Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari , 19(3), Oktober 2019, pp.649-660 DOI 10.33087/jiubj.v19i3.762 JIUBJ ISSN 1411-8939 (Online) | ISSN 2549-4236 (Print) Arif Rahim

Melayu dan Sriwijaya: Tinjauan Tentang Hubungan Kerajaan–kerajaan di Sumatera pada Zaman Kuno

Arif Rahim1 1Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Batanghari Correspondence email: [email protected]

Abstract. This paper discusses the issue of the relationship of the Melayu kingdom with other kingdoms on the island of in ancient times, especially with the kingdom. This prob this paper discusses the issue of the relationship between the Malay kingdom and other kingdoms on the island of Sumatra in ancient times, especially with the Srivijaya kingdom. This issue is considered important because until now there are still many issues that provoke debate, especially regarding the existence of the two kingdoms when related to the interpretation of historical sources. The results of this study are expected to contribute to the development of knowledge, especially about the local history of Jambi, and can be used as material for consideration by relevant institutions in order to preserve historical and cultural values and for the development of the Jambi tourism industry. By using a multidimensional approach and supported by the application of historical methods that refer to scientific historical research procedures, it is hoped that the questions raised in the formulation of the problem will be objectively and systematically expressed. From this research, it is known that before the information about the Kingdom of Malay and Srivijaya in the 7th century, four centuries earlier on the island of Sumatra, a number of kingdoms had developed relations with the outside world, especially China and India. The kingdoms are Koying, Tupo, Tulangbawang, and . No clear connection is known about the relationship between these four kingdoms with the Malay Kingdom which emerged later. Experts try to conclude that the Tupo Kingdom is the port of Koying. The emergence of the 5th century Kantoli Kingdom led to the end of Koying and Tupo, and subsequently the existence of Kontoli was replaced by the Malay Kingdom. The latter did not last long as an independent kingdom, because it was defeated by Srivijaya in 683. Until the 11th century Malay was part of Srivijaya. However, Malay continued to develop as an important port within Srivijaya's power. Srivijaya suffered a setback after a series of Cola Kingdom attacks from South India. This opportunity was used by Malay to break away, until it emerged as the most important kingdom in Sumatra in the 14th century.

Keyword: Malay; sriwijaya; royal relations; ancient times

PENDAHULUAN selatan Sumatera serta dengan Tonkin dan Funan, Berdasarkan sumber-sumber sejarah Sumatera tetapi perdagangan langsung dengan Cina belum yang diyakini kebenarannya oleh umumnya sejarawan dilakukan. Dilaporkan juga bahwa penduduk Ko-ying diketahui bahwa pada sekitar satu melenium pertama sangat banyak. Mereka menghasilkan mutiara, emas, abad Masehi, di Sumatera telah terdapat sejumlah perak, batu giok, batu kristal dan pinang. kerajaan yang terlibat aktif dalam kegiatan perdagangan, Keterangan tentang kerajaan Tupo dikemukakan dan hubungan internasional. Bukti-bukti sejarah oleh Ferand (1922) berdasarkan sumber Cina yang mencatat bahwa hubungan itu telah terjalin dengan ditulis oleh Fu-nan-t’u-su-chw’en berasal dari K’ang-tai bangsa-bangsa yang berperadaban tinggi pada masa itu bertahun 245-250 (Sartono :1992) Lokasi kerajaan ini seperti Arab, India dan Cina. berdekatan berada di teluk Wen dan berjarak 5000 li dari Mengacu pada sumber-sumber Cina yang dibuat Koying. oleh Kuang-Tai dan Wan-Cen (222-280), serta yang Adapun tentang Kandali juga diketahui ditulis oleh Tuyu (375), Sartono (1992), mengatakan berdasarkan sumber Cina yakni pada masa bahwa sekitar abad ke 3 – 5 M di wilayah Jambi pemerintahan kaisar Hsiau-Wu (459-464 M). Sumber itu terdapat tiga kerajaan yakni Koying abad 3, Tupo abad menceritakan bahwa raja Kandali yang bernama Sa-pa- 3, dan Kandali abad 5. la-na-lin-da mengirim utusan yang bernama Taruda Tentang Koying diterangkan bahwa di kerajaan itu untuk pergi ke Negeri Cina sebagai utusannya. terdapat gunung api dan di selatannya ada sebuah teluk Kerajaan Kandali secara berurutan aktif mengirim bernama Wen. Dalam teluk itu ada pulau bernama Pu- utusannya ke Cina, yakni tahun 502, 519, dan 520. Lei. Penduduk yang mendiami pulau itu semuanya Ketika itu Cina dipimpin oleh kaisar Wu dari Dinasti telanjang bulat, laki-laki maupun perempuan, kulit Liang. Dari catatan Cina diketahui bahwa kerajaan berwarna hitam kelam, giginya putih-putih dan matanya Kandali teletak di Laut Selatan dan adat kebiasaan merah. Mereka melakukan perdagangan secara barter penduduknya sama seperti di Campa dan di Kamboja. dengan para penumpang kapal yang berlabuh di Koying. Hasil buminya meliputi bahan pakaian berbunga (tenun Dagangan mereka adalah ayam, babi serta buah- ikat), kapas, dan pinang bermutu tinggi. buahan yang mereka pertukarkan dengan berbagai Di antara sejumlah kerajaan kuno Sumatera yang benda logam. Memperhatikan ciri-ciri fisik tersebut diketahui pada kurun satu milenium pertama abad dapatlah diartikan bahwa mereka bukan termasuk Masehi, yang paling dikenal eksistensinya adalah rumpun Melayu tetapi mungkin lebih mirip rumpun Proto- kerajaan Melayu dan Sriwijaya. Informasi tentang kedua Negrito yang sebelumnya telah menghuni daratan kerajaan itu ditemukan dari sumber yang beragam. Sumatera. Selain itu didukung pula oleh bukti-bukti sejarah yang Dari sumber India dan Funan diketahui bahwa bersifat visual. Dari sejumlah sumber tersebut yang pada abad ke 3 kerajaan Koying telah aktif melakukan paling sahih dan paling sering dirujuk sejarawan adalah perdagangan dengan daerah-daerah bagian barat dan keterangan seorang peziarah I Tsing yang menuliskan 649 Arif Rahim, Melayu dan Sriwijaya: Tinjauan Tentang Hubungan Kerajaan–kerajaan di Sumatera pada Zaman Kuno laporan perjalanannya dari Kanton ( Cina ) ke Tamralipti proses sejarah yang berlangsung lebih dari satu ( India ) antara tahun 671 - 695 yang mana ia singgah milinium, dimana laut lahan subur, gunung-gunung dan dan menetap beberapa tahun di Sriwijaya dan Melayu. gurun, merupakan elemen-elemen dasar dalam suatu Dari semua penjelasannya tentang Sriwijaya dan kawasan tempat terjadi interaksi antara, para pelaut, Melayu, yang paling penting adalah tentang Kerajaan para nomad dan para petani. Pemikiran seperti itu Sriwijaya yang dikatakannya mempunyai banyak negeri memungkinkan adanya suatu prinsip dimana setiap bawahan, dan di ibukotanya yang dikelilingi benteng. Di elemen dari berbagai set seperti samudera Hindia, pusat kerajaan terdapat lebih seribu pendeta Budha, orang-orang Arab, orang-orang India, orang-orang Cina semua rajin mencurahkan perhatiannya kepada ilmu dan dan lain sebagainya dipadukan dalam pola sejarah yang mengamalkan ajaran Budha. Mereka melakukan sama. Jalur ini dikenal dengan jalur sutera berfungsi penelitian dan ilmu yang ada pada waktu itu tidak ada menyalurkan produk-produk dari timur ke Barat. Alat bedanyanya dengan yang dilakukan di Madhyadesa utamanya adalah “karavan” yaitu rombongan onta India. Oleh sebab itu bila ada pendeta Tionghoa yang dalam jumlah yang sangat besar (Leirissa : 1997) ingin pergi ke India untuk mengikuti ajaran-ajaran dan Terbentuknya jalur perdagangan transkontinental membaca teks asli, ada baiknya mereka tinggal di Fosih yang membentang di Asia Tengah yang dua atau tiga tahun dahulu untuk berlatih, sebelum menghubungkan Chang-an (ibukota Cina sejak abad 17 berangkat ke India ( Mulyana : 2011 ). hingga abad 13) dengan wilayah-wilayah sekitar laut Adapun mengenai kerajaan Melayu termasuk ke Kaspia, serta dengan Mesopotamia, dan pelabuhan dalam negeri yang disinggahi I Tsing baik ketika ia Antiochia di pantai Laut Tengah, adalah satu adalah menuju India tahun 671 maupun setelah kembali 685. satu pola sejarah. Jalur ini dikenal dengan jalur sutera, Tentang Melayu I Tsing mengatakan bahwa pada berfungsi menyalurkan produk-produk dari timur ke umumnya kedatangan perahu disana pada bulan barat. Alat utamanya adalah “karavan” yaitu rombongan pertama atau bulan kedua, tinggal disana sampai onta dalam jumlah yang sangat besar (Leirissa : 1997) pertengahan musim panas lalu berangkat lagi ke utara. Demikian pula halnya dengan jalur laut yang Dikatakan pula bahwa agama yang dianut penduduknya menghubungkan negeri pantai Laut Tengah di barat adalah agama Budha Mahayana ( Mulyana, 2011 : 60- dengan