Satwika, vol 4 (2020) issue 1, 116-129

Satwika : Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial ISSN: 2580-8567 (Print) – 2580- 443X (Online)

Journal Homepage: ejournal.umm.ac.id/index.php/JICC

Dinamika Maskulinitas dan Nasionalisme Masyarakat Jawa di Era

Mega Widyawati a,1*, Eggy Fajar Andalas b,2 a Universitas Muhammadiyah , Jalan Tlogomas 246 Malang, Indonesia, 65144 1 [email protected]; 2 [email protected] * Corresponding Author INFO ARTIKEL ABSTRAK Sejarah Artikel: Maskulinitas dan nasionalisme selama ini menggambarkan fenomena di Diterima: 12 November mana konsepsi negara atau bangsa, termasuk bagian dari kedaulatan dan 2020 identitas yang berkontribusi dalam kaitannya dengan peran gender. Direvisi: 12 November Artinya, mikrokultur maskulinitas dalam kehidupan sehari-hari 2020 mengartikulasikan dengan sangat baik dengan tuntutan nasionalisme. Disetujui: 15 November Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk-bentuk 2020 maskulinitas dan nasionalisme yang beroperasi pada kultur masyarakat Tersedia Daring: 16 Jawa dahulu, tepatnya pada era Kerajaan Majapahit. Penelitian ini November 2020 menggunakan metode kualitatif deskriptif. Sumber data penelitian berupa Kata Kunci: novel Jayaning Majapahit (2014) karya Agus S. Soerono. Teknik Jawa pengumpulan data memakai teknik baca-catat. Analisis data dilakukan Kerajaan Majapahit dengan menyajikan data, menginterpretasi data, dan menarik kesimpulan Maskulinitas berdasarkan tujuan yang dinyatakan. Hasil analisis menunjukkan bahwa Nasionalisme novel Jayaning Majapahit mewacanakan kedudukan tokoh laki-laki lebih mendominasi dalam urusan kedaulatan kerajaan Majapahit, baik dalam urusan mengatur strategi politik dalam pemerintahan maupun mengatur strategi perang. Melalui dua bentuk dominasi maskulinitas, masyarakat majapahit lebih spesifiknya pada laki-laki berada di level tertinggi dalam situasi posisi terkait menjaga dan mempertahankan nasionalisme kerajaan. ABSTRACT Keywords: Masculinity dan nationalism have been describing phenomena in which the Java conception of the state or nation, including parts of sovereignty dan identity Majapahit Kingdom that contribute in relation to gender roles. That is, the microculture of Masculinity masculinity in everyday life articulates very well with the demdans of Nasiionalism nationalism. This study aims to describe the forms of masculinity dan nationalism that operated in the culture of the Javanese community first, precisely in the era of the Majapahit Kingdom. This research uses descri ptive qualitative method. The source of research data is Jayaning Majapahit (2014) written by Agus S. Soerono. The technique of data collection uses the note- taking technique. Data analysis is performed by presenting data, interpretation data, dan conclusions based on stated objectiv. The results of the analysis show that the novel Jayaning Majapahit discourse the position of male characters dominates in matters of the sovereignty of the Majapahit kingdom, both in matters of regulating political strategy in government dan regulating war strategy. Through two forms of dominance of masculinity, Majapahit society is more specifically in men who are at the highest level in a position related to guarding dan defending nationalism of the kingdom

© 2020, Widyawati & Andalas This is an open access article under CC-BY license

116 10.22219/SATWIKA.Vol4.No2.116 [email protected] -129

Jurnal Satwika : Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial Vol. 4, No. 2, Oktober 2020, pp. 116-129

How to Cite: Widyawati, M., & Andalas, E. F. (2020). Dinamika Maskulinitas dan Nasionalisme Masyarakat Jawa di Era Majapahit. JURNAL SATWIKA, 4 (2), 116-129. doi: https://doi.org/10.22219%20/SATWIKA.Vol4.No2.116-129.

1. Pendahuluan sebagai laki-laki yang memiliki sifat bertolak Maskulinitas merupakan kerangka belakang dari yang diidealkan. Dari pikiran dari masyarakat yang hampir sejajar pengertian ini menunjukkan bahwa dalam dengan feminitas (Syaifullah, 2016:26). penetapan peran laki-laki ialah hasil Kedua oposisi gender ini menjadi paradigma penerapan dan bentuk konstruksi sosial yang nyata bahwa tanpa adanya feminitas, posisi tertanam dalam masyarakat adalah suatu maskulinitas tidak akan tampak jelas. keharusan. Dinamika maskulinitas mengartikulasikan Dalam budaya Jawa, deskripsi sosok laki-laki secara idealitas dapat maskulinitas dapat dilihat melalui tokoh mencapai standar nilai tertentu, baik dalam pewayangan, di antaranya; Yudhistira, Bima, bentuk fisik, kekuatan, daya nalar, Arjuna, Bima, Nakula, dan Sadewa, kemampuan ekonomi, maupun obsesi (Huda, Abimayu, Gathotkaca, dan yang lainnya 2017:1080). (Budiman, Priyatna dan Mulyadi, 2019:135). Dinamika maskulinitas memiliki Penggambaran ini tidak semata-mata tanpa kecenderungan bahwa gender berperan adanya alasan, namun berdasarkan pada dalam membentuk pribadi seseorang melalui sebuah aturan tidak tertulis yang mendikte sikap dan perilaku dengan ditandai beberapa bahwa laki-laki sejati harus memiliki jiwa hal di antaranya; heteroseksual, indivisualis, kesatria, pantang untuk menangis, harus agresif, kompetitif dan lain-lain. (Jatnika dan tampak tegar, kuat, pemberani, garang serta Hermawan, 2018:63). Kecenderungan ini berotot (Demartoto, 2010:2). Selain itu, hadir melalui bentuk konstruksi berupa beberapa kisah laki-laki yang dianggap tembok pembatas yang membentangkan maskulin dapat dijumpai melalui kisah jarak antara posisi laki-laki dan perempuan peperangan pada saat Indonesia dalam dalam tatanan masyarakat. periode kerajaan di Nusantara. Konstruksi maskulinitas laki-laki adalah Novel Jayaning Majapahit bentuk adaptasi dari lingkungan yang menceritakan dua kisah. Pertama, mengelilinginya, seperti halnya aturan dan menceritakan tentang pemerintahan Sri Ratu atribut budaya. Penanaman konstruksi ini Tunggadewi, anak dari dengan terjadi sejak mereka terlahir ke dunia sampai Putri Gayatri Rajapatni, pada saat Kerajaan dewasa (Demartoto, 2010:1-2). Waktu yang Majapahit memasuki kepemimpinan III. demikian itu, lambat laun dapat menciptakan Pemerintahan Sri Ratu Tunggadewi dimulai visualisasi diri dalam realitas kehidupan laki- dari terpilihnya Gajah Mada sebagai laki. Mahapatih. Setelah mengucapkan Sumpah Visualisasi diri terbentuk secara turun- Amukti Palapa, Gajah Mada menunjuk temurun, dari generasi ke generasi, melalui seorang Laksmana bernama Rakryan Nala mekanisme pewarisan budaya sehingga sekaligus memberikan tugas untuk menjadi suatu kewajiban bagi seorang laki- membangun armada laut guna memperkuat laki yang harus dijalani jika ingin dianggap pertahanan kerajaan dengan membangun sebagai laki-laki sejati. Visualisasi diri pada saluran air di sekitar Pusat Kerajaan laki-laki ini dapat ditunjukkan dengan Majapahit. Kedua, objek penelitian berbicara karakteristik keberanian, pantang menyerah, mengenai runtuhnya Kerajaan Singasari di tangguh, bertanggung jawab serta pemikiran bawah pimpinan Kertanegara akibat yang rasional (Widiana, 2017:4). Apabila ditakhlukkan oleh Jayakatwang dari karakter ini dengan ataupun tidak sengaja Kerajaan Kadiri. Setelah runtuh, Raden mulai ditinggalkan dapat memberikan Wijaya, sebagai menantu Kertanegara, ingin dampak yang esensial, seperti akan dianggap membalaskan dendam atas kematian

