PRODUKTIFITAS NIRA BERDASARKAN MORFOLOGI TUMBUHAN AREN (Arenga pinnata Merr) DI DESA PASTAP JULU BALAI TAMAN NASIONAL BATANG GADIS

SKRIPSI

Oleh : SITI FATIMAH 161201046

DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2020 Universitas Sumatera Utara PRODUKTIFITAS NIRA BERDASARKAN MORFOLOGI TUMBUHAN AREN (Arenga pinnata Merr) DI DESA PASTAP JULU BALAI TAMAN NASIONAL BATANG GADIS

SKRIPSI

Oleh: SITI FATIMAH 161201046

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Kehutanan Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN Universitas Sumatera Utara 2020

Universitas Sumatera Utara PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Siti Fatimah NIM :161201046 Judul Skripsi : Produktifitas Nira Berdasarkan Morfologi Tumbuhan Aren (Arenga pinnata Merr) di Desa Pastap Julu Taman Nasional Batang Gadis

Menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri. Pengutipan-pengutipan yang penulis lakukan pada bagian-bagian tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan skripsi ini, telah penulis cantumkan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.

Medan, 10 Februari 2021

Siti Fatimah NIM 1612011046

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT

SITI FATIMAH : The productivity of the sap based on the morphology of sugar palm (Arenga pinnata) in Pastap Julu Village, Batang Gadis National Park. Supervised by IRAWATI AZHAR, S.Hut., M.Si.

Aren is a multipurpose plant because almost all parts can be used. Sugar palm can be used as alley cropping on lands that have a high degree of slope. This research was conducted at Resort 3 Pastap Julu, SPTN II Kotanopan, Batang Gadis National Park. The research method was carried out by collecting primary and secondary data, the sampling was done by purposive sampling. The research method was carried out by collecting primary and secondary data, the sampling was done by purposive sampling. Data analysis using simple linear regression analysis processed with SPSS and Excel. The results of the morphological analysis that affect the sap production are plant age, tapping age, panicle level, and number of panicles where the increasing age of the plant will reduce the yield of sap, age increases and the resulting panicles increase in level so that the sap yield decreases, The longer the sap is tapped, the less amount of sap is produced and the amount of sap that is tapped can produce quite a lot of juice. The effect of plant height and plant diameter on sap production was not significant because there were several factors that influenced it.

Keywords: Aren (Arenga pinata), Productivity of sap, panicle.

Universitas Sumatera Utara ABSTRAK

SITI FATIMAH: Produktifitas nira berdasarkan morfologi aren (Arenga pinata) di Desa Pastap Julu Taman Nasional Batang Gadis. Dibimbing oleh IRAWATI AZHAR, S.Hut., M.Si.

Aren merupakan tumbuhan serba guna karena hampir semua bagiannya dapat dimanfaatkan. Tumbuhan aren dapat dimanfaatkan sebagai tumbuhan lorong (alley cropping) pada lahan- lahan yang memiliki derajat kemiringan yang tinggi. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2020. Penelitian ini dilakukan di Resort 3 Pastap Julu, SPTN II Kotanopan Balai Taman Nasional Batang Gadis. Metode penelitian dilakukan dengan mengumpulkan data primer dan sekunder, pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling. Analisis data menggunakan analisis regresi linier sederhana yang . Hasil dari analisa morfologi yang berpengaruh pada hasil produksi nira adalah umur tumbuhan, umur sadapan, tingkat malai, dan jumlah malai dimana faktor umur tumbuhan yang semakin bertambah akan mengurangi hasil air nira, umur bertambah dan malai yang dihasilkan semakin naik tingkatan sehingga hasil nira menurun, semakin lama batang nira disadap maka semakin sedkit jumlah air nira yang yang dihasilkan dan banyaknya malah yang disadap dapat menghasilkan air nira yang cukup banyak. Pengaruh tinggi tumbuhan dan diameter tumbuhan terhadap produksi nira tidak berpengaruh nyata dikarenkan ada beberapa faktor yang mempengaruhinya.

Kata kunci: Aren (Arenga pinata), Produktifitas nira, malai

Universitas Sumatera Utara

RIWAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 08 Mei 1998. Penulis adalah anak pertama dari empat bersaudara oleh pasangan Bapak Abdul Rohim S dan Ibu Septiati Handayani. Penulis memulai pendidikan formal di SD Negri 104236 Dalu X A, Tanjung Morawa pada tahun 2004 - 2010, Sekolah Menengah Pertama di SMP Negri 3 Tanjung Morawa pada tahun 2010 - 2013, Sekolah Menengah Atas di SMA Swasta ERIA Medan pada tahun 2013 - 2016, dan pada tahun 2016 penulis diterima di Fakultas Kehutanan USU melalui jalur SNMPTN dan memilih minat Departemen Teknologi Hasil Hutan. Selain mengikuti perkuliahan, penulis merupakan, anggota organisasi Rain Forest USU tahun 2018 - 2019, dan anggota HIMAS USU. Penulis telah mengikuti Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan di Kawasan Hutan Mangrove Lubuk Kertang pada tahun 2018. Pada tahun 2019 penulis juga telah menyelesaikan Praktik Kerja Lapang (PKL) di PT. Sekato Pratama Makmur di Bukit Batu, Dumai, Riau. Pada awal tahun 2020 penulis melaksanakan penelitian dengan judul Produktifitas Nira Berdasarkan Morfologi Tumbuhan aren (Arenga pinnata Merr) di Desa Pastap Julu Taman Nasional Batang Gadis di bawah bimbingan Irawati Azhar, S.Hut,. M.Si.

Universitas Sumatera Utara KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Allah SWT karena atas segala rahmat dan rezeki yang telah diberikan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Produktifitas Nira Berdasarkan Morfologi Tumbuhan Aren (Arenga pinnata Merr) di Desa Pastap Julu Taman Nasional Batang Gadis”. Skripsi ini sebagai syarat untuk menyelesaikan tugas akhir di Program Studi Kehutanan Fakultas Kehutanan Universitas Sumatera Utara. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1.Ayahanda Abdul Rahim S dan Ibunda Septiati Handayani serta Adik-Adik Muhammad Yusuf, Muhammad Toyib, dan Siti Sugiasih yang selalu memberikan dukungan semangat, moril/materil, serta doa yang tak henti kepada penulis selama mengikuti pendidikan hingga dapat menyelesaikan skripsi ini. 2.Ibu Irawati Azhar, S.Hut,. M.Si selaku Pembimbing yang telah membimbing, memberi masukan dan arahan kepada penulis dalam menulis dan menyelesaikan skripsi ini. 3.Ketua dan Sekretaris Departemen Teknologi Hasil Hutan, Arif Nuryawan, S.Hut., M.Si., Ph.D. dan Dr. Iwan Risnasari, S.Hut., M.Si. dan seluruh Staf Pengajar dan Pegawai di Program Studi Kehutanan Fakultas Kehutanan. 4.Teman satu tim penelitian Mangaraja Marpaung, Eksa Hansen, M. Rasyid dan Tri Putriani yang telah bekerja sama dengan baik sehingga penelitian berjalan dengan lancar. 5.Terima kasih kepada sahabat seperjuangan Dyah Lestari, M. Syarief Ginting, Della Rizky Ananda, dan teman-teman angkatan 2016 Program Studi Kehutanan Fakultas Kehutanan serta kepada berbagai pihak yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 6.Terima kasih kepada Balai Taman Nasional Batang Gadis dan Staff Balai Taman Nasional Batang Gadis telah banyak membantu penulis saat dilapangan. Penulis berharap, semoga pihak yang telah memberikan semua bentuk bantuan mendapat balasan dari Allah SWT. Dan penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

