Pluralisme Buya Syafii Maarif: Gagasan Dan Pemikiran Sang Guru Bangsa I

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Pluralisme Buya Syafii Maarif: Gagasan Dan Pemikiran Sang Guru Bangsa I Pluralisme Buya Syafii Maarif: Gagasan Dan Pemikiran Sang Guru Bangsa i PLURALISME BUYA SYAFII MAARIF: Gagasan Dan Pemikiran Sang Guru Bangsa Muhammad Qorib ii Muhammad Qorib Copy right ©2019, Muhammad Qorib All rights reserved PLURALISME BUYA SYAFII MAARIF: GAGASAN DAN PEMIKIRAN SANG GURU BANGSA Muhammad Qorib Kata Pengantar: Prof. Dr. Hasyimsyah Nasution, MA. dan Dr. Agussani, M.A.P. Editor: Akrim, M.Pd & Gunawan, M.TH Desain Sampul: Ruhtata Lay out/tata letak Isi: Tim Redaksi Bildung Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT) Pluralisme Buya Syafii Maarif: Gagasan dan Pemikiran Sang Guru Bangsa/Muhammad Qorib/Yogyakarta: CV. Bildung Nusantara, 2019 xxiv + 432 halaman; 15,5 x 23 cm ISBN: 978-602-52639-7-2 Cetakan Pertama: Januari 2019 Penerbit: BILDUNG Jl. Raya Pleret KM 2 Banguntapan Bantul Yogyakarta 55791 Telpn: +6281227475754 (HP/WA) Email: [email protected] Website: www.penerbitbildung.com Anggota IKAPI Hak cipta dilindungi oleh undang‐undang. Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku tanpa seizin tertulis dari Penerbit. Pluralisme Buya Syafii Maarif: Gagasan Dan Pemikiran Sang Guru Bangsa iii KATA PENGANTAR PIMPINAN WILAYAH MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA بِ ْس ِم ﱠﷲِ ﱠالر ْح َم ِن ﱠالر ِح ِيم الحمد � أشھد أن ﻻ إله إﻻ ﷲ وحده ﻻشريك له واشھد أن محمداً عبده ورسوله اللھم ّصل على ٍمحمد وعلى آله وصحبه ومن تبعه بإحسان إلى يوم الدين Allah SWT. menganugerahi manusia kerinduan untuk menyembah-Nya (fithrah) dan keragaman potensi (al-quwwah) sebagai hidayah untuk berkreasi dalam hidup yang melahirkan keragaman dalam berbagai bentuk. Hal ini adalah keniscayaan dalam berketuhanan dan berkemanusiaan di tengah kehidupan umat manusia yang perwujudannya melahirkan nilai-nilai kesepakatan universal. Di antara nilai dimaksud adalah “ma’rifatullah” (mengenal Tuhan) dan yang terkait dengan-Nya. Dalam kenyataan, pemahaman dan konsep tentang Tuhan terdapat perbedaan secara eksetoris berdasarkan sudut pandang keyakinan. Karena itu penampakan agama pada peradaban manusia mengalami pluralitas dan menjadi sebuah keniscayaan yang tak terbantahkan. Seorang pemeluk agama tidak bisa mewujudkan mono agama disertai dengan aturannya dalam interaksi sosial. Untuk itu diperlukan sikap saling menghargai antar pemeluk agama. Ini bukan berarti melahirkan sikap menyamakan semua agama benar dalam iv Muhammad Qorib perspektif tauhid, tetapi memberikan kesempatan pada penganut lain untuk berbeda. Yang ditanamkan dalam pluralitas agama adalah hadirnya sikap menghormati antar umat beragama untuk menjalankan keyakinannya dengan menjunjung tinggi perasaan kebersamaan dalam menciptakan kedamaian, minimal dimungkinkan saling berbagi kebenaran (share of truth). Dewasa ini sering terjadi benturan antar pemeluk agama. Sikap kurang menghargai bahkan saling menyalahkan satu sama lain, dan pada gilirannya berpotensi dapat menyulut konflik sosial yang ditumpangi berbagai kepentingan. Boleh jadi hal itu muncul sebagai spontanitas yang menonjolkan rasa sensitifitas emosi keberagamaan (emotional religius) tanpa mengimbangi dengan pikiran-pikiran cerdas intelektual (rational religious). Atau dipicu oleh penafsiran-penafsiran radikal-fundamentalisme yang rigid (kaku). Atau adanya kepentingan terselubung dan spesifik untuk memanfaatkan kondisi disharmoni tersebut untuk tujuan-tujuan pragmatis. Bahkan tidak jarang para pemuka agama berperan di dalamnya untuk kemudian memperparah kondisi. Padahal agama sejatinya melahirkan nilai-nilai profetik di tengah umatnya dan perekat interaksi sosial, bahkan agama semestinya menjadi simbol kedamaian dan persatuan. Pengakuan terhadap agama lain, bukan dimaksudkan menghilangkan identitas dan semangat keberagamaan seseorang, tetapi ada kesadaran kemanusiaan bahwa hidup tidak dapat dilepas dari kebersamaan dan adanya perbedaan. Karena itu, tepatlah kalau ditelaah makna Q.S. Hud/11:118, sebagai berikut: Pluralisme Buya Syafii Maarif: Gagasan Dan Pemikiran Sang Guru Bangsa v ∩⊇⊇∇∪ š⎥⎫ÏÎ=tGøƒèΧ tβθä9#t“tƒ Ÿωuρ ( Zοy‰Ïn≡uρ Zπ¨Βé& }¨$¨Ζ9$# Ÿ≅yèpgm: y7•/u‘ u™!