<<

ANALISIS RASIO TREND KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH OTONOM PROPINSI SULAWESI SELATAN TAHUN 2005 – 2007

Amirullah *)

Abstract : The research method used in this study is a quantitative method of trend analysis. The results of the discussion was the financial independence of the autonomous / in South Sulawesi in 2004 until the year 2007 as the Autonomous counties / cities in South Sulawesi province in the period in the category of financial independence is very low. And in the category of instructive relationship patterns, namely the role of the central government is more dominant than the independence of local governments. Trend Luwu financial independence, and the Pinrang him very well with a static trend in the range of financial independence above 100% with compared to other . In 2007, compared with base year 2004, the trend of financial independence autonomous / in South Sulawesi province increase, the District of Bone and Sinjai.

Keyword : vertical imbalances, horizontal imbalance, instructive, Consultative, Participative, delegative, trend analysis

Kinerja Keuangan kemandirian, dan rasio efektifitas, sedang- Kinerja merupakan pencapaian atas kan rasio efisiensi, rasio pertumbuhan dan apa yang direncanakan, baik oleh pribadi keserasian tidak digunakan. maupun organisasi. Apabila pencapaian sesuai dengan yang direncanakan, maka Otonomi Daerah kinerja yang dilakukan terlaksana dengan Pengertian “otonom” secara bahasa baik. Apabila pencapaian melebihi dari apa adalah “berdiri sendiri” atau “dengan yang direncanakan dapat dikatakan pemerintahan sendiri”.Sedangkan “daerah” kinerjanya sangat bagus. Apabila pen- adalah suatu “” atau “lingkungan capaian tidak sesuai dengan apa yang pemerintah”. Dengan demikian pengertian direncanakan atau kurang dari apa yang secara istilah “otonomi daerah” adalah direncanakan, maka kinerjanya jelek. “wewenang/kekuasaan pada suatu wilayah/ Kinerja keuangan adalah suatu ukuran daerah yang mengatur dan mengelola kinerja yang menggunakan indikator untuk kepentingan wilayah/daerah keuangan. Analisis kinerja keuangan pada masyarakat itu sendiri.” Pengertian yang dasarnya dilakuan untuk menilai kinerja di lebih luas lagi adalah wewenang/ masa lalu dengan melakukan berbagai kekuasaan pada suatu wilayah/daerah yang analisis sehingga diperoleh posisi mengatur dan mengelola untuk kepen- keuangan yang mewakili realitas entitas tingan wilayah/daerah masyarakat itu dan potensi-potensi kinerja yang akan sendiri mulai dari ekonomi, politik, dan berlanjut. Menurut Halim (2002) analisis pengaturan perimbangan keuangan kinerja keuangan adalah usaha meng- termasuk pengaturan sosial, budaya, dan identifikasi ciri-ciri keuangan berdasarkan ideologi yang sesuai dengan tradisi adat laporan keuangan yang tersedia. Dalam istiadat daerah lingkungannya. organisasi pemerintah untuk mengukur Dengan diberlakukannya Undang- kinerja keuangan ada beberapa ukuran Undang No.32 Tahun 2004 tentang kinerja, yaitu rasio kemandirian, rasio Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang efektifitas, rasio efisiensi, rasio pertum- No.33 Tahun 2004 tentang Perimbangan buhan, dan rasio keserasian. Pada Keuangan Pusat dan Daerah setiap penelitian ini yang digunakan adalah rasio Pemerintah Kabupaten/Kota sebagai

