Penataan Wilayah pada Masa Kerajaan Sunda

Agus Aris Munandar

Keywords: history, archaeology, Hindu-Buddhist, Kingdom of Sunda, West

How to Cite:

Munandar, A.A. Penataan Wilayah pada Masa Kerajaan Sunda. Berkala Arkeologi, 14(2), 95–105. https://doi.org/10.30883/jba.v14i2.706

Berkala Arkeologi https://berkalaarkeologi.kemdikbud.go.id/

Volume 14 No. 2, 1994, 95-105 DOI: 10.30883/jba.v14i2.706

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License. PENATAAN WILAYAH PADA MASA KERAJAAN SUNDA

Agus Aris Munandar (Jurusan Arkeolog, FSUI)

terlihat dalam periode Singhasan dan Ma1apah1t 1. KeraJ aan Sunda adalah salah satu kera­ yang jelas disebutkan dalam prasast, dan k1tab Jaan dalam masa Hindu-Buddha yang terletak di Nagarakrtagama bahwa kedua keraJaan terse­ Jawa Barat. Tidak seperti sejarah kerajaan-kera­ but mempunyai berbagai negara daerah Namun Jaan lamnya yang pernah tumbuh dan berkem­ bagaimana halnya dengan Kerajaan Sunda bang dt Pulau Jawa (Mataram, Kadiri, Singhasa­ apakah juga memiliki negara-negara daerah n, ), seJarah Kerajaan Sunda masth be­ masih belum diketahui secara past1. Hal lam lum banyak diungk.apkan oleh para ahl1. Hal ini yang patut diperhat,kan penataan wilayah yang disebabkan karena sumber sejarah yang berken­ pastinya telah dikenal dalam masa 1tu, penataan aan dengan perkembangan kerajaan tersebut wilayah Kerajaan Sunda hingga saat ini masih sangat terbatas, peninggalan-peninggala ��ya belum juga diperhattkan oleh para ahli; untuk ,tu pun tidak terlalu banyak, kalaupun ada JeJak kajian ini berusaha mengungkapkan penataan se1arah itu sudah sangat rusak. Walaupun w1layah kerajaan tersebut se1auh data yang dem1kian para ahli sejarah dan arkeologi tentu­ tersedia hingga kini nya masih berharap bahwa di kemudian hari akan ditemukan lag, sumber sejarah baru yang dapat membantu mengungkapkan seJarah Kera­ 2. Berdasarkan berbaga1 sumber tertulis da­ jaan Sunda yang masih belum dapat terura, pat diketa hu1 bahwa KeraJaan Sunda mem­ Jelas. punyai beberapa daerah yang mengaku, raJa KeraJaan Sunda yang dimaksudkan dalam Sunda sebagai seorang yang dipertuan Sangat kaJ1an ini adalah kerajaan yang berkembang mungkin daerah tersebut mempunyai penguasa dalam abad 14--15 M, dan yang beribukotakan di sendiri yang berhak menjalankan pemenntahan Pakuan / Pak.wan Pajajaran (Sumadio 1984: daerahnya, tetap, tetap mengakui raJa Sunda 368--83) Semula para ahli menyebut keraJaan yang berkedudukan d1 ibu kota sebaga, ,tu dengan nama Kerajaan Pajajaran atau penguasa tunggal seluruh wilayah keraJaan Pak.wan Pajajaran. Namun kemudian Ayatrohae­ Dalam bagian akh,r Carita Parahya ngan d1 berhas,1 mengungkapkan lewat berbaga, yang menguraikan perihal Kerajaan Sunda berita sejarah bahwa kerajaan yang dimaksud­ ketika ibu kota nya telah berkedudukan d1 Pak.­ kan ,tu seharusnya disebut dengan Kerajaan wan Pajajaran, disebutkan beberapa wilayah Sunda, bukan PaJajaran. Nama Pak.wan Pajaja­ kerajaan antara lain yaitu, Medang HuJung ran sebenarnya menunJuk pada ibu kota kera­ Cariang, Winduraja, Galuh, Gegeromas. Jam­ Jaan ,tu tempat raJa bersemayam di kedatonnya pang, Tanjung, Sumedang, Tas1k, MaJaya (Ayatrohaedi 1978: 47--52). Rajagaluh, dan Kalapa (CP·54--8) Sementara Menurut Robert von Heine Geldern itu menurut laporan Tome Pires, seorang keraiaan-kerajaan yang bercorak Hindu-Buddha Portugis yang pernah berkunjung ke w,layah d, Asta Tenggara mempunya, konsep kosmo- Kerajaan Sunda dalam awal abad ke-16 1091s bahwa pusat kekuatan magis t rletak di . � menyebutkan adanya beberapa bandar penting ,stana raja yang berkedudukan dt ,bu kota kerajaan tersebut, ya ,tu: Banten, Pontang, keraJaan (1982: 6-8). Karena kerajaan-kerajaan Ctgede, Tangara, Kal�pa, dan C,manuk tersebut merupakan gambaran kecil (m1krokos­ (Cortesao 1944· 168--73).- mos) dari susunan jagat raya (makrokosmos) yang konsentris dan berpusatkan pada Gunung Dalam prasasti Mula Malurung 1255 M yang dtkekJar­ Meru Raja dianggap sebaga, penjelmaan dewa kan akhir pemerintahan ra1a Wisnuwardctiana d1 terti nggi (Siwa / Wisnu), dia bersemayam dt Singhasan disebutkan beberapa negara daerah be­ 1stananya yang dtanggap lambang Gunung serta raja-rajanya yang merupakan bawahan SIngha­ Meru. Begitupun wilayah kerajaan ditata sesuai sari. yaitu Madhura. Lamajang, Daha. Glal1!}glang. dengan gambaran kosmomag,s yang d1kenal Morono, Hring, dan Lwa (Boechari. 1980:57) Se­ baik dalam agama Hindu ataupun Buddha. lbu mentara negara-negara "bawahan" MaiapahIt atau kota adalah pusat kerajaan yang dikelilingi oleh negara-negara yang mengakui wibawa Maiapahit w1layah-wilayah kerajaan lainnya (propinsi), disebutkandatam Nagarakrtagama pupuh XIII-XIV daerah takl ukan, dan juga negara-negara mitra Bandar-bandar tersebut diuraikan oleh Tome Pires isahabat). Gambaran seperti itu mungkin dapat sebagai berikut, Banten merupakan kota dagang yang baik. ter1etak di tep, sungai dan dipimpin oleh seorang kapten ( sahbandar ? ) Pemiagaannya

