Perkembangan Pendidikan Anak-Anak Tionghoa Pada Abad 19 Hingga Akhir Orde Baru Di

Noor Isnaeni

ABA BSI Jl. Salemba Tengah No.45 Pusat [email protected]

ABSTRACT - In the 19th century the government did not care about education for Chinese children. When the clothing, food and shelter were fulfilled, Chinese people began to think about their children's education. Finally, Chinese people made an association named THHK (Tiong Hoa Hwee Koan) on March 17, 1900. The purpose of this scientific writing is to find out how the development of the educational of Chinese children in the 19th century until the collapse of new era and what the Chinese people doing for the education of their children at that time. The research method used is the method of historical research, that is: heuristics, source criticism, interpretation and historiography. The main purpose of the establishment of schools THHK is to spread the religion of Confucius. By coming out Chinese schools established by the Chinese people, it caused that the Dutch East Indies government worried of the Chinese people and their offspring’s nationalism growing up. Therefore, the Dutch East Indies government found Holandsch Chineesche School (HCS) – it was built up for Chinese people with Dutch language as the main language. Key Words: development, education, childrens of chinese, in Indonesia.

1. PENDAHULUAN berusaha meningkatkan perdagangan antar Sejarah Indonesia mencatat bahwa sejak pulau dan mulailah terjadi perdagangan besar- abad ke-5 sudah ada orang Tionghoa yang besaran di Nusantara. Potensi dagang orang mengunjungi Nusantara. Salah satu orang Tionghoa sangat meresahkan pemerintah VOC Tionghoa yang mengunjungi Nusantara adalah yang pada saat itu mulai menjajah Nusantara. Fa Xian. Nusantara pada saat itu masih Jika orang-orang Tionghoa yang sangat dikuasai oleh raja-raja. Kemudian disusul oleh berbakat dagang itu bersatu dengan masyarakat para perantau yang kebanyakan datang dari pribumi, maka kedudukan pemerintah kolonial daerah Tiongkok Selatan. Para perantau itu VOC pasti terancam. Oleh karena itu sebagian besar menetap di daerah pesisir utara pemerintah kolonial VOC melakukan politik Pulau Jawa. Karena jumlahnya kecil mereka adu domba untuk menghadapi masyarakat membaur dengan masyarakat pribumi. pribumi. Semakin lama semakin banyak perantau Ketika para pendatang dari Tiongkok dari Tiongkok Selatan bermigrasi ke sudah mulai mapan, yaitu terpenuhinya Nusantara. Hal ini disebabkan karena di sandang, pangan dan papan, maka mereka Tiongkok susah sekali mendapat mata mulai memikirkan kebutuhan pendidikan untuk pencaharian demi kelangsungan hidup mereka, anak-anak mereka. Akan tetapi pada saat itu sedangkan di Nusantara sendiri banyak lahan masih belum ada sekolah sehingga hanya untuk mencari nafkah. Selain itu, perang dan orang-orang kaya saja yang menyekolahkan bencana alam yang sering terjadi di daerah anak-anak mereka dengan memanggil guru Tiongkok Selatan juga menjadi alasan para privat untuk datang ke rumah mereka. perantau Tiongkok bermigrasi ke Nusantara. Alasan lain para pendatang Tiongkok Para perantau tersebut kebanyakan adalah memikirkan pendidikan untuk anak-anak laki-laki, sehingga sering terjadi perkawinan di mereka adalah karena pada saat awal abad 19 antara mereka dengan masyarakat pribumi. pemerintah Hindia Belanda tidak memikirkan Kebanyakan profesi para imigran Tiongkok atau mempedulikan pendidikan untuk adalah berdagang. Hal itu terbukti dengan masyarakat Tionghoa sendiri. Mereka lebih banyaknya para pedagang Tionghoa Peranakan mempedulikan membangun sekolah-sekolah yang berada di wilayah Jakarta sekarang. untuk masyarakat pribumi dan untuk anak-anak Ketika bangsa Belanda yang tergabung Belanda sendiri. Adapun tujuan penelitian ini dalam VOC mulai masuk ke Nusantara, mereka guna mengkaji perkembangan pendidikan yang bermaksud menjajah wilayah ini. VOC diperoleh anak-anak Tionghoa pada masa abad 19 sampai berakhirnya orde baru di Indonesia anak-anak, mereka bisa membuat kontrak dan apa yang dilakukan masyarakat Tionghoa dengan guru yang lainnya. untuk pendidikan anak-anak mereka. Ong Hok Ham juga menyatakan bahwa di Batavia pada abad 19 para hartawan pernah 2. TINJAUAN PUSTAKA mendirikan sekolah Tionghoa untuk anak-anak 2.1. Sekolah-sekolah Untuk Anak-Anak yang kurang mampu. Sekolah tersebut bernama Tionghoa Pada Zaman Hindia Gie Oh (Yu Xue / 育 学) yaitu “sekolah gratis”. Belanda Sekolah Gie Oh ini terletak di belakang Pada zaman Hindia Belanda ketika Klenteng Kim Tek Ie (Jin de Yuan / 金 德 院) kebutuhan primer sudah terpenuhi, orang-orang di kawasan Petak Sembilan, , Jakarta Tionghoa mulai memperhatikan masalah Barat. Guru-guru yang mengajar di sekolah ini pendidikan untuk anak-anak mereka. digaji sebesar 1000 gulden setahun. Dana Pemerintah Hindia Belanda pada saat itu sama tersebut diambil dari “dana penguburan sekali tidak mempedulikan atau terfikir untuk Tanjung” (Salah satu tanah pemakaman milik mendirikan sekolah bagi anak-anak masyarakat yang lokasinya di sekitar wilayah Tionghoa. Oleh karena itu, orang-orang Slipi Jaya, Mall Taman Anggrek, Jakarta Tionghoa mulai menangani sendiri masalah Barat). Sekolah ini hanya mempunyai enam pendidikan anak-anak mereka. puluh murid dan dua orang tenaga pengajar Dalam buku 100 Tahun Tiong Hoa Hwee saja. Koan (Zhong Hua Hui Guan / 中 华 会管) Sekolah Gie Oh terkenal dengan nama tertulis bahwa sebelum abad 20, masyarakat sekolah Hokkian, karena bahasa pengantar di Tionghoa pernah mendirikan satu sekolah yang sekolah tersebut menggunakan bahasa bernama Beng Seng Su Yuan (Min Sheng Xue Hokkian. Sistem mengajar di sekolah ini juga Yuan / 民 生 学 院), tapi tidak berhasil. Sebelum hanya menggunakan ajaran Konghuchu sebagai abad 20 anak-anak yang mendapatkan buku acuan mereka. Murid-muridnya hanya pendidikan hanya anak-anak dari keluarga kaya disuruh menghafal kitab klasik Si So (Si Shu / yaitu yang ayahnya menjabat sebagai perwira 四 书) dan Go Keng (Wu Jing / 五 经). Sekolah Tionghoa atau pengusaha besar yang ini tidak mengajarkan ilmu sejarah, berhitung mendapatkan pendidikan. Ketika belum ada dan lain-lain. Karena hanya diharuskan sekolah, orang-orang yang mampu memanggil membaca dan menghafal kitab klasik tersebut guru ke rumah untuk memberikan pelajaran saja dan tidak mengerti maknanya, maka kepada anak-anak mereka. puncak kepintaran tertinggi yang bisa dicapai Ong Hok Ham dalam bukunya yang adalah membaca buku-buku bahasa klasik. berjudul Riwayat Tionghoa Peranakan di Jawa Menurut Kwee Tek Hoay, murid-murid mengatakan bahwa “seorang hartawan akan sekolah lulusan itu tidak bisa menulis dan mengontrak seorang guru untuk mengajar berbicara di dalam bahasa Belanda yang anak-anaknya dengan ongkos sekitar 600-1000 sederhana. Oleh karena itu ketika sekolah- gulden setahun. Anak-anak yang lain bisa sekolah Belanda didirikan, anak-anak lulusan mendapatkan pelajaran asalkan dapat sekolah Gie Oh tidak dapat pindah atau membayar dengan ketentuan yang berlaku. meneruskan ke sekolah Belanda tersebut, Pelajaran bisa diberikan di rumah sang guru kecuali bagi anak-anak Tionghoa golongan atau di rumah salah satu dari murid-murid tertentu. Anak-anak tertentu inipun baru boleh tersebut” (Ong, 2009: 71). masuk ketika beberapa orang missionaris Biasanya guru-guru tersebut hanya Belanda, seperti C. Albers, S.Coolsma dan D.J. mengajarkan cara-cara membaca dan Van Der Linden mendirikan sekolah swasta menghafal karya-karya klasik Tionghoa (pada yang tidak hanya untuk anak-anak Belanda umumnya ajaran Kong Huchu / 孔 夫 子) akan saja. tetapi murid-murid sekolah itu tidak mengerti Sekolah Belanda