KAJIAN IDENTIFIKASI PERMASALAHAN KEBUDAYAAN SUNDA Masa Lalu, Masa Kini, Dan Masa Yang Akan Datang
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
KAJIAN IDENTIFIKASI PERMASALAHAN KEBUDAYAAN SUNDA Masa Lalu, Masa Kini, dan Masa Yang Akan Datang oleh: Mumuh Muhsin Z. Ketua Tim Peneliti Nani Sunarni Anggota Dade Mahzuni Anggota Rina Adyawardhina Anggota Awaludin Nugraha Anggota Sandya Maulana Anggota N. Kartika Anggota FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS PADJADJARAN 2011 KATA PENGANTAR Alhamdulillah, puji dan syukur untuk Allah subhanuhu wa ta’ala semata atas selesainya laporan penelitian ini. Laporan ini merupakan draft terakhir. Namun demikian, tidak tertutup kemungkinan masih terdapat kekurangan. Kekurangan yang segera kami sadari dalam laporan ini adalah kekurangan data, kedangkalan analisis, dan belum sistematisnya pemilahan uraian dalam babakan waktu: masa lalu, masa kini, dan masa yang akan datang. Di samping itu, keselarasan model penulisan dari ketujuh penyumbang tulisan pun belum maksimal dilakukan oleh penyunting. Oleh karena itu, segala saran dan masukan dari siapa pun sangat kami harapkan. Terima kasih kami sampakan kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran pelaksanaan penelitian dan penulisan laporan ini. Bandung, Oktober 2011 Tim Penyusun 2 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ………………………………………………….. 2 DAFTAR ISI ……………………………………………………………. 3 BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………. 4 BAB II BAHASA ……………………………………………………… 10 BAB III SISTEM PENGETAHUAN …………………………………… 36 BAB IV ORGANISASI SOSIAL MASYARAKAT ………………….. 48 BAB V SISTEM PERALATAN DAN TEKNOLOGI ……………….. 72 BAB VI SISTEM MATA PENCAHARIAN HIDUP ………………… 122 BAB VII SISTEM RELIGI …………………………………………….. 139 BAB VIII KESENIAN ……….………………………………………… 157 DAFTAR SUMBER ……………………………………………………. 199 3 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia, Sunda merupakan etnis terbesar kedua setelah Jawa. Dengan segala kebesarannya, Sunda – yang meliputi orangnya, wilayahnya, kulturnya – telah memberi kontribusi besar bagi bangsa dan negara Indonesia. Seiring dengan kencangnya laju globalisasi sebagai konsekuensi lagis dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, selain berpengaruh positif bagi kemajuan juga pada saat yang sama membawa dampak negatif. Bukan sekedar itu, perubahan yang dikhawatirkan adalah perubahan yang sama sekali bertentangan dengan nilai-nilai kultur kesundaan. Tentu saja kita tidak anti-perubahan karena perubahan itu sendiri adalah suatu keniscayaan sebagai konsekuensi logis dari kehidupan yang dinamis dan interaktif. Akan tetapi, perubahan yang terjadi itu hendaknya perubahan yang terkendali dan terarah sehingga berefek konstruktif secara moral dan material. Terhadap persoalan ini ada dua sisi yang terlibat. Pertama, secara emik, masyarakat sebagai pemilik dan pendukung kebudayaan secara alamiah melakukan proses seleksi mengenai unsur kebudayaan mana yang harus dipertahankan dan mana yang harus diubah atau, bahkan, ditinggalkan. Kedua, secara etik, pihak luar baik lembaga-lembaga swadaya masyarakat maupun negara, dalam batas-batas tertentu, perlu melakukan upaya rekayasa ( engeneering ) yang mengarahkan pola gerak perubahan kebudayaan. Upaya ke arah itu sesungguhnya sudah banyak dilakukan. Salah satunya melalui kegiatan-kegiatan ilmiah seperti seminar, lokakarya, penerbitan- penerbitan, dan sebagainya. Contohnya adalah Seminar Kebudayaan Sunda yang diselenggarakan oleh Bagian Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Sunda (Sundanologi) pada 9 – 11 Maret 1986; Konferensi Internasional Budaya 4 Sunda (KIBS) I di Bandung, 22 – 25 Agustus 2001yang kemudian melahirkan Lembaga Pusat Studi Sunda (PSS); dan sebagainya. Akan tetapi, belum banyak diketahui sejauh mana pengaruh kegiatan-kegiatan seperti itu terhadap revitalisasi nilai-nilai kebudayaan Sunda. Atas dasar kerangka pemikiran seperti itu maka kami melakukan penelitian “Kajian Identifikasi Permasalahan Kebudayaan Sunda”. Tema ini dikaji dari perspektif waktu: masa lalu, masa kini, dan masa yang akan datang. 1.2 Rumusan Masalah Penelitian ini dilakukan dengan mengacu pada permasalahan yang dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana peta permasalahan yang dihadapi kebudayaan Sunda secara diakronis? 2. Solusi-solusi apa saja yang pernah diambil dalam menghadapi permasalahan- permasalahan yang muncul? 3. Tantangan apa yang dihadapi kebudayaan Sunda pada masa yang akan datang dan langkah antisipatif apa yang perlu dilakukan? 4. Bagaimana upaya yang dilakukan untuk menguatkan kebudayaan Sunda di tengah masyarakat pendukungnya? 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk melakukan identifikasi permasalahan kebudayaan daerah Sunda. Untuk mencapai tujuan terbut akan dilakukan hal-hal sebagai berikut: 1) Memetakan permasalahan yang dihadapi kebudayaan Sunda melalui pendekatan diakronis. 