PERBANDINGAN GAYA KEPEMIMPINAN DAN

(Hubungan Gubernur DKI dengan DPRD DKI Jakarta)

Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar SarjanaSosial (S.Sos)

Oleh: Helmi Apriyanto 1112112000019

PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2017

./ ,r f

PERBANDINGAI\ GAYA KEPEMIMPINA}I BASUKI TJAHAJA PURNAMA DAI\ ALI SADIKIN

(Ilubungan Gubernur DKI Jakarta dengan DPRD DKI Jakarta)

Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarj anaSosial (S. Sos)

Oleh: Ilelmi Aprivanto 1112112000019

Dosen Pembimbing:

Chaider S. Bamualim

NIP: 19660524 199903 1001

PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DA}[ ILMU POLITIK UNTYERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF IIIDAYATULLAII JAKARTA 2017

i

l

l PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI

Dengan ini, Pembimbing Skripsi menyatakan bahwa mahasiswa:

Nama : Helmi Apriyanto

NIM :1112112000019

Program Studi : Ilmu Politik

Telah menyelesaikan skripsi dengan judul :

PERBANDINGAN GAYA KEPEMIMPINAN BASUKI TJAHAJA PURNAMA

. DAN ALI SADIKIN

(Hubungan Gubernur DKI Jakarta dengan DPRD DKI Jakarta)

Dan telah mernenuhi persyaratan dan telah diuji.

Jakarta, 26 Desember 201,6

Menyetujui,

Ketua Program Studi Pembimbing % Dr. Iding Rosydin, M.Si Dr. Chaider S. Bamualim, MA. NIP. 197010132005011003 NrP. 19660 524199903t00t

11

{ PER}I'YATAAI\ BEBAS PLAGIARISME

Skripsi yang berjudul :

PERBANDINGAN GAYA KEPEMIMPINAN BASUKI TJAHAJA PURNAMA

DAN ALI SADIKTN ( Hubungan DKI Jakarta dengan D.PRD DKI

Jakarta) l. Merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu

persyaratan memperoleh gelar Strata I di Universitas Islam Negeri (UIN)

S yarif Hidayatull ah Jakarta

2. Sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya canfumkan sesuai

dengan ketentuan yang berlaku di universitas Islam Negeri (urN) Syarif

Hidayatullah Jakarta

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karyasaya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di universitas Islam Negeri (urN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

lv PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI

SKRIPSI

PERBANDINGAN GAYA KEPEMIMPINAN BASUKI TJAHAJA PURNAMA DAN ALI SADIKIN ( Hubungan Gubemur DKI Jakarta dengan DPRD DKI Jakarta) Oleh: IIELMI APRIYANTO

1112112000019

telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 9 Januari 2017. Skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial (S. Sos) pada Program Studi Ilmu Politik.

s,

Dr. Iding Rosyidin, M. Si NrP. 19701013200501 1003 NW . tgfi 04242007 102003

. Hailah Hanafie, M.Si MA

NIP. 1 96 1 0 5242000032002

Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan pada tanggal 9 Januari 2017.

Ketua Program Studi Ilmu Politik FISIP UIN Jakarta

v

ABSTRAK

Helmi Apriyanto, “PERBANDINGAN GAYA KEPEMIMPINAN BASUKI TJAHAJA PURNAMA DAN ALI SADIKIN (Hubungan Gubernur DKI Jakarta dengan DPRD DKI Jakarta).”

Dalam penelitian ini penulis fokus pada pembahasan mengenai hubungan Gubernur DKI Jakarta dengan DPRD DKI Jakarta. Penulis mengambil studi perbandingan kepemimpinan pada masa Basuki Tjahaja Purnama dan Ali Sadikin sebagai Gubernur DKI Jakarta. Pada masa yang berbeda tersebut dijadikan tolak ukur bagaimana proses kepemimpinan berlangsung walaupun jarak antara kedua periode cukup jauh namun perbandingan kepemimpinan keduanya sangat baik untuk diteliti. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan wawancara sebagai sumber primer. Adapun sumber sekunder penulis diperoleh dari berbagai literatur, baik dari buku, jurnal, media sosial, maupun artikel yang ada di internet. Wawancara dilakukan dengan salah satu anggota serta staf dari Pemprov DKI Jakarta dan DPRD DKI Jakarta. Hal ini dilakukan untuk memperoleh data yang lebih akurat antara kedua lembaga tersebut. Berdasarkan hasil penelitian dan analisa penulis, dapat disimpulkan bahwa hubungan antara Gubernur DKI Jakarta dengan DPRD DKI Jakarta seringkali bersifat konfliktual. Dalam era Basuki Tjahaja Purnama dan Ali Sadikin terdapat konflik yang berbeda antara satu dengan lainnya namun pokok permasalahan konflik biasanya terletak pada perbedaan mengenai rancangan anggaran belanja daerah. Konflik ini terjadi dari masa Ali Sadikin dengan era Basuki Tjahaja Purnama dan terlihat tidak adanya penyelesaian yang secara signifikan karena adanya kepentingan dari kedua lembaga tersebut. Dalam hal kepemimpinan, Basuki Tjahaja Purnama dan Ali Sadikin dikenal memilki kepribadian yang tegas dan berani dalam mengambil keputusan. Ketegasan keduanya dijadikan modal penting untuk memimpin Jakarta menjadi kota yang lebih maju dan transparan. Banyak pembangunan yang dirasakan warga Jakarta pada kepemimpinan kedua tokoh tersebut. Terutama Ali Sadikin yang dinilai sangat berjasa dalam berbagai hal di DKI Jakarta. Warga Jakarta menjadikan Ali Sadikin sebagai contoh Gubernur yang baik bagi Jakarta di masa datang.

Kata kunci : Gubernur DKI Jakarta, DPRD DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama, Ali Sadikin, DKI Jakarta.

v

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

PERBANDINGAN GAYA KEPEMIMPINAN BASUKI TJAHAJA PURNAMA

DAN ALI SADIKIN (Hubungan Gubernur DKI Jakarta dengan DPRD DKI

Jakarta). Shalawat serta salam tidak lupa penulis panjatkan kepada junjungan

Nabi dan Rosul Allah, Nabi Muhammad beserta keluarga, dan para sahabat.

Ucapan terimakasih, penulis tujukan kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian usulan penelitian skripsi ini, terutama kepada:

1. Prof. Dr. Dede Rosyada selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

beserta stafnya.

2. Prof. Dr. Zulkifli, MA. sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Dr. Chaider S. Bamualim, MA. Sebagai dosen pembimbing yang telah

memberikan masukan yang baik dalam skripsi penulis.

4. Dr. Iding Rasyidin sebagai Ketua Program Studi Ilmu Politik Fisip UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Suryani, M.Si sebagai Sekretaris Jurusan Ilmu Politik Fisip UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

6. Dr. Haniah Hanafie, M.Si. dan Dra. Gefarina Djohan, MA. sebagai dosen

penguji skripsi penulis.

vi

7. Kedua orang tua tercinta Akhmad Zaini dan Yuni Faryani, yang selalu

memberikan doa, dukungan dan saran, serta kasih sayang yang tak ternilai,

dan perhatian kepada penulis.

8. Kakak, Adik serta keponakan tercinta yang senantiasa memberikan

semangat penulis untuk menyelesaikan tugasakhirnya.

9. Teman, sahabat, sekaligus saudara tercinta Ardelia Defani, Derianto

Hidayat, Mardi Dewantara, Rizki Anugerah, Zervina Ruby, dan semua

teman kelas politik A yang tidak bisa disebutkan satu persatu serta teman-

teman KKN Wanasatya yang begitu hebat.

10. Seluruh rekan dan team Ghazindo Spareparts yang rela membagi

waktunya agar penulis dapat lebih fokus dalam mengerjakan skripsi.

11. Seluruh dosen dan staf Program Studi Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial

dan Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

12. Semua pihak terkait yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah

membantu kelancaran, dukungan, dan harapan positif bagi penulis selama

menyelesaikan studi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, Desember 2016

Penulis

Helmi Apriyanto

vii

DAFTAR ISI

ABSTRAK...... v KATA PENGANTAR ...... vi DAFTAR ISI...... viii BAB I PENDAHULUAN ...... 1 A. Latar Belakang Masalah ...... 1 B. Pertanyaan Penelitian ...... 6 C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian ...... 7 D. Tinjauan Pustaka ...... 8 E. Metodologi Penelitian ...... 9 F. Sistematika Penulisan ...... 11

BAB II LANDASAN TEORI ...... 13 A. Pengertian Kepemimpinan ...... 14 B. Teori Gaya Kepemimpinan ...... 16 C. Teori Konflik ...... 21

BAB III PROFIL GUBERNUR DKI JAKARTA : BASUKI TJAHAJA PURNAMA DAN ALI SADIKIN ...... 26 A. Profil Basuki Tjahaja Purnama (Gubernur DKI Jakarta) ...... 26 B. Profil Ali Sadikin (Gurbernur DKI Jakarta Periode 1966- 1977)...... 32

BAB IV HUBUNGAN GUBERNUR DKI JAKARTA DENGAN DPRD DKI JAKARTA : PERBANDINGAN ANTARA BASUKI TJAHAJA PURNAMA DAN ALI SADIKIN ...... 43 A. Hubungan Gubernur dengan Lembaga Legislatif Daerah ..... 43 B. Hubungan Basuki Tjahaja Purnama Dengan DPRD ...... 49 C. Hubungan Ali Sadikin Dengan DPRD ...... 56 D. Perbandingan Gaya Kepemimpinan Hubungan Basuki Tjahaja Purnama dan Ali Sadikin dalam Hubungan dengan DPRD .... 60

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...... 69 A. KESIMPULAN ...... 69 B. SARAN ...... 70

DAFTAR PUSTAKA ...... 71 LAMPIRAN-LAMPIRAN

viii

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ibukota negara dalam perjalanannya memiliki berbagai permasalahan yang rumit dan penuh dengan polemik khusunya bila berbicara masalah politik, permasalahan yang pada umumnya terjadi di berbagai kota besar di Indonesia bahkan di Negara lain. Dibalik berbagai permasalahan yang ada di

Ibukota Negara Indonesia yaitu DKI Jakarta terdapat pemimpin yang mampu berperan baik dalam pembangunan kota Jakarta ini. Salah satu tokoh ternama yang berhasil dalam melaksanakan pembangunan-pembangunan dan menjadikan

Ibukota negara Indonesia sebagai kota metropolitan yang modern adalah Ali

Sadikin. Ali Sadikin menjabat sebagai Gubernur Jakarta pada tahun 1966 sampai pada tahun 1977. Masa jabatan yang berlangsung cukup lama dari pemerintahan sebelumnya membuat beliau diakui sebagai gubernur terbaik yang pernah memerintah Jakarta. Sebagian kesuksesannya dibantu oleh pertumbuhan ekonomi yang sangat cepat, yang terjadi selama Orde Baru ketika beliau menjabat sebagai gubernur. Ali Sadikin yang tampan, tegas, berselera humor, dan dramatis. Sadikin lebih bersemangat, ia sangat dekat dan ramah dengan rakyat .1

1Blackburn Susan, Sejarah 400 Tahun Jakarta, Jakarta, Komunitas Bambu, 2011, h.291- 293).(2011). : Komunitas Bambu 1

2

Pembangunan dan perekonomian Indonesia pada masa tersebut sedang mengalami kemunduran dengan tingkat inflasi yang begitu tinggi. Tidak hanya itu, permasalahan yang baru dihadapi dengan lahirnya G30S PKI (berita terkait mengenai kemunduran tingkat inflasi). Kondisi Indonesia menjadi kurang stabil saat masa akhir pemerintahan orde lama. Dengan berbagai permasalahan itu

Soekarno menunjuk Ali Sadikin sebagai gubernur Jakarta dengan berbagai pertimbangan tersendiri. Alasan yang dikemukakan Soekarno adalah Jakarta merupakan ibukota Negara yang didalamnya terdapat orang-orang yang memiliki pemangku kepentingan dan juga para juragan-juragan yang harus dan siap sedia dilayani, oleh karena itu Jakarta harus dipimpin oleh sosok yang tegas dan berani dalam menghadapi setiap berbagai kepentingan dan juga berani menghadapai para juragan serta tuan tanah yang hanya ingin dilayani secara terus menerus. Selain itu

Soekarno berpendapat bahwa Jakarta merupakan kota pelabuhan dan pemimpin

Jakarta harus mengerti mengatasi permasalahan pelabuhan juga permasalahan ekonomi dengan penuh ketegasan, oleh karena itu Soekarno menunjuk Ali Sadikin karena latar belakang seorang Ali Sadikin adalah militer angkatan laut yang sedikit banyak telah menguasai dan memahami segala permasalahan mengenai pelabuhan dan juga problematika kota besar.

Pada masa awal pemerintahan Ali Sadikin dirasakan sangat berat dikarenakan pendapatan daerah sekelas Ibukota negara Indonesia hanya dibangun dengan anggaran sebesar enam puluh enam juta rupiah yang tercantum di dalam anggaran belanja DKI. Hal tersebut menjadi hambatan dan masalah yang

3

kompleks bagi masa awal jabatan Ali Sadikin.2 Minimnya APBD DKI Jakarta, mendorong Ali Sadikin berkontroversi dengan melegalkan praktek perjudian sehingga memperoleh pajak judi. Pemikiran dan kebijakan yang kontroversi tersebut sering dikeluarkan oleh Ali Sadikin yang tidak dapat diterima oleh orang banyak. Salah satunya perolehan pajak yang tinggi dari tempat hiburan malam dan

Ali Sadikin juga berpandangan untuk melegalkan tempat prostitusi dan segala bentuk kegiatan di Jakarta yang berpotensi meningkatkan penghasilan daerah yang tidak jarang dengan keputusan yang dirasa orang kontroversi saat itu.

Namun dengan penuh keyakinan Ali Sadikin akhirnya bisa meredam segala polemik yang terjadi di masyarakat luas. Terjadi peningkatan penghasilan daerah dan juga pembangunan mulai dilakukan oleh Ali Sadikin untuk mengembangkan kota Jakarta bahkan pembangunan tersebut bisa dirasakan sampai saat ini.

Namun dalam perjalanannya ada pula masalah yang muncul dalam pemerintahan Ali Sadikin, dalam demokrasi dituntut adanya keseimbangan pemerintahan dari lembaga eksekutif dan juga legislatif.Namun seringkali permasalahan muncul dari kedua lembaga ini khususnya antara Ali Sadikin sebagai Gubernur dan juga terhadap DPRD DKI Jakarta. Berbagai kebijakan antara kedua lembaga seringkali tidak sejalan dan berlawanan satu dengan lainnya. Hal ini di karenakan adanya berbagai perbedaan kepentingan dan juga sudut pandang dalam menjalankan pemerintahan yang baik. Tidak jarang terjadi adanya konflik antara Ali Sadikin dan juga DPRD DKI Jakarta.

2Ramdhan K.H., Ali Sadikin Membenahi Jakarta Menjadi Kota yang Manusiawi, (Jakarta, PTUfuk Publishing House. 1992), h.26-63

4

Permasalahan antara lembaga eksekutif dan legislatif dalam demokrasi sering terjadi di Jakarta.Konflik antara gubernur dan DPRD juga terjadi pada masa pemerintahan saat ini yaitu Basuki Tjahaja Purnama atau akrab dipanggil

“Ahok”.Bisa dibilang permasalahan di masa sekarang juga sangat kompleks dan sulit teratasi karena berbagai hal yang menjadi faktor penyebabnya. Ahok di angkat menjadi Gubernur DKI Jakarta pada tahun 2014, pengangkatan Ahok menjadi Gubernur otomatis dikarenakan Jokowi telah berhasil memenangkan

Pilpres 2014. Dengan posisi sebagai Gubernur, Ahok dirasa bisa bergerak leluasa dan memilki kewenangan lebih untuk mengatur Jakarta menjadi lebih baik.

Berbeda dengan Ali Sadikin yang di angkat menjadi Gubernur karena pengangkatan dari Presiden Soekarno, pengangkatan Ahok bisa dikatakan sebagai hasil warisan dari Presiden Jokowi saat itu. Permasalahan yang dihadapi Ahok untuk Jakarta mungkin tidak seberat dengan permasalahan yang dialami oleh Ali

Sadikin pada saat awal menjabat, karena Ahok telah menjalani beberapa program yang telah dilaksanakannya saat menjabat sebagai wakil Gubernur DKI Jakarta.

Dan juga anggran pembenahan Jakarta pada masa Ahok sangatlah besar dibandingkan pada masa awal pemerintahan Ali Sadikin dahulu.

Ahok dan juga Ali Sadikin memiliki kesamaan yang tidak jarang keduanya melahirkan kebijakan serta pemikiran yang kontroversial. Gaya pemerintahan dan komunikasi yang cenderung “ceplas ceplos” dan apa adanya menjadi kesamaan antara kedua tokoh ini. Kedua tokoh tersebut juga lantang terhadap permasalahannya dengan lembaga legislatif yaitu DPRD DKI Jakarta.Dalam berbagai kesempatan Ali Sadikin pernah melontarkan berbagai kata-kata yang

5

sangat mengkritik tegas kinerja dari DPRD DKI Jakarta begitu pula dengan Ahok.

Namun keduanya terbilang sangat berani walaupun permasalahannya tidak berpihak kepada kedua gubernur Jakarta itu.

Hubungan antara Gubernur DKI Jakarta dan DPRD DKI Jakarta dari masa kemasa sering mengalami berbagai macam permasalahan, tak terkecuali permasalahan yang di alami dari awal pemerintahan Ali Sadikin dan pada masa

Ahok saat ini. Kecenderungan konflik terjadi karena adanya perbedaan pandangan antara Gubernur DKI Jakarta dan DPRD DKI Jakarta. Keduanya seringkali tidak sejalan dalam mengambil dan mencapai suatu kebijakan tertentu. Aktor-aktor di dalam tubuh DPRD DKI Jakarta seringkali menjadi salah satu pemicu konflik terjadi antara kedua lembaga tersebut. Kedudukan Gubernur DKI Jakarta dan

DPRD DKI Jakarta memiliki kesamaan satu dengan lainnya. Keduanya bekerja harus berkesinambungan antara satu dengan lainnya. Berbeda dengan jabatan

Presiden dan DPR-RI yang tugas dan pelaksanaannya berbeda antara keduanya.

