IMPLEMENTASI PROGRAM SIMPANAN KELUARGA SEJAHTERA DI KANTOR POS KABUPATEN

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Konsentrasi Kebijakan Publik

Program Studi Ilmu Administrasi Negara

Oleh:

Mentari Ratna Dewi

NIM. 6661120735

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA 2016 ABSTRAK

Mentari Ratna Dewi. NIM 6661120735. Skripsi. Implementasi Program Simpanan Keluarga Sejahtera di Kantor Pos Tigaraksa Kabupaten Tangerang. Pembimbing I: Leo Agustino, Ph.D dan Pembimbing II: Riny Handayani, M.Si

Program Simpanan Keluarga Sejahtera adalah program pemberian bantuan tunai kepada Rumah Tangga Sasaran (RTS) yang ditetapkan pemerintah dalam rangka kompensasi atas kenaikan harga BBM yang sifatnya seperti buku tabungan. Tujuan dari Program Simpanan Keluarga Sejahtera adalah untuk mencegah penurunan daya beli masyarakat dan kompensasi menyusul pengurangan subsidi Bahan Bakar Minyak. Adapun permasalahannya yakni penentuan penerima dana masih menggunakan data Pendataan Program Perlindungan Sosial tahun 2011, kurangnya sosialisasi, penetapan lokasi pencairan dana dan penetapan jadwal pencairan dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bagaimana proses implementasi Program Simpanan Keluarga Sejahtera di Kantor Pos Tigaraksa Kabupaten Tangerang. Metode penelitian yang digunakan yaitu kuantitatif deskriptif. Subjek penelitian adalah masyarakat penerima dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera di Kantor Pos Tigaraksa Kabupaten Tangerang. Teori yang digunakan adalah teori Van Metter dan Van Horn. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik observasi, wawancara, kuesioner dan studi dokumen. Uji hipotesis yang digunakan adalah t-test satu sampel. Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa hasil menunjukkan bahwa presentase Program Simpanan Keluarga Sejahtera hanya mencapai 54.94% dan belum berjalan dengan baik karena dibawah angka minimal 60%. Saran peneliti adalah lebih meningkatkan komunikasi antar pihak terkait guna untuk memperlancar jalannya Program Simpanan Keluarga Sejahtera yang lebih baik.

Kata kunci: Kemiskinan, Implementasi, Program Simpanan Keluarga Sejahtera.

ABSTRACT

Mentari Ratna Dewi. NIM 6661120735. Research Paper. Implementation of Prosperous Family Saving Program in Tigaraksa Post Office, . Advisor I: Leo Agustino, Ph.D and Advisor II: Riny Handayani, M.Si

Prosperous Family Saving Program is a program which provides cash assistance to the Targeted Households which was set by the government in order to compensate for the rising in fuel prices, similar to a passbook. The purpose of Prosperous Family Saving Program is to prevent a decline in consumer purchasing power and compensation following the reduction in fuel subsidies. The problem is that the determination of the beneficiary are still using the Social Protection Program Data Collection in 2011, lack of socialization, the determination on the location of the funds disbursement, and funds disbursement schedule determination of the Prosperous Family Saving Program. The purpose of this study was to describe the implementation process of Prosperous Family Saving Program in Tigaraksa Post Office, Tangerang Regency. The research method used was quantitative descriptive. The subject of research is the beneficiary communities of Prosperous Family Saving Program in Tigaraksa Post Office, Tangerang Regency. The theory used were the theory of Van Metter and Van Horn. Data collection techniques used were observations, interviews, questionnaires and document studies. Hypothesis test used was one sample t-test. Based on the research results, it can be seen that the percentage of Prosperous Family Saving Program only reached 54.94% and has not gone well for at least 60% below the figure. The suggestion from the researcher is improve a better communication between the related parties in order to reinforce the better Prosperous Family Saving Program.

Keywords: Poorness, Implementation, Prosperous Family Savings Program

Motto :

Maka Sesungguhnya Bersama Kesulitan Ada Kemudahan

Sesungguhnya Bersama Kesulitan Ada Kemudahan

Maka Apabila Engkau Telah Selesai (Dari Sesuatu Urusan),

Tetaplah Bekerja Keras (Untuk Urusan Yang Lain)

Dan Hanya Kepada Tuhan-mu lah Engkau Berharap…

(Q.S: Al-Insyirah 5-8)

Persembahan :

“Skripsi ini saya Persembahkan untuk Mamah -

Bapak Tercinta beserta Kakak - Adik Terkasih

dan Nenek serta Alm. Kakek Tersayang yang

telah memberikan semangat dan do’a tulusnya

serta motivasi secara moral dan materiil dalam

penyelesaiin skripsi ini.”

4. Iman Mukhroman, S.Ikom., M.Ikom, Wakil Dekan II Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

5. Kandung Sapto Nugroho, S.Sos., M.Si, Wakil Dekan III Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

6. Listyaningsih, M.Si, Ketua Prodi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

7. Ipah Ema Jumiati, S.IP, M.Si selaku Dosen Pembimbing Akademik yang

telah membimbing penulis dari awal hingga akhir.

8. Leo Agustino, Ph. D selaku Dosen Pembimbing I Skripsi yang selalu

membimbing, memberikan ilmunya, serta memotivasi penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih atas segala ilmu dan bantuannya.

9. Riny Handayani, M.Si selaku Dosen Pembimbing II Skripsi yang telah

memberikan ilmunya serta membimbing penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini.

10. Semua Dosen dan Staff Jurusan Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang membekali

penulis dengan ilmu pengetahuan selama perkuliahan.

11. Kesbanglinmas Kabupaten Tangerang yang telah memberikan izin

penelitian kepada peneliti.

12. Dinas Kesejahteraan Sosial Kabupaten Tangerang yang telah memberikan

informasi kepada peneliti.

13. Badan Pusat Statistik Kabupaten Tangerang yang telah memberikan

informasi kepada peneliti.

ii

14. Kantor Pos Tangerang yang telah memberikan informasi kepada peneliti.

15. Para penerima dana PSKS yang telah bersedia untuk meluangkan

waktunya dan memberikan informasi kepada peneliti.

16. Kedua orang tua tersayang dan tercinta yang selalu membimbing dan

mengantarkan anaknya sampai ke dalam tahap perguruan tinggi serta

selalu memberikan semangat dan selalu menemani sehingga penulis dapat

termotivasi untuk cepat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Terimakasih banyak Bapak Sabrawi dan Mamah Umi Mar’ati.

17. Kakak dan Adikku, Mega Puspa Sari dan Gilang Firmansyah serta

keluarga besar yang tidak hentinya memberikan do’a serta semangat untuk

penulis.

18. Muhammad Ridwan Nurcholis yang selalu memberikan semangat dan

selalu menemani sehingga penulis dapat termotivasi untuk cepat

menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Terimakasih banyak atas waktunya

dan sukses selalu.

19. Teman-teman seperjuangan Ilmu Administrasi Negara angkatan 2012,

khususnya teman-teman kelas C dan teman-teman ‘Ngebet Lulus’ (Pipi,

Ndew, Acut, Nong, Tangen, Upeh) semoga kami semua dapat berjuang

dan sukses bersama.

20. Sahabat-sahabat sekolah yang selalu memberikan semangat sehingga

penulis termotivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini terdapat kekurangan. Oleh karena itu peneliti mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun. Peneliti

iii meminta maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam skripsi ini terjadi kesalahpahaman yang kurang berkenan selama peneliti melakukan penelitian.

Terimakasih.

Serang, November 2016

Mentari Ratna Dewi

iv

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL

ABSTRAK

ABSTRACT

LEMBAR PERSETUJUAN

LEMBAR PENGESAHAN

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS

LEMBAR MOTTO DAN PERSEMBAHAN

KATA PENGANTAR ...... i

DAFTAR ISI …………………………….………...……………………………. v

DAFTAR TABEL .…………………………………….…………………….. viii

DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………….... x

DAFTAR GRAFIK …………..………………………………………………... xi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ………………………...…………………………….. 1

1.2 Identifikasi Masalah ……………...………………………………… 18

1.3 Batasan Masalah ……………………………………………………. 19

1.4 Perumusan Masalah ……………….……….……………………….. 19

1.5 Tujuan Penelitian …………………………………………………… 20

1.6 Manfaat Penelitian ………………………………………………….. 20

1.6.1 Manfaat Teoritis ……………………………………………. 20

v

1.6.2 Manfaat Praktis …………………………………………….. 20

1.7 Sistematika Penulisan Penelitian …………………………………… 21

BAB II STUDI KEPUSTAKAAN

2.1 Studi Kepustakaan ………………………………………………….. 24

2.1.1 Definisi Kebijakan ………………………………………..….. 25

2.1.2 Definisi Publik ……………………………………………….. 26

2.1.3 Definisi Kebijakan Publik .…………………………………… 27

2.1.4 Implementasi Kebijakan Publik …………………………..….. 28

2.1.5 Model-Model Implementasi Kebijakan Publik ..……………... 30

2.2 Penelitian Terdahulu ……………………………………………….. 35

2.3 Kerangka Berpikir ………………………………………………….. 39

2.4 Hipotesis Penelitian .………………………………………………... 41

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian …………………………………………………... 43

3.2 Populasi dan Sampel ……………………………………………….. 44

3.2.1 Populasi ………………………..……………………………... 44

3.2.2 Sampel ……………………..…………………………………. 45

3.3 Instrumen Penelitian ………………………………………………... 47

3.4 Teknik Pengumpulan Data …………………………………………. 50

3.5 Teknik Pengolahan dan Analisis Data ……………………………... 52

3.5.1 Uji Validitas ……………………..…………………………… 54

3.5.2 Uji Reliabilitas ………………………..……………………… 55

3.5.3 Uji Hipotesis ……………………………..…………………… 56

vi

3.6 Jadwal Penelitian …………………………………………………… 56

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian …………………………………………. 58

4.1.1 Deskripsi Wilayah Kabupaten Tangerang …………………… 58

4.1.2 Deskripsi Responden Penelitian ……………………………… 61

4.1.2.1 Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ……………… 61

4.1.2.2 Responden Berdasarkan Usia ………………………… 62

4.1.2.3 Responden Berdasarkan Pendidikan …………………. 63

4.1.2.4 Responden Berdasarkan Pekerjaan …………………... 64

4.1.2.5 Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan ………... 65

4.2 Hasil Uji Validitas Instrumen ………………………………………. 66

4.3 Hasil Uji Reliabilitas ……………………………………………….. 69

4.4 Pengujian Hipotesis ………………………………………………… 70

4.5 Analisis Data ……………………………………………………….. 73

4.6 Interpretasi Hasil Penelitian ………………………………………. 132

4.7 Pembahasan ……………………………………………………….. 133

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan ……………………………………………………….. 146

5.2 Saran …………………………………………………………….… 148

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

vii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Jumlah Penduduk Miskin per-kabupaten Kabupaten Tangerang

Tahun 2010–2014 (Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional) ………… 6

Tabel 1.2 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tangerang Tahun 2009-2013 6

Tabel 1.3 Jumlah Rumah Tangga Sasaran (RTS) Penerima Dana Program

Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) per-Kabupaten/Kota Provinsi

Banten Tahun 2014-2015 …………………………………………… 10

Tabel 1.4 Jumlah Rumah Tangga Sasaran (RTS) Penerima Dana Program

Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) per-Kecamatan

Kabupaten Tangerang Tahun 2014-2015 …………………………… 11

Tabel 1.5 Jumlah Rumah Tangga Sasaran (RTS) Penerima Dana Program

Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) Per-Kantor Pos Bayar

di Kabupaten Tangerang Tahun 2014-2015 ………………………… 12

Tabel 3.1 Jumlah Rumah Tangga Sasaran (RTS) Penerima Dana Program

Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) di Kantor Pos Bayar

Tigaraksa Kabupaten Tangerang Tahun 2014-2015 ………………… 45

Tabel 3.2 Perhitungan Sampel Penelitian ……………………………………… 47

Tabel 3.3 Skoring Item Instrumen ……………………………………………... 48

Tabel 3.4 Instrumen Penelitian ………………………………………………… 49

Tabel 3.5 Jadwal Penelitian …………………………………………………….. 57

viii

Tabel 4.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten Tangerang

Tahun 2013 …………………………………………………………... 60

Tabel 4.2 Hasil Uji Validitas Instrumen ……………………………………….. 68

Tabel 4.3 Hasil Uji Reliabilitas ………………………………………………… 70

Tabel 4.4 Kategorisasi Indikator Standar dan Sasaran Kebijakan ……………. 134

Tabel 4.5 Kategorisasi Indikator Sumber Daya ………………………………. 136

Tabel 4.6 Kategorisasi Indikator Karakteristik Agen Pelaksana ……………... 138

Tabel 4.7 Kategorisasi Indikator Sikap Para Pelaksana ………………………. 140

Tabel 4.8 Kategorisasi Indikator Komunikasi Antarorganisasi dan Aktivitas Agen Pelaksana …………………………………………………………... 142

Tabel 4.9 Kategorisasi Indikator Lingkungan Ekonomi, Sosial dan Politik ….. 143

ix

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ………………………………………………… 40

Gambar 4.1 Kurva Penerimaan dan Penolakan Hipotesis ……………………... 72

Gambar 4.2 Mekanisme Pengambilan Dana Program Simpanan Keluarga

Sejahtera …………………………………………………………… 85

x

DAFTAR GRAFIK

Halaman

Grafik 4.1 Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin …………………... 62

Grafik 4.2 Identitas Responden Berdasarkan Usia …………………………….. 63

Grafik 4.3 Identitas Responden Berdasarkan Pendidikan ……………………… 64

Grafik 4.4 Identitas Responden Berdasarkan Pekerjaan ……………………….. 65

Grafik 4.5 Identitas Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan …………….. 66

Grafik 4.6 Indikator Ukuran dan Tu juan Kebijakan …………………………… 74

Grafik 4.7 Hasil Pernyataan Pertama Indikator Ukuran dan Tujuan Kebijakan .. 75

Grafik 4.8 Hasil Pernyataan Kedua Indikator Ukuran dan Tujuan Kebijakan …. 77

Grafik 4.9 Hasil Pernyataan Ketiga Indikator Ukuran dan Tujuan Kebijakan … 78

Grafik 4.10 Hasil Pernyataan Keempat Indikator Ukuran dan Tujuan Kebijakan 80

Grafik 4.11 Hasil Pernyataan Kelima Indikator Ukuran dan Tujuan Kebijakan . 81

Grafik 4.12 Hasil Pernyataan Keenam Indikator Ukuran dan Tujuan Kebijakan 82

Grafik 4.13 Hasil Pernyataan Ketujuh Indikator Ukuran dan Tujuan Kebijakan 83

Grafik 4.14 Indikator Sumber Daya ……………………………………………. 86

Grafik 4.15 Hasil Pernyataan Kedelapan Indikator Sumber Daya ……………... 87

Grafik 4.16 Hasil Pernyataan Kesembilan Indikator Sumber Daya …………… 88

Grafik 4.17 Hasil Pernyataan Kesepuluh Indikator Sumber Daya …………….. 90

Grafik 4.18 Hasil Pernyataan Kesebelas Indikator Sumber Daya ……………... 91

Grafik 4.19 Hasil Pernyataan Kedua belas Indikator Sumber Daya …………… 92

Grafik 4.20 Hasil Pernyataan Ketiga belas Indikator Sumber Daya …………… 94

xi

Grafik 4.21 Indikator Karakteristik Agen Pelaksana …………………………... 96

Grafik 4.22 Hasil Pernyataan Keempat belas Indikator Karakteristik Agen

Pelaksana ………………………...………………………………... 97

Grafik 4.23 Hasil Pernyataan Kelima belas Indikator Karakteristik Agen

Pelaksana ………………………...………………………………... 98

Grafik 4.24 Hasil Pernyataan Keenam belas Indikator Karakteristik Agen

Pelaksana ………………………...………………………………... 99

Grafik 4.25 Hasil Pernyataan Ketujuh belas Indikator Karakteristik Agen

Pelaksana ………………………...………………………………. 100

Grafik 4.26 Hasil Pernyataan Kedelapan belas Indikator Karakteristik Agen

Pelaksana ………………………...……………………………….. 102

Grafik 4.27 Indikator Sikap Para Pelaksana ………………………………….. 104

Grafik 4.28 Hasil Pernyataan Kesembilan belas Indikator Sikap Para

Pelaksana ……………………………………………………….... 105

Grafik 4.29 Hasil Pernyataan Kedua puluh Indikator Sikap Para Pelaksana …. 106

Grafik 4.30 Hasil Pernyataan Kedua puluh satu Indikator Sikap Para

Pelaksana …………………………………………………………. 108

Grafik 4.31 Hasil Pernyataan Kedua puluh dua Indikator Sikap Para

Pelaksana ...... 109

Grafik 4.32 Indikator Komunikasi Antarorganisasi dan Aktivitas Agen

Pelaksana …………………………………………………………. 111

Grafik 4.33 Hasil Pernyataan Kedua puluh tiga Indikator Komunikasi

Antarorganisasi dan Aktivitas Agen Pelaksana ………………….. 112

xii

Grafik 4.34 Hasil Pernyataan Kedua puluh empat Indikator Komunikasi

Antarorganisasi dan Aktivitas Agen Pelaksana …………………. 113

Grafik 4.35 Hasil Pernyataan Kedua puluh lima Indikator Komunikasi

Antarorganisasi dan Aktivitas Agen Pelaksana ……………...... 115

Grafik 4.36 Hasil Pernyataan Kedua puluh enam Indikator Komunikasi

Antarorganisasi dan Aktivitas Agen Pelaksana …………………. 116

Grafik 4.37 Hasil Pernyataan Kedua puluh tujuh Indikator Komunikasi

Antarorganisasi dan Aktivitas Agen Pelaksana …………………. 117

Grafik 4.38 Hasil Pernyataan Kedua puluh delapan Indikator Komunikasi

Antarorganisasi dan Aktivitas Agen Pelaksana …………………. 119

Grafik 4.39 Indikator Lingkungan Ekonomi, Sosial dan Politik ……………... 121

Grafik 4.40 Hasil Pernyataan Kedua puluh sembilan Indikator Lingkungan

Ekonomi, Sosial dan Politik …………………………………….... 122

Grafik 4.41 Hasil Pernyataan Ketiga puluh Indikator Lingkungan Ekonomi, Sosial

dan Politik ………………………………………………………... 123

Grafik 4.42 Hasil Pernyataan Ketiga puluh satu Indikator Lingkungan Ekonomi,

Sosial dan Politik ……………………………………………...... 125

Grafik 4.43 Hasil Pernyataan Ketiga puluh dua Indikator Lingkungan Ekonomi,

Sosial dan Politik ……………………………………………...... 126

Grafik 4.44 Hasil Pernyataan Ketiga puluh tiga Indikator Lingkungan Ekonomi,

Sosial dan Politik ……………………………………………...... 127

Grafik 4.45 Hasil Pernyataan Ketiga puluh empat Indikator Lingkungan Ekonomi,

Sosial dan Politik ……………………………………………...... 129

xiii

Grafik 4.46 Hasil Pernyataan Ketiga puluh lima Indikator Lingkungan Ekonomi,

Sosial dan Politik ……………………………………………...... 130

xiv

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam era globalisasi ini, semakin meningkatnya pertambahan penduduk, maka semakin bertambah pula kebutuhan hidupnya. Kebutuhan masyarakat akan hidup layak dari hari ke hari semakin meningkat. Akan tetapi, masih banyak masyarakat yang belum mampu memenuhi kebutuhan hariannya, seperti sulitnya mendapatkan akses kesehatan dan pendidikan karena rendahnya tingkat kesejahteraan dalam keluarga. Hal itu disebabkan karena masih tingginya angka kemiskinan.

Kemiskinan merupakan masalah utama yang dihadapi suatu bangsa karena kemiskinan tidak dapat terpisahkan dari kehidupan manusia. Kemiskinan merupakan kondisi di mana seseorang tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan dasarnya dalam kehidupan sehari-harinya.

Kemiskinan dapat membuat masyarakat menjadi terbelakang karena lingkup kemiskinan bukan hanya ekonomi saja, tetapi mencakup aspek sosial dan politik. Masyarakat yang sulit memenuhi kebutuhan hidupnya dapat terlihat dari segi ekonominya. Hal ini dapat terjadi di mana masyarakat tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar seperti sandang, pangan, papan serta pendidikan maupun kesehatan. Selain dari segi ekonomi, kurangnya hubungan sosial dapat

1

2

berpengaruh terhadap kemiskinan karena hal ini dapat menghambat dan menghalangi seseorang untuk mendapatkan informasi guna memanfaatkan kesempatan yang ada. Hubungan sosial yang baik mendukung seseorang mendapatkan kesempatan untuk meningkatkan atau bahkan memiliki keahlian agar taraf kesejahteraannya meningkat. Politik yang tidak sehat juga dapat menyebabkan kemiskinan yang berlarut-larut. Hal ini dapat terjadi karena sebagian pihak yang mempunyai kekuasaan salah dalam menggunakan kekuasaannya, sebagian pihak menggunakan kekuasaannya hanya untuk kepentingan pribadi atau kelompok tertentu. Seharusnya para elit politik dapat memberikan kontribusi yang nyata terhadap masyarakat miskin agar dapat memperkecil jumlah kemiskinan yang ada di .

Kondisi kemiskinan yang terjadi di Indonesia menuntut pemerintah untuk menanggulangi, mengurangi bahkan memberantas permasalahan yang sudah merajalela ini. Pemerintah harus mampu mengatasi permasalahan kemiskinan dengan memberikan kebijakan atau program yang berorientasi kepada masyarakat miskin agar angka kemiskinan di Indonesia dapat berkurang karena pada hakikatnya masyarakat miskin dipelihara oleh negara jadi pemerintah mempunyai kewajiban dalam menganggulangi kemiskinan. Hal ini disebutkan dalam Pasal 34

Ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 tentang Hak Asasi Manusia yang menyatakan bahwa fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara.

Dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 34 ayat (1) tertanam jelas bahwa fakir miskin merupakan tanggung jawab dan wewenang pemerintah. Hal tersebut di perkuat oleh Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan 3

Sosial Pasal 24 ayat (1) yang menyatakan bahwa penyelenggaraan kesejahteraan sosial menjadi tanggung jawab pemerintah dan pemerintah daerah.

Pemerintah memegang peranan penting dalam memberantas kemiskinan.

Untuk itu, pemerintah wajib memberikan kebijakan atau program yang mengutamakan masyarakat miskin agar dapat meningkatkan taraf kehidupan masyarakat miskin menjadi sejahtera. Untuk itu, diperlukan langkah-langkah dalam menangani permasalahan kemiskinan dari pemerintah.

Dalam penanggulangan kemiskinan memerlukan keterlibatan berbagai pihak yang berkepentingan. Pemerintah pusat, pemerintah daerah serta masyarakat merupakan pihak-pihak yang memiliki tanggung jawab yang sama terhadap penanggulangan kemiskinan. Pemerintah telah melaksanakan penanggulangan kemiskinan melalui berbagai kebijakan atau program dalam upaya pemenuhan kebutuhan dasar warga negara secara layak dan meningkatkan kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat miskin. Untuk menunjang penanggulangan kemiskinan dan mewujudkan percepatan penanggulangan kemiskinan maka dibuat program yang merujuk pada masyarakat miskin guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin.

Pada era Orde Lama, Orde Baru dan Reformasi berbagai program penanggulangan kemiskinan dicetuskan oleh pemerintah dengan nama yang berbeda tetapi memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk mengurangi tingkat kemiskinan bahkan memberantas kemiskinan di Indonesia, seperti Program BLT dan BLSM yang sebenarnya hanya berubah nama saja. Program tersebut 4

diselenggarakan sebagai respon kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) dunia pada saat itu dan tujuan utama dari program ini adalah membantu masyarakat miskin untuk tetap memenuhi kebutuhan hariannya. Kedua Program ini menyalurkan bantuan berupa pemberian kompensasi uang tunai dengan besaran untuk Program BLT adalah senilai Rp. 100.000,-

(https://id.wikipedia.org/wiki/Bantuan_langsung_tunai 5 Maret 2016) dan untuk

Program BLSM sebesar Rp. 150.000,- per keluarga

(http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2013/06/18/19561159/BLSM.Mulai.Dib agikan.Akhir.Bulan.Ini 19 Maret 2016).

Penelitian yang dilakukan oleh lembaga penelitian SMERU terkait kajian cepat pelaksanaan Program BLT 2008 dan evaluasi penerima Program BLT 2005 di Indonesia dan penggunaan KPS dan pelaksanaan BLSM 2013 menarik kesimpulan bahwa Program BLT masih relevan dan dapat membantu masyarakat miskin tetapi dalam pelaksanaannya masih terjadi ketegangan dan bahkan konflik di tingkat masyarakat. Konflik bersumber dari kecemburuan sosial dan tidak transparannya proses verifikasi penerima program. Pemotongan dana BLT terjadi di tingkat masyarakat dengan jumlah yang cenderung bertambah dan dilakukan secara sistematis. Keadaan ini tidak diantisipasi dan ditangani oleh aparat terkait, bahkan aparat cenderung menutup mata atas kondisi tersebut. Adanya BLT pun tidak mengakibatkan kemalasan dan perubahan jam kerja RTS. Jumlah dana yang terbatas dan hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup dalam jangka pendek menyebabkan masyarakat miskin harus bertindak rasional dengan tetap bekerja untuk memenuhi tuntutan kebutuhan hidup yang semakin meningkat. Selain itu, 5

masih terjadi kesalahan penetapan sasaran dan ketidak tercakupan penerima BLT karena verifikasi tidak berjalan dengan semestinya. Selain itu, pelaksanaan BLSM tidak menimbulkan permasalahan sosial yang berarti, meskipun sosialisasi program cenderung terbatas dan terlambat. Umumnya rumah tangga menerima dana dari kantor pos sesuai ketentuan, namun di beberapa desa terdapat pemotongan ditingkat lokal yang hasilnya dibagikan kepada rumah tangga lain yang tidak menjadi penerima.

Di Kabupaten Tangerang, banyak keluarga miskin yang tidak mendapatkan bantuan BLT maupun BLSM. Perataan terkait pembagian dana dirasa masih kurang menyentuh semua keluarga miskin. Akibat tidak tepat sasaran, banyak keluarga miskin yang mengembalikan Kartu Perlindungan Sosial

(KPS) ke kantor desa setempat maupun ke kantor pos karena perbandingannya lebih banyak yang tidak menerima dari pada yang menerima

(http://metro.sindonews.com/read/759480/31/takut-didemo-2-000-warga- tangerang-kembalikan-kps-1373444678 20 Januari 2016). Mereka tidak ingin konflik terjadi di tengah masyarakat karena kecemburuan sosial antara keluarga miskin yang mendapatkan KPS dan yang tidak mendapatkannya.

Dengan adanya program dari pemerintah yang ditujukan untuk keluarga miskin. Pada tahun 2010-2014, jumlah penduduk miskin di Kabupaten Tangerang mengalami penurunan. Penurunan yang signifikan terjadi pada tahun 2011 dengan angka penurunan sebesar 0,76 % (BPS Kabupaten Tangerang). Untuk lebih jelasnya, hal tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini: 6

Tabel 1.1 Jumlah Penduduk Miskin per-kabupaten Kabupaten Tangerang Tahun 2010–2014 (Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional)

No. Tahun Jumlah Presentase (%) 1. 2010 (Juli) 205.097 7.18 2. 2011 (September) 188.653 6.42 3. 2012 (September) 175.978 5.71 4. 2013 (September) 183.889 5.78 5. 2014 (September)* 176.202 5.36 Catatan: *Angka Sangat Sementara

Sumber: BPS Kabupaten Tangerang (2015)

Selain menurunnya tingkat kemiskinan di Kabupaten Tangerang, laju pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Tangerang mengalami peningkatan. Laju pertumbuhan ekonomi tertinggi terjadi pada tahun 2011. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 1.2 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tangerang Tahun 2009-2013

No. Tahun Presentase 1. 2009 4,41 2. 2010 6,33 3. 2011 6,39 4. 2012 5,86 5. 2013 6,11

Sumber: BPS, IPM Kabupaten Tangerang (Hal: 28)

Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tangerang tahun 2009 sebesar

4,41 persen naik menjadi 6,33% di tahun 2010 kemudian pada tahun 2011 menjadi 6,39% dan pada tahun 2012 mengalami penurunan 5,86% kemudian sedikit meningkat di tahun 2013 sebesar 6,11%. (Sumber: BPS, IPM Kabupaten

Tangerang, Hal: 28) 7

Untuk meminimalisir permasalahan kesejahteraan sosial, khususnya kemiskinan, Pemerintah mencetuskan program yang ditujukan untuk masyarakat miskin guna menanggulangi bahkan memberantas kemiskinan di Indonesia. Pada tahun 2014 pemerintah mengeluarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia

Nomor 166 Tahun 2014 tentang Program Percepatan Penanggulangan

Kemiskinan. Sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal (2) ayat (2) Program tersebut meliputi Program Simpanan Keluarga Sejahtera, Program Indonesia

Pintar dan Program Indonesia Sehat. Dengan dikeluarkannya Perpres tersebut, selanjutnya dikeluarkan pula Intruksi Presiden Nomor 7 Tahun 2014 tentang

Pelaksanaan Program Simpanan Keluarga Sejahtera, Program Indonesia Pintar dan Program Indonesia Sehat untuk membangun Keluarga Produktif pada tanggal

3 November 2014.

Program nasional dalam upaya penanggulangan kemiskinan tersebut merupakan bentuk perlindungan sosial yang diperlukan bagi masyarakat miskin guna untuk mencegah terjadinya guncangan dan kerentanan sosial, salah satu diantaranya melalui Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS). Program

Simpanan Keluarga Sejahtera merupakan program yang diberikan dalam bentuk kompensasi yang sifatnya seperti buku tabungan.

Program Simpanan Keluarga Sejahtera adalah program pemberian bantuan tunai kepada Rumah Tangga Sasaran (RTS) yang ditetapkan pemerintah dalam rangka kompensasi atas kenaikan harga BBM. Tujuan dari PSKS adalah untuk mencegah penurunan daya beli masyarakat dan kompensasi menyusul pengurangan subsidi BBM. Pengurangan subsidi menyebabkan kenaikan harga 8

BBM yang diikuti dengan kenaikan harga-harga kebutuhan pokok sehingga daya beli masyarakat menurun terutama keluarga miskin. Untuk itulah PSKS disalurkan (http://blsm.posindonesia.co.id/umum.php 3 April 2016).

Program Simpanan Keluarga Sejahtera diberikan karena untuk memperbaiki efektivitas dalam penyaluran bantuan sosial, jadi pemerintah memutuskan untuk memberikan dalam bentuk simpanan. Alasan pemberian dalam bentuk simpanan adalah:

1. Simpanan/tabungan merupakan bentuk kegiatan produktif, 2. Simpanan/tabungan merupakan bagian dari strategi nasional keuangan inklusif, 3. Perbaikan dari program BLSM 2013 yang sekedar membagikan uang tunai, dan 4. Mengurangi antrian (www.tnp2k.go.id/id/program/program-membangun- keluarga-produktif/mengapa-bantuan-dalam-bentuk-simpanan/ 21 Desember 2015).

Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mengurangi beban pengeluaran keluarga miskin. Melalui program simpanan keluarga sejahtera ini diharapkan berdampak langsung terhadap peningkatan kesejahteraan keluarga miskin karena di tingkat keluarga, program perlindungan sosial dapat mendorong perkembangan anggota keluarga yang lebih baik, seperti adanya asupan gizi yang cukup dalam keluarga dan juga dapat mendorong terciptanya ketahanan keluarga secara ekonomi.

Program Simpanan Keluarga Sejahtera yang diperuntukkan bagi pemegang KKS merupakan program pemberian bantuan non tunai dalam bentuk simpanan yang diberikan kepada 15,5 Juta Keluarga kurang mampu di seluruh

Indonesia, sejumlah Rp. 200.000/Keluarga/Bulan. Untuk tahun 2014, 9

dibayarkan sekaligus Rp. 400.000 untuk bulan November dan Desember.

Program Simpanan Keluarga Sejahtera diberikan kepada keluarga kurang mampu, secara bertahap diperluas mencakup penghuni panti asuhan, panti jompo dan panti-panti sosial lainnya.Saat ini, 1 Juta keluarga diberikan dalam bentuk layanan keuangan digital dengan pemberian SIM Card, sedangkan 14,5

Juta keluarga diberikan dalam bentuk simpanan giro pos

(http://www.psks.sapa.or.id/tentang-psks 4 Maret 2016). Pada tahun anggaran

2015, bantuan yang akan diberikan dalam waktu 3 bulan dengan total Rp.

600.000,-. (http://intelresos.kemsos.go.id/?module=Program+Kks 13 Januari

2016).

Provinsi merupakan satu dari 34 provinsi yang ada di Indonesia yang menjalankan Program Simpanan Keluarga Sejahtera. Di Provinsi Banten,

RTS penerima dana PSKS berjumlah 417.532 keluarga yang meliputi delapan kabupaten/kota. Adapun data tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

10

Tabel 1.3 Jumlah Rumah Tangga Sasaran (RTS) Penerima Dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) Provinsi Banten Tahun 2014-2015

No. Kabupaten/Kota Rumah Tangga Sasaran 1. Kabupaten Tangerang 146.278 2. Kabupaten Lebak 118.021 3. Kabupaten 58.432 4. Kota Tangerang 46.239 5. Kota Serang 17.121 6. Kota Tangerang Selatan 16.439 7. Kota 11.489 8. Kabupaten Pandeglang 3.513 Jumlah 417.532 Sumber: www.psks.info (4 November 2015)

Berdasarkan tabel jumlah RTS penerima dana PSKS per-kabupaten/kota diatas, dapat diketahui bahwa Kabupaten Tangerang memiliki jumlah RTS penerima dana PSKS terbanyak diantara delapan kabupaten/kota yang ada di

Provinsi Banten dengan jumlah 146.278 keluarga yang tersebar di 29 kecamatan.

