ANALISIS NARASI TENTANG KONSEP GENDER PADA FILM HIJAB DALAM PERSPEKTIF ISLAM

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh Faqih Aulia Rizqi 1112051000002

KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437H/2016M

Analisis Narasi Tentang Konsep Gender pada Film Hijab dalam Perspektif Islam

Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh Faqih Aulia Rizqi NIM: 1112051000002

Pembimbing:

Dr. Armawati Arbi, M.Si NIP: 196502071991032002

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437H/2016M

LEMBAR PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah penulis skripsi yang berjudul “Analisis Narasi Tentang Konsep Gender pada Film Hijab dalam Perspektif Islam” , dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang dijadikan untuk memenuhi salah satu persyatan memperoleh gelar Strata 1 (S1) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan dalam bentuk referensi, baik footnote maupun daftar pustaka sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli atau merupakan hasil duplikasi dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Demikian lembar pernyataan ini dibuat, sehingga dapat dipergunakan sebagaimana mestinya. Terimakasih.

Jakarta, 9 September 2016

Penulis

Faqih Aulia Rizqi

ABSTRAK Faqih Aulia Rizqi (1112051000002) Analisis Narasi Tentang Konsep Gender pada Film Hijab dalam Perspektif Islam Konsep gender merupakan persoalan yang sering diperdebatkan oleh berbagai kalangan. Laki-laki yang sering diuntungkan dengan kedudukan yang lebih tinggi dibanding perempuan membuat perempuan menuntut adanya kesetaraan. Salah satunya adalah keinginan perempuan untuk bekerja di luar rumah, sama seperti laki-laki. Film Hijab menjadi film yang membahas persoalan tersebut. Sejak rilis pada 15 Januari 2015, banyak kontroversi yang terjadi terhadap film Hijab. Terdapat pro dan kontra di sosial media sehingga film ini menjadi perbincangan hangat saat itu. Berdasarkan latar belakang di atas, munculah beberapa pertanyaan dalam penelitian ini: Bagaimana konsep gender menurut teori naratif Todorov? Kemudian bagaimana perspektif Islam dalam memandang konsep gender di film Hijab? Pertama, kondisi seimbang saat Tata, Bia dan Sari masih bersedia mengerjakan tugas mereka untuk mengurus rumah. Kedua, adanya gangguan saat mereka mulai tidak nyaman dengan hanya menjadi ibu rumah tangga saja dan memutuskan membuka usaha secara diam-diam. Ketiga, kesadaran terjadinya gangguan saat suami mereka mulai menyadari perubahan yang terjadi pada masing-masing istrinya. Keempat, upaya memperbaiki gangguan yang dilakukan para suami yang kembali pulang setelah meninggalkan rumah. Kelima, tahap kembali seimbang saat para suami justru membantu usaha yang mereka jalankan kecuali Gamal yang tetap pada pendiriannya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Instrumen yang digunakan observasi, wawancara mendalam dan dokumentasi. Model yang digunakan pada penelitian ini adalah model narasi Todorov. Peneliti mengklasifikasikan konsep gender di film Hijab dengan memilih adegan-adegan di film Hijab yang berkaitan dengan konsep gender. Setelah itu, peneliti mengaitkan konsep gender yang sudah peneliti klasifikan dengan menggunakan teori narasi Todorov dengan perspektif Islam. Perspektif Islam dari kelima konsep gender yang ada di film Hijab yaitu tidak ada larangan perempuan untuk bekerja selama mendapat izin dari suaminya dan tidak melalaikan hak suami yang harus dia penuhi. Selain itu, masing-masing antara suami dan istri memiliki hak yang harus saling dipenuhi agar tercipta hubungan keluarga yang harmonis. Kata Kunci : Konsep Gender, Wanita Karier, Naratif Todorov, Suami dan Istri

i

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji serta syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah

SWT yang telah memberikan segala nikmat berupa nikmat iman, nikmat Islam, serta sehat wal „afiatkepada penulis, sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada

Nabi Muhammad SAW beserta para keluarga dan para sahabatnya yang sudah sangat berjasa mewariskan kita berbagai ilmu untuk kita pelajari, sehingga kita semua terhindar dari yang namanya kebodohan. Banyak hambatan dan kesulitan yang penulis temui, baik dalam mencari sumber pustaka maupun mengolah sumber data. Tetapi, dari kesulitan itulah penulis banyak belajar sehingga pada akhirnya skripsi ini bisa diselesaikan dengan baik. Alhamdulillah hal tersebut bisa penulis lewati berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ungkapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Dr. Arief Subhan,M.A sebagai Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi, Suparto,Ph.D sebagai Wakil Dekan 1 Bidang Akademik,

Dr.Roudhonah,M.A sebagai Wakil Dekan 2 Bidang Administrasi Umum,

Dr. Suhaimi,M.Si sebagai Wakil Dekan 3 Bidang Kemahasiswaan.

2. Drs. Masran,M.A sebagai Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam

dan Fita Fathurokhmah,M.Si sebagai Sekretaris jurusan Komunikasi dan

Penyiaran Islam yang telah banyak membantu melancarkan berbagai

urusan penulis yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini.

3. Dr. Armawati Arbi, M.Si, sebagai pembimbing skripsi yang luar biasa

ii

karena telah memberikan bimbingan serta pengarahan yang sangat

berharga kepada penulis hingga skripsi ini bisa selesai.

4. Prof. Yunan Yusuf,M.A, Penasehat Akademik KPI A 2012 yang

memberikan banyak masukan serta arahan mulai sejak kuliah hingga saat

menyusun proposal skripsi.

5. Semua Dosen di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah

banyak memberikan ilmu dan pengetahuan kepada penulis.

6. Pimpinan beserta staf Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi,

karena sudah memberikan kemudahan pada penulis untuk meminjam buku

sebagai referensi skripsi yang penulis teliti.

7. Kak Haikal Kamil yang telah memberikan kesempatan kepada penulis

untuk bisa melakukan wawancara di tengah-tengah kesibukannya. Kak

Esty dari Dapur Film yang selalu bersedia membantu keperluan penulis

dalam hal pengambilan data pada skripsi ini.

8. Kedua orangtua yang penulis sayangi dan penulis banggakan, Bapak

Tholib B.H. Ilyas dan Ibu Kartini yang sudah mendidik penulis hingga

detik ini dan tidak pernah lelah memberikan do‟a dan semangat kepada

penulis hingga akhirnya menjadi motivasi bagi penulis untuk segera

menyelesaikan skripsi ini.

9. Kedua Saudara penulis, yaitu Ari Fachrurozy Al Khaidir sebagai kakak

dan Navillah Qurrota A‟yun sebagai adik yang telah memberikan motivasi

serta doa‟a untuk penulis agar bisa menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

iii

10. Indriana Rara Subadra, sebagai partner yang selalu ada dan bersedia

membantu penulis baik dalam hal bimbingan maupun mencari referensi

buku, partner berdiskusi dan berbagi cerita yang baik, pemberi motivasi,

saran serta semangat yang luar biasa sehingga penulis bisa menyelesaikan

skripsi ini.

11. Hany Sabrina Mumtaz Aziz, Ricca Junia Ilprima, Rizki Hakiki, Fajar

Hardian Azhar, Yoga Alif Prasetyo, Dani Perdana Sya‟bani sebagai

sahabat-sahabat dekat penulis selama melaksanakan perkuliahan yang

sudah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi, baik

berupa saran, kritik, maupun berupa semangat dan do‟a. Kemudian ada

Muhammad Nur juga yang telah bersedia meminjamkan buku referensi

yang sangat berguna mulai dari penulis ingin seminar proposal sampai

penulis sidang skripsi, untuk menguatkan pernyataan-pernyataan yang

terdapat pada skripsi ini.

12. Aldi Muhammad Alamsyah, Bayu Andar Moyo Serayu, Andika Selamet

Prihatin, Septian Eka Wijaya, Amin Hayyu Al Bakky, Irvan Kurniawan,

Paras Ayunita, Puji Larassati, Ghea Nurrohmah, Emira Devira, sebagai

sahabat-sahabat dekat penulis dari Madrasah Tsanawiyah sampai

sekarang, yang telah memberikan dukungan dan doa‟a untuk

menyelesaikan skripsi ini.

13. Keluarga besar KPI A angkatan 2012, yang tidak bisa penulis sebutkan

satu-satu di sini, sebagai teman-teman kuliah penulis dari semester 1

hingga semester 7 yang sudah memberikan semangat serta memberikan

iv

ilmu dan pengalaman kepada penulis dalam diskusi-diskusi ketika dalam

perkuliahan.

14. Keluarga besar KKN OASE, sebagai teman-teman seperjuangan selama

melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang sudah memberikan banyak

pelajaran yang baik untuk penulis dalam berbagai hal.

15. Semua guru beserta mentor penulis yang sudah banyak memberikan do‟a

untuk kesuksesan penulis dalam dunia akademik dan juga telah banyak

memberikan masukan dalam penyusunan skripsi.

Jakarta, 9 September 2016

Faqih Aulia Rizqi

Penulis

v

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ...... LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN ...... LEMBAR PERNYATAAN ...... BSTRAK I ...... KATA PENGANTAR ...... ii DAFTAR ISI ...... v DAFTAR GAMBAR ...... vii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...... 1 B. Batasan dan Rumusan Masalah ...... 7 C. Tujuan Penelitian ...... 8 D. Manfaat Penelitian ...... 8 E. Tinjauan Pustaka ...... 9 F. Kerangka Teori...... 12 G. Metode Penelitian...... 14 1. Teknik Pengumpulan Data ...... 15 2. Teknik Pengolahan Data ...... 16 3. Teknik Analisis Data ...... 17 F. Sistematika Penulisan ...... 18

BAB II KAJIAN TEORITIS A. Naratif Todorov ...... 19 B. Konsep Gender ...... 24 C. Pandangan Islam Tehadap Wanita Karier ...... 33

BAB III GAMBARAN UMUM A. Sinopsis Film Hijab ...... 54 B. Profil Serta Peran Para Pemain Hijab ...... 57 C. Profil Dapur Film ...... 61 D. Tanggapan Terhadap Film Hijab ...... 63

vi

BAB IV ANALISIS DATA A. Konsep Gender pada Film Hijab ...... 67 B. Perspektif Islam dalam Menilai Konsep Gender pada Film Hijab ...... 90 C. Interprestasi ...... 102

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ...... 105 B. Saran ...... 107 Daftar Pustaka ...... 108 LAMPIRAN

vii

DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Larangan Gamal Kepada Sari ...... 70 Gambar 2 Tata yang sedang Berdebat dengan Dosen ...... 71 Gambar 3 Respon Tata Terhadap Ucapan Gamal ...... 74 Gambar 4 Tata, Bia, Sari dan Anin sedang Berdiskusi ...... 76 Gambar 5 Bia, Sari, Tata dan Anin yang sedang Bermain Gadget ...... 78 Gambar 6 Debat Antara Chaky dan Gamal ...... 81 Gambar 7 Penjelasan Tata kepada Ujul ...... 83 Gambar 8 Penjelasan Bia Kepada Mat Nur ...... 84 Gambar 9 Kemarahan Gamal Kepada Sari...... 85 Gambar 10 Sari yang Ingin Keluar dari Meccanism ...... 87 Gambar 11 Perkataan Tukang Parkir yang Menyadarkan Mat Nur ...... 88 Gambar 12 Mat Nur, Ujul dan Chaky yang Siap Membantu Meccanism ..... 89 Gambar 13 Keinginan Gamal yang Ingin Tetap Bersilaturahmi ...... 90 Gambar 14 Kekhawatiran Para Istri Jika Jujur Pada Suami Mereka Tentang Bisnis yang Sedang Mereka Jalankan ...... 93 Gambar 15 Kepulangan Gamal yang Disambut Pihak Keluarga ...... 94 Gambar 16 Pernyataan Gamal Tentang Istri yang Ingin Bekerja ...... 96 Gambar 17 Bia Sedang Menemani Mat Nur Sambil Membalas Chat ...... 97

viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Narasi merupakan suatu bentuk wacana yang berusaha menceritakan suatu kejadian atau peristiwa sehingga seolah-olah kita bisa melihat atau mengalami sendiri peristiwa itu. Sebab itu, unsur yang paling penting pada sebuah narasi adalah unsur perbuatan atau tindakan.1

Film merupakan salah satu media narasi. Dikatakan sebagai media narasi karena di dalam sebuah film terdapat rangkaian cerita yang saling terhubung dan saling berkaitan sehingga cerita tersebut bisa dipahami. Dalam sebuah film juga terdapat makna yang terkandung sehingga untuk mengetahuinya dapat dilakukan penelitian yang mendalam. Dalam hal ini bisa dilakukan dengan menggunakan analisis narasi.

Misalnya saja film yang membahas mengenai persoalan gender antara laki-laki dan perempuan. Sebelumnya, konsep penting yang perlu dipahami dalam rangka membahas hubungan kaum kaum perempuan dan laki-laki adalah membedakan antara konsep sex (jenis kelamin) dan konsep gender. Pemahaman dan pebedaan antara kedua konsep tersebut sangat diperlukan dalam melakukan analisis untuk memahami persoalan-persoalan ketidakadilan sosial yang menimpa kaum perempuan. Hal ini disebabkan karena ada kaitan yang erat antara perbedaan gender (gender differences) dan ketidakadilan gender (gender inequalities) dengan struktur ketidakadilan masyarakat secara luas. Pemahaman

1Keraf, Argumentasi dan Narasi , h.135-136.

1 2

atas konsep gender sangatlah diperlukan mengingat dari konsep ini telah lahir suatu analisis gender.2

Istilah gender digunakan berbeda dengan sex. Gender digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan laki-laki dan perempuan dari segi sosial-budaya.

Sementara sex digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan laki-laki dan perempuan dari segi anatomi biologi. Istilah sex lebih banyak berkonsentrasi pada aspek biologi seseorang, meliputi perbedaan komposisi kimia dan hormon dalam tubuh, anatomi fisik, reproduksi, dan karakteristik biologis lainnya. Sementara itu, gender lebih banyak berkonsentrasi kepada aspek sosial, budaya, psikologis, dan aspek-aspek non-biologis lainnya.3

Perbedaan tersebut melahirkan pemisahan fungsi dan tanggung jawab antara laki-laki dan perempuan. Laki-laki bertugas mengurusi urusan luar rumah dan perempuan bertugas mengurusi urusan dalam rumah yang dikenal sebagai masyarakat pemburu (hunter) dan peramu (gatherer) dalam masyarakat tradisional dan sektor publik dan sektor domestik dalam masyarakat modern.4

Perbedaan gender (gender differences) pada proses berikutnya melahirkan peran gender (gender role) dan dianggap tidak menimbulkan masalah, maka tak pernah digugat. Akan tetapi yang menjadi masalah dan perlu digugat adalah struktur ketidakadilan yang ditimbulkan oleh peran gender dan perbedaan gender.5

2Mansour Fakih, Analisis Gender dan Transformasi Sosial, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997), h. 4. 3Nasaruddin Umar, Argumen Kesetaraan Jender Perspektif Al-Qur'an (Jakarta: Paramadina, 1999), h. 35. 4Umar, Argumen Kesetaraan Jender Perspektif Al-Qur'an, h. 302-302. 5Nur Ahmad Fadhil Lubis, Yurisprudensi Emansipatif, (Bandung: Citapustaka Media, 2003), h.47.

3

Pengungkapan masalah kaum perempuan dengan menggunakan analisis gender sering menghadapi perlawanan (resistance), baik dari kalangan kaum laki- laki ataupun kaum perempuan sendiri. Hal ini bisa jadi disebabkan: pertama, mempertanyakan status kaum perempuan pada dasarnya adalah mempersoalkan sistem dan struktur yang telah mapan, kedua, mendiskusikan soal gender berarti membahas hubungan kekuasaan yang sifatnya sangat pribadi, yakni menyangkut dan melibatkan individu kita masing.6

Oleh karena itu pemahaman atas konsep gender sesungguhnya merupakan isu mendasar dalam rangka menjelaskan masalah kesetaraan hubungan, kedudukan, peran dan tanggung jawab antara kaum perempuan dan laki-laki.

Salah satu film yang membahas persoalan antara laki-laki dan perempuan adalah film Hijab karyanya . Meskipun diberi judul Hijab, film ini sendiri bukanlah bertema religi, melainkan bergenre drama komedi. Isu yang diangkat juga bukan tentang hijab, tapi isunya adalah ketika wanita mempunyai penghasilan lebih besar dari pria dan bagaimana cara pria menyikapinya?7 Hanya saja memang hijab di film ini dijadikan sebagai perantara fashion dan gaya hidup.

Film ini mengisahkan tentang kehidupan rumah tangga tiga orang perempuan yaitu Bia, Sari dan Tata ditambah dengan satu orang perempuan yang belum menikahyaitu Anin dengan sekelumit masalahnya masing-masing. Selain mengurus kehidupan rumah tangga, mereka yang tak ingin selalu bergantung pada suami akhirnya memutuskan untuk membuka bisnis hijabonline secara diam-diam tanpa sepengetahuan suami mereka.

6Mansour Fakih, Analisis Gender..., h. 5-6. 7Haikal Kamil, Produser Film Hijab, Wawancara Pribadi, Jakarta, 22 April 2016.

4

Tak disangka bisnis hijab online yang mereka jalankan perlahan mulai ramai pembeli. Hanya saja, karena dari awalnya mereka tidak jujur kepada suami mereka tentang bisnis hijab online yang mereka miliki, mereka pun terjebak dalam keadaan yang sulit. Mereka harus memilih apakah tetap meneruskan bisnis hijab online mereka yang semakin ramai ataukah memilih berhenti untuk memperbaiki keadaan rumah tangga mereka yang berantakan karena bisnis hijab online yang mereka jalankan.

Sebenarnya ini bukan kali pertama Hanung Bramantyo membuat film dengan bertemakan tentang persoalan wanita. Sebelumya pada tahun 2009,

Hanung pernah membuat film yang berjudul Perempuan Berkalung Sorban. Film ini menceritakan tentang latar tradisi sebuah sekolah pesantren di Jawa Timur yang cenderung mempraktekkan tradisi konservatif terhadap wanita dan kehidupan modern. Dalam pesantren Salafiah putri Al-Huda diajarkan bagaimana menjadi seorang perempuan yang tunduk pada laki-laki. Sehingga Anisa, tokoh wanita di film ini, menganggap bahwa ajaran Islam hanya membela laki-laki saja dan menempatkan perempuan dalam posisi yang lemah dan tidak seimbang.8

Film Perempuan Berkalung Sorban pun menjadi perbincangan publik saat itu. Hanung dinilai gagal menyampaikan konten substansial dari novelnya.

Hanung justru malah menonjolkan kekerasan dalam rumah tangga.9 Hanung juga diprotes karena dinilai mendiskreditkan kiai dan pesantren. Sementara, Abidah El

Khalieqy, penulis novel aslinya, dalam sebuah wawancara bersama kru film

8Perempuan Berkalung Sorban, http://id.m.wikipedia.org/wiki/Perempuan_Berkalung_Sorban diakses pada 19 Juni 2016. 9Daftar Film Kontroversial Hanung Bramantyo, http://infoheboh.com/daftar-film- kontroversial-hanung-bramantyo/ diakses pada 24 Mei 2016.

5

mengatakan bahwa tema novel yang ditulisnya tersebut pada intinya adalah tentang pemberdayaan wanita.10

Sama halnya dengan film Perempuan Berkalung Sorban, Film Hijab pun saat itu menjadi perbincangan publik. Sejak pertama kali dirilis pada tanggal 15

Januari 2015, terdapat banyak pro dan kontra terhadap cerita dari film Hijab. Film

Hijab dinilai sebagai film yang menyudutkan Islam karena menceritakan tentang orang-orang yang memakai hijab sebagai transformasi keterpaksaan, pemaksaan kehendak suami atau sekedar fashion trend.11 Zaskia Mecca, selaku produser dari film Hijab pun menjawab berbagai kritikan tentang film Hijab dengan mengatakan bahwa film Hijab bukanlah film yang menyudutkan Islam, tetapi lebih kepada kehidupan nyata wanita-wanita berhijab yang modern dan ingin sekali berkreativitas tanpa interfensi dari sang suami. Film Hijab juga diangkat berdasarkan realitas yang nyata di kehidupan sehari-hari dan dikemas secara komedi dan drama secara berimbang.12

Konsep dari film Hijab ini sebenarnya sangat menarik untuk diteliti.

Karena di film ini diceritakan tentang kehidupan rumah tangga dengan sekelumit masalahnya masing-masing. Selain itu, konsep gender yang diceritakan di film ini juga memang berkaitan tentang hak dan kewajiban masing-masing antara suami dan istri. Tidak hanya itu, konflik rumah tangga yang disebabkan karena para istri

10Film-Film Kontroversial Hanung Bramantyo, http://m.detik.com/hot/movie/2138149/film-film-kontroversial-hanung-bramantyo-/2#detailfoto diakses pada 24 Mei 2016. 11Film Hijab Dikritik Putri Amien Rais, Ini Jawaban Zaskia Mecca, http://banjarmasin.tribunnews.com/2015/01/29/film-hijab-dikritik-putri-amien-rais-ini-jawaban- zaskia-mecca diakses pada 21 April 2016. 12Film Hijab Lecehkan Islam, Hanung Dicap JIL, http://www.jpnn.com/read/2015/01/29/284410/Film-Hijab-Lecehkan-Islam-Hanung-Dicap- Anggota-JIL-diakses pada 21 April 2016.

6

mempunyai penghasilan sendiri dan bahkan penghasilannya melebihi penghasilan suami menjadi bahasan menarik pada penelitian ini.

Di dalam Al-Qur‟an secara umum sebenarnya banyak ayat yang isinya membicarakan tentang gender, baik itu kedudukan antara laki-laki dan perempuan, hubungan antara laki-laki dan perempuan, maupun hak dan kewajiban mereka dalam kehidupan sehari-hari dan dalam kehidupan rumah tangga dengan konsep yang rapi, indah dan bersifat adil. Seperti apa yang disebutkan di dalam

Q.S. An-Nisa ayat 124 yang berbunyi :

Artinya : “Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun wanita sedang ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikitpun” (Q.S. An-Nisa : 124).13

Dari ayat di atas jelas bahwa Islam tidak membeda-bedakan kedudukan antara laki-laki dan perempuan. Semua mempunyai ganjaran yang sama berupa surga bagi mereka yang senantiasa mengerjakan amal-amal saleh.

Laki-laki dan perempuan mempunyai hak dan kewajiban yang sama.

Masing-masing mempunyai hak dan kewajiban yang sama. Hanya saja memang derajat laki-laki lebih tinggi satu tingkat di atas perempuan. Itu disebabkan karena laki-laki telah memberikan mahar perkawinan dan memberikan nafkah kepada

13Q.S. An-Nisa Ayat 124.

7

keluarganya.14 Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti film Hijab karena film tersebut membahas mengenai persoalan rumah tangga antara suami dan istri, baik itu dari segi kehidupan sehari-hari maupun dari konflik yang terjadi saat para istri mempunyai penghasilan sendiri dan para suami merasa terancam dengan keadaan tersebut. Selain membahas tentang konsep gender pada film Hijab, peneliti juga akan mengaitkan konsep gender yang terdapat di film Hijab dalam perspektif Islam guna memperkuat analisis yang akan peneliti lakukan.

Berdasarkan latar belakang di atas, judul dari penelitian ini yaitu “Analisis

Narasi Tentang Konsep Gender pada Film Hijab dalam Perspektif Islam”.

B. Batasan dan Rumusan Masalah

Peneliti ingin membatasi masalah yang akan dibahas pada penelitian ini supaya lebih fokus dan tidak meluas ke arah yang tidak ada kaitannya dengan permasalahan. Oleh karena itu, batasan masalah penelitian ini adalah hanya membahas tentang konsep gender yang ada pada film Hijab, kemudian konsep gender pada film Hijab itu dikaitkan dalam perspektif Islam.

Adapun rumusan masalah yang dibahas pada penelitian ini adalah :

a. Bagaimana konsep gender pada film Hijab dalam teori narasi Todorov?

b. Bagaimana perspektif Islam tentang konsep gender pada film Hijab?

14Syekh Muhammad bin Umar Nawawi Al-Bantany, Uqudul Jain (Indonesia: Darul Ihya), h.3.