Widyawati & Andalas (Dinamika Maskulinitas dan Nasionalisme Masyarakat….) 117

Jurnal Satwika : Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial Vol. 4, No. 2, Oktober 2020, pp. 116-129 mertuanya melalui bantuan pasukan dari maskulinitas dan nasionalisme saling Mongolia. Berlandaskan hal inilah, perang berkaitan satu sama lain. (Budiman dan antara Raden Wijaya dan Jayakatwang tidak Sofianto, 2018:167). dapat dihindarkan. Maskulinitas dan nasionalisme laki-laki Berdasarkan kedua kisah tersebut, dalam urusan institusi bangsa ditunjukkan kerangka gender yang dibangun dalam novel melalui peran dan baktinya kepada negara Jayaning Majapahit lebih condong pada sisi sebagai rasa nasionalisme, maka tokoh-tokoh maskulinitas yakni memperlihatkan yang telah terikat dalam institusi negara problematika pada laki-laki yang berasosiasi tersebut harus mulai membiasakan diri untuk dengan ideologi kerajaan, strategi, mengikuti praktik-praktik pendisiplinan diri kedaulatan, dan peperangan. Lazim ini yang sudah ditentukan. Implikasi diuraikan melalui peran dan daya upaya yang sesungguhnya dari nasionalisme memiliki dilakukan beberapa tokoh laki-laki dalam tujuan untuk mewujudkan pandangan, novel seperti upaya menjaga kedaulatan wawasan, dan perilaku suatu bangsa yang kerajaan dari ancaman dari dalam dan luar terjalin karena adanya kesamaan nasib, kerajaan, sebagaimana yang direfleksikan tanggung jawab serta hidup bersama-sama pada sikap dan perilaku individu yang secara mandiri. Di samping itu, nasionalisme nasionalis. sebagai bentuk ideologis yang memiliki sifat Melalui tokoh Gajah Mada yang dinamis sesuai dengan realitas sosial yang memiliki sifat rasional dan berpegang teguh berjalan di kehidupan masyarakat. dengan janjinya setelah mengucapkan Secara diakronus, kisah ini termasuk sumpah Amukti palapa untuk selalu menjaga bagian dari nasionalisme gelombang satu, keutuhan dan kedaulatan kerajaan melalui sejalan dengan pembagian dinamika perannya sebagai seorang Mahapatih, nasionalisme yang dilakukan oleh Wiyatmi sekaligus untuk memenuhi cita-citanya (2013:180), tahapan tersebut diantananya; memperluas wilayah kekuasaan Majapahit. nasionalisme gelombang pertama atau Keseluruhan cerita tampak jelas menarasikan nasionalisme prakemerdekaan, nasionalisme adanya dinamika maskulinitas yang gelombang kedua atau nasionalisme dibangun Agus S. Soerono untuk pascakemerdekaan, dan nasionalisme memperjelas peran maskulinitas para tokoh gelombang ketiga atau nasionalisme diimbangi dengam peran nasionalisme untuk Indonesia baru. membangun kerajaan. Apabila dilihat secara Tulisan ini memiliki tendensi kritis, tokoh laki-laki tersebut dalam praktik mendeskripsikan seperti apa dinamika sehari-hari menggambarkan ukuran maskulin maskulinitas dan nasionalisme yang dalam urusan nasionalisme. Pendapat ini beroperasi pada kultur masyarakat Jawa sebanding dengan gagasan Joane Nagel kuna. Kedua topik yang penulis angkat (1998) yang merumuskan teori maskulinitas adalah dua konsep yang saling berkontribusi dan nasionalisme. untuk menganalisis permasalah dalam novel Bersumber pada teori maskulinitas dan Jayaning Majapahit. Nasionalisme yang nasionalisme Nagel (1998), ditafsirkan akan dibahas pada penelitian ini adalah bahwa nasionalisme memiliki relasi erat nasionalisme prakemerdekaan, di mana latar dengan politisi suatu bangsa. Selain itu, waktu sangat jauh dengan kemerdekaan nasionalisme juga beroperasi dalam (1945). Latar belakang penulis memilih topik mengatur institusi dan militer. Dalam ini karena ingin mengetahui peran tokoh laki- perjalanannya sejak dahulu, posisi laki-laki laki dalam menyikapi persoalan gender terus mengalami pergerakan. Berdasarkan melalui peran dan tindakan yang berkaitan hal itu, budaya mulai mengatur hegemoni dengan dinamika maskulinitas dan maskulinitas seiring berjalannya waktu nasionalisme, tepatnya yang terjadi pada hingga menjadi sejalan dengan hegemoni abad ke 14, yakni sebelum kedatangan nasionalisme. Dengan demikian, posisi bangsa koloni yang memberikan studi

