KONFLIK IDENTITAS PERAN MUSLIMAH DALAM KELUARGA (ANALISIS NARATIF PADA FILM HIJAB KARYA HANUNG BRAMANTYO)
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh Ahmad Sahroji NIM: 1110051000222
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H/ 2016 M
KONFLIK IDENTITAS PERAN MUSLIMAH DALAM KELUARGA (ANALISIS NARATIF PADA FILM HIJAB KARYA HANUNG BRAIVIANTY0)
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarfana Komunikasi Islam (S.Kom,I)
Oleh Ahmad Sahroji NIM: 1110051000222
Disetujui oleh Dosen Pembimbi
Racyma t B -va4,_DekA NIP. f9762129 200912 1 001
JURUSAN KOIVIUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 HI 2016 M
ABSTRAK Ahmad Sahroji (1110051000222) Konflik Identitas Peran Muslimah dalam Keluarga (Analisis Naratif pada Film Hijab karya Hanung Bramantyo) Konsep hak pada dasarnya sama, bahwa pria dan wanita sama dalam segala sesuatu. Wanita mempunyai hak seperti yang dimiliki pria, dan wanita mempunyai kewajiban seperti kewajiban pria. Kemudian bahwa laki-laki dilebihi dengan satu derajat, yaitu sebagai pemimpin yang telah ditetapkan dalam fitrahnya. Dalam film hijab menggambarkan bagaimana peranan seorang muslimah (istri) dalam sebuah rumah tangga. Peran yang dimaksud menyangkut hak dan kewajiban dalam keluarga. Film ini mengangkat isu terkait peranan seorang muslimah (istri) yang seringkali bergesekan dengan norma yang telah ditetapkan dalam syari‟at (aturan agama). Berdasarkan latar belakang di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk menjawab pertanyaan mayor yaitu Bagaimana analisis alur narasi awal, tengah, dan akhir cerita film „Hijab‟ karya Hanung Bramantyo? Dan menganalisis temuan terkait konflik identitas peran muslimah dalam keluarga pada film Hijab. Film merupakan karya seni yang diproduksi secara kreatif dan mengandung suatu nilai baik positif maupun negatif, sehingga mengandung suatu makna yang sempurna. Namun, terkadang makna yang terkandung dalam film tersebut kurang disadari oleh para penonton pada umumnya. Film Hijab bukanlah film yang bertema religi melainkan merupakan sebuah film drama komedi Indonesia yang mengangkat isu wanita yang beredar di masyarakat dan menggambarkan karakter-karakter wanita berhijab di Indonesia. Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivis. Paradigma konstruktivis yaitu paradigma yang hampir merupakan antitesis dari paham yang meletakan pengamatan dan objektivitas dalam menemukan suatu realitas atau ilmu pengetahuan. Peneliti berusaha mengandalkan sebanyak mungkin pandangan partisipan tentang situasi yang tengah diteliti. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan jenis deskriptif. Mendefinisikan metodologi sebagai mekanisme penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata, baik itu tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati oleh peneliti. Teori yang digunakan adalah analisis narasi (narrative analysis) model Tvzetan Todorov, memiliki tiga alur waktu cerita, yaitu alur cerita awal, tengah, dan akhir. Tvzetan Todorov; mengatakan bahwa semua cerita dimulai dengan „keseimbangan‟ di mana beberapa potensi pertentangan berusaha „diseimbangkan‟ pada suatu waktu. Teorinya mungkin terdengar seperti klise bahwa semua cerita punya awal, pertengahan dan sebuah akhir. Ide keseimbangan menandai sebuah keadaan, dalam sebuah cara-cara tertentu. Subjek penelitian ini adalah film Hijab karya Hanung Bramantyo, sedangkan objek penelitian ini adalah potongan adegan visual ataupun narasi dialog dalam film Hijab. Berdasarkan hasil analisis peneliti menemukan beberapa poin terkait konflik identitas peran muslimah dalam keluarga diantaranya: 1. kewajiban Sari untuk patuh kepada suami dalam batas-batas yang ditentukan oleh norma agama; 2. kewajiban berhijab sesuai aturan agama, baik untuk sari maupun keluarga dekatnya; 3. menerima dan menghormati pemberian suami serta mencukupkan nafkah yang diberikannya dengan baik, hemat dan bijaksana; 4. berhias diri untuk menyenangkan suami; 5. hak mendapatkan nafkah; 6. menjalankan bisnis butik Meccanism tanpa seizin suami; 7. Peranan istri dalam memenuhi nafkah keluarga; 8. memutuskan untuk menjadi wanita karir; 9. Tata melalaikan kewajibannya mengurus anak.
Kata kunci: Narasi, Film, Istri, Hak, dan Kewajiban.
ii
KATA PENGANTAR
. .
Alhamdulillahi Rabbil „alamin, segala puji bagi Allah SWT, Tuhan seru sekalian alam yang menyeru sekalian hati hamba-Nya untuk selalu turut serta dalam samudra makrifat hingga tenggelam dalam kecintaan kepada-Nya. Tiada kata yang tepat untuk mendeskripsikan segalanya selain rasa syukur atas pentunjuk dan pertolongan kepada penulis, sehingga terselesaikannya skripsi ini. Shalawat serta salam atas Al-Mustafa Sayyidina Muhammad SAW, serta keluarga dan para sahabatnya yang telah membawa kebaikan kepada umatnya dari jalan kegelapan menuju jalan yang terang benderang.
Setelah beberapa semester lamanya menimba ilmu di Kampus tercinta, akhirnya penulis bisa dengan sabar mengentaskan karya ini sebagai tongkat estafet pengejawantahan ilmu. Penulis menyadari, karya ini belum mencapai kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis membuka dengan lebar kritik dan saran para pembaca. Penulisan karya ini juga tidak terlepas dari bantuan banyak pihak. Untuk itu penulis ucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi,
Suparto, M.Ed, Ph.D selaku Wakil Dekan I Bidang Akademik, Dra. Hj. Roudhonah, M.Ag
selaku Wakil Dekan II Bidang Administrasi dan Keuangan, dan Dr. Suhami, M.Si selaku
Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan.
2. Drs. Masran, MA selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam dan Fita
Fathurokhmah, SS, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.
iii
3. Dosen Pembimbing Skripsi, Rachmat Baihaky, MA yang telah memberikan banyak ilmu,
motivasi, pandangan filosofis, baik yang kaitannya dengan skripsi maupun ilmu-ilmu lain
yang sangat lekat di dalam kepala dan hati penulis.
4. Dosen Penasihat Akademik KPI G 2010, Drs. Studi Rizal LK, MA yang juga turut
memberi masukan dalam penulisan skripsi ini.
5. Terima kasih kepada seluruh dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu-ilmunya kepada penulis selama
penulis menimba ilmu di sana.
6. Seluruh staf Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, perpustakaan Fakultas
Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, dan perpustakaan Galeri Watoe Ireng.
7. Kepada orang tua penulis, Bapak Udin (alm) yang diberikan waktu dua puluh satu tahun
oleh Tuhan untuk menemani penulis, semoga Allah mengampuni dosanya. Serta kepada
Ibu Kasturi, terimakasih untuk bersabar.
8. Terima kasih kepada kakak dan adik penulis, Rohiman Sunandar, A.md, Sudrajat, S. Sos.i,
Siti Nurhalimah, yang tak lain menjadi tempat meletakkan kejenuhan. Menjadi orang-
orang pemberi kekuatan magis ketika kehidupan tidak sejalan dengan idealisme.
9. Terima kasih kepada saudara penulis Riesta Tara Dewi, Dina Rosdiana, dan Bagus
Priambodo yang telah banyak memberi support kepada penulis baik moril maupun materil.
10. Terimakasih kepada Novia Chairunnisa yang telah banyak memberikan dukungan yang
cukup intens kepada penulis, baik yang bersifat permanen maupun temporer, materi
maupun moril.
11. Kepada sahabat-sahabat KPI G Pestol (Pemuda Stok Lama) 2010 yang melukis sejarah
kehidupan penulis dengan tinta pemikiran, ideologi, dialektika, keniscayaan, idealisme,
iv
pragmatisme, ambisi, angan, marah, malu, takut, tidak percaya diri, pemberani, malas,
rajin, pujian, hinaan, tanggung jawab, apatis, keteguhan, pemberontakan adalah seperti
tumpukkan arsip yang menjadi mata kuliah berharga bagi penulis.
12. Terima kasih kepada kelompok KKN KINOPERA yang sempat memberikan pengalaman
menarik dan memberikan support kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
13. Terima kasih kepada keluarga besar Detak Group, khususnya redaksi Detaktangsel.com, Pak
Gozali, Bang Eko, Mas Dani, Mbah Dedi, Mba Novi, dan teman-teman wartawan lain, yang
banyak memberi ilmu dan pengalaman kepada penulis.
14. Terima kasih kepada keluarga besar Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) kota Depok,
Bang Hendri, Bang Maulana, Bang Haji, Bang Iskandar, Bang Arif Muluk, dan teman-
teman lain, yang banyak menginspirasi penulis untuk menjadi lebih baik.
15. Terimakasih kepada keluarga besar Galeri Watoe Ireng, Black Coffee Gallery, Youth Food
Movement, dan Lingkar Studi-Aksi untuk Demokrasi Indonesia (LS-ADI).
16. Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang membantu yang tidak dapat
disebutkan satu persatu.
Depok, 20 September 2016
Ahmad Sahroji
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ...... ii KATA PENGANTAR ...... iii DAFTAR ISI...... vi DAFTAR GAMBAR ...... viii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...... 1 B. Batasan dan Rumusan Masalah ...... 6 1. Batasan Masalah ...... 6 2. Rumusan Masalah ...... 6 C. Tujuan Penelitian ...... 7 D. Manfaat Penelitian ...... 7 1. Manfaat Akademis ...... 7 2. Manfaat Praktis ...... 7 E. Kerangka Teori ...... 8 1. Pengertian Narasi ...... 8 F. Metodologi Penelitian ...... 9 1. Paradigma Penelitian ...... 9 2. Pendekatan Penelitian ...... 10 3. Subjek dan Objek Penelitian ...... 10 4. Teknik Pengumpulan Data ...... 10 5. Teknik Analisis Data ...... 12 6. Pedoman Penulisan Skripsi ...... 12 G. Tinjauan Pustaka ...... 12 H. Sistematika Penulisan ...... 13
BAB II KAJIAN TEORITIK A. Analisis Naratif ...... 15 1. Beberapa Bentuk Khusus Narasi ...... 19 2. Sekilas Tentang Tvzetan Todorov ...... 20 3. Teori Narasi Menurut Tvzetan Todorov ...... 21
vi
B. Film ...... 27 1. Jenis dan Klasifikasi Film ...... 29 C. Peran Istri Menurut Pandangan Islam ...... 44
BAB III GAMBARAN UMUM A. Film Hijab Karya Hanung Bramantyo ...... 52 B. Sinopsis Film Hijab ...... 55 C. Tanggapan Film Hijab ...... 56 1. Riwayat Kontroversi Film Hanung Bramantyo ...... 58 D. Produksi Film Hijab ...... 63 1. Sutradara Film Hijab ...... 63 2. Data dan Tim Produksi ...... 67 3. Tokoh Pemeran Film Hijab ...... 69
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS
A. Alur Awal Cerita ...... 75 B. Alur Tengah Cerita ...... 87 1. Distruption ...... 87 2. Complication ...... 94 3. Kesadaran Terjadinya Gangguan ...... 101 4. Klimaks ...... 103 5. Upaya Memperbaiki Gangguan ...... 107 C. Alur Akhir Cerita ...... 108
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ...... 112 B. Saran ...... 115
DAFTAR PUSTAKA ...... 117 LAMPIRAN...... 122
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Diagram Alur Film ...... 22 Gambar 2.2. Skema Pembagian Tiga Waktu dalam Narasi ...... 26 Gambar 2.3. Tabel Perbandingan Struktur Narasi Menurut Sejumlah Ahli .... 26 Gambar 2.4. Bagan Sistem-Sistem dalam FIlm ...... 27
viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
.Keberadaan film di tengah masyarakat mempunyai makna yang unik
diantara media komunikasi lainnya. Selain dipandang sebagai media komunikasi
yang efektif dalam penyebaran ide dan gagasan, film juga merupakan media
ekspresi seni yang memberikan jalur pengungkapan kreatifitas dan media budaya
yang melukiskan kehidupan manusia serta kepribadian suatu bangsa. Perpaduan
kedua hal tersebut menjadikan film sebagai media yang mempunyai peranan
penting di masyarakat.1
Jika melihat perjalanan film di Indonesia sejak film pertama diproduksi di
bumi pertiwi yakni pada tahun 1926 sampai 2006, belum ada industri film di
Indonesia. Syarat berjalannya sebuah industri film adalah terjalin utuhnya ketiga
rantai pembentuk industri film, yaitu rantai produksi, rantai distribusi dan rantai
ekshibisi.2 Rantai produksi film meliputi semua pekerjaan, mulai dari pemilihan ide
cerita hingga film selesai dibuat dan siap didistribusikan. Termasuk dalam rantai
produksi adalah semua kru, perusahaan pembiayaan/investor, rumah produksi dan
perusahaan penyewaan alat. Rantai distribusi adalah semua pekerjaan
penyebarluasan film untuk dinikmati penonton di bioskop. Dalam rantai ini,
perusahaan distribusi film atau distributor memainkan peran utama yakni
menyalurkan film dari produsen ke jaringan bioskop, televisi dan home video
1 M Ariansah, Gerakan Sinema Dunia (Jakarta: FFTV-IKJ Press, 2014), h. 7. 2 Heru Effendy, Industri Perfilman Indonesia: Sebuah Kajian (Jakarta: Erlangga, 2008), h. 1.
1
2
(DVD dan VCD). Rantai ekshibisi adalah semua pekerjaan menayangkan film di
bioskop oleh jaringan bioskop. Dalam rantai ini, kelompok-kelompok bioskop
dengan ribuan layarnya menjadi ujung tombak agar output rantai produksi dapat
dinikmati oleh para pecinta film bioskop.3
Pada saat ini beberapa sinetron maupun film seringkali terlihat bersentuhan
dengan unsur islam, hal tersebut sejurus dengan berkembangnya hijab sebagai
sebuah fesyen yang disejajarkan dengan budaya popular lainnya. Para tokoh
protagonis menggunakan kerudung, tokoh Pak Haji dan Bu Haji (kadang baik
kadang jahat), masjid menjadi tempat sentral, serta pengucapan kata-kata khas
umat Islam seperti astaghfirullah, subhanallah, alhamdulillah dan semacamnya.
Meski ada polesan Islami, konflik yang dihadirkan tetap berkutat dengan urusan
perebutan cinta, harta warisan dan permasalahan anak.
Pergulatan hubungan film dan agama harus menjadi catatan tersendiri.
Konten Islami mulai bermunculan di banyak film Indonesia dan menjadi film
terlaris. Dipelopori oleh Kiamat Sudah Dekat (Deddy Mizwar, 2002), selanjutnya
judul Ayat-Ayat Cinta (Hanung Bramantyo, 2008), menjadi salah satu film terlaris
pada genre ini. Film lain adalah Ketika Cinta Bertasbih (Chaerul Umam, 2009),
Perempuan Berkalung Sorban (Hanung Bramantyo, 2009), Sang Pencerah (Hanung
Bramantyo, 2009) dan Negeri Lima Menara (Affandi Abdul Rahman, 2012).
Sebagian besar film-film tersebut berhasil menjadi film terlaris. Presiden SBY dan
beberapa pejabat negara turut menonton film-film semacam itu di bioskop. Untuk
3 Gerzon R. Ayawaila, DKK, Penyemaian Industri Perfilman Indonesia (Jakarta: FFTV-IKJ Press, 2013), h. 113.
3
pertama kalinya politisi memasuki ranah film demi popularitas di mata konstituen
mereka.4
Film dan agama tidak saja bersinergi secara manis, namun membuahkan
cerita pahit kekerasan. Setelah berhasil diredam oleh Soeharto sepanjang Orde
Baru berkuasa, kelompok Islam radikal berusaha mengambil posisi dalam politik.
Kekuatan mereka semakin dominan dalam melakukan penghakiman terhadap film
Indonesia lewat protes gugatan ke pengadilan ataupun semacam ancaman dengan
unjuk rasa serta lewat pernyataan para pemimpin kelompok agama.5
Film religi dalam perkembangannya menggunakan ikon hijab tidak hanya
sebatas visualisasi dari identitasi perempuan Islam belaka. Film atau sinetron yang
sebenarnya exspresi dari sebuah hiburan, mampu pula membawa pesan-pesan
moral. Sehingga keberadaan jilbab sudah tidak asing lagi kita dapatkan disekitar
kita.
Salah satu film bergenre religi yang ialah film Hijab karya Hanung
Bramantyo yang dirilis 15 Januari 2015 lalu, film garapan sutradara kondang
tersebut bercerita tentang empat wanita yang mengadu peruntungan di dunia bisnis
busana muslimah. Beragam konflik indentitas peran muslimah dalam sebuah
keluarga juga dihadirkan dalam film berdurasi 100 menit ini.
Sentuhan persahabatan, fesyen, dan percintaan turut menambah asyiknya
jalan cerita film Hijab. Untuk pertama kalinya Hanung Bramantyo memproduksi
sendiri filmnya di bawah bendera rumah produksi Dapur Film yang dimilikinya,
4 Garin Nugroho dan Dyna Herlina S, Krisis dan Paradoks Film Indonesia (Jakarta: FFTV- IKJ Press, 2013), h. 386. 5 Garin Nugroho dan Dyna Herlina S, Krisis dan Paradoks Film Indonesia, h. 388.
4
bekerja sama dengan Ampuh Entertainment. Selain dirinya sendiri sebagai
sutradara sekaligus produser film teranyar yang berjudul Hijab itu, sang istri Zaskia
Mecca, dan adik iparnya Haikal Kamil juga ikut membantu sebagai produser
bersama dalam debut proyek film tersebut.
Tiga hari pasca ditayangkannya film Hijab di berbagai bioskop Tanah Air,
muncullah beragam kontroversi. Salah satunya kritik pedas yang dilontarkan putri
Amien Rais, Hanum Salsabila Rais, penulis buku Berjalan di Atas Cahaya dan 99
Cahaya di Langit Eropa yang kemudian diadaptasi menjadi film 99 Cahaya di
Langit Eropa dan 99 Cahaya di Langit Eropa Part 2. Menurutnya film yang
berkisah soal kumpulan perempuan-perempuan yang berhijab dan berbisnis butik
muslim itu dituding tidak merepresentasikan muslimah yang sebenarnya. Bahkan
Hanum menyebut Hanung sebagai anggota Jaringan Islam Liberal (JIL) karena
menggarap film yang “nyiyir” terhadap agama Islam.6
Selain itu Hanum juga menkritik soalmotivasi ketiga tokoh perempuan
dalam menggunakan hijab. Zaskia Adya Mecca (Sari Gumilang) karena takut pada
suami. Di lain pihak ada juga yang mengenakan hijab karena ingin menutupi
kekurangan tubuh, seperti Tika Brivana (Tata). Mungkin pula ada sebagaian
muslimah yang mengenakan hijab karena terjebak keadaan, seperti tinggal di
lingkungan pesantren atau tidak sengaja pakai hijab demi menghormati peserta
yang mengikuti sesi ESQ seperti yang dialami Carissa Puteri (Bia).
6 “Riwayat Kontroversi Film-Film Hanung Bramantyo”, CNN Indonesia, 23 Januari 2015, diakses pada 12 April 2016 dari http://www.cnnindonesia.com/hiburan/20150123133015-220- 26838/riwayat-kontroversi-film-film-hanung-bramantyo/2
5
Pada bagian lain di film Hijab yang tak kalah menimbulkan pertanyaan
adalah terkait pernyataan Gamal (diperankan Mike Lucock) yang mengatakan
larangan haram bekerja kepada istrinya Sari (diperankan Zaskia Adya Mecca) dan
menekankan kewajiban istri seperti mencuci pakaian, masak, mengurus anak dan
rumah. Timbul kerancuan dalam konflik tersebut terkait identitas dan peran
seorang muslimah dalam keluarga. Padahal dalam surat al Baqarah ayat 228 Allah
sudah menerangkan kedudukan di antara keduanya.
Artinya: “Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang makruf. Akan tetapi, para suami mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada istrinya, dan Allah Maha perkasa lagi Mahabijaksana.”(QS Al Baqarah [2]: 228) Ayat ini menetapkan bahwa wanita mempunyai hak sebagaimana mereka
mempunyai kewajiban. Ini berarti setiap hak wanita diimbangi dengan hak laki-
laki. Dengan demikian maka hak mereka seimbang. Dan yang dimaksud dengan
keseimbangan di sini bukanlah kesamaan wujud sesuatu dan karakternya, tetapi
yang dimaksud adalah bahwa hak-hak antara mereka itu saling mengganti dan
melengkapi. Maka tidak ada suatu pekerjaan yang dilakukan oleh wanita untuk
suaminya melainkan si suami juga harus melakukan suatu perbuatan yang
seimbang untuknya.7
Film tersebut menggambarkan gaya hidup, pergaulan, dan peran muslimah
banyak dipengaruhi oleh budaya konsumtif dan kebarat-baratan namun berusaha
dibungkus dengan nilai-nilai religiusitas. Sehingga terdapat makna bahwa ajaran
7 Abdul Halim Abu Syuqqah, Kebebasan Wanita (Jakarta: Gema Insani Press, 2013), h. 136.
6
Islam itu tidak kaku dapat disesuaikan dengan modernisasi. Penggambaran
muslimah dalam film ini kurang sesuai dengan kriteria muslimah yang terkandung
di dalam Al-Quran dan as-sunnah. Muslimah saat ini krisis identitas dan perlu
melihat lagi figur ideal yang seharusnya menjadi acuan mereka. Pendek kata,
dengan kembali melihat norma yang sesuai syar‟iat (aturan agama).
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian lebih dalam mengenai Film ”Hijab” karya Hanung Bramantyo. Untuk
membahas permasalahan diatas, maka penulis mengangkatnya kedalam bentuk
skripsi yang berjudul “KONFLIK IDENTITAS PERAN MUSLIMAH DALAM
KELUARGA (ANALISIS NARATIF PADA FILM HIJAB KARYA HANUNG
BRAMANTYO)”.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Untuk mempermudah peneliti dalam melakukan penelitian agar lebih terarah,
maka permasalahan hanya dibatasi pada narasi pada film “Hijab” karya Hanung
Bramantyo.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah tersebut, penulis merumuskan permasalahan
sebagai berikut :
1. Bagaimana analisis alur narasi menurut awal cerita film „Hijab‟
karya Hanung Bramantyo?
7
2. Bagaimana analisis narasi berdasarkan alur tengah cerita film
„Hijab‟ karya Hanung Bramantyo?
3. Bagaimana analisis narasi mengikuti alur akhir cerita film „Hijab‟
karya Hanung Bramantyo?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan permasalahan di atas, maka tujuan dari penelitian yang
ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui bagaimana analisis narasi menurut alur awal cerita film
„Hijab‟ karya Hanung Bramantyo.
b. Untuk mengetahui Bagaimana analisis narasi berdasarkan alur tengah
cerita film „Hijab‟ karya Hanung Bramantyo.
c. Untuk mengetahui bagaimana analisis narasi mengikuti alur akhir cerita
film „Hijab‟ karya Hanung Bramantyo.
D. Manfaat Penelitian
Adapun beberapa manfaat dari penelitian ini, diantaranya:
1. Manfaat Akademis
Penulis berharap penelitian ini dapat memperkaya bidang studi ilmu
komunikasi berkaitan dengan pembelajaran mengenai analisis narasi dalam
sebuah film, khususnya bagi mahasiswa Fakultas Dakwah Ilmu Komunikasi
Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam.
2. Manfaat Praktis
Penulis berharap skripsi ini dapat menambah wawasan mengenai
narasi pesan dalam sebuah film bagi para mahasiswa di bidang penyiaran.
8
Penulis berharap dapat menambah ilmu tentang cara penafsiran film bagi
para mahasiswa Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, khususnya, serta
mahasiswa lain yang mempunyai minat di bidang penyiaran dan film pada
umumnya.
E. Kerangka Teori
1. Pengertian Narasi
Analisis narasi (narrative analysis) yaitu studi tentang struktur pesan
atau telah mengenai aneka fungsi bahasa (pragmatic).8 Metode analisis
narasi berbeda dengan metode kuantitatif yang menekankan pada pertanyaan
“apa” (what), analisis narasi lebih melihat “Bagaimana” (how) dari suatu
pesan atau teks komunikasi. Dengan metode ini, tidak hanya diketahui pesan
apa saja yang terkandung dalam film Hijab, tetapi bagaimana pesan itu
dikemas dan diatur sedemikian rupa dalam bentuk cerita. Melalui analisis
narasi tidak hanya mengetahui isi teks, tetapi bagaimana pesan itu
disampaikan lewat cerita. Analisis narasi lebih melihat bagaimana isi pesan
yang akan diteliti.
Mengolah narasi atau cerita yaitu dengan cara di mana makna dan
kegemaran dapat terbina dan tersusun baik dari dalam dan luar media. Dua
poin kajian sistematik dari narasi di media modern, adalah sebagai Pertama,
terori narasi menganjurkan bahwa cerita/kisah dalam media apapun dan
budaya manapun saling berbagi keunggulan tertentu. Kedua, tetapi media
8 Alex Sobur, Analisis Teks Media-Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotic, dan Analisis Framing (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001). H.18.
