagai data. . METODE PEMBAHASAN Metode yang digunakan ialah metode Bentuk Kosakata Bahasa Jawa yang Menjadi deskriptif kualitatif. Maksudnya, analisis di Kosakata Bahasa Indonesia sini mendasarkan pada faktual kosakata bahasa Dari hasil analisis data, bentuk kosakata Jawa yang menjadi kosakata bahasa Indonesia. bahasa Jawa yang menjadi kosakata dalam bahasa Kefaktualan itu dideskripsikan secara kualitatif Indonesia berupa BD, BT, dan BG (termasuk atas keterwakilan data. Dalam melaksanakan frasa). penelitian ini dilakukan langkah (i) membaca dan mengumpulkan data melalui KBBI serta data Bentuk dasar dari media masa (koran), (ii) mengartukan data Kosakata bahasa Jawa yang berupa bentuk sekaligus mengklasifikasi atas dasar kelas kata dasar yang diambil menjadi kosakata bahasa dan bentuk kata, dan (iii) analisis data pada aspek Indonesia mengalami dua bentuk “peristiwa yang dikemukakan pada rumusan masalah. bahasa”, yaitu perubahan bunyi (alofonis) dan Sehubungan dengan aspek yang dianalisis, penambahan bunyi. Ada juga dilakukan dengan teknik yang digunakan disesuaikan sebagai berikut: pelesapan bunyi, tetapi tidak banyak (seperti (i) untuk menjelaskan perubahan bunyi (vokal/ priya à pria). Namun, tidak semua kosakata konsonan), digunakan teknik penulisan fonetis; yang diambil dalam bahasa Indonesia mengalami (ii) untuk mengetahui bentuk kata, digunakan “peristiwa bahasa” tersebut. Banyak juga kosakata

38 38 38 39 39 Wiwin Erni Siti Nurlina: Kosakata Bahasa Jawa dalam ...

bahasa Jawa yang diambil secara utuh. Indonesia dapat dilihat pada tabel 3 berikut. Tabel 1 berikut ini merupakan contoh Tabel 3. Kosakata Bentuk Turunan kosakata bahasa Jawa yang mengalami perubahan BI BT BJ pada suku terbuka menjadi à[a] dalam BD BJ AFIKSASI [כ] bunyi bahasa Indonesia. timrung nasal-timrung nimrung nimrung kerja -in-+kerja kinmerja kinerja Tabel 1. Kosakata Bentuk Dasar srawut -um- +srawut sumrawut [à[a [כ] Bervokal (semrawut) semrawut paguyuban paguyuban pa-/-an+guyub BI[a] guyub [כ] BJ saggama sanggama ladi di-/-i+ladi diladeni diladeni busana busana leseh -an+leseh lesehan lesehan bela sungkawa bela sungkawa gelar pa-/an+gelar pagelaran pagelaran kasaluarsa kadaluarsa wanita wanita Bentuk gabung aksara aksara Bentuk gabung merupakan bentuk yang reka reka terjadi melalui proses penggabungan dua bentuk langka langka dasar yang menimbulkan makna baru atau mengacu pada suatu konsep tertentu. Misalnya Tabel 2 berikut ini merupakan contoh kata kumpul kebo terjadi dari kata kumpul kosakata bahasa Jawa yang mengalami ‘kumpul’ dan kata kebo ‘kerbau’, yang setelah penambahan vokal /e/. bergabung bukan bermakna ‘kerbau yang Tabel 2. Kosakata yang Mengalami kumpul’, tetapi memunculkan makna baru ‘laki- Penambahan Vokal /e/ laki dan perempuan yang hidup bersama/serumah BJ BI tanpa ikatan pernikahan’. Contoh lain dapat trampil terampil dilihat pada tabel 4 berikut. prawan perawan Tabel 4. Kosakata Bentuk Gabung blangkon belangkong blandhong belandong BJ BI sliwer seliwer kumpul kebo kumpul kebo Contoh kosakata yang diambil secara utuh, pisah kebo pisah kebo antara lain kata gayut, gubris, kinerja, apik, ruwet, wisma tamu wisma tamu ayom, ayem. tunarungu tuna rungu Bentuk turunan rekadaya rekadaya Kosakata bahasa Jawa yang yang diserap rekayasa rekayasa ke dalam bahasa Indonesia dapat berupa bentuk Jenis Kelas kata Kosakata Bahasa Jawa yang turunan. Bentuk tersebut mengalami proses Menjadi Kosakata Bahasa Indonesia morfologis dalam bahasa Jawa. Proses morfologis yang terjadi ialah afiksasi. Sebagai contoh kata Kosakata yang menjadi kosakata bahasa kinerja yang dalam bahasa Jawa merupakan Indonesia jelas memiliki kategori kata. Kategori bentuk turunan, yaitu dari kata kerja mendapat kata bahasa Jawa yang diambil sebagai warga sisipan –in-, yang kemudian diambil ke dalam kosakata bahasa Indonesia ditemukan tiga bahasa Indonesia sudah dalam bentuk turunan kategori, yaitu nomina, verba, adjektiva. Contoh (kinerja). Contoh kosakata bahasa Jawa yang dilihat dalam tabel berikut. berbentuk turunan dan menjadi kosakata bahasa

38 38 39 39 39 Sawerigading, Vol. 20, 1 April 2014: 35—43

Nomina Tabel 7. Kosakata Berkategori Adjektiva Ada kosakata bahasa Jawa yang berkategori Perubahan Makna yang Terjadi nomina diserap menjadi kosakata bahasa tidak No BJ BI Makna mengalami perubahan kategori. Contoh kosakata tersebut dapat dilihat pada tabel 5 berikut. 1. kulak kulak membeli untuk dijual lagi Tabel 5. Kosakata Berkategori Nomina 2. atur atur, No BJ BI Makna mengaturi menyilakan 1. asu asu anjing 3. mandheg mandeg berhenti 2. blandar belandar kayu balok yang 4. copot copot lepas dipasang sebagai 5. jumput jumput pungut penyangga atap 6. nimbrung nimbrung ikut campur 3. paguyuban paguyuban perhimpunan 7. digubris digubris dihiraukan 4. busana busana pakaian Dari hasil pencermatan ditemukan kosakata 5. aksara aksara huruf bahasa Jawa yang menjadi kosakata bahasa Verba Indonesia ada yang mengalami perubahan makna, yaitu makna meluas dan makna menyempit. Di samping kosakata yang berkategori nomina, ada juga kosakata bahasa Jawa yang Makna meluas berkategori verba diserap menjadi kosakata bahasa Kosakata bahasa Jawa yang diserap tidak mengalami perubahan kategori. Contoh ke dalam bahasa Indonesia dapat mengalami kosakata tersebut dapat dilihat pada tabel 6 berikut. perluasan makna, yaitu adanya penembahan Tabel 6. Kosakata Berkategori Verba komponen makna pada kata yang bersangkutan. Sebagai contoh, kata besengek yaitu ‘lauk No BJ BI Makna dengan bahan utama dari tempe bersantan gurih 1. kulak kulak membeli untuk kental’. Setelah masuk ke dalam kosakata bahasa dijual lagi Indonesia, bahan utamanya, selain tempe, dapat 2. atur atur, berupa daging atau ayam. mengaturi menyilakan Tabel 8 berikut ini merupakan contoh 3. mandheg mandeg berhenti kosakata bahasa Jawa yang mengalami makna meluas. 4. copot copot lepas 5. jumput jumput pungut Tabel 8. Kosakata yang Mengalami Perluasan Makna 6. nimbrung nimbrung ikut campur 7. digubris digubris dihiraukan No B. Jawa Makna KBBI Makna 1. gadhuh sistem gaduh sistem bagi Adjektiva bagi hasil hasil dalam Ada juga kosakata bahasa Jawa yang atas pinjaman pertanian hewan ternak dan peternakan berkategori adjektiva yang diserap menjadi kosakata bahasa tidak mengalami perubahan 2. besengek lauk dengan besengek gulai daging, kategori. Contoh kosakata tersebut dapat dilihat bahan utama ayam dsb. pada tabel 7 berikut. dari tempe dengan sedikit bersantan kuah santan gurih kental

40 40 40 41 41 Wiwin Erni Siti Nurlina: Kosakata Bahasa Jawa dalam ...

Makna menyempit Tabel 10. Kosakata yang Berfungsi Selain mengalami perluasan makna, Penyepadanan Kata kosakata bahasa Jawa yang diserap ke dalam BI>BJ BI bahasa Indonesia dapat mengalami penyempitan wanita perempuan makna, yaitu adanya pengurangan komponen sayembara perlombaan makna pada kata yang bersangkutan. Tabel 9 aksara huruf berikut ini merupakan contoh kosakata bahasa Jawa yang mengalami makna menyempit. paguyuban perhimpunan mandheg BJ BI contoh kosakata bahasa Jawa yang berfungsi pangayoman perlindungan penyepadanan kata. sanggama bersetubuh paturasan toilet/tempat kencing terakhir paripurna huruf aksara pasanggrahan tempat peristirahatan perlombaan sayembara

40 40 41 41 41 Sawerigading, Vol. 20, 1 April 2014: 35—43

Membantu penerjemahan kosakata asing fungsi, yaitu (i) menambah kosakata dengan Penambahan kosakata bahasa Indonesia penyepadanan, (ii) memberikan rasa hormat/ dilakukan dengan cara mengambil kata-kata santun/estetika, dan (iii) membantu penerjemahan bahasa Jawa yang berfungsi untuk membantu kosakata asing. penerjemahan kata-kata asing agar lebih tepat Penelitian ini dapat dilanjutkan dengan atau lebih mendekati maknanya. Tabel 12 berikut fokus pengamatan bahasa daerah yang lain. ini merupakan contoh kosakata bahasa Jawa yang Karena setiap bahasa memiliki kekhasan dan berfungsi menerjemahkan. kekayaan yang berbeda, penelitian serupa akan memperkaya bahasa Indonesia, yang muaranya Tabel 12. Kosakata yang Berfungsi akan dapat memantapkan profil bahasa Indonesia. Menerjemahkan B Inggris BI > BJ DAFTAR PUSTAKA relevan gayut Arifin, Syamsul et al. 1990. Tipe-Tipe Semantik verjaard/expired kadaluwarsa Adjektiva dalam Bahasa Jawa. Jakarta: workshop temu karya Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. guest house wisma tamu Crystal, David. 1991. Dictionary of Linguistics samen leven kumpul kebo and Phonetics. Cambridge: Blackwell. over lapping tumpang tindih Goenaprawiro, R. Soesanto. 1992. verschijenen ejawantah “Pasumbanging Basa Jawi dhumateng Basa Indonesia”. (Makalah Sarasehan Basa PENUTUP Jawi) Yogyakarta: Balai Penelitian Bahasa . Herawati, et al. 1995. Nomina, Pronomina, dan Dari paparan di atas dapat dikatakan Numeralia dalam Bahasa Jawa. Jakarta: bahwa kosakata bahasa Jawa yang diserap Departemen Pendidikan dan Kebudayaan sebagai leksikon dalam BI merupakan bukti Kridalaksana, Harimurti.1986. Kelas Kata dalam dukungan terhadap bahasa Indonesia. Dukungan Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia. tersebut memberikan pengayaan kosakata bahasa ______. 2001. Kamus Linguistik. Indonesia dari aspek bentuk kata, kelas kata, Jakarta: PT Gramedia Utama. nuansa makna, dan fungsi. Larson, Mildred L. 1984. Penerjemahan Bentuk kosakata bahasa Jawa yang menjadi Berdasarkan Makna. Terjemahan: kosakata dalam bahasa Indonesia berupa BD, Kancanawati Taniran (1989). Jakarta: BT, dan BG. Kategori kata bahasa Jawa yang Penerbit Arcan. diambil sebagai warga kosakata bahasa Indonesia Nardiati, Sri, dkk. 1993. Kamus Bahasa Jawa- ditemukan tiga kategori, yaitu nomina, verba, dan Bahasa Indonesia. Jilid I-II. Jakarta: adjektiva. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Hasil analisis menunjukkan, ada beberapa Nida, Eugene A. 1975. Componential Analysis kosakata bahasa Jawa yang menjadi kosakata of Meaning: Introduction to Semantic bahasa Indonesia mengalami perubahan makna, Structure. The Hague: Mouton. yaitu makna meluas dan makna menyempit. Nurlina, Wiwin Erni Siti. 2008. “Leksikon Kosakata yang telah masuk menjadi Bahasa Jawa dalam KBBI: Dukungan Salah warga leksikon bahasa Indonesia memiliki Satu Bahasa terhadap Bahasa Nasional” beberapa fungsi. Fungsi di sini berkaitan dalam dalam Kesinambungan dan Pemantapan aspek kemanfaatan atau kefungsian kosakata Bahasa Di Asia Tenggara (editor: Paitoon yang bersangkutan dalam mengembangkan M. Chaiyanara), hlm 735-740, Penubuhan kosakata bahasa Indonesia. Ditemukan tiga jenis Persatuan Linguis ASEAN, 2007. 42 42 42 43 43 Wiwin Erni Siti Nurlina: Kosakata Bahasa Jawa dalam ...

Poerwodarminta, W.J.S. 1939. Baoesastra Djaw. Jawa. (Seri ILDEP). Jakarta: Penerbit Groningen, Batavia: J.B. Wolters Uitgevers Djambatan. Maatscappij Wedhawati, dkk. 1990. Tipe-tipe Semantik Tim Penyusun Balai BahasaYogyakarta. 2012. Verba Bahasa Jawa. Jakarta: Departemen Kamus Basa Jawa (Bausastra Jawa). Edisi pendidikan dan Kebudayaan. revisi. Yogyakarta: Penerbit Kanisius Wedhawati, et al. 2006. Tata Bahasa Jawa Uhlenbeck, E.M. 1982. Kajian Morfologi Bahasa Mutakhir. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

42 42 43 43 43 44 44 44 45 45 SAWERIGADING

Volume 20 No. 1, April 2014 Halaman 45—59

PARAGRAF ARGUMENTASI DALAM BAHASA JAWA (Argumentative Paragraph in Javanese Language)

Herawati Balai Bahasa Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Jalan I Dewa Nyoman 34, Yogyakarta Telepon (0274) 562070 Pos el: [email protected] Diterima: 5 Januari 2014; Direvisi: 20 Februari 2014; Diterima: 20 Maret 2014

Abstract Aim of this research is to describe argumentative paragraph elements and to describe meaning relation of argumentative paragraph interelement. In data analysis step, agih method is used, a method that uses definite element element in its implementation. Agih method is conducted by using bagi unsur langsung (BUL) technique. Paragraph as data is divided based on its elements. Those elements are manifested as sentences, clauses, and phrases. In the discussion, it finds out that argumentation paragraph structure consists of: (1) topic sentence – explanatory sentence; (2) topic sentence-explanatory sentence-definite sentence; (3) transition-topic sentense-explanatory sentence; (4) transition-topic sentence-explanatory sentence-definite sentence. Keywords : paragraph, argumentation, elements, signifier

Abstrak Tujuan makalah ini mendeskripsikan unsur-unsur paragraf argumentasi dan mendeskripsikan hubungan makna antarunsur paragraf argumentasi. Pada tahap analisis data digunakan metode agih, yaitu metode yang pelaksanaannya menggunakan unsur penentu berupa unsur bahasa. Metode agih dilaksanakan dengan teknik bagi unsur langsung (BUL). Data berupa paragraf dibagi berdasarkan unsur-unsurnya. Unsur –unsur itu ada yang berupa kalimat-kalimat, klausa-klausa, dan frasa-frasa. Hasil pembahasan ditemukan struktur paragraf argumentasi yang terdiri atas: (1) kalimat topik – kalimat penjelas; (2) kalimat topik – kalimat penjelas – kalimat penegas; (3) transisi – kalimat topik – kalimat penjelas; (4) transisi – kalimat topik – kalimat penjelas – kalimat penegas.

Kata kunci : paragraf, argumentasi, unsur-unsur, penanda

PENDAHULUAN (a) Menteri Dalam Negeri Gamawan Bahasa Jawa merupakan salah satu sarana Fauzi mutusake mocot Kepala Dhaerah komunikasi bagi masyarakat penuturnya, cacah lima kasangkut kasus korupsi terutama yang berdomisil di Daerah Istimewa lan nduweni kekuwatan hukum tetap. Yogyakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Timur, baik (b) Layang pamocotan mau mawi dasar tulis maupun lisan. Bahasa Jawa dalam bentuk kuwat, yaiku Undang- Undang No. 32 tulisan tampak dalam majalah, buku, novel, Taun 2009 ngenani Pemerintah Dhaerah. cerpen, dan sebagainya. Berikut ini contoh bahasa (c) Adhedhasar peraturan kasebut korupsi Jawa dalam bentuk tulisan. kudu dipocot. (d) Gamawan durung gelem blak-blakan sapa wae Kepala Dhaerah sing

44 44 45 45 45 Sawerigading, Vol. 20, 1 April 2014: 45—59

bakal dilereni mau. (e) Dheweke menehi kajian paragraf argumentasi dalam bahasa Jawa ancer-ancer menawa Kepala Dhaerah merupakan bagian kecil dari penelitian tim kang mlebu dhaptar pocot mau dumadi yang berjudul “Paragraf dalam Bahasa Jawa: saka gubernur lan bupati/walikota papat Konstruksi dan Permasalahannya” ditulis oleh (PS no.15/14 April 2012: hlm.6). Nardiati, dkk. (2013) ‘(a) Menteri Dalam Negeri Gamawan Permasalahan yang dikaji dalam makalah memutuskan memecat Kepala Daerah ini adalah (a) bagaimana unsur-unsur paragraf sejumlah lima orang tersangkut kasus argumentasi dalam bahasa Jawa? dan (b) korupsi dan mempunyai kekuatan hukum bagaimana hubungan makna antarunsur paragraf tetap. (b) Surat pemecatan tadi dengan argumentasi dalam bahasa Jawa? dasar kuat, yaitu Undang-Undang No.32 Berdasarkan permasalahan tersebut, Tahun 2009 mengenai Pemerintah Daerah. yang menjadi tujuan penulisan makalah ini (c) Berdasarkan peraturan tersebut korupsi ialah (a) mendeskripsikan unsur-unsur paragraf harus dipecat. (d) Gamawan belum mau argumentasi dalam bahasa Jawa dan (b) terus terang siapa saja Kepala Daerah yang mendeskripsikan hubungan makna antarunsur akan dipecat tadi. (e) Dia memberi arahan paragraf dalam bahasa Jawa. bahwa Kepala Daerah yang masuk daftar Ruang lingkup kajian ini mencakupi satuan pecat tadi terjadi dari gubernur dan bupati/ lingual paragraf argumentasi terdiri atas unsur- walikota empat.’ unsur yang berupa kalimat-kalimat. Perlu diketahui bahwa identitas data paragraf argumentasi di atas diambil dari majalah KERANGKA TEORI berbahasa Jawa “Penyebar Semangat” terbitan Teori struktural dijadikan dasar analisis nomor 15, diterbitkan pada tanggal, bulan, tahun dalam penelitian ini. Perlu dijelaskan pengertian (14 April 2012) dan halaman 6. Data tersebut mengenai paragraf dan argumentasi. Paragraf ditulis oleh wartawan majalah “Penyebar adalah satuan bahasa yang mengandung satu Semangat” tanpa memberi nama atau nama tema dan perkembangannya (Kridalaksana, inisial. Untuk penulisan identitas data selanjutnya 2001:154). Menurut Ramlan (1993:1) paragraf hanya ditulis nama majalah berbahasa Jawa adalah bagian dari karangan yang terdiri atas “Penyebar Semangat” yang disingkat dengan PS, sejumlah kalimat, kait-mengait membentuk satu- nomor terbitan majalah disingkat no., tanggal, kesatuan. Demikian pula, pengertian paragraf bulan, tahun, dan halaman disingkat hlm. , seperti menurut Moeliono (2004:216) ialah setiap contoh berikut: ( PS no.15/14 April 2012: hlm.6). paragraf mempunyai gagasan pokok sebagai Tulisan itu berbentuk paragraf dalam pengendalinya. bahasa Jawa terdiri atas lima kalimat. Tiap Pengertian argumentasi ialah corak tulisan kalimat terdapat argumen-argumen paragraf yang bertujuan membuktikan pendapat penulis, yang berisi memberikan argumentasi seperti itu meyakinkan atau mempengaruhi pembaca disebut paragraf argumentasi (Baryadi, 2002:12). agar menerima pendapatnya (Alwi, 2001:45). Argumentasi adalah alasan yang dapat dipakai Argumentasi berbeda dari eksposisi. Jika eksposisi sebagai bukti untuk memperkuat atau menolak bertujuan menjelaskan sesuatu kepada pembaca, suatu pendapat, gagasan (Sugono, 2008:85). argumentasi berusaha meyakinkan pembaca. Paragraf argumentasi dalam bahasa Jawa Cara meyakinkan pembaca itu dapat dilakukan menarik dikaji dalam makalah ini. Menurut dengan jalan menyajikan data, bukti, atau hasil- pengetahuan penulis, kajian mengenai paragraf hasil penalaran. Argumentasi didasarkan pada argumentasi secara khusus dalam bahasa Jawa fakta-fakta, informasi, evidensi, dan jalan pikiran belum pernah dilakukan penelitian. Namun, yang menghubung-hubungkan fakta-fakta dan

46 46 46 47 47 Herawati: Paragraf Argumentasi dalam Bahasa Jawa

informasi-informasi tersebut. Argumentasi itu penjelas dapat berisi penjelasan, perincian, harus mengandung kebenaran untuk mengubah pembandingan, pertentangan atau pemberian sikap dan keyakinan orang mengenai topik yang contoh secara khusus. Dan, kalimat penegas akan diargumentasikan (Keraf, 1982:102--103). biasanya untuk menyimpulkan atau mempertegas Setiap paragraf mempunyai gagasan pokok pernyataan kalimat sebelumnya. Kehadiran yang diwujudkan ke dalam kalimat topik. Setiap kalimat penegas ini tidak wajib. gagasan pokok dirinci melalui gagasan penjelas Paragraf argumentasi memiliki unsur-unsur yang diwujudkan ke dalam gagasan penjelas sebuah paragraf. Unsur yang dimaksud, yaitu sebagai pernyataan khusus. Pengembangannya transisi, kalimat topik, kalimat pengembang, dan itu digunakan metode yang berbeda-beda, kalimat penegas (lihat Tarigan, 1991:21). Transisi misalnya pemerincian, klasifikasi, pertentangan, adalah unsur penghubung yang menghubungkan penjumlahan. antara paragraf yang satu dan paragraf Paragraf argumentasi berusaha untuk sebelumnya. Adapun yang dimaksud dengan membuktikan kebenaran dari suatu pokok kalimat topik ialah kalimat yang berisi gagasan persoalan. Bahasa wacana argumentasi bersifat pokok. Gagasan pokok merupakan unsur utama rasional dan objektif. Fakta dalam argumentasi dalam paragraf. Selajutnya, kalimat pengembang merupakan evidensi. Evidensi merupakan ialah kalimat yang berisi penjelasan mengenai bahan pembuktian. Untuk membuktikan suatu kalimat topik. Dan, yang disebut kalimat penegas kebenaran, argumentasi mempergunakan prinsip- ialah kalimat yang berisi unsur-unsur yang dapat prinsip logika. Logika sendiri merupakan suatu mempertegas apa yang dikemukakan dalam cabang ilmu yang berusaha membuat kesimpulan- kalimat penjelas. kesimpulan melalui kaidah-kaidah formal yang valid. Karena hubungan yang sangat erat antara METODE logika dan argumentasi, maka bentuk-bentuk dan Kajian penelitian dilakukan melalui tiga istilah-istilah logika dipergunakan begitu saja tahap, yaitu tahap pengumpulan data, analisis data, dalam sebuah argumentasi. dan penyajian hasil analisis data. Pengumpulan Paragraf argumentasi dapat dilihat sebagai data digunakan metode simak. Pelaksanaannya satuan informasi yang memiliki satu gagasan dilakukan dengan menyimak penggunaan bahasa utama/gagasan pokok sebagai pengendali. yang menjadi objek penelitian, yaitu bahasa Jawa Sebagai pengendali, gagasan utama harus ada (Sudaryanto, 1993:133). dalam setiap paragraf. Akan tetapi, tidak demikian Tahap analisis data digunakan metode agih, halnya dengan kalimat topik. Meskipun kalimat yaitu metode yang pelaksanaannya menggunakan topik memuat gagasan utama, tidak berarti bahwa unsur penentu berupa bahasa (Sudaryanto, kalimat topik harus ada dalam setiap paragraf. 1993:13—15). Metode agih ini dilaksanakan Umumnya kalimat topik dinyatakan di awal dengan teknik bagi unsur langsung. Dalam hal paragraf dan dijelaskan dengan kalimat-kalimat ini data berupa paragraf argumentasi dibagi lainnya dalam paragraf itu. Kalimat topik yang berdasarkan unsur-unsurnya. Unsur-unsur itu berposisi pada akhir paragraf berfungsi untuk ada yang berupa kalimat, klausa, frasa, dan kata. memberikan simpulan atau rangkuman atas Sumber data dalam kajian ini berupa bahasa Jawa informasi yang telah disajikan dalam kalimat- ragam tulis yang terdapat pada majalah berbahasa kalimat sebelumnya. Kalimat topik dapat juga Jawa majalah Penyebar Semangat diterbitkan muncul di tengah paragraf. Dalam posisi ini mulai dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2013, kalimat topik berfungsi sebagai transisi antara penerbit PT Percetakan Penyebar Semangat, kalimat yang dinyatakan sebelumnya dan Surabaya. Data yang diambil dari majalah sesudahnya. Pembicaraan kalimat penjelas tidak berbahasa Jawa berupa paragraf argumentasi. dapat dipisahkan dengan kalimat topik. Kalimat 46 46 47 47 47 Sawerigading, Vol. 20, 1 April 2014: 45—59

PEMBAHASAN ‘(a) Para pakar penyakit prostat Paragraf argumentasi akan dibahas melakukan penelitian terhadap orang berdasarkan posisi gagasan pokok, seperti terlihat laki-laki yang menderita kanker prostat pada subbab berikut ini. sejumlah 47.000 orang. (b) Hasil penelitian membuktikan kalau orang Paragraf Argumentasi Berdasarkan Posisi yang makan buah tomat minimal dua Gagasan Pokok kali dalam waktu seminggu dapat Unsur utama sebuah paragraf ialah gagasan menurunkan resiko kanker prostat pokok yang diwujudkan dengan kalimat topik. sampai 35 persen.’ Mengenai posisi atau letak kalimat topik di dalam sebuah paragraf bermacam-macam. Contoh paragraf (1) terdiri atas dua unsur, Kemungkinan gagasan pokok yang diwujudkan yaitu unsur pokok dan unsur pengembang. Unsur dengan kalimat topik bisa terletak di awal pokok berupa gagasan pokok yang diwujudkan paragraf, di tengah paragraf, dan bisa terletak dengan kalimat topik (1a) yang terletak di awal di akhir paragraf. Oleh karena itu, pada subbab paragraf. Gagasan pokok, yaitu penyakit prostat berikut ini dipaparkan mengenai posisi-posisi itu. terdapat pada kalimat topik (1a) yang terletak di awal paragraf. Unsur pengembang berupa kalimat Gagasan pokok di awal paragraf penjelas (1b) yang berisi bukti bahwa orang yang Paragraf argumentasi yang diawali dengan mengomsumsi buah tomat seminggu dua kali gagasan pokok, tentu saja diikuti unsur gagasan akan menurunkan risiko penyakit kanker prostat. pengembang yang berupa kalimat penjelas Contoh kalimat penjelas (1b) ditandai dengan dan kalimat penegas. Gagasan pokok ada yang satuan lingual (Asile panaliten) mbuktekake didahului oleh transisi yang menghubungkan ‘membuktikan’ merupakan ciri khas paragraf dengan paragraf sebelumnya. Oleh karena itu, argumentasi. paragraf argumentasi yang diawali dengan Kalimat topik – kalimat penjelas – kalimat gagasan pokok memiliki struktur seperti berikut: penegas (1) kalimat topik – kalimat penjelas ; (2) kalimat topik – kalimat penjelas – kalimat penegas; (3) Paragraf argumentasi yang mengandung transisi – kalimat topik – kalimat penjelas; (4) gagasan pokok pada awal paragraf, unsur transisi – kalimat topik –kalimat penegas. Pada paragrafnya bisa terdiri atas tiga unsur, yaitu subbab bagian berikut ini akan dipaparkan satu kalimat topik - kalimat penjelas - kalimat per satu. penegas. Contoh paragrafnya ialah sebagai berikut. Kalimat topik – kalimat penjelas (2a)Kapolres Solo AKBP Oneng Subroto Paragraf argumentasi memiliki dua unsur, mratelake, spanduk gambar palu arit yaitu kalimat topik - kalimat penjelas. Hal ini mau dirampas merga petugas nedya dapat dilihat pada contoh berikut. njejegake hukum. (b) Pemasangan (1a)Para pakar penyakit prostat ngadani spanduk iki kabiji nerak angger-anggering panaliten marang wong priya kang negara, yaiku Tap MPRS No.XXV/1966. nandhang kanker prostat cacahe 47.000 (c) Adhedhasar Tap MPRS mau PKI uwong. (b) Asile panaliten mbuktekake mujudake partai kang dilarang ing menawa uwong kang dhahar tomat Indonesia (PS no.47/2005: hlm. 5). minimal kaping pindho ing kurun wektu ‘(a) Kapolres Solo AKBP Oneng Subroto seminggu bisa ngudhunake resiko kanker menjelaskan spanduk gambar palu arit prostat nganti 35 persen. tadi dirampas karena petugas berniat (PS no.47/2005:hlm. 39). menegakkan hukum. (b) Pemasangan 48 48 48 49 49 Herawati: Paragraf Argumentasi dalam Bahasa Jawa

spanduk iki dinilai melanggar peraturan mengenai “Penyelenggara Negara yang negara, yaitu Tap MPRS No.XXV/1966. Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, (c) Berdasarkan Tap MPRS tadi PKI dan Nepotisme” serta UU no.30/2002 merupakan partai yang dilarang di mengenai “Komisi Pemberantasan Indonesia. Tindak Pidana Korupsi”. (c) Perintah Paragraf (2) memperlihatkan gagasan UU keduanya tadi sudah jelas sekali, pokok yang terletak di awal paragraf. Gagasan yaiku kalau penyelenggara negara wajib pokok berupa frasa spanduk gambar palu arit melaporkan harta kekayaannya.’\ yang terletak pada kalimat topik (2a).Gagasan Pada awal paragraf (3) terdapat unsur pokok ini dikembangkan dengan kalimat penjelas transisi mula saka iku ‘oleh karena itu’ yang (2b) dan kalimat penegas (2c). Paragraf ini menghubungkan dengan paragraf sebelumnya. ditandai dengan satuan lingual adhedhasar (Tap Transisi ini bersifat menegaskan unsur MPRS mau) yang terdapat pada kalimat (2c). sebelumnya. Unsur transisi ini dilanjutkan Satuan lingual ini dapat menjadi ciri khas paragraf dengan gagasan pokok yang berupa kalimat argumentasi. Kalimat penjelas berisi penjelasan topik. Kalimat topik itu dikemukakan pada yang diwujudkan dalam kalimat (2b) dan kalimat awal paragraf, yaitu para penyelenggara negara penegas berisi penegasan yang diwujudkan dalam diwajibkan memberikan laporan mengenai kalimat (2c). kekayaannya kepada KPK, seperti terlihat pada Transisi – kalimat topik – kalimat penjelas kalimat (3a). Kalimat topik itu dilanjutkan dengan kalimat penjelas (3b) dan (3c). Paragraf argumentasi yang mengandung Penjelasan pada kalimat (3b) berupa pernyataan gagasan pokok pada awal paragraf bisa didahului bahwa laporan tentang kekayaan harta tidak dengan transisi. Jadi, unsur paragraf argumentasi lain merupakan perintah yang disebutkan di UU itu terdiri atas transisi – kalimat topik – kalimat N0.28/1999 mengenai “Penyelenggara Negara penjelas. Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh yang Bersih dan Bebas dari korupsi, Kolusi, dan berikut. Nepotisme” serat UU No.30/2002 mengenai “ (3) (a) Mula saka iku para penyelenggara Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. negara diwajibake menehake laporan Selanjutnya, penjelasan pada kalimat (3c) berisi ngenani kesugihane marang KPK. (b) pernyataan bahwa perintah yang dicantumkan di Kabeh iku ora liya mujudake prentah dalam Undang-Undang, keduanya sangat jelas, kang disebutake ing UU No.28/1999 yaitu penyelenggara negara wajib melaporkan ngenani “Penyelenggara Negara yang harta kekayaannya. Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, Transisi – kalimat topik – kalimat penjelas – lan Nepotisme” sarta UU No.30/2002 kalimat penegas ngenani “Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi”. (c) Prentah UU Paragraf argumentasi yang memiliki empat kekarone mau wis gamblang banget, unsur, yaitu transisi – kalimat topik – kalimat yaiku menawa penyelenggara negara penjelas – kalimat penegas dapat dilihat pada wajib nglapurake bandha kasugihane contoh berikut ini. (PS no. 31/ 31 Juli 2010: hlm.4) (4a) Ewasemono yen pamarentah kepengin ‘(a) Oleh karena itu para penyelenggara ngakomodier usulane Golkar, luwih dhisik negara diwajibkan memberi laporan kudu ngowahi (amandemen) Undang- mengenai kekayaannya kepada KPK. (b) Undang 43/1999 ngenani PNS lan UU Semua itu tidak lain merupakan perintah 31/2002 ngenani partai politik. (b) Kejaba yang disebutkan di UU No.28/1999 kuwi PP 37/1979 ngenani larangan PNS

48 48 49 49 49 Sawerigading, Vol. 20, 1 April 2014: 45—59

dadi anggota lan pengurus partai politik kalimat topik – kalimat penegas. Berikut ini akan kudu dicabut dhisik. (c) Dadi kiprahe dikaji satu per satu . PNS ing donyaning politik, gumantung Kalimat penjelas – kalimat topik—kalimat marang keputusan politik pamarentah penjelas lan DPR (PS no. 51/ 2005: hlm.6) ‘(a) Meskipun kalau pemerintah ingin meng- Paragraf argumentansi yang mengandung akomodasi usulannya Golkar lebih gagasan pokok di tengah paragraf, unsur dahulu harus mengubah (amandemen) paragrafnya bisa terdiri atas kalimat penjelas Undang-Undang 43/1999 mengenai PNS - kalimat topik - kalimat penjelas. Untuk lebih dan UU 31/2002 mengenai partai politik. jelasnya, perhatikan contoh berikut ini. (b) Selain itu PP 37/1979 mengenai (5a) Federasi Serikat Guru Indonesia larangan PNS menjadi anggota dan (FSGI) kabotan karo isine peraturan pengurus partai politik harus dicabut Menteri Negara Pemberdayaan Aparatur dulu. (c) Jadi, kegiatannya PNS di dunia Negara (Permen PAN) No.16/2009 politik, bergantung kepada keputusan ngenani Jabatan Fungsional Guru. (b) politik pemerintah dan DPR.’ Bab FSGI kabotan yaiku ketentuan Contoh paragraf (4) di atas diawali sing majibake guru nulis artikel ing dengan transisi ewasemono ‘meskipun’, yang media massa minangka syarat undhak- menghubungkan dengan paragraf sebelumnya. undhakan golongan. (c) Kepala Bidang Unsur transisi ini dilanjutkan dengan gagasan Pengembaîgan Profesi FSGI Ujang pokok yang berupa kalimat topik. Kalimat topik Subianto ngandharake, guru kangelan yang dikemukakan pada awal paragraf terletak gawe tulisan sing layak kapacak media pada (4a). Dalam kalimat topik dijelaskan tentang jalaran sasuwene kuliyah ora nulis karya Undang-Undang 43/1999 mengenai PNS dan UU ilmiah populer. (PS no. 42/15 Oktober 31/2002 mengenai partai politik. Kalimat topik itu 2011: hlm.5) dilanjutkan dengan kalimat penjelas (4b). Kalimat ‘(a`) Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) (4b) berisi tentang PP37/1979 mengenai larangan keberatan dengan isinya peraturan PNS menjadi anggota dan pengurus partai politik Menteri Negara Pemberdayaan Aparatur harus dicabut dulu. Selanjutnya, kedua unsur itu Negara (Permen PAN) no.16/2009 diikuti dengan unsur kalimat penegas pada (4c). mengenai Jabatan Fungsional Guru. (b) Kalimat (4c) ditegaskan bahwa kegiatan PNS di Bab FSGI keberatan, yaitu ketentuan dunia politik tergantung pada keputusan politik yang mewajibkan guru menulis artikel pemerintah dan DPR. Kalimat penegas pada di media massa sebagai syarat kenaikan kalimat (4c) ditandai oleh satuan lingual dadi pangkat golongan. (c) Kepala Bidang ‘jadi’. Pengembangan Profesi FSGI Ujang Subianto menjelaskan guru kesulitan Gagasan pokok di tengah paragraf membuat tulisan yang layak dimuat di Paragraf argumentasi yang mengandung media sebab selama ini kuliah tidak gagasan pokok di tengah paragraf, tentu menulis karya ilmiah populer.’ saja sebelum gagasan pokok didahului oleh Paragraf argumentasi (5) terdiri atas tiga gagasan pengembang. Oleh karena itu, paragraf unsur, yaitu unsur gagasan pengem bang yang argumentasi yang diawali gagasan pengembang berupa kalimat penjelas (5a) dan (5c) dan unsur bisa berunsur : (1) kalimat penjelas – kalimat topik gagasan pokok yang berupa kalimat topik pada – kalimat penjelas ; (2) transisi – kalimat penjelas kalimat (5b). Gagasan pokok paragraf berada – kalimat topik ; (3) transisi – kalimat penjelas – di tengah paragraf, diletakkan sesudah gagasan

50 50 50 51 51 Herawati: Paragraf Argumentasi dalam Bahasa Jawa

pengembang. Gagasan pengembang berupa Paragraf (6) memperlihatkan gagasan kalimat penjelas. Gagasan pokok berupa kalimat pokok yang terletak di tengah paragraf . topik yang berwujud kalimat tunggal, yaitu (5b) Gagasan pokok itu berwujud kalimat (6b) yang Bab FSGI kabotan yaiku ketentuan sing majibake didahului kalimat penjelas (6a). Kalimat topik guru nulis artikel ing media massa minangka berisi Peraturan Pemerintah No.48/2005 yang syarat undhak-undhakan golongan. Selanjutnya, menyatakan bahwa tenaga honorer yang dapat kalimat topik diikuti kalimat penjelas pada (5c). diangkat menjadi CPNS, yaitu guru, tenaga Kalimat penjelas – kalimat topik – kalimat pelayanan kesehatan, tenaga penyuluh pertanian, penegas perikanan, peternakan, penjaga rel kereta, dan penjaga menara mercu suar. Selanjutnya, gagasan Paragraf argumentasi yang mengandung pokok ini dikembangkan dengan kalimat penegas gagasan pokok di tengah paragraf, unsur pada kalimat (6c) dengan ditandai oleh satuan paragrafnya bisa terdiri atas kalimat penjelas lingual dadi ‘jadi’. diikuti kalimat topik, dan kalimat penegas. Contoh dapat diperhatikan di bawah ini. Transisi - kalimat penjelas – kalimat topik – kalimat penjelas (6a)Lelandhesan pengangkatan PNS mau pamarentah wis nerbitake Peraturan Paragraf argumentasi yang mengandung Pemerintah Nomer 48/2005 ngenani gagasan pokok di tengah paragraf, gagasan Pengangkatan Tenaga Honorer dadi PNS pokok itu didahului transisi dan kalimat penjelas, 11 November 2005. (b) PP No.48/2005 kemudian diikuti kalimat penjelas. Jadi, unsur disebutake tenaga honorer sing bisa paragrafnya terdiri atas Transisi - Kalimat diangkat dadi CPNS antara liya, guru, Penjelas- Kalimat Topik – Kalimat Penjelas. tenaga kesehatan ing unit pelayanan Perhatikan contoh berikut ini. kesehatan, tenaga penyuluh pertanian, (7a) Parandene yen aparat kasil ngendhaleni perikanan, peternakan, penjaga rel distribusine BBM subsidi mau kanthi sepur, lan penjaga menara mercu suar. ketat, diajab Agus abuhe subsidi (c) Dadi tenaga kerja sing diangkat kliwat gedhe. (b) Sejatine, adhedhasar pamarentah paling tuwa 46 taun lan Undang-Undang APBN 2012 Pasal duwe masa kerja 20 taun terus-terusan 7 Ayat (6a) wis disebutake menawa (PS no.48/ 2005: hlm.7) pamarentah wenang ngundhakake ‘(a) Berdasarkan pengangkatan PNS tadi regane BBM subsidi yen deviasi rata- pemerintah sudah menerbitkan Peraturan rata minyak mentah Indonesia ngluwih Pemerintah Nomer 48/2005 mengenai 15 persen jroning nem sasi pungkasan. Pengangkatan Tenaga Honorer menjadi (c) Nanging rehne diprotes kana- PNS 11 November 2005. (b)PP kene, klebu anggota DPR, wekasane No.48/2005 disebutkan tenaga honorer pamarentah wurung ngundhakake rega yang bisa diangkat menjadi CPNS antara BBM (PS no.15/14 April 2012: hlm. 5) lain, guru, tenaga kesehatan di unit ‘(a) Meskipun begitu kalau aparat berhasil pelayanan kesehatan, tenaga penyuluhan mengendalikan distribusinya BBM pertanian, perikanan, peternakan, subsidi tadi dengan ketat, diharapkan penjaga rel kereta, dan penjaga menara Agus membesarnya subsidi terlalu besar. mercu suar. (c) Jadi tenaga kerja sing (b) Sesungguhnya, berdasarkan Undang- diangkat pemerintah paling tua umur 46 Undang APBN 2012 Pasal 7 Ayat (6a) tahun dan sudah mempunyai masa kerja sudah disebutkan kalau pemerintah 20 tahun terus-menerus. berwenang menaikkan harganya BBM bersubsidi kalau deviasi rata-rata minyak 50 50 51 51 51 Sawerigading, Vol. 20, 1 April 2014: 45—59

mentah Indonesia melebihi 15% dalam dadi anggota partai politik kudu dicabut enam bulan terakhir. (c) Tetapi, oleh ndhisik. (c) Dadi kiprahe PNS ing karena diprotes ke sana kemari masuk donyaning politik, gumantung marang anggota DPR, akhirnya pemerintah tidak keputusan politike pamarentah lan DPR jadi menaikkan harga BBM.’ (PS no.51/ 2005: hlm.6) Pada awal paragraf (7) terdapat unsur ‘(a) Meskipun kalau pemerintah ingi n transisi parandene ‘meskipun begitu’ yang mengakomodasi usulannya Golkar, lebih menghubungkan dengan paragraf sebelumnya. dulu harus mengubah (amandemen) Transisi ini bersifat menegaskan unsur Undang-Undang 43/1999 mengenai sebelumnya. Unsur transisi ini dilanjutkan PNS dan UU 31/2002 mengenai dengan gagasan pengembang yang berupa Partaimpolitik. (b) Selain itu, PP33/1979 kalimat penjelas pada (7a). Adapun kalimat topik mengani larangan PNS menjadi anggota terdapat di tengah paragraf, yaitu pada kalimat partai politik harus dicabut dulu. (c) Jadi (7b) Sejatine, adhedhasar Undang-Undang kegiatan PNS di dunia politik, tergantung APBN 2012 Pasal 7 Ayat (6a) wis disebutake pada keputusan politiknya pemerintah menawa pamarentah wenang ngundhakake dan DPR.’ regane BBM subsidi yen deviasi rata-rata Paragraf (8) juga memperlihatkan gagasan minyak mentah Indonesia ngluwih 15 persen pokok yang terletak di tengah paragraf. Adapun jroning nem sasi pungkasan. Kalimat topik gagasan pokok terdapat pada kalimat (8b). itu menjelaskan bahwa Undang-Undang APBN Gagasan pokok terlihat pada kalimat topik (8a) 2012 Pasal 7 Ayat (a) menyebutkan kalau berisi tentang Peraturan pemerintah 31/1979 pemerintah berwenang menaikkan harga BBM mengenai larangan PNS menjadi anggota partai kalau deviasi rata-rata minyak mentah Indonesia politik harus dicabut. Kalimat topik tersebut lebih 15% dalam waktu enam bulan. Selanjutnya, didahului oleh kalimat penjelas yang terletak kalimat topik diikuti kalimat penjelas (7c) berupa pada kalimat (8a). Kalimat topik dikembangkan pernyataan bahwa pemerintah diprotes anggota dengan kalimat penjelas (8a) dan kalimat penegas DPR, akhirnya pemerintah tidak jadi menaikkan (8c). Gagasan pengembang yang berupa kalimat harga BBM. penegas terdapat pada kalimat (8c). Di dalam Transisi- kalimat penjelas- kalimat topik – kalimat penegas dijelaskan bahwa Kegiatannya kalimat penegas PNS di dunia politik tergantung pada keputusan politiknya pemerintah dan DPR. Satuan lingual Hampir sama dengan susunan unsur-unsur dadi ‘jadi’ merupakan penanda makna ‘penegas’. pada subbab di sebelumnya, gagasan pokok di awal paragraf. Gagasan pokok terletak di Gagasan pokok di akhir paragraf tengah paragraf argumentasi berikut ini, susunan Paragraf argumentasi yang mengandung unsurnya diikuti kalimat penegas. Jadi, susunan gagasan pokok di akhir paragraf, gagasan pokok unsurnya menjadi transisi - kalimat penjelas itu bisa didahului dengan transisi, kalimat - kalimat topik - kalimat penegas. Untuk penjelas, dan kalimat penegas Transisi ini jelasnya, perhatikan contoh paragraf berikut ini. menghubungkan dengan paragraf sebelumnya. (8) (a) Ewosemono yen pamerentah kepengin Paragraf yang diawali transisi memiliki unsur: ngakomodir usulane Golkar, luwih dhisik (1) transisi – kalimat penjelas – kalimat topik; dan kudu ngowahi(amandemen) Undang- (2) transisi – kalimat penjelas – kalimat penegas Undang 43/1999 ngenani PNS lan UU – kalimat topik. Berikut ini akan dikaji paragraf 31/2002 ngenani Partai Politik. (b) Kejaba yang gagasan pokoknya berada di akhir paragraf. kuwi PP 37/1979 ngenani larangan PNS

52 52 52 53 53 Herawati: Paragraf Argumentasi dalam Bahasa Jawa

Transisi - kalimat penjelas - kalimat topik dijelaskan bahwa keputusan akhir sewa tempat Paragraf argumentasi yang mengandung pemakaman dengan cara pemakaman tunggal/ gagasan pokok pada akhir paragraf dapat terdiri tumpukan di tempat makam lama dengan makam atas unsur transisi - kalimat penjelas - kalimat baru, dengan jangka waktu lamanya tiga tahun topik. Contohnya dapat dilihat pada paragraf dengan biaya retribusi Rp170 ribu. berikut. Transisi- kalimat penjelas - kalimat penegas – (9) (a) Jalaran anane evaluasi saka gubernur kalimat topik iki, akhire Pemkot ngowahi retribusi ing Paragraf argumentasi yang mengandung Perda kasebut . (b) Nanging, asil akhire gagasan pokok pada akhir paragraf dengan unsur pranyata padha karo usulane pemkot transisi - kalimat penjelas - kalimat penegas - sadurunge, yaiku ragad pelayanan kalimat topik dapat dilihat pada contoh berikut. penguburan/pemakaman klebu (10)(a) Nanging Keppres, uga klebu ndhudhuk lan ngeruk ditarik retribusi keputusane pejabat tata usaha negara Rp100 ewu. (c) Tundhone, sewa sing bisa didadekake objek sengketa panggonan pemakaman kanthi cara ing Pengadilan Tata Usaha Negara. (b) pemakaman tunggal/tumpukan ing Akhire Keppres bisa dibatalke PTUN papan makam lawas kanggo makam yen diwawas cengkah karo Peraturan anyar, kanthi jangka waktu suwene Perundang-Undangan sing ana sarta telung taun, ditarik retribusi Rp170 ewu ora jumbuh karo asas – asas umum (PS no.15/14 April 2012: hlm.15) pamarentah. (c) Ing babagan grasine ‘(a) Sebab adanya evaluasi dari gubernur ini, Corby, Keppres iku kaanggep cengkah akhirnya Pemkot mengubah retribusi di kalawan UUD 1945, UU Narkotika, lan Perda tersebut. (b) Tetapi, hasil akhirnya PP No.28/2006 kang ngatur bab remisi ternyata sama dengan usulannya Pemkot marang narapidana korupsi, terorisme, sebelumnya, yaitu biaya pelayanan narkoba, lan kejahatan internasional penguburan/pemakamantermasuk (PS no.24/16 Juni 2012: hlm.6) menggali dan menimbun ditarik retribusi ‘(a)Tetapi Keppres, juga termasuk Rp100 ribu. (c) Akhirnya, sewa tempat keputusannya pejabat Tata Usaha Negara pemakaman dengan cara pemakaman yang dapat dijadikan objek sengketa tunggal/ tumpukan di tempat makam di Pengadilan Tata Usaha Negara. lama untuk setiap makam baru, dengan Akhhrnya, Keppres dapat dibatalkan jangka waktu lamanya tiga tahun, ditarik PTUN kalau diwawas berlawanan retribusi Rp170 ribu.’ dengan Peraturan Perundang-Undangan Contoh paragraf (9) diawali transisi jalaran yang ada serta tidak sesuai dengan Asas- ‘sebab’ diikuti kalimat penjelas terdapat pada Asas Umum Pemerintah. (c) Dalam hal kalimat (9a) dan (9b). Kalimat penjelas (9a) grasinya Corby, Keppres itu dianggap dijelaskan bahwa adanya evaluasi dari gubernur, bertentangan dengan UUD1945, akhirnya Pemkot mengubah retribusi di Perda. UU Narkotika, dan PP No.28/2006 Dan, kalimat penjelas (9b) dijelaskan bahwa yang mengatur bab remisi terhadap hasil akhir ternyata sama dengan usulan Pemkot narapidana korupsi, terorisme, narkoba, sebelumnya, yaitu biaya pelayanan penguburan/ dan kejahatan internasional.’ pemakaman termasuk menggali dan menimbun Contoh paragraf (10) diawali transisi ditarik retribusi Rp100 ribu. Selanjutnya, kalimat nanging ‘tetapi’ diikuti kalimat penjelas dan penjelas diikuti oleh kalimat topik. Kalimat topik kalimat penegas. Kalimat penjelas terletak terdapat pada kalimat (9c) di akhir paragraf 52 52 53 53 53 Sawerigading, Vol. 20, 1 April 2014: 45—59

pada (10a) berisi tentang keputusan pejabat tata iki wiwit digunakake pemerintah. Frasa di situ usaha negara dapat dijadikan objek sengketa merupakan bagian dari kalimat (11a) yang di Pengadilan Tata Usaha Negara. Selanjutnya, menduduki subjek. Sebagai gagasan pokok, kalimat penegas ditandai oleh satuan lingual frasa diikuti gagasan pengembang yang terdapat akhire ‘akhirnya’ terdapat pada (10b) dijelaskan pada kalimat (11b) dan (11c). Perlu dijelaskan bahwa Keppres dapat dibatalkan PTUN kalau pula bahwa dalam kalimat (11b) terdapat satuan diwawas bertentangan dengan Peraturan lingual kabukten merupakan ciri khas paragraf Perundang-Undangan yang ada serta tidak sesuai argumentasi yang memerlukan pembuktian. dengan asas-asas umum pemerintah. Kalimat Gagasan pokok berwujud kalimat topik terletak di akhir paragraf pada kalimat (10c) dijelaskan bahwa hal grasinya Corby menjadikan Kalimat adalah unsur langsung pembentuk Keppres itu dianggap bertentangan dengan UUD paragraf. Kalimat yang membentuk paragraf 1945, UU Narkotika dan PP No.28/2006 yang argumetasi itu dapat berupa kalimat tunggal mengatur bab remisi terhadap narapidana korupsi, maupun kalimat majemuk. Adapun wujud terorisme, narkoba, dan kejahatan internasional. kalimat itu dapat mengisi gagasan pokok dan gagasan pengembang. Pada subbab berikut ini Wujud Gagasan Pokok akan dikaji wujud kalimat yang mengisi gagasan Gagasan pokok dalam paragraf dapat pokok dalam paragraf argumentasi. berwujud frasa, klausa, dan kalimat, baik kalimat Gagasan pokok berwujud kalimat tunggal tunggal maupun kalimat majemuk. Gagasan pokok dalam paragraf argumentasi Gagasan pokok berwujud rasa dapat berwujud kalimat tunggal. Berikut ini Gagasan pokok pada paragraf argumentasi contoh paragraf argumentasi sebagai berikut. dapat berupa frasa. Untuk lebih jelasnya (12) (a) Majelis Hakim Pengadilan Jakarta perhatikan contoh berikut ini. Selatan nibakake vonis hukuman 15 taun (11) (a) Tenaga surya, salah sawijining EBT marang Amir jamaah Ansharut Tauhid (Energi Baru Terbaru) sing akhir-akhir lan Abu Bakar Ba’asyr. (b) Ketua Majelis iki wiwit digunakake pemerintah. (b) Hakim Herri Swantoro ngandharake, Kabukten intensitas sunaring srengenge Abu Bakar Ba’asyir kabukten ngimpun ing Indonesia rata-rata 4,8 kwh/meter dhuwit kanggo prabeyan kegiyatan persegi/dina. (c) Kanthi mretung lan terorisme. (c) Kejaba kuwi mandhegani nggatekake pasedhiyane lahan, PLTS gladhen terorisme ing Pegunungan bisa digarap nganti 50.000 MW.... (PS Jantho, Aceh Besar sawantara wektu no.31/3 Agustus 2013: hlm.4) kepungkur. (d) Pakartine Ba’asyir mau ‘(a) Tenaga surya, salah satu EBT yang akhir- nerak Pasal 14 Undang-Undang No.15 akhir ini mulai digunakan pemerintah. Taun 2003 ngenani Pemberantasan (b) Terbukti intensitas sinar matahari di Terorisme. (e) Akhire Abu Bakar Ba’asir Indonesia rata-rata 4,8 kwh/ meter persegi/ divonis hakim luwih entheng tinimbang per hari. (c) Dengan memperhitung dan tuntutan jaksa, yaiku ukuman saumure memperhatikan persediannya lahan, PLTS hidup (PS no. 27/2Juli 20121: hlm. 5) bisa mengerjakan hingga 50.000 MW....’ ‘(a) Majelis Hakim Pengadilan Jakarta Gagasan pokok paragraf (11) berupa frasa Selatan menjatuhkan vonis hukuman tenaga surya yang terdapat pada kalimat (11a), 15 tahun kepada Amir jamaah Ansharut seperti berikut: Tenaga surya, salah sawijining Tauhid dan Abu Bakar Ba’asyir terbukti EBT (Energi Baru Terbaru) sing akhir-akhir mengumpulkan uang untuk biaya kegiatan terorisme. (b) Ketua Majelis 54 54 54 55 55 Herawati: Paragraf Argumentasi dalam Bahasa Jawa

Hakim Herri Swantoro menerangkan, iku kanggo mulusake proses idin lahan Abu Bakar Ba’asyir terbukti menghimpun pemakaman ing Desa Antajaya kang uang untuk biaya terorisme. (c) Selain ambane 100 hektar (PS no.18/4 Mei itu, memimpin pelatihan terorisme di 2013: hlm.5). Pegunungan Jantho, Aceh Besar beberapa ‘(a) Kasus korupsi ‘makan’ tanah makam ini waktu yang lalu. (d) Perbuatan Ba’assdyir diungkap/dibuka ketika KPK menangkap tadi, katanya Herri, melanggar Pasal 14 lima orang di area Cibubur ketika sedang Undang-Undang No.15 Tahgun2003 transaksi akan menyerahkan uang pelicin. mengenai Pemebrantasan Terorisme. (e) (b) Bukti berupa uang Rp800.000,00 Akhirnya Abu Bakar Ba’asyr divonis juta langsung disita KPK. (c) Orang- hakim lebih ringan daripada tuntutan orang yang akhirnya ditangkap tadi, Jaksa, yaitu hukuman seumur hidup.’ yaitu Sentot Susilo, Usep Jumeno, Listio, Contoh paragraf (12) terdiri atas lima Nana Supriana, dan Iyus Djoher. (d) KPK kalimat. Gagasan pokok berwujud kalimat menduga pelicin itu untuk memudahkan tunggal, seperti berikut: Pakartine Ba’asyir mau proses izin lahan pemakaman di desa nerak Pasal 14 Undang-Undang No.15 Taun Antajay yang luasnya 100 hektar.’ 2003 ngenani Pemberantasan Terorisme terletak Contoh paragraf (13) terdiri atas empat pada kalimat (12d). Wujud kalimat tunggal yang kalimat. Gagasan pokok berupa kalimat majemuk. berisi keputusan hakim dan pada pengembangan Kalimat topik terletak pada kalimat (13a) gagasan di dalam paragraf itu diwujudkan dengan berupa kalimat majemuk. Kalimat majemuk itu kalimat penjelas (12a), (12b), (12c), dan kalimat merupakan kalimat majemuk bertingkat yang penegas pada (12e). Kalimat penjelas pada (12b) terdiri atas induk kalimat diikuti anak kalimat. terdapat satuan lingual kabukten merupakan ciri Kalimat majemuk itu terdiri atas induk kalimat khas paragraf argumentasi yang memerlukan berupa kalimat Kasus korupsi “mangan’ lemah pembuktian. Dan, kalimat penegas terletak pada kuburan iki kawiyak dan diikuti anak kalimat (12e) menjelaskan bahwa akhirnya vonis yang berupa nalika KPK mikut wong lima, ing rest area dijatuhkan oleh hakim lebih ringan daripada Cibubur nalika lagi transaksi arep masrahake tuntutan jaksa. Satuan lingual akhire ‘akhirnya’ dhuwit beselan. Dalam paragraf itu, gagasan yang tampak pada kalimat (12e) merupakan ciri pokok ini dikembangkan dengan kalimat penjelas khas kalimat penegas. yang mendukung gagasan pokok. Kalimat Gagasan pokok berwujud kalimat majemuk penjelas terletak pada kalimat (13b), (13c), dan (13d). Kalimat penjelas pada (13b), (13c) dan Gagasan pokok dalam paragraf dapat (13d) tidak dapat dipisahkan dengan kalimat berwujud kalimat majemuk. Perhatikan contoh topik (13a). Di dalam kalimat penjelas pada (13b) paragraf berikut ini. terdapat satuan lingual bukti yang merupakan (13) (a)Kasus korupsi “mangan’ lemah ciri khas dalam paragraf argumentasi. kuburan iki kawiyak nalika KPK mikut Hubungan Antarunsur Paragraf Argumentasi wong lima, ing rest area Cibubur nalika lagi transaksi arep masrahake Paragraf argumentasi terdiri atas beberapa dhuwit beselan. (b) Bukti arupa dhuwit kalimat. Di bidang bentuk, terdapat penanda- Rp800.000,00 yuta langsung dibeslah penanda hubungan yang menandai hubungan KPK. (c) Wong-wong sing wusanane antara kalimat yang satu dengan kalimat yang dipikut mau yaiku Sentot Susilo, Usep lain sehingga paragraf itu merupakan satu satuan Jumeno, Listio, Nana Supriana, lan yang padu. Di bidang makna setiap kalimat Iyus Djuher. (d) KPK nduga beselan menyatakan suatu informasi. Informasi pada kalimat yang satu berhubungan dengan informasi 54 54 55 55 55 Sawerigading, Vol. 20, 1 April 2014: 45—59

pada kalimat yang lain sehingga membentuk satu merupakan partai yang dilarang di Indonesia. satuan informasi yang padu. Kepaduan bentuk Hubungan contoh dan informasi itu merupakan syarat keberhasilan paragraf. Kalimat topik dikembangkan dengan cara memberi contoh. Contoh yang diberikan itu tentu Sebuah paragraf argumentasi terdapat saja contoh konkret yang langsung memberi berbagai hubungan makna antara informasi gambaran yang nyata kepada pembaca. Untuk yang dinyatakan pada kalimat yang satu dengan lebih jelasnya, perhatikan contoh berikut ini. informasi yang dinyatakan pada kalimat lainnya. Pada subbab berikut ini akan dikaji hubungan (15)(a) Leladhesan pengangkatan PNS antarunsur yang ditemukan pada paragraf pamarentah wis nerbitake Peraturan argumentasi, seperti berikut. Pemerintah (PP) Nomer 48/2005 ngenani Pengangkatan Tenaga Honorer Hubungan pembuktian dadi PNS 11 November 2005.(b) PP iki Hubungan makna pembuktian ialah suatu disebutake tenaga honorer sing bisa pernyataan yang langsung diikuti bukti agar diangkat dadi CPNS antara liya guru, pembaca meyakini kebenaran pernyataan itu. tenaga kesehatan ing unit pelayanan Untuk lebih jelasnya, perhatikan berikut ini. kesehatan, tenaga penyuluh pertanian, (14) (a) Kapolres Solo AKBP Oneng Subroto peternakan, penjaga ril sepur, lan mratelakake, spanduk gambar palu arit penjaga menara mercu suar. (c) Tenaga mau dirampas merga petugas nedya kerja sing diangkat paling tuwa 46 taun njejegake hukum. (b) Pemasangan lan wis duwe masa kerja 20 taun terus- spanduk iki kabiji nerak angger- terusan (PS no.48/ 2005: hlm.7) anggering negara, yaiku Tap MPRS ‘(a)Berdasarkan pengankatan PNS No.XXV/1966. (c) Adhedhasar Tap. pemerintah sudah menerbitkan Peraturan MPRS mau PKI mujudake partai kang Pemerintah (PP) Nomor 48/2005 dilarang ing Indonesia (PS no.47/2005: mengenai Pengangkatan Tenaga Honorer hlm. 5) menjadi PNS 11 November 2005. (b) PP ‘(a) Kapolres Solo AKBP Oneng Subroto ini disebutkan tenaga honorer yang bisa menerangkan spanduk bergambar palu diangkat menjadi CPNS, antara lain arit tadi dirampas sebab petugas berniat guru, tenaga kesehatan di unit pelayanan menegakkan hukum.(b) pemasangan kesehatan, tenaga penyuluh pertanian, spanduk ini dinilai melanggar Undang- peternakan, penjaga rel kereta, dan Undang Negara, yaitu Tap MPRS penjaga menara mercu suar. (c) Tenaga No.XXV/1966. (c) Berdasarkan Tap. kerja yang diangkat paling tua usia 46 MPRS tadi PKI merupakan partai yang tahun dan sudah mempunyai masa kerja dilarang di Indonesia. 20 tahun terus-menerus.’ Contoh paragraf (14) terdiri atas tiga Kalimat topik berada pada (15a) dijelaskan kalimat. Pada kalimat (14a) dijelaskan bahwa bahwa pengangkatan PNS berdasarkan Peraturan spanduk bergambar palu arit dirampas oleh Pemerintah No.48/2005 telah diterbitkan petugas bermaksud menegakkan hukum. Kalimat oleh pemerintah, sedangkan kalimat penjelas (14b) dijelaskan bahwa spanduk bergambar pada (15b)dipaparkan bahwa dalam Peraturan palu arit dinilai melanggar Undang-Undang Pemerintah itu disebutkan tenaga honorer Negara disertai pembuktian adanya Ketetapan yang menjadi CPNS, antara lain: guru, tenaga MPRS No.XXV/1966. Dan, pada kalimat (14c) kesehatan di unit pelayanan kesehatan, tenaga diperjelas dengan Ketetapan MPRS bahwa PKI penyuluh pertanian, peternakan, penjaga 56 56 56 57 57 Herawati: Paragraf Argumentasi dalam Bahasa Jawa

rel kereta, dan penjaga menara mercu suar. Menteri Sekretaris Negara Hatta Rajasa Hubungan contoh antarkalimat dalam paragraf menolak kalau tes kesehatan tersebut ditandai oleh konjungsi antara liya ‘antara lain’ memboroskan uang negara’ Kalimat penjelas pada kalimat (15c) dipaparkan Pada paragraf (16) terdapat kalimat topik pula bahwa tenaga kerja yang diangkat paling tua (16a) yang berisi pemaparan tentang tes kesehatan berusia 46 tahun dan masa kerja 20 tahun. calon menteri yang berbeda dengan tes kesehatan Hubungan pertentangan presiden dan wakil presiden dan kalimat penjelas Kalimat topik berisi hal yang (16b)—(16c) berisi pemaparan hal yang dipertentangkan, sedangkan kalimat penjelas dipertentangkan, yaitu berdasarkan Undang- berisi hal yang mempertentangkan. Menurut Undang No.42/2008 biaya tes kesehatan calon Ramlan (1993:48) hubungan perlawanan ialah presiden dan wakil presiden ditanggung negara pertalian yang mempertentangkan suatu hal, dan biaya tes kesehatan calon menteri setiap keadaan, atau perbuatan dengan hal, keadaan, orang biayanya Rp50 juta. Pertalian kalimat topik atau perbuatan lain, misalnya, mempertentangkan (16a) dan kalimat penjelas (16d) pada paragraf besar dengan kecil, rajin dengan malas. Hal yang itu dihubungkan oleh transisi nanging ‘tetapi’. dipertentangkan tidak selalu berlawanan, tetapi Kalimat penjelas (16d) merupakan kalimat dapat juga hal yang berbeda, misalnya, bekerja penjelas yang mempertentangkan. dengan tidur, baru dengan tidak terawat. Untuk Hubungan kausalitas lebih jelasnya, perhatikan contoh berikut. Paragraf argumentasi memiliki hubungan (16)(a) Tes kesehatan calon menteri mau beda kausalitas. Tarigan (1991:32) menyebutnya karo tes kesehatan calon presiden lan sebab-akibat. Hubungan makna kausalitas dalam calon wakil presiden.(b) Awit adhedhasar paragraf argumentasi merupakan pertalian makna Undang-Undang No.42/2008 ngenani yang erat dan rapat. Bagian yang satu memerlukan Pemilihan Presiden lan wakil presiden, kehadiran dan keberadaan bagian yang lain. ragad tes kesehatan calon presiden Kata sebab berfungsi sebagai konjungsi yang dalah wakile ditanggung negara. (c) menyatakan hubungan makna ‘kausalitas’ atau Tes kesehatane para calon menteri mau ‘sebab-akibat’ atau ‘akibat-sebab’. Untuk lebih ditindakake dening dokter cacahe 29 sing jelasnya, perhatikan contoh di bawah ini. ongkose dinuga Rp50 yuta saben uwong. (17) (a) Ing antarane kang duwe pengaruh (d) Nanging Menteri Sekretaris Negara marang jantung iku zat lutein. (b) Asile Hatta Rajasa nampik yen tes kesehatan panaliten mbuktekake yen badane kasebut mborosake dhuwit negara (PS uwong ngandhut zat lutein mung no.44/31 Oktober 2009: hlm.5) sethithik, wong iku ngalami penebalan ‘(a) Tes kesehatan calon menteri tadi berbeda pembuluh getih. (c) Akibate, lakune tes kesehatan calon presiden dan calon getih ora lancar satemah nuwuhake lara wakil presiden. (b) Sebab berdasarkan jantung. (d) Kosok baline yen badane Undang-Undang No.42/2008 mengenai wong iku ngandhut zat lutein cukup pemilihan presiden dan wakil presiden, akeh, pembuluh darahe aman, laku biaya tes kesehatan calon presiden getih lancar, ora jantungen (PS no.43/22 dan wakilnya ditanggung negara, (c) Oktober 2011: hlm. 39) Tes kesehatan para calon menteri tadi ‘(a) Di antaranya yang mempunyai pengaruh dilakukan oleh dokter sejumlah 29 terhadap jantung itu zat lutein.(b) orang yang biayanya diperkirakan Hasilnya penelitian membuktikan Rp50 juta setiap orang. (d) Tetapi kalau tubuh manusia mengandung