73 daerah otonom dituntut untuk dapat sebagai dasar penilaian kinerja keuangan- mengembangkan dan mengoptimalkan nya. Salah satu alat untuk menganalisis semua potensi daerah yang digali dari kinerja keuangan pemerintah daerah adalah dalam wilayah daerah bersangkutan yang dengan melakukan analisis rasio keuangan terdiri dan hasil pajak daerah, hasil terhadap APBD yng telah ditetapkan dan retribusi daerah, pengelolaan kekayaan dilaksanakan (Halim, 2002:126). yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan Penggunaan analisis rasio keuangan daerah yang sah yang menjadi sumber sebagai alat analisis kinerja keuangan Pendapatan Asli Daerah (PAD) maka secara luas telah diterapkan pada lembaga pemerintah daerah mempunyai kewajiban perusahaan yang bersifat komersial, untuk meningkatkan taraf kesejahteraan sedangkan pada lembaga publik khususnya rakyat serta menjaga dan memelihara pemerintah daerah masih sangat terbatas ketenteraman dan ketertiban masyarakat. sehingga secara teoretis belum ada Peranan pemerintah daerah dalam meng- kesepakatan yang bulat mengenai nama gali dan mengembangkan berbagai potensi dan kaidah pengukurannya. Dalam rangka daerah sebagai sumber penerimaan daerah pengelolaan keuangan daerah yang sangat menentukan keberhasilan pelak- transparan, jujur, demokratis, efektif, sanaan tugas pemerintahan, pembangunan efisien, dan akuntabel, analisis rasio dan pelayanan masyarakat di daerah. keuangan terhadap pendapatan belanja Ciri utama suatu daerah mampu daerah perlu dilaksanakan meskipun melaksanakan otonomi (Halim, 2002:167) terdapat perbedaan kaidah pengakuntan- adalah sebagai berikut. siannya dengan laporan keuangan yang 1. Kemampuan keuangan daerah, artinya dimiliki perusahaan swasta (Mardiasmo, daerah harus memiliki kewenangan 2002: 169). dan kemampuan untuk menggali sumber-sumber keuangan, mengelola Rasio Kemandirian Keuangan Daerah dan menggunakan keuangan sendiri (Otonomi Fiskal) yang cukup memadai untuk mem- Rasio kemandirian keuangan daerah biayai penyelenggaraan (selanjutnya disebut “Rasio KKD”) permerintahannya. menunjukkan kemampuan pemerintah 2. 2. Ketergantungan kepada bantuan daerah dalam membiayai sendiri kegiatan pusat harus seminimal mungkin agar pemerintahan, pembangunan, dan pelayan- pendapatan asli daerah (PAD) dapat an kepada masyarakat yang telah menjadi bagian sumber keuangan membayar pajak dan retribusi sebagai terbesar. Dengan demikian, peranan sumber pendapatan yang diperlukan pemerintah daerah menjadi lebih daerah. Rasio ini juga menggambarkan besar. ketergantungan pemerintah daerah terhadap sumber dana eksternal. Semakin Rasio Keuangan tinggi rasio ini, maka tingkat keter- Pemerintah daerah sebagai pihak gantungan daerah terhadap pihak eksternal yang diberikan tugas menjalankan peme- semakin rendah, begitu pula sebaliknya., rintahan, pembangunan, dan pelayanan yang dapat diformulasikan (Halim, masyarakat wajib menyampaikan laporan 2004:128) sebagai berikut : pertanggungjawaban keuangan daerah

Rasio KKD = Pendapatan Asli Daerah x 100% Bantuan Pemerintah Pusat/ Provinsi & Pinjaman

Berdasarkan formula di atas dapat barkan sejauh mana ketergantungan daerah diketahui bahwa rasio KKD menggam- terhadap sumber dana ekstern. Semakin

