IRBI 2013 Resize.Pdf

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

IRBI 2013 Resize.Pdf Indeks Risiko Bencana IRBI Indonesia Tahun 2013 Indeks Risiko Bencana Indonesia 2013 Pengarah Dody Ruswandi Sanksi Pelanggaran Pasal 72 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta Penyusun Lilik Kurniawan 1. Barangsiapa dengan sengaja Sugeng Triutomo melanggar dan tanpa hak Ridwan Yunus melakukan perbuatan Mohd. Robi Amri sebagaimana dimaksud Arezka Ari Hantyanto dalam Pasal 2 Ayat (1) atau Pasal 49 Ayat (1) dan Ayat Pendukung (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling Elin Linawati singkat 1 (satu) bulan dan/ Firza Ghozalba atau denda paling sedikit Arie Astuti Wulandari Rp. 1.000.000,00 (satu juta Pratomo Cahyo Nugroho rupiah), atau pidana penjara Novi Kumalasari paling lama 7 (tujuh) tahun Gita Yulianti dan/atau denda paling banyak Elfina Rozita Rp. 5.000.000.000,00 (lima Danar Widhiyani Sri Wulandari milyar rupiah). Ageng Nur Ichwana 2. Barangsiapa dengan sengaja Cetakan Pertama, 2014 menyiarkan, memamerkan, Diterbitkan oleh : mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan Direktorat Pengurangan Risiko Bencana atau barang hasil pelanggaran Deputi Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan hak cipta atau hak terkait Gedung INA DRTG sebagai dimaksud pada Ayat Kawasan Indonesia Peace and Security (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) Center (IPSC), Bukit Merah Putih, Kecamatan tahun dan/atau denda paling Citeureup-Sentul, Provinsi Jawa Barat banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). ISBN : 978-602-70256-0-8 IRBI 2013 iii Indeks Risiko Bencana Indonesia 2013 ABSTRAK ntuk mengetahui secara rinci Perubahan terminologi dari Indeks Rawan tingkat kerawanan daerah di Bencana pada edisi tahun 2009 dan 2011 Uwilayah Negara Indonesia, BNPB menjadi Indeks Risiko Bencana pada edisi telah melakukan penilaian tentang Indeks 2013 didasarkan atas penyesuaian yang Kerawanan Bencana Indonesia (2009) digunakan oleh Undang-Undang Nomor yang diperbaharui dengan Indeks Rawan 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana Indonesia (2011). Indeks ini Bencana. Dengan berkembangnya selalu diperbaharui setiap dua tahun metoda dan pengkajian risiko bencana, sekali, mengingat dinamisnya indikator maka dalam penilaian Indeks Risiko kerawanan yang diperhitungkan. Bencana Indonesia ini telah menggunakan parameter-parameter bahaya, kerentanan Pada perhitungan kali ini, indeks yang dan kapasitas sebagai penghitungan dikaji adalah risiko bencana bukan risiko bencana. lagi tingkat kerawanan bencana. Risiko bencana merupakan penilaian Dalam perencanaan Pengurangan kemungkinan dari dampak yang Risiko Bencana, perlu ada informasi diperkirakan apabila bahaya itu menjadi awal berupa suatu indeks dalam rangka bencana. Dengan demikian perhitungan penentuan skala prioritas kegiatan kali ini ditekankan pada potensi yang akan dilakukan. Buku ini berusaha kemungkinan dan besarnya dampak yang menganalisasi risiko yang mungkin diukur dari keterpaparan (exposure) dari timbul sebagai akibat dari suatu bahaya setiap bahaya (hazard) dan gabungan dari berdasarkan analisa bahaya, Kerentanan beberapa hazard yang ada (multi hazard). dan kapasitas dari suatu daerah. Indeks Jadi apabila kerawanan yang lalu dihitung Risiko Bencana ini bertujuan untuk dari data korban/kerusakan yang tercatat memberikan informasi tingkat risiko (existing data) untuk setiap bencana, saat bencana