56 56 57 57 57 Sawerigading, Vol. 20, 1 April 2014: 45—59

zat lutein hanya sedikit, orang itu Sawantara wektu kepungkur kayu ilegal mengalami penebalan pembuluh darah. sing nedya diselundupake menyang Jawa (c) Akibatnya jalannya darah tidak kasil digagalake aparat Polres Tanjung lancar akhirnya menimbulkan penyakit Perak, Surabaya. (g) Nanging ana sing jantung. (d) Sebaliknya, kalau badannya kandha Labora nyetorake saperangan orang itu mengandung zat lutein cukup dhuwite marang ndhuwurane (PS banyak, pembuluh darahnya aman, darah no.21/25 Mei 2013: hlm.5) mengalirnya lancar, tidak menderita sakit ‘(a) Berdasarkan laporannya PPATK tadi jantung.’ Labora Sitorus kemudian diperiksa. (b) Bagian kalimat topik merupakan bagian Selain itu ditelusuri bab asal-usulnya makna ’sebab’ yang memerlukan kehadiran uang, Labora sebenarnya juga sedang bagian kalimat penjelas (17b). Kalimat penjelas diperiksa berkaitan dengan kasus pada (17c) merupakan bagian yang bermakna penyelewengan bahan bakar minyak. ‘akibat’. Dan, kalimat penjelas pada (17d) (c) Tim gabungan Polda Papua dan memaparkan kebalikannya, yaitu tubuh manusia Mabes menyita BBM 1 juta liter yang cukup banyak zat lutein, pembuluh darah aman, disembunyikan Labora. (d) Selain itu, darah mengalir lancar, dan tidak menderita sakit perkara BBM, Labora juga dicurigai jantung. menjadi beking menebangi kayu ilegal di Sorong dan Raja Ampat. (e) Di Sorong, Hubungan penjumlahan Labora memang dikenal sebagai mafia Hubungan penjumlahan adalah hubungan kayu curian. (f) Beberapa waktu yang lalu bagian yang terjadi apabila bagian yang satu kayu ilegal yang akhirnya diselundupkan (bagian kalimat penjelas) menjadi bagian ke Jawa berhasil digagalkan aparat Polres penambahan bagi bagian yang lain (bagian Tanjung Perak, Surabaya. (g) Tetapi kalimat topik). Oleh karena itu, hubungan ini ada yang mengatakan bahwa Labora dapat disebut sebagai ‘hubungan pertambahan’ menyetorkan sebagian uangnya kepada (Ramlan, 1993:44). Selain itu, Kridalaksana atasannya.’ (1978:39) menyebutnya sebagai hubungan aditif. Kalimat (18b)—(18g) merupakan Hubungan penjumlahan antarkalimat dalam kalimat penjelas yang berfungsi sebagai bagian paragraf argumentasi ditandai oleh konjungsi penambahan bagi kalimat topik (18a). Kalimat kejaba iku ‘selain itu’, saliyane ‘selain itu’. topik memaparkan bahwa berdasarkan laporan Untuk itu perhatikan contoh paragraf berikut ini. PPATK Labora kemudian diperiksa. Hubungan (18) (a) Adhedhasar lapurane PPATK kalimat topik dan kalimat penjelas ditandai mau Labora Sitorus banjur dipriksa. hadirnya konjungsi kejaba iku ‘selain itu’ dan (b) Kejaba iku ditlesih bab asal-usule saliyane ‘selainnya’. Pada kalimat penjelas dhuwit, Labora sejatine uga lagi dipriksa (18b)—(18c) dinyatakan bahwa Labora diperiksa gegayutan karo kasus penyelewengan berkaitan dengan kasus penyelewengan BBM bahan bakar minyak. (c) Tim gabungan dan dinyatakan pula Tim gabungan Polda dan Polda Papua lan Mabes Polri mbeslah Mabes menyita BBM sejumlah 1 juta liter yang BBM 1juta liter sing didhelikake Labora. disembunyikan Labora. Kalimat penjelas (18d) (d) Saliyane perkara BBM, Labora uga ditandai hadirnya konjungsi saliyane ‘selainnya’ disujanani dadi beking mbabadi kayu peteng ing Sorong lan Raja Ampat. (e) Ing Sorong, Labora pancen dikenal minangka mafia kayu colongan. (f)

58 58 58 59 59 Herawati: Paragraf Argumentasi dalam Bahasa Jawa

PENUTUP Wacana dalam Ilmu Bahasa. Yogyakarta: Paragraf argumentasi merupakan paragraf Pustaka Gondho Suli. yang gagasan pokoknya berisi alasan yang Keraf, Gorys. 1982. Argumentasi dan Narasi. dipakai untuk memperkuat atau menolak suatu Jakarta: PT Gramedia. pendapat atau gagasan. Paragraf argumentasi Kridalaksana, Harimurti. 1978. Keutuhan memiliki gagasan pokok yang dapat berposisi Wacana: dalam Bahasa dan Sastra tahun di awal, di tengah, dan di akhir paragraf. Dilihat ke-IV No. 1, hlm. 36—47. dari struktur unsurnya bervariasi, yaitu a. (1) ------. 2001. Kamus Linguistik. Jakarta: kalimat topik – kalimat penjelas; (2) kalimat PT Gramedia topik – kalimat penjelas – kalimat penegas; (3) Moliono, Anton. 2004. “Pengajaran Bahasa transisi – kalimat topik – kalimat penjelas; dan Indonesia untuk Tujuan Akademik” Dalam (4) transisi – kalimat topik – kalimat penjelas - Linguistik Indonesia. Jakarta: Masyarakat kalimat penegas; b (1) kalimat penjelas – kalimat Indonesia Bekerja sama dengan Yayasan topik – kalimat penjelas; (2) kalimat penjelas Obor Indonesia. – kalimat topik – kalimat penegas; (3) transisi- Nardiati, Sri dkk.. 2013. “Paragraf dalam Bahasa kalimat penjelas – kalimat topik – kalimat Jawa: Konstruksi dan Permasalahannya”. penjelas; dan (4) transisi – kalimat pejelas- Yogyakarta: Balai Bahasa Provinsi DIY. kalimat topik – kalimat penegas; c. (1) transisi Ramlan, M. 1993. Paragraf Alur Pikiran dan – kalimat penjelas- kalimat topik; (2) transisi – Kepaduannya dalam Bahasa Indonesia. kalimat penjelas – kalimat topik. Gagasan pokok Yogyakarta: Andi Offset itu dapat berwujud satuan lingual frasa, kalimat, Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik baik kalimat tunggal maupun kalimat majemuk. Analisis Bahasa: Pengantar Penelitian Hubungan antarunsurnya menyatakan hubungan Wahana Kebudayaan secara Linguistik. makna pembuktian, contoh, pertentangan, Yogyakarta: Duta Wacana University Press. kausalitas, dan penjumlahan. Sugono, Dendy. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. Edisi Keempat. DAFTAR PUSTAKA Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Tarigan 1991. Membina Keterampilan Menulis Alwi, Hasan. 2001. Paragraf. Jakarta: Departemen Paragraf dan Pengembangannya. Pendidikan Nasional Bandung: Penerbit Angkasa. Baryadi, I. Praptomo. 2002. Dasar-Dasar Analisis

58 58 59 59 59 60 60 60 61 61 SAWERIGADING

Volume 20 No. 1, April 2014 Halaman 61—71

BENTUK PERUBAHAN MAKNA DALAM BAHASA BUGIS (The Form of Meaning Change in )

Herianah Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Selatan dan Provinsi Sulawesi Barat Jalan Sultan Alauddin Km 7/Tala Salapang Makassar Telepon (0411)882401, Faksimile (0411)882402 Pos-el: [email protected] Diterima: 2 Januari 2014; Direvisi: 20 Februari 2014; Disetujui: 20 Maret 2014

Abstract Aim of the writing is to describe the form of meaning change in Buginese language. The writing applies descriptive qualitative that describes meaning change in Buginese language by listening, interviewing, and documenting technique. Result of analysis shows that there is meaning change in Buginese language. The changes are: (1) in vernacular to Indonesian language; (2) caused by social change; (3) caused by the exchange of sense response; (4) caused by compound lexeme or word; (5) caused by performance of language user; (6) caused by association; (7) caused by the change of form. Keywords: the change of meaning, Buginese language, semantic

Abstrak Tulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk perubahan makna yang terdapat dalam bahasa Bugis. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif yang menggambarkan berbagai perubahan makna dalam bahasa Bugis, dengan teknik simak, wawancara dan teknik dokumentasi. Hasil pembahasan menunjukkan bahwa dalam bahasa Bugis terdapat perubahan makna. Ada beberapa perubahan makna, yaitu : (1) perubahan makna dari bahasa daerah ke bahasa Indonesia (2) perubahan makna akibat perubahan lingkungan; (3) perubahan makna akibat pertukaran tanggapan indra; (4) perubahan makna akibat gabungan leksem atau kata; (5) perubahan makna akibat tanggapan pemakai bahasa; (6) perubahan makna akibat asosiasi; (7) perubahan makna akibat perubahan bentuk. Kata kunci: perubahan makna, bahasa Bugis, semantik

PENDAHULUAN tetapi, dengan penelitian semantik tidak berarti Dalam rangka pembinaan dan bahwa permasalahan semantik telah dibahas pengembangan bahasa Indonesia, penelitian secara tuntas. Masih banyak permasalahan lain aspek-aspek kebahasaan masih perlu dilakukan, yang menyangkut semantik perlu mendapatkan baik terhadap bahasa Indonesia maupun perhatian para pakar dan para peneliti. Salah satu bahasa Daerah,salah satunya aspek semantik. permasalahan semantik yang masih perlu diteliti Penelitian yang terkait dengan kajian semantik, adalah masalah perubahan makna khususnya terutama terhadap bahasa Indonesia sudah bahasa Bugis. banyak dilakukan termasuk tentang perubahan Bahasa berkembang terus sesuai dengan makna. Studi semantik memang sudah banyak perkembangan pemikiran pemakai bahasa. Telah dilakukan oleh pakar bahasa atau linguis. Akan diketahui bahwa pemakaian bahasa diwujudkan

60 60 61 61 61 Sawerigading, Vol. 20, 1 April 2014: 61—71

dalam bentuk kata-kata dan kalimat. Manusialah KERANGKA TEORI yang menggunakan kata dan kalimat itu dan Kridalaksana, (2008:193) mengatakan manusia pula yang menambah kosakata yang perubahan makna adalah kata dalam sejarah suatu sesuai dengan kebutuhannya. Hal ini sesuai bahasa dan dalam kontak dengan bahasa-bahasa dengan pendapat Stephen Ullmann (dalam lain. Sementara menurut Pateda, (2010:59) Sumarsono, 2012:247) bahwa bahasa bergerak perubahan makna yang menyangkut banyak terus sepanjang waktu membentuk dirinya hal. Perubahan makna yang dimaksud di sini sendiri. Ia mempunyai gerak mengalir dan tak meliputi: pelemahan, pembatasan, penggantian, satu pun yang sama sekali statis. penggeseran, perluasan dan juga kekaburan Pemikiran manusia berkembang, makna. demikian halnya dengan pemakaian kata Djajasudarma, (2009:76) mengatakan dan kalimat. Perkembangan tersebut dapat perubahan makna seperti dinyatakan terdahulu berwujud penambahan atau pengurangan. bahwa faktor-faktor yang mengakibatkan Pengurangan yang dimaksud di sini bukan saja perubahan makna antara lain sebagai akibat pengurangan dalam kuantitas kata, tetapi juga perkembangan bahasa. yang berhubungan dengan kualitas kata. Jika orang berbicara tentang kualitas kata, berarti ia Faktor-Faktor Perubahan Makna telah memasuki wilayah kajian makna (Pateda, Perubahan makna menyangkut banyak hal. 2010:158). Faktor-faktor yang mengakibatkan perubahan Bahasa berkembang sesuai dengan makna menurut Ullman 1972 dalam (Pateda perkembangan pemikiran pemakai bahasa. 2010:163)sebagai akibat: Manusia menggunakan kata-kata dan kalimat. (1) Faktor kebahasaan (linguistic causes). Sejalan dengan itu, kata dan kalimat berubah (2) Faktor kesejarahan (historical cauces) terus, sehingga dengan sendirinya maknanya yang dapat diuraikan atas objek, institusi, pun akan berubah. Dengan kata lain terjadi ide, dan konsep ilmiah perubahan. Perubahan terjadi karena manusia (3) Sebab sosial (sosial causes) sebagai pemakai bahasa menginginkannya. (4) Faktor psikologis (psychological causes) Pembicara membutuhkan kata, manusia yang berupa: faktor emotif, kata-kata membutuhkan kalimat untuk berkomunikasi. Ia tabu: (1) tabu karena takut, (2) tabu karena membutuhkan kata baru. Kadang-kadang karena kehalusan, (3) tabu karena kesopanan belum ditemukan kata baru untuk mendukung (5) Pengaruh bahasa asing pemikirannya, pembicara mengubah bentuk (6) Karena kebutuhan akan kata-kata baru. kata yang telah ada, atau boleh jadi ia mengubah makna kata yang telah ada. Tentang Perubahan Makna Seiring dengan terjadinya perubahan Menurut Pateda (2010:168--183), Fatimah waktu, perkembangan terhadap bahasa terjadi (1999: 65--69) ada beberapa perubahan makna pula dalam bahasa Bugis, dalam hal ini perubahan yaitu : dalam hal makna. Seiring dengan latar belakang di atas, ada beberapa masalah terkait dengan (1) Perubahan Makna dari Bahasa Daerah hal tersebut yaitu bagaimana perubahan makna ke Bahasa Indonesia. Kosakata bahasa dalam bahasa Bugis? Tujuan penulisan adalah daerah tertentu yang masuk dalam mendeskripsikan berbagai perubahan makna bahasa Indonesia dirasakan tidak layak yang terjadi dalam bahasa Bugis. diucapkan bagi daerahnya, tapi dalam bahasa Indonesia menjadi layak. (2) Perubahan Makna Akibat Perubahan Lingkungan. Lingkungan dapat

62 62 62 63 63 Herianah: Bentuk Perubahan Makna dalam ...

menyebabkan perubahan makna. Bahasa peneliti berusaha menggambarkan secara objektif yang digunakan pada lingkungan dan tepat berbagai perubahan makna dalam bahasa masyarakat tertentu belum tentu sama Bugis saat ini. Selain itu, dilakukan pula teknik maknanya dengan makna kata yang simak, yaitu menyimak penggunaan bahasa. Ini digunakan di lingkungan masyarakat lain. disejajarkan dengan pengamatan atau observasi (3) Perubahan Makna Akibat Pertukaran (Sudaryanto, 1993:133). Selain itu digunakan Tanggapan Indra. Perubahan makna teknik wawancara dan dokumentasi. akibat pertukaran indra disebut sinestesi Data yang digunakan dalam penelitian ini (kata Yunani: sun=sama dan aesthetikos= berupa kata-kata dalam bahasa Bugis. Sumber tampak). Pertukaran indra dimaksud, data pada penelitian ini adalah informan/penutur misalnya indra pendengaran dengan asli bahasa Bugis. Data primer penelitian ini indra penglihatan, indra perasa ke indra ialah data yang disediakan oleh peneliti berasal penglihatan. dari penutur asli bahasa Bugis (populasi). Sesuai (4) Perubahan Makna Akibat Gabungan dengan tujuan yang hendak dicapai penelitian Leksem atau Kata. Terjadi perubahan ini, yakni deskripsi perubahan makna kata dalam makna karena adanya paduan atau bahasa Bugis, dalam penelitian ini tidak dipakai gabungan leksem. populasi dalam jumlah besar, tetapi hanya (5) Perubahan Makna Akibat Tanggapan sejumlah kecil informan (sebagai pemercontoh/ Pemakai Bahasa. Terjadi perubahan sampel) yang dipilih menurut syarat-syarat makna akibat tanggapan pemakai bahasa penentuan informan yang memenuhi syarat. dapat dari ameliorative ke peyoratif atau Samarin (1988:28) mengatakan bahwa sebaliknya. seseorang yang meneliti suatu bahasa dengan (6) Perubahan Makna Akibat Asosiasi. tujuan menemukan deskripsi struktural bahasa Asosiasi adalah hubungan antara makna itu sebenarnya memerlukan tidak lebih seorang asli dan makna baru terdapat pertalian informan yang baik. Data sekunder penelitian ini erat. (data yang sudah tersedia dari berbagai tulisan) (7) Perubahan Makna Akibat Perubahan berasal dari tulisan, seperti korpus data dan Bentuk. Apabila terjadi perubahan bentuk dokumen penelitian sebelumnya. maka akan terjadi pula perubahan makna. Beberapa perubahan makna tersebut akan PEMBAHASAN diaplikasikan dalamperubahan makna dalam Perubahan Makna dari Bahasa Daerah ke bahasa Bugis. Bahasa Indonesia Bahasa yang berkembang sejalan dengan METODE bahasa Indonesia selain bahasa daerah, terdapat Penelitian ini menggunakan metode pula bahasa asing. Perubahan makna dari bahasa deskriptif kualitatif yang menggambarkan daerah ke dalam bahasa Indonesia. Kosakata berbagai perubahan makna dalam bahasa Bugis. daerah tertentu masuk ke dalam bahasa Indonesia Metode kualitatif berarti berusaha memahami dirasakan tidak layak diucapkan di daerahnya, fenomena sosial kebahasaan yang tengah diteliti tetapi di dalam bahasa Indonesia maknanya (Mahsun, 2005:90). Metode deskriptif itu sendiri menjadi layak dan digunakan dalam bahasa adalah metode yang bertujuan untuk membuat Indonesia. deskripsi, gambaran, lukisan secara sistematis, Kosakata bahasa daerah tertentu misalnya faktual, dan akurat mengenai data, sifat-sifat kata sombong bahasa Makassar berarti alat serta hubungan fenomena-fenomena yang diteliti kelamin perempuan; makna sombong dalam (Djayasudarma, 2010:9). Dengan demikian, bahasa Indonesia berarti sifat yang angkuh.

62 62 63 63 63 Sawerigading, Vol. 20, 1 April 2014: 61—71

Adapun contoh perubahan makna dari bahasa bolana I Muna nasaba elokni memmanak daerah Bugis (BB) ke bahasa Indonesia (BI) ‘Dari tadi kedatangan dukun beranak adalah: itu di rumah si Muna karena ia ingin (1) Tele ‘alat kelamin perempuan’ (BB) melahirkan’ Bertele-tele ‘berlama-lama’ (BI) (Sejak tadi kedatangan dukun beranak di rumah si Muna ditunggu karena si Muna Kata tele dalam bahasa Bugis berarti ingin melahirkan.) alat kelamin perempuan, tetapi dalam bahasa b. Sandro bola ‘orangyang ahli membuat Indonesia dapat digunakan kata bertele-tele atau rumah baru’ berpanjang-panjang atau berlama-lama. Kata tele Sandro bola naolli la Baso narekko dalam masyarakat Bugis menjadi hal yang tabu maeloi mappatettong bola aju untuk dibicarakan karena hal itu menyangkut ‘Orang pintar dipanggil si Baso pada saat organ vital kaum perempuan, namun dalam mendirikan rumah kayu’ bahasa Indonesia kata tersebut justru sering (Pada saat akan mendirikan rumah baru digunakan. Contoh: Pencuri itu bertele-tele si Baso memanggil orang pintar) ketika diinterogasi oleh seorang polisi. Makna c. Sandro bine ‘orang yang ahli pada kata bertele-tele pada kalimat di atas adalah persemaian benih padi’ memberikan keterangan yang panjang lebar atau Engka Sandro bine riolli ri ambokku berlama-lama. riwettu maddoja bine (2) Lupa ‘tidak berisi, misalnya kelapa’ (BB) Ada orang pintar dalam hal semaian padi Lupa ‘hilang ingatan’ (BI) dipanggil oleh ayahku saat acara malam persemaian benih padi Dalam bahasa Bugis terdapat kata lupa (Pada saat acara malam persemaian benih menjadi hal yang tabu bagi sebagian masyarakat padi ada orang pintar yang dipanggil oleh Bugis, karena kata lupa dapat berarti kosong ayahku.) atau tak berisi misalnya buah kepala yang tak mempunyai isi. Akan tetapi, dalam bahasa Pada contoh (3a) terdapat kata sandro Indonesia kata lupa berarti hilang ingatan. Hal ini anak ‘dukunanak’ biasanya panggilan pada bisa dilihat dalam kalimat: Saya lupa membawa seseorang wanita yang membantu seseorang kaca mata ke kantor. yang akan melahirkan. Di daerah perkampungan atau pedesaan khususnya walaupun ada bidan Perubahan Makna Akibat Perubahan namun warga desa tersebut masih menggunakan Lingkungan jasa sandro anak‘dukun anak’ untuk membantu Lingkungan masyarakat dapat menyebabkan persalinan. Sandro anak ‘dukun anak’ biasanya perubahan makna suatu kata. Kata yang digunakan seorang perempuan yang sudah separuh baya, pada lingkungan masyarakat tertentu belum tentu namun mempunyai keahlian dalam membantu sama maknanya dengan kata yang digunakan persalinan. di lingkungan masyarakat lain. Contoh kata Pada contoh (3b) terdapat kata sandro sandro ‘orang pandai’, bagi masyarakat Bugis bola ‘dukun rumah’biasanya panggilan kepada kata ini berhubungan dengan orang yang pandai orang yang ahli dalam menentukan tata letak atau mengobati atau ahli menerawang nasib seseorang. arah rumah pada saat pertama kali khususnya Namun, penggunaan kata ini bergantung pada rumah panggung akan didirikan. Jasa sandro lingkungan di mana kata ini digunakan seperti bola‘dukun rumah’ ini hingga saat ini masih beberapa contoh kata di bawah ini. digunakan oleh masyarakat terutama di pedesaan (3) a. Sandroanak ‘dukun beranak’. saat akan membangun rumah biasanya rumah Denrepa naitajeng sandro anak e ri atas atau rumah panggung. Arah rumah akan

64 64 64 65 65 Herianah: Bentuk Perubahan Makna dalam ...

ditentukan oleh sandro bola ‘dukun rumah’ si Beddu’ apakah menghadap utara, selatan, timur atau Anak perempuan si Beddu wajahnya barat, untuk keberkahan si pemilik rumah manis sekali. nantinya. Hal ini untuk memberikan keberkahan Pada contoh (4) terdapat perubahan makna dan keberuntungan bagi penghuni rumah baru terhadap tanggapan indra perasa, yaitu kata tersebut. Di perkotaan sandro bola tidak lagi macenning ‘manis’. Kata manis merupakan ditemukan karena pergeseran pemahaman bagian dari indra perasa pada lidah. Biasanya masyarakat tentang rezeki bahwa hal itu untuk memuji wajah perempuan biasa digunakan tergantung pada usaha dan keberkahan Tuhan. kata cinta, namun kata macenning ‘manis’ Pada contoh (3c) terdapat kata sandro bine/ bisa juga digunakan untuk menggambarkan ase ‘dukun persemaian benih padi’, panggilan kecantikan seorang wanita. yang ditujukan pada orang yang ahli dalam (5) Makebbong atinna natora lasa sere ati persemaian benih padi. Dalam bahasa Bugis ada Busuk hatinya karena sakit iri hati istilah maddoja bine yaitu malam persemaian (Hatinya busuk karena penyakit iri hati) padi yang akan ditanam di sawah. Dari ketiga contoh kata di atas tampak Pada contoh (5) terdapat kata perbedaan penggunaan kata yang berbeda makebbong ‘busuk yang berhubungan dengan bergantung di lingkungan mana kata tersebut indra penciuman, namun digunakan untuk digunakan. Oleh karena itu dapat dikatakan menggambarkan kejelekan hati seseorang.Kata bahwa perubahan makna dapat terjadi akibat makebbong ’busuk’ berhubungan dengan indra perubahan lingkungan. penciuman, dalam hal ini berhubungan dengan orang yang mempunyai hati yang iri hati, dengki, Perubahan Makna Akibat Pertukaran dan sebagainya. Tanggapan Indra (6) Alusu riengkalinga sakdanna Anak Indra manusia meliputi indra penciuman, Makkunrainna rajae pendengaran, penglihatan, peraba, dan perasa. ‘Halus kedengarannya suara anak Masing-masing indra menimbulkan kelompok perempuannya raja’ kata yang dapat dimanfaatkan oleh pengguna (Suara anak perempuan raja bahasa. Pertukaran makna akibat tanggapan indra kedengarannya lembut) ini biasa diistilahkan sinestesi (Djayasudarma, 1999:67). Pada contoh (6) terdapat kata alusu‘halus’ Dalam bahasa Indonesia indra penciuman yang menggambarkan kelembutan suara menghasilkan kelompok kata busuk, harum; seseorang. Kata alusu ‘halus berhubungan indra pendengaran menghasilkan kata keras, dengan indra perabaan. Suara yang halus biasanya merdu, lembut; indra penglihatan menimbulkan terdapat pada perempuan. Dalam contoh (6) kata kata gelap, jelas, kabur, terang; indra peraba halus berhubungan dengan suara gadis anak menimbulkan kata halus, kasar; sedangkan indra seorang raja. perasa menghasilkan kata benci, jengkel, iba dan (7) Makassarak mabbicara iyaro tamunna sebagainya. La Sakka Dalam bahasa Bugis juga ditemukan Kasar bicaranya itu tamunya si Sakka perubahan makna akibat pertukaran tanggapan (Cara bicanya kasar tamu si Sakka) indra yang dapat dilihat pada contoh berikut: Pada contoh (7) terdapat kata makassarak (4) macenning‘manis, cantik’. ‘kasar’ yang menggambarkan tentang Macenningladde tappana anak makkun- pembicaraan yang tidak baik, atau kurang rainna La Beddu sopan, sehingga seseorang tidak disukai sifat ‘Manis sekali wajahnya anak perempuan 64 64 65 65 65 Sawerigading, Vol. 20, 1 April 2014: 61—71

dan perilakunya. Kata makassarak ‘kasar’ cacian yang kasar dari seorang ibu kepada anaknya. juga berhubungan dengan indra perabaan. Bila seseorang berbicara kasar akan dicemooh dalam (11) Magaretta laddek oto baru naellie la pergaulan di masyarakat. Muhammad ri Makassar (8) Mabau asenna narekko makessinggi ‘Gagah mobil baru yang dibeli si sipak-sipakna tau e Muhammad di Makassar’ ‘Harum baunya apabila baik sifatnya (Mobil baru yang dibeli si Muhammad seseorang’ sangat bagus) (Apabila sifat seseorang baik akan harum Kata magaretta ‘gagah’ biasanya namanya) digunakan pada orang (pemuda) yang gagah, Pada contoh (8) terdapat kata mabau tetapi orang bisa juga menggunakannya untuk ‘harum’ yang berhubungan dengan indra benda atau barang seperti mobil. Begitu pula penciuman. Kata mabau ‘harum’ dengan perangai pada contoh (11) terdapat kata magaretta seseorang yang patut dikenang. Bila seseorang ‘gagah’ yang berhubungan dengan keindahan bertingkah laku yang baik pada sesama, bila suatu dan kekaguman. Dalam hal ini kekaguman pada hari ia wafat akan dikenang dan namanya tetap sebuah mobil baru yang dibeli oleh si Muhammad harum sepanjang masa. di Makassar. Untuk menggambarkan kekaguman itu diungkapkanlah kata magaretta ‘bagus’ pada (9) Massipak carana mabbicara pabbalu sebuah mobil baru milik si Muhammad. pabburae ri pasae Enak caranya berbicara penjual obat itu Perubahan Makna Akibat Gabungan Leksem (Enak caranya berbicara penjual obat itu atau Kata di pasar) Perubahan makna dapat terjadi sebagai Kata massipak ‘enak pada contoh (9) akibat gabungan leksem atau kata. Contoh dalam berhubungan dengan indra pengecapan, namun bahasa Bugis sebagai berikut: dalam contoh ini kata massipak berhubungan (12) Bola doko ‘rumah sakit’  bola ‘rumah’ dengan cara atau gaya seseorang dalam + doko ‘sakit’ berbicara kepada khalayak ramai. Pada contoh Tamai bola dokoe indokna I Sitti nasaba (9) berhubungan dengan gaya berbicara seorang malasai penjual obat dalam menawarkan dagangannya Masuk sudah rumah sakit ibu si Siti kepada pembeli di pasar. Gaya berbicara itu karena sakit diperlukan agar jualan obatnya laku di pasar. (Ibu si Siti masuk rumah sakit karena (10) Mapesse batena indoknamabbicara ri sakit) anakna narekko macaik i Pada contoh (12) terdapat gabungan kata ‘pedis caranya berbicara ibunya pada bola doko ‘rumah sakit’ yang terdiri atas kata anaknya ketika marah’ bola ‘rumah dan doko ‘sakit. Kata rumahmenurut (Pedas cara berbicara si ibu pada anaknya Sugono (2008:1188) rumah adalah bangunan ketika marah) untuk tempat tinggal, sedangkan kata sakit Pada contoh (10) terdapat kata mapesse menurut Sugono (2008:1204) adalah berasa ‘pedas yang berhubungan dengan cara berbicara tidak nyaman di tubuh atau bagian tubuh karena seorang ibu kepada anaknya. Pedas dalam hal menderita sesuatu (demam, sakit perut, dsb). ini adalah tidak lembut dan sangat kasar ketika Kedua kata ini sama sekali tidak berhubungan seorang ibu marah kepada anaknya. Dalam hal ini makna, namun bila digabungkan akan membentuk perkataan yang pedas menimbulkan umpatan dan pengertian baru yaitu bola doko ‘rumah sakit’

66 66 66 67 67 Herianah: Bentuk Perubahan Makna dalam ...

yaitu tempat merawat orang yang sedang sakit. (14) timu ‘mulut’  sumpang ‘mulut’ (13) Surek temmek ‘surat tamat/ijazah’ Pada contoh (14) terdapat kata timu‘mulut’ surek ‘surat + temmek‘tamat’ yang tergolong kata amelioratif dan masih Laoni I Mina sikolana tarima suret tergolong halus dalam penggunaannya. Contoh: temmekna Purana manre nabissaini timunna anak ‘Pergi ia si Mina ke sekolah terima surat sikolae tamatnya’ ‘Sesudah makan ia cuci mulutnya anak (Si Mina pergi ke sekolah menerima sekolah itu’ ijazah) Setelah makan anak sekolah itu mencuci Pada contoh (13) terdapat gabungan mulutnya kata surek temmek ‘surat tamat/ijazah. Kata Namun bila menggunakan kata sumpang surek ‘surat’ menurut Sugono dkk. (2008:1360) ‘mulut’ akan menimbulkan nilai kekasaran dalam kertas dsb yang bertulis (berbagai-bagai isi penggunaannya. maksudnya), sedangkan tamat menurut Sugono dkk. (2008:1386) adalah berakhir; habis; selesai Purana manre nabissaini sumpanna anak (dibaca, diceritakan, dipertunjukkan, dsb); sikolae khatam. Kedua kata itu tidak saling terkait, ‘Sesudah makan ia cuci mulutnya anak namun apabila digabungkan membentuk makna sekolah itu’ baru, yaitusurek temmek’ surat tamat/ijazah’. Setelah makan anak sekolah itu mencuci Ijazah menurut Sugono dkk (2008:518) adalah mulutnya surat tanda tamat belajar; sijil. Pada contoh terakhir dalam BB ini jarang Perubahan Makna Akibat Tanggapan digunakan karena bersifat kasar namun digunakan Pemakai Bahasa kosakata yang pertama yaitu kata timu ‘mulut. Makna kata dapat mengalami perubahan (15) Ampelok ‘sampul surat’  ampelok akibat tanggapan pengguna bahasa. Perubahan ‘sogokan, suap’ makna ini dapat mengarah ke hal-hal yang Pada contoh (15) terdapat kata ampelok menyenangkan atau hal-hal yang tidak ‘sampul surat’ yang tergolong amelioratif. menyenangkan. Makna yang menyenangkan Namun pada saat sekarang kata ampelok sudah disebut amelioratif dan yang tidak menyenangkan bergeser maknanya menjadi sogokan atau suap disebut makna peyoratif (Ulmman dalam Pateda yang tergolong peioratif. Contoh penggunaannya 2010:176). Menurut Tarigan (1986:90--92) kata dalam kalimat adalah: amelioratsi berasal dari bahasa Latin melior ‘lebih a. Purana iuki ipattamani surek ri laleng baik’ berarti membuat lebih baik, sedangkan ampelok e peyorasi bearsal dari kata Latin pejor berarti Sesudah ditulis dimasukkan surat itu jelek atau buruk. dalam amplop Contoh dalam bahasa Bugis yang (Sesudah ditulis surat itu dimasukkan berhubungan dengan makna amelioratif dan dalam amplop) peyoratif adalah sebagai berikut; Bandingkan Amelioratif  Peioratif b. Ajak lalo mabbere ampelok narekko Berikut contoh penggunaan kata yang elokko tama makjama berupa makna amelioratif menjadi makna Janganlah memberi amplop apabila mau peioratif. masuk bekerja (Janganlah memberi sogokan bila ingin

66 66 67 67 67 Sawerigading, Vol. 20, 1 April 2014: 61—71

masuk bekerja Perubahan Makna Akibat Asosiasi Asosiasi adalah hubungan antara makna Pada contoh (15a) tampak penggunaan kata asli, makna dalam lingkungan tempat tumbuh amplop sesuai makna sebenarnya, namun pada semula kata yang bersangkutan dengan makna contoh (15b) terdapat penggunaan kata amplop yang baru; yakni makna dalam lingkungan yang bermakna sogokan. tempat kata itu dipindahkan ke dalam pemakai Peioratif  Amelioratif bahasa. Antara makna lama dan makna yang baru Berikut kosakata yang mengalami terdapat pertalian makna (Slametmuljana dalam perubahan makna dari makna peioratif ke makna Pateda (2010:178). Contoh dalam bahasa Bugis amelioratif. sebagai berikut: (16)Panteng ‘ember’  panteng ‘ember (16) Narekko tanggala sempulo pitu tungke yang berisi berbagai makanan saat uleng pada mabbaju korpri pegawai Maulud Nabi Muhammad saw.’ negerie. ‘Ketika tanggal tujuh belas setiap bulan Pada contoh (16) terdapat penggunaan kata semua berbaju korpri pegawai negeri’ panteng ‘ember’. Menurut Sugono (2008:367) (Setiap tanggal tujuh belas setiap bulan ember adalah tempat air berbentuk silinder pegawai bnegeri berbaju korpri). (terbuat dari plastik, seng, dsb. Seiring dengan perkembangan saat ini kata panteng ‘ember’ Pada contoh (16) terdapat makna asosiasi sudah mengalami perubahan makna, yaitu yang berhubungan dengan waktu atau peristiwa. menjadi oleh-oleh yang didapatkan berupa Tanggal 17 Agustus adalah tanggal yang bersejarah segala makanan dan minuman yang ditempatkan bagi bangsa Indonesia. Oleh karena itu,setiap di dalam panteng ‘ember’.Contoh pengunaannya tanggala seppulo pitu’tanggal 17’ setiap bulan masing-masing dalam kalimat berikut: para PNS diwajibkan untuk berpakai Korpri. a. Engkai wae utaro ri laleng pantengku (17) Maega tau maelo menreki kadera kapala ‘Ada air aku simpan di dalam emberku’ desa ri kampongku. (Ada air saya simpan dalam ember.) ‘Banyak orang ingin naik kursi kepala desa ri kampungku’ Bandingkan (Banyak orang ingin menduduki jabatan b. Maega panteng napoleang Pak Lurah sebagai kepala desa di kampungku) pole mamaulud ri masijie ‘Banyak ember dia bawa Pak Lurah dari Pada contoh (17) terdapat kata kadera maulud di mesjid itu’ ‘kursi’ yang berhubungan dengan perebutan (Pak Lurah membawa banyak ember jabatan. Dalam hal ini jabatan untuk menjadi setelah mengikuti acara maulud di kepala desa diperebutkan oleh banyak orang. mesjid) (18) Ajak mupoji mancaji malacuwiri bolana Pada contoh (16a) terdapat kata panteng daeng ipakmu! ‘ember’ dengan makna sebenarnya sebagai ‘Jangan kamu suka menjadi benalu ri tempat menyimpan air. Sementara panteng rumah kakak iparmu!’ ‘ember’ pada contoh (16b) bermakna ember yang (Jangan kamu suka menjadi benalu di berisi berbagai makanan pada saat Maulud Nabi rumah kakak iparmu!) Muhammad saw. Pada contoh (18) terdapat kata malacuwi ‘benalu’. Kata benalu pada kalimat (18) bukanlah makna sebenarnnya seperti hama padatumbuhan, tetapi bermakna lain, pengacau rumah tangga di

68 68 68 69 69 Herianah: Bentuk Perubahan Makna dalam ...

rumah tangga kakak iparnya sendiri. bu Ratna (19) I Mina lao mappada nasaba anaknya ‘bermain rumah-rumahan anak eloki mancaji dua. perempuan bu Ratna’ ‘ Si Mina pergi memanggil orang karena (Anak perempuan bu Ratna bermain anaknya akan menjadi dua’ rumah-rumahan) (Si Mina pergi mengundang orang karena anaknya akan menikah.) c. Makbola-bola ‘bermain rumah-rumahan’ Pada contoh (19) terdapat gabungan kata Bentuk reduplikasi makbola-bola ‘bermain mancaji dua ‘menjadi dua’ yang bermakna akan rumah-rumahan’ menggambarkan tentang menikah. Mancaji dua ‘menjadi dua’ maksudnya permainan membuat rumah-rumah. laki-laki dan perempuan akan disatukan dalam Contoh: suatu gerbang pernikahan. Pada makbola-bolani anak-anak mak- Perubahan Makna Akibat Perubahan Bentuk kunrainna La Tamrin ‘Semua bermain rumah-rumahan anak- Perubahan makna dapat terjadi karena anak perempuannya si Tamrin’. adanya perubahan bentuk kata. Perubahan itu (Anak perempuan si Tamrin bermain dapat terjadi karena adanya bentuk dasar, afiksasi, rumah-rumahan.) reduplikasi. Afiksasi sendiri terdiri atas bentuk prefiksasi, infik, afiks, atau sufiks. Perubahan Dari beberapa contoh di atas terdapat makna akibat perubahan bentuk kata dalam perbedaan makna antara kosakata bola ‘rumah, bahasa Bugis sebagai berikut: bola-bola ‘rumah-rumahan’, dan makbola-bola ‘bermain rumah-rumahan. (20) a. Bola ‘rumah’ (21) a. Manre ‘makan’ Pengertian rumah menurut Sugono (2008:1188) bermakna bangunan untuk tempat Kata manre merupakan bentuk dasar yang tinggal; dan bangunan pada umumnya. Contoh berkelas kata verba. Menurut Sugono (2008:860) penggunaan kata bola’rumah’ dalam kalimat makna adalah memasukkan makanan pokok ke adalah: dalam mulut serta mengunyah dan menelannya. Contoh: Maega bola batu makessing ri kompleksku Maeloka manre nanre sibawa bale bolu ‘banyak rumah batu bagus di ri pangempannge kompleksku’ ‘Saya mau makan nasi dan ikan bandeng (Banyak rumah batu yang bagus di di empang’ kompleksku) (Saya akan makan nasi dan ikan bandeng b. Bola-bola‘rumah-rumahan’,‘banyak di empang) rumah’ b. Manre- anre ‘makan-makan’ Bentuk reduplikasi seperti kata bola-bola Manre-anre ‘makan-makan’ merupakan ‘rumah-rumahan’ bermakna mainan rumah- bentuk kata ulang. Menurut Sugono (2008:861) rumahan. Rumah-rumahan menurut Sugono makan-makan bermakna makan untuk bersenang- (2008:1189) adalah bentuk yang menyerupai senang. Contoh kata manre-anre dalam kalimat rumah atau boleh disamakan dengan rumah; adalah: tiruan rumah. Contoh penggunaan kata bola-bola Maega anak sikola lao manre-anre ri ‘rumah-rumah’ dalam kalimat adalah: Pantai Tanjung Merdeka Maccule bola-bola anak makkunrainna ‘Banyak anak sekolah makan-makan di

68 68 69 69 69 Sawerigading, Vol. 20, 1 April 2014: 61—71

Pantai Tanjung Merdeka’ kelembutan suara. Kata makasarak ‘kasar’ yang (Banyak anak sekolah pergi makan- menggambarkan tentang pembicaraan yang tidak makan di Pantai Tanjung Merdeka baik, atau kurang sopan, sehingga seseorang Pada kalimat (21b) terdapat penggunaan tidak disukai sifat dan perilakunya. Kata mabau kata ulang manre-anre yang menggambarkan ‘harum’ yang berhubungan dengan perangai anak-anak sekolah yang pergi makan-makan seseorang yang patut dikenang. Kata massipak untuk bersenang-senang di Pantai Tanjung berhubungan dengan cara atau gaya seseorang Merdeka. dalam berbicara kepada khalayak ramai.Kata mapesse ‘pedas’ yang berhungan dengan cara PENUTUP berbicara seorang ibu kepada anaknya.Kata magaretta ‘gagah’ yang berhubungan dengan Perkembangan makna mencakup segala keindahan dan kekaguman. hal tentang makna yang berkembang, berubah, Perubahan makna akibat gabungan leksem dan bergeser. Bahasa mengalami perubahan atau kata. Dalam bahasa Bugis ditemukan dirasakan oleh setiap orang, dan salah satu aspek gabungan kata bola doko ‘rumah sakit’,surek dari perkembangan makna itu sendiri adalah temmek ‘surat tamat/ijazah’. perubahan arti, demikian pula dalam bahasa Perubahan makna akibat tanggapan Bugis. Adanya perubahan makna makna sebagai pemakai bahasa. Dalam bahasa Bugis ditemukan akibat dari perkembangan makna oleh para perubahan makna dari amelioratif ke peioratif pemakai bahasa. timu ‘mulut’  sumpang ‘mulut’, ampelok Perubahan makna dalam bahasa Bugis ‘sampul surat’  ampelok ‘sogokan, suap’. terjadi karena beberapa faktor sebagai berikut: Kosakata yang mengalami perubahan makna dari Perubahan makna dari bahasa daerah ke makna peioratif ke makna amelioratif, contoh bahasa Indonesia, dalam bahasa Bugis terdapat panteng ‘ember’  panteng ‘ember yang kata lupa berarti kosong atau tak berisi misalnya berisi berbagai makanan saat maulud’. buah kepala yang tak mempunyai isi. Namun, Perubahan makna akibat asosiasi, makna dalam bahasa Indonesia kata lupa berarti hilang asosiasi dapat berhubungan dengan waktu atau ingatan. peristiwa. Contohnya kata tanggala seppulo Perubahan makna akibat perubahan pitu’tanggal 17’, karena tanggal 17 Agustus adalah lingkungan. Contoh kata sandro ‘orang pandai’, tanggal yang bersejarah bagi bangsa Indonesia. bagi masyarakat Bugis kata ini berhubungan Perubahan makna akibat perubahan dengan orang yang pandai mengobati atau ahli bentuk. Dalam bahasa Bugis terdapat perubahan menerawang nasib orang. Kata sandro dapat makna antara kata dasar bola ‘rumah’, bola- menjadi sandroanak ‘dukun beranak’, sandro bola ‘rumah-rumahan’, makbola-bola ‘bermain bola‘orangyang ahli membuat rumah baru’, dan rumah-rumahan’. Kata manre ‘makan’ berbeda sandro bine ‘orang yang ahli pada persemaian makna dengan kata manre- anre ‘makan-makan’. padi’. Setelah dilakukan penelitian terhadap Perubahan makna akibat pertukaran perubahan makna dalam bahasa Bugis, perlu tanggapan indra, dalam bahasa Bugis terdapat dilakukan penelitian lebih lanjut, mengingat perubahan makna indra perasa, yaitu kata makalah ini hanya membahas sebagian kecil dari macenning ‘manis’. Kata makebbong’busuk’ kosakata bahasa Bugis yang dijadikan sebagai berhubungan dengan indra penciuman, dalam hal contoh dari setiap perubahan makna dalam bahasa ini berhubungan dengan orang yang mempunyai Bugis. hati yang iri hati, dengki dan sebagainya. Kata alusu ‘halus’ yang menggambarkan

70 70 70 71 71 Herianah: Bentuk Perubahan Makna dalam ...

DAFTAR PUSTAKA Pateda, Mansoer. 2010. Semantik Leksikal. (Edisi Djajasudarma, T. Fatimah. 1999. Semantik 2 Kedua).Jakarta. Rineka Cipta. Pemahaman Ilmu Makna. Bandung: Refika Tarigan, Henri Guntur. 1986. Pengajaran Aditama. Semantik. Bandung: Angkasa. ------2010. Metode Linguistik:Ancangan Samarin. 1988. Analisis Bahasa. Jakarta: Metode Penelitian dan Kajian. Cetakan Gramedia. ketiga. Bandung: Eresco. Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana Jakarta : PT Gramedia. University Press. Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa: Sugono, Dendy dkk. 2008. Kamus Besar Bahasa Staretegi, Metode dan Tekniknya: Indonesia. Jakarta: Gramedia. Jakarta:Raja Grafindo Persada. Sumarsono. 2012. Pengantar Semantik Stephen Ullmann. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

70 70 71 71 71 72 72 72 73 73 SAWERIGADING

Volume 20 No. 1, April 2014 Halaman 73—85

KEBERTERIMAAN DAN KETEPATAN MAKNA ISTILAH BIDANG KIMIA DI KALANGAN MAHASISWA FAKULTAS MIPA (The Acceptance and Accuracy of Meanings of Chemistry Terminology among Math and Natural Science Faculty Students)

Wiwiek Dwi Astuti Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Jalan Daksinapati Barat IV, Rawamangun, Jakarta Timur Telepon (021) 4706287, Pos-el: [email protected], Pos-el:[email protected] Diterima: 27 Desember 2013; Direvisi: 12 Februari 2014; Disetujui: 20 Maret 2014

Abstract This reseaarch analyzes the acceptance and accuracy of meaning of the chemistry terminology resulted by Mabbim (Majelis Bahasa Brunei Darussalam-Indonesia-Malaysia) among the students of chemistry department in math and natural science faculty. Qualitative method is used to expose and explain the accuracy of the terminology in order to get the opinion of the respondents about the acceptance of the terminology itself because one of the characters of terminology is the accuracy, while, quantitative method is used to explain the level of the acceptance of the loan words and the translated words. In general, the loan and the translated words of terminology are accepted differently. It is proven by the questioner result which shows that more respondents choose score 3 compared with the loan words, then, the percentage shows 59.11% choose loan words and 38.89% chose the translated words. The significance value <0.05 in the remark column means that the chemistry terminology is accepted while significance value > 0.05 means that terminology is unacceptable. In the aspect of meaning accuracy, the chemistry terminology, whether loan or translated shows different acceptance. It is proven by the questioner result which shows that more respondents choose score 3 to the loan words compared with translated words. The percentage shows that 50.46% choose loan words and 37.14% chose the translated words. Keywords: acceptance, terms characteristics, meaning accuracy, loan terms, translated terms.

Abstrak Penelitian ini mengkaji keberterimaan dan ketepatan makna istilah hasil Mabbim (Majelis Bahasa Brunei Darussalam-Indonesia-Malaysia) bidang kimia di kalangan mahasiswa Fakultas MIPA, Jurusan Kimia. Ancangan kualitatif digunakan untuk memaparkan dan menjelaskan ketepatan makna istilah tersebut karena tujuannya adalah untuk menjaring pendapat responden terhadap keberterimaan istilah padanan bidang kimia dan menjaring pendapat responden terhadap salah satu karakter istilah itu sendiri, yakni ketepatan makna, sedangkan ancangan kuantitatif digunakan untuk memaparkan tingkat keberterimaan istilah serapan dan istilah terjemahan. Secara umum keberterimaan istilah bidang kimia, baik serapan maupun terjemahan menunjukkan perbedaan. Hal itu terbukti dari hasil kuesioner yang lebih banyak memilih nilai (3) pada istilah serapan jika dibandingkan dengan istilah terjemahan sehingga persentase menunjukkan perbedaan sejumlah 59.11% memilih istilah serapan dan 38.89% memilih istilah terjemahan. Nilai signifikansi < 0.05 yang terdapat pada kolom keterangan berarti istilah kimia berterima, sedangkan nilai signifikansi > 0.05 berarti istilah kimia tidak berterima. Dari segi ketepatan makna istilah bidang kimia, baik serapan maupun terjemahan menunjukkan perbedaan keberterimaan. Hal itu terbukti dari hasil kuesioner yang menunjukkan

72 72 73 73 73 Sawerigading, Vol. 20, 1 April 2014: 73—85

bahwa responden lebih banyak memilih nilai (3) pada istilah serapan jika dibandingkan dengan istilah terjemahan sehingga persentase menunjukkan perbedaan 50.46% memilih istilah serapan dan 37.14% memilih istilah terjemahan. Kata kunci: keberterimaan, karakter istilah, ketepatan makna, istilah serapan, istilah terjemahan

PENDAHULUAN adanya keseragaman. Untuk itu, diperlukan Sejak tahun 1959 antara Indonesia dan pembakuan yang berkaitan dengan peristilahan Malaysia telah terjalin kerja sama kebahasaan, termasuk dalam kerangka perencanaan bahasa. terutama keinginan merintis kerja sama Menurut Qodratillah (2004:2) definisi pembakuan untuk membakukan ejaan bersama dengan adalah proses menyeragamkan variasi bahasa menyesuaikan sistem tulis, ejaan kedua bahasa yang kemudian dapat diterima secara luas oleh dengan perkembangan ilmu bahasa. Setelah masyarakat bahasa. beberapa tahun kerja sama tersebut berhenti, Pada kenyataannya, istilah pada berbagai barulah tahun 1966 diadakan pertemuan lagi bidang ilmu yang telah dikeluarkan oleh Mabbim antara Pemerintah Indonesia dan Malaysia, tidak selalu diterima oleh masyarakat. Demikian termasuk membahas bidang kebahasaan. Pada juga istilah kimia tidak tertutup kemungkinan tahun 1972 diakui secara resmi pada tingkat terjadi perbedaan di antara bahasa Melayu/ pemerintahan negara kerja sama kebahasaan Indonesia dari negara-negara, seperti Indonesia, antara Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Malaysia, Brunei Darussalam, Singapura, Malaysia. Brunei Darussalam pada tanggal 4 Thailan Selatan, dan beberapa daerah di Filipina. November 1985 resmi menjadi anggota Majelis Sebaliknya, kemungkinan terjadi persamaan Bahasa Brunei Darussallam-Indonesia-Malaysia pada berbagai penutur bahasa Melayu/Indonesia (Mabbim). pada istilah-istilah itu pastilah ada. Terjadinya Keberhasilan Mabbim dalam mewujudkan perbedaan itu, mungkin disebabkan oleh alasan pengembangan istilah pada berbagai bidang tertentu, misalnya karakter istilah itu sendiri, ilmu perlu diketahui oleh khalayak agar para seperti ketepatan makna istilah, keringkasan pengajar dan pembelajar menjadi lebih akrab bentuk, dan kekurangsedapan bunyinya didengar dengan istilah-istilah di berbagai bidang ilmu. sebagai sebuah istilah. Keberagaman ini perlu Salah satu hasilnya adalah istilah di bidang kimia dievaluasi agar terjadi penggunaan istilah ini. Mabbim juga membahas peristilahan bidang secara seragam atau paling tidak, peminimalan ilmu yang juga merupakan upaya pengembangan keberagaman istilah untuk memadani satu istilah bahasa, yaitu pengayaan kosakata. Pengayaan dari bahasa sumbernya. kosakata itu berupa padanan istilah asing-- Penelitian ini bertujuan mengkaji dua hal, Indonesia/Melayu, baik yang diperoleh melalui yakni keberterimaan dan ketepatan makna istilah penerjemahan maupun yang diperoleh melalui bidang kimia yang dihasilkan oleh Mabbim. penyerapan dengan penyesuaian ejaan bahasa Penelitian ini dilakukan di kalangan mahasiswa Melayu (untuk Brunei Darussalam dan Malaysia) Fakultas MIPA, Jurusan Kimia di beberapa atau ejaan bahasa Indonesia (untuk Indonesia). perguruan tinggi di Indonesia dengan responden Bagian khusus perencanaan bidang sebanyak 271 mahasiswa. Alasan pemilihan kosakata adalah istilah. Keperluan akan kalangan perguruan tinggi antara lain adalah peristilahan muncul dan disadari ketika karena adanya pertimbangan bahwa kalangan seseorang harus menguasai sekumpulan istilah masyarakat tersebut menduduki posisi penting untuk mengenal dan menangani berbagai hal dan berpengaruh di kalangan masyarakat lain juga (Qodratillah, 2004:2). Selanjutnya, agar istilah upaya pemasyarakatan produk-produk Mabbim yang digunakan tidak bersifat ambigu, perlu di tingkat perguruan tinggi merupakan upaya 74 74 74 75 75 No Bagian A Istilah Serapan Terjemahan Bhs Sumber 1. albite Albit natrium aluminium silikat 2. antibody titre titre antibody Kandungan antibody 3. biofiltration biofiltrasi; penyaringan hayati 4. blood koagulasi darah penggumpalan coagulation darah 5. cardiac glikosida glikosida jantung glycosides kardiak 6. caustic soda soda kaustik natrium hidroksida 7. exudates Eksudat getah 8. fusion energy energy fusi energi paduan 9. hormonal regulasi pengaturan regulation (hormonal hormonal 10. hydrogen hidrogen sianida asam sianida cyanide 11. influent Influen air limbah praolah 12. intrinsic viskositas kekentalan hakiki viscosity intrinsik 13. luminescence luminesens pendaran 14. medicinal kimia medicinal farmakokimia chemistry 15. semen Semen mani 16. sulphate pulp pulp sulfat pulp kraft

17. therapeutical kimia terapi kimia pengobatan chemistry 18. thiamine defisiensi kekurangan deficiency tiamina tiamina 19. toxoid Toksoid lirtoksin Wiwiek Dwi Astuti: Keberterimaan dan Ketetapan Makna Istilah... 20. ultracentrifug ultrasentrifugasi pengultraemparan ation yang sangat tepat untuk mencerdaskan kehidupan Bagian B bangsa serta mewujudkan bahasa Indonesia No Istilah Bhs Serapan Terjemahan sebagai bahasa yang modern. Sumber 21. afwillite afwilit Kalsium silikat Istilah yang diambil sebagai percontoh dari terhedidrasi buku Glosarium Kimia terbit tahun 2008 sebanyak 22. baddeleyite badeleyit, zirkonia alam 40 buah yang memiliki pasangan padanan lebih 23. chert cert batuan silika

dari satu, baik yang berupa serapan maupun 24. camphor kamfor, kapur barus terjemahan Indonesia dari satu istilah bahasa sumber (bahasa Inggris) yang dihasilkan Mabbim. 25. distillation distilasi, penyulingan Data yang dijadikan sampel adalah bagian (A) 26. ferrous fero sulfat sulfat ferosus dan bagian (B), yakni istilah dari bahasa sumber sulfate 27. electron transfer electron alih-elektron (Inggris) dipadani oleh dua istilah berupa serapan transfer dan terjemahan, seperti berikut ini. 28. fusion energy energi fusi, energi paduan

No Bagian A 29. geothermal energi energi panas No. Istilah Serapan Terjemahan energy geothermal, bumi Bhs Sumber 30. gypsum gips batu tahu 1. albite Albit natrium aluminium silikat 31. hydration hidrasi penghidratan; 2. antibody titre titre antibody Kandungan antibody 32. lachrymator lakrimator pemedih mata 3. biofiltration biofiltrasi; penyaringan 33. meconium mekonium tahi gagak hayati 4. blood koagulasi darah penggumpalan 34. octapole oktapol hastakutub coagulation darah 5. cardiac glikosida glikosida jantung 35. spallation produk spalasi produk glycosides kardiak product penyepihan 6. caustic soda soda kaustik natrium 36. saponification saponifikasi, penyabunan hidroksida 7. exudates Eksudat getah 37. sulphate proses sulft, proses kraft 8. fusion energy energy fusi energi paduan process 9. hormonal regulasi pengaturan 38. viscosity viskositas, kekentalan regulation (hormonal hormonal 39. voluminocity voluminositas keruahan 10. hydrogen hidrogen sianida asam sianida cyanide 40. vicinal kopling visinal, penggandengan 11. influent Influen air limbah coupling damping. praolah 12. intrinsic viskositas kekentalan hakiki viscosity intrinsik 13. luminescence luminesens pendaran Penelitian mengenai keberterimaan istilah 14. medicinal kimia medicinal farmakokimia chemistry belum banyak dilakukan. Sejauh pengamatan 15. semen Semen mani penulis, sebuah kajian telah dilakukan untuk 16. sulphate pulp pulp sulfat pulp kraft membahas masalah tersebut, yang berjudul 17. therapeutical kimia terapi kimia pengobatan Official Hebrew terms for Parts of the Car:A chemistry Study of Knowledge, Usage, and Atttitude yang 18. thiamine defisiensi kekurangan deficiency tiamina tiamina merupakan kajian Alloni-Fainberg (1974) (dalam 19. toxoid Toksoid lirtoksin Sutejo, 2002). Selain itu, Gunarwan (1995) dan 20. ultracentrifug ultrasentrifugasi pengultraemparan Mustakim (1997) juga telah memulai penelitian ation Bagian B semacam itu. Pada tahun 2004 (Qodratillah) juga sudah meneliti keseragaman istilah bidang No Istilah Bhs Serapan Terjemahan Sumber kedokteran dan keseragaman istilah bidang 21. afwillite afwilit Kalsium silikat keuangan melalui studi komparatif. terhedidrasi Istilah perencanaan bahasa (language 22. baddeleyite badeleyit, zirkonia alam 74 74 23. chert cert batuan silika 75 75 75 24. camphor kamfor, kapur barus

25. distillation distilasi, penyulingan

26. ferrous fero sulfat sulfat ferosus sulfate 27. electron transfer electron alih-elektron transfer 28. fusion energy energi fusi, energi paduan

29. geothermal energi energi panas energy geothermal, bumi 30. gypsum gips batu tahu

31. hydration hidrasi penghidratan;

32. lachrymator lakrimator pemedih mata

33. meconium mekonium tahi gagak

34. octapole oktapol hastakutub

35. spallation produk spalasi produk product penyepihan 36. saponification saponifikasi, penyabunan

37. sulphate proses sulft, proses kraft process 38. viscosity viskositas, kekentalan 39. voluminocity voluminositas keruahan 40. vicinal kopling visinal, penggandengan coupling damping.

Sawerigading, Vol. 20, 1 April 2014: 73—85

planning) menurut Moeliono (1985:5) mula-mula mengusulkan tiga kriteria dalam perencanaan diperkenalkan oleh Haugen pada tahun 1959. bahasa, yakni efisiensi (kemudahan digunakan), Perencanaan bahasa adalah kebijakan dan tujuan kepadaan (kemampuan suatu kata memberikan resmi untuk memengaruhi penggunaan bahasa di informasi yang tepat dan sesuai dengan yang suatu negeri. Perencanaan bahasa juga merupakan dimaksud), dan status bahasa di masyarakat usaha untuk membimbing perkembangan (keberterimaan). Yang dimaksud keberterimaan bahasa ke arah yang diinginkan oleh para di sini berkaitan dengan pemakaian bahasa yang perencana. Perencanaan itu tidak semata-mata merupakan objek perencanaan bahasa harus meramalkan masa depan berdasarkan apa yang dapat diterima oleh anggota masyarakat bahasa. diketahui pada masa lampau, tetapi perencanaan Haugen (1972:173—176) menganggap bahwa tersebut merupakan usaha yang terarah untuk keberterimaan adalah hal yang terpenting. Tauli memengaruhi masa depan itu. Sebagai contoh dalam Fishman (1974:60) mengemukakan usaha perencanaan itu disebutnya pembuatan tata hipotesisnya yang berkaitan dengan perencanaan ejaan yang normatif, penyusunan tata bahasa dan bahasa, yakni bahwa bahasa (termasuk istilah) kamus, yang akan menjadi pedoman bagi penutur harus jelas (tepat), singkat, dan indah. Unsur dan penulis di dalam masyarakat yang tidak keberterimaan dan tepat (ketepatan makna) ini homogen. Konsep yang dikemukakan Haugen dipilih dalam penelitian ini. tersebut kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh beberapa ahli, seperti Tauli (1974), Rubin METODE dan Jernudd (1971), Alisyahbana (1976),dan Metodologi penelitian ini meliputi Moeliono (1985). ancangan kuantitatif dan kualitatif. Ancangan Penelitian ini dapat dikelompokkan kuantitatif digunakan untuk memaparkan tingkat kepustakaan perencanaan bahasa meskipun keberterimaan dan ketepatan makna istilah teori mengenai keberterimaan sebagai landasan terjemahan dan istilah serapan, sedangkan penelitian ini memang belum ada. Menurut ancangan kualitatif digunakan untuk memaparkan Gunarwan (1995), kajian Alloni-Fainberg (1974) keberterimaan dan ketepatan makna istilah sedikit banyak dapat memberikan tilikan untuk tersebut. Metode deskriptif digunakan karena penelitian tersebut, bukan teori. Satu-satunya tujuan penelitian ini adalah untuk menjaring teori yang mengilhami penelitian ini adalah pendapat responden terhadap keberterimaan dan perencanaan bahasa yang dikemukakan oleh ketepatan makna istilah padanan bidang kimia. Tauli (1974). Nilai keberterimaan dan ketepatan makna pada sejumlah pasangan (sinonim a dan b) istilah KERANGKA TEORI Indonesia, baik yang berupa terjemahan, serapan Penelitian ini menggunakan teori dengan penyesuaian ejaan, maupun serapan perencanaan bahasa, yakni teori yang berkaitan secara utuh adalah dengan memilih angka (3), dengan pembakuan dan peristilahan. Menurut (2), atau (1) sesuai dengan nilai dan rasa bahasa Haugen (1972) perencanaan bahasa mengacu responden. Semakin tinggi angka yang diberikan, kepada kerja normatif lembaga dan panitia bahasa berarti semakin tinggi tingkat keberterimaan dan serta segala bentuk tentang apa yang biasa dikenal keetepatan makna istilah tersebut. Selanjutnya, sebagai pembinaan bahasa dan semua usulan untuk yang dimaksudkan berterima berarti mau penataan bahasa atau pembakuan. Di Indonesia menerima dan menggunakan istilah tersebut perencana bahasa, Alisyahbana (1976) dan dan yang dimaksud ketepatan makna berarti Moeliono (1985) juga mengembangkan konsep makna istilah dalam bahasa Indonesia itu sama model perencanaan bahasa Haugen, tetapi dengan dengan makna istilah asingnya. Pengolahan melihat kondisi kebahasaan di Indonesia. Haugen data dilakukan dengan cara mengelompokkan

76 76 76 77 77 Wiwiek Dwi Astuti: Keberterimaan dan Ketetapan Makna Istilah...

jawaban berdasarkan klasifikasi yang telah Tabel 1 ditentukan, kemudian dikuantifikasi. Data yang Keberterimaan Istilah Padanan pada Bidang telah terkumpul, yaitu berupa jawaban responden, Ilmu Kimia dianalisis secara kuantitatif setelah dilakukan Jawaban Terhadap Nilai pengklasifikasian. Data yang berupa penilaian Subjek Jumlah 1 2 3 kemudian diskor sesuai dengan bobot nilai Serapan (1) 826 1390 3204 5420 masing-masing. Skor yang diperoleh kemudian Terjemahan (2) 1408 1904 2108 5420 ditabulasikan dan diolah secara statistik. Jumlah 2234 3294 5312 10840 Pengujian hasil analisis itu dilakukan dengan Uji Sebanyak 271 orang menilai keberterimaan Khi Kuadrat menggunakan MINITAB Versi 11. istilah kimia berupa istilah serapan sejumlah Uji Skor jawaban dari setiap responden dihitung 40 buah dengan tingkat nilai (1) sebanyak 826 berdasarkan variabel yang ditetapkan. frekuensi, sedangkan nilai istilah terjemahan Data penelitian ini dikumpulkan dengan sebanyak 1.408 frekuensi. Jadi, jumlah frekuensi cara menyebarkan kuesioner sebanyak 271 keberterimaan istilah kimia dengan tingkat nilai kuesioner dan semuanya kembali dan dinyatakan (1) baik berupa serapan maupun terjemahan sah sebagai data dan diolah. Teknik ini dipandang sebanyak 2.234. lebih tepat karena pertanyaan yang diajukan dalam Jawaban responden sebanyak 271 orang kuesioner langsung ditanggapi oleh mahasiswa menilai keberterimaan istilah kimia berupa istilah Fakultas MIPA, Jurusan Kimia yang berasal dari serapan sejumlah 40 buah dengan tingkat nilai (2) lima kota di Indonesia, yakni Surabaya (ITS, sebanyak 1.390 frekuensi, sedangkan nilai istilah Unessa, Unair), Bandung (ITB, Unpad, Upi), terjemahan sebanyak 1904 frekuensi. Jadi, jumlah Jakarta (UNJ), Yogyakarta (UGM), dan Depok frekuensi keberterimaan istilah kimia dengan (UI) dengan responden sebanyak 271 mahasiswa tingkat nilai (2) baik berupa serapan maupun (90 orang laki-laki dan 181 orang perempuan). terjemahan sebanyak 3.294. Jawaban responden sebanyak 271 orang PEMBAHASAN menilai keberterimaan istilah kimia berupa Berikut ini akan dipaparkan olahan istilah serapan sejumlah 40 buah dengan tingkat data istilah padanan bidang ilmu kimia dalam nilai (3) sebanyak 3.204 frekuensi, sedangkan bahasa Indonesia berupa istilah serapan dan nilai istilah terjemahan sebanyak 2.108 frekuensi. istilah terjemahan dari segi Keberterimaan dan Jadi, jumlah frekuensi keberterimaan istilah kimia segi Ketepatan Makna. Karakter lain, seperti dengan tingkat nilai (3) baik berupa serapan keringkasan bentuk dan kesedapan bunyi, tidak maupun terjemahan sebanyak 5.312. diolah dalam kesempatan ini. Jumlah keseluruhan responden 271 orang menilai 40 istilah dengan tingkat nilai (1), (2), Keberterimaan Istilah Padanan pada Bidang (dan 3) sebanyak 10.840 frekuensi. Dari hasil Ilmu Kimia olahan data dengan menggunakan Uji Khi Tanggapan 271 responden terhadap 40 butir Kuadrat dapat diketahui bahwa P-value = 0.000 istilah kimia yang dipadankan dengan pasangan lebih kecil daripada taraf signifikansi 0.05. Hal ini istilah yang bersinonim, yakni kelompok/subjek menunjukkan bahwa ada perbedaan keberterimaan (1) berupa istilah serapan dan kelompok (2) antara istilah berupa serapan dan istilah berupa berupa terjemahan, diperoleh jawaban sebagai terjemahan. Hal tersebut dapat ditunjukkan berikut. persentasenya pada tabel di bawah ini.