yang pertama didirikan makna yang terkandung di dalam karya-karya pada tahun 1816. Anak-anak Tionghoa tertentu tersebut. Selain bentuk pengajaran privat yang diperbolehkan bersekolah di sekolah seperti itu, ada juga guru yang membuka Belanda adalah anak-anak perwira Tionghoa sekolah sendiri dengan memakai sistem atau yang orang tuanya kaya raya. Dengan kontrak, yaitu kontrak antara orangtua murid alasan yang bermacam-macam pemerintah dengan sang guru selama satu tahun. Jika satu Belanda mempersulit anak-anak Tionghoa dan tahun sudah lewat, para orang tua murid bisa anak-anak pribumi untuk masuk sekolah ini. mempertahankan guru tersebut dengan cara Pemerintah Belanda memberikan syarat memperpanjang kontrak. Tetapi jika para orang seperti: 1) anak-anak sudah harus menguasai tua murid merasa kurang puas atas bahasa Belanda di rumah; 2) biaya sekolah penyampaian materi yang diberikan untuk yang mahal sekali; 3) harus ada rekomendasi dari pejabat Belanda, seperti Residen atau mendirikan sebuah perkumpulan. Akhirnya asisten Residen. Jika tidak memenuhi terbentuklah suatu Perkumpulan Tionghoa atau persyaratan tersebut diatas, maka mereka tidak Tiong Hoa Hwee Koan (THHK) pada tanggal bisa diterima. Oleh karena itu, banyak keluarga 17 Maret 1900. THHK didirikan oleh 20 orang, Tionghoa yang kaya ataupun yang setengah yaitu , Khoe A Fan, Ang Sioe kaya yang menitipkan anak-anak mereka di Tjiang, Kapitein Oey Giok Koen, Oey Koen Ie, keluarga Belanda agar mereka terbiasa dan Tan Kong Tiat, Lie Hin Liam, Nio Hoey Oen, membiasakan berbahasa Belanda di rumah. Phoa Lip Tjay, , Tan Tian Jadi pada intinya, pemerintah Belanda Seng, Ouw Tiauw Soey, Ouw Sian Tjeng, Oen sama sekali tidak mempedulikan pendidikan A Tjoeng, Lie Kim Hok, Khoe Siauw Eng, Tan atau mendirikan sekolah-sekolah untuk anak- Kim San, Khoe Hiong Pin, Khouw Lam Tjiang anak Tionghoa dan anak-anak pribumi. Sudah dan Tjoa Yoe Tek. berulang-ulang kali komunitas Tionghoa di Maksud dan tujuan didirikannya THHK Indonesia mengusulkan agar pemerintah adalah: 1) memperbaharui adat istiadat Hindia Belanda memberi kesempatan bagi Tionghoa sesuai dengan ajaran Nabi Khong anak-anak Tionghoa bersekolah di sekolah Hoe Tjoe (Kong Fu Zi / 孔夫子 ) dengan Belanda tanpa syarat. Akan tetapi pemerintah mendirikan sekolah-sekolah untuk anak-anak Hindia Belanda tidak pernah Peranakan Tionghoa; 2) pengadaan gedung mempedulikannya. bagi pertemuan anggota perkumpulan untuk membahas dan mencari pemecahan masalah- 2.2. Terbentuknya Tiong Hoa Hwee Koan masalah yang dihadapi oleh masyarakat (THHK) Tionghoa; 3) menyelengggarakan perpustakaan Pada pergantian abad 19 ke 20, di untuk meningkatkan pengetahuan para anggota. Tiongkok sedang terjadi pergolakan politik Pendirian THHK tersebut disahkan oleh yang sangat hebat, yaitu upaya reformasi Gubernur Jenderal Kolonial Belanda pada bahkan ada yang mengusulkan revolusi untuk tanggal 3 Juni 1900 dengan surat keputusan menggulingkan Dinasti Qing dan mendirikan No. 15 dan dimuat dalam “ Javasche Courant “ Republik Nasionalis Tiongkok. Dampak tanggal 8 Juni 1900 No. 46. Sejak saat itu Nasionalisme Tiongkok terasa pula di Asia THHK menjadi satu perkumpulan masyarakat Tenggara termasuk di Hindia Belanda. Tionghoa yang mengurus masalah adat istiadat, Bersamaan dengan itu Konghuchu-isme yang memajukan pendidikan dan kebudayaan sedang dihidupkan kembali oleh beberapa masyarakat Tionghoa sesuai dengan ajaran pemimpin Tiongkok seperti Kang Yu Wei Nabi Kong Hu Chu. (Kang You Wei / 康 有 为) juga menjalar ke Hindia Belanda. 2.3. Terbentuknya Sekolah THHK Menjelang akhir abad 19 itu juga Tujuan utama didirikannya THHK adalah sejumlah pemimpin Tionghoa Peranakan di untuk menyebarluaskan ajaran Kong Hu Chu Hindia Belanda membenci sikap diskriminasi sebagai tujuan pokok resinisasi Pemerintah Hindia Belanda terhadap orang- (mentionghoakan kembali) orang-orang orang Tionghoa. Orang Tionghoa dibatasi Tionghoa di Hindia Belanda. Menurut para ruang geraknya dan hanya dapat bepergian bila pendiri THHK, mendirikan sekolah adalah cara mempunyai pas (surat ijin bepergian) serta yang paling efektif untuk mencapai tujuan menghapus sistem pacht (suatu sistem yang mereka. Cara ini juga merupakan protes memberi monopoli kepada orang Tionghoa terhadap pemerintah Hindia Belanda yang tidak sebagai pengumpul pajak) yang merupakan mau mendirikan sekolah-sekolah untuk anak- sumber penghasilan utama bagi orang anak Tionghoa. Tionghoa. Oleh karena itu, para pemimpin Sebenarnya larangan pemerintah Hindia tersebut memulai suatu gerakan pembaharuan Belanda untuk anak-anak Tionghoa masuk ke untuk memperbaiki kondisi budaya maupun sekolah Belanda sudah dicabut pada tahun kondisi sosial mereka di Hindia Belanda. 1864, tapi hanya sedikit sekali anak-anak Dalam buku 100 Tahun THHK Tionghoa yang masuk ke sekolah Belanda. disebutkan bahwa setelah mengadakan Sementara itu, pada tahun 1871 pemerintah pembicaraan dan pertemuan-pertemuan antara Hindia Belanda membuka sekolah untuk anak- orang Tionghoa Peranakan, akhirnya pada anak pribumi, tapi tidak membuka sekolah suatu hari mereka berkumpul di rumah Phoa untuk anak-anak keturunan Tionghoa. Oleh Keng Hek yang terletak di Jalan Mangga karena itu para pemimpin THHK mendirikan Besar. Pertemuan yang dihadiri oleh para sekolah THHK untuk anak-anak keturunan pemimpin Tionghoa Peranakan itu Tionghoa. menghasilkan sebuah gagasan untuk Pada 17 Maret 1901, Tiong Hoa Hwee Tionghoa di Hindia Belanda ternyata menjalar Koan mendirikan sekolah Tionghoa yang ke kota-kota lain, termasuk Semarang. THHK disebut Tiong Hoa Hak Tong (Zhonghua Xue Semarang terbentuk pada tanggal 17 Januari Tang / 中 华 学堂 ). Kepala sekolah THHK yang 1904. pertama adalah Louw Koei Hong (Lu Guifang). Dalam buku 100 Tahun Tiong Hoa Hwee Sekolah ini merupakan sekolah swasta modern Koan (Zhong Hua Hui Guan / 中 华 会 管) pertama di Hindia Belanda saat itu. Pada tertulis bahwa sekolah THHK Semarang yang perkembangan selanjutnya sekolah THHK pertama menggunakan bangunan kecil terletak yang ada di jalan Patekoan itu disingkat di Jl. Gang Tengah. Murid angkatan pertama menjadi Pa Hua (Ba Hua / 巴 华). Sekolah ini hanya berjumlah 80 orang, akan tetapi dalam menggunakan sistem pendidikan modern yang waktu yang singkat jumlah murid di THHK telah diterapkan di Tiongkok dan Jepang. Semarang mencapai ratusan bahkan mencapai Berbeda dengan metode kuno yang hanya seribu anak. Berbeda dengan sistem pendidikan mempelajari karya-karya klasik Tiongkok yang digunakan di sekolah THHK Batavia, dengan menyuruh siswa mengahafal kitab THHK Semarang menggunakan sistem klasik tanpa mengerti artinya. pendidikan yang dipengaruhi oleh pendidikan Guru-guru THHK didatangkan langsung di Amerika dan Jepang. dari Tiongkok. Bahan pengajarannya diambil dari buku pelajaran sekolah untuk anak 2.4. Berdirinya Sekolah Belanda-Tionghoa Tionghoa di Jepang dan berbahasa pengantar Pertumbuhan-pertumbuhan yang sangat Tjeng Im (Zheng Yin / 正音), yang kemudian pesat di sekolah-sekolah THHK sangat menarik dikenal sebagai Kuo Yu (Guo Yu / 国语), perhatian pemerintah Tiongkok, akan tetapi sekarang juga dikenal dengan nama bahasa juga menimbulkan kekhawatiran pemerintah Mandarin. Dalam kurikulum sekolah THHK Hindia Belanda. Pejabat-pejabat Tiongkok tercantum bahasa Mandarin, bahasa Inggris, dikirim ke Hindia Belanda untuk meninjau dan berhitung, pengetahuan umum, musik dan menyelia sekolah-sekolah Tionghoa yang olahraga sehingga Pa Hua dianggap sebagai berada di Hindia Belanda, dan memberikan perintis sekolah modern di Hindia Belanda. beasiswa kepada anak-anak Tionghoa untuk Meskipun demikian masih banyak orang