tiap-tiap kabupaten/kota di ini indeks risiko ini dihitung dari potensi Indonesia sesuai dengan bahaya (hazard) kemungkinan korban dan dampak yang yang dimiliki dan gabungan dari bahaya akan ditimbulkan dari suatu bencana. (multi hazard) tersebut. IRBI 2013 iii Indeks Risiko Bencana Indonesia 2013 Indeks Risiko Bencana Indonesia 2013 Perhitungan Indeks ini menggunakan data Tahun 2013 dan menjadi lampiran dari penyusunan dokumen Rencana Nasional Penanggulangan Bencana (Renas) 2015- 2019 yang secara teknokratik disepakati oleh 37 Kementerian/Lembaga. Dengan adanya buku ini diharapkan dapat menjadi baseline data kebencanaan dan digunakan multi pihak dalam melakukan pengurangan risiko bencana di Indonesia, terutama BPBD provinsi dan kabupaten/ kota. iv IRBI 2013 IRBI 2013 v Indeks Risiko Bencana Indonesia 2013 Indeks Risiko Bencana Indonesia 2013 SAMBUTAN KEPALA BNPB uku Indeks Risiko Bencana Indonesia ini disusun sebagai bentuk komitmen Badan Nasional BPenanggulangan Bencana dalam menjalankan amanah Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana. Buku ini dapat dipergunakan oleh seluruh pemangku kepentingan dalam penanggulangan bencana sebagai panduan dan informasi awal dalam melakukan upaya pengurangan risiko bencana terutama dalam melakukan perencanaan. Dalam perencanaan Pengurangan Risiko Bencana, perlu ada informasi awal berupa suatu indeks dalam rangka penentuan skala prioritas kegiatan yang akan dilakukan. Buku ini berusaha menganalisasi risiko yang mungkin timbul sebagai akibat dari suatu bahaya berdasarkan analisa bahaya, kerentanan dan kapasitas dari suatu daerah. Akhirnya saya mengucapkan terima kasih kepada tim penyusun, pendukung dan semua pemangku kepentingan yang telah terlibat dalam penyusunan Buku Indeks Risiko Bencana Indonesia ini dengan harapan bahwa buku ini dapat menjadi suatu referensi bagi semua pihak dalam upaya penanggulangan bencana di negara yang kita cintai ini. Semoga upaya kita dalam menyelamatkan manusia dari bahaya bencana memberikan hasil yang optimal dan diridhoi oleh Allah SWT. Jakarta, Februari 2014 DR. Syamsul Maarif, M.Si iv IRBI 2013 IRBI 2013 v Indeks Risiko Bencana Indonesia 2013 Indeks Risiko Bencana Indonesia 2013 DAFTAR ISI Abstrak iii Sambutan Kepala BNPB v Daftar Isi vi Daftar Tabel viii Daftar Gambar x 1. PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang 1 B. Ruang Lingkup 2 C. Pengertian Umum 2 2. TUJUAN 7 3. METODOLOGI 7 A. Analisis Data 10 1. Analisis tingkat risiko bencana Kabupaten/Kota 10 2. Analisis tingkat risiko bencana Provinsi 18 4. HASIL 19 A. Indeks Risiko Bencana Kabupaten/Kota 19 B. Indeks Risiko Bencana Provinsi 40 5. PENYAJIAN 44 A. Indeks Risiko Bencana Multi Ancaman Per Provinsi 44 1. Aceh 44 2. Sumatera Utara 48 3. Sumatera Barat 52 4. Riau 56 5. Kepulauan Riau 57 6. Bengkulu 62 7. Jambi 63 8. Kepulauan Bangka Belitung 68 9. Sumatera Selatan 69 vi IRBI 2013 IRBI 2013 vii Indeks Risiko Bencana Indonesia 2013 Indeks Risiko Bencana Indonesia 2013 10. Lampung 70 11. DKI Jakarta 78 12. Banten 79 13. Jawa Barat 84 14. Jawa Tengah 88 15. D.I. Yogyakarta 91 16. Jawa Timur 96 17. Bali 100 18. Nusa Tenggara Barat 101 19. Nusa Tenggara Timur 106 20. Kalimantan Barat 110 21. Kalimantan Timur 114 22. Kalimantan Tengah 118 23. Kalimantan Selatan 119 24. Sulawesi Utara 124 25. Sulawesi Barat 125 26. Sulawesi Selatan 130 27. Sulawesi Tengah 134 28. Sulawesi Tenggara 135 29. Gorontalo 140 30. Maluku 141 31. Maluku Utara 146 32. Papua 147 