2477-2771 E-ISSN : 2477-8241 Candrasangkala

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

2477-2771 E-ISSN : 2477-8241 Candrasangkala ISSN : 2477-2771 Candrasangkala: Jurnal Pendidikan dan Sejarah E-ISSN : 2477-8241 Vol. 7 No. 1 Tahun 2021 MENELUSURI PERJALANAN KULINER PEDAGANG KAKI LIMA MENJADI PEDAGANG BINTANG LIMA: SOTO BETAWI H. MARUF (1943-1983) Kurniawati,1* M. Hasmi Yanuardi,2 Siti Azizah3 *1,2,3 Pendidikan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Jakarta, Jakarta *Email: [email protected] Diterima: 25 Oktober 2021, Disetujui: 29 Oktober 2020, Dipublikasikan: 31 Mei 2021 Abstract: This study describes the economic activities in the food administration sector of one of the legendary food restaurants in Jakarta, namely Soto Betawi Haji Maruf. In its management, the business managed to overcome various challenges of social change occurred during 1943-1983. The purpose of this study was to find out that the government’s policy towards the city of Jakarta from 1943-1983 had a major impact on the food administration process of Soto Betawi Haji Maruf. The research method used is historical research with two main discussions, namely the beginning of the establishment of Soto Maruf (1943-1945), and the dynamics of the mobilization of Soto Maruf (1946-1983) from Boplo Market, Gondangdia Railway Post, Cikini Flower Market, and Taman Ismail Marzuki. The results of this study show that the dynamics of socio-economic changes in Jakarta during 1943-1983 has made Soto Betawi Haji Maruf experience a difficult business process, starting from a peddler walking around in and out kampong, renting a kiosk, eviction events, up to owning a restaurant. The existence of a good business management process made Soto Betawi Haji Maruf able to survive for 40 years in going through various challenges of socio-economic changes in Jakarta during 1943-1983. Keywords: Soto Haji Maruf, Soto Betawi Jakarta, Legendary Restaurant Jakarta Abstrak: Penelitian ini menggambarkan kegiatan perekonomian dalam bidang tata usaha makanan dari salah satu restoran makanan legendaris yang ada di Jakarta yaitu Soto Betawi Haji Maruf. Dalam pengelolaannya, usaha tersebut berhasil melewati berbagai tantangan perubahan sosial yang terjadi sepanjang 1943-1983. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bahwa kebijakan pemerintah terhadap kota Jakarta dari 1943-1983, memiliki dampak besar dalam proses tata usaha makanan Soto Betawi Haji Maruf. Metode penelitian yang digunakan yaitu penelitian sejarah dengan dua pembahasan utama yaitu awal mula berdirinya Soto Maruf (1943-1945) dan dinamika mobilisasi Soto Maruf (1946-1983) dari Pasar Boplo, Pos Kereta Api Gondangdia, Pasar Kembang Cikini, dan Taman Ismail Marzuki. Hasil Penelitian ini memperlihatkan bahwa dinamika perubahan sosial ekonomi di Jakarta sepanjang 1943-1983, membuat Soto Betawi Haji Maruf mengalami proses usaha yang tidak mudah, mulai dari berjualan menggunakan pikulan keluar masuk kampung, menyewa kios, peristiwa penggusuran, hingga memiliki rumah makan. Adanya proses managemen usaha yang baik membuat Soto Betawi Haji Maruf dapat bertahan selama 40 tahun dalam melewati berbagai tantangan perubahan sosial ekonomi di Jakarta yang terjadi sepanjang 1943-1983. Kata Kunci: Soto Haji Maruf, Soto Betawi Jakarta, Restoran Legendaris Jakarta 10 ISSN : 2477-2771 Candrasangkala: Jurnal Pendidikan dan Sejarah E-ISSN : 2477-8241 Vol. 7 No. 1 Tahun 2021 PENDAHULUAN begitu juga dengan ibu kota Jakarta, telah Manusia dalam kehidupannya tidak tercipta jenis soto yang disebut Soto dapat terlepas dari berbagai macam Betawi. Salah satu Soto Betawi yang pemenuhan kebutuhan, termasuk salah dikatakan cukup legendaris di wilayah satunya adalah makanan. Berdasarkan Jakarta yaitu Soto Betawi H. Maruf. intensitas pemenuhan kebutuhannya, Usaha ini telah dimulai sejak zaman makanan digolongkan ke dalam kelompok kolonial, tepatnya 