74 tinggi rasio ini berarti tingkat keter- Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi gantungan daerah terhadap bantuan pihak Khusus (DAK) ekstern (terutama pemerintah pusat dan 3. Pinjaman Daerah propinsi) semakin rendah, demikian pula 4. Lain-lain penerimaan yang sah sebaliknya. Rasio ini juga menggambarkan Pelaksanaan Perimbangan Keuangan tingkat partisipasi masyarakat dalam Antara Pemerintah Pusat dengan Daerah pembangunan daerah. Semakin tinggi rasio bertujuan untuk mengatasi masalah ini berarti semakin tinggi partisipasi kesenjangan antara Pemerintah Pusat masyarakat dalam membayar pajak dan dengan Daerah (vertical imbalances) serta retribusi daerah yang merupakan kesenjangan antar daerah (horisontal komponen dari PAD. imbalances). Secara umum, semakin tinggi kontribusi pendapatan asli daerah dan Pola Hubungan Pusat-Daerah semakin tinggi kemampuan daerah untuk Paul Hersey dan Kenneth membiayai kemampuannya sendiri akan Blanchard dalam Halim (2002:168) menunjukkan kinerja keuangan daerah mengemukakan mengenai hubungan antara yang positif. Dalam hal ini, kinerja pemerintah pusat dan daerah dalam keuangan positif dapat diartikan sebagai pelaksanaan otonomi daerah, terutama kemandirian keuangan daerah dalam pelaksanaan undang-undang tentang membiayai kebutuhan daerah dan perimbangan keuangan antara pemerintah mendukung pelaksanaan otonomi daerah pusat dan daerah, yaitu sebagai berikut. pada daerah tersebut. 1. Pola hubungan instruktif, yaitu peranan pemerintah pusat lebih Perimbangan Keuangan Antara dominan daripada kemandirian Pemerintah Pusat dan Daerah pemerintah daerah (daerah tidak Merupakan suatu sistem pembiayaan mampu melaksanakan otonomi daerah pemerintahan dalam kerangka negara secara finansial). kesatuan, yang mencakup pembagian 2. Pola hubungan konsultatif, yaitu keuangan antara Pemerintah Pusat dan campur tangan pemerintah pusat sudah Daerah serta pemerataan antar Daerah mulai berkurang dan lebih banyak secara adil dan proporsional, demokratis pada pemberian konsultasi karena dan transparan, dengan tetap memper- daerah dianggap sedikit lebih mampu hatikan potensi, kondisi dan kebutuhan melaksanakan otonomi daerah. Daerah sejalan dengan kewajiban dan 3. Pola hubungan partisipatif, yaitu pola pembagian kewenangan serta tata cara dimana peranan pemerintah pusat penyelenggaraan kewenangan tersebut semakin berkurang mengingat tingkat termasuk pengelolaan dan pengawasan kemandirian daerah otonom bersang- keuangannya. Di dalam Perimbangan kutan mendekati mampu melaksana- Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan kan urusan otonomi. Peran pemberian Daerah diatur tentang sumber-sumber konsultasi beralih ke peran partisipasi penerimaan Daerah yang terdiri dari : pemerintah pusat. 1. Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang 4. Pola hubungan delegatif, yaitu campur terdiri dari pajak daerah, retribusi tangan pemerintah pusat sudah tidak daerah, hasil BUMD dan pengelolaan ada lagi karena daerah telah benar- kekayaan daerah lainnya yang benar mampu dan mandiri dalam dipisahkan serta lain-lain pendapatan melaksanakan urusan otonomi daerah. daerah yang sah. Pemerintah pusat siap dan dengan 2. Dana Perimbangan yang terdiri dari keyakinan penuh mendelegasikan Bagi Hasil SDA dan Non SDA, Dana otonomi keuangan kepada pemerintah daerah.

