Timbang Pacahan Kerajaan Pagaruyung Abad Ke-20
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
Analisis Sejarah, Volume 6, No. 1, 2017 © Labor Sejarah, Universitas Andalas KERAJAAN-KERAJAAN SAPIAH BALAHAN, KUDUANG KARATAN- KAPAK RADAI- TIMBANG PACAHAN KERAJAAN PAGARUYUNG ABAD KE-20 Mhd. Nur Dosen tetap Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas Email : [email protected] Abstrak Kerajaan-kerajan yang menjadi Sapiah Balahan, Kuduang Karatan, Kapak Radai, dan Timbang Pacahan Kerajaan Pagaruyung pada abad ke-20 lebih dari seratus kerajaan kecil. Kerajaan-kerajaan itu pada umumnya berada di luar Luhak nan Tigo, seperti di daerah rantau, provinsi tetangga, dan bahkan Negara tetangga. Di antara raja-raja Pagaruyung hanya Adityawarman yang meninggalkan bukti tertulis, seperti prasasti Pagaruyung I-IV, Prasasti Saruaso I-II, Prasasti Kuburajo I-II, Prasasti Rambatan. Prasasti Ombilin, Prasasti Bandar Bapahat, Prasasti Pariangan, Prasasti Amoghapasa, dan Prasasti Dharmasraya. Raja-raja Pagar- uyung selalu menerima pajak atau upeti dari raja-raja di rantau seperti Siak, Indragiri, Air Bangis, Sungai Pagu, Batang Hari, bahkan dari Batak. Pemungutan pajak di rantau kadang kala juga diserahkan kepada raja atau utusannya yang datang ke rantau untuk menjemput uang adat yang terkumpul. Hubungan dengan raja di rantau ada juga yang berlangsung melalui hubungan perkawinan, dikirim langsung dari Pagaruyung dan sebagainya, hingga muncul istilah Sapiah Balahan, Kuduang Karatan, Kapak Radai, Timbang Pacahan Kerajaan Pagaruyung. Penempatan raja di rantau mendapat restu dari raja Pagaruyung, seperti raja Pulau Punjung adalah raja setempat yang diangkat dan ditetapkan oleh Yang Dipertuan Pagaruyung. Raja Sungai Pagu mempunyai hubungan darah dengan keluarga Pagaruyung. Raja-raja di rantau menyebut raja Pagaruyung dengan “Yang Dipertuan”. Kata Kunci : Minangkabau, Kerajaan, Vasaal, Prasasti, ~ 91 ~ Analisis Sejarah, Volume 6, No. 1, 2017 © Labor Sejarah, Universitas Andalas A. PENGANTAR Kawasan Luhak Nan Tigo adalah merupakan Zaman awal sejarah Minang-kabau telah kawasan pusat atau inti dari alam Minang- dimulai sejak abad ke-4 sebelum Masehi, kabau, sedangkan yang kedua, rantau ialah yakni ketika perahu-perahu yang berasal dari kawasan perluasan dan sekaligus merupakan Pulau Sumatera telah sampai berlayar ke daerah perbatasan yang mengelilingi kawasan Samudera Hin-dia, terutama menuju Persia pusat.4 dan Madagaskar.1 Pusat kerajaan Melayu ini Kerajaan Melayu Minangkabau didirikan adalah di sekitar pantai timur Sumatra, seperti oleh nenek moyang orang Mdelayu dan Jambi dan Palembang. Kerajaan “Minang- mencapai puncaknya sekitar abad ke-14 dan kabau Timur” adalah bekas kerajaan Melayu ke-15, ketika Adityawarman berkuasa Jambi yang berkem-bang kembali menjadi menggantikan pendahulunya.5 Aditya- Dharmasraya pada tahun 1070 atau abad ke-11. warman adalah putra dari Dara Jingga dari Kerajaan tersebut didirikan oleh keturunan Tanah Melayu, 6 cucu Tribhuwanaraja Sri Maharaja. Raja-rajanya bergelar Maulia- Mauliwarmadewa, yang dibesarkan di Maja- warman, yang oleh rakyatnya disebut sebagai pahit. Faktor itu pula yang menyebab-kan Sri Maharaja Diraja.2 ketika Adityawarman memerintah, pengaruh