Permasalahan antara Gubernur DKI Jakarta dan DPRD DKI Jakarta menarik untuk diteliti karena dalam perjalanannya dari dulu hingga kini keduanya sering terjadi konflik yang tidak kunjung selesai. Permasalahan yang cenderung berulang-ulang dari masa ke masa. Oleh karena itu peneliti sangat tertarik untuk membahas konflik yang terjadi antara kedua lembaga tersebut. Selain itu pola hubungan Gubernur dan DPRD dari masa Ali Sadikin dan Ahok memiliki perbedaan karena permasalahannya juga berbeda dari dulu dan juga permasalahan sekarang. Pembahasan antara gaya kepemimpinan bang Ali dan

Ahok juga menarik untuk diteliti lebih lanjut lagi. Keduanya memiliki karakter

6

yang kuat dan tegas, ini menjadi sangat menarik untuk dilakukan perbandingan antara kedua tokoh tersebut.

DPRD DKI Jakarta merupakan objek utama dalam pembahasan penulisan penelitian kali ini. DPRD DKI Jakarta menarik untuk diteliti karena penulis beranggapan bahwa DPRD DKI Jakarta merupakan perwakilan rakyat yang diharapkan bisa mewakili suara warga Jakarta pada umumnya. Namun kenyataannya sosok Gubernur DKI Jakarta yang dirasa memilki pernanan aktif dan lebih dipercaya oleh warga Jakarta kebanyakan. Dan pada banyak pemberitaan-pemberitaan di media belakangan ini individu di kalangan DPRD

DKI Jakarta sering terlibat masalah, tidak terkecuali permasalahan yang melibatkan Gubernur DKI Jakarta.

B. Pertanyaan Penelitian

Agar pembahasan proposal ini tidak melebar, maka penulisan proposal ini berfokus pada hubungan antara pemerintah daerah dalam hal ini Gubernur dan lembaga Legislatif (DPRD) dalam konteks Basuki Tjahaja Purnama dan Ali

Sadikin. Pertanyaan penelitian berfokus pada:

1. Bagaimana hubungan Gubernur DKI Jakarta dengan lembaga legislatif

daerah (DPRD) pada era pemerintahan Basuki Tjahaja Purnama dan era

Ali Sadikin?

2. Bagaimana perbandingan hubungan Gubernur Ali Sadikin dan Ahok

terhadap DPRD DKI Jakarta ?

7

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

Dalam membangun hubungan kerja sama antara Gubernur dan lembaga legislatif (DPRD) di DKI Jakarta memiliki permasalahan tersendiri dari masa yang dipimpin oleh Basuki Tjahaja Purnama dan Ali Sadikin oleh karena itu penelitian ini bertujuan antara lain:

1. Untuk mendeskripsikan hubungan antara Gubernur dan DPRD pada

era Basuki Tjahaja Purnama dan era Ali Sadikin

2. Untuk menjelaskan perbandingan politik yang dilakukan oleh Basuki

Tjahaja Purnama dan Ali Sadikin

Manfaat Akademis

1. Melalui penelitian ini, penulis mengharapkan bisa memberikan

pengetahuan akademis yang lebih lagi, khususnya untuk mengetahui

hubungan antara Gubernur dan lembaga legislatif (DPRD) pada masa

Ali Sadikin dan Ahok serta mengetahui cara mereka dalam melakukan

pembangunan politik di DKI Jakarta.

2. Dapat menambah pengetahuan serta informasi dan bahan kajian

akademis mengenai hubungan antara Gubernur dan DPRD dari

pemerintaha terdahulu dengan saat ini.

3. Penelitian ini juga diperuntukan sebagai syarat akademis dan juga

tugas akhir pada program sarjana Studi Ilmu Politik, Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta

8

Manfaat Praktis

1. Sebagai bahan perbandingan politik hubungan DPRD DKI Jakarta dan

Gubernur DKI Jakarta

2. Sebagai kajian dan pembelajaran pengetahuan masyarakat luas

mengenai Gubernur DKI Jakarta dan DPRD DKI Jakarta

D. Tinjauan Pustaka

Dalam penelitian ini penulis melakukan tinjauan pustaka dari beberapa skripsi ataupun penelitian yang telah di lakukan sebelumnya. Salah satu tinjauan pustaka penulis mengambil dari skripsi yang berjudul “Peranan Ali

Sadikin dalam pembangunan kota Jakarta tahun 1966-1977” yang di tulis oleh

Paramitha Widianingrum fakultas ilmu keguruan Universitas Sebelas Maret

Surakarta tahun 2013. Tulisan Paramitha Widianingrum lebih menekankan pada aspek peranan Ali Sadikin secara keseluruhan dan kinerja pemerintahan pada saat

Ali Sadikin menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta. Perbedaannya adalah peneliti menekankan pada aspek pembangunan yang telah dilakukan Ali Sadikin pada saat menjabat dan sejarah mengenai perkembangan kota Jakarta pada saat itu.

Dan selanjutnya sebagai bahan tinjauan pustaka penulis mempelajari serta mengutip dari skripsi dari saudara Iman Hilman yang berjudul “Jakarta pada masa pemerintahan Ali Sadikin 1966-1977” mahasiswa fakultas ilmu bahasa

Universitas Indonesia tahun 2012. Penelitian ini tidak jauh berbeda dengan penelitian yang telah disebutkan sebelumnya yang membicarakan mengenai peranan Ali Sadikin dalam menjadi Gubernur DKI Jakarta tahun 1966-1977.

9

Dalam penelitian tersebut dijelaskan berbagai perubahan-perubahan yang signifikan karena masa pemerintahan Ali Sadikin bisa dibilang cukup mengarah ke perubahan yang baik.

Pembahasan mengenai Basuki Tjahaja Purnama, penulis mendapatkan tinjauan pustaka dari salah satu jurnal yang berjudul “Dinamika Politik Hubungan

DPRD-Gubernur DKI Jakarta” yang di tulis oleh Prayudi dalam info singkat pemerintahan dalam negeri vol VII No. 05/I/P3DI/ Maret 2015. Jurnal ini menjelaskan tentang hubungan serta konflik yang terjadi antara Gubernur DKI

Jakarta dan DPRD DKI Jakarta pada saat Basuki Tjahaja Purnama di angkat menjadi Gubernur resmi menggantikan posisi .

Dalam kedua tulisan di atas tersebut dijadikan penulis sebagai bahan refrensi untuk mengembangkan pemikiran dan karakteristik gubernur Ali Sadikin pada saat itu serta bisa di jadikan perbandingan dengan pemerintahan Ahok di masa sekarang. Tulisan penulis selanjutnya berbicara mengenai perbandingan antara kedua tokoh Gubernur yang dibilang sangat fenomenal dan permasalahan dengan DPRD sebagai penekanan konflik yang telah terjadi antara keduanya.

E. Metodologi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah tipe kualitatif.

Penelitian ini menghasilkan data yang desktiptif yaitu menggambarkan hal-hal yang berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti, serta mengkaji dan menelaah lebih jauh tentang perbandingan politik hubungan kepemimpinan Ali Sadikin dan

Basuki Tjahaja Purnama terhadap lembaga legislatif daerah (DPRD).

10

2. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengambilan data yang digunakan adalah sebagai berikut:

a. Studi kepustakaan dan Dokumentasi (library and documentation),

Yaitu mengumpulkan data-data dari UUD 1945 (konstitusi) pasca

amandemen, buku-buku, literature, dokumen-dokumen. Artikel-

artikel, jurnal, majalah, koran dan sumber lainnya yang berhubungan

relasi eksekutif dan legislatif pada masa pemerintahan Ali Sadikin dan

Basuki Tjahaja Purnama. Studi kepustakaan dan dokumentasi berguna

menghimpun, mengidentifikasi dan menganalisis terhadap berbagai

sumber data sekunder yang berhubungan dengan permasalahan yang

akan dibahas dalam penelitian.3

b. Wawancara, teknik wawancara ini dilakukan dengan cara

mengumpulkan data dan informasi melalui tanya jawab dengan

mengajukan beberapa pertanyaan yang tidak berstruktur kepada pihak-

pihak yang berkompeten mengenai kasus ini seperti seorang yang

bekerja di pemerintahan DKI Jakarta, anggota DPRD,warga Jakarta,

serta Ahok dan keluarga dari Alm. Ali Sadikin jika memungkinkan.

c. Observasi, teknik observasi dilakukan dengan cara mengumpulkan

data dan informasi melalui kunjungan dan ikut serta dalam beberapa

kegiatan yang dilakukan oleh pemerintahan DKI Jakarta serta anggota

DPRD DKI Jakarta. Observasi juga bisa di lakukan dengan cara

3 Bambang Waluyo,Penelitian Hukum Dalam Praktik, Jakartam Sinar Grafika, 1991, hal.30

11

pendekatan terhadap warga DKI Jakarta untuk mengetahui hasil

kinerja Gubernur dan DPRD DKI Jakarta dalam periode yang

berlangsung.

3. Teknik Analisis Data

Adapun teknik analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analisis, yaitu suatu pembahasan yang bertujuan untuk membuat gambaran terhadap data-data yang terkumpul dan tersusun dengan cara memberikan interprestasi terhadap data-data tersebut.4 Dengan menggunakan teknik penelitian ini berharap dapat memberikan gambaran yang sistematis, factual, actual, dan akurat mengenai fakta-fakta seputar perbandingan politik Ali Sadikin dan Ahok terhadap DPRD DKI Jakarta.Untuk pedoman penulisan ini,penulis menggunakan buku terbitan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta tahun 2012 sebagai pedoman.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan penelitian ini dibagi dari berbagai bab dan juga sub bab. Dalam penelitian penulis membagi permasalahan utama kedalam 5 bab dan beberapa sub bab.

BAB I : Pendahuluan,pada bab ini penulis berusaha menguraikan permasalahan yang melatarbelakangi penulisan dengan pembahasan dan

4Sugiono, Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D), Bandung: Alfabeta, 2009, hal.38

12

perumusan masalah serta tujuan terkait dalam penelitian mengenai “Perbandingan

Politik Ali Sadikin dan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dalam hubungan terhadap lembaga legislatif daerah (DPRD). Dengan teori dari perbandingan politik sebagai pendekatan yang menjelaskan pokok permasalahan skripsi ini yang berdasarkan pada metode kualitatif.

BAB II : Pada bab ini penulis membahas landasan teori sepertiteori kepemimpinan,teori kebijakan, teori konflik.

BAB III : Pada bab ini penulis memaparkanhubungan Gubernur DKI Jakarta dengan DPRD DKI Jakarta, serta sekilas memaparkan biografi singkat Basuki

Tjahaja Purnama dan Ali Sadikin.

BAB IV : Pada bab ini merupakan bagian terpenting dari penulisan skripsi,karena berisikan tentang permasalahan yang penulis angkat. Penulis akan menjelaskan perbandingan politik Ali Sadikin dan Ahok dalam hubungannya dengan DPRD DKI Jakarta dan berbagai konflik serta permasalahan yang terjadi antara lembaga eksekutif dan legislatif ini.

BAB V : Pada bab ini penulis berupaya untuk menyimpulkan pembahasan mengenai skripsi ini sekaligus menjadi penutup pada pokok permasalahan perbandingan politik Ali Sadikin dan Ahok dalam hubungan dengan DPRD DKI

Jakarta. Dan selanjutnya saran yang berkaitan dengan masalah yang diajukan dari keseluruhan skripsi ini bagi para pembaca.

BAB II

LANDASAN TEORI

Kesuksesan sebuah organisasi atau lembaga tidak terlepas dari peran kepemimpinan. Kepemimpinan pada setiap masa memiliki gaya yang menjadi ciri khas suatu pemimpin. Pada dasarnya pemimpin lahir secara alami, yaitu melalui seleksi alam (the survival of the fittest).5 Konsep-konsep maupun paradigma kepemimpinan terus berkembang dan berubah sesuai dengan tunutuan zaman.

Kepemimpinan menjadi topik yang menarik untuk dikaji dan diteliti dikarenakan palng sering diamati namun merupakan fenomena yang sedikit dipahami.

Fenomena gaya kepemimpinan seseorang dapat berpengaruh besar dalam kehidupan politik dan bernegara sehingga perbandingan suatu kepemimpinan dapat menjadi tolak ukur dalam menjalakan kehidupan politik dan bernegara.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan aspek perbandingan politik sebagai landasan teori. Teori perbandingan di jadikan variabel untuk menentukan model pemerintahan gubernur Ali Sadikin dan Basuki Tjahaja Purnama yang terjadi dimasa lalu dan masa kini. Konteks perbandingan bisa diambil karena perbedaan masa jabatan tersebut. Dari variabel tersebut penulis mengaitkan dan menitik beratkan permasalahannya dengan pola hubungan kedua tokoh tersebut terhadap lembaga legislatif dalam hal ini DPRD. Permasalahan ini menarik untuk dibahas karena terdapat kesamaan dan perbedaan antara permasalahan yang terjadi di masa lalu dan masa kini. Dari tata cara pemerintahan dan gaya

5Nurcholifah, Kepemimpinan Partai Pasca Orde Baru, (Jakarta: UIN Jakarta, 2011), h.12. yang dikutip pada Pahmi Sy, Politik Pencitraan, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2010), h.190. 13

14

memerintah“bang Ali” dan Ahok memiliki kesamaan tersendiri dengan ketegasan didalamnya.

Dibawah ini, penulis hendak mengelaborasi sedikit tentang beberapa teori kepemimpinan sebagai alat analisa dalam pembahasan penelitian untuk tugas akhir.

A. Pengertian Kepemimpinan

Kepemimpinan dapat diartikan sebagai proses mempengaruhi dan mengarahkan para pegawai dalam melakukan pekerjaan yang telah ditugaskan kepada mereka. Sebagaimana didefinisikan oleh Stoner, Freeman, dan Gilbert, kepemimpinan adalah the process of directing and influencing the task related activities of group members. Kepemimpinan adalah proses dalam mengarahkan dan mempengaruhi para anggota dalam hal berbagai aktivitas yang harus dilakukan.6 Lebih jauh lagi, Griffin membagi pengertian kepemimpinan menjadi dua konsep, yaitu sebagai proses, dan sebagai atribut. Sebagai proses, kepemimpinan difokuskan kepada apa yang dilakukan oleh para pemimpin, yaitu proses di mana para pemimpin menggunakan pengaruhnya untuk memperjelas tujuan organisasi bagi para pegawai, bawahan, atau yang dipimpinnya, memotivasi mereka untuk mencapai tujuan tersebut, serta membantu menciptakan suatu budaya produktif dalam organisasi.7 Adapun dari sisi atribut, kepemimpinan adalah kumpulan karakteristik yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Oleh

6Stoner, James A.F, R Edward Freeman, dan Daniel R Gilbert JR, Management Jilid 2, diterjemahakan oleh Alexander Sindoro dengan judul Manajemen (Jakarta: Prenhallindo, 1996), h.165 7Griffin, Manajemen, Jilid 1 Edisi 7,( Jakarta :Erlangga,2004). h.37

15

karena itu, pemimpin dapat didefinisikan sebagai seorang yang memiliki kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain tanpa menggunakan kekuatan, sehingga orang-orang yang dipimpinnya menerima dirinya sebagai sosok yang layak memimpin mereka. Berikut ini disajikan beberapa definisi kepemimpinan menurut pendapat para tokoh, yaitu:

1. D.E. Mc Farland mengemukakan bahwa kepemimpinan adalah suatu

proses diaman pemimpin dilukiskan akan memberi perintah atau

pengaruh, bimbingan atau proses mempengaruhi pekerjaan orang lain

dalam memilih dan mencapai tujuan.8

2. J.M. Pfiffner mengemukakan bahwa kepemimpinan adalah seni

mengkoordinasi dan memberi arah kepada individu atau kelompok

untuk mencapai tujuan yang diinginkan.9

3. Oteng Sutisna mengemukakan bahwa kepemimpinan adalah

kemampuan mengambil inisiatif dalam situasi sosial untuk

menciptakan bentuk prosedur baru, merancang dan mengatur

perbuatan, dan dengan berbuat begitu membangkitkan kerjasama

kearah tercapainya tujuan.10

4. Stephen P Robbins mengatakan bahwa kepemimpinan adalah

kemampuan mempengaruhi suatu kelompok kearah pencapaian

tujuan. Pendapat ini memandang semua anggota kelompok atau

organisasi sebagai satu kesatuan, sehingga kepemimpinan diberi

8 Danim, Sudarman,Motivasi Kepemimpinan dan Efektivitas Kelompok, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006)h.204 9 h.204 10 h.204

16

maksa sebagai kemampuan mempengaruhi semua anggota kelompok

atau organisasi agar bersedia melakukan kegiatan/bekerja untuk

mencapai tujuan kelompok atau organisasi.11

5. Rauch dan Behling mengemukakan bahwa kepemimpinan adalah

proses mempengaruhi aktifitas sebuah kelompok yang diorganisasi

kearah pencapaian tujuan.12

6. Jacobs dan Jacques mengemukakan bahwa kepemimpinan adalah

sebuah proses memberi arti (pengarahan yang berarti) terhadap usaha

kolektif dan yang mengakibatkan kesediaan untuk melakukan usaha

yang diinginkan untuk mencapai sasaran.13

7. Hosking mengemukakan bahwa para pemimpin adalah mereka yang

secara konsisten memberi kontribusi yang efektif terhadap orde sosial

dan yang diharapkan dan dipersepsikan melakukannya14.

