Analisis Sejarah, Volume 6, No. 1, 2017 © Labor Sejarah, Universitas Andalas

KERAJAAN-KERAJAAN SAPIAH BALAHAN, KUDUANG KARATAN- KAPAK RADAI- TIMBANG PACAHAN KERAJAAN PAGARUYUNG ABAD KE-20

Mhd. Nur

Dosen tetap Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas Email : [email protected]

Abstrak Kerajaan-kerajan yang menjadi Sapiah Balahan, Kuduang Karatan, Kapak Radai, dan Timbang Pacahan Kerajaan Pagaruyung pada abad ke-20 lebih dari seratus kerajaan kecil. Kerajaan-kerajaan itu pada umumnya berada di luar Luhak nan Tigo, seperti di daerah rantau, provinsi tetangga, dan bahkan Negara tetangga. Di antara raja-raja Pagaruyung hanya Adityawarman yang meninggalkan bukti tertulis, seperti prasasti Pagaruyung I-IV, Prasasti Saruaso I-II, Prasasti Kuburajo I-II, Prasasti Rambatan. Prasasti Ombilin, Prasasti Bandar Bapahat, Prasasti Pariangan, Prasasti Amoghapasa, dan Prasasti . Raja-raja Pagar- uyung selalu menerima pajak atau upeti dari raja-raja di rantau seperti Siak, Indragiri, Air Bangis, Sungai Pagu, Batang Hari, bahkan dari Batak. Pemungutan pajak di rantau kadang kala juga diserahkan kepada raja atau utusannya yang datang ke rantau untuk menjemput uang adat yang terkumpul. Hubungan dengan raja di rantau ada juga yang berlangsung melalui hubungan perkawinan, dikirim langsung dari Pagaruyung dan sebagainya, hingga muncul istilah Sapiah Balahan, Kuduang Karatan, Kapak Radai, Timbang Pacahan Kerajaan Pagaruyung. Penempatan raja di rantau mendapat restu dari raja Pagaruyung, seperti raja Pulau Punjung adalah raja setempat yang diangkat dan ditetapkan oleh Yang Dipertuan Pagaruyung. Raja Sungai Pagu mempunyai hubungan darah dengan keluarga Pagaruyung. Raja-raja di rantau menyebut raja Pagaruyung dengan “Yang Dipertuan”. Kata Kunci : Minangkabau, Kerajaan, Vasaal, Prasasti,

~ 91 ~

Analisis Sejarah, Volume 6, No. 1, 2017 © Labor Sejarah, Universitas Andalas

A. PENGANTAR Kawasan Luhak Nan Tigo adalah merupakan Zaman awal sejarah Minang-kabau telah kawasan pusat atau inti dari alam Minang- dimulai sejak abad ke-4 sebelum Masehi, kabau, sedangkan yang kedua, rantau ialah yakni ketika perahu-perahu yang berasal dari kawasan perluasan dan sekaligus merupakan Pulau Sumatera telah sampai berlayar ke daerah perbatasan yang mengelilingi kawasan Samudera Hin-dia, terutama menuju Persia pusat.4 dan Madagaskar.1 Pusat kerajaan Melayu ini Kerajaan Melayu Minangkabau didirikan adalah di sekitar pantai timur , seperti oleh nenek moyang orang Mdelayu dan Jambi dan Palembang. Kerajaan “Minang- mencapai puncaknya sekitar abad ke-14 dan kabau Timur” adalah bekas kerajaan Melayu ke-15, ketika Adityawarman berkuasa Jambi yang berkem-bang kembali menjadi menggantikan pendahulunya.5 Aditya- Dharmasraya pada tahun 1070 atau abad ke-11. warman adalah putra dari dari Kerajaan tersebut didirikan oleh keturunan Tanah Melayu, 6 cucu Tribhuwanaraja Sri Maharaja. Raja-rajanya bergelar Maulia- Mauliwarmadewa, yang dibesarkan di Maja- warman, yang oleh rakyatnya disebut sebagai pahit. Faktor itu pula yang menyebab-kan Sri Maharaja Diraja.2 ketika Adityawarman memerintah, pengaruh Tidak mengherankan bahwa Kerajaan kerajaan sangat jelas. Bahkan pada Melayu Minangkabau merupakan beberapa masa pemerintahan Adityawarman organi- kerajaan yang berpusat di berbagai tempat di sasi pemerintahan kerajaan disusun menurut kawasan Minangkabau. Salah satunya adalah sistem organisasi yang berlaku di Majapahit. Kerajaan Pagaruyung di Luhak Tanah Datar, Begitu juga dengan sistem pemerintahan, tam- Minangkabau. Istana Kerajaan berada di Nagari Pagaruyung, yang berfungsi sebagai pusat pemerintahan raja-raja Melayu 4 Dalam historiografi tradisional Minangkabau berupa Pagaruyung. Kerajaan Melayu Pagaruyung tambo, batas-batas geografis alam Minangkabau sering diperinci oleh beberapa penulis disebut juga sebagai dengan ungkapan-ungkapan simbolik seperti berikut :…..dari riak Kerajaan Minangkabau.3 nan badabue, siluluak punai mati, sirangkak nan badangkuang, Kerajaan tersebut berada di Luhak Tanah buayo putiah daguak, taratak air hitam, sikalang air bangis, Datar, salah satu bagian dari Luhak Nan Tigo. sampai ke durian ditakuak rajo……. Untuk hal yang lebih rinci Menurut historiografi tradisional tentang batas-batas alam Minangkabau lebih lanjut lihat, Dt. Minangkabau, Tambo Alam Minangkabau, Radjo Pangoeloe, Minangkabau : Sejarah Ringkas dan Adatnya. Padang : alam Minangkabau terdiri dari dua wilayah Sri Dharma, 1971, hal. 44-49. utama, yaitu kawasan luhak nan tigo dan rantau. 5 Rusli Amran. Op. Cit. Hal. 37. 6 Hal ini berdasarkan isi Pararaton, yakni : Akara sapuluh dina teka kang andon saking Malayu oleh putri roro. Kang sawiji ginawe bini- 1 Nooteboom. Sumatera dan Pelayaran di Samudera Hindia. haji denira raden Wilaya, aran Dara Petak. Kang atuha aran Dara Jingga; Jakarta: Bhratara, 1972, hal. 12-14. alaki dewa, apuputra ratu ring Melayu aran tuhan Janaka, kasir-kasir cri 2 Slamet Muljana. Kuntala, Sriwijaya, dan Suwarna Dwipa. Marmadewa, bhiseka sira aji Mantrolot. (Kira-kira sepuluh hari (sesudah Jakarta: Idayu, 1981, hal. 224-232. 3 Rusli Amran misalnya menyebut sebagai Kerajaan pengusiran tentara Tartar) datanglah tentara ekspedisi ke Melayu, membawa Minangkabau. Sementara beberapa Arkeolog masih dua orang putri. Yang satu dijadikan istri/permaisuri bernama memperdebatkan nama itu, apakah Kerajaan Pagaruyung atau Dara Petak. Yang tua bernama Dara Jingga; ia kawin dengan (Mauliwarma) Kerajaan Melayu Mnangkabau, atau nama lainnya Lihat Rusli dewa dan menurunkan raja di Tanah Melayu bernama Tuhan Janaka, bergelar Amran. Sumatra Barat Hingga Plakat Panjang. Jakarta: Snar Harapan, Sri Marmadewa, mengambil nama abhiseka Aji Mantrolot). Lebih lanjut 1981, hal 37. Lihat juga Budi Istiawan. Selintas Prasasti Melayu Kuno. lihat Slamet Muljana, Pemugaran Persada Sejarah Leluhur Majapahit. Batusangkar: BP3, 2006, hal. 1-48. Jakarta : Inti Idayu Press, 1983. hal. 176

~ 92 ~

Analisis Sejarah, Volume 6, No. 1, 2017 © Labor Sejarah, Universitas Andalas paknya pola kerajaan Majapahit dipakai pula Bagaimanakah bentuk pemerintahan oleh Kerajaan Melayu Minang-kabau.7 kerajaan-kerajaan yang masih memelihara Pembentukan kerajaan Melayu tradisi kerajaan pada masa lampau di Sumatra Dharmasraya dan Pagaruyung oleh Adi- Barat, Mengapakah kerajaan-kerajaan itu tyawarman merupakan peristiwa pen-ting masih eksis dan penting untuk diungkapkan, dalam sejarah Minangkabau, karena peristiwa Apakah kaitan antara kerajaan-kerajaan itu menunjukkan usaha pertama dalam Minangkabau dan pemerintah daerah, dan pembentukan sebuah sistem otoritas yang Kapankah munculnya kerajaan-kerajaan berada di atas tingkat nagari yang otonom. Minangkabau yang bernuansa Islam. Walaupun kedudukan raja di dalam Urgensi Penelitian Penelitian terhadap pemerintahan Alam Minangkabau lebih kerajaan-kerajaan Minangkabau meliputi tiga banyak ber-sifat sebagai pemersatu nagari- hal penting yaitu inventarisasi dan nagari yang otonom tersebut. Otoritas tradi- dokumentasi serta penganalisisan. Dengan sional raja Minangkabau hanya merupa-kan inventarisasi dan dokumentasi akan dapat simbol persatuan dari republik-republik nagari mengungkapkan kecenderungan sistem Minangkabau dan pemeilihara hubungan pemerintahan tradisional, latar belakang dengan masyarakat di luar alam Minang- filosofi dan dinamika masyarakat lokal yang kabau. Raja memberi kewenangan kepada mempengaruhinya. kerajaan-kerajaan di daerah rantau dan raja merupakan lambang dari persatuan Minang- B. PEMBAHASAN kabau seba-gai satu keseluruhan.8 Kerajaan Melayu Minangkabau Penelitian ini difokuskan terhadap merupakan sebuah kerajaan yang berpusat di kerajaan-kerajaan Minang-kabau pada abad beberapa tempat, salah satunya adalah di ke-20 yang masih melanjutkan tradisi Luhak Tanah Datar, Minangkabau. Istana kepemimpiinan para sultan atau Kesultanan, Kerajaan berada di Nagari Pagaruyung, yang khususnya yang dijumpai di sekitar Sumatra berfungsi sebagai pusat pemerintahan raja- Barat. Penelitian ini akan melihat akar sejarah raja Melayu Minangkabau. Kerajaan Melayu kepemimpinan kesultanan dan tradisi Minang-kabau oleh beberapa penulis disebut kerajaan yang diterapkan serta tradisi budaya juga sebagai Kerajaan Minangkabau.9 Luhak kerajaan secara lebih dalam dan luas. Kegiatan Tanah Datar sendiri merupakan salah satu itu merupakan bagian dari sistem pemerin- bagian dari Luhak Nan Tigo yang terdapat dalam tahan pada zaman raja-raja. Artinya penelitian konsepsi masyarakat Minangkabau terutama ini akan melihat hubungan antara budaya tentang alamnya. Menurut historiografi Minangkabau dan sistem pemerintahan tradisional, alam Minangkabau terdiri dari tradisional pada masa moderen. dua wilayah utama, yaitu kawasan luhak nan Penelitian ini juga akan mengiden-tifikasi tigo dan rantau. Kawasan Luhak Nan Tigo adalah beberapa kerajaan Islam di Sumatra Barat merupakan kawasan pusat atau inti dari alam yang berpotensi dan dapat dikem-bangkan Minangkabau, sedangkan yang kedua, rantau model-model kearifan kerajaan tradisional. ialah kawasan perluasan dan sekaligus Beberapa pertanyaan antara lain:

7 A.A.Navis, Alam Terkembang Jadi Guru : Adat dan Kebudayaan Minangkabau. Jakarta : Grafiti Press, 1986, hal.16-17. 8 De Joselin De Jong, Minangkabau and Negri Sembilan : 9 Rusli Amran. Sumatra Barat Hingga Plakat Panjang. Jakarta: Sociopolitical Structure in . Djakarta : Bhratara, 1960; hal. 110- Snar Harapan, 1981, hal 37. Lihat juga Budi Istiawan. Selintas 111. Prasasti Melayu Kuno. Batusangkar: BP3, 2006, hal. 1-48.