9
tertentu/khusus mampu untuk “menceritakan” kisah dengan cara yang
berbeda. Hal ini sangat berharga bahwa manusia hampir tidak pernah
menemukan pemisahan suatu cerita dari harapan tersebut.9
Tzvetan Todorov; mengatakan bahwa semua cerita dimulai dengan
„keseimbangan‟ di mana perbedaan potensi pertentangan berusaha
„diseimbangkan‟ pada suatu waktu. Teorinya mungkin terdengar seperti klise
bahwa semua cerita punya awal, pertengahan dan sebuah akhir. Ide
keseimbangan menandai sebuah keadaan, dalam sebuah cara-cara tertentu.10
F. Metodologi Penelitian
1. Paradigma Penelitian
Paradigma menurut definisi Harmon (1970) yakni sebagai cara
mendasar untuk mempersepsi, berpikir, menilai dan melakukan yang
berkaitan dengan sesuatu secara khusus tentang visi realitas.11 Paradigma
yang digunakan adalah paradigma konstruktivisme. Konstruktivisme
diambil dari kata “konstruksi” yakni merancang, dan apa yang dirancang.
Konstruksivisme berasumsi, “Bagaimana pesan di konstruksi atau di
susun.”12
Dalam hal ini, paradigma konsturksivisme lebih mengkaji soal pesan,
dimana pesan dikonstruksikan (dibentuk). Di dunia pertelevisian pesan
9 Gill Braston dan Roy Stafford, The Media Student‟s Book (London dan New York: Routledge), h.32. 10 Gill Braston dan Roy Stafford, The Media Student‟s Book , h.36. 11Lexy. J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya) Cet. 28, h. 49. 12 Ardianto Elvinaro. & Bambang Q-Anees, Filsafat Ilmu Komunikasi (Bandung; Simbiosa Rekatama Media, 2011), h. 154.
10
disebut juga dengan teks dimana teks bukan hanya sekedar tulisan yang
tercetak melainkan semua yang ada dalam layar kaca televisi mulai dari
teks, audio, video bahkan grafis yang semuanya memiliki maksud dan
tujuan tertentu sesuai dengan keinginan komunikator agar dapat
menyamakan persepsinya dengan komunikan.
2. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan jenis
deskriptif. Mendefinisikan metodologi sebagai mekanisme penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata, baik itu tertulis atau lisan
dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati oleh peneliti.13
Pendekatan penelitian ini yang menghasilkan temuan-temuan data tanpa
menggunakan prosedur statistic atau dengan cara lain pengukuran. Peneliti
berusaha menggambarkan fakta-fakta tentang bagaimana adegan-adegan
dalam film Hijab.
3. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dari penelitian ini adalah film Hijab karya Hanung Bramantyo,
sedangkan Objek penelitian ini adalah potongan adegan visual atau pun
narasi dialog dalam film Hijab.
4. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Obeservasi merupakan pengamatan dan pencatatan yang sistematis
terhadap gejala yang diteliti. Observasi adalah kegiatan yang
13 Lexy J. Moeloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif , h.3.
11
berhubungan dengan pengawasan, peninjauan, penyelidikan dan riset.14
Penelitian melakukan observasi langsung yaitu dengan teknik
pengumpulan data dimana peneliti mengadakan pengamatan secara
langsung terhadap subjek yang diteliti yakni film Hijab karya Hanung
Bramantyo. Kemudian mencatat, memilih serta menganalisis sesuai
dengan model penelitian yang digunakan.
b. Catatan Arsip (Archival Record)
Data yang diperoleh dari rekaman video “Hijab” Rekaman berasal
dari DVD ini kemudian dibagi per-scene dan dipilih adegan-adegan
yang sesuai rumusan masalah, yang digunakan untuk penelitian.
Dokumen atau literatur-literatur yang mendukung data primer seperti
buku-buku, yang sesuai dengan penelitian, artikel koran, kamus,
internet, jurnal, dan lain sebagainya, yang membahas tentang film
secara umum dan khusus film ini, atau tentang narasi itu sendiri.
c. Dokumentasi
Untuk memperdalam penelitian ini, penulis juga mencari dan
mengumpulkan data yang berkaitan dengan film Hijab karya Hanung
Bramantyo dari berbagai dokumen seperti buku-buku, majalah, jurnal,
media massa dan lainnya yang sebelumnya telah terlebih dahulu
membahas tentang film.
14 Sutrisno Hadi, Metedologi Research (Yogyakarta : Andi Offset, 1989), h.92.
12
5. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian analisis narasi, data-data yang sudah terkumpul akan
disesuaikan dengan metode yang digunakan Tzevetan Todorov yaitu
meneliti dari alur cerita. Data tersebut merupakan data yang terdapat dalam
film Hijab. Narasi adalah suatu bentuk wacana yang sasaran utamanya
tingkah laku yang dijalin dan dirangkaikan menjadi sebuah peristiwa yang
terjadi dalam suatu waktu.15 Alasan peneliti menggunakan analisis narasi
karena penelitian ini tidak hanya menganalisis teks semata, tetapi juga
menganalisis karakter pelaku dan alur ceritanya.
6. Pedoman Penulisan Skripsi
Penulisan hasil penelitian ini menyesuaikan dengan buku Pedoman
Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) yang diterbitkan oleh CeQDA
(Center for Quality Development and Assurance) di Jakarta tahun 2007.
G. Tinjauan Pustaka
Pada penelitian ini peneliti juga menggunakan skripsi yang memiliki
beberapa persamaan dengan penelitian ini. Adapun beberapa judul penelitian
yang peneliti dapatkan adalah sebagai berikut:
Pertama “Analisis Narasi Film 99 Cahaya di Langit Eropa” oleh Atik
Sukriati Rahmah tahun 2014, Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, UIN
Jakarta. Skripsi tersebut memiliki kesamaan yakni terletak pada pendekatan dan
metode penelitian analisis naratif serta model naratif Tzvetan Todorov.
Perbedaannya terletak pada judul objek.
15 Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi (Jakarta: PT Gramedia, 2007), cet. Ke 16, h. 136
13
Hilman Fauzi, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Jurusan
Jurnalistik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014. Dengan judul “Analisis
Naratif Film Dokumenter Alkinemokiye: The Strunggle Dawns New Hope”.
Persamaannya yakni terletak pada pendekatan dan metode penelitian analisis
naratif serta model naratif Tzvetan Todorov. Perbedaannya terletak pada judul
objek.
Ika Istiani, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Jurusan
Komunikasi Penyiaran Islam, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014. Dengan
judul “Analisis Narasi Pertentangan antar Ideologi Feminisme dalam Novel
Ratu yang Bersujud” persamaannya terletak pada metode penelitian analisis
naratif. Perbedaannya pada judul serta subjek yang diteliti.
H. Sistematika Penulisan
Berdasarkan penelitian diatas, maka sistematika penulisan dalam
pembahasan ini adalah sebagai berikut:
Bab I: Terdiri dari Pendahuluan, yang memaparkan latar belakang
permasalahan, inilah yang mendasari penulis melakukan penelitian
dengan sejumlah tujuan, dan tentunya manfaat penelitian itu sendiri,
dan agar tetap fokus penulis memberikan batasan dan rumusan
masalah. Namun tak kalah penting penulis menuliskan kerangka teori
dan juga metodologi penelitian sebagai kerangka berpikir bagi
penulis. Dan juga sistematika penulisan.
14
Bab II: Membahas tentang definisi analisis narasi, teori mengenai analisis
narasi menurut Tvzetan Todorov, pengertian film, jenis dan klasifikasi
film.
Bab III: Gambaran umum film hijab. Menguraikan sinopsis film hijab, struktur
organisasi dan gambaran umum production house serta sutradara film
hijab.
Bab IV: Sebagai temuan dan analisis narasi terhadap data dari film Hijab
tentang penarasian.
Bab V: Penulis menutup penelitian skripsi ini dengan penyampaian beberapa
kesimpulan sekaligus berfungsi sebagai jawaban konkret atas masalah
yang telah dirumuskan dalam bab pendahuluan. Berikut juga
disertakan saran-saran serta dilengkapi dengan daftar pustaka, hasil
wawancara dan lampiran-lampiran yang dianggap penting.
BAB II
KAJIAN TEORITIK
A. Analisis Naratif
Narasi sering diasumsikan sebagai cerita atau dongeng. Narasi berasal
dari kata latin Narre, yang artinya membuat tahu.1 Dalam Kamus Besar bahasa
Indonesia (KBBI), narasi adalah penceritaan suatu cerita atau kejadian.2
Dengan demikian, narasi berkaitan dengan upaya untuk memberitahu sesuatu
atau peristiwa. Tetapi tidak semua informasi yang memberitahukan peristiwa
bisa dikategorikan sebagai narasi. Dengan kata lain, sebuah teks baru bisa
disebut sebagai narasi apabila terdapat beberapa peristiwa atau rangkaian dari
peristiwa-peristiwa.3
Gerald Prince dalam buku A Dictionary of Narratology (2003)
mengemukakan definisi naratif adalah “the representation of one or more real
or fictive events communicated by one, two, or several narrator to one, two, or
several narratees”.4
Teori naratif mencoba untuk mengerti tanda dan hubungan yang mengatur
bagaimana cerita (fiksi atau fakta) dibentuk secara berurutan, dan cara ini
mungkin dapat membuat audien terlibat dalam berbagai cara yang berbeda.
1 Eriyanto, Analisis Naratif: Dasar-Dasar dan Penerapannya dalam Analisis Teks Berita Media (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013), h. 1. 2 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2008), h. 996. 3 Eriyanto, Analisis Naratif, h.2. 4 Gerald Prince, A Dictionary of Narratology, Second Edition (Lincoln: University of Nebraska Press, 2003), h. 58.
15
16
Seperti kebanyakan ilmu media, pemikiran ini menyatakan bahwa aktivitas
biasanya sering dihubungkan dengan ketetapan nilai yang dominan.5
Definisi menarik tentang narasi diungkapkan oleh Braningan, yakin narasi
adalah cara untuk mengelola data spasial dan temporal menjadi penyebab dan
memunculkan efek keterkaitannya sebuah peristiwa, dari awal, tengah, dan
akhir cerita yang akan menimbulkan sifat dari cerita itu.6
Dalam narasi terdapat beberapa syarat di antaranya. Pertama, adanya
rangkaian peristiwa.Sebuah narasi terdiri atas lebih dari dua peristiwa, di mana
peristiwa satu dan peristiwa lain dirangkai. Kedua, rangkaian (sekuensial)
peristiwa tersebut tidaklah random (acak), tetapi mengikuti logika tertentu,
urutan atau sebab akibat tertentu sehingga dua peristiwa berkaitan secara logis.
Ketiga, narasi bukanlah memindahkan peristiwa ke dalam sebuah teks berita.
Dalam narasi selalu terdapat proses pemilihan dan penghilangan bagian tertentu
dari peristiwa.7
Menurut Branston and Stafford, narasi terdiri atas empat macam yaitu
narasi menurut Tvezetan Todorov, Vladmir Proop, Levi-Strauss dan Joseph
Cambell.8 Pertama, narasi menurut Tvzetan Todorov. Todorov mengatakan
bahwa semua cerita dimulai dengan „keseimbangan‟ di mana beberapa potensi
pertentangan berusaha „diseimbangkan‟ pada suatu waktu. Teorinya mungkin
5 Gill Branston and Roy Stafford, The Media Student‟s Book Third Edition (London: Routledge, 1999), H. 32. 6 Edward Braningan, Narrative Coprehension and Film, London: University Press, 1992 dalam Gill Branston and Roy Stafford, The Media student‟s Book Third Edition (London: Routledge, 1999), h. 33. 7 Eriyanto, Analisis Naratif, h. 2-3. 8 Branston and Stafford, The Media Student‟s Book Third Edition, h. 56-57.
17 terdengar seperti klise bahwa semua cerita punya awal, pertengahan dan sebuah akhir. Namun, keseimbangan menandai sebuah keadaan, dalam sebuah cara- cara tertentu.9
Kedua, narasi menurut Vladmir Propp. Sebagaimana analisanya terhadap dongeng lebih ditekankan kepada struktur atau anatomi cerita dan pada karakter tokoh di dalam cerita. Dengan pendekatan model Propp ini, terutama analisis karakter tokoh dalam sebuah cerita akan mempermudah menemukan
“lompatan-lompatan baru” atau kejutan narasi. Propp menyimpulkan ke dalam delapan ruang tindakan atau peranan, yaitu: 1. The villan atau tokoh penjahat dalam cerita rakyat adalah seorang tokoh yang memerankan peran penjahat atau antagonis; 2. The hero atau pahlawan, yaitu salah satu istilah yang tidak berarti sama dalam teori seperti halnya dalam kehidupan di luar, di mana pahlawan biasanya mengacu pada laki-laki, dan heroik, memiliki konotasi moral mengagumkan atau baik; 3. The donor atau donor, yang menyediakan sebuah objek dengan beberapa property; 4. The helper atau penolong, yang membantu pahlawan; 5. The princess atau sang putri, hadiah untuk pahlawan dan objek skema yang penjahat ini; 6. Her father atau ayahnya, yang memberikan penghargaan kepada pahlawan; 7. The dispatcher atau orang yang menyuruh, yang mengirimkan pahlawan dan perjalanan; 8. False hero atau pahlawan palsu.10
9 Branston and Stafford, The Media Student‟s Book Third Edition, h. 36. 10 Branston and Stafford, The Media Student‟s Book Third Edition , H. 34.
18
Ketiga, narasi menurut Levi-Strauss. Levi-Strauss setidaknya
menggunakan dua konsep penting dari pemikiran Saussure; 1) Konsep
perbedaan (diferensiasi). Menurut Saussure, yang membedakan satu kata
dengan kata lain adalah diferensiasi sistematis yang ada antara setiap kata
dengan kata-kata yang lain. Kata “paku” misalnya dibedakan menurut suaranya
dengan “baku” atau “daku”, namun secara konseptual kata tersebut dibedakan
dengan “sekrup”, “mur”, “pasak” dan sebagainya, dan 2) Konsep tentang
sintagmatik dan paradigmatik. Kata-kata mempunyai relasi dengan kata lain
sehingga membentuk suatu pengertian melalui hubungan asosiatif
(paradigmatik) dan hubungan sintagmatik.11 Hubungan sintagmatik adalah
hubungan antara satu tanda dengan tanda lain dalam suatu kesatuan (linier).
Sementara hubungan paradigmatik adalah relasi antara tanda-tanda dalam
suatu paradigma (kesamaan umum): unit-unit memiliki kesamaan karakteristik
yang menentukan keanggotaannya dalam paradigma tersebut.12
Keempat, narasi Joseph Campbell, yang kaitannya membahas narasi
dengan mitos.Campbell menyatakan mitos memiliki 4 fungsi utama: Fungsi
mistis, menafsirkan kekaguman atas alam semesta. Fungsi kosmologis,
menjelaskan bentuk alam semesta. Fungsi sosiologis, mendukung dan
mengesahkan tata tertib sosial tertentu. Fungsi pendagogis, bagaiamana
menjalani hidup sebagai manusia dalam keadaan apapun.13
11 Eriyanto, Analisis Naratif, h. 162-163 12 Heddy Shri Ahimsa-Putra, Strukturalisme Levi-Strauss: Mitos dan Karya Sastra (Yogyakarta: Galang Press, 2001), h. 41-42. 13 Braston and Stafford, The Media Student‟s Book, h. 33.
19
1. Beberapa Bentuk Khusus Narasi
a. Autobiografi dan Biografi
Dalam penelitian narasi terdapat beberapa bentuk khusus narasi yaitu, pengertian autobiografi dan biografi. Perbedaan terletak pada masalah naratornya (pengisahnya), yaitu siapa yang berkisah dalam bentuk wacana ini.
Pengisah dalam autobiografi adalah tokohnya sendiri, sedangkan pengisah dalam biografi adalah orang lain.14 Sasaran utama autobiografi dan biografi adalah menyajikan atau mengemukakan peristiwa-peristiwa yang dramatis, dan berusaha menarik manfaat dari seluruh pengalaman pribadi yang kaya-raya itu bagi pembaca dan anggota masyarakat lainnya.
b. Anekdot dan Insiden
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Anekdot adalah cerita singkat yang menarik karena lucu dan mengesankan, biasanya mengenai orang- orang penting atau terkenal dan berdasarkan kejadian yang sebenarnya.15
Anekdot yang menjadi bagian dari narasi yang lebih luas, sama sekali tidak menunjang gerak umum dari narasi. Namun, perhatian sentral yang dibuatnya dapat menambah daya tarik bagi latar belakang dan suasana secara keseluruhan.
c. Sketsa
Sketsa adalah suatu bentuk wacana yang singkat yang selalu dikategorikan dalam tulisan naratif, walaupun kenyataannya unsur perbuatan
14 Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi (Jakarta: PT. Gramedia, 1986), h.141. 15 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,h. 65.
20 atau tindakan yang berlangsung dalam suatu unit waktu itu tidak menonjol atau kurang sekali diungkapkan.16
d. Profil
Bentuk wacana ini adalah suatu wacana modern yang berusaha menggabungkan narasi, deskripsi dan eksposisi yang dijalin dalam bermacam- macam proporsi.17 Dalam istilah Gorys Keraf (2007), profil memperlihatkan ciri-ciri utama dari seorang tokoh yang dideskripsikan berdasarkan suatu kerangka yang telah digariskan sebelumnya.
2. Sekilas tentang Tvzetan Todorov
Tvzetan Todorov, lahir 1 Maret 1939 di Sofia Bulgaria. Ia seorang filsuf dan kritikus budaya. Dia tinggal di Perancis sejak 1963 dan sekarang tinggal di sana bersama istrinya Nancy Huston dan dua anak mereka. Ia menulis buku dan esai tentang teori sastra, berpikir sejarah dan budaya teori.18
Dua karya Todorov pada semiotika adalah Teori Simbol dan Interpretasi.
Teorinya mendefinisikan hubungan antara sejarah, wacana dan ucapan, dan mengusulkan definisi simbolisme bahasa didasarkan pada pembedaan ia membuat antara bahasa dan wacana. Todorov juga mendefinisikan perbedaan antara tanda dan simbol, yang didasarkan pada makna langsung teks dan konten langsung masing-masing.19
16 Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi, h.143. 17 Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi, h.143-144. 18 Tvzetan Todorov, Tata Sastra Jakarta (Jakarta: IKAPI, 1985), h. 21 19 Eriyanto, Analisis Naratif, h. 46.
21
3. Teori Narasi Menurut Tvzetan Todorov
Tvezetan Todorov memiliki gagasan menarik mengenai struktur dari
suatu narasi. Karena ia melihat teks mempunyai susunan atau struktur
tertentu. Pembuat teks disadari atau tidak menyusun teks ke dalam tahapan
atau struktur tersebut, sebaliknya khalayak juga akan membaca narasi
berdasarkan tahapan atau struktur tersebut. Bagi Todorov, narasi adalah apa
yang dikatakan, karenanya mempunyai urutan kronologis, motif dan plot,
dan hubungan sebab akibat dari suatu peristiwa.20
Setiap narasi memiliki sebuah plot atau alur yang didasarkan pada
kesinambungan peristiwa dalam narasi, yaitu dalam hubungan sebab akibat.
Ada bagian yang mengawali narasi, ada bagian yang merupakan
perkembangan lebih lanjut dari peristiwa awal, dan ada bagian yang
mengakhiri narasi itu. Alurlah yang menandai kapan sebuah narasi itu
dimulai dan kapan berakhir.21 Menurut Todorov, pada bagian awal ada
interaksi situasi dasar dan kemudian di tengah menimbulkan konflik dan
pada akhirnya biasanya akan berakhir bahagia. Alur ditandai oleh puncak
atau klimaks dari perbuatan dramatis dalam rentang laju narasi. Secara
skematis alur dapat digambarkan sebagai berikut.22
20 Eriyanto, Analisis Naratif, h. 46-47. 21 Braston and Stafford, The Media Student‟s Book, h. 36. 22 Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi, h. 145.
22
Awal tengah akhir
Gambar 2.1: Gambar diagram alur film. Gorys Keraf menyatakan
“Argumentasi dan Narasi”
Banyak pendapat dan kritikan mengenai pembagian waktu dalam
sebuah cerita, tetapi kritikan tidak bisa meniadakan pembagian waktu itu.
Misalnya, ada pendapat yang mengatakan, bahwa sebenarnya apa yang
disebut “penyelesaian” itu sebenarnya tidak ada, karena akhir dari suatu
kejadian atau peristiwa akan menjadi awal dari kejadian yang lain, atau
akhir dari tragedi itu merupakan sebuah diskusi, yang pada gilirannya
menjadi bagian pendahuluan dari kisah berikutnya.23 Sebab itu, narasi harus
diberi batasan yang lebih jelas, yaitu rangkaian tindakan yang terdiri atas
tahap-tahap yang penting dalam sebuah struktur yang terikat oleh waktu. Di
mana waktu dibagi menjadi tiga waktu, yaitu bagian awal atau pendahuluan,
bagian tengah atau perkembangan, dan bagian akhir atau bagian peleraian.
Berikut rincian dari ketiga bagian tadi sebagai berikut:
a. Alur Cerita Awal
Narasi umumnya diawali dari situasi normal, ketertiban dan
keseimbangan.24 Dalam narasi tentang superhero, umumnya diawali oleh
23Gorys, Argumentasi dan Narasi, h. 146. 24 Eriyanto, Analisis Naratif, h. 47
23
kondisi kota yang damai, kerajaan yang makmur, dan seterusnya. Atau
narasi tentang keluarga, diawali dengan kondisi keluarga yang harmonis dan
bahagia.
Suatu perbuatan atau tindakan tidak akan muncul begitu saja dari
kehampaan. Perbuatan itu lahir dari suatu situasi. Situasi itu harus
mengandung sistem-sistem yang mudah meledak atau mampu meledakan.
Setiap saat situasi dapat menghasilkan suatu perubahan yang dapat
membawa akibat atau perkembangan lebih lanjut di masa depan. Ada situasi
yang sederhana, tetapi ada juga situasi yang kompleks. Kesederhanaan dan
kekompleksannya tergantung dari mata yang berbeda. Kompleks tidaknya
situasi dapat diukur dari kaitan-kaitan antara satu faktor dengan faktor yang
lain. Dapat diukur dari jumlah faktornya, dan dapat pula diukur dari akibat-
akibat yang ditimbulkannya serta rangkaian-rangkaian kejadian
selanjutnya.25
Jadi bagian pendahuluan menyajikan situasi dasar yang harus
memungkinkan pembaca atau penonton memahami adegan-adegan
selanjutnya.26 Bagian pendahuluan menentukan daya tarik dan selera
pembaca atau penonton terhadap bagian-bagian berikutnya, maka penulis
harus menggarapnya dengan sungguh-sungguh secara seni. Bagian
pendahuluan harus merupakan seni tersendiri yang berusaha menjaring
minat dan perhatian pembaca atau penonton.
25Gorys, Argumentasi dan Narasi, h. 150-151. 26 Branston and Stafford, The Media Student‟s Book, h.56.
24
b. Alur Cerita Tengah
Bagian atau struktur kedua dari narasi adalah adanya gangguan
(distruption).27 Ini bisa berupa tindakan atau adanya tokoh yang merusak
keharmonisan, keseimbangan, atau keteraturan. Kehidupan yang normal dan
tertib, setelah adanya tokoh atau tindakan tertentu berubah menjadi tidak
teratur.
Bagian perkembangan adalah bagian batang tubuh yang utama dari
seluruh tindak-tanduk para tokoh. Bagian ini merupakan rangkaian dari
tahap-tahap membentuk seluruh proses narasi. Bagian ini mencakup adegan-
adegan yang berusaha meningkatkan ketegangan, atau menggawatkan
komplikasi yang berkembang dari situasi asli.28
Bagian tubuh cerita sudah melepaskan dirinya dari situasi umum atau
situasi awal, dan sudah mulai memasuki tahap konkritisasi.29 Konkritisasi
diungkapkan dengan menguraikan secara terperinci peranan semua sistem
narasi, perbuatan atau tindak-tanduk tokoh-tokoh, interelasi antara tokoh-
tokoh dan tindakan mereka yang menimbulkan benturan kepentingan.
Konflik yang ada hanya dapat dimengerti dan dipahami dengan baik, jika
situasi awal dalam bagian pendahuluan sudah disajikan secara jelas.
c. Alur Cerita Akhir
Tahap ini adalah babak terakhir dari suatu narasi. Kekacauan yang
muncul pada babak dua, berhasil diselesaikan sehingga keteraturan bisa
27 Eriyanto, Analisis Naratif, h. 46. 28Gorys, Argumentasi dan Narasi, h. 153. 29Branston and Stafford, The Media Student‟s Book, h. 56.
25
dipulihkan kembali.30 Akhir suatu cerita bukan hanya menjadi titik yang
menjadi pertanda berakhirnya suatu tindakan. Lebih tepat jika dikatakan,
bahwa akhir dari perbuatan merupakan titik di mana tenaga-tenaga atau
kekuatan-kekuatan yang diemban dalam situasi yang tercipta sejak semula
membersit keluar dan menemukan pemecahannya.31
Bila seorang pembuat film ingin membuat sebuah cerita, ia
menganggap bagian akhir cerita sebagai titik di mana perbuatan dan tindak-
tanduk dalam seluruh narasi itu memperoleh maknanya yang bulat dan
penuh.32 Bagian ini merupakan titik di mana para penonton terangsang
untuk melihat seluruh makna cerita. Bagian ini sekaligus merupakan titik di
mana struktur dan makna memperoleh fungsi sepenuhnya. Dengan kata lain,
bagian penutup merupakan titik di mana penonton sepenuhnya merasa,
bahwa struktur dan makna sebenarnya merupakan sistem dari persoalan
yang sama.
Nama teknis bagian terakhir dari suatu narasi disebut juga peleraian
atau denouement.33 Dalam bagian ini akhirnya konflik dapat diatasi dan
diselesaikan. Namun demikian tidak selalu terjadi, bahwa bagian peleraian
benar-benar memecahkan masalah yang dihadapi. Pada bagian ini dalam
pengertian alur, dalam peleraian tetap dicapai akhir dari rangkaian tindakan.
