BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perang merupakan suatu duel atau pergulatan secara besar-besaran, masing-masing pihak mencoba memaksa pihak yang lain dengan kekuatan fisiknya untuk tunduk kepada kehendaknya. Dengan demikian maka perang adalah suatu tindakan kekerasan untuk memaksa musuh tunduk dan menuruti kehendaknya.1 Terdapat dua jenis perang yaitu perang konvensional dan perang non konvensional. Perang konvensional adalah perang secara langsung dan secara fisik, sementara perang non konvensional adalah perang tidak langsung dan nonfisik. Yang termasuk kategori perang Non-Konvensional, yaitu perang yang dilakukan dengan cara yang tidak sesuai dengan peraturan Konvensi Jenewa

(serangkaian atauran untuk memperlakukan warga sipil, tawanan perang dan tentara yang berada dalam kondisi tidak mampu bertempur) adalah perang wilayah, perang teror, perang intelijen dan perang dunia kedua.

Perang wilayah sendiri mulai berkembang dengan adanya guerrillya. Kata dalam bahasa Spanyol itu berarti “perang kecil”, yaitu cara perlawanan oleh satu kumpulan orang yang tidak mampu melakukan perlawanan militer yang normal terhadap kekuatan militer yang besar. Kata “guerrillya” itu kemudian dijadikan kata menjadi “gerilya”.2

1 Makmur Supriyatno, Tentang Perang Bagian I Terjemahan “0n War” Carl Von Clausewitz (: CV. Makmur Cahaya Ilmu: 2017) hal. 46-47. 2 Letjen TNI (purn) Sayidiman Suryohadiprojo, Pengantar Ilmu Perang (Jakarta: Pustaka Intermasa, 2008) hal. 108.

1

2

Gerilya adalah muncul-menghilang, mondar mandir di mana-mana, sehingga sulit dideteksi oleh musuh, tetapi dirasakan menyerang di mana saja.

Gerilya adalah menyerang dengan tiba-tiba dan kemudian menghilang dengan cepat (hit and run).3

Perang gerilya sebenarnya bukan merupakan sebuah hal baru bagi perjuangan bangsa Indonesia. Bisa dilihat dari perang Diponegoro atau perang

Jawa jilid II yang terjadi tahun 1825 sampai 1830, dan perang yang merupakan perang terlama melawan penjajah, yakni sejak tahun 1873 hingga

1904. Perang-perang tersebut sudah menggunakan taktik bergerilya untuk melemahkan kekuatan musuh. Karena kekuatan kita tidak seimbang jika menghadapi musuh secara langsung. Meski pada akhir peperangan, Bangsa

Indonesia cenderung mengalami kekalahan karena tertangkapnya pimpinan perang atau terbunuhnya pimpinan tersebut di tangan musuh. Selain itu, perang gerilya tidak hanya terjadi di Indonesia. Seperti istilahnya bahwa perang gerilya merupakan perang si lemah melawan sikuat, maka di setiap negara yang tertindas atau terjajah, perang gerilya merupakan solusi terbaik untuk menghadapi penjajah.

Perang gerilya ini juga digunakan oleh Jenderal Soedirman selaku pimpinan tertinggi militer Indonesia ketika Belanda mengadakan agresi militer keduanya. Bukan tanpa sebab, ketika itu kita diserang secara tiba-tiba, sehingga mau tidak mau kita harus mengadakan pertahanan (defensif) untuk sementara waktu. Yang bisa dilakukan hanyalah perang gerilya, sebab untuk menyerang

(ofensif) kekuatan kita belum setara. Meski begitu akhir dari perang gerilya ini

3 Ari Sapto, “Perang, Militer dan Masyarakat” SEJARAH DAN BUDAYA, Tahun ke Tujuh, Nomor 1, Juni 2013, hal. 18.

3

mampu membuat Belanda merasa kewalahan. Tentara Indonesia mampu membuntukan Belanda mewujudkan misinya dalam menghancurkan dan meniadakan Republik Indonesia.4

Perang Gerilya dalam pemikiran Jenderal Soedirman ini menjadi menarik untuk diteliti. Pertama perang gerilya Jenderal Soedirman ini menjadi perang gerilya pertama yang membawa kemenangan dipihak Indonesia. Kedua Perang gerilya Jenderal Soedirman ini memiliki dampak yang lebih banyak dan lebih besar bagi Indonesia dibandingkan perang gerilya sebelumnya.

Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk meneliti lebih dalam mengenai perang gerilya pada masa Jenderal Soedirman dengan judul

“Perang Gerilya Dalam Pemikiran Jenderal Soedirman 1948-1949”.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana strategi perang gerilya sebelum Jenderal Soedirman?

2. Bagaimana strategi perang gerilya dalam pemikiran Jenderal Soedirman?

3. Bagaimana dampak perang gerilya Jenderal Soedirman bagi Bangsa

Indonesia?

1.3 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini terdiri dari ruang lingkup temporal dan

ruang lingkup spasial.

1.3.1 Ruang Lingkup Spasial

4 Jenderal A.H. Nasution, Pokok-Pokok Gerilya dan Pertahanan Republik Indonesia di Masa Lalu dan yang akan Datang (Bandung: Angkasa, 1984), hal. 6.

4

Ruang lingkup spasial yang dipilih adalah di Pulau Jawa, khususnya

Yogyakarta dan Jawa Timur karena meskipun Jenderal Soedirman adalah

Panglima perang Indonesia namun didaerah tersebutlah Jenderal Soedirman

memimpin langsung perang gerilya tersebut.

1.3.2 Ruang Lingkup Temporal

Ruang lingkup temporal dalam penelitian ini dimulai sejak akhir tahun

1948 sampai tahun pertengahan `tahun 1949. Tepatnya pada tanggal 19

Desember 1948 semenjak Dr. Beel atas nama Pemerintah Belanda

menyatakan bahwa mereka tidak lagi merasa terikat oleh sesuatu perjanjian

apapun dengan Indonesia dan kemudian menyerang Bandara Maguwo.

Sedangkan, tahun 1949 sebagai batasan akhir penelitian ini, tepatnya pada 10

Juli 1949 yang merupakan tanggal kepulangan Jenderal Soedirman ke

Yogyakarta dari peperangan gerilya tersebut.

1.4 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui strategi perang gerilya sebelum Jenderal Soedirman.

2. Untuk mengetahui strategi perang gerilya dalam pemikiran Jenderal

Soedirman.

3. Untuk mengetahui dampak perang gerilya Jenderal Soedirman bagi

Bangsa Indonesia.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1.5.1 Manfaat Teoritis

5

Dari segi ilmiah penulisan ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu sejarah dan sumbangan ilmiah dalam ilmu sejarah, khususnya dalam kajian tentang perang gerilya dalam pemikiran Jenderal Soedirman 1948-

1949.

1.5.2 Manfaat Praktis a. Bagi Penulis

Bagi peneliti penelitian ini dapat membantu dalam memahami dan menambah pengalaman serta pengetahuan dalam menulis karya ilmiah khususnya tentang perang gerilya dalam pemikiran Jenderal Soedirman 1948-

1949. b. Bagi Universitas

Untuk menambah bahan bacaan yang berguna bagi pembaca baik yang berada dilingkungan Universitas Jambi maupun bagi pembaca yang berada di luar Universitas Jambi khususnya mengenai perang gerilya dalam pemikiran

Jenderal Soedirman 1948-1949. c. Bagi masyarakat

Untuk menjadi tolak ukur masyarakat pada masa sekarang dan menambah ilmu pengetahuan terutama mengenai perang gerilya dalam pemikiran Jenderal Soedirman 11948-1949.

