Bab Iv Keterlibatan Uni Soviet, Rrc, Amerika Serikat Dan Inggris Terhadap Jatuhnya Pemerintahan Soekarno 1945-1966
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
BAB IV KETERLIBATAN UNI SOVIET, RRC, AMERIKA SERIKAT DAN INGGRIS TERHADAP JATUHNYA PEMERINTAHAN SOEKARNO 1945-1966 Pada bab IV ini, penulis akan mengkaji mengenai beberapa aspek penting yang berkaitan dengan skripsi yang berjudul Peranan Intervensi Asing Dalam Pemerintahan Soekarno 1945-1966. Aspek-aspek tersebut penulis bagi menjadi empat sub bab yang dimulai dengan adanya Peristiwa Madiun 1948, dilanjutkan dengan adanya Peristiwa PRRI/Permesta 1958 hingga meletusnya Peristiwa G 30 S/PKI 1965 dan yang pada akhirnya menyebabkan jatuhnya pemerintahan Soekarno tahun 1967. Di mana dalam keempat sub bab itu akan dijelaskan pula mengenai latar belakang peristiwa, peran dan bentuk kronologis terjadinya intervensi oleh pihak asing serta dampak yang ditimbulkan. Untuk mengkaji keempat sub bab tersebut, penulis menggunakan pendekatan interdisipliner. Di mana penulis menggunakan disiplin ilmu lainnya yang serumpun untuk membantu menganalisis permasalahan agar tingkat analisis penulis lebih fokus pada kajian bab IV ini. Sehingga hasil dari pembahasan pada bab ini tidak cenderung deskriptif-naratif, namun lebih deskriptif-analitis. Ada pun sumber-sumber untuk mengkaji permasalahan di atas diperoleh melalui studi literatur berupa buku-buku dan sumber internet yang dianggap relevan dengan pembahasan. Selain itu, penulis menggunakan beberapa konsep yang berasal dari ilmu sosiologi dan ilmu politik. Konsep-konsep tersebut antara lain, konspirasi, intervensi, kepentingan nasional dengan asing dan konflik. Konsep dari ilmu sosiologi digunakan untuk menganalisis bagaimana kehidupan sosial masyarakat Indonesia pada tahun 1945 sampai dengan tahun 1966, khususnya pada Peristiwa Madiun 1948, Peristiwa PRRI/Permesta 1958 dan Peristiwa G 30 S/PKI 1965. Sedangkan konsep ilmu politik digunakan untuk menganalisis jalannya pemerintahan Soekarno serta keterlibatan negara-negara asing di dalamnya. Endah Sulistyawati, 2013 Peranan Intervensi Asing Dalam Pemerintahan Soekarno 1945-1966 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu 37 4.1 Peristiwa Madiun 1948 Kemerdekaan Indonesia yang baru saja berjalan selama tiga tahun, sudah dikacaukan oleh pemberontakan yang dilakukan oleh kelompok Partai Komunis Indonesia (PKI) pada tanggal 18 September 1948. Kemerdekaan yang seharusnya diisi oleh pembangunan bangsa, justru dikacaukan oleh sekelompok orang yang tidak memahami arti kemerdekaan itu sendiri. Kepentingan pribadi dan kelompok lebih diutamakan dari pada kepentingan nasional. Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara seharusnya setiap warga negara lebih mengedepankan kepentingan bersama, dari pada kepentingan pribadi atau kelompok. Akibat dari pemberontakan PKI ini, potensi bangsa dan negara seharusnya dapat dicurahkan bagi kemajuan justru terkuras habis untuk meredakan aksi pemberontakan PKI tersebut. Pemberontakan PKI ini terjadi akibat keruhnya suasana politik pada tanggal 21 Juli 1947. Di mana Belanda melancarkan agresi militernya yang pertama dan diakhiri dengan adanya perjanjian Renville pada tanggal 6 Desember 