Serl

Berka/a Arkeologt EDIS/ KHUSUS - 1994 Kota lain yang merupakan "ibu kota" bag, kasorgaan di sakala kaprabuan. kamulyaan kau w1layah tertentu, di tempat tersebut terdapat tamaan, kapremanaan. kaw,sesaan, ratu tan ya" seorang "raJa daerah" dengan sebutan berbeda­ (Si ksa. XIX: 7--8) ("Demik1an pula tentang beda (Tohaan, Prabu, PanJi, Mas/ . Negara kesempurnaan d1 seluruh kerajaan, kemuliaan. daerah tersebut terbagI lagi dalam desa-desa keutamaan, kewaspadaan, dan keagungan, (lurah) yang merupakan kesatuan wilayah tanyalah raja") . terkecil dalam kerajaan Jelaslah tugas bahwa raja harus mengu­ Para peJabat yang dikenal dalam pemerin­ sahakan kesempurnaan, dan kemuliaan bag1 ke­ tahan kerajaan Sunda ten tunya cukup banyak, rajaannya. Sementara bag1 dirinya send1r1 Ia ha­ namun menurut kitab rus dapat menjadi utama, harus waspada, dan (1 440 S/1 518 M) terdapatSiksa de Kandaretan namaNg Karesian pejabat harus dapat mempertahankan keagungannya yang tersusun secara tata jenjang, dimulai dari Tugas yang harus dilaksanakan oleh peJabat yang rendah hingga raja. Kitab itu seorang adalah sebaga1 berikut' menyebutkan sebagai berikut: "H ayang mangkubuminyaho dipatitis bum, ma ngamp,hkeun "... wang tani bakti di wado, wado bakti di mantri, bumi, masinikeun na urang sa1agat, parin pasm,. mantn bakti di nu nangganan, nu nangganan ngadengdeng, maraspade, ngukur. nyaruaken bakti di mangkubumi, mangkubumi bakti di ratu, nyipat, midana, lamun luhur dipidatar an col ratu bakti di dewata, dewata bakti di hyang ... • dip akpak: sing sawatek amp1h-amp1h ma (Siksa. II: 17--9). mangkubumi tanya " (Siksa XIX. 10--2) . ("81la (" .. petani berbakti (tunduk) kepada Wade, Wado ingin tahu tentang cara-cara mengukur tanah. berbakti kepada Mantri, Mantri berbakti kepada seperti: mengatur tempat, membagi -bagikan Nu Nangganan. Nu Nangganan berbakti kepada kepada seluruh rakyat, memberi tanda batas, Mangkubumi, Mangkubumi berbakti kepada meratakan, membersi hkan lahan, mengukur Raja, Raja berbakti kepada Dewata, dewata menyamakan, meluruskan, mengatur, b1la tingg1 berbakti kepada Hyang ... 'J, didatarkan, bila rendah diratakan; segala macam Sebenarnya tata jenjang tersebut disebut pengaturan tempat, tanyalah mangkubumi') dengan (sepuluh macam kebak­ Tugas-tugas itu secara nncI t1an). TercakupDasa-P rebaktike dalamny, a adalah anak harus diuraikan dan semuanyamangkubumi berkenaan dengan ma­ tunduk kepada bapaknya, istri tunduk kepada salah lahan, sebab tentunya seora ng suammya, hamba tunduk pada majikan, dan harus mengertI perihal penggunaanmangku­ lahan sIswa tunduk pada guru. Dalam deretan kebak­ dalambumi kerajaan. Agaknya tokoh tIan tersebut terdapat nama-nama pejabat nega­ juga harus menghmdari penggunaanmangkubumi Jenis lahan ra hingga raja yang mungkin dapat dijadikan yang menurut data untuk melengkapi kajian ini. Sementara hal disebut "tanah yangSiksa kotor" Kanda Ng Karesian baktinya raja kepada dewata dan dewata tunduk ''Yang disebut tanah-tanah yang kotor 1alah pada hyang lebih merupakan tunduk dalam sodong, sarongge, cadas gantung. mungkal konsep keagamaan pategang, lebak, rancak, kebakan badak, catang Dalam kitab yang sama d1uraikan tugas­ nunggang, catang nonggeng, garungg ungan. tugas raJa dan beberapa pejabat tertentu saJa, garenggengan, lamah sahar, dangdang warian misalnya dan nakhoda/sahbandar hunyur, lemah la ki, pitunahan ce leng, Tugas-tugasMangkubumi raJa diuraikan dengan singkat saja kalomberan, jaryan, kuburan; golongan ta nah dalam namun su­ terbuang" (Siksa. XXII: 14--8) dah mencakupSiksa Kanda seluruh Ng kewajKaresian,iban yang harus Tanah-tanah jenis itulah yang seharusnya d1laksanakan oleh seorang raja. "M aka nguni dihindari untuk tidak d1pergunakan sebaga, la­ han kegiatan manusia. ''Tanah yang kotor" ,tu tidak mungkin digarap untuk akt1v1tas pertanian , Dalam berbagai sumber seJarah Kerajaan Sunda ter­ perumahan, bangunan sucI , atau Istana raia: se­ dapat penyebutan yang berbeda-beda untuk menun­ bab bersifat panas dan akan membawa petaka JUk seorang penguasa. Ada yang disebut dengan rakean, haji, ratu, ratu haji, tohaan, prebu, bagi siapa yang menggunakannya. dan lain-lain. Namun istilah yang banyak dipakai da­ Jabatan lain yang tugasnya diura1kan kare­ lam naskah Sunda Kuna untuk menyebut seorang na berkenaan dengan pengeta huan dalam akt1- penguasa adalah tohaan yang artinya "yang diper­ vitas di laut adalah nakhoda/sahbandar tuan" sebenamya hanya istilah lain saja dari raja. perlu mencantumkan halSiksa Itu Misalnya Tohaan di Sunda (Tarusbawa ). Tohaan mengingatKanda Ng KaresianKera1aan Sunda mempunyaI bebera­ Sarendet. T ohaan Ratusanghyang. dan T ohaan di pa bandar pentmg yang melakukan perdagangan MaJaya. ekspor-impor Menurut kitab tersebut: "L amun Mengenai getar penguasa-penguasa daerah dari hayang nyaho dI sa kweh nmg labuhan ma. maka Prabu Siliwa­ �era1aan Sunda lihat Amir Sutaarga, nguni. gosong, gorong, kabua, ryak mokproJ<. ngi. Bandung Duta Rakyat Halaman 53.