dengan Cina di sebelah timur, melalui Laut 62). Merah, Teluk Parsi, Samudera Hindia, Selat Malaka, Suatu hal yang menarik dari eksistensi Melayu Selat Sunda, dan Laut Cina Selatan (Chauduri 1989). dan Sriwijaya adalah keduanya berada dalam Sejarawan menyebut jalur ini dengan sebutan jalur penggalan waktu dan wilayah geografis yang sama pelayaran niaga karena berfungsi sama dengan jalur yakni keduanya eksis dalam rentang waktu abad 7 – 14, sutera. sama-sama berpusat di wilayah tenggara pulau Berdasarkan teori tersebut kemunculan kerajaan Sumatera dan masing-masing menghadap ke selat Melayu dan Sriwijaya dapat dihubungkan dengan Malaka.. Tidak ada sumber sejarah yang menjelaskan keberadaan Selat Malaka dan Samudera Hindia yang batas-batas yang tegas tentang wilayah kekuasaan berfungsi sebagai jalur pelayaran niaga tersebut. Jalur masing masing kerajaan. Dengan demikian dinamika perdagangan itu dipengaruhi oleh sistem angin di Asia hubungan kedua kerajaaan merupakan aspek yang tropis (Reid, 1993 : 64). Keteraturan itu dimanfaatkan cukup penting untuk dikaji. Karena dalam rentang waktu oleh para pemilik kapal untuk kepentingan pelayaran. yang bersamaan itu, penguasaan selat Malaka sebagai Apabila hendak melakukan pelayaran jarak jauh, para jalur pelayaran penting sangat berarti bagi eksistensi pemilik kapalberusaha mengurangi resiko pelayaran dan perkembangan kedua kerajaan. dengan cara menentukan waktu yang baik dan Berkaitan dengan uraian di atas permasalahan mengikuti arah angin. Pada bulan Januari-Februari mendasar yang di ajukan dalam penelitian ini adalah dapat dipastikan bertiup angin utara yang dimanfaatkan tentang dinamika hubungan kerajaan Melayu dan oleh kapal-kapal Cina, Jepang, dan Ryukyu untuk Sriwijaya. Secara spasial pembahasan dalam penelitian berlayar ke selatan. Mereka kembali ke utara ketika ini mencakup bahasan tentang analisis hubungan mulai bertiup angin dari arah selatan ada bulan Juni, Juli dan dari aspek asal-muasal dan faktor-faktor yang Agustus. Kapal-kapal Arab dan India akan berlayar ke mempengaruhinya, serta eksistensi kedua kerajaan. Nusantara dengan memanfaatkan angin musim barat Sedangkan secara temporal pembahasan topik ini lebih antara bulan Aprilhingga Agustus. Kebanyakan dari difokuskan pada rentang waktu sejak kisaran abad ke 7 mereka tinggal untuk berdagang sebari menunggu hingga abad 14. Batasan waktu ini dipilih karena pada datangnya angin musim timur dan datangnya kapal- masa itulah kerajaan kedua mulai dikenali. Sedangkan kapal Cina antara bulan Desember hingga April. masa setelah abad ke 14 adalah masa berakhirnya Menurut Anthony Reid pelayaran yang berdasarkan kerajaan Sriwijaya serta berpindahnya pusat angin musim inilah yang mengakibatkan lahirnya pemerintahan kerajaan Melayu dari ke bandar-bandar perdagangan. Memperkuat pendapat Suroaso atau Pagaruyung di Sumatera Barat dimana Reid ini O.W Wolters mengatakan bahwa munculnya Melayu eksis sebagai sebuah kerajaan besar. kerajaan-kerajaan masa awal di Asia Tengara (termasuk Melayu) merupakan akibat reaksi penduduk setempat Kerangka Teori yang menggunakan kesempatan yang diberikan oleh Bersandar pada teori set of sets yang digunakan pedagang asing (Lapian : 1997 : 20). Rupanya oleh K.N Chaudhuri dalam membahas jalur penduduk lokal nusantara telah memanfaatkan jalur lalu perdagangan Samudera Hindia, sejarawan Universitas lintas yang berbasis perdagangan itu untuk mencptakan R.Z Leirissa menyatakan bahwa sejarah Asia wilayah-wilayah kekuasaan di sepanjang jalur antara abad 7 hingga abad 18 dtafsirkan sebagai suatu perdagangan tersebut. Dalam konteks kerajaan Melayu 650 Arif Rahim, Melayu dan Sriwijaya: Tinjauan Tentang Hubungan Kerajaan–kerajaan di Sumatera pada Zaman Kuno yang berada di Jambi dan kerajaan Sriwijaya yang abad ke 5 Masehi. Hal itu disebabkan karena sebagian berpusat di , hal demikian lebih besar periode kehidupan manusia manusia dihabiskan memungkinkan karena wilayahnya dilalaui oleh sungai dalam bentuk nomaden, berburu dan mengumpul besar Batanghari dan Musi yang berfungsi sebagai jalan makanan yang didukung oleh sestem teknologi raya menghubungkan daerah pantai timur Sumatera peralatan yang sederhana. Rentang masa ini lebih ( Jambi dan Palembang ) dengan kawasan hulu kurang selama 3 juta tahun, atau selama masa (Minangkabau) atau daerah-daerah kawasan hulu plestosen hingga memasuki masa holosen sungai Musi, yang merupakan daerah subur yang (Poeponegoro, 1990 :.....) Pada dataran ini sangat kaya dengan berbagai produk komoditas perkembangan kehidupan manusia baik secara jasmani perdagangan (Asnan, 2016 : 14). Teori ini berlaku umum maupun rohani bergerak sangat lamban. Keadaan fisik sebagai pendorong munculnya pusat-pusat bumi yang masih labil, serta ketergantungan yang tinggi kekekuasaan di sepanjang jalur strategis, akan tetapi terhadap alam menyebabkan aktivitas manusia lebih mengenai eksistensi dan jatuh bangunnya pusat-pusat terbatas pada upaya untuk mempertahankan kekuasaan sangat ditentukan oleh dinamika internal kelangsungan hidup (Leirissa, 1996 :5-6) kawasan seperti peperangan, dan penuklukan- Perubahan signifikan mulai terlihat setelah penaklukan yang dilakukan oleh kekuatan yang lebih kehidupan manusia memasuki masa bercocok tanam kuat. Sebagaimana halnya dengan munculnya kerajaan- 6000 tahun SM. Munculnya pola hidup bercocok tanam kerajaan Turki di Asia Barat dan Moghul di India adalah didorong oleh sejumlah faktor sebagai berikut: buah dari ekspansi kekuasaan bangsa Mongol dari Asia 1. Semakin berkurangnya jumlah hewan buruan Tengah (Leirissa : 1997). disebabkan karena reproduksi hewan buruan yang lebih lambat dibanding konsumsi dan pertumbuhan HASIL DAN PEMBAHASAN manusia Sumatera dan Kerajaan-kerajaan Awal Sebelum 2. Sudah adanya kemampuan untuk mengawetkan Kerajaan Melayu daging atau makanan lainnya meskipun dengan cara Pulau Sumatera telah ditempati oleh manusia yang sederhana. sejak masa Plestosen. Kebudayaan bercorak 3. Bertambah banyaknya pemukiman-pemukiman paleolitikum seperti kapak perimbas banyak ditemukan manusia lainnya di sekitar mereka sehingga di daerah Bengkulu dan Lahat di Sumatera Selatan menimbulkan persaingan bahan makanan di wilayah (Poespongoro, 1992 : 89). Hasil kebudayaan pra sejarah yang sama yang paling banyak ditemukan dan tersebar di berbagai (https://learniseasy.com) tempat ialah kebudayaan yang bercorak megelitikum. Di Sejak berkembangnya teknologi peralatan yang daerah Mahat Limapuluhkota Sumatera Barat ditemukan terbuat dari besi atau logam lainnya pada masa tradisi megalitik berbentuk menhir yang jumlahnya perundagian yakni 3000-2000 tahun SM, manusia mencapai ribuan. Menhir-menhir tersebut diperkirakan semakin mudah beradaptasi dan mengatasi rintangan berusia sekitar 2000-6000 tahun sebelum masehi. alam. Kegiatan bercocok tanam dapat dilakukan dengan Semua menhir itu menghadap ke satu arah, yakni ke cara yang lebih baik sehingga memungkinkan untuk Gunung Sago, dan keberadaannya dimaknai sebagai memperoleh hasil yang lebih banyak. Penduduk tanda makam, sarana pemujaan terhadap arwah nenek bertambah dengan cepat karena dalam sistem bercocok moyang. tanam anak bukan menjadi beban sebagaimana dalam Tradisi daerah Kerinci dalam bentuk yang lebih keadaan masa berburu dan meramu, melainkan aset bervariasi banyak ditemukan di daerah Kerinci. Yang karena dapat dipekerjakan dalam kegiatan pertanian. terbanyak adalah berupa monolit berukuran besar. Bangunan rumah mulai dibangun sendiri menggantikan Salah satu diantaranya adalah berupa monolit yang gua-gua yang biasanya dijadikan sebagai tempat terletak dalam posisi rebah yang oleh masyarakat tinggal. Kehidupan manusia mulai banyak mempunyai setempat disebut batu larung, batu meriam atau batu waktu luang karena adanya tenggang waktu antara patah. Pada bagian atas batu , sisi depan maupun sisi menanam dan memetik hasil. Waktu penantian itu dapat belakangnya terdapat relief berbentuk manusia yang dimanfaatkan dimanfaatkan untuk usaha-usaha di luar digambarkan berdiri dengan tangan kanan dilipat dan kegiatan pertanian. Kegiatan peternakan dan aktifitas memegang sesuatu yang oleh arkeolog diperkirakan yang berkaitan dengan keperluan rumahtangga, seperti berbentuk senjata. Menurut Bonatz tradisi megalit ini anyaman, membuat gerabah, mengasah peralatan kerja, memiliki ciri-ciri ikonografis dan penggambaran yang serta membuat rumah, perahu. Untuk jenis kegiatan menunjukkan adanya pengaruh arca India ( Purwanti : lebih berat dan membutuhkan tenaga yang banyak 2016). dikerjakan secara gotong royong. Berhubung hasil dari Berbagai temuan pra sejarah di atas menunjukkan kegiatan tersebut seringkali