Bahwa akhir dari tindakan ini menjadi awal dari persoalan berikutnya dan
30 Eriyanto, Analisis Naratif, h. 48. 31Gorys, Argumentasi dan Narasi, h. 154. 32Branston and Stafford, The Media Student‟s Book, h. 56. 33Gorys, Argumentasi dan Narasi, h. 155.
26
itu merupakan alur dari peristiwa berikutnya. Secara sederhana skema
pembagian tiga waktu alur cerita dalam narasi dapat digambarkan sebagai
berikut.34
Ekuilibrium Gangguan Ekuilibrium (keseimbangan) (kekacauan) (keseimbangan) Gambar 2.2: Gambar skema pembagian tiga waktu dalam
narasi. Eriyanto menyatakan “Analisis Naratif”
Pembagian waktu dalam narasi diawali dari sebuah keteraturan.
Keteraturan tersebut kemudian berubah menjadi kekacauan akibat tindakan
dari seorang tokoh. Narasi diakhiri dengan kembalinya keteraturan.35
Sejumlah ahli memodifikasi struktur narasi Todorov tersebut, misalnya yang
dilakukan oleh Nick Lacey dan Gillespie. Lacey dan Gillespie memodifikasi
struktur narasi tersebut menjadi lima bagian.36
Lacey Gillespie Kondisi- keseimbangan dan keteraturan Ekposisi, kondisi awal Gangguan (distruption) terhadap 2 Gangguan, kekacauan Keseimbangan Komplikasi, kekacauan makin Kesadaran3 terjadi gangguan Besar
Upaya4 untuk memperbaiki gangguan Klimaks, konflik memuncak Pemulihan5 menuju keseimbangan Penyelesaian dan akhir
34 Eriyanto, Analisis Naratif, h. 46 35 Eriyanto, Analisis Naratif, h. 46 36 Nick Lacey dan Gillespie memodifikasi untuk tahapan antara gangguan ke ekuilibrium. Tahapan yang ditambahkan misalnya gangguan yang makin meningkat, kesadaran akan terjadinya gangguan dan klimaks (gangguan memuncak). Bagian penting lain yang ditambahkan adalah adanya upaya untuk menyelesaikan gangguan.
27
Gambar 2.3: Gambar tabel Perbandingan struktur narasi menurut
sejumlah ahli. Eriyanto menyatakan “analisis naratif”
B. Film
Film merupakan karya seni yang diproduksi secara kreatif dan mengandung
suatu nilai baik positif maupun negatif, sehingga mengandung suatu makna
yang sempurna. Namun, terkadang makna yang terkandung dalam film tersebut
itu kurang disadari oleh para penonton pada umumnya.
Makna yang terkandung dalam suatu film, kita dapat melihat dari sistem-sistem
pembentuk film itu sendiri. Seperti apa yang digambarkan oleh Thompson and
Bordwell37 sebagai berikut:
Film form Interacts with Formal system Stylistic system
Non-narrative Narrative Patterned and significant use of techniques: Categorical Mise en scene Rhetorical Cinematography Abstract Editing Associational Sound Gambar 2.4: Gambar bagan sistem-sistem dalam film Thompson &
Brodwell menyatakan dalam “Film Art and Introduction”.
37David Bordwell and Kristin Thompson, Film Art and Introduction, Fourth Edition (Singapore: McGraw-Hill Companies Inc, 2006), h. 118.
28
Bagan 2.1 di atas merupakan unsur-unsur pembentuk film yang pada
dasarnya dapat dikelompokan menjadi dua bagian yaitu sistem formal dan
sistem gaya (stylistic). Sistem formal mencakup film dalam sistem naratif
(cerita) dan non naratif (non cerita). Film naratif merupakan kategori film yang
memiliki-rangkaian suatu sebab-akibat yang terjadi dalam sewaktu-waktu.
Kemudian, film non naratif, sebaliknya merupakan kategori film yang tidak
memiliki susunan cerita tertentu, seperti film dokumentasi, film experimentasi,
dan sebagainya.38 Namun, penulis tidak menggunakan unsur sistem non-naratif
ini, karena film yang diteliti ini adalah masuk kategori naratif. Suatu film baik
formal atau gaya biasanya memiliki cerita dramatik, yaitu memiliki problem-
problem yang kuat dan menarik.
Sistem gaya (stylistic) atau bisa disebut dengan unsur sinematis terdiri atas
empat macam sistem sinematis pembangun film, yakni mise en scene,
cinematography, editing, dan sound. Mise en scene merupakan segala hal yang
terletak di depan kamera yang akan diambil gambarnya dalam sebuah produksi
film. Mise en scene terdiri atas empat aspek utama yaitu: Setting (latar), kostum
dan tata rias wajah (make-up), pencahayaan (lighting), dan pelakonan
(acting).39
Cinematography merupakan hal-hal yang dilakukan para pekerja film
berkaitan dengan kamera dan stok roll film mereka. Dalam hal ini bisa
dikatakan para pekerja film menggambar apa yang terjadi di luar kamera
38 Marselli Sumarno, Dasar-Dasar Apresiasi Film (Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 2005), h. 48-49. 39Marselli Sumarno, Dasar-Dasar Apresiasi Film, h. 121.
29
menjadi sebuah satuan cerita secara utuh melalui alat kamera. Cinematography
terdiri atas aspek pengambilan gambar (shot), framing setiap adegan, dan durasi
(duration) adegan.40
Editing merupakan tahap pemilihan shot-shot yang telah diambil dipilih,
diolah dan dirangkai sehingga menjadi suatu film yang utuh.41 Dalam tahap
editing, shot merupakan materi utama dalam proses editing. Berdasarkan
aspeknya, editing dibagi menjadi dua jenis yaitu: dialog, musik, efek suara.
Sound merupakan aspek sinematis yang tak kalah pentingnya dengan aspek
lain. Melalui sound adegan yang terekam dengan kamera akan terasa lebih
hidup dan nyata. Sound memiliki beberapa aspek yaitu: dialog, musik dan efek
suara.42
Namun, penulis tidak menggunakan sistem gaya (stylistic) dalam penelitian
ini sebagai alat analisis. Selain itu, dalam sistem gaya (stylistic) peneliti merasa
adanya keterbatasan untuk menganalisis sistem gaya ini. Tidak hanya itu, hal
ini dikarenakan dalam penelitian ini lebih kepada analisis narasi film Hijab.
1. Jenis dan Klasifikasi Film
a. Jenis-jenis film
Bordwell and Thompson (2010) secara umum membagi jenis film
menjadi tiga jenis, yakni: dokumenter (nyata), fiksi (rekaan), dan
eksperimental (abstrak). Pembagian ini didasarkan atas cara bertuturnya
40Marseli,Dasar-Dasar Apresiasi Film, h. 168. 41Himawan Pratista, Memahami Film (Yogyakarta: Homerian Pustaka, 2008), h. 123. 42Marseli, Dasar-Dasar Apresiasi Film,h. 272.
30
yakni, naratif (cerita) dan non-naratif (non cerita).43 Film fiksi memiliki
struktur naratif yang jelas sementara film dokumenter dan eksperimental
tidak memiliki struktur naratif. Film dokumenter yang memiliki
konsep realism (nyata) berada di kutub yang berlawanan dengan film
eksperimental yang memiliki konsep formalism (abstrak). Berikut
penjelasan jenis-jenis film.
Film Dokumenter adalah film yang menyajikan cerita nyata dan
dilakukan pada lokasi yang sesungguhnya.44 Istilah “dokumenter” pertama
digunakan dalam resensi film „Moana‟ (1926) oleh Robert Flaherty, ditulis
oleh “The Moviegoer”, nama samaran John Grierson, di New York
Sun pada tanggal 8 Februari 1926.45
Definisi menarik diungkapkan Bordwell dan Kristin. Menurutnya,
bahwa inti dari film dokumenter adalah untuk menyajikan informasi yang
faktual tentang dunia di luar film itu sendiri. Bedanya dengan fiksi adalah
dalam pembuatannya tidak ada rekayasa baik dari tokohnya (manusia),
ruang (tempat), waktu dan peristiwa.46
Dengan demikian, film dokumenter bisa dikatakan sebagai sebuah
film yang menyajikan fakta berhubungan dengan orang-orang, tokoh,
43 David Bordwell and Kristin Thompson, Film Art : An Introduction.9thed (New York: McGraw-Hill, 2010), h. 56-57. 44 Heru Effendy, Mari Membuat Film: Paduan Menjadi Produser (Jakarta: Erlangga, 2009), h. 3. 45 Ann Curthoys and Marilyn Lake, Connected worlds: history in transnational perspective(Canberra : ANU E Press, 2005), h. 57. 46 David Bordwell and Kristin Thompson, Film Art: An Introduction 5thed (New York: McGraw-Hill, 1997), h. 109.
31
peristiwa, dan lokasi yang nyata. Selain itu film dokumenter juga dapat
digunakan untuk berbagai macam maksud dan tujuan seperti informasi atau
berita, biografi, pengetahuan, pendidikan, sosial, politik (propaganda), dan
lain-lainnya.
Gaya dan bentuk film dokumenter memang lebih memiliki
kebebasan dalam bereksperimen meskipun isi ceritanya tetap berdasarkan
sebuah peristiwa nyata apa adanya. Ketika teknologi audio-visual
berkembang salah satunya muncul televisi, maka gaya dokumenter pun ikut
berkembang dalam berbagai macam gaya dan bentuk. Karena produksi
program televisi bertujuan komersial seperti halnya barang dagangan, para
dokumentaris pun mencoba segala macam cara sehingga ada pula yang
mengesampingkan metode dasar bertutur film dokumenter.
Anton Mabruri (2009) membagi jenis dokumenter menjadi 3
kategori. Pertama, film dokumenter. Umumnya film dokumenter berdurasi
panjang dan diputar di bioskop atau pada festival. Film dokumenter lebih
bebas menggunakan semua type shot, serta tidak ada unsur rekayasa dalam
pembuatannya, seperti tempat, peristiwa, tokoh dan lain sebagianya. Kedua,
dokumenter televisi. Dokumenter ini menggunakan tema atau topik tertentu.
Disuguhkan dengan gaya bercerita, menggunakan narasi (kadang dengan
voice over47), menggunakan wawancara, juga ilustrasi musik sebagai
penunjang gambar visual. Ketiga, dokumenter seri televisi. Format ini
47Voice Over (VO) adalah suara dari announcer atau penyiar untuk mendukung isi cerita namun tidak tampak di layar televisi. VO biasanya digunakan untuk kebutuhan jurnalistik di televisi maupun radio.
32
merupakan suguhan dokumenter berdurasi panjang, dibagi dalam beberapa
sub tema atau episode/seri. Umumnya tema program dokumenter seri
adalah mengenai sejarah, ilmu pengetahuan, potret, yang terkadang dikemas
dengan menggunakan gaya bertutur perbandingan dan kontradiksi.48 Heru
Effendi (2009) menambahkan dokudrama sebagai salah salah satu jenis
dokumenter. Dalam dokudrama, terjadi reduksi realita demi tujuan-tujuan
estetis, agar gambar dan cerita menjadi lebih menarik. Selain itu, dalam
proses produksinya dokudrama membutuhkan pengadegan. Sekalipun
demikian, jarak antara kenyataan dan hasil yang tersaji lewat dokudrama
biasanya tak berbeda jauh. Dalam dokudrama, realita tetap jadi pakem
pegangan.49
Di dalam bukunya, Dokumenter dari Ide sampai Produksi, Gerzon R
Ayawalia (2008) menyebutkan ada empat alasan yang menerangkan bahwa
film dokumenter adalah film nonfiksi: Pertama, setiap adegan dalam film
dokumenter merupakan rekaman kejadian sebenarnya, tanpa interpretasi
imajinatif seperti halnya dalam film fiksi. Bila pada film fiksi latar belakang
(setting50) adegan dirancang, pada dokumenter latar belakang harus spontan
otentik dengan situasi dan kondisi asli (apa adanya). Kedua, yang dituturkan
dalam film dokumenter berdasarkan peristiwa nyata (realita), sedangkan
pada film fiksi isi cerita berdasarkan karangan (imajinatif). Bila film
48 Anton Mabruri KN, Penulisan Naskah Televisi: Format Acara Nondrama, News & Sport (Depok: Mind 8 Publishing House, 2009), h. 64-68. 49 Heru Effendi, Mari Membuat Film: Paduan Menjadi Produser, h. 3. 50Setting merupakan istilah dalam produksi film untuk konstruksi panggung suara atau eksterior yang dibangun untuk memunculkan hal yang diperlukan cerita, misalnya sebuah kantor, dapur, rumah, kastil, atau medan pertempuran.
33
dokumenter memiliki interpretasi kreatif, maka dalam film fiksi yang
dimiliki adalah interpretasi imajinatif. Ketiga, sebagai sebuah film nonfiksi,
sutradara melakukan observasi pada suatu peristiwa nyata, lalu melakukan
perekaman gambar sesuai apa adanya, dan Keempat, apabila struktur cerita
pada film fiksi mengacu pada alur cerita atau plot, dalam dokumenter
konsentrasinya lebih pada isi pemaparan.51
Film Fiksi, adalah adalah sebuah genre film yang mengisahkan
cerita fiktif maupun narasi.52 Dengan demikian, film fiksi merupakan
rekaan di luar kejadian nyata, terkait oleh plot, dan memiliki konsep
pengadegan yang telah dirancang sejak awal.
Marseli Sumarno (1996) menjelasakan bahwa film cerita merupakan
film yang dibuat atau diproduksi berdasarkan cerita yang dikarang dan
dimainkan oleh aktor dan aktris. Kebanyakan atau pada umumnya film
cerita bersifat komersial. Pengertian komersial diartikan bahwa film
dipertontonkan di bioskop dengan harga karcis tertentu. Artinya, untuk
menonton film itu di gedung bioskop, penonton harus membeli karcis
terlebih dulu. Demikian pula bila ditayangkan di televisi, penayangannya
didukung dengan sponsor iklan tertentu pula.53
Fiksi (drama) diproduksi dan dicipta melalui proses imajinasi kreatif
dari kisah-kisah drama atau fiksi yang direkayasa dan dikreasi ulang.
51 Gerzon R. Ayawaila, Dokumenter: dari Ide sampaiProduksi (Jakarta: FFTV-IKJ Press, 2008), h. 56-57. 52 Bordwell and Thompson, Film Art: An Introduction 5th ed. h, 89. 53 Marseli Sumarno, Dasar-Dasar Apresiasi Film, h. 112.
34
Format yang digunakan merupakan interpretasi kisah kehidupan yang
diwujudkan dalam suatu runtutan cerita dalam sejumlah adegan (scene).
Adegan-adegan (scene-scene) tersebut akan menggabungkan antara realitas
kenyataan hidup dengan fiksi atau imajinasi/khalayal para kreatornya.
Contoh: Drama Percintaan (love story), Tragedi, Horor, Komedi, Legenda,
Aksi (action), dan sebagainya.54
Film drama merupakan salah satu senjata paling efektif untuk
menembakan gagasan untuk membentuk karakter suatu bangsa.
Sebagaimana sifatnya yaitu influence (mempengaruhi). Namun, sayangnya
beberapa sineas di tanah air umumnya menjadikan film sebatas komoditas
belaka, mereka berebut ruang untuk bisa hadir di tengah keluarga. Film
Indonesia dewasa ini dibuat oleh para produser betul-betul semata-mata
sebagai alat hiburan dalam arti yang tidak selalu sehat. Produsen film kita
menampakan diri terutama sebagai pedagang impian (merchant of dreams),
dalam posisi demikian si produser memang tidak memijakan kakinya di
bumi Indonesia sebab mimpi yang indah toh senantiasa berkisah mengenai
dunia yang tidak selalu kita kenal.55
Tentu saja masih banyak ragam keluhan yang dilemparkan para
penonton ke alamat film Indonesia, dalam bidang cerita maupun cara
menyajikannya. Berbagai macam dan ragam keluhan dan kecaman tersebut,
54 Naratama, Menjadi Sutradara Televisi (Jakarta: Duta Wacana University Press, 1992) dalam Anton Mabruri KN, Penulisan Naskah Televisi: Format Acara Nondrama, News & Sport (Depok: Mind 8 Publishing House, 2009), h. 94-95. 55 Salim Said, Profil Dunia Film Indonesia(Jakarta: Grafiti Pers, 1982), h. 3.
35
jika dicoba mencari intinya, maka yang akan muncul adalah ciri umum
kebanyakan film Indonesia dewasa ini. Secara singkat ciri-ciri tersebut bisa
dirumuskan sebagai berikut: Cerita umumnya tidak jalan lantaran disusun
dari ramuan-ramuan yang diajukan oleh para produser, karena pada
mulanya memang adalah ramuan, unsur-unsurnya seks, kemewahan,
kekerasan, kesedihan yang berlebihan, sering kali lebih menonjol secara
tersendiri.56
Film Eksperimental, adalah film yang berstruktur namun tidak
berplot. Film ini tidak bercerita tentang apapun (anti-naratif) dan semua
adegannya menentang logika sebab akibat (anti-rasionalitas).57
Film eksperimental adalah film yang tidak dibuat dengan kaidah-
kaidah film yang lazim. Tujuannya untuk mencari carapengungkapan-
pengungkapan baru lewat film. Film eksperimental ini merupakan film yang
lahir dari tradisi menonton televisi dan dalam perkembangan lebih lanjut
disebut sebagai video art.
Pada masa-masa inilah lahir dengan subur karya-karya film
eksperimental. Nama-nama seperti Gatot Prakosa, Henri Darmawan, Hadi
Purnomo, muncul sebagai penggerak di kalangannya. Juga keterlibatan
seniman seperti Sardono W. Kusumo dari seni tari menambah khasanah
film eksperimental pada saat itu dengan kolaborasi personalnya
menggunakan medium 8 mm.
56Salim Said, Profil Dunia Film Indonesia, h. 5. 57 Himawan Pratista, Memahami Film, h. 4-8.
36
Perguliran wacana video art sebagai sesuatu yang baru di Indonesia
mendapatkan respon yang baik namun masih pada sebatas sebuah respon
atas teknologi yang sophisticated. Dalam program pameran sinema
elektronik pada pekan sinema alternatif tersebut diputarkan beberapa karya
video art dari Jerman dan Amerika Selatan.
Pada masa pemerintahan Soeharto, kekuatan ekonomi serta politik
dipusatkan di Jakarta (hingga saat ini). Distribusi informasi serta teknologi
(serta komponen lainnya) tidak hadir secara merata di Indonesia. Bioskop
hanya boleh dihadiri oleh kalangan masyarakat yang mampu. Pun wacana
film pendek58, film alternatif, atau video art kemudian hanya berputar pada
lingkaran kecil dan terbatas. Dia tidak benar-benar meng-Indonesia film
secara keseluruhan atau film eksperimental dan video art secara spesifik
direspon dan digagas oleh kalangan terbatas ini. Nama Krisna Murti sebagai
salah satu pionir video art di Indonesia yang sampai saat ini masih aktif
berkarya dengan video adalah satu peninggalan dari sejarah tersebut.59
Pada tahun 2003, untuk pertama kalinya Ruangrupa60
(www.ruangrupa.org) mengadakan festival video yang diberi nama „OK.
Video: Jakarta Internasional Video Art Festival‟ (kini menjadi OK. Video:
58 Film pendek adalah salah satu bentuk film paling sederhana, yang secara teknis film pendek memiliki durasi dibawah 50 menit. Mengenai cara bertuturnya, film pendek memberikan kebebasan bagi para pembuat dan pemirsanya, sehingga bentuknya menjadi sangat bervariasi. 59 Gerzon R. Ayawaila, DKK. Penyemaian Industri Perfilman Indonesia: Produksi, Distribusi dan Eksibisi Film (Jakarta: FFTV-IKJ Press, 2013) h. 99-104. 60 Ruangrupa adalah organisasi seni rupa kontemporer yang didirikan pada tahun 2000 oleh sekelompok seniman di Jakarta. Sebagai organisasi nirlaba, ruangrupa bergiat mendorong kemajuan gagasan seni rupa dalam konteks urban dan lingkup luas kebudayaan melalui pameran, festival, laboraturium seni rupa, lokakarya, penelitian, serta penerbitan buku, majalah, dan jurnal online. (Ruangrupa.org)
37
Jakarta Internasional Video Festival) dengan menawarkan wacana “baru”
karya visual melalui medium video. Sebuah respon atas fenomena
penggunaan medium video yang semakin massif di masyarakat Indonesia.
Ini adalah festival dua tahunan.Tahun 2005, Ruangruapa menyelenggarakan
„OK.Video‟ untuk kedua kalinya dengan tema „SUB/VERSION‟ sebuah
tanggapan atas fenomena pembajakan yang terjadi di Indonesia serta
persoalan copyright secara luas. Festival ini mendapatkan respon yang
cukup luar biasa, baik dari masyarakat Indonesia maupun Internasional dan
menjadi salah satu festival penting di Indonesia.61
Film eksperimental merupakan film yang sangat menekankan
ekspresi personal paling dalam dari pembuatannya. Karya-karya dari film
ini nyaris semuanya abstrak, tentu saja hal ini berkaitan dengan
kemunculannya yaitu oleh Hans Richter, Walter Ruttman, Louise, Salvador
Dali, dan seniman lainnya yang menjadi pita seluloid ini hanya sebagai
pengganti kanvasnya. Seniman-seniman itu juga lebih banyak merupakan
seniman dari aliran dadaisme, surealisme, ataupun impresionisme. Sehingga
film-film dari tipe pada waktu itu jarang sekali menjadi konsumsi publik
karena sangat sulit dimengerti dan cenderung tidak bercerita.62 b. Klasifikasi Film
Menurut Himawan Pratista dalam buku Memahami Film, metode
yang paling mudah dan sering digunakan untuk mengklasifikasi film adalah
61 Gerzon R. Ayawaila, DKK. Penyemaian Industri Perfilman Indonesia, h. 99-104. 62 Himawa Pratista, Memahami Film (Yogyakarta: Homerian Pustaka, 2008), h. 65-69
38
berdasarkan genre, yaitu klasifikasi dari sekelompok film yang memiliki
karakter atau pola yang sama sebagai berikut.63
Drama, merupakan tema yang mengetengahkan aspek-aspek human
interest, sehingga yang dituju adalah perasaan penonton untuk dapat
meresapi setiap kejadian yang menimpah tokoh dalam adegan tersebut.
Tema ini pula bisa dikaitkan dengan latar belakang kejadiannya. Jika
kejadiannya tersebut di sekitar keluarga, maka disebut dengan drama
keluarga. Film drama sering dinominasikan untuk penghargaan film, lebih
sering dari genre film lainnya.
Action, Pada istilah ini action sering kali berkaitan dengan adegan
berkelahi, bertengkar, dan tembak-menembak. Sehingga, tema ini bisa
dikatakan sebagai film yang berisi “pertarungan” atau “perkelahian” fisik
yang dilakukan oleh peran protagonis dengan antagonis. Film action
dikenal berkat adanya aksi aksi laga yang seru di dalamnya. Film action
juga menghadirkan satu atau banyak tokoh yang bertindak sebagai
pahlawan yang harus menghadapi tantangan dengan disertai dengan baku
hantam, perkelahian, kekerasan, aksi pengejaran, baku tembak polisi dan
aksi aksi lainnya. Dalam film action juga terdapat villain berupa teroris,
perampok, psikopat, penjahat atau mafia gangster yang menjadi tokoh
antagonis utama dalam film.
63 Himawa Pratista, Memahami Film, h. 111-116
39
Komedi, merupakan tema yang sebaiknya bisa dibedakan dengan
lawakan. Sebab, jika dalam lawakan biasanya yang berperan adalah para
pelawak. Dalam komedi itu tidak dilakonkan oleh para pelawak, melainkan
pemain film biasa saja. Inti dari tema komedi selalu menawarkan sesuatu
yang membuat penontonnya tersenyum bahkan tertawa terbahak-bahak.
Biasanya juga, film yang berkaitan dengan komedi ini merupakan suatu
sindiran pada fenomena sosial atau kejadian tertentu yang sedang terjadi.
Salah satu grup lawak paling legendaris, Warkop Prambors kemudian
berubah nama menjadi Warkop DKI, merajai film komedi slapstick.64
Selain film-film trio Warkop DKI, seri komedi lain yang muncul adalah
Kabayan. Tokoh ini diangkat dari cerita rakyat Jawa Barat yang terkenal
dengan keluguan, kelucuan sekaligus sindiran moralnya.65 Begitu
populernya genre komedi sehingga beragam sub-genre film jenis ini
menjadi popular dan dinikmati penggemarnya.
Horor, merupakanfilm menawarkan suasana yang menakutkan,
menyeramkan, dan membuat penontonnya merinding, itulah yang disebut
dengan film horor. Suasana horor dalam film itu bisa dibuat dengan
caraanimasi, special effect, atau bisa langsung diperankan oleh tokoh-tokoh
dalam film tersebut. Film jenis ini seringkali dianggap „benar-benar‟
64 Slapstick adalah jenis komedi fisik yang mudah dicerna dan bermain dalam lingkup yang luas dan mencakup tiga hal utama yaitu derita, celaka dan aniaya. Komedi Slapstick biasanya lebih mengandalkan kelucuan gerak adegan ketimbang dialog atau monolog yang dibangun pemainnya. 65 Garin Nugroho dan Dyna Herlina S, Krisis dan Paradoks Film Indonesia (Jakarta: FFTV- IKJ Press, 2013) h. 282-283.
40
menampilkan budaya nasional karena kerap menampilkan legenda, hantu
lokal cerita rakyat, dan kekuatan supranatural.66
Tragedi, Pada tema ini, tragedi menitikberatkan pada nasib manusia.
