Singkatan Nama Kota Singkatan Nama Kota

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Singkatan Nama Kota Singkatan Nama Kota SNI 7657:2010 “Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy Standar Nasional Indonesia standar ini dibuat untuk penayangan di Singkatan nama kota website dan tidak untuk dikomersialkan” ICS 01.040.01 Badan Standardisasi Nasional “Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di website dan tidak untuk dikomersialkan” SNI 7657:2010 “Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy Daftar Isi Daftar Isi ............................................................................................................................................ i Prakata.............................................................................................................................................. ii Ruang lingkup .................................................................................................................................. 1 Istilah dan definisi ............................................................................................................................ 1 Prinsip penyingkatan ....................................................................................................................... 1 Daftar nama wilayah administrasi kabupaten/kota dan ibukota serta penyingkatannya ............... 2 Daftar penyingkatan ibukota wilayah administrasi kabupaten/kota berdasarkan alpabetis ........ 14 Bibliografi ....................................................................................................................................... 27 standar ini dibuat untuk penayangan di website dan tidak untuk dikomersialkan” i SNI 7657:2010 “Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy Prakata Standar Nasional Indonesia ini disusun dengan tujuan untuk menyeragamkan tiga digit singkatan nama kota untuk Indonesia dimana selama ini beberapa instansi seperti Kementrian Dalam Negeri, Telkom, Pos Indonesia, BPS, dan Kementrian Perhubungan menggunakan singkatan yang berbeda-beda. Standar Nasional Indonesia Singkatan Nama Kota ini disusun oleh Panitia Teknis 07-01 Informasi Geografi/Geomatika. Standar ini berisi singkatan nama kota di Indonesia untuk ibukota provinsi, kota dan kabupaten. Standar ini telah dibahas dalam rapat konsensus pada tanggal 12 Agustus 2010 di Cibinong. standar ini dibuat untuk penayangan di Hadir dalam rapat konsensus tersebut adalah wakil dari pemerintah, pakar dan instansi terkait. Standar ini juga telah melalui proses Jajak Pendapat pada tanggal 26 Agustus 2010 sampai dengan 26 Oktober 2010 dan telah disetujui oleh seluruh peserta jajak pendapat. website dan tidak untuk dikomersialkan” ii SNI 7657:2010 “Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy Singkatan nama kota 1 Ruang lingkup Standar ini mencakup definisi, prinsip penyingkatan, Singkatan dari nama ibukota kabupaten dan kota yang ada di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. 2 Istilah dan definisi 2.1 singkatan kumpulan data yang direpresentasikan atau diubah ke dalam bentuk lain berdasarkan aturan tertentu standar ini dibuat untuk penayangan di [ISO 5127:2001, 1.1.4-07] 2.2 Ibu kota tempat kedudukan pusat penyelenggaraan pemerintahan ibu kota kabupaten atau kota selanjutnya disebut ibu kota (agar tidak ada pengulangan) 2.3 provinsi wilayah administrasi yang menjadi wilayah kerja gubernur 2.4 kabupaten wilayah administrasi yang menjadi wilayah kerja bupati 2.5 website dan tidak untuk dikomersialkan” kota wilayah administrasi yang menjadi wilayah kerja walikota 3 Prinsip penyingkatan • Penyingkatan negara Indonesia merujuk pada ISO 3166-1:2006, yaitu kode dua digit huruf ID; • Penyingkatan ibu kota provinsi merujuk pada ISO 3166-2:2007, yaitu menggunakan dua digit