Metode Transportasi Perusahaan A memiliki tiga buah pabrik di Jakarta, Bekasi, dan Tangerang dengan kapasitas masing-masing 2.400, 1.600, dan 1600 unit yang memiliki daerah pemasaran di Cirebon, Bandung, dan Sukabumi dengan permintaan masing-masing 3.000, 1.400, dan 1.200 unit. Biaya angkut per unit (dalam ribuan) dari pabrik ke daerah pemasaran seperti yang tertera pada tabel di bawah ini. Alokasi produk dan pabrik ke daerah pemasaran dengan menggunakan metode sudut barat laut (north west corner rules), biaya terendah, dan VAM (Metode Vogel Approximation), dan biaya transportasinya adalah:
Tujuan Cirebon Bandung Sukabumi Kapasitas Sumber
Jakarta 16 10 12 2.400
Bekasi 30 20 24 1.600
Tangerang 6 18 20 1.600
Permintaan 3.000 1.400 1.200 5.600
Metode Vogel Approximation (VAM) Tujuan Cirebon Bandung Sukabumi Kapasita Selisih baris Sumber
Jakarta 16 10 12 2.400 2
Bekasi 30 20 24 1.600 4
Tangerang 6 18 20 1.600 12 1.600 Permintaan 3.000 1.400 1.200 5.600
10 8 8 Catatan: Selisih baris 1 = selisih antara biaya terkecil dan biaya terkecil kedua = 12 – 10 = 2 Selisih baris 2 = selisih antara biaya terkecil dan biaya terkecil kedua = 24 – 20 = 4 Selisih baris 3 = selisih antara biaya terkecil dan biaya terkecil kedua = 18 – 6 = 12 Selisih kolom 1 = selisih antara biaya terkecil dan biaya terkecil kedua = 16 – 6 = 10 Selisih kolom 2 = selisih antara biaya terkecil dan biaya terkecil kedua = 18 – 10 = 8 Selisih kolom 3 = selisih antara biaya terkecil dan biaya terkecil kedua = 20 – 12 = 8
Selisih terbesar adalah angka 12, alokasikan pada baris Tangerang pada sel yang memiliki biaya terendah (dalam hal ini adalah 6). Besarnya alokasi adalah 1.600 unit, dengan demikian baris Tangerang tidak dapat diikutsertakan kembali dalam proses perhitungan, karena sudah dialokasikan seluruhnya untuk Cirebon.
Tujuan Cirebon Bandung Sukabumi Kapasita Selisih baris Sumber
Jakarta 16 10 12 2.400 2 2 1.400 Bekasi 30 20 24 1.600 4 4 X Tangerang 6 18 20 1.600 12 - 1.600 X X Permintaan 3.000 1.400 1.200 5.600
10 8 8 14 10 12 Catatan: Selisih baris 1 = selisih antara biaya terkecil dan biaya terkecil kedua = 12 – 10 = 2 Selisih baris 2 = selisih antara biaya terkecil dan biaya terkecil kedua = 24 – 20 = 4 Selisih baris 3 = selisih antara biaya terkecil dan biaya terkecil kedua = 18 – 6 = 12 Selisih kolom 1 = selisih antara biaya terkecil dan biaya terkecil kedua = 30 – 16 = 14 Selisih kolom 2 = selisih antara biaya terkecil dan biaya terkecil kedua = 20 – 10 = 10 Selisih kolom 3 = selisih antara biaya terkecil dan biaya terkecil kedua = 24 – 12 = 12 Selisih terbesar adalah angka 14 pada kolom Cirebon, alokasikan pada kolom Cirebon pada sel yang memiliki biaya terendah (dalam hal ini adalah 16 ). Besarnya alokasi adalah 1.400 unit, dengan demikian kolom Cirebon tidak dapat dikutsertakan kembali dalam proses perhitungan, sedangkan baris Jakarta tersisa 1.000 unit.
Tujuan Cirebon Bandung Sukabumi Kapasita Selisih baris Sumber
Jakarta 16 10 12 2.400 2 2 2 1400 X 1000
Bekasi 30 20 24 1.600 4 4 4 X
Tangerang 6 18 20 1.600 12 - - 1600 X X Permintaan 3.000 1.400 1.200 5.600
10 8 8 14 10 12 - 10 12 Catatan: Selisih baris 1 = selisih antara biaya terkecil dan biaya terkecil kedua = 12 – 10 = 2 Selisih baris 2 = selisih antara biaya terkecil dan biaya terkecil kedua = 24 – 20 = 4 Selisih kolom 2 = selisih antara biaya terkecil dan biaya terkecil kedua = 20 – 10 = 10 Selisih kolom 3 = selisih antara biaya terkecil dan biaya terkecil kedua = 24 – 12 = 12 Selisih terbesar adalah angka 12 pada kolom Sukabumi, alokasikan pada kolom Sukabumi pada sel yang memiliki biaya terendah (dalam hal ini adalah 12). Besarnya alokasi adalah 1.000 unit, dengan demikian baris Jakarta tidak dapat diikutsertakan kembali dalam proses perhitungan, sedangkan kolom Sukabumi tersisa 200 unit.
Tujuan Cirebon Bandung Sukabumi Kapasitas Selisih baris Sumber
Jakarta 16 10 12 2.400 2 2 2 - 1400 X 1000
Bekasi 30 20 24 1.600 4 4 4 4 X 1400 200
Tangerang 6 18 20 1.600 12 - - - 1600 X X Permintaan 3000 1.400 1.200 5.600
Selisih kolom 10 8 8 14 10 12 - 10 12 - 20 24 Catatan: Selisih baris 2 = selisih antara biaya terkecil dan biaya terkecil kedua = 24 – 20 = 4 Selisih kolom 2 = selisih antara biaya terkecil dan biaya terkecil kedua = 20 (karena tinggal satu) Selisih kolom 3 = selisih antara biaya terkecil dan biaya terkecil kedua = 24 (karena tinggal satu) Selisih terbesar adalah angka 24 pada kolom Sukabumi, alokasikan pada kolom Sukabumi sebanyak 200 unit. Sedangkan sisa akhir diisi pada sel Bekasi-Bandung sebanyak 1.400 unit. Alokasi produk dari pabrik ke daerah pemasaran menurut metode VAM dan biaya transportasinya adalah:
Dari Ke Jumlah Biaya perunit Biaya (Rp) Jakarta Cirebon 1.400 16.000 22.400.000 Jakarta Sukabumi 1.000 12.000 12.000.000 Bekasi Bandung 1.400 20.000 28.000.000 Bekasi Sukabumi 200 24.000 4.800.000 Tangerang Cirebon 1.600 6.000 9.600.000 Total biaya 76.800.000