8

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui konsep gender pada film Hijab dalam teori naratif

Todorov.

b. Untuk mengetahui perspektif Islam tentang konsep gender pada film

Hijab.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah :

a. Manfaat Praktis

Penulis berharap skripsi ini dapat menambah wawasan mengenai

narasi pesan dalam sebuah film bagi para mahasiswa di bidang penyiaran.

Penulis juga berharap skripsi ini bisa menjadi bahan referensi untuk

memperkuat penelitian tentang film selanjutnya dan berharap dapat

menambah ilmu tentang cara penarasian film bagi para mahasiswa Jurusan

Komunikasi Penyiaran Islam, khususnya, serta mahasiswa lainnya yang

mempunyai minat di bidang penyiaran dan film pada umumnya.

b. Manfaat Akademis

Penulis berharap penelitian ini dapat memperkaya bidang studi

ilmu komunikasi berkaitan dengan pembelajaran mengenai analisis narasi

9

dalam sebuah film, khususnya mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu

Komunikasi Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam.

Penulis berharap penelitian ini dapat dijadikan pengetahuan

terhadap analisis narasi pesan yang terkandung dalam sebuah film kepada

pembaca mengenai konsep gender pada film Hijab dalam perspektif Islam.

E. Tinjauan Pustaka

Nurlaela menemukan konteks ceramah yang disampaikan Hj. Dedeh

Rosyadah saat berdakwah di salah satu acara televisi cenderung lebih berpihak kepada kaum perempuan. Nurlaela juga menyebut bahwa Hj. Dedeh Rosyadah ini sebagai ustadzah yang feminis karena materi-materi dakwah yang beliau sampaikan selalu isinya tentang persoalan perempuan yang tidak boleh kalah dengan laki-laki dan laki-laki pun tidak boleh berbuat semena-mena dengan perempuan. Isi skripsi ini difokuskan pada sensitivitas gender pada materi dakwah

Hj. Dedeh Rosyadah yang memang jika membicarakan gender sangat semangat sekali. Persamaan dengan penelitian ini terdapat pada persoalan gender yang dibahas. Namun, karya Nurlaela ini juga memiliki perbedaan yaitu pada metode analisisnya. Penelitian ini menggunakan metode analisis narasi, sedangkan

Nurlaela menggunakan metode deskriptif.15

Heryanto dalam jurnalnya membahas tentang persoalan gender dalam konstruksi media, dimana pada jurnal ini dikatakan persoalan gender ini dibentuk oleh media, bukan karena ada sendiri. Selain itu, Heryanto juga menemukan

15Nurlela,Sensitivitas Gender Ustadzah Dedeh Rosyidah pada Materi Dakwahnya (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2014).

10

bahwa media cenderung lebih diskriminatif pada perempuan dalam setiap berita yang ditampilkan di media. Persamaan dengan penelitian ini terdapat pada persoalan gender yang dibahas. Sedangkan perbedaannya yakni pada metode analisis yang digunakan. Penelitian ini menggunakan analisis narasi sedangkan karya Heryanto menggunakan metode deskriptif.16

Atik Sukriati Rahmah menemukan bahwa di dalam Film 99 Cahaya di

Langit Eropa terdapat pesan-pesan berupa penggambaran Islam di wilayah Eropa di tengah wajah minusnya mesti tampil sebagai agen yang damai, agen yang penuh senyum, saling membantu untuk sesama dan yang berbeda keyakinan.

Persamaannya yakni terletak pada pendekatan dan metode penelitian analisis naratif serta model naratif Tzvetan Todorov. Perbedaannya terletak pada judul film. Kalau yang penulis teliti merupakan film Hijab sedangkan Atik meneliti film

99 Cahaya di Langit Eropa.17

Dwita Apriliani menemukan pesan dan himbauan yang terdapat di buku

“Udah, Putusin Aja”, karya Felix Yanwar Siauw, di mana pada buku tersebut terdapat banyak pembahasan mengenai sisi negatif dari menjalin hubungan pacaran. Persamaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode analisis yang sama yaitu analisis naratif. Sebaliknya perbedaan dari penelitian ini adalah pada objek penelitiannya. Dwita Apriliani membahas buku “Udah, Putusin Aja” karya Felix Yanwar Siauw. Sedangkan, penulis membahas film “Hijab” mengenai

16Heryanto, Gender dalam Konstruksi Media, Komunika Volume 3 no.3 (April 2009), h. 43-49. 17Atik Sukriati Rahmah, Analisis Narasi Film 99 Cahaya di Langit Eropa (UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014).

11

konsep gender.18

Sarifa Suhra membahas tentang Islam yang menjunjung tinggi nilai keadilan dan persamaan yang mengandung prinsip-prinsip kesetaraan antara laki- laki dan perempuan. Persamaan dengan penelitian ini terdapat pada konsep gender yang dibahas yang dikaitkan dalam perspektif Islam. Sedangkan perbedaannya terdapat pada metode analisisnya. Karya Sarifa ini menggunakan analisis deskriptif, sedangkan penelitian ini menggunakan analisis naratif.19

18Dwita Apriliani, Analisis Naratif Larangan Pacaran Dalam Agama Islam Pada Buku Udah Putusin Aja, Karya Felix Yanwar Siauw (UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014). 19Sarifa Suhra, Kesetaraan Gender dalam Perspektif AL-Qur’an dan Implikasinya Terhadap Hukum Islam, Al-Um Volume 13 no.2 (Desember 2013), h. 373-394 .

12

F. Kerangka Teori

Konsep P Keseimbangan E

R S Adanya Gangguan P

Konsep E K Gender Sadar Adanya T pada Film Gangguan I Hijab F

Upaya Memperbaiki I Gangguan S

L Kondisi

Kembali A Seimbang KonsepM

Konsep gender yang dibahas pada film Hijab yaitu mengenai persoalan rumah tangga antara suami dan istri, di mana pada film ini isu yang diangkat adalah tentang istri yang bekerja di luar rumah dan mempunyai penghasilan sendiri. Kemudian cara dari istri yang bisa dibilang bekerja secara diam-diam tanpa sepengetahuan suami menjadi bahasan yang menarik karena terjadinya konflik bermula dari situ. Para suami yang mengetahui bahwa istrinya bekerja dan mempunyai penghasilan sendiri merasa terancam dengan keadaan tersebut.

Mereka tidak ingin penghasilan istri mereka lebih besar dari penghasilan mereka.

13

Untuk mengetahui konsep gender pada film Hijab, peneliti menggunakan teori narasi Todorov di mana terdapat lima konsep yaitu yang pertama konsep keseimbangan. Konsep ini membahas tentang situasi di rumah tangga dari masing-masing keluarga seperti keluarga Sari-Gamal, Tata-Ujul dan Bia-Mat Nur masih harmonis karena masing-masing mereka menjalankan perannya secara baik di keluarga. Yang kedua yaitu mulai terjadinya gangguan. Pada tahap ini para istri mulai merasa bosan dan jenuh dengan keadaan mereka yang selalu di rumah dan tidak mempunyai penghasilan sendiri, akhirnya mereka memutuskan untuk membuka usaha tapi tanpa sepengetahuan suami mereka. Akhirnya mereka pun menjadi istri yang menjalankan dua peran, yaitu sebagai ibu rumah tangga dan sebagai wanita karier.

Yang ketiga yaitu sadar terjadinya gangguan. Pada tahap ini para suami sudah mulai menyadari perubahan yang terjadi pada istrinya. Kemudian yang keempat upaya memperbaiki gangguan. Pada tahap ini, masing-masing diantara mereka sudah mulai menyadari kesalahannya masing-masing dan akhirnya mereka ingin menyelesaikan masalah mereka masing-masing. Hingga akhirnya pada tahap terakhir yaitu kondisi kembali seimbang. Pada tahap ini masing- masing diantara mereka sudah mulai menerima perubahan yang terjadi pada pasangannya masing-masing. Para suami pun sudah menerima kalau istrinya mempunyai usaha sendiri, kecuali Gamal yang tetap pada pendiriannya yang tidak membolehkan Sari bekerja dan hanya memperbolehkan Sari bermain ke tempat usah daei teman-temannya.

Dari kelima konsep di atas, baru lah peneliti mengaitkan dengan perspektif

14

Islam, adegan-adegan yang terjadi pasti mengandung sebuah pesan yang tersirat.

Oleh karena itu, dari kelima konsep di atas peneliti mengaitkannya dengan perspektif Islam. Bagaimanakah Islam menilai konsep gender yang terdapat pada film Hijab.

G. Metodologi Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriprif kualitatif naratif. Menurut Bogdan dan Tylor sebagaimana yang dikutip oleh Lexi Moleong menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan deskriptif kualitatif adalah metode yang digunakan untuk menganalisa data dengan mendeskripsikan data melalui bentuk kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang diamati.20

Peneliti menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif naratif,dikarenakan ada beberapa pertimbangan di antaranya adalah: penelitian inibersifat menggambarkan, menguraikan suatu hal dengan apa adanya, maksudnya adalah data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata atau penalaran, gambar dan bukan angka-angka. Hal ini disebabkan oleh adanya penerapan kualitatif, penyajian data dilakukan secara langsung hakikat hubungan peneliti dengan responden, lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan kenyataan.

Suatu rencana prosedur kualitatif harus menghasilkan bagian tentang naratif yang muncul dari analisa data. Naratif dalam penelitian kulitatif menyajikan informasi dalam bentuk naskah atau gambar. Penulis dapat memasukkan pembahasan

20 Lexi Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), h. 3.

15

tentanng kesepakatan naratif seperti: menggunakan kutipan panjang, pendek dan kutipan yang ada dalam naskah secara bervariasi, menyusun naskah percakapan, memasukkan kutipan dan penafsiran (pembuat film) secara bergantian menggunakan indeks untuk menandai kutipan-kutipan informan, menggunakan kata ganti orang pertama saya atau kata ganti kolektif kita dalam bentuk naratif. a. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang digunakan peneliti diantaranya diambil dari rekaman video original film Hijab, dari resensi film Hijab baik dari surat kabar, wawancara-wawancara yang dilakukan sutradara serta para pemain Hijab di majalah, televisi, radio serta artikel-artikel di internet dan terbitan lain yang berhubungan dengan masalah penelitian.

Dalam penelitian ini data-data untuk penelitian dikumpulkan melalui observasi, yaitu mengamati langsung data-data yang sesuai dengan pertanyaan peneliti. Dalam hal ini peneliti membaginya menjadi 2 macam, yaitu :

a. Data Primer, data yang diperoleh dari rekaman video original film Hijab.

Kemudian dipilih beberapa scene yang diperlukan peneliti dalam

penelitian ini. Analisis data pada penelitian ini dimulai dengan

mengklasifikasikan adegan-adegan di film Hijab yang sesuai dengan

rumusan masalah.

b. Data Sekunder, data yang bersumber dari berbagai dokumen tertulis

seperti buku, resensi film Hijab baik dari surat kabar, wawancara-

wawancara yang dilakukan sutradara serta para pemain Hijab di majalah,

16

televisi, radio serta artikel-artikel di internet dan terbitan lain yang

berhubungan dengan masalah penelitian.

Selain itu untuk memperkuat data yang diperoleh, peneliti juga melakukan wawancara dengan seorang informan.Informan merupakan orang yang terlibat secara langsung dalam aktivitas yang menjadi objek perhatian peneliti. Untuk itu, peneliti memperoleh data yang akurat dari informan. Penentuan informan di sini dilakukan secara purposive. Orang yang akan menjadi informan sengaja diambil oleh penulis, berdasarkan kriteria dan pertimbangan (apa) yang dibutuhkan dalam penelitian.Karena sutradara dari film Hijab yaitu Hanung Bramantyo sedang sibuk dengan film terbarunya, oleh karena itu dari pihak Dapur Film sendiri merekomendasika informan dalam penelitian ini yaitu Haikal Kamil selaku produser dari film Hijab.

Penggunaan wawancara mendalam (in-dept interviews) dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan data primer dari subjek penelitian dengan cara wawancara mendalam yang tidak berstruktur, dengan pertimbangan supaya dapat berkembang sesuai dengan kepentingan penelitian. b. Teknik Pengolahan Data

Penulisan hasil penelitian ini menyesuaikan dengan buku Pedoman Karya

Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) yang diterbitkan oleh CeQDA (Center for

Quality Development and Assurance) di Jakarta tahun 2007.

17

c. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian analisis narasi, data-data yang sudah terkumpul akan disesuaikan dengan metode yang digunakan Tzvetan Todorov yaitu meneliti dari struktur narasinya. Data tersebut merupakan data yang terdapat dalam film Hijab.

Narasi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu peristiwa yang telah terjadi. Jadi, narasi dapat dibatasi sebagai bentuk wacana yang sasaran utamanya tingkah laku yang dijalin dan dirangkaikan menjadi sebuah peristiwa yang terjadi dalam suatu waktu.21 Alasan peneliti menggunakan analisis narasi karena penelitian ini tidak hanya menganalisis teks semata, tetapi juga menganalisis karakter perilaku dan alur ceritanya.

21Lexy J. Moeloeng, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002), h.3.

18

G. Sistematika Pembahasan

Dalam membahas suatu penelitian diperlukan sistematika pembahasan yang bertujuan untuk memudahkan penelitian, langkah – langkah pembahasan sebagai berikut:

BAB I : Yaitu pendahuluan, pada bab ini terdiri atas enam sub bab antar

lain latar belakang masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, tinjauan psutaka, kerangka teori,

metodologi penelitian dan sistematika pembahasan.

BAB II : Yaitu kajian teori, pada bab ini terdiri dari naratif Todorov, konsep

gender dan pandangan Islam terhadap konsep gender di film Hijab.

BAB III : Yaitu gambaran umum pada bab ini terdiri dari sinopsis film Hijab,

profil serta peran pemain film Hijab dan Profil Dapur Film.

BAB IV : Yaitu penyajian data, yang terdiri dari konsep gender pada film

Hijab dan perspektif Islam dalam menilai konsep gender pada film

Hijab.

BAB V : Yaitu penutup yang terdiri dari kesimpulan yang ditutup dengan

saran.

BAB II KAJIAN TEORITIS A. Teori Narasi Todorov Narasi berasal dari kata Latin narre, yang artinya “membuat tahu”.

Dengan begitu, narasi berhubungan dengan usaha untuk memberitahu sesuatu atau peristiwa.22 Sesuatu atau peristiwa yang dimaksud di sini adalah peristiwa yang mempunyai rangkaian atau urutan peristiwa. Jadi, jika memberitahu sesuatu atau peristiwa yang tidak terdapat rangkaian atau urutannya, seperti papan penunjuk jalan, jadwal siaran televisi di koran atau lowongan pekerjaan di sosial media, itu semua tidak bisa disebut sebagai narasi.

“Narasi juga bisa berarti cerita. Cerita itu didasarkan pada urut-urutan sesuatu (atau serangkaian) kejadian atau peristiwa. Di dalam kejadian itu ada tokoh (atau beberapa) tokoh, dan tokoh ini mengalami atau menghadapi suatu (atau serangkaian) konflik atau tikaian. Kejadian, tokoh dan konflik ini merupakan unsur pokok sebuah narasi, dan ketiganya secara kesatuan biasa disebut plot atau alur. Dengan demikian, narasi adalah cerita berdasarkan alur”.23

Narasi juga harus dibedakan dengan deskripsi. Jika deskripsi merupakan sebuah bentuk wacana yang menggambarkan objek dengan sedetail-detailnya sehingga seolah-olah objek tersebut seperti berada di hadapan kita, maka narasi merupakan suatu bentuk wacana yang berusaha menceritakan suatu kejadian atau peristiwa sehingga seolah-olah kita bisa melihat atau mengalami sendiri peristiwa itu. Sebab itu, unsur yang paling penting pada sebuah narasi adalah unsur

22Eriyanto, Analisis Naratif: Dasar-Dasar dan penerapannya dalam Analisis Teks Berita Media (Jakarta: Jakarta Prenada Media Group, 2013), h.1. 23Alex Sobur, Komunikasi Naratif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014), h.4-5.

19 20

perbuatan atau tindakan.24

Selain itu, untuk membedakan antara narasi dengan deskripsi, bisa juga dengan memperhitungkan unsur lain yaitu unsur waktu. Karena jika hanya menyampaikan suatu kejadian atau peristiwa, deskripsi pun bisa kita gunakan.

Oleh karena itu, unsur yang membedakan narasi dengan deskripsi terdapat dua unsur, yaitu perbuatan atau tindakan yang terjadi dalam suatu rangkaian waktu.

Bila deskripsi menggambarkan suatu objek secara statis, maka narasi mengisahkan suatu kehidupan yang dinamis dalam suatu rangkaian waktu.25

Kemudian unsur lain dari narasi adalah plot, karakter dan latar. Plot adalah basicdari semua unsur yang terdapat dalam narasi karena menggambarkan dari jalannya sebuah cerita. Karakter merupakan pemeran atau tokoh yang terdapat dalam sebuah cerita. Mereka bisa berupa “the hero, the coward, the lover, the friend and so on”. Sedangkan latar berupa lokasinya di mana, kapan waktunya dan alur cerita yang diambil.26

Salah satu tokoh asal Bulgaria, Tzvetan Todorov, mengatakan bahwa semua cerita dimulai dengan “keseimbangan” di mana beberapa potensi pertentangan berusaha “diseimbangkan”- pada suatu waktu. Teorinya mungkin terdengar seperti klise bahwa cerita punya awal, pertengahan dan sebuah akhir.

24Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2004), h.135-136. 25Keraf, Argumentasi dan Narasi , h.136. 26Marcel Danesi, Messages, Signs, and Meanings: A Basic Textbook in Semiotics and Comunication Theory (Toronto: Canadian Scholar’s Press Inc, 2004), h.142.

21

Namun, keseimbangan menandai sebuah keadaan, dalam sebuah cara-cara.27

Narasi diawali dari sebuah keteraturan, dimana kondisi para pemain di film tersebut masih tertib dan belum menemukan konflik. Kemudian keteraturan tersebut berubah menjadi kekacauan akibat tindakan dari seorang tokoh. Narasi diakhiri dengan kembalinya kepada kondisi keteraturan. Dalam banyak cerita fiksi misalnya ditandai dengan musuh yang berhasil dikalahkan, pahlawan yang hidup bahagia, masyarakat yang bisa dibebaskan sehingga menjadi makmur dan bahagia selamanya.28

Sejumlah ahli memodifikasi struktur narasi Todorov, seperti Nick Lacey yang memodifikasi struktur narasi menjadi lima bagian. Modifikasi terutama dibuat untuk tahapan antara gangguan ke ekuilibrium. Tahapan yang ditambahkan misalnya gangguan yang makin meningkat, kesadaran akan terjadinya gangguan dan klimaks (gangguan memuncak). Bagian penting yang ditambahkan adalah adanya upaya memperbaiki gangguan.29

27Gill Braston dan Roy Stafford, The Media Student’s Book (London dan New York: Routledge), h.36. 28Eriyanto, Analisis Naratif: Dasar-Dasar dan penerapannya dalam Analisis Teks Berita Media (Jakarta: Jakarta Prenada Media Group, 2013), h.46. 29 Eriyanto, Analisis Naratif: Dasar-Dasar dan penerapannya dalam Analisis Teks Berita Media, h.46-47.

22

Sehingga jika dibentuk dalam tabel akan terlihat seperti ini30 :

No. Todorov Nick Lacey

1. Ekuilibrium (Keseimbangan) Kondisi Keseimbangan dan

Keteraturan

2. Gangguan (Kekacauan) Gangguan Terhadap Keseimbangan

3. Kesadaran Terjadinya Gangguan

4. Upaya Memperbaiki Gangguan

5. Ekuilibrium (Keseimbangan) Pemulihan Menuju Keseimbangan

1. Kondisi Keseimbangan dan Keteraturan

Narasi umumnya diawali dari situasi normal, ketertiban dan keseimbangan. Dalam narasi tentang superhero, umumnya diawali oleh kondisi kota yang damai, kerajaan yang makmur dan seterusnya. Atau narasi tentang sebuah keluarga, diawali dengan kondisi keluarga yang harmonis dan bahagia.

2. Gangguan Terhadap Keseimbangan

Bagian atau struktur kedua dari narasi adalah adanya gangguan terhadap keseimbangan. Ini bisa berupa tindakan atau adanya tokoh yang merusak keharmoniasan, keseimbangan atau keteraturan. Kehidupan yang normal dan tertib, setelah adanya tokoh yang membuat gangguan berubah menjadi tidak tertib dan tidak teratur. Gangguan ini juga bisa berupa tindakan tertentu dari aktor yang

30Eriyanto, Analisis Naratif: Dasar-Dasar dan penerapannya dalam Analisis Teks Berita Media, h.47-48 .

23

mengubah ketertiban. Suatu keluarga yang harmonis, berubah menjadi kacau ketika sang Ayah melakukan selingkuh atau mengkonsumsi narkoba. Tindakan itu mengubah keluarga menjadi tidak harmonis, hubungan baik menjadi buruk dan seterusnya.

3. Kesadaran Terjadinya Gangguan

Pada tahap ketiga, gangguan makin besar dan dampaknya makin dirasakan. Pada tahap ini, gangguan umumnya mencapai titik puncak (klimaks).

Dalam cerita mengenai sebuah keluarga, pada tahap ini kekacauan mengalami titik puncak. Perselingkuhan yang dilakukan Ayah misalnya membuat konflik di keluarga semakin besar dan keluarga di ambang perceraian.

4. Upaya Memperbaiki Gangguan

Pada tahap ini, narasi biasanya berisi tentang hadirnya sosok pahlawan yang berupaya mempebaiki gangguan. Pada tahap ini, sudah ada upaya untuk menciptakan keteraturan kembali, meskipun upaya digambarkan mengalami kegagalan. Dalam narasi superhero misalnya, di tahap ini sudah muncul perlawanan terhadap musuh. Tetapi karena musuh terlalu kuat, umumnya pahlawan digambarkan kalah terlebih dahulu.

5. Pemulihan Menuju Keseimbangan

Tahap ini adalah babak terakhir dari suatu narasi. Kekacauan yang muncul di tahap dua, berhasil diselesaikan sehingga keteraturan bisa dipulihkan kembali.

Penduduk bisa bekerja dengan aman, keluarga menjadi harmonis kembali dan seterusnya.

24

B. Konsep Gender

Istilah gender sudah tidak asing lagi di telinga kita, tetapi masih banyak di antara kita yang belum memahami dengan benar istilah tersebut. Gender sering diidentikkan dengan jenis kelamin (sex), padahal gender berbeda dengan jenis kelamin. Gender sering juga dipahami sebagai pemberian dari Tuhan atau kodrat

Ilahi, padahal gender tidak semata-mata demikian.

Untuk memahami konsep gender harus dibedakan kata gender dengan kata sex atau jenis kelamin. Pengertian jenis kelamin merupakan pensifatan atau pembagian dua jenis kelamin manusia yang ditentukan secara biologis yang melekat pada jenis kelamin tertentu. Misalnya, bahwa manusia jenis laki-laki adalah jenis manusia yang memiliki atau bersifat seperti daftar berikut ini:Laki- laki adalah manusia yang memiliki penis, memiliki jakun, dan memproduksi sperma. Sedangkan perempuan memiliki alat reproduksi seperti Rahim dan saluran untuk melahirkan, memproduksi telur, memiliki vagina dan mempunyai alat untuk menyusui. Artinya secara biologis dan secara permanen alat-alat tersebut tidak bisa berubah dan dipertukarkan karena itu merupakan ketentuan tuhan atau kodrat.31

Sedangkan konsep lainnya adalah konsep gender, yakni suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun perempuan. Yang dikonstruksi secara sosial, maupun kultural. Misalnya, bahwa perempuan itu dikenal lemah lembut, cantik, emosional, atau keibuan. Sementara laki-laki dianggap kuat, rasional, jantan,

31 Mansour Fakih, Analisis Gender dan Transformasi Sosial, (Cet. V; Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), h. 7-8.

