Timbang Pacahan Kerajaan Pagaruyung Abad Ke-20

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Timbang Pacahan Kerajaan Pagaruyung Abad Ke-20 Analisis Sejarah, Volume 6, No. 1, 2017 © Labor Sejarah, Universitas Andalas KERAJAAN-KERAJAAN SAPIAH BALAHAN, KUDUANG KARATAN- KAPAK RADAI- TIMBANG PACAHAN KERAJAAN PAGARUYUNG ABAD KE-20 Mhd. Nur Dosen tetap Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas Email : [email protected] Abstrak Kerajaan-kerajan yang menjadi Sapiah Balahan, Kuduang Karatan, Kapak Radai, dan Timbang Pacahan Kerajaan Pagaruyung pada abad ke-20 lebih dari seratus kerajaan kecil. Kerajaan-kerajaan itu pada umumnya berada di luar Luhak nan Tigo, seperti di daerah rantau, provinsi tetangga, dan bahkan Negara tetangga. Di antara raja-raja Pagaruyung hanya Adityawarman yang meninggalkan bukti tertulis, seperti prasasti Pagaruyung I-IV, Prasasti Saruaso I-II, Prasasti Kuburajo I-II, Prasasti Rambatan. Prasasti Ombilin, Prasasti Bandar Bapahat, Prasasti Pariangan, Prasasti Amoghapasa, dan Prasasti Dharmasraya. Raja-raja Pagar- uyung selalu menerima pajak atau upeti dari raja-raja di rantau seperti Siak, Indragiri, Air Bangis, Sungai Pagu, Batang Hari, bahkan dari Batak. Pemungutan pajak di rantau kadang kala juga diserahkan kepada raja atau utusannya yang datang ke rantau untuk menjemput uang adat yang terkumpul. Hubungan dengan raja di rantau ada juga yang berlangsung melalui hubungan perkawinan, dikirim langsung dari Pagaruyung dan sebagainya, hingga muncul istilah Sapiah Balahan, Kuduang Karatan, Kapak Radai, Timbang Pacahan Kerajaan Pagaruyung. Penempatan raja di rantau mendapat restu dari raja Pagaruyung, seperti raja Pulau Punjung adalah raja setempat yang diangkat dan ditetapkan oleh Yang Dipertuan Pagaruyung. Raja Sungai Pagu mempunyai hubungan darah dengan keluarga Pagaruyung. Raja-raja di rantau menyebut raja Pagaruyung dengan “Yang Dipertuan”. Kata Kunci : Minangkabau, Kerajaan, Vasaal, Prasasti, ~ 91 ~ Analisis Sejarah, Volume 6, No. 1, 2017 © Labor Sejarah, Universitas Andalas A. PENGANTAR Kawasan Luhak Nan Tigo adalah merupakan Zaman awal sejarah Minang-kabau telah kawasan pusat atau inti dari alam Minang- dimulai sejak abad ke-4 sebelum Masehi, kabau, sedangkan yang kedua, rantau ialah yakni ketika perahu-perahu yang berasal dari kawasan perluasan dan sekaligus merupakan Pulau Sumatera telah sampai berlayar ke daerah perbatasan yang mengelilingi kawasan Samudera Hin-dia, terutama menuju Persia pusat.4 dan Madagaskar.1 Pusat kerajaan Melayu ini Kerajaan Melayu Minangkabau didirikan adalah di sekitar pantai timur Sumatra, seperti oleh nenek moyang orang Mdelayu dan Jambi dan Palembang. Kerajaan “Minang- mencapai puncaknya sekitar abad ke-14 dan kabau Timur” adalah bekas kerajaan Melayu ke-15, ketika Adityawarman berkuasa Jambi yang berkem-bang kembali menjadi menggantikan pendahulunya.5 Aditya- Dharmasraya pada tahun 1070 atau abad ke-11. warman adalah putra dari Dara Jingga dari Kerajaan tersebut didirikan oleh keturunan Tanah Melayu, 6 cucu Tribhuwanaraja Sri Maharaja. Raja-rajanya bergelar Maulia- Mauliwarmadewa, yang dibesarkan di Maja- warman, yang oleh rakyatnya disebut sebagai pahit. Faktor itu pula yang menyebab-kan Sri Maharaja Diraja.2 ketika Adityawarman memerintah, pengaruh Tidak mengherankan bahwa Kerajaan kerajaan Majapahit sangat jelas. Bahkan pada Melayu Minangkabau merupakan beberapa masa pemerintahan Adityawarman organi- kerajaan yang berpusat di berbagai tempat di sasi pemerintahan kerajaan disusun menurut kawasan Minangkabau. Salah satunya adalah sistem organisasi yang berlaku di Majapahit. Kerajaan Pagaruyung di Luhak Tanah Datar, Begitu juga dengan sistem pemerintahan, tam- Minangkabau. Istana Kerajaan berada di Nagari Pagaruyung, yang berfungsi sebagai pusat pemerintahan raja-raja