1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perang
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perang merupakan suatu duel atau pergulatan secara besar-besaran, masing-masing pihak mencoba memaksa pihak yang lain dengan kekuatan fisiknya untuk tunduk kepada kehendaknya. Dengan demikian maka perang adalah suatu tindakan kekerasan untuk memaksa musuh tunduk dan menuruti kehendaknya.1 Terdapat dua jenis perang yaitu perang konvensional dan perang non konvensional. Perang konvensional adalah perang secara langsung dan secara fisik, sementara perang non konvensional adalah perang tidak langsung dan nonfisik. Yang termasuk kategori perang Non-Konvensional, yaitu perang yang dilakukan dengan cara yang tidak sesuai dengan peraturan Konvensi Jenewa (serangkaian atauran untuk memperlakukan warga sipil, tawanan perang dan tentara yang berada dalam kondisi tidak mampu bertempur) adalah perang wilayah, perang teror, perang intelijen dan perang dunia kedua. Perang wilayah sendiri mulai berkembang dengan adanya guerrillya. Kata dalam bahasa Spanyol itu berarti “perang kecil”, yaitu cara perlawanan oleh satu kumpulan orang yang tidak mampu melakukan perlawanan militer yang normal terhadap kekuatan militer yang besar. Kata “guerrillya” itu kemudian dijadikan kata Indonesia menjadi “gerilya”.2 1 Makmur Supriyatno, Tentang Perang Bagian I Terjemahan “0n War” Carl Von Clausewitz (Jakarta: CV. Makmur Cahaya Ilmu: 2017) hal. 46-47. 2 Letjen TNI (purn) Sayidiman Suryohadiprojo, Pengantar Ilmu Perang (Jakarta: Pustaka Intermasa, 2008) hal. 108. 1 2 Gerilya adalah muncul-menghilang, mondar mandir di mana-mana, sehingga sulit dideteksi oleh musuh, tetapi dirasakan menyerang di mana saja. Gerilya adalah menyerang dengan tiba-tiba dan kemudian menghilang dengan cepat (hit and run).3 Perang gerilya sebenarnya bukan merupakan sebuah hal baru bagi perjuangan bangsa Indonesia. Bisa dilihat dari perang Diponegoro atau perang Jawa jilid II yang terjadi tahun 1825 sampai 1830, dan perang Aceh yang merupakan perang terlama melawan penjajah, yakni sejak tahun 1873 hingga 1904. Perang-perang tersebut sudah menggunakan taktik bergerilya untuk melemahkan kekuatan musuh. Karena kekuatan kita tidak seimbang jika menghadapi musuh secara langsung. Meski pada akhir peperangan, Bangsa Indonesia cenderung mengalami kekalahan karena tertangkapnya pimpinan perang atau terbunuhnya pimpinan tersebut di tangan musuh. Selain itu, perang gerilya tidak hanya terjadi di Indonesia. Seperti istilahnya bahwa perang gerilya merupakan perang si lemah melawan sikuat, maka di setiap negara yang tertindas atau terjajah, perang gerilya merupakan solusi terbaik untuk menghadapi penjajah. Perang gerilya ini juga digunakan oleh Jenderal Soedirman selaku pimpinan tertinggi militer Indonesia ketika Belanda mengadakan agresi militer keduanya. Bukan tanpa sebab, ketika itu kita diserang secara tiba-tiba, sehingga mau tidak mau kita harus mengadakan pertahanan (defensif) untuk sementara waktu. Yang bisa dilakukan hanyalah perang gerilya, sebab untuk menyerang (ofensif) kekuatan kita belum setara. Meski begitu akhir dari perang gerilya ini 3 Ari Sapto, “Perang, Militer dan Masyarakat” SEJARAH DAN BUDAYA, Tahun ke Tujuh, Nomor 1, Juni 2013, hal. 18. 3 mampu membuat Belanda merasa kewalahan. Tentara Indonesia mampu membuntukan Belanda mewujudkan misinya dalam menghancurkan dan meniadakan Republik Indonesia.4 Perang Gerilya dalam pemikiran Jenderal Soedirman ini menjadi menarik untuk diteliti. Pertama perang gerilya Jenderal Soedirman ini menjadi perang gerilya pertama yang membawa kemenangan dipihak Indonesia. Kedua Perang gerilya Jenderal Soedirman ini memiliki dampak yang lebih banyak dan lebih besar bagi Indonesia dibandingkan perang gerilya sebelumnya. Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk meneliti lebih dalam mengenai perang gerilya pada masa Jenderal Soedirman dengan judul “Perang Gerilya Dalam Pemikiran Jenderal Soedirman 1948-1949”. 1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana strategi perang gerilya sebelum Jenderal Soedirman? 2. Bagaimana strategi perang gerilya dalam pemikiran Jenderal Soedirman? 3. Bagaimana dampak perang gerilya Jenderal Soedirman bagi Bangsa Indonesia? 1.3 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini terdiri dari ruang lingkup temporal dan ruang lingkup spasial. 1.3.1 Ruang Lingkup Spasial 4 Jenderal A.H. Nasution, Pokok-Pokok Gerilya dan Pertahanan Republik Indonesia di Masa Lalu dan yang akan Datang (Bandung: Angkasa, 1984), hal. 6. 4 Ruang lingkup spasial yang dipilih adalah di Pulau Jawa, khususnya Yogyakarta dan Jawa Timur karena meskipun Jenderal Soedirman adalah Panglima perang Indonesia namun didaerah tersebutlah Jenderal Soedirman memimpin langsung perang gerilya tersebut. 