6

1.6 Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka adalah peninjuan kembali pustaka-pustaka yang terkait

(review of literature) yang berfungsi di antaranya untuk mengetahui manfaat penelitian sebelumnya, menghindari duplikasi dan memberikan masalah penelitian. Beberapa karya yang dapat dijadikan tinjauan pustaka dalam penelitian ini, antara lain :

Buku pertama yang dipakai yaitu buku berjudul Panglima Besar Jenderal

Soedirman, Pemimpin Pendobrak Terahir Pejajahan di Indonesia yang dicetak oleh PT Midas Surya Grafindo pada tahun 1991 ini memiliki xxix + 329 halaman.

Buku ini menjelaskan tentang penjajahan Belanda terhadap Indonesia, menjelaskan pula tentang bagaimana perjuangan panglima besar Jenderal

Soedirman memimpin perang gerilya. Keunggulan dari buku ini adalah menjelaskan secara deskriptif dengan tata bahasa yang mudah untuk dipahami serta menjelaskan tentang kisah-kisah keberhasilan perjuangan Jenderal

Soedirman dengan detail. Perbedaan antara buku ini dengan penelitian saya adalah bahwasanya buku ini menceritakan tentang Jenderal Soedirman semenjak menjabat menjadi Panglima Besar, sementara penelitian saya lebih terfokus kepada masa Agresi militer Belanda kedua yang rentang waktunya tentu lebih pendek jika dibandingkan dengan masa Jenderal Soedirman memimpin.

Sementara itu buku kedua-nya yaitu buku karya Yusuf A. Puar yang berjudul Jenderal Soedirman Patriot Teladan. Dicetak pada cetakan ketiga oleh

Yayasan Panglima Besar Soedirman Pustaka Antara pada tahun 1981, memiliki jumlah halaman 1-199. Buku ini menjelaskan sejak Jenderal Soedirman mulai

7

berkembang ketika muda sampai perjuangannya ketika menghadapi agresi militer

Belanda kedua dengan bergerilya. Disini juga digambarkan dengan peta, rute yang dilalui Sang Jenderal selama bergerilya. Buku ini menjadi referensi penulis untuk mengetahui rute gerilya yang dilalui oleh Jenderal Soedirman. Perbedaan buku ini dengn penelitian yang saya buat adalah bahwasanya buku ini menceritakan tentang sosok Jenderal Soedirman yang patut dijadikan teladan, sementara saya lebih membahas tentang pemikiran Jenderal Besar dalam mensiasati perang perilya tahun 1948-1949 tersebut.

Buku ketiga-nya berjudul Soedirman Prajurit TNI Teladan, yang ditulis oleh

Dinas Sejarah TNI AD, diterbitkan di Jakarta (1985). Buku ini disusun dengan gaya naratif terutama untuk menonjolkan faedah-faedah edukatif dan inspiratif daripada sejarah. Sistematika buku ini disusun secara “flashback”. Bagian-bagian pertama diuraikan mengenai pengabdian Soedirman kepada negara RI dan usaha- usahanya dalam membangun TNI, serta perjuangannya secara global dan keberhasilannya dalam mempersatukan para pejuang. Bagian kedua dibahas mengenai pertama kalinya Soedirman memasuki dunia kemiliteran, untuk bagian ketiga dan keempat banyak menceritakan tentang riwayat hidup Soedirman.

Penulisan karya ini lebih difokuskan pada Perjuangan Jendral Soedirman selaku pejuang Indonesia dan bukti fisik apa yang telah berdiri setelah Jenderal

Soedirman melakukan Gerilya pada masa revolusi fisik (1945-1950). Hal ini penting, karena nilai-nilai perjuangan Jenderal Soedirman memberikan pengaruh besar. Buku ini juga sangat membantu penulis untuk menyelesaikan tugas akhir ini. Hanya saja perbedaan buku ini dengan penelitian saya adalah bahwasanya buku ini juga menonjolkan nilai moral yang dimiliki oleh Jenderal pertama

8

Indonesia tersebut, sementara saya lebih mengutamakan pemikiran beliau mengenai strategi bergerilya.