33. Papua Barat 149 B. Indeks Risiko Bencana Per Ancaman 156 1. Indeks Risiko Bencana Banjir 156 2. Indeks Risiko Bencana Gempa Bumi 172 3. Indeks Risiko Bencana Tsunami 194 4. Indeks Risiko Bencana Tanah Longsor 206 5. Indeks Risiko Bencana Gunung Api 228 6. Indeks Risiko Bencana Gelombang Ekstrim dan Abrasi 234 7. Indeks Risiko Bencana Kebakaran Lahan dan Hutan 248 8. Indeks Risiko Bencana Cuaca Ekstrim 270 9. Indeks Risiko Bencana Kekeringan 292 Daftar Pustaka 314 vi IRBI 2013 IRBI 2013 vii Indeks Risiko Bencana Indonesia 2013 Indeks Risiko Bencana Indonesia 2013 DAFTAR TABEL Tabel 1. Penentuan bobot bahaya, kerentanan dan kapasitas per jenis bahaya 12 Tabel 2. Indeks Risiko Bencana Multi Ancaman per Kabupaten/Kota Tahun 2013 19 Tabel 3. Peta Indeks Risiko Bencana Provinsi 40 Tabel 4. Indeks Risiko Bencana per Kabupaten/Kota Provinsi Aceh 45 Tabel 5. Indeks Risiko Bencana per Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara 48 Tabel 6. Indeks Risiko Bencana per Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Barat 52 Tabel 7. Indeks Risiko Bencana per Kabupaten/Kota Provinsi Riau 56 Tabel 8. Indeks Risiko Bencana per Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau 57 Tabel 9. Indeks Risiko Bencana per Kabupaten/Kota Provinsi Bengkulu 62 Tabel 10. Indeks Risiko Bencana per Kabupaten/Kota Provinsi Jambi 63 Tabel 11. Indeks Risiko Bencana per Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 68 Tabel 12. Indeks Risiko Bencana per Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Selatan 69 Tabel 13. Indeks Risiko Bencana per Kabupaten/Kota Provinsi Lampung 71 Tabel 14. Indeks Risiko Bencana per Kabupaten/Kota Provinsi DKI Jakarta 78 Tabel 15. Indeks Risiko Bencana per Kabupaten/Kota Provinsi Banten 79 Tabel 16. Indeks Risiko Bencana per Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat 84 Tabel 17. Indeks Risiko Bencana per Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah 88 Tabel 18. Indeks Risiko Bencana per Kabupaten/Kota Provinsi D.I. Yogyakarta 91 Tabel 19. Indeks Risiko Bencana per Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur 96 Tabel 20. Indeks Risiko Bencana per Kabupaten/Kota Provinsi Bali 100 Tabel 21. Indeks Risiko Bencana per Kabupaten/Kota Provinsi Nusa Tenggara Barat 101 Tabel 22. Indeks Risiko Bencana per Kabupaten/Kota Provinsi Nusa Tenggara Timur 106 Tabel 23. Indeks Risiko Bencana per Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Barat 110 Tabel 24. Indeks Risiko Bencana per Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Timur 114 Tabel 25. Indeks Risiko Bencana per Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah 118 Tabel 26. Indeks Risiko Bencana per Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Selatan 119 viii IRBI 2013 IRBI 2013 ix Indeks Risiko Bencana Indonesia 2013 Indeks Risiko Bencana Indonesia 2013 Tabel 27. Indeks Risiko Bencana per Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Utara 124 Tabel 28. Indeks Risiko Bencana per Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Barat 125 Tabel 29. Indeks Risiko
Recommended publications
  • Concise Ancient History of Indonesia.Pdf
