Bab 2 Perkembangan Fungsi Pembinaan Teritorial Satuan Komando Kewilayahan Tni Ad

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Bab 2 Perkembangan Fungsi Pembinaan Teritorial Satuan Komando Kewilayahan Tni Ad BAB 2 PERKEMBANGAN FUNGSI PEMBINAAN TERITORIAL SATUAN KOMANDO KEWILAYAHAN TNI AD Bab 2 ini membahas perkembangan pelaksanaan fungsi pembinaan teritorial Satuan Kowil TNI AD dari tahun 1945 hingga tahun 2009. Pembahasan fungsi pembinaan teritorial Satuan Kowil TNI AD mencakup: (1) fungsi pembinaan teritorial sebagai perwujudan dari strategi perang semesta (total war); (2) fungsi pembinaan teritorial sebagai strategi pengelolaan potensi nasional; (3) fungsi pembinaan teritorial sebagai strategi penjaga stabilitas politik dan keamanan pemerintahan Orde Baru; (4) fungsi pembinaan teritorial sebagai pemberdayaan wilayah pertahanan di darat dan kekuatan pendukungnya secara dini untuk mendukung sistem pertahanan dan sistem pelawanan rakyat semesta. Pembahasan dimulai dari fungsi teritorial militer Belanda (KNIL) tahun 1830-1942 dan perang gerilya militer Jepang (PETA/Heiho) tahun 1942-1945 untuk melihat “benang merah” keterkaitan dengan pembentukan fungsi Satuan Kowil TNI AD. Sedangkan pelaksanaan fungsi pembinaan teritorial Satuan Kowil TNI AD dari masing-masing tahap pembentukannya sejak Komanden TKR hingga Satuan Kowil TNI AD dan konflik internal militer yang menyertainya merupakan inti pembahasan dari Sub-Bab 2 ini. 2.1. Komando Teritorial KNIL Koninklijk Nederlandsch Indische Leger (KNIL) merupakan badan militer resmi Kerajaan Belanda yang dibentuk pada tahun 1830 di Hindia Belanda.161 Tujuan pembentukan badan militer ini adalah untuk melaksanakan dua fungsi sekaligus (dwifungsi), yaitu: (1) fungsi militer untuk menjaga Hindia Belanda dari 161 Koninklijk Nederlands Indisch Leger (KNIL) yang terbentuk pada 10 Maret 1830 adalah nama resmi Tentara Kerajaan Hindia-Belanda. Meskipun KNIL militer pemerintahan Hindia Belanda, tapi banyak para anggotanya merupakan penduduk pribumi. Di antara perwira yang memegang peranan penting dalam pengembangan dan kepemimpinan angkatan bersenjata Indonesia yang pernah rnenjadi anggota KNIL pada saat rnenjelang kemerdekaan adalah Oerip Soemohardjo, E. Kawilarang, Abdul Haris Nasution, Gatot Soebroto, dan Tahi Bonar Simatupang. Seiring terbentuknya negara Republik Indonesia, TNI dan pengakuan kedaulatan oleh Belanda pada tanggal 27 Desember 1949, KNIL secara resmi dibubarkan pada tahun 1950. Berdasarkan keputusan Kerajaan Belanda pada tanggal 20 Juli 1950, KNIL dibubarkan terhitung sejak 26 Juli 1950 pukul 00.00. Berdasarkan KMB, mantan tentara KNIL yang jumlahnya diperkirakan sekitar 60 ribu yang ingin masuk ke APRIS harus diterima dengan pangkat yang sama. Lihat Media Indonesia, 0 Maret 2009, hal. 11. Depolitisasi militer..., Mulyadi, FISIP UI, 2009 ancaman ekternal berupa serangan atau pendudukan militer sesama negara kolonial; (2) fungsi teritorial untuk menjaga Hindia Belanda dari ancaman internal berupa gangguan keamanan dari warga Hindia Belanda. Akan tetapi dalam pelaksanaannya fungsi teritorial justru menjadi fungsi pokok (primer) dari KNIL. Sebaliknya, fungsi militer hanya menjadi fungsi pelengkap (sekunder) saja. Setidaknya ada dua alasan rasional mengapa Belanda justru menjadikan fungsi teritorial sebagai fungsi primer KNIL, yaitu: (1) semua kekuatan militer negara-negara kerajaan yang berada di wilayah Hindia Belanda sudah dikuasainya; (2) terkait alasan pertama, Hindia Belanda kemudian diasumsikan memiliki tingkat ancaman eksternal (internasional) yang rendah dan ancaman internal (dometik) yang tinggi. Kenyataan dan asumsi itu membuat fungsi militer KNIL tidak relevan lagi, sehingga satu-satunya yang terbaik bagi KNIL adalah hanya menjaga stabilitas politik dan keamanan melalui fungsi teritorialnya. Kedua alasan itu dapat ditelusuri dari kebijakan pembentukan KNIL yang hanya mengutamakan pasukan Angkatan