E-Book-Kumcer-Suara-Merdeka-2015.Pdf
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
Annual Short Story Collection 2015 Koleksi Cerita Pendek Minggu 2015 Sanksi Pelanggaran Pasal 72 Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta 1. Barangsiapa dengan sengaja melanggar dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 Ayai (1) atau Pasal 49 Ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/ atau denda paling sedikit Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) 2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran hak cipta atau hak terkait sebagai dimaksud pada Ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). Suara Merdeka Annual Sort Story Collection, Issue #2016. Reproduction of this collection is permitted as long as it is not sold, either by itself or as part of a collection, and the entire text of the issue remains unchanged. All stories Copyright © Januari-Desember 2015 by their respective authors. For submission guidelines, or for more information about this collection, send a message to <[email protected]>. Daftar Isi Minggu Koleksi Cerita Pendek Tahunan 2015 Tulang Ikan di Tenggorokan Copyright © 2016 Mashdar Zainal ............ 1 Terusir Jumari H.S. ............ 11 Helas Arsiparis: Ilham Q. Moehiddin Raedu Basha ............ 19 Meisa dan Ular di Lehernya Maltuf A. Gungsuma ............ 29 Ilustrasi sampul muka: Toto/Suara Merdeka Guci Sop Tata letak: Ilham Q. Moehiddin ............ 39 ESas Denggan Menghilang Budi Hatees ............ 51 Diriset, disusun dan didokumentasikan pertama kali di Indonesia Perahu Kenangan sebagai suatu dokumen. Gaza Manta ............ 61 Rahasia Ida Refliana YH. ............ 71 Versi pertama: Kelamin Sandal Jepit Januari 2016 Sigit Widiantoro ............ 81 Jumlah Halaman: xii + 484 hlm; Gamelan Wekasan Dimensi: Ridwan Munawwar Galuhwiraksa ............ 91 14,5 x 21 cm Dua Sahabat Y. Agusta Akhir ............ 101 Penyair dan Aroma Kopi isi di luar tanggungjawab arsiparis Fandrik Ahmad ............ 109 v Cerita Tukang Teluh Magena Yus IS. ............ 119 Ida Fitri ............ 251 Jendela Rumah Tetangga Berkah Atmo Krinding Endang Supriadi ............ 129 Senu Subawajid ............ 259 Ramuan Mimpi Lima Cerita dalam Satu Malam di Bawah Sule Subaweh ............ 141 Bulan Gerring Ada Musa di Desa Ini? Agus Salim ............ 269 Aqib Wisnu Priatmojo ............ 151 Tetangga Seribu Peri Yus R. Ismail ............ 281 Yudhi Herwibowo ............ 161 Abah Kembali Mengembara Lastri Hilang S. Prasetyo Utomo ............ 291 Lailatul Mafiyah ............ 171 Sirit Uncuing Hujan Batu di Samalanga Ullan Pralihanta ............ 301 Ida Fitri ............ 181 Kiai Wafir dan Si Peci Hijau Kupu-Kupu di Taman Lampdoria Raedu Basha ............ 309 M. Najibur Rohman ............ 191 Tali Masa Silam Satu Hari dalam Hidup Santiago Handry TM. ............ 319 Iin Farliani ............ 201 Pensiun Melaut Bapak yang Berkumis dan Bau Kopi Mawaidi D. Mas ............ 329 Tiara Kharisma Dhaneswari ............ 211 Lelaki Sampan Danau, Sinyo, dan Seorang Bocah Yuditeha ............ 339 Bertopi Gatsby Mengapa Kalian Tidak Berdansa? Mashdar Zainal ............ 221 Raymond Carver ............ 349 Peternakan Lebah dan Kematian Mayat Itu Tergeletak di Tengah Jalan Amiruddin Umar Affiq ............ 359 I Putu Supartika ............ 231 Kucing-Kucing yang Membongkar Mengendalikan Arah Angin Kuburan Fina Lanahdiana ............ 241 A. Warits Rovi ............ 369 Pada Hari Ketika Malam Melipat Dirinya Sendiri Ajeng Maharani ............ 379 Perjalanan Dalam Kabut Adi Zamzam ............ 387 Gitar Bergambar Wajah Raja Dangdut Sulistiyo Suparno ............ 399 Pohon Menangis Teguh Affandi ............ 407 Perempuan Berambut Panjang dan Lelaki Sunyi Daruz Armedian ............ 417 Kebijakan Sucipto ............ 425 Bulan Sembunyi di Kamar Sakti Dadang Ari Murtono ............ 435 Para Perasuk Ken Hanggara ............ 445 Michele, Ma Belle Yudhi Herwibowo ............ 455 Natal yang Mukim di Kamar Lindra Setia Neka Adrian ............ 465 Tentang Penulis ............ 