Koleksi Cerita, Novel, & Cerpen Terbaik Kira-Kira Sejarah Jawa Barat

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Koleksi Cerita, Novel, & Cerpen Terbaik Kira-Kira Sejarah Jawa Barat ILMUIMAN.NET: Koleksi Cerita, Novel, & Cerpen Terbaik Cerita Kira-kira Sejarah (16+). 2017 (c) ilmuiman.net. All rights reserved. Berdiri sejak 2007, ilmuiman.net tempat berbagi kebahagiaan & kebaikan lewat novel- cerpen percintaan atau romance, dan cerita non fiksi.. Seru. Ergonomis, mudah, & enak dibaca. Karya kita semua. Peringatan: Pembaca yang sensi dengan seloroh ala internet, silakan stop di sini. Segala akibat menggunakan atau membaca, sepenuhnya tanggung jawab pembaca. Terima kasih & salam. *** Kira-kira Sejarah Jawa Barat Babak-1: Salakanagara Jawa bagian barat, adalah termasuk negeri besar tertua di nusantara. Peninggalannya diyakini sudah ada sejak abad ke-2 masehi atau sekitar tahun 130-an, yaitu negeri Salakanagara namanya. Sebagai kontrasnya, negeri-negeri kecil sporadis di nusantara ini, yang lain, baru ada jejaknya dalam catatan sejarah pada sekitaran abad ke-4M. *** Babak-2: Tarumanagara Salakanagara kemudian menjelma menjadi negeri besar Taruma atau Tarumanagara. Salah satu raja terkenalnya Purnawarman. Bentangan wilayahnya meliputi seluruh Jawa Barat masa kini, daerah Banyumasan terus sampai ke sungai Bogowonto, dan di bagian utara, ada yang bilang sampai batas tradisional sungai Cipamali, tapi bisa juga meliputi seluruh bagian utara yang bahasa Jawanya di masa kini bahasa ngapak (kecampur Sunda) seperti Tegal dan seperti itu. Tarumanagara yang jaya kemudian menelurkan kerajaan-kerajaan bawahan yang banyak, yang menonjol adalah Sunda dan Galuh. Sampai suatu ketika, saat sudah masanya agak mundur disebabkan melejitnya Sriwijaya, raja Tarumanagara tidak punya anak lelaki, sehingga putri mahkotanya terus dicarikan jodoh bangsawan Sunda (Jakarta sekarang). Maka, jadilah pasangan Tarumagara-Sunda menjadi pemimpin Jawa Barat. *** Babak-3: Sunda & Galuh Oleh sang raja Sunda (yang semula raja bawahan sebelum menyunting putri mahkota Tarumanagara), kemudian ibukota dipindahkan ke Sunda atau Sunda Kelapa masa kini. Jadi, sejak itu lantas disebut kerajaan Sunda, bukan Tarumanagara lagi. Galuh, merasa turunan Tarumanagara asli, tidak sudi menjadi bawahan Sunda yang rajanya sekedar menantu saja dari trah Tarumanagara. "Lah, elu cuma menantu, sedang uwing turunan asli, masak terus Galuh mesti menghamba ke Sunda? Gak aci, ah!" Begitu kurang lebihnya situasi menjadi serba canggung. Lalu Galuh pun memisahkan diri (secara relatif damai), dan berkembang sendiri untuk beberapa lama. Dan dibiarkan saja oleh Sunda, sehingga di Jawa Bagian barat kerajaan besar ada dua, yaitu Sunda di sisi barat (dan utara), beribukota di daerah Sunda Kelapa sekarang; dan Galuh di sisi timur (dan selatan), yang berpusat di daerah Ciamis masa kini. Keduanya bersaudara dan damai. Besar kemungkinan, pada masa ini Sunda dan Galuh itu keduanya teraliansi ke Sriwijaya. Disebabkan, karena selain putri sulungnya (Manasih Putri Linggawarman) dinikahkan dengan Tarusbawa (Raja Sunda), putri lainnya (Sobakancana putri kedua) dinikahkan dengan Dapuntahyang Sri Jayanasa pendiri Sriwijaya. Dan Sriwijayanya itu satu trah dengan raja-raja Medang di Jawa Tengah (sama-sama Wangsa Syailendra). Kita kembali lagi ke Galuh & Sunda.... Sampai suatu ketika, raja Galuh yang turunan Tarumanagara dikudeta. Sunda tidak mau mengakui pemimpin baru hasil kudeta, dan mulai menjadi musuh Galuh (karena yang dikudeta itu kan saudara mereka notabene). Sunda lalu beraliansi dengan Jawa (Medang), yang waktu itu dipimpin raja besar Sanjaya, yang teraliansi dengan Sriwijaya juga. Galuh lalu dikepung oleh Jawa (Medang) dan Sunda, dan terus kalah. Setelah kekalahan ini, untuk beberapa waktu kemudian wilayah Galuh itu dicaplok