190. Jurnal Proporsi, Vol. 1 No.2 Mei 2016 ISSN : 2615-0247

TIPOGRAFI KREASI MOTIF

Rinanda Purba

Prodi Desain Komunikasi Visual Fakultas Seni dan Desain Universitas Potensi Utama [email protected]

ABSTRAK

Perancangan tipografi merupakan proses pembuatan huruf, angka, tanda baca yang mengadaptasi dari motif ukir yang dimiliki oleh masyarakat Batak di sumatera utara dengan mengikuti kaidah dan tata rancangan tipografi. Penelitian dilakukan di rumah- Batak yang ada di Sumatera Utara. Multikulturalisme yang terjadi di sumatera utara khususnya di kota Medan menimbulkan penurunan budaya masyarakat Batak, pewarisan budaya yang dapat dikatakan hampir berhenti karna budaya asing yang dianggap lebih menarik bagi generasi muda Proses penggarapan ide yaitu dengan menggabungkan font yang sudah ada dengan motif ukir Gorga yang sudah melalui tahapan stilasi sehingga menghasilkan sebuah bentuk baru yang mencerminkan identitas budaya Batak itu sendiri. Tujuan dari perancangan ini yaitu agar kearifan budaya lokal mampu tumbuh dan berkembang baik di kalangan generasi muda. Karya tipografi kreasi dari motif ukir Gorga Batak ini merupakan upaya dalam mempopulerkan budaya (tradisi) keranah seni grafis modern sehingga penggunaan ornamen-ornamen yang berbau tradisi dapat digunakan secara luas sebagai konsep desain para desainer masa kini. Perancangan Karya ini diharapkan dapat menjadi menarik bagi generasi muda dan kearifan budaya lokal mampu tumbuh dan berkembang baik di kalangan generasi muda.

Kata kunci: Tipografi, Gorga, Batak, Budaya

ABSTRACT

Typography design is the process of making letters, numbers, punctuation that adapt from motif carving owned by Batak society in north sumatera by following rules and typography design. The study was conducted in traditional Batak houses in . Because of multiculturalism in North Sumatera in particular in the city of Medan caused a decline in the culture of the Batak community, a cultural heritage that can be said almost stopped because of foreign culture which is considered more attractive for the younger. The process of cultivating the idea is to combine the existing fonts with Gorga carving motif that has been through Stages to produce a new form that reflects the identity of Batak culture itself. The purpose of this design is that the local cultural heritage is able to grow and develop well among the younger generation. This typography of Batak Gorga carving is an effort to popularize culture (tradition) in modern graphic art, so that the use of traditional ornaments can be used as a design concept for today's designers. The design of this work is expected to be attractive to the younger generation and the wisdom of local culture is able to grow and develop well among the younger generation.