76 76 77 77 77 Sawerigading, Vol. 20, 1 April 2014: 73—85

Tabel 2 serapan pada bidang ilmu kimia berdasarkan Persentase Keberterimaan Istilah Padanan jenis kelamin. Hal ini juga berarti bahwa tingkat Berupa Serapan dan Terjemahan keberterimaan berdasarkan jenis kelamin tidak pada Bidang Ilmu Kimia sama jika dibandingkan dengan keberterimaan secara umum. Jawaban Terhadap Nilai Subjek Jumlah 1 2 3 Tabel 4 Serapan (1) 15.24% 25.65% 59.11% 100% Tabulasi Data Keberterimaan Istilah Terjemahan (2) 25.98% 35.13% 38.89% 100% Terjemahan pada Bidang Kimia 20.61% 30.39% 49.00% 100% Jumlah Berdasarkan Jenis Kelamin

Adapun yang membuat berbeda tingkat Jawaban Terhadap Nilai Subjek Jumlah keberterimaan antara istilah serapan dan 1 2 3 terjemahan terlihat pada tingkat keberterimaan Laki-laki 438 626 736 1800 tinggi (nilai 3) untuk serapan (1) sebesar 59.1% Perempuan 970 1278 1372 3620 dan untuk terjemahan (2) hanya sebesar 38.89%. Jumlah 1408 1904 2108 5420 Apakah tingkat keberterimaan antara istilah serapan dan istilah terjemahan tersebut juga Uji Khi Kuadrat dengan menggunakan berlaku jika dilihat dari jenis kelamin, usia, MINITAB Versi 11 diperoleh hasil bahwa P-value pendidikan, lamanya menekuni bidang kimia, = 0.059 lebih besar daripada taraf signifikansi serta latar belakang bahasa pertama/bahasa ibu 0.05 yang berarti tidak ada perbedaan terhadap responden? Untuk mengetahui secara terperinci keberterimaan istilah berupa terjemahan pada keberterimaan pada sejumlah pasangan istilah bidang kimia berdasarkan jenis kelamin. Indonesia, berikut ini akan dipaparkan penilaian (2) Keberterimaan istilah padanan bidang keberterimaan tersebut berdasarkan jenis Kimia berdasarkan usia kelamin responden, usia responden, pendidikan responden, lamanya belajar ilmu kimia bagi Tabel 5 responden, dan latar belakang bahasa ibu/bahasa Tabulasi Data Keberterimaan Istilah Serapan pertama responden. pada Bidang Kimia Berdasarkan Usia (1) Keberterimaan istilah padanan bidang Jawaban Terhadap Nilai Subjek Jumlah Kimia berdasarkan jenis kelamin 1 2 3 Tabel 3 <=25 Tahun 739 1215 2806 4760 25 s/d 50 Tabulasi Data Keberterimaan Istilah Serapan tahun 83 171 386 640 pada Bidang Ilmu Kimia > = 51 Tahun 4 4 12 20 Berdasarkan Jenis Kelamin Jumlah 826 1390 3204 5420 Uji Khi Kuadrat dengan menggunakan Jawaban Terhadap Nilai Subjek Jumlah MINITAB Versi 11 diperoleh hasil bahwa P-value 1 2 3 = 0.484 lebih besar daripada taraf signifikansi Laki-laki 282 458 1060 1800 0.05 berarti tidak ada perbedaan terhadap Perempuan 544 932 2144 3620 keberterimaan istilah berupa serapan pada bidang Jumlah 826 1390 3204 5420 kimia berdasarkan usia.

Uji Khi Kuadrat dengan menggunakan MINITAB Versi 11 diperoleh hasil bahwa P-value = 0.824 lebih besar daripada taraf signifikansi 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan terhadap keberterimaan istilah 78 78 78 79 79 Wiwiek Dwi Astuti: Keberterimaan dan Ketetapan Makna Istilah...

Tabel 6 Tabel 8 Tabulasi Data Keberterimaan Istilah Tabulasi Data Keberterimaan Istilah Terjemahan pada Bidang Kimia Terjemahan pada Bidang Kimia Berdasarkan Usia Berdasarkan Pendidikan

Jawaban Terhadap Nilai Jawaban Terhadap Nilai Subjek Jumlah Subjek Jumlah 1 2 3 1 2 3 <=25 Tahun 498 672 790 498 <=25 Tahun 1254 1657 1849 4760 25 s/d 50 tahun 676 920 1004 676 25 s/d 50 tahun 151 243 246 640 > = 51 Tahun 234 312 314 234 > = 51 Tahun 3 4 13 20 Jumlah 498 672 790 498 Jumlah 1408 1904 2108 5420

Uji Khi Kuadrat dengan menggunakan Uji Khi Kuadrat dengan menggunakan MINITAB Versi 11 diperoleh hasil bahwa P-value MINITAB Versi 11 diperoleh hasil bahwa P-value = 0.430 lebih besar daripada taraf signifikansi = 0.060 lebih besar dari pada taraf signifikansi 0.05. 0.05 yang berarti tidak ada perbedaan terhadap Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan keberterimaan istilah terjemahan pada bidang terhadap keberterimaan istilah terjemahan pada kimia berdasarkan pendidikan. bidang ilmu kimia berdasarkan usia. (4) Keberterimaan istilah padanan bidang (3) Keberterimaan istilah padanan bidang Kimia berdasarkan lamanya menekuni Kimia berdasarkan pendidikan bidang ilmu Kimia Tabel 7 Tabel 9 Tabulasi Data Keberterimaan Istilah Tabulasi Data Keberterimaan Istilah Serapan Serapan pada Bidang Kimia pada Bidang Kimia Berdasarkan Lamanya Berdasarkan Pendidikan Menekuni Bidang Kimia Jawaban Terhadap Nilai Jawaban Terhadap Nilai Subjek Jumlah Subjek Jumlah 1 2 3 1 2 3 SMU/Diploma 739 1215 2806 4760 <=3 Tahun 342 505 1113 1960 Sarjana (S1) 83 171 386 640 3 s/d 5 tahun 361 671 1568 2600 Pascasarjana (S2,S3) 4 4 12 20 > = 5 Tahun 123 214 523 860 Jumlah 826 1390 3204 5420 Jumlah 826 1390 3204 5420

Uji Khi Kuadrat dengan menggunakan Uji Khi Kuadrat dengan menggunakan MINITAB Versi 11 diperoleh hasil bahwa P-value MINITAB Versi 11 diperoleh hasil bahwa P-value = 0.000 lebih kecil dari pada taraf signifikansi = 0.011 lebih kecil daripada taraf signifikansi 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan 0.05 yang berarti ada perbedaan terhadap terhadap keberterimaan istilah serapan pada keberterimaan istilah berupa serapan pada bidang bidang ilmu kimia berdasarkan pendidikan. kimia berdasarkan lama menekuni bidang kimia.

78 78 79 79 79 Sawerigading, Vol. 20, 1 April 2014: 73—85

Tabel 10 Tabel 12 Tabulasi Data Keberterimaan Istilah Tabulasi Data Keberterimaan Istilah Terjemahan pada Bidang Kimia Terjemahan pada Bidang Ilmu Kimia Berdasarkan Lama Menekuni Bidang Kimia Berdasarkan Bahasa Pertama

Jawaban Terhadap Nilai Jawaban Terhadap Nilai Subjek Jumlah Subjek Jumlah 1 2 3 1 2 3 Bahasa Indonesia 790 1014 1316 3120 <=3 Tahun 498 672 790 1960 Bahasa Daerah 612 859 769 2240 676 920 1004 2600 3 s/d 5 tahun Bahasa Asing 6 31 23 60 > = 5 Tahun 234 312 314 860 Jumlah 1408 1904 2108 5420 Jumlah 1408 1904 2108 5420 Uji Khi Kuadrat dengan menggunakan Uji Khi Kuadrat dengan menggunakan MINITAB Versi 11 diperoleh hasil bahwa MINITAB Versi 11 diperoleh hasil bahwa P-value P-value = 0.000 lebih kecil daripada taraf = 0.430 lebih besar daripada taraf signifikansi signifikansi 0.05 yang berarti ada perbedaan 0.05 yang berarti tidak ada perbedaan terhadap terhadap keberterimaan istilah berupa terjemahan keberterimaan istilah berupa terjemahan pada pada bidang ilmu kimia berdasarkan bahasa ibu. bidang kimia berdasarkan lamanya menekuni Ketepatan Makna bidang ilmu kimia. Tanggapan 271 responden terhadap 40 butir (5) Keberterimaan istilah padanan pada istilah kimia yang dipadankan dengan pasangan bidang Kimia berdasarkan bahasa istilah yang bersinonim, yakni kelompok/subjek pertama/bahasa ibu (1) berupa istilah serapan dan kelompok (2) berupa Tabel 11 terjemahan, diperoleh jawaban sebagai berikut. Tabulasi Data Keberterimaan Istilah Serapan Tabel 13 pada Bidang Kimia Berdasarkan Bahasa Ibu Ketepatan Makna Istilah Padanan pada Bidang Kimia Jawaban Terhadap Item Subjek Jumlah 1 2 3 Jawaban Terhadap Item Bahasa Indonesia 499 743 1878 3120 Subjek Jumlah Bahasa Daerah 320 624 1296 2240 1 2 3 Bahasa Asing 7 23 30 60 Serapan 801 1884 2735 5420 Jumlah 826 1390 3204 5420 Terjemahan 1305 2102 2013 5420 Jumlah 2106 3986 4748 10840 Uji Khi Kuadrat dengan menggunakan MINITAB Versi 11 diperoleh hasil bahwa P-value Jawaban responden sebanyak 271 orang = 0.002 lebih kecil daripada taraf signifikansi menilai ketepatan makna istilah kimia berupa 0.05 yang berarti ada perbedaan terhadap istilah serapan dan terjemahan berjumlah 40 keberterimaan istilah berupa serapan pada bidang buah dengan tingkat penilaian (1) sebanyak 801, kimia berdasarkan bahasa ibu. sedangkan penilaian istilah terjemahan sebanyak 1.305 frekuensi. Jadi, keberterimaan istilah kimia dengan tingkat nilai (1) baik berupa serapan maupun terjemahan sebanyak 2.106. Jawaban responden sebanyak 271 orang menilai keberterimaan istilah kimia berupa istilah serapan dan terjemahan sejumlah 40 buah dengan

80 80 80 81 81 Wiwiek Dwi Astuti: Keberterimaan dan Ketetapan Makna Istilah...

tingkat nilai (2) sebanyak 1.884, sedangkan belajar ilmu kimia, dan bahasa ibu/bahasa penilaian istilah terjemahan sebanyak 2.102. Jadi, pertama responden. jumlah frekuensi keberterimaan istilah kimia (1) Ketepatan makna padanan istilah Kimia dengan tingkat penilaian (2) baik berupa serapan berdasarkan jenis kelamin maupun terjemahan sebanyak 2.106. Jawaban responden sebanyak 271 orang Tabel 15 menilai keberterimaan istilah kimia berupa istilah Tabulasi Data Ketepatan Makna Istilah serapan sejumlah 40 buah dengan tingkat nilai Serapan pada Bidang Kimia (3) sebanyak 2.375 frekuensi, sedangkan nilaia Berdasarkan Jenis Kelamin istilah terjemahan sebanyak 2.013. Jadi, jumlah keberterimaan istilah kimia dengan tingkat nilai Jawaban Terhadap Nilai (3) baik berupa serapan maupun terjemahan Subjek Jumlah sebanyak 4.748. 1 2 3 Jumlah keseluruhan responden 271 orang Laki-laki 268 582 950 1800 menilai 40 istilah dengan tingkat nilai (1), (2), Perempuan 481 1240 1899 3620 dan (3) sebanyak 10.840 . Dari hasil olahan Jumlah 749 1822 2849 5420 data dengan menggunakan Uji Khi Kuadrat Uji Khi Kuadrat dengan menggunakan dapat diketahui bahwa P-value = 0.000 lebih MINITAB Versi 11 diperoleh hasil bahwa P-value kecil daripada taraf signifikansi 0.05 yang berarti = 0.167 lebih besar daripada taraf signifikansi bahwa secara umum antara istilah kimia berupa 0.05 yang berarti tidak ada perbedaan terhadap serapan dan istilah kimia berupa terjemahan ketepatan makna istilah berupa serapan pada terdapat perbedaan dari segi ketepatan makna. bidang kimia berdasarkan jenis kelamin. Hal tersebut dapat ditunjukkan pada tabel di bawah ini. Tabel 16 Tabulasi Data Ketepatan Makna Istilah Tabel 14 Terjemahan pada Bidang Kimia Persentasi Ketepatan Makna Istilah Padanan Berdasarkan Jenis Kelamin pada Bidang Kimia Jawaban Terhadap Jawaban Terhadap Nilai Subjek Nilai Jumlah Subjek Jumlah 1 2 3 1 2 3 Serapan 14.78% 34.76% 50.46% 100% Laki-laki 393 674 733 1800 24.08% 38.78% 37.14% 100% Terjemahan Perempuan 911 1429 1280 3620 Jumlah 19.43% 36.77% 43.80% 100% Jumlah 1304 2103 2013 5420

Hal yang membuat berbeda antara istilah serapan dan istilah terjemahan terlihat pada tingkat Uji Khi Kuadrat dengan menggunakan ketepatan makna untuk istilah serapan sebesar MINITAB Versi 11 diperoleh hasil bahwa P-value 50.46% dan istilah terjemahan hanya sebesar = 0.000 lebih kecil daripada taraf signifikansi 0.05 37.14%. Apakah dari segi ketepatan makna yang berarti ada perbedaan terhadap ketepatan antara istilah berupa serapan dan istilah berupa makna istilah berupa terjemahan pada bidang terjemahan tersebut juga berlaku jika dilihat kimia berdasarkan jenis kelamin. dari jenis kelamin, usia, pendidikan, lamanya menekuni bidang kimia, serta latar belakang bahasa pertama/bahasa ibu responden? Berikut ini dipaparkan penilaian tersebut berdasarkan pada jenis kelamin, usia, pendidikan, lamanya 80 80 81 81 81 Sawerigading, Vol. 20, 1 April 2014: 73—85

(2) Ketepatan makna padanan istilah Kimia (3) Ketepatan makna padanan istilah bidang berdasarkan usia Kimia berdasarkan pendidikan Tabel 17 Tabel 19 Tabulasi Data Ketepatan Makna Istilah Tabulasi Data Ketepatan Makna Istilah Serapan pada Bidang Kimia Berdasarkan Serapan pada Bidang Kimia Usia Berdasarkan Pendidikan

Jawaban Terhadap Nilai Subjek Jumlah Jawaban Terhadap 1 2 3 Subjek Nilai Jumlah <=25 Tahun 678 1608 2474 4760 1 2 3 25 s/d 50 tahun 70 212 358 640 SMU/Diploma 658 1565 2417 4640 > = 51 Tahun 1 2 17 20 Sarjana (S1) 91 232 417 740 749 1822 2849 5420 Jumlah Pascasarjana (S2,S3) 0 25 15 40 Uji Khi Kuadrat dengan menggunakan Jumlah 749 1822 2849 5420 MINITAB Versi 11 diperoleh hasil bahwa P-value = 0.005 lebih kecil daripada taraf signifikansi 0.05 Uji Khi Kuadrat dengan menggunakan yang berarti ada perbedaan terhadap ketepatan MINITAB Versi 11 diperoleh hasil bahwa P-value makna istilah berupa serapan pada bidang kimia = 0.000 lebih kecil daripada taraf signifikansi 0.05 berdasarkan usia. yang berarti ada perbedaan terhadap ketepatan makna istilah berupa serapan pada bidang ilmu Tabel18 kimia berdasarkan pendidikan. Tabulasi Data Ketepatan Makna Istilah Terjemahan Pada Bidang Kimia Tabel 20 Berdasarkan Usia Tabulasi Data Ketepatan Makna Istilah Terjemahan Pada Bidang Kimia Jawaban Terhadap Item Subjek Jumlah Berdasarkan Pendidikan 1 2 3 <=25 Tahun 1138 1828 1794 4760 Jawaban Terhadap Nilai Subjek Jumlah 25 s/d 50 tahun 161 271 208 640 1 2 3 > = 51 Tahun 5 4 11 20 SMU/Diploma 1103 1778 1759 4640 Jumlah 1304 2103 2013 5420 Sarjana (S1) 194 296 250 740 Pascasarjana 7 29 4 40 Uji Khi Kuadrat dengan menggunakan (S2,S3) MINITAB Versi 11 diperoleh hasil bahwa P-value Jumlah 1304 2103 2013 5420 = 0.036 lebih kecil daripada taraf signifikansi 0.05 yang berarti ada perbedaan terhadap ketepatan Uji Khi Kuadrat dengan menggunakan makna istilah terjemahan pada bidang ilmu kimia MINITAB Versi 11 diperoleh hasil bahwa P-value berdasarkan usia. = 0.000 lebih kecil daripada taraf signifikansi 0.05 yang berarti ada perbedaan terhadap ketepatan makna istilah berupa terjemahan pada bidang ilmu kimia berdasarkan pendidikan.

82 82 82 83 83 Wiwiek Dwi Astuti: Keberterimaan dan Ketetapan Makna Istilah...

(4) Ketepatan makna padanan istilah Kimia (5) Ketepatan makna padanan istilah Kimia berdasarkan lamanya menekuni bidang berdasarkan bahasa pertama/bahasa ibu Kimia Tabel 23 Tabel 21 Tabulasi Data Ketepatan Makna Istilah Tabulasi Data Ketepatan Makna Istilah Serapan pada Bidang Kimia Serapan pada Bidang Kimia Berdasarkan Berdasarkan Bahasa Pertama Lamanya Menekuni Bidang Kimia Jawaban Terhadap Jawaban Terhadap Nilai Subjek Nilai Jumlah Subjek Jumlah 1 2 3 1 2 3 <=3 Tahun 307 600 1053 307 Bahasa Indonesia 468 1043 1609 3120 3 s/d 5 tahun 344 931 1325 344 Bahasa Daerah 274 755 1211 2240 > = 5 Tahun 98 291 471 98 Bahasa Asing 7 24 29 60 Jumlah 307 600 1053 307 Jumlah 749 1822 2849 5420

Uji Khi Kuadrat dengan menggunakan Uji Khi Kuadrat dengan menggunakan MINITAB Versi 11 diperoleh hasil bahwa P-value MINITAB Versi 11 diperoleh hasil bahwa = 0.000 lebih kecil daripada taraf signifikansi 0.05 P-value = 0.041 lebih kecil daripada taraf yang berarti ada perbedaan terhadap ketepatan signifikansi 0.05 yang berarti ada perbedaan makna istilah berupa serapan pada bidang ilmu terhadap ketepatan makna istilah berupa serapan kimia berdasarkan lama menekuni bidang ilmu pada bidang kimia berdasarkan bahasa pertama/ kimia. bahasa ibu responden. Tabel 22 Tabel 24 Tabulasi Data Ketepatan Makna Istilah Tabulasi Data Ketepatan Makna Istilah Terjemahan pada Bidang Ilmu Kimia Terjemahan pada Bidang Kimia Berdasarkan Lamanya Menekuni Kimia Berdasarkan Bahasa Ibu

Jawaban Terhadap Jawaban Terhadap Subjek Nilai Jumlah Subjek Nilai Jumlah 1 2 3 1 2 3 739 1138 1243 3120 <=3 Tahun 470 723 767 1960 Bahasa Indonesia 556 936 748 2240 3 s/d 5 tahun 620 1053 927 2600 Bahasa Daerah 9 29 22 60 > = 5 Tahun 214 327 319 860 Bahasa Asing Jumlah 1304 2103 2013 5420 Jumlah 1304 2103 2013 5420

Uji Khi Kuadrat dengan menggunakan Uji Khi Kuadrat dengan menggunakan MINITAB Versi 11 diperoleh hasil bahwa P-value MINITAB Versi 11 diperoleh hasil bahwa P-value = 0.000 lebih kecil daripada taraf signifikansi 0.05 = 0.097 lebih besar daripada taraf signifikansi yang berarti ada perbedaan terhadap ketepatan 0.05 yang berarti tidak ada perbedaan terhadap makna berupa istilah terjemahan pada bidang ketepatan makna istilah berupa terjemahan pada kimia berdasarkan bahasa ibu. bidang kimia berdasarkan lamanya menekuni bidang ilmu kimia. PENUTUP Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan tentang keberterimaan dan ketepatan istilah bidang kimia hasil Mabbim di kalangan mahasiswa

82 82 83 83 83 Sawerigading, Vol. 20, 1 April 2014: 73—85

Fakultas MIPA, Jurusan Kimia di 9 perguruan baik istilah berupa serapan maupun berupa tinggi negeri di Indonesia, yakni di Unair, Unesa, terjemahan. ITS, ITB, Unpad, UPI, UI, UNJ, dn UGM dapat Kajian keberterimaan dan ketepatan makna disimpulkan sebagai berikut. istilah bidang kimia ini dapat dianggap masih Taraf signifikansi P-value < taraf dalam tahap penelitian awal. Penelitian ini dapat signifikansi 0.05 berarti ada perbedaan terhadap dilanjutkan dengan menggunakan percontoh keberterimaan istilah kimia dan terhadap ketepatan yang lebih banyak yang tentunya akan dapat makna istilah kimia, sedangkan taraf signifikansi memberikan hasil yang berbeda dari penelitian P-value > taraf signifikansi 0.05 berarti tidak ada yang telah penulis lakukan. Diharapkan hasil perbedaan terhadap keberterimaan istilah kimia ini dapat memberi masukan lebih banyak di dan terhadap ketepatan makna istilah kimia. kalangan peneliti bahasa, terutama istilah-istilah Dari segi keberterimaan istilah secara yang kurang tepat maknanya sebaiknya dicermati umum P-value 0,000. Nilai ini berarti lebih lagi mengapa istilah tersebut tidak tepat. Salah kecil daripada nilai signifikansi 0,05. Artinya, satu cara adalah dengan menyenaraikan semua ada perbedaan sikap dalam menerima istilah istilah bidang kimia untuk dinilai kembali oleh bidang kimia berupa serapan dan terjemahan. pakar bidang kimia sebelum istilah tersebut Dari variabel sosial, seperti jenis kelamin, usia, ‘dipasarkan’ dan perlu dibuat senarai istilah yang pendidikan, lamanya menekuni bidang kimia, sudah dibakukan, tetapi cenderung tidak dipilih dan latar belakang bahasa pertama/bahasa ibu oleh kalangan mahasiswa. dapat diuraikan secara ringkas sebagai berikut. Keberterimaan Istilah Kimia DAFTAR PUSTAKA Secara umum keberterimaan istilah bidang kimia, baik berupa serapan maupun terjemahan Alisyahbana, S. Takdir. 1976. Language Planning menunjukkan perbedaan keberterimaan. Hal itu for Modernization: The case of Indonesian terbukti dari hasil kuesioner yang lebih banyak and Malaysian. The Hague: Mouton. memilih nilai (3) pada istilah berupa serapan Alloni-Fainberg, Yafa. 1974. ”Official Hebrew jika dibandingkan dengan istilah terjemahan. Terms for Parts of the Car: A Study of Perbedaan persentase istilah serapan 59,11% dan Knowledge, Usage, and Attitudes”. Dalam 38,89% istilah terjemahan. Fishman, Joshua A. (Ed). Advances in Language Planning). The Hague: Mouton. Ketepatan Makna Istilah Kimia Fishman, J.A. 1974. Advances in Language Dari 271 responden yang dilihat dari 5 Planning. The Hague: Mouton. variabel, yakni jenis kelamin, usia, pendidikan, Gunarwan, Asim. 1995. “Degrees of Acceptance lamanya belajar ilmu kimia, dan bahasa of Newly Coined Words in Corpus Planning ibu responden dapat dibuktikan bahwa ada of Indonesia Language”. Makalah dalam perbedaan dari segi ketepatan istilah kimia, The Fifth Conference of Southeast Asian baik yang berupa serapan maupun berupa Linguistics Society. Arizona. May 19—21. terjemahan dilihat dari 4 variabel, yakni variabel Haugen, Einar. 1959. “Planning for Standard usia, pendidikan, lamanya belajar kimia, dan Language in Modern Norway”. Dalam bahasa ibu responden. Sementara itu, 1 variabel Antropological Linguistics. No. 1/3:8 ­21. yang lainnya, yakni variabel jenis kelamin Haugen, E. 1972. The Ecology of Language. terbukti tidak ada perbedaan dari segi ketepatan Stanford: Stanford University Press. makna istilah kimia, baik yang berupa serapan Rubin J. dan B.H. Jernudd (Ed). 1971. Can maupun berupa terjemahan. Artinya, baik laki- language be Plan? Honolulu: University of laki maupun perempuan tidak berbeda dalam Hawaii Press. menerima ketepatan makna istilah kimia,

84 84 84 85 85 Wiwiek Dwi Astuti: Keberterimaan dan Ketetapan Makna Istilah...

Moeliono, Anton M. 1985. Pengembangan dan Qodratillah, Meity Taqdir. 2004. ”Studi Pembinaan Bahasa: Ancangan Alternatif Komparatif tentang Keseragaman Istilah dalam Perencanaan Bahasa. Jakarta: Bidang Kedokteran dan Keuangan dari Djambatan. Sudut Pembakuan”. Tesis. Fakultas Sastra, Mustakim. 1997. ”Sikap Bahasa Kalangan Universitas Indonesia. Perguruan tinggi di Jakarta terhadap Sutejo dkk. 2000. Keberterimaan Kosakata Baku Kata-Kata Baru Bahasa Indonesia”. Tesis. Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa, Fakultas Sastra, Universitas Indonesia. Departemen Pendidikan Nasional. Pusat Bahasa. 1993. Glosarium Kimia. Jakarta: Taufiq, Agus dan Hari Sulastri. (Penyunting). Obor. 2008. Glosarium Kimia. Jakarta: Pusat Pusat Bahasa. 1997. Pedoman Umum Bahasa. Pembentukan Istilah. Edisi Kedua, Cetakan Tauli, Valter. 1974. ”The Theory of Language Ketiga. Jakarta: Pusat Bahasa, Departemen Planning”. Dalam Fishman (Ed). Advances Pendidikan dan Kebudayaan. in Language Planning. (hlm. 46—67). The Hague: Mouton.

84 84 85 85 85 86 86 86 87 87 SAWERIGADING

Volume 20 No. 1, April 2014 Halaman 87—98 INDEKSITAS DALAM PUISI-PUISI BULAN LUKA PARAH KARYA HUSNI DJAMALUDDIN (Indexity in Poems “Bulan Luka Parah” by Husni Djamaluddin)

Adri Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Selatan dan Provinsi Sulawesi Barat Jalan Sultan Alauddin Km 7/Tala Salapang Makassar Telepon (0411)88240, Faksimile (0411)882403 Pos-el: [email protected] Diterima: 26 Desember 2013; Direvisi: 20 Februari 2014; Disetujui: 15 Maret 2014

Abstract The research aims at describing indexity meaning in poetry collection Bulan Luka Parah by Husni Djamaluddin. Technique of data analysis used is content analysis involving identification, classification, analysis, interpretation, description, and confirmation. Method of the research is descriptive qualitative. In poem collection Bulan Luka Parah by husni Djamaluddin, indexity found is (1) religious expression of mankind as the creature and of deep afection of mankind to God; (2) containing the truth of thing, including mankind awareness of his existence, philosophy of nature; (3) mankind love to others in simple and philosophical manner; (4) mankind expression of ancestor culture and description of local culture (); (5) the existence of truth distortion that could be example for people, and the importante of pursuing knowledge for every one. Keywords: semiotic, index, Bulan Luka Parah

Abstrak Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan makna indeksitas dalam puisi-puisi Husni Djamaluddin dalam karyanya Bulan Luka Parah. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis isi yang mencakup identifikasi, klasifikasi, analisis, interpretasi, deskripsi, dan konfirmasi. Metode penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Dalam kumpulan puisi Bulan Luka Parah karya Husni Djamaluddin indeksitas yang ditemukan adalah (1) pengungkapan religiusitas manusia sebagai makhluk kepada Khaliknya serta pengungkapan rasa cinta yang mendalam (mahabbah) manusia kepada Pencipta; (2) memuat hakekat sesuatu, meliputi kesadaran manusia akan eksistensinya, filsafat alam; (3) cinta manusia kepada manusia secara lugas, dan cinta antarmanusia secara filosofis; (4) ekspresi manusia terhadap budaya nenek moyang, dan penggambaran budaya setempat (Sulawesi Selatan); (5) adanya distorsi kenyataan yang dapat menjadi pelajaran bagi masyarakat, dan pentingnya menuntut ilmu bagi setiap orang. Kata kunci: semiotika, indeks, Bulan Luka Parah

PENDAHULUAN dengan kata-kata sebelum dipergunakan dalam Bahasa sebagai medium karya sastra karya sastra novel sudah merupakan lambang merupakan sistem ketandaan, yaitu sistem yang yang mempunyai arti dan ditentukan oleh mempunyai arti (makna). Medium karya sastra konvensi masyarakat bahasa. novel bukanlah bahan yang bebas, seperti pada Dalam hal ini lambang atau tanda musik atau warna pada lukisan. Lain halnya kebahasaan dapat berupa satuan-satuan bunyi

86 86 87 87 87 Sawerigading, Vol. 20, 1 April 2014: 87—98

yang memiliki arti atas konvensi masyarakat atau menandakannya sebagai puisi. Tanda-tanda pernakai bahasa tersebut. Penggambaran seperti tersebut antara lain pembaitan, pilihan kata, rima, ini merupakan salah satu kajian terpenting dan kata kias. dalam konsep semiotik. Dalam semiotik, bahasa Bahasa yang digunakan dalam puisi pun berfungsi sebagai medium karya sastra atau terikat dalam sistem tanda (Sobur, 2003:12). sistem ketandaan tingkat pertama yang disebut Sistem tanda dan lambang yang digunakan di arti (meaning). Karya sastra juga merupakan dalamnya berupa satuan-satuan bunyi arti (yang sistem tanda yang ditentukan oleh konvensi ditentukan oleh masyarakat bahasa), diatur masyarakat sastra. Dengan demikian, karya dalam bidang yang disebut semiotik (semiologi, sastra merupakan sistem tanda yang lebih tinggi istilah Barthes). Tanda tersebut oleh Endraswara kedudukannya daripada bahasa sehingga disebut (2003:54) dianggap mewakili suatu objek secara sistem semiotik tingkat kedua. Hal ini berarti representatif. bahwa dalam bahasa, arti kata-kata (bahasa) Jabrohim (2002:23) mengungkapkan yang digunakan ditentukan oleh konvensi sastra bahwa dalam karya sastra arti bahasa ditentukan sehingga timbul arti sastra itu sendiri (Pradopo, oleh konvensi sastra. Hal ini relevan dengan 2002:35) anggapan Preminger, seperti yang dikutip oleh Semiotik merupakan ilmu tentang tanda Pradopo bahwa konvensi sernacarn itu disebut atau sebagai pengkajian tentang tanda-tanda konvensi tambahan, yaitu konvensi yang “the study of sign”. Semiotik pada dasarnya ditambahkan kepada konvensi bahasa. Dengan merupakan sebuah studi atas kode-kode/ begitu, sastra bergantung atau ditentukan oleh lambang, yaitu sistem yang memungkinkan konvensi tambahan tersebut. Artinya, makna sebuahentitastertentu sebagai tanda-tanda yang dalam sastra sama sekali tidak lepas dan arti bermakna. Pengkajian tentang tanda/lambang bahasanya, meskipun telah mendapat makna merupakan pengkajian bahasa karena bahasa tambahan sesuai konvensi sastranya. Apalagi merupakan suatu medium dalam menafsirkan dalam puisi, bahasa menjadi lebih bervariasi sebuah makna yang memiliki sejumlah aspek sebab mendapat anti tambahan dan konotasinya. secara situasional dan informativitas. Misalnya Tata letak huruf atau model huruf serta tipografi sebuah teks puisi tidak dipahami sebagai misalnya, secara, linguistik tidak mempunyai konfigurasi dan morfem dan kalimat tanpa arti, namun sangat bermakna dalam puisi sebab melihat sebagai satuan dan pola operasional yang konvensinya. secara keseluruhan untuk menafsirkan sejumlah Dalam hubungan ini, pemberian makna makna dan tujuan selama proses komunikasi terhadap sebuah puisi membutuhkan kecakapan berlangsung. tersendiri. Salah satu di antara sekian banyak Dalam mengkaji karya sastra, terdapat metode dalam mengungkap makna puisi adalah beberapa pendekatan yang tepat digunakan dengan pendekatan semiotik. Pada intinya, untuk mengungkap maksud yang tersirat dalam menggunakan pendekatanini merupakan upaya ide, gagasan, dan pikiran pengarang. Salah mengungkap keseluruhan tanda yang terkandung satu pendekatan tersebut, yaitu semiotik yang di dalamnya.Makna pada sebuah puisi berarti mengkhususkan pada sistem tanda (ikon, indeks, mencari tanda-tanda yang terdapat di dalamnya dan simbol). (memburu tanda-tanda). Tanda-tanda tersebut Puisi sebagai bagian dan sastra memiliki meliputi tanda-tanda kebahasaan berupa sistem tanda yang membedakannya dengan pengulangan-pengulangan, persajakan, tipografi, genre sastra lain. Artinya, ada syarat-syarat yang pembaitan, persajakan, dan makna kiasan. dimiliki oleh sebuah puisi sehingga disebut Hal-hal yang dimaksudkan tersebut telah puisi. Dengan kata lain, sebuah karya disebut diteliti oleh beberapa peneliti sebelumnya, antara puisi jika ia berada dalam suatu wilayah yang lain Eku (2004) mengkaji Surah Lukman dari 88 88 88 89 89 Adri: Indeksitas dalam Puisi-Puisi Bulan...

aspek semiotik. Penelitian lain dilakukan oleh pemahaman bahwa penelitian yang relevan Hawariah dengan judul “Makna Religiositas dengan penelitian ini belum pernah dikaji oleh dan Eksistensi Manusia dalam Kumpulan peneliti sebelumnya. Sementara, dalam kumpulan Puisi ‘0 Amuk Kapak “Karya Sutardji Calzoun puisi ini terkandung makna yang dituangkan Bachri; Kajian Semiotik” dengan penerapan oleh Husni Djamalauddin yang relevan dengan teori semiotik yang dikembangkan oleh Barthes. situasi masyarakat Sulawesi Selatan. Makna Adapun Mantasiah (2005) yang melakukan tersebut dapat dilihat berdasarkan aspek ikonitas, analisis terhadap puisi-puisi Emha Ainun Nadjib simbolitas, dan indeksitas. Namun dalam kajiannya lebih mirip dengan yang dilakukan penelitian ini dikhususkan pada bagian indeks. oleh Eku, yaitu rnengungkap jenis-jenis tanda di dalam puisi yang ditelitinya. KERANGKA TEORI Sehubungan dengan hal tersebut, penulis Secara etimologis istilah semiotik tertarik mengungkap tanda-tanda dalam puisi, diturunkan dari kata Yunani, “semeion” yang khususnya puisi Husni Djamaluddin dengan berarti tanda. Tanda didefinisikan sebagai beberapa pertimbangan. Pertama, Husni sesuatu yang atas dasar konvensi masyarakat Djamaluddin (selanjutnya disingkat HD) yang terbangun sebelumnya dapat dianggap merupakan penyair daerah Sulawesi Selatan mewakili sesuatu yang lain (Eco,1979:16). yang bertaraf nasional, sebagaimana penilaian Versi lain, semiotik berasal dari kata “semeion” Abdul Hadi W.M. memang tidak dapat atau “semiotikos” yang berarti penafsiran dipisahkan dengan tanah kelahirannya. Namun, tanda-tanda (Zoest, 1993)Secara terminologis ia adalah penyair berskala nasional. Warna Zoest (1996:5) mendefinisikan “semiotik tanah kelahirannya mendominasi puisi-puisinya sebagai ilmu tentang tanda dan segala hal (yang terkumpul dalam buku Bulan Luka Parah, yang berhubungan dengannya, termasuk tanda 1986). Kedua, HD bersama beberapa penyair berfungsinya, hubungannya dengan tanda yang lain seperti Sutardji Calzoum Bachri memberi lain, pengirimnya dan penerimanya bagi mereka corak perpuisian Indonesia tahun 1970-an yang yang rnenggunakannya.” Selanjutnya, Kristeva melahirkan Angkatan 70. Corak perpuisian (dalam Zaimar, (1993:182) mengatakan bahwa tersebut ditandai oleh adanya upaya yang sadar “semiotik (semanalyse) tidak melihat semiotik untuk kembali ke akar (back to basic). Situmorang sebagai sistem tanda tetapi sebagai proses (1983) menderet nama HD sejajar dengan nama- memaknai tanda.” Kristeva berasumsi bahwa narna seperti Sutardji Calzoum Bahri, Hamid semiotik memandang bahasa sebagai struktur Jabbar, dan seterusnya, dengan mencontohkan yang heterogen. Dalam hal ini, bahasa merupakan puisi “Pada Mulanya Sepi”. Sementara itu, suatu proses pemahaman yang dinamis, bukan Teeuw (1989) menempatkan HD dan Rahman sekedar sistem yang statis. Selanjutnya, Hartako Arge dua penyair Sulawesi Selatan pada tempat (1986:131) mengemukakan bahwa “semiotik khusus bersama beberapa penyair lainnya. adalah ilmu yang mempelajari tanda-tanda Berikut ini tanggapan Teeuw: “...akhirnya dari dan proses tanda tersebut diartikan. Tanda Sulawesi Selatan kita mempunyai dua penyair, tersebut bersifat representatif dan berhubungan Husni Djamaluddin dan Rahman Arge. ... Karya- dengan tanda-tanda lainnya dan dengan barang karya mereka, mengandung unsur-unsur ironi yang dilambangkan, serta dengan orang yang yang segar.” memaknai tanda itu.” Berdasarkan uraian di atas, penulis Selanjutnya, Zaimar (1991:20) menyatakan terinspirasi mengkaji puisi HD dalam bentuk bahwa “antara strukturalisme dan semiotik penelitian yang berjudul: indensiktas dalam sering dipertentangkan. Setidaknya kedua puisi-puisi Bulan Luka Parah karya Husni metode tersebut tidak berhubungan sama Djamaluddin. Judul ini dipilih berdasarkan 88 88 89 89 89 Sawerigading, Vol. 20, 1 April 2014: 87—98

sekali. Dikatakan bahwa dengan strukturalisme salah sebuah ilmu yang melihat tanda hanya bisa dicapai pembahasan tentang bentuk (representamen) sebagai bagian yang tanpa menghubungkannya dengan interpretasi, tidak dapat dipisahkan dan objek sedangkan untuk mempelajani interpretasi representasinya. Demikian halnya tanda digunakan semiotik”. Pendapat tersebut dengan subjek atau tanda (interprotant). dinilai Zaimar sebagai “ada benamya, ada juga Pierce, pakar komunikasi menekankan salahnya” sebab beberapa aliran strukturalisme, bahwa peran subjek (seseorang) sebagai seperti kaum strukturalis Rusia, tidak ingin bagian yang tak terpisahkan dan melibatkan diri dalarn interpretasi. Meskipun pertandaan, merupakan landasan bagi demikian, strukturalisme sangat erat kaitannya semiotika sebagai tindak komunikasi. dengan semiotik. Hal ini ditekankan pula oleh Eco Barthes, salah seorang penggagas semiotik (1979) bahwa hal yang ditekankan dari Perancis, membuka berbagai kemungkinan dalarn semiotika adalah aspek produksi terhadap teks-teks sastra. Artinya, pembaca tanda (sign production). Semiotika berhadapan dengan pluralitas signifikasi merupakan mesin produksi tanda (Kurniawan, 2001: vii). Jadi, penafsiran tunggal dan sangat bertumpu pada ‘pekerja merupakan suatu cara reprosif yang tidak tanda’ (labor) yang memilih tanda produktif. Roland Barthes memasukkan meta dan bahan baku tanda-tanda yang bahasa, retorika, mitologi, dan ideologi yang ada, lalu mengombinasikannya untuk menjadi kata-kata kunci dalarn semiologinya. memproduksi sebuah ekspresi bahasa Ada dua sistem semiologi, yaitu bahasa yang bermakna (Sobur, 2003). dan mitos. Sistem linguistik, bahasa akan Dalam konsep hipersemiotika, Eco (1979) disebut bahasa objek sebab dan disitulah mitos mengungkapkan, semiotika pada prinsipnya mengambil contoh untuk membentuk sistemnya adalah sebuah disiplin yang mempelajari segala sendiri, dari mitos itu sendiri disebut metabahasa sesuatu yang dapat digunakan untuk berdusta. sebab merupakan bahasa tahap kedua, dan di Maksudnya, semiotika mengeksplisitkan konsep dalamnya dipakai juga bahasa pertama. dusta sehingga dusta menjadi prinsip utama Pada prinsipnya penjelajahan semiotik semiotika. Eco menjelaskan, sebagai berikut: sebagai metode kajian dalam berbagai disiplin ilmu senantiasa membuka pintu kemungkinan “Bila sesuatu tidak dapat digunakan untuk mengungkapkan dusta, maka sebab ada kencenderungan untuk memandang sebaliknya ia dapat pula digunakan untuk wacana sosial sebagai fenomena bahasa. Dalam mengungkapkan kebenaran (truth). Ia pada hal in bahasa dijadikan model dalam berbagai kenyataannya tidak dapat digunakan untuk wacana sosial itu. Pada anggapan semiotikus, mengungkap sesuatu. Definisi kedustaan jika seluruh praktik sosial dapat dianggap sudah sepantasnya diterima sebagai sebuah fenomena bahasa, semuanya dapat pula dilihat program komprehensif untuk smeiotika sebagai tanda-tanda. Hal tersebut dapat saja urnum (general semiotik).” terjadi, mengingat luasnya pengertian tanda itu Pendapat tersebut menginformasikan sendiri (Sobur, 2003:36). bahwa semiotika merupakan teori kebenaran. Semiotika berhubungan dengan dua Alasannya, jika sebuah tanda tidak dapat cara kerja, yaitu (1) semiotika sebagai tindak digunakan untuk mengungkapkan kedustaan. komunikasi dan (2) semiotika sebagai sistem Makna kata dusta tersebut sangat erat kaitannya tanda. dengan relasi semiotika antara tanda makna, dan 1) Pertama, semiotika sebagai tindak realitas (referensi). Dalam terminologi, semiotika komunikasi dimaksudkan sebagai terdapat jurang antara sebuah tanda (sign) dan

90 9090 90 91 91 Adri: Indeksitas dalam Puisi-Puisi Bulan...

representasinya pada relitas (referent). Konsep Menurut Zoest (1993) ada tiga cara tanda (concept), isi content), atau makna (meaning) untuk menunjukkan denotatumnya. Jika melalui sesuatu yang dibicarakan atau ditulis tidak sesuai kemiripan, ia adalah tanda yang menggambarkan dengan realitas yang dilukiskan. Dikatakan ikon. Akan tetapi dalam teks bahasa pun terdapat benar kalau ada kesesuaian antara tanda dengan banyak ikonitas, misalnya untuk menunjukkan referennya. Jadi, tanda A harus menceritakan bagian-bagian kalimat. Bahkan boleh jadi pada realitas A, tidak boleh tanda A menceritakan semua teks terdapat tanda-tanda ikonitas. realitas B. Keharusan seperti inilah yang Mantasiah (2005) mengemukakan bahwa mustahil ditemukan dalam semiotika. Artinya, dalam teks persuasif pun dibutuhkan ikonitas dalam semiotika hanya dijumpai konsep tanda sebab pada teks-teks seperti itu juga memiliki A menceritakan realitas B. Dengan demikian, aspek “memikat” penting. Bahkan dalam teks- arti kata dusta dan kebenaran dalam teori Eko teks argumentatif pun terdapat ikonitas, seperti saling beroposisi. Maksudnya, meskipun Eco yang dicontohkan oleh Peirce. menjelaskan semiotika sebagai teori kedustaan, Dalam kaitan cara kerja ikonitas, yang di dalamnya terkandung teori kebenaran. harus diingat adalah bahwa teks yang sama (2) Kedua, semiotika sebagai sistem dapat menujukkan aneka ciri struktur yang bisa komunikasi dipelopori oleh Ferdinand ikonis masing-masing. Di antara sekian banyak deiksis Saussure . Semiotika merupakan ikonitas, ikonitas metafor merupakan jenis ikon ilmu yang mempelajari peran tanda yang paling mudah dikenal. Sebagai contoh (sign) sebagai bagian dan kehidupan dalam sebuah cerita fabel, melukiskan denotasi sosial. Tersirat dalam definisi tersebut perbuatan manusia-manusia melalui tokoh- bahwa tanda merupakan bagian dan tokoh binatang berdasarkan tipe-tipe manusia kehidupan sosial. Hal ini menandakan tertentu dan cara tertentu dalam bertindak. Di bahwa tanda merupakan bagian dari antara dua tokoh binatang dengan denotatumnya aturan sosial yang berlaku. Saussure (manusia) secara langsung dan tak langsung mengajukan dua model analisis bahasa, terikat oleh suatu yang sifatnya metaforis. yakni analisis bahasa sebagai sebuah Ada dua macam tanda ikonis, yaitu ikonitas sistem tanda (language) dan bahasa tipologis, yakni ikonitas berdasarkan persamaan sebagaimana digunakan oleh individu ruang dan ikonitas diagramatis, yaitu ikonitas secara nyata dalam berkomunikasi berdasarkan persamaan struktur (relasional). secara sosial (parole). Ikonitas metaforis berdasarkan persamaan antara kenyataan yang didenotasikan secara sekaligus, Pradopo (dalam Jabrohim, 2002:66) baik langsung maupun tak langsung. mengungkapkan bahwa “ada beberapa macam Indeks adalah tanda yang menunjukkan tanda berdasarkan hubungan antara penanda dan kausal (sebab akibat) antara penanda dan petandanya, yaitu ikon, indeks, dan simbol.” petandanya, misalnya asap menandai api, alat Tanda-tanda ikonis adalah tanda yang penanda angin, menunjukkan arah angin, dan menunjukkan hubungan alamiah antara penanda sebagainya (Pradopo dalam Jabrohim, 2002:28). dan petandanya. Misalnya gambar kuda sebagai Dalam kaitan ini, dapat dikatakan bahwa semua penanda rnenandai kuda (petanda) sebagai teks, sebagaimana anggapan Zoest (1993) secara artinya, gambar pohon menandai pohon. Tanda- keseluruhan merupakan tanda-tanda indeksitas tanda ikonis ini amat penting dijelaskan lebih sebab teks memiliki hubungan perbatasan jauh sebab tanda-tanda seperti ini merupakan dengan hal-hal yang direpresentasikannya, yaitu tanda tanda yang memikat, dan karena teks- dunia yang diciptakannya. Jika dibandingkan teks sastra memiliki daya pikat yang lebih besar dengan teks lain, teks sastra berperan lebih halus dibandingkan dengan yang non-sastra. dan sering secara tidak langsung. 90 90 91 91 91 Sawerigading, Vol. 20, 1 April 2014: 87—98

METODE Barangkali aku bisa segera berada di depan Bentuk penelitian ini termasuk penelitian rumahMu deksriptif kualitatif, yaitu suatu penelitian Barangkali Kau sudi membuka pintu yang menggambarkan objeknya secara apa Barangkali Kau berkenan mengulurkan adanya. Dalam hal ini, penulis mendeskripsikan tangan indeks yang terdapat dalam puisi-puisi Husni Barangkali Kau tersenyum ramah berkata, Djamaluddin dengan pendekatan kualitatif. masuklah Indeks adalah tanda yang memiliki keterkaitan Barangkali semua ini Sisa mimpi fenomenal atau eksistensial di antara Yang kubawa dan bumi representamen dan objeknya. Di dalam indeks Barangkali mimpi ini hubungan tanda dan objeknya bersifat konkret, Terlalu berani aktual, dan biasanya melalui suatu cara yang Dan terlalu berlebih-lebihan sekuensial atau kausal. Barangkali aku tak pantas Teknik analisis data yang digunakan dalam Lewat jalan pintas penelitian iniadalah teknik analisis isi yang Barangkali aku tak patut mencakupi identifikasi, klasifikasi, analisis, Kau bukakan pintu interpretasi, deskripsi, dan konfirmasi. Setelah Barangkali aku tak layak itu, penulis mengidentifikasi, indeks, pada Kau uluri tangan buku Bulan Luka Parah. Setelah itu, penulis Barangkali aku tak berhak mengklasifikasi jenisnya dan hasil identifikasi, Masuk ke dalam rumahMu tahap bagian, indeks, yang ditemukan. Lalu ke mana lagi aku harus pergi Selanjutnya, dianalisis dan ditafsirkan makna Menyerahkan diri bagian-bagian puisi, kemudian puisi secara Setelah mata tertutup keseluruhan. Akhirnya, hasil interpretasi tersebut Setelah tubuh terbujur kaku dideskripsikan berdasarkan pengelompokannya Makna Indeksitas secara komprehensif, Semua yang dilakukan Indeks dalam puisi di atas adalah berada ini diadopsi dari metode analisis Miles dan di depan rumah-Mu, membuka pintu, dan Hubermian (dalam Salam, 2004). mengulurkan tangan. Indeks berada di depan rumah-Mu (yang diikuti oleh huruf kapital) PEMBAHASAN pada unsur rumah-Mu merepresentasikan Sebagaimana telah dipaparkan pada butir rumah milik-Mu yang disapa oleh si aku dalam rumusan masalah dan metode analisis data, pada indeks tersebut, yaitu Tuhan. Dengan demikian, bagian ini dideskripsikan tentang hasil temuan berada di depan rumah-Mu bermakna berada di yang diperoleh melalui hasil deskripsi tentang depan pintu surga-Mu. Indeks membuka pintu indeks dalam kumpulan puisi Bulan Luka merepresentasikan sifat kemahabijaksanaan Parah. Hal yang dimaksudkan ini dapat dilihat Allah untuk memberi ampunan pada aku lirik; penerapannya dalam kajian puisi berikut ini. indeks mengulurkan tangan merupakan tindakan Puisi 1. “Jika Pada Akhirnya” yang merepresentasikan membuka pintu, yakni mengasihani, memberi ampunan bagi seluruh Jika pada akhirnya dosa si aku; indeks sisa merepresentasikan Mata pun katup dan tubuh terbujur kaku sesuatu yang ditinggalkan oleh seseorang yang Apa lagi yang sisa sudah menghadap maut atau urusan seseorang Barangkali aku akan menempuh jarak jauh tersebut dengan dunia yang ditinggalkannya. Barangkali akan dapat melewati jalan Artinya, ketika manusia sudah terbujur kaku pintas (meninggal), tidak ada lagi yang tersisa. Habislah

92 92 92 93 93 Adri: Indeksitas dalam Puisi-Puisi Bulan...

perkara yang bersangkut-paut dengan manusia Terdidih apiMu tersebut dengan dunia yang ditinggalkannya. Adalah aku angin adalah aku anginMu Puisi 2. “Adalah” Tersentuh tanahMu Adalah tanah adalah air adalah api Tersejuk airMu Adalah tanah pasrah adalah air mengalir Tersebar apiMu Adalah angin bertiup adalah api membakar Adalah aku api adalah aku apiMu Adalah tanah dagingku adalah air darahku Terdiam tanaMu Adalah angin nafasku adalah api nafsuku Tersiram airMu Adalah danau jantungku adalah sungai Tersulut anginMu pembuluh darahku Makna Indeksitas Adalah laut rahasiaku Indeks dalam puisi ini di antaranya adalah Adalah tiang tulang-tulangku adalah atap tanah, adalah air, adalah angin, adalah api, dan ubun-ubunku bentuk-bentuk yang serupa dengan bentuk Adalah dinding kulitku adalah jendela inipada larik-larik selanjutnya. Jenis indeksitas mataku siapa itu yang intip dalam puisi ini lebih mengarah pada indeks Adalah jelusi telingaku siapa itu yang intratekstual. Intratekstual dibuktikan oleh dengar adanya bentuk-bentuk kembar. seperti bentuk Adalah pintu mulutku siapa itu yang tanah-Mu, air-Mu, pada larik 5-8 dan akhir puisi, berkata benar yang diulangi pada larik 4-6 akhir puisi. Adalah rumah tubuhku siapa itu Si tuan Indeksitas yang dijalin antara larik- rumah larik dalam puisi ini dibuktikan oleh adanya Adalah sah rumah pisah dan tuan rumah perulangan-perulangan dalam puisi tersebut. Adalah waktu tubuh jauh dan ruh Perulangan tersebut mengacu pada unsur yang Adalah risau di danau adalah sangsai di sama. Unsur tanah, angin, air, api merupakan sungai indeks yang mengacu pada komponen makna Adalah hanyut di laut adalah paut adalah unsur alam; sedangkan daging, darah, jantung, maut pembuluh darah dalam larik:/adalah tanah Adalah tanah adalah air adalah angin dagingku adalah air darahku/adalah angin adalah api nafasku adalah api nafsuku/ merupakan Adalah aku adalah Kau yang mau komponen makna unsur tubuh manusia; kata Adalah aku tanah yang pasrah adalah aku tanah-Mu, angin-Mu, terbakar api-Mu, dalam air yang mengalir larik:/aku adalah tanah adalah aku tanah-Mu/ Adalah aku angin yang bertiup adalah aku teralir air-Mutertiup angin-Mu/. . .1 merupakan api yang membakar komponen makna kata ganti positif orang kedua. Adalah aku rumah adalah Kau tuan rumah Puisi tersebut pun mengupas tentang hidup adalah aku rumahMu dan kehidupan dan aspek filsafat. Intensitas Adalah aku tubuh adalah Kau ruh adalah pembicaraan terhadap sebuah kata ditandai aku tubuhMu oleh perulangan-perulangan yang tak bosan- Adalah aku tanah adalah kau tanahMu bosannya. Hubungan intratekstual ditunjukkan Teralir airMu pula dengan bukti “sebuah anggapan yang Tertiup anginMu dipopulerkan oleh Riffaterre dalam Teuw (1983) Terbakar apiMu bahwa sebuah puisi merupakan jawaban atau Adalah aku air adalah aku airMu penerusan dalam hal tradisi (sistem penulisan Terserap tanahMu gaya pengungkapan). Terguncang anginMu

92 92 93 93 93 Sawerigading, Vol. 20, 1 April 2014: 87—98

Puisi 3. “Detak-detik Itu” yang menyangkut kebugaran/kesehatan manusia. detak detik jam gerak gerik alam detak Kata jantung merupakan organ paling vital bagi detik alam gerak gerik waktu detak detik tubuh manusia, yang kalau organ ini tidak ada waktu gerak gerik jantung detak detik (rusak) maka transportasi dalam tubuh akan jantung gerak gerik hidup macet total. Jantung merupakan organ pemimpin di dalam jam di dalam alam di dalam waktu dalam tubuh manusia. Tanpa jantung tidak di dalam jantung di dalam hidup di dalam mungkin seluruh tubuh teraliri oleh darah. segala yang terdalam di situ Sang di situ Ungkapan dengan segala duka-Mu pada kau larik puisi ini merepresentasikan murka atau dengan segala sunyiMu dengan segala marah pencipta kepada segala bentuk dosa kuasaMu dengan segala dukaMu dengan manusia, syaitan atau jin atau makhluk-makhluk segala-galaMu lain yang hanya diketahui oleh Sang Khalik. detak detik jam gerak gerik alam detak Kata duka tidak berrnakna seperti makna duka detik alam gerak gerik waktu detak detik dalam kamus-kamus sebab Sang Khalik tidak waktu gerak gerik jantung detak detik pernah berduka sebagaimana layaknya makhluk. jantung gerak Kau Berduka identik dengan bersedih hati, bersusah hati. Padahal, tidak ada sesuatu pun yang Makna Indeksitas pantas membuat Dia bersedih hati. Kata duka Indeks dalam puisi ini adalah gerak-gerik dalam ungkapan dengan segala dukaMu lebih alam, gerak-gerik waktu, gerak gerik jantung, mengarah pada makna marah atau murka sebab gerak-gerik hidup, dengan segala dukaMu, hal-hal tertentu yang telah dilakukan oleh hamba- dengan segala-galaMu, dan gerak-gerik Kau. hamba-Nya. Bentuk gerak-gerik alam terdiri atas unsur Indeks dengan segala-gala-Mu merepre- gerak-gerik dan alam. Gerak-gerik dimaknai sentasikan segala hal yang menyangkut asma sebagai berbagai macam gerak, sedangkan Allah (nama-nama Allah yang berjumlah 99). alam dimaknai sebagai bumi dan seluruh isinya, Adapun frasa segala-galaMu pada larik puisi termasuk angkasa dan seluruh isinya. Gerak- ini mengacu pada segala hal yang menyangkut gerik di sini merepresentasikan perputaran roda kemahaan-Nya; Maha Pemurah, Maha dunia yang diibaratkan berdetak-detik. Alam Penyayang, Maha Pemberi Rezeki, Maha diumpamakan seperti manusia yang memiliki Bijaksana, Maha Memuliakan, dan lain-lain. gerak-gerik gelagat. Adapun ungkapan gerak- Puisi 4. “Pada Malam Senyap Ketika Kau gerik waktu merepresentasikan perputaran waktu. Tidur Lelap” Waktu yang berjalan silih berganti, datang dan pergi secara bergantian, dan segala sesuatu berada Setelah kau lenyap dalam perputaran waktu tersebut. Artinya, tidak Ke dalam tidur yang lelap ada sesuatu pun yang luput dan perputaran waktu Kamar pun disergap tersebut, gerak-gerik hidup pada larik puisi ini Ke dalam malam yang senyap merepresentasikan irama atau perjalanan hidup Adakah kau itu sang manusia itu sendiri, arti hidup dipadankan Masih bermukim dalam kau yang di situ? dengan kata gerak. Keduanya mengandung Jelas nafasmu nuansa makna, tetapi keduanya memuat makna Satu-satu kesan optimis. Satu hidup sudah tentu bergerak, Kudengar mendeburkan ombak hidup sedangkan gerak merupakan tanda hidup itu Dan jantungmu berdegup sendiri secara optimis dan dinamis. Ungkapan Bersama tik-tak-tik-tak jam dinding itu gerak-gerik jantung merepresentasikan hal-hal Yang setia menghitung denyut waktu Adakah kau masih di situ, kekasihku?

94 94 94 95 95 Adri: Indeksitas dalam Puisi-Puisi Bulan...

Kupeluk tubuhmu tubuhmu yang utuh mendebarkan ombak hidup merepresentasikan Kubelai rambutmu rambutmu yang lusuh hal-hal tentang optimisme hidup yang ditandai Dan terasa betapa jauh oleh kata ombak hidup. Ombak dalam hal ini Kau pergi ke negeri mimpi disamakan dengan degup jantung. Dalam sifat, Kau tak di situ lagi, kekasihku bagi si penyair/ si aku lirik keduanya (ombak dan Luasnya alam jantung) sama-sama berbunyi dan merupakan Di mana kau tualang penanda adanya kehidupan. Bedanya hanya Senyapnya malam kalau jantung merupakan penanda vitalitas hidup Di mana kau hilang dalam arti fisik, sedangkan deburan ombak Ke dalam sunyi merupakan penanda/ simbol vitalitas kehidupan. Kubelai rambutmu sekali lagi Indeks sejuta luka dalam larik-larik/ Mimpilah terus, kekasihku bersama aku yang memberikan lelah / Mimpilah seindah mungkin sebuah cerita beserta lampiran/ sejuta luka/ Karena mungkin dengan itu kemelaratan/ merepresentasikan penderitaan Kau pun sempat lari sehari-hari, dalam arti kekurangan harta, yang Dan lelah bagi sebagian orang menjadi ukuran kebahagiaan Mendukung beban hidup se-hari-hari dan ketidakbahagian. Kata sejuta menandakan Bersama kau yang memberimu ulah kesangatan dalam hal luka (penderitaan) yang Sebuah cinta dirasakan oleh si aku dan si kau (kekasihku) Beserta lampiran nya itu. Luka merupakan ungkapan kesangatan Sejuta luka dalam hal derita tersebut, yang dirasakannya Kemelaratan seperti luka (sakit). Kau makin lenyap Artinya, penderitaan tersebut seperti sebuah Dalam tidur lelap kata luka yang menyakitkan. Adapun ditikam Kamar makin ditikam malam malam merepresentasikan kesangatan dalam Sedang malam pun makin dalam mengungkap suasana malam di kamar si aku. Ditikam senyap Dalam kamar yang dalam larut dalam itu si aku Kekasihku semakin sunyi (senyap). Intensitas (kesangatan) Malam ini dalam menggambarkan malam yang semakin Tak ada jawab larut dan kesunyian/ kesenyapan yang sangat Atas kesenyapan ini mencekam sangat pas/ cocok disamakan kata Makna Indeksitas ditikam dalam larik kamar makin ditikam malam / .. / ditikam senyap!. Indeks dalam puisi ini diantaranya adalah kamar pun disergap, dengan nafasmu satu-satu, Puisi 5. “Orang Tua” mendebarkan ombak hidup, sejuta luka dan Orang Tua ditikam malam. Indeks kamar pun disergap Orang-tua mengajar anak-anaknya mulai merepresentasikan suasana kamar si aku lirik pada bicara suatu malam yang dalam suasana kesenyapan Orang-tua mengajar anak-anaknya pandai kesunyian karena tidak ada lawan bicaranya sebab bicara istri (kekasihnya) telah terlelap; sedangkan ikon Orang-tua mengajar anak-anaknya bicara kudengar nafasmu satu-satu merepresentasikan benar ketenangan suasana, dan ketenangan jiwa sang Orang-tua bingung kalau anak-anaknya kekasih yang sedang tidur. Nafas satu-satu mulai bicara artinya nafas yang teratur, lambat, yang biasanya Orang-tua tersinggung kalau anak-anaknya terdapat pada orang yang tertidur lelap; ikon pintar bicara

94 94 95 95 95 Sawerigading, Vol. 20, 1 April 2014: 87—98

Orang-tua marah-marah kalau anak bicara orang tuanya sendiri atau kepada orang lain. benar Dengan demikian, ungkapan mulai bicara pada Orang-tua menganggap puisi ini berubah, yaitu (1) dan aspek makna, pada Anak-anak yang bicara benar larik 1 bait I bermakna belajar bicara, dan pada Adalah anak-anak yang kurang ajar larik 1 bait II bermakna protes, mengeluarkan Orang-tua menyekap aspirasi atau berekspresi. Dengan begitu, terjadi Anak-anak yang kurang ajar perubahan makna; (2) dan aspek kesan yang Di dalam kamar dikandung oleh ungkapan tersebut. Pada larik Yang pengap 1 bait I kesan yang terkandung pada ungkapan Makna Indeksitas mulai bicara adalah positif, sedangkan pada larik I bait II terkesan negatif sebab membingungkan Indeks dalam puisi ini adalah mulai bicara, orang tua. pintar bicara, dan bicara benar. Ungkapan mulai Indeks pintar bicara pada larik “orang tua bicara dalam larik “orang tua mengajar anak- mengajar anak-anaknya pintar bicara” mengacu anaknya mulai bicara” mengacu pada proses pada makna tahap kedua dalam proses belajar yang dialami oleh sang anak yang baru belajar mengajar anak-anak dalam hal bicara. Pertama bicara, yakni sekitar anak-anak tersebut berumur adalah mulai bicara, kedua pintar bicara. Pada antara satu sampai dengan dua tahun, pada saat larik I mulai bicara, sedangkan pada larik 2 ini orang tua berupaya agar anaknya mulai bicara. sudah pada tahap pintar atau mahir bicara. Ungkapan mulai bicara ini mengandung makna Beberapa macam makna yang terkandung dalam ‘sudah pandai bicara’, meskipun perbendaharaan ungkapan pintar bicara adalah mahir, terampil kata-katanya belumlah selengkap perbendaharaan bicara, pandai berdebat, pandai berdiplomasi, kata-kata orang dewasa. Pada dasarnya, pada atau piawai dalam membahasakan ide-idenya. saat ini ungkapan mulai bicara betul-betul Hal-hal seperti ini menjadi kebanggaan dan yang merepresentasikan ungkapan “mulai bicara” diharapkan oleh orang tua sebagai “pengajar”. sebab pada saat tersebut betul-betul manusia Sebagai pengajar, orang tua tersebut memiliki kecil itu mulai bicara dalam kehidupannya. Oleh rasa puas atas keberhasilannya dalam mengajar karena itu, orang tualah yang mengajari sang anak sebab memang itulah yang diharapkannya. mulai bicara, biasanya nama orang tualah yang Tak merasa puas juga karena merasa telah pertama sanggup untuk disebut/diucapkan anak menjalankan amanah dan Allah dengan baik. tersebut, seperti kata mama, papa atau ummi, Lain halnya dengan ungkapan pintar bicara mami, atau indo. Dalam hal ini, si orang tua amat pada larik 2 bait II, yang justru membuat orang membanggakan anak-anaknya yang sudah dapat tua tersinggung. Pada larik tersebut kedudukan menyebut sepatah dua patah kata pada masa- orang tua bukan sebagai pengajar, melainkan masa “mulai bicara” tersebut. Pokoknya apapun sebagai objek yang tersinggung (sebab mungkin yang diucapkan oleh si anak tersebut sangat sengaja atau tidak disengaja) oleh sang anak membanggakan orang tuanya. untuk menyinggungnya, sehingga ia tersinggung. Lain halnya dengan indeks mulai bicara Dengan demikian ungkapan “pintar bicara” pada pada larik “orang tua bingung kalau anak- larik tersebut mengandung dan mengundang anaknya mulai bicara”. Indeks tersebut justru konotasi negatif. Makna pintar bicara pada larik 2 membingungkan orang tua, sang pengajar bait II menjadikan/menerangkan kondisi perasaan bicara pada usia satu sampai dua tahun, Indeks dan tabiat orang tua pada larik yang sama, yaitu pada larik 1 bait I tersebut bukan mengacu pada orang tua yang tidak mau terungkap kekurangan- makna sebenarnya “mulai bicara”, melainkan kekurangannya yang ada dan terbongkar oleh kiasan bagi orang/anak-anak berekspresi atau sang anak. Dengan demikian, “kepintaran” anak mengeluarkan aspirasinya, atau protes terhadap dalam hal bicara tersebut justru dirasakan oleh 96 96 96 97 97 Adri: Indeksitas dalam Puisi-Puisi Bulan...

sang orang tua sebagai bumerang. benar pada bait III lebih intens sebab dapat Pada larik 3 bait I dan II serta III memancing emosi yang tinggi, sehingga sanksi terdapat indeks bicara benar, yang tentu saja yang dijatuhkannya terhadap anaknya yang dicap memiliki nuansa makna yang berlainan, sebagai kurang ajar tersebut juga tinggi, yaitu bahkan berseberangan. Pada larik 3 bait I menyekap si anak “kurang ajar” dalam kamar bicara benar memuat makna yang mewakili yang pengap, tidak sekedar membuat orang tua dirinya sendiri, yakni mengatakan hal yang marah-marah, seperti pada larik 2 bait II. sesungguhnya atau mengatakan kebenaran. Hal Pada bait I ungkapan mulai bicara, pintar tersebut membanggakan orang tuanya sebagai bicara, dan bicara benar kadar emosi (dalam arti “pengajar”, Untuk tujuan itulah kebanyakan emosi marah) tidak ada sama sekali, sedangkan orang tua mengajarkan hal-hal yang menyangkut pada bait II menampakkan bahwa kadar emosi pernyataan kebenaran tersebut. Tidak ada satu kemarahan yang ditimbulkan oleh ungkapan orang tua pun yang ingin anaknya tidak bicara tersebut tampak, yaitu bingung, tersinggung, benar sebab hal tersebut memang diperintahkan dan marah-marah. Adapun ungkapan yang sama oleh agama apapun. Adapun ungkapan bicara pada bait III mencapai puncaknya sebab orang benar pada larik 3 bait II memiliki dampak atau tua yang bingung, tersinggung, dan marah-marah tujuan yang berlainan dengan ungkapan yang (bait II) tersebut lebih jauh bertindak aktif dalam sama pada larik sebelumnya. Pada larik 1 bait memberi sanksi pada anak yang dianggap kurang III tersebut bicara benar justru membuat orang ajar, yakni dengan menyekap anak anak tersebut tua marah-marah. Dengan demikian, ungkapan dalam kamar yang pengap. tersebut mengindikasikan bahwa orang tua tersebut memiliki kelemahan yang diungkap PENUTUP atau dibeberkan oleh sang anak sehingga orang Dalam kumpulan puisi Bulan Luka Parah tua tersebut marah-marah. Artinya, orang tua karya Husni Djamaluddin indeksitas yang dapat tersebut “anti kebenaran” sebab marah-marah ditemukan adalah (1) pengungkapan religiusitas kalau anaknya mengungkap kebenaran, atau manusia sebagai makhluk kepada Khaliknya membicarakan tentang kebenaran. Setidaknya serta pengungkapan rasa cinta yang mendalam orang tua tersebut tidak ingin anaknya (mahabbah) manusia kepada Pencipta; (2) menyinggung kebenaran yang seharusnya memuat hakekat sesuatu, meliputi kesadaran diungkapkan, mungkin kebenaran tersebut manusia akan eksistensinya, filsafat alam ; (3) menyangkut pribadinya, atau bahkan menyerang cinta manusia kepada manusia secara lugas, dan pribadinya. cinta antar manusia secara fiolosofis (4) ekspresi Senada dengan ungkapan tersebut dengan manusia terhadap budaya nenek moyang, dan ungkapan yang sama pada larik 2 bait III, penggambaran budaya setempat (Sulawesi meskipun memiliki nuansa makna yang berbeda, Selatan); (5) adanya distorsi kenyataan yang juga mengundang dan mengandung nuansa dapat menjadi pelajaran bagi masyarakat, dan yang buruk dan sudut pandang si orang tua. pentingnya menuntut ilmu bagi setiap orang. Mereka menganggap bahwa anak-anak yang Analisis yang dilakukan terhadap puisi- bicara benar merupakan anak-anak yang kurang puisi yang terkumpul dalam kumpulan Bulan ajar, sehingga anak-anak tersebut mereka sekap Luka Parah hanya menyentuh sebagian dalam kamar yang pengap. Makna ungkapan kecil wilayah pembicaraan semiotika, yakni bicara benar pada larik tersebut senada dengan mengungkap tema makna tema lima puisi yang makna ungkapan yang sama pada bait II terpilih secara purposif. Dengan begitu, masih sebelumnya. Perbedaannya hanya pada dampak luas wilayah yang dapat dikaji oleh peneliti lain yang ditimbulkan oleh dua ungakapan tersebut. sebab ruang lingkup kajian semiotika terhadap Dampak yang ditimbulkan oleh ungkapan bicara 96 96 97 97 97 Sawerigading, Vol. 20, 1 April 2014: 87—98

puisi luas sekali. Peneliti lain dapat mengkaji diterbitkan. Makassar: PPS Unhas. nilai-nilai sosial yang terdapat dalam kumpulan Jabrohim (ed). 2002. Metodologi Penelitian tersebut secara mendalam, atau makna-makna Sastra. Yogyakarta: Hanindita. lain. Dapat pula dikaji dan aspek semantik, Kurniawan. 2001. Semiologi Roland Barthes. fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik. Magelang: Indonesiatera. Mantasiah. 2005. “Analisis Seni Puisi Emha DAFTAR PUSTAKA Ainun Nadjib”. Tesis tidak Diterbitkan. Eco, Umberto. 1979. “A Theo of Semiotics”. Makassar: PPS UNM. Bloomington: Indiana University Press. Pradopo, Rahmat Djoko. 2002. Pengkajian Puisi. Eku, Amran. 2004. “Surah Lukman.’ Kajian Yokyakarta: Gadjah Mada University Semiotik”. Tesis tidak diterbitkan. Press. Makassar: PPS UNM. Salam. 2004. “Struktur Penalaran dalam Karya Endraswara, Swardi. 2003. Metodologi Penelitian Ilmiah Mahasiswa UNM”. Disertasi tidak Sastra: Epistemologi, Model, Teori, dan diterbitkan. Malang: PPS Unbraw. Aplikasi. Yogyakarta: Hanindita. Situmorang, B.P. 1983. Puisi, Teori Apresiasi Hartoko, A. 1986. Penuntun Tulis Menulis. Bentuk dan Struktur. Ende-Flores: Nusa Banjarmasin: Aulia. Jndah. Hawariah M. 2004. “Makna Religiositas dan Sobur, Alex. 2003. Semiotika Komunikasi. Eksistensi Manusia dalam Kumpulan Puisi Bandung: Remaja Rosda Karya. “0 Amuk Kapak” Karya Sutardji Calzoum Teeuw, A. 1989. Tergantung pada Kata. Jakarta: Bachri: Kajian Semiotik”. Tesis tidak Pustaka Jaya. Zaimar, Okke K.S.1993. Meretas Ranah. Jakarta: Indonesia University Press. Zoest, Van Aart. 1996. Semiotika: Tentang Tanda, Cara Kerjanya, dan Apa yang dilakukan dengannya. Jakarta: Sumber Agung. Zoest, Van Aart dan Panuti Sudjiman. 1993. Serba Semiotika. Jakarta: Gramedia.