~ 93 ~

Analisis Sejarah, Volume 6, No. 1, 2017 © Labor Sejarah, Universitas Andalas merupakan daerah perbatasan yang mengeli- para penghulu. Wilayah itu masing-masing lingi kawasan pusat.10 diatur menurut sistem yang berbeda satu Luhak Nan Tigo, yang merupakan kawasan sama lain, sebagaimana yang diungkapkan inti dari alam Minangkabau terdiri dari Luhak mamang “Luhak berpenghulu, rantau Tanah Datar, Luhak Agam, dan Luhak Lima beraja”.13 Puluh Koto. Dari ketiga luhak tersebut Luhak Pembentukan kerajaan Melayu Tanah Datar sebagai luhak terbesar dan Minangkabau oleh Adityawarman merupa- daerah terpenting ditinjau dari sudut sejarah, kan peristiwa penting dalam sejarah Melayu, sebab Luhak Tanah Datar selain tanahnya karena peristiwa itu menunjukkan usaha subur untuk tanaman padi juga kaya dengan pertama dalam pembentukan sebuah sistem emas dan merupakan pusat kerajaan otoritas yang berada di atas tingkat nagari Minangkabau dimana tempat tinggal yang otonom. Walaupun kedudukan raja di keluarga raja dan menteri-menterinya. dalam pemerintahan Alam Minangkabau Kerajaan Melayu Minangkabau didirikan lebih banyak bersifat sebagai pemersatu oleh Adityawarman dan mencapai nagari-nagari yang otonom tersebut. Otoritas puncaknya sekitar abad ke-14 dan ke-15, tradisional raja Minangkabau hanya merupa- ketika Adityawarman masih berkuasa.11 kan simbol persatuan dari republik-republik Adityawarman adalah putra dari Dara Jingga nagari Minangkabau dan pemeilihara dari Tanah Melayu, 12 cucu Tribhuwanaraja hubungan dengan masyarakat di luar alam Mauliwarmadewa, yang dibesarkan di Maja- Minangkabau. Raja memberi kewenangan pahit. Faktor itu pula yang menyebab-kan kepada kerajaan-kerajaan di daerah rantau ketika Adityawarman memerintah, pengaruh dan raja merupakan lambang dari persatuan kerajaan Majapahit sangat jelas. Bahkan pada Minangkabau sebagai satu keseluruhan.14 masa pemerintahan Adityawarman organi- Sepeninggal Adityawarman raja-raja sasi pemerintahan kerajaan disusun menurut Pagaruyung tetap dihormati rakyat sebagai sistem organisasi yang berlaku di Majapahit. tokoh yang menjaga keseimbangan dan Begitu juga dengan sistem pemerintahan, keutuhan serta sebagai pemungut pajak tampaknya pola kerajaan Majapahit dipakai (uang adat) yang menjadi ikatan politik. Raja pula oleh Kerajaan Melayu Minangkabau. mempunyai basis kekuasaan berupa Pada dasarnya sistem pemerintahan di pemungut pajak dikawasan rantau seperti wilayah kerajaan terdiri atas dua pola, di pajak pelabuhan, pajak perdagangan dan Majapahit terdiri dari wilayah bawahan, dengan berbagai bentuk uang adat. Pada prinsipnya, pimpinan raja bawahan, yang umumnya pemungutan pajak itu merupakan pemenu- adalah anggota raja di pusat pemerintahan, han kewajiban adat. Demikian juga halnya dan wilayah mancanegara, yaitu daerah taklukan ada pajak untuk mendirikan rumah, bangun- yang dipimpin raja wilayah itu sendiri. an balai adat, dan lain-lain. Sedangkan pola yang dipakai di Minang- Raja Minangkabau, yang berkedu-dukan kabau ialah wilayah rantau, yaitu kerajaan yang di Pagaruyung selalu menerima pajak atau dipimpin oleh raja kecil sebagai wakil raja di upeti dari raja di rantau seperti Siak, Indragiri, Pagaruyung, dan wilayah Luhak yang dipimpin Air Bangis, Sungai Pagu, Batang Hari, bahkan

10 Dt. Radjo Pangoeloe, Minangkabau : Sejarah Ringkas dan 13 A.A.Navis, Alam Terkembang Jadi Guru : Adat dan Adatnya. Padang : Sri Dharma, 1971, hal. 44-49. Kebudayaan Minangkabau. Jakarta : Grafiti Press, 1986, hal.16-17. 11 Rusli Amran. Op. Cit. Hal. 37. 14 De Joselin De Jong, Minangkabau and Negri Sembilan : 12 Slamet Muljana, Pemugaran Persada Sejarah Leluhur Sociopolitical Structure in Indonesia. Djakarta : Bhratara, 1960; hal. 110- Majapahit. Jakarta : Inti Idayu Press, 1983. hal. 176. 111.

~ 94 ~

Analisis Sejarah, Volume 6, No. 1, 2017 © Labor Sejarah, Universitas Andalas dari Batak. Pemungutan pajak dirantau dimungkiri bahwa Kerajaan Melayu kadang kala juga diserahkan kepada raja atau Minangkabau adalah bagian dari kerajaan utusannya yang datang ke rantau untuk Melayu. Pada abad pertama Masehi nama menjemput uang adat yang terkumpul. Kerajaan Melayu sudah terkenal. Nama itu Hubungan antara Raja Alam dan raja di berasal dari bahasa Sanskerta Malayapura atau rantau ada juga yang berlangsung melalui Malayur, kemudian berubah menjadi Melayu hubungan perkawinan, dikirim langsung dari atau Malayu. Sumber lain mengatakan bahwa Pagaruyung dan sebagainya, hingga muncul Melayu berasal dari bahasa Tamil Melayur, istilah Sapiah Balahan, Kuduang Karatan, Kapak artinya orang gunung. Orang Melayu tersebar Radai, Timbang Pacahan Kerajaan Pagaruyung. di kawasan yang sangat luas, seperti Aceh, Penempatan raja di rantau men-dapat restu Deli, Minangkabau, Palembang, Jambi, dari raja Pagaruyung, seperti raja Pulau Semenanjung Malaya, Kalimantan Barat, Punjung adalah raja setempat yang diangkat Tapanuli Tengah, Bruney, Thailand, dan lain- dan ditetapkan oleh Yang Dipertuan lain.16 Pagaruyung. Raja Sungai Pagu mempunyai Salah satu di antara kawasan tempat hubungan darah dengan keluarga Pagar- berkembang dan tumbuhnya kerajaan uyung. Raja-raja di rantau menyebut raja Melayu adalah di Minang-kabau, yang Pagaruyung dengan “Yang Dipertuan”.15 tentunya mempunyai hubungan yang erat Isi dari sebuah prasasti menyebut-kan dengan “dunia” atau kerajaan Melayu lainnya, bahwa pada tahun 1208 Saka (1286 M), bulan seperti Semenanjung Malaya, Jambi, Badrawada tanggal 1 paro terang, Arca Palembang, Deli, pesisir barat Sumatera, dan Amogapasha dibawa dari Bumi Jawa dan lain-lain. Menelusuri jejak Kerajaan Melayu ditempatkan di Dharmasraya. Arca ini Minangkabau merupakan salah usaha untuk merupakan persembahan dari Sri Maharaja- mengungkapkan dinamika salah satu diraja Sri Kertanegara (dari kerajaan Singosari kerajaan Melayu di Pulau Sumatera. di Jawa) untuk Sri Maharaja Srimat Tribhu- Pada masa kuno wilayah pengaruh wanaraja Mauliwarmmadewa dari Melayu kebudayaan Minangkabau meliputi bagian Dharmasraya. Jadi dengan ditemukannya tengah Pulau Sumatera, mulai dari pantai beberapa prasasti yang memuat keberadaan barat antara Barus dan Muko-muko, pantai dari kerajaan Pagaruyung umumnya dan raja timur, sebagai dari Propinsi Riau, dan Adityawarman khususnya, terungkaplah sebagian dari Propinsi Jambi. Orang Melayu tabir tentang hal ikhwal dari kerajaan dan raja berkembang dalam dua kawasan yang luas, yang pernah ada di alam Minangkabau. yakni Melayu Sumatera dan Semenanjung Malaya, termasuk Kepulauan Riau. Selain itu 1. Raja Melayu Pagaruyung Sebelum juga tersebar di pulau lain. Posisi Melayu ini Islam termasuk pada kawasan yang sangat strategis. Kerajaan Melayu Minangkabau sebelum Perairan Selat Malaka, Laut Cina Selatan, dan masuknya Islam di Minangkabau masih Laut Jawa adalah kawasan lalu lintas belum terungkap secara jelas. Pusat kerajaan perdagangan internasional, yang semakin ketika itu berpindah-pindah menurut jalur lama semakin penting, yang pada umumnya perekonomian dan perdaga-ngan. Tidak bisa kawasan tempat beraktivitas orang Melayu.

15 Hasan Djafar. “Prasasti-Prasasti Masa Kerajaan Melayu 16 Omar Farouk. “Asal Usul da Evolusi Nasionalisme Kuno dan Beberapa Permasalahannya”, dalam Seminar Sejarah Etnis Mslim Melayu di Muangthai Selatan”, dalam Taufik Melayu Kuno. Jambi : Pemda Tk. I Jambi dan Kanwil Depdikbud Abdullah, dkk, ed. Tradisi dan Kebangkitan Islam di Asia Tenggara. Jambi, 1922, hal. 51-80 dalam Budi Istiawan, Ibid, hal. 3. Jakarta: LP3ES, 1989, hal. 297.