25

perkasa. Ciri dari sifat itu sendiri merupakan sifat-sifat yang dapat dipertukarkan atau dalam hal lain ada laki-laki yang lemah lembut, emosional dan keibuan, sementara ada juga perempuan yang kuat, rasional dan perkasa. Dari hal tersebut bisa dikatakan bahwa konsep gender antara sifat perempuan dan laki-laki bisa berubah dari waktu ke waktu serta berbeda dari tempat ke tempat lainnya, maupun berbeda dari suatu kelas ke kelas lainnya. Oleh karena itu, terbentuknya perbedaan-perbedaan gender dikarenakan oleh banyak hal, diantaranya dibentuk, disosialisasikan, diperkuat, bahkan dikonstruksi secara sosial atau kultural melalui ajaran keagaman atau Negara. Sehingga, hal tersebut dianggap menjadi ketentuan tuhan yang seolah-olah tidak dapat diubah lagi dan perbedaan-perbedaan gender tersebut dianggap dan dipahami sebagai kodrat laki-laki dan kodrat perempuan.32

Dalam pandangan lain, gender merupakan sebuah konsep yang terkait dengan peranan dan hubunganantara perempuan dan laki-laki yang tidak ditentukan oleh perbedaan biologis,namun ditentukan oleh lingkungan sosial, politik dan ekonomi. Gender merupakan suatu kategori sosial yang menunjukkan adanya peningkatan status perempuan sehingga melahirkan kesetaraan dengan laki-laki. Gender tidak hanya terbatas pada persoalan kesetaraan peran saja tetapi juga terkait dengan kesadaran dan komitmen. Oleh sebab itu, gender tidak menitikberatkan pada kepentingan perempuan semata tetapi keseimbangan antara perempuan dan laki-laki. Artinya pembangunan yang tertuju kepada perempuan dan laki-laki.33

32 Fakih, Analisis Gender dan Transformasi Sosial, h. 7-8. 33Aida Vitalaya S. Hubeis, Pemberdayaan Perempuan dari Masa ke Masa (Bogor: IPB Press, 2010), h. 90, 99.

26

Dalam menjernihkan perbedaan antara seks dan gender, yang menjadi masalah adalah kerancuan dan pemutarbalikkan makna tentang apa yang disebut dengan seks dan gender. Pemahaman masyarakat tentang gender saat ini telah mereka anggap sebagai sebuah bentuk kodrat Tuhan yang berarti tidak bisa diubah lagi. Hal ini karena proses sosialisasi dan konstruksi mengenai persoalan gender telah berlangsung mapan, lama dan terpola. Misalnya seperti mendidik anak, merawat dan mengelola kebersihan dan keindahan rumah tangga atau urusan domestik sering dianggap sebagai kodrat wanita. Padahal, laki-laki pun bisa melakukan pekerjaan tersebut. Oleh karena itu, selama jenis pekerjaan tersebut masih bisa dipertukarkan dan tidak bersifat universal, seperti dalam kasus mendidik anak dan mengatur kebersihan rumah tangga, itu disebut sebagai gender.34

Perbedaan gender sesungguhnya tidaklah menjadi suatu masalah sepanjang tidak melahirkan ketidakadilan gender (gender inequalitaties). Namun, yang menjadi persoalan ternyata perbedaan gender telah melahirkan berbagai ketidakadilan, baik bagi kaum laki-laki dan terutama terhadap kaum perempuan.

Menurut Mansour Fakih, ada lima ketidakadilan yang terjadi antara laki-laki dan perempuan, yaitu35 : a. Gender dan Marginalisasi Perempuan

Proses marginalisasi, yang mengakibatkan kemiskinan, sesungguhnya banyak sekali terjadi dalam masyarakat dan negara yang menimpa kaum laki-laki dan perempuan yang disebabkan oleh berbagai hal seperti penggusuran, bencana

34Fakih, Analisis Gender dan Transformasi Sosial, h.10-11. 35Fakih, Analisis Gender dan Transformasi Sosial, h. 12-23.

27

alam atau proses eksploitasi. Ada beberapa perbedaan jenis dan bentuk, tempat dan waktu serta mekanisme proses pemiskinan perempuan karena adanya perbedaan gender tersebut. Namun, ada salah satu bentuk pemiskinan atas satu jenis kelamin tertentu, yaitu perempuan, yang disebabkan oleh gender. Dari segi sumbernya bisa dari kebijakan pemerintah, keyakinan, tafsiran agama, keyakinan tradisi, kebiasaan, bahkan juga asumsi ilmu pengetahuan. Hal ini juga tidak terjadi hanya ditempat kerja, tetapi bisa juga terjadi dalam rumah tangga. b. Gender dan Subordinasi

Bentuk ketidakadilan ini antara lain berupa penempatan perempuan hanya pada posisi yang kurang penting, posisi yang tidak punya wewenang untuk mempengaruhi proses pembentukan keputusan bahkan keputusan-keputusan yang mempengaruhi masa depannya seperti kebijakan kependudukan dan reproduksi, hak kerja dan lain-lain.Karya tidak mendapat hak yang sepadan, diskriminasi perempuan dalam skala gaji, jadwal kenaikan pangkat, keselamatan jiwa di tempat kerja dan praktek-praktek pinjam meminjam merupakan subordinasi. c. Gender dan Stereotipe

Stereotipe dalam kaitannya dengan gender adalah pelabelan negatif terhadap jenis kelamin tertentu, umumnya perempan. Misalnya penandaan yang berawal dari asumsi bahwa tugas utama perempuan adalah melayani suami.

Diantara akibat stereotype ini adalah dinomorduakannya pendidikan perempuan.”Apalah wanita sekolah tinggi-tinggi, nanti juga akan kembali kepekerjaan rumah yaitu mencuci dan memasak” atau contoh yang lain, misalnya, adanya keyakinan masyarakat, laki-laki adalah pencari nafkah, maka setiap

28

pekerjaan yang dilakukan perempuan hanya dianggap sebagai tambahan. Oleh karenanya, boleh dibayar lebih rendah. Pakerjaan supir dianggap pekerjaan laki- laki, sering dibayar lebih tinggi daripada pekerjaan seorang perempuan sebagai pembantu rumah tangga, meskipun tidak ada yang menjamin bahwasannya pekerjaan supir lebih sulit dan lebih berat dari mencuci dan memasak. d. Gender dan Kekerasan

Kekerasan (violence) terhadap jenis kelamin tertentu, umumnya perempuan, yang disebabkan perbedaan gender. Kekerasan mulai dari kekerasan fisik (pemerkosaan, maupun pembunuhan) sampai pada kekerasaan yang lebih halus (pelecehan seksual dan penciptaan ketergantungan). e. Gender dan Beban Kerja

Karena peran perempuan adalah mengelola rumah tangga, maka perempuan banyak menanggung beban domestik yang lebih banyak dan lama

(double burden). Perempuan bertugas menjaga dan memelihara kerapian dan pemeliharaan dalam rumah tangga. Sosialisasi peran gender tersebut menyebabkan rasa bersalah bagi perempuan jika tidak melaksanakan. Sedangkan bagi kaum laki-laki, tidak merasa bukan saja tanggung jawabnya, bahkan banyak tradisi yang melarangnya untuk berpartisipasi. Beban kerja tersebut menjadi dua kali lipat, terlebih bagi kaum perempuan yang bekerja di luar rumah. Mereka selain bekerja di luar juga masih dituntut bertanggung jawab terhadap keseluruhan pekerjaan domestik. Semua perwujudan ketidakadilan tersebut saling berkaitan dan mempengaruhi.

29

Ketidakadilan itu tersosialisasi kepada kaum laki-laki maupun kaum perempuan secara mantap yang lambat laun akhirnya maupun laki-laki ataupun perempuan menjadi terbiasa dan percaya bahwa seolah-olah peran-peran tersebut menjadi kodrat. Itulah sebabnya adalah wajar jika ada yang berpendapat bahwa relasi antara laki-laki dan perempuan tersebut sebagai hal yang dianggap adil dan tidak bertentangan dengan Islam. Padahal sebenarnya hal tersebut hanyalah konstruksi sosial seiring dengan perjalanan sejarah kehidupan manusia.

Gender dalam perspektif Islam, menurut Nasaruddin Umar, bahwa Islam memang mengakui adanya perbedaan (distincion) antara laki-laki dan perempuan, tetapi bukan pembedaan (discrimination). Perbedaan tersebut didasarkan atas kondisi fisik-biologis perempuan yang ditakdirkan berbeda dengan laki-laki, namun perbedaan tersebut tidak dimaksudkan untuk memuliakan yang satu dan merendahkan yang lainnya.36

Al-Qur‟an juga sebagai rujukan utama masyarakat Islam pada dasarnya mengakui bahwa kedudukan laki-laki dan perempuan adalah sama. Keduanya diciptakan dari satu nafs (living entity), di mana yang satu tidak memiliki keunggulan terhadap yang lain. Bahkan Al-Qur‟an tidak menjelaskan secara tegas bahwa Hawa diciptakan dari tulang rusuk Nabi Adam sehingga kedudukan dan statusnya lebih rendah. Atas dasar itu, prinsip Al-Qur‟an terhadap kaum laki-laki dan perempuan adalah sama, di mana hak istri diakui sederajat dengan hak suami.

Dengan kata lain, laki-laki memiliki hak dan kewajiban terhadap perempuan dan

36 Nasaruddin Umar, Kodrat Perempuan dalam Islam (Jakarta: Lembaga Kajian Agama dan Gender, 1999), h.23.

30

begitu pula sebaliknya.37

Bahkan, menurut Nasruddin Umar, di dalam Al-Qur‟an terdapat ayat-ayat yang menjelaskan tentang konsep kesetaraan gender antara laki-laki dan perempuan. Masing-masing mendapatkan ganjaran berupa pahala atas perbuatan yang mereka lakukan. Ketaatan beribadah, amal sholeh dan ketaqwaan mereka lah yang membedakan diantara keduanya. Konsep kesetaraan gender tersebut antara lain sebagai berikut38 : a. Laki-laki dan perempuan sama-sama sebagai hamba

Dalam kapasitas manusia sebagai hamba, tidak ada perbedaan antara laki- laki dan perempuan. Keduanya sama-sama berpotensi untuk menjadi hamba Allah yang ideal atau di dalam Al-Qur‟an disebut muttaqun. Seperti pada Q.S. Al- Hujurat : 13 yang berbunyi :

Artinya : Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki- laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal (Q.S. Al-

Hujurat : 13).

37 Fakih, Analisis Gender dan Transformasi Sosial, h.129-130. 38 Nasaruddin Umar, Argumen Kesetaraan Gender: Perspektif Al-Qur‟an (Jakarta: Paramadina, 2001), h. 247-265.

31

b. Laki-laki dan perempuan sama-sama sebagai khalifah di bumi

Maksud dan tujuan manusia diciptakan di bumi ini selain untuk beribadah kepada

Allah, juga untuk menjadi khalifah di bumi. Hal itu dijelaskan dalam Q.S. Al-

Baqarah : 30 :

Artinya : “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat:

"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui" (Q.S.

Al-Baqarah : 30).

Dalam hal ini, tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Keduanya ditugaskan untuk menjadi khalifah di bumi. Masing-masing mempunyai kewajiban dan tanggung jawab yang harus mereka lakukan. c. Laki-Laki dan perempuan sama-sama berpotensi meraih prestasi

Laki-laki dan perempuan sama-sama mempunyai potensi meraih prestasi.

Seperti yang dijelaskan pada dua ayat Al-Qur‟an berikut ini :

32

Artinya : Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan (Q.S. An-Nahl : 97).

Artinya : Barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, maka dia tidak akan dibalasi melainkan sebanding dengan kejahatan itu. Dan barangsiapa mengerjakan amal yang saleh baik laki-laki maupun perempuan sedang ia dalam keadaan beriman, maka mereka akan masuk surga, mereka diberi rezeki di dalamnya tanpa hisab

(Q.S. Ghofir : 40).

Ayat-ayat tersebut mengisyaratkan tentang konsep kesetaraan yang ideal dan memberikan ketegasan bahwa prestasi individual, baik dalam bidang spiritual maupun karir profesional, tidak mesti dimonopoli oleh satu jenis kelamin saja.

33

C. Pandangan Islam Terhadap Wanita Karier

Allah SWT berfirman :

“Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada keluarganya dengan cara ma‟ruf”(Al-Baqarah : 233).

Maksud ayat di atas yaitu tentang kewajiban ayah dalam menafkahi keluarga serta pakaian yang dipakai oleh keluarganya. Oleh karena itu, dalam ayat tersebut dikatakan bahwa sebenarnya dalam urusan mencari dan memberi nafkah itu merupakan kewajiban dan tanggung jawab dari seorang ayah.39

Sebuah hadits shahih menjelaskan tentang ganjaran yang didapat bagi seorang Muslim, yang berarti dalam hal ini seorang Ayah, yaitu berupa pahala seperti orang yang bersedekah. Jadi, seorang Ayah yang berniat mencari nafkah untuk keluarganya dengan niat yang ikhlas dan hanya mengharap ridho Allah semata, maka Allah menganggap itu sebagai bentuk sedekah darinya. Hadits tersebut berbunyi :

دَذَثََُب آدَوُ ثٍُْ أَثِي إِيَبطٍ دَذَثََُب شُعْجَخُ عٍَْ عَذِّيِ ثٍِْ ثَبثِذٍ قَبلَ

عًَِعْذُ عَجْذَ انهَِّ ثٍَْ يَضِيذَ انْأََْصَبسِّيَ عٍَْ أَثِي يَغْعُٕدٍ انْأََْصَبسِّيِ فَقُهْذُ

عٍَْ انَُجِيِ فَقَبلَ عٍَْ انَُجِيِ صَهَى انهَُّ عَهَيِّْ َٔعَهَىَ قَبلَ إِرَا أََْفَقَ انًُْغْهِىُ

ََفَقَخً عَهَى أَْْهِِّ ََُْٕٔ يَذْزَغِجَُٓب كَبََذْ نَُّ صَذَقَخً

( صذيخ انجخبسّي )

39 Imam Nawawi, Riyadus Shalihin dan Penjelasannya. Penerjemah Faisal bin Abdul Aziz Alu Mubarak (Jakarta: Ulumul Qura, 2014), h. 239.

34

Artinya : “Telah menceritakan kepada kami Adam bin Abu Iyas Telah menceritakan kepada kami Syu'bah dari Adi bin Tsabit ia berkata: Aku mendengar Abdullah bin Yazid Al Anshari dari Abu Mas'ud Al Anshari maka aku berkata: Dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Jika seorang muslim memberi nafkah pada keluarganya dengan niat mengharap pahala, maka baginya hal itu adalah sedekah” (H.R. Bukhari).40

Islam juga tidak membeda-bedakan dalam urusan memberi nafkah.

Walaupun telah dijelaskan bahwa kewajiban memberi nafkah merupakan tanggung jawab suami, tetapi perempuan juga akan mendapatkan ganjaran yang sama jika dia telah menafkahi keluarganya. Seperti pada kasus Ummu Salamah berikut ini : دَذَثََُب أَثُٕ كُشَيْتٍ يُذًََذُ ثٍُْ انْعَهَبءِ دَذَثََُب أَثُٕ أُعَبيَخَ دَذَثََُب ِْشَبوٌ عٍَْ أَثِيِّ أَثِيِّ عٍَْ ِْشَبوٌ دَذَثََُب أُعَبيَخَ أَثُٕ دَذَثََُب انْعَهَبءِ ثٍُْ يُذًََذُ كُشَيْتٍ أَثُٕ دَذَثََُب

عٍَْ صَيَُْتَ ثُِْذِ أَثِي عَهًََخَ عٍَْ أُوِ عَهًََخَ قَبنَذْ : قُهْذُ يَب سَعُٕ لَ انهَِّ َْمْ نِي نِي َْمْ انهَِّ

أَجْشٌ فِي ثَُِي أَثِي عَهًََخَ أَُْفِقُ عَهَيِْٓىْ َٔنَغْذُ ثِزَبسِكَزِِٓىْ َْكَزَا ََْٔكَزَا إًَََِب ُْىْ ُْىْ إًَََِب ََْٔكَزَا َْكَزَا ثِزَبسِكَزِِٓىْ َٔنَغْذُ عَهَيِْٓىْ أَُْفِقُ عَهًََخَ أَثِي ثَُِي فِي أَجْشٌ

ثَُِيَ فَقَبلَ ََعَىْ نَكِ فِيِٓىْ أَجْشُ يَب أََْفَقْذِ عَهَيِْٓىْ.

( صذيخ يغهى )

Artinya : “Telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib Muhammad bin Ala`

Telah menceritakan kepada kami Abu Usamah Telah menceritakan kepada kami

Hisyam dari bapaknya dari Zainab binti Abu Salamah dari Ummu Salamah ia berkata; Saya bertanya, "Wahai Rasulullah, mungkinkah aku mendapatkan pahala

40H.R. Bukhari.

35

atas nafkah yang kuberikan untuk mengasuh anak-anak Abu Salamah (anak tiri bagi Ummu Salamah) sehingga mereka tidak tersia-sia, dimana mereka kuanggap seperti anak-anakku sendiri?" Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjawab:

"Ya, kamu dapat pahala atas nafkah yang kamu keluarkan untuk biaya mengasuh mereka" (H.R. Muslim).41

Dari keterangan hadits di atas dapat dikatakan bahwa siapa pun yang memberi nafkah untuk keluarganya, baik itu laki-laki maupun perempuan, maka akan mendapatkan pahala atas nafkah yang telah dikeluarkannya.42

Kemudian, yang menjadi persoalan adalah jika nafkah dari suami yang belum bisa mencukupi kebutuhan dari keluarganya. Keadaan dilema akan terjadi pada seorang istri. Di satu sisi, dia tidak bisa begitu saja bekerja karena pekerjaan di rumah dan mengurus anak yang tidak bisa ia tinggal. Di sisi lain, banyaknya keperluan dan kebutuhan yang harus dipenuhi juga membuatnya mau tidak mau harus mencari pekerjaan untuk membantu meringankan beban suami.

Tetapi, keberhasilan seorang perempuan pada wilayah publik seringkali diukur dan dilabelkan negatif karena dianggap keluar dari tugas utama mereka, yaitu mengurus urusan rumah tangga. Hal inilah yang membuat perempuan mempunyai peran ganda yang harus diselesaikan secara sepihak, misalnya seperti perempuan yang aktif di sektor publik tetap harus melaksanakan tugasnya dalam mengurus urusan rumah tangga yang dianggap sebagai kewajiban perempuan.43

41H.R. Muslim. 42Nawawi, Riyadus Shalihin dan Penjelasannya. Penerjemah Faisal bin Abdul Aziz Alu Mubarak, h. 239. 43Nasaruddin Umar, Ketika Fikih Membela Perempuan (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2014), h. 174.

36

Di lain pihak, tugas-tugas kerumahtanggaan dan reproduksi cenderung tidak dihargai secara ekonomi tetapi hanya dihargai sebagai prestasi kemanusiaan.

Para ibu yang mengandung, melahirkan, menyusui bayinya tidak dianggap sebagai profesi ekonomi yang memerlukan hitungan jam kerja, meskipun keadaan ini cukup melelahkan.44

Mengenai hal ini, para ahli fiqih mengatakan bahwa pekerjaan seorang istri di rumah suaminya bukanlah merupakan suatu kewajiban, akan tetapi sunah dan shodaqoh kepada suami dan anak-anaknya. Adapun yang wajib adalah tidak menolak ajakan suami apabila membutuhkannya kecuali dengan beberapa halangan yang jelas seperti sedang haidh, nifas dan sakit yang membuat dirinya tidak memungkinkan untuk melakukan ajakan suaminya itu ataupun karena puasa yang telah diizinkan oleh suaminya, kemudian tidak ada orang lain yang meniduri tempat tidur suaminya (tidak mengkhianati dalam urusan ranjang), tidak keluar rumah tanpa izin dari suami, tidak mengizinkan orang yang tidak disukai suaminya masuk ke dalam rumahnya dan menjaga nama baik suaminya di dalam dirinya serta menjaga hartanya.45

Ada sebuah hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari yang berbunyi : دَذَثََُب يُذًََذُ ثٍُْ عَشْعَشَحَ دَذَثََُب شُعْجَخُ عٍَْ انْذَكَىِ ثٍِْ عُزَيْجَخَ عٍَْ إِثْشَاِْيىَ إِثْشَاِْيىَ عٍَْ عُزَيْجَخَ ثٍِْ انْذَكَىِ عٍَْ شُعْجَخُ دَذَثََُب عَشْعَشَحَ ثٍُْ يُذًََذُ دَذَثََُب

عٍَْ انْأَعَْٕدِ ثٍِْ يَضِيذَ عَأَنْذُ عَبئِشَخَ سَضِيَ انهَُّ عََُْٓب يَب كَبٌَ انَُجِيُ صَهَى صَهَى انَُجِيُ كَبٌَ يَب عََُْٓب انهَُّ سَضِيَ عَبئِشَخَ عَأَنْذُ يَضِيذَ ثٍِْ انْأَعَْٕدِ عٍَْ

44Umar, Ketika Fikih Membela Perempuan, h. 174. 45Muhammad Ali Al-Bar, Wanita Karir dalam Timbangan Islam: Kodrat Kewanitaan, Emansipasi dan Pelecehan Seksual. Penerjemah Amir Hamzah Fachruddin (Jakarta: Pustaka Azzam, 1998), h. 57.

37

انهَُّ عَهَيِّْ َٔعَهَىَ يَصَُْعُ فِي انْجَيْذِ قَبنَذْ كَبٌَ يَكٌُُٕ فِي يَُِْٓخِ أَْْهِِّ فَئِرَا فَئِرَا أَْْهِِّ يَُِْٓخِ فِي يَكٌُُٕ كَبٌَ قَبنَذْ انْجَيْذِ فِي يَصَُْعُ َٔعَهَىَ عَهَيِّْ انهَُّ

عًَِعَ انْأَرَاٌَ خَشَجَ انْأَرَاٌَ عًَِعَ

( صذيخ انجخبسّي )

Artinya : “Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin 'Ar'arah Telah menceritakan kepada kami Syu'bah dari Al Hakam bin Utbah dari Ibrahim dari Al

Aswad bin Yazid ia berkata; Aku bertanya kepada Aisyah radiallahu 'anha mengenai apa saja yang dilakukan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam di rumah.

Maka ia pun menjawab, "Beliau turut membantu pekerjaan keluarganya, dan bila beliau mendengar adzan, beliau pun keluar" (H.R. Bukhari).46

Hadits di atas menunjukkan bahwa Rasulullah yang suka membantu pekerjaan keluarganya. Beliau tidak sungkan-sungkan untuk membantu pekerjaan rumah tangganya. Hal ini tentu patut ditiru oleh kaum laki-laki yang masih beranggapan bahwa urusan rumah tangga merupakan urusan perempuan saja.

Urusan rumah tangga, jika dilakukan secara bersama, maka akan terciptanya keharmonisan dalam rumah tangga karena masing-masing bisa saling menghargai satu sama lain.

Oleh sebab itu, untuk terciptanya suasana keluarga yang harmonis maka perlu diketahui hak dan kewajiban masing-masing. Hak istri yang wajib dipenuhi suami diantaranya yaitu suami harus berbuat baik terhadap istri dan harus

46H.R. Bukhari.