$x© öθs9uρ Artinya: Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat. Buku yang ditulis oleh Muhammad Qorib ini, dalam penilaian kami mempunyai arti khusus dan merupakan salah satu referensi untuk mendalami jejak pemikiran Syafii Ma`arif. Perhatian penulis untuk menciptakan harmonisasi umat beragama sangat besar. Agama bukan untuk dibenturkan, tetapi mencari titik temu dalam membangun peradaban bangsa yang tinggi. Sebagaimana dimaklumi Buya Syafii Ma`arif adalah tokoh sekaligus Bapak Bangsa yang berpikir dan bertindak melampaui kepentingan dirinya dan tidak terikat terhadap kepentingan suatu golongan. Kemandiriannya dalam berpendapat merupakan ciri utama beliau, dan tidak terjebak sektarianisme. Sebagai Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode 1997-2000 sd. 2000-2005, Buya Syafii Maarif sangat paham tentang problematika dan dinamika umat Islam dan umat beragama di Indonesia karena menjadi keahliannya dalam bidang ilmu peradaban Islam. Beliau memahami adanya perbedaan pada masing-masing agama, namun di setiap agama ada ajaran universal, yang dimiliki oleh semua agama dimuka bumi ini. Sebagai warga dunia, seseorang tidak bisa hidup berdampingan dengan mengedepankan sisi-sisi pemisah. Apalagi memunculkan sikap “arogansi beragama”. vi Muhammad Qorib Menurut Buya Syafii Ma`arif, Islam harus dirasakan eksistensinya kepada semua makhluk/ manusia yang membawa rahmatan lil alamin. Siapa pun yang hidup berdampingan dengan Islam akan merasakan kedamaian, ketenangan dan terlindungi hak-haknya. Islam harus mampu menjadi solusi ditengah persoalan bangsa yang semakin kompleks. Dalam konteks ini, umat sudah harus lebih genuin dalam beragama di tengah-tengah kehidupan berbangsa dan bernegara. Kehadiran Islam di antara masyarakat majemuk, tidaka lain menjadi stabilisator dan katalisator perubahan. Islam harus hadir sebagai problem solver saat terjadi konflik. Untuk itu, pemeluk Islam tidak sepantasnya bersikap diskriminatif dalam kehidupan bersama dengan penganut agama lain. Sebagai seorang Bapak bangsa, Buya Syafii Maarif lebih mengedepankan nilai-nilai penyatu dalam ajaran agama. Bagi Buya Syafii Maarif, pluralitas agama tidak boleh dijadikan sumber masalah ditengah masyarakat, tetapi menjadi elan vital untuk membangun peradaban di antara perbedaan dan itu dimulai dari pemahaman yang utuh terhadap sumber ajaran masing- masing, dengan tidak melegitimasi satu kebenaran kepada kelompok agama lain dan menafikan esksistensinya. Sebagai Ketua PWM, saya merasa gembira dengan hadirnya karya ini. Kualitas dan narasi tulisan ini sangat kuat. Disamping itu, saya paham bahwa saudara Muhammad Qorib, memiliki perhatian yang cukup besar dalam menjalin hubungan lintas umat beragama, dan hal itu tampak dalam uraian-uraian yang disajikan secara utuh dalam buku ini. Semoga dengan Pluralisme Buya Syafii Maarif: Gagasan Dan Pemikiran Sang Guru Bangsa vii kehadiran buku ini membawa manfaat dalam membangun harmoni kehidupan, dan menjadi shadaqah jariyah bagi penulisnya. Medan, 31 Oktober 2018 Ketua, Prof. Dr. H. Hasyimsyah Nasution, MA PluralismePluralisme Buya Buya Syafii Syafii Maarif: Maarif: Gagasan Gagasan Dan PemikiranDan Pemikiran Sang SangGuru GuruBangsa Bangsa ix ix KAKTAAT PAE NPEGNAGNATNATRA R RekRtoerk tUonr iUvenrisvietarssi tMasu Mhaumhmamadmiyaadhiy Sauhm Sautmeraat eUrata Urat ara PluralitasPluralitas agama agama merupa merupakan kansebuah sebuah fakta fakta adanya adanya heterogenisasiheterogenisasi dalamdalam kehikehidupandupan bermasyarakat. bermasyarakat. Dalam