477 Pemberitahuan UJUAN pengarsipan dan dokumentasi cerita- cerita pendek ini adalah murni bertujuan sebagai mediaT belajar bagi siapa saja, dan tidak bertujuan komersial. Penggunaan segala bentuk material untuk melengkapi dokumentasi ini, dilakukan sesuai cara-cara lazim sesuai standar referensial, menyebutkan sumber, tidak mengubah konten material. Penambahan atau pengurangan material dalam skala yang dapat ditoleransi. Semua material di dalamnya secara jelas menyebut nama penulis (pemilik HAK CIPTA) dan nama media (SUARA MERDEKA) di mana karya yang bersangkutan dipublis pertama kali. Selamat membaca! Hak Cipta Penulis dilindungi oleh undang-undang dilarang memperbanyak dan/atau memperjual-belikan sebagai atau seluruh isi dokumen ini tanpa izin dari Penulis dan SUARA MERDEKA TULANG IKAN DI TENGGOROKAN | Mashdar Zainal Tulang Ikan di Tenggorokan Mashdar Zainal Minggu, 04 Januari 2015 UMAH kami dan rumah Wak Karni bersebelahan, hanya bersekat pagar beluntasR setinggi pinggang dan beberapa pohon petai cina yang tak pernah berbuah. Rumah Wak Karni berlantai dua, berwarna kuning muda, dan berubin keramik, sedangkan rumah kami berlantai satu, sedikit reot, dan berubin tanah mentah. Jika ditilik secara saksama, dua rumah itu akan tampak seperti gubuk dan istana yang bersandingan. Atau seperti tahi lalat yang menempel di wajah cantik. Di halaman rumah kami yang berpagar beluntas itu, sama-sama menganga dua buah kolam yang telah lama kami manfaatkan untuk memelihara ikan. Sebelum pagar hidup itu membatasi rumah kami, Bapak dan Wak Karni adalah saudara sepupu yang cukup karib. Suatu ketika, mereka bekerja sama hendak 1 SUARA MERDEKA | Annual Short Story Collection 2015 TULANG IKAN DI TENGGOROKAN | Mashdar Zainal membuka sebuah usaha peternakan ikan. Bapak dan Wak Karni bahu-membahu menggali tanah di halaman rumah kami. Mereka saling membantu, semua pekerjaan dikerjakan berdua, hingga dalam hitungan pekan, dua buah kubang selebar hampir delapan meter telah menganga dan siap dimanfaatkan. Satu kubang di halaman rumah kami, dan satu kubang lagi di halaman rumah Wak Karni. Kubang itu pun segera dialiri air dari sungai irigasi yang kebetulan mengalir melintasi halaman depan rumah kami. Bapak dan Wak Karni yang mengurusnya. Benih gurami pun disebarkan di dua kolam itu, pada hari yang sama, dengan jumlah yang sama. Tiada hari bagi dua lelaki paruh baya itu kecuali berduaduaan pada pagi hari, atau pada senja hari, mengelilingi dua kolam di halaman rumah sambil mengobrol ringan dan sesekali menabur-naburkan pakan ikan ke antero kolam. Gurami-gurami yang mereka ternakkan rupanya lebih cepat tumbuh dari yang mereka perkirakan, pada tiga bulan pertama, gurami-gurami itu telah mekar sebesar telapak tangan orang dewasa. Sesekali, Bapak atau pun Wak Karni menyerok satu dua ekor bilamana kami membutuhkan lauk. Tepat dalam jangka waktu delapan bulan, gurami gurami itu telah melebar sebesar piring dan siap untuk dipanen. Pada panen musim pertama itu, Bapak dan Wak Karni mendapatkan hasil melimpah yang tak pernah mereka bayangkan 2 3 SUARA MERDEKA | Annual Short Story Collection 2015 TULANG IKAN DI TENGGOROKAN | Mashdar Zainal sebelumnya. Bahkan hasil berternak gurami itu jauh rumahnya jauh lebih luas ketimbang halaman rumah lebih menguntungkan ketimbang bertanam padi yang kami. Wak Karni membayar beberapa orang untuk masa panennya empat bulan sekali namun kerap menggali kubang baru di halaman rumahnya, dimakan wereng dan tikus itu. Bapak dan Wak Karni mengalirinya dengan air yang sama, dan melepaskan membagi hasil keuntungan itu menjadi dua. Dan benih-benih ikan yang sama pada hari yang sama dan berencana melanjutkan peternakan yang menguntung- dengan jumlah yang sama per kolamnya. kan itu. Waktu pun berjalan, pekan dan bulan seolah menjelma menjadi ikan-ikan kecil yang terus tumbuh HINGGA pada suatu petang, Wak Karni menda- dan berenang-renang di dalam kolam kami. Bapak dan tangi rumah kami dan mengajak Bapak membicarakan Wak Karni sudah mulai jarang berdua-duaan lagi. sesuatu. Tiba-tiba Wak Karni mengutarakan maksud- Sesekali mereka masih berpapasan di halaman rumah nya untuk menernak gurami secara individu, sendiri- ketika tengah memberi makan ikan-ikan itu. Mereka sendiri. Entahlah, alasan apa yang menyebabkan Wak semakin sedikit berbicara. Bulan demi bulan pun Karni mengutarakan keputusan seperti itu. mengantarkan kami ke masa panen. Ketika ikan-ikan “Kita sudah cukup belajar bagaimana berternak itu dipanen, terjadi suatu yang mengejutkan. Entah gurami, kupikir kita sudah bisa mencobanya sendiri- musabab apa, gurami-gurami yang dipanen di kolam sendiri. Maksudku, kita akan bisa melihat seberapa Wak Karni jauh lebih kecil ketimbang gurami-gurami kemampuan kita masing-masing, dalam mengurus hasil ternakan Bapak. Hasil panen dari satu kolam milik kolam dan ikan-ikan itu. Aku tidak meragukan Bapak sama dengan hasil panen dua kolam milik Wak kemampuanmu, aku hanya ingin mencoba Karni. kemampuanku sendiri, tidak apa-apa, kan? Kau tidak Wak Karni sempat heran dan kemudian kembali keberatan, kan?” kata-kata Wak Karni tampak nyanyuk mendatangi Bapak untuk menanyakan kira-kira apa dan terbata. yang membuat panen guraminya kurang mulus. Tanpa Bapak hanya berdeham. Tentu ia tak bisa menggurui, Bapak pun menjelentrehkan caranya