38

memberikan pakaian dan makanan (nafkah) secara layak.47 Sesuai dengan hadits

Nabi yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi yang berbunyi :

دَذَثََُب انْذَغٍَُ ثٍُْ عَهِيٍ انْخَهَبلُ دَذَثََُب انْذُغَيٍُْ ثٍُْ عَهِيٍ انْجُعْفِيُ عٍَْ صَائِذَحَ صَائِذَحَ عٍَْ انْجُعْفِيُ عَهِيٍ ثٍُْ انْذُغَيٍُْ دَذَثََُب انْخَهَبلُ عَهِيٍ ثٍُْ انْذَغٍَُ دَذَثََُب

عٍَْ شَجِيتِ ثٍِْ غَشْقَذَحَ عٍَْ عُهَيًَْبٌَ ثٍِْ عًَْشِٔ ثٍِْ انْأَدَْٕصِ قَبلَ ثَُِيدَذَ ثَُِيدَذَ قَبلَ انْأَدَْٕصِ ثٍِْ عًَْشِٔ ثٍِْ عُهَيًَْبٌَ عٍَْ غَشْقَذَحَ ثٍِْ شَجِيتِ عٍَْ

أَثِي : أَََُّ شَِٓذَ دَجَخَ انَْٕدَاعِ يَعَ سَعُٕلِ انهَِّ صَهَى انهَُّ عَهَيِّْ َٔعَهَىَ فَذًَِذَ فَذًَِذَ َٔعَهَىَ عَهَيِّْ انهَُّ صَهَى انهَِّ سَعُٕلِ يَعَ انَْٕدَاعِ دَجَخَ شَِٓذَ أَََُّ

انهََّ َٔأَثَُْى عَهَيِّْ َٔرَكَشَ ََٔٔعَظَ فَزَكَشَ فِي انْذَذِيثِ قِصَخً فَقَبلَ : أَنَب أَنَب : فَقَبلَ قِصَخً انْذَذِيثِ فِي فَزَكَشَ ََٔٔعَظَ َٔرَكَشَ عَهَيِّْ َٔأَثَُْى انهََّ

َٔاعْزَْٕصُٕا ثِبنُِغَبءِ خَيْشًا فَئًَََِب ُْ ٍَ عََٕاٌٌ عُِْذَكُىْ نَيْظَ رًَْهِكٌَُٕ يٍَُُِْٓ يٍَُُِْٓ رًَْهِكٌَُٕ نَيْظَ عُِْذَكُىْ عََٕاٌٌ

شَيْئًب غَيْشَ رَنِكَ إِنَب أٌَْ يَأْرِيٍَ ثِفَبدِشَخٍ يُجَيَُِخٍ فَئٌِْ فَعَهٍَْ فَبْْجُشٍَُُْٔ فِي فِي فَبْْجُشٍَُُْٔ فَعَهٍَْ فَئٌِْ يُجَيَُِخٍ ثِفَبدِشَخٍ يَأْرِيٍَ أٌَْ إِنَب رَنِكَ غَيْشَ شَيْئًب

انًَْضَبجِعِ َٔاضْشِثٍَُُْٕ ضَشْثًب غَيْشَ يُجَشِحٍ فَئٌِْ أَطَعَُْكُىْ فَهَب رَجْغُٕا عَهَيٍَِْٓ عَهَيٍَِْٓ رَجْغُٕا فَهَب أَطَعَُْكُىْ فَئٌِْ يُجَشِحٍ غَيْشَ ضَشْثًب َٔاضْشِثٍَُُْٕ انًَْضَبجِعِ

عَجِيهًب أَنَب إٌَِ نَكُىْ عَهَى َِغَبئِكُىْ دَقًب َٔنُِِغَبئِكُىْ عَهَيْكُىْ دَقًب فَأَيَب دَقُكُىْ عَهَى عَهَى دَقُكُىْ فَأَيَب دَقًب عَهَيْكُىْ َٔنُِِغَبئِكُىْ دَقًب َِغَبئِكُىْ عَهَى نَكُىْ إٌَِ أَنَب عَجِيهًب

َِغَبئِكُىْ فَهَب يُٕطِئٍَْ فُشُشَكُىْ يٍَْ رَكْشٌََُْٕ َٔنَب يَأْرٌََ فِي ثُيُٕرِكُىْ نًٍَِْ نًٍَِْ ثُيُٕرِكُىْ فِي يَأْرٌََ َٔنَب رَكْشٌََُْٕ يٍَْ فُشُشَكُىْ يُٕطِئٍَْ فَهَب َِغَبئِكُىْ

رَكْشٌََُْٕ أَنَب َٔدَقٍَُُٓ عَهَيْكُىْ أٌَْ رُ ذْغُُِٕا إِنَيٍَِْٓ فِي كِغَْٕرٍَِِٓ َٔطَعَبيٍَِِٓ كِغَْٕرٍَِِٓ فِي إِنَيٍَِْٓ ذْغُُِٕا

( عٍُ انزشيزّي )

Artinya : “Telah menceritakan kepada kami Al Hasan bin Ali Al Khallal, telah menceritakan kepada Al Husain bin Ali Al Ju'fi dari Za`idah dari Syabib bin

47Syekh Muhammad bin Umar An-Nawawi Al-Bantani Al-Jawi, Petunjuk Menuju Keluarga Sakinah: Kajian Kitab Syarah „Uqudullijain. Penerjemah Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Islam, Pesantren Al-Mahalli (Surabaya: Mutiara Ilmu, 2013), h. 10.

39

Gharqadah dari Sulaiman bin Amr bin Al Ahwash berkata; Telah menceritakan kepadaku Bapakku bahwa dia melaksanakan haji wada' bersama Nabi shallallahu

'alaihi wasallam. Beliau bertahmid dan memuji Allah, beliau memberi pengingatan dan nasehat. Beliau menuturkan cerita dalam haditsnya, lantas bersabda: "Ingatlah wahai kaum laki-laki, hendaklah kamu selalu memberikan wasiat yang baik kepada kaum wanita, karena mereka adalah tawanan kalian.

Kalian tidak berhak atas mereka lebih dari itu, kecuali jika mereka melakukan perbuatan keji yang nyata. Jika mereka melakukannya, jauhilah mereka di tempat tidur dan pukullah mereka dengan pukulan yang tidak menyakitkan. Jika kemudian mereka menaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Ketahuilah; kalian memiliki hak atas istri kalian dan istri kalian memiliki hak atas kalian. Hak kalian atas istri kalian ialah dia tidak boleh memasukkan orang yang kalian benci ke tempat tidur kalian. Tidak boleh memasukan seseorang yang kalian benci ke dalam rumah kalian. Ketahuilah; hak istri kalian atas kalian ialah kalian berbuat baik kepada mereka dalam

(memberikan) pakaian dan makanan (kepada) mereka" (H.R.Tirmidzi).48

Dengan kata lain, Rasulullah SAW. telah memerintahkan kepada kaum laki-laki untuk bersikap lemah lembut kepada kaum wanita. Wasiat ini merupakan penegasan atau sifat lemah serta ketergantungan kaum wanita kepada kam laki- laki dalam memnuhi kebutuhan hidupnya, baik dalam bentuk bimbingan, perlindungan maupun yang lain. Selain itu, di dalam hadits di atas, terdapat dua

48H.R. Tirmidzi.

40

perintah, yaitu perintah untuk berbuat baik kepada istri dan perintah untuk berbuat kebaikan.49

Kaum laki-laki tidak berhak melakukan sesuatu apa pun kepada istri kecuali hal-hal yang baik. Mereka baru boleh melakukan sesuatu apabila istrinya melakukan perbuatan maksiat. Misalnya, kembali ke rumah orang tuanya tanpa sepengetahuan suami atau melakukan pembangkangan terhadap suami secara terang-terangan. Kemudian apabila istri melakukan nusyuz (meninggalkan rumah tanpa seizin suami), maka pisahkanlah mereka dari tempat tidur. Artinya, suami jangan tidur bersama mereka dalam jangka waktu tertentu. Hal itu untuk memberikan pelajaran kepada mereka agar tidak seperti itu lagi.50

Seperti yang dijelaskan Q.S. An_Nisa ayat 34 yang berbunyi :

Artinya: “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena

Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain

(wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta

49Al-Jawi, Petunjuk Menuju Keluarga Sakinah: Kajian Kitab Syarah „Uqudullijain, h. 8. 50Al-Jawi, Petunjuk Menuju Keluarga Sakinah: Kajian Kitab Syarah „Uqudullijain, h. 9.

41

mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara

(mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi

Maha Besar” (An-Nisa‟: 34).51

Sebagian ulama ada yang menegaskan bahwa batas meninggalkan istrinya dari tempat tidur (tidak digauli) adalah delapan bulan. Jika istri tetap tidak mau sadar juga akan kesalahannya, maka boleh memukulnya sepanjang tidak menyakiti dan melukai badannya atau sepanjang pukulan itu tidak sampai memecahkan tulang atau merusak anggota tubuhnya.52

Tetapi, kata wadhribu-hunna pada ayat tersebut sangat rentan dimanfaatkan oleh suami untuk bertindak kekerasan terhadap istrinya. Karena kata wadhribu-hunna menurut Departemen Agama (Depag) memang mempunyai arti “pukullah mereka”. Tetapi, dalam kamus Lisan Al-„Arab, kamus bahasa Arab paling standar hingga saat ini, memberikan beberapa pengertian tentang kata ini.

Kata dharaba diartikan bersetubuh, melerai, mencampuri, menjelaskan dan menjauhi.53

Kemudian ada pendapat lain mengenai masalah ini yaitu yang dikemukakan oleh Muhammad Abduh yang berpendapat bahwa kata “memukul”

51 Q.S. An-Nisa ayat 34. 52Al-Jawi, Petunjuk Menuju Keluarga Sakinah: Kajian Kitab Syarah „Uqudullijain, h.10. 53Umar, Ketika Fikih Membela Perempuan, h. 89.

42

di sini bukanlah pukulan secara harfiyah, tetapi cenderung berkonotasi makna metaforis, yaitu mendidik atau memberi pelajaran.54

Seorang suami diizinkan memukul istrinya, disebabkan karena beberapa hal diantaranya55 :

1. Apabila sang istri tidak mau merias diri, sedangkan sang suami

menghendakinnya dan tidak bersedia diajak ketempat tidur.

2. Apabila seorang istri keluar rumah tanpa seizin suami atau karena dia

memukul anaknya yang belum berakal lantaran anaknya menangis.

3. Apabila istri membuka aurat di depan laki-laki lain, berbicara dengan

lelaki yang bukan muhrim, atau berbicara dengan suami agar didengar

lelaki lain.

Dalam menjalin sebuah hubungan yang harmonis dengan istri,

sebaiknya seorang suami melaksanakan hal-hal berikut56 :

1. Memberikan wasiat kepada istrinya. Yakni memberikan

perintah, peringatan, serta ucapan yang membahagiakan sang

istri.

2. Memberikan nafkah kepada istri sesuai dengan kadar

kemampuan, usaha, serta kekuatan fisiknya.

3. Menahan diri dengan penuh kesabaran atas perbuatan istri yang

menyakitkan hati.

54Umar, Ketika Fikih Membela Perempuan, h. 90. 55Al-Jawi, Petunjuk Menuju Keluarga Sakinah: Kajian Kitab Syarah „Uqudullijain, 18. 56Al-Jawi, Petunjuk Menuju Keluarga Sakinah: Kajian Kitab Syarah „Uqudullijain, h. 19- 21.

43

4. Memberikan kebahagiaan kepada istri, yakni memenuhi apa

yang menjadi keinginannya dengan penuh kebijakan.

5. Membimbing sang istri meniti jalan yang baik. Di dalam kitab,

Raudhatur Rahib Syekh Ar Ramli menegaskan: “seorang

suami tidak diperbolehkan memukul istri karena meninggalkan

shalat”. Jadi, apabila seorang istri meninggalkan shalat, maka

sebaiknya sang suami menasehatkan agar dia mau mengerjakan

shalat dengan baik.

6. Memberikan kebijakan dan pengajaran kepada istri tentang

kebutuhan-kebutuhan dalam melaksanakan agama.

7. Memberikan penyidikan tentang akhlakul karimah kepada

seluruh anggota keluarga. Sebab, manusia yang sangat berat

siksanya di hari kiamat nati adalah orang, dimana keluarganya

bodoh dalam permasalahan agama.

Selain itu, pada surat An-Nisa ayat 34 juga dibahas tentang kaum laki-laki adalah pemimpin bagi kaum perempuan. Maksud kata

“pemimpin” di sini bisa berarti pendamping, pemelihara atau penanggung jawab.57 Oleh karena itu, sebagai pemimpin bagi kaum wanita, maka laki- laki harus dapat menguasai dan mengurus keperluan istrinya. Termasuk di dalamnya mendidik akhlak karimah. Allah melebihkan kaum laki-laki di

57Umar, Ketika Fikih Membela Perempuan, h.188.

44

atas kaum perempuan karena dalam melangsungkan pernikahan kaum laki-

laki memberikan maskawin dan nafkah kepada kaum perempuan.58

Kemudian Imam Ibnu Majah menjelaskan sebuah riwayat hadits lain yang berbunyi : دَذَثََُب أَثُٕ ثَكْشِ ثٍُْ أَثِي شَيْجَخَ دَذَثََُب يَضِيذُ ثٍُْ َْبسٌَُٔ عٍَْ شُعْجَخَ عٍَْ أَثِي أَثِي عٍَْ شُعْجَخَ عٍَْ َْبسٌَُٔ ثٍُْ يَضِيذُ دَذَثََُب شَيْجَخَ أَثِي ثٍُْ ثَكْشِ أَثُٕ دَذَثََُب

قَضْعَخَ عٍَْ دَكِيىِ ثٍِْ ِٔيَخَيُعَب عٍَْ أَثِيِّ أٌََ سَجُهًب عَأَلَ انَُجِيَ صَهَى انهَُّ عَهَيِّْ عَهَيِّْ انهَُّ صَهَى انَُجِيَ عَأَلَ سَجُهًب أٌََ أَثِيِّ عٍَْ ِٔيَخَيُعَب ثٍِْ دَكِيىِ عٍَْ قَضْعَخَ

َٔعَهَىَ يَب دَقُ انًَْشْأَحِ عَهَى انضَْٔجِ قَبلَ : أٌَْ يُطْعًََِٓب إِرَا طَعِىَ َٔأٌَْ يَكْغََُْٕب يَكْغََُْٕب َٔأٌَْ طَعِىَ إِرَا يُطْعًََِٓب أٌَْ : قَبلَ انضَْٔجِ عَهَى انًَْشْأَحِ دَقُ يَب َٔعَهَىَ

إِرَا اكْزَغَى َٔنَب يَضْشِةْ انَْٕجَّْ َٔنَب يُقَجِخْ َٔنَب يَْٓجُشْ بإِنَ فِي انْجَيْذِ فِي بإِنَ يَْٓجُشْ َٔنَب يُقَجِخْ َٔنَب انَْٕجَّْ يَضْشِةْ َٔنَب اكْزَغَى إِرَا

( عٍُ اثٍ يبجّ )

Artinya : “Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah berkata, telah menceritakan kepada kami Yazid bin Harun dari Syu'bah dari Abu Qaz'ah dari Hakim bin Mu'awiyah dari Bapaknya berkata, "Seorang laki-laki bertanya kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, "Apa hak seorang wanita atas suaminya?" beliau menjawab: "Memberi makan kepadanya apabila dia makan, memberi pakaian apabila ia berpakaian, tidak memukul wajah, tidak menjelek- jelekkannya dan tidak boleh mendiamkannya kecuali di dalam rumah" (H.R. Ibnu

Majah).59

Jadi, seorang suami berkewajiban memberi makan kepada istrinya apabila dia makan dan memberi pakaian apabila dia berpakaian. Kemudian apabila istri

58Al-Jawi, Petunjuk Menuju Keluarga Sakinah: Kajian Kitab Syarah „Uqudullijain, h. 28. 59H.R. Ibnu Majah.

45

nusyuz, maka tidak diperbolehkan memukul bagian muka dan tidak boleh mendiamkannya (tidak mengajak bicara) kecuali di dalam rumah saja. Dan tidak boleh berkata jelek kepada istri, seperti perkataan : “Semoga Allah memberikan kejelekan kepadamu”.60 Karena bagaimanapun juga seorang suami harus tetap bersikap baik kepada istrinya seperti penjelasan hadits di atas. Karena orang mukmin yang sempurna imannya adalah mereka yang bersikap baik kepada istrinya. Seperti hadits berikut ini :

دَذَثََُب أَثُٕ كُشَيْتٍ دَذَثََُب عَجْذَحُ ثٍُْ عُهَيًَْبٌَ عٍَْ يُذًََذِ ثٍِْ عًَْشٍٔ دَذَثََُب أَثُٕ أَثُٕ دَذَثََُب عًَْشٍٔ ثٍِْ يُذًََذِ عٍَْ عُهَيًَْبٌَ ثٍُْ عَجْذَحُ دَذَثََُب كُشَيْتٍ أَثُٕ دَذَثََُب

عَهًََخَ عٍَْ أَثِي ُْشَيْشَحَ بلَق : قَبلَ سَعُٕلُ انهَِّ صَهَى انهَُّ عَهَيِّْ َٔعَهَىَ أَكًَْمُ أَكًَْمُ َٔعَهَىَ عَهَيِّْ انهَُّ صَهَى انهَِّ سَعُٕلُ قَبلَ

انًُْؤْيُِِيٍَ إِيًَبًَب أَدْغَُُُٓىْ خُهُقًب َٔخِيَبسُكُىْ خِيَبسُكُىْ نُِِغَبئِِٓىْ خُهُقًب نُِِغَبئِِٓىْ خِيَبسُكُىْ َٔخِيَبسُكُىْ خُهُقًب أَدْغَُُُٓىْ إِيًَبًَب انًُْؤْيُِِيٍَ

( عٍُ انزشيزّي )

Telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib, telah menceritakan kepada kami

'Abdah bin Sulaiman dari Muhammad bin 'Amr, telah menceritakan kepada kami

Abu Salamah dari Abu Hurairah berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya. Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap para istrinya" (H.R.Tirmidzi).61

Ada sebuah cerita tentang perlakuan Umar bin Khatab kepada istrinya yang patut untuk dicontoh sebagai berikut:

60Al-Jawi, Petunjuk Menuju Keluarga Sakinah: Kajian Kitab Syarah „Uqudullijain, h. 11. 61H.R. Tirmidzi.

46

Pada suatu hari, ada seorang lelaki datang menghadap Umar bin

Khatab. Ia bermaksud mengadukan kejelekan istrinya kepada

Umar bin Khatab. Disaat berdiri di depan rumah, sambil menunggu sahabat Umar keluar, lelaki itu mendengar omelan istri

Umar. Tetapi, sahabat Umar diam seribu bahasa dan tidak memberikan jawaban sepatah kata pun. Menyaksikan kejadian itu, lelaki tersebut mengurungkan niatnya untuk menghadap kepada sahabat Umar. Ia pun pergi sambil berkata didalam hati: “kalau keadaan Amirul Mukminin saja seperti itu, apalagi diriku”.

Kemudian sahabat Umar keluar dan melihat lelaki tersebut mengurungkan niatnya lalu sahabat Umar memanggilnya kembali.

“Wahai saudaraku, apakah yang menjadi keperluanmu?”.

Kemudian lelaki itu menjawab: “wahai Amirul Mukminin, aku datang untuk mengadukan kejelekan akhlak istriku dan sikap- sikapnya yang menyakitkan hatiku. Tetapi aku menyaksikan sendiri bahwa istrimu juga berbuat hal yang sama. Kalau keadaan mu saja seperti itu, apalagi keadaanku”. Umar menjawab:”Wahai saudaraku, aku rela atas ucapan jelek istriku karena hak-haknya yang semestinya kupenuhi. Dia memasak makanan untukku, membuat roti untukku, mencuci pakaianku, dan menyusui anakku.

Karena kehadiranmu, maka hatiku menjadi tentram dan terhindar dari perbuatan haram. Itulah sebabnya aku selalu bersikap rela atas segala perbuatannya kepadaku”. Lelaki itu berkata:”Wahai

47

Amirul Mukminin, apakah aku harus bersikap seperti itu terhadap

istriku?” kemudian Umar menjawab:”Wahai saudaraku bersikap

diam atas pelakuan istri merupakan perkara yang mudah dan

hanya sebentar, tetapi akan mendatangkan manfaat yang besar”.

Dari cerita tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa seorang suami harus tetap bersikap baik kepada istrinya karena bagaimanapun sang istri telah melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagai ibu rumah tangga yang baik.

Seperti yang telah dicontohkan sahabat Umar, ia tetap diam ketika istrinya marah karena hak-haknya tidak terpenuhi. Hal ini juga sejalan dengan penjelasan hadits diatas yang mana menyebutkan bahwa sebaik-baiknya laki-laki adalah yang mampu bersikap baik terhadap istrinya.

Selain hak-hak istri yang harus dipenuhi oleh suami, istri juga harus memenuhi hak-hak suami. Diantaranya adalah seperti yang dijelaskan pada hadits berikut ini : دَذَثََُب أَثُٕ ثَكْشِ ثٍُْ أَثِي شَيْجَخَ دَذَثََُب انْذُغَيٍُْ ثٍُْ عَهِيٍ عٍَْ صَائِذَحَ عٍَْ عٍَْ صَائِذَحَ عٍَْ عَهِيٍ ثٍُْ انْذُغَيٍُْ دَذَثََُب شَيْجَخَ أَثِي ثٍُْ ثَكْشِ أَثُٕ دَذَثََُب

شَجِيتِ ثٍِْ غَشْقَذَحَ انْجَبسِقِيِ عٍَْ عُهَيًَْبٌَ ثٍِْ عًَْشِٔ ثٍِْ انْأَدَْٕصِ دَذَثَُِي دَذَثَُِي انْأَدَْٕصِ ثٍِْ عًَْشِٔ ثٍِْ عُهَيًَْبٌَ عٍَْ انْجَبسِقِيِ غَشْقَذَحَ ثٍِْ شَجِيتِ

أَثِي أَََُّ شَِٓذَ دَجَخَ انَْٕدَاعِ يَعَ سَعُٕلِ انهَِّ صَهَى انهَُّ عَهَيِّْ َٔعَهَىَ فَذًَِذَ فَذًَِذَ َٔعَهَىَ عَهَيِّْ انهَُّ صَهَى انهَِّ سَعُٕلِ يَعَ انَْٕدَاعِ دَجَخَ شَِٓذَ أَََُّ أَثِ ي

انهََّ َٔأَثَُْى عَهَيِّْ َٔرَكَشَ ََٔٔعَظَ ثُىَ قَبلَ : اعْزَْٕصُٕا ثِبنُِغَبءِ خَيْشًا فَئٍَََُِٓ فَئٍَََُِٓ خَيْشًا ثِبنُِغَبءِ اعْزَْٕصُٕا : قَبلَ ثُىَ ََٔٔعَظَ َٔرَكَشَ عَهَيِّْ َٔأَثَُْى انهََّ

عُِْذَكُىْ عََٕاٌٍ نَيْظَ رًَْهِكٌَُٕ يٍَُُِْٓ شَيْئًب غَيْشَ رَنِ كَ إِنَب أٌَْ يَأْرِيٍَ ثِفَبدِشَخٍ ثِفَبدِشَخٍ يَأْرِيٍَ أٌَْ إِنَب

يُجَيَُِخٍ فَئٌِْ فَعَهٍَْ فَبْْجُشٍَُُْٔ فِي انًَْضَبجِعِ َٔاضْشِثٍَُُْٕ ضَشْثًب غَيْشَ يُجَشِحٍ يُجَشِحٍ غَيْشَ ضَشْثًب َٔاضْشِثٍَُُْٕ انًَْضَبجِعِ فِي فَبْْجُشٍَُُْٔ فَعَهٍَْ فَئٌِْ يُجَيَُِخٍ

48

فَئٌِْ أَطَعَُْكُىْ فَهَب رَجْغُٕا عَهَيٍَِْٓ عَجِيهًب إٌَِ نَكُىْ يٍِْ َِغَبئِكُىْ دَقًب َٔنُِِغَبئِكُىْ َٔنُِِغَبئِكُىْ دَقًب َِغَبئِكُىْ يٍِْ نَكُىْ إٌَِ عَجِيهًب عَهَيٍَِْٓ رَجْغُٕا فَهَب أَطَعَُْكُىْ فَئٌِْ

عَهَيْكُ ىْ دَقًب فَأَيَب دَقُكُىْ عَهَى َِغَبئِكُىْ فَهَب يَُٕطِئٍََ فُشُشَكُىْ يٍَْ رَكْشٌََُْٕ َٔنَب َٔنَب رَكْشٌََُْٕ يٍَْ فُشُشَكُىْ يَُٕطِئٍََ فَهَب َِغَبئِكُىْ عَهَى دَقُكُىْ فَأَيَب دَقًب

يَأْرٌََ فِي ثُيُٕرِكُىْ نًٍَِْ رَكْشٌََُْٕ أَنَب َٔدَقٍَُُٓ عَهَيْكُىْ أٌَْ رُذْغُُِٕا إِنَيٍَِْٓ فِي فِي إِنَيٍَِْٓ رُذْغُُِٕا أٌَْ عَهَيْكُىْ َٔدَقٍَُُٓ أَنَب رَكْشٌََُْٕ نًٍَِْ ثُيُٕرِكُىْ فِي يَأْرٌََ

كِغَْٕرٍَِِٓ َٔطَعَبيٍَِِٓ كِغَْٕرٍَِِٓ

( عٍُ اثٍ يبجّ )

Artinya : “Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah berkata, telah menceritakan kepada kami Al Husain bin Ali dari Za`idah dari Syabib bin

Gharqadah Al Bariqi dari Sulaiman bin Amru bin Al Ahwash berkata, telah menceritakan kepadaku Bapakku bahwasanya ia pernah menghadiri haji wada' bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Beliau memuji Allah dan mengagungkan-Nya, mengingatkan dan memberi wejangan. Setelah itu beliau bersabda: "Perlakukanlah isteri-isteri kalian dengan baik, karena mereka adalah teman di sisi kalian. Kalian tidak memiliki suatu apapun dari mereka selain itu.