Darat.162 Meskipun KNIL membentuk pasukan Angkatan Laut (Nederlandsch Indische Zeemacht, Koninklijke Marine) dan pasukan Angkatan Udara, tapi tanggung jawab keamanan Hindia Belanda diletakkannya di atas pendekatan matra darat.163 Padahal secara geopolitik dan strategi pertahanan militer, Hindia Belanda yang berbentuk kepulauan dan jaraknya yang sangat jauh dari pusat Kerajaan Belanda seharusnya menggunakan pendekatan matra laut dan udara. Namun kebijakan pemerintah Den Haag yang tampak mengutamakan pasukan Angkatan Darat bukannya tanpa pertimbangan ekonomi dan politik. Dari sisi ekonomi, suatu pemborosan biaya dan personil bila Kerajaan Belanda 162 Departemen Urusan Perang Belanda baru dibentuk pada tahun 1914 di Jakarta. Departemen ini lalu dipindahkan ke Bandung pada tahun 1917, kecuali Dinas Kesehatan dan Topografi tetap di Jakarta. Departemen Urusan Perang ini terdiri 8 kantor pusat dan 4 dinas masing-masing Kantor Pusat Staf Umum (Biro Penerangan dan Sejarah Militer), Kantor Pusat Infanteri, Kantor Pusat Kavaleri, Kantor Pusat Artileri, Kantor Pusat Zeni, Angkatan Udara, Kantor Pusat Intendans, Kantor Pusat Wajib Militer dan Personil Cadangan, Dinas Administrasi Militer, Dinas Kesehatan, Dinas Kedokteran Hewan Militer, dan Dinas Topografi. Lihat Harsja W. Bachtiar, Siapa Dia? Perwira Tinggi Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI-AD), Jakarta: Djambatan, 1988, hal. 2. 163 Meskipun terdapat program pembentukan Angkatan Udara KNIL di Hindia Belanda, akan tetapi tetap dapat dikatakan tidak ada karena markas besarnya tetap berada di Kerajaan Belanda dan rencana pembentukannya sendiri hanya bersifat formil belaka di atas kertas Departemen Urusan Perang Belanda di Jakarta. Depolitisasi militer..., Mulyadi, FISIP UI, 2009 membangun KNIL untuk tujuan pertahannan militer. Belanda sudah memiliki badan militer profesional yang dapat menjalankan fungsi pertahanan militer, seperti pasukan khusus lintas negara, Allied Forces Netherlands East Indiest (AFNEI) dan Nederlands Indisch Civil Administration (NICA). Sedangkan dari sisi politik, AFNEI-NICA yang sudah sangat profesional dalam menjalankan fungsi militer justru kemampuan militernya bisa berkurang bila dilibatkan juga mengurusi ancaman domestik. KNIL dengan kekuatan fungsi teritorialnya justru sangat strategis bila hanya berkonsentrasi pada tugas-tugas keamanan dan stabilitas politik di Hindia Belanda. Tabel 2.1: Komando Teritorial (Komandemen) KNIL No. Nama Wilayah Markas Besar 1. Komandemen Divisi Ke-I Jawa 2. Komandemen Divisi Ke-II Bali, Lombok Magelang 3. Komandemen Aceh Aceh, Sumatera Timur 4. Komandemen Sumatera Sumatera Barat, Padang Barat dan Tapanuli Tapanuli 5. Komandemen Palembang Palembang,Bangka, Palembang dan Riau Riau, Lampung dan Bengkulu 6. Komandemen Riau Tanjungpinang 7. Komandemen Borneo Borneo (Kalimantan) Pontianak (Kalimantan) Barat Barat 8. Komandemen Borneo Borneo (Kalimantan) Banjarmasin (Kalimantan) Selatan dan Selatan dan Timur Borneo Timur 9. Komandemen Sulawesi Sulawesi dan Manado Makassar dan Manado 10. Komandemen Maluku Maluku Amboina 11. Komandemen Timor Timor Depolitisasi militer..., Mulyadi, FISIP UI, 2009 Sumber: Diolah kembali dari Harsja W. Bachtiar, Siapa Dia? Perwira Tinggi Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI-AD), Jakarta: Djambatan, 1988, hal. 2-3 Fungsi KNIL yang utama adalah menjaga dan mengatasi potensi ancaman domestik di wilayah Hindia Belanda. Sebab, ancaman domestik yang rendah merupakan kunci bagi pemerintah Belanda dalam upaya menguasai seluruh sumber daya Hindia Belanda. Fungsi terbaik bagi KNIL adalah melaksanakan fungsi teritorial untuk menjamin proses kolonialisme dan imperialisme Belanda dengan cara menjamin stabilitas politik dan keamanan di seluruh wilayah Hindia Belanda. Hal itu dibuktikan dengan pembentukan struktur Koter KNIL berupa komandemen-komandemen (Divisi) yang hanya dilakukan di wilayah-wilayah tertentu saja