huruf ID diikuti dengan dua digit huruf sesuai dengan nama ibu kota provinsi; • Penulisan nama kabupaten/kota dan ibu kotanya berdasarkan UU pembentukan daerah masing-masing kabupaten/kota. Prinsip yang digunakan dalam penyingkatan kota di Indonesia: a) Penyingkatan ibu kota kabupaten dan kota menggunakan tiga digit huruf; 1 dari 27 SNI 7657:2010 “Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy b) Singkatan dipilih jika ada dua atau lebih instansi teknis yang menggunakan singkatan yang sama; c) Singkatan dipilih berdasarkan wilayah administrasi kabupaten/kota yang terbentuk lebih dahulu; Apabila tidak ada singkatan yang sama maka penyingkatan dilakukan dengan kaidah penyingkatan sebagai berikut: yaitu dengan menggunakan huruf konsonan; • Jika ada tiga kata, maka digunakan huruf awal dari tiap kata; • Jika ada dua kata, maka diambil dua huruf awal dari kedua kata ditambahkan atau disisipkan satu huruf konsonan dari kata pertama atau kata kedua; standar ini dibuat untuk penayangan di • Jika satu kata, maka diambil huruf awal kata ditambah dua huruf, diutamakan huruf konsonan di tengah dan akhir; • Jika huruf konsonannya sama, maka digunakan huruf vokal pertamanya; • Jika ibu kota kabupaten dan kota masih menempati ibu kota di wilayah yang sama maka menggunakan singkatan yang sama. 4 Daftar nama wilayah administrasi kabupaten/kota dan ibukota serta penyingkatannya -Tabel Nama Kota di Indonesia- NO PROVINSI NAMA KABUPATEN / KOTA IBU KOTA SINGKATAN website dan tidak untuk dikomersialkan” 1 Aceh ID-AC 2 Kabupaten Aceh Selatan Tapak Tuan TTN 3 Kabupaten Aceh Tenggara Kutacane KTN 4 Kabupaten Aceh Timur Langsa LGS 5 Kabupaten Aceh Tengah Takengon TKN 6 Kabupaten Aceh Barat Meulaboh MBO 7 Kabupaten Aceh Besar Jantho JTH 8 Kabupaten Pidie Sigli SGI 9 Kabupaten Aceh Utara Lhoksukon LSK 10 Kabupaten Simeulue Sinabang SNB 11 Kabupaten Aceh Singkil Singkil SKL 12 Kabupaten Bireuen Bireuen BIR 13 Kabupaten Aceh Barat Daya Blangpidie BPD 14 Kabupaten Gayo Lues Blangkejeren BKJ 15 Kabupaten Aceh Jaya Calang CAG 16 Kabupaten Nagan Raya Suka Makmue SKM 17 Kabupaten Aceh Tamiang Karang Baru KRB 2 dari 27 SNI 7657:2010 “Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy NO PROVINSI NAMA KABUPATEN / KOTA IBU KOTA SINGKATAN 18 Kabupaten Bener Meriah Simpang Tiga Redelong STR 19 Kabupaten Pidie Jaya Meureundu MRN 20 Kota Banda Aceh Banda Aceh BNA 21 Kota Sabang Sabang SAB 22 Kota Lhokseumawe Lhokseumawe LSM 23 Kota Langsa Langsa LGS 24 Kota Subulussalam Subulussalam SUS 25 Sumatera Utara ID-SU 26 Kabupaten Tapanuli Tengah Sibolga SBG 27 Kabupaten Tapanuli Utara Tarutung TRT 28 Kabupaten Tapanuli Selatan Padang Sidempuan PSP 29 Kabupaten Nias Gunungsitoli GST 30 Kabupaten Langkat Stabat STB standar ini dibuat untuk penayangan di 31 Kabupaten Karo Kabanjahe KBJ 32 Kabupaten Deli Serdang Lubuk Pakam LBP 33 Kabupaten Simalungun Pematang Siantar PMS 34 Kabupaten Asahan Kisaran KIS 35 Kabupaten Labuhanbatu Rantau Prapat RAP 36 Kabupaten Dairi Sidikalang SDK 37 Kabupaten Toba Samosir Balige BLG 38 Kabupaten Mandailing Natal Panyabungan PYB 39 Kabupaten Nias Selatan Teluk Dalam TLD 40 Kabupaten Pakpak Bharat Salak SAL 41 Kabupaten Humbang Hasundutan Dolok Sanggul DLS 42 Kabupaten Samosir Pangururan PRR 43 Kabupaten Serdang Bedagai Sei Rampah SRH 44 Kabupaten Batu Bara Lima Puluh LMP website dan tidak untuk dikomersialkan” 45 Kabupaten Padang Lawas Utara Gunung Tua GNT 46 Kabupaten Padang Lawas Sibuhuan SBH 47 Kabupaten Labuhanbatu Selatan Kota Pinang KPI 48 Kabupaten Labuhanbatu Utara Aek Kanopan AKK 49 Kabupaten Nias Utara Lotu LTU 50 Kabupaten Nias Barat Lahomi LHM 51 Kota Medan Medan MDN 52 Kota Pematangsiantar Pematangsiantar PMS 53 Kota Sibolga Sibolga SBG 54 Kota Tanjung Balai Tanjung Balai TJB 55 Kota Binjai Binjai BNJ 56 Kota Tebing Tinggi Tebing Tinggi TBT 57 