Melayu 4 Dalam historiografi tradisional Minangkabau berupa Pagaruyung. Kerajaan Melayu Pagaruyung tambo, batas-batas geografis alam Minangkabau sering diperinci oleh beberapa penulis disebut juga sebagai dengan ungkapan-ungkapan simbolik seperti berikut :…..dari riak Kerajaan Minangkabau.3 nan badabue, siluluak punai mati, sirangkak nan badangkuang, Kerajaan tersebut berada di Luhak Tanah buayo putiah daguak, taratak air hitam, sikalang air bangis, Datar, salah satu bagian dari Luhak Nan Tigo. sampai ke durian ditakuak rajo……. Untuk hal yang lebih rinci Menurut historiografi tradisional tentang batas-batas alam Minangkabau lebih lanjut lihat, Dt. Minangkabau, Tambo Alam Minangkabau, Radjo Pangoeloe, Minangkabau : Sejarah Ringkas dan Adatnya. Padang : alam Minangkabau terdiri dari dua wilayah Sri Dharma, 1971, hal. 44-49. utama, yaitu kawasan luhak nan tigo dan rantau. 5 Rusli Amran. Op. Cit. Hal. 37. 6 Hal ini berdasarkan isi Pararaton, yakni : Akara sapuluh dina teka kang andon saking Malayu oleh putri roro. Kang sawiji ginawe bini- 1 Nooteboom. Sumatera dan Pelayaran di Samudera Hindia. haji denira raden Wilaya, aran Dara Petak. Kang atuha aran Dara Jingga; Jakarta: Bhratara, 1972, hal. 12-14. alaki dewa, apuputra ratu ring Melayu aran tuhan Janaka, kasir-kasir cri 2 Slamet Muljana. Kuntala, Sriwijaya, dan Suwarna Dwipa. Marmadewa, bhiseka sira aji Mantrolot. (Kira-kira sepuluh hari (sesudah Jakarta: Idayu, 1981, hal. 224-232. 3 Rusli Amran misalnya menyebut sebagai Kerajaan pengusiran tentara Tartar) datanglah tentara ekspedisi ke Melayu, membawa Minangkabau. Sementara beberapa Arkeolog masih dua orang putri. Yang satu dijadikan istri/permaisuri Raden Wijaya bernama memperdebatkan nama itu, apakah Kerajaan Pagaruyung atau Dara Petak. Yang tua bernama Dara Jingga; ia kawin dengan (Mauliwarma) Kerajaan Melayu Mnangkabau, atau nama lainnya Lihat Rusli dewa dan menurunkan raja di Tanah Melayu bernama Tuhan Janaka, bergelar Amran. Sumatra Barat Hingga Plakat Panjang. Jakarta: Snar Harapan, Sri Marmadewa, mengambil nama abhiseka Aji Mantrolot). Lebih lanjut 1981, hal 37. Lihat juga Budi Istiawan. Selintas Prasasti Melayu Kuno. lihat Slamet Muljana, Pemugaran Persada Sejarah Leluhur Majapahit. Batusangkar: BP3, 2006, hal. 1-48. Jakarta : Inti Idayu Press, 1983. hal. 176 ~ 92 ~ Analisis Sejarah, Volume 6, No. 1, 2017 © Labor Sejarah, Universitas Andalas paknya pola kerajaan Majapahit dipakai pula Bagaimanakah bentuk pemerintahan oleh Kerajaan Melayu Minang-kabau.7 kerajaan-kerajaan yang masih memelihara Pembentukan kerajaan Melayu tradisi kerajaan pada masa lampau di Sumatra Dharmasraya dan Pagaruyung oleh Adi- Barat, Mengapakah kerajaan-kerajaan itu tyawarman merupakan peristiwa pen-ting masih eksis dan penting untuk diungkapkan, dalam sejarah Minangkabau, karena peristiwa Apakah kaitan antara kerajaan-kerajaan itu menunjukkan usaha pertama dalam Minangkabau dan pemerintah daerah, dan pembentukan sebuah sistem otoritas yang Kapankah munculnya kerajaan-kerajaan berada di atas tingkat nagari yang otonom. Minangkabau yang bernuansa Islam. Walaupun kedudukan raja di dalam Urgensi Penelitian Penelitian terhadap pemerintahan Alam Minangkabau lebih kerajaan-kerajaan Minangkabau meliputi tiga banyak ber-sifat sebagai pemersatu nagari- hal penting yaitu inventarisasi dan nagari yang otonom tersebut. Otoritas tradi- dokumentasi serta penganalisisan. Dengan sional raja Minangkabau hanya merupa-kan inventarisasi dan dokumentasi akan dapat simbol persatuan dari republik-republik nagari mengungkapkan kecenderungan sistem Minangkabau dan pemeilihara hubungan pemerintahan tradisional, latar belakang dengan masyarakat di luar alam Minang- filosofi dan dinamika masyarakat lokal yang kabau. Raja memberi kewenangan kepada mempengaruhinya. kerajaan-kerajaan