1943. Soto Betawi H. barang primer, sehingga manusia selalu Maruf pertama kali diciptakan oleh Maruf berusaha untuk terus mendapatkannya bin Shahib, orang Betawi asli, kelahiran (Maslow, 2016). Pasar Rumput, 1912. Kegiatan memasak adalah Berbagai jenis tulisan yang transformasi budaya terhadap cara menyinggung topik kuliner sudah dimulai mengelola bahan makanan mentah sejak awal abad XX, namun secara menjadi makanan matang, sehingga subtansi pembahasannya masih terbatas menciptakan kreasi baru terhadap bahan mengenai resep masakan. Beberapa resep makanan yang dimiliki. masakan yang pernah ditulis yaitu Kegiatan memasak dapat terjadi Recepten van Tepoeng Hoenkwe Tjap karena adanya penemuan api, sehingga Boenga, Theorie dan Praktijk Dalam Hal makanan dapat dimodifikasi menjadi Masak-Masakan, ABC, Warna-Warni hidangan dengan bentuk dan cita rasa Taart Potong, Peladjaran Masakan Kue- yang beraneka ragam. Kue, Pandai Masak Jilid I, Pandai Masak Perubahan sosial dalam hal Jilid II, dan Thursina (Maryoto, 2014). penemuan baru yaitu api telah Berbeda dengan tulisan kuliner menciptakan istilah baru yaitu kuliner. yang sudah ada, fokus dari kajian Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia penelitian ini yaitu menggunakan (KBBI), kuliner adalah kegiatan yang pendekatan sosial ekonomi. Penelitian ini berhubungan dengan proses masak- akan membahas proses perkembangan memasak. Kegiatan memasak telah Soto Betawi H. Maruf dari 1943-1983. menjadi kebiasaan atau kebudayaan yang Penelitian ini dimaksudkan untuk hampir dilakukan manusia dalam mengetahui bagaimana proses kehidupan sehari-hari. managemen dari bisnis kuliner yang Pada hakikatnya, kuliner dilihat dari tiga aspek yaitu produksi, merupakan seni kehidupan yang dapat konsumsi, dan distribusi. Selain itu, kajian memberikan banyak pelajaran penelitian sejarah sosial ekonomi masih didalamnya. Salah satunya melalui sangat jarang yang membahas mengenai semangkuk soto. Masakan yang asalnya perkembangan tata usaha makanan. dari Cina ini, telah mengalami akulturasi Mengingat Indonesia memiliki potensi dengan keadaan wilayah dimana makanan yang cukup baik dalam bidang kuliner, tersebut berada (Lombard, 2005). Soto sehingga penelitian ini perlu untuk yang telah dikenal sebagai ‘makanan asli dilakukan agar penggiat usaha kuliner Indonesia’, nyatanya telah mengalami yang lain dapat mempelajari bagaimana proses panjang. Hal tersebut cara mengatasi berbagai tantangan yang membuktikan suksesnya percampuran seringkali terjadi didalam membangun cita rasa unsur asing dengan cita rasa lokal bisnis kuliner. yang berlangsung selama berabad-abad Jadi, tidak hanya industri (Rahman, 2016). Oleh karena itu, kulinernya saja yang sedang berkembang makanan ini jenisnya sangat bervariasi pesat dengan munculnya berbagai kedai dan berbeda di setiap daerah. makan, akan tetapi juga memperkaya Apabila di setiap wilayah memiliki referensi perkembangan tata usaha soto dengan ciri khasnya masing-masing, 11 ISSN : 2477-2771 Candrasangkala: Jurnal Pendidikan dan Sejarah E-ISSN : 2477-8241 Vol. 7 No. 1 Tahun 2021 makanan di Indonesia yang dapat majalah, buku teks tematis, jurnal, skripsi, didokumentasikan dalam tulisan. tesis, dan wawancara. Informan sekunder Usaha Soto Betawi H. Maruf dalam yang dapat dijadikan sumber yaitu Mufti perkembangannya tentunya tidak terlepas Maulana Muchlis dan Siti Arfiah Muchlis dari berbagai tantangan perubahan sosial selaku generasi ketiga dari Rumah Makan yang harus dihadapi, terutama yang Soto Betawi H. Maruf. diakibatkan adanya peristiwa politik dan Selain itu, informan sekunder ekonomi. Perubahan sosial tersebut lainnya terdapat Edyanti Nasution dan dialami Soto Betawi H. Maruf sepanjang Royen. Wawancara tersebut dilakukan 1943-1983, tepatnya selama pendudukan karena Abdul Haris Nasution pernah Jepang hingga pemerintahan Gubernur menjadi konsumen dari Soto Betawi H. Jakarta Soeprapto. Menyikapi perubahan