Analisis Aspek Diplomasi Kultural dalam Ekspedisi ,1275 – 1294 M

Diansasi Proborini Departemen Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Airlangga Email :[email protected]

Abstract

Pamalayu expedition is one of international relations art implementation in Southeast Asia’s history. It took place hundreds of years ago, even before the Westphalian state system exists. Pamalayu expedition was conducted under the command of King Kertanegara from Singasari, against Melayu . The initial intention of this policy tends to similar with imperialism way. Meanwhile, many historical records are not indicating any military engagement between the two of them. Even in some case, this expedition suits well with cultural diplomacy practices. The analysis and identification process to verify that Pamalayu expedition is more likely to be cultural diplomacy than cultural imperialism is based on three variables that has been simply developed, those are, approach, process, and output. However, it is inevitably valid that Pamalayu expedition is a military patterned expedition with a peaceful process and output, and capable to generate common ground as the core item of cultural diplomacy.

Kata Kunci: Pamalayu Expedition, Cultural Diplomacy, Cultural Imperialism.

Indonesia merupakan negara yang sarat merupakan ekspedisi yang dilakukan akan sejarah kejayaan di masa lampau. oleh Raja Kertanegara dari kerajaan Salah satunya adalah sejarah kerajaan Singasari pada tahun 1275. Dalam Hindu-Buddha yang berlangsung sekitar pembahasan kali ini, penulis akan ribuan tahun yang lalu.Dalam sejarah, menganalisis apakah Ekspedisi hubungan antara Jawa (Yavadwipa) Pamalayu merupakan implementasi dengan Sumatra (Svarnadwipa) terlihat diplomasi kultural yang digagas oleh dalam beberapa aspek kebudayaan yang raja Kertanegara atau merupakan salah meliputi aspek religi, seni, politik, satu misinya untuk mengimperialisme ekonomi dan teknologi.Relasi dalam wilayah kerajaan Melayu Dharmasraya. aspek religi sangat erat kaitannya dengan aspek seni dan bahkan kadang Bahasan Singkat tentang Ekspedisi juga terselip motif politik.Kedua tempat Pamalayu itu dinyatakan menjadi basis persebaran agama Buddha, walaupun Yavadwipa Ekspedisi Pamalayu merupakan salah pada akhirnya dikuasai oleh Hindu satu peristiwa bersejarah yang cukup dalam perkembangannya.Hubungan terkenal di abad ke-13.Ekspedisi politik di antara kedua pihak ini Pamalayu dilaksanakan atas mandat terbilang pasang surut seiring dengan raja Kertanegara dari kerajaan Singasari perkembangan konstelasi kekuatan untuk membendung pengaruh global.Salah satu peristiwa bersejarah ekspansionis dari Tiongkok, yaitu yang cukup terkenal antara kerajaan di tepatnya Dinasti Yuan yang dipimpin Jawa dengan Sumatera adalah Ekspedisi oleh Kubilai Khan (Muljana, 1981: 233). Pamalayu.Ekspedisi Pamalayu Saat itu, ekspedisi Pamalayu dilakukan dengan cara mengerahkan pasukan

72 Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 6 No. 2, Agustus 2017 Analisis Aspek Diplomasi

Singasari yang sebanyak-banyaknya ke Dalam hal ini kebijakan ekspedisi bumi Melayu hingga membuat situasi Pamalayu seakan menjadi kebijakan istana hampir kosong. Hal itu imperialismenya, sama seperti ketika dibuktikan dengan tulisan dari kitab raja Kertanegara berusaha menguasai Pararaton yang menyatakan bahwa daerah-daerah di Jawa, Bali, dan pasukan Tumapel (Singasari) yang Madura sehingga menimbulkan tersisa di istana tinggal pemberontakan- sedikit, banyak yang dikirim pemberontakan yang ke Malayu (Hardjowardojo, Dalam hal ini berakibat fatal pada 1965: 37).Pasukan Singasari kebijakan ekspedisi kelestarian kerajaan yang berangkat ke bumi Pamalayu seakan Singasari. Kendati Melayu dipimpin oleh seorang demikian, apabila melihat komandan perang, yaitu Kebo menjadi kebijakan data-data sejarah yang ada, Anabrang. Sehubungan imperialismenya, ekspedisi Pamalayu dengan hal ini, Raja Sri sama seperti ketika memiliki output yang Kertanegara dapat dinyatakan raja Kertanegara sedikit-banyak berbeda sebagai sosok pertama berusaha menguasai dengan yang terjadi Nusantara yang memiliki daerah-daerah di terhadap daerah-daerah gagasan ekspansionis hingga lain. Tidak ditemui adanya Jawa, Bali, dan ke luar Pulau Jawa, bukan tulisan atau laporan para Mahapatih Madura. sejarahwan bahwa sebagaimana yang demikian ekspedisi Pamalayu banyak dipercayai orang- dilakukan dalam orang. pertumpahan darah yang sengit di antara keduanya.Hal-hal yang Istilah Pamalayu berasal dari bahasa terjadi dalam ekspedisi tersebut seakan sastra Jawa kuno yang berarti perang mengindikasikan adanya proses-proses melawan Melayu (Muljana, 1979: pembuatan kesepakatan antara dua 104).Walaupun dari segi penggunaan pihak yang dilakukan dalam suasana bahasa mengandung indikasi yang kooperatif. Dengan demikian, pada peperangan, namun dalam catatan pembahasan selanjutnya akan dibedah sejarah tidak dinyatakan adanya bagaimana suatu ekspedisi yang semula pertumpahan darah dalam ekspedisi dilakukan dalam nuansa militer dan tersebut.Sehingga hal tersebut penuh gairah imperialisme menjadi menjadikan suatu anomali tersendiri suatu ekspedisi yang berujung damai, dalam penggunaan istilah Ekspedisi bahkan dalam beberapa hal dekat Pamalyu.Inisiatif raja Kertanegara dengan model diplomasi kultural. mengadakan ekspedisi ke kerajaan Melayu Dharmasaraya, Sumatera, pada Perbedaan Diplomasi Kultural dan tahun 1275 diketahui karena ia ingin Imperialisme Kultural terlebih dahulu sampai di bumi Melayu sebelum kekuasaan Kubilai Khan. Sebelum kita mengidentifikasi apakah Demikian C. C. Berg dan Slamet Ekspedisi Pamalayu merupakan Muljana sepakat bahwa tujuan ekspedisi diplomasi kultural atau imperialisme Pamalayu adalah untuk 1) memperluas kultural, penting untuk mula-mula kekuasaan teritori Singasari, dan 2) mengetahui perbedaan di antara untuk membendung pengaruh Kubilai keduanya. Diplomasi kultural memiliki Khan yang kian besar di Asia Tenggara konsep yang memuat budaya atau kultur (Muljana, 1976: 23). sebagai salah satu cara maupun instrumen negara untuk mencapai Tidak dipungkiri bahwa pada awalnya tujuan atau kepentingannya. Definisi perintah Raja Sri Kertanegara yang dari diplomasi kultural sendiri menurut membawa bala tentara ke Kerajaan ahli adalah pertukaran ide atau gagasan, Malayu Dharmasraya dipersepsikan informasi, seni dan aspek kebudayaan sebagai ancaman penaklukan militer. lainnya di antara negara-negara dan

Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 6 No. 2, Agustus 2017 73 Diansasi Proborini

masyarakatnya untuk mendorong memperoleh persahabatan dengan adanya pengertian dan pemahaman negara lain, dan sebagainya. bersama (Cummings, 20013: 1). Demikian fungsi dan hasil dari Sementara itu konsep teoritis diplomasi kultural adalah untuk imperialisme kultural dalam beberapa membangun kesepahaman bersama hal memiliki persamaan dengan (common ground) antara kedua pihak diplomasi kultural. Hal itu tentu saja negara yang berinteraksi.Diplomasi terletak pada penggunaan kultur atau kultural mengedepankan aspek-aspek budaya sebagai instrumen untuk kultural atau budaya sebagai instrumen mencapai kepentingannya. Perbedaan di yang dapat mempengaruhi pembuatan antara keduanya terletak pada cara-cara kebijakan atau opini lawan. Budaya yang digunakan untuk merealisasikan sebagai bentuk soft-power menjadi kepentingannya, dan jangkauan elemen yang dapat menimbulkan rasa kekuasaannya yang lebih dalam. kagum pada aktor-aktor lain sehingga Imperialisme kultural didefinisikan mereka akan bersenang hati untuk sebagai penggunaan kekuatan ekonomi menjadi bagian dari proses pembuatan dan politik untuk menyebarkan dan kebijakan dan kepentingan suatu mengagungkan nilai-nilai dan kebiasaan negara. budaya asing dalam budaya lokal (Bullock dan Stallybrass, 1977: 303). S.L. Kebesaran dan kemajuan budaya juga Roy menambahkan bahwa imperialisme menjadi modal prestise tersendiri yang kultural merupakan suatu usaha untuk sekaligus memproyeksikan kemegahan menaklukan dan menguasai jiwa negara. Di samping identitas nasional, manusia serta sebagai sebuah instrumen identitas kultural dari suatu bangsa dan untuk mengubah hubungan power negara juga menjadi hal yang penting (kekuatan) antara kedua negara (1995: untuk memajukan negerinya. Hal ini 12-13). Dalam praktiknya, imperialisme berkaitan dengan cara pandang kultural selalu melibatkan satu negara bersama. Ketika suatu bangsa memiliki atau pihak yang lebih superior (unggul) cara pandang yang sama hal itu berarti dan satu pihak yang lebih inferior, bangsa tersebut memiliki semangat sehingga negara yang inferior dapat persatuan yang tinggi sehingga dipengaruhi oleh negara yang superior. kepentingan nasionalnya akan lebih Hal itu sehubungan dengan esensi dari mudah dicapai. Diplomasi kultural imperialisme kultural itu sendiri yang menjadi salah satu instrumen untuk diartikan oleh Robert Cecil sebagai friksi membangun kesepahaman bersama antara kelompok ras, manusia, ataupun (common ground), sehingga tercipta bangsa yang lebih kuat terhadap suatu kesepakatan yang memungkinkan golongan yang lebih lemah dalam negara tersebut mencapai agenda kerangka politik-ekonomi (1971: 4). nasionalnya. Diplomasi, dalam kerangka Friksi tersebut seringkali digambarkan umum, ditujukan untuk mengamankan dalam bentuk konflik perang kolonial kepentingan negara. Dengan kata lain, maupun perang perjuangan tujuan diplomasi yang baik dan efektif kemerdekaan. adalah untuk menjamin keuntungan maksimum negara. Demikian Masing-masing teori tersebut pada kepentingan terdepan suatu negara akhirnya memiliki perbedaannya satu adalah keamanannya karena sama lain. Dalam hal ini penulis menyangkut nasib banyak pihak. Tetapi, menggunakan tiga variabel yang selain pertimbangan yang vital, tentang menjadikannya sebagai faktor-faktor keamanan nasional, diplomasi salah pembedanya. Pertama, dilihat dari segi satunya juga bertujuan untuk pendekatan, diplomasi kultural mengembangkan dan memajukan dilakukan dengan cara-cara yang ekonomi, perdagangan dan kepentingan terbuka, umumnya merupakankonsumsi komersial, budaya dan ideologi, publik—seperti pamer kemegahan, peningkatan prestise nasional, membawa atribut-atribut kultur yang

