Akademi Militer Yogya: Pembentukan Perwira Di Tengah Desing Peluru 1945—1950

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Akademi Militer Yogya: Pembentukan Perwira Di Tengah Desing Peluru 1945—1950 Akademi Militer Yogya: Pembentukan Perwira di Tengah Desing Peluru 1945—1950 Annisa Adelia Gitaprana dan Toebagus Lutfi Program Studi Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia [email protected] Abstrak Penelitian ini membahas pendidikan perwira Angkatan Darat pada tahun 1945—1950 melalui Akademi Militer yang bertempat di Yogyakarta. Situasi dan kondisi Indonesia yang belum stabil karena baru merdeka menyebabkan pendidikan di Akademi Militer Yogya tidak dapat berjalan seperti pada umumnya. Adanya upaya Belanda kembali menguasai Indonesia melalui Agresi Militer Belanda I dan II mengharuskan para tarunanya untuk ikut bertempur mempertahankan kemerdekaan. Perbedaan latar belakang beberapa golongan di tubuh tentara Indonesia masa itu juga mempengaruhi pendidikan di Akademi Militer. Keadaan yang demikian menjadikan taruna Akademi Militer Yogya menjadi taruna pejuang yang lebih dulu berjuang sebelum menjadi perwira. Skripsi ini menggunakan metode penelitian sejarah dan menggunakan kaidah penulisan ilmiah. Kata kunci: Tentara Nasional Indonesia, Angkatan Darat, Akademi Militer. panag Military Academy Yogya: The Officers Established in The Middle of Bullets Whiz 1945—1950 Abstract This research disscuses about Indonesian army officers educated in 1945—1950 by Military Academy in Yogyakarta. Education of Yogya Military Academy could not operate conventionally due to situation and condition in Indonesia which, at that time, was unstable because it had just reached the its freedom. Netherland attempted to occupy Indonesia through First and Second Military Aggression and all of this academy cadets must took part on the battle for defending Indonesian independence. The diversity background among groups in military institution had influenced Yogya Military Academy’s education too. Those situations turned Yogya Military Academy’s cadets into crusader cadets which experienced the battle first before they became officers. This thesis uses the history research method and scientific writing rules. Key words: Tentara Nasional Indonesia, Indonesian Army, Military Academy. Pendahuluan Akademi Militer merupakan sebuah wadah penanaman nilai-nilai keprajuritan bagi calon perwira Angkatan Darat (Britton, 1996:82). Lembaga pendidikan militer di Indonesia bermunculan dengan cepat di berbagai daerah di Indonesia setelah pemerintah secara resmi melalui Maklumat No. 6 membentuk Tentara Keamanan Rakyat (TKR) pada 5 Oktober 1945. Indonesia resmi memiliki tentara setelah hampir dua bulan merdeka. Sebelumnya, Urip Sumoharjo, seorang pensiunan perwira KNIL, melontarkan pendapatnya mengenai Akademi militer..., Annisa Adelia Gitaprana, FIB UI, 2015 Indonesia, “Aneh, negara zonder tentara”. Kritik atas ketiadaan tentara resmi di awal kemerdekaan Indonesia juga muncul dari berbagai kalangan, salah satunya dari golongan mantan perwira KNIL yang lebih muda dari Urip, seperti A. H. Nasution. Nasution beranggapan bahwa membentuk tentara resmi setelah hampir dua bulan Indonesia merdeka adalah kesalahan yang dilakukan pemerintah. Jika pemerintah segera meresmikan berdirinya suatu organiasasi tentara sejak awal kemerdekaan, maka TKR akan menjadi organisasi tentara dengan persenjataan yang memadai dengan bermodalkan senjata hasil rampasan dari PETA. Meski begitu, pemerintah memiliki tanggapan lain. Bagi pemerintah yang menitikberatkan perjuangan melalui jalur diplomasi, membentuk suatu tentara resmi pada masa awal kemerdekaan akan menimbulkan kecurigaan bagi Sekutu. Jika timbul kecurigaan, maka dapat mempersulit upaya diplomasi Indonesia. Oleh karenanya, pada awal kemerdekaan pemerintah lebih memilih membentuk