tua melanjutkan studinya di Tiongkok. yang belum mau menyekolahkan anak-anak Perkembangan sekolah-sekolah THHK mereka ke sekolah THHK. dan perhatian Pemerintah Tiongkok yang Untuk membuktikan keunggulan murid- meningkat kepada masyarakat Tionghoa di murid didikan Pa Hua, pada tahun 1902 para Hindia Belanda menimbulkan kekhawatiran di pemimpin THHK mengusulkan untuk mengadu kalangan Pemerintah Hindia Belanda. Para kemampuan berbahasa Tionghoa dengan penguasa Belanda takut kehilangan kendali atas murid-murid sekolah Gie Oh. Hasilnya masyarakat Tionghoa di Hindia Belanda dan kemampuan berbahasa Tionghoa dari sekolah khawatir jika lulusan sekolah THHK Pa Hua lebih baik dari hasil pendidikan Gie mempunyai pandangan politik yang berkiblat Oh. ke Tiongkok, bukan ke Hindia Belanda sebagai Dalam salah satu kurikulum THHK kawula Belanda. disebutkan bahwa bahasa Inggris merupakan Pada tahun 1907 Menteri Urusan Tanah salah satu pelajaran yang diberikan di sekolah Jajahan Belanda yang bernama D. Vock mulai THHK dan sangat ditekankan di sekolah mempertimbangkan untuk membuka sekolah- tersebut. Oleh karena itu sekolah THHK pada sekolah Belanda bagi anak-anak Tionghoa. tanggal 1 September 1901 membuka sekolah Setahun kemudian, sekolah dasar Belanda berbahasa Inggris atau Yale Institute yang pertama dibuka untuk anak-anak Tionghoa, dipimpin oleh Dr. Lee Teng Hwee. Pada saat yaitu Holandsch Chineesche School (HCS) itu THHK mempunyai dua sekolahan yaitu didirikan di Batavia, kemudian diikuti oleh Sekolah Tionghoa dan Sekolah Inggris. Akan kota-kota lainnya. HCS dirancang seperti tetapi pada tanggal 8 Januari 1905 sekolah Europeesche Lagere School (ELS) atau sekolah tersebut digabung menjadi satu. Sejak saat itu rendah Eropa/SD yang menggunakan bahasa murid-murid sekolah THHK diberikan Belanda sebagai bahasa pengantar dan tidak pelajaran bahasa Inggris. memberikan pelajaran bahasa Tionghoa Berdirinya sekolah THHK disambut ataupun kebudayaannya. antusias oleh orang-orang Tionghoa di Hindia Pada tahun 1910, Pemerintah Hindia Belanda. Dalam waktu satu tahun, berdiri Belanda mengeluarkan Undang-undang yang ratusan sekolah Tionghoa di berbagai daerah menyatakan bahwa orang-orang Tionghoa yang mengikuti manajemen THHK. THHK adalah kawula Belanda, berbeda dengan yang diprakarsai oleh pemuda-pemuda masyarakat pribumi yang statusnya lebih rendah lagi dari orang Tionghoa. Beberapa atau Lembaga Pendidikan. Tahun 1919, Kauw tahun kemudian, Pemerintah Hindia Belanda Yok Hwee menyarankan supaya kurikulum memberikan kesempatan kepada anak-anak sekolah THHK disesuaikan saja dengan Tionghoa untuk masuk ELS, sekolah yang keadaan masyarakat di Hindia Belanda, namun semestinya khusus untuk anak-anak Belanda usaha perbaikan ini gagal karena kekurangan dan Eropa. Karena alasan latar belakang dana. budaya yang agak khas, maka kebanyakan Merosotnya minat siswa untuk masuk orang Tionghoa Peranakan lebih memilih sekolah di sekolah THHK menyebabkan Kwee menyekolahkan anak-anak mereka di sekolah Heng Tjiat dan The Kian Sing mengusulkan Belanda walaupun tes masuk yang diberikan agar mengubah tipe sekolah THHK menjadi oleh pihak sekolah sulit dan biaya sekolah yang seperti HCS. Tahun 1925, kekecewaan Kwee lebih mahal. Akibatnya, anak-anak yang masuk memuncak dan mengusulkan gagasan lebih sekolah THHK jumlahnya semakin berkurang. drastis lagi, yaitu menutup semua sekolah- Meskipun berkurang, sekolah THHK tetap sekolah THHK. Lebih parahnya lagi, surat- memiliki murid lebih banyak dari sekolah surat kabar Tionghoa peranakan ikut serta Belanda. menyerang sekolah-sekolah THHK. Akhirnya Menurut Leo Suryadinata, dalam bukunya dibentuklah suatu badan peneliti pendidikan yang berjudul Kebudayaan minoritas Tionghoa orang-orang Tionghoa atau yang disebut Tiong di Indonesia mengatakan bahwa menurut Hoa Kauw Yok Gian Kioe Hwee (Zhonghua seorang pemimpin Djawa Hak Boe Tjong Jiaoyu Yanjiuhui / 中教 华 育研究会 ). Hwee (Zhaowa Xuewu Zonghui / 爪哇学 务总 Badan ini menyelenggarakan konperensi 会) atau yang disebut Himpunan Umum untuk membahas masalah-masalah yang Pendidikan Jawa, kebanyakan siswa Tionghoa dihadapi oleh sekolah-sekolah THHK. Hasil Peranakan yang belajar di sekolah-sekolah akhir dari konperensi ini adalah putusan untuk THHK adalah mereka yang gagal masuk mendirikan sebuah percontohan. Akan tetapi, sekolah berbahasa Belanda. lagi-lagi upaya perbaikan ini gagal karena Walaupun jumlah murid di sekolah- masalah biaya dan minat. sekolah THHK lebih besar, tapi kurikulum di Kwee Tek Hoay mencoba menganalisis sekolah tersebut tidak cocok untuk kehidupan dan menyimpulkan alasan ke dalam beberapa masyarakat Tionghoa dan sangat susah mencari kelompok mengenai kegagalan upaya itu, yaitu pekerjaan di Hindia Belanda. Hal inilah yang : membuat sekolah Belanda lebih menarik di 1. Orang Tionghoa Peranakan kaya dan mata para orang tua Tionghoa untuk menengah ingin tetap tinggal di Hindia menyekolahkan anak-anak mereka di sekolah Belanda tertarik pada pendidikan yang Belanda. Alasan lain adalah sekolah THHK tinggi. baru sampai di tingkat SD saja (tahun 1913 2. Orang Tionghoa Peranakan miskin ingin pernah didirikan sebuah sekolah menengah, terus tinggal di Hindia Belanda puas tapi setelah enam bulan ditutup karena walaupun anak-anaknya hanya bisa kekurangan dana dan murid). Banyak yang membaca dan menulis bahasa Melayu menganggap bahwa para pemimpin THHK dengan huruf Latin. tidak tahu banyak mengenai masalah 3. Kaum nasionalis Tionghoa Peranakan pendidikan. Oleh karena itu, para pemimpin ingin mengirimkan anak-anak mereka ke THHK mencoba untuk memperbaiki Tiongkok dan membantu negeri tersebut kekurangan-kekurangan di dalam sekolah percaya bahwa pendidikan itu sangat mereka. penting walaupun mereka selamanya akan tinggal di Hindia Belanda. 2.5. Perbaikan Sekolah-sekolah THHK 4. Kaum nasionalis yang berpikiran praktis, Para pemimpin THHK mencoba yaitu Tionghoa Peranakan dan Tionghoa memperbaiki kekurangan dalam sistem Totok ingin mempertahankan identitas pendidikan mereka melalui Djawa Hak Boe Tionghoanya, percaya bahwa bahasa Tjong Hwee. Himpunan ini memiliki fungsi Tionghoa tidak cukup untuk mendapat utama untuk mengawasi pengelolaan sekolah nafkah mereka dengan baik. dan menyediakan guru-guru yang baik yang 5. Orang Tionghoa Totok terutama orang didatangkan langsung dari Tiongkok. Hakka dan Kongfu (Kanton) ingin kembali Himpunan ini memiliki sebuah departemen ke Tiongkok. khusus untuk meninjau kembali kurikulum Kelompok-kelompok inilah yang menyebabkan yang digunakan sekolah THHK. Departemen upaya perbaikan itu gagal, karena mereka khusus ini didirikan menjelang tahun 1919 dan menginginkan tipe sekolah yang berbeda-beda disebut Kauw Yok Hwee (Jiaoyu Hui / 教育会 ) untuk anak-anaknya. Usaha kedua dilakukan kembali oleh The sekolah THHK dan sekolah-sekolah Tionghoa Kian Sing pada tahun 1927 di Surabaya. Dia lainnya berjumlah 32.668 murid. Namun mengusulkan supaya sekolah-sekolah THHK pertengahan tahun dua puluhan peran orang- diubah menjadi semacam sekolah Belanda dan orang Tionghoa Peranakan dalam pendidikan para lulusannya bisa melanjutkan pendidikan mulai turun karena orang Tionghoa Totok mereka ke negeri Belanda atau sekolah tinggi mendirikan sekolah sendiri untuk mereka. yang ada di Hindia Belanda. Kwee Tek Hoay Mereka tidak puas dengan pendidikan dan menanggapi usulan itu dan memberikan pengajaran yang diberikan dari sekolah-sekolah pendapatnya kepada The Kian Sing bahwa usul THHK. itu bagus. Namun, kata Kwee Tek Hoay lebih Di Bandung, ada tiga sekolah berbahasa lanjut, jika ingin memperbaharui sekolah- pengantar bahasa Tionghoa yang dikelola oleh