Medan, Februari 2021

Siti Fatimah

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ...... ii

DAFTAR ISI ...... iii

DAFTAR GAMBAR ...... iv

DAFTAR TABEL ...... v

PENDAHULUAN ...... 1 Latar Belakang ...... 2 Tujuan Penelitian ...... 2 Manfaat Penelitian ...... 4

TINJAUAN PUSTAKA ...... 3 Taksonomi Aren ...... 3 Morfologi Aren ...... 4 Batang ...... 4 Daun...... 4 Bunga ...... 5 Buah ...... 5 Nira ...... 5 Sebaran Dan Habitat Aren ...... 6 Manfaat Aren ...... 6 Penyadapan Nira ...... 7 Kondisi Umum Lokasi Penelitian ...... 8

METODE PENELITIAN ...... 9 Waktu dan Tempat ...... 9 Alat dan Bahan ...... 9 Prosedur Penelitian ...... 9 Metode Pengumpulan Data ...... 9 Pengambilan Sampel ...... 9 Tinggi Tumbuhan ...... 10 Diameter Tumbuhan ...... 10 Umur Tumbuhan ...... 10 Umur Sadapan...... 10 Tingkat Malai...... 10 Jumlah Malai ...... 10 Analisis Data ...... 11

HASIL DAN PEMBAHASAN ...... 12

Universitas Sumatera Utara Analisis Morfologi Tumbuhan Aren ...... 13

KESIMPULAN DAN SARAN ...... 19 Kesimpulan ...... 19 Saran ...... 19

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR GAMBAR

Universitas Sumatera Utara

No Teks Halaman

1. Peta Kawasan Taman Nasional Bang Gadis ...... 8

Universitas Sumatera Utara DAFTAR GRAFIK

No Teks Halaman

1. Hubungan Antara Tinggi Tumbuhan Dengan Produktivitas Nira ……...... 13 2. Hubungan Antara Diameter Tumbuhan Dengan Produktivitas Nira………...20 3. Hubungan Antara Umur Tumbuhan Dengan Produktivitas Nira……………22 4. Hubungan Antara Umur Malai Dengan Produktivitas Nira………………...24 5. Hubungan Antara Tingkat Malai Dengan Produktivitas Nira………………26 6. Hubungan Antara Jumlah Malai Dengan Produktivitas Nira……………….28

Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN

Latar Belakang Paradigma baru sektor kehutanan telah memandang hutan sebagai multi fungsi, baik secara ekonomi, ekologi dan sosial. Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) merupakan bagian dari ekosistem hutan yang memiliki peran ekologis maupun ekonomi dan telah dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar hutan baik secara langsung maupun tidak langsung. Selain karena beberapa jenis HHBK mudah diperoleh dan tidak membutuhkan teknologi yang rumit untuk mendapatkannya, juga dapat diperoleh secara gratis dan mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Salah satu hasil hutan bukan kayu adalah tumbuhan aren (A. Pinnata Merr.) atau yang dikenal dengan enau atau aren merupakan salah satu sumber pencaharian masyarakat pedesaan (Marwah, dkk, 2020). Aren yang merupakan jenis pohon yang memiliki penggunaan yang luas karena manfaatnya yang banyak mulai dari akar, batang, pelepah, daun sampai pucuk pohon, di samping tandan bunganya yang bisa menghasilkan nira untuk bahan baku dalam pembuatan gula atau pemanis. Hampir semua bagian fisik pohon ini dapat dimanfaatkan, misalnya akar (obat tradisional dan peralatan), batang (berbagai macam peralatan dan bangunan), daun muda (pengganti kertas rokok). Hasil produksinya juga dapat dimanfaatkan, misalnya buah aren muda (kolang- kaling), air nira (bahan pembuatan gula merah atau cuka), dan pati atau tepung dalam batang sebagai bahan pembuatan aneka makanan dan minuman. Selain menghasilkan nira, aren dapat pula berfungsi sebagai tumbuhan konservasi pada lahan miring (>30%) dengan populasi tumbuhan 100-200 pohon/Ha (Baharudin dan Yatni, 2008). Tumbuhan aren adalah salah satu jenis palma yang penyebarannya sangat luas di , dengan luas areal 62.009 ha. Aren merupakan tumbuhan serba guna karena hampir semua bagiannya dapat dimanfaatkan. Aren sangat potensial untuk mengatasi kekurangan pangan dan mudah beradaptasi pada berbagai agroklimat dari dataran rendah hingga ketinggian 1.400 meter dari permukaan laut Selain itu, aren digunakan sebagai bahan baku untuk bermacam-macam kerajinan tangan, peralatan serta perlengkapan rumah tangga. Hasil utama tumbuhan aren

Universitas Sumatera Utara adalah nira, yang selanjutnya diolah menjadi gula cetak, gula semut dan alkohol. Gula cetak dan gula semut menggunakan bahan baku nira segar, sedangkan alkohol bahan baku nira yang terfermentasi (Tenda dan Maskromo, 2016). Tumbuhan Aren umumnya dimanfaatkan oleh masyarakat di wilayah yang tergolong miskin, sehingga secara tidak langsung berperan dalam mengurangi kemiskinan (poverty alleviation) melalui pemasaran produk tumbuhan aren dan ketahanan pangan di tingkat petani. Kabupaten Mandailing Natal merupakan salah satu kabupaten yang berada di provinsi Sumatera Utara yang sangat potensial dalam mengembangkan tumbuhan aren. Tumbuhan Aren masih dikelola secara tradisional dan terbatas untuk bahan baku tuak dan gula sakka (gula aren) dengan pola tradisional. Petani masih mengandalkan bibit dari aren yang tumbuh alami di kebunnya. Biji-biji aren yang menjadi bibit tersebut biasanya disebarkan oleh musang. Selain pengelolaan kebun, penyadapan dan pengolahan hasil juga masih dilakukan dengan cara tradisional (Lubis, 2017) Pada saat ini aren (Arenga pinnata Merr) adalah komoditas yang sangat potensial dalam hal mengatasi kekurangan pangan, karena itu sudah banyak masyarakat yang mulai mengembangkannya dan memasarkannya (termasuk masyarakat di Desa Pastap Julu). Oleh sebab itu, penelitian ini akan mengetahui bagaimana faktor yang mempengaruhi jumlah produksi nira perharinya disetiap sampel pohon, dan mengevaluasi hasil produksi nira sehingga masyarakat dapat memperkirakan produksinya meningkat atau menurun untuk mengetahui jumlah produksi gula dari hasil nira .

Tujuan Penelitian Penelitan ini bertujuan untuk menganalisis Produktifitas Nira Berdasarkan Morfologi Tumbuhan aren (Arenga pinnata Merr) di desa Pastap Julu Taman Nasional Batang Gadis. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi mengenai produktifitas nira berdasakan morfologi tumbuhan aren (Arenga pinnata Merr) di Desa Pastap Julu Balai taman Nasional Batang Gadis.

Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA

Taksonomi Aren Klasifikasi taksonomi pohon aren adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Liliopsida Ordo : Aracales Famili : Arecaceae Genus : Arenga Spesies : Arenga pinnata Merr Tumbuhan aren adalah tumbuhan yang tumbuh subur di daerah tropis, mulai dari permukaan laut sampai di daratan tinggi. Pohon aren adalah pohon yang serba guna bagi manusia, mulai dari akar sampai daun. Produk utama tumbuhan aren adalah nira aren. Nira aren dapat dibuat minuman (lahang) dan gula aren (gula kawung). Aren yang telah terfermentasi juga dapat dibuat menjadi etanol yang dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif untuk menggantikan minyak tanah, gas elpiji, dan bensin. Air aren yang terfermentasi menjadi cuka dapat digunakan untuk bahan pengawet (mematikan mikroba) pada ikan dan makanan lain, juga memberi citra rasa pada makanan (Pontoh, 2019). Tumbuhan aren atau enau adalah salah satu keluarga palma yang memiliki potensi nilai ekonomi yang tinggi dan dapat tumbuh subur di wilayah tropis seperti Indonesia. Tumbuhan ini tumbuh tersebar dan sebagian besar populasinya masih merupakan tumbuhan liar yang hidup subur dan tersebar secara alami pada berbagai tipe hutan. Tumbuhan aren dapat tumbuh pada segala macam kondisi tanah, baik tanah berlempung, berkapur maupun berpasir. Namun tumbuhan aren tidak tahan pada tanah yang kadar asamnya terlalu tinggi. Tumbuhan aren dapat tumbuh dan berproduksi secara optimal pada tanah yang memiliki ketinggian di atas 1.200 meter di atas permukaan laut dengan suhu udara ratarata 25o celcius. Di luar itu, pohon aren masih dapat tumbuh namun kurang optimal dalam berproduksi (Fatah dan Sutejo, 2015).

Universitas Sumatera Utara Morfologi Aren Adapun morfologi aren adalah sebagai berikut: Batang Batang aren tidak berduri, tidak bercabang, diameter dapat mencapai 65 cm. Tumbuhan ini hampir mirip dengan pohon kelapa, perbedaannya jika pohon kelapa batang pohonnya bersih (pelepah daun yang tua mudah lepas) maka batang pohon aren ini sangat kotor karena batangnya terbalut oleh ijuk sehingga pelepah daun yang sudah tua sulit diambil atau lepas dari batangnya Tinggi batang tumbuhan aren berkisar antara 8 – 20 meter sehingga untuk menyadap nira diperlukan tangga Garis tengah batangnya bisa sampai 65 cm, sedangkan tingginya 15 m. Kalau ditambah dengan tajuk daun yang menjulang diatas batang, tinggi keseluruhannya bisa sampai 20 meter. Pada saat pohon masih muda, batang batang pohon aren belum terlalu kelihatan, karena tertutup oleh pangkal-pangkal pelepah daun. Jika daun paling bawahnya sudah gugur, batangnya mulai kelihatan. Itu bisa terjadi kalau pohon sudah berumur 3 tahun- 3,5 tahun baru daunnya yang tertua gugur dari ruas paling bawah. Batang aren mempunyai tajuk (kumpulan daun) yang rimbun (Harahap, 2013). Daun Daun majemuk dengan panjang sampai dengan 5.5 m, anak daun memiliki panjang 130-150 cm dengan lebar 5-8 cm dan bagian bawah pangkal pelepah daun ditumbuhi ijuk berwarna hitam. Perbungaan berupa tandan bunga bercabang, menggantung dengan panjang mencapai 60 cm atau lebih. Tandan bunga tumbuh pada daerah bekas pelepah daun. Perbungaan dimulai dari pucuk, selanjutnya secara berturut-turut menyusul pada bagian bawah (Lasut, 2012) Pohon aren mempunyai tajuk yang rimbun. Daun aren muda selalu berdiri tegak di pucuk batang dan masih tergulung lunak seperti kertas. Pelepah daun melebar di bagian pangkal dan menyempit ke arah pucuk. Susunan anak daun pada pelepah seperti duri-duri sirip ikan, sehingga daun aren disebut bersirip. Oleh karena pada ujungnya tidak berpasangan lagi daun aren disebut bersirip ganjil. Pada bagian pangkal pelepah daun diselimuti oleh ijuk yang berwarna hitam kelam dan dibagian atasnya berkumpul suatu massa yang mirip kapas yang berwarna cokelat, sangat halus dan mudah terbakar (Pitopang, dkk, 2008).

Universitas Sumatera Utara

Bunga Bunga aren jantan dan betina berpisah, besar, tangkai perbungaan muncul dari batang, panjangnya 1-1,5 m masing-masing pada. Bunga aren berbentuk tandan dengan malai bunga yang menggantung. Bunga tersebut tumbuh pada ketiak-ketiak pelepah atau ruas-ruas batang bekas tempat tumbuh pelepah. Proses pembentukan bunga mulamula muncul dari pucuk, kemudian disusul oleh tunas-tunas berikutnya ke arah bawah pohon. Dalam hal ini bunga aren tumbuh secara basiferal, yaitu bunga yang paling awal terletak di ujung batang, sedangkan bunga yang tumbuh belakangan terletak pada tunas berikutnya ke arah bawah. Tandan bunga yang ada di bagian atas terdiri dari bunga betina. Sedangkan yang di bagian bawah, biasanya terdiri dari bunga jantan. Jadi pada satu pohon aren terdapat bunga jantan dan bunga betina, hanya saja berada pada tandan yang berbeda. Karena letaknya ini, maka bunga aren termasuk kelompok monosius uniseksual. Bunga jantan berwarna keunguan atau kecoklatan, berbentuk bulat telur memanjang, berdaun bunga tiga, serta berkelopak 3 helai. Sedangkan bunga betina berwarna hijau, memiliki mahkota bunga segi tiga yang beruas-ruas, bakal bijinya bersel tiga, dan berputik tiga (Lempang, 2012).

Buah Buah aren terbentuk dari penyerbukan bunga jantan pada bunga betina. Penyerbukan aren diduga tidak dilakukan oleh angin tetapi oleh serangga. Apabila proses penyerbukan berjalan baik maka akan dihasilkan buah yang lebat. Buah aren tumbuh bergelantungan pada tandan yang bercabang dengan panjang sekitar 90 cm. Buah aren berbentuk bulat, terdapat kulit yang tebal, berkumpul secara rapat sepanjang tangkai perbungaan, berwarna hijau dan kuning (Pitopang, 2008). Bagian aren yang paling berpotensi untu dikembangkan adalah bagian buah yaitu kolang kaling. Kolang kaling dengan tingkat kematangan keras mengandung vitamin C yang lebih tinggi yaitu 162.04 Mg/100g. Tingkat kematangan buah dapat mempengaruhi kadarvitamin C, semakin matang buah maka kadar vitamin C semakin tinggi. Tingkat kemantangan kolang kaling yang lunak memiliki potensi yang besar untuk dijadikadikan sebagai olahan minuman dan makanan. Serat makanan berfungsi memperlancar proses pencernaan dalam tubuh. Serat kolang kaling yang masuk ke dalam tubuh menyebabkan proses