~ 95 ~

Analisis Sejarah, Volume 6, No. 1, 2017 © Labor Sejarah, Universitas Andalas

Berbagai kerajaan muncul di kawasan yang oleh rakyatnya disebut sebagai Sri tersebut, seperti Sriwijaya, Malaka, Pasai, Aru, Maharaja Diraja.20 dan sebagainya. Selat Malaka adalah perairan Dharmasraya disebut juga Malayapura yang digemari oleh para pedagang, baik atau Melayu, yang berpusat di Siguntur, pedagang Nusantara maupun asing karena daerah pinggir Sungai Batanghari. Kerajaan wilayah itu sangat strategis. Malaka menjadi Dharmasraya merupakan babakan sejarah pusat perdagangan dan maritim pada saat baru bagian Tengah Pulau Sumatera, sebab perdagangan internasional telah semakin kerajaan ini merupakan cikal bakal ramai.17 perkembangan kerajaan yang berpusat di Kerajaan Melayu yang pernah berpusat di Pagaruyung pada akhir abad ke-13. Sungai hulu sungai Batanghari dikenal sebagai Baatanghari merupakan jalan terbaik untuk Dharmasraya. Kerajaan Dharmasraya adalah mencapai pusat Alam Minangkabau ketika kerajaan Melayu Tua beragama Hindu, yang itu. Perlu dijelaskan di sini bahwa sebelumnya terletak di Minangkabau Timur. Kerajaan ini tidak pernah ditemukan bukti-bukti yang pernah disinggahi oleh I-Tsing pada abad ke-7 menyebutkan nama Kerajaan Melayu selama dua bulan dalam perjalanannya dari Minangkabau. Cina ke India via Palembang.18 Kerajaan Pada tahun 1275 Kartanegara dari Melayu Tua berpusat di Sungai Langsat, Kerajaan Singosari di Jawa mengirim Siguntur di daerah Pulau Punjung (sekarang ekspedisi Pamalayu ke Kerajaan Dharmasraya bagian dari Propinsi Sumatera Barat) sebagai sebuah misi perdamaian, yang Zaman awal sejarah Minangkabau telah bertujuan untuk menjalin kerjasama dalam dimulai sejak abad ke-4 sebelum Masehi, menghadapi serangkan pasukan Kubilai yakni ketika perahu-perahu yang berasal dari Khan, 21 yang dikenal sebagai Ekspedisi Pulau Sumatera telah sampai berlayar ke Pamalayu. Selanjutnya Kertanegara mengirim Samudera Hindia, terutama menuju Persia seorang Mahamenteri yang bernama dan Madagaskar.19 Pusat kerajaan Melayu ini Wiswarupakumara bersama sebuah arca adalah di sekitar Palembang sekarang, yakni di Amoghapasa sebagai lambang persahabatan Jambi. Kerajaan “Minangkabau Timur” dan hadiah kepada Mauliawarman atau adalah bekas kerajaan Melayu Jambi yang Mauliwarmadewa. Ketika Wiswarupaku- berkembang kembali menjadi Dharmasraya mara kembali ke Jawa, ia membawa dua pada tahun 1070 atau abad ke-11. Kerajaan orang putri Raja Dharmasraya, yakni Dara tersebut didirikan oleh keturunan Sri Jingga dan Dara Petak. Kedua putri tersebut Maharaja. Raja yang bergelar Mauliawarman, dibawa ke Singosari. Dara Petak kawin dengan Raden Wijaya dengan gelar putri Indraswari. Dara Jingga diperisteri oleh salah seorang kerabat istana

17 Taufik Abdullah. “Abad ke-18 di Selat Malaka dan Raja yang bernama Adwayawarman.22 Ketika Haji Yang Hampir Terlupakan”, dalam Rustam S.Abrus, dkk.

Sejarah Perjuangan Raja Haji Fisabilillah Dalam Perang Riau Melawan 20 Slamet Muljana. Kuntala, Sriwijaya, dan Suwarna Belanda (1782-1784). Pekanbaru: Pemerintah Propinsi Daerah Riau, Dwipa. Jakarta: Idayu, 1981, hal. 224-232. 1989, hal. 165-183. 21 Beberapa versi tentang tahun terjadi Ekspedisi 18 J. Takakusu. A Record of the Budhis as Practised in India and Pamalayu yakni pada tahun 1275. .Uli Kozok. Kitab Undang Undang the Malay Archipelago 671-695. Lihat juga Rusli Amran. SumateraBarat Tanjung Tanah Naskah Melayu Yang Tertua. Jakarta : Yayasan Naskah Hingga Plakat Panjang. Jakarta: Sinar Harapan, 1981, 72. Nusantara-Yayasan Obor Indonesia, 2006, hal .17. 19 Nooteboom. Sumatera dan Pelayaran di Samudera Hindia. 22 Prasasti Kuburajo I, terdiri dari 16 baris, berbahasa Jakarta: Bhratara, 1972, hal. 12-14. Sanskerta dengan huruf Jwa Kuna. Angka tahun yang tertulis

~ 96 ~

Analisis Sejarah, Volume 6, No. 1, 2017 © Labor Sejarah, Universitas Andalas hamil, Dara Jingga kembali ke Dharmasraya Kemudian pusat kerajaan dipindahkannya ke dan melahirkan di sana yang kemudian daerah pedalaman. Perpindahan pusat dikenal sebagai Adityawarman. Kemudian kerajaan pada mulanya ditujukan ke hulu Dara Jingga kawin dengan sungai Batanghari dan dan kemudian menuju Wiswarupakumara, (dalam Tambo disebut lereng Gunung Merapi (Pagaruyung). Cati Bilang Pandai) yang kemudian Ada beberapa faktor perpindahan melahirkan Prapatih (Datuk Perpatih Nan Adityawarman ke daerah pedalaman; di Sabatang). antaranya bertujuan untuk memutuskan Jadi, Adityawarman dan Perpatih Nan hubungan dengan kerajaan Majapahit dan Sabatang adalah saudara seibu lain ayah. upaya menghindari serangannya; para Sebelum menjadi raja di Dharmasraya, pada pedagang Islam sudah mulai masuk dari masa remaja Adityawarman dibesarkan di pantai timur Sumatera, mungkin ketakutan Majapahit, dan kembali ke Dharmasraya pada terhadap proses Islamisasi, Adityawarman tahun 1339.23 Seorang tokoh utama dalam pindah ke pedalaman; usaha kerajaan untuk Tambo Alam Minangkabau adalah Datuk menduduki daerah sebagai penghasil emas Ketumanggungan, yang berasal dari kata dan lada di pedalaman, barang komoditi Temenggung, yang disebut sebagai anak raja. dagang yang sangat berharga dan dicari oleh Besar kemungkinan Datuk Ketumanggungan pedagang Eropa, India, dan Cina. itu adalah Adityawarman sendiri. Pada arca Menurut Rusli Amran, perpindahan Amoghapasa disebutkan bahwa kedudukan Adityawarman ke pedalaman disebabkan Perpatih sangat penting disamping Aditya- karena Adityawarman menemukan di warman. Hal ini memberi indikasi bahwa Dharmasraya telah memerintah seorang Bundo Kandung yang disebutkan dalam keluarga raja dari orang Melayu asli, lalu ia Tambo Alam Minangkabau adalah Dara mendirikan Kerajaan Melayu Minangkabau Jingga, Adityawarman adalah Dang Tuangku dan menjadi raja pertama. Pada tahun 1345 (Datuk Ketumanggungan), dan Datuk Adityawarman mulai memperluas wilayah Perpatih adalah Cindua Mato.24 Pendapat kekuasaannya, seperti ke arah Kuntu di tepi ini juga didukung oleh Dada Meuraxa.25 sungai Batangkampar untuk menembus jalan Menurut Prasasti Kuburajo I, ke Selat Malaka. Perairan Batangkampar Adityawarman menyebut dirinya sebagai dirasa lebih aman bagi Adityawarman dari Raja Tanah Kanaka. Ia adalah keturunan pada Batanghari. Akhirnya wilayah keluarga Indra serta titisan dewa Sri kekuasaan Adityawarman meluas sampai ke Lokeswara. Adityawarman menjadi raja di pantai timur Sumatra, muara Sungai Rokan Kerajaan Melayu Kuna yang berpusat di dan muara sungai Batanghari. Arah ke barat Dharmasraya, Siguntur pada tahun 1343. meliputi pantai barat Sumatra, seperti Barus dan Indrapura. Adityawarman juga memakai gelar pada Prasassti ini adalah 1278. Lihat Surya Helmi, dkk. Laporan Mauliawarmadewa, sebagai pelanjut dinasti Ekskavasi Kubu Rajo. Batusangkar: Suaka Peninggalan Sejarah dan Melayu. Semasa pemerintahannya, Purbakala Wilayah Propinsi Sumbar-Riau, 1991, hal. 5. Adityawarman telah membuat tidak kurang 23 Rusli Amran. Sumatera Barat Hingga Plakat Panjang. dari 18 prasasti yang bertebaran di sekitar Jakarta: Sinar Harapan, 1981, hal. 29. Pagaruyung.26 Pada tahun 1389 24 Asmaniar Z. Idris. “Kerajaan Minangkabau Aditiyawarman berusaha membebaskan diri Pagaruyung”, Makalah, Seminar Sejarah dan Kebudayaan secara total dari kerajaan Majapahit. Akan Minangkabau di Batusangkar, 1970.

25 Dada Meuraxa. Sejarah Kebudayaan sumatera. Medan: 26 M. Nur. “Diktat Kuliah Pengantar Arkeologi”. Padang: 1974. Jurusan Sejarah Fakutas Sastra Universitas Andalas, 2001, hal. 56.

~ 97 ~

Analisis Sejarah, Volume 6, No. 1, 2017 © Labor Sejarah, Universitas Andalas tetapi 1409 Majapahit berusaha untuk Bakilap Alam Raja Bagewang Yamtuan Rajo menundukkannya kembali. Namun Garo Daulat Yang Dipertuan Sultan Alif I. Adityawarman dapat bertahan di Namanya itu menunjukkan bahwa Raja Padangsibusuk, nagari di pinggir Batanghari. Pagaruyung telah memeluk Islam dan Sejak itu Adityawarman benar-benar merasa berkuasa pada pertengahan abad ke-16 bebas dari ancaman Majapahit. Setelah Masehi.29 Ketika itu wibawa politik Adityawarman pindah ke daerah pedalaman, Pagaruyung bersifat terbuka sehingga Dharmasraya masih hidup untuk beberapa pemerintahan telah memberi kebebasan lama. Pada tahun 1364, Dharmasraya dan kepada nagari-nagari di pesisir. Pagaruyung sama-sama mengirim utusan ke Bagian wilayah kerajaan di pesisir barat Tiongkok.27 Sumatera telah dipengaruhi secara politik Sampai tahun 1375, Kerajaan Pagaruyung ekonomi Aceh. Nagari-nagari di pesisir masih diperintahi oleh Adityawarman. diperintahi oleh Raja Kecil dan di sentral Namun setelah itu tidak ada kabar beritanya, kerajaan Melayu Minangkabau nagari siapa yang menjadi raja pengganti. Baru pada diperintahai oleh Penghulu. Hal ini pertengahan abad ke-16 naik takhta Sultan menimbulkan pepatah “Luhak ba penghulu, Alif yang telah beragama Islam. Ia memerintah rantau barajo”. Pemerintahan nagari sebagai sampai tahun 1580. Hubungan antara penjelmaan dari Kerajaan Melayu Kerajaan Pagaruyung dan kerajaan Melayu Minangkabau diatur dengan hukum tidak yang lain terjadi melalui perdagangan tertulis yang diwariskan secara turun (ekonomi), budaya, politik, perpindahan temurun berupa aturan adat seperti yang penduduk, dan sebagainya. Kerajaan-kerajaan tercantum dalam tambo adat. Rakyat patuh Melayu di Pulau Sumatra melakukan pada perintah Penghulu yang teguh hubungan dagang melalui pelayaran. Perairan memegang adat. di Selat Malaka dan pantai barat Sumatera Pada tahun 1580 Sultan Alif digantkan menjadi ajang pertemuan, baik antara sesama oleh Yamtuan Pasambahan Daulat Yang mereka, maupun dengan pedagang asing. Dipertuan Sultan Siput Aladin dari 158-1600. Selat Malaka menjadi jaringan lalu lintas yang Pada tahun 1600-1674 digantikan oleh sangat ramai dan tempat bertemunya Yamtuan Barandangan Daulat Yang pedagang dari berbagai zone komersil, seperti Dipertuan Tuanku Sari Sultan Ahmad Syah Teluk Benggala, Laut Jawa, Laut Cina Selatan, yang memerintah di Pagaruyung. Sistem pantai timur Semenanjung Malaya, dan Laut Pemerintahannya bercorak desentralisasi Sulu.28 berdasarkan Hukum Islam dan hukum adat, yang lazim di sebut Tungku Tigo Sajarangan atau 2. Raja Alam Pagaruyung Pada Masa Tali Tigo Sapilin, yang terdiri dari unsur ninik Islam. mamak, alim ulama, dan cerdik pandai. Pada Setelah Adityawarman tidak berkuasa masa itu Pagaruyung sebagai sentral kerajaan lagi, kerajaannya lebih terkenal dengan semakin lemah, karena tidak mempunyai sebutan Kerajaan Pagaruyung. Raja Islam Angkatan Perang, dan daerah pesisir tumbuh pertama Pagaruyung adalah Yamtuan Raja menjadi pusat perdagangan komersil. Pada