oleh Medang, tetapi kemudian, sebagian besarnya yang berada di sisi jawa barat lantas diserahkan lagi oleh Medang kepada Sunda dan jadilah Galuh itu bawahan Sunda. Yaitu kecuali wilayah-wilayahnya yang di Jawa Tengah, berubah jadi bagian kerajaan Medang (Jawa). Jaman berganti, kerajaan Sunda-Galuh (yang kurang lebih sudah begabung lagi itu), sepertinya tidak punya kekuatan maritim yang mumpuni dibanding para jagoan nusantara; dan demi agar tetap eksis, aman, kemudian pusat kerajaannya dipindahkan ke pedalaman, dan sepertinya yang terus terpilih menjadi pusat pemerintahan adalah Galuh (Ciamis) itu untuk beberapa lama, sedang kota-kota di pesisir menjadi kota dagang. Sampai kedamaiannya digoncang oleh Majapahit dalam peristiwa Bubat. *** Babak-4: Pakuan Pajajaran Selepas peristiwa Bubat, kala raja dan putri Sunda-Galuh dilibas Gajah Mada, sepertinya para bangsawan Sunda-Galuh yang ketakutan lantas hijrah lagi, beriring- iringan, memindahkan ibukotanya jauh dari jangkauan Majapahit, yaitu ke Pakuan Pajajaran atau Bogor di masa kini. Galuhnya asli (sekitar Ciamis, Priangan Timur), mestinya terus dianeksasi Majapahit (kemungkinan besar, secara relatif damai,.. tapi gersang). Lalu diinstall di situ pemimpin yang masih berdarah Majapahit, yang lepas sama sekali dari Pakuan-Pajajaran yang sebenernya lebih punya legitimasi. Atau.. bisa juga, daerah Ciamis itu.. dipimpin oleh pemimpin lokal yang mengakui hegemoni Majapahit, dan rutin kirim upeti ke Majapahit. Sejak itu, maka kerajaan utama di Jawa Barat itu Pakuan Pajajaran. Tapi, wilayahnya mengecil di sisi timur. Belakangan, saat Majapahit melemah, bisa saja.. para pemimpin Galuh/Ciamis mempertuan Pakuan-Pajajaran sekalian, demi mendapat perlindungan atau tidak diserang, dan terus rutin kirim upeti ke Pakuan Pajajaran. Kiri tuan (Majapahit), kanan tuan (Pakuan-Pajajaran). Ciamis itu jadi buffer atau bemper yang mengantarai Pakuan Pajajaran dengan Majapahit, selama beberapa lama. Perlu dicatat, bahwa saat Majapahit melemah, Pakuan Pajajaran masih kokoh. Bisa jadi, Galuh Ciamis itu lalu melepaskan diri dari Majapahit, dan relatif independen. Kisruh-kisruh di Jawa Tengah-Timur menyebabkan pelabuhan-pelabuhan di Jawa Barat bersinar, utamanya Cirebon, Banten, Sunda Kelapa. Ketiganya berkembang menjadi pelabuhan dagang nusantara yang ramai. Orang asing pun berdatangan, kebanyakan dari Arab-Cina-India, atau Asia Tenggara, dan satu-dua datang dari Eropa. Mulailah, kota-kota dagang itu menjadi multi-etnis, dengan bahasa penghubung yang utama, meniru Malaka, yaitu pakai bahasa Melayu pasaran atau Melayu Riau kita bilang. Omong-omong soal Malaka, kota ini unik. Dia itu tidak punya sumber daya apa-apa, cuma menang lokasi dan diplomasi. Dia dibeking oleh raksasa Cina (Dinasti Ming), sehingga orang-orang Jawa dan Siam, yang punya kapabilitas untuk menyerangnya, ujungnya tidak berani macem-macem. Tahun 1405-1409, Malaka mulai jadi trading hub strategis di titik tengah jalur perdagangan maritim terbesar di dunia kala itu. Menurut ekspedisi Cina, sejak 1409-an itu, sudah banyak orang muslim di sana, tapi rajanya, baru pakai gelar 'sultan' tahun 1455. Dari keuntungan perdagangan, Malaka lalu membangun kekuatan maritim, dan cukup efektif mengontrol selat Malaka, yang nama selatnya itupun diambil dari nama Malaka sendiri (sejak itu?). Selama sekitar 56 tahun Malaka berjaya, sampai kemudian 1511 ditaklukkan Portugis. Selama adanya hub Malaka itu, dan dengan melemahnya Majapahit, Pakuan-Pajajaran berkesempatanlah lebih tampil di blantika perdagangan maritim. Kemudian, dengan jatuhnya Malaka 1511, perdagangan internasional menjadi kacau. Kerajaan-kerajaan islam nusantara yang mendendam pada Portugis, dan juga Cina, lalu mengucilkan Portugis, dan dampaknya, bermunculanlah 'pelabuhan' alternatif, yang menjelma menjadi kota-kota dagang