Perjuangan Adityawarman Di Kerajaan Dharmasraya Nusantara Tahun 1339-1376

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Perjuangan Adityawarman Di Kerajaan Dharmasraya Nusantara Tahun 1339-1376 PERJUANGAN ADITYAWARMAN DI KERAJAAN DHARMASRAYA NUSANTARA TAHUN 1339-1376 Charles Robenta, Tontowi Amsia dan Yustina Sri Ekwandari FKIP Unila Jalan. Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung 35145 Telepon (0721) 704 947 faximile (0721) 704 624 e-mail: [email protected] Hp 085769447085 The purpose of this research is to know the process of struggle Adityawarman at Dharmasraya Kingdom archipelago at 1339-1376 . In this research the method use is historical method. The data collection techniques uses literature and documentation techniques. The data analysis technique in this research is qualitative data analysis technique. The results of this research showed that Adityawarman struggle process Dharmasraya Kingdom archipelago conquest led various kingdoms in the Malay Sultanate Aru Barumun among such as, Silo kingdom, and small kingdoms around it. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui proses perjuangan Adityawarman di Kerajaan Dharmasraya Nusantara tahun 1339-1376. Metode penelitian ini menggunanakan metode historis. Tehnik pengumpulan data mengunakan tehnik kepustakaan dan dokumentasi. Tehnik analisis data yang digunakan adalah analisis data kualitatif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan proses perjuangan Adityawarman di Kerajaan Dharmasraya Nusantara yakni diawali dengan Mengadakan berbagai penaklukan kerajaan yang ada di Melayu diantaranya Kesultanan Aru Barumun, Kerajaan Silo, dan kerajaan kecil yang ada disekitarnya. Kata kunci : adityawarman, kerajaan dharmasraya, perjuangan PENDAHULUAN dengan Ekspedisi Pamalayu yang Kerajaan Dharmasraya adalah dilakukan oleh Kerajaan Singasari. Ketika kerajaan yang terletak di Sumatera, berdiri para pasukan tentara Kerajaan Singasari sekitar abad ke-11 Masehi. Lokasinya telah menyelesaikan tugasnya, mereka terletak di Selatan Sawahlunto, Sumatera membawa pulang dua putri Melayu yang Barat sekarang dan di Utara Jambi. bernama Dara Petak dan Dara Jingga. Kerajaan Dharmasraya merupakan sebuah Pararaton menjelaskan sebagai berikut: Kerajaan yang dianggap penting Kira-kira sepuluh hari (sesudah pengusiran dikarenakan memiliki wilayah yang berada tentara Tartar) datanglah tentara ekspedisi dalam jalur perdagangan di Selat Malaka ke Malayu, membawa dua orang puteri. dan memiliki tambang emas. Eksistensi Yang satu dijadikan istri/ Permaisuri kerajaan tersebut selalu diakui oleh Raden Wijaya bernama Dara Petak. Yang berbagai kerajaan di Semenanjung Melayu tua bernama Dara Jingga, ia kawin dengan dan sekitarnya. (Mauliwarman) dewa dan menurut Raja di Pada perkembangannya, Kerajaan Tanah Malayu bernama Tuhan Janaka, Dharmasraya berhasil ditaklukan oleh bergelar Sri Marmadewa, mengambil Kerajaan Singasari pada saat Ekspedisi nama abhiseka Aji Mantrolot” (Slamet Pamalayu yang dicetuskan oleh Raja Sri Muljana, 1983: 176). Dari perkawinan itu Kertanegara. Adityawarman erat kaitannya lahirlah Adityawarman yang memiliki darah Melayu dari ibunya. Hubungan menjalankan penaklukan ke Sumatera. antara Adityawarman dengan Jayanagara Kerajaan Dharmasraya merupakan wilayah adalah saudara sepupu sesama cucu Raja kekuasaan Kerajaan terdahulu yaitu Melayu dari Kerajaan Dharmasraya. Singasari, tetapi setelah runtuhnya Hubungan kekeluargaan yang begitu Kerajaan Singasari dengan otomatis dekat, maka ketika Jayanagara menjadi wilayah kekuasaan yang ada di seberang Raja, Adityawarman dikirim sebagai duta Tanah Jawa sulit dikendalikan. Kerajaan besar Majapahit untuk Cina selama dua Majapahit sebagai penerus dari Kerajaan kali yaitu pada tahun 1325 dan 1332 Singasari juga belum mampu Masehi. Pengiriman Adityawarman mengendalikannya, dengan