27 N.J. Krrom. Hindoe Javaansche Geschiedenis. DH, 1926, hal. 29 Budi Istiawan, dkk. Laporan Hasi Pendataan Benda Cagar 334. Budaya di Sumpur Kudus, Kabupaten Sawahlunto-Sijunjung. Batusangkar: 28 Kenneth R. Hall. Maritime Trade and States Developments in Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Wilayah Propinsi Early Southeast Asia . Honolulu: University of Hawai Press, 1985, hal. sumatera Barat dan Riau, 1993, hal. 5.; Jane Drakard, Op.Cit, hal. 20, 24, 25. 118-120.

~ 98 ~

Analisis Sejarah, Volume 6, No. 1, 2017 © Labor Sejarah, Universitas Andalas pertengahan abad ke-17 sebagian besar dari Ahmad Syah adalah Maharaja yang wilayah wilayah kerajaan di sekitar rantau itu telah kekuasaannya meliputi Barus, Muko-muko, didominasi oleh para Panglima Aceh. Batangkampar, dan Batanghari. Sebagai Raja Kerajaan Pagaruyung yang bertahta imbalannya, Belanda mendapat hak monopoli di Pagaruyung disebut sebagai Yang Dipertuan dagang dan mendirikan loji di pantai barat Raja Alam, yang dibantu oleh dua orang Raja, Sumatera. yakni Raja Adat dan Raja Ibadat. Kedua Dalam periode kepemimpinan raja-raja Pembantu Raja itu berkedudukan di tempat Alam Minangkabau pada masa Islam terjadi yang berbeda, yaitu di Buo dan Sumpur perluasan dan perkembangan nagari dibawah Kudus. Raja Alam Pagaruyung dan kedua koordinasi raja Alam Minangkabau. Selain itu pembantunya tersebut dinama Raja Nan Tigo nagari juga tersebar di daerah rantau, suatu kawasan tempat perluasan perkampungan Selo. Struktur kepemimpinan yang berada Minangkabau dari Luhak Nan Tigo. Perluasan dibawahnya adalah Basa Nan Ampek Balai, dan perkembangan daerah rantau ini semacam dewan empat menteri, yang dilakukan dengan mengirimkan putera- berkedudukan di nagari yang berbeda, yakni puteranya menjadi raja di berbagai daerah di Datuk Bandaro Putiah sebagai Panitahan di Nusantara. Daerah rantau disebut juga daerah Sungai Tarab, Tuan Indomo di Saruaso, Tuan pesisir, yakni pesisir barat dan pesisir timur. Mahkudum di Sumanik, dan Tuan Kadhi di Ada perbedaan sistem pemerintahan nagari Padangganting. Dewan Empat menteri antara Pesisir dan Darek . Pemerintahan nagari tersebut diketuai oleh Datuk Bandaro. di daerah darek adalah Penghulu, tetapi Lapisan sosial dibawahnya Niniak Nan Batigo, pemerintahan nagari di daerah pesisir adalah Langgam Nan Tujuah, Tanjuang Nan Ampek, Lubuk Raja. Daerah rantau hulu Kampar Kiri dan Nan Tigo. Dibawah Basa Nan Ampek Balai hulu Kuantan disebut sebagai Rantau Nan Tigo terdapat penghulu disetiap suku dengan Jurai dari Kerajaan Pagaruyung. perangkatnya Manti, Malin, dan Dubalang yang Salah satu dari nagari-nagari tersebut disebut Orang Nan Ampek Jinih. adalah nagari Pagaruyung yang menjadi pusat Yang Dipertuan Raja Alam di Pagaruyung pemerintahan Raja Alam Minangkabau. menjadi koordinator Raja Adat dan Ibadat Istana Raja Alam yang bernama Rumah Tuan serta mempunyai kekuasaan yang tertinggi. Gadih Istano Silinduang Bulan terdapat di Raja adat bertugas memegang adat dan nagari Pagaruyung. Istana tersebut sudah limbago. Keturunan Raja Adat masih disebut mengalami kebakaran sebanyak tiga kali sebagai Urang Istano, yang merupakan yakni tahun 1804, 1833, dan 1961. Penganti dari keturunan raja-raja di Pagaruyung. Raja istana Si Linduang Bulan yang terbakar Ibadat bertugas memegang hukum titah dibangun kembali pada tahun 1987 dan Allah dan mengerjakan sunah Rasul. diresmikan pada tanggal 21 dan 23 Desember Dalam pemerintahan Yamtuan 1989. 30 Barandangan Daulat Yang Dipertuan Tuanku

Sari Sultan Ahmadsyah, Minangkabau 30 PPIM, Ensiklopedi Minangkabau. Padang : PPIM, 2005, didatangi oleh Kompeni Belanda pada tahun hal. 365-366. Istana Basa yang terbakar pada tanggal 27 Februari 1663. Kompeni tahu bahwa barang komoditi 2007 adalah replika dari Istana Si Linduang Bulan. Istana ini yang yang menjadi permata dagang di pantai dibangun pada tahun 1975 atas inisiatif Pemerintah Daerah barat bukan berasal dari pesisir, tetapi dari Sumatera Barat dalam “Proyek Membangkitkan Harga Diri” daerah pedalaman. Oleh sebab itu Kompeni orang Minangkabau sesudah peristiwa PRRI. Istana ini terletak berusaha mendekati Raja Pagaruyung di Padang Siminyak Nagari Pagaruyung Batusangkar. tersebut. Belanda mengakui bahwa Sultan

~ 99 ~

Analisis Sejarah, Volume 6, No. 1, 2017 © Labor Sejarah, Universitas Andalas

Pada masa Adityawarman tidak pendataan yang dilakukan masih terdapat berkuasa lagi, ada mata rantai sejarah yang beberapa koleksi yang sangat berharga yang terputus selama lebih kurang dua abad, dipelihara oleh pewaris kerajaan di Istano karena belum ditemukannya bukti tertulis Silinduang Bulan. Koleksi tersebut tidak saja mengenai keberlanjutan dari pemerintahan di bisa membantu dalam pengungkapan sejarah Minangkabau. Berdasarkan bukti-bukti kerajaan Pagaruyung, namun juga sebagai peninggalan dari Ananggawarman, anak bukti eksistensi kerajaan Pagaruyung yang Adityawarman menunjukkan bahwa masih dapat kita temukan pada masa terdapat hubungan antara periode sekarang. Sesuai dengan Undang-undang Adityawarman yang beragama Hindu-Budha Nomor 5 tahun 1992 maka benda-benda dan raja pertama Minangkabau yang telah koleksi Kerajaan Pagaruyung tersebut dapat memeluk Islam. Bukti tersebut diantaranya dikategorikan sebagai benda cagar budaya keris Curik Simalagiri diwarisi oleh raja-raja yang harus dilestarikan. berikutnya dan sampai hari ini masih Secara keseluruhan benda-benda tersebut tersimpan dengan baik di Rumah Tuan berjumlah 20 koleksi benda cagar budaya Gadih Istano Si Linduang Bulan. bergerak yang terdiri dari berbagai macam Setiap nagari di Minangkabau bebas bentuk dan bahan, seperti senjata, tongkat, untuk menyusun adat istiadatnya dan keramik, nisan, cap/stempel, arca, dan lain- pembelanjaannya sendiri di bawah pimpinan lain(registrasi lengkap lihat di lampiran). para penghulu dari setiap suku (clan), baik Diantara tinggalan tersebut terdapat menurut adat Koto-Piliang maupun Budi- beberapa yang sangat penting seperti Caniago. Sistem pemerintahan nagari pada cap/stempel semasa Sultan Abdul Jalil. Selain kelarasan Koto-Piliang mengarah kepada itu juga terdapat keris bernama Curik Simalagiri pemerintahan aristokrasi dan sistem pada yang terbuat dari besi berlapis emas. Keris ini kelarasan Budi-Caniago berdasarkan atas kata berhias gambar bairawa dari emas. Koleksi ini mufakat. diperkirakan berasal dari masa sebelum Keberadaan kerajaan Melayu Adityawarman. Minangkabau dibuktikan dengan Selain itu juga ditemukan koleksi yang ditemukannya bukti tertulis berupa prasasti. berkaitan langsung dengan Sultan Alam Adityawaraman sebagai raja yang banyak Bagagar Syah yakni bekas Nisan beliau ketika menguasai pengetahuan, khususnya dibidang masih di makamkan di Mangga Dua keagamaan, dianggap sebagai cikal bakal (sebelum makam Sultan dipindahkan ke Kerajaan Pagaruyung yang berasal dari Taman Makam Pahlawan Kalibata). Nisan keluarga Dharmaraja. Penemuan beberapa tersebut secara arkelogis bertipe/bergaya Aceh prasasti yang memuat keberadaan dari dengan pahatan suluran si bandan nisan. kerajaan Pagaruyung umumnya dan raja Di samping itu, koleksi yang juga sangat Adityawarman khususnya, mengungkapkan penting dan masih berkaitan dengan kerajaan tabir tentang hal ikhwal dari kerajaan dan raja Pagaruyung yaitu beberapa peninggalan dari yang pernah ada di alam Melayu zaman Adityawarman berupa prasasti yang Minangkabau ini. sekarang telah dilestarikan di beberapa Berdasarkan data yang didapat sudah tempat di Tanah Datar. Prasasti tersebut tidak banyak lagi ditemukan benda-benda sangat penting bagi data sejarah tentang dari kerajaan Pagaruyung. Hal tersebut dapat kerajaan sebelum Islam yang bertahta di dimengerti karena telah terjadi beberapa kali daerah Pagaruyung yang berdasarkan kebakaran terhadap istana, sehingga barang- penelitian diperkirakan berasal dari periode barang koleksi berharga istana juga ikut Melayu Kuno. Prasasati tersebut seperti musnah terbakar. Namun demikian dari hasil Prasasti Pagaruyung I-IX, Prasasti Saruaso,

