i

LOGO SEBAGAI TANDA: ANALISIS MAKNA BENTUK DAN PERANAN WARNA PADA HASIL CIPTAAN PARA MAHASISWA POLIMEDIA MEDAN

T E S I S

Oleh AFRI DELIANSYAH NASUTION NIM: 137037006

PROGRAM STUDI MAGISTER (S2) PENCIPTAAN DAN ENGKAJIAN SENI FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2017

LOGO SEBAGAI TANDA: ANALISIS MAKNA BENTUK DAN PERANAN WARNA PADA HASIL CIPTAAN PARA MAHASISWA POLIMEDIA MEDAN

T E S I S

Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn.) dalam Program Studi Magister (S2) Penciptaan dan Pengkajian Seni pada Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara

Oleh

AFRI DELIANSYAH NASUTION NIM: 137037006

PROGRAM STUDI MAGISTER (S2) PENCIPTAAN DAN PENGKAJIAN SENI FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2017

Judul Tesis : LOGO SEBAGAI TANDA: ANALISIS MAKNA BENTUK DAN PERANAN WARNA PADA HASIL CIPTAAN PARA MAHASISWA POLIMEDIA MEDAN

Nama : AFRI DELIANSYAH NASUTION Nomor Pokok : 137037006 Program Studi : Magister (S2) Penciptaan dan Pengkajian Seni

Menyetujui

Komisi Pembimbing

Drs. Muhammad Takari, M.Hum., Ph.D. Drs. Fuad Erdansyah, M.Sn. NIP. 19560705 198903 1 002 NIP. 19600131 199103 1 001 Ketua Anggota

Program Studi Magister (S2) Fakultas Ilmu Budaya Penciptaan dan Pengkajian Seni Dekan

Drs. Muhammad Takari, M.Hum., Ph.D. Dr. Budi Agustono, M.S. NIP. 19560705 198903 1 002 NIP. 19511013 197603 1 001

Tanggal lulus : 2017

Telah diuji pada

Tanggal, Maret 2017

iv

PANITIA PENGUJI UJIAN TESIS

Ketua : Drs. Muhammad Takari, M.Hum., Ph.D ( ______)

Sekretaris : Drs. Torang Naiborhu, M.Hum. ( ______)

Anggota I : Drs. Fuad Erdansyah, M.Sn. ( ______)

Anggota II : Dr. H. Muhizar Muchtar, M.S. ( ______)

i

ABSTRAK

This thesis titled Logo For Signs: Meaning Analysis of Form and Color Role In Creation Results The Student Polimedia. Theoretically driven sense of desire to understand the meaning of symbols and colors that produce communications role a sign of ethnic cultures of North Sumatra as a material for making the logo on the work of students Polimedia PSDD Medan. Very interesting to study through discipline-based art culture. To see the expression of identity through forms of ornament distorted into a logo, which will indirectly reinforce the expression of the identity of one or several ethnic manifested through the meaning of the shape and role of color. Therefore, this thesis attempts to explain the process the concept of line, shape, form, volume, color, texture, and lighting with aesthetic references, which can be classified into three types, namely the art of traditional, modern, and contemporary. This research uses descriptive quantitative method and analyzed through pendekatnan science of semiotics, and the disciplines of art plus science imu-aids (auxilary disciplines) such as: cultural sciences, anthropology, aesthetics, psychology, and others. in order mengomunikasi expression of the identity of a mark on the logo through the meaning of shapes and colors created role. The results showed that the diversity of cultures in North Sumatra, to make logos by students Polimedia PSDD Medan becomes more diverse, identities that were presented able to represent each of the seven tribes in North Sumatra, although cultural background creator of the logo is different from logo created cultural elements. There are also some students created a logo with a modern and contemporary themes. Results from logo creation can not be separated from that category of logo, logotype, Logograms, and Combination typo and gram. Logograms and separate type and logotype and blend gram. Typographic Logo, Logo gramgraphic, Logograms transform typo, Logotypo transform gram. Meaning the shape and role of color presented by students Polimedia PSDD Medan in the logo is a sign of echnical North Sumatra as a communication tool in the batik company.

Keywords: logo, mark, shape, color and identity

i

INTISARI

Tesis ini berjudul Logo sebagai Tanda: Analisis Makna Bentuk dan Peranan Warna Pada Hasil Ciptaan Para Mahasiswa Polimedia. Secara teoritis didorong rasa keinginan untuk memahami makna simbol dan peranan warna yang menghasilkan komunikasi sebuah tanda dari kebudayaan etnik Sumatera Utara sebagai materi untuk pembuatan logo pada karya mahasiswa Polimedia PSDD Medan. Sangat menarik untuk dikaji melalui disiplin seni rupa yang berbasis kultural. Untuk melihat ekpresi identitas melalui bentuk-bentuk ornamen yang didistorsi menjadi sebuah logo, yang secara tidak langsung akan mempertegas ekpresi identitas salah satu atau beberapa etnik yang terwujud melalui makna bentuk dan peranan warna. Oleh karena itu tesis ini berusaha menjelaskan dengan mengolah konsep garis, bidang, bentuk, volume, warna, tekstur, dan pencahayaan dengan acuan estetika, yang dapat diklasifikasikan ke dalam tiga jenis, yaitu seni rupa tradisional, modern, dan kontemporer. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dan dikaji melalui pendekatnan ilmu semiotika, dan disiplin ilmu seni rupa ditambah dengan imu- ilmu bantu (auxilary disciplines) seperti: ilmu budaya, antropologi, estetika, psikologi, dan lain-lainnya. dalam rangka mengomunikasi ekpresi identitas sebuah tanda pada logo melalui makna bentuk dan peranan warna yang diciptakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keragaman budaya di Sumatera Utara, menjadikan logo-logo karya mahasiswa Polimedia PSDD Medan menjadi lebih beragam, identitas-identitas yang dihadirkan mampu mewakili masing- masing dari ketujuh suku yang ada di Sumatera Utara, walaupun latarbelakang budaya pencipta logo tersebut berbeda dari unsur budaya logo yang diciptakan. Ada juga beberapa mahasiswa menciptakan logo dengan tema modern dan kontemporer. Hasil dari penciptaan logo tersebut tidak terlepas dari katagori logo yaitu, Logotype, Logogram, dan Combination typo and gram. Logogram and separate type dan Logotype and blend gram. Logo typographic, Logo gramgraphic, Logogram transform typo, Logotypo transform gram. Makna bentuk dan peranan warna yang dihadirkan mahasiswa Polimedia PSDD Medan pada logo merupakan sebuah tanda dari eknis Sumatera Utara sebagai alat komunikasi pada perusahan batik tersebut.

Kata kunci : Logo, tanda, bentuk, warna dan identitas

PRAKATA

Terimakasih serta rasa syukur yang tidak terhingga kehadirat Allah

SWT, karena dengan rahmad dan hidayah serta kuasaNya yang telah dilimpahkan kepada penulis dan juga memberi keberkahan ilmu dan pemilikiran-pemikiran untuk merangkai kata demi kata serta perlindunganNya sehingga tesis ini dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat meraih gelar

Magister Seni (M,Sn) pada Program Studi Magister (S-2) Penciptaan dan

Pengkajian Seni Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa keterbatasan kemampuan dan pengalaman sehingga menemukan berbagai kendala dalam menyelesaikan tesis ini, namun hal ini dapat teratasi dikarenakan bantuan yang diberikan oleh berbagai pihak.

Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A(K).,

selaku Rektor Universitas Sumatera Utara dan Bapak Dr. Syahron Lubis,

M.A., sebagai Dekan Fakultas Ilmu Budaya yang telah memberikan

fasilitas dan sarana pembelajaran sehingga penulis dapat belajar di kampus

Universitas Sumatera Utara dalam kondisi nyaman.

2. Bapak Drs. Irwansyah, M.A., selaku Ketua Prodi Magister (S-2)

Penciptaan dan Pengkajian Seni Universitas Sumatera Utara, yang telah

memberi masukan dan materi dalam penyelesaian tesis ini.

3. Bapak Drs. Torang Naiborhu, M.Hum., Sekretaris Prodi Magister (S-2)

Penciptaan dan Pengkajian Seni fakultas seni budaya Universitas Sumatera

Utara, yang telah memberi masukan, saran yang sifatnya membangun serta

materi dan teknik penulisan dalam penyelesaian tesis ini.

4. Bapak Drs. Muhammad Takari, M.Hum., Ph.D selaku pembimbing utama

yang telah banyak memberikan masukan dalam hal ide, gagasan dan

koreksi bagi penulisan tesis ini

5. Bapak Drs. Fuad Erdansyah, M.Sn. sebagai pembimbing dua yang telah

banyak memberikan pandangan, membuka jalan pikiran penulis dalam

menungkan ide-ide serta masukan dan koreksi terhadap penulisan tesis ini.

6. Bapak Dr. H. Muhizar Muchtar, M.S., sebagai penguji tesis yang telah

banyak memberikan masukan dan pandangan dalam perbaikan tesis ini.

7. Seluruh dosen mata kuliah sebagai Narasumber yang telah banyak

memberikan informasi dan ilmu serta pengalaman selama perkuliahan

8. Abangda Duta Syailendra, M.Sn. yang banyak memberikan bantuan,

dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-

besarnya atas waktu, ide, pikiran, dan bimbingan yang diberikan kepada

penulis

9. Bapak Ponisi, yang telah banyak membantu dalam administrasi baik

selama perkuliahan maupun dalam penyelesaianya tesis ini.

10. Keluarga Besar Manja Family (Keluarga Alm. Alimansyur Nasution dan

Almh. Nabsiah) untuk dukungan, doa dan semangat yang selalu diberikan

dalam penyelesaian studi. Penulis dalam kesempatan ini mengucapkan

terima kasih untuk dukungan dukungan doa dan semangat yag di berikan.

11. Istri tercinta penulis Rahmadhani dan anak-anak penulis Afram

Muhammad Nasution dan Rasya Azkya Zaffir Nasution atas doa,

kesabaran, dukungan dan semangat bagi penulis dalam penyelesaian

tulisan ini.

12. Keluarga mertua penulis (Bapak Suyadi dan Ibu Yulia), atas doa,

kesabaran, dukungan dan semangat bagi penulis dalam penyelesaian

tulisan ini.

13. Keluarga besar SMP Negeri 3 Galang yang juga tidak dapat penulis

sebutkan satu per satu, untuk dukungan moril maupun materil yang

diberikan selama penulis berproses di prodi pengkajian dan penciptaan

seni fakultas ilmu budaya Universitas Sumatera Utara

14. Keluarga besar Dosen dan Staf Prodi Mulitimedia Politiknik Negeri Media

Kreatif PSDD Medan yang juga tidak dapat penulis sebutkan satu per satu,

untuk dukungan moril maupun materil yang diberikan selama penulis

berproses di prodi pengkajian dan penciptaan seni fakultas ilmu budaya

Universitas Sumatera Utara.

15. Teman-teman seangkatan dan seperjuangan pada prodi Penciptaan dan

Pengkajian Seni Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara

16. Mahasiswa Prodi Mulitimedia Politiknik Negeri Media Kreatif PSDD

Medan yang juga tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, untuk

dukungan dan peran sertanya sebagai sampel dalam penelitiaan ini

17. Kepada seluruh pihak yang juga tidak dapat penulis sebutkan satu per satu

untuk keterlibatannya baik secara langsung maupun tidak langsung yang

terkait dalam proses

Penulis menyadari bahwa tidak akan pernah dapat membalas semua kebaikan yang telah penulis dapatkan selama menempuh perkuliahan, muda- mudahan segala bantuan, fikiran, perhatian dan dorongan tersebut mendapat balasan dari Allah SWT. Akhir kata, penulis berharap kiranya tesis ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya

Terima kasih

Medan, Februari 2017

Penulis,

Afri Deliansyah Nasution NIM: 137037006

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : APRI DELIANSYAH NASUTION NIP : 137037006 Tempat/Tanggal Lahir : Labuhan Deli, 13 April 1978 Alamat : Jln. Maharani V Komp. PDK no. 73. Lingk.18 Rengas Pulau Medan Marelan Agama : Islam Pekerjaan : PNS Dosen honor Politeknik Negeri Media Kreatif PSDD Medan Pendidikan : Sarjana Pend. Seni Rupa (S.Pd) dari Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan, Jurusan Seni Rupa, lulus tahun 2003.

Pada tahun akademi 2013/2014 diterima menjadi mahasiswa pada Program Studi Magister (S-2) Penciptaan dan Pengkajian Seni Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan di dalam daftar pustaka.