Kabupaten Tangerang sendiri menjalankan Program Simpanan Keluarga Sejahtera dalam bentuk simpanan giro pos offline. Selanjutnya, untuk dapat melihat jumlah

RTS penerima dana PSKS per-kecamatan dan per-kantor pos bayar di Kabupaten

Tangerang, dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

11

Tabel 1.4 Jumlah RTS Penerima Dana PSKS per-Kecamatan di Kabupaten TangerangTahun 2014-2015

No. Kecamatan Rumah Tangga Sasaran 1. 11.388 2. 10.456 3. 9.733 4. Mauk 6.750 5. Tigaraksa 6.620 6. Timur 6.513 7. Kosambi 6.412 8. 6.069 9. 5.772 10. 5.716 11. Kemiri 5.197 12. 5.036 13. Gunung Kaler 5.026 14. 4.966 15. 4.731 16. Mekar Baru 4.591 17. 4.517 18. Sepatan 4.147 19. Jayanti 3.748 20. 3.728 21. 3.637 22. Pasar Kemis 3.482 23. 3.474 24. Jambe 3.467 25. 2.901 26. 2.860 27. Curug 2.150 28. 2.149 29. 1.042 Jumlah 146.278 Sumber: Kantor Pos Tangerang (2016)

12

Tabel 1.5 Jumlah Rumah Tangga Sasaran (RTS) Penerima Dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) per-Kantor Pos Bayar di Kabupaten Tangerang Tahun 2014-2015

No. Kantor Bayar Kecamatan RTS Jumlah 1. Tigaraksa Tigaraksa 6.620 47.170 Cisoka 6.069 Kresek 5.772 Solear 5.716 Gunung Kaler 5.026 Sukamulya 4.966 Jayanti 3.748 Balaraja 3.637 Jambe 3.467 Cikupa 2.149 2. Tangerang Pakuhaji 11.388 32.362 6.513 Kosambi 6.412 Sepatan 4.147 Cisauk 2.860 Kelapa Dua 1.042 3. Villa Regency Dua Rajeg 10.456 29.430 Sindang Jaya 5.036 Pasar Kemis 3.482 4. Mauk Mauk 6.750 24.997 Kemiri 5.197 Kronjo 4.731 Mekar Baru 4.591 Sukadiri 3.728 5. Curug Legok 4.517 13.042 Panongan 3.474 Pagedangan 2.901 Curug 2.150 6. Teluknaga Teluknaga 9.733 9.733 Jumlah 146.278 Sumber: Kantor Pos Tangerang (2016)

Berdasarkan tabel di atas, dari 6 kantor pos bayar di Kabupaten Tangerang yang ditunjuk untuk menyalurkan dana PSKS kepada RTS penerima dana PSKS, terlihat bahwa kantor pos bayar Tigaraksa memiliki jumlah RTS penerima dana 13

PSKS terbanyak, yaitu berjumlah 47.170 RTS penerima dana yang tersebar pada

10 kecamatan di Kabupaten Tangerang. Adapun kecamatan tersebut yaitu, kecamatan Tigaraksa, Cisoka, Solear, Jambe, Cikupa, Balaraja, Jayanti,

Sukamulya, Kresek dan Gunung Kaler.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi awal peneliti dengan beberapa pihak terkait pelaksanaan Program Simpanan Keluarga Sejahtera, peneliti menemukan beberapa masalah dalam pelaksanaan Program Simpanan Keluarga

Sejahtera, antara lain sebagai berikut.

Pertama, dalam menentukan RTS penerima dana PSKS membutuhkan data mengenai nama dan alamat RTS yang layak menerima dana PSKS. Data RTS penerima dana PSKS pada tahun 2014 dan 2015 menggunakan hasil Pendataan

Program Perlindungan Sosial (PPLS) pada tahun 2011. Penggunaan data PPLS tahun 2011 untuk pembagian dana PSKS dapat terjadi kemungkinan besar bahwa data tersebut sudah terjadi banyak perubahan, yang awalnya terdapat keluarga tidak mampu kemudian menjadi mampu dan sebaliknya, ada pula yang sebelumnya mampu akan tetapi sekarang menjadi kurang mampu. Hal tersebut dapat terjadi karena kemiskinan yang bersifat dinamis.

Pengunaan data PPLS tahun 2011 menjadi tidak tepat sasaran. Banyak penerima dana PSKS yang tidak memenuhi kriteria yang telah ditetapkan. Hal tersebut didukung oleh hasil wawancara dengan penerima dana PSKS, yaitu Ibu

Ilyanah yang mengatakan bahwa terdapat keluarga yang benar-benar miskin tetapi tidak mendapatkan dana PSKS, berbeda dengan keluarga yang sebenarnya sudah dapat dikatakan mampu karena mempunyai kendaraan roda dua tetapi pada 14

kenyataannya keluarga tersebut mendapatkan dana PSKS. Selain itu, hasil wawancara dengan Bapak Endang selaku Kasi Kelembagaan, Kepahlawanan dan

Kesetiakawanan Sosial Dinas Kesejahteraan Sosial Kabupaten Tangerang juga mengatakan bahwa Dinas Sosial Kesejahteraan Kabupaten Tangerang banyak menerima laporan dari masyarakat terkait ketidaktepatan sasaran penerima dana

PSKS.

Secara umum, RTS penerima dana PSKS seharusnya adalah rumah tangga miskin, akan tetapi dalam pelaksanaannya masih banyak rumah tangga yang sama-sama miskin bahkan sangat miskin tetapi tidak mendapatkan dana PSKS. Di sisi lain, tak sedikit ditemukan beberapa rumah tangga yang mampu bahkan tergolong berada mendapatkan dana PSKS. Seharusnya pihak terkait melakukan pembaharuan data kepada RTS penerima danakarena penggunaan data PPLS 2011 tersebut sudah tidak up to date.

Kedua, kurangnya sosialisasi dari pemangku kepentingan/pihak yang terlibat kepada masyarakat penerima dana mengenai Program Simpanan Keluarga

Sejahtera. Hal tersebut dibenarkan oleh Bapak H. Ade selaku Kepala Seksi

Penanganan Fakir Miskin. Beliau mengatakan bahwa pihak Dinas Kesejahteraan

Sosial Kabupaten Tangerang tidak melakukan sosialisasi secara menyeluruh ke semua kelurahan/desa maupun kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten

Tangerang. Dinas Kesejahteraan Sosial Kabupaten Tangerang hanya melakukan sosialisasi mengenai Program Simpanan Keluarga Sejahtera kepada kepala desa/lurah, RT maupun RW setempat serta masyarakat ketika ada kegiatan tertentu saja, seperti rapat koordinasi (rakor). Selain itu, Bapak Roni selaku TKSK 15

Kecamatan Jayanti mengaku hanya memberikan informasi mengenai jadwal pencairan dana PSKS dengan cara menempelkan jadwal pencairan dana PSKS pada papan informasi yang terdapat dikelurahan/desa setempat.

Kurangnya sosialisasi tersebut memberikan dampak bagi masyarakat penerima dana PSKS. Banyak penerima dana PSKS yang tidak mengetahui jadwal pengambilan dana PSKS, sehingga penerima dana tidak mengetahui kapan saatnya kecamatan ataupun desa mereka dapat mencairkan dana PSKS. Selain itu, kurangnya komunikasi/koordinasi antar pendamping PSKS, kepala desa/lurah dan

RT/RW setempat membuat para penerima dana PSKS minim akan informasi mengenai PSKS. Salah satunya, yaitu Bapak Rohimin selaku penerima dana

PSKS mengatakan bahwa Program Simpanan Keluarga Sejahtera ini baru diketahuinya pada tahun 2015 lalu, bapak Rohimin tidak mengetahui bahwa pada tahun 2014 ada pencairan dana PSKS karena pihak setempat seperti RT dan RW tidak memberikan informasi tentang program tersebut. Selain itu, banyak masyarakat penerima dana PSKS yang tidak mengetahui bahwa program pemerintah yang diberikan saat ini bernama Program Simpanan Keluarga

Sejahtera dan bersifat simpanan. Dana PSKS dapat diambil di lain waktu tanpa menghilangkan nilai rupiah yang ada dalam simpanan tersebut karena PSKS bersifat seperti buku tabungan. Salah satunya Ibu Latmunah selaku penerima dana

PSKS yang mengaku kalau beliau mengetahui program pemerintah ini masih bernama BLSM dan tidak mengetahui kalau program ini sifatnya simpanan.

Ketiga, penyebaran atau penentuan lokasi pengambilan dana Program

Simpanan Keluarga Sejahtera. Kantor pos Tigaraksa merupakan satu dari enam 16

kantor pos yang melakukan penyaluran dana PSKS dengan jumlah kecamatan dan penerima terbanyak yaitu sebanyak 10 kecamatan dan 47.170 RTS penerima dana

PSKS. Lokasi kantor pos Tigaraksa sebagai penyalur dana PSKS dirasa memiliki jarak yang cukup jauh bagi beberapa penerima dana PSKS. Dengan begitu, banyak dari penerima dana PSKS yang mengeluh karena jarak tempuh tempat tinggal mereka berada cukup jauh dari lokasi pencairan dana PSKS. Padahal, berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Herman yang ditemui di kantor pos

Tangerang, ditunjuknya kantor pos tersebut guna untuk mendekatkan pembayaran dan meningkatkan kenyamanan kepada RTS penerima dana PSKS agar dapat memudahkan RTS dalam pengambilan dana PSKS. Akan tetapi, pada kenyataannya yang dirasakan oleh penerima dana PSKS penetapan lokasi pengambilan dana tersebut menyulitkan beberapa RTS yang tempat tinggalnya jauh dari kantor pos bayar karena harus menempuh jarak cukup jauh serta harus mengeluarkan biaya transportasi yang cukup banyak agar dapat sampai ke kantor pos bayar Tigaraksa yang telah ditunjuk untuk mencairkan dana PSKS. Hal tersebut didukung oleh hasil wawancara dengan Bapak Endang selaku Kasi

Kelembagaan, Kepahlawanan dan Kesetiakawanan Sosial Dinas Kesejahteraan

Sosial Kabupaten Tangerang yang mengatakan bahwa beliau telah banyak menerima keluhan dari masyarakat penerima dana PSKS karena lokasi kantor pos bayar yang jaraknya cukup jauh dari tempat tinggal penerima.

Selain itu, salah satu penerima dana PSKS yaitu Ibu Ilyanah yang mengaku bahwa jarak tempuh dari tempat tinggalnya menuju kantor pos bayar

Tigaraksa mengeluarkan biaya dan waktu yang tidak sedikit. Hal tersebut tentu 17

saja menyulitkan penerima dana PSKS yang tempat tinggalnya jauh dari lokasi kantor pos bayar Tigaraksa karena harus memakan waktu dan mengeluarkan biaya yang tidak sedikit untuk dapat sampai ke kantor pos bayar Tigaraksa.

Keempat, penetapan jadwal pencairan/pengambilan dana Program

Simpanan Keluarga Sejahtera. Pada masa pencairan dana, pihak terkait telah menetapkan/membuat jadwal untuk masing-masing daerah penerima dana. Dalam satu hari, terdapat 2.000 sampai 5.000 RTS penerima dana yang mencairkan dana

PSKS. Dengan jumlah yang dirasa masih sangat banyak, hal tersebut membuat masih adanya antrian panjang yang menghiasi pengambilan dana PSKS di kantor pos bayar Tigaraksa. Padahal alasan pemerintah membuat Program Simpanan

Kleuarga Sejahtera dan memutuskan memberikan program tersebut dalam bentuk simpanan salah satunya adalah untuk mengurangi antrian tetapi yang terjadi di lapangan antrian yang panjang masih menghiasi pengambilan dana PSKS.

Permasalahan tersebut adalah permasalahan klasik yang terus berulang, seperti pada masa pencairan dana BLSM sebelumnya.

Kepala Seksi Penanganan Fakir Miskin Dinas Kesejahteraan Sosial

Kabupaten Tangerang, Bapak H. Ade mengatakan bahwa terjadi antrian panjang yang tidak dapat dihindari menyebabkan para penerima dana PSKS berdesak- desakan dengan penerima lainnya. Ketidaksabaran para penerima dana PSKS menjadi salah satu penyebabnya karena sebagian RTS sudah mengantri sejak pagi.

Dengan kondisi di lapangan yang berdesakan, Dinas Kesejahteraan Sosial

Kabupaten Tangerang ikut andil dalam berjalannya pengambilan dana PSKS, dibantu dengan aparat setempat seperti kepolisian, TNI dan satpol PP guna untuk 18

meningkatkan keamanan, melakukan pemantauan dan untuk mengetahui kondisi di lapangan.

Dalam pelaksanaan Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS), peneliti memberi batasan untuk meneliti bagaimana pelaksanaan Program

Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) di Kabupaten Tangerang khususnya di sepuluh kecamatan, yaitu Tigaraksa, Cisoka, Solear, Kresek, Gunungkaler,

Sukamulya, Jayanti, Balaraja, Jambe dan Cikupa yang melakukan pencairan/pengambilan dana PSKS di kantor pos bayar Tigaraksa. Apakah program tersebut berjalan sesuai dengan mekanisme atau petunjuk pelaksanaan yang telah ditetapkan atau tidak, karena pada dasarnya mekanisme dan petunjuk pelaksanaan tersebut merupakan panduan bagi unit organisasi pelaksana dalam kegiatan implementasi kebijakan. Selain itu, implementasi kebijakan publik merupakan bagian dari program studi Ilmu Administrasi Negara. Jadi, peneliti tertarik untuk meneliti mengenai pelaksanaan Program Simpanan Keluarga

Sejahtera, agar dapat mengetahui sejauh mana Program Simpanan Keluarga

Sejahtera ini sudah berjalan. Dengan begitu, penulis mengambil judul penelitian

“Implementasi Program Simpanan Keluarga Sejahtera di Kantor Pos

Tigaraksa Kabupaten Tangerang”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka penulis mengidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut: 19

1. Rumah Tangga Sasaran penerima dana Program Simpanan Keluarga

Sejahtera menggunakan data lama, yaitu Pendataan Program Perlindungan

Sosial (PPLS) tahun 2011,

2. Kurangnya sosialisasi yang diberikan terkait Program Simpanan Keluarga

Sejahtera,

3. Penetapan/penyebaran lokasi pengambilan dana Program Simpanan

Keluarga Sejahtera cukup jauh dari tempat tinggal Rumah Tangga Sasaran

penerima dana,

4. Penetapan jadwal pencairan/pengambilan dana Program Simpanan

Keluarga Sejahtera menyebabkan masih adanya antrian panjang dalam

pengambilan dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera.

1.3 Batasan Masalah

Agar permasalahan yang diteliti tidak terlalu luas, maka peneliti membatasi ruang lingkup permasalahan ini pada Implementasi Program Simpanan

Keluarga Sejahtera di Kantor Pos Tigaraksa Kabupaten Tangerang.

1.4 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, terdapat beberapa permasalahan yang telah terangkum dalam identifikasi masalah, untuk itu penulis merumuskan masalah sebagai berikut, Bagaimana implementasi Program

Simpanan Keluarga Simpanan di Kantor Pos Tigaraksa Kabupaten Tangerang?

20

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan dalam perumusan masalah, maka dapat ditentukan tujuan penelitian yaitu, untuk mengetahui implementasi Program Simpanan Keluarga Sejahtera di Kantor Pos Tigaraksa

Kabupaten Tangerang.

1.6 Manfaat Penelitian

1.6.1 Manfaat Teoritis

a. Untuk dapat mengembangkan Ilmu Adminisitrasi Negara, khususnya

dalam implementasi kebijakan publik.

b. Untuk memperoleh tambahan pengetahuan mengenai pelaksanaan

Program Simpanan Keluarga Sejahtera diKabupaten Tangerang.

1.6.2 Manfaat Praktis

a. Untuk memberikan saran sebagai masukan bagi pihak-pihak yang

berkepentingan seperti Dinas Kesejahteraan Sosial, Badan Pusat

Statistik, Kantor Pos dan pihak berkepentingan lainnya.

b. Bagi masyarakat diharapkan pengembangan dari penelitian ini dapat

memberikan dampak positif bagi kehidupan masyarakat.

c. Bagi peneliti diharapkan dapat menambah wawasan dan menjadi

bahan pendamping antara teori yang dipelajari dengan kenyataan di

lapangan, serta sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program

pendidikan Sarjana (S1).

21

1.7 Sistematika Penulisan Penelitian

Berikut merupakan sistematika penulisan dalam penelitian ini yang terdiri dari beberapa Bab dan lengkap dengan penjelasannya adalah sebegai berikut:

1. BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Latar belakang masalah menjelaskan ruang lingkup dan kedudukan

masalah yang akan diteliti. Bentuk penjelasan diuraikan secara deduktif,

artinya dimulai dari penjelasan yang berbentuk umum hingga menukik ke

masalah yang spesifik dan relevan dengan judul penelitian.

Sumber penjelasan latar belakang masalah dapat berasal dari hasil

penelitian sebelumnya, seminar ilmiah, pengamatan atau pengalaman

pribadi. Latar belakang masalah harus diuraikan secara jelas, faktual dan

logis dengan didukung oleh data-data lapangan. Data yang ditulis dapat

berbentuk data kuantitatif maupun data kualitatif.

1.2 Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah bertujuan untuk mengidentifikasi masalah yang akan

diteliti dan dikaitkan dengan tema/judul atau variabel penelitian.

1.3 Batasan Masalah

Batasan masalah bertujuan untuk membatasi masalah yang akan diteliti

oleh peneliti sesuai dengan judul penelitian.

1.4 Perumusan Masalah

Perumusan masalah bertujuan untuk menetapkan masalah yang paling

berkaitan dengan judul penelitian. Perumusan masalah adalah 22

mendefinisikan permasalahan yang telah diterapkan dalam bentuk definisi

konsep dan definisi operasional. Kalimat yang digunakan dalam

perumusan masalah adalah kalimat tanya.

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian mengungkapkan tentang sasaran yang ingin dicapai

dalam penelitian.

1.6 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian menjelaskan mengenai manfaat dari temuan penelitian.

1.7 Sistematika Penulisan Penelitian

Sistematika penulisan penelitian menjelaskan beberapa poin penulisan

penelitian secara rinci.

2. BAB II STUDI KEPUSTAKAAN

Bab ini berisi tentang beberapa teori yang digunakan sebagai rujukan dan studi

kepustakaan, kerangka berpikir dan hipotesis guna menunjang dalam kegiatan

penelitian.

3. BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini menjelaskan metode penelitian serta berisi teknik pengolahan dan

analisis data yang akan digunakan dalam penelitian.

4. BAB IV HASIL PENELITIAN

Bab ini berisi tentang paparan data-data serta analisis dari penelitian yang

telah dilakukan oleh peneliti.

5. BAB V PENUTUP

Bab ini berisi tentang kesimpulan penelitian serta saran dari peneliti. 23

6. DAFTAR PUSTAKA

Berisi daftar referensi yang digunakan peneliti dalam penelitiannya.

7. LAMPIRAN-LAMPIRAN

Berisi lampiran-lampiran yang menunjang dalam penelitian serta dokumentasi

yang telah dilakukan oleh peneliti maupun diambil dari referensi.

BAB II

STUDI KEPUSTAKAAN

2.1 Studi Kepustakaan

Wahyuni (dalam Pasolong, 2010: 9) mendefinisikan teori adalah sebagai suatu himpunan konsep, definisi dan proporsi yang berhubungan secara sistematis yang dibangun untuk menjelaskan dan meramalkan suatu fenomena. Sementara itu, Sugiyono (2012: 43) mendefinisikan bahwa teori adalah seperangkat konsep, asumsi dan generalisasi yang dapat digunakan untuk mengungkapkan dan menjelaskan perilaku dalam berbagai organisasi, baik organisasi formal maupun organisasi informal. Berdasarkan definisi tersebut dapat dikemukakan ada empat kegunaan teori di dalam penelitian, yaitu (Sugiyono, 2012: 43):

1. Teori berkenaan dengan konsep, asumsi dan generalisasi yang logis. 2. Teori berfungsi untuk mengungkapkan, menjelaskan dan memprediksi perilaku yang memiliki keteraturan. 3. Teori sebagai stimulan dan panduan untuk mengembangkan pengetahuan. 4. Teori sebagai pisau bedah untuk suatu penelitian. Pada sub bab ini, peneliti memaparkan teori-teori dari beberapa ahli yang dipergunakan oleh peneliti dalam penelitian ini. Berikut ini beberapa teori dari para ahli yang berkaitan dengan masalah penelitian maupun judul penelitian.

24

25

2.1.1 Definisi Kebijakan

Banyak definisi yang dibuat oleh para ahli untuk menjelaskan arti kebijakan. Laswell dan Kaplan (dalam Abidin, 2012: 6) melihat kebijakan sebagai sarana untuk mencapai tujuan, menyebutkan kebijakan sebagai program yang diproyeksikan berkenaan dengan tujuan, nilai, dan praktik (a projected program of goals, values and practices). Friedrich (dalam Abidin 2012: 6) mengatakan bahwa yang paling pokok bagi suatu kebijakan adalah adanya tujuan (goals), sasaran (objective), atau kehendak (purpose).

H. Hugh Heglo (dalam Abidin, 2012: 6) menyebutkan kebijakan sebagai

“a course of action intended to accomplish some end” atau sebagai suatu tindakan yang bermaksud untuk mencapai tujuan tertentu. Selanjutnya, Titmuss (dalam

Suharto, 2005: 7) mendefinisikan kebijakan sebagai prinsip-prinsip yang mengatur tindakan yang diarahkan kepada kepada tujuan-tujuan tertentu. Dari beberapa definisi yang dikemukakan oleh beberapa ahli di atas, kebijakan lebih diartikan sebagai serangkaian tindakan-tindakan atau keputusan-keputusan yang di ambil oleh aktor terkait yang mempunyai tujuan tertentu guna untuk memecahkan suatu masalah.

Thomas Dye (dalam Abidin, 2012:5) menyebutkan kebijakan sebagai pilihan pemerintah untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu (whatever governments choose to do or not to do). Selain itu, Edi Suharto (2005: 7) mendefinisikan kebijakan sebagai prinsip atau cara bertindak yang dipilih untuk mengarahkan pengambilan keputusan. Dilihat dari definisi tersebut, kebijakan 26

lebih diartikan sebagai sebuah dasar untuk merumuskan sebuah keputusan yang dibuat oleh pemerintah untuk dilakukan maupun tidak dilakukan.

Jadi, berdasarkan definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kebijakan adalah suatu keputusan atau tindakan yang di ambil oleh pemegang kekuasaan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu yang didalamnya memiliki nilai-nilai serta memiliki tujuan tertentu.

2.1.2 Definisi Publik

Definisi publik pada dasarnya berasal dari bahasa Inggris “public” yang berarti umum, rakyat umum, orang banyak dan rakyat (Pasolong, 2010: 6).

Sedangkan menurut Syafiie (2010: 18) arti publik itu sendiri adalah sejumlah manusia yang memiliki kebersamaan berpikir, perasaan harapan, sikap dan tindakan yang benar dan baik berdasarkan nilai-nilai norma yang mereka miliki.

Berbeda dengan Frederickson (dalam Pasolong, 2010: 6) menjelaskan konsep publik dalam 5 (lima) perspektif, yaitu:

1. Publik sebagai kelompok kepentingan, yaitu publik dilihat sebagai manifestasi dan interaksi kelompok yang melahirkan kepentingan masyarakat, 2. Publik sebagai pemilih yang rasional, yaitu masyarakat yang terdiri atas individu-individu yang berusaha memenuhi kebutuhan dan kepentingan sendiri, 3. Publik sebagai perwakilan kepentingan masyarakat, yaitu kepentingan publik mewakili “suara”, 4. Publik sebagai konsumen, yaitu konsumen sebenarnya tidak terdiri dari individu-individu yang tidak berhubungan satu sama lain, namun dalam jumlah yang cukup besar mereka menimbulkan tuntutan pelayanan birokrasi. Karena itu posisinya dianggap sebagai publik, dan 5. Publik sebagai warga negara, yaitu warga negara dianggap sebagai publik karena partisipasi masyarakat sebagai keikutsertaan warga 27

negara dalam seluruh proses penyelenggaraan pemerintahan dipandang sebagai sesuatu yang paling penting.

Berdasarkan beberapa definisi publik di atas, dapat disimpulkan bahwa publik adalah sekelompok atau sejumlah orang yang saling berhubungan dan membutuhkan satu sama lain dengan memiliki kepentingan sendiri.

2.1.3 Definisi Kebijakan Publik

Thomas R Dye (dalam Agustino, 2006:7) mengatakan bahwa, “kebijakan publik adalah apa yang dipilih oleh pemerintah untuk dikerjakan atau tidak dikerjakan.” Berdasarkan pengertian Thomas R Dye ini, apapun yang dipilih pemerintah untuk dikerjakan maupun tidak dikerjakan itu adalah suatu kebijakan publik.

James Anderson (dalam Agustino, 2006:7) memberikan pengertian atas definisi kebijakan publik, dalam bukunya Public Policy Making, sebagai berikut:

“serangkaian kegiatan yang mempunyai maksud/tujuan tertentu yang diikuti dan dilaksanakan oleh seorang aktor atau sekelompok aktor yang berhubungan dengan suatu permasalahan atau suatu hal yang diperhatikan.” Konsep kebijakan ini menitikberatkan pada apa yang sesungguhnya dikerjakan daripada apa yang diusulkan atau dimaksud. Dan hal inilah yang membedakan kebijakan dari suatu keputusan yang merupakan pilihan diantara beberapa alternatif yang ada.

Secara konseptual kebijakan publik dapat dilihat dari Kamus Administrasi

Publik Chandler dan Plano mengatakan bahwa kebijakan publik adalah pemanfaatan yang strategis terhadap sumber-sumber daya yang ada untuk 28

memcahkan masalah publik atau pemerintah. Bahkan Chandler dan Plano (dalam

Pasolong, 2010: 38) beranggapan bahwa kebijakan publik merupakan suatu bentuk investasi yang kontinu oleh pemerintah demi kepentingan orang-orang yang tidak berdaya dalam masyarakat agar mereka dapat hidup dan ikut berpartisipasi dalam pemerintahan.

Selanjutnya, Chaizi Nasucha (dalam Pasolong, 2010: 39), mengatakan bahwa kebijakan publik adalah kewenangan pemerintah dalam pembuatan suatu kebijakan yang digunakan ke dalam perangkat peraturan hukum. Kebijakan tersebut bertujuan untuk menyerap dinamika sosial dalam masyarakat yang akan dijadikan acuan perumusan kebijakan agar tercipta hubungan sosial yang harmonis.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa kebijakan publik adalah suatu tindakan/kegiatan yang diputuskan oleh pemerintah yang mempunyai tujuan untuk memecahkan suatu masalah publik serta mempengaruhi sebagian besar masyarakat dalam waktu tertentu.

2.1.4 Implementasi Kebijakan Publik

Studi implementasi merupakan suatu kajian mengenai studi kebijakan yang mengarah pada proses pelaksanaan dari suatu kebijakan. Dalam praktiknya implementasi kebijakan merupakan suatu proses yang begitu kompleks bahkan tidak jarang bermuatan politis dengan adanya intervensi berbagai kepentingan

(Agustino, 2006: 138). 29

Implementasi kebijakan merupakan langkah yang sangat penting dalam proses kebijakan. Tanpa implementasi, suatu kebijakan hanyalah merupakan sebuah dokumen yang tidak bermakna dalam kehidupan bermasyarakat. Banyak kebijakan yang baik, yang mampu dibuat oleh pemerintah, baik yang dirumuskan dengan meggunakan tenaga ahli dari dalam negeri, maupun dengan menggunakan tenaga ahli dari luar negeri, tetapi kemudian ternyata tidak mempunyai pengaruh apa-apa dalam kehidupan negara tersebut karena tidak mampu atau tidak dilakasanakan (Abidin, 2012: 145).

Dalam derajat lain Daniel Mazmanian dan Paul Sabatier (dalam Agustino,

2006: 139) mendefinisikan Implementasi Kebijakan sebagai:

“Pelaksanaan keputusan kebijaksanaan dasar, biasanya dalam bentuk undang-undang, namun dapat pula berbentuk perintah-perintah atau keputusan-keputusan eksekutif yang penting atau keputusan badan peradilan. Lazimnya, keputusan tersebut mengidentifikasikan masalah yang ingin diatasi, menyebutkan secara tegas tujuan atau sasaran yang ingin dicapai, dan berbagai cara untuk menstrukturkan atau mengatur proses implementasinya.”

Van Meter dan Van Horn (dalam Agustino, 2006: 139) mendefinisikan implementasi kebijakan sebagai tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu atau pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijaksanaan.

Sedangkan, Merrile Grindle (dalam Agustino, 2006: 139), menyatakan implementasi kebijakan sebagai berikut : 30

“Pengukuran keberhasilan implementasi dapat dilihat dari prosesnya, dengan mempertanyakan apakah pelaksanaan program sesuai dengan yang telah ditentukan yaitu melihat pada action program dari individual projects dan yang kedua apakah program tujuan tersebut tercapai.”

Dari definisi diatas dapat diketahui bahwa implementasi kebijakan menyangkut 3 hal, yaitu (1) adanya tujuan atau sasaran kebijakan; (2) adanya aktivitas atau kegiatan pencapaian tujuan; (3) adanya hasil kegiatan (Agustino,

2006: 139).

Dari beberapa definisi para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa implementasi kebijakan merupakan suatu proses kegiatan yang dilakukan oleh pelaksana kebijakan untuk dapat mencapai hasil dari kegiatan tersebut agar dapat mencapai tujuan suatu kebijakan.

2.1.5 Model-Model Implementasi Kebijakan Publik

Dalam studi implementasi kebijakan publik terdapat beberapa model implementasi kebijakan publik yang dikemukakan oleh beberapa ahli yang melihat variabel apa saja yang dapat mempengaruhi kinerja implementasi suatu kebijakan publik. Adapun beberapa ahli tersebut diantaranya ialah Van Meter dan

Van Horn, Daniel Mazmanian dan Paul A. Sabatier dan Hogwood dan Gunn.