Dalam tatarantataran sejarah sejarah pluralitas pluralitas agamaagama merupakan merupakan sunnatullsunnatullāh danāh dan sebuahsebuah kenyataan kenyataan aksiomatis aksiomatis (y ang(y angtak takbisa bisa dibantah dibantah dalam dalam kehidupankehidupan bermasyarakat). bermasyarakat). Dala Dalam mAlquran Alquran dapat dapat ditemukan ditemukan berbagaiberbagai ayat ayat tentang tentang adanya adanya pluralitas pluralitas (keragaman),dari (keragaman),dari mulai mulai tatatata surya, surya, flora flora dan danfauna, fauna, geografis geografis bahkan bahkan manusia manusia dalam dalam berbagaiberbagai kehidupannya kehidupannya baik baik yang yang bersifat bersifat fisik fisik maupun maupun nonfisik. nonfisik. Hal Halitu itusemakin semakin menunjukkan menunjukkan bahwa bahwa keragaman keragaman merupakan merupakan sunnatullsunnatullāh. āh. KalauKalau kita kita tilik tilik fakta fakta seja sejarah rahjuga juga menunjukkan menunjukkan bahwa bahwa sejaksejak dahulu, dahulu, Islam Islam telah telah mengenal mengenal sistem sistem kehidupan kehidupan yang yang plural. plural. TerbuktiTerbukti dengandengan berdirinyaberdirinya NegaraNegara IslamIslam MadinahMadinah yangyang penduduknya penduduknya terdiri terdiri dari dari lebih lebih dari dari satu satu kelompok, kelompok, etnis etnis dan dan agama.Tidakagama.Tidak hanya hanya kaum kaum Muslim Muslim sebagai sebagai kaum kaum mayoritas mayoritas yang yang hiduphidup dan dantinggal tinggal di Madinahdi Madinah saat saat itu, itu,namun namun kaum kaum musyrik musyrik dan dan kaumYahudikaumYahudi juga juga hidup hidup berdampinga berdampingan secaran secara damai damai dengan dengan kaum kaum muslimmuslim lainnya. lainnya. BegituBegitu juga juga dengan dengan kehidupan kehidupan berbangsa berbangsa dan danbernegara bernegara di di IndonesiaIndonesia ini, ini,kini kini masyarakat masyarakat Indonesia Indonesia yang yang jumlah jumlah penduduknyapenduduknya yang yang sudah sudah mencapai mencapai hampir
Recommended publications
  • Peran Teungku Muhammad Daud Beureueh Dalam Pemberontakan Di Aceh 1953-1962
    PERAN TEUNGKU MUHAMMAD DAUD BEUREUEH DALAM PEMBERONTAKAN DI ACEH 1953-1962 SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S. Hum.) Disusun Oleh: Muhammad Illham NIM: 1111022000012 K O N S E N T R A S I A S I A T E N G G A R A JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H/2016 M ABSTRAK Muhammad Illham Peran Teungku Muhammad Daud Beureueh Dalam Pemberontakan di Aceh 1953-1962. Masa awal kemerdekaan di Aceh tahun 1953-1962 menjadi awal meletusnya peristiwa berdarah yang dipimpin oleh Teungku Muhammad Daud Beureueh dalam menegakkan Syariat Islam di Aceh. Perjuangan yang dianggap suatu pemberontakan timbul akibat kekecewaan rakyat Aceh terhadap Pemerintah Pusat akibat dari janji-janji semu yang di ucapkan oleh Soekarno yang menjabat Presiden saat itu tidak kunjung terwujud. Rakyat Aceh yang sebelumnya berjuang mempertahankan kedaulatan RI dengan seluruh jiwa raganya, sangat geram karena salah satu keinginan untuk mendirikan negara yang berlandaskan Syariat Islam tidak kunjung tercapai, dan berujung pada pemberontakan rakyat Aceh dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Pasca kemerdekaan, konflik terjadi antar kedua belah pihak yaitu pemerintah pusat dan rakyat aceh dibawah pimpinan Daud Beureueh bertikai mempertahankan ideologinya untuk dijadikan sebuah landasan suatu negara. Sesuatu hal yang sangat menarik, dan dalam kajian ini penulis ingin mengetahui bagaimana latar belakang pemberontakan serta usaha dan upaya yang dilakukan pihak Daud Beureueh dalam memperjuangkan dan mempertahankan ideologi Islam yang menjadi cita-cita rakyat Aceh. i KATA PENGANTAR Alhamdulilahi robbi al‟alamin, segala puja dan puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan inayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini sebagaimana mestinya.