demikian sebagai utusan Majapahit untuk wilayah kekuasaan Singasari di Sumatera mengusahakan perdamaian antara berhasil dikuasai oleh Kesultanan Aru- Majapahit dengan bangsa Mongol, pasca Barumun yang ada di bagian Utara terjadinya perselisihan dan peperangan Sumatera. pada masa Singasari dan zaman Raden Dalam menjalankan misi penaklukan/ Wijaya. perluasan seorang panglima perang atau Pada masa pemerintahan menteri kerajaan mebutuhkan namanya Tribhuwanattunggadewi, Adityawarman perjuangan. Perjuangan merupakan suatu diangkat sebagai Wreddhamantri, atau usaha yang penuh kesukaran dan bahaya, perdana menteri di Kerajaan Majapahit. dilakukan dengan kekuatan fisik maupun Kedudukan Adityawarman di Majapahit mental untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi dari Gajah Mada pada waktu diinginkan. itu. Pada saat pelantikan Gajah Mada Menurut Moedjanto bahwa menjadi Patih Amangkubhumi Kerajaan perlawanan atau reaksi rakyat di Nusantara Majapahit, beliau mengucapkan sumpah mempunyai ciri-ciri, yaitu: perlawanan/ yang bernama Sumpah Palapa. Sumpah perjuangan bersifat kedaerahan atau lokal, Palapa berisi tentang wilayah-wilayah di yang menggantungkan pada tokoh Nusantara yang akan disatukan di bawah kharismatik. sementara perjuangan setelah kekuasaan Majapahit. Salah satu wilayah tahun 1900, mempunyai ciri, yakni: yang akan disatukan yaitu Kerajaan perjuangan bersifat nasional, strategi Dharmasraya di Sumatera. Sumpah Palapa perjuangan diplomasi, serta perjuangan Gajah Mada berbunyi sebagai berikut: dengan organisasi modern (Moedjanto, Lamun huwus kalah Nusantara ingsun 1988: 25). Menurut Slamet Muljana amukti palapa, Lamun kalah ring Gurung, perjuangan seseorang harus mempunyai ring Seran, Tangjungpura, ring Haru, ring ciri yaitu memiliki bentuk perjuangan, Pahang, Dompo, ring Bali, Sunda, faktor dan proses dalam menjalankan Palembang, Tumasek, samana ingsun perjuangan serta berusaha sekeras- amukti palapa”. Bila dialih-bahasakan kerasnya untuk melaksanakan cita-citanya, mempunyai arti: Jika telah berhasil dan untuk mencapai tujuan yang tinggi menundukkan Nusantara, saya baru akan .seperti seorang perajurit yang istirahat. Jika Gurun, Seran, Tanjungpura, mengumpulkan jasa dengan Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, mempertaruhkan jiwanya untuk Palembang, Tumasik, telah tunduk, saya memenangkan dalam peperangan (Slamet baru akan istirahat. Muljana, 1983: 138) Pelaksanaan Sumpah Palapa Gajah Faktor yang mendorong Kerajan Mada ini di awali dengan menaklukan Majapahit untuk menguasai Kerajaan Kerajaan Dharmasraya. Untuk Dharmasraya, dikarenakan Dharmasraya melaksanakan penaklukan tersebut, Ratu terletak di daerah strategis yang Tribhuwanattunggadewi mengutus merupakan tempat bertemunya panglima Kerajaan Majapahit untuk perdagangan asing di Selat Malaka yang ingin mencari rempah-rempah, lada pada metode historis adalah proses menguji dan saat itu merupakan komoditi yang sangat menganalisa secara kritis rekaman dan laris untuk di perdagangkan, tetapi tidak peninggalan masa lalu (Louis Gottschalk, hanya lada yang menjadi komoditi dalam 1986: 32). perdangangan saat itu melainkan lilin Menurut Hadari Nawawi, mengatakan lebah, gading, tanduk burung enggang, bahwa metode penelitian historis adalah kayu gaharu, damar kayu tusam, dan prosedur pemecahan masalah dengan tanduk badak juga menjadi komoditi yang menggunakan data masa lalu atau sangat laris di pasar (Uli Kozok, 2006: 21). peninggalan-peninggalan, baik untuk Mengandalkan kekuatan militer memahami kejadian atau suatu keadaan pasukan tentara Majapahit, Adityawarman yang berlangsung pada masa lalu terlepas memimpin pasukannya melakukan dari keadaan masa sekarang maupun untuk penaklukan ke Sumatera yang dilakukan memahami kejadian atau keadaan masa dalam bentuk serangan militer. lalu, selanjutnya kerap