Pengembangan Perkampungan Budaya Betawi Dari Condet Ke Srengseng Sawah

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Pengembangan Perkampungan Budaya Betawi Dari Condet Ke Srengseng Sawah Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 16, Nomor 5, September 2010 Pengembangan Perkampungan Budaya Betawi Dari Condet ke Srengseng Sawah Rakhmat Hidayat Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Abtsrak: Penelitian ini ingin menjelaskan perubahan sosial yang mengakibatkan dipindahkannyanya Cagar Budaya Betawi dari Condet ke Srengseng Sawah. Menggunakan perspektif perubahan sosial, dengan jelas tergambarkan bahwa Condet mengalami transformasi sosial, ekonomi dan kebudayaan. Perubahan sosial yang terjadi di Condet tidak bisa dilepaskan dari struktur Jakarta sebagai pusat kekuasaan. Srengseng Sawah merupakan kawasan yang masih terjaga lingkungannya, yaitu lingkungan yang sejuk, asri dan cukup rindang dengan pepohonan. Daerah ini dipilih sebagai perkampungan budaya Betawi karena masih memiliki budaya Betawi sebagai ciri khasnya. Hal tersebut ditandai dengan masih bertahannya rumah-rumah panggung berarsitektur khas Betawi. Selain itu, masih bertahan juga makanan khas maupun aksesoris khas Betawi. Faktor lainnya karena Srengseng Sawah dianggap memiliki potensi untuk mengembangan pariwisata budaya (cultural tourism). Kata Kunci: Komunitas Betawi, Kebudayaan, Perubahan Sosial, Urbanisasi. Abtsract: This study will explain the social changes as a resulted of moved Betawi Cultural Area to Srengseng Sawah. By using the perspective of social change, clearly reflected that Condet transformed the social, economic and cultural. Social changes in Condet not be separated from the structure of Jakarta as a center of power. Srengseng Sawah is the area that still maintained its environment, a cool environment, beautiful and quite shady with trees. Srengseng Sawah chosen as the Township Betawi of Culture because they still have the Betawi culture as his trademark. It is characterized by the persistence of the homes still using typical stage Betawi. Also, still survive Betawi’s food and many accessories of Betawi. Other factors because Srengseng Sawah is considered to have potential to develop cultural tourism. Keywords: Betawi Culture, Culture, Social Change, Urbanization Pendahuluan ketimpangan di masyarakat Condet. Dalam Dalam pembangunan Jakarta, Condet selalu konteks itulah tulisan ini ingin menjelaskan menjadi bahan pembicaraan yang selalu menarik hendak mengkaji perubahan social dibalik untuk dikaji dari berbagai aspek. Pertama, dipindahkannya perkampungan budaya Betawi pembicaraan tentang Condet selalu menarik pada dari Condet ke ke Srengseng Sawah. Perpindahan saat DKI Jakarta memiliki Gubernur baru, yaitu ini tentu saja terkandung berbagai aspek yang komitmen dan konsen setiap Gubernur DKI baru tidak dapat dipisahkan dari perubahan sosial yang terhadap Condet. Kedua, di kalangan aktivis dan terjadi di Condet. pengamat lingkungan, Condet selalu menarik Sebagai bagian yang terintegrasi dari struktur untuk dikaji seiring dengan berbagai problem sosial, politik dan ekonomi Jakarta, Condet lingkungan yang belakangan sering terjadi di menjadi keniscayaan ketika harus terkorporasi Condet, misalnya Kali Ciliwung yang semakin kotor dalam pembangunan Jakarta. Pertumbuhan maupun banjir yang sering terjadi di beberapa ekonomi berlangsung secara cepat di Jakarta. kawasan di Condet. Ketiga, dalam konteks sosio- Sebagai kota yang mewakili kota-kota besar di kultural, Condet merupakan representasi dari belahan dunia, pertumbuhan ekonomi dilihat transformasi sosio-kultural yang berlangsung dengan beberapa indikator seperti industrialisasi lama dan semakin menunjukkan adanya dan komersialisasi di kota-kota besar. Implikasinya, 560 Rakhmat Hidayat, Pengembangan Perkampungan Budaya Betawi Dari Condet ke Srengseng Sawah adalah terjadi urbanisasi (Evers, 1986). pungan Betawi dipindahkan ke Setu Babakan, Pertumbuhan ekonomi tidak dapat