yang dianggap cukup strategis. Pemerintah Belanda hanya membentuk 11 komandemen (Koter KNIL) di daerah-daerah yang dianggap rawan, seperti Teritorial Batalyon der Maloken di wilayah Maluku dan Aceh (Lihat Tabel 2.1). Kamandemen (Divisi) KNIL baru dibentuk di Jawa pada tahun 1922. Sedangkan di Aceh meskipun merupakan wilayah terakhir yang dikuasai Belanda, komandeman (Komando Teritorial) KNIL tetap dibentuk mengingat wilayahnya yang sangat strategis. Bahkan komandemen di Aceh dapat dianggap koter Belanda yang paling suskes karena selain melakukan fungsi militer berupa perang teritorial, juga melakukan fungsi teritorial berupa pembinaan tokoh masyarakat melalui pendekatan agama hasil tafsiran Belanda. Sepintas fungsi dari ke-11 komandemen KNIL (teritorial deployment) itu adalah untuk melaksanakan fungsi militer, yaitu untuk menghadang militer negara musuh yang datangnya dari luar (ancaman eksternal). Padahal oleh pemerintah kolonial Belanda, fungsi komandemen KNIL yang sesungguhnya adalah untuk melaksanakan fungsi teritorial, yaitu untuk menjaga daerah-daerah tertentu yang dianggap “rawan” dari ancaman internal. Mantan Opsir KNIL lulusan Akademi Militer (Koninklijk Militaire Akademie, KMA) Breda Den Haag Belanda, Didi Kartasasmita mengakui hal itu dengan mengatakan: “Pasukan KNIL tidak terdapat di tiap kabupaten. Kehadirannya terbatas hanya di daerah-daerah yang memerlukannya, yaitu di kota-kota besar atau Depolitisasi militer..., Mulyadi, FISIP UI, 2009 di tempat-tempat yang dianggap rawan oleh Pemerintah Hindia Belanda, misalnya saja di suatu tempat yang sering bergolak karena ada pemberontakan. Tentu, istilah “pemberontakan” ini tergantung kepada siapa yang menilainya.”164 Pembentukan Koter KNIL yang terbatas di daerah-daerah yang dicap sebagai daerah ‘rawan” merupakan bukti kalau KNIL bukanlah badan militer profesional seperti yang maksud Samuel S. Finer, Huntington, Muh. Hatta dan Onghokham yang tugasnya hanya melakukan fungsi pertahanan dan
Recommended publications
  • Indonesia Beyond Reformasi: Necessity and the “De-Centering” of Democracy
    INDONESIA BEYOND REFORMASI: NECESSITY AND THE “DE-CENTERING” OF DEMOCRACY Leonard C. Sebastian, Jonathan Chen and Adhi Priamarizki* TABLE OF CONTENTS I. INTRODUCTION: TRANSITIONAL POLITICS IN INDONESIA ......................................... 2 R II. NECESSITY MAKES STRANGE BEDFELLOWS: THE GLOBAL AND DOMESTIC CONTEXT FOR DEMOCRACY IN INDONESIA .................... 7 R III. NECESSITY-BASED REFORMS ................... 12 R A. What Necessity Inevitably Entailed: Changes to Defining Features of the New Order ............. 12 R 1. Military Reform: From Dual Function (Dwifungsi) to NKRI ......................... 13 R 2. Taming Golkar: From Hegemony to Political Party .......................................... 21 R 3. Decentralizing the Executive and Devolution to the Regions................................. 26 R 4. Necessary Changes and Beyond: A Reflection .31 R IV. NON NECESSITY-BASED REFORMS ............. 32 R A. After Necessity: A Political Tug of War........... 32 R 1. The Evolution of Legislative Elections ........ 33 R 2. The Introduction of Direct Presidential Elections ...................................... 44 R a. The 2004 Direct Presidential Elections . 47 R b. The 2009 Direct Presidential Elections . 48 R 3. The Emergence of Direct Local Elections ..... 50 R V. 2014: A WATERSHED ............................... 55 R * Leonard C. Sebastian is Associate Professor and Coordinator, Indonesia Pro- gramme at the Institute of Defence and Strategic Studies, S. Rajaratnam School of In- ternational Studies, Nanyang Technological University,
    [Show full text]
  • Beberapa Tahun Belakangan, Konstelasi Politik DKI Jakarta Memanas. Tahun 2007 Merupakan Tahun Dimulainya Pemilihan Gubernur