sekolah THHK jangan meminta persetujuan orang-orang Tionghoa Totok. Di Batavia dari para pemimpin THHK, karena sebagian sendiri, orang Hakka, Kongfu (Kanton) dan besar dari mereka adalah orang Tionghoa Hokkian juga mendirikan sekolah-sekolah Totok dan berkiblat ke Tiongkok. khusus untuk anak-anak mereka berdasarkan Ternyata analisis Kwee benar. Sekolah- kelompok linguistik masing-masing. Lambat sekolah THHK di Hindia Belanda dan di laun orang-orang Tionghoa Totok mengambil Surabaya segera mengadakan pertemuan untuk alih kepemimpinan pendidikan Tionghoa di menentang usul The Kian Sing ini. Menurut Hindia Belanda, sehingga sekolah-sekolah mereka jika kurikulum THHK diubah menjadi yang dikelola oleh orang Tionghoa Peranakan seperti sekolah Belanda, itu berarti perubahan jumlahnya turun dengan drastis. total bagi mereka dan merupakan pemecatan Pada tahun 1932, berdasarkan sebuah guru-guru Tionghoa serta “Peranakanisasi” survei yang dilakukan oleh surat kabar anak-anak Totok. Jadi, usul dari The Kian Sing Kuomintang (Guomindang / 国民党) terkemuka benar-benar ditentang keras oleh para di Batavia dinyatakan bahwa banyak sekolah pemimpin THHK yang kebanyakan orang Tionghoa yang tidak memakai nama THHK Tionghoa Totok. atau memakai nama lain. Seperti contohnya Orang-orang Tionghoa peranakan banyak Sekolah Kwong Djin (Guang Ren / 广 人) yang yang mendirikan sekolah-sekolah swasta dikelola oleh komunitas Kongfu (Guangshao dengan sistem dan kurikulum sekolah Belanda Huiguan / 广 韶 会 馆), lalu sekolah Gie Seng dengan sembunyi-sembunyi. Contohnya, (Yu Cheng / 育 成) dan Pin Min (Ping Min / 平 sebuah HCS “Nasional” (sekolah berbahasa 民) yang disponsori oleh komunitas Hakka pengantar bahasa Belanda dengan satu mata (Huaqiao Shubao She / 华 侨 书 报 社), serta pelajaran tentang bahasa dan budaya Tionghoa) sekolah Hokkian yang dikelola oleh Hokkian didirikan oleh sekelompok orang peranakan Hwee Koan (Fujian Huiguan / 福 建 会 馆 ). berpendidikan Belanda di Surabaya. Dr. Yap Meningkatnya sekolah-sekolah berbahasa Hong Tjoen juga mendirikan sekolah swasta di pengantar bahasa Tionghoa yang disponsori Jogja serta orang Tionghoa Peranakan di Bogor oleh orang Tionghoa Totok disebabkan karena juga mendirikan sekolah swasta serupa di penduduk Tionghoa Totok semakin lama Bogor. semakin banyak serta disebabkan oleh Pada tahun 1927 pertemuan di Semarang kebijakan Guomindang. Pemerintah yang kebanyakan dihadiri oleh orang Tionghoa Guomindang mendirikan sebuah Biro Urusan Peranakan, mendesak Pemerintah Hindia Tionghoa Perantauan dan mengeluarkan Belanda agar lebih banyak lagi membuka kebijakan masalah pendidikan untuk mereka. sekolah-sekolah HCS dan menambahkan Sekolah-sekolah berbahasa pengantar bahasa pelajaran bahasa dan budaya Tionghoa ke Tionghoa diletakkan di bawah pengawasan dalam kurikulum sekolah mereka. Usul itu para konsul pemerintah Guomindang atas nama diterima oleh pemerintah Hindia Belanda. pemerintah Tiongkok untuk memastikan bahwa Mereka membuka lebih banyak lagi sekolah- kegiatan pendidikan itu dilakukan untuk sekolah HCS, akan tetapi tidak pernah kepentingan pemerintah Tiongkok. mengubah kurikulum mereka. Hal ini Leo Suryadinata mengatakan bahwa disebabkan karena pemerintah takut jika bahasa Pemerintah Tiongkok melarang sekolah- dan budaya Tionghoa ditambahkan ke dalam sekolah berbahasa pengantar bahasa Tionghoa pelajaran, maka rasa nasionalisme Tionghoa di perantauan menerima hadiah dari pemerintah mereka akan muncul. setempat, biaya keuangan harus datang dari Sebuah survei menunjukan bahwa anak masyarakat Tionghoa sendiri. Akan tetapi, Tionghoa yang mendapat pendidikan Belanda banyak sekolah yang melanggar ketentuan ini berjumlah sebanyak 27.802 murid, sedangkan pada tahun empat puluhan. Pelanggaran ini yang mendapat pendidikan Tionghoa, yaitu menunjukkan bahwa Pemerintah Guomindang tidak begitu efektif menjalankan kebijakannya. kembali ke Hindia Belanda, karena pada Pada umumnya, anak-anak Tionghoa Totok umumnya mereka berkiblat ke Hindia Belanda, mendapatkan pendidikan di sekolah-sekolah bukan ke Tiongkok. berbahasa pengantar bahasa Tionghoa, sedangkan anak-anak Tionghoa Peranakan 3. METODE PENELITIAN mendapatkan pendidikan di sekolah-sekolah Metode penelitian yang digunakan adalah berbahasa Belanda. metode kualitatif melalui deskrisi penelusuran Selain mendirikan sekolah-sekolah untuk sejarah, yang pada dasarnya adalah penelitian anak-anak Tionghoa, anggota-anggota terhadap sumber-sumber sejarah dari tahapan perkumpulan THHK juga terjun ke dalam kegiatan yang tercakup dalam metode sejarah, organisasi politik. Contohnya adalah Chung yaitu: a) heuristik, adalah kegiatan mencari dan Hwaa Hui (Zhonghua Hui / 中 华 会)/CHH dan menemukan sumber yang diperlukan. b) kritik Partai Tionghoa Indonesia(PTI). Kedua sumber, sumber untuk penulisan ilmiah harus organisasi politik ini mendirikan sekolah bagi terlebih dahulu dinilai melalui kritik ekstern anak-anak Tionghoa Peranakan, karena mereka dan kritik intern. Tujuan utama kritik sumber menyadari bahwa pentingnya arti pendidikan adalah untuk menyeleksi data. c) interpretasi, bagi penerus mereka. adalah penafsiran akan arti fakta dan hubungan CHH mendirikan sekolah yang bernama antara satu fakta dengan fakta yang lain, dan d) Volkschool (sekolah rakyat) dan juga historiografi, adalah penulisan hasil penelitian mendukung keuangan HCS. Volkschool atau merangkaikan fakta berikut maknanya melakukan kerjasama dengan HCS demi secara kronologis/diakronis dan sistematis, memudahkan murid-murid Volkschool untuk menjadi tulisan sejarah sebagai kisah. meneruskan sekolah di HCS. Sedangkan PTI mendirikan sekolah bernama sekolahan PTI 4. HASIL DAN PEMBAHASAN (sebelum tahun 1936 bernama sekolah Nan 4.1. Pendidikan Anak-Anak Tionghoa Pada Yang). Sekolah yang didirikan PTI ini memberi Masa Pendudukan Militer Jepang contoh tentang persamaan ras. Selama masa pendudukan militer Jepang pada tahun 1942-1945, sekolah-sekolah 2.6. Perguruan Tinggi Masyarakat Tionghoa berbahasa pengantar bahasa asing (Belanda) Tidak ada pendidikan lanjut bagi lulusan dilarang. Hanya sekolah yang berbahasa sekolah berbahasa pengantar bahasa Tionghoa pengantar bahasa Tionghoa dan Indonesia saja di Hindia Belanda sebelum Perang Dunia yang tetap berjalan. Pemerintah militer Jepang Kedua. Anak-anak Tionghoa yang sudah lulus memasukkan orang-orang Tionghoa Totok dan SD, jika ingin melanjutkan pendidikannya ke Tionghoa Peranakan ke dalam satu wadah yang jenjang yang lebih tinggi harus pergi ke sama. Anak-anak Tionghoa Peranakan yang Tiongkok. Tetapi jika cukup mahir berbahasa sebelumnya bersekolah di HCS atau ELS Inggris, mereka bisa melanjutkan menerima pendidikannya di sekolah-sekolah pendidikannya ke universitas-universitas di berbahasa pengantar bahasa Tionghoa, negeri Barat atau di Hong Kong. sehingga terjadi semacam resinisasi anak-anak Menjelang Perang Tiongkok-Jepang Tionghoa Peranakan. meletus pada tahun 1937, 300 mahasiswa Setelah Indonesia memproklamasikan Tionghoa Peranakan kembali ke Hindia kemerdekaannya pada tahun 1945, masih ada Belanda. Kebanyakan mahasiswa Tionghoa sekolah yang berbahasa pengantar bahasa Peranakan yang kembali ke Hindia belanda Belanda yang dibuka kembali di Jakarta dan di bekerja di perusahaan swasta dan menjadi guru. beberapa kota besar lain setelah Jepang Mereka adalah pendukung nasionalisme menyerah kepada Indonesia. Banyak anak-anak Tiongkok yang sangat gigih. Tionghoa Peranakan yang bersekolah di Berbeda dengan para lulusan sekolah sekolah tersebut, tetapi jumlah siswa yang Tionghoa berbahasa pengantar bahasa Belanda. bersekolah di sekolah berbahasa pengantar Mereka ada yang melanjutkan pendidikannya bahasa Tionghoa di wilayah Federal juga lebih ke negeri Belanda dan ada juga yang banyak daripada di wilayah Republik. melanjutkan di Hindia Belanda sendiri. Pada Di wilayah Republik Indonesia pada tahun 1928 sudah ada empat puluh tiga bulan Oktober 1947, muncul satu peraturan mahasiswa yang masuk sekolah-sekolah tinggi yang menyatakan bahwa sekolah-sekolah Hindia Belanda. Pada tahun 1940, ada 741 berbahasa pengantar bahasa Tionghoa bisa mahasiswa Tionghoa Peranakan di universitas- diberi subsidi, akan tetapi sekolah-sekolah itu universitas di Negeri Belanda. 