Medan, 14 Februari 2017

Afri Deliansyah Nasution NIM 127037007

DAFTAR ISI

ABSTRAK ...... i

PRAKATA ...... iii

DAFTRA HIWAYAT HIDUP ...... vii

PERNYATAAN ...... viii

BAB I ...... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ...... 1

1.2. Rumusan Masalah ...... 12

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...... 13

1.4. Tijauan Pustaka ...... 14

1.5. Konsep dan Teori ...... 22

1.5.1. Konsep ...... 22

1.5.2. Teori yang digunakan ...... 29

1.5.2.1. Teori semiotika ...... 29

1.5.2.2. Teori logo...... 36

1.6. Metode Penelitian ...... 59

1.6.1. Pendekatan penelitian ...... 59

1.6.2. Jenis penelitian ...... 60

1.6.3. Studi kepustakaan ...... 61

1.6.4. Soal untuk penciptaan logo ...... 62

1.6.5. Observasi ...... 64

1.6.6. Dokumen ...... 65

1.6.7. Hipotesis kerja ...... 65

1.6.8. Teknik Analisis Data ...... 65

1.7. Penentuan Lokasi dan Obyek Penelitian ...... 66

1.8. Pilihan Penelitian terhadap Para Mahasiswa Pencipta Logo ...... 67

1.9. Sistematika Penulisan Tesis ...... 68

BAB II ...... 70

2.1. Konsep Suku Bangsa atau Kelompok Etnik ...... 70

2.2. Etnografi Masyarakat dan Kebudayaan Sumatera Utara ...... 75

2.3. Etnik Karo dan Seni Rupanya ...... 81

2.4. Etnik Pakpak-Dairi dan Seni Rupanya ...... 87

2.5. Etnik Simalungun dan Seni Rupanya...... 90

2.6. Etnik Toba dan Seni Gorganya ...... 99

2.7. Etnik Mandailing-Angkola dan Seni Rupanya ...... 114

2.8. Suku Pesisir dan Seni Rupanya ...... 120

2.9. Suku Nias dan Seni Rupanya...... 123

2.10. Etnik Melayu dan Seni Rupanya ...... 129

BAB III...... 133

3.1. Deskrispsi Polimedia ...... 133

3.1.1. Sejarah Polimedia ...... 134

3.1.2. Mata kuliah logo ...... 135

3.2. Studi tentang Logo dalam Disiplin Ilmu Seni Rupa ...... 136

3.3. Sejarah Logo ...... 138

3.4. Klasifikasi Logo ...... 144

3.5. Katagori Logo ...... 146

3.5.1. Logotype (elemen tulisan saja) ...... 149

3.5.2. Logogram (elemen gambar saja) ...... 151

3.5.3. Combination typo and gram (gabungan tulisan dan gambar) ...... 153

3.5.3.1. Logogram and separate type

(gabungan gambar & tulisan terpisah) ...... 153

3.5.3.2. Logotype and blend gram

(Logo gambar & tulisan membaur)...... 155

3.5.3.2.1. Typographic

(logo dalam tulisan terdapat gambar) ...... 155

3.5.3.2.2. Gramgraphic

(logo dalam gambar terdapat tulisan) ...... 156

3.5.3.2.3. Logotype transform gram

(logo tulisan membentuk gambar) ...... 157

3.5.3.2.4. Logogram transform typo

(logo gambar membentuk huruf) ...... 158

3.6. Kajian Bentuk Logo ...... 161

3.6.1. Bentuk Pola ...... 163

3.6.1.1. Pola bentuk titik ...... 164

3.6.1.2. Pola bentuk garis ...... 165

3.6.1.3. Pola bentuk bidang ...... 167

3.6.1.4. Pola Bentuk Ruang ...... 170

3.6.2. Bentuk Motif ...... 171

3.6.2.1. Bentuk motif tumbuhan ...... 179

3.6.2.2. Bentuk motif fauna ...... 182

3.6.2.3. Bentuk motif geometris ...... 185

3.6.2.4. Bentuk Motif Figuratif ...... 187

3.7. Kajian Warna ...... 190

3.8. Pengaruh Unsur Budaya ...... 193

3.8.1. Sebagai sistem tanda ...... 195

3.8.2. Makna simbol ...... 196

3.8.3. Makna lambang ...... 198

3.8.4. Perbedaan Simbol, Lambang, dan Logo ...... 201

BAB IV ...... 206

4.1. Deskripsi Bentuk Berdasarkan Teori Nirmana ...... 208

4.1.1. Bentuk Logo Karya Pencipta 1 (Ade Fitria Ningsih) ...... 208

4.1.2. Bentuk Logo Karya Pencipta 2 (Aditya Chansa M) ...... 209

4.1.3. Bentuk Logo Karya Pencipta 3 (Agnes Ramadhani) ...... 211

4.1.4. Bentuk Logo Karya Pencipta 4 (Agung Nugraha) ...... 212

4.1.5. Bentuk Logo Karya Pencipta 5 (Bayu Irgi Fahrizal) ...... 213

4.1.6. Bentuk Logo Karya Pencipta 6 (Cepen Firmus G)...... 215

4.1.7. Bentuk Logo Karya Pencipta 7 (Fita Elfatisi Purba) ...... 216

4.1.8. Bentuk Logo Karya Pencipta 8 (Hasalan P. Samosir) ...... 217

4.1.9. Bentuk Logo Karya Pencipta 9 (Iqbal Rizki) ...... 219

4.1.10. Bentuk Logo Karya Pencipta 10 (Masnur Pardede) ...... 220

4.1.11. Bentuk Logo Karya Pencipta 11 (Menanti Sitohang)...... 221

4.1.12. Bentuk Logo Karya Pencipta 12 (Muhammad Soufiyarno) ...... 223

4.1.13. Bentuk Logo Karya Pencipta 13 (Muhammad Zailani)...... 224

4.1.14. Bentuk Logo Karya Pencipta 14 (Nurul Azizah) ...... 225

4.1.15. Bentuk Logo Karya Pencipta 15 (Risky Hamdany Ks Lubis) ...... 227

4.1.16. Bentuk Logo Karya Pencipta 16 (Sri Damayanti) ...... 228

4.1.17. Bentuk Logo Karya Pencipta 17 (Triana Sahfitri) ...... 230

4.1.18. Bentuk Logo Karya Pencipta 18 (Yandri Hotdenito M)...... 231

4.1.19. Bentuk Logo Karya Pencipta 19 (Yuni Kartika Sari) ...... 232

4.1.20. Bentuk Logo Karya Pencipta 20 (Zulfi Arfian) ...... 233

4.2. Analisis Logo Karya Para Mahasiswa Polimedian Medan Berdasarkan Teori

Logo ...... 235

4.2.1. Berdasarkan Kriteria Logo ...... 235

4.2.2. Penilaian Secara Kualitatif ...... 241

4.3. Analisis Berdasarkan Kategori Logo dalam Disiplin Seni Rupa...... 243

4.3.1. Katagori logotype ...... 243

4.3.2. Kategori logogram ...... 244

4.3.3. Katagori logo combination typo and gram ...... 246

4.3.3.1. Katagori logogram and separate type ...... 247

4.3.3.2. Logotype and blend gram ...... 253

4.3.3.2.1. Typographic ...... 253

4.3.3.2.2. Gramgraphic ...... 256

4.3.3.2.3. Logogram transform typo ...... 258

4.3.3.2.4. Logotypo transform gram ...... 259

4.4. Analisis Semiotik Makna Bentuk dan Analisis Teori Warna terhadap Peranan

Warna Logo ...... 262

4.4.1. Makna Bentuk dan Peranan Warna Katagori Logotype ...... 266

4.4.1.1. Logo Masnur Pardede...... 266

4.4.1.1.1. Makna bentuk logo Masnur Pardede ...... 270

4.4.1.1.2. Peranan warna logo Masnur Pardede ...... 272

4.4.1.1.3. Jenis font logo Masnur Pardede ...... 273

4.4.2. Makna bentuk dan Peranan Warna Kategori Logogram ...... 273

4.4.2.1. Logo Yandri Hotdenito M ...... 273

4.4.2.1.1. Makna bentuk logo Yandri Hotdenito M...... 274

4.4.2.1.2. Peranan warna logo Yandri Hotdenito M...... 278

4.4.2.1.3. Jenis font logo Yandri Hotdenito M...... 281

4.4.3. Makna Bentuk dan Peranan Warna Katagori Logogram and separate

type ...... 281

4.4.3.1. Logo Agnes Ramadhani ………………………………….2834

4.4.3.1.1. Makna bentuk logo Agnes Ramadhani ...... 283

4.4.3.1.2. Peranan warna logo Agnes Ramadhani ...... 285

4.4.3.1.3. Jenis font logo Agnes Ramadhani ...... 289

4.4.3.2. Logo Agung Nugraha ……………………………………..292

4.4.3.2.1. Makna bentuk logo Agung Nugraha ...... 28393

4.4.3.2.2. Peranan warna logo Agung Nugraha ...... 28594

4.4.3.2.3. Jenis font logo Agung Nugraha ...... 2895

4.4.3.3. Logo Fita Elfatisia Purba …………………………………..296

4.4.3.3.1. Makna bentuk logo Fita Elfatisia Purba ...... 28397

4.4.3.3.2. Peranan warna logo Fita Elfatisia Purba ...... 28598

4.4.3.3.3. Jenis font logo Fita Elfatisia Purba ...... 300

4.4.3.4. Logo Iqbal Rizky ……………………….…………………..301

4.4.3.4.1. Makna bentuk logo Iqbal Rizky ...... 30283

4.4.3.4.2. Peranan warna logo Iqbal Rizkya...... 303

4.4.3.4.3. Jenis font logo Iqbal Rizky ...... 304

4.4.3.5. Logo Menanti Sitohang ……………….…………………..305

4.4.3.5.1. Makna bentuk logo Menanti Sitohang ...... 306

4.4.3.5.2. Peranan warna logo Menanti Sitohang ...... 308

4.4.3.5.3. Jenis font logo Menanti Sitohang ...... 309

4.4.3.6. Logo Muhammad Zailani ……………….………………..310

4.4.3.6.1. Makna bentuk logo Muhammad Zailani ...... 311

4.4.3.6.2. Peranan warna logo Muhammad Zailani ...... 312

4.4.3.6.3. Jenis font logo Muhammad Zailani ...... 314

4.4.3.7. Logo Sri Damayanti Hutabarat ……………….…………..314

4.4.3.7.1. Makna bentuk logo Muhammad Zailani ...... 315

4.4.3.7.2. Peranan warna logo Muhammad Zailani ...... 317

4.4.3.7.3. Jenis font logo Muhammad Zailani ...... 320

4.4.3.8. Logo Yuni Kartika Sari ……………….………………..…..320

4.4.3.8.1. Makna bentuk logo Yuni Kartika Sari...... 321

4.4.3.8.2. Peranan warna logo Yuni Kartika Sari ...... 322

4.4.3.8.3. Jenis font logo Yuni Kartika Sari ...... 324

4.4.3.9. Logo Zulfi Afrian ….……..………….………………..…..325

4.4.3.9.1. Makna bentuk logo Zulfi Afrian ...... 326

4.4.3.9.2. Peranan warna logo Zulfi Afrian ...... 327

4.4.3.9.3. Jenis font logo Zulfi Afrian ...... 328

4.4.4. Makna Bentuk dan Peranan Warna logo Typographic ...... 327

4.4.4.1. Logo Hasalan P. Samosir…..………….………………..…..330

4.4.4.1.1 Makna bentuk logo Hasalan P. Samosir ...... 331

4.4.4.1.2. Peranan warna logo Hasalan P. Samosir ...... 334

4.4.4.1.3. Jenis font logo Hasalan P. Samosir ...... 337

4.4.4.2. Logo Muhammad Soufiyarno………….………………..…..338

4.4.4.2.1 Makna bentuk logo Muhammad Soufiyarno ...... 339

4.4.4.2.2. Peranan warna logo Muhammad Soufiyarno ...... 340

4.4.4.2.3. Jenis font logo Muhammad Soufiyarno...... 342

4.4.4.3. Logo Triana Sahfitri………….………………..…………....343

4.4.4.3.1 Makna bentuk logo Triana Sahfitri ...... 344

4.4.4.3.2. Peranan warna logo Triana Sahfitri ...... 346

4.4.4.3.3. Jenis font logo Triana Sahfitri ...... 346

4.4.5. Makna Bentuk dan Peranan Warna Logo Gramgraphic...... 346

4.4.5.1. Logo CepenFirmus G………….………………..……...... 349

4.4.5.1.1 Makna bentuk logo CepenFirmus G ...... 350

4.4.5.1.2. Peranan warna logo CepenFirmus G ...... 351

4.4.5.1.3. Jenis font logo CepenFirmus G ...... 352

4.4.5.2. Logo Nur Azazah…..………….………………..……...... ,..353

4.4.5.2.1 Makna bentuk logo Nur Azazah ...... 354

4.4.5.2.2. Peranan warna logo Nur Azazah ...... 356

4.4.5.2.3. Jenis font logo Nur Azazah ...... 358

4.4.6. Makna Bentuk dan Peranan Warna Logogram transform typo ...... 356

4.4.6.1. Logo Bayu Irgi Fahrizal……….………………..……...... 359

4.4.6.1.1 Makna bentuk Bayu Irgi Fahrizal...... 360

4.4.6.1.2. Peranan warna Bayu Irgi Fahrizal ...... 361

4.4.6.1.3. Jenis font logo Bayu Irgi Fahrizal ...... 361

4.4.7. Makna Bentuk dan Peranan Warna Logotypo transform gram ...... 360

4.4.7.1. Logo Ade Fitria Ningsih……….………………..……...... 363

4.4.7.1.1 Makna bentuk Ade Fitria Ningsih ...... 364

4.4.7.1.2. Peranan warna Ade Fitria Ningsih ...... 366

4.4.7.1.3. Jenis font logo Ade Fitria Ningsih ...... 367

4.4.7.2. Logo Aditya Chansa M.……….………………..……...... ,..368

4.4.7.2.1 Makna bentuk Aditya Chansa M...... 369

4.4.7.2.2. Peranan warna Aditya Chansa M ...... 372

4.4.7.2.3. Jenis font logo Aditya Chansa M ...... 375

4.4.7.3. Logo Risky Hamdani Ks Lubis.………………………...... ,..376

4.4.7.3.1 Makna bentuk Risky Hamdani Ks Lubis ...... 377

4.4.7.3.2. Peranan warna Risky Hamdani Ks Lubis ...... 378

4.4.7.3.3. Jenis font logo Risky Hamdani Ks Lubis ...... 380

BAB V ...... 381

5.1. Kesimpulan ...... 381

5.2. Saran ...... 387

5.2.1. Saran terhadap Sejarah Nama Logotype dan Logogram ...... 388

5.2.2. Saran terhadap Katagori Karakter Bentuk Logo ...... 391

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………….396

LAMPIRAN …………………………………………………………………….400

DAFTAR GAMBAR, TABEL, BAGAN DAN PETA

Gambar 1.1 : Bentuk dasar logo berupa gambar dan huruf ...... 39

Gambar 1.2 : Picture mark dan letter mark ………………………………………41

Gambar 1.3 : Logogram dan logotype …………………………………………...42

Gambar 1.4 : Logo Rianty batik ………………………………………………….43

Gambar 1.5 : Logo Batik Kojo……………………………………………………44

Gambar 1.6 : Logo Nike yang Sederhana ...... 50

Gambar 1.7 : Loga Playboy (majalah dewasa) yang mudah dimengerti ………..50

Gambar 1.8 : Salah satu logo elektronik milik perusahasan Apel ...... 50

Gambar 1.9 : Logo Mc Donald yang Enak Dipandang ...... 51

Gambar 1.10 : Logo The Nipoon Founduction yang Sesuai Fungsi...... 51

Gambar 1.11 : Logo Bursa Efek yang tepat …………………………..54

Gambar 1.12 : Logo KFC yang unik dan menarik ……………………………….55

Gambar 1.13 : Logo RCTI yang fleksibel ……………………………………….55

Bagan 2.1 : Tiga kategori kelompok etnik di Sumatera Utara ………………….82

Peta 2.1 : Wilayah Budaya Etnik Natif Sumatera Utara …………………………83

Gambar 2.1 : Ragam Hias Motif Geometris Tutup Dadu Suku Karo...... 84

Gambar 2.2 : Ragam Hias Motif Geometris Suku Pakpak Dairi (Bulan) ...... 89

Gambar 2.3 : Ragam Hias Motif Geometris Suku Simalungun (Gorga Suleppat) 93

Gambar 2.4 : Ragam Hias Motif Geometris Suku Simalungun

(Gorga Desa Na Uwaluh) ...... 94

Gambar 2.5 : Ragam Hias Motif Geometri Suku Simalungun (Rot-rot Derpih) .. 95

Gambar 2.6 : Warna ragam hias suku Simalungun ...... 97

Gambar 2.7 : Motif tumbuhan suku batak toba (dalihan natolu) ...... 106

Gambar 2.8 : Motif Tumbuhan Suku Batak Toba (Simarogung-ogung) ...... 108

Gambar 2.9 : Ragam Hias Motif Geometris Suku Madailing-Angkola

(Raga-raga)...... 117

Gambar 2.10 : Ragam Hias Motif Geometris Suku Madailing-Angkola (Bondul

na Opat) ...... 118

Gambar 3.1 : Logo dari segi kontruksi ...... 144

Gambar 3.2 : Klasifikasi bentuk logo ...... 145

Gambar 3.3 : Logo Cocacola (logotype) ...... 151

Gambar 3.4 : Logo Appel (logogram) ...... 153

Gambar 3.5 : Logo Garuda Indonesia (Logogram and Separate Type) ...... 154

Gambar 3.6 : Logo Logotype and Blend Gram (Typograghic) ...... 156

Gambar 3.7 : Gramgraphic (logo dalam gambar terdapat tulisan) ...... 156

Gambar 3.8 : Logo Logotype and Blend Gram (Gramgraphic) ...... 157

Gambar 3.9 : Logotype transform gram (logo tulisan membentuk gambar) ...... 157

Gambar 3.10 : Logo yang tulisan didistrosi sesuai dengan bentuk gambar (Logo

MTQN 31 Tanjung Balai 2008) ...... 157