Universitas Sumatera Utara pembuangan air besar lancar sehingga bisa mencegah kegemukan, kanker usus, antioksidan dan penurun kolestrol darah (Harahap, dkk, 2018). Nira Air nira adalah hasil asimilasi dari daun dalam bentuk karbohidrat, dimana karbohidrat tersebut disalurkan ke biji melalui jaringan phloem yang secara alami diubah menjadi gula (glukosa) dan berbentuk nira. Apabila masih segar nira berasa manis, beraroma khas nira dan tidak berwarna. Nira aren mengandung beberapa zat gizi antara lain karbohidrat, protein, lemak dan mineral. Rasa manis pada nira disebabkan kandungan karbohidratnya mencapai 11, 28%. Nira yang 25 baru menetes dari tandan bunga memp unyai pH sekitar 7 (pH netral), akan tetapi dari asalnya nira aren sudah membawa mikroorganisme seperti sel - sel ragi (Saccharomyces cerevisae) dan bakteri (Acetobacter acid), sehingga bisa terfermentasi sendiri dan menyebabkan rasa manis pada nira aren cepat berubah menjadi asam (pH menurun) (Lempang, 2017). Nira memiliki kandung glukosa 0,4-0,5%, fruktosa 0,5- 0,6%, sukrosa 10- 13%, abu 0,22-0,98% dan protein 0,2-0,61%. Protein nira berasal dari empulur aren. Walaupun protein dalam nira relatif kecil, namun jika dihitung dari total bahan kering, kandungan bisa mencapai 0,78%. Nira juga dapat diolah menjadi gula aren. Kandungan didalam gula aren memiliki nilai yang berbeda dengan kandungan dalam nira. Hal tersebuat dikarenakan adanya proses yang dilalui dalam pembuatan nira menjadi gula aren. Kandungan dalam gula aren adalah glukosa 4-5%, fruktosa 4-5%, sukrosa 80-85%, abu 2,1-2,3%, protein 1,7-2,4% dan dextran 4,31% (Pontoh, 2012). Banyaknya nira yang dihasilkan tergantung pada umur tumbuhan, perlakuan pendahuluan, kesuburan tanah dan iklim. Semakin tua umur tumbuhan, maka nira yang dihasilkan semakin sedikit, semakin subur tanah tempat tumbuh pohon Aren akan memperbesar hasil nira yang diperoleh Besar batang pohon dapat memberikan kontribusi bagi banyaknya nira yang dihasilkan. Pertambahan besar batang (diameter) dari satu pohon dicirikan dengan bertambahnya dimensi kayu pada batang (Fatriani, 2011)

Universitas Sumatera Utara

Sebaran dan Habitat Aren Tumbuhan Aren (Arenga pinnata Merr.) termasuk famili Palmae banyak dijumpai di daerah tropis. Di Indonesia, aren tumbuh di daerah dengan curah hujan yang relatif tinggi dan merata sepanjang tahun, seperti di Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Jawa Barat, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, Maluku, Papua dan Papua Barat (Mashud, dkk, 2016). Tumbuhan Aren merupakan salah satu komoditas hasil hutan bukan kayu yang dapat ditemukan di dalam hutan, kebanyakan tumbuh secara liar, baik di dataran rendah, lereng bukit, lembah, maupun pegunungan hingga ketinggian 1.400 meter dpl. Akar tumbuhan aren bisa mencapai kedalaman 6-8 meter, sangat potensial untuk menahan erosi dan air. Di Indonesia, aren dapat tumbuh baik dan berproduksi pada daerah-daerah yang tanahnya subur dengan curah hujan yang relatif tinggi dan merata sepanjang tahun. Namun, tumbuhan aren juga merupakan jenis tumbuhan tahunan yang dapat tumbuh di daerah beriklim basah hingga beriklim kering, tumbuh secara soliter (Tunggal). Tumbuh baik pada tanah gembur, tanah vulkanis, dan tanah berpasir di tepian sungai. Pada iklim yang sesuai, tumbuhan ini dapat mencapai umur 15 – 20 tahun (Marwah, dkk, 2020). Manfaat Aren Tumbuhan aren sangat potensial digunakan sebagai bahan tumbuhan untuk penanggulangan degradasi lahan dan reboisasi lahan yang rusak, hal ini di sebabkan tumbuhan aren memiliki perakaran yang kuat sehingga dapat menahan erosi yang terjadi yaitu mengurangi kecepatan aliran permukaan, memperbesar kapasitas infiltrasi tanah dan meningkatkan aktivitas biota tanah, memiliki tajuk lebat sehingga menghalangi terpaan langsung butiran butiran hujan, serta toleran terhadap pertumbuhan campuran. Tumbuhan aren dapat dimanfaatkan sebagai tumbuhan lorong (alley cropping) pada lahan-lahan yang memiliki derajat kemiringan yang tinggi. Hasil utama dari tumbuhan aren adalah nira yang diolah menjadi berbagai produk olahan nira aren, yaitu gula, alkohol teknis dan juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan biofuel tumbuhan aren dapat menghasilkan tepung aren, yaitu 50-75 kg tepung aren/pohon. Pohon aren dipanen

Universitas Sumatera Utara tepungnya setelah pembungaan pertama, yaitu pada umur 10-15 tahun. Tepung aren dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan , , dan pembuatan kuekue local (Mashud, dkk, 2016).

Penyadapan Nira Kondisi penyadapan terbaik pada umur 8-9 tahun saat mayang bunga sudah keluar. Penyadapan dapat dilakukan pagi dan sore, setiap tahun dapat disadap 3-12 tangkai bunga dengan hasil rata-rata 6,7 liter/hari atau sekitar 900 1600 liter/pohon/tahun. Kualitas nira terbaik bila kadar sukrosa tinggi. Baik bunga jantan maupun betina berkumpul pada satu batang pohon yang sama, sehingga aren disebut berumah satu. Kalau pada satu pohon kemudian muncul lebih dari satu tandan bunga secara serentak, karena makmurnya, pohonnya bukan berstatus gadis lagi, tapi meningkat menjadi aren dare atau dara. Kira-kira setengan tahun kemudian, pada aren dare ini muncul lagi bunga jantan yang lebih banyak lagi yang disebut bungkul. Inipun bisa disadap niranya, tapi hasilnya kurang begitu banyak bila dibandingkan dengan hasil ubas dan adik ubas. Pada tingkat ini pertumbuhan ini pohonnya disebut aren gadis tua (Harahap, 2013). Umur dan waktu sadap pohon aren merupakan salah satu faktor yang mempunyai arti penting bagi banyaknya nira yang dihasilkan. Penyadapan nira umumnya dilakukan dua kali sehari yaitu pagi hari sekitar jam 05.00 dan sore hari pukul 17.00. Penyadapan ini merupakan usaha utama dari penduduk. Perbedaan waktu sadap juga mengakibatkan perbedaan banyaknya nira yang dihasilkan (Fatriani, 2011). Kondisi Umum Lokasi Penelitian Kawasan Taman Nasional Batang Gadis (TNBG) berada di Pegunungan Bukit Barisan Sumatera bagian Utara. Taman Nasional Batang Gadis secara administrasi berlokasi di Kabupaten Mandailing Natal Provinsi Sumatera Utara yang meliputi 11 kecamatan dan 71 desa. Desa Pastap Julu merupakan salah satu desa yang bersebelahan dengan kawasan Taman Nasional Batang Gadis yang berlokasi di SPTN II Resort 3. Desa Pastap Julu berada di Kecamatan Tambangan, Kabupaten Mandailing Natal, Provinsi Sumatera Utara. Desa Pastap Julu memiliki iklim yang tergolong hangat dan sedang, dengan curah hujan yang signifikan

Universitas Sumatera Utara

bahkan pada saat bulan kering, yaitu 2577 mm. Suhu rata-rata di Desa Pastap Julu yaitu 16,30 C (Balai TNBG, 2007).