dibuat melebihi jumlah bahwa Pulau Sumatra telah ditempati oleh manusia keperluan maka berkembanglah kegiatan perdagangan dalam kurun waktu yang sangat lama. Ada yang yang dilakukan secara barter. Barang-barang yang akan mengatakan bahwa daerah Kerinci sudah dihuni diperdagangkan diangkut dalam jarak yang jauh melalui manusia sejak 35 ribu tahun yang lalu ( Jauhari : 2012), darat, sungai, dan laut. Lingkup areal perdagangan namun mengingat berbagai temuan yang terdapat di mencakup antar pulau di nusantara serta dengan Lahat dan Bengkulu, dapat dikatakan waktunya jauh wilayah daratan Asia Tenggara. Angkutan darat lebih lama. menggunakan hewan seperti kerbau dan kuda, Kendati pulau Sumatra telah ditempati oleh sementara perahu digunakan untuk di laut dan sungai. manusia dalam kurun waktu yang panjang, bukti-bukti Dalam hal ini rakit bambu dan perahu memegang tentang adanya kerajaan di Sumatera baru dimulai pada peranan yang sangat penting sebagai sarana lalu lintas 651 Arif Rahim, Melayu dan Sriwijaya: Tinjauan Tentang Hubungan Kerajaan–kerajaan di Sumatera pada Zaman Kuno perdagangan dan sekaligus sebagai alat penyebar mengungsi secara besar-besaran. Kedua, Tekanan budaya. yang menghimpit bangsa India akibat serbuan bangsa Barang-barang yang dipertukarkan bukan saja Kusana dua abad kemudian. Akan tetapi kedua faktor ini hasil-hasil dari aktifitas diluar bercocok tanam, seperti hanyalah dugaan dan hipotesis semata, tanpa didukung gerabah, anyaman, dan alat-alat rumah tangga dan oleh fakta yang kokoh. Tetapi Coedes lebih percaya perlengkapa kerja, tetapi juga hasil-hasil pertanian bahwa alasan perdagangan merupakan faktor yang seperti keladi, ubi, sukun, pisang, kelapa, durian, salak, paling kuat. Hubungan yang terjadi antara dunia Laut duku, dan rambutan. Selain itu diperdagangkan pula Tengah dan dunia Timur sejak invasi Iskandar Agung, perhiasan dan benda-benda khas yang mempunyai berdirinya Kemaharajaan Asoka, Kaniska, Kerajaan makna magis, seperti nekara perunggu, moko, dan Seleucid, dan Kekaisaran Romawi di Barat benda-benda seperti manik-manik. (Leirissa, 1996 : 7-8 menyebabkan perdagangan barang-barang mewah Poesponegoro, 1990 : 288-290). meningkat. Termasuk dalam kategori barang mewah itu Perkembangan penting lain yang mengikuti sistem adalah rempah-rempah, kayu wangi merupakan hasil bercocok tanam adalah munculnya tatanan sosial baru pulau-pulau yang terletak di seberang Sungai Gangga. sebagai akibat dan solusi dari berbagai persoalan yang Semua itu telah menyebabkan daerah penghasil itu muncul seiring dengan perkembangan kehidupan menjadi harum namanya di dunia internasional pada masyarakat. Jumlah penduduk dan keluarga semakin zaman itu. Sejak zaman Dinasti Ptolemi sebutan tentang banyak sehingga memunculkan kelompok mukim dan negeri-nusantara beserta hasilnya sangat dikenal desa-desa. Hal demikian menuntut adanya aturan dalam hingga ke Eropa. Sebutan-sebutan seperti Takkola ( berinteraksi baikantar individu maupun kelompok. Pasar Gardamunggu), Karpuradwipa (Pulau Kapur Jumlah yang semakin banyak juga berdampak pada Barus), Narikeladwipa (Pulau Kelapa) Kanakapuri (Kota semakin bertambahnya luas lahan pertanian sehingga Emas), oleh Coedes dipercaya telah menyebabkan memerlukan pula aturan dalam penggunaan air maupun orang-orang India tertarik untuk datang ke Nusantara lahan. Tinggal menetap pada suatu tempat diikuti oleh (Coedes, 2010 : 48). timbulnya masalah baru seperti penimbunan sampah Tak diketahui secara pasti bagaimana asal mula yang berakibat munculnya berbagai penyakit. Akibatnya perkembangan pengaruh India di Nusantara. Gabriel muncul peran dukun yang biasanya berasal dari orang- Ferand mengatakan berkembangnya pengaruh India di orang yang titinggikan dan dianggap punya kemampuan Nusantara berawal dari terbentuknya pemukiman- supra natural. Dalam masyarakat mulai muncul pemukiman India. Perbedaan bahasa yang sangat jauh pengkastaan, yang mana kepemilikan aset dan materi menyebabkan mereka terpaksa mempelajari bahasa dan hal lain yang dipandang berharga dijadikan sebagai pribumi. Mereka berusaha bergaul dengan pemimpin dasar dalam pengelompokkan sosial. setempat dan menyenangkan hatinya dengan Di sisi lain kegiatan perdagangan yang semakin melakukan pemberian, merawat dan menyembuhkan besar diikuti kontak sosial dan budaya dengan bangsa orang sakit melalui obat-obatan dan jimat penolak bala. asing, yang mengakibatkan masuknya unsur kebudayan Setelah mereka dapat mengambil hati dan diterima oleh luar yang seringkali baru dan belum dikenal oleh pemimpin lokal, banyak diantara mereka yang menikahi masyarakat setempat. Sulit untuk mengetahui dengan putri pemimpin. Lewat wadah itulah selanjutnya pasti kapan pengaruh asing mulai masuk ke Nusantara peradaban dan agama ditanamkan dan berdampak luas. khususnya pulau Sumatera. Tetapi jika dilihat dari segi Istri mereka yang pribumi diberi pelajaran untuk maksud sejarah perkapalan serta dikenalnya hasil bumi itu dan sekaligus sebagai perantara yang paling baik kepulauan Nusantara di berbagai belahan dunia, maka untuk menebarkan pemikiran-pemikiran kepercayaan dapat dikatakan bahwa pengaruh itu sudah ada sejak baru ( Coedes, 2010 : 50-56). zaman pra sejarah. Anggapan ini berdasarkan Kendati uraian Ferand di atas cukup logis dan disebutnya nama-nama daerah seperti Jawadwipa dan masuk akal, Coedes mengatakannya sebagai khayalan. Swarnadwipa dalam sastra klasik India Ramayana Rekonstitusi hipotesis di atas lebih didasarkan pada (studyandlearningnow.bogspot.com). pengalaman Ferand sendiri tentang masuknya agama Pengaruh paling besar adalah masuknya agama Islam pada bangsa Sakalava di Madagaskar (Coedes, dan kebudayaan Hindu-Budha ke Nusantara sejak 2010 : 50-51). Cara-cara yang diutarakan Ferand di atas permulaan abad Masehi. Menurut G. Ferand proses memang sejalan dengan metode Islamisasi yang terjadi Indianisasi Nusantara sudah dimulai pada tahun 132 M, di berbagai tempat di Nusantara. Proses Islamisasi meskipun berlangsung lamban. Namun Coedes sulit Nusantara pada abad 14 – 17 M. Langkah Islamisasi menerima pendapat ini mengingat tua dan lestarinya diakukan oleh para pendakwah dengan cara mendekati hubungan antara India sendiri dengan negeri-negeri di pemimpin lokal, dengan menampakkan moralitas yang seberang sungai Gangga. Coedes hanya setuju jika baik, menyatakan keturunan dari kelas atas --- seringkali dikatakan arus pedagang dan migran yang diiringi kaum dari keturunan nabi atau raja besar, menampakkan terpelajar dan agamawan lebih besar terjadi pada masa kesaktian, memberikan pengobatan, dan menikahi putri itu. Dan hal itu telah berpangaruh besar terhadap suku- pemimpin setempat (Ricklefs, 1992). Namun demikian suku pribumi, yang ditandai dengan berdirinya kerajaan- munurut Coedes bukan berarti analisis Ferand tidak kerajaan Hindu-Budha pada abad ke-4 dan 5 M dapat diterima sama sekali, namun harus diterapkan (Coedes, 2010 : 46-47) secara hati-hati. Terdapat sejumlah faktor yang mendorong Di pulau Sumatera pengaruh Hindu-Budha baru perluasan peradaban India. Pertama, invasi Maharaja tampak dengan jelas setelah munculnya Kerajaan Asoka dari Dinasti Mauria terhadap kerajaan Kalingga Melayu pada abad ke 7. Sebelumnya berdasarkan pada abad 3 SM telah menyebabkan penduduk sumber-sumber sejarah Cina, Di Sumatera telah ada 652 Arif Rahim, Melayu dan Sriwijaya: Tinjauan Tentang Hubungan Kerajaan–kerajaan di Sumatera pada Zaman Kuno empat kerajaan yakni Koying, Tupo, Kantoli dan bagian timur Sumatera terdapat Sungai Tungkal yang Tulangbawang. bagian hulunya bernama Pengabuan yang bermuara di Eksistensi Koying diketahui berdasarkan catatan Muara/Kuala Tungkal. Jika merujuk pendapat Slamet yang dibuat oleh Kuang-Tai dan Wan-Chen (222-280) Mulyana di atas dapat disimpulkan bahwa kerajaan serta ensiklopedi Tung-Tien ditulis oleh Tuyu (375). Kantoli terletak di Kuala Tungkal. (Sartono, 1992). Sumber-sumber tersebut menerangkan bahwa di Kerajaan lainnya yaitu kerajaan Tulang Bawang. kerajaan Ko-ying ada gunung api dan di selatannya ada Kerajaan ini merupakan kerajaan Hindu tertua di sebuah teluk bernama Wen. Dalam teluk itu ada pulau Nusantara. Menurut catatan Informasi seputar kerajaan bernama Pu-Lei. Penduduk yang mendiami pulau itu Tulang Bawang berasal dari sumber Cina yakni kitab Liu semuanya telanjang bulat, laki-laki maupun perempuan, Sung Shu, suatu kitab sejarah dari masa pemerintahan kulit berwarna hitam kelam, giginya putih-putih dan Kaisar Liu-Sung (420-479 M). Kitab ini menerangkan matanya merah. Mereka melakukan perdagangan bahwa pada tahun 499M, sebuah kerajaan yang terletak secara barter dengan para penumpang