Terdapat enam variabel model implementasi kebijakan yang dikemukakan

Van Meter dan Van Horn (dalam Agustino, 2006:142) yang dapat mempengaruhi kinerja impelementasi kebijakan publik, yaitu:

31

1. Ukuruan dan Tujuan Kebijakan. Kinerja implementasi kebijakan dapat diukur tingkat keberhasilannya jika-dan-hanya-jika ukuran dan tujuan dari kebijakan memang realistis dengan sosio-kultur yang mengada di level pelaksana kebijakan. 2. Sumberdaya Keberhasilan proses implementasi kebijakan sangat tergantung dari kemampuan memanfaatkan sumberdaya yang tersedia. Manusia merupakan sumberdaya yang terpenting dalam menentukan suatu keberhasilan proses implementasi. Tetapi diluar sumberdaya manusia, sumberdaya-sumberdaya lain yang perlu diperhitungkan juga, ialah sumberdaya finansial dan sumberdaya waktu. 3. Karakteristik Agen Pelaksana Pusat perhatian pada agen pelaksana meliputi organisasi formal dan informal yang akan terlibat pengimplementasian kebijakan publik. Hal ini sangat penting karena kinerja implementasi kebijakan publik akan sangat banyak dipengaruhi oleh ciri-ciri yang tepat serta cocok dengan para agen pelaksananya. Selain itu, cakupan atau luas wilayah implementasi kebijakan perlu juga diperhitungkan manakala hendak menentukan agen pelaksana. Semakin luas cakupan implementasi kebijakan, maka seharusnya semakin besar pula agen yang dilibatkan. 4. Sikap/Kecenderungan (Disposition) para Pelaksana Sikap penerimaan atau penolakan dari (agen) pelaksana akan sangat banyak mempengaruhi keberhasilan atau tidaknya kinerja implementasi kebijakan publik. 5. Komunikasi Antar Organisasi dan Aktivitas Agen Pelakasana Koordinasi merupakan mekanisme yang ampuh dalam implementasi kebijakan publik. Semakin baik koordinasi komunikasi diantara pihak- pihak yang terlibat dalam suatu proses implementasi, maka asumsinya kesalahan-kesalahanakan sangat kecil untuk terjadi. Dan, begitu pula sebaliknya. 6. Lingkungan Ekonomi, Sosial, dan Politik. Lingkungan sosial, ekonomi dan politik yang tidak kondusif dapat menjadi biang keladi dari kegagalan kinerja implementasi kebijakan. Karena itu, upaya untuk mengimplementasikan kebijakan harus pula memperhatikan kekondusifan kondisi lingkungan eksternal. 32

Adapun model implementasi yang dikembangkan oleh Daniel Mazmania dan Paul A. Sabatier. Model ini disebut A Frame Work for Implementation

Analysis (kerangka analisis implementasi). Mazmania dan Sabatier berpendapat bahwa peran penting dari analisis implementasi kebijaksanaan negara adalah mengidentifikasi variabel-variabel yang mempengaruhi tercapainya tujuan-tujuan formal pada keseluruhan implementasi. Variabel-variabel yang dimaksud dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori besar, antara lain sebagai berikut (Anggara,

2014: 268):

a. Mudah-tidaknya masalah yang akan dikendalikan, mencakup: 1) kesukaran teknis; 2) keragaman perilaku kelompok sasaran; 3) presentase kelompok sasaran dibandingkan dengan jumlah penduduk; 4) ruang lingkup perubahan perilaku yang diinginkan. b. Kemampuan keputusan kebijaksanaan untuk menstrukturkan secara tepat proses implementasinya, mencakup: 1) kejelasan dan konsistensi tujuan; 2) digunakan teori kausal yang memadai; 3) ketetapan alokasi sumber dana; 4) keterpatuan hierarki dalam dan di antara lembaga-lembaga pelaksana; 5) aturan-aturan keputusan dari badan pelaksana; 6) rekrutmen pejabat pelaksana; 7) akses formal pihak luar. c. Pengaruh langsung berbagai variabel politik terhadap keseimbangan dukungan bagi tujuan yang termuat dalam keputusan kebijaksanaan tersebut, mencakup: 1) kondisi sosio-ekonomi dan teknologi; 2) dukungan publik; 3) sikap dan sumber-sumber yang dimiliki kelompok; 4) dukungan dari pejabat atasan; 5) komitmen dan kemampuan kepemimpinan pejabat-pejabat pelaksana. Tahap-tahap dalam proses implementasi, yaitu: 1) output kebijaksanaan badan-badan pelaksana; 2) kesediaan kelompok sasaran memenuhi output kebijaksanaan; 33

3) dampak nyata output kebijaksanaan; 4) dampak output kebijaksanaan sebagai dipersasi; 5) perbaikan mendasar dalam undang-undang. Selanjutnya model implementasi kebijakan publik menurut Hogwood dan

Gunn (dalam Mulyadi, 2015: 73) menyatakan bahwa untuk melakukan implementasi kebijakan diperlukan beberapa syarat, yaitu:

1. Berkenaan dengan jaminan bahwa kondisi eksternal yang dihadapi oleh lembaga/badan pelaksana tidak akan menimbulkan masalah besar. 2. Apakah untuk melaksanakannya tersedia sumberdaya yang memadai, termasuk sumberdaya waktu. Gagasan ini sangat bijaksana karena berkenaan dengan fisibilitas implementasi kebijakan. 3. Apakah perpaduan sumber-sumber yang diperlukan benar-benar ada. Kebijakan publik adalah kebijakan yang kompleks dan menyangkut dampak yang luas oleh karena itu implementasi kebijakan publik akan melibatkan berbagai sumber yang diperlukan baik dalam konteks sumberdaya maupun sumber-aktor. Salah satu contoh adalah kebijakan penanggulangan kemiskinan tidak akan berjalan efektif jika kerjasama antar departemen dan antar daerah tidak terbangun secara efektif. 4. Apakah kebijakan yang akan diimplementasikan didasari hubungan kausal yang andal. Jadi prinsipnya adalah apakah kebijakan tersebut memang dapat menyelesaikan masalah yang hendak ditanggulangi. Dalam metodologi dapat disederhanakan menjadi apakah jika X dilakukan akan terjadi Y. 5. Seberapa banyak hubungan kausalitas yang terjadi. Asumsinya semakin sedikit sebab-akibat semakin tinggi pula hasil yang dikehendaki oleh kebijakan tersebut dapat dicapai. Sebuah kebijakan yang mempunyai hubungan kausalitas yang kompleks otomatis menurunkan efektifitas implementasi kebijakan. 6. Apakah hubungan saling kebergantungan kecil. Asumsinya adalah jika hubungan saling kebergantungan tinggi, implementasi tidak akan dapat berjalan efektif apalagi jika hubungannya adalah hubungan kebergantungan. Sebagai contoh implementasi kebijakan pengarus- utamaan gender banyak menemui kendala karena kantor menteri negara pemberdayaan perempuan bergantung dalam intensitas tinggi kepada seluruh departemen dan LPND serta kepada daerah-daerah. 7. Pemahaman yang mendalam dan kesepakatan terhadap tujuan. Sudah dapat disepakati bahwa mereka yang ada dalam perahu yang sama sepakat akan ke sebuah tujuan yang sama. Sebuah perahu dengan penumpang yang berbeda-beda tujuan dan pemimpin yang tidak mampu memimpin adalah perahu yang tidak akan pernah bisa beranjak jauh dari tempat semula. 34

8. Tugas-tugas telah dirinci dan ditempatkan dalam urutan yang benar. Tugas yang jelas dan prioritas yang jelas adalah kunci efektifitas implementasi kebijakan. 9. Komunikasi dan koordinasi yang sempurna. Komunikasi adalah perekat organisasi dan koordinasi adalah asal muasal dari kerjasama tim dan terbentuknya sinergi. 10. Bahwa pihak-pihak yang memiliki wewenang kekuasaan dapat menuntut dan mendapatkan kepatuhan yang sempurna. Kekuasaan adalah syarat bagi keefektifan implementasi kebijakan. Tanpa otoritas dari kekuasaan kebijakan akan tetap berupa kebijakan tanpa ada impak bagi target kebijakan. Dari model implementasi kebijakan publik di atas menurut Van Meter dan

Van Horn, Daniel Mazmania dan Paul A. Sabatier, serta Hogwood dan Gunn mempunyai kekurangan dan kelebihan masing-masing. Model implementasi kebijakan menurut Daniel Mazmania dan Paul A. Sabatier lebih mengedepankan analisis implementasi yang diklarifikasikan dalam tiga variabel kategori besar yang selanjutnya terdapat tahapan dalam proses implementasi. Sedangkan model

Hogwood dan Gunn sebenarnya mendasarkan pada konsep manajemen strategis yang mengarah pada praktik manajemen yang sistematis dan tidak meninggalkan kaidah-kaidah pokok. Kelemahannya konsep ini tidak secara tegas menunjukkan mana yang bersifat politis, strategis, teknis dan operasional (Mulyadi, 2015: 73).

Selain itu, model implementasi kebijakan menurut Van Meter dan Horn menyebutkan inti dari masing-masing variabel yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Dengan demikian, masing-masing variabel merupakan faktor yang signifikan yang saling mempengaruhi satu sama lain untuk tercapainya kinerja implementasi kebijakan tersebut. Variabel-variabel yang dikemukakan oleh Van Meter dan Horn yaitu ukuran dan tujuan kebijakan, sumberdaya, karakteristik agen pelaksana, sikap para pelaksana, komunikasi 35

antarorganisasi dan lingkungan ekonomi, sosial dan politik berhubungan dengan judul maupun masalah penelitian yaitu Implementasi Program Simpanan Keluarga

Sejahtera. Dari model implementasi kebijakan menurut Van Meter dan Horn dapat mengetahui tujuan dari suatu program tersebut, sumberdaya yang ada seperti manusia, waktu dan finansial harus berimbang, agen pelaksana yang terlibat, karakteristik agen pelaksana dari masing-masing daerah, sikap dari para pelaksana program, komunikasi diantara pihak-pihak yang terlibat dalam program dan kondisi eksternal yang dapat mempengaruhi jalannya suatu program.

Dengan begitu, seperti penjelasan yang sudah peneliti jelaskan di atas, dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori model implementasi kebijakan publik Van Meter dan Horn karena dianggap relevan dengan materi pembahasan dari yang diteliti.

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu bermanfaat dalam membantu untuk mengolah atau memecahkan masalah yang terdapat dalam penelitian peneliti, yaitu tentang implementasi Program Simpanan Keluarga Sejahtera di Kantor Pos Tigaraksa

Kabupaten Tangerang. Di bawah ini terdapat beberapa hasil penelitian yang fokus dan lokusnya berbeda tetapi sangat membantu peneliti dalam menemukan sumber- sumber dalam lingkup implementasi Program Simpanan Keluarga Sejahtera di

Kantor Pos Tigaraksa Kabupaten Tangerang, yaitu sebagai berikut: 36

Penelitian yang dilakukan oleh Kurniawan (2014) dalam jurnal yang berjudul “Evaluasi Pelaksanaan Program Bantuan Langsung Sementara

Masyarakat di Kelurahan Dalam Bugis Kecamatan Pontianak Timur Kota

Pontianak”. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa dalam proses pelaksanaan program BLSM ini masih belum tepat sasaran, sehingga masyarakat yang benar-benar miskin tidak mendapatkan dana BLSM, sedangkan masyarakat yang dirasa mampu malah mendapatkan dana bantuan dari pemerintah. Hal ini disebabkan karena pendataan terhadap masyarakat miskin di

Kelurahan Dalam Bugis kurang serius dalam menanganinya dan tidak lengkapnya syarat-syarat yang dimiliki masyarakat miskin untuk mendapatkan BLSM.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Syamsir (2014) dalam skripsi yang berjudul “Implementasi Program Keluarga Harapan (PKH) Bidang Pendidikan Di

Kecamatan Tamalate Kota Makassar”. Tujuan penelitian tersebut adalah untuk mendeskripsikan bagaimana proses implementasi PKH dan untuk menganalisis isi kebijakan dan lingkungan kebijakan dalam implementasi PKH bidang pendidikan di Kecamatan Tamalate serta bagaimana hasil PKH terhadap kelompok sasaran di

Kecamatan Tamalate. Metode penelitian yang digunakan yaitu kualitatif deskriptif untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai implementasi PKH bidang pendidikan. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik wawancara, observasi dan studi dokumen. Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa pendamping selalu mengadakan pertemuan kelompok secara rutin, pemutakhiran data, verifikasi komitmen dan pembayaran bantuan kepada peserta PKH. Dari 37

faktor isi dan konteks kebijakan, di mana isi kebijakan terdiri dari kepentingan yang mempengaruhi, tipe manfaat, derajat perubahan yang ingin dicapai, pelaksana program dan sumber daya yang digunakan. Faktor konteks kebijakan terdiri atas kekuasaan, kepentingan dan strategi dari aktor yang terlibat, serta kepatuhan dan daya tanggap. Maka dapat disimpulkan bahwa PKH bidang pendidikan ini sudah berjalan dengan baik walau masih terdapat kekurangan dalam pengimplementasian.

Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Iqbal (2008) dalam tesis yang berjudul “Implementasi Kebijakan Program Bantuan Langsung Tunai Tahun 2008

Di Kabupaten Kudus”. Penelitian tentang Implementasi Kebijakan Program

Bantuan Langsung Tunai Tahun 2008 di Kabupaten Kudus bertujuan untuk mendeskripsikan implementasi kebijakan program BLT dan menganalisis faktor- faktor yang mendukung dan yang menghambat keberhasilan pelaksanaan program

BLT tahun 2008 di Kabupaten Kudus. Penelitian menggunakan metode penelitian kualitatif. Pelaksanaan program berjalan dengan baik, tertib, lancar, dan aman.

Pelaksanaan lapangan berupa sosialisasi program, verifikasi data, pembagian kartu, pencairan dana, dan pembuatan laporan. Faktor-faktor yang mendukung dan menghambat keberhasilan pelaksanaan program adalah sikap pelaksana program yang kurang baik, kondisi sosial ekonomi yang hampir sama menimbulkan kecemburuan, situasi politik yang mendukung dan menolak program, keterampilan pelaksana program yang masih perlu ditingkatkan, dan koordinasi antara pelaksana program yang masih perlu dilegalkan. 38

Selanjutnya, penelitian lain yang dilakukan oleh Maryana (2011) dalam skripsi yang berjudul “Implementasi Program Beras Miskin (RASKIN) di

Kelurahan Kabayan Kecamatan Pandeglang Kabupaten Pandeglang Tahun 2010”.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana Implementasi Program

Raskin di Kelurahan Kabayan pada tahun 2010. Apa saja faktor pendukung dan factor penghambat implementasi tersebut sehingga pembayaran raskin di

Kelurahan Kabayan Kecamatan Pandeglang Kabupaten Pandeglang terhambat.

Penelitian ini didasarkan pada teori Merilee S Grindle, di mana menurut Grindle dalam teori implementasinya bahwa untuk mengukur keberhasilan implementasi harus dilihat dari prosesnya, di mana teori ini akan melihat dan menelaah bagaimana proses implementasi beras miskin di Kelurahan Kabayan Kecamatan

Pandeglang Kabupaten Pandeglang tahun 2010. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pendekatan kualitatif. Instrumen penelitiannya adalah peneliti sendiri. Teknik pengumpulan data dengan melakukan observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Adapun hasil dalam penelitian ini berdasarkan wawancara dengan informan penelitian program raskin di Kelurahan Kabayan

Kecamatan Pandeglang Kabupaten Pandeglang, implementasi tersebut tidak sesuai dengan tujuan dan belum berjalan dengan baik sesuai dengan harapan apa yang diharapkan.

Bedasarkan penelitian-penelitian terdahulu yang telah peneliti jabarkan di atas tidak jauh berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti, yaitu untuk mengetahui pelaksanaan suatu program yang dibuat maupun dijalankan oleh pemerintah. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti ini menggunakan metode 39

kuantitatif dengan judul “Implementasi Program Simpanan Keluarga Sejahtera di

Kantor Pos Tigaraksa Kabupaten Tangerang” dengan menggunakan model implementasi kebijakan Van Meter dan Van Horn.

2.3 Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir menggambarkan alur pikiran peneliti sebagai kelanjutan dari kajian teori. Penelitian mengenai Implementasi Program Simpanan Keluarga

Sejahtera di Kantor Pos Tigaraksa Kabupaten Tangerang ini menggunakan model implementasi yang dikemukakan oleh Van Meter danVan Horn.

Terdapat 6 (enam) variabel model implementasi kebijakan yang dikemukakan Van Meter dan Van Horn (dalam Agustino, 2006: 142) yang dapat mempengaruhi kinerja impelementasi kebijakan publik, yaitu ukuran dan tujuan kebijakan, sumberdaya, karakteristik agen pelaksana, sikap para pelaksana, komunikasi antarorganisasi dan lingkungan ekonomi, sosial dan politik.

Dalam membuat kerangka berpikir peneliti mengkaitkan antara masalah dengan variabel sehingga dapat mengidentifikasi pelaksanaan Program Simpanan

Keluarga Sejahtera di Kantor Pos Tigaraksa Kabupaten Tangerang. Maka alur berpikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

40

Gambar 2.1

Kerangka Berpikir

Program Simpanan Keluarga Sejahtera

Identifikasi Masalah

1. RTS penerima dana PSKS menggunakan data PPLS tahun 2011, 2. Kurangnya sosialisasi yang diberikan kepada RTS terkait PSKS, 3. Penunjukan/penyebaran lokasi pengam bilan dana PSKS cukup jauh dari tempat tinggal RTS, 4. Penetapan jadwal pencairan/pengambilan dana PSKS menyebabkan masih adanya antrian panjang dalam pengambilan dana PSKS.

5.

Model Implementasi menurut Van Meter OUTPUT dan Van Horn (dalam Agustino, 2006: 142) yaitu: Perolehan gambaran mengenai Implementasi Program Simpanan 1. Ukuran dan Tujuan Kebijakan Keluarga Sejahtera di Kantor Pos 2. Sumberdaya Tigaraksa Kabupaten Tangerang 3. Karakteristik Agen Pelaksana

4. Sikap Para Pelaksana 5. Komunikasi Antar Organisasi

6. Lingkungan Ekonomi, Sosial dan

Politik

41

2.4 Hipotesis Penelitian

Perumusan hipotesis penelitian merupakan langkah ketiga dalam penelitian, setelah peneliti mengemukakan landasan teori dan kerangka berpikir.

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta yang empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data (Sugiyono, 2008: 64).

Pada penelitian ini hipotesis yang digunakan peneliti adalah hipotesis deskriptif. Hipotesis deskriptif merupakan pernyataan berkenaan dengan keadaan atau status dari suatu variabel atau lebih tanpa membandingkan dan membuat hubungan diantara variabel tersebut.

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari hipotesis dua arah yaitu Hipotesis alternatif dan Hipotesis nol. Dengan demikian, hipotesis didalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Hipotesis Alternatif (Ha), yaitu hipotesis yang dinyatakan dalam kalimat positif

Ha = > 60%

Ha = “Pelaksanaan Program Simpanan Keluarga Sejahtera di Kantor Pos

Tigaraksa Kabupaten Tangerang paling rendah 60%”

Hipotesis Nol (Ho), yaitu hipotesis yang dinyatakan dalam kalimat negatif

Ho = ≤ 60% 42

Ho = “Pelaksanaan Program Simpanan Keluarga Sejahtera di Kantor Pos

Tigaraksa Kabupaten Tangerang paling tinggi atau sama dengan

60%”

Melihat dari dua hipotesis tersebut, maka peneliti mengambil salah satu hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini yaitu:

Ho = ≤ 60%

Ho = “Pelaksanaan Program Simpanan Keluarga Sejahtera di Kantor Pos

Tigaraksa Kabupaten Tangerang paling tinggi atau sama dengan

60%”

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian ilmiah didasarkan pada ciri-ciri keilmuan yaitu rasional, empiris dan sistematis. Rasional artinya kegiatan penelitian dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal sehingga terjangkau oleh penalaran manusia. Empiris berarti cara-cara yang dilakukan dapat diamati oleh indera manusia, sehingga orang lain dapat mengamati dan mengetahui cara-cara yang digunakan. Sistematis artinya proses yang digunakan dalam penelitian menggunakan langkah-langkah tertentu yang bersifat logis (Sugiyono, 2007: 1).

Dalam penelitian Implementasi Program Simpanan Keluarga Sejahtera di

Kantor Pos Tigaraksa Kabupaten Tangerang, peneliti menggunakan penelitian kuantitatif deskriptif yaitu penelitian yang dilakukan terhadap variabel mandiri tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variabel lainnya

(Sugiyono, 2007: 35). Metode penelitan ini menggunakan metode kuantitatif karena metode kuantitatif cocok digunakan untuk penelitian pada populasi yang luas, permasalahan sudah jelas, teramati, terukur dan peneliti bermaksud menguji hipotesis dan data akan diambil dalam bentuk angka dan diproses secara statistik.

Data ini dideskripsikan secara deduksi yang berangkat dari teori-teori umum, lalu

43

44

menguji validitas keberlakuan teori tersebut dan ditariklah kesimpulan. Kemudian dijabarkan secara deskriptif, karena hasilnya akan diarahkan untuk mendeskripsikan data yang diperoleh dan untuk menjawab rumusan. Tujuan penelitian deskriptif adalah menggambarkan karakteristik atau perilaku suatu populasi dengan cara yang sistematis dan akurat. Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah disebutkan, penelitian ini menggunakan metode kuantitatif untuk mengetahui Implementasi Program Simpanan Keluarga Sejahtera di Kantor Pos Tigaraksa Kabupaten Tangerang.

3.2 Populasi dan Sampel

3.2.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2007:117).

Pada penelitian ini populasi yang digunakan adalah jumlah Rumah Tangga

Sasaran (RTS) yang mendapatkan dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera di

Kabupaten Tangerang yang melakukan pengambilan/pencairan dana di kantor pos

Tigaraksa, yaitu berjumlah 47.170 keluarga dapat dilihat pada tabel di bawah ini berdasarkan kecamatan, sebagai berikut:

45

Tabel 3.1 Jumlah Rumah Tangga Sasaran (RTS) Penerima Dana PSKS Di Kantor Pos Bayar Tigaraksa Kabupaten Tangerang Tahun 2014-2015

No. Kecamatan Rumah Tangga Sasaran 1. Tigaraksa 6.620 2. Cisoka 6.069 3. Kresek 5.772 4. Solear 5.716 5. Gunung Kaler 5.026 6. Sukamulya 4.966 7. Jayanti 3.748 8. Balaraja 3.637 9. Jambe 3.467 10. Cikupa 2.149 Jumlah 47.170 Sumber: PT. Pos Indonesia (Persero) Tangerang

3.2.2 Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2002:

109). Sampel dianggap sebagai perwakilan dari populasi yang hasilnya mewakili keseluruhan gejala yang diamati.

Berdasarkan data yang telah diperoleh, populasi dalam penelitian ini yaitu

Rumah Tangga Sasaran penerima dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera yang mencairkan dana di Kantor Pos Tigaraksa Kabupaten Tangerang, yaitu sebanyak 47.170 keluarga. Dalam menentukan ukuran sampel pada penelitian ini, ditentukan berdasarkan rumus Slovin dengan perhitungan sebagai berikut

(Riduwan, 2005: 65):

46

N n = N(d)2 + 1

Keterangan: n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi d = Batas toleransi kesalahan (error tolerance)

Berdasarkan populasi sebesar 47.170 dan tingkat presisi sebesar 10%, maka di dapatkan jumlah sampel sebesar 100 responden dengan cara penghitungan sebagai berikut:

47.170 n = 1 + 47.170. 0,01

47.170 n = = 99,9 dibulatkan menjadi 100 471,71

Tingkat presisi yang dipilih 10% karena dilihat dari sempit luasnya wilayah pengamatan dan jumlah responden penerima dana Program Simpanan

Keluarga Sejahtera yang terlampau banyak dan luas. Kemudian teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik proportional area random sampling, di mana sampel dalam penelitian ini dihitung berdasarkan ketentuan besaran sampel atas besaran populasi. Dikatakan proportional area random sampling karena populasi terdiri dari sub populasi yang tidak homogen dan tiap- tiap populasi akan diwakili sesuai dengan proporsinya masing-masing dalam penelitian. Jadi, pada pokoknya yaitu mengambil sampel dari tiap-tiap sub populasi dengan memperhitungkan besar kecilnya sub populasi, sehingga 47

nantinya jumlah sampel yang akan diambil akan menghasilkan sampel yang

representatif (Sugiyono, 2005: 99).

Tabel 3.2 Perhitungan Sampel Penelitian

No. Kecamatan Jumlah Perhitungan Hasil Hasil RTS Akhir

1. Tigaraksa 6.620 (6.620/47.170) x 100% = 0,140%x 100 14 14 2. Cisoka 6.069 (6.069/47.170) x 100% = 0,128% x 100 12,8 13 3. Kresek 5.772 (5.772/47.170) x 100% = 0,122% x 100 12,2 12 4. Solear 5.716 (5.716/47.170) x 100% = 0,121% x 100 12,1 12 5. Gunung Kaler 5.026 (5.026/47.170) x 100% = 0,010% x 100 10,6 11 6. Sukamulya 4.966 (4.966/47.170) x 100% = 0,105% x 100 10,5 10 7. Jayanti 3.748 (3.748/47.170) x 100% = 0,079% x 100 7,9 8 8. Balaraja 3.637 (3.637/47.170) x 100% = 0,077% x 100 7,7 8 9. Jambe 3.467 (3.467/47.170) x 100% = 0,073% x 100 7,3 7 10. Cikupa 2.149 (2.149/47.170) x 100% = 0,046% x 100 4,6 5 Jumlah 47.170 100 Sumber: Peneliti

Berdasarkan hasil perhitungan diatas, peneliti mengambil sampel penerima

dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera sebanyak 100 sampel yang tersebar

di 10 kecamatan di Kabupaten Tangerang, yaitu Tigaraksa, Cisoka, Kresek,

Solear, Gunung Kaler, Sukamulya, Jayanti, Balaraja, Jambe dan Cikupa. Adapun

cara pengambilan sampel tersebut, peneliti menentukannya secara acak.

3.3 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian (dalam Sugiyono, 2007: 119) adalah suatu alat yang

digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Secara

spesifik fenomena ini disebut variabel penelitian. Instrumen yang digunakan

dalam penelitian ini berbentuk kuesioner dengan jumlah variabel sebanyak satu 48

variabel atau variabel mandiri. Instrumen penelitian digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan maupun mengukur mana saja indikator yang tidak berhasil dalam Implementasi Program Simpanan Keluarga Sejahtera di Kantor Pos

Tigaraksa Kabupaten Tangerang dan mengukur mana saja indikator yang tidak berhasil. Sedangkan skala pengukuran instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial

(Sugiyono, 2007: 107). Dengan skala Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik ukur untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan dan diberikan jawaban pada setiap item instumennya.

Jawaban dari setiap item instrumen diberi skor sebagai berikut:

Tabel 3.3 Skoring Item Instrumen

No. Item Skor 1 Sangat setuju 4 2 Setuju 3 3 Kurang setuju 2 4 Tidak setuju 1 (Sumber: Sugiyono 2007)

Di bawah ini adalah instrumen penelitian mengenai Implementasi Program

Simpanan Keluarga Sejahtera di Kantor Pos Tigaraksa Kabupaten Tangerang, sebagai berikut:

49

Tabel 3.4 Instrumen Penelitian

Variabel Indikator Sub Indikator No. Butir Pada

Instrumen

Implementasi 1. Ukuran dan - Pendistribusian 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7

Kebijakan Menurut Tujuan diberikan merata

Van Meter dan Van Kebijakan kepada keluarga

Horn (dalam miskin

Agustino - Program sesuai

2006:142) keinginan

masyarakat

2. Sumberdaya - Kemampuan dalam 8, 9, 10, 11, 12,

memanfaatkan 13

sumberdaya

- Dukungan

sumberdaya

3. Karakteristik - Kinerja agen 14, 15, 16, 17,

Agen pelaksana program 18

Pelaksana - Cakupan wilayah

4. Sikap para - Tanggapan 19, 20, 21, 22

Pelaksana pelaksana program

5. Komunikasi - Usaha yang 23, 24, 25, 26,

Antar dilakukan untuk 27, 28 50

Organisasi mencapai hasil yang

diinginkan

- Kerjasama

6. Lingkungan - Kondisi lingkungan 29, 30, 31, 32,

Sosial, eksternal 33, 34, 35

Ekonomi dan

Politik

(Sumber: Pengolahan Data Tahun 2016)

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data untuk penelitian, tidak hanya sekedar mengumpulkan saja tetapi harus dengan teknik tertentu yang sesuai dengan masalah yang akan dikaji. Dengan teknik yang cocok maka akan mendapat hasil yang baik sesuai dengan yang diinginkan. Berikut teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:

1) Observasi

Observasi ialah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap

gejala-gejala yang diteliti (Usman, 2009: 52). Sedangkan menurut Sutrisno

Hadi (dalam Sugiyono, 2007: 166) berpendapat bahwa observasi

merupakan suatu proses yang kompleks, yaitu suatu proses yang tersusun

dari berbagai proses biologis dan psikologis. Observasi merupakan teknik

pengumpulan data dengan menggunakan media panca indra dan peneliti

sendiri secara langsung ke lapangan penelitiannya. 51

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan observasi berupa pengamatan di

lokasi penelitian, yaitu Tigaraksa, Cisoka, Solear, Kresek, Gunungkaler,

Sukamulya, Balaraja, Jayanti, Jambe dan Cikupa untuk mengetahui

kondisi dan situasi terkait pelaksanaan Program Simpanan Keluarga

Sejahtera.

2) Teknik Dokumen

Teknik pengumpulan data dengan dokumen ialah pengambilan data yang

diperoleh melalui dokumen-dokumen (Usman, 2009: 69). Dokumen-

dokumen tersebut berupa penggalan tertulis, terutama berupa arsip-arsip

dan buku-buku tentang pendapat teori, hukum dan lain-lain yang

berhubungan dengan masalah penelitian.

3) Wawancara

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti

ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan masalah yang harus

diteliti dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden

yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil (Sugiyono,

2012:137).

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan wawancara tidak terstruktur

yang peneliti ajukan kepada pihak terkait pelaksanaan Program Simpanan

Keluarga Sejahtera di Kantor Pos Tigaraksa Kabupaten Tangerang.

4) Kuesioner

Dalam penelitian ini, informasi yang dikumpulkan dari responden dengan

menggunakan kuesioner. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data 52

yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau

pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono,

2007:162).

Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner diberikan kepada

responden berupa daftar pernyataan/pertanyaan tentang pelaksanaan

Program Simpanan Keluarga Sejahtera di Kantor Pos Tigaraksa dan/atau

di Kabupaten Tangerang.

3.5 Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data merupakan awal dari proses analisis data. Proses pengolahan data merupakan tahapan di mana data dipersiapkan, diklasifikasikan dan diformat menurut aturan tertentu untuk keperluan proses berikutnya yaitu analisis data. Dalam penelitian ini teknik analisis data yang dipakai adalah statistik deskriptif untuk memberikan deskriptif atau gambaran data yang diperoleh. Untuk analisis data ini dilakukan pengumpulan data dengan menentukan skor responden sesuai penskoran yang ditentukan.

Apabila pengumpulan data sudah dilakukan pada tahap sebelumnya, maka data yang sudah terkumpul harus diolah dan dianalisis. Teknik pengolahan data

(dalam Bungin, 2009: 165) dilakukan melalui beberapa proses yaitu sebagai berikut:

1) Editing Data, adalah kegiatan yang dilaksanakan setelah peneliti selesai

menghimpun data dilapangan. Kegiatan ini menjadi penting karena

kenyataannya bahwa data yang terhimpun kadang kala belum memenuhi 53

harapan peneliti, ada diantaranya kurang atau terlewatkan, tumpang tindih,

berlebihan bahkan terlupakan. Oleh karena itu, keadaan tersebut harus

diperbaiki melalui editing ini. Proses editing dimulai dengan memberi

identitas pada instrumen penelitian yang telah terjawab kemudian

memeriksa satu per satu lembaran instrumen dan poin yang janggal

tersebut.

Hal ini berarti bahwa semua data yang diperoleh akan diteliti tentang

kelengkapan dan kejelasan jawaban dari butir-butir pertanyaan/pernyataan

yang telah dibuat;

2) Coding Data, setelah tahap editing selesai dilakukan, berikutnya adalah

mengklasifikasi data-data tersebut melalui tahap koding. Maksudnya

adalah bahwa data yang telah di edit tersebut diberi identitas sehingga

memiliki arti tertentu pada saat dianalisis, kemudian diberikan skor dengan

menggunakan skala Likert.

3) Tabulating Data, yaitu memasukkan data pada tabel-tabel tertentu dan

mengatur angka-angka serta menghitungnya. Penyusunan data dalam

tabel-tabel yang mudah dibaca dan tabel tersebut disiapkan untuk

dianalisis.

Setelah data diolah, maka tahap selanjutnya adalah analisis data. Analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul. Kegiatan dalam analisis data adalah mengelompokkan data berdasarkan variabel dari jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan 54

perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, danmelakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan (Sugiyono, 2007: 169).

Dalam metode analisis yang digunakan oleh peneliti dengan metode kuantitatif yaitu metode analisis terhadap data-data yang berbentuk angka-angka dengan cara perhitungan statistik dengan teknik analisis data sebagai berikut:

3.5.1 Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk sah atau valid tidaknya suatu kuesioner.

Dalam pengujian validitas penelitian ini, rumus yang digunakan adalah korelasi product moment (Singarimbun, 2008: 137) sebagai berikut:

( ) ( )( )

√ ( ) ( ) ( ) ( )

Keterangan: = Koefisien korelasi product moment = Skor pernyataan no. 1 = Skor item keseluruhan = Skor pertanyaan no. 1 dikalikan skor item keseluruhan ² = Jumlah skor pertanyaan no. 1 yang dikuadratkan ² = Jumlah skor item total yang dikuadratkan = Jumlah sampel

Alat ukur yang dapat digunakan dalam pengujian validitas suatu kuesioner adalah angka hasil skor pertanyaan dan skor keseluruhan pertanyaan responden terhadap informasi dalam kuesioner. Adapun kriteria item/butir instrumen yang digunakan adalah apabila r hitung > r tabel, item/butir instrumen dinyatakan valid dan jika r hitung ≤ r tabel, berarti item/butir instrumen dinyatakan tidak valid.

Validitas berfungsi untuk menunjukkan tingkat kesalahan suatu instrumen.

Instrumen yang sahih memiliki tingkat validitas. Instrumen dikatakan sahih apabila mampu mengukur variabel-variabel yang akan diukur dalam penelitian 55

serta mampu menunujukkan tingkat kesesuaian antar konsep dan hasil pengukuran. Uji validitas digunakan untuk sah atau valid tidaknya suatu kuesioner.

3.5.2 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas merupakan persyaratan pokok kedua dari instrumen pengumpulan data. Peneliti melakukan uji reliabilitas guna untuk mengukur dari sebuah instrumen, di mana uji reliabilitas terhadap instrumen yang dinyatakan valid bisa dilakukan uji reliabilitas, sedangkan instrumen yang dinyatakan tidak valid maka tidak bisa dilakukan uji reliabilitas.

Sugiyono (2007: 137) mendefinisikan instrumen yang reliabel merupakan instrumen yang bila digunakan berkali-kali untuk mengukur objek yang sama.

Pendekatan yang digunakan untuk uji reliabilitas adalah pendekatan reliabilitas konsistensi internal dengan teknik yang digunakan untuk mengukur konsistensi internal adalah Cronbach’s Alpha. Variabel dikatakan reliabel jika nilai alphanya lebih dari 0,30. Dengan dilakukannya uji reliabilitas makan akan menghasilkan suatu instrument yang benar-benar tepat atau akurat dan mantap. Pengujian reliabilitas kuesioner pada penelitian ini menggunakan bantuan lunak Statistic

Program For Social Science (SPSS). Rumus Cronbach’s Alpha sebagai berikut:

n Si2 r = ( ) ( 1- ) n – n St2

Keterangan: N = jumlah butir Si2 = variabel butir St2 = variabel total

56

3.5.3 Uji Hipotesis

Uji hipotesis digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini.