Berka/a Arkeologi EDIS/ KHUSUS - 1994 97 ryak maling, alun agung, tanjung, hu1ung, nusa, kedua bangunan tersebut pada bag,an atasnya pulo, karang nunggung, tunggara, barat daya, (teras teratas) terdapat obyek sakral yang sing sawatek saba d1 laut ma, lalayaran, menjadi sasaran pemujaan sepert,, lingga-yon, , puhawang tan ya* (Siksa XIX: 1 3-6) area-area, atau benda-benda lainnya (Munandar ("Bila ingin tahu semua pelabuhan, demikian 1992: 288). pula: gosong, gorong, kabua, riak moprok, riak Dalam sumber-sumber tertul1s Sunda Ku­ maling, alun agung, taniung, huiung, nusa, na dikenal juga adanya Mandala sebagai tern­ pulau, karang nunqg unq, tenggara, barat daya; pat bermukim kaum agamawan". Misalnya dalam segala maeam tempat di laut, pelayaran, naskah Kawih Paningkes disebutkan: • .r,dtna tanyalah nakhoda/sahbandar'') . bukit pa/asari mandala si pasekulan ... " ("di atas Suatu daerah ters endiri yang juga dikenal bukit palasari (terdapatl mandala Pasekulan") dalam KeraJaan Sunda adalah pemukiman khu­ Naskah Kawih Paningkes sendiri digubah dI sus kaum agamawan. Berdasarkan uraian pra­ atas bukit Gunung Cupu (salah satu bukit di sast1 dan naskah-naskah keagamaan Sunda Ku­ Gunung Galunggung), pada suatu mandala yang na dapat diketahui bahwa istilah dewa sasana disebut Pangarbuhan (Kaw1h.39 .a--39b). Se­ mengaeu pada pengertian umum tentang suatu mentara dalam naskah BuJangga Manik dise­ tempat suei di Kerajaan Sunda. Dewa Sasana butkan juga bahwa ia pernah mengunJungi man­ mungkin dapat diartikan sebaga, "t ern-pat dala Puntang yang terletak di daerah selatan dewa" persemayaman (Munandar 1991 : 14). Jawa Barat (Noorduyn 1982: 437) Dewa Sasana terbagi dalam dua jenis, Mandala adalah suatu ped ukuhan tempat yaitu Kabuyutan dan Kawikuan. Kabuyutan bermukimnya kaum agamawan yang menarik adalah suatu tempat sue, yang dijaga dan diurus diri dari dunia ramai, jadi keberadaannya dalam oleh beberapa orang pendeta saja, sedangkan lingkungan alam sebenarnya Identik dengan Kawikuan merupakan tempat para wiku (berasal kawikuan. Mungkin saja perbedaan nama ,tu dan kata Bhiksu -> bhiku -> wiku = berkenaan dengan latar belakang agama yang sebenarnya berarti kaum agamawan pria dari agama Buddha) Kawikuan sangat mungkin adalah permuk1man kaum agamawan , mereka J Ada kem ungkinanwilayah pemuklman orang Baduy tinggal bersama-sama di tempat sepi, di lereng­ di Kabupaten Lebak dahulu merupakan tempat khu­ lereng gunung atau di tengah hutan, permu­ sus bagi kaum agamawan yang keberadaannya te­ kiman ,tu berbentuk suatu pedukuhan (Munandar lah ada sejak jaman Ke rajaan Sunda . Sebab mereka 1991 · 1 4--5). Contohnya dalam prasasti Ke­ sendiri menamakan daerah permukimannya 1ru de­ ngan mandala. Menurut penelitian tertiadap mereka bantenan yang dikeluarkan oleh Sri Baduga Ma­ disimpulkan bahwa orang-orang Baduy sudah lama Dewa Sa­ haraJa (abad 15 M) disebutkan tanah menempati wilayahnya itu. jauh sebelum Keruntuhan sana adalah desa/lurah Sunda Sembawa yang kerajaan Sunda dalam abad ke 15 M. Kehidupan dilindungi oleh raJa, di tempat tentunya bermu­ warga Baduy yang masih mempertahankan banyak kIm banyak para wiku hingga terbentuklah suatu tabu, serta kehidupan kesehariannya yang disebut lurah: juga disebutkan bahwa di dalam ling­ tapa di mandala temyata sesua, dengan ajaran kungan pe mukiman itu terdapat suatu kabu­ Amanat Galunggung, naskah keagamaan yang yutan (Boeehan, 1 985/86:1 05--6; Munandar, berasal dari kabuyutan Ciburuy, Garut (Danasas­ 1992:280). Jadi dalam suatu lingkungan kawi­ mita & Anis Djatisunda 1986:4-6) JadI tak disangsi­ kuan mungkin saJa terdapat kabuyutan, selain kan lagi bahwa masyarakat Baduy sekarang adalah kelanjutan dari kaum agamawan yang bermUkim di ,tu ada juga kabuyutan vang berdiri sendiri suatu lingkungan mandala dalam masa Kerajaan sebaga, tempat yang dikeramatkan, misalnya Sunda dahulu. Di daerah tersebut terdapat pula kabuyutan Galunggung yang disebutkan dalam kabuyutan yang sangat disucikan dinamakan Pada naskah Amanat Galunggung (Danasasmita dkk. Ageung atau Sasaka Pusaka Buana 1 987· 125) dan Kabuyutan Pakuan sepert, yang Sementara itu di wilayah Baduy iuga terdapat disebut dalam naskah Bujangga Manik (Noor­ daerah larangan yang dinamakan Sasaka Domas. duyn 1982: 41 9) Pada masa itu kabuyutan ten­ mereka percaya di tempat itu berkumpul para karu­ tunya cukup banyak, tapt hanya disebutkan hun (luluhur) yang dapat menjelma dalam bentul< beberapa saJa dalam karya sastra Sunda Kuna. Guriang dan Sanghyang. Bentuk emanas, itulah Bentuk kabuyutan sebagai suatu tempat suei yang melindungi warga Baduy dan segala macam marabahaya (Gama 1993: 140 ). Hal ini kembali me­ untuk pemujaan dewa atau leluhur belum dapat ngingatkan pada kepercayaan dalam kitab-kitab diketahui seeara past1, hanya saja berdasarkan Sunda Kuna bahwa di samping dewa-dewa da n tinggalan arkeolog1s yang masih dapat diamati pantheon Hind�Buddha. masyarakat waktU itu Juga diduga dalam suatu kabuyutan terdapat suatu menghormati arwah leluhur. Sekali lagi ter1ihat ada­ bangunan tertentu. Bangunan itu dapat berupa, nya kaitan religi Orang Baduy dengan kepercayaan ( 1) batur tunggal, dan (2) punden berundak, di masyarakat Sunda Kuna