di daerah rantau dan raja merupakan lambang dari persatuan Minang- B. PEMBAHASAN kabau seba-gai satu keseluruhan.8 Kerajaan Melayu Minangkabau Penelitian ini difokuskan terhadap merupakan sebuah kerajaan yang berpusat di kerajaan-kerajaan Minang-kabau pada abad beberapa tempat, salah satunya adalah di ke-20 yang masih melanjutkan tradisi Luhak Tanah Datar, Minangkabau. Istana kepemimpiinan para sultan atau Kesultanan, Kerajaan berada di Nagari Pagaruyung, yang khususnya yang dijumpai di sekitar Sumatra berfungsi sebagai pusat pemerintahan raja- Barat. Penelitian ini akan melihat akar sejarah raja Melayu Minangkabau. Kerajaan Melayu kepemimpinan kesultanan dan tradisi Minang-kabau oleh beberapa penulis disebut kerajaan yang diterapkan serta tradisi budaya juga sebagai Kerajaan Minangkabau.9 Luhak kerajaan secara lebih dalam dan luas. Kegiatan Tanah Datar sendiri merupakan salah satu itu merupakan bagian dari sistem pemerin- bagian dari Luhak Nan Tigo yang terdapat dalam tahan pada zaman raja-raja. Artinya penelitian konsepsi masyarakat Minangkabau terutama ini akan melihat hubungan antara budaya tentang alamnya. Menurut historiografi Minangkabau dan sistem pemerintahan tradisional, alam Minangkabau terdiri dari tradisional pada masa moderen. dua wilayah utama, yaitu kawasan luhak nan Penelitian ini juga akan mengiden-tifikasi tigo dan rantau. Kawasan Luhak Nan Tigo adalah beberapa kerajaan Islam di Sumatra Barat merupakan kawasan pusat atau inti dari alam yang berpotensi dan dapat dikem-bangkan Minangkabau, sedangkan yang kedua, rantau model-model kearifan kerajaan tradisional. ialah kawasan perluasan dan sekaligus Beberapa pertanyaan antara lain: 7 A.A.Navis, Alam Terkembang Jadi Guru : Adat dan Kebudayaan Minangkabau. Jakarta : Grafiti Press, 1986, hal.16-17. 8 De Joselin De Jong, Minangkabau and Negri Sembilan : 9 Rusli Amran. Sumatra Barat Hingga Plakat Panjang. Jakarta: Sociopolitical Structure in Indonesia. Djakarta : Bhratara, 1960; hal. 110- Snar Harapan, 1981, hal 37. Lihat juga Budi Istiawan. Selintas 111. Prasasti Melayu Kuno. Batusangkar: BP3, 2006, hal. 1-48. ~ 93 ~ Analisis Sejarah, Volume
Recommended publications
  • Concise Ancient History of Indonesia.Pdf
    CONCISE ANCIENT HISTORY OF INDONESIA CONCISE ANCIENT HISTORY O F INDONESIA BY SATYAWATI SULEIMAN THE ARCHAEOLOGICAL FOUNDATION JAKARTA Copyright by The Archaeological Foundation ]or The National Archaeological Institute 1974 Sponsored by The Ford Foundation Printed by Djambatan — Jakarta Percetakan Endang CONTENTS Preface • • VI I. The Prehistory of Indonesia 1 Early man ; The Foodgathering Stage or Palaeolithic ; The Developed Stage of Foodgathering or Epi-Palaeo- lithic ; The Foodproducing Stage or Neolithic ; The Stage of Craftsmanship or The Early Metal Stage. II. The first contacts with Hinduism and Buddhism 10 III. The first inscriptions 14 IV. Sumatra — The rise of Srivijaya 16 V. Sanjayas and Shailendras 19 VI. Shailendras in Sumatra • •.. 23 VII. Java from 860 A.D. to the 12th century • • 27 VIII. Singhasari • • 30 IX. Majapahit 33 X. The Nusantara : The other islands 38 West Java ; Bali ; Sumatra ; Kalimantan. Bibliography 52 V PREFACE This book is intended to serve as a framework for the ancient history of Indonesia in a concise form. Published for the first time more than a decade ago as a booklet in a modest cyclostyled shape by the Cultural Department of the Indonesian Embassy in India, it has been revised several times in Jakarta in the same form to keep up to date with new discoveries and current theories. Since it seemed to have filled a need felt by foreigners as well as Indonesians to obtain an elementary knowledge of Indonesia's past, it has been thought wise to publish it now in a printed form with the aim to reach a larger public than before.