Kota Padang Sidempuan Padang Sidempuan PSP 58 Kota Gunungsitoli Gunungsitoli GST 59 Sumatera Barat ID-SB 60 Kabupaten Pesisir Selatan Painan PNN 61 Kabupaten Solok Arosuka ARS 62 Kabupaten Sijunjung Muaro Sijunjung MRJ 3 dari 27 SNI 7657:2010 “Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy NO PROVINSI NAMA KABUPATEN / KOTA IBU KOTA SINGKATAN 63 Kabupaten Tanah Datar Batusangkar BSK 64 Kabupaten Padang Pariaman Nagari Parit Malintang NPM 65 Kabupaten Agam Lubuk Basung LBB 66 Kabupaten Lima Puluh Kota Sarilamak SRK 67 Kabupaten Pasaman Lubuk Sikaping LBS 68 Kabupaten Kepulauan Mentawai Tuapejat TPT 69 Kabupaten Dharmasraya Pulau Punjung PLJ 70 Kabupaten Solok Selatan Padang Aro PDA 71 Kabupaten Pasaman Barat Simpang Empat SPE 72 Kota Padang Padang PAD 73 Kota Solok Solok SLK 74 Kota Sawahlunto Sawahlunto SWL 75 Kota Padang Panjang Padang Panjang PDP standar ini dibuat untuk penayangan di 76 Kota Bukittinggi Bukittinggi BKT 77 Kota Payakumbuh Payakumbuh PYH 78 Kota Pariaman Pariaman PMN 79 Riau ID-RI 80 Kabupaten Kampar Bangkinang BKN 81 Kabupaten Indragiri Hulu Rengat RGT 82 Kabupaten Bengkalis Bengkalis BLS 83 Kabupaten Indragiri Hilir Tembilahan TBH 84 Kabupaten Pelalawan Pangkalan Kerinci PKK 85 Kabupaten Rokan Hulu Pasir Pengarairan PRP 86 Kabupaten Rokan Hilir Ujung Tanjung UJT 87 Kabupaten Siak Siak Sriindrapura SAK 88 Kabupaten Kuantan Singingi Teluk Kuantan TLK 89 Kabupaten Kepulauan Meranti Tebing Tinggi TTG website dan tidak untuk dikomersialkan” 90 Kota Pekanbaru Pekanbaru PBR 91 Kota Dumai Dumai DUM 92 Jambi ID-JA 93 Kabupaten Kerinci Sungai Penuh SPN 94 Kabupaten Merangin Bangko BKO 95 Kabupaten Sarolangun Sarolangun SRL 96 Kabupaten Batanghari Muara Bulian MBN 97 Kabupaten Muaro Jambi Sengeti SNT 98 Kabupaten Tanjung Jabung Barat Kuala Tungkal KLT 99 Kabupaten Tanjung Jabung Timur Muara Sabak MSK 100 Kabupaten Bungo Muara Bungo MRB 101 Kabupaten Tebo Muara Tebo MRT 102 Kota Jambi Jambi JMB 103 Kota Sungai Penuh Sungai Penuh SPN 104 Sumatera Selatan ID-SS 105 Kabupaten Ogan Komering Ulu Baturaja BTA 106 Kabupaten Ogan Komering Ilir Kayu Agung KAG 107 Kabupaten Muara Enim Muara Enim MRE 4 dari
Recommended publications
  • Concise Ancient History of Indonesia.Pdf
    CONCISE ANCIENT HISTORY OF INDONESIA CONCISE ANCIENT HISTORY O F INDONESIA BY SATYAWATI SULEIMAN THE ARCHAEOLOGICAL FOUNDATION JAKARTA Copyright by The Archaeological Foundation ]or The National Archaeological Institute 1974 Sponsored by The Ford Foundation Printed by Djambatan — Jakarta Percetakan Endang CONTENTS Preface • • VI I. The Prehistory of Indonesia 1 Early man ; The Foodgathering Stage or Palaeolithic ; The Developed Stage of Foodgathering or Epi-Palaeo- lithic ; The Foodproducing Stage or Neolithic ; The Stage of Craftsmanship or The Early Metal Stage. II. The first contacts with Hinduism and Buddhism 10 III. The first inscriptions 14 IV. Sumatra — The rise of Srivijaya 16 V. Sanjayas and Shailendras 19 VI. Shailendras in Sumatra • •.. 23 VII. Java from 860 A.D. to the 12th century • • 27 VIII. Singhasari • • 30 IX. Majapahit 33 X. The Nusantara : The other islands 38 West Java ; Bali ; Sumatra ; Kalimantan. Bibliography 52 V PREFACE This book is intended to serve as a framework for the ancient history of Indonesia in a concise form. Published for the first time more than a decade ago as a booklet in a modest cyclostyled shape by the Cultural Department of the Indonesian Embassy in India, it has been revised several times in Jakarta in the same form to keep up to date with new discoveries and current theories. Since it seemed to have filled a need felt by foreigners as well as Indonesians to obtain an elementary knowledge of Indonesia's past, it has been thought wise to publish it now in a printed form with the aim to reach a larger public than before.