~ 100 ~

Analisis Sejarah, Volume 6, No. 1, 2017 © Labor Sejarah, Universitas Andalas

Prasasti Kuborajo, Prasasti Rambatan, patrilineal, disebut silsilah. Patokan utamanya Prasasti Bandar Bapahat, Prasasti Pariyangan. adalah garis keturunan dari laki-laki ke laki- Seperti prasasti Pagaruyung I laki. Sedangkan hubungan antara keluarga menyebutkan wilayah kerajaan sekaum berdasarkan garis ibu secara Adityawarman dengan swarnnabhumi yang matrilineal, disebut ranji. Bagi masyarakat artinya tanah emas. Kemuadian pada prasasti Minangkabau yang mengerti dengan hukum Pagaryuyung III menyebutkan angka tahun adat, ranji adalah lebih penting daripada 1347 M. Prasasti pagaruyung IV yang silsilah. Ranjilah yang dipedomani untuk tulisannya banyak yang tidak terbaca, namun menentukan siapa yang berhak mewarisi pada baris ke 9 terdapat kata surawasa Sako dan Pusako kaumnya. (surawasawan pada prasasti Saruaso I), menurut Pada Tambo Pagaruyung, 31 kedua kasparis lokasi itu diperkirakan ibukota bentuk hubungan itu sengaja dicantumkan, kerajaan Adityawarman ( berada disekitar gunanya untuk menjaga keaslian keturunan wilayah nagari Saruaso) raja-raja Pagaruyung berikutnya. Garis Peninggalan lainnya adalah Pedang pewarisan secara patrilineal hanya dipakai Cinangke, Pedang Simanggi Masak, Pedang apabila tidak ada lagi keturunan menurut Jenawi, Sikatimuno, Kain Sangseto, Mustika garis matrilineal. Oleh karena itu, di dalam Sati, Tombak Lambiang Lamburan Berambut Tambo Pagaruyung dicantumkan pepatah Janggi, dan Agung Simandarang. Pedang adat, adat rajo turun tamurun, adat puti sundik Cinangke memiliki gagang bertahta perak. basunduik. Artinya Raja bukan diturunkan dari Pedang Simanggi Masak merupakan sebuah ayah kepada anak laki-laki, tetapi kepada pedang panjang. Pedang Jenawi merupakan anak laki-laki dari saudara perempuannya. pedang bermata dua dan memiliki alur Orang Minang mengekalkan aturan dibagian tengahnya. Sikatimuno merupakan pewarisan ini dalam pantunnya : sebuah patung kepala yang terbuat dari Biriak-biriak turun ka samak (Biriak- porselen. Kain Sangseto berupa kain sutera biriak turun ke semak), Dari samak yang terbuat dari benang emas. Mustika Sati ka halaman (Dari semak ke halaman), berbentuk kepala ular dan berpermata dikedua bagian ujungnya yang berwarna Dari ninik turun ka mamak (Dari nenek merah delima dan hijau zamrut. Tombak moyang turun ke mamak), Dari Lambiang Lamburan Berambut Janggi sebuah tombak yang memiliki rambut janggi. Agung Simandarang berupa agung yang 31 . Tambo Pagaruyung, adalah ranji dan silsilah dari raja- besar. Seluruh peninggalan tersebut sampai raja Pagaruyung yang dimulai sejak sebelum Adityawarman sekarang masih ada dan terpelihara dengan menjadi raja Pagaruyung sampai kepada Daulat Yang Dipertuan baik di Istano Silinduang Bulan dan di Sultan Alif Khalifatullah. Tambo Pagaruyung pada masa itu beberapa situs Kompleks Prasasti di Tanah disampaikan secara lisan turun temurun. Kemudian disalin ke Datar. dalam tulisan Arab-Melayu dalam bentuk syair-syair. Tradisi penyalinan Tambo Pagaruyung diteruskan oleh Daulat Yang 3. Sapiah Balahan, Kuduang Karatan, Dipertuan Sultan Abdul Fatah ayahanda dari Sultan Alam Kapak Radai, Timbang Pacahan Bagagar Syah, raja Pagaruyung yang ditangkap Belanda dan Kerajaan Pagaruyung dibuang ke Betawi. Baginda Sultan Abdul Fatah adalah generasi Ranji Limbago Adat Alam Minangkabau ketujuh setelah Sutan Alif Khalifatullah. Terakhir, Tambo menjelaskan hubungan antar keluarga Pagaruyung disalin dan disusun oleh ahli waris raja Pagaruyung sekaum dalam bentuk tertulis. Hubungan itu sebagaimana sebuah silsilah yang dikenal dalam penulisan antar sekaum berdasarkan garis bapak secara silsilah zaman modern.

~ 101 ~

Analisis Sejarah, Volume 6, No. 1, 2017 © Labor Sejarah, Universitas Andalas

mamak ka kamanakan (Dari mamak Daulat Yang Dipertuan Tuanku Sari Sultan turun ke kemenakan) Ahmadsyah membentuk Limbago Rajo Tigo Selo. Limbago Rajo Tigo Selo merupakan Maksud pantun itu adalah, bahwa institusi tertinggi dalam kerajaan Pagaruyung pewarisan sako dan pusako harus dari mamak yang dalam Ranji Limbago Adat Alam ke kemenakan. Berdasarkan unsur itulah inti Minangkabau disebut Lembaga raja atau hubungan saparuik atau sistim matrilineal di limbago rajo. Tiga orang raja masing-masing Minangkabau. Pewarisan menurut garis terdiri dari Raja Alam, Raja Adat dan Raja matrilineal seperti ini sudah berlangsung Ibadat yang berasal dari satu keturunan. semenjak Akarendrawarman menyerahkan Ketiga raja dalam berbagai tulisan tentang mahkota kerajaannya kepada kemenakannya kerajaan Melayu Minangkabau ditafsirkan Adityawarman. Hal itu dimungkinkan, sebagai satu orang raja. Itulah sebabnya karena Aditywarman adalah anak dari dari sejarah mencatat bahwa raja Melayu sewaktu Dara Jingga, yang merupakan saudara didatangi Mahisa Anabrang dari Singosari perempuan sepupu dari Akarendrawarman. yang memimpin ekspesidi Pamalayu Artinya, Adityawarman menerima peno- bernama Tribuana Raja Warmadewa. batannya menjadi raja dari mamaknya.32 Arti kata tersebut adalah tiga raja penguasa Istilah yang lazim digunakan di dalam bumi yang berasal dari keluarga Mauli pewarisan menurut hukum Adat Alam Warmadewa. Antara anggota Raja Tigo Selo Minangkabau di dalam Tambo Pagaruyung selalu berusaha menjaga hubungan kekerabatan yang sangat dekat dengan cara adalah Sapiah Balahan, Kuduang Karatan, Kapak saling mengawini dengan tujuan untuk Radai, Timbang Pacahan Kerajaan Pagaruyung. memurnikan darah kebangsawanan di antara Sapiah Balahan adalah keturunan raja dari pihak mereka, juga untuk menjaga struktur tiga perempuan secara matrilineal yang dirajakan di serangkai kekuasaan agar tidak mudah luar Pagaruyung. Kuduang Karatan adalah terpecah belah.33 keturunan raja Pagaruyung dari pihak laki- Raja Alam merupakan yang tertinggi dari laki. Mereka tidak dapat menjadi raja di Raja Adat dan Raja Ibadat. Raja Alam Pagaruyung, sekalipun pewaris raja memutuskan hal-hal mengenai kepemerin- Pagaruyung itu punah. Mereka hanya berhak tahan secara keseluruhan. Raja Adat menjadi raja pada daerah-daerah yang telah mempunyai tugas untuk memutuskan hal- ditentukan bagi mereka untuk menjadi raja, hal berkaitan dengan masalah peradatan, dan karena mereka tidak berada dalam lingkar Raja Ibadat untuk memutuskan hal-hal yang garis matrilineal. Hal ini juga disebabkan ibu menyangkut keagamaan. Dalam kaba Cindua mereka bukan dari keturunan raja Mato kedudukan dan fungsi dari raja-raja ini Pagaruyung. Kapak Radai dan Timbang Pacahan, dijelaskan dalam suatu jalinan peristiwa kedua kelompok ini terdiri dari orang-orang melarikan Puti Bungsu anak dari Raja Muda besar, raja-raja dan datuk-datuk di Luhak dan oleh Cindua Mato. Kaba Cindua Mato di Rantau, yang diangkat dan diberi sebenarnya adalah Tambo Pagaruyung yang penghormatan oleh raja Pagaruyung sebagai diolah jadi kaba. Dalam konteks ini, informasi aparat raja. dari kaba Cindua Mato tentang tugas raja-raja Pada awal abad ke-16 kerajaan Minangkabau di Pagaruyung pada masa

32 Uli Kozok, Kitab Undang-Undang Tanjung 33 Slamet Muljana, Kuntala, Sriwijaya, dan Suwarna Tanah.Naskah Melayu yang Tertua. Jakarta : Yayasan Naskah Dwipa. Jakarta: Idayu, 1981. Nusantara , Yayasan Obor Indonesia., 2006, hal..24.