75

Pola hubungan pemerintah pusat dan Sedangkan kemandirian keuangan daerah serta tingkat kemandirian dan daerah menggambarkan sejauh mana kemampuan keuangan daerah dapat ketergantungan pemerintah daerah disajikan dalam matriks seperti tampak terhadap sumber dana eksternal (terutama pada Tabel 2 berikut ini. pemerintah pusat dan provinsi). Secara Umum, semakin tinggi kontribusi Pen- Tabel 1 dapatan Asli Daerah (PAD) dan semakin Pola Hubungan, Tingkat Kemandirian, dan tinggi kemampuan daerah dalam mem- Kemampuan Keuangan Daerah biayai sendiri kegiatan pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan kepada Rasio Kemampuan Pola masyarakat yang juga berpartisipasi dalam Kemandirian Keuangan Hubungan pembangunan daerah yang telah membayar (%) pajak dan retribusi sebagai sumber Rendah Sekali 0 – 25 Instruktif pendapatan yang diperlukan daerah, akan Rendah >25 – 50 Konsultatif menunjukkan kinerja keuangan daerah yang positif. Sedang >50 – 75 Partisipatif Kemandirian dan pengelolaan Tinggi >75 – 100 Delegatif secara ekonomis, dan efektif suatu daerah atau wilayah juga akan dapat mendorong Kerangka Pikir pertumbuhan ekonomi daerah tersebut. Hal ini dikarenakan kurang atau tidak adanya Reformasi keuangan daerah telah intervensi dalam hal kebijakan terkait terjadi ditandai dengan diberlakukannya dengan pengelolaan daerah tersebut. Di Undang-Undang No.32 Tahun 2004 samping itu, aparatur daerah dapat secara tentang Pemerintahan Daerah dan Undang- inisiatif dan kreatif dalam mengelola Undang No.33 Tahun 2004 tentang daerah untuk mendorong pertumbuhan Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah daerah. setiap Pemerintah. Sulawesi Selatan adalah salah satu METODE ANALISIS provinsi di Indonesia yang juga setiap Metode analisis adalah suatu daerah kabupaten/kota menerapkan bentuk penganalisaan di dalam otonomi daerah. Reformasi keuangan menguraikan informasi ke dalam bagian- daerah ini diharapkan mampu memacu bagian atau komponen-komponen dengan pemerintah daerah otonom melaksanakan maksud mengidentifikasi dan otonomi secara penuh dalam pencapaian mengevaluasi setiap permasalahan yang yang namanya efektifitas dan juga timbul dan menjadi kebutuhan bagi kemandirian akan daerah otonom demi peneliti untuk mencari kebenaran. meningkatkan pertumbuhan ekonomi Metode penelitian yang digunakan daerah otonom. Dimana, efektifitas dalam penelitian ini adalah metode menunjukkan keberhasilan dari segi kuantitatif berupa analisis trend. tercapai tidaknya sasaran yang telah ditetapkan, dengan menunjukkan Analisis Trend kemampuan pemerintah daerah dalam Analisis trend digunakan untuk merealisasikan Pendapatan Asli Daerah mengetahui, baik arah perkembangan (PAD) yang direncanakan dibandingkan kemandirian keuangan maupun efektifitas dengan target yang ditetapkan berdasarkan keuangan daerah. Persamaan untuk trend potensi riil daerah. Jika hasil kegiatan kemandirian keuangan daerah dan semakin mendekati sasaran, maka berarti efektifitas keuangan daerah dapat makin tinggi efektifitasnya dijelaskan sebagai berikut :

76

1. Apabila persentase trend KKD lebih Tabel 2 dari 100%, maka telah terjadi Pola Hubungan Pemerintah Pusat dan perkembangan KKD. Semakin besar Daerah Otonom Kabupaten/Kota di persentase trend KKD dari tahun ke Provinsi Sulawesi Selatan tahun maka arah perkembangan kemandirian keuangan kabupaten/kota KAB / di Provinsi Sulawesi Selatan semakin No. KOTA 2004 2005 2006 2007 baik. Sebaliknya, bila persentase 1 Bantaeng Instruktif Instruktif Instruktif Instruktif kurang dari 100% maka terjadi penurunan kemandirian keuangan 2 Barru Instruktif Instruktif Instruktif Instruktif kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi 3 Bone Instruktif Instruktif Instruktif Instruktif Selatan. 2. Apabila persentase trend EKD lebih 4 Bulukumba Instruktif Instruktif Instruktif Instruktif dari 100%, maka telah terjadi 5 Enrekang Instruktif Instruktif Instruktif Instruktif perkembangan EKD. Semakin besar persentase trend EKD maka arah 6 Gowa Instruktif Instruktif Instruktif Instruktif perkembangan efektifitas keuangan 7 Jeneponto Instruktif Instruktif Instruktif Instruktif kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi 8 Kep. Selayar Instruktif Instruktif Instruktif Instruktif Selatan semakin baik. Sebaliknya bila persentase kurang dari 100%, maka 9 Luwu Instruktif Instruktif Instruktif Instruktif terjadi penurunan efektifitas keuangan 10 Luwu Timur Instruktif Instruktif Instruktif Instruktif kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Selatan. 11 Luwu Utara Instruktif Instruktif Instruktif Instruktif