    [Show full text]
  • IRBI 2013 Resize.Pdf
    Indeks Risiko Bencana IRBI Indonesia Tahun 2013 Indeks Risiko Bencana Indonesia 2013 Pengarah Dody Ruswandi Sanksi Pelanggaran Pasal 72 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta Penyusun Lilik Kurniawan 1. Barangsiapa dengan sengaja Sugeng Triutomo melanggar dan tanpa hak Ridwan Yunus melakukan perbuatan Mohd. Robi Amri sebagaimana dimaksud Arezka Ari Hantyanto dalam Pasal 2 Ayat (1) atau Pasal 49 Ayat (1) dan Ayat Pendukung (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling Elin Linawati singkat 1 (satu) bulan dan/ Firza Ghozalba atau denda paling sedikit Arie Astuti Wulandari Rp. 1.000.000,00 (satu juta Pratomo Cahyo Nugroho rupiah), atau pidana penjara Novi Kumalasari paling lama 7 (tujuh) tahun Gita Yulianti dan/atau denda paling banyak Elfina Rozita Rp. 5.000.000.000,00 (lima Danar Widhiyani Sri Wulandari milyar rupiah). Ageng Nur Ichwana 2. Barangsiapa dengan sengaja Cetakan Pertama, 2014 menyiarkan, memamerkan, Diterbitkan oleh : mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan Direktorat Pengurangan Risiko Bencana atau barang hasil pelanggaran Deputi Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan hak cipta atau hak terkait Gedung INA DRTG sebagai dimaksud pada Ayat Kawasan Indonesia Peace and Security (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) Center (IPSC), Bukit Merah Putih, Kecamatan tahun dan/atau denda paling Citeureup-Sentul, Provinsi Jawa Barat banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). ISBN : 978-602-70256-0-8 IRBI 2013 iii Indeks Risiko Bencana Indonesia 2013 ABSTRAK ntuk mengetahui secara rinci Perubahan terminologi dari Indeks Rawan tingkat kerawanan daerah di Bencana pada edisi tahun 2009 dan 2011 Uwilayah Negara Indonesia, BNPB menjadi Indeks Risiko Bencana pada edisi telah melakukan penilaian tentang Indeks 2013 didasarkan atas penyesuaian yang Kerawanan Bencana Indonesia (2009) digunakan oleh Undang-Undang Nomor yang diperbaharui dengan Indeks Rawan 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana Indonesia (2011).