    Jurnal PolGov Vol. I No. 1, 2019 35 Gubernur DKI Jakarta Dipilih Presiden: Sebuah Wacana yang Patut Dipertimbangkan Agung Wicaksono1 Abstrak Tulisan ini bertujuan untuk mempertimbangkan wacana pemilihan gubernur DKI Jakarta oleh presiden. Wacana ini bisa dianggap sebagai jalan keluar dari kegaduhan politik yang ditimbulkan akibat pemilihan gubernur (pilgub) DKI Jakarta. Pilgub DKI Jakarta bermuara pada iklim politik yang tidak sehat. Polarisasi masyarakat semakin menguat dan itu tidak hanya terjadi di DKI Jakarta tetapi seluruh pelosok negeri. Masyarakat yang secara politik tidak terkait dengan DKI Jakarta pun turut ambil bagian dalam memanaskan situasi politik. Instabilitas politik di DKI Jakarta bisa berdampak pada instabilitas ekonomi. Tulisan ini berusaha menelaah wacana pemilihan gubernur DKI Jakarta oleh presiden dengan menggunakan konsep desentralisasi asimetris. Ada dua mekanisme yang bisa digunakan, yakni mekanisme “minimum demokrasi prosedural” dan “zero demokrasi prosedural”. Studi literatur digunakan untuk menyintesiskan data-data dan argumentasi yang dibangun oleh penulis. Harapannya, tulisan ini bisa memberikan pemikiran dan alternatif baru dalam khazanah ilmu politik, khususnya dalam kajian mengenai pemilihan kepala daerah. Kata Kunci: DKI Jakarta; Pilkada; Desentralisasi Asimetris Pendahuluan Beberapa tahun belakangan, konstelasi politik DKI Jakarta memanas. Tahun 2007 merupakan tahun dimulainya pemilihan gubernur (pilgub) DKI Jakarta secara langsung oleh rakyat.2 Kemudian, 1 Penulis adalah dosen pada Program Studi Ilmu Pemerintahan, Universitas Islam Riau 2 Pemilihan Gubernur DKI Jakarta tahun 2007 Jakarta hanya diikuti oleh dua pasangan, yakni Fauzi Bowo-Prijanto dan Adang Daradjatun-Dani Anwar. Dari tiga pilgub yang telah terjadi di Jakarta pasca dipilih langsung oleh rakyat (2007, 2012, dan 2016), pilgub ini tergolong lebih minim gejolak. Pilgub ini dimenangkan oleh Fauzi Bowo-Prijanto dengan mendapat suara sebesar 57,87%.
    [Show full text]
  • Jurnal Perang Gerilya Jendral Sudirman Di Kediri
    JURNAL PERANG GERILYA JENDRAL SUDIRMAN DI KEDIRI TAHUN 1948- 1949 SUDIRMAN GENERAL WAR OF GUERRILLA IN KEDIRI AT 1948- 1949 Oleh: ARIF DWIWICAKSONO 12.1.01.02.0005 Dibimbing oleh : 1. Drs. HERU BUDIONO, M.Pd 2. Drs. SIGIT WIDIATOKO, M.Pd PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI TAHUN 2017 ArtikelSkripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri SURATPERNYATAAN ARTIKEL SKRIPSI TAHUN 2017 Yang bertanda tangan dibawah ini: NamaLengkap : ARIF DWIWICAKSONO NPM : 12.1.01.02.0005 Telepun/HP : 085707204924 Alamat Surel (Email) : [email protected] JudulArtikel : PERANG GERILYA JENDRAL SUDIRMAN DI KEDIRI TAHUN 1948-1949 Fakultas – Program Studi : FKIP SEJARAH Nama Perguruan Tinggi : UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI Alamat Perguruan Tinggi :………………………………………………………… Dengan ini menyatakan bahwa: a. artikel yang saya tulis merupakan karya saya pribadi (bersama tim penulis) dan bebas plagiarisme; b. artikel telah diteliti dan disetujui untuk diterbitkan oleh Dosen Pembimbing I dan II. Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila dikemudian hari ditemukan ketidak sesuaian data dengan pernyataan ini dan atau ada tuntutan dari pihak lain, saya bersedia bertanggung jawab dan diproses sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Mengetahui Kediri, 02 Februari 2017 Pembimbing I Pembimbing II Penulis, Drs. HERU BUDIONO, M.Pd Drs. SIGIT WIDIATOKO, M.Pd Arif Dwiwicaksono 0707086301 0717076301 12.1.01.02.0005 Arif Dwiwicaksono | 12.1.01.02.0005 simki.unpkediri.ac.id FKIP - Sejarah || 1|| ArtikelSkripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri PERANG GERILYA JENDRAL SUDIRMAN DI KEDIRI TAHUN 1948-1949 Arif Dwiwicaksono 12.1.01.02.0005 FKIP Sejarah [email protected] Drs. Heru Budiono, M.Pd dan Drs. Sigit Widiatmoko, M.Pd UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI ABSTRAK ARIF DWIWICAKSONO: Perang Gerilya Jendral Sudirman Di Kediri Tahun 1948-1949, Skripsi, Pendidikan Sejarah, FKIP UN PGRI Kediri, 2016.