Kecuali jika mereka berbuat zina dengan terang-terangan. Jika mereka melakukannya maka tinggalkan mereka di tempat tidur dan pukullah dengan pukulan yang tidak melukai. Apabila mereka mentaati kalian maka janganlah berbuat sewenang-wenang terhadap mereka. Sungguh, kalian mempunyai hak dari isteri-isteri kalian dan isteri-isteri kalian mempunyai dari kalian. Adapun hak kalian terhadap isteri kalian; jangan menginjakkan di tempat tidur kalian orang yang kalian benci dan jangan diizinkan masuk rumah-rumah kalian terhadap orang yang kalian benci. Dan sungguh hak mereka atas kalian; hendaknya

49

memperlakukan mereka dengan baik dalam masalah pakaian dan makanan" (H.R.

Ibnu Majah).62

Dalam hadits di atas, hak-hak suami yang harus dipenuhi oleh istri yaitu istri tidak diperbolehkan memberi izin kepada orang yang dibenci suami masuk ke tempat tidur. Apalagi sampai tidur di tempat tidur. Kemudian istri tidak diperkenankan memberi izin masuk kepada orang yang dibenci suami.63

Selain itu, ada riwayat lain yang membahas tentang izin dari suami yang sangat penting didapatkan oleh istri. Seperti pada hadits berikut ini :

دَذَثََُب َٔاصِمُ ثٍُْ عَجْذِ انْأَعْهَى دَذَثََُب يُذًََذُ ثٍُْ فُضَيْمٍ عٍَْ عَجْذِ انهَِّ ثٍِْ عَجْذِ عَجْذِ ثٍِْ انهَِّ عَجْذِ عٍَْ فُضَيْمٍ ثٍُْ يُذًََذُ دَذَثََُب انْأَعْهَى عَجْذِ ثٍُْ َٔاصِمُ دَذَثََُب

انشَدًٍَِْ أَثِي ََصْشٍ عٍَْ يُغَبِٔسٍ انْذًِْيَشِّيِ عٍَْ أُيِِّ عٍَْ أُوِ عَهًََخَ قَبنَذْ :

قَبلَ سَعُٕلُ انهَِّ صَهَى انهَُّ عَهَيِّْ َٔعَهَىَ أَيًَُب ايْشَأَحٍ يَبرَذْ َٔصَْٔجَُٓب عََُْٓب عََُْٓب َٔصَْٔجَُٓب يَبرَذْ ايْشَأَحٍ أَيًَُب َٔعَهَىَ عَهَيِّْ انهَُّ صَهَى انهَِّ سَعُٕلُ قَبلَ

سَاضٍ دَخَهَذْ انْجََُخ دَخَهَذْ سَا ضٍ

( عٍُ انزشيزّي )

Telah menceritakan kepada kami Washil bin Abdul A'la, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Fudlail dari Abdullah bin Abdurrahman, Abu Nadlr dari Musawir Al Himyari dari ibunya dari Umu Salamah berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Wanita manapun yang meninggal dan

62H.R. Ibnu Majah. 63Al-Jawi, Petunjuk Menuju Keluarga Sakinah: Kajian Kitab Syarah „Uqudullijain, h.10.

50

suaminya dalam keadaan ridha (kepadanya), niscaya dia masuk surga"

(H.R.Tirmidzi).64

Hadits ini terdapat anjuran agar seorang istri berusaha melakukan sesuatu yang diridhai suaminya serta menjauhi hal-hal yang membuat suami marah agar kelak ia mendapatkan surga.65

Ada sebuah cerita menarik tentang hak suami atas istri yang dijelaskan dalam hadits berikut ini: دَذَثََُب أَصَْْشُ ثٍُْ يَشَْٔاٌَ قَبلَ دَذَثََُب دًََبدُ ثٍُْ صَيْذٍ عٍَْ أَيُٕةَ عٍَْ انْقَبعِىِ انْقَبعِىِ عٍَْ أَيُٕةَ عٍَْ صَيْذٍ ثٍُْ دًََبدُ دَذَثََُب قَبلَ يَشَْٔاٌَ ثٍُْ أَصَْْشُ دَذَثََُب

انشَيْجَبَِيِ عٍَْ عَجْذِ انهَِّ ثٍِْ أَثِي أَْٔفَى قَبلَ : نًََب قَذِوَ يُعَبرٌ يٍِْ انشَبوِ عَجَذَ عَجَذَ انشَبوِ يٍِْ يُعَبرٌ قَذِوَ نًََب

نِهَُجِيِ صَهَى انهَُّ عَهَيِّْ َٔعَهَىَ قَ بلَ يَب َْزَا يَب يُعَبرُ قَبلَ أَرَيْذُ انشَبوَ فََٕافَقْزُُٓىْ فََٕافَقْزُُٓىْ انشَبوَ أَرَيْذُ قَبلَ يُعَبرُ يَب َْزَا يَب بلَ

يَغْجُذٌَُٔ نِأَعَبقِفَزِِٓىْ َٔثَطَبسِقَزِِٓىْ فََٕدِدْدُ فِي ََفْغِي أٌَْ ََفْعَمَ رَنِكَ ثِكَ فَقَبلَ فَقَبلَ ثِكَ رَنِكَ ََفْعَمَ أٌَْ ََفْغِي فِي فََٕدِدْدُ َٔثَطَبسِقَزِِٓىْ نِأَعَبقِفَزِِٓىْ يَغْجُذٌَُٔ

سَعُٕلُ انهَِّ صَهَى انهَُّ عَهَيِّْ َٔعَهَىَ فَهَب رَفْعَهُٕا فَئَِِي نَْٕ كُُْ ذُ آيِشًا أَدَذًا أٌَْ أٌَْ أَدَذًا آيِشًا

يَغْجُذَ نِغَيْشِ انهَِّ نَأَيَشْدُ انًَْشْأَحَ أٌَْ رَغْجُذَ نِضَْٔجَِٓب َٔانَزِّي ََفْظُ يُذًََذٍ ثِيَذِِِ ثِيَذِِِ يُذًََذٍ ََفْظُ َٔانَزِّي نِضَْٔجَِٓب رَغْجُذَ أٌَْ انًَْشْأَحَ نَأَيَشْدُ انهَِّ نِغَيْشِ يَغْجُذَ

نَب رُؤَدِّي انًَْشْأَحُ دَقَ سَثَِٓب دَزَى رُؤَدِّيَ دَقَ صَْٔجَِٓب َٔنَْٕ عَأَنََٓب ََفْغََٓب ََفْغََٓب عَأَنََٓب َٔنَْٕ صَْٔجَِٓب دَقَ رُؤَدِّيَ دَزَى سَثَِٓب دَقَ انًَْشْأَحُ رُؤَدِّي نَب

َِْٔيَ عَهَى قَزَتٍ نَ ىْ رًََُْعُّْ

( عٍُ اثٍ يبجّ )

64H.R. Tirmidzi. 65Nawawi, Riyadus Shalihin dan Penjelasannya. Penerjemah Faisal bin Abdul Aziz Alu Mubarak h. 238-239.

51

Telah menceritakan kepada kami Azhar bin Marwan ia berkata; telah menceritakan kepada kami Hammad bin Zaid dari Ayyub dari Al Qasim Asy

Syaibani dari Abdullah bin Abu Aufa ia berkata, "Tatkala Mu'adz datang dari

Syam, ia bersujud kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam hingga beliau bersabda: "Apa-apaan ini ya Mu'adz! Mu'adz menjawab, "Aku pernah mendatangi

Syam, aku mendapatkan mereka sujud kepada para uskup dan komandan mereka.

Maka, aku ingin melakukannya terhadapmu." Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Janganlah kalian melakukannya, kalau saja aku diperbolehkan memerintahkan seseorang untuk bersujud kepada selain Allah, niscaya aku akan perintahkan seorang isteri bersujud kepada suaminya. Demi

Dzat yang jiwa Muhammad di Tangan-Nya, sungguh seorang isteri itu tidak dikatakan menunaikan hak Rabb-nya hingga ia menunaikan hak suaminya. Kalau saja suami memintanya untuk dilayani, sementara ia sedang berada di atas pelana kendaraan, maka ia tidak boleh menolaknya" (H.R. Ibnu Majah).

Hadits ini menjelaskan tentang hak-hak suami yang harus dipenuhi istri dan kewajiban taat kepada suami yang harus mendahulukan kepenting suami dibanding kesibukannya sendiri.66

Seorang suami yang merupakan pemimpin keluarga, akan dimintai pertanggungjawaban atas keluarganya. Apakah sudah memenuhi hak-hak mereka atau belum. Seperti hak memberi nafkah, pakaian, perumahan, memeilhara, mengasuh, medidik serta bergaul dengan baik terhadap mereka. Kalau dia menyia-nyiakan hak-hak keluarga artinya ia telah berbuat zalim kepada

66Nawawi, Riyadus Shalihin dan Penjelasannya. Penerjemah Faisal bin Abdul Aziz Alu Mubarak h. 238.

52

keluarganya. Begitupun seorang istri yang merupakan pemimpin di dalam rumah suami harus mampu mengatur kehidupan rumah tangga dengan baik. Dia harus bersikap baik kepada suami, memberikan kasih sayang kepada suami, meminta izin sebelum melakukan sesuatu, memlihara harta suami dan taat dalam melaksanakan kewajibannya sebagai seorang istri.67

Dari penjelasan di atas mengenai hak-hak istri atas suami dan hak-hak suami atas istri jelas harus dipahami dengan baik. Apabila hak-hak tersebut sudah saling terpenuhi maka akan tercipta hubungan yang harmonis dalam sebuah keluarga. Begitupun halnya dengan seorang istri, sebelum ia memutuskan untuk bekerja, ia harus meminta izin terlebih dahulu kepada suaminya. Jika telah mendapatkan izin, sebaiknya sang istri mendiskusikannya dengan sang suami mengenai hak dan kewajibannya. Misalnya, apakah dengan berbagi peran dengan suami dalam mengurus rumah, mengurus anak dan lain sebagainya. Karena pembagian peran dalam keluarga sangat diperlukan dalam rangka membagi tanggung jawab antara anggota keluarga untuk memenuhi kebutuhan bersama yang saling mengunutungkan.68

Sesungguhnya di dalam Al-Quran dan Hadits tidak ada larangan yang tegas bagi seorang istri yang ingin bekerja dan membantu meringankan beban suaminya, selama pekerjaan itu halal dan dilakukan dalam suasan terhormat dan mencegah hal-hal yang menimbulkan kemudharatan. Karena kondisi perempuan di zaman Nabi, bahkan istri-istri Nabi pun aktif dalam bidang ekonomi dalam beragam profesi seperti Khadijah, konglomerat yang berhasil dalam bidang

67Al-Jawi, Petunjuk Menuju Keluarga Sakinah: Kajian Kitab Syarah „Uqudullijain, h.23. 68Herien Puspiitawati, Isu Gender dalam Agroforesty (Bogor: Fakultas Kehutanan IPB- ICRAF, 2010) h. 7.

53

eksport-import, Shafiyah binti Huyay, perias pengantin dan Zainab binti Jhsy, yang bekerja dalam bidang home industry pada proses menyamak kulit binatang.

Selain itu perempuan-perempuan lain seperti Qilat Ummi Bani Ammar yang pernah datang kepada nabi meminta petunjuk mengenai jual-beli. Raithah, istri

Abdullah Ibnu Mas‟ud sahabat nabi yang aktif berbisnis karena suaminya tidak mampu mencukupi kebutuhan keluarga. Juga Al-Syifa, seorang perempuan yang ditugasi Umar untuk mengurus pasar di kota Madinah.69

69Umar, Ketika Fikih Membela Perempuan, h.177-178.

BAB III GAMBARAN UMUM FILM HIJAB

A. Sinopsis Film Hijab Untuk pertama kalinya, Hanung Bramantyo akan memproduksi sendiri filmnya di bawah bendera rumah produksi miliknya, yaitu Dapur Film yang bekerja sama juga dengan Ampuh Entertainment. Selain dirinya sendiri sebagai sutradara sekaligus produser film yang berjudul Hijab itu, sang istri Zaskia

Mecca, dan adik iparnya Haikal Kamil juga ikut membantu sebagai produser bersama dalam debut proyek film tersebut.

Meskipun diberi judul Hijab, film ini sendiri bukanlah bertema religi, melainkan bergenre drama komedi yang mencoba membalutnya dengan hijab sebagai perantara fashion dan gaya hidup. Film ini mengisahkan tentang kehidupan rumah tangga empat orang perempuan dengan sekelumit masalahnya masing-masing. Selain mengurus kehidupan rumah tangga, mereka juga ingin sekali hidup mandiri dan tak ingin bergantung pada suami dengan membuka bisnis hijab secara diam-diam tanpa sepengetahuan suami mereka.

Keempat perempuan tersebut adalah Bia, Tata, Sari dan Anin. Kecuali

Anin, tiga perempuan lainnya mengenakan hijab dengan gaya yang berbeda-beda.

Bia yang merupakan seorang desainer dan bersuamikan artis yang bernama Mat

Nur, memilih memakai jilbab yang fashionable dari rancangannya sendiri.

Kemudian Tata, istri seorang fotografer yang bernama Ujul, memilih menutupi rambutnya yang botak dengan turban. Sedangkan Sari yang bersuamikan seorang

54 55

lelaki keturunan Arab yang bernama Gamal, membalut tubuhnya dengan jilbab syar‟i sesuai perintah suaminya.

Hanya Anin sendiri yang belum berhijab dan masih memilih untuk hidup bebas. Hal ini karena dia melihat ketiga sahabatnya, yaitu Bia, Tata dan Sari menjadi tidak bebas karena sudah menikah. Karena sebelum menikah, mereka merupakan perempuan-perempuan yang mandiri. Namun, setelah menikah mereka menjadi isteri yang “ikut suami” dan berada dalam kondisi tidak berdaya dengan pilihan-pilihannya sendiri. Mereka pun mempunyai banyak keluhan karena merasa setiap kebutuhan yang mereka inginkan harus selalu bergantung dengan suami. Hal inilah yang membuat Anin berpikir ulang untuk mengikuti jejak para sahabatnya. Walaupun di akhir cerita, Anin pun akhirnya mengikuti jejak ketiga sahabatnya untuk menikah dengan seorang pria yang bernama Chaky.

Konflik di film ini bermula dari perkataan Gamal yang mengatakan bahwa arisan bergilir yang mereka adakan adalah arisannya para suami karena uangnya selalu dari suami. Tata yang tidak terima perkataan Gamal membalas dengan mengatakan bahwa para istri sebenernya bisa saja bekerja, hanya saja karena kewajiban mereka mengurus rumah dan menjaga anak menjadi halangan untuk mereka bekerja di luar rumah.

Kemudian Bia, Tata, Sari, dan juga Anin memutuskan jalan sendiri untuk membuka sebuah bisnis hijab online secara diam-diam tanpa sepengetahuan suami mereka. Mereka ingin membuktikan bahwa mereka juga bisa mencari penghasilan sendiri untuk memenuhi kebutuhannya dan membantu para suami

56

dalam mencari nafkah. Bia bertugas sebagai desainernya, Sari mengelola keuangan, sedangkan Tata dan Anin sebagai marketingnya. Dalam tiga bulan saja, bisnis mereka pun naik daun. Mereka berhasil membuktikan bahwa mereka bukan tipe perempuan ikut suami.

Hebatnya, penghasilan mereka bisa melebihi para suaminya. Namun, tanpa disadari para suami perlahan mengetahui bahwa ada yang berbeda dari kelakuan istri mereka. Para suami merasa bahwa istri mereka berkelakuan tidak seperti biasanya. Puncaknya saat kondisi para suami saat itu lagi terpuruk keuangannya karena masing-masing dihadapkan oleh masalah yang berbeda. Mat

Nur merasa tidak senang saat Bia bermaksud ingin membantu Mat Nur untuk membayar tagihan telpon dan kartu kredit yang biasanya dibayar oleh Mat Nur tiap bulannya. Begitu pun dengan Ujul, dia tidak senang karena Tata telah melunasi cicilan mobil dan cicilan rumah selama 3 bulan ke depan. Berbeda dengan Sari yang harus berbohong saat dia membelikan jas untuk Gamal yang harganya sangat mahal. Sari mengatakan bahwa dia meminjam uang ke ibunya untuk membelikan suaminya jas. Hal inilah yang membuat Gamal sangat marah.

Kondisi ini pun menyebabkan kehidupan rumah tangga mereka menjadi retak.

Hingga akhirnya mereka harus memilih antara melanjutkan bisnisnya atau memperbaiki hubungan dengan suaminya dengan tidak melanjutkan bisnis mereka. Dan pada akhirnya, Mat Nur, Ujul dan Chaky pun memutuskan untuk membantu usaha yang dijalankan istri mereka karena dengan saling membantu, tentunya usaha mereka akan semakin berkembang. Sementara Gamal tetap pada pendiriannya bahwa Sari tidak dibolehkan ikut bekerja dengan para sahabatnya

57

dan hanya diperkenankan membantu teman-temannya di butik atau sekedar main saja. 70

B. Profil Para Pemain Film Hijab

1. Zaskia A. Mecca sebagai Sari

Sari adalah sosok istri yang sholehah dengan mengenakan hijab Syar'i

semenjak menikah dengan pria keturunan Timur Tengah. Sosok Sari

memendam keahliannya dalam berbisnis untuk menjadi istri yang sholehah

dan mengabdi pada suami. Dirinya sangat lihai dalam mengelola keuangan

dalam bisnis onlinenya.71

70Sinopsis Lengkap Film Hijab, http://sinopsisfilmbisokopterbaru.com/2015/01/sinopsis- lengkap-film-2014.html diakses pada 15 Juni 2016. 71Kenalan Yuk dengan Tokoh Film Hijab, http://www.muvila.com/foto/film/kenalan-yuk- dengan-tokoh-film-hijab-1501108-page7.html diakses pada 6 September 2016.

58

2. Carissa Putri sebagai Bia

Bia adalah seorang istri dari aktor terkenal yang mendapatkan hidayah

untuk berhijab setelah terjebak dalam lingkungan yang religius. Bia yang

bersuamikan seorang artis memilih untuk berpenampilan hijab yang trendy

dan fashionable. Terlebih lagi dirinya adalah seorang desainer. Namun

semenjak masuk dalam kehidupan berumah tangga, dirinya mengalami konflik

dengan dirinya sendiri seperti merasa kehilangan jati diri.72

3. Tika Bravani sebagai Tata

Tata digambarkan sebagai mantan aktivis muda yang memutuskan untuk

berhijab dikarenakan krisis kepercayaan diri. Memutuskan untuk menjadi ibu

72Kenalan Yuk dengan Tokoh Film Hijab, http://www.muvila.com/foto/film/kenalan-yuk- dengan-tokoh-film-hijab-1501108-page1.html diakses pada 6 September 2016.

59

rumah tangga dan meninggalkan peran aktivis ketika ia telah dikaruniai anak

dari pernikahannya dengan seorang fotografer, Ujul. Tata yang istri fotografer

menutupi rambutnya yang botak dengan Turban.73

4. Natasha Rizki sebagai Anin

Anin merupakan satu-satunya wanita yang belum menikah dan

berhijab diantara keempat sahabatnya. Anin masih belum berkeinginan

segera menikah karena dirinya masih mencari sosok suami idamannya

yang ideal. Dirinya digambarkan sebagai sosok wanita modern penggila

fashion dan berorientasi pada kultur Perancis.74

73Kenalan Yuk dengan Tokoh Film Hijab, http://www.muvila.com/foto/film/kenalan-yuk- dengan-tokoh-film-hijab-1501108-page6.html diakses pada 6 September 2016. 74Kenalan Yuk dengan Tokoh Film Hijab, http://www.muvila.com/foto/film/kenalan-yuk- dengan-tokoh-film-hijab-1501108-page4.html diakses pada 6 September 2016.

60

5. Ananda Omesh sebagai Ujul

Dengan nama lengkap Zahuja Zulkarnaen namun sering di panggil

Ujul. Seorang fotografer profesional terkenal di Jakarta. Ujul bertemu

dengan sang istri, Tata saat mereka di bangku kuliah. Dirinya jatuh cinta

pada Tata karena keaktifannya di kampus.75

6. Nino Fernandez sebagai Mat Nur

Rahmat Nur Hidayat, Mat Nur digambarkan sebagai seorang Artis

sinetron bertampang blastrean yang selalu disibukkan dengan shoting

75Kenalan Yuk dengan Tokoh Film Hijab, http://www.muvila.com/foto/film/kenalan-yuk- dengan-tokoh-film-hijab-1501108-page5.html diakses pada 6 September 2016.

61

stripping. Meskipun memiliki banyak penggemar wanita layaknya seorang

artis, namun dirinya hanya takluk dengan pesona Bia, istrinya.76

7. Mike Lucock sebagai Gamal

Gamal Abdul Nasser, panggil saja dengan Gamal. Seorang pria

keturunan arab yang bekerja sebagai pegawai Instansi pajak. Gamal

dikenal sangat memegang teguh nilai-nilai Islami yang kemudian ia

praktekan ke dalam membina rumah tangga bersama istrinya, Sari.77

C. Profil Dapur Film

PT. Dapur Film Production atau Dapur Film adalah salah satu perusahaan produksi film dan video terkemuka yang berbasis di Jakarta, Indonesia. Alamat lengkapnya yaitu berada di Jl. Ampera Raya 17B, Cilandak Timur, Jakarta Selatan

12560. Dapur Film dibuat pada tahun 2003 sebagai komunitas dan resmi menjadi

76Kenalan Yuk dengan Tokoh Film Hijab, http://www.muvila.com/foto/film/kenalan-yuk- dengan-tokoh-film-hijab-1501108-page2.html diakses pada 6 September 2016. 77Kenalan Yuk dengan Tokoh Film Hijab, http://www.muvila.com/foto/film/kenalan-yuk- dengan-tokoh-film-hijab-1501108-page3.html diakses pada 6 September 2016.

62

perusahaan pada tahun 2010. Misi dari Dapur Film yaitu membuat film-film yang bagus dan berkualitas.

Dapur Film mengkhususkan diri dalam produksi film komersial, film pendek, program televisi, TVC, dokumenter, dan dokumentasi acara menggunakan peralatan yang tersedia. Dapur Film telah menghasilkan program untuk perusahaan, grup band dan penyanyi seperti: MVP Pictures, Gambar

MAHAKA, MD Pictures, Produksi Putarr, Starvision, SinemArt, Rapi Films,

Million Pictures, SCTV, RCTI, Jusuf Kalla, Melly Goeslaw, GIGI, Opick Tombo

Ati, SLANK, Changcuters, Nidji, Ust. Jefri Al Buchori, Siti Nurhaliza, Tasya &

Ferry Pernikahan, Wim Cycle dan lain-lain.

Dapur Film telah menghasilkan lebih dari 50 film dan produksi video.

Selama 10 tahun terakhir, Dapur Film menetapkan diri sebagai salah satu perusahaan film paling produktif di Indonesia. Film-film yang dihasilkan oleh

Dapur Film diantaranya adalah Brownis (2005), Get Married (2007), Perempuan

Berkalung Sorban (2009), Pengejar Angin (2011), Tendangan dari Langit (20110,

Tanda Tanya (2011), Ayat-Ayat Cinta (2008), Habibie & Ainun (2013), Hijab

(2015) dan lain-lain.78

78Company Profile Dapur Film Digital.

63

D. Tanggapan Terhadap Film Hijab

Artikel 1 Liputan6.com, Jakarta- Semua bermula ketika Hanum Salsabiela Rais memposting tulisan di akun Facebooknya pada 18 Januari 2015 lalu. Di postingan itu, putri Amien Rais ini berbagi pengalaman soal film Hijab yang baru ia tonton dengan sang suami, Rangga Almahendra. Hanum menilai, film yang disutradarai

Hanung Bramantyo itu nyeleneh dan mengaburkan nilai-nilai fundamental Islam, terutama arti hijab itu sendiri.