Keywords: Typhography, Gorga, Batak, Culture

Rinanda, Tipografi Kreasi Motif Gorga... 191

I. PENDAHULUAN Kekayaan budaya yang ada di Sumatera sangat beragam dan unik. salah satu kebudayaan yang sudah sangat tua di sumatera utara ialah kebudayaan Batak. Batak tidak hanya terkenal melalui tari tor-tornya yang sangat khas tetapi juga memiliki kekhasan dalam hal kesenian ukir yaitu gorga Batak. Gorga Batak terdapat di bebrapa bagian bangunan/rumah adat Batak di bagian luar bangunan untuk menghiasi melalui ornamen dengan paduan tiga warna utama yaitu merah, hitam, dan putih. Hampir di setiap rumah adat Batak yang disebut memiliki ukiran gorga sebagai ragam hiasnya, yang memberikan kesan estetis dan magis ketika memandangnya. Ukiran gorga memiliki ciri khas pada lekukan dan bentuk dasar serta warnyanya. bagi masyarakat Batak sendiri, ukiran-ukiran ini memiliki makna simbolis tersendiri tergantung pada jenis dan penempatannya karena tidak setiap jenis ukiran gorga dapat ditempatkan di setiap rumah secara sembarangan. Pemilihan jenis ornamen telah ditentukan berdasarkan kedudukan adat si pemilik rumah di tengah-tengah masyarakat setempat. Selain dari penggolongan kedudukan adat, gorga juga menandakan tingkat kemapanan seseorang secara ekonomi. Selain daripada bentuk motif ornamen, gorga juga sangat mencolok dari sisi warna meskipun hanya menggunakan tiga komposisi warna yaitu hitam, putih, dan merah. Masing- masing warna dibuat dari bahan pewarna alam yang diolah kemudian dioleskan ke ornamen. Cat Warna Hitam diperbuat dari sejenis tumbuh-tumbuhan yang ditumbuk sampai halus serta dicampur dengan abu periuk atau kuali. Abu itu dikikis dari periuk atau belanga dan dimasukkan ke daun-daunan yang ditumbuk tadi, kemudian digongseng terus menerus sampai menghasilkan seperti cat hitam. Cat Warna Putih diambil dari tanah yang berwarna Putih, tanah yang halus dan lunak dalam bahasa Batak disebut Tano Buro. Tano Buro ini digiling sampai halus serta dicampur dengan sedikit air. Cat Warna Merah diambil dari batu hula, sejenis batu alam yang berwarna merah yang tidak dapat ditemukan disemua daerah. Cara untuk mencarinya pun mempunyai keahlian khusus. Batu inilah ditumbuk menjadi halus seperti tepung dan dicampur dengan sedikit air, lalu dioleskan ke ukiran itu. Menurut Bapak Markoni Sinambela yang merupakan keturunan ke-15 marga Sinambela dari dinasti Sisingamangaraja, warna merah pada gorga dibuat dari campuran darah manusia, dari darah musuh dan teman yang gugur dalam perang sehingga dipercaya pada gorga memiliki jiwa-jiwa yang melekat di dalamnya kemudian ini dipercaya masyarakat Batak sebagai si penjaga rumah, yang menjaga penghuni rumah beserta seisinya dari niatan-niatan jahat pencuri ataupun musuh.

II. STUDI LITERATUR Beberapa tulisan dan karya yang dijadikan rujukan dalam penelitian ini adalah tulisan Ramalina Silaen (2015) dalam makalahnya yang berjudul “Perancangan Typeface Berbasis Aksara Batak Toba”. Makalah ini menjelaskan tentang Aksara Batak Toba yang merupakan warisan budaya luhur suku Batak yang mendiami daerah Tapanuli. Dari lima jenis suku Batak yang ada masing-masing memiliki aksara sesuai tempat penggunaannya. Penggunaan aksara ini tidak lagi efektif pada masa kini karena huruf latin lebih dominan dan efisien digunakan dalam berkomunikasi. Dahulu kala aksara kebanyakan digunakan para datu sebagai pemimpin upacara adat namun seiring perkembangan waktu pengguna aksara tidak sebanyak dahulu. Aksara menjadi jarang digunakan dan mulai terlupakan karena sifat aplikatifnya yang terbatas di masa kini. Dengan demikian aksara ini membutuhkan perhatian khusus agar aksara ini tetap memiliki tempat dalam tatanan nilai budaya Batak Toba. Ide ini kemudian dikembangkan menjadi sebuah konsep rancang visual typeface berbasis aksara Batak Toba yang memiliki 192. Jurnal Proporsi, Vol. 1 No.2 Mei 2016 ISSN : 2615-0247

karakter anatomi dan proses konstruksi pembuatannya didasarkan pada kaidah-kaidah dalam tipografi, sehingga adaptasi ini muncul dalam rupa font latin. Dari bentuk aksara silabis (suku kata) menjadi fonetik (huruf tunggal) aplikasinya sebagai font di komputer. Setelah penelitian dan perancangan, kemudian typeface yang siap pakai ini disosialisasikan di area lokal, diprioritaskan pada tingkat pendidikan dan pemerintahan, yang pada penggunaannya untuk kepentingan headline. Perbedaan yang mendasar antara penelitian ini dengan penelitian diatas adalah, pada penelitian yang dilakukan oleh Ramalina Silaen mengambil Aksara Batak sebagai sumber ide, sedangkan dalam penelitian ini penulis menjadikan motif ukir Gorga Batak sebagai sumber ide gagasan dalam perancangan font digital. Kedua tulisan ini nantinya akan memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk mengangkat kembali kebudayaan Batak.