dirasakan Kawasan Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta oleh seluruh warga kota-kota besar, dalam hal ini Selatan pada saat Sutiyoso menjadi Gubernur DKI termasuk warga Jakarta. Realitas yang terjadi Jakarta. Dalam konteks inilah, menarik untuk memang menunjukkan dualisme. Studi McGee mengkaji lebih mendalam pemilihan Setu Babakan (1971) tampaknya mendukung tesis tersebut. sebagai perkampungan Betawi. Dipertahan- Analisa Mc Gee menjelaskan adanya dua kannya komunitas Betawi merupakan upaya kecenderungan yang menjadi ciri khas di negara- berkesinambungan dalam mempertahankan negara berkembang. Pertama, kota-kota di komunitas lokal dalam pembangunan yang negara berkembang telah membesar secara berlangsung di Jakarta. Komunitas Betawi dalam sangat mengesankan. Kedua, pertumbuhan kota konteks sosio-historis memiliki peran penting di negara-negara berkembang tidak disertai yang tidak dapat diabaikan kontribusinya. dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang Permasalahan penelitian dijabarkan dalam memadai guna memberikan kesempatan kerja pertanyaan-pertanyaan berikut ini: 1) Bagaimana bagi penduduknya yang tumbuh dengan cepat perubahan sosial yang terjadi di Condet yang yang disertai dengan migrasi. mengakibatkan tidak dilanjutkannnya perkam- Kenyataan menunjukkan bahwa saat ini pungan budaya Betawi? dan 2) Apakah yang Jakarta diserbu oleh para pendatang pribumi dan menyebabkan kawasan Srengseng Sawah dipilih mancanegara yang bermigrasi ke Jakarta. menjadi kawasan Perkampungan Budaya Betawi? Fenomena ini oleh Evers (1986:56) disebut Berdasarkan permasalahan maka penelitian dengan ‘transplosi’, yaitu suatu perluasan ini bertujuan untuk mengetahui: 1) perubahan mendadak dari masyarakat kota yang memiliki sosial yang terjadi di Condet yang mengakibatkan andil merombak citra kota dan masyarakat secara dipindahnya perkampungan budaya Betawi ke besar-besaran. Namun demikian, membludaknya Srengseng Sawah dan 2) faktor-faktor yang kaum pendatang yang membanjiri Jakarta harus menyebabkan dipindahkannya perkampungan dibayar mahal. Pasalnya, komunitas Betawi budaya Betawi dari Condet ke Srengseng Sawah, sebagai kelompok masyarakat asli Jakarta Jakarta Selatan. eksistensinya kian terancam. Perlahan-lahan, komunitas Betawi terus menurun drastis. Tuntutan Kajian Literatur pembangunan kota Jakarta menyebabkan Definisi Perubahan Sosial semakin tergusurnya kawasan-kawasan yang Perubahan sosial merupakan gejala perubahan selama ini dikenal dengan kawasan Betawi asli. dari suatu keadaan sosial tertentu ke keadaan Untuk mempertahankan komunitas Betawi sosial lain. Karena itu perubahan sosial pasti asli ditetapkanlah Condet sebagai kawasan memiliki suatu arah dan tujuan tertentu. perkampungan Betawi pada masa kepemimpinan Perubahan sosial dapat suatu kemajuan Ali Sadikin sebagai Gubernur DKI Jakarta. (progress) atau sebaliknya dapat berupa suatu Keputusan tersebut dituangkan melalui SK No DI- kemunduran (regress). Perubahan-perubahan 7903/a/30/1975. Hal ini beralasan mengingat yang terjadi dalam masyarakat menimbulkan Condet dikenal sebagai penghasil buah-buahan kesesuaian antara unsur-unsur sosial yang ada seperti duku dan salak. Bahkan, sebelum duku dalam masyarakat. Dengan kata lain, perubahan- Palembang ada, duku Condet dikirim ke seluruh perubahan sosial akan mengubah struktur dan pelosok tanah air termasuk Palembang. fungsi dari unsur-unsur sosial dalam masyarakat. Dalam perjalanannya, Condet terus meng- Dengan demikian, perubahan sosial dalam alami perubahan. Berbagai macam perubahan masyarakat mengandung pengertian ketidak- baik sosial, budaya maupun ekonomi terjadi di sesuaian diantara unsur-unsur sosial yang saling daerah ini. Faktor lain yang berpengaruh juga berbeda dalam masyarakat sehingga meng- adalah kebijakan pemerintah DKI Jakarta hasilkan suatu pola kehidupan yang tidak serasi terhadap wilayah Condet. Salah satunya adalah fungsinya bagi masyarakat yang bersangkutan. kebijakan dipindahkannya kawasan