107 orang harus mengajarkan bahasa Indonesia selama menyelesaikan studinya dan memperoleh enam jam seminggu mulai dari kelas 3 gelarnya. Setelah mendapatkan gelar, mereka Sekolah Dasar. Kementerian Pendidikan Republik Indonesia juga memberikan sertifikat siswa. Pemerintah Indonesia menggolongkan mengajar kepada guru-guru sekolah berbahasa sekolah-sekolah berbahasa pengantar bahasa pengantar bahasa Tionghoa, serta Tionghoa sebagai sekolah asing. memperbolehkan bahasa Tionghoa diajarkan di Pada bulan Maret 1954, berdiri sebuah sekolah pemerintah atau yang bersubsidi yang organisasi sosial politik yang bernama Badan mayoritas siswanya adalah anak-anak Permusyawaratan Kewarganegaraan Indonesia Tionghoa. (Suryadinata 1988: 23). (Baperki). Baperki mempunyai tujuan Pada bulan Desember tahun 1949 Negara melindungi warga negara Indonesia keturunan Indonesia terbagi atas dua wilayah, yaitu Tionghoa, mengambil alih pengelolaan wilayah Federal (yang dikuasai Belanda) dan sekolah-sekolah berbahasa pengantar bahasa wilayah Republik Indonesia. Pemerintah Indonesia yang baru diubah. Sekolah-sekolah Belanda mendukung penuh pendirian sekolah- ini mempunyai kurikulum yang sama dengan sekolah berbahasa pengantar bahasa Tionghoa. sekolah yang dikelola oleh Pemerintah Perubahan kebijakan pemerintah Belanda Indonesia kecuali siswanya. Siswa-siswanya mengenai pendidikan anak-anak Tionghoa ini adalah anak-anak dari etnis Tionghoa dan disebabkan karena Belanda berharap bahasa Tionghoa boleh diajarkan sebagai mata mendapatkan dukungan dari orang-orang pelajaran. Pada saat itu anak-anak Tionghoa Tionghoa bagi pemulihan kembali kekuasaan belajar di tiga macam sekolah berbahasa Belanda di Indonesia. pengantar bahasa Indonesia yang berbeda-beda, Namun demikian, perjanjian Indonesia- yaitu sekolah yang dikelola oleh pemerintah Belanda telah memutuskan bahwa Belanda Indonesia, sekolah yang dikelola misionaris harus menyerahkan kedaulatan seluruh wilayah dan sekolah yang dikelola Baperki. Hindia Belanda kepada Pemerintah Republik Indonesia pada bulan Desember 1949. Sekolah- 4.2. Sekolah-sekolah pro-Taiwan dan pro- sekolah Belanda ditutup dan anak-anak Beijing Tionghoa Peranakan yang bersekolah di Pertentangan politik di Tiongkok, yaitu sekolah berbahasa pengantar bahasa Belanda setelah Republik Rakyat Tiongkok di melanjutkan pendidikannya di sekolah-sekolah proklamasikan pada tanggal 1 Oktober 1949, berbahasa pengantar bahasa Indonesia yang berdampak terhadap sekolah-sekolah Tionghoa dikelola oleh pemerintah Republik Indonesia yang berada di Indonesia. Sekolah-sekolah itu atau kelompok-kelompok swasta lainnya. terpecah kiblatnya menjadi dua, yaitu yang pro- Pada tahun 1950, ada sekitar 50.000 Beijing (RRT) dan yang pro-Taiwan (RNT). murid Tionghoa yang bersekolah di sekolah Para pemimpin pro-Taiwan ingin menjauhkan Indonesia. Namun demikian jumlah siswa di pengaruh Beijing dari sekolah-sekolah itu. Di sekolah berbahasa Tionghoa masih berjumlah sekolah yang pro-Taiwan, banyak guru yang lebih besar. Sekitar 250.000 murid Tionghoa pro-Beijing di pecat. Misalnya, sekolah Qing terdaftar di sekolah berbahasa pengantar Hua (清 华) di Bandung, telah memecat Tionghoa, dan 150.000 murid di antaranya sebanyak 24 orang guru yang pro-Beijing adalah Warga Negara Indonesia. Peningkatan (Suryadinata 1988: 26). yang mencolok ini disebabkan karena semua Perkembangan politik di dalam sekolah Belanda ditutup, sedang sekolah- pemerintahan Republik Indonesia sekolah berbahasa pengantar bahasa Indonesia menunjukkan bahwa pengaruh Beijing semakin tidak cukup. Pada tahun ini juga pemerintah besar. Sehingga makin lama makin banyak Indonesia menghentikan subsidi kepada sekolah-sekolah yang jatuh ke tangan para sekolah-sekolah berbahasa pengantar bahasa pemimpin Tionghoa yang pro-Beijing. Banyak Tionghoa, akan tetapi warga negara Indonesia guru muda yang kelahiran Tiongkok aliran yang masih keturunan Tionghoa masih politiknya berkiblat ke Beijing. Pemerintah diperbolehkan untuk bersekolah di sekolah- Indonesia dengan cepat mengakui bahwa RRT sekolah Tionghoa. adalah penguasa tunggal di Tiongkok. Dengan Pada tahun 1952, pemerintah Indonesia kata lain pemerintah Indonesia mendukung mulai mengawasi sekolah-sekolah yang kelompok pro-Beijing yang sedang berbahasa pengantar bahasa Tionghoa. Seluruh berkembang itu. sekolah ini harus didaftarkan kepada Sekolah menengah terbesar yang pro- Kementerian Pendidikan Republik Indonesia. Beijing adalah Ba Zhong Zhongxue (巴 中 中 Akan tetapi meskipun sudah terdaftar di dalam 学) dan Zhong Hua Zhongxue (中 华 中 学). Kementerian Pendidikan Republik Indonesia, Sekolah Ba Zhong merupakan gabungan dari sekolah-sekolah berbahasa pengantar bahasa tiga sekolah yang pernah ada sebelumnya, yaitu Tionghoa tidak mendapatkan pengawasan sekolah Guangren, sekolah Fujian dan sekolah dalam hal buku-buku pelajaran, guru ataupun Huaqiao. Guru yang pada mulanya berjumlah 20 orang naik menjadi 100 orang pada tahun dari sekolah-sekolah atau perguruan tinggi di 1955. Begitu juga jumlah muridnya meningkat Tiongkok daratan. menjadi 3.300 pada tahun yang sama. Pada tanggal 6 November 1957, sebuah Sekolah THHK yang merupakan sekolah peraturan dikeluarkan oleh Djuanda yang saat Tionghoa tertua di Jakarta, dapat tetap netral itu menjabat sebagai Menteri Pertahanan selama beberapa tahun. Sekolah ini mulai Republik Indonesia yang menyatakan bahwa mengajarkan bahasa Tionghoa dan warga negara Indonesia dilarang masuk memperkenalkan bahasa Inggris makin banyak sekolah-sekolah asing (sekolah Tionghoa). sehingga semua mata pelajaran diajarkan dalam Lagi pula, guru-guru di sekolah-sekolah yang bahasa Inggris. Sebagian besar, murid- berbahasa pengantar bahasa Tionghoa harus muridnya adalah orang-orang Tionghoa memperoleh izin baru dari Kementerian Peranakan dan sebagian besar guru-gurunya Pendidikan Republik Indonesia. adalah orang Tionghoa kelahiran Jawa, Seluruh buku pelajaran yang digunakan di Singapura dan Malaysia. Akan tetapi sekolah-sekolah berbahasa pengantar bahasa menjelang akhir tahun lima puluhan sekolah- Tionghoa harus disetujui oleh Menteri sekolah THHK jatuh ke tangan orang-orang Pendidikan Republik Indonesia. Peraturan itu yang pro-Beijing. ternyata membawa pengaruh besar ke dalam Guru-guru sekolah pro-Beijing biasanya masyarakat Tionghoa yang mengakibatkan lebih muda dan bangga menjadi orang sejumlah sekolah-sekolah berbahasa pengantar Tionghoa yang pro Tiongkok Komunis. bahasa Tionghoa menurun drastis dan Sementara guru-guru yang pro-Taiwan lebih berfungsi sebagai pencegahan anak-anak tua dan memihak Guomindang. Kebanyakan Tionghoa Peranakan tertionghoakan kembali orang Tionghoa Totok yang bukan komunis melalui sekolah-sekolah berbahasa pengantar mengirim anak-anak mereka untuk bersekolah bahasa Tionghoa dan memisahkannya dari di sekolah pro-Beijing, karena mereka anak-anak Tionghoa Totok yang sebaya dengan mempunyai pikiran bahwa sekolah-sekolah ini mereka. memberi pendidikan yang lebih baik untuk Pada bulan dan tahun yang sama, yaitu