    [Show full text]
  • Muhammadiyah Cosmopolitan from Teo- Anthropocentris Toward World Citizenship
    JOURNAL OF CRITICAL REVIEWS ISSN- 2394-5125 VOL 7, ISSUE 05, 2020 Muhammadiyah Cosmopolitan From Teo- Anthropocentris Toward World Citizenship Isa Anshori, Muhammad, Arfan Mu’ammar Universita Muhammadiyah Surabaya, Indonesia Corresponding email: [email protected] Received: 28 February 2020 Revised and Accepted: 06 March 2020 Abstract Muhammadiyah as a social-religious movement in Indonesia has been was over century and has many faces like Nakamura saids. A lot of activities that have been carried out by Muhammadiyah as a socio- religious movement based on tauhid ( aqidah Islamiyah) through Islamic purification (tajrid) and in the other sides through modernity (tajdid) that’s puts forward enjoining whats is right and forbidding whats is wrong (amar ma’ruf nahi mungkar) as a theological bases (teologi al-ma’un). Have a lot of evidences shown in Muhammadiyah socio- religious movement in Indonesia, but the biggest challages is the ability to maintain the existence of and answered a range of challenges that are local and global (relations between islam and democration), pluralism, human rights and the marginals. Through tajdid Muhammadiyah has proven ability in respond of Islamic problems in Indonesia since before the independence of up to the twenty-first century.in a way to do interpretation of his base theologious through a shift paradigm in theologies and socio- religious movement (Thomas Kuhn). In fact, Muhammadiyah move forward with transformation of theological bases from theocentris to antrophocentris (Hasan Hanafi).Thus various issues on religious movement,political like nation-state wich is local or global had answered by Muhammadiyah with his theological bases and the charity efforts like educations, hospitals and the orphanage.
    [Show full text]
  • 461114 1 En Bookbackmatter 209..247
    Conclusion: Convergent Paths In November 1945, the President of the Republic of Vietnam, Hồ Chí Minh, sent a letter addressed to ‘the President of the Republic of Indonesia’, proposing that a joint declaration of solidarity to be made by Indonesia and Vietnam in the form of a ‘Preparatory Commission Struggling for a Federation of the Free Peoples of Southern Asia’. The letter, entrusted to an American journalist named Harold Isaacs, did not reach President Soekarno.1 It was handed to Vice-President Mohammad Hatta, who then passed it on to Prime Minister Sutan Sjahrir. Sjahrir discussed the offer with Soedjatmoko Koko, the interpreter to foreign correspon- dents of the Republican government, but told him that he would not reply and preferred just to ignore the letter. Sjahrir indifference sprang from his conviction that the situation in Indonesia and Vietnam were very different. The Indonesian nationalists were up against the Dutch, who were ‘a weak colonial power and could be defeated quickly.’ Hồ Chí Minh had to contend with the French, who could and would resist him for a long time. Furthermore, he looked askance at the fact that the DRV government depended on support from the communists, which was not the case in Indonesia. In conclusion, Sjahrir argued, ‘If we ally ourselves with Hồ Chí Minh, we shall weaken ourselves and delay Independence.’2 The story of the missed opportunity for cooperation between Vietnam and Indonesia3 as a result of Sjahrir’s ‘betrayal of the greater Asian revolution’,as 1Harold Robert Isaacs is the author of No Peace for Asia, which has been cited widely in this dissertation.