perkam- 561 Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 16, Nomor 5, September 2010 Kingsley Davis dalam (Sztompka, 2005:56) Definisi kota juga mendapat perhatian besar mendefinisikan perubahan sosial sebagai dari beberapa tokoh sosiologi klasik seperti perubahan-perubahan yang terjadi pada struktur Durkheim, Weber, Marx (Saunders, 1989:13). dan fungsi masyarakat. Definisi ini dapat Durkheim melihat kota sebagai hunian masyarakat ditegaskan bahwa dalam perubahan sosial dan yang ditandai oleh solidaritas organik, yaitu suatu sistem sosialnya. Struktur sosial merupakan ikatan yang muncul karena adanya differensiasi bentuk jalinan jaringan hubungan antarindividu (perbedaan) pekerjaan atau division of labour para dalam masyarakat dimana terjalin interaksi, penghuninya. Senada dengan Durkheim, Marx interealism dan komunikasi sosial. Sedangkan (Saunders, 1989:15, Susser, 2002:45) meng- sistem sosial menunjuk pada bagaimana anggap kota sebagai hunian manusia yang hubungan antara unsur-unsur sosial dalam ditandai oleh bentuk yang paling nyata dari mode masyarakat sehingga membentuk kebulatan yang of production kapitalis. Banyaknya pabrik milik kaum berfungsi. borjouis, kaum proletar yang bekerja di pabrik, dan pola hubungan kaum proletar dengan borjuis Definisi Kota yang eksploitatif, merupakan sebagian ciri suatu Sejak abad ke-19, persoalan yang dihadapi kota kegiatan sosial ekonomi kapitalis yang tumbuh di Jakarta adalah masalah pertambahan penduduk. kota. Pada saat itu bertambahnya penduduk Jakarta lebih disebabkan oleh banyaknya orang-orang Definisi Urbanisasi Belanda berdatangan ke Indonesia (Saidi, Pertumbuhan Jakarta seperti yang terjadi saat ini 1996:350, Syuaib, 1996:366). Persoalan sebenarnya tak dapat dipisahkan dari fenomena pertambahan penduduk hanyalah salah satu urbanisasi. Urbanisasi dapat dipahami sebagai
Recommended publications
  • Beberapa Tahun Belakangan, Konstelasi Politik DKI Jakarta Memanas. Tahun 2007 Merupakan Tahun Dimulainya Pemilihan Gubernur
    Jurnal PolGov Vol. I No. 1, 2019 35 Gubernur DKI Jakarta Dipilih Presiden: Sebuah Wacana yang Patut Dipertimbangkan Agung Wicaksono1 Abstrak Tulisan ini bertujuan untuk mempertimbangkan wacana pemilihan gubernur DKI Jakarta oleh presiden. Wacana ini bisa dianggap sebagai jalan keluar dari kegaduhan politik yang ditimbulkan akibat pemilihan gubernur (pilgub) DKI Jakarta. Pilgub DKI Jakarta bermuara pada iklim politik yang tidak sehat. Polarisasi masyarakat semakin menguat dan itu tidak hanya terjadi di DKI Jakarta tetapi seluruh pelosok negeri. Masyarakat yang secara politik tidak terkait dengan DKI Jakarta pun turut ambil bagian dalam memanaskan situasi politik. Instabilitas politik di DKI Jakarta bisa berdampak pada instabilitas ekonomi. Tulisan ini berusaha menelaah wacana pemilihan gubernur DKI Jakarta oleh presiden dengan menggunakan konsep desentralisasi asimetris. Ada dua mekanisme yang bisa digunakan, yakni mekanisme “minimum demokrasi prosedural” dan “zero demokrasi prosedural”. Studi literatur digunakan untuk menyintesiskan data-data dan argumentasi yang dibangun oleh penulis. Harapannya, tulisan ini bisa memberikan pemikiran dan alternatif baru dalam khazanah ilmu politik, khususnya dalam kajian mengenai pemilihan kepala daerah. Kata Kunci: DKI Jakarta; Pilkada; Desentralisasi Asimetris Pendahuluan Beberapa tahun belakangan, konstelasi politik DKI Jakarta memanas. Tahun 2007 merupakan tahun dimulainya pemilihan gubernur (pilgub) DKI Jakarta secara langsung oleh rakyat.2 Kemudian, 1 Penulis adalah dosen pada Program Studi Ilmu Pemerintahan, Universitas Islam Riau 2 Pemilihan Gubernur DKI Jakarta tahun 2007 Jakarta hanya diikuti oleh dua pasangan, yakni Fauzi Bowo-Prijanto dan Adang Daradjatun-Dani Anwar. Dari tiga pilgub yang telah terjadi di Jakarta pasca dipilih langsung oleh rakyat (2007, 2012, dan 2016), pilgub ini tergolong lebih minim gejolak. Pilgub ini dimenangkan oleh Fauzi Bowo-Prijanto dengan mendapat suara sebesar 57,87%.