Selanjutnya buku keempat berjudul Soedirman seorang tentara, seorang martir, dicetak oleh KPG bekerjasama dengan majalah Tempo tahun 2012.

Memiliki jumlah halaman xiii+160. Buku ini bercerita tentang Jenderal

Soedirman semenjak memenangkan suara dalam pemilihan Panglima Militer, kemudian terlaksananya siasat jitu no. I hingga hingga penghormatan terakhir di

Semaki. Perbedaannya dengan penelitian yang saya buat adalah bahwasanya buku ini memaparkan kisah hidup Jenderal Soedirman secara umum, sementara saya terfokus pada masa-masa Jenderal Soedirman memimpin perang dengan strategi gerilyanya saja.

1.7 Kerangka Konseptual

Penelitian ini menggunakan teori perang dari Clausewitzh dalam bukunya

On War. Clausewitzh mengatakan bahwa strategi merupakan unsur utama dalam perang, setiap tindakan dalam perang merupakan bagian dari strategi yang dibuat untuk mencapai tujuan. Perang memerlukan strategi, dalam strategi terdapat tiga hal yang perlu diperhatikan untuk memenangkan sebuah perang, yaitu terdiri dari tujuan (ends), sarana atau sumber daya (means) dan cara untuk mencapainya

(ways), taktik pertempuran juga termasuk didalamnya.5

Clausewitz juga berfikir bahwa karena strategi dibentuk untuk mencapai kemenangan dalam perang, maka strategi selalu dipengaruhi oleh unsur-unsur moral, yaitu seorang Jenderal atau panglima tidak harus memiliki kemampuan

5 Ibid, hal.12.

9

teknis yang kuat dalam menghadapi perang, melainkan harus juga memiliki kemampuan daya analisis dan kemampuan intelektual yang disebutnya sebagai

“The Genius for War”. Perang tidak memiliki “manual book”, sehingga hasil yang diraih dalam perang berdasarkan kecerdasan atau kejeniusan dan kemampuan dari sang panglima perang dalam membaca siasat.6 Teori ini dipilih karena sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis seperti yang dijelaskan dibawah ini.

Tahun 1948 sampai 1949 dapat dikatakan merupakan tahun-tahun genting bagi Rakyat Indonesia. hal tersebut dikarenakan Belanda yang hendak kembali menguasai Indoensia pada Agresi militer II. Baru saja pemerintah RI berhasil mengatasi Pemberontakan di Madiun, setelah lewat tengah malam, Dr. Beel atas nama Pemerintah Belanda menyatakan bahwa Belanda tidak lagi merasa terikat oleh sesuatu perjanjian dengan Indonesia (Renville). Pada 19 Desember 1948 pukul 6.45 Belanda memulai gerakannya menduduki Kota Yogyakarta. Dengan pesawat terbang tentara Belanda didatangkan ke Yogyakarta yang kemudian mengadakan kepungan dan serangan terhadap Kota. Serangan yang Belanda lakukan melalui udara tersebut menyerupai gerombolan burung gagak, sehingga serangan ini dinamakan serangan gagak atau Operasi Kraai.7

Agresi Militer Belanda kedua tersebut membuat tentara Indonesia beserta seluruh rakyat bersatu dalam berperang melawan Belanda. Lewat jalur perjuangan maupun diplomasi rakyat Indonesia bergerak dalam posisinya masing masing.

6 Ibid, hal. 14 7 Yusuf A. Puar, Jenderal Soedirman Patriot Teladan (Jakarta: Yayasan Panglima Besar Soedirman Pusaka Antara, 1981), hal. 143.

10

Disinilah para tentara Indonesia kembali berjuang dengan bergerilya yang sejak dulu menjadi strategi andalan para pejuang Indonesia.