98 98 98 99 99 SAWERIGADING

Volume 20 No. 1, April 2014 Halaman 99—108 REALITAS SOSIAL DALAM NOVEL RONGGENG DUKUH PARUK KARYA AHMAD TOHARI (Social Reality in Novel “Ronggeng Dukuh Paruk” by Ahmad Tohari)

Amriani H. Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Selatan dan Provinsi Sulawesi Barat Jalan Sultan Alauddiin Km 7/Tala Salapang Makassar Telepon (0411) 882401, Faksimile (0411) 882403 Pos-el: [email protected] Diterima: 2 Januari 2014; Direvisi: 8 Februari 2014; Disetujui: 22 Maret 2014

Abstract The objective of the writing is to describe social reality in Ronggeng Dukuh Paruk by Ahmad Tohari using sociology of literature theory. The data is analyzed using descriptive method, and collected by library study with identifying written data in novel Ronggeng Dukuh Paruk. The result shows that there is concerned social reality in Dukuh Paruk Subdistrict. It is caused by the poverty and lack of knowledge possessed by its society. Social reality found in the novel is poverty, sorcery, tyranny, love, prostitution, pre-wedding sex, trickery, social jealousy and sexual abuse.

Keywords: social reality, sociology of literature, novel Ronggeng Dukuh Paruk

Abstrak Tulisan ini bertujuan mendeskripsikan realitas sosial dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari dengan menggunakan teori sosiologi sastra. Data dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif, teknik pengumpulan data melalui studi pustaka dengan cara menjaring data tertulis melalui novel Ronggeng Dukuh Paruk. Hasil analisis menemukan bahwa di desa Dukuh Paruk terdapat realitas sosial yang miris. Hal tersebut bersumber dari kemiskinan dan kurangnya ilmu pengetahuan yang dimiliki warganya. Realitas sosial yang terdapat dalam novel tersebut antara lain, kemiskinan, perdukunan, kesewenang-wenangan, jatuh cinta, pelacuran, seks pranikah, kelicikan, kecemburuan sosial, dan pelecehan seksual.

Kata kunci: realitas sosial, sosiologi sastra, novel Ronggeng Dukuh Paruk

PENDAHULUAN sastra merupakan pencerminan karya sastra. Sastra adalah cerminan kehidupan, sastra Karya sastra adalah dunia baru yang merupakan kristalisasi nilai dan pengalaman diciptakan oleh pengarang. Dunia baru yang hidup. Sastra menampilkan gambaran kehidupan merupakan gabungan dari realitas sosial yang ada dan kehidupan adalah kenyataan budaya. (Damono dalam lingkungan pengarang maupun dari luar dalam Najid, 2003:9). Hal ini sejalan dengan lingkungan pengarang dalam mengungkapkan pendapat Sangidu (2004:43) yang mengatakan pikiran dan keinginannya. Dalam pembuatan bahwa karya sastra adalah tanggapan pencipta sebuah karya sastra, pengarang tidak hanya (pangarang) terhadap dunia sekelilingnya (realitas mengandalkan realita sosial yang diamati saja, sosial) yang diwujudkan dalam bentuk karya tetapi pengarang juga melibatkan apa yang 98 98 99 99 99 Sawerigading, Vol. 20, 1 April 2014: 99—108

dirasakannya dan apa yang ditafsirkannya tentang KERANGKA TEORI kehidupan, dan juga proses kreatif pengarang Sosiologi dalam sastra merupakan yang bersumber dari dalam pengarang itu sendiri. gabungan dan sistem pengetahuan yang berbeda. Karya sastra adalah refleksi pengarang Sosiologi adalah bidang ilmu yang menjadikan tentang hidup dan kehidupan yang dipadu dengan masyarakat sebagai obyek materi dan kenyataan gaya imajinasi dan kreasi yang didukung oleh sosial sebagai obyek formal. Dalam perspektif pengalaman dan pengamatannya atas kehidupan sosiologi, kenyataan sosial dalam suatu komunitas tersebut, (Djojosuroto, 2006:77). Terciptanya masyarakat dipahami dalam tiga paradigma sebuah karya sastra tidak dapat lepas dari situasi utama, yaitu fakta sosial, definisi sosial, dan dan kondisi masyarakat pada saat sebuah karya paradigma perilaku sosial. sastra diciptakan. Sosiologi sastra merupakan pendekatan Salah saru karya sastra yang banyak yang bertitik tolak dengan orientasi kepada memiliki kemiripan dengan fakta yang ada pengarang. Sosiologi sastra merupakan bagian dengan dunia nyata adalah novel. Isi dalam novel dari kritik sastra, ia mengkhususkan diri dalam dapat dipastikan terinspirasi dari dunia nyata menelaah sastra dengan memperhatikan segi-segi yang diimajinasikan oleh pengarang. Pengalaman sosial kemasyarakatan. Produk ketelaahan itu dan lingkungan yang terjadi di sekitar pengarang dengan sendirinya dapat digolongkan ke dalam menjadi sumber inspirasi dalam proses kreatif produk kritik sastra (Semi,1984:52). pembuatan novel. Pengarang mengolah realitas Analisis sosiologi sastra bermaksud sosial menjadi karya fiksi. menjelaskan bahwa karya sastra pada hakikatnya Realitas sosial dalam novel Ronggeng merupakan sebuah fakta sosial yang tidak hanya Dukuh Paruk menggambarkan rangkaian cerita mencerminkan realitas sosial yang terjadi di yang terjadi dalam sebuah masyarakat dan di masyarakat tempat karya itu dilahirkan tetapi tuangkan secara apik oleh pengarangnya. Novel juga merupakan tanggapan pengarang terhadap ini juga telah diterbitkan dalam bahasa Jepang, realitas sosial tersebut. Jerman, dan Belanda. Novel yang ditulis oleh Sosiologi sastra adalah penelitian terhadap Ahmad Tohari ini menggambarkan kenyataan karya sastra dengan mempertimbangkan sosial yang ada di sebuah desa bernama Dukuh keterlibatan struktur sosialnya, sehingga penelitian Paruk, di kampung yang kecil ini terdapat banyak sosiologi sastra, baik dalam bentuk penelitian sekali permasalahan-permasalahan sosial seperti ilmiah maupun aplikasi praktis, dilakukan persoalan kemiskinan, pelacuran, seks pranikah, dengan cara mendeskripsikan, memahami, dan kesewenang-wenangan dan lain sebagainya. menjelaskan unsur-unsur karya sastra dalam Hal ini membuat novel tersebut menarik untuk kaitannya dengan perubahan-perubahan struktur dikaji terutama aspek realitas sosial dengan sosial yang terjadi di sekitarnya (Ratna, 2003:25) menggunakan teori sosiologi sastra. Penelitian ini Karya prosa fiksi menurut Waluyo (2006:1) akan memberikan gambaran lebih jelas tentang dibagi menjadi tiga, yakni roman, novel dan cerita kondisi masyarakat Dukuh Paruk yang tertuang pendek (cerpen). Ketiga genre sastra tersebut dalam novel Ronggeng Dukuh paruk. sebenarnya tidak jauh berbeda, ketiganya hanya Masalah yang akan dibahas dalam terpaut pada perbedaan panjang pendeknya cerita penelitian ini adalah realitas sosial apa saja yang dan kedalaman cerita. Namun ketiganya memiliki terdapat dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk persamaan tentang unsur pembangunnya. Novel karya Ahmad Tohari? dan cerita pendek (juga dengan roman) sering Tujuan dari penelitian ini adalah tersususnnya dibedakan orang, walaupun tentu saja hal itu sebuah naskah penelitian yang memuat tentang bersifat teoritis (Nurgiyantoro, 2005:9). Goldman realitas sosial yang terdapat dalam novel Ronggeng mendefinisikan novel sebagai cerita tentang yang Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari 100 100 100 101 101 Amriani H.: Realitas Sosial dalam Novel Ronggeng...

terdegradasi akan nilai-nilai yang otentik yang Kemiskinan dilakukan oleh hero yang problematik dalam Kemiskinan merupakan realitas sosial yang sebuah dunia yang juga terdegradasi (dalam sering dijumpai dalam kehidupan masyarakat. Faruk, 1999:29). Masalah kemiskinan disebabkan oleh berbagai Realitas sosial merupakan suatu peristiwa faktor. Kemiskinan merupakan suatu keadaan yang memang benar-benar terjadi di tengah yang dihubungkan dengan kebutuhan, kesulitan, masyarakat. Istilah ini digunakan untuk menunjuk- kekurangan diberbagai keadaan hidup. (Natadi- kan suatu gejala tidak biasa di tengah masyarakat. pura, 2012:1). Kemiskinan dianggap sebagai Hal ini lahir dari perilaku manusia dalam kehidupan masalah sosial, apabila perbedaan ekonomis sosialnya dan membentuk suatu gejala-gejala para warga masyarakat ditentukan secara tegas. sosial menjadi sebuah fakta atau kondisi tertentu. Pada masyarakat yang bersahaja susunan dan organisasinya, kemiskinan bukan merupakan METODE masalah sosial karena mereka beranggapan Metode yang digunakan dalam penelitian bahwa semuanya telah ditakdirkan sehingga tidak ini adalah metode deskriptif yaitu penelitian yang ada usaha-usaha untuk mengatasinya. bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan Hal tersebut tergambar pada kemiskinan suatu keadaan atau peristiwa, obyek baik berupa masyarakat yang terjadi di Dukuh Paruk, anak- orang atau segala sesuatu yang terkait dengan anak di kampung tersebut tidak menganggap variabel-variabel yang bisa dijelaskan baik dengan kemiskinan sebagai sebuah hal yang harus angka-angka maupun kata-kata (Setyosari, 2010). ditangisi dan dikeluhkan. Mereka mengganggap Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan bahwa kemiskinan yang mereka rasakan adalah yang mendeskripsikan realitas sosial dalm novel sesuatu yang wajar dan hal tersebut membuat Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari. mereka belajar untuk memperjuangkan hidup Data yang digunakan diperoleh melalui studi dengan bekerja keras, hal tersebut tergambar pada pustaka yaitu menjaring data tertulis melalui kutipan di bawah ini. novel Ronggeng dukuh Paruk. Menurut (Semi “Di tepi kampung tiga anak laki-laki sedang :1993) penelitian kualitatif dilakukan dengan tidak bersusah payah mencabut sebatang singkong. mengutamakan angka-angka, tetapi menggunakan Namun ketiganya masih terlampau lemah kedalaman penghayatan terhadap interaksi antar untuk mengalihkan cengkraman akar ketela konsep yang sedang dikaji secara empiris. Ciri yang terpendam dalam tanah kapur. Kering penting penelitian kualitatif dalam kajian sastra dan membatu. Mereka terengah-engah, antara lain; penelitian dilakukan secara deskriptif, namun batang singkong itu tetap tegak di tempatnya (Tohari, 2011:10). artinya terurai dalam bentuk kata-kata atau gambar jika diperlukan, bukan bentuk angka; Kemiskinan mengajarkan anak-anak Dukuh lebih mengutamakan proses dibandingkan hasil, Paruk untuk tidak berkeluh kesah dan senantiasa karena karya sastra merupakan fenomena yang menyesuaikan diri dengan kondisi yang ada. banyak mengandung penafsiran; analisis secara Di saat anak-anak lain menghabiskan malam- induktif; dan makna merupakan andalan utama malam mereka dengan menonton televisi atau (Endraswara, 2011:15). mengerjakan pekerjaan rumah di tempat yang nyaman, anak-anak di Dukuh Paruk menghabiskan PEMBAHASAN waktu malam mereka dengan bergulung dalam kain sarung di atas balai-balai bambu menunggu pagi Realiatas sosial yang terdapat dalam novel datang. Mereka tidak mengenal tontonan ataupun Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari jenis hiburan lain yang biasa dinikmati oleh anak- dapat dilihat pada uraian berikut. anak seusai mereka. Hal tersebut tergambar dalam kutipan berikut. 100 100 101 101 101 Sawerigading, Vol. 20, 1 April 2014: 99—108

“Jadi pada malam yang bening itu, tak ada Dukuh Paruk. Oleh karena itu sebagai kakek dari anak Dukuh Paruk keluar halaman. Setelah Srintil, Sakarya tentu saja ingin cucunya menjadi menghabiskan sepiring nasi gaplek mereka ronggeng yang terkenal dan diminati banyak lebih senang bergulung dalam kain sarung, orang hal tersebut mendorongnya untk menemui tidur di atas balai-balai bambu. Mereka Kartareja dan istrinya yang memang dikenal akan bangun besok pagi bila sinar matahari menerobos celah dinding dan menyengat ahli dalam perdukunan sekaligus sebagai dukun kulit mereka” (Tohari,2011:15). ronggeng di kampung Dukuh Paruk. Hal tersebut tergambar dalam kutipan berikut. Meskipun anak-anak di Dukuh Paruk makan hanya dengan nasi gaplek, mereka tetap “Ya. Dan tentu sampean perlu memperhalus tarian srintil. Cucuku tampaknya belum antusias ketika waktu makan datang, hal ini pintar melempar sampur. Nah, ada lagi disebabkan karena mereka tidak pernah merasa yang penting; masalah rangkap tentu saja. benar-benar kenyang. Saat waktu makan anak- Itu urusanmu bukan?”. Kartareja terkekeh. anak di Dukuh Paruk ditandai ketika mereka Dia merasa tidak perlu berkata apa-apa. berlari keluar untuk menyobek daun yang akan “rangkap” yang dimaksud oleh Sakarya dijadikan alas makan, hanya sebagian dari tentulah soal guna-guna, pekasih, susuk, dan mereka yang makan dengan menggunakan piring tetek bengek lainnya yang membuat seorang hal tersebut menggambarkan kondisi kemiskinan ronggeng laris. Kartareja dan istrinya sangat yang ada di desa Dukuh Paruk. Kutipan berikut ahli dalam urusan ini” (Tohari, 2011:16). menggambarkan hal tersebut. Kecantikan dan kemampuan menari “Bila anak-anak Dukuh Paruk sudah lari ke ronggeng yang dimiliki Srintil dianggap sebagai luar dan menyobek sehelai daun pisang, berarti buah dari pekasih yang diperolehnya dari Kartareja sarapan pagi telah siap. Hanya beberapa dan istrinya. Hal ini membuat orang-orang di antara mereka yang bisa menggunakan semakin mempercayai kehebatan mereka berdua piring. Mereka makan di emper rumah, di karena Srintil yang laris sebagai penari ronggeng ambang pintu, atau di mana pun mereka suka. juga sangat diminati oleh laki-laki hidung belang Semua makanan enak sebab perut anak- mulai dari kalangan anak muda berandal sampai anak Dukuh Paruk tidak pernah benar-benar pada pejabat dan pengusaha. Kepercayaan orang- kenyang” (Tohari, 2011:24). orang terhadap kemampuan Kartareja dan istrinya Perdukunan tergambar dalam kutipan berikut. Praktek perdukunan sering dijumpai dalam “Alangkah ampuh pekasih suami-istri masyarakat sejak zaman dahulu, di zaman dahulu Kartareja. Engkau harus mempercayainya para dukun lebih banyak beroperasi di daerah sekarang,” ujar tukang sirih itu pula” (Tohari, pedalaman yang minim ilmu pengetahuan serta 2011:82). kurangnya pusat pelayanan kesehatan masyarakat. Kesewenang-wenangan Umumnya masyarakat yang mendatangi dukun Sewenang-wenang adalah berbuat sekehen- adalah mereka yang memiliki urusan-urusan dak hati tanpa mempedulikan hak orang lain. tertentu seperti berobat, meminta pelet atau ilmu Kesewenang-wenangan dapat diartikan sebagai penangkal. perbuatan seseorang yang menggunakan kelebihan Dalam tradisi Dukuh Paruk seorang yang ada pada dirinya baik berupa kedudukan, ronggeng yang ingin laris mendapatkan panggilan kekayaan, kekuasaan, kepandaian atau apa saja untuk pentas dan di kagumi banyak laki-laki untuk memenuhi segala keinginannya dengan haruslah memiliki pekasih, semacam susuk yang mengabaikan segala aturan yang ada. di gunakan untuk menambah daya pikat seseorang. Emak Rasus yang meninggal dunia akibat Hal tersebut dianggap sebagai sesuatu yang keracunan tempe bongkrek yang dibelinya dari wajar dan berlaku secara umum di masyarakat

102 102 102 103 103 Amriani H.: Realitas Sosial dalam Novel Ronggeng...

Santayib tidak pernah dapat ditemukan kuburnya, membuat harta yang mereka peroleh juga semakin sebagai anak Rasus sangat ingin mengetahui banyak. Kesewenang-wenangan Kartareja dan keberadaan Emaknya namun tidak ada seorangpun istrinya tergambar dalam kutipan berikut. yang dapat memberikan jawaban pasti tentang “Ya. Seorang dukun ronggeng suka keberadaan kubur Emaknya itu. Bahkan sebagian mengatur segala urusan, bahkan sering kali orang Dukuh Paruk menganggap bahwa Emak ingin menguasai harta anak asuhannya.” Rasus telah menjadi sasaran kesewenang- “itu cerita lama. Aku tahu seorang ronggeng wenangan orang-orang tertentu. Mayat Emaknya sering kali dianggap sebagai ternak piaraan dijadikan bahan penelitian untuk mengetahui oleh induk semangnya. Lihatlah, dalam penyebab kematiannya dan kadar racun yg musim orang berhajat atau masa lepas panen; ronggeng naik pentas setiap malam. menyebabkan hal tersebut. Hal ini menjadi Siang hari dia mesti melayani laki-laki sebuah ketidakadilan bagi Rasus. Ia berhak yang menggendaknya. Sementara itu yang mengetahui keberadaan Emaknya dan setiap mengatur semua urusan, lebih-lebih urusan tindakan yang hendak dilakukan pada tubuh keuangan, adalah si dukun ronggeng. ibunya itu hendaklah memperoleh persetujuan kasihan kan? Sebaliknya, kini suami-istri dari keluarganya, namun hal itu tidak berlaku bagi Kartareja menjadi kaya kan?” (Tohari, penduduk Dukuh Paruk yang miskin dan bodoh. 2011:125). Hal tersebut tergambar dalam kutipan berikut. Sebagai dukun ronggeng Kartareja dan istrinya “Darah Emak diperiksa untuk mengetahui adalah orang yang paling tahu tentang segala sampai kadar berapa racun bongkrek yang urusan Srintil. Sebagai Ronggeng tugas Srintil terkadang cukup mematikan. Kubayangkan hanyalah menari dan melayani laki-laki yang hampir semua bagian organ tubuh Emak menghendakinya. Urusan penghasilan yang dicincang-cincang. Lalu ditaruh di bawah diterimanya dari pekerjaan itu tidak diketahui. lensa mikroskop atau diperiksa dalam Yang mengetahui hal tersebut adalah suami-istri berbagai perkakas laboratorium yang rumit. Terakhir, mayat Emak yang sudah berantakan Kartareja. Pengahasilan yang diterima Srintil dan berbau formalin ditanam. Entah di mana, sebagai orang yang bekerja keras sering lebih entah di mana. Orang-orang pandai itu, siapa sedikit daripada yang diperoleh induk semangnya pun dia, merasa berhak menyembunyikan itu, kesewenang-wenangan ini disebabkan kubur Emak. Aku yang pernah sembilan Kartareja merasa telah menjadi orang yang bulan bersemayam dalam rahim Emak tidak berjasa dalam karir Srintil. Keberhasilan Srintil perlu mengetahuinya” (Tohari, 2011:35). dianggapnya sebagai buah dari kepandaian dan Kartareja dan istrinya yang menjadi pengetahuan yang dimilikinya. Hal tersebut dukun ronggeng sekaligus menjadi orang tua tergambar dalam kutipan berikut. asuh bagi Srintil, mereka berperan besar dalam “Sementara itu suami-istri Kartareja adalah segala urusannya. Kartareja dan istrinya berhak dukun ronggeng. Merekalah yang paling memutuskan setiap tawaran manggung yang tahu segala tetek bengek dunia peronggengan datang pada Srintil. Hal ini menyebabkan Srintil dan mereka menggunakan pengetahuan serta harus bekerja keras untuk tampil menari di statusnya sebagai dasar mata pencahariaan. setiap kesempatan apalagi saat musim panen tiba Dari ongkos pentas mereka mengambil bagian yang kadang-kadang lebih besar banyak tawaran yang datang padanya. Pekerjaan daripada bagian yang diterima Srintil”. Srintil tidak cukup sampai disitu karena pada (Tohari, 2011:140). siang harinya dia harus melayani laki-laki yang memesannya. Semua hal tersebut menjadi Jatuh cinta wewenag Kartareja dan istrinya. Banyaknya Cinta adalah sebuah emosi dari kasih sayang tawaran yang datang pada srintil otomatis yang kuat dan ketertarikan pribadi. Dalam konteks

102 102 103 103 103 Sawerigading, Vol. 20, 1 April 2014: 99—108

filosofi cinta merupakan sifat baik yang mewarisi seperti mencuri pepaya untuk Srintil, namun semua kebaikan, perasaan belas kasih dan kasih perhatian Srintil yang sempat tertuju pada Rasus sayang. Kisah percintaan yang digambarkan saat peristiwa itu ternyata tidak berlangsung dalam novel Tohari, ditampilkan pada tokoh lama, Srintil yang mulai tampil sebagai seorang Srintil dan Rasus. Rasus yang sedang dilanda ronggeng memiliki banyak penggemar yang perasaan cinta pada Srintil melakukan berbagai senantiasa menanti penampilannya. Keadaan usaha untuk menarik perhatian gadis pujaannya ini membuat Rasus merasa cemburu karena dia itu. Cara licik pun dilakukannya seperti mencuri mengaggap Srintil bukan lagi miliknya seorang buah pepaya dari ladang orang untuk diberikan diri. Hal tersebut menimbulkan perasaan kecewa kepada Srintil, hal ini semata-mata agar Srintil dalam hati Rasus yang tidak dapat menerima mau menoleh sejenak kepadanya. Mungkin hal kenyataan tersebut. Salah satu tanda cinta adalah inilah yang dikatakan oleh sebagian orang bahwa rasa cemburu di dalam hatinya kepada orang yang cinta kadang-kadang memaksa seseorang untuk dicintainya. Rasa cemburu ini bangkit karena melakukan hal-hal di luar nalar yang semestinya. adanya kekhawatiran dalam diri Rasus bahwa dia Hal tersebut tergambar dalam kutipan berikut. akan kehilangan Srintil. Hal tersebut tergambar “Tampaknya Srintil tidak merasa perlu dalam kutipan berikut. memberi perhatian kepadaku atau kepa- “Sejak peristiwa pemberian pepaya itu, da siapa pun karena semua orang telah aku merasa Srintil makin menjauh. Sering memperhatikannya. Ah, perhatian Srintil kusumpahi diriku mengapa aku menjadi itulah yang terasa hilang di hatiku. Sekali aku merasa tersiksa karenanya. Kuajari diriku: menemukan cara licik untuk memperoleh kecantikan Srintil bukan milikku, melainkan kembali perhatian ronggeng Dukuh Paruk miliknya. Cambang halus di pipinya yang itu. Sebuah pepaya kucuri dari ladang orang” makin enak dipandang bukan milikku, (Tohari, 2011: 37). melainkan miliknya juga. Kalau Srintil Perasaan cinta yang dirasakan Rasus tersenyum sambil menari aku dibuatnya gemetar. Tetapi Srintil tersenyum bukan kepada Srintil membuat setiap pertemuan dengan untukku, melainkan untuk semua orang. Srintil terasa sangat berarti. Bagi Rasus dapat Meskipun begitu, pengajaran demikian tidak menikmati senyuman Srintil sudah merupakan menolongku. Aku tetap kecewa karena aku sebuah kesempatan yang sangat berharga baginya. tidak lagi bisa bermain bersama Srintil” Senyum Srintil dapat membuat jantungnya (Tohari, 2011:39). berpacu lebih keras dan perasaan itu dirasakan Srintil yang telah resmi menjadi seorang sebagai sebuah hal yang membahagiakannya. Hal ronggeng juga melayani setiap laki-laki yang tersebut tergambar dalam kutipan berikut. menginginkannya dengan menerima bayaran, “Wah, kau benar Rasus. Seharusnya aku tidak namun hal tersebut tidak berlaku bagi Rasus melupakan hal itu. Untung kau mengingatkan karena dia memiliki perasaan yang khusus kepada aku,” jawab Srintil. Matanya menatapku pemuda tersebut. Meskipun harus melayani dengan sungguh-sungguh. Ketika kemudian Rasus, Srintil tidak pernah menuntut bayaran Srintil tersenyum, sinar lembut memancar dari gigi taringnya yang telah berlapis emas. dari Rasus seperti yang dilakukannya terhadap Siapa pun yang berselera Dukuh Paruk akan laki-laki lainnya. Hal tersebut tergambar dalam terpacu jantungnya bila menerima senyum kutipan berikut. dengan kilatan cahaya emas semacam itu” “Meskipun Srintil selalu marah bila disebut (Tohari, 2011:37). sundal, tetapi dia tahu betul setiap rumah Cinta Rasus kepada Srintil telah yang bisa disewa untuk perbuatan cabul. Dia mengantarkannya melakukan berbagai hal yang membuktikan kata-katanya bahwa dariku dia tidak mengharapkan uang” (Tohari, 2011:89). dapat membawanya dekat kepada gadis itu

104 104 104 105 105 Amriani H.: Realitas Sosial dalam Novel Ronggeng...

Meskipun Srintil adalah seorang ronggeng apa persyaratan itu. Bukak klambu adalah yang juga sekaligus menjadi pemuas nafsu semacam sayembara, terbuka bagi laki-laki bagi laki-laki yang menghendakinya, namun mana pun. Yang disayembarakan adalah tidak membuat perasaannya sebagai seorang keperawanan calon ronggeng. Laki-laki yang dapat menyerahkan sejumlah uang yang perempuan normal yang menginginkan kasih ditentukan oleh dukun ronggeng, berhak sayang dari laki-laki yang dicintainya sirna begitu menikmati virginitas itu”. (Tohari, 2011:51). saja. Perasaan cinta mendalam yang dirasakan Srintil kepada Rasus tidak berbalas seperti apa Kartareja yang merupakan mucikari Srintil yang diinginkannya. Rasus meninggalkannya harus mengeluarkan biaya untuk membuat acara dengan dalih dia tidak ingin menghancurkan karir malam bukak klambu menjadi sesuatu yang Srintil sebagai ronggeng. Kenyataan ini membuat istimewa dan menarik. Banyaknya peminat perasaan Srintil terluka sangat dalam. Hal tersebut membuat syarat yang ditentukan oleh Kartareja tergambar dalam kutipan berikut. dapat terpenuhi. Kartareja mempersyaratkan pula sebuah ringgit emas untuk keperawanan “Betapapun dirinya seorang Ronggeng, Srintil Srintil. Kartareja berusaha mendandani kamar merasa tidak mempunyai perbedaan dengan perempuan lain. Dia memiliki perasaan tidur Srintil dengan membeli sebuah tempat tidur khusus terhadap laki-laki tertentu dan merasa lengkap dengan bantal dan kelambu yang baru. harus memiliki kesempatan memilih. Adalah Hal ini dilakukan dengan tujuan agar laki-laki peruntungan Srintil mengapa laki-laki yang yang memenangkan sayembara tersebut nantinya dipilih untuk dijadikan muara segenap hati dan dapat merasa nyaman tidur dengan Srintil. Hal perasaannya adalah Rasus; dia yang secara tersebut tergambar dalam kutipan berikut. halus telah menampik dan meninggalkannya dengan cara yang menyakitkan” (Tohari, “Jauh-jauh hari Kartareja sudah menentukan 2011:141). malam hari Srintil harus kehilangan kepera- wanannya. Untuk itu Kartareja sendiri harus Pelacuran mengeluarkan biaya. Tiga ekor kambing Tradisi Dukuh Paruk mengaharuskan telah dijualnya ke pasar. Dengan uang hasil penjualan itu dibelinya sebuah tempat tidur seorang calon ronggeng untuk menjalani baru, lengkap dengan bantal dan kelambu. acara bukak klambu, yaitu tradisi melepaskan Dalam tempat tidur ini kelak Srintil akan keperawanan sang calon ronggeng untuk laki- diwisuda oleh laki-laki yang memenangkan laki yang mampu memenuhi syarat-syarat yang sayembara” (Tohari, 2011:52). telah ditentukan oleh sang dukun ronggeng. Rasus yang menaruh perasaan cinta pada Syarat tersebut biasanya berupa sejumlah harta Srintil merasa sangat hancur hatinya dengan yang harus dipenuhi oleh laki-laki yang berminat adanya acara bukak klambu. Gadis yang selama untuk mengikuti sayembara itu. Hal ini semacam ini dipujanya akan dinikmati keperawanannya pelacuran yang berbalut tradisi, namun Dalam oleh laki-laki hidung belang yang kaya karena masyarakat Dukuh Paruk ini bukanlah hal yang mampu memenuhi syarat satu ringgit emas. Hal tabu ataupun melanggar norma, mereka yang yang memberatkan bagi Rasus sebenarnya adalah miskin ilmu dan agama tidak menyadari bahwa sosok Emak yang selama ini dia cari terdapat tradisi semacam ini sesungguhnya adalah praktik pada diri Srintil, seperti yang tergambar dalam pelacuran yang hina apabila terjadi di tempat lain, kutipan berikut. hal tersebut tergambar dalam kutipan berikut. “Bagiku, tempat tidur Srintil akan menjadi “Dari orang-orang Dukuh Paruk pula aku tempat pelaksanaan malam bukak klambu tahu syarat terakhir yang harus dipenuhi bagi Srintil, tidak lebih dari sebuah tempat oleh Srintil bernama bukak klambu. Berdiri pembantaian. Atau lebih menjijikkan lagi. bulu kudukku setelah mengetahui macam Di sana tiga hari lagi akan berlangsung

104 104 105 105 105 Sawerigading, Vol. 20, 1 April 2014: 99—108

penghancuran dan penjagalan. Aku sama klambu. Sebenarnya Srintil pun tidak sekali tidak berbicara atas kepentingan berahi menyenangi hal itu. Dia tidak ingin menyerahkan atau sebangsanya. Di sana, di dalam kurung keperawanannya kepada laki-laki yang tidak kelambu yang tampak dari tempatku berdiri, dicintainya. Dia hanya ingin menyerahkannya akan terjadi pemusnahan mustika yang selama kepada Rasus, pemuda yang selama ini dicintainya. ini amat kuhargai. Sesudah berlangsung malam bukak klambu, Srintil tidak suci lagi. Meskipun sebelumnya Rasus sempat menolak Soal dia kehilangan keperawanannya, tidak kenginan Srintil, namun saat itu Srintil memohon begitu berat kurasakan. Tetapi Srintil sebagai kepada Rasus untuk tidak menolak permintaanya cermin tempat aku mencari bayangan Emak itu. Sebagai laki-laki yang juga mencintai Srintil menjadi baur dan bahkan hancur berkeping” akhirnya Rasus memenuhi keinginan Srintil itu. (Tohari, 2011:53). Hal tersebut tergambar dalam kutipan berikut. Seks pranikah “Aku benci, benci. Lebih baik kuberikan padamu. Rasus, sekarang kau tak boleh Hubungan seks sebelum menikah merupakan menolak seperti kau lakukan tadi siang. Di hal yang sangat tabu dalam pandangan norma sini bukan pekuburan kita tak takkan kena agama dan masyarakat, namun hal ini tidak berlaku kutuk. Kau mau bukan?”. Sepatah kata pun di Dukuh Paruk, sebuah desa yang menghalalkan aku tak bisa menjawab. Kerongkonganku terjadinya seks pranikah tanpa sangsi. Srintil yang terasa tersekat. Karena gelap aku tak dapat masih tergolong anak-anak pun sudah mengetahui melihat dengan jelas. Namun aku merasakan cara memikat laki-laki yang diinginkannya. Rasus Srintil melepaskan rangkulan, kemudian sibuk yang dicintainya tak mampu memiliki dirinya melepaskan pakaiannya.”(Tohari, 2011:76). karena tidak memiliki satu ringgit emas sebagai Kelicikan syarat untuk memperoleh keperawanannya. Srintil Seyembara tentang keperawanan Srintill hanya menginginkan Rasus seorang. Keinginan ternyata diminati banyak pemuda, hal ini Srintil untuk memiliki Rasus tergambar dalam menimbulkan akal licik Kartareja dan istrinya kutipan berikut. dia ingin memperoleh keuntungan yang lebih “Aku tak bergerak sedikit pun ketika Srintil besar dari nilai sayembara yang telah ditentukan. merangkulku, menciumiku. Napasnya Mereka berdua kemudian menipu Dower dan terdengar cepat. Kurasakan telapak tangan- Sulam yang sangat berminat dalam sayembara nya berkeringat. Ketika menoleh ke samping kulihat wajah Srintil tegang. Ah, bukak klambu. Nyai Kartareja membuat Dower sesungguhnya aku tidak menyukai Srintil setengah mabuk dan Sulam mabuk berat sampai dengan keadaan seperti itu. Meski aku akhirnya tertidur. Ketika Sulam tertidur Nyai tidak berpengalaman, tetapi dapat kuduga Kartareja menyuruh Dower untuk memasuki Srintil sedang dicekam renjana berahi. kamar Srintil dan memuaskan nafsunya. Setelah Tanpa melepas lingkaran tangannya di selesai melaksanakan keinginannya, Dower pundakku, Srintil menoleh sekeliling. Dia merasa telah memenangkan sayembara itu. Di waswas ada orang lain di sekitar tempat saat lain Sulam bangun dan bergegas menuju itu. Sebenarnya Srintil tak usah terlalu kamar Srintil untuk melaksanakan keinginannya curiga. Pohon-pohon puring dan kamboja yang mengelilingi pekuburan Dukuh Paruk meniduri Srintil karena dia telah menyerahkan menjadi pagar yang sangat rapat. Srintil sebuah ringgit emas kepada Kartareja sesuai melepaskan rangkulannya. Kemudian aku dengan syarat yang telah ditentukan. Dia tidak mengerti perbuatan itu dilakukannya agar ia menyadari kalau Dower telah mendahuluinya dapat membuka pakaiannya dengan mudah” karena pada saat itu dia tertidur akibat mabuk (Tohari, 2011:66). berat. Hal ini dilakukan Kartareja dan istrinya Rasus membenci adanya acara bukak agar dia dapat mengambil harta Dower dan

106 106 106 107 107 Amriani H.: Realitas Sosial dalam Novel Ronggeng...

Sulam sekaligus. Kelicikan Kartareja dan istrinya “Lihat. Baru beberapa bulan menjadi tergambar dalam kutipan berikut. ronggeng sudah ada gelang emas di tangan Srintil. Bandul kalungnya sebuah ringgit “Dan engkau masih akan menerima sebuah emas pula,” kata seorang perempuan penjual ringgit emas. Mau bukan? Nanti bila Sulam sirih. “Kau sudah tahu dari mana ronggeng itu terjaga, dia akan masuk kemari.” Mata Srintil memperoleh bandul kalung seberat dua puluh terbuka lebar-lebar. Suaranya serak ketika lima gram. Tetapi kau pasti belum tahu siapa dia bertanya kepada Nyai kertareja, “jadi aku yang memberi Srintil sebuah kalung,”ujar harus melayani Sulam pula?”. “Tak mengapa perempuan lainnya”. (Tohari,2011:81). engkau akan menjadi satu-satunya anak yang memiliki ringgit emas di Dukuh Paruk ini.” Pelecehan seksual (Tohari, 2011:77). Srintil telah dikenal oleh semua orang Perihal Srintil yang jatuh cinta pada Rasus sebagai wanita panggilan yang bisa diajak sangat meresahkan Nyai Kartareja bersama tidur oleh sembarang laki-laki yang mampu suaminya. Seorang ronggeng tidak boleh jatuh membayar tarif yang telah ditentukan. Hal ini cinta pada laki-laki manapun sebaliknya justru menyebabkan para pedagang di pasar pun tak laki-laki lah yang seharusnya tergila-gila pada henti berusaha mencuri perhatian Srintil dengan sang ronggeng. Selain itu apabila Srintil jatuh menawarkan dagangan mereka secara gratis hati pada Rasus dan berniat menikah dengan kepada Srintil. Hal ini dilakukan dengan harapan Rasus itu berarti kariernya sebagai ronggeng akan Srintil dapat memenuhi hasrat mereka. Ketika tamat dan sumber penghasilannya juga akan ikut Srintil berbelanja di pasar seorang penjual sabun mati, tentu saja hal tersebut sangat dikhawatirkan menggoda Srintil dan berusaha memeluk pinggul Nyai Kartareja dan suaminya yang licik itu Srintil. Srintil telah dijadikan sebagai objek Kekhawatiran tersebut tergambar dalam kutipan pelecehan seksual laki-laki dengan membiarkan berikut ini. laki-laki mengucapkan kata-kata yang tidak “Kalau ada orang yang paling khawatir sopan dan memperlakukan dirinya secara tidak tentang keadaan Srintil, tentulah dia Nyai hormat, seperti dalam kutipan berikut ini. Kartareja bersama suaminya. Mereka “Eh, wong kenes, wong kenes. Aku tahu di sungguh tidak rela anak asuhannya jatuh hati Dukuh Paruk orang menggosok-gosokkan kepada Rasus atau kepada laki-laki mana pun. batu ke badan bila sedang mandi. Tetapi Lebih-lebih lagi bila Srintil sampai berpikir engkau tak pantas melakukannya. Mandilah tentang sebuah rumah tangga yang hendak dengan sabun mandiku. Tak usah bayar bila dibangunnya. Martabat mereka sebagai malam nanti kau bukakan pintu bilikmu dukun ronggeng berada dalam taruhan, dan bagiku. Nah kemarilah.” Berkata demikian, sumber penghasilan mereka yang subur tangan pak Simbar menjulur ke arah pinggul terancam bahaya” (Tohari, 2011:115). Srintil” (Tohari, 2011:83). Kecemburuan sosial Tidak hanya seorang pedagang yang Srintil yang laris manis sebagai Ronggeng mencoba mengambil keuntungan dari tubuh sekaligus wanita panggilan memperoleh banyak Srintil, seorang penjual lainnya yaitu Babah harta dari pekerjaannya itu, perhiasan emas dengan Pincang tak ketinggalan menggoda Srintil dengan berat berpuluh gram menjadi pemandangan yang mencoba menggamit pipi Srintil. Srintil yang biasa dalam penampilannya, hal ini menimbulkan telah terbiasa menghadapi laki-laki hidung belang perasaan iri dari perempuan-perempuan yang membiarkan saja pelecehan tersebut terjadi pada melihatnya, mereka bergunjing tentang perhiasan dirinya, hal tersebut tergambar dalam kutipan yang dipakai Srintil dan cara memperolehnya. berikut ini. Hal tersebut tergambar dalam kutipan berikut ini. “Seperti juga pak Simbar Babah Pincang juga gatal tangan. Bukan pinggul Srintil 106 106 107 107 107 Sawerigading, Vol. 20, 1 April 2014: 99—108

yang digamitnya, melainkan pipinya. Kali sosial yang terdapat dalam novel Ronggeng ini Srintil tak berusaha menolak” (Tohari, Dukuh Paruk antara lain, 1) kemiskinan, 2) 2011:83). perdukunan, 3) kesewenang-wenangan, 4) jatuh Rasus sebagai laki-laki yang mencintai cinta, 5) pelacuran, 6) seks pranikah, 7) kelicikan, Srintil juga tidak berani lagi menjumpainya. 8) kecemburuan sosial, dan 9) pelecehan seksual. Apabila dia tidak mempunyai uang. Rasus beranggapan bahwa untuk dapat tidur bersama DAFTAR PUSTAKA Srintil hanyalah orang yang mempunyai uang. Djojosuroto, Kinayati. 2006. Analisis Teks Sastra Hal ini membuat Srintil merasa di lecehkan. Rasus dan Pengajarannya. Yogyakarta: Penerbit ternyata telah menilainya dengan uang seperti Pustaka laki-laki lain padahal dalam hati Srintil Rasus Endraswara, Suwardi. 2011. Metodologi mempunyai tempat khusus yang berbeda dengan Penelitian Sastra; Epistemologi, Model, laki-laki manapun. Hal tersebut tergambar dalam Teori, dan Aplikasi. Yogyakarta: Caps kutipan berikut ini. Faruk. 1999. Pengantar Sosiologi Sastra. “Selamanya aku tak ingin bertemu lagi Yogyakarta: Pustaka Pelajar denganmu kecuali aku mempunyai uang.” Najid, Moh. 2003. Mengenal Apresiasi Prosa “jadi begitukah rupanya Rasus?” “Ya Fiksi. Surabaya: University Press mengapa?” “Apakah waktu itu aku juga minta Nurgiyantoro, Burhan. 2005. Teori Pengkajian uang kepadamu?”. Srintil menundukkan Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University kepala ketika mengucapkan kata-kata itu” Press (Tohari, 2011:89). Ratna, Nyoman Kutha. 2003. Paradigma Sosial Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar PENUTUP Sangidu. 2004. Penelitian Sastra: Pendekatan, Dukuh paruk adalah sebuah desa miskin Teori, Metode, Teknik dan Kiat. Yogyakarta: dan terbelakang dalam segala hal. Di dalamnya Seksi Penerbitan Sastra Asia Barat. Fakultas terdapat tradisi-tradisi yang mungkin bagi Ilmu Budaya. Universitas Gadjah Mada. sebagian orang dianggap sebagai sesuatu yang Semi, M. Atar. 1984. Kritik Sastra. Bandung: tabu dan melanggar norma, namun di desa Angkasa Dukuh paruk tetap kuat memegang tradisi-tradisi ------. 1993. Metode Penelitian Sastra. tersebut. Keadaan sosial masyarakat yang miskin Bandung: Angkasa harta dan ilmu menimbulkan dampak sosial yang Setyosari, Punaji. 2010. Metode Penelitian lain. Rasus dan Srintil yang menjadi tokoh utama Pendidikan dan Pengembangan. Jakarta: dalam novel tersebut menjadikan desa Dukuh Kencana Paruk sebagai saksi perjalanan cinta mereka Tohari, Ahmad. 2011. Ronggeng Dukuh Paruk. yang penuh dengan masalah dan tantangan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Namun permasalahan sosial yang menjadi Waluyo, J Herman.2006.Pengakajian dan penghalang mereka bukan hanya disebabkan oleh Apresiasi Prosa Fiksi. Surakarta: UNS ketidakmampuan mereka untuk menyatukan cinta Press mereka, tapi juga dikarenakan banyak faktor- http: //natadipura.com/definisi kemiskinan/http:// faktor lingkungan yang ada di sekitar mereka. id.shvoong.com/social-sciences/1999254- Di desa Dukuh Paruk ditemukan banyak ciri kemiskinan/ Diakses tanggal 1 Januari realitas sosial yang merupakan gambaran 2104. kehidupan Desa Dukuh Paruk yang kecil namun www.slideshare.net/teori-ilmu-sosial dan realitas memiliki permasalahan yang kompleks. realitas sosial/Diakses tanggal 1 Januari 2014.

108 108 108 109 109 SAWERIGADING

Volume 20 No. 1, April 2014 Halaman 109—116 EFONI DAN KAKOFONI DALAM PUISI-PUISI WASIAT CINTA (Euphony and Cacophony in the Poems “Wasiat Cinta”)

Besse Darmawati Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Selatan dan Provinsi Sulawesi Barat Jalan Sultan Alauddin Km 7/ Tala Salapang Makassar 90221 Telepon (0411) 882401, Faksmile. (0411) 882403 Pos-el: [email protected] Diterima: 27 Desember 2013; Direvisi: 6 Februari 2014; Disetujui: 12 Maret 2014

Abstract Literary works have value as literary if it implies poetic aspects. This research aims to describe the poetic aspects in the poems Wasiat Cinta analyzed by euphony and cacophony. Due to the aim, the writer applies qualitative method through intuitive and analytic approach. The techniques of this research are reading-listening, classification, and content analysis. The data of this research are the poems Air Laut Terbang Bersama Dua Matahari by Asia Ramli Prapanca, Kata Cinta Usia 51 and Selalu Ada Laut by Badaruddin Amir. Those poems are written in Wasiat Cinta: Mimbar Penyair Makassar book, published by Nala Cipta Litera in 2013. Based on the result of the analysis, it is found that the poems (1) Air Laut Terbang Bersama Dua Matahari contains euphonic elements to make the pronunciation and rhythm enunciated smoothly, and describes the atmosphere of pleasant situation and the happy meaning; (2) Kata Cinta Usia 51 contains cacophonic elements to obstruct the pronunciation and rhythm lines, describes the bad situation and the atmosphere of regret meaning; (3) Selalu Ada Laut contains euphonic elements show in the harmony and cacophonic elements that disorganize the previous harmony, then both of them should be synchronized with patience and strong belief to harmonize them. Keywords: poetry, euphony, cacophony, poems Wasiat Cinta

Abstrak Karya sastra dapat bernilai sastra jika mengandung berbagai aspek puitik. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan aspek-aspek puitik dalam puisi-puisi Wasiat Cinta yang ditelaah secara efoni dan kakofoni. Sejalan dengan tujuan tersebut, penulis menerapkan metode penelitian kualitatif melalui pendekatan intuitif dan analitik. Adapun teknik penelitian yang ditempuh berupa: baca-simak, klasifikasi, dan analisis konten. Data dalam penelitian ini adalah puisiAir Laut Terbang Bersama Dua Matahari karya Asia Ramli Prapanca, Kata Cinta Usia 51 dan Selalu Ada Laut karya Badaruddin Amir. Ketiga puisi tersebut terangkum dalam buku Wasiat Cinta: Mimbar Penyair Makassar yang telah diterbitkan oleh Nala Cipta Litera, tahun 2013. Berdasarkan hasil analisis, ditemukan bahwa puisi (1) Air Laut Terbang Bersama Dua Matahari mengandung unsur efonik untuk memperlancar pengucapan dan irama baris, menggambarkan situasi yang menyenangkan serta makna yang bernuansa gembira; (2) Kata Cinta Usia 51 mengandung unsur kakofonik untuk memperlambat pengucapan dan irama baris, menggambarkan situasi yang tidak menyenangkan serta makna yang bernuasa penyesalan; dan (3) Selalu Ada Laut mengandung unsur efonik yang menunjukkan suasana harmonis dan unsur kakofonik yang memorak-morandakan keharmonisan yang telah ada, sehingga keduanya harus dibarengi dengan kesabaran dan keyakinan yang kuat untuk menyelaraskan kedua unsur tersebut. Kata kunci: puisi, efoni, kakofoni, puisi-puisi Wasiat Cinta

108 108 109 109 109 Sawerigading, Vol. 20, 1 April 2014: 109—116

PENDAHULUAN merupakan sistem tanda yang terorganisasi Apresiasi masyarakat Indonesia terhadap menurut kode-kode yang merefleksikan nilai- sastra turut menunjang perkembangan kebudayaan nilai tertentu, sikap, dan keyakinan tertentu. nusantara. Hal tersebut disebabkan karena di Dalam memandang puisi sebagai hasil dalam karya sastra tersimpan sejuta makna dan kebudayaan, selayaknya puisi selalu eksis dalam nilai budaya yang mencerminkan khazanah kehidupan masyarakat. Selain itu, puisi senantiasa budaya bangsa secara utuh dan menyeluruh. mengalami perubahan dan perkembangan seiring Akan tetapi, apresiasi masyarakat terhadap dengan berjalannya waktu dan berkembangnya sastra tidak serta-merta mampu mengubah pola masyarakat, terutama bagi mereka yang selalu hidup masyarakat berdasarkan nilai budaya yang aktif mengapresiasi karya sastra dalam bentuk dikandung dan diwariskannya. puisi. Sejalan dengan hal tersebut, Pradopo Warisan budaya bangsa yang berbasis (2005:12) menyatakan bahwa puisi, sepanjang kesusastraan sangat penting untuk dijaga, dipelihara, sejarahnya, selalu mengalami perubahan sebagai dan dikembangkan mengingat eksistensinya yang akibat dari evolusi selera dan konsep estetik yang hampir punah akibat kurangnya peminat sastra di selalu berubah-ubah. Di samping itu, Sayuti tanah air. Dewasa ini, berbagai bentuk kebudayaan (2008:3) juga menyatakan bahwa puisi sebagai yang lahir dari silsilah kesusatraan yang lambat hasil kebudayaan selalu berubah dan berkembang laun mengalami penurunan akibat arus globalisasi berdasarkan masyarakat yang menghasilkan dan teknologi yang semakin modern. Tidak kebudayaan tersebut, sehingga puisi harus dapat dipungkiri bahwa modernisasi masyarakat diperhitungkan sifat dan konteksnya. Oleh sangat dipengaruhi oleh laju perkembangan sebab itu, berbagai upaya pemerian karakteristik ilmu pengetahuan dan teknologi yang terkadang terhadap puisi tidak boleh mengabaikan aspek- mengabaikan hakikat kebudayaan bangsa aspeknya yang hakiki dan universal, seperti nilai Indonesia yang sesungguhnya. Sejalan dengan bunyi dan aspek puitiknya. hal tersebut, Semi (1993:1) mengungkapkan Universalitas puisi mengandung nilai- bahwa sastra yang dilahirkan oleh para sastrawan nilai luhur yang bermanfaat bagi pembinaan diharapkan dapat memberi kepuasan estetik dan karakter bangsa, khususnya generasi muda. kepuasan intelek bagi khalayak pembaca. Akan Dengan demikian, kehadiran puisi tidak kalah tetapi, para pembaca sastra seringkali tidak dapat pentingnya untuk diketahui dan ditelaah dalam menikmati dan memahami karya sastra tersebut mengungkap nilai artistik yang bermanfaat bagi sepenuhnya karena kurang mampu menafsirkan pembinaan kreativitas anak bangsa. Aristoteles atau menginterpretasi karya sastra yang dimaksud dalam Luxemburg (1984:19) menerangkan dengan baik. bahwa seorang pencipta karya sastra, termasuk Salah satu upaya yang ditempuh untuk puisi, sedapat mungkin dapat menampilkan mengatasi tantangan tersebut adalah meningkatkan prilaku manusia yang universal melalui daya kepedulian masyarakat terhadap karya sastra cipta artistiknya. Struktur artistik sastra yang yang ada serta mengembangkannya dalam bentuk sangat estetis yang lahir dari sebuah karya inventarisasi, dokumentasi, dan penelitian sastra sastra puisi membuat karya tersebut bernilai secara berkesinambungan. Sehubungan dengan seni dan menjadi mahakarya yang berkualitas. hal tersebut, penulis tertarik untuk menelaah Apabila dikaji lebih mendalam dari berbagai salah satu bentuk karya sastra, yakni puisi. Puisi sudut pandang, puisi memiliki prestise puitik adalah salah satu genre sastra yang sarat dengan dalam kerangka bayangan imajinasi penyair baik nilai estetik dan mencerminkan khazanah budaya secara tersirat maupun tersurat. Konsekuensinya, bangsa yang bersifat keindonesiaan. Lebih lanjut, lahir berbagai bentuk kajian terhadap puisi yang Natayadnya (2013:73) menyatakan bahwa puisi seolah-olah menciptakan dunia estetis dan serba puitis. Dengan demikian, puisi memberikan 110 110 110 111 111 Besse Darmawati: Efoni dan Kakofoni dalam Puisi...

ruang gerak dan langkah yang lebih luas kepada KERANGKA TEORI segenap pecinta puisi untuk mengapresiasi dan Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia menganalisis karya sastra daerah. (KBBI), Edisi IV (Sugono, 2008:1112), puisi Mengingat karya sastra dalam bentuk adalah (1) ragam sastra yang bahasanya terikat puisi ini sangat variatif, baik kuantitas maupun oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan kualitasnya, penulis tertarik untuk menelaah bait; (2) gubahan dalam bahasa yang bentuknya puisi-puisi para penyair Sulawesi Selatan yang dipilih dan ditata secara cermat sehingga terangkum dalam Mimbar Penyair Makassar. mempertajam kesadaran orang akan pengalaman Pada dasarnya, penulis hendak menelaah puisi dan membangkitkan tanggapan khusus lewat setiap penyair, namun keterbatasan waktu dan penataan bunyi, irama, dan makna khusus; ruang mengharuskan penulis untuk membatasi dan (3) sajak. Lebih lanjut, Waluyo (2003:1) telaah pada beberapa puisi saja. Dengan mengngkapkan bahwa puisi adalah karya sastra demikian, penulis membatasi telaah pada puisi tertulis yang paling awal ditulis oleh manusia. yang didominasi oleh unsur asonansi dan aliterasi. Beberapa karya sastra lama, misalnya: Ramayana, Kedua unsur tersebut dapat memudahkan penulis Mahabharata, ditulis dalam bentuk puisi, bahkan untuk menelaah puisi secara efoni dan kakofoni. drama-drama Sophocles dan Willian Shakespeare Berkenaan dengan latar belakang yang pun pada umumnya ditulis dalam bentuk drama. telah dipaparkan, penulis memandang penting Di samping itu, puisi ditulis dengan menggunakan untuk menelaah dan memahami puisi dari bahasa yang padat, singkat, dan diberi irama berbagai sudut pandang. Salah satu langkah yang padu. Dengan demikian, puisi sarat dengan telaah yang penulis lakukan adalah mencari dan kata-kata imajinatif yang dapat memberi makna menemukan efek puitik puisi melalui penalaran tertentu melalui proses membaca, mendengar, efoni dan kakofoni mengingat keberadaannya mengapresiasi, atau menganalisisnya. turut meningkatkan kredibilitas puisi itu sendiri, Berkiprah dari beberapa pengertian puisi pencipta, dan para peminatnya. Adapun masalah tersebut di atas, puisi merupakan salah satu dalam penelitian ini adalah belum adanya karya sastra yang dapat dikaji dari berbagai pemaparan tentang puisi-puisi dari Wasiat Cinta aspek dan sudut pandang yang melingkupinya. secara efoni dan kakofoni. Dengan demikian, Sejalan dengan hal tersebut, Pradopo (2005:3) penulis memformulasikan prioritas telaah melalui menyatakan bahwa puisi dapat dikaji struktur dan pertanyaan sebagai berikut. unsur-unsurnya mengingat puisi adalah struktur 1. Bagaimanakah aspek puitik puisi-puisi yang tersusun dari bermacam-macam unsur dalam Wasiat Cinta jika ditelaah secara dan sarana-sarana kepuitisan, puisi dapat dikaji efoni? jenis-jenis atau ragam-ragamnya mengingat ada 2. Bagaimanakah aspek puitik puisi-puisi berbagai ragam puisi, serta puisi dapat dikaji dalam Wasiat Cinta jika ditelaah secara dari sudut kesejarahannya mengingat puisi kakofoni? selalu mengalami perubahan dan perkembangan Berdasarkan masalah dan pertanyaan sepanjang zaman. Di samping itu, Sayuti tersebut, penelitian ini bertujuan untuk (2008:101) menyatakan bahwa puisi adalah suatu mendeskripsikan aspek puitik puisi-puisi dalam ekspresi yang mempergunakan sarana bahasa yang Wasiat Cinta secara efoni dan kakofoni. Adapun bernilai sastra atau puitis dan bersifat luar biasa hasil yang diharapkan adalah terciptanya sebuah mengingat penyair selalu mempertimbangkan naskah penelitian yang mendeskripsikan tentang sejumlah aspek yang melekat pada bahasa dan aspek puitik puisi-puisi dalam Wasiat Cinta memaksimalkan peran bunyi-bunyi bahasa dalam secara efoni dan kakofoni. satu kesatuan ekspresi. Gambaran fenomenologis dari berbagai

110 110 111 111 111 Sawerigading, Vol. 20, 1 April 2014: 109—116

sumber tentang arti penting sebuah puisi untuk objek yang bersifat alamiah. Metode ini bertolak ditelaah menunjukkan bahwa puisi menyimpan belakang dengan metode penelitian kuantitatif sejuta makna dan bernilai estetis. Peran bunyi yang memerlukan eksperimen. bahasa yang estetis memberikan konfigurasi Dalam hal membahas karya sastra dalam makna puisi yang estetis pula. Oleh sebab itu, bentuk puisi, sedapat mungkin metode tersebut setiap langkah penyair selalu memperhatikan didukung penuh oleh kedua pendekatan yang efek-efek estetis bunyi bahasa dalam puisinya telah dipilih, yaitu pendekatan intuitif dan karena tindakan kreatif demikian merupakan analitik. Hakim (2013:172) menyatakan bahwa tindakan kreatif yang puitis. Hal tersebut sesuai pendekatan intuitif merupakan pendekatan yang dengan sasaran utama setiap penyair dalam dilaksanakan dengan mengutamakan kesan- puisinya, yaitu memberikan nilai estetik agar kesan yang timbul setelah membaca sebuah karya bermakna bagi pembaca atau pendengarnya. sastra. Kepekaan dan kreativitas pembaca sangat Salah satu peran utama bunyi bahasa dalam puisi diperlukan dalam rangka mengungkap makna atu adalah memenuhi hasrat penyair agar puisinya pesan yang ditimbulkan dalam sebuah karya sastra. merdu didengar melalui pemilihan kata atau Lebih lanjut, Semi (1993:67) menyatakan bahwa bahasa estetis secara efoni dan kakofoni. pendekatan analitik bertolak dari asumsi dasar Efoni dan kakofoni adalah dua hal yang dapat bahwa karya sastra sebagai karya kreatif memiliki memberikan kenikmatan khas terhadap sebuah otonomi penuh yang dapat dilihat sebagai suatu puisi. Di samping itu, keduanya memberikan sosok yang berdiri sendiri. Bila hendak dikaji, nuansa yang berbeda dengan puisi-puisi lain. peneliti harus fokus pada aspek-aspek yang Efoni adalah suatu kombinasi vokal-konsonan membangun karya sastra tersebut, termasuk gaya yang berfungsi melancarkan ucapan, pemahaman penulisan, gaya bahasa, serta hubungan harmonis arti, dan irama baris yang mengandungnya. antar aspek yang menjadikannya sebagai sebuah Sebaliknya, kakofoni adalah sekelompok bunyi karya sastra. konsonan (biasanya /k/, /p/, /t/ dan /s/) yang Sebagai pendukung dari metode tersebut, berfungsi memperlambat irama baris yang penulis juga menempuh teknik studi pustaka, mengandungnya. Sejalan dengan fungsinya, bunyi berupa: baca-simak, klasifikasi, dan analisis kakofonik cenderung mengisyaratkan makna yang konten. bernuansa penolakan atau negasi, membayangkan a. Baca-simak, yaitu langkah awal yang suasana yang tidak harmonis atau disharmoni, dilakukan berulang kali terhadap puisi- atau memorak-porandakan harmoni yang telah puisi yang akan dianalisis. dibangun sebelumnya (Sayuti, 2008:122-125). b. Klasifikasi, yaitu mengklasifikasi puisi- puisi yang dianalisi, baik secara efoni METODE maupun kakofoni. Berdasarkan tujuan dan hasil yang c. Analisis konten, yaitu menganalisis puisi diharapkan, penulis menerapkan metode satu demi satu secara efoni atau kakofoni. penelitian kualitatif melalui pendekatan intuitif Langkah-langkah tersebut di atas dan analitik. Metode penelitian kualitatif merupakan pemahaman penulis terhadap data memberikan perhatian terhadap data alamiah, tertulis yang telah diperoleh. Dalam hal ini, yaitu data dalam hubungannya dengan konteks penulis menganalisis unsur-unsur puitik puisi- keberadaannya (Misnadin, 2012:77). Sejalan puisi dalam Wasiat Cinta. Oleh sebab itu, data dengan hal tersebut, Sugiyono (2009:9) juga dalam penelitian ini adalah beberapa puisi dalam menyatakan bahwa metode penelitian kualitatif Wasiat Cinta. Puisi-puisi tersebut adalah karya adalah metode penelitian yang berlandaskan para penyair Sulawesi Selatan yang terangkum pada postpositivisme untuk meneliti kondisi dalam Mimbar Penyair Makassar. Puisi-puisi

112 112 112 113 113 Besse Darmawati: Efoni dan Kakofoni dalam Puisi...

dalam Wasiat Cinta: Mimbar Penyair Makassar di halaman rumah cinta kita. telah dibukukan dan dipublikasikan oleh Penerbit Dan gelombang laut kata-kata itu meledak Nala Cipta Litera, di Makassar pada tahun 2013. dari detik ke detik membakar hangus semua kisah untukmu. PEMBAHASAN Terbang bersama air laut yang kuminum bersama dua matahari di tanganmu. (dari: Pada bagian pembahasan ini, penulis Wasiat Cinta, 2013:121) memaparkan aspek-aspek puitik puisi-puisi dalam Wasiat Cinta secara efoni dan kakofoni. Aspek Bait ke-1 pada puisi (1) tampak efonis karena puitik dari puisi-puisi yang dimaksud sejalan perpaduan unsur asonansi dan aliterasinya sangat dengan masalah yang telah diutarakan dalam terasa jika dibaca atau didengar. Di samping itu, penelitian ini. Penulis memaparkan tiga puisi puisi tersebut menggambarkan suasana keceriaan karya anak bangsa dalam Wasiat Cinta: Mimbar dan kegembiraan penyair terhadap keindahan Penyair Makassar secara efoni dan kakofoni, alam. Kehadiran sekelompok kata dari kombinasi antara lain: (1) Air Laut Terbang Bersama Dua vokal-konsonan, misalnya: /air laut/ /kaki Matahari karya Asia Ramli Prapanca, (2) Kata menari/ /berlari-lari/ /berhari-hari/ melancarkan Cinta Usia 51 karya Badaruddin Amir, dan (3) pengucapan dan mempermudah pemahaman arti. Selalu Ada Laut karya Badaruddin Amir. Setiap Dengan demikian, bayangan tentang suasana puisi dianalisis secara utuh dan lengkap, baik indah dari puisi ini berawal dari bait pertama dan secara efoni, kakofoni maupun keduanya, yang mengantar puisi menjadi semakin efonis. diungkapkan berturut-turut sebagai berikut. Pada bait ke-2, totalitas bait pada puisi (1) sangat efonis karena setiap kata yang ada pada bait (1) Air Laut Terbang Bersama Dua Matahari tersebut merujuk pada situasi yang menyenangkan karya Asia Ramli Prapanca dan sarat dengan makna keindahan. Kehadiran Air Laut Terbang Bersama Dua Matahari bunyi-bunyi kalimat afektif, misalnya: /kedua Air laut yang kuminum di laut Tomia telapak tanganmu menggenggam dua matahari/ / setawar air sumur di belakang rumahku. Menyinari ubun-ubun gelombang yang memutih/ / Air laut yang mengalir dari gunung, mengalir di bawah jalan batu-batu dan akar-akarnya yang membiru/ menceminkan bunyi aspal, efonik. Kombinasi bunyi vokal-konsonan tersebut tempat ribuan kaki menari berlari-lari melancarkan irama pengucapan dan mempercepat berhari-hari. irama baris yang mengandungnya. Secara Lihat! konsisten, bait ini mencerminkan suasana indah dari bait sebelumnya sekaligus pengantar bait Dari puncak Kahiyanga, kedua telapak selanjutnya. Dengan demikian, bayangan tentang tanganmu menggenggam dua matahari. Menyinari ubun-ubun gelombang yang suasana indah tidak pernah luput dari bait ini. memutih dengan akar-akarnya yang Bait ke-3 semakin memperjelas keindahan membiru. yang terpancar dari bait-bait sebelumnya. Pada bait ini terdapat sekelompok kata yang indah, Lihat! irama yang melodius, dan gambaran situasi yang Gelombang laut itu telah mengepung air sangat menyenangkan, misalnya: /di karang- laut yang telah kuminum di masa kanak- karang hatiku dan hatimu yang tajam/ / di kanakku. halaman rumah cinta kita/. Hal demikian semakin Gelombang laut itu telah menjelma gelombang laut kata-kata yang pecah di memperindah suasana yang digambarkan oleh karang-karang hatiku dan hatimu yang puisi tersebut secara menyeluruh. tajam. Bait ke-4 merupakan bait penutup dari puisi Menghancurkan kebun-kebun persemaian tersebut. Bait ini hanya satu baris dan satu kalimat