118 Widyawati & Andalas (Dinamika Maskulinitas dan Nasionalisme Masyarakat….)

Jurnal Satwika : Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial Vol. 4, No. 2, Oktober 2020, pp. 116-129 nasionalisme. Peran laki-laki yang Majapahit masih berjaya sehingga mendominasi dalam relasi politik penggambaran maskulinitas yang coba memungkinkan bagi penulis untuk direfleksikan peneliti akan dideskripsikan menemukan titik temu dari dinamika serta berdasar pada bentuk konstruksi yang telah konstruksi dari maskulinitas itu sendiri. dibentuk oleh masyarakat Tanah Jawa. Sedangkan pada nasionalisme, akar-akar budaya nasionalisme akan dicoba untuk 2. Metode dipaparkan berdasarkan sifatnya yang nyata Penelitian ini menggunakan metode karena interpretasinya. kualitatif deskriptif dalam mendeskripsikan Kajian maskulinitas dan nasionalisme dinamika maskulinitas dan nasionalisme dari pernah dilakukan oleh Budiman dan Sofianto karya sastra, yakni Novel Jayaning (2014) dengan sumber data berupa film Majapahit karya Agus S. Soerono. Penelitian Jenderal Soedirman (2015). Keduanya menggunakan metode deskripsi kualitatif. meneliti konstruksi maskulinitas dan Artinya, fitur-fitur analisis akan dilakukan nasionalisme melalui tokoh laki-laki sebagai berikut (Endraswara, 2011); (1) berprofesi sebagai tentara yang bertugas penulis memegang instrumen kunci yang pasca Orde baru. Hasil penelitian akan membaca objek penelitian dengan teliti, menunjukkan bahwa kerangka maskulinitas (2) penelitian dilakukan secara deskriptif, yang terbentuk antara relasi pihak sipil dan artinya analisis penelitian akan dipecah militer telah menempatkan pihak militer dalam bentuk kata-kata. (3) proses penelitian sebagai pihak yang lebih maskulin, sehingga lebih memprioritaskan hasil, karena objek adanya posisi ganda pada tokoh Soedirman berupa karya sastra adalah suatu fenomena memiliki dua peran sekaligus, peran “bapak” yang mengundang banyak interpretasi, dalam keluarga dan peran “bapak” dalam analisis induktif, dan fundamental. dunia kemiliteran. Dengan demikian, posisi Sumber data penelitian adalah novel ideologis militer dari peran laki-laki lebih Jayaning Majapahit karya Agus S. Soerono cenderung menempatkan peran yang yang diterbitkan oleh Gramedia Pustaka loyalitas terhadap negara dibandingkan peran Utama (GPU), cetakan pertama, Desember dalam keluarga. 2014, dengan ketebalan 147 halaman. Penelitian ini penting untuk dilakukan Adapun data penelitian diambil dari hasil karena beberapa alasan berikut. Pertama, analisi dalam mendeskripsikan dinamika sepengetahuan penulis objek material Novel maskulinitas dan nasionalisme yang Jayaning Majapahit belum pernah diteliti terkandung dalam novel Jayaning oleh peneliti sebelumnya, sehingga ini Majapahit, yakni berupa kutipan-kutipan, merupakan objek material baru yang coba kata-kata, dan kalimat-kalimat yang dianalisi penulis untuk menjadi suatu menunjukan adanya maskulinitas dan pengetahuan baru mengenai maskulinitas dan nasionalisme. Sumber data pendukung nasionalisme. Kedua, novel ini berbicara penelitian bersumber dari buku-buku yang mengenai dinamika maskulinitas dan relevan dengan topik kajian seperti buku- nasionalisme tokoh laki-laki dalam hal buku teori penelitian dan jurnal-jurnal ilmu politik kerajaan, strategi dan perang pada humaniora yang berkaitan dengan objek dan abad ke-14 untuk mempertahankan wilayah kajian. kekuasaan, sehingga pemahaman terhadap Teknik pengumpulan data memakai hal tersebut akan memberikan suatu teknik baca-catat. Teknik baca-catat pengetahuan baru dalam konteks dilakukan dengan membaca novel Jayaning maskulinitas dan nasionalisme laki-laki Majapahit secara teliti, serta memahami dalam urusan politik, strategi dan perang secara mendalam sehingga akan diperoleh dalam masyarakat Tanah Jawa pada masa itu. totalitas makna untuk menelusuri peristiwa Ketiga, penulisan Novel ini berlanadaskan yang terjadi sebagai data penelitian. Selama dari kisah masa lalu ketika kerajaan proses baca-catat, gagasan yang

Widyawati & Andalas (Dinamika Maskulinitas dan Nasionalisme Masyarakat….) 119

Jurnal Satwika : Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial Vol. 4, No. 2, Oktober 2020, pp. 116-129

berhubungan dengan kriteria fokus penelitian dikelola, dan diatur, melalui berbagai bentuk akan ditandai, dicatat, kemudian diulas pendisiplinan tubuh serta mental melalui setelah proses baca-catat selesai. Dengan berperang. Pendisiplinan ini secara visual metode ini, data yang telah dikumpulkan dikodekan berdasarkan mise en scene, yakni akan diidentifikasi, dianalisis, dijelaskan, tubuh laki-laki dan beserta atribut yang kemudian ditafsirkan sesuai dengan tujuan melekat padanya divisualisasikan dalam penelitian yang dinyatakan. komposisi sebagai pribadi yang teratur, rapi, memakai baju perang, cara berlatih 3. Hasil dan Pembahasan mengangkat senjata, berbaris, menyimpan 3.1 Bentuk-Bentuk Maskulinitas sepatu, hingga cara makan (Budiman, Bentuk-bentuk maskulinitas terbagi atas Priyatna dan Mulyadi, 2019:137). Hal ini beberapa bentuk, di antaranya; aspek fisik, menunjukkan bahwa dalam dinamika ekonomi, seksual, psikologi, sosiologi, dan maskulinitas, segala aktivitas keseharian personal. Bentuk-bentuk maskulinitas yang laki-laki, bahkan yang sangat personal pun, terdapat pada tokoh Gajah Mada dalam novel turut diatur dan dibentuk oleh aturan tidak Jayaning Majapahit berdasarkan analisis tertulis sebagai bagian dari institusi negara. data telah ditemukan 3 bentuk, di antaranya; aspek fisik, aspek ekonomi, dan aspek Aspek Ekonomi seksual. Bentuk maskulinitas yang ditemukan pada tokoh Gajah Mada dari aspek ekonomi Aspek Fisik hanya memenuhi satu indikator, yaitu Bentuk maskulinitas yang ditemukan jabatan. Hal ini tergambarkan dalam kutipan pada tokoh Gajah Mada dari aspek fisik data berikut. hanya memenuhi satu indikator, yaitu kekuatan tubuh yang kuat. Hal ini Selempang yang terbuat dari emas itu tergambarkan dalam kutipan data berikut. bertatahkan batu permata berwarna-warni dengan bentuk lingkaran yang makin ke Lelaki tegap berbadan kokoh itu bawah makin melebar. Pada bagian bertelanjang dada. Sebuah selempang bawah selempang itu terdapat sebuah yang melilit lehernya menjurai ke medali emas berbentuk bulat sebesar pinggangnya dan ujungnya diselipkan ke lingkaran yang terbentuk dari jempol dan bawah ikat pinggang lebar yang mem telunjuknya. Medali itu adalah Surya belit pinggangnya (Soerono, 2014:9). Majapahit. Hanya sedikit sekali orang di Majapahit yang berhak menggunakan Indikator dari bentuk fisik tersebut medali sejenis itu. Karena medali itu tergambarkan melalui data yang menekankan adalah medali jabatan bagi para petinggi pada tampilan fisik tokoh yakni tubuh yang Kerajaan Majapahit. Rambutnya yang kokoh dan kuat. Kategori laki-laki maskulin hitam lebat, sebagian digelung ke atas, dan yang memperlihatkan tampilan fisik inilah sebagian lagi terurai ke belakang, hingga yang menjadi dasar bahwa laki-laki dengan sedikit di bawah pundak. Di kedua gambaran tersebut akan cenderung dikatanan telinganya kiri dan kanan terdapat masing- ideal dan cocok untuk menjadi seorang masing sebuah sumping yang indah. Pada pemimpin. Bahkan, dalam perbuatan yang lengan kiri-kanannya terdapat sebuah bersifat buruk sekalipun, melalui sudut gelang yang cukup besar yang juga terbuat pandang peran gender maskulin tetap akan dari emas. (Soerono, 2014:9). dianggap lebih dominan sehingga akan memiliki peranan besar dalam struktural Kutipan data di atas masyarakat (Syaifullah, 2016:26). menginterpretasikan bahwa bentuk Tindakan dan peranan Gajah Mada telah maskulinitas dari aspek ekonomi dapat melewati proses konstruksi yang dibentuk, dilihat dari jabatan yang dimiliki tokoh Gajah

120 Widyawati & Andalas (Dinamika Maskulinitas dan Nasionalisme Masyarakat….)

Jurnal Satwika : Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial Vol. 4, No. 2, Oktober 2020, pp. 116-129