Untuk menguji kebenaran hipotesis tersebut, perlu diajukan uji t-test satu sampel dengan menggunakan rumus (Sugiyono, 2008: 178), sebagai berikut:

x - µₒ thitung = s

√n Keterangan: t = nilai t yang dihitung x = nilai rata-rata nilai yang diperoleh dari hasil pengumpulan data µₒ = nilai yang dihipotesiskan s = simpangan baku sampel n = jumlah anggota sampel

Hipotesis dalam penelitian ini adalah hipotesis nol (Ho) paling tinggi atau sama dengan 60% (≤) dan hipotesis alternatifnya (Ha) paling rendah dari 60% (>), sehingga yang digunakan adalah uji pihak kanan. Dengan asumsi sebagai berikut:

1. Jika thitung ≤ ttabel Ho diterima atau Ha ditolak

2. Jika thitung > ttabel Ho ditolak atau Ha diterima

3.6 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian yang berjudul “Implementasi Program Simpanan Keluarga

Sejahtera di Kantor Pos Tigaraksa Kabupaten Tangerang” di lakukan di wilayah

Kabupaten Tangerang. Adapun waktu pelaksanaan penelitian yaitu mulai dari bulan Oktober 2015 hingga bulan Oktober 2016. Untuk lebih jelasnya, maka dibuat jadwal penelitian sebagai berikut: 57

Tabel 3.5

Jadwal Penelitian

Waktu Pelaksanaan

No Kegiatan 2015 2016

Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des Jan

Pengumuman 1 Judul

Observasi 2 Awal

Bimbingan dan 3 Penyusunan Proposal Bab I – Bab III

Seminar 4 Proposal

Perbaikan 5 Proposal Penelitian 6 Lapangan

Penyusunan 7 Bab IV dan Bab V

Sidang 8 Skripsi

Revisi 9 Skripsi

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Dekripsi Objek Penelitian

Deskripsi objek penelitian ini akan menjelaskan tentang objek penelitian yang meliputi lokasi penelitian yang diteliti yaitu Kabupaten Tangerang, kemudian dalam deskripsi objek penelitian ini juga akan menjelaskan tentang responden penelitian berdasarkan jenis kelamin, pekerjaan, penghasilan perbulan, pendidikan dan usia.

4.1.1 Deskripsi Wilayah Kabupaten Tangerang

Kabupaten Tangerang terletak di bagian Timur Provinsi Banten pada koordinat 106°20’-106°44’ Bujur Timur dan 5°58’ - 6°21’ Lintang Selatan, terdiri dari 29 Kecamatan, 246 desa dan 28 Kelurahan dengan luas 96.319 ha ditambah kawasan reklamasi pantai dengan luas lebih kurang 9.000 ha

(https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Tangerang, 7 September 2017)..

a. Sebelah Utara berbatasan dengan laut Jawa (dengan garis pantai ± 51 km), b. Sebelah Timur berbatasan dengan Provinsi DKI , Kota Tangerang Selatan dan Kota Tangerang, c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bogor dan Kabupaten Lebak, d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Serang dan Kabupaten Lebak.

Jarak antara Kabupaten Tangerang dengan pusat pemerintahan Republik

Indonesia (DKI Jakarta) sekitar 30 km, yang bisa ditempuh dengan waktu setengah jam. Keduanya dihubungkan dengan lajur lalu lintas darat bebas

58

59

hambatan Jakarta-Merak yang menjadi jalur utama lalu lintas perekonomian antara Pulau Jawa dengan Pulau Sumatera.

Kedudukan geografis yang berbatasan dengan Provinsi DKI Jakarta menjadi salah satu potensi Kabupaten Tangerang untuk berkembang menjadi daerah penyangga ibukota. Selain itu juga secara geografis menjadi pintu gerbang untuk hubungan Provinsi Banten dengan Provinsi DKI Jakarta. Kedekatan dengan

Ibukota dan sebagai pintu gerbang antara Banten dan DKI Jakarta maka akan menimbulkan interaksi berdampak pada timbulnya pertumbuhan pada suatu wilayah.

Secara topografi Kabupaten Tangerang berada pada wilayah dataran rendah dan dataran bergelombang. Dataran rendah sebagian besar berada di wilayah utara yaitu Kecamatan Teluknaga, Mauk, Kemiri, Sukadiri, Kresek,

Kronjo, Pakuhaji, dan Sepatan. Sedangkan dataran tinggi berada di wilayah bagian tengah kearah selatan. Secara administratif, Kabupaten Tangerang terdiri dari 29 kecamatan yang dibagi lagi atas sejumlah 28 kelurahan dan 246 desa

(https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Tangerang, 7 September 2017). Dengan pusat pemerintahan Kabupaten Tangerang yang berada di Kecamatan Tigaraksa.

60

Tabel 4.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten Tangerang Tahun 2013

n atemeceK Luas Wilayah Persentase tsict stc Region Area Percentage (km2) (%) (1) (2) (3) 1. Cisoka 26.98 2.81 2. Solear 29.01 3.02 3. Tigaraksa 48.74 5.08 4. Jambe 26.02 2.71 5. Cikupa 42.68 4.45 6. Panongan 34.93 3.64 7. Curug 27.41 2.86 8. Kelapa Dua 24.38 2.54 9. Legok 35.13 3.66 10. Pagedangan 45.69 4.76 11. Cisauk 27.77 2.89 12. Pasar Kemis 25.92 2.70 13. Sindang Jaya 37.15 3.87 14. Balaraja 33.56 3.50 15. Jayanti 23.89 2.49 16. Sukamulya 26.94 2.81 17. Kresek 25.97 2.71 18. Gunung Kaler 29.63 3.09 19. Kronjo 44.23 4.61 20. Mekar Baru 23.82 2.48 21. Mauk 51.42 5.36 22. Kemiri 32.70 3.41 23. Sukadiri 24.14 2.52 24. Rajeg 53.70 5.60 25. Sepatan 17.32 1.81 26. Sepatan Timur 18.27 1.90 27. Pakuhaji 51.87 5.41 28. Teluknaga 40.58 4.23 29. Kosambi 29.76 3.10 Jumlah / Total 959.61 100.00 Sumber: BPS Kabupaten Tangerang (2016)

61

4.1.2 Deskripsi Responden Penelitian

Dalam penelitian yang berjudul Implementasi Program Simpanan

Keluarga Sejahtera di Kantor Pos Tigaraksa Kabupaten Tangerang, maka yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Tangerang yang mendapatkan/menerima dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera.

Responden dalam penelitian ini berjumlah 100 orang yang meliputi 10 kecamatan yang berada di Kabupaten Tangerang. Dalam mengumpulkan data, peneliti menggunakan kuesioner dan terdapat beberapa identitas diri responden sebagai penunjang data, di mana identitas diri meliputi jenis kelamin, pekerjaan, penghasilan perbulan, pendidikan dan usia. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada grafik di bawah ini.

4.1.2.1 Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Sebaran responden penerima dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera di Kabupaten Tangerang berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Grafik 4.1 di bawah ini.

62

Grafik 4.1 Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Laki-laki 43

Perempuan 57

0 10 20 30 40 50 60

Sumber: Hasil Penelitian Lapangan Tahun 2016

Berdasarkan Grafik 4.1 di atas maka dapat diketahui identitas responden berdasarkan jenis kelamin berjumlah 100 responden. Berdasarkan tabel di atas, jenis kelamin perempuan lebih banyak dari jenis kelamin laki-laki yaitu dengan jumlah responden untuk jenis kelamin perempuan sebanyak 57 orang dan untuk jenis kelamin laki-laki sebanyak 43 orang.

4.1.2.2 Responden Berdasarkan Usia

Sebaran responden penerima dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera di Kabupaten Tangerang berdasarkan usia dapat dilihat pada Grafik 4.2 di bawah ini.

63

Grafik 4.2 Identitas Responden Berdasarkan Usia

> 56 15

47 - 56 38

37 - 46 26

27 - 36 21

< 26 0

0 5 10 15 20 25 30 35 40

Sumber: Hasil Penelitian Lapangan Tahun 2016

Berdasarkan Grafik 4.2 di atas, dapat terlihat bahwa dari total responden

100 orang. Responden yang berusia 47-56 tahun memiliki jumlah yang paling besar, yaitu sebanyak 38 orang. Disusul dengan responden berusia 37-46 tahun berjumlah 26 orang dan responden berusia 27-36 berjumlah 21 orang. Kemudian responden berusia >56 tahun sebanyak 15 orang. Sedangkan tidak ada responden yang berusia <26 tahun.

4.1.2.3 Responden Berdasarkan Pendidikan

Sebaran responden penerima dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera di Kabupaten Tangerang berdasarkan pendidikan terkahirnya dapat dilihat pada

Grafik 4.3 di bawah ini.

64

Grafik 4.3 Identitas Responden Berdasarkan Pendidikan

SMA 0

SMP 11

SD 67

Tidak Sekolah 22

0 10 20 30 40 50 60 70 80

Sumber: Hasil Penelitian Lapangan Tahun 2016

Berdasarkan Grafik 4.3 di atas, dapat diketahui bahwa dari total 100 responden, sebanyak 22 responden tidak sekolah, 67 responden berpendidikan

SD, 11 responden berpendidikan SMP dan tidak ada responden yang berpendidikan SMA. Hal ini dikarenakan, mayoritas penerima dana Program

Simpanan Keluarga Sejahtera berpendidikan rendah.

4.1.2.4 Responden Berdasarkan Pekerjaan

Sebaran responden penerima dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera di Kabupaten Tangerang berdasarkan pekerjaan dapat dilihat pada Grafik 4.4 di bawah ini.

65

Grafik 4.4 Identitas Responden Berdasarkan Pekerjaan

Buruh 38

Pedagang 8

Petani/Nelayan,dll 29

Supir/Ojeg,dll 5

Lainnya 20

0 5 10 15 20 25 30 35 40

Sumber: Hasil Penelitian Lapangan Tahun 2016

Berdasarkan Grafik 4.4 di atas, dapat diketahui bahwa dari total 100 responden, sebanyak 38 responden bekerja sebagai buruh, 8 responden sebagai pedagang, 29 responden bekerja sebagai petani/nelayan,dll dan 5 responden sebagai supir/ojeg, dll sedangkan 20 responden tidak bekerja atau bekerja diluar bidang pekerjaan yang disebutkan di atas.

4.1.2.5 Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan

Sebaran responden penerima dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera di Kabupaten Tangerang berdasarkan tingkat pendapatan perbulan dapat dilihat pada Grafik 4.5 di bawah ini.

66

Grafik 4.5 Identitas Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan

> Rp. 1.500.001 29

Rp. 1.250.001 - Rp. 1.500.000 32

Rp. 1.000.001 - Rp. 1.250.000 19

Rp. 750.001 - Rp. 1.000.000 12

< Rp. 750.000 8

0 5 10 15 20 25 30 35

Sumber: Hasil Penelitian Lapangan Tahun 2016

Berdasarkan Grafik 4.5 di atas dapat diketahui bahwa dari total responden sebanyak 100 orang. Responden dengan tingkat pendapatan Rp. 1.250.001 – Rp.

1.500.000 berjumlah paling banyak yaitu 32 orang. Responden dengan tingkat pendapatan >Rp. 1.500.001 berjumlah 29 orang. Responden dengan tingkat pendapatan Rp. 1.000.001 – Rp. 1.250.000 berjumlah 19 orang. Selanjutnya, responden dengan tingkat pendapatan Rp. 750.000 – Rp. 1.000.000 berjumlah 12 orang dan responden dengan tingkat pendapatan

4.2 Hasil Uji Validitas

Pada penelitian ini, tahap awal analisis data adalah melakukan uji validitas terlebih dahulu. Hal tersebut dimaksudkan untuk menjaga ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Uji validitas digunakan untuk mengetahui sah atau valid tidaknya suatu kuesioner.

Kevaliditasan instrumen menggambarkan bahwa suatu instrumen benar-benar 67

mampu mengukur variabel-variabel yang akan diukur dalam penelitian serta mampu menunjukkan tingkat kesesuaian antar konsep dan hasil pengukuran.

Pada uji validitas ini, penguji mengambil sampel awal sebanyak 30 responden terlebih dahulu. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui langsung valid atau tidaknya data tersebut. Artinya, apabila sampel yang 30 didapat valid secara keseluruhan, maka sisa sampel dapat dilanjutkan penyebarannya dalam pengambilan data tetapi apabila terdapat pada sampel yang disebar tersebut suatu instrumen yang tidak valid maka instrumen tersebut dihapus/diganti dengan instrumen yang baru sebagai pengganti instrumen yang tidak valid dan kemudian kuesioner tersebut dapat disebar kembali.

68

Tabel 4.2 Hasil Uji Validitas

No. Koefisien Korelasi r tabel Keterangan (r hitung) 1 0.764 0.165 VALID 2 0.853 0.165 VALID 3 0.781 0.165 VALID 4 0.655 0.165 VALID 5 0.525 0.165 VALID 6 0.721 0.165 VALID 7 0.650 0.165 VALID 8 0.763 0.165 VALID 9 0.676 0.165 VALID 10 0.543 0.165 VALID 11 0.724 0.165 VALID 12 0.543 0.165 VALID 13 0.670 0.165 VALID 14 0.470 0.165 VALID 15 0.490 0.165 VALID 16 0.508 0.165 VALID 17 0.577 0.165 VALID 18 0.574 0.165 VALID 19 0.598 0.165 VALID 20 0.726 0.165 VALID 21 0.430 0.165 VALID 22 0.698 0.165 VALID 23 0.462 0.165 VALID 24 0.685 0.165 VALID 25 0.695 0.165 VALID 26 0.526 0.165 VALID 27 0.359 0.165 VALID 28 0.446 0.165 VALID 29 0.745 0.165 VALID 30 0.580 0.165 VALID 31 0.490 0.165 VALID 32 0.593 0.165 VALID 33 0.505 0.165 VALID 34 0.351 0.165 VALID 35 0.188 0.165 VALID Sumber: Hasil SPSS 22.0 69

Adapun kriteria item/butir instrumen yang digunakan adalah apabila r hitung > r tabel, berarti item/butir instrumen dinyatakan valid dan jika r hitung ≤ r tabel, berarti item/butir instrumen dinyatakan tidak valid. Perolehan nilai r hitung diperoleh dari perhitungan statistik korelasi Product Moment dengan bantuan

SPSS statistik versi 22.0. Selain itu, perolehan nilai 0.165 didapat dari r tabel dengan taraf signifikansi 90% untuk uji satu arah. Berdasarkan perolehan nilai pada tabel tersebut, dapat diketahui bahwa item instrumen yang terdapat dalam kuesioner yang berjumlah 35 pernyataan dinyatakan valid.

4.3 Hasil Uji Reliabilitas

Untuk menguji lebih lanjut hasil penelitian, peneliti melakukan uji reliabilitas terhadap pernyataan-pernyataan yang ada. Pendekatan yang digunakan untuk uji reliabilitas adalah pendekatan reliabilitas konsistensi internal. Uji ini digunakan untuk menunjukkan bahwa instrumen yang digunakan memiliki konsistensi dalam hasil pengukuran. Pengukuran reliabilitas dilakukan dengan membandingkan nilai alpha pada output pengolahan data program SPSS 22.0.

Alpha Croanbach yaitu penghitungan yang dilakukan dengan menghitung rata- rata interkorelasi di antara butir-butir pernyataan dalam kuesioner. Dalam pengujian reliabiltas ini peneliti menggunakan rumus Alpha Croanbach dengan bantuan SPSS statistik versi 22.0. Adapun hasil uji reliablitias yang telah dilakukan dalam penelitian Alpha Croanbach ini adalah sebagai berikut.

70

Tabel 4.3 Hasil Uji Reliabilitas Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items .946 35

Sumber: Hasil SPSS 22.0

Dari hasil reliabilitas pada penelitian ini, diperoleh hasil yang menyatakan reliabel karena memiliki nilai Alpha Cronbach sebesar 0,946 yang artinya lebih besar dari 0,30. Nilai tersebut diambil dari jumlah hitung 35 instrumen yang menjadi hasil hitungan penelitian. Berdasarkan uji validitas dan uji reliabilitas yang telah dilakukan, maka instrumen dapat digunakan untuk pengukuran dalam rangka pengumpulan data dalam penelitian ini.

4.4 Pengujian Hipotesis

Hipotesis sendiri merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Sedangkan pengujian hipotesis dilakukan untuk untuk menaksir parameter populasi berdasarkan data sampel. Dalam penelitian ini, peneliti memiliki hipotesis yaitu Pelaksanaan Program Simpanan Keluarga

Sejahtera di Kabupaten Tangerang paling tinggi atau sama dengan 60% dan peneliti menggunakan hipotesis deksriptif, dikarenakan variabel yang diuji bersifat mandiri dan hanya memiliki satu sampel.

Pengujian hipotesis dimaksudkan untuk mengetahui tingkat signifikansi dari hipotesis yang diajukan. Berdasarkan metode penelitian, maka pada tahap pengujian hipotesis penelitian ini, peneliti menggunakan t-test satu sampel. 71

Adapun perhitungan pengujian hipotesis tersebut adalah 4 x 35 x 100 = 14000 (4

= skor tertinggi dari setiap jawaban pernyataan/pertanyaan yang dinyatakan pada responden, kriteria skor berdasarkan pada skala likert, 35 = jumlah pernyataan/pertanyaan yang diajukan kepada responden atau jumlah pernyataan/pertanyaan yang valid, 100 = jumlah sampel yang dijadikan responden) dan nilai mean atau nilai rata-ratanya adalah 14000 : 100 = 140.

Sehingga untuk implementasi Program Simpanan Keluarga Sejahtera di

Kantor Pos Tigaraksa Kabupaten Tangerang, nilai yang dihipotesiskan yaitu paling tinggi 60% dari nilai ideal, artinya bahwa 0,6 x 14000 dibagikan dengan jumlah sampel yang dijadikan responden 100 = 84. Hipotesis statistiknya dapat dirumuskan sebagai berikut :

Ho = µ ≤ 60% ≤ 0,6 x 14000 : 100 = 84

Diketahui :

x = Ʃx : 100 = 7692 : 100 = 76,92

µₒ = 60% = 0,6 x 14000 : 100 = 84

s = 11,772 (dilihat dari std. deviation di SPSS)

n = 100

Ditanya : t ?

Jawab :

x - µₒ 76,92 – 84 t = = s 11,772

√n √100

t = - 6,014 72

Nilai t-hitung tersebut selanjutnya dibandingkan dengan nilai t-tabel dengan derajat kebebasan (dk) = n – 1 = 100 – 1 = 99 dengan taraf kesalahan α = 10% untuk uji satu pihak, maka nilai t-tabel nya yaitu 1,291 karena nilai t-hitung lebih kecil dari t-tabel (-6,014 ≤ 1,291) dan jatuh pada penerimaan Ho, maka hipotesis nol

(Ho) diterima dan Ha ditolak.

Dari perhitungan populasi ditemukan bahwa Implementasi Program

Simpanan Keluarga Sejahtera di Kantor Pos Tigaraksa Kabupaten Tangerang:

= (7.692 / 14.000) x 100%

= 0,5494 x 100%

= 54,94% (hipotesis ≤ 60%)

Jadi telah diketahui bahwa Implementasi Program Simpanan Keluarga

Sejahtera di Kantor Pos Tigaraksa Kabupaten Tangerang adalah sebesar 54,94%.

Daerah Daerah

Penerimaan

Penolakan

Ho Ho

-6,014 1,291 54,94% 60%

Gambar 4.1 Kurva Penerimaan dan Penolakan Hipotesis

Berdasarkan gambar di atas, terlihat bahwa t-hitung ternyata jatuh pada daerah Ho dengan demikian, Ho diterima dan Ha ditolak. 73

4.5 Analisis Data

Jenis dan analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif, maka data yang diperoleh tidak hanya berbentuk pernyataan dari hasil kuesioner, melainkan ditampilkan dari hasil penelitian yang berbentuk angka yang kemudian diolah. Skala yang digunakan dalam kuesioner penelitian ini adalah skala likert, di mana pilihan jawaban terdiri dari 4 item, antara lain 4 = sangat setuju, 3 = setuju, 2 = kurang setuju, 1 = tidak setuju. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan teori implementasi Van Meter dan Van Horn yang memiliki enam indikator dalam mengukur baik atau tidaknya suatu program, diantaranya ukuran dan tujuan kebijakan, sumber daya, karakteristik agen pelaksana, sikap para pelaksana, komunikasi antarorganisasi dan aktivitas agen pelaksana dan lingkungan ekonomi, sosial dan politik.

Untuk mengetahui lebih jelasnya mengenai penelitian Implementasi

Program Simpanan Keluarga Sejahtera di Kantor Pos Tigaraksa Kabupaten

Tangerang, akan dijelaskan lebih lengkap dalam bentuk grafik disertai penjelasan dan kesimpulan hasil jawaban dari pernyataan yang diajukan kepada responden melalui penyebaran kuesioner, yaitu sebagai berikut.

4.5.1 Ukuran dan Tujuan Kebijakan

Ukuran dan tujuan kebijakan menunjukkan keberhasilan dari segi tepat atau tidaknya sasaran yang telah ditetapkan, kesesuaian program dengan harapan masyarakat dan perataan program. Dari subindikator yang ada dapat dilihat bagaimana nantinya proses pelaksanaan Program Simpanan Keluarga Sejahtera.

Dengan adanya Program Simpanan Keluarga Sejahtera masyarakat merasakan 74

manfaat atau tidak dari adanya program tersebut dan selain itu, pendistribusian program diberikan merata atau tidak kepada masyarakat yang membutuhkan

Program Simpanan Keluarga Sejahtera. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada penjelasan di bawah ini.

Grafik 4.6

Indikator Ukuran dan Tujuan Kebijakan

PSKS diberikan merata 1,7

PSKS sesuai dengan harapan penerima dana 2,58 PSKS dapat membantu dalam memenuhi 2,47 kebutuhan

adanya peningkatan tabungan/simpanan 1,69

PSKS dapat meningkatkan kesejahteraan 1,83

penerima dana merasakan manfaat PSKS 2,62 mekanisme pengambilan dana PSKS tidak 2,27 berbelit-belit

0 0,5 1 1,5 2 2,5 3

Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2016

Berdasarkan Grafik 4.6 di atas, rata-rata hasil jawaban responden terhadap indikator ukuran dan tujuan kebijakan Program Simpanan Keluarga Sejahtera cukup rendah, seperti Program Simpanan Keluarga Sejahtera diberikan merata kepada keluarga tidak mampu (1.7), Program Simpanan Keluarga Sejahtera sesuai dengan harapan penerima dana (2.58), Program Simpanan Keluarga Sejahtera membantu dalam memenuhi kebutuhan penerima dana (2.47), adanya peningkatan simpanan/tabungan penerima dana (1.69), adanya Program Simpanan Keluarga

Sejahtera dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga penerima dana (1.83), 75

penerima dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera merasakan manfaat dari program tersebut (2.62), alur mekanisme pengambilan dana Program Simpanan

Keluarga Sejahtera tidak berbelit-belit/membingungkan (2.27). Dari hasil jawaban tersebut dapat dilihat bahwa dari semua pernyataan nilainya masih berada dikisaran 1.7 sampai 2.7 dari skala 4.00 yang di mana nilai tersebut dapat dikatakan kecil.

Grafik 4.7 Hasil Pernyataan Pertama Indikator Ukuran dan Tujuan Kebijakan Program Simpanan Keluarga Sejahtera Diberikan Merata Kepada Keluarga Tidak Mampu

TS 39

KS 52

S 9

SS 0

0 10 20 30 40 50 60

Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2016

Pernyataan pertama yakni Program Simpanan Keluarga Sejahtera diberikan merata kepada keluarga tidak mampu memiliki nilai rata-rata 1.7 dari skala 4.00. Angka 1.7 didapat dari total keseluruhan 100 reponden dengan jawaban 0 responden yang menjawab sangat setuju, 9 responden menjawab setuju,

52 responden menjawab kurang setuju dan 39 responden menjawab tidak setuju.

Hampir semua responden berpendapat bahwa perataan Program Simpanan

Keluarga Sejahtera masih kurang dan tidak merata. Banyak keluarga yang benar- 76

benar tidak mampu tetapi tidak mendapatkan dana dan sebaliknya, keluarga yang dapat dikatakan mampu tetapi mendapatkan Program Simpanan Keluarga

Sejahtera ini. Sejalan dengan yang terjadi di lapangan, menurut penerima dana

Program Simpanan Keluarga Sejahtera yang bernama ibu Eni mengatakan bahwa dari sekian banyaknya tetangga sekitar rumah yang dapat dikatakan taraf hidupnya jauh di bawah penerima dana lainnya tetapi tidak mendapatkan/menerima dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera. Hal ini dapat terjadi karena data rumah tangga sasaran Program Simpanan Keluarga

Sejahtera bersumber atau menggunakan dari hasil pendataan PPLS tahun 2011 di mana data tersebut sudah dapat dikatakan tidak up to date karena pendataan tersebut dilakukan sudah tiga tahun yang lalu. Kekurangtepatan sasaran penerima dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera ini juga dapat dipengaruhi karena tidak adanya verifikasi atau pemutakhiran data di awal atau sebelum pelaksanaan program. Selain itu, adanya jarak atau perbedaan waktu antara pendataan dan penggunaan data tersebut. Jeda waktu yang cukup lama memungkinkan terjadinya perubahan sosial ekonomi masyarakat dan jeda waktu tersebut juga memungkinkan adanya perubahan data dengan terbentuknya rumah tangga baru yang masuk dalam kelompok miskin. Hal itu dapat terjadi karena kemiskinan bersifat dinamis jadi dapat berubah-ubah setiap waktunya.

77

Grafik 4.8 Hasil Pernyataan Kedua Indikator Ukuran dan Tujuan Kebijakan Sesuai Dengan Harapan Penerima Dana

TS 2

KS 48

S 40

SS 10

0 10 20 30 40 50

Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2016

Pernyataan kedua yakni Program Simpanan Keluarga Sejahtera sesuai dengan harapan penerima dana memiliki nilai rata-rata 2.58 dari skala 4.00.

Angka 2.58 didapat dari 10 responden yang menjawab sangat setuju, 40 responden menjawab setuju, 48 responden menjawab kurang setuju dan 2 responden menjawab tidak setuju. Dari 100 orang yang menjadi responden, mayoritas menjawab setuju dan kurang setuju. Penerima dana Program Simpanan

Keluarga Sejahtera tidak hanya menginginkan mendapatkan bantuan melalui penyaluran dana akan tetapi mereka juga ingin diberikan modal untuk membuka usaha dan juga ingin diberikan pembekalan maupun keahlian yang benar-benar dijalankan/diseriusi oleh pemerintah untuk masyarakat kurang mampu sehingga penerima dana dapat memiliki/mempunyai keahlian sendiri agar tidak terus bergantung pada penyaluran dana yang diberikan pemerintah. Akan tetapi, sebenarnya Program Simpanan Keluarga Sejahtera sudah cukup sesuai dengan harapan masyarakat penerima dana karena setidaknya dengan adanya Program 78

Simpanan Keluarga Sejahtera dapat sedikit meringankan beban pengeluaran keluarga penerima dana.

Grafik 4.9 Hasil Pernyataan Ketiga Indikator Ukuran dan Tujuan Kebijakan Membantu Dalam Memenuhi Kebutuhan Penerima Dana

TS 1

KS 57

S 36

SS 6

0 10 20 30 40 50 60

Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2016

Pernyataan ketiga yakni Program Simpanan Keluarga Sejahtera membantu dalam memenuhi kebutuhan penerima dana memiliki nilai rata-rata 2.47 dari skala

4.00. Angka 2.47 didapat dari 6 responden yang menjawab sangat setuju, 36 responden menjawab setuju, 57 responden menjawab kurang setuju dan 1 responden menjawab tidak setuju. Seperti pernyataan sebelumnya, sebagian besar responden menjawab setuju dan kurang setuju. Hal ini dikarenakan kebutuhan akan seseorang berbeda-beda. Meskipun untuk periode waktu yang tidak lama, dengan penyaluran bantuan sejumlah Rp. 400.000,- untuk bulan November dan

Desember pada tahun 2014, serta Rp. 600.000,-/3 bulan di mana masing-masing keluarga mendapatkan Rp. 200.000,-/bulan dirasa masih kurang untuk memenuhi kebutuhan keluarga penerima dana tetapi setidaknya dengan adanya Program 79

Simpanan Keluarga Sejahtera sudah sedikit menambah pendapatan keluarga dalam 2-3 bulan dan dapat membantu meringankan beban pengeluaran keluarga seperti kebutuhan penerima dana terhadap pangan pokok lebih terpenuhi. Dengan jumlah uang yang telah diberikan, merujuk pada hasil wawancara dengan Ibu

Ilyanah selaku penerima dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera mengatakan bahwa dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera setidaknya dapat sedikit membantu meringkankan beban pengeluaran keluarga, seperti saat sedang kenaikan kelas maka dana tersebut dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan biaya pendidikan anak, baik untuk membeli seragam, buku dan perlengkapan sekolah lainnya. Oleh karena itu, dengan jumlah uang tersebut, ada keluarga yang merasa cukup dan ada pula yang masih merasa kurang sementara kebutuhan masing-masing keluarga berbeda-beda karena pada setiap keluarga terdapat anggota keluarga yang masih menempuh pendidikan dan lain-lain.

80

Grafik 4.10 Hasil Pernyataan Keempat Indikator Ukuran dan Tujuan Kebijakan Meningkatnya Simpanan/Tabungan Keluarga

TS 33

KS 65

S 2

SS 0

0 10 20 30 40 50 60 70

Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2016

Pernyataan keempat yakni adanya peningkatan simpanan/tabungan penerima dana dengan adanya Program Simpanan Keluarga Sejahtera. Dari pernyataan tersebut didapat nilai rata-rata 1.69 dari skala 4.00. Angka 1.69 didapat dari 0 responden yang menjawab sangat setuju, 2 responden menjawab setuju, 65 responden menjawab kurang setuju dan 33 responden menjawab tidak setuju.

Terlihat dari 100 responden mayoritas menjawab kurang setuju. Hal ini dikarenakan, sama dengan pernyataan sebelumnya yang berkaitan dengan kebutuhan. Kebutuhan keluarga saja masih kurang terpenuhi apalagi untuk disimpan/ditabung sehingga banyak masyarakat penerima dana Program

Simpanan Keluarga Sejahtera yang memberikan nilai kurang setuju dan tidak setuju karena tidak adanya peningkatan tabungan/simpanan dalam keluarga penerima dana. Dengan jumlah bantuan yang masih belum mencukupi untuk memenuhi kebutuhan keluarga penerima dana, maka tidak adanya peningkatan simpanan/tabungan dalam keluarga penerima dana. Hanya saja tabungan yang 81

dilakukan penerima dana seperti lebih sebagai menyimpan uang sementara waktu untuk memenuhi kebutuhan beberapa hari kemudian bukan simpanan/tabungan dalam jangka waktu yang panjang.

Grafik 4.11 Hasil Pernyataan Kelima Indikator Ukuran dan Tujuan Kebijakan Dapat Meningkatkan Kesejahteraan Keluarga

TS 20

KS 77

S 3

SS 0

0 20 40 60 80

Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2016

Pernyataan kelima yaitu adanya Program Simpanan Keluarga Sejahtera dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga. Pada pernyataan ini, responden yang menjawab sangat setuju 0 responden, 3 responden yang menjawab setuju, 77 responden menjawab kurang setuju dan 20 responden menjawab tidak setuju. Dari jawaban tersebut didapat nilai rata-rata 1.83 dari skala 4.00. Sebenarnya pernyataan ini masih berkaitan dengan pernyataan sebelumnya mengenai kebutuhan dan peningkatan simpanan/tabungan. Terlihat pula dari jawaban yang diberikan responden yang banyak memberikan jawaban kurang setuju. Dengan kebanyakan responden yang menjawab kurang setuju dan tidak setuju, maka sebenarnya dengan adanya Program Simpanan Keluarga Sejahtera ini belum dapat 82

meningkatkan kesejahteraan keluarga sesuai dengan nama dari program tersebut.

Hal ini terlihat pula dilapangan bahwa kondisi keluarga penerima dana Program

Simpanan Keluarga Sejahtera belum sejahtera bahkan dapat dikatakan masih jauh dari kata sejahtera, seperti dari kondisi fisik rumah yang masih jauh dari kata layak.

Grafik 4.12 Hasil Pernyataan Keenam Indikator Ukuran dan Tujuan Kebijakan Penerima Dana Merasakan Manfaat Program Simpanan Keluarga Sejahtera

TS 0

KS 49

S 40

SS 11

0 10 20 30 40 50

Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2016

Pernyataan keenam yaitu penerima dana Program Simpanan Keluarga

Sejahtera merasakan manfaat dari adanya program tersebut. Dari jawaban nilai di atas terdapat 11 responden yang menjawab sangat setuju dan 40 responden yang menjawab setuju. Dari jawaban tersebut, sebenarnya dapat dikatakan sebagian besar responden merasakan manfaat dari adanya Program Simpanan Keluarga

Sejahtera karena dengan adanya program ini setidaknya dapat membantu meringankan beban pengeluaran penerima dana tetapi tidak sedikit pula responden yang menjawab kurang setuju yaitu sebanyak 49 responden. Hal ini menunjukkan 83

bahwa sebagian keluarga penerima dana masih merasakan adanya manfaat dari program tersebut tetapi manfaat yang dirasakan oleh mereka tidak terlalu besar.

