Pakuan Pajajaran Dan Bogor Dalam Pusaran Sejarah Dunia
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
Ahmad Yanuana Samantho, MA, M.Ud (Et All) PAKUAN PAJAJARAN DAN BOGOR DALAM PUSARAN SEJARAH DUNIA “PAKUAN PAJAJARAN DI TENGAH PUSARAN SEJARAH DUNIA” 3 “PAKUAN PAJAJARAN DAN BOGOR DALAM PUSARAN SEJARAH DUNIA Bab 1 AUSTRONESIA: KEBUDAYAAN DAN PERADABAN SUNDA KUNO (Hal.10) Bab 2 MEMASUKI MASA SEJARAH BOGOR ( Hal .87) Bab 3 JEJAK KERAJAAN PRA PAKUAN PAJAJARAN ( Hal. 102 ) Bab 4 BENARKAH PAJAJARAN KERAJAAN HINDU ? ( Hal. 230 ) BAB 5 KONTROVERSI KEISLAMAN PRABU SILIWANGI (Hal. 260 ) BAB 6 UPAYA PENYELAMATAN SITUS ISTANA PAKUAN PAJAJARAN (Hal. 297 ) Bab 7 PRABU SILIWANGI DAN MITOS MAUNG DALAM MASYARAKAT SUNDA ( Hal. 312 ) Bab 8 ISRA MIRAJ DAN LEGENDA LAYANG SASAKA DOMAS MUNDINGLAYA DIKUSUMAH ( Hal. 334 ) Bab 9 DIMANA DAN APA WARISAN PRABU SILIWANGI PAKUAN PAJAJARAN (Hal. 396 ) Bab 10 KEBANGKITAN PERABAN SUNDALAND? (Hal. 449 ) “PAKUAN PAJAJARAN DI TENGAH PUSARAN SEJARAH DUNIA” 4 Pendahuluan Sebagaimana kita maklumi bersama, perkembangan kehidupan sosial-budaya bangsa Indonesia, saat ini telah mulai memperlihatkan beberapa fenomena kritis yang mengkhawatirkan bagi persatuan dan kesatuan NKRI. Berbagai peristiwa konflik dan kekerasan atas nama agama dan kelompok etnis (SARA) kerap terjadi. Begitu juga tawuran dan kerusuhan antar warga masyarakat, antar kelompok, supporter grup sepak bola dan antar para pelajar sering mudah terjadi tanpa diketahui penyebab sebenarnya secara utuh dan dapat diketemukan solusi rekonsiliasinya secara permanen dan substansial dalam format rekonstruksi dan restorasi kebudayaan. Berbagai potensi konflik SARA yang sudah kerap terjadi di berbagai daerah di Indonesia, tak terkecuali di Propinsi Jawa Barat sebagai lingkungan terdekat Ibukota Jakarta, tentunya perlu diteliti secara mendalam, komprehensif dan holistik. Dengan demikian maka solusi dan resolusi konflik serta rekonsiliasi kerukunannya dapat dilakukan secara tepat dan benar, sesuai dengan cita-cita dan prinsip nilai luhur yang terkandung dalam Pancasila dan doktrin: ―Bhineka Tunggal Ika‖, ―Tan Hanna Dharma Mangrwa‖ (Tidak ada Kebenaran yang mendua). Menurut saya, analisis sejarah dan pendekatan kebudayaan – sebagai salah satu unsur pembentuk peradaban — sangatlah penting bagi membangun fundasi infrastuktur yang kokoh bagi kemajuan perkembangan kehidupan budaya dan peradaban bangsa. Hal ini akan berkontribusi positif terhadap ―National Character Building‖ yang selayaknya terus kita lakukan sebagai sebuah bangsa yang terus membangun diri. Kelompok etnis Sunda adalah kelompok etnis kedua terbesar di Indonesia dari sisi jumlahnya setelah suku Jawa. Tentunya peran dan sumbangsihnya sangatlah signifikan dan sangat diharapkan dalam proses pembangunan karakter bangsa Indonesia tersebut. Buku ini berusaha untuk mengungkap sekitar fakta-fakta sejarah peradaban dan budaya Sunda, khususnya Kerajaan Pakuan Pajajaran yang berpusat di Kota Bogor sebagai puncaknya (yang mungkin sebagiannya belum terungkap dan masih kontroversial di “PAKUAN PAJAJARAN DI TENGAH PUSARAN SEJARAH DUNIA” 5 kalangan akademik) yang berkaitan dengan pengaruh ajaran agama Islam dan Hindu terhadap perkembangan budaya Sunda. Buku ini juga berusaha