BAB V KESIMPULAN

Tentara pelajar yang merupakan salah satu unsur dari kekuatan Republik

Indonesia ternyata pada masa Perang Kemerdekaan mempunyai peranan yang penting. Harus diakui bahwa gerakan pemuda (termasuk pelajar) pada saat Perang

Kemerdekaan tampak menonjol. Hal ini karena adanya beberapa faktor dari luar maupun dalam. Faktor dari luar yaitu keadaan ekonomi, politik, sosial, terutama bidang pendidikan. Sedangkan faktor dari dalam yaitu perasaan nasionalisme, heroisme, idealism, dan petriotisme.

Para pelajar yang kebanyakan setingkat sekolah menengah lanjutan memiiki semangat perjuangan yang besar. Rasa nasionalisme yang telah tertanam dalam jiwa bangsa , terutama para pemuda yang ingin melepaskan diri dari segala macam penderitaan dari penjajahan menimbulkan kerelaan berkorban bagi bangsa yang telah menderita. Nilai-nilai patriotisme para pemuda mulai tumbuh dan semakin berkembang sejalan dengan beratnya penderitaan sebagai akibat penjajahan itu. Puncak dari semuanya yaitu keinginan untuk melawan segala macam praktek penindasan dan penjajahan.

Faktor di atas dapat dikatakan berpengaruh secara tidak langsung terhadap para pelajar. Selain itu juga timbulnya kesadaran akan kemerdekaan yang berjiwa nasional serta diiringi dengan semangat dan keberanian untuk mewujudkan harapan bangsanya membuat mereka melawan semua bentuk penjajahan.

Pelajar pejuang yang masih muda, yang berumur 15-22 tahun dengan modal ketrampilan dasar kemiliteran yang pernah diberikan pada masa Jepang ikut memberi sumbangan praktis, sehingga mempercepat berdirinya organisasi

92

93

kemiliteran yang bernama Tentara Pelajar. Sekalipun hanya bermodalkan keterampilan baris-berbaris, latihan dasar kemiliteran, serta latihan perang- perangan dengan menggunakan senapan kayu, namun hal ini secara tidak langsung menyebabkan para pelajar memiliki disiplin tinggi sehingga menimbulkan rasa percaya diri pada akhirnya itu semua akan digunakan sebagai modal melawan Belanda.

Pembentukan dan pertumbuhan Tentara Pelajar merupakan inisiatif lokal sebagai akibat pengaruh dari peristiwa-peristiwa yang terjadi sejak awal Indonesia merdeka di daerah . Maksudnya, sejak awal kemerdekaan atas kemauan sendiri tanpa ada perintah dan anjuran dari siapapun, mereka ikut memanggul senjata masuk dalam barisan Tentara Pelajar sebagai anggota biasa, tanpa pangkat dan gaji, semata-mata hanya karena dorongan semangat perjuangan membela tanah air. Para pemuda pelajar tidak memasuki TNI atau kesatuan laskar lainnya dan justru memasuki organisasi Tentara Pelajar dikarenakan kesempatan belajarnya masih terbuka dan mereka sendiri tidak tertarik menjadi militer, tetapi masih bercita-cita untuk meneruskan dan menyelesaikan pendidikannya. Mereka memanfaatkan waktu untuk belajar. Akan tetapi, bila bangsa Indonesia memanggil karena mendapat ancaman musuh, mereka tidak ragu dengan sukarela dan kesadaran sebagai pejuang meninggalkan bangku sekolah. Dengan demikian, para pelajar yang tergabung dalam kesatuan Tentara Pelajar dapat memenuhi dua kepentingan, yaitu berjuang dan belajar.

Persatuan yang sangat erat di antara anggota Tentara Pelajar menyebabkan kuatnya organisasi ini. Hal tersebut disebabkan tidak adanya hubungan pamrih

94

antar anggota, baik yang berupa kedudukan maupun yang bersifat ekonomis.

Kedudukan mereka sebagai pelajar pejuang merasa mempunyai hak dan kewajiban yang sama. Pelajar pejuang juga mempunyai keberanian yang sangat tinggi. Dengan persenjataan yang sederhana dan pengalaman yang masih sedikit, anggota Tentara Pelajar berani menghadapi pasukan Belanda yang jauh lebih unggul persenjataannya. Hal tersebut mungkin disebabkan karena rata-rata usia yang masih muda di samping sifat idealism yang kadang-kadang tidak memikirkan resiko mati, revolusioner, dinamis, dan yang paling penting, mereka tidak mempunyai tanggungan keluarga dalam arti istri, suami, maupun anak.