B. Teori Gaya Kepemimpinan

1. Teori Kepemimpinan

Konsep kepemimpinan merupakan komponen fundamental di dalam

menganalisis proses dan dinamika di dalam organisasi. Untuk itu banyak

kajian dan diskusi yang membahas definisi kepemimpinan yang justru

membingungkan. Menurut Katz dan Kahn berbagai definisi kepemimpinan

pada dasarnya dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok besar yakni

11Robbins, Stephen P, Management, (New Jersey: Prentice Hall,1991) h.354 12Sudaryono, Dr , Leaderships: Teori dan Praktik Kepemimpinan, (Jakarta: Lentera Ilmu Cendekia,2014), h.164 13h.164 14h.164

17

“sebagai atribut atau kelengkapan dari suatu kedudukan, sebagai

karakteristik seseorang, dan sebagai kategori perilaku”.15

Pada perkembangan selanjutnya, fokus kajian lebih banyak pada cara-

cara menjadi pemimpin yang efektif, termasuk dengan mengembangkan

kesadaran tentang kapasitas spiritual untuk menjadi pemimpin profesional

dan bermoral. Teori kepemimpinan membicarakan bagaimana seseorang

menjadi pemimpin atau bagaimana timbulnya seorang pemimpin. Ada

beberapa teori tentang kepemimpinan, di antaranya ialah :

a. Teori Great Man dan Teori Big Bang

Teori ini berasumsi bahwa pemimpin besar (great leader)

dilahirkan bukan dibuat (leader are born, not made) karena kapsitas

kepemimpinan bersifat inheren.16 Teori ini sering disebut dengan teori

genetis. Beberapa asumsi menjelaskan bahwa pemimpin dilahirkan

bukan diciptakan. Teori tersebut melihat bahwa kekuasaan berada

pada sejumlah orang tertentu, yang melalui proses pewarisan memiliki

bakat untuk menempati posisi sebagai pemimpin.17

b. Teori Sifat atau Karakteristik Kepribadian

Kepribadian merupakan faktor khas dan unik dari seseorang

yang mendasari perilaku pemimpin dalam organisasi yang

dipimpinnya. Kepribadian pada dasarnya merupakan satu kesatuan

15Watkin, Peters, A Critical Review of Leadership Concpets and Research: The Implication for Educational Administration.,(Geelong: Deakin University Press,2014). 16Dr. Sudaryono, Leaderships: Teori dan Praktik Kepemimpinan, (Jakarta: Lentera Ilmu Cendekia,2014), h.164 17h.165

18

sistem fisik dan psikologi dalam diri individu yang menentukan

penyesuaian uniknya terhadap lingkungan, hal tersebut serupa dengan.

Teori ini bertitik tolak dari pemikiran bahwa keberhasilan seorang

pemimpin ditentukan oleh sifat-sifat atau karakteristik kepribadian

yang dimiliki, baik secara fisik maupun psikologi.18

c. Teori Perilaku (Behavior Theories)

Teori perilaku atau behavior theories adalah perilaku pemimpin

atau gaya bersikap seorang pemimpin dalam melaksanakan fungsi-

fungsi kepemimpinan dalam strategi kepemimpinannya dapat

mempengaruhi keberhasilan seorang pemimpin.19

d. Teori Kepemimpinan Kontijensi dan teori Kepemimpinan

Situasional

Teori kepemimpinan kontijensi dipopulerkan oleh Fred E.

Friedler yang artinya bahwa kepemimpinan yang efektif harus mampu

merubah perilakunya sesuai dengan perubahan karakteristik para

pengikutnya dan situasi kepemimpinan.20 Sama halnya pada

kepemimpinan situasional yang memformulasikan bahwa gaya

kepemimpinan perlu menyesuaikan dengan karakteristik.

18 Dr. Sudaryono, Leaderships: Teori dan Praktik Kepemimpinan, (Jakarta: Lentera Ilmu Cendekia,2014), h.166-167 19h. 172-174 20h. 182

19

2. Gaya Kepemimpinan

Gaya kepemimpinan pada dasarnya mengandung pengertian sebagai

suatu perwujudan tingkah laku dari seorang pemimpin yang menyangkut

kemampuannya dalam memimpin. Perwujudan tersebut biasanya

membentuk suatu pola atau bentuk tertentu. Ciri khas atau gaya seseorang

dalam memimpin memiliki perbedaan antara satu dengan lainnya.

Model gaya kepemimpinan berbagi kebebasan menggunakan

kekuasaan ini disusun dengan asumsi bahwa kepemimpinan merupakan

proses interaksi kekuasaan antara pemimpin dan para pengikutnya. Dimensi

kebebasan pemimpin mempergunakan kekuasaan adalah persepsi pemimpin

atau persepsi para pengikutnya mengenai tinggi rendahnya kebebasan

pemimpin. Menurut Eungene Emerson terdapat beberapa jenis gaya

kepemimpinan diantaranya:

a. Gaya Kepemimpinan Otokratik

Kepemimpinan otokratik menempatkan kekuasaan pada

seseorang atau sekelompok kecil orang, yang bertindak sebagai

penguasa.21 Pemimpin bebas menggunakan kekuasaan dalam

kepemimpinannya yang tinggi dan kebebasan pemimpin

menggunakan kekuasaannya tidak ada sehingga semua kebijakan dan

21H. Hadari Nawawi, Kepemimpinan menurut Islam, (yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1993) h.161

20

operasional diambil oleh pemimpin sedangkan pengikut hanya

pelaksana keputusan.22

b. Gaya Kepemimpinan Paternalistik

Kepemipinan paternalistik menempatkan kekuasaan pemimpin

lebih di atas dari pengikut. Seperti seorang raja atau kaum bangsawan

yang memiliki kekuasaan lebih untuk mengatur dan mengurus

kepentingan pengikutnya. Dalam kepemimpinan paternalistik, pengikut

melaksanakan segala keputusan dan memberikan balikan hasilnya

kepada pemimpin. Dalam hal komunikasi dilakukan secara dua arah,

namun inisiatif komunikasi selalu di lakukan oleh pemimpin.

Kepempinan paternalistik menerapkan bahwa pemimpin akan selalu

benar dibanding para pengikut.

c. Gaya Kepemimpinan Partisipatif

Kepemimpinan partisipatif merupakan gaya kepemimpinan yang

lebih menempatkan partisipasi didalam kelompok lebih besar antara

pemimpin dan juga pengikut. Pada dasarnya kebebasan pemimpin untuk

menggunakan kekuasaanya besar. Dalam menentukan visi,misi, dan

strategi pemimpin melakukan secara bersama-sama para pengikutnya.

Pemimpin bisa pula melakukan pembagian tugas dan menyerahkan

sebagian tugas serta wewenang kepada pengikutnya.

22Ibid h.189

21

d. Gaya Kepemimpinan Demokratik

Kepemimpinan demokratik menempatkan pemimpin dan pengikut

akan selalu berdampingan satu sama lainnya. Kebebasan dalam

menggunakan kekuasaan harus saling kontrol dari kedua belah pihak.

Kepemimpinan demokratik dalam mengambil keputusan pengumpulan

informasi, mengumpulkan alternatif dan memilih alternatif terbaik

dilakukan secara bersama-sama. Dalam kata lain seorang pemimpin

tidak dapat mengambil keputusan tanpa ada para pengikutnya.

e. Gaya Kepemimpinan Terima Beres (Free Rein atau Laissez

faire)

Perlu dipahami disini bahwa dalam gaya kepemimpinan ini bukan

berarti kepemimpinan tanpa pemimpin. Akan tetapi peranan pemimpin

bisa di bilang sangat minim. Gaya kepemimpinan terima beres banyak

dilakukan dalam organisasi teknologi tinggi seperti unit penelitian dan

pengembangan serta lembaga ruang angkasa. Pemimpin menyerahkan

sepenuhnya pengambilan keputusan pencapaian tujuan organisasi

kepada para pengikut.

C. Teori Konflik

Istilah “konflik” secara etimologis berasal dari bahasa Latin “con” yang berarti bersama dan “fligere” yang berarti benturan atau tabrakan.23Pada umumnya istilah konflik sosial mengandung suatu rangkaian fenomena

23 Elly M. Setiadi dan Usman Kolip, Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta dan Gejala Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), h.345

22

pertentangan dan pertikaian antar pribadi melalui dari konflik kelas sampai pada pertentangan dan peperangan internasional.

Teori-teori konflik pada umumnya memusatkan perhatiannya terhadap pengenalan dan penganalisisan kehadiran konflik dalam kehidupan sosial, penyebabnya dan bentuknya, serta akibatnya dalam menimbulkan perubahan sosial. Dapat dikatakan bahwa teori konflik merupakan teori terpenting pada saat ini, karena penekanannya pada kenyataan sosial di tingkat struktur sosial dibandingkan di tingkat individual, antarpribadi atau budaya.

Teori konflik muncul sebagai bentuk reaksi atas tumbuh suburnya teori fungsionalisme struktural yang dianggap kurang memperhatikan fenomena konflik sebagai salah satu gejala di masyarakat yang perlu mendapatkan perhatian.“Pemikiran yang paling berpengaruh atau menjadi dasar dari teori konflik ini adalah pemikiran Karl Marx dan pada tahun 1950-an, teori konflik yang semakin mulai merebak.24

Kaitan dengan pernyataan di atas jelas menerangkan berbagai masalah mengenai teori konflik.Permasalahan yang terjadi antara pemerintahan Gubernur

Jakarta dan DPRD erat kaitannya dengan adanya konflik permasalahan sering muncul antara kedua belah pihak yang harus diselesaikan dengan mengedepankan kepentingan masyarakat luas. Secara garis besar berbagai konflik dalam masyarakat dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa bentuk konflik berikut ini :

24 Bernard Raho,Teori Sosiologi Modern,(Jakarta : Prestasi Pustaka Publisher,2004), h.54

23

1. Berdasarkan sifatnya

Berdasarkan sifatnya, konflik dapat dibedakan menjadi konflik destruktif dan konflik konstruktif.

a. Konflik Destruktif

Merupakan konflik yang muncul karena adanya perasaan tidak

senang, rasa benci dan dendam dari seseorang ataupun kelompok terhadap

pihak lain. Pada konflik ini terjadi bentrokan-bentrokan fisik yang

mengakibatkan hilangnya nyawa dan harta benda seperti konflik Poso,

Ambon, Kupang, Sambas, dan lain sebagainya.

b. Konflik Konstruktif

Merupakan konflik yang bersifat fungsional, konflik ini muncul

karena adanya perbedaan pendapat dari kelompok-kelompok dalam

menghadapi suatu permasalahan. Konflik ini akan menghasilkan suatu

konsensus dari berbagai pendapat tersebut dan menghasilkan suatu

perbaikan. Misalnya perbedaan pendapat dalam sebuah organisasi.25

2. Berdasarkan Posisi Pelaku yang Berkonflik

a. Konflik Vertikal

Merupakan konflik antar komponen masyarakat di dalam satu struktur

yang memiliki hierarki. Contohnya, konflik yang terjadi antara atasan

dengan bawahan dalam sebuah kantor.

25 Dr. Robert H. Lauer, Perspektif Tentang Perubahan Sosial, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2001), h..98

24

b. Konflik Horizontal

Merupakan konflik yang terjadi antara individu atau kelompok yang

memiliki kedudukan yang relatif sama. Contohnya konflik yang terjadi antar

organisasi massa.

c. Konflik Diagonal

Merupakan konflik yang terjadi karena adanya ketidakadilan alokasi

sumber daya ke seluruh organisasi sehingga menimbulkan pertentangan

yang ekstrim.Contohnya konflik yang terjadi di Aceh.26

Soerjono Soekanto membagi konflik sosial menjadi lima bentuk yaitu:

1. Konflik atau pertentangan pribadi, yaitu konflik yang terjadi antara

dua individu atau lebih karena perbedaan pandangan dan sebagainya.

2. Konflik atau pertentangan rasial, yaitu konflik yang timbul akibat

perbedaan-perbedaan ras.

3. Konflik atau pertentangan antara kelas-kelas sosial, yaitu konflik yang

terjadi disebabkan adanya perbedaan kepentingan antar kelas sosial.

4. Konflik atau pertentangan politik, yaitu konflik yang terjadi akibat

adanya kepentingan atau tujuan politis seseorang atau kelompok.

5. Konflik atau pertentangan yang bersifat internasional, yaitu konflik

yang terjadi karena perbedaan kepentingan yang kemudian

berpengaruh pada kedaulatan negara. 27

Sementara itu, Ralf Dahrendorf mengatakan bahwa konflik dapat dibedakan atas empat macam, yaitu sebagai berikut :

26 Kusnadi, Masalah Kerja Sama, Konflik dan Kinerja, (Malang : Taroda, 2002), h. 67 27 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar,(Jakarta: Rajawali Pers, 1992), h.86

25

1. Konflik antara atau yang terjadi dalam peranan sosial, atau biasa

disebut dengan konflik peran. Konflik peran adalah suatu keadaan di

mana individu menghadapi harapanharapan yang berlawanan dari

bermacam-macam peranan yang dimilikinya.

2. Konflik antara kelompok-kelompok sosial.

3. Konflik antara kelompok-kelompok yang terorganisir dan tidak

terorganisir.

4. Konflik antara satuan nasional, seperti antar partai politik, antar

negara, atau organisasi internasional.28

28 Dr. Robert H. Lauer, Perspektif Tentang Perubahan Sosial, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2001), h.102

BAB III

PROFIL GUBERNUR DKI JAKARTA : BASUKI TJAHAJA PURNAMA

DAN ALI SADIKIN

A. Profil Basuki Tjahaja Purnama (Gubernur DKI Jakarta)

Basuki Tjahaja Purnama lahir dari keluarga keturunan Tionghoa pada tanggal 29 Juni 1966 di , Kabupaten Belitung Timur, Bangka

Belitung.Basuki Tjahaja Purnama lahir dari pasangan Indra Tjahaja Purnama dan

Buniarti Ningsing. Dia merupakan anak sulung dari empat bersaudara,adiknya bernama Basuri Tjahaja Purnama, Fifi Lety, dan Harry Basuki. Masa kecil beliau dihabiskan di halamannya di Belitung Timur desa Gantung tempat

„‟Laskar Pelangi‟‟ yang terkenal. Beliau berasal dari SD dan SMP di Desa

Gantung, yaitu SD Negeri III Gantung, Belitung Timur dan tamat pada tahun

1977 kemudian SMP di SMP Negeri I Gantung, Belitung Timur dan selesai pada tahun 1981. Kemudian pendidikan SMA dilanjutkan beliau di Jakarta yaitu

SMAK III PSKD yang tamat pada tahun 1984.Di Jakarta beliau dititipkan kepada seorang wanita Bugis yang beragama Islam yaitu Misribu Andi Baso Amier binti

Acca. Basuki Tjahaja Purnama memilih studi perguruan tinggi jurusan Teknik

Geologi Universitas Trisakti yang tamat pada tahun 1989.29

Basuki Tjahaja Purnama memilki nama tionghoa yaitu “Ahok”. Nama

Ahok sendiri merupakan pemberian dari ayahnya yang semula memberikan nama

29http://www.biografiku.com/2013/01/biografi-basuki-tjahaja-purnama-ahok.html 26

“banhok” yang artinya belajar dari segala bidang. Namun seiring perjalanannya nama Ahok lebih akrab ke diri Basuki Tjahaja Purnama dari kecil hingga sekarang. Semenjak kecil Ahok telah diberikan pendidikan yang keras dan tegas oleh ayahnya sesuai dengan filosofi tionghoa yang selalu bekerja keras dan berani dalam menjalankan kehidupan. Di masa kecilnya Ahok sering mendapatkan tindakan diskriminasi oleh teman-temannya karena dia merupakan anak dari keturunan tionghoa. Mayoritas penduduk di lingkungan kampung halaman Ahok merupakan muslim dan Ahok sangat akrab dan juga paham sedikit tentang pembelajaran agama Islam karena lingkungannya.

Setelah masa studinya selesai, beliau kembali ke kampung halamannya dan mendirikan perusahaan bernama CV Panda yang bergerak dibidang kontraktor pertambangan untuk PT Timah yang terkenal di Belitung Timur selama dua tahun. Namun beliau merasa masih memiliki banyak kekurangan sehingga memutuskan untuk melanjutan studi program master manajemen keuangan di

Sekolah Tinggi Manajemen Prasetiya Mulya Jakarta tahun 1992. Ia kemudian selesai pada tahun 1994 dengan gelar Master Bussiness Administrasi (MBA).

Basuki Tjahaja Purnama melanjutkan karirnya di Jakarta sebagai staf direksi bagian analisa biaya dan keuangan proyek lalu mendirikan perusahaan bernama PT Nurindra Ekapersada yang kemudian pada tahun 1995 berhasil membangun sebuah pabrik pengolahan pasir bernama pabrik Gravel Pack Sand

(GPS). Tetapi pabrik tersebut beroperasi sangat singkat dikarenakan berseberangan dengan pemerintah setempat dan juga adanya politik serta birokrasi yang korup. Pada tahun 1997 beliau menikah dengan Veronica Tandan kemudian

28

dari hasil pernikahannya tersebut ia dikaruniai tiga orang anak yaitu Nicholas

Sean, Nathania, dan Daud Albeenner.

Pada awal memasuki dunia politik, beliau bergabung dibawah bendera

Partai Perhimpunan Indonesia Baru (PPIB) sebagai ketua DPC Partai PIB

Kabupaten Belitung Timur yang saat itu dipimpin oleh Dr. Sjahrir. Beliau mencalonkan diri sebagai anggota legislatif dan terpilih menjadi anggota DPRD

Kabupaten Belitung Timur periode 2004-2009.30 Setelah mendapat kursi di DPRD beliau melakukan aksi “pejuang revolusi” yang tidak memanfaatkan SPPD (surat perintah perjalanan dinas) yang fiktif maupun kunjungan-kunjungan kerja yang tidak perlu.31

Basuki Tjahaja Purnama terpilih menjadi Bupati Belitung Timur periode

2005-2010 yang kemudian setelah wewenang bupati yang dijalankan selama lima bulan, beliau mengajukan pengunduran diri pada tahun 2006 untuk maju dalam pilgub Bangka Belitung 2007 tetapi beliau tidak terpilih sebagai gubernur Bangka

Belitung.

Basuki Tjahaja Purnama kemudian mencalonkan diri menjadi anggota

DPR RI dan terpilih menjadi anggota DPR RI dari daerah pemilihan Bangka

Belitung dan duduk di Komisi II DPR dari Partai Golkar untuk periode 2009-

2014. Namun, sebelum masa baktinya selesai beliau mencalonkan diri dalam

Pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2012 sebagai calon wakil gubernur mendampingi calon gubernur Joko Widodo. Pasangan Jokowi-Ahok menang

30Wijaya, Rony. http://bio.or.id/biografi-ahok-basuki-tjahaja-purnama/ 31 Merubah Indonesia, The Story of Basuki Tjahaja Purnama (AHOK), Tidak selamanya orang miskin dilupakan, (Jakarta: Tim Center for Democracy and Transparency, 2008) hal. 47.