    [Show full text]
  • AKAL DAN WAHYU DALAM PEMIKIRAN M. QURAISH SHIHAB Yuhaswita*
    AKAL DAN WAHYU DALAM PEMIKIRAN M. QURAISH SHIHAB Yuhaswita* Abstract Reason according to M. Quraish Shihab sense is the thinking power contained in man and is a manipation of the human soul. Reason is not understood materially but reason is understood in the abstract so that sense is interpreted a thinking power contained in the human soul, with this power man is able to gain knowledge and be able to distinguish between good and evil. Revelation according to M. Quraish Shihab, is the delivery of God’s Word to His chosen people to be passed on to human beings to be the guidance of life. God’s revelation contains issues of aqidah, law, morals, and history. Furthermore, M. Quraish Shihab reveals that human reason is very limited in understanding the content of Allah’s revelation, because in Allah’s revelation there are things unseen like doomsday problems, death and so forth. The function of revelation provides information to the sense that God is not only reachable by reason but also heart. Kata Kunci: problematika, nikah siri, rumah tangga Pendahuluan M. Quraish Shihab adalah seorang yang tidak baik untuk dikerjakan oleh ulama dan juga pemikir dalam ilmu al Qur’an manusia. dan tafsir, M. Quraish Shihab termasuk Ketika M. Quraish Shihab seorang pemikir yang aktif melahirkan karya- membahas tentang wahyu, sebagai seorang karya yang bernuansa religious, disamping itu mufasir tentunya tidak sembarangan M. Quraish Shihab juga aktif berkarya di memberikan menafsirkan ayat-ayat al berbagai media massa baik media cetak Qur’an yang dibacanya, Wahyu adalah kalam maupun elektronik, M.Quraish Shihab sering Allah yang berisikan anjuran dan larangan tampil di televise Metro TV memberikan yang harus dipatuhi oleh hamba-hamba-Nya.
    [Show full text]
  • The Formation of Liberal and Anti-Liberal Islamic Legal Thinking in Indonesia Akh
    Akh. Muzakki IS EDUCATION DETERMINANT? The Formation of Liberal and Anti-liberal Islamic Legal Thinking in Indonesia Akh. Muzakki The University of Queensland, Australia Abstract: Liberalism and anti-liberalism are two increasing- ly prominent but staunchly opposing streams of Islamic legal thinking in Indonesia. This article analyses the formation of each of the two through an examination of the role of formal education. It focuses on organic intellectuals during two periods, the New Order and the reformasi. Challenging the strongly-held thesis of the determinant role of education, this article argues that both liberal and anti-liberal Islamic legal thinking in Indonesia is a result of not only the intellectual formation in the sense of academic training and access to education and knowledge, but also the sociological background and exposure in building a new epistemic community in an urban context. As a theoretical understanding of sociolo- gical background and exposure, the concept of epistemic community deserves to be taken as an analytical framework in addition to education for the analysis of the formation of the two contesting bents of Islamic legal thinking in Indonesia. Keywords: Liberalism, anti-liberalism, Islamic legal think- ing, education, epistemic community. Introduction In his controversial speech entitled “The Necessity of Islamic Renewal Thinking and the Problem of the Integration of the Ummah” on 2 January 1970, Madjid argued for a dynamic approach to Islam which requires reinterpretation of Islamic teachings in context with place and time. In more elaborate ways, he further argued that Islamic values move in line with the spirit of humanitarianism which promotes 280 JOURNAL OF INDONESIAN ISLAM Volume 01, Number 02, December 2007 Is Education Determinant? the dignity of Mankind.