Jika sebuah film dengan akhir cerita sang tokoh selamat dari kekerasan,
perampokan atau bencana alam dan lainnya, bisa disebut dengan tragedi.
DramaAction, merupakan gabungan dari dua tema, yaitu: drama dan
action. Pada tema drama-action ini biasanya menyuguhkan suasana drama
dan juga adegan-adegan berupa “pertengkaran fisik” untuk menandainya,
dapat dilihat dengan cara melihat alur cerita film. Biasanya film dimulai
dengan suasana drama lalu setelah itu alur meluncur dengan menyuguhkan
suasana tegang, biasanya berupa pertengkaran-pertengkaran.
Komedi Tragis, suasana komedi biasanya ditonjolkan terlebih
dahulu, kemudian menyusul dengan adegan-adegan yang tragis. Suasana
yang dibangun memang getir, sehingga penonton terbawa adegan emosinya
dalam suasana tragis, akan tetapi terbungkus dalam suasana komedi.
Komedi Horor, sama dengan seperti komedi tragis. Suasana komedi
horor juga merupakan gabungan antara tema komedi dan horor. Biasanya
film dengan tema ini menampilkan film horor yang berkembang, kemudian
diplesetkan menjadi komedi.
Menariknya, film horor Indonesia juga biasanya menampilkan
lelucon yang menakutkan, misalnya, makhluk halus yang menakuti
seseorang atau sekelompok orang. Reaksi orang yang ketakutan ini
66Garin Nugroho dan Dyna Herlina S, Krisis dan Paradoks Film Indonesia, h. 279.
41 membuat kelucuan yang disukai penonton. Kadang juga diceritakan tentang orang yang salah mengenali hantu dikira manusia atau sebaliknya.
Parodi, merupakan duplikasi dari tema film tertentu. Tetapi diplesetkan, sehingga ketika film parodi ditanyangkan, para penonton akan melihat suatu adegan film tersebut dengan tersenyum dan tertawa. Penonton berbuat demikian tidak sekedar karena film yang ditanyangkan itu lucu, tetapi karena adegan yang ditonton pernah muncul di film-film sebelumnya.
Tertentunya para penikmat film parodi akan paham kalau sering menonton film, sebab parodi selalu mengulang adegan film yang lain dengan pendekatan komedi. Jadi, tema parodi itu berdimensi duplikasi film yang sudah ada, kemudian dikomedikan.
Garin Nurgroho dan Dyna Herlina S menambahkan film Erotis sebagai salah satu jenis film. Film erotis atau film berbau seks (terutama soft porn) agaknya film sepanjang zaman dalam industri film Indonesia.
Film jenis ini meramaikan saat masa keemasan sekaligus menjadi penopang di saat kehancuran terdalam. Seksualitas membubuhkan objek, tentu saja perempuan yang paling sering dijadikan objek tersebut. Perempuan masih dianggap sebagai magnet yang mampu menarik penonton ke bioskop.67
Film seks kadang dipadukan dengan komedi, biasanya dengan kehadiran para perempuan pemeran pendukung di film komedi yang berpakaian minim. Film-film Warkop yang telah diproduksi sejak 1970-an, di awal 1990-an semakin massive menempatkan perempuan seksi sebagai
67Garin dan Dyna, Krisis dan Paradoks Film Indonesia, h. 283.
42
teman para pelawak. Tidak hanya pada film komedi, para hantu di film
horor juga tampil makin seksi, salah satunya film Si Manis Jembatan Ancol
(1994).68
Adapun film Hijab masuk pada kategori film drama, karena aktor dan
aktrisnya berkisar pada cerita keluarga. Film garapan Hanung Bramantyo
yang dirilis 15 Januari 2015 tersebut bercerita tentang empat wanita yang
mengadu peruntungan di dunia bisnis busana muslimah. Beragam konflik
indentitas peran muslimah dalam sebuah keluarga juga dihadirkan dalam
film berdurasi 100 menit ini.
Meskipun judul film tersebut terkesan bernuansa nuansa islami, tetapi
dalam alur ceritanya film Hijab lebih menggambarkan konflik identitas
seorang muslimah terkait hak dan kewajibannya. Belakang isu tersebut
berkembang dan seakan menjadi „tren‟ baru di kalangan perempuan,
bersamaan dengan populernya arus pemikiran baru. Dasar asumsi yang
dipakai adalah doktrin Jhon Lock tentang natural right (hak asasi manusia),
bahwa setiap manusia mempunyai hak asasi yaitu hak untuk hidup,
mendapatkan kebebasan, dan hak untuk mencari kebahagiaan. Namun
dalam perjalanan sejarahnya di barat, pemenuhan HAM ini dianggap lebih
dirasakan oleh kaum pria.69
Salah satu bagian di film Hijab yang menggambarkan konflik identitas
adalah terkait pernyataan Mike Lucock (Gamal) yang mengatakan larangan
68Garin dan Dyna, Krisis dan Paradoks Film Indonesia, h. 287. 69 Ratna Megawangi, Membiarkan Berbeda? Sudut Pandang Baru tentang Relasi Gender (Bandung: Mizan, 1999), h. 118
43
haram bekerja kepada istrinya Zaskia Adya Mecca (Sari) dan menekankan
kewajiban istri seperti mencuci pakaian, masak, mengurus anak dan rumah.
Timbul kerancuan dalam konflik tersebut terkait identitas dan peran seorang
muslimah dalam keluarga.
Salah satu kritik utama Islam terhadap feminisme Barat adalah
kecenderungan kepada sekularisme.70 Menurut teologi feminisme Islam,
konsep hak-hak asasi manusia yang tidak berlandaskan visi transendental71
merupakan hal yang tragis. Sehubungan dengan itu mereka berpandangan
bahwa gerakan perempuan Islam harus berpegang pada paradigma Islam
agar tidak menjadi sekuler. Fatima Merniss (1998) dan Issa J. Boullata
(1989) secara terpisah menegaskan bahwa perempuan Islam harus
mengembangkan program-program feminismenya dengan menggunakan
kerangka acuan Islami.72
Artinya: “Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang makruf. Akan tetapi, para suami mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada istrinya, dan Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.”(QS al-Baqarah [2]: 228)
70Sekularisme atau sekulerisme dalam penggunaan masa kini secara garis besar adalah sebuah ideologi yang menyatakan bahwa sebuah institusi harus berdiri terpisah dari agama atau kepercayaan, serta berpendirian bahwa paham agama tidak dimasukan dalam urusan politik, negara, atau institusi publik. 71Transendental merupakan sikap yang menonjolkan hal-hal yg bersifat kerohanian. 72 Riant Nugroho, Gender dan Strategi Pengarus-utamaannya di Indonesia (Jakarta: Pustaka Pelajar, 2008), h. 86.
44
Ayat ini menetapkan bahwa wanita mempunyai hak sebagaimana
mereka mempunyai kewajiban. Ini berarti setiap hak wanita diimbangi
dengan hak laki-laki. Dengan demikian maka hak mereka seimbang. Dan
yang dimaksud dengan keseimbangan di sini bukanlah kesamaan wujud
sesuatu dan karakternya, tetapi yang dimaksud adalah bahwa hak-hak antara
mereka itu saling mengganti dan melengkapi. Maka tidak ada suatu
pekerjaan yang dilakukan oleh wanita untuk suaminya melainkan si suami
juga harus melakukan suatu perbuatan yang seimbang untuknya.73
C. Peran Istri Menurut Pandangan Islam
1. Peran Istri Meliputi Hak dan Kewajiban
Konsep hak pada dasarnya sama, bahwa pria dan wanita sama dalam
segala sesuatu. Wanita mempunyai hak seperti yang dimiliki pria, dan
wanita mempunyai kewajiban seperti kewajiban pria. Kemudian bahwa laki-
laki dilebihi dengan satu derajat, yaitu sebagai pemimpin yang telah
ditetapkan dalam fitrahnya. Dalam hal ini bukan berarti keluar dari konsep
persamaan yang telah disamakan dalam hak dan kewajiban, sebab setiap
tambahan hak diimbangi dengan tambahan serupa dalam kewajiban.74
Sebagaimana dalam Al-Qur‟an juga telah menentukan hak istri dari
suaminya, yaitu persamaan dalam hak dan kewajiban, sesuai dengan surat Al
Baqarah ayat 228 :
73 Abdul Halim Abu Syuqqah, Kebebasan Wanita (Jakarta: Gema Insani Press, 2013), h. 136. 74 Muhammad Albar, Wanita dalam Timbangan Islam (Jakarta: Daar Al-Muslim, Beirut, 2009), h. 18.
45
Artinya: “Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang makruf. Akan tetapi, para suami mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada istrinya, dan Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.” (QS Al Baqarah [2]: 228)
Ayat di atas menyebutkan bahwa hak yang dimiliki istri seimbang
dengan kewajiban yang harus ditunaikan istri dan kewajiban yang harus
ditunaikan oleh istri itu adalah hak suami. Dengan demikian, kalimat
„walahunna mistlu ladzi „alaihinna‟ sebenarnya ingin menunjukan bahwa
hak yang dimiliki istri itu seimbang dengan hak yang dimiliki suami.
Kemudian, dengan adanya kalimat „walirrijali „alaihinna darojat‟ yang oleh
para mufasir dipahami dengan kelebihan „tanggung jawab/kewajiban‟ bukan
kelebihan „kemuliaan‟, menunjukan ada satu kewajiban yang dibebankan
kepada suami tetapi tidak dibebani kepada istri. Karena dalam logika
keadilan “Di mana ada kewajiban, di situ ada hak”, maka secara otomatis
suami memiliki satu kelebihan hak yang tidak dimiliki oleh istri.75
Dalam hubungan suami istri dalam rumah tangga, suami mempunyai
hak dan begitu pula istri mempunyai hak. Di balik itu suami mempunyai
beberapa kewajiban dan begitu pula istri mempunyai kewajiban.76 Demikian
pula kaum wanita mempunyai hak atas suami mereka, dan tidak akan
berlanjut kehidupan suami istri di atas keadilan yang diperintahkan Allah,
75 Mesraini, Membangun Keluarga Sakinah (Jakarta: Makmur Abadi Press, 2010), h. 71. 76 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia (Jakarta: Prenada Media, 2007), h. 160.
46
kecuali setiap suami dan istri memenuhi hak-hak di antara mereka. Adapun
hak-hak istri adalah sebagai berikut:77
1) Hak istri yang bersifat materi meliputi:
a. Hak mengenai harta: mahar (maskawin) dan nafkah.
Sebagaimana firman Allah surat An-Nissa‟ ayat 4:
Artinya:“Berikanlah (Mahar) kepada perempuan (yang kamu nikahi) sebagai pemberian dengan penuh kerelaan. Kemudian jika mereka menyerahkan kepada kamu sebagian maskawin itu dengan senag hati, maka makanlah (ambillah) pemberian itu (sebagai makanan) yang sedap lagi baik akibatnya”. (QS An-Nisaa‟ [4]: 4)
Dalam mendapatkan nafkah sebagaimana firman Allah surat Al
Baqarah ayat 233:
.
Artinya: “Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian para ibu dengan cara yang ma‟ruf”. (QS Al Baqarah [2]: 233)
2) Hak-hak istri yang bersifat non materi:
a. Hak mendapat perlakuan yang baik dari suami.
Sebagaimana firman Allah dalam surat An-Nisaa‟ ayat 19:
77 Abu Musa Abdurrahim, Kitab Cinta Berjalan (Jakarta: Gema Insani, 2011), h. 233.
47
Artinya:“Dan bergaullah dengan mereka (istri) dengan cara yang patut. Kemudia bila kau tak menyukai mereka (maka bersabarlah) karena mungkin kau tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak”. (QS An-Nisaa‟ [4]: 19)
Kewajiban istri terhadap suami tidak berdasarkan paradigma
lama, di mana posisi wanita lemah sehingga bisa diperlakukan
sewenang-wenang oleh pria (suami). Sebaliknya cara melihat wanita
tetap berdasarkan pada pengakuan atas harkat dan martabat wanita
yang mulia, selaras dengan hak-hak yang harus diterima dari
suaminya, kewajiban istripun tidak terlepas dari upaya yang
bersangkutan mendukung terciptanya kehidupan keluarga yang
sakinah, mawaddah, wa rahmah.78
b. Agar suami menjaga dan memelihara istrinya.
Maksudnya ialah menjaga kehormatan istri, tidak menyia-
nyiakan, agar selalu melaksanakan perintah Allah dan meninggalkan
larangan-Nya. Sebagaimana firman Allah dalam surat At-Tahrim ayat
6:
78 Hasbi Indra, Potret Wanita Sholehah (Jakarta: Penamadani, 2004), h. 188.
48
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka”. (QS At-Tahrim [66]: 6)
3) Kewajiban Istri:
a. Hormat dan Patuh kepada suami dalam batas-batas yang ditentukan
oleh norma agama dan susila.
Sebagaimana Firman Allah di dalam surat An-Nisa ayat 34:
.
Artinya:“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang shaleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah memlihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasihatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika dia menaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar”. (QS An-Nisaa‟ [4]: 34)
b. Mengatur dan mengurus rumah tangga menjaga keselamatan dan
mewujudkan kesejahteraan keluarga.
Sebagaimana firman Allah dalam surat Adz-Dzariyat Ayat 29:
49
. Artinya:“Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingan akan kebesaran Allah”. (QS Adz-Dzariyaat [51]: 29).
Islam telah menyadari bahwa membina rumah tangga
merupakan kesepakatan dua belah pihak antara suami dan istri, oleh
karena itu segala sesuatunya harus dimusyawarahkan bersama.
Termasuk pula dalam hal ini adalah tata cara pembagian kerja rumah
tangga.79
c. Memelihara dan mendidik anak sebagai amanah Allah.
Sebagaimana Firman Allah SWT dalam suratAl-Kahfi ayat 46:
Artinya:“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan”. (QS Al Kahfi [18]: 36)
d. Memelihara dan menjaga kehormatan serta melindungi harta benda
keluarga.
Sebagaimana Firman Allah dalam surat Al-Ahzab ayat 35:
79 Istiadah, Membangun Bahtera Keluarga yang Kokoh (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2009), h. 36.
50
Artinya:“…Laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar”. (QS Al Ahzab [33]: 35) e. Menerima dan menghormati pemberian suami serta mencukupkan
nafkah yang diberikannya dengan baik, hemat dan bijaksana.
Sebagaiman firman Allah dalam surat Al-Furqon ayat 67:
Artinya:“Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta) mereka berlebih-lebihan, dan tidak (pula) kikir, tapi adalah (pembelanjaan itu) tengah-tengah antara yang demikian”. (QS Al- Fuqaan [25]: 67). f. Kewajiban menutup aurat
Terkait kewajiban berhijab, al Quran telah menjelaskan. Hal
tersebut terdapat dalam QS Al-Ahzab ayat 59 yaitu,
.
Artinya: ”Hai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mu‟min: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya keseluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”(QS Al Ahzab [33]: 59)
51
BAB III
GAMBARAN UMUM FILM HIJAB KARYA HANUNG BRAMANTYO
A. Film Hijab Karya Hanung Bramantyo
Film Hijab bukanlah film yang bertema religi melainkan merupakan
sebuah film drama komedi Indonesia yang mengangkat isu wanita yang
beredar di masyarakat dan menggambarkan karakter-karakter wanita berhijab
di Indonesia yang mendekati realita hidup para muslimah yaitu hijab1 sebagai
identitas fesyen dan gaya hidup. Film Hijab ini diproduksi oleh Dapur Film.
Film yang disutradarai oleh Hanung Bramantyo ini dirilis pada 15 Januari
2015 dan ditayangkan di seluruh bioskop Tanah Air. Film ini dibintangi oleh
Zaskia Adya Mecca sebagai Sari, Carissa Putri sebagai Bia, Tika Bravani
sebagai Tata, dan Natasha Rizki sebagai Anin yang menjadi pemeran utama,
serta Mike Lucock sebagai Gamal, Ananda Omesh sebagai Ujul, Nino
Fernandez sebagai Matnur, dan Dion Wiyoko sebagai Chaky sebagai
pemeran pembantu dalam film Hijab ini.
Film garapan Hanung Bramantyo ini, menceritakan tentang dilema
kehidupan empat wanita muslim di Indonesia. Tiga di antara mereka
mengenakan hijab, sementara seorang lagi tidak. Mereka adalah Sari yang
1 Secara epistimologis (asal-usul kata), kata hijab berasal dari bahasa Arab.Dalam kamus Al .”yang artinya adalah “menutupi (حجة) Munawwir (1997:237) tertulis asal kata hijab adalah ha-ja-ba memiliki arti “penutup/tirai/ tabir/ sekat”.Lalu kata hijab ini mengalami (ال حجاب) Adapun hijab pergesseran makna ketika diadopsi oleh sekolompok muslimah fashionista (penggemar fashion) yang menamakan diri mereka sebagai “Kaum Hijabers”.Kini di kalangan muslimah Indonesia hijab dipakai sebagai sebutan untuk busana muslimah.
52
53
memakai hijab syar‟i2 atas paksaan sang suami, Bia yang memakai hijab
fashionable3 dan memakai hijab karena mengikuti seminar keagamaan yang
mengakibatkan dirinya terjebak menjadi gadis hidayah yang membuatnya
tidak bisa melepas hijabnya. Tata yang merupakan aktivis yang memakai
hijab turban untuk menutupi rambutnya yang botak, sedangkan Anin yang
tidak berhijab namun akhirnya memakai hijab juga yang berpikir bahwa hijab
merupakan suatu proses untuk ke arah yang lebih baik.
Film diawali (dan seterusnya) dengan curhatan Bia, Tata dan Sari
langsung menghadap kamera tentang alasan mereka memakai jilbab,
bagaimana mereka bertemu dan menikah dengan pasangan-pasangan mereka,
dan bagaimana susahnya mereka memulai bisnis hijab mereka secara diam-
diam karena khawatir dengan respon suami, sampai membuka sebuah butik
dengan nama „Meccanism‟. Mereka bercerita begitu lepas. Saling ungkap dan
saling sindir, ramai dan lucu. Sampai Sari pun yang terkesan paling agamis di
antara mereka tak sungkan melepas ceritanya. Cara ini membuat film terasa
interaktif dan kelenturan para pemainnya bercerita membuat penonton terlibat
dalam cerita.
2 Hijab Syar‟i adalah istilah yang menunjukan penggunaan hijab sesuai aturan agama diantaranya: (1) Menutupi seluruh tubuh kecuali yang tidak wajib ditutupi; (2) Tidak berfungsi sebagai perhiasan; (3) Kainnya tebal tidak tipis; (4) Lebar tidak ketat sehingga menampakan bentuk tubuh; (5) Tidak diberi pewangi atau parfum; (6) Tidak menyerupai pakaian lelaki; (7) Tidak menyerupai pakaian wanita kafir; (8)Bukan merupakan syuhrah/pakaian yang menarik perhatian orang. (Muslim.or.id) 3Fashionable adalah suatu istilah untuk menggambarkan gaya yang dianggap lazim pada satu periode waktu tertentu. Biasanya gaya yang dimaksud cenderung fokus pada gaya berpakaian masayarakat pada periode waktu itu. (Wikipedia.org).
54
Yang tidak akan terlupakan dari film Hijab tentu adalah warna-warna yang memanjakan penonton sepanjang film. Benang, bahan, kain, kerudung, kostum, wardrobe, properti, dan sebagainya diatur dengan warna sedemikian rupa hingga membuat film begitu segar dan ceria. Banyaknya warna tersebut seperti menyatu dengan cerita, menyatu dengan karakter, hingga ada warna- warna yang seperti mewakili konflik-konflik yang dialami para tokoh; konsistensi, konflik keluarga, komitmen, dan pilihan hidup.
Hal-hal yang membuat lucu film ini antara lain banyaknya sindiran yang menyentil banyak isu. Mulai dari isu sosial, sindiran untuk kakunya muslim konservatif (yang dilimpahkan pada suami Sari yang diperankan oleh
Mike Lucock), hingga sindiran pada dunia film itu sendiri dan para pembuatnya (yang diwakili oleh si sutradara idealis Dion Wiyoko) dengan berbagai keanehan selera yang dipunya. Semua itu menunjukkan skenario yang begitu kaya.
Permasalahan muncul saat empat tokoh utama dalam film ini mulai merintis usaha bersama dalam bidang mode hijab dan perlahan mulai melampaui penghasilan suami masing-masing. Konflik antara para tokoh suami dan istri belakangan meruncing pada masalah syari‟ah. Di sela permasalah antara para suami dan istri, hanya Anin yang belum menikah dan masih terjebak dengan impiannya. Tidak hanya memberikan nuansa komedi, film ini juga memberikan nuansa sendu hingga nuansa sedih. Banyak pesan yang disampaikan oleh film ini seperti bagaimana pentingnya komunikasi di dalam suatu rumah tangga, bagaimana dengan hijab menjadikan seorang
55
muslimah selangkah lebih baik dan lebih dekat kepada Allah, dan bagaimana
peran suami mau pun istri yang seharusnya dapat saling mendukung.
B. Sinopsis Film Hijab
Adegan diawali dengan tiga orang muslimah yang sedang membuat
video rekaman perjalanan mereka membangun bisnis busana muslimah.
Mereka memulainya dengan menceritakan alasan masing-masing
menggunakan hijab. Hingga akhirnya ketiga muslimah ini memutuskan untuk
menikah, lalu menjadi ibu rumah tangga dengan profesi pasangan hidup yang
beragam.
Di tengah perjalanan pernikahan, mereka berinisiatif untuk memiliki
usaha sendiri yang bisa diatur dari rumah. Tujuannya adalah untuk menambah
penghasilan sendiri dan membantu keluarga. Dari sana terciptalah ide bisnis
fesyen muslimah. Mereka menjalankan bisnis ini secara diam-diam, tanpa
sepengetahuan para suami.
Bisnis tersebut dikarenakan pada saat arisan bersama, Gamal (suami
Sari) menyindir dengan kalimat “semua arisan ibu-ibu sebenarnya arisan
suami, karena duitnya dari Suami”. Karena perkataan Gamal tersebut Tata
merasa terusik yang kemudian mengajak sahabatnya untuk menggugat
ucapan Gamal dengan cara kembali menjadi perempuan mandiri seperti saat
mereka masih lajang. Tidak disangka, Sari menyambut dengan antusias. Bia,
Tata dan Anin pun demikian. Akhirnya secara diam-diam mereka bekerja
dengan memulai bisnis fesyen hijab secara online. Bia menjadi desainernya,
Sari yang mengelola keuangan, Tata dan Anin menjadi marketingnya.
56
Pada mulanya mereka membuka bisnis secara online. Tak disangka,
tanggapan masyarakat sangat bagus. Setelah mendapatkan pinjaman modal,
kemudian mereka memutuskan untuk membuka butik. Perkembangan butik
pun semakin pesat. Konflik mulai memuncak ketika para suami akhirnya
mengetahui kesibukan para istri. Adanya perbedaan pendapatan yang jauh
antara suami dan istri turut memicu terjadinya konflik.
C. Tanggapan Terhadap Film Hijab
Setelah ditayangkan serentak di berbagai bioskop Tanah Air pada 15
Januari 2015, film Hijab menuai kontroversi.Salah satunya kritik yang
dilontarkan Hanum Rais pada akun media sosial (medsos) Facebook
miliknya. Penulis buku Berjalan di Atas Cahaya dan 99 Cahaya di Langit
Eropa itu bahkan menuding sang sutradara sebagai anggota Jaringan Islam
Liberal atau JIL.4 Berikut pernyataan Hanum Rais, “Bagaimana mungkin
yah, judulnya Hijab tetapi menyatiri, mengkomikalisasi orang berkerudung
jika tak boleh mengatakan menyinyiri orang-orang yang memakai hijab
sebagai transformasi keterpaksaan, pemaksaan kehendak suami, atau
sekedar fesyen tren, dan mengelak dari realita bahwa sebagian besar orang
berjilbab karena keteguhan hati akan perintah agama bukan yang lain”.5
4Jaringan Islam Liberal (JIL) adalah sebuah pemikiran yang sifatnya liberal, yang menurut mereka tidak terpaku dengan teks-teks agama (Al Quran dan Hadis), tetapi lebih terikat dengan nilai- nilai yang terkandung dalam teks-teks tersebut. Dalam implementasinya pemikiran ini dapat disebut meninggalkan teks sama sekali, dan hanya menggunakan rasio dan selera belaka. Di Indonesia tokoh JIL salah satunya Ulil Abshar Abdalla. 5 “Kritik Film Hijab Anak Amien Rais Tuding Hanung JIL”, Merdeka Online, 22 Januari 2015, diakses pada 14 Juli 2016 dari http://www.merdeka.com/peristiwa/kritik-film-hijab-anak-amien- rais-tuding-hanung-bramantyo-jil.html,
57
Tidak sampai Hanum Rais, kritik terhadap film ini pun bergulir pada
Asmanadia, penulis novel dan cerpenis Indonesia yang karyanya banyak
diadopsi menjadi film. Asma melalui akun twitternya menkritik sikap Gamal
al Rasyid (diperankan Mike Lucock) suami dari Sari Gumilang (Zaskia Adya
Mecca) yang melarang istrinya bekerja, dan mengatakan bahwa Islam
mengharamkan seorang istri bekerja. Padahal menurut Asma, Siti Khadijah
yang merupakan Istri Nabi Muhammad SAW adalah seorang pengusaha yang
sukses.6
Namun tidak semua komentar terhadap film tersebut bernada negatif.