    [Show full text]
  • Global Journal of Human Social Sciences
    Global Journal of Human Social Science: F Political Science Global Journal of Human Social Science: F Political Science V olume 13 Issue 2 (Ver. 1.0) Open Association of Research Society *OREDO-RXUQDORI+XPDQ *OREDO-RXUQDOV,QF Social Sciences. 2013. $'HODZDUH86$,QFRUSRUDWLRQZLWK³*RRG6WDQGLQJ´Reg. Number: 0423089 6SRQVRUV Open Association of Research Society $OOULJKWVUHVHUYHG 2SHQ6FLHQWLILF6WDQGDUGV 7KLVLVDVSHFLDOLVVXHSXEOLVKHGLQYHUVLRQ RI³*OREDO-RXUQDORI+XPDQ6RFLDO 3XEOLVKHU¶V+HDGTXDUWHUVRIILFH 6FLHQFHV´%\*OREDO-RXUQDOV,QF $OODUWLFOHVDUHRSHQDFFHVVDUWLFOHVGLVWULEXWHG *OREDO-RXUQDOV,QF+HDGTXDUWHUV&RUSRUDWH2IILFH XQGHU³*OREDO-RXUQDORI+XPDQ6RFLDO 6FLHQFHV´ &DPEULGJH2IILFH&HQWHU,,&DQDO3DUN)ORRU1R 5HDGLQJ/LFHQVHZKLFKSHUPLWVUHVWULFWHGXVH WKCambridge (Massachusetts)3LQ0$ (QWLUHFRQWHQWVDUHFRS\ULJKWE\RI³*OREDO -RXUQDORI+XPDQ6RFLDO6FLHQFHV´XQOHVV 8QLWHG6WDWHV RWKHUZLVHQRWHGRQVSHFLILFDUWLFOHV 86$7ROO)UHH 86$7ROO)UHH)D[ 1RSDUWRIWKLVSXEOLFDWLRQPD\EHUHSURGXFHG RUWUDQVPLWWHGLQDQ\IRUPRUE\DQ\PHDQV 2IIVHW7\SHVHWWLQJ HOHFWURQLFRUPHFKDQLFDOLQFOXGLQJ SKRWRFRS\UHFRUGLQJRUDQ\LQIRUPDWLRQ VWRUDJHDQGUHWULHYDOV\VWHPZLWKRXWZULWWHQ Open Association of Research Society , Marsh Road, SHUPLVVLRQ Rainham, Essex, London RM13 8EU 7KHRSLQLRQVDQGVWDWHPHQWVPDGHLQWKLV United Kingdom. ERRNDUHWKRVHRIWKHDXWKRUVFRQFHUQHG 8OWUDFXOWXUHKDVQRWYHULILHGDQGQHLWKHU FRQILUPVQRUGHQLHVDQ\RIWKHIRUHJRLQJDQG QRZDUUDQW\RUILWQHVVLVLPSOLHG 3DFNDJLQJ &RQWLQHQWDO'LVSDWFKLQJ (QJDJHZLWKWKHFRQWHQWVKHUHLQDW\RXURZQ ULVN *OREDO-RXUQDOV,QGLD 7KHXVHRIWKLVMRXUQDODQGWKHWHUPVDQG FRQGLWLRQVIRURXUSURYLGLQJLQIRUPDWLRQLV
    [Show full text]
  • Dinamika Maskulinitas Dan Nasionalisme Masyarakat Jawa Di Era Majapahit
    Satwika, vol 4 (2020) issue 1, 116-129 Satwika : Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial ISSN: 2580-8567 (Print) – 2580- 443X (Online) Journal Homepage: ejournal.umm.ac.id/index.php/JICC Dinamika Maskulinitas dan Nasionalisme Masyarakat Jawa di Era Majapahit Mega Widyawati a,1*, Eggy Fajar Andalas b,2 a Universitas Muhammadiyah Malang, Jalan Tlogomas 246 Malang, Indonesia, 65144 1 [email protected]; 2 [email protected] * Corresponding Author INFO ARTIKEL ABSTRAK Sejarah Artikel: Maskulinitas dan nasionalisme selama ini menggambarkan fenomena di Diterima: 12 November mana konsepsi negara atau bangsa, termasuk bagian dari kedaulatan dan 2020 identitas yang berkontribusi dalam kaitannya dengan peran gender. Direvisi: 12 November Artinya, mikrokultur maskulinitas dalam kehidupan sehari-hari 2020 mengartikulasikan dengan sangat baik dengan tuntutan nasionalisme. Disetujui: 15 November Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk-bentuk 2020 maskulinitas dan nasionalisme yang beroperasi pada kultur masyarakat Tersedia Daring: 16 Jawa dahulu, tepatnya pada era Kerajaan Majapahit. Penelitian ini November 2020 menggunakan metode kualitatif deskriptif. Sumber data penelitian berupa Kata Kunci: novel Jayaning Majapahit (2014) karya Agus S. Soerono. Teknik Jawa pengumpulan data memakai teknik baca-catat. Analisis data dilakukan Kerajaan Majapahit dengan menyajikan data, menginterpretasi data, dan menarik kesimpulan Maskulinitas berdasarkan tujuan yang dinyatakan. Hasil analisis menunjukkan bahwa Nasionalisme novel Jayaning Majapahit mewacanakan
    [Show full text]
  • 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kerajaan Koto Besar
    BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kerajaan Koto Besar diperkirakan telah ada sejak akhir abad ke-17 Masehi.1 Koto Besar tumbuh dan berkembang bersama daerah-daerah lain yang berada di bekas wilayah Kerajaan Melayu Dharmasraya (Swarnabumhi).2 Daerah-daerah ini merupakan kerajaan kecil yang bercorak Islam dan berafiliasi dengan Kerajaan Pagaruyung, seperti Pulau Punjung yang dikenal sebagai camin taruih (perpanjangan tangan) Pagaruyung untuk daerah Hiliran Batanghari, serta penguasa lokal di ranah cati nan tigo, yaitu Siguntur, Sitiung dan Padang Laweh.3 Koto Besar menjadi satu-satunya kerajaan di wilayah ini yang tidak berpusat di pinggiran Sungai Batanghari.4 Lokasi berdirinya kerajaan-kerajaan tersebut merupakan daerah rantau dalam konsep alam Minangkabau.5 Pepatah adat Minangkabau mengatakan, 1 Merujuk pada tulisan yang tercantum pada stempel peninggalan Kerajaan Koto Besar yang berangkakan tahun 1697 Masehi. 2 Kerajaan Melayu Dharmasraya (Swarnabumhi) adalah sebuah kerajaan yang bercorak Hindu Buddha dan merupakan kelanjutan dari Kerajaan Melayu Jambi yang bermigrasi dari muara Sungai Batanghari. Kerajaan Melayu Dharmasraya hanya bertahan sekitar dua abad (1183 – 1347), setelah dipindahkan oleh Raja Adityawarman ke pedalaman Minangkabau di Saruaso. Bambang Budi Utomo dan Budhi Istiawan, Menguak Tabir Dharmasraya, (Batusangkar : BPPP Sumatera Barat, 2011), hlm. 8-12. 3 Efrianto dan Ajisman, Sejarah Kerajaan-Kerajaan di Dharmasraya, (Padang: BPSNT Press, 2010), hlm. 84. 4 Menurut Tambo Kerajaan Koto Besar dijelaskan bahwa Kerajaan Koto Besar berpusat di tepi Sungai Baye. Hal ini juga dikuatkan oleh catatan Kontroler Belanda Palmer van den Broek tanggal 15 Juni 1905. Lihat, Tambo Kerajaan Koto Besar, “Sejarah Anak Nagari Koto Besar yang Datang dari Pagaruyung Minangkabau”. Lihat juga, “Nota over Kota Basar en Onderhoorige Landschappen Met Uitzondering van Soengei Koenit en Talao”, dalam Tijdschrift voor Indische, “Taal, Land en Volkenkunde”, (Batavia: Kerjasama Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen dan Batavia Albrecht & Co., 1907), hlm.
    [Show full text]
  • Aparatur Sipil Negara, BUKAN Abdi Negara Biasa
    Media Edukasi dan Informasi Keuangan EDUKASI KEUANGAN ASN Aparatur Sipil Negara, BUKAN Abdi Negara Biasa Edisi 23/2014 Daftar Isi Salam Redaksi 2 Lintas Peristiwa 4 Liputan Utama 6 Liputan Khusus 14 Profil 18 Kuis 23 Serambi Ilmu 24 Mata Air 53 Klinik Sehat 55 Tips n Trik 56 English Corner 59 Selasar 60 Point Of Interest 61 Kalender Diklat 63 Resensi Buku 64 Kang Edu 65 Redaksi menerima kritik saran, pertanyaan, atau sanggahan terhadap EDUKASI masalah-masalah yang berkaitan dengan Kementerian Keuangan. K E U A N G A N Sampaikan melalui alamat email : [email protected] Salam Redaksi Belakangan ini muncul beberapa pertanyaan terkait dengan pegawai negeri sipil. Apa benar PNS berubah? Apakah jabatan dalam PNS juga diganti? Pertanyaan tersebut muncul sebagai konsekuensi dari disahkannya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara. Undang-Undang tersebut menggantikan UU Nomor 43 tahun 1999 tentang Pokok Po- kok Kepegawaian. Aparatur Sipil Negara (ASN) dalam Undang- Undang tersebut secara istilah memang menggantikan istilah PNS. Undang-Undang ASN lahir dari usaha reformasi birokrasi di Indonesia, dimana sistem birokrasi menekankan pada efektifitas dan efisiensi. Banyak hal yang “berubah”, paradigma PNS sebagai sebuah pekerjaan mulai dikampanyekan bahwa PNS itu adalah profesi melalui sebutan barunya yaitu Aparatur Sipil Negara. Sebagai sebuah profesi, negara perlu mengatur adanya asas, nilai dasar, kode etik, sampai bagaimana mengembangkan ASN secara terpadu. Penajaman dan penekanan serta profesionalisme aparatur sipil negara terlihat pada butir-butir di Undang-Undang tersebut. Pengertian UU ASN, pokok pokok perubahan serta maksud dan tujuan dari perubahan tersebut kami tuangkan kedalam Liputan Utama Majalah edisi ke-23 ini.