    [Show full text]
  • 2477-2771 E-ISSN : 2477-8241 Candrasangkala
    ISSN : 2477-2771 Candrasangkala: Jurnal Pendidikan dan Sejarah E-ISSN : 2477-8241 Vol. 7 No. 1 Tahun 2021 MENELUSURI PERJALANAN KULINER PEDAGANG KAKI LIMA MENJADI PEDAGANG BINTANG LIMA: SOTO BETAWI H. MARUF (1943-1983) Kurniawati,1* M. Hasmi Yanuardi,2 Siti Azizah3 *1,2,3 Pendidikan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Jakarta, Jakarta *Email: [email protected] Diterima: 25 Oktober 2021, Disetujui: 29 Oktober 2020, Dipublikasikan: 31 Mei 2021 Abstract: This study describes the economic activities in the food administration sector of one of the legendary food restaurants in Jakarta, namely Soto Betawi Haji Maruf. In its management, the business managed to overcome various challenges of social change occurred during 1943-1983. The purpose of this study was to find out that the government’s policy towards the city of Jakarta from 1943-1983 had a major impact on the food administration process of Soto Betawi Haji Maruf. The research method used is historical research with two main discussions, namely the beginning of the establishment of Soto Maruf (1943-1945), and the dynamics of the mobilization of Soto Maruf (1946-1983) from Boplo Market, Gondangdia Railway Post, Cikini Flower Market, and Taman Ismail Marzuki. The results of this study show that the dynamics of socio-economic changes in Jakarta during 1943-1983 has made Soto Betawi Haji Maruf experience a difficult business process, starting from a peddler walking around in and out kampong, renting a kiosk, eviction events, up to owning a restaurant. The existence of a good business management process made Soto Betawi Haji Maruf able to survive for 40 years in going through various challenges of socio-economic changes in Jakarta during 1943-1983.
    [Show full text]
  • 1 11103100105681 Irwadi Batubara, MM. Universitas Ibnu Chaldun M 2 11103100106543 Leonardus Subagyo, M.Sc
    Hasil Laporan No. Nomor Sertifikat Nama Tempat Tugas Keterangan BKD BKD 1 11103100105681 Irwadi Batubara, MM. Universitas Ibnu Chaldun M 2 11103100106543 Leonardus Subagyo, M.Sc. Universitas Ibnu Chaldun M 3 11103100112471 Urhen Lukman, MA. Universitas Ibnu Chaldun M 4 08156103357 Ir. Mulki Siregar, MT. Universitas Islam Jakarta M 5 08156109369 Ir. Achmad Sutrisna, MT. Universitas Islam Jakarta M 6 08156110926 Muhammad Ali Yusuf, SE., M.Pd. Universitas Islam Jakarta M 7 08156110927 Farhana, SH., MH. Universitas Islam Jakarta M 8 091156100635 Edi Suhara, SE, MM. Universitas Islam Jakarta M 9 091156101331 Hamdan Azhar Siregar, SH, MH. Universitas Islam Jakarta M 10 091156102156 Ir. Untung Setiyo Purwanto, MT. Universitas Islam Jakarta M 11 091156105753 Endang Saefuddin Mubarok, SE, MM. Universitas Islam Jakarta M 12 101156100184 Siti Miskiah, SH., MH. Universitas Islam Jakarta M 13 101156100185 Mimin Mintarsih, SH,. MH. Universitas Islam Jakarta M 14 101156100186 Otom Mustomi, SH,. MH. Universitas Islam Jakarta M 15 11103100303161 Eka Sutisna, SE., MM. Universitas Islam Jakarta M 16 11103100306739 H. Lukman Achmad, SE., MM. Universitas Islam Jakarta M 17 11103100308546 Nur Aida, SH., M.Si. Universitas Islam Jakarta M 18 11103100309779 Ritawati, SH., MH. Universitas Islam Jakarta M 19 11103100315557 Bambang Sukamto, SH., MH. Universitas Islam Jakarta M 20 11103100316046 Fatimah, SH., MH. Universitas Islam Jakarta M 21 11103100318366 Yusri Ilyas, SE., MM. Universitas Islam Jakarta M 22 12103100313055 Untoro, SH., MH. Universitas Islam Jakarta M 23 08156211262 Tri Rumayanto, S.Si., M.Si. Universitas Jakarta M 24 08156210928 Jamalullail, S.IP, MM Universitas Jakarta M 25 091156200718 Dra. Dwi Murdiati, M.Hum. Universitas Jakarta M 26 091156202158 Dra.