    [Show full text]
  • 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kerajaan Koto Besar
    BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kerajaan Koto Besar diperkirakan telah ada sejak akhir abad ke-17 Masehi.1 Koto Besar tumbuh dan berkembang bersama daerah-daerah lain yang berada di bekas wilayah Kerajaan Melayu Dharmasraya (Swarnabumhi).2 Daerah-daerah ini merupakan kerajaan kecil yang bercorak Islam dan berafiliasi dengan Kerajaan Pagaruyung, seperti Pulau Punjung yang dikenal sebagai camin taruih (perpanjangan tangan) Pagaruyung untuk daerah Hiliran Batanghari, serta penguasa lokal di ranah cati nan tigo, yaitu Siguntur, Sitiung dan Padang Laweh.3 Koto Besar menjadi satu-satunya kerajaan di wilayah ini yang tidak berpusat di pinggiran Sungai Batanghari.4 Lokasi berdirinya kerajaan-kerajaan tersebut merupakan daerah rantau dalam konsep alam Minangkabau.5 Pepatah adat Minangkabau mengatakan, 1 Merujuk pada tulisan yang tercantum pada stempel peninggalan Kerajaan Koto Besar yang berangkakan tahun 1697 Masehi. 2 Kerajaan Melayu Dharmasraya (Swarnabumhi) adalah sebuah kerajaan yang bercorak Hindu Buddha dan merupakan kelanjutan dari Kerajaan Melayu Jambi yang bermigrasi dari muara Sungai Batanghari. Kerajaan Melayu Dharmasraya hanya bertahan sekitar dua abad (1183 – 1347), setelah dipindahkan oleh Raja Adityawarman ke pedalaman Minangkabau di Saruaso. Bambang Budi Utomo dan Budhi Istiawan, Menguak Tabir Dharmasraya, (Batusangkar : BPPP Sumatera Barat, 2011), hlm. 8-12. 3 Efrianto dan Ajisman, Sejarah Kerajaan-Kerajaan di Dharmasraya, (Padang: BPSNT Press, 2010), hlm. 84. 4 Menurut Tambo Kerajaan Koto Besar dijelaskan bahwa Kerajaan Koto Besar berpusat di tepi Sungai Baye. Hal ini juga dikuatkan oleh catatan Kontroler Belanda Palmer van den Broek tanggal 15 Juni 1905. Lihat, Tambo Kerajaan Koto Besar, “Sejarah Anak Nagari Koto Besar yang Datang dari Pagaruyung Minangkabau”. Lihat juga, “Nota over Kota Basar en Onderhoorige Landschappen Met Uitzondering van Soengei Koenit en Talao”, dalam Tijdschrift voor Indische, “Taal, Land en Volkenkunde”, (Batavia: Kerjasama Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen dan Batavia Albrecht & Co., 1907), hlm.
    [Show full text]
  • Tanah Liek Batik's Industry in West Sumatra
    Advances in Economics, Business and Management Research (AEBMR), volume 92 3rd International Conference on Accounting, Management and Economics 2018 (ICAME 2018) Tanah Liek Batik’s Industry in West Sumatra (a Study of Development Problems) Rose Rahmidani1, Armiati2 and Dessi Susanti3 1Unversitas Negeri Padang, Indonesia, e-mail: [email protected] 2Unversitas Negeri Padang, Indonesia, e-mail: [email protected] 3Unversitas Negeri Padang, Indonesia, e-mail: [email protected] Abstract: This study aims to identify the problems faced by the Batik Tanah Liek industry in West Sumatra thus, based on this identification can be found a solution to solve the problem. The research method used is a qualitative method. The study was conducted in three locations, namely Dharmasraya District, South Coastal District and Padang City. Data collection was done by observation, and in-depth interviews. Data analysis techniques were carried out using qualitative analysis. The results showed that the problems faced by the Tanah Liek batik industry in West Sumatra were: expensive product prices, lack of promotion and marketing, difficulty obtaining additional capital, less strategic business locations, sources of raw materials from outside the island, difficulty in getting competent employees, support from the local government has not been maximized, business management has not been good, the marketing area is still limited, and quality is still inferior compared to batik from Java. Based on the description of the problems faced by batik Tanah Liek creative industry in West Sumatra, the alternative form or solution that can be done is; providing business capital assistance, providing training in promotion and marketing techniques, providing financial report writing training, providing trademark and copyright management training, providing business management training, providing production training for workers, and promoting batik Tanah Liek to all West Sumatran and outsiders West Sumatra.
    [Show full text]
  • Bupati Dharmasraya
    SALINAN BUPATI DHARMASRAYA PERATURAN DAERAH KABUPATEN DHARMASRAYA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN DHARMASRAYA TAHUN 2011 - 2031 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI DHARMASRAYA, Menimbang : a. bahwa untuk mengarahkan pembangunan di Kabupaten Dharmasraya dengan memanfaatkan ruang wilayah secara berdaya guna, berhasil guna, serasi, selaras, seimbang, dan berkelanjutan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pertahanan keamanan, perlu disusun rencana tata ruang wilayah; b. bahwa dalam rangka mewujudkan keterpaduan pembangunan antar sektor, daerah, dan masyarakat maka rencana tata ruang wilayah merupakan arahan lokasi investasi pembangunan yang dilaksanakan pemerintah, masyarakat, dan/atau dunia usaha; c. bahwa dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan Peraturan Pemerintah Nomor 26 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, maka perlu penjabaran ke dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Dharmasraya Tahun 2011 – 2031; Mengingat :1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Ketentuan Pokok-Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2043); 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419); 3. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3888); 4. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4249); 5.