Mada, yakni sebagai Mahapatih Kerajaan ”Sungguh berat gegayuhanmu itu, Majapahit. Kemudian, beban dan kewajiban Ngger,” ujar gurunya. (Soerono, dari jabatan tersebut diperjelas melalui 2014:10) atribut perlengkapan yang digunakan oleh tokoh Gajah Mada seperti “selempang yang Kutipan data di atas terbuat dari emas,” “medali emas,” menginterpretasikan status lajang yang “sumping,” dan “gelang emas.” Semua diteriman oleh Gajah Mada. Ia bersumpah atribut tersebut memberikan suatu simbol untuk tidak akan menikah seumur hidup. bentuk dari maskulinitas yang dipengaruhi Kebersediaan tokoh untuk tidak menikah oleh peran dan jabatan tokoh dalam suatu merupakan simbol kebebasan dari agresifitas tatanan institusi kerajaan. laki-laki. Hal ini dilakukan oleh tokoh Gajah Jabatan yang dimiliki tokoh itu Mada, karena ia menginginkan seluruh dinarasikan secara jelas, bahwa Gajah Mada hidupnya dibaktikan untuk membentuk menempati posisi sebagai Mahapatih. kejayaan Majapahit dibandingkan untuk Kekuasaan yang dimiliki Gajah Mada ini urusan pribadi. menginterpretasikan eksistensinya dalam ranah politik kerajaan yang dapat 3.2 Kedaulatan Laut; Simbol Kekuasaan mendominasi serta mengontrol. Hal ini Majapahit merumuskan adanya kekuasaan yang Ketika Majapahit menapaki kejayaan, menjadi salah satu relasi antara wacana kedaulatan laut menjadi suatu kebanggaan kekuasaan dan masyarakat. bahkan menjadi suatu identitas. Indonesia Kekuasaan memegang wacana penting sejak dahulu telah dikenal sebagai negara dalam kaitannya dengan pengontrolan atau maritim yang memiliki banyak kepulauan. pengawasan terhadap suatu lembaga. Hal ini jelas sebagai suatu sumber kekuatan Penggambarannya, apabila satu orang atau terbesar dan strategis untuk menjadikan laut kelompok tertentu memegang kekuasaan, sebagai suatu kedaulatan. Selain sebagai maka mereka dapat mengontrol tindak dan kedaulatan, wilayah laut juga menjadi bagian tutur secara keseluruhan. Pada dasarnya, dari perputaran eksploitasi sumber daya alam kontrol tidak harus selalu dalam bentuk fisik, sekaligus alat pertahanan. Inilah cara namun juga dalam bentuk kontrol secara pandang yang kemudian dipakai oleh mental atau psikis. Melalui konsep ini, maka penguasa masyarakat Jawa pada zaman kelompok yang dominan memungkinkan kekuasaan Majapahit sebagai usaha untuk membuat kelompok lain bertindak membentuk kedaulatan dan pertahana di atas seperti yang diingingkannya (Syaifullah, wilayah kekuasaan (Paskarina, 2016:2). 2016:26). Kekuasaan sebagai bagian dari sikap politis yang terbentuk melalui beragam Aspek Seksual bentuk aktivitas lembaga kekuasaan yang Bentuk maskulinitas yang ditemukan berlaku pada masyarakat di masa lalu. pada tokoh Gajah Mada dari aspek seksual Bentuk dari aktivitas lembaga kekuasaan itu hanya memenuhi satu indikator, yaitu status dinyatakan berupa kerajaan. Pembahasan lajang. Hal ini tergambarkan dalam kutipan mengenai kerajaan-kerajaan yang pernah data berikut. berkuasa di Nusantara memberikan sebuah pengetahuan bahwa sebelum terbentuknya ”Aku tidak akan kawin, menikah atau Negara Kesatuan Republik Indonesia tahun menyentuh wanita, jika gegayuhanku (NKRI), Indonesia telah melewati masa untuk mempersatukan Nusantara di kekuasaan dengan lembaga yang berdaulat bawah panji-panji kebesaran Kerajaan penuh yaitu kerajaan (Mulyana, 2013:81). Majapahit ini belum tercapai,” kata Tokoh masyarakat Jawa di masa lalu Gajah Mada tegas. memainkan peran penting dalam mewujudkan kesadaran nasionalisme karena

Widyawati & Andalas (Dinamika Maskulinitas dan Nasionalisme Masyarakat….) 121

Jurnal Satwika : Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial Vol. 4, No. 2, Oktober 2020, pp. 116-129 adanya akses-akses pada model kedaulatan. perang sebagai usaha menjaga pusat Selain itu, mereka juga tidak sepenuhnya pemerintahan. Angkatan laut ini ditempatkan berserah kepada pihak penguasa, melainkan di wilayah pantai utara Jawa yang secara telah terlebih dahulu melakukan penyaringan geografis sebagai jalur perdagangan dan terhadap pertahanan identitas nasional, pusat induk negara, sedangkan sebagian yang sehingga untuk membentuk kedaulatan itu lain disebar untuk mengawasi daerah dibutuhkan tindakan-tindakan sebagai bawahan yang bertugas menarik upeti. langkah untuk menunjukkan persatuan Secara keseluruhan armada ini mampu bangsa dan semangat nasionalisme untuk mengamankan jalannya pemerintahan yang turut serta dalam memperluas daerah berdaulat (Nugroho, 2011:16). kekuasaan kerajaan. 3.3 Sumpah dan Perang Sebagai Konsep ”Armada laut Kerajaan Majapahit akan Maskulinitas dan Nasionalisme Majapahit menjadi armada laut yang kuat jika Perkembangan nasionalisme Indonesia kesejahteraan prajurit juga diperhatikan sudah ada sejak kerajaan Majapahit berkuasa. dan ditingkatkan. Jadi untuk memperkuat Semangat nasionalisme pada saat itu telah armada laut Kerajaan Majapahit, bukan digelorakan oleh Maha Patih Gajah mada hanya berarti menambah jumlah kapal dengan visi globalisasinya yaitu yang Jung. Namun juga meningkatkan terkenal dengan istilah Sumpah Palapa yang kesejahteraan para prajurit pasukan isinya memiliki tujuan untuk menyatukan armada laut. Para prajurit akan berjuang wilayah Majapahit dengan seluruh wilayah sepenuh hati, jika merasa bahwa dengan Nusantara (Alfaqi, 2016:211). kuatnya Kerajaan Majapahit, mereka Ir. Soekarno menyatakan bahwa juga akan menikmatinya,” tutur Gajah sebagian besar wilayah di Indonesia adalah Mada (Soerono, 2014:42). bekas kekuasaan Majapahit. Fakta ini dinyatakan berdasarkan sejarah Majapahit Kutipan data tersebut memperlihatkan yang telah tertulis, bahwa Majapahit identik peristiwa ketika Gajah Mada memerintahkan dengan penyatuan Nusantara melalui kepada Rakryan Nala, seorang laksamana, inspirasi Gajah Mada sebagai Mahapatih untuk membangun armada laut dalam upaya Amangkubumi berdasarkan sumpah memperkuat pertahanan kerajaan. Realitas pelantikannya, sumpah palapa (Sutrisno, yang tergambarkan pada kisah tersebut 2018:9). Oleh sebab itu, pengaruh Majapahit berbicara tentang pentingnya sebuah hingga sekarang ini masih membekas bagi kedaulatan laut bagi kerajaan yang berdaulat masyarakat dan tidak bisa dilupakan dalam penuh dengan kekuasaan laut atau maritim, perkembangan kekuasaan di Indonesia. sehingga dengan adanya armada laut yang Turner (2010), memberi gambaran kuat dapat menjamin stabilitas kelangsungan nasionalisme sebuah negara berasaskan suatu kerajaan, dan sebagai bentuk keyakinan penuh bahwa orang-orang yang perlindungan serangan dari luar kerajaan memiliki kesamaan karakteristik seperti (Pradhani, 2018:194). bahasa, agama, atau etnis dapat menguasai Kekuatan armada Majapahit seperti sebuah komunitas politik yang terpisah dan yang diterangkan dalam Negarakertagama khas. Paham nasionalisme ini berupaya untuk memiliki angkatan laut terbesar di zamannya. mengabadikan kekhasan sosialnya sebagai Kekuatan angkatan laut ini memiliki tujuan bentuk perlindungan terhadap kepentingan untuk melindungi wilayah-wilayah sosial, identitas serta keanggotaan nasional kekuasaan dari provokasi dan gangguan dari masyarakat di bawah kekuasaan. Sehingga, pihak-pihak yang membangkang terutama paham ini cenderung untuk menempatkan terhadap pemerintah pusat. Armada Jawa legitimasi politik Negara dalam pada saat itu menjadi kekuatan terbesar pemerintahan melalui co-nationals (Turner, Majapahit dengan adanya gugusan kapal 2010:366). Nasionalisme telah menjadi