Serangan Tentara Belanda ke Yogyakarta sebagai awal dari Perang

Kemerdekaan II. Tujuan serangan ini yaitu untuk menangkap para pemimpin militer dan sipil Republik Indonesia dan mematahkan perlawanan dari para pejuang Indonesia. Secara jelas pihak Belanda ingin secara cepat menguasai

Indonesia dengan menyerang langsung pusat pemerintahan Republik Indonesia.

Operasi penyerangan Yogyakarta disiapkan penuh kematangan dan perhitungan.

Hal tersebut terlihat dari susunan pasukan, waktu penyerangan, dan efesiensi pendudukan.

Setelah Yogyakarta berhasil dikuasai oleh pihak Belanda, pemerintahan

Indonesia membentuk suatu pemerintahan darurat. Sementara para pemimpin militer mulai membentuk pemerintahan militer agar dengan mudah mengkoordinasikan perjuangan. Para pejuang yang berada di dalam Kota

Yogyakarta mengundurkan diri ke luar kota, termasuk ke Kulon Progo. Tentara

Pelajar termasuk pejuang yang mengundurkan diri ke luar kota. Kulon Progo

95

merupakan daerah kabupaten yang mempunyai basis pertahanan yang sangat kuat.

Tidak hanya kuat, kondisi geografis juga membuat pihak Belanda kesulitan untuk menguasai daerah ini. Para penduduk juga dapat diajak dalam perjuangan melawan Belanda. Hal ini terlihat dari adanya Pager Desa yang menjadi pasukan keamanan yang menjaga desa-desa di Kulon Progo. Bahkan Kulon Progo banyak digunakan sebagai daerah pengunduran diri para petinggi negara.

Tentara Pelajar dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia ada yang bertempur di barisan depan, tetapi ada pula yang membaktikan diri di barisan belakang, seperti palang merah dan pendidikan. Dalam barisan ini termasuk mobilisasi pelajar dan mahasiswa yang dilakukan oleh negara sewaktu keadaan memburuk menghadapi serbuan Tentara Belanda. Akhirnya setelah kedaulatan dicapai, serta tenaganya tidak diperlukan lagi, tanpa minta imbalan apapun dan sebelum ada perintah dari atasan untuk demobilisasi dengan kesadaran sendiri mereka kembali sebagai pelajar atau kembali ke masyarakat.

Mereka berjuang tanpa pamrih, hanya kesadaran dan tanggungjawab sebagai pemuda bangsa yang sedang mempertahankan kemerdekaan yang mendorong mereka memanggul senjata dalam kesatuan Tentara Pelajar.

96

DAFTAR PUSTAKA

Arsip dan Terbitan Resmi Agresi Militer Belanda ke 2 di Kulon Progo 1949: 28 No 172-872 i. Kedaulatan Rakyat, Senin, 13 Desember 1948, Tahun IV No. 63, hlm. 1.

Kedaulatan Rakyat, Rabu, 15 Desember 1949, Tahun IV No. 65, hlm. 1.

Buku-buku dan Artikel

Abdul Haris Nasution, Pokok-pokok Gerilya: Pertahanan Republik Indonesia Dimasa Yang Lalu dan Yang Akan Datang. : Pembimbing, 1980. , Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia; Diplomasi atau Bertempur Jilid IX. Bandung: Angkasa, 1977.

Bagian Pemerintahan Setda Kabupaten Kulon Progo, Data Administrasi Pemerintahan Kabupaten Kulon Progo, Kulon Progo: Bagian Pemerintahan Setda Kabupaten Kulon Progo, 2008. Batara Hutagalung, Serangan Umum 1 Maret 1949 Dalam Kaleidoskop Sejarah Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia. Yogyakarta: LKiS, 2010.

Dharmono Hardjowidjono, ed., Replika Sejarah Perjuangan Rakyat Yogyakarta Buku ke Satu. Yogyakarta: Dinas Sosial Daerah Istimewa Yogyakarta, 1983.

_____, Replika Sejarah Perjuangan Rakyat Yogyakarta Buku ke Dua. Yogyakarta: Dinas Sosial Daerah Istimewa Yogyakarta, 1983.

Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga, Ensiklopedi Budaya Kabupaten Kulon Progo, Kulon Progo: Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga, 2015. Dinas Sejarah Angkatan Darat, Rute Perjuangan Gerilya Pangsar Jenderal Sudirman. Bandung: CV. Jasa Grafika Indonesia, 2010. Dinas Sejarah Militer Kodam VII/Diponegoro, Sejarah Rumpun Diponegoro dan Pengabdiannya, Semarang: CV. Megah, 1977. Dinas Sejarah Militer TNI-Angkatan Darat, Cuplikan Sejarah Perjuangan TNI- Angkatan Darat, Jakarta: Virgosari, 1972. Eryono, Reuni Keluarga Bekas Resimen 22 -WK.III. Pada Tanggal 1 Maret 1980 di Yogyakarta. Jawa Tengah: Keris -22-WK.III, 1982. Gerilya Wehrkreise III, Yogyakarta: Percetakan Keluarga, tt.

97

Heijboer, Piere, Agresi Militer Belanda; Memperebutkan Rending Zamrud Sepanjang Khatulistiwa 1945-1949, Jakarta: Gramedia KITLV, 1999.

Helius Sjamsuddin dan Ismaun, Pengantar Ilmu Sejarah, Jakarta: Depdikbud, 1996.

Helius Sjamsudin, Metodologi Sejarah, Yogyakarta: Ombak, 2007.

Himawan Soetanto, Yogyakarta 19 Desember 1948 Jenderal Spoor (Operatie Kraai) VS Jenderal Soedirman (Perintah Siasat No. 1), Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2006. JARAH DAM VII/Diponegoro, Serangan Umum 1 Maret 1949 di Yogyakarta, Semarang: tp, 1983. Kantor Pusat Data Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Monografi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 1979, Yogyakarta: Kantor Pusat Data Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, 1981. Kantor Statistik Kabupaten Kulon Progo, Kulon Progo Dalam Angka 2015, Kulon Progo: Kantor Statistik Kabupaten Kulon Progo, 2015. Kantor Urusan Demobilisasi Pelajar Rayon III, Sekitar Perjuangan Pelajar dan Penjelesaiannya, Yogyakarta: KUDP Rayon III, 1952. Koentjaraningrat, Manusia dan Kebudayaan di Indonesia, Jakarta: Jambatan, 1971.

Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah: Edisi Kedua, Yogyakarta: Tiara Wacana, 2003.

_____, Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta: Tiara Wacana, 2013.

Marsoedi, 1987, Peranan Militer dalam Mempertahankan Kemerdekaan Republik Indonesia di Daerah Istimewa Yogyakarta pada Periode 1945-1949, Ceramah dan Diskusi Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Yogyakarta, Agustus 1987. Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia VI (edisi ke-4), Jakarta: Balai Pustaka, 1992. Moeljono, dkk., Sejarah Tentang Pengaruh Pelita di Daerah Terhadap Kehidupan Masyarakat Pedesaan Daerah Istimewa Yogyakarta, Jakarta: Depdikbud, 1981/1982. Moh. Ali, Pengantar Ilmu Sejarah Indonesia, Yogyakarta: LKiS, 2005. Mona Lohanda, Membaca Sumber Menulis Sejarah, Yogyakarta: Ombak, 2011.

Paguyuban Tiga Tujuh Belas, Tentara Pelajar dalam Perang Kemerdekaan dan Pembangunan, Jakarta: Yayasan Pengabdian III-17, 1998.

98

Pamoe Rahardjo, Gerilya dan Diplomasi: Operasi Hayam Wuruk Sebuah Epik dalam Revolusi, Jakarta: Yayasan Mencerdaskan Kehidupan Bangsa, 1996. Panitia Peringatan Kota Yogyakarta 200 Tahun, Kota Jogjakarta 200 Tahun 7 Oktober 1756-7 Oktober 1956, Yogyakarta: Panitia Peringatan Kota Yogyakarta 200 Tahun, 1956. Prodi Ilmu Sejarah, Pedoman Penulisan Tugas Akhir Ilmu Sejarah, Yogyakarta: Program Studi Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta, 2013. Purnawan Tjondronegoro, Merdeka Tanahku, Merdeka Negeriku, Jakarta: Yayasan Sinar Negara, 1980. Rhoma Dwi Aria Yuliantri, Pertanian di Kulon Progo dalam Cenkeraman Kolonial (1900-1930), Yogyakarta: Selarung Institute, 2013. Sartono Kartodirdjo, Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah, Jakarta: Gramedia, 1993. Sayidiman Suryohadiprojo, Suatu Pengantar Dalam Ilmu Perang, Masalah Ketahanan Negara. Jakarta: Intermasa, 1981. Seskoad, Serangan Umum 1 Maret 1949 di Yogyakarta: Latar Belakang dan Pengaruhnya, Jakarta: Citra Lamtoro Gung Persada, 1989.