    CONCISE ANCIENT HISTORY OF INDONESIA CONCISE ANCIENT HISTORY O F INDONESIA BY SATYAWATI SULEIMAN THE ARCHAEOLOGICAL FOUNDATION JAKARTA Copyright by The Archaeological Foundation ]or The National Archaeological Institute 1974 Sponsored by The Ford Foundation Printed by Djambatan — Jakarta Percetakan Endang CONTENTS Preface • • VI I. The Prehistory of Indonesia 1 Early man ; The Foodgathering Stage or Palaeolithic ; The Developed Stage of Foodgathering or Epi-Palaeo- lithic ; The Foodproducing Stage or Neolithic ; The Stage of Craftsmanship or The Early Metal Stage. II. The first contacts with Hinduism and Buddhism 10 III. The first inscriptions 14 IV. Sumatra — The rise of Srivijaya 16 V. Sanjayas and Shailendras 19 VI. Shailendras in Sumatra • •.. 23 VII. Java from 860 A.D. to the 12th century • • 27 VIII. Singhasari • • 30 IX. Majapahit 33 X. The Nusantara : The other islands 38 West Java ; Bali ; Sumatra ; Kalimantan. Bibliography 52 V PREFACE This book is intended to serve as a framework for the ancient history of Indonesia in a concise form. Published for the first time more than a decade ago as a booklet in a modest cyclostyled shape by the Cultural Department of the Indonesian Embassy in India, it has been revised several times in Jakarta in the same form to keep up to date with new discoveries and current theories. Since it seemed to have filled a need felt by foreigners as well as Indonesians to obtain an elementary knowledge of Indonesia's past, it has been thought wise to publish it now in a printed form with the aim to reach a larger public than before.
    [Show full text]
  • 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kerajaan Koto Besar
    BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kerajaan Koto Besar diperkirakan telah ada sejak akhir abad ke-17 Masehi.1 Koto Besar tumbuh dan berkembang bersama daerah-daerah lain yang berada di bekas wilayah Kerajaan Melayu Dharmasraya (Swarnabumhi).2 Daerah-daerah ini merupakan kerajaan kecil yang bercorak Islam dan berafiliasi dengan Kerajaan Pagaruyung, seperti Pulau Punjung yang dikenal sebagai camin taruih (perpanjangan tangan) Pagaruyung untuk daerah Hiliran Batanghari, serta penguasa lokal di ranah cati nan tigo, yaitu Siguntur, Sitiung dan Padang Laweh.3 Koto Besar menjadi satu-satunya kerajaan di wilayah ini yang tidak berpusat di pinggiran Sungai Batanghari.4 Lokasi berdirinya kerajaan-kerajaan tersebut merupakan daerah rantau dalam konsep alam Minangkabau.5 Pepatah adat Minangkabau mengatakan, 1 Merujuk pada tulisan yang tercantum pada stempel peninggalan Kerajaan Koto Besar yang berangkakan tahun 1697 Masehi. 2 Kerajaan Melayu Dharmasraya (Swarnabumhi) adalah sebuah kerajaan yang bercorak Hindu Buddha dan merupakan kelanjutan dari Kerajaan Melayu Jambi yang bermigrasi dari muara Sungai Batanghari. Kerajaan Melayu Dharmasraya hanya bertahan sekitar dua abad (1183 – 1347), setelah dipindahkan oleh Raja Adityawarman ke pedalaman Minangkabau di Saruaso. Bambang Budi Utomo dan Budhi Istiawan, Menguak Tabir Dharmasraya, (Batusangkar : BPPP Sumatera Barat, 2011), hlm. 8-12. 3 Efrianto dan Ajisman, Sejarah Kerajaan-Kerajaan di Dharmasraya, (Padang: BPSNT Press, 2010), hlm. 84. 4 Menurut Tambo Kerajaan Koto Besar dijelaskan bahwa Kerajaan Koto Besar berpusat di tepi Sungai Baye. Hal ini juga dikuatkan oleh catatan Kontroler Belanda Palmer van den Broek tanggal 15 Juni 1905. Lihat, Tambo Kerajaan Koto Besar, “Sejarah Anak Nagari Koto Besar yang Datang dari Pagaruyung Minangkabau”. Lihat juga, “Nota over Kota Basar en Onderhoorige Landschappen Met Uitzondering van Soengei Koenit en Talao”, dalam Tijdschrift voor Indische, “Taal, Land en Volkenkunde”, (Batavia: Kerjasama Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen dan Batavia Albrecht & Co., 1907), hlm.