Gambar 3.611: Logogram transform typo (logo gambar membentuk huruf) ..... 158

Gambar 3.9 ...... 159

Gambar 3.10 ...... 164

Gambar 3.11 ...... 165

Gambar 3.12 : ...... 169

Gambar 3.13 : ...... 171

Gambar 3.14 : ...... 183

Gambar 3.15 : Bentuk motif geometris suku mandailing ...... 185

Gambar 3.16 : Bentuk motif geometris ...... 187

Gambar 3.17 : ...... 191

Gambar 3.18 : ...... 193

Gambar 3.19 : Contoh Gambar Perbedaan antara Simbol, Lambang, dan Logo 202

Gambar 4.1 : ...... 208

Gambar 4.2 : ...... 210

Gambar 4.3 : ...... 211

Gambar 4.4 : ...... 212

Gambar 4.5 : ...... 214

Gambar 4.6 : ...... 215

Gambar 4.7 : ...... 216

Gambar 4.8 : ...... 218

Gambar 4.9 : ...... 219

Gambar 4.10 : ...... 221

Gambar 4.11 : ...... 222

Gambar 4.12 : ...... 223

Gambar 4.13 : ...... 224

Gambar 4.14 : ...... 226

Gambar 4.15 : ...... 227

Gambar 4.16 : ...... 229

Gambar 4.17 : ...... 230

Gambar 4.18 : ...... 231

Gambar 4.19 : ...... 232

Gambar 4.20 : ...... 234

Tabel. 4.1. Logo Karya Para Mahasiswa Polimedia Medan ditinjau dari Kriteria

Logo ...... 237

Tabel 4.2. Penilian Kualitatif Logo Ciptaan Para Mahasiswa Polimedia Medan

Berdasarkan Kriteria Logo ...... 242

Gambar 4.21 : ...... 244

Gambar 4.22 : ...... 246

Gambar 4.23 : ...... 247

Gambar 4.24 : ...... 248

Gambar 4.25 : ...... 249

Gambar 4.26 : ...... 249

Gambar 4.27 : ...... 250

Gambar 4.28 : ...... 251

Gambar 4.29 : ...... 251

Gambar 4.30 : ...... 252

Gambar 4.31 : ...... 253

Gambar 4.32 : ...... 254

Gambar 4.33 : ...... 255

Gambar 4.34 : ...... 256

Gambar 4.35 : ...... 257

Gambar 4.36 : ...... 258

Gambar 4.37 : ...... 259

Gambar 4.38 : ...... 260

Gambar 4.39 : ...... 261

Gambar 4.40 : ...... 261

Gambar 4.41 : ...... 267

Gambar 4.42 : ...... 274

Gambar 4.43 : ...... 283

Gambar 4.44 : ...... 291

Gambar 4.45 : ...... 295

Gambar 4.46 : ...... 299

Gambar 4.47 : ...... 304

Gambar 4.48 : ...... 308

Gambar 4.49 : ...... 313

Gambar 4.50 : ...... 319

Gambar 4.51 : ...... 324

Gambar 4.52 : ...... 329

Gambar 4.53 : ...... 337

Gambar 4.54 : ...... 341

Gambar 4.55 : ...... 348

Gambar 4.56 : ...... 352

Gambar 4.57 : ...... 357

Gambar 4.58 : ...... 361

Gambar 4.59 : ...... 367

Gambar 4.60 : ...... 375

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Baik dipandang dari sisi kebudayaan, maupun administratif pemerintahan,

Sumatera Utara memiliki penduduk dan budaya yang sangat heterogen.

Keberagaman ini dijadikan potensi untuk membangun secara bersama, walaupun adakalanya gesekan atau friksi sosial sesekali terjadi tetapi tidak sampai meluas, diredam secara bersama untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa.

Sumatera Utara mencerminkan peradaban Nusantara yang beraneka-ragam namun tetap mewujudkan nilai integritas dan kebersamaan. Walaupun memiliki beragam keyakinan atau perbedaan agama.

Masyarakat1 Sumatera Utara berdasarkan kelompok etnik, biasanya dalam konteks pemerintahan Republik Indonesia dibagi ke dalam tiga kategori, yaitu: (1) delapan etnik setempat yang terdiri dari: Melayu, Karo, Simalungun, Pakpak-

Dairi, Batak Toba, Mandailing-Angkola, Pesisir, dan Nias; (2) etnik pendatang

1Dalam tesis ini, pengertian mengenai masyarakat adalah mengacu kepada pendapat Gilin dan Gillin, sebagai berikut. Masyarakat (society) adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinu, dan terikat oleh suatu rasa identitas bersama (lihat Koentjaraningrat (1974, hal.11). Menurut J.L. Gillin dan J.P. Gillin, yang dimaksud masyarakat adalah: "... the largest grouping in which common customs, traditions, attitudes and feelings of unity are operative,"--yang ertinya: "kelompok manusia yang terbesar, yang secara umum memiliki adat istiadat, tradisi, sikap, dan rasa bersatu, yang merupakan kesatuan tingkah laku mereka." Lebih jauh lihat J.L. Gillin dan J.P. Gillin (1954, hal. 139). 1

2

dari Nusantara: Minangkabau, Aceh, Banjar, Jawa, dan lainnya; serta (3) etnik pendatang dari luar negeri: Tionghoa, Tamil, Benggali, Eropa, dan lainnya.2

Pada masa sekarang sebagian besar masyarakat Sumatera Utara, menerima cara pembahagian kelompok-kelompok etnik setempat ke dalam tiga kelompok sesuai di atas. Namun jika digeneralisasi lebih umum, terdapat tiga kesatuan kelompok besar etnik natif Sumatera Utara, yaitu Batak, Melayu Pesisir, dan

Nias. Orang-orang natif Sumatera Utara biasanya disebut dengan suku-suku.

Kelompok etnik Batak yang lebih luas dan memiliki lima komunitas utama, yaitu: Pakpak-Dairi, Batak Toba, Angkola-Mandailing, Karo, dan

Simalungun. Kelima komunitas utama ini mempunyai organisasi sosial yang sama, yaitu berdasar pada sistem patrilineal dan klen yang eksogamus. Mereka mempunyai sistem sosial, budaya, religi, dan linguistik yang berbeda, tetapi memikili persamaan dari berbebapa hal, terutama tiga struktur sosial berdasarkan hubungan darah dan perkawinan.

2Kemudian yang dimaksud etnik adalah adalah suatu golongan manusia yang anggota- anggotanya mengidentifikasikan dirinya dengan sesamanya, biasanya berdasarkan garis keturunan yang dianggap sama. Identitas suku ditandai oleh pengakuan dari orang lain akan ciri khas kelompok tersebut seperti kesamaan budaya, bahasa, agama, perilaku, dan ciri-ciri biologis. Menurut pertemuan internasional tentang tantangan-tantangan dalam mengukur dunia etnik pada tahun 1992, "Etnikitas adalah sebuah faktor fundamental dalam kehidupan manusia. Ini adalah sebuah gejala yang terkandung dalam pengalaman manusia" meskipun definisi ini seringkali mudah diubah-ubah. Yang lain, seperti antropolog Fredrik Barth dan Eric Wolf, menganggap etnikitas sebagai hasil interaksi, dan bukan sifat-sifat hakiki sebuah kelompok (Barth, 1969, hlm. 831). Proses-proses yang melahirkan identifikasi seperti itu disebut etnogenesis. Secara keseluruhan, para anggota dari sebuah kelompok suku bangsa mengklaim kesinambungan budaya melintasi waktu, meskipun para sejarawan dan antropolog telah mendokumentasikan bahwa banyak dari nilai-nilai, praktik-praktik, dan norma-norma yang dianggap menunjukkan kesinambungan dengan masa lalu itu pada dasarnya adalah temuan yang relatif baru.

3

Dalam berkesenian, etnik di Sumatera Utara memiliki kekayaan yang beragam. Setiap benda budaya, termasuk artefak seni, diproduksi masyarakat sendiri, karena memiliki fungsi dalam kehidupan mereka. Setiap benda seni tidak semuanya berfungsi religius, banyak benda seni diciptakan hanya untuk kepentingan sekuler saja. Menurut penulis, bentuk benda-benda seni untuk upacara dan untuk kepentingan praktis sehari-hari dibuat dengan bentuk yang sama, yang membedakaan adalah proses pembuatannya saja.

Benda-benda seni yang dipergunakan untuk upacara mempunyai proses pembuatan yang sifatnya ritual, sedangkan benda-benda dengan bentuk yang sama tetapi untuk kepentingan sekuler tidak diproses dengan upacara. Karena bentuknya yang sama, maka dapat dibedakan dari membaca penafsiran simbol- simbol religi pada benda seni upacara tersebut, maupun seni sekulernya. Dari tafsiran tersebut akan diperoleh bangunan gagasan religinya.

Pemetaan cara berpikir relegius suku-suku di Sumatera Utara sampai sekarang masih bertahan dengan penggunaan bahasa daerah masing-masing.

Pemikiran relegius ini disusun dari mitos-mitos penciptaan semesta mereka, bangunan rumah mereka, upacara-upacara adat, susunan perkampungan, hukum adat, perahu, seni sastra, seni musik, seni teater, ataupun seni rupa (dan salah satunya adalah ragam hias mereka yang beraneka ragam).

Karya seni arsitektur yang merupakan perpaduan dari hasil seni pahat dan seni ukir serta hasil seni kerajinan. Arsitektur rumah adat ini

4

umumnya disertai dengan berbagai bentuk ragam hias atau ornamen yang memiliki makna-makna simbolis, ikonik, maupun indeks yang dapat ditafsirkan dari benda-benda seni yang diciptakan.

Selain arsitektur, ragam hias atau ornamen juga dituangkan ke dalam bentuk tenunan. Tenunan merupakan seni kerajinan dari jalinan-jalinan benang kapas atau rami yang dijalin sesuai dengan bentuk ragam hias daerah masing- masing dan menghasilkan karya seni yang sangat menarik. Karya hasil tenunan tersebut adalah kain ulos (Batak Toba), uis (Karo), oles (Pakpak-Dairi), hiou

(Sialungun), abit (Mandailing-Angkola), dan kain songket Melayu. Ulos merupakan kain adat Batak yang digunakan dalam upacara-upacara perkawinan, kematian, mendirikan rumah, kesenian, dan lain-lain. Bahan kain ulos terbuat dari benang kapas atau rami. Warna ulos biasanya adalah hitam, putih, dan merah yang mempunyai makna-makna tertentu. Sedangkan warna lain merupakan lambang dari variasi kehidupan.

Pada suku Pakpak ada tenunan yang dikenal dengan nama oles. Bisanya warna dasar oles adalah hitam kecokelatan atau putih. Pada suku Karo ada tenunan yang dikenal dengan nama uis. Bisanya warna dasar uis adalah biru tua dan kemerahan. Pada masyarakat pesisir barat ada tenunan yang dikenal dengan nama songket Barus. Biasanya warna dasar kerajinan ini adalah merah tua atau kuning emas. Kesemua kekayaan kerajinan ini dapat melahirkan indusrti-industri kreatif, yang dapat dipasarkan hasil dari kerajinan di Sumatera Utara.

5

Sumatera Utara yang memiliki keberagaman ragam hias, merupakan potensi pariwisata yang dapat dikembangkan melalui industri kreatif di antara adalah industri batik. Dengan kekayaan ragam hias yang beraneka ragam, motif- motif batik yang dihasilkan lebih memiliki pilihan variasi yang beragam dibandingkan daerah asal batik tersebut yaitu pulau Jawa.

Untuk menembus pangsa pasar sebuah industri harus memiliki komunikasi terhadap konsumen melalui tanda yang memiliki simbol atau pun lambang dari industri atau perusahan batik tersebut. Sehingga dapat mempengaruhi konsumen, agar mencapai tujuan yang dapat diidentifikasi.

Refleksi tanda tersebut dipresentasikan secara utuh dan total, melalui sesuatu makna simbol dan lambang menjadikan suatu kualitas dengan nilai-nilai yang ditunjukkan secara visual suatu gambar, terdiri dari unsur bentuk dan warna.

Bentuk merupakan wujud dari sebuah makna simbol sedangkan warna mewakili dari suatu makna lambang secara konvensi.

Bentuk-bentuk ragam hias atau ornamen yang dimiliki pada setiap etnik di

Sumatera Utara sangat beragam yang terdiri dari delapan etnik meliputi Melayu,

Karo, Simalungun, Pakpak Dairi, Batak Toba, Mandailing-Angkola, Pesisir, dan

Nias juga menghadirkan makna simbol atau makna lambang yang bersifat konvensi sesuai dengan etnik masing-masing.

Pengelompokan besar etnik di Sumatera Utara salah satu unsurnya adalah dari bentuk dan warna ornamen yang dimiliki pada setiap kolompok masyarakat

6

Batak, yaitu Karo, Simalungun, Pakpak-Dairi, Batak Toba, Mandailing-Angkola, yang memiliki beberepa bentuk dan warna ragam hias atau ornamen yang hampir sama, tetapi pada setiap penafsiran dalam tanda, bentuk dan warna tersebut memiliki arti pada makna simbol dan makna lambang yang berbeda, yang dapat menginformasikan ataupun mengkomunikasikan perbedaan sehingga menghasilkan identitas dari masing-masing etnik yang terdapat dalam bagian kelompok besar etnik Batak tersebut. Penafsiran sebuah tanda pada bentuk dan warna dari masing-masing etnik tersebut dapat dilihat melalui ilmu semiotika, yang meliputi makna denotatif dan konotatif sesusai dengan reprensi ilmu budaya yang di miliki seseorang.

Dalam konteks logo yang dihasilkan oleh para desainer logo maupun mahasiswa seni rupa dan desain, dari bentuk-bentuk ragam hias atau ornamen tersebut yang didistorsi menjadi sebuah logo. Kemudian secara tidak langsung akan mempertegas ekpresi identitas sekelompok etnik yang terwujud melalui bentuk dan warna, sehingga mengomunikasi sebuah tanda pada logo tersebut.

Dalam menciptakan sebuah logo informasi ekpresi identitas harus muncul melalui makna bentuk dan peranan warna. Sehingga terciptalah komunikasi melalui penafsiran sebuah tanda pada setiap logo. Demikian pula yang terjadi dalam sebuah institusi pendidikan media kreatif yakni Politeknik Negeri Media

Kreatif PSDD Medan.

7

Politeknik Negeri Media Kreatif PSDD Medan (Polimedia PSSD Medan) adalah wadah pendidikan yang menempah mahasiswa, salah satunya untuk menjadi desainer logo. Program Studi yang memiliki strategi pembelajaran berbasis kompetensi produksi salah satunya adalah prodi multimedia. Materi perkuliah dasar pada prodi ini mahasiswa diharapkan mampu menciptakan desain logo, untuk kebutuhan di berbagai media.

Kurikulum yang menjadi acuan prodi multimedia Polimedia, lebih mengutamakan praktik (70%) dari pada teori (30%), yang bersifat vokasi. Jadi mahasiswa dipersiapkan untuk menjadi tenaga ahli siap pakai setelah menyelesaikan studinya.

Pada materi perkulihan menciptakan sebuah logo, mahasiswa dibekali secara teoris tentang ciri dan kreteria logo yang baik, konsep logo, pengolahan bentuk dan peranan warna pada logo. Mata kuliah lain yang berhubungan dengan menciptakan sebuah logo, seperti Nirmana dan Tipografi sangat membantu dalam menciptakan sebuah logo. Teori pengolahan bentuk dan peranan warna secara teoris telah membantu mahasiswa dalam menciptakan bentuk dan wujud logo di dalam institusi ini.