kali juga hasilnya Adityawarman berusaha keras untuk dapat dipergunakan untuk meramalkan mencapai keinginan untuk menjadikan kejadian atau keadaan masa yang akan penguasa di Sumatera. Dilihat dari garis datang (Hadari Nawawi, 2001: 79). keturunan, Adityawarman adalah cucu raja Variabel adalah konsep dari gejala Kerajaan Dharmasraya yang bernama yang bervariasi yaitu objek penelitian. Tribuanaraja Mauliwarmadewa. Atas dasar Variabel adalah sesuatu yang menjadi itu, Adityawarman berhak atas tahta objek penelitian atau faktor-faktor yang Kerajaan Dharmasraya, kemudian timbul berperan dalam peristiwa atau gejala yang keinginannya untuk mendirikan kerajaan akan diteliti yang mandiri. Menurut Hadari Nawawi, variabel Dengan demikian, berdasarkan uraian adalah himpunan sejumlah gejala yang di atas penulis tertarik untuk mengkaji memiliki beberapa aspek atau unsur di lebih terkait mengenai Perjuangan dalamnya yang dapat bersumber dari Adityawarman di Kerajaan Dharmasraya kondisi objek penelitian, tetapi dapat pula Nusantara tahun 1339-1376. berada di luar dan berpengaruh pada objek penelitian (Hadari Nawawi, 1993: 55). METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini digunakan Metode merupakan faktor penting variabel tunggal Proses Perjuangan untuk memecahkan masalah yang turut Adityawarman di Kerajaan Dharmasraya menentukan keberhasilan suatu penelitian. Nusantara tahun 1339-1376. Menurut Winarno Surahkmad, metode Dalam penelitian ini penulis adalah cara utama yang dipergunakan menggunakan teknik pengumpulan data untuk mencapai suatu tujuan, misalnya dengan menggunakan teknik kepustakaan untuk menguji serangkaian hipotesis dan dokumentasi. Menurut dengan menggunakan teknik serta alat Koentjaraningrat studi pustaka adalah tertentu (Winarno Surakhmad, 1982: 121). suatu cara pengumpulan data dan Menurut Husin Sayuti menegaskan bahwa informasi dengan bantuan bermacam- metode merupakan cara kerja untuk dapat macam materi yang terdapat diruangan memahami objek yang menjadi sasaran perpustakaan, misalnya koran, catatan- ilmu yang bersangkutan (Husin Sayuti, catatan, kisah-kisah sejarah, dokumen, dan 1989: 32). sebagainya yang relevan dengan penelitian
Recommended publications
  • Concise Ancient History of Indonesia.Pdf
    CONCISE ANCIENT HISTORY OF INDONESIA CONCISE ANCIENT HISTORY O F INDONESIA BY SATYAWATI SULEIMAN THE ARCHAEOLOGICAL FOUNDATION JAKARTA Copyright by The Archaeological Foundation ]or The National Archaeological Institute 1974 Sponsored by The Ford Foundation Printed by Djambatan — Jakarta Percetakan Endang CONTENTS Preface • • VI I. The Prehistory of Indonesia 1 Early man ; The Foodgathering Stage or Palaeolithic ; The Developed Stage of Foodgathering or Epi-Palaeo- lithic ; The Foodproducing Stage or Neolithic ; The Stage of Craftsmanship or The Early Metal Stage. II. The first contacts with Hinduism and Buddhism 10 III. The first inscriptions 14 IV. Sumatra — The rise of Srivijaya 16 V. Sanjayas and Shailendras 19 VI. Shailendras in Sumatra • •.. 23 VII. Java from 860 A.D. to the 12th century • • 27 VIII. Singhasari • • 30 IX. Majapahit 33 X. The Nusantara : The other islands 38 West Java ; Bali ; Sumatra ; Kalimantan. Bibliography 52 V PREFACE This book is intended to serve as a framework for the ancient history of Indonesia in a concise form. Published for the first time more than a decade ago as a booklet in a modest cyclostyled shape by the Cultural Department of the Indonesian Embassy in India, it has been revised several times in Jakarta in the same form to keep up to date with new discoveries and current theories. Since it seemed to have filled a need felt by foreigners as well as Indonesians to obtain an elementary knowledge of Indonesia's past, it has been thought wise to publish it now in a printed form with the aim to reach a larger public than before.