Berka/a Arkeo/og1 EDIS/ KHUSUS · 1994 98 dIanut oleh kaum agamawan yang menghu­ diberi bentuk (uk,ran) yang indah·. (Cortesao ninya. Kawikuan dihuni oleh para pendeta Bud­ 1944: 168; Sumadio 1984: 380--81 ). dha, atau kaum agamawan yang cenderung S1sa-sisa ibu kota Pakwan Pajajaran ter­ mempelaJan agama Buddha, sedangkan man­ sebut masih sempat disaksikan oleh orang­ dala dihuni oleh kaum agamawan Hindu. Tapi orang Belanda ketika mereka mengadakan per­ hal ini perlu penelitian lebih lanjut secara menda­ jalanan ekspedisi dalam akhir abad 17 hingga lam, mengingat pada masa Sunda Kuna agama awal abad 1 8. Orang-orang Belanda tersebut Hindu dan Buddha telah terpadu dengan mengadakan perjalanan dari Batavia ke selatan. kepercayaan pemuJaan pada Hyang, sebaga,­ Di wilayah Bogar sekarang mereka menjumpa1 mana yang tersirat dalam naskah-naskah Sunda peninggalan kuna yang oleh penduduk setempat Kuna pernah diteliti para ahli hingga kini disebut sisa keraton Pakwan. Serita tentang Megenai siapa yang bermukim di wilayah adanya reruntuhan kraton Pakuan pertama kalI khusus kaum agamawan itu prasasti Kebante­ dilaporkan oleh Scipio, ,a dan rombongannya nan menyatakan di kawikuan yang tinggal ada­ mengadakan eks-pedis1 ke pedalaman Jawa lah para wiku, sedangkan yang tinggal dan me­ Barat pada tahun 1687 Ekspedisi itu kemudian ngurus di kabuyutan dan mandala menurut dilakukan lagi oleh Kapitan Adolf Winkler pada tahun 1690, Winkler melakukan kunjungan ke Amanat Galunggung ialah para rama dan resi daerah-daerah yang pernah dikunjungi oleh Sci­ (Danasasm,ta Dkk.1 987: 125). Sebagai pem ,m­ pio dahulu. Kemudian pada tahun 1703, 1704. pin d1 lingkungan kawi kuan, mandala dan kabu­ dan 1709, Abraham van Riebeeck melakukan Ju­ yutan 1alah mahapandita sebaga1mana yang ga perjalanan ke wilayah yang sama dan mela­ disebutkan dalam naskah Siksa Kanda Ng porkan adanya s1sa-sisa keraton Pakuan d1 wI­ Karesian (Siksa IV:4,8; XXVl:2). layah Boger (Da nasasmIta 1979 5--1 5 20--6) Dalam w1layah Kerajaan Sunda, selam Orang-orang Belanda Itu melaporkan hal terdapat pembagian dan penataan wilayah se­ yang sama dalam ekspedisi-ekspedisinya bah­ cara pollt1s, terdapat Juga wilayah-wilayah ke­ wa di wilayah Begor sekarang, terdapat berbaga, agamaan yang diaku1 oleh raJa. Penetapan suatu bentuk peninggalan masa lalu yang merupakan daerah menjad1 wilayah keagamaan di Sunda sisa kota Pakwan. 01 tempat tersebut terdapat Kuna mungkin dapat disamakan dengan pene­ s,sa parit pertahanan yang dalam, bermacam tapan sima dalam kerajaan-kerajaan masa Jawa pant-parit dan saluran, dinding be nteng, Jalanan Kuna. Hanya saJa data prasasti dari masa Sunda berbatu yang mendakI dan yang lurus, tanah Kuna sangat sedikit, kalau tidak dikatakan lapang (alun-alun), batu bertulls, area-area, hu­ langka. Prasasti yang memerikan penetapan tan tua dan lain-lain Daerah tempat d1temu­ "daerah perdikan" bagi kaum keagamaan dari kannya berbaga1 pen,nggalan kota Pakwan ter­ masa Sunda Kuna hanyalah prasasti Keban­ sebut diapit oleh sunga, yang mengalir seiaiar tenan, sehingga sukar untuk mengadakan tm­ yaitu Sungai C1llwung dan C1sadane D1 tempat Jauan lebih lanjut Namun hal yang penting itulah dahulu terdapat kota dan istana raJa Pak­ adalah bahwa di antara sejumlah wilayah keaga­ wan Pajajaran (Danasasmita 1979, 1983 1--27) maan itu, terdapat satu kabuyutan yang diang­ Dalam Carita d1sebutkan gap pentIng, sehingga harus dipertahankan oleh bahwa keraton Pakwan PaJaJaran d1namakan sIapapun yang memerintah, yaitu Kabuyutan dengan pakwan sanghyang sri ratu dewata , Galunggung sebaga1mana yang disebutkan da­ artinya tempat bersemayamnya Sanghyang Sn dkklam. naskah Amanat Galunggung (Danasasmita Ratu Dewata yang disebut-sebut dalam prasast1 1987· 125--6). Batu Tulis dengan gelar Sn Baduga Maha­ raja Ratu Haji di Pakwan PaJajaran Sn Sang 3. Ratu Dewata Dalam kitab yang sama d1sebut­ Adapun mengenaI lokasI ibu kota KeraJaan kan bahwa keraton Itu terdin atas 5 bangunan Sunda yang disebut Dayo, menurut Tome Pires, terletak sekitar dua hari perjalanan dari bandar 5 Kalapa ke arah pedalaman. Dayo merupakan Sang kota besar, penduduknya sekitar 50.000 jiwa. HyangBerita Ponugis Siksa Kanda tersebut Ng didukung Karesian oleh uraIan Rumah-rumah penduduk sangat baik, terbuat bahwa kepan­ dari kayu dengan atap terbuat dan dun jenis daian ukir kayu sudah dikenal masyarakat Sunda � palma. Raja bersemayam di istana yang mem­ na. sehingga tiarig-tiang istana raja di Pakwan PaJa­ Jaran sudahSiksa sepantasnya Kanda Ng Karesian dilengkap, dengan htasan punyai 330 t,ang kayu, masing-masing tiang Dalam dinyatakan fathomsebesar petifathom anggur ukurannya; tingginya 5 "Segala macam ukiran adalah naga-nagaan (1 = 1,828 m). Bagian atas tiang baronq-barongan. ukiran (tumbuh-tumbuhan). uklran kera,Marangg ukirani singa, segala macam uloran tanyalah (ahli ukirl" (Siksa. XVII· 1�5)