Hanum mengkritisi mengapa film `Hijab` mengangkat keterpaksaan kaum hawa untuk menutup aurat lantaran permintaan suami. Lalu, kebutuhan akan hijab juga dijadikan layaknya tren mode hingga menghilangkan sisi religius.

Celetukan Hanum Salsabiela Rais di akun Facebook-nya tersebut bagaikan bola salju, menggunung sampai jadi pembicaraan banyak orang. Tak cuma di

Facebook, perdebatan juga muncul di media sosial lainnya macam Twitter.

Belakangan, Hanum memilih menghapus postingan itu tanpa menyebut alasannya.

Apa daya, tulisan Hanum tadi terlanjur singgah ke telinga Zaskia Adya

Mecca. Wanita berkerudung ini bukan cuma istri Hanung Bramantyo, tapi Zaskia pula yang punya ide membuat film `Hijab` itu. Bahkan, Zaskia dan Hanung lah yang menjadi penyokong dana utama film.

Lantas, apa kata Zaskia soal tuduhan kalau `Hijab` mengaburkan nilai-nilai agama?

Zaskia menjawab dengan menggelar jumpa media di CityWalk Sudirman,

64

Jakarta Pusat, Selasa (27/1/2015). "Makin ke sini, banyak yang menghakimi kalau film `Hijab` menjelekkan Islam. Itu sangat menyudutkan kami," kata Zaskia

Mecca membuka obrolan.

Zaskia Mecca kecewa dengan Hanum Salsabiela Rais. Seharusnya, penulis novel 99 Cahaya di Langit Eropa itu lebih peka dan duduk bareng ketika merasa ada yang salah dari film `Hijab`, ketimbang koar-koar di akun Facebook.

"Kalau ada yang tidak setuju, sebaiknya diskusi dan duduk bareng. Kami membuka diri kok. Sayangnya ada yang tidak mau diskusi dan justru bilang dan menilai negatif," tandas Zaskia Mecca.

Sebagai pembanding, Zaskia dan Hanung sowan ke Din Syamsuddin, tokoh senior PP Muhamaddiyah yang juga Ketua Majelis Ulama Indonesia

(MUI). Kepada Din, suami istri ini memberi undangan nonton bareng film

`Hijab`. Usai nonton, Din memberi penilaian.

"Secara keseluruhan, film ini punya pesan dakwah walaupun kemudian bermain pada realitas yang dipotret apa adanya. Kreasi seni itu sangat relatif, selalu ada dimensi positif dan negatif. Jadi tergantung penilainya yang memiliki subjektivitas tertentu," urai Din Syamsuddin.

Terlepas dari kontroversi ini, Hijab masih diputar di bioskop. Sejak pemutaran perdana pada 15 Januari lalu, film ini sudah menembus 100ribu penonton.79

79Benarkah Film Hijab Lecehkan Nilai-Nilai Islam?, http://showbiz.liputan6.com/read/2167415/benarkah-film-hijab-lecehkan-nilai-nilai-islam diakses pada 15 Juni 2016.

65

Artikel 2

Okezone.com, Jakarta - Zaskia Adya Mecca tak bisa menduga jika film terbarunya berjudul Hijab mendapatkan tuduhan pahit. Padahal, film tersebut diangkat berdasarkan realitas yang nyata di kehidupan sehari-hari, dan dikemas secara komedi dan drama secara berimbang.

"Berawal dari keinginan saya memotret kehidupan saya-sahabat dan lingkungan hijabers yang saya temui belakangan ini. Melihat banyak film tentang hijabers tapi saya merasa tidak terwakili. Sangat menarik padahal melihat proses orang-orang yang saya kenal sampai akhirnya berjilbab. Akhirnya saya coba membujuk suami saya, Hanung Bramantyo, untuk membuatnya (film Hijab)," kata Zaskia kepada Okezone.

"Alhamdulillah akhirnya terealisasi. Apa yang ada di dalam film adalah kisah-kisah nyata yang saya alami dan menyaksikan sendiri. Dikemas dengan komedi, terasa ringan," sambungnya.

Setelah muncul di bioskop, rupanya ada segelintir orang yang mengkritik tanpa alasan kuat karena tidak menonton sepenuhnya film tersebut. Penilaian juga semakin tidak objektif, saat menuduh Hanung yang bertindak sebagai sutradara sebagai anggota Jaringan Islam Liberal (JIL).

"Tak pernah terbayangkan akan menuai reaksi yang cukup keras dari beberapa pihak seperti sekarang. Suami saya di bilang JIL padahal bukan.

Dihakimi pembuat film Hijab adalah pembenci Islam, Anda bayangkan dituduh membenci sesuatu yang sangat saya cintai, dan dituduh mengkomersialisasikan agama," ungkapnya.

66

Bingung dengan tuduhan itu, Zaskia pun berpikir jernih. Dirinya meminta nasehat dari Din Syamsyudin yang juga sebagai Ketua Majelis Ulama Indonesia

(MUI). Setelah meminta nasehat, Zaskia bisa bernafas lega. Tokoh ulama itu menilai tidak ada yang salah dari film Hijab.

"Pak Din menyatakan, 'Filmnya bagus, tidak menjelekan Islam, memotret kenyataan, dan menyarankan masyarakat untuk menontonnya. Apabila setelah menonton ada penilaian sendiri, dikembalikan kepada penonton'. Saya rasa Pak

Din pun pasti akan sangat berhati-hati untuk membuat penilaian serta pernyataan apabila film ini dirasa mengdeskriditkan umat Islam. Mengingat kapasitas beliau sebagai ketua MUI," imbuhnya.

Kakak dari Haykal Kamil itupun menghimbau bagi para pengkritis harap bisa menonton film Hijab sebelum berkomentar. Setidaknya pandangan atau kritik bisa sesuai konteks dan menjadi objektif. Bukan semata-mata kebencian.

"Memberikan pendapat, kritik yang membangun, Itu sangat baik karna tandanya kita perduli dan ingin saudara kita lebih baik lagi kedepannya. Tapi menghakimi tanpa tabayyun terlebih dahulu? Pasti bisa menyimpulkan sendiri kan baik atau tidaknya. Intinya saya dan suami selalu ingin berkarya bukan untuk kami sendiri. Tapi untuk anak-anak kami, untuk masyarakat," tandasnya.80

80Zaskia Mecca Kaget Film Hijab dituduh Jelekkan Islam,http://celebrity.okezone.com/read/2015/01/25/206/1096938/zaskia-mecca-kaget-film-hijab- dituduh-jelekkan-islam diakses pada 21 April 2016.

BAB IV

HASIL TEMUAN DAN ANALISIS DATA

Dalam bab ini penulis akan memaparkan hasil temuan dan analisis data penelitian yang terdapat pada film Hijab, sesuai dengan model teori yang penulis gunakan yaitu analisis narasi model Tvzetan Todorov. Berikut adalah hasil temuan yang berkaitan dengan teori di atas :

A. Alur Cerita Tentang Konsep Gender di Film Hijab

Menurut Tvzetan Todorov, narasi terbagi menjadi tiga bagian yaitu

terdiri dari stuktur keseimbangan, gangguan dan keseimbangan kembali.

Kemudian Nick Lacey memodifikasi struktur narasi dari Todorov dan

menambahkannya menjadi lima struktur, yaitu kondisi keseimbangan dan

keteraturan, gangguan terhadap keseimbangan, kesadaran terjadi

gangguan, upaya untuk memperbaiki gangguan dan pemulihan menuju

keseimbangan. Berikut adalah analisis alur cerita dari film Hijab.

1. Kondisi Keseimbangan

Kondisi keseimbangan merupakan bagian awal cerita dimana pada

bagian ini masing-masing dari karakter, yaitu Bia (Carrisa Puteri), Sari

(Zaskia Mecca) dan Tata (Tika Bravani) menceritakan pengalaman mereka

masing-masing, mulai dari alasan mereka berhijab dan awal mula mereka

bertemu suami mereka. Selain itu, pada bagian ini juga masing-masing

karakter digambarkan dan diperkenalkan dengan masing-masing dari

mereka menceritakan satu sama lain. Cerita dari film Hijab mempunyai

67 68

alur maju mundur karena di awal film ini, Bia, Sari dan Tata harus menceritakan pengalaman mereka di depan sebuah kamera yang merekam dan nantinya akan dibagikan ke youtube.

Pertanyaan pertama yang ditanyakan sutradara kepada mereka yaitu alasan mereka berhijab. Bia menjadi orang pertama yang menjawabnya. Dia mengatakan bahwa dia memakai hijab karena terjebak.

Berawal dari seminar pemantapan iman yang dia ikuti, kemudian dia merasa salah menggunakan pakaian karena hampir semua perempuan yang mengikuti seminar tersebut menggunakan hijab, hanya dia seorang yang tidak menggunakan hijab.

Akhirnya dia memutuskan untuk memakai hijab pada seminar pemantapan iman di hari kedua. Saat dia hendak ingin memasuki ruangan, ustadzah yang memimpin seminar tersebut melihat Bia memakai hijab dan mengucapkan kalimat syukur karena baru dua hari mengikuti seminar, Bia sudah mau menggunakan hijab. Dari sini lah dia dikenal sebagai gadis hidayah. Dan karena predikatnya sebagai gadis hidayah, Bia pun memutuskan untuk merancang pakaiannya sendiri dan membawanya ke konveksi guna dibuat sesuai dengan keinginan dia.

Selanjutnya ada Sari yang diceritakan oleh Tata dan Bia sebagai ratu bisnis. Saat itu, Sari sedang pergi ke tempat oleh-oleh haji yang berada di Tanah Abang. Di tempat itulah dia bertemu dengan Gamal

(Mike Lucock) yang langsung melamarnya setelah mereka bertatap mata karena saat itu Sari memakai cadar, sehingga wajahnya belum terlihat oleh

Gamal.

69

Sejak menikah dengan Gamal, hidup Sari pun menjadi berubah.

Sari sudah tidak bisa sebebas sebelumnya karena ketatnya aturan dari suami. Sari yang sebelumnya juga merupakan ratu bisnis harus rela untuk tidak berbisnis lagi karena Gamal melarang Sari untuk bekerja. Karena menurut dia, wanita itu seharusnya berada di rumah untuk mengurus rumah seperti menyuci baju, memasak dan menjaga anak. Sari yang awalnya masih menggunakan turban atau penutup kepala saja, akhirnya harus menggunakan jilbab panjang (syar‟i) karena perintah dari suaminya.

Sari : “Nyetir mobil haram?” Gamal : “Hhmm”. Sari : “Belanja?” Gamal : “Ya untuk sehari-hari fadhol, suami wajib kasih fulus”. Sari : “Misalnya belanja baju, perhiasan, parfum....”. Gamal : “Fadhol..fadhol.. asal dipake di depan suami. Di luar itu haram”. Ibu Sari : “Mmm begini aja, Sari kalo belanja baju, perhiasan pake uangnya sendiri, tidak mengganggu uang suami. Jadi, Sari harus kerja”. Gamal : “Haraaaaaaaaam!!! Perempuan itu kudu di rumah. Nyuci baju, merawat anak, masak dan patuh dengan suami. Kalo mau keluar rumah harus izin suami dan didampingi muhrim. Kalo tidak, haram!” (Keluarga Sari sangat terkejut dengan perkataan Gamal) Gamal : “Satu lagi, mama dan Sari harus pake jilbab, tapi jilbab yang bener, sesuai aturan agama. Kalo perlu pake cadar, wajib hukumnye!”.81

81Terdapat pada durasi menit ke 00: 05: 54 dalam film Hijab.

70

Gambar 1 : Larangan Gamal Kepada Sari

Melihat dialog tersebut, terlihat sekali bahwa Gamal merupakan suami yang sangat taat terhadap ajaran Islam. Bahkan Ibu Sari pun tidak bisa membujuknya untuk membolehkan Sari bekerja guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Justru Ibu Sari yang harus menuruti perintah dari

Gamal untuk menggunakan jilbab yang sesuai dengan ajaran agama.

Selanjutnya ada Tata yang diceritakan oleh Sari dan Bia tentang alasan Tata berhijab. Tata yang awalnya tidak menggunakan hijab, akhirnya terpaksa harus menggunakan turban atau penutup kepala untuk menutupi kepalanya yang botak di bagian atas agar dia tidak malu di hadapan juniornya. Karena pada saat itu, dia merupakan ketua senat dan saat dia pergi ke WC, dia melihat bahwa rambutnya rontok di bagian atas sehingga menjadi botak pada bagian atas kepalanya. Saat itu juga dia memutuskan untuk menggunakan turban karena dia harus berbicara di depan juniornya untuk memberikan sambutan.

Tata digambarkan sebagai sosok wanita yang sangat pandai berorasi. Orasi yang dia sampaikan pun mengenai persoalan wanita yang

71

menurutnya tidak mesti harus selalu mengikuti para laki-laki. Dia juga diceritakan Bia dan Tata sebagai ratu debat.

Dosen : “Tidak ada jaminan Ospek ini bisa membentuk mental mahasiswa menjadi kuat. Jadi, kegiatan ini harus dibubarkan!” Tata : “Memangnya ada jaminan kalo ga ada Ospek mental mahasiswa jadi lebih kuat?” Teman Tata : “Betul... Hidup Talita!” (sambil menyeru kepada semua junior untuk meneriakkan nama Talita).82

Gambar 2 : Tata yang sedang Berdebat dengan Dosen

Dari dialog di atas, terlihat bahwa Tata merupakan ratu debat.

Kepandaiannya untuk berdebat dan berorasi pun tak luput dari pandangan seorang pria bernama Zahuja Zulkarnaenyang biasa dipanggil Ujul

(Ananda Omesh). Saat Tata sedang berdebat dengan dosen mengenai pro kontra kegiatan Ospek tadi, dia memerhatikan Tata dari jarak jauh sambil mengagumi Tata yang sangat cantik saat memakai turban. Kemudian saat

Tata sedang memimpin orasi, dia berada dihadapan Tata untuk memotretnya. Ujul beralasan lensa tele dia tertinggal, jadi dia tidak bisa

82Terdapat pada durasi menit ke 00:07:59 dalam film Hijab.

72

memotret dari jarak jauh. Dia juga mengatakan sayang jika dia tidak memotret Tata yang sedang berorasi. Setelah kejadian itu, Ujul pun datang melamar Tata bersama keluarganya.

Selanjutnya, ada suami dari Bia, yaitu Rahmat Nur Hidayat yang biasa dipanggil Mat Nur (Nino Fernandez). Dia merupakan seorang artis sinetron yang banyak sekali penggemarnya. Pertemuan antara Bia dan Mat

Nur pertama kali yaitu ketika Bia membantu Mat Nur untuk menghindari kejaran fans-fans nya. Mat Nur bersembunyi di dalam mobil Bia. Setelah itu, Mat Nur berterima kasih kepada Bia karena telah bersedia membantunya. Mat Nur pun meminta nomor hand phone Bia sebelum dia turun dari mobilnya. Saat itu juga Bia langsung bergegas mencari pulpen dan kertas untuk menulis nomor hand phone miliknya. Sampai pada akhirnya Mat Nur pun datang bersama keluarganya untuk melamar Bia.

Sejak menikah dengan Mat Nur, Bia pun langsung menyandang gelar istri selebritis. Status itu berlaku jika dia sedang berjalan sendiri.

Sedangkan saat dia sedang jalan bareng Mat Nur, status dia pun berubah menjadi tukang foto karena banyak fans dari Mat Nur yang meminta Bia untuk memotret mereka bersama Mat Nur.

Yang terakhir ada Anin (Natasha Rizki). Karena dia belum hadir,

Bia, Sari dan Tata menceritakan bahwa Anin merupakan ratu buku dan penggila Prancis. Dia juga satu-satunya tokoh perempuan yang belum berhijab dan belum menikah. Saat itu, Tata sedang mencari orang untuk membantu temannya, yaitu Oldi Prima yang biasa dipanggil Chaky (Dion

73

Wiyoko) untuk bermain di filmnya. Karena film tersebut akan ditayangkan di Prancis, Anin pun langsung menawarkan dirinya untuk bermain di film tersebut walaupun dia harus rela menjadi seekor kambing di film tersebut.

Karena film nya yang kontroversial, Chaky pun mendapat banyak protes dari beberapa kelompok Islam. Chaky memang dikenal sebagai sutradara yang idealis dan kontroversial karena film-filmnya.

2. Gangguan Terhadap Keseimbangan

Pada bagian ini mulai terjadinya konflik. Konflik bermula dari arisan yang mereka adakan rutin dan bergilir. Saat itu arisan diadakan di rumah Bia. Ketika arisan sedang berlangsung, Gamal mengatakan candaan yang kurang mengenakkan. Sari pun menanyakan alasan Gamal mengatakan hal tersebut. Gamal mengatakan arisan tersebut seperti arisannya para suami karena semua uangnya selalu dari suami. Tata yang tidak senang dengan ucapan itu menjawab dengan pernyataan bahwa sebenarnya alasan mereka tidak bekerja karena mereka mempunyai banyak tanggungan di rumah seperti mengurus anak, mengurus rumah, mengurus suami. Tata pun menambahkan kalau mereka bisa saja mempunyai penghasilan sendiri kalau mereka bekerja.

Gamal : “Nih kalo dipikir-pikir nih ye, ni kayak arisan suami, toh fulus nya dari suami semua. Jangan-jangan semua arisan ibu-ibu kayak gini juga, ya ngga?” Sari : “Maksud kamu ngomong kayak gitu apa sih, Bi?” Gamal : “Oh engga Umi, Ane cuma sebentar doang

74

mikirnye, ya ngga Jul?” Ujul : “Iya si hehehe...” (Tata langsung menatap Ujul) Ujul : (Ujul menambahkan) tergantung hehehe...” Tata : “Emang ya kita keliatannya kaya perempuan pendamping suami. Tapi, asal kalian tau para laki-laki, kalo gua ga ada Faiz juga gua bisa acari duit sendiri. Bia juga, ya kan Bi?” (Suasana hening) Bia : (Mengalihkan pembicaraan) “Eh yuk kita mulai aja yuk” Mereka semua menjawab “ayuk...ayuk..ayuk”.83

Ganbar 3 : Respon Tata Terhadap Ucapan Gamal

Kemudian Tata, Sari, Bia dan Anin berkumpul bersama di sebuah rumah sambil berdiskusi mengenai ketidakbebasan mereka karena faktor masing-masing. Bia merasa seperti asisten pribadinya Mat Nur karena setiap Mat Nur syuting, dia harus selalu mendampinginya. Kemudian Sari pun yang sebelum menikah memang gemar berjualan menjadi seperti tidak bisa melakukan hobinya itu karena aturan dari suami yang melarangnya

83Terdapat pada durasi menit ke 00: 17:56 dalam film Hijab.

75

bekerja. Tata juga merasakan hal yang sama, tidak bisa bekerja karena alasan mengurus Faiz (anaknya) di rumah. Hal inilah yang menyebabkan mereka memutuskan untuk berbisnis hijab tanpa sepengetahuan suami mereka. Dari sinilah gangguan terhadap keseimbangan makin meningkat.

Tata : “Lu tuh ngerasa bosen ga sih hidup di bawah bayang-bayang suami? Ga punya penghasilan sendiri, apa-apa selalu nunggu suami ngasih jatah bulanan”. Bia : “Benerbanget lu Ta. gue juga ngerasain hal yang sama kayak lu. Gue tuh berasa sekarang kayak asisten pribadinya Mat Nur tau ga sih. Tiap Mat Nur syuting gue harus ikut ke lokasi. Ini aja sekarang lagi break, makanya kita bisa ketemuan”. Tata : “Kita bikin usaha apa gitu yuk” Sari : “Eh ayo.. yo.. yo.. yo.. yo.. yo...” Anin : Sar lu kenapa sar? Kesurupan syetan apaanlu? Biasanya dikit-dikit aduh gimana nih gue bisa di garot ama laki gue”. Tata : “Apa gara-gara Gamal ngomongin soal duit arisan kemaren?” Sari : Ya engga, bukan itu. Gue emang berhenti dagang semenjak gue nikah. Dan gue emang enjoy ngeladenin suami gue. Cuma lama-lama gue ngerasa mati gaya tau ga sih loh.Gue ngerasa ga jujur ama diri gue sendiri. Lu berdua ngerasa kaya gitu juga ga sih?” Tata : “Kalo gue si ya lu tau lahgue bukan tipe cewe yang bisa diatur-atur. Dan keputusan gue jadi ibu rumah tangga ya memang karena Faiz masih menyusui”. Bia : “Ya gue si, lu tau sendiri kan namanya bintang sinetron, ga pernah tau kapan di rumah. Makanya gue ngalah untuk ga kerja, kalo gue kerja kapan coba gue ketemu laki gue?” Sari : “Gimana kalo kita bikin usaha yang ga bikin kita repot?” Tata : “Usaha apaanyang kayak gituh?” Sari : “Gimana kalo kita usaha itu? (sambil

76

menunjuk ke Ipad Bia). Anin : “Jualan Ipad?” Sari : “Bukan, lu liat deh apa yang dia gambar”. (Anin mengambil Ipad milik Bia) Anin : “Jualan baju?” Sari : “Bener, kita jualan fashion Hijab”. Bia : “Naaaah...lucu tuh”. Anin : “Tapi jangan cuma hijab, kenapa? Karena hijab itu kan macem-macem modelnya. Dari yang kalian pake aja udah beda-beda. Kenapa ga umum aja? Ada modern, klasik tapi lebih spesifik. Ada batik, sutra, songket. Itu lebih Indonesia banget ga sih?” (Sari, Tata dan Bia pun menyetujui ide dari Anin).84

Gambar 4 : Tata, Bia, Sari dan Anin sedang Berdiskusi

Berbagai upaya serta rencana mereka lakukan untuk memulai bisnis hijab. Bia yang biasanya selalu melihat dan mendampingi saat Mat

Nur syuting diam-diam bertemu dengan penjahit langganannya untuk memberikan sketsa busana hasil rancangannya. Saat ditanya Mat Nur kemana pun Bia manjawab dari toilet. Kemudian Tata secara diam-diam pun menjual kalung perhiasan ibunya untuk dijadikan sebagai modal awal

84Terdapat pada durasi menit ke 00: 19:34 dalam film Hijab.

77

bisnis mereka. Selanjutnya Anin berusaha membujuk ibunya untuk mengundang teman-teman ibunya untuk melihat rancangan busana yang mereka buat. Selain itu, Anin pun berencana untuk bisa meminjam dana dari mereka guna memperlancar rencana mereka dalam memulai bisnis hijab.

Mereka membagi tugas untuk memperluas jangkauan pembeli dari bisnis hijab yang mereka jalankan. Bia bertugas memposting kembali kalimat-kalimat motivasi di insagram miliknya yang sebelumnya dia gunakan saat masih menjadi gadis hidayah. Tata juga bertugas memposting kalimat-kalimat motivasi di twitter miliknya. Sedangkan Sari bertugas menjadi penerima dan penyimpan uang konsumen di ATM miliknya.

Sejak saat itu, mereka menjadi wanita yang selalu bergantung gadget mereka. Saat malam tiba dan suami mereka sudah tidur, mereka menyempatkan waktu untuk saling berkomunikasi untuk membahas bisnis hijab yang mereka jalankan. Kemudian semakin lama, bisnis yang mereka jalankan pun semakin ramai pembeli. Hingga sampai mereka melakukan tugas sebagai ibu rumah tangga sambil mengurus bisnis mereka. Seperti

Sari yang sedang mencuci baju dan memandikan anaknya harus membagi waktunya sambil mengurus bisnis yang mereka jalankan.

78

Gambar 5 : Bia, Sari, Tata dan Anin yang sedang Bermain Gadget

Akhirnya, upaya mereka dalam mengembangkan bisnis mereka mendapat respon dari teman-teman ibunya Anin yang melihat bisnis hijab yang mereka jalankan sangat ramai pembeli. Salah satu teman dari ibu

Anin pun akhirnya memutuskan untuk menaruh modal ke bisnis yang mereka jalankan. Dia pun mendukung niat mereka membuat bisnis hijab adalah untuk membantu suami dalam urusan penghasilan dan tidak ingin selalu merepotkan para suami untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.