    [Show full text]
  • Tanah Liek Batik's Industry in West Sumatra
    Advances in Economics, Business and Management Research (AEBMR), volume 92 3rd International Conference on Accounting, Management and Economics 2018 (ICAME 2018) Tanah Liek Batik’s Industry in West Sumatra (a Study of Development Problems) Rose Rahmidani1, Armiati2 and Dessi Susanti3 1Unversitas Negeri Padang, Indonesia, e-mail: [email protected] 2Unversitas Negeri Padang, Indonesia, e-mail: [email protected] 3Unversitas Negeri Padang, Indonesia, e-mail: [email protected] Abstract: This study aims to identify the problems faced by the Batik Tanah Liek industry in West Sumatra thus, based on this identification can be found a solution to solve the problem. The research method used is a qualitative method. The study was conducted in three locations, namely Dharmasraya District, South Coastal District and Padang City. Data collection was done by observation, and in-depth interviews. Data analysis techniques were carried out using qualitative analysis. The results showed that the problems faced by the Tanah Liek batik industry in West Sumatra were: expensive product prices, lack of promotion and marketing, difficulty obtaining additional capital, less strategic business locations, sources of raw materials from outside the island, difficulty in getting competent employees, support from the local government has not been maximized, business management has not been good, the marketing area is still limited, and quality is still inferior compared to batik from Java. Based on the description of the problems faced by batik Tanah Liek creative industry in West Sumatra, the alternative form or solution that can be done is; providing business capital assistance, providing training in promotion and marketing techniques, providing financial report writing training, providing trademark and copyright management training, providing business management training, providing production training for workers, and promoting batik Tanah Liek to all West Sumatran and outsiders West Sumatra.
    [Show full text]
  • Bupati Dharmasraya
    SALINAN BUPATI DHARMASRAYA PERATURAN DAERAH KABUPATEN DHARMASRAYA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN DHARMASRAYA TAHUN 2011 - 2031 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI DHARMASRAYA, Menimbang : a. bahwa untuk mengarahkan pembangunan di Kabupaten Dharmasraya dengan memanfaatkan ruang wilayah secara berdaya guna, berhasil guna, serasi, selaras, seimbang, dan berkelanjutan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pertahanan keamanan, perlu disusun rencana tata ruang wilayah; b. bahwa dalam rangka mewujudkan keterpaduan pembangunan antar sektor, daerah, dan masyarakat maka rencana tata ruang wilayah merupakan arahan lokasi investasi pembangunan yang dilaksanakan pemerintah, masyarakat, dan/atau dunia usaha; c. bahwa dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan Peraturan Pemerintah Nomor 26 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, maka perlu penjabaran ke dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Dharmasraya Tahun 2011 – 2031; Mengingat :1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Ketentuan Pokok-Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2043); 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419); 3. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3888); 4. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4249); 5.
    [Show full text]
  • Southeast Sumatra in Protohistoric and Srivijaya Times: Upstream-Downstream Relations and the Settlement of the Peneplain Pierre-Yves Manguin
    Southeast Sumatra in Protohistoric and Srivijaya Times: Upstream-Downstream Relations and the Settlement of the Peneplain Pierre-Yves Manguin To cite this version: Pierre-Yves Manguin. Southeast Sumatra in Protohistoric and Srivijaya Times: Upstream- Downstream Relations and the Settlement of the Peneplain. Cambridge Scholars Publishing. From distant tales : archaeology and ethnohistory in the highlands of Sumatra, pp.434-484, 2009, 978-1- 4438-0497-4. halshs-02521657 HAL Id: halshs-02521657 https://halshs.archives-ouvertes.fr/halshs-02521657 Submitted on 27 Mar 2020 HAL is a multi-disciplinary open access L’archive ouverte pluridisciplinaire HAL, est archive for the deposit and dissemination of sci- destinée au dépôt et à la diffusion de documents entific research documents, whether they are pub- scientifiques de niveau recherche, publiés ou non, lished or not. The documents may come from émanant des établissements d’enseignement et de teaching and research institutions in France or recherche français ou étrangers, des laboratoires abroad, or from public or private research centers. publics ou privés. From Distant Tales: Archaeology and Ethnohistory in the Highlands of Sumatra Edited by Dominik Bonatz, John Miksic, J. David Neidel, Mai Lin Tjoa-Bonatz From Distant Tales: Archaeology and Ethnohistory in the Highlands of Sumatra, Edited by Dominik Bonatz, John Miksic, J. David Neidel, Mai Lin Tjoa-Bonatz This book first published 2009 Cambridge Scholars Publishing 12 Back Chapman Street, Newcastle upon Tyne, NE6 2XX, UK British Library Cataloguing in Publication Data A catalogue record for this book is available from the British Library Copyright © 2009 by Dominik Bonatz, John Miksic, J. David Neidel, Mai Lin Tjoa-Bonatz and contributors All rights for this book reserved.