Maruf. sosial tersebut terdapat upaya-upaya yang Proses selanjutnya yaitu melakukan dilakukan Maruf bin Shahib agar usaha proses verifikasi untuk mendapatkan fakta soto ini dapat bertahan. sejarah, sehingga nantinya dapat dilakukan analisis. Penulis menyimpulkan bahwa usaha Soto Betawi H. Maruf yang METODE PENELITIAN terjadi sepanjang 1943-1983 telah Pada penelitian ini, penulis mengalami kenaikan mobilitas sosial dari menggunakan metode penelitian sejarah. pedagang kaki lima menjadi pedagang Sesuai dengan kaidah metode penelitian bintang lima. Kesuksesan tersebut tidak sejarah, penulis mencoba melakukan terlepas dari keterlibatan para pendatang penelitian dengan melalui lima tahapan, dengan Soto Betawi H. Maruf. Tahap antara lain: pemilihan topik, heuristik, terakhir yaitu penulisan sejarah terhadap verifikasi, interpretasi, dan penulisan proses perubahan usaha kuliner Soto sejarah (Kuntowijoyo, 2013). Betawi H. Maruf yang disusun secara Ketertarikan penulis untuk meneliti kronologi dari 1943-1983. sejarah kuliner karena dapat menggambarkan realitas kehidupan Jakarta dari sektor usaha non formal yang HASIL DAN PEMBAHASAN membahas perkembangan tata usaha makanan Soto Betawi H. Maruf. Dalam Awal Mula Berdirinya Soto Maruf proses pencarian sumber, penulis Sebelum memutuskan untuk menggunakan sumber primer berupa hasil menjadi pedagang soto sebagai pekerjaan wawancara dengan tiga juru masak yang utama pada 1943, Maruf bin Shahib cukup telah bekerja dengan Maruf bin Shahib sulit mengawali perjalanan karirnya yaitu dari 1976-1983. Nama tiga juru masak belum memiliki pekerjaan tetap atau tersebut yaitu Aminudin, Namin Idris, dan serabutan. Tugino. Selain itu, sumber primer yang Kondisi spasial terhadap suatu digunakan berupa Surat Penghargaan wilayah sangat memengaruhi Pasar Malam Angkasa Puri. terbentuknya sub pekerjaan atas kapasitas Dalam penelitian ini, sumber para angkatan kerja. Maruf bin Shahib sekunder
Recommended publications
  • Beberapa Tahun Belakangan, Konstelasi Politik DKI Jakarta Memanas. Tahun 2007 Merupakan Tahun Dimulainya Pemilihan Gubernur
    Jurnal PolGov Vol. I No. 1, 2019 35 Gubernur DKI Jakarta Dipilih Presiden: Sebuah Wacana yang Patut Dipertimbangkan Agung Wicaksono1 Abstrak Tulisan ini bertujuan untuk mempertimbangkan wacana pemilihan gubernur DKI Jakarta oleh presiden. Wacana ini bisa dianggap sebagai jalan keluar dari kegaduhan politik yang ditimbulkan akibat pemilihan gubernur (pilgub) DKI Jakarta. Pilgub DKI Jakarta bermuara pada iklim politik yang tidak sehat. Polarisasi masyarakat semakin menguat dan itu tidak hanya terjadi di DKI Jakarta tetapi seluruh pelosok negeri. Masyarakat yang secara politik tidak terkait dengan DKI Jakarta pun turut ambil bagian dalam memanaskan situasi politik. Instabilitas politik di DKI Jakarta bisa berdampak pada instabilitas ekonomi. Tulisan ini berusaha menelaah wacana pemilihan gubernur DKI Jakarta oleh presiden dengan menggunakan konsep desentralisasi asimetris. Ada dua mekanisme yang bisa digunakan, yakni mekanisme “minimum demokrasi prosedural” dan “zero demokrasi prosedural”. Studi literatur digunakan untuk menyintesiskan data-data dan argumentasi yang dibangun oleh penulis. Harapannya, tulisan ini bisa memberikan pemikiran dan alternatif baru dalam khazanah ilmu politik, khususnya dalam kajian mengenai pemilihan kepala daerah. Kata Kunci: DKI Jakarta; Pilkada; Desentralisasi Asimetris Pendahuluan Beberapa tahun belakangan, konstelasi politik DKI Jakarta memanas. Tahun 2007 merupakan tahun dimulainya pemilihan gubernur (pilgub) DKI Jakarta secara langsung oleh rakyat.2 Kemudian, 1 Penulis adalah dosen pada Program Studi Ilmu Pemerintahan, Universitas Islam Riau 2 Pemilihan Gubernur DKI Jakarta tahun 2007 Jakarta hanya diikuti oleh dua pasangan, yakni Fauzi Bowo-Prijanto dan Adang Daradjatun-Dani Anwar. Dari tiga pilgub yang telah terjadi di Jakarta pasca dipilih langsung oleh rakyat (2007, 2012, dan 2016), pilgub ini tergolong lebih minim gejolak. Pilgub ini dimenangkan oleh Fauzi Bowo-Prijanto dengan mendapat suara sebesar 57,87%.