    [Show full text]
  • Officieren Van De Militaire School
    367 BIJLAGE X (SIAPA DIA, WHO'S WHO )1) Bijvoegsel 1Inlandse officieren van de militaire school. Bijvoegsel 2(Aspirant-)officieren van KMA-Breda. Bijvoegsel 3(Aspirant-)officieren van de Hoofd Cursus. Bijvoegsel 4Aspirant-officieren van KMA-Bandoeng. Bijvoegsel 5Inheemse officieren van gezondheid. Bijvoegsel 6Aspirant-officieren van het CORO. Bijvoegsel 7Aspirant-officieren van de Inheemse Militie. Bijvoegsel 8Aspirant-officieren van de ML-KNIL. Bijvoegsel 9Andere vooroorlogse en oorlogs-opleidingen. Bijvoegsel 10De opleidingen van de SROI en het OCO. Bijvoegsel 11Officieren van andere na-oorlogse opleidingen. Bijvoegsel 12De reserve-legerpendeta en -legerpredikanten. 1) De informatie in de volgende bijvoegsels is in hoofdzaak afkomstig uit stamboeken, persoonsdossiers, archiefonderzoek en interviews. 368 BIJVOEGSEL 1 BIJ BIJLAGE X: INLANDSE OFFICIEREN * naam (geboortedatum) ** in werkelijke dienst (rang bij pensioen) *** overleden vóór 17-8-'45? (overleden) [wel/niet bij skn RI] * 1. ASMINO. (11-4-1891) ** 1-7-1910 (-) *** ? [-] 10-10-1913 inlands tlnt infanterie. Geplaatst bij diverse bataljons op Java. Ontslag niet op eigen verzoek per 29-1-1917. 2. HOLLAND SOEMODILOGO, Raden Bagoes (SOENDJOJO, Raden .). (12-6-1890) 1-7-1909 (kapt) - (okt 1945) [+] 22-10-1914 inlands tlnt infanterie, 22-10-1917 inlands elnt, 31-7-1925 opgenomen in de ranglijst der Europese officieren. Onderwierp zich 11-8-1926 aan het voor Europeanen vastgestelde burgerlijk- en handelsrecht, waarbij hij de geslachtsnaam Holland Soemodilogo aannam onder toevoeging van zijn toenmalige titel Raden Bagoes . Juni 1927 aangesteld als wervingsofficier van de II e Divisie. 27-9-1927 kapt. 31-7-1935 op verzoek e.o.. Kwam als niet-reserveplichtig gepensioneerd officier bij de algemene mobilisatie weer in dienst.
    [Show full text]
  • The Professionalisation of the Indonesian Military
    The Professionalisation of the Indonesian Military Robertus Anugerah Purwoko Putro A thesis submitted to the University of New South Wales In fulfilment of the requirements for the degree of Doctor of Philosophy School of Humanities and Social Sciences July 2012 STATEMENTS Originality Statement I hereby declare that this submission is my own work and to the best of my knowledge it contains no materials previously published or written by another person, or substantial proportions of material which have been accepted for the award of any other degree or diploma at UNSW or any other educational institution, except where due acknowledgement is made in the thesis. Any contribution made to the research by others, with whom I have worked at UNSW or elsewhere, is explicitly acknowledged in the thesis. I also declare that the intellectual content of this thesis is the product of my own work, except to the extent that assistance from others in the project's design and conception or in style, presentation and linguistic expression is acknowledged. Copyright Statement I hereby grant to the University of New South Wales or its agents the right to archive and to make available my thesis or dissertation in whole or in part in all forms of media, now or hereafter known. I retain all property rights, such as patent rights. I also retain the right to use in future works (such as articles or books) all or part of this thesis or dissertation. Authenticity Statement I certify that the Library deposit digital copy is a direct equivalent of the final officially approved version of my thesis.