Perang gerilya Jenderal Soedirman ini setidaknya memiliki tiga hal besar yang menjadi pokok dari strategi gerilyanya yakni membentuk Wehrkreise di tiap- tiap daerah, mengadakan gerilya secara terus menerus dan merusak fasilitas yang digunakan serta dibutuhkan Belanda untuk melancarkan maksudnya.8 Selama perang gerilya tersebut, tentara Indonesia juga menyusun strategi yang diharapkan agar PBB mengetahui perjuangan Bangsa Indonesia serta memperlihatkan kepada dunia bahwa Indonesia memiliki militer yang cukup baik dan mampu sejajar dengan bangsa-bangsa merdeka yang lain.9

Perang gerilya ini tentu memberikan dampak terhadap perjuangan Bangsa

Indonesia saat itu. Berkat perang gerilya rakyat Indonesia bersatu untuk melawan

Belanda dan dengan perantara gerilya ini pula Indonesia terbebas dari Agresi

Militer Belanda kedua. Selain perang gerilya tahun 1948-1949 yang dipimpin oleh

Jenderal Soedirman ini menjadikan strategi gerilya dikenal luas oleh pelajar militer Indonesia dan menjadi ajang pengalaman dari strategi perang.10

8 Himawan Soetanto. Yogyakarta 19 Desember 1948. Jenderal Spoor (Operatie Kraai) versus Jenderal Sudirman (Perintah Siasat No. 1). (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2006) hal. 363-364) 9 Batara R. Hutagalung. Serangan Umum I Maret 1949 dalam Kaleidoskop Sejarah Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia (Yogyakarta: PT. LKIS Printing Cemerlang. 2010) hal.438 10 Jenderal A.H. Nasution. Op.Cit., hal.22

11

Perang Gerilya Dalam Pemikiran Jenderal Soedirman

Perbedaan gerilya Teori perang (strategi) Siasat perang gerilya Soedirman dengan gerilya Jenderal Soedirman sebelumnya Dipengaruhi oleh panglima

Merusak fasilitas yang Melakukan gerilya secara Membentuk Wehrkreise dibutuhkan Belanda terus menerus disetiap daerah

Dampak perang gerilya

Gambar 1.1 Bagan Paradigma Penelitian

1.8 Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah dengan pendekatan

Studi Pustaka. Metode penelitian sejarah ada 4 langkah yaitu:

a. Heuristik

Heuristik yaitu pengumpulan sumber yang dilakukan oleh peneliti

untuk mengumpulkan sumber sejarah, data sejarah ataupun jejak sejarah.11

Heuristik ini merupakan langkah pertama dalam mencari bukti-bukti baik

12 sumber primer maupun sumber skunder yang diperlukan.

Sumber sejarah yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

a) Sumber Primer

11 Lilik Zulaicha, Metodologi Sejarah (Surabaya: UIN Sunan Ampel Surabaya, 2007) hal. 17 12 Sugeng Priyadi, Metode Penelitian Pendidikan Sejarah (Yogyakarta: Ombak, 2012) hal. 25-29.

12

Sumber primer yaitu sumber yang ditulis oleh saksi hidup yang

mengalami atau mengambil bagian dalam suatu kejadian atau yang hidup

sejaman dengan kejadian itu. Sumber primer merupakan sumber asli,

karena kesaksiannya tidak bersumber dari sumber lain, tetapi dari tangan

pertama. Dalam penelitian mengenai Jenderal Soedirman ini penulis tidak

mendapatkan sumber primer karena keterbatasan tempat dan waktu

kejadian. b) Sumber Sekunder

Sumber sekunder adalah kesaksian dari siapapun yang bukan

merupakan saksi pandangan mata dari seseorang yang tidak hadir pada

peristiwa yang dikisahkannya. Dalam hal ini penulis mempergunakan

buku, surat kabar, majalah, dan beberapa jurnal yang membahas arsip

terkait dengan permasalahan yang diteliti.

Sumber yang berasal dari buku-buku tersebut banyak penulis

dapatkan di perpustakaan wilayah Provinsi Jambi yang terletak di

Kecamatan Telanaipura Kota Jambi. Buku buku tersebut antara lain

adalah

1. Pokok-pokok perang gerilya dan Pertahanan Republik Indonesia di

Masa Lalu dan yang akan Datang yang ditulis oleh Jenderal A.H.