Tidak mengherankan bahwa Kerajaan kerajaan Majapahit sangat jelas. Bahkan pada Melayu Minangkabau merupakan beberapa masa pemerintahan Adityawarman organi- kerajaan yang berpusat di berbagai tempat di sasi pemerintahan kerajaan disusun menurut kawasan Minangkabau. Salah satunya adalah sistem organisasi yang berlaku di Majapahit. Kerajaan Pagaruyung di Luhak Tanah Datar, Begitu juga dengan sistem pemerintahan, tam- Minangkabau. Istana Kerajaan berada di Nagari Pagaruyung, yang berfungsi sebagai pusat pemerintahan raja-raja Melayu 4 Dalam historiografi tradisional Minangkabau berupa Pagaruyung. Kerajaan Melayu Pagaruyung tambo, batas-batas geografis alam Minangkabau sering diperinci oleh beberapa penulis disebut juga sebagai dengan ungkapan-ungkapan simbolik seperti berikut :…..dari riak Kerajaan Minangkabau.3 nan badabue, siluluak punai mati, sirangkak nan badangkuang, Kerajaan tersebut berada di Luhak Tanah buayo putiah daguak, taratak air hitam, sikalang air bangis, Datar, salah satu bagian dari Luhak Nan Tigo. sampai ke durian ditakuak rajo……. Untuk hal yang lebih rinci Menurut historiografi tradisional tentang batas-batas alam Minangkabau lebih lanjut lihat, Dt. Minangkabau, Tambo Alam Minangkabau, Radjo Pangoeloe, Minangkabau : Sejarah Ringkas dan Adatnya. Padang : alam Minangkabau terdiri dari dua wilayah Sri Dharma, 1971, hal. 44-49. utama, yaitu kawasan luhak nan tigo dan rantau. 5 Rusli Amran. Op. Cit. Hal. 37. 6 Hal ini berdasarkan isi Pararaton, yakni : Akara sapuluh dina teka kang andon saking Malayu oleh putri roro. Kang sawiji ginawe bini- 1 Nooteboom. Sumatera dan Pelayaran di Samudera Hindia. haji denira raden Wilaya, aran Dara Petak. Kang atuha aran Dara Jingga; Jakarta: Bhratara, 1972, hal. 12-14. alaki dewa, apuputra ratu ring Melayu aran tuhan Janaka, kasir-kasir cri 2 Slamet Muljana. Kuntala, Sriwijaya, dan Suwarna Dwipa. Marmadewa, bhiseka sira aji Mantrolot. (Kira-kira sepuluh hari (sesudah Jakarta: Idayu, 1981, hal. 224-232. 3 Rusli Amran misalnya menyebut sebagai Kerajaan pengusiran tentara Tartar) datanglah tentara ekspedisi ke Melayu, membawa Minangkabau. Sementara beberapa Arkeolog masih dua orang putri. Yang satu dijadikan istri/permaisuri Raden Wijaya bernama memperdebatkan nama itu, apakah Kerajaan Pagaruyung atau Dara Petak. Yang tua bernama Dara Jingga; ia kawin dengan (Mauliwarma) Kerajaan Melayu Mnangkabau, atau nama lainnya Lihat Rusli dewa dan menurunkan raja di Tanah Melayu bernama Tuhan Janaka, bergelar Amran. Sumatra Barat Hingga Plakat Panjang. Jakarta: Snar Harapan, Sri Marmadewa, mengambil nama abhiseka Aji Mantrolot). Lebih lanjut 1981, hal 37. Lihat juga Budi Istiawan. Selintas Prasasti Melayu Kuno. lihat Slamet Muljana, Pemugaran Persada Sejarah Leluhur Majapahit. Batusangkar: BP3, 2006, hal. 1-48. Jakarta : Inti Idayu Press, 1983. hal. 176 ~ 92 ~ Analisis Sejarah, Volume 6, No. 1, 2017 © Labor Sejarah, Universitas Andalas paknya pola kerajaan Majapahit dipakai pula Bagaimanakah bentuk pemerintahan oleh Kerajaan Melayu Minang-kabau.7 kerajaan-kerajaan yang masih memelihara Pembentukan kerajaan Melayu tradisi kerajaan pada masa lampau di Sumatra Dharmasraya dan Pagaruyung oleh Adi- Barat, Mengapakah kerajaan-kerajaan itu tyawarman