    [Show full text]
  • Surat Pencatatan Ciptaan
    REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA SURAT PENCATATAN CIPTAAN Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta yaitu Undang-Undang tentang pelindungan ciptaan di bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra (tidak melindungi hak kekayaan intelektual lainnya), dengan ini menerangkan bahwa hal-hal tersebut di bawah ini telah tercatat dalam Daftar Umum Ciptaan: I. Nomor dan tanggal permohonan : EC00201706504, 12 Desember 2017 II. Pencipta Nama : Dr. Katarina Indah Sulastuti, S.Sn., M.Sn Alamat : Menggeh Anyar RT. 002 RW. 013, Lalung, Karanganyar, Jawa Tengah, Karanganyar, Jawa Tengah, 57751 Kewarganegaraan : Indonesia III. Pemegang Hak Cipta Nama : Dr. Katarina Indah Sulastuti, S.Sn., M.Sn Alamat : Menggeh Anyar RT. 002 RW. 013, Lalung, Karanganyar, Jawa Tengah, Karanganyar, Jawa Tengah, 57751 Kewarganegaraan : Indonesia IV. Jenis Ciptaan : Karya Tulis (Disertasi) V. Judul Ciptaan : Tari Bedhaya Ela-Ela Karya Agus Tasman: Representasi Rasa Dalam Budaya Jawa VI. Tanggal dan tempat diumumkan : 26 Mei 2017, di Yogyakarta untuk pertama kali di wilayah Indonesia atau di luar wilayah Indonesia VII. Jangka waktu pelindungan : Berlaku selama hidup Pencipta dan terus berlangsung selama 70 (tujuh puluh) tahun setelah Pencipta meninggal dunia, terhitung mulai tanggal 1 Januari tahun berikutnya. VIII. Nomor pencatatan : 05782 Pencatatan Ciptaan atau produk Hak Terkait dalam Daftar Umum Ciptaan bukan merupakan pengesahan atas isi, arti, maksud, atau bentuk dari Ciptaan atau produk Hak Terkait yang dicatat. Menteri tidak bertanggung jawab atas isi, arti, maksud, atau bentuk dari Ciptaan atau produk Hak Terkait yang terdaftar. (Pasal 72 dan Penjelasan Pasal 72 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta) a.n.
    [Show full text]
  • Download Article
    Advances in Social Science, Education and Humanities Research, volume 302 2nd International Conference on Culture and Language in Southeast Asia (ICCLAS 2018) The Social History of Intellectual Struggle among Syarif Hidayatullah State Islamic University Community Post-Reformation Parlindungan Siregar Amrizal Siagian Muhammad Dwi Fajri Islmamic History and Civilization Universitas Pamulang The University of Muhammadiyah Syarif Hidayatullah State Islamic University Tengerang Selatan, Indonesia Prof. Dr. Hamka Jakarta, Indonesia [email protected] Jakarta, Indonesia [email protected] [email protected] Abstract— This research was aimed at exploring the influence various lines. The period brought about figures at the national of intellectual communities in the development of intellectuals in a level and even at the level international. Syarif Hidayatullah State Islamic University of Jakarta. To get the historical data of the student’s involvement on intellectual The intellectual community that was previously built by the activities inside and outside the campus, we collected the premier previous generation generated a new spirit, which made Syarif and secondary data from the library and conducted informal Hidayatullah State Islamic University of Jakarta an international interview with some influential figures. The study reveals that the campus. In addition, many intellectuals graduated from this intellectuals’ influence flows from generation to generation alma mater after the reformation occupied political positions. evidenced by the growth of discussion activities handled by the For example, the chairman of the House of Representatives, the internal and external organizations in the campus of Syarif Minister of Religion, and the chairpersons of the national and Hidayatullah State Islamic University of Jakarta. In the 1970s the international non-governmental organizations.
    [Show full text]
  • Another Look at the Jakarta Charter Controversy of 1945
    Another Look at the Jakarta Charter Controversy of 1945 R. E. Elson* On the morning of August 18, 1945, three days after the Japanese surrender and just a day after Indonesia's proclamation of independence, Mohammad Hatta, soon to be elected as vice-president of the infant republic, prevailed upon delegates at the first meeting of the Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI, Committee for the Preparation of Indonesian Independence) to adjust key aspects of the republic's draft constitution, notably its preamble. The changes enjoined by Hatta on members of the Preparation Committee, charged with finalizing and promulgating the constitution, were made quickly and with little dispute. Their effect, however, particularly the removal of seven words stipulating that all Muslims should observe Islamic law, was significantly to reduce the proposed formal role of Islam in Indonesian political and social life. Episodically thereafter, the actions of the PPKI that day came to be castigated by some Muslims as catastrophic for Islam in Indonesia—indeed, as an act of treason* 1—and efforts were put in train to restore the seven words to the constitution.2 In retracing the history of the drafting of the Jakarta Charter in June 1945, * This research was supported under the Australian Research Council's Discovery Projects funding scheme. I am grateful for the helpful comments on and assistance with an earlier draft of this article that I received from John Butcher, Ananda B. Kusuma, Gerry van Klinken, Tomoko Aoyama, Akh Muzakki, and especially an anonymous reviewer. 1 Anonymous, "Naskah Proklamasi 17 Agustus 1945: Pengkhianatan Pertama terhadap Piagam Jakarta?," Suara Hidayatullah 13,5 (2000): 13-14.