    [Show full text]
  • Bab 2 Landasan Teori
    BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Umum 2.1.1. Letak Geografis Sumatra Barat Secara geografis, Provinsi Sumatera Barat terletak pada garis 00 54’ Lintang Utara sampai dengan 30 30’ Lintang Selatan serta 980 36’ – 1010 53’ Bujur Timur dengan luas wilayah 42.29730 Km2 atau 4.229.730 Ha. Luas perairan laut Provinsi Sumatera Barat kurang lebih 186.500 Km2 dengan jumlah pulau besar dan kecil sekitar 345 pulau. 2.1.2. Kedatangan Majapahit Di Minangkabau Pada tahun 1339 Adityawarman dikirim sebagai uparaja atau raja bawahan Majapahit, sekaligus melakukan beberapa penaklukan yang dimulai dengan menguasai Palembang. Kidung Pamacangah dan Babad Arya Tabanan menyebut nama Arya Damar sebagai bupati Palembang yang berjasa membantu Gajah Mada menaklukkan Bali pada tahun 1343. Menurut Prof. C.C. Berg, tokoh ini dianggapnya identik dengan Adityawarman. Setelah membantu Majapahit dalam melakukan beberapa penaklukan, pada tahun 1347 masehi atau 1267 saka, Adityawarman memproklamirkan dirinya sebagai Maharajadiraja dengan gelar Srimat Sri Udayadityawarman Pratapaparakrama Rajendra Mauli Warmadewa dan menamakan kerajaannya dengan namaMalayapura. Kerajaan ini merupakan kelanjutan dari Kerajaan Melayu sebelumnya, dan memindahkan ibukotanya dari Dharmasraya ke daerah pedalaman (Pagaruyung atau Suruaso). Dengan melihat gelar yang disandang Adityawarman, terlihat dia menggabungan beberapa nama yang pernah dikenal sebelumnya, Mauli merujuk garis keturunannya kepada bangsa Mauli penguasa Dharmasraya, dan gelar Sri Udayadityavarman pernah disandang salah seorang raja Sriwijaya serta menambahkah Rajendra nama penakluk penguasa Sriwijaya, raja Chola dari 3 4 Koromandel. Hal ini tentu sengaja dilakukan untuk mempersatukan seluruh keluarga penguasa di Swarnnabhumi. 2.1.3. Kerajaan Pagaruyung Masa Kebudayaan Islam Sultan Alif Khalifatullah naik tahta sekitar tahun 1560. Beliau merupakan raja (sultan) pertama di Kerajaan Pagaruyung yang memeluk agama Islam.
    [Show full text]
  • Swarnnadwipa Abad XIII-XIV Masehi Penggunaan Atas Sumber Emas Di Hulu Batanghari (Sumatra Barat)
    Swarnnadwipa Abad XIII-XIV Masehi Penggunaan Atas Sumber Emas di Hulu Batanghari (Sumatra Barat) Bambang Budi Utomo Keywords: inscription, Ancient Melayu, Batanghari River, Adityawarman How to Cite: Utomo, B. B. Swarnnadwipa Abad XIII-XIV Masehi Penggunaan Atas Sumber Emas di Hulu Batanghari (Sumatra Barat). Berkala Arkeologi, 14(2), 221–226. https://doi.org/10.30883/jba.v14i2.728 Berkala Arkeologi https://berkalaarkeologi.kemdikbud.go.id/ Volume 14 No. 2, 1994, 221–226 DOI: 10.30883/jba.v14i2.728 This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License. SWARNNADWIPA ABAD XIII - XIV MASEHI PENGGUNAAN ATAS SUMBER EMAS DI HULU BATANGHARI (SUMATRA BARAT) Bambang Budi Utomo (Pusat Penelitian Arkeologi Nasional} 1 . Pengantar Siguntu r, dan Padangroco di wilayah Provms1 Beberapa waktu yang lampau, pada tanggal Sumatra Barat. 7-8 Desember 1992 di Jambi telah diselenggara­ Berdasarkan identifikasi unsur pertanggalan kan Seminar Sejarah Melayu Kuna. Kemudian yang diperoleh dari paleografi tulisan-tulisan sing­ pada tanggal 26 Juni 1993 di Padang telah dise­ kat pada lempeng emas di Candi Gumpung (Boe­ lenggaran Oiskusi Arkeologi yang membicara­ chari, 1984:9; 1985:237-38), tulisan si ngkat pada ka n tokoh Adityawarman. Kedua peristiwa ini ber­ batu pipisan dari Koto Kandis (Bambang Budi tujuan mengangkat kembali nama Kerajaan Me­ Utomo, 1990: 1 48), tulisan singkat pada area Bud­ layu yang telah lebih dari 14 abad tenggelam da­ dha dari Solok Sipin (Boekhori, 1 979:28), dan pe­ lam hiruk- pikuknya lakon sejarah Nusantara. cahan-pecahan keramik (Bambang Budi Utomo, DaJam Seminar Sejarah Melayu Kuna ter­ 1990: 1 48) menunjukkan pertanggalan abad ke- ungkap lokasi kerajaan Melayu ada di daerah Su­ 13-1 4 Masehi (Bambang Budi Utomo, 1 992) ngai Batanghari, mulai dari daerah hilir di wilayah Pertanggalan situs tersebut menunjukkan di Provinsi Jambi hingga daerah hulu di wilayah Daerah Batanghari pada masa lampau terjadi Provinsi Sumatra Barat Bukti arkeologis menun­ pergeseran pemukiman.