Badan Keamanan Rakyat (BKR) yang berada di bawah Badan Penolong Keluarga Korban Perang (BPKKP) (Markas Besar TNI Pusat Sejarah dan Tradisi TNI, 2000:1). Setelah hampir dua bulan merdeka, pemerintah kemudian meresmikan TKR sebagai tentara resmi. Urip yang kemudian aktif kembali sebagai tentara dalam TKR, ditunjuk sebagai Kepala Staf Umum. Dengan jabatan baru tersebut, Urip juga mendapat tugas serta pangkat baru sebagai Letnan Jenderal. Sebagai Kepala Staf Umum, Urip bertugas membentuk organisasi TKR yang teratur. Oleh karenanya, didirikanlah Markas Besar TKR di Yogyakarta oleh Urip. Dipilihnya Yogyakarta karena pada awal Oktober Pasukan Sekutu dan NICA sudah menduduki beberapa titik di Ibu Kota Jakarta, sehingga Jakarta sudah tidak lagi kondusif. Untuk menjadikan TKR sebagai organisasi tentara yang teratur, Urip lalu membagi TKR kedalam beberapa divisi. Semula rencananya akan dibentuk empat divisi yakni tiga divisi di Jawa dan satu divisi di Sumatera, ternyata hal tersebut tidak dapat terlaksana sesuai rencana karena jumlah prajurit TKR yang begitu banyak. Kemudian diputuskan dibentuk sepuluh divisi di Jawa dan enam divisi di Sumatera. Setelah membentuk divisi-divisi tersebut, Urip kemudian menyadari bahwa TKR memiliki masalah yang krusial dalam hal personalia. Jumlah prajurit TKR yang besar ternyata tidak sebanding dengan jumlah perwira yang mampu memimpin mereka. TKR saat itu hanya memiliki perwira dalam jumlah yang sedikit. Kehadiran para perwira baru dibutuhkan segera untuk memimpin prajurit TKR agar pembagian divisi yang telah disusun berjalan dengan efektif. Situasi yang tidak kondusif serta dengan keadaan personalia TKR yang seperti itu menambah keresahan para petinggi TKR Akademi militer..., Annisa Adelia Gitaprana, FIB UI, 2015 khususnya Urip. Jika tetap dibiarkan, maka TKR dapat kehabisan perwira karena gugur dalam pertempuran. Kondisi yang seperti itu kemudian direspon Urip dengan mencetuskan pendirian Sekolah Militer di Yogyakarta yang bersifat darurat, termasuk di dalamnya Akademi Militer Yogya. Permasalahan yang kemudian muncul adalah bagaimana upaya TKR untuk memenuhi kebutuhan perwira melalui pendidikan di Akademi Militer Yogya dalam situasi yang tidak stabil. Pada umumnya, akademi militer berjalan pada situasi, kondisi, dan lokasi yang stabil sebagai wadah penanaman nilai-nilai keprajuritan. Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan berlangsungnya pendidikan di Akademi Militer Yogya yang beroperasi di tengah pecahnya perang kemerdekaan. Tujuan lain dari penulisan karya ini yaitu diharapkan mampu menambah khazanah historiografi khususnya pada ranah militer. Penelitian ini pula diharapkan dapat menjadi acuan dalam meneliti sejarah militer Indonesia selanjutnya, khususnya sejarah Angkatan Darat. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah. Metode sejarah memiliki beberapa langkah sebelum pada akhirnya sampai pada tahap penulisan. Langkah- langkah tersebut dimulai dari heuristik atau pencarian sumber. Setelah sumber didapatkan lalu dikritik. Kritik sumber sendiri terbagi menjadi dua yakni kritik eksternal dan kritik internal. Kritik eksternal yaitu kritik secara umum mengenai sumber tersebut, seperti tahun terbit sumber, lembaga yang merilis sumber tersebut, atau penulis sumber tersebut. Sedangkan Kritik internal merupakan kritik terhadap konten atau kandungan sumber tersebut. Tahap selanjutnya, dilakukan interpretasi terhadap sumber-sumber tersebut. Terakhir, hasil dari interpretasi tersebut lalu dituangkan ke dalam tulisan, tahap tersebut disebut tahap historiografi. Dalam penelitian ini, telah dilakukan tahap heuristik. Pencarian sumber telah dilakukan ke beberapa perpustakaan, antara lain; Perpustakaan Pusat Universitas Indonesia; Perpustakaan Nasional Republik Indonesia; Perpustakaan Pusat Sejarah TNI; Perpustakaan Televisi Republik