122 Widyawati & Andalas (Dinamika Maskulinitas dan Nasionalisme Masyarakat….)

Jurnal Satwika : Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial Vol. 4, No. 2, Oktober 2020, pp. 116-129 bahasan dan kajian yang panjang dalam ”Sumpah Amukti Palapa memang lebih berbagai disiplin, seperti dalam teori politik, gagah kedengarannya. Ingsun setuju. Itu sosial, budaya. yang ingin ingsun cari.” Terlihat wajah Akan Tetapi, identitas dan karakteristik Gajah Mada menjadi puas. Apa yang sebagai negeri maritim ini perlahan-lahan dicarinya, ternyata diperolehnya dari mulai memudar karena terbentang oleh Dang Acarya” (Soerono, 2014:16). rentang waktu yang panjang pada masa awal kemerdekaan hingga sekarang, sehingga Kutipan data berbicara mengenai nasionalisme yang dibangun sekarang telah peristiwa Gajah Mada yang akan melakukan membentuk nasionalisme berbasis daratan. sumpah palapa ketika dilantik menjadi Kendati demikian, Indonesia tetaplah sebagai Mahapatih. Kutipan tersebut juga Negara kepulauan yang membentang dari menjelaskan bahwa sumpah yang ingin Sabang hingga Merauke, yang mana dilakukan Gajah Mada bukan sekadar dahulunya memiliki sejarah panjang dengan sumpah yang diingkari, melainkan sumpah kedaulatan laut sebagai suatu kebangsaan sebagai permintaan yang akan diusahakan. dan merupakan bagian dari warisan budaya . Awalnya, Gajah Mada ingin mengucapkan Pada Kisah pertama dalam Jayaning sumpah suklabrahmacari, sumpah untuk Majapahit, dibuka dengan kepemimpinan tidak menikah atau menyentuh wanita. Majapahit III oleh Tribhuwana Tunggadewi. Namun, gurunya melarangnya melakukan Patih Gajah Mada dikenal dengan sumpah sumpah suklabrahmacari, melainkan Palapanya Gajah Mada mengucapkan menggantinya dengan sumpah tidak akan sumpahnya ketika pelantikannya menjadi memakan palapa. Alasan tersebut Mahapatih Amangkabumi di Kerajaan disampaikan gurunya karena sumpah sukla Majapahit (Paramita, 2016). Sumpah ini brammacari berat untuk dilakukan, bahkan dikenal sebagai Sumpah Palapa. Isi sumpah jika bertekad untuk diucapkan bisa menjadi menyatakan bahwa Gajah Mada tidak akan bahan tertawaan orang-orang yang memakan buah palapa. Maksud dari palapa mendengarnya, seolah-olah Gajah Mada adalah, “garam dan rempah-rempah”, bersedia mengorbankan diri untuk sehingga Gajah Mada bermaksud untuk mempersatukan Nusantara di bawah bendera mutih, yakni memakan nasi tanpa yang kebesaran Kerajaan Majapahit. lainnya, walaupun hanya “garam dan Kerangka gender yang dibangun rempah”. Sumpah ini akan dilakukan Gajah berdasarkan data tersebut adalah masyarakat Mada sebagai sampai daerah di seluruh Majapahit mengenal makna sumpah bukan nusantara telah menjadi satu persatuan di sekadar kata-kata biasa, namun sebagai suatu bawah panji-panji Majapahit (Sutrisno, kesakralan terutama ketika diucapkan oleh 2018:9). Peristiwa sumpah tersebut seseorang yang hendak menapaki masa tergambarkan pada kutipan data berikut. Jabatan yang diterima. Ritual sumpah memiliki makna yang lebih dalam. Secara ”Meskipun hakikatnya tidak berbeda, konsep, sumpah palapa menjadi awal politik namun apabila Anakmas membungkus Nusantara yang kemudian menjadi awal sumpah suklabrahmacari itu dengan perkembangan kekuasaan bagi Majapahit. sumpah tidak akan memakan palapa, aku Kisah Jayaning Majapahit kedua, rasa tidak akan ada yang akan berbicara tentang perjuangan Raden Wijaya menertawakanmu. Padahal dalam inti meruntuhkan kerajaan Kadiri dengan sumpah tidak akan memakan palapa itu, bantuan pasukan mongol dari China. Dalam juga berarti tidak akan menikmati segala peristiwa ini Raden Wijaya berhasil kesenangan dunia, berupa makanan, membunuh Jayakatwang demi membalaskan minuman, kemewahan duniawi dan tentu kematian mertuanya, Kertanegara dari saja termasuk tidak menyentuh wanita,” Singasari. tutur Dang Acarya (Soerono, 2014:14).

