Jejak Warisan Sejarah Agama Khonghucu Pada Masyarakat Cina Benteng Di Tangerang
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
JEJAK WARISAN SEJARAH AGAMA KHONGHUCU PADA MASYARAKAT CINA BENTENG DI TANGERANG S u d e m i Kerjasama MATAKIN Penerbitan dengan Gerbang Kebajikan Ru Jakarta 2019 i JEJAK WARISAN SEJARAH AGAMA KHONGHUCU PADA MASYARAKAT CINA BENTENG DI TANGERANG Penulis/Hak Cipta @ S u d e m i Desain Sampul : Riano Layout : Sudemi ISBN No.978-602-52538-2-9 xv+240 hlm.; 14.8x21 cm Penerbit: Kerjasama MATAKIN Penerbitan dengan Gerbang Kebajikan Ru Redaksi: Komplek Royal Sunter D-6 Jakarta Utara 14350 Cetakan Pertama Juli 2019 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip dan memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku tanpa izin tertulis dari penerbit Dicetak oleh: Oz print,Ciputat Isi di luar tanggung jawab percetakan ii JEJAK WARISAN SEJARAH AGAMA KHONGHUCU PADA MASYARAKAT CINA BENTENG DI TANGERANG Tesis Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Agama (M.Ag) Oleh S u d e m i NIM: 21150321000010 KONSENTRASI AGAMA KHONGHUCU PROGRAM STUDI AGAMA-AGAMA PROGRAM MAGISTER STUDI AGAMA-AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2570 K / 1440 H / 2019 M iii iv v ABSTRAK Berbicara tentang jejak warisan sejarah pada masyarakat Cina Benteng di Tangerang tidak dapat dilepaskan dari kehadiran Agama Khonghucu yang dibawa oleh para imigran Tionghoa sejak awal kedatangannya, yang menjadi bukti adanya peradaban Agama Khonghucu di Indonesia pada umumnya dan khususnya masyarakat Tionghoa Tangerang. Peninggalan peradaban Agama Khonghucu baik berupa fisik maupun non fisik terpelihara dengan baik,diwariskan secara turun temurun dari leluhur mereka menjadi identitas keberadaan Agama Khonghucu sebagai bagian dari budaya dan tradisi masyarakat Tionghoa Tangerang yang lebih dikenal dengan Cina Benteng. Namun identitas warisan Agama Khonghucu masyarakat Cina Benteng mengalami dampak dari perkembangan dinamika politik sejak Indonesia dibawah pemerintahan Orde Baru (1966- 1998). Pemerintah Orde Baru mengganggap Agama Khonghucu menghambat asimilasi. Untuk menyisihkan Agama Khonghucu pemerintah Orde Baru menerbitkan Inpres No.14 Tahun 1967beserta turunannya dengan upaya untuk membatasi ruang gerak kegiatan agama, budaya maupun tradisi Agama Khonghucu. Kebijakan pemerintah Orde Baru yang bernuansa politik mengakibatkan banyak orang Cina Benteng beragama Khonghucu melakukan konversi ke agama lain. Ditengah tekanan pemerintah Orde Baru, masih ada upaya tokoh-tokoh Agama Khonghucu di Tangerang mempertahankan identitas tradisi Agama Khonghucu dengan mengaburkan istilah Tionghoa yang tidak disukai pemerintah Orde Baru melalui lembaga keagamaan maupun pendidikan seperti Lithang dan Sekolah Confucius. vi Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk-bentuk warisan Agama Khonghucu pada masyarakat Cina Benteng di Tangerang untuk mengungkap jejak sejarah yang terjadi di masa lalu. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif melalui pendekatan keilmuan antropologi dan sejarah. Penelitian ini juga melalui pengumpulan data dengan studi pustaka dan wawancara mendalam serta pengamatan dilapangan. Hasil penelitian ini menunjukkan selama periode kebijakan pemerintah Orde Baru mengakibatkan banyak generasi Cina Benteng sudah melupakan jejak warisan Agama Khonghucu yang pernah menjadi tradisi mereka sebelumnya. Kata kunci : Jejak warisan, Cina Benteng, Orde Baru, Konversi agama. vii ABSTRACT The Legacy of the historical heritage of the Chinese Fortress community in Tangerang could not be separated from the presence of Confucian religions which was brought by Chinese immigrants from the very beginning of their arrival, which become the evidence of Confucian religious civilization in Indonesia in general and particularly in the Chinese community in Tangerang. The Relics of Confucian religions both physical and non-physical were inherited from generation to generation as their identity as Confucian existence as part of the culture and traditions of the Chinese community in Tangerang which is known well as the Chinese Fortress. Currently the identity of the Confucian religious as heritage of the Chinese Fortress community has been affected by the development of political dynamics especially since Indonesia was under the New Order government (1966-1998). The New Order government considered Confucian religions to inhibit assimilation. To set aside Confucianism the New Order government issued Inpres No. 14 of 1967 as well as its derivation with efforts to limite the space for activities of Confucian religions, culture and religious traditions. The policies of the New Order government which had a political nuance resulted in many