Indonesia (TVRI); dan Perpustakaan Akademi Militer di Magelang. Selain perpustakaan, penulis juga telah mengunjungi beberapa tempat untuk mendapatkan sumber primer, antara lain; Bagian koleksi koran langka Museum Taruna Abdul Djalil Akademi Akademi militer..., Annisa Adelia Gitaprana, FIB UI, 2015 Militer di Magelang; Perpustakaan Nasional Republik Indonesia; Bagian koleksi majalah langka Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (PNRI); Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI); dan Dinas Dokumentasi Pusat Sejarah TNI. Penulis juga telah mewawancarai dua orang tokoh yang terlibat langsung dalam Akademi Militer Yogya pada tahun 1945 hingga 1950. Selain itu pula, telah dilakukan pencarian sumber menggunakan mesin pencari di internet dan telah menemukan dua buah laman (website) dari dua orang alumni Akademi Militer Yogya. Kendala yang dihadapi dalam melakukan heuristik adalah rumitnya prosedur untuk mengakses dokumen terkait. Seperti pada saat penulis mengunjungi Dinas Dokumentasi Pusat Sejarah TNI, informasi awal yang penulis dapatkan dengan prosedur yang berlaku ternyata tidak sama sehingga pada kunjungan pertama ke Dinas Dokumentasi Pusat Sejarah TNI tidak menghasilkan apapun. Kendala lain terkait pengaksesan sumber juga terjadi di Arsip Nasional Republik Indonesia, beberapa sumber berupa hasil wawancara tidak dapat diakses dengan alasan elevator yang menjangkau ruang penyimpanan arsip media baru sedang rusak dan belum dapat diperbaiki. Hal serupa juga terjadi di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, cukup banyak buku yang diperlukan dalam penelitian ini tidak dapat diakses karena layanan pada beberapa ruang koleksi di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia sedang tidak beroperasi untuk waktu yang lama. Setelah pengumpulan sumber, tahap berikutnya kritik sumber. Tahapan ini terbagi menjadi dua yakni kritik eksternal dan kritik internal. Dalam tahap kritik eksternal, penulis mengritik sumber dari aspek tahun terbit sumber, lembaga yang merilis sumber tersebut, serta penulis sumber tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk menilai kredibilitas
Recommended publications
  • 461114 1 En Bookbackmatter 209..247
    Conclusion: Convergent Paths In November 1945, the President of the Republic of Vietnam, Hồ Chí Minh, sent a letter addressed to ‘the President of the Republic of Indonesia’, proposing that a joint declaration of solidarity to be made by Indonesia and Vietnam in the form of a ‘Preparatory Commission Struggling for a Federation of the Free Peoples of Southern Asia’. The letter, entrusted to an American journalist named Harold Isaacs, did not reach President Soekarno.1 It was handed to Vice-President Mohammad Hatta, who then passed it on to Prime Minister Sutan Sjahrir. Sjahrir discussed the offer with Soedjatmoko Koko, the interpreter to foreign correspon- dents of the Republican government, but told him that he would not reply and preferred just to ignore the letter. Sjahrir indifference sprang from his conviction that the situation in Indonesia and Vietnam were very different. The Indonesian nationalists were up against the Dutch, who were ‘a weak colonial power and could be defeated quickly.’ Hồ Chí Minh had to contend with the French, who could and would resist him for a long time. Furthermore, he looked askance at the fact that the DRV government depended on support from the communists, which was not the case in Indonesia. In conclusion, Sjahrir argued, ‘If we ally ourselves with Hồ Chí Minh, we shall weaken ourselves and delay Independence.’2 The story of the missed opportunity for cooperation between Vietnam and Indonesia3 as a result of Sjahrir’s ‘betrayal of the greater Asian revolution’,as 1Harold Robert Isaacs is the author of No Peace for Asia, which has been cited widely in this dissertation.