    [Show full text]
  • 23 Populasi MIGRATION, ETHNICITY and LOCAL
    Populasi Volume 24 Nomor 2 2016 Halaman 23-36 MIGRATION, ETHNICITY AND LOCAL POLITICS: THE CASE OF JAKARTA, INDONESIA Aulia Hadi and Riwanto Tirtosudarmo Research Center for Society and Culture, Indonesian Institute of Sciences Correspondence: Aulia Hadi (email: [email protected]) Abstract As the capital city of a country with the world’s fourth largest population, Jakarta, like many other big cities in the developing economies, for example, Mexico City or New Delhi, hosts migrants from all regions of the country. Without a doubt, Jakarta has increasingly become the major core of the agglomeration processes transforming it and its satellite cities into a Mega Urban Region (MUR). This paper traces historically the interactions between migration, ethnicities and local politics in Jakarta from the 1960s to the 2000s focusing on the latest development, in which the phenomenon ‘Ahok’, the nickname of Basuki Tjahaja Purnama, a Chinese-Christian from the small district of Belitung, has become an increasingly popular Governor of Jakarta. The paper argues that through the recent developments in Jakarta the politics have apparently been transformed into more civic, rather than ethnic politics. The nature of Jakarta as a proliferating migrant city transcends narrow cultural identities as well as conventional party politics into a more active citizenry through the widespread use of social media. Keywords: migration, ethnicity, local politics, new media Introduction had already started in the 17th century. Because of the low number of inhabitants, the Government of the Dutch East Indies The interconnection between migration, encouraged people to move to Batavia1 to ethnicity and politics has been thoroughly meet its labour needs.
    [Show full text]
  • Tjokropranolo. General Sudirman. the Leader Who Finally Destroyed Colonialism in Indonesia
    Document generated on 10/01/2021 6:23 a.m. Journal of Conflict Studies Tjokropranolo. General Sudirman. The Leader Who Finally Destroyed Colonialism in Indonesia. Translated by Libby Krahling, Bert Jordan and Steve Dawson. Canberra: Australian Defence Studies Centre, 1995. Lucian M. Ashworth Volume 16, Number 2, Fall 1996 URI: https://id.erudit.org/iderudit/jcs16_02br02 See table of contents Publisher(s) The University of New Brunswick ISSN 1198-8614 (print) 1715-5673 (digital) Explore this journal Cite this review Ashworth, L. M. (1996). Review of [Tjokropranolo. General Sudirman. The Leader Who Finally Destroyed Colonialism in Indonesia. Translated by Libby Krahling, Bert Jordan and Steve Dawson. Canberra: Australian Defence Studies Centre, 1995.] Journal of Conflict Studies, 16(2), 137–138. All rights reserved © Centre for Conflict Studies, UNB, 1996 This document is protected by copyright law. Use of the services of Érudit (including reproduction) is subject to its terms and conditions, which can be viewed online. https://apropos.erudit.org/en/users/policy-on-use/ This article is disseminated and preserved by Érudit. Érudit is a non-profit inter-university consortium of the Université de Montréal, Université Laval, and the Université du Québec à Montréal. Its mission is to promote and disseminate research. https://www.erudit.org/en/ Tjokropranolo. General Sudirman. The Leader Who Finally Destroyed Colonialism in Indonesia. Translated by Libby Krahling, Bert Jordan and Steve Dawson. Canberra: Australian Defence Studies Centre, 1995. Every now and again seemingly ordinary people find themselves flung into an epoch- making event. Sudirman, a school teacher in the then Dutch East Indies, found himself called upon to lead the Indonesian army during the Indonesian war of independence against the Dutch.