    [Show full text]
  • Laporan Covid19
    JENIS & KRITERIA BANTUAN JARING PENGAMAN SOSIAL (JPS) DALAM RANGKA PENANGANAN DAMPAK COVID-19 1 Nama Bantuan : Bantuan Sosial Masyarakat Bagi Pekerja Sektor Perhubungan Terdampak COVID- 19 di Provinsi Kalimantan Timur 2 Dasar Hukum : Salinan Keputusan Gubernur Kalimantan Timur No. 460/ K.351/ 2020 tanggal 20 Bantuan yang diberikan adalah Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang dimana Mei 2020 3 Diskripsi Ringkas : bantuan tersebut akan disalurkan melalui Bank Kaltimtara dan Bank Rakyat Indonesia 4 Tujuan : Untuk membantu masyarakat terutama pekerja di sektor perhubungan yang terdampak oleh pandemi COVID-19 5 Sasaran : Pekerja Sektor Perhubungan Terdampak COVID-19 di Provinsi Kalimantan Timur 6 Kriteria : Untuk penerima dari bidang LLAJ, penerima bantuan harus memiliki eKTP dan SIM Umum, untuk bus yang menerima adalah supir, kondektur dan supir cadangan (untuk bus jarak jauh). Sedangkan dari bidang pelayaran, penerima bantuan merupakan pekerja dan atau Nahkoda dan Anak Buah Kapal (ABK) angkutan sungai, danau dan penyeberangan yang memiliki eKTP. Penerima diatas haruslah bekerja di Badan Usaha Angkutan yang memiliki ijin. 7 Bentuk Bantuan : Bantuan Langsung Tunai (BLT) 8 Nilai Bantuan : Rp 750.000,- (3 bulan @ Rp 250.000,-) 9 Sumber Dana : Belanja Tidak Terduga (BTT) 10 Target Bantuan : 1.203 Orang 11 Cakupan Wilayah : Samarinda, Balikpapan, Bontang, Kutai Kartanegara, Kutai Timur, Kutai Barat, Mahakam Ulu, Penajam Paser Utara, Paser, Berau 12 Metode Penghimpunan : Data Penerima Bantuan Dinas Perhubungan Prov. Kaltim meminta data pekerja ke Pimpinan Badan Usaha Angkutan yang memiliki ijin, yang kemudian diverifikasi terkait NIK penerima. Setelah selesai diverifikasi di Dinas Perhubungan data diusulkan ke Dinas Komunikasi dan Informatika Prov. Kaltim untuk diverifikasi dan divalidasi, dimana Dinas Komunikasi dan Informatika Prov.
    [Show full text]
  • 2020; Tanggal 18 Agustus 2020 Tentang Penetapan Peserta Lulus Seleksi Jalur Mandiri Tumou Tou (T2) Tahun 2020 Pada Universitas Sam Ratulangi
    LAMPIRAN: KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS SAM RATULANGI NOMOR: 879/UN 12/PD/2020; TANGGAL 18 AGUSTUS 2020 TENTANG PENETAPAN PESERTA LULUS SELEKSI JALUR MANDIRI TUMOU TOU (T2) TAHUN 2020 PADA UNIVERSITAS SAM RATULANGI NOMOR TES NAMA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER (KBK) 120101070209 ABRAHAM DOTULUNG 120101160056 AMANDA NATASHA RORING 120101210406 ANANDA PRICILIA SAMBULELE 120101130051 BELLANTY COSTANTY TOGAS 120101020171 BRENDA WONGKAREN 120101100202 BYRGITA YOHANA PANGEMANAN 120101120229 CHINDY FERNANDA MONGDONG 120101120018 CLEVER CHRISTOVE LEARNT LONTAAN 120101050177 DWIPANIA GLORY SETIAWAN PUTRI 120101190248 ELSHADAI TAMPI 120101020045 ESTELINA IRENE BENJAMIN 120101070070 ESTER RIBCHANIA SERAN 120101080194 ESTERIN FELICIA ANAADA TATAWI 120101110088 EUPHEMIA LARASTIKA MANUMPIL 120101030115 FEIBY CIUAILEEN TOLIU 120101090173 FEYSIRA CRISTI EKA PUTRI KOWEL 120101040224 FIORENZA ANGELIKA KINDANGEN 120101080101 FRANSISKUS VALENTINO LANGI 120101100181 GISELA SONIA MONICA PITOY 120101060087 GLORIA PINLY REY 120101170025 GRIFFITH CHRISTIANE IMANUELA RUMAGIT 120101190087 GUINEVERE MIKHA VICTORIA PAENDONG 120101040147 HAHOLONGAN EVLYN REZKY PASARIBU 120101140141 HANA NASRANI ERKHOMAI NATALIA NGANTUNG 120101070109 IMANUELA MARETHA JULIA SEMBEL 120101150024 IMANUELA PUTRI TIWOUW 120101080183 ISHAK ALVITO ASSA 120101210566 JENIFER MAGDALENA BOLANG 120101100155 JOHANA ELISSA MAWIKERE 120101020069 JOHANES JUAN FERNANDO NGONGOLOY 120101140033 JOSEPH SIMKA GINTING 120101190132 KALISTA LUMENTE 120101060152 MARCHELLA RACHEL NANANGKONG 120101020163 MARDHITA
    [Show full text]
  • The Establishment of an Air Defense Identification Zone As an Opportunity in Enforcing the Sovereignty of the State and Law in Indonesia
    View metadata, citation and similar papers at core.ac.uk brought to you by CORE provided by International Institute for Science, Technology and Education (IISTE): E-Journals Journal of Law, Policy and Globalization www.iiste.org ISSN 2224-3240 (Paper) ISSN 2224-3259 (Online) DOI: 10.7176/JLPG Vol.85, 2019 The Establishment of an Air Defense Identification Zone as an Opportunity in Enforcing the Sovereignty of the State and Law in Indonesia Harry Purwanto 1 Levina Yustitianingtyas 2 1.Doctorate of Law Faculty, Gadjah Mada University, Yogyakarta, Indonesia and Lecture of Law Faculty, Gadjah Mada University, Yogyakarta, Indonesia 2.Lecture of Law Faculty, Hang Tuah University, Surabaya, Indonesia Abstract An Air Defense Identification Zone (ADIZ) is part of a state’s air defense system. Within international law, no specific law regulates the state’s authority to establish ADIZ nor explicitly prohibits them to set their own ADIZ. Consequently, it is through states own various interpretations of provisions within international law that states have based their authority to determine its ADIZ. Following the practice of other states, Indonesia has also established ADIZ as part of Indonesia’s air defense system to enforce the sovereignty of the State and law over airspace. The Indonesian ADIZ is the airspace covering of a small portion of South Sumatra, Java and Madura, Bali, Lombok and a fraction of the western part of Sumbawa Island. A closer look to Indonesia’s ADIZ reveals that the zone is still within Indonesia’s national territorial airspace. Notably, this is contrary to several states practice in establishing its own ADIZ whose zone is outside its national airspace.