mengungkap akar kearifan abadi/falsafah perennial yang menjadi dasar penjelasan bagi kesadaran Bhineka Tunggal Ika, yang mempertemukan berbagai eksistensi dan esensi agama-agama dunia dan berbagai budaya etnis lokal. Dalam hal kebudayaan Sunda, maka makalah ini akan fokus kepada pengaruh timbal balik (interaksi) Hindu, Islam dan ageman/budaya Sunda Wiwitan. Terputusnya Kota dan Kabupaten Bogor dari Akar Sejarahnya Editor Kelana yang bercerita tentang Sejarah Bogor mengatakan bahwa tanggal 3 Juni 2010, Kota Bogor genap berusia 528 tahun, sebuah usia yang sudah tidak bisa dikatakan muda untuk ukuran sebuah kota. Banyak kota seusia ini yang telah cukup maju dan berhasil menata diri sebagai sebuah kota yang membuat masyarakat di dalamnya sejahtera dan berbangga diri dengan kotanya. Mungkin di antara ratusan ribu warga Bogor hanya sekian orang yang mengetahui kapan kotanya berulang tahun dan berapa tahun usianya. Sangat naif memang, tapi itulah yang terjadi. Mungkin banyak di antara warga Bogor yang tidak mengetahui bahwa di wilayahnya pernah berdiri sebuah kerajaan Hindu pertama di Pulau Jawa, yaitu Kerajaan Tarumanagara. Walaupun letak pusat kerajaannya masih menjadi perdebatan beberapa pakar sejarah, beberapa peninggalan patut menjadi catatan tersendiri dan menjadi perhatian berbagai pihak. Misalnya, beberapa prasasti di Ciaruteun, Ciampea, Kabupaten Bogor. Mungkin banyak juga di antara warga Bogor yang tidak mengetahui bahwa di Bogor ini pernah berdiri sebuah kerajaan terbesar di wilayah Jawa Barat yang tidak pernah jatuh ke dalam kekuasaan Majapahit, yaitu Kerajaan Pajajaran. Amukti Palapa yang dikumandangkan Gajah Mada untuk menaklukkan seluruh Nusantara di bawah kekuasaan Majapahit, ternyata tidak mampu “PAKUAN PAJAJARAN DI TENGAH PUSARAN SEJARAH DUNIA” 6 menyentuh sedikit pun wilayah Pajajaran yang waktu itu berbatasan dengan Kerajaan Majapahit di daerah Cilacap. Seluruh Nusantara berhasil takluk di bawah kekuasaan Majapahit kecuali Pajajaran. Bogor kini menjadi sebuah kota yang pembangunannya berkembang sangat pesat dan menjadi magnet bagi banyak orang untuk tinggal di wilayahnya, didiami oleh berbagai strata sosial masyarakat, baik warga yang telah turun-temurun menjadi penduduk Bogor maupun para pendatang yang berasal dari berbagai pelosok wilayah Indonesia dan mancanegara. Hal ini menyebabkan masyarakat Bogor sangat heterogen. Mungkin hal ini pula yang menyebabkan banyak di antara warga Bogor yang kurang mengetahui dan mengerti sejarah serta perkembangan Bogor. Sejarah dan perkembangan Kota Bogor janganlah sampai dilupakan oleh masyarakat dan pemerintah daerah. Bagaimanapun juga, sejarah dan perkembangan Kota Bogor adalah sebuah pola dan dasar bagi perkembangan pembangunan Kota Bogor untuk saat ini dan masa depan. Masyarakat Kota Bogor memang seperti telah terputus dengan sejarah wilayahnya. Tidak seperti kota dan wilayah lain yang masih terhubung dengan masa lalunya. Sisa masa lalu kota-kota tersebut masih terbaca dan terjamah, tidak seperti masa lalu Bogor. Ada sebuah mata rantai yang terputus dan kabut yang menghalangi sehingga masa lalu Bogor tak tampak oleh generasi sekarang. Sejarah Bogor memang sempat terputus sejak sirnanya Kerajaan Pajajaran karena serangan