baru. Ada Aceh, Johor, Samudra Pasai, dan seterusnya. Pakuan-Pajajaran sendiri, yang belum menjadi islam, kota-kota dagangnya, yaitu Cirebon, Banten, dan Sunda-Kelapa ujungnya dapat berkah juga, karena selain tetap bisa dagang lancar dengan orang Cina, India, Timur-Tengah,.. dan pedagang- pedagang Asia-Tenggara, dia juga terbuka untuk perdagangan dengan Portugis. Dari titik inilah, pantura Jawa Barat lantas pesat bertumbuh menguber, atau bahkan meninggalkan pelabuhan-pelabuhan lain di Jawa Tengah-Timur. *** Babak-5: Muncul Cirebon, Banten, Sumedang-Larang Islam (Yang Pro Jawa) Sampai kemudian, Demak berhasil merajai di Jawa Tengah-Timur, mengambil oper peran Majapahit yang melemah.... Cirebon yang terus jadi islam, kemudian melepaskan diri dari Pakuan-Pajajaran, dan berganti aliansi ke Demak yang tidaklah terlalu akrab dengan Pakuan Pajajaran. "Waduh, gimana neh? Cirebon sudah lepas. Bahaya kalau Banten dan Sunda Kelapa sekalian lepas!" Di benak pimpinan Pakuan-Pajajaran, isu ini menghantui, dan mereka lalu condong ke Portugis, yang secara kekuatan maritim, bisa jadi satu-satunya yang bisa mengimbangi kerajaan-kerajaan islam nusantara. Di pihak lain, orang-orang islam nusantara tidak diam... Selagi Demak mengkonsolidasi dan mengislamisasi Jawa Tengah-Timur, para bangsawan Cirebon melakukan hal yang sama di Jawa Barat (dan belakangan nanti: Lampung). Hasilnya, Banten terus jadi islam dan berontak terhadap Pakuan-Pajajaran, melepaskan diri mengikuti jejak Cirebon. Sumedang Larang (dan daerah Priangan pada umumnya) juga menjadi islam secara bertahap, tetapi karena persaudaraan yang erat dengan Pakuan-Pajajaran, dan juga posisinya yang di pedalaman, maka tidak terang-terangan melepaskan diri dari Pakuan-Pajajaran, tapi sepertinya coba bermain cantik, berbaik- baik dengan semua pihak, khususnya Cirebon dan Pakuan-Pajajaran. Pantura di antara Banten dan Cirebon, di situ ada Sunda-Kelapa dan Rajagaluh yang masih setia pada Pakuan-Pajajaran. Pakuan-Pajajaran yang tinggal punya Sunda-Kelapa lantas mengeratkan aliansi dengan Portugis selama beberapa lama, untuk membendung ekspansi islam; sampai kemudian Sunda-Kelapanya sekalian
Recommended publications
  • Concise Ancient History of Indonesia.Pdf
    CONCISE ANCIENT HISTORY OF INDONESIA CONCISE ANCIENT HISTORY O F INDONESIA BY SATYAWATI SULEIMAN THE ARCHAEOLOGICAL FOUNDATION JAKARTA Copyright by The Archaeological Foundation ]or The National Archaeological Institute 1974 Sponsored by The Ford Foundation Printed by Djambatan — Jakarta Percetakan Endang CONTENTS Preface • • VI I. The Prehistory of Indonesia 1 Early man ; The Foodgathering Stage or Palaeolithic ; The Developed Stage of Foodgathering or Epi-Palaeo- lithic ; The Foodproducing Stage or Neolithic ; The Stage of Craftsmanship or The Early Metal Stage. II. The first contacts with Hinduism and Buddhism 10 III. The first inscriptions 14 IV. Sumatra — The rise of Srivijaya 16 V. Sanjayas and Shailendras 19 VI. Shailendras in Sumatra • •.. 23 VII. Java from 860 A.D. to the 12th century • • 27 VIII. Singhasari • • 30 IX. Majapahit 33 X. The Nusantara : The other islands 38 West Java ; Bali ; Sumatra ; Kalimantan. Bibliography 52 V PREFACE This book is intended to serve as a framework for the ancient history of Indonesia in a concise form. Published for the first time more than a decade ago as a booklet in a modest cyclostyled shape by the Cultural Department of the Indonesian Embassy in India, it has been revised several times in Jakarta in the same form to keep up to date with new discoveries and current theories. Since it seemed to have filled a need felt by foreigners as well as Indonesians to obtain an elementary knowledge of Indonesia's past, it has been thought wise to publish it now in a printed form with the aim to reach a larger public than before.