74 Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 6 No. 2, Agustus 2017 Analisis Aspek Diplomasi

dapat menarik pihak yang diajak keamanan diperlukan untuk berdiplomasi, serta dilakukan oleh memelihara negara sebagai suatu entitas perangkat-perangkat politik politik dan juga untuk memelihara pemerintahan. Pernyataan ini sejalan integritas teritorialnya. Untuk itu, dengan fungsi dari diplomasi budaya itu negara yang besar seringkali juga sendiri yang menurut pemaparan S.L. dikaitkan dengan kepemilikan sumber Roy bahwa delegasi kebudayaan daya militernya yang besar juga. seringkali dikirim untuk membina Imperialisme dapat didefinisikan hubungan baik dengan negara-negara sebagai kekuatan ketika terdapat alokasi lain (1995: 12).Di samping itu, sumber daya untuk pertahanan keterbukaan diplomasi kultural adalah berdasarkan kapabilitas militer yang didasarkan pada kenyataannya sebagai dimiliki dan yang diproyeksikan bagian dari diplomasi publik.Untuk itu, terhadap negara lain. Dengan demikian upaya pembinaan hubungan baik pun penggunaan alutsista perang dan sekiranya harus dilakukan dalam situasi serbuan pasukan militer sebagai metode yang damai. Ketika suatu negara ingin awal imperialisme memproyeksikan membina hubungan baik, ia tidak bisa kapabilitas militer suatu negara untuk melakukannya dengan cara-cara yang mengintimidasi lawan bahkan sebelum koersif karena hal tersebut akan perlawanan dimulai. mengundang agresivitas negara lawan sehingga suasana damai dan bersahabat Kedua, dari segi proses aktivitas akan sukar dibangun. diplomasi kultural berlangsung secara relatif damai, yang mana dilakukan Sebaliknya, suatu aktivitas dapat dengan bentuk pertukaran kultural diindikasikan sebagai gejala berupa produk-produk budaya suatu imperialisme kultural ketika budaya daerah, bisa berupa pertunjukan, atau nilai-nilai yang disebar pameran, pertukaran pelajar, memanfaatkan pengaruh kekuatan- pertukaran cinderamata, dan lain-lain. kekuatan ekonomi dan politik yang Hal ini dapat dikaitkan dengan sudah berlaku dalam rangka penaklukan penggunaan istilah diplomasi itu sendiri suatu wilayah.Imperialisme kultural yang berarti penggunaan soft power merupakan produk insidental dari dalam rangka mencapai kepentingan imperialisme politik dan nasionalnya. Pun demikian diplomasi ekonomi.Dengan demikian, untuk juga tidak menutup kemungkinan memungkinkan suatu negara core digunakannya kekuatan koersif sebagai mengimperialisasi negara periphery, cara untuk mencapai tujuan-tujuannya mereka harus mengimperialisasi (Roy, 1995: 5), namun hal tersebut wilayah tersebut secara politik maupun hanya digunakan sebagai pilihan ekonomi, di mana hal tersebut sebagian terakhir apabila cara-cara damai tidak besar dilakukan melalui pelibatan sukses. Diplomasi kultural sendiri penggunaan hard power. Dalam hal ini umumnya dilakukan dengan cara istilah imperialisme sering dikaitkan memamerkan keagungan budayanya, dengan penggunaan power (kekuatan) dan apabila mungkin untuk sebagai aspek yang agresif dan mempengaruhi pendapat umum negara penindasan. Aktivitas imperialisme juga yang didatangi. Ketika suatu negara atau dapat disebabkan karena adanya kerajaan dapat memberi kesan baik bagi perhatian nasional yang cukup serius negara lain melalui warisan budayanya perihal keamanan (security). Beberapa dan mengekspornya ke negara lain, pihak percaya bahwa kondisi aman maka hal tersebut dapat menjadi suatu negara hanya dapat dicapai pembangunan basis yang kuat untuk apabila negara memiliki kapasitas memperoleh dukungan atas masalah- perang yang besar dan menjanjikan masalah lain. Pameran kebudayaan ini (Reynolds, 1981: 20). Keamanan juga seringkali lebih berguna daripada pamer bisa dicapai melalui pembentukan kekuasaan militer, karena yang hegemoni dunia atau imperium. Konsep terpenting adalah bagaimana suatu

Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 6 No. 2, Agustus 2017 75 Diansasi Proborini kuasa dapat mengkomunikasikan nilai- sendiri. Suatu aspirasi dapat dinyatakan nilai masyarakat terhadap negara lain. maksimum apabila negara yang diajak Menurut J.W. Fulbright yang dikutip berdiplomasi menyetujui seluruh dalam S.L. Roy, aspirasi umat manusia gagasan yang disampaikan, dan pada dasarnya terbentuk dan minimum apabila negara yang diajak diputuskan di dalam pikiran manusia, berdiplomasi memilih untuk netral bukan di medan tempur atau di meja namun juga tidak ikut ke kubu lawan. konferensi (1995: 12). Common ground atau kesepahaman sebagai gambaran umum dari hasil Sementara itu Napoleon, seorang tokoh diplomasi pun memiliki beberapa aspek fasis yang terkenal dalam upaya-upaya diantaranya, meningkatnya relasi imperialismenya juga mengetahui persahabatan yang dibina melalui kekuatan budaya sebagai suatu entitas negosiasi dan diplomasi, meningkatnya yang dapat menaklukan suatu negara. prestise nasional, kemajuan kebudayaan Menurutnya, ekspansi intelektual dan dan penyebaran ideologi, kesepakatan moral menjadi instrumen utama dalam ekonomi maupun perdagangan, membangun dan mengasimilasikan kerjasama keamanan regional, dan lain imperium kolonial kedua di akhir abad sebagainya. sembilan belas (Roy, 1995: 12-13). Dari uraian singkat tersebut proses Sementara itu, imperialisme kultural imperialisme kultural adalah produk memakai kolonialisme sebagai indikator insidental imperialisme politik dan keberhasilannya, yang berarti ekonomi, yang manaseringkali tunduknya suatu wilayah inferior digambarkan melalui bentuk-bentuk dengan kekuasaan yang superior sebagai eksploitasi dan penindasan. Proses bentuk penjajahan yang termasuk dalam penetrasi imperialisme kultural ke imperialisme. Bentuk-bentuk dalam suatu negara umumnya melalui penjajahan tersebut juga umumnya proses-proses yang eksploitatif dan dinampakan dengan bentuk-bentuk dominatif, di mana terdapat suatu eksploitasi maksimum dan penindasan kekuasaan hegemon yang menduduki terhadap suatu kaum tertentu dan menguasai suatu wilayah. (Reynolds, 1981: 20). Hal tersebut bisa Imperialisme kultural dilakukan oleh dilihat dalam fenomena imperialisme negara core untuk meningkatkan yang paling dekat dengan kita yaitu ketergantungan negara periphery. imperialisme dan kolonialisme Belanda Ketika negara periphery terhadap Indonesia, dimana masyarakat menggantungkan kebudayaan cara-cara pribumi dieksploitasi sedemikian rupa hidup dan berpikirnya terhadap negara dalam kebijakan-kebijakan kerja core, maka mereka secara otomatis juga rodinya. akan menggantungkan politik dan perekonomiannya. Dengan demikian, Di samping itu, hasil imperialisme juga negara periphery akan terus mengimpor dapat digambarkan ke dalam bentuk komoditas-komoditas, tidak terkecuali organisasi politik seperti komoditas kultural, yang dimiliki oleh Commonwealth, French Union, koloni negara core untuk memenuhi kebutuhan Amerika Serikat, dan sebagainya. hidupnya karena ketidakmampuannya Seperti yang telah disinggung berinovasi dan berdiri sendiri. sebelumnya, dalam konteks imperialisme kultural, negara periphery Ketiga, perbedaan di antara diplomasi cenderung menggantungkan nasibnya kultural dan imperialisme kultural kepada negara core dengan mengimpor diidentifikasi dari hasilnya. Diplomasi komoditas-komoditas yang ditawarkan. kultural dinyatakan berhasil apabila Hal itu dikarenakan oleh telah tercipta kesepahaman (common ketidakmampuannya dalam ground) di antara kedua belah pihak. menciptakan pemasukan ekonominya Common ground sendiri pada dasarnya sendiri karena telah dilemahkan melalui memiliki batas-batas aspirasinya penjajahan dan penaklukannya.

76 Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 6 No. 2, Agustus 2017 Analisis Aspek Diplomasi