12 Makassar Instruktif Instruktif Instruktif Instruktif HASIL DAN PEMBAHASAN 13 Maros Instruktif Instruktif Instruktif Instruktif Hubungan Pemerintah Pusat dan Daerah Otonom Kabupaten/Kota di 14 Palopo Instruktif Instruktif Instruktif Instruktif

Provinsi Sulawesi Selatan 15 Pangkep Instruktif Instruktif Instruktif Instruktif

Berdasarkan tingkat kemandirian 16 Pare – Pare Instruktif Instruktif Instruktif Instruktif keuangan daerah otonom kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Selatan seperti hasil 17 Pinrang Instruktif Instruktif Instruktif Instruktif rasio KKD pada tabel 13 maka mengenai 18 Sidrap Instruktif Instruktif Instruktif Instruktif hubungan antara pemerintah pusat dan daerah dalam pelaksanaan otonomi daerah, 19 Sinjai Instruktif Instruktif Instruktif Instruktif terutama pelaksanaan undang – undang 20 Soppeng Instruktif Instruktif Instruktif Instruktif tentang perimbangan keuangan antara 21 Takalar Instruktif Instruktif Instruktif Instruktif pemerintah pusat dan daerah sesuai yang dikemukakan oleh Paul Hersey dan 22 Tana Toraja Instruktif Instruktif Instruktif Instruktif Kenneth Blanchard dalam Halim 23 Wajo Instruktif Instruktif Instruktif Instruktif (2001:168) seperti yang digambarkan pada tabel 2, dapat dipetakan pola hubungan Sumber : Data Olahan pemerintah pusat dan daerah otonom kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Berdasarkan tabel 2 di atas dapat Selatan seperti terlihat pada tabel 2 berikut diketahui bahwa hubungan Pemerintah ini. Pusat dan Daerah Otonom Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Selatan masuk pada pola instruktif, atau peranan pemerintah pusat lebih dominan daripada kemandirian

77 pemerintah daerah dalam pelaksanaan 10. Luwu Timur = 5,9 x 100% = 149,75% otonomi daerah secara finansial. 3,94

11. Luwu Utara = 7,39 x 100% = 102,64% Trend Kemandirian Keuangan Daerah 7,2 Otonom Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Selatan 12. Makassar = 24,29 x 100% = 126,18% 19,25 Trend kemandirian keuangan daerah otonom menggambarkan kecenderungan 13. Maros = 6,48 x 100% = 102,37% 6,33 arah perkembangan kemandirian keuangan dari tahun ke tahun berdasarkan tahun 14. Palopo = 8,87 x 100% = 103,62% dasar. 8,56