Namun, dalam memahami sebuah logo, melalui makna bentuk dan peranan warna, mahasiswa tidak dibekali secara formal dengan ilmu filsafat keindahan atau estetika, serta pola ragam hias Sumstera Utara dari setiap etnik.

Mereka hanya belajar sendiri mencari dan memahami bentuk dan makna pola

8

ragam hias etnik tersebut, dalam rangka memenuhi tugas disain logo. Padahal secara keilmuan, adalah penting untuk melihat ekpresi identitas dari logo melalui bentuk-bentuk ornamen yang didistorsi menjadi sebuah logo, yang secara tidak langsung akan mempertegas ekpresi identitas salah satu atau beberapa etnik yang terwujud melalui makna bentuk dan peranan warna. Makna ini lazim dikaji melalui ilmu semiotika, dalam rangka mengomunikasi ekpresi identitas sebuah tanda pada logo yang diciptakan.

Latar belakang kebudayaan etnik Sumatera Utara sebagai materi untuk pembuatan logo pada Polimedia PSDD Medan, sangat menarik untuk dikaji melalui disiplin seni rupa, khususnya seni rupa yang berbasis kultural. Untuk itu perlu dijelaskan sekilas apa itu disiplin seni rupa dalam konteks ilmu pengetahuan

(science).

Pendekatan seni rupa dalam konteks ilmu pengetahuan adalah berbasis kepada disiplin ilmu (dicipline based art education, disingkat DBAE). Pendekatan ini berintikan pemikiran bahwa seni telah hadir dalam kehidupan, yang bukan hanya sebagai kegiatan penciptaan, tetapi juga sebagai cabang pengetahuan yang menjadi bahan kajian filosofis (filsafat ilmu) maupun ilmiah, dan berhak dipelajari di lembaga pendidikan. Seni adalah disiplin ilmu yang khas dengan karakter yang dimilikinya, mendapat dukungan kelompok ilmuwan, dikembangkan melalui penelitian.

9

Pendukung pendidikan seni rupa berbasis disiplin berpendapat bahwa pendidikan seni rupa yang memberikan kesempatan kepada peserta didik (siswa atau mahasiswa) untuk mengekspresikan emosinya adalah penting, tetapi jangan sampai mengabaikan kegiatan mempelajari aspek pengetahuan keilmuannya.

Cakupan pendidikan seni rupa diperluas. Eisner (1987/1988) menegaskan bahwa pendidikan seni rupa berbasis disiplin, bertujuan untuk menawarkan program pembelajaran yang sistematik dan berkelanjutan dalam empat bidang seni rupa yang lazim dalam kenyataan yaitu bidang: (1) penciptaan, (2) penikmatan, (3) pemahaman, dan (4) penilaian. Keempat bidang tersebut disampaikan dalam kegiatan belajar; produksi seni rupa, kritik seni rupa, sejarah seni dan estetika.

Peserta didik hendaknya tidak hanya diberi kesempatan untuk berekspresi dan menciptakan karya seni rupa, tetapi perlu juga mempelajari bagaimana caranya menikmati suatu karya seni rupa serta memahami konteks dari sebuah karya seni rupa dari berbagai masa. Pelaksanaannya tidak harus terpisah tetapi dapat dipadukan.

Pendidikan seni rupa berbasis disiplin merupakan suatu pendekatan dan merupakan suatu metode yang spesifik, maka wujud penampilannya dapat yang bervariasi. Yang jelas, sasarannya adalah adanya peningkatan kemampuan peserta didik dalam berbagai bidang kegiatan tersebut. Ciri-ciri DBAE adalah sebagai berikut.

10

1. Seni rupa sebagai subyek dalam pendidikan umum dengan kurikulum yang

tertulis serta disusun secara sistematis mencakup kegiatan ekspresi (kreasi),

teori dan kritik (apresiasi) seni rupa untuk membangun pengetahuan,

pemahaman dan keterampilan.

2. Kemampuan peserta didik dikembangkan untuk menghasilkan karya,

menganalisis, menafsirkan, dan menilai kualitas karya, mengetahui dan

memahami peran seni rupa dalam masyarakat serta memahami keunikan

karya seni rupa dan bagaimana orang memberikan penilaian dan menguraikan

alasan penilaian.

3. Seni rupa diimplementasikan dengan dukungan masyarakat, staf pengembang,

narasumber dan program penilaian (Dobbs, 1992).

Di lain sisi dalam konteks klasifikasi kultural dan dinamikanya, seni rupa adalah cabang seni yang membentuk karya seni dengan media yang bisa ditangkap mata dan dirasakan dengan rabaan. Kesan ini diciptakan dengan mengolah konsep garis, bidang, bentuk, volume, warna, tekstur, dan pencahayaan dengan acuan estetika, yang dapat diklasifikasikan ke dalam tiga jenis, yaitu seni rupa: (a) tradisional, (b) modern, dan (c) kontemporer.

Seni rupa tradisional adalah unsur kesenian yang menjadi bagian hidup masyarakat dalam suatu kaum (puak, suku, bangsa) tertentu. Seni tradisional yang ada di suatu daerah berbeda dengan yang ada di daerah lain, meskipun tidak menutup kemungkinan adanya seni tradisional yang mirip antara dua daerah yang

11

berdekatan. Ciri-ciriya: (i) Penciptaannya selalu berdasarkan pada filosofi sebuah aktivitas dalam suatu budaya, bisa berupa aktivitas religius maupun seremonial

(istana sentris); (ii) terikat dengan pakem-pakem tertentu. Contoh: wayang kulit, wayang golek, wayang beber, ornamen pada rumah-rumah tradisional di tiap daerah (dalam penelitian ini termasuk Sumatera Utara), batik, songket, dan lain- lain.

Seterusnya seni rupa modern adalah seni rupa yang tidak terbatas pada kebudayaan suatu adat atau daerah, namun tetap berdasarkan sebuah filosofi dan aliran-aliran seni rupa. Ciri-ciri: (i) konsep penciptaannya tetap berbasis pada sebuah filosofi, tetapi jangkauan penjabaran visualisasinya tidak terbatas; (ii) tidak terikat pada pakem-pakem (norma) tertentu. Contohnya lukisan-lukisan karya Raden Saleh Syarif Bustaman, Basuki Abdullah, Affandi, S. Soedjojono dan pelukis era modern lainnya, seperti Abdulah Sr, Pirngadi, Wakidi, Wahid

Somantri, Agus Jaya Suminta, Ramli, Abdul Salam, Otto Jaya S, Tutur, Emira

Sunarsa, dan lain-lain.

Seni rupa kontemporer adalah salah satu cabang seni yang terpengaruh dampak modernisasi. Kontemporer itu artinya kekinian, modern atau lebih tepatnya adalah sesuatu yang sama dengan kondisi waktu yang sama atau saat ini.

Jadi seni kontemporer adalah seni yang tidak terikat oleh aturan-aturan zaman dulu dan berkembang sesuai zaman sekarang. Lukisan kontemporer adalah karya yang secara tematik merefleksikan situasi waktu yang sedang dilalui. Misalnya

12

lukisan yang tidak lagi terikat pada Rennaissance (Renaisans). Begitu pula dengan tarian, lebih kreatif dan modern. Ciri-cirinya: (i) tidak terikat oleh aturan-aturan zaman dulu dan berkembang sesuai zaman; (ii) tidak adanya sekat antara berbagai disiplin seni, alias meleburnya batas-batas antara seni lukis, patung, grafis, kriya, teater, tari, musik, hingga aksi politik. Contoh karya-karya happening art, karya- karya Christo dan berbagai karya enviromental art. Di antara perupa kontemporer di Indonesia adalah Gregorius Sidharta, Christo, dan Saptoadi Nugroho.

Hal-hal seperti diurai dalam latar belakang ini, menjadi daya tarik bagi penulis untuk meneliti Logo Sebagai Tanda: Analisis Makna Bentuk dan Peranan

Warna Pada Hasil Ciptaan Para Mahasiswa Polimedia, melalui pendekatan utama disiplin seni rupa dalam konteks multidisiplin ilmu. Artinya disiplin ilmu seni rupa ditambah dengan imu-ilmu bantu (auxilary disciplines) seperti: ilmu budaya, antropologi, estetika, psikologi, dan lain-lainnya.

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah merupakan bagian penting dalam penelitian ini, berupa pertanyaan mendasar, apa yang menjadi masalah penelitian. Di dalam konteks penelitian ini dirumuskan dengan jelas dan tegas permasalahan yang ingin diteliti.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah makna bentuk pada logo dari hasil ciptaan para mahasiswa

Polimedia PSDD Medan?

13

2. Bagaimanakah peranan warna pada logo dari hasil ciptaan mahasiswa para

Polimedia PSDD Medan?

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum merupakan tujuan penelitian secara keseluruhan yang ingin dicapai melalui penelitian. Sedangkan tujuan khusus merupakan penjabaran atas pertanyaan dari tujuan umum, yang bersifat lebih operasional.

Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, maka tujuan yang ingin dicapai adalah untuk :

1. Mendeskripsikan dan menganalisis makna bentuk pada logo dari hasil ciptaan

mahasiswa Polimedia PSDD Medan.

2. Mendeskripsikan dan menganalisis peranan warna pada logo dari hasil ciptaan

mahasiswa Polimedia PSDD Medan.

1.3.2. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat antara sebagai berikut.

1. Sebagai bahan masukan bagi mahasiswa desain grafis atau desainer, untuk

memperlajari dan mendeskripsikan (menganalisis) makna bentuk dan peranan

14

warna pada logo serta pengaruh ekspresi identitas pada hasil ciptaan

mahasiswa Politiknik Negeri Media Kreatif PSDD Medan

2. Sebagai bahan masukan bagi dunia pendidikan khususnya desain grafis untuk

memperlajari sejauhmana makna bentuk dan peranan warna pada logo serta

pengaruh ekspresi identitas pada hasil ciptaan mahasiswa Politiknik Negeri

Media Kreatif PSDD Medan

3. Sebagai bahan reprensi bagi dosen mata kuliah desain grafis untuk

memperlajari sejauhmana makna bentuk dan peranan warna pada logo serta

pengaruh ekspresi identitas pada hasil ciptaan mahasiswa Politiknik Negeri

Media Kreatif PSDD Medan

4. Sebagai bahan masukan bagi masyarakat untuk melihat lebih jelas makna

bentuk dan peranan warna pada logo serta pengaruh ekspresi identitas pada

hasil ciptaan mahasiswa Politiknik Negeri Media Kreatif PSDD Medan.

5. Sebagai masukan bagi penulis untuk meneliti sejauhmana makna bentuk dan

peranan warna pada logo serta pengaruh ekspresi identitas pada hasil ciptaan

mahasiswa Politiknik Negeri Media Kreatif PSDD Medan.

1.4. Tijauan Pustaka

Penelitian ini berangkat dari asumsi bahwa logo sebaiknya mengomunikasikan sebuah tanda, sehingga menghadirkan ekspresi identitas melalui makna bentuk dan peranan warna. Pustaka yang menjadi rujukan penulis

15

juga tetap mengutamakan dua aspek untuk kajian tersebut, sesuai dengan judul penelitian adalah: ―Logo Sebagai Tanda: Analisis Makna Bentuk dan Peranan

Warna Pada Hasil Ciptaan Para Mahasiswa Politiknik Negeri Media Kreatif

PSDD Medan.‖ Setelah dilakukan kajian pustaka, maka bahan-bahan pustaka penulis klasifikasikan kepada enam kategori, yakni: (1) bahan pustaka yang mengulas teori nirmana, (2) teori semiotika, (3) teori logo dan desain, (4) teori warna, (5) tipografi, dan (6) teori estetika (filsafat keindahan).

Beberapa bahan pusataka yang penulis gunakan seperti klasifikasi di atas, sebagai rujukan dalam mengkaji pokok permasalahan peneilitian, dapat dijabarkan sebagai berikut.

1. Teori nirmana

Merujuk kepada teori yang dikemukan para ahli,

a. Nirmana Dasar-dasar Seni dan Desain oleh Sadjiman Ebdi Sanyoto

(Bandung, 2011). Di dalam buku ini, diuraikan secara mendasar dan meluas

tentang teori nirmana di dalam disiplin ilmu seni rupa. Buku ini menjadi

salah satu panduan penulis dalam melihat logo karya para mahasiswa

Politeknik Negeri Media Kreatif PSSD Medan.

b. Nirmana Dwimatra (Desain Dasar Dwimatra) oleh Arfial Arsad (Jakarta,

2001). Melalui buku ini, Arfial Arsad menguraikan secara panjang lebar

mengenai desain dalan seni rupa, dengan kajian khusus pada nirmana

16

dwimatra (dua dimensi). Di dalam buku ini diuraikan jenis-jenis, kategori,

dan klasifikasi karya-karya seni rupa dalam dua dimensi tersebut. Buku ini

amat relevan digunakan dalam konteks penelitian penulis terhadap disain

logo karya para mahasiswa Politeknik Negeri Media Kreatif PSSD Medan,

yang terutama berakar dari budaya seni rupa etnik Sumatera Utara, yang

dapat dikatakan berakar dari nirmana deimatra.

Berbicara tentang nirmana, tidak terlepas dari pengorganisasian atau

penyusunan elemen-elemen visual seperti: titik, garis, warna, ruang, dan

tekstur menjadi satu kesatuan yang harmonis. Dalam memciptakan sebuah

logo harus memiliki prinsip-prinsip yang bersifat subyektif terhadap

penciptanya, pengembangan dominasi yang bertujuan untuk menonjolkan salah

satu unsur sebagai pusat perhatian sehingga mencapai nilai artistik.

Dalam penelitian ini bentuk-bentuk yang dihadirkan pada sebuah desain

logo dapat ditafsirkan sesuai dengan tujuan ataupun visi misi dari perorangan,

golongan, kelompok, bahkan perusahaan. Penafsiran tersebut dapat diartikan

berdasarkan teori simiotika. Berbicara semiotika, maka tidak akan lepas dari

tanda dan bahasa.

2. Teori semiotika

Merujuk kepada teori yang dikemukan para ahli seperti

17

a. Semiotika Komunikasi oleh Alex Sobur (Bandung, 20007). Di dalam buku

ini dikupas mengenai apa itu semiotika atau semiologi, terutama yang

lazim digunakan di dalam disiplin ilmu komunikasi. b. Mengenal Semiotika oleh Paul Cobley dan Litza Jans (Bandung, 2002). Di

dalam buku ini diuraikan secara mendalam tentang apa itu semiotika, dan

bagaimana merngoperasikannya dalam kajian atau penelitian. c. Semiotika dalam Riset Komunikasi oleh Nawiroh Vera (Bogor:2014).

Nawiro Vera didalam buku ini, khusus mengkaji tentang semiotika yang

biasa digunakan dalam penelitian bidang disiplin ilmu komunikasi. Di

dalam diurai mengenai komunikasi lisan, komunikasi nonverbal,

menganalisis makna-makna komunikasi, dan aspek-aspek sejenisnya. d. Semiotika Budaya oleh Tommy Christomy dan Untung Yuwono (Depok,

2004). Buku semiotika yang dikarang oleh dua orang pakar ini,

menguraikan secara rinci mengenai apa-apa saja makna semiosis dalam

konteks kebudayaan manusia. Tafsiran semiotika tidak dapat dilepaskan

dari kebudayaan di mana aktivitas semiosis itu berlangsung. e. Sistem Simbol dalam Munaba Waropen Papua oleh Dharmojo (Jakarta,

2005). Buku yang ditulis Dharmojo ini, khusus mebahasa sistem simbol

(lambang) yang terjadi dalam masyarakat Papua yang berada di Waropen.