Demikian imperialisme kultural sebagai terhadap bangsa lain yang memiliki produk insidental dari imperialisme kondisi ekonomi – politik yang relatif politik dan ekonomiberguna untuk lebih lemah (1971: 4). Sebagaimana mempertahankan hegemoni imperialisme kultural adalah produk kekuasaannya terhadap wilayah insidental dari imperialisme politik dan periphery tertentu. ekonomi guna mempertahankan hegemoni kekuasaannya terhadap Ekspedisi Pamalayu sebagai wilayah periphery Diplomasi Kultural tertentu. Apabila ekspedisi Setelah mengetahui tentang Pamalayu dimengerti Meski dalam beberapa konsep serta preposisi dalam kerangka pendekatannya ekspedisi mengenai diplomasi kultural dan Pamalayu lebih cocok imperialisme kultural, maka diplomasi kultural, diidentifikasi sebagai tibalah saatnya untuk maka dapat dilihat imperialisme, namun mengidentifikasi apakah bahwa agenda atau sejarah mencatat bahwa ekspedisi Pamalayu lebih cocok tujuan nasional selama ekspedisi tergolong sebagai diplomasi Singasari saat itu Pamalayu berlangsung kultural ataukah imperialisme adalah untuk tidak ada indikasi kultural.Pada dasarnya, konflik maupun membendung ekspedisi Pamalayu secara peperangan beserta umum lebih nampak sebagai meluasnya pengaruh ambisi dari Singasari diplomasi kultural daripada Tiongkok untuk menguasai bumi imperialisme kultural. Hal itu Melayu seutuhnya. pun didasarkan pada beberapa alasan serta pertimbangan. Namun tidak Motif raja Kertanegara mengirim dipungkiri bahwa dalam seluruh pasukan militernya dan pelaksanaannya ekspedisi Pamalayu komandan perangnya adalah tidak juga mengandung sedikit corak banyak tercatat, namun hal tersebut imperialisme kultural di dalamnya. Hal masuk akal apabila diartikan sebagai itu dinampakan utamanya ketika raja tindakan hati-hati apabila terjadi Kertanegara memutuskan untuk perpecahan dengan pihak Melayu secara mengirim sebagian besar pasukan mendadak.Sebagaimana dalam seni Singasari yang dipimpin oleh komandan berdiplomasi memang benar bahawa perang Kebo Anabrang. Tidak hanya itu, prosesnya mengutamakan perdamaian, sesampainya pasukan Singasari di namun sekiranya hal tersebut tidak pelabuhan Melayu, mereka juga menutup kemungkinan penggunaan bergegas mengambil alih lalu lintas kekuatan koersif apabila cara-cara perdagangan di selat Melaka sehingga damai tidak memungkinkan dalam kapal-kapal yang datang bisa sampai ke pencapaian kesepakatan (common pelabuhan Jawa. ground). Dengan demikian pihak Singasari telah siap dengan segala resiko Pendudukan pasukan Singasari di peperangan yang mungkin terjadi. pelabuhan tersebut secara praktis Bagaimanapun, eksistensi konflik mengindikasikan adanya cara-cara ataupun perang melawan penjajah pendekatan yang tidak mirip dengan adalah konsekuensi yang harus dihadapi kerangka berdiplomasi, namun lebih dari kegiatan imperialisme. Apabila kepada keinginan untuk menaklukan ekspedisi Pamalayu dimengerti dalam bumi Melayu, sehingga cenderung kerangka diplomasi kultural, maka terlihat sebagai upaya mengimperialisasi dapat dilihat bahwa agenda atau tujuan kerajaan Malayu Dharmasraya. Hal itu nasional Singasari saat itu adalah untuk berkaitan dengan penjelasan Robert membendung meluasnya pengaruh Cecil yang menggarisbawahi konsep Tiongkok yang gejalanya dapat dilihat imperialisme sebagai penggunaan dari serangan Kubilai Khan ke Jepang, ekonomi – politik yang dominatif Annam, Champa, dan Myanmar pasca

Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 6 No. 2, Agustus 2017 77 Diansasi Proborini meruntuhkan kekuasaan dinasti Song dinampakkan melalui adanya kekuasaan pada tahun 1274 (Bade, 2013: 34-6). dominan yang menguasai wilayah Untuk itu, raja Kertanegara tertentu. Output dari ekspedisi menginginkan persekutuan agar tercipta Pamalayu ini sendiri cenderung lebih common ground sehingga pihak-pihak damai, diantaranya adalah keputusan yang tergabung di dalamnya turut pihak Melayu untuk menjadi pihak yang bersama-sama memperjuangkan netral dalam perseteruan antara kepentingan nasionalnya. Tiongkok dan Jawa. Netralitas pihak Melayu ini bisa dilihat melalui Upaya untuk menciptakan common hubungan antara Melayu dengan ground antara pihak Singasari dan Tiongkok yang terlihat baik-baik saja Melayu tersebut dicapai melalui cara- pasca ekspedisi Pamalayu. Bahkan pihak cara pelibatan soft power yaitu produk Melayu juga sempat mengirimkan kulturalnya. Raja Kertanegara mengutus utusannya dalam misi penghormatan empat pembesar kerajaan (menteri) terhadap dinasti Yuan, tepatnya pada untuk mengantarkan arca tahun 1281 (Hall, 2011: 237). Kebijakan Amoghapāśa lokeśwara yang merupakan Melayu yang lebih memilih untuk non- perwujudan boddhisatwa ke bumi blok ini bukan berarti diplomasi kultural Melayu. Singasari pada saat itu memiliki yang dilakukan oleh pihak Singasari reputasi sebagai wilayah dengan seni gagal. Setidaknya Singasari pun berhasil memahat yang maju, bahkan salah satu untuk mempengaruhi Melayu agar tidak dari yang terbaik, di antara kerajaan- ikut arus Tiongkok, atau tergabung ke kerajaan lainnya. Kecanggihan dan dalam persekutuan Tiongkok. Dalam kemajuan seni memahat di Singasari kata lain, hal tersebut menurut S.L. Roy dipengaruhi oleh arus India, khususnya merupakan salah satu tujuan ideologis Bengal (Sedyawati, 2012: 238). dari diplomasi secara umum, yaitu Sebagaimana pemberian arca tersebut memasukan sebanyak mungkin negara dapat diartikan sebagai model simbolik ke dalam ideologinya dan apabila hal itu dari diplomasi kultural, yang mana tidak mungkin maka paling tidak pemberian arca Amoghapāśa lokeśwara menetralisirnya agar tidak ikut ke kubu yang megah tersebut memproyeksikan lawan (1995: 15). kebesaran dan kemajuan budaya Singasari sebagai modal prestisenya. Di samping itu, hasil dari ekspedisi Demikian pemberian arca tersebut juga Pamalayu sebagai diplomasi kultural disambut oleh rakyat dan raja kerajaan adalah meningkatnya kerjasama Melayu dengan penuh sukacita, ekonomi-perdagangan dengan sehingga raja Tribuwanaraja dibukanya pelabuhan Melayu dan Mauliwarmadewa tidak segan langsung meningkatnya kontrol Singasari menghadiahkan kedua putrinya, Dara terhadap pelabuhan tersebut. Jingga dan Dara Petak, kepada Selanjutnya, meningkatnya hubungan kekuasaan Singasari. persahabatan di antara keduanya, terlebih raja Tribuwanaraja Selanjutnya, bukti bahwa ekspedisi Mauliwarmadewa bergegas Pamalayu lebih cocok diidentifikasi menghadiahkan kedua putrinya kepada sebagai diplomasi kultural adalah bisa pihak Singasari, yang mana hal tersebut dilihat ke dalam hasil maupun pun lantas menghasilkan keturunan konsekuensi dari ekspedisi tersebut. hibrid Melayu-Jawa. Seperti yang telah Ekspedisi Pamalayu yang ditujukan dijelaskan sebelumnya, ekspedisi untuk membangun kesepahaman Pamalayu sebagai diplomasi kultural bersama (common ground) dalam juga berperan dalam penyebaran rangka membendung masuknya kebudayaan Jawa hingga ke Sumatra, pengaruh Tiongkok yang kian meluas, yaitu budaya Panji. Melalui budaya Panji pada akhirnya menghasilkan output yang menyebar hingga ke Sumatra, yang tidak mirip dengan imperialisme. bahkan menyebar hingga ke wilayah Output imperialisme umumnya Asia Tenggara lainnya, membuktikan