29

dalam Pilkada tersebut. Saat pemilihan umum Presiden Indonesia 2014, Jokowi mencalonkan diri sebagai presiden yang kemudian diangkatnya Basuki Tjahaja

Purnama sebagai gubernur DKI Jakarta. Sebelum dilantiknya beliau menjadi gubernur, terdapat berbagai tentangan dari FPI (Forum Pembela Islam). Penolakan juga datang dari anggota DPRD DKI Koalisi Merah Putih. Puncaknya, seluruh anggota DPRD DKI Jakarta dari Koalisi Merah Putih tidak menghadiri rapat paripurna istimewa DPRD tentang pengumuman Basuki sebagai Gubernur DKI

Jakarta pada 14 November 2014.

Pengangkatan Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta memang mendapatkan pertentangan keras dari beberapa kalangan terutama DPRD DKI Jakarta dan Front

Pembela Islam (FPI) namun semua halangan tersebut tidak menjadi halangan

Ahok untuk terus menjalankan tugasnya sebagai Gubernur DKI Jakarta. Sebagai

Gubernur Ahok atau Basuki Tjahaja Purnama tetap melanjutkan program kerja dari Gubernur sebelumnya yaitu Jokowi. Namun di bawah kepemimpinannya,

Ahok melakukan beberapa terobosan, melakukan berbagai reformasi birokrasi di

DKI Jakarta. Gaya kepemimpinan yang keras dan tegas serta gaya bicara yang

“blak-blakan” membuat Ahok menjadi sangat dikenal oleh masyarakat.32

Ketagasan dalam memimpin terlihat dalam beberpa kasus diantaranya membenahi

SDM yang kurang kompeten di lingkungan DKI Jakarta, Ahok tidak segan-segan untuk memecat atau mengganti pejabat elit di lingkungan DKI Jakarta yang dinilai tidak menjalankan pekerjaannya dengan baik.

32http://www.biografiku.com/2013/01/biografi-basuki-tjahaja-purnama-ahok.html diunduh pada 15 November 2016

30

Banyak pro kontra atas kepemimpinan Ahok yang cenderung tegas dan keras tersebut. Banyak sekali orang yang bersimpatik dengan kinerja Ahok dan tidak sedikit orang yang beranggapan hal tersebut merupakan tindakan berlebihan yang seharunya bias lebih di redam tanpa terlihat emosi atau meledak-ledak.

Dalam perjalanannya sebagai Gubernur DKI Jakarta,Ahok di bantu oleh Djarot

Saiful Hidayat sebagai wakil Gubernur DKI Jakarta. Pengalaman Djarot sebagai bupati kabupaten Blitar Jawa Timur menjadi nilai tambah sendiri untuk bisa di praktikan di DKI Jakarta.

Kebijakan Ahok bukan sekedar membenahi lingkungan Pemprov DKI

Jakarta saja, namun dia juga meneruskan program-program yang telah dia bangun bersama Jokowi dari tahun 2012.Terlihat beberapa perubahan dan terobosan Ahok dari segala bidang baik pendidikan, kesehatan, infrastruktur, dan juga perubahan birokrasi yang transparan di DKI Jakarta. Dari bidang pendidikan Ahok berhasil menjalankan program Kartu Jakarta Pintar (KJP) dan memperbaiki segala fasilitas sekolah di wilayah DKI Jakarta. Di bidang kesehatan Ahok juga menjalankan

Kartu Jakarta Sehat (KJS) untuk kepentingan masyarakat dari golongan tidak mampu.

Perubahan yang terasa di DKI Jakarta juga terlihat dari kebijakan Ahok untuk normalisasi kawasan kali Ciliwung.Namun dari kebijakan ini tidak jarang

Ahok mendapatkan pertentangan dan perlawanan dari masyarakat yang rumah dan wilayahnya tergusur karena kebijakan ini.Antisipasi yang bisa dilakukan oleh

Pemprov DKI Jakarta adalah menempatkan para warga yang rumahnya tergusur ke Rumah Susun (Rusun) yang telah dibangun oleh Pemprov DKI Jakarta.Selain

31

itu dari aspek infrastruktur Ahok menjalankan programnya untuk membangun beberapa jembatan layang non tol dibeberapa wilayah DKI Jakarta. Ahok juga melakukan perbaikan pada bidang transportasi dengan memperbanyak armada transjakarta serta memperbaharui armada angkutan umum di Jakarta. Sebagai contoh proyek Mass Rapid Transit (MRT) yang masih dalam proses pengerjaan sampai saat ini.

Ketegasan dan gaya bicara Ahok yang terlihat keras dan cenderung arogan membuat para lawan politik dan beberapa kalangan tidak menyukainya. Ini merupakan sifat dasar Ahok yang memang terlihat menonjol, bukan berarti itu bersifat positif atau negatif, akan tetapi paradigma orang lain yang bisa menilai itu semua. Dalam menjalankan tugasnya Ahok seringkali bertentangan dan tidak harmonis terhadap DPRD DKI Jakarta.Ahok sering menggunakan media sosial untuk merekam segala rapat yang dia lakukan di lingkungan Pemprov, hal ini bertujuan untuk gambaran transparansi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta kepada seluruh warga DKI Jakarta agar tetap mengkontrol serta mengetahui pekerjaan dan kebijakan apapun yang dilakukan Pemprov DKI Jakarta.

Karir politik Basuki Tjahaja Purnama memang cenderung terlihat cemerlang.Pada awalnya merupakan anggota legislatif, pernah menjabat sebagai bupati Belitung Timur, dan pernah mencalonkan diri sebagai calon Gubernur

Belitung namun gagal. Setelah itu kembali lagi berhasil menjabat sebagai anggota legislative DPR RI, serta pada tahun 2012 berhasil memenangkan Pilkada DKI

Jakarta bersama Joko Widodo, dan puncaknya menjabat sebagai Gubernur DKI

Jakarta menggantikan Joko Widodo yang telah terpilih menjadi presiden

32

Indonesia. Dari perjalanannya sebagai actor politik, Ahok beberapa kali bergonta- ganti partai di antaranya Partai Perhimpunan Indonesia Baru (PIB), partai

Golongan Karya (Golkar), dan partai Gerindra sebelum akhirnya memutuskan mundur dari partai tersebut karena merasa sudah tidak sejalan dengan perjalanan politiknya karena partai Gerindra pada saat itu mengusulkan bahwa pemilihan

Kepala Daerah dilakukan oleh DPRD. Dalam perjalanan politiknya Ahok memang terlihat memilki ambisi yang kuat untuk menduduki jabatan-jabatan yang strategis, hal ini didukung oleh keberanian dan ketegasan sikapnya yang membuat nilai tambah ada pada diri seorang Basuki Tjahaja Purnama.

B. Profil Ali Sadikin (Gurbernur DKI Jakarta Periode 1966-1977)

Ali Sadikin yang akrab disapa dengan panggilan “Bang Ali” merupakan mantan gubernur DKI Jakarta pada masa kepresidenan Soekarno. Beliau lahir di

Sumedang, Jawa Barat, 7 Juli 1927, yang memiliki cita-cita pada masa kecil menjadi pelaut. Pada zaman Jepang, beliau memasuki Sekolah Tinggi Pelayaran, lalu pada saat perang kemerdekaan, beliau menjadi anggota BKR-Laut yang saat ini bernaman TNI-AL. Kemudian beliau dikirim ke Tegal, Jawa Tengah untuk membentuk pangkalan AL dan Korps Marinir. Selain pertempuran melawan

Agresi Belanda I dan II, Ali Sadikin juga turut menumpas Permesta di

Sulawesi.33Ali Sadikin merupakan anak kelima dari enam saudara yang semuanya laki-laki. Ali Sadikin menikah dengan Nani Arnasih (almarhumah) pada tahun

1954, seorang dokter gigi, dan dikaruniai empat orang anak yang semuanya laki-

33Prayitno, Rahardiansah, dan Timu, Ali Sadikin Visi dan Perjuangan sebagai Guru Bangsa, (Jakarta, Universitas Trisakti,2004).

33

laki, anak sulung lahir pada tahun 1955 diberi nama Boy Bernadi, kemudian menyusul Eddy Trisnady (1956), Irawan Hernadi (1959), dan anak bungsu lahir pada tahun 1961 bernama Benyamin Irwansyah. Pada tahun 1986, ibu Nani

Sadikin meninggal dunia, setelah beberapa lama mendapat perawatan di rumah sakit. Sepeninggal ibu Nani Sadikin, tepatnya setahun setelah wafatnya ibu Nani

Sadikin, Ali Sadikin menikah lagi. Pada tahun 1987, Ali Sadikin menikahi Linda

Mangan dan dikaruniai satu orang anak yang bernama Yasser Umarsyah.

Karakter keras Ali Sadikin merupakan warisan dari orang tuanya yang merupakan tokoh terpandang di mata masyarakat. Ali Sadikin tumbuh bersama enam saudaranya yang semuanya merupakan anak laki-laki. Sedangkan hasil pendidikan dari orangtuanya terlihat pada sifatnya yang merakyat, peduli pada masyarakat, dan selalu mengutamakan kepentingan orang. Meskipun priyayi, orang tuanya tidak pernah memakai gelar Raden. Begitupula dengan Ali Sadikin yang tidak memakai gelar Raden karena ingin merakya.

Ali Sadikin mengenyam pendidikan SD dan SMP di Sumedang, pendidikannya di Sekolah Pelayaran Tinggi Semarang, yang kemudian dilanjutkan dengan mengenyam pendidikan di Advaned Cource for Officer of the

Marine Corp U.S. MC School, U.S.A.34Ali Sadikin sangat mengagumi sosok

Soekarno dan Mohamad Hatta. Ali Sadikin mengakui, bahwa Soekarno merupakan sosok yang mengilhami visi kepemimpinannya ketika ditunjuk sebagai gubernur. Meskipun mengagumi sosok Soekarno, Ali Sadikin tidak kehilangan sosok dirinya yang teguh pada prinsipnya. Semua itu terlihat pada waktu Ali

34 Prayitno Arrohman, dkk (2004). Ali Sadikin : Visi dan Perjuangan sebagai Guru Bangsa.Jakarta : Universitas Trisakti.

34

Sadikin masih menjadi menteri atau gubernur. Sebagai Gubernur Jakarta yang baru, Ali Sadikin menghadapi keadaan yang sukar. Namun, Ali Sadikin menjadikan keadaan yang sukar itu untuk menimbulkan suatu tekad untuk menjadi “Gubernur yang baik”. Ali Sadikin menjabat sebagai gubernur DKI

Jakarta selama dua kali masa jabatan. Ali Sadikin diangkat menjadi gubernur DKI

Jakarta pertama kali pada tanggal 28April 1966 di Istana Merdeka. Sedangkan jabatan gubernur yang kedua kali yaitu pada tanggal 14 Februari 1972 di ruang sidang DPRD DKI Jakarta. Dalam pidato pelantikan Ali Sadikin sebagai

Gubernur Presiden Soekarno menyatakan bahwa “saya kira dalam hal mengurus kota Jakarta Raya ini,baik juga een beetje koppigheid (sedikit kers kepala), apalagi ndoro-ndoro dan ayu sudah tahu,tidak boleh membuang sampah di pinggir jalan. Nah itu perlu dihadapi oleh orang yang sedikit keras, yang sedikit koppig”.35

Pernyataan Soekarno tersebut jelas dengan tujuan bahwa pemimpin Jakarta harus tegas dan memiliki jiwa yang kuat dalam menghadapi segala macam karakteristik masyarakat Jakarta. Selain kontroversi banyak pula prestasi yang telah di ukir oleh Ali Sadikin. Yang paling nyata adalah perkembangan pembangunan yang sangat signifikan, pembuatan jalan baru,pendapatan daerah naik, pengenalan budaya betawi yang di tingkatkan. Pencapaian yang diraih Ali

Sadikin merupakan buah ketegasannya dalam memimpin DKI Jakarta. Dalam perjalanannya menjadi Gubernur DKI Jakarta telah banyak perubahan-perubahan yang terlihat. Ali Sadikin merupakan sosok yang sangat tegas dan sangat

35 Ramadhan, K.H. (2012). Ali Sadikin Membenahi Jakarta Menjadi Kota yang Manusiawi.Jakarta : PT Ufuk Publishing House.

35

memperhatikan kebutuhan masyarakat Jakarta pada umumnya.Namun dalam perjalanannya menjadi Gubernur, Ali Sadikin juga sering di anggap bertentangan dengan pemerintah Orde Baru saat itu. Perbedaan pendapat dan kebijakan itu membuat hubungan antara Ali Sadikin dan Presiden Soeharto tidak harmonis.

Ali Sadikin memulai menjalankan jabatan sebagai Gubernur dengan modal dan anggaran yang sangat terbatas. Namun dari keterbatasan itu Ali Sadikin terus bekerja keras demi mewujudkan Jakarta menjadi kota yang lebih baik. Banyak kebijakan yang kontroversial dari Ali Sadikin, sebagai contoh Ali Sadikin melegalkan praktik perjudian di Jakarta, hal itu bertujuan agar uang hasil pajak perjudian tersebut dijadikan anggaran untuk membangun kota Jakarta. Banyak pro dan kontra dengan kebijakan ini, namun Ali Sadikin tidak mempedulikannya dan pembanguanan Jakarta makin terlihat lebih baik lagi.

Ketika menjabat sebagai gubernur, perkataan dan tindakan Ali Sadikin sering mengejutkan para staf atau aparatnya. Selain itu, Ali Sadikin juga dikenal sebagai pribadi yang paling mudah meledak emosinya tetapi teguh pada prinsipnya. Tidak peduli terhadap siapapun, meskipun itu para pejabat atasannya.

Sifat-sifat khasnya yang melekat dalam diri Ali Sadikin tersebut tidak mengurangi bobot kepibadian dan kesetiaan kepada tugas yang diembannya. Selama masa

Orde Baru, gubernur DKI kebanyakan berasal dari militer atau militer yang sudah pensiun. Hal ini karena kekuasaan Orde Baru itu adalah kekuasaan tentara dan

Golkar. Sehingga, tidak mengejutkan apabila Ali Sadikin memimpin dengan cara yang tegas. Tidak segan-segan memaki stafnya dengan kata-kata “goblok, tolol, atau sontoloyo”. Bahkan sekali waktu Ali Sadikin menempeleng bawahannya

36

yang dianggap bersalah. Meskipun demikian, Ali Sadikin secara spontan memberi pujian bagi stafnya yang berhasil menyelesaikan tugasnya dengan berkata “hebat kamu bagus”, yang membuat stafnya merasa bangga36. Ali Sadikin memiliki sifat yang tegas sehingga terlihat galak dan terkesan pemarah, namun tidak pernah membenci orang yang dimarahinya. Apabila Ali Sadikin marah pada seseorang, kemarahan itu bukan pada orangnya, tapi pada apa yang diperbuat oleh orang itu.

Ali Sadikin disapa akrab oleh penduduk kota Jakarta dengan panggilan Bang Ali sementara istrinya, Ny. Nani Sadikin, seorang dokter gigi, disapa Mpok Nani.

Sebutan ini merupakan penghargaan masyarakat Betawi atas jasa-jasa Ali Sadikin dalam membangun kota Jakarta, meskipun sebenarnya Ali Sadikin tidak dilahirkan di tanah Betawi.

Kelebihan Ali Sadikin adalah kemampuannya yang tidak hanya memusatkan perhatian pada masalah-masalah pemerintahan kota Jakarta saja, akan tetapi pada seluruh permasalahan kehidupan di ibukota republik Indonesia.

Ali Sadikin terus-menerus selama dua kali masa jabatannya memberikan perhatian penuh pada berbagai masalah, keperluan, kesulitan, dan sebagainya, baik yang bersifat kepentingan umum maupun kepentingan nasional, serta memperhatikan pribadi-pribadi anggota masyarakat, dan juga meliputi penghidupan seni dan budaya, pendidikan, olah raga, dan berbagai hal lain yang biasanya luput dari perhatian pejabat-pejabat tinggi pemerintah, yang membatasi diri pada tugasnya saja.

36 Prayitno Arrohman, dkk (2004). Ali Sadikin : Visi dan Perjuangan sebagai Guru Bangsa. Jakarta : Universitas Trisakti.

37

Dalam menajalankan tugasnya sebagai Gubernur Jakarta, Ali Sadikin membagi 3 permasalahan dasar warga Jakarta, yaitu permasalahan politik, ekonomi, dan sosial budaya. Ketiga aspek ini berusaha untuk diperbaiki oleh Ali

Sadikin selama beliau menjabat. Strategi Ali Sadikin dapat di gambarkan sebagai berikut :

 Politik

Pada masa awal menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta kondisi

politik di Indonesia cukup memanas, bisa terlihat setelah terjadinya

kejadian G30S/PKI yang sangat menjadi perhatian bangsa.

Ketidakpercayaan kepada pemerintah sangat kuat dimasa itu. Ada faktor

internal dan juga eksternal yang mempengaruhi sulitnya masa awal jabatan

Ali Sadikin menjadi Gubernur. Faktor dari dalam, yaitu birokrasi

Pemerintah Daerah, sedangkan faktor dari luar yaitu kurangnya tanggung

jawab masyarakat untuk ikut serta dalam pemeliharaan dan pengembangan

kota. Pada waktu itu susunan organisasi pemerintah daerah, kondisi

kepegawaian dan tata kerjanya tidak memungkinkan untuk menangani

masalah-masalah besar yang dihadapi Ibukota Negara ini. Selain itu,

kondisi sosial politik pada waktu itu kurang mendukung usaha

pengikutsertaan masyarakat dalam pemeliharaan dan pengembangan kota.

Ali Sadikin memulai untuk membentuk tim dan suasana kerja yang

baik di lingkungan internal pemerintan daerah Jakarta dan juga tidak lupa

Ali Sadikin menjalin hubungan baik dengan DPRD DKI Jakarta untuk bisa

sinergis dalam hal memulai pembangunan di ibukota. Ali Sadikin

38

melakukan penataan kembali terhadap struktur organisasi yang ada di

dalam pemerintah daerah. Dalam hal ini termasuk langkah-langkah ke arah

peningkatan koordinasi dan sinkronisasi kegiatan pelayanan masyatrakat

yang dilakukan di luar perangkat pemerintah daerah.