Sewan Susanto, Perjuangan Tentara Pelajar dalam Perang Kemerdekaan Indonesia, Yogyakarta: Press, 1985. Suratmin dkk, Peranan Sejarah dalam Budaya dalam Mendukung Pengembangan Obyek Wisata Budaya di Daerah Kabupaten Dati II Kulon Progo, Yogyakarta: Bappeda Dati II Kulon Progo dan Balai Kajian Jarahnitra, 1997-1998. Sutopo Jasamihardja, 19 Desember 1948 Perang Gerilya Perang Rakyat Semesta, Jakarta: Mediaksara, 1998. Tahi Bonar Simatupang, Laporan dari Banaran, Jakarta: Sinar Harapan, 1980. Tashadi dkk, Peranan Desa dalam Perjuangan Kemerdekaan: Studi Kasus Keterlibatan Beberapa Desa di Daerah Istimewa Yogyakarta Periode 1945- 1949, Yogyakarta: IDSN, 1992. Tjokropranolo, Jenderal Soedirman: Pemimpin Pendobrak Terakhir Penjajahan di Indonesia, Jakarta: PT. Surya Perindo, 1992. Tugas Tri Wahyono dkk, Rute Perjuangan Gerilya A.H. Nasution pada masa Agresi Militer Belanda II, Yogyakarta: Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Yogyakarta, 2011.

99

Artikel Jurnal Hisbaron Muryantoro (1995), “Kepurun dalam Masa Revolusi (1948-1949)”, Laporan Penelitian Jarahnitra, No: 004/P/1945. ______, “Peranan Sub Wehrkreise 106 Pada Masa Perang Kemerdekaan II di Kabupaten Kulon Progo Suatu Kajian Sejarah Lisan”, Patrawidya, Vol. 4, No. 3, September 2003.

Tanpa Pengarang, “Peranan Tentara Pelajar di Sleman Tengah Pada Masa Revolusi”, Laporan Penelitian Jarahnitra, No. 017A/P/1999.

Tashadi, “Semangat dan Panggilan Revolusi Kisah dan Kesaksian Tentara Pelajar di Yogyakarta dan Sekitarnya pada Tahun 1945-1949”, PATRA-WIDYA, Vol. 3, No. 4, Desember 2002.

Skripsi

Alfiah Sariningsih, “Peranan Tentara Pelajar Brigade 17 Detasemen III Yogyakarta dalam Perang Kemerdekaan Kedua Yahun 1948-1949”, Skripsi, Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta, 2008. Ika Wulandari, “Peranan Masyarakat Sendangmulyo pada masa Agresi Militer Belanda II di Yogyakarta”, Skripsi, Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta, 2012. Marsudi, “Tentara Pelajar di Jawa Tengah Tengah (Dalam Sejarah Revolusi Indonesia 45-51)”, Tesis, Yogyakarta: UGM, 1970.

Pungki Sofia, “Kontribusi Masyarakat Desa Segoroyoso Kabupaten Bantul Provinsi DIY Untuk Mendukung Markas Komando Wehrkreise III Pada Masa Perang Kemerdekaan II”, Skripsi, Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta, 2005.

100

LAMPIRAN

101

LAMPIRAN 1: Monumen daftar anggota tentara pelajar di Kota Wates.

Sumber: Dokumentasi pribadi mengenai Tentara Pelajar di Kota Wates.

102

Lampiran 2: Foto Jembatan Bantar yang berada di atas Sungai Progo

Sumber: http://djokja1945.blogspot.co.id diakses pada 20 Agustus 2017 pukul 20.00 WIB.

103

Lampiran 3: Lambang Tentara Pelajar

Sumber: Sewan Susanto, Perjuangan Tentara Pelajar dalam Perang Kemerdekaan Indonesia, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1985), hlm. 32.