1947. Menurut Nasution (1971: 3-4) dari sepuluh isi perjanjian tersebut, dua di antaranya berisikan: 1. Pasukan RI yang mengadakan perjuangan di belakang garis pendudukan Belanda, harus ditarik mundur dan dilakukan sebaik- baiknya dalam waktu 21 hari. 2. Semua tentara yang sudah disetujui oleh kedua belah pihak, harus segera mengosongkan daerah masing-masing dan pindah masuk ke daerahnya sendiri-sendiri dengan membawa semua senjata dan perlengkapan militer, dibawah pengawasan pembantu-pembantu militer komisi tiga negara. Karena isi perjanjian Renville tersebut dianggap oleh partai Masyumi tidak memuaskan dan cenderung merugikan masyarakat Indonesia, maka Masyumi menolak usul-usul dari Belanda dan putusan perwakilan dari kabinet RI tersebut. Penolakan ini kemudian disusul dengan pengunduran diri menteri-menteri Masyumi dari pemerintahan pusat. Pernyataan pengunduran diri ini dilakukan Endah Sulistyawati, 2013 Peranan Intervensi Asing Dalam Pemerintahan Soekarno 1945-1966 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu 38 oleh Dewan Pimpinan Partai Masyumi pada tanggal 16 Januari 1948, sedangkan penolakan PNI diputuskan dalam rapat plenonya tanggal 18 Januari 1948, bahwa Dewan Partai menyetujui Dewan Pimpinan PNI dan para menteri anggota PNI yang menolak persetujuan Renville. Karena banyaknya golongan yang menentang kabinet Amir, maka pada tanggal 24 Januari 1948 Kabinet Amir jatuh (Nasution, 1971: 15). Sesudah Kabinet Amir jatuh, maka pada tanggal 26 Januari 1948 Mohammad Hatta ditunjuk untuk menyusun kabinet Presidentil, di mana Hatta selaku Perdana Menteri merangkap Menteri Pertahanan dan juga sebagai Wakil Presiden. Amir tidak ikut dalam kabinet Hatta tersebut, melainkan jadi golongan oposisi dalam kabinet Hatta. Ia mengatakan bahwa Kabinet Hatta adalah Kabinet Masyumi, karena banyak orang Masyuminya dan tidak ada wakil buruh, tani dan pemuda (Dimjati, 1951: 161). Golongan oposisi mengadakan demonstrasi, menuntut kembalinya Amir dalam kabinet dan sebagai Menteri Pertahanan. Demonstrasi ini membawa pula poster-poster dan slogan-slogan yang isinya membela politik Amir dan mengecam kabinet Hatta. Amir mengusulkan agar kabinet Hatta dibubarkan dan dibentuk kabinet yang meliputi buruh, tani dan pemuda. Golongan oposisi mengadakan “adu domba”, sehingga dalam masyarakat timbul pertentangan yang menumbuhkan adanya dua aliran politik yang saling bertentangan. Partai-partai dan organisasi politik oposisi tergabung dalam Front Demokrasi Rakyat (FDR), sedangkan sebagian partai-partai dan organisasi pendukung pemerintah bergabung dalam sebuah organisasi Gerakan Revolusi Rakyat (GRR) (DISJAH, 1985: 79). Ternyata tuntutan-tuntutan FDR tidak menunjukkan hasil yang diharapkan, maka segera FDR mengadakan tuntutan berupa pendemokrasian kabinet. Adanya tuntutan dari golongan oposisi yang menghendaki pendemokrasian kabinet, dijawab oleh pemerintahan Hatta bahwa semua itu telah menjadi program pemerintah. Akan tetapi bukan berarti perlu diadakannya Endah Sulistyawati, 2013 Peranan Intervensi Asing Dalam Pemerintahan Soekarno 1945-1966 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu 39 resuffle kabinet. Tuntutan pendemokrasian kabinet semacam itu merupakan pola gerakan komunis di