78 Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 6 No. 2, Agustus 2017 Analisis Aspek Diplomasi

bahwa Jawa pada saat itu berada pada tahun 1275, dan serangan terhadap Bali masa kejayaan dan keagungan tahun 1284. budayanya, di mana Jawa bahkan mampu mengekspor tidak hanya Berangkat dari rumusan masalah, komoditas rempah-rempah tetapi juga ekspedisi Pamalayu yang di dukung oleh budayanya. Kekayaan Jawa tidak kekuatan bersenjata pada akhirnya dipungkiri terkenal hingga ke Tiongkok berakhir damai tanpa melibatkan dan Eropa. Dengan demikian, tidak konflik ataupun peperangan. Menurut mengherankan apabila pihak kerajaan halnya, istilah Pamalayu memiliki arti Melayu Dharmasraya bersedia “perang melawan Melayu”. Untuk itu, bekerjasama dengan Jawa, hal itu pun peneliti menekankan pembahasan menjadi kehormatan atau prestise penelitian ini pada bagaimana ekspedisi sendiri untuk memiliki relasi Pamalayu dapat diinterpretasi sebagai persahabatan yang baik dengan Jawa, upaya diplomasi kultural daripada negeri yang kaya. imperialisme kultural. Menurut hipotesis yang telah disediakan, alasan Simpulan ekspedisi Pamalayu lebih cocok disebut sebagai diplomasi kultural adalah Ekspedisi Pamalayu adalah sebuah didasarkan pada tiga aspek, yaitu: sejarah hubungan internasional pendekatan, proses, dan hasil. Dari segi nusantara yang terjadi jauh sebelum pendekatan, diplomasi kultural sebagai masa modern, bahkan sebelum bagian dari diplomasi publik secara terbentuknya sistem negara Westphalia. umum dilakukan menggunakan cara- Ekspedisi Pamalayu dipercaya cara yang terbuka. Keterbukaan merupakan realisasi gagasan diplomasi kultural saat itu dinampakan ekspansionis raja Kertanegara, serta ketika pihak Singasari melakukan unjuk sebagai salah satu upaya membendung atau pamer produk kulturalnya melalui pengaruh ekspansionis Tiongkok. pengiriman arca Sebelum terjadinya ekspedisi Pamalayu, Amoghapāśa Lokeśwara yang dilakukan tidak dipungkiri situasi Asia Tenggara secara terbuka sehingga disambut tengah terancam oleh upaya dengan penuh suka cita oleh raja dan imperialisme Tiongkok. Khubilai Khan, rakyat Melayu Dharmasaraya. Kedua, seorang kaisar dinasti Yuan yang dilihat dari prosesnya, ekspedisi terkenal akan kebesarannya, mulai Pamalayu tergolong sebagai diplomasi menguasai beberapa wilayah Asia kultural karena di dalamnya melibatkan seperti Jepang, Annam, Champa, dan pertukaran budaya berupa pemberian Myanmar tepatnya pasca meruntuhkan arca patung Amoghapāśa Lokeśwara kekuasaan dinasti Song pada tahun untuk ditempatkan di Melayu. Ketiga, 1274. Di saat yang sama, dominasi Jawa Ekspedisi Pamalayu dapat dikatakan juga mulai tumbuh dan berkembang sebagai diplomasi kultural karena menggantikan Sriwijaya yang runtuh terdapat hasil yang kooperatif di antara secara perlahan. Melihat ancaman yang keduanya, tidak disertai perseteruan, kian mendekat, raja Kertanegara dan berujung pada hubungan memiliki visi untuk mempersatukan persahabatan di antara keduanya yang nusantara agar tidak terpengaruh oleh meningkat. Tiongkok dengan cara membuat kerajaan vasal. Disebutkan dalam kitab Berangkat dari situ, peneliti pun Negarakertagama bahwa raja menemukan fakta-fakta sejarah yang Kertanegara telah mengadakan mendukung hipotesis tersebut. Meski setidaknya empat kampanye militer istilah Pamalayu memiliki arti “perang semasa pemerintahannya: dua melawan Melayu”, berdasarkan kampanye militer melawan sesama penelitian dan sudut pandang yang kerajaan Jawa pada tahun 1270 dan digunakan oleh penulis, ekspedisi 1280, perang melawan Melayu pada Pamalayu masih lebih cocok digolongkan sebagai praktik diplomasi

Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 6 No. 2, Agustus 2017 79 Diansasi Proborini

kultural ketimbang imperialisme sebagai diplomasi kultural ketimbang kultural. Meski demikian tidak imperialisme kultural. Imperialisme dipungkiri bahwa ekspedisi Pamalayu kultural yang merupakan produk mula-mula dilakukan dalam kesan- insidental dari imperialisme politik dan kesan imperialistik, terutama ketika ekonomi, secara umum kerap berafiliasi banyaknya pasukan Singasari yang dengan kolonialisme dan konflik sipil datang dan menduduki pelabuhan yang biasanya berbasis perlawanan Melayu. Penguasaan Singasari terhadap terhadap penjajahan. Sehubungan pelabuhan internasional dengan hal tersebut, Melayu sebagai salah satu imperialisme kultural upaya mengintervensi ekonomi Dalam rangka adalah perpanjangan dari menyebabkan sumber mendorong imperialisme politik dan pemasukan ekonomi Melayu terciptanya common ekonomi untuk yang dihasilkan dari meningkatkan ground, diplomasi perdagangan internasional, ketergantugan negara khususnya ekspor lada, kultural periphery (yang dijajah) terganggu. menggunakan terhadap negara core atribut-atribut atau (penjajah), ehingga Sementara itu, ekspedisi instrumen budaya, mereka akan terus Pamalayu memiliki proses yang mana dalam mengimpor komoditas- interaksi dan hasil akumulatif komoditas ekonomi, ekspedisi Pamalayu yang mirip dengan diplomasi politik, maupun kultural, kultural. Sebagaimana dinampakan melalui seperti ideologi, bahasa, diplomasi kultural diartikan pemberian arca budaya, dan cara hidup sebagai pertukaran ide atau Amoghapāśa dari negara core. gagasan, informasi, seni dan Lokeśwara. Sementara itu, aspek kebudayaan lainnya di pelaksanaan negosiasi antara negara-negara dan yang damai untuk masyarakatnya untuk mendorong mencapai kesepahaman bersama adanya pengertian dan pemahaman merupakan salah satu syarat yang harus bersama (common ground). Dalam dipenuhi dari sebuah diplomasi secara rangka mendorong terciptanya common umum. Meski kenyataannya dalam seni ground, diplomasi kultural berdiplomasi juga tidak menutup menggunakan atribut-atribut atau kemungkinan adanya penggunaan instrumen budaya, yang mana dalam kekuatan koersif (hard power) apabila ekspedisi Pamalayu dinampakan melalui kepentingan nasional tidak bisa dicapai pemberian arca Amoghapāśa melalui diplomasi. Hal tersebut juga Lokeśwara. Arca tersebut juga terbilang logis dalam menjelaskan merupakan salah satu bukti kemajuan keputusan raja Kertanegara yang peradaban budaya Singasari mengingat mengirim bala tentaranya ke bumi saat itu kesenian patung di Singasari Melayu guna mewaspadai kemungkinan merupakan salah satu yang terbaik. penggunaan kekuatan koersif bila Reputasi yang demikian lantas menjadi diperlukan ketika cara-cara damai gagal. prestise tersendiri bagi Singasari, sehingga raja beserta rakyat kerajaan Pasca ekspedisi Pamalayu, kondisi Melayu yang diberi patung tersebut pun kerajaan Melayu juga tidak banyak yang menyambutnya dengan penuh suka dan berubah kecuali kondisi pelabuhannya cita. yang kian dikontrol oleh Jawa dan ketiadaan putri raja Tribuwanaraja Ketiadaan konflik berkepanjangan Mauliwarmadewa karena antara pasukan Singasari dengan pihak dipersembahkan sebagai hadiah kepada kerajaan Melayu Dharmasraya juga raja Singasari. Kerajaan Melayu juga menjadi satu indikator yang cenderung bersikap netral dalam membenarkan bahwa ekspedisi menanggapi perseteruan antara Jawa Pamalayu lebih layak dikategorikan dan Tiongkok. Tidak ditemui catatan