3. Kesadaran Terjadi Gangguan

Kesadaran akan terjadinya gangguan bermula dari para suami yang

mulai merasakan bahwa ada perubahan sikap yang dialami istrinya. Saat

itu, para suami yang sedang membakar sosis untuk hidangan arisan saling

bercerita satu sama lain. Sementara para istri yang sedang menyiapkan

hidangan di dapur saling berdiskusi apakah perlu atau tidak izin terlebih

dahulu dalam niat mereka untuk membuka butik hijab. Akhirnya mereka

pun memutuskan untuk tidak memberi tahu suami mereka terlebih dahulu.

79

Kemudian Gamal menanyakan kepada Ujul dan Mat Nur apakah

mereka merasa bahwa ada yang berbeda dari istri mereka. Ujul pun

menjawab pertanyaan Gamal dan membenarkan bahwa ada yang berbeda

dari Tata. Ujul merasa Tata seperti mempunyai dunia sendiri. Gamal pun

begitu, dia merasa Sari menjadi lebih sering pergi keluar rumah, tidak

seperti biasanya. Mat Nur pun kemudian menyadari kalau Bia juga

berbeda dari biasanya. Bia yang biasanya menemani dia syuting menjadi

jarang menemani dia syuting. Dia juga sudah tidak siap sedia

melayaninya di rumah.

Kemudian terjadi perdebatan mengenai persoalan apakah istri boleh bekerja atau tidak. Dalam urusan ini, Chaky tidak mempermasalahkan urusan itu. Chaky yang dalam film tersebut belum menikah mengatakan bahwa laki-laki pun bisa melakukan urusan seperti merawat anak dan membantu istri dalam melakukan pekerjaan rumah.

Gamal yang tidak setuju dengan pernyataan Chaky menjawab dengan menambahkan ayat Al-Quran yang isinya mengenai laki-laki yang merupakan pemimpin bagi perempuan. Oleh karena itu, Gamal tetap pada keyakinannya bahwa istri dilarang bekerja karena urusan mencari nafkah merupakan tanggungjawab dan kewajiban dari suami. Dia juga tidak rela kalau istrinya bekerja dan pendapatannya bisa melebihi pendapatannya.

Gamal : “Ane ngasih tau nih ye, hati-hati dengan perempuan yang punya pemikiran sendiri. Kite sebagai suami harus kasih perhatian yang lebih”. Chaky : “Maksud lu makin dikekang gituh?” Gamal : “Eh, laki-laki itu pemimpin buat wanita.

80

„Arrijalu Qawamuna „Alannisa‟. Kita harus ngontrol mereka. Inget ye, wanita itu berasal dari tulang rusuk laki-laki yang bengkok. Nah... kalo lu lurusin nanti patah, hati-hati ente” Chaky : “Aaah, engga..engga.. gua ga setuju ama lo.Cowo sama cewe punya tanggungjawabnya masing-masing. Selain hamil, mens, menyusui, cewe sama cowo punya hak yang sama” Gamal : La..la..la.. perempuan itu sumber fitnah. Makanya kalo kemana-mana harus didampingin muhrim, ya kalo engga suaminya, ayahnya, kakak kandungnya, gituh. Ujul : “Kok lu berdua malah jadi pengajian si? Lagianelu Chak, lu kan belom married, jadi belom tau pengalamannya kayak gimana”. Chaky : Pokoknya gua ga setuju ama lo (sambil menunjuk ke arah Gamal)” Ujul : “Gua sih ya kalo masalah Tata, Tata kerja gua gapapa. Tapi disini masalahnya Faiz. Kalo Tata kerja, siapa yang jagain Faiz?” Chaky : “Ya kan bisa gantian ama lu bos. Cowo juga bisa ngurusin anak, ye kan?” Ujul : “Iya sih, iya..iya” Gamal : (melambaikan tangannya sebagai bentuk ketidaksetujuan) “Kalo ane nih ye, istri dilarang bekerja, haram! Emang ente pada rela apa penghasilan istri lebih gede daripada suami?” Ujul : “Kalo gua sih engga hehehe..” Chaky : “Lu setuju?” Ujul : “Gua si setuju amalu” Gamal : “Ente ga setuju? Ujul : “Gua tergantung keadaannya” (Kemudian Sari memanggil mereka untuk memulai arisan).85

85Terdapat pada durasi menit ke 00: 34:12 dalam film Hijab.

81

Gambar 6 : Debat Antara Chaky dan Gamal

Kemudian Sari, Tata dan Bia melanjutkan kebiasaan mereka ketika para suami mereka telah tertidur. Sari dan Tata berkomunikasi untuk membahas urusan bisnis hijab mereka. Sedangkan Bia membuka komputernya untuk membuat desain terbaru untuk bisnis mereka. Tata pun mengakhiri komunikasi dengan Sari karena Ujul terbangun dan mengigau.

Bia juga sama, dia ketahuan Mat Nur sedang bermain komputer. Begitu juga dengan Sari yang ketahuan Gamal sedang bermain handphone.

Keesokan harinya, Sari menceritakan kejadian semalam yang menimpanya karena ketahuan suaminya sedang bermain handphone malam-malam. Dia pun berkata bohong dengan mengatakan sedang mencari doa tahajud di Google. Sedangkan Bia yang ketahuan Mat Nur sedang membuat desain busana di komputer mengatakan bahwa bisnis tersebut merupakan bisnis Anin yang didanai oleh Ayah Anin.

Setelah itu, mereka berunding untuk membahas nama dari bisnis yang mereka jalankan. Akhirnya mereka memilih nama Meccanism karena mereka ingin menjadikan busana rancangan mereka menjadi kiblat fashion

82

dunia seperti halnya kota Mekkah yang menjadi kiblat umat muslim di dunia.

Kemudian tiba hari peresmian butik yang mereka miliki. Di sinilah mereka mulai cemas karena takut suami mereka mengetahui bahwa butik itu sebenarnya milik mereka. Seperti Bia yang baru sampai di lokasi dan ditanyakan oleh ibunya apakah Mat Nur sudah mengetahui kalau Bia mempunyai bisnis sampingan? Kemudian ada Ujul yang mengomentari foto di brosur yang kurang bagus sehingga orang tua Tata keheranan dan bertanya karena ternyata bukan Ujul yang mengambil foto tersebut. Lalu ada Sari yang belum sampai di lokasi, tetapi ditanya oleh Gamal di dalam mobil. Dia pun menjawab itu merupakan butik Anin yang didanai oleh ayahnya.

Setelah butik diresmikan, butik mereka pun semakin ramai pembeli. Sehingga Bia, Tata, Anin dan Sari menjadi sangat sibuk dengan hand phone nya masing-masing. Mereka bermain hand phone karena sedang melayani pembeli. Bia yang biasanya fokus melihat suaminya syuting menjadi tak memperhatikan suaminya lagi. Tata pun menyempatkan dirinya untuk bermain handphone di selah-selah mengurus

Faiz (anaknya). Anin juga menjadi tidak fokus saat diajak berbicara dengan Chaky dan Sari juga menyempatkan waktunya untuk bermain hand phone di selah-selah waktunya mencuci baju dan memandikan anaknya.

Kemudian mulailah terjadi konflik demi konflik dalam rumah

83

tangga mereka masing-masing. Ujul yang tidak suka karena Tata telah melunasi tagihan mobil dan cicilan rumah selama 3 bulan ke depan. Dia merasa masih menjadi fotografer profesional yang masih sanggup membiayai keluarganya.

Ujul : “Aku tuh masih fotografer ya, masih kecatet, belum jadi tukang foto kawinan” Tata : “Yang bilang kamu tukang foto kawinan siapa?” Ujul : Itu mereka nya aja yang goblok. Mereka nya ga ngerti seni, ga ngerti estetik. Mereka itu kejebak dalam kemapanan, hah ngerti ga sih kamu?” Tata : “Kamu ngomong apaan sih? Aku kan cuma ngeringanin beban kamu aja” Ujul : “Naaah itu.. itu!” (sambil menunjuk ke arah Tata) Tata : “Itu apah?” Ujul : “Ya ituh!!!” (dengan nada keras).86

Gambar 7 : Penjelasan Tata kepada Ujul

Mat Nur pun tidak suka karena Bia telah membayar semua tagihan telpon dan kartu kredit. Dia juga merasa sinetron yang dia mainkan masih menjadi top 20 di televisi-televisi swasta.

86Terdapat pada durasi menit ke 00: 57:46 dalam film Hijab.

84

Mat Nur : “Rating Kerdus (Kerudung Dusta) itu masih bagus ya sayang. Top 20 di tv-tv swasta. Aku itu belum dibuang dari industri”. Bia : “Aku cuma mau bikin surprise aja ke kamu”. Mat Nur : “Surprise?” Bia : “Iya”. Mat Nur : “Kamu udah berhasil bikin aku surprise. Waw..waw..”. Bia : “Emang salah ya kalo istri mau coba meringankan beban suami? Hah? Salah?”87

Gambar 8 : Penjelasan Bia Kepada Mat Nur

Begitu juga dengan Gamal yang sangat marah karena Sari telah membelikan sebuah jas mahal untuknya. Saat ditanya Sari mendapatkan uang dari mana, Sari pun berbohong dengan mengatakan itu merupakan uang dari ibunya yang dia pinjam. Gamal pun semakin marah dengan pernyataan Sari seperti itu.

87Terdapat pada durasi menit ke 00: 58:08 dalam film Hijab.

85

Gambar 9 : Kemarahan Gamal Kepada Sari

Tak hanya itu, Mat Nur, Ujul dan Chaky juga mengalami masalah pada kerjaannya. Mat Nur yang sudah tidak bermain sinetron lagi karena sinetron yang dimainkannya sudah tidak tayang lagi. Chaky pun seperti biasanya, mendapat protes karena video klip yang dia buat untuk tim rohis sangat bertentangan.

Berbeda dengan Gamal yang pergi dari rumah karena Sari telah membohonginya. Saat itu ada seseorang yang datang ke rumahnya untuk menemui Sari dan kebetulan Gamal yang menerima tamu itu. Tamu itu mengatakan bahwa dia ingin memakai kamar kosong miliknya untuk ditempati untuk adik istrinya karena dia diterima kuliah di Jakarta. Gamal pun kaget melihat barang-barang Sari yang dia simpan di kamar tersebut.

Karena kejadian itu, Gamal pun pergi dari rumah.

Setelah beberapa hari pergi meninggalkan rumah, Gamal pun akhirnya kembali pulang ke rumah. Saat itu, rumah Sari ramai karena kedatangan Abi kandung Gamal dan Guru nya Gamal. Gamal pun terkejut

86

saat melihat ada Abi dan Gurunya berada di rumahnya.

Setelah Gamal pulang, giliran Ujul dan Mat Nur yang tidak pulang.

Mat Nur tidak mau pulang karena malu telah terlihat Anin dan Bia sedang menjadi pemeran pocong dalam syuting yang dia mainkan. Begitu juga

Ujul yang malu karena ada seseorang yang menyebarkan video yang memalukannya di Path.

4. Upaya Untuk Memperbaiki Gangguan

Pada tahap ini, masing-masing tokoh melakukan upaya berbeda untuk memperbaiki gangguan yang terjadi di dalam keluarganya. Upaya yang dilakukan Bia dan Tata yaitu pergi mengunjungi Sari di rumahnya.

Awalnya Sari menolak untuk menemui mereka. Sari yang ingin memperbaiki keadaan rumah tangganya akhirnya memutuskan untuk berhenti dari Meccanism. Sari beranggapan bahwa memang wanita itu tidak boleh bekerja karena memang sudah takdirnya wanita itu harus di rumah, melayani suami dan mengurus rumah. Mendengar pernyataan Sari seperti itu Tata dan Bia pulang ke rumahnya masing-masing.

Sari : “Ta, Bi, plis, jangan ke sini dulu ya.” Bia : “Sar, lu kenapa sih? Buka..buka..buka pintunya Sar”. Sari : “Ta, Bi, plis cukup! Gue ga mau ngancurin rumah tangga gue. Gue udah mutusin buat keluar dari Meccanism”. Tata : “Lu ngomong apa si Sar? Butik ini kan ide lo. Butik lo butik kita. Kalo lo keluar ya gue juga keluar”. Bia : “Sar lu tau ga sih Mat Nur juga ga pulang!

87

Tata : “Ujul juga Sar!” (sambil mengetok-ngetok pintu Sari) Bia : “Ga lu doang yang ditinggal suami. Ayo dong kita ngomong dulu Sar”. (Akhirnya Sari pun mau membukakan pintu untuk mereka) Sari : “Gamal udah pulang. Gue tau ini emang ide gue buat bikin usaha. Gue boong sama suami, gue sadar itu salah tapi gue tetep ngejalaninnya. Tapi sekarang gue udah tobat. Jadi kalo laki lo pada mau balik, lu berdua harus tobat. Tutup tuh butik! Itu biangnya dosa tau ga lo? Ketentuan kita sebagai istri itu ya di rumah, ngerawat anak, ngelayani suami, itu ketetapannya. Kalo kita ngelanggar ya jelas aja semua ga ada yang berkah. Kita tuh semua make jilbab, harusnya kita semua tau bagaimana bersikap sesuai dengan syariat Islam, ngerti lo?”.88

Gambar 10 : Sari yang Ingin Keluar dari Meccanism

Sepulangnya dari rumah Sari, Tata dan Bia menuju ke rumah sakit.

Akibat Tata terlalu sibuk mengurusi bisnis hijabnya, Faiz (anaknya) menjadi kurang diperhatikan. Faiz pun harus terbaring di rumah sakit untuk mendapatkan perawatan.

Di sisi lain, ada Mat Nur yang sedang mengobrol dengan tukang

88Terdapat pada durasi menit ke 01: 09 :09 dalam film Hijab.

88

parkir kenalannya. Dari sini lah Mat Nur sadar bahwa tindakannya untuk pergi dari rumah meninggalkan Bia itu salah. Berikut adalah perkataan tukang parkir yang membuat Mat Nur sadar akan kesalahannya.

Tukang Parkir : “Aye ini tipe suami yang selalu ngalah ama bini. Tapi, aye selalu ngedoain bini aye biar jadi perempuan yang sholehah. Duit hasil markir aye kumpulin buat beli jilbab di toko istri bos. Besoknya bos, itu jilbab dia pake kemana mana. Temen- temennya bilang dia lebih cantik kalo pake jilbab. Sejak ntu bos, dia kaga mao lepas tuh jilbab. Dia pake kemana-mana.. tiap hari. Aye jadi semangat cari duit. Itu makanya bos, aye ke sini, di sini mau ngucapin terima kasih ama bos”.89

Gambar 11 : Perkataan Tukang Parkir yang Menyadarkan Mat Nur

5. Pemulihan Menuju Keseimbangan

Bagian ini merupakan bagian akhir yang dialami para tokoh setelah upaya yang mereka lakukan dalam menghadapi gangguan yang terjadi dalam keluarganya. Bagian ini juga kondisi menjadi stabil kembali setelah para tokoh akhirnya menyadari kesalahannya masing-masing dan mencoba

89Terdapat pada durasi menit ke 01: 25:50 dalam film Hijab.

89

memperbaiki kesalahannya tersebut.

Bagian ini dimulai dari Bia yang sudah merasa frustasi karena Mat

Nur tak kunjung pulang memutuskan untuk berhenti dari Meccanism.

Tetapi, Mat Nur datang dan langsung mencegahnya dengan mengatakan

dia tidak rela kalau Bia harus keluar dari Meccanism. Dia pun mengatakan

alasan dia pergi dari rumah adalah karena dia merasa khawatir dengan

kondisi kalau Bia punya penghasilan sendiri. Dia tidak ingin nanti Bia

meninggalkan dirinya kalau sudah kaya raya. Kemudian datang Ujul

dengan mengatakan kesiapannya menjadi fotografer di Meccanism. Lalu

datang Chaky dengan mengatakan kesiapannya membuatkan video iklan

untuk Meccanism.

Gambar 12 : Mat Nur, Ujul dan Chaky yang Siap Membantu Meccanism

Kemudian datang Gamal datang ke butik Meccanism bersama Sari.

Dia datang di saat yang tepat karena saat itu pajak dari Meccanism belum

di bayar selama dua bulan. Akhirnya Gamal bersedia membantu untuk

mengurus segala persyaratan pembayaran pajak dari Meccanism karena

90

dia juga baru saja diangkat sebagai Kepala Kantor Pajak Jakarta Selatan.

Sari yang bertemu kembali dengan teman-temannya hanya diizinkan untuk

mampir ke butik Meccanism karena Gamal tetap pada pendiriannya, yaitu

melarang Sari untuk bekerja. Akhirnya mereka pun saling bahu membahu

untuk menjalankan dan mengembangkan Meccanism.

Gambar 13 : Keinginan Gamal yang Ingin Tetap Bersilaturahmi

B. Analisis Konsep Gender pada Film Hijab dalam Perspektif Islam

Setelah melakukan analisis narasi model Tvzetan Todorov, maka

di sini penulis akan mengaitkan konsep gender pada film Hijab dalam

perspektif Islam.

Di dalam film Hijab, pembahasan yang dibahas lebih dominan

mengenai persoalan antara suami dan istri. Jadi, konsep gender pada film

Hijab merupakan konsep antara suami dan istri. Konsep tersebut lebih

kepada persoalan mengenai istri yang ingin bekerja untuk membantu

meringankan beban suaminya serta untuk memenuhi kebutuhan hidupnya

91

tanpa harus selalu menunggu suami mengasih jatah bulanan setiap

bulannya.

Dulu ketika wanita bekerja itu dianggap sebagai sesuatu yang tabu. Tapi sekarang realitanya memang banyak banget wanita yang bekerja dan dia menjadi tulang punggung keluarga. Dan gimana cara film Hijab menyikapi itu? Disini kita punya 4 karakter dan memang masing-masing karakter ini, suami mereka memperlakukan mereka berbeda-beda. Ada Bia, yang suaminya seorang artis sinetron yang tidak membatasi ketika dia berkarier. Tapi ketika Bia menjadi lebih sukses dari suaminya yaitu Mat Nur, maka Mat Nur pun merasa terancam. Begitu pula semua laki-laki yang ada di film ini, semua merasa terancam. Tapi memang penilaiannya berbeda dari masing-masing tokoh dan itu memang yang ada di masyarakat. Dan memang yang kita tampilkan disini dari 4 karakter, satu karakter menolak wanita bekerja dan tiga lainnya membolehkan wanita bekerja.90

Di dalam Al-Qur‟an dan hadits, memang tidak ditemukan larangan

yang tegas mengenai perempuan yang dilarang bekerja di luar rumah

selama pekejaan itu halal, dilakukan dalam suasana terhormat, mencegah

hal-hal yang menimbulkan kemudharatan serta yang penting yaitu

mendapat izin dari suaminya.

Pada Film Hijab, permasalahan terjadi karena perbedaan yang

terjadi antara keinginan suami yang ingin istrinya tetap di rumah untuk

mengurus urusan rumah tangga dan keinginan istri yang ingin bekerja

untuk membantu meringankan beban suami dan memenuhi kebutuhannya

sendiri tanpa harus selalu menunggu suami mengasih jatah bulanan.

Berawal dari ketidaknyamanan Tata, Bia dan Sari yang sudah tidak

bisa lagi mengekspresikan dirinya sendiri karena sudah menikah. Mereka

yang sebelum menikah mempunyai kegiatan masing-masing seperti Bia

90Hasil Wawancara pribadi dengan Haikal Kamil.

92

yang sebelumnya dikenal sebagai ratu hidayah dan merancang sendiri

setiap pakaian yang ia kenakan, Sari yang dikenal sebagai ratu bisnis dan

Tata yang saat masih di bangku perkuliahan merupakan ketua senat di

kampusnya. Akhirnya, mereka memutuskan untuk membuka usaha hijab

online. Sayangnya, upaya mereka dengan membuka usaha hijab online

dilakukan secara diam-diam tanpa sepengetahuan suami mereka. Hal

inilah yang menimbulkan konflik diantara keluarga mereka.

Niat mereka membuka usaha hijab ini juga selain untuk memenuhi kebutuhannya, juga untuk meringankan beban suami mereka. Sebenarnya sah-sah saja jika wanita bekerja dan membantu suami untuk mencari nafkah asalkan sudah diizinkan oleh suami dan hak-hak suami sudah mereka penuhi. Karena izin dari suami merupakan hal terpenting guna terhindar dari dosa. Jika apa yang dilakukan istri tidak diizinkan oleh suami, maka semua yang dilakukan menjadi sia-sia. Bahkan jika istri ingin berpuasa sunnah di rumah saja jika tidak diizinkan suami maka tidak boleh dilakukan. Oleh karena itu, tidak ada larangan untuk wanita bekerja di luar rumah sama seperti laki-laki. Semua itu tergantung dari izin suami, apakah mengizinkan dia untuk bekerja di luar rumah atau tidak. Hanya saja memang cara yang mereka pakai salah. Niat baik mereka untuk membantu suami pun menjadi dosa karena mereka tidak terlebih dahulu izin kepada suami mereka. Bagaimana pun juga izin dari suami merupakan ketentuan yang harus dilakukan istri guna memperlancar semua urusannya dan menjadikan apa yang dia lakukan sebagai ibadah.

93

Padahal sudah jelas bahwa dalam hadits yang telah penulis

jelaskan pada bab 2 yang berbunyi : "Wanita manapun yang meninggal

dan suaminya dalam keadaan ridha (kepadanya), niscaya dia masuk

surga" (H.R.Tirmidzi). Hadits ini menjelaskan tentang pentingnya

keridhaan suami kepada istrinya. Begitu pun pada film Hijab ini, apa

yang dilakukan Tata, Bia dan Sari yang membuka usaha hijab online

secara diam-diam tanpa sepengetahuan suaminya merupakan tindakan

yang salah. Niat mereka memang baik, yaitu untuk membantu

meringankan beban suami, tetapi jika niat dan rencana itu dilakukan tanpa

izin suami, maka akan sia-sia saja dan hal itu tidak mendatangkan

keberkahan serta pahala.

Gambar 14 : Kekhawatiran Para Istri Jika Jujur Pada Suami Mereka Tentang

Bisnis yang Sedang Mereka Jalankan

Selain itu, apa yang dilakukan Tata, Bia dan Sari merupakan

bentuk kebangkangan yang terjadi antara istri kepada suaminya. Disebut

kebangkangan karena mereka tidak melakukan izin terlebih dahulu kepada

suami mereka tentang usaha hijab online mereka. Dalam sebuah hadits

94

yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah yaitu apabila istri nusyuz, maka tidak diperbolehkan memukul bagian muka dan tidak boleh mendiamkannya

(tidak mengajak bicara) kecuali di dalam rumah saja. Dan tidak boleh berkata jelek kepada istri, seperti perkataan : “Semoga Allah memberikan kejelekan kepadamu. Dalam hal ini, masing-masing suami mereka memberikan pelajaran yang sama kepada mereka, yaitu pergi dari rumah meninggalkan istri mereka. Hanya saja, cara yang dilakukan mereka tidak benar karena sebaiknya hanya mendiamkan istri di rumah saja, tidak sampai ditinggal sendiri di rumah. Karena bagaimanapun suami harus tetap bersikap baik kepada istrinya dan harus sabar dalam mendidik dan memberinya pelajaran tentang pemahaman-pemahaman agama yang belum diketahui oleh istri.

Gambar 15 : Kepulangan Gamal yang Disambut Pihak Keluarga

Beberapa faktor yang seharusnya diperhatikan oleh para suami di film Hijab bahwa tugas suami tidak hanya memberikan nafkah kepada keluarganya, melainkan harus melakukan beberapa hal lain seperti :

95

1. Memberikan wasiat kepada istrinya. Yakni memberikan

perintah, peringatan, serta ucapan yang membahagiakan sang

istri.

2. Memberikan nafkah kepada istri sesuai dengan kadar

kemampuan, usaha, serta kekuatan fisiknya.

3. Menahan diri dengan penuh kesabaran atas perbuatan istri yang

menyakitkan hati.

4. Memberikan kebahagiaan kepada istri, yakni memenuhi apa

yang menjadi keinginannya dengan penuh kebijakan.