15. Pangkep = 14,88 x 100% = 98,48% Perhitungan Trend KKD : 15,11

Trend KKD = KKD pada t0 + 1 x 100% 16. Pare – Pare = 12,22 x 100% = 114,21% 10,70 KKD pada t0 17. Pinrang = 5,42 x 100% =119,12% 4,55 Trend KKD Tahun 2005 Berdasarkan pada tabel 13 18. Sidrap = 6,62 x 100% = 90,44% mengenai rasio kemandirian keuangan 7,32 daerah otonom Kabupaten/Kota di Provinsi 19. Sinjai = 6,5 x 100% = 87,25% Sulawesi Selatan, maka rumus untuk 7,45 menghitung Trend KKD Tahun 2005 yakni sebagai berikut : 20. Soppeng = 3,42 x 100% = 100,59% Trend EKD = KKD tahun 2005 x 100% 3,4 KKD tahun 2004 21. Takalar = 3,52 x 100% = 114,29% 1. Bantaeng = 3,67 x 100% = 99,46% 3,08 3,69 22. Tana Toraja = 5,6 x 100% = 89,03% 2. Barru = 4,63 x 100% = 92,97% 6,29 4,98 23. Wajo = 8,2 x 100% = 123,38% 3. Bone = 5,22 x 100% = 92,88% 6,54 5,62 Trend KKD Tahun 2006 4. Bulukumba = 4,65 x 100% = 97,28% Berdasarkan pada tabel 13 4,78 mengenai rasio kemandirian keuangan

5. Enrekang = 6,04 x 100% = 107,86% daerah otonom Kabupaten/Kota di Provinsi 5,6 Sulawesi Selatan, maka rumus untuk menghitung Trend KKD Tahun 2006 yakni 6. Gowa = 7,69 x 100% = 100,39% sebagai berikut : 7,66 Trend EKD = KKD tahun 2006 x 100% 7. Jeneponto = 3,37 x 100% = 114,24% KKD tahun 2005 2,95 1. Bantaeng = 3,85 x 100% = 104,90% 8. Kep. Selayar = 4,25 x 100% = 151,25% 3,67 2,81 2. Barru = 5,02 x 100% = 108,42% 9. Luwu = 4,29 x 100% = 105,15% 4,63 4,08 78

3. Bone = 3,98 x 100% = 76,25% 23. Wajo = 6,59 x 100% = 80,37% 5,22 8,2

4. Bulukumba = 5,46 x 100% = 117,42% Trend KKD Tahun 2007 4,65 Berdasarkan pada tabel 13 5. Enrekang = 5,81 x 100% = 96,19% mengenai rasio kemandirian keuangan 6,04 daerah otonom Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Selatan, maka rumus untuk 6. Gowa = 8,34 x 100% = 108,45% menghitung Trend KKD Tahun 2007 yakni 7,69 sebagai berikut : 7. Jeneponto = 2,9 x 100% = 86,05% 3,37 Trend EKD = KKD tahun 2007 x 100% KKD tahun 2006 8. Kep. Selayar = 4,16 x 100% = 97,88% 4,25 1. Bantaeng = 3,85 x 100% = 100,00% 3,85

9. Luwu = 3,52 x 100% = 82,05% 2. Barru = 4,98 x 100% = 99,20% 4,29 5,02

10. Luwu Timur = 6,17 x 100% = 104,58% 3. Bone = 5,61 x 100% = 140,95% 5,9 3,98

11. Luwu Utara = 4,58 x 100% = 61,98% 4. Bulukumba = 4,74 x 100% = 86,81% 7,39 5,46

12. Makassar = 19,5 x 100% = 80,28% 5. Enrekang = 5,2 x 100% = 89,50% 24,29 5,81

13. Maros = 5,69 x 100% = 87,81% 6. Gowa = 7,05 x 100% = 84,53% 6,48 8,34

14. Palopo = 6,7 x 100% = 75.54% 7. Jeneponto = 3,12 x 100% = 107,59% 8,87 2,9

15. Pangkep = 12,18 x 100% = 81,85% 8. Kep. Selayar = 5,77 x 100% = 138,7% 14,88 4,16

16. Pare – Pare = 9,68 x 100% = 79,21% 12,22 9. Luwu = 3,42 x 100% = 97,16% 3,52 17. Pinrang = 5,49 x 100% = 101,29% 5,42 10. Luwu Timur = 10,24 x 100% = 165,96% 6,17 18. Sidrap = 6,1 x 100% = 92,15% 6,62 11. Luwu Utara = 4,14 x 100% = 90,39% 4,58 19. Sinjai = 4,92 x 100% = 75,69% 6,5 12. Makassar = 19,48 x 100% = 99,9% 19,5 20. Soppeng = 3,38 x 100% = 98,83% 3,42 13. Maros = 6,19 x 100% = 108,79% 5,69 21. Takalar = 3,07 x 100% = 87,22% 3,52 14. Palopo = 6,2 x 100% = 92,54% 6,7 22. Tana Toraja = 4,94 x 100% = 88,21% 5,6 15. Pangkep = 11,75 x 100% = 96,47% 12,18