    [Show full text]
  • The Local Wisdom in Marine Resource Conservation for Strategies of Poverty Reduction in Indonesia
    TUMSAT-OACIS Repository - Tokyo University of Marine Science and Technology (東京海洋大学) The local wisdom in marine resource conservation for strategies of poverty reduction in Indonesia 学位名 博士(海洋科学) 学位授与機関 東京海洋大学 学位授与年度 2018 学位授与番号 12614博乙第35号 権利 全文公表年月日: 2019-06-25 URL http://id.nii.ac.jp/1342/00001758/ Doctoral Dissertation THE LOCAL WISDOM IN MARINE RESOURCE CONSERVATION FOR STRATEGIES OF POVERTY REDUCTION IN INDONESIA March 2019 LUCKY ZAMZAMI i To the Villagers of South Tiku ii TABLE OF CONTENTS Table of Contents ..................................................................................................... iii List of Tables ........................................................................................................... v List of Figures .......................................................................................................... vi List of Photos ........................................................................................................... vii Acknowledgment ..................................................................................................... viii Preface ..................................................................................................................... ix CHAPTER I: INTRODUCTION ......................................................................... 1 1. Background ........................................................................................................ 1 2. Ethnographical Setting ......................................................................................
    [Show full text]
  • The Dynamics of Inland and Maritime Cultures Relations in the History of Java Island, Indonesia
    Journal of Marine and Island Cultures (2013) 2, 115–127 Journal of Marine and Island Cultures www.sciencedirect.com Contest for hegemony: The dynamics of inland and maritime cultures relations in the history of Java island, Indonesia Singgih Tri Sulistiyono *, Yety Rochwulaningsih Department of History, Faculty of Humanities, Diponegoro University, Semarang, Indonesia Received 22 May 2013; accepted 10 October 2013 Available online 5 December 2013 KEYWORDS Abstract The main purpose of this article is to analyze the dynamics of relation between inland Inland culture; and maritime cultures in an insular region by taking Java island, Indonesia, as an object of study. Maritime culture; Java island is located in the midst of Indonesian archipelago which is geographically recognized as Insular region; the ‘‘maritime continent’’ and the widest insular region in the world. During the history, Java has Maritime continent been one of the most important islands not only in the Indonesian archipelago but also in Southeast Asian region. It is interesting that Java has not only varied maritime cultures but also feudalistic inland culture. Moreover, during the course of history there has been a latent contesting relation- ship among the two different types of culture, which has been coloring the history of Indonesia at large till the present day. ª 2013 Production and hosting by Elsevier B.V. on behalf of Institution for Marine and Island Cultures, Mokpo National University. Introduction ognized as the widest insular region in the world (Lapian, 1996; Tangsubkul, 1984). 1 Many people possibly think that By taking Java island as the focus of the study, this article tries the culture which develops in Indonesian islands must have to construct a reality of cultural plurality developing in the 1 The Southeast Asian archipelagic state: Con- Indonesian archipelago as an area which is geographically rec- See P.
    [Show full text]
  • Format Sisfo
    JURNAL BAHASA RUPA Vol. 1 No 2 - April 2018 p-ISSN 2581-0502 (Print), e-ISSN 2580-9997 (Online) Available Online at : http://jurnal.stiki-indonesia.ac.id/index.php/jurnalbahasarupa PERANCANGAN PERMAINAN DIGITAL “KRONIK MAJAPAHIT” SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN SEJARAH SUMPAH PALAPA UNTUK REMAJA Yanuar Rahman1, Hendy Hertiasa2 1Prodi DKV, Fakultas Industri Kreatif, Telkom University Bandung, Indonesia 2Prodi DKV, Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Teknologi Bandung Bandung, Indonesia [email protected], [email protected] Received : Januari 2018 Accepted : Maret 2018 Published : April 2018 Abstrak Sejarah merupakan rekam jejak dan cerminan karakter bangsa yang tidak boleh dilupakan, karena banyak sekali hikmah dan pelajaran yang bisa didapat dengan memahaminya. Namun dalam kenyataannya pelajaran sejarah tidak melulu mendapat tempat yang baik dalam proses belajar siswa di sekolah menengah. Penelitian ini ingin menggali lebih dalam dan mencari alternatif solusi untuk proses pembelajaran sejarah, khususnya tentang bagaimana cara memperkenalkan kronologis sejarah sumpah palapa melalui sebuah media game yang menarik sebagai bagian dari proses belajar kepada remaja. Proses penelitian ini juga mencari alternatif cara dalam merancang gameplay dan visual yang sesuai untuk game tersebut. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah action reserach yang sistematis dan bekelanjutan, untuk memahami konteks pembelajarannya digunakan metode belajar konstruktivisme, serta teori-teori yang terkait dalam ranah pendidikan dan psikologi agar memperkaya landasan pemikiran dari penelitian ini. Hasil dari penelitian yang dihasilkan melalui pengkajian pustaka, observasi, diskusi dan percobaan-percobaan untuk mendapatkan data, akan digunakan sebagai dasar dalam perancangan konten dan visual game. Dengan proses penelitian dan perancangan tersebut, game ini diharapkan dapat membantu para remaja Indonesia untuk bisa mengenal dan mempelajari lebih dalam tentang sejarah Nusantara, sehingga dapat membangkitkan rasa cinta dan karakter berbangsa dan bernegara.