III. PEMBAHASAN

III.1. Typography Typography adalah suatu ilmu dalam memilih dan menata huruf dengan pengetahuan penyebarannya pada ruang-ruang yang ada, untuk menciptakan kesan tertentu semaksimal mungkin. Dengan tujuan memberikan kenyamanan kepada penbaca agar maksud yang ingin disampaikan dapat diterima oleh pembaca. Pengertian Tipografi menurut Roy Brewer (1971) tipografi dapat dimaknai sebagai pemilihan berbagai hal yang memiliki hubungan dengan pengaturan baris serta typeset, tidak termasuk bentuk ilustrasi dan unsur lain yang bukan susunan huruf. Perkembangan tipografi kini telah mengikuti perkembangan komputerisasi, sehingga dalam metode perancangan tipografi menjadi lebih mudah. Dalam merancang tipografi, ada beberapa hal yang harus menjadi acuan. Salah satu acuan yang menjadi perhatian adalah anatomi huruf. Seperti halnya manusia, huruf juga memiliki anatomi dan struktur pembangun huruf itu sendiri sehingga gabungan antar struktur huruf yang satu dan yang lainnya dapat menjadi pembeda antar huruf satu dengan yang lain.

Gambar 1. Anatomi Huruf (Sumber: Danton Sihombing, 2001)

Ditinjau dari sudut geometri, maka garis dasar yang mendominasi struktur huruf dalam alfabet dapat di bagi menjadi 4 kelompok besar12, kelompok garis tegakdatar E F H I L, Kelompok garis tegakmiring A K M N V Z X Y W, kelompok garis tegak-lengkung B D G J P R U dan kelompok garis lengkung C O Q S. Dalam tipografi proporsi huruf dan kemiringan menjadi bagian penting Perbandingan antara tinggi huruf yang tercetak dengan lebar dari huruf itu sendiri dapat menjadi tiga kelompok bila ditinjau dari perbandingan proporsi terhadap bentuk dasar huruf tersebut. Pembagiannya adalah condensed, reguler, dan extended. Menurut danton (2001), huruf yang berjenis condensed dan extended lebih Rinanda, Tipografi Kreasi Motif Gorga... 193

cenderung melelahkan mata dibanding dengan jenis regular, sehingga lebih tepat digunakan untuk judul dan sub judul.

Gambar 2. Proporsi Huruf (Sumber: Danton Sihombing, 2001)

III.2. Motif Ukir Gorga Batak Ukiran gorga memiliki makna yang berbeda pada setiap bentuknya. Menurut Sitanggang (2008) bahwa ada beberapa jenis ukiran gorga, yaitu: 1. Gorga Sompi Gorga sompi berasal dari kata Tompi, artinya alat yang digunakan untuk mengikat leher kerbau pada gagang bajak sewaktu membajak di sawah. Gorga sompi dimaknai sebagai lambang ikatan kebudayaan. Pada masyarakat Batak Toba yang hidupnya selalu bekerja bergotong royong terjalin sebuah ikatan kekeluargaan. Oleh karena itu untuk melakukan suatu pekerjaan, tidak baik mengabaikan golongan lemah. Golongan lemah tidak boleh dipandang rendah. Fungsi dari ukiran ini dianggap sebagai peringatan bahwa tidak baik menyisihkan golongan-golongan tertentu dalam masyarakat supaya terdapat kehidupan sosial yang saling mencintai .