Oleh karena itu, mereka menjawab kurang setuju karena pemanfaatan dana

Program Simpanan Keluarga Sejahtera hanya dapat mereka rasakan dalam jangka waktu pendek saja.

Grafik 4.13 Hasil Pernyataan Ketujuh Indikator Ukuran dan Tujuan Kebijakan Mekanisme Pengambilan Dana Tidak Berbelit-Belit/Membingungkan

TS 0

KS 73

S 27

SS 0

0 20 40 60 80

Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2016

Berdasarkan pernyataan ketujuh yaitu alur mekanisme pengambilan dana

Program Simpanan Keluarga Sejahtera sangat jelas (tidak berbelit- belit/membingungkan), didapatkan nilai rata-rata sebesar 2.27 dari skala 4.00. Hal tersebut dapat dikatakan cukup baik. Dari 100 responden, 73 responden menjawab kurang setuju dan 27 responden menjawab setuju. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat beberapa penerima dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera yang menganggap alur mekanisme pengambilan dana program tidak begitu membingungkan tetapi tidak sedikit pula penerima dana yang menganggap bahwa 84

alur mekanisme tersebut sedikit membingungkan penerima dana walaupun dilapangan terdapat petugas yang membantu penerima dana dalam pengambilan dana program karena terdapat beberapa alur mekanisme yang harus penerima dana lakukan ketika akan mengambil/mencairkan dana Program Simpanan

Keluarga Sejahtera. Jadi, penerima dana tidak dapat langsung mengambil/mencairkan dana pada petugas pelaksana yang ada dilapangan tetapi harus mengikuti beberapa tahap alur mekanisme yang ada. Adapun alur mekanisme pengambilan dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera sebagai berikut:

85

Gambar 4.2 Mekanisme Pengambilan Dana Program Simpanan Keluarga Seajahtera

PENERIMA PETUGAS ANTRIAN 1. Membawa identitas Memberikan nomor diri dan Kartu KPS. antrian kepada Penerima 2. Mengambil nomor KPS

antri

PETUGAS VERIFIKASI ADMINISTRASI

1. Memeriksa nomor PENERIMA KPS & Identitas Mengantri untuk menuju lain dengan daftar ke Petugas Verifikasi penerima. 2. Tanda Tangan/Cap Jempol Penerima pada daftar penerima

PETUGAS BAYAR

PENERIMA 1. Pindai kode batang Mengantri untuk (barcode) pada KPS menuju ke petugas 2. Menyerahkan uang sejumlah yang diminta bayar kepada Penerima. (Sumber: www.tnp2k.go.id, 2016)

86

4.5.2 Sumber Daya

Sumber daya merupakan hal penting dalam pelaksanaan suatu program.

Berkenaan dengan dukungan sumber daya dan pemanfaatan sumber daya yang ada, yaitu seperti sumber daya manusia, sumber daya finansial dan sumber daya waktu. Dari subindikator yang ada, maka dapat dilihat terkait bagaimana kecukupan jumlah sumber daya manusia dalam pelaksanaan program, seperti dalam sosialisasi dan pencairan dana, waktu yang digunakan dan dukungan dalam memanfaatkan fasilitas sarana dan prasarana yang ada. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik dan penjelasan yang akan dijabarkan di bawah ini.

Grafik 4.14

Indikator Sumber Daya

kecukupan jumlah petugas pelaksana di lokasi 2,5 pencairan kecukupan jumlah petugas pelaksana 1,72 sosialisasi

kecukupan waktu sosialisasi 1,78

pencairan dana sesuai dengan jadwal 1,97 perdaerah/desa

kondisi ruang tunggu yang cukup nyaman 2,21

fasilitas tampak bersih dan tersusu rapi 2,18

0 0,5 1 1,5 2 2,5 3

Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2016

Berdasarkan Grafik 4.14 di atas, nilai rata-rata hasil jawaban responden terhadap indikator sumber daya Program Simpanan Keluarga Sejahtera cukup rendah, terlihat dari beberapa pernyataan pada indikator ini seperti kecukupan jumlah petugas pelaksana di lokasi pengambilan dana Program Simpanan 87

Keluarga Sejahtera (2.5), kecukupan jumlah petugas pelaksana dalam memberikan sosialisasi Program Simpanan Keluarga Sejahtera (1.72), waktu sosialisasi yang diberikan petugas pelaksana cukup bagi penerima dana Program

Simpanan Keluarga Sejahtera (1.78), waktu pelayanan pengambilan dana Program

Simpanan Keluarga Sejahtera terlaksana sesuai dengan jadwal masing-masing daerah/desa masing-masing (1.97), kondisi ruang tunggu yang cukup nyaman

(2.21) dan fasilitas sarana dan prasarana dalam pelaksanaan Program Simpanan

Keluarga Sejahtera sudah memadai (2.18). Dari hasil jawaban tersebut dapat dilihat bahwa dari semua pernyataan nilainya masih berada dikisaran 1.7 sampai

2.5 dari skala 4.00.

Grafik 4.15 Hasil Pernyataan Kedelapan Indikator Sumber Daya Jumlah Petugas Pelaksana Di Lokasi Pengambilan Dana

TS 2

KS 53

S 38

SS 7

0 10 20 30 40 50 60

Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2016

Pernyataan pertama pada indikator sumber daya ini atau pernyataan kedelapan yakni pernyataan mengenai kecukupan jumlah petugas pelaksana di lokasi pengambilan dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera. Jumlah 88

responden yang menjawab sangat setuju sebanyak 7 responden, 38 responden menjawab setuju, 53 responden menjawab kurang setuju dan 2 responden menjawab tidak setuju. Dari jawaban nilai di atas sangat beragam dan didapat nilai rata-rata sebesar 2.5 dari skala 4.00. Hal tersebut sudah dapat dikatakan cukup baik, karena pada saat pencairan dana terdapat 6-10 petugas pelaksana yang menempati tempatnya masing-masing atau yang bertugas sesuai dengan tugasnya masing-masing seperti pada petugas verifikasi di lokasi pengambilan/pencairan dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera, pencairan dana pun dilakukan dengan cepat dilakukan oleh petugas pelaksana pada tiap-tiap bagian seperti pada petugas antrian, petugas verifikasi dan petugas bayar. Akan tetapi, dengan jumlah petugas pelaksana yang ada masih terdapat beberapa penerima dana yang merasa kekurangan akan jumlah petugas pelaksana dilokasi pencairan karena yang terjadi dilapangan masih saja terdapat antrian panjang saat pencairan dana Program

Simpanan Keluarga Sejahtera sedang berlangsung.

Grafik 4.16 Hasil Pernyataan Kesembilan Indikator Sumber Daya Jumlah Petugas Pelaksana Dalam Memberikan Sosialisasi

TS 41

KS 46

S 13

SS 0

0 10 20 30 40 50

Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2016 89

Pernyataan kesembilan yakni pernyataan mengenai kecukupan jumlah petugas pelaksana dalam memberikan sosialisasi Program Simpanan Keluarga

Sejahtera. Dari pernyataan ini, didapat tidak ada responden yang menjawab sangat setuju, 13 responden menjawab setuju, 46 responden menjawab kurang setuju dan

41 responden menjawab tidak setuju. Dari jawaban nilai di atas, didapat nilai rata- rata sebesar 1.72 dari skala 4.00. Nilai tersebut sangat kecil dan dapat dikatakan bahwa jumlah petugas pelaksana yang memberikan sosialisasi tidak cukup atau masih sangat kurang karena kebanyakan penerima dana Program Simpanan

Keluarga Sejahtera hanya mendapatkan sosialisasi dari ketua RT/RW setempat maupun dari TKSK kecamatan masing-masing daerah penerima dana. Seperti yang telah disampaikan oleh Ibu Sawi selaku penerima dana Program Simpanan

Keluarga Sejahtera yang mengatakan bahwa tidak ada dari pihak dinas atau manapun yang memberikan sosialisasi mengenai Program Simpanan Keluarga

Sejahtera, hanya ketua RT saja yang memberitahu kepada warga penerima dana sekitar kalau akan ada pencairan dana. Ada pun penerima dana yang tidak mendapatkan sosialisasi sama sekali dari dinas terkait, kelurahan maupun dari

RT/RW setempat karena pihak setempat tidak mengetahui secara jelas keseluruhan informasi mengenai Program Simpanan Keluarga Sejahtera dan tidak melakukan pencarian informasi mengenai program tersebut.

90

Grafik 4.17 Hasil Pernyataan Kesepuluh Indikator Sumber Daya Kecukupan Waktu Sosialisasi

TS 25

KS 71

S 4

SS 0

0 20 40 60 80

Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2016

Pada pernyataan kesepuluh yakni pernyataan mengenai waktu sosialisasi yang diberikan petugas pelaksana cukup bagi penerima Program Simpanan

Keluarga Sejahtera. Dari pernyataan ini, seperti pernyataan sebelumnya yaitu tidak ada responden yang menjawab sangat setuju. Selain itu, terdapat 4 responden menjawab setuju, 71 responden menjawab kurang setuju dan 25 responden menjawab tidak setuju. Dari jawaban nilai di atas, didapat nilai rata- rata sebesar 1.78 dari skala 4.00. Nilai yang didapat sangatlah kecil karena waktu yang sosialisasi yang diberikan sangatlah minim. Petugas pelaksana hanya memberikan sosialisasi kepada penerima dana mengenai kapan dan di mana dana

Program Simpanan Keluarga Sejahtera dapat diambil/dicairkan. Hal ini sejalan dengan pernyataan yang diberikan oleh Ibu Yulianti yang mengatakan bahwa ketua RT setempat hanya memberitahukan informasi kepada masyarakat penerima dana bahwa esok hari/lusa dana program sudah dapat dicairkan tetapi tidak memberitahukan kalau setiap daerah/desa memiliki jadwal jam pencairan dananya 91

masing-masing. Selain itu, tidak ada sosialisasi secara lengkap mengenai apa itu

Program Simpanan Keluarga Sejahtera. Dari beberapa hal yang ada tersebut, tidak salah responden penerima dana memberikan jawaban kurang setuju bahkan tidak setuju karena dapat dikatakan masih kurang/minimnya waktu sosialisasi yang diberikan oleh pihak terkait mengenai Program Simpanan Keluarga Sejahtera.

Grafik 4.18 Hasil Pernyataan Kesebelas Indikator Sumber Daya Waktu Pengambilan Dana Sesuai Dengan Jadwal Jam Daerah Penerima Dana

TS 20

KS 64

S 16

SS 0

0 10 20 30 40 50 60 70

Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2016

Pada pernyataan kesebelas ini yakni mengenai waktu pengambilan dana

Program Simpanan Keluarga Sejahtera sesuai dengan jadwal pengambilan masing-masing daerah/desa penerima dana. Dari pernyataan ini, seperti pernyataan-pernyataan sebelumnya yaitu tidak ada responden yang menjawab sangat setuju. Selain itu, terdapat 16 responden menjawab setuju, 64 responden menjawab kurang setuju dan 20 responden menjawab tidak setuju. Dari jawaban nilai di atas, didapat nilai rata-rata sebesar 1.98 dari skala 4.00. Nilai yang didapat masing kurang, hal ini didasari karena memang yang terjadi dilapangan, 92

waktu/jam pencairan/pengambilan dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera tidak sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan, misalnya untuk kelurahan/desa

A pencairan dana dilakukan pada jam 08.00-10.00 tetapi yang terjadi dilapangan pencairan dana yang dilakukan jauh dari jadwal/waktu pencairan per- kelurahan/desa yang telah ditetapkan tersebut. Merujuk pada pernyataan yang disampaikan oleh Ibu Eni selaku penerima dana Program Simpanan Keluarga

Sejahtera yang mengatakan bahwa banyak dari penerima dana yang sudah mengantri sejak pagi, seperti dari pukul 07.00 pagi tetapi baru dapat mencairkan/mengambil dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera pada siang hari. Hal itu jelas terlihat bahwa waktu pencairan dana tidak sesuai dengan jadwal pencairan per-kelurahan/desa masing-masing penerima dana.

Grafik 4.19 Hasil Pernyataan Kedua belas Indikator Sumber Daya Kondisi Ruang Tunggu Cukup Nyaman

TS 7

KS 64

S 29

SS 0

0 10 20 30 40 50 60 70

Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2016

Pernyataan kedua belas ini yakni mengenai kondisi ruang tunggu yang cukup nyaman saat pencairan dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera. Dari 93

pernyataan ini, tidak ada responden yang menjawab sangat setuju, 29 responden menjawab setuju, 64 responden menjawab kurang setuju dan 7 responden menjawab tidak setuju. Dari jawaban nilai di atas, didapat nilai rata-rata sebesar

2.21 dari skala 4.00. Nilai tersebut dirasa masih kecil dari skala tertinggi yaitu

4.00. Dari nilai tersebut, masih banyak penerima dana yang menyatakan kurang setujunya mengenai kenyamanan ruang tunggu saat pencairan dana. Dengan jumlah penerima dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera yang sangat banyak yaitu 47.170 orang dan apalagi saat pencairan dana terdapat sekitar 4.000 orang yang berada dilokasi dan dari berbagai macam desa/kelurahan yang berbeda-beda, rasanya sulit untuk merasakan kenyamanan karena dengan jumlah penerima dana yang begitu banyak. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan yang disampaikan oleh Ibu Masrufah selaku penerima dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera yang mengatakan bahwa saat pencairan dana merasakan kepanasan karena memang pada saat pencairan dana banyaknya penerima yang ingin mencairkan dana mereka, dengan begitu penerima dana harus mengantri dengan sesama penerima dana lainnya.

94

Grafik 4.20 Hasil Pernyataan Ketiga belas Indikator Sumber Daya Fasilitas Sarana Dan Prasarana Dalam Pelaksanaan Program Simpanan Keluarga Sejahtera

TS 11

KS 63

S 23

SS 3

0 10 20 30 40 50 60 70

Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2016

Pernyataan ketiga belas ini yakni mengenai fasilitas sarana dan prasarana dalam pelaksanaan Program Simpanan Keluarga Sejahtera sudah memadai.

Pernyataan ini memiliki nilai rata- rata sebesar 2.18 dari skala 4.00 yang didapat dari 3 responden yang menjawab sangat setuju, 23 responden menjawab setuju, 63 responden menjawab kurang setuju dan 11 responden menjawab tidak setuju.

Fasilitas sarana dan prasarana program di mulai dari awal sampai pencairan dana dirasa masih kurang sesuai dengan jawaban yang diberikan oleh responden.

Seperti pada saat sosialisasi, sarana dan prasarana yang mendukung jalannya sosialisasi tidak terlihat karena sosialisasi hanya dilakukan oleh pihak setempat, yaitu oleh RT/RW atau TKSK kecamatan setempat. Sosialisasi yang dilakukan oleh pihak setempat pun minim akan sarana dan prasarana karena hanya melalui lisan saja tanpa ada peralatan lainnya. Selain itu, pada saat pencairan dana

Program Simpanan Keluarga Sejahtera, kondisi di lapangan memang terdapat 95

sarana seperti kursi untuk penerima dana duduk menunggu giliran pencairan, akan tetapi kursi yang ada masih jauh dari kata cukup atau dapat dikatakan masih kurang dan karena jumlah penerima dana yang mencairkan dana sangat banyak, maka kondisi dilapangan pun tidak bersih dan tersusun rapi.

4.5.3 Indikator Karakteristik Agen Pelaksana

Berdasarkan indikator karakteristik agen pelaksana mengenai bagaimana kinerja pelaksana program pada masing-masing cakupan wilayah/daerah yang menjadi tugas/tanggungjawab petugas pelaksana itu sendiri. Subindikator yang terdapat pada indikator ini yaitu adanya pendampingan yang dilakukan oleh petugas pelaksana masing-masing daerah penerima dana, kecukupan jumlah petugas pelaksana pada masing-masing daerah penerima dana, kinerja pendamping penerima dana yang mudah dihubungi/ditemui, tidak adanya perbedaan pelayanan dan cakupan penyebaran lokasi pencairan dana. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik yang akan dijabarkan di bawah ini.

96

Grafik 4.21

Indikator Karakteristik Agen Pelaksana

adanya pendampingan saat pencairan dana 2,31

kecukupan jumlah pendamping penerima 1,83 dana PSKS pendamping penerima dana PSKS mudah 2,16 ditemui/dihubungi

tidak ada perbedaan pelayanan 2,16

penyebaran lokasi pencairan dana PSKS tidak 1,91 menyulitkan

0 0,5 1 1,5 2 2,5

Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2016

Berdasarkan Grafik 4.21 di atas, nilai rata-rata hasil jawaban responden terhadap indikator karakteristik agen pelaksana Program Simpanan Keluarga

Sejahtera masih rendah, terlihat dari beberapa pernyataan pada indikator ini seperti adanya pendampingan saat pencairan dana (2.31), kecukupan jumlah petugas pelaksana masing-masing daerah penerima dana (1.83), pendamping penerima dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera mudah ditemui/dihubungi oleh penerima dana setiap kali dibutuhkan (2.16), tidak ada perbedaan pelayanan yang diberikan saat pencairan dana (2.16), penyebaran lokasi pengambilan dana

Program Simpanan Keluarga Sejahtera tidak menyulitkan/dapat dijangkau oleh penerima dana (1.91). Dari hasil jawaban tersebut dapat dilihat bahwa dari semua pernyataan nilainya masih berada dikisaran 1.8 sampai 2.3 dari skala 4.00.

97

Grafik 4.22 Hasil Pernyataan Keempat belas Indikator Karakteristik Agen Pelaksana Adanya Pendampingan Saat Pencairan Dana

TS 2

KS 65

S 33

SS 0

0 10 20 30 40 50 60 70

Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2016

Pada pernyataan keempat belas di indikator ketiga ini yakni mengenai adanya pendampingan saat pencairan dana. Pernyataan ini memiliki nilai rata- rata sebesar 2.31 dari skala 4.00 yang didapat dari 0 responden yang menjawab sangat setuju, 33 responden menjawab setuju, 65 responden menjawab kurang setuju dan

2 responden menjawab tidak setuju. Berdasarkan jawaban yang ada, mayoritas responden menjawab kurang setuju dan setuju karena di lapangan, dapat terjadi ada penerima dana yang mendapatkan pendampingan dan ada pula yang tidak mendapatkan pendampingan karena dengan jumlah pendamping program yang masih kurang berbanding terbalik dengan jumlah penerima dana yang sangat banyak, dengan begitu sulit rasanya untuk menjangkau semua penerima dana yang ada. Tetapi, pendamping Program Simpanan Keluarga Sejahtera sudah menjalankan tugasnya untuk melakukan pendampingan meskipun tidak semua penerima dana dapat dijangkau oleh pendamping. 98

Grafik 4.23 Hasil Pernyataan Kelima belas Indikator Karakteristik Agen Pelaksana Kecukupan Jumlah Pendamping Program Simpanan Keluarga Sejahtera

TS 21

KS 75

S 4

SS 0

0 20 40 60 80

Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2016

Pernyataan kelima belas yakni mengenai kecukupan jumlah pendamping penerima dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera masing-masing daerah penerima dana. Pernyataan ini memiliki nilai rata- rata sebesar 1.83 dari skala

4.00. Nilai ini sangat kecil, jauh dari skala yang ada. Dari 100 responden tidak ada yang menjawab sangat setuju, 4 responden menjawab setuju, 75 responden menjawab kurang setuju dan 21 responden menjawab tidak setuju. Pendamping penerima dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera adalah Tenaga

Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK), di mana pada masing-masing daerah hanya memiliki satu TKSK. Oleh karena itu, jumlah pendamping penerima dana program ini hanya ada satu saja disetiap daerah. Dengan hanya ada satu pendamping, ada masyarakat yang merasa cukup dan ada juga masyarakat penerima dana yang masih merasa kurangnya jumlah pendamping mengingat 99

jumlah penerima dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera dari masing-masing daerah sangatlah banyak.

Grafik 4.24 Hasil Pernyataan Keenam belas Indikator Karakteristik Agen Pelaksana Pendamping Mudah Ditemui/Dihubungi

TS 8

KS 70

S 20

SS 2

0 10 20 30 40 50 60 70

Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2016

Pada pernyataan keenam belas ini yakni mengenai kemudahan pendamping program saat ditemui/dihubungi oleh penerima dana setiap kali dibutuhkan. Responden yang menjawab pada pernyataan ini yaitu sebanyak 2 responden yang menjawab sangat setuju, 20 responden menjawab setuju, 70 responden menjawab kurang setuju dan 8 responden menjawab tidak setuju.

Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK) sebagai pendamping mempunyai peran untuk pendampingan atau membantu penerima dana Program

Simpanan Keluarga Sejahtera yang kesulitan atau membutuhkan bantuan, misalnya seperti dalam mempersiapkan persyaratan pencairan dana. Tetapi dengan jumlah TKSK sebagai pendamping yang sangat kurang yaitu hanya ada 100

satu pendamping pada setiap daerah rasanya memang tidak cukup untuk menjangkau keseluruhan penerima dana yang ada karena jumlah penerima dana sangat banyak dibandingkan jumlah pendamping yang hanya ada satu saja walaupun di lapangan saat pencairan dana dibantu oleh pihak kantor pos. Sejalan dengan yang disampaikan oleh Ibu Emun yang mengatakan bahwa sulit untuk menemui pendamping karena disamping tidak mengetahuinya dan juga tidak mempunyai kontak pendamping untuk menghubunginya. Pada pernyataan ini memiliki nilai rata- rata sebesar 2.16 dari skala 4.00 yang didapat dari 100 responden.

Grafik 4.25 Hasil Pernyataan Ketujuh belas Indikator Karakteristik Agen Pelaksana Tidak Ada Perbedaan Pelayanan Yang Diberikan

TS 6

KS 75

S 16

SS 3

0 20 40 60 80

Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2016

Pada pernyataan ketujuh belas ini yakni mengenai tidak ada perbedaan dalam pelayanan yang diberikan, baik karena status sosial maupun karena usia dan lain-lain. Berdasarkan nilai yang telah didapat, nilai rata-rata pada pernyataan ini sebesar 2.16 dari skala yang ada sebesar 4.00. Responden yang menjawab pada 101

pernyataan ini yaitu sebanyak 3 responden yang menjawab sangat setuju, 16 responden menjawab setuju, 75 responden menjawab kurang setuju dan 6 responden menjawab tidak setuju. Dari jawaban yang diberikan oleh responden tersebut mayoritas menjawab kurang setuju. Hal ini didasari karena memang adanya perbedaan pelayanan yang diberikan karena adanya alasan-alasan tertentu, misalnya seperti ketika pada saaat pencairan dana Program Simpanan Keluarga

Sejahtera ada seorang ibu hamil atau membawa anak kecil, pencairan dana dilakukan dengan cepat karena mereka didahulukan oleh petugas pelaksana yang ada dan tentunya petugas pelaksana mempunyai alasan-alasan tertentu mengapa seorang ibu hamil dan seorang ibu yang membawa anak kecil didahulukan. Selain itu, faktor usia juga mempengaruhi pelayanan yang didapat. Untuk masyarakat yang mencairkan dana sudah berumur atau sudah tua, maka pelayanan pencairan dana untuknya didahulukan dibandingkan masyarakat penerima dana yang masih muda dan tidak sedang hamil maupun membawa anak kecil. Pernyataan tersebut sejalan dengan yang dikatakan oleh Ibu Ana yang mempunyai balita dan pada saat melakukan pencairan dana, Ibu Ana membawa anaknya tersebut yang mengatakan bahwa saat melakukan pencairan dana didahulukan dari penerima dana yang lainnya karena pada saat pencairan dana membawa anak balitanya.

102

Grafik 4.26 Hasil Pernyataan Kedelapan belas Indikator Karakteristik Agen Pelaksana Penyebaran Lokasi Tidak Menyulitkan Penerima Dana

TS 21

KS 69

S 8

SS 2

0 10 20 30 40 50 60 70

Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2016

Pada pernyataan kedelapan belas ini yakni mengenai penyebaran lokasi pencairan dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera. Apakah penentuan lokasi pencairan dana tersebut tidak menyulitkan/dapat dijangkau oleh penerima dana di sepuluh kecamatan. Berdasarkan nilai yang telah didapat, nilai rata-rata pada pernyataan ini sebesar 1.91 dari skala yang ada sebesar 4.00. Dengan responden yang menjawab pada pernyataan ini yaitu sebanyak 2 responden yang menjawab sangat setuju, 8 responden menjawab setuju, 69 responden menjawab kurang setuju dan 21 responden menjawab tidak setuju. Dari jawaban yang ada, masyarakat penerima dana banyak yang menjawab kurang setuju dan setuju dengan penentuan lokasi pencairan dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera.

Hal ini didasari karena tempat pencairan dana Program Simpanan Keluarga

Sejahtera masyarakat penerima dana di sepuluh kecamatan (Tigaraksa, Cikupa,

Jambe, Cisoka, Solear, Balaraja, Jayanti, Kresek, Sukamulya dan Gunung Kaler) dipusatkan di kantor pos Tigaraksa. Oleh karena itu, dari lokasi tempat 103

tinggal/pemukiman masyarakat penerima dana mempunyai variasi jarak maupun transportasi yang digunakan untuk dapat sampai ke kantor pos dan mencairkan dana sehingga dengan adanya jarak yang dapat memakan waktu dan biaya maka memberikan pengaruh pada biaya transportasi yang dikeluarkan oleh penerima dana. Penerima dana yang berada di Tigaraksa saja masih memberikan tanggapan kurang setujunya pencairan dilakukan dikantor pos karena alasan jarak dan sulitnya akses transportasi didaerahnya. Dengan begitu, untuk masyarakat penerima dana yang memiliki jarak yang jauh dan tidak memiliki kendaraan merasa kesulitan untuk dapat mencapai ke lokasi pencairan dana, seperti masyarakat penerima dana yang berada di Jayanti, Kresek, Gunung Kaler,

Sukamulya dan Solear yang memiliki jarak yang cukup jauh dan dapat memakan waktu sampai 1 jam untuk dapat sampai ke lokasi pencairan dana.

4.5.4 Indikator Sikap Para Pelaksana

Berdasarkan indikator sikap para pelaksana ini mengenai tanggapan dari pelaksana program. Subindikator yang terdapat pada indikator ini yaitu petugas pelaksana ramah dalam memberikan pelayanan kepada penerima dana, petugas pelaksana memiliki kemauan yang tinggi/bersungguh-sungguh dalam menjalankan program, petugas pelaksana tanggap dalam memberikan pelayanan kepada penerima dana dan sosialisasi yang diberikan oleh petugas pelaksana dapat dipahami oleh penerima dana atau tidak. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik dan penjelasan yang akan dijabarkan di bawah ini.

104

Grafik 4.27

Indikator Sikap Para Pelaksana

petugas pelaksana ramah 2,89

petugas pelaksana bersungguh- 2,47 sungguh dalam menjalankan PSKS

petugas pelaksana tanggap 2,76

sosialisasi dapat dipahami oleh 1,47 penerima dana

0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5

Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2016

Berdasarkan Grafik 4.27 di atas, nilai rata-rata hasil jawaban responden terhadap indikator karakteristik agen pelaksana Program Simpanan Keluarga

Sejahtera sudah cukup baik. Hal ini dapat terlihat dari beberapa pernyataan pada indikator ini seperti petugas pelaksana ramah kepada penerima dana Program

Simpanan Keluarga Sejahtera (2.89), petugas pelaksana bersungguh- sungguh/memiliki kemauan yang tinggi dalam menjalankan Program Simpanan

Keluarga Sejahtera (2.47), petugas pelaksana tanggap dalam melayani penerima dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera (2.76) dan sosialisasi yang diberikan/disampaikan oleh petugas pelaksana dapat dipahami/dimengerti oleh penerima dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera (1.47). Dari hasil jawaban tersebut dapat dilihat bahwa dari semua pernyataan nilainya masih berada dikisaran 1.4 sampai 2.8 dari skala 4.00. Untuk penjelasan lebih lengkapnya dapat dilihat pada Grafik di bawah ini.

105

Grafik 4.28 Hasil Pernyataan Kesembilan belas Indikator Sikap Para Pelaksana Petugas Pelaksana Ramah Kepada Penerima Dana

TS 0

KS 22

S 67

SS 11

0 20 40 60 80

Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2016

Pada pernyataan kesembilan belas ini yakni mengenai petugas pelaksana ramah kepada penerima dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera. Berdasarkan nilai yang telah didapat, nilai rata-rata pada pernyataan ini sebesar 2.89 dari skala yang ada sebesar 4.00. Dengan responden yang menjawab pada pernyataan ini yaitu sebanyak 11 responden yang menjawab sangat setuju, 67 responden menjawab setuju, 22 responden menjawab kurang setuju dan 0 responden menjawab tidak setuju. Dari jawaban yang ada, masyarakat penerima dana mayoritas menjawab setuju dengan pernyataan bahwa petugas pelaksana ramah kepada penerima dana. Sebagai petugas pelaksana yang berhubungan/berinteraksi dengan banyak orang memang sudah seharusnya memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya kepada penerima dana, seperti memberikan sikap ramah. Dengan begitu, penerima dana pun tidak sungkan jika ada sesuatu hal yang ingin ditanyakan kepada petugas pelaksana. Selain itu, sikap ramah yang diberikan oleh petugas pelaksana memunculkan adanya rasa saling menghargai satu sama lain. 106

Keramahan yang diberikan oleh petugas pelaksana misalnya seperti bertegur sapa, memberikan tutur kata yang baik dan sopan dan juga pada saat pencairan dana tidak jarang petugas pelaksana yang memberikan senyuman tulus untuk penerima dana serta menyampaikan pesan untuk penerima dana agar dapat mempergunakan dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera dengan sebaik-baiknya.

Grafik 4.29 Hasil Pernyataan Kedua puluh Indikator Sikap Para Pelaksana Petugas Pelaksana Bersungguh-sungguh Dalam Menjalankan Program

TS 0

KS 56

S 39

SS 3

0 10 20 30 40 50 60

Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2016

Pada pernyataan kedua puluh ini yaitu mengenai petugas pelaksana bersungguh-sungguh/memiliki kemauan yang tinggi dalam menjalankan Program

Simpanan Keluarga Sejahtera. Berdasarkan nilai yang telah didapat, nilai rata-rata pada pernyataan ini sebesar 2.47 dari skala yang ada sebesar 4.00. Dengan responden yang menjawab pada pernyataan ini yaitu sebanyak 3 responden yang menjawab sangat setuju, 39 responden menjawab setuju, 56 responden menjawab kurang setuju dan 0 responden menjawab tidak setuju. Dari jawaban yang ada, masyarakat penerima dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera menilai bahwa 107

petugas pelaksana yang menjalankan Program Simpanan Keluarga Sejahtera masih kurang baik. Hal ini terlihat dari banyaknya masyarakat penerima dana yang menjawab kurang setuju dan setuju pada pernyataan ini. Sebagai petugas pelaksana sudah seharusnya fokus pada tugas dan fungsinya dengan selalu berusaha untuk memberikan hal terbaik untuk penerima dana agar dapat memperoleh hasil yang optimal dalam pekerjaannya. Petugas pelaksana Program

Simpanan Keluarga Sejahtera umumnya tidak hanya menjalankan program saat pencairan dana saja tetapi juga menjalankan sosialisasi untuk penerima dana.

Untuk petugas pelaksana yang mencairkan dana Program Simpanan Keluarga

Sejahtera dirasa sudah memiliki kesungguhan dalam menjalankan program. Hal ini dapat dilihat di lapangan, petugas pelaksana mementingkan program dibandingkan dengan hal yang lainnya seperti yang dikatakan oleh Bapak Taufik saat proses pencairan dana petugas pelaksana fokus melayani penerima dana tanpa meninggalkan meja atau tempat pencairan dana. Akan tetapi, untuk petugas pelaksana yang memiliki tugas untuk melakukan sosialisasi tidak cukup baik karena hanya segelintir petugas pelaksana yang menjalankan sosialisasi kepada penerima dana dan hanya pada tingkat terendah saja, yaitu hanya ketua RT/RW dan TKSK setempat saja yang memberikan sosialisasi kepada penerima dana.

108

Grafik 4.30 Hasil Pernyataan Kedua puluh satu Indikator Sikap Para Pelaksana Petugas Pelaksana Tanggap Kepada Penerima Dana

TS 0

KS 27

S 70

SS 3

0 10 20 30 40 50 60 70

Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2016

Pada pernyataan kedua puluh ini yaitu mengenai petugas pelaksana tanggap dalam melayani penerima dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera.

Dengan responden yang menjawab pada pernyataan ini yaitu sebanyak 3 responden yang menjawab sangat setuju, 70 responden menjawab setuju, 27 responden menjawab kurang setuju dan 0 responden menjawab tidak setuju.