    [Show full text]
  • The Professionalisation of the Indonesian Military
    The Professionalisation of the Indonesian Military Robertus Anugerah Purwoko Putro A thesis submitted to the University of New South Wales In fulfilment of the requirements for the degree of Doctor of Philosophy School of Humanities and Social Sciences July 2012 STATEMENTS Originality Statement I hereby declare that this submission is my own work and to the best of my knowledge it contains no materials previously published or written by another person, or substantial proportions of material which have been accepted for the award of any other degree or diploma at UNSW or any other educational institution, except where due acknowledgement is made in the thesis. Any contribution made to the research by others, with whom I have worked at UNSW or elsewhere, is explicitly acknowledged in the thesis. I also declare that the intellectual content of this thesis is the product of my own work, except to the extent that assistance from others in the project's design and conception or in style, presentation and linguistic expression is acknowledged. Copyright Statement I hereby grant to the University of New South Wales or its agents the right to archive and to make available my thesis or dissertation in whole or in part in all forms of media, now or hereafter known. I retain all property rights, such as patent rights. I also retain the right to use in future works (such as articles or books) all or part of this thesis or dissertation. Authenticity Statement I certify that the Library deposit digital copy is a direct equivalent of the final officially approved version of my thesis.
    [Show full text]
  • The Making of Middle Indonesia Verhandelingen Van Het Koninklijk Instituut Voor Taal-, Land- En Volkenkunde
    The Making of Middle Indonesia Verhandelingen van het Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde Edited by Rosemarijn Hoefte KITLV, Leiden Henk Schulte Nordholt KITLV, Leiden Editorial Board Michael Laffan Princeton University Adrian Vickers Sydney University Anna Tsing University of California Santa Cruz VOLUME 293 Power and Place in Southeast Asia Edited by Gerry van Klinken (KITLV) Edward Aspinall (Australian National University) VOLUME 5 The titles published in this series are listed at brill.com/vki The Making of Middle Indonesia Middle Classes in Kupang Town, 1930s–1980s By Gerry van Klinken LEIDEN • BOSTON 2014 This is an open access title distributed under the terms of the Creative Commons Attribution‐ Noncommercial 3.0 Unported (CC‐BY‐NC 3.0) License, which permits any non‐commercial use, distribution, and reproduction in any medium, provided the original author(s) and source are credited. The realization of this publication was made possible by the support of KITLV (Royal Netherlands Institute of Southeast Asian and Caribbean Studies). Cover illustration: PKI provincial Deputy Secretary Samuel Piry in Waingapu, about 1964 (photo courtesy Mr. Ratu Piry, Waingapu). Library of Congress Cataloging-in-Publication Data Klinken, Geert Arend van. The Making of middle Indonesia : middle classes in Kupang town, 1930s-1980s / by Gerry van Klinken. pages cm. -- (Verhandelingen van het Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde, ISSN 1572-1892; volume 293) Includes bibliographical references and index. ISBN 978-90-04-26508-0 (hardback : acid-free paper) -- ISBN 978-90-04-26542-4 (e-book) 1. Middle class--Indonesia--Kupang (Nusa Tenggara Timur) 2. City and town life--Indonesia--Kupang (Nusa Tenggara Timur) 3.
    [Show full text]
  • Daftar Nama Pahlawan Nasional Republik Indonesia
    DAFTAR NAMA PAHLAWAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA Asal Daerah / NO Nama SK Presiden Daerah Ket Pengusul Abdul Muis 218 Tahun 1959 1. Sumatera Barat 1883 – 1959 30 – 8 – 1959 Ki Hadjar Dewantoro 305 Tahun 1959 2. D.I. Yogyakarta 1889 – 1959 28 – 11 – 1959 Surjopranoto 310 Tahun 1959 3. D.I. Yogyakarta 1871 – 1959 30 – 11 – 1959 Mohammad Hoesni Thamrin 175 Tahun 1960 4. DKI Jakarta 1894 – 1941 28 – 7 – 1960 K.H. Samanhudi 590 Tahun 1961 5. Jawa Tengah 1878 – 1956 9 – 11 – 1961 H.O.S. Tjokroaminoto 590 Tahun 1961 6. Jawa Timur 1883 – 1934 9 – 11 – 1961 Setyabudi 590 Tahun 1961 7. Jawa Timur 1897 – 1950 9 – 11 – 1961 Si Singamangaradja XII 590 Tahun 1961 8. Sumatera Utara 1849 – 1907 9 – 11 – 1961 Dr.G.S.S.J.Ratulangi 590 Tahun 1961 9. Sulawesi Utara 1890 – 1949 9 – 11 – 1961 Dr. Sutomo 657 Tahun 1961 10. Jawa Timur 1888 – 1938 27 – 12 – 1961 K.H. Ahmad Dahlan 657 Tahun 1961 11. D.I. Yogyakarta 1868 – 1934 27 – 12 – 1961 K.H. Agus Salim 657 Tahun 1961 12. Sumatera Barat 1884 – 1954 27 – 12 – 1961 Jenderal Gatot Subroto 222 Tahun 1962 13. Jawa Tengah 1907 – 1962 18 – 6 1962 Sukardjo Wirjopranoto 342 Tahun 1962 14. Jawa Tengah 11903 – 1962 29 – 10 – 1962 Dr. Ferdinand Lumban Tobing 361 Tahun 1962 15. Sumatera Utara 1899 – 1962 17 – 11 – 1962 K.H. Zainul Arifin 35 Tahun 1963 16. Sumatera Utara 1909 – 1963 4 – 3 – 1963 Tan Malaka 53 Tahun 1963 17. Sumatera Utara 1884-1949 28 – 3 – 1963 MGR A.Sugiopranoto, S.J.