    [Show full text]
  • 2477-2771 E-ISSN : 2477-8241 Candrasangkala
    ISSN : 2477-2771 Candrasangkala: Jurnal Pendidikan dan Sejarah E-ISSN : 2477-8241 Vol. 7 No. 1 Tahun 2021 MENELUSURI PERJALANAN KULINER PEDAGANG KAKI LIMA MENJADI PEDAGANG BINTANG LIMA: SOTO BETAWI H. MARUF (1943-1983) Kurniawati,1* M. Hasmi Yanuardi,2 Siti Azizah3 *1,2,3 Pendidikan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Jakarta, Jakarta *Email: [email protected] Diterima: 25 Oktober 2021, Disetujui: 29 Oktober 2020, Dipublikasikan: 31 Mei 2021 Abstract: This study describes the economic activities in the food administration sector of one of the legendary food restaurants in Jakarta, namely Soto Betawi Haji Maruf. In its management, the business managed to overcome various challenges of social change occurred during 1943-1983. The purpose of this study was to find out that the government’s policy towards the city of Jakarta from 1943-1983 had a major impact on the food administration process of Soto Betawi Haji Maruf. The research method used is historical research with two main discussions, namely the beginning of the establishment of Soto Maruf (1943-1945), and the dynamics of the mobilization of Soto Maruf (1946-1983) from Boplo Market, Gondangdia Railway Post, Cikini Flower Market, and Taman Ismail Marzuki. The results of this study show that the dynamics of socio-economic changes in Jakarta during 1943-1983 has made Soto Betawi Haji Maruf experience a difficult business process, starting from a peddler walking around in and out kampong, renting a kiosk, eviction events, up to owning a restaurant. The existence of a good business management process made Soto Betawi Haji Maruf able to survive for 40 years in going through various challenges of socio-economic changes in Jakarta during 1943-1983.
    [Show full text]
  • 23 Populasi MIGRATION, ETHNICITY and LOCAL
    Populasi Volume 24 Nomor 2 2016 Halaman 23-36 MIGRATION, ETHNICITY AND LOCAL POLITICS: THE CASE OF JAKARTA, INDONESIA Aulia Hadi and Riwanto Tirtosudarmo Research Center for Society and Culture, Indonesian Institute of Sciences Correspondence: Aulia Hadi (email: [email protected]) Abstract As the capital city of a country with the world’s fourth largest population, Jakarta, like many other big cities in the developing economies, for example, Mexico City or New Delhi, hosts migrants from all regions of the country. Without a doubt, Jakarta has increasingly become the major core of the agglomeration processes transforming it and its satellite cities into a Mega Urban Region (MUR). This paper traces historically the interactions between migration, ethnicities and local politics in Jakarta from the 1960s to the 2000s focusing on the latest development, in which the phenomenon ‘Ahok’, the nickname of Basuki Tjahaja Purnama, a Chinese-Christian from the small district of Belitung, has become an increasingly popular Governor of Jakarta. The paper argues that through the recent developments in Jakarta the politics have apparently been transformed into more civic, rather than ethnic politics. The nature of Jakarta as a proliferating migrant city transcends narrow cultural identities as well as conventional party politics into a more active citizenry through the widespread use of social media. Keywords: migration, ethnicity, local politics, new media Introduction had already started in the 17th century. Because of the low number of inhabitants, the Government of the Dutch East Indies The interconnection between migration, encouraged people to move to Batavia1 to ethnicity and politics has been thoroughly meet its labour needs.