112 112 113 113 113 Sawerigading, Vol. 20, 1 April 2014: 109—116

saja sebagai wujud dari sebuah keindahan bersama Yang melepas hasrat dengan kekuatan air laut dan matahari. Sejalan dengan unsur-unsur Juga dengan keyakinan cinta efonik yang terkandung dalam puisi tersebut di Tinggal satu kata cinta kini atas, unsur-unsur yang dimaksud memperlancar Yang mesti kutuliskan dalam sebuah puisi pengucapan, mempercepat irama, memperjelas Kata cinta untuk semesta yang indah makna dan mempermudah pemahaman pembaca Kata cinta untuk yang mencipta semesta atau pendengar terhadap puisi. Berdasarkan hal (dari: Wasiat Cinta, 2013:37) tersebut, bunyi-bunyi efonik yang terdapat pada Berbanding terbalik dengan puisi (1), puisi puisi (1) secara keseluruhan menggambarkan (2) merupakan puisi yang kakofoni. Bait ke-1 situasi dan kondisi yang menyenangkan serta pada puisi ini tampak kakofonik karena cenderung mengisyaratkan makna yang bernuasa gembira. membayangkan suasana yang tidak harmonis. Berdasarkan kandungan efonik yang Setiap barisnya selalu merujuk pada suatu hal yang dijabarkan dari bait ke bait, secara keseluruhan tidak baik dan tidak menyenangkan. Keseimbangan puisi (1) menggambarkan suasana keindahan asonansi /a/ dan /i/ menjadi lebih kacau dengan dan keceriaan. Sejalan dengan hal tersebut, puisi kehadiran bunyi /u/ pada baris ke-4 sampai baris ini bertemakan tentang keindahan alam yang ke-6, yaitu:/mataku rabun dan harus mengenakan menuai keceriaan pada orang-orang di sekitarnya, kacamata minus 2/, /lututku gemerutuk saat berdiri termasuk pengarang itu sendiri. Oleh sebab itu, menjalankan sholat/, dan /dan punggungku mulai pengarang secara eksplisit mengamanatkan bungkuk perlahan/. Dengan demikian, bayangan tentang dua hal penting, antara lain: (a) senantiasa yang tidak menyenangkan pada tiga baris pertama menjaga keindahan alam yang bersumber dari diri semakin memperburuk situasi dengan kehadiran pribadi manusia tanpa unsur tekanan atau perintah tiga baris terakhir. dari pihak lain, dan (b) senantiasa berterima kasih Pada bait ke-2, totalitas bait pada puisi kepada-Nya karena menikmati alam yang indah tersebut sangat kakofonik karena setiap merupakan nikmat Tuhan yang belum tentu barisnya hanya merujuk pada situasi yang tidak diberikan kepada orang lain. dikehendaki. Kehadiran sekelompok aliterasi /k/ (2) Kata Cinta Usia 51 karya Badaruddin Amir dan /t/ memperlambat irama baris yang ada pada Kata Cinta Usia 51 bait ini. Perpaduan bunyi-bunyi konsonan tersebut Sepertinya aku tak bisa lagi menulis kata menghambat kelancaran pengucapan pada kata / cinta penyakit/, /rayap/, /encok/, /kolesterol/, /darah Dalam sebuah puisi tinggi/ dan /kencing gula/. Dengan demikian, Setelah 51 tahun usia menggigit tubuhku bunyi-bunyi kakofonik tersebut cenderung Mataku rabun dan harus mengenakan mengisyaratkan makna dan situasi yang tidak kacamata minus 2 menyenangkan. Lututku gemerutuk saat berdiri Berbeda dengan bait-bait sebelumnya, pada menjalankan sholat Dan punggungku mulai bungkuk perlahan bait ke-3 terdapat kata-kata yang indah, irama Oh penyakit yang mulai menggerogoti yang melodius, dan gambaran situasi yang sangat tubuh harmonis. Akan tetapi, hal demikian telah berlalu Seperti rayap yang memamah dari dalam dan tinggal kenangan semata. Selain itu, bait Encok, kolesterol, darah tinggi, dan juga ini juga hanya memanfaatkan baris-baris yang kencing gula melankolis untuk mengatasi situasi yang tidak Telah menyatu dalam diri menyenangkan pada bait-bait sebelumnya. Menggoncang bangunan tubuh Bait ke-4 merupakan bait penutup dari puisi Alangkah kekar di usia duapuluh, tinggal tersebut. Bait ini tidak merujuk pada hal yang kenangan menyenangkan atau hal yang tidak menyenangkan, Seperti Arjuna juga Sawerigading 114 114 114 115 115 Besse Darmawati: Efoni dan Kakofoni dalam Puisi...

tetapi semata-mata bertawakal kepada Tuhan. karena aku masih percaya Segala sesuatu yang terjadi adalah kodrat dari-Nya setelah marah laut reda yang harus diterima dengan lapang dada. Hampir jalan lurus kembali terbentang keseluruhan dari puisi (2) adalah kakofonik. Sejalan di haluan perahuku (dari: Wasiat Cinta, dengan fungsi kakofonik untuk memperlambat 2013:38) irama baris, puisi ini pun sarat dengan unsur- Puisi (3) tampaknya memadukan dua unsur kakofonik yang membuat pengucapan kata unsur efoni dan kakofoni. Pada bait ke-1 dan dan baris tidak lancar. Oleh karena itu, bunyi- ke-2 , puisi ini tampak efonis karena cenderung bunyi kakofonik yang terdapat pada puisi tersebut mengarah pada situasi yang harmonis. Setiap menggambarkan situasi dan kondisi yang tidak baris merujuk pada hal-hal yang menyenangkan. menyenangkan serta mengisyaratkan makna yang Kehadiran asonansi /i/ pada kata /di hatiku/, / bernuasa penyesalan. dari hari ke hari/, dan /abadi/ melancarkan Berdasarkan kandungan kakofonik yang pengucapan dan menunjukkan suasana harmonis. terdapat pada puisi (2), dapat dinyatakan bahwa Selain itu, kahadiran asonansi /u/ dan /a/ yang puisi ini mengarah pada suasana kejenuhan, dominan pada bait ke-2 pada kata /abadi/, /akupun bahkan menuju kesuraman. Sejalan dengan hal membangun perahu/, /keyakinan dan kesabaran/ tersebut, puisi ini bertemakan tentang kehidupan dan /pelayaran panjang/ juga memperlancar yang tidak menyenangkan dengan munculnya pengucapan dan irama baris, sehingga suasana berbagai penyakit seiring dengan bertambahnya puisi semakin harmonis dan semakin efonis. usia secara alami. Dengan demikian, puisi ini Berbeda dengan bait ke-1 dan ke-2, bait ke-3 mengamanatkan satu hal penting dalam kehidupan dan ke-4 pada puisi (3) ini sangat kakofonik karena manusia mengenai kesadaran untuk senantiasa cenderung memorak-porandakan suasana harmonis mensyukuri segala nikmat yang diberikan oleh yang telah tercipta sebelumnya. Setiap barisnya Tuhan kepada seluruh hamba-Nya. selalu merujuk pada suatu hal yang tidak baik, (3) Selalu Ada Laut karya Badaruddin Amir bahkan hanya menimbulkan prahara. Kehadiran asonansi /a/ yang mendominasi bait ke-3 membuat Selalu Ada Laut suasana menjadi kacau, misalnya: /setelah Kau selalu ada laut di hatiku yang menciptakan gelombang ciptakan pasang/ dan /juga Kau susulkan prahara/. arus pasang dan arus surut Begitu pula halnya dengan kehadiran asonansi dari hari ke hari /i/ dan /u/ pada kalimat /mengirimkan taifun dan hingga haripun berganti puting beliung/, /hingga perahuku kadang mabuk/, demikian abadi dan /berputar tak tentu arah/. Dengan demikian, sampai akupun membangun perahu bayangan yang tidak menyenangkan pada kedua berlayar keyakinan dan kesabaran bait ini merusak harmonisasi yang telah tercipta untuk melakukan pelayaran panjang pada kedua bait sebelumnya. tapi di tengah lautan Bait ke-4 merupakan bait penutup dari setelah Kau ciptakan pasang puisi tersebut. Bait ini merupakan resolusi dari juga Kau susulkan prahara suka dan duka yang telah dilalui pada bait-bait angin yang tak bersahabat sebelumnya. Unsur-unsur efonik dan kakofonik juga mengirimkan taifun dan yang terkandung dalam puisi tersebut turut putingbeliung mewarnai kisah kehidupan manusia yang hingga perahuku kadang mabuk terkadang mengalami kesenangan, kadangpula berputar tak tentu arah mengalami kesusahan. Oleh sebab itu, kesenangan dan kesusahan hidup harus dihadapi dengan baik, maka akupun membuat jangkar penuh keyakinan, dan tetap semangat. dari iman dan keteguhan hati Berdasarkan kandungan efonik dan 114 114 115 115 115 Sawerigading, Vol. 20, 1 April 2014: 109—116 kakofonik yang dijabarkan secara bergantian dari sejuta makna yang memesona untuk ditelaah dari bait ke bait, puisi (3) menunjukkan bahwa kondisi berbagai sudut pandang dalam rangka memelihara senang dan susah dapat menimpa kehidupan umat dan mengembangkan sastra dalam kehidupan manusia di muka bumi ini secara silih berganti. bermasyarakat, berbangsa, dan bertanah air. Sejalan dengan hal tersebut, puisi ini bertemakan tentang gambaran kehidupan manusia yang DAFTAR PUSTAKA diwarnai dengan kesusahan dan kesenangan. Luxemburg, Jan Van, et.al. 1984. Pengantar Ilmu Di samping itu, puisi ini mengamanatkan pula Sastra. Jakarta: PT Gramedia. tentang pentingnya kesadaran umat manusia Hakim, Zainuddin. 2013. Aktualisasi Ajaran untuk tidak serakah jika mendapat kesenangan Moral Sastra Bugis dalam Perwujudan dan tetap bersabar jika mendapat kesusahan. Insan yang Berkarakter Mulia. Dalam Bunga Rampai: Hasil Penelitian Bahasa PENUTUP dan Sastra Nomor 27, Desember 2013 Berdasarkan hasil analisis terhadap puisi- ISSN 1412-23517. Makassar: Balai puisi dalam Wasiat Cinta secara efoni dan Bahasa Provinsi Sulawesi Selatan dan kakofoni, penulis menyimpulkan bahwa: Sulawesi Barat, Badan Pengembangan Secara efoni, puisi Air Laut Terbang dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Bersama Dua Matahari karya Asia Ramli Pendidikan dan Kebudayaan. Prapanca mengandung unsur efonis untuk Misnadin. 2012. “Nilai-Nilai Luhur Budaya dalam memperlancar pengucapan dan irama baris, Pepatah-Pepatah Madura”. Dalam Atavisme: menggambarkan situasi yang menyenangkan Jurnal Ilmiah Kajian Sastra Nomor 1, Juni serta makna yang bernuansa gembira. 2012 ISSN 1410-900X. Surabaya: Balai Secara kakofoni, puisi Kata Cinta Usia Bahasa Provinsi Jawa Timur. 51 karya Badaruddin Amir mengandung unsur Natayadnya, I Wayan. 2013. Analisis Makro- kakofonik untuk memperlambat pengucapan struktural dan Mikrostrutural Puisi Karya dan irama baris, menggambarkan situasi yang Mohammad Idris Siara. Dalam Totobuang: tidak menyenangkan serta makna yang bernuasa Jurnal Ilmiah Kebahasaan dan Kesastraan penyesalan. Nomor 1, Juni 2013 ISSN 2339-1154. Secara efoni dan kakofoni, puisi Selalu Ada Ambon: Kantor Bahasa Provinsi Maluku. Laut karya Badaruddin Amir mengandung unsur Pradopo, Rachmat Djoko. 2005. Pengkajian Puisi. efonis yang menunjukkan suasana harmonis Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. dan unsur kakofonis yang memorak-porandakan Semi, M. Atar. 1993. Metode Penelitian Sastra. keharmonisan yang telah ada, sehingga keduanya Bandung: Angkasa. harus dibarengi dengan kesabaran dan keyakinan Sayuti, Suminto A. 2008. Berkenalan dengan yang kuat. Puisi. Yogyakarta: Gama Media. Unsur-unsur puitik yang penulis temukan Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, secara efoni dan kakofoni sebagaimana dipaparkan Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. dalam tulisan ini masih sangat sederhana Sugono, Dendy. 2008. Kamus Besar Bahasa mengingat keterbatasan waktu dan ruang yang Indonesia (KBBI) Edisi IV. Jakarta: PT tersedia. Oleh sebab itu, masih diperlukan Gramedia Pustaka Utama. penelitian lanjutan mengenai puisi-puisi tersebut Thayf, Hendragunawan S., dkk. 2013. Wasiat dari sudut pandang telaah yang berbeda, bahkan Cinta: Mimbar Penyair Makassar. masih banyak lagi puisi lain dalam Wasiat Cinta Makassar: Nala Cipta Litera. yang belum sempat penulis paparkan. Penulis Waluyo, Herman J. 2003. Apresiasi Puisi. Jakarta: yakin bahwa dibalik puisi-puisi tersebut tersimpan Gramedia Pustaka.

116 117 SAWERIGADING Volume 20 No. 1, April 2014 Halaman 117—126

UJARAN FATIS UNTUK MENANGGAPI SUARA-SUARA DAN KEJADIAN TERTENTU DALAM BAHASA MINANGKABAU DIALEK AGAM (Linguistic Routines Responding to Some Voices and Happenings in With Agam’s Dialect)

Yulino Indra Balai Bahasa Provinsi Sumatera Barat Jalan Simpang Alai Cupak Tangah, Pauh, Padang 25162 Telepon( 0751) 776789, Faksimile ( 0751) 776788 Pos-el: [email protected] Diterima: 20 Desember 2013; Direvisi: 12 Februari 2014; Disetujui: 20 Maret 2014

Abstract This research aims at describing some phatic communion responding to some voices and happenings in Minangkabau language with Agam’s dialect. Data are taken by interviewing, recording, and writing note.The theory proposed by Saville-Troike (2003:37) about linguistic routines ase used in this research. The result of the research shows that there are eight voices and fifteen happenings in Minangkabau language which are responded with phatic utterance. The result of the research also shows that some smiliar expressions are used for some different happenings, for example the phatic utterance which means ‘someone is talking about you’ used for sneeze and hiccough,’someone will visit us’ used for unintentionally taking the same thing, butterflies entering a house, and winking on the right eye. The utterance means ‘you will grow up’ is used for children who is hiccup and children who is dropped.

Keywords: phatic utterance, linguistic routines, Agam dialect

Abstrak Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan ujaran fatis yang digunakan ketika menanggapi suara-suara dan kejadian-kejadian tertentu dalam bahasa Minangkabau dialek Agam. Metode analisis deskriptif dengan teknik pancing, perekaman dan pencatatan digunakan dalam kajian ini. Teori yang digunakan untuk menganalisis penelitian ini adalah teori tentang bahasa rutin (linguistic routines). Hasil penelitian menemukan delapan suara dan lima belas kejadian yang ditanggapi dengan ujaran fatis. Selain itu, hasil penelitian juga menemukan beberapa ujaran fatis yang sama digunakan alam berbagai peristiwa yang berbeda. Ujaran fatis yang berarti ‘seseorang sedang dibicarakan orang lain’ digunakan dalam menanggapi bersin dan tersedak. Ujaran fatis yang berarti ‘ada tamu yang akan berkunjung’ digunakan ketika mengambil sesuatu secara bersamaan, kupu- kupu hinggap di dalam rumah, dan mata sebelah kanan berkedip-kedip. Ujaran fatis yang bermakna ‘pertanda akan tumbuh besar’ digunakan ketika anak-anak cegukan dan anak-anak jatuh ketika berlari.

Kata kunci: ujaran fatis, bahasa rutin, dialek Agam

116 117 Sawerigading, Vol. 20, 1 April 2014: 117—126

PENDAHULUAN yang bermakna pengharapan agar orang yang Ketika berkomunikasi dengan sesama bersin memiliki umur yang panjang. Di Jerman, individu atau dalam masyarakat, bahasa memiliki seseorang yang cegukan mengajukan suatu fungsi yang bermacam-macam fungsi komunikasi permintaan. Di Puerto Rico, bersin ditanggapi secara langsung berhubungan dengan tujuan dan dengan ujaran‘do you steal something’ ‘apakah kebutuhan individu tersebut. Menurut Hymes kamu mencuri sesuatu’. (1961), tujuan dan kebutuhan tersebut termasuk Sebagai salah satu bahasa di dunia, bahasa dalam kategori fungsi seperti fungsi expressive Minangkabau juga memiliki keunikan tersendiri (menyampaikan perasaan emosi), directive dalam mengekspresikan ujaran fatis. Sama halnya (meminta atau menuntut), referential (benar atau dengan Jepang dan Korea, di Minangkabau orang salah isi proposisi), poetic (keindahan), phatic akan mengatakan ujaran yang berarti ‘seseorang (fatis), and metalinguistic (merujuk kepada kata- sedang membicarakan orang yang bersin’. kata itu sendiri). Persamaan ujaran ini mungkin terjadi karena Salah satu fungsi bahasa yang menarik adanya keterkaitan budaya Minangkabau dan untuk dikaji adalah bahasa yang memiliki fungsi Jepang, yaitu masyarakat Minangkabau dahulu fatis, yaitu pesan yang disampaikan dalam pernah dijajah oleh bangsa Jepang. komunikasi tidak mengandung makna referensial. Sama atau tidaknya ujaran fatis suatu bahasa Makna komunikasi fatis terletak dalam kegiatan dengan bahasa lainnya, tentu membutuhkan komunikasi itu sendiri (Goffman, 1971). Ujaran- penelitian untuk setiap bahasa. Sepanjang studi ujaran yang berfungsi fatis memiliki keunikan pustaka, belum ada kajian tentang ujaran fatis karena pada dasarnya bersifat metafora dan seperti ini dalam bahasa Minangkabau. Oleh tidak dapat diinterpretasikan secara literal. Aspek sebab itu, sebagai langkah awal, kajian tentang budaya sangat menentukan ujaran fatis. Oleh ujaran fatis dalam menanggapi suara-suara sebab itu, untuk memahami ujaran fatis bahasa tertentu dan kejadian tertentu dalam bahasa tertentu diperlukan pengetahuan tentang budaya Minangkabau menarik untuk dilakukan. Tujuan masyarakatnya. penelitian adalah (1) mendeskripsikan ujaran Menurut Saville-Troike (2003: 36) suara- fatis yang digunakan untuk menanggapi suara- suara seperti bersin (sneeze), cegukan (hiccoughs), suara tertentu dalam masyarakat Minangkabau suara-suara yang tidak disengaja lainnya, dan di daerah Agam, (2) mendeskripsikan ujaran fatis perkataan serentak atau keheningan spontan yang digunakan untuk menanggapi kejadian- dalam suatu kelompok memerlukan bahasa rutin kejadian atau peristiwa tertentu dalam bahasa (linguistic routines) untuk memperbaiki situasi. Minangkabau dialek Agam, (3) mendeskripsikan Bahasa rutin yang digunakan untuk memperbaiki ujaran fatis yang sama tetapi digunakan pada situasi tersebut memiliki fungsi fatis. peristiwa yang berbeda. Lebih lanjut, Saville-Troike (2003:36) menjelaskan bahwa di Jepang dan Korea, KERANGKA TEORI orang akan mengatakan ujaran yang berarti Saville-Troike (2003:36) menyebut bahwa seseorang sedang membicarakanmu kepada linguistic routines (bahasa rutin) memiliki fungsi orang yang bersin. Akan tetapi, penutur bahasa fatis.Ia mengatakan bahwa linguistic routines Inggris mengatakan bless you ‘semoga Tuhan merupakan ujaran yang bentuknya tetap atau memberkahimu’ bagi orang yang bersin. Kata itu relatif tetap dan harus dianggap sebagai unit diucapkan karena menurut tradisi, orang Inggris tunggal karena maknanya tidak dapat diambil percaya bahwa bersin merupakan pelepasan roh dari sebagian kalimat, tetapi menurut fungsi atau pertanda sakit. Lain halnya dengan orang komunikasi yang disampaikannya secara Turki, mereka akan mengucapkan kata-kata keseluruhan.

118 119 Yulino Indra: Ujaran Fatis (Linguistic Routines)...

Menurut Saville-Troike (2003:36), ritual jumlah informan dapat ditentukan berdasarkan (bahasa ritual) terdiri dari routines (bahasarutin). kepentingan peneliti dengan catatan peneliti harus Selanjutnya, Saville-Troike (2003:37) mengata- menentukan informan yang terandalkan, dapat kan bahwa karakteristik yang paling penting dipercaya dari segi pengetahuan maupun kejujuran dari bahasa rutin dan bahasa ritual adalah nilai secara umum dan secara khusus dapat memberikan kebenarannya yang benar-benar tidak masuk data yang akurat. akal. Makna routine dan ritual tergantung kepada Pengumpulan data dengan wawancara kepercayaan dan nilai-nilai dalam masyarakat dilakukan melalui teknik pancing. Penelitii terlebih penuturnya yang dikodekan dalam pola-pola dahulu memberi contoh kepada informan beberapa komunikasi, dan itu tidak dapat diinterpretasikan ujaran fatis yang digunakan untuk menanggapi terpisah dari konteks sosial dan budaya. Sebagai kejadian-kejadian tertentudalam suatu bahasa. kontrol sosial dalam masyarakat, ketidakrelevan Setelah itu, peneliti memancing informan untuk sian nilai kebenaran dalam bahasa rutin benar- menjelaskan ujaran-ujaran seperti itu dalam benar merupakan faktor yang sangat penting. bahasa Minangkabau. Penjelasan informan Dalam ilmu semantik, simbol dan makna tersebut direkam dan dicatat. Kemudian, data yang tidak dapat dipisahkan. Setiap individu makna diperoleh dari informan dicocokkan satu sama harus membawa muatan semantik di dalamnya. lain. Data yang sudah terkumpul dikelompokkan Akan tetapi, dari hasil penelitiannya, Malinowski dan dianalisis berdasarkan teorilinguitic routines. (dalam Saville-Troike 2003:36) menjelaskan Untuk menganalisis data digunakan metode bahwa makna dan simbol memang tidak dapat analisis deskriptif. Metode analisis deskriptif dinterpretasikan secara terpisah kecuali hanya bertujuan untuk mendeskripsikan data secara terdapat dalam konteks makna situasi ritual. empiris berdasarkan situasi atau fakta yang ada Dalam bahasa ritual, makna total telah diketahui di lapangan dan dipaparkan dengan apa adanya oleh kelompok yang didapat dari konteks. (Sudaryanto, 1988:57). Penerima pesan ritual mengambil informasi melalui berbagai sinyal sensor yang berbeda- PEMBAHASAN beda secara terus menerus (dan ini berlangsung Ujaran untuk Menanggapi Bunyi atau Suara selama berabad-abad), dan semua mengacu pada Tertentu satu, yaitu ‘pesan’ (Leach 1976:41). Dari hasil penelitian ditemukan delapan bunyi atau suara yang ditanggapi dengan ujaran METODE fatis. Kedelapan suara tersebut ada yang berasal Penelitian ini bersifat kualitatif. Menurut dari manusia dan ada yang berasal dari bunyi Djayasudarna (2010:11), metodologi penelitian binatang, Ujaran fatis di bawah ini bukanlah kualitatif merupakan prosedur yang menghasilkan satu-satunya ujaran yang mutlak diucapkan data deskriptif berupa data tertulis atau lisan oleh penutur bahasa Minangkabau di daerah pada masyarakat bahasa. Pendekatan kualitatif Agam, tetapi terdapat juga variasi lain yang tetap untuk mendapatkan data lisan dalam bahasa mengacu kepada kepercayaan tertentu. melibatkan apa yang disebut informan (penutur Bersin asli bahasa yang diteliti). Data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari data bahasa Bersin terjadi karena ada sesuatu yang lisan. Data lisan diperoleh dari wawancara masuk ke dalam alat pernapasan. Sesuatu yang langsung dengan informan. Jumlah informan pada menyebabkan bersin itu diantaranya debu, penelitian ini adalah sebanyak delapan orang. ingus, virus, bakteri, dan bau-bauan.Orang Jumlah informan sebanyak ini dirasa cukup karena bersin biasanya akan terserang flu. Akan tetapi, sesuai dengan pendapat Mahsun (2005:93) bahwa masyarakat Minangkabau di daerah Agam percaya bahwa apabila seseorang bersin 118 119 Sawerigading, Vol. 20, 1 April 2014: 117—126 berarti ada orang di tempat lain yang sedang ramai. Orang yang mendengarnya tentu akan membicarakan orang yang bersin tersebut. Oleh merasa terganggu dengan bunyi ‘sedak’ tersebut. sebab itu, sesaat sesudah bersin mereka akan Untuk menutup rasa malu orang yang tersedak menyebut ujaran seperti dibawah ini. dan mengembalikan suasana seperti semula maka (1) Ado urang nan manyabuik, mah. diucapkanlah ujaran fatis tersebut. Ada tidaknya ‘Ada orang yang sedang membicarakan’ orang yang berbicara tentang orang yang tersedak tersebut, Allahuallam. Tidak ada fakta atau bukti yang menunjukkan kebenaran bahwa apabila sese- Cegukan orang bersin berarti ia sedang dibicarakan orang. Cegukan lazim dialami setiap orang. Secara Akan tetapi, karena kelaziman, masyarakat ilmiah, cegukan adalah kontraksi tiba-tiba yang Minangkabau di daerah Agam menyebut ujaran tidak disengaja pada diafragma, dan umumnya tersebut ketika bersin. Seiring dengan kemajuan berulang-ulang setiap menitnya. Udara yang zaman dan pengaruh agama Islam, ujaran tersebut tiba-tiba lewat ke dalam paru-paru menyebabkan sudah jarang digunakan. Ujaran tersebut berganti ruang pita suara menutup serta menyebabkan dengan ucapan alhamdulillah yang berasal dari terjadinya suara hik.Secara tradisional, masyarakat bahasa dan budaya Arab yang meyakini bahwa Minangkabau di daerah Agam menganggap bahwa bersin merupakan hal yang baik yaitu proses cegukan pada anak-anak merupakan kejadian mekanisme tubuh untuk mengeluarkan sesuatu yang lumrah terjadi. Hal itu pertanda bahwa yang tidakbaik dari pernafasan. anak-anak sedang mengalami masa pertumbuhan. Tersedak sewaktu makan atau minum Biasanya orang tua akan memberi minum anak yang mengalami cegukan tersebut dan tidak lama Tersedak atau keselek sewaktu makan atau cegukan tersebut akan hilang. Jadi, mereka tidak minum biasanya disebabkan oleh beberapa faktor terlalu cemas dengan kejadian tersebut.Ujaran fatis seperti makan terburu-buru, makan sambil bicara, yang biasanya disebut ketika anak-anak cegukan atau kaget saat menelan makanan atau minuman. adalah seperti di bawah ini. Pada prinsipnya, tersedak disebabkan karena tidak bebasnya jalan nafas karena dihalangi oleh (3) Tando ka gadang, mah makanan atau minuman tadi. Akan tetapi, bagi ‘Pertanda akan tambah besar ‘ masyarakat Minangkabau di daerah Agam,tersedak Burung Hantu bersuara di malam hari sewaktu makan atau minum merupakan bahwa ada Burung hantu binatang yang memiliki orang lain yang sedang membicarakan orang yang penglihatan dan pendengaran yang tajam. Burung tersedak tersebut. Oleh sebab itu, apabila seseorang ini mencari makanan pada malam hari dan tidur tersedak sewaktu makan,mereka menyebut ujaran pada siang hari. Ketika berburu mangsanya burung seperti di bawah ini. hantu sering mengeluarkan teriakan-teriakan (2) Ado urang nan manyabuik, mah. yang dapat membuat mangsanya ketakutan. ‘Ada orang lain yang menyebut nama Akan tetapi, bagi masyarakat Minangkabau, orang yang tersedak’ suaraburung hantu pada malam merupakan Ada tidaknya orang yang berbicara pertanda, yaitu seseorang akan meninggal dunia tentang orang yang tersedak tersebut tidak dapat di daerah sekitar burung hantu itu berbunyi. Oleh dibuktikan dengan fakta. Akan tetapi, menyebut sebab mereka sering menyebut ujaran dibawah ujaran tersebut mengandung nilai tersendiri. ini. Tersedak sewaktu makan atau minum tentu (4) Ado urang ka mati membuat malu orang yang mengalaminya, [ada-orang- akan-mati] terlebih-lebih apabila terjadi di depan orang ‘seseorang akan meninggal’

120 121 Yulino Indra: Ujaran Fatis (Linguistic Routines)...

Dilihat dari faktanya, tidak selalu suara bagian dalam. Pada umumnya bunyi tersebut burung hantu di malam hari menandakan akan menghilang dengan sendirinya. Akan tetapi, seseorang akan meningggal di daerah tersebut menurut kepercayaan tradisional, masyarakat pada keesokan harinya. Apabila ada suara burung Minangkabau di daerah Agam,bunyi dengungan hantu di malam hari pada suatu kampung, esok di dalam telinga merupakan suatu pertanda. atau lusanya tidak ada orangyang meninggal di Apabila yang berdengung adalah telinga sebelah kampung itu. Begitu juga sebaliknya, tiba-tiba ada kanan maka itu dihubung-hubungkan dengan orang yang meninggal tanpa ditandai sebelumnya kepercayaan bahwa seseorang di tempat lain oleh suara burung hantu di malam hari. sedang membicarakan hal-hal yang tidak baik Kicauan burung Murai di senja atau malam tentang si penderita. Ujaran yang biasa disebut hari ketika telinga kanan yang berdengung adalah seperti di bawah ini. Kicauan burung murai merupakan bentuk komunikasi diantara mereka. Mereka lazim (6) Ado urang nan sadang mampakecekan, berkicau untuk menyambut pagi. Akan tetapi, mah! kadang-kadang di luar kelaziman seekor murai ‘ada orang yang sedang membicarakan’ berkicau pada senja hari atau malam hari. Apabila telinga bagian kiri yang berdengung, Ketidaklaziman itulah yang membuat masyarakat ujaran fatis yang digunakan berhubungan dengan Minangkabau di daerah Agam percaya bahwa ‘seseorang dari tempat yang jauh akan datang kicauan murai di senja atau malam hari merupakan berkunjung’. Ujaran tersebut adalah seperti di pertanda akan ada orang yang meninggal dalam bawah ini. waktu yang dekat di daerah mereka. Oleh sebab (7) Urang jauah ka tibo, mah! itu, mereka akan menyebut ujaran seperti di [orang- jauh- akan-datang] bawah ini. ‘tamu dari jauh akan datang berkunjung’ (5) Tando ado urang ka mati. Kepercayaan itu sulit dibuktikan karena ‘Pertanda ada orang yang akan meninggal’ tidak selalu kedatangan tamu didahului oleh Kicauan burung murai pada waktu suara telinga berdengung atau sebaliknya. Jika senja atau malam hari yang menandakan akan hal itu terjadi itu mungkin hanya kebetulan saja. meninggalnya seseorang dalam waktu dekat sulit Kokok ayam jantan di senja atau malam hari dipercaya. Kadang-kadang, seseorang meninggal tanpa ditandai lebih dulu dengan kicauan burung Suara kokok ayam jantan merupakan murai. Begitu pula sebaliknya, seekor murai telah suatu bentuk komunikasi, termasuk panggilan berkicau di senja atau malam hari, tetapi setelah berkelompok yang berfungsi untuk menjaga ditunggu-tunggu beberapa hari tidak seorang pun anggota tetap dari kawanan atau bersama- yang meninggal di daerah tersebut. Jadi, ujaran sama dan berhubungan jika mereka keluar dari (5) hanyalah ujaran fatis. pandangan mata (hhtp://belajarotodidak.blogspot. com/2012/10/mengapa-ayam-jantan-berkokok- Dengungan pada telinga malamhari-html). Sebagian besarayam jantan ber- Kadang-kadang seseorang mengalami hal kokok di pagi hari. Sebenarnya ayam jantan dapat yang mengganggu, yaitubunyi yang berdering, berkokok kapan saja. Apabila mendengar kokokan berdesir, atau bunyi lain yang berasal dari dalam ayam jantan pada senja atau malam hariitu telinga atau kepala. Dalam istilah kedokteran karena malam hari merupakan jam istirahat bagi disebut tinnitus. Salah satu penyebab umum manusia sehingga kokokan ayam sangatlah jelas dari tinnitus adalah kerusakan pada ujung-ujung dan mengganggu istirahat manusia. Akan tetapi, mikroskopik saraf pendengaran di dalam telinga bagi masyarakat Minangkabau di daerah Agam,

120 121 Sawerigading, Vol. 20, 1 April 2014: 117—126

kokokan ayam jantan di senja atau malam hari biasanya diucapkan untuk menanggapi kejadian- merupakan pertanda kurang baik, yaitu ada orang kejadian yang janggal seperti di bawah ini. di kampung sedang melakukan hal yang tidak Mengambil sesuatu secara bersamaan tanpa baik atau berzina. Apabila mendengar suara kokok disengaja ayam di waktu senja atau tengah malam, mereka sering menyebut ujaran seperti di bawah ini. Kadang-kadang dalam suatu kelompok, dua atau tiga orang, tidak disengaja,secara (8) Ado urang babuek nan indak elok bersamaan mengulurkan tangan mereka untuk ‘Ada orang melakukan hal yang tidak mengambil benda yang sama. Dalam budayanya, baik’ orang Minangkabau percaya bahwa kejadian Lolongan anjing di tengah malam tersebut merupakan pertanda bahwa seseorang Anjing adalah hewan dengan indra dari tempat yang jauh akan datang berkunjung. penciuman dan pendengaran yang tajam. Para Oleh sebab itu, ketika peristiwa itu terjadi mereka pakar anjing mengatakan bahwa lolongan anjing akan menyebut ujaran fatis seperti di bawah ini. yang panjang maupun yang pendek pada waktu (10) Ado urang ka tibo,mah! siang maupun malam hari merupakan sifat alamiah [ada-orang-akan-datang] dari anjing. Lolongan anjing tersebut merupakan ‘Ada tamu yang akan datang berkunjung‘ bentuk komunikasi antar anjing.Seekor anjing Walaupun lazim terjadi namun kejadian jantan akan melolong panjang ketika mencium tersebut agak janggal. Kejadian tersebut cukup bau anjing betina yang sedang birahi meskipun memalukan apabila yang diambil adalah dia tidak tahu di mana keberadaan anjing betina makanan. Oleh sebab itu, selain merupakan itu. Hal itu disebabkan karena seekor anjing betina kepercayaan, ujaran tersebut juga mengandung yang sedang birahi menghasilkan pheromone, yaitu nilai yang bertujuan untuk menutup rasa malu aroma khas yang membuat anjing jantan tertarik. orang-orang yang terlibat dalam kejadian tersebut Karena indera penciuman yang tajam, anjing jantan karena mengambil sesuatu secara bersamaan akan melolong panjang yang berarti bahwa anjing berarti berebut secara tak sengaja. jantan tersebut telah mencium aroma pheromone tersebut. Anehnya, masyarakat Minangkabau di Orang yang dibicarakan tiba-tiba muncul Agam percaya bahwa lolongan anjing di malam Kadang-kadang dalam suatu percakapan hari merupakan pertanda kedatangan hantu ke orang-orang yang sedang berbicara sering dalam kampung. Mereka percaya bahwa anjing menyebut-nyebut tentang seseorang. Akan tetapi, dapat melihat hantu tersebut dan melolong ketika tanpa diharapkan tiba-tiba orang yang disebut- melihatnya. Oleh sebab itu, apabila mendengar sebut tersebut muncul di hadapan si pembicara. lolongan anjing di tengah malam, masyarakat Masyarakat Minangkabau di Agam percaya Minangkabau di daerah Agam menyebut ujaran bahwa orang yang datang tersebut memiliki umur fatis di bawah ini. yang panjang. Oleh sebab itu, mereka menyebut (9) Ado antu, mah ujaran seperti di bawah ini. ‘Ada hantu’ (11) Panjang umuaang, mah! Ujaran Fatis terhadap Kejadian atau Peristiwa [Panjang- umur- kamu] Tertentu ‘panjang umurmu’ Berbagai ujaran yang lazim digunakan Selain merupakan suatu kelaziman, untuk memberikan tanggapan terhadap kejadian mengucapkan kata-kata tersebut juga bertujuan atau peristiwa tertentu banyak ditemukan dalam untuk mengatasi keterkejutannya pembicara atas bahasa Minangkabau dialek Agam. Ujaran tersebut kedatangan orang tersebut.

122 123 Yulino Indra: Ujaran Fatis (Linguistic Routines)...

Sunyi tiba-tiba hanyut di sungai.Oleh sebab itu, ujaran fatis yang Kadang-kadang ketika sekelompok orang mereka sebut ketika terjadi peristiwa itu adalah berkumpul sambil bercakap-cakap, tiba-tiba seperti di bawah ini. semuanya terdiam dan keadaan menjadi hening (14) Ado urang mati badarah atau sunyi. Walaupun lazim terjadi namun [ada- orang-mati-berdarah] kejadian tersebut agak janggal. Masyarakat ‘Ada orang mati karena pembunuhan’ Minangkabau percaya bahwa pada saat itu atau malaikat sedang melintas di hadapan mereka dan (15) Ado urang mati anyuik. mereka menyebut kata- kata seperti di bawah ini. [ada-orang-mati-hanyut] Ada tidaknya malaikat yang lewat pada saat itu ‘Ada orang yang mati karena hanyut’ wallahuallam. Salah satu ujung pelangi berada pada pohon (12) Malaikaik lalu besar ‘Malaikat lewat’ Lain halnya, jika pelangi muncul dan salah Kupu-kupu masuk rumah satu ujungnya seolah-olah berada pada pohon Seekor kupu-kupu sering masuk rumah besar, masyarakat Minangkabau di Agam percaya dan hinggap di dinding atau tempat yang bahwa hal itu merupakan pertanda bahwa telah disukainya. Walaupun tidak mengganggu namun terjadi kematian manusia yang disebabkan karena hal itu dianggap aneh karena kupu-kupu biasanya gantung diri. Oleh sebab itu, mereka menyebut beterbangan dan hinggap di ranting-ranting ujaran seperti dibawah ini. pohon atau tempat-tempat di luar rumah. Jika (16) Ado urang mati bagantuang ada kupu-kupu yang masuk rumah, masyarakat ‘Ada orang mati gantung diri’ Minangkabau di Agam percaya bahwa hal itu merupakan pertanda bahwa ada orang yang akan Benar atau tidaknya kepercayaan datang berkunjung ke rumah tersebut. Ujaran tersebut tidak dapat dibuktikan dengan fakta. yang biasanya mereka sebut adalah seperti di Kemunculan pelangi yang salah satu ujungnya bawah ini. seolah-olah berada pada pohon besar tidak selalu menandakan telah terjadi peristiwa gantung diri. (13 )Tando ado urang ka tibo Begitu juga sebaliknya, peristiwa gantung diri ‘Pertanda ada tamu yang akan tidak selalu ditandai dengan munculnya pelangi berkunjung’ yang ujungnya seolah-olah berada pada pohon Salah satu ujung pelangi berada di air besar. Jadi, kebenaran hubungan antara pelangi Pelangi adalah busur spektrum warna dan manusia gantung diri tidak bisa dibuktikan. besar berbentuk lingkaran yang terjadi karena Dagangan pertama kali terjual pembiasan cahaya matahari oleh butir-butir Seorang pedagang tentu akan senang bila air (hhtp:/id.wikipedia.org/wiki/Pelangi). barang dagangannya dibeli orang. Apalagi setelah Jadi, pelangi merupakan suatu peristiwa alam. menunggu lama, tak seorang pembeli pun datang. Akan tetapi, secara tradisional, masyarakat Apabila pertama kali dagangannya terjual, Minangkabau di daerah Agam percaya bahwa pedagang sering menyebut ujaran fatis seperti di kemunculan pelangi merupakan pertanda yang bawah ini. tidak baik. Apabila pelangi muncul dan salah satu ujungnya seolah-olah terlihat berada di air, itu (17) Pacah talua pertanda akan atau telah terjadi kematian manusia ‘Pecah telur’ yang disebabkan oleh pembunuhan atau kematian Dalam perkembangannya, ujaran pacah manusia yang disebabkan karena tenggelam atau talua ini kemudian juga digunakan dalam 122 123 Sawerigading, Vol. 20, 1 April 2014: 117—126

permainan, seperti permainan bola voli. Dalam Akan tetapi, apabila telapak tangan permainan bola voli si penonton dan pemain kiri yang terasa gatal, maka ujaran yang biasa sering menyebut pacahtalua ketika suatu regu diucapkan adalah berkaitan dengan uang masuk pertama kali mencetak angka. atau akan menerima uang. Contoh ujaran tersebut Menemukan barang milik teman yang tercecer adalah seperti di bawah ini. ketika bermain (20) Tando ka manarimo pitih, mah! Ketika anak-anak bermain dengan teman- [tanda-akan- menerima-uang] temannya, seperti main kelereng, karet gelang, ‘Pertanda akan menerima uang’ dan sebagainya, mainan tersebut sering tercecer. Mata bintitan Apabila seorang anak menemukan mainan yang Bintitan (hordeolum) adalah benjolan tercecer tersebut maka anak yang menemukan kemerahan dan terasa sakit yang terletak di tersebut akan cepat-cepat menutup barang tersebut dasar bulu mata, di bawah, atau di dalam dengan telapak tangannya dan meneriakkan kata kelopak mata. Bintitan merupakan infeksi lokal seperti di bawah di bawah ini. dari kelenjar atau kantong rambut (folikel) dari (18) Tapuak rangik kelopak mata. Kelopak mata yang mengalami ‘Tepuk nyamuk’ bintitan biasanya ditandai dengan adanya Ujaran tersebut sebagai pemberitahuan benjolan kecil, kemerahan, dan terasa sakit. kepada temanya-temannya bahwa ia telah MasyarakatMinangkabau di daerah Agam sering menemukan sebuah kelereng atau karet dan menyebut orang yang mengalami mata bintitan barang itu berhak menjadi miliknya. Selain sebagai orang yang telah mengintip orang mandi. itu, ujaran itu juga untuk menghindari tuduhan Ujaran tersebut adalah seperti di bawah ini. sebagai pencuri apabila seseorang melihatnya. (21) Mancigok urang mandi, yo? Kadang-kadang, anak yang empunya ‘Mengintip orang mandi, ya?’ barang tidak mau barangnya menjadi milik Secara medis, tidak ada fakta yang temannya. Ia memintanya kembali. Jika mau, menjelasankan hubungan antara mata bintitan anak yang menemukan barang tersebut akan dan mengintip orang mandi. Jadi, orang yang mengembalikannya. Akan tetapi, apabila anak menderita mata bintitan bukanlah disebabkan yang mendapatkan barang tersebut tidak tidak mau karena ia mengintip orang mandi. Kadang-kadang mengembalikannya, sering terjadi pertengkaran ujaran tersebut sering diucapkan sebagai kelakar dan bahkan perkelahian di antara anak-anak saja. tersebut. Mata berkedip-kedip Telapak tangan gatal-gatal Mata berkedip-kedip atau kedutan Tidak seperti biasanya, seseorang merasa atau istilah medisnya Bleparospasm (Beb) telapak tangannya gatal-gatal. Penyebab adalah kontraksi otot yang tak terkontrol gatal tersebut mungkin tidak diketahui. Ada yang menyebabkan kontraksi sekitar mata kemungkinan karena karena kurang bersih atau (hhtp:zulelka.blogspot.com/2012/06/mata- gangguan pada kulit. Apabila telapak tangan kedutan-bukan-mitos-tapi-gejala.html). Akan sebelah kanan yang gatal ujaran seperti di bawah tetapi, masyarakat Minangkabau di daerah Agam ini sering disebut. percaya bahwa kedip-kedip yang terjadi tiba-tiba (19) Tando ka mangaluaan pitih, mah. pada mata seseorang merupakan suata pertanda. [tanda-akan-mengeluarkan- uang] Apabila mata sebelah kanan yang berkedip-kedip, ‘Pertanda akan mengeluarkan uang’ mereka percaya bahwa seseorang dari tempat

124 125 Yulino Indra: Ujaran Fatis (Linguistic Routines)...

jauh akan datang. Oleh sebab itu, ujaran yang punya kemampuan menyeret-nyeret perutnya. lazim mereka sebut adalah seperti di bawah ini. Memasukkan jempol kaki ke dalam mulut pada (22) Urang jauah ka tibo,mah bayi yang berumur sekitar tujuh atau sembilan [orang-jauh- akan-tiba] bulan juga meupakan tahap kemampuan fisik ‘tamu dari jauh akan datang’ bayi dan itu terjadi secara alamiah. Masyarakat Minangkabau di daerah Agam percaya bahwa Akan tetapi, apabila mata kiri yang bayi yang berusaha memasukkan jempol kakinya berkedap-kedip, mereka percaya bahwa orang ke dalam mulutnya merupakan pertanda bahwa si yang mengalaminya tersebut akan bersedih dan bayi akan segera memiliki adik atau ibu si bayi menangis karena ia akan menghadapi kejadian akan segera hamil lagi. Oleh sebab itu, apabila yang buruk. Oleh sebab itu, ujaran fatis yang melihat seorang bayi yang sedang memasukkan mereka sebut adalah seperti di bawah ini. jempol kaki ke dalam mulutnya, mereka lazim (23) Tando ka manangih, mah! menyebut ujaran seperti di bawah ini. ‘Pertanda akan menangis’ (26) Tando ka baradiak, mah! Bulu mata rontok ‘Pertanda akan punya adik’ Salah satu penyebab bulu mata rontok adalah Bayi diare memakai kosmetik yang tidak cocok. Apabila sehelai bulu mata seseorang rontok, masyarakat Kelainan pencernaan atau sering buang Minangkabau di daerah Agam menyebut bahwa air besar atau sering juga disebut diare sering orang itu sedang dirindukan oleh orang lain. Oleh terjadi pada bayi. Diare umumnya terjadi karena sebab itu, mereka mengatakan ujaran seperti di infeksi kuman pada saluran pencernaan. Sebagian bawah ini. besar diare sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan. Akan tetapi, ada juga diare yang akut (24Tando ado nan taragak, mah. atau akan sembuh setelah minum obat. Anehnya, ‘Pertanda ada yang merindukan’ Bagi masyarakat Minangkabau di Agam, apabila Anak-anak terjatuh ketika berlari bayi terkena diare mereka menganggap hal itu merupakan peristiwa biasa yang dialami Anak-anak sering berlarian kian kemari bayi.Mereka percaya bahwa pada saat itu ketika sedang bermain atau mengejar sesuatu. bayi sedang mengalami proses perkembangan Ketika berlari mereka juga sering terjatuh. Untuk kemampuan motorik, misalnya dari kemampuan menghibur agar mereka tidak menangis atau tengkurap beralih ke kemampuan merangkak merasa malu, biasanya orang tua atau orang atau darikemampuan merangkak beralih ke dewasa yang melihat peristiwa itu akan menolong kemampuan berdiri. Oleh sebab itu, mereka akan dan menyebut kata-kata seperti di bawah ini. menyebut ujaran di bawah ini. (25) Tando ka gadang, mah. (27) Sadang maaliah kapandaian ,mah! [tanda-akan-besar] [sedang- berpindah-kepandaian] ‘Pertanda akan tumbuh besar’ ‘Sedang menambah kepandaian’ Bayi memasukkan jempol kaki ke dalam Apabila bayi tidak sembuh-sembuh, mereka mulutnya percaya bahwa si bayi terkena palasik. Palasik Setiap bayi memiliki tahap-tahap kemam- adalah orang yang memilliki ilmu hitam yang puan fisik, misalnya tengkurap, merangkak, mereka peroleh secara turun temurun. Untuk duduk, memasukkan segala sesuatu ke mulut, meneruskan ilmunya palasik membutuhkan dan sebagainya. Tahap kemampuan fisik tidak darah bayi. Konon, palasik akan berubah menjadi harus sama pada semua bayi. Kadang-kadang makluk sejenis binatang dan tidak terlihat oleh ada bayi yang tidak bisa merangkak tetapi ia manusia ketika menghisap tubuh si bayi. Bayi 124 125 Sawerigading, Vol. 20, 1 April 2014: 117—126 yang dipercaya terkena palasik biasanya dibawa hantu dan kicauan burung murai di waktu senja berobat ke dukun. atau malam hari. Ujaran fatis yang berarti ‘ada tamu yang akan berkunjung’ digunakan ketika PENUTUP kejadian secara tidak sengaja mengambil sesuatu Makna ujaran fatis untuk menangapi suara- secara bersamaan, kupu-kupu hinggap di dalam suara dan menanggapi kejadian tertentu dalam rumah, dan mata sebelah kanan berkedip-kedip. bahasa Minangkabau di daerah Agam tergantung Ujaran fatis tando ka gadang mah ‘pertanda kepada kepercayaan dan nilai-nilai dalam konteks akan tumbuh besar’ digunakan ketika anak-anak sosial dan budaya masyarakat Minangkabau cegukan dan jatuh ketika berlari. di daerah Agam. Dalam bahasa Minangkabau dialek Agam ditemukan delapan bunyi atau suara DAFTAR PUSTAKA dan 15 kejadian yang ditanggapi dengan ujaran Djajasudarma, Fatimah, 2010. Metode Linguistik. fatis. Suara yang ditanggapi dengan ujaran fatis Ancangan Metode Penelitian dan Kajian. tersebut adalah: 1) suara bersin, 2) suara orang Bandung: RefikaAditama. tersedak sewaktu makan atau minum, 3) suara Leach, Edmund. 1976. Culture and cegukan, 4) suara burunghantu di malam hari, 5) Communication. Cambridge: Cambridge kicauan burung murai di senja atau malam hari, UniversityPress. 6) suara dengungan di telinga,7) suara kokok hhtp://belajarotodidak.blogspot.com/2012/10/ ayam di siang hari, dan 8) suara lolongan anjing mengapa-ayam-jantan-berkokok- di tengah malam. malamhari-html. Diakses tanggal 20 Kejadian atau peristiwa yang ditanggapi Agustus 2013. dengan ujaran fatis adalah 1) tidak sengaja hhtp:/id.wikipedia.org/wiki/Pelangi. Diakses mengambil sesuatu secara bersamaan, 2) orang tanggal 20 Agustus 2013 yang dibicarakan tiba-tiba muncul, 3) sunyi tiba- hhtp:zul-elka.blogspot.com/2012/06/mata- tiba, 4) kupu-kupu hinggap di dalam rumah, 5) kedutan-bukan-mitos-tapi-gejala.html. salah satu ujung pelangi pelangi berada di air, (6) Diakses tanggal 20 Agustus 2013. salah satu ujung pelangi berada pada pohon besar, Goffman, Erving. 1971. Relations in Public: 7) dagangan pertama kali terjual, 8) menemukan Microstudies of the Public Order. New barang teman yang tercecer, 9) telapak tangan York: Harper & Row. gatal-gatal, 10) mata bintitan, 11) mata berkedap- Hymes, Dell. 1961. Functions of Speech: an kedip, 12) bulu mata rontok, 13) anak-anak Evolutionary Approach. In Frederick C. terjatuh ketika berlari, 14) bayi memasukkan Gruber, ed., Anthropology and Education, jempol kaki ke mulutnya, dan 15) bayi diare. pp. 55–83. Philadelphia: University of Ujaran fatis dalam menanggapi kejadian Pennsylvania Press. tersebut bemacam-macam tergantung suara Mahsun, 2005. Metode Penelitian Bahasa. dan peristiwa. Ada beberapa ujaran fatis yang Jakarta: Raja GrapindoPersada. sama akan tetapi digunakan pada kejadian yang Saville-Troike, Muriel. 2003. The Etnography of berbeda-beda. Ujaran fatis yang berarti ‘seseorang Communication. Basil Blackwell:England. sedang dibicarakan orang lain’ digunakan dalam Sudaryanto. 1988. Metode Linguistik Bagian menanggapi bersin dan tersedak. Ujaran fatis Pertama: Ke Arah Memahami Metode yang berarti ‘ada orang yang akan rmeninggal Linguistik. Yogyakarta: Gajah Mada dunia’ digunakan ketika terdengar suara burung University Press.

126 127 SAWERIGADING

Volume 20 No. 1, April 2014 Halaman 127—138 AKTUALISASI PENGHARGAAN DALAM CERITA KLASIK BUGIS (Actualization of Appreciation in Classical Buginese Folklore)

Jemmain Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Selatan dan Provinsi Sulawesi Barat Jalan Sultan Alaudin Km7/ Tala Salapang Makassar Telepon (0411) 882401, Faksimile (0411)882303 Pos-el: [email protected] Diterima: 4 Januari 2014; Direvisi: 12 Februari; Disetujui: 22 Maret 2014

Abstract One of positive impacts of cultural variety owned by Indonesian people is language diversity. Different language, then, arise various literaries. One of them is Buginese literary like folklore that is classical and still understood well by its supporting community until today. As a cultural product, indigenous values implied in folklore needs to discuss about in order to make cultural heritage could go on. Many aspects could be discussed in folklore. Nevertheless, the writing is focused on the form of appreciation as moral values in folklore. The king appreciation towards his people is naming the certain place to remember their sacrifice. Then, method used is descriptive qualitative method.

Keywords: folklore, Buginese, appreciation

Abstrak Salah satu dampak positif dari keanekaragaman budaya yang dimiliki bangsa Indonesia adalah keberagaman bahasa. Bahasa yang beragam kemudian melahirkan sastra yang beragam pula. Salah satunya adalah sastra daerah Bugis, termasuk cerita rakyat yang berupa sastra klasik dan masih dihayati oleh masyarakat pendukungnya hingga kini. Sebagai produk budaya, nilai-nilai luhur yang terkandung dalam cerita rakyat perlu diangkat agar pewarisan budaya secara turun-temurun dapat terus berlangsung. Banyak aspek yang dapat dikaji dalam cerita rakyat. Namun, tulisan ini berfokus pada bentuk penghargaan sebagai nilai moral dalam cerita rakyat. Bentuk penghargaan raja terhadap warganya antara lain mengabadikan namanya pada tempat-tempat tertentu untuk mengenang jasa-jasanya. Adapun metode yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif kualitatif.

Kata kunci: cerita rakyat, Bugis, penghargaan

PENDAHULUAN sastra daerah dimaksudkan sebagai bacaan Cerita rakyat merupakan salah satu bentuk yang mengemban fungsi hiburan dan memberi sastra klasik Bugis yang masih dihayati oleh manfaat, dulce dan utile. Aspek kegunaan atau masyarakat Bugis hingga kini. Sebagai produk manfaat tersebut berkaitan dengan adanya pesan- budaya, nilai-nilai luhur yang terkandung di pesan moral yang diungkapkan oleh pengarang dalam cerita rakyat itu perlu diangkat agar untuk diserap oleh pembaca. pewarisan budaya secara turun- temurun dapat Sastra berfungsi menghibur sekaligus terus berlangsung. mengajarkan sesuatu. Hal yang dimaksud dengan Kehadiran sebuah karya sastra, termasuk menghibur adalah tidak membosankan, bukan kewajiban, dan memberi kesenangan. Sedangkan 126 127 Sawerigading, Vol. 20, 1 April 2014: 127—138 mengajarkan sesuatu dalam arti bermanfaat yang digunakannya, yaitu bahasa daerah yang adalah tidak membuang-buang waktu, bukan jumlahnya sangat banyak, salah satu di antaranya sekadar iseng. Jadi, sesuatu yang perlu mendapat adalah sastra daerah Bugis. perhatian serius. Wellek dan Warren (1990:25). Cerita rakyat merupakan cermin kehidupan Selanjutnya, sastra memberi kesadaran kepada dalam masyarakat lama, baik yang berbentuk fabel, pembacanya tentang kebenaran-kebenaran mite, maupun legenda. Dalam masyarakat lama, hidup ini. Kemudian dari itu dapat diperoleh terjadinya segolongan masyarakat adalah dengan pengetahuan dan pemahaman yang mendalam cara mengikat atau integratif. Dalam masyarakat tentang manusia, dunia, dan kehidupan. seperti ini manusia tunduk kepada peraturan- Sastra adalah sebuah karya cipta khas peraturan dan adat kebiasaan, golongan, tempat yang dapat memperkaya dan memperluas mereka hidup. Hal ini dilakukan karena mereka cakrawala pembacanya. Dengan kekhasannya, menginginkan kehidupan yang stabil, kokoh dan sastra, baik lisan maupun tertulis dalam bahasa harmonis. Jika hal itu tercapai, manusia dalam Indonesia dan dalam bahasa daerah dapat masyarakat itu tidak terancam kehidupannya, lebih menarik ditampilkan karena, antara lain, mereka dapat menyatu dalam kehidupan. mengungkapkan berbagai pengetahuan tentang Manusia sebagai individu dalam masyarakat manusia dan kehidupannya secara indah dan tidak terlihat peranannya, yang tampak keluar menyentuh hati. Sastra daerah berperan sebagai justru kebersamaannya. Segala macam masalah fondasi kebudayaan daerah, bahkan kebudayaan menjadi masalah bersama dan harus diselesaikan Nusantara, sebagai alat memperkukuh budaya bersama pula. masyarakat di daerah, dan sebagai cermin Cerita rakyat adalah salah satu bentuk sastra pencarian jati diri masyarakat yang bersangkutan. klasik Bugis yang hingga kini masih dihayati Sastra daerah merupakan bukti historis oleh masyarakat yang berlatar belakang bahasa kreativitas masyarakat daerah. Sehubungan dan budaya Bugis. Dalam kedudukannya sebagai dengan itu, sastra daerah sebagai salah satu sastra daerah sekaligus sebagai produk budaya, bagian kebudayaan daerah berkedudukan sebagai perlu dikaji dan nilai-nilai luhur yang terkandung wahana ekspresi budaya yang di dalamnya di dalamnya diangkat ke permukaan agar nilai terekam anatara lain pangalaman estetik, itu dapat diwariskan kepada generasi sekarang religius, atau sosial politik masyarakat etnis yang dan generasi mendatang. Dengan demikian bersangkutan yang menjadi pokok permasalahan dalam Dalam kedudukannya sebagai wahana tulisan adalah: Bagaimanakah bentuk-bentuk ekspresi budaya, sastra daerah mempunyai penghargaan sebagai nilai moral dalam cerita fungsi untuk (1) merekam kebudayaan daerah rakyat Bugis? Adapun tujuan penulisan ini adalah dan (2) menumbuhkan solidaritas memanusiaan. mendeskripsikan bentuk-bentuk penghargaani (Alwi, 2011:222). Manfaat sastra daerah bagi yang terdapat dalam cerita rakyat Bugis. masyrakat tentu saja amat besar. Berbagai ajaran moral dapat disampaikan melalui sastra. Dalam KERANGKA TEORI berbagai upacara, sastra dimanfaatkan sebagai Sastra diciptakan oleh sastrawan untuk hiburan. Di lain pihak, apa yang disajikan oleh dinikmati, dihayati, dipahami, dan dimanfaatkan sastra itu sangat bermanfaat bagi kehidupan oleh masyarakat. Sastrawan itu sendiri adalah manusia karena sastra itu sendiri mengandung anggota masyrakat; ia terikat oleh status sosial nilai budaya yang berupa kehidupan, nilai moral, tertentu. Sastra adalah lembaga ssosial yang nilai hukum, dan sebagainya. Kekayaan nasional menggunakan bahasa sebagai medium; bahasa yang berupa sastra Indonesia dan sastra daerah itu sendiri merupakan ciptaan sosial. Sastra itu sangat bermacam-macam. Kemacamragaman menampilkan gambaran kehidupan; dan kehidupan yang segerah tampak ialah dalam hal bahasa 128 129 Jemmain: Aktualisasi Penghargaan dalam...

itu sendiri adalah suatu kenyataan sosial. Dalam berbuat demikian. Selain itu, sastra harus bisa pengertian ini, kehidupan mencakup hubungan memberi nikmat melalui keindahan isi dan gaya antar masyarakat, antar masyarakat dengan orang- bahasanya. (Pradotokusumo,2005:5-6). seorang, antar manusia, dan antar peristiwa yang Sastra harus memberi manfaat atau terjadi dalam batin seseorang. Bagaimanapun kegunaan, yaitu kekayaan batin, wawasan juga, peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam batin kehidupan (isnight into), dan moral (Darma, seseorang, yang sering menjadi bahan sastra, 2004:9). Karya sastra yang menyenangkan adalah pantulan hubungan seseorang dengan orang tentu saja bukan pengalaman biasa, melainkan lain atau dengan masyarakat. (Damono, 2002:1). pengalaman yang sudah bersifat seni dan berupa Karya sastra hendaknya membuat pembaca pengalaman yang besar, pandangan hidup yang merasa nikmat dan sekaligus ada sesuatu yang tinggi, renungan tentang baik buruk, moral yang bisa dipetik. Hal ini seperti dinyatakan, bahwa tinggi, dan sebagainya. Maka pengalaman jiwa karya sastra hendaknya memiliki fungsi use yang tinggi itu dapat mengayakan jiwa dan batin and gratification (berguna dan memuaskan) pembaca sehingga berguna bagi kehidupannya. pembaca. Pendapat-pendapat ini memberikan Itulah guna dan fungsi hakikat karya sastra pada gambaran bahwa pembaca harus mendapat khususnya, karya seni pada umumnya (Pradopo, manfaat yang mampu mengubah dirinya. 2003:4). (Endraswara, 2011:116--117). Sastra adalah Teeuw (dalam Pradotokusumo, 2005:63) ekspresi kehidupan manusia yang tak lepas dari mengatakan bahwa pada prinsipnya ada empat akar masyarakatnya. Sastra juga dibentuk oleh pendekatan (teori) yang dapat digunakan dalam masyarakatnya, sastra berada jaringan sistem meneliti karya sastra. Pertama, pendekatan dan nilai dalam masyarakatnya. Dari kesadaran ekspresif, yang menitikberatkan kepada pencipta ini muncul pemahaman bahwa sastra memiliki atau pengarang. Kedua, pendekatan pragmatik keterkaitan timbal balik dalam derajat tertentu yang menitikberatkan perhatiannya kepada dengan masyarakatnya. Dalam kaitan ini, sastra pembaca sebagai penyambut dan penghayat. dianggap sebagai mimesis (tiruan) masyarakat. Ketiga, pendekatan mimetik kaitannya dengan Kendati demikian, sastra tetap diakui sebagai dunia nyata atau semesta alam. Pendekatan ini sebuah ilusi atau khayalan dari kenyataan. beranggapan bahwa karya sastra merupakan Dari sini, tentu sastra tidak akan semata-mata tiruan alam. Keempat, pendekatan obyektif, menyodorkan fakta secara mentah. Sastra bukan pendekatan ini menganggap bahwa karya sastra sekadar copy kenyataan, melainkan kenyataan itu otonom, mandiri, dan lepas dari lingkungan, yang telah ditafsirkan. Kenyataan tersebut bukan latar belakang pengarang atau hubungannya jiplakan yang kasar, melainkan sebuah refleksi dengan karya sastra yang lain. halus dan estetis. (Endraswara, 2011:78). Pragmatik sastra adalah cabang penelitian Horatius, penyair besar Romawi (65- -8 yang ke arah aspek kegunaan sastra. Penelitian SM), berpendapat bahwa karya sastra harus ini muncul, atas dasar ketidakpuasan terhadap bertujuan dan berfungsi utile’bermanfaat’ dan penelitian struktural murni yang memandang dulce’nikmat’. Bermanfaat karena pembaca dapat karya sastra sebagai teks itu saja. Kajian menarik pelajaran yang berharga dalam membaca struktural dianggap hanya mampu menjelaskan karya sastra, yang mungkin bisa menjadi pegangan makna karya sastra dari aspek permukaan saja. hidupnya karena mengungkapkan nilai-nilai Maksudnya, kajian struktural sering melupakan luhur. Mungkin juga karya sastra itu mengisahkan aspek pembaca sebagai penerima makna atau hal-hal yang tidak terpuji, tetapi bagaimanapun pemberi makna. Karena itu, muncul penelitian pembaca masih bisa menarik pelajaran darinya pragmatik, yakni kajian sastra yang berorientasi sebab dalam membaca dan menyimak karya pada kegunaan karya sastra bagi pembaca sastra pembaca dapat ingat dan sadar untuk tidak terhadap cipta sastra. 128 129 Sawerigading, Vol. 20, 1 April 2014: 127—138

Penelitian resepsi sebenarnya wilayah penghayatan terhadap interaksi antar konsep yang telaah pragmatik sastra. Termasuk di dalamnya sedang dikaji secara empiris adalah bagaimana aktivitas pembaca sebagai Ciri penting dari penelitian kualitatif penikmat dan penyelamat karya sastra lama. dalam kajian sastra, antara lain: (1) peneliti Sebagai penikmat, pembaca akan meresepsi dan merupakan instrumen kunci yang akan membaca sekaligus memberi tanggapan tertentu terhadap secara cermat sebuah karya sastra, (2) penelitian karya sastra. Sebagai penyelamat, pembaca dilakukan secara deskriptif, artinya terurai dalam yang mau menerima kehadiran sastra, juga akan bentuk kata-kata atau gambar jika diperlukan, meresepsi dan selanjutnya melestarikan dengan bukan bentuk angka, (3) lebih mengutamakan cara mentranspormasikan. proses dibandingkan hasil, karena karya sastra Dari aspek pragmatik, teks sastra dikatakan merupakan fenomena yang banyak mengundang berkualitas apabila memenuhi keinginan penafsiran, (4) analisis secara induktif, dan (5) pembaca. Betapa pun hebat sebuah karya sastra, makna merupakan andalan utama (Endraswara, jika tidak dapat dipahami oleh pembaca boleh 2011:4- -5). dikatakan teks tersebut gagal. Teks sastra tersebut hanya tergolong black literature (sastra hitam) PEMBAHASAN yang hanya bisa dibaca oleh pengarangnya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Karya semacam ini hanya ”menara gading” yang dikatakan bahwa, penghargaan adalah suatu tidak pernah akrab dengan pembaca. Karena perbuatan (hal dsb); penghormatan. Dalam cerita itu, aspek pragmatik terpenting manakala teks rakyat berikut akan diungkapkan bagaimana sastra itu mampu menumbuhkan kesenangan konsep penghargaan yang digambarkan bagi pembaca. Pembaca sangat dominan dalam masyarakat Bugis pada masa lalu. pemaknaan karya sastra (Endraswara, 2011:115). Istilah tema menurut Scharbach Cerita Asal Mula Nama Masewali dan Malaka berasal dari bahasa Latin yang berarti tempat ’meletakkan suatu perangkat’. Disebut demikian Ringkasan cerita karena tema adalah ide yang mendasari suatu Pada suatu waktu Datu Soppeng cerita sehingga berperan juga sebagai pangkal menyelenggarakan pesta sabung ayam. tolak pengaqrang dalam memaparkan karya Berdatanganlah rakyat dari segala penjuru, fiksi yang diciptakannya (Aminuddin, 2010:91). termasuk Raja Malaka datang dari Jawa bersama Tema adalah gagasan, ide atau pikiran utama dengan ayam sabungannya. Ia mengambil tempat yang mendasari suatu karya sastra. Adanya tema di sebelah utara Soppeng. Sampai sekarang membuat karya lebih penting dari pada sekadar tempat itu bernama Malaka. Ketika giliran ayam bacaan hiburan (Sudjiman, 1992:52). Sedangkan Datu Soppeng ditantang oleh ayam Raja Malaka, amanat adalah pemecahan tema, pesan yang penyabungan pun semakin seru. Ayam jago ingin disampaikan pengarang kepada pembaca Datu Soppeng terkalahkan oleh ayam jago Raja (Gaffar, 1990:50). Malaka. Sebagai taruhannya, negeri Soppeng pun jatuh ke tangan Raja Malaka. Berhimpunlah METODE rakyat dari segenap penjuru Soppeng untuk Metode yang digunakan dalam penelitian mencarikan lawan ayam Raja Malaka, tetapi ini adalah metode deskriptif kualitatif, yaitu pada akhirnya tak ada satu pun yang dapat suatu penelitian yang menggambarkan obyek mengalahkannya. Datu Soppeng bersama dengan apa adanya. Menurut Semi (1993:23), penelitan rakyatnya amatlah sedih. kualitatif dilakukan dengan tidak mengutamakan Pada suatu malam, Latok Caccalepang angka-angka, tetapi mengutamakan kedalaman bermimpi bertemu dengan Petta Sibulu e. Ia diberi tahu bahwa hanya dialah yang dapat 130 131 Jemmain: Aktualisasi Penghargaan dalam...