Gambar 1. Peta Kawasan Taman Nasional Batang Gadis

Universitas Sumatera Utara METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2020. Penelitian ini dilakukan di Resort 3 Pastap Julu, SPTN II Kotanopan Balai Taman Nasional Batang Gadis.

Bahan dan Alat Bahan yang digunakan adalah tally sheet dan kuisoner. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah meteran, laptop, kamera digital, tangga, kalkulator dan alat tulis.

Prosedur Penelitian Metode Pengumpulan Data Data pelaksanaan penelitian ini memiliki dua data yang digunakan yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui hasil observasi lapangan, kuisioner, dan wawancara terhadap masyarakat yang terlibat langsung dalam pengelolaan aren. Data sekunder yang dikumpulkan antara lain adalah kondisi umum lokasi atau data umum yang ada pada Balai Tumbuhan Nasional Batang Gadis dan data dari penelitian sebelumnya.

Pengambilan Sampel Metode pengambilan sampel dilakukan dengan Penentuan jumlah sempel dilakukan secara purposive sampling, yaitu dengan memilih areal yang ditumbuhi aren dengan tandan, tinggi yang seragam namun dengan umur yang beragam (Fitriani, dkk, 2016). Parameter Morfologi tumbuhan yang dihitung yaitu terdiri dari Tinggi Tumbuhan, Umur Tumbuhan, Diameter Batang, Umur Sadapan, Tingkatan Malai, dan Jumlah Bunga Jantan. 1. Tinggi Tumbuhan Tinggi tumbuhan diukur hanya 1 (satu) kali pada setiap tumbuhan sampel Pengukuran dimulai dari permukaan tanah sampai dengan tajuk tumbuhan tertinggi dengan menggunakan meter. 2. Umur Tumbuhan Umur tumbuhan diketahui melalui wawancara yang dilakukan kepada petani aren disetiap tumbuhan yang dijadikan sampel.

Universitas Sumatera Utara

3. Diameter Batang Diameter tumbuhan dilakukan dengan cara melingkarkan meteran 1 meter dari permukaan tanah pada setiap batang tumbuhan sampel dengan menggunakan meteran, kemudian dihitung dengan menggunakan rumus : D = K π Dimana : K = Keliling D = Diameter, dan π = 22/7 atau 3,14 (Nuharini dan Wahyuni, 2008). Pengukuran dilakukan hanya 1 (satu) kali dalam penelitian. 4. Umur Sadapan Untuk mengetahui umur sadapan tumbuhan dilakukan melalui wawancara langsung dengan petani, yaitu untuk mengetahui sudah berapa lama malai tersebut disadap pada setiap tumbuhan sampel. 5. Tingkatan Malai Tingkatan malai dapat diketahui dengan cara melihat secara langsung tumbuhan yang digunakan sebagai sampel, yaitu untuk mengetahui malai yang keberapa yang disadap petani tersebut dengan menghitung dari awal pertumbuhan (ujung batang tumbuhan aren) hingga akhir pertumbuhan malai (bagian bawah batang tumbuhan aren atau menurun menuju tanah). 6. Jumlah Bunga Jantan Jumlah bunga jantan dapat diketahui dengan cara melihat langsung tumbuhan yang digunakan sebagai sampel, yaitu untuk mengetahui berapa banyak bunya jantan dalam satu tumbuhan sampel. Analisis Data Data ini menggunakan analisis regresi linier sederhana dengan model linier sebagai berikut : Y = a + bX Dimana : Y = Jumlah nira yang dikumpulkan penyadap tumbuhan aren (liter) X = Parameter tumbuhan aren a = Kostanta

Universitas Sumatera Utara b = koefisien regresi

HASIL DAN PEMBAHASAN

Universitas Sumatera Utara

Hasil penelitian dari maragat (penyadapan) yang dilakukan masyarakat Pastap Julu dilakukan dua kali pada pagi dan sore dimana pagi sekitar pukul 06.00 WIB dan sore sekitar pukul 17.00 WIB atau sekitar 10-13 jam. Air nira ditampung dengan menggunakan garigit atau penampung air nira yang terbuat dari bambu yang panjangnya 1-1,5 meter dengan kapasitas tampung satu garigit 5-10 liter. malai tidak patah saat garigit menapung air nira yang telah terisi maka garigit diikat disekitaran pelepah daun aren yang berdekatan dengan batang malai dan mencegah garigit tidak jatuh karena volume air nira yang terisi. Penyadapan malai dilakukan dengan cara mengiris tipis batang malai untuk membuang jaringan yang mengeras dan menyumbat pembuluh kapiler malai, lalu dibawah batang malai ditampung dengan garigit yang baru atau bersih. Pengambilan nira tidak bisa terlalu lama dari jam pengambilan biasa, dan baik garigit, pisau pengiris dan alat pembuatan gula harus bersih agar air nira dan hasil gula tidak menjadi asam. Hal ini terjadi karena air nira akan mengalami frementasi yang akan mengubah gula dan mikroba alami yang terkandung di air nira, berubah menjadi gas dan alkohol. Hal ini sesuai dengan pernyataan Lepang dan Mangopang (2012), Nira merupakan media yang subur untuk pertumbuhan mikroorganisme berupa bakteri Acetobacter acetic serta sel ragi dari genus Saccharomyces. Nira yang mengalami fermentasi secara alami, sel ragi dari genus Saccharomyces akan lebih aktif untuk mensintesa gula (glokosa) dan menghasilkan alkohol dan gas CO2. Bargot (petani aren) di Desa Pastap Julu juga merupakan pembuat gula aren, pemasakan aren nira dilakukan 3 hari sekali pada jumlah normal, apabila jumlah air nira banyak maka pemasakan dilakukan 2 hari sekali. Sebelum air nira mencukupi satu kuali (tempat pemasak gula) maka air selalu dipanaskan dengan api kecil agar air nira tidak asam. Tumbuhan aren yang dimiliki bargot ada yang milik sendiri dan ada juga yang menyewa tumbuhan mulai dari perbulan – pertahun.