Gambar 3. Gorga Sompi (Sumber: gobatak.com, 2016)

2. Gorga ipon-ipon Gorga Ipon-ipon adalah gorga yang disebut sebagai hiasa tepi, berfungsi sebagai keindahan yang memperkuat komposisi. Beberapa gorga Ipon-ipon memiliki bentuk yang sama yaitu geometris, dan salah satu bentuk geometrisnya berlapis menyerupai empun, sehingga disebut sebagai Ombu Marhehe Ombu Marhehe dimaknai sebagai lambang kemajuan, karena setiap insan mengharapkan keturunannya berpendidikan.

194. Jurnal Proporsi, Vol. 1 No.2 Mei 2016 ISSN : 2615-0247

Gambar 4. Gorga Ipon-ipon (Sumber: gobatak.com, 2016)

3. Gorga Desa na Ualu (Mata angin) Gorga Desa na Ualu merupakan ukiran gorga yang terdapat pada kanan kiri rumah adat Batak. Gorga Desa na Ualu sebagai simbol bintang yang menentukan pertanda baik untuk manusia dalam melakukan aktivitas kerjanya seperti bertani, menangkap ikan, atau bahkan aktivitas ritual-ritual.

Gambar 5. Gorga Desa na Ualu (Sumber: gobatak.com, 2016)

4. Gorga Simata ni ari (Matahari) Gorga Simata ni ari umunya diletakkan disebelah sudut dorpi. Mataniari bermakna sebagai power source hidup dan sebagai penentu life path. Oleh karena itu, Gorga Simata ni ari sering disebut manusia purba.

Gambar 6. Gorga Simata ni ari (Sumber: gobatak.com, 2016) 5. Gorga Simarogung-ogung Ogung berarti alat musik Gong. Ukiran gorga simarogung-ogung terdapat disetiap rumah adat. Ukiran ini dimaknai sebagai kegembiraan. Gong dianggap sebagai simbol pesta Rinanda, Tipografi Kreasi Motif Gorga... 195

yang diharapkan oleh masyarakat. Ukiran ini juga sebagai simbol glory. Bagi orang yang yang memiliki kekayaan maka akan disebut parbahul-bahul na bolo.

Gambar 7. Gorga Simarogung-ogung (Sumber: gobatak.com, 2016)

6. Gorga -singa Gorga singa-singa berasal dari kata singa-singa, yang diartikan sebagai berkharisma dan berwibawa. Gorga singa-singa terdiri dari bentuk wajah orang dengan lidah ke luar hampir ke dagu. Kemudian kepala dihiasi denga kain tiga bolit dan posisi yang berlutut persis di bawah kepala.

Gambar 8. Gorga Singa-singa (Sumber: gobatak.com, 2016)

7. Gorga Jenggar dan jorngom Gorga Jenggar dan jorngom merupakan gorga yang berbentuk raksaksa yang terlihat pada bagian tengah tomboman adop-adop dan halang gordang. Gorga ini mirip seperti hiasan yang terdapat di candi. Gorga Jenggar dan jorngom dimaknai sebagai penjaga keamanan. Bentuk raksasa dianggap sebagai dewa yang sanggup melawan segala jenis setan. Oleh karenanya, Gorga Jenggar dan jorngom dijadikan sebagai menjaga pintu untuk melawan segala jenis setan.

196. Jurnal Proporsi, Vol. 1 No.2 Mei 2016 ISSN : 2615-0247

Gambar 9. Gorga Jenggar dan jorngom (Sumber: gobatak.com, 2016)

8. Gorga Boras pati (Cecak) Gorga Boras pati (Cecak) disebut juga sebagai bujonggir yang berarti gambar cicak yang berekor dua. Cicak tersebut terkadang mengabarkan peringatan sebuah pertanda yang dapat membantu manusia terhindar dari bencana. Oleh karenanya gorga ini memiliki makna yang menyimbolkan akan pelindung harta kekayaan manusia dan mengharapkan dapat berlipat ganda.

