KEHIDUPAN PEMAIN

RIKISHI NO SEIKATSU

KERTAS KARYA

Kertas Karya ini diajukan Kepada Panitia Ujian Program Pendidikan Non-Gelar Fakultas

Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan, untuk melengkapi salah satu syarat ujian Diploma III dalam Bidang Studi Bahasa Jepang.

Dikerjakan OLEH:

IMAM SINAGA NIM: 142203088

PEMBIMBING

Dr. Diah Syafitri Handayani, M.Litt

NIP: 197212281999032001

PROGRAM STUDI D-III BAHASA JEPANG

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2017

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Disetujui Oleh :

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

PROGRAM STUDI D-III BAHASA JEPANG

Ketua

Dr. Diah Syafitri Handayani, M.Litt

NIP: 197212281999032001

Medan, Juli 2017

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA lKEHIDUPAN PEMAIN SUMO

Rikishi no Seikatsu

KERTAS KARYA

Dikerjakan

O

L

E

H

IMAM SINAGA 142203088

PROGRAM STUDI BAHASA JEPANG D-III

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2017

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA PENGESAHAN

Diterima Oleh :

Panitia Ujian Pendidikan Non-Gelar Sastra Budaya Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera

Utara Medan, untuk melengkapi salah satu syarat ujian Diploma III dalam Bidang Studi Bahasa

Jepang.

Pada :

Tanggal :

Hari :

Program Studi D-III Bahasa Jepang

Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara

Dekan,

Dr. Budi Agustono, M.S

NIP: 196008051987031001

Panitia Tugas Akhir :

No. Nama Tanda Tangan

1. ( ) 2. ( ) 3. ( )

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Penulis Panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa Yang Bertahta

Dalam Kerajaan Surga, Karena Atas Kuasa Dan Kehendak-Nya Penulis dapat Menyelesaikan

Kertas Karya Yang Berjudul “KEHIDUPAN PEMAIN SUMO”.

Adapun Penulisan Kertas Karya ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan

Pendidikan Program Study D-III Bahasa Jepang dengan gelar Ahli Madya, Universitas Sumatera

Utara. Penulis Menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan Kertas Karya ini masih jauh dari kata sempurna, mengingat Keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan tanggapan dan saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan kertas karya ini, penulis juga berharap bahwa kertas karya ini dapat bermanfaat yang dapat dingunakan oleh penulis atau maupun pembaca.

Dalam penyusunan kertas karya ini, penulis banyak memproleh bantuan, bimbingan, serta dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih yang tulus dan penghargaan yang setinggi-tingginya:

1. Tuha Yang Maha Esa yang selalu ada dalam setiap perjalanan hidup penulis dengan

segala karunia dan perlindungan-nya, penulis diberikan kesehatan untuk dapat

menyelesaikan Kertas Karya ini dengan baik dan juga penulis dapat merasakan hidup

yang indah didalam nama Tuhan Yesus Kristus yang maha pengasih.

2. Dr.Drs.Budi Agustono,M.S., selaku dekan fakultas ilmu budaya universitas sumatra utara

3. Ibu Dr.Diah Syahfitri handayani M.litt selaku ketua jurusan D-III bahasa jepang dan

sebagai dosen pembimbing akademik penulis selama perkuliahan yang telah banyak

memberikan bimbingan kepada penulis.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 4. Bapak/Ibu dosen serta Pegawai Departeman D-III Bahasa Jepang, terimakasih atas ilmu

dan bantuan yang diberikan kepada penulis selama perkuliahan

5. Kepada Orang tua saya Lemeria Simare-mare beliau yang telah memberikan dukungan

kepada penulis dari awal hingga selesainya Tugas akhir ini.

6. Kepada Saudara-Saudara saya terkhusus kepada kaka saya Suarni Sri Putri br Sinaga atas

jasa nya selama kuliah,beliau yang memberi dukungan penuh dan motivasi mulai dari

masuk kuliah hingga sampai sekarang.

7. Kepada abang sepupu saya Yustian Sinaga M.Psi, Psikolog yang telah membimbing saya

dalam penulisan Kertas Karya ini.

8. Kepada kawan saya M.riski prayogi,Haris Abdullah dan Krida Riski terimakasih atas

berkat dan dukungan yang diberikan kepada penulis

9. Kepada Teman-teman hinode 14 yang tidak tersebut satu persatu yang telah memberikan

dukungan kepada penulis.

Penulis menyadari akan kelemahan dalam penulisan Kertas Karya ini terutama karena kekurangan pengalamanan penulis dalam penyusunan Kertas Karya yang bersifat ilmiah. Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih, kiranya Kertas Karya ini dapat berguna bagi pembaca dan penulis.

Medan, / 2017

Imam Sinaga 142203088

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...... i

DAFTAR ISI...... iii

BAB I PENDAHULUAN...... 1

1.1 Alasan Pemilihan Judul...... 1

1.2 Tujuan penulisan...... 3

1.3 Batasan Masalah...... 3

1.4 Metode Penulisan...... 4

BAB II GAMBARAN UMUM...... 5

2.1 Sejarah Sumo...... 5

2.1.1 Periode Heiana (794-1185)...... 5

2.1.2 Periode Kemakura (1185-1392)...... 5

2.1.3 Periode Edo (1600-1867)...... 6

2.1.4 Periode meiji dan Taisho (1868-1926)...... 7

2.2 Organisasi Sumo...... 12

BAB III KEHIDUPAN PEMAIN SUMO...... 16

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 3.1. (Kandang)...... 16

3.2 Pelatihan di Heya...... 16

3.3 Keiko-Sesi Latihan Di Heya...... 17

3.4 Jungyo- Tur Regional...... 17

3.2 Makanan Yang Biasa Dikonsumsi Oleh Pemain sumo...... 20

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN...... 22

4.1 Kesimpulan...... 22

4.2 Saran...... 23

DAFTRAR PUSTAKA...... 25

LAMPIRAN...... 26

ABSTRAK......