mana-mana termasuk pula di Indonesia yang telah masuk pengaruh Moskow. Karena pertentangan politik antara pemerintah dan golongan komunis pada saat itu ternyata tidak hanya bertemakan anti Imperialis dan Kolonialis dalam arti yang sempit, melainkan mempunyai latar belakang yang cukup luas. Hal sama nampak dari nada oposisi FDR yang selalu menuntut terbentuknya Kabinet Parlementer dan dihentikannya perundingan dengan Belanda. Karena menurut perhitungan Moskow perundingan dengan Belanda berarti semakin mendekatkan Indonesia pada lawan politik Moskow yaitu Amerika Serikat (Rachmat Susatyo, 2008: 71). 4.1.1 Peran Uni Soviet Pada peristiwa Madiun 1948, terlihat ada campur tangan pihak asing dalam peristiwa tersebut. Pihak asing ini disinyalir berasal dari Uni Soviet, karena Musso merupakan tokoh komunis yang cukup lama tinggal di Moskow dan telah kembali ke Indonesia. Dapat di lihat pada saat suasana politik yang meruncing, datang pula Suripno dari Praha pada tanggal 11 Agustus 1948 di Yogyakarta beserta sekretarisnya bernama Suparto. Ternyata Suparto adalah Musso yang selama hampir 23 tahun berada di luar negeri dan berdiam di Rusia. Kedatangan Suripno tersebut karena dipanggil oleh pemerintah sehubungan dengan adanya berita-berita yang mengatakan bahwa Suripto sebagai Duta Besar RI di Praha telah mengadakan persetujuan dengan Duta Besar Rusia di Praha untuk tukar- menukar Konsul antara RI dan Rusia (DISJAH, 1985: 81). Sebelum datang ke Indonesia, pada bulan Maret 1948 Musso dan Suripno telah mengadakan diskusi dengan Sekretaris Jendral Partai Komunis Belanda yang bernama Paul De Groot di Praha Cekoslovakia. Dalam diskusi tersebut ketiganya membahas mengenai strategi baru gerakan Indonesia. De Groot menyarankan agar pergerakan Indonesia tetap kooperatif. Namun, kedua orang Indonesia yaitu Musso dan Suripno tidak setuju dengan pendapat De Groot karena menurut mereka berdua itu terlalu lembek sehingga harus diganti dengan Endah Sulistyawati, 2013 Peranan Intervensi Asing Dalam Pemerintahan Soekarno 1945-1966 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu 40 jalan yang radikal. Pertemuan ini akhirnya merumuskan garis besar kaum komunis Indonesia dan ditandatangani oleh wakil Indonesia, Belanda dan Cekoslavokia. Hasil diskusi yang berupa dokumen itu akhirnya dikirim ke Moskow untuk mendapatkan persetujuan. Haluan baru inilah yang akhirnya Musso dan Suripno bawa ke Indonesia, dengan haluan baru yang dipengaruhi “Garis Zhdanov” mereka berdua berharap dapat merubah perjuangan bangsa Indonesia (Rachmat Susatyo, 2008: 32). Dengan haluan baru yaitu “Garis Zhdanov” dunia saat itu sedang terbagi menjadi dua kubu yang saling berlawanan di antaranya kubu imperialisme dan kubu anti-imperialisme. Mereka yang tidak sepaham dengan haluan baru yang dibawa oleh Musso, maka akan dijadikan lawan dan harus disingkirkan dengan cara apapun. Saat itu, Madiun dijadikan sebuah arena adu kekuatan dan perebutan kekuasaan. Akibat dari adanya ketegangan ini banyak menimbulkan korban jiwa dari masyarakat, aparat pemerintah dan ulama. Pada bulan Mei 1948, Suripno berhasil membuka hubungan diplomatik dengan Uni Soviet. Dengan keberhasilan Suripno membuka hubungan diplomatik dengan Uni Soviet, menimbulkan adanya