Confucian Chinese Fortress to convert their religions to other religions. Amid the pressure of the New Order government, there were still attempts by Confucian figures in Tangerang to maintain the identity of Confucian religious traditions by obscuring Chinese terms that the New Order government disliked through religious and educational institutions such as Lithang and Confucius Schools. This study aims to determine the forms of Confucian religious heritage in the Chinese Fortress community in Tangerang to reveal the legacy of history that occurred in the past. This research was viii conducted using qualitative methods through the scientific approached to anthropology and history. This research is also conducted through data collection with literature studies and in- depth interviews and field observations. The results of this study indicated that during the period of the New Order government policy, many generations of the Chinese Fortress had forgotten the legacy of Confucian heritage that had been their former tradition. Key Note : The Legacy, Chinese Fortress, New Order, Religions convertion ix Kata Pengantar Puji syukur Kehadirat Shang Di Yang Maha Agung yang telah memberikan berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Jejak Warisan Sejarah Agama Khonghucu Pada Masyarakat Cina Benteng Di Tangerang”, hanya berkah bantuan-Nya tesis ini dapat diselesaikan penulis. Penulis menyampaikan terima kasih atas segala bantuan dan dukungan dari berbagai pihak kepada penulis, oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada: 1. Ibu Prof. Dr. Amani Lubis, MA., Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Bapak Prof. Dr. Yusuf Rahman, M.A., Dekan Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Ibu Dr.Atiyatul Ulya, M.Ag., Ketua Program Magister Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan Bapak Maulana, M.A., sekretaris Program Magister. 4. Bapak Prof. Dr. M. Ikhsan Tanggok, M.Si., Wakil dekan Bidang Akademik, Dosen Pembimbing tesis dan pengajar Konsetrasi Agama Khonghucu Program Studi Perbandingan Agama Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak memberikan bantuan, motivasi, bimbingan, arahan dan koreksi dalam proses penulisan tesis ini sejak awal sampai selesai. 5. Bapak Prof.Dr.M.Ridwan Lubis, sebagai Dosen Pembimbing tesis dan Pengajar, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak memberikan bantuan, motivasi, bimbingan, arahan dan koreksi dalam proses penulisan tesis ini sejak awal sampai selesai. 6. Para Dosen Pengajar Program Pasca Sarjana (S2) Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Para Dosen Pengajar antara lain: Prof.Dr.Zainun x Kamaluddin F.M.A., Prof.Dr.Kautsar Azhari Noer, Dr.Sri Mulyati, M.A., Dr.Amin Nurdin, M.A., (Alm) Dr.Syamsuri,M.Ag, Ws.Ongky Setio Kuncono, S.H.,M.M., Dr. Drs. Ws. Chandra Setiawan, M.M.Ph.D., Xs.Dr.Drs.Oesman Arif, M.Pd., Dr.Ir.Drs.Adji Djojo, M.M., 7. Toto Tohari, M.Ag., dan segenap Staf Administrasi Program Pasca Sarjana (S2) Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 8. Pengurus Perpustakaan Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 9. Dra.Hj.Emma Nurmawati, M.M, Kepala Bimbingan Masyarakat Khonghucu Kementerian Agama Republik Indonesia yang telah memberikan dukungan dan bantuan dalam memfasilitasi terselenggaranya Program S2 bagi mahasiswa Khonghucu hingga selesainya penulisan tesis ini. 10. Pimpinan Rohaniwan MATAKIN, antara lain: (alm) Xs.Masari Saputra, Xs.Tan Tjoe Seng, Ws. Budi Tanuwibowo, Ws.H.T.Saputra, Ws.Setianda Tirtarasa. 11. Pimpinan Dewan Pengurus MATAKIN (Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia) Pusat antara lain Drs.Uung Sendana L. Linggaraja, S.H., M.Ag., dan Ws.Ir.Budi Santoso Tanuwibowo yang telah memberikan fasilitas, kesempatan dan dukungan baik moril maupun materil hingga dapat diselesaikannya penulisan tesis ini. 12. Penulis sampaikan terima kasih kepada, Xs.Tan Tjoe Seng, Ws.Rudy Gunawijaya, Js. Djaya Soehendra, Js.Tan Tiang Kie, Js.Yap Cung Teh, Js.Yap Tjeng Goan, Js.Merry Agatha, Oey Tjin Eng, M.Sri Jastuti, Drs.Sergius Kelang, Edy Kurniawan, Waruna Sukoharjo, yang telah banyak membantu penulis dalam mendapatkan data-data dan masukan berharga dalam penulisan tesis ini. Rasa terima kasih penulis kepada para Beliau di atas, penulis antarkan pula dalam harap dan doa semoga selalu menerima karunia berkah, kesehatan dan kebahagiaan dari Huang Tian, Tuhan Yang Maha Esa. xi Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pra pembaca pada umumnya dan tentu dalam tulisan ini jauh dari kata sempurna, dengan segala kerendahan hati mohon diberikan saran dan kritik yang membangun untuk perbaikan penulisan tesis pada masa yang akan datang. Jakarta, Februari 2019 Penulis, S u d e m i xii Daftar