Kerajaan Banten yang dipimpin oleh Sultan Maulana Yusuf pada tahun 1579. Prabu Ragamulya Suryakancana sebagai raja Pajajaran waktu itu memilih Pajajaran hancur daripada takluk di bawah kekuasaan Kerajaan Banten. Karena dihujani meriam berhari-hari, akhirnya benteng kota dan istana Pajajaran hancur lebur dan menyisakan reruntuhan yang tidak mungkin ditinggali lagi. Maulana Yusuf kemudian menjadikan wilayah Purasaba Pakuan (bekas keraton Pajajaran di sekitar Bondongan) sebagai daerah larangan “PAKUAN PAJAJARAN DI TENGAH PUSARAN SEJARAH DUNIA” 7 (ambogori). Akhirnya wilayah Purasaba Pakuan menjadi daerah mati yang berpuluh-puluh tahun tidak dihuni oleh penduduk. Pustaka Nusantara III/1 dan Negara Kertabhumi I/II memberitahukan tentang keruntuhan ini: ―Pajajaran sirna ing ekadaca cuklapaksa weshakamasa sewu limanatus punjul siki ikang cakakala (Pajajaran sirna pada tanggal 11 bagian terang bulan wesaka tahun 1501 saka [diperkirakan tanggal 8 Mei 1579/Sabtu, 1 Muharram tahun alif].).‖ Wilayah Bogor mulai menjadi perhatian ketika sisa-sisa keruntuhan Pajajaran ditemukan oleh pemerintah Hindia Belanda lewat ekspedisi yang dipimpIn oleh Scipio pada tahun 1687 dan Adolf Winkler pada tahun 1690. Penemuan wilayah ini ditindaklanjuti oleh pemerintah Hindia- Belanda dengan membuka wilayah Bogor sebagai sebuah tempat peristirahatan bagi warga Belanda yang berada di Batavia. Oleh pemerintah Hindia Belanda, wilayah Bogor ini dinamai Buitenzorg yang berarti ―tanpa kecemasan" atau "aman tenteram‖. Dibukalah lahan-lahan untuk tempat tinggal dan peristirahatan, misalnya Istana Bogor sebagai tempat peristirahatan gubernur jenderal Hindia Belanda pada waktu itu, kompleks perumahan di Kota Paris, Kompleks perumahan di sekitar Taman Kencana, kompleks perumahan di daerah Sempur, dan lain-lain. Mengetahui wilayah Bogor berpotensi untuk kawasan perkebunan dan pertanian, akhirnya pemerintah Hindia-Belanda mendirikan tempat- tempat penelitian tanaman dan hewan (Lands Plantentuin,Veeartsenijkundig Instituut), laboratorium, sekolah pertanian dan perkebunan (De Middelbare Landbouwschool), sekolah peternakan, institut kedokteran hewan (Nederlands-Indische Veeartsenschool), sekolah perikanan (Landbouwopleiding en Visvijvers), serta membuka lahan perkebunan dan pertanian dalam skala luas di wilayah Bogor (teh, kopi, karet). Pada zaman Hindia-Belanda, Bogor terkenal sebagai pusat pengembangbiakan kuda pacu. Tak heran jika di Bogor pada waktu itu terdapat tempat pacuan kuda yang cukup besar pada zamannya. Inilah sepintas perjalanan sejarah Bogor yang semakin hari semakin bergeser dari perkembangan awal dan potensi yang “PAKUAN PAJAJARAN DI TENGAH PUSARAN SEJARAH DUNIA” 8 dimilikinya. Area pertanian, persawahan, dan peternakan di wilayah Bogor semakin menyempit. Sekolah pertanian dan peternakan semakin redup dan hilang ditelan kepentingan kapitalis. Tanah suburnya akhirnya banyak tertutupi semen untuk kepentingan industri, perumahan, dan perdagangan. Yang tumbuh sekarang adalah wilayah pemukiman yang tidak terkendali, pertokoan besar yang semakin mematikan para pedagang kecil-tradisional, industri yang menempati wilayah yang bukan tempat semestinya, dan tata ruang kota yang tidak jelas arahnya. Sejuknya kota Bogor semakin