    [Show full text]
  • Gaya Komunikasi Pemimpin Di Media
    GAYA KOMUNIKASI PEMIMPIN DI MEDIA (Analisis Semiotika Gaya Komunikasi Basuki Tjahaja Purnama “ Ahok” Dalam Tayangan Mata Najwa On Stage “ Semua Karena Ahok “ Di Metro TV) SKRIPSI MAWADDATUR RAHMAH 130904145 Program Studi Jurnalistik UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI MEDAN 2018 i Universitas Sumatera Utara GAYA KOMUNIKASI PEMIMPIN DI MEDIA (Analisis Semiotika Gaya Komunikasi Basuki Tjahaja Purnama “ Ahok” Dalam Tayangan Mata Najwa On Stage “ Semua Karena Ahok “ Di Metro TV) SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Program Strata 1 (S1) pada Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara MAWADDATUR RAHMAH 130904145 Program Studi Jurnalistik DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2018 ii Universitas Sumatera Utara UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI LEMBAR PERSETUJUAN Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh : Nama : Mawaddatur Rahmah NIM : 130904145 Departemen : Ilmu Komunikasi Judul Skripsi : GAYA KOMUNIKASI PEMIMPIN DI MEDIA (Analisis Semiotika Gaya Komunikasi Basuki Tjahaja Purnama “Ahok” Dalam Tayangan Mata Najwa On Stage “Semua Karena Ahok” Di Metro TV) Dosen Pembimbing Ketua Departemen Yovita Sabarina Sitepu, S.Sos, M.Si Dra.Dewi Kurniawati, M.Si. Ph.D NIP.198011072006042002 NIP. 196505241989032001 Dekan FISIP USU Dr. Muryanto Amin, M.Si NIP. 197409302005011002 ii Universitas Sumatera
    [Show full text]
  • The Professionalisation of the Indonesian Military
    The Professionalisation of the Indonesian Military Robertus Anugerah Purwoko Putro A thesis submitted to the University of New South Wales In fulfilment of the requirements for the degree of Doctor of Philosophy School of Humanities and Social Sciences July 2012 STATEMENTS Originality Statement I hereby declare that this submission is my own work and to the best of my knowledge it contains no materials previously published or written by another person, or substantial proportions of material which have been accepted for the award of any other degree or diploma at UNSW or any other educational institution, except where due acknowledgement is made in the thesis. Any contribution made to the research by others, with whom I have worked at UNSW or elsewhere, is explicitly acknowledged in the thesis. I also declare that the intellectual content of this thesis is the product of my own work, except to the extent that assistance from others in the project's design and conception or in style, presentation and linguistic expression is acknowledged. Copyright Statement I hereby grant to the University of New South Wales or its agents the right to archive and to make available my thesis or dissertation in whole or in part in all forms of media, now or hereafter known. I retain all property rights, such as patent rights. I also retain the right to use in future works (such as articles or books) all or part of this thesis or dissertation. Authenticity Statement I certify that the Library deposit digital copy is a direct equivalent of the final officially approved version of my thesis.