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Alasan Pemilihan Judul

Jepang merupakan salah satu negara yang memiliki beragam budaya, diantaranya beragam dalam bentuk tarian, makanan, budaya, olahraga dan banyak hal yang bisa ditemukan dari negara matahari terbit ini. Nilai budaya yang dijunjung dan dijaga menjadi nilai khusus bagi penduduk Jepang. Penduduk Jepang bangga akan budaya yang mereka miliki. Lenaga dalam

Situmorang (2013:3) menjelaskan bahwa budaya dalam arti sempit terdiri dari, ilmu pengetahuan, sistem kepercayaan, dan seni. Sedangkan kebudayaan dalam arti luas adalah segala sesuatu yang bersifat konkrit yang diolah manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup nya. Jepang mempunyai begitu banyak seni budaya seperti kimono, upacara minum teh, ikebana, tako,matsuri, shogi, kabuki, origami dan seni bela diri kendo atau judo dan sumo

Salah satu seni beladiri yang tetap eksis dalam masyarakat Jepang hingga masa sekarang adalah seni bela diri tradisional yang dikenal dengan nama sumo. Sumo(相撲 sumō) merupakan olahraga yang sangat kuno dan sudah dipertandingkan sejak berabad-abad yang lalu.

Sumo adalah olahraga saling dorong antara dua orang pesumo (rikishi) yang berbadan gemuk sampai salah seorang terdorong keluar dari lingkaran atau terjatuh dengan bagian badan selain telapak kaki menyentuh tanah di bagian dalam lingkaran. Pesumo (rikishi) berbadan besar dan gemuk karena semakin tambun seorang pegulat sumo semakin besar pula kemungkinannya untuk menang. Sumo adalah olahraga asli Jepang dan sudah dipertandingkan sejak berabad-abad yang lalu. Pesumo memiliki tradisi unik seperti menyebarkan garam sepanjang pertandingan untuk mengusir bala.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Olahraga sumo juga mempunyai daya tarik tersendiri, hal ini dikarenakan dalam pertandingan sumo memiliki ritual-ritual (upacara) yang unik dan bahkan ritual-ritual ini berjalan lebih lama dari pada pertandingan sumo itu sendiri. Ritual-ritual ini tidak terlepas dari pengaruh agama Shinto yang cukup lekat dalam masyarakat Jepang. Bagi orang luar Jepang, keunikan olahraga ini terletak pada bentuk badan para pemainnya yang sangat gemuk. Seluruh tubuh pesumo dipenuhi oleh lemak sehingga otot-otot tubuhnya hampir tidak kelihat lagi, pada saat bertanding rikishi (pesumo) tidak memakai apapun kecuali memakai kain cawat () sebagai penutup tubuhnya.

Olahraga sumo dipertandingkan di sebuah arena yang disebut dohyo. Dalam setahun ada enam turnamen besar yang disebut Grand Tournament, Grand Tournaments dilaksanakan di beberapa kota di Jepang pada bulan-bulan tertentu Berdasarkan hasil dari pertandingan Grand

Tournament, tersebut disusun sebuah daftar peringkat rikishi yang disebut . Sistem peringkat ini telah digunakan sejak zaman Edo. Peringkat rikishi dapat naik atau turun berdasarkan hasil dari pertandingan yang dijalanininya. Peringkat tertinggi yang ingin dicapai oleh setiap rikishi yaitu menjadi yokozuna (juara agung) yang sebelumnya harus menjalani pertandingan-pertandingan untuk menaikkan peringkat yang lebih tinggi.

Setiap pertandingan sumo selalu menarik perhatian banyak orang. Tidak sedikit mayarakat yang menonton pertandingan secara langsung., Seluruh stasiun televisi dan radio di seluruh

Jepang juga meliput pertandingan sumo secara langsung. Pertandingan sumo ini telah telah menjadi agenda tahunan stasiun televisi dan radio di seluruh Jepang.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Berdasarkan penjelasan diatas penulis tertarik untuk mengetahui lebih jauh tentang olahraga tradisional kebanggaan masyarakat Jepang ini sehingga penulis membahasnya melalui kertas karya yang berjudul “KEHIDUPAN PEMAIN SUMO”.

1.2 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan Kertas Karya ini:

1. Untuk mengetahui sejarah munculnya olah raga bela diri sumo

2. Untuk mengetahui kehidupan pemain sumo

3. Menambah wawasan bagi penulis dan pembaca tentang sumo

4. Sebagai syarat kelulusan di Program Studi D-III Bahasa Jepang Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara

.

1.3 Batasan Masalah

Dalam penulisan Kertas Karya ini penulis hanya membatasi pada Sejarah dan Kehidupan

Pemain Sumo. Untuk mendukung masalah tersebut, penulis akan membahas terlebih dahulu

tentang sejarah sumo dan kehidupan para pemain sumo.

1.4 Metode Penelitian

Dalam kertas karya ini, penulis menggunakan metode kepustakaan dengan cara mengumpulkan data atau informasi serta membaca buku atau menelusuri data di internet.

Selanjutnya data dirangkum dan kemudian dideskripsikan ke dalam kertas karya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA BAB II

GAMBARAN UMUM

2.1 Sejarah Sumo

2.1.1. Periode Heian (794-1185)

Pada saat periode Heian turnamen sumo diadakan di istana kekaisaran pada awal

pemerintahan Kogyoku pada abad ketujuh. Pada abad kedelapan, tepat sebelum awal periode

Heian (794-1185), festival sumo yang dikenal sebagai sumai no sechi-e yang artinya tarian tanpa

busana yang diadakan secara teratur di istana. Kekaisaran mendatang rikishi terbaik ke ibu kota

dari seluruh negeri, festival ini merupakan suatu tanda bahwa turnamen sumo berskala besar

pertama pernah diadakan. Sebagai acara keagamaan besar, mereka mendoakan kemakmuran

bangsa. Pada saat Periode Heian tidak ada dohyo, tapi aturannya berkembang secara bertahap

saat sumo mulai berkembang.

2.1.2 Periode Kemakura (1185-1392)

Pada saat periode Kamakura (1185-1392), olah raga sumo sejak awal kemunculannya

digunakan sebagai seni beladiri oleh kelas prajurit. Meskipun sumo kurang populer di ibu kota

dan di antara kelas penguasa selama periode Ashikaga (1338-1568), prajurit maupun rakyat biasa

di negri itu terus berlatih olah raga.