kapal yang di Kepulauan Nusantara bahagian barat bernama P u – berlabuh di Koying. Dagangan mereka adalah ayam, huang atau Po Huang, mengirim utusan dan barang- babi serta buah-buahan yang mereka pertukarkan barang upeti ke negeri Cina. Lebih jauh sumber ini dengan berbagai benda logam. Memperhatikan ciri-ciri menerangkan bahwa Po Huang menghasilkan 41 jenis fisik tersebut dapat diartikan bahwa mereka bukan barang yang diperdagangkan ke Cina. Hubungan termasuk rumpun Melayu tetapi mungkin lebih mirip diplomatik dan perdagangan berlangsung terus sejak rumpun Proto-Negrito yang sebelumnya telah menghuni abad ke 5 hingga abad ke 6 seperti halnya dengan dua daratan Sumatera. kerajaan lainnya di Nusantara kakni Kantoli, dan Holotan Dari sumber India dan Funan diketahui bahwa (https://www.edukasinesia.com). pada abad ke 3 kerajaan Koying telah aktif melakukan Banyak ahli sejarah berpendapat letak kerajaan perdagangan dengan daerah-daerah bagian barat dan Tulangbawang berlokasi di Lampung yaitu di sekitar selatan Sumatera serta dengan Tonkin dan Funan, kabupaten Tulangbawang sekarang. Hingga sekarang tetapi perdagangan langsung dengan Cina belum belum ada yang bisa memastikan pusat kerajaan, dilakukan. Dilaporkan juga bahwa penduduk Ko-ying namun ahli sejarah J.W. Narding memperkirakan sangat banyak. Mereka menghasilkan mutiara, emas, lokasinya berpusat di hulu Wai Tulangbawang, antara perak, batu giok, batu kristal dan pinang. Manggala dan Pagardewa, lebih kurang radius 20 kilo Tentang Tupo juga diperoleh informasi meter dari pusat kota Manggala berdasarkan catatan sejarah Cina yang ditulis oleh Fu- (https://www.edukasinesia.com). Penulis Abdillah nan-tu-su-chwen berasal dari Kang-tai tahun 245-250. Marzuqi dalam sebuah tulisannya pada koran Media Transliterasi tuponim menunjukan Tupo sama dengan Indonesia, memperkirakan pusat kerajaan Muara Tebo. Catatan Cina tidak menyebutkan secara Tulangbawang berlokasi di Pagardewa. Pandangan itu jelas tentang dimana persisnya letak kerajaan Koying berdasarkan hasil penelusurannya ke kampung dan Tupo. Namun dijelaskan bahwa Koying terletak di Pagardewa. Dijelaskan bahwa Kampung Pagardewa Indonesia bagian barat, berjarak sejauh 5000 Li ke arah terletak di antara dua sungai Tulangbawang yaitu Wai timur dari Tupo (Tebo) dan memiliki banyak gunung api. Kanan dan Wai Kiri. Pertemuan kedua sungai tersebut Informasi mengenai Kerajaan Kandali diketahui tak jauh dari kampung tersebut. Di Pagardewa terdapat melalui sumber Cina pada masa pemerintahan Hsiau- sejumlah bangunan-bangunan rumah maupun pendopo Wu (459-464 M. Sumber itu menceritakan bahwa raja yang disebutnya menyisakan aroma masa lampau yang Kandali yang bernama Sa-pa-la-na-lin-da menyuruh kuat. Di antaranya adalah suatu bangunan yang disebut utusan yang bernama Taruda untuk pergi ke Negeri tangga raja. Bangunan itu berbentuk persegi dengan Cina sebagai utusannya. Pada tahun 502, 519, empat tiang di setiap sudutnya. Kelilingnya tidak ditutup dan 520 M kerajaan Kandali aktif mengirim utusannya ke utuh, hanya beberapa kayu yang disusun melintang dan Cina. Ketika itu Cina dipimpin oleh kaisar Wu dari membujur serupa pagar. Bangunan ini mirip tempat Dinasti Liang. Dari catatan Cina diketahui bahwa labuh. Banyak perahu-perahu kecil yang menambatkan kerajaan Kandali teletak di laut selatan dan adat tali di situ. Menurut tuturan masyarakat setempat, kebiasaan penduduknya sama seperti di Campa dan di dulunya bangunan itu digunakan oleh para bangsawan Kamboja. Hasil buminya meliputi bahan pakaian Tulangbawang. Tokoh adat masyarakat setempat berbunga (tenun ikat), kapas, dan pinang bermutu tinggi menyatakan bahwa Pagardewa adalah pusat karajaan ( Sartono, 1992). Tulangbawang (https://mediaindonesia.com). Nama Para pakar berbeda pendapat mengenai Pagardewa yang berarti negeri berpagar Dewa atau eksistensi dan letak dari kerajaan Kantoli. Sumber Cina orang-orang sakti, memang mengindikasikan bahwa dari dinasti Ming mengatakan bahwa San-fo-tsi dahulu negeri ini layak diduga sebagai pusat kekuasaan. disebut juga Kan-to-li. Karena San-fo-tsi selalu Informasi lain tentang Kerajaan Tulangbawang dihubungkan dan disamakan dengan Sriwijaya, maka G. berasal dari laporan perjalanan I Tsing, seorang Ferand menyatakan Kantoli sama dengan Sriwijaya dan peziarah Cina yang pernah menetap beberapa waktu di terletak di Palembang (Poesponegoro, 1992 : 79). Sriwijaya. Selama di Sriwijaya, ia sempat melihat daerah Pendapat yang berbeda dikemukakan oleh Gerini dan Selapon, yakni nama asli dari Tulangbawang. Orang Majumdar. Keduanya sepakat menempatkan Kantoli di Cina dari etnik Ke tak bisa melafalkan bunyi Se, pantai timur semenanjung. Tetapi Slamet Mulyana sehingga menyebutnya To. Kata Selapon atau mengartikan bahwa Kandali sama dengan Kantoli yang Solapon mereka sebut Tola- Pohwang yang lama terletak disekitar Jambi. Alasannya kata Kantoli diartikan kelamaan berubah menjadi Tulangbawang. Berdasarkan sama dengan kata Kuntala atau Tungkal. Di bagian- laporan I Tsing ini dapat dikatakan bahwa pada masa itu 653 Arif Rahim, Melayu dan Sriwijaya: Tinjauan Tentang Hubungan Kerajaan–kerajaan di Sumatera pada Zaman Kuno kerajaan Tulangbawang adalah bahagian dari kerajaan Melayu. Karena pada abad ke 7 tak ada lagi utusan dari Sriwijaya. Kerajaan Sriwijaya sendiri oleh para peneliti Kantoli. Yang ada hanyalah dari Mo-lo-yeu yakni tahun kerajaan Tulangbawang dikatakan sebagai federasi atau 644/645. gabungan dari Kerajaan Melayu dan kerajaan Meskipun demikian pendapat Aulia Tasman Tulangbawang (https://www.edukasinesia.com). tentang letak kerajaan Koying sangat terbuka untuk diperdebatkan. Keberadaan gunung berapi yang Melayu, Sriwijaya, dan Kerajaan-kerajaan lain hingga dijadikan alasan, keberadaannya hampir terdapat di abad 11 M sepanjang bujur bukit barisan. Selain itu letak geografis Banyak sejarawan berpendapat bahwa antara Kerinci jauh pantai, yakni di pedalaman dan jauh dari kerajaan Melayu dengan Sriwijaya, maupun antara jalur sungai utama yang sejak zaman klasik dijadikan Melayu dengan kerajaan-kerajaan yang pernah tersebut sebagai sarana transportasi. Tambahan lagi jenis mata dalam sumber-sumber sejarah pada masa sebelum perdagangan yang diperdagangkan seperti mutiara tak munculnya kerajaan Melayu, mempunyai keterkaitan mungkin dihasilkan di daerah Kerinci. Pendapat ini akan satu sama lain. Keterkaitan itu sebahagian ditunjukkan semakin kabur apa bila dicermati pula keterangan oleh bukti-bukti yang kuat umpamanya mengenai bahwa negeri Koying terletak di sebelah timur Tu-po. hubungan antara Kerajaan Melayu dan Sriwijaya. Dan kalau disamakan Tu-po dengan Muara Tebo, maka Namun sebagian lainnya terutama yang menyangkut makin sulitlah untuk diterima, karena letak Kerinci keterkaitan dengan Ko Ying, Tu Po dan Kandali, lebih cenderung di sebelah barat Muara Tebo. Akhirnya didasarkan pada dugaan atau hipotesa semata. penduduk Koying yang diidentifikasi sebagai rumpun Sehubungan dengan itu Junaidi T. Noor misalnya Proto Negrito berbeda jauh dengan penduduk Kerinci mencoba menghubungkan Kerajaan Melayu Jambi sekarang yang termasuk kategori Proto Melayu yang dengan Ko Ying dan Tu Po. Dikatakan bahwa kerajaan cenderung berambut lurus, bermata agak sipit dan Melayu Jambi berawal mula dari Koying, Te-hu-po atau berkulit putih. Sedangkan rumpun proto Negrito lebih Tu Po atau Tebo pada abad 3-5 ( Noor, 2011 : 106 ), dekat pada oang-orang Papua atau suku-suku yang ada tetapi pernyataan ini tidak didukung penjelasan tentang di Nusa Tengara Timur. proses yang menunjukan gambaran kronologis mulai Jika diperhatikan betul pendapat para ahli tentang dari Koying yang dikatakan telah ada sejak abad 3 lokasi Teluk Wen serta negeri-negeri sebagaimana hingga munculnya kerajaan Melayu pada abad 7. tersebut dalam sumber Cina tersebut masih Penjabaran yang lebih berani dikemukakan oleh mengundang keraguan. Pertama, apakah benar teluk pemerhati sejarah Aulia Tasman, yang mencoba Wen itu berlokasi di pantai timur Sumatera bahagian memposisikan Koying, Tupo, dan Kandali pada satu tengah yang keberadaannya sangat menjorok sangat garis kronologis yang berujung pada terbentuknya jauh ke pedalaman hingga ke Muara Tebo ? Apakah kerajaan Melayu pada abad 7. Tasman menafsirkan mungkin pendangkalan secepat itu sehingga dalam pusat Kerajaan Koying terletak di Kerinci. Alasannya waktu 200an tahun pelabuhannya sudah harus didasarkan pada berita Cina yang mengatakan bahwa di berpindah ? Sebagai pertimbangan, hasil penelitian Citra wilayah Koying terdapat banyak gunung api, dan terletak Radar (SLAR & SAR) oleh Chambera dan Abdul Sobur 5000 li sebelah timur Tupo yang