Berka/a Arkeolog, EDIS/ KHUSUS - 1994 49 yang masmg-masmg bernama Bima, Punta, Kanoman,dan Kac,rebonan menghadap ke alun­ Narayana, Madura, Suradipati (CP. XVI: 9) alun, berarti menghadap ke utara, maka ke­ Ayatrohaedi (1978) pernah menafsirkan mungkinan besar kompleks keraton Pakwan pun bahwa nama Pakwan Pajajaran sebagai ibu kota menghadap ke utara, berart1 5 bangunan keraton Kera1aan Sunda, sangat mungkin didasarkan pa­ tersebut semuanya menghadap ke utara da adanya 5 bangunan keraton yang didirikan Tafsiran Ayatrohaedi berdasarkan centa sejajar. Menurut Ayatrohaedi: pantun bahwa 5 bangunan keraton Pakwan "Barangkali keraton induk terletak di tengah Pajajaran tersebut berjaJar dan utara ke selatan jajaran itu, walau pun memang terbuka ternyata sesuai dengan interpertasi dan analog1 kemungkinan bahwa bangunan induk itu dengan tinggalan6 arkeolog1 keraton-keraton terletak paling u1u ng (depan atau pun belakang), Cirebon yang dahulu memang termasuk wilayah jika kita mengingat bahwa namanya selalu Kerajaan Sunda . Bangunan-bangunan keraton disebutkan sebagai unsur terakhir dari kompleks Pakwan sangat mungkin berderet sebagaiBima, beri­ bangunan keraton itu ... " (1 978: 52). kut; bangunan paling utara adalahPunta, Narayana,kemu­ Kemudian dipertanyakan juga arah hadap Madurdian di abelakangny Suradipatia menyusul bangunan-bangunan keraton yang berjajar itu. dan merupakan bangunan Menurut Ayatrohaedi berdasarkan uraian cerita­ keraton paling belakang (selatan) sebagai tern­ cerita Pantun Sunda, besar kemungkinan jika pat persemayaman raja; Jadi keraton 1nduknya jaJaran itu membuJur dari utara ke selatan, bukan (Suradipati) tidak terletak di tengah, sebaga1- melintang dari barat ke timur (1 978:52). Penaf­ mana yang diduga oleh Ayatrohaedi (1 978: 52). siran berdasarkan kisah-kisah pantun tersebut Berdasarkan nama-nama bangunan kera­ nampaknya didukung pula dengan peninggalan ton tersebut mungkin dapat ditelusun fungs1nya data arkeologi, interpretasi atas laporan perjala­ masing-mas1ng. Bima, merupakan bangunan nan orang-orang Belanda dan juga berdasarkan keraton paling utara, sangat mungkin sebaga1 perbandingan struktur bag1an-bagian keraton markas para pengawal istana Pakwan. Nama dari masa perkembangan Islam di Nusantara. Sima mengacu pada nama tokoh ke-2 Pandawa Penmggalan arkeologi yang sebagian ma­ Bh ima, seorang ksatrya berbadan tinggi besar, sih dapat ditemukan hingga kmi adalah bag1an­ lugas, pembela kebenaran dan pengawal set1a bag1an dinding benteng batu yang mengelilingi saudara-saudara Pandawa lainnya. Letak bangu­ seluruh kompleks keraton dahulu. Selain itu ba­ nan itu paling utara, paling dekat dengan alun­ g1an-bagian parit yang mengelilingi tembok kota alun dan memang sesuai dengan untuk menga­ Pakwan dahulu, sekarang juga masih dapat dite­ wal gerbang utama kompleks keraton Pakwan lusuri walaupun sebagian besar telah hilang. di sisi utara. Mungkin bangunan Bima dapat Hal yang penting adalah prasasti Batu Tulis dan dibandingkansitinggil tungsinya dengan bangunan-ba­ area Purwa Galih yang dahulu pernah disaksikan ngunan di keraton Kasepuhan, Cirebon oleh Scipio, Winkler, dan Riebeeck sekarang yang Juga dipergunakan sebagai tempat para mas1h ada. bahkan telah dibuatkan cungkup pengawal/praJurit peniaga keraton. Juga berfung­ oleh penduduk setempat Sementara itu dalam si sebaga1 tempat penyambutan para tamu laporan Riebeeck yang melakukan perjalanan dalam tahun 1 709, ,a menyebut adanya tanah Tidak terialu menyimpang klranya Jika men1n1au lapang (alun-alun). Oalam laporan perjalanan pembagian ruang dalam keraton Kasepuhan yang dilakukan pada tahun 1704 secara tersa­ sebagai upaya untuk Srimengetahui Bima Puntafungs1 Narayanakeraton mar sebenarnya Riebeeck pernah juga menye­ PakwanMadura PajajaranSuradipati: but adanya tanah lapang bag1an bawah yang sa­ sebab menurut berbagai ngat mungkin adalah alun-2lun seperti yang di­ sumber tradisi bahwa para penguasa Cirebon kunjungi tahun 1709 (Danasasmita 1979: 12--3) sebenamya keturunan dari keluarga ra1a-ra1a Saleh Oanasasmita (1 979) berhasil mere­ Sunda, dengan ra1anya yang ten