Ali Sadikin juga ikut serta dalam membangun kesejahteraan

individu pegawai di DKI Jakarta. Beliau memberikan perhatian jaminan

atas kepastian hukum para pegawainya, jenjang karir, jenjang

kepangkatan, sistem prestasi dan norma-norma kepegawaian yang baik

lainnya, perlu ditegakkan. Hal ini penting untuk memungkinkan para

pegawai dapat bekerja tenang dan penuh tanggung jawab di bidang

pekerjaannya.

 Ekonomi

Membangun Jakarta pada awal masa jabatan Ali Sadikin memang

sangat sulit, karena dimulai dari minimnya anggaran yang diberikan oleh

pemerintah pusat. Anggaran belanja kota Jakarta pada waktu itu hanya 66

juta pertahunnya. Sepertiga dari pemasukan daerah, dan dua pertiga dari

subsidi pemerintah pusat. Beberapa bulan kemudian anggaran itu naik

menjadi 266 juta, akan tetapi jumlah itu tak sebanding dengan kebutuhan-

kebutuhan pembiayaan yang seharusnya tersedia untuk penanganan sarana

dan fasilitas-fasilitas perkotaan yang rata-rata terabaikan pada saat itu37.

37 Widyaningrum Paramita , Yunianto Tri., DjonoPeranan Ali sadikin Dalam pembangunan Kota Jakarta Tahun 1966-1977,2013 pada https://eprints.uns.ac.id/11169/1/1601-3564-1-PB.pdf

39

Menurut Ali Sadikin cara-cara untuk meningkatkan pendapatan

daerah ditempuh dengan jalan intensifikasi penggalian sumber-sumber

baru sesuai dengan hak-hak otonomi daerah. Ali Sadikin mempelajari

dengan seksama ketentuan yang berlaku untuk memobilisir dana-dana

yang ada di daerah sesuai dengan kewenangan yang ada. Pada hakekatnya,

sumber pendapatan bagi daerah dapat dibagi-bagi menjadi dua kelompok

penerimaan, yaitu penerimaan-penerimaan yang berasal dari pemerintah

pusat dan penerimaan pemerintah daerah sendiri. Penerimaan dari pusat

meliputi subsidi penerimaan keuangan antara pusat dan daerah; iuran

pembangunan daerah (IPEDA); bantuan-bantuan program pembangunan

(Proyek Inpres); penerimaan-penerimaan lain dari negara. Sedangkan

penerimaan dari daerah sendiri meliputi pajak daerah, yaitu pajak-pajak

yang berdasarkan wewenang yang diberikan oleh perundang-undangan

yang berlaku diadakan dan dipungut oleh pemerintah daerah sebagaimana

yang ditentukan dalam Undang-Undang Darurat No. 11 Tahun 1957

tanggal 22 Mei 1957, tentang peraturan umum pajak daerah.38

Ali Sadikin sangat berjasa dalam mengembangkan Jakarta menjadi

kota metropolitan yang lebih modern. Di bawah kepemimpinannya Jakarta

mengalami banyak perubahan karena proyek-proyek pembangunan

merupakan gagasan dari Ali Sadikin. Beberapa proyek pembangunan pada

masa Ali Sadikin diantaranya seperti : proyek MHT, Taman Ismail

38 Jaya, G. 1977. Catatan Ali sadikin Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta 1966-1977. Jakarta: Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta. h.103

40

Marzuki, Kebun Binatang Ragunan,Taman Impian Jaya Ancol, Taman Ria

Monas, pelestarian budaya Betawi di kawasan Condet.

 Sosial dan Budaya

Pembangunan DKI Jakarta dalam hal sosial budaya, Ali Sadikin

mengedepankan kualitas pendidikan dan kesehatan. Masalah pembinaan di

bidang pendidikan dan kesehatan menjadi salah satu perhatian utama pada

masa awal memegang jabatan sebagai gubernur DKI Jakarta.39 Pendidikan

Sekolah Dasar menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah tetapi

pendidikan sekolah lanjutan masih menjadi kewenangan pemerintah pusat.

Pada kenyataannya, pelaksanaan di daerah sulit untuk memisahkan antara

tugas penyelenggara pendidikan tingkat SD dengan tingkat SLP,SLA dan

akademi dikarenakan saling berkaitan satu sama lain. Sehingga Ali

Sadikin mengambil suatu langkah konkret dengan melakukan koordinasi

bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan untuk memperoleh bantuan

pengadaan guru.40 Untuk mencapai keadilan sosial, salah satu usahanya

adalah menciptakan kesempatan bagi setiap warga untuk memperoleh

pelayanan kesehatan yang layak meliputi kesehatan pribadi dan kesehatan

lingkungan.41

Dalam aspek budaya, Ali Sadikin memberikan kontribusi yang

cukup besar dengan melakukan pembinaan yang intensif terhadap

39 Prayitno, Arohhman, Trubus Rahardiansah P. Harja, Chris Siner Key Timu. 2004. Ali Sadikin : visi dan perjuangan sebagai guru bangsa. Jakarta : Pusat Kajian Kadeham Universitas Trisakti, hal.62. 40Gita, Jaya. 1997. Catatan H. Ali Sadikin, Gubernur Kepala DKI Jakarta 1966-1977, Jakarta, Pemda DKI Jakarta 41Gita, Jaya. 1997. Catatan H. Ali Sadikin, Gubernur Kepala DKI Jakarta 1966-1977, Jakarta, Pemda DKI Jakarta

41

kesenian dan kebudayaan. Hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan

apresiasi kebudayaan dan kesenian. Langkah nyata yang dilakukan beliau

diantaranya membangun Pusat Kesenian Jakarta (PKJ), yang kemudian

berganti nama menjadi Taman Ismail Marzuki (TIM) pada tahun 1968.42

Pembangunan Taman Ismail Marzuki bertujuan untuk menampung

kegiatan kesenian masyarakat serta kegiatan Dewan Kesenian Jakarta yang

dapat bermanfaat bagi masyarakat dalam mengikuti perkembangan

kegiatan kesenian dan dapat juga digunakan sebagai tempat rekreasi.

Satu hal lain yang juga menjadi perhatian Bang Ali adalah betapa

pentingnya Jakarta sejajar dengan kota-kota lain. Menyadari pentingnya

musik yang dapat berperan besar dalam memperkenalkan Indonesia

kepada orang asing yang tinggal di, maupun berkunjung ke, Jakarta, maka

dibentuklah Orkes Simfoni Jakarta dengan seluruh peralatan musiknya.

Pengamatan Bang Ali dalam hal kebudayaan tidak terbatas sampai di sini,

karena beliau juga memperhatikan maslah perfilman Indonesia. Dialog

bersama Bapak Misbach Yusa Biran menghasilkan terbentuknya Pusat

Perfilman Usmar Ismail di Kuningan. Pada periode itu, film Indonesia

mengali Zaman Keemasan. Dalam satu tahun bisa diproduksi delapan

puluh judul film.43

Sungguh sulit mencari tandingan berbagai gebrakan Bang Ali yang

menganggap penting kebudayaan dan para senimannya dalam membangun

42 Gita, Jaya. 1997. Catatan H. Ali Sadikin, Gubernur Kepala DKI Jakarta 1966-1977, Jakarta, Pemda DKI Jakarta 43 Kris Biantoro, Manisnya Ditolak, Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, hal. 161-164, cetakan kedua, Jakarta, Oktober 2006

42

negara. Di zamannya, DKI sangat aktif memperkenalkan Indonesia dalam event-event internasional dengan mengirimkan rombongan keseniannya.

Hanya saja pendekatan budaya untuk memacu kejayaan bangsa dan negara yang dulu dirintis Bang Ali tidak diteruskan oleh para penggantinya, sehingga wujud kebudayaan kita menjadi seperti yang kita lihat sekarang ini. Sungguh memprihatinkan, dahulu para seniman menyebut diri mereka sebagai pekerja seni yang turut ambil bagian dalam mengharumkan

Bangsa dan Negara-nya.

Untuk membentuk dan membina moral masyarakat, Ali Sadikin melakukan pembinaan dan peningkatan pelayanaan dibidang keagamaan.

Beliau berpendapat bahwa tugas-tugas pembinaan masyarakat yang menjadi tanggung jawab pemerintah daerah secara keseluruhan tidak dapat dilepaskan dengan masalah pembinaan keagamaan. Oleh karena itu, program pembinaan agama dicantumkan juga dalam program kerja pemerintah DKI Jakarta dengan berpedoman pada kebijakan pemerintah pusat.

BAB IV

HUBUNGAN GUBERNUR DKI JAKARTA DENGAN DPRD DKI

JAKARTA : PERBANDINGAN ANTARA BASUKI TJAHAJA PURNAMA

DAN ALI SADIKIN

A. Hubungan Gubernur dengan Lembaga Legislatif Daerah

Pemerintahan yang berlangsung di DKI Jakarta memang sedikit berbeda dengan daerah lainnya di Indonesia. DKI Jakarta dijadikan daerah yang di khususkan untuk pusat pemerintahan dan juga sebagai ibukota negara. Dalam menjalankan pemerintahan Jakarta dipimpin oleh seorang Gubernur yang dipilih melalui mekanisme pemilihan umum. Di dalam negara yang menganut asas demokrasi bahwa kekuasaan bukan hanya di jalankan oleh pihak eksekutif, namun peran lembaga legislatif dinilai sangat penting sebagai kontrol jalannya pemerintahan.

Pemerintahan daerah dapat dihubungkan dengan asas atau prinsip sistem pemerintahan dalam negara kesatuan, dimana sistem pemerintahan daerah merupakan subsistem dari sistem pemerintahan negara. Oleh karena itu,sudah seharusnya sistem pemerintahan di tingkat pusat berhubungan dengan sistem pemerintahan daerah. Namun karena banyaknya kepentingan orang yang berkuasa, tidak jarang hal itu tidak dapat diterapkan secara konsisten dan konsekuen.

Hubungan kewenangan antara DPRD dengan kepala Daerah telah diatur di dalam UUD 1945. Sejak pasal 18 UUD 1945 di amandemen ternyata ada

43

beberapa prinsip yang dapat dijadikan dasar dalam mengkaji hubungan antara

DPRD dengan kepala daerah salah satunya terdapat pada pasal 18 ayat (2) mengandung prinsip daerah mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Berbagai pasal dalam UUD 1945 telah mengatur hubungan kewenangan pemerintah daerah, lembaga-lembaga negara, pemilihan umum. Dari perubahan amandemen tersebut ternyata belum juga secara tegas mengatur tentang pola hubungan kewenangan antara DPRD dengan kepala daerah sebagai sistem pemerintahan daerah.44

Kepala daerah/ Gubernur dalam menjalankan tugas-tugas yang diatur dalam

UU 23 Pasal 65 Ayat (1) Kepala daerah mempunyai tugas: a. memimpin pelaksanaan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan dan kebijakan yang ditetapkan bersama

DPRD; b. memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat; c. menyusun dan mengajukan rancangan Perda tentang RPJPD dan rancangan Perda tentang

RPJMD kepada DPRD untuk dibahas bersama DPRD, serta menyusun dan menetapkan RKPD; d. menyusun dan mengajukan rancangan Perda tentang

APBD, rancangan Perda tentang perubahan APBD, dan rancangan Perda tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD untuk dibahas bersama; e. mewakili Daerahnya di dalam dan di luar pengadilan, dan dapat menunjuk kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan; f. mengusulkan pengangkatan wakil kepala daerah; dan g. melaksanakan tugas lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

44Dr.Juanda,S.H.,M.H , Hukum Pemerintahan Daerah pasang surut hubungan kewenangan antara DPRD dan Kepala daerah, Bandung, P.T Alumni, h.298

45

undangan.45 memiliki wewenang sebagai berikut: a. mengajukan rancangan Perda; b. menetapkan Perda yang telah mendapat persetujuan bersama DPRD; c. menetapkan Perkada dan keputusan kepala daerah; d. mengambil tindakan tertentu dalam keadaan mendesak yang sangat dibutuhkan oleh Daerah dan/atau masyarakat; e. melaksanakan wewenang lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.46

Dapat dimaknai bahwa secara konstitusional tidak di temukan secara tegas dan khusus mengatur tentang pola hubungan kewenangan antara DPRD dengan kepala daerah. Akan tetapi, diserahkan kewenangan tersebut kepada pembentuk

Undang-Undang untuk memformulasikannya sesuai kepentingan kekuatan politik penguasa.

Secara formal kedudukan DPRD dengan kepala daerah adalah setaraf, dalam praktiknya alokasi kekuasaan lebih besar pada kepala daerah. Hal ini terjadi karena dalam diri kepala daerah terdapat dua fungsi, yaitu sebagai kepala daerah otonom yang memimpin dan bertanggung jawab penuh atas jalannya pemerintah daerah, serta sebagai kepala wilayah yang memimpin penyelenggaraan pemerintahan umum.

DPRD memiliki tiga fungsi yaitu sebagai pembentukan Perda provinsi, anggaran dan pengawasan. Fungsi pembentukan perda sebagaimana yang dimaksud adalah membahas bersama gubernur dan menyetujui atau tidak menyetujui rancangan Perda Provinsi, mengajukan usul rancangan Perda

45 UU 23/2014 Tentang Pemerintah Daerah, Pasal 65 Ayat (1) 46 UU 23/2014 Tentang Pemerintah Daerah, Pasal 66 ayat (1)

46

Provinsi,dan menyusun program pembentukan Perda bersama gubernur.47 Fungsi anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan cara: a. membahas KUA dan PPAS yang disusun oleh gubernur berdasarkan RKPD; b. membahas rancangan Perda Provinsi tentang APBD provinsi; c. membahas rancangan Perda Provinsi tentang perubahan APBD provinsi; dan d. membahas rancangan Perda Provinsi tentang Pertanggungjawaban APBD provinsi.48 Fungsi pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 96 ayat (1) huruf c diwujudkan dalam bentuk pengawasan terhadap: a. pelaksanaan Perda provinsi dan peraturan gubernur; b. pelaksanaan peraturan perundang-undangan lain yang terkait dengan penyelenggaraan Pemerintahan Daerah provinsi; dan c. pelaksanaan tindak lanjut hasil pemeriksaan laporan keuangan oleh Badan Pemeriksa Keuangan.49

Prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam UU Nomor

23 tahun 2014, mengatur ketentuan umum hak, wewenang, dan kewajiban pemerintah daerah sebagai penyelenggara urusan pemerintahan oleh kepala daerah/Gubernur yang memimpin pelaksana urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom.50 Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD juga merupakan unsur penyelenggara pemerintah daerah. DPRD merupakan lembaga perwakilan rakyat daerah yang berkedudukan sebagai institusi sejajar yang bersifat kemitraan dengan pemerintah daerah.51

47UU 23/2014 Tentang Pemerintah Daerah, Pasal 97 48UU 23/2014 Tentang Pemerintah Daerah, Pasal 99 ayat 2 49UU 23/2014 Tentang Pemerintah Daerah, Pasal 100 ayat 2 50 UU 23/2014 Tentang Pemerintah Daerah, Pasal 1 51 UU 23/2014 Tentang Pemerintah Daerah, Pasal 207

47

Dalam hal ini, pemerintah daerah dengan DPRD secara bersama-sama melaksanakan fungsi-fungsi pemerintahan daerah meliputi segala urusan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Hubungan kemitraan tersebut telah diatur dalam UU Nomor 23 pasal 207 ayat 2, yaitu: a. persetujuan bersama dalam pembentukan Perda; b. penyampaian laporan keterangan pertanggungjawaban kepada DPRD; c. persetujuan terhadap kerja sama yang akan dilakukan

Pemerintah Daerah; d. rapat konsultasi DPRD dengan kepala daerah secara berkala; dan e. bentuk lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.52

Dalam penyusunan APBD, pedoman penyusunan APBD setiap tahun ditetapkan oleh menteri, Kepala daerah menyusun KUA dan PPAS berdasarkan

RKPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 265 ayat (3) dan diajukan kepada

DPRD untuk dibahas bersama.KUA serta PPAS yang telah disepakati kepala daerah bersama DPRD menjadi pedoman Perangkat Daerah dalam menyusun rencana kerja dan anggaran satuan kerja Perangkat Daerah.53 Kebergantungan daerah terhadap APBD dan subsidi pemerintah pusat menyebabkan pertanggungjawaban keuangan daerah juga tidak sepenuhnya diberikan kepada

DPRD, tetapi pemerintah pusat. Terbatasnya urusan-urusan yang menjadi kewenangan otonomi yang dapat dikelola daerah, dengan sendirinya membatasi pula kegiatan eksekutif yang secara moral dan politis harus dipertanggungjawabkan kepada DPRD.

52 UU 23/2014 Tentang Pemerintah Daerah, Pasal 207 ayat (2) 53 Pasal 310 UU 23/2014 Tentang Pemerintah Daerah

48

Pemerintahan DKI Jakarta tidak jarang mengalami ketidakserasian hubungan terhadap lembaga legislatif daerah atau DPRD. Keluhan-keluhan dari kedua belah pihak yang sering terjadi, berkisar pada persoalan seolah-olah pihak

DPRD kurang dilibatkan dalam proses penyelenggaraan pemerintah di daerah, dan eksekutif kurang terbuka dan kurang memberikan keleluasaan pada DPRD untuk menjalankan hak-haknya. Sebaliknya, dari pihak kepala Daerah sering juga ada anggapan seolah-olah pihak DPRD ingin mencampuri bidang eksekutif dan mencampuri urusan-urusan yang bukan urusan otonomi daerah. Terkesan bahwa masih kurangnya pemahaman atas hak dan wewenang sebagai anggota DPRD di satu pihak, dan kecenderungan kepala daerah untuk menganggap, bahwa usaha- usaha DPRD untuk menjalankan haknya sebagai campur tangan dalam urusan eksekutif di pihak lain, merupakan pola pikir yang perlu di evaluasi dalam menjaga keselarasan antara kepala daerah dan DPRD.