    [Show full text]
  • Gaya Komunikasi Pemimpin Di Media
    GAYA KOMUNIKASI PEMIMPIN DI MEDIA (Analisis Semiotika Gaya Komunikasi Basuki Tjahaja Purnama “ Ahok” Dalam Tayangan Mata Najwa On Stage “ Semua Karena Ahok “ Di Metro TV) SKRIPSI MAWADDATUR RAHMAH 130904145 Program Studi Jurnalistik UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI MEDAN 2018 i Universitas Sumatera Utara GAYA KOMUNIKASI PEMIMPIN DI MEDIA (Analisis Semiotika Gaya Komunikasi Basuki Tjahaja Purnama “ Ahok” Dalam Tayangan Mata Najwa On Stage “ Semua Karena Ahok “ Di Metro TV) SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Program Strata 1 (S1) pada Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara MAWADDATUR RAHMAH 130904145 Program Studi Jurnalistik DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2018 ii Universitas Sumatera Utara UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI LEMBAR PERSETUJUAN Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh : Nama : Mawaddatur Rahmah NIM : 130904145 Departemen : Ilmu Komunikasi Judul Skripsi : GAYA KOMUNIKASI PEMIMPIN DI MEDIA (Analisis Semiotika Gaya Komunikasi Basuki Tjahaja Purnama “Ahok” Dalam Tayangan Mata Najwa On Stage “Semua Karena Ahok” Di Metro TV) Dosen Pembimbing Ketua Departemen Yovita Sabarina Sitepu, S.Sos, M.Si Dra.Dewi Kurniawati, M.Si. Ph.D NIP.198011072006042002 NIP. 196505241989032001 Dekan FISIP USU Dr. Muryanto Amin, M.Si NIP. 197409302005011002 ii Universitas Sumatera
    [Show full text]
  • Jurnal Audiens
    Jurnal Audiens AFFILIATION: STRATEGY PULL POLITICAL MARKETING Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (Strategi Pull Marketing Pasangan Anies (UMY) Baswedan dan Sandiaga Uno Dalam Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta 2017- CORRESPONDENCE: 2022) [email protected] Faisal Muhammad Amanullah DOI: Abstract: Strategi Pull Marketing menjadi salah satu CITATION: pendekatan yang banyak digunakan dalam proses pemilihan kepada daerah. Pendekatan ini menitikberatkan pada penggunaan media dalam ARTICLE HISTORY: proses distribusi pesan politiknya kepada Received: masyarakat. Kemenangan Anies Baswedan dan Sandiaga Uno dalam Pemilihan Gubernur dan Wakil Accepted: Gubernur DKI Jakarta 2017 memanfaatkan berbagai media sebagai upaya penyampaian pesan politiknya kepada masyarakat. Media memungkinkan partai politik maupun kandidat untuk menyampaikan pesan politik politik secara cepat dan luas. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pasangan Anies Baswedan dan Sandiaga Uno memanfaatkan berbagai potensi media yang dapat digunakan, dari mulai media konvensional maupun digital, berbayar maupun tidak berbayar. Berbagai media tersebut digunakan untuk memasifkan pesan politik kepada masyarakat, sehingga masyarakat mengetahui dengan jelas pesan politik yang ingin disampaikan. Namun demikian, elemen yang terdapat dalam political marketing menjadi satu kesatuan strategi yang tidak dapat dipisahkan dalam strategi kampanye politik. Keywords: Pilkada, Pull Marketing, Political Marketing Faisal Muhammad Amanullah Strategy Pull Political Marketing (Strategi Pull Marketing Pasangan Anies Baswedan dan Sandiaga Uno Dalam Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta 2017-2022) Pendahuluan Sebagai negara yang menganut sistem demokrasi, Indonesia melaksanakan pemilihan kepala daerah secara langsung. Hal ini sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 32 Pasal 56 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dipilih dalam satu pasangan calon yang dilaksanakan secara demokratis berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil.
    [Show full text]
  • From Populism to Democratic Polity: Problems and Challenges in Surakarta, Indonesia
    33 From Populism to Democratic Polity: Problems and Challenges in Surakarta, Indonesia Pratikno and Cornelis Lay Abstract The paper discusses democratisation practiced in Surakarta, Indonesia, which has been claimed by many experts as a municipality with “best practices” of democratic local governance in Indonesia. Their analyses focus on the actors and claim that participation is a possible way of crafting stable democracy. This participation in turn, they suggest, is a result of decentralisation which thus strengthen local democracy. Presenting the civil society participation and the decentralisation in the city of Surakarta, this paper shows that what actually happens is otherwise. It argues that the rise of popular participation was rooted in contentious local politics. Besides, the constitution of the new forms of popular representation are not supported by, and produced within, a clear ideological framework from the people in Surakarta. Introduction Participation through civil society and decentralisation has become the main theme within the current debates about democratisation.1 The assumption is that participation and decentralisation will strengthen democracy. The best Indonesian case in favour of these theses must be Surakarta municipality, 1 We would like to thank Lukman-nul Hakim for his valuable contribution in both the discussion and editing, and HendraTry Ardiantoand BelaNagariin providing data. From Populism to Democratic Polity ... 34 also known as the city of Solo. Solo has become well known in the Indonesian debate because of its recent positive experience of popular participation. They include efforts at participatory budgeting and planning, in cooperation between political executives, various CSOs and social movements. Many development agencies and pundits refer to Surakarta’s experiencesin terms of “best practices” of democratic local governance in Indonesia.