    [Show full text]
  • Read This Article
    International Seminar for UNESCO Integral Study of the Silk Roads: Roads of Dialogue: “India and the Roman world between 1st and 4th Century A.D.”, “India’s Cultural Relationship with East and Southeast Asia during the 4th to 13th Century A.D.”. 19-24 December 1990. Madras, India. Trade Contacts with the Indonesian Archipelago: 6th to 14th Centuries E. Edwards McKinnon Sea routes from South India and Sri Lanka to the Indonesian islands of Sumatra, Java, Bali, Kalimantan, Sulawesi and beyond appear to have been established by the beginning of the Christian era. Tangible evidence for such contacts appears in the form of Romano-Indian rouletted ware of the first or second centuries A.D. found in the Buni area of West Java (Walker & Santoso 1977) and, more recently, from controlled excavations at Sembiran on the north coast of Bali (Ardika 1989). An early bronze Buddha of Amaravati type from Sulawesi indicates possible connections with Sri Lanka by the c5. Evidence of Indianising influences, from Sanskrit inscriptions written in Tamil Grantha characters of the early/mid fifth century, appears in East Kalimantan and West Java. Monsoons: the crossing of the Oceans. The monsoon winds, which carried ships across the Indian Ocean, blow for six months of the year in one direction and for the other six in the opposite way. Although the changeover periods are somewhat squally, with unsteady winds, the monsoons themselves provide favorable conditions to blow ships from Arabia to China and back. From the end of October to January or February, the northeast monsoon carried ships from Java and Sumatra to Sri Lanka and South India in relatively fine weather.
    [Show full text]
  • The Local Wisdom in Marine Resource Conservation for Strategies of Poverty Reduction in Indonesia
    TUMSAT-OACIS Repository - Tokyo University of Marine Science and Technology (東京海洋大学) The local wisdom in marine resource conservation for strategies of poverty reduction in Indonesia 学位名 博士(海洋科学) 学位授与機関 東京海洋大学 学位授与年度 2018 学位授与番号 12614博乙第35号 権利 全文公表年月日: 2019-06-25 URL http://id.nii.ac.jp/1342/00001758/ Doctoral Dissertation THE LOCAL WISDOM IN MARINE RESOURCE CONSERVATION FOR STRATEGIES OF POVERTY REDUCTION IN INDONESIA March 2019 LUCKY ZAMZAMI i To the Villagers of South Tiku ii TABLE OF CONTENTS Table of Contents ..................................................................................................... iii List of Tables ........................................................................................................... v List of Figures .......................................................................................................... vi List of Photos ........................................................................................................... vii Acknowledgment ..................................................................................................... viii Preface ..................................................................................................................... ix CHAPTER I: INTRODUCTION ......................................................................... 1 1. Background ........................................................................................................ 1 2. Ethnographical Setting ......................................................................................