Analisa Morfologi Tumbuhan Aren Hasil penelitian membahas produktifitas nira berdasarkan sifat morfologi tumbuhan aren (tinggi tumbuhan, diameter tumbuhan, umur tumbuhan, umur

Universitas Sumatera Utara sadapan, tingkat malai, dan jumlah malai). Pengambilan data tumbuhan aren yang menjadi sampel d dari kondisi tempat tumbuh yang berbeda-beda atau tidak berada di strata tumbuh yang sama seperti ada di sempanjang aliran sungai, lembah, lereng dan lainnya. Hasil penelitian terhadap analisa pertumbuhan tinggi tumbuhan yang dijumpai pada lokasi penelitan menunjukan bahwa tinggi tumbuhan aren pada kisaran antara 10 – 25 meter. Gambar 1. Hubungan Antara Tinggi Tumbuhan Dengan Produktivitas Nira 35 30 25 Y 20

(L) 15

Nira 10 5 0 0 5 10 15 20 25 30 Tinggi Tumbuhan (Meter) Pada gambar 1 tidak ada perubahan nyata antara pengaruh tinggi tumbuhan dengan produktifitas nira yang artinya semakin tinggi tumbuhan aren produktifitas nira naik ataupun turun, dimana tinggi tumbuhan berpengaruh hanya 1,7% pada hasil nira. Hal ini disebabkan pada pengambilan sampel data tinggi tumbuhan aren tidak pada posisi tumbuh yang sama seperti di dataran, lereng, lembah dan ketinggian yang berbeda, sehingga membedakan hasil produksi nira. Harahap (2013) mengemukakan bahwa tipe morfologi tumbuhan aren yang bisa tumbuh liar pada ketinggian 0 – 1.500 mdpl pada tanah rakyat yang terdapat di Kabupaten Tapanuli Selatan juga mempunyai karakter yang berbeda, sehingga kemungkinan sifat morfologi dari tumbuhan itu juga membedakan produksi dari tumbuhan aren itu sendiri. Sebagaimana diketahui bahwa aren adalah salah satu tumbuhan yang tidak terlalu memerlukan kondisi iklim dan tanah yang spesipik untuk mendukung pertumbuhannya. Tumbuhan ini dapat tumbuh baik di daerah pegunungan, lembah-lembah, dekat aliran sungai, mata air dan banyak dijumpai pada daerah hutan. Tumbuhan aren sangat cocok pada kondisi lahan yang landai dan subur dengan jenis tanah yang mempunyai tekstur tanah liat berpasir dan curah hujan yang tinggi.

Universitas Sumatera Utara

Tumbuhan aren sangat cocok pada kondisi landai dengan kondisi agroklimat beragam seperti daerah pegunungan dimana curah hujan tinggi dengan tanah bertekstur liat berpasir. Umumnya tumbuhan aren banyak yang tumbuh di kawasan hutan (Sebayang, 2016). Seiring bertambah tinggi tumbuhan aren maka diameter aren juga berkembang, pada hasil penelitian ini didapat nilai dari diameter tumbuhan kisaran 41,40 – 57,32 cm. Gambar 2. Hubungan Antara Diameter Tumbuhan Dengan Produktivitas Nira

35 30 25 20

(L) Y 15 Nira Linear 10 (Y) 5 0 0 10 20 30 40 50 60 70 Diameter Tumbuhan (Cm)

Pada penelitian ini dilihat gambar 2 menunjukan bahwa pengaruh diameter tumbuhan dengan sebaran produktivitas nira tidak berpengaruh nyata yang artinya bertambah besarnya diameter tumbuhan tidak menaikan dan menurunkan produktivitas nira, hal ini disebabkan tumbuhan aren yang tumbuh liar di lapangan dan tidak ada perlakuan khusus dari petani sehingga pertumbuhan vegetatif dan generatifnya tidak seimbang, dimana pertumbuhan vegetatif untuk perkembangan diameter tumbuhan dan generatif untuk menghasilkan bunga betina dan bunga jantan dimana bunga jantan dibutuhkan untuk menghasilkan nira aren. Mulyanie dan Romdani (2018) mengemukan bahwa Selama ini untuk memenuhi permintaan bahan baku industri yang berasal dari bagian-bagian pohon aren, masih dipenuhi dan dilayani dengan hasil produksi pohon aren yang tumbuh secara liar. Tumbuhan ini kurang mendapat perhatian untuk dikembangkan atau dibudidayakan secara sungguh-sungguh oleh berbagai pihak. Luasnya penyebaran populasi serta tingginya keanekaragaman tumbuhan aren ini mengakibatkan sulit untuk menduga tinggi atau rendahnya produksi

Universitas Sumatera Utara nira. karakter genotif tumbuhan aren menunjukkan bahwa 24 aksesi aren pada populasi alami di daerah Tapanuli Selatan menunjukkan keragamann genetik yang tinggi dilihat dari penyebaran aksesi aren tiap-tiap daerah yang digunakan sehingga sesuai untuk pengembangan tumbuhan aren (Harahap dan Harahap, 2013). Seiring bertumbuhnya tinggi tumbuhan dan dieameter tumbuhan maka umur tumbuhan aren juga semakin bertambah pada penelitian ini umur tumbuhan diperoleh sekitar 8- 20 tahun. Gambar 3. Hubungan Umur Tumbuhan Dengan Produktivitas Nira

35 30 25 20

(L) 15 Y 10 Nira Linear (Y) 5 0 0 5 10 15 20 25

Umur Tumbuhan (Tahun) Hasil penelitian ini menujukan adanya semakin bertambahnya umur tumbuhan aren maka hasil nira cenderung sedikit, penurunan hasil nira dari pertambahnya umur tumbuhan secara grafis dapat dilihat di Gambar 3. Hal ini terjadi karena pada umur 6 – 7 tahun malai sudah tumbuh dan padah umur 8 – 9 tahun malai sudah bisa di sadap dan nira yang dihasilkan cenderung lebih banyakdibanding dengan tumbuhan nira yang berumur lebih dari 20 tahun. Sebayang (2016) mengemukakan bahwa tumbuhan aren akan mencapai tingkat kematangan pada umur 6 - 12 tahun. Kondisi penyadapan terbaik pada umur 8 - 9 tahun saat mayang bunga sudah keluar. Penyadapan dapat dilakukan pagi dan sore, setiap tahun dapat disadap 3-12 tangkai bunga dengan hasil rata - rata 6,7 liter/hari atau sekitar 900-1600 liter/pohon/tahun. Tumbuhan yang berumur lebih dari 20 tahun kemampuan berproduksinya menurun. Tumbuhan aren yang termasuk produktif berumur antara 7 sampai 23 tahun, sedangkan tumbuhan aren yang sudah bisa dideres atau disadap berumur 7 sampai 8 tahun dengan lama penyadapan berkisar antara 10-20 tahun dan subur. Tumbuhan aren bisa menghasilkan 15 hingga 20 liter nira aren tiap hari. usia produktif pohon

Universitas Sumatera Utara

aren maksimal 25 tahun, setelah itu pohon perlahan-lahan mati. Setiap pohon aren pada usia 9 tahun akan akan tumbuh mayang. Melalui mayang ini diproduksi air yang nantinya diambil petani guna dimasak menjadi gula. Pertumbuhan mayang pada batang pohon aren selalu menurun seiring dengan bertambahnya usia pohon aren. Selain itu, pertumbuhan mayang ini akan semakin dekat ke tanah, pertanda masa produksi hampir habis (Fatriani, dkk, 2016). Waktu penyadapan nira pada setiap malai di penelitian ini bekisar 1- 48 minggu. Penyadapan aren dilakukan baik jumlah air nira yang dikeluarkan sedikit, sampai batang dari malai tersebut habis terkikis dari proses penyadapan. Hasil penelitian ini pengaruh dari umur sadapan dengan produktifitas nira berpengaruh dimana semakin lama umur sadapan maka hasil niranya cenderung sedikit. Gambar 4. Hubungan Umur Sadapan Dengan Produktivitas Nira 35