~ 102 ~

Analisis Sejarah, Volume 6, No. 1, 2017 © Labor Sejarah, Universitas Andalas tersebut merupakan sesuatu yang dapat juga Bandaro Nan ampek puluah ampek (sekitar dijadikan rujukan. Sungai Tapung dan Kampar), dan Negeri Limbago untuk Raja Alam, Raja Adat dan Sembilan. Sedangkan rantau pantai barat Raja Ibadat disebut sebagai Rajo Tigo Selo.34 Raja mencakup daerah-daerah Bayang Nan Tigo Selo selalu berusaha menjaga hubungan Tujuah, Tiku, Pariaman, Singkil, Tapak Tuan kekerabatan yang sangat dekat dengan cara disebut juga Rantau Rajo. Bandar Sepuluh saling mengawini dengan tujuan untuk disebut juga Rantau Rajo Alam Surambi memurnikan darah kebangsawanan di antara Sungai Pagu. mereka, juga untuk menjaga struktur Raja Adat yang berkedudukan di Buo kekuasaan agar tidak mudah terpecah belah. adalah salah seorang dari Rajo Duo Selo di Raja mempunyai daerah kedudukan masing- samping Raja Ibadat yang berkedudukan di masing. Raja Alam berkedudukan di Sumpur Kudus. Raja ini juga menjadi salah Pagaruyung, Raja Adat berkedudukan di Buo seorang dari Rajo Tigo Selo yang dikepalai oleh dan Raja Ibadat berkedudukan di Sumpur Raja Alam. Raja Adat berwenang Kudus. Hal itu berarti bahwa Raja Adat memutuskan perkara-perkara masalah maupun Raja Ibadat tidaklah berasal dari Buo peradatan, yang tidak bisa diputuskan oleh dan Sumpur Kudus, sebagaimana pendapat Basa Ampek Balai dan bila Raja Adat juga sebagian orang yang kurang memahami tidak dapat memutuskan, persoalan tersebut konstelasi dan hubungan antara raja-raja dibawa kepada Raja Alam untuk diberi tersebut. Selain mempunyai daerah keputusan akhir (dalam sistim kedudukan tersendiri, Raja Alam menguasai adatnya”Bajanjang naik, batanggo turun”). daerah-daerah rantau. Pada setiap daerah Raja Thomas Diaz, seorang berkebangsaan Alam mengangkat wakil-wakilnya yang Portugis memasuki daerah pedalaman diberi kewenangan mewakili kekuasaan raja Minangkabau pada tahun 1684. Menurut disebut “urang gadang” atau “rajo kaciak”. laporannya, dia bertemu dengan Raja Adat di Mereka setiap tahun mengantarkan “ameh Buo. Raja Adat tinggal pada sebuah rumah manah” kepada raja. Daerah-daerah rantau adat yang berhalaman luas dan mempunyai tersebut terbagi dalam dua kawasan yang pintu gerbang. Di pintu gerbang pertama lebih luas; rantau pantai timur dan rantau dikawal sebanyak 100 orang hulubalang pantai barat. sedangkan di pintu gerbang kedua dikawal Bagian dari rantau pantai timur, 35 adalah oleh empat orang dan dipintu masuk dijaga rantau nan kurang aso duo puluah (di sepanjang oleh seorang hulubalang. Sewaktu menyambut Batang Kuantan) disebut juga Rantau Tuan Thomas Diaz, Raja Adat dikelilingi oleh para Gadih, Rantau duo baleh koto (sepanjang tokoh-tokoh berpakaian haji. Kemudian Raja batang Sangir) disebut juga Nagari Cati Nan Adat memberi Thomas Diaz gelar Batigo, Rantau Juduhan (kawasan Lubuk kehormatan Orang Kaya Saudagar Raja Dalam Gadang dan sekitarnya) disebut juga Rantau Istana.36 Yang Dipertuan Rajo Bungsu, Rantau Raja Ibadat yang berkedudukan di Sumpur Kudus yang berwenang

34 . A.A.Navis, Alam Terkembang jadi Guru : Adat dan memutuskan perkara-perkara masalah Kebudayaan Minangkabau. Jakarta : Pustaka Grafitipers, 1984, keagamaan yang tidak bisa diputuskan oleh hal. 17. Basa Ampek Balai. Apabila ada masalah- 35 M.D. Mansoer, et.al, Sedjarah Minangkabau. Jakarta : masalah keagamaan yang tidak dapat Bhratara, 1970, hal. 4. Lihat juga Ranji Limbago Adat Alam Minangkabau, Kaum Datuak Palimo Sutan di Guguak Kubuang 36 Jane Drakard , A Kingdom Of Words. Selangor Tigobaleh, Salasilah Rajo di Minangkabau.. Malaysia : Oxford University Press, 1999. hal.106.

~ 103 ~

Analisis Sejarah, Volume 6, No. 1, 2017 © Labor Sejarah, Universitas Andalas diputuskan oleh Raja Ibadat, persoalan mengurusi masalah-masalah keagamaan dan tersebut dibawa kepada Raja Alam untuk pendidikan. Selain Basa Ampek Balai sebagai memutuskannya. pembantu raja, juga dilengkapi dengan Dalam penyelengaraan pemerin-tahan seorang pembesar lain yang bertugas sebagai dan membina hubungan dengan Sapiah panglima perang yang setara dengan anggota Balahan, Kuduang Karatan, Kapak Radai, Timbang Basa Ampek Balai lainnya, disebut Tuan Pacahan Kerajaan Pagaruyung diangkat tiga Gadang berkedudukan di Batipuh dengan orang penasehat raja yang disebut sebagai julukan Harimau Campo Koto Piliang. Niniak Nan Batigo, yakni: Setiap Basa Ampek Balai, mempunyai 1. Datuk Suri Dirajo, sebagai pucuk bulek perangkat sendiri untuk mengurus masalah- masalah daerah kedudukannya. Masing- urek tunggang kelarasan Lareh Nan masing membawahi beberapa orang datuk di Panjang atau disebut juga Lareh Nan daerah tempat kedudukannya, tergantung Bunta, berkedudukan di Pariangan kawasannya masing-masing. Setiap Basa Padang Panjang. Ampek Balai diberi wewenang oleh raja 2. Datuk Bandaro Kuning, sebagai pucuk untuk mengurus wilayah-wilayah tertentu, bulek urek tunggang kelarasan Bodi untuk memungut pajak atau cukai yang Chaniago, dengan julukan Gajah disebut ameh manah. Datuk Bandaro untuk Gadang Patah Gadiang. daerah pesisir sampai ke Bengkulu. Berkedudukan di Tanjuang Bingkuang Makhudum untuk daerah pesisir timur Limo Kaum XII Koto, Batusangkar. sampai ke Negeri Sembilan. Indomo untuk 3. Datuk Bandaro Putiah, sebagai pucuk daerah pesisir barat utara. Tuan Kadi untuk bulek urek tunggang kelarasaan Koto daerah Minangkabau bagian selatan37. Piliang, dengan julukan Pamuncak Ketika terjadi tragedi pembunuhan raja-raja Koto Piliang, berkedudukan di Sungai Pagaruyung dan para pembesar kerajaan di Tarab Salapan Batur, Batusangkar. Koto Tangah dalam masa Perang Paderi, Struktur pemerintahan kerajaan semua Basa Ampek Balai ikut terbunuh. Pagaruyung, Rajo Tigo Selo, dibantu oleh Setelah Yang Dipertuan Sultan Alam Bagagar orang besar atau Basa yang disebut Basa Syah Raja Alam Minangkabau ditawan Ampek Balai. Pertama, Datuk Bandaro Putiah Belanda dan dibuang ke Batavia pada tanggal yang bertugas sebagai Panitahan atau Tuan 2 Mei 1833, Yang Dipertuan Gadis Puti Reno Titah mempunyai kedudukan di Sungai Sumpu dijemput kembali ke Pagaruyung Tarab – dengan gelar kebesarannya sebagai pengganti dan pelanjut Yang Pamuncak Koto Piliang. Panitahan Dipertuan Sultan Alam Bagagar Syah merupakan pimpinan, kepala atau yang mendandani kembali perangkat kerajaan dituakan dari anggota Basa Ampek Balai dengan mengangkat kembali Basa Ampek dalam urusan pemerintahan. Kedua, Tuan Balai. Makhudum yang berkedudukan di Sumanik Di samping Basa Ampek Balai, diangkat dengan julukan Aluang bunian Koto Piliang 14 orang setingkat menteri yang disebut sebagai yang bertugas dalam urusan perekonomian Langgam Nan Tujuah disetiap Langgam ditunjuk dan keuangan. Ketiga, Tuan Indomo dua orang menteri yang berkedudukkan di berkedudukan di Saruaso dengan julukan beberapa daerah yaitu: Payuang Panji Koto Piliang dengan tugas pertahanan dan perlindungan kerajaan. Keempat, Tuan Khadi berkedudukan di 37 Sampai sekarang Basa Ampek Balai sudah merupakan Padang Ganting dengan julukan Suluah institusi adat yang tetap diakui keberadaannya, walaupun sistem Bendang Koto Piliang dengan tugas beraja-raja di Minangkabau sudah dihapuskan.

~ 104 ~

Analisis Sejarah, Volume 6, No. 1, 2017 © Labor Sejarah, Universitas Andalas

1. Tampuak Tangkai Koto Piliang di Andiang Limbanang; Niniak Nan Pariangan dan Padang Panjang. Barampek Datuak Suri Dirajo di 2. Pasak Kungkuang Koto Piliang di Mungka, Niniak Nan Barampek, Sungai Jambu dan Labuatan. Datuak Bandaro Sati di Mahat; Niniak 3. Pardamaian Koto Piliang di Nan Barampek Datuak Rajo DiBalai di Sumawang dan Bukik Kanduang. Muaro Takus, Kambuik Baniah 4. Cumati Koto Piliang di Sulit Air Tampang Pusako Datuak Sibijayo di dan Tanjung Baliak. Pangkalan. Sebagian besar berada 5. Camin Taruih Koto Piliang di diluhak limo Puluah Koto Sumatera Singkarak dan di Saniang Baka. Barat dan Propinsi Riau. 6. Harimau Campo Koto Piliang di Batipuah dan di Pandai Sikek. C. KESIMPULAN 7. Gajah Tongga Koto Piliang di Kerajaan-kerajaan kecil yang berada di bawah Silungkang dan Padang Sibusuk. kekuasaan Daulat Yang Dipertuan Raja Alam Pada kelarasan Bodi Chaniago, Pagaruyung atau yang berada di bawah Daulat Yang Dipertuan Raja Alam koordinasinya, serta mempunyai hubungan Pagaruyung dibantu oleh tujuh orang pejabat darah dan kekerabatan dengan Daulat Yang berkedudukkan di tujuh daerah yang disebut Dipertuan Raja Alam Pagaruyung disebut dengan Tanjuang Nan ampek dan Lubuak Nan Tigo sebagai sapiah-balahan, kuduang-karatan, kapak- yaitu Tanjuang Bingkuang; Tanjuang radai, dan timbang-pacahan dari Daulat Yang Sungayang, Tanjuang Alam, Tanjuang Dipertuan Raja Alam Pagaruyung. Kerajaan- Barulak, Lubuak Sikarah, Lubuak Simawang, kerajan tersebut adalah sebagai berikut ini. dan Lubuak Sipunai. Kerajaaan Jambu Limpo di Lubuk Tarok Di samping itu, di setiap luhak ditunjuk Sijunjung, dengan rajanya Tuanku Bagindo wakil-wakil raja yaitu: Tan Emas Rajo Godang Jambu Lipo; Kerajaan 1. Tuanku Panitahan Sungai Tarab di Siguntua; Kerajaan Padang Laweh; Kerajaan Luhak Tanah Datar. Sungai Kambuik; Kerajaan Sitiung; Kerajaan 2. Datuak Bandaro Panjang di Balai Padang Nunang, Rao Pasaman; Kerajaan Gurah Ampek Angkek dan Datuak Sontang; Kerajaan Kuto Basa di Abai Siat Bandaro Kuniang di Sungai Janiah dengan rajanya Sultan Sri Maharaja Diraja; Baso dan dibantu oleh Datuak Kerajaan Alam Surambi Sungai Pagu dengan Tumangguang Kampuang Baso di rajanya Daulat Sultan besar Tuanku Rajo Sungai Pua dan Datuak Bandaro Kayo Disambah; Kerajaan Parik Batu di Parik Batu Tuanku Inyiak Nan Bakambang di Pasaman dipimpin oleh Daulat Yang Koto Gadang. Semuanya berada di Dipertuan Parik Batu Pasaman; Kerajaan Luhak Agam. Kinali, dipimpin oleh Yang Dipertuan Kinali; 3. Rajo di Luhak 50, Datuak Maharajo Kerajaan Kumpulan, dipimpin oleh Tuanku Indo Nan Mamangun di Kampuang Bagindo Kali; Kerajaan Indopuro, dipimpin Dalam Aie Tabik, Rajo di Hulu, Datuak oleh Sultan Indrapura; Kerajaan Tambusai, Simarajo Simaguyuah Nan Maegang di dipimpin oleh Sultan Tambusai; Kerajaan Situjuah, Rajo di Lareh, Datuak Paduko Rambah, dipimpin oleh Tuanku Rambah; Maharajo Lelo di Sitanang Muaro Kerajaan Siak Sri Indrapura, dipimpin oleh Lakin, Rajo di Sandi, Datuak Parmato Sultan Siak; Kerajaan Gunung Sailan, Alam Nan Putiah di Koto nan Gadang. dipimpin oleh yang dipertuan Gunung Sailan; Rajo di Ranah, Datuak Bandaro Hitam, Kerajaan Palalawan, dipimpin oleh Sultan di Guguak Talago Gantiang. Niniak Palalawan; Kesultanan Indragiri, Sultan Nan Barampek, Datuak Majo Indo di Indragiri; Kesultanan Lingga, dipimpin oleh