Kontes yang disponsori oleh panglima perang besar Oda Nobunaga menjelang akhir abad

keenam belas merupakan kontes pertama yang menampilkan sumo yang dilakukan di dalam

sebuah cincin. Aturan diadopsi secara ad hoc selama beberapa dekade berikutnya. Dengan

adanya kontrol sosial yang ketat yang dipaksakan oleh Keshogunan Tokugawa, sumo menjadi

sarana penting untuk menghibur masyarakat yang rentang gelisah.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2.1.3 Periode Edo (1600-1867)

Pada awal periode Edo (1600-1867) sumo dikenal sebagai suatu profesi dan sering dipertandingkan di suatu kanjinsumo, atau turnamen amal dan kegiatan ini terus berlanjut untuk mempertahankan kelompok-kelompak pesaing yang kuat.

Kelompok profesional ini membentuk organisasi sumo di kota-kota Edo (sekarang

Tokyo), Kyoto dan . Banzuke (daftar peringkat pegulat sumo) pertama digambar di atas plakat kayu pada akhir abad ke tujuh belas. Pada 1720-an dan 1730-an, sumo berkembang di

Kyoto dan Osaka. Selama dua dekade berikutnya, turnamen sumo juga diadakan secara reguler di Edo.

Pesumo populer pada periode Edo, diantaranya adalah Tanikaze Kajinosuke, yang merupakan rikishi profesional pertama yang melakukan debutnya di tahun 1769. Dia dan saingannya Onogawa seorang rikishi pertama yang pernah masuk dalam peringkat tertinggi dari yokozuna, yang selama masa hidupnya merupakan masa keemasan dalam olah raga dan ia menjadi seorang tokoh sentral Lukisan yang menampilkan profil rikishi dibuat dan dijual oleh seniman kayu ukiyoe pada masa itu, dan seni ukiyoe menjadi kurang populer untuk menampilkan profil rikishi sejak diperkenalkannya kartu pos bergambar menjelang abad ke-20.

Tanikaze adalah sumo raksasa pada masanya, tingginya sekitar enam kaki dua inci (1,89 meter) dan beratnya sekitar 363 pound (165 kilogram). Namun, sumo profesional pada abad kedelapan belas lebih kecil dari para pesumo abad ke dua puluh saat ini bahkan banyak yang lebih pendek dari rata-rata orang jepang saat ini. Selain itu,banyak rikishi memulai karir mereka pada usia dua puluh atau lebih, dan dapat berkompetisi dengan baik selama dua puluh atau tiga puluh tahun. Misalnya, Yasojima, yang masuk dalam (kelas tertinggi dalam sumo) pada akhir abad ke delapan belas, masih berkompetisi di makushita saat usianya hampir enam

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA puluh tahun. Tanikazae juga tetap aktif dalam olahraga sampai kematiannya akibat flu saat usia empat puluh empat tahun pada 1795.

Tanikaze dan Onogawa digantikan oleh Ozeki (gelar dan peringkat sumo yang berada setingkat di bawah peringkat teratas) yang memiliki reputasi tak terkalahkan yakni raiden tameemon, rikishi terkuat sepanjang masa. Raiden tidak pernah dinamai dengan yokozuna

(peringkat teratas dalam sumo), yang saat itu merupakan gelar yang terhormat karena tuan tanah feodal yang mensponsorinya tidak terlalu berkuasa. Dia tinggal di Ozeki selama enam belas tahun. Ia memegang rekor sepanjang masa dan mencatat total 258 kemenangan, hanya sepuluh kekalahan selama dua puluh dua tahun di makuuchi.

2.1.3 Periode Meiji dan Taisho (1868-1926)

Runtuhnya Keshogunan Tokugawa pada tahun 1868 mengancam kelangsungan hidup sumo, karena kejadian tersebut mengakhiri sponsor daimyo. Popularitas sumo memudar karena perlawanan terhadap pengaruh asing yang terlihat pada saat kunjungan pertama Commodore

Perry diberi izin.

Sekitar tahun 1870, organisasi nasional sumo mulai mengalami perpecahan, Asosiasi sumo

Kyoto dan Osaka menjadi independen memisahkan diri dari kelompok . Sebelumnya banyak rikishi yang sama telah terdaftar di banzuke yang digunakan di tiga kota ini, namun sejak perpecahan organisasi, peringkat resmi menjadi sangat berbeda.

Pada tahun 1870-an minat terhadap sumo meningkat dan dana asosiasi mulai diluncurkan.

Pada tahun 1873 seorang maegashira bernama Takasago Uragoro memberontak di Tokyo, menuntut reformasi terhadap organisasi dan sistem remunerasi sumo agar dapat membawa olahraga ini lebih dekat ke langkah modernitas era baru, tetapi ia dikeluarkan dari jajaran

Asosiasi Tokyo, kemudian membentuk asosiasi saingan yang lebih kecil. Pada bulan Mei 1878,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA sebuah penyelesaian kompromi dicapai antara organisasi sumo Tokyo dan kelompok Takasago.

Takasago pensiun dari kompetisi aktif dan diangkat sebagai direktur badan Tokyo.

Takasago, yang juga bertindak sebagai shisho, atau master of heya, mengangkat sejumlah rikishi yang kuat, termasuk yokozuna Nishinoumi I dan Konishiki. Pada tahun-tahun terakhirnya, cara diktator Takasago dan dugaan berat sebelah dalam penetapan rangking mengakibatkan pemogokan para rikishi. Namun, Takasago memainkan peran penting dalam memastikan kelangsungan hidup sumo dalam masyarakat yang secara drastis berubah. Kaisar Meiji adalah penggemar sumo yang antusias. Kehadirannya pada pertandingan ekskavasi di tahun 1880-an meningkatkan kegembiraan olahraga. Dia juga menyampaikan cintanya pada sumo kepada cucunya, kaisar Showa, dan cicitnya, kaisar saat ini.

Yokozuna terbesar pada periode awal Meiji adalah Umegatani I, yang mencapai puncaknya sebagai ozeki pada awal 1880-an. Dia mungkin dianggap kurang memenuhi standar bila dibandingkan dengan standar rikishi dewasa ini, tapi ia memiliki konstitusi yang sangat kuat. Dia meraih rekor makuuchi yang luar biasa dengan 116 kemenangan dan hanya enam kekalahan. Dia memimpin Asosiasi Sumo sejak pertama sekali dibentuk, dan masa hidup yang lebih lama dari semua orang sezamannya, termasuk menantunya Umegatani II. Umegatani I meninggal pada tahun 1928 pada usia delapan puluh tiga, dan masih merupakan satu-satunya yokozuna yang meninggal pada usia tua.