Komentar positif datang dari Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah,
yang juga Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Din Syamsuddin,
mengomentari film Hijab karya Hanung Bramantyo yang diputar pada Senin,
19 Januari 2015, di Pondok Indah Mall, Jakarta Selatan. "Film ini bagus,
dikemas baik dengan memberikan pesan moral," katanya. Ia juga
menyatakan Hijab layak ditonton. "Tergantung penilainya. Saya tahu Mas
Hanung punya visi tentang seni film kontemporer yang mengemas cerita
tentang masyarakat Islam, khususnya kalangan menengah-atas yang sedang
tertarik dengan hijab," kata Din Syamsudin. Ia sedikit mengkritik film ini
karena pesan agamanya kurang banyak.7
6 “Inilah Catatan Kritis Asma Nadia Soal Film Hijab Karya Hanung Bramantyo”, Harsindo Online, 27 Januari 2015, diakses pada 16 Juli 2016 dari http://www.harsindo.com/2015/01/inilah- catatan-kritis-asma-nadia-soal-film-hijab-karya-hanungbramantyo.html, 7 “Din Syamsuddin Komentari Film Hijab”, Tempo Online, 20 Januari 2015, diakses pada 16 Juli 2016 dari https://m.tempo.co/read/news/2015/01/20/111636184/din-syamsuddin-komentari-film- hijab
58
1. Riwayat Kontroversi Film Hanung Bramantyo
Bukan hanya pada film Hijab Hanung terbelit isu kontroversi.
Sebelumnya, beberapa filmnya juga pernah diprotes karena alasan agama,
budaya, maupun yang lain. Berikut rangkuman CNN Indonesia tentang
riwayat kontroversi film yang dirilis Hanung Bramantyo.8
a. Perempuan Berkalung Sorban
Saat belum banyak sutradara mengambil latar atau tema pesantren
untuk dimasukkan dalam film, Hanung sudah mengambil langkah itu.
Tahun 2009, ia membuat film Perempuan Berkalung Sorban yang
berkisah soal anak kiai terpandang yang menikah dengan putra kiai dari
pesantren tetangga. Pernikahan itu membawa petaka. Sang putra kiai,
yang diperankan Reza Rahadian, ternyata bersikap kasar terhadap
istrinya, yang dimainkan oleh Revalina S. Temat. Ia juga digambarkan
suka mabuk-mabukan serta main perempuan.
Hanung bahkan telah berani memunculkan isu poligami dalam film
itu.Ia pun langsung diprotes. Penyunting novel berjudul serupa, Hindun
Anisah merasa Hanung gagal menyampaikan konten substansial dari
novelnya. Hanung justru menonjolkan kekerasan dalam rumah tangga.
Sebetulnya, kata Hindun yang dikutip situs resmi NU, novel Perempuan
Berkalung Sorban menonjolkan pergulatan wacana tentang teks agama
Islam, yang berkaitan dengan hubungan lelaki dan perempuan.
8 “Riwayat Kontroversi Film-Film Hanung Bramantyo”, CNN Indonesia, 23 Januari 2015, diakses pada 16 Juli 2016 dari http://www.cnnindonesia.com/hiburan/20150123133015-220- 26838/riwayat-kontroversi-film-film-hanung-bramantyo/2
59
Bukan hanya soal itu, film Hanung juga dianggap memojokkan dunia pesantren lantaran menggambarkan pendidikan itu sebagai lembaga yang kolot, ant iperubahan, dan tertutup. PBNU sendiri sampai menyatakan keprihatinan atas film Perempuan Berkalung Sorban. "Pesantren dalam film tersebut digambarkan sangat tidak sesuai dengan realitas, sebagai institusi pendidikan agama yang kolot, anti perubahan dan tertutup," kata
Sekjen PBNU Endang Turmudi yang dikutip situs resminya. Ia mengaku kecewa, karena sekalinya pesantren dimunculkan dalam film, citranya justru negatif. Meski protes dilayangkan, film tetap ditayangkan dan banyak yang menonton. b. ? (Tanda Tanya)
Tema pluralisme yang dihadirkan Hanung lewat film Tanda Tanya
(?) justru ditentang sebagian kalangan. Film Tanda Tanya (?) sempat heboh karena Front Pembela Islam (FPI) bersuara keras terhadapnya. FPI menyebut film Tanda Tanya (?) menyesatkan, dan mengharamkan umat
Islam menontonnya karena berisi ajaran liberal.
Namun, Hanung menanggapi santai protes itu. Ia merasa filmnya tidak menyesatkan. Apalagi Tanda Tanya (?) diapresiasi di luar negeri. Hanung didukung oleh, salah satunya, Yenny Wahid yang merupakan putri mendiang Gus Dur. Kata Yenny, film Hanung menyampaikan ide-ide pluralisme di Indonesia.
Beberapa poin menjadi latar belakang FPI menolak Tanda Tanya (?).
Dengan tokoh yang berlatar agama berbeda namun tersimpul menjadi satu
60 konflik, Tanda Tanya (?) dianggap menebarkan paham bahwa Islam bukan agama nan suci. Salah satunya, ada tokoh Menuk (Revalina S.
Temat) yang dikisahkan berjilbab namun bekerja di restoran yang menjual babi.
Dirilis tahun 2011, film Tanda Tanya (?) menampilkan Reva, Reza
Rahadian, Agus Kuncoro, Endhita, Rio Dewanto, Glenn
Fredly, dan Hengky Solaiman dalam satu panggung. Masing-masing memerankan tokoh dengan karakter yang berbeda, bukan hanya sosoknya tetapi juga agamanya. Hanung memang memfokuskan film Tanda Tanya
(?) pada toleransi antaragama di Indonesia. Itu terwakili lewat keluarga
Hengky dan Rio yang beragama Budha, Reza dan Reva yang beragama
Islam, dan Endhita yang beragama Katolik. Masing-masing punya konflik, dan sesekali bersinggungan. Film Tanda Tanya (?) bisa tetap beredar, setelah Hanung mendatangi MUI dan beberapa adegan film dipotong. c. Cinta Tapi Beda
Dua tahun setelah merilis film Tanda Tanya (?), Hanung kembali memunculkan film yang kontroversial. Kali ini mengisahkan pasangan yang lagi-lagi berbeda agama. Adalah Cahyo (Reza Nangin) yang menjalin cinta dengan Diana (Agni Pratistha), meski berbeda agama dan latar belakang budaya.
Cahyo adalah seorang Jawa yang berasal dari keluarga muslim yang taat beribadah. Sementara Diana, mahasiswa jurusan seni tari yang
61 merupakan Katolik taat. Di Jakarta, ia tinggal bersama paman dan bibiya.
Sedangkan kedua orangtuanya, menetap di Padang, Sumatera Barat. Cinta
Cahyo dan Diana sampai ke ujung pelaminan, namun tidak direstui orang tua kedua belah pihak.
Hanung sebenarnya bukan berlaku sebagai sutradara utama dalam film itu, namun namanya tetap ada di poster. Ia sudah memperingatkan produser Raam Punjabi soal 'bahayanya' menyebut nama Hanung untuk film bertema agama. Benar saja. Cinta Tapi Beda memang sempat bertengger di bioskop. Namun hanya beberapa hari. Selanjutnya diprotes.
Masyarakat Minangkabau melaporkan Hanung ke Polda Metro Jaya dengan tudingan Pasal 156 KUHP Jo Pasal 4 dan 16 UU. N0. 40/2008 tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis. Hanung dianggap menanamkan kebencian terhadap salah satu suku, etnis, agama, dan golongan dalam wilayah hukum Indonesia, yakni Minangkabau.
Mereka tersinggung lantaran masyarakat Minangkabau identik dengan
Islam. Hanung mengklarifikasi bahwa pihaknya tak menyebut Diana gadis Minang.Ia hanya digambarkan memakai kalung salib dan makan babi rica-rica. Meski antusiasme terhadap filmnya besar, Hanung akhirnya memutuskan menarik Cinta Tapi Beda. d. Soekarno: Indonesia Merdeka
Belum lagi rampung diproduksi, film garapan Hanung yang satu ini sudah menuai kontroversi. Namun, kali ini bukan soal isu agama yang diembuskan dalam film. Melainkan, konflik internal soal bagaimana
62
Hanung mengambil sudut pandang dalam memfilmkan Bapak
Proklamator Indonesia, Soekarno melalui sosok Ario Bayu.
Rachmawati Soekarnoputri, putri Bung Karno melayangkan somasi karena merasa produksi film yang digarap Hanung 'cacat'. Ada poin-poin perjanjian yang menurutnya disalahi. Rachma menganggap, sosok
Soekarno yang ditampilkan dalam film itu tak sesuai fakta, baik penokohannya maupun alur cerita.
Rachma tak setuju tentang bagaimana Soekarno memandang perempuan. Ia digambarkan 'bermain' dengan perempuan yang lebih muda, yakni Fatmawati (Tika Bravani), di saat memiliki istri, Inggit
Harnasih (Maudy Koesnaedy). Soekarno juga digambarkan 'tunduk' pada Jepang, terlihat dari adegan ia ditodong senjata.
Bukan hanya itu, Rachma bahkan kurang setuju dengan pemilihan
Ario Bayu memerankan sosok ayahnya. Menurutnya, Ario hanya anak muda yang kebanyakan tinggal di luar negeri dan tak tahu sejarah bangsanya sendiri. Rachma menganggap, dengan disalahinya beberapa poin perjanjian, kerja sama dirinya dengan Multivision Pluspun batal.
Namun faktanya, Hanung tetap melanjutkan produksi film. Rachma pun melayangkan somasi. Soekarno: Indonesia Merdeka pun sampai dimejahijaukan.
63
D. Produksi Film Hijab
1. Sutradara Film Hijab
Setiawan Hanung Bramantyo atau yang biasa kita kenal dengan
Hanung Bramantyo (lahir di Yogyakarta, 1 Oktober 1970) adalah salah
satu sutradara yang berasal dari Indonesia. Ia adalah anak dari pasangan
H. Salim Poernomo dan Mulyani.
Kiprah Hanung Bramantyo sebagai sutradara film mulai mencuri
perhatian publik di tahun 2004 saat menghasilkan film romantis yaitu
Brownies. Setelah itu, ia semakin giat menyalurkan karya-karyanya
seperti film Catatan Akhir Sekolah, Jomblo, Lentera Merah, Get Married,
Ayat-ayat Cinta, Perempuan Berkalung Sorban, hingga Sang Pencerah.
Film-film yang ia sutradarai cukup beragam mulai dari film remaja,
komedi romantis, drama reliji bahkan horor.
Festival Film Indonesia 2005, ia terpilih sebagai Sutradara Terbaik
lewat film arahannya yaitu Brownies (untuk Piala Citra - film layar lebar).
Ia juga dinominasikan sebagai Sutradara Terbaik untuk film televisi cerita
lepasnya yaitu Sayekti dan Hanafi, akan tetapi yang mendapatkan
penghargaan adalah Guntur Soehardjanto. Pada Festival Film Indonesia
2007, ia kembali terpilih sebagai Sutradara Terbaik melalui film Get
Married.
Hanung bisa dikatakan sebagai salah satu sutradara yang aktif
memproduksi karya-karya yang bersentuhan dengan nuansa Islam. Sebut
saja karyanya yang berjudul Ayat-Ayat Cinta. Film yang diproduksi tahun
64
2008 ini mendapat antusias luar biasa hingga mencapai 3,58 juta
penonton. Tidak berhenti di situ, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
(SBY) dan beberapa pejabat negara turut menonton film tersebut.9
Hanung Bramantyo ternyata pernah kuliah di Fakultas Ekonomi
Universitas Islam Indonesia namun ia tidak menyelesaikannya. Setelah itu
ia pindah mempelajari dunia film di Jurusan Film Fakultas Film dan
Televisi Institut Kesenian Jakarta (IKJ). Pada tahun 2008, film arahan
Hanung berjudul Ayat-ayat Cinta (2008) yaitu sebuah film religi yang
diangkat dari novel sukses karya Habiburrahman El Shirazy ternyata
sukses besar di pasaran. Di dalam film itu, Hanung mengajak Fedi Nuril,
Rianti Cartwright, Carissa Putri, Zaskia A Mecca,dan Putri Indonesia
2002, Melanie Putri membintangi film yang juga sukses diputar di
Malaysia dan Singapura itu.
Pada tahun 2010, Hanung membuat film berjudul Sang Pencerah yang
menceritakan tentang pendiri Muhammadiyah, KH Ahmad Dahlan.Film
ini bahkan sempat dinominasikan sebagai film terbaik dalam Festival
Film Indonesia 2010. Namun sayang, film bermodal milyaran rupiah itu
gagal meraih piala citra karena terjadi perbedaan pandangan antara dewan
juri FFI (Festival Film Indonesia), yang akhirnya menobatkan film
komedi romantis berjudul 3 Hati, 2 Dunia, 1 Cinta sebagai film terbaik.
9Garin Nugroho dan Dyna Herlina S, Krisis dan Paradoks Film Indonesia (Jakarta: FFTV- IKJ Press, 2013), h. 386.
65
Dari banyaknya karya Hanung, ternyata ia juga mengarahkan film
yang berjudul „Tingkling Glass‟ yang berhasil meraih Juara III Bronze
11th Cairo International Film Festival (CIFF)10 Category TV Program di
Mesir.
Terkait kehidupan pribadinya, Hanung pernah menikah dengan Yanesthi
Hardini dan dikaruniai seorang putra bernama Barmastya Bhumi
Brawijaya namun bercerai. Ia kemudian menikah lagi dengan aktris
Zaskia Adya Mecca dan dikarunia dua orang putri bernama Kana Sybilla
Bramantyo dan Kala Madali Bramantyo.
a. Karya-Karya Hanung Bramantyo
Hanung Bramantyo sebagai sutradara film Indonesia sudah banyak
menghasilkan banyak karya. Berikut ini merupakan karya-karya
Hanung Bramantyo adalah sebagai berikut:
1). Film Pendek
1. When (2003)
2. JK (2009)
2). Film Televisi
1. Sayekti dan Hanafi (2005)
3). Film Layar Lebar
1. Topeng Kekasih (2000)
adalah (ال دول ي ال س ي نمائ ي ال قاهرة مهرجان :10Festival Film Internasional Kairo (bahasa Arab sebuah festival film tahunan yang diadakan diKairo, Mesir. Acara tersebut didirikan pada 1976 dan merupakan festival film internasional pertama yang diadakan di dunia Arab. Acara tersebut diadakan setiap tahun sejak pembentukannya., kecuali pada tahun 2011 dan 2013, ketika acara tersebut dibatalkan karena keterbatasan biaya dan ketidakstabilan politik.(Daily News Egypt,"The trouble with the Cairo International Film Festival". Diakses tanggal 18 Juli 2016, Pukul 13.00 WIB)
66
2. Gelas-Gelas Berdenting (2001)
3. Brownies (2004)
4. Catatan Akhir Sekolah (2005)
5. Jomblo (2006)
6. Lentera Merah (2006)
7. Kamulah Satu-Satunya (2007)
8. Legenda Sundel Bolong (2007)
9. Get Married (2007)
10. Ayat-Ayat Cinta (2008)
11. Doa Yang Mengancam (2008)
12. Perempuan Berkalung Sorban (2009)
13. Get Married 2 (2009)
14. Menebus Impian (2010)
15. Tendangan dari Langit (2010)
16. Sang Pencerah (2010)
17. ? (tanda Tanya) (2011)
18. Pengejar Angin (2011)
19. Perahu Kertas (2012)
20. Cinta Tapi Beda (2012)
21. Perahu Kertas 2 (2013)
22. Gending Sriwijaya (2013)
23. Soekarno: Indonesia Merdeka (2013)
24. 2014 (2014)
67
25. Hijab (2015)
26. Mencari Hilal (2015)
27. Talak 3 (2016)
28. Kartini (2016)
29. Rudi Habibie (2016)
4). Sebagai pemain
1. Jomblo (2006) - sebagai koki
2. Lentera Merah (2006) - sebagai Dewan Alumni 65
3. Get Married 2 (2009) - sebagai pemarkir mobil
4. Get Married 3 (2011) - sebagai orang buta
5. Perahu Kertas (2012) - sebagai tamu di pameran lukisan
Galeri Warsita
6. Habibie & Ainun (2012) - sebagai Sumohadi
7. Cinta Tapi Beda (2012) - sebagai Pelanggan Cafe
8. Slank Nggak Ada Matinya (2013) - sebagai Pak Teguh
9. Youtubers (2015) - sebagai Sutradara
2. Data dan Tim Produksi
Sutradara : Hanung Bramantyo
Produser : Hanung Bramantyo
Zaskia Adya Mecca
Haykal Kamil
Line Produser : Talita Amilia
Produser Eksekutif : Alim Sugiantoro
68
Raam Punjabi
Pimpinan Pasca Produksi : Luqman Thalib
Penata Skrip : Hanung Bramantyo
Rahabi Mandra
Casting Director : Widhi Susila Utama
Studio : Dapur Film
Durasi : 100 menit
Jenis Film : Drama Komedi
Negara : Indonesia
Bahasa : Indonesia
Rilis : 15 Januari 2015
Pemeran : Zaskia Adya Mecca, Carissa Putri,
Tika Bravani, Natasha Rizki, Mike
Lucock, Ananda Omesh, Nino
Fernandez, Dion Wiyoko, Sophia
Latjuba, Kala Madali Bramantyo,
Keefe Bazli, Jajang C. Noer, Meriam
Bellina, Rina Hasyim, Lily SP, Marini,
Ustadz Ahmad Al Habsy.
Penata Kamera : Fauzan Rizal
Penata Artistik : Angela Halim
Perancang Busana : Tasya Nur Medina
Klara Isabella
69
Penata Rias : Darto Unge
Penata Suara : Satrio Budiono
Perekam Suara : Yusuf Patawari
Abdul Malik
Penata Musik : Hariopati Rinanto
Lagu Tema : Melly Goeslaw
Penata Gambar : Wawan I Wibowo
Efek Visual : Ganda Harta
Teguh Tejo Raharjo
3. Tokoh Pemeran Film Hijab
a. Zaskia Adya Mecca sebagai Sari
Sari Gumilang atau yang akrab dipanggil Sari ini merupakan salah
satu dari tokoh utama di Film Hijab. Sari adalah wanita yang cerdas
dalam usaha perdagangan. Saat masih melajang, Sari mempunyai usaha
kecil-kecilan yang menjual pakaian.
Sari adalah seorang istri dari Pria Arab yang bernama Gamal Abdul
Nasir dan seorang ibu yang mempunyai dua anak perempuan. Suami Sari
merupakan tipe suami yang taat dengan perintah-perintah agama.
Sekarang Sari mengenakan hijab yang sesuai syariat Islam yaitu hijab
syar‟i karena permintaan suami. Hijab syar‟I adalah Hijab besar yang
menutupi seluruh aurat wanita muslimah. Sebelum menikah, Sari
memang sudah berhijab namun hijab yang fashionable. Perubahan hijab
Sari ini merupakan bukti ketaatan seorang istri terhadap suaminya.
70 b. Carissa Putri sebagai Bia
Bilqis Inan Aqifa atau yang akrab dipanggil Bia ini merupakan salah
satu dari tokoh utama di Film Hijab. Bia adalah wanita yang cerdas
dalam mendesain baju dan hijab. Bia yang awalnya tidak mengenakan
hijab lalu dijuluki “gadis hidayah” karena ia mengenakan hijab pada saat
pertemuan yang kedua di dalam seminar keagamaan yang ia ikuti.
Karena julukan “gadis hidayah” tersebut Bia sering dipanggil menjadi
motivator pada seminar keagamaan. Bia adalah seorang istri dari seorang
aktor sinetron yang bernama Rahmat Nur Hidayat atau yang biasa
dipanggil dengan nama bekennya yaitu Matnur. Di dalam film ini, Bia
mengenakan hijab yang fashionable.
Hijab fashionable ini merupakan model hijab yang modern, up to date
dan kekinian sesuai dengan zaman sekarang. Hijab fashionable adalah
model hijab terbaru yang diyakini wanita muslimah walaupun berhijab
namun masih bisa tampil cantik dan stylish. c. Tika Bravani sebagai Tata
Talita Amelia atau yang akrab dipanggil Tata ini merupakan salah satu
dari tokoh utama di dalam Film Hijab. Tata merupakan seorang aktivis
yang pintar berorasi pada saat ia masih di Perguruan Tinggi.
Tata adalah seorang istri dari seorang fotografer yang bernama Ujul.
Suami Tata sendiri adalah teman kuliah Tata yang sudah dari dulu diam-
diam menaruh hati kepada Tata. Tata juga seorang ibu dari anak laki-laki
bernama Faiz yang berusia tiga tahun.
71
Tata yang awalnya tidak mengenakan hijab, lalu ia mengenakan hijab
dengan model turban. Tata mengenakan hijab dengan model turban
dikarenakan ia mengalami kebotakan pada rambutnya yang akhirnya ia
memutuskan untuk menutupinya dengan memakai Turban. Hijab model
turban ini adalah hijab yang hanya menutupi rambut dan tidak menutupi
leher. Tata mengenakan hijab dengan model turban ini dikarenakan
karakternya yang tidak feminim dan terkesan „tomboi‟. d. Natasha Rizki sebagai Anin
Anindya atau yang akrab dipanggil Anin ini merupakan salah satu
tokoh utama di dalam Film Hijab. Anin merupakan wanita penggemar
buku dan segala sesuatu yang berbau dengan Paris. Hanya Anin yang
tidak mengenakan hijab dan belum menikah. Ini dikarenakan Anin
melihat para sahabatnya yang tidak bisa menjadi diri sendiri dan tidak
bisa bebas melakukan sesuatu yang diinginkan setelah menikah.
Namun, Anin menjalin hubungan dengan seorang sutradara
kontroversial yang bernama Chaky. Hubungan mereka terjalin karena
Chaky sedang mencari talent (pemeran) untuk film pendek nya yang
akan diputar di Perancis dan Anin yang menjadi talent di dalam film
tersebut. Lalu di akhir film diceritakan bahwa Anin akhirnya
mengenakan hijab yang menurutnya hijab adalah suatu proses perjalanan
untuk ke arah yang lebih baik dan menjaga tubuhnya hanya untuk
suaminya kelak.
72 e. Mike Lucock sebagai Gamal
Gamal Abdul Nasir atau yang biasa dipanggil Gamal merupakan salah
satu tokoh pemeran pembantu dalam Film Hijab. Gamal merupakan
seorang pria Arab yang sangat taat dengan agama Islam. Gamal adalah
suami Sari, mereka bertemu pertama kali di Pasar Induk Tanah Abang
ketika Sari ingin membeli beberapa barang-barang dari Arab untuk
bisnisnya.
Saat itu Gamal langsung menaruh hati kepada Sari dan berniat
menikahinya. Karena ketaatan Gamal dengan agamanya, maka Gamal
menyuruh Sari yang saat itu memakai hijab fashionable untuk memakai
hijab syar‟i. Gamal yang bekerja di Perusahaan Pajak sangat menjunjung
tinggi kejujuran. f. Nino Fernandez sebagai Matnur
Rahmat Nur Hidayat atau yang dipanggil Matnur merupakan salah
satu tokoh pemeran pembantu dalam Film Hijab. Matnur adalah seorang
artis, nama “Matnur” juga merupakan nama bekennya. Matnur adalah
suami Bia. Mereka bertemu ketika Bia menolong Matnur bersembunyi di
dalam mobil karena Matnur sedang dikejar-kejar oleh para
penggemarnya. Ternyata pada saat itu juga Matnur menaruh hati kepada
Bia dan tidak lama kemudian mereka akhirnya menikah. g. Ananda Omesh sebagai Ujul
Ujul merupakan salah satu tokoh pemeran pembantu dalam Film
Hijab. Ujul adalah seorang fotografer jurnalis yang ingin mempunyai
73
studio foto sendiri. Ujul adalah suami Tata, yang merupakan teman
kuliah Tata. Ujul diam-diam menaruh hati kepada Tata dan suka
mengambil foto Tata diam-diam ketika Tata mengenakan turban pada
saat mereka di perguruan tinggi. Lalu mereka berdua menjalin hubungan
yang akhirnya menikah dan sekarang sudah mempunyai anak laki-laki
bernama Faiz yang berusia tiga tahun. h. Dion Wiyoko sebagai Chaky
Oldi Prima atau yang akrab dipanggil Chaky merupakan salah satu
tokoh pemeran pembantu dalam Film Hijab. Chaky merupakan seorang
sutradara film pendek. Karyanya sudah beredar di pasar internasional dan
sukses meraih film terbaik nomor satu pada Festival Film Perancis di
Paris, namun di Indonesia iadijuluki sebagai “sutradara kontroversial”
karena masyarakat Indonesia belum siap untuk menerima kejujuran di
dalam filmnya. Oleh karena itu setiap filmnya selalu didemo oleh
masyarakat.Chaky menjalin hubungan dengan Anin dan berniat
menikahinya
BAB VI
TEMUAN DAN ANALISIS
Di dalam menganalisis narasi pada film Hijab karya Hanung Bramantyo model penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Sebagai salah satu kajian dan informasi, dalam bab ini akan menjelaskan hasil temuan data yang terdapat dalam film, selanjutnya mendeskripsikan dan menjabarkan paparan cerita yang mengandung konflik identitas peran muslimah dalam keluarga.
Sesuai dengan teori yang dibahas dalam menganalisis narasi, peneliti menfokuskan pada strategi Tveztan Todorov. Peneliti juga menambahkan Nick
Lacey dan Gillespie dalam memodifikasi struktur narasi model Todorov, untuk mendeskripsikan narasi yang mengandung konflik identitas peran muslimah dalam keluarga di dalam film tersebut.
Todorov membagi struktur narasi kedalam tiga bagian yaitu, alur cerita awal, tengah, dan akhir. Kemudian Nick Lacey dan Gillespie memodifikasi struktur narasi tersebut menjadi lima bagian. Lacey dan Gillespie memodifikasi untuk tahapan antara gangguan ke ekuilibrium. Tahapan yang ditambahkan misalnya gangguan yang makin meningkat, kesadaran akan terjadinya gangguan dan klimaks (gangguan memuncak). Bagian penting lain yang ditambahkan adalah adanya upaya untuk menyelesaikan gangguan.1
1 Eriyanto, Analisis Naratif: Dasar-Dasar dan Penerapannya dalam Analisis Teks Berita Media (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013), h. 45-46.