mengembalikan kehormatan negeri Soppeng, yang sudah pernah jatuh ke tangan Raja Malaka. tetapi akan kehilangan anak dan nyawanya. Oleh karena itu, dapat dirumuskan bahwa amanat Mimpi itu disampaikan Latok Caccaleppang yang terkandung dalam cerita ini adalah Tidak kepada Datu Soppeng dan mendesak datu untuk ada pengorbanan yang sia-sia. Kutipan cerita menantang jago Raja Malaka dengan ayamnya, dapat dilihat seperti berikut. Bakka Siwali. Gelanggang pertarungan antara jago Raja Naé engkana séua wenni naita i tinro Malaka dan Bakka Siwali dilepas sendiri oleh Petta Bulué. Makkeda i Petta Bulué ri laleng Latok Caccaleppang dan langsung menyerbu jago tinrona. ”Ikomi Latok Caccaléppang maka Raja Malaka. Dua kali saja saling menyerang, matuoi Tana é ri Soppéng! Naé musajuri pi anakmu enrenngé sungekmu.” mengucurlah darah dari perut kedua jago Pappai baja é nabulanni Bakka itu. Belum lagi kedua jago itu rebah, pelepas Siwalié, nattou-tou ménrék ri salassa Datu é ri ayam Raja Malaka maju hendak mengambil Soppeng. Lettuknana ri olona Datu é nasessuk jagonya. Melihat hal itu, Latok Caccaleppang sompa makkeda,” Napaturungiak Puang menghalanginya dan terjadilah tikam-menikam Déwata é sita ri laleng tinro Petta Bulué. di antara keduanya dalam gelanggang. Jago-jago Napoadangak, ikomi Latok Caccaléppang berduel dan kedua pelepasnya juga bertarung maka paréwek i sungekna Tana é ri Soppéng. ingin menegakkan kehormatannya masing- Naé musujuri wi anakmu silaong sungekmu. Na iana Puang Bakka Siwaliéwé anakku, apak masing. Akhirnya, jago Raja Malaka lebih dahulu upappada sia anak ri jajiakku. Madécéng i tewas daripada Bakka Siwali, yang berarti bahwa mappanguju Datu éno ri wala-wala é, nassuro Bakka Siwali keluar sebagai pemenang. Pada saat duppaitoi Raja Malaka lollong manuk kedua jago itu tewas, pelepas ayam Raja Malaka sawunna!’’ (Fachruddin,1981:35). dan Latok Caccaleppang pun rebah ke tanah Terjemahan tak bernyawa lagi. Dengan kemenangan Bakka Siwali berarti negeri Soppeng diperoleh kembali Pada suatu malam Latok Caccaleppang dan Datu Soppeng bersama seluruh rakyatnya bermimpi berjumpa dengan Petta Bulu e. Di dalam mimpinya itu Petta Bulu e berkata, menumpahkan luapan kegembiraannya. ”Hanya engkaulah Latok Caccaleppang yang Tema dan amanat dapat menyelamatkan negeri Soppeng. Tetapi engkau akan kehilangan anak dan nyawamu.” Dari analisis tokoh dan penokohan terbukti Keesokan harinya Latok Caccaleppang bahwa pengarang menokohkan seorang tua membawa ayamnya pergi ke istana Datu yang mempunyai ayam jago kesayangan. Orang Soppeng. Ketika sampai sujudlah ia me- tua itu, Latok Caccaleppang, memiliki rasa nyembah, katanya, ”Hamba ditunjuk Dewata kebangsaan yang tinggi serta kesetiaan terhadap bertemu denga Petta Bulu e di dalam mimpi, raja. Hal itulah yang mendasari sehingga ia dapat yang berkata bahwa hanya hambalah yang mengembalikan kehormatan negeri, raja dan dapat menghidupkan kembali semangat rakyatnya. Jadi, disimpulkan bahwa tema cerita Negeri Soppeng. Tetapi hamba akan kehilangan anak dan nyawa hamba. Hanya ini adalah kesetiaan. ayam inilah yang menjadi anak hamba karena Amanat cerita ini dapat dilihat dari cara hamba menganggapnya sebagai anak hamba pemecahan masalah. Setelah Latok Caccaleppang sendiri. Alangka baiknya bila Tuanku turun ke mendapat isyarat melalui mimpi, ia bertekad gelanggang, serta menyuruh menjemput Raja mempertaruhkan segalanya demi kepentingan Malaka bersama ayamnya.” negerinya, sekalipun ia harus korban bersama Kutipan di atas memperlihatkan Latok dengan jago kesayangannya. Tekadnya itu Caccaleppang adalah seorang laki-laki yang dibuktikannya dan ia berhasil menegakkan sederhana dan santun, tetapi pemberani. Ia relah kehormatan negerinya mengembalikan soppeng

130 131 Sawerigading, Vol. 20, 1 April 2014: 127—138 berkorban demi mempertahankan kehormatan Malaka mengembalikan negeri Soppeng. negerinya. Berkatalah Datu Soppeng, ”Hai, rakyat sekalian, akan kuberi nama tempat Latok Konsep penghargaan dalam cerita Caccaleppang itu dengan nama Masewali, Latok Caccaleppang berhasil mengembali- supaya jangan ada yang melupakan jasa kan harga diri Datu Soppeng bersama dengan Bakka Siwali bersama dengan Latok masyarakatnya dengan mengalahkan ayam Caccaleppang.” jago Raja Malaka. Tetapi kemenangan itu Pengorbanan yang telah dipersembahkan dibayar mahal oleh Latok Caccaleppang dengan Latok Caccaleppang telah mengabadikan nama- mengorbankan diri beserta ayam kesayangannya nya yang harum dengan penamaan kampung yang sudah dianggap sebagai anaknya sendiri. Masewali dan Malaka sampai saat ini. Untuk mengenang jasa-jasa Latok Caccaleppang, Datu Soppeng bersama masyarakatnya memberi Sebab Musabab Banyak Orang yang Pantang penghargaan dengan menamakan kampung Makan Ikan Moa yang pernah ditempati Raja Malaka beserta Ringkasan cerita rombongannya dengan nama Malaka dan nama Kampung Masewali, yang sesuai dengan nama Cerita ini diawali dengan kisah seorang ayam Latok Caccaleppang yaitu bakka siwali. raja yang berpenyakit kulit. Suatu ketika ia mandi Kutipan cerita dapat dilihat seperti berikut. di sungai, tiba-tiba muncul banyak ikan moa mengerumuninya dan menjilat-jilat lukanya. Ri laleng makkuanna ritu rebba toni Akhirnya, raja itu sembuh seperti sediakala. Latok Caccaléppang sibawa palleppekna Cerita berikutnya mengisahkan seorang yang Raja Malaka ri tana é pada sipulireng. Maddupani tinrona Latok Caccalép- berbuat kesalahan, lalu dijatuhi hukuman mati. pang Bakka Siwali paréwek i sungekna Orang itu dapat bebas asal dapat melaksanakan Tana é ri Soppéng, naé nasajuri wi Latok dengan baik tiugas yang diberikan oleh raja. Caccaléppang manuk ripojinna kuaé anak Pada suatu ketika orang itu disuruh rijajianna, kuaé topa nasajuritoi sungekna. mengambil air untuk raja dengan menggunakan Natemmaka-makana rennunna Datu é keranjang yang berlubang-lubang seperti ri Soppéng silaong tau tebbek é séddi Soppéng sangkar ayam. Perintah itu dilaksanakan naparéweknana Raja Malaka Tana é ri oleh orang hukuman itu, tetapi sia-sia saja. Soppéng ri laleng limanna Datu é ri Soppéng sibawa to Soppéng é. Makkedani datu é ri Orang hukuman itu menangislah di tepi sungai Soppéng, ”Aseng i kalaki, onronna Latok mengenang nasibnya yang akan dihukum mati. Caccaléppang Maséwali kuammeng i ajak Tiba-tiba muncul ikan moa bersama dengan na engka mallupai wi pappédécénna Bakka teman-temannya menggosokkan badannya pada Siwalié kuwaétopa Latok Caccaléppang keranjang yang akan digunakan oleh orang (Fachruddin, 1981:36). hukuman itu mengambil air. Lendirnya melekat Terjemahan dan menutupi lubang keranjang itu sehingga tidak bocor. Dengan demikian, orang itu dapat Dalam pada itu Latok Caccaleppang pun bersama pelepas ayam Raja Malaka melaksanakan perintah raja dengan baik. rebah ke tanah tidak bernyawa lagi. Raja kagum melihat kehebatan orang Terbuktilah mimpi Latok Caccaleppang itu. Ia dibebaskan dari hukuman, bahkan raja bahwa Bakka Siwali akan mengembalikan mengangkatnya menjadi anak karena kebetulan semangat negeri Soppeng tetapi ia akan raja tidak mempunyai anak. Pada waktu raja wafat, kehilangan ayam kesayangan dan nyawanya dialah yang menggantikan raja memerintah. sendiri. Tidak terkira kegembiraan Datu Dipesankannya kepada semua anak cucunya dan Soppeng bersama rakyatnya ketika Raja rakyatnya agar tidak memakaqn ikan moa sebab

132 133 Jemmain: Aktualisasi Penghargaan dalam...

ikan itu besar jasanya kepada manusia. Bagian pappaja i. Na iakia sabak élo ulléna Puang ini merupakan klimaks cerita, sekaligus sebagai Allataala, engka naengka nanok cemmé selesaian cerita. ri salok é, namagi wettunna cemmé takko maéga masapi katulung i, lépek maneng i ro b. Tema dan Amanat lokna, boro-borona alé-aléna. Purai cemmé Dengan memperhatikan tindak tanduk ménré i,makessini ulikna. Luruni makessing ulikna, ianaro passabareng napaseng i tokoh cerita serta rangkaian peristiwa yang wija-wijanna makkeda é,”Iko sininna wija- terjadi, tema dan amanat cerita “Sebab Musabab wijakku, ajak lalo naengka manré masapi,” Banyak Orang yang Pantang Makan Ikan Moa” (Fachruddin,1981:88) dapat diungkapkan seperti berikut ini. Terjemahan Seorang raja yang menderita penyakit kulit yang sangat parah pergi mandi di sungai. Pada Dahulu kala ada seorang raja yang saat itu ikan moa datang menjilati luka-luka berpenyakit kulit. Sudah banyak dukun yang dan bengkak yang ada di sekujur tubuh raja itu. mengobatinya, banyak tabib yang sudah menjampinya, tetapi tidak ada yang mujarab, Dengan kekuasaan Tuhan, tiba-tiba raja sembuh tidak ada yang dapat menyembuhkannya. dari penyakitnya. Sejak itulah ia berpesan kepada Karena kebesaran Allah Subhanawataala, anak cucunya agar tidak ada yang memakan ikan suatu ketika ia manadi di sungai, tiba-tiba moa. muncul banyak ikan moa mengerumuninya, Pada peristiwa yang lain, seorang nara menjilati luka-lukan, dan bengkak yang pidana diperintahkan mengambil air untuk raja ada pada sekujur tubuhnya. Selesai mandi, dengan menggunakan keranjang yang berlubang- naiklah ia ke darat. Dilhatnya telah sembuh lubang. Ketika orang hukuman itu sudah luka-lukanya, putih kembali kulitnya seperti putus asa, ikan moa dating bersama kawannya sedia kala. Sejak itulah ia berpesan kepada anak cucunya untuk tidak ada yang memakan menutup lubang keranjang itu dengan lendirnya. ikan moa. Dengan demikian, orang hukuman itu dapat Jaji iaronnang lapong tau kasik menunaikan tugasnya dan bebas dari hukuman rihukkung é nalani baka é nalémpak i nok mati, kemudiaqn ia diangkat oleh raja menjadi ri wiring salok é. Iakia turuk pakkita biasa, anaknya. Pada waktu raja wafat, dialah yang pekkugi wedding ialémpari uwaé iaro baka menggantikan raja memerintah. Dipesankannya é, namaloang sebbokna. Nakko natelleng kepada semua anak cucunya dan rakyatnya untuk i dékpa nakkai ménrék, cappuksi uwaéna. tidak memekan ikan moa sebab ikan itu besar Gangkanna monroni terri ri wirinna salok é masara pikkiri wi totokna, makkeda é dék jasanya terhadap manusia. temmatéku iaé. Pékkua weddikkak mallémpa Dari uraian dua peristiwa itu dapat uwaé sibawa ia baka é. disimpulkan bahwa tema cerita ini adalah Budi Siko moro terrinna-terinna takkok polé baik akan menjadi kenangan abadi. Dalam sikaju masapi naritanai makkeda é, “Magi tu cerita ini ditunjukkan bagaimana seharusnya muterri?” Makkedai, “Pékkuganak tetteri, sikap dan perilaku manusia sebagai makhluk iyami naweddikka leppek na rékko utiwireng yang berbudaya. Sikap tolong menolong perlu i arékga ulémpareng i uwaé datu é sibawa ia ditanamkan dalam hati masing-masing, dan setiap baka é. Pekkui élokkak lémpak uwaé sibawa pertolongan yang kita terima perlu diingat dan baka é yakképpa nappa i patelleng dékpa niakka polé okko salok é, cappuk manessi dihargai. Jadi, amanat cerita ini ialah Balaslah uwaéna.” kebaikan orang yang pernah menolong kita. Jaji makkedani masapi é,”Ajakna Cuplikan cerita dapat dilihat seperti berikut. muterri! Iakpa tulukko.”Naollik manenni “Engka garék ri olo arung masala olik. sininna sibawanna ia ro masapi é, polé Maégana sanro murai wi, maéga tabbik jappi maggésokeng i aléna koro baka é gangkanna wi nadék gaga nasabatéang, dé gaga pasau i, iaro sininna lengokna iyarégga tumakkeda

132 133 Sawerigading, Vol. 20, 1 April 2014: 127—138

langérékna ulikna maddekkék manenni okko Engka garék ri olo arung masala baka é. Liwuni iaro sebbokna, naweddingna olik. Maégana sanro murai wi, maéga riattaroi uwaé nadék namilék. Purai ro tabbik jappi wi nadék gaga nasabatéang, makkeda i,”Lokano mulémpak i uwaému dé gaga pasau i, pappaja i. Na iakia sabak iaréga mulémpak i bakamu lisu, pennon élo ulléna Puang Allataala, engka naengka tu uwaé.” Makkuniro carana mallao lisu mallémpak uwaé, gangkanna buké maneng nanok cemmé ri salok é, namagi wettunna attarong uwaéna datu é (Fachruddin, cemmé takko maéga masapi katulung i, lépek 1981:88). maneng i ro lokna, boro-borona alé-aléna. Purai cemmé ménré i,makessini ulikna. Terjemahan Luruni makessing ulikna, ianaro passabareng Orang hukuman tadi mengambil napaseng i wija-wijanna makkeda é,”Iko keranjang itu dan dibawanya ke tepi sungai. sininna wija-wijakku, ajak lalo naengka Menurut penglihatan biasa, tidak mungkin manré masapi,” (Fachruddin,1981:88). keranjang itu dapat dipakai untuk mengambil Terjemahan air karena lubangnya banyak dan besar. Bila direndam, belum lagi sampai ke tepi telah Dahulu kala ada seorang raja yang habis pula airnya. Akhirnya menangislah berpenyakit kulit. Sudah banyak dukun yang orang hukuman itu di tepi sungai mengenang mengobatinya, banyak tabib yang sudah nasibnya yang tidak lama lagi akan mati. menjampinya, tetapi tidak ada yang mujarab, Bagaimana mungkin ia dapat mengambil air tidak ada yang dapat menyembuhkannya. dengan keranjang itu. Karena kebesaran Allah Subhanawataala, Tengah ia menangis itu, tiba-tiba suatu ketika ia manadi di sungai, tiba-tiba muncul seekor moa. Ikan itu bertanya, muncul banyak ikan moa mengerumuninya, katanya, “Mengapa engkau menagis seperti menjilati luka-lukan, dan bengkak yang itu? Dijawabnya,”Betapa saya tidak akan ada pada sekujur tubuhnya. Selesai mandi, menangis sebab saya dihukum dan hanya akan naiklah ia ke darat. Dilhatnya telah sembuh dibebaskan, jika saya dapat mengambil air luka-lukanya, putih kembali kulitnya untuk raja dengan keranjang ini. Sedangkan seperti sedia kala. Sejak itulah ia berpesan baru saja direndam belum lagi saampai di kepada anak cucunya untuk tidak ada yang tepi sudah habis pula airnya.” memakan ikan moa. Berkata ikan itu,”Janganlah menangis! Saya akan menolongmu.” Dipanggil semua Begitu juga dengan kasus orang yang teman ikan itu dan disuruhnya menggosokkan dijatuhi hukuman mati oleh raja jika tidak badannya pada keranjang itu. Lendirnya bisa mengambilkan air untuk raja dengan menutupi lubang keranjang itu sehingga menggunakan keranjang yang biasa dipakai dapat dipakai mengambil air. Setelah itu sebagai sangkar ayam. Pada saat orang terhukum berkata ikan itu lagi,” Pergilah membawa itu menangis di pinggir sungai, datang ikan moa keranjangmu! Sudah tidak bocor lagi.” menggesekkan badannya pada keranjang itu Konsep penghargaan dalam cerita sehingga lobang-lobangnya tertutup dan bisa dipakai mengangkat air. Dengan pertolongan ikan Dengan pertolongan Allah Subhanahuwa- moa itu, orang terhukum tadi bisa melaksanakan taala, ikan moa berhasil menyembuhkan penyakit tugasnya dengan baik sekaligus terbebas dari kulit dan luka-luka yang diderita oleh raja hukuman mati. Bahkan diangkat menjadi anak dengan cara menjilati seluruh tubuhnya. Dengan karena raja tidak memiliki anak. Pada saat ia kesembuhannya itu, raja menghargai jasa-jasa dilantik menjadi raja menggantikan bapaknya, ia ikan moa dengan menghimbau seluruh anak menghimbau seluruh anak cucunya untuk tidak cucunya agar tidak ada yang memekan ikan moa. memakan ikan moa sebagai penghargaan atas Kutipan cerita dapat dilihat seperti berikut. jasa-jasa ikan moa yang pernah membantunya

134 135 Jemmain: Aktualisasi Penghargaan dalam...

sehingga terbebas dari hukuman mati. Kutipan itu. Lendirnya menutupi lubang keranjang cerita dapat dilihat seperti berikut. itu sehingga dapat dipakai mengambil air. Setelah itu berkata ikan itu lagi,” Pergilah Siko moro terrinna-terinna takkok membawa keranjangmu! Sudah tidak bocor polé sikaju masapi naritanai makkeda lagi. Demikian ia berulang kali membawa air é, “Magi tu muterri?” Makkedai, sehingga penuh semua tempat air raja. “Pékkuganak tetteri, iyami naweddikka Oleh karena telah menunaikan perintah leppek na rékko utiwireng i arékga itu, maka ia pun dibebaskan. Heranlah ulémpareng i uwaé datu é sibawa ia baka raja bersama orang banyak dan berkata é. Pekkui élokkak lémpak uwaé sibawa baka dalam hati bahwa orang itu bukan orang é yakképpa nappa i patelleng dékpa niakka biasa. Diangkatnyalah menjadi anaknya polé okko salok é, cappuk manessi uwaéna.” karena kebetulan raja pun tidak mempunyai Jaji makkedani masapi é,”Ajakna anak. Pada waktu raja wafat, dialah yang muterri! Iakpa tulukko.”Naollik manenni menggantikannya. Dipesankannya kepada sininna sibawanna ia ro masapi é, polé semua anak cucunya dan rakyatnya untuk maggésokeng i aléna koro baka é gangkanna tidak memakan ikan moa sebab besar jasa iaro sininna lengokna iyarégga tumakkeda ikan itu terhadap manusia. langérékna ulikna maddekkék manenni okko baka é. Liwuni iaro sebbokna, naweddingna La Tobajak di Soppeng riattaroi uwaé nadék namilék. Purai ro Ringkasan cerita makkeda i,”Lokano mulémpak i uwaému iaréga mulémpak i bakamu lisu, pennon Cerita ini diawali dengan memperkenalkan tu uwaé.” Makkuniro carana mallao lisu Toabajak. Ketika masih kecil, ia sangat penidur mallémpak uwaé, gangkanna buké maneng lalu diberi nama La Toabajak, artinya ‘yang attarong uwaéna datu é. terlambat bangun’. Lama-kelamaan nama itu Nasabak napajajianna iaro passuroang menjadi La Tobajang dan akhirnya La Tobajang. é, aga na ripabébasakna. Benngakni arung é Pada waktu La Tobajang dewasa, ia terkenal kua topa tomaéga é, pada makkeda i laleng pandai dan fasih berbicara. Karena kepandaiannya atinna innang tennia tau bawang iaé. Na rialana anak ri arung é, nasabak nasitujuang itu, ia diangkat oleh Datu Soppeng menjadi Kepala toi tekkéanak i. Wettu maténana arung é Protokol dan mengepalai pesuruh dua belas. aléna sélléi. Napaseng maneng ni sininna Berkat keunggulan La Tobajang berdiplomasi, wija-wijanna nenniaya tau riparéntana, Baringeng, Goa-goa, dan Citta, ketiganya daerah kuammeng i ajak naengka manré masapi kekuasaan Bone, dan Mario Riawa daerah apak temmaka raja apatujungenna ri rupa kekuasaan Wajo, semuanya dimasukkan dalam tau é (Fachruddin, 1981:88-- 89). kekuasaan Datu Soppeng. Itulah sebabnya, La Terjemahan Tobajang sangat disukai oleh Datu Soppeng. Tengah ia menangis itu, tiba-tiba Suatu ketika La Tobajang datang muncul seekor moa. Ikan itu bertanya, menghadap Datu Soppeng. Ia menyampaikan katanya, “Mengapa engkau menangis seperti Permohonannya kepada Datu Soppeng. Katanya, itu? Dijawabnya,”Betapa saya tidak akan ”Inginlah hamba mendapatkan rahmatmu berupa menangis sebab saya dihukum dan hanya akan Cenranamu, Paomu, akan kuambil Ganra menjadi dibebaskan, jika saya dapat mengambil air sumber pencaharian.” untuk raja dengan keranjang ini. Sedangkan Permohonannya dikabulkan oleh Datu baru saja direndam belum lagi saampai di Soppeng. Kemudian pergilah La Tobajang tepi sudah habis pula airnya.” Berkata ikan itu,”Janganlah menangis! menyampaikan hal itu kepada Pabbicara Cenrana Saya akan menolongmu.” Dipanggil dan Sullewatang Ganra. Pabbicara Cenrana dan semua teman ikan itu dan disuruhnya Sullewatang Ganra tidak keberatan menyerahkan menggosokkan badannya pada keranjang daerah yang diinginkan oleh La Tobajang, tetapi 134 135 Sawerigading, Vol. 20, 1 April 2014: 127—138 mereka ingin mendapatkan konfirmasi dari Datu pangisengenna, pédék macca mappakkalu Soppeng. ada kuaéttopa pédék missing pangampé. Ketika mereka bertiga menghadap Datu Na dé anakkua ripujinna ri Datu é. Rialani Soppeng, Datu Soppeng mempertanyakan bahwa Anréguru pampowa épu. Iato paimeng risuro tinro i Suro Seppuloé Dua. Lélléangkuruni bukankah yang diminta oleh La Tobajang adalah amaccangenna mappasiduppa ada la ri kayu cendarana dan kayu pao untuk dijadikan laleng Soppéng ala ri baliwanuanna Soppéng ganra, perkakas pemintal benang. Dijawab oleh kuwa é ri tana Wajo, ri tana Boné, ri tana La Tobajang bahwa kalau hanya ganra, yang ingin Mangkasa é, Luwu é, ri lima Ajattappareng, dia buat tidak ada gunanya ia bermohon kepada ri Tanana Menrek é enrenngettopa ri Datu. Raja pun tersenyum lalu berkata bahwa Massénrémpulu. pertanyaan yang diajukannya itu semata-mata Iamua garék na uttamak Baringeng, untuk mempertegas tentang sahnya pemilikan La Goa-Goa, Citta silaong Mario Riawa ri Tobajang atas daerah Cenrana, pao, dan Ganra. Soppéng ri wettu mattellumponcona Boné, Wajo, Soppéng, La Tobajak poadang i Tema dan amanat tomagaonana Boné, Kajao Laikdong, sibawa tomaccana Wajo, La Padaka, makkeda é ia Berdasarkan analisis tokoh serta Soppéng anak macennanngi ri Gowa muokeii memperhatikan peristiwa yang terjadi, tema mattellumpocco, agana kua é mutampariangi dan amanat cerita “La Tobajang di Soppeng” ri muélorenna nawélai tomatoanna. Nakkeda diungkapkan seperti berikut. Cerita ini tomaccana Bone silaong tomaccana Wajo, mengisahkan keberhasilan La Tobajang “Aga kua é nacinnai Soppéng?” Nakkeda memasukkan beberapa daerah Bone dan Anréguru Surona Soppéng, La Tobajak,”Iko sebahagian daerah Wajo ke dalam wilayah Boné, tamparianngi anrimmu Soppéng, kekuasaan Soppeng. Selain itu, La Tobajang Baringeng, Goa-Goa silaong Citta, iko Wajo, pandai menyampaikan keinginannya sehingga tamparianngi anrimmu Mario Riawa.” Nappabali garék ri Boné Kajao ia memperoleh daerah Cenrana, Pao, dan Ganra Lalikdong garék silaong La Paduka ri sebagai hadiah dari Datu Soppeng. Sukses Wajo,”Rékkua naélorenngi Déwata Séua jaji tersebut dicapai oleh La Tobajang karena ia fasih nitu mattellumpocco Boné, Wajo, Soppéng, berbicara dan pandai berdiplomasi. Jadi, tema iana iamua tu nappénangkureng Soppéng.” cerita ini ialah orang yang bijak. Iana ro garék sabakna na dé anakkua Dalam cerita ini terungkap bahwa ketika ripujinna La Tobajak ri Datu é ri Soppéng La Tobajang mengabdi di istana Datu Soppeng, (Fachruddin, 1981:52—53). di samping kefasihannya berbicara tambah Terjemahan meningkat, pengetahuannya tentang adat istiadat Tatkala La tobajak itu sudah agak dan tata karma bertambah luas pula. Oleh karena besar, ia terkenal pandai dan fasih berbicara. itu, amanat cerita ini ialah Kefasihan berbicara Terdengar beritanya oleh Datu Soppeng, lalu hendaknya disertai dengan kemampuan dipanggil ke istana dan dijadikan pembawa memahami situasi yang berkembang supaya acara. Di istana itulah pengetahuannya kian berhasil menyelesaikan masalah yang dihadapi. bertambah, kian pandai menyusun kata-kata Kutipan cerita seperti berikut. dan mengetahui adat istiadat. Bertambah sayanglah raja kepadanya. Ia diangkat sebagai Ia ro La Tobajak maraja-rajanana Kepala Pembawa Acara. Ia juga mengepalai kalennakni macarakdék na mapanré na pesuruh dua belas. Termasyhur kepandaiannya ada. Riéngkalingani karébanna ri Datu é ri bersilat kata ke mana-mana, baik di Soppeng Soppeng, aga na riassuro malana ripaénrék maupun di negeri tetangganya, seperti Wajo, i ri salassa é, ripancaji pakkalawing épu. Bone, Makassar, Luwu, Lima Ajattapparang, Kuni ro ri salassa é, ripancaji pakkalawing Mandar, Massenempulu. épu. Kuni ro ri salassa é pédék atambang Masuknya Baringeng, Goa-goa dan

136 137 Jemmain: Aktualisasi Penghargaan dalam...

Mario Riawa menjadi wilayah Soppeng Nappabali garék ri Boné Kajao pada waktu perjanjian bertiga antara Bone, Lalikdong garék silaong La Paduka ri Wajo, Soppeng, karena La Tobajaklah yang Wajo,”Rékkua naélorenngi Déwata Séua jaji mengatakan pada orang pandai dari Bone nitu mattellumpocco Boné, Wajo, Soppéng, Kajao Lalikdong, serta orang pandai dari iana iamua tu nappénangkureng Soppéng.” Wajo, La Paduka bahwa Soppeng engkau Cabbéruni Datu é mengkalingai ajak bersatu, pada hal ia anak manisnya atajangenna Anréguru é La Tobajak makkeda, Gowa. Apa yang akan kau berikan untuk “Ianarodénré na engka pakkutanaku makkua, menyuruhnya meninggalkan orang tuanya. kuammenngi napahattoi Pakbicara Cénrana Kata orang pandai dari Bone dan Wajo, “Apa silaong Sulléwatang Ganra lao-laona na sajakah kehendak Soppeng? Menjawab guru upammaséiko tana é ri Cénrana, Paowé, dan pesuruh setia Soppeng, La Tobajak, “Kau silaong Ganra. Pura adakku sangadi wénni, Bone, berikan Beringeng, Goa-goa, dan Citta alani, Anréguru uwérékko muéllauwé! kepada adikmu Soppeng dank au Wajo, Tassisemmi arung mangkaué mappoada. berikan adikmu Mario Riawa.” Tempeddinngi makkeda wékka dua! Sibawa Menjawab Kajao Lalikdong dari Bone paimeng tekkuisseng bilanngi agana dan La Paduka dari Wajo, “Kalau dikehendaki kasuiammu riak silaong ri tana é ri Soppéng. oleh Dewata Yang Satu, maka jadilah bersatu Temmarolai ri Soppéng: Mario Riawa, Bone, Wajo, Soppeng, seandainya hanya itu Baringeng, Goa-goa, silaong Citta ménénngé alasan Soppeng.” Inilah sebabnya La Tobajak Tania iko, Tobajak, makkalutturanngi ri sangat disukai oleh Datu Soppeng. Towajo silaong ri Tobonéwé mallamumpatutta ri Timurung. Mpekkek tawatellunnai béla Konsep penghargaan dalam cerita tanata, na tessitettik dara Tosoppéng lao! La Tobajak mempunyai keistimewaan (Fachruddin, 1981:53—55). yaitu pintar berdiplomasi. Dengan kepintarannya Terjemahan itu, ia berhasil memasukkan sebahagian wilayah Masuknya Baringeng, Goa-goa dan Bone dan Wajo ke dalam wilayah Soppeng Mario Riawa menjadi wilayah Soppeng sehingga ia sangat disenangi oleh Datu Soppeng. pada waktu perjanjian bertiga antara Bone, Datu Soppeng menganggap La Tobajak Wajo, Soppeng, karena La Tobajaklah yang sangat berjasa terhadap diri dan pemerintahannya. mengatakan pada orang pandai dari Bone Dengan demikian Datu Soppeng memberikan Kajao Lalikdong, serta orang pandai dari Cenrana, Pao, dan Ganra untuk dijadikan sumber Wajo, La Paduka bahwa Soppeng engkau penghidupan sebagai bentuk penghargaan. ajak bersatu, pada hal ia anak manisnya Gowa. Apa yang akan kau berikan untuk Kutipan cerita dapat dilihat seperti berikut. menyuruhnya meninggalkan orang tuanya. Iamua garék na uttamak Baringeng, Kata orang pandai dari Bone dan Wajo, “Apa Goa-Goa, Citta silaong Mario Riawa ri sajakah kehendak Soppeng? Menjawab guru Soppéng ri wettu mattellumponcona Boné, dan pesuruh setia Soppeng, La Tobajak, “Kau Wajo, Soppéng, La Tobajak poadang i Bone, berikan Beringeng, Goa-goa, dan Citta tomagaonana Boné, Kajao Laikdong, sibawa kepada adikmu Soppeng dank au Wajo, tomaccana Wajo, La Padaka, makkeda é ia berikan adikmu Mario Riawa.” Soppéng anak macennanngi ri Gowa muokeii Menjawab Kajao Lalikdong dari Bone mattellumpocco, agana kua é mutampariangi dan La Paduka dari Wajo, “Kalau dikehendaki ri muélorenna nawélai tomatoanna. Nakkeda oleh Dewata Yang Satu, maka jadilah bersatu tomaccana Bone silaong tomaccana Wajo, Bone, Wajo, Soppeng, seandainya hanya itu “Aga kua é nacinnai Soppéng?” Nakkeda alasan Soppeng.” Inilah sebabnya La Tobajak Anréguru Surona Soppéng, La Tobajak,”Iko sangat disukai oleh Datu Soppeng. Boné, tamparianngi anrimmu Soppéng, Raja pun tersenyum mendengar Baringeng, Goa-Goa silaong Citta, iko Wajo, penjelasan Anreguru La Tobajak, lalu berkata, tamparianngi anrimmu Mario Riawa” “Adapun pertanyaan saya yang demikian itu

136 137 Sawerigading, Vol. 20, 1 April 2014: 127—138

tadi agar diketahui juga Pabbicara Cenrana DAFTAR PUSTAKA dan Sullewatang Ganra hal-ihwal saya memberikan kepadamu kampong Cenrana, Alwi, Hasan dan Dendy Sugono. 2011. Pao dan Ganra. Sudah kukatakan kemarin Polotik Bahasa: Badan Pengembangan dahulu bahwa ambil saja olehmu Anreguru dan Pembinaan Bahasa. Kementerian apa yang kau minta! Hanya sekali saja Pendidikan dan Kebudayaan. seorang raja yang memerintah mengeluarkan Aminuddin. 2010. Pengantar Apresiasi Karya perkataan. Tak patut ia berkata dua kali. Lagi Sastra. Bandung: Sinar Baru Algensindo. pula tak tahu aku menghitung jasamu padaku Damono, Sapardi Joko. 2003. Pedoman Penelitian dan pada negeri Soppeng. Tak akan masuk Sosiologi Sastra. Jakarta: Pusat Bahasa. wilayah Soppenglah desa Mario Riawa. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Baringeng, Goa-goa, dan citta, jika bukan engkau Tobajak yang mendesak orang Bone Darma, Budi. 2004. Pengantar Teori Sastra. dan Wajo pada waktu perjanjian Timurung. Jakarta: Pusat Bahasa, Departemen Bertambalah sepertiganya negeri kita ini, Pendidikan Nasiona. tanpa mengeluarkan setetes darah orang Fachruddin, et al. 1981. Sastra Lisan Soppeng. Bugis. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen PENUTUP Pendidikan dan kebudayaan. Sastra klasik Bugis adalah unsur Endraswara, Suwardi. 2011. Metodologi kebudayaan yang tumbuh di tengah-tengah Penelitian Sastra. Epistemologi, Model, masyarakat Bugis dan menjadi warisan turun – Teori, dan Aplikasi. Yogyakarta. Cops. temurun sebagai milik bersama. Sastra klasik Gaffar, Zainal, et al. 1990. Struktur Sastra Lisan Bugis, antara lain, berfungsi sebagai alat Musi. Jakarta: Departemen Pendidikan dan penghibur dan alat pendidikan. Kebudayaan. Dari sisi pendidikan, pencerita menampilkan Pradopo, Rachmat Djoko. 2003. Prinsip-Prinsip sikap raja yang patut dicontoh, yaitu sikap raja Kritik Sastra. Yogyakarta: Gajah Mada yang menghargai setiap rakyatnya yang dianggap University Press. pernah berjasa terhadap dirinya pribadi begitu Pradotokusumo, Pratini Sardjono. 2005. juga terhadap pemerintahannya atau negerinya. Pengkajian Sastra. Jakarta: Gramedia Bentuk penghargaan raja terhadap warganya Pustaka Utama. itu antara lain mengabadikan namanya pada Sudjiman, Panuti. 1992. Memahami Cerita tempat-tempat tertentu untuk mengenang jasa- Rekaan. Cetakan II. Jakarta: Pustaka jasanya, memberikan wilaya tertentu di dalam Sugono, Dendi. 2008. Kamus Besar Bahasa wilaya pemerintahannya untuk dijadikan sumber Indonesia. Jakarta Gramedia Pustaka penghidupan, dan melindungi binatang tertentu Utama karena dianggap pernah berjasa terhadap diri raja Wellek, Rene dan Austin Warren. 1993. Teori dan keluarganya. Kesusastraan. Diindonesiakan oleh Melani Budianta dari buku Teory of Leterature. Jakarta: Gramedia.

138 139 SAWERIGADING

Volume 20 No. 1, April 2014 Halaman 139—147

PERILAKU SOSIAL DALAM CERITA BUNGA ALLUQ DAN DOLITAU (Social Behavior in “Bunga Alluq dan Dolitau” Folklore)

Murmahyati Balai BahasaProvinsi Sulawesi Selatan dan Provinsi Sulawesi Barat Jalan Sultan Alauddin Km 7/ Tala Salapang Makassar Telepon (0411)882401, Faksimile (0411)882403 Pos-el [email protected] Diterima: 5 Januari 2014; Direvisi: 12 Februari 2014; Disetujui: 20 Maret 2014

Abstract The research is done to uncover social behavior of characters in Bunga Alluq and Dolitau folklore. Method used is descriptive by sociological approach. Result of analysis shows that social behavior of characters in the story is commonly found in society. The husband’s character of Bunga Alluq is describe as unresponsible husband. While, Bunga Alluq is described as loyal wife. The character owned by Bunga Alluq husband is not recommendable. The behavior described in the story is social critic of the author in order to be example which is not worth to follow in household life.

Keywords: Bunga Alluq, Dolitau, social behavior, folklore

Abstrak Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana gambaran perilaku sosial tokoh-tokoh dalam cerita Bunga Alluq dan Dolitau. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan sosiologis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perilaku sosial tokoh-tokoh yang ada dalam cerita merupakan permasalahan sosial yang sering terjadi di tengah masyarakat. Perilaku tokoh suami Bunga Alluq merupakan gambaran seorang suami yang tidak mempunyai rasa tanggung jawab terhadap istrinya. Sementara Bunga Alluq merupakan gambaran seorang istri yang setia. Perilaku yang dimiliki oleh tokoh suami Bunga Alluq merupakan gambaran perilaku seorang suami yang tidak terpuji. Perilaku seperti yang tergambar dalam cerita merupakan kritik sosial yang dilontarkan oleh pengarang dengan harapan dapat menjadi contoh yang tidak patut ditiru dalam kehidupan berumah tangga.

Kata kunci: Bunga Alluq, Dolitau, perilaku sosial, cerita rakyat

PENDAHULUAN bahwa karya sastra merupakan pengejawantahan Karya sastra sebagai hasil imajinasi kehidupan (Suharianto, 1982:19). Karya sastra pengarang yang tidak terlepas dari lingkungan merupakan manifestasi jiwa pengarang terhadap tempat tinggal pengarang, karena pengarang pengalaman atau peristiwa yang dialami atau dalam karyanya mengungkapkan kejadian ditemui dalam hidupnya. atau peristiwa yang dialami atau diamati Hal tersebut sejalan dengan pendapat di lingkungannya. Dengan demikian, dapat Tjahyono (1988:26) yang menyatakan bahwa dinyatakan bahwa karya sastra itu merupakan sesungguhnya keberadaan karya sastra tidak cerminan masyarakat. Dapat dikatakan juga dapat dipisahkan dari kebudayaan, karena karya

138 139 Sawerigading, Vol. 20, 1 April 2014: 139—147 sastra merupakan hasil dari kebudayaan itu Fungsi sosial sastra menurut Damono sendiri. Karya sastra tidak begitu saja timbul (1984:4), adalah (1) sastra pembaru perombak, dari ide pengarang, melainkan juga dapat timbul (2) sastra sebagai penghibur, dan (3) sastra dari pantauan terhadap masyarakat di sekitarnya. sebagai pelajaran dan penghibur. Cerita Bunga Sastra yang timbul dari penghayatan kehidupan Alluq dan Dolitau s ebagai hasil karya sastra, selain dapat menghibur juga memberikan manfaat. selain dikehendaki untuk menghibur, mendidik, Manfaat di sini dalam arti luas, berguna bagi juga diharapkan dapat menjadisarana untuk diri sendiri, keluarga, dan masyarakat. Dengan membentuk manusia Indonesia seutuhnya. kata lain karya sastra memuat wawasan atau Berdasarkan fakta-fakta yang telah pengetahuan yang berkaitan dengan hubungan diungkapkan pada bagian latar belakang, antar manusia dan mahluk Tuhan lainnya. Daiches permasalahan yang muncul dalam penelitian ini dalam Kusmaini (2006:57) mengemukakan adalah bagaimana perilaku sosial dalam cerita bahwa karya sastra yang dihasilkan hendaknya Bunga Alluq dan Dolitau? mengemukakan pertanyaan tentang soal religius, Tujuan penulisan ini adalah untuk nilai kehidupan, absurditas, persoalan kehidupan memberikan gambaran tentang perilaku sosial manusia, pengungkapan kegelisahan dan lain- dalam cerita Bunga Alluq dan Dolitau. lain. Kompleksitas kehidupan manusia yang diungkapkan dalam karya sastra diharapkan KERANGKA TEORI dapat memberikan manfaat bagi pembaca. Makalah ini mengangkat masalah perilaku Sehubungan dengan hal di atas, Hutagalung sosial dalam cerita Bunga Alluq dan Dolitau. dalam Murmahyati (2007:114) mengemukakan Dengan demikian, permasalahan yang akan bahwa sastra daerah telah menjadi gambaran dibicarakan seputar perilaku sosial. Sehubungan pemikiran masyarakat pemiliknya. Dengan dengan itu, perlu dikemukakan pengertian kata mengetahui gambaran tersebut, maka dapat “perilaku sosial”. Menurut KBBI (2003:840- menjadi alat untuk saling mengenal sehingga 855) perilaku adalah sikap atau gerak-gerik, dapat dipetik manfaatnya untuk menanamkan sedangkan sosial adalah sesuatu yang berkenaan saling pengertian antar suku yang berbeda, baik dengan masyarakat. Jadi perilaku sosial adalah kepercayaan maupun pandangan hidupnya. perbuatan atau sikap sosial/masyarakat. Sebagai karya yang manusiawi dapat mendorong Perilaku sosial adalah suasana saling dan memungkinkan kita memahami, mencintai, ketergantungan yang merupakan keharusan dan membina kehidupan yang lebih baik. Hasil untuk menjamin keberadaan manusia. Sebagai karya sastra tersebut dapat memupuk saling bukti bahwa manusia dalam memenuhi pengertian antar manusia. Pada gilirannya pula kebutuhan hidup sebagai diri pribadi tidak dapat dapat menciptakan masyarakat yang bersifat melakukannya sendiri melainkan memerlukan terbuka, kreatif, peka, dan kritis terhadap bantuan dari orang lain. Ada ikatan saling lingkungan. ketergantungan di antara satu dengan yang Cerita Bunga Alluq dan Dolitau merupakan lain. Artinya, kelangsungan hidup manusia salah satu jenis sastra daerah Toraja yang berlangsung dalam suasana saling mendukung berbentuk prosa. Cerita tersebuttermuat dalam dalam kebersamaan. Untuk itu manusia dituntut buku Struktur Sastra Lisan Toraja oleh Sikki mampu bekerja sama, saling menghormati, dkk. (1986:198). Cerita ini merupakan kekayaan tidak mengganggu hak orang lain, toleran budaya yang dapat membimbing masyarakat ke dalam hidup bermasyarakat (Ibrahim, 2001:12). arah aspirasi dan pemahaman gagasan. Selain Perilaku sosial tersebut akan dipantau melalui itu, sastra daerah pada umumnya dapat dijadikan cerita Bunga Alluq dan Dolitau. Dengan melihat dasar komunikasi antarpencipta di lingkungan perilaku sosial yang ada dalam cerita, dengan masyarakat. 140 141 Murmahyati: Perilaku Sosial dalam Cerita...

sendirinya akan tergambar situasi masyarakat yang dihadapinya itu. Karya sastra merupakan pada saat itu. hasil pengaruh timbal balik yang rumit dari Dalam pembahasan ini digunakan faktor-faktor sosiokultural. Oleh karena itu, pendekatan yang dikembangkan oleh Wellek dan karya sastra harus dipelajari dalam konteks Werren (1990:109). Karya sastra pada umumnya yang luas. Karya sastra tidak dapat dipahami merupakan salah satu “barometer sosiologis”yang secara utuh jika dipisahkan dari lingkungan yang efektif guna mengukur tanggapan manusia menghasilkannya. terhadap masalah-masalah sosial. Seorang Sejalan dengan hal di atas, Khuta Ratna pengarang dengan jeli dapat menuangkan misi (2013:11) mengatakan bahwa analisis sosiologis yang bernilai kemanusiaan dalam karyanya, tidak bermaksud mereduksikan hakikat rekaan sehingga tepatlah jika dikatakan bahwa karya ke dalam fakta, sebaliknya, sosiologi sastra juga sastra sarat dengan problema kehidupan bahkan tidak bermaksud untuk melegitimasikan hakikat gambaran kehidupan masyarakat dapat terlihat fakta ke dalam dunia imajinasi. Tujuan sosiologi liwat sebuah karya sastra. Kehidupan yang realis sastra adalah meningkatkan pemahaman tidak lepas dari pantauan pengarang. Sastra adalah terhadap sastra dalam kaitannya dengan situasi sosial yang memakai medium bahasa. masyarakat, menjelaskan bahwa rekaan tidak Teknik-teknik tradisional seperti simbolisme berlawanan dengan kenyataan. Karya sastra bersifat sosial kerena merupakan konvensi dan jelas direkonstruksikan secara imajinatif, tetapi norma masyarakat, lagi pula sastra menyajikan kerangka imajinatifnya tidak bisa dipahami di kehidupan dan kehidupan yangsebahagian besar luar kerangka empirisnya. Karya sastra bukan terdiri atas kenyataan sosial, walau karya sastra semata-mata gejala individual, tetapi juga gejala “meniru” alam dan dunia subjektif manusia. sosial. Ada dua pendekatan yang dikembangkan oleh Wellek dan Werren yaitu pendekatan METODE intrinsik dan ekstrinsik. Kedua pendekatan ini Metode yang digunakan dalam penelitian akan digunakan dalam analisis. Dalam upaya ini adalah metode deskriptif kualitatif. Metode menemukan gambaran perilaku sosial digunakan ini berusaha memahami dan menafsirkan makna pendekatan intrinsik dengan penekanan pada suatu peristiwa interaksi tingkah laku manusia unsur tokoh. Menurut Friedman dalam Trisman dalam situasi tertentu menurut perspektif peneliti (2006:3) ada beberapa elemen yang mutlak sendiri (Usman dan Akbar, 2000:4). Selanjutnya menjadi perhatian ketika membicarakan tokoh. diungkapkan bahwa ciri penelitian kualitatif Elemen-elemen itu adalah keadaan pikiran, sikap, adalah sumber data yang dikumpulkan secara pengetahuan, alasan-alasan, emosi, pandangan, langsung dari lingkungan nyata dalam situasi pembawaan, kepercayaan, kebiasaan, dan sebagaimana adanya yang dilakukan oleh subjek kelakuan para tokoh. dalam kegiatan sehari-hari. Dilanjutkan dengan menggunakan Teknik pengumpulan data digunakan studi pendekatan ekstrinsik dengan memanfaat pustaka yaitu menjaring data tertulis melalui teks pendekatan sosiologi sastra. Hal ini dilakukan cerita Bunga Alluq dan Dolitau serta buku-buku berdasarkan asumsi bahwa karya sastra merupakan yang relevan dengan objek penelitian. bentuk pengungkapan budaya yang diekspresikan pengarang melalui tulisan. Pengarang adalah PEMBAHASAN anggota dari kelompok masyarakat tertentu yang selalu berhadapan dengan berbagai kenyataan Ringkasan Cerita Bunga Alluq dan Dolitau sosial yang dialami oleh masyarakatnya.Melalui sebagai berikut. Bunga Alluq adalah seorang istri karyanya, pengarang menginterpretasi dan yang setia. Suaminya bernama Dolitau. Dolitau memberikan tanggapan terhadap kenyataan sosial adalah seorang suami yang suka berfoya-foya. 140 141 Sawerigading, Vol. 20, 1 April 2014: 139—147

Pada suatu hari terdengar di telinga Bunga Alluq sebagai seorang istri yang hanya tinggal menjaga bahwa suaminya akan menikahi seorang gadis rumah. Secara tersurat memiliki arti suatu yang bernama Katiliaq. Bunga Alluq kehilangan perbuatan berdiam diri di rumah , tidak ke mana- kesabaran. Ia lalu pergi mencari rumah Katiliaq mana. Senantiasa menjaga rumah agar tetap dengan niat ingin membunuhnya. Bunga Alluq rapih dan bersih. Secara tersirat dapat diartikan berhasil menemukan rumah Katiliaq dan berhasil bahwa perilaku tokoh Bunga Alluq adalah sikap membunuhnya. Dengan terbunuhnya Katiliaq, seorang istri yang sangat setia pada suaminya. Dolitau menyadari semua kesalahan terhadap Dia senantiasa memelihara kehormatan keluarga istrinya. atau kehormatan diri dan suaminya. Menghindari segala perbuatan yang tidak sesuai dengan norma- Perilaku Sosial Tokoh norma berkehidupan suami istri. Tokoh Bunga Cerita Bunga Alluq dan Dolitau Alluq menjaga diri dari pandangan-pandangan memperlihatkan interaksi sosial yang dilakukan dan penilaian-penilaian negatifdari lingkungan oleh tokoh cerita. Pola perilaku yang ditampilkan masyarakat sekitarnya. adalah hubungan antara manusia dengan benda. Sebagai seorang istri, ia selalu cermat Hal itu memberikan ciri perilaku sosial dari tokoh menjaga kerapian, kebersihan, dan keamanan dalam menjalankan peran sosialnya masing- rumah. Setiap saat memelihara dirinya dari masing. Gambaran itu dapat dilihat pada uraian perbuatan yang menyimpang dari norma yang berikut: berlaku. Konsisten dalam menghindari segala perbuatan yang dapat menimbulkan pandangan Tokoh Bunga Alluq dan penilaian negatif dari masyarakat sekitar. Seorang wanita setelah menikah akan Tokoh Bunga Alluq memperlihatkan pula berubah status dari gadis perawan menjadi seorang perilaku lain, yaitu pola perilaku antara manusia istri. Dalam berinteraksi dengan kelompok dengan benda. Hal itu terlihat ketika Bunga Alluq sosialnya, khususnya kelompok keluaraga akan sedang duduk memintal benang di dekat pintu. menampilkan perilaku-perilaku sosial. Misalnya Pada malam itu suara alat pemintalnya terdengar perilaku sosial istri terhadap suaminya. Perilaku lain dari malam-malam sebelumnya. sosial ibu terhadap anaknya bila sudah memiliki “Taqkala iatona masaimo mangngunung anak, begitu pula terhadap menantu dan mertua. masengomi tu unurang nakua: Tokoh Bunga Alluq dalam cerita ini adalah Bunga Alluq tang tiramban istri Dolitau. Selaku seorang istri, Bunga Alluq Tang soyangka sumangaqmu memperlihatkan perilaku sosial baik dalam Dolitau male kabaine hubungan internal maupun eksternal kelompok Rekke polloqna sesean keluarga. Bunga Alluq digambarkan sebagai Da polloq daa-daaSipoine Katiliaq” (Sikki, seorang istri yang hanya tinggal di rumah. Sikap 1986:100). seorang istri yang setia kepada suaminya. Hal ini dapat dilihat pada kutipan berikut. Terjemahan: “Iate Bunga Alluq torrobang maqkampa “Tatkala sudah lama memintal, alat banua” (Sikki, 1986:100). pemintalnya berkata: Bunga Alluq yang tiada merasa Terjemahan: Tiada kaget dan herankah jiwanya “Adapun Bunga Alluq hanya tinggal Dolitau telah pergi beristri menjaga rumah” Ke Utara seberang sana di sesean Di ujung utara yang jauh Gambaran yang dapat diperoleh dari Memperistri gadis bernama Katiliaq kutipan di atas, adalah lakuan tokoh Bunga Alluq

142 143 Murmahyati: Perilaku Sosial dalam Cerita...

Kutipan di atas memperlihatkan gubahan tiba-tiba terlihat sangat jelek. Kesemuanya itu syair yang didendangkan oleh alat pemintal merupakan reaksi batin akibat perasaan hati yang benang milik Bunga Alluq. Alat pemintal dialami seseorang. tersebut seolah-olah heran, mengapa Bunga Berdasarkan kutipan dan uraian-uraian di Alluq tidak ada firasat bahwa suaminya atas, dapat diperoleh gambaran bahwa akibat rasa akan menikah dengan seorang gadis yang cinta yang sangat dalam dari tokoh Bunga Alluq bernama Katiliaq. terhadap suaminya sehingga terjadi reaksi batin Dalam realita hidup, tidak ada benda mati ketika suaminya merencanakan akan menikah yang dapat berbicara seperti alat pemintal itu, dengan gadis lain. Reaksi batinnya itulah sehingga kecuali mengeluarkan bunyi akibat gesekan- Bunga Alluq merasa seolah-olah alat pemintalnya gesekan dari proses pergerakan bagian-bagian berbicara memberikan informasi dan teguran. dari benda itu. Bagaimanapun keteraturan suara Perilaku sosial lain yang dimiliki tokoh yang timbul, namun tidak dapat menyusun kata Bunga Alluq dapat disimak pada kelanjutan menjadi sebuah kalimat yang teratur serta dapat cerita. Bunga Alluq yang telah mengetahui dimengerti. adanya rencana sang suami untuk menikah Di samping hal di atas, telah diketahui dengan gadis lain. Hati Bunga Alluq sangat bahwa setiap manusia memiliki kebutuhan sedih semangatnyapun hamper lenyap. Dengan mendasar, seperti: makan, minum, istirahat, dorongan rasa cinta terhadap suaminya, Bunga perlindungan dari cuaca, biologis, dan Alluq merencanakan dan persiapan untuk pergi kesehatan. Selain kebutuhan mendasar itu, ada mencari suaminya. lagi kebutuhan pelengkap seperti kebutuhan “Iate kamaleanna Bunga Alluq napasakkaq psikologis, kebutuhan integratif, dan sebagainya. nasang tu pengkarangan lan sare sepuqna Kemampuan untuk memenuhi sebahagian tu lanapake kerompoi lako tu inan nanai atau seluruh kebutuhan tersebut merupakan Dolitau kebaine poleq. Ia tu apa napasadia kemampuan natural manusia. tonnakeqdemo rekke sesean iamo tu Di samping kemampuan natural terdapat piso napemataranmi tongan, sambako pula kemampuan supranatural yang hanya dapat buda naba, kapuq, gatta sio bolu”(Sikki, dimiliki oleh sebagian kecil manusia. Meskipun 1986:100). menurut beberapa pakar bahwa pada dasarnya Terjemahan: seluruh manusia memiliki kemampuan itu dan dengan sendirnya akan timbul akibat adanya “Bunga Alluq lalu mempersiapkan semua pengaruh dari keadaan tertentu yang dialami perlengkapan yang diperlukan untuk seseorang. dating ke Sesean, tempat Dolitau akan Pada hakikatnya di dalam dada setiap melangsungkan pernikahan, yaitu, pisau manusia terdapat segumpal daging yang bernama yang sangat tajam, sirih, tembakau, dan hati. Jauh di lubuk hati terdapat sanubari. Di makanan yang ditaruh di tempat sirih” dalam sanubari ada nurani atau batin. Batin Kutipan tersebut memperlihatkan langkah- seseorang yang mencintai setiap saat akan langkah persiapan yang dilakukan oleh tokoh bereaksi akibat keadaan hati yang dialami Bunga Alluq. Segala bekal berupa alat dan seseorang yang dicintainya. Akibat dari reaksi makanan yang diperlukan telah disiapkan dengan batin itu, pendengaran atau penglihatan seseorang baik. Bunga Alluq berharap rencananya dapat tiba-tiba dapat berubah drastis. Misalnya, sebuah berhasil dengan maksimal. syair yang biasanya terdengar sangat merdu Gambaran yang dapat diperoleh dari tiba-tiba terdengar sangat buruk. Begitu pula kutipan di atas adalah perilaku sosial yang selalu suatu benda yang biasanya terlihat sangat indah bekerja secara sistematis. Segala kegiatan yang

142 143 Sawerigading, Vol. 20, 1 April 2014: 139—147 akan dilakukan harus dengan perencanaan yang sebagai pesuruh di dapur untuk menyalakan matang agar terhidar dari istilah “tiba masa tiba api lalu kemudian memberikan kepadaku akal”. Suatu pekerjaan atau kegiatan terlebih kerak nasi, atau membantu orang dahulu harus direncanakan dan disiapkan agar menumbuk padi, dan biarlah aku diberi kegiatan dapat berjalan lancer serta sesuai dengan beras sekadar untuk menyambung hidupku, hasil yang diharapkan. apabila aku pulang ke pondokku nanti?” Setelah menyimak lakuan-lakuan Kutipan di atas memperlihatkan upaya tokoh Bunga Alluq dalam merencanakan dan dari tokoh Bunga Alluq yang meminta pekerjaan mempersiapkan kegiatan untuk pergi mencari sesuai penampilannya. Hal ini dilakukan demi suaminya, berikut ini dapat dilihat kelanjutan melancarkan seluruh rencananya untuk mencapai kegiatan dari tokoh Bunga Alluq. tujuan yang diharapkan. “Apa dolo diomaito nasondaimo Bunga Gambaran yang dapat diperoleh dari kutipan Alluq tu pakeanna, anna maqpakean di atas adalah perilaku yang cerdas dari tokoh sare-sare baqtu sare dodo, maqpanggan Bunga Alluq dalam melaksanakan suatu kegiatan natombangngi berakna tu Dodona sia yang telah direncanakan dan dipersiapkan dengan natobang osing tu lindona, namaqsugigi baik. Kecermatan itu ditunjang oleh perilaku kapoqdak pada pebusuk” (Sikki, yang gigih dan penuh semangat demi tercapainya 1986:101). sasaran yang diinginkan. Hal itu dapat dilihat dari Terjemahan kerelaannya untuk berpenampilan yang lusuh dan kotor serta kesediaannnya untuk melakukan “Terlebih dahulu Bunga Alluq mengganti pekerjaan yang hina menurut pandangan pakaiannya dengan pakaian robek- kelompok masyarakat. robek atau sarung yang sangat usang, Pada kesempatan lain tokoh Bunga Alluq makan sirih dan ludahnya meleleh pada memerankan suatu perilaku sosial yang harus sarungnya, mencoreng-coreng arang pada dimiliki oleh setiap orang yang ingin memperoleh mukanya, dan menyelipkan tembakau hasil yang maksimal dari suatu pekerjaan yang yang digulung besar pada mulutnya. rencanakan. Kutipan di atas memperlihatkan lakuan “Ia tonnapuranasangmo umpogauqi tu tokoh Bunga Alluq yang telah menemukan rumah mintuqnato mlemi sauq sumbung undakaqi gadis yang akan dinikahi suaminya. Sebelum tu Katiliaq narereqi” (Sikki, 1986:102). mendekati rumah tersebut terlebih dahulu Bunga Alluq mengubah seluruh penampilannya menjadi Terjemahan: seorang wanita yang berpakaian sangat lusuh dan “Setelah ia melakukan semua itu pergilah berperawakan sangat kotor terurus. ia ke kamar rumah paling selatan mencari Pada konteks yang lain dapat dilihat peran Katiliaq dan membunuhnya” tokoh Bunga Alluq: “Maqdinrana dikkaq kemisuabangnaq- Kutipan di atas memperlihatkan lakuan raka maqpadukku api mibennaq dikkaq tokoh Bunga Alluq yang membunuh Katiliaq. lekkeqmi, battu patunduannaq maqlambuk Katiliaq merupakan penghalang besar baginya mibenbangnaq dikkaq banniqmi kuram-po untuk mendapatkan kembali kesetiaan suaminya. ungkalemboqi kesulenaq lako lantangku?” Perbuatan membunuh adalah salah satu (Sikki,1986:101). perilaku sosial yang menyimpang karena tidak Terjemahan: sesuai dengan norma-norma yang berlaku di tengah kehidupan sosial masyarakat, baik norma “Dapatkah saya yang hina ini bertugas hokum, norma agama maupun norma adat. 144 145 Murmahyati: Perilaku Sosial dalam Cerita...