    [Show full text]
  • The Politics of Military Reform in Post-Suharto Indonesia: Elite Conflict, Nationalism, and Institutional Resistance
    Policy Studies 23 The Politics of Military Reform in Post-Suharto Indonesia: Elite Conflict, Nationalism, and Institutional Resistance Marcus Mietzner East-West Center Washington East-West Center The East-West Center is an internationally recognized education and research organization established by the U.S. Congress in 1960 to strengthen understanding and relations between the United States and the countries of the Asia Pacific. Through its programs of cooperative study, training, seminars, and research, the Center works to promote a stable, peaceful, and prosperous Asia Pacific community in which the United States is a leading and valued partner. Funding for the Center comes from the U.S. government, private foundations, individuals, cor- porations, and a number of Asia Pacific governments. East-West Center Washington Established on September 1, 2001, the primary function of the East- West Center Washington is to further the East-West Center mission and the institutional objective of building a peaceful and prosperous Asia Pacific community through substantive programming activities focused on the theme of conflict reduction, political change in the direction of open, accountable, and participatory politics, and American understanding of and engagement in Asia Pacific affairs. The Politics of Military Reform in Post-Suharto Indonesia: Elite Conflict, Nationalism, and Institutional Resistance Policy Studies 23 ___________ The Politics of Military Reform in Post-Suharto Indonesia: Elite Conflict, Nationalism, and Institutional Resistance _____________________ Marcus Mietzner Copyright © 2006 by the East-West Center Washington The Politics of Military Reform in Post-Suharto Indonesia: Elite Conflict, Nationalism, and Institutional Resistance by Marcus Mietzner ISBN 978-1-932728-45-3 (online version) ISSN 1547-1330 (online version) Online at: www.eastwestcenterwashington.org/publications East-West Center Washington 1819 L Street, NW, Suite 200 Washington, D.C.
    [Show full text]
  • Hearing Function Among Squadron 11/Attack Helicopter Pilots in 2019–2020
    Asian Journal of Applied Sciences (ISSN: 2321 – 0893) Volume 9 – Issue 3, June 2021 Hearing Function among Squadron 11/Attack Helicopter Pilots in 2019–2020 Sigit Sasongko1*, Awan Buana2, Dara Fuji Rahayu3, Wildan Kurniawan4 1ENT Dept. of Gatot Soebroto Army Central Hospital Jakarta, Indonesia 2Eye Laboratory, Medical Faculty of General Achmad Yani University Cimahi, Indonesia 3Medical Committee of Dustira Army Hospital Cimahi, West Java, Indonesia 4ENT Dept. Medical Faculty of General Achmad Yani University Cimahi, Indonesia *Corresponding author’s email: sieragoiftht [AT] yahoo.com _________________________________________________________________________________________________ ABSTRACT—Noise-Induced Hearing Loss (NIHL) is sensorineural deafness resulting from prolonged exposure to loud noise. In the military environment, personnel with NIHL are often found. One of the professions that are at risk for NIHL is an aviator. Some of the factors that influence the degree of deafness are age and length of work. This research is a descriptive quantitative observational study with a cross-sectional design. The research subjects were Squadron 11/Attack helicopter pilots at Achmad Yani Air Base, Semarang, totaling 32 pilots, which were taken from medical record data. Sampling was done by total sampling. The data obtained were processed using SPSS and grouped into tables accompanied by descriptive explanations of each characteristic. The audiogram results showed that 32 pilots were normal, across all age and length of service categories. This result is due to the appropriate use of hearing protection device (HPD), in the form of a helmet that reduces noise up to 14 dB at 250 Hz, 21 dB at 1000 Hz, 26 dB at 2000 Hz, 37 dB at 4000 Hz, and 42 dB at a frequency of 8000 Hz, which pilots use.
    [Show full text]