Berdasarkan nilai yang telah didapat dari 100 responden, nilai rata-rata pada pernyataan ini sebesar 2.76 dari skala yang ada sebesar 4.00. Nilai yang diberikan oleh responden menunjukkan bahwa petugas pelaksana tanggap dalam melayani penerima dana. Tetapi masih ada pula yang kurang setuju dengan pernyataan tersebut. Mengingat petugas pelaksana yang melayani banyak sekali penerima dana, tidak heran jika terdapat satu atau dua penerima dana yang mengganggap petugas pelaksana tidak tanggap karena memang sulit rasanya menjangkau seluruh ribuan penerima dana yang ada. Walau begitu, sebagai petugas pelaksana harus mempunyai sikap yang tanggap terhadap masyarakat karena dituntut dalam 109

menjalankan tugasnya. Sebagai petugas pelaksana, harus secara cepat dapat mengetahui, memperhatikan dan menyadari akan keadaan disekitar. Ketika ada masyarakat penerima dana yang meminta tolong atau membutuhkan bantuan, maka harus dengan sikap sigap dan cepat petugas pelaksana memberikan bantuan.

Selain itu, ketika ada penerima dana yang menyapa, menegur atau memberikan senyuman, maka petugas pelaksana menanggapi hal tersebut.

Grafik 4.31 Hasil Pernyataan Kedua puluh dua Indikator Sikap Para Pelaksana Sosialisasi Yang Diberikan Dapat Dipahami

TS 55

KS 43

S 2

SS 0

0 10 20 30 40 50 60

Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2016

Pada pernyataan kedua puluh dua ini yaitu mengenai sosialisasi yang diberikan oleh petugas pelaksana dapat dipahami/dimengerti oleh penerima dana

Program Simpanan Keluarga Sejahtera. Berdasarkan nilai yang telah didapat dari

100 responden, nilai rata-rata pada pernyataan ini sebesar 1.47 dari skala yang ada sebesar 4.00. Dengan responden yang menjawab pada pernyataan ini yaitu 0 responden yang menjawab sangat setuju, 2 responden menjawab setuju, 43 responden menjawab kurang setuju dan 55 responden menjawab tidak setuju. 110

Nilai yang diberikan oleh responden menunjukkan bahwa sosialisasi yang diberikan oleh petugas pelaksana kurang dapat diterima oleh penerima dana

Program Simpanan Keluarga Sejahtera. Hal ini terlihat dari banyaknya responden yang memberikan jawaban tidak setuju dan kurang setuju pada pernyataan terakhir indicator sikap para pelaksana ini. Petugas pelaksana tidak terlalu jelas memberikan sosialisasi gambaran mengenai Program Simpanan Keluarga

Sejahtera. Sosialisasi yang diberikan hanya mengenai kapan dan di mana dana dapat dicairkan dan itupun disampaikan secara lisan oleh pihak setempat seperti

RT/RW. Tidak jarang, informasi tersebut juga didapat oleh penerima dana yang lainnya. Dengan begitu, penerima dana kurang memahami dan mengerti akan sosialisasi yang diberikan oleh petugas pelaksana yang ada.

4.5.5 Komunikasi Antarorganisasi dan Aktivitas Agen Pelaksana

Berdasarkan indikator komunikasi antarorganisasi dan aktivitas agen pelaksana ini yaitu mengenai usaha yang dilakukan oleh petugas pelaksana untuk mencapai hasil yang diinginkan dan kerjasama yang dijalin oleh sesame petugas pelaksana. Subindikator yang terdapat pada indikator ini yaitu adanya sosialisasi yang diberikan petugas pelaksana terkait Program Simpanan Keluarga Sejahtera, informasi yang diberikan petugas pelaksana terkait Program Simpanan Keluarga

Sejahtera diberikan secara lengkap (mekanisme, lokasi dan jadwal pencairan dana dan lain-lain), informasi mengenai Program Simpanan Keluarga Sejahtera dapat diketahui dengan mudah, petugas pelaksana Program Simpanan Keluarga

Sejahtera berkomunikasi/berkoordinasi baik dengan sesama petugas pelaksana

(tampak terlihat dari RT/RW dan TKSK setempat yang mengetahui secara jelas 111

dan lengkap mengenai Program Simpanan Keluarga Sejahtera), penerima dana mendapatkan informasi mengenai jadwal pencairan dana dan mengenai lokasi pencairan dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik dan penjelasan yang akan dijabarkan di bawah ini.

Grafik 4.32

Indikator Komunikasi Antarorganisasi Dan Aktivitas Agen Pelaksana

adanya sosialisasi 1,61

informasi diberikan secara lengkap 1,72 informasi PSKS dapat diketahui dengan 1,87 mudah petugas pelaksana 2,01 berkomunikasi/berkoordinasi dengan baik adanya informasi jadwal pencairan dana 2,57

adanya informasi lokasi pencairan dana 2,97

0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5

Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2016

Berdasarkan Grafik 4.32 di atas, nilai rata-rata hasil jawaban responden terhadap indikator komunikasi antarorganisasi dan aktivitas agen pelaksana

Program Simpanan Keluarga Sejahtera cukup rendah. Hal ini dapat terlihat dari beberapa pernyataan pada indikator ini seperti adanya sosialisasi yang diberikan petugas pelaksana mengenai Program Simpanan Keluarga Sejahtera (1.61), informasi yang diberikan oleh petugas pelaksana terkait Program Simpanan

Keluarga Sejahtera diberikan secara lengkap (1.72), informasi mengenai Program

Simpanan Keluarga Sejahtera dapat diketahui dengan mudah (1.87), petugas pelaksana Program Simpanan Keluarga Sejahtera berkomunikasi/berkoordinasi 112

baik dengan sesama petugas pelaksana (2.01), penerima dana mendapatkan informasi mengenai jadwal pencairan dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera

(2.57) dan penerima dana mendapatkan informasi mengenai lokasi pengambilan dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera (2.97). Dari hasil jawaban tersebut dapat dilihat bahwa dari semua pernyataan nilainya masih berada dikisaran 1.6 sampai 2.9 dari skala 4.00.

Grafik 4.33 Hasil Pernyataan Kedua puluh tiga Indikator Komunikasi Antarorganisasi dan Aktivitas Agen Pelaksana Adanya Sosialisasi

TS 44

KS 51

S 5

SS 0

0 10 20 30 40 50 60

Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2016

Pada pernyataan kedua puluh tiga indikator komunikasi antarorganisasi dan aktivitas agen pelaksana ini yaitu mengenai adanya sosialisasi yang diberikan oleh petugas pelaksana mengenai Program Simpanan Keluarga Sejahtera.

Berdasarkan nilai yang telah didapat dari 100 responden, nilai rata-rata pada pernyataan ini sebesar 1.61 dari skala yang ada sebesar 4.00. Dengan responden yang menjawab pada pernyataan ini yaitu 0 responden yang menjawab sangat setuju, 5 responden menjawab setuju, 51 responden menjawab kurang setuju dan 113

44 responden menjawab tidak setuju. Jawaban yang diberikan oleh responden terkait sosialisasi ini sangatlah kecil karena banyaknya responden yang menjawab kurang setuju dan tidak setuju pada pernyataan ini. Petugas pelaksana yang memberikan sosialisasi hanya pada tingkat terendah yaitu RT/RW dan TKSK setempat. Itupun tidak semua responden yang mendapatkan sosialisasi dari

RT/RW dan TKSK. Hal ini sejalan dengan pernyataan yang diberikan oleh Ibu

Sawi yang mengatakan bahwa tidak ada sosialisasi apapun yang diberikan oleh

TKSK, hanya sosialisasi secara lisan dan singkat yang diberikan oleh ketua RT.

Selain itu, RT/RW setempat pun hanya memberikan pemberitahuan jadwal/hari pencairan dana dan hanya memberitahukan bahwa rumah tangga penerima dana dapat mengambil/mencairkan dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera di kantor pos yang telah ditunjuk/ditetapkan untuk melakukan pencairan dana dengan membawa persyaratan yang sudah ditentukan.

Grafik 4.34 Hasil Pernyataan Kedua puluh empat Indikator Komunikasi Antarorganisasi dan Aktivitas Agen Pelaksana Informasi Diberikan Secara Lengkap

TS 35

KS 58

S 7

SS 0

0 10 20 30 40 50 60

Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2016 114

Pada pernyataan kedua puluh empat ini yaitu mengenai informasi yang diberikan oleh petugas pelaksana terkait mengenai Program Simpanan Keluarga

Sejahtera diberikan secara lengkap (mekanisme, lokasi dan jadwal dan lain-lain).

Berdasarkan nilai yang telah didapat dari 100 responden, nilai rata-rata pada pernyataan ini sebesar 1.72 dari skala yang ada sebesar 4.00. Dengan responden yang menjawab pada pernyataan ini yaitu 0 responden yang menjawab sangat setuju, 7 responden menjawab setuju, 58 responden menjawab kurang setuju dan

35 responden menjawab tidak setuju. Dari 100 responden yang menjawab pernyataan ini, mayoritas menjawab kurang setuju dan tidak setuju. Hal ini membuktikan bahwa informasi yang diberikan oleh petugas pelaksana tidak lengkap. Petugas pelaksana tidak memberi informasi kepada penerima dana mengenai persyaratan apa saja yang harus dibawa saat pencairan dana Program

Simpanan Keluarga Sejahtera. Mengenai mekanisme yang terkait dengan Program

Simpanan Keluarga Sejahtera dan lain-lain, petugas pelaksana tidak memberitahukan hal itu. Umumnya, petugas pelaksana hanya memberikan informasi mengenai jadwal dan lokasi pencairan dana saja, tetapi itupun tidak mencakup semuanya, seperti jadwal pencairan yang diinformasikan hanya sebatas pemberitahuan bahwa besok dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera dapat dicairkan tanpa memberitahu kalau pada masing-masing daerah/desa setiap kecamatan terdapat perbedaan waktu dalam pencairan dana Program Simpanan

Keluarga Sejahtera.

115

Grafik 4.35 Hasil Pernyataan Kedua puluh lima Indikator Komunikasi Antarorganisasi dan Aktivitas Agen Pelaksana Informasi Dapat Diketahui Dengan Mudah

TS 31

KS 51

S 18

SS 0

0 10 20 30 40 50 60

Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2016

Pada pernyataan kedua puluh lima ini yaitu mengenai informasi mengenai

Program Simpanan Keluarga Sejahtera dapat diketahui dengan mudah.

Berdasarkan nilai yang telah didapat dari 100 responden, nilai rata-rata pada pernyataan ini sebesar 1.87 dari skala yang ada sebesar 4.00. Dengan responden yang menjawab pada pernyataan ini yaitu 0 responden yang menjawab sangat setuju, 18 responden menjawab setuju, 51 responden menjawab kurang setuju dan

31 responden menjawab tidak setuju. Jawaban yang diberikan oleh responden masih sangat kecil. Itu artinya, informasi mengenai Program Simpanan Keluarga

Sejahtera belum bisa/tidak dapat diketahui dengan mudah oleh penerima dana karena tidak semua ketua RT/RW mengetahui informasi mengenai Program

Simpanan Keluarga Sejahtera secara jelas dan lengkap. Selain itu, ketua RT/RW yang kurang akan informasi mengenai Program Simpanan Keluarga Sejahtera pun harus mendatangi pihak terkait seperti Dinas Kesejahteraan Sosial atau kantor pos atau kantor desa/kelurahan setempat untuk menanyakan agar dapat memperoleh 116

informasi mengenai program, misalnya seperti mengenai jadwal pencairan dana

Program Simpanan Keluarga Sejahtera.

Grafik 4.36 Hasil Pernyataan Kedua puluh enam Indikator Komunikasi Antarorganisasi dan Aktivitas Agen Pelaksana Komunikasi/Koordinasi Sesama Petugas Pelaksana

TS 12

KS 76

S 11

SS 1

0 20 40 60 80

Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2016

Pada pernyataan selanjutnya, yaitu pernyataan kedua puluh enam mengenai komunikasi/koordinasi sesama petugas pelaksana. Apakah komunikasi/koordinasi yang dijalankan sesama petugas pelaksana sudah baik atau bahkan belum. Berdasarkan nilai yang telah didapat dari 100 responden, nilai rata- rata pada pernyataan ini sebesar 2.01 dari skala yang ada sebesar 4.00. Dengan responden yang menjawab pada pernyataan ini yaitu 1 responden yang menjawab sangat setuju, 11 responden menjawab setuju, 76 responden menjawab kurang setuju dan 12 responden menjawab tidak setuju. Seperti pada pernyataan sebelumnya, informasi mengenai Program Simpanan Keluarga Sejahtera tidak dapat diketahui dengan mudah karena kurangnya komunikasi/koordinasi 117

antarsesama petugas pelaksana yang ada. Bahkan terdapat pihak terkait yang tidak tahu karena tidak memiliki data mengenai jumlah penerima dana Program

Simpanan Keluarga Sejahtera diwilayahnya. Selain itu, terlihat dari RT/RW setempat yang harus bergerak aktif mendatangi pihak terkait untuk dapat mengetahui informasi mengenai Program Simpanan Keluarga Sejahtera.

Meskipun begitu, tidak semua pihak terkait pun mengetahui akan informasi program, jadi petugas pelaksana harus mencari informasi lebih luas lagi. Hal ini menggambarkan bahwa komunikasi antarsesama petugas pelaksana Program

Simpanan Keluarga Sejahtera masih kurang baik.

Grafik 4.37 Hasil Pernyataan Kedua puluh tujuh Indikator Komunikasi Antarorganisasi dan Aktivitas Agen Pelaksana Penerima Dana Mendapatkan Informasi Jadwal Pencairan Dana

TS 0

KS 45

S 53

SS 2

0 10 20 30 40 50 60

Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2016

Pada pernyataan kedua puluh tujuh ini yaitu mengenai informasi mengenai jadwal pencairan dana. Apakah penerima dana mendapatkan informasi mengenai jadwal pencairan dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera atau tidak.

Berdasarkan nilai yang telah didapat dari 100 responden, nilai rata-rata pada 118

pernyataan ini sebesar 2.57 dari skala yang ada sebesar 4.00. Dengan responden yang menjawab pada pernyataan ini yaitu 2 responden yang menjawab sangat setuju, 53 responden menjawab setuju, 45 responden menjawab kurang setuju dan

0 responden menjawab tidak setuju. Penerima dana Program Simpanan Keluarga

Sejahtera umumnya mendapatkan pemberitahuan mengenai jadwal atau kapan dana dapat dicairkan. Hanya saja, jadwal yang diberitahukan hanya hari dan tanggalnya saja, padahal terdapat jadwal pencairan dana per-jam pada masing- masing daerah desa/kelurahan penerima dana. Selain itu, jadwal yang mereka ketahui didapat dari RT/RW, TKSK maupun masyarakat setempat yang juga mendapatkan dana program. Tidak jarang, ada penerima dana yang salah jadwal pencairan karena RT/RW setempat hanya memberikan informasi bahwa dana

Program Simpanan Keluarga Sejahtera sudah cair tanpa memberitahukan kapan kecamatan atau desa/kelurahan tersebut dapat mencairkan dananya. Ada pun

RT/RW setempat yang sama sekali tidak mengetahui jadwal pencairan dana.

Umumnya, jadwal pencairan dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera ditempel oleh TKSK di kantor kelurahan/desa setempat. Jadi, penerima dana atau

RT/RW lah yang harus bergerak aktif mendatangi kantor kelurahan/desa setempat.

119

Grafik 4.38 Hasil Pernyataan Kedua puluh delapan Indikator Komunikasi Antarorganisasi dan Aktivitas Agen Pelaksana Penerima Dana Mendapatkan Informasi Lokasi Pencairan Dana

TS 0

KS 9

S 85

SS 6

0 20 40 60 80 100

Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2016

Pada pernyataan kedua puluh delapan ini yaitu mengenai informasi mengenai jadwal pencairan dana. Apakah penerima dana mendapatkan informasi mengenai jadwal pencairan dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera atau tidak. Berdasarkan nilai yang telah didapat dari 100 responden, nilai rata-rata pada pernyataan ini sebesar 2.97 dari skala yang ada sebesar 4.00. Dengan responden yang menjawab pada pernyataan ini yaitu 6 responden yang menjawab sangat setuju, 85 responden menjawab setuju, 9 responden menjawab kurang setuju dan

0 responden menjawab tidak setuju. Informasi mengenai lokasi pencairan dana

Program Simpanan Keluarga Sejahtera sudah diketahui oleh masyarakat penerima dana sejak masa pencairan dana BLSM. Tetapi, tidak sedikit pula masyarakat yang bingung akan lokasi pencairan dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera karena takut salah tempat. Umumnya, informasi mengenai lokasi pencairan dana dibarengi dengan informasi mengenai jadwal yang diberitahu oleh RT/RW dan

TKSK. Informasi yang diberikan oleh TKSK pada umumnya ditempet dipapan 120

informasi yang berada di kantor kelurahan/desa setempat. Dengan begitu, RT/RW maupun masyarakat harus berperan aktif untuk mendapatkan informasi tersebut.

4.5.6 Lingkungan Ekonomi, Sosial dan Politik

Berdasarkan indikator terakhir ini yaitu lingkungan ekonomi, sosial dan politik mempunyai subindikator yaitu mengenai bagaimana kondisi lingkungan eksternal. Besaran bantuan Program Simpanan Keluarga Sejahtera cukup untuk memenuhi kebutuhan harian penerima dana, apakah penerima dana merasa layak/pantas mendapatkan/menerima dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera, penerima dana antusias dengan adanya Program Simpanan Keluarga Sejahtera, penerima dana mengetahui atau tidak bahwa program ini bernama Program

Simpanan Keluarga Sejahtera, pada saat pencairan dana program apakah terjadi antrian panjang yang berdesakkan, tidak adanya pemotongan dana Program

Simpanna Keluarga Sejahtera dan tidak adanya respon penolakan di wilayah penerima dana terhadap Program Simpanan Keluarga Sejahtera. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik dan penjelasan yang akan dijabarkan di bawah ini.

121

Grafik 4.39 Indikator Lingkungan Ekonomi, Sosial dan Politik

besaran bantuan cukup 2,18 kelayakan/kepantasan 2,84 mendapatkan/menerima dana PSKS penerima dana antusias 3,1 penerima dana mengetahui program 1,22 tersebut bernama PSKS tidak ada antrian panjang dan berdesakkan 1,48

tidak ada pemotongan dana PSKS 2,76

tidak ada respon penolakan 3,11

0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5

Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2016

Berdasarkan Grafik 4.39 di atas, nilai rata-rata hasil jawaban responden terhadap indikator lingkungan sosial, ekonomi dan politik cukup baik. Hal ini dapat terlihat dari beberapa pernyataan pada indikator ini seperti besaran bantuan

Program Simpanan Keluarga Sejahtera cukup untuk memenuhi kebutuhan harian penerima dana (2.18), penerima dana merasa layak/pantas mendapatkan/menerima dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera (2.84), penerima dana antusias dengan adanya Program Simpanan Keluarga Sejahtera (3.1), penerima dana mengetahui program tersebut bernama Program Simpanan Keluarga Sejahtera

(1.22), tidak terdapat antrian panjang dan berdesakkan saat pencairan dana

Program Simpanan Keluarga Sejahtera (1.48), tidak terdapat pemotongan dana

Program Simpanan Keluarga Sejahtera (2.76), tidak adanya respon penolakan di wilayah penerima dana terhadap Program Simpanan Keluarga Sejahtera (3.11). 122

Dari hasil jawaban tersebut dapat dilihat bahwa dari semua pernyataan nilainya masih berada dikisaran 1.2 sampai 3.1 dari skala yang ada sebesar 4.00.

Grafik 4.40 Hasil Pernyataan Kedua puluh sembilan Indikator Lingkungan Ekonomi, Sosial dan Politik Besaran Bantuan Cukup Untuk Memenuhi Kebutuhan Harian

TS 8

KS 70

S 18

SS 4

0 10 20 30 40 50 60 70

Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2016

Pada pernyataan pertama pada indikator lingkungan ekonomi, sosial dan politik ini yaitu mengenai besaran bantuan Program Simpanan Keluarga Sejahtera cukup untuk memenuhi kebutuhan harian penerima dana. Berdasarkan nilai yang telah didapat dari 100 responden, nilai rata-rata pada pernyataan ini sebesar 2.18 dari skala yang ada sebesar 4.00. Dengan responden yang menjawab pada pernyataan ini yaitu 4 responden yang menjawab sangat setuju, 18 responden menjawab setuju, 70 responden menjawab kurang setuju dan 8 responden menjawab tidak setuju. Seperti penjelasan sebelumnya mengenai kebutuhan.

Kebutuhan akan setiap orang pasti berbeda-beda, tidak terkecuali kebutuhan rumah tangga penerima dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera. Umumnya, 123

rumah tangga penerima dana dapat memenuhi kebutuhan hariannya saja, dalam arti hanya dapat memenuhi kebutuhan jangka waktu pendek. Seperti yang disampaikan oleh Ibu Mae yang mengatakan bahwa dana yang diberikan oleh pemerintah terbatas dan hanya dapat memenuhi kebutuhan rumah tangga penerima dana dalam jangka waktu beberapa hari kedepan saja. Tidak jarang pula penerima dana yang merasakan bahwa dengan besaran dana yang telah diberikan masih kurang untuk dapat memenuhi kebutuhan hariannya karena dalam setiap keluarga mempunyai kebutuhan yang berbeda-beda dan dalam anggota keluarga yang terdapat didalam suatu keluarga cukup banyak dan pasti pada setiap anggota keluarga mempunyai kebutuhannya masing-masing.

Grafik 4.41 Hasil Pernyataan Ketiga puluh Indikator Lingkungan Ekonomi, Sosial dan Politik Penerima Dana Merasa Layak/Pantas Mendapatkan Dana Program

TS 0

KS 24

S 68

SS 8

0 10 20 30 40 50 60 70

Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2016

Pada pernyataan ketiga puluh ini yaitu mengenai kepantasan/kelayakan penerima dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera dalam mendapatkan dana 124

program. Berdasarkan nilai yang telah didapat dari 100 responden, nilai rata-rata pada pernyataan ini sebesar 2.84 dari skala yang ada sebesar 4.00. Dengan responden yang menjawab pada pernyataan ini yaitu 8 responden yang menjawab sangat setuju, 68 responden menjawab setuju, 24 responden menjawab kurang setuju dan 0 responden menjawab tidak setuju. Rumah tangga penerima dana

Program Simpanan Keluarga Sejahtera adalah rumah tangga yang masuk dalam kategori hampir miskin, miskin dan sangat miskin. Kelayakan/kepantasan penerima dana dalam mendapatkan Program Simpanan Keluarga Sejahtera tidak hanya dapat dilihat dari fisiknya saja, misalnya seperti kondisi fisik rumah tetapi perlu memperhatikan aspek-aspek lainnya. Banyak responden yang menjawab setuju mendapatkan/menerima dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera karena memang taraf hidup mereka jauh dari kata layak. Akan tetapi, dari 100 responden yang memberikan nilai pada pernyataan ini, masih terdapat beberapa responden yang mengaku bahwa mereka kurang setuju jika mereka mendapatkan/menerima dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera, karena jika dilihat dari rumah tangga sekitar tempat tinggal mereka yang taraf hidupnya jauh di bawah rumah tangga penerima dana tetapi tidak mendapatkan/menerima dana program dana, begitupun sebaliknya, keluarga yang dapat dikatakan mampu tetapi mendapatkan/menerima dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera.

125

Grafik 4.42 Hasil Pernyataan Ketiga puluh satu Indikator Lingkungan Ekonomi, Sosial dan Politik Penerima Dana Antusias Dengan Adanya PSKS

TS 0

KS 24

S 82

SS 14

0 20 40 60 80 100

Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2016

Pada pernyataan ketiga puluh satu ini yaitu mengenai antusias penerima dana terhadap Program Simpanan Keluarga Sejahtera. Berdasarkan nilai yang telah didapat dari 100 responden, nilai rata-rata pada pernyataan ini sebesar 3.1 dari skala yang ada sebesar 4.00. Hal ini menunjukkan antusias masyarakat terhadap program penyaluran dana cukup baik. Dengan responden yang menjawab pada pernyataan ini yaitu 14 responden yang menjawab sangat setuju,

82 responden menjawab setuju, 4 responden menjawab kurang setuju dan 0 responden menjawab tidak setuju. Dilihat dari banyaknya responden yang menjawab setuju pada pernyataan ini menunjukkan bahwa antusias masyarakat penerima dana terhadap Program Simpanan Keluarga Sejahtera ini tinggi. Hal ini dapat didasari karena dengan adanya program penyaluran dana seperti ini setidaknya dapat membantu meringankan beban pengeluaran keluarga yang kurang mampu.

126

Grafik 4.43 Hasil Pernyataan Ketiga puluh dua Indikator Lingkungan Ekonomi, Sosial dan Politik Penerima Dana Mengetahui Nama Dari Program Tersebut

TS 80

KS 18

S 2

SS 0

0 20 40 60 80

Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2016

Pada pernyataan ketiga puluh dua ini yaitu mengenai apakah penerima dana mengetahui kalau program yang telah diberikan telah berganti nama menjadi

Program Simpanan Keluarga Sejahtera. Berdasarkan nilai yang telah didapat dari

100 responden, nilai rata-rata pada pernyataan ini sebesar 1.22 dari skala yang ada sebesar 4.00. Dengan responden yang menjawab pada pernyataan ini yaitu 0 responden yang menjawab sangat setuju, 2 responden menjawab setuju, 18 responden menjawab kurang setuju dan 80 responden menjawab tidak setuju.

Dilihat dari nilai yang telah didapat, hal ini menunjukkan bahwa penerima dana

Program Simpanan Keluarga Sejahtera tidak mengetahui nama dari program yang sebenarnya telah berganti tersebut. Banyak dari masyarakat penerima dana yang tidak mengetahui jika sejak tahun 2014 program pencairan dana tersebut telah berganti nama menjadi Program Simpanan Keluarga Sejahtera. Pergantian nama tersebut seiring dengan telah bergantinya pemimpin di negeri ini. Mayoritas 127

penerima dana masih menyebut program tersebut dengan sebutan BLT maupun

BLSM. Hal ini dikarenakan kurang adanya sosialisasi mengenai program yang baru diluncurkan ini. Sejalan dengan yang terjadi di lapangan, seperti yang dikatakan oleh Ibu Munah yang mengatakan bahwa tidak mengetahui kalau program penyaluran dana ini sudah berganti nama menjadi Program Simpanan

Keluarga Sejahtera, Ibu Munah masih menyebut dan mengetahui nama program penyaluran dana ini BALSEM/BLSM. Selain itu, untuk pencairan dana Program

Simpanan Keluarga Sejahtera pada tahun 2014 dan 2015 kartu yang digunakan adalah masih sama seperti saat pencairan BLSM lalu yaitu Kartu Perlindungan

Sosial (KPS). Jadi masyarakat penerima dana masih mengetahui dan menyebut program tersebut dengan sebutan BLT dan BLSM bukan Program Simpanan

Keluarga Sejahtera atau PSKS.

Grafik 4.44 Hasil Pernyataan Ketiga puluh tiga Indikator Lingkungan Ekonomi, Sosial dan Politik Tidak Adanya Antrian Panjang dan Berdesakkan Saat Pencairan Dana

TS 57

KS 38

S 5

SS 0

0 10 20 30 40 50 60

Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2016 128

Pada pernyataan ketiga puluh tiga ini yaitu mengenai tidak adanya/tidak terdapat antrian panjang dan berdesakkan saat pencairan dana Program Simpanan

Keluarga Sejahtera. Berdasarkan nilai yang telah didapat dari 100 responden, nilai rata-rata pada pernyataan ini sebesar 1.48 dari skala yang ada sebesar 4.00.

Dengan responden yang menjawab pada pernyataan ini yaitu 0 responden yang menjawab sangat setuju, 5 responden menjawab setuju, 38 responden menjawab kurang setuju dan 57 responden menjawab tidak setuju. Dilihat dari nilai yang telah didapat, hal ini menunjukkan bahwa di lapangan, saat pencairan dana

Program Simpanan Keluarga Sejahtera masih terdapat antrian yang panjang dan berdesakkan. Dengan jumlah penerima dana Program Simpanan Keluarga

Sejahtera yang sangat banyak dan pada setiap harinya saat pencairan dana terdapat

3ribu sampai 4ribu orang/penerima dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera perkecamatan, maka tidaklah heran jika di lapangan masih terdapat antrian panjang saat pencairan dana bahkan tidak jarang sampai berdesak-desakkan antara penerima dana yang satu dengan yang lainnya karena banyaknya penerima dana yang sudah mengantri sejak pagi hingga siang bahkan sore hari.

129

Grafik 4.45 Hasil Pernyataan Ketiga puluh empat Indikator Lingkungan Ekonomi, Sosial dan Politik Tidak Terdapat Pemotongan Dana Program

TS 9

KS 16

S 65

SS 10

0 10 20 30 40 50 60 70

Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2016

Pada pernyataan ketiga puluh empat ini yaitu mengenai tidak adanya/tidak terdapat pemotongan dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera. Berdasarkan nilai yang telah didapat dari 100 responden, nilai rata-rata pada pernyataan ini sebesar 2.78 dari skala yang ada sebesar 4.00. Dengan responden yang menjawab pada pernyataan ini yaitu 10 responden yang menjawab sangat setuju, 65 responden menjawab setuju, 16 responden menjawab kurang setuju dan 9 responden menjawab tidak setuju. Dilihat dari nilai yang telah didapat, hal ini menunjukkan bahwa di lapangan masih terjadi pemotongan dana Program

Simpanan Keluarga Sejahtera tetapi pemotongan dana terjadi hanya dibeberapa daerah saja, tidak di semua daerah. Beberapa penerima dana Program Simpanan

Keluarga Sejahtera mengaku bahwa terdapat pemotongan dana ditingkat RT yang pemotongan tersebut dilakukan oleh RT setempat. Adapun alasan yang diberikan oleh RT misalnya seperti alasan dana yang dipotong untuk diberikan kepada 130

keluarga kurang mampu disekitar tempat tinggal RT dan masyarakat penerima dana yang tidak mendapatkan dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera. Selain itu, ada pula RT yang meminta dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera kepada masyarakat penerima dana dengan seikhlasnya dan ada pula penerima dana yang dengan sengaja memberikan beberapa uangnya kepada ketua RT/RW setempat tanpa diminta. Dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera yang dipotong ini bervariasi karena pemotongan dana dilakukan/diminta dengan seikhlasnya maupun dengan memberikan patokan sampai Rp. 50.000,- per kepala keluarga. Hal ini didasari dengan pernyataan yang diberikan oleh penerima dana

Program Simpanan Keluarga Sejahtera di Kecamatan Cisoka, Desa/Kel Cisoka yang mengatakan bahwa adanya potongan dana program yang dilakukan oleh ketua RT dengan nominal yang diberikan seikhlasnya para penerima dana PSKS.

Selain itu, ada pun penerima dana yang lain di Kecamatan Tigaraksa Desa,

Pematang yang mendapatkan pemotongan dana program mengaku terdapat pemotongan dana sebesar Rp. 50.000,- per keluarga yang dilakukan oleh ketua RT dengan alasan akan diberikan kepada keluarga miskin yang tidak mendapatkan dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera. Tetapi hal ini tidak terjadi di seluruh wilayah penerima dana. Terdapat juga RT yang sama sekali tidak meminta, menerima atau bahkan memotong dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera dari warganya yang mendapatkan dana.

131

Grafik 4.46 Hasil Pernyataan Ketiga puluh lima Indikator Lingkungan Ekonomi, Sosial dan Politik Tidak Terdapat Respon Penolakan Terhadap Program Simpanan Keluarga Sejahtera

TS 0

KS 0

S 89

SS 11

0 20 40 60 80 100

Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2016

Pada pernyataan terakhir di indikator ke enam ini yaitu pernyataan ketiga puluh lima ini mengenai tidak adanya/tidak terdapat respon penolakan di wilayah penerima dana terhadap Program Simpanan Keluarga Sejahtera. Berdasarkan nilai yang telah didapat dari 100 responden, nilai rata-rata pada pernyataan ini sebesar

3.11 dari skala yang ada sebesar 4.00. dari nilai yang telah didapat, hal ini menunjukkan bahwa tidak adanya respon penolakan di wilayah penerima dana.

Dengan responden yang menjawab pada pernyataan ini yaitu 11 responden yang menjawab sangat setuju, 89 responden menjawab setuju, 0 responden menjawab kurang setuju dan 0 responden menjawab tidak setuju. Dilihat dari nilai yang telah didapat, hal ini menunjukkan bahwa di lapangan, penerima dana memberikan respon baik terhadap adanya Program Simpanan Keluarga Sejahtera. Bagaimana tidak, dengan adanya Program Simpanan Keluarga Sejahtera setidaknya dapat 132

sedikit membantu keluarga penerima dana dalam memenuhi kebutuhannya dan dapat membantu meringankan beban pengeluaran keluarga penerima.

4.6 Interpretasi Hasil Penelitian

Pengertian interpertasi dalam Kamus Bahasa Indonesia adalah pemberian kesan, pendapat atau pandangan teoritis terhadap sesuatu. Hipotesis yang dibahas dalam penelitian ini adalah implementasi Program Simpanan Keluarga Sejahtera di Kantor Pos Tigaraksa Kabupaten Tangerang dan untuk menjawab rumusan masalah ini adalah dengan melakukan asumsi pada tahap awal jika Ho diterima maka data lebih kecil ≤ 60 sedangkan jika data yang diperoleh > 60 maka Ha yang diterima.

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan sebelumnya, diketahui hasil bahwa t hitung ≤ t tabel (-6,014 ≤ 1,291), maka hasil yang didapat adalah jatuh pada penerimaan Ho, maka hipotesis nol atau Ho diterima dan Ha ditolak. Dalam hal ini memiliki makna bahwa penilaian implementasi Program Simpanan Keluarga

Sejahtera di Kantor Pos Tigaraksa Kabupaten Tangerang adalah paling tinggi atau sama dengan 60%.