terletak di pinggir teluk terutama yang menyangkut perkembangan garis pantai, Wen.Alasan lainnya adalah di Kerinci terdapat bukti- maka diperkirakan garis pantai wilayah timur Jambi pada bukti peninggalan sejarah kuno berupa barang-barang masa Kerajaan Melayu (abad 7) diperkirakan di daerah keramik yang bersal dari zaman Dinasti Han (202 SM- sebelum simpang percabangan sungai Batanghari 221 M) Dikatakan Lebih jauh Tasman menjelaskan menjadi sungai Berbak dan sungai Nyiur, atau di daerah bahwa Koying dan Tupo adalah kerajaan-kerajaan Koto Kandis sekarang. Diketahui pula bahwa kecepatan Melayu kuno pra Sriwijaya yang keberadaannya pertumbuhan daratan pantai timur berkisar antara 10 s/d bergeser dari barat ke timur mengikuti pendangkalan 30 meter/tahun. Dengan demikian teluk purba Teluk Wen. (Aulia Tasman, 2016 : 2-6). Pendapat ini sebagaimana yang banyak disinggung dalam secara jelas mengikuti pemikiran Profesor Sartono menelusuri Kerajaan Melayu Kuno diperkirakan berada tentang suksesi kerajaan Melayu Kuno. Tetapi Sartono di antara Sungai Berbak dan Sungai Nyiur sekarang ( tidak dapat dapat memastikan tentang lokasi Kerajaan Sutikno, Aris Poniman, Maulana Ibrahim : 1992). Koying. Sartono hanya mengatakan pusat kerajaan Sekiranya pendapat ini yang lebih kuat apakah mungkin Koying di suatu daerah yang banyak gunung api. Tupo yang disebut dalam sumber Cina pada abad ke 3 Dikatakan bahwa Kerajaan Koying mempunyai sama dengan Tebo sekarang. Kalau dianggap sama pelabuhan yang terletak di tepi Teluk Wen yakni Tupo ( apakah benar pertumbuhan daratan pantai timur begitu Muara Tebo ). Selanjutnya karena pendangkalan Teluk cepat ? Lantas dimana posisi Koying ? Wen, pelabuhan tersebut dipindahkan ke Kuala Tungkal. Keraguan di atas rupanya mendorong sejarawan Dengan mengikuti pendapat Slamet Mulyana Kata lain untuk mencari letak Kerajaan Koying. Ada yang Tungkal disamakan dengan Kantoli. Dengan demikian mengatakan letaknya di pantai timur Sumatera dekat Kantoli menurut Sartono adalah Kota pelabuhan Palembang (http://historia.id>kuno). bahkan ada yang Kerajaan Koying, Kota pelabuhan itu lama kelamaan mengatakan di Jawa Barat merasa kuat akhirnya memisahkan diri dari kerajaan (http;//www.kompasiana.com>fadz). Tetapi alasan ini Koying. Kemungkinan lain Pusat kerajaan Koying sama makin sulit diterima karena letak Palembang cukup jauh sekali dipindahkan ke Kuala Tungkal yang disebut dari gunung api sebagaimana yang diterangkan oleh Kantoli (Sartono : 1922). Kerajaan inilah yang diketahui sumber Cina. Sedangkan untuk Jawa Barat tidak banyak mengrim utusan berkali-kali ke Tiongkok pada abad ke ahli yang mengatakan tidak mungkin. 5. Kerajaan Kontoli ini diduga ditaklukan oelh Kerajaan 654 Arif Rahim, Melayu dan Sriwijaya: Tinjauan Tentang Hubungan Kerajaan–kerajaan di Sumatera pada Zaman Kuno

Berbeda dengan kejelasan hubungan antara selalu disebut I Tsing ketika ia menyinggung tentang Kerajaan Melayu dengan kerajaan-kerajaan Melayu. Hal itu menunjukkan bahwa pada saat itu ( sebelumnya, hubungan antara Kerajaan Melayu dan tahun 671), ketika dia datang pertama kali, Melayu Sriwijaya menunjukkan keterkaitan yang kuat. adalah sebuah kerajaan merdeka. Keadaan itu telah Pernyataan ini didasarkan bukti-bukti tertua yang berubah ketika ia kembali dari India 15 tahun kemudian. menerangkan tentang Kerajaan Melayu yang berasal Ketika ia pulang dari Nalanda menuju Sriwijaya, ia dari Tang-Hui-Yao, yang disusun oleh Wang-Pu tahun menyaksikan telah terjadi perubahan ketatanegaraan 961 pada masa pemerintahan Dinasti T’ang, dan dari dalam kerajaan Sriwijaya. Negeri Melayu telah menjadi S’in-T’ang-Shu yang disusun pada awal abad ke 7 pada bagian Sriwijaya ( Mulyana, 2006 : 64-65). masa Dinasti Sung, atas dasar sejarah lama yang terdiri Kererangan I-tsing tentang dikuasainya Melayu dari T’ang-Hui-Yao seperti tersebut di atas, dan Tse-fu- oleh Sriwijaya sejalan dengan sejumlah keterangan dari yuan-kuei susunan Wang-chin-yao dan Yang-I antara sumber China lainnya sebagaimana yang tersebut di tahu 1005 dan 1013. Menurut berita tersebut Kerajaan depan yang mengatakan pengiriman utusan Melayu ke Melayu mengirimkan utusannya ke Tiongkok pada tahun China pada abad 7 tercatat hanya sekali saja yakni 644/645. Pengiriman utusan itu pada abad ke 7 tercatat tahun 644/645. Setelah itu utusan yang tampak di istana hanya sekali saja. Selama itu yang tampak di istana kaisar hanyalah dari Sriwijaya yang mereka sebut Shih- kaisar hanyalah utusan dari kerajaan Sriwijaya yang li-fo-shih atau Fo-shih saja. Dengan demikian dapat disebut Shi-li-fo-shih atau Fo-shih saja (Mulyana, 2006 : dikatakan bahwa Kerajaan Melayu adalah kerajaan 61). besar pulau Sumatera. Dikatakan besar karena Melayu Laporan perjalanan I-Tsing pada abad 7 dapat adalah negara merdeka yang menguasai Selat Malaka menerangkan hubungan antara Kerajaan Melayu dan pada waktu itu, telah mengirimkan utusan ke Tiongkok Kerajaan Sriwijaya secara lebih jelas. I Tsing adalah yang tercatat dalam kitab- kitab sejarah Tiongkok. seorang pendeta Budha yang ingin memperdalam ilmu Eksistensi Melayu sebagai kerajaan merdeka berakhir pengetahuannya tentang agama Budha di daerah asal setelah dianeksasi oleh Sriwijaya pada abad 7. Berita ini agama tersebut yaitu India. Keinginan itu didorong oleh disampaikan secara lugas dan berulang oleh I tsing kenyataan banyaknya pemeluk agama Budha di dalam laporan perjalanannya pada masa tersebut. Tiongkok pada masa itu yang kurang memahami ajaran Dalam konteks hubungan Melayu dan Sriwijaya, agama Budha seringkali terjadi banyak penyimpangan rentang waktu antara abad 7 hingga abad 11 dapat dalam pengamalannya. Dalam pelayarannya yang dikatakan masa dominasi Sriwijaya atas Melayu. dimulai dari Kwang Chou ( Kanton ) pada bulan 11 tahun Indikasinya terlihat pada sejumlah prasasti yang 671. Setelah hampir 20 hari berlayar kapal sampai di Fo- berisikan ancaman dari penguasa Sriwijaya terhadap Shih ( Sriwijaya ). Di Sriwijaya ia menetap selama enam negara-negara bawahannya, seperti yang terdapat pada bulan untuk belajar sabdavidya (tata bahasa Sanskerta). pada prasasti Karangbrahi, prasasti Kota Kapur, dan Tentang keadaan Sriwijaya pada masa itu I-Tsing prasasti Telaga Batu. Slamet Mulyana menyebut ketiga mengatakan bahwa kerajaan ini sedang berkembang. prasasti tersebut dengan sebutan piagam persumpahan. Ibukotanya dikelilingi benteng, terdapat lebih dari seribu Prasasti Kota Kapur berangka tahun 686 M, yang pendeta Budha--- semuanya rajin mencurahkan ditemukan oleh Van der Meulen seorang administrator di perhatiannya pada ilmu, dan mengamalkan ajaran Sungai Selan, berisi kalimat-kalimat senada dengan Budha. Mereka melakukan penelitian dan ilmu yang ada dua prasasti lainnya. Lainya. Oleh karena itu para ahli pada masa itu---tak ada bedanya dengan Madhyadeca menyimpulkan ketiganya berasal dari masa yang sama. di India. Oleh karena itu I Tsing merekomendasikan bila Pada prasasti Kota Kapur terdapat rangkaian kalimat pendeta Tionghoa yang ingin pergi ke India untuk yang menyatakan pertempuran seorang pembesar yang mengikuti ajaran-ajaran dan membaca teks-teks asli, gagah berani bernama Kandra Kayet dengan seorang sebaiknya tinggal dulu di Sriwijaya selama dua atau tiga bernama Tandrun Luah. Nama yang tersebut pertama tahun untuk berlatih sebelum berangkat ke India ( ditafsirkan sebagai pemberontak negeri bawahan yang Mulyana, 2006 : 47-48 ). tidak mau tunduk terhadap Sriwijaya, sedangkan yang Ketika akan berangkat ke India dengan menaiki nama yang kedua adalah seorang senopati kerajaan. kapal raja, ia singgah dulu ke Melayu dan menetap Pada pertempuran itu Kandra Kayet berhasil membunuh disana selama dua bulan, sejanjutnya berlayar ke Kedah Tandrun Luah, tetapi akhirnya ia dapat dikalahkan oleh selama 15 hari, dan selanjutnya menuju Nalanda yang raja Sriwijaya yakni Dipunta Hyang (Mulyana, 2011 : ditempuh selama 30 hari pelayaran. Tentang hubungan 154-161 ). Melayu dan Sriwijaya tergambar ketika I Tsing Peristiwa Kandra Kayet itu rupanya dipandang menguraikan perjalanan pendeta Wu Hing yang dalam sebagai sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan perjalannya ke India juga singgah di Sriwijaya. Ia juga kerajaan, sehingga dijadikan contoh peringatan bagi menyebut nama kerajaan Melayu, namun tidak dibubuhi negara-negara bawahan untuk senantiasa tunduk dan keterangan apapun. Dikatakan, Wu Hing sampai di Shih- berbakti pada Sriwijaya. Dinyatakan bahwa Kandra li- fo- Shih. Sang raja menerimanya dengan baik dan Kayet adalah orang pilihan ( sangat kuat) namun menghormatinya sebagai tamu yang datang dari negeri ternyata bisa dikalahkan juga. Oleh sebab itu jika ada Putera Dewata, Tang Agung. Ia menumpang perahu raja yang berusaha berontak atau tidak patuh dan berkianat menuju negeri Me-lo-yeu. Setelah berlayar 15 hari pada kerajaan akan dimakan sumpah dan ditumpas lamanya ia sampai di sana. Poin penting dari pernyataan hingga bernasib sama dengan Kandra Kayet. Pada ini yakni tidak adanya embel-embel di belakang kata prasasti Kota Kapur juga dinyatakan bahwa tentara Melayu yang selalu diikuti oleh kata-kata sekarang Sriwijaya berangkat memerangi tanah Jawa karena tidak menjadi bagian Shih-li-fo-shih sebagai mana yang mau tunduk pada Sriwijaya. 655 Arif Rahim, Melayu dan Sriwijaya: Tinjauan Tentang Hubungan Kerajaan–kerajaan di Sumatera pada Zaman Kuno