    [Show full text]
  • Southeast Sumatra in Protohistoric and Srivijaya Times: Upstream-Downstream Relations and the Settlement of the Peneplain Pierre-Yves Manguin
    Southeast Sumatra in Protohistoric and Srivijaya Times: Upstream-Downstream Relations and the Settlement of the Peneplain Pierre-Yves Manguin To cite this version: Pierre-Yves Manguin. Southeast Sumatra in Protohistoric and Srivijaya Times: Upstream- Downstream Relations and the Settlement of the Peneplain. Cambridge Scholars Publishing. From distant tales : archaeology and ethnohistory in the highlands of Sumatra, pp.434-484, 2009, 978-1- 4438-0497-4. halshs-02521657 HAL Id: halshs-02521657 https://halshs.archives-ouvertes.fr/halshs-02521657 Submitted on 27 Mar 2020 HAL is a multi-disciplinary open access L’archive ouverte pluridisciplinaire HAL, est archive for the deposit and dissemination of sci- destinée au dépôt et à la diffusion de documents entific research documents, whether they are pub- scientifiques de niveau recherche, publiés ou non, lished or not. The documents may come from émanant des établissements d’enseignement et de teaching and research institutions in France or recherche français ou étrangers, des laboratoires abroad, or from public or private research centers. publics ou privés. From Distant Tales: Archaeology and Ethnohistory in the Highlands of Sumatra Edited by Dominik Bonatz, John Miksic, J. David Neidel, Mai Lin Tjoa-Bonatz From Distant Tales: Archaeology and Ethnohistory in the Highlands of Sumatra, Edited by Dominik Bonatz, John Miksic, J. David Neidel, Mai Lin Tjoa-Bonatz This book first published 2009 Cambridge Scholars Publishing 12 Back Chapman Street, Newcastle upon Tyne, NE6 2XX, UK British Library Cataloguing in Publication Data A catalogue record for this book is available from the British Library Copyright © 2009 by Dominik Bonatz, John Miksic, J. David Neidel, Mai Lin Tjoa-Bonatz and contributors All rights for this book reserved.
    [Show full text]
  • Read This Article
    International Seminar for UNESCO Integral Study of the Silk Roads: Roads of Dialogue: “India and the Roman world between 1st and 4th Century A.D.”, “India’s Cultural Relationship with East and Southeast Asia during the 4th to 13th Century A.D.”. 19-24 December 1990. Madras, India. Trade Contacts with the Indonesian Archipelago: 6th to 14th Centuries E. Edwards McKinnon Sea routes from South India and Sri Lanka to the Indonesian islands of Sumatra, Java, Bali, Kalimantan, Sulawesi and beyond appear to have been established by the beginning of the Christian era. Tangible evidence for such contacts appears in the form of Romano-Indian rouletted ware of the first or second centuries A.D. found in the Buni area of West Java (Walker & Santoso 1977) and, more recently, from controlled excavations at Sembiran on the north coast of Bali (Ardika 1989). An early bronze Buddha of Amaravati type from Sulawesi indicates possible connections with Sri Lanka by the c5. Evidence of Indianising influences, from Sanskrit inscriptions written in Tamil Grantha characters of the early/mid fifth century, appears in East Kalimantan and West Java. Monsoons: the crossing of the Oceans. The monsoon winds, which carried ships across the Indian Ocean, blow for six months of the year in one direction and for the other six in the opposite way. Although the changeover periods are somewhat squally, with unsteady winds, the monsoons themselves provide favorable conditions to blow ships from Arabia to China and back. From the end of October to January or February, the northeast monsoon carried ships from Java and Sumatra to Sri Lanka and South India in relatively fine weather.
    [Show full text]
  • The Local Wisdom in Marine Resource Conservation for Strategies of Poverty Reduction in Indonesia
    TUMSAT-OACIS Repository - Tokyo University of Marine Science and Technology (東京海洋大学) The local wisdom in marine resource conservation for strategies of poverty reduction in Indonesia 学位名 博士(海洋科学) 学位授与機関 東京海洋大学 学位授与年度 2018 学位授与番号 12614博乙第35号 権利 全文公表年月日: 2019-06-25 URL http://id.nii.ac.jp/1342/00001758/ Doctoral Dissertation THE LOCAL WISDOM IN MARINE RESOURCE CONSERVATION FOR STRATEGIES OF POVERTY REDUCTION IN INDONESIA March 2019 LUCKY ZAMZAMI i To the Villagers of South Tiku ii TABLE OF CONTENTS Table of Contents ..................................................................................................... iii List of Tables ........................................................................................................... v List of Figures .......................................................................................................... vi List of Photos ........................................................................................................... vii Acknowledgment ..................................................................................................... viii Preface ..................................................................................................................... ix CHAPTER I: INTRODUCTION ......................................................................... 1 1. Background ........................................................................................................ 1 2. Ethnographical Setting ......................................................................................