1.3.2 Ruang Lingkup Temporal Ruang lingkup temporal dalam penelitian ini dimulai sejak akhir tahun 1948 sampai tahun pertengahan `tahun 1949. Tepatnya pada tanggal 19 Desember 1948 semenjak Dr. Beel atas nama Pemerintah Belanda menyatakan bahwa mereka tidak lagi merasa terikat oleh sesuatu perjanjian apapun dengan Indonesia dan kemudian menyerang Bandara Maguwo. Sedangkan, tahun 1949 sebagai batasan akhir penelitian ini, tepatnya pada 10 Juli 1949 yang merupakan tanggal kepulangan Jenderal Soedirman ke Yogyakarta dari peperangan gerilya tersebut. 1.4 Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui strategi perang gerilya sebelum Jenderal Soedirman. 2. Untuk mengetahui strategi perang gerilya dalam pemikiran Jenderal Soedirman. 3. Untuk mengetahui dampak perang gerilya Jenderal Soedirman bagi Bangsa Indonesia. 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1.5.1 Manfaat Teoritis 5 Dari segi ilmiah penulisan ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu sejarah dan sumbangan ilmiah dalam ilmu sejarah, khususnya dalam kajian tentang perang gerilya dalam pemikiran Jenderal Soedirman 1948- 1949. 1.5.2 Manfaat Praktis a. Bagi Penulis Bagi peneliti penelitian ini dapat membantu dalam memahami dan menambah pengalaman serta pengetahuan dalam menulis karya ilmiah khususnya tentang perang gerilya dalam pemikiran Jenderal Soedirman 1948- 1949. b. Bagi Universitas Untuk menambah bahan bacaan yang berguna bagi pembaca baik yang berada dilingkungan Universitas Jambi maupun bagi pembaca yang berada di luar Universitas Jambi khususnya mengenai perang gerilya dalam pemikiran Jenderal Soedirman 1948-1949. c. Bagi masyarakat Untuk menjadi tolak ukur masyarakat pada masa sekarang dan menambah ilmu pengetahuan terutama mengenai perang gerilya dalam pemikiran Jenderal Soedirman 11948-1949. 6 1.6 Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka adalah peninjuan kembali pustaka-pustaka yang terkait (review of literature) yang berfungsi di antaranya untuk mengetahui manfaat penelitian sebelumnya, menghindari duplikasi dan memberikan masalah penelitian. Beberapa karya yang dapat dijadikan tinjauan pustaka dalam penelitian ini, antara lain : Buku pertama yang dipakai yaitu buku berjudul Panglima Besar Jenderal Soedirman, Pemimpin Pendobrak Terahir Pejajahan di Indonesia yang dicetak oleh PT Midas Surya Grafindo pada tahun 1991 ini memiliki xxix + 329 halaman. Buku ini menjelaskan tentang penjajahan Belanda terhadap Indonesia, menjelaskan pula tentang bagaimana perjuangan panglima besar Jenderal Soedirman memimpin perang gerilya. Keunggulan dari buku ini adalah menjelaskan secara deskriptif dengan tata bahasa yang mudah untuk dipahami serta menjelaskan tentang kisah-kisah keberhasilan perjuangan Jenderal Soedirman dengan detail. Perbedaan antara buku ini dengan penelitian saya adalah bahwasanya buku ini menceritakan tentang Jenderal Soedirman semenjak menjabat menjadi Panglima Besar, sementara penelitian saya lebih terfokus kepada masa Agresi militer Belanda kedua yang rentang waktunya tentu lebih pendek jika dibandingkan dengan masa Jenderal Soedirman memimpin. Sementara itu buku kedua-nya yaitu buku karya Yusuf A. Puar yang berjudul Jenderal Soedirman Patriot Teladan. Dicetak pada cetakan ketiga oleh Yayasan Panglima Besar Soedirman Pustaka Antara pada tahun 1981, memiliki jumlah halaman 1-199. Buku ini menjelaskan sejak Jenderal Soedirman mulai 7 berkembang ketika muda sampai perjuangannya ketika menghadapi agresi militer Belanda kedua dengan bergerilya. Disini juga digambarkan dengan peta, rute yang dilalui Sang Jenderal selama bergerilya. Buku ini menjadi referensi penulis untuk mengetahui rute gerilya yang dilalui oleh Jenderal Soedirman. Perbedaan buku ini dengn penelitian yang saya buat adalah bahwasanya buku ini menceritakan tentang sosok Jenderal Soedirman yang patut dijadikan teladan, sementara saya lebih membahas tentang pemikiran Jenderal Besar dalam mensiasati perang perilya tahun 1948-1949 tersebut. Buku ketiga-nya berjudul Soedirman Prajurit TNI Teladan, yang ditulis oleh Dinas Sejarah TNI AD, diterbitkan di Jakarta (1985). Buku ini disusun dengan gaya naratif terutama untuk menonjolkan faedah-faedah edukatif dan inspiratif daripada sejarah. Sistematika buku ini disusun secara “flashback”. Bagian-bagian pertama diuraikan mengenai pengabdian Soedirman kepada negara RI dan usaha- usahanya dalam membangun TNI, serta perjuangannya secara global dan keberhasilannya dalam mempersatukan para pejuang. Bagian kedua dibahas mengenai pertama kalinya Soedirman memasuki dunia kemiliteran, untuk bagian ketiga dan keempat banyak menceritakan tentang riwayat hidup Soedirman. Penulisan karya ini lebih difokuskan pada Perjuangan Jendral Soedirman selaku pejuang Indonesia dan bukti fisik apa yang telah berdiri setelah Jenderal Soedirman melakukan Gerilya pada masa revolusi fisik (1945-1950). Hal ini penting, karena nilai-nilai perjuangan Jenderal