Dalam prasasti itu tidak disebutkan secara jelas Pembuatan candi ini mengikuti langkah yang ditempuh tentang siapa sesungguhnya Kandra Kayet, kecuali pendahulunya yakni raja Balaputradewa yang hanya disebutkan ia orang pilihan yang gagah berani. mendirikan wihara di Nalanda pada tahun 949 ( Berdasarkan profilnya yang demikian dapat diduga Mulyana, 2011 : 2221). Pendirian candi itu dimaksudkan Kandra Kayet kemungkinan aalah Raja Melayu yang sebagai tempat bagi saudagar-saudagar Sriwijaya dikalahkan oleh Dipunta Hyang pada tiga tahun berdiam dan memuja menurut kepercayaan agama sebelumnya. mereka sendiri (Hall,1988: 56). Ancaman tersebut kelihatannya memang pernah Sejarah mencatat hubungan baik Sriwijaya dibuktikan oleh Sriwijaya. Sebuah sumber Arab yang dengan Kerajaan Cola dari India tidak berjalan berasal dari abad 9 menceritakan bahwa seorang Raja langgeng. Hubungan persahabatan itu tiba-tiba berubah Muda Khmer tanpa berpikir akibatnya, mencetuskan menjadi permusuhan dan peperangan beberapa tahun keinginan untuk menyantap kepala Maharaja “Zabag” kemudian. Pada tahun 1017 untuk pertama kalinya Cola (Sriwijaya) dipiringnya. Keinginan itu sampai pada menyerang Sriwijaya. Hal ini diketahui berdasarkan telinga maharaja yang melakukan serangan secara prasasti dari tahun pemerintahan Rayendracola (1017- mengejutkan atas ibukota raja Khmer itu, selanjutnya 1018). Serangan kedua yang berdampak besar menawan dan memotong kepalanya. Sambil membawa dilancarkan 1025 (diberitakan dalam prasasti Tanjore), pulang beliau membalsemnya dan mengirimkan kembali dan serangan ketiga tahun (1068-1069). Dalam dalam kuali sebagai peringatan kepada pengganti raja rangkaian serangan itu yang terbesar adalah yang itu (Hall, 1988 : 97-98). dilancarkan pada tahun 1025. Sedangkan serangan Meskipun demikian kontrol Sriwijaya terhadap ketiga hanya ditujukan atas Kedah saja. Dalam negara-negara bawahannya terutama Melayu tak selalu serangan yang kedua, kerajaan Cola berhasil berlangsung ketat. Hal ini terbukti dengan adanya menduduki sejumlah wilayah penting Sriwijaya seperti catatan Cina yang menyatakan adanya utusan dari Kedah, Ligor, Langkasuka, Lamuri, Barus, Panai, Chan-pei ( Jambi ) pada tahun pada tahun 853 dan 871 Melayu (Jambi), dan Palembang. Dalam serangan itu M. Tak begitu jelas apakah utusan tersebut mewakili raja Sriwijaya Sangramawijayatunggawarman berhasil Kerajaan Melayu yang berdaulat kembali ataukah ditawan. Dalam peperangan itu Raja Cola berhasil utusan dari Kerajaan Sriwijaya yang datang dari Jambi. mendapatkan harta rampasan yang banyak. Meskipun Namun secara umum hingga abad 11 tidak ada tanda- menderita serangan bertubi-tubi Sriwijaya tetap eksis. tanda Kerajaan Melayu kembali muncul sebagai negara Tiga tahu berselang kitab sejarah kembali mencatat merdeka. kedatangan utusan Sriwijaya yang mereka sebut Se-li- tieh-hwa (Poesponegoro, 1992 : 69-70). Melayu dan Sriwijaya Pasca Serangan Kerajaan Tak diketahui dengan pasti mengapa hubungan Cola pada abad 11 M baik antara Sriwijaya dan Cola dalam waktu singkat Kurun waktu abad 7 hingga abad 11 dapat berubah menjadi permusuhan. Namun sejumlah ahli dikatakan sebagai masa keemasan kerajaan Sriwijaya. mencoba menganalisis sebab-musababnya. Menurut Pada masa itu wilayah kekuasaan terbentang luas Bambang Budi Utomo, arkeolog senior di Puslit Arkenas, mencakup wilayah penting kepulauan Nusantara dan alasannya mungkin karena faktor ekonomi. Kala itu, daratan Asia Tenggara. Seluruh negera bawahan bisa pedagang Tamil telah menguasai sekitar Teluk terkontrol dengan baik. Kegiatan perdagangan Benggala. Mereka menyebar hingga ke Myanmar, berkembang seiring dengan penguasaan Selat Malaka Thailand, hingga ujung utara barat laut Sumatra, yaitu sebagai jalur utama perdagangan . Bidang pendidikan Barus, Banda Aceh, dan Medan. Para pedagang itu dan agamapun berkembang pesat. Sebagaimana yang kemudian membentuk persatuan pedagang bernama dikatakan I Tsing, di ibukota Sriwijaya terdapat lebih dari “Yang Ke Lima Ratus dari Seribu Arah” (Ayyavole-500). 1000 pendeta Budha yang mencurahkan perhatiannya “Ini disebutkan dalam sebuah prasasti Tamil yang pada ilmu pengetahuan sebagaimana yang terdapat di ditemukan di Lobu Tua, Barus. Prasasti ini memperkuat India. Atisa seorang pendeta Budha yang diketahui dugaan adanya komunitas Tamil di Sumatra,”.Prasasti sebagai tokoh reformasi Budhisme di Tibet pernah itu menyebut para pedagang Tamil harus membayar belajar di Sriwijaya antara tahun 1011 hingga 1023 M. pajak kepada raja Cola, bukan kepada Sriwijaya sebagai Gurunya bernama Dharmakirti adalah kepala kuil Budha penguasa setempat.“Untuk apa? Melindungi di Sumatera. Riwayat hidup Atisa di Tibet menyebut kepentingan orang Tamil. Istilahnya kalau sekarang Sumatera sebagai pusat terbesar agama Budha, dan 'jatah preman'; si preman melindungi pedagang dari Dharmakirti sarjana terbesar masa itu ( Hall, 1988 : 56). gusuran,” ujar Bambang. Sebagai balasannya, Bambang Dalam hal diplomasi dan hubungan luar negeri menduga, ketika pedagang Tamil merasa dirugikan terutama dengan India dan Cina terjalin dengan baik. Sriwijaya, mereka mengadu kepada Cola. Sudah Sebagai monumen persahabatan dengan China, pada menjadi tugas Cola untuk melindungi para pedagang tahun 1003 Raja Sriwijaya yang bernama Sri itu.“Ini interpretasi saya. Mungkin pajak ke Chulamaniwamsadeva mendirikan sebuah kuil Budha di Sriwijaya terlalu berat, diseranglah Sriwijaya,” katanya. Kanton untuk mendoakan kehidupan kaisar. Dua tahun Menurut Claude Guillot dkk. dalam Barus Seribu kemudian kebijakan yang sama juga diterapkan dalam Tahun yang Lalu, penguasa Cola pada masa itu konteks hubungannya dengan India. Raja yang sama menjalin hubungan erat dengan perkumpulan mendirikan candi yang diberi nama Vihara pedangang, khususnya dengan Ayyavole-500 yang ada Chulamaniwarmadewa di Nagapatam Pantai di Lobu Tua ( https://historia.id/kuno/articles/alasan-cola- Coromandel. Raja Cola, Raja-raja menghadiahkan hasil serang-sriwijaya-6lJbo). pajak tahunan sebuah desa besar untuk memeliharanya. 656 Arif Rahim, Melayu dan Sriwijaya: Tinjauan Tentang Hubungan Kerajaan–kerajaan di Sumatera pada Zaman Kuno

Alasan lain adalah yang dikemukakan oleh kerajaan sebagaimana adanya sebelum perang. sejarawan Cina Tansen Sen. Menurutnya, berdasarkan Negara-negara bawahan Sriwijaya kemungkinan besar berita Tiongkok, sebelum tahun 1025 hubungan dua tidak begitu serius menghadapi serangan Cola, dengan wilayah itu tak semesra yang dikira banyak sejarawan, maksud memanfaatkan situasi pasca perang untuk termasuk Nilakanta. Dalam “The Military Campaigns of kepentingan sendiri. Rajendra Chola and the Chola-Srivijaya-China Triangle”, Tampaknya demikianlah yang terjadi dengan yang terbit dalam Nagapattinam to Melayu. Tak diketahui secara pasti tahun berapa Suvarnadwipa, Tansen megungkapkan Sriwijaya persisnya Kerajaan Melayu memisahkan diri dari dianggap menghalangi hubungan langsung antara Cola Sriwijaya. Namun, Slamet Mulyana memperkirakan dan Tiongkok. peristiwa itu terjadi antara tahun 1178 – 1193. Dalam “Dengan demikian, serangan Cola ke Sriwijaya kurun itu dikatakannya Sriwijaya telah diambil alih oleh pada 1017, sesaat setelah kembalinya utusan pertama Melayu, sedangkan Sriwijaya dikatakannya terakhir kali Cola ke Cina, bukannya tidak bisa dipahami,” mengirim utusan ke Tiongkok pada tahun 1178 tulis sejarawan dari NYU Shanghai itu (Mulyana, 2011 : 289). Penjelasan ini berdasarkan pada (https://historia.id/kuno/articles/serbuan-cola-ke- penafsirannya pada prasasti Grahi berangka tahun 1105 sriwijaya-P940m) Tahun Saka atau 1183 M, yang berbunyi: ...atas Bila dikritisi kedua alasan di atas mengandung perintah Kamraten An Maharaja Srimat Trailokyaraja beberapa kelemahan. Alasan ekonomi yang menjadikan Maulibhusana Warmadewa hari ketiga bulan naik bulan pungutan pajak pada para pedagang Tamil sulit untuk Jyestha, hari rabu Mahasenapati Galanai yang