    [Show full text]
  • Bentuk, Fungsi Dan Makna Motif Carano Kerajaan Siguntur Di Dharmasraya
    BENTUK, FUNGSI DAN MAKNA MOTIF CARANO KERAJAAN SIGUNTUR DI DHARMASRAYA Nur Fitri Handayani PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI PADANG Wisuda Periode September 2013 PERSETUJUAN PEMBIMBING BENTUK, FUNGSI DAN MAKNA MOTIF CARANO KERAJAAN SIGUNTUR DI DHARMASRAYA Nur Fitri Handayani Artikel ini disusun berdasarkan skripsi Nur Fitri Handayani untuk persyaratan wisuda periode September 2013 dan telah diperiksa/disetujui oleh kedua pembimbing Padang, Agustus 2013 i ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan 1) Bentuk motif carano Kerajaan Siguntur di Dharmasraya 2) Fungsi motif carano Kerajaan Siguntur di Dharmasraya 3) Makna motif carano Kerajaan Siguntur di Dharmasraya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari dua jenis data yaitu data primer, berupa keterangan lisan dari beberapa ahli waris kerajaan Siguntur dan ahli motif ukiran, data sekunder adalah dokumen tertulis maupun berupa foto dan literature kepustakaan. Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan pengumpulan data, reduksi data, klasifikasi data, display data dan penarikan kesimpulan. Pengecekkan keabsahan temuan dilakukan dengan teknik triangulasi sumber. Hasil penelitan yang ditemukan adalah bentuk, fungsi dan makna motif carano Kerajaan Siguntur di Dharmasrasya. Kata Kunci: Carano Kerajaan Siguntur di Dharmasraya. ABSTRAC The purpose of this study is to describe 1) Carano motif form in the Siguntur Kingdom, 2) Carano motif functions in the Siguntur Kingdom, 3) Carano motif meaning in the Siguntur Kingdom. This research uses descriptive qualitative method. Sources of data in this study were obtained form two types of data are primary data, in the form of oral testimony of a royal heir Siguntur and expert carving patterns, secondary data is a written document in the form of photographs and literature.
    [Show full text]
  • Analisis Pengangkatan Dan Pergantian Kekuasaan Di Kesultanan Palembang
    TRADISI POLITIK MELAYU : ANALISIS PENGANGKATAN DAN PERGANTIAN KEKUASAAN DI KESULTANAN PALEMBANG Dr. Mohammad Syawaludin Muhammad Sirojudin Fikri. M.Hum KATA SAMBUTAN Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Puji syukur kita haturkan atas kehadirat Allah Swt, karena berkat limpahan rahmat dan inayah-Nya kita masih diberi nikmat kesehatan, sehingga mampu melaksanakan semua aktivitas keseharian kita. Shalawat dan salam atas junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah menghantarkan kita pada pencerahan spiritual dan intelektual, sehingga menemukan hakikat makna kesejatian nilai-nilai kemanusiaan universal. Alhamdulillahirobbil’alamin, buku berjudul “Tradisi Politik Melayu : Analisis Pengangkatan dan Pergantian Kekuasaan di Kesultanan Palembang” telah selesai ditulis dan sudah terbit di tangan pembaca. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan penelitian ini. Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini banyak terdapat kekurangan. Namun, penulis tetap berharap agar laporan penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca. Kritik dan saran dari penulisan laporan penelitian ini sangat penulis harapkan untuk perbaikan dan penyempurnaan pada penulisan berikutnya. Untuk itu, penulis ucapkan terima kasih Akhirnya, semoga buku dihadapan pembaca ini dapat bermanfaat dan Allah Swt selalu memberi petunjuk dan hidayah-Nya pada kita semua.Amin.Selamat Membaca!. Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Palembang, Oktober 2019 Penulis iii iv DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ................................................................................................