Peringkat yokozuna terdaftar di banzuke untuk pertama kalinya pada bulan Mei 1890, ketika Nishinoumi I dipromosikan ke pangkat Takasago-beya, yang tinggal di Nishinoumi dan

Konishiki, dan Ikazuchi-beya, yang mengangkat mantan Umegatani I, menjadi heya yang paling kuat pada akhir abad kesembilan belas.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Setelah serangkaian yokozuna yang relatif tidak memberikan kesan menarik berlangsung,

Hitachiyama dan Umegatani II dipromosikan bersama ke yokozuna pada tahun 1903. Umegatani

II baru berumur dua puluh enam, dan Hitachiyama berusia dua puluh sembilan tahun, keduanya sangat muda pada saat itu. Kekuatan Hitachiyama hampir sama dengan Umegatani I, sementara

Umegatani II lebih pendek tetapi memiliki kecakapan.

Hitachiyama juga memiliki kepribadian dinamis yang memungkinkannya merekrut banyak rikishi bagus dari asosiasi sumo Osaka dan Kyoto. pada sisi lain, hubungan antara kedua asosiasi tersebut mulai menurun, sehingga menyulitkan hubungan antara organisasi sumo Tokyo dan

Osaka. Hubungan terputus pada 1910 ketika Tokyo menolak untuk mengakui promosi rikishi

Okido dari asosiasi sumo Osaka rikishi ke yokozuna. Situasi ini berlanjut selama dua tahun, sampai akhirnya promosi resmi diakui. Popularitas Hitachiyama dan Umegatani II yang belum pernah terjadi sebelumnya telah memberi dorongan bagi Tokyo Sumo Association untuk membangun Kokugikan pertama di Ryogoku pada tahun 1909.

Upaya paling awal yang membawa perhatian dunia terhadap sumo dilakukan selama periode ini. Hitachiyama pergi ke Amerika Serikat pada tahun 1907, di mana dia bertemu dua kali dengan Presiden Theodore Roosevelt di Gedung Putih. Pada tahun 1910 sebuah delegasi dari asosiasi sumo Kyoto, dipimpin oleh yokozuna Oikari dan termasuk beberapa tokoh yang terdaftar di makuuchi di Kyoto banzuke, mengambil bagian dalam sebuah eksposisi di London yang menandai presentasi skala penuh pertama dari sumo profesional di luar negeri. Sayangnya, para sponsor perjalanan tersebut tidak menyediakan transportasi kembali ke Jepang, dan Oikari mengakhiri hari-harinya sebagai pekerja di dermaga di Chile. Rikishi Tokyo juga melakukan tur ke Hawai dan pantai barat Amerika Serikat tiga kali selama periode Taisho (1912-26).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Tachiyama dipromosikan menjadi yokozuna pada tahun 1911, dan kemudian berhasil mengalahkan Hitachiyama dan Umegatani. Dia kehilangan hanya tiga serangan selama tujuh tahun sebagai yokozuna. Tachiyama jauh lebih tinggi dan lebih berat dari pada saingannya, dengan tubuh yang mengesankan yang menarik perhatian pada periode Edo seperti Tanikaze dan

Raiden. Tachiyama digantikan oleh Tochigiyama dan Onishiki, keduanya dibesarkan oleh

Hitachiyama. Tochigiyama lima puluh kilogram lebih ringan dari Tachiyama tapi menggunakan taktik penyerang agresif yang sama efektifnya. Seperti Chiyonofuji di akhir 1980-an,

Tochigiyama membedakan dirinya sebagai yokozuna "kecil tapi hebat".

Minat terhadap sumo dan pemberian dana asosiasi mulai diluncurkan pada tahun 1870- an.Yang lebih buruk lagi, seorang maegashira bernama Takasago Uragoro memberontak di

Tokyo pada tahun 1873, menuntut reformasi terhadap organisasi dan sistem remunerasi sumo yang akan membawa olahraga ini lebih dekat ke langkah modernitas era baru. Dia dikeluarkan dari jajaran Tokyo dan membentuk asosiasi saingan kecil Pada bulan Mei 1878. Sebuah penyelesaian kompromi dicapai antara organisasi sumo Tokyo dan kelompok Takasago.

Takasago pensiun dari kompetisi aktif dan diangkat sebagai direktur badan Tokyo.

Takasago yang juga bertindak sebagai shisho atau master of heya, mengangkat sejumlah rikishi yang kuat termasuk yokozuna Nishinoumi I dan Konishiki. Pada tahun-tahun terakhirnya, cara diktator Takasago dan dugaan berat sebelah dalam penetapan rangking mengakibatkan pemogokan oleh para rikishi. Namun, ia memainkan peran penting dalam memastikan kelangsungan hidup sumo dalam masyarakat yang secara drastis berubah.

Tachiyama dipromosikan menjadi yokozuna pada tahun 1911, dan kemudian berhasil mengalahkan Hitachiyama dan Umegatani. Dia kehilangan hanya tiga serangan selama tujuh

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA tahun sebagai yokozuna. Tachiyama jauh lebih tinggi dan lebih berat dari pada saingannya, dengan tubuh yang mengesankan yang menarik perhatian hebat pada periode Edo seperti

Tanikaze dan Raiden.

Penyebab rikishi melakukan pemogokan pada Insiden Shinbashi Club pada tahun 1911 adalah untuk mencari lebih banyak uang dan reformasi lainnya. Konflik ini cepat terselesaikan dan tidak membawa perubahan berarti. Insiden Mikawashima pada bulan Januari 1923 lebih serius. Ketika mediasi oleh yokozuna Onishiki gagal, sebagian besar rikishi papanatas mengunci diri di sebuah pabrik di Mikawashima. Polisi kemudian turun tangan, dan rikishi menerima kenaikan jumlah tunjangan pensiun mereka. Onishiki, memutuskan pensiun setelah konflik diselesaikan dan menyatakan bertanggung jawab.

2.2 Organisasi Sumo

Semua aspek kehidupan profesional sumo sampai hal-hal yang terkecil dikendalika oleh

Asosiasi Sumo Jepang (Nihon Sumo Kyokai).