~ 105 ~

Analisis Sejarah, Volume 6, No. 1, 2017 © Labor Sejarah, Universitas Andalas

Sultan Lingga; Kesultanan Bintan, dipimpin Kesultanan Barus, dipimpin oleh Sultan oleh Raja Muda Pulau penyengat; Kerajaan Barus; Kesultanan Manggarai dipimpin oleh Singingi, dipimpin oleh Datuak Bandaro; Sultan Manggarai; Kesultanan Bima, Kesultanan Kuantan, dipimpin oleh Datuak dipimpin oleh Sultan Bima; Kesultanan Bisai atau Tuanku Mudo Bisai; Kerajaan kuto Dompu dipimpin oleh Sultan Dompu; Rajo Basra, dipimpin oleh Rajo kuto Rajo; Kesultanan Sumbawa dipimpin oleh Sultan Kerajaan Cerenti, dipimpin oleh Raja Cerenti; Sumbawa; Kesultanan Liwa Syah Pernong di Kerajaan Keritang, dipimpin oleh Raja Lampung Barat; dan Raja-raja kecil di Bandar Keritang; Kerajaan Taratak Aie hitam, di Sepuluh Pesisir Selatan. Tunggal Jambi dipimpin oleh raja Taratak Aie Dari sejarah yang sudah diteliti dan ditulis oleh Hitam; Kerajaan Lubuk Kepayang Jambi, para ahli mengemukakan bahwa selama tiga dipimpin oleh Raja Lubuk Kepayang; setengah abad, kerajaan Pagaruyung Kerajaan Tanah Pili Talanai dipimpin oleh mengirimkan anak-anaknya untuk menjadi Sultan Jambi; Kerajaan Batang Asai dipimpin raja atau anak perempuannya untuk menjadi oleh Tuanku Batang Asai; Kerajaan Tanah isteri raja di berbagai daerah dengan misi Basam Basemah dipimpin oleh Raja Tanah utama, yakni : Mengembangkan dan Basam Basemah; Kerajaan Pulau Punjuang menyebarluaskan agama Islam di seluruh dipimpin oleh Tuanku Sati; Kerajaan Rantau Nusantara, seperti di Pulau Sumatera, di 12 Koto dipimpin oleh yang dipertuan Semenanjung Melayu, sampai ke Patani Tuanku Maharajo Tuanku Bungsu; Kerajaan (Thailand Selatan), Pulau Kalimantan, Pulau Muko-Muko dipimpin oleh Sultan Muda Sulawesi, kepulauan Maluku, bahkan sampai Muko-Muko; Kerajaan Pulau Kasiak Alahan ke Sulu Mindanao, serta ke Nusa Tenggara, Panjang Lembah Gumanti dipimpin oleh sekaligus mengikat tali kekerabatan dan Tuanku Rajo Alam Jamah; Kerajaan Tiku persahabatan dengan kerajaan-kerajaan yang dipimpin oleh Anggun Nan Tungga Magek ada di wilayah tersebut.; Menjalin kerjasama Jabang; Kerajaan Pariaman dipimpin oleh untuk mengusir bangsa asing dari kepulauan Tuanku Rajo Padang Barangan; Kerajaan nusantara; dan menjalin hubungan yang Sunua Kurai Taji dipimpin oleh Tuanku Rajo saling menguntungkan di kerajaan di Lelo; Kerajaan Koto Tinggi Pakandangan Nusantara. Tuanku Syahbandar Padang dipimpin oleh Tuanku Rajo Kaciak; Rajo Kataun (Kerajaan [*] Ketalin) di Bengkulu Utara dipimpin oleh Raja Ketaun. Kerajaan Sungai Limau Bengkulu dipimpin oleh Sultan Bengkulu; Kerajaan Negeri Sembilan dipimpin oleh Raja Negri Sembilan; Kesultanan Mempawa Kalimantan Barat dipimpin oleh Sultan Mempawa; Kerajaan Kota Waringin di Pangkalan dipimpin oleh Sultan Waringin; Kerajaan Mandahiling Gadang dipimpin oleh Mangaraja Godang Mandahiling; Kesultanan Kota Pinang dipimpin oleh Sultan Kota Pinang; Kesultanan Panai dipimpin oleh Sultan Panai; Kesultanan Asahan dipimpin oleh Sultan Asahan; Kesultanan Kuala Bilah dipimpin oleh Sultan Kuala Bilah; Kesultanan Serdang dipimpin oleh Sultan Serdang;

~ 106 ~

Analisis Sejarah, Volume 6, No. 1, 2017 © Labor Sejarah, Universitas Andalas

DAFTAR BACAAN A. Arsip Dick, Howard W. Industri Pelayaran Indonesia, Kompetisi dan Regulasi. Jakarta: LP3ES, 1985. Drakard, Jane. A Malay Frontier Unity and Duality in a Sumatran Kingdom. Studies on Southeast Asia, Southeast Asia Program SEAP, 120 Uris Hall. Ithaca-New York: Cornell University, 1990. Prasasti peresmian Rumah Tuan Gadih Pagaruyung Istano Si Linduang Bulan, Sabtu 23 Desember 1989 di Pagaruyung, Batusangkar. Surat Resident van Batavia No. 2255/1740, tanggal 3 Juny 1833, B. Buku dan Makalah Abdullah, Taufik. “Abad ke-18 di Selat Malaka dan Raja Haji Yang Hampir Terlupakan”, dalam Rustam S.Abrus, dkk. Sejarah Perjuangan Raja Haji Fisabilillah Dalam Perang Riau Melawan Belanda (1782-1784). Pekanbaru : Pemerintah Propinsi Daerah Riau, 1989. ------, Adat and Islam : An Examination of Conflict in Minangkabau. “Indonesia”. Ithaca. Cornell, 1966. ------(editor), Sejarah Lokal di Indonesia Kumpulan Tulisan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 1979. Aboe Nain, Sjafnir. Tuanku Imam Bonjol : Sejarah Intelektual Islam di Minangkabau (1874- 1832). Padang : Pusat Pengkajian Islam dan Minangkabau, 2006. Amura, H., Raja Pagarruyung Terakhir, Majalah Bulanan Kebudayaan Minangkabau No. 1 Tahun I Januari 1974, Yayasan Kebudayaan Minangkabau, Jakarta, 1974, Amran, Rusli. Sumatra Barat Hingga Plakat Panjang. Jakarta : Sinar Harapan, 1981. ------, Sumatera Barat Plakat Panjang. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 1981. Asnan. Gusti, Pemerintahan Sumatera Barat dari VOC Hingga Reformasi, Yogyakarta : Citra Pustaka, 2006. ------“Sultan Alam Bagagarsyah Dalam Sejarah dan Penulisan Sejarah”. Padang: Makalah, Seminar Nasional Tentang pengusulan Pahlawan Nasional Yang Dipertuan Hitam Raja Alam Bagagarsyah pada 17 Maret 2008, yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Tanah Datar di Hotel Bumi Minang Padang. ------Dunia Maritim Pantai Barat Sumatra. Yogyakarta: Ombak, 2007. Basarshah II, Tuanku Luckman Sinar. “Sultan Alam Bagagar Shah Dalam Kemelut Perang Paderi dan Ekspansi Kolonial Belanda”. Padang: Makalah, Seminar Nasional Tentang pengusulan Pahlawan Nasional Yang Dipertuan Hitam Raja Alam Bagagarsyah pada 17 Maret 2008, yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Tanah Datar di Hotel Bumi Minang Padang. Dato’ Djafri, Dt.Bandaharo Lubuk Sati, DPTJ,DSN, Daulat Yang Dipertuan Sakti, Tuanku Sultan Raja Alam Bagagarsyah Johan Berdaulat Raja Alam Minangkabau Terakhir Tahun 1789-1849 Masehi (Dalam Riwayat Hidup dan Perjuangannya), Cetakan I, Yayasan Sangar Budaya Minangkabau-Negeri Sembilan, Padang, 2003.

~ 107 ~

Analisis Sejarah, Volume 6, No. 1, 2017 © Labor Sejarah, Universitas Andalas

De Joselin De Jong, Minangkabau and Negri Sembilan : Sociopolitical Structure in Indonesia. Djakarta : Bhratara, 1960. Dobbin, Christine, Kebangkitan Islam dalam Ekonomi Petani yang Sedang Berubah, Sumatra Tengah, 1784-1847. Jakarta : INIS, 1992. ------, Islamic Revivalism in Minangkabau in the Turn of Nineteenth Century. Modren Asia Studies 8 (3), 1974. Dt. Sanggoeno di Radjo, Asal Oesoel :Radja Alam Minangkabau di Nagari Pagaroejoeng. Dalam Berito Minangkabau, 9 Juni 1926 / 29 Dzoekaedah, 1344, Tahoen I. Djamal Dt. Rajo Mudo, Emral (transkripsi), Ranji Salasilah Tambo Rajo Rajo di Pulau Paco. Drakard, Jane, A Kingdom of Words Language and Power in Sumatra. First Published, Oxford University Press, Selangor Darul Ehsan, Malaysia, 1999. Ekadjati, Edi S, Penyebaran Agama Islam di Pulau Sumatera. Bandung : Jurusan Sejarah Fakultas Sastra Unpad Bandung, 1985. Endah, M. N. Salam Datuk Rajo . “Silsilah Keturunan Zainab Suku Jambak Dari Airbangis”. Manuskrip. Jakarta : Tidak diterbitkan, 1992. Feith, Herbert dan Lance Castles (ed.). Pemikiran Politik Indonesia 1945-1965. Jakarta: LP3ES, 1988. Farouk, Omar. “Asal Usul da Evolusi Nasionalisme Etnis Mslim Melayu di Muangthai Selatan”, dalam Taufik Abdullah, dkk, ed. Tradisi dan Kebangkitan Islam di Asia Tenggara. Jakarta: LP3ES, 1989. Jamrah, Alfian Ziarah ke Makam Alam Bagagar Syah, Surat Kabar Harian Singgalang, Padang, 2008. ------, Jamrah, Alfian. “Riwayat Hidup dan Perjuangan Sultan Alam Bagagarsyah Raja Alam Minangkabau (Raja Pagaruyung Terakhir 1789-1849) Melawan Penjajah Hindia Belanda di Minangkabau –Sumatra Barat”. Naskah tidak diterbitkan. Gonggong, Anhar. “Sultan Alam Bagagarsyah Calon Pahlawan Nasional”. Padang: Makalah, Seminar Nasional Tentang pengusulan Pahlawan Nasional Yang Dipertuan Hitam Raja Alam Bagagarsyah pada 17 Maret 2008, yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Tanah Datar di Hotel Bumi Minang Padang. Gusti Asnan, Dr., Kamus Sejarah Minangkabau, Cetakan I, Pusat Pengkajian Islam dan Minangkabau (PPIM), Percetakan Gunatama, Padang, 2003. Hamka, Sulthan Alam Bagagar Shah Sulthan Pagarruyung (Minangkabau) Terakhir, Surat Kabar Harian PELITA bulan Juli – Agustus, Jakarta, 1974. ------, Ayahku : Riwayat Hidup Dr. H. Abdul Karim Amrullah dan Perjuangan Kaum Agama di Sumatera. Jakarta : Umminda, 1982. Hall, Kenneth R. Maritime Trade and States Developments in Early Southeast Asia. Honolulu: University of Hawai Press, 1985. Hardjowardojo, R.Pitono, Adityawarman : Sebuah Studi Tentang Tokoh Nasional dari Abad XIV. Pidato Penerimaan Djabatan Lektor Kepala I.K.I.P . Diutjapkan pada hari Selasa, tanggal 15 Maret 1966. Djakarta : Bhratara, 1966. Helmi, Surya dkk. Laporan Ekskavasi Kubu Rajo. Batusangkar: Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Wilayah Propinsi Sumbar-Riau, 1991.