80 Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 6 No. 2, Agustus 2017 Analisis Aspek Diplomasi

yang menyatakan perilaku sentimen Sehingga dengan mengungkap beberapa Melayu terhadap Tiongkok. Pun sekitar fakta sejarah dan menganalisisnya tahun 1281, Melayu juga masih dalam perspektif Hubungan mengirimkan dua orangnya dalam misi Internasional, ekspedisi Pamalayu dapat penghormatan kepada kekaisaran diverifikasi benar merupakan praktik Tiongkok, Khubilai Khan. Netralitas diplomasi kultural yang terjadi di Melayu menjadi suatu aspirasi common Nusantara jauh sebelum digagasnya ground terendah yang diharapkan oleh sistem Westphalian states. Sementara pihak Singasari, di mana, sebagai tujuan negeri-negeri Barat saat itu masih ideologis, harapan terbesarnya adalah disibukkan dengan beragam masalah Melayu bersedia untuk bergabung dalam peperangan barbar dan persoalan kubu Singasari dan bersama-sama dengan gereja, Jawa, sebagai salah satu membendung masuknya pengaruh kekuasaan yang terkenal di Asia selain Tiongkok yang kian meluas. Tiongkok, telah terbilang cukup maju dan berperadaban tinggi dalam Kendati demikian, aspek kultural yang mengimplementasikan kepentingan dihasilkan dari ekspedisi Pamalayu nasionalnya. Selama ini kita selalu terhadap bumi Melayu adalah diberikan pengetahuan mengenai tersebarnya kebudayaan Panji yang kemajuan-kemajuan cara berpikir a la telah eksis sejak era Singasari. Buktinya Barat, di mana kita melupakan dapat dilihat pada relief-relief candi bagaimana kecerdikan para leluhur Jago yang menceritakan kisah Panji dalam upaya mempersatukan Kunjarakarna. Bukti tersebarnya budaya Nusantara. Seni diplomasi kultural yang Panji hingga ke Sumatra adalah menurut tulisan-tulisan para akademisi kemunculan cerita-cerita Panji khas Barat baru dipopulerkan oleh Perancis Melayu yang biasa dikenal sebagai abad ke-19, nyatanya pernah Hikayat. Beberapa hikayat khas Melayu diimplementasikan oleh kekuasaan yang cukup terkenal diantaranya adalah: Singasari jauh 600 tahun sebelumnya. Hikayat Hang Tuah yang ceritanya Demikian penelitian ini pun masih sering diadaptasikan ke dalam cerita memiliki area abu-abunya yang anak hingga perfilman, Hikayat memberikan ruang atau peluang Pandawa Lima, Hikayat Patani, dan kesempatan bagi para akademisi lain lain-lain. Tidak hanya itu, konsekuensi yang tertarik untuk mengkaji praktik- lainnya adalah kelahiran sosok raja atau praktik hubungan internasional pemimpin yang berdarah campuran, Nusantara kuno. Penelitian ini sebagian Melayu – Jawa, seperti raja besar memfokuskan pembahasannya dan . Raja Adityawarman pada aktivitas diplomasi kultural era yang lantas memerintah kerajaan Singasari, tanpa memberi penjelasan Pagaruyung secara langsung turut empiris dan komprehensif tentang menyebarkan kebudayaan , aktivitas-aktivitas penundukan atau sebagai suksesor kerajaan Singasari, ke imperialisme yang pernah dilakukan bumi Melayu seperti keyakinan Buddha- oleh raja Kertanegara di daerah-daerah Syiwa dan macam-macam praktik ritual lain, seperti: Madura, Bali, dan beberapa Tantra. wilayah Jawa lainnya.

Daftar Pustaka [3] Cummings, Milton C., 2003. Cultural Diplomacy and the United States [1] Bade, D., 2013. Of Palm Wine, Women and Government: A Survey. Washington War: The Mongolian Naval Expedition to DC: Center for Arts and Culture. Java in the . Singapore: [4] Hall, Kenneth R., 2011. A History of Early Institute of Southeast Asian Studies. Southeast Asia Maritime Trade and Societal [2] Bullock, A. dan Stallybrass O. ed., 1977. The Development, 100–1500. Maryland: Fontana Dictionary of Modern Thought. Rowman & Littlefield Publishers, Inc. London: Fontana Book. [5] Hardjowardojo, P., 1965. Pararaton, : Bhratara.

Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 6 No. 2, Agustus 2017 81 Diansasi Proborini

[6] Muljana, S., 1976. A Story of Majapahit. [10] Roy, S.L., 1995. Diplomasi. Jakarta: PT. Singapura: Singapore University Press. Raja Grafindo Persada. [7] −−−−−−−., 1979. dan [11] Sedyawati, E., 2012. Kerajaan Singasari: Tafsir Sejarahnya. Jakarta: Bhratara Karya Kehidupan Religi dan Seni. Dalam: Aksara. Indonesia dalam Arus Sejarah: [8] −−−−−−−., 1981. Kuntala, Sriwijaya dan Kerajaan Hindu-Buddha. Jakarta: PT Ichtiar Suwarnabhumi. Jakarta: Yayasan Idayu. Baru van Hoeve. [9] Reynolds, C., 1981. Modes of Imperialism. [12] Cecil, R. 1971. Cultural Imperialism. NY: St. Martin’s Press, Inc. Monograph Series, 6, hlm. 1-15.

82 Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 6 No. 2, Agustus 2017