    [Show full text]
  • Southeast Asia: History, Modernity, and Religious Change
    AL ALBAB - Borneo Journal of Religious Studies (BJRS) Volume 2 Number 2 December 2013 SOUTHEAST ASIA: HISTORY, MODERNITY, AND RELIGIOUS CHANGE Sumanto Al Qurtuby University of Notre Dame’s Kroc Institute for International Peace Studies Abstract Southeast Asia or Southeastern Asia, with more than six hundred million pop- ulations, is home to millions of Buddhists, Muslims, Confucians, Protestants, Catholics, and now Pentecostals, as well as many followers of local religions and spiritual beliefs. Notwithstanding its great historical, political, cultural legacies, however, the region has long been neglected as a site for religious studies in the Western academia. Aiming at filling the gap in Asian and religious studies as well as exploring the richness of Southeast Asian cultures, this article discusses the dynamics, diversity, and complexity of Southeast Asian societies in their re- sponse to the region’s richly political, cultural, and religious traditions spanning from pre-modern era to modern one. The article also examines the “integrative revolutions” that shaped and reshaped warfare, state organization and econom- ics of Southeast Asia, particularly in the pre-European colonial era. In addition, the work discusses the wave of Islamization, particularly since the nineteenth century, as well as the upsurge of religious resurgence that shift the nature of religiosity and the formation of religious groupings in the area. The advent of Islam, with some interventions of political regimes, had been an important cause for the decline of Hindu-Buddhist traditions in some areas of Southeast Asia, especially Indonesia, the coming of Pentecostalism has challenged the well-estab- lished mainstream Protestantism and Catholicism, especially in Indonesia and the Philippines.
    [Show full text]
  • Corporate Data Financial Statements & Analysis Responsibility
    Highlights Management Reports Company Profile Tetap Tersenyum Ratih Diah Kartika - Operation Kedaton, Lampung First Place - Traditional Market Photography Competition 556 PT Bank Danamon Indonesia, Tbk. 2014 Annual Report Management Discussion Operational Review Corporate Governance Corporate Social Corporate Data Financial Statements & Analysis Responsibility Corporate Data 2014 Annual Report PT Bank Danamon Indonesia, Tbk. 557 Highlights Management Reports Company Profile Products and Services DANAMON SIMPAN PINJAM TabunganKU Low cost cheap savings, without monthly Dana Pinter 50 (DP50) administration fee with low opening deposit and Financing facility (with collateral) for small and micro easily accessible by the public. scale entrepreneur (SME), merchant and individual, with a quick credit approval following the receipt Capital Solution (SM) of complete documents. The maximum financing Loan facility without collateral for small and micro provided shall be Rp100 million. entrepreneur (SME), merchant and individual with quick approval process for business expansion. Dana Pinter 200 (DP200) The maximum financing provided shall be Rp50 Loan facility (with collateral) for small and micro million. scale entrepreneur (SME), merchant and individual, with a quick credit approval following the receipt Special Capital Solution of complete documents. The maximum financing Loan facility without collateral for small and micro provided shall be Rp500 million. entrepreneur (SME), merchant and individual with quick approval process for business expansion with Current Account Loan (PRK) a condition of having a minimum loan history of 12 Loan for working capital needs for small and micro months. The maximum financing provided shall be scale entrepreneur (SME), merchant and individual Rp50 million. with a term of 1 year and may be extended.