Berka/a Arkaologi EDIS/ KHUSUS - 1994 Jt.o agung yang memang datang lewat jalan utama Tata cara dalam berkunjung ke keratonHyang di utara keraton. SikPakwansa itu dijelaskan dalam kitab Sang Punta, nama tersebut tidak sep=enuh nya Kanda Ng Karesian sebagai berikut d1ambil dari nama wayang (Puntadewa Yudhis­ "Bila kita masuk ke keraton, maka b a1k-ba1klah t1ra) Tekitatapi bentukan dari kata Jawa/Sunda kuna melihat. jangan sampai melangg ar, mendorong, pun + ----> punta yang berarti hamba atau menggangg u atau memutus jajaran (orang-orang sahaya.Punta Jadi fungsi bangunan keraton yang ber­ duduk). Bila kita duduk jangan salah mengha­ nama sangat mungkin diperuntukkan bagi dap baik-baiklah bersila. Dan sekiranya kita tempat para abdi, hamba, atau rakyat biasa jika diajak bicara oleh raja, pikirkanlah betul-betul mereka berkunjung menghadap raja.Rakyat atau bicara kita. Harus layak supaya menyenangkan para pejabat lainnya yang mungkinPun-ta, datang dari raia ..." (Siksa. X : 10-5). Dalam bagian lain kitab daerah-daerah akan diterima di mereka tersebut menyatakan: "Jika di antara kita (ada) tentunya dudukPun bersilata menunggu giliran meng­ yang dimarahi oleh raja, itu semua jangan ditiru hadap raja. Jinemmungkin Pangr dapatawit, disamakan perbuatannya, nanti kitapun mendapat marah tungsinya dengan yaitu se­ pula. lni perbandingannya; kalau orang pergi ke rambi depan keraton Kasepuhan. Secara tra­ hutan menginjak duri, lalu kitapun menginjaknya, disional dapat diketahui bahwa tamu-tamu yang terasa sama sakitnya. Bila ada di antara kita akan menghadap sultan diterimaJinem dulu Pang;.rawit oleh pihak, yang terpuji: cekatan. terampil, penuh keutama­ kerabat keraton di ruangan an, cermat, teliti, rajin, tekun, setia kepada tugas tamu lalu mengutarakan dulu maksud dan tuju­ dari raia. Yang demikian itu pe rlu ditiru perbua­ annya,Naraya sebelumna. menghadap Sultan Kasepuhan. tan dan kemahirannya, pasti kita pun akan men­ (Siksa. adalah namaNarayana bagi bangunan dapat puji an pula" X. 24--6; XI: 1--5} Sementara itu d i keraton Kasepuhan Pring­terda­ keraton yang lainnya lag1. adalah na­ gondanipat juga , ruangan keraton yang disebut ma Kresna ketika masih muda remaja. Menurut d ruang 1tu Sultan bertemu dengan pa­ k1sah wayang Purwa. sesuai dengan jiwa muda­ i nya, Narayana suka pada kegiatan kesenian, ra pejabat atau tamu-tamu lainnya. Tentu saJa Narayana, perbmcangan yang terJadi penuh dengan tata karena itu dapat diduga bahwa bangunan kraton Madura yang bemama sangat mungkin di­ krama dan peradatan yang sangat takzim De­ pergunakan untuk pertunjukan kesenian dan se­ ngan demikian dugaan bahwa keraton macamnya yang sangat mungkin berkaitan de­ di Pakwan PajaJaran sebaga1 tempat raJa, para ngan ritus atau kesenian penghormatan bagi le- pej abat serta rakyat biasa saling berhadapan un­ tuk bercakap-cakap tidaklah jauh menyim-pang. 1 uhur Bagian keraton yang berfungsi seperti itu Siksa Kanda Ng Karesian. dapat dijumpai pula di keraton Kasepuhan, rua­ Karena keadaan seperti itu ditegaskan pula dalam kitab ngan dalam keraton Kasepuhan yang dipergu­ Pringgondani nakan bagi pagelaran kespenianajang danjimat juga diper­ Di keraton Kas epuhan pada s1s1 ti mur gunakan untukBlandongan upacara Jinem. dinama­ ruang terdapat bangunan tempat Dalem Arum. Pringgondan, kan dengan Jadi ruangan tinggal Sultan Kasepuhan yang dinamakan Dalem Arum tersebut terkesan sudah agak sakral, karena me­ Antara ruang dan mang letaknya lebih dalam, juga fungsinya untuk dihubungkan dengan pintu, Jad1 kegiatan kesenian yang berhubungan dengan ruang-ruang itu sating berdekatan, hanya disekat Madura rel ig1. Madura, dinding tembok. Kiranya hal seperti 1tu teqad1 nama kraton madhurtersebuta ; mungkin jugaSuradi dip atiistana Pakwan, keraton dan berasal dari kata Sansekerta yang te­ sebagai tempat tinggal raja sangat lah diserap ke dalam ba'1asa Jawa Kuna, artinya mungkin satu bangunanSuradipati induk besar, tap1 adalah ''tutur kata yang lemah-lembut'' (Mardi­ atapnysuraa terp adiisahp.ati berasal dan kata warsito 1986: 331 ). Agaknya memang sengaja kata + (=tempat tinggal raJa); ha! bangunan keraton (Suradiyang palingpati} dekat dengan ini dapat dibandingkan dengan nama keraton 8 tempat tinggal raJa dinamakan de­ Kerajaan Sunda saat berpusatSurawisesa di daerah. Kawa. mikian,Madura karena sangat mungkin di ruangan kera­ Ii, keraton 1tu adalah Nama ton Raja Sunda muncul di hadapan para pejabat kerajaan. la bertutur kata lemah lembut, tentu saJa para pejabat juga harus bertutur kata 7 Suralaya lemahM aduralembut penuh tata krama dengan rajanya. Bandingkan dengan yang berarti tempat Jadi adalah keraton tempat penuh de­ kadewatan, ngan peradatan dalam bertatap muka dengan tinggal para dewa (Mardiwarsito 1986' 549). tempat 1tuswargaloka. dikenal pula dengan sebutan atau raja, di tempat 1tu pula seg ala perbincangan tentang kerajaan te�adi ' Kutipan prasasti Kawali yang menyebut adanya kraton SUrawisesa adalah sebagi berikut·