104

Lampiran 4: Daftar kerugian akibat penyerbuan Tentara Belanda di Kulon Progo dari 27 Desember 1948 sampai 16 Mei 1949.

Sumber: Arsip BPAD Yogyakarta

105

Lampiran 5: Penarikan Tentara Belanda dari pos-pos di Yogyakarta

Sumber: BPAD Yogyakarta.

106

Lampiran 6: Daftar pemerintahan sipil dan militer yang sudah berada di Yogyakarta

Sumber: BPAD Yogyakarta.

107

Lampiran 7: Kronologi penarikan Tentara Belanda di Yogyakarta

Sumber: BPAD Yogyakarta.

108

Lampiran 8: Laporan Penarikan Tentara Belanda dari Yogyakarta

109

110

Sumber: BPAD Yogyakarta.

111

Lampiran 9: Pokok isi Perintah Siasat No. 1

POKOK ISI PERINTAH SIASAT NO.1.

a. Tidak akan melakukan pertahanan jang linier ; b. Tugas memperlambat kemadjuan serbuan musuh serta pengungsian total (semua pegawai, dsb.), serta bumi hangus total ; c. Tugas membentuk kantong2 ditiap onderdistrik militer jang mempunyai pemerintahan gerilja (disebut ,, wehrkreise”) jang totaliter dan mempunjai pusat di beberapa kompleks pegunungan ; d. Tugas pasukan2 jang berasal dari ,,daerah federal” untuk ,,berwingate” (menjusup kembali ke daerah asalnja) dan membentuk kantong2, sehingga seluruh pulau Djawa akan menjadi satu perang gerilya jang besar.

Didjelaskan dalam lampirannja, bahwa, berdasarkan pengalaman divisi Siliwangi pada waktu clash pertama di Djawa Barat: 1. Penjerbuan Belanda tak mungkin ditahan, paling banjak hanya dapat diperlambat dengan gangguan serta bumi hangus, untuk memperoleh waktu dan ruang sebanjak mungkin buat pengungsian pasukan2, alat2, pegawai2 dab rakjat umumnja kekantong-kantong pedalaman. 2. Pokok perlawanan ialah perang gerilja, jang disatu pihak bersifat agresif terhadap musuh, dan dilain pihak bersifat konstruktf dapat menegakkan kekuasaan de facto RI, dalam arti militer maupun sipil, disebanjak mungkin kantong2 Sjarat2 : a. Pimpinan jang totaliter dal;am tangan lurah, kodm, komando distrik militer, komandan daerah, gubernur militer dan panglima pulau (DPN dab DPD harus ditiadakan) ; b. Politik non-koperasi dan non-kontrak jang tegas ; c. Reorganisasi TNI untuk 3 matjam tugas ; 1) Bataljon2 mobil, lebih kurang satu bataljon ditiap karesidenan, untuk tugas2 menjerang, bersenjata 1:1 ; 2) Bataljon territorial, lebih kurang satu bataljon ditiap kabupaten, untuk tugas2 perlawanan statis, bersendjata 1:3-5 ; 3) Kader2 territorial, mulai kader desa, kodm, kdm, dst.nja ; 4) Mem-wingate-kan pasukan2 kita kedaerah2 federal, baik di Djawa (chususnja), maupun diseberang. Pasukan2 jang berasal

112

dari Djawa Barat, Besuki, Kalimantan, dsb. Disusun untuk tugas2 itu. Sumber: , Sedjarah Perjuangan Nasional di Bidang Bersenjata, (Jakarta: Megabookstore, 1964), hlm. 207.

113

Lampiran 10: Maklumat pemerintah mengenai pemberlakuan Pemerintahan Militer di seluruh Jawa.

MARKAS BESAR KOMANDO DJAWA MAKLUMAT NO. 2/MBKD. Berhubung dengan keadaan perang, maka berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 30 dan 70, kami maklumkan berlakunja Pemerintahan Militer untuk seluruh pulau Djawa. Dikeluarkan : Ditempat. Pada tanggal : 22 Desember 1948. Pada djam : 08.00.

PANGLIMA TENTARA DAN TERITORIUM DJAWA Ttd

(KOLONEL A.H. NASUTION) Kepada : 1. Semua div. 2. Semua Be. 3. Semua STC Keterangan: Untuk diteruskan kepada bawahannja.