Simbol tersebut terutama yang diekspresikan dalam bentu-bentuk artefak.

18

Pada umumnya, teori-teori semiotika dan simbol tersebut, menafsirkan teori tentang tanda, penanda, dan petanda yang merujuk pada makna denotatif dan konotatif sehingga dapat mengomunikasikan makna-makna simbol pada sebuah identitas. Dalam konteks penelitian ini adalah makna-makna simbol dalam logo karya para mahasiswa Polimedia PSSD Medan.

3. Teori Logo dan Desain

Teori logo dan disain ini diwacanakan oleh para ahli dan ilmuwan, seperti uraian berikut ini.

a. Mendesain Logo oleh Surianto Rustam (Jakarta, 2009) yang berisikan

tentang sejarah logo, klasifikasi logo, anatomi logo, tahapan menciptakan

sebuah logo dan trend logo.

b. Computer Graphic Design oleh Hendri Hendratman (Bandung, 2014)

yang mengulas tentang teori dan konsep logo, pemahaman warna,

typography (tipografi), dan layout.

c. Heriyani Agustina, Farida Nurfalah dan Popo Sutopo dengan judul Makna

Logo Sebagai Cerminan Citra Perusahaan (Cirebon, 2009) mengulas

tentang pencitraan sebuah perusahan sesuai dengan bentuk logo yang

diciptakan.

19

d. How to Design Logos, Symbol and Icon oleh Gregory Thomas

(Netherland, 1990) berikan tentang perencanaan corporate identity design,

simbol, dan ikon pada logo. e. Designing Brand Identity karya Alina Wheeler, (Netherland, 1997) buku

menyatakan tentang bagaimana merancang logo untuk perusahaan-

perusahaan ternama dengan kosep yang telah ada sesuai dengan tujuan dan

visi misi dari perusahan tersebut f. Logos Of Phenomenology And Phenomenology Of The Logos oleh Anna-

Teresa Tymieniecka (2005) buku ini hanya bercerita tentang fenomena

penciptaan tentang logo. g. Sejarah dan Rahasia di Balik Logo oleh Gamal Kartono (Jurnal Seni Rupa

FBS Unimed Medan, 2012), berisikan sejarah, perjalanan dan rahasia

dibalik logo. h. Cara Mutakhir Jago Desain Logo oleh Ferri Caniago (Cipayung, 2012)

buku ini berikan tentang dasar-dasar desain analisis logo. i. How to Design Trademarks and Logos oleh John Murphy and Michael

Rowe Ohio (North Light Book, 1998) buku ini berikan tentang teori logo

dan elemen estetis, dan unsur logo.

20

4. Teori Warna

a. The True Power of Color oleh Aline Methga (Yogyakarta, 2014) berisikan

psikologi warna.

b. Rahasia Teknik Warna oleh Feri Sulianta (Jakarta, 2014) dengan yang

berisikan tentang aplikasi warna dalam teknologi komputer.

c. Color Management oleh Jhon T. Dwer. (Inggris, 1998) Buku ini

menceritakan tentang pengaturan warna sesuai dengan fungsinya. Juga

membahas tentang pengorganisaian warna untuk mendukung penciptaan

desain tutorial membuat desain buku dan panduan membuat desain logo

yang menarik.

5. Tifografi merujuk pada para ahli dengan judul Tipografi oleh Gamal Kartono,

(Medan, 2015) Berisikan tentang anatomi bentuk huruf, keluarga huruf,

klasifikasi huruf dan penggunakan huruf secara efektif.

6. Teori etetika atau filsafat keindahan

Merujuk pada para ahli berikut.

a. Estetika oleh Darsono Sony Katika (Bandung 2007). Di dalam buku ini

dibicarakan secara umu apa itu estetika, bidang-bidang kajian estetika, dan

hakl sejenisnya.

b. Estetika: Sebuah Pengantar oleh A.A.M. Djelantik (Bandung, 1999)

membahas tentang keindahan, bantuan dari alam, keindahan instrumental,

21

bentuk dan stuktur, gerak sinar dan warna serta berorentasi pada keserasian,

harmoni, dan keseimbangan

c. Estetika Paradoks oleh Jacob Sumardjo (Bandung, 2006) simbol seni,

estetika pola dua, tiga, empat, lima, dan seni ritual lainnya. Inti utama buku

ini adalah melihat berbagai jenis estetika yang paradoks, misalnya malam

dengan siang, panjang dengan pendek, dan seterusnya.

d. Estetika dalam Arkeologi Indonesia oleh Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia

(Jakarta, 1985) berisika tentang konsep-konsep keindahan dam simbolik

dalam bangunan sakral dan sekuler.

e. Hubungan Estetika Seni dengan Realita oleh Chernyshevsky, N. G.

(Ultimus, 2005) berisikan tentang suatu penilaian atas pandangan filosofi

tentang asas-asas filsafat pada ruang lingkup nyata pada estetika.

f. Bahasa Tubuh oleh Allan Pease (Jakarta, 1996) yang berisikan bagaimana

membaca pikiran seseorang melalui gerak isyarat.

g. Seni sebagai Ekpresi Eksistensi (Antropologi Indonesia) oleh Yasmin Z.

Shahab (UI, 2004) berikan tentang tantangan kebijakan multikulralisme.3

3Multikulturalisme adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan pandangan seseorang tentang ragam kehidupan di dunia, ataupun kebijakan kebudayaan yang menekankan tentang penerimaan terhadap adanya keragaman, dan berbagai macam budaya (multikultural) yang ada dalam kehidupan masyarakat menyangkut nilai-nilai, sistem, budaya, kebiasaan, dan politik yang mereka anut. Multikulturalisme berhubungan dengan kebudayaan dan kemungkinan konsepnya dibatasi dengan muatan nilai atau memiliki kepentingan tertentu. Multikulturalisme pada dasarnya adalah pandangan dunia yang kemudian dapat diterjemahkan dalam berbagai kebijakan kebudayaan yang menekankan penerimaan terhadap realitas keagamaan, pluralitas, dan multikultural yang terdapat dalam kehidupan masyarakat. Multikulturalisme dapat juga dipahami sebagai pandangan dunia yang kemudian diwujudkan dalam kesadaran politik (Azyumardi Azra, 2007). Masyarakat multikultural adalah suatu masyarakat yang terdiri dari beberapa macam

22

1.5. Konsep dan Teori

1.5.1. Konsep

Konsep yang digunakan di dalam tesis ini adalah yang berkait dengan tema penelitian, yaitu tentang: (1) logo, (2) tanda, (3) makna bentuk, (4) peran warna, dan (5) pengaruh ekspresi identitas. Masing-masing konsep diuraikan sebagai berikut.

(1) Logo merupakan seni yang memiliki makna gambar dan makna tanda, sebagai cerminan ekspresi identitas dari latar belakang yang mewakilinya. Dalam hal lainnya logo juga membutuhkan sesuatu kata atau tulisan yang singkat dan mudah diingat sebagai pengganti dari nama sebenarnya atau identitas.

Logo memiliki filosofi dan kerangka dasar berupa konsep dengan tujuan melahirkan sifat yang berdiri sendiri atau mandiri. Logo lebih lazim dikenal oleh penglihatan atau visual, seperti ciri khas berupa bentuk, warna dan typogafi yang sesuai dengan ekspresi identitas mencerminkan latar belakang yang diwakilinya.

Pembahasan antara makna simbol, lambang dan logo, dapat di simpulkan bahwa perbedaan antara ketiganya terletak pada makna yang dihadirkan dalam konteks penyesuaian kebutuhan dari ekperesi identitas yang mencerminkan latar belakang yang diwakilinya. komunitas budaya dengan segala kelebihannya, dengan sedikit perbedaan konsepsi mengenai dunia, suatu sistem arti, nilai, bentuk organisasi sosial, sejarah, adat serta kebiasaan (―A Multicultural society, then is one that includes several cultural communities with their overlapping but none the less distinc conception of the world, system of [meaning, values, forms of social organizations, historis, customs and practices‖; Parekh, 1997 yang dikutip dari Azra, 2007).

23

Telah dibahas bab sebelumnya bahwa logo merupakan kata, ataupun bentuk yang mendeskripsikan makna gambar dan makna tanda, serta mencerminkan ekspresi identitas karakter seseorang, perusahaan, produk, atau jasa yang diwakilinya. Logo juga merupakan sesuatu makna yang disimbulkan melalui bentuk dan yang melambangkan melalui peranan warna. Kesemua itu tidak terlepas dari konsep logo yang meliputi: ciri-ciri logo, fungsi logo dan proses penciptaan logo.

(2) Tanda adalah berkaitan dengan objek-objek yang menyerupainya, keberadaannya memiliki hubungan sebab-akibat dengan makna simbol dan lambang atau karena ikatan konvensional dengan hubungan tersebut. Tanda juga merupakan wujud konkret dari citra bunyi dan sering diidentifikasi sebagai penanda, sedangkan konsep-konsep dari bunyi-bunyian atau gambar, disebut sebagai petanda.4. Tanda merupakan sesuatu yang bersifat fisik, dan pada sesuatu diluar tanda itu sendiri semua ini mengaju pada teori semoitika.

Logo dari sudut pandang ilmu semiotika adalah sebagai tanda yang memiliki makna konotatif dan dedotatif dengan penafsiran logis dari gambaran mental, pikiran, serta konsep (petanda) dan memiliki suatu bentuk yang ditulis atau dibaca (penanda) yang diterjemahkan melalui simbol dan lambang berdasarkan ekpresi identitas karakter seseorang, perusahaan, produk, atau jasa yang diwakilkannya.

4 John Fiske, Cultural and Communication Studies,Yogyakarta dan Bandung: Jalasula, 2001, hlm. 63.

24

(3) Makna bentuk dapat menjadikan sebuah logo sesuai dengan karakter seseorang, perusahaan, produk, atau jasa yang diwakilkannya. Melalui bentuk yang didistorsi menjadi bentuk sederhana yang dapat mudah diingat, bentuk tersebut akan menjadi salah unsur didalam logo yaitu unsur simbol. Makna simbol pada logo merupakan bagian dari bentuk yang tidak dipisahkan dari logo, karena simbol adalah sesuatu yang biasanya merupakan tanda yang terlihat yang menggantikan gagasan atau objek. Simbol adalah kata, tanda atau isyarat, yang digunakan untuk mewakili sesuatu yang lain seperti arti, kualitas, abstraksi, gagasan, dan objek. Simbol adalah apapun yang diberikan arti dengan pesetujuan umum dan atau dengan kesepakatan atau kebiasaan.

(4) Peranan warna, dalam menciptakan sebuah logo warna dapat menghadirkan makna yang berbeda, warna dapat merupakan unsur lambang pada sebuah logo. Lambang adalah alat untuk mempergaruhi komunikan, dapat juga menjadikan seseorang menjadi paham akan pesan yang disampaikan.

Berhubungan dengan hal tersebut, lambang adalah alat untuk menjadikan pengertian terhadap pesan-pesan yang disampaikan juga sebagai alat untuk penghubungkan komunikator dengan komunikan. Seiring dengan pembahasan tersebut lambang adalah alat untuk mencapai suatu tujuan komunikasi.

Peranan warna pada logo dari hasil ciptaan mahasiswa Polimedia PSDD

Medan, pada tesis ini dianalisis dengan menggunakan pendekatan teori prinsip-

25

prinsip desain, dasar-dasar seni rupa, teori nirmana, teori warna, dan teori psikologi warna.

(5) Pengaruh Ekspresi Identitas, ada dua dasar terjadinya ekspresi, yaitu pikiran dan suasana kehidupan dan ekspresi yang timbul dari intensi pikiran, misalnya konsep serta struktur pikiran. Keduanya adalah unsur pokok dalam ilmu pengetahuan dan berurusan dengan logika.

Ekspresi mengandung dua unsur pokok, yaitu ilmu pengetahuan dan logika. Yang dimaksud dalam katagori ini adalah bidang-bidang keilmuan yang menuntut adanya validasi yang lepas dari situasi yang muncul.5

Biasanya ekspresi pada penciptaan logo terwujud melalui bentuk dan warna atau makna yang disimbolkan atau dilambangkan untuk penekanan pada sebuah identitas.

Seperti telah bahas pada latar belakang masalah, identitas dapat pendefinisian diri seseorang sebagai individu yang berbeda dalam perilaku, keyakinan dan sikap serta refleksi diri atau cerminan diri yang berasal dari keluarga, gender, budaya, etnik dan proses sosialisasi.6

Begitu banyak unsur yang terdapat pada identitas, salah satunya adalah budaya, budaya merupakan cara hidup yang berkembang, dan dimiliki bersama

5Ninuk Kleden-Probonegoro, ―Ekspresi Karya (Seni) dan Politik Multikulutral‖ dalam Antropologi Indonesia, Tahun XXVIII no. 75 September-Desember 2004, Jakarta: UI Press, hal. 1. 6Larry A. Samovar, Richard E. Porter, dan Edwin R. McDaniel, Communication Between Cultures, Cengage: Learning, 2009, hal. 154-161.

26

oleh sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi.7 Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Kesemua itu dapat disimbolkan melalui distorsi bentuk yang sederhana sesuai dengan ekpresi identitas karakter seseorang, perusahaan, produk, atau jasa yang diwakilkannya.

Begitu juga dengan warna unsur budaya yang begitu rumit dapat dilambangkan melalui warna sesuai dengan kesepakatan, ekpresi identitas karakter seseorang, perusahaan, produk, atau jasa yang diwakilkannya.

Identitas lain yang dapat dihadirkan dalam menciptakan sebuah logo dapat dihasilkan dari kata atau pun bahasa, kata atau bahasa merupakan bagian unsur budaya, dengan membubuhi kata ataupun bahasa yang disederhanakan dapat menciptakan logo sesuai dengan kreteria logo.

Permasalahan yang harus ukur pada variabel bebas ini adalah keberhasilan mendeskripsikan/menganalisis ekspresi identitas pada logo hasil ciptaan mahasiswa Polimedia PSDD Medan, dengan menggunakan pendekatan teori nirmana, teori warna, dan teori semiotika.

Hasil logo dari ciptaan mahasiswa Polimedia PSSD Medan tidak mempengaruhi pada variabel bebas dan variabel terikat, tetapi hasil karya logo mahasiswa tersebut akan dijadikan sampel yang menjadi tolak ukur pada pembahasan penelitian ini. Hasil logo yang diciptakan mahasiswa Polimedia

7Siegfried Giedion, Space, Time and Architecture (6th ed.), London: t.p., 1990, hal. 3.

27

sebagai pembatasan menganalis masalah dalam penelitian ini. Karena logo yang di ciptakan harus memenuhi semua kreteria dalam menghasilkan logo yang baik.

Dalam menciptakan sebuah logo harus menunjukan karakter bentuk, warna, tipografi yang memiliki ekpresi identitas serta mencerminkan karakter seseorang, perusahaan, produk, atau jasa yang diwakilinya.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ekspresi adalah /eks·pre·si/

/éksprési/ n 1. pengungkapan atau proses menyatakan (yaitu memperlihatkan atau menyatakan maksud, gagasan, perasaan, dan sebagainya. 2. pandangan air muka yang memperlihatkan perasaan seseorang.

Ada dua dasar terjadinya ekspresi, yaitu pikiran dan suasana kehidupan dan ekspersi yang timbul dari intensi pikiran, misalnya konsep serta struktur pikiran. Keduanya adalah unsur pokok dalam ilmu pengetahuan dan berurusan dengan logika.