    [Show full text]
  • The Prospect of IORA Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA)
    The Prospect of IORA Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) 2017 Center for Policy Analysis and Development Asia Pacific and Africa Region Ministry of Foreign Affaris of The Republic of Indonesia Chief Editor Dr Siswo Pramono, LL.M, Policy Analysis and Development Agency (PADA), Ministry of Foreign Affairs of the Republic of Indonesia 1 Published by Center of Policy Analysis and Development Agency on Asia Pacific and Africa Regions, Ministry of Foreign Affairs of the Republic of Indonesia on 2017 Central Jakarta 10110 Indonesia E-mail: [email protected] Printed by ©2017 Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan 2 Table Of Contents Section 1: Introduction ..................................................................................... 12 Introduction ....................................................................................... 12 Research Focus............................................................................... 13 Research Questions : ...................................................................... 13 Method Of Research : ..................................................................... 13 Section 2: ............................................................................................................ 14 Chapter II ........................................................................................ 14 Measuring Economic Cooperation In Indian Ocean Rim: ............... 14 An Illustrated Sketch About Regional Architecture ......................... 14 Iora Is To Promote A
    [Show full text]
  • Korrespondenzblatt Des Canisianums
    KORRESPONDENZBLATT DES CANISIANUMS Heft 1, Jahrgang 153 – Sommersemester 2020 INHALTSVERZEICHNIS GELEITWORT DES REKTORS GELEITWORT DES REKTORS ................................................................................................................ 1 Liebe Alt-Canisianer, Freunde und Wohltäter! 1. BEITRÄGE arbeiten beschäftigt. Es gab auch die erste KATHOLISCHE KIRCHE IN INDONESIEN .................................................................................... 2 „digitale Defensio“ in der Geschichte des DIE UKRAINISCHE GRIECHISCH-KATHOLISCHE KIRCHE ............................................................... 15 Canisianums, in der alle Beteiligten (Kan- didat, Professoren, Studiendekan) „online“ 2. AKADEMISCHES miteinander kommunizierten. Interessierte FAKULTÄTSKLAUSUR – EIN BLICK IN DIE ZUKUNFT ................................................................... 28 Zuhörer konnten über das Internet dabei AQUINAS LECTURE 2020 ................................................................................................. 28 sein. 3. AKTUELLES UND CHRONIK Auch die Ostertage waren neu und ganz CHRONIK VON DEZEMBER 2019 BIS JUNI 2020 .................................................................... 29 anders für die Hausgemeinschaft. Wir fei- NEOINGRESSI 2019/2020 ................................................................................................ 37 erten dieses Mal alle gemeinsam im Haus DIÖZESENLISTE STUDIENJAHR 2019/2020 ........................................................................... 39 - und
    [Show full text]
  • BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Kerajaan Pakuan Pajajaran Merupakan Kerajaan Hindu-Budha Terbesar Ke 2 Dan Merupakan Tandingan Dari
    BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Kerajaan Pakuan Pajajaran merupakan Kerajaan Hindu-Budha terbesar ke 2 dan merupakan tandingan dari Kerajaan Majapahit dan mempunyai dampak positif yaitu membuka jalur perdagangan melalui Pelabuhan Sunda Kelapa di Jakarta. Namun karena minim-nya data mengenai Kerajaan Pakuan Pajajaran membuat Kerajaan ini terlupakan dan kurang dikenal. Remaja sendiri pun lebih mengenal Kerajaan-kerajaan yang lebih terkenal seperti Kerajaan Majapahit, Sriwijaya, Banten, dan Kerajaan lain yang sudah sangat dikenal baik oleh masyarakat Indonesia. Kurang nya media yang mengenalkan tentang Kerajaan Pakuan Pajajaran merupakan salah satu faktornya. Berdasarkan masalah ini penulis ingin mengambil tema Kerajaan Pakuan Pajajaran pada saat Raja Sri Baduga Maharaja memerintah yaitu pada saat masa kejayaan dan perkembangan Kerajaan Pakuan Pajajaran untuk memperkenalkan kepada remaja bahwa Kerajaan yang hebat bukan hanya Kerajaan Majapahit. Penulis ingin mengenalkan masa kejayaan Kerajaan Pakuan Pajajaran dengan media board game