74
75
Seperti pada umumnya sebuah film memiliki alur, Nurgiyantoro (2006) membagi alur menjadi berbagai macam. Dilihat dari urutan waktu terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam karya fiksi yang bersangkutan atau lebih tepatnya urutan penceritaan peristiwa-peristiwa yang ditampilkan, alur dibagi menjadi dua: Pertama, alur progresif yakni sebuah cerita/film bisa dikatakan progresif apabila peristiwa-peristiwa yang dikisahkan bersifat kronologis. Atau secara runtut peristiwa dimulai dari tahap awal, yaitu pengenalan, pemunculan konflik, tengah atau konflik meningkat, klimaks dan akhir atau penyelesaian (A-B-
C). Kedua, alur flash back yaitu berarti cerita tidak dimulai dari tahap awal melainkan mungkin cerita disuguhkan mulai dari tengah atau bahkan dari tahap akhir, baru kemudian tahap awal disajikan (C-B-A).2
Dalam film Hijab karya Hanung Bramantyo, dilihat dari urutan waktu terjadinya peristiwa, alur yang digunakan bersifat flash back karena cerita tidak dimulai dari tahap awal, melainkan cerita disuguhkan dari tahap akhir, dimana sudah terjadi keseimbangan (ekuilibrium). Kemudian baru tahap awal dipaparkan.
A. Alur awal cerita (Beginning)
Bagian ini merupakan awal cerita dengan memperkenalkan tokoh utama,
penata adegan, dan pencarian tentang hubungan antar tokoh. Pada bagian
awal, pengarang biasanya membuka cerita dengan terlebih dahulu
memaparkan setting yang ada pada cerita tersebut. Pada bagian awal narasi
2 Burhan Nurgiantoro, Teori Pengkajian Fiksi (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1995), h. 211-212
76
umumnya diawali dari situasi normal, ketertiban dan keseimbangan
(ekuilibrium).3
Adegan diawali dengan tiga orang muslimah yang sedang membuat
video rekaman perjalanan mereka membangun bisnis busana muslimah.
Mereka adalah Sari Gumilang, Bilqis Inan Aqifa, dan Talita Amelia. Pada
scene awal Natasha Rizki tidak ikut serta bercerita bersama mereka. Dalam
video rekaman tersebut mereka flash back menceritakan bagaimana sulitnya
menyembunyikan kesibukannya berbisnis di butik yang mereka beri nama
„Meccanism‟ di depan para suami, karena khawatir dengan respon suami.
Pada awal rekaman video tersebut, mereka memulainya dengan
menceritakan alasan masing-masing menggunakan hijab. Tiga di antara
mereka mengenakan hijab, sementara seorang lagi tidak. Mereka adalah Sari
yang memakai hijab syar‟i atas paksaan suami, Bia yang memakai hijab
fashionable dan memakai hijab karena mengikuti seminar keagamaan yang
mengakibatkan dirinya terjebak menjadi gadis „hidayah‟ yang membuatnya
tidak bisa melepas hijabnya. Tata yang merupakan aktivis yang memakai
hijab turban untuk menutupi rambutnya yang botak, sedangkan Anin yang
pada awal cerita tidak berhijab namun pada akhirnya memakai hijab, karena
berpikir bahwa hijab merupakan suatu proses untuk ke arah yang lebih baik.
Cerita mereka bertiga dalam video rekaman tersebut bersambung dengan
kisah cinta mereka menemukan pasangan hidup, hingga akhirnya
3 Eriyanto, Analisis Naratif, h. 47
77 memutuskan untuk menikah, lalu menjadi ibu rumah tangga dengan profesi pasangan hidup yang beragam.
Sari memiliki suami bernama Gamal Abdul Nasir atau yang biasa dipanggil Gamal. Gamal merupakan seorang pria keturunan Arab asal
Hadramaut, Yaman, yang sangat taat dengan agama Islam. Mereka bertemu pertama kali di pasar Induk Tanah Abang, Jakarta Pusat, ketika Sari ingin membeli beberapa barang-barang dari Arab untuk bisnisnya. Saat itu Gamal langsung menaruh hati kepada Sari dan berniat menikahinya. Tiga hari setelah pertemuan itu, Gamal akhirnya datang bersama keluarga besarnya ke rumah Sari untuk melamar hingga akhirnya mereka menikah. Karena ketaatan Gamal dengan agamanya, maka Gamal mewajibkan Sari yang saat itu memakai hijab fashionable untuk memakai hijab syar‟i. Gamal yang bekerja di Perusahaan Pajak sangat menjunjung tinggi kejujuran.
Kemudian cerita berlanjut pada pertemuan Tata dengan suaminya Ujul.
Ujul adalah seorang fotografer jurnalis, yang pada bagian lain dalam film memutuskan untuk beralih profesi sebagai fotografer studio. Ujul yang merupakan teman kuliah Tata, yang diam-diam menaruh hati kepadanya dan suka mengambil fotonya diam-diam ketika Tata mengenakan turban pada saat mereka di Perguruan Tinggi. Lalu mereka berdua menjalin hubungan yang akhirnya menikah dan mempunyai anak laki-laki bernama Faiz yang berusia tiga tahun.
Selanjutnya Bia yang memiliki suami bernama Rahmat Nur Hidayat atau yang dipanggil Matnur. Nama Matnur adalah nama beken suaminya sebagai
78 seorang artis. Mereka bertemu ketika Bia menolongnya bersembunyi di dalam mobil karena Matnur sedang dikejar-kejar oleh para penggemarnya.
Ternyata pada saat itu juga Matnur menaruh hati kepada Bia dan sebulan setelah peretemuan itu, mereka kemudian menikah.
Dari keempat sahabat hanya Anin yang belum menikah, tetapi memiliki seorang kekasih yaitu Oldi Prima atau yang akrab dipanggil Chaky. Chaky merupakan seorang sutradara film pendek. Karyanya sudah beredar di pasar
Internasional dan sukses meraih film terbaik nomor satu pada Festival Film
Perancis di Paris, namun di Indonesia ia dijuluki sebagai “sutradara kontroversial” karena masyarakat Indonesia belum siap untuk menerima kejujuran di dalam filmnya. Oleh karena itu setiap filmnya selalu didemo oleh masyarakat.
Dalam video rekaman perjalanan tersebut mereka juga menceritakan kisahnya dengan pasangan masing-masing. Bia menceritakan bagaimana repotnya menjadi istri selebritis, yang selalu menjadi sorotan publik, dan setiap berpergian dengan suaminya harus sabar menghadapi para penggemar yang mengerumuni Matnur untuk foto atau sekedar minta tanda tangan.
Di antara mereka bertiga Sari-lah yang paling dominan menceritakan bagaimana ketatnya peraturan ketika menikah dengan Gamal, seorang yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai Islam dalam keluarganya. Sebagaimana yang dijelaskan Todorov bahwa pembagian waktu dalam narasi diawali dari sebuah keteraturan. Keteraturan tersebut kemudian berubah menjadi kekacauan akibat tindakan dari seorang tokoh.
79
Pada awal cerita, karakter Gamal yang merupakan seorang muslim
konservatif4 sangat berperan dalam memunculkan konflik di awal film
tersebut. Gamal yang merupakan keturunan Arab sangat ketat dalam
menerapkan prinsip Islam dalam keluarga. Terlihat dari dialog Gamal
dengan Sari dan Ibunya:
Sari : “Nyetir mobil haram?” Gamal : “Haram!” Sari : “Belanja?” Gamal : “ya kalo untuk sehari-hari fadhol. Suami wajib ngasih fulus”. Sari :”Misalnya kalo belanja baju, perhiasan, parfum?” Gamal :“Fadhol, fadhol, asalkan dipake di depan suami, di luar itu haram!” Ibu Sari :“Begini saja, sari kalau belanja baju-perhiasan pakai uangnya sendiri, tidak menganggu uang suami. Jadi, Sari harus kerja”. Gamal :“Haram! Perempuan itu kudu dirumah, nyuci baju, merawat anak, masak, dan patuh dengan suami. Kalo mau keluar rumah harus izin suami, kalau tidak haram! Dan satu lagi, mamah dan Sari harus pakai jilbab ye, tapi jilbab yang bener sesuai aturan agama, kalau perlu pakai cadar. Wajib hukumnye!”.
Pada dialog tersebut peneliti menemukan beberapa poin yang ditekankan
Gamal kepada Sari terkait perannya sebagai seorang istri diantaranya: 1)
mewajibkan Sari untuk patuh kepada suami dalam batas-batas yang
4 Konservatif merupakan sikap mempertahankan keadaan, kebiasaan, dan tradisi lama (yang turun menurun). Ada dua ciri muslim konservatif: Pertama, menganggap konstruksi ekonomi, sosial, politik dan budaya masyarakat zaman Nabi Muhammad sebagai bentuk ideal dan puncak peradaban yang harus dihidupkan kembali. Kedua, menerjemahkan al Qur‟an dan Hadits secara tekstual dengan mengabaikan konteks peristiwa.
80
ditentukan oleh norma agama; 2) kewajiban berhijab sesuai aturan agama,
baik untuk sari maupun keluarga dekatnya; 3) Menerima dan menghormati
pemberian suami serta mencukupkan nafkah yang diberikannya dengan
baik, hemat dan bijaksana; 4) berhias diri untuk menyenangkan suami; 5)
Hak mendapatkan nafkah.
1. Gamal mewajibkan Sari untuk patuh kepada suami dalam batas-batas
yang ditentukan oleh norma agama.
Gamal selalu menekankan pentingnya berpegang teguh pada ajaran
Islam. Suami Sari tersebut bisa dikatakan sangat posesif, Gamal benar-
benar memperhatikan, dan „mendetail‟ dalam hal apapun yang dilakukan
Sari. Gamal memaksa Sari untuk taat pada aturan yang dibuatnya, yang
menurutnya bersandar pada ajaran Islam.
Sebenarnya terkait hukum patuh kepada suami Al-Qur‟an sudah lebih
dulu mengaturnya. Sebagaimana yang tertulis pada surat An-Nissa ayat 34
berbunyi:
.
Artinya: “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang shaleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika
81
suaminya tidak ada, oleh karena Allah memlihara (mereka). Wanita- wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasihatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika dia menaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar”. (QS An-Nisaa‟ [4]: 34)
Kewajiban istri terhadap suami yaitu bersikap patuh dan taat terhadap
suami dalam segala sesuatunya selama tidak merupakan hal yang
dilarang Allah, memelihara kepentingan suami berkaitan dengan
kehormatan dirinya, menghindari dari segala sesuatu yang akan
menyakiti hati suami seperti bersikap angkuh, menampakan wajah
cemberut atau penampilan buruk lainnya. Tetapi kewajiban yang paling
penting dan (hakiki) yang harus dijalankan dengan baik oleh seorang istri
adalah melayani suami dan mematuhi suaminya. Hal ini yang ditekankan
Gamal kepada Sari.
Dalam hal ini peneliti menemukan bahwasanya Sari merupakan istri
yang patuh kepada suami, kecuali pada beberapa adegan di mana Sari
membohongi Gamal terkait aktifitasnya berbisnis hijab. Pada adegan
tersebut Sari terpaksa berbohong kepada suaminya, karena
kekhawatirannya dengan respon sang suami yang sejak semula tidak
mengizinkannya untuk berbisnis. Walau pada akhirnya Gamal
mengetahui kesibukan istrinya tersebut.
2. Kewajiban berhijab sesuai aturan agama, baik untuk Sari maupun
keluarga dekatnya.
82
Pada poin ini Gamal mewajibkan istrinya untuk mengunakan hijab.
Kewajiban ini tidak hanya untuk Sari tetapi juga untuk ibu dan keluarga dekatnya. Sekilas hal tersebut terlihat menunjukan bahwa gamal sangat protective dalam menerapkan prinsip Islam dalam keluarganya. Karena bukan hanya Sari yang diperintahkan, tetapi juga ibu, bibi, adik-adik sari dan beberapa perempuan di keluarga Sari. Terkait ajakan Gamal untuk keluarga Sari berhijab demi mentaati peintah agama, sebagaimana yang termaktub dalam surat At-Tahrim ayat 6 yakni “yaaa ayyuhallaziina aamanuu quuu anfusakum wa ahliikum naarow” (“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka”).
Berhijab memang merupakan perintah agama, sebagaimana yang dijelaskan dalam surat QS Al-Ahzab ayat 59 yang berbunyi:
. Artinya: ”Hai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mu‟min: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya keseluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu.Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS Al Ahzab [33]: 59)
Dalam hal ini Sari mengikuti sepenuhnya perintah suami dengan tidak melepas hijabnya, dan berhijab sesuai aturan agama, yaitu dengan menutupi seluruh anggota tubuhnya. Dalam istilah umum yang di kalangan para
83
hijabers, Sari berhijab model syar‟i, walau pada awalnya Sari berhijab
karena keterpaksaan atas perintah suami.5
Pada tokoh lain yaitu Bia dan Tata penggunaan hijabnya bisa dikatakan
sangat fashionable, bahkan Tata menggunakan hijab model turban, yang
mana hanya menutupi bagian kepala sedangkan bagian lehernya tetap
terlihat. Fenomena hijab yang beragam di antara para tokoh muslimah dalam
film tersebut sederhananya menggambarkan bahwa hari ini hijab sudah
menjadi bagian dari gaya hidup, yang bisa disejajarkan dengan tren fesyen
dunia seperti, Harajuku (Jepang), K-Pop (Korea), American Style (Amerika)
dan lain sebagianya. Pro-kontra yang lahir di tengah masyarakat pun kalah
deras dengan arus moderen yang digaungkan masyarakat abad ini, yang
pada akhirnya sering kali bertabrakan dengan norma agama.6
Konstruksi perempuan Muslim moderen awalnya dibentuk media gaya
hidup Muslim sebagai reaksi atas globalisasi dan juga wacana anti-Muslim
yang sangat intens di media Barat. Industri media mengkonstruksi
5 Selain sebagai sebuah kewajiban, hijab juga memiliki fungsi lain diantaranya: (1) Sebagai identitas seorang muslimah; (2) Meninggikan derajat seorang muslimah; (3) Mencegah dari gangguan laki-laki yang tidak bertanggung jawab; (4) Memperkuat kontrol sosial; (5) Mewujudkan wanita yang berakhlak mulia; (6) Hijab membendung wanita untuk bersolek atau berdandan berlebihan. Rizka Fitri, “Konstruksi Realitas Hijab pada Wanita Muslimah dalam Film 99 Cahaya di Langit Eropa.” Jurnal Ilmu Komunikasi vol. 2, no. 2 (Pekanbaru: Universitas Riau, Oktober 2015), h. 6-8. 6 Fenomena Hijab yang dahulu didominasi kalangan tertentu seperti santri, aktivis dakwah dan ormas keagamaan, dewasa ini telah berevolusi menjadi tren gaya hidup, termasuk di dalamnya fesyen, kosmetik, dan aksesoris. Ia menjalar bak virus ganas ke seluruh penjuru tanah air. Menariknya, tiba- tiba berhijab menjadi sesuatu yang cool, modern, trendy, techy, dan begitu diminati. Tak sampai di situ, komunitas-komunitas hijab pun menjamur. Para selebritis pun tak ketinggalan menutup kepala mereka dengan kain kerudung. Fenomena ini tentu saja berdampak positif bagi umat Islam karena banyak muslimah yang mulai memakai kerudung. Tetapi, dampak negatifnya adalah pendangkalan makna hijab yang terjadi di tengah muslimah itu sendiri. Keberadaan fesyen hijab seringkali bertabrakan dengan syariat Islam. Hijab bukan hanya dipandang sebagai perintah agama melainkan sebagai sebuah mode berbusana, akibatnya banyak dari kalangan muslimah yang terjebak di dalamnya.
84
perempuan Muslim yang moderen dan memanfaatkan komodifikasi nilai-
nilai dan symbol ajaran Islam untuk mendapat pasarnya.7
3. Pentingnya berhemat dan mengelola nafkah yang diberikan Gamal
kepadanya.
Pada dialog tersebut Sari menanyakan kepada Gamal untuk
membolehkan dirinya berbelanja untuk membeli keperluan pribadi, seperti
membeli baju perhiasan dan parfume. Akan tetapi Gamal membolehkan
asalkan kesemuanya itu digunakan di hadapannya. Wanita (istri) adalah
pemimpin dalam urusan rumah tangga, sedangkan suami adalah pemimpin
dalam urusan keluarga. Hal ini sesuai dengan hadits Rasulullah yang
disanadkan kepada Abu Hurairah, dan diriwayatkan Imam Muslim yang
artinya,”Setiap manusia keturunan Adam adalah kepala, maka seorang pria
adalah kepala keluarga, sedangkan wanita kepala rumah tangga”. (HR
Muslim)
Penting bagi seorang istri mengatur dan mengelola keuangan rumah
tangga dengan sebaik-baiknya. Terkait hal itu Sebagaimana firman Allah
dalam surat Al Furqaan 67:
Artinya: “Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta) mereka berlebih-lebihan, dan tidak (pula) kikir, tapi adalah (pembelanjaan itu) tengah-tengah antara yang demikian”. (QS Al Fuqaan [25]: 67)
7 Annisa Ridzkynoor Beta, “Konstruksi Identitas Perempuan Muslim dalam Aquila Asia.” (Tesis S2 Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, 2012), h. 114-115.
85
Sebenarnya boleh saja Istri membeli kebutuhan pribadi seperti
parfum, pakaian, maupun perhiasan, dan kebutuhan lain, akan tetapi
setelah mendapat persetujuan suami. Hal itu yang kemudian
dikhawatirkan Gamal kepada Sari. Di samping itu sebagai seorang istri
diperlukan menejemen keuangan yang baik, untuk menjaga amanah dari
suami yang berupa nafkah.
4. Berhias diri untuk menyenangkan suami
Sebagaimana wanita yang ingin bersolek diri dengan berbelanja
kebutuhan pribadi untuk menunjang penampilan, sebenarnya Gamal
memperbolehkan Sari berbuat demikian dengan catatan dilakukan di
hadapannya. Hal tersebut sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Ahzab
ayat 33:
.
.
.
Artinya: “Janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang jahiliyah dahulu; dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat, taatilah Allah dan Rasulnya”. (QS Al Ahzab [33]: 33)
Ayat di atas menganjurkan kepada wanita untuk menjaga kehormatan
dirinya dengan akhlak mulia, sekaligus berhias diri hanya untuk
menyenangkan suami, sehingga suami merasa senang berada di sisinya.
Dalam kehidupan sehari-hari, tidak sedikit wanita (istri) berdandan untuk
86
menarik perhatian suami tetangga atau sekadar memperoleh kekaguman
sesama wanita. Melalui cara ini menurut Islam jelas kurang terpuji, karena
bisa menjerumuskan istri atau wanita tersebut kepada perbuatan maksiat.
Paling tidak, dia telah bersikap riya kepada sesamanya.8
Karena sepantasnya kecantikan seorang muslimah hanya boleh
diperlihatkan kepada mahramnya (suami). Kalau kecantikan itu
diperlihatkan di hadapan lelaki yang bukan mahram, ketakutan yang akan
terjadi adalah timbulnya syahwat atas lelaki kepada dirinya yang
menyebabkan dirinya menerima dosa dari sebab perbuatannya itu. Akan
tetapi pada tokoh lain seperti Bia dan Tata peneliti melihat bahwa sentuhan
fesyen dan kosmetik sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari
seorang muslimah.
5. Hak istri mendapatkan nafkah
Pada bagian ini Gamal memberitahu kewajibannya kepada Sari bahwa
suami wajib memberikan nafkah kepada istrinya.Peneliti menemukan
bahwasanya Gamal merupakan suami yang taat perintah agama, dengan
tidak mengabaikan hak istrinya untuk mendapatkan nafkah.
Terkait hal ini sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat
233:
Artinya: “Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan
8 Hasbi Indra dkk, Potret Wanita Sholehah(Jakarta: Penamadani, 2004), cet ke 3, h. 7.
87
kewajiban ayah memberi makan dan pakaian para ibu dengan cara yang ma‟ruf”. (QS Al Baqarah [2]: 233)
Dalam pengertian hak sebagaimana yang dijelaskan pada bab 3,
bahwa hak istri meliputi materi dan non materi. Hak istri meliputi materi
yaitu, hak mengenai harta: mahar (maskawin) dan nafkah. Hak-hak istri
yang bersifat non materi: hak mendapat perlakuan yang baik dari suami
dan Agar suami menjaga dan memelihara istrinya.
B. Alur tengah cerita (Middle story)
Menurut Todorov pada bagian ini atau struktur kedua dari narasi adalah
adanya gangguan (distruption), serta perkembangan dari alur awal.9 Hal ini
bisa berupa tindakan atau adanya tokoh yang merusak keharmonisan,
keseimbangan, atau keteraturan.Kehidupan yang normal dan tertib, setelah
adanya tokoh atau tindakan tertentu berubah menjadi tidak teratur.
1. Distruption (Gangguan)
Pada bagian ini penulis mulai memunculkan bagian-bagian yang
menimbulkan masalah. Nick Lacey dan Gillespie yang memodifikasi
beberapa struktur Todorov juga menyetujui bahwa pada bagian ini (alur
tengah) terjadi ganguan (distruption).
Keempat sahabat tersebut punya aktifitas bersama yaitu arisan
bulanan. Kebiasaan ini sudah berlangsung lama dan terus menerus.
Mereka juga mengikut sertakan para suami untuk ikut dalam kegiatan
tersebut. Arisan bulanan dilakukan berpindah, sesuai dengan siapa yang
9 Eriyanto, Analisis Naratif, h. 46.
88
mendapat uang arisan. Biasanya setiap kegiatan diselingi dengan makan
bersama dan bincang-bincang hangat seputar kehidupan rumah tangga
mereka.
Di tengah perjalanan pernikahan, mereka berinisiatif untuk memiliki
usaha sendiri yang bisa diatur dari rumah. Tujuannya adalah untuk
menambah penghasilan sendiri dan membantu kebutuhan rumah tangga.
Dari sana terciptalah ide bisnis fesyen muslimah yang mereka beri nama
„Meccanism‟.10 Mereka menjalankan bisnis ini secara diam-diam, tanpa
sepengetahuan para suami.Hal ini yang pada akhirnya menimbulkan
terjadinya gangguan (distruption).
Selain untuk kebutuhan pribadi dan membantu ekonomi keluarga,
alasan kuat mereka berbisnis adalah karena perkataan Gamal. Pada
kegiatan arisan bulanan yang diadakan di rumah Bia, Gamal menyindir
dengan berkata, “semua arisan ibu-ibu sebenarnya arisan suami, karena
duitnya dari suami”.
Berikut dialog gamal pada saat arisan bulanan:
Gamal : “Ini kalau dipikir-pikir nih ye. Ini itu kayak arisan Suami ye, soalnya fulusnya dari suami semua. Nih jangan-jangan semua arisan ibu-ibu kayak gini juga. Ya ngga?”. Sari : “Maksud kamu ngomong kayak gitu apaan sih Bi?”. Gamal : “Oh engga, ya ane cuma sepintas doang mikirnya.
10Meccanisme sebenarnya adalah bisnis butik milik Zaskia Adya Mecca yang merupakan produser film Hijab. Di film ini namaMeccanisme kembali menjadi nama butik milik Sari, Bia, Tata dan Anin. Nama Meccanisme terinspirasi dari kota Mekah di Arab Saudi, yang menjadi kiblat umat Islam di Dunia. Pemberian akhiran ‟Isme‟ di belakan kata Mecca agar butik mereka bisa menjadi paham dan kiblat fesyen hijab.
89
Ya kan jul?”. Ujul : “Iya sih. Ya tergantung”. Tata : “Emang yah, kita keliatannya kayak Perempuan pendamping suami. Tapi, asal kalian tau para laki-laki. Kalau gua ngga ada Faiz juga gua bisa cari duit sendiri! Bia juga. Iya kan Bi?”.
Mendengar perkataan Gamal yang bertendensi menyindir. Tata merasa terusik yang kemudian pada waktu yang berbeda di rumahnya,
Tata mengajak sahabatnya untuk menggugat ucapan Gamal dengan cara kembali menjadi perempuan mandiri seperti saat mereka masih lajang, dengan berbisnis untuk mendapat penghasilan sendiri dan terlepas dari bayang-bayang suami. Tidak disangka, Sari menyambut dengan antusias ide dari sahabatnya itu, hingga akhirnya Bia dan Anin juga ikut serta dalam rencana bisnis tersebut.
Bincang-bincang mereka untuk berbisnis berlanjut. Mereka kemudian menentukan bisnis apakah yang cocok untuk mereka berempat dan tidak melalaikan kewajibannya sebagai seorang istri. Kemudian Sari mencetuskan berbisnis pakaian, yang akhirnya fokus dengan busana muslimah. Diskusi berlanjut dengan penentuan model hijab seperti apa saja yang akan mereka jual. Setelah pertemuan itu akhirnya secara diam- diam mereka bekerja dengan memulai bisnis fashion hijab secara online.
Bia sebagai desainernya, Sari yang mengelola keuangan, Tata dan Anin sebagai marketingnya.
90
Pada mulanya mereka membuka bisnis secara online. Tak disangka, respon masyarakat sangat bagus. Akhirnya Anin memberanikan diri untuk meminta bantuan kepada ibunya yang banyak memiliki relasi bisnis untuk mengembangkan bisnis tersebut. Akhirnya Anin mengajak serta ketiga rekannya kecuali Bia yang berhalangan hadir, untuk bertemu relasi bisnis Ibunya di rumahnya. Mereka adalah tante Fida yang bersuamikan seorang „raja minyak‟ dan memiliki anak seorang fashion blogger terkenal, tante Helly yang bersuamikan bisnismen kelapa sawit yang memiliki hampir sepertiga kebun kelapa sawit yang ada di
Sumatera, tante Helma yang bersuamikan seorang bisnismen kaya asal
Prancis.