Asosiasi ini terdiri dari 105 mantan pegulat yang terkenal dengan sebutan ( orang yang dituakan). Dan termasuk juga wakil-wakil dari golongan petugas, yang terdiri dari pegulat yang masih aktif para wasit(gyouji) dan para pengawas jalannya pertandingan dari empat penjuru ring

(). Asosiasi sumo jepang terdiri dari enam divisi yang mengurus masalah-masalah bisnis, perwasitan, tour diluar masa turnamen (jungyou), turnamen diluar tokyo (chiho basho), latihan dan bimbingan, semua ini disupervisi oleh sebuah badan direktur yang terdiri dari 10 orang hasil pilihan asosiasi. Badan ini diketuai oleh seorang presiden atau manager (rijichou).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA BAB III

KEHIDUPAN PEMAIN SUMO

3.1 Heya – (Kandang)

Semua rikishi, wasit, penyiar gelanggang, penatua dan profesional sumo lainnya termasuk dalam heya (diucapkan "beya" dalam kombinasi kata tertentu) yang sering disebut dalam bahasa Inggris sebagai "Sumo Stables”. Jumlah total heya meningkat menjati empat puluh lima di awal tahun 1990-an, yang masing-masih perumahan rata-rata sekitar 20 rikishi. Anggota- anggota dalam heya yang sama tidak berkompetisi satu sama lain selama pertandingan- pertandingan resmi. Pembebasan ini telah berhasil untuk keuntungan Futagoyama-beya, yang saat ini memiliki tiga ozeki - Takanohan, Wakanohana dan Takanonami - dan tujuh rikishi lainnya yang digaji. Yokozuno Akebono, dipihak lain, menghadapi semua orang, sejak tidak ada orang lain di heya-nya berada diperingkat makuuchi atau juryo.

Masing-masing heya memiliki sebuah grup yang dikenal sebagai inchimon. Pada umumnya inchimon terdiri dari satu orang heya ebih tua dan seorang yang baru, yang akhirnya bercabang darinya. Inchomon tidak mempunyai pemimpin resmi, meskipun tetua yang mengoperasikan grup heya paling berkuasa biasanya bertindak sebagai pemimpin tidak resmi.

Pada bulan Maret 1994, inchimon sumo terdiri dari heya berikut: Inchimon Dewanoumi –

Dewanoumi, Musashigawa, Kasugano, Tamanoi, Irumagawa, Mihogaseki, Kitanoumi,

Hatachiyama. Inchimon Tatsunami-Isegahana – Tatsunami, Oshima, Isegahama, Asahiyama,

Onaruto, Kise, Miyagino, Ajigawa, Tumozuna, Kumagatani, Takashima. Inchimon Nishonoseki

– Nishonoseki, Taiho, Sadagatake, Oguruma, Kataonami, Oshiogawa, Futagoyama, Araiso,

Matsugane, Naruto, Minezaki, Magaki, Hinnakago, Hanaregoma. Inchimon Tokitsukaze –

Tokitsukaze, Izutsu, Minato, Shikihide, Tarsutagawa, Isenoumi, Kagamiyama. Michinoku,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Kabutoyama. Inchimon Takasago – Takasago, Wakamatsu, Nakamura, Azumazeki, Kokonoe,

Hakaku, Takadagawa. Futagoyama-beya, heya sumo terbesar, mempunyai lebih dari 50 rikishi, sedangkan heya terkecil hanya mempunyai dua atau tiga rikishi. Semua heya dipimpin oleh seorang shisho, tetua yang memiliki dan mengelolanya. Saat sekarang, kurang dari setengah para tetua olahraga termasuk dalam kategori ini. Yang lainnya hanya berafiliasi sendiri dengan sebuah heya, mengambil tugas pembinaan di sana.

Sumo beya dikembangkan dalam periode Edo, saat organisasi sumo profesional pertama kali didirikan. Rikishi yang tidak menikah termasuk hampir semua yang berada di peringkat makushita dan di bawahnya, tinggal dalam heya mereka, dan bahkan rikishi yang menikah tinggal sementara di heya, biasanya di dalam kuil atau tempat suci, selama yang diadakan jauh dari Tokyo, di Osaka, dan Fukuoka. Rikishi melakukan banyak latihan di heya, berlatih antara turnamen-turnamen dan pada skala yang dikurangi selama honbasho.

Rengo-geiko, atau sesi latihan di antara rikishi dari keseluruhan inchimon, juga sering diadakan tepat sebelum turnamen resmi.

3.2 Pelatihan di Heya

Ada 3 jenis latihan tradisional di heya, biasanya sebagai persiapan untuk keiko, atau berlatih bertanding melawan anggota heya sendiri yang terdiri dari banyak rikishi. Rikishi menampilkan matawari duduk di tanah dan menanamkan kaki mereka terpisah sejauh mungkin, kemudian mencoba menurunkan dada mereka ke tanah. Teppo melibatkan menyodorkan lengannya ke teppo-bashira, atau pilar kayu, berulang-ulang,dalam beberapa kasus lebih dari seribu kali.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Dalam shiko, seorang rikishi mengangkat satu kaki ke samping setinggi mungkin , lalu membawanya kembali ke bawah, menempelkan kakinya di tanah pada akhir gerakan.

Latihan terakhir dapat sangat menyulitkan untuk rikishi yang khususnya gemuk. Di lain pihak, beberapa rikishi menarik perhatian dengan shiko luar biasa mereka, yaitu yokozuna

Chiyonofuji yang hebat dan yang saat ini aktif Ozeki Takanohana. Rikishi berlatih tiga jenis latihan tradisional ini sepanjang karir mereka. Banyak pensiunan, termasuk orang-orang yang meninggalkan sumo sama sekali, tetap melakukan shiko, teppo atau matawari setiap hari agar tetap bugar. Dalam beberapa tahun terakhir, banyak rikishi telah melengkapi latihan tradisional mereka dengan rejimen binaraga yang mencakup angkat besi dan joging. Beberapa dari heya terbaru dioperasikan oleh oyakata muda bahkan memiliki ruang berat yang dilengkapi dengan peralatan mutakhir.

3.3 Keiko – Sesi Latihan di Heya

Rikishi peringkat rendah berlatih setiap hari, dimulai pada pukul empat atau lima pagi.