Widyawati & Andalas (Dinamika Maskulinitas dan Nasionalisme Masyarakat….) 123

Jurnal Satwika : Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial Vol. 4, No. 2, Oktober 2020, pp. 116-129

Kerajaan Majapahit didirikan oleh Kertanegara yang menggores wajah dan Raden Wijaya pada tahun 1293 M memotong telinga Meng Chi dengan (Hernawan, 2011:36). Raden Wijaya berhasil pedangnya, memberikan pemahaman bahwa mendirikan kerajaan Majapahit setelah Kertanegara tidak ingin dicoreng harga memperdayai bala tentara Khubilai Khan dirinya ataupun martabat kerajaan Singasari dari China yang bermaksud menghukum melalui pembayaran upeti tersebut. Raja Jawa yang menghina utusannya, yaitu Setelah peristiwa penolakan Meng Chi, yang datang bermaksud menarik Kertanegara untuk takluk serta penolakannya upeti kepada Kertanegara namun ditolak. membayar upeti, Meng Chi kembali ke China Dalam Jayaning Majapahit diceritakan dan melaporkan penganiayaan yang bahwa Khubilai Khan pertama kali memberi diterimanya kepada Khubilai Khan. Tidak perintah kepada utusannya yang bernama terima atas penghinaan tersebut, Khubilai Meng Chi untuk datang ke Singasari dan Khan mengutus Ike Mese menuju Singasari menuntut Maharaja Kertanegara untuk dengan tujuan yang sama yakni memaksa membayar upeti sebagai tanda takluknya raja Kertanegara membayar upeti. Namun, ketika Singasari tersebut kepada Khubilai Khan dari pasukan Ike Mese telah sampai di Pulau kerajaan China. Hal tersebut Jawa, Ia mendapatlan kabar bahwa diinterpretasikan pada kutipan data berikut. Kertanegara telah terbunuh oleh Jayakatwang dari Kerajaan Kadiri. Oleh “Mendadak ruang paseban itu karenanya, Ike Mese meneruskan dipecahkan oleh jeritan Meng Chi. Ia pembayaran upeti tersebut dengan meminta memegangi kepala bagian kirinya. Darah Raden Wijaya sebagai gantinya. Hal ini bercucuran membasahi pakaiannya dan dikarenakan, Raden Wijaya merupakan salah berlumuran di lantai. Di depannya, satu keturunan sekaligus menantu teronggok sebuah daun telinga. Sri Kertanegara. Akan tetapi, dengan cerdik Kertanegara telah memotong telinga Raden Wijaya mengelabui Pasukan Mongol Meng Chi. Tetapi Sri Kertanegara belum tersebut. Siasat yang dijalankannya adalah ia puas dengan terlepasnya telinga Meng akan membayar upeti setelah membunuh Chi yang teronggok di depan pemiliknya. Jayakatwang sebagai balas dendamnya telah Dengan sebuah kecepatan kilat kerisnya membunuh ayah mertuanya sekaligus menyambar wajah Meng Chi yang masih menaklukkan Kerajaan Kadiri. Hal tersebut tergolek. Dua buah luka yang saling tergambarkan pada kutipan data berikut. menyilang, tergores di wajah Meng Chi,” (Soerono, 2014:69). ”Karena Jayakatwanglah yang membunuh ayahdana mertuaku Raja Kutipan data tersebut menggambarkan Kertanegara dari . Aku ingin bahwa kata “Penaklukan” dianggap sebagai membalaskan dendam ayahdana periode kekalahan salah satu pihak ketika mertuaku. Utang darah dibayar dengan perang berakhir. Kekalahan menjadi simbol darah. Utang nyawa dibayar dengan tunduk bagi suatu kerajaan terhadap kerajaan nyawa,” kata Raden Wijaya lagi. yang lainnya. Masyarakat bangsawan Jawa ”Selain itu, mana bisa aku membayar pada masa era Majapahit berani upeti kalau aku diganggu terus menerus mempertaruhkan nyawanya demi oleh Adipati Jayakatwang?” Alasan mempertahankan harga dirinya, terutama Raden Wijaya itu masuk akal. Memang bagi seorang raja yang kekuasaannya sedang tugas seorang anak menantu untuk bela terancam, karena bagi Masyarakat pati atas kematian orangtuanya. bangsawan Jawa kata “ditaklukkan” dapat (Soerono, 2014:82) melecehkan harga diri, terutama jika itu terjadi pada seorang raja yang menjunjung Perang bagi orang-orang jawa tinggi harga dirinya. Pada peristiwa mempunyai arti yang penting, yakni

124 Widyawati & Andalas (Dinamika Maskulinitas dan Nasionalisme Masyarakat….)

Jurnal Satwika : Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial Vol. 4, No. 2, Oktober 2020, pp. 116-129 peristiwa untuk menandai suatu proses untuk Jawa dahulu, pertahanan kerajaan lebih membawa perubahan. Kendati meletusnya banyak dilakukan dengan perjuangan suatu perang memiliki beberapa alasan, di bersenjata lebih tepatnya dengan peperangan. antaranya adanya suatu pemberontakan, tatanan sosial-ekonomi, maupun dari 3.4 Sistem Politik Sebagi Bentuk permasalahan keluarga (Carey, 2004:2). Nasionalisme Majapahit Dalam Jayaning Majapahit, meletusnya Sejak abad ke-5 masyarakat Jawa kuna perang antara Raden Wijaya dan sudah mengenal yang namanya sistem Jayakatwang dilatarbelakangi oleh pemerintahan. Pemerintahan tersebut berupa permasalahan keluarga dan ekonomi. Hal itu sistem kerajaan. Tercatat ada beberapa tergambarkan dalam kutiapan di atas, yakni kerajaan yang pernah menjadi penguasa di kematian Kertanegara dan kedatangan tanah Jawa, beberapa di antaranya adalah Pasukan mongol yang meminta upeti kepada Singasari, Kadiri, dan Majapahit (Skripsi: Raden Wijaya. Perang sebagai tanda akhir Sofyan, 2010). sebuah proses, berarti sudah tidak ada jalan Kerajaan Majapahit merupakan kerajaan keluar untuk menyelesaikan perkara tersebut, Hindu-Buddha terbesar di Nusantara. sehingga untuk membawa revolusi bagi Kepemimpinan pada masa tersebut masih kerajaan jalan keluar untuk berperang tidak dipengaruhi oleh pandangan dan konsep dapat dipatahkan. ajaran agama yang dianut. Pada dasarnya, Konsep perang yang terjadi dalam ajaran-ajaran tentang kehidupan dan moral Jayaning Majapahit pada dasarnya ialah Hindu dan Buddha terdapat dalam karya- bagian dari konsepsi maskulinitas dan karya sastra dari India yang kemudian nasionalisme, yakni sikap Raden Wijaya digubah oleh para pujangga Jawa, sesuai yang berusaha mengalahkan dan dengan kearifan lokal sehingga kebudayaan menaklukkan Kadiri melalui perang adalah Jawa tidak tercabut dari akarnya maskulinitas, sedangkan kemenangan yang (Zoetmulder, 1985:10). diterima oleh Raden Wijaya untuk Majapahit sebagai kerajaan yang telah mengembalikan haknya yang telah dirampas memperlihatkan kehidupan kompleks oleh jayakatwang adalah bentuk tentunya telah merencanakan sistem nasionalisme. Hal ini sesuai dengan teori birokrasi yang rapi dalam mengurusi banyak Nagel (1998), bahwa nasionalisme bersifat bidang, berjenjang maupun politis. Sistem politis dan terkait erat dengan suatu Negara, yang berlaku pada saat kekuasaan majapahit seperti halnya militer. Dengan demikian, berjaya, tentunya sudah ada dari masa-masa pergerakan perang yang didominasi oleh sebelumnya yang kemudian berkembang laki-laki dan konsep menasionalkan Negara seiring berjalannya tuntutan zaman dan dengan perang sebagai salah satu strategi sebagian yang lain mulai diadopsi bagi masa politik dalam nasionalisme suatu Bangsa. sesudahnya (Wahyudi, 2013:90). Bahkan, Perjuangan nasionalisme melalui jalur permainan ekonomi pada tingkat regional perang dilakukan bilamana jalur perdamaian nusantara, Majapahit terlihat cukup dominan, tidak tercapai. Artinya, jalur perang telah bahkan dalam bidang politik serta ekonomi. menjadi suatu kesepakatan tidak tertulis yang Hal ini didasarkan pada kecanggihan maritim telah dibuat oleh bangsawan Jawa dahulu. Majapahit yang diakui sebagai salah satu Yang dimaksud dengan berjuang ialah yang termaju pada zamannya, terutama melawan pemberontak maupun pengganggu memiliki banyak sekali kapal-kapal besar di luar kerajaan yang dapat mengancam peninggalan dari pasukan mongol yang telah sistem tatanan kerajaan, hingga tercapainya dalam kisahnya berhasil dikalahkan oleh kata penaklukan dan kemenangan dalam Raden Wijaya. perjuangan mempertahankan kerajaan Rickleft memberikan beberapa tanda- tersebut. Untuk melawan pemberontak tanda secara umum bagaimana kondisi maupun pengganggu dari luar, bagi bangsaan negara Indonesia ketika masih berupa sistem