    [Show full text]
  • Global Journal of Human Social Sciences
    Global Journal of Human Social Science: F Political Science Global Journal of Human Social Science: F Political Science V olume 13 Issue 2 (Ver. 1.0) Open Association of Research Society *OREDO-RXUQDORI+XPDQ *OREDO-RXUQDOV,QF Social Sciences. 2013. $'HODZDUH86$,QFRUSRUDWLRQZLWK³*RRG6WDQGLQJ´Reg. Number: 0423089 6SRQVRUV Open Association of Research Society $OOULJKWVUHVHUYHG 2SHQ6FLHQWLILF6WDQGDUGV 7KLVLVDVSHFLDOLVVXHSXEOLVKHGLQYHUVLRQ RI³*OREDO-RXUQDORI+XPDQ6RFLDO 3XEOLVKHU¶V+HDGTXDUWHUVRIILFH 6FLHQFHV´%\*OREDO-RXUQDOV,QF $OODUWLFOHVDUHRSHQDFFHVVDUWLFOHVGLVWULEXWHG *OREDO-RXUQDOV,QF+HDGTXDUWHUV&RUSRUDWH2IILFH XQGHU³*OREDO-RXUQDORI+XPDQ6RFLDO 6FLHQFHV´ &DPEULGJH2IILFH&HQWHU,,&DQDO3DUN)ORRU1R 5HDGLQJ/LFHQVHZKLFKSHUPLWVUHVWULFWHGXVH WKCambridge (Massachusetts)3LQ0$ (QWLUHFRQWHQWVDUHFRS\ULJKWE\RI³*OREDO -RXUQDORI+XPDQ6RFLDO6FLHQFHV´XQOHVV 8QLWHG6WDWHV RWKHUZLVHQRWHGRQVSHFLILFDUWLFOHV 86$7ROO)UHH 86$7ROO)UHH)D[ 1RSDUWRIWKLVSXEOLFDWLRQPD\EHUHSURGXFHG RUWUDQVPLWWHGLQDQ\IRUPRUE\DQ\PHDQV 2IIVHW7\SHVHWWLQJ HOHFWURQLFRUPHFKDQLFDOLQFOXGLQJ SKRWRFRS\UHFRUGLQJRUDQ\LQIRUPDWLRQ VWRUDJHDQGUHWULHYDOV\VWHPZLWKRXWZULWWHQ Open Association of Research Society , Marsh Road, SHUPLVVLRQ Rainham, Essex, London RM13 8EU 7KHRSLQLRQVDQGVWDWHPHQWVPDGHLQWKLV United Kingdom. ERRNDUHWKRVHRIWKHDXWKRUVFRQFHUQHG 8OWUDFXOWXUHKDVQRWYHULILHGDQGQHLWKHU FRQILUPVQRUGHQLHVDQ\RIWKHIRUHJRLQJDQG QRZDUUDQW\RUILWQHVVLVLPSOLHG 3DFNDJLQJ &RQWLQHQWDO'LVSDWFKLQJ (QJDJHZLWKWKHFRQWHQWVKHUHLQDW\RXURZQ ULVN *OREDO-RXUQDOV,QGLD 7KHXVHRIWKLVMRXUQDODQGWKHWHUPVDQG FRQGLWLRQVIRURXUSURYLGLQJLQIRUPDWLRQLV
    [Show full text]
  • IRBI 2013 Resize.Pdf
    Indeks Risiko Bencana IRBI Indonesia Tahun 2013 Indeks Risiko Bencana Indonesia 2013 Pengarah Dody Ruswandi Sanksi Pelanggaran Pasal 72 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta Penyusun Lilik Kurniawan 1. Barangsiapa dengan sengaja Sugeng Triutomo melanggar dan tanpa hak Ridwan Yunus melakukan perbuatan Mohd. Robi Amri sebagaimana dimaksud Arezka Ari Hantyanto dalam Pasal 2 Ayat (1) atau Pasal 49 Ayat (1) dan Ayat Pendukung (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling Elin Linawati singkat 1 (satu) bulan dan/ Firza Ghozalba atau denda paling sedikit Arie Astuti Wulandari Rp. 1.000.000,00 (satu juta Pratomo Cahyo Nugroho rupiah), atau pidana penjara Novi Kumalasari paling lama 7 (tujuh) tahun Gita Yulianti dan/atau denda paling banyak Elfina Rozita Rp. 5.000.000.000,00 (lima Danar Widhiyani Sri Wulandari milyar rupiah). Ageng Nur Ichwana 2. Barangsiapa dengan sengaja Cetakan Pertama, 2014 menyiarkan, memamerkan, Diterbitkan oleh : mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan Direktorat Pengurangan Risiko Bencana atau barang hasil pelanggaran Deputi Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan hak cipta atau hak terkait Gedung INA DRTG sebagai dimaksud pada Ayat Kawasan Indonesia Peace and Security (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) Center (IPSC), Bukit Merah Putih, Kecamatan tahun dan/atau denda paling Citeureup-Sentul, Provinsi Jawa Barat banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). ISBN : 978-602-70256-0-8 IRBI 2013 iii Indeks Risiko Bencana Indonesia 2013 ABSTRAK ntuk mengetahui secara rinci Perubahan terminologi dari Indeks Rawan tingkat kerawanan daerah di Bencana pada edisi tahun 2009 dan 2011 Uwilayah Negara Indonesia, BNPB menjadi Indeks Risiko Bencana pada edisi telah melakukan penilaian tentang Indeks 2013 didasarkan atas penyesuaian yang Kerawanan Bencana Indonesia (2009) digunakan oleh Undang-Undang Nomor yang diperbaharui dengan Indeks Rawan 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana Indonesia (2011).