Berdasarkan latar belakang masalah, maka perumusan masalah yang dibuat oleh peneliti adalah seberapa besar presentase Implementasi Program

Simpanan Keluarga Sejahtera di Kantor Pos Tigaraksa Kabupaten Tangerang.

Dalam penelitian untuk menjawab rumusan masalah ini, kita dapat melihat dari perhitungan dengan menggunakan rumus t-test satu sampel dengan hasil t hitung sebesar -6,014 dan t tabel sebesar 1,291 maka t hitung ≤ t tabel yang diterima adalah Ho 133

yang menyebutkan Implementasi Program Simpanan Keluarga Sejahtera di

Kantor Pos Tigaraksa Kabupaten Tangerang paling tinggi atau sama dengan 60%.

Interpertasi yang tepat untuk menjawab rumusan masalah adalah

Implementasi Program Simpanan Keluarga Sejahtera di Kantor Pos Tigaraksa

Kabupaten Tangerang belum berjalan dengan baik karena hasil pengujian hipotesis pun mencapai angka 54.94% dari angka yang di hipotesiskan yaitu 60%.

4.7 Pembahasan

Penelitian dengan judul Implementasi Program Simpanan Keluarga

Sejahtera di Kantor Pos Tigaraksa Kabupaten Tangerang ini menggunakan teori

Van Metter dan Van Horn mengenai Implementasi Kebijakan yang memiliki enam indikator, di antaranya ukuran dan tujuan kebijakan, sumber daya, karakteristik agen pelaksana, sikap para pelaksana, komunikasi antarorganisasi dan aktivitas pelaksana dan lingkungan sosial, ekonomi dan politik.

1. Standar dan Sasaran Kebijakan/Ukuran dan Tujuan Kebijakan

Dalam suatu kebijakan tentunya mempunyai standar dan sasaran kebijakan/ukuran dan tujuan kebijakan yang hendak dicapai oleh para pelaksana kebijakan. Pemahaman mengenai maksud umum dari suatu standar dan sasaran kebijakan/ukuran dan tujuan kebijakan adalah penting. Pada penelitian ini, peneliti membagi indikator standar dan sasaran kebijakan/ukuran dan tujuan kebijakan menjadi sub indikator yakni: pendistribusian diberikan merata kepada keluarga kurang mampu dan program sesuai dengan keinginan masyarakat. Di mana dari kedua sub indikator tersebut dapat dilihat bahwa apakah standar dan sasaran 134

kebijakan/ukuran dan tujuan kebijakan sudah tepat atau belum. Dalam penelitian ini terdapat 7 butir pernyataan terkait indikator standar dan sasaran kebijakan/ukuran dan tujuan kebijakan dengan nilai ideal yakni 4 x 7 x 100 =

2.800 (4 = nilai tertinggi dari item pernyataan yang ada menurut skala likert, 7 = jumlah item pernyataan yang ada dan 100 = jumlah responden). Setelah menemukan skor ideal maka dibandingkan dengan skor riil yang diisi oleh responden yakni 1.516 sehingga didapat hasil 1.516 / 2.800 x 100% = 54.14%.

Tabel 4.4 Kategorisasi Indikator Standar dan Sasaran Kebijakan/Ukuran dan Tujuan Kebijakan

Nilai Skor Kesimpulan 81% - 100% Sangat Baik 61% - 80% Baik 41% - 60% Cukup Baik 21% - 40% Kurang Baik 0% - 20% Tidak Baik

Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa pada indikator standar dan sasaran kebijakan/ukuran dan tujuan kebijakan belum berjalan dengan sangat baik atau dapat dikatakan cukup baik. Hal tersebut menunjukkan bahwa yang terjadi di lapangan Program Simpanan Keluarga Sejahtera belum diberikan merata kepada keluarga yang kurang mampu, umumnya keluarga yang sudah dapat dikatakan mampu mendapatkan dana program tetapi untuk yang keluarga kurang mampu tidak mendapatkan dana tersebut. Program Simpanan Keluarga Sejahtera belum mampu memenuhi harapan penerima dana. Secara keseluruhan, sebenarnya

Program Simpanan Keluarga Sejahtera sudah sesuai dengan keinginan masyarakat, akan tetapi lebih baik jika diadakan program yang tidak hanya 135

memberikan penyaluran dana saja. Selain itu, Program Simpanan Keluarga

Sejahtera belum mampu membantu keluarga penerima dana dalam memenuhi kebutuhannya karena kebutuhan setiap keluarga berbeda-beda. Belum adanya peningkatan simpanan/tabungan penerima dana dan dengan adanya Program

Simpanan Keluarga Sejahtera belum dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga penerima dana karena untuk memenuhi kebutuhan keluarga saja masih kurang apalagi untuk disimpan/ditabung serta peningkatan kesejahteraan keluarga. Hanya saja, simpanan yang dilakukan oleh keluarga penerima dana paling tidak menyimpan bahan pokok untuk dipakai beberapa hari ke depan. Dengan begitu, keluarga penerima dana pun ada yang merasakan manfaat dari adanya Program

Simpanan Keluarga Sejahtera dan ada pula yang belum merasakan adanya manfaat dari program tersebut karena setelah penyaluran dana, tidak jarang dana tersebut sudah habis digunakan untuk keperluan keluarga. Dalam pencairan dana

Program Simpanan Keluarga Sejahtera pun memiliki mekanisme yang harus dilewati oleh penerima dana, mekanisme yang telah ditetapkan tidak jarang masih membuat penerima dana kebingungan walaupun di lapangan terdapat petugas pelaksana yang membantu penerima dana dalam mencairkan dana Program

Simpanan Keluarga Sejahtera.

2. Sumber Daya

Sumber daya merupakan hal terpenting dalam menjalankan suatu program.

Tanpa adanya sumber daya, suatu program tidak dapat diimplementasikan dengan baik. Pada penelitian ini, peneliti membagi indikator sumber daya menjadi beberapa sub indikator yakni: kemampuan dalam memanfaatkan sumber daya dan 136

dukungan sumber daya. Dalam mengimplementasikan suatu program, bagaimana petugas pelaksana memanfaatkan sumber daya yang ada. Jika penggunaan sumber daya diberdayakan secara optimum, maka suatu tujuan dalam suatu kebijakan/program pun akan tercapai. Sumber daya yang dimanfaatkan tidak hanya sumber daya manusia sebagai petugas pelaksana tetapi juga dukungan sumber daya yang lain seperti sumber daya waktu dan sumber daya finansial, di mana sumber daya waktu dan finansial ini bagaimana petugas pelaksana dapat memanfaatkan waktu dan finansial yang ada. Dalam penelitian ini terdapat 6 butir pernyataan terkait indikator sumber daya dengan nilai ideal yakni 4 x 6 x 100 =

2.400 (4 = nilai tertinggi dari item pernyataan yang ada menurut skala likert, 6 = jumlah item pernyataan yang ada dan 100 = jumlah responden). Setelah menemukan skor ideal maka dibandingkan dengan skor riil yang diisi oleh responden yakni 1.236 sehingga didapat 1.236 / 2.400 x 100% = 51.5%.

Tabel 4.5 Kategorisasi Indikator Sumber Daya Nilai Skor Kesimpulan 81% - 100% Sangat Baik 61% - 80% Baik 41% - 60% Cukup Baik 21% - 40% Kurang Baik 0% - 20% Tidak Baik

Sumber daya yang ada mengenai kecukupan jumlah petugas pelaksana, baik petugas pelaksana yang berada dilokasi pencairan dana Program Simpanan

Keluarga Sejahtera maupun petugas pelaksana yang memberikan sosialisasi.

Tetapi, yang terjadi di lapangan masih kurangnya petugas pelaksana yang ada di lokasi pencairan dana, apa lagi untuk petugas pelaksana yang memberikan 137

sosialisasi sangat minim sekali karena yang memberikan sosialisasi hanya RT atau pun TKSK setempat saja. Selain itu, dari waktu yang diberikan juga sangat minim, misalnya seperti waktu sosialisasi yang diberikan oleh petugas pelaksana.

Petugas pelaksana hanya memberikan sosialisasi mengenai jadwal maupun lokasi pencairan dana saja, jadi hanya sedikit waktu sosialisasi yang diberikan. Waktu dalam pencairan dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera pun tidak sesuai dengan jadwal masing-masing perdaerah/desa yang telah ditetapkan. Fasilitas sarana dan prasarana pun masih minim, dari kondisi ruang tunggu yang belum nyaman dirasakan oleh penerima dana, kursi-kursi di tempat pencairan dana pun tidak tersusun rapi karena begitu banyaknya masyarakat yang mencairkan dana

Program Simpanan Keluarga Sejahtera di lokasi pencairan dana.

3. Karakteristik Agen Pelaksana

Setiap petugas pelaksana memiliki karakternya masing-masing. Tidak terlepas pada petugas pelaksana yang berada di masing-masing daerah tentunya memiliki karakter yang berbeda-beda. Pada penelitian ini, peneliti membagi indikator sumber daya menjadi beberapa sub indikator yakni: kinerja pelaksana program dan cakupan wilayah. Di mana petugas pelaksana pada masing-masing daerah penerima dana memiliki karakternya masing-masing dan pada cakupan wilayah yang ditentukan, apakah sudah mencukupi bagi penerima dana atau belum. Dalam penelitian ini terdapat 5 butir pernyataan terkait indikator sumber daya dengan nilai ideal yakni 4 x 5 x 100 = 2.000 (4 = nilai tertinggi dari item pernyataan yang ada menurut skala likert, 5 = jumlah item pernyataan yang ada dan 100 = jumlah responden). Setelah menemukan skor ideal maka dibandingkan 138

dengan skor riil yang diisi oleh responden yakni 1.037 sehingga didapat 1.037 /

2.000 x 100% = 51.85%.

Tabel 4.6 Kategorisasi Indikator Karakteristik Agen Pelaksana Nilai Skor Kesimpulan 81% - 100% Sangat Baik 61% - 80% Baik 41% - 60% Cukup Baik 21% - 40% Kurang Baik 0% - 20% Tidak Baik

Dari hasil yang telah didapat, rasanya sesuai dengan yang terjadi di lapangan. Pada masing-masing daerah peneirma dana memiliki agen pelaksananya masing-masing dan memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Memang saat pencairan dana di lokasi ada pendampingan yang dilakukan oleh petugas pelaksana masing-masing daerah penerima dana Program Simpanan Keluarga

Sejahtera tetapi tidak sedikit pula masyarakat penerima dana yang tidak merasakan adanya pendampingan saat pencairan dana karena mengingat masyarakat yang mencairkan dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera sangatlah banyak. Selain itu, jumlah petugas pelaksana yang melakukan sosialisasi di masing-masing daerah sangatlah kurang karena pada umumnya sosialisasi hanya dilakukan oleh RT dan/atau oleh TKSK setempat saja. Tak terlepas dari banyaknya masyarakat penerima dana Program Simpanan Keluarga

Sejahtera, maka pendamping penerima dana pun sulit untuk ditemui/dihubungi oleh penerima dana ketika mereka membutuhkannya. Dari segi pelayanan pun tidak ada perbedaan pelayanan yang berarti antara masing-masing daerah, hanya 139

saja perbedaan pelayanan terjadi karena usia penerima dana yang sudah cukup tua dan adanya penerima dana yang membawa anak kecil saat mencairkan dana

Program Simpanan Keluarga Sejahtera. Penyebaran lokasi pencairan dana pun dirasa masih menyulitkan penerima dana yang umumnya memiliki tempat tinggal yang cukup jauh bahkan sulit dijangkau oleh penerima dana dan mereka harus mengeluarkan waktu dan biaya yang tidak sedikit untuk dapat sampai ke lokasi pencairan dana untuk dapat mencairkan dana Program Simpanan Keluarga

Sejahtera.

4. Sikap Para Pelaksana

Sikap petugas pelaksana akan dapat mempengaruhi keberhasilan atau tidaknya kinerja implementasi kebijakan karena bagaimana pun juga implementasi kebijakan dapat berhasil jika para pelaksananya pun memiliki sikap yang baik. Pada penelitian ini, peneliti membagi indikator sikap para pelaksana menjadi sub indikator yakni: tanggapan pelaksana program. Respon/tanggapan dari pelaksana program sangatlah penting, di mana sebagai pelaksana program harus memiliki sikap yang baik atau memberikan respon/tanggapan yang baik kepada penerima dana yang berhubungan/berinteraksi dengan petugas pelaksana.

Dalam penelitian ini terdapat 4 butir pernyataan terkait indikator sumber daya dengan nilai ideal yakni 4 x 4 x 100 = 1.600 (4 = nilai tertinggi dari item pernyataan yang ada menurut skala likert, 4 = jumlah item pernyataan yang ada dan 100 = jumlah responden). Setelah menemukan skor ideal maka dibandingkan dengan skor riil yang diisi oleh responden yakni 959 sehingga didapat 959 / 1.600 x 100% = 59.93%. 140

Tabel 4.7 Kategorisasi Indikator Sikap Para Pelaksana Nilai Skor Kesimpulan 81% - 100% Sangat Baik 61% - 80% Baik 41% - 60% Cukup Baik 21% - 40% Kurang Baik 0% - 20% Tidak Baik

Dari hasil yang telah didapat, indikator sikap para pelaksana hampir mendekati nilai dengan kesimpulan baik. Sikap yang baik ditunjukkan/diberikan oleh para petugas pelaksana kepada penerima dana Program Simpanan Keluarga

Sejahtera. Petugas pelaksana berinteraksi dengan ramah kepada penerima dana, dengan memberikan senyum, salam dan sapa tetapi tidak jarang pula ada penerima dana yang merasa bahwa petugas pelaksana kurang ramah kepada penerima dana. Kesungguhan petugas pelaksana pun dirasa masih kurang karena dalam menjalankan Program Simpanan Keluarga Sejahtera tidak hanya menyalurkan uang secara tunai saja tetapi juga harus memberikan sosialisasi/informasi kepada penerima dana mengenai Program Simpanan

Keluarga Sejahtera. Akan tetapi, petugas pelaksana dirasa tanggap dalam memenuhi kebutuhan penerima dana ketika mereka merasa kesulitan dan memerlukan bantuan para petugas pelaksana, seperti apa saja persyaratan yang harus dipersiapkan oleh penerima dana untuk dapat mencairkan dana Program

Simpanan Keluarga Sejahtera. Selain itu, sikap para pelaksana kurang dalam memberikan sosialisasi kepada masyarakat penerima dana sehingga penerima dana kurang atau bahkan tidak mengerti/memahami sosialisasi mengenai Program 141

Simpanan Keluarga Sejahtera yang diberikan oleh petugas pelaksana karena sosialisasi yang diberikan hanya melalui lisan saja dan dalam waktu yang singkat.

5. Komunikasi Antarorganisasi dan Aktivitas Pelaksana

Komunikasi dalam implementasi sebuah kebijakan tidak kalah penting dengan yang lainnya. Komunikasi merupakan langkah dalam memberikan informasi mengenai suatu kebijakan/program yang dilaksanakan. Pada penelitian ini, peneliti membagi indikator komunikasi antarorganisasi dan aktivitas pelaksana menjadi beberapa sub indikator yakni: usaha yang dilakukan untuk dapat mencapai hasil yang diinginkan dan kerjasama. Karena jika tidak ada suatu usaha dalam memberikan informasi yang dilakukan oleh petugas pelaksana, maka suatu kebijakan/program akan sulit untuk dapat dicapai. Selain itu, sub indikator kerjasama menjadi penting karena komunikasi antarorganisasi pun merupakan mekanisme yang ampuh dalam implementasi kebijakan karena semakin baik komunikasi yang dilakukan di antara pihak-pihak terkait yang terlibat dalam implementasi kebijakan, maka kesalahan yang diterima akan semakin kecil, demikian sebaliknya. Dalam penelitian ini terdapat 6 butir pernyataan terkait indikator sumber daya dengan nilai ideal yakni 4 x 6 x 100 = 2.400 (4 = nilai tertinggi dari item pernyataan yang ada menurut skala likert, 6 = jumlah item pernyataan yang ada dan 100 = jumlah responden). Setelah menemukan skor ideal maka dibandingkan dengan skor riil yang diisi oleh responden yakni 1.275 sehingga didapat 1.275 / 2.400 x 100% = 53.12%.

142

Tabel 4.8 Kategorisasi Indikator Komunikasi Antarorganisasi dan Aktivitas Pelaksana Nilai Skor Kesimpulan 81% - 100% Sangat Baik 61% - 80% Baik 41% - 60% Cukup Baik 21% - 40% Kurang Baik 0% - 20% Tidak Baik

Komunikasi antarorganisasi maupun aktivitas pelaksana dalam menjalankan Program Simpanan Keluarga Sejahtera belum berjalan dengan baik.

Penerima dana tidak mendapatkan sosialisasi yang diberikan oleh petugas pelaksana secara keseluruhan mengenai Program Simpanan Keluarga Sejahtera.

Umumnya, sosialisasi yang penerima dana dapatkan hanya dari RT atau TKSK setempat saja dan itupun tidak secara lengkap dan sangat terbatas. Informasi yang diberikan hanyalah mengenai jadwal dan lokasi pencairan dana Program

Simpanan Keluarga Sejahtera, tidak ada informasi mengenai mekanisme pencairan dana dan lain-lain. Selain itu, informasi mengenai Program Simpanan

Keluarga Sejahtera tidak mudah untuk didapat karena RT setempat pun untuk mengetahui mengenai Program Simpanan Keluarga Sejahtera harus datang ke pihak-pihak yang terlibat dalam Program Simpanan Keluarga Sejahtera. Dengan begitu, komunikasi/koordinasi antar petugas pelaksana kurang berjalan dengan baik karena untuk mendapatkan informasi mengenai Program Simpanan Keluarga

Sejahtera pun harus mendatangi pihak-pihak yang terlibat terlebih dahulu dalam program ini. Tetapi, untuk informasi mengenai jadwal dan lokasi pencairan dana

Program Simpanan Keluarga Sejahtera diberikan oleh RT ataupun TKSK setempat kepada penerima dana melalui papan pengumuman yang berada dikantor 143

desa/kelurahan maupun diberikan secara lisan dan tidak jarang msaih terdapat masyarakat penerima dana yang salah jadwal pencairan karena minimnya informasi yang diberikan oleh petugas pelaksana.

6. Lingkungan Ekonomi, Sosial dan Politik

Kondisi lingkungan sekonomi, sosial dan politik turut ikut mempengaruhi jalannya suatu kebijakan/program. Jika kondisi lingkungan sekitar memberikan dampak yang baik/positif, maka suatu implementasi kebijakan/program pun dapat berjalan dengan baik. Pada penelitian ini, peneliti membagi indikator lingkungan ekonomi, sosial dan politik menjadi sub indikator yakni: kondisi lingkungan eksternal. Kondisi lingkungan eksternal yang baik dapat mendukung dalam implementasi suatu kebijakan/program, demikian sebaliknya, lingkungan ekonomi, sosial dan politik yang tidak kondusif dapat menjadi sumber masalah dari kegagalan suatu implementasi kebijakan/program. Dalam penelitian ini terdapat 7 butir pernyataan terkait indikator sumber daya dengan nilai ideal yakni

4 x 7 x 100 = 2.800 (4 = nilai tertinggi dari item pernyataan yang ada menurut skala likert, 7 = jumlah item pernyataan yang ada dan 100 = jumlah responden).

Setelah menemukan skor ideal maka dibandingkan dengan skor riil yang diisi oleh responden yakni 1.669 sehingga didapat 1.669 / 2.800 x 100% = 59.60%.

Tabel 4.9 Kategorisasi Indikator Lingkungan Ekonomi, Sosial dan Politik Nilai Skor Kesimpulan 81% - 100% Sangat Baik 61% - 80% Baik 41% - 60% Cukup Baik 21% - 40% Kurang Baik 0% - 20% Tidak Baik 144

Program Simpanan Keluarga Sejahtera menyalurkan dana kepada penerima sebesar Rp. 400.000,-/2 bulan dan Rp. 600.000,-/3 bulan pada masing- masing keluarga. Dari besaran bantuan yang diberikan, masih terdapat beberapa penerima dana yang merasa kurang akan besaran bantuan tersebut tetapi juga masih terdapat penerima dana yang sudah merasa cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari penerima dana dalam jangka waktu pendek karena kebutuhan setiap orang berbeda-beda, jadi tanggapan yang diberikan oleh penerima dana mengenai besaran bantuan yang diberikan pun berbeda-beda.

Selain itu, ada pun penerima dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera yang sebenarnya dapat dikatakan mampu dan tidak layak/pantas mendapatkan dana tetapi mereka masuk dalam daftar penerima dana dan mempunyai Kartu

Perlindungan Sosial (KPS) yang dapat digunakan untuk mencairkan dana

Program Simpanan Keluarga Sejahtera. Dengan adanya Program Simpanan

Keluarga Sejahtera, masyarakat khususnya penerima dana sangat antusias karena mereka mendapatkan bantuan penyaluran dana yang diberikan oleh pemerintah dan dengan bantuan tersebut dapat mereka gunakan untuk membeli/memenuhi kebutuhan yang harus mereka penuhi. Tetapi, dari sekian banyaknya penerima dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera, mereka tidak mengetahui bahwa program penyaluran yang dimulai pada tahun 2014 lalu terlah berganti nama menjadi Program Simpanan Keluarga Sejahtera. Mayoritas penerima dana masih mengetahui dan menyebut program penyaluran dana tersebut bernama BLT dan

BLSM. Pada saat pencairan dana di lapangan pun masih terjadi antrian yang panjang dan berdesakkan antara penerima dana yang satu dengan yang lainnya. 145

Hal ini terjadi karena penerima dana yang sudah mengantri sejak pagi belum juga dapat mencairkan dananya. Selain itu, meskipun pemotongan dana Program

Simpanan Keluarga Sejahtera tidak terjadi diseluruh wilayah penerima dana tetapi di beberapa wilayah penerima dana, pemotongan dana masih terjadi dan hal itu dilakukan oleh RT setempat yang berjumlah sampai Rp. 50.000,- perkepala keluarga. Dalam pelaksanaannya, Program Simpanan Keluarga Sejahtera tidak menimbulkan adanya respon penolakan dari masyarakat khususnya penerima dana karena sebenarnya mereka antusias dengan adanya program penyaluran dana ini karena setidaknya dapat sedikit membantu meringkankan beban pengeluaran keluarga walaupun hanya dalam jangka waktu yang singkat.

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang peneliti buat, dapat disimpulkan bahwa implementasi Program Simpanan Keluarga Sejahtera di Kantor Pos Tigaraksa

Kabupaten Tangerang paling tinggi atau sama dengan 60%, yaitu hanya mencapai angka 54.94%. Hal ini sejalan dengan hasil yang didapat per indikator, adapun indikator ukuran dan tujuan kebijakan mendapatkan hasil sebesar 54.14%, sumberdaya sebesar 51.5%, karakteristik agen pelaksana 51.85%, sikap para pelaksana 59.93%, komunikasi antarorganisasi dan aktivitas agen pelaksana

53.12% dan lingkungan ekonomi, sosial dan politik sebesar 59.60%. Dari beberapa indikator yang ada, indikator sumberdaya lah yang memiliki presentase terkecil dari 6 (enam) indikator yang ada.

Dalam pelaksanaannya, Program Simpanan Keluarga Sejahtera telah berjalan dengan baik karena telah terlaksana sudah sesuai dengan jadwal pencairan dana/masa bayar utama yang telah ditetapkan dan tidak menimbulkan gejolak maupun konflik sosial yang berarti. Meskipun dalam penetapan penerima dana masih mengalami ketidaktepatan sasaran karena banyak penerima dana yang kurang mampu tetapi tidak mendapatkan dana bantuan Program Simpanan

Keluarga Sejahtera, demikian sebaliknya. Sumberdaya yang terlibat dalam pelaksanaan Program Simpanan Keluarga Sejahtera masih kurang, seperti sumberdaya waktu dan manusia serta fasilitas yang ada karena dalam

146

147

pelaksanaannya jumlah petugas pelaksana dan waktu yang diberikan oleh petugas pelaksana sangatlah sedikit dan terbatas karena mengingat jumlah petugas pelaksana yang sangat terbatas pula serta fasilitas yang diberikan masih belum memadai. Selain itu, pada masing-masing daerah penerima dana memiliki agen pelaksananya masing-masing dan memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Agen pelaksana pada masing-masing daerah penerima dana masih sangat kurang karena agen pelaksana pada masing-masing daerah penerima dana hanyalah TKSK setempat yang hanya berjumlah 1 (satu) orang saja. Hal ini menimbulkan banyaknya masyarakat penerima dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera yang tidak mendapatkan pendampingan dan kesulitan untuk menemui agen pelaksana ketika membutuhkannya. Apa lagi penyebaran lokasi pencairan dana yang dirasa cukup jauh bagi beberapa penerima dana. Sikap yang diberikan oleh para petugas pelaksana kepada penerima dana pun sudah sangat baik. Dengan menunjukkan sikap yang tanggap, ramah dan bersungguh-sungguh dalam menjalankan tugasnya. Akan tetapi, masih minimnya komunikasi yang dilakukan oleh pihak terkait kepada penerima dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera.

Padahal, kondisi lingkungan eksternal mendukung berjalannya Program Simpanan

Keluarga Sejahtera ini dengan tidak adanya konflik/gejolak sosial yang berarti di wilayah penerima dana.

148

5.2 Saran

Dari penelitian di atas, maka peneliti memberikan beberapa saran kepada pihak pelaksana maupun kepada Rumah Tangga Sasaran penerima dana yang kiranya dapat bermanfaat dalam pelaksanaan Program Simpanan Keluarga

Sejahtera selanjutnya, yaitu sebagai berikut:

1. Dalam pelaksanaan program hendaknya Dinas Sosial, Badan Pusat

Statistik, Kantor Pos dan pihak terkait lainnya mempersiapkan dan

meningkatkan sumber daya yang akan digunakan, seperti sumber daya

manusia dan waktu serta finansial yang baik guna untuk dapat

memperlancar jalannya suatu program.

2. Peningkatan fasilitas yang ada di lapangan dapat mendukung

kelancaran dalam pencairan dana Program Simpanan Keluarga

Sejahtera, seperti kursi yang disediakan oleh pihak Kantor Pos lebih

diperbanyak sesuai dengan jumlah penerima dana yang melakukan

pencairan dana agar dapat memberikan kenyamanan bagi penerima

dana yang ada.

3. Dalam penetapan jadwal pencairan Program Simpanan Keluarga

Sejahtera pun Kantor Pos perlu mempertimbangkan jumlah

masyarakat penerima dana yang akan mencairkan dana agar tidak

menimbulkan gejala atau konflik yang berarti saat pencairan dana

dilangsungkan, misalnya seperti dalam satu hari hanya 1.000 penerima

dana di satu kecamatan saja yang dapat mencairkan dana Program

Simpanan Keluarga Sejahtera. 149

4. Perlu adanya peningkatan agen pelaksana pada masing-masing daerah

penerima dana, seperti peningkatan TKSK sebagai pendamping

penerima dana PSKS karena mengingat jumlah penerima dana

program yang sangat banyak dan agar setiap penerima dana

mendapatkan pendampingan yang baik dari setiap agen pelaksana.

5. Komunikasi antarorganisasi yang dilakukan oleh pihak-pihak yang

terlibat seperti Dinas Sosial, Kantor Pos, TKSK dan pihak terlibat

lainnya hendaknya lebih ditingkatkan dengan baik, seperti sosialisasi

program harus diberikan oleh Dinas Sosial sebelum program dimulai

dengan menunjuk penanggungjawab sosialisasi agar dapat terencana

dengan baik. Selain itu, informasi yang diberikan kepada penerima

dana harus secara menyeluruh dan jelas serta dapat mudah dipahami

atau dimengerti oleh masyarakat penerima dana guna untuk

meminimalisir atau mencegah terjadinya perbedaan penafsiran di

masyarakat. Selain itu, koordinasi pun perlu dilakukan dalam

menentukan waktu atau jadwal pencairan Program Simpanan Keluarga

Sejahtera yang tepat guna untuk memperlancar jalannya pencairan

dana dan mencegah terjadinya antrian panjang yang berdesakkan, serta

perlunya disediakan tempat pencairan dana secara khusus di beberapa

titik wilayah penerima dana yang sulit menjangkau lokasi pencairan

dana maupun jarak tempat tinggal menuju lokasi pencairan dana cukup

jauh. 150

6. Data rumah tangga sasaran penerima dana Program Simpanan

Keluarga Sejahtera harus diverifikasi oleh Dinas Sosial bekerjasama

dengan TKSK, Lurah/Kepala Desa serta RT maupun RW setempat

agar dapat meminimalisir ketidaktepatan sasaran karena kemungkinan

dapat terjadi perubahan status sosial atau kondisi kesejahteraan

masyarakat di lapangan selama periode pendataan dilakukan hingga

saat data digunakan.

7. Adapun saran yang peneliti berikan untuk masyarakat penerima dana

PSKS untuk mempergunakan dana PSKS dengan sebaik mungkin

sesuai dengan kebutuhan agar dapat memenuhi kebutuhan hariannya

dalam jangka waktu yang panjang. DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Abidin, Said Zainal. 2012. Kebijakan Publik, Edisi Kedua. Jakarta: Salemba Humaika

Agustino, Leo. 2006. Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta

Anggara, Sahya. 2014. Kebijakan Publik. Bandung: Pustaka Setia

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta

Bungin, Burhan. 2009. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana

Irawan, Prasetya. 2004. Logika dan Prosedur Penelitian, Pengantar Teori dan Panduan Praktis Penelitian Sosial bagi Mahasiswa dan Peneliti Pemula. Jakarta: STIA-LAN Press

Islamy, M Irfan. 2004. Prinsip-prinsip Perumusan Kebijakan Negara. Jakarta: Bumi Aksara

Mulyadi, Deddy. 2015. Studi Kebijakan Publik dan Pelayanan Publik “Konsep dan Aplikasi Proses Kebijakan Publik dan Pelayanan Publik”. Bandung: Alfabeta

Pasolong, Harbani. 2010. Teori Administrasi Publik. Bandung: Alfabeta

Riduwan. 2005. Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru, Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta

Singarimbun, Masri, Effendi Sofian. 2008. Metode Penelitian Survai. Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

Suharto, Edi. 2005. Analisis Kebijakan Publik “Panduan Praktis Mengkaji Masalah dan Kebijakan Sosial”. Bandung: Alfabeta

Syafiie, Inu Kencana. 2006. Sistem Administrasi Publik Republik Indonesia (SANKRI). Jakarta: PT Bumi Aksara

Usman, Husaini dan Purnomo Setyadi Akbar. 2009. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara

Dokumen:

Undang-Undang Dasar 1945

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial

Peraturan Presiden Nomor 166 Tahun 2014 tentang Program Percepatan Penanggulangan Kemiskinan

Intruksi Presiden Nomor 7 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Program Simpanan Keluarga Sejahtera, Program Indonesia Pintar dan Program Indonesia Sehat untuk membangun Keluarga Produktif

Sumber Lain:

Badan Pusat Statistik Kabupaten Tangerang. 2013. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Tangerang. Hal 28.

Tim Penulis Lembaga Penelitian Smeru. 2011. Kajian Cepat Pelaksanaan Program Bantuan Langsung Tunai (BLT) 2008 dan Evaluasi Penerima Program BLT 2005 di Indonesia. Hal 57.

Tim Penulis Lembaga Penelitian Smeru. 2015. Penggunaan Kartu Perlindungan Sosial (KPS) dan Pelaksanaan Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) 2013. Jakarta http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2013/06/18/19561159/BLSM.Mulai.Diba gikan.Akhir.Bulan.Ini (diakses pada tanggal 19 Maret 2016)

http://blsm.posindonesia.co.id/umum.php (diakses pada tanggal 3 April 2016) https://id.wikipedia.org/wiki/Bantuan_langsung_tunai (diakses pada tanggal 5 Maret 2016)

https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Tangerang (diakses pada tanggal 7 September 2016) http://intelresos.kemsos.go.id/?module=Program+Kks (diakses pada tanggal 13 Januari 2016)

http://metro.sindonews.com/read/759480/31/takut-didemo-2-000-warga- tangerang-kembalikan-kps-1373444678 (diakses pada tanggal 20 Januari 2016)

http://www.psks.sapa.or.id/tentang-psks (diakses pada tanggal 4 Maret 2016) www.psks.info (diakses pada tanggal 4 November 2015) www.tnp2k.go.id/id/program/program-membangun-keluarga-produktif/mengapa- bantuan-dalam-bentuk-simpanan/ (diakses pada tanggal 21 Desember 2015) Jurnal/Skripsi:

Kurniawan, Agus Rizki. 2014. Evaluasi Pelaksanaan Program Bantuan Langsung Sementara Masyarakat di Kelurahan Dalam Bugis Kecamatan Pontianak Timur Kota Pontianak. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Tanjungpura: Jurnal

Syamsir, Nurfahira. 2014. Implementasi Program Keluarga Harapan Bidang Pendidikan di Kecamatan Tamalate Kota Makassar. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Poltik Universitas Hasanuddin: Skripsi

Iqbal, Hasbi. 2008. Implementasi Kebijakan Program Bantuan Langsung Tunai Tahun 2008 Di Kabupaten Kudus. Magister Ilmu Administrasi Universitas Diponegoro: Tesis

Maryana, Rt. Nina. 2011. Implementasi Program Beras Miskin (Raskin) di Kelurahan Kabayan Kecamatan Pandeglang Kabupaten Pandeglang Tahun 2010. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa: Skripsi. LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.341, 2014 KESRA. Penanggulangan. Kemiskinan. Percepatan. Program.