Pada satu sisi, eksekutif menganggap anggota DPRD tidak dapat menjalankan tugas-tugasnya dengan baik dan benar. Sebagai contoh ritual pembacaan laporan pertanggung jawaban (LPJ) kepala daerah sering dianggap sebagai arena yang hanya melihatkan kekuatan DPRD, tanpa menghiraukan substansi masalah dari LPJ tersebut. Pada sisi lain DPRD balik menuding kepala daerah sering mengambil keputusan sendiri tanpa mengikutsertakan anggota

DPRD, padahal dalam ketentuan Undang-Undang, DPRD adalah mitra bagi kepala daerah.54

54Dr.Juanda,S.H.,M.H , Hukum Pemerintahan Daerah pasang surut hubungan kewenangan antara DPRD dan Kepala daerah, Bandung, P.T Alumni, h.318

49

Pada masa sekarang, pemerintah daerah khususnya DKI Jakarta telah mengalami peningkatan hubungan walaupun masih sangat banyak kasus yang mengindikasikan ketidakharmonisan antara kedua belah pihak. DPRD DKI

Jakarta telah melakukan peningkatan kinerja pada saat ini. Bisa dilihat bahwa pengawasan anggaran dan pemakaiannya sangat dikontrol oleh DPRD. Selain itu dalam menjalankan tugasnya seringkali Gubernur sebagai kepala daerah dipanggil untuk menyelesaikan setiap permasalahan secara bersama-sama dengan DPRD.

Perseteruan antara DPRD dan kepala daerah DKI Jakarta saat ini juga bisa dibilang sebagai perseteruan kepentingan partai atau kelompok tertentu. Ini menyebabkan terhambatnya berbagai kebijakan yang seharusnya bisa di laksanakan dalam waktu singkat.

B. Hubungan Basuki Tjahaja Purnama Dengan DPRD

Dalam Pemilihan Presiden 2014 Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo berhasil terpilih sebagai presiden RI yang ke-7. Hal ini berdampak pada kosongnya kursi gubernur DKI Jakarta yang telah ditinggalkan Jokowi sebelumnya. Secara otomatis Basuki Tjahaja Purnama yang merupakan wakil

Gubernur akan ditetapkan menjadi Gubernur DKI Jakarta menggantikan Joko

Widodo. Pelantikan Ahok sebagai Gubernur dilakukan di istana kepresidenan yang dipimpin langsung oleh Presiden Jokowi. Dalam pelantikan tersebut Ahok berjanji akan menuntaskan reformasi birokrasi yang telah menjadi permasalahan besar di DKI Jakarta.

50

Pelantikan Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta ditolak oleh DPRD DKI

Jakarta yang menginginkan hak angket untuk memilih Gubernur DKI Jakarta.

Sejumlah kekuatan politik DPRD sempat menganggap Ahok tidak dapat secara serta merta diangkat sebagai Gubernur DKI Jakarta definitif menggantikan Jokowi yang mengundurkan diri karena pencalonannya sebagai kandidat Presiden.

Catatan Koran Tempo menunjukkan bahwa Ahok sejak menjabat sebagai

Wagub sampai sebagai Gubernur DKI Jakarta selalu memicu munculnya beragam isu yang kontroversial. Pertama, pada 1 Desember 2012 terkait sewa stand di

PRJ. Kedua, pada 7 Desember 2012 terkait isu perlunya rapat terbuka DPRD yang disiarkan televisi secara langsung.Ketiga, pada 26 Juli 2013 terkait kasus penertiban pedagang KL Tanah Abang. Keempat, pada 17 Juli 2013 terkait isu

Pansus MRT untuk meminta keterangan ihwal pengembalian pinjaman pemda

DKI pada pihak pusat. Kelima, pada 9 Desember 2014 terkait ancaman interpelasi

DPRD yang dilontarkan Wakil Ketua M. Taufik untuk mempertanyakan rendahnya penyerapan anggaran yang baru mencapai 36 persen. Keenam, pada 11

Desember 2014 terkait tuduhan mengenai dugaan “permainan” mengajukan pokok pikiran. Pokok pikiran dari DPRD menurut Ahok mempersulit

SKPD.Tuduhan ini dibantah oleh DPRD. Ketujuh, pada 10 Februari 2015 terkait isu mencoba menyuap DPRD, melalui apa yang disebut DPRD melalui tim anggaran bentukan Pemda DKI. Tuduhan suap dengan sebutan adanya upaya agar anggota DPRD dibiarkan mengisi anggaran yang jumlahnya Rp 12 triliun.Kedelapan, pada 16 Februari 2015 terkait hak angket bagi Ahok dengan dugaan pelanggaran pengajuan APBD.Karena tindakan tersebut Ahok dianggap

51

melanggar UU Nomor 28 Tahun 1999, UU Nomor 17 Tahun 2003, UU Nomor 23

Tahun 2014, dan UU Nomor 17 Tahun 2014. Selain itu, Ahok dinilai melanggar

PP No. 58 Tahun 2005, PP 79 Tahun 2005, Pemda, PP Nomor 16 Tahun 2010,

Permendagri Nomor 13 Tahun 2006, Permendagri Nomor 37 Tahun 2014, dan

Permenkeu No. 46/PMK.02/2006. Khusus pada kasus dugaan pelanggaran pengajuan APBD 2015, Ahok menilai dalam draft APBD 2015 versi DPRD tiba- tiba tercantum “dana siluman” sebesar Rp12,1 triliun. Dengan jumlah keseluruhan

APBD 2015 yang disetujui DPRD dan Pemda DKI adalah Rp73,08 triliun.55

Gaya kepemimpinan Ahok di DKI Jakarta cenderung bersifat otokratik,

Tipe kepemimpinan ini menganggap bahwa kepemimpinan adalah hak pribadinya

(pemimpin), sehingga ia tidak perlu berkonsultasi dengan orang lain dan tidak boleh ada orang lain yang turut campur. Seorang pemimpin yang tergolong otokratik memiliki serangkaian karateristik yang biasanya dipandang sebagai karakteristik yang negatif. Seorang pemimpin otokratik adalah seorang yang egois. Seorang pemimpin otokratik akan menunjukan sikap yang menonjolakan keakuannya, dan selalu mengabaikan peranan bawahan dalam proses pengambilan keputusan, tidak mau menerima saran dan pandangan bawahannya.

“Sistem anggaran luar biasa, terdapat sistem e-budgeting jadi kita cashless, sistem pengadaan pun melalui sistem yang ada, pemerintah bekerja sama dengan LKPP menjalani sistem dengan baik. Walaupun secara personal pak basuki suka marah-marah tapi tujuannya baik sehingga membuat pegawai menjadi disiplin dan kinerja ditingkatkan yang jelas semua itu demi kebaikan bersama.”

55 Jurnal info singkat pemerintahan dalam negeri,kajian singkat terhadap isu actual dan strategis, vol. VII ,No.05/I/P3DI/ Maret2015 dalam http://berkas.dpr.go.id/puslit/files /info_singkat/Info%20Singkat-VII-5-I-P3DI-Maret-2015-3.pdf

52

Di lingkungan Pemprov DKI Jakarta, Ahok dianggap sebagai pemimpin yang tegas dan berani dalam mengambil keputusan. Sejauh ini pegawai pemprov

DKI Jakarta cukup puas dengan kinerja Ahok sebagai Gubernur di Jakarta.

Banyak terobosan-terobosan yang dilakukan Ahok demi kepentingan masayarakat banyak. Terutama yang sangat dirasakan di lingkungan Pemprov sendiri adalah penerapan system e-budgeting yang cukup sukses untuk melihat transparansi serta menekan tindakan korupsi di lingkungan Pemprov DKI Jakarta

Ada berbagai permasalahan yang terjadi antara Ahok dan DPRD,

Seringkali keduanya tidak sinergis dalam membentuk suatu kebijakan. Ahok dikenal tidak toleran dan suku mengecilkan peran DPRD pada pemerintahan di

DKI Jakarta. Padahal pada masa Gubernur Jokowi, hubungan antara pemerintah

DKI Jakarta dan DPRD dapat berjalan dengan baik sesuai aturan perundang- undangan. Dalam perjalanannya sebagai Gubernur, Ahok memang sering muncul ke media dengan pemberitaan kurang harmonisnya hubungannya dengan DPRD.

Ada beberapa hal yang menimbulkan permasalahan antara Ahok dan DPRD.

Gambaran Silang pendapat tersebut disajikan dalam beberapa contoh sebagai berikut;

53

Tabel 1.Silang Pendapat DPRD dengan Gubernur DKI Jakarta mengenai Anggaran tahun 2015

No. Versi DPRD DKI Jakarta Versi Pemprov

1. Komponen anggaran yang tidak DPRD memotong 10-15 dianggarkan oleh pemprov DKI : upah persen anggran yang telah pungut pada petugas pajak (insentif bagi disusun. pegawai pajak yang mencapai target). Honor bagi guru honorer masih dibawah UMP, dan pengadaan truk sampah

2. Masih dianggarkan padahal masih ada DPRD memasukkan rincian sengketa hukum. Anggaran anggaran yang totalnya Rp. pembangunan stadion BMW pengganti 12.1 triliun, antara lain untuk Stadion Lebak Bulus pembelian UPS sebesar Rp. 4,2 miliar dan alat percepatan peningkatanmutu pembelajaran RP. 4,9 miliar

3. Penggunaan dana CSR Dana CSR yang tidak sesuai

4. Rincian penggunaan Kartu Jakarta Penggunaan KJP yang dinilai Pintar (KJP) kurang tepat sasaran

5. Anggaran untuk pelayanan terpadu satu Anggaran cenderung berbeli- pintu (PTSP) belit

Sumber : “buku draft APBD,hindari titipan”, kompas 2015

Berbagai permasalahan yang terjadi antara Ahok dan DPRD seringkali disebabkan oleh permasalahan anggaran akibat hubungan yang tidak sinergis antara kedua pihak tersebut. Akibatnya sering terjadi silang pendapat antara Ahok dan DPRD DKI Jakarta sebagaimana tergambar pada tabel diatas. Dari sudut pandang DPRD, putusan MKNo.35/PUU-XI-2013 tentang pengujian terhadap UU

No. 17 Tahun 2003, kekuasaan lembaga legislatif dibatasi. Putusan MK inimenegaskan kewenangan legislatif hinggapada tingkatan satuan tiga (kegiatan,

54

jenisbelanja) adalah melanggar konstitusi. Posisi check and balances antara kekuasaan lembaga negara, termasuk pelaksanaan fungsi anggaran legislatif didasarkan pada kekuasaan yang dibatasi oleh kekuasaan (power limited by power). Hak angket DPRD menjadi salah satu hak kelembagaan di samping dua hak lainnya, yaitu hak interpelasi dan hak menyatakan pendapat. Hak angket merupakan hak untuk melakukan penyelidikan terhadap kebijakan pemerintah yang dianggap penting dan strategis serta berdampak luas pada kehidupan masyarakat, daerah, dan negara yang diduga bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Penggunaan hak angket dianggap mengundang kekhawatiran tersendiri, karena dianggap seolah-olah dapat menjadi langkah awal

DPRD untuk melakukan politik impeachment (pemakzulan) terhadap kepala daerah.56 Sebagaimana diketahui sebelumnya politik impeachment (pemakzulan) pernah dilakukan di Indonesia pada saat Gusdur lengser menjadi presiden di tahun

2001. Ini merupakan sinyal negatif apabila kejadian tersebut terulang di masa

Ahok saat ini.

“Pada zaman ahok, terjadi perubahan isu dimulai dari mengkebiri dprd tidak harus membahas anggaran. DPRD tidak mempunyai hak menambah mengurangi dan mengganti sebuah anggaran maupun kegiatan dari eksekutif. Ahok memiliki penafsiran berbeda bahwa antara budgeting dll. DPRD hanya menjadi tukang stample. Asal usul terjadi konflik dikarenakan ahok memiliki pemikiran yang berbeda, anggaran hanya perlu dibahas dan tidak ada persetujuan oleh DPRD, jika tidak setuju gurbernur dapat mengajukan langsung ke kemendagri.”57

56 Jurnal info singkat pemerintahan dalam negeri,kajian singkat terhadap isu actual dan strategis, vol. VII ,No.05/I/P3DI/ Maret2015 dalam http://berkas.dpr.go.id/puslit/files /info_singkat/Info%20Singkat-VII-5-I-P3DI-Maret-2015-3.pdf 57Wawancara langsung dengan (MR.X) anggota DPRD DKI Jakarta

55

Dari kutipan wawancara dengan salah satu anggota DPRD DKI Jakarta tersebut terlihat peran Ahok yang begitu otokratik dalam hubungannya dengan

DPRD. Ahok dianggap tidak ingin melakukan diskusi serta meminta masukan dengan DPRD DKI Jakarta. Komunikasi yang dilakukan Ahok cenderung lebih buruk dibandingkan pada saat Jokowi menjabat sebagai Gubenernur DKI Jakarta.

Dengan sikap Ahok yang demikian, maka setiap kebijakan atau anggaran

Pemprov DKI Jakarta akan selalu menjadi pertentangan antara kedua lembaga negara tersebut.

Konflik yang terjadi antara Ahok dengan DPRD tersebut cenderung disebabkan oleh sikap legeslatif yang reaktif dimana DPRD menolak adanya pengajuan APBD yang dilakukan Ahok. Apabila dilihat dari segi UU no.17 tahun

2014 MPR, DPR, DPRD dan DPD, DPRD memiliki tugas dan wewenang membahas dan memberikan persetujuan rancangan Peraturan Daerah mengenai

APBD provinsi yang diajukan oleh gubernur. Selain itu DPRD juga berwenang melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan daerah dan APBD provinsi. Menurut UU tersebut sangat jelas bahwa Gubernur bertugas untuk melakukan pengajuan anggaran dan DPRD bertugas untuk membahas dan memberikan persetujuan. Hubungan antara gubernur dengan anggota DPRD harus bisa berjalan seimbang dan harmonis guna menciptakan APBN yang berkualitas serta bermutu sehingga memberikan kotribusi terhadap pembangunan daerah yang lebih baik demi mendukung kehidupan masyarakat dapat lebih dimakmurkan.58

58UU no. 17 tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD DPRD, mengenai pelanggaran, http://kemenag.go.id/file/dokumen/uu281999.pdf (diunggah 17 Oktober 2016)

56

C. Hubungan Ali Sadikin Dengan DPRD

Ali Sadikin merupakan Gubernur yang diangkat langsung oleh Presiden

Soekarno pada tahun 1966. Pengangkatan Ali Sadkin sebagai Gubernur Jakarta didasari oleh latar belakang Ali Sadikin sebagai perwira angkatan laut. Soekarno menganggap Jakarta merupakan kota yang banyak dimasuki oleh kapal-kapal dari negara lain atau bisa dibilang Jakarta merupakan jalur perdagangan penting di

Indonesia. Ali Sadikin juga di anggap memiliki ketegasan dan cocok untuk memimpin warga Jakarta yang dinilai sebagai “nyonya” dan “tuan” di wilayahnya.

Ali Sadikin memiliki kepribadian yang tegas sebagaimana latar belakangnya beliau di marinir angkatan laut. Hal itu di praktikannya saat memimpin DKI Jakarta. Ali Sadikin tidak membedakan kalangan atas atau bawah, dia tidak membeda-bedakan kedudukan dan kepentingan dari setiap individu warga Jakarta baik kaum lemah atau orang yang memiliki kedudukan tinggi di Jakarta. Sebagai pemerintah daerah yang bertanggung jawab eksekutif

DKI Jakarta bertugas menciptakan sinergis dengan lembaga legislatif daerah yaitu

DPRD DKI Jakarta. Hubungan Kedua lembaga ini memilki peran penting untuk bisa menjalankan dan merancang segala program untuk kepentingan warga

Jakarta pada umumnya. Dari segi gaya kepemimpinan, Ali Sadikin memilki gaya kepemimpinan paternalistik. Persepsi seorang pemimpin yang paternalistik tentang peranannya dalam kehidupan organisasi dapat dikatakan diwarnai oleh harapan bawahan kepadanya. Harapan bawahan berwujud keinginan agar pemimpin mampu berperan sebagai bapak yang bersifat melindungi dan layak

57

dijadikan sebagai tempat bertanya dan untuk memperoleh petunjuk, memberikan perhatian terhadap kepentingan dan kesejahteraan bawahannya. Pemimpin yang paternalistik mengharapkan agar legitimasi kepemimpinannya merupakan penerimaan atas peranannya yang dominan dalam kehidupan organisasi.59

Hubungan Gubernur DKI Jakarta dengan DPRD DKI Jakarta pada masa

Ali Sadikin memang tidak seperti pada masa Gubernur Basuki Tjahaja Purnama saat ini yang terlihat konfliktual. Alasan utama yang menjadi masalah terbesar adalah perancangan anggaran belanja daerah yang sering tidak sinergis antara satu dengan lainnya. Pada masa Ali Sadikin, kedudukan DPRD terlihat tidak terlalu menonjol dibandingkan peran Gubernur pada umumnya. Kekuatan Eksekutif lebih berkuasa dalam menjalankan pemerintahan yang sedang berlangsung. Pada masa

Orde Baru, peran eksekutif sangat kuat dan tersentral pada satu keputusan yaitu keputusan pemerintah pusat. Lembaga legislatif pada masa Orde Baru cenderung subordinatif pada kepentingan pemerintah pusat juga sebagi lembaga formalitas belaka.

Pada awal pemerintahan Ali sadikin, kebijakan-kebijakan yang ditempuh untuk membenahi dan membangun kota Jakarta dilakukan dengan rencana- rencana yang konsepsional serta tindakan-tindakan yang cepat dan tepat. Rencana

Induk 20 tahun DKI Jakarta yang ditetapkan menjadi Undang-Undang

Daerah/Perda oleh DPRD adalah ketetapan yang disepakati oleh DPRD dan

Gubernur KDKI. Rencana induk itulah yang merupakan landasan pokok yang

59 Sutikno. (2014). Pemimpin dan Kepemimpin: Tips Praktis untuk Menjadi Pemimpin yang diidolakan. Lombok; Holistica Lombok. h. 35 diunduh pada 10 Januari 2017

58

pertama-tama ditetapkan untuk membangun Jakarta. Baik Eksekutif sebagai

Badan Pelaksana maupun DPRD sebagai Badan yang mengawasinya sama-sama berpegang pada landasan itu. Sebagai realisasi Rencana Induk, ditetapkanlah pola

Rehabilitasi 3 tahun yang disusul dengan Pelita I dan II. Dalam menjalankan pemerintahan, Ali Sadikin menjalankan tipe kebijakan Liberal dan konservatif, yakni kebijakan yang cenderung memanfaatkan peran pemerintah pusat

(sentralisasi) dalam menciptakan perubahan sosial serta desentralisasi kekuasaan dan wewenang di tingkat lokal untuk.60 Menurut Ali Sadikin, masalah hubungan kerja dan tata kerja antara Legislatif dan Eksekutif perlu diatur dengan sebaik- baiknya dan dimufakati bersama. Tata kerja ini sepenuhnya berpedoman pada

Peraturan Tata-Tertib Dewan yang telah ada. Adapun hal-hal pokok yang perlu diatur antara lain ialah mengenai hubungan kerja Gubernur Kepala

Daerah/Pejabat-pejabat Eksekutif dengan DPRD serta alat-alat kelengkapannya dalam rangka pelaksanaan tugas masing-masing. Pada dasarnya hubungan kerja ini dilakukan dalam rangka pelaksanaan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang sudah ditetapkan oleh Dewan bersama-sama Gubernur Kepala Daerah.61.