5. Membimbing sang istri meniti jalan yang baik. Di dalam kitab,

Raudhatur Rahib Syekh Ar Ramli menegaskan: “seorang

suami tidak diperbolehkan memukul istri karena meninggalkan

shalat”. Jadi, apabila seorang istri meninggalkan shalat, maka

sebaiknya sang suami menasehatkan agar dia mau mengerjakan

shalat dengan baik.

6. Memberikan kebijakan dan pengajaran kepada istri tentang

kebutuhan-kebutuhan dalam melaksanakan agama.

7. Memberikan penyidikan tentang akhlakul karimah kepada

seluruh anggota keluarga. Sebab, manusia yang sangat berat

siksanya di hari kiamat nati adalah orang, dimana keluarganya

bodoh dalam permasalahan agama.

Untuk urusan nomor 2, para suami telah melakukan kewajibannya sebagai seorang suami, yaitu memberikan nafkah untuk keluarganya.

96

Hanya Gamal saja yang memberikan pengertian tentang larangan istri bekerja karena menurutnya, seorang perempuan apabila keluar harus ditemani oleh mahramnya karena rentan terjadi fitnah. Selain itu, dia juga tidak rela kalau istrinya bekerja kemudian bisa mengalahkan penghasilannya. Hal inilah yang menjadi penyebab Sari sangat takut mengatakan ke Gamal kalau dia dan teman-temannya mempunyai usaha hijab online.

Gambar 16 : Pernyataan Gamal Tentang Istri yang Ingin Bekerja

Beberapa ketimpangan yang sebenarnya terjadi pada film Hijab yaitu pada faktor gender dan subordinasi. Hal ini terjadi pada Sari yang dilarang Gamal bekerja karena menurut keyakinan dia, tugas istri yaitu di dalam rumah, menjaga anak, melayani suami dan lain-lain. Sari yang sebelumnya dikenal sebagai ratu bisnis terpaksa harus rela statusnya berubah menjadi ibu rumah tangga karena aturan dari Gamal. Berbeda dengan Tata yang terpaksa menjadi ibu rumah tangga karena anaknya,

Faiz masih membutuhkan asupan ASI sehingga dia harus mengalah untuk tidak bekerja demi merawat anaknya di rumah. Sedangkan Bia, dia merasa

97

justru seperti asistem pribadinya Mat Nur karena setiap Mat Nur syuting,

dia harus ikut menemani.

Apa yang dilakukan oleh Tata, Bia dan Sari sebenarnya sudah

benar. Apalagi pekerjaan seorang istri di rumah suaminya bukanlah

merupakan suatu kewajiban, akan tetapi sunah dan shodaqoh kepada

suami dan anak-anaknya. Ketimpangan di sini maksudnya karena Tata,

Bia dan Sari merasa tidak nyaman dengan perannya yang hanya sebagai

ibu rumah tangga saja. Karena memang keadaan mereka yang sebelum

menikah mempunyai kesibukan masing-masing. Seharusnya Gamal, Mat

Nur dan Ujul pun harus lebih memperhatikan lagi keadaan yang dialami

oleh istrinya. Mereka harus mendengarkan segala keluhan yang dirasakan

istrinya agar istri mereka tidak melakukan perbuatan secara diam-diam

lagi. Misalnya seperti pembagian peran dalam keluarga yang sangat

diperlukan dalam rangka membagi tanggung jawab antara anggota

keluarga untuk memenuhi kebutuhan bersama yang saling

menguntungkan.

Gambar 17 : Bia Sedang Menemani Mat Nur Sambil Membalas Chat Pembeli

98

Secara umum, Islam memandang laki-laki dan wanita dalam posisi

yang sama, tanpa ada perbedaan. Masing-masing adalah ciptaan Allah

yang dibebani dengan tanggungjawab melaksanakan ibadah kepada-Nya,

menunaikan titah-titah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Hampir

seluruh syariat Islam dan hukum-hukumnya berlaku untuk kaum Adam

dan kaum Hawa secara seimbang. Begitu pun dengan janji pahala dan

ancaman siksaan. Tidak dibedakan satu dengan yang lainnya. Masing-

masing dari mereka memiliki kewajiban dan hak yang sama dihadapan

Allah sebagai hamba-hamba-Nya. Berikut adalah petikan ayat al Qur`an

yang menjelaskan tentang pandangan Islam dalam hal ini :

“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baikdan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan” (QS. An-Nahl : 97).

Ini merupakan janji dari Allah SWT. bagi orang yang mengerjakan amal shalih, yaitu baik laki-laki maupun perempuan yang hatinya beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Amal yang diperintahkan itu telah disyari‟atkan dari sisi Allah, yaitu Dia akan memberinya kehidupan yang

99

baik di dunia dan akan memberikan balasan di akhirat kelak dengan balasan yang lebih baik daripada amalnya. Kehidupan yang baik itu mencakup seluruh bentuk ketenangan, bagaimanapun wujudnya.

Dari ayat di atas, jelaslah bahwa tidak ada perbedaan antara laki- laki dan perempuan. Jika mereka mengerjakan kebaikan dalam keadaan beriman kepada Allah, maka Allah pun akan mengganjarnya dengan pahala yang berlipat ganda. Sama halnya dengan kehidupan antara suami dan istri, tidak ada larangan bagi istri untuk melakukan perbuatan yang baik untuk dirinya. Asalkan itu bisa bermanfaat untuk dirinya dan untuk keluarga. Terutama dalam soal bekerja. Jadi, tidak ada diskriminasi, subordinasi, stereo type dan kekerasan dalam Islam soal urusan pekerjaan antara laki-laki dan perempuan. Semua diberikan kesamaan dan diberi kesempatan untuk berlomba-lomba mengumpulkan kebaikan sebanyak- banyaknya.

Namun demikian, bukan berarti kaum laki-laki dan wanita menjadi sama dan setara dalam segala hal. Menyetarakan keduanya dalam semua peran, kedudukan, status sosial, pekerjaan, jenis kewajiban dan hak sama dengan melanggar kodrat. Karena, kenyataan yang tidak dapat dipungkiri bahwa antara laki-laki dan wanita terdapat perbedaan-perbedaan mendasar, hingga jika kita melihat keduanya dengan kasat mata sekalipun.

Secara biologis dan kemampuan fisik, laki-laki dan perempuan jelas berbeda. Begitu pun dari sisi sifat, pemikiran-akal, kecenderungan, emosi dan potensi masing-masing juga berbeda.

Apalagi wanita dengan tabiatnya melakukan proses reproduksi,

100

mengandung, melahirkan, menyusui, menstruasi, sementara laki-laki tidak.

Adalah tidak adil jika kita kemudian memaksakan suatu peran yang tidak sesuai dengan tabiat dan kecenderungan dasar dari masing-masing jenis tersebut. Dalam Al-Qur‟an Surat An-Nisa„ ayat 34 :

Artinya: “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka.

Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi

Maha Besar” (an-Nisa‟: 34).

101

Pada ayat tersebut jelaslah pembagian tugas antara suami dan istri, suami sebagai penanggung jawab, pelindung dan pemimpin bagi istri.

Dijelaskan pula di sini karena suami memiliki kelebihan dan memberi nafkah, maka kewajiban istri adalah taat dan menjaga diri dan rumah tangga suaminya serta memimpin anak-anaknya.

Oleh karena itu, yang digambarkan di film Hijab merupakan contoh yang real berupa kehidupan rumah tangga sehari-hari dimana istri merasa kurang dengan apa yang telah diberikan suaminya dan ingin mencari pekerjaan juga guna membantu suami agar kebutuhan rumah tangga mereka terpenuhi. Selain itu, kesombongan para suami yang merasa bahwa mereka yang mencari nafkah, mereka lah yang menentukan semua urusan. Pada film ini juga dijelaskan apa saja akibat yang harus diterima karena melakukan sesuatu tanpa seizin suami. Oleh karena itu, sebenarnya pada film ini bisa dijadikan bahan evaluasi masing-masing untuk para istri maupun para suami.

Jika kita mengetahui hak-hak dan kewajiban masing-masing, maka keadaan rumah tangga menjadi harmonis. Tetapi jika ada hak ataupun kewajiban yang belum terpenuhi, maka kehidupan rumah tangga menjadi tidak beres. Banyak yang disembunyikan karena merasa tidak enak untuk mengungkapkannya. Karena itu, komitmen sangatlah perlu untuk saling terbuka dalam hal apa pun guna menciptakan keadaan rumah tangga yang harmonis.

102

C. Interpretasi

Berdasarkan hasil temuan dan analisis narasi yang telah dilakukan

oleh penulis berdasarkan film Hijab dan dengan wawancara sutradara film

Hijab. Maka penulis melihat terdapat nilai–nilai yang terdapat dalam film

Hijab.

Konsep gender pada film Hijab bermula pada kondisi

keseimbangan yang terjadi pada masing-masing keluarga, yaitu keluarga

Sari-Gamal, keluarga Tata-Ujul dan keluarga Bia-Mat Nur. Semua

berjalan baik-baik saja karena masing-masing masih menjalankan

perannya dengan baik di keluarga. Kemudian mulai terjadi gangguan saat

para istri ingin membuka usaha sendiri tanpa sepengetahuan suami.

Apalagi usaha yang mereka jalankan berjalan lancar dan sukses.

Kemudian sadar terjadinya gangguan karena para suami mengetahui

perubahan yang terjadi pada istri mereka. Gamal yang pertama menyadari

perubahan pada Sari, yaitu Sari yang lebih sering pergi keluar rumah.

Kemudian Ujul yang merasa Tata mempunyai dunianya sendiri, asyik

sendiri. Lalu Bia yang biasanya selalu menemani dan sigap untuk

melayani Mat Nur ketika syuting menjadi tidak fokus dan tidak sigap lagi

melayani Mat Nur. Konflik mulai muncul saat para suami akhirnya

mengetahui bahwa istri mereka mempunyai bisnis Hijab yang mereka

jalankan tanpa sepengetauan mereka. Akhirnya Gamal pergi dari rumah

dan tidak pulang selama 3 hari. Ujul dan Mat Nur pun melakukan hal yang

sama. Kemudian pada tahap upaya untuk memperbaiki gangguan dimulai

103

dari kepulangan Gamal ke rumahnya, di mana orang tua Sari dan orang tua

Gamal kebetulan berada di rumah Gamal untuk menegok keadaan Sari yang ditinggal Gamal. Lalu Mat Nur dan Ujul pun datang ke kantor Bia dan Tata. Mereka mengatakan siap membantu usaha istri mereka agar lebih sukses lagi. Dan keadaan kembali ke kondisi seimbang.

Kemudian konsep gender yang digambarkan pada film Hijab dalam perspektif Islam merupakan fakta yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari. Istri yang merasa jenuh selalu berada di rumah dan tidak bisa mengeksplor dirinya merasa ingin berbuat sesuatu dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, Tata, Bia dan Sari tidak ingin selalu menunggu suami memberi jatah bulanan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Hingga akhirnya mereka memutuskan untuk membuat usaha hijab secara diam-diam tanpa sepengetahuan suami mereka. Dalam Islam sebenarnya tidak ada larangan istri untuk tidak boleh bekerja, asalkan pekerjaan tersebut halal dan dia pun mendapat izin dari suami mereka. Hanya saja pada film Hijab ini, apa yang para istri lakukan bisa dibilang salah karena mereka membuka usaha hijab tanpa sepengetahuan suami mereka. Niat mereka baik, yaitu untuk meringankan beban suami, tetapi hal ini menjadi dianggap salah karena izin yang belum mereka dapatkan dari suami mereka. Akhirnya para suami merasa terancam dan marah karena merasa dirinya masih mampu untuk membiayai keluarganya. Hal inilah yang menjadi konsekuensi yang harus diterima para istri karea perbuatan yang mereka lakukan. Oleh karena itu, masing-masing dari suami dan istri

104

seharusnya bisa saling memahami dan mengerti keadaan pasangannya.

Karena pasti masing-masing diantara mereka mempunyai kebutuhan yang diinginkan. Dan satu lagi yang perlu ditekankan yaitu tentang izin suami.

Karena bagaimana pun juga izin suami merupakan ketentuan yang harus dilakukan istri setiap dia ingin melakukan suatu tindakan. Selama suami tidak merestui, maka yang dilakukan akan sia-sia dan kita bisa lihat contoh yang ada di film Hijab yaitu usaha hijab yang dilakukan para istri mendapat banyak konflik karena dari awal mereka sudah tidak jujur dengan pasangan mereka masing-masing.

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan Konsep Narasi Todorov yaitu konsep keseimbangan, terjadinya gangguan, kesadaran terjadinya gangguan, upaya memperbaiki gangguan dan kondisi kembali seimbang merupakan konsep yang menjabarkan konsep gender pada film

Hijab. Konsep gender pada film Hijab bermula pada kondisi keseimbangan yang terjadi pada masing-masing keluarga, yaitu keluarga Sari-Gamal, keluarga Tata-

Ujul dan keluarga Bia-Mat Nur. Semua berjalan baik-baik saja karena masing- masing masih menjalankan perannya dengan baik di keluarga. Kemudian mulai terjadi gangguan saat para istri ingin membuka usaha sendiri tanpa sepengetahuan suami. Apalagi usaha yang mereka jalankan berjalan lancar dan sukses. Kemudian sadar terjadinya gangguan karena para suami mengetahui perubahan yang terjadi pada istri mereka. Gamal yang pertama menyadari perubahan pada Sari, yaitu Sari yang lebih sering pergi keluar rumah. Kemudian Ujul yang merasa Tata mempunyai dunianya sendiri, asyik sendiri. Lalu Bia yang biasanya selalu menemani dan sigap untuk melayani Mat Nur ketika syuting menjadi tidak fokus dan tidak sigap lagi melayani Mat Nur. Konflik mulai muncul saat para suami akhirnya mengetahui bahwa istri mereka mempunyai bisnis Hijab yang mereka jalankan tanpa sepengetauan mereka. Akhirnya Gamal pergi dari rumah dan tidak pulang selama 3 hari. Ujul dan Mat Nur pun melakukan hal yang sama. Kemudian pada tahap upaya untuk memperbaiki gangguan dimulai dari kepulangan Gamal ke rumahnya, di mana orang tua Sari dan orang tua Gamal kebetulan berada di

105 106

rumah Gamal untuk menegok keadaan Sari yang ditinggal Gamal. Lalu Mat Nur dan Ujul yang datang ke kantor Bia dan Tata. Mereka mengatakan siap membantu usaha istri mereka agar lebih sukses lagi.

Dengan menjabarkan dan mengklasifikasikan adegan-adegan di film Hijab dengan konsep Narasi Todorov, memudahkan untuk menganalisis dan mengaitkannya ke dalam perspektif Islam. Konsep gender yang dibahas pada film

Hijab adalah mengenai para istri yang membuka usaha Hijab tanpa sepengetahuan suaminya. Dalam perspektif Islam, apa yang telah dilakukan oleh Tata, Bia dan

Sari merupakan bentuk kebangkangan yang mereka lakukan kepada suami mereka. Karena seharusnya, mereka meminta izin kepada suami mereka untuk membuka usaha hijab online. Izin dari suami sangatlah penting agar apa yang mereka lakukan juga bisa mendatangkan pahala untuk mereka. Kemudian Gamal,

Mat Nur dan Ujul pun memberikan pelajaran berupa pergi meninggalkan rumah.

Hal ini sudah benar, hanya saja sebaiknya tidak harus sampai meninggalkan rumah, cukup di dalam rumah saja.

107

B. Saran

1. Kepada Mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam agar bisa lebih mengembangkan lagi penelitian-penelitian yang berkaitan dengan film. Karena di dalam setiap film terdapat makna yang terkandung yang bisa dijadikan pelajaran buat kehidupan pribadi maupun khalayak. Selain meneliti makna yang terkandung di dalam sebuah film tersebut, bisa juga dikaitkan dengan perspektif

Islam atau perspektif yang lain guna memperdalam penelitian kita.

2. Kepada Hanung Bramantyo agar bisa terus membuat film-film dengan bertemakan kehidupan sehari-hari seperti film yang bertemakan tentang istri yang menghadapi suami yang menganggur dan dibungkus dengan komedi. Memang tidak semua orang menyukai film religi yang dikemas dengan komedi, tetapi justru itu merupakan sebuah tantangan yang harus dihadapi untuk terus menciptakan film-film berkualitas yang menggambarkan kehidupan sehari-hari.

DAFTAR PUSTAKA

1. Buku

Alami, Y. (2002). Jenis Kelamin Tuhan. Yogyakarta: Yayasan Kajian dan Layanan Informasi untuk Kedalautan Rakyat. Al-Bantany, S. M. (n.d.). Uqudul Jain. Indonesia: Darul Ihya. Al-Bar, M. A. (1998). Wanita Karir dalam Timbangan Islam: Kodrat Kewanitaan, Emansipasi, dan Pelecehan Seksual. Jakarta: Pustaka Azzam. Al-Jawi, S. M.-N.-B. (2013). Petunjuk Menuju Keluarga Sakinah: Kajian Kitab Syarah Uqudullijain (Terjemah). Surabaya: Mutiara Ilmu. Al-Qardhawi, Y. (2007). Fiqih Wanita. Bandung: Jabal. Anam, F. K. (2009). Fikih Jurnalistik. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar. Apriani, D. (2014). Analisis Naratif Larangan Pacaran pada Buku Udah Putusin Aja, Karya Felix Siauw. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. As-Sya'rawi, S. M. (2005). Fiqih Perempuan (Muslimah). Jakarta: Amzah. Braston, G. a. (2012). The Media Student's Book. London and New York: Routledge. Danesi, M. (2014). Messages, Signs, and Meanings: A Basic Textbook in Semiotics and Comunication Theory . Toronto: Canadian Scholar's Press. Eriyanto. (2013). Analisis Naratif: Dasar-Dasar dan Penerapannya dalam Analisis Teks Media. Jakarta: Jakarta Prenada Media Group. Fakih, M. (1996). Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Heryanto. (2009). Gender dalam Konstruksi Media. Purwokwerto: Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri. Hubeis, A. V. (2010). Pemberdayaan Perempuan dari Masa ke Masa. Bogor: IPB Press. Keraf, G. (2004). Argumentasi dan Narasi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Moeloeng, L. J. (2002). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Muis, A. A. (2001). Komunikasi Islami. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Nawawi, I. (2014). Riyadus Shalihin dan Penjelasannya (Terjemahan). Jakarta: Ulumul Qura.

108 109

Nurlela. (2014). Sensivitas Gender Ustadzah Dedeh padaMateri Dakwahnya. Jakarta: UIN Syarif Hidayatulla Jakarta. Rahmah, A. S. (2014). Analisis Narasi Film 99 Cahaya di Langit Eropa. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Rosyadah pada Materi Dakwahnya. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah. Rahardjo, M. (2002). Relung-Relung Bahasa. Surabaya: Terbit Terang. Sobur, A. (2001). Analisis Teks Media - Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotic dan Analisis Framing. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Sobur, A. (2014). Komunikasi Naratif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Suhra, S. (2013). Kesetaraan Gender dalam Perspektif Al-Quran dan Implikasinya terhadap Hukum Islam. Sunarto, K. (2004). Pengantar Sosiologi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka. Thwaites, T. (2009). Introducing Cultural and Media Studies . Yogyakarta: Jalasutra. Umar, N. (1999). Kodrat Perempuan dalam Islam. Jakarta: Lembaga Kajian Agama dan Gender. Umar, N. (2001). Argumen Kesetaraan Gender: Perspektif Al-Qur'an . Jakarta: Paramadina. Umar, N. (2014). Ketika Fikih Membela Perempuan. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

2. Website Perempuan Berkalung Sorban, http://id.m.wikipedia.org/wiki/Perempuan_Berkalung_Sorban diakses pada 19 Juni 2016

Daftar Film Kontroversial Hanung Bramantyo, http://infoheboh.com/daftar-film- kontroversial-hanung-bramantyo/ diakses pada 24 Mei 2016

Film-Film Kontroversial Hanung Bramantyo, http://m.detik.com/hot/movie/2138149/film-film-kontroversial-hanung-bramantyo- /2#detailfoto diakses pada 24 Mei 2016

Film Hijab Dikritik Putri Amien Rais, Ini Jawaban Zaskia Mecca, http://banjarmasin.tribunnews.com/2015/01/29/film-hijab-dikritik-putri-amien- rais-ini-jawaban-zaskia-mecca diakses pada 21 April 2016

110

Film Hijab Lecehkan Islam, Hanung Dicap JIL, http://www.jpnn.com/read/2015/01/29/284410/Film-Hijab-Lecehkan-Islam- Hanung-Dicap-Anggota-JIL-diakses pada 21 April 2016

111

LAMPIRAN

112

113

Transkip Wawancara dengan Haikal Kamil (Produser Film Hijab)

1. Konsep awal film Hijab ini murni ide dari Kak Zaskia atau ada campuran ide dari Mas Hanung?

Jadi, ide awal film ini dari Mas Hanung ngeliat kehidupannya Kak Zaskia, ketika

Kak Zaskia membuka butik yang bernama Meccanism, 3 tahun lalu, dan kehidupan ketika Kak Zaskia memiliki butik itu cukup berubah dari segi pola hidup, kebiasaan sampe ke penghasilannya berubah. Menurut Mas Hanung, kayaknya fenomena ini engga cuma dialami oleh Kak Zaskia karena sekarang lagi booming yang namanya e-commerce dan fashion hijab. Akhirnya Mas Hanung yang melontarkan ide, kenapa sih engga kita bangun film yang bertemakan cerita tentang kamu? Yaudah akhirnya kita bikin film yang ceritanya insprired by true event, dari kejadian-kejadian yang dialami Kak Zaskia dan teman-teman di butiknya.

2. Trus kalo film Hijab ini sebenernya film komedi atau film dakwah yang dikemas dengan komedi?

Jadi film Hijab ini lebih ke drama komedi si, konsepnya memang bukan film religi. Ketika ada unsur religi di dalamnya, ya itu memang unsur kehidupan yang memang ga bisa dilepaskan dari kemanusiaan. Isu yang diangkat sebenernya bukan tentang hijab, tapi isunya adalah ketika wanita mempunyai penghasilan lebih besar dari pria dan bagaimana cara pria menyikapinya? Dan kayaknya isu itu sangat relevan karena banyak banget saat ini wanita yang bekerja dan lebih sukses kariernya dari pria. Dan memang menurut kami, Dapur Film, Film itu merupakan

114

sebuah cerminan kehidupan. Oleh karena itu, kalo ada statement yang bermunculan, itu balik lagi ke pribadi masing-masing yang mempunyai perspektif berbeda-beda.

3. Trus di awal cerita film hijab itu kan diceritakan alasan berhijab dengan berbeda-beda, apakah memang konsepnya seperti itu atau bagaimana?

Iya si, karena memang sekarang hijab itu lagi tren, jadi ga bisa dipungkiri alesan wanita berhijab itu memang macem-macem. Tapi memang dari 4 orang itu, ada yang pertama, dia ngerasa terjebak ketika dia masuk ke seminar pemantapan iman, kan ada seorang ustadzah juga disitu. Itu cerita real sebenernya. Kak Zaskia awal mula berhijab karena itu. Awalnya dia ngerasa terjebak, tapi terjebak dalam kebaikan dan akhirnya karena memberikan dampak yang baik buat dia dan lingkungan sekitarnya, akhirnya dia terusin.

4. Soal feminisme di film hijab?

Kalo menurut saya, dulu ketika wanita bekerja itu dianggap sebagai sesuatu yang tabu. Tapi sekarang realitanya memang banyak banget wanita yang bekerja dan dia menjadi tulang punggung keluarga. Dan gimana cara film Hijab menyikapi itu? Disini kita punya 4 karakter dan memang masing-masing karakter ini, suami mereka memperlakukan mereka berbeda-beda. Ada Bia, yang suaminya seorang artis sinetron yang tidak membatasi ketika dia berkarier. Tapi ketika Bia menjadi lebih sukses dari suaminya yaitu Mat Nur, maka Mat Nur pun merasa terancam.

Begitu pula semua laki-laki yang ada di film ini, semua merasa terancam. Tapi memang penilaiannya berbeda dari masing-masing tokoh dan itu memang yang

115

ada di masyarakat. Dan memang yang kita tampilkan disini dari 4 karakter, satu karakter menolak wanita bekerja dan tiga lainnya membolehkan wanita bekerja.

Foto Bersama Haikal Kamil (Produser Film Hijab)