merupakan peristiwa pen-ting masih eksis dan penting untuk diungkapkan, dalam sejarah Minangkabau, karena peristiwa Apakah kaitan antara kerajaan-kerajaan itu menunjukkan usaha pertama dalam Minangkabau dan pemerintah daerah, dan pembentukan sebuah sistem otoritas yang Kapankah munculnya kerajaan-kerajaan berada di atas tingkat nagari yang otonom. Minangkabau yang bernuansa Islam. Walaupun kedudukan raja di dalam Urgensi Penelitian Penelitian terhadap pemerintahan Alam Minangkabau lebih kerajaan-kerajaan Minangkabau meliputi tiga banyak ber-sifat sebagai pemersatu nagari- hal penting yaitu inventarisasi dan nagari yang otonom tersebut. Otoritas tradi- dokumentasi serta penganalisisan. Dengan sional raja Minangkabau hanya merupa-kan inventarisasi dan dokumentasi akan dapat simbol persatuan dari republik-republik nagari mengungkapkan kecenderungan sistem Minangkabau dan pemeilihara hubungan pemerintahan tradisional, latar belakang dengan masyarakat di luar alam Minang- filosofi dan dinamika masyarakat lokal yang kabau. Raja memberi kewenangan kepada mempengaruhinya. kerajaan-kerajaan di daerah rantau dan raja merupakan lambang dari persatuan Minang- B. PEMBAHASAN kabau seba-gai satu keseluruhan.8 Kerajaan Melayu Minangkabau Penelitian ini difokuskan terhadap merupakan sebuah kerajaan yang berpusat di kerajaan-kerajaan Minang-kabau pada abad beberapa tempat, salah satunya adalah di ke-20 yang masih melanjutkan tradisi Luhak Tanah Datar, Minangkabau. Istana kepemimpiinan para sultan atau Kesultanan, Kerajaan berada di Nagari Pagaruyung, yang khususnya yang dijumpai di sekitar Sumatra berfungsi sebagai pusat pemerintahan raja- Barat. Penelitian ini akan melihat akar sejarah raja Melayu Minangkabau. Kerajaan Melayu kepemimpinan kesultanan dan tradisi Minang-kabau oleh beberapa penulis disebut kerajaan yang diterapkan serta tradisi budaya juga sebagai Kerajaan Minangkabau.9 Luhak kerajaan secara lebih dalam dan luas. Kegiatan Tanah Datar sendiri merupakan salah satu itu merupakan bagian dari sistem pemerin- bagian dari Luhak Nan Tigo yang terdapat dalam tahan pada zaman raja-raja. Artinya penelitian konsepsi masyarakat Minangkabau terutama ini akan melihat hubungan antara budaya tentang alamnya. Menurut historiografi Minangkabau dan sistem pemerintahan tradisional, alam Minangkabau terdiri dari tradisional pada masa moderen. dua wilayah utama, yaitu kawasan luhak nan Penelitian ini juga akan mengiden-tifikasi tigo dan rantau. Kawasan Luhak Nan Tigo adalah beberapa kerajaan Islam di Sumatra Barat merupakan kawasan pusat atau inti dari alam yang berpotensi dan dapat dikem-bangkan Minangkabau, sedangkan yang kedua, rantau model-model kearifan kerajaan tradisional. ialah kawasan perluasan dan sekaligus Beberapa pertanyaan antara lain: 7 A.A.Navis, Alam Terkembang Jadi Guru : Adat dan Kebudayaan Minangkabau. Jakarta : Grafiti Press, 1986, hal.16-17. 8 De Joselin De Jong, Minangkabau and Negri Sembilan : 9 Rusli Amran. Sumatra Barat Hingga Plakat Panjang. Jakarta: Sociopolitical Structure in Indonesia. Djakarta : Bhratara, 1960; hal. 110- Snar Harapan, 1981, hal 37. Lihat juga Budi Istiawan. Selintas 111. Prasasti Melayu Kuno. Batusangkar: BP3, 2006, hal. 1-48. ~ 93 ~ Analisis Sejarah, Volume