~ 108 ~

Analisis Sejarah, Volume 6, No. 1, 2017 © Labor Sejarah, Universitas Andalas

Hr. Dt. Rajo Sampano, A.Chaniago, Sekilas Kerajaan Pagaruyung. Ceramah disampaikan pada Rombongan Wisata Malaysia di Rumah Gadang Tuan Gadih “ Istilah Silinduang Bulan” Pagaruyung Batusangkar Sumatera Barat Republik Indonesia, 27 Februari 1991. Iqbal, Muhammad Zafar, Kafilah Budaya Pengaruh Persia Terhadap Kebudayaan Indonesia. Jakarta : Citra, 2006. Istiawan, Budi dkk. Laporan Hasi Pendataan Benda Cagar Budaya di Sumpur Kudus, Kabupaten Sawahlunto-Sijunjung. Batusangkar: Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Wilayah Propinsi sumatera Barat dan Riau, 1993. .------Selintas Prasasti dari Melayu Kuno. Batusangkar : Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Batusangkar, 2006. Jane Drakard, A Kingdom of Words Language and Power in Sumatra, First published, Oxford University Press, Selangor Darul Ehsan, Malaysia, 1999. Kartodirdjo, Sartono. Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah. Jakarta: Gramedia, 1993. Kiram, Abdul dan Yeyen Kiram, Raja-Raja Minangkabau dalam Lintasan Sejarah. Padang : Museum Adityawarman Padang bekerjasama dengan Masyarakat Sejarahwan Indonesia (MSI) Cabang Sumatera Barat, 2002. Kato, Tsuyoshi. “Ranau Pariaman : Dunia Saudagar Pesisir Minangkabau Abad XIX” dalam Akira Nagazumi Indonesia dalam kajian sarjana Jepang, Perubahan Sosial Ekonomi Abad XIX dan XX dan Berbagai Aspek Ekonomi Indonesia. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 1986. Kozok, Uli, Kitab Undang-Undang Tanjung Tanah : Naskah Melayu yang Tertua. Jakarta : Yayasan Naskah Nusantara Yayasan Obor Indonesia, 2006. Krom, N.J.. Hindoe Javaansche Geschiedenis. DH, 1926. Manggis Dt. Radjo Panghoeloe, M. Rasjid, Minangkabau : Sejarah Ringkas dan Adatnya. Jakarta : Mutiara Sumber Widya, 1987. Mansoer, M.D, dkk, Sejarah Minangkabau. Jakarta : Bhratara, 1970. Mardanas Safwan, Drs., Sultan Alam Bagagar Syah (1789-1849), Panitia Pelaksana Pemindahan Makam Sultan Alam Bagagar Syah, Jakarta, 1973. Marsden, W, A. History of Sumatra. Kuala Lumpur : Oxford University Press, 1970. Meuraxa, Dada. Sejarah Kebudayaan sumatera. Medan: 1974. Muljana, Slamet. Kuntala, Sriwijaya, dan Suwarna Dwipa. Jakarta: Idayu, 1981. ------Pemugaran Persada Sejarah Leluhur Majapahit. Jakarta : Inti Idayu Press, 1983. Navis, A. A, Alam Terkembang Jadi Guru : Adat dan Kebudayaan Minangkabau. Jakarta : Grafiti Press, 1986. Nooteboom. Sumatera dan Pelayaran di Samudera Hindia. Jakarta: Bhratara, 1972. Nur, M. “Gerakan Kaum Sufi di Minangkabau Pada Awal Abad Ke-20”. Yogyakarta: Thesis, Fakultas Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, 1991. ------“Diktat Kuliah Pengantar Arkeologi”. Padang: Jurusan Sejarah Fakutas Sastra Universitas Andalas, 2001. ------ed. Raja-Raja Minangkabau Dalam Lintasan Sejarah. Padang: Museum Adityawarman-MSI Sumbar. Lihat juga “Yang Dipertuan Raja Alam Bagagarsyah, makalah, disampaikan pada Seminar Nasional Tentang pengusulan Pahlawan Nasional Yang Dipertuan Hitam Raja Alam Bagagarsyah pada 17

~ 109 ~

Analisis Sejarah, Volume 6, No. 1, 2017 © Labor Sejarah, Universitas Andalas

Maret 2008 yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Tanah Datar di Hotel Bumi Minang Padang...... “Bandar Sibolga di Pantai barat Sumatra Pada Abad Ke-19 Sampai Pertengahan Abad Ke-20”, Disertasi, Program Pascasarjana Universitas Indonesia. Jakarta: PPS UI, 2000. ------Bandar Air Bangis Sejarah Lokal Pasaman Barat. Padang: BKSNT, 2004. ------“Bandar Tiku Dalam Perspektif Sejarah”. Padang: Jurnal Analisis Sejarah, 2014. Oki, Akira, Social Change in the Village, 1908-1945. Disertasi Ph. D. Australian National University, 1977. Padang Ekspres online, Sultan Alam Bagagarsyah Diusulkan Jadi Pahlawan *SBY Minta Usulan Segera Diproses, Padang, Sabtu 23 September 2006. Pusat Dokumentasi dan Informasi Kebudayaan Minangkabau (PDIKM), Buletin Simandarang, Edisi I-Juni 2006. Raudha Thaib, Puti Reno, Silsilah Keturunan dan Ahli Waris Daulat Yang Dipertuan Raja Pagaruyung : Adat Rajo Turun Tamurun –Adat Puti Sunduik Basunduik. Silsilah merupakan kutipan dari silsilah keturunan ahli waris Daulat Yang Dipertuan Raja Pagaruyung. ------, Ranji Limbago Adat Alam Minangkabau : Adat Diisi Limbago Dituang. Disalin dari Ranji Limbago Adat Minangkabau milik Ahli Waris Daulat Yang Dipertuan Raja Pagaruyung, 5 Mei 2008. ------, Daulat Yang Dipertuan Sultan Alam Bagagar Syah, Raja Alam Pagaruyung – Bab V, website : www.padangmedia.co.id, Padang, 2007. Salsalah Rajo di Minangkabau, Milik kaum Datuk Panglimo Sutan di Guguk Kubuang Tigobaleh Luwak Tanah Data Alam Minangkabau. Sango, Datoek Batoeah, Tambo Alam Minangkabau. Yaitu Asal Usul Minangkabau Segala Peraturan Adat dan Undang-Undang Hukum Segala Negeri jang Masuk Daerah Minangkabau. Tjetakan jang ke III. Pajakumbuh : Limbago, tanpa tahun. Simulie, Kamardi Rais Dt. P. “Sultan Alam Bagagarsyah Raja Pagaruyung Terakhir Sebagai Pahlawan Nasional”. Padang: Makalah, Seminar Nasional Tentang pengusulan Pahlawan Nasional Yang Dipertuan Hitam Raja Alam Bagagarsyah pada 17 Maret 2008, yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Tanah Datar di Hotel Bumi Minang Padang. Sudibyo, Yuwono, Peninggalan Purbakala Sumatera Barat : Catatan Singkat Untuk DR. Hasan M.Ambary. Padang : Proyek Pemugaran dan Pemiliharaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala Sumatera Barat Direktorat Jenderal Kebudayaan, 1985. Surapti, M.C.dkk. Studi Pertumbuhan dan Pemudaran Kota Pelabuhan: Kasus Barus dan Sibolga. Jakarta: Depdikbud, 1994. Syekh Suleiman Ar-Rasuly, Sumpah Satie Bukik Marapalam, Adaek Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah, makalah, 2008 Takakusu, J. A Record of the Budhis as Practised in India and the Malay Archipelago 671-695. Thaib, Puti Reno Raudha. “Daulat Yang Dipertuan Sultan Alam Bagagarsyah, Raja Alam Pagaruyung”. Padang: 27 Juli 2007. website: www.padangmedia.co.id Thaib, Taufiq SM, Keterangan Tentang Kerajaan Brunei Darussalam dari Tambo dan Kitab Ranji Pagaruyung.

~ 110 ~

Analisis Sejarah, Volume 6, No. 1, 2017 © Labor Sejarah, Universitas Andalas

------, Sekilas Riwayat Hidup dan Riwayat Perjuangan Sultan Alam Bagagar Syah. makalah, disampaikan pada Seminar Nasional Tentang pengusulan Pahlawan Nasional Yang Dipertuan Hitam Raja Alam Bagagarsyah pada 17 Maret 2008 yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Tanah Datar di Hotel Bumi Minang Padang. Toda, Dami N, Mangarai : Mencari Pencerahan Historiografi. Flores : Nusan Indah, 1999. Yandri, Efi (ed), Nagari dalam Perspketif Sejarah. Jakarta : Lentera 21, 2003. Yunizarti Bakry, Sastri dan Media Sandra Kasih (ed), Menelusuri Jejak Melayu- Minangkabau. Padang : Yayasan Citra Budaya Indonesia, 2002. Z. Idris, Asmaniar. “Kerajaan Minangkabau Pagaruyung”, Makalah, Seminar Sejarah dan Kebudayaan Minangkabau di Batusangkar, 1970. Zed, Mestika. Sumatera Barat di Panggung Sejarah. Jakarta: Sinar Harapan, 1998. ------“Beberapa Catatan Tentang Tokoh Sultan Alam Bagagarsyah”. Padang: Makalah, Seminar Nasional Tentang pengusulan Pahlawan Nasional Yang Dipertuan Hitam Raja Alam Bagagarsyah pada 17 Maret 2008, yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Tanah Datar di Hotel Bumi Minang Padang. Zuhdi, Susanto, dkk. Arung Samudra, Perembahan Kepada 70 Tahun A.B. Lapian. Jakarta: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 2001.

~ 111 ~