    [Show full text]
  • Pemikiran Abdurrahman Wahid Tentang Islam Dan Pluralitas
    PEMIKIRAN ABDURRAHMAN WAHID TENTANG ISLAM DAN PLURALITAS Zainal Abidin Jurusan Psikologi, Faculty of Humanities, BINUS University Jln. Kemanggisan Ilir III No. 45, Kemanggisan - Palmerah, Jakarta Barat 11480 ABSTRACT This article clarifies a research that concerned with Wahid’s thoughts and actions that saw Islam from its basic value, not merely as a symbol. Therefore, Wahid presented Islam from democratic and cultural sides. To present the phylosophical analysis of Wahid’s thoughts, the research applies hermeneutics approach and library research, especially reading Wahid’s books as the primary sources, and others’ books related to Wahid’s thoughts as the secondary sources. It can be concluded that Islam presented by Wahid is the Islam that relates to softness, adoring loves, defending the weakness and minority, sustaining to lead the justice, having faith and honesty, tolerance, inclusive, and showing plualities. Keywords: Islam, Islam basic value, plurality ABSTRAK Artikel ini menjelaskan penelitian tentang pemikiran dan tindakan Wahid yang lebih menekankan keislaman pada nilai dasar Islam, bukan pada simbol belaka. Karena itu, Wahid menampilkan Islam pada wajah demokrasi dan kebudayaan. Sebagai suatu analisis filosofis terhadap pemikiran Wahid, secara metodologis, penelitian ini menggunakan pendekatan hermeneutik (hermeneutics approach) dan dalam pencarian data menggunakan penelitian kepustakaan (library research) dengan cara membaca buku karya Wahid sebagai data primer, dan buku karya pengarang lain yang berhubungan dengan telaah ini sebagai data sekunder. Disimpulkan bahwa Islam yang ditampilkan oleh Wahid adalah Islam yang penuh dengan kelembutan, Islam yang diliputi oleh cinta-kasih, Islam yang membela kaum yang lemah dan minoritas, Islam yang senantiasa menegakan keadilan, Islam yang setia pada kejujuran, dan Islam yang toleran, inklusif dan pluralis.
    [Show full text]
  • The Making of Middle Indonesia Verhandelingen Van Het Koninklijk Instituut Voor Taal-, Land- En Volkenkunde
    The Making of Middle Indonesia Verhandelingen van het Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde Edited by Rosemarijn Hoefte KITLV, Leiden Henk Schulte Nordholt KITLV, Leiden Editorial Board Michael Laffan Princeton University Adrian Vickers Sydney University Anna Tsing University of California Santa Cruz VOLUME 293 Power and Place in Southeast Asia Edited by Gerry van Klinken (KITLV) Edward Aspinall (Australian National University) VOLUME 5 The titles published in this series are listed at brill.com/vki The Making of Middle Indonesia Middle Classes in Kupang Town, 1930s–1980s By Gerry van Klinken LEIDEN • BOSTON 2014 This is an open access title distributed under the terms of the Creative Commons Attribution‐ Noncommercial 3.0 Unported (CC‐BY‐NC 3.0) License, which permits any non‐commercial use, distribution, and reproduction in any medium, provided the original author(s) and source are credited. The realization of this publication was made possible by the support of KITLV (Royal Netherlands Institute of Southeast Asian and Caribbean Studies). Cover illustration: PKI provincial Deputy Secretary Samuel Piry in Waingapu, about 1964 (photo courtesy Mr. Ratu Piry, Waingapu). Library of Congress Cataloging-in-Publication Data Klinken, Geert Arend van. The Making of middle Indonesia : middle classes in Kupang town, 1930s-1980s / by Gerry van Klinken. pages cm. -- (Verhandelingen van het Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde, ISSN 1572-1892; volume 293) Includes bibliographical references and index. ISBN 978-90-04-26508-0 (hardback : acid-free paper) -- ISBN 978-90-04-26542-4 (e-book) 1. Middle class--Indonesia--Kupang (Nusa Tenggara Timur) 2. City and town life--Indonesia--Kupang (Nusa Tenggara Timur) 3.