yang mengilustrasikan masa-masa kejayaan Raja Sri Baduga Maharaja sebagai tokoh yang membuat Kerajaan Pakuan Pajajaran berkembang sehingga remaja tidak sulit untuk mencerna informasi mengenai sejarah Kerajaan ini. Salah satu faktor didesain menjadi board game adalah agar dapat menjadi media alternatif pembelajaran sejarah yang lebih menyenangkan dan menarik untuk dilihat. Penulis ingin mengajak remaja-remaja Indonesia untuk lebih mengetahui dan mendalami Kerajaan di Indonesia, karena Kerajaan di Indonesia tidak kalah hebat dengan Kerajaan-kerajaan diluar sana serta ingin menunjukkan bahwa masih banyak Kerajaan yang belum dikenal baik oleh masyarakat Indonesia. Oleh karena itu penulis ingin mengajak para remaja untuk mengenali Kerajaan yang lain sehingga Kerajaan-kerajaan Hindu-Budha Universitas Kristen Maranatha 72 dapat dilestarikan, dikenal tidak hanya oleh dalam negeri namun juga luar negeri sehingga dapat membawa nama baik untuk Indonesia.
    [Show full text]
  • A History of Southeast Asia
    ARTHUR AHISTORYOF COTTERELL SOUTHEAST AHISTORYOF ASIA SOUTHE A HISTORY OF OF HISTORY About the Author A History of Southeast Asia is a sweeping and wide-ranging SOUTHEAST Arthur Cotterell was formerly principal of Kingston narration of the history of Southeast Asia told through historical College, London. He has lived and travelled widely anecdotes and events. in Asia and Southeast Asia, and has devoted ASIA much of his life to writing on the region. In 1980, Superbly supported by over 200 illustrations, photographs and he published !e First Emperor of China, whose maps, this authoritative yet engagingly written volume tells the account of Qin Shi Huangdi’s remarkable reign was history of the region from earliest recorded times until today, translated into seven languages. Among his recent covering present-day Myanmar, !ailand, Cambodia, Laos, AS books are Western Power in Asia: Its Slow Rise and Vietnam, Malaysia, Singapore, Brunei, the Philippines, Indonesia Swift Fall 1415–1999, and Asia: A Concise History, and East Timor. T A published in 2011, the "rst ever coverage of the entire continent. “Arthur Cotterell writes in a most entertaining way by putting a human face on the history of Asia. Far too often, “Arthur Cotterell writes in a most entertaining history books are dry and boring and it is refreshing SIA way by putting a human face on the history of Asia.” to come across one which is so full of life. - to be changed” – Peter Church, OAM, author of A Short History of South East Asia, on Arthur Cotterell – Professor Bruce Lockhart
    [Show full text]
  • Southeast Sumatra in Protohistoric and Srivijaya Times: Upstream-Downstream Relations and the Settlement of the Peneplain Pierre-Yves Manguin
    Southeast Sumatra in Protohistoric and Srivijaya Times: Upstream-Downstream Relations and the Settlement of the Peneplain Pierre-Yves Manguin To cite this version: Pierre-Yves Manguin. Southeast Sumatra in Protohistoric and Srivijaya Times: Upstream- Downstream Relations and the Settlement of the Peneplain. Cambridge Scholars Publishing. From distant tales : archaeology and ethnohistory in the highlands of Sumatra, pp.434-484, 2009, 978-1- 4438-0497-4. halshs-02521657 HAL Id: halshs-02521657 https://halshs.archives-ouvertes.fr/halshs-02521657 Submitted on 27 Mar 2020 HAL is a multi-disciplinary open access L’archive ouverte pluridisciplinaire HAL, est archive for the deposit and dissemination of sci- destinée au dépôt et à la diffusion de documents entific research documents, whether they are pub- scientifiques de niveau recherche, publiés ou non, lished or not. The documents may come from émanant des établissements d’enseignement et de teaching and research institutions in France or recherche français ou étrangers, des laboratoires abroad, or from public or private research centers. publics ou privés. From Distant Tales: Archaeology and Ethnohistory in the Highlands of Sumatra Edited by Dominik Bonatz, John Miksic, J. David Neidel, Mai Lin Tjoa-Bonatz From Distant Tales: Archaeology and Ethnohistory in the Highlands of Sumatra, Edited by Dominik Bonatz, John Miksic, J. David Neidel, Mai Lin Tjoa-Bonatz This book first published 2009 Cambridge Scholars Publishing 12 Back Chapman Street, Newcastle upon Tyne, NE6 2XX, UK British Library Cataloguing in Publication Data A catalogue record for this book is available from the British Library Copyright © 2009 by Dominik Bonatz, John Miksic, J. David Neidel, Mai Lin Tjoa-Bonatz and contributors All rights for this book reserved.
    [Show full text]
  • Pendidikan Agama Hindu Dan Budi Pekerti
    KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 2017 Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Pendidikan Buku pelajaran pendidikan Hindu untuk siswa-siswi tingkat Sekolah Dasar ini disusun sesuai dengan Kurikulum 2013 hasil revisi, agar siswa-siswi aktif. Buku Siswa ini dilengkapi kegiatan-kegiatan seperti pendapatku, kolom info, mari beraktitas, diskusi dengan orang tua, diskusi di kelas, uji kompetensi, mewarnai gambar, dan portofolio. Semua Agama Hindu kegiatan tersebut bertujuan membantu siswa-siswi memahami dan mengaplikasikan ajaran agama Hindu dalam kehidupan sehari-hari. dan Budi Pekerti Buku siswa ini disertai glosarium, dan illustrasi gambar-gambar guna memotivasi Kelas IV SD siswa-siswi gemar membaca, mencintai budaya Hindu dengan materi hari suci agama • Hindu yang dirayakan oleh umat Hindu etnis India. Demikian juga tentang sejarah perkembangan agama Hindu di Indonesia yang disajikan sejak awal masehi. Dengan buku agama Hindu ini, kami berharap siswa-siswi dapat belajar dengan mudah materi-materi pelajaran Pendidikan Agama Hindu. Sehingga dapat menumbuhkan semangat dan kreatitas dalam meningkatkan Sraddha dan Bhakti. Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Agama Pendidikan ZONA 1 ZONA 2 ZONA 3 ZONA 4 ZONA 5 HET Rp9,400 Rp9,800 Rp10,200 Rp10,900 Rp14,100 ISBN: SD 978-602-282-836-5 (jilid lengkap) 978-602-282-840-2 (jilid 4) KELAS IV EDISI REVISI 2017 Hak Cipta © 2017 pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Dilindungi Undang-Undang Disklaimer: Buku ini merupakan buku siswa yang dipersiapkan Pemerintah dalam rangka implementasi Kurikulum 2013. Buku siswa ini disusun dan ditelaah oleh berbagai pihak di bawah koordinasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dan dipergunakan dalam tahap awal penerapan Kurikulum 2013.
    [Show full text]
  • Bab Ii Gambaran Umum Cirebon Sebelum Kedatangan Voc A
    BAB II GAMBARAN UMUM CIREBON SEBELUM KEDATANGAN VOC A. Cirebon Sebelum Masa Sunan Gunung Jati Cirebon merupakan salah satu wilayah yang terletak di pesisir1 Pulau Jawa dengan kondisi geografis yang menguntungkan. Cirebon terletak di jalur pantai utara yang berbatasan langsung dengan wilayah yang sekarang disebut dengan Jawa Tengah dan Jawa Barat. Hal ini membuat terjadinya interaksi di antara dua kebudayaan yang ada di kedua wilayah tersebut yaitu Kebudayaan Jawa dengan Kebudayaan Sunda, sehingga lahirlah sebuah kebudayaan yang unik dan khas. Di sisi lain, Cirebon juga menjadi wilayah yang secara langsung dilewati jalur perdagangan antarpulau bahkan internasional pada abad ke-15 dan 16 dengan ditandai adanya pelabuhan sebagai tempat bersandarnya kapal-kapal baik untuk perdagangan ataupun pelayaran. Selain wilayah pesisir, Cirebon juga memiliki wilayah pedalaman yang subur untuk kegiatan pertanian yang hasilnya akan diperjualbelikan dalam perdagangan internasional. Jalur perdagangan internasional menggunakan jalan laut sangat membantu setiap bangsa dari berbagai belahan benua untuk bisa saling bertemu dan berinteraksi. Kepulauan Nusantara2 sudah dianggap penting bagi perdagangan antarbangsa sejak zaman purba. Hal ini dikarenakan pulau-pulaunya berada di sepanjang laut yang merupakan rute penghubung antara Cina dengan kekuasaan Kekaisaran Romawi. Banyak kapal dari berbagai negara singgah di Kepulauan Nusantara untuk mengisi perbekalan pelayaran atau membeli barang-barang dagangan yang dibutuhkan, seperti rempah-rempah, damar dan kayu berharga.3 Berbagai bangsa hadir di Kepulauan Nusantara mulai dari Cina, India, Persia, 1 Dalam Kamus Sejarah dan Budaya Indonesia, pesisir merupakan istilah yang umum dipakai ketika menyebut wilayah-wilayah pantai terutama di Pulau Jawa yang mempunyai perbedaan tradisi dengan wilayah yang ada di pedalaman. Lihat Putri Fitria, 2014, Kamus Sejarah & Budaya Indonesia, Bandung: Penerbit Nuansa Cendekia, hlm.