Seperti yang dikemukakan Ninuk Kleden-Probonegoro Jurnal Antropologi

Indonesia, dalam Judul : ―Eksresi Karya (Seni) dan Polotik Multikultural‖. Bahwa

Ekspresi mengandung dua unsur pokok, yaitu ilmu pengetahuan dan logika. Yang dimaksud dalam katagori ini adalah bidang-bidang keilmuan yang menuntut adanya validasi yang lepas dari situasi yang muncul.8

Biasanya ekspresi pada penciptaan logo terwujud melalui bentuk dan warna atau makna yang disimbolkan atau dilambangkan untuk penekanan pada

8 Ninuk Kleden-Probonegoro, ―Ekspresi Karya (Seni) dan Politik Multikulutral‖ (Antropologi Indonesia Tahuin XXVIII no. 75 september-desember2004), Jakarta, UI,1

28

sebuah identitas. Menurut Gardiner W. Harry dan Kosmitzki Corinne melihat identitas sebagai pendefinisian diri seseorang sebagai individu yang berbeda dalam perilaku, keyakinan dan sikap serta refleksi diri atau cerminan diri yang berasal dari keluarga, gender, budaya, etnik dan proses sosialisasi.9

Merujuk pendapat di atas dapat di pengaruhi oleh identitas, salah satunya unsur tersebut adalah budaya. Budaya adalah cara hidup yang berkembang, dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi.10 Dengan kata lain budaya merupakan kebiasanya tata cara hidup yang dilakukan secara turun temurun. Budaya kehidupan dari setiap golongan berbeda- beda, yang melahirkan simbol-simbol atau lambang secara tidak langsung menciptakan sebuah identitas dari setiap golongan tersebut.

Menyimpulkan dari pendapat beberapa ahli terdapat dua pemahaman, yaitu bahwa identitas karakter seseorang, perusahaan, produk, atau jasa yang diwakilkannya, dapat diekrpesikan sebagai makna simbol dan lambang yang dihadir melalui bentuk dan warna pada sebuah logo.

Pemahaman yang kedua, bahwa untuk menghasilkan bentuk dan penerapan warna pada logo, ataupun makna yang disimbolkan dan dilambangkan, tentu ada unsur-unsur yang mempengaruhnya melalui ekspresi ataupun identitas

9Larry A. Samovar, Richard E. Porter, dan Edwin R. McDaniel, Communication Between Cultures. Cengage: Learning, 2009, hlm. 154-161. 10 Siegfried Giedion, Space, Time and Architecture (6th ed.), p 3

29

yaitu, dari pencipta logo itu sendiri. Sehingga makna simbol dan lambang menjadi bentuk kongkrit dari sebuah logo.

1.5.2. Teori yang digunakan

Berdasarkan pendapat beberapa teori, makna logo merupakan hasil dari dasar pemikiran yang menghasilkan refrensi atau penggambaran maupun konseptualisasi dengan acuan simbolik. Secara garis besar, logo merupakan bentuk simbol visual yang memiliki makna ataupun penafsiran tanda, menyampaikan suatu informasi sehingga bersifat komunikatif. Keberadaannya mampu menggantikan sesuatu yang lain, dapat dipikirkan, atau dibayangkan.

Melalui pendekatan teori di dalam komunikasi, logo dapat diartinya dari sudut pandang semiotika, karena semiotika merupakan salah satu metode komunikasi yang merujuk pada bidang studi untuk mempelajari makna atau arti pada logo, yang didalamnya mengandung makna bentuk, peranan warna sebagai ekspresi identitas yang diperangaruhi oleh unsur budaya.

1.5.2.1. Teori semiotika

Untuk mengkaji makna bentuk, dalam tesis ini digunakan teori semiotika.

Dalam konteks keilmuan, semiotika merupakan studi tentang hubungan antara tanda (lebih khusus lagi simbol dan lambang) dengan apa yang dilambangkan.

30

Perintis awal semiotika adalah Plato (428-348 SM) yang memeriksa asal muasal bahasa dalam cratylus (Cratylus adalah nama dari dialog Plato).11

Kata ―semiotika‖ berasal dari bahasa Yunani, seme, bahasa semeiotikos, yang berarti penafsiran tanda. Sebagai salah satu disiplin ilmu, Semiotika berarti ilmu analisis tanda atau studi tentang bagaimana sistem penandaan berfungsi.12

Pada sistem penandaan memiliki pengaruh besar, namun munculnya studi khusus tentang sistem penandaan. Sudah sejak dahulu, tanda menjadi sumber perdebatan. Salah satunya adalah antara penganut mazhab Soik dan kaum

Epikurean di Athena kiri-kira 300 SM.13 Inti dari perdebatan tersebut berkaitan dengan perbedaan antar ―tanda natural‖ (yang terjadi secara alami) dan tanda konvensional (yang khusus dibuat untuk komunikasi).

Masyarakat selalu melakukan interaksi dengan masyarakat lainnya yang membutuhkan suatu alat komunikasi agar bisa saling memahami tentang suatu hal. Dari beberapa banyak hal salah satunya adalah tanda. Tanda bisa dipahami secara benar dan sama, namun membutuhkan konsep yang sama agar tidak terjadi salah pengertian. Tanda itu tidak selamanya dapat dipahami secara benar dan sama. Setiap orang memiliki interpretasi makna tersendiri, dengan berbagai alasan yang melatarbelakanginya.

11Paul Cobley dan Litza Jansz, Mengenal Semiotika, Bandung: Mizan Media Utama, 2004, hal. 4. 12Ibid., hlm. 4. 13Ibid., hlm. 5.

31

Zeman, 1977, dalam buku John Fiske ―Cultural dnd Communication

Studes‖ menyatakan menegenai tanda dalam kajian-kajian semiotika ini sebagai berikut.

Tanda adalah sesuatu yang dikaitkan pada seseorang untuk sesuatu dalam beberapa hal atau kapasitas. Tanda merujuk pada seseorang, yakni, menciptakan di benak orang tersebut suatu tanda yang setara, atau barangkali suatu tanda yang lebih berkembang. Tanda yang diciptakan saya namakan interpreteant dari tanda pertama. Tanda itu menunjukan sesuatu, yakni objeknya.14

Terdapat dua pendekatan penting yang berkenaan dengan tanda, yakni pendekatan yang dicetuskan oleh Ferdinand de Saussure dan pendekatan yang dicetuskan oleh Charles Sanders Peirce. Menurut Saussure, tanda merupakan wujud konkret dari citra bunyi dan sering diidentifikasi sebagai penanda, sedangkan konsep-konsep dari bunyi-bunyian atau gambar, disebut sebagai petanda.15

Dapat dikatakan, di dalam tanda terungkap citra bunyi ataupun konsep sebagai dua komponen yang tak terpisahkan. Hubungan penanda dan petanda juga bersifat arbitrer (bebas), baik secara kebetulan maupun ditetapkan.16

Saussure menyatakan dala m John Fiske ―Cultural dnd Communication

Studes‖(2004:63) bahwa telaah tanda dapat dibagi menjadi dua yaitu sinkronik

14John Fiske, op. cit., hlm. 63 15Ibid., hlm. 63. 16Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005, hal. 32

32

dan diakronik.17 Sinkronik terkait dengan tanda pada suatu waktu, dan diakronik merupakan telaah bagaimana perubahan makna dan bentuk tanda dalam waktu.

Tanda juga dapat dilihat sebagai sebuah ―gejala biner,‖ yaitu bentuk yang tersusun atas dua bagian yang saling terkait satu sama lain, yakni penanda

(signifier) yang berguna untuk menjelaskan ―bentuk‖ dan ―ekspresi‖ serta petanda (signified) yang berguna untuk menjelaskan ―konsep‖ atau ―makna.‖

Hubungan antara keberadaan fisik tanda dan konsep atau makna tersebut dinamakan dengan signification. Dalam mencermati hubungan pertandaan ini, dapat ditafsirkan bahwa diperlukan semacam konvensi sosial untuk mengatur pengkombinasian tanda dan maknanya.

Pendekatan yang kedua, yang dicetuskan oleh Charles Sanders Peirce, bermakna kurang lebih sama.18 Dapat mengartikan tanda sebagai yang terdiri atas representamen (sesuatu yang melakukan representasi) yang merujuk ke objek (yang menjadi perhatian representamen), membangkitkan arti yang disebut sebagai interpretant (apapun artinya bagi seseorang dalam konteks tertentu). Hubungan antara ketiganya bersifat dinamis, dengan yang satu menyarankan yang lain dalam pola siklis. Artinya, tanda-tanda berkaitan dengan objek-objek yang menyerupainya, keberadaannya memiliki hubungan sebab-

17John Fiske, op.cit., h. 64. 18Alex Sobur, op. cit., hlm. 34

33

akibat dengan tanda-tanda atau karena ikatan konvensional dengan tanda-tanda tersebut.

Menurut Peirce, sebuah analisis tentang esensi tanda mengarah pada pembuktian bahwa setiap tanda ditentukan oleh objeknya. Pertama, dengan mengikuti sifat objeknya, ketika kita menyebut tanda sebuah ikon.

Icon atau ikon, adalah bentuk yang paling sederhana, karena ia hanya pola yang menampilkan kembali obyek yang ditandainya, sebagaimana bentuk fisik obyek itu. Ikon cenderung hanya menyederhanakan bentuk, tetapi mencoba menampilkan bagian yang paling esensial dari bentuk tersebut. Contohnya, gambar wajah anda, adalah ikon dari diri anda, ikon printer di komputer Anda, adalah ikon dari fungsi mencetak, yang akan dilakukan oleh mesin printer. Tulisan

"print" saja bukanlah ikon, karena tidak mewakili ciri fisik printer,

Kata-kata yang bisa menjadi ikonik, misalnya dalam komik yang sering menggunakan kata-kata untuk mengekspresikan efek suara dari suatu peristiwa.

Misalnya efek meledak, "Dhuaar!" (penggunaan seperti ini sering disebut sebagai onomotopoetic).

Kedua, menjadi kenyataan dan keberadaannya berkaitan dengan objek individual, ketika kita menyebut tanda sebuah indeks. Dalam hal ini indeks diterjemahkan secara literal sebagai some sensory feature (sesuatu yang dapat dilihat, didengar, atau mudah tercium baunya) yang kemudian menghubungkannya dengan obyek tertentu. Binatang adalah makhluk yang paling

34

terbiasa menggunakan index sebagai alat mereka mengenali lingkungan sekitarnya. Anjing pelacak misalnya, sangat tajam penciumannya, sehingga mampu membedakan bau mangsa atau bahaya. Contohnya, awan yang gelap dipahami sebagai tanda (index) akan datangnya hujan, jejak binatang, bisa dipahami para pemburu sehingga dapat mengenali binatang apa yang baru saja melewati daerah tersebut, dialek dalam berbahasa, bisa dipahami sebagai tanda bahwa seseorang berasal dari wilayah tertentu (dialek Jawa, bahasa Inggris dari

Amerika atau gaya British).

Ketiga, kurang lebih, perkiraan yang pasti bahwa hal itu diinterpretasikan sebagai objek denotatif sebagai akibat dari suatu kebiasaan ketika kita menyebut tanda sebuah simbol.19 Simbol adalah sesuatu yang biasanya merupakan tanda yang terlihat yang menggantikan gagasan atau objek. Simbol adalah kata, tanda atau isyarat, yang digunakan untuk mewakili sesuatu yang lain seperti arti, kualitas, abstraksi, gagasan, dan objek. Simbol adalah apapun yang diberikan arti dengan persetujuan umum dan atau dengan kesepakatan atau kebiasaan.

Simbol memiliki hakekat yang dikemukakan topik tentang konsep-konsep simbol. Eksplosasi tentang konsep simbol digunakan sebagai dasar untuk menentukan sikap, yang dalam bahasa Yunani berarti mencocokan bagian dari barang yang telah dibelah atau dipecahkan menjadi dua bagian atau keping.

19Ibid., hlm. 35

35

Kedua bagian itu disebut symbola, kata tersebut lambat laun menjadi kata simbol.

Istilah simbol yang lebih luas disebut lambang.

Berhubungan dengan hal tersebut, lambang juga dijadikan sebagai alat untuk menjadikan pengertian terhadap pesan-pesan yang disampaikan juga sebagai alat untuk penghubungkan komunikator dengan komunikan. Seiring dengan pembahasan tersebut lambang adalah alat untuk mencapai suatu tujuan komunikasi. Lambang adalah alat untuk mempergaruhi komunikan, dapat juga menjadikan seseorang menjadi paham akan pesan yang disampaikan.

Dapat disimpulkan bahwa makna muncul ketika ada hubungan yang bersifat asosiasi ‗yang ditandai‘ (signified) dan ‗yang menandai‘ (signifier). Tanda adalah kesatuan dari suatu bentuk penanda (signifier) dengan sebuah ide atau petanda (signified).

Dengan kata lain, penanda adalah ―bunyi yang bermakna‖ atau ―coretan yang bermakna.‖ Jadi, penanda adalah aspek material dari bahasa yaitu apa yang dikatakan atau didengar dan apa yang ditulis atau dibaca, dan petanda adalah gambaran mental, pikiran, atau konsep.

Suatu penanda tanpa petanda tidak berarti apa-apa dan karena itu tidak merupakan tanda. Sebaliknya, suatu petanda tidak mungkin disampaikan atau tanpa dari penanda, petanda atau yang ditandakan itu termasuk tanda sendiri dan dengan demikian merupakan suatu faktor linguistik.

36

Dengan demikian simbol dan lambang mempunyai keterkaitan satu sama lain, bedanya simbol merupakan konsep tentang objek dalam berbicara mengenai sesuatu, dan bukan sesuatu itu sendiri, bilamana simbol diartikan maka muncullah sebuah makna. Sedangkan lambang merupakan identifikasi kepemilikan dan identifikasi si empunya, lambang juga merupakan tanda yang membedakan satu dengan yang lainnya.

Melalui pendekatan ilmu semiotika bahwa logo merupakan sebagai tanda yang memiliki makna konotatif dan denotatif dengan penafsiran logis dari gambaran mental, pikiran, serta konsep (petanda) dan memiliki suatu bentuk yang ditulis atau dibaca (penanda) yang diterjemahkan melalui simbol dan lambang berdasarkan ekpresi identitas dari latar belakang budaya yang diwakilkannya.

Dalam penelitian ini teori semiotika hanya dipakai sebagai pendekatan dalam menggali informasi untuk membedakan antara simbol, lambang dan logo.

Agar penelitian ini fokus sesuai tujuan penelitian.

1.5.2.2. Teori logo

Untuk mengkaji bentuk logo, penulis menggunakan teori logo. Melalui teori logo penelitian ini mengacu pada (a) unsur-unsur logo, (b) anatomi logo, (c) fungsi logo, serta (d) prinsip-prinsip logo, sebagai dasar untuk menganalisis permasalahan yang ada dalam penelitiaan ini sehingga dapat didekripsikan permasalahan-permasalahan yang ada di rumusan masalah.

37

(a) Unsur-unsur logo, penelitian dibidang psikologi membuktikan bahwa ada dua tahap yang dilakukan otak dalam proses mengenali suatu objek, yang pertama kategori, pertama-tama otak mengkategori objek contohnya burung.