Terlebih lagi perbuatan tersebut direncanakan, berkeluyuran tanpa bekerja atau hanya diiringi dengan kekerasan dan pemberontakan. berfoya-foya” Akan tetapi tindakan yang dilakukan oleh tokoh Kutipan di atas menunjukkan sikap dari Bunga Alluq bila dipandang secara utuh dalam tokoh Dolitau selaku suami dari Bunga Alluq. suatu kegiatan menurut tahap-tahapnya, dapat Ia tidak berusaha mencari pekerjaan yang dapat diperolah gambaran perilaku sosial sesorang yang menghasilkan nafkah untuk keluarga yang memiliki tekad yang kuat dalam melaksanakan menjadi tanggung jawabnya. kegiatan yang sebelumnya telah direncanakan Gambaran perilaku sosial dari tokoh Dolitau dan disiapkan dengan matang. Kendala apapun pada kutipan di atas mencerminkan sosok suami yang menghalangi harus senantiasa dapat diatasi yang tidak memiliki rasa tanggung jawab, baik dan disingkirkan dengan cepat dan tepat demi tanggung jawab moral, maupun tanggung jawab tercapainya sasaran yang telah ditetapkan. sosial. Ia seorang kepala rumah tangga yang Jika mencermati secara saksama uraian- tidak menampilkan etika moral dan sosial yang uraian tentang perilaku sosial tokoh Bunga Alluq telah berlaku dalam norma-norma berkehidupan di atas dapat diperoleh gambaran lengkap. Tokoh dan bermasyarakat. Oleh karena itu, perilaku Bunga Alluq adalah seorang istri yang sangat demikian dapat dikategorikan sebagai perilaku setia dan cinta kepada suaminya. Ia senantiasa yang menyimpang. bekerja secara terencana yang dilandasi dengan Seorang suami yang menyadari akan tugas keikhlasan, ketulusan hati, kecermatan,kegigihan, dan tanggung jawab, tentunya sangat mengerti dan penuh semangat. Iapun memiliki tekad dan memahami konsekuensi dari kedudukannya yang kuat untuk mengatasi semua kendala yang selaku kepala rumah tangga. Akan tetapi suami dihadapinya. yang memiliki keterbatasan sumber daya manusia Tokoh Dolitau dihadapkan dengan kemajuan peradaban saat ini, Secara turun - temurun telah disepakati menjadikan ia tidak mampu memenuhi kebutuhan dalam norma adat bahwa timgkatan struktur hidup keluarganya. Misalnya, seorang suami yang sosial suatu keluarga, menempatkan suami pada telah berupaya sekuat tenaga mencari pekerjaan kedudukan selaku kepala rumah tangga. Dengan yang dapat menghasilkan sebagai sumber nafkah kedudukan itu, suami memiliki kewajiban keluarganya, namun tidak ada lapangan kerja memimpin dan mengarahkan keluarga ke yang mampu mengakomodasi. Kalaupun ada arah yang benar untuk mencapai kesejahtraan pekerjaan yang dapat dilakukan sesuai sember dan mengakomodasikan segala tuntutan dan daya manusianya tetapi tidak diperoleh, bahkan kebutuhan rumah tangga. Ia menjadi penengah penghasilan itu sangat kurang dan tidak dapat bila terjadi konflik antarpenghuni dalam rumah memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Apabila tangga. Untuk itu, suami dituntut memiliki rasa hal itu berlarut-larut dapat menimbulkan perasaan tanggung jawab yang tinggi, tegas, cerdas, lugas, rendah diri bagi seorang suami. Terlebih lagi bila arif, dan bijaksana. diperberat oleh perilaku istrinya yang semata- Tokoh Dolitau selaku suami atau kepala mata selalu menuntut tanpa mempertimbangkan rumah tangga memiliki perilaku sosial yang dapat keadaan yang dialaminya. Perasaan rendah dilihat pada kutipan berikut: diri seperti itu, kemudian dibebani dengan tekanan-tekanan dari lingkungan sosialnya dapat “Nayatu muanena malebang sompeq menimbulkan perilaku menyimpang. Seperti, baqtu misaq disanga passolleq” (Sikki, melarikan kegalauan perasaannya keminuman 1986:100). keras, mengalihkan kekalutan pikirannya Terjemahan: ketempat-tempat hiburan yang sarat dengan penilaian negatif dari lingkungan sosialnya, “Adapun suaminya yang hanya 144 145 Sawerigading, Vol. 20, 1 April 2014: 139—147 menggantungkan angan-angannya untuk kesalahan dan mau bertobat kepada Tuhan Yang cepat menjadi kayamelalui meja judi, dan lain Maha Esa atau meminta maaf kepada sesama sebagainya. manusia, merupakan suatu keharusan untuk Perilaku menyimpang dapat pula memelihara eksistensi hubungan antara manusia dipengaruhi mentalitas seorang suami yang dengan Tuhannya sebagai insan relegius, dan sudah terbentuk oleh lingkungan sosialnya jauh hubunganantara manusia dengan sesamanya sebelum ia menikah. Seperti, pemalas, pemabuk, sebagai insan sosial. Adapun dalam norma adat, pejudi, foya-foya, dan sebagainya. Perilaku mengakui kesalanahan dan meminta maaf atas seperti itu harus ditanggapi dengan sabar, kesalahan yang diperbuat merupakan budaya dan bijaksana, dan kontraperilaku yang tepatdari harus tetap dipenuhi agar dapat diterima oleh adat seorang isteri. Keliru dalam menghadapinya, untuk hidup di tengah lingkungan yang beradat. dapat saja menimbulkan perilaku-perilaku Gambaran keseluruhan perilaku sosial menyimpang lainnya, baik itu dalam hubungan tokoh Dolitau yang dapat diperoleh dari internal keluarga seperti kekerasan dalam kutipan-kutipan dan uraian-uraian di atas adalah rumah tanggadalam hubungan internal keluarga sosokseorang suami yang tidak memiliki rasa seperti kekerasan dalam rumah tangga, atau pun tanggung jawab atau kepala rumah tangga. Ia dalam hubungan eksternal keluarga misalnya ; tidak memiliki pekerjaan yang dapat dijadikan perampokan, pencurian, penipuan, dan berbagai sumber nafkah bagi keluarganya. Bahkan tindakan kriminal lainnya. gemar berfoya-foya. Hal itu diperburuk dengan Selain perilaku sosial yang disebutkan di keinginannya untuk menikah lagi dengan gadis atas, ada lagi perilaku sosial lain yang ditampilkan yang bernama Katiliaq. Akan tetapi dengan segala oleh tokoh Dolitau. Simak kutipan berikut: kelemahan Dolitau tersebut, ia pun memiliki “Ia tonnapanaqdingmo sule mangaku keunggulan yaitu, selaku insan relegius dan insan salamo tu Dolitau sia sulemo maqbusanna sosial, Dolitau berani mengakui kesalahan dan pena” (Sikki, 1986: 103). konsekuen meminta maaf atas kesalahannya. Terjemahan : PENUTUP “Waktu itu Dolitau mengaku bersalah dan Berdasarkan uraian pada pembahasan meminta maaf” dapatlah disimpulkan bahwa dalam cerita Bunga Kutipan di atas memperlihatkan lakuan Alluq tergambar sikap sosial tokoh. Ketimpangan- tokoh Dolitau yang mengaku bersalah atas ketimpangan sosial terungkap melalui perilaku perbuatannya yang ingin menikah lagi dengan tokoh dalam cerita. gadis yang bernama Katiliaq. Ia menyampaikan Setelah mengamati cerita “Bunga Alluq” permintaan maaf kepada isterinya. ini, tercermin perilaku sosial dalam cerita. Tokoh Mengakui kesalahan dan meminta Bunga Alluq merupakan tokoh utama dalam maaf atas kesalahan yang telah diperbuat cerita. Bunga Alluq digambarkan sebagai seorang merupakan perilaku sosial yang terpuji. Norma- istri yang hanya tinggal menjaga rumah agar tetap norma yang berlaku di lingkungan sosial rapih dan bersih. Ia merupakan seorang istri yang masyarakat sangat menganjurkan hal itu. sangat setia pada suaminya. Sebagai seorang Dalamnormahukum, mengaku bersalah dan istri yang setia kepada suaminya, Bunga Alluq meminta maaf atas kesalahan merupakan hal- senantiasa menjaga kehormatan diri, keluarga, hal yang meringankan bagi tersangka pelanggar dan suaminya. Pada akhir cerita Bunga Alluq hukum dan mejadikan pertimbangan bagi hakim berhasil mempertahankan keutuhan keluarganya dalam menjatuhkan vonis hukuman kepadanya. setelah terombang-ambing karena kehadiran Sedangkan dalam norma agama, mengakui orang kedua. Secara tidak langsung terungkap

146 147 Murmahyati: Perilaku Sosial dalam Cerita...

kritik-kritik yang dilontarkan pengarang. Salah Murmahyati. 2007. “Perilaku Sosial dalam Cerita satu kritik yang mencuat kepermukaan yaitu Rakyat Toraja”. Dimuat dalam Bunga sikap atau perilaku seorang suami yang tidak Rampai No. 13 Nov. 2007. terpuji. Seorang suami tidak memiliki tanggung Rusli Ibrahim. 2001. Landasan Psikologi jawab kepada istrinya. Sebagai suami seyogianya Pendidikan Jasmani di Sekolah Dasar. bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidup Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. istrinya. Akan tetapi ia malah hidup berfoya-foya. Sikki, Muhammad dkk. 1986. Struktur Sastra Keadaan itu semakin diperburuk lagi dengan Lisan Toraja. Jakarta: Pusat Pembinaan keinginannya untuk memperistrikan seorang dan Pengembangan Bahasa Departemen gadis yang bernama Katiliaq. Pendidikan dan Kebudayaan. Suharyanto, S. 1992. Dasar-Dasar Teori Sastra. DAFTAR PUSTAKA Jakarta: Widya Parwa, Alwi, Hasan. dkk. 2003. Kamus Besar Bahasa Tjahjono, Liberatus Tengsoe. 1988. Sastra Indonesia. Edisi III. Jakarta: Balai Pustaka. Indonesia: Pengantar Teori dan Apresiasi. Damono, Sapardi Djoko. 1984. Sosiologi Ende Flores NTT: Nusa Indah. Sastra. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Trisman B. 2006. “Cerpen-Cerpen yang Pengembangan Bahasa. Departemen Terhimpun dalam Antologi Topeng” Karya Pendidikan dan Kebudayaan. Asneli Lutan: Sebuah Kajian Tentang Profil Kusmaini, Tuty. 2006. “Protes Sosial dalam Wanita. Dimuat dalam Majalah Bidar Cerita Pendek “Bu, Izinkan Aku Sekolah di Volume 2, No.1 Edisi Juni 2006, dalam WC” karya Imron Supriyadi. Dimuat Usman, H. dan Akbar.2000. Metode Penelitian dalam Majalah Bidar Volume 2, nomor 1 Sosial. Jakarta: Bumi Aksara. Edisi Juni 2006. Wellek Rene dan Austin Warren. 1990. Teori Kutha Ratna, Nyoman. 2013. Paradigma Kasusastraan. Diterjemahkan oleh Melani Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Budianta. Jakarta: PT. Gramedia. Pelajar

146 147 148 149 SAWERIGADING

Volume 20 No. 1, April 2014 Halaman 149—159 KECERDASAN EMOSIONAL ORANG BANJAR DALAM PANTUN BANJAR (Emotional Intelligence of Banjar People in Banjar Pantoums)

Yuliati Puspita Sari Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Selatan Jalan A. Yani Km 32,2 Loktabat, Banjarbaru Telepon (0511)4772641, Faksimile (0511)4784328 Pos-el:[email protected] Diterima: 20 Desember 2013; Direvisi: 20 Februari 2014; Disetujui: 20 Maret 2014

Abstract This research was conducted to find out the various forms of emotional intelligence possessed by Banjar people depicted in Banjar pantoums. The method used in this research was descriptive analysis method. Theory used as a primary basis in this study referred to the theory of emotional intelligence described by Goleman (2006). The results showed that there were so many lessons about emotional intelligence contained in Banjar pantoums. Emotional intelligences are: (1) recognizing their own emotions reflected by religious awareness and self introspection, (2) managing emotions reflected by the ability to manage conflict and controlemotion, and (3) developing relationships reflected by mutual assistance, politeness, compassion, and collaboration / cooperation. Keywords: emotional intelligence, Banjar people, Banjar pantoums

Abstrak Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tentang berbagai bentuk kecerdasan emosional orang Banjar yang tergambar dalam pantun Banjar. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif analisis. Teori yang dijadikan landasan utama dalam penelitian ini merujuk pada teori kecerdasan emosi yang dipaparkan oleh Goleman (2006). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada sekian banyak pembelajaran tentang kecerdasan emosional yang terdapat dalam pantun Banjar. Kecerdasan emosional tersebut antara lain: (1) mengenali emosi sendiri yang direfleksikan melalui kesadaran beragama dan sikap introspeksi diri; (2) mengelola emosi yang direfleksikan melalui kemampuan dalam mengelola konflik dan mengendalikan emosi; dan (3) membina hubungan yang direfleksikan melalui bersikap tolong-menolong, sopan-santun, cinta kasih, dan kolaborasi/kerja sama. Kata kunci: kecerdasan emosional, orang Banjar, pantun Banjar

PENDAHULUAN memiliki peran yang sangat penting untuk Kecerdasan emosional belakangan ini dinilai mencapai kesuksesan di sekolah, tempat kerja, dan tidak kalah penting dengan kecerdasan intelektual. lingkungan masyarakat. Kecerdasan emosional Kecerdasan emosional dan kecerdasan intelektual atau yang biasa dikenal dengan EQ (Emotional merupakan dua bentuk kecerdasan yang dapat Quotient) jika dimiliki seseorang dengan baik akan berinteraksi secara dinamis. Kecerdasan emosional membuat seseorang tersebut dapat menerima, menilai, mengelola, serta mengontrol emosi 148 149 Sawerigading, Vol. 20, 1 April 2014: 149—159 dirinya dan orang lain di sekitarnya. gambaran tentang berbagai bentuk kecerdasan Gambaran kecerdasan emosional emosional orang Banjar yang terdapat di dalam sebenarnya sudah dapat kita temukan sejak dulu, pantun Banjar. Manfaat yang diharapkan dari hasil salah satunya yaitu dalam bentuk pantun. Sama penelitian ini, antara lain sebagai bahan masukan seperti pantun di daerah lainnya, pantun Banjar bagi pembaca tentang kecerdasan emosional juga merupakan salah satu bentuk sastra lama orang Banjar dan sebagai bahan informasi dan yang keberadaannya masih bertahan sampai saat dokumentasi yang dapat dijadikan landasan bagi ini, khususnya di kalangan masyarakat Banjar. peneliti-peneliti lainnya, khususnya bagi mereka Sesuai dengan namanya yakni pantun Banjar, yang tertarik untuk membahas hal-hal yang pantun ini umumnya dilisankan atau dituliskan berkaitan dengan kecerdasan emosional. dalam bahasa Banjar (bahasa yang digunakan oleh orang Banjar yang sebagian besar penuturnya KERANGKA TEORI berada di Kalimantan Selatan). Pengertian Kecerdasan Emosional Menurut Indradi dalam http://pantun- Konsep tentang kecerdasan emosional banjar.blogspot.com, struktur pantun Banjar sebenarnya sudah banyak diperkenalkan oleh sama seperti halnya pantun Indonesia lama atau berbagai tokoh, salah satunya ialah Robert pantun Melayu. Baris pertama dan kedua adalah K.Cooper. Robert K.Cooper dalam Agustian sampiran, baris ketiga dan keempat adalah isi. (2002:44) mendefinisikan kecerdasan emosi Rima persajakan pada pantun Banjar ada yang sebagai suatu kemampuan untuk merasakan, berima a-b-a-b, dan ada pula yang berima a-a- memahami, dan secara efektif menerapkan a-a. Selain sebagai hiburan, pantun Banjar daya dan kepekaan emosi sebagai sumber juga mengandung unsur pengajaran yang dapat energi, informasi, koneksi, dan pengaruh yang disaring oleh pendengar maupun pembaca. Secara manusiawi. tidak langsung, pantun dapat digunakan sebagai Sementara itu, dalam KBBI edisi IV teguran dan nasihat kepada pemakainya agar juga disebutkan bahwa kecerdasan emosional seseorang yang ditegur atau dinasihati tersebut merupakan kecerdasan yang berkenaan dengan tidak tersinggung atau berkecil hati. hati dan kepedulian antarsesama manusia, Penelitian mengenai kecerdasan emosional makhluk lain, dan alam sekitar (2008:262) ini sebenarnya sudah pernah dilakukan oleh Goleman (2006: 404—405) membagi Khairil Anshari dalam makalahnya yang berjudul kecerdasan emosional dalam lima bentuk, yakni: Refleksi Kecerdasan Emosional dalam Bahasa Indonesia sebagai Bagian dari Kecerdasan 1. Mengenali Emosi Diri: Kesadaran Ganda (2006). mengenali perasaan sewaktu perasaan itu Sejalan dengan hal tersebut, peneliti terjadi. tertarik untuk meneliti hal yang berkaitan dengan 2. Mengelola Emosi: Menangani perasaan kecerdasan emosional ini, yakni kecerdasan agar dapat terungkap secara tepat. emosional yang diajarkanmelalui pantun Banjar. 3. Memanfaatkan emosi secara produktif Kecerdasan emosi yang diajarkan dalam pantun 4. Mengenali Emosi Orang lain: Empati dapat dilihat dalam isi pantun yang biasanya 5. Membina Hubungan. terdapat pada larik ketiga dan keempat. Melalui Sejalan dengan beberapa pendapat di atas, larik ketiga dan keempat tersebut (khususnya Segal menganggap bahwa kecerdasan emosional dalam pantun nasihat), secara tidak langsung ini meliputi hubungan pribadi dan antarpribadi, si pembuat pantun memberikan pembelajaran kecerdasan emosional bertangung jawab atas tentang kecerdasan emosional kepada orang lain harga diri, kesadaran diri, kepekaan sosial, dan tanpa adanya kesan menggurui. kemampuan adaptasi sosial pribadi (Segal, Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh 2000:27). 150 151 Yulianti Puspita Sari: Kecerdasan Emosional Orang Banjar...

Dengan demikian, dapat disimpulkan hakikatnya adalah membaca kehidupan. Secara bahwa kecerdasan emosional merupakan langsung maupun tidak langsung, nilai dan kecerdasan yang mencakup pengendalian diri, pesan yang dikandungnya dapat terefleksi dalam semangat, dan ketekunan, serta kemampuan diri pembacanya. Ruang yang tersedia dalam untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan suatu karya sastra akan membuka peluang bagi menghadapi frustrasi. Seseorang yang cerdas pembaca untuk tumbuh menjadi pribadi yang secara emosional berarti memiliki kesanggupan kritis pada satu sisi, dan pribadi yang bijaksana untuk mengendalikan dorongan hati dan emosi, pada sisi lain. Setelah membaca maka efek yang tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur diharapkan adalah terasahnya jiwa pembacanya suasana hati dan menjaga agar beban masalah sehingga menjadi arif terhadap kehidupan. tidak melumpuhkan kemampuan berpikir. Hal ini lah yang kemudian menjadikan sastra Seseorang yang memiliki kecerdasan emosional sebagai bagian dari upaya untuk meningkatkan akan mampu membaca perasaan terdalam orang kecerdasan emosional dalam diri seseorang. lain (empati) dan berdoa, mampu memelihara Melalui penelitian ini, peneliti mencoba hubungan sebaik-baiknya dengan orang lain, menguraikan hal-hal yang berhubungan dengan mampu menyelesaikan konflik, serta mampu kecerdasan emosional dalam karya sastra (dalam memimpin diri dan lingkungan sekitarnya. hal ini pantun Banjar) sehingga dapat tergambar Kecerdasan emosional seseorang harus berbagai bentuk kecerdasan emosi di dalamnya. terus dilatih dan dikembangkan. Seseorang yang memiliki kecerdasan emosional yang baik tidak METODE akan mengalami kesulitan untuk bergaul dengan Metode yang digunakan dalam penelitian orang yang ada di sekitarnya. ini adalah metode deskriptif analisis. Metode Kecerdasan Emosional dalam Lingkup Sastra deskriptif analisis dilakukan dengan cara Konsep tentang kecerdasan emosional ini mendeskripsikan fakta-fakta yang kemudian berkaitan erat dengan karya sastra. Endraswara disusul dengan analisis (Ratna, 2006:53). (2003:102) mengatakan bahwa karya sastra Adapun teori yang dijadikan landasan merupakan ungkapan kejiwaan pengarang yang utama dalam penelitian ini merujuk pada teori menggambarkan emosi dan pemikirannya. kecerdasan emosi yang dipaparkan oleh Goleman Karya sastra lahir dari endapan pengalaman yang (2006). telah dimasak dalam jiwanya. Sastra merupakan Penelitian ini dilakukan dalam beberapa sebuah karya seni yang terwujud dalam bentuk tahapan, yakni: bahasa. Umumya sebuah karya sastra lahir di (1) mengumpulkan berbagai jenis pantun tengah-tengah masyarakat sebagai hasil imajinasi Banjar dari berbagai sumber, antara lain: pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala (a) Buku Kesenian Tradisional Banjar: sosial yang ada di sekitarnya. Lamut, Madihin, dan Pantun, karya Kita tahu bahwa karya sastra merupakan Syamsiar Seman (2008); (b) Buku Ayo cermin kehidupan masyarakat. Melalui karya- Kita Bapapantunan, karya Syamsiar karya sastra yang lahir pada kurun waktu Seman (2004); (c) laman http://pantun- tertentu, dapat kita lihat fenomena kehidupan banjar.blogspot.com/; sosial yang terjadi pada masa itu. Hal inilah (2) menerjemahkan pantun berbahasa Ban- yang diungkapkan oleh Endraswara (2003:78) jar ke dalam bahasa Indonesia dan bahwa sastra merupakan ekspresi kehidupan mempelajarinya dengan cermat; manusia yang tak lepas dari akar masyarakatnya. (3) mengklasifikasikan data berupa pantun; Oleh sebab itulah tidak berlebihan jika muncul (4) menganalisis data yang telah diperoleh pendapat bahwa membaca karya sastra pada dari referensi yang ada dengan

150 151 Sawerigading, Vol. 20, 1 April 2014: 149—159

menggunakan pendekatan sosiologi Wajib salat atau sembahyang sastra dan mengacu kepada teori Goleman Lima kali dalam sahari (2006) sebagai rujukan primer, dan teori lima kali dalam sehari Segal (2000) dan Robert K.Cooper (Seman, 2008:18). (2002) sebagai rujukan skunder; Melalui larik ketiga dan keempat yang (5) menyusun hasil penelitian dalam bentuk berbunyi wajib salat atawa sambahyang //lima jurnal. kali dalam sahari, terdapat pembelajaran tentang kewajiban salat atau sembahyang yang berjumlah PEMBAHASAN lima kali dalam sehari. Nasihat dalam pantun Berdasarkan hasil analisis data, tersebut cukup beralasan sebab perintah salat pemanfaatan pantun Banjar dalam membangun merupakan bagian dari rukun Islam dan sebagian kecerdasan emosional orang Banjar dapat dilihat besar dari orang Banjar beragama Islam. sebagai berikut. Demikian pula dengan pantun Banjar Mengenali Emosi Sendiri. berikut, terdapat pembelajaran tentang aspek kesadaran beragama. Mengenali emosi sendiri merupakan dasar dari kecerdasan emosional. Kemampuan (2) Banang bagalas dililit-lilit seseorang dalam mengenali emosi yang ada benang gelasan dililit-lilit pada dirinya terutama ketika emosi itu terjadi Gasan talinya kalayangan menandakan adanya kecerdasan emosional yang untuk tali layang-layang dimiliki orang itu. Wayah mandangar bang di masigit Refleksi dari pengenalan emosi sendiri ini saat mendengar azan di masjid dapat berupa: Nitu wayahnya sambahyangan itu saatnya salat Munculnya kesadaran beragama (http://pantun-banjar.blogspot.com). Kesadaran beragama merupakan salah satu Azan merupakan penanda bahwa waktu refleksi dari kecerdasan emosional yang dimiliki salat telah tiba. Azan biasanya dikumandangkan seseorang. Kekuatan prinsip yang berpegang melalui pengeras suara yang ada di musala atau pada kesadaran beragama merupakan titik tolak masjid. Pada pantun di atas, melalui larik yang dari sebuah kecerdasan emosi dan dapat dijadikan berbunyi wayah mandangar bang di masigit // sebagai landasan penjernihan emosi. nitu wayahnya sambahyangan, terdapat nasihat Timbulnya kecerdasan emosional pada untuk menyegerakan salat ketika mendengar diri seseorang dapat dilihat pada sejauhmana suara azan berkumandang. kesadaran beragama yang dimilikinya, karena Pemanfaatan pantun dalam membangun kesadaran beragama tersebutlah yang mampu aspek kesadaran beragama juga dapat dilihat pada menjadi kontrol terhadap arah berperilaku dalam pantun Banjar berikut. kehidupan sehari-hari. Berikut ini pemanfaatan pantun Banjar (3) ada nasi ada bubur untuk membangun kecerdasan emosional orang ada nasi ada bubur Banjar dalam hal kesadaran beragama. pilih makan handak nang mana pilih makan mau yang mana (1) Bawalah paikat ka birayang imbah mati masuk ka kubur bawa rotan ke Birayang setelah mati masuk ke dalam kubur Imbah nitu ka palaihari harta nang banyak kada dibawa setelah itu ke Pelaihari harta yang banyak tidak di bawa Wajib salat atau sambahyang (Seman, 2008:18).

152 153 Yulianti Puspita Sari: Kecerdasan Emosional Orang Banjar...

Kematian pasti akan dialami oleh Introspeksi diri semua makhluk yang bernyawa, termasuk Istilah introspeksi diri merupakan hal yang juga oleh manusia. Oleh sebab itu, kita harus sudah tidak asing lagi di telinga kita. Introspeksi mempersiapkan bekal amal ibadah untuk menurut KBBI adalah peninjauan atau koreksi kehidupan di akhirat kelak sebelum ajal datang. terhadap (perbuatan, sikap, kelemahan, kesalahan, Melalui lirik imbah mati masuk ka kubur // harta dan sebagainya) diri sendiri atau bisa juga disebut nang banyak kada dibawa, pembaca/pendengar mawas diri (2008:545). Melalui introspeksi diri, pantun tersebut diingatkan tentang kematian, kita dapat memahami kekurangan dan kelebihan termasuk juga tentang harta yang tidak akan yang kita miliki.Dalam segala hal, introspeksi diri dibawa ke alam kubur. ini sangatlah penting, terlebih saat kita sedang Demikian pula dengan pantun di bawah dirundung kesedihan. Seseorang yang cerdas ini, terdapat pembelajaran tentang pentingnya secara emosi tidak berada di bawah kekuatan membangun kesadaran beragama. emosi. Saat tertimpa masalah, dengan kecerdasan (4) daun pudak atawa pandan emosional yang dimilikinya, seseorang akan daun suji atau pandan cepat kembali bersemangat apapun situasi yang bawalah ka pasar ari arba menghadang dan ia pun tahu cara menenangkan bawa ke pasar hari Rabu dirinya sendiri. amun datang bulan ramadhan Berikut ini pemanfaatan pantun Banjar jika datang bulan Ramadan untuk membangun kecerdasan emosional orang jangan tatinggal wajib puasa Banjar dalam hal introspeksi diri.. jangan tinggalkan wajib puasa (5) dadaian kain paikat laki (http://pantun-banjar.blogspot.com). jemuran kain rotan laki Ramadan merupakan bulan yang penuh kain didadai nang bakurawang berkah bagi kaum muslimin. Di bulan tersebut, kain dijemur yang berlubang kaum muslim diwajibkan untuk berpuasa. kada baik bahiri dangki Kesadaran untuk melaksanakan ibadah puasa tidak baik iri dengki itu lah yang coba dibangun oleh pembuat pantun pariksa haja diri saurang melalui larik amun datang bulan ramadhan // periksa saja diri sendiri jangan tatinggal wajib puasa. Maksudnya, jika (Seman, 2008:22). bulan Ramadan tiba, umat Islam wajib untuk Melalui larik yang berbunyi kada baik berpuasa dan jangan sampai kewajiban tersebut bahiri dangki, pembuat pantun mengingatkan ditinggalkan. kepada kita bahwa sifat iri dan dengki itu Memang, hampir seluruh pantun Banjar merupakan sifat yang tidak baik. Pariksa haja –yang peneliti temukan– mengarah pada ajaran diri saurang, melalui larik tersebut kita diajak Islam, khususnya pantun Banjar yang berkaitan untuk berintrospeksi diri apakah sifat iri dan dengan aspek kesadaran beragama. Hal ini wajar dengki tersebut ada pada diri kita atau tidak. sebab pada kenyataannya, mayoritas orang Banjar Bersikap introspeksi diri juga coba memeluk agama Islam. Mereka beranggapan diingatkan pembuat pantun melalui pantun Banjar bahwa pantun merupakan media yang efektif berikut. untuk menyampaikan dakwah. Melalui pantun, mereka berharap aspek kesadaran beragama (6) Mayang pinang babungkus upih masyarakat dapat dibangun secara tidak langsung. mayang pinang berbungkus upih Gasan dipakai bamandi-mandi untuk digunakan bamandi-mandi Wayah bapangkat wayah sugih

152 153 Sawerigading, Vol. 20, 1 April 2014: 149—159

saat berpangkat saat kaya konflik dapat berujung pada kehancuran suatu Baingat-ingatlah lawan diri masyarakat. Oleh karena itulah, kecerdasan ingat-ingatlah dengan diri emosional, khususnya dalam hal mengelola (Seman, 2008:22). konflik penting untuk dimiliki oleh tiap orang Di masyarakat, tidak jarang kita temukan agar tidak terjadi konflik yang berkepanjangan ada orang yang semula rendah hati kemudian yang akan merugikan dirinya sendiri dan orang- berubah menjadi sombong ketika ia memiliki orang yang ada di sekitarnya. pangkat maupun kekayaan. Melalui larik yang Berikut ini pemanfaatan pantun Banjar berbunyi wayahbapangkat wayah sugih // baingat- untuk membangun kecerdasan emosional orang ingatlah lawan diri, terdapat pembelajaran agar Banjar dalam hal pengelolaan konflik. jangan sampai lupa diri (bersikap sombong), baik (8) mananam laus, lausnya mati saat memiliki pangkat atau jabatan, maupun saat menanam laos, laosnya mati memiliki kekayaan. inya rapunnya kada baakar Perhatikan pula pantun Banjar berikut. sebab rumpunnya tidak berakar (7) kayu halaban diulah harang nang talanjur bahual kalahi kayu halaban dibuat arang yang terlanjur bertengkar ditatak-tatak dipanggal dua bawa baingat, bawa basabar dipotong-potong dibelah dua beringat, bersabar jangan mancari kasalahan urang (Seman, 2006:16). jangan mencari kesalahan orang Bertengkar atau berselisih paham terkadang kasalahan saurang ada haja merupakan hal yang tidak terelakkan di tengah kesalahan sendiri ada saja pergaulan, baik dalam keluarga maupun di (Seman, 2008:22). masyarakat. Oleh sebab itu, melalui larik pantun Pada larik yang berbunyi jangan mancari nang talanjur bahual kalahi// bawa baingat, bawa kasalahan urang // kasalahan saurang ada haja, basabar,terdapat pembelajaran untuk senantiasa terdapat pembelajaran untuk tidak selalumencari- menjaga kesabaran dan tidak mudah terbawa cari kesalahan orang sementara kesalahan diri emosi sehingga pertengkaran tidak terjadi. sendiri sebenarnya masih banyak. Sering kita Pantun Banjar lainnya yang membelajarkan mengkritik kesalahan yang dilakukan oleh orang pembaca/pendengarnya tentang pengelolaan lain tanpa menyadari bahwa kita pun juga sering konflik dapat dilihat berikut ini. berbuat salah. (9) tulak mamulut baduduaan Mengelola Emosi pergi memulut berdua imbah bulik di wayah sanja Kemampuan dalam mengelola emosi setelah pulang di waktu senja berarti mampu menangani perasaan agar perasaan jangan bacakut papadaan tersebut dapat terungkap dengan tepat. Refleksi jangan bertengkar dengan kerabat dari pengelolaan emosi yang diajarkan melalui hual sadikit baakuran haja pantun Banjar, antara lain: perselisihan sedikit bermaafan saja Pengelolaan konflik (Seman, 2008:22). Orang Banjar juga memanfaatkan pantun Pantun di atas juga mengajarkan kepada sebagai pembelajaran dalam hal pengelolaan pembaca/pendengarnya untuk tidak berlarut-larut konflik. Konflik merupakan suatu fenomena yang dalam pertengkaran. Melalui larik pantun jangan tak terelakkan dalam kehidupan masyarakat. bacakut papadaan // hual sadikit baakuran haja, Bahkan, jika tidak ditangani dengan baik, terdapat pembelajaran untuk tidak bertengkar,

154 155 Yulianti Puspita Sari: Kecerdasan Emosional Orang Banjar...

khususnya dengan kerabat. Seandainya lima bigi gugur ka tanah perselisihan itu telah terjadi, kita diajarkan untuk lima biji jatuh ke tanah saling memaafkan. bawa basabar, badagang rugi Pengendalian emosi bawa bersabar, berdagang rugi basabar jua dapat musibah Emosi cenderung melahirkan motivasi bersabar juga dapat musibah yang tidak terbatas untuk berbuat, sehingga (Seman, 2006:16). diperlukan sebuah keterampilan untuk mengelola emosi atau yang lebih dikenal dengan kecerdasan Perhatikan pula pantun berikut, terdapat emosional. Memang, bukan hal yang mudah untuk pembelajaran tentang pengendalian emosi. mengendalikan emosi, terlebih ketika seseorang (12) kumpai jariwit daunnya panjang tersebut sedang menghadapi masalah. Kemampuan rumput jariwit daunnya panjang seseorang dalam mengendalikan emosi merupakan makanannya si biri-biri salah satu cermin adanya kecerdasan emosional makanan biri-biri yang dimiliki oleh orang tersebut. amun bagana di kampung urang Berikut ini pemanfaatan pantun Banjar jika bermukim di kampung orang untuk membangun kecerdasan emosional orang babisa-bisa mambawa diri Banjar dalam hal pengendalian emosi. harus bisa membawa diri (10) digargaji kayu pang lanan (Seman, 2008:23). digergaji kayu lanan Ada istilah yang mengatakan di mana bumi papan nang kandal diulah tangga di pijak, di situ langit dijunjung. Hal itu pula lah papan yang tebal dibuat tangga yang diajarkan pembuat pantun melalui pantun di kada tamasuk urang baiman atas. Pada larikamun bagana di kampung urang tidak termasuk orang beriman // babisa-bisa mambawa diri, kita diajarkan untuk amun bahual lawan tatangga pandai-pandai menempatkan diri, jangan bersikap jika bertengkar dengan tetangga semaunya, terlebih saat berada di kampung orang. (Seman, 2008:19). Demikian pula pada pantun berikut, kita Tetangga merupakan orang terdekat diajarkan untuk mengendalikan emosi dalam hal dengan kita di luar hubungan keluarga. Bahkan, ucapan. tidak jarang, tetangga menjadi orang pertama (13) tahukah nyawa jukung tambangan? yang membantu kita, saat kita sedang tertimpa tahukah kamu jukung tambangan? musibah. Melalui larik pantun kada tamasuk jukung panjang wayah bahari urang baiman // amun bahual lawan tatangga, perahu panjang zaman dahulu tersirat pembelajaran tentang pentingnya jangan baucap sambarangan menjauhi pertengkaran. Kita hendaknya mampu jangan berucap sembarangan mengendalikan emosi agar pertengkaran tidak bisa maulah cilaka diri terjadi, sebab bertengkar dengan tetangga bisa membuat celaka diri merupakan perilaku yang tidak baik dan bukan (Seman, 2006:18). cerminan orang yang beriman. Melalui larik pantun jangan baucap Demikian pula pada pantun di bawah ini, sambarangan // bisa maulah cilaka diri, kita terdapat pembelajaran untuk senantiasa bersabar, diajarkan untuk tidak sembarangan dalam baik saat dilanda kebangkrutan, maupun saat berucap, sebab jika kita salah berucap dan ditimpa musibah. menyinggung perasaan orang, akibatnya akan (11) buah jambu sapuluh bigi mencelakakan diri kita sendiri.. buah jambu sepuluh biji 154 155 Sawerigading, Vol. 20, 1 April 2014: 149—159

Membina Hubungan menolong saat melihat ada orang yang sedang Kemampuan membina hubungan dengan dilanda kesusahan. Melalui larik urang cacat orang lain akan mendukung keberhasilan pakir miskin // bubuhannya nitu parlu dibantu, seseorang dalam pergaulan. Refleksi dari pembuat pantun mengingatkan kepada kita untuk kecerdasan emosional dalam hal membina membantu orang-orang cacat, fakir, dan miskin. hubungan ini, antara lain: Pentingnya menanamkan kebiasaan tolong- menolong demi membina hubungan baik dengan Aspek tolong menolong orang lain juga diajarkan pada pantun berikut. Kecerdasan emosional yang dimiliki (16) kupasakan sabigi mangga seseorang akan berdampak pada sikap yang kupaskan sebiji mangga ditunjukan oleh orang tersebut kepada orang lain mangga banyak dalam barunjung di sekitarnya. Sikap ringan tangan untuk menolong mangga banyak dalam wadah sesamanya tercermin dalam kehidupannya sehari- balaku baik lawan tatangga hari. Hal ini pula lah yang diajarkan pada pantun berlaku baik dengan tetangga Banjar berikut. amun parlu kawa manulung (14) kayu panjang di halaman jika perlu bisa menolong kayu panjang di halaman (Seman, 2008:23). lalu ditatak lawan parang Pada pantun tersebut, kembali kita diajarkan lalu dipotong dengan parang untuk berperilaku baik dengan tetangga. Jika parilaku urang baiman tetangga memerlukan bantuan, sebisa mungkin perilaku orang beriman kita harus membantunya. katuju manulungi urang Tidak jauh berbeda dengan beberapa pantun suka menolong orang di atas, pada pantun berikut ini juga diajarkan (http://pantun-banjar.blogspot.com). tentang pentingnya sikap tolong-menolong dalam Pada larik yang berbunyi parilaku urang kehidupan bertetangga. baiman // katuju manulungi urang, kita diajarkan (17) jangan ditaguk jangan dikulum untuk gemar menolong orang sebab sikap ringan jangan ditelan jangan dikulum tangan tersebut merupakan perilaku orang makan iwak katulangan beriman. makan ikan ketulangan Hal serupa juga dapat kita lihat pada pantun ada gawian kapantingan umum berikut. ada kerjaan kepentingan umum (15) parak haja kampung barikin jiran tatangga batutulungan dekat saja kampung Barikin jiran tetangga saling membantu wadah baulah haduk sasapu (Seman, 2006:19). tempat membuat sapu ijuk Melalui larik ada gawian kapantingan urang cacat pakir miskin umum // jiran tatangga batutulungan, kita orang cacat fakir miskin diajarkan untuk saling membantu dengan bubuhannya nitu parlu dibantu tetangga, terutama jika hal itu berkaitan dengan orang-orang itu perlu dibantu pekerjaan yang sifatnya untuk kepentingan (http://pantun-banjar.blogspot.com). umum. Sikap tolong-menolong memang perlu Aspek tata krama/sopan santun ditanamkan sejak dini. Seseorang yang mempunyai sikap ringan tangan, tentu hatinya Ada sekian banyak norma yang harus akan mudah tersentuh dan berusaha untuk dipatuhi seseorang agar ia dapat diterima secara

156 157 Yulianti Puspita Sari: Kecerdasan Emosional Orang Banjar...

sosial, salah satunya yaitu norma kesopanan. Amun bapandir lawan kuitan // baucap nitu Kesopanan merupakan tuntutan dalam hidup bagamat-gamat, maksudnya ketika berbicara bersama Sekali saja terjadi pelanggaran terhadap dengan orang tua hendaknya dengan cara yang norma kesopanan, pelakunya akan mendapat pelan (jangan kasar atau membentak-bentak). sanksi dari masyarakat, misalnya berupa Pembelajaran tentang sopan santun juga cemoohan. terdapat pada pantun berikut. Sopan santun adalah suatu etika/norma (20) banyak raragi lawan rarampah terhadap tingkah laku kita dalam kehidupan banyak ragi dengan rempah-rempah sehari-hari. Orang Banjar juga mempunyai ada katumbar lawan jintan budaya sopan santun tersebut, dan salah satu ada ketumbar dengan jintan cara untuk mengajarkan sopan santun ini adalah handak tulak ka luar rumah melalui pantun. ingin berangkat ke luar rumah Berikut ini pemanfaatan pantun Banjar basujut cium tangan kuitan untuk membangun kecerdasan emosional orang bersimpuh mencium tangan orang tua Banjar dalam hal tata krama/sopan santun. (http://pantun-banjar.blogspot.com). (18) anak saluang si anak sapat Tata krama ketika akan berangkat ke luar anak saluang si anak sepat rumah diajarkan melalui pantun di atas. Handak timbul tinggalam banyalam-nyalam tulak ka luar rumah / basujut cium tangan kuitan, timbul tenggelam menyelam-nyelam maksudnya sebelum berangkat ke luar rumah, amun kita hanyar badapat hendaknya kita meminta izin kepada orang tua kalau kita baru bertemu seraya mencium tangan mereka. badahulu kita maucap salam Demikian pula pada pantun berikut, lebih dulu kita mengucap salam terdapat pembelajaran tentang sikap sopan santun (Seman, 2008:19). terhadap orang tua. Melalui larik pantun amun kita hanyar (21) bungkah janar diulah japa badapat // badahulu kita maucap salam, terdapat bongkah kunyit dibuat japa pembelajaran tentang sopan santun ketika baru dipirik-pirik di dalam cubik bertemu dengan orang lain, yakni mengucapkan diulek-ulek di dalam cobek salam. dikiau mama dikiau bapa Perhatikan pula pantun berikut, terdapat dipanggil ibu dipanggil ayah pembelajaran untuk bersikap sopan santun kepada lakasi manyahut baik-baik semua orang, terlebih kepada orang tua. cepat menyahut baik-baik (19) puhun gambir di dalam hutan (http://pantun-banjar.blogspot.com). pohon gambir di dalam hutan Melalui larik dikiau mama dikiau bapa // andaknya di padang sabat lakasi manyahut baik-baik, kita diajarkan untuk letaknya di tempat rimbun segera menyahut ketika dipanggil ibu atau ayah, amun bapandir lawan kuitan dan cara menyahutnya pun harus dengan cara kalau berbicara dengan orang tua yang baik.pula. baucap nitu bagamat-gamat berbicaranya pelan-pelan Cinta kasih (http://pantun-banjar.blogspot.com). Manusia tidak pernah lepas dari yang Melalui pantun tersebut, pembaca/ namanya cinta kasih. Entah itu cinta kasih terhadap pendengar pantun diajarkan tentang sopan santun sesama ataupun tidak. Cinta kasih merupakan terhadap orang tua yakni dalam hal berbicara. perpaduan kata-kata yang memiliki keterkaitan

156 157 Sawerigading, Vol. 20, 1 April 2014: 149—159 erat dan arti yang mendalam. Kata cinta menurut budi baiknya terbawa mati KBBI edisi IV dapat diartikan sebagai (rasa) suka (Seman, 2006:47). sekali atau (rasa), sayang sekali, ingin sekali, Guru merupakan orang yang sangat berjasa berharap sekali (2008:268), sedangkan kata kasih dalam kehidupan kita. Melalui larik yang berbunyi dapat diartikan sebagai perasaan sayang, cinta, jasa guru kada tabalas // budi baiknya tabawa atau suka kepada seseorang (2008:631). Jika mati, terdapat pembelajaran untuk senantiasa cinta merupakan suatu rasa yang sulit untuk di mengingat jasa-jasa guru yang begitu besar dalam ungkapkan, kasih merupakan kelanjutan tindakan mengajar dan mendidik tentang berbagai hal yang timbul dari rasa cinta yang mendalam kepada kita sehingga tidak mungkin kita akan tersebut. sanggup membalasnya meski sampai mati. Berikut ini pemanfaatan pantun Banjar untuk membangun kecerdasan emosional orang Kolaborasi / kerja sama .Banjar dalam hal cinta kasih. Pada dasarnya, manusia tidak dapat hidup (22) buah nyiur sabigi dua seorang diri, tanpa berinteraksi dengan manusia buah kelapa satu biji dua lainnya. Menurut Freud dalam Gerungan banyunya manis nyaman dinginum (2004:27) super-ego manusia yang terdiri atas airnya manis enak diminum hati nurani, norma-norma, dan cita-cita pribadi itu hurmat lawan urang tuha tidak mungkin terbentuk dan berkembang tanpa hormat dengan orang yang tua manusia itu bergaul dengan manusia lainnya. sayang pulang lawan nang anum Menurutnya, tanpa pergaulan sosial, manusia sayang juga dengan yang muda itu tidak dapat berkembang sebagai manusia (Seman, 2008:23). seutuhnya. Pentingnya pergaulan sosial ini juga tak Cinta merupakan kekuatan spiritual yang luput dari perhatian orang Banjar. Dari sekian dapat membangkitkan fungsi-fungsi kecerdasan banyak pantun yang terkumpul, ada beberapa emosional dan mengembangkan potensi pantun yang berisi tentang pembelajaran tentang seseorang yang sedang mengalaminya. Perasaan aspek kolaborasi/kerja sama. cinta di sini tidak hanya terbatas pada lawan jenis, tetapi dalam lingkup yang lebih luas, yakni (24) ulin panjang gasan galagar kepada orang tua, orang yang lebih tua, dan orang ulin panjang untuk galagar yang lebih muda.Melalui larik yang berbunyi ulin nang tipis diulah sirap hurmat lawan urang tuha //sayang pulang lawan ulin yang tipis dibuat sirap nang anum, kita diajarkan untuk bersikap hormat maulah masigit manggawi langgar kepada orang yang tua dan bersikap sayang juga membuat masjid membuat musala dengan yang muda. gawi sabumi mangumpul wakap Demikian pula pada pantun Banjar berikut, kerja bersama mengumpul wakaf terdapat pembelajaran tentang cinta kasih kepada (Seman, 2008:19). sesama. Pada dasarnya, seseorang yang memiliki (23) kain balacu hanyar ditapas kecerdasan emosional yang baik akan mampu kain mori baru dicuci bekerja sama secara baik pula dengan orang kain nang putih ngarannya kaci lain. Melalui pantun di atas, pembuat pantun kain yang putih namanya kaci mengingatkan kepada kita tentang pentingnya jasa guru kada tabalas bekerja sama, terutama untuk membuat/ jasa guru tidak terbalas membangun sesuatu yang sifatnya untuk budi baiknya tabawa mati kepentingan umum. Maulah masigit manggawi langgar // gawi sabumi mangumpul wakap, 158 159 Yulianti Puspita Sari: Kecerdasan Emosional Orang Banjar...

bermakna suatu pekerjaan yang berat yang DAFTAR PUSTAKA memerlukan dana yang besar seperti membuat Agustian, Ary Ginanjar. 2002. Rahasia Sukses masjid atau musala akan menjadi mudah jika dana Membangun Kecerdasan Emosi dan tersebut dikumpulkan secara bergotong-royong Spiritual ESQ: Emotional Spiritual yakni dengan bekerja sama mengumpul wakaf. Quotient Berdasarkan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam. Jakarta: Arga Wijaya Persada. PENUTUP Endraswara, Suwardi. 2003. Metodologi Kecerdasan emosional seseorang Penelitian Sastra. Yogyakarrta: Pustaka harus terus diasah. Seseorang yang memiliki Widyatama kecerdasan emosional yang baik, tidak akan Gerungan. 2004. Psikologi Sosial. Bandung: PT mengalami kesulitan untuk bergaul dengan Refika Aditama orang yang ada di sekitarnya. Konsep tentang Goleman, Daniel. Diterjemahkan oleh T.Hermaya. kecerdasan emosional ini sendiri secara tidak 2006. Kecerdasan Emosional: Mengapa langsung telah diajarkan oleh orang-orang Banjar EI lebih penting daripada IQ. Jakarta: sejak dulu, antara lain melalui pantun Banjar. Gramedia Pustaka Utama Sebagai salah satu perwujudan dari sastra lama, Indradi, Arsyad. 2011. Pantun Banjar. (http:// pantun dinilai cukup efektif digunakan dalam pantun-banjar.blogspot.com). Diakses 11 rangka pembelajaran tentang kecerdasan emosi, Maret 2013. mengingat pantun biasanya disampaikan tanpa Ratna, Nyoman Kutha. 2006. Teori, Metode, ada kesan menggurui dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Berdasarkan penelitian yang dilakukan, Pustaka Pelajar terungkap ada sekian banyak pembelajaran tentang Segal, Jeane. 2000. Melejitkan Kepekaan kecerdasan emosional yang terdapat dalam pantun Emosional. Bandung: Mizan Media Utama Banjar, antara lain (1) mengenali emosi sendiri Seman, Syamsiar. 2004. Ayo Kita Bapapantunan. yang terefleksi melalui kesadaran beragama Banjarmasin: Bina Budaya Banjar dan sikap introspeksi diri; (2) mengelola emosi Seman, syamsiar. 2008. Kesenian Tradisional yang direfleksikan melalui kemampuan dalam Banjar: Lamut, Madihin, dan Pantun mengelola konflik dan mengendalikan emosi; (cetakan ketiga). Kalimantan Selatan: dan (3) membina hubungan yang direfleksikan Lembaga Pengkajian dan Pelestarian melalui bersikap tolong-menolong, sopan-santun, Budaya Banjar cinta kasih, dan kolaborasi/kerja sama. Sugono, Dendy dkk. 2008.. Kamus Besar Bahasa Jika dalam keberadaannya, pantun digunakan Indonesia (Edisi Keempat). Jakarta: orang-orang zaman dahulu untuk menyisipkan Gramedia pembelajaran tentang kehidupan, tinggal kita sebagai pewaris pantun tersebut, mampukah kita merefleksikan petuah yang disampaikan tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

158 159 160 161 SAWERIGADING

Volume 20 No. 1, April 2014 Halaman 161—172

MORALITAS DALAM DONGENG KISAH I KUKANG (Morality in “Kisah I Kukang” Fairy Tale)

Nasruddin Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Selatan dan Provinsi Sulawesi Barat Jalan Sultan Alauddin Km 7/Tala Salapang, Makassar 90221 Telepon (0411)882401, Faksimile (0411)882403 Pos-el: [email protected] Diterima: 26 Desember 2013; Direvisi: 12 Februari; Disetujui: 20 Maret 2014

Abstract The writing intends to discuss morality in literary work. Theory applied is sociology of literature. To determining good or bad morality, unwritten concept that widely known in the society is used. The writer implies the theory on fairy tale entitling Kisah I Kukang. The morality is focused on the literary itself like theme, thought, philosophy, and the author message described in character behavior and characterization in accordance with plot and setting. Of content analysis and reading carefully used, it could be concluded that fairy tale plays an important role as communication media in conveying morality to his readers. Morality aspect in Kisah I Kukang expressed in the writing is hard working, economize life, keeping relationship and solidarity, well consideration, and concerning the advice. Keywords: moral, morality, fairy tale, Kisah I Kukang

Abstrak Tulisan ini berusaha mengetengahkan kajian moralitas dalam karya sastra. Teori yang digunakan adalah sosiologi sastra.Untuk menentukan moralitas baik dan buruk dalam tulisan ini digunakan konsep yang telah dirumuskan oleh masyarakat secara umum. Pada kajian ini penulis mencoba mengimplementasikanya pada sebuah dongeng yang berjudul . Kisah I Kukang. Dalam memberikan ukuran moralitas pada karya ini, penulis lebih menitikberatkan kepada masalah isi seperti tema, pemikiran, falsafah, dan pesan-pesan pengarang yang tergambar pada prilaku tokoh dan penokohannya serta dikaitkan dengan alur dan latar. Dari metode content analysis yang digunakan dan teknik pembacaan secara cermat dan berulang-ulang yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa sastra dongeng dapat memainkan peranannya sebagai media komunikasi dalam menyampaikan aturan tentang aspek moralitas kepada para pembacanya. Aspek moralitas dalam Kisah I Kukang yang sempat diungkapkan dalam tulisan ini, antara lain kerja keras, hidup hemat, menjaga kekeluargaan dan persaudaraan, perhitungan yang matang, dan mengindahkan nasihat. Kata kunci: moral, moralitas, dongeng, Kisah I Kukang

PENDAHULUAN sebagai milik bersama. Hal tersebut tumbuh dari Cerita rakyat adalah sastra tradisional kesadaran kolektif yang kuat pada masyarakat karena merupakan hasil karya yang dilahirkan lama. Danandjaja (1986:2) mengemukakan dari sekumpulan masyarakat yang masih kuat bahwa folklor adalah sebagian kebudayaan suatu berpegang pada nilai-nilai kebudayaan yang bersifat kolektif yang tersebar dan diwariskan turun- tradisional. Kesusastraan tradisional kadang- temurun, di antara kolektif macam apa saja, secara kadang disebut sebagai cerita rakyat dan dianggap tradisional dalam versi yang berbeda, baik dalam

160 161 Sawerigading, Vol. 20, 1 April 2014: 161—172 bentuk lisan maupun contoh yang disertai gerak itu berpikir, bertindak, dan berperilaku. Folklor isyarat atau alat pembantu pengingat (mnemonic menjadi salah satu bagian terpenting yang tidak device). Pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa bisa lepas dalam perjalanan evolusi manusia cerita rakyat adalah kisahan atau cerita anonim dari hingga sekarang dari berbagai aspek, baik itu zaman dahulu yang hidup di kalangan masyarakat kultur, budaya, sosial, filsafat, hingga religiusitas. dan diwariskan secara lisan atau turun-temurun Folklor khususnya cerita rakyat, sepertimite sebagai sarana untuk menyampaikan pesan moral (myth), legenda (legend), dongeng (folktale) dan tentang persoalan hidup dan kehidupan manusia. lainnya bisa juga berfungsi sebagai alat pengajaran Nurgiyantoro (2000:324) membagi tiga garis besar dan pewarisan nilai-nilai etik dan moral, serta persoalan hidup dan kehidupan manusia, yaitu: kontrol sosial pada kolektif masyarakat dimana 1. hubungan manusia dengan diri sendiri, folklor itu diciptakan. Hal tersebut disebabkan 2. hubungan manusia dengan manusia di dalam cerita rakyat mengandung nilai-nilai lain dalam lingkup sosial termasuk dan ide-ide, gagasan, angan-angan, cita-cita, hubungannya dengan lingkungan alam, falsafah, dan kesadaran kolektif masyarakat yang dan menciptakannya. Dengan kata lain, cerita rakyat 3. hubungan manusia dengan Tuhannya. merefleksikan bagaimana masyarakat berpikir, bertindak, berperilaku, dan memanifestasikan Sesuai dengan pendapat Nurgiyantoro di berbagai sikap mental, pola pikir, tata nilai, dan atas, V. Propp. (1997) dalam hasil penelitian yang mengabadikan hal-hal yang dirasa penting oleh telah dilakukannya, mengatakan bahwa cerita pendukungnya. rakyat atau folklor sangat perlu diperhatikan Folklor yang diwariskan turun-temurun sebagai tanda perubahan masyarakat. Foklor secara lisan, bukan berarti tidak berguna atau dalam masyarakat menyuarakan perilaku proses relevan lagi pada zaman sekarang ini, terlepas dari mendidik sesamanya. Perubahan yang dilakukan unsur mistik yang ada didalamnya, folklor masih manusia terutama melalui proses pengenalan memiliki nilai-nilai dan norma, etika, ajaran kebudayaan yang terus menerus akan dapat moral yang masih relevan hingga masa sekarang, diidentifikasikan pemahaman manusia kepada arti dan fungsinya masih sangat penting terutama kebudayaannya. Selain itu, Danandjaja (1986:83) bagi kolektif pemiliknya. Pengkajian pada folklor menerangkan bahwa folklor atau cerita rakyat bisa digunakan sebagai sarana penanaman nilai- mempunyai kegunaan dalam kehidupan bersama nilai maupun pengajaran moral pada masyarakat suatu kolektif, misalnya sebagai alat pendidikan, sekarang. Selain itu, kajian folklor juga berguna penglipur lara, protes sosial, dan proyeksi untuk karya sastra keliteraturan itu sendiri. keinginan terpendam. Pewarisannya pada generasi selanjutnya berguna Eksistensi folklor atau cerita rakyat dalam dalam rangka memperkencil kesenjangan budaya suatu sistem tatanan budaya dan sosial suatu pada generasi muda sekarang. Hal ini dibenarkan masyarakat menjadi sangat penting. Folklor oleh Saryono (2009:16-17) dikatakannya bahwa merupakan sebuah refleksi sosial akan suatu folklor itu memiliki sumbangsih besar dalam masyarakat dan segala sistem yang berlaku hidup dan kehidupan manusia, sastra bukan didalamnya, serta sebuah cerminan akan nilai- sekedar artefak (barang mati), tetapi sastra nilai moral, etik, dan nilai-nilai normalitas yang merupakan sosok yang hidup. Sebagai sosok berlaku dalam suatu masyarakat. Selain itu, folklor yang hidup, sastra berkembang dengan dinamis juga dapat dipandang sebagai suatu manifestasi menyertai sosok-sosok lainnya, seperti politik, dari cara pandang suatu masyarakat secara ekonomi, kesenian, dan kebudayaan. Sastra holistik, artinya sebuah folklor yang ada dan dianggap mampu menjadi pemandu menuju jalan eksis dalam suatu masyarakat, bisa dilihat sebagai kebenaran karena sastra yang baik adalah sastra suatu proyeksi bagaimana sebuah masyarakat yang ditulis dengan penuh kejujuran, kebeningan, 162 163 Nasruddin: Moralitas dalam Dongeng Kisah I Kukang

kesungguhan, kearifan, dan keluhuran nurani sastra, yaitu sosiologi pengarang, sosiologi karya manusia. Sastra yang baik mampu mengingatkan, sastra, dan sosiologi pembaca dan pengaruh menyadarkan, dan mengembalikan manusia ke sosial karya sastra. Pembagian jenis sosiologi jalan yang semestinya, yaitu jalan kebenaran dalam sastra tersebut, hampir mirip dengan apa yang usaha menunaikan tugas-tugas kehidupannya. dilakukan oleh Ian Watt (via Damono, 1979:3). Diungkapkan oleh Luxemburg (1984: 23) sastra Ian Watt, membedakan antara sosiologi sastra dapat dipandang sebagai suatu gejala sosial. Hal yang mengkaji konteks sosial pengarang, sastra itu dikarenakan sastra ditulis dalam kurun waktu sebagai cermin masyarakat, dan fungsi sosial tertentu yang langsung berkaitan dengan norma sastra. Menurut Wellek dan Warren, sosiologi -norma dan adat istiadat zaman itu dan pengarang pengarang memasalahkan status sosial, ideologi sastra merupakan bagian dari suatu masyarakat sosial, dan lain-lain yang menyangkut pengarang atau menempatkan dirinya sebagai anggota dari sebagai penghasil sastra. Sosiologi karya sastra masyarakat tersebut. memasalahkan karya sastra itu sendiri. Mengkaji Folklor yang akan diangkat sebagai studi apa yang tersirat dalam karya sastra dan apa yang kasus dalam tulisan ini adalah Kisah I Kukang. menjadi tujuannya, sedangkan sosiologi pembaca Pemilihan cerita rakyat ini terutama dikarenakan mengkaji pembaca dan pengaruh sosial karya folklor berjenis dongeng ini cukup populer dan sastra. Sehubungan dengan kajian ini digunakan dikenal luas oleh masyarakat pendukungnya, teori sastra yang kedua, yaitu sosiologi karya yaitu suku Makassar. Suatu karya sastra yang sastra. dikenal luas dalam masyarakat berarti pesan moral Menurut Wellek dan Warren (1994:109- dalam karya sastra tersebut dipahami dan diterima 133) sosiologi karya sastra mengkaji isi karya sebagai bagian dari sistem acuan perilaku warga sastra, tujuan, serta hal-hal lain yang tersirat dalam masyarakatnya. Hal ini berkaitan dengan fungsi karya sastra itu sendiri dan yang berkaitan dengan sosial dari karya sastra, yakni permasalahan tentang masalah sosial. Sosiologi pembaca mengkaji seberapa jauh nilai-nilai moralitas dalam karya permasalahan pembaca dan dampak sosial karya sastra berkaitan dengan nilai-nilai budaya yang ada sastra, serta sejauh mana karya sastra ditentukan dalam kehidupan sosial suatu masyarakat.Untuk atau tergantung dari latar sosial, perubahan dan memahami dan menginterpretasi moralitas yang perkembangan sosial. Ian Watt (dalam Damono, terkandung di dalamnya diperlukan penelitian 1979), merumuskan wilayah kajiankarya sastra yang menyangkut, pemahaman akan kebudayaan, dalam hubungannya dengan masalah-masalah prilaku, kehidupan, kemasyarakatan, dan pola sosial yang ada dalam masyarakat. Sosiologi pikir atau persepsi si pemilik folklor pada masa sastra ini berangkat dari teori mimesis Plato, yang cerita itu dibuat. menganggap sastra sebagai tiruan dari kenyataan. Masalah pokok yang dibahas dalam tulisan Fokus perhatian sosiologi karya sastra adalah ini adalah sejauh manakah dongeng Kisah I pada isi karya sastra, tujuan, serta hal-hal lain Kukang dapat menyampaikan peranannya sebagai yang tersirat dalam karya sastra itu sendiri dan media komunikasi dalam menyampaikan aturan yang berkaitan dengan masalah sosial (Wellek tentang aspek moralitas kepada pembacaya. dan Warren, 1994). Oleh Watt (dalam Damono, Adapun tujuan penulisan adalah mendeskripsikan 1979:4) sosiologi karya sastra mengkaji sastra aspek moralitas yang terekam dalam dongeng sebagai cermin masyarakat. Apa yang tersirat Kisah I Kukang. dalam karya sastra dianggap mencerminkan atau KERANGKA TEORI menggambarkan kembali realitas yang terdapat dalam masyarakat. Beberapa masalah yang Teori yang digunakan dalam penelitian menjadi wilayah kajian sosiologi karya sastra ini adalah teori sosiologi sastra. Wellek dan adalah: isi karya sastra, tujuan, serta hal-hal lain Warren (1994), menawarkan tiga jenis sosiologi yang tersirat dalam karya sastra yang berkaitan 162 163 Sawerigading, Vol. 20, 1 April 2014: 161—172 dengan masalah sosial. Di samping itu, sosiologi atau ukuran yang mengatur tingkah laku, perbuatan karya sastra juga mengkaji sastra sebagai cermin dan kebiasaan manusia yang dianggap baik masyarakat, sastra sebagai dokumen sosial budaya dan buruk oleh masyarakat yang bersangkutan. yang mencatat kenyataan sosiobudaya suatu Baik dan buruk orang yang satu dengan yang masyarakat pada masa tertentu (Junus, 1986), lainnya ada kalanya tidak sama. Oleh sebab mengkaji sastra sebagai bias (refract) dari realitas itu, masyarakat memberikan pedoman pokok (Harry Levin, via Junus, 1986). Isi karya sastra tingkah laku, kebiasaan, dan perbuatan yang telah yang berkaitan dengan masalah sosial, dalam hal disusun dan dianggap baik oleh seluruh anggota ini sering kali dipandang sebagai dokumen sosial, masyarakat itu. atau sebagai potret kenyataan sosial (Wellek dan Dalam bahasa Indonensia, selain menerima Warren, 1994). perkataan akhlak, etika, dan moral yang masing- Dalam hubungan antara karya sastra dengan masing berasal dari bahasa Arab, Yunani, dan kenyataan, Teeuw (1988:228) menjelaskan bahwa Latin, juga dipergunakan beberapa perkataan karya sastra lahir dari peneladanan terhadap yang makna dan tujuannya sama atau hampir sama kenyataan, tetapi sekaligus juga model kenyataan. dengan perkataan akhlak, yaitu susila, kesusilaan, Bukan hanya sastra yang meniru kenyataan, tetapi tata susila, budi pekerti, kesopanan, sopan santun, sering kali juga terjadi sebuah norma keindahan adab, tingkah laku, prilaku, dan kelakuan. yang diakui masyarakat tertentu yang terungkap Jika orang membicarakan moral seseorang dalam karya seni, yang kemudian dipakai sebagai atau suatu masyarakat, yang dibicarakan adalah tolok ukur untuk kenyataan. Kajian sosiologi kebiasaan, tingkah laku atau perbuatan orang karya sastra memiliki kecenderungan untuk tidak tersebut atau kelompok masyaraka itu. Usaha melihat karya sastra sebagai suatu keseluruhan, moralisasi dimaksudkan untuk menyampaikan tetapi hanya tertarik kepada unsur-unsur ajaran- ajaran moral, sehingga aturan-aturan, sosiobudaya yang ada di dalam karya sastra. tingkah laku, dan perbuatan yang telah disepakati Kajian hanya mendasarkan pada isi cerita, tanpa oleh seluruh masyarakat dihayati dan dilestarikan mempersoalkan struktur karya sastra. oleh anggota masyarakat anggota penerusnya. Sesuai dengan permasalahan dalam Hal -hal yang dianut dan dijadikan aturan tingkah tulisan ini dikemukakan pula konsep moral yang laku itu dinamakan nilai-nilai moral. digunakan dalam masyarakat umum. Moral Moral merupakan suatu peraturan yang berarti ajaran tentang baik dan buruk yang sangat penting ditegakkan pada suatu masyarakat diterima umum mengenai perbuatan, sikap, karena dapat menjadi suatu rambu-rambu dalam kewajiban, dan sebagainya. Selain itu, moral kehidupan serta pelindung bagi masyarakatnya bersinonim dengan akhlak, budi pekerti, dan itu sendiri. Moral itu dihasilkan dari perilaku susila. Moralisasi uraian (pandangan, ajaran) intelektual, emosi, atau hasil berpikir intuitif tentang perbuatan dan kelakuan yang baik. (Alwi: setiap individu yang pada akhirnya merupakan 2002: 754—755). Moral atau moralitas yaitu tata aturan dalam kehidupan untuk menghargai dan tertib tingkah laku yang dianggap baik dan luhur dapat membedakan yang benar dan yang salah dalam suatu lingkungan atau masyarakat. yang berlaku dalam suatu masyarakat . Moral disebut juga kesusilaan merupakan Tiga keutamaan tentang moralitas menurut keseluruhan dariberbagai kaidah dan pengertian Alasdair (1990) bahwa tidak bisa tidak, harus yang menentukan mana yang dianggap baik ada sebuah “kegiatan bermakna” keinginan untuk dan manayang dianggap durhaka dalam suatu mencapai mutu internalnya, yaitu kejujuran dan golongan (masyarakat). Pada hakikatnya tiap-tiap kepercayaan (truthfulness dan trust), keadilan norma kesusilaan bersifat relatif. (justice), dan keberanian (courage). Kalau kita Berdasarkan arti kata moral di atas dapat bersama-sama melakukan sebuah “kegiatan diambil kesimpulan bahwa moral ialah tatanan bermakna” dan satu di antara kita melakukan 164 165 Nasruddin: Moralitas dalam Dongeng Kisah I Kukang

kegiatan tipu muslihat, maka maknanya telah memberi kepada orang lain, berusaha yang halal, hilang. Keadilan menuntut agar orang lain menjaga dan memelihara ibadah, bermuamalah, diperlakukan menurut jasa atau pahalanya sesuai bersikap kasih kepada sesama mahluk, marah jika dengan standar-standar “kegiatan bermakna” kehormatannya tersinggung, bertanggung jawab, yang bersangkutan. selalu membantu jika dibutuhkan, mengasingkan Begitu pula Thomas Aquinas (dalam dari perbuatan buruk, memuliakan janji yang telah Sumaryono, 2002: 89) menjelaskan dua hukum disepakati, selalu mengajak orang dalam kebajikan, yang perlu dipahami untuk mengerti hakikat meninggalkan hal-hal yang tidak berguna, moralitas, yaitu hukum abadi (lex aeterna) menutupi aib kawan maupun lawan, berhati mulia, dan hukum kodrat (lex naturalis). Hukum memberi dan menerima nasihat, patuh akan hukum abadi adalah Allah sendiri, dipandang sebagai Allah, negara, dan masyarakat, memiliki rasa malu, sumber eksistensi alam semesta dan manusia dsb. Sebaliknya, prinsip-prinsip/kaidah-kaidah dengan segala hakikat dan kekhasannya. Kodrat moral yang tercela diantaranya, berperasaan kasar, sebagai makhluk mencerminkan hukum abadi bertindak tanpa perhitungan, buruk sangka, tidak karena segenap ciptaan dalam hakikatnya persis merasa senang melihat orang lain bahagia, cepat sebagaimana dikehendaki oleh sang Pencipta, putus asa dan pengeluh, jumud (berpegang kuat maka kodrat merupakan hukum bagi kita. Artinya, pada sesuatu tanpa pengertian, memperturutkan kita harus hidup sesuai dengan kodrat kita karena nafsu buruk, sombong, tak kenal diri, serakah, hal itu yang dikehendaki oleh Tuhan. Sekaligus tidak jujur, tidak menrima kenyataan, dan laku kita hanya dapat menjadi diri sendiri apabila perbuatan lain- lainnya yang mengandung nilai kita memang hidup sesuai dengan kodrat kita. negatif bagi akhlak menurut hukum syariat. Dengan demikian, bagi manusia hukum kodrat, Pendekatan moral bertolak dari asumsi dalam bahasa modern merupakan hukum moral: dasar bahwa salah satu tujuan kehadiran sastra Hukum kodrat yang memuat prinsip- prinsip di tengah-tengah masyarakat pembaca adalah hidup yang bermoral. Di samping hukum abadi berupaya untuk meningkatkan harkat dan dan hukum kodrat, Thomas pun masih mengenal martabat manusia sebagai mahluk berbudaya, hukum manusia, yaitu hukum yang dibuat oleh berfikir, dan berketuhanan. manusia sendiri sesuai dengan keperluannya Karya sastra diciptakan oleh seorang dengan menerapkan dan memperluas hukum penulis tidak semata-mata mengandalkan bakat kodrat. Lalu, ada juga hukum Ilahi, yaitu wahyu dan kemahiran berekpresi, tetapi lebih dari Allah dan Kitab Suci. itu, seorang penulis melahirkan karya sastra Kaidah-kaidah moral yang membentuk karena ia memiliki visi, aspirasi, itikad baik, akhlak terpuji berdasarkan ajaran Islam di dan perjuangan sehingga karya sastra yang antaranya, selalu berlaku adil terhadap siapapun, dihasilkannya memiliki nilai tinggi. Oleh sebab baik terhadap kawan maupun lawan, Senantiasa itu, dalam karya sastra yang megandung nilai mengingat Allah, selalu mengarah kepada -nilai moral dapat memotivasi masyarakat ke kebenaran dalam pikiran, perkataan dan laku arah kehidupan yang lebih baik. Di dalam karya perbuatan, tidak gentar dalam perang atau sastra itu dapat diperlihatkan tokoh-tokoh yang menghadapi kejahatan, seluruh hayat diisi dengan memiliki kebijkasanaan dan kearifan sehingga perbuatan baik, suka bergaul dengan orang baik- pembaca dapat mengambilnya sebagai teladan. baik, bersalaman ketika bertemu, suka berjamaah, Keunggulan pendekatan ini memandang tidak terpengaruh oleh bujukan lawan, selalu bahwa karya sastra sebagai karya yangmengandung bersyukur, tidak kaku melaksanakan ketentuan, nilai-nilai, pemikiran, dan falsafah hidup yang akan selalu bercita-cita kebajikan, mengutamakan membawa manusia menuju ke arah kehidupan sikap damai, perkataan yang diucapkan dan yang lebih bermutu; pembaca dapat menemukan perbuatan yang dilakukan selalu dapat dipercaya, berbagai sikap, nilai, harga diri, sifat kemanusiaan 164 165 Sawerigading, Vol. 20, 1 April 2014: 161—172 yang sangat bermanfaat untuk memperdalam dan dalam cerita itu. memperluas persepsi, tanggapan, wawasan, dan Kisah I Kukang, dilihat dari isi ceritanya penalarannya. menggambarkan kehidupan seorang tokoh Dalam melakukan pengkajian sastra dengan bernama I Kukang atau si Yatim Piatu ketika pendekatan moralisme, terlebih dahulu perlu kedua orang tuanya meninggal. Kehidupannya menentukan kriteria yang lebih tegas yang menjadi sangat memprihatinkan. Ia tidak hanya memiliki batasan-batasan moralitas. Kejelasan batasan aliran orang tua dan sanak keluarga saja, tetapi juga moralisme akan mempertegas dalam menentukan tidak ada harta warisan yang ditinggalkan kedua kriteria dalam proses pengkajian pada sebuah orang tuanya. Pakaian yang dikenakannya adalah karya sastra. Dengan demikian dapat diketahui satu-satunya, itu pun sudah compang-camping, apakah karya sastra tersebut bertemakan tentang kumuh, dan warnanya sudah tak dapat dikenali moral atau tidak, atau apakah karya sastra tersebut lagi. Jika ingin makan, ia harus membantu ingin menyampaikan tentang moral atau bukan. orang mengangkat air, membuang sampah atau membersihkan halaman rumah. Tempat tidurnya METODE adalah balai-balai yang ia buat di atas kuburan Metode penelitian yang digunakan kedua orang tuanya. dalam tulisan ini adalah content analysis. Pada suatu hari I Kukang sangat lapar Menurut Endraswara (2003: 160) content tetapi sedikit pun tak ada makanan. Karena analysis digunakan apabila peneliti hendak itu, muncullah niatnya ke hutan untuk mencari mengungkapkan, memahami, dan menangkap makanan. Di tengah-tengah hutan, tiba-tiba pesan karya sastra. Karena penelitian ini hendak terjatuh buah dari pohonya. Setelah diperhatikan, mengungkapkan pesan-pesan moral dari teks ternyata ada burung yang sedang makan buah cerita dongeng, dengan demikian menurut hemat di atas pohon. Karena laparnya, ia ingin segera penulis, metode content analysis menjadi pilihan memakan buah itu. Akan tetapi, muncul pula metode yang paling tepat untuk digunakan. kekhawatiran dalam hatinya jangan-jangan buah Langkah-langkah yang dilakukan adalah : (1) itu beracun. Ia pun mengamati burung-burung menentukan objek yang akan dikaji, (2) melakukan yang sedang asyik menikmati buah di atas pohon. pengumpulan data dengan cara pembacaan secara Dengan pengamatan itu, kekhawatirannya pun cermat dan berulang-ulang terhadap teks, (3) segera menghilang. Ia pun segera mengambil menganalisis data dengan cara penyajian data dan buah yang jatuh itu lalu dimakannya dan ternyata pembahasannya yang dilakukan secara kualitatif tidak membahayakan pada dirinya.Timbullah konseptual, dan (4) membuat kesimpulan. dalam pikirannya untuk membawa buah itu ke pasar. PEMBAHASAN Usaha I Kukang tidaklah sia-sia. Buah yang ditawarkan itu mendapat sambutan yang sangat Pada kajian ini penulis mencoba baik di kalangan pedagang buah. Banyak di mengimplementasikan prinsip-prinsip aliran antara mereka ingin menjadi pelanggang, apalagi moralisme pada karya sastra dongeng yang buah tersebut sulit didapatkan pada musim itu. berjudul KisahI Kukang yang diterbitkan pertama Salah seorang pelanggang I Kukang kali pada tahun 1996 oleh Proyek Penerbitan adalah I Mallang. Selama berbisnis buah dengan Buku Sastra dan Daerah, Depdikbud. Karya sastra I Mallang, ia selalu memperlihatkan sifat dan dongeng ini diasumsikan banyak mengandung tingkah laku yang terpuji. Memperhatikan budi ajaran-ajaran moral. Ajaran-ajaran moral tersebut baik I Kukang, I Mannyang, saudara kandung I diilhami oleh tema dan amanat yang terekam di Mallang ingin mengetahui siapa itu I Kukang, dalamnya. Selain itu, ajaran-ajaran moral juga siapa orang tuanya, bagaimana keadaannya, dapat diketahui dari para tokoh yang berperan dan seterusnya. Tahu asal usul dan kondisi 166 167 Nasruddin: Moralitas dalam Dongeng Kisah I Kukang