anak-anak mereka. November 1957 ada 2.000 sekolah berbahasa Sekolah-sekolah yang pro-Taiwan yang pengantar bahasa Tionghoa di Indonesia masih baru yang terbesar di antaranya adalah dengan 425.000 orang siswa, 250.000 orang di Zhongshan Zhongxue (中善中学) dan Yinni antaranya adalah warga negara Indonesia. Pada Gaoji Shangye Xuexiao (印 尼 高 级 商 业 学 waktu yang bersamaan juga ada 1.100 sekolah 校) / Gaoshang (高 上). Pada tahun 1956, berbahasa pengantar bahasa Tionghoa yang Zhongshan memiliki 1.500 orang siswa dan 45 diubah menjadi sekolah Nasional Indonesia orang guru, sedangkan Gaoshang memiliki 950 (Suryadinata 1988: 30). orang siswa dan 20 orang guru (Suryadinata Banyak lulusan Sekolah Menengah 1988: 27). Tingkat Atas sebelum tahun 1958 meneruskan Pada tahun 1957 pemerintah Republik sekolah ke Tiongkok, tetapi ada juga yang Indonesia mulai menjalankan pengawasan belajar ke Taiwan atau negeri Barat lainnya terhadap sekolah-sekolah yang berbahasa (pada umumnya Jerman). Para lulusan lainnya pengantar bahasa Tionghoa bersamaan dengan tinggal di Indonesia dan bekerja di perusahaan- timbulnya pemberontakan di daerah-daerah di perusahaan swasta. Sebagian besar yang Indonesia. Para pemberontak mendapat meninggalkan Indonesia (mereka yang sekolah pasokan senjata yang berasal dari Taiwan, di Tiongkok) tidak kembali karena tidak masuk ke Republik Indonesia melalui mendapat ijin masuk kembali dari pemerintah Singapura. Pemerintah Republik Indonesia Republik Indonesia, sedangkan yang di Taiwan memberikan reaksi dengan menyatakan bahwa tidak bisa kembali karena secara resmi orang-orang Tionghoa yang pro-Taiwan diam- Republik Indonesia tidak mempunyai diam terlibat dalam pemberontakan itu. hubungan diplomatik dengan Republik Akibatnya penguasa militer melarang semua Nasional di Taiwan. sekolah berbahasa Tionghoa milik atau bahkan Pada tahun 1958-1965 sekolah-sekolah yang berempati kepada Taiwan. berbahasa pengantar bahasa Tionghoa boleh Kedua jenis sekolah berbahasa pengantar dikatakan banyak yang pro-Beijing. Demi bahasa Tionghoa ini berdiri bersama sejak mempertahankan budaya dan bahasa Tionghoa, tahun 1950-1957. Guru-guru dari sekolah yang maka banyak anak-anak Tionghoa yang pro-Taiwan kebanyakan berasal dari Tiongkok bersekolah di sekolah yang pro-Taiwan daratan yang sebagian kecil adalah kelahiran dipindahkan ke sekolah yang pro-Beijing oleh Hindia Belanda, tetapi mendapat pendidikan orang tuanya. Guru-guru yang akan mengajar di sekolah-sekolah tersebut harus lulus uijan kemampuan berbahasa Indonesia yang dan Baperki yang di anggap sayap kiri (pro diselanggarakan oleh Departemen Pendidikan komunis) dilarang karena dianggap terlibat dan Kebudayaan Republik Indonesia. menjadi simpatisan atau pro kepada apa yang Kurikulum sekolah juga harus lebih disebut sebagai Gestapu (Gerakan September banyak tentang Indonesia, seperti Sejarah dan Tiga Puluh). Gerakan ini dituduh ingin Geografi. Kedua mata pelajaran ini dijadikan mengambil alih kekuasaan negara/kudeta (coup mata pelajaran wajib baik di Sekolah Dasar d’etat). Pemerintah Republik Indonesia juga ataupun di Sekolah Menengah Pertama. Selama menuduh bahwa RRT membantu atau kurun waktu ini, sejumlah kecil lulusan sekolah mendukung gerakan yang dianggap didalangi menengah pertama di Republik Indonesia oleh PKI. Karena terjadi pemberontakan ini, melanjutkan studi ke Taiwan, sejumlah lulusan semua organisasi Tionghoa yang berkaitan yang lebih besar melanjutkan ke Republik dengan Beijing dinyatakan ilegal. Rakyat Tiongkok. Secara keseluruhan mereka Pada tanggal 6 Juli 1966, Menteri yang melanjutkan ke luar negeri agak Pendidikan dan Kebudayaan mengeluarkan berkurang daripada periode 1950-1957. Ini Surat Keputusan yang menutup semua sekolah disebabkan karena ada perubahan kebijakan berbahasa pengantar bahasa Tionghoa. Tahun dari RRT. Mereka lebih menganjurkan agar berikutnya muncul Instruksi Presiden Nomor orang-orang Tionghoa Peranakan tetap tinggal 14 Tahun 1967 mengenai Agama, dan bersekolah di perantauan saja. Kepercayaan, dan Adat Istiadat Cina. Hal ini Namun demikian, menurut informan berdampak terhadap dilarangnya penggunaan Gondomono, anak-anak Tionghoa yang pergi aksara Tionghoa dalam bentuk penerbitan ke RRT banyak yang tidak bisa menyesuaikan apapun, yang berlanjut dengan tindakan diri dengan keadaan di Tiongkok. Banyak pemusnahan secara besar-besaran buku-buku anak-anak Tionghoa yang sudah pergi ke berbahasa Mandarin. Puncaknya adalah Hongkong dan Macau kembali lagi ke penutupan lembaga-lembaga pendidikan Indonesia dengan cara ilegal. Beberapa lulusan Tionghoa. dari sekolah menengah atau berbahasa Sekolah yang didirikan oleh Baperki pengantar bahasa Tionghoa ingin menempuh seperti Ureca diambil alih oleh pemerintah pendidikan tinggi di Indonesia, tetapi Indonesia dan diganti namanya menjadi kebanyakan perguruan tinggi-perguruan tinggi Universitas Trisakti. Mahasiswa pribumi di Indonesia tertutup untuk mereka. banyak yang masuk Universitas Trisakti, Setelah sekolah-sekolah Tionghoa ditutup sehingga perimbangan jumlah mahasiswa (Bandung, Jogja, Jakarta dan Surabaya), anak- pribumi menjadi lebih banyak daripada anak Tionghoa masuk ke sekolah swasta mahasiswa Tionghoa Peranakan itu sendiri. katolik/Kristen yang dikelola oleh gereja. Contoh lain adalah sebuah universitas swasta Contohnya adalah Pangudi Luhur, Penabur, kecil di Jakarta, yaitu Universitas Kanisius, Tarakanita, Theresia dan lain-lain. Tarumanegara yang kemudian berkembang Satu-satunya kesempatan untuk bisa masuk ke menjadi sebuah universitas yang cukup besar perguruan tinggi adalah di Universitas Res dan menampung banyak mahasiswa Tionghoa. Publica (Ureca) yang didirikan oleh Baperki Begitu juga beberapa universitas swasta di pada tahun 1960, Universitas Kristen Indonesia Surabaya, salah satu contohnya adalah yang didirikan oleh Missionaris pada tahun Universitas Kristen Petra yang menerima 1953 dan Universitas Katolik Atmajaya yang banyak mahasiswa Tionghoa (Suryadinata didirikan oleh yayasan Katolik pada tahun 1999: 236). 1960. Ketiga universitas ini menerima banyak Anak-anak warga negara asing dianjurkan siswa kelompok etnis Tionghoa yang lulus dari untuk masuk sekolah Indonesia swasta maupun sekolah-sekolah Indonesia (Suryadinata 1988: negeri yang berbahasa pengantar bahasa 33). Indonesia. Akan tetapi, tempat di sekolah- Fakultas di universitas negeri yang paling sekolah Indonesia hanya diprioritaskan untuk susah menerima siswa kelompok etnis anak-anak warga negara Indonesia. Keadaan Tionghoa adalah fakultas kedokteran, ini mengakibatkan banyak anak-anak Tionghoa kedokteran gigi, karena ada pembatasan 10% yang tidak bisa melanjutkan pendidikan dari peraturan pemerintah saat itu. mereka. Pemerintah RI khawatir bahwa kalau anak-anak warga negara asing digunakan oleh 4.3. Penutupan Sekolah-Sekolah Asing orang-orang PKI, maka pada awal tahun 1968 Pada Masa Orde Baru pemerintah RI mengeluarkan Peraturan Pada bulan Oktober 1965 terjadi Presiden No. B12/Pres.I/1968 yang pergolakan terbesar dalam sejarah Indonesia. memberikan ijin untuk membuka sekolah- Organisasi seperti Partai Komunis Indonesia sekolah yang disponsori oleh masyarakat swasta orang-orang Tionghoa. Sekolah-sekolah Contohnya adalah timbulnya rasa enggan ini dinamakan Sekolah Nasional Proyek belajar bersama dengan murid-murid WNI Chusus (SNPC) yang didirikan pada tahun keturunan asing, letak sekolah pembauran yang 1969. sebagian besar ada di kalangan WNI keturunan Sekolah-sekolah Sekolah Nasional Proyek asing dan sebagainya (Pelly 2003: 36). Chusus ini mewajibkan agar : Pemerintah Orde Baru ingin menjadikan 