diterima, karena sedari awal terbentuknya Sriwijaya memerintah Grahi menyuruh Mraten Sri Nano membuat pemberlakuan pungutan pajak terhadap pedagang asing arca Budha. Beratnya satu Bhara 2 Tula, dan nilai di kerajaan manapun adalah sesuatu yang lumrah dan emasnya 10 Tamlin. Pembuatan arca itu di maksud tradisional. Sulit diterima aktifitas perdagangan di untuk melegakan semua pemeluk agama yang Sumatera oleh pedagang Tamil pajaknya disetorkan menyembahnya di tempat yang bersangkutan (Mulyana, kepada Raja Cola di India. Dengan demikian pungutan 2011 : 280) pajak oleh Sriwijaya atas pedagang Tamil kecil Prasasti Grahi yang terletak di daerah Caiya, kemungkinan sebagai pemicu serangan Cola atas Thailand Selatan sekarang, sebagai dasar bagi Slamet Sriwijaya. Sedangkan pendapat Tense Sen yang Mulayana –yang kemudian oleh banyak pengkaji sejarah mengatakan Sriwijaya menghalangi hubungan langsung lainnya– untuk mengatakan bahwa ketika itu kedudukan antara India dan Tiongkok juga mengandung kelemahan Sriwijaya telah digantikan oleh Melayu. Alasannya gelar karena sebagai mana yang terungkap dalam penelitian Trailokyaraja Maulibhusana Warmadewa mirip dengan Chaudhuri, trend perdagangan Samudera Hindia pasca gelar raja Melayu yang memerintah ketika terjadinya abad 10 justru telah berubah dari perdagangan jarak Ekspedisi sebagaimana yang terdapat pada jauh menjadi perdagangan jarak dekat ( Chaudhuri : piagam Amogapasya yakni Srimat Tribhuana 1989 ). Alasan yang lebih kuat kemungkinannya adalah Mauliwarmadewa. Sebutan gelar Srimat, atau timbulnya keinginan Kerajaan Cola terutama pada masa berasal dari bahasa Tamil yang berarti Pandita. Gelar pemerintahan Raja-raja dan anaknya Rajendracola tersebut lazim dipakai oleh raja-raja Melayu, dan tidak untuk menjadikan kerajaannya sebagai kerajaan besar pernah digunakan oleh raja-raja Sriwijaya dari bangsa yang berkuasa tidak hanya di daratan India, melainkan Syailendra sebelumnya. juga meliputi daratan Asia Tenggara dan pulau-pulau di Meskipun demikian kronik Chu-Fan-Chi yang sebelah timur yaitu kepulauan Nusantara yang mana disusun oleh Chau -Jo-Kua pada tahun 1225, ( 42 tahun pada masa itu dikuasai oleh Sriwijaya. Alasan ini selaras setelah dikeluarkannya prasasti Grahi ), masih dengan pernyatan Raja Cola yang dengan bangga telah menyebut adanya negara yang bernama San-Fo-Tsi. menaklukkan 12000 pulau (Hall, 1988 : 57). Namun hal Padahal penamaan San-fo-tsi menurut umumnya itu tidak kesampaian kesulitan penguasaan disebabkan sejarawan antara lain G. Ferand, O.W Wolter, D.G Hall, tempatnya yang sangat jauh dari pusat kekuasaanya di dan Coedes ----sebagaimana halnya dengan Shih-li-fo- India. shih,---- juga adalah nama lain dari Sriwijaya. Chu-Fan- Kendati serangan-serangan kerajaan Cola tak Chi memberitahukan negara-negara bawahannya, yakni berhasil meruntuhkan Sriwijaya, namun berdampak Pong-Fong (Pahang), Tong-Ya-Nong (Trenggano), Ling- besar terhadap kekuatan kerajaan. Pasca serangkaian Yi-Si-Kia (Langkasuka), Ki-Lan-Tan (Kilantan), Fo-lo-an serangan itu Sriwijaya secara perlahan mengalami (Selangor), Je-lo-tip (Jelotop), terletak diujung tenggara kemunduran. Kerajaan-kerajaan bawahan beserta semenanjung. Ten-ma-ling (Tamralingga) = Tembeling pelabuhan-pelabuhannya kelihatan sulit untuk (pantai timur semenanjung, Tsien-Mai (?), Pa-T’a dikendalikan dan satu persatu berusaha melepaskan (Batak), Kia-lo-hi (Grahi=Chaiya), Pa-lin-fong diri sebagai kerajaan merdeka. Beberapa alasan (Palembang), Shin-To (Sunda), Kien-Pi (Kampe), Lan- mungkin dapat dijadikan sebagai penyebab mengapa mu-li (Aceh) dan Siam. Sriwijaya bergerak mundur. Pertama, Perang yang Sesuatu yang menarik perhatian dari laporan ini terjadi secara berulang sangat banyak menewaskan adalah tidak adanya Melayu/Chan-pei dalam daftar prajurit inti yang setia dengan kerajaan. Dengan negara bawahan San-fo-tsi. Sementara Palembang berkurangnya tentara, sangat sulit bagi kerajaan untuk dicantumkan sebagai negara bawahan San-fo-tsi. Inilah menegakkan supremasi kekuasaan di wilayah yang yang menjadi alasan bahwa pada masa laporan ini begitu luas. Kedua, Sriwijaya sangat banyak kehilangan dibuat Melayu telah mengambil alih Sriwijaya. Namun aset kekayaan kerajaan yang dirampas oleh penyerang, berita China tidak menjelaskan kejadian itu dan tetap sehingga sangat sulit membangun kembali infrasruktur menggunakan nama San-fo-tsi. 657 Arif Rahim, Melayu dan Sriwijaya: Tinjauan Tentang Hubungan Kerajaan–kerajaan di Sumatera pada Zaman Kuno

Keraguan semakin bertambah ketika banyak ahli yang telah mengisi ruang sejarah Kepulauan Nusantara sejarah -- termasuk Slamet Mulyana – masih mengacu dan daratan Asia Tenggara dalam rentang waktu sekitar pada Sriwijaya ketika menafsirkan Piagam Grahi yang lima ratus tahun lamanya. berangka tahun 1230. Prasasti tersebut ditafsirkan Berbeda dengan Sriwijaya, Kerajaan Melayu sebagai pemberontakan Chandrabanu atas kekuasaan justru mengalami perkembangan menuju arah kejayaan Sriwijaya. Dengan demikian untuk masa 47 tahun yang belum pernah terjadi pada masa sebelumnya. setelah berita pembuatan arca kepada Mahasenapati Sejak kekalahan Sriwijaya dalam serangkaian Galanai, Grahi masih di bawah kekuasaaan Sriwijaya. peperangannya melawan Cola pada abad 11, Kerajaan Sehubungan dengan penjelasan Chau-ju-kua Melayu berupaya melepaskan diri dengan mengirim tentang San-fo-tsi dalam karyanya Chu-fan-chi di atas, utusannya sendiri ke Cina. Walaupun pada waktu barangkali lebih baik untuk difahami bahwa yang seperempat terakhir abad 13 hingga awal abad 14 dimaksudnya tentang San-fo-tsi memang mengacu pada terpaksa mengakui supremasi Kerajaan dan Sriwijaya. Dalam hal cukup sulit untuk menerima , keadaan itu tidak menghilangkan posisinya pendapat Slamet Mulyana yang mengatakan bahwa sebagai kerajaan berdaulat yang berperan penting San-fo-tsi sebagaimana yang tersebut dalam Chu-fan-ci dalam bidang perdagangan di kawasan Sumatera dan harus di tafsirkan dengan Melayu, karena dikatakan juga Selat Malaka. Kurun setelah kedatangan bahwa sesungguhnya Chau-ju-kua mengetahui bahwa 1342 bahkan menunjukkan bahwa Kerajaan Melayu ada perubahan di pusat kerajaan Sriwijaya. Memberi yang ketika itu berpusat di Suroaso atau Pagaruyung pembenaran bahwa nama San-fo-tsi adalah sebutan Sumatera Barat, adalah kerajaan bebas yang tidak untuk Melayu dengan alasan nama itu sudah populer tunduk pada kerajaan manapun. Hal itu pertama, lebih didasarkan pada dugaan. Dengan demikan tergambar dari prasasti-prasasti yang dibuat pada masa penentuan lokasi ibukota Sriwijaya pada abad ke 13 ( di itu yang tersebar di berbagai tempat di Sumatera Barat, Jambi ataukah Palembang) masih sangat terbuka untuk tidak terbaca istilah atas ungkapan bahwa ia mengakui diperdebatkan. Sesuatu yang lebih terang dapat kewibawaan Kerajaan Majapahit. Kedua, adalah dari dikatakan bahwa ketika pada masa Chau-ju-kua gelar yang digunakan. Dalam prasasti Gudam membuat catatan Melayu sudah terpisah dari Sriwijaya. Akarendrawarman yang dikatakan Adityawarman Akhirnya keterangan yang lebih jelas tentang sebagai pendahulunya menggunakan gelar hubungan Melayu dan Sriwijaya diperoleh empat Maharajadiraja. Gelar itu menunjukkan kedudukannya puluhan tahun kemudian. Berita China dari Dinasti Ming setara dengan raja Majapahit yang juga bergelar memberitahukan bahwa pada tahun 1371 Kerajaan maharajadiraja. Hal itu berbeda dengan raja Melayu Melayu mengirimkan utusannya ke Tiongkok, membawa yang memerintah ketika ekspidisi Pamalayu yakni beruang, burung Merak, burung Bayan, dan sepucuk Maharaja Srimat Tribhuanamauliwarmadewa. Ketiga, surat yang ditulis di atas lembaran emas. Dua tahun berkaitan dengan seloka mandala yang menurut kitab berselang, datang pula utusan dari kerajaan San-fo-tsi. Arthasastra berarti suasana kewibawaan, Maksudnya Raja yang mengutusnya bergelar Maharaja Prabu Ta- wilayah-wilayah pembesar yang mengakui secara formal ma-cha-na-a-cho yang ditafsirkan sebagai putra Srimat kewibawaan kerajaan Majapahit diwajibkan untuk Tribhuanaraja. Utusan itulah yang memberitahukan mengirimkan tanda-tanda kehormatan ke Majapahit. bahwa di negerinya ada tiga raja yakni Sengk’ia-li-yu-lan Sedangkan kepala daerah itu (atau wakilnya) diwajibkan (Adityawarman), Ma-ha-na Po-lin-Pang (Maharaja menghadap Sang Prabu pada upacara besar. Rupanya Palembang), dan Ma-na-ca-wu-li (Maharaja Mauli) kewajiban itu tidak berlaku untuk Adityawarman Dharmasraya Dengan demikian Sriwijaya telah terpecah (Casparis : 1992). Umumnya sejarawan sepakat bahwa menjadi tiga kerajaan merdeka. Palembang sendiri masa pemerintahan Adityawarman adalah kurun yang dahulunya daerah induk