    [Show full text]
  • POLITIK IDENTITAS DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH DKI JAKARTA (Studi Analisis Wacana Terhadap Pidato Basuki Tjahaja Purnama Di
    POLITIK IDENTITAS DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH DKI JAKARTA (Studi Analisis Wacana Terhadap Pidato Basuki Tjahaja Purnama di Kepulauan Seribu Pada Tanggal 27 September 2016) Disusun Oleh : Muammar Achmat Tahir 110906072 Dosen Pembimbing : Husnul Isa Harahap, S.Sos, M.Si DEPARTEMEN ILMU POLITIK FAKULTAS SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2018 Universitas Sumatera Utara UNIVERITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK MUAMMAR ACHMAT TAHIR (110906072) POLITIK IDENTITAS DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH DKI JAKARTA (Studi Analisis Wacana Terhadap Pidato Basuki Tjahaja Purnama di Kepulauan Seribu Pada Tanggal 27 September 2016) Rincian skripsi: 109 halaman, 21 buku, 8 majalah, 11 jurnal harian, 1 skripsi, 4 Undang-Undang, dan 19 situs internet. ABSTRAK Penelitian ini mencoba menguraikan makna dari penyebutan kata Al- Maidah Ayat 51 yang ada pada pidato Basuki Tjahaja Purnama tanggal 27 September 2016 di Kepulauan Seribu dilihat dari perspektif identitas Laclau dan Mouffe. Penelitan ini dilatarbelakangi oleh kontroversi pidato Basuki Tjahaja Purnama di Kepulauan Seribu yang berujung pada kasus hukum atas dugaan Penodaan Agama. Akhir dari proses persidangan atas kasus tersebut ialah dikeluarkannya Putusan Majelis Hakim PN Jakarta Utara yang menyatakan bahwa Basuki terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindakan pidana penodaan agama, dan menjatukan pidana kepada Basuki dengan penjara selama dua tahun. Teori yang digunakan dalam menganalisis penelitian ini ialah teori analisis wacana Teun A. Van Dijk, untuk memahami makna dari pidato Basuki baik secara umum maupun secara khusus yaitu pada bagian penyebutan kata surat Al- Maidah Ayat 51. Teori Wacana Foucault digunakan untuk menjelaskan hubungan antara kekuasaan dan wacana. Terakhir, teori yang digunakan pada penelitian ini ialah teori wacana Laclau dan Mouffe, untuk melihat hubungan secara langsung antara politik dan wacana.
    [Show full text]
  • Daftar Pustaka
    DAFTAR PUSTAKA Dokumen atau Arsip (1945). Kan Po. [Berita Pemerintahan Militer] (Bahasa Indonesia), No. 62 (1963). Surat Penghargaan atas Keikutsertaan dalam Pasar Malam Angkasa Puri Buku Albala, K. (2013). Food: A Cultural Culinary History. Virginia: The Great Courses. Alkatiri, Z. (2010). Pasar Gambir, Komik Cina, dan Es Shanghai: Sisi Melik Jakarta 1970-an. Depok: Masup Jakarta. __________. (2012). Jakarta Punya Cara. Depok: Masup Jakarta. Arifin, B. (2005). Ekonomi Kelembagaan Pangan. Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia. Armesto, F. F. (2002). Near A Thousand Tables. New York: The Free Press. Berenskoetter, F.; M. J. Williams. (Ed). (2007). Power in World Politics. New York: Routledge. Blackburn, S. (2011). Jakarta: Sejarah 400 tahun. Depok: Masup Jakarta. Booth, A. E. (1943). Colonial Legacies: Economic and Social Development in East and Southeast Asia. Honolulu: University of Hawaii Press. Booth, A.; Peter McCawley. (1986). Ekonomi Orde Baru. Jakarta: LP3ES. Bromokusumo, A. C. (2013). Peranakan Tionghoa dalam Kuliner Nusantara. Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara. Carr, E. H. (1990). What is History ?. London: Penguin Books. Cassel, G. (1967). The Theory of Social Economy. New York: Reprints of Economic Classic. Castree, N. (2004). Spaces of Work: Global Capitalism and the Geographies of Labour. London: Sage Publication. 109 110 Catenius-van der Meijden, J. M. J. (1971). Groot Nieuw Vollendig Indisch Koekboek: 1.381 Recepten. Den Haag: Van Goor Zonen Den Haag. Chaer, A. (2017). Folklor Betawi: Kebudayaan dan Kehidupan Orang Betawi. Depok: Masup Jakarta. Cheung, S. C. H.; David, Y. H. Wu. (2002). The Globalization of Chinese Food. Honolulu: University of Hawaii Press. Cribb, R. (2010). Para Jago dan Kaum Revolusioner Jakarta 1945-1949.