    [Show full text]
  • Bentuk, Fungsi Dan Makna Motif Carano Kerajaan Siguntur Di Dharmasraya
    BENTUK, FUNGSI DAN MAKNA MOTIF CARANO KERAJAAN SIGUNTUR DI DHARMASRAYA Nur Fitri Handayani PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI PADANG Wisuda Periode September 2013 PERSETUJUAN PEMBIMBING BENTUK, FUNGSI DAN MAKNA MOTIF CARANO KERAJAAN SIGUNTUR DI DHARMASRAYA Nur Fitri Handayani Artikel ini disusun berdasarkan skripsi Nur Fitri Handayani untuk persyaratan wisuda periode September 2013 dan telah diperiksa/disetujui oleh kedua pembimbing Padang, Agustus 2013 i ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan 1) Bentuk motif carano Kerajaan Siguntur di Dharmasraya 2) Fungsi motif carano Kerajaan Siguntur di Dharmasraya 3) Makna motif carano Kerajaan Siguntur di Dharmasraya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari dua jenis data yaitu data primer, berupa keterangan lisan dari beberapa ahli waris kerajaan Siguntur dan ahli motif ukiran, data sekunder adalah dokumen tertulis maupun berupa foto dan literature kepustakaan. Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan pengumpulan data, reduksi data, klasifikasi data, display data dan penarikan kesimpulan. Pengecekkan keabsahan temuan dilakukan dengan teknik triangulasi sumber. Hasil penelitan yang ditemukan adalah bentuk, fungsi dan makna motif carano Kerajaan Siguntur di Dharmasrasya. Kata Kunci: Carano Kerajaan Siguntur di Dharmasraya. ABSTRAC The purpose of this study is to describe 1) Carano motif form in the Siguntur Kingdom, 2) Carano motif functions in the Siguntur Kingdom, 3) Carano motif meaning in the Siguntur Kingdom. This research uses descriptive qualitative method. Sources of data in this study were obtained form two types of data are primary data, in the form of oral testimony of a royal heir Siguntur and expert carving patterns, secondary data is a written document in the form of photographs and literature.
    [Show full text]
  • Analisis Pengangkatan Dan Pergantian Kekuasaan Di Kesultanan Palembang
    TRADISI POLITIK MELAYU : ANALISIS PENGANGKATAN DAN PERGANTIAN KEKUASAAN DI KESULTANAN PALEMBANG Dr. Mohammad Syawaludin Muhammad Sirojudin Fikri. M.Hum KATA SAMBUTAN Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Puji syukur kita haturkan atas kehadirat Allah Swt, karena berkat limpahan rahmat dan inayah-Nya kita masih diberi nikmat kesehatan, sehingga mampu melaksanakan semua aktivitas keseharian kita. Shalawat dan salam atas junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah menghantarkan kita pada pencerahan spiritual dan intelektual, sehingga menemukan hakikat makna kesejatian nilai-nilai kemanusiaan universal. Alhamdulillahirobbil’alamin, buku berjudul “Tradisi Politik Melayu : Analisis Pengangkatan dan Pergantian Kekuasaan di Kesultanan Palembang” telah selesai ditulis dan sudah terbit di tangan pembaca. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan penelitian ini. Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini banyak terdapat kekurangan. Namun, penulis tetap berharap agar laporan penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca. Kritik dan saran dari penulisan laporan penelitian ini sangat penulis harapkan untuk perbaikan dan penyempurnaan pada penulisan berikutnya. Untuk itu, penulis ucapkan terima kasih Akhirnya, semoga buku dihadapan pembaca ini dapat bermanfaat dan Allah Swt selalu memberi petunjuk dan hidayah-Nya pada kita semua.Amin.Selamat Membaca!. Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Palembang, Oktober 2019 Penulis iii iv DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ................................................................................................