Yang kedua indentifikasi, selanjutnya mengidentifikasi lebih spesifik contohnya bangau atau merpati.20 Sekalipun tidak terlalu jelas ketika melihat suatu benda, urutan otak manusia mengenali suatu benda dengan menangkap citra suatu benda dan peristiwa dengan seketika.

Dalam dunia tiga dimensi, benda-benda tersebut tersusun dari bentuk- bentuk yang lebih sederhana yang memberikan perbedaan visual pada tingkat yang paling dasar, karena dapat membedakan benda-benda yang lebih kompleks pada saraf manusia.antara lain kubus, silinder, bola, kerucut.

Begitu juga dalam dunia desain dua dimensi berlaku juga demikian.

Simbol yang dihadirkan pada sebuah logo, yang paling tepat di kenali otak manusia pertama kali adalah bentuk-bentuk dasar (basic shapes/primitive shaper), seperti lingkaran, segitiga, kotak dan lain.

Logo yang efektif memiliki karakteristik yang harus diterapkan.

Karekteristik logo tersebut harus mendefinisikan Shape (bentuk) yang mudah dikenali. Otak manusia dapat dengan mudah mengidentifikasi bentuk yang jelas dengan visualisasi yang dihadirkan melalui kehadiran keberanian logo, sehingga

20Surianto Rustan, Mendesain Logo, Jakarta: PT. Gramedia, 2009, hlm. 46.

38

mampu menciptakan daya tarik yang tepat. Logo yang baik memiliki elemen visual yang berarti.

Menurut Hendratman Hendri21 dalam Computer Graphic Design bahwa unsur dalam logo adalah logotype (tulisan/typografi), logogram (gambar) dan warna. Logo juga cenderung ke dalam bentuk dasar seperti segitiga, segiempat, segilima, elips, dan lingkaran.

Melalui pengolahan bentuk dasar biasa dapat bereksperimen untuk mencari bentuk-bentuk baru dalam pembuatan logo, kemudian pengolahan bentuk tersebut disesuaikan konsep dan filosofi logo yang akan diciptakan, hal ini merupakan proses dalam menenukan kepekaan untuk mendapat bentuk logo yang menarik dan unik

Sama halnya yang dikemukakan oleh Ali Mat dalam bukunya Mahir

Membuat Ide Kreatif dan Desain Logo bahwa sebelum membuat logo harus memahami beberapa unsur-unsur logo: (1) Awalnya warna harus didiskusikan terlebuh dahulu, (2) Proses pembuatan gambar logo melalui bentuk-bentuk dasar, dan (3) Memilihan tipografi untuk nama identitas logo ataupun perusahaan.22

Unsur-unsur bentuk logo sebenarnya berasal dari bentuk-bentuk dasar yang didistorsi ataupun digabungkan menjadi suatu bentuk yang unik dan

21Hendratma Hendri, Computer Graphic Desain, Bandung: Informatika, 2014, hlm. 252. 22Mat Ali, Mahir Membuat Ide Kreatif dan Desain Logo, Jakarta: PT. Maha Daya, 2014, hlm. 20-21.

39

menarik, peranan warna pada logo merupakan komunikasi ataupun informasi dari identitas pemilik logo yang sifatnya konvensi.

Pendapat lain juga mengatakan dalam buku Caniaco Ferri, bertajuk Cara

Mutakhir Jago Desain Logo, bahwa sebuah logo harus mempertimbangkan beberapa hal melalui penggunaan bentuk, huruf, warna/atau gambar.23 Melalui bentuk, huruf, warna/atau gambar, rancangan sebuah logo harus memahami apa yang harus mewakili konsep ataupun filososi dari perwakilan bentuk, huruf, warna/atau gambar yang harus dihadirkan dalam sebuah logo yang akan diciptakan. Oleh karena itu, sebuah logo harus menunjukan karakter bentuk, warna, typografi yang memiliki ekpresi identitas serta mencerminkan karakter seseorang, perusahaan, produk, atau jasa yang diwakilinya.

Gambar 1.1 : Bentuk Dasar Logo Berupa Gambar dan Huruf

23Ferri Caniaco, Cara Mutakhir Jago Desain Logo, Jakarta Timur,:Niaga Swadaya, 2012, hal. 20.

40

Rustan Surianto juga mengatakan bahwa, pada dasarnya semua bentuk logo berasal dari bentuk-bentuk dasar. Dari beberapa gabungan bentuk dasar dapat membentuk dua jenis objek lebih kompleks, yang dikenal sebagai gambar dan huruf.24

Bentuk-bentuk dasar, berdasarkan keterangan gambar di atas bahwa bentuk-bentuk dasar apabila digabungkan dua bentuk dasar atau lebih dapat menghasilkan bentuk-bentuk yang komplek dapat berupa bentuk gambar dan bentuk huruf dibangun dari bentuk dasar sehingga otak perlu proses untuk menterjemahkannya. Dari beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur dalam pembuatan logo adalah (1) bentuk, yang tebagi dua yaitu gambar dan huruf yang sesuai dengan konsep dan filosofi pemiliknya; serta (2) warna sebagai identitas yang bersifat konvensi.

(b) Anatomi logo, perbedaan pemahaman dalam anatomi logo yang disebabkan perluasan istilah, dapat mengakibatkan kesalahpahaman dalam menciptakan sebuah logo. Menurut Surianto Rustan mengetahui anatomi dan jenis logo akan mempermudah dalam menentukan logo, apa yang akan dibuat dan jenis mana yang paling mewakili kepribadian entitasnya.25

Logo-logo zaman sekarang dan di masa depan, semakin lama semakin jauh dari sifat konvensional. Dan tidak ada yang sempurna yang dapat mewakili jutaan logo dengan bentuk yang beraneka ragam. Meskipun demikian istilah yang

24Surianto Rustan, op. cit., hlm. 23. 25Ibid, p 20

41

digunakan dalam Taxonomy of Tradermarrk karya Per Mollerup, untuk menyebutkan elemen gambar dan elemen tulisan pada sebuah logo adalah picture mark dan letter mark.

Gambar 1.2 : Picture Mark dan Letter Mark

(i) Picture mark dan letter mark, namun demikian istilah tersebut tidak dapat digunakan secara sempit, picture mark biasanya didominasi oleh gambar, bisa mengandung, foto atau gambar kongkrit, gambar abstrak, disederhanakan, kata atau huruf atau singkatan, angka atau tanda baca. Picture mark juga bisa berdiri sendiri, menjadi sebuah logo yaitu logogram yang hanya dengan elemen gambar saja.

42

Gambar 1.3 : Logogram dan Logotype

(ii) Gambar logogram dan logotype, begitu juga dengan letter mark yang didominasi oleh tulisan, bisa juga mengandung, kata atau huruf atau singkatan, angka atau tanda baca. Letter mark juga bisa berdiri sendiri menjadi sebuah logo yaitu logotype yang hanya dengan elemen tulisan saja.

Gambar 1.4 : Logo Rianty Batik

43

Meskipun demikian istilah tersebut tidak bisa digunakan secara eksklusif, contohnya picture mark, belum tentu hanya berupa gambar saja. Banyak logo yang menggunakan inisial namanya (huruf) sebagai picture mark.

Demikian pula dengan letter mark atau typographic logo yang menggandung gambar di antara letter marknya. Biasanya gambar tersebut mendekati karakter seperti jenis huruf, gambar tersebut distorsi dari bentuk flora ataupun fauna, biasa juga bentuk geometri.

Gambar 1.5 : Logo Batik Kojo

Dapat disimpulkan bahwa masing-masing klasifikasi tertentu memiliki kelebihan dan kelemahan, perkembangan logo yang makin jauh dari sifat konvensional membutuhkan klasifikasi dan katagori yang bersifat lebih fleksibel.

(d) Fungsi logo, Sebagai bagian ekspresi identitas karakter dari latar belakang yang diwakilkan oleh budanya. Logo mempunyai fungsi pembeda

44

produk dengan produk lainnya. Sebagai cerminan karakter seseorang, perusahaan, produk, atau jasa yang diwakili oleh budayanya, logo ibarat bagian tubuh yang mampu mengutarakan isi hati seseorang, perusahaan, produk, atau jasa yang diwakilinya. Dari sisi pemasaran, logo mempunyai fungsi pembeda produk dengan produk lainnya. Fungsi logo merupakan visualisasi dari konsep, perpaduan dari elemen garis yang mencerminkan orintasi perusahaan26.

Ada beberapa hal yang menyangkut fungsi logo, agar logo yang diciptakan memiliki perbedaan dari logo-logo yang telah dimiliki oleh organisasi atau perusahaan lain, dan juga menghindari dari bajakankan atau meniru logo yang telah ada. Logo harus memiliki fungsi: (a) Identitas diri fungsinya untuk membedakannya dengan identitas milik orang lain, (b) Tanda kepemilikan fungsinya untuk membedakan miliknya dengan milik orang lain. (c) Tanda jaminan kualitas fungsinya untuk mebedakan kualitas miliknya dengan milik orang lain dan (d) Mencegah peniruan dan pembajakan.27 Berikut pembahasan fungsi

(1) Fungsi logo sebagai sarana identifikasi (branding). Sebagai sarana identifikasi, logo mampu berfungsi sebagai wujud pengenalan atau identitas baik bagi produk, jasa, atau identitas seseorang. Fungsinya sebagai identitas tentu menuntut logo untuk mampu menjiwai dan mencerminkan karakter seseorang,

26Hendri Hendratman, Computer Graphic Design, Bandung, Informatika, 2014, hlm. 251 27 Surianto Rustan, S.Sn, Mendesain Logo, Jakarta, PT. Gramedia, 2009, hlm. 13

45

perusahaan, produk, atau jasa yang diwakilinya, bertujuan untuk mudah dikenali, diingat, dan mudah untuk dibedakan dengan identitas lainnya.

(2) Fungsi logo sebagai sarana informasi, pengendali, pengawas serta pengontrol. Bahwa logo mengandung sebuah informasi yang ingin disampaikan pemilik logo kepada publik. Informasi ini digunakan sebagai alat pengendali, baik berupa pandangan maupun perilaku publik terhadap brand pemilik logo. Berarti logo pun menjadi pengawas serta pengontrol dari brand image yang publik pikirkan mengenai brand. Akan tetapi jangan memandang negatif pada logo karena dianggap mengendalikan pemikiran publik. Dalam hal ini, pengendalian pikiran bukan merupakan suatu yang ekstrim sehingga apapun yang dikatakan oleh brand akan dilakukan oleh publik. Logo hanya menyampaikan informasi untuk memberikan kesan yang diinginkan. Seperti sebuah rekomendasi yang tentu saja tidak memaksa.

(3) Fungsi logo sebagai sarana motivasi. Sebagai sarana motivasi logo biasanya dilakukan dengan menggunakan poster. Akan tetapi, logo pun dapat melakukan hal yang sama. Logo dapat menyampaikan motivasi kepada publik atau konsumennya yang tentu saja disesuikan dengan tujuan brand.

(4) Fungsi logo sebagai sarana pengutaraan emosi. Logo dapat menjadi sarana pengutaraan emosi. Misalnya bagi logo yang akan menggambarkan bagaimana kasih sayang ibu kepada anaknya. Logo ini tentu digunakan oleh produk atau brand yang menjual jasa atau produk bayi atau produk yang

46

dikhususkan untuk ibu hamil dan menyusui. Melalui logo, publik akan membaca bagaimana sebenarnya seorang ibu menyayangi anaknya.

(5) Fungsi logo ebagai sarana presentasi dan promosi. Tujuan dari logo sebagai sarana presentasi dan promosi adalah untuk menyampaikan informasi atau pesan dengan cara menarik perhatian publik secara visual sehingga informasi atau pesan yang disampaikan mudah diingat. Penggunaan gambar serta kalimat dibuat agar bersifat persuasif dan menarik. Inilah salah satu fungsi dari logo. Melalui logo, brand akan menarik perhatian publik dan melalui logo itu pula brand menyampaikan informasi atau pesan.

(6) Fungsi logo sebagai bagian identitas organisasi atau perusahaan.

Logo ibarat bagian tubuh yang mampu mengutarakan isi hati produk atau perusahaan. Dari sisi pemasaran, logo mempunyai fungsi pembeda produk dengan produk lainnya. Fungsi logo merupakan visualisasi dari konsep, perpaduan dari elemen garis yang mencerminkan orintasi perusahaan.28

Logo sudah seharusnya memiliki fungsi yang praktis dan tepat guna atau efisien, yang memili makna yang disimbolkan ataupu yang dilambangkan sesuai dengan ekspresi identitas baik itu melalui karakter dari latar belakang yang diwakilkan oleh budayanya.

(e) Prinsip-prinsip logo. Pada prinsipnya logo harus memiliki makna bentuk dan peranan warna serta tujuan ataupun tujuan yang terkandung

28Hendri Hendratman, ―Computer Graphic Design‖, Bandung, Informatika, 2014, hlm. 251

47

didalamnya. Seperti yang di ungkapkan Caniago Ferri dalam bukunya ―Cara

Mutakhir Jago Desain Logo‖ (2012:20) logo bukan hanya memenuhi persyaratan untuk penampilan fisik saja, melainkan sebuah logo haruslah memiliki makna dan tujuan yang terkandung didalamnya.29 Ada beberapa aspek yang harus diperhatikan pada logo, aspek-aspek tersebut merupakan ciri logo diantaranya : simple, memorable, timeless, Versatile, appropriate.30

Menurut Ali Mat pada bukunya ―Mahir Membuat Logo‖, terdapat berbagai macam aturan dasar ataupun prinsip-prinsip uang harus dilakukan sehingga menghasilkan logo yang baik.31 Aturan ataupun prinsip-prinsip dasarnya adalah (1)Simple, sebuah logo harus dibuat sesederhana mungkin); (2)

Memorable, sebuah logo harus mudah diingat; (3)Timeless, sebuah logo harus bisa abadi; (4) Versaile, sebuah logo harus bisa serba guna; (5) Appropriate, sebuah logo harus sesuai dengan pasar.

Pendapat lain juga mengatakan Hendratman Hendi ―Computer Graphic

Design‖ Proses penciptaan logo merupakan kreatifitas dan berdasarkan pengalaman, tetapi juga harus memenuhi prinsip-prinsip dasar desain logo seperti; sederhana, unik, jelas, mudah diingat, abadi, fleksibel dan tahan lama.

Menurut pendapat lain, Rustan Surianto (2009:42) mengatakan berdasarkan fungsi awal logo, maka unsur utama dalam pembuatan logo. Pertama

29Ferri Caniago, ―Cara Muktahir Jago Desain Logo‖, Jakarta, Niaga Swadaya, 2012, hlm. 20 30Ibid., hlm. 21-22. 31Ali Mat, ―Mahir membuat Logo‖, Jakarta, Techno Publishing, 2014, hlm. 23-24

48

harus unik. Mencermikandan mengangkat citra entitasnya sekaligus membedakannya dengan yang lain. Kedua harus mengakomodasikan dinamika yang dialami entitasnya dalam jangka waktu selama mungkin. Artinya logo harus fleksibel sekaligus tahan lama. Ada juga beberapa kreterianya yang bersifat fisik selain prinsip dasar dalam pembuatan logo, dan dapat dilihat dari faktor bentuk, warna dan ukuran.

Secara keseluruhan prinsip-prinsip dasar dalam pembuatan logo adalah, simple, unik, fleksibel, bentuk, warna dan ukuran.32 Merujuk pada beberapa pendapat para ahli dan berpedeoman dari sistem identitas, berbagai media internal dan eksternal, dapat disimpulkan bahwa prinsip-prinsip dasar logo adalah (1) sederhana; (2) mudah diingat, (3) tahan lama; (4) enak dipandang; (5) sesuai fungsi; (6) tepat sasaran; (7) unik dan menarik, serta (8).Fleksibel.