Sriwijaya kini mengalami keemasan dimana Kerajaan Melayu dikatakan sebagai perkembangan yang buruk. Dalam sejarah dinasti Ming, satu-satunya negara yang paling penting di Sumatera, diketahui bahwa pada tahun 1376, San-fo-tsi ditaklukan meskipun tidak tercatat sebagai kerajaan internasional oleh Jawa (Majapahit). Ketika itu Raja Jawa mendengar yang besar (Hall, 1988 : 62). bahwa Maharaja Cina telah melantik seorang raja di San-fo-tsi. Ia marah dan mengirim orang-orang untuk SIMPULAN mengintai utusan maharaja yang lewat dan kemudian Bersandar pada sumber sejarah berupa catatan- membunuh mereka. Penakllukkan oleh Jawa yang catatan Cina dari Kang-tai dan Wan-chen dari Wangsa dikemukakan di sini rupanya suatu ekspedisi Wu (222-280), Fu-nan-tu-chen dari Kang-tai (245-250), penumpasan terhadap seorang raja bawahan yang dan Kaisar Hsiau- Wu dari Wangsa Liang (459-464) memperlihatkan kecendrungan untuk bertindak secara diketahui bahwa di Pulau Sumatera terdapat beberapa merdeka Setelah itu, San-fo-tsi semakin lama makin kerajaan Kuno yakni Koying, Tupo, dan Kandali. Dengan miskin dan tidak lagi mengirim upeti ( Coedes, 2010 demikian kerajaan Koying dan Tupo eksis pada rentang :326). Orang Jawa kemudian merubah nama San-fo-tsi waktu yang bersamaan. Sedangkan kerajaan Kantoli menjadi Ku-Kang yang berarti pelabuhan lama. diketahui sekitar dua abad kemudian. Hampir semasa Menyusul kekalahan San-fo-tsi atas Jawa timbul dengan Kantoli diketahui pula satu kerajaan lain yakni kerusuhan di seluruh negeri. Seorang penduduk Kanton Kerajaan Tulangbawang. dari Nan Hai, bernama Liang Tau Ming yang sudah lama Kerajaan diperkirakan berlokasi di daerah Muara hidup berkelana di laut (sebagai bajak laut) mendapat Tebo sekarang, sedangkan Koying berlokasi di daerah dukungan dari ribuan orang Fukien dan Kanton sebagai pegunungan Sumatera bagian tengah. Adapun tentang pemimpin (Coedes,2010 : 326). Dengan demikian letak Kantoli masih terdapat perbedaan pendapat di selesailah riwayat sebuah kerajaan kuno yang besar, antara para ahli. Ferand dan Moens, mengatakan 658 Arif Rahim, Melayu dan Sriwijaya: Tinjauan Tentang Hubungan Kerajaan–kerajaan di Sumatera pada Zaman Kuno berlokasi di Singkil Pantai barat Sumatera, Boeles di Hingga Krisis Jaringan Perdagangan Global Asia pantai timur Muang Thai, O.W Wolter mengatakan di Tenggara. Jakarta. Yayasan Obor Indonesia. Palembang, dan Slamet Mulyana melokasikannya di 1999. Kuala Tungkal Jambi. Sedangkan mengenai kerajaan Aulia Tasman. Menelusuri Jejak Kerajaan Melayu Jambi Tulangbawang semua ahli sepakat untuk dan Perkembangannya. Jakarta. Gaung Persada melokasikannya di Lampung yaitu di daerah Menggala Press Group. 2016 Kabupaten Tulangbawang sekarang. Bambang Budi Utomo. Batanghari Riwayatmu Dulu. Kerajaan Koying, dan Tupo tumbuh dan Makalah disampaikan dalam Seminar Sejarah berkembang dalam rentang waktu yang bersamaan. Melayu Kuno Jambi 7 – 8 Desember 1992. Karena letaknya yang berlokasi di pedalaman atau Casparis, J. G. DE. Kerajaan Malayu dan Adityawarman. pegunungan sementara Tupo dikatakan berada di Makalah disampaikan dalam Seminar Sejarah sebuah teluk, maka Krajaan Tupo diduga berfungsi Melayu Kuno Jambi 7 – 8 Desember 1992. sebagai pelabuhan dari Koying. Kedua kerajaan ini Chaudhuri. K.N. Trade and Civilization In the Indian mengalami kemundurun karena tumbuhnya kerajaan Ocean. An Economic History from the Rise of Kantoli yang letaknya lebih dekat dengan jalur pelayaran Islam to 1750. Cambridge. Cambridge University internasional. Press. 1985. Kemunculan Kerajaan Melayu pada abad ke 7 Dada Meuraxa. Kerajaan Melayu Purba. Medan. secara kronologis merupakan lanjutan dari Kerajaan Penerbit Kalidasa. 1971 Kantoli. Tetapi belum dapat dipastikan apakah Kerajaan Gusti Asnan, Sungai dan Sejarah Sumatera. Jogyakarta. Melayu adalah suatu dinasti lain yang berkembang di Penerbit Ombak.2016. luar wilayah Kantoli selanjutnya berhasil Hall. D.G.E. Sejarah Asia Tenggara. Surabaya. Usaha mengalahkannya, atau dinasti lain dalam wilayah Kantoli Nasional. 1988. yang berhasil merebut kekuasaan dan selanjutnya Junaidi T. Noor, Mencari Jejak Sangkala.Jambi.Pusat merubah nama kerajaan, atau kemungkinan lain adalah Kajian Pengembangan Sejarah dan Budaya kerajaan yang sama yang berganti nama menjadi Jambi.2011. Melayu. Sedangkan Kerajaan Sriwijaya adalah Kerajaan M.D. Mansur. Sejarah Minangkabau. dkk. Jakarta. yang awalnya berkembang di Muara Takus selanjutnya Bharata. 1970. mengembangkan kekuasaannya ke arah selatang yang Mukti Nasrudin. Jambi Dalam Sejarah Nusantara. akhirnya memusatkan kekuasaannya di Palembang. Naskah tidak diterbitkan. Kerajaan Melayu dan Sriwijaya memiliki hubungan Ngebi Sutodilago Periai Rajo Sari. Undang-undang yang intens selama kurun waktu 7 abad lamanya. Piagam dan Kisah Negeri Jambi. Jakarta. Proyek Kerajaan Melayu muncul pada tahun 644/645 sebagai Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan Daerah. kerajaan merdeka kemudian di aneksasi oleh Sriwijaya 1982. empat puluh tahun kemudian. Setidaknya hingga Nurhadi Rangkuti. Kerincimu Kerinciku Dataran Tinggi dikeluarkannya Prasasti Grahi pada tahun 1183 Melayu Jambi Dalam Perspektif Arkeologi. Jogyakarta adalah bagian dari Sriwijaya. Meskipun demikian Melayu Penerbit Ombak. 2016 tetap eksis sebagai bandar perdagangan yang penting. Reid, Anthoni. Dari Ekspansi Hingga Krisis Jaringan Terlepasnya Melayu dari Sriwijaya tampak jelas ketika Perdagangan Global Asia Tenggara. Jakarta. terjadinya ekspedisi Pamalayu 1275 Adanya pengakuan Yayasan Obor Indonesia. 1999. Melayu terhadap supremasi Singhasari menggambarkan A.Danhuri Mukti. Sejarah KabupatenTebo bahwa Sriwijaya tak lagi berkuasa atas Melayu. Jambi.PemkabTebo. 2008. Memasuki pertengahan abad 14 Kerajaan Melayu Bambang Budi Utomo. “Batanghari Riwayatmu Dulu” yang ibukotanya telah berpindah ke Pagaruyung Makalah disampaikan pada Seminar Sejarah Sumatera Barat Tumbuh menjadi kerajaan besar yang Melayu Kuno.Jambi. 1992. kekuasaannya meliputi seluruh Sumatera. Meskipun Budhi Vrihaspathi Jauhari. Senarai Sejarah Kebudayaan Kerajaan Majapahit terkenal sebagai kerajaan besar Suku Kerinci. Bina Potensia Mahetva Yodha. dengan mencantumkan Melayu ke dalam wilayah Kerinci. 2012. kekuasaannya, namun sejatinya Melayu adalah negara Coedes, George. Asia Tenggara Masa Hindu-Budha. merdeka. Karena Maharajadiraja yang digunakan Jakarta. Penerbit KPG.2010 rajanya Adityawarman, serta prasasti-prasasti yang Garraghan, Gilbert, J. A Guide to Historical Method. New dibuat tidak satupun yang menunjukan pengakuannya York Fordham University Press.1957 atas kekuasaan Majapahit di kawasan Swarnabhumi. Gusti Asnan. Sungai dan Sejarah Sumatera. Jogyakarta.Penerbit Ombak. 2016. DAFTAR PUSTAKA Hall, D.G.E. Sejarah Asia Tenggara. Surabaya. Penerbit A. B. Lapian. Sejarah Indonesia Penilaian Kembali Usaha Nasional.1988. Karya Utama Sejarawan Asing. Depok. Pusat Marwati Djoened Poesponegoro & Nugroho Penelitian Kemasyarakatan dan Budaya. LPUI. Notosusanto. Sejarah Nasional Indonesia II. 1997. Jakarta. PN. Balai Pustaka. 1992. A.B Lapian.“Jambi Dalam Jaringan Pelayaran dan M.D Mansur. Sedjarah Minangkabau. Jakarta Perdagangan Masa Modern Awal”Makalah Bharata.1970.Mukty Nasruddin. Jambi disampaikan pada Seminar Sejarah Melayu Dalam Sejarah Nusantara. Jambi. 1989. Kuno.Jambi.1992. Mukhty Nasruddin. Jambi dalam Sejarah Nusantara. Asviwarman Adam. Merintis Sejarah Total Asia Jambi. 1989. Tenggara. Dalam Anthony Reid. Dari Ekspansi 659 Arif Rahim, Melayu dan Sriwijaya: Tinjauan Tentang Hubungan Kerajaan–kerajaan di Sumatera pada Zaman Kuno

Pemprov.Jambi.Situs Percandian Muaro Jambi.Pemprov Jambi. 2009. Reid, Anthony. South-East Asia in The Age of Commers 1450-1680.New Haven London.Yale University Press.1992 Reid, Anthony. Sumatera Tempo Doeloe. Jakarta. Yayasan Obor Indonesia.2011. Rusli Amran. Sumatera Barat Hingga Plakat Panjang. Jakarta. Sinar Harapan. 1981 R.Z Leirissa. Sejarah Perekonomian Indonesia. Jakarta. Depdikbud.1996 Sartono Kartodirdjo, Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah. Jakarta. Gramedia. 1992 Sartono, S.”Kerajaan Melayu Kuno Pra Sriwijaya di Sumatera”Makalah disampaikan pada Seminar Sejarah Melayu Kuno.Jambi. 1992 Scholten, Elsbet Locher. Kesultanan Sumatera dan Negara Kolonial. Jakarta. Bana KITLV. 2008. Slamet Mulyana. Sriwijaya. Jogyakarta. LKIS. 2011 Soekmono. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 2. Jakarta. Kanisius.1994 Soekmono.“Rekonstruksi Sejarah Melayu Kuno Sesuai Tuntutan Arkeologi” Makalah disampaikan pada Seminar Sejarah Melayu Kuno. Jambi.1992 Vansina, Jan. Tradisi Lisan Sebagai Sejarah. Jogyakarta. Penerbit Ombak.2014

660