79

16. Pare – Pare = 9,64 x 100% = 99,59% 15 Pangkep 98,48 81,85 96,47 9,68 16 Pare – Pare 114,21 79,21 99,59 17. Pinrang = 5,65 x 100% = 102,91% 17 Pinrang 119,12 101,29 102,91 5,49 18 Sidrap 90,44 92,15 70,82 18. Sidrap = 4,32 x 100% = 70,82% 19 Sinjai 87,25 75,69 107,11 6,1 20 Soppeng 100,59 98,83 128,40 19. Sinjai = 5,27 x 100% = 107,11% 21 Takalar 114,29 87,22 104,23 4,92 22 Tana Toraja 89,03 88,21 93,32

20. Soppeng = 4,34 x 100% = 128,4% 23 Wajo 125,38 80,37 103,34 3,38 Sumber : Data Olahan

21. Takalar = 3,2 x 100% = 104,23% Berdasarkan tabel 17 di atas dapat 3,07 diketahui beberapa hal sebagai berikut.

22. Tana Toraja = 4,61 x 100% = 93,32% 1. Beberapa kabupaten/kota pada 4,94 tahun 2007 memiliki trend kemandirian statis dengan tahun 23. Wajo = 6,81 x 100% = 103,34% dasar 2004, seperti: Luwu Timur, 6,59 Pinrang.

2. Dibandingkan dengan tahun dasar Untuk Rasio KKD daerah otonom di 2004, beberapa kabupaten/kota 23 kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi pada tahun 2005 memiliki trend Selatan, dari perhitungan rasio KKD pada kemandirian yang meningkat, tabel 13, dengan tahun dasar 2004, maka kecuali: Bantaeng, Barru, Bone, trend kemandirian keuangan tahun 2005 Bulukumba, Pangkep, Sidrap, sampai dengan tahun 2007 adalah seperti Sinjai, dan Tana Toraja. tampak pada tabel 3 berikut ini. Sementara pada tahun 2006, trend

Tabel 3 kemandirian yang meningkat Trend Kemandirian Keuangan Daerah Otonom dialami oleh Bantaeng, Barru, Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Selatan Bulukumba, Gowa, Luwu Timur, (dalam persen) dan Pinrang.

No. KAB / KOTA 2005 2006 2007 KESIMPULAN DAN SARAN

1 Bantaeng 99,46 104,90 100,00 Kesimpulan 2 Barru 92,97 108,42 99,20 Berdasarkan pembahasan yang telah 3 Bone 92,88 76,25 140,95 dilakukan sebelumnya maka d apat 4 Bulukumba 97,28 117,42 86,81 disimpulkan efektifitas dan kemandirian 5 Enrekang 107,86 96,19 89,50 keuangan daerah otonom kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2004 6 Gowa 100,39 108,45 84,53 sampai dengan tahun 2007 adalah sebagai 7 Jeneponto 114,24 86,05 107,59 berikut: 8 Kep. Selayar 151,25 97,88 138,70 Daerah Otonom kabupaten/kota di 9 Luwu 105,15 82,05 97,16 Provinsi Sulawesi Selatan dalam periode 10 Luwu Timur 149,75 104,58 165,96 tersebut masuk dalam kategori kemandirian keuangan yang sangat rendah. 11 Luwu Utara 102,64 61,98 90,39 Dan masuk dalam kategori pola hubungan 12 Makassar 126,18 80,28 99,90 instruktif, yakni peranan pemerintah pusat 13 Maros 102,37 87,81 108,79 lebih dominan daripada kemandirian 14 Palopo 103,62 75,54 92,54 pemerintah daerah. 80