Menurut Ali Sadikin, usaha penataan kembali perangkat pemerintah kota tersebut ditempuh melalui berbagai tahap yang terdiri dari : Pertama, memperbaiki iklim hubungan kerja antara perangkat eksekutif dengan DPRD. Langkah ini perlu untuk menjamin mewujudkan tanggung jawab bersama antara unsur eksekutif dan

DPRD agar penyelenggaraan pemerintahan daerah dapat dilaksanakan. Kedua,

60 Paramita Widyaningrum , Tri Yunianto., Djono,2014 Peranan Ali sadikin Dalam pembangunan Kota Jakarta Tahun 1966-1977,Jakarta, Fajar Harapan. 61 Jaya, G. 1977. Catatan Ali sadikin Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta 1966-1977. Jakarta: Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta

59

perombakan susunan organisasi pemerintahan daerah melalui langkah-langkah penataan kembali susunan perangkat pemerintahan daerah. Dalam hal ini termasuk langkah-langkah ke arah peningkatan koordinasi dan sinkronisasi kegiatan pelayanan masyarakat yang dilakukan di luar perangkat pemerintah daerah. Ketiga, penggarapan pemerintah daerah. Bagian ini sangat penting, karena seringnya perubahan, pemecahan dan penyatuan berbagai departemen di tingkat pusat telah membawa pengaruh terhadap pembagian tugas di antara dinas-dinas daerah maupun instasi vertikal dan perangkat pemerintah lainnya yang cakupan wilayah kerjanya di daerah. Keempat, memberikan kesatuan arah bagi perangkat pemerintah daerah disamping usaha peningkatan kemampuan, juga disusun kerangka kerja yang terencana berdasarkan program. Kelima, memberikan perhatian jaminan atas kepastian hukum para pegawainya, jenjang karier, jenjang kepangkatan, sistem prestasi dan norma-norma kepegawaian yang baik lainnya, perlu ditegakkan.62

Pada masa menjabat sebaagai Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin membuat kebijakan kontroversial yaitu melegalkan praktik judi di Jakarta. Pada saat membuat keputusan yang menyangkut kepentingan masyarakat, Ali Sadikin tidak meminta pengarahan dari atasannya, tetapi Ali Sadikin membuat keputusannya sendiri. Selanjutnya untuk menghindari terjadinya kontroversi di kemudian hari Ali Sadikin melakukan beberapa hal, antara lain dengan membentuk tim pengawas yang mengawasi aspek sosial dan politik dan retribusi yang di atur lewat SK Gubernur DKI Jakarta. Agar kebijakan ini dapat berjalan,

62h. 35

60

Ali Sadikin menciptakan transparansi menyangkut seluruh penerimaan daerah dari pajak judi yang dimasukkan dalam kelompok penerimaan khusus dalam APBD.

Dalam hal ini, para anggota DPRD bisa mengontrol kemana dana hasil perjudian itu dipergunakan untuk pembiayaan pembangunan yang meliputi bidang pendidikan, sosial mental dan kerohanian, serta infrastruktur.

Ada beberapa keunggulan Ali Sadikin dalam membangun DKI Jakarta dari segi politik,ekonomi dan juga sosial budaya. Yang paling menonjol dalam dunia politik adalah penataan kembali hubungan baik dan juga memperbaiki iklim hubungan kerja antara perangkat eksekutif dengan DPRD dan perombakan susunan organsasi pemerintah daerah. Ali Sadikin menyadari bahwa hubungan yang terjaga dengan baik antara eksekutif dan legislatif akan mempermudah segala pekerjaan dan kebijakan untuk kehidupan Jakarta menjadi lebih baik lagi.

D. Perbandingan Gaya Kepemimpinan Hubungan Basuki Tjahaja

Purnama dan Ali Sadikin dalam Hubungan dengan DPRD

Berdasarkan kajian yang telah penulis lakukan, baik melalui penelusuran literatur maupun wawancara, ada beberapa hal yang dapat dijelaskan dalam pembahasan ini. Meskipun tidak dapat dipungkiri bahwa masing-masing individu memiliki karakter maupun ciri-ciri yang berbeda dalam berhubungan dengan lembaga legislatif, komitmen dan integritas tidak dapat diabaikan begitu saja.

Hubungan yang terjalin antara Basuki Tjahaja Purnama dan DPRD DKI

Jakarta bersifat konfliktual. Gaya kepemimpinan yang keras, tegas, dan berani cenderung menimbulkan banyak perhatian serta kontorversi publik. Dalam pengambilan keputusan sering kali Ahok tidak mempertimbangkan keputusan

61

yang dimilikinya dan tidak menerima pendapat maupun masukan dari para rekan kerja dan juga bawahannya. Keadaaan tesebut terlihat dalam pengajuan draft

APBD ke Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) yang dilakukan Ahok.

Terkait pengajuan tersebut, Ahok dinilai DPRD telah melanggar kesepakatan, ini karena Draft yang di kirimkan Ahok ke Menteri Tjahja Kumolo bukanlah Draf

APBD yang telah disetujui bersama dalam paripurna bersama DPRD.63 Pada kasus lainnya Gubernur Basuki Tjahaja Purnama membuat keputusan yang sepihak.Sebagai contohnya adalah kasus dalam penetapan Upah Minimum

Provinsi (UMP) 2017, dalam kaitan ini Ahok akan mengambil keputusan yang menetapkan UMP DKI Jakarta sebesar Rp.3,3 juta apabila rapat Dewan

Pengupahan Provinsi mengalami deadlock dan tidak menghasilkan keputusan tegas.64

Kasus tersebut jelas memperlihatkan kepemimpinan Ahok yang cenderung sepihak dalam membuat keputusan. Permasalahan kepemimpinan Ahok telah banyak di sorot oleh beberapa portal media massa dan juga terlihat di media sosial youtube. Pada saat melakukan rapat dengan DPRD DKI Jakarta, Ahok seringkali mempublikasikan rapat tersebut di media sosial, disana terlihat sikap Ahok yang cenderung meledak-ledak dan berani menentang kebijakan DPRD. Selain itu

Ahok beberapa kali melakukan pemecatan dan pergantian kepala dinas ataupun staf Pemprov DKI Jakarta, semua ini memperlihatkan gaya kepemimpinan Ahok

63Raharjo Bowo, Kronologis ahok vs DPRD DKI Jakarta, http://www.suara.com/news/2015/02/27/095334/kronologis-konflik-ahok-vs-dprd-dki-jakarta , diakses pada 12 Oktober 2016. 64Redaksi Global, 2016, Ahok Putuskan UMP DKi Rp 3,3 Juta, Jika Dewan Pengupahan Deadlock, http://globalindo.co/ahok-putuskan-ump-dki-rp-33-juta-jika-dewan-pengupahan- deadlock/, diakses pada 22 Oktober 2016

62

yang lebih otoriter dalam memimpin dan tidak mau berkompromi atas apapun yang dianggap tidak sejalan dengannya.

Konflik antara Gubernur DKI Jakarta dengan DPRD DKI Jakarta merupakan konflik horizontal. Konflik horizontal merupakan konflik yang terjadi antara mereka yang memiliki kedudukan yang sama atau setingkat dalam organisasi.65 Dalam hal kedudukan Gubernur dan DPRD memiliki kesamaan antara satu dengan lainnya. Pekerjaan keduanya saling berhubungan satu dengan lainnya. Namun pada perjalanannya, peran Gubernur lebih terlihat di banding dengan DPRD. Bisa dilihat yang terjadi pada masa Ali Sadikin dimana peran eksekutif lebih berperan dalam pemerintahan. Akan tetapi pada masa Ahok menjadi Gubernur peran DPRD lebih reaktif namun peran tersebut sangat dikecilkan oleh Ahok karena dianggap tidak sejalan dengan maksud dan tujuan pemerintahan daerah saat ini.

Di masa yang berbeda, kepemimpinan Ali Sadikin juga terlihat tegas, berani dan keras dalam mengambil keputusan. Hampir sama dengan Ahok, Ali

Sadikin tidak jarang mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang kontroversial dalam menjalankan kepemimpinannya di Jakarta. dalam beberapa contoh kasus Ali

Sadikin memiliki kesamaan dengan Ahok, Ali Sadikin mengambil keputusan sendiri tanpa kompromi dengan pihak lain, yang paling terkenal dari beberapa kebijakan Ali Sadikin adalah pada saat dia melegalkan praktik perjudian di

Jakarta. Kebijakan tersebut mendapatkan pertentangan keras dari berbagai

65 Elly M. Setiadi dan Usman Kolip, Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta dan Gejala Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), hal 361.

63

kelompok masyarakat tidak terkecuali tokoh-tokoh nasional saaat itu. Yang menjadi alasan terbesar Ali Sadikin dalam mengambil kebijakan itu dikarenakan minimnya anggaran yang dimilki oleh Pemprov DKI Jakarta, dan perolehan dari pajak judi tersebut diharapkan bisa menambah anggaran belanja di DKI Jakarta.

Akhirnya Bang Ali pun mengumpulkan seluruh ulama di Jakarta dalam sebuah aula besar.

Bang Ali memberikan kesempatan kepada setiap orang yang hadir untuk berbicara. Maka satu persatu para ulama itu ribut mengkritik Bang Ali soal judi dan pelacuran yang haram. Bang Ali mengangguk-angguk saja," kata sejarawan Jakarta JJ Rizal saat berkunjung ke kantor merdeka.com.Setelah semuanya bicara baru Bang Ali yang bicara. "Kalau begitu, bapak-bapak kyai semua ini kalau keluar pesantren naik helikopter saja. Karena semua jalan dan jembatan itu dibangun dari hasil judi. Kalau menganggap haram, jangan menginjakkan kaki di jalan yang dibangun Pemprov," kata Bang Ali.66

Dari kutipan tersebut terlihat sikap Ali Sadikin yang tegas namun tetap berusaha melakukan kompromi kepada para tokoh ulama. Kata-kata Ali Sadikin terlihat menyindir para tokoh ulama yang hadir kala itu. Walaupun telah dikritik dan juga dikecam oleh beberapa tokoh, bang Ali tetap menjalankan kebijakannya tanpa keragu-raguan dan yakin keputusannya bisa berjalan dengan baik dan tepat.

Pada akhirnya para ulama tersebut terdiam walaupun tetap mengkritik kebijakan tersebut dan mereka sadar saat itu Jakarta tidak punya dana untuk membangun.

Inisiatif kebijakan bang Ali walau kontroversial telah menyediakan dana untuk membangun Jakarta. Sejarawan Anhar Gonggong, berpendapat masyarakat

66Ramadhian Fadillah, Kisah debat Bang Ali dan ulama soal pelacuran, https://www.merdeka.com/jakarta/kisah-debat-bang-ali-dan-ulama-soal-pelacuran.html diakses pada 22 Oktober 2016

64

beranggapan Gubernur yang harus menggantikan Ali Sadikin harus menyamai Ali

Sadikin pada saat ini.67

Persamaan antara Basuki Tjahaja Purnama dan Ali Sadikin bisa dilihat dari gaya kepemimpinannya yang cenderung otoriter, tegas, dan berani. Menurut

Mia Puspawati Sekretaris pribadi Ali Sadikin, sikap keras dan tegas lebih ditekankan kepada bawahannya dan harus memiliki pandangan yang kritis.68

Dalam hal komunikasi kedua tokoh tersebut juga suka bersikap meledak-ledak dan blakblakan terhadap permasalahan yang mengganggu kebijakannya. Dalam hubungannya dengan DPRD Ali Sadikin lebih cenderung bisa berkompromi dalam mengambil keputusan. Akan tetapi harus di akui bahwa sistem pemerintahan pada masa Ali Sadikin menjabat lebih memperlihatkan kekuatan eksekutif yang lebih dominan dibanding Legislatif yang tidak menonjol perannya.

Pada masa Ahok,terlihat peran dan kedudukan yang sama antara lembaga eksekutif dan legislatif. Saat ini DPRD bisa terlihat peran dan kerjanya karena sistem pemerintahan demokrasi saat ini lebih mendukung hal tersebut di banding pada zaman orde baru.

Dalam suatu kesempatan wawancara melalui media massa, Wakil Presiden

Jusuf Kalla memberikan pendapat mengenai sosok Ali Sadikin dan juga Ahok sebagai berikut :

"Kalau kita lihat, kepemimpinan Jakarta yang selalu dikenang orang, Ali Sadikin. Dia kan selalu keras, dan orang menerimanya

67 Melawan lupa Metro TV, diunggah melalui youtube pada tanggal 17 november 2016 68 Melawan lupa Metro TV, diunggah melalui youtube pada tanggal 17 november 2016

65

kemudian. Tapi, memang setelahnya baru diterima. Ali Sadikin lebih galak sedikit dibanding Ahok," tuturnya.69

Dari kutipan tersebut terlihat jelas bahwa menurut Jusuf Kalla kepemimpinan Ali Sadikin membawa dampak positif dikemudian hari walaupun pada awalnya sering terjadi kontroversi. Sementara itu untuk Ahok, Jusuf Kalla berpendapat bahwa pemimpin tidak harus selalu terlihat tegas dan keras akan tetapi seorang pemimpin dianjurkan untuk bersikap lemah lembut dan memberi pengertian kepada anak buah dan masyarakat mengenai hal-hal yang terjadi atau keputusan-keputusan tertentu.

Hubungan antara Gubernur DKI Jakarta dengan DPRD dari dulu hingga saat ini jelas pasti adanya konflik antara satu dengan lainnya. Dalam satu kesempatan AM Fatwa mengatakan, saat itu, dia adalah staf Gubernur Ali

Sadikin.Diakuinya, saat itu, juga banyak silang pendapat dengan DPRD. Tetapi, situasinya tidak sampai seperti Ahok dan DPRD saat ini.

"Terjadi sedikit gesekan, tetapi tidak begitu serius," kata Fatwa, di DPD, Jakarta, Rabu 4 Maret 201570.

Fatwa menilai, harusnya Ahok bisa menyesuaikan diri.Terutama, dalam hal komunikasi politiknya. Sebab, pemerintahan daerah itu bukan saja eksekutif yakni Gubernur dan jajaran birokrasinya.Tetapi juga, DPRD sebagai lembaga yang satu paket dengan eksekutif. Fatwa melihat, komunikasi politik Ahok dan

DPRD memang buruk. Akibatnya, tidak hanya konflik lembaga, tetapi juga masuk

69 Deytri Robekka Aritonang, JK: Ali Sadikin Malah Lebih Galak daripada Basuki,http://nasional.kompas.com/read/2013/08/05/1627547/JK.Ali.Sadikin.Malah.Lebih.Galak. daripda.Basuki 70Suryanta Bakti Susila, Agus Rahmat, Beda Ahok dan Ali Sadikin Menurut AM Fatwa, http://metro.news.viva.co.id/news/read/597483-beda-ahok-dan-ali-sadikin-menurut-am-fatwa, diakses pada 4 November 2016.

66

ranah pribadi, seperti saling melaporkan ke polisi. Dia mengaku mengenal Ahok, dan memang pembawaan Ahok seperti itu. Tetapi, Fatwa tidak sepakat kalau alasan bawaan itu membuat Ahok tidak bisa bertutur yang lebih baik.

"Memang itu karakter dan pembawaan, tetapi bisa dikemas dengan pembawaan komunikasi yang baik.Jangan hanya berani dan jujur, tetap harus santun dalam komunikasi politik," kata Fatwa. "Saya kenal dekat dengan Ahok itu jujur dan berani, tetapi juga harus dibalut dengan santun."71

AM fatwa merupakan staf ahli Gubernur Ali Sadikin pada masanya, Dia berpendapat bahwa dari era pemerintahan Ali Sadikin juga terdapat silang pendapat dengan DPRD, namun tidak segenting saat ini. Dia berpendapat bahwa perbedaan antara Ali Sadikin dan Ahok terletak pada komunikasi yang dijalin kedua nya tidak sama satu dengan yang lainnya. Pada masa Ali Sadikin keterbukaan dan diskusi serta memberi masukan antara Gubernur dan DPRD berjalan dengan baik walaupun ada perbedaan didalamnya. Akan tetapi pada masa

Gubernur Ahok komunikasi tersebut terlihat tidak berjalan dengan baik lebih cenderung tidak harmonis.Karena itu benturan-benturan dan kesalahpahaman antara Gubernur dan DPRD terlihat sangat jelas serta berakibat timbulnya masalah dalam merumuskan suatu kebijakan bagi masyarakat banyak. Berikut ini gambaran perbandingan kedua tokoh menurut beberapa indikator.

71Suryanta Bakti Susila, Agus Rahmat, Beda Ahok dan Ali Sadikin Menurut AM Fatwa, http://metro.news.viva.co.id/news/read/597483-beda-ahok-dan-ali-sadikin-menurut-am-fatwa, diakses pada 4 November 2016.