Nasution selaku wakil dari Jenderal Besar Soedirman semasa agresi

militer Belanda kedua.

2. Memenuhi Panggilan Tugas Jilid 2 Kenangan Masa Gerilya” yang

juga ditulis oleh Jenderal A.H. Nasution.

13

3. Jenderal Soedirman Pemimpin Pendobrak Terakhir Penajajahan Di

Indonesia yang ditulis oleh sang pengawal Let. Jen. Tjokropranolo.

4. Laporan dari Banaran Kisah Pengalaman Seorang Prajurit Selama

Perang Kemerdekaan yang ditulis oleh May. Jen. T.B. Simatupang

selaku prajurit selama perang kemerdekaan tersebut.

5. Tahta untuk Rakyat: Celah-Celah Kehidupan Sultan Hamengku

Buwono IX yang ditulis oleh Mohamad Roem.

6. Yogyakarta 19 Desember 1948 Jenderal Spoor (Operatie Kraai)

versus Jenderal Sudirman (Perintah Siasat No. 1 yang ditulis oleh

Let. Jen. Himawan Soetanto.

7. Serangan Umum I Maret 1949 dalam Kaleidoskop Sejarah

Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia yang ditulis

oleh Batara R. Hutagalung.

8. Teuku Umar yang ditulis oleh Mardanas Safwan.

Sumber buku tersebut sebagian yang lainnya penulis dapatkan dari membeli online diantaranya buku yang berjudul

1. Soedirman Bapak Tentara Indonesia yang dikarang oleh Ardian

Kresna

2. Seri buku dari majalah tempo dengan judul “Soedirman Seorang

Panglima Seorang Martir serta seri buku pahlawan nasional yang

berjudul Panglima Besar Jenderal Soedirman”.

3. Takdir Riwayat Pangeran Diponegoro (1785-1855) yang ditulis oleh

Peter Carey.

14

4. Sejarah Indonesia Modern 1200-2008 yang ditulis oleh M.C.

Ricklefs.

5. Tentang perang bagian I terjemahan On War Carl Von Clausewitz

yang ditulis oleh Makmur Supriatno.

6. Pengantar Ilmu Perang yang ditulis oleh Letjen TNI (purn)

Sayidiman Suryohadiprojo.

7. Sebuah novel berjudul “Kupilih Jalan Gerilya” karya E. Rokajat

Asura.

Sementara itu untuk jurnal dan majalah yang juga menjadi sumber

penelitian ini penulis dapatkan dari internet. b. Kritik Sumber

Kritik sumber adalah penilaian sumber-sumber yang dibutuhkan guna mengadakan penulisan sejarah. Penilaian sumber dibutuhkan untuk mengetahui apakah data yang terdapat disumber tersebut dapat dipertanggungjawabkan isinya. Penilaian juga dibutuhkan untuk menilai kredebilitas dan keaslian suatu sumber. Kritik sumber terbagi menjadi kritik Ekstern dan Kritik Intern. Kritik

Eksternal bertujuan untuk menguji keaslian suatu sumber, agar diperoleh sumber yang sungguh-sungguh asli dan bukannya tiruan atau palsu. Sumber yang asli biasanya waktu dan tempatnya diketahui. Makin luas dan makin dapat dipercaya pengetahuan kita mengenai suatu sumber, akan makin asli sumber itu.