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 166 TAHUN 2014 TENTANG PROGRAM PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa kemiskinan merupakan permasalahan bangsa yang mendesak dan memerlukan langkah-langkah penanganan dan pendekatan yang sistematik, terpadu dan menyeluruh, dalam rangka mengurangi beban dan memenuhi hak-hak dasar warga negara secara layak melalui pembangunan inklusif, berkeadilan, dan berkelanjutan untuk mewujudkan kehidupan yang bermartabat; b. bahwa dalam upaya meningkatkan efektifitas dan efisiensi program percepatan penanggulangan kemiskinan perlu dilakukan upaya-upaya penajaman program perlindungan sosial; c. bahwa sehubungan dengan hal-hal tersebut pada huruf a dan huruf b, dipandang perlu menetapkan Peraturan Presiden tentang Program Percepatan Penanggulangan Kemiskinan; Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1), Pasal 28 C ayat (1), dan Pasal 34 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

www.djpp.kemenkumham.go.id 2014, No.341 2

2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301); 3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); 4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 5. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4456); 6. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700); 7. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4967); 8. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011 tentang Penanganan Fakir Miskin (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5235); 9. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5256);

www.djpp.kemenkumham.go.id 3 2014, No.341

MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PRESIDEN TENTANG PROGRAM PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN.

Pasal 1 Dalam Peraturan Presiden ini, yang dimaksud dengan: 1. Penanggulangan Kemiskinan adalah kebijakan dan program pemerintah dan pemerintah daerah yang dilakukan secara sistematis, terencana, dan bersinergi dengan dunia usaha dan masyarakat untuk mengurangi jumlah penduduk miskin dalam rangka meningkatkan derajat kesejahteraan rakyat. 2. Program penanggulangan kemiskinan adalah kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dunia usaha, serta masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial, pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha ekonomi mikro dan kecil, serta program lain dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi.

Pasal 2 (1) Untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan, Pemerintah menetapkan program perlindungan sosial. (2) Program perlindungan sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi : a. Program Simpanan Keluarga Sejahtera; b. Program Indonesia Pintar; c. Program Indonesia Sehat.

Pasal 3 (1) Untuk menjamin ketepatan sasaran program perlindungan sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, Pemerintah melaksanakan pendataan penerima program perlindungan sosial. (2) Pendataan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh Kementerian/Lembaga Pemerintah Non Kementerian terkait. (3) Pendataan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 4 (1) Dalam pelaksanaan program perlindungan sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, Pemerintah menerbitkan kartu identitas bagi penerima program perlindungan sosial.

www.djpp.kemenkumham.go.id 2014, No.341 4

(2) Kartu identitas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah: a. Kartu Keluarga Sejahtera untuk penerima Program Simpanan Keluarga Sejahtera; b. Kartu Indonesia Pintar untuk penerima Program Indonesia Pintar; c. Kartu Indonesia Sehat untuk penerima Program Indonesia Sehat.

Pasal 5 (1) Untuk mendukung kelancaran pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan, Pemerintah membentuk Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan. (2) Pembentukan Tim, tugas dan fungsi, susunan organisasi, dan tata kerja Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Presiden tersendiri.

Pasal 6 Pendanaan bagi pelaksanaan program percepatan penanggulangan kemiskinan bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, dan sumber pendanaan lain yang tidak mengikat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.

Pasal 7 Pada saat berlakunya Peraturan Presiden ini, segala kegiatan perlindungan sosial tetap dilaksanakan sesuai dengan waktu yang telah direncanakan atau disesuaikan dengan ketentuan dalam Peraturan Presiden ini.

Pasal 8 Peraturan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

www.djpp.kemenkumham.go.id 5 2014, No.341

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Presiden ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 3 November 2014 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

JOKO WIDODO

Diundangkan di Jakarta pada tanggal 10 November 2014 MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

YASONNA H. LAOLY

www.djpp.kemenkumham.go.id

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2014

TENTANG

PELAKSANAAN PROGRAM SIMPANAN KELUARGA SEJAHTERA, PROGRAM INDONESIA PINTAR, DAN PROGRAM INDONESIA SEHAT UNTUK MEMBANGUN KELUARGA PRODUKTIF

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi pelaksanaan program perlindungan sosial melalui Program Simpanan Keluarga Sejahtera, Program Indonesia Pintar, dan Program Indonesia Sehat, dengan ini menginstruksikan: Kepada: 1. Menteri Koordinator Bidang Pembangunan

Manusia dan Kebudayaan; ',' ",

2. Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan . Keamanan;

3. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional;

4. Menteri Dalam Negeri;

5. Menteri Keuangan;

6. Menteri Kesehatan;

7. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan; 8. Men teri Sosial;

9. Menteri Agama; 10. Menteri ... - 2 -

10. Menteri Komunikasi dan Informatika;

11. Menteri Badan Usaha Milik Negara;

12. Jaksa Agung;

13. Panglima Tentara Nasional Indonesia;

14. Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia;

15. Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan

Pembangunan;

16. Kepala Badan Pusat Statistik;

17. Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/

Jasa Pemerintah;

18. Direktur Utama Badan Penyelenggara Jaminan

Sosial Kesehatan;

19. Para Gubernur;

20. Para Bupati/Walikota.

Untuk

PERTAMA: Mengambil Iangkah-Iangkah yang diperlukan sesuai tugas, fungsi dan kewenangan masing-masing secara terkoordinasi dan terintegrasi untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi pelaksanaan Program Simpanan Keluarga Sejahtera, Program Indonesia Pintar, dan Program Indonesia Sehat bagi keluarga kurang mampu dengan melibatkan seluruh unsur masyarakat dan dunia usaha.

KEDUA Khusus kepada:

1. Menteri Koordinator Bidang Pernbangunan

Manusia dan Kebudayaarr;

a. meningkatkan koordinasi pelaksanaan dan pengawasan Program Simp.anan Keluarga Sejahtera, Program Indonesia Pintar, dan

Program Indonesia Seh.dt; \ b. penanganan ... PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

- 3 .

b. penanganan pengaduan masyarakat berkaitan dengan pelaksanaan Program Simpanan Keluarga Sejahtera, Program Indonesia Pintar, dan Program Indonesia Sehat, dengan melibatkan Menteri terkait, Para Gubernur, Para Bupati/Walikota, dan Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan;

c. meningkatkan koordinasi dan evaluasi pelaksanaan . Program Simpanan Keluarga Sejahtera, Program Indone sia Pintar, dan Program Indonesia Sehat pada Kementerian/ Lembaga di bawah koordinasi Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan;dan.

d. melaporkan kepada Presiden atas pelaksanaan Program Simpanan Keluarga Sejahtera, Program Indonesia Pintar, dan Program

2. Menteri Koordinator Bidan g Politik, Hukum, dan

Keamanan

a. meningkatkan koordinasi kebijakan politik, hukum, dan keamanan terkait dengan pelaksanaan Program Simpanan Keluarga Sejahtera, Program Indonesia Pintar, dan Program Indonesia Sehat;

b. meningkatkan ...

, r' , . • t .' , .

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

- 4 -

b. rneningkatkan koordinasi dan evaluasi perkembangan politik, hukum, dan keamanan terkait dengan Program Simpanan Keluarga Sejahtera, Program Indonesia Pintar, dan Program Indonesia Sehat pada Kemennte/ri a Lembaga di bawah koordinasi Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan.

3. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional melakukan perencanaan dan penganggaran Program Simpanan Keluarga Sejahtera, Program Indonesia Pintar; dan Program Indonesia Sehat.

4. Menteri Dalam Negeri:

a. meningkatkan pemberian fasilitasi dan dukungan kebijakan kepada pemerintah , daerah dalam pelaksanaan Program Simpanan

Keluarga Sejahtera, Program Indonesia Pintar, dan Program Indonesia Sehat;

b. mendorong Gubernur dan / atau Bupati/ Walikota untuk berperan aktif rnenjalankan Program Simpanan Keluarga Sejahtera, Program Indonesia Pintar, dan Program Indonesia Sehat di daerahnya masing-masing.

5. Menteri ...

/

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

- 5 -

5. Menteri Keuangan menyediakan, mengalokasikan, dan .melakukan pengendalian anggaran untuk pelaksanaan Program Simpanan Keluarga Sejahtera, Program Indonesia Pintar, dan Program Indonesia Sehat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

6. Mente ri Kesehatan:

~ a. meningkatkan koordinasi dengan Menteri

Sosial Direktur Utama Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan dan Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan dalam:

1) menetapkan sasaran .Prograrn Indonesia '"' Sehat yang juga merupakan Penerima

Bantuan luran,

2) membayarkan iuran Penerima Bantuan Iuran kepada Badan Penyelenggara .Jaminan Sosial Kesehatan; dan

3) menyediakan dan memperbaiki fasilitas kesehatan dalamm rangka pelaksanaan Program Indonesia Sehat.

b. melaksanakan sosialisasi secara intensif .

kepada penerima Program Indonesia Sehat;

c. menjadi Pengguna Anggaran dalam ..

. pelaksanaan Program Indonesia Sehat; dan

d. melaporkan…

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

- 6 -

d. melaporkan pelaksanaan Program Indonesia Sehat sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan sekali atau sewaktu-waktu apabila diperlukan kepada Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan.

7. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan:

a. meningkatkan koordinasi dengan Menteri ~I, ' Sosial, Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan, dan Pernerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota dalam penetapan sasaran Program Indonesia Pintar,

b. menyediakan Kartu Indonesia Pintar sejumlah Penerima Program Indonesia Pintar untuk siswa Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, dan Sekolah Menengah Atas/Sekolah Menengah Kejuruan;

c. membayarkan manfaat Program Indonesia.

Pintar beserta tambahan manfaat lainnya kepada, siswa .. Penerima Program Indonesia Pintar yang berada di sekolah yang dikelola

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan;

d. melaksanakan sosialisasi secara intensif

kepada penerima Program Indonesia Pintar;

e. menjadi ...

. ' .... '. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

- 7 -

e. menjadi Pengguna Anggaran dalam pelaksanaan Program Indonesia Pintar di

lingkup Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan; dan

f. melaporkan pelaksanaan Program Indonesia Pintar sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan sekali atau sewaktu-waktu apabila diperlukan kepada Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan.

8. Menteri Sosial:

a. meningkatkan koordinasi dengan Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan dan Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota dalam . penetapan sasaran

Program Simpanan Keluarga Sejahtera; , ,.. ,-

b. menyediakan Kartu Simpanan Keluarga-

Sejahtera sejumlah penerima Program:

Simpanan Keluarga Sejahtera:

c. mendorong Dinas So sial Kabupaten/Kota untuk melakukan verifikasi dan .pemutakhiran data Kartu Perlindungan Sosial sebelumnya;

d. menyalurkan Program Simpanan Keluarga Sejahtera melalui mekanisme penggunaan Layanan Keuangan Digital dan Rekening Giro Pos;

e. melaksanakan ...

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

- 8 -

e. melaksanakan sosialisasi secara intensif kepada penerima Program Simpanan Keluarga Sejahtera;

f. menjadi Pengguna Anggaran dalam

. pelaksanaan Program Simpanan Keluarga

Sejahtera; dan

g. melaporkan pelaksanaan Program Simpanan Keluarga Sejahtera sekurang- kurangnya 3 (tiga) bulan sekali atau sewaktu-waktu apabila diperlukan kepada Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan.

9. Menteri Agama:

a. meningkatkan koordinasi dengan Menteri: Sosiaf Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan, dan Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaterr/Kota dalam penetapan sasaran Program Indonesia Pintar;

b. menyediakan Kartu Indonesia Pintar sejumlah penerima Program Indonesia Pintar untuk siswa Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, dan Madrasah Aliyah;

c. membayarkan manfaat Program Indonesia Pintar beserta tambahan manfaat lainnya' kepada siswa penerima Program Indonesia Pintar yang berada di sekolah yang dikelola Kementerian Agama; d. melaksanakan ...

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

- 9 -

d. melaksanakan sosialisasi secara intensif kepada penerima Program Indonesia Pintar;

e. menjadi Pengguna Anggaran dalam pelaksanaan Program Indonesia Pintar di lingkup Kementerian Agama; dan

f. melaporkan pelaksanaan Program Indonesia Pintar sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan sekali atau sewaktu-waktu apabila diperlukan kepada Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan.

10. Menteri Komunikasi dan Informatika:

a. meningkatkan koordinasi dengan badan regulasi dan penyelenggara jasa telekomunikasi untuk menjamin:

1) penyelenggara jasa telekomunikasi melakukan pendaftaran massal nomor dan Kartu SIM (Subscriber Indentity Module)" prabayar untuk Program Simpanan

Keluarga Sejahtera melalui Layanan Keuangan Digital; dan

2) memberlakukan nomor dan Kartu S1M (Subscriber Indentity Module) prabayar selama pelaksanaan Program Simpanan Keluarga Sejahtera melalui Layanan Keuangan Digital berjalan .

. b. meningkatkan ....

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

- 10 -

b. meningkatkan koordinasi pelaksanaan sosialisasi Program Simpanan Keluarga Sejahtera, Program Indonesia Pintar, dan Program Indonesia Sehat secara nasional.

11. Menteri Badan Usaha Milik Negara:

a. menugaskan Bank Badan Usaha Milik Negara menjadi pelaksana .penyaluran bantuan Program Simpanan Keluarga Sejahtera dengan menggunakan Layanan Keuangan Digital;

b. menugaskan PT. Pos Indonesia (Persero) menjadi pelaksana penyaluran bantuan Program Simpanan Keluarga Sejahtera dengan menggunakan Giro Pos.

12. Jaksa Agung:

a. memberikan advokasi kepada Kementerian/ Lembaga terkait pelaksanan Program Simpanan Keluarga Sejahtera, Program, Indonesia Pintar, dan Program Indonesia Sehat untuk menghindari terjadinya penyimpangan dan penyelewengan; b. mempercepat proses penanganan' dan

penyelesaian perkara yang berhubungan

dengan penyimpangan dan penyelewengan pelaksanaan Program Simpanan Keluarga Sejahtera, Program Indonesia Pintar, dan Program Indonesia Sehat.

13. Panglima…

PRESIDEN REPUBLIK iNDONESIA

- 11 -

13. Panglima Tentara Nasional Indonesia memberikan dukungan dan bantuan pelaksanaan Program Sejahtera, Program Indonesia Indonesia Sehat.

14. Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia:' '.

a. meningkatkan kegiatan kepolisian

bersifat pre-emptif (bimbingan dan penyuluhan) kepada masyarakat khususnya penerima Program Simpanan Keluarga Sejahtera, Program Indonesia Pintar, dan Program Indonesia Sehat untuk menghindari terjadinya penyimpangan dan Penyelewengan;

b. mempercepat penanganan dan penyelesaian proses hukum bagi pelaku penyimpangan dan penyelewenangan pelaksanaan Program Simpanan Keluarga Sejahtera, Program Indonesia Pintar, dan Program Indonesia Sehat.

15. Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, melaksanakan pemantauan, bimbingan, dan pembinaan terhadap kegiatan pengawasan keuangan serta mengambil langkah- langkah pengawasan keuangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan atas penyelenggaraan Program Simpanan Keluarga

Sejahtera, Program Indonesia Pintar, .dan Program Indonesia Sehat.

16. Kepala ...

., I, ,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

- 12 -

16. Kepala Badan Pusat Statistik melaksanakan

pemutakhiran Basis Data Terpadu melalui pendataan rumah tangga penerima Program Simpanan Keluarga Sejahtera, Program Indonesia Pintar, dan Program Indonesia Sehat.

17. Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah: a. melaksanakan advokasi kepada Kementeriari/ Lembaga dalam proses pengadaan barang/ jasa yang. berkaitan dengan Program Simpanan Keluarga Sejahtera, Program Indonesia Pintar, dan Program Indonesia Sehat; b. merumuskan prosedur penugasan langsung kepadap ih ak terkait pengadaan barang/jasa untuk pelaksanaan Program Simpanan Keluarga Sejahtera, Program Indonesia Pintar, dan Program Indonesia Sehat; dan c. melakukan pemantauan dan evaluasi atas

pelaksanaan kebijakan pengadaan barang/

. jasa yang dilaksanakan oleh KementerianJ Lembaga.

18. Direktur Utama Badan Penyelenggara Jaminan

Sosial Kesehatan:

a. menyediakan Kartu Indonesia Sehat sejumlah

Penerima Bantuan luran;

b. meningkatkan koordinasi dengan Lembaga

Kebijakan Pengadaan Barang/Uasa Pemerintah berkaitan. dengan penyediaan Kartu Indonesia Sehat; dan c. meningkatkan ...

...... -....,.,_...... • ...... ' ....··<·····.'·'1"1'W11,I·_ ., '. ', \

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

- 13 -

c. meningkatkan koordinasi dengan Menteri Sosial dan Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan terkait pelaksanaan Program Kartu Indonesia Sehat.

19. Para Gubernur beserta jajarannya memberikan dukungan terhadap pelaksanaan dan pengawasan Program Simpanan Keluarga Sejahtera, Program Indonesia Pintar, dan Program Indonesia Sehat di daerah masing-masing.

20. Para Bupati/Walikota beserta memberikan dukungan terhadap. pelaksanaan dan pengawasan Program Simpanan Keluarga Sejahtera, Program Indonesia Pintar, dan Program Indonesia Sehat di daerah masing-rnasing.

KETIGA Pembiayaan pelaksanaan Program Simpanan Keluarga Sejahtera, Program Indonesia Pintar, dan Program Indonesia Sehat dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah serta sumber lain yang tidak mengikat yang pelaksanaannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

KEEMPAT Melaksanakan Instruksi Presiden ini dengan penuh tanggung jawab.

KELIMA:....

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

- 14 -

KELIMA : Instruksi Presiden ini mulai berlaku pada tanggal dikeluarkan.

Dikeluarkan di Jakarta

pada tanggal 3 November 2014

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

JOKO WIDODO

Salinan Sesuai dengan aslinya

Sekretaris Kabinet RI

Deputi Bidang Kesejahteraan Rakyat

Surat Indrijarso

r- ,,).

IMPLEMENTASI PROGRAM SIMPANAN KELUARGA SEJAHTERA

DI KANTOR POS TIGARAKSA KABUPATEN TANGERANG

KUESIONER PENELITIAN

Nomor Responden :

Identitas Responden Jenis Kelamin : P / L (Lingkari salah satu) Usia : < 26 tahun 27-36 tahun 37-46 tahun 47-56 tahun > 56 tahun Pendidikan : Tidak Sekolah SD SMP SMA/Sederajat Pekerjaan Responden : Buruh Pedagang Petani/Nelayan,dll Supir/Ojeg,dll Lainnya…….. Penghasilan/bulan : < Rp. 750.000 Rp. 750.001 – Rp. 1.000.000 Rp. 1.000.001 – Rp. 1.250.000 Rp. 1.250.001 – Rp. 1.500.000 > Rp. 1.500.001

PETUNJUK PENGISIAN

1. Beri tanda checklist pada kolom yang Bapak/Ibu pilih sesuai dengan

persepsi atau penilaian Bapak/Ibu mengenai pelaksanaan Program

Simpanan Keluarga Sejahtera di Kantor Pos Tigaraksa Kabupaten

Tangerang.

2. Skor penilaian untuk masing-masing jawaban dari tiap pernyataan adalah

sebagai berikut:

 SS = Sangat Setuju (Skor 4)  S = Setuju (Skor 3)  KS = Kurang Setuju (Skor 2)  TS = Tidak Setuju (Skor 1)

No Indikator Pernyataan SS S KS TS 1 Ukuran dan 1. Program Simpanan Keluarga Sejahtera Tujuan diberikan merata kepada keluarga tidak Kebijakan mampu 2. Program Simpanan Keluarga Sejahtera sesuai dengan harapan penerima dana 3. Program Simpanan Keluarga Sejahtera membantu dalam memenuhi kebutuhan penerima dana 4. Adanya Program Simpanan Keluarga Sejahtera dapat meningkatkan simpanan/ tabungan penerima dana 5. Adanya Program Simpanan Keluarga Sejahtera dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga penerima dana 6. Penerima dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera merasakan manfaat dari program tersebut 7. Alur mekanisme pengambilan dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera sangat jelas (tidak berbelit- belit/membingungkan) 2 Sumberdaya 8. Kecukupan jumlah petugas pelaksana di lokasi pencairan dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera 9. Kecukupan jumlah petugas pelaksana dalam memberikan sosialisasi Program Simpanan Keluarga Sejahtera 10. Waktu sosialisasi yang diberikan petugas pelaksana cukup bagi penerima dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera 11. Pencairan dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera sesuai dengan jadwal pencairan perdaerah/desa masing-masing penerima dana 12. Kondisi ruang tunggu yang cukup nyaman 13. Fasilitas sarana dan prasarana dalam pelaksanaan Program Simpanan Keluarga Sejahtera sudah memadai (tampak bersih dan tersusun rapi) 3 Karakteristik 14. Adanya pendampingan saat pencairan Agen Pelaksana dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera

15. Kecukupan jumlah pendamping penerima dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera pada masing-masing daerah 16. Pendamping program mudah ditemui/dihubungi oleh penerima dana setiap kali dibutuhkan 17. Tidak ada perbedaan pelayanan yang diberikan (tua/muda, status sosial, dll) 18. Penyebaran lokasi pencairan dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera tidak menyulitkan/dapat dijangkau oleh penerima dana 4 Sikap Para 19. Petugas pelaksana ramah kepada Pelaksana penerima dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera 20. Petugas pelaksana bersungguh- sungguh/memiliki kemauan yang tinggi dalam menjalankan Program Simopanan Keluarga Sejahtera 21. Petugas pelaksana tanggap dalam melayani penerima dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera 22. Sosialisasi yang diberikan petugas pelaksana dapat dipahami oleh penerima dana 5 Komunikasi 23. Adanya sosialisasi mengenai Program Antarorganisasi Simpanan Keluarga Sejahtera dan Aktivitas 24. Informasi yang diberikan petugas Agen Pelaksana pelaksana terkait Program Simpanan Keluarga Sejahtera diberikan secara lengkap (mekanisme, lokasi dan jadwal pencairan dana dan lain-lain) 25. Informasi mengenai Program Simpanan Keluarga Sejahtera dapat diketahui dengan mudah 26. Petugas pelaksana Program Simpanan Keluarga Sejahtera berkomunikasi/ berkoordinasi baik dengan sesama petugas pelaksana (tampak dari RT/RW yang mengetahui secara jelas mengenai Program Simpanan Keluarga Sejahtera) 27. Penerima dana mendapatkan informasi mengenai jadwal pencairan dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera 28. Penerima dana mendapatkan informasi mengenai lokasi pencairan dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera 6 Lingkungan 29. Besaran bantuan Program Simpanan ekonomi, sosial Keluarga Sejahtera cukup untuk dan politik memenuhi kebutuhan harian penerima dana 30. Penerima dana merasa layak/pantas mendapatkan/menerima dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera 31. Penerima dana antusias dengan adanya Program Simpanan Keluarga Sejahtera 32. Penerima dana mengetahui program tersebut bernama Program Simpanan Keluarga Sejahtera 33. Tidak terdapat antrian panjang dan berdesakkan saat pengambilan dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera 34. Tidak terdapat pemotongan dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera 35. Tidak adanya respon penolakan di wilayah penerima dana terhadap Program Simpanan Keluarga Sejahtera

Lampiran

IDENTITAS 100 RESPONDEN

No. JenisKelami Usia PendidikanTer Pekerjaan PenghasilanPerbulan Resp n akhir 1 Perempuan 27-36 SMP Buruh >Rp. 1.500.001 2 Perempuan 37-46 SD Buruh Rp. 1.250.001 – Rp. 1.500.000 3 Perempuan 47-56 SD Lainnya Rp. 1.250.001 – Rp. 1.500.000 4 Perempuan 27-36 SMP Lainnya 56 TidakSekolah Petani /Nelayan,dll >Rp. 1.500.001 9 Laki-Laki 47-56 SD Lainnya Rp. 750.001 – Rp. 1.000.000 10 Perempuan 47-56 SD Petani Rp. 1.000.001 – Rp. 1.250.000 11 Perempuan 37-46 SD Buruh Rp. 1.250.001 – Rp. 1.500.000 12 Laki-Laki > 56 TidakSekolah Petani/Nelayan,dll Rp. 1.000.001 – Rp. 1.250.000 13 Perempuan 37-46 SMP Buruh >Rp. 1.500.001 14 Perempuan 47-56 SD Lainnya Rp. 1.500.001 18 Laki-Laki > 56 TidakSekolah Petani/Nelayan,dll Rp. 1.000.001 – Rp. 1.250.000 19 Perempuan 37-46 SD Buruh >Rp. 1.500.001 20 Perempuan 37-46 SD Buruh >Rp. 1.500.001 21 Perempuan 37-46 SD Pedagang Rp. 1.250.001 – Rp. 1.500.000 22 Perempuan 47-56 SD Petani/Nelayan,dll Rp. 1.000.001 – Rp. 1.250.000 23 Laki-Laki 37-46 SD Pedagang Rp. 1.250.001 – Rp. 1.500.000 24 Perempuan 27-36 SMP Buruh >Rp. 1.500.001 25 Laki-Laki 47-56 SD Petani/Nelayan,dll Rp. 1.000.001 – Rp. 1.250.000 26 Laki-Laki > 56 TidakSekolah Petani/Nelayan,dll Rp. 750.001 – Rp. 1.000.000 27 Laki-Laki 37-46 SMP Buruh >Rp. 1.500.001 28 Laki-Laki 47-56 SD Buruh >Rp. 1.500.001 29 Perempuan 47-56 TidakSekolah Lainnya Rp. 1.250.001 – Rp. 1.500.000 30 Perempuan 47-56 TidakSekolah Lainnya Rp. 750.001 – Rp. 1.000.000 31 Laki-Laki 37-46 SD Buruh >Rp. 1.500.001 32 Perempuan 27-36 SD Buruh >Rp. 1.500.001 33 Perempuan 47-56 SD Lainnya Rp. 750.001 – Rp. 1.000.000 34 Laki-Laki 37-46 SD Buruh >Rp. 1.500.001 35 Laki-Laki > 56 TidakSekolah Petani/Nelayan,dll Rp. 1.000.001 – Rp. 1.250.000 36 Perempuan 37-46 SD Buruh Rp. 1.250.001 – Rp. 1.500.000 37 Laki-Laki 27-36 SMP Buruh >Rp. 1.500.001 38 Perempuan 47-56 SD Lainnya Rp. 750.001 – Rp. 1.000.000 39 Perempuan 47-56 TidakSekolah Petani/Nelayan,dll Rp. 1.000.001 – Rp. 1.250.000 40 Perempuan 47-56 TidakSekolah Petani/Nelayan,dll Rp. 1.250.001 – Rp. 1.500.000 41 Perempuan 27-36 SD Lainnya Rp. 750.001 – Rp. 1.000.000 42 Perempuan 37-46 SD Buruh Rp. 1.250.001 – Rp. 1.500.000 43 Laki-Laki 47-56 SD Petani/Nelayan,dll >Rp. 1.500.001 44 Perempuan > 56 TidakSekolah Lainnya Rp. 750.001 – Rp. 1.000.000 45 Laki-Laki 27-36 SD Buruh Rp. 1.250.001 – Rp. 1.500.000 46 Laki-Laki 37-46 SD Supir/Ojeg,dll Rp. 1.000.001 – Rp. 1.250.000 47 Perempuan 27-36 SMP Buruh >Rp. 1.500.001 48 Perempuan > 56 TidakSekolah Lainnya Rp. 750.001 – Rp. 1.000.000 49 Perempuan 47-56 SD Petani/Nelayan,dll Rp. 1.000.001 – Rp. 1.250.000 50 Laki-Laki 27-36 SD Buruh >Rp. 1.500.001 51 Laki-Laki 47-56 SD Pedagang Rp. 1.250.001 – Rp. 1.500.000 52 Perempuan 47-56 TidakSekolah Petani/Nelayan,dll Rp. 1.250.001 – Rp. 1.500.000 53 Perempuan 27-36 SD Lainnya Rp. 1.500.001 55 Perempuan 37-46 SD Buruh Rp. 1.250.001 – Rp. 1.500.000 56 Laki-Laki > 56 TidakSekolah Petani/Nelayan,dll Rp. 1.000.001 – Rp. 1.250.000 57 Laki-Laki 37-46 SD Supir/Ojeg,dll Rp. 1.250.001 – Rp. 1.500.000 58 Laki-Laki 47-56 SD Petani/Nelayan,dll Rp. 1.000.001 – Rp. 1.250.000 59 Perempuan 27-36 SD Buruh >Rp. 1.500.001 60 Laki-Laki 37-46 SD Buruh Rp. 1.000.001 – Rp. 1.250.000 61 Perempuan 37-46 SD Pedagang Rp. 1.000.001 – Rp. 1.250.000 62 Laki-Laki 47-56 SD Buruh >Rp. 1.500.001 63 Perempuan 27-36 SD Lainnya Rp. 1.500.001 65 Perempuan 27-36 SMP Buruh Rp. 1.250.001 – Rp. 1.500.000 66 Laki-Laki > 56 TidakSekolah Petani/Nelayan,dll Rp. 1.000.001 – Rp. 1.250.000 67 Laki-Laki > 56 TidakSekolah Lainnya Rp. 750.001 – Rp. 1.000.000 68 Laki-Laki 47-56 SD Petani/Nelayan,dll Rp. 1.250.001 – Rp. 1.500.000 69 Laki-Laki 37-46 SD Supir/Ojek,dll Rp. 1.000.001 – Rp. 1.250.000 70 Perempuan 47-56 SD Lainnya Rp. 1.500.001 73 Perempuan 47-56 SD Pedagang Rp. 1.250.001 – Rp. 1.500.000 74 Laki-Laki 37-46 SD Buruh >Rp. 1.500.001 75 Perempuan > 56 TidakSekolah Petani/Nelayan,dll Rp. 1.000.001 – Rp. 1.250.000 76 Laki-Laki 27-36 SD Buruh >Rp. 1.500.001 77 Laki-Laki 37-46 SD Buruh >Rp. 1.500.001 78 Perempuan 47-56 SD Petani/Nelayan,dll Rp. 1.000.001 – Rp. 1.250.000 79 Perempuan 37-46 SD Buruh Rp. 1.250.001 – Rp. 1.500.000 80 Perempuan 37-46 SD Buruh Rp. 1.250.001 – Rp. 1.500.000 81 Perempuan 27-36 SD Buruh Rp. 1.250.001 – Rp. 1.500.000 82 Laki-Laki 47-56 SD Supir/Ojek,dll Rp. 1.250.001 – Rp. 1.500.000 83 Laki-Laki > 56 TidakSekolah Petani/Nelayan,dll Rp. 1.000.001 – Rp. 1.250.000 84 Perempuan 27-36 SD Pedagang Rp. 1.250.001 – Rp. 1.500.000 85 Laki-Laki 37-46 SD Buruh >Rp. 1.500.001 86 Perempuan 47-56 TidakSekolah Petani/Nelayan,dll Rp. 1.250.001 – Rp. 1.500.000 87 Perempuan 27-36 SMP Buruh >Rp. 1.500.001 88 Laki-Laki 37-46 SD Buruh >Rp. 1.500.001 89 Laki-Laki 47-56 SD Petani/Nelayan,dll Rp. 1.250.001 – Rp. 1.500.000 90 Laki-Laki 47-56 SD Petani/Nelayan,dll Rp. 750.001 – Rp. 1.000.000 91 Perempuan 47-56 TidakSekolah Petani/Nelayan,dll Rp. 1.250.001 – Rp. 1.500.000 92 Laki-Laki > 56 TidakSekolah Petani/Nelayan,dll >Rp. 1.500.001 93 Perempuan 27-36 SMP Buruh >Rp. 1.500.001 94 Laki-Laki > 56 TidakSekolah Petani/Nelayan,dll Rp. 1.250.001 – Rp. 1.500.000 95 Laki-Laki 37-46 SD Supir/Ojek,dll Rp. 1.250.001 – Rp. 1.500.000 96 Perempuan 47-56 SD Pedagang Rp. 1.250.001 – Rp. 1.500.000 97 Laki-Laki 37-46 SD Pedagang Rp. 750.001 – Rp. 1.000.000 98 Laki-Laki > 56 TidakSekolah Lainnya

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Identitas Diri

Nama : Mentari Ratna Dewi

NIM : 6661120735

Tempat, Tanggal Lahir : Tangerang, 6 Desember 1994

Agama : Islam

Alamat : Jalan Pemda Tigaraksa, Kampung Ciapus,

Kelurahan Sukamulya RT/RW 018/008,

Kecamatan Cikupa, Kabupaten Tangerang

E-mail : [email protected]

Riwayat Pendidikan Formal

1999-2000 TK Nur At-Taqwa

2000-2006 SD Negeri Cikupa 1

2006-2009 MTs Nurul Ilmi

2009-2012 SMA Negeri 4 Kabupaten Tangerang 2012-2016 FISIP (Ilmu Administrasi Negara) Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Riwayat Pendidikan Non Formal

2003-2007 Lembaga Pendidikan Bahasa Asing (LPBA) - Mandiri