    [Show full text]
  • Dinamika Maskulinitas Dan Nasionalisme Masyarakat Jawa Di Era Majapahit
    Satwika, vol 4 (2020) issue 1, 116-129 Satwika : Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial ISSN: 2580-8567 (Print) – 2580- 443X (Online) Journal Homepage: ejournal.umm.ac.id/index.php/JICC Dinamika Maskulinitas dan Nasionalisme Masyarakat Jawa di Era Majapahit Mega Widyawati a,1*, Eggy Fajar Andalas b,2 a Universitas Muhammadiyah Malang, Jalan Tlogomas 246 Malang, Indonesia, 65144 1 [email protected]; 2 [email protected] * Corresponding Author INFO ARTIKEL ABSTRAK Sejarah Artikel: Maskulinitas dan nasionalisme selama ini menggambarkan fenomena di Diterima: 12 November mana konsepsi negara atau bangsa, termasuk bagian dari kedaulatan dan 2020 identitas yang berkontribusi dalam kaitannya dengan peran gender. Direvisi: 12 November Artinya, mikrokultur maskulinitas dalam kehidupan sehari-hari 2020 mengartikulasikan dengan sangat baik dengan tuntutan nasionalisme. Disetujui: 15 November Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk-bentuk 2020 maskulinitas dan nasionalisme yang beroperasi pada kultur masyarakat Tersedia Daring: 16 Jawa dahulu, tepatnya pada era Kerajaan Majapahit. Penelitian ini November 2020 menggunakan metode kualitatif deskriptif. Sumber data penelitian berupa Kata Kunci: novel Jayaning Majapahit (2014) karya Agus S. Soerono. Teknik Jawa pengumpulan data memakai teknik baca-catat. Analisis data dilakukan Kerajaan Majapahit dengan menyajikan data, menginterpretasi data, dan menarik kesimpulan Maskulinitas berdasarkan tujuan yang dinyatakan. Hasil analisis menunjukkan bahwa Nasionalisme novel Jayaning Majapahit mewacanakan
    [Show full text]
  • 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kerajaan Koto Besar
    BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kerajaan Koto Besar diperkirakan telah ada sejak akhir abad ke-17 Masehi.1 Koto Besar tumbuh dan berkembang bersama daerah-daerah lain yang berada di bekas wilayah Kerajaan Melayu Dharmasraya (Swarnabumhi).2 Daerah-daerah ini merupakan kerajaan kecil yang bercorak Islam dan berafiliasi dengan Kerajaan Pagaruyung, seperti Pulau Punjung yang dikenal sebagai camin taruih (perpanjangan tangan) Pagaruyung untuk daerah Hiliran Batanghari, serta penguasa lokal di ranah cati nan tigo, yaitu Siguntur, Sitiung dan Padang Laweh.3 Koto Besar menjadi satu-satunya kerajaan di wilayah ini yang tidak berpusat di pinggiran Sungai Batanghari.4 Lokasi berdirinya kerajaan-kerajaan tersebut merupakan daerah rantau dalam konsep alam Minangkabau.5 Pepatah adat Minangkabau mengatakan, 1 Merujuk pada tulisan yang tercantum pada stempel peninggalan Kerajaan Koto Besar yang berangkakan tahun 1697 Masehi. 2 Kerajaan Melayu Dharmasraya (Swarnabumhi) adalah sebuah kerajaan yang bercorak Hindu Buddha dan merupakan kelanjutan dari Kerajaan Melayu Jambi yang bermigrasi dari muara Sungai Batanghari. Kerajaan Melayu Dharmasraya hanya bertahan sekitar dua abad (1183 – 1347), setelah dipindahkan oleh Raja Adityawarman ke pedalaman Minangkabau di Saruaso. Bambang Budi Utomo dan Budhi Istiawan, Menguak Tabir Dharmasraya, (Batusangkar : BPPP Sumatera Barat, 2011), hlm. 8-12. 3 Efrianto dan Ajisman, Sejarah Kerajaan-Kerajaan di Dharmasraya, (Padang: BPSNT Press, 2010), hlm. 84. 4 Menurut Tambo Kerajaan Koto Besar dijelaskan bahwa Kerajaan Koto Besar berpusat di tepi Sungai Baye. Hal ini juga dikuatkan oleh catatan Kontroler Belanda Palmer van den Broek tanggal 15 Juni 1905. Lihat, Tambo Kerajaan Koto Besar, “Sejarah Anak Nagari Koto Besar yang Datang dari Pagaruyung Minangkabau”. Lihat juga, “Nota over Kota Basar en Onderhoorige Landschappen Met Uitzondering van Soengei Koenit en Talao”, dalam Tijdschrift voor Indische, “Taal, Land en Volkenkunde”, (Batavia: Kerjasama Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen dan Batavia Albrecht & Co., 1907), hlm.