Kritik internal bertujuan menguji sejauh mana informasi yang terdapat di dalam sumber apakah benar dapat dipercaya dan kredibel. Artinya peneliti atau sejarawan harus menentukan seberapa jauh dapat dipercaya fakta-fakta yang di

15

peroleh dari suatu sumber sejarah.13 c. Interpretasi

Interpretasi berarti menafsirkan atau memberi makna pada fakta-fakta

(facts) atau bukti-bukti sejarah (evidences). Interpretasi adalah upaya penafsiran atas fakta-fakta sejarah dalam kerangka rekonstruksi realitas masa lampau, fakta- fakta sejarah yang jejak-jejaknya masih nampak dalam berbagai peninggalan dan dokumen hanyalah merupakan sebagian dari fenomena realitas masa lampau dan yang harus disadari bahwa fenomena itu bukan realitas masa lampau itu sendiri.

Tugas interpretasi adalah memberikan penafsiran dalam kerangka memugar suatu rekonstruksi masa lampau. Fakta-fakta sejarah dalam kaitannya dengan tugas atau fungsi rekonstruksi adalah hanya sebagai sebagian bukti di masa sekarang bahwa realitas masa lampau pernah ada dan pernah terjadi.14 Penjelasan mengenai fakta-fakta sejarah dapat diuraikan dengan menggunakan teori atau konsep-konsep ilmu sosial. d. Historiografi

Historiografi yaitu penyajian yang berupa sebuah cerita sejarah. Dalam penelitian ini akan disajikan dalam bentuk cerita sejarah yang tersusun secara sistematis dan kronologis. Tujuan Historiografi adalah merangkaikan kata-kata menjadi kisah sejarah.15

Setelah bab satu ini di buat dan kemudian disetujui, maka tahap terakhir

13 Daliman. “Metode Penelitian Sejarah”. (Yogyakarta : Penerbit Ombak. 2012). hal 65. 14 A. Daliman, Metode Penelitian Sejarah (Yogyakarta: Ombak, 2015) hal. 83 15 Sugeng Priyadi, Metode Penelitian Pendidikan Sejarah (Yogyakarta: Ombak, 2012) hal.37

16

yang juga merupakan puncak dari penelitian ini adalah penulisan sejarah. Berupa sebuah deskripsi dan narasi dari sebuah peristiwa yang merupakan gabungan sumber dan fakta-fakta dilapangan.

1.9 Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pemahaman dan agar pembaca skripsi segera mengetahui pokok-pokok pembahasan skripsi. Maka penulis akan mendeskripsikan ke dalam bentuk kerangka skripsi.

Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari : bagian muka, bagian isi dan bagian akhir. Bagian muka terdiri dari halaman sampul, halaman judul, halaman persetujuan pembimbing, halaman pengesahan, halaman pernyataan, halaman motto, halaman persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar, daftar lampiran, daftar singkatan dan halaman abstrak. Sedangkan bagian isi terdiri dari empat bab, yang masing-masing bab terdiri dari beberapa sub bab dengan susunan sebagai berikut :

Bab I : Pendahuluan

Dalam bab ini dikemukakan latar belakang, rumusan masalah,

fokus penelitian, ruang lingkup penelitian, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, tinjauan pustaka, kerangka konseptual,

metode penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II : Strategi Perang Gerilya sebelum Jenderal Soedirman

Membahas pengertian perang gerilya, strategi bergerilya,

kelebihan dan kekurangan strategi tersebut dan beberapa

perang dengan strategi gerilya yang pernah dilakukan oleh

pahlawan-pahlawan Indonesia sebelum masa Jenderal

17

Soedirman.

Bab III : Strategi Perang Gerilya dalam Pemikiran Jenderal Soedirman

Membahas ide yang dimiliki dan strategi yang digunakan oleh

Jenderal Soedirman dalam memimpin perang gerilya melawan

Agresi Militer Belanda kedua.

Bab IV : Dampak Perang Gerilya Jenderal Soedirman

Membahas dampak dari adanya perang gerilya bagi rakyat

Indonesia, Belanda dan NKRI

Bab V :Merupakan bab terakhir dan penutup dari keseluruhan

rangkaian pembahasan skripsi ini, maka penulis

mengungkapkan beberapa kesimpulan hasil studi analisis

permasalahan, kemudian diikuti dengan saran-saran, dan

diakhiri dengan penutup.