    [Show full text]
  • KOMUNIKASI POLITIK DAN PEMILIH PEMULA Studi Atas Retorika Politik Anies Baswedan Dalam Menarik Pemilih Pemula Di Pilkada DKI Jakarta 2017
    KOMUNIKASI POLITIK DAN PEMILIH PEMULA Studi atas Retorika Politik Anies Baswedan dalam Menarik Pemilih Pemula di Pilkada DKI Jakarta 2017 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh: Albizar Ghiffary NIM: 11151120000083 PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019 M/1440 H ABSTRAK Penelitian ini mengkaji dan menjelaskan tentang komunikasi politik yang berfokus pada retorika politik dengan menekankan pada ethos, pathos, dan logos yang digunakan untuk menarik pemilih pemula di pilkada DKI Jakarta 2017. Penelitian ini mengacu dari adanya keberhasilan Anies Baswedan dalam menarik pemilih pemula, dengan data yang dirilis dan dipublikasikan oleh Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) dan Lingkar Survei Indonesia (LSI). Dengan pola komunikasi yang dilakukan kepada pemilih pemula, dengan melibatkan penyampaian pesan-pesan politik yang santun dan menyejukkan, Anies Baswedan berhasil melakukan pendekatan dengan melibatkan emosionalitas yang kuat kepada pemilih pemula. Dengan perbedaan pola komunikasi yang disampaikan oleh lawannya, yaitu Basuki Tjahaja Purnama. Anies Baswedan mendapatkan keuntungan dengan pola komunikasi yang diucapkannya dan menjadi kekhasan bagi dirinya. Penelitian ini menggunakan teori retorika politik dari Aristoteles, serta konseptualisasi komunikasi politik yang menekankan pada pola-pola komunikasi dengan penyampaian pesan-pesan politik yang disampaikan kepada khalayak umum, maupun konseptualisasi
    [Show full text]
  • Bab I Pendahuluan
    BAB I PENDAHULUAN I. 1. Permasalahan Penelitian Perkembangan dunia media sosial memiliki pengaruh terhadap kehidupan manusia. Kehadiran media sosial telah meleburkan ruang privasi seseorang dengan publik, sebab berbagai kegiatan masyarakat tidak terlepas dari media sosial. Fenomena penggunaan media sosial secara berlebih, telah terjadi di sejumlah kalangan. Hingga tahun 2018, terdapat 3 miliar orang atau setara 40% populasi dunia menggunakan media sosial, dengan menghabiskan rata-rata 2 jam setiap hari untuk membagikan, menyukai, hingga memperbaharui perangkat (Brown, 2018). Terdapat kaitan antara penggunaan media sosial secara berlebih dengan bagian fungsi otak yang mengelola perasaan senang dan bertugas memberi sensasi kepuasan atas pencapaian reputasi sosial, oleh karena hal tersebut muncul sikap penggunaan internet secara kompulsif (Sulaiman, 2015). Keberadaan media sosial membuat peredaran informasi di masyarakat kian sulit terbendung. Tingginya tingkat penggunaan media sosial, menjadikan konten apapun dengan cepat akan diketahui banyak orang. Media sosial merupakan bagian dari media komunikasi yang digunakan masyarakat pada zaman modern ini, sehingga dapat menjadi wadah untuk free speech dimana para penggunanya tidak dibatasi saat membagikan apa yang terjadi pada mereka, atau mengunggah berbagai peristiwa di sekitar mereka (Maria, 2018). 1 Salah satu media sosial yang memiliki jumlah pengguna terbesar saat ini ialah instagram. Dirilis perdana pada Oktober 2010 di Apple App Store oleh perusahaan Burbn, Inc, aplikasi instagram berhasil memikat para penggunanya. Survei yang dibuat oleh firma penelitian pemasaran GlobalWeb Index, yang dilakukan di 32 negara dengan jumlah responden hingga 170 ribu orang, menunjukkan ketimpangan antara pengguna baru facebook yang hanya 3%, sementara instagram mencapai 23%. Hal ini membuat facebook pada tahun 2012 mengakuisisi instagram (Nistanto, 2014). Selain presentase jumlah pengguna baru, ada pula pertumbuhan pengguna aktif bulanan atau monthly active user instagram, yang mencapai 1 miliar pengguna pada bulan Juni 2018.
