Komunitas 4 (1) (2012) : 56-64
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
Komunitas 4 (1) (2012) : 56-64 KOMUNITAS http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/komunitas SITUS “KOTO RAYO” DAN KEARIFAN TRADISIONAL DI TEPI SUNGAI TABIR JAMBI Pahrudin Program Pascasarjana Sosiologi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia Info Artikel Abstrak Sejarah Artikel: Dalam penelitian ini, penulis membahas ‘Koto Rayo’, sebuah pemukiman kuno Diterima Desember 2011 di sisi Sungai Tabir, Jambi sebagai sebuah budaya dan kearifan lokal. Penelitian Disetujui Januari 2012 difokuskan pada nilai kearifan lokal yang dimiliki masyarakat dalam kaitan dengan Dipublikasikan Maret 2012 situs ini. Hasil penelitian dan pembahasan memunculkan fakta-fakta sebagai Keywords: berikut. Pulau Sumatera memiliki peradaban tinggi di masa lalu, khususnya Civilization; melalui Kerajaan Sriwijaya yang mengontrol dan mendominasi seluruh pulau ini Jambi; dan sebagian besar wilayah Asia Tenggara. Salah satu wilayah Kerajaan Sriwijaya Koto Rayo Sumatra; di Pulau Sumatera adalah Jambi, yang dahulu memiliki banyak Kerajaan Melayu. Melayu. ‘Koto Rayo’ yang terletak di sisi Sungai Tabir ‘mungkin’ salah satu peradaban yang berhubungan dengan sejarah Kerajaan Melayu Jambi dan atau Kerajaan Sriwijaya di masa lalu. Situs ini mempengaruhi beberapa perilaku kearifan lokal pada masyarakat sekitar dalam wujud perilaku yang tegas dalam melestarikan lingkungan dan menjaga warisan budaya. Kearifan lokal ini penting untuk meminimalisir efek negatif globalisasi. Abstract The objective of this study is to discuss ’Koto Rayo’, an ancient settlement on the side of Tabir river, Jambi as a culture and local wisdom. The study focused on the value of local knowledge in the communities in connection with this site. Data was collected through observation, interviews and document analysis. The results and discussion led to the following facts. The island of Sumatra has a high civilization in the past, particularly through the kingdom of Srivijaya that controls and dominates the entire island and most of the Southeast Asia region. One of the kingdom of Srivijaya in Sumatra is Jambi, which once had many Malay kingdom. ’Rayo Koto’ located on the side of Tabir river is ’probably’ one of civilization associated with the history of the Malay kingdom of Srivijaya kingdom of Jambi in the past. This site affects some local knowledge on the behavior of the surrounding community in the form of assertive behavior in preserving the environment and maintain the cultural heritage. This local knowledge is essential to minimize the negative effects of globalization. © 2012 Universitas Negeri Semarang Alamat korespondensi: ISSN 2086-5465 Jl. Sosio-Yustisia no 2 Bulaksumur Yogyakarta Indonesia 55281 E-mail: [email protected] Pahrudin / Komunitas 4 (1) (2012) : 56-64 PENDAHULUAN berita China yang mengatakan nama San-fo- ts’i sebagai kawasan penting dalam Sriwijaya Sumatera adalah salah satu pulau saat itu dan dapat diidentikkan dengan terbesar yang ada di kepulauan Nusantara. (Muara) Tembesi yang ada di Jambi saat ini Pulau Sumatera juga dikenal dengan nama (Muljana, 2008: 107-119). Ada pula yang “Swarna Dwipa” yang berarti “pulau emas” mengatakan berpusat di Riau berdasarkan karena diyakini memiliki kandungan emas kesimpulan Ir. Moens yang mengatakan yang melimpah. Pulau Sumatra juga dikenal bahwa Kerajaan Sriwijaya lama berpusat di sebagai pulau Andalas. Wilayah ini memiliki sebuah Semenanjung karena berdasarkan beragam sumberdaya (resources), baik berupa berita-berita China dan Arab (Abu Zaid), bahan tambang seperti emas dan perak juga pusat kerajaan ini berhadap-hadapan dengan berupa alamnya yang memiliki berjuta-juta Tiongkok. Pada saat itu, di Palembang hektar lahan yang ditumbuhi pepohonan memang sudah ada sebuah kerajaan tetapi serta perkebunan (terutama karet dan kelapa dikalahkan dan akhirnya mendirikan sawit). Di samping beragam sumberdaya kerajaan di wilayah Melayu, yaitu di Muara alam, Sumatera juga memiliki sumberdaya Takus, dekat tempuran Kampar Kanan dan lain yang tak kalah penting, yaitu peradaban Batang Mahat atau di Riau saat ini (Muljana, masa lalu yang pernah berjaya di pulau ini. 2008: 105-106). Akan tetapi pendapat Menyebut peradaban masa lalu umum para sejarawan yang berdasarkan Sumatera tentu tidak bisa dilepaskan beberapa bukti arkeologis mengatakan dari sebuah kerajaan besar yang pernah bahwa Kerajaan Sriwijaya berpusat di menguasai beragam wilayah di Indonesia Palembang. Pendapat ini sebenarnya lebih dan Asia Tenggara, Kerajaan Sriwijaya. karena berdasarkan adanya Prasasti Telaga Salah satu kerajaan Hindu terbesar di Batu Palembang yang berhubungan dengan Nusantara ini memang berpusat di Pulau Sriwijaya. Namun demikian, menurut Sumatera, meskipun pusat kekuasaannya Muljana, jika prasasti tersebut