Trend kemandirian keuangan Luwu Bastian, Indra, 2003, Akuntansi Sektor Timur, dan Kabupaten Pinrang arahnya Publik Di Indonesia. sangat baik dengan trend kemandirian Yogyakarta:Erlangga keuangan statis pada kisaran diatas 100% ______, 2006, Akuntansi Sektor dengan dibandingkan kabupaten lain. Publik. Yogyakarta : Erlangga. Pada tahun 2007, dibandingkan dengan tahun dasar 2004, trend Baswir, Revrison, 1999, Akuntansi kemandirian keuangan daerah otonom Pemerintahan di Indonesia : kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi BPFE : UMP AMP YPKN. Selatan yang mengalami peningkatan, yakni Kabupaten Bone dan Kabupaten Halim, Abdul, 2002, Akuntansi Keuangan Sinjai. Daerah, Jakarta : Salemba Empat. Saran Saran yang dapat diberikan adalah Harahap, Sofyan S, 2004, Teori Akuntansi sebagai berikut: Laporan Keuangan, 1. Pemerintah daerah otonom Jakarta:Bumi Aksara. kabupaten/kota di Provinsi Selatan dalam menyusun dan merealisasikan Ikatan Akuntansi Indonesia, 2004, Standar APBD perlu memperhatikan rasio dan Akuntansi Indonesia. IAI. trend kemandirian. 2. Penetapan besaran kebutuhan dana Kuncoro, Mudrajad.2003. Ekonomi perimbangan dari pusat hendaknya Pembangunan. Edisi Ketiga. disertai dengan peningkatan PAD. Penerbit UPP 3. Pemerintah daerah otonom Akademi Manajemen kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Perusahaan YKPN. Yogyakarta. Selatan dalam menyusun dan realisasi pendapatan dan belanja daerah perlu ______, Mudrajad. 2004. Otonomi dan juga memperhatikan arah Pembangunan Daerah. perkembangan pola hubungan dan Penerbit Erlangga. Jakarta. kemampuan keuangan daerahnya agar menunjukkan kondisi yang lebih baik. Mardiasmo, 2009, Akuntansi Sektor Publik. Jakarta : BPF UGM. DAFTAR PUSTAKA ______, 2002. Otonomi dan Asaddin, Fuad dan Mansoer, Faried Manajemen Keuangan Daerah. Wijaya. 2001. Pertumbuhan Andi Ekonomi dan Kesempatan Kerja: Terapan Model Munawir, 2004, Analisa Laporan Kebijakan Prioritas Sektoral Keuangan. Jakarta : Liberty. Untuk Kalimantan Timur, Jurnal Riset Akuntansi, Manajemen, Mudrajad Kuncoro.2004. Otonomi dan dan Ekonomi. Vol. 1 No. 1. Pembangunan Daerah, Reformasi, Perencanaan, Astuti, Dwi, 2004, Analisis Laporan Straegi dan Peluang. Jakarta : Keuangan , Jakarta : Bumi Penerbit Erlangga. Aksara. Nordiawan, Deddi, 2006, Akuntansi Sektor Publik, Jakarta : Salemba Empat

81

Jakarta: Yayasan Obor Prastowo, Dwi, 2005, Analisis Laporan Indonesia. Keuangan. Yogyakarta : PT Rineka Cipta Saragih. 2005. Desentralisasi Fiskal dan Keuangan Daerah Dalam Prasetya, Gede, 2005, Penyusunan dan Otonomi. Penerbit Ghalia Analisis Laporan Keuangan Indonesia. Jakarta. Pemerintah Daerah, Yogyakarta: Andi. Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah. Richard Holloway, 2003. Menuju Kemandirian Keuangan. *) Penulis adalah Dosen Tetap Fakultas Ekonomi Universiitas 45 Makassar

82