    [Show full text]
  • Plagiat Merupakan Tindakan Tidak Terpuji
    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PERUBAHAN BADAN KEAMANAN RAKYAT MENJADI TENTARA NASIONAL INDONESIA DARI TAHUN 1945-1948 MAKALAH Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sejarah Disusun oleh: Geovani Louisa Gospa Cotera NIM: 101314012 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2014 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI iii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI MOTTO † Untuk segala sesuatu ada waktunya Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. (Pengkotbah Pasal 3) † Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu akan menerimanya. (Matius 21:22) † Setiap pencapaian yang bermanfaat, besar atau kecil, memiliki tahap yang membosankan dan keberhasilan: sebuah permulaan, sebuah perjuangan dan sebuah kemenangan. (Mahatma Gandhi) iv PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PERSEMBAHAN Makalah ini saya persembahkan kepada: Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria teladanku yang senantiasa mendampingi dan melindungiku dalam setiap langkah hidupku. Kedua orang tuaku Bapak Sutejo Simon dan Ibu Corona Nian Sari yang selalu memberiku perhatian, dukungan, semangat, dan mendoakanku untuk berjuang demi masa depanku. Adikku Gema Yulenta Gospa Cotera yang selalau memberiku semangat. Natalio Haryogi yang selalu memberi semangat, dukungan dan doa. Saudara dan
    [Show full text]
  • Authoritarian Modernization in Indonesia's Early
    chapter 6 The Managers of Social Engineering Abstract This chapter discusses the implementation of scientific management theories in the context of the Guided Democracy’s revolutionary effort to remake the Indonesian per- son. Studies into the administrative problems in the early 1950s has pointed out the cultural problem of administration. Classes on such themes as leadership strength- ened the idea of a cultural pathology rooted in feudal Indonesian culture. Instead, an idealized image of the village with its corporatist values of gotong royong became one of the mainstay in the discussion of Indonesian administration. This would translate in the creation of a series of institution meant to discipline the civil service and wid- er population. Indoctrination courses, surveillance and retooling were the means to which the behavioral problem of the Indonesian man could be rationalized so as to support development. The support for this behavioral indoctrination came from both scientific management and Indonesian ideas of traditional corporatism. The concept of discipline was bifurcated within the divide between the experts and the rest. Thus, Indonesian behavioral discipline was often a form of re- traditionalization allowing for the expert to take on the authority of tradition. This again highlights the ease with which scientific management was reincarnated to support an Indonesian corporative order that was illiberal and undemocratic. Keywords cultural pathology – traditional corporatism – managerial indoctrination – re- traditionalization This chapter discusses both the implementation of scientific management and the efforts of the government to instil discipline in its civil service with the stated aim of eradicating corruption. The policymakers at the national level assumed that the problem of corruption was the Indonesian Man himself be- cause he was, in their eyes, incapable, inefficient, and corrupt.