Anggota-anggota dari peringkat yang digaji tidak akan bergabung sampai sekitar pukul delapan pagi. Kepala heya umumnya mengawasi sesi pelatihan, meskipun dalam ketidakhadirannya, tetua yang lain dapat mengambil alih peran ini. Sekitar pukul sebelas semua orang istirahat untuk makan pertama hari ini, dan sisa hari rikishi adalah bebas.

3.4 Jungyo – Tur Regional

Wisata regional dan pameran sumo (jungyou) dimulai pada hari-hari awal sumo profesional. Pada periode Tokugawa, rikishi berkompetisi dalam turnamen utama di Edo, Osaka dan Kyoto, kemudian dilakukan jungyo di banyak sekali kota terbentang diantara kota-kota

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA besar. Perjalanan 300 mil dari Edo dan ke Osaka dan Kyoto Butuh waktu berminggu-minggu untuk menyelesaikannya pada hari-hari sebelum transportasi umum dikembangkan, dan pementasan jungyo di sepanjang jalan membantu menghasilkan dana operasional dan menjaga rikishi tetap dalam bentuk.

Pada 1870-an dan 1880-an, jungyo telah mencapai setiap sudut dari empat pulau utama di

Jepang. Beberapa daerah yang berada di daerah terpencil hanya berpusat pada hei tertentu, atau mungkin sekelompok heya, sementara pameran yang dikenal dengan nama daigappei, yang menampilkan semua rikishi terkemuka, cenderung diadakan di daerah perkotaan. Dari pergantian abad sampai awal 1940-an, ketika honbasho diadakan dua kali setahun, pada bulan Januari dan

Mei, maraton Jungyo akan mengadakan tour tidak hanya di pulau-pulau Jepang, tapi juga

Sakhalin, Korea dan Manchuria. Pameran musim panas biasanya bergerak dari daerah Kanto ke

Niigata, lalu menyeberangi Laut Jepang dengan kapal ke Korea, di mana pertandingan akan berlangsung di kota-kota seperti Pusan, Seoul dan Pyongyang. Rikishi kemudian menyeberangi sungai Yalu dan memasuki Manchuria awal bulan Juli. Mereka akan pergi sejauh utara kota

Harbin di Manchuria sebelum kembali ke Tokyo melalui Sakhalin, Hokkaido dan wilayah

Tohoku.

Jadwal kehadiran Jungyo berkembang tahun 1950-an, ketika sistem mengadakan enam turnamen pertahun diperkenalkan. Tur regional sekarang diadakan setelah turnamen Maret, Juli,

September, dan November. Jungyo Maret berpusat di wilayah Kansai dan Tokai, dan selalu diakhiri dengan pertunjukan bebas di kuil Yasukuni di Tokyo di akhir April. Pertunjukan musim panas, yang mengikuti Nagayo Basho diadakan bulan Juli, dipusatkan di Tohoku dan Hokkaido, dan berlangsung terpanjang, secara umum berlanjut lebih sebulan penuh mulai dari akhir Juli sampai akhir Agustus. Jungyo musim gugur meliputi wilayah Tokai, Kinki, Chugoku, dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Shikoku, dan diadakan sekitar 3 minggu di bulan Oktober. Jungyo Kyushu juga berlangsung sekitar 3 minggu di bulan Desember, dan mengambil rikishi dari sekitar paling selatan pulau

Kyushu.

Sampai tahun 1960-an, hampir semua jungyo diadakan di luar ruangan, mengharuskan penundaan atau bahkan pembatalan jika terjadi hujan. Sekarang, kebanyakan pertunjukan diadakan di ruang olahraga lokal, dengan yang bahkan kota-kota kecil sekarang dilengkapi.

Meskipun jungyo di luar roangan mempunyai pesona tersendiri, memindahkan mereka ke dalam ruangan telah mendorong pendapatan. Jungyo sekarang semua bergaya daigappei, dan menampilkan sekitar seperempat dari rikishi aktif, khususnya yang berada di juri atau lebih tinggi dan tsukebito mereka. Jungyo mulai pagi-pagi sekali, dengan latihan baut (keiko) antara rikishi setiap divisi. Sejak latihan diadakan di urutan puncak, ozeki dan yokozuna tidak masuk pertandingan sampai kira-kira pukul sembilan atau sepuluh pagi. Keiko diikuti oleh pertarungan pameran yang melibatkan semua rikishi yang berpartisipasi. Intermisi diadakan untuk shokiri, sumo jinku (penyajian lagu sumo oleh rikishi digolongkan di sandanme dan makushita), penampilan drum taiko tradisional oleh yobidashi dan bentuk hiburan lainnya. Shikiri lebih pendek dari yang dilakukan di turnamen, dan pertarungannya tidak resmi, tidak begitu tegang.

Rikishi dari peringkat yang sama saling cocok satu sama lain, dengan pasangan yang sama umumnya berlanjut sepanjang hari. Pertarungan terakhir antara ozeki dan yokozuna membungkus program ini sekitar pukul tiga tiga puluh atau empat sore. Pameran regional memerlukan persiapan yang ekstensif. Seluruh bagian dari Asosiasi Sumo dibebankan pada perencanaan dan manajemen mereka, dan oyakata mengawasi penempatan di setiap lokasi. Seorang sponsor lokal yang akan menangani penjualan tiket juga harus ditemukan untuk semua jungyo daerah. Sebuah dohyo harus dibangun di setiap lokasi, bahkan jika pameran hanya berlangsung satu hari.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Rikishi melakukan perjalanan antar tempat dengan kereta atau bus. Jungyou bisa sangat melelahkan, karena jarak yang cukup jauh memisahkan beberapa tujuan, dan kebanyakan perjalanan dilakukan setelah pertarungan akhir hari. Rikishi dan personil lainnya ditempatkan di kota-kota kecil, di ryokan atau penginapan tradisional Jepang. Di kota-kota besar dan kota, kelompok ini sering menginap di hotel bergaya Barat. Sementara rikishi dijadwalkan untuk bersaing dalam honbasho hanya sembilan puluh hari dalam setahun, jungyo mengambil delapan puluh hari lagi. Juli - Agustus jungyo sangat melelahkan, mengingat panas dan kelembapan yang menindas, namun memainkan peran penting dalam menguatkan rikishi muda.