Widyawati & Andalas (Dinamika Maskulinitas dan Nasionalisme Masyarakat….) 125

Jurnal Satwika : Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial Vol. 4, No. 2, Oktober 2020, pp. 116-129 kerajaan. Tanda-tanda tersebut terangkum adalah menjaga sistem pemerintahan agar dalam kurun waktu beberapa abad ke depan stabil dan terhindar dari provokasi dari luar tidak mengalami perubahan signifikan. Hal dalam masa pemerintahannya maupun ini karena dipengaruhi oleh kondisi tanah dan pemerintahan raja selanjutnya. Apabila tidak iklim yang ada di daerah-daerah tersebut, dapat dihindari terjadi suatu provokasi, maka terutama dalam sektor perdagangan, raja bertugas untuk segera memulihkan dan pertanian, serta terhadap formasi negara. memberantas semua gangguan yang akan, Selain itu, letak geografis kerajaan yang sedang dan telah terjadi. Seorang raja atau strategis, diapit oleh kepulauan dan luas ratu yang memimpin suatu wilayah memiliki daratan yang daratan, sehingga masyarakat peran khusus dalam kehidupannya dan memiliki beberapa mata pencaharian, yakni keharusannya untuk menjaganya sebagai nelayan bagi yang tinggal di dekat keseimbangan kerajaan. Peran yang dimiliki dermaga maupun bercocok tanam bagi yang oleh setiap raja-raja di Jawa ini mempunyai tinggal di pedalaman. Dengan demikian, tujuan agar legitimasinya sebagai penguasa kerajaan semakin makmur karena tidak hilang (Nurhayati, 2006:68-69). Untuk kecenderungan untuk melakukan mencapai titik tersebut, seorang pemimpin perdagangan akibat letak strategis yang harus mampu mengasosiasikan dengan baik memiliki pelabuhan-pelabuhan dan kapal- relasi antara hal yang mikrokosmos dan hal kapal besar untuk mengarungi lautan serta yang makrokosmos (Nurhayati, 2006:64). menjalin kerja sama menguntungkan dengan Dengan demikian, hubungan antara kerajaan kerajaan lain di luar kerajaan. dan masyarakat yang dipimpinnya akan lahir Untuk kepemimpinan, kerajaan keharmonisan, apabila kerajaan dapat dipimpin oleh Raja atau Ratu. Raja atau Ratu dikelola melalui sistem politik yang benar. adalah orang yang memiliki kekuasaan Dalam karya sastra Hindu-Budha dari tertinggi. Seorang pemimpin oleh india disebutkan bahwa raja harus memiliki masyarakat Jawa dahulu yang masih sifat-sifat yang kekal anugerah dari dewa. menganut kepercayaan Hindu-Budha, Beberapa di antara sifat tersebut diibaratkan sebagai penjelmaan dewa di diinterpretasikan sebagai berikut. Pertama, dunia yang memegang otoritas politik dan Dewa Bayu (Dewa Angin) yang diartikan menduduki hierarki tertinggi di kerajaan. memiliki falsafah yang teliti dan nalar yang Artinya kontrol nasionalise dalam kerajaan dalam sehingga raja harus selalu mengetahui dipegang oleh seseorang yang memegang keadaan lapisan masyarakatnya berserta kekuasaan, seperti halnya Raja atau Ratu. gejolak yang sedang terjadi di bawah kepemimpinannya. Kedua, Dewa Yama “Sri Ratu tidak ingin terjadi hal seperti (Dewa Maut) yang diartikan memiliki itu dalam masa pemerintahannya. Betapa kemampuan untuk menekan semua pun upaya Gajah Mada untuk dapat kejahatan, sehingga raja harus menegakkan mewujudkan Sumpah Amukti Palapa, hukum dan keadilan tanpa pandang bulu; dan namun apabila para perwira tinggi Dewa Agni (Dewa Api) yang memiliki Kerajaan Majapahit bergolak sendiri, membinasakan musuh-musuhnya dengan berbenturan sendiri di antara mereka, cepat, sehingga raja harus segera maka semuanya akan sia-sia belaka. melenyapkan musuh-musuh atau mendepak Karena itu, Sri Ratu menaruh perhatian orang-orang yang dapat mengganggu yang lebih besar ketika ada seseorang jalannya pemerintahan (Darini, 2019:103- yang akan dipromosikan atau menjabat 104). pangkat setingkat lebih tinggi (Soerono, 2019:39). 4. Kesimpulan Uraian tentang maskulinitas dan Kutipan data di atas menunjukkan nasionalisme dalam masyarakat jawa yang bahwa tugas utama raja dalam bidang politik diperoleh dalam Novel Jayaning Majapahit