Berka/a Arl

Berlgi EDIS/ KHUSUS - 1994 SUSUNAN PENATAAN WILAYAH KERAJAAN SUNDA (PRAHAJYAN SUNDA) I DAYEUH (IBU KOTA) I SRI SIMA PUNTA NARAYANA MADURA SURADIPATI T empat Kedudukan Ratu/Raja "'---- Peja t Ting�: Mang ; Kerajaao l r � ,----1 IDAERAHI [ DAERAH DAE RAH MANDALA • Tohaan Mahap indita 1 KABUYUTAN' ] ______DES MURAH 11 DESMURAH] _1 ---DESMURAH .______. Rama. Rs, Wado

Keterangan • termasuk ke dalam mandala adalah Juga dan kawikuan, karesian Dalam berbaga1 sumber sejarah tidak ada 1alah pem1mp1n bala tentara dan yang menyebutkan secara nnc1 berapa jumlah disebutnangganan juga dengan (S1ksa. VI: 14--6) Jad, "negara daerah" yang bernaung di bawah nu dapattanda d1tats1rkan sebaga1 Jaba­ kekuasaan raJa Sunda. Juga tidak ada contoh tan nangganantertmgg1 mili ter yang bertanggung iawab yang menyebutkan suatu "negara daerah", m1- atas keamanan dan keutuhan keraJaan Akhir­ salnya X terdin dan desa-desa yang berada di nya Jabatan tertinggi sebelum ra1a adalah bawah kekuasaan negara daerah X tersebut. mang­ Sedangkan mengenai wilayah keagamaan, pa­ jabatan in, d1kenal Juga dalam masa ling tidak d1sebut-sebut Jenisnya dalam beberapa Majapahitkubumi, di Jawa Timur. Berdasarkan berbaga1 sumber sehingga memungkinkan untuk melaku­ sumber sejarah dapat diketa hu, bahwa kan penafsiran adalah orang kedua setelah(pat raiaih) Hal yang masih belum Jelas ada para 1amangkub bertindakumi sebagai wakil raia atau perdana peJabat d1 hngkungan keraJa an Sunda. Naskah mentri (koordinator para peJabat tinggi kerajaan) memang menjelas­ Susunan peJabat seperti itulah yang agaK­ Sikkansa tata Kanda jenjang Ng pengabdKaresiania n, tapi hal itu bukan nya dikenal ba1k di pusat (Keraiaan Sunda seca­ sepenuhnya urutan Jabatan dalam pemerintahan ra umum) atau di tingkat keraiaan daerah Peia­ keraJaan melainkan terca_mpur dengan bat- pejabat di daerah akan berta nggung Jawab dalam konsep keagamaan. Mungkin yang dapatbakti pada raJa daerah dan mas1ng-masing j d1Jad1kan data peJabat-pejabat keraJaan mulai daerah mempunya1(Tohaan) seperangkat, pe abat sepert, dan terus ke atas hingga ratu (raJa), yang diuraikan dalam sebaga,w adopeJabat yang berhubungan langsung Mengenai perQant1anSiksa Kandaraja Ngd1 KaresianKeraJaan dengan b1rokrasi kerajaan. Sunda, setelah raia yang memerintah sebel um­ sangat mungkin adalah kepala nya men,nggal atau mengundurkan din, menurut sumber-sumber seJarah yang ada raJa penggan­ desa. Wadosebab dinyatakan dalam t ya talah putra raja terdahulu; dalam hal jika bahwa petani harus patuhSiksa pada Kanda wade Ng. m raJa terdahulu tidak mempunya1 anak lelak1 yang KaresianJad, wado adalah Jabatan yang langsung pantas dan layak menjad, raJa, maka ra1a yang berhubungan dengan rakyat KeraJaan Sunda baru d1tunJuk dar, salah seorang penguasa yang hidup dari keg1atan agraris. Di atas daerah . Mungkin penguasa-penguasa daerah adalah mungkin setingkat camatwado berembuk untuk meng,si kekosongan tahta Sun­ sekarang,mantri d, kecamatan, saat ini masih dikenal da, kemudian diputuskan bahwa salah seorang peJabat sangat mungkin Jabatan dan mereka dengan kriteria khusus layak untuk 1tu memangmantri te l polisi,ah ada dalam masa Kerajaan d1raJakan1 1 di Pakwan PaJaJaran (Sumad10 1984 Sunda dalam bentuk pengawas para kepala 380) desa Kemudian di atas mantri adalah nu nang­ ganan, pejabat ini belum diketahui secara pasti 11 kedudukannya, namun pada bag,an lain Agar lebth Jelas mengena1 kntefia dan proses Kanda menyebutkan bahwa Sinuksa pemilihan ra1a baru pada masa Kera1aan Sunda. !that II: Ng Karesian Sejarah Nasional Indonesia Jaman Kuna.