2) Mendeskripsikan solusi-solusi yang pernah diambil dalam menghadapi permasalahan-permasalahan yang muncul. 5 3) Megidentifikasi tantangan yang dihadapi kebudayaan Sunda pada masa yang akan datang serta langkah-langkah antisipasi yang perlu dilakukan dalam turut memperkuat pembangunan karakter bangsa. 4) Menguraikan langkah-langkah penguatan kebudayaan Sunda di tengah masyarakat pendukungnya. 1.4 Kerangka Pemikiran Teoretis Dalam mengkaji permasalah kebudayaan Sunda selain dilakukan pendekatan historis yang menekankan pada aspek prosesual juga digunakan pendekatan sosiologis yang menekankan pada aspek struktural. Teori sosial yang dianggap cukup fungsional dalam memberikan penjelasan terhadap masalah yang dikaji adalah teori perubahan sosial. Teori-teori perubahan sosial yang digunakan adalah teori siklus, teori perkembangan, teori fungsional-struktural, dan teori psikologi sosial. Keempat teori ini mendiskusikan lima hal berkait dengan perubahan sosial, yaitu: kenormalan perubahan sosial, tingkat perubahan, arah atau pola perubahan, peran manusia dalam perubahan, dan mekanisme perubahan. 1.5 Metodologi Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif-analitis, yaitu mendeskripsikan, menggambarkan, atau memotret kondisi sosial masyarakat. Pendekatan yang dilakukan dalam menggambarkan kondisi masyarakat Sunda adalah pendekatan kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor (1993: 30), dalam pendekatan kualitatif, peneliti mengamati dan menangkap realitas dan mengkaji perilaku individu, kelompok, dan pengalaman mereka sehari-hari. Pertimbangan menggunakan pendekatan kualitatif lebih didasarkan kepada pemikiran bahwa masalah yang diteliti yaitu mengenai strategi masyarakat Sunda mempertahankan kelangsungan kebudayaannya, yang berarti penelitian ini 6 mengungkap proses atau mekanisme. Menurut Strauss dan Corbin (1991: 12), untuk penelitian yang berfokus pada pengungkapan proses atau mekanisme, maka yang relevan adalah pendekatan kualitatif. Untuk mencapai sasaran yang diharapkan dan untuk menunjang kelancaran penelitian, dilakukan langkah-langkah kegiatan persiapan lapangan dan pelaksanaan lapangan. Pada tahap persiapan lapangan dilakukan penyusunan pedoman wawancara. Pembuatan pedoman wawancara didasarkan kepada permasalahan yang diteliti, temuan-temuan pada saat orientasi lapangan dan hasil studi literatur. Penjajagan atau orientasi lapangan merupakan bagian dari persiapan lapangan sebelum kegiatan lapangan atau penelitian lapangan dimulai. Kegiatan yang dilakukan pada penjajagan yaitu mengunjungi beberapa wilayah yang dianggap masih memiliki karakter tradisional, mendatangi kepala desa, dan melakukan wawancara dengan beberapa orang penduduk guna memperoleh gambaran umum mengenai kondisi desa dan masalah-masalah yang berkembang di lapangan. Pada tahap pelaksanaan lapangan dilakukan kegiatan pengumpulan data dari para informan. Data yang dikumpulkan merupakan data kualitatif yang mengacu kepada permasalahan yang diteliti, yaitu mengenai perubahan unsur-unsur kebudayaan, kondisi-kondisi yang menyebabkan perubahan unsur-unsur kebudayaan Sunda, dan strategi dalam mempertahankan kebudayaan Sunda. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui: 1) Pengamatan ( Observation ). Pengamatan dilakukan terhadap lingkungan fisik dan sosial. Kondisi fisik yang diamati meliputi pola pemukiman dan tempat tinggal penduduk, serta sarana dan prasarana. Pengamatan terhadap aspek sosial meliputi kehidupan masyarakat Sunda sehari-hari di dalam keluarga, di tempat usaha, dan di masyarakat. Hubungan tolong-menolong, hubungan kerja, serta aktivitas-aktivitas lainnya yang relevan menjadi fokus pengamatan. Semua itu dilakukan untuk mengetahui dan memahami perilaku masyarakat. Dalam proses pengamatan tersebut, peneliti akan melihat pola pemukiman dan tempat tinggal, serta sarana dan prasarana, juga melihat, mendengar, dan merasakan apa yang dilakukan dan dirasakan penduduk. Di samping itu, 7 pengamatan juga dibutuhkan untuk mengontrol jawaban-jawaban informan dan juga melengkapi informasi yang diperoleh dalam wawancara mendalam. Data-data yang diperoleh dari pengamatan selanjutnya dicatat dalam buku catatan lapangan, yang meliputi topik, waktu dan tempat kejadian serta hal-hal atau pertanyaan-pertanyaan yang muncul yang memerlukan jawaban dari penduduk. Pencatatan hasil pengamatan dilakukan sewaktu atau segera setelah pengamatan berlangsung. Hal ini dimaksudkan untuk meminimalisasi data- data yang hilang atau terlewatkan karena faktor keterbatasan ingatan yang dimiliki peneliti. 2) Wawancara Mendalam ( in-depth interview ). Pengumpulan data dengan menggunakan wawancara mendalam merupakan pengumpulan data utama dalam penelitian ini. Melalui wawancara mendalam, informasi mengenai pengetahuan dan pengalaman individu dapat digali lebih mendalam dan mendetail serta data mengenai keterkaitan antara satu aspek dengan aspek lainnya dalam suatu masalah dapat diperoleh secara lebih lengkap. Dengan cara demikian