    [Show full text]
  • BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kabupaten
    BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kabupaten Dharmasraya dengan ibukota Pulau Punjung adalah salah satu Kabupaten di Sumatera Barat yang berada di persimpangan jalur lintas Sumatera yang menghubungkan antara Padang, Pekanbaru hingga Jambi. Terletak di ujung tenggara Sumatera Barat antara 00 47’ 7” LS – 10 41’56” LS & 1010 9’ 21” BT- 1010 54’ 27” BT. Kondisi dan topografi Kabupaten Dharmasraya mayoritas merupakan lahan datar dengan ketinggian dari 82 meter sampai 1.525 meter dari permukaan laut. Sebelah utara Kabupaten Dharmasraya berbatasan dengan Kabupaten Sijunjung dan Provinsi Riau, sebelah selatan dan di sebelah timur berbatasan dengan Provinsi Jambi sedangkan di sebelah Barat dengan Kabupaten Solok dan Kabupaten Solok Selatan. Dharmasraya merupakan salah satu Kabupaten yang terdapat di Provinsi Sumatera Barat, yang juga merupakan Kabupaten paling muda di Provinsi Sumatera Barat. Kabupaten ini dibentuk berdasarkan Undang-Undang No.38 Tahun 2003. Secara geografi Kabupaten Dharmasraya berada di ujung tenggara Provinsi Sumatera Barat dengan topografi daerah bervariasi antara berbukit, bergelombang dan datar dengan variasi ketinggian dari 100 m – 1.500 m di atas permukaan laut. Kabupaten Dharmasraya berkembang sebagai salah satu penghasil kelapa sawit dan karet, dan dua tanaman inilah yang menyumbang pendapatan daerah paling besar bagi Dharmasraya, sehingga ia merasa mampu 1 untuk menjadi Kabupaten sendiri memisahkan diri dari Kabupaten Sawahlunto Sijunjung Nama Dharmasraya sendiri tentu tidak begitu asing di telinga kita dikarenakan Dharmasraya merupakan Ibukota Kerajaan Melayu di Swharnabhumi atau yang biasa kita ketahui sebagai Sumatra. Lalu jika kita mengkaji lebih dalam maka akan kita temui hubungan antara Kerajaan Dharmasraya dan juga Kabupaten Dharmasraya yang tidak lain merupakan wilayah Kerajaan Dharmasraya itu sendiri.
    [Show full text]
  • Returning to the Religion of Abraham: Controversies Over the Gafatar Movement in Contemporary Indonesia
    View metadata, citation and similar papers at core.ac.uk brought to you by CORE provided by Digilib UIN Sunan Kalijaga Islam and Christian–Muslim Relations ISSN: 0959-6410 (Print) 1469-9311 (Online) Journal homepage: https://www.tandfonline.com/loi/cicm20 Returning to the Religion of Abraham: Controversies over the Gafatar Movement in Contemporary Indonesia Al Makin To cite this article: Al Makin (2019) Returning to the Religion of Abraham: Controversies over the Gafatar Movement in Contemporary Indonesia, Islam and Christian–Muslim Relations, 30:1, 87-104, DOI: 10.1080/09596410.2019.1570425 To link to this article: https://doi.org/10.1080/09596410.2019.1570425 Published online: 05 Feb 2019. Submit your article to this journal Article views: 103 View Crossmark data Full Terms & Conditions of access and use can be found at https://www.tandfonline.com/action/journalInformation?journalCode=cicm20 ISLAM AND CHRISTIAN–MUSLIM RELATIONS 2019, VOL. 30, NO. 1, 87–104 https://doi.org/10.1080/09596410.2019.1570425 Returning to the Religion of Abraham: Controversies over the Gafatar Movement in Contemporary Indonesia Al Makin Sociology of Religion, Sunan Kalijaga State Islamic University, Yogyakarta, Indonesia ABSTRACT ARTICLE HISTORY This article explores the idea of ‘Milah Abraham’, a term used and Received 18 January 2018 advocated by Ahmad Mushaddeq and Mahful Muis, the founders of Accepted 12 January 2019 Gafatar (Gerakan Fajar Nusantara/Archipelagic Dawn Movement). KEYWORDS Mahful Muis, a prominent companion of Mushaddeq, has written New religious movement; many works about the idea of the religion of Abraham. This article pluralism; religion of answers the questions of how the idea of Milah Abraham emerged, Abraham; Ahmad and what are the implications of its emergence in the context of Mushaddeq; Gafatar; Mahful plural Indonesian Islam.
    [Show full text]
  • Bupati Dharmasraya Provinsi Sumatera Barat
    BUPATI DHARMASRAYA PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN DHARMASRAYA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2016 – 2021 BUPATI DHARMASRAYA PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN DHARMASRAYA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2016 – 2021 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI DHARMASRAYA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 264 ayat (1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2016 – 2021; Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Dharmasraya, Kabupaten Solok Selatan dan Kabupaten Pasaman Barat di Propinsi Sumatera Barat (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4348); 3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4421); 4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 244) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); 5. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 292 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5601); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4815); 7.
    [Show full text]