    [Show full text]
  • Pluralisme Buya Syafii Maarif: Gagasan Dan Pemikiran Sang Guru Bangsa I
    Pluralisme Buya Syafii Maarif: Gagasan Dan Pemikiran Sang Guru Bangsa i PLURALISME BUYA SYAFII MAARIF: Gagasan Dan Pemikiran Sang Guru Bangsa Muhammad Qorib ii Muhammad Qorib Copy right ©2019, Muhammad Qorib All rights reserved PLURALISME BUYA SYAFII MAARIF: GAGASAN DAN PEMIKIRAN SANG GURU BANGSA Muhammad Qorib Kata Pengantar: Prof. Dr. Hasyimsyah Nasution, MA. dan Dr. Agussani, M.A.P. Editor: Akrim, M.Pd & Gunawan, M.TH Desain Sampul: Ruhtata Lay out/tata letak Isi: Tim Redaksi Bildung Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT) Pluralisme Buya Syafii Maarif: Gagasan dan Pemikiran Sang Guru Bangsa/Muhammad Qorib/Yogyakarta: CV. Bildung Nusantara, 2019 xxiv + 432 halaman; 15,5 x 23 cm ISBN: 978-602-52639-7-2 Cetakan Pertama: Januari 2019 Penerbit: BILDUNG Jl. Raya Pleret KM 2 Banguntapan Bantul Yogyakarta 55791 Telpn: +6281227475754 (HP/WA) Email: [email protected] Website: www.penerbitbildung.com Anggota IKAPI Hak cipta dilindungi oleh undang‐undang. Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku tanpa seizin tertulis dari Penerbit. Pluralisme Buya Syafii Maarif: Gagasan Dan Pemikiran Sang Guru Bangsa iii KATA PENGANTAR PIMPINAN WILAYAH MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA بِ ْس ِم ﱠﷲِ ﱠالر ْح َم ِن ﱠالر ِح ِيم الحمد � أشھد أن ﻻ إله إﻻ ﷲ وحده ﻻشريك له واشھد أن محمداً عبده ورسوله اللھم ّصل على ٍمحمد وعلى آله وصحبه ومن تبعه بإحسان إلى يوم الدين Allah SWT. menganugerahi manusia kerinduan untuk menyembah-Nya (fithrah) dan keragaman potensi (al-quwwah) sebagai hidayah untuk berkreasi dalam hidup yang melahirkan keragaman dalam berbagai bentuk. Hal ini adalah keniscayaan dalam berketuhanan dan berkemanusiaan di tengah kehidupan umat manusia yang perwujudannya melahirkan nilai-nilai kesepakatan universal.
    [Show full text]
  • The University of Hull
    The University of Hull GENDER, DEVELOPMENT AND SOCIAL CHANGE IN ROTE, EASTERN INDONESIA being a Thesis submitted for the Degree of DOCTOR OF PHILOSOPHY in the Centre for South-East Asian Studies by Maria Agustina Noach-Patty Dra in History and Anthropology (Satyawacana Christian University in Salatiga, Indonesia) Master of Affective Education (State University of New York, Oswego, U. S.A. ) October 1995 GENDER, DEVELOPMENT AND SOCIAL CHANGE IN ROTE, EASTERN INDONESIA by Maria Agustina Noach-Patty ABSTRACT This thesis explores gender relations in the island of Rote in Indonesia. It examines Rotenese social organization and the role of women in development. In this case the researcher is of the same culture of the people being studied: the analysis is derived from social science informed by local knowledge. The thesis argues that gender relations among the Rotenese have a complementary nature. Rotenese society and culture have been subjected to many dualistically inclined interpretations. In this analysis of Rotenese social organization dualism is shown to be fundamental to all aspects of Rotenese life. Gender relations, therefore, are discussed in terms of a binary category. It is impossible to study women in isolation from men because in the Rotenese cultural context they function as a pair. This dualism, which at first sight gives a sense of opposition between male and female, and between 'outer house' (male) and 'inner house' (female) domains, is revealed on closer examination as a complementary relationship, in which the two halves, men and women, make a complete whole. The main themes considered in this thesis are as follows: (i) The political system of Rote from the colonial past to the present is discussed by reference to its dualistic orientation.
    [Show full text]
  • HERMAN JOHANNES LAM Dedicated
    Dedicated to HERMAN JOHANNES LAM Dedication The completion of the seventh volume of this Flora gives me the occasion to dedicate this volume to HERMAN JOHANNES LAM, who from the beginning was intimately connected with the taxonomical study of the flora of the Malesian region, adopted the working team, provided for it a permanentniche in his institute, and finally played an important role when the perpetuating of its existence was threatened in 1958. HERMAN LAM was born in Veendam, January 3rd, 1892. His father was an organic chemist and taught chemistry at Veendam. There was a possibility that he would be attached to the Uni- the versity at Groningen, but he accepted a new post in Rotterdam, in 1893, to set up first municipal food-inspection department in Holland; this stood model for such inspections annex laboratories in other places. He also had a major share in the realisation of the Dutch ‘Codex alimentarius'. Rotterdam HERMAN and Thus, it was at that grew up received a 'classical' education at the Erasmianum' he did 'Gymnasium (1904-1911). Though not have an enthusiastic teacher he decided to study natural history, at his father's suggestion at the University of Utrecht. This study lasted from 1911-1919. Just before the first World War (1914-1918) he managed to his but this he in service of get B.Sc., during war was military part each year. During the he allowed academic thanks of winter months was to pursue his studies, to the support his biology professors. It was quite an achievement to have this study crowned by a thick thesis (April 7th, 1919) within eight years under these difficult circumstances, as such would be the HERMAN least required in peace-time.