Sumber: Abdul Haris Nasution, Pokok-pokok Gerilya; Tjet. II, (Jakarta: Pembimbing, 1954), hlm. 127.

114

Lampiran 11: Peraturan Pemerintah No. 32 tahun 1949 tentang penghargaan bagi para pelajar yang telah berbakti

PERATURAN PEMERINTAH No. 32 TAHUN 1949 TENTANG PENGHARGAAN PEMERINTAH TERHADAP PELA- DJAR YANG TELAH BERBAKTI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : perlu mengadakan peraturan tentang penghargaan Pemerintah terhadap para peladjar, karena telah menunaikan kewadjiban berbakti selama revolusi nasional guna menegakkan Negara ; Mengingat : Peraturan Pemerintah No. 9 tahun 1949 : Memutuskan : Menetapkan peraturan sebagai berikut: “PERATURAN TENTANG PENGHARGAAN PEMERINTAH TERHADAP PELADJAR JANG TELAH BERBAKTI UNTUK NEGARA” Pasal 1. 1. Pemerintah memberikan penghargaan kepada para peladjar perdjuangan jang telah menunaikan kewadjiban berbakti guna menegakkan Negara sedjak tanggal 17 Agustus 1945. 2. Menteri Pertahanan menetapkan siapa jang telah memenuhi kewadjiban itu dan menetapkan pula permulaan dan sat berachirnja masa berbakti tiap peladjar jang bersangkutan. Pasal 2. Penghargaan dibagi atas: 1. Penghargaan umum 2. Penghargaan chusus 3. Penghargaan istimewa Pasal 3. Penghargaan dibagi atas: 1. Surat tanda bakti.

115

2. Kemudian, bahwa waktu selama mendjalankan kewadjiban berbakti dianggap sebagai maasa kerdja jang diperhitungkan untuk menetapkan gadji, pangkat dan pensiun.

Pasal 4. Penghargaan chusus berupa: 1. Kelas-kelas peralihan. 2. Waktu udjian tersendiri. 3. Pembebasan uang sekolah dan alat-alat. 4. Uang saku. 5. Perawatan tjuma2 terhadap jang menderita penjakit djasmani dan rohani karena berdjuang. Pasal 5. Penghargaan istimewa berupa: Surat2 bakti istimewa disertai beurs dan atau lainnja Pasal 6. 1. Penghargaan umum diberikan kepada setiap peladjar jang telah mendjalankan kewadjiban berbakti. 2. Disamping penghargaan umum dapat diberikan penghargaan chusus. 3. Penghargaan chusus jang dimaksud dalam pasal 4 No. 1, 2, 3 atau/ dan No. 4 hanja diberikan djikan dan selama diperlukan oleh jang berkepentingan menurut pendapat Menteri Pendidikan, pengadjaran, dan Kebudajaan atau pembesar jang ditundjuk olehnja. 4. Dengan mengingat ketentuan dala ajat2, maka penghargaan chusus jang dimaksud dalam pasal 4 No. 3 atau/ dan No. 4 dapat diberikan selama peladjar jang bersangkutan bersekolah. 5. Pernghargaan jang dimaksud dalam pasal 4 no. 5 diberikan sampai jang berkepentingan tidak memerlukan lagi menurut pendapat Menteri Kesehatan atau Pembesar jang ditundjuk olehnja. 6. Dengan tidak mengurangi ketentuan dalam ajat, 1, 2, 3, 4 dan 5, maka penghargaan istimewa diberikan kepada peladjar jang dalam pada berbakti membuktikan: a. Keberanian, b. Kedjujuran, c. Keikhlasan, d. Kesetiaan dan, kebidjaksanaan.