3.2 Makanan Yang Biasa Dikonsumsi Pemain Sumo

Dalam bahasa sumo, kata chanko setara dengan "makanan", yang menjadi andalan diet rikishi, sup yang mengandung sayuran, makanan laut,dan daging, dikenal dengan nama bechankonabe. Pada 1700-an, dan 1800an, diet rikishi menyerupai samurai kelas atas dan pedagang. Dengan pengecualian raksasa seperti Shakagatake, Tanikaze dan Raiden, kebanyakan rikishi paling awal agak lebih tinggi daripada rata-rata orang Jepang, namun tidak harus terlalu gemuk. Sampai tahun 1920-an, rikishi cenderung hidup sedikit lebih lama dari rata-rata orang

Jepang.

Chankonabe tidak berkembang sampai pergantian abad ke-20. Namun, dengan cepat menjadi pokok dalam dunia sumo. Rikishi menjadi semakin berat sejak diperkenalkannya chankonabe, kecuali periode penurunan berat badan singkat namun drastis selama dan sesaat setelah Perang Dunia II, saat makanan langka. Meski proses pembuatan chanko telah distandarisasi, setiap hei memiliki bahan dan bumbu tersendiri.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Rikishi secara tradisional tidak sarapan dan makan pertama setelah keiko selesai, pada waktu makan siang. Pesaing di makushita dan di bawah biasanya bergiliran, dikenal dengan chanko-ban, dalam menyiapkan makanan. Beberapa rikishi divisi senior lebih rendah sangat piawai menyiapkan chanko, dan dengan hati-hati mengawasi persiapan makan. Chanko disiapkan dalam pot besar, bahan ditambahkan setelah air mendidih. Rikishi divisi yang lebih rendah melayani para tetua Heya, tamu dan rikishi peringkat lebih tinggi terlebih dahulu, dan memakan daging yang mereka siapkan terakhir. Chanko disajikan dengan nasi dan banyak lauk pauk dan, idealnya, dicuci dengan bir.

Makan siang dan makan malam biasanya disiapkan sama sekali dengan heya, tapi tidak setiap makannya terdiri dari chanko. Jenis makanan lain disajikan juga, dan banyak rikishi peringkat tinggi makan di malam hari. Banyak pensiunan rikishi yang tidak tinggal di sumo karena oyakata mengoperasikan restoran chankonabe, yang tersebar di seluruh Jepang.

Chankonabe di restoran ini adalah asli, meskipun volume bahannya kurang dari yang disiapkan di heya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Sumo merupakan olahraga yang sangat kuno dan sudah dipertandingkan sejak berabad-abad yang lalu. Sumo adalah olahraga yang saling mendorong antara dua pesumo yang berbadan gemuk sampai salah seseorang didorong keluar dari lingkaran atau terjatuh dengan badan selain telapak kaki menyentuh tanah di bagian dalam lingkaran.seorang pesumo (rikishi) perlu berbadan gemuk semakin gemuk badan pesumo (rikishi) maka semakin besar pula kemungkinan untuk menang.

Sumo yang dikenal sebagai sumai no sechi-e yang artinya tarian tanpa busana yang diadakan secara teratur di istana kekaisaran dan mendatangkan rikishi terbaik seluruh negri, festifal ini menandai sumo berskala besar pertama yang diadakan sebagai acara keagamaan besar, mereka mendoakan kemakmuran bangsa. Pada saat festifal ini dohyo belum ada seperti sekarang ini.

Sumo tetap populer selama periode kemakmuran (1185-1392) ketika pertama kali digunakan sebagai seni bela diri oleh kelas parajurit. Meskipun sumo kurang populer di ibu kota, kontes yang disponsori oleh panglima perang besar Oda Nobunaga menjelang akhir abad keenam belas merupakan kontes pertama yang menampilkan sumo didalam sebuah cinci atau dohyo dengan adanya kontrol sosial yang ketat yang dipaksa oleh keshogunan Tokugawa hingga sumo menjadi sarana penting untuk menghibur masyarakat yang rentang gelisah.

Semua kehidupan sumo adalah di heya ( kandang) kehidupan sehari-hari mereka berada dalam kandang. Biasanya rikishi peringkat paling rendah berlatih setiap harinya dimulai pukul empat atau lima pagi. Kepala heya yang umum nya mengawasi sesi latihan, meskipun dalam

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ketidak hadirnya tertua yang lain dapat mengambil alih peran ini. Sekitar pukul sebelas semua orang istirahat untuk makan pertama hari ini dan sisa hari rikishi adalah bebas.

Makanan yang menjadi andalan diet rikishi adalah sup yang mengandung sayuran, makanan laut dan daging dan dikenal dengan nama chankonabe. Rikishi secara tradisional tidak sarapan dan makan pertama setelah keiko atau sesi latihan selesai, pada waktu siang pesaing makushita dan dibawah biasanya bergiliran dikenal dengan chanko-ban dalam penyiapan makanan beberapa rikishi devisi senior lebih rendah sangat piawai menyiapkan chanko dan dengan hati-hati mengawasi persiapan makan. Rikishi divisi yang rendah melayani tetua heya tamu rikishi peringkat lebih tinggi terlebih dahulu dan makan dagin yang mereka siapkan terakhir. Chanko disajikan dengan nasi dan banyak lauk pauk dan ideal nya dicuci dengan bir. Makan siang dan malam biasanya disiapkan sama sekali dengan heya tapi tidak setiap makanan terdiri dari chankonabe.

4.2 Saran

Saran untuk penulisan ini adalah penulisan mengenai Sumo dapat dikembangkan lebih jauh dengan mengkhususkan penulisan pada kehidupan dalam lingkungan sosial para sumo, yang mengkaji mengenai hubungan para sumo dengan lingkungan sosial, dan lainnya. Dengan semakin banyak membaca dan mempelajari budaya dari negara lain maka semakin banyak juga pengetahuan yang didapat mengenai budaya negara tersebut.. Mempelajari budaya akan memperluas pengetahuan dan menyadarkan kita bahwa budaya setiap negara berbeda-beda dan memiliki khas tersendiri. Bagi pembaca sebaiknya sebelum membaca budaya dari negara lain disarankan terlebih dahulu mengenal latar belakang dari negara tersebut.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DAFTAR PUSTAKA

Danandjaja, James. Folklore Jepang: Dilihat Dari Kacamata Indonesia. Jakarta: PT Pustaka

Utama Grafiti,1997

Kodansha Encyclopedia of . Japan: Kondansha Internasional ltd,1994

Sumo Wikipedia. Sumo https://id.wikipedia.org/wiki/Sumo. 16 mei 2017

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA LAMPIRAN

2.1 Sejarah Sumo

3.2 heya (kandang) tempat latihan pesumo (rikishi)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

3.2 makanan yang biasa dikonsumsi pesumo (rikishi)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ABSTRAK

IMAM SINAGA.2017. KEHIDUPAN PEMAIN SUMO. TUGAS AKHIR.JURUSAN BAHASA

JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

PEMBIMBING: Dr.Diah Syahfitri Handayani,M.Litt.