Gambar 10. Gorga Boras pati (Sumber: gobatak.com, 2016)

9. Gorga Adop-adop (payudara wanita) Adop-adop berarti payudara yang bermakna kesuburan. Gorga adop-adop ini biasanya dipasangkan dengan gorga boraspati dengan empat payudara di kiri dan di kanan dari gorga boraspati tersebut. Gorga adop-adop dapat pula dirangkaikan dengan gorga gaja dompak.

Rinanda, Tipografi Kreasi Motif Gorga... 197

Gambar 11. Gorga Adop-adop (Sumber: gobatak.com, 2016) 10. Gorga Ulu Paung Gorga Ulu Paung merupakan raksasa yang berbentuk setengah manusia dan setengah hewan, sering terlihat dalam bentuk kepala manusia yang memiliki tanduk kerbau. Gorga Ulu Paung ini adalah lambang keperkasaan untuk melindungi penghuni rumah dari setan- setan.

Gambar 11. Gorga Ulu Paung (Sumber: gobatak.com, 2016)

III.3. Penjaringan Ide dan Konsep Proses kreasi tipografi bermotif Gorga Batak dilakukan dengan cara menggabungkan huruf awal, dimana dalam perancangan ini digunakan huruf yang bersifat serif dan diambil satu jenis huruf Krinkes Decor Personal Use kemudian ditambahkan dengan motif Gorga yang ada sehingga menghasilkan satu jenis font baru dengan gaya khas tersendiri. Perancangan tipografi ini lebih pada visualisasi dengan kaidah tipografi yaitu teknik kerning dan scalling. Proses identifikasi terhadap motif Gorga melalui observasi dan studi literatur kemudian selanjutnya memadukannya dengan font yang sudah ada dengan konsep yang menitik beratkan pada aspek-aspek dari tipografi dan menggambar layout sketsa.

198. Jurnal Proporsi, Vol. 1 No.2 Mei 2016 ISSN : 2615-0247

Gambar 11. Kreasi Tipografi Gorga (Sumber: Rinanda Purba, 2016)

Dalam perancangan tipografi, haruslah memperhatikan konsep awal desain serta memperhatikan prinsip-prinsip dalam tipografi. Ada empat buah prinsip pokok tipografi yang sangat mempengaruhi keberhasilan suatu desain yaitu legability, clarity, visibility, dan readibility. Legability adalah kualitas pada huruf yang membuat huruf tersebut dapat terbaca. Dalam sebuah karya desain, dapat terjadi cropping, overlapping, dan lain sebagainya yang dapat menyebabkan berkurangnya legabilitas dari sebuah huruf. Untuk menghindari hal ini, maka seorang desainer harus mengenal dan mengerti karakter dari sebuah huruf dengan baik. Readibility adalah penggunaan huruf dengan memperhatikan hubungannya dengan huruf yang lain sehingga terlihat jelas. Kerapatan dan kerenggangan teks dalam suatu desain juga dapat mempengaruhi keseimbangan desain. Teks yang spasinya sangat rapat akan terasa menguasai bidang kosing dalam suatu mentuk, sedangkan teks yang berjarak sangat jauh akan terasa lebih seperti tekstur. Visibility merupakan kemampuan suatu huruf, kata, atau kalimat dalam sebuah karya desain dapat terbaca dalam jarak baca tertentu. Jarak baca dan ukuran huruf sangat berpengaruh dalam hal visibility sebuah huruf. Huruf-huruf yang digunakan dalam desain harus dapat terbaca dalam jarak tersebut sehingga suatu karya desain dapat berkomunikasi dengan baik. Clarity merupakan kemampuan huruf yang digunakan dalam suatu karya desain dapat dibaca dan dimengerti oleh target audience yang dituju. Untuk suatu karya desain dapat berkomunikasi dengan audience, maka informasi yang disampaikan harus dapat dimengerti oleh audience yang dituju. Beberapa unsur desain yang dapat mempengaruhi clarity adalah urutan, warna, dan pemilihan type. Dari keempat prinsip pokok tipografi tersebut, font baru bermotif gorga ini juga harus memenuhi legability, readibility, visibility, dan clarity sehingga ketika diimplementasikan ke berbagai media tidak terjadi masalah.

Gambar 12. Penerapan font dalam kata “Gorga” (Sumber: Rinanda Purba, 2016)

Rinanda, Tipografi Kreasi Motif Gorga... 199

Gambar 13. Huruf hasil kreasi dari motif Gorga Batak (Sumber: Rinanda Purba, 2016)

III.4. Data Pembanding Sebagai karya pembanding dalam perancangan ini yaitu font hasil kreasi budaya dari motif perisai dayak kalimantan. Unsur-unsur budaya lokal yang memiliki makna menjadi kekuatan tersendiri dalam seni tipografi karna kekayaan budaya yang dimiliki sangat banyak dan hanya dimiliki oleh masyarakat Indonesia sehingga ketika memasuki persaingan global, karya yang mengacu pada konsep budaya memiliki ciri khas tersendiri. a. Tipografi motif pada prisai dayak

Gambar 14. Tipografi motif pada prisai Dayak (Sumber: Hery Ristiawan, 2015)

Sebagai senjata pusaka yang memiliki sejarah dalam kebudayaan suku Dayak di Kalimantan Barat, memiliki karakter yang kuat, bahkan tertuang dalam logo Provinsi Kalimantan Barat. Mengolah bagian pucuk dan daun dalam ukiran perisai, diaplikasikan ke dalam bentuk huruf. Mengambil Bentuk sansserif dari huruf yang tebal sekaligus sudut yang tegas sehingga sesuai untuk memunculkan kesan kokoh dan artistik sehingga kesan visual yang terlihat Gagah sekaligus artistik sebagaimana filosofi dari perisai sebagai senjata khas Kalimantan Barat.

b. Tipografi kreasi Minangkabau 200. Jurnal Proporsi, Vol. 1 No.2 Mei 2016 ISSN : 2615-0247

Gambar 15. Tipografi kreasi Minangkabau (Sumber: Hery Ristiawan, 2015)

Tipografi Minangkabau ini mengkreasikan di Padang Sumatera Barat sebagai ide kreasi dimana setiap sudut bagian atas huruf dibuat menyerupai gonjong pada rumah gadang. c. Tipografi kreasi Honocoroko

Gambar 16. Tipografi kreasi Honocoroko (Sumber: Hery Ristiawan, 2015)

Tipografi kreasi Honocoroko merupakan tipografi yang dirancang khusus sebagai logo untuk Daerah Istimewa Yogyakarta yang di resmikan pada 5 februari 2015. Ide dasar dari perancangan huruf ini berasal dari huruf Jawa Honocoroko dengan konsep moderen.

IV. KESIMPULAN Karya tipografi kreasi dari motif ukir Gorga Batak ini merupakan upaya dalam mempopulerkan budaya (tradisi) keranah seni grafis modern sehingga penggunaan ornamen- ornamen yang berbau tradisi dapat digunakan secara luas sebagai konsep desain para desainer masa kini. Perancangan Karya ini diharapkan dapat menjadi menarik bagi generasi muda dan kearifan budaya lokal mampu tumbuh dan berkembang baik di kalangan generasi muda

Rinanda, Tipografi Kreasi Motif Gorga... 201

DAFTAR PUSAKA

[1] Sitanggang, Jan Pieter. 2008 Raja Na Pogos. Yayasan LPB3 Indonesia.

[2] Sihombing, D. 2001. Tipografi Dalam Desain Grafis. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

[3] Hery Ristiawan. 2015. Tipografi Digital Dari Corak Perisai Suku Dayak Kalimantan Barat. Jurnal Teknologi Informasi Dan Komunikasi Ugm.

[4] http://www.goBatak.com/gorga-Batak-warisan-seni-dan-daya-tarik-wisata/ diakses 2016

[5] Roy, Brewer. 1971. An Approach To Print A basic guide to the printing processes. London: Blandford Press