116

7. Menteri Pendidikan, Pengadjaran dan Kebudajaan bersama-sama dengan Menteri Pertahanan menentukan siapa jang dapat diberi beurs, berapa djumlah beurs itu serta guna peladjaran apa dan berapa lamanya. Pasal 7. Jang menentukan siapa jang memenuhi sjarat-2 guna menerima penghargaan istimewa ialah Presiden Republik Indonesia sesudah mempertimbangkan pendapat Menteri Pertahanan. Pasal 8. Jang berhak memberikan surat tanda bakti ialah Menteri Pertahanan. Jang berhak memberikan surat tanda bakti istimewa ialah Presiden Republik Indonesia. Pasal 9. Presiden Republik Indonesia/ Menteri Pertahanan dapat menjerahkan haknja untuk menerimakan surat tanda bakti istimewa ata/surat tanda bakti kepada pembesar jang ditundjuk olehnja. Pasal 10. Segala biaja untuk melaksanakan kegiatan ini dibebankan kepada anggaran belandja Kementrian Pertahanan, ketjuali biaja jang mengenai pengajaran jang dibebankan kepada anggaran belandja Kementrian Pendidikan, Pengajaran dan Kebudajaan. Pasal 11. 1. Penghargaan jang dimaksud dalam pasal 2, ketjuali pemberian masa kerdja dapat ditjabut sebagian atau seluruhnja untuk mereka jang dengan keputusan hakim jang tak diubah lagi karena sesuatu kedjahatan didjatuhi hukuman pendjara paling sedikit satu tahun lamanja. 2. Djika ada alas an jang sjah, maka penghargaan chusus jang dimaksud dalam pasal 4 No. 1, 2, 3 dapat dihentikan oleh Menteri Pertahanan data usul Menteri Pendidikan, Pengadjaran dan Kebudajaan dan penghargaan chusus jang dimaksud dalam pasal 4 No. 5 dapat dihentukan oleh Menteri Kesehatan. Pasal 12. 1. Guna pelaksanaan peraturan ini Menteri Pertahanan dan Menteri Pendidikan, Pengadjaran dan Kebudajaan dibantu oleh panitya jang anggautanja diangkat dan dihentikan oleh Menteri tersebut diatas. 2. Panitya berhak memadjukan usul-usul, pendapat-pendapat, dsb. Kepada kementrian tersebut dalam ajat 1 dan dapat pula diserahi merentjanakan peraturan-peraturan dan mejelenggarakan pekerdjaan-pekerdjaan guna penglaksanaan peraturan ini menurut perundjuk-petundjuk Menteri- menteri jang dimaksud diatas.

117

Pasal 13. Peraturan ini dinamakan “Peraturan Penghargaan Peladjar Berbakti” dan mulai berlaku pada hari diumumkan. Pasal 14. Sesudah Negara Republik Indonesia Serikat berdiri hak dan kewadjiban jang dalam peraturan ini diserahkan kepada menteri dan kementrian pertahanan pindah kepada instansi jang akan ditundjuk oleh Presiden Republik Indonesia. Ditetapkan di Jogjakarta Pada tanggal 24 Desember 1949 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA d.t.t SOEKARNO MENTERI PERTAHANAN d.t.t HAMENGKU BUWONO IX MENTERI PENDIDIKAN. PENGADJARAN DAN KEBUDAJAAN t.t.d S. MANGUNSARKORO MENTERI KEUANGAN d.t.t. LOEKMAN HAKIM MENTERI PERBURUHAN DAN SOSIAL d.t.t. KOESNAN Diumumkan: pada tgl. 24 Desember 1949 Sekertaris Negara d.t.t. A. G. PRINGGODIGDO

Sumber: Sewan Susanto, Perjuangan Tentara Pelajar dalam Perang Kemerdekaan, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1985), hlm. 153-157.

118

Lampiran 12: Peta Perjuangan Tentara Pelajar di Kulon Progo

Keterangan peta

: Daerah pembinaan Perang Rakyat Total oleh Tentara Pelajar pada Perang Kemerdekaan II.

: Daerah pertahanan Tentara Pelajar di Kulon Progo pada Perang Kemerdekaan II.

: Pos penghadangan serta pertahanan Mobrig dan TNI.

: Pos serta markas pertahanan Tentara Belanda tepat di atas Jembatan Bantar.

X1 : Pos Pasukan Kadet Militer Akademi.

X2 : Bengkel Persenjataan milik TNI.

X3 : Kesekretariatan MBKD.

X4 : Rumah Sakit St. Yusuf.

X5 : Markas Besar Komando Djawa.

X6 : Markas Komando T.B. Simatupang.

X7 : Pasukan Divisi III Purwokerto pimpinan Gatot Subroto.

: Gerak Agresi Tentara Belanda di Kulon Progo.

Sumber: Bagian Pemerintahan Setda Kabupaten Kulon Progo, Data Administrasi Pemerintahan Kabupaten Kulon Progo, Kulon Progo: Bagian Pemerintahan Setda Kabupaten Kulon Progo, 2008.