30

25

20 (L) 15

Nira Y 10

5

0 0 10 20 30 40 50 60

Umur Sadapan (Minggu) Penurunan air nira dari lamanya umur sadapan dapat dilihat dari gambar 4, kemungkinan halini disebabkan pada awal pemotongan malai posisi atau bentuk dari malai masih dalam kondisi baik atau lurus mengarah keatas sehingga air nira dapat mengalir dengan baik, dan semakin lama penyadapan dilakukan maka malai juga menahan beban dari bumbung sehingga batang bengkok kebawah dan batang malai semakin terkikis sehingga aliran semakin sedikit. Pada saat pemotongan malai pada hari pertama, posisi malai berada dalam posisi bengkok tetapi produksi nira masih tinggi. Pada hari-hari berikuitnya produksi aren mulai menurun yang diikuti posisi malai masih dalam keadaan

Universitas Sumatera Utara bengkok sehingga tekanan air dari pada malainya akan berjalan dengan lambat yang mengakibatkan produksinya menurun. Lama kelamaan walaupun potensi tumbuhan sudah mulai berkurang untuk menghasilkan nira tetapi posisi tangkai malai sudah mulai lurus akibat terus menerus disadap, sehingga tekanan air dari pada malainya akan saemakin meningkat (Tidak dihalangi oleh malai yang bengkok) yang menyebabkan produksi nira akan meningkat kembali. Tapi kondisi ini tidak bisa bertahan lama dikarenakan tumbuhan juga semakin lama produksinya juga akan semakin menurun (Harahap, 2017). Pertumbuhan generatif tumbuhan aren ditandain dengan tumbuhnya bunga jantan dan bunga betina, tumbuhan aren merupakan monosius uniseksual dimana dalam satu tumbuhan terdapat bunga betina dan bunga jantan tetapi letak tumbuhnya berbeda. Bunga betina dimanfaatkan buahnya yaitu kolang kaling dengan ciri ciri bunga betina yaitu memiliki warna hijau kekuningan berbentuk bulat. Bunga jantan memiliki warna coklat keunguan dan memiliki bentuk lonjong seperti peluru serta ukuran yang lebih kecil dari ukuran bunga betina. Produktifitas nira menurun karena umur yang semakin bertambah sehingga, tingkatan malai yang disadap menurun mulai dari awal sampai tumbuhan aren tidak berproduksi lagi. Dalam penelitian ini tingkat malai yang di dapat dilapangan 1-8 tingkatan. Gambar 5. Hubungan Tingkat Malai Dengan produktivitas Nira

35 30 25

(L) 20 Y 15 Nira Linear (Y) 10 5 0 0 2 4 6 8 10 Tingkat Malai (Jumlah) Pada penelitian ini pengaruh tingkat malai dengan produktifitas nira berpengaruh nyata dimana semakin tinggi jumlah tingkatan malai maka semakin tingkat malai dilihat secara grafid di gambar 5. Kemungkinan hal ini dapat terjadi karena pertumbuhan malai diawal berada di bagian atas tumbuhan aren sehingga

Universitas Sumatera Utara

produksinya masih baik, semakin tinggi tingkatan malai atau malai tumbuh di akhir batang tumbuhan aren maka hasil nira yang didapat menurun. Menurun hasil nira yang di produksi, penurunan hasil produksi nira yang dipengaruhi Usia produktif pohon aren maksimal 25 tahun, setelah itu pohon perlahan- lahan mati. Setiap pohon aren pada usia 9 tahun akan akan tumbuh mayang. Melalui mayang ini diproduksi air yang nantinya diambil petani guna dimasak menjadi gula. Pertumbuhan mayang pada batang pohon aren selalu menurun seiring dengan bertambahnya usia pohon aren. Selain itu, pertumbuhan mayang ini akan semakin dekat ke tanah, pertanda masa produksi hampir habis(Fatriani, dkk, 2016). Untuk menghasilkan nira penyadapan dapat dilakukan pada manggar jantan dan manggar betina, tetapi hasil dari manggar betina tidak sebaik yang dihasilkan dari manggar jantan, sehingga umumnya hanya manggar jantan yang disadap untuk menghasilkan air nira, sedangkan manggar betina menghasilkan buah untuk di produksi sebagai kolang kaling. Pada satu tumbuhan aren terdapat 1-3 malai yang tumbuh dan memproduksi nira, di penelitian ini malai yang didapatkan di lapangan terdapat 1-2 malai yang berproduksi nira di setiap satu tumbuhan. Slamet (2000) menyatakan bahwa buah aren tumbuh dalam jumlah yang besar pada tandan yang bercabang, kadang-kadang terdapat lima tandan per pohon. Tandan buah aren yang terdapat pada batang ini dapat menghasilkan nira, yang dapat diolah lebih lanjut menjadi produk olahan lain. Gambar 6. Hubungan Jumlah Malai Dengan Produktifitas Nira

35 30 25

(L) 20 15 Y Nira 10 Linear (Y) 5 0 0 0.5 1 1.5 2 2.5

Jumlah Malai (Jumlah)

Universitas Sumatera Utara Hasil penelitian ini pengaruh dari jumlah malai dengan produksi nira memiliki pengaruh nyata, dimana semakin banyak jumlah malai maka semakin bertambah air nira yang dihasilkan. Pada tumbuhan aren yang memiliki malai lebih dari satu umumnya memiliki kondisi malai yang baik sehingga malai dapat di sadap lebih dari satu. Dilihat secara grafisdi gambar 6 dapat dilihat kenaikan jumlah air nira seiring bertambahnya malai yang di sadap. Putri, dkk (2019) mengemukakan bahwa Jumlah nira yang berhasil dikumpulkan setiap hari akan mempengaruhi jumlah produksi gula aren, oleh karena itu penyadap pohon aren akan selalu berusaha memperoleh nira dalam jumlah yang relatif banyak setiap harinya. Jumlah nira yang dihasilkan akan berbeda sesuai dengan kondisi aren, perlakuan terhadap mayang yang akan disadap, dan faktor lain seperti intensitas cahaya matahari dan curah hujan. Faktor lain yang ikut mempengaruhi jumlah nira yang disadap adalah jumlah mayang yang disadap. Penyadapan nira dilakukan pada mayang yang belum terbuka, bebas dari serangan hama dan penyakit. Di daerah penelitian rata-rata jumlah mayang yang disadap adalah 2 batang. Waktu yang digunakan untuk menyadap mayang ini adalah 1,8 jam.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Hasil dari analisa morfologi yang berpengaruh pada hasil produksi nira adalah umur tumbuhan, umur sadapan, tingkat malai, dan jumlah malai dimana faktor umur tumbuhan yang semakin bertambah akan mengurangi hasil air nira, umur bertambah dan malai yang dihasilkan semakin naik tingkatan sehingga hasil nira menurun, semakin lama batang nira disadap maka semakin sedkit jumlah air nira yang yang dihasilkan dan banyaknya malah yang disadap dapat menghasilkan

Universitas Sumatera Utara

air nira yang cukup banyak. Pengaruh tinggi tumbuhan dan diameter tumbuhan terhadap produksi nira tidak berpengaruh nyata dikarenkan ada beberapa faktor yang mempengaruhinya.