    [Show full text]
  • Jurnal Audiens
    Jurnal Audiens AFFILIATION: STRATEGY PULL POLITICAL MARKETING Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (Strategi Pull Marketing Pasangan Anies (UMY) Baswedan dan Sandiaga Uno Dalam Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta 2017- CORRESPONDENCE: 2022) [email protected] Faisal Muhammad Amanullah DOI: Abstract: Strategi Pull Marketing menjadi salah satu CITATION: pendekatan yang banyak digunakan dalam proses pemilihan kepada daerah. Pendekatan ini menitikberatkan pada penggunaan media dalam ARTICLE HISTORY: proses distribusi pesan politiknya kepada Received: masyarakat. Kemenangan Anies Baswedan dan Sandiaga Uno dalam Pemilihan Gubernur dan Wakil Accepted: Gubernur DKI Jakarta 2017 memanfaatkan berbagai media sebagai upaya penyampaian pesan politiknya kepada masyarakat. Media memungkinkan partai politik maupun kandidat untuk menyampaikan pesan politik politik secara cepat dan luas. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pasangan Anies Baswedan dan Sandiaga Uno memanfaatkan berbagai potensi media yang dapat digunakan, dari mulai media konvensional maupun digital, berbayar maupun tidak berbayar. Berbagai media tersebut digunakan untuk memasifkan pesan politik kepada masyarakat, sehingga masyarakat mengetahui dengan jelas pesan politik yang ingin disampaikan. Namun demikian, elemen yang terdapat dalam political marketing menjadi satu kesatuan strategi yang tidak dapat dipisahkan dalam strategi kampanye politik. Keywords: Pilkada, Pull Marketing, Political Marketing Faisal Muhammad Amanullah Strategy Pull Political Marketing (Strategi Pull Marketing Pasangan Anies Baswedan dan Sandiaga Uno Dalam Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta 2017-2022) Pendahuluan Sebagai negara yang menganut sistem demokrasi, Indonesia melaksanakan pemilihan kepala daerah secara langsung. Hal ini sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 32 Pasal 56 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dipilih dalam satu pasangan calon yang dilaksanakan secara demokratis berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil.
    [Show full text]
  • Kerusuhan Mei 1998 Di Pasar Minggu: Salah Satu Kecamatan Di Jakarta Selatan
    KERUSUHAN MEI 1998 DI PASAR MINGGU: SALAH SATU KECAMATAN DI JAKARTA SELATAN SKRIPSI Untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos.) Oleh: Imam Setiono Kusdiharso NIM 3111415001 JURUSAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2020 i ii iii iv MOTO DAN PERSEMBAHAN • Saya tidak peduli jika tidak ada yang menyukai saya. Saya tidak diciptakan di dunia ini untuk menghibur semua orang. (Oreki Hotaro) • Semakin anda tidak berpengalaman, semakin Anda ingin pamer. (Oreki Hotaro) • Saya tidak mau menjadi pengecut yang menyerah tanpa berusaha. (Shirase Kobuchizawa) Persembahan 1. Ibu Kusriyah dan Bapak Bambang Ciptodiharso selaku orang tua penulis yang selalu memberikan dukungan dan doa. 2. Teman-teman seperjuangan Ilmu Sejarah Unnes 2015, terima kasih untuk waktu kebersamaan baik suka maupun duka. 3. Almameterku. v PRAKATA Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Kerusuhan Mei 1998 di Pasar Minggu: Salah Satu Kecamatan di Jakarta Selatan”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial pada Jurusan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan karya tulis ini, keberhasilan bukan semata-mata diraih oleh penulis saja, melainkan diperoleh melalui dorongan dari berbagai pihak yang berjasa serta terkait dalam penyusunan karya tulis ini. Dengan kerendahan hati penulis, maka penulis mengucapkan terima kasih kepada Pak Jayusman selaku dosen pembimbing penulis yang telah membimbing dari awal penulisan skripsi. Penulis berterima kasih kepada beliau yang telah memberikan saran kepada penulis. Saran-saran yang diberikan oleh beliau selalu memberikan gambaran kepada penulis bagaimana step by step dalam penulisan skripsi.