67

Tabel 2. Perbandingan Basuki Tjahaja Purnama dan Ali Sadikin NO INDIKATOR BASUKI ALI SADIKIN

1. Gaya kepemimpinan Otokratik Paternalistik

2. Komunikasi dengan Ahok tidak Ali Sadikin DPRD menjalankan membangun komunikasi dengan komunikasi yang baik baik dengan DPRD dengan DPRD

3. Anggaran Ahok mengecilkan Ali Sadikin melakukan peran DPRD dalam hal kompromi dengan APBD DPRD apabila terdapat permasalahan anggaran

4. Kepribadian Tegas, keras, berani Tegas,keras,berani serta kontroversi serta kontroversi

5. Birokrasi Bersifat transparan Membenahi SDM di dalam hal anggaran lingkungan Pemprov Pemprov DKI Jakarta DKI Jakarta dalam hal serta dapat di birokrasi publikasikan ke masyarakat luas

Perbedaan antara Ali Sadikin dan Ahok juga bisa terlihat pada masa awal menjabat sebagai Gubernur Keduanya di bekali anggaran belanja daerah yang berbeda.Ali Sadikin pada masa awal jabatannya sebagai Gubernur Jakarta dibekali anggaran belanja daerah yang sangat minim, Ini merupakan tantangan tersendiri bagi Ali Sadikin untuk tetap fokus dalam menjalankan tugasnya sebagai Gubernur

DKI Jakarta saat itu. Ali Sadikin terus melakukan segala kebijakan untuk meningkatan anggaran belanja daerah di Jakarta, tidak terkecuali dengan melakukan kebijakan yang kontroversial di zamannya. Namun Ali Sadikin berhasil membuktikan bahwa dirinya merupakan seorang yang visioner dan dampak pembangunan bagi DKI Jakarta bisa terasa hingga saat ini. Sedangkan

68

pada saat Basuki Tjahaja Purnama menjabat sebagai Gubernur, anggaran belanja daerah sudah cukup besar untuk di kelola, Akan tetapi tantangan zaman berbeda antara dulu dan sekarang. Pada saat ini tugas Ahok terlihat juga cukup berat dengan terus mendapatkan pengawasan dalam menggunakan anggaran tersebut.Tidak bisa dipungkiri di era kepemimpinan Ahok, Jakarta mengalami beberapa kemajuan pembangunan baik infrastruktur maupun kemajuan peningkatan pelayanan birokrasi terutama di lingkungan Pemprov DKI Jakarta sendiri.

Dari Ali Sadikin dan Ahok bisa terlihat cerminan kepemimpinan yang tegas, keras dan berani. Walaupun terdapat kekurangan dan kelebihan antara keduanya namun kedua pemimpin ini bisa di jadikan contoh nyata bagi setiap pemimpin yang ada. Seorang pemimpin harus memiliki karakter yang kuat, tegas, serta visioner untuk membangun dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat banyak.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pembahasan, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan dan persamaan dari aspek kepemimpinan Basuki Tjahaja Purnama dan

Ali Sadikin dalam hubungannya dengan DPRD. Perbedaan tersebut bisa di gambarkan sebagai berikut:

Pertama, Basuki Tjahaja Purnama memiliki gaya kepemimpinan yang bersifat otokratik. Otokratik merupakan gaya kepemimpinan yang cenderung berkuasa dan menempatkan pengikut hanya sebagai seorang yang menjalankan kebijakan. Kedua, Ali Sadikin memiliki gaya kepemimpinan yang bersifat paternalistik. Paternalistik merupakan gaya kepemimpinan yang bersifat dua arah, tetapi kekuatan dan keputusan trletak pada pemimpin, sementara pengikut hanya menjalani segala kebijakan serta sedikit memberi masukan dalam merancang suatu keputusan. Ketiga, dalam mengatasi konflik Ali Sadikin melakukan diskusi dua arah dengan DPRD demi mencapai kata sepakat, sementara Basuki Tjahaja

Purnama cenderung tidak melakukan hal tersebut.

Persamaan hubungan Basuki Tjahaja Purnama dan Ali Sadikin dengan

DPRD juga bisa disebutkan sebagai berikut : Pertama, Hubungan Basuki Tjahaja

Purnama dan Ali Sadikin dengan DPRD seringkali bersifat konfliktual dan disharmonis antara satu dengan lainnya. Kedua, pengaruh yang diberikan Basuki

Tjahaja Purnama dan Ali Sadikin untuk DKI Jakarta bisa dikatakan berhasil

69

terutama dalam meningkatkan birokrasi yang lebih unggul dan transparan. Ketiga,

Basuki Tjahaja Purnama dan Ali Sadikin merupakan sosok yang tegas, berani dan kontroversi dalam gaya kepemimpinannya di Jakarta.

Pengaruh kepemimpinan kedua tokoh tersebut di DKI Jakarta sangat terasa hingga saat ini. Berbagai perubahan dari berbagai sektor telah diupayakan secara maksimal dan bisa terlihat hasilnya. Walaupun seringkali menuai kontroversi dari beberapa kalangan mengenai kebijakan yang mereka keluarkan, namun masyarakat bisa melihat bahwa kinerja dari kedua tokoh tersebut untuk kepentingan masyarakat Jakarta. Sosok Basuki Tjahaja Purnama dan Ali Sadikin akan diingat sebagai sosok yang tegas, berani, dan kontroversi, dan sosok mereka bisa di jadikan role model bagi Gubernur DKI Jakarta yang akan datang.

B. SARAN

Skripsi ini memiliki keterbatasan baik materi ataupun tulisan, penulis sangat terbuka menerima saran dan kritik yang membangun dari tulisan ini.

Penulis mengharapkan penelitian dan kajian mengenai hubungan Gubernur dan

DPRD harus dikembangkan dengan baik lagi, sebab sampai saat ini masih banyak hubungan atau kebijakan antara Gubernur dan DPRD khususnya di Jakarta terus mengalami perkembangan baik menganai konflik atau munculnya kebijakan baru serta pergantian masa kepemimpinan seorang Gubernur juga bias mendasari perkembangan penelitian yang berbeda satu dengan lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Wahab, Solichin. 2008. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Malang:

Universitas Muhammadiyah Malang Press.

Agustino Leo.2008. Dasar-dasar Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta

Bangsoel. (2015, Oktober 11). Melawan lupa Metro TV: Ali Sadikin, [file video].

diunggah melalui https://www.youtube.com/watch?v=fQrUnKs8auM

Bernard Raho. 2004. Teori Sosiologi Modern. Jakarta : Prestasi Pustaka Publisher.

Biografi Basuki Tjahaja Purnama Ahok. 2013.

http://www.biografiku.com/2013/01/biografi-basuki-tjahaja-purnama-

ahok.html diakses pada 22 Oktober 2016

Biografi Ahok Basuki Tjahaja Purnama. 2014. http://bio.or.id/biografi-ahok-

basuki-tjahaja-purnama/diakses pada 22 Oktober 2016

Danim, Sudarman. 2006. Motivasi Kepemimpinan dan Efektivitas Kelompok.

Jakarta: PT Rineka Cipta.

Deytri Robekka Aritonang. 2013. JK: Ali Sadikin Malah Lebih Galak daripada

Basuki,http://nasional.kompas.com/read/2013/08/05/1627547/JK.Ali.Sadiki

n.Malah.Lebih.Galak.daripda.Basukidiakses pada 12 Oktober 2016.

Dr. Robert H. Lauer. 2001. Perspektif Tentang Perubahan Sosial. Jakarta : PT.

Rineka Cipta.

Dr.Juanda,S.H.,M.H. 2004.Hukum Pemerintahan Daerah pasang surut hubungan

kewenangan antara DPRD dan Kepala daerah. Bandung, P.T Alumni.

71

72

Biantoro, Kris. 2006.Manisnya Ditolak. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

cetakan kedua.

Erianto .2011. Pengantar Metodologi untuk Penelitian Ilmu Komunikasi dan Ilmu-

ilmu Sosial Lainnya.Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Elly M. Setiadi dan Usman Kolip. 2011. Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta

dan Gejala Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya.

Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Gita, Jaya. 1997. Catatan H. Ali Sadikin, Gubernur Kepala DKI Jakarta 1966-

1977. Jakarta, Pemda DKI Jakarta.

Griffin.2004. Manajemen, Jilid 1 Edisi 7. Jakarta :Erlangga.

H. Hadari Nawawi.1993. Kepemimpinan menurut Islam. yogyakarta: Gajah Mada

University Press.

Kusnadi. 2002. Masalah Kerja Sama, Konflik dan Kinerja. Malang : Taroda.

Merubah Indonesia, The Story of Basuki Tjahaja Purnama (AHOK), Tidak

selamanya orang miskin dilupakan. 2008. Tim Center for Democracy and

Transparency.

Nurcholifah. 2011. Kepemimpinan Partai Golkar Pasca Orde Baru. Jakarta: UIN

Jakarta.

Prayitno, Arohhman, Trubus Rahardiansah P. Harja, Chris Siner Key Timu. 2004.

Ali Sadikin : Visi dan Perjuangan sebagai Guru Bangsa. Jakarta :

Universitas Trisakti.

Prayitno, Rahardiansah, dan Timu. 2004.Ali Sadikin Visi dan Perjuangan sebagai

Guru Bangsa. Jakarta: Universitas Trisakti.

73

Raharjo Bowo. 2015.Kronologis ahok vs DPRD DKI Jakarta.

http://www.suara.com/news/2015/02 /27/ 095334/ kronologis-konflik-ahok-

vs-dprd-dki-jakarta , diakses pada 12 Oktober 2016.

Raho, Bernard.2007.Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Prestasi Pustakaraya.

Ramadhan, K.H. 1992. Ali Sadikin Membenahi Jakarta Menjadi Kota yang

Manusiawi. Jakarta. PT Ufuk Publishing House.

Ramadhian Fadillah. 2012.Kisah debat Bang Ali dan ulama soal pelacuran.

https://www.merdeka.com/jakarta/kisah-debat-bang-ali-dan-ulama-soal-

pelacuran.html diakses pada 22 Oktober 2016

Redaksi Global. 2016.Ahok Putuskan UMP DKi Rp 3,3 Juta, Jika Dewan

Pengupahan Deadlock, http://globalindo.co/ahok-putuskan-ump-dki-rp-33-

juta-jika-dewan-pengupahan-deadlock/, diakses pada 22 Oktober 2016

Robbins, Stephen P.1991. Management. New Jersey: Prentice Hall.

Ronald H Chilcote, 2003, Teori Perbandingan politik penelusuran paradigma,

Jakarta, PT Rajagrafindo Persada

Stoner, James A.F, R Edward Freeman, dan Daniel R Gilbert JR. 1996.

Management Jilid 2, diterjemahakan oleh Alexander Sindoro dengan judul

Manajemen. Jakarta: Prenhallindo.

Soerjono, Soekanto. 1992. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.

Sudaryono, Dr .2014.Leaderships: Teori dan Praktik Kepemimpinan. Jakarta:

Lentera Ilmu Cendekia.

Sugiyono.(2009). Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,

dan R&D). Bandung: Alfabeta.

74

Suryanta Bakti Susila, Agus Rahmat. 2016.Beda Ahok dan Ali Sadikin Menurut

AM Fatwa. http://metro.news.viva.co.id/news/read/597483-beda-ahok-dan-

ali-sadikin-menurut-am-fatwa, diakses pada 4 November 2016.

Susan, B. 2011. Sejarah 400 Tahun.Jakarta : Komunitas Bambu

Sutikno. 2014. Pemimpin dan Kepemimpin: Tips Praktis untuk Menjadi

Pemimpin yang diidolakan. Lombok; Holistica Lombok. h. 35 diakses pada

10 Januari 2017

Waluyo, Bambang, Penelitian Hukum Dalam Praktik, Jakarta: Sinar Grafika, 1996

Watkins, Peter. (1992). A Critical Review of Leadership Concpets and Research:

The Implication for Educational Administration. Geelong: Deakin

University Press.

Paramita, Widyaningrum., Yunianto Tri., Djono. 2013.Peranan Ali Sadikin

Dalam Pembangunan Kota Jakarta 1966-1977. pada

https://eprints.uns.ac.id/11169/1/1601-3564-1-PB.pdf, 12 November 2016

Prayitno, Rahardiansah, dan Tim.2004., Ali Sadikin Visi dan Perjuangan sebagai

Guru Bangsa, Jakarta, Universitas Trisakti.

Prayudi. 2015. Dinamika Politik Hubungan DPRD-Gubernur DKI Jakarta. Jurnal

Info Singkat Pemerintahan Dalam Negeri, Kajian Singkat Terhadap Isu

Actual Dan Strategis, vol. VII, No.05,

http://berkas.dpr.go.id/puslit/files/info_singkat/Info%20Singkat-VII-5-I-

P3DI-Maret-2015-3.pdf, diakses pada 26 Oktober 2016

Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014

Undang-undang Nomor 17 Tahun 2014

75

LAMPIRAN

HASIL WAWANCARA

Informan : Syarif M.Si (Anggota DPRD DKI JakartaFraksi Gerindra)

Tempat : Gedung DPRD Provinsi DKI Jakarta

Waktu : Jakarta, 24 November 2016

Pukul : 15.30 WIB

Assalamu‟alaikum Bapak, perkenalkan nama saya Helmi Apriyanto. Saya mahasiswa Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Syarifhidayatullah Jakara angkatan 2012.Pada hari ini saya bermaksud mewawancarai bapak dalam rangka menyelesaikan tugas akhir saya tentang hubungan Gubernur DKI Jakarta Dengan

DPRD DKI Jakarta.

Dengan tidak mengurangi rasa hormat, saya ingin mewawancarai bapak keberata atau tidak?

Silahkan.

Bagaimana pendapat bapak/ ibu mengenai hubungan DPRD denganPemerintah pada saat ini ?

Hubungannya bersifat kelembagaan, masing-masing bekerja menurut ketentuan

UU yang ada.Hubungan dengan pemerintah daerah sebenarnya merupakan hubungan yang satu kotak dan terbagi dua antara pada zaman jokowi dan zaman ahok.Pada saat zaman jokowi, hubungan baik dalam pengertian masing-masing dapat saling mengerti antara hak dan kewajiban yang diatur dalam UU. DPRD memiliki fungsi 3 yaitu legislasi, budgeting, dan pengawasan. Pengawasan jika

76

ada sesuatu yang melanggar hukum dapat diselesaikan secara langsung pada zaman jokowi.

Pada pemerintahan Basuki Tjahaja Purnama adakah konflik yang terjadi ?

Pada zaman ahok, terjadi perubahan isu dimulai dari mengkebiri dprd tidak harus membahas anggaran.DPRD tidak mempunyai hak menambah mengurangi dan mengganti sebuah anggaran maupun kegiatan dari eksekutif.Ahok memiliki penafsiran berbeda bahwa antara budgeting dll.DPRD hanya menjadi tukang stample.Asal usul terjadi konflik dikarenakan ahok memiliki pemikiran yang berbeda, anggaran hanya perlu dibahas dan tidak ada persetujuan oleh DPRD, jika tidak setuju gurbernur dapat mengajukan langsung ke kemendagri.Anggaran siluman merupakan tudingan untuk menciptakan suasana dimana seolah-olah ahok bersih.Ahok dituduh melanggar uu.Pengawasan menjadi lemah, rakyat menempatkan wakil-wakilnya secara kolektif ada di dewan tetapi tidak ada.Konsultasi kepada kemendagri.

Bagaimana menurut bapak/ibu melihat kinerja Ali Sadikin?

Ali Sadikin merupakan gurbernur legendaris yang tidak dipilih oleh rakyat.Kinerja Ali sadikin ialah tegas, taat aturan dan tidak membela kepentingan kelompok.DPRD pada zaman tersebut pemerintah lebih menonjol karena partai zaman 3 partai atau sentralistik.Sebuah kebijakan harus tunduk pada demi pembangunan. Gedung-gedung kesenian stadion jalan kampung peninggalan ali sadikin.

77

HASIL WAWANCARA

Informan : Bryan Rais K. (Staf KDH Provinsi DKI Jakarta)

Tempat : Balai Kota Provinsi DKI Jakarta

Waktu : Jakarta, 29 November 2016

Pukul : 14.30 WIB

Assalamu‟alaikum Bapak, perkenalkan nama saya Helmi Apriyanto. Saya mahasiswa Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Syarifhidayatullah Jakara angkatan 2012.Pada hari ini saya bermaksud mewawancarai bapak dalam rangka menyelesaikan tugas akhir saya tentang hubungan Gubernur DKI Jakarta Dengan

DPRD DKI Jakarta.

Dengan tidak mengurangi rasa hormat, saya ingin mewawancarai bapak keberata atau tidak?

Silahkan.

Bagaimana pendapat bapak/ ibu mengenai hubungan DPRD dengan Pemerintah pada saat ini ?

Pada dasarnya DPRD memiliki 3 fungsi utama diantaranya legislasi, anggaran dan pengawasan.Sampai saat ini hubungan DPRD dengan pemerintah harmonis dari segi penyusunan perda, mereka bersama berembuk sehingga kerjasama terjalin dengan baik.

Pada pemerintahan Basuki Tjahaja Purnama adakah konflik yang terjadi ?

Konflik secara umum yang pernah terjadi di televisi sudah kita ketahui bersama, konflik antara Gubernur dengan DPRD biasanya antara individu saja dan

78

merupakan masalah personal antara kedua belah pihak, misalnya dalam hal anggaran dan kasus UPS waktu itu.

Bagaimana menurut bapak/ibu melihat kinerja Basuki Tjahaja Purnama saat ini?

Sistem anggaran luar biasa, terdapat sistem e-budgeting jadi kita cashless, sistem pengadaan pun melalui sistem yang ada, pemerintah bekerja sama dengan LKPP menjalani sistem dengan baik.

Bagaimana menurut bapak/ibu sosok personal seorang Basuki Tjahaja Purnama?

Walaupun secara personal pak basuki suka marah-marah tapi tujuannya baik sehingga membuat pegawai menjadi disiplin dan kinerja ditingkatkan yang jelas semua itu demi kebaikan bersama.

Apa perbedaan dan persamaan antara Basuki Tjahaja Purnama dan Ali Sadikin?

Pak ahok dijaman sekarang, pak ali sadikin jaman lampau. Walaupun saya tidak berada di masa Ali Sadikin, namun perubahan untuk Jakarta bisa di rasakan juga pada saat ini.Pak basuki membuat banyak perubahan, seperti lingkungan jakarta sampah di sungai sudah berkurang, banjir sudah mulai berkurang, lapangan pekerjaan terbuka.

79

LAMPIRAN FOTO

Penulis bersama Syarif sesuai dengan wawancara di Gedung DPRD DKI Jakarta

Penilis bersama Bryan sesuai dengan wawancara di Balai Kota DKI Jakarta

80

Lampiran surat izin penelitian ke DPRD dan Balai Kota