    [Show full text]
  • BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kabupaten
    BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kabupaten Dharmasraya dengan ibukota Pulau Punjung adalah salah satu Kabupaten di Sumatera Barat yang berada di persimpangan jalur lintas Sumatera yang menghubungkan antara Padang, Pekanbaru hingga Jambi. Terletak di ujung tenggara Sumatera Barat antara 00 47’ 7” LS – 10 41’56” LS & 1010 9’ 21” BT- 1010 54’ 27” BT. Kondisi dan topografi Kabupaten Dharmasraya mayoritas merupakan lahan datar dengan ketinggian dari 82 meter sampai 1.525 meter dari permukaan laut. Sebelah utara Kabupaten Dharmasraya berbatasan dengan Kabupaten Sijunjung dan Provinsi Riau, sebelah selatan dan di sebelah timur berbatasan dengan Provinsi Jambi sedangkan di sebelah Barat dengan Kabupaten Solok dan Kabupaten Solok Selatan. Dharmasraya merupakan salah satu Kabupaten yang terdapat di Provinsi Sumatera Barat, yang juga merupakan Kabupaten paling muda di Provinsi Sumatera Barat. Kabupaten ini dibentuk berdasarkan Undang-Undang No.38 Tahun 2003. Secara geografi Kabupaten Dharmasraya berada di ujung tenggara Provinsi Sumatera Barat dengan topografi daerah bervariasi antara berbukit, bergelombang dan datar dengan variasi ketinggian dari 100 m – 1.500 m di atas permukaan laut. Kabupaten Dharmasraya berkembang sebagai salah satu penghasil kelapa sawit dan karet, dan dua tanaman inilah yang menyumbang pendapatan daerah paling besar bagi Dharmasraya, sehingga ia merasa mampu 1 untuk menjadi Kabupaten sendiri memisahkan diri dari Kabupaten Sawahlunto Sijunjung Nama Dharmasraya sendiri tentu tidak begitu asing di telinga kita dikarenakan Dharmasraya merupakan Ibukota Kerajaan Melayu di Swharnabhumi atau yang biasa kita ketahui sebagai Sumatra. Lalu jika kita mengkaji lebih dalam maka akan kita temui hubungan antara Kerajaan Dharmasraya dan juga Kabupaten Dharmasraya yang tidak lain merupakan wilayah Kerajaan Dharmasraya itu sendiri.
    [Show full text]
  • Returning to the Religion of Abraham: Controversies Over the Gafatar Movement in Contemporary Indonesia
    View metadata, citation and similar papers at core.ac.uk brought to you by CORE provided by Digilib UIN Sunan Kalijaga Islam and Christian–Muslim Relations ISSN: 0959-6410 (Print) 1469-9311 (Online) Journal homepage: https://www.tandfonline.com/loi/cicm20 Returning to the Religion of Abraham: Controversies over the Gafatar Movement in Contemporary Indonesia Al Makin To cite this article: Al Makin (2019) Returning to the Religion of Abraham: Controversies over the Gafatar Movement in Contemporary Indonesia, Islam and Christian–Muslim Relations, 30:1, 87-104, DOI: 10.1080/09596410.2019.1570425 To link to this article: https://doi.org/10.1080/09596410.2019.1570425 Published online: 05 Feb 2019. Submit your article to this journal Article views: 103 View Crossmark data Full Terms & Conditions of access and use can be found at https://www.tandfonline.com/action/journalInformation?journalCode=cicm20 ISLAM AND CHRISTIAN–MUSLIM RELATIONS 2019, VOL. 30, NO. 1, 87–104 https://doi.org/10.1080/09596410.2019.1570425 Returning to the Religion of Abraham: Controversies over the Gafatar Movement in Contemporary Indonesia Al Makin Sociology of Religion, Sunan Kalijaga State Islamic University, Yogyakarta, Indonesia ABSTRACT ARTICLE HISTORY This article explores the idea of ‘Milah Abraham’, a term used and Received 18 January 2018 advocated by Ahmad Mushaddeq and Mahful Muis, the founders of Accepted 12 January 2019 Gafatar (Gerakan Fajar Nusantara/Archipelagic Dawn Movement). KEYWORDS Mahful Muis, a prominent companion of Mushaddeq, has written New religious movement; many works about the idea of the religion of Abraham. This article pluralism; religion of answers the questions of how the idea of Milah Abraham emerged, Abraham; Ahmad and what are the implications of its emergence in the context of Mushaddeq; Gafatar; Mahful plural Indonesian Islam.
    [Show full text]