    [Show full text]
  • Aparatur Sipil Negara, BUKAN Abdi Negara Biasa
    Media Edukasi dan Informasi Keuangan EDUKASI KEUANGAN ASN Aparatur Sipil Negara, BUKAN Abdi Negara Biasa Edisi 23/2014 Daftar Isi Salam Redaksi 2 Lintas Peristiwa 4 Liputan Utama 6 Liputan Khusus 14 Profil 18 Kuis 23 Serambi Ilmu 24 Mata Air 53 Klinik Sehat 55 Tips n Trik 56 English Corner 59 Selasar 60 Point Of Interest 61 Kalender Diklat 63 Resensi Buku 64 Kang Edu 65 Redaksi menerima kritik saran, pertanyaan, atau sanggahan terhadap EDUKASI masalah-masalah yang berkaitan dengan Kementerian Keuangan. K E U A N G A N Sampaikan melalui alamat email : [email protected] Salam Redaksi Belakangan ini muncul beberapa pertanyaan terkait dengan pegawai negeri sipil. Apa benar PNS berubah? Apakah jabatan dalam PNS juga diganti? Pertanyaan tersebut muncul sebagai konsekuensi dari disahkannya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara. Undang-Undang tersebut menggantikan UU Nomor 43 tahun 1999 tentang Pokok Po- kok Kepegawaian. Aparatur Sipil Negara (ASN) dalam Undang- Undang tersebut secara istilah memang menggantikan istilah PNS. Undang-Undang ASN lahir dari usaha reformasi birokrasi di Indonesia, dimana sistem birokrasi menekankan pada efektifitas dan efisiensi. Banyak hal yang “berubah”, paradigma PNS sebagai sebuah pekerjaan mulai dikampanyekan bahwa PNS itu adalah profesi melalui sebutan barunya yaitu Aparatur Sipil Negara. Sebagai sebuah profesi, negara perlu mengatur adanya asas, nilai dasar, kode etik, sampai bagaimana mengembangkan ASN secara terpadu. Penajaman dan penekanan serta profesionalisme aparatur sipil negara terlihat pada butir-butir di Undang-Undang tersebut. Pengertian UU ASN, pokok pokok perubahan serta maksud dan tujuan dari perubahan tersebut kami tuangkan kedalam Liputan Utama Majalah edisi ke-23 ini.
    [Show full text]
  • Tanah Liek Batik's Industry in West Sumatra
    Advances in Economics, Business and Management Research (AEBMR), volume 92 3rd International Conference on Accounting, Management and Economics 2018 (ICAME 2018) Tanah Liek Batik’s Industry in West Sumatra (a Study of Development Problems) Rose Rahmidani1, Armiati2 and Dessi Susanti3 1Unversitas Negeri Padang, Indonesia, e-mail: [email protected] 2Unversitas Negeri Padang, Indonesia, e-mail: [email protected] 3Unversitas Negeri Padang, Indonesia, e-mail: [email protected] Abstract: This study aims to identify the problems faced by the Batik Tanah Liek industry in West Sumatra thus, based on this identification can be found a solution to solve the problem. The research method used is a qualitative method. The study was conducted in three locations, namely Dharmasraya District, South Coastal District and Padang City. Data collection was done by observation, and in-depth interviews. Data analysis techniques were carried out using qualitative analysis. The results showed that the problems faced by the Tanah Liek batik industry in West Sumatra were: expensive product prices, lack of promotion and marketing, difficulty obtaining additional capital, less strategic business locations, sources of raw materials from outside the island, difficulty in getting competent employees, support from the local government has not been maximized, business management has not been good, the marketing area is still limited, and quality is still inferior compared to batik from Java. Based on the description of the problems faced by batik Tanah Liek creative industry in West Sumatra, the alternative form or solution that can be done is; providing business capital assistance, providing training in promotion and marketing techniques, providing financial report writing training, providing trademark and copyright management training, providing business management training, providing production training for workers, and promoting batik Tanah Liek to all West Sumatran and outsiders West Sumatra.