Sebagai negara yang memiliki beragam budaya, Jepang merupakan negara yang menjunjung tinggi nilai budaya dan dijaga oleh penduduk Jepang. Salah satu seni beladiri yang tetap terjaga dalam masyarakat Jepang adalah seni bela diri tradisional yang dikenal dengan nama sumo. Sumo (相撲sumō) yang merupakan olahraga tradisional yang sudah dipertandingkan sejak berabad-abad yang lalu.

Sumo adalah olahraga saling dorong antara dua orang pesumo (rikishi) yang berbadan gemuk sampai salah seorang terdorong keluar dari lingkaran atau terjatuh dengan bagian badan selain telapak kaki menyentuh tanah di bagian dalam lingkaran. Tulisan dalam kertas karya ini bertujuan untuk mengetahui sejarah munculnya olah raga bela diri sumo, mengetahui kehidupan pemain sumo, menambah wawasan bagi penulis dan pembaca tentang sumo. Permasalahan yang akan menjadi fokus dalam tulisan ini adalah pada Sejarah dan Kehidupan Pemain Sumo, dalam membahas permasalahan tersebut penulis menggunakan metode kepustakaan yaitu dengan cara mengumpulkan data atau informasi serta membaca buku atau menelusuri data di internet. Selanjutnya data dirangkum dan kemudian dideskripsikan ke dalam kertas karya

Dalam tulisan ini, penulis membahas kehidupan pemain sumo yang mencakup heya ”kandang” dimana semua wasit,penyiar gelanggang,penatuan dan profesional sumo lain nya termaksut dalam heya

(diucapkan “beya” dalam kombinasi kata tertentu) yang sering disebut dalam bahasa inggris sebagai

“sumo stables”Semua pesumo (rikishi) biasanya berlatih di heya, Ada 3 jenis latihan tradisional di heya, biasanya sebagai persiapan untuk keiko, atau berlatih bertanding melawan anggota heya sendiri yang terdiri dari banyak. menampilkan matawari duduk di tanah dan menanamkan kaki mereka terpisah sejauh mungkin, kemudian mencoba menurunkan dada mereka ke tanah. Teppo melibatkan menyodorkan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA lengannya ke teppo-bashira, atau pilar kayu, berulang-ulang,dalam beberapa kasus lebih dari seribu kali.

Dalam shiko,seorang mengangkat satu kaki ke samping setinggi mungkin,lalu membawanya kembali ke bawah, menempelkan kakinya di tanah pada akhir gerakan.semua peringkat rendah berlatih setiap hari, dimulai pada pukul empat atau lima pagi. Anggota-anggota dari peringkat yang digaji tidak akan bergabung sampai sekitar pukul delapan pagi.sumo bukan hanya didalam heya saja berlatih melainkan pemain sumo (rikishi) juga ada jadwal untuk melakukan jugyo-tur regional dimana pemain sumo melakukan perjalan untuk berwisata dan pameran (jugyo). Makanan pemain sumo adalah chankonabe,

Dalam bahasa sumo, kata chanko setara dengan "makanan", yang menjadi andalan diet, sup yang mengandung sayuran, makanan laut,dan daging, dikenaldengan nama bechankonabe.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 力士の生活

多様な文化を持つ国として、日本は文化の価値を高く支持している国であり、日本人によっ

て守りつづける。日本社会に維持されている武術の一つは、「相撲」という伝統的な武術である

すもう なんせいきまえ あらそ にほん でんとうてき ぶじゅつ 相撲は何世紀前から 争 われた日本の伝統的な武術である。相撲は体の大きな

2人の力士の間の押し合う武術であり、その一人が、円から押し出されるまで、あるい

は円の内側に足の裏以外の体の部分が地面に落ち触れるまで終了できる武術である。

本稿では、相撲についての著者と読者の洞察を向上するという目標で、相撲とい

う武道の出現の歴史や力士の生活を考察する。

本稿の問題点は、 相撲の歴史と力士の生活に注目してみる。問題点を考察する

には、文献収集を使用し、つまりデータや情報を収集し、関連する文献を読んだり、イ

ンターネット上のデータを検討したり、この論文に記述された。

本稿では、著者は、「へや」を含めて、力士の生活を議論し、すべての審判、円

のアナウンサー、およびその他の相撲のプロ、全ては部屋にいる(へやはべやに発音さ

れ、英語では「Sumostables」といい、すべての力士は普通べやで練習する。へやでの

統的な訓練のタイプは3つあり、普段やっているのは、恵子の準備としての練習あるい

は自分のへやの多くのメンバーとの対`1戦練習であり、またわりははつまり、地面に座

って、自分の足を左足とみぎを埋はなれてめ込んで、地面に自分の胸を下げる練習であ

る。

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA テッポはテッポ「押すという初歩練習そして」ばしらあるいは木製の柱に繰り返

し、手を伸ばして、練習をすること。

いくつかのケースでは、千回以上このような練習をやる。シコでは「人足で地面

を踏む動きをする。して、一人が自分の際に足を上に高く上げて、また地面に戻して、

最後に地面に足を付ける練習。すべての後輩あるいは下位の方は毎朝四時か五時に練習

する義務がある。

給与収得のメンバーは午前八時頃に参加して、練習すること。力士はへやの中だ

けで練習することでなく、地域ツアーがあって、旅行や展示会のための旅も予定され

る。

ちゃんこ鍋は力士の普段の食べ物である。相撲の言語界では「ちゃんこ」という

のは「食べ物」と同意である。ダイエットの第一メニューは「ちゃんこ鍋」として知ら

れている野菜スープや、魚介類、肉である。

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA