5. Kontekstualisasi Adat Dan Syarak Dalam Tradisi Masyarakat Melayu Jambi
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
KUASA SIMBOLIK ADAT DAN SYARAK DALAM TRADISI MASYARAKAT MELAYU Dr. Fuad Rahman, M.Ag. Penerbit Pascasarjana UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi Jalan Arif Rahman Hakim Telanaipura Kota Jambi Telp. (0741) 60731, email: [email protected] i Kuasa Simbolik Adat dan Syarak dalam Tradisi Masyarakat Melayu Penulis : Fuad Rahman Editor : M.H. Abid Sohiron Layout : Cahaya Firdaus Design Cover : Cahaya Firdaus Katalog Dalam Terbitan (KDT) ISBN : 978-602-60957-7-0 viii, 268 hal (15,5x23 cm) Cetakan Tahun 2020 Alamat Penerbit : Pascasarjana UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi Jalan Arif Rahman Hakim Telanaipura Kota Jambi Telp. (0741) 60731, email: [email protected] Undang – undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal 2 1. Hak Cipta merupakan Hak Eklusif bagi Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan perundanga-undangan yang berlaku Lingkup Hak Cipta Pasal 72 1. Barang siapa dengan sengaja melanggar dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud pasal 2 ayat 1 atau pasal 49 ayat 1 dan 2 dipidana penjara masing-masing paling singkat 1 bulan dan/atau denda paling sedikit Rp. 1.000.000,- atau pidana penjara paling lama 7 tahun dan/atau paling banyak Rp. 5.000.000.000,- 2. Barang siapa dengan dengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran hak cipta sebagaimana dimaksud dalam ayat 1, dipidana dengan penjara paling lam 5 tahun dan atau denda paling banyak Rp. 500.000.000,- ii KATA PENGANTAR Buku Kuasa Simbolik Adat dan Syarak dalam Tradisi Masyarakat Melayu adalah bagian dari ikhtiar penulis untuk mengungkap fenomena keterhubungan antara adat dan syarak. Masyarakat Melayu sebagai kelompok mayoritas yang mendiami wilayah Indonesia serta merupakan bagian tak terpisahkan dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Suku Melayu berasal dari akar keturunan Mongoloid yang menjadi nenek moyang bangsa Indonesia dan berkontribusi besar dalam merumuskan Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional pemersatu bangsa. Masyarakat Melayu yang mendominasi kepulauan Sumatera, Kalimantan dan sebagian Sulawesi terkenal dengan komunitas masyarakat yang mengimplementasikan adat dan syarak, sehingga lekat dengan slogan adatnya “Adat bersendi Syarak, Syarak bersendi Kitabullah; Adat Mengato Syarak Memakai. Setiap wilayah yang didiami masyarakat Melayu mengklaim mengimplementasikan syarak dan adat, sekaligus penggagas dari filosofi adat itu sendiri. Oleh karenanya, kajian mengenai adat dan syarak di tanah Melayu dalam konteks kekinian masih relevan dan menarik utamanya ketika dikaitkan dengan Islamisasi Nusantara, sebagai titik awal peradaban Islam-Melayu. Sejak abad ke-14, Islamisasi hukum adat kelihatan jelas pada beberapa wilayah yang sebelumnya lebih mengedepankan budaya lokal, yang pada akhirnya terjadi asimilasi bahkan integrasi antar keduanya yaitu hukum Adat dan hukum Islam. Komitmen untuk mengawal pemberlakuan keduanya dibentuklah lembaga adat yang merupakan refresentasi dari tiga kepentingan yaitu; regulasi pemerintah, hukum Adat dan hukum Islam. Meskipun dalam perjalanannya terjadi tarik menarik kepentingan yang mengakibatkan terjadinya pertrungan kuasa. Melalui metode deskriptif-kualitatif, penulis menelaah tiga hal: 1) integrasi, praktik dan keberterimaan masyarakat terhadap adat dan syarak melalui iii teori resepsi, 2) negosiasi dan unifikasi sistem hukum dan pemerintahan serta eksistensi kelembagaan adat melalui teori maşlahah dan 3) kuasa simbolik, kontestasi dan relasi kuasa kelembagaan adat serta yang mempengaruhi penerapan adat dan syarak melalui teori habitus. Pendekatan Sosiologi Hukum Islam penulis gunakan untuk mencermati praktik hukum dan fenomena kontestasi dalam memperebutkan posisi dan disposisi melalui kelembagaan adat internal maupun eksternal. Menyadari banyaknya pembahasan yang disajikan, maka buku ini penulis urai menjadi 3 tema besar. Bagian I, menjelaskan ke pembaca proses adaptasi adat dengan syarak yang berlangsung begitu cepat dan damai sejak kedatangan Islam melalui perkawinan dengan penguasa lokal. Adat dipersepsikan sebagai pola tutur, pola pikir dan pola tindak yang berkaitan dengan etika, hukum dan kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat. Sementara syarak dipersepsikan oleh masyarakat Melayu Jambi sebagai sumber hukum teologis karena mengandung pesan Allah dan Rasul-Nya, bersifat universal, absolut, dan abadi. Keduanya diterima sebagai aturan yang menjadi pegangan masyarakat Melayu Jambi hingga saat ini, meski penerapannya berbeda berdasarkan wilayah. Bagian II, menjelaskan sistem hukum dan pemerintahan yang dikonstruksi dan dipraktikkan masyarakat Melayu lebih dipengaruhi oleh Islam dan adat lokal yang dijalankan melalui kelembagaan adat Melayu Jambi, sebagai penyedia modal politik, religius dan kultural, yang memungkinkannya menjadi arena kontestasi kuasa antar kelompok di dalam atau di luarnya dalam memperebutkan legitimasi, posisi dan disposisi dengan mensubordinasi kelompok lain meski hanya melahirkan hegemoni bukan konflik. Bagian III, kelembagaan adat berperan sebagai patron masyarakat Melayu Jambi karena mampu memenuhi rasa nyaman dan rasa keadilan dalam persoalan hukum (perdata dan pidana), sosial dan agama. Selain itu, sebagai institusi non-formal yang memproduksi dan mereproduksi hukum meski ada institusi lain yang menangani persoalan yang sama iv sekaligus menjadi alasan menjadi potret ideal bagi daerah maupun pusat dalam menyelesaikan persoalan kekinian bidang agama, sosial, politik, dan budaya yang dihadapi bangsa ini. Akhirnya, penulis menyadari sajian buku ini sangat sederhana dan sangat jauh dari harapan pembaca dalam mengungkap gagasan tentang fenomena perberlakuan adat dan syarak pada pada beberapa wilayah yang didominasi masyarakat Melayu, karenanya kepada pembaca diharapkan saran dan masukannya guna menambah khazanah keilmuan dan kesempurnaan tulisan ini. Terima kasih buat ayah dan bundaku tercinta, isteri dan anak-anakku tersayang, tak lupa sahabat-sahabatku; Ahmad Fawaid (Probolinggo), Albert al- Fikri (Lhoksumawe), Ridhotullah (Banjarmasin), dan teman- teman seperjuangan serta semua pihak yang berkontribusi dalam penyelesaian buku ini. Semoga karya ini menjadi bagian dari pengabdian penulis terhadap tanah Jambi dan dunia akademik pada umumnya. Penulis Dr. Fuad Rahman, M.Ag NIP. 19730130200003 1 001 v Daftar Isi 1 Pendahuluan ~ 1 2 Diskursus Syarak dan Adat: Mencari Dasar Pijakan ~ 13 A Studi-studi Terdahulu ~ 13 B Relevansi, Kontribusi, dan Distingsi ~ 22 3 Rekonstruksi Syarak dan Adat: Resepsi, Maşlahah, dan Habitus ~ 29 A Teori Resepsi ~ 30 B Teori Maşlahah dalam Yurisprudensi Islam ~ 33 C Teori Habitus ~ 36 4 Sejarah Singkat Melayu Jambi ~ 46 A Islamisasi dan Perkembangannya di Jambi ~ 47 B Akulturasi Syarak dengan Adat ~ 58 C Falsafah Adat Bersendi Syarak, Syarak Bersendi Kitabullah ~ 65 D Kelembagaan Adat Melayu Jambi ~ 74 E Realitas Aktual: Sosial, Agama, Politik, dan Budaya ~ 80 5 Kontekstualisasi Syarak dan Adat dalam Tradisi Masyarakat Melayu Jambi ~ 100 A Pemberlakuan Aturan Adat Melayu Jambi ~ 100 B Praktik Hukum dalam Masyarakat Melayu Jambi ~ 111 C Sinkronisasi dan Diferensiasi Aturan Syarak dengan Adat ~ 124 D Unifikasi sebagai Penjembatan Pergulatan Syarak dengan Adat ~ 134 6 Pelembagaan Syarak dan Adat: Perspektif Masyarakat Melayu Jambi ~ 144 A Persepsi Masyarakat Melayu Jambi tentang Epistemologi Syarak dan Adat ~ 145 vi B Keberterimaan Masyarakat Melayu Jambi terhadap Syarak dan Adat ~ 155 C Otoritas Pemerintah dalam Pelembagaan Syarak dan Adat ~ 169 D Penyelesaian Konflik Melalui Peradilan Adat ~ 181 7 Kelembagaan Adat Melayu Jambi sebagai Arena Pertar- ungan Kuasa ~ 189 A Modal dalam Kelembagaan Adat ~ 189 B Struktur Hierarkis Kelembagaan Adat ~ 196 C Jambi sebagai Arena Pertarungan Kuasa ~ 201 D Relasi Kuasa Internal dan Eksternal Kelembagaan Adat ~ 208 E Kuasa Simbolik Mengatasnamakan Kepentingan Pemerintah, Syarak, dan Adat ~ 213 F Kontribusi Syarak, Adat Kelembagaan Adat dalam Ruang Agama, Sosial, dan Politik Kontemporer ~ 232 8 Penutup ~ 242 A Kesimpulan ~ 247 B Implikasi ~ 244 C Rekomendasi ~ 244 Daftar Pustaka ~ 246 Biodata Penulis ~ 264 vii PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN Konsonan ف = F ز = Z ب = B ق = Q س = S ت = T ك = K ش = Sh ث = Th ل = L ص = Ṣ ج = J م = M ض = Ḍ ح = Ḥ ن = N ط = Ṭ خ = Kh ه = H ظ = Ẓ د = D و = W ع = ‘ ذ = Dh ى = Y غ = Gh ر = R ِ = Vokal Pendek : a = ‘ i = ِ u و = ū ى = ī ا = Vokal Panjang : ā اى = Diftong : ay viii 1 Pendahuluan Studi tentang konstruksi adat dengan syarak di beberapa daerah di Nusantara masih dipandang layak dilakukan terutama untuk mengakomodasi kepentingan budaya lokal dalam masyarakat dan agama.1 Upaya tersebut biasanya dilakukan oleh sebuah institusi yang mempertemukan representasi penguasa (pemerintah), tokoh agama, dan kelembagaan atau pemangku adat.2 Dalam konteks Jambi, institusi tersebut berjasa mempersatukan masyarakat sejak awal melalui ikatan agama dan adat dalam bingkai kerajaan Islam Melayu Jambi serta mengakomodasi dan menyatukan berbagai kepentingan. Institusi tersebut juga berhasil membangun relasi secara internal maupun eksternal, meski pada akhirnya mereka saling mempertaruhkan modal politik, agama, dan budaya. Masing-masing menganggap tawaran 1Penggunaan istilah adat dalam buku ini adalah hukum adat Jambi, sedangkan yang dimaksud syarak adalah hukum Islam. Penulis cenderung menggunakan istilah syarak ketimbang hukum Islam karena terminologi