Melihat prospek menjanjikan dari bisnis busana tersebut akhirnya salah satu di antara ketiga kolega ibu Anin yaitu tante Helma akhirnya bersedia untuk meminjamkan modal untuk mengembangkan bisnis tersebut. Setelah mendapatkan pinjaman modal, mereka memutuskan untuk mengembangkan bisnis tersebut dengan membuka butik.
Perkembangan butik pun kian hari kian pesat. Mereka yang selama menjadi ibu rumah tangga tidak aktif menggunakan media sosial, mulai saat itu kembali aktif. Semua aktifitas bisnis termasuk hubungan dengan client berlangsung di media sosial. Sampai dalam aktifitas rumah tangga, mereka tidak pernah absen untuk membuka henpon, tab, maupun laptop, demi melayani pembeli yang semakin banyak.
91
Mendengar bisnis yang semakin pesat, akhirnya tante Fida yang
memiliki anak seorang fashion blogger11 terkenal mengajaknya untuk
bertemu dan mengomentari desain hijab tersebut. Tak disangka Madona
yang awalnya tidak terlalu menyukai hijab melihat desain yang bagus
lantas memakainya, kemudian memfoto dirinya yang sedang
mengenakan busana muslim dan memposting di blog pribadinya. Tak
lama setelah memposting foto tersebut, apresiasi bermunculan dari para
netizen, dan menjadikan „Meccanism‟ semakin dikenal.
Pada bagian ini merupakan batu loncatan untuk menghadirkan
ganguan (distruption) dalam lingkungan mereka. Mereka menjalankan
bisnis hijab tersebut tanpa sepengetahuan dari suami-suami mereka.
Sikap tersebut yang pada akhirnya menjadi pemicu terjadinya konflik di
antara rumah tangga mereka.
a. Menjalankan bisnis butik „Meccanism‟ tanpa seizin suami.
Setelah berdiskusi mereka akhirnya sepakat untuk menjalankan bisnis
busana muslimah, yang pada awalnya dilakukan secara diam-diam tanpa
sepengetahuan suami. Alasan mereka sudah tentu karena takut dengan
respon suami terkait kesibukan baru mereka. Namun hal ini yang pada
akhirnya menimbulkan ganguan dalam rumah tangga mereka.
11Fashion blogger adalah seseorang yang mempunyai minat dan bakat serta hobi dalam merancang sebuah fashion dan mode, kemudian dia tulis ulasan mengenai fashion yang dia ataupun orang lain ciptakan dalam blog miliknya. Tujuan fashion blogger pada umumnya adalah untuk berbagi fashion yang dia sukai dengan para penggermar fashion yang lain, ataupun kepada pembaca lainnya.
92
Dalam hal ini peneliti menemukan ada persoalan yang muncul dalam
fiqih ketika seorang istri harus bekerja di luar rumah dan meninggalkan
keluarganya. Para ahli fiqih sepakat bahwa apabila itu terjadi, dia (istri)
haruslah mendapat izin suaminya. Dia tidak boleh meninggalkan
suaminya begitu saja. Pelanggaran atas kewajiban ini (izin) dapat
dipandang sebagai nusyuz (tidak taat/tidak setia). Pengertian nusyuz itu
sendiri yaitu, meninggalkan kewajiban bersuami-istri.12 Menurut para
ahli fiqih klasik, seorang istri diperbolehkan meninggalkan rumah,
meskipun tanpa izin suaminya, jika keadaan benar-benar darurat
(memaksa).13
Sejalan dengan pendapat ini peneliti juga merujuk pada catatan
Zainuddin al-Malibari dalam kitabnya yang cukup popular fath al-Muin
yang dikutip oleh Husein Muhammad, ia mengatakan bahwa sorang istri
diperbolehkan keluar dari rumahnya tanpa di cap sebagai istri yang
nusyuz untuk hal-hal berikut, jika rumahnya akan roboh, jiwa dan
hartanya terancam oleh penjahat dan maling, mengurus hak-haknya
dipengadilan, belajar ilmu-ilmu fardhu‟ain (wajib), atau untuk keperluan
istifta (meminta fatwa) karena suaminya bodoh, atau untuk mencari
nafkah seperti dagang atau mencari sedekah pada orang lain atau bekerja
selama suaminya tidak bisa menafkahkannya. Kammal bin Hummam dari
12Nusyuz dari pihak suami misalnya tidak memberi nafkah kepada istri dan anaknya, sedangkan Nusyuz dari pihak istri misalnya istri meninggalkan rumah tanpa seizin suami, apalagi perbuatan tersebut pada perbuatan yang dilarang agama. 13 Husein Muhammad, Fiqih Perempuan Refleksi Kiyai atas Wacana Agama dan Gender (Yogyakarta: LkiS, 2001), cet 1, h. 127.
93
mazhab Hanafi dan Fath al-Qadir, juga berpendapat sebagaimana yang
dikutip oleh Husein Muhammad, apabila dia (istri) seorang bidan, atau
tukang memandikan mayat, atau dia bermaksud menuntut hak atau
memenuhi kewajiban terhadap orang lain, maka dia diperoleh keluar baik
izin suaminya atau tidak. Menurutnya hal-hal seperti itu merupakan
fardhu kifayah.14 Keluar rumah karena memenuhi kewajiban kolektif ini
dapat dibenarkan menurut syara‟ (hukum agama).15
Dalam hal ini sebenarnya suami mereka (Sari, Bia, dan Tata) masih
mampu untuk menafkahkan mereka. Terlebih Sari yang sejak semula
tidak diizinkan oleh suaminya untuk beraktifitas di luar rumah dengan
berbisnis, serta berbohong kepada suami terkait kegiatannya. Dalam
konteks agama Sari bisa dikatakan sebagai seorang istri yang nusyuz.
Pertama, Sari tidak mentaati perintah suaminya dengan tidak berbisnis,
serta sering keluar rumah tanpa seizing suami. Kedua, Sari berbohong
kepada Gamal terkait aktifitasnya, walaupun dalam hal ini sebenarnya
Sari tidak melakukan kegiatan yang dilarang agama, seperti melakukan
perbuatan maksiat.
14 Fardu kifayah merupakan status hukum dari sebuah aktivitas dalam Islam yang wajib dilakukan, namun bila sudah dilakukan oleh muslim yang lain maka kewajiban ini gugur. Contoh aktivitas yang tergolong fardu kifayah diantaranya: (1) mensalati jenazah muslim; (2) belajar ilmu tertentu (misal: kedokteran, ekonomi, dan lain-lain); (3) amar ma‟ruf nahi munkar; (4) jihad ibtida‟i; (5) membela Negara di mana ia tinggal. Namun, suatu perbuatan yang semula hukumnya fardhu kifayah bisa menjadi fardhu „ain (wajib) apabila perbuatan dimaksud belum dapat terlaksana dengan hanya mengandalkan dari kaum muslimin saja. 15 Husein Muhammad, Fiqih Perempuan Refleksi Kiyai atas Wacana Agama dan Gender, cet 1, h. 127.
94
2. Complication (meningkatnya ganguan)
Bagian ini merupakan modifikasi yang dilakukan Gillespie pada
struktur narasi Todorov. Pada bagian ini permasalahan yang dihadapi
oleh tokoh meningkat. Adanya perbedaan pendapatan yang jauh antara
suami dan istri, serta terbongkarnya aktivitas istri berbisnis menjadi
pemicu terjadinya konflik. Sebenarnya niat mereka para istri hanya ingin
membantu perekonomian keluarga. Tapi karena pendapatan mereka yang
melampaui pendapatan suami malah jadi „bumerang‟. Para suami merasa
tidak punya harga diri karena dibiayai kehidupannya oleh istri mereka.
Percaya diri karena yakin mendapat tanggapan baik dari suami karena
membantu meringankan bebannya untuk menbiayai keluarga, respon
Ujul malah sebaliknya. Ujul marah besar saat mengetahui istrinya
membiayai kewajiban yang seharusnya dia lakukannya. Terlihat dari
dialognya dengan Sari:
Ujul : Mobil, sama rumah belum dibayar yah cicilannya? Minggu ini kan? Tata : Mobil udah aku lunasin. Cicilan rumah udah aku bayar sampe tiga bulan kedepan. Tinggal listrik, ya kita tunggu aja tagihannya minggu depan. Tapi udah aku siapin kok, kamu ngga usah khawatir hehe (sambil tertawa ringan). Ujul : Aku tuh masih fotografer yah. Masih kecatet. Belum jadi tukang foto kawinan. Tata : Yang bilang kamu tukang foto kawinan siapa? Ujul : Iitu merekanya aja yang goblok, merekanya ngga ngerti seni, mereka terjebak dalam kemapanan. Ngerti ngga sih kamu? Tata : Kamu ngomong apaan sih? Aku kan cuma ingin ngeringanin beban kamu aja.
95
Ujul : Lah itu! Itu! Tata : Itu apa? Ujul : Ya itu! (sambil memaki dan menunjuk-nunjuk wajah Tata).
Pendapatan yang jauh antara Ujul dan Tata menjadi asap bagi api konflik dalam rumah tangga mereka. Permasalahan ditambah dengan karir Ujul yang sedang down, Ujul yang awalnya berprofesi sebagian fotografer jurnalistik, mendadak ingin beralih profesi menjadi fotografer studio. Akan tetapi, niat Ujul berganti profesi agar mendapat pendapatan yang lebih baik malah berbanding terbalik. Bisnisnya dibidang foto studionya diambang kebangkrutan. Client Ujul tidak percaya kalau Ujul bisa menghasilkan karya yang baik dibidang foto studio, mengingat background Ujul yang awalnya seorang fotografer jurnalis. Semua uang dan tabungannya pun sudah diinvestasikan untuk kebutuhan alat-alat penunjang foto studio yang mahal.
Di lain pihak, Bia juga merasakan hal yang sama dengan Tata, tatkala suaminya Rahmat Nur Hidayat yang biasa dipanggil Matnur mengetahui bahwa Bia membayar tagihan telepon dan kartu kredit. Matnur merasa harga dirinya sebagai kepala keluarga gugur sudah, lantaran istrinya ikut serta membiayai kehidupan rumah tangga mereka.Terjadilah „adu mulut‟ di antara mereka. Sampai di ujung percakapan Bia berkata, “emang salah yah, kalau istri ingin mencoba meringankan beban suami?”.
96
Matnur sebenarnya adalah seorang aktor. Karirnya sebagai selebriti
belakangan juga mulai menurun lantaran sinetron „Kerudung Dusta
(Kerdus)‟ yang pada awalnya mendapat rating cukup baik di stasiun TV
mendadak anjlok. Setelah tidak lagi syuting sinetron tersebut Matnur
mulai kebingungan untuk membiayai rumah tangganya dengan Bia.
Beberapa casting16 untuk sinetron dan film layar lebar pun dilakukannya,
akan tetapi gagal. Ketimpangan pendapatan tersebut yang menjadikan
Matnur gengsi karena dibiayai oleh sang istri. Pada bagian ini juga
menjadi pemicu konflik di tengah keluarga mereka.
Di lain sisi, Sari tidak mendapat masalah karena membiayai
kebutuhan rumah tangganya, seperti Bia dan Tata. Sari terlibat „adu
mulut‟ dengan suaminya karena alasan yang sederhana. Gamal
mengatakan keinginannya membeli jas yang dipakai seorang presenter
acara kuis Tick Tack di salah satu stasiun televisi, saat mereka sedang
asik bersantai di ruang keluarga sambil menonton acara tersebut. Karena
harganya yang mahal sekitar empat juta rupiah, Gamal mengaku tak
mampu membelinya, karena nilainya sama dengan separuh gajinya.
Melihat keinginan suaminya yang menginginkan jas tersebut, Sari
berinisiatif untuk membelikannya. Akan tetapi, niat baiknya tersebut
malah mendapat respon sinis dari Gamal. Gamal marah besar dan curiga
kalau Sari mendapatkan uang tersebut karena ikut berbisnis bersama
16Casting merupakan pemilihan dan pengontrakan aktor untuk memenuhi bagian yang dibutuhkan dalam sebuah naskah, baik sinetron, film layar lebar, iklan, atau tayangan komersil lain.
97
ketiga sahabatnya. Sebelumnya pada bagian awal (beginning) telah
diperlihatkan bagaimana Gamal sangat melarang istrinya bekerja.
Sampai-sampai mengatakan haram bekerja bagi istri. Gamal curiga dari
mana Sari yang hanya seorang ibu rumah tangga mendapatkan uang
sebanyak itu. Ditambah lagi rahasia Sari berbisnis terbongkar ketika
suaminya mengetahui bahwa Sari menyimpan barang dagangan di
kontrakan miliknya.
Pada bagian complication (meningkatnya gangguan) peneliti
menemukan dua temuan terkait konflik identitas peran muslimah dalam
keluarga yaitu: a) Peranan istri dalam memenuhi nafkah keluarga, dan b)
memutuskan untuk menjadi wanita karir. a. Peranan istri dalam memenuhi nafkah keluarga.
Sebagaimana yang terjadi ketika Bia dan Tata membantu suami
mereka memenuhi kebutuhan keluarga seperti tagihan telepon rumah,
kartu kredit dan sewa rumah. Banyak pandangan terkait peranan istri
dalam memenuhi nafkah keluarga. Rumah tangga sebagai kerajaan kecil
dari suatu keluarga, memang sudah selayaknya dipimpin oleh pria.
Namun demikian, derajat kepemimpinan pria atas wanita bukanlah
derajat kemuliaan, melainkan lebih kepada derajat tanggung jawab dan
tugas secara fungsional sebagai kepala keluarga.
Dalam hal peranan sebenarnya Islam sudah memberi garis kordinat
peran suami-istri dalam rumah tangga sebagaimana hadist Nabi
Muhammad SAW yang disanadkan Abu Hurairah dan diriwayatkan
98
Imam Muslim, ”Setiap manusia keturunan Adam adalah kepala
keluarga, sedangkan wanita kepala rumah tangga”. Peneliti mencatat
bahwa dalam praktiknya, kepemimpinan dan tugas-tugas keluarga itu
lebih banyak dilakukan oleh pihak wanita. Akan tetapi, fungsi dan tugas
di dalam urusan rumah tangga ini sebenarnya bisa didelegasikan kepada
orang lain (asisten rumah tangga), namun tetap berada dalam kordinasi
sang istri. Misalkan yang dilakukan Tata atau dalam praktiknya pada
kebanyakan wanita karir yang menyewa tenaga asisten rumah tangga
demi membantu aktifitasnya di rumah dan tidak melalaikan tugasnya
sebagai seorang istri. Seperti mengasuh anak, masak, dan lain
sebagainya.
Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan
dan Kompilasi Hukum Islam, yang diungkapkan dalam pasal 31 ayat (1)
dan ayat (2), juga mengindikasikan bahwa terdapat kemitraan
(partnership) antara suami istri.17 Kedudukan yang seimbang tersebut
disertai perumusan pembagian pekerjaan dan tanggung jawab (pasal 31
ayat 3). Dalam pasal tersebut dijelaskan bahwa suami adalah kepala
keluarga dan istri adalah ibu rumah tangga. Istilah „ibu rumah tangga‟
tidak boleh dipandang sebagai penurunan kedudukan dan tidak boleh
pula diartikan istri yang mempunyai kemauan dan kemampuan untuk
bekerja di luar rumah tangganya dilarang melakukan pekerjaan tersebut.
17Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam.
99
Sebagai istri berhak melakukan pekerjaan di luar rumah tangga, asal
tidak melalaikan fungsinya sebagai ibu rumah tangga yang telah
digariskan secara kodrati. Tentunya akan lebih baik lagi jika mendapat
persetujuan (ridha‟) dari suami. Jika melihat Undang-Undang Nomor 1
Tahun 1974 tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam, yang
dijelaskan dalam pasal 31 ayat (1) dan ayat (2), mengindikasikan bahwa
terdapat kemitraan (partnership). Sebenarnya dibenarkan ketika Bia dan
Tata ingin membantu ekonomi keluarga dengan memenuhi sebagian
nafkah untuk keperluan rumah tangga. Apalagi mengingat bahwa istri
merupakan mitra atau partnership disahkan dalam norma agama dan
negara. b. Memutuskan menjadi wanita karir.
Masalah yang timbul sekarang adalah berkaitan dengan keterlibatkan
wanita dalam dunia profesi (karir) yang ruang geraknya di sektor publik.
Sebagaimana yang terjadi pada Bia, Tata dan Sari, yang memaikan peran
ganda sebagai ibu rumah tangga dan sebagai seorang pengusaha.
Penulis menemukan dua alasan kuat mengapa mereka memilih jalan
untuk berbisnis. Pertama, untuk membantu perekonomian keluarga, yang
sebenarnya tidak terlalu diperlukan, karena suami mereka masih mampu
untuk bekerja dan mempunyai pendapatan yang cukup untuk memenuhi
kebutuhan. Lebih tepatnya mereka mencari uang untuk terlepas dari
bayang-bayang suami, yang setiap mereka ingin membeli sesuatu harus
menunggu jatah bulanan. Kedua, alasan kuat mereka berbisnis adalah
100
untuk membuktikan kepada para suami, khususnya Gamal yang pada
bagian awal film sepat menyindir para istri, bahwa mereka adalah
perempuan mandiri, dan mampu mencari uang sendiri tanpa menunggu
suami memberi jatah bulanan (gajian).
Dalam istilah agama, istri disebut sebagai ra‟iyah fi baiti zaujiha
(penanggung jawab dalam masalah-masalah interen rumah tangga),
cukup menimbulkan pendapat dan kontroversi di kalangan cendikiawan
muslim Abbas Mahmud al-„Aqqad yang dikutip Siti Muri‟ah contohnya,
tidak membolehkan wanita (istri) bekerja di luar rumah. Alasannya
karena pria telah diberi kelebihan kemampuan dalam menghadapi hidup
dari pada wanita. Kecuali bila wanita terpaksa harus mencari nafkah
sendiri maka al-„Aqqad membolehkan bekerja. Namun, yang dimaksud
tempat wanita di rumah bukan berarti dilarang bekerja di luar rumah.
Pembebasan dari pekerjaan luar rumah, dimaksudkan agar mereka
berkonsentrasi dan terhormat dalam menunaikan kewajiban rumah
tangga. Karena itu jika memang dibutuhkan, boleh saja ia bekerja di luar
rumah asal menjaga kesucian diri dan menjaga rasa malu.18
Sebagaimana yang terjadi pada Bia, Sari dan Tata yang berprofesi
sebagai wanita karir, senada dengan hal tersebut M. Quraish Shihab juga
berpendapat bahwa perempuan boleh melakukan pekerjaan apapun
selama ia membutuhkan atau pekerjaan membutuhkannya dan selama
18 Agus Baedhowi, “Kedudukan Istri Sebagai Wanita Karir Menurut Pandangan Hukum Islam dan UU No. 1 Tahun 1974: Tinjauan Tentang Kewajiban Nafkah Suami” (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2006), h. 196
101
norma-norma agama dan susila tetap terpelihara. Apalagi mengingat
bisnis yang dijalankan oleh meraka adalah busana muslimah dan pastinya
sangat dibutuhkan oleh umat Islam sebagaimana perintah agama.19
3. Kesadaran terjadinya gangguan.
Bagian ini merupakan modifikasi yang dilakukan Nick Lacey pada
struktur narasi Todorov. Nick menambahkan tahapan dari ganguan ke
ekuilibrium. Pada bagian ini, kesadaran terjadinya gangguan di dirasakan
para tokoh utama.
Awalnya mereka berbisnis secara diam-diam karena takut dengan
respon suami. Namun perlahan para suami akhirnya mengetahui kegiatan
yang dilakukan para istri. Salah satu tokoh yang paling marah merespon
kesibukan para istri adalah Gamal. Sejak semua Gamal memang sudah
melarang keras istrinya bekerja di luar rumah (berbisnis), malah sampai
menyebut „haram‟ berkerja bagi istrinya.
Namun bukan Sari namanya kalau tidak „nekad‟. Perempuan yang
gemar berbisnis dari masa lajang itu tidak kuasa menahan egonya untuk
berbisnis, walaupun memang tujuannya untuk membantu ekonomi
keluarga dan untuk membeli keperluan pribadi.
Sejak semula memang Gamal sudah menaruh curiga pada Sari,
terutama ketika launching butik mereka. Gamal yang menghadiri
launcing butik Mecanism sempat memastikan dan menanyakan kepada
19 M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur‟an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat (Bandung: Mizan, 2003), cet ke-25, h. 276
102 istrinya kalau dia tidak terlibat. Pada saat itu Sari berbohong dan berkata kalau butik itu milik ketiga sahabatnya yaitu Bia, Tata dan Anin, yang kemudian mendapat modal dari orang tua Anin untuk menjalankan bisnis.
Gamal mengetahui kalau ternyata istrinya melanggar perintahnya untuk tidak bekerja, ketika mengetahui ternyata Sari menyimpan semua barang dagangannya di rumah kontrakan miliknya. Kejadian dimulai ketika pak Bowo salah seorang penyewa kontrakan milik Gamal mengadukan niatnya untuk memindahkan barang-barang dagangan milik
Sari di kamar belakang kontrakannya. Semula memang kamar itu kosong, kemudian karena takut ketahuan suaminya, Sari menyimpan semua barang-barang dagangan miliknya di kamar belakang tersebut. Akan tetapi, karena kamar itu masih bagian dari rumah kontrakan yang disewa pak Bowo, akhirnya dia mengadukan kepada Gamal untuk meminta izin pada istrinya untuk memindahkan barang-barang tersebut, karena akan dipakai untuk tinggal adik istrinya yang kebetulan diterima masuk perguruan tinggi di Jakarta. Melihat kejadian itu Gamal marah besar pada
Sari. Kecurigaan ditambah lagi ketika Sari pada bagian lain menghadiahkan Jas kepada Gamal yang bernilai 4 juta rupiah. Gamal merasa mustahil istrinya yang hanya sebagai ibu rumah tangga bisa memiliki uang sebanyak itu. Kuat kecurigaannya kalau istrinya bekerja di luar rumah.
103
Pada bagian ini Sari menyadari penuh kalau terjadinya gangguan
(konflik) pada rumah tangganya, akibat melanggar perintah suaminya
yang sejak semula tidak menyukai kalau dia berbisnis dan menafkahi
keluarga.
Kemudian kedua sahabatnya yang sudah berumah tangga, Bia dan
Tata juga merasakan apa yang dirasakan Sari. Mereka berdua mendapat
respon yang kurang baik dari para suami, yang akhirnya menyadarkan
mereka kalau bisnis hijab ini merupakan inti permasalahan dari konflik
yang sedang mereka alami.
4. Klimaks (Puncak Konflik)
Pada bagian ini merupakan puncak permasalahan yang dihadapi
tokoh. Di bagian ini pula, tokoh dihadapkan dalam penentuan nasib yang
dialaminya. Keberhasilan atau kegagalan biasanya menjadi penentu nasib
tokoh.
Seperti yang dijelaskan pada bagian sebelumnya. Para suami (Ujul
dan Matnur) marah besar ketika terjadi ketimpangan pendapatan yang
jauh di antara mereka. Ditambah karena para istri (Bia dan Tata) ikut
membiayai rumah tangga mereka. Di lain sisi Gamal yang mengetahui
ternyata istrinya bekerja di luar rumah juga tak kalah murkanya.
Kemarahan Gamal sampai menyebabkan Gamal akhirnya meninggalkan
rumah (pisah ranjang) untuk beberapa waktu. Sikap tersebut diambil
Gamal lantaran mengetahui bahwa Sari tidak menuruti perintahnya untuk
104 tidak bekerja dan tidak membantu membiayai kebutuhan rumah tangganya.
Konflik Sari dan suaminya bersambung pada perselisihan dengan sahabatnya. Bia dan Tata yang niat awalnya ingin memberikan support moril pada Sari karena ditinggal suaminya, malah membuahkan perselisihan, ketika Bia dan Tata mengunjungi rumah sari. Percakapan di antara mereka dibatasi oleh pintu kaca. Sari menolak membukakan pintu untuk kedua sahabatnya tersebut. Terjadi dialog antara mereka dari balik pintu kaca tersebut.
Tata : Sar lo kenapa? Sari : Ta, Bi, please jangan ke sini dulu yah Bia : Sar, lo kenapa sih! Buka! Buka, Buka pintunya Sar! (sambil mengetuk-ngetuk pintu) Sari : Ta, Bi, please cukup! Gue ngga mau ngancurin rumah tangga gue. Gue udah mutusin untuk keluar dari Meccanism. Tata : Sari lo ngomong apaan sih Sar. Butik ini kan ide lo! Butik lo, butik kita. Kalo lo keluar ya gua juga keluar. Bia : Sar, lo tau ngga sih Matnur juga ngga pulang! Tata : Ujul juga Sar! Ngga lo doang yang ditinggal suami. Ayok dong kita ngomong dulu Sar. Sari : Gamal udah pulang. Gua tau ini emang ide gua buat bikin usaha. Gua bohong sama suami, gua sadar itu salah tapi gua tetep ngejalaninnya. Tapi gua sekarang udah tobat. Jadi, kalo laki lo pada balik, lo berdua harus tobat. Tutup tuh butik! Itu biangnya dosa tau ngga lo! Ketentuan kita sebagai istri, itu ya di rumah, ngerawat anak, ngelayanin suami. Itu ketetapannya, kalau kita ngelanggar ya jelas aja semuanya ngga ada yang berkah. Kita tuh semuanya pake jilbab. Harusnya kita tau bagaimana bersikap sesuai syariat Islam. Ngerti lo!