1. Murid-muridnya merupakan gabungan dari sekolah sebagai suatu wadah pembauran. anak-anak warga negara asing, WNI Wadah itu sendiri dapat dianggap sebagai keturunan asing dan WNI asli, wadah pembauran dengan harapan agar 2. Bahasa pengantar yang digunakan adalah kelompok anak-anak WNI keturunan asing bahasa Indonesia, dapat melebur ke dalam kelompok yang lebih 3. Bahasa asing (Tionghoa) hanya berstatus dominan, yaitu kelompok anak-anak keturunan sebagai salah satu mata pelajaran. asli. Ada perbedaan kebijakan pemerintah Orde Sekolah Nasional Proyek Chusus yang Baru terhadap kelompok-kelompok etnik WNI didirikan pertama bernama Datong Zhongxiao asli dibanding dengan kebijakan terhadap WNI Xuexiao (大 同 中 校 学 校) atau yang dikenal keturunan asing. Untuk WNI keturunan asing, juga dengan Sekolah Nasional Proyek Chusus pemerintah menekankan agar mereka membaur Bhinneka Tunggal Ika, yang kedua adalah secara total ke dalam masyarakat nasional. Chongde Xuexiao (充 德 学 校) atau Sekolah Sekolah-sekolah pembauran dipandang oleh Nasional Proyek Chusus Jaya Sakti. Kedua- pemerintah sebagai wadah pembauran antara duanya didirikan oleh orang-orang Tionghoa kelompok WNI asli dengan kelompok WNI Totok yang pro-Taiwan di Jakarta. Sekolah ini keturunan asing, maka diharapkan generasi berada di bawah pengawasan langsung dari muda WNI keturunan asing dapat meleburkan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. diri ke dalam masyarakat dan budayanya ke Anak-anak warga negara Indonesia maupun dalam masyarakat nasional melalui wadah warga negara asing boleh bersekolah disini. pendidikan itu. Kurikulumnya sama seperti kurikulum Perkembangan-perkembangan Sekolah Indonesia, hanya saja pada kurikulum tersebut Nasional Proyek Chusus di Sumatera membuat boleh ditambahkan bahasa Mandarin. khawatir pemerintah setempat, karena Sekolah Pada tahun 1970 ada delapan Sekolah Nasional Proyek Chusus tersebut menggunakan Nasional Proyek Chusus di Indonesia. lima di bahasa Tionghoa sebagai bahasa pengantar Jakarta, dua di Palembang dan satu di pengajaran yang merupakan pelanggaran Bandung. Menjelang akhir tahun 1973 ada 32 peraturan pemerintah. Oleh karena itu Sekolah Sekolah Nasional Proyek Chusus di Sumatera Nasional Proyek Chusus ini ditutup dan Utara untuk tingkat SD, SLTP dan SLTA. diambil alih oleh Departemen Pendidikan dan Akan tetapi, penguasa militer Sumatera saat itu Kebudayaan. Sekolah-sekolah tersebut melihat bahwa Sekolah Nasional Proyek kemudian diubah menjadi sekolah nasional Chusus tersebut hanyalah merupakan sekolah- swasta. sekolah RRT yang bergaya baru. Maksudnya Jurusan Sinologi Fakultas Sastra adalah sebetulnya sekolah Sekolah Nasional Universitas Indonesia juga merupakan salah Proyek Chusus umumnya diselenggarakan oleh satu contoh jurusan di perguruan tinggi yang kelompok yang pro-Taiwan, karena kelompok mengkhususkan diri pada pembelajaran- yang pro-RRT telah tersingkir. Akibatnya, para pembelajaran atau studi tentang kebudayaan penguasa militer Sumatera menetapkan Tiongkok termasuk juga bahasanya. Jurusan persyaratan baru untuk sekolah-sekolah Sinologi Fakultas Sastra Universitas Indonesia Sekolah Nasional Proyek Chusus itu sendiri. berdiri sejak tahun 1940. Nasib dari jurusan ini Yaitu dengan mewajibkan komposisi murid- lebih baik dibandingkan dengan lembaga- murid dari WNI keturunan asing sebanyak 50% lembaga pendidikan Tionghoa yang ditutup. dan WNI keturunan asli sebanyak 50 %. Perkuliahan di jurusan Sinologi tersebut di atas Pada tahun pertama dan kedua sekolah tetap bisa berjalan seperti biasanya. Hanya saja, pembauran ini dibuka, pihak yayasan berusaha pada tahun-tahun ajaran setelah terbitnya keras untuk dapat memenuhi ketentuan- ketetapan yang dikeluarkan Menteri ketentuan tersebut. Akan tetapi, dalam banyak Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 1966, hal ketentuan tersebut tidak dapat dipenuhi jurusan ini tidak diperkenankan menerima oleh semua sekolah terutama mengenai mahasiswa baru. Pendaftaran baru dibuka komposisi murid-murid WNI asli dan WNI kembali pada tahun 1973 dengan jumlah siswa keturunan asing (Tionghoa). Tahun demi tahun, sebanyak 6 orang. (Kaboel dan Sulanti 2010: karena adanya beberapa faktor, jumlah murid- 209). murid dari kelompok WNI asli semakin sedikit. Pada pertengahan tahun 1993 Universitas kepeminpinan Presiden B.J. Habibie tidak Indonesia membuka kursus bahasa Mandarin berlangsung lama. Hanya berlangsung selama untuk umum, dikelola oleh Lembaga Bahasa satu tahun. Setelah itu, Presiden B.J. Habibie Internasional yang berada di bawah naungan digantikan oleh Abdurrahman Wahid (Gus Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Langkah Dur) pada tahun 1999. Gus Dur pada tahun inipun diikuti oleh Universitas Darma Persada 2000 mengeluarkan Keputusan Presiden di kampus barunya di Jalan Raden Inten, Nomor 6 Tahun 2000 yang mencabut Instruksi Jakarta Timur. Kedua universitas ini kemudian Presiden Nomor 14 Tahun 1967 tentang menjadi orangtua asuh bagi lembaga-lembaga Agama, Kepercayaan, dan Adat Istiadat Cina. pendidikan formal atau informal yang berminat Orang-orang Tionghoa diperbolehkan menyelenggarakan kelas bahasa Mandarin. menjalankan segala bentuk ekspresi (Kaboel dan Sulanti 2010: 210). kebudayaan Tionghoa, termasuk mempelajari Pemerintah Orde Baru pada saat itu bahasa Mandarin beserta akasaranya. (Prasetyo mengeluarkan lebih dari seratus peraturan 2010: 170). untuk membatasi ruang gerak warga keturunan Menurut informan Gondomono, melihat Tionghoa di dalam bidang politik, ekonomi, minat yang semakin besar untuk belajar bahasa agama, budaya, pendidikan, dan lain-lain. Mandarin, maka pemerintah RRT mengirimkan Aksara, bahasa, kebudayaan, adat istiadat, berpuluh-puluh guru untuk mengajar di koran dan semua terbitan Tionghoa dinyatakan sekolah-sekolah negeri atau swasta di terlarang. Pemerintah Orde Baru telah berhasil perguruan tinggi. Guru-guru dari RRT itu juga mengindonesiakan orang-orang Tionghoa, membantu calon-calon guru atau dosen-dosen sebagaimana terbukti dari tingkat kemampuan yang mengajar bahasa Mandarin. Bidang studi membaca dan menulis di antara generasi juga semakin banyak macamnya. Para lulusan Tionghoa yang lebih muda. Karena bahasa SMA tidak hanya melanjutkan studi ke bidang Tionghoa dipelajari dan didapatkan secara manajemen, perbankan/admin, tetapi juga terbatas oleh sebagian kecil di antara mereka. kedokteran. Bidang lainnya yaitu arsitektur, Pada akhir masa pemerintahan Orde Baru perhotelan, komunikasi bahkan bidang-bidang terjadi kerusuhan Mei tahun 1998 yang yang masuk humaniora (arkeologi, menyebabkan krisis ekonomi. Kerusuhan kesusastraan, bahasa, linguistik dan kesenian). tersebut mengundang banyak protes dari Namun pada umumnya mereka yang sudah mahasiswa yang mengakibatkan presiden lulus SMA memilih jurusan yang bisa langsung Soeharto tidak mampu bertahan di dalam mendapatkan pekerjaan. Contohnya adalah kepemimpinannya. Dengan kata lain presiden jurusan bahasa Jepang atau bahasa Mandarin. Soeharto dipaksa turun dari jabatannya oleh Kesempatan untuk mempelajari bahasa para demonstran yang pada umumnya terdiri Mandarin yang lebih luas dan terbuka tidak dari mahasiswa. hanya terjadi di sekolah-sekolah tingkat SD sampai tingkat Universitas saja, akan tetapi 4.4. Pendidikan Anak-Anak Tionghoa tempat-tempat kursus bahasa Mandarin yang Setelah Berakhirnya Orde Baru bermunculan juga mengajarkan bahasa Setelah pemerintahan orde baru runtuh, Mandarin. Pengajaran bahasa mandarin maka pendidikan untuk anak-anak Tionghoa di tersebut tidak hanya untuk WNI keturunan Indonesia lebih bebas. Banyak SD, SMP, SMA Tionghoa