    [Show full text]
  • Bulletin Vol
    THE YEAR OF INTEGRITY BULLETIN VOL. 78 | 22 AUGUST 2021 SYNERGIZE FOR THE NATION Vision To be a “House of Prayer for all nations” - Isaiah 56 :7b Mission A praying and witnessing church who have a close personal relationship with The Lord, to change the world for the glory of the Lord. Bethany International Church [email protected] @bicmelbourne www.bethanymelb.org.au +61396999077 FOUNDING PASTOR Rev Niko Njotoraharjo SENIOR PASTOR Ps Djohan Handojo PASTOR Ps Daniel Prajogo Associate Pastor Ps Unggul Santika Ps Iwan Adinugroho Prophetic, Praise & Worship Pastor Ps Hemah Demak Panjaitan Ps Suzana Tahir Next Generation Pastor Teaching Pastor Ps Rudy Nurtanaya Ps Daniel Hardjosuwito Mission & Evangelism Pastor Ps Gideon Gunawan Pastoral Care Office Manager Ps Lily Karto Ps Suzana Tahir PAGE 01 COOL LIST MAIN FAMILY Canaan — Kezia, Freddie Antioch — Jahja, Gunady Ephratah — Steven, Henry Tiberias — Andre, Albert Berea - Bethesda — Romy Gethsemane — Michael, Rudy Bethlehem — Felix, Fransisca Jerusalem — Hestu Jordan — Sony, Wilfred Mt Hermon — Lily, Unggul Horeb — Ferry, Febria Phillipi — Hariyanto, Ivan Bethany — Paulus, Erina Shekinah — Alice Bethel — Adel, Patricia Tabernacle — Sandi Cana — Bobby Westal — Michael Philadelphia - Pniel — Dwi, Vero Moriah — Elve, Calista 180 Ephraim — Sonia, Kendrew Macedonia — Eric, Alicia Ekklesia — Edo, Ica Shiloh — Daniel, Clarissa Emmaus — Fabian, Priska Galilee — Kevin Y, Corine NEXT GEN Gennesaret — Reinetta, Albert Judea — Valentina, Sylvio Gilgal - Carmel — Erika, Mike Judah — Aldo, Kezia M. Hebron - Philippi — Yoseph, Rian Israel — Catherine, Jerry Zion — Monica, Raymond Jeremiah — Sinta, Kevin W. Eden — Jennifer Heaven — Pauline PAGE 02 PAGE 03 DEVOTION Bersinergi Bagi Bangsa “Usahakanlah kesejahteraan kota ke mana kamu Aku buang, dan berdoalah untuk kota itu kepada TUHAN, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu.” Yeremia 29:7 Kemerdekaan adalah sebuah Sudarso, Urip Sumoharjo, Tahi Bonar keadaan bebas dari penjajahan, Simatupang dan masih banyak tokoh- perhambaan dan sebagainya.