105
Tak kalah dengan Sari, Bia dan Tata pun ditinggal suami mereka.
Depresi yang dialami Ujul dan Matnur karena sulitnya mendapat pundi-
pundi rupiah, ditambah karena kekecewaannya pada istri mereka yang
sikapnya berubah sejak menjalankan bisnis. Kebiasaan melayani keluarga
berkurang lantaran kesibukan mereka di butik. Niat Bia dan Tata yang
pada mulanya bebisnis hanya untuk membeli kebutuhan pribadi dan
mengisi kekosongan waktu, sampai pada membiayai kebutuhan rumah
tangga. Membuat para suami mereka akhirnya memilih
meninggalkannya.
Tata yang terlalu sibuk mengurus butik sampai melalaikan
kewajibannya mengurus anak. Faiz anaknya yang berusia tiga tahun
mendadak „pingsan‟ karena gizi dan vitaminnya di bawah angka normal,
dan dilarikan ke rumah sakit. Setibanya di rumah sakit tenyata Ujul
(suami Tata) sudah ada di ruang rawat inap dan mengurusi semua
kebutuhan Faiz selama di rumah sakit. Terjadi keributan di ruangan
tersebut karena Ujul menolak Tata untuk mengunjungi Faiz. Kemarahan
Ujul karena kesibukan Tata dibutik yang sampai melalaikan
kewajibannya merawat dan memperhatikan kesehatan anaknya. a. Tata melalaikan kewajibannya mengurus anak
Kesibukannya dibisnis yang dijalaninya memyebabkan Tata akhirnya
melalaikan kewajibannya untuk mengurus dan merawat anaknya yaitu
Faiz yang masih berusia tiga tahun. Terkait hal tersebut Islam sebenarnya
106
sudah mengatur kewajiban memelihara dan mendidik anak sebagai
amanah Allah. Sebagaimana yang tertulis pada surat Al-Kahfi ayat 46
yakni, “al-maalu wal-banuuna ziinatul-hayatid-dunyaa” (“Harta dan
anak-anak adalah perhiasan kehidupan”).
Wanita mempunyai peranan penting dalam melahirkan umat terbaik,
wanita harus menjadi istri yang baik, ibu yang baik dan sekolah yang
baik. Betapa banyak wanita baik di umat ini yang telah dilahirkan ke
dunia ini oleh keberadaan para ibu yang kompeten, yaitu para ibu yang
mendidik dan mengajari anak-anaknya.
Tidak diragukan lagi, andaikan umat ini ingin bangkit, sebagaimana
kebangkitan sebelumnya, dan ingin kembali menempati kedudukannya
yang dengan itu akan dimuliakan Allah, maka yang pertama-tama adalah
hendaknya memperbaiki didikan pertama, menerapkan adab-adab Islam
dan mengajarkan ilmu-ilmunya, sehingga dengan begitu, seorang ibu
„betul-betul‟ menjadi sekolah, sebagaimana yang telah diungkapkan oleh
Ibrahim rahimahullah: “Ibu adalah sekolah, jika engkau
mempersiapkannya maka ia akan mempersiapkan generasi yang bermoral
baik”.20
Sebenarnya pada mulanya Tata adalah seorang ibu yang sangat
perhatian dengan anak, terlihat dalam salah satu adegan Tata terlihat
sedang menyuapi makan anaknya, dan selalu ada di samping anaknya.
20Muhammad Albar, Wanita Karir dalam Timbangan Islam (Jakarta: Darr Al-Muslim, Beirut), cet. 1. h, 61.
107
Akan tetapi, kesibukannya di butik belakangan menjadi penyebab Tata
melalaikan kewajibannya mengurus Faiz hingga akhirnya anaknya jatuh
sakit.
Pengaruh perempuan dalam keluarga tidak terbatasi hanya untuk
mendidik anaknya, tetapi termasuk juga pengaruh yang ia miliki atas
kehidupan laki-laki. Pengaruh ini sungguh nyata, dan merefleksikan
perhatian perempuan yang menfasilitasi langkah suami mereka untuk
meraih kesuksesan dalam kerja, atau telah mendampingi suami mereka
saat istrirahat dan bersantai dari tuntutan kerja.
Pada bagian ini Tata bisa dikatakan sebagai seorang istri yang
melalaikan kewajibannya yaitu mengurus anak. Walaupun pada
prakteknya kewajiban mengurus anak merupakan tugas bersama.
5. Upaya memperbaiki ganguan
Bagian ini merupakan modifikasi yang dilakukan Nick terhadap
struktur narasi Todorov. Pada bagian terjadi upaya dari para tokoh untuk
memperbaiki gangguan yang sebelumnya terjadi.
Kedua orang tua Gamal dan Sari akhirnya datang untuk memberikan
problem solving pada konflik yang terjadi antara anak-anak mereka. Di
tambah kedatangan guru Gamal diperankan oleh Ustadz Ahmad al
Habsyi, yang merupakan sosok kedua setelah orangtuanya yang sangat
dihormati. Gamal berhasil dibujuk untuk pulang ke rumah. Dalam
pertemuan tersebut Ustadz Ahmad memberikan nasehat kepada Gamal
dan Sari untuk hidup rukun sesuai syariat agama Islam.
108
Tidak hanya Sari yang dikunjungi orangtuanya untuk memberikan
support moril bagi keberlangsungan rumah tangganya, Bia juga
dikunjungi Ibunya yang simpatik karena konflik yang terjadi antara dia
(Bia) dan suaminya. Matnur yang semula tidak terlalu setuju dengan ide
Bia untuk berbisnis butik akhirnya perlahan mulai mereda. Hal tersebut
dipicu dari ucapan terimakasih seorang petugas parkir di minimarket
langganannya. Petugas parkir memberikan ucapan terimakasih kepada
Bia lewat Matnur. Ucapan itu karena berkat Meccanism istrinya tertarik
untuk berhijab. Duit hasil menjadi petugas parkir dikumpulkannya untuk
membeli hijab di butik Meccanism untuk dihadiahkan kepada istrinya.
Tak disangka istrinya tertarik dan terus istiqomah memakai hijab. Usai
percakapan itu Matnur tersadar dan emosinya perlahan mereda.
Berbeda dengan Tata, perseteruannya dengan suami perlahan mereda
melihat kondisi anaknya yang sedang terbaring sakit. Kebahagiaan dan
kesehatan anaknya menjadi pelerai untuk konflik yang terjadi antara
mereka berdua. Tata dan Ujul saling membantu mengurus dan merawat
Faiz yang terbaring di rumah sakit.
C. Alur akhir cerita (Ending)
Bagian ini biasanya menjelaskan bagaimana nasib tokoh setelah
mendapatkan tunning point. Tahap ini adalah babak terakhir dari suatu
109
narasi. Kekacauan yang muncul pada beberapa bagian sebelumnya, berhasil
diselesaikan sehingga keteraturan bisa dipulihkan kembali.21
Usai konflik yang terjadi di antara ketiga keluarga tersebut mereda. Bia
secara sepihak memutuskan untuk melunasi pinjaman modalnya kepada
tante Helma yang merupakan kolega Abu Anin. Bia memutuskan untuk
menutup Meccanism dan memilih untuk menjadi ibu rumah tangga kembali.
Di tengah perbincangannya dengan Anin di butik Meccanism, Bia
meluapkan semua emosinya selama konflik dengan suaminya. Air mata
yang semula tertahan tak mampu lagi dibendungnya. Pada saat seperti ini
tiba-tiba dari belakang Bia datanglah Matnur. Kedatangan Matnur ke
Meccanism untuk memberi support moril kepada Bia, agar tetap
menjalankan bisnisnya. Matnur mengakui keegoisan sikapnya selama ini
tidak setuju kalau Bia berbisnis dan memiliki penghasilan lebih besar
darinya, dan kemudian meninggalkan Matnur. Ketakutan seperti itu yang
menjadi momok menakutkan selama konflik dengan istrinya terjadi.
Pada bagian ini situasi yang awalnya tidak seimbang akibat terjadinya
gangguan (distruption) perlahan mulai kembali seimbang (ekuilibrium).
Pada tahap penyelesain, para suami yang awalnya sempat menolak kegiatan
para istri, satu persatu mulai kembali untuk mendukung. Matnur yang
seorang aktris sinetron menawarkan diri kepada Bia untuk menjadi model di
busana muslimnya. Chaky kekasih Anin yang seorang sutradara film pendek
kontroversi bersedia membuatkan video untuk iklan butik Meccanism. Ujul
21 Eriyanto, Analisis Naratif, h. 48.
110 yang berprofesi sebagai fotografer juga menawarkan keahliannya untuk memotret model untuk busana Meccanism. Gamal yang semula sangat melarang istrinya bekerja pada akhirnya juga merelakan aktifitas istrinya tersebut untuk bergabung untuk mendukung Meccanism.
Dalam hal kedudukan dalam rumah tangga sebenarnya Islam telah lebih dulu menjelaskan sebagaimana yang termaktub dalam surat Al Baqarah ayat
228 yang berbunyi:
Artinya: Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma'ruf. akan tetapi Para suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada isterinya. dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS Al Baqarah [2]: 228)
Ayat di atas menyebutkan bahwa hak yang dimiliki istri seimbang dengan kewajiban yang harus ditunaikan istri dan kewajiban yang harus ditunaikan oleh istri itu adalah hak suami. Dengan demikian, kalimat
„walahunna mistlu ladzi „alaihinna‟ sebenarnya ingin menunjukan bahwa hak yang dimiliki istri itu seimbang dengan hak yang dimiliki suami.
Kemudian, dengan adanya kalimat „walirrijali „alaihinna darojat „ yang oleh para mufasir dipahami dengan kelebihan „tanggung jawab/kewajiban‟ bukan kelebihan „kemuliaan‟, tetapi menunjukan ada satu kewajiban yang dibebankan kepada suami tetapi tidak dibebani kepada istri. Karena dalam
111
logika keadilan “Di mana ada kewajiban, di situ ada hak”, maka secara
otomatis suami memiliki satu kelebihan hak yang tidak dimiliki oleh istri.22
Penggambaran situasi yang kembali seimbang (ekulibrium) terlihat pada
scene akhir dalam film Hijab. Di mana Meccanisme ikut berpartisipasi
dalam event Jakarta International Fashion Week. Meccanism mendapat
kehormatan dengan masuk ke dalam ajang bergengsi para desainer
Indonesia tersebut. Pada adegan tersebut terlihat para suami mendampingi
mereka (para istri) mengikuti rangkaian kegiatan sampai selesai. Mereka
bergembira dan tertawa lepas setelah melewati serangkaian konflik. Pada
bagian akhir mereka akhirnya membuat video rekaman perjalanan mereka
yang disutradarai oleh Chaky kekasih dari Anin. Melalui curhatan Bia, Tata
dan Sari langsung menghadap kamera tentang alasan mereka memakai
jilbab, bagaimana mereka bertemu dan menikah dengan pasangan-pasangan
mereka, dan bagaimana susahnya mereka memulai bisnis hijab mereka
secara diam-diam karena khawatir dengan respon suami, sampai membuka
sebuah butik dengan nama „Meccanism‟. Pada bagian ini Anin yang pada
awalnya terlambat datang kemudian bergabung bersama mereka dan telah
mengenakan hijab. Mereka bercerita begitu lepas. Saling ungkap dan saling
sindir, ramai dan lucu, sampai Sari pun yang terkesan paling agamis di
antara mereka tak sungkan melepas ceritanya, membuat film ini terasa
interaktif.
22 Mesraini, Membangun Keluarga Sakinah (Jakarta: Makmur Abadi Press, 2010), h. 71.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam film hijab menggambarkan bagaimana peranan seorang
muslimah (istri) dalam sebuah rumah tangga. Peran yang dimaksud
menyangkut hak dan kewajiban dalam keluarga. Pengetahuan suami dan istri
terkait peran mereka dalam rumah tangga sangat diperlukan untuk
menghindari konflik yang tak jarang berujung dengan perceraian.
Digambarkan bagaimana sosok Sari yang bersuamikan seorang muslim
konservatif terkesan sangat posesif terhadap istrinya sampai mengharamkan
bekerja bagi istrinya dan menekankan istrinya untuk tetap di rumah, mencuci
pakaian, merawat anak, masak, dan patuh dengan suami. Hal tersebut yang
membuat Islam tekesan „kaku‟ dan sangat mengekang perempuan. Padahal
dalam surat Al Baqarah ayat 228 dijelaskan bahwa istri mempunyai hak yang
seimbang dengan suami, hanya saja suami mempunyai satu kelebihan
tingkatan.
Dari hasil penelitian dan penelusuran peneliti dalam analisis narasi
terhadap film Hijab karya Hanung Bramantyo terkait konflik identitas peran
muslimah dalam keluarga ini dapat disimpulkan bahwa narasi yang
ditampilkan dalam film Hijab menurut model analisis narasi Tvzetan
Todorov, dalam film ini memiliki tiga alur cerita, yaitu alur cerita awal, akhir,
dan tengah.
112
113
1. Alur Awal
Pada bagian ini disajikan situasi dasar yang harus memungkinkan pembaca atau penonton memahami adegan-adegan selanjutnya. Di bagian pendahuluan ini harus berisi cerita yang dapat menarik minat penonton untuk melihat adegan selanjutnya. Dalam film Hijab karya Hanung Bramantyo menggunakan alur flash back dilihat urutan waktu. Adegan diawali dengan tiga orang muslimah yang sedang membuat video rekaman perjalanan mereka membangun bisnis busana muslimah. Di dalamnya berisi curhatan Bia, Tata dan Sari yang menceritakan alasan mereka memakai jilbab, bagaimana mereka bertemu dan menikah lalu menjadi ibu rumah tangga dengan profesi dan karakter pasangan hidup yang beragam, serta bagaimana susahnya memulai bisnis hijab secara diam-diam karena khawatir dengan respon suami.
2. Alur Tengah
Alur tengah merupakan lanjutan dari bagian pendahuluan. Pada bagian tengah ini mulai muncul konflik antara tokoh-tokoh dalam cerita. Bagian ini juga mencakup adegan-adegan yang berusaha meningkatkan ketegangan, atau menggawatkan komplikasi yang berkembang dari situasi asli. Para istri memutuskan untuk menjalankan bisnis demi terlepas dari bayang-bayang suami dalam pemenuhan kebutuhan rumah tangga. Bisnis tersebut dikarenakan pada saat arisan bersama, Gamal (suami Sari) menyindir dengan kalimat, “semua arisan ibu-ibu sebenarnya arisan suami, karena duitnya dari suami”. Karena perkataan Gamal tersebut Tata merasa terusik yang kemudian mengajak sahabatnya untuk menggugat ucapan Gamal dengan cara kembali
114 menjadi perempuan mandiri seperti saat mereka masih lajang. Tidak disangka, Sari menyambut dengan antusias. Bia, Tata dan Anin pun demikian. Akhirnya secara diam-diam mereka bekerja dengan memulai bisnis fashion hijab secara online. Pada mulanya mereka membuka bisnis secara online. Tak disangka, tanggapan masyarakat sangat bagus. Setelah mendapatkan pinjaman modal, lalu mereka memutuskan untuk membuka butik. Perkembangan butik pun semakin pesat. Konflik mulai memuncak ketika para suami akhirnya mengetahui kesibukan para istri. Adanya perbedaan pendapatan yang jauh antara suami dan istri turut memicu terjadinya konflik. Perselisihan yang terjadi pada rumah tangga mereka sampai berujung perginya para suami dari rumah, sebagai bentuk kekecewaan atas apa yang dilakukan para istri.
3. Alur Akhir
Tahap ini adalah babak terakhir dari suatu narasi. Kekacauan yang muncul pada beberapa bagian sebelumnya, berhasil diselesaikan sehingga keteraturan bisa dipulihkan kembali. Para suami yang awalnya sempat menolak kegiatan para istri, satu persatu mulai kembali untuk mendukung. Matnur yang seorang aktris sinetron menawarkan diri kepada Bia untuk menjadi model di busana muslimnya. Chakky kekasih Anin yang seorang sutradara film pendek kontroversi bersedia membuatkan video untuk iklan butik Meccanism. Ujul yang berprofesi sebagai fotografer juga menawarkan keahliannya untuk memotret model untuk busana „Meccanism‟. Gamal yang semula sangat
115
melarang istrinya bekerja pada akhirnya juga merelakan aktifitas istrinya
tersebut untuk bergabung bersama „Meccanism‟.
Berdasarkan hasil analisis peneliti, bahwa analisis narasi terhadap film
Hijab karya Hanung Bramantyo berdasarkan model analisis narasi tiga alur,
maka cerita dalam film ini terdiri dari alur awal, tengah, dan akhir. Peneliti
menemukan beberapa poin terkait konflik identitas peran muslimah dalam
keluarga diantaranya: 1) Kewajiban Sari untuk patuh kepada suami dalam
batas-batas yang ditentukan oleh norma agama; 2) Kewajiban berhijab sesuai
aturan agama, baik untuk sari maupun keluarga dekatnya; 3) Menerima dan
menghormati pemberian suami serta mencukupkan nafkah yang diberikannya
dengan baik, hemat dan bijaksana; 4) Berhias diri untuk menyenangkan
suami; 5) Hak mendapatkan nafkah; 6) Menjalankan bisnis butik
„Meccanism‟ tanpa seizin suami; 7) Peranan istri dalam memenuhi nafkah
keluarga; 8) Memutuskan untuk menjadi wanita karir; 9) Tata melalaikan
kewajibannya mengurus anak.
B. Saran
Saran yang ingindisampaikanmengenai film iniadalah:
1. Saat menonton film dibutuhkan sikap kritis untuk tidak hanya
menerima cerita yang disuguhkan dengan apa adanya. Penonton harus
lebih aktif dalam menggali pesan-pesan yang tersirat dalam sebuah
cerita atau adegan sehingga penonton tidak hanya menjadi korban
cerita, tetapi dapat aktif memahami pesan komunikatif yang
disampaikan melalui film tersebut.
116
2. Kepada Hanung Bramantyo sebagai sutradara film diharapkan lebih
dalam lagi dalam meriset sebuah isu/cerita sebelum menuangkan ke
dalam bentuk film, agar tidak menimbulkan kontroversi di
masyarakat. Meski film Hijab masuk dalam kategori drama komedi,
tetapi dalam beberapa bagian di film saratakan pesan-pesan
betemakan religi. Jangan sampai penonton menjadi salah paham
dalam memaknai adegan dalam film. Bila perlu sertakan tokoh agama
untuk konsultasi jika film dikemudian hari berkaitan dengan isu
agama.
3. Kepada para sineas muda, diharapkan memanfaatkan media film lebih
baik lagi untuk sarana dakwah, yang kelak dikemudian hari muncul
sineas muda berbakat dan berprestasi yang gemar mensyiarkan serta
mengkampayekan nilai-nilai Islam.
DAFTAR PUSTAKA
Ariansah, M. Gerakan Sinema Dunia. Jakarta: FFTV-IKJ Press, 2014.
Ayawaila, Gerzon R. DKK. Penyemaian Industri Perfilman Indonesia. Jakarta:
FFTV-IKJ Press, 2013.
Abu Syuqqah, Abdul Halim. Kebebasan Wanita. Jakarta: Gema Insani Press, 2013.
Ayawaila, Gerzon R. Dokumenter: dari Ide sampaiProduksi. Jakarta: FFTV-IKJ
Press, 2008.
---- Penyemaian Industri Perfilman Indonesia: Produksi, Distribusi dan Eksibisi
Film, Jakarta: FFTV-IKJ Press, 2013.
Albar, Muhammad. Wanita dalam Timbangan Islam. Jakarta: Daar Al-Muslim,
Beirut, 2009.
Abdurrahim, Abu Musa. Kitab Cinta Berjalan. Jakarta: Gema Insani, 2011.
Albar, Muhammad. Wanita Karir dalam Timbangan Islam. Jakarta: Darr Al-Muslim,
Beirut, 2005.
Baedhowi, Agus. “Kedudukan Istri Sebagai Wanita Karir Menurut Pandangan
Hukum Islam dan UU No. 1 Tahun 1974: Tinjauan Tentang Kewajiban Nafkah
Suami.” Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri
Jakarta, 2006
Beta, Annisa Ridzkynoor. “Konstruksi Identitas Perempuan Muslim dalam Aquila
Asia.” Tesis S2 Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia,
2012.
117
118
Braston, Gill dan Roy Stafford. The Media Student‟s Book. London dan New York:
Routledge, 1999.
---- The Media Student‟s Book Third Edition. London: Routledge, 1999.
Bordwell, David and Kristin Thompson. Film Art and Introduction, Fourth Edition
Singapore: McGraw-Hill Companies Inc, 2006.
---- Film Art: An Introduction 5thed. New York: McGraw-Hill, 1997.
---- Film Art : An Introduction 9thed. New York: McGraw-Hill, 2010.
Curthoys Ann and Marilyn Lake. Connected Worlds: History in Transnational
Perspective. Canberra: ANU E Press, 2005.
Eriyanto. Analisis Naratif: Dasar-Dasar dan Penerapannya dalam Analisis Teks
Berita Media. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013.
Effendy, Heru. Industri Perfilman Indonesia: Sebuah Kajian. Jakarta: Erlangga,
2008.
Elvinaro, Ardianto & Bambang Q-Anees. Filsafat Ilmu Komunikasi. Bandung:
Simbiosa Rekatama Media, 2011.
Effendy, Heru. Mari Membuat Film: Paduan Menjadi Produser. Jakarta: Erlangga,
2009.
Fitri, Rizka. “Konstruksi Realitas Hijab pada Wanita Muslimah dalam Film 99
Cahaya di Langit Eropa.” Jurnal Ilmu Komunikasi vol. 2, no. 2. Pekanbaru:
Universitas Riau, Oktober 2015.
Hadi, Sutrisno. Metedologi Research. Yogyakarta : Andi Offset, 1989.
Indra, Hasbi dkk. Potret Wanita Sholehah. Jakarta: Penamadani, 2004, cet ke 3.
119
Istiadah. Membangun Bahtera Keluarga yang Kokoh. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama, 2009.
Keraf, Gorys. Argumentasi dan Narasi. Jakarta: PT Gramedia, 2007, cet. ke 16
Moleong, Lexy. J. Metode Penelitian Kualitatif . Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
Cet. 28
Mabruri, Anton KN. Penulisan Naskah Televisi: Format Acara Nondrama, News &
Sport. Depok: Mind 8 Publishing House, 2009.
Megawangi, Ratna. Membiarkan Berbeda? Sudut Pandang Baru tentang Relasi
Gender. Bandung: Mizan, 1999.
Mesraini. Membangun Keluarga Sakinah. Jakarta: Makmur Abadi Press, 2010.
Muhammad, Husein. Fiqih Perempuan Refleksi Kiyai atas Wacana Agama dan
Gender. Yogyakarta: LkiS, 2001, cet 1.
Nugroho, Garin dan Dyna Herlina S. Krisis dan Paradoks Film Indonesia. Jakarta:
FFTV-IKJ Press, 2013.
Nugroho, Riant. Gender dan Strategi Pengarus-utamaannya di Indonesia. Jakarta:
Pustaka Pelajar, 2008.
Nurgiantoro, Burhan. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University
Press, 1995.
Pawito. Penelitian Komunikasi Kualitatif . Yogyakarta: PT LKiS Pelangi Aksara,
2007.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka, 2008.
120
Prince, Gerald. A Dictionary of Narratology, Second Edition. Lincoln: University of
Nebraska Press, 2003.
Putra, Heddy Shri Ahimsa. Strukturalisme Levi-Strauss: Mitos dan Karya Sastra.
Yogyakarta: Galang Press, 2001.
Pratista, Himawan. Memahami Film. Yogyakarta: Homerian Pustaka, 2008.
Said, Salim. Profil Dunia Film Indonesia, Jakarta: Grafiti Pers, 1982.
Sobur, Alex. Analisis Teks Media-Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotik, dan Analisis Framing. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001.
Sumarno, Marselli. Dasar-Dasar Apresiasi Film. Jakarta: Gramedia Widiasarana
Indonesia, 2005.
Syarifuddin, Amir. Hukum Perkawinan Islam di Indonesia. Jakarta: Prenada Media,
2007.
Shihab, M. Quraish. Membumikan Al-Qur‟an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam
Kehidupan Masyarakat. Bandung: Mizan, 2003, cet ke-25.
Todorov, Tvzetan. Tata Sastra Jakarta. Jakarta: IKAPI, 1985.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan
Kompilasi Hukum Islam.
Website
“Din Syamsuddin Komentari Film Hijab”, Tempo Online, 20 Januari 2015, diakses
pada16Juli2016 dari https://m.tempo.co/read/news/2015/01/20/111636184/din-
syamsuddin-komentari-film-hijab
121
“Inilah Catatan Kritis Asma Nadia Soal Film Hijab Karya Hanung Bramantyo”,
Harsindo Online, 27 Januari 2015, diakses pada 16 Juli 2016 dari
http://www.harsindo.com/2015/01/inilah-catatan-kritis-asma-nadia-soal-film-
hijab-karya-hanungbramantyo.html
“Kritik Film Hijab Anak Amien Rais Tuding Hanung JIL”, Merdeka Online, 22
Januari 2015, diakses pada 14 Juli 2016 dari
http://www.merdeka.com/peristiwa/kritik-film-hijab-anak-amien-rais-tuding-
hanung-bramantyo-jil.html
“Riwayat Kontroversi Film-Film Hanung Bramantyo”, CNN Indonesia, 23 Januari
2015, diakses pada 16 Juli 2016 dari
http://www.cnnindonesia.com/hiburan/20150123133015-220-26838/riwayat-
kontroversi-film-film-hanung-bramantyo/2
122
COVER FILM HIJAB