    [Show full text]
  • Indonesia's Transformation and the Stability of Southeast Asia
    INDONESIA’S TRANSFORMATION and the Stability of Southeast Asia Angel Rabasa • Peter Chalk Prepared for the United States Air Force Approved for public release; distribution unlimited ProjectR AIR FORCE The research reported here was sponsored by the United States Air Force under Contract F49642-01-C-0003. Further information may be obtained from the Strategic Planning Division, Directorate of Plans, Hq USAF. Library of Congress Cataloging-in-Publication Data Rabasa, Angel. Indonesia’s transformation and the stability of Southeast Asia / Angel Rabasa, Peter Chalk. p. cm. Includes bibliographical references. “MR-1344.” ISBN 0-8330-3006-X 1. National security—Indonesia. 2. Indonesia—Strategic aspects. 3. Indonesia— Politics and government—1998– 4. Asia, Southeastern—Strategic aspects. 5. National security—Asia, Southeastern. I. Chalk, Peter. II. Title. UA853.I5 R33 2001 959.804—dc21 2001031904 Cover Photograph: Moslem Indonesians shout “Allahu Akbar” (God is Great) as they demonstrate in front of the National Commission of Human Rights in Jakarta, 10 January 2000. Courtesy of AGENCE FRANCE-PRESSE (AFP) PHOTO/Dimas. RAND is a nonprofit institution that helps improve policy and decisionmaking through research and analysis. RAND® is a registered trademark. RAND’s publications do not necessarily reflect the opinions or policies of its research sponsors. Cover design by Maritta Tapanainen © Copyright 2001 RAND All rights reserved. No part of this book may be reproduced in any form by any electronic or mechanical means (including photocopying,
    [Show full text]
  • From Populism to Democratic Polity: Problems and Challenges in Surakarta, Indonesia
    33 From Populism to Democratic Polity: Problems and Challenges in Surakarta, Indonesia Pratikno and Cornelis Lay Abstract The paper discusses democratisation practiced in Surakarta, Indonesia, which has been claimed by many experts as a municipality with “best practices” of democratic local governance in Indonesia. Their analyses focus on the actors and claim that participation is a possible way of crafting stable democracy. This participation in turn, they suggest, is a result of decentralisation which thus strengthen local democracy. Presenting the civil society participation and the decentralisation in the city of Surakarta, this paper shows that what actually happens is otherwise. It argues that the rise of popular participation was rooted in contentious local politics. Besides, the constitution of the new forms of popular representation are not supported by, and produced within, a clear ideological framework from the people in Surakarta. Introduction Participation through civil society and decentralisation has become the main theme within the current debates about democratisation.1 The assumption is that participation and decentralisation will strengthen democracy. The best Indonesian case in favour of these theses must be Surakarta municipality, 1 We would like to thank Lukman-nul Hakim for his valuable contribution in both the discussion and editing, and HendraTry Ardiantoand BelaNagariin providing data. From Populism to Democratic Polity ... 34 also known as the city of Solo. Solo has become well known in the Indonesian debate because of its recent positive experience of popular participation. They include efforts at participatory budgeting and planning, in cooperation between political executives, various CSOs and social movements. Many development agencies and pundits refer to Surakarta’s experiencesin terms of “best practices” of democratic local governance in Indonesia.
    [Show full text]
  • Pengembangan Perkampungan Budaya Betawi Dari Condet Ke Srengseng Sawah
    Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 16, Nomor 5, September 2010 Pengembangan Perkampungan Budaya Betawi Dari Condet ke Srengseng Sawah Rakhmat Hidayat Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Abtsrak: Penelitian ini ingin menjelaskan perubahan sosial yang mengakibatkan dipindahkannyanya Cagar Budaya Betawi dari Condet ke Srengseng Sawah. Menggunakan perspektif perubahan sosial, dengan jelas tergambarkan bahwa Condet mengalami transformasi sosial, ekonomi dan kebudayaan. Perubahan sosial yang terjadi di Condet tidak bisa dilepaskan dari struktur Jakarta sebagai pusat kekuasaan. Srengseng Sawah merupakan kawasan yang masih terjaga lingkungannya, yaitu lingkungan yang sejuk, asri dan cukup rindang dengan pepohonan. Daerah ini dipilih sebagai perkampungan budaya Betawi karena masih memiliki budaya Betawi sebagai ciri khasnya. Hal tersebut ditandai dengan masih bertahannya rumah-rumah panggung berarsitektur khas Betawi. Selain itu, masih bertahan juga makanan khas maupun aksesoris khas Betawi. Faktor lainnya karena Srengseng Sawah dianggap memiliki potensi untuk mengembangan pariwisata budaya (cultural tourism). Kata Kunci: Komunitas Betawi, Kebudayaan, Perubahan Sosial, Urbanisasi. Abtsract: This study will explain the social changes as a resulted of moved Betawi Cultural Area to Srengseng Sawah. By using the perspective of social change, clearly reflected that Condet transformed the social, economic and cultural. Social changes in Condet not be separated from the structure of Jakarta as a center of power. Srengseng Sawah is the area that still maintained its environment, a cool environment, beautiful and quite shady with trees. Srengseng Sawah chosen as the Township Betawi of Culture because they still have the Betawi culture as his trademark. It is characterized by the persistence of the homes still using typical stage Betawi.