Berka/a Arkeolog1 EDIS/ KHUSUS - 1994 Penellt1an terhadap perkembangan Kera­ 46--54. . Jurusan Arkeolog1 Jaan Sunda tetap masih perlu dilakukan di masa Fakultas Sastra Univers1tas Indonesia Ayatrohaedi mendatang, karena baru sedikit aspek saja yang Masyarakat Sunda Sebelum telah menjadi perhatian dan dibicarakan oleh pa­ Islam, ,1 980/81 ra ahli Kendala utama terhadap penelitian terse­ Majalah llmu-ilmu Sastra. J11ld but tentu saJa hal kelangkaan da ta. Namun hal IX, No.4: 33-42 Jakarta. Fakultas itu tidak dapat dijadikan alasan sehingga sejarah Sastra Universitas Indonesia KeraJaan Sunda menjadi terbaikan, karena sebe­ narnya masih cukup banyak sumber tertulis Ayatrohaedi, Tien Wart1n1 & Undang Ahmad Oar­ berupakesempatan karya sastra yang belum dikaji, sehingga sa, 1987 Kawih Paningkes dan Jati­ eksistensi untuk mengusut lebih lanjut perihal niskala: Alih Aksara dan Terjemahan. Kerajaan Sunda masih terbuka lebar. Bandung: ag1an Proyek Penelit1an dan Tinggalan arkeologi yang berasal dari ke­ Pengkajian Kebudayaan Sunda (Sunda­ raJaan tersebut juga sangat sedikit, jika diban­ nologi), Depdikbud. d1ngkan dengan aneka macam benda arkeologi Inscription of Mula Malu­ yang berasal dari kerajaan-keraJaan kuna d1 Ja­ Boechari,rung 19· 80,A newThe evidence on the h1stonc1ty wa Tengah dan Jawa Timur. Namun hal itu perlu Ken Angrok, menjadi renungan sebab siapa tahu tinggalan of Majalah Arkeolog1. Th. Ill. arl

KEPUSTAKAAN Oanasasmrta, Saleh. Yoseph lskandar &Pe Enocrnelu­ Atmadibrata, 1983/84 Rintisan Ba­ Abdurachman, Param1ta R (Penyuntmg). 1 982. suran Masa Silam: Sejarah Jawa Cerbon. Jakarta· Sinar Harapan rat, Jilid 3. Bandung: Proyek Penerb1tan Buku SeJarah Jawa Barat. Pemda Ting­ AtJa.1 968 Tjarita Parahijangan: Naskah Ti- le.at I Jawa Barat tilar Karuhun Urang Sunda Abad ka -16 Masehi. Bandung. JaJasan Kebudajaan Danasasm1ta. Saleh & Anis Diat1sunda 1986 Nusa Larang Kehidupan Masyarakat Kanekes Bandung· Bag1an Proyek Penelit1an dan Ayatrohaedi, 1978Arkeologi. Pa1a1aran atau Sunda, dalam Pengkajian kebudayaan Sunda (Sunda­ Majalah Th. 1 , No.4 Maret' nologi}, Depdikbud

Oanasasmita , Saleh, Ayatrohaedi, Tien Wartm, & Bambang Sumadio ( Penyun1ing ). Bab VII "Kerajaan Undang A.Darsa, 1987 Sewa ka Darma . Sunda". halaman 37�83 Jakarta: Bala1 Pustaka Sanghyang Siksakanda Ng Karesian. Tahun 1984

Berl

Mardiwarsito . L.. 1986, Ka mus Jawa Kuna-Indo­ nesia. Ende: Nusa lndah.

Munandar, Agus Aris, 1991 Kegiatan Keaga­ maan Dalam Masyarakat Kerajaan Sunda: Data Prasasti dan Karya Sastra. dalam Seminar Nasional Sastra dan Sejarah Pakuaan Pajajaran, dise­ lenggarakan oleh Universitas Paku-an,

Munandar,Boger Agus 11--3 Aris NovemberBangunan 1991 Suci. Pada Kera ­ 1992 Masa Jaan Sunda: Data Arkeologi dan Sumber Tertulis, Pertemuan llmiah Arkeologi VI. Batu, Malang, Jawa Timur 26--30 Juli 1992. Him 267-92. 1992,Bujangga Manik's Jorneys NoorduynThr, Jo-ugh. , Java:Topographical Data From An Old Sundanese Source, BKI. Deel 138,4e Aflerering s' -Gravenhage: Marti­ nus Nijhoff

Sulendraningrat, P. S , 1972 Purwaka Tjaruban Nagari. Jakarta. Bhratara. 10, Sumad Barnba ng (Penyunting),II: 1 984 Sejarah Nasional Indonesia Jaman Kuna. Jakarta: Balai Pustaka

Sutaarga,Amtr, 1965, Prabu Siliwangi atau Ratu Purana Prebu Guru DewHajiataprana Sri Baduga Maharaja Ratu di Pakwan Pajajaran (1474-1 517). Djakarta: Duta Rakjat

Von Heme Geldern, Robert,dan 1982 Konsepsi Tentang Negara Kedudukan Raja di Asia Tenggara. Penterjemah Deliar Noer. Jakarta: Rajawali.

Berka/a Arl