    [Show full text]
  • BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kabupaten
    BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kabupaten Dharmasraya dengan ibukota Pulau Punjung adalah salah satu Kabupaten di Sumatera Barat yang berada di persimpangan jalur lintas Sumatera yang menghubungkan antara Padang, Pekanbaru hingga Jambi. Terletak di ujung tenggara Sumatera Barat antara 00 47’ 7” LS – 10 41’56” LS & 1010 9’ 21” BT- 1010 54’ 27” BT. Kondisi dan topografi Kabupaten Dharmasraya mayoritas merupakan lahan datar dengan ketinggian dari 82 meter sampai 1.525 meter dari permukaan laut. Sebelah utara Kabupaten Dharmasraya berbatasan dengan Kabupaten Sijunjung dan Provinsi Riau, sebelah selatan dan di sebelah timur berbatasan dengan Provinsi Jambi sedangkan di sebelah Barat dengan Kabupaten Solok dan Kabupaten Solok Selatan. Dharmasraya merupakan salah satu Kabupaten yang terdapat di Provinsi Sumatera Barat, yang juga merupakan Kabupaten paling muda di Provinsi Sumatera Barat. Kabupaten ini dibentuk berdasarkan Undang-Undang No.38 Tahun 2003. Secara geografi Kabupaten Dharmasraya berada di ujung tenggara Provinsi Sumatera Barat dengan topografi daerah bervariasi antara berbukit, bergelombang dan datar dengan variasi ketinggian dari 100 m – 1.500 m di atas permukaan laut. Kabupaten Dharmasraya berkembang sebagai salah satu penghasil kelapa sawit dan karet, dan dua tanaman inilah yang menyumbang pendapatan daerah paling besar bagi Dharmasraya, sehingga ia merasa mampu 1 untuk menjadi Kabupaten sendiri memisahkan diri dari Kabupaten Sawahlunto Sijunjung Nama Dharmasraya sendiri tentu tidak begitu asing di telinga kita dikarenakan Dharmasraya merupakan Ibukota Kerajaan Melayu di Swharnabhumi atau yang biasa kita ketahui sebagai Sumatra. Lalu jika kita mengkaji lebih dalam maka akan kita temui hubungan antara Kerajaan Dharmasraya dan juga Kabupaten Dharmasraya yang tidak lain merupakan wilayah Kerajaan Dharmasraya itu sendiri.
    [Show full text]
  • Rb03d41h-Hubungan Malayu-Pendahuluan.Pdf
    1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berita pertama mengenai keberadaan Kerajaan Malayu Kuno didapatkan dari catatan Dinasti Tang, yaitu mengenai datangnya utusan dari daerah Mo-lo-yeu di Cina pada tahun 644 dan 645 Masehi. Nama Mo-lo-yeu ini sangat mungkin dihubungkan dengan kerajaan Malayu yang letaknya di pantai timur Sumatra dengan pusatnya sekitar Jambi (Soemadio, (ed.), 1984: 81). Kerajaan Malayu berkembang pada pertengahan abad ke-7 Masehi sampai dengan akhir abad ke-14 Masehi. Sampai saat ini, baru ditemukan sekitar 30 buah prasasti yang berasal dari kerajaan itu. Prasasti-prasasti itu tersebar di berbagai tempat, sebagian ada di wilayah provinsi Jambi, sebagian lagi di wilayah provinsi Sumatra Barat dan ada pula satu prasasti yang ditemukan di daerah Malang, Jawa Timur, yaitu prasasti pada patung Amoghapāśa di Candi Jago. Penelitian terhadap prasasti-prasasti itu telah lama dilakukan, namun sebagian prasasti hingga saat ini masih dipermasalahkan. Keadaan ini ditambah lagi dengan terbatasnya sumber sejarah yang berkaitan dengan kerajaan Malayu sehingga beberapa bagian dari kisah kerajaan Malayu masih belum jelas, bahkan belum dapat diketahui sama sekali (Djafar, 1992: 2). Universitas Indonesia Hubungan Malayu..., Daulat Fajar Yanuar, FIB UI, 2009 2 Prasasti-prasasti Kerajaan Malayu umumnya dipahatkan di beberapa jenis batu, logam dan di belakang arca. Prasasti-prasastinya antara lain terdiri dari angka tahun, kata-kata mantra Buddha (dalam jumlah besar) dan prasasti-prasasti pendek. Prasasti-prasasti yang panjang dan memuat data yang agak jelas dikeluarkan setelah tahun 1208 Masehi (abad ke-13 – 14 Masehi), yang merupakan puncak kejayaan Malayu Kuno, sehingga sulit mengetahui keadaan kerajaan Malayu Kuno sebelum abad ke-13 Masehi karena data tertulis tidak mendukungnya (Djafar, 1992: 3).
    [Show full text]