    [Show full text]
  • Hemispheres Studies on Cultures and Societies Vol. 31, No. 2
    Institute of Mediterranean and Oriental Cultures Polish Academy of Sciences Hemispheres Studies on Cultures and Societies Vol. 31, No. 2 Warszawa 2016 Editor-in-Chief Board of Advisory Editors JERZY ZDANOWSKI GRZEGORZ J. KACZYŃSKI OLA EL KHAWAGA Subject Editor MAHNAZ ZAHIRINEJAD ABIDA EIJAZ HARRY T. NORRIS English Text Consultant STANISŁAW PIŁASZEWICZ JO HARPER MILOŠ MENDEL Secretary MARIA SKŁADANKOWA PATRYCJA KOZIEŁ MICHAŁ TYMOWSKI © Copyright by Institute of Mediterranean and Oriental Cultures, Polish Academy of Sciences, Warsaw 2016 e-ISSN 2449-8645 ISBN 978-83-7452-087-4 HEMISPHERES is published quarterly and is indexed in ERIH PLUS, The Central European Journal of Social Sciences and Humanities, ProQuest Database and Index Copernicus Contents Adam S z a f r a ń s k i , From Mircea Eliade to Jeppe Sinding Jensen: A Few Remarks on Phenomenology of Religion............5 Necmettin G ö k k i r , Has Tabari’s Tafsir, Jami’ al-Bayan Ever Been Lost? Rethinking the Historiography of Tafsir in Light of the Ottoman Documents.......................................................15 Jerzy Z d a n o w s k i , Imām Nūr al-Dīn al-Sālimī (1286– 1332/1869–1914) – an Ūmānī Islamic Thinker and Reformer. A Preliminary Study ................................................................25 Karolina R a k , Ğawdat Sa’īd’s Thought within the Discourse of the Muslim Revival..............................................................33 Jolanta Barbara Jabłonkowska, Around the Sharq Taronalari International Music Festival – Cultural Aspects of Festival Tourism....................................................................................43 Editorial Principles........................................................................52 * Adam Szafrański e-ISSN 2449-8645 HEMISPHERES Vol. 31, No. 2, 2016 From Mircea Eliade to Jeppe Sinding Jensen: A Few Remarks on Phenomenology of Religion Abstract For Jeppe Sinding Jensen, the study of religion resembles the study of language.
    [Show full text]
  • Daftar Nama Pahlawan Nasional Republik Indonesia
    DAFTAR NAMA PAHLAWAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA Asal Daerah / NO Nama SK Presiden Daerah Ket Pengusul Abdul Muis 218 Tahun 1959 1. Sumatera Barat 1883 – 1959 30 – 8 – 1959 Ki Hadjar Dewantoro 305 Tahun 1959 2. D.I. Yogyakarta 1889 – 1959 28 – 11 – 1959 Surjopranoto 310 Tahun 1959 3. D.I. Yogyakarta 1871 – 1959 30 – 11 – 1959 Mohammad Hoesni Thamrin 175 Tahun 1960 4. DKI Jakarta 1894 – 1941 28 – 7 – 1960 K.H. Samanhudi 590 Tahun 1961 5. Jawa Tengah 1878 – 1956 9 – 11 – 1961 H.O.S. Tjokroaminoto 590 Tahun 1961 6. Jawa Timur 1883 – 1934 9 – 11 – 1961 Setyabudi 590 Tahun 1961 7. Jawa Timur 1897 – 1950 9 – 11 – 1961 Si Singamangaradja XII 590 Tahun 1961 8. Sumatera Utara 1849 – 1907 9 – 11 – 1961 Dr.G.S.S.J.Ratulangi 590 Tahun 1961 9. Sulawesi Utara 1890 – 1949 9 – 11 – 1961 Dr. Sutomo 657 Tahun 1961 10. Jawa Timur 1888 – 1938 27 – 12 – 1961 K.H. Ahmad Dahlan 657 Tahun 1961 11. D.I. Yogyakarta 1868 – 1934 27 – 12 – 1961 K.H. Agus Salim 657 Tahun 1961 12. Sumatera Barat 1884 – 1954 27 – 12 – 1961 Jenderal Gatot Subroto 222 Tahun 1962 13. Jawa Tengah 1907 – 1962 18 – 6 1962 Sukardjo Wirjopranoto 342 Tahun 1962 14. Jawa Tengah 11903 – 1962 29 – 10 – 1962 Dr. Ferdinand Lumban Tobing 361 Tahun 1962 15. Sumatera Utara 1899 – 1962 17 – 11 – 1962 K.H. Zainul Arifin 35 Tahun 1963 16. Sumatera Utara 1909 – 1963 4 – 3 – 1963 Tan Malaka 53 Tahun 1963 17. Sumatera Utara 1884-1949 28 – 3 – 1963 MGR A.Sugiopranoto, S.J.
    [Show full text]