    [Show full text]
  • Bupati Dharmasraya
    SALINAN BUPATI DHARMASRAYA PERATURAN DAERAH KABUPATEN DHARMASRAYA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN DHARMASRAYA TAHUN 2011 - 2031 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI DHARMASRAYA, Menimbang : a. bahwa untuk mengarahkan pembangunan di Kabupaten Dharmasraya dengan memanfaatkan ruang wilayah secara berdaya guna, berhasil guna, serasi, selaras, seimbang, dan berkelanjutan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pertahanan keamanan, perlu disusun rencana tata ruang wilayah; b. bahwa dalam rangka mewujudkan keterpaduan pembangunan antar sektor, daerah, dan masyarakat maka rencana tata ruang wilayah merupakan arahan lokasi investasi pembangunan yang dilaksanakan pemerintah, masyarakat, dan/atau dunia usaha; c. bahwa dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan Peraturan Pemerintah Nomor 26 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, maka perlu penjabaran ke dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Dharmasraya Tahun 2011 – 2031; Mengingat :1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Ketentuan Pokok-Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2043); 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419); 3. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3888); 4. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4249); 5.
    [Show full text]
  • Bab 2 Landasan Teori
    BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Umum 2.1.1. Letak Geografis Sumatra Barat Secara geografis, Provinsi Sumatera Barat terletak pada garis 00 54’ Lintang Utara sampai dengan 30 30’ Lintang Selatan serta 980 36’ – 1010 53’ Bujur Timur dengan luas wilayah 42.29730 Km2 atau 4.229.730 Ha. Luas perairan laut Provinsi Sumatera Barat kurang lebih 186.500 Km2 dengan jumlah pulau besar dan kecil sekitar 345 pulau. 2.1.2. Kedatangan Majapahit Di Minangkabau Pada tahun 1339 Adityawarman dikirim sebagai uparaja atau raja bawahan Majapahit, sekaligus melakukan beberapa penaklukan yang dimulai dengan menguasai Palembang. Kidung Pamacangah dan Babad Arya Tabanan menyebut nama Arya Damar sebagai bupati Palembang yang berjasa membantu Gajah Mada menaklukkan Bali pada tahun 1343. Menurut Prof. C.C. Berg, tokoh ini dianggapnya identik dengan Adityawarman. Setelah membantu Majapahit dalam melakukan beberapa penaklukan, pada tahun 1347 masehi atau 1267 saka, Adityawarman memproklamirkan dirinya sebagai Maharajadiraja dengan gelar Srimat Sri Udayadityawarman Pratapaparakrama Rajendra Mauli Warmadewa dan menamakan kerajaannya dengan namaMalayapura. Kerajaan ini merupakan kelanjutan dari Kerajaan Melayu sebelumnya, dan memindahkan ibukotanya dari Dharmasraya ke daerah pedalaman (Pagaruyung atau Suruaso). Dengan melihat gelar yang disandang Adityawarman, terlihat dia menggabungan beberapa nama yang pernah dikenal sebelumnya, Mauli merujuk garis keturunannya kepada bangsa Mauli penguasa Dharmasraya, dan gelar Sri Udayadityavarman pernah disandang salah seorang raja Sriwijaya serta menambahkah Rajendra nama penakluk penguasa Sriwijaya, raja Chola dari 3 4 Koromandel. Hal ini tentu sengaja dilakukan untuk mempersatukan seluruh keluarga penguasa di Swarnnabhumi. 2.1.3. Kerajaan Pagaruyung Masa Kebudayaan Islam Sultan Alif Khalifatullah naik tahta sekitar tahun 1560. Beliau merupakan raja (sultan) pertama di Kerajaan Pagaruyung yang memeluk agama Islam.