    [Show full text]
  • Military Withdrawal from Politics: Discourse and Reform Agenda
    Januari 1999 13 Military Withdrawal from Politics: Discourse and Reform Agenda By : I Ketut Gunawan* Abstrak Di jaman Orde Baru, intervensi militer dalam urusan-urusan non-militer sangat intensif dan ekstensif. Bagi kehidupan demokrasi, costs yang ditanggung jauh melebihi benefits yang diperoleh. Karenanya, tuntutan penarikan intervensi militer dalam bidang non-militer semakin lama semakin kuat dan memuncak belakangan ini. Di tengah-tengah besarnya gelombang tuntutan reformasi total atas format politik Indonesia di Orde Reformasi ini, respons pemerintah terhadap tuntutan reformasi sistem dan kelembagaan sipil cukup “akomodatif” walaupun upaya-upaya mempertahankan pola rezim lama masih terlihat kuat. Di sisi lain, tuntutan reformasi atas posisi dan peran militer dalam bentuk penarikan intervensi militer dalam politik disikapi dengan resistensi berbau romantisme sejarah. Tulisan ini berusaha menelusuri agenda reformasi peran sosial-politik militer melalui telaah diskursus penarikan intervensi militer dalam politik. Dalam “membawa” diskursus ke agenda praksis, kendala yang ditemui tidak sedikit. Namun demikian, kejadian-kejadian dramatis setelah Orde Reformasi ditegakkan, seperti penghapusan tiga jalur dalam Golkar (ABRI, Birokrasi, Golkar) serta tuntutan luas pemisahan Korps Polisi dari ABRI, telah memberi entry points dan dukungan luas ke arah itu. Tapi jalan yang mesti dilalui masih panjang dan berliku. Pada titik inilah concern dan peran reformis dan kelompok pro-demokrasi menjadi imperatif. he Indonesian armed forces has been The pervasive role of the military in playing a significant role in Indone- Indonesian political life is justified espe- Tsian politics since at least 1957 when cially by dwifungsi doctrine, the doctrine the martial law was enacted. For many years that the military has a dual or twin function, after Soeharto assumed power in 1966, the that is, as a military force and a socio- army intervened in all aspects of people’s political force.
    [Show full text]
  • The London School of Economics and Political Science Berantas
    The London School of Economics and Political Science Berantas Korupsi: A Political History of Governance Reform and Anti-Corruption Initiatives in Indonesia 1945-2014 Vishnu Juwono A Thesis Submitted to the Department of International History of the London School of Economics for the degree of Doctor of Philosophy, London, May 2016 1 Declaration I certify that the thesis I have presented for examination for the MPhil/PhD degree of the London School of Economics and Political Science is solely my own work other than where I have clearly indicated that it is the work of others (in which case the extent of any work carried out jointly by me and any other person is clearly identified in it). The copyright of this thesis rests with the author. Quotation from it is permitted, provided that full acknowledgement is made. This thesis may not be reproduced without my prior written consent. I warrant that this authorisation does not, to the best of my belief, infringe the rights of any third party. I declare that my thesis consists of words <98,911> words. Statement of use of third party for editorial help I can confirm that my thesis was copy edited for conventions of language, spelling and grammar by Mrs. Demetra Frini 2 Abstract This thesis examines the efforts to introduce governance reform and anti-corruption measures from Indonesia‘s independence in 1945 until the end of the Susilo Bambang Yudhoyono‘s (SBY‘s) presidency in 2014. It is divided into three main parts covering Sukarno‘s ‗Old Order‘, Suharto's ‗New Order‘, and the reform period.
    [Show full text]