kehidupan I Kukang, I Mannyang tertarik untuk banyak mengalami permasalahan hidup. Akan mengambilnya sebagai anak angkat. I Kukang tetapi, dalam menyikapi berbagai permasalahan tidak serta-merta menerima tawaran itu. Akan hidup yang dihadapinya dia selalu berpegang tetapi, ia melakukan penyelidikan tentang teguh pada budaya lokal yang melatarbelakangi kesungguhan hati I Mannyang. penciptaan cerita ini. Menganggap sebagai anak sendiri, Kerja Keras I Mannyang memperhatikan masa depan I Kukang. I Mannyang menyerahkan I Dalam konteks budaya Makassar kerja Kukangkepada seorang guru untuk dididik keras sangat dimuliakan. Begitu dimuliakannya secara khusus. Setelah berguru sekian lama, I sehingga masalah kerja keras itu diabadikan dalam Kukang tumbuh menjadi sosok yang cerdas dan sebuah pappasang Tumatoa (wasiat para leluhur) memiliki budi pekerti yang terpuji. Bahkan, dia yang berbunyi, resopa satunggu-tunggu naletei melebihi kawan-kawan seperguruannya. Karena panngamaseanna Dewataya (Hanya dengan itulah, ia amat disenangi oleh gurunya sehingga kerja keras rahmat Tuhan dapat diraih). Nilai diberi kepercayaan untuk membantu mengatur moral inilah yang mewarnai kehidupan tokoh segala sesuatu yang berhubungan dengan proses I Kukang.Dari alur perjalan hidupnya, tokoh belajar-mengajar. sentral ini sudah mengalami banyak penderitaan. Sekian lama mendapatkan pendidikan, Ia tidak hanya ditinggal pergi oleh kedua orang datang tawaran dari seorang saudagar Belanda tuanya untuk selamanya, tetapi juga tidak untuk menjadi karyawan di sebuah toko. I memiliki sanak keluarga dan harta. Meskipun Kukangtidak menyia-nyiakan kesempatan ini. demikian, semangat hidup I Kukang tidak pernah Penghasilannya cukup lumayan karena mampu luntur. Penderitaan yang ia alami justru memacu memenuhi kehidupan sehari-harinya.. Karena semangat, keyakinan, dan keinginannya bekerja kecerdasan dan perilakunya yang amat terpuji, demi kelangsungan hidupnya. Dan, di dalam karier I Kukang semakin cemerlang. Ia diangkat bekerja I Kukang tidak dengan bekerja seadanya, oleh majikannya sebagai pengawas atau mandor tetapi dilandasi dengan semangat kerja yang di toko tersebut. Tak lama menempati posisinya tinggi, seperti terungkap dalam teks berikut. itu, ia dikawinkan oleh majikannya dengan “Demikianlah keadaannya setiap hari seorang gadis yang bernama I Saoda. Dengan selalu pergi mengambilkan air orang lain istrinya, ia hidup tentram dan damai. dan membuang sampahnya para penjual Ketentraman dan kebahagiaan bersama kemudian diberi upah”. (Gani,1986:11). istrinya tidak terlalu lama dinikmatinya. I Kukang Dalam kutipan di atas digambarkan tiba-tiba jatuh sakit. Penyakit yang dideritanya sikap dan tindakan I Kukang yang amat mulia itu amat parah. Tak sedikit dukun dan tabib yang dan terpuji. Ia pantang mengharapkan belas mengobatinya, tetapi tak kunjung sembuh. Nanti kasihan orang lain atau pun menjadi peminta- setelah diobati oleh Tambi Hakim barulah ia minta. Pekerjaan yang ia lakoni adalah sembuh. menjadi pengambil air dan pembuang sampah. I Kukang kemudian bekerja pada majikan Meskipun sudah dapat menyambung hidupnya barunya Tambi Hakim setelah sembuh dari dari pekerjaannya tersebut, I Kukang tetap penyakitnya. Dalam bekerja, ia tak pernah lupa berinisiatif untuk meningkatkan taraf hidupnya. nasehat yang disampaikan oleh Tambi hakim, I Kukang masuk hutan mencari buah-buahan yaitu rajin bekerja, cekatan, jujur, dan tidak lalu menjualnya kepada pedagang buah. Niat I boleh boros. Dengan nasehat itu pula, I kukang Kukang menjadi kenyataan, yaitu dari pembuang sukses menjalankan usahanya. sampah menjadi penjual buah-buahan. Pada naskah iniajaran moralitas Kehidupan I Kukang semakin membaik digambarkan oleh I Kukang. Tokoh sentral yang 166 167 Sawerigading, Vol. 20, 1 April 2014: 161—172 berkat semangat dan kerja kerasnya. Bahkan, Dengan uang kekuasaan menjadi besar. Dengan dengan sikap dan prilakunya itu ditambah uang pula seseorang, bagaimanapun rendah dan dengan andil I Mannyang (orang tua angkatnya), hinanya dapat terangkat dan dihormati orang. I Kukang dapat menapaki kariernya, yaitu dari Bahkan, dengan uang semuanya akan mudah. karyawan toko menjadi mandor pada saudagar I Kukang tahu diri akan segala Belanda, kemudian menjadi karyawan Tambi kekurangannya. Ia tidak punya sanak keluarga, Hakim. Dari gambaran perilaku I Kukang dapat tak berharta, dan bukan dari golongan stratifikasi dipetik nilai moral bahwa hanya dengan kerja sosial yang pantas dihormati. Karena itu, keras, keberhasilan dapat dicapai. tekadnya cuma satu dalam usaha menggapai taraf Hidup Hemat kehidupan yang lebih baik, yaitu melalui uang atau kekayaan. Nilai moral hidup hemat adalah nilai yang cukup menonjol dalam kisah ini. Nilai moral ini Menjaga Kekeluargaan dan Persaudaraan. tercermin dalam diri tokoh I Kukang. Ia berhasil Nilai moralitas yang ingin diungkapkan membangun ekonomi rumah tangganya menjadi pula dalam dongeng I Kukang ini adalah mapan karena kemampuannya mengatur menjaga kekeluargaan dan persaudaraan. pemasukan dan pengeluarannya. Dengan pengungkapan nilai moralitas ini dalam Nilai moral agar hidup hemat dalam hal dongeng, pertanda nilai moralitas tersebut amat pengelolaan pendapatan merupakan nasihat dijungjung tinggi masyarakat Makassar dalam Tambi Hakim kepada I Kukang berikut ini hidup bermasyarakat. “Usahakan sekuat tenaga, Nak menjaga dan Dalam dongeng ini tokoh I Mannyang memelihara uang itu jika kamu memperoleh adalah sosok yang sangat mengedepankan rezeki dari Tuhan. Apabila pengeluaran perilaku terpuji ini. I Mannyang adalah sahabat lebih banyak dalam sehari, sebulan, dan almarhum ayah I Kukang yang bernama I Darasi. setahun daripada pemasukan yakinlah pasti Ia sangat iba melihat I Kukang dari kesusahan perhitunganmu tidak benar”. (Gani, 1986: yang melilitnya setelah kedua orang tuanya 58—59). meninggal. Karena itu, I Mannyang berniat Nasihat Tambi Hakim, betul-betul mengajak I Kukang untuk hidup bersamanya. dilaksanakan oleh I Kukang. Setelah sembuh Maksud I Mannyang adalah baik, yaituuntuk dari penyakit lumpuh yang dideritanya, I Kukang membantu I Kukang keluar dari penderitaan mulai menata ekonomi rumah tangganyadari yang dihadapinya. Pada mulanya I Kukang ragu upah yang didapatkan dari Tambi Hakim. atas ketulusan hati sahabat ayahandanya itu. Akan Hasilnya cukup menggembirakan, ekonominya tetapi, setelah direnungkan dan dipikirkan baik- yang tadinya morat-marit kini normal kembali. baik, barulah I Kukang menerimanya. Nasihat lain Tambi Hakim kepadanya “Berkatalah I Mannyang, sayalahyang biasa adalah sebagai berikut. membawa ayahmu berlayar ke sana ke mari, “Tidak ada lain yang menyebabkan merasakan pahit getirnya kehidupan seperti seseorang mendaptkan kehormatan, seorang orang yang bersaudara seibu dan sebapak. raja menjadi luas kekuasaannya, orang Jika kamu bersedia kupungut, mari kita hina menjadi mulia, orang mulia menjadi hidup semati”. (Gani, 1986: 28). semakin mulia, kecuali uang. Langkah yang Apa yang dikatakan I Mannyang dalam menyebabkan itu semua”. ( Gani, 1986: 59). kutipan di atas, disadari I Kukang bahwa Sungguh besar pengaruh kekayaan dalam antara I Mannyang dan almarhum ayahandanya kehidupan manusia menurut nasihat Tambi Hakim terjalin persaudaraan yang sangat kental semasa di atas. Dengan uang seseorang dapat dihormati. hidupnya. Hal itu berarti ajakan itu bukanlah

168 169 Nasruddin: Moralitas dalam Dongeng Kisah I Kukang

basa-basi, melainkan keinginan yang tulus dan rasa perikemanusiaannya, mungkin ada niat yang ikhlas. Oleh sebab itu. Niat baikI sirik-nya. Jika tidak ada rasa kasihannya, Mannyang diterima dengan baik pula oleh mungkin ada rasa sayangnya”. ( Gani, 1986: I Kukang, seperti tergambar dalam kutipan 29). berikut. Alasan yang bernuansa kehati-hatian dan “Saya sudah tidak dapat mengelak untuk perhitungan yang cermat I Kukang diterima tidak tinggal bersama dan mengharap belas dan dibenarkan oleh I Mannyang. Namun, atas kasih Bapak. Walaupun seandainya kedua dasar persaudaraan yang dijunjung tinggi,I orang tuaku masih hidup tidak akan berbeda Mannyangberusaha membujuk I Kukang dengan cara Bapak bersaudara mengasuh saya. Saya mengatakan, “Janganlah berpikiran seperti itu. bersyukur atas rahmat Allah dan rasul-Nya Saya bukanlah burung Elang yang memakan karena Bapak bersedia menerima sampah masyarakat seperti saya ini”. (Gani, 1984: anak sahabatnya. Saya hanya ingin membuktikan bahwa persaudaraan itu harus berjalan terus 34). walaupun salah satu pihak telah tiada” (lihat I Mannyang menepati segala janji yang bingkai Kisah I Kukang: hlm. 30 ). pernah diucapkannya kepada I Kukang. Ia Sikap penuh pertimbangan yang matang mengasuh dan mendidik I Kukangdengan pada diri I Kukang juga terlihat pada saat sepenuh hati bagai anaknya sendiri. Tak satu pun menemukan pohon yang sarat dengan buah dalam kebutuhannya yang tak dipenuhi. Tak terkecuali, hutan. Walaupun rasa laparnya tak tertahankan ia menyekolahkannya hingga dapat hidup mandiri. lagi, I Kukang tidak langsung memakannya. Perhitungan yang Matang Akan tetapi, ia mempelajarinya lebih dahulu apakah buah itu beracun atau tidak. Setelah Perbuatan baik dan terpuji yang perlu memperhatikan burung-burung yang tengah asyik dimiliki setiap orang, terutama dalam menghadapi menikmati buah tersebut, yakinlah I Kukang sesuatu adalah sikap melakukan perhitungan bahwa buah tersebut layak dimakan. yang matang. Hal ini menjadi penting untuk Dalam bingkai cerita I Kukangdigambarkan meminimalkan masalah yang bakal muncul. seorang raja yang bersikap gegabah dalam Sikap ini yang mewarnai kehidupan I bertindak. Karena tidak bersikap tenang dan tidak Kukang dalam cerita ini. Ketika I Mannyang memperhitungkan segala sesuatunya sebelum menawarinya untuk hidup bersama, I Kukang bertindak, akhirnya raja tersebut menyesal. Inti tidak serta merta mengiyakannya, tetapi I Kukang ceritanya sebagai berikut. menjawabnya agar diberi waktu untuk berpikir. Ada seorang raja pergi bertamasya ke Dalam hal ini, I Kukang memperhitungkan sebuah kebun langsat. Ia berangkat dengan untung ruginya dengan matang sebelum mengendarai kuda bersama dengan permaisuri, menerima tawaran tersebut. putra putrinya, dan beberapa pengawalnya. Pemikiran I Kukang bukanlah tanpa Permaisuri berjalan agak di depan dengan alasan. Ia khawatir akan nasib burung Bangau dikawal seorang pria anak bangsawan. Sementara yang dimakan oleh burung Elang, sepeninggal itu, sang raja agak di belakang kuda permaisuri. induknya (lihat bingkai Kisah I Kukang: hlm Tiba-tiba muncul seekor lipan yang melekat pada 29). Dasar pemikiran I Kukang itu dinyatakan sanggul permaisuri. Mengetahui ada lipan di dalam kutipan berikut. sanggulnya, permaisuri segera meminta tolong “Oleh karena itulah saya belum mengiya agar pengawal menangkap dan membuangnya. untuk menerima tawaran Bapak. Orang lain Dengan sigap pengawal pun segera menangkap biar bagaimana baiknya pasti sering muncul dan membuang lipan tersebut. Dari jauh sang raja perasaan lain-lain kepada kita. Lain halnya melihat pengawal memegang sanggul permaisuri. jika sanak saudara sendiri. Jika tidak ada

168 169 Sawerigading, Vol. 20, 1 April 2014: 161—172

Muncullah rasa curiga dan cemburu sang raja. menolak karena permintaan I Kukang tidak Sang raja pun memacu kudanya menghampiri bernalar. Dalam hal ini permintaan I Kukang pengawal kemudian menombaknya dari bertolak belakang dengan kenyataan yang ada, belakang. Pengawal pun akhirnya mati. karena sang Dukun adalah seorang yang miskin. Setelah sang permaisuri menceritakan kejadian Oleh karena itu, I Kukang dinasihati oleh sang yang sebenarnya, sang raja pun menyesali Dukun dengan mengatakan jika kamu ingin tindakannya. mencari ilmu kekayaan, carilah pada orang kaya. Mengindahkan Nasihat Jangan mencari pada orang miskin. Jika kamu ingin berguru, belajarlah pada orang pandai. Perbuatan baik yang perlu dimiliki Jangan pada orang bodoh (hlm. 40). Nasihat itu manusia dalam menjalani kehidupan ini adalah kemudian diindahkan oleh I Kukangkarena sadar mengindahkan nasihat orang lain. Dengan bahwa memang begitulah adanya. mengindahkan nasihat keberhasilan akan terbuka Perjalanan kehidupan I Kukang yang juga lebar. Sikap inilah yang mewarnai kehidupan I mengetengahkan kepatuhan pada nasihat orang Kukang sehingga ia bisa keluar dari penderitaan lain adalah ketika bekerja pada Tambi Hakim. yang dialaminya. Adapun nasihat itu, antara Tambi Hakin menasihatinya, untuk memperoleh lain datang dari I Mannyang, dukun, dan Tambi kekayaan harus melalui usaha, bukan dengan ilmu Hakim seperti berikut ini. yang aneh-aneh. Bahkan, Tambi Hakim memberi Pada suatu hari berkatalah I Mannyang contoh bahwa untuk menyalakan kompor atau kepada I Kukang, “ Saya rasa baik, jika saya lampu saja harus diperhitungkan. Paling tidak, serahkan engkau pada seorang guru untuk hasil yang diperoleh dapat menutupi ongkos atau dididik supaya ilmumu semakin bertambah biaya menyalakan kompor atau lampu tersebut. dan engkau dapat mengangkat martabat Dengan cara seperti ini seseorang dapat menjadi orang tuamu”. (Gani, 1986: 37). kaya ( hlm. 64 ). Nasihat yang disampaikan Tambi Nasihat I Mannyang kepada I Kukang Hakim diindahkan oleh I Kukang sehingga sukses di atas muncul ketika melihat kondisi I dalam menjalani kehidupannya. Kukang kehilangan segala-galanya, orang Dalam bingkai cerita I Kukang tua, sanak saudara dan harta sudah tak punya diketengahkan dampak yang ditimbulkan jika lagi. I Mannyang menyadari bahwa dengan tidak mengindahkan nasihat, yaitu terjadi pada ilmu seseorang dapat terangkat derajatnya. anak- anak ayam dan induknya. Inti ceritanya Dengan ilmu pula seseorang dapat dikenal dan adalah sebagai berikut. dihormati. Bahkan, dengan ilmu seseorang dapat Pada suatu waktu induk ayam membawa menjadi kaya. Karena itulah, untuk dapat hidup anak-anaknya mencari makanan ke tumpukan mandiri diperlukan modal dasar dan yang paling sampah. Sementara anak-anak ayam itu asyik menentukan adalah ilmu. makan, muncul Burung Elang terbang di atasnya. Mendengar nasihat itu,I Kukang segera Melihat anak-anaknya terancam bahaya, Induk mengindahkan nasihat itu. Ia mengikuti ayam segera mengepakkan sayapnya memanggil bimbingan khusus dari seorang guru. Dengan anaknya untuk bersembunyi di sayap induknya. modal pengetahuan yang ia dapatkan ditambah Salah satu dari anak-anaknya tidak menghiraukan dengan pengalaman dan kerja kerasnya,I Kukang larangan induknya. Ia keluar dari sayap induknya dapat menyelami kehidupannya dengan baik. pergi mengambil sebutir beras yang tidak jauh Patuh pada nasihat juga diperlihatkan I dari induknya. Karena tidak mengindahkan Kukang ketika hartanya habis untuk membiayai larangan itu, anak ayam itu disambar Burung penyakit yang dideritanya. Karena hartanya Elang itu. (lihat bingkai Kisah I Kukang: hlm. 24) tak ada lagi, I Kukang mencari ilmu kekayaan Nasib naas juga dialami oleh dua burung pada dukun yang mengobatinya. Sang Dukun yang bersahabat dalam bingkai cerita ini, yaitu 170 171 Nasruddin: Moralitas dalam Dongeng Kisah I Kukang

burung Merpati dan Burung Jalak. Inti ceritanya dalam bekerja, semangat yang membara, dan adalah Burung Merpati melarang Burung Jalak keterbukaannya dalam menerima nasihat orang agar tidak mendekati sangkar yang tergantung lain, ia tidak hanya mampu mengatasi tantangan pada pohon waru. Karena tidak mengindahkan yang ada, tetapi ia juga sukses dalam hidupnya. larangan, bahkan semakin dilarang semakin Nilai moral yang mewarnai dongeng ini, antara mendekat kepada sangkar, Burung Jalak akhirnya lain bekerja keras, hidup hemat, kekeluargaan terperangkap masuk ke dalamnya. Setelah dan persaudaraan, perhitungan yang matang, dan terperangkap barulah menyesal dan menyadari mengindahkan nasihat. kesalahannya(lihat bingkai Kisah I Kukang: hlm. 23-24) DAFTAR PUSTAKA Hal yang sama juga dialami oleh I Jamalak Alasdair, MacIntyre. 1990. Three Rival Versions dalam bingkai cerita Kisah I Kukang ini. Inti of Moral Enquiry. Notre Dame: University ceritanya seperti berikut. of Notre Dame Press. I Jamalak mempengaruhi sahabat karibnya, Alwi, Hasan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. I Tunruk agar tidak datang mengaji pada 2002. Pusat Bahasa, Depdiknas. Jakarta: keesokan harinya. Alasan I Jamalak adalah sang Balai Pustaka guru memarahinya dan akan memukulinya. Asri Budiningsih, C . 2008. Pembelajaran Moral. Mendengar alasan sahabatnya itu, I Tunruk Jakarta: PT Rineka Cipta. menasihatinya agar ia tetap bersedia datang Cheppy, Haricahyono. (1995). Dimensi-Dimensi mengaji bersamanya. Nasihat itu sia-sia belaka Pendidikan Moral. Semarang: IKIP karena keesokan harinya I Jamalak benar-benar Semarang Press. tidak datang. I Jamalak hanya pergi bersembunyi Damono, Sapardi Djoko. 1979. Sosiologi Sastra: ke sebuah perahu yang baru datang berlayar. Sebuah Pengantar Singkat. Jakarta: Pusat Akhirnya, I Jamalak ditangkap oleh pemilik kapal Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. dan dibawa berlayar ke negeri lain untuk dijual Danandjaja, James. 1986. Folklor Indonesia. (lihat bingkai Kisah I Kukang: hlm. 31--34). Jakarta: Pustaka Graffiti. Endraswara, Suwardi. 2003. Metodologi Sastra PENUTUP Epistemologi Model Teori dan Aplikasi. Karya sastra merupakan suatu medium Yogyakarta: Pustaka Widyatama untuk mempropagandakan ide-ide moral yang Gani. A. 1986. Kisah I Kukang. Jakarta: Proyek ditulis pengarangnya. Melalui karya sastra kita Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan dapat mengetahui bagaimana manusia harus Daerah, Depdikbud. bersikap menghadapi permasalahan kehidupan. Junus, Umar. 1986. Sosiologi Sastra: Persoalan Penelusuran moralitas dalam karya sastra Teori dan Metode. Kuala Lumpur: Dewan dapat ditempuh dengan berbagai jalan, antara Bahasa dan Pustaka Kementerian Pelajaran lain berupa contoh perbuatan dan tingkah laku, Malaysia. nasihat, dan uraian, baik langsung maupun Luxemburg, Jan Van. et. al. 1984. Pengantar Ilmu tidak langsung. Kajian sastra moralisme dapat Sastra. Terjemahan Dick Hartoko. Jakarta: diimplementasikan pada cerita rakyat. Dalam PT Gramedia dongeng Kisah I Kukang misalnya, terdapat Nurgiyantoro, Burhan. 2000. Teori Pengkajian sejumlah moralitas yang patut dihargai oleh setiap Fiksi. yogyakata: Gadjahmada University individu, terutama kalangan kaum muda. Sejak Press. kecil, I Kukang telah merasakan penderitaan Propp, Vladimir. 1997. Morfologi Cerita Rakyat. berat yang datang silih berganti. Namun, karena Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka. memiliki sikap hidup yang terpuji, misalnya giat Saryono, Djoko. 2009. Dasar Apresiasi Sastra.

170 171 Sawerigading, Vol. 20, 1 April 2014: 161—172

Yogyakarta: Elmatera Publishing. Teeuw, A. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra: Sumaryono. E. 2002. Etika dan Hukum: Relevansi Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Pustaka Teori Hukum Kodrat Thomas Aquinas. Jaya. Jokyakarta: Kanisius. Wellek, Rene and Austin Warren. 1994. Teori Suseno, Frans Magnis.1998. Model-model Kesusastraan. Diterjemahkan dalam Pendekatan Etika. Yogjakarta: Kanisius. Bahasa Indonesia oleh Melani Budianta. Jakarta: Gramedia.

172 173 SAWERIGADING

Volume 20 No. 1, April 2014 Halaman 173—182 PARADIGMA SIRIK ORANG BUGIS DALAM CERITA LA WELLE (Sirik Paradigm of Buginese People in “La Welle” Story)

Andi Herlina Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Selatan dan Provinsi Sulawesi Barat Jalan Sultan Alauddin Km 7/ Tala Salapang Makassar 90221 Telepon (0411) 882401, Faksmile. (0411) 882403 Pos-el: andiherlina [email protected] Diterima: 2 Januari 2014; Direvisi: 10 Februari 2014; Disetujui: 20 Maret 2014

Abstract The writing is to describe sirik paradigm of Buginese people in La Welle story using structuralism theory of Levi- Strauss. It applies descriptive qualitative method through noting, interviewing technique, and library study. Then, the analysis finds out the description of social-cultural Buginese tribe of sirik that becomes the essence of some one’s life and would be fatal for any one whom disobeys it. Social-economic condition of Buginese people is described as skillful adventurer. Therefore, Buginese people is characterized by brave and wanderer man and having high spirit. Besides strength and skill, emotional and spiritual intelligence must be embedded in sirik building.

Keywords: sirik, mythm, synchronic, diachronic

Abstrak Tulisan ini bertujuan menggambarkan paradigma sirik orang Bugis dalam cerita La Welle dengan menggunakan teori strukturalisme Levi- Strauss. Tulisan ini menggunakan metode deskripsi kualitatif dengan teknik catat, wawancara, dan studi pustaka. Analisis ini kemudian menemukan gambaran sosial- kultural suku Bugis tentang sirik yang merupakan hal esensi dalam kehidupan seseorang dan apabila terjadi pelanggaran terhadap sirik akan berakibat fatal. Kondisi sosial- ekonomi orang Bugis adalah sosok perantau ulung. Oleh karena itu, sosok orang Bugis adalah pemberani, petualang dan memiliki semangat tinggi. Selain kekuatan dan keterampilan perlu dibarengi kecerdasan emosional dan kecerdasan spritual dalam penegakan sirik.

Kata kunci: sirik, miteme, sinkronis, diakronis

PENDAHULUAN para pendukungnya, akan menghasilkan karya Sastra dan kebudayaan merupakan sastra yang bermutu tinggi. (Ratna, 2010:417) dua diskresi dengan tujuan yang sama, yakni Oleh karena itu cerita rakyat menjadi membawa manusia pada kehidupan yang lebih bagian dari kebudayaan suatu kolektif, yang bermanfaat, membawa generasi yang akan tersebar dan diwariskan turun temurun, di antara datang pada tingkat kehidupan yang lebih maju, kolektif macam apa saja, secara tradisional dalam lebih manusiawi sekaligus lebih religius. Terjadi versi yang berbeda, baik itu dalam bentuk lisan. hubungan timbal balik yang saling menentukan Sastra lisan termasuk cerita lisan, merupakan diantara sastra dengan masyarakat. Peradaban warisan budaya nasional yang mempunyai nilai- dan kebudayaan yang maju, dijunjung tinggi oleh nilai yang patut dikembangkan dan dimanfaatkan

172 173 Sawerigading, Vol. 20, 1 April 2014: 173—182 untuk kehidupan masa kini dan masa yang akan datang. KERANGKA TEORI La Welle merupakan salah satu cerita Claude Levi-Strauss mengembangkan rakyat yang terdapat dalam buku Sastra Bugis analisis mitos dengan memanfaatkan model- Klasik (Azizah, 1999:46) Cerita ini biasanya model linguistik. Menurutnya, ada kesamaan dibawakan pada acara adat, maupun hiburan antara mitos dengan bahasa persamaannya, yang diiringi dengan alat musik kecapi. Setelah yakni pertama, bahasa adalah sarana komunikasi bercerita, pencerita menyampaikan amanat untuk menyampaikan pesan dari satu individu yang terkandung dalam cerita tersebut. Amanat- ke individu yang lain, atau kelompok satu ke amanat ini biasanya mengandung nilai sosial, kelompok yang lain.Demikian halnya dengan budaya, ekonomi, ideologi, kultur masyarakat mitos, Ia disampaikan melalui bahasa dan lewat Bugis dalam mengarungi kehidupan. Nilai-nilai proses penceritaan, pesan-pesan yang ada di tersebut dikemas dengan menggunakan bahasa dalamnya dapat tersampaikan. Kedua, seperti yang menarik. halnya bahasa, mitos mengandung aspeklangue Cerita ini mengisahkan tentang perjalanan dan parole, sinkronis dan diakronis, sintagmatik seorang anak yang berusaha menegakkan dan paradigmatik. martabat keluarganya. Sepanjang perjalanan Aspek langue inilah yang memungkinkan banyak rintangan dan tantangan yang menjadi berlangsungnya komunikasi simbolik antar pelajaran bagi si anak. Sampai akhirnya iapun manusia karena langue dimiliki bersama. diangkat menjadi raja oleh Raden Daha. Langue merupakan sebuah fenomena kolektif. Bagi penulis cerita La Welle memberi Ia adalah sistem, fakta sosial atau aturan-aturan, banyak gambaran kondisi sosial masyarakat norma-norma yang tidak disadari. Pada tataran Bugis. Apabila ditilik lebih jauh ada nilai-nilai langue-lah struktur tertentu dalam sebuah mitos yang prinsip dipegang kuat oleh masyarakat dapat ditunjukkan. Sedangkan paroleadalah Bugis. Prinsip-prinsip ini kemudian menjelma tuturan yang nersifat individual. Ia merupakan menjadi pola pikir secara kolektif yang secara cerminan kebebasan seseorang. Penceritaan sadar atau tidak sadar telah membentuk sebuah mitos yang berbeda-beda merupakan implikasi ciri khas sebagai orang Bugis. Ciri khasnya inilah parok (Putra, 2013:44-45). yang kemudian melekat kuat dalam diri seorang Selanjutnya, seperti dalam linguistik, Bugis yang mampu membedakan mereka dengan diakronik adalah dimensi waktu (bersifat historis, suku lain yang ada di Indonesia. menyangkut perkembangan masa lalu, masa kini, Sekaitan dengan hal-hal tersebut, penulis dan masa yang akan datang). Sedangkan sinkronik tertarik untuk menulis salah satu hal yang prinsipil adalah aspek yang mempresentasikan bahasa dalam kehidupan masyarakat Bugis yakni sirik pada setiap kejadian pada waktu tertentu. Dimensi (malu). Budaya sirik telah banyak dibicarakan sinkronik yang ada dalam mitos adalah rangkaian melalui tulisan baik artikel, penelitian maupun mytheme-mytheme yang secara struktural terkait. dalam seminar. Pada kesempatan ini penulis Adapun langkah kerja analisis Struktural ingin membicarakanya bagaimana paradigma Levi- Strauss sebagai berikut : sirik orang Bugis dalam cerita La Welle. Dengan menggunakan teori pendekatan a. Membaca keseluruhan cerita terlebih strukturalisme Levi- Strauss, tulisan ini bertujuan dahulu, dari pembacaan ini, diperoleh untuk memperoleh gambaran paradigma sirik pengetahuan dan kesan tentang cerita, orang Bugis dalam cerita La Welle. Adapun tentang tokoh-tokohnya, tentang manfaat yang diharapkan dari tulisan ini adalah berbagai tindakan yang mereka lakukan, sebagai salah satu bahan referensi tentang konsep serta berbagai peristiwa yang mereka sirik dalam cerita rakyat Bugis. alami. 174 175 Andi Herlina: Paradigma Sirik Orang Bugis...

b. Apabila cerita-cerita itu terlalu panjang, (1) Sirikemmi ri onroang ri lino artinya maka cerita tersebut dapat dibagi hanya untuk sirik itu sajalah kita hidup di menjadi beberapa episode, maka perlu dunia. pembacaan ulang terhadap cerita-verita (2) Mate ri sirikna artinya mati demi itu yang lebih seksama lagi untuk menegakkan martabat dan harga dirinya. memperoleh gambaran tentang episode- (3) Mate sirik. Artinya orang yang sudah episode serta memperoleh pengetahuan hilang harga dirinya. Orang Bugis yang jelas, yang dapat digunakan sebagai yang merasa mate sirikakan melakukan dasar dalam analisis ini. jallo(amuk) hingga ia mati. Jallo yang c. Setiap episode mengandung deskripsi demikian disebut napatettongngi sirikna, tentang tindakan atau peristiwa artinya ditegakkan kembali martabat (mytheme atau cerytheme) yang dialami dirinya. oleh tokoh-tokoh dalam cerita. Dalam kehidupan masyarakat Bugis- d. Memperhatikan adanya suatu relasi atau Makassar, sirik merupakan unsur yang prinsipil kalimat-kalimat yang menunjukkan dalam diri mereka. Tidak ada satu nilai pun yang hubungan-hubungan tertentu antara paling berharga untuk dibela dan dipertahankan elemem dalam suatu cerita. di muka bumi selain dari pada sirik. Bagi mereka e. Ceriteme-ceriteme disusun secara manusia Bugis – Makassar, sirik adalah jiwa diakronis dan sinkronis atau mengikuti mereka, dan martabat mereka. Sebab itu, untuk sumbu sintagmatik dan paradigmatik. menegakkan dan membela sirik yang dianggap Makna dan elemen mitos tergantung pada tercemar atau dicemarkan oleh orang lain, relasi sintagmatis dan padigmatisnya maka manusia Bugis - Makassar akan bersedia dengan elemen-elemen yang lain. mengorbankan apa saja, termasuk jiwanya yang f. Mencoba menarik hubungan relasi antar paling berharga (Hamid, 1985 :37). elemen-elemen di dalam suatu bangunan Perbuatan menegakkan sirik oleh suku makna. Bugis-Makassar, sudah menjadi kewajiban g. Menarik kesimpulan-kesimpulan akhir moral baginya. Bagi masyarakat Bugis-Makassar dengan mencoba memaknakan cerita- menegakkan siri atau harga diri, martabat cerita internal di atas dengan kesimpulan- keluarga, sama sekali tidak memikirkan besarnya kesimpulan referensial atau kontekstual resiko sebagai akibat dari perwujudan tindakan di mana cerita itu berada dan mencoba yang dilakukan. menarik sebuah makna umum yang Dalam masyarakat Bugis Makassar, telah menempatkan makna internal itu sebagai tertanam suatu ungkapan yakni eja tompi asenna bagian dari makna-makna umum secara doang (artinya, setelah berwarna merah, barulah integral Bungin (dalam Rafiek 2010: 77). terbukti udang) udang sebelum dimasak berwarna Sebelum membahas cerita, terlebih dahulu abu-abu muda, tetapi setelah digoreng warnanya akan dijelaskan sekelumit tentang konsep sirik. berubah menjadi merah. Maksud ungkapan Menurut Mattulada (1995:63) Orang Bugis – tersebut bahwa dalam menegakkan sirik tak Makassar menghayati sirik itu sebagai panggilan perlu dipikirkan dahulu akibatnya. Setelah tugas yang mendalam dalam diri pribadinya, untuk menegakkan sirik terlaksana barulah diketahui mempertahankan suatu nilai yang dihormati. akibat atau resiko itu. Pengertian ‘barulah terbukti Sesuatu yang dihormati, dihargai dan dimilikinya, udang’ yakni akibat yang diterima itu, sebagai mempunyai arti yang esensi untuk dipahami. suatu kenyataan dalam hidupnya ((Hamid dalam Berbagai ungkapan dalam bahasa Bugis yang (Tika, 2005:50). merujuk pada konsep sirik.

174 175 Sawerigading, Vol. 20, 1 April 2014: 173—182

METODE (bertikam). Pembunuhnya adalah La Wele Pemaparan dalam penelitian ini mengarah seorang passigajang (pemberani) dari Arung Bila. pada penjelasan deskriptif sebagai ciri khas La Welle meminta pusaka yang dimiliki oleh penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah ayahnya yang bernama ula lotong artinya ular penelitian yang bermaksud untuk memahami hitam. Keris ini awalnya hanya berupa parang fenomena tentang apa yang dialami subjek tumpul. Namun, setelah diasah berubah menjadi penelitian secara holistik, dan dengan cara keris sakti. Setelah itu ia kemudian meminta deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, ibunya membuat bekal, ia berniat mencari pada suatu konteks khusus yang alamiah dan pembunuh ayahnya. dengan cara deskripsi dalam bentuk kata dan Episode La Welle bertemu dengan pembunuh bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah ayahnya (Alinea 10 – 17) dan dengan memanfaatkan berbagai metode Setelah mengembara melewati tujuh gunung ilmiah. (Moleong, 2007:6). dan tujuh daratan akhirnya sampailah La Welle di Untuk mengumpulkan data, digunakan tempat la Wele. pada awalnya LaWele mengejek teknik pencatatan, perekaman, wawancara dan La Welle karena masih sangat muda. Namun, studi pustaka. Jawaban informan atas pertanyaan setelah melihat kemampuan LaWelle. Akhirnya dicatat dan direkam di lapangan. Studi pustaka ia setuju dibuatkan baruga (gelanggang) tempat digunakan untuk menjaring data tertulis melalui bertarung sigajang. buku-buku atau tulisan yang relevan dengan tulisan ini. Episode LaWelle berhasil membunuh La Wele Menurut Suwondo (2003:8) tidak terlepas passigajang bola (Alinea 18- 24) dari persoalan teori, metode, dan berbagai Saat La welle berhadapan dengan La Wele persyaratan metodologis lainnya, perlulah untuk perang tanding. La Welle mempersilahkan persoalan tersebut dicoba dipertanyakan, La Wele duluan menyerang. Saat diserang La dievaluasi, dirumuskan, dan ditetapkan kembali Welle jatuh tersungkur, namun dengan cepat ia konsep-konsep studi sastranya berdasarkan bangkit. Ketika giliran La Welle menyerang, ia prosedur-prosedur ilmu sastra khususnya dan menyuruh La Wele mencium keris pusakanya. ilmu pengetahuan pada umumnya. Dengan cara Saat itu teriris bibir La Wele karena bisanya. demikian dimungkinkan ditemukan suatu pola Ia jatuh terkapar dan tergelepar, tewas dengan atau bentuk ideal studi sastra yang diharapkan. sekujur tumbuhnya biru kehitam-hitaman. Oleh Arung Bila, La Welle ditawari menggantikan La PEMBAHASAN Wele sebagai Passigajang, namun ia menolak. Telah dijelaskan sebelumnya bahwa tulisan Episode bertemu dengan passigajanna Bone ini bertujuan menggambarkan paradigma sirik (Alinea 25- 28) orang Bugis dalam cerita La Welle dengan Setelah bertemu dengan passigajang Bone, menggunakan teori strukturalisme Levi-Strauss. la Welle sangat takjub melihat kesaktian La Berikut gambaran paradigma sirik orang Bugis Mappasiame. Ia kemudian mengajak pemberani berdasarkan teori tersebut. tersebut turun ke gelanggang. Ajakan La Welle Episode dalam Cerita La Welle ditolak, bahkan ia menawarkan perkawanan Episode La Welle mengetahui pembunuh kepadanya. La Mappasiame kemudian mengajak ayahnya (Alinea 1- 9) La Welle mencari Passigajanna Jawa bernama Ibu La Welle menceritakan kepada Barumpunna Tanah Jawa. putranya ikhwal kematian bapaknya. La Wellang ayah la Welle meninggal pada perstiwa sigajang

176 177 Andi Herlina: Paradigma Sirik Orang Bugis...

Episode pelayaran menuju tanah Jawa (Alinea sasaran. Saat itulah La Welle mencabut kerisnya 29-34) dan langsung ditusukkan ke perut barumpunna Berangkatlah mereka menuju ke tanah tanah Jawa. Kerena berbisanya keris La Welle, Jawa dengan menumpang perahu pinisi melalui barumpunna jatuh terkapar. Pare-pare. Saat La Welle dimarahi oleh nahkoda Episode La Welle menjadi raja (Alinea 50-51) karena nasinya mentah, ia mengajak untuk Setelah barumpunna tanah Jawa meninggal. bertikam. Keinginan itu kemudian di redam oleh Oleh Raden Daha La Welle diangkat menjadi La Mappasiame dengan alasan bahwa nahkodalah raja dan memerintah salah satu kerajaan di Jawa yang menjadi orang tua di kapal. Sebelum tiba di Timur. Kembalilah ia ke Sulawesi menjemput Surabaya, mereka singgah di pelabuhan Buleleng ibunya, lalu mereka bersama-sama ke tanah Jawa. Bali. Saat telah tiba di pelabuhan Surabaya Tanjung Perak, awak perahu mendengar bunyi Tataran Singkronis dan Diakronis dalam Barumpunna Tanah Jawa, persis ayam berkokok Cerita La Welle. mencari musuhnya. Untuk menemukan sturktur permukaan, Episode LaWelle bertemu Barumpunna tanah unit-unit yang telah ditemukan disusun Jawa (Alinea 35- 39) berdasarkan tataran sinkronis dan diakronis. Unit- unit dalam mitos merupakan serangkaian relasi Suara Barumpunna dijawab oleh La yang paling berhubungan. Relasi-relasi antar Welle sebagai bentuk tantangan. Barumpunna unit pada satu waktu tertentu disebut singkronis, kemudian segera ke atas perahu untuk menjumpai sedangkan relasi–relasi yang berhubungan penantangnya. Ketika berhadapan, Barumpunna mengikuti perkembangan waktu di sebut mengejek La welle sebagai anak kecil yang diakronis. masih ingusan tidak pantas untuk menjadi lawannya. Mendengar hal itu La Welle marah, Miteme dalam cerita La Welle dan segera mencabut keris untuk bertikam, akan Miteme merupakan tindakan atau peristiwa tetapi ditahan oleh La Mappasiame. Melihat hal yang hanya terdapat pada tingkat kalimat. tersebut maka Barumpunna akan melaporkan Miteme merupakan unit terkecil dari cerita dan kepada Raden Daha akan tantangan La Welle. merupakan simpul atau buhul hubungan mistis. Episode bertarungan La Welle dengan myteme-myteme yang berhasil di dapatkan dari barumpunna tanah Jawa (Alinea 40- 49) setiap episode dan memperlihatkan oposisi- oposisi berpasangan, kemudian disatukan melalui Berkumpullah orang banyak untuk oposisi biner. menyaksikan pertandingan antara Barumpunna tanah Jawa melawan anak ingusan dari Sulawesi. Miteme La Welle meminta pusaka ayahnya Saat berhadapan di gelanggang pertarungan. La Hal ini menunjukkan bahwa dalam miteme Welle dipersilahkan terlebih dahulu menyerang. meminta pusaka ayahnya. Maka rangkaian Namun, dia menolak. Maka Barumpunnalah miteme tersebut memunculkan oposisi biner. yang memulai. Ia kemudian mencabut pedang Setelah mengetahui penyebab kematian memotong tangan dan kaki La Welle. Namun, ayahnya La Welle meminta pusaka peninggalan dengan sigap tangan dan kaki disambung oleh La ayahnya.Setelah ditempa selama tujuh jumat, Mappasiame. Sekarang giliran La Welle. Belum pusaka ayahnya menjadi keris. Dengan berbekal sempat La Welle mencabut kerisnya, barumpunna pusaka yang telah menjadi keris sakti, La Welle menyerang La Welle saat akan memotong kepala pergi mencari La Wele pembunuh ayahnya. La Welle. Sedikit saja La Welle menggeser ke Pembunuhan ayahnya bagi La Welle adalah samping, pedang Barumpunna tidak mengenai perbuatan yang melanggar sirik. Meskipun usia

176 177 Sawerigading, Vol. 20, 1 April 2014: 173—182

La Welle masih sangat muda, namun, sebagai agar La Welle mengurungkan niatnya. Dalam seorang anak ia berkewajiban menuntut balas atas perjalanan mereka singgah di Singaraja. Pada kematian La Welang ayahnya. Rasa tanggung bagian ini paradigma sirik yang selama ini jawab inilah menjadi motivasi kuat untuk ada dalam benak LaWelle mulai diubah secara mengembara. perlahan. Miteme La Welle berhasil membalas dendam Pada awalnya LaWelle beranggapan bahwa martabat harus ditegakkan dengan senjata. Berkat Setelah bertemu dengan La Wele, ia nasehat La Mapasiame, La Welle akhirnya dapat kemudian menantang passigajangna Arung Bila berbesar hati menerima kemarahan nahkoda. untuk bertarung. Dalam pertarungan itu La Wele Kejadian ini, membuat nahkoda pun menjadi meninggal secara mengenaskan dengan keris segan kepada La Welle meskipun usianya sakti ula lotong, LaWelle kemudian melakukan jauh lebih muda darinya. Pada episode ini jallo sebagai keluarga yang menegakkan sirik. La Mapasiame menanamkan konsep tentang Ketika ditawari menjadi pasigajang Bila ia penghargaanpadaorang yang lebih tua. menolak karena ia ingin mencari pasigajanna Bone. La Welle menolak tawaran Arung Bila Miteme Barimpunna tewas di tangan La Welle menunjukkan bahwa ada alasan yang lebih Saat bertarung dengan La Welle, kuat adalah untuk menunjukkan sirik sebagai Barumpunna berbuat curang. Saat giliran La pamberani. Dengan menjajal kemampuan Welle menyerang, Barumpunna mendahului passigajangna Bone. LaWelle akhirnya Barumpunna meninggal Miteme bersahabat dengan La Mapasiame disebabkan karena kesalahannya sendiri. Dengan meninggalnya Barumpunna tanah Jawa Di kisahkan saat La welle menantang La menunjukkan La Welle menegakkan sirik sebagai Mapasiame untuk peran tanding, namun ajakan itu orang Bugis yang pantang menyerah. tidak ditanggapi oleh La Mapasiame. Ia kemudian mengajak La Welle untuk mencari Barumpunna Miteme La Welle menjadi raja Tanah Jawa. Pada bagian ini La Mapasiame Oposisi biner dalam miteme ini adalah melihat La Welle potensial untuk menemaninya setelah Barumpunna Tanah Jawa meninggal. menghadapi Barumpunna tanah Jawa yang Raden Daha mengangkat La Welle menjadi sangat terkenal kesaktiannya. Pada kisah ini La raja. Buah dari sikap kesatria dan keberanian La Welle mengalami titik balik yang pada awalnya Welle membuahkan hasil berupa penghormatan ia menguji kesaktiannya dengan menantang La menjadi raja. Mappasiame. Namun, setelahbertemu dengan Tataran Diakronis dalam cerita La Welle La Mappasiame terjadi pergeseran pandangan tentang sirik.Pada awalnya untuk menujukkan Berdasarkan uraian episode di atas, dapat keberadaannya sebagai passigajang tanah Bugis, dibentuk derek diakronis sebagai berikut.

Awal mulanya sirik→Menegakkan sirik →Pengujian konsep sirik→Penentuan Kehidupan (takdir). I II III IV namunsetelah bertemu dengan La Mapasiame. Ia Struktur (I) menunjukkan bahwa La kemudian melakukan ekspansi eksistensinya ke Welle meminta pusaka setelah mengetahui pulau Jawa. penyebab kematian ayahnya. Kematian akibat Miteme perjalanan ke Pulau Jawa korban pembunuhan bagi masyarakat Bugis menimbulkan sirik. Struktur (II) La Wele tewas di Dikisahkan bahwa saat La Welle menantang tangan La Welle merupakan bentuk menegakkan nahkoda bertikam. La Mapasiame menasehati siriknya sebagai anak. Struktur (III) pertemuan

178 179 Andi Herlina: Paradigma Sirik Orang Bugis...

La Welle dengan La Mappasiame membawa ditinggalkan oleh ayahnya. Totalitas La perubahan pandangan tentang sirik yang harus Welle dalam menegakkan sirik terlihat dengan ditegakkan dengan kekerasan. Struktur (IV) mengubah parang tumpul, yang semula berharga. La Welle menjadi raja setelah mengalahkan Dengan ketekunan dan kerja keras yang luar Barumpunna tanah Jawa. biasaakhirnya terbentuk keris yang memiliki Pandangan Masyarakat Bugis tentang Sirik kekuatan dahsyat. Tokoh La Welle mewakili (martabat) sosok manusia Bugis yang menjadi orang mate sirik akan melakukan jallo amuk secara total Dalam kehidupan masyarakat, terjadi untuk menegakkan martabat keluarga. interaksi antarmanusia. Dalam interaksi tersebut Dalam pandangan masyarakat Bugis sudah tidak menutup kemungkinan terjadi konflik di kewajiban seorang laki-laki untuk menantiasa dalamnya. Pada episode 1 (La Welle meminta melindungi kehormatan keluarganya, terutama pusaka ayahnya) melukiskan tentang sebuah kehormatan pada perempuannya. Dalam kasus peristiwa tragis yang selama ini disembunyikan La Welle ini, akan melindungi kehormatan oleh seorang ibu kepada anaknya. Namun, suatu ibunya sebagai janda dari La Wellang. Pada posisi saat rahasia itu harus diketahui oleh sang Anak tersebut La Welle memegang dua tangggujawab tersebut. pertama ia harus menuntut kematian ayahnya Apabila dalam kehidupan suku Bugis. dan di pihak lain ia juga harus menegakkan sirik Masyarakat secara umum akansenantiasa ibunya sebagai keluarga terdekatnya. menghindari atau cenderung untuk menutupi kejadian yang mereka anggap sebagai sebuah Pandangan Orang Bugis Menegakkan Sirik sirik. Jikalau akhirnya mereka membeberkan Bagian ini menggambarkan realitas sosial peristiwa itu kembali tentu dengan kondisi atau masyarakat Bugis yang salah satu bentuk kegiatan hal yang mengharuskan. Pada kasus kematian La atau antraksi yang memerlukan ketangkasan dan Welleng ayah La Welle, bagi masyarakat Bugis strategi yang bagus. Dalam permainan tersebut ada pepatah,mate sirik artinya, orang yang hilang biasanya ada yang menjadi korban. Apabila harga dirinya. korban itu sampai meninggal, maka pihak keluarga Mengenai penegakan sirik bagi masyarakat terutama anak laki-lakinya sebagai tomasirina Bugis. Ada sterotip lain menyebutkan mereka akan menuntut balas atas kematian keluarganya. pendendam. Dalam berperang, tak satupun orang Posisi ibu La Welle sebagai orang mate sirik dalam yang mati dari kedua belah pihak akan dituntut pandangan masyarakat Bugis orang yang mate balas oleh sanak kerabatnya. Sekalipun terikat sirik diibaratkan seperti bangkai hidup. dalam perjanjian, dia pasti akan memenuhinya. Untuk napa tettongi sirikna, artinya Orang Bugis dikenal tak pernah mengingkari dengan perbuatan tersebut martabat dirinya perjanjian yang dibuatnya. Di sisi lain, mereka ditegakkan kembali, dan dia mati dalam keadaan terkenal sebagai pencuri, dan menganggap sebagai manusia. Dalam pandangan Bugis dia pembunuhan bukan kriminal. Raffles, dalam mati terhormat, dan seperti mereka katakan, (Pelras, 247: 2006) mati untuk menjaga sirik adalah mati untuk Pada cerita ini La Welle merupakan anak menjaga sirik adalah mate ri gollai, mate ri tunggal yang harus memikul beban sebagai orang santangi, maksudnya matinya seperti diberi yang paling bertanggungjawab atas tegaknya gula dan santan, atau mati untuk sesuatu yang martabat keluarga. Niat tersebut bukan main- berguna. Errington dalam Ahimsa ( 2007:63) main. Dengan sekuat tenaga dan menggunakan La Welle mempersiapkan diri baik fisik maupun apa saja yang dapat digunakan untuk menjalankan mental. Yang menarik adalah bahwa parang maksudnya. yang semula tumpul menjadi keris. Kemudian Ketika La Welle meminta pusaka yang pertanyaan selanjutnya muncul mengapa ada

178 179 Sawerigading, Vol. 20, 1 April 2014: 173—182 penggambaran waktu menggunakan tujuh Jumat. untuk menantang nyali sebagai petarung tangguh. Angka tujuh pada masyarakat Bugis berkaitan Dengan mengajak mencari Barumpunna tanah dengan kesempurnaan bentuk (mitos tujuh lapis Jawa untuk bertarung. Keputusan untuk menjajal bumi dan tujuh lapis tanah) sedangkan hari Jumat kemampuan bagi La Welle sangat berarti. Ia merupakan simbol hari yang dikeramatkan. harus siap mengarungi laut menuju pulau Jawa Dengan demikian dengan ditempanya parang agar bertemu dengan Sang petarung. selama tujuh Jumat ini memberi sugesti pada Pada episode ini menyiratkan gambaran parang yang telah berubah menjadi pusaka. masyarakat Bugis yang di kenal sebagai pelaut Pada episode ini digambarkan masyarakat ulung. Menurut Forres, dalam Pelras (247: 2006) Bugis dalam menegakkan sirik tidak lebih salah satu sterotip adalah secara umum orang mengedepankan aksi. Artinya, setelah La Welle Bugis memiliki semangat tinggi (berdarah panas); merasa memiliki bekal yang cukup, ia kemudian mereka tidak menerima perlakuan semena-mena. bertekad untuk menemui dan menuntut balas Pada umumnya mereka gemar berpetualang, pada La Wele seorang pemberani. Menilik suka merantau dan mampu menjalankan kegiatan latar belakang kedua tokoh ini (La Welle dan berbahaya sekalipun.pada bagian ini ditekankan La Wellang) memang merupakan pemberani juga bagaimana seharusnya mengawal sirik yang memiliki kebiasaan bertikam atau adu sebagai salah satu nilai yang esensial dalam ketangkasan. kehidupan masyarakat Bugis. Selama perjalanan Peristiwa terbunuhnya La Wele di tangan menuju ke tanah Jawa banyak hal yang harus anak muda merupakan perwujudan kesaktian dilalui oleh tokoh La Welle. La Welle dengan hanya mencium keris hal ini Ujian pertama ia harus bekerja menjadi memberikan gambaran totalitas La Welle dalam juru masak di perahu. Pekerjaan ini biasanya mempersiapkan diri dalam menghadapi segala diperuntukkan bagi orang yang tidak memiliki tantangan dan rintangan. Memang benar bahwa keterampilan tentang perahu. Hal ini memberi masyarakat Bugis memiliki prinsip eja tompi isyarat bahwa orang Bugis jika memutuskan untuk asenna na doing ( merah juga baru dikatakan berpetualang tidak memikirkan pada posisi mana udang), akan tetapi bukan berarti maju tanpa ia bekerja. Baginya yang terpenting bagaimana persiapan yang matang. Ungkapan ini merupakan agar tetap hidup diperantauan. ekspresi kesiapan fisik dan mental. Ujian kedua saat menghadapi kemarahan Pengujian Sirik Bagi Orang Bugis Sang Nahkoda, La Welle merasa diperlakukan semena-mena. Ia menghadapi dengan menerima Episode ini memberi gambaran realitas dengan lapang dada kesalahan tersebut. Di sini sosial- kultural masyarakat Bugis yang dikenal tergambar bahwa ada persegeran pandangan sirik dengan sosok pelaut ulung dan pemberani. harus ditegakkan dengan pertumpahan darah. Gambaran ini terlihat pada peristiwa setelah La sabar menghadapi tantangan Barumpunna tanah Welle mengalahkan La Wele, La Welle segera Jawa. Dia harus menghadapi pertarungan di mencari passigajangna Bone. Ketika La Welle gelangang dengan strategi yang cermat. Dengan berusaha menunjukkan eksistensinya sebagai mempersilahkan terlebih dahulu yang lebih tua pasigajangna pemberani baru dan memiliki untuk menyerang terlebih dahulu. Nanti setelah semangat tinggi dengan menantang passigajang ia mendapat giliran kemudian ia menyerang. daerah lain. Pertemuanya dengan La Mapasiame telah mengalihkan tujuan awal La Welle untuk Pandangan Orang Bugis tentang Takdir mengalahkan seorang pemberani, menjadi Episode terakhir ini memberi gambaran pertemanan sesama pemberani dari Bugis. sosial- ekonomi orang Bugis. Pada cerita ini tidak Gambaran dalam episode ini tokoh digambarkan bahwa motivasi utama La Welle Mappasiame telah mendorong jiwa muda La Welle mengembara bukan karena faktor ekonomi.

180 181 Andi Herlina: Paradigma Sirik Orang Bugis...

Namun, yang menjadi benang merah adalah menduga sebelumnya. Dari kisah ini dapat terlihat alasan penegakan sirik itu sendiri yang harus bahwa takdir La Welle menjadi raja didapatkan diiringi dengan kekuatan ekonomi. setelah ia diproses dengan berbagai rintangan. Dalam paradigma orang Bugis mereka Struktur Tokoh beranggapan semua daerah dapat menjadi sumber kehidupan. Ketika mereka telah memutuskan Struktur tokoh memperlihatkan sejarah untuk keluar dari daerahnya dengan alasan ingin kehidupan masing masing tokoh peran dan memperbaiki penghidupannya, haruslah total. proses yang dialami mereka sebagai berikut. Oleh sebab itu dikenal dengan lette dapureng La Welle : pemuda- pemberani- sopan- kesatria- yang artinya pindah dapur. Apabila di terjemahkan tempramen dan sakti. lebih lanjut lette dapureng mengisyaratkan La Wele : parubaya - pemberani, sombong dan mereka telah siap memulai untuk mencari sumber kesatria penghasilan baru di tempat yang baru. Isyarat lain La Mapasiame : parubaya- pemberani, sopan, adalah mereka telah memutuskan untuk beranak bijaksana dan sakti pinak di tempat yang baru dan menjadi bagian Barumpunna tanah Jawa : parubaya- pemberani, penting di tempat tersebut. Paradigma inilah sombong dan curang yang menjadikan salah satu suku perantau yang Dari masing-masing sejarah tokoh terlihat berhasil di berbagai daerah di Indonesia, maupun keempat tokoh ini memiliki latar belakang sebagai di luar negeri. keturunan pemberani (pasigajang) dengan latar Salah satu sikap yang mendukung paradigma belakang yang sama otomatis mereka memiliki ini adalah pandangan Bugis yang masirik malu sikap dasar sebagai pemberani. Tokoh La Welle dan kembali dengan tangan hampa. Sebagaimana La Mappasiame adalah tokoh yang menegakkan pesan yang berbunyi’ narekko laoko sompe, martabat dan harga diri sebagai manusia Bugis. aja mu lesu ko de muancaji ponggawa. Namo Peranan La Mapasiame sangat berpengaruh pada ponggawa pangamo. Artinya jika engkau telah pergeseran paradigma La Welle tentang sirik. Bila memutuskan untuk merantau. Janganlah kembali diskemakan akan terlihat seperti berikut. jika kau tidak menjadi pemimpin (hal negatif).

Perubahan Perilaku La Welle Sebelum bertemu La Mapasiame Setelah bertemu La Mapasiame Selalu menantang lawan-lawannya. Menjawab tantangan lawannya. Tidak memandang usia bagi yang menentangnya. Menganggap orang yang paling tua sebagai orang tua. Sangat mudah menarik keris untuk bertikam. Dapat menahan diri meskipun mendapat hinaan.

Meskipun hanya menjadi pemimpin pencuri. La Welle yang memiliki kekuatan dan Bagi penganut pandangan ini mereka tidak akan kesaktian memiliki sifat tempramental sebagai kembali ke kampung halaman (Sulawesi) apabila akibat jiwanya yang masih muda dan labil. mereka tidak berhasil di daerah rantauan. Kelebihan ini akan berakibat fatal jika La Welle Dalam cerita La Welle, setelah ia tidak mampu mengendalikan emosinya dan memutuskan untuk mencari pembunuh ayahnya. setiap saat selalu mau menggunakan kekuatan Ia kemudian mengembara sampai akhirnya dia dan kesaktianya apabila ada seseorang yang mendapat penghargaan dari Raden Daha dan menentangnya. Maka setelah bertemu dengan diangkat menjadi raja, meskipun ia tidak pernah Tokoh La Mapasiame terjadi perubahan perilaku

180 181 Sawerigading, Vol. 20, 1 April 2014: 173—182

tokoh La Welle. sirik selain kekuatan dan keterampilan perlu Tokoh La Welle merupakan representasi diberengi kecerdasan emosional dan kecerdasan watak sebagai orang Bugis berdarah panas dan spritual semangat berpetualang. Sebagai anak yang belia jiwa prototipe sebagai petualang dan pemberani DAFTAR PUSTAKA begitu melekat. Sedangkan tokoh Mappasiame Ahimsa, Putra . 2007. Patron dan Klien di adalah sosok orang Bugis yang bijaksana dan Sulawesi Selatan .Yogyakarta: Kepel Press. memahami konsep sirik. ------. 2013 Strukturalisme Levi- Struktur tokoh dalam cerita La Welle Strauss. Yogyakarta: Kepel. menunjukkan bahwa dalam menegakkan sirik Azizah, Nur. 1999. Sastra Bugis Klasik. Jakarta: selain kekuatan dan keterampilan perlu diberengi Pusat Pembinaan dan Pengembangan kecerdasan emosional dan kecerdasan spritual. Bahasa. Hamid Abdullah, 1985, Manusia Bugis-Makassar: PENUTUP Suatu Tinjauan Historis Terhadap Pola Gambaran sosial-kultur suku Bugis sangat Tingkah Laku dan Pandangan Hidup tergambar jelas dalam cerita La Welle. Dalam Manusia Bugis- Makassar. Jakarta: Inti masyarakat Bugis masalah sirik yang merupakan Dayu. hal esensi dalam kehidupan seseorang dan apabila Mattulada, 1995. Latoa Satu Lukisan Analitis terjadi pelanggaran terhadap sirik akan berakibat Terhadap Antropologi Politik Orang Bugis. fatal. Hal ini disebabkan karena sirik harus Ujung Pandang: Hasanuddin University ditegakkan oleh orang terdekat sekalipun nyawa Press. taruhannya. Masalah penegakan sirik bukan hanya Moleong Lexy. 2007. Metodologi penelitian pada masalah pembunuhan. Paradigma sirik juga Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya. diterapkan pada aspek kehidupan lainnya. Rafik, Muhammad. 2010. Teori Sastra: Kajian Kondisi sosial- ekonomi adalah orang dan Praktik .Bandung: Refika. Bugis sosok perantau ulung. Mereka beranggapan Ratna, Nyoman Kutha. 2010. Sastra dan Cultural bahwa semua daerah Dalam paradigma orang Studies. Pustaka Pelajar: Yogyakarta. Bugis mereka beranggapan semua daerah dapat Suwondo, Tirto. 2003. Studi Sastra Beberapa menjadi sumber kehidupan. Ketika mereka Alternatif. Yogyakarta: Hanindita telah memutuskan untuk keluar dari daerahnya Tika, Zainuddin dan Ridwan Syam, 2005. haruslah total. Oleh karena itu sosok orang Silariang. Makassar: Pustaka Refleksi. Bugis adalah pemberani, petualang dan memiliki Pelras, Christian. 2006. Manusia Bugis. Jakarta: semangat tinggi. Nalar bekerja sama dengan Forum Jakarta- Berdasarkan struktur tokoh dalam cerita La Paris, EFEO. Welle menunjukkan bahwa dalam menegakkan

182 183 INDEKS PENULIS M Murmahyati. “Perilaku Sosial dalam Cerita A Bunga Alluq dan Dolitau”. Vol. 20, No.1, April Adri. “Indeksitas dalam Puisi-puisi Bulan Luka 2013: 139-147 Parah Karya Husni Djamaluddin”. Vol. 20, No.1, N April 2013: 87-98 Nasruddin. “Moralitas dalam Dongeng Kisah I Amriani H. “Realitas Sosial dalam Novel Kukang”. Vol. 20, No.1, April 2013: 161-172 Ronggeng Dukuh Paruk Karya Ahmad Tohari”. Natal P. Sitanggang. “Realitas Aspek Ekonomi- Vol. 20, No.1, April 2013: 99-108 Sosial Masyarakat Kubudalam Metafor Bahasa Andi Herlina. “Paradigma Sirik Orang Bugis Suku Kubu di Jambi”. Vol. 20, No.1, April 2013: dalam Cerita La Welle”. Vol. 20, No.1, April 15-24 2013: 173-182 Nuraidar Agus. “Bentuk Sapaan Bahasa Bugis dalam Konteks Pragmatik Gender”. Vol. 20, B No.1, April 2013: 1-13 Besse Darmawati. “Efoni dan Kakofoni dalam Puisi-puisi Wasiat Cinta”. Vol. 20, No.1, April W 2013: 109-116 Wiwiek Dwi Astuti. “Keberterimaan dan Ketepatan Makna Istilah Bidang Kimia di H Kalangan Mahasiswa Fakultas MIPA”. Vol. 20, Herawati. “Paragraf Argumentasi dalam Bahasa No.1, April 2013: 73-85 Jawa”. Vol. 20, No.1, April 2013: 45-59 Wiwin Erni Siti Nurlina. “Kosakata Bahasa Jawa Herianah.”Bentuk Perubahan Makna dalam sebagai Salah Satu Pengembang Kosakata Bahasa Bahasa Bugis”. Vol. 20, No.1, April 2013: 61-71 Indonesia”. Vol. 20, No.1, April 2013: 35-43 J Y Jemmain. “Aktualisasi Penghargaan dalam Yuliati Puspita Sari. “Kecerdasan Emosional Cerita Klasik Bugis”. Vol. 20, No.1, April 2013: Orang Banjar dalam Pantun Banjar”. Vol. 20, 127-138 No.1, April 2013: 149-159 Yulino Indra. “Ujaran Fatis untuk Menanggapi Jusmianti Garing. “Kala dalam Bahasa Wotu”. Suara-suara dan Kejadian Tertentu dalam Bahasa Vol. 20, No.1, April 2013: 25-34 Minangkabau Dialek Agam”. Vol. 20, No.1, April 2013: 117-126

182 183 UCAPAN TERIMA KASIH

Redaksi Sawerigading Jurnal Bahasa dan Sastra mengucapkan terima kasih yang tulus kepada para penyunting mitra bestari yang telah menelaan naskah-naskah yang diterbitkan dalam Volume 20, No. 1 April 2014, yaitu: Prof. Dr. Lukman, M.S. (Bidang Bahasa, Universitas Hasanuddin) Prof. Dr. Muhammad Rapi Tang, M.S. (Bidang Sastra, Universitas Negeri Makassar) Prof. Dr. Anshari, M.Hum. (Bidang Bahasa dan Sastra, Universitas Negeri Makassar) Prof. Dr. Tadjuddin Maknum, S.U. (Bidang Bahasa dan Sastra, Universitas Hasanuddin) Prof. Dr. Rahim Aman (Bidang Bahasa dan Sastra, University Kebangsaan Malaysia)

Redaksi

184 PB