    [Show full text]
  • Vol L. No. 2. Desember
    Voll. No.2. Desember VeteranMendambakan Damai karena Mengenal Perang -,p VrruRm Salam Redaksi Maialah Veteran No. 2. ini Daftar Isi diterbitkan dengantetap menjelaskan keadazn dan kegiztzn palr^ Veteran SalamRedaksi dan organisasinya Legiun Veteran Amandemen UUD'45 Harus Dikaji Ulang Republik Indonesia, di samping LVRI 54 Tahun menyampaikan pikiran-pikiran dan LVRI SiapkanUji Materi Undang-UndangNo.20l2009 11 hanpan-harapan p^ra Veteran. Pembantaianoleh NICA di TemanggungTahun 1948/1949 1,4 Sejarah Perjuangan Bangsa, baik Pertempuran di Bangka Belitung 18 pembant^t^nNICA di Temanggung, Pertempuran Margarana di Bali 21 Pertempuran di Bangka Belitung dan Desa Marga, Bali serta liputan LVRI Peringati Hari Pahlawan kegiatan-kegiatan dalam nngka Tali Asih untuk Veteran peringatan 10 Nopember 2010 Pahlawanitu ditenrukan oleh Sflaktudan Tempat dengan berbagzt m^c^m kegiatan Veterandalam Gambar 29 sosialnya merupakan beberapa di \Telcome Cambodia 33 antarany^. Lebih khusus adalah Konferensi InternasionalKe-7 WVF di Paris 36 mengenaiHUT LVRI ke-54. Medali WVF untuk D. Ashari 39 Sebagai harapan kami kepada Afganistan pembaca, apabtla mempunyai Hati yang Tenang catatan-catatan, i de-id e, p engalaman- 45 pengalaman atau-pun tulisan-tulisan Hidayat Tokoh di Balik PDRI y^ng bersifat perjuangan, sangat Obrolan Masalah ESB @konomi, Sosialdan Budaya) diharapkan untuk menambah isi HIPVI Tetap Eksis Majalah Veteran terbitan selanjutnya. Ragam Kehidupan Semoga majalah ini dapat SKEP Hymne Veteran memenuhiharapan pan pembaca. Hymne Veteran 55 Himawan Soetanto, Prajurit Kujang Asal Magetan, Telah Tiada 56 Redaksi Gugur Bunga PenerbitDEWAN PIMPINAN PUSAT LVRI, DPP LVRI . GedungVeteran Rl "GrahaPurna Yudha" Jl. Jenderal Sudirman Kav. 50 Jakarta12930 . Telp.(021 ) 5254105,5252449, 25536744 . Fax. (021 ) 5254137Pembinal PenasehatRais Abin - KetuaUmum DPP LVRI, Gatot Suwardi - Wakil KetuaUmum I DPPLVRI, HBL.
    [Show full text]
  • 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perang
    BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perang merupakan suatu duel atau pergulatan secara besar-besaran, masing-masing pihak mencoba memaksa pihak yang lain dengan kekuatan fisiknya untuk tunduk kepada kehendaknya. Dengan demikian maka perang adalah suatu tindakan kekerasan untuk memaksa musuh tunduk dan menuruti kehendaknya.1 Terdapat dua jenis perang yaitu perang konvensional dan perang non konvensional. Perang konvensional adalah perang secara langsung dan secara fisik, sementara perang non konvensional adalah perang tidak langsung dan nonfisik. Yang termasuk kategori perang Non-Konvensional, yaitu perang yang dilakukan dengan cara yang tidak sesuai dengan peraturan Konvensi Jenewa (serangkaian atauran untuk memperlakukan warga sipil, tawanan perang dan tentara yang berada dalam kondisi tidak mampu bertempur) adalah perang wilayah, perang teror, perang intelijen dan perang dunia kedua. Perang wilayah sendiri mulai berkembang dengan adanya guerrillya. Kata dalam bahasa Spanyol itu berarti “perang kecil”, yaitu cara perlawanan oleh satu kumpulan orang yang tidak mampu melakukan perlawanan militer yang normal terhadap kekuatan militer yang besar. Kata “guerrillya” itu kemudian dijadikan kata Indonesia menjadi “gerilya”.2 1 Makmur Supriyatno, Tentang Perang Bagian I Terjemahan “0n War” Carl Von Clausewitz (Jakarta: CV. Makmur Cahaya Ilmu: 2017) hal. 46-47. 2 Letjen TNI (purn) Sayidiman Suryohadiprojo, Pengantar Ilmu Perang (Jakarta: Pustaka Intermasa, 2008) hal. 108. 1 2 Gerilya adalah muncul-menghilang, mondar mandir di mana-mana, sehingga sulit dideteksi oleh musuh, tetapi dirasakan menyerang di mana saja. Gerilya adalah menyerang dengan tiba-tiba dan kemudian menghilang dengan cepat (hit and run).3 Perang gerilya sebenarnya bukan merupakan sebuah hal baru bagi perjuangan bangsa Indonesia. Bisa dilihat dari perang Diponegoro atau perang Jawa jilid II yang terjadi tahun 1825 sampai 1830, dan perang Aceh yang merupakan perang terlama melawan penjajah, yakni sejak tahun 1873 hingga 1904.
    [Show full text]