    [Show full text]
  • Analisis Pengangkatan Dan Pergantian Kekuasaan Di Kesultanan Palembang
    TRADISI POLITIK MELAYU : ANALISIS PENGANGKATAN DAN PERGANTIAN KEKUASAAN DI KESULTANAN PALEMBANG Dr. Mohammad Syawaludin Muhammad Sirojudin Fikri. M.Hum KATA SAMBUTAN Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Puji syukur kita haturkan atas kehadirat Allah Swt, karena berkat limpahan rahmat dan inayah-Nya kita masih diberi nikmat kesehatan, sehingga mampu melaksanakan semua aktivitas keseharian kita. Shalawat dan salam atas junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah menghantarkan kita pada pencerahan spiritual dan intelektual, sehingga menemukan hakikat makna kesejatian nilai-nilai kemanusiaan universal. Alhamdulillahirobbil’alamin, buku berjudul “Tradisi Politik Melayu : Analisis Pengangkatan dan Pergantian Kekuasaan di Kesultanan Palembang” telah selesai ditulis dan sudah terbit di tangan pembaca. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan penelitian ini. Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini banyak terdapat kekurangan. Namun, penulis tetap berharap agar laporan penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca. Kritik dan saran dari penulisan laporan penelitian ini sangat penulis harapkan untuk perbaikan dan penyempurnaan pada penulisan berikutnya. Untuk itu, penulis ucapkan terima kasih Akhirnya, semoga buku dihadapan pembaca ini dapat bermanfaat dan Allah Swt selalu memberi petunjuk dan hidayah-Nya pada kita semua.Amin.Selamat Membaca!. Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Palembang, Oktober 2019 Penulis iii iv DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ................................................................................................
    [Show full text]
  • Pragmatic View on the Inscription Heritage of Tarumanegara Kingdom
    Pragmatic View on The Inscription Heritage of Tarumanegara Kingdom S E Wibowo1, S Rosalina1 Singaperbangsa University of Karawang Jl. HS. Ronggowaluyo Telukjambe Timur – Karawang {[email protected]} Abstract. This research aimed to describe the type and function of speech acts in the Tarumanegara kingdom inscriptions from a pragmatic point of view. This research was conducted in Bogor, Banten, Jakarta, and Cirebon, the places where the inscriptions discovered. The data collection in this research used observation technique, interview, and documentation. Furthermore, the advanced technique of this method is note-taking. Data were analyzed and explained through a reliable and balanced method. The findings of this research were the types and pragmatic functions described as various categories and sub-categories of speech acts. Those are (1) assertive illocutionary speech acts (TTA) manifested in sub- TTA: informing, explaining, telling, and showing something; (2) expressive illocutionary speech acts (TTE) which was manifested in sub-TTE: pride. Keywords: Pragmatic, Speech act, Inscription 1 INTRODUCTION The socio-cultural-historical context of a community can be seen from the existence of cultural relics in the kingdom. It can be traced from Hindu-Buddhist kingdoms in Indonesia until the 10th century. The presence of a Hindu kingdom in West Java can be analysed through the inscriptions. Those are written on the stone or metal. The inscriptions in a foreign language are named glory, laudation, direction, or guidance. They are praise, flattery, majesty, instructions, guidelines or prayers that express a request (the desire for peace in the kingdom; or encryption in beautiful or rhythmic language). One of the interesting inscriptions to study from linguistic landscape is an inscription found in the Sundanese community.
    [Show full text]