    [Show full text]
  • BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemuda Adalah Pelaku
    BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemuda adalah pelaku perubahan bangsa. Berbicara masalah pemuda tidak akan ada habisnya, perubahan besar yang terjadi pada bangsa ini tidak terlepas dari peran para pemuda yang pada saat itu cerdas, kritis dan kreatif. Sumpah pemuda 1928 lahir karena langkah strategis yang dilakukan oleh pemuda untuk menyatukan pemuda di seluruh tanah air menjadi satu bangsa dan satu bahasa. “Seribu orang tua hanya bisa bermimpi, sedangkan satu pemuda dapat mewujudkan mimpi mereka,” kata Bung Karno. Peran pemuda dalam mengisi kemerdekaan serta pembangunan nasional telah memberikan dampak positif bagi pertumbuhan bangsa. Kepeloporan pemuda dalam pembangunan bangsa dan negara harus dipertahankan sebagai generasi penerus yang memiliki jiwa pejuang, perintis dan kepekaan terhadap sosial, politik dan lingkungan. Hal ini dibarengi pula oleh sikap mandiri, disiplin, dan memiliki sifat yang bertanggungjawab, inovatif, ulet, tangguh, jujur, berani dan rela berkorban dengan dilandasi oleh semangat cinta tanah air. Dalam perjalanan zaman, sejarah baru selalu ditandai dengan lahirnya generasi baru. Dalam kancah sejarah, generasi baru yang mengukir sejarah baru itu adalah dari kalangan kaum muda. Perputaran sejarah juga telah membuktikan bahwa setiap generasi itu ada umurnya. Dengan demikian, nama-nama yang muncul sekarang sebagai calon pemimpin yang sebenarnya adalah satu generasi, juga ada umurnya. Inilah peluang yang mesti dijemput oleh kaum muda saat ini. Sebuah peluang untuk mempertemukan berakhirnya umur generasi itu dengan muara dari gerakan kaum muda untuk menyambut pergantian generasi dan menjaga perputaran sejarah dengan ukiran-ukiran prestasi baru. Maka, harapannya adalah bagaimana kaum muda tidak membiarkan begitu saja sejarah melakukan pergantian generasi itu tanpa kaum muda menjadi subjek di dalamnya.
    [Show full text]
  • Indo 13 0 1107127212 183
    DIVISIONS AND POWER IN THE INDONESIAN NATIONAL PARTY, 1965-1966* Angus McIntyre The principal division which split the PNI into two sharply opposed factions in 1965-1966 had its origins as far back as 1957, when the PKI made spectacular advances in large part at PNI expense in the 1957 regional elections in Java and South Sumatra. In Central Java, where the PKI supplanted the PNI as the region's strongest party (based on the 1955 general elections results) , the PNI reaction at the time was most outspoken. Hadisubeno, the regional party chairman, blamed the party's poor showing on its past association with the PKI1 and accordingly urged the party's central executive council to re­ view this relationship. He suggested that the party consider forming an alliance with the Masjumi (the modernist Islamic party) and the Nahdatul Ulama (NU, the traditional Islamic party).2 A conference of the Central Java PNI passed a resolution forbidding cooperation with the PKI.3 These acts were interpreted by many as a slap at President Sukarno,** who had made it increasingly clear in the preceding months that to oppose the PKI was to oppose him as well; however, the party's central leadership, no less hostile to the PKI, was unwilling to risk such an interpretation and thereby further impair its relations with Sukarno. Indeed, only a few months before, Sukarno had indicated strong displeasure with the PNI in his address to the party on the occasion of its thirtieth anniversary celebrations. He implied that PNI members had lost their commitment to the goal of a socialist or marhaenist5 society, the realization of which had been his very reason * The writer would like to express his gratitude to the Jajasan Siswa Lokantara Indonesia for providing him with the opportunity to con- duct research in Indonesia in 1966 and 1967 and to the Myer Founda­ tion for giving him financial assistance in 1967.
    [Show full text]