Saran

Sebaiknya penyadapan dilakukan sebelum umur tumbuhan aren mencapai 20 tahun karena tumbuhan aren yang sudah diatas 20 tahun akan produksi nira yang sedikit. Perlu adanya penelitian lanjutan mengenai tinggi tumbuhan dan diameter tumbuhan yang mempengaruhi produksi nira pada kondisi tumbuh yang sama.

LAMPIRAN

Lampiran 1. Tabel Anova Pengaruh Morfologi Tumbuhan Aren Dengan Produktifitas aren ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 13,972 1 13,972 ,517 ,477b

Residual 809,997 30 27,000

Total 823,969 31

Universitas Sumatera Utara 2 Regression 14,311 2 7,156 ,256 ,776c

Residual 809,658 29 27,919

Total 823,969 31

3 Regression 346,352 3 115,451 6,768 ,001d

Residual 477,617 28 17,058

Total 823,969 31

4 Regression 347,900 4 86,975 4,933 ,004e

Residual 476,069 27 17,632

Total 823,969 31

5 Regression 359,820 5 71,964 4,031 ,008f

Residual 464,149 26 17,852

Total 823,969 31

6 Regression 443,371 6 73,895 4,854 ,002g

Residual 380,597 25 15,224

Total 823,969 31

Lampiran 2. Pengambilan Data Morfologi Tumbuhan Aren

Pengukuran Tinggi Tumbuhan Aren

Universitas Sumatera Utara

Pengukuran Diameter Tumbuhan Aren Lampiran 3. Penyadapan Malai

Malai Yang Ditampung Dengan Bumbung

Penyadapan Malai Lampiran 4. Wawancara Pada Petani Aren

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR PUSTAKA

[Balai TNBG] Balai Taman Nasional Batang Gadis. 2010. Upaya Mewarisi Hutan bagi Anak Cucu. Mandailing Natal.

Fatah, A., & Sutejo, H. 2015. Tinjauan Keragaan Tumbuhan Aren (Arrenga Pinnata Merr) di Kabupaten Kutai Barat. Agrifor, 14(1), 1-14 . Fatriani, F. 2011. Pengaruh Umur Tumbuhan Aren Terhadap Produksi Nira Di Desa Murung a Kecamatan Batu Benawa Kabupaten Hulu Sungai Tengah Kalimantan Selatan. Jurnal Hutan Tropis, 12(31)

Universitas Sumatera Utara

Fatriani, F., Sunardi, S., & NS, F. P. 2016. Pengaruh umur pohon aren (Arenga pinnata merr) terhadap produksi nira di Desa Pulantan Kecamatan Awayan Kabupaten Balangan Provinsi Kalimantan Selatan. Jurnal Hutan Tropis, 13(1).

Harahap, D. E. 2013. Kajian Produktivitas Tumbuhan Aren Berdasarkan Status Hara Tanah dan Morfologi Tumbuhan pada Skuen Tinggi Tempat di Kabupaten Tapanuli Selatan.

Harahap, M. K., & Harahap, P. 2018. Identifikasi Karakter Batang Tumbuhan Aren (Arenga pinnata Merr) Di Kecamatan Marancar. Jurnal LPPM, 9(1B), 9- 11.

Lasut MT. 2012. Budidaya yang baik aren (Arenga pinnata Merr.). Kerjasama Fakultas Pertanian Universitas Sam Ratulangi dan Universitas Texas, 19.

Lempang, M. 2012. Pohon aren dan manfaat produksinya. Buletin Eboni, 9(1), 37- 54

Lempang, M., & Mangopang, A. D. 2012. Efektivitas nira aren sebagai bahan pengembang adonan roti. Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea, 1(1), 26-35. Mashud, N., Maliangkay, R. B., & Nur, M. 2016. Pengaruh pemupukan terhadap pertumbuhan vegetatif tumbuhan aren belum menghasilkan. Buletin Palma, 14(1), 13-19.

Mulyanie, E., & Romdani, A. (2018). POHON AREN SEBAGAI TUMBUHAN FUNGSI KONSERVASI. Jurnal Geografi: Media Informasi Pengembangan dan Profesi Kegeografian, 14(2), 11-17.

Nuharini, D. dan Wahyuni, T. 2008. Matematika Konsep dan Aplikasinya. Pusat Pembukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Pitopang R, Khaeruddin I, Tjoa A, Burhanuddin IF, Van Balgooy MM. 2008. Pengenalan Jenis-Jenis Pohon yang Umum di Sulawesi. Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah dan Herbarium Celebence. Universitas Taduluko, Palu

Pontoh, J. 2019. Analisa kandungan protein dalam nira aren. Chemistry Progress, 4(2)

Putri, M. D., Sumantri, B., & Asriani, P. S. 2019. karakteristik penyadap aren dan pengaruhnya terhadap jumlah produksi kasus di kecamatan Lebong Tengah Kabupaten Lebong.

Universitas Sumatera Utara Sebayang, L. 2016. Keragaan eksisting tumbuhan Aren (Arenga pinnata Merr) di Sumatera Utara (Peluang dan Potensi Pengembangannya). Jurnal Pertanian Tropik, 3(2), 133-138.

Slamet, Suseno. 2000. Bertanam Aren. Penerbit, Swadaya.

Srena, M. F. 2018. “Potensi dan Pemanfaatan Aren (Arenga pinnata) oleh Masyarakat di Sekitar Kawasan Taman Nasional Batang Gadis”. Skripsi. Kehutanan, Teknologi Hasil Hutan. Universitas Sumatera Utara, Medan.

Tenda, E. T., & Maskromo, I. 2016. Karakteristik morfologi dan potensi produksi aren genjah Kutim. Buletin Palma, 13(2), 115-121.

Lubis, R. 2017.“Analisis Strategi Pemasaran Usaha Gula Aren (Studi Kasus: Desa Ranjo Batu Kecamatan Muara Sipongi Kabupaten Mandailing Natal)”. Skripsi. Pertanian, Agribisnis, Universitas Medan Area, Medan.

Marwah, S., Hadjar, N., & Muhusana, M. 2020. Potensi Dan Pemanfaatan Tumbuhan Aren (Arenga Pinnata Merr.) Di Kawasan Hutan Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggar. Jurnal Kehutanan Indonesia. Celebica, 1(1). Lempang, M. 2017. Produksi Nata Pinnata dari Nira Aren. Buletin Eboni, 14(1), 23-33. Harahap, S., Nasution, M. N. H., & Nasution, D. P. Y. 2018. Kandungan Nilai Gizi Kolang Kaling Dari Aren (Arenga Pinnata) Sebagai Sumber Pangan Baru Di Tapanuli Bagian Selatan. Jurnal LPPM, 9(1B). Baharuddin, S., & Yatni, N. 2008. Penentuan mutu cuka nira aren (Arenga pinnata) berdasarkan SNI 01-4371-1996. Jurnal Perennial, 5(1), 31-35.

Universitas Sumatera Utara