saja, tetapi juga untuk WNI asli. dan Perguruan Tinggi yang bagus, bahkan bisa Kursus-kursus ini ada yang diselenggarakan sangat mahal dibuka untuk semua anak baik oleh lembaga kursus baru dan ada juga yang dari kelompok WNI asli ataupun dari WNI diselenggarakan oleh lembaga kursus yang keturunan asing. Selama kurun waktu kurang lama yang sebelumnya telah lebih 32 tahun dari masa Orde Baru tidak ada menyelenggarakan program lain. buku-buku dalam bahasa Mandarin. Akan Sejumlah universitas seperti Universitas tetapi keadaan berubah setelah pemerintah Indonesia dan Universitas Darma Persada tidak Orde Baru yang dipimpin oleh presiden hanya menerima mahasiswa yang ingin masuk Soeharto runtuh pada tanggal 21 Mei 1998. Jurusan Bahasa atau Sastra Cina saja, tetapi Setelah Presiden Soeharto lengser, juga menerima murid-murid yang ingin penggantinya adalah Presiden B.J. Habibie. mengikuti kursus bahasa Mandarin di Presiden B.J. Habibie meratifikasi Konvensi lingkungan kampus. Selain kedua universitas Internasional tentang Penghapusan tersebut, Universitas Katolik Atma Jaya, Diskriminasi Rasial pada tahun 1999 melalui Universitas Bina Nusantara dan Universitas Undang-Undang Nomor 20 tahun 1999. Tarumanegara juga membuka kursus untuk Hasilnya memang terjadi perubahan dalam hal mahasiswa yang berminat mendapatkan hak warga keturunan Tionghoa. Masa pelajaran bahasa Mandarin di luar jam kuliah. (Kaboel dan Sulanti 2010: 214). Beberapa Tionghoa, pemerintah Hindia Belanda takut universitas di kota-kota besar lain seperti semangat nasionalisme di kalangan orang- Bandung dan Surabaya juga membuka program orang Tionghoa dan penerusnya akan semakin studi S-1 Sastra Tionghoa yang mengajarkan membesar. Oleh karena itu Pemerintah Hindia bahasa dan kebudayaan Tionghoa pada Belanda membuka sekolah berbahasa umumnya. pengantar bahasa Belanda untuk menghambat Sebagian besar peserta kursus bahasa semangat mereka. Sekolah Belanda ini Mandarin di lingkungan universitas adalah para bernama Holandsch Chineesche School (HCS). siswa dari universitas yang bersangkutan, Banyak orang tua murid yang memasukkan sebagian lagi pesertanya berasal dari luar anak-anak mereka ke sekolah Belanda, karena kampus. Contohnya adalah di Lembaga Bahasa kurikulum di sekolah THHK tidak sesuai Internasional Fakultas Ilmu Pengetahuan dengan keadaan di Hindia Belanda. Budaya Universitas Indonesia. Lembaga ini Pada saat penguasa militer Jepang mempunyai dua tempat kursus, satu di kampus menduduki Indonesia, semua sekolah asing lama yang terletak di Jalan Salemba, dan di (kecuali sekolah Tionghoa dan Indonesia) kampus baru yang terletak di Depok. Bisa ditutup. Kekuasaan militer Jepang di Indonesia dikatakan sebagian besar peserta kursus di tidak berlangsung lama, karena setelah itu kampus Depok berasal dari lingkungan Belanda menduduki wilayah Indonesia mahasiswa Universitas Indonesia, sedangkan kembali. Setelah Indonesia merdeka pada tahun peserta kursus di Jalan Salemba kebanyakan 1945 dan menyerahkan kedaulatannya kepada adalah dari masyarakat umum yang datang dari Indonesia, sekolah-sekolah Belanda oleh sejumlah wilayah di Jakarta. (Kaboel dan Pemerintah Indonesia ditutup. Sekolah-sekolah Sulanti 2010: 221). Tionghoa diberi subsidi dengan syarat yang Sekitar 25 persen dari peserta kursus ditentukan oleh Pemerintah Indonesia. bahasa Mandarin di Lembaga Bahasa Pergolakan politik yang terjadi di Internasional berasal dari orang-orang Tiongkok pada tahun 1949 memberi dampak Tionghoa, sedangkan yang 75 persen adalah terhadap perkembangan pendidikan anak-anak non Tionghoa. Keadaan ini berbeda dengan di Tionghoa di Indonesia. Sekolah-sekolah Universitas Bina Nusantara atau di Universitas Tionghoa di Indonesia terbagi menjadi dua: Tarumanegara yang sebagian besar peserta yang pro-Taiwan dan pro-Beijing. Oleh karena kursusnya adalah dari kelompok orang-orang itu Pemerintah Indonesia melakukan Tionghoa. (Kaboel dan Sulanti 2010: 222) pengawasan terhadap sekolah-sekolah tersebut. Sampai saat ini terbukti bahwa orang- Bahkan Pemerintah Indonesia melarang anak- orang Tionghoa yang ada di Indonesia masih anak WNI asli masuk ke sekolah Tionghoa. berperan aktif dalam meningkatkan mutu Pada masa pemerintahan orde baru pendidikan anak-anak bangsa Indonesia. seluruh kegiatan yang berhubungan dengan Tiongkok dinyatakan ilegal. Akibatnya 5. PENUTUP sekolah-sekolah Tionghoa ditutup secara besar- Berdasarkan hasil analisis dan besaran oleh Pemerintah Indonesia. Banyak pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa anak-anak Tionghoa yang melanjutkan sekolah perkembangan pendidikan untuk anak-anak mereka ke sekolah-sekolah yang dikelola oleh Tionghoa pada abad 19 banyak mengalami gereja katolik. Seluruh lembaga pendidikan kesulitan. Meskipun demikian, orang-orang yang dikelola oleh orang-orang Tionghoa Tionghoa Peranakan yang tergabung dalam diambil alih oleh Pemerintah Indonesia. Akan THHK dengan sekuat tenaga selalu tetapi, karena sekolah-sekolah Indonesia hanya memberikan yang terbaik untuk pendidikan diprioritaskan untuk anak-anak WNI asli, maka anak-anak Tionghoa, karena pada awal abad 19 banyak anak-anak keturunan Tionghoa yang Pemerintah Hindia Belanda tidak memberikan tidak dapat melanjutkan pendidikan mereka. kesempatan kepada anak-anak Tionghoa untuk Maka, Pemerintah Indonesia memberikan ijin mendapatkan pendidikan. Pada awal abad 20 untuk membuka sekolah swasta yang sekolah THHK didirikan untuk memenuhi disponsori oleh orang-orang Tionghoa. Sekolah tuntutan orang-orang Tionghoa Peranakan ini di namakan Sekolah Nasional Proyek untuk mendapatkan pendidikan bagi anak-anak Chusus. mereka. Sekolah THHK berbahasa pengantar Setelah orde baru berakhir, pendidikan bahasa Tionghoa, dan sekolah ini sudah untuk anak-anak Tionghoa lebih bebas. Banyak menggunakan metode modern yang telah SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi yang diterapkan di Tiongkok dan Jepang. bagus, bahkan bisa dikatakan mahal dibuka Dengan bermunculannya sekolah-sekolah untuk semua anak, baik dari WNI asli ataupun Tionghoa yang didirikan oleh masyarakat dari WNI keturunan asing. Sampai sekarang orang-orang Tionghoa di Indonesia masih untuk anak-anak warga negara Indonesia. turut andil atau berperan penting dalam Banyak perguruan tinggi swasta yang didirikan memajukan pendidikan, tidak hanya untuk oleh orang-orang Tionghoa. anak-anak Tionghoa Peranakan saja tetapi juga

DAFTAR PUSTAKA Journal of Social and Cultural Anoname. 2001. Buku Peringatan Seratus Anthropology), No. 71, Mei-Agustus, Tahun THHK/Pa Hua. Jakarta: Yayasan Tahun XXVII. Pancaran Hidup Prasetyo, Stanley Adi. 2010. “Adakah Media Kaboel, Assa R. dan Nita Madona Sulanti. Untuk Keturunan Tionghoa?”. Setelah Air 2010. “Bahasa Mandarin di Mana-Mana: Mata Kering (Masyarakat Tionghoa Studi Kasus di Wilayah DKI Jakarta”. Pasca-Peristiwa Mei 1998), Kompas Setelah Air Mata Kering (Masyarakat 2010. Tionghoa Pasca-Peristiwa Mei 1998), Suryadinata, Leo. 1988. Kebudayaan Kompas 2010. Minoritas Tionghoa di Indonesia. Jakarta: Ong, Hok Ham. 2009. Riwayat Tionghoa PT Gramedia. Peranakan di Jawa. Jakarta: Komunitas Suryadinata, Leo. 1994. Politik Tionghoa Bambu. Peranakan di Jawa. Jakarta: Pustaka Sinar Pelly, Usman. 2003. “Murid Pri dan Nonpri Harapan. pada Sekolah Pembauran: Kebijakan Suryadinata, Leo. 2003. “Kebijakan Negara Asimilasi Orde Baru di Bidang Indonesia terhadap Etnik Tionghoa: Dari Pendidikan dan Dampaknya terhadap Asimilasi ke Multikulturalisme?”. Jurnal Masyarakat Multikultural”. Jurnal Antropologi Indonesia (Indonesian Antropologi Indonesia (Indonesian Journal of Social and Cultural)