    [Show full text]
  • Swarnnadwipa Abad XIII-XIV Masehi Penggunaan Atas Sumber Emas Di Hulu Batanghari (Sumatra Barat)
    Swarnnadwipa Abad XIII-XIV Masehi Penggunaan Atas Sumber Emas di Hulu Batanghari (Sumatra Barat) Bambang Budi Utomo Keywords: inscription, Ancient Melayu, Batanghari River, Adityawarman How to Cite: Utomo, B. B. Swarnnadwipa Abad XIII-XIV Masehi Penggunaan Atas Sumber Emas di Hulu Batanghari (Sumatra Barat). Berkala Arkeologi, 14(2), 221–226. https://doi.org/10.30883/jba.v14i2.728 Berkala Arkeologi https://berkalaarkeologi.kemdikbud.go.id/ Volume 14 No. 2, 1994, 221–226 DOI: 10.30883/jba.v14i2.728 This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License. SWARNNADWIPA ABAD XIII - XIV MASEHI PENGGUNAAN ATAS SUMBER EMAS DI HULU BATANGHARI (SUMATRA BARAT) Bambang Budi Utomo (Pusat Penelitian Arkeologi Nasional} 1 . Pengantar Siguntu r, dan Padangroco di wilayah Provms1 Beberapa waktu yang lampau, pada tanggal Sumatra Barat. 7-8 Desember 1992 di Jambi telah diselenggara­ Berdasarkan identifikasi unsur pertanggalan kan Seminar Sejarah Melayu Kuna. Kemudian yang diperoleh dari paleografi tulisan-tulisan sing­ pada tanggal 26 Juni 1993 di Padang telah dise­ kat pada lempeng emas di Candi Gumpung (Boe­ lenggaran Oiskusi Arkeologi yang membicara­ chari, 1984:9; 1985:237-38), tulisan si ngkat pada ka n tokoh Adityawarman. Kedua peristiwa ini ber­ batu pipisan dari Koto Kandis (Bambang Budi tujuan mengangkat kembali nama Kerajaan Me­ Utomo, 1990: 1 48), tulisan singkat pada area Bud­ layu yang telah lebih dari 14 abad tenggelam da­ dha dari Solok Sipin (Boekhori, 1 979:28), dan pe­ lam hiruk- pikuknya lakon sejarah Nusantara. cahan-pecahan keramik (Bambang Budi Utomo, DaJam Seminar Sejarah Melayu Kuna ter­ 1990: 1 48) menunjukkan pertanggalan abad ke- ungkap lokasi kerajaan Melayu ada di daerah Su­ 13-1 4 Masehi (Bambang Budi Utomo, 1 992) ngai Batanghari, mulai dari daerah hilir di wilayah Pertanggalan situs tersebut menunjukkan di Provinsi Jambi hingga daerah hulu di wilayah Daerah Batanghari pada masa lampau terjadi Provinsi Sumatra Barat Bukti arkeologis menun­ pergeseran pemukiman.
    [Show full text]
  • The Local Wisdom in Marine Resource Conservation for Strategies of Poverty Reduction in Indonesia
    TUMSAT-OACIS Repository - Tokyo University of Marine Science and Technology (東京海洋大学) The local wisdom in marine resource conservation for strategies of poverty reduction in Indonesia 学位名 博士(海洋科学) 学位授与機関 東京海洋大学 学位授与年度 2018 学位授与番号 12614博乙第35号 権利 全文公表年月日: 2019-06-25 URL http://id.nii.ac.jp/1342/00001758/ Doctoral Dissertation THE LOCAL WISDOM IN MARINE RESOURCE CONSERVATION FOR STRATEGIES OF POVERTY REDUCTION IN INDONESIA March 2019 LUCKY ZAMZAMI i To the Villagers of South Tiku ii TABLE OF CONTENTS Table of Contents ..................................................................................................... iii List of Tables ........................................................................................................... v List of Figures .......................................................................................................... vi List of Photos ........................................................................................................... vii Acknowledgment ..................................................................................................... viii Preface ..................................................................................................................... ix CHAPTER I: INTRODUCTION ......................................................................... 1 1. Background ........................................................................................................ 1 2. Ethnographical Setting ......................................................................................
    [Show full text]
  • The Dynamics of Inland and Maritime Cultures Relations in the History of Java Island, Indonesia
    Journal of Marine and Island Cultures (2013) 2, 115–127 Journal of Marine and Island Cultures www.sciencedirect.com Contest for hegemony: The dynamics of inland and maritime cultures relations in the history of Java island, Indonesia Singgih Tri Sulistiyono *, Yety Rochwulaningsih Department of History, Faculty of Humanities, Diponegoro University, Semarang, Indonesia Received 22 May 2013; accepted 10 October 2013 Available online 5 December 2013 KEYWORDS Abstract The main purpose of this article is to analyze the dynamics of relation between inland Inland culture; and maritime cultures in an insular region by taking Java island, Indonesia, as an object of study. Maritime culture; Java island is located in the midst of Indonesian archipelago which is geographically recognized as Insular region; the ‘‘maritime continent’’ and the widest insular region in the world. During the history, Java has Maritime continent been one of the most important islands not only in the Indonesian archipelago but also in Southeast Asian region. It is interesting that Java has not only varied maritime cultures but also feudalistic inland culture. Moreover, during the course of history there has been a latent contesting relation- ship among the two different types of culture, which has been coloring the history of Indonesia at large till the present day. ª 2013 Production and hosting by Elsevier B.V. on behalf of Institution for Marine and Island Cultures, Mokpo National University. Introduction ognized as the widest insular region in the world (Lapian, 1996; Tangsubkul, 1984). 1 Many people possibly think that By taking Java island as the focus of the study, this article tries the culture which develops in Indonesian islands must have to construct a reality of cultural plurality developing in the 1 The Southeast Asian archipelagic state: Con- Indonesian archipelago as an area which is geographically rec- See P.
    [Show full text]