diteliti dengan masih diperselisihkan. Ada yang mengatakan seksama maka akan ditemukan kesimpulan berada di Jambi karena berdasarkan sebaliknya. Prasasti tersebut sebenarnya penelitian yang dilakukan Prof. Slamet adalah semacam peringatan bagi Palembang Muljana, dimana letak geografi Jambi yang yang telah ditaklukkan oleh Sriwijaya yang langsung berhadapan dengan laut lepas lebih berpusat di Jambi untuk menjaga ketertiban cocok untuk menetapkan wilayah ini sebagai dan keamanan wilayah tersebut dan bukanlah pusat Kerajaan Sriwijaya. Di samping bukti- piagam raja atau negara Sriwijaya. Begitu bukti arkeologis lebih banyak ditemukan di juga Prasasati Kedukan Bukit Palembang wilayah ini, juga karena Sriwijaya sebagai yang sebenarnya adalah suatu hadiah kerajaan maritim dan perdagangan lebih dari raja yang telah menaklukkan wilayah memungkinkan untuk dilalui oleh kapal- tersebut (Muljana, 2008: 115-116). kapal besar dari berbagai wilayah di Asia Kerajaan yang diperkirakan berdiri Tenggara yang menjadikan Selat Malaka antara abad ketujuh sampai abad ketiga belas sebagai pusatnya saat itu dibandingkan Masehi ini dalam catatan sejarah Indonesia Palembang yang terbentur oleh Selat Bangka disepadankan dengan kebesaran Majapahit yang hanya dilalui oleh kapal-kapal kecil yang juga pernah menguasai banyak dari dan menuju Jawa. wilayah di Nusantara dan Asia Tenggara Prof. Muljana juga memaparkan dan berpusat di Jawa Timur. Tidak banyak berita-berita dari Arab yang mengatakan memang bukti arkeologis yang menunjukkan adanya Maharaja dari Zabag yang dapat keberadaan Sriwijaya di wilayah Sumatera, diidentifikasi sebagai Muara Sabak yang kecuali beberapa candi dan batu bertulis berada di ujung Semenanjung Jambi serta prasasti yang ada di Jambi, Riau dan (Kabupaten Tanjung Jabung sekarang) dan Palembang. Itu pun dengan kondisi yang menjadi pintu masuk bagi kapal-kapal yang masih kurang lengkap jika dibandingkan menuju Jambi dan laut lepas. Atau dari dengan bukti-bukti arkeologis yang 57 Pahrudin / Komunitas 4 (1) (2012) : 56-64 ditinggalkan oleh peradaban-peradaban yang yang berisikan analisis penulis mengenai pernah ada di Jawa. Meskipun demikian, Koto Rayo, sebuah pemukiman kuno di beberapa peninggalan sejarah tersebut cukup Pinggir Sungai Tabir Jambi yang diupayakan dijadikan bukti untuk menetapkan bahwa dilakukan dalam konteks sejarah dan budaya, di Sumatera pernah ada dan berdiri sebuah khususnya kearifan lokal yang diwariskannya. kerajaan besar yang dapat dikatakan sebagai Penelitian ini menggunakan pendekatan super power-nya kawasan regional Asia kualitatif. Penelitian yang menggunakan Tenggara saat itu. Salah satu wilayah yang pendekatan kualitatif dilakukan untuk pernah dikuasai oleh Sriwijaya adalah Jambi memahami peristiwa, kegiatan, perilaku dan yang jauh sebelum kerajaan ini berdiri sudah pelaku peristiwa dalam situasi tertentu dan memiliki kedaulatan sendiri melalui tiga ilmiah (natural). Penelitian ini menggunakan kerajaan Melayu Kuno, yaitu: Koying dan metode kualitatif, karena secara langsung Tupo di abad ketiga Masehi serta Kantoli di dapat menyajikan hubungan antara peneliti abad kelima Masehi dan berlanjut kemudian dengan subyek penelitian agar lebih dengan munculnya Kerajaan Melayu Jambi. mendalam dan detail Jambi saat ini adalah sebuah wilayah Menurut Bogdan dan Taylor, metode propinsi yang terletak di bagian tenggara kualitatif adalah sebagai prosedur penelitian Pulau Sumatera, berbatasan dengan Riau, yang menghasilkan data deskriptif yang Bengkulu, Sumatera Selatan dan Sumatera berupa kata-kata tertulis atau lisan dari Barat. Sebelum kemerdekaan Indonesia, orang-orang dan perilaku yang diamati atau tepatnya pada abad ke sembilan belas, (Moleong, 2002 : 2). Sedangkan menurut Provinsi Jambi yang dikenal sekarang adalah Sugiyono (2010 : 15), metode penelitian sebuah kesultanan (Locher-Scholten, 2002: kualitatif adalah metode penelitian yang 160). berlandaskan pada filsafat postpositivisme, Karena posisinya yang strategis, maka digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek beragam kekuatan saling bersaing dan yang alamiah (sebagai lawannya adalah berebut untuk dapat menguasai wilayah ini. eksperimen) di mana peneliti adalah sebagai Mulai dari Kerajaan Melayu Kuno, Melayu instrumen kunci, pengambilan sampel Jambi, Sriwijaya dan Singosari dari Pulau sumber data dilakukan secara purposive Jawa. Beragam kekuatan yang menguasai (sesuai dengan kebutuhan) dan snowball Jambi tersebut menyisakan peninggalan- (pengumpulan data secara lebih mendalam), peninggalan sejarah yang dapat disaksikan teknik pengumpulan dengan triangulasi saat ini, seperti Candi Muaro Jambi; patung (gabungan), analisis data bersifat induktif Adityawarman; Batu Bertulis Karang Brahi kualitatif dan hasil penelitian kualitatif lebih dan Patung Amogapacha. Di samping menekankan makna dari pada generalisasi