126 Widyawati & Andalas (Dinamika Maskulinitas dan Nasionalisme Masyarakat….)

Jurnal Satwika : Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial Vol. 4, No. 2, Oktober 2020, pp. 116-129 memiliki kecenderungan maskulin dengan “Representasi Sipil-Militer dan ditandai adanya interpretasi peran perempuan Konstruksi Maskulinitas Pada Film yang sedikit, sedangkan peran yang Jenderal Soedirman (2015) ,” bersentuhan dengan dunia laki-laki, yakni Paradigma: Jurnal Kajian Budaya, 8(2), nasionalisme dan peperangan tampak hal. 155. doi: mendominasi. Paradigma maskulinitas 10.17510/paradigma.v8i2.220. masyarakat Jawa terhadap laki-laki digambarkan melalui peristiwa peperangan Budiman, H. G., Priyatna, A., dan Mulyadi, sebagai konstruksi maskulin dalam budaya, R. M. (2019) “Maskulinitas Tentara sedangkan perannya dalam membela negara Dalam Sinema Pasca Orde Baru; adalah bentuk nasionalisme. Analisis Naratif Doea Tdana Cinta Wacana kedudukan tokoh laki-laki (2015) Dan I Leave My Heart in dalam Novel Jayaning Majapahit lebih Lebanon (2016),” Patanjal: Jurnal mendominasi dalam urusan kedaulatan Penelitian Sejarah dan Budaya, 11(1), kerajaan Majapahit, baik dalam urusan hal. 131. doi: mengatur strategi politik dalam pemerintahan 10.30959/patanjala.v11i1.483. maupun mengatur strategi perang. Melalui Carey, B. R. (2004). Asal-Usul Perang Jawa, dua bentuk dominasi maskulinitas tersebut, Pemberontakan Sepoy & Lukisan Raden masyarakat Majapahit secara spesifik Saleh. LKiS: Yogyakarta. menempatkan posisi laki-laki berada di level tertinggi dalam situasi posisi terkait menjaga Darini, R. (2019) “Kiprah Perempuan dan mempertahankan keutuhan negara. Majapahit di Ruang Politik,” Kedaulatan yang bekerja di lingkungan Patrawidya, 20(1), hal. 101–113. doi: Majapahit menjadi dasar nasionalisme dalam http://download.garuda.ristekdikti.go.id/ memperkuat daerah kekuasaan. Hal ini article.php?article=1094530&val=1468 terinterpretasikan melalui Gajah Mada yang 2&title=KIPRAH%20PEREMPUAN% memberikan perintah kepada Rakryan Nala 20MAJAPAHIT%20DI%20RUANG% untuk membangun Armada laut sebagai 20POLITIK. upaya mempertahakan kekuasaan Majapahit. Dengan demikian, dinamika maskulinitas Demartoto, A. (2010) “Konsep Maskulinitas dan nasionalisme masyarakat Jawa yang Dari Zaman Ke Zaman dan Citranya dapat diambil pandangannya ialah upaya Dalam Media”. doi: meletakkan urusan negara yang bersifat https://argyo.staff.uns.ac.id/2010/08/10/ militer atau peperangan kepada laki-laki konsep-maskulinitas-dari-zaman-ke- karena telah adanya suatu sudut pandang zaman-dan-citranya-dalam-media. bahwa laki-laki dalam urusan posisi hierarki memiliki peran khusus yang mampu Endraswara, S. 2011. Metodologi Penelitian mendominasi. Sastra. Cetakan Ke-1. Jakarta: Caps. Hernawan, W. (2011) “Perang Bubat dalam 5. Daftar Pustaka Literature Majapahit,” Jurnal Ilmiah Alfaqi, M. Z. (2016) “Melihat Sejarah Agama dan Sosial Budaya, 34 (1), hal. Nasionalisme Indonesia Untuk 35-43. doi: Memupuk Sikap Kebangsaan Generasi http://digilib.uinsgd.ac.id/3718. Muda,” Jurnal Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, 13(2), hal. 111- Huda, M. (2017) “Legenda Candi Prambanan 116. doi: dan Gunung Kunci: Kajian Sastra http://journal.um.ac.id/index.php/jppk/a Maskulin,” Urecol Proceeding: UAD rticle/view/5451. Yogyakarta, hal. 1080–1085. Budiman, H. G., dan Sofianto, K. (2018) Jatnika, A. W., dan Hermawan, F. F. (2018)

Widyawati & Andalas (Dinamika Maskulinitas dan Nasionalisme Masyarakat….) 127

Jurnal Satwika : Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial Vol. 4, No. 2, Oktober 2020, pp. 116-129

“Menjadi Lelaki Sejati: Maskulinitas Rickleft, M. C. 2005. Sejarah Indonesia Dalam Komik Daring Webtoon Modern 1200-2004. Jakarta:Serambi Indonesia,” Mudra: Jurnal Seni Budaya, Ilmu Semesta. 33(1), hal. 60. doi: 10.31091/mudra.v33i1.158. Soerono, A. S. 2014. Jayaning Majapahit: Kisah Para Kesatria Penjaga Samudra. Mulyana, A. (2013) “Nasionalisme dan Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Militerisme: Ideologisasi Historiografi Buku Teks Pelajaran Sejarah Sma,” Sofyan, Y. M. (2010) “Kekuasaan Jawa: Paramita: Historical Studies Journal, Studi Komparatif Sistem Kekuasaan 23(1), hal. 78-87. doi: Kerajaan Majapahit dan Demak,” 10.15294/paramita.v23i1.2498. Skripsi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, hal. 1-105. Nagel, J. (1998) Masculinity and doi:http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/ nationalism: gender and sexuality in the hdanle/123456789/2212. making of nations, Ethnic and Racial Studies, 21:2, 242- Sutrisno, I. H. 2018 “Makna Sumpah Palapa 269, DOI: 10.1080/014198798330007 Bagi Nusantara (Kajian Ekspedisi Pamalayu Dalam Konsep Nasionalisme Nugroho, I. D. 2011. Majapahit Peradaban Majapahit),” Seuneubok Lada: Jurnal Maritim Ketika Nusantara Menjadi Ilmu-ilmu Sejarah, Sosial, Budaya dan Pengendali Pelabuhan Dunia. Jakarta: Kependidikan, 5(1), hal. 7-15. doi: Yayasan Suluh Nuswantara Bakti. https://doi.org/ 10.1017/s0022463401000157. Nurhayati, E. 2006. Filsafat dan Ajaran Hidup: Dalam Khasanah Budaya Syaifullah, J. (2016) “Analisis Semiotik Keraton Yogyakarta. Yogyakarta: YKII- Tentang Kekuasaan dan Maskulinitas UIN Sunan Kalijaga. Pada Tampilan Website Gudang Garam Pria Punya Selera,” Jurnal Informa Paramita, D. W. (2016) “Pendidikan Politeknik Indonusa Surakarta, 1(3), hal. Karakter dalam Lambang Surya 23-36. doi: Majapahit,” Skripsi, Universitas Negeri https://informa.poltekindonusa.ac.id/ Yogyakarta. doi: index.php/informa/article/view/121. Http://Eprints.Uny.Ac.Id/33324/1/TAS %20WIDYANTARI%20DYAH%20PA Turner, G. (1999). Film as Social Practice. RAMITA.PDF. New York: Routledge. Paskarina, C. (2016) “Wacana Negara Wahyudi, D. Y. (2013) “Kerajaan Majapahit: Maritim Dan Reimajinasi Nasionalisme Dinamika Dalam Sejarah Nusantara1,” Indonesia,” Jurnal Wacana Politik, 1(1), Sejarah Dan Budaya, 7(1) hal. 88-95. hal 1-8. doi: doi: 10.24198/jwhal.v1i1.10542. http://training.um.ac.id/ojs/index.php/se jarah-dan- Pradhani, S. I. (2018) “Sejarah Hukum budaya/article/view/4739/2270. Maritim Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit dalam Hukum Indonesia Widiana, A. (2017) “Konstruksi Gender Kini,” Lembaran Sejarah, 13(2), hal. Tokoh Sabari dalam Novel Ayah Karya 186. doi: 10.22146/lembaran- Danrea Hirata; Analisis Wacana Teun A. sejarah.33542. Van Dijk” Skripsi: Institut Agama Islam Negeri Surakarta. doi: http://eprints.iain-surakarta.ac.id/2280.

128 Widyawati & Andalas (Dinamika Maskulinitas dan Nasionalisme Masyarakat….)

Jurnal Satwika : Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial Vol. 4, No. 2, Oktober 2020, pp. 116-129

Wiyatmi. (2013). “Konstruksi Nasionalisme dalam Novel-Novel Indonesia Prakemerdekaan (Student Hijo Dan Salah Asuhan ),” Kawistara, 3(2), hal. 117-226. doi: https://jurnal.ugm.ac.id/kawistara/article /view/3980. Zoetmulder, J. 1985. Kalangwan: Sastra Jawa Kuna Selayang Pdanang. Jakarta: Djambatan.

Widyawati & Andalas (Dinamika Maskulinitas dan Nasionalisme Masyarakat….) 129