Sebagai acuan untuk menganalisis logo hasil ciptaan mahasiswa Polimedia

PSDD Medan yang sesuai dengan prinsip-prinsip dasar logo, akan dijabarkan satu persatu unsur-unsur tersebut beserta contohnya.

Sederhana, logo harus memiliki banyak variasi dan pesan didalamnya sehingga

mudah dicerna. Namun meskipun sederhana, logo haruslah berbeda

dengan yang lainnya, sehingga logo tidak terkesan membosankan.

Sederhana bukan berarti tidak memiliki makna ataupun hanya berbentuk

bulat, dan tidak memiliki daya tarik atau nilai estetis, justru akan menjadi

32Surianto Rustan, S.Sn, Mendesain Logo, Jakarta, PT. Gramedia, 2019, hlm. 43

49

ambigu untuk dikategorikan sebagai sebuah logo karena bentuknya sangat

umum.

Gambar 1.6 : Logo Nike yang Sederhana

Mudah diingat dan dimengerti, menciptakan sebuah logo harus dapat

mencerminkan pesan atau sesuai dengan identitas latarbelakang budaya

diwakilkannya, sehingga logo berbeda dari yang lainnya dan mudah

mengingatnya dalam sekali lihat.

Gambar 1.7 : Logo Playboy (Majalah Dewasa) yang Mudah Dimengerti

50

Tahan lama, mendesain logo harus dapat bertahan dalam rentang waktu yang

lama, dan harus dipikirkan dapat bertahan dalam kurun waktu 10, 20

bahkan sampai 50 tahun kedepan serta tidak terkesan kuno, sehingga tidak

harus merevisi logo tersebut. Dengan kata lain logo itu harus abadi

sepanjang masa. Logo juga harus dapat mengakomodasi dimanika yang

dialami entitasnya dalam jangka waktu selama mungkin.

Gambar 1.8 : Salah satu logo elektronik milik perusahasan Apel

Enak dipandang, dalam mendesain logo harus memiliki nilai estetis, selain

makna bentuk, warna, saat mendistorsi bentuk ataupun pemilihan warna

harus mempertimbangkan prinsip-prinsip desain sehingga logo memiliki

daya tarik dari nilai estetisnya dan menjadi kesan bahwa identitas dari

karakter seseorang, perusahaan, produk, atau jasa yang diwakilkannya

menghadir citra yang baik secara profesional.

51

Gambar 1.9 : Logo Mc Donald yang Enak Dipandang

Sesuai fungsi. Sebuah logo harus melambangkan fungsi dan makna dari identitas

dari latar belakang yang diwakilkannya sehingga logo dapat tersebut dapat

dipahami. Namun ada juga logo yang tidak kelihatan pelambangan fungsi

dari identitas dari latar belakang yang diwakilkannya, contohnya logotype

atau logo yang hanya tulisan, namun kalau diperhatikan jenis dari

typography yang dihadir pada logo.

Gambar 1.10 : Logo The Nipoon Founduction yang Sesuai Fungsi

52

Tepat. Selain nilai estetis, ketepatan pemilihan berbagai elemen dalam logo,

seperti bentuk, warna, typografi, harus sesuai dengan fungsi dan tujuan

serta visi misi dari identitas dari latar belakang yang diwakilkannya

sehingga, makna dari bentuk yang dihadirkan sesuai dengan makna warna

yang bersifat konvensi (kesepakatan), begitu juga dengan typografi,

karakter dan anatomi dari bentuknya harus sesuai dengan makna bentuk

dan warna yang telah direncanakan.

Gambar 1.11 : Logo Bursa Efek Indonesia (Indonesia Stock Exchange) yang Tepat

Unik dan menarik. Menciptakan sebuah logo, bentuk yang dihadirkan harus yang

unik dan menarik, dan merupakan salah satu cara dalam menciptakan daya

taris bagi yang melihatnya. Logo yang diciptakan dengan bentuk yang

53

unik dan menarik, juga akan menjadi ciri khas dari identitas karakter

seseorang, perusahaan, produk, atau jasa yang diwakilkannya.

Gambar 1.12 : Logo Kentucky Fried Chicken (KFC) yang Unik dan Menarik

Fleksibel. Logo harus mudah dikembangkan sesuai dengan karakteristik media

tertentu misalnya: web, 3D, animasi, TV, handset dan lain sebagainya.

Gambar 1.13 : Logo Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI) yang Fleksibel

54

Sebuah logo dapat menginspirasi kepercayaan, pengakuan dan kekaguman dari sebuah identitas karakter seseorang, perusahaan, produk, atau jasa dan latarbelakang budaya yang diwakilkannya, sehingga menghadirkan citra yang baik secara profesional.

Dengan demikian pemahaman tentang teori logo, dapat dijadikan sebagai alat untuk menganalisa desain logo hasil ciptaan mahasiswa Polimedia dalam memilah klasifikasi logo, sehingga logo dapat dikatagorikan sesuai dengan bentuk dasar logo tersebut yang sesuai dengan logo yang baik.

(f) Proses penciptaan logo. Sama halnya dengan sebuah karya, logo juga memiliki unsur dalam penciptaanya, agar logo yang diciptakan memiliki nilai estetis sesuai dan ekspresi identitas serta cerminan karakter seseorang, perusahaan, produk, atau jasa yang diwakilkannya. Berkaitan pada proses penciptaan logo tersebut adalah bentuk, warna dan typografi yang dipengaruhi oleh unsur budaya sebagai ekspresi identitas karakter seseorang, perusahaan, produk, atau jasa yang diwakilkannya.

(1) Bentuk logo. Pengertian bentuk menurut Leksikon Grafika dalam

Hendri Hendratman adalah macam rupa atau wujud sesuatu, seperti bundar elips, bulat segi empat dan lain sebagainya.33 Dari definisi tersebut dapat diuraikan bahwa bentuk merupakan wujud rupa sesuatu, biasa berupa bentuk dasar atau bentuk geometri. Pada proses penciptaan logo, bentuk merupakan satu unsur

33Hendri Hendratman, ―Computer Graphic Design‖, Bandung, Informatika, 2014, hlm. 252

55

untuk menterjemahkan makna dari ekspresi identitas karakter seseorang, perusahaan, produk, atau jasa yang diwakilkannya, secara visual.

Pada dasarnya bentuk merupakan gabungan dari beberapa garis sebagai pembentuk kontur, garis merupakan elemen untuk mengungkapkan gerak dan bentuk dengan wujud dua dimensi maupun tiga dimensi. Garis sebegai elemen simbol yang pertama kali diperkenalkan oleh Otto Neurath (1882 – 1945) seorang pengajar dan ilmuwan sosial, yang menamakan simbol tersebut sebagai Isotype.

Kemudian bahasa Isotype ini berkembang dan menjadi salah satu bahasa gambar yang mampu mewakili berbagai bentuk komunikasi.

Dalam perkembangan selanjutnya bentuk-bentuk simbol ini banyak dipergunakan dalam perancangan logo dalam upayanya agar mudah diingat dan mempunyai daya komunikasi yang baik. Kemudian muncul teori tentang frame of reference (kerangka referensi) dan field of reference (lapangan pengalaman) yang menjelaskan bahwa penerimaaan suatu bentuk pesan, dipengaruhi oleh beberapa aspek yakni panca indra, pikiran serta ingatan.

(2) Warna untuk logo, warna dapat direpresentasikan sebagai lambang yang menggambarkan suatu objek, sebagai ekpresi identitas dari karakter seseorang, perusahaan, produk, atau jasa yang diwakilkannya. Karakteristik warna perlu dijadikan pertimbangan dalam aplikasi warna, agar menjadi tujuan dalam menciptakan sebuah logo. Oleh karena itu pemilihan warna yang tepat memerlukan proses yang sangat penting dalam mendesain identitas visual, karena

56

setiap warna yang digunakan dalam pembuatan logo menyangkut bidang psikologi, budaya dan komunikasi, dengan demikian warna harus memiliki arti dan penjelasan mengapa menggunakan warna tersebut.

Sebagai salah satu unsur pada logo, umumnya ada dua macam warna pada identitas visual, yaitu warna pada logo dan untuk warna perusahaan. Warna juga berperan sebagai sarana untuk lebih mempertegas dan memperkuat kesan atau tujuan dari karakter seseorang, perusahaan, produk, atau jasa yang diwakilkan oleh budayanya.

Dalam perencanaan corporate identity, warna juga mempunyai fungsi untuk memperkuat aspek ekpresi identitas dari karakter seseorang, perusahaan, produk, atau jasa yang diwakilkan oleh budayanya. Lebih lanjut dikatakan oleh

Henry Dreyfuss, bahwa warna digunakan dalam simbol-simbol grafis untuk mempertegas maksud dari simbol-simbol tersebut34.

Sebagai contoh adalah penggunaan warna merah pada segitiga pengaman, warna-warna yang digunakan untuk traffic light merah untuk berhenti, kuning untuk bersiap-siap dan hijau untuk jalan. Dari contoh tersebut ternyata pengaruh warna mampu memberikan impresi yang cepat dan kuat yang bersifat konvensi pada karakter seseorang, perusahaan, produk, atau jasa yang diwakilkan oleh budayanya.

34Henry Dreyfuss, Simbol Sourcebook: An Authoritative Guide to International Graphic Simbols, London: McGraw-Hill Companies, 2004, hal. 24.

57

(3) Tipografi. Sama halnya dengan warna, tipografi memiliki dua macam, yaitu letter mark (tipografi dalam logo) dan corporate typeface/coporate typography (tipografi yang digunakan dalam media-media aplikasi logo).

Pada tipografi dalam logo, keunikan menjadi hal yang paling utama dalam logo, jenis tipografi dalam logo biasaya dirancang khusus atau medistosi bentuk huruf yang telah ada. Jenis typografi yang digunakan dalam media-media aplikasi logo, lebih bertujuan untuk menjaga kesatuan desain, yang memiliki fungsi-fungsi tipografi pada umumnya, yaitu menyampaikan informasi yang harus nyaman dibaca dengan segala kreterianya.

Dengan demikian logo yang telah memenuhi persyaratan untuk penampilan fisik saja tidak cukup, karena logo bukanlah hanya menyangkut penampilan visual saja, melainkan sebuah logo haruslah memiliki makna dan tujuan yang terkandung didalamnya sesuai dengan karakter seseorang, perusahaan, produk, atau jasa yang diwakilkan oleh budayanya.

Secara visual typografi juga merupakan bentuk yang diciptakan untuk menyampaikan pesan khusus yang dirancang semaksimal mungkin untuk kenyamanan membaca serta memudahkan pembaca untuk dapat menterjemahkan pesan yang disampaikan melalui bentuk tulisan. Seperti yang dikatakan Mat Ali, dalam bukunya ―Mahir Membuat Ide Kreatif dan desain Logo‖. Tipografi merupakan seni memilih dan menata huruf dengan pengaturan penyebarannya pada ruang-ruang yang tersedia, untuk menciptakan kesan khusus, sehingga akan

58

menolong pembaca untuk mendapatkan kenyamanan membaca semaksimal mungkin35. Sebuah makna simbol dari sebuah logo. Fungsi typografi disini hanya merupakan dasar dari bentuk untuk jadikan sebuah logo. Seperti contoh logo yang berbentuk tulisan seperti Louis Vuitton.

Gambar 1.14 : Logo Louis Vuitton Berdasar Tipografi

Tipografi ini di distrorsi menjadi sebuah bentuk untuk menghadirkan ekspresi identitas dari karakter seseorang, perusahaan, produk, atau jasa yang diwakilkannya. Jadi typografi hanya sebagai dasar untuk menciptakan bentuk yang memiliki makna simbol dan makna lambang, yang diwujudkan dari bentuk logo yang kongkrit.

Dari ketiga unsur tersebut, peneliti akan menganalasis, pengaruh unsur budaya yang hadir pada hasil ciptaan logo, serta mengamati makna bentuk yang disimbolkan serta peranan warna yang dilambangkan dalam menciptakan logo yang baik sesuai ekspresi identitas, karakter seseorang, perusahaan, produk, atau

35Mat Ali, op. cit., hal. 37.

59

jasa yang diwakilkan oleh budayanya., sehingga logo yang dihasilkan bersifat komunikatif.

1.6. Metode Penelitian

Sesuai dengan tujuan dari penelitian yang diuraikan sebelumnya maka peneliti menetapkan metode penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode dekriptif kualitataif . Dalam bagian awal penelitian ini, peneliti terlebih dahulu melakukan telaah tentang logo sebagai identitas, sesuai dengan makna bentuk dan warna pada logo yang sudah ditetapkan sebagai sample kerja pada penelitian ini.

1.6.1. Pendekatan penelitian

Tesis ini merupakan suatu penelitian kualitatif berupa, Logo sebagai tanda (Analisis makna bentuk dan peranan warna serta pengaruh ekspresi identitas pada hasil ciptaan mahasiswa politiknik negeri media kreatif PSDD Medan).

Pemilihan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini didasarkan pada pendapat Creswell (1994, p.146) bahwa karakteristik penelitian kualitatif adalah :

(a) konsepnya tidak matang karena kurangnya teori dan penelitian terdahulu, (b) pandangan bahwa teori yang sudah ada mungkin tidak tepat, tidak memadai, tidak benar, atau rancu, (c) kebutuhan untuk mendalami dan menjelaskan fenomena dan untuk mengembangkan teori, atau (d) hakekat fenomenanya mungkin tidak cocok

60

dengan ukuran-ukuran kuantitatif.36 Lebih jauh, pendekatan kualitatif dirasa tepat karena ciri-ciri penelitian kualitatif antara lain: mengkonstruk realitas makna sosial budaya; meneliti interaksi peristiwa dan proses; melibatkan variabel- variabel yang kompleks dan sulit diukur; memiliki keterkaitan erat dengan konteks; melibatkan peneliti secara penuh; memiliki latar belakang alamiah; menggunakan sampel purposif; menerapkan analisis induktif; mengutamakan

―makna‖ di balik realitas; serta mengajukan pertanyaan ―mengapa‖ (why), bukan

―apa‖ (what).37

1.6.2. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam tesis ini adalah penelitian deskriptif. Artinya tesis ini bertujuan meyimpulkan obyek dari hasil penelitian, sehingga dapat menganalisi atau mendeskripsikan makna bentuk dan peranan warna serta pengaruh ekspresi identitas pada hasil ciptaan mahasiswa politiknik negeri media kreatif PSDD Medan. Dengan demikian tesis tak hanya akan memberikan gambaran dan penjelasan mengenai data-data yang diperoleh, namun juga menganalisis dan menginterpretasikan data tersebut.

Pertama-tama peneliti akan menggambarkan mengenai masalah pemahaman makna bentuk pada logo dan makna simbol merupakan bagian dari

36Diah Dwi Utami, Analisa terhadap Penyusunan Kebijakan Pengelolaan Dana Bergulir pada Kementerian Negara Koperasi dan UKM, Jakarta: FISIP UI, 2009, hal. 54.

37Ibid.

61

bentuk yang tidak dipisahkan dari logo, karena simbol merupakan tanda yang terlihat yang menggantikan gagasan atau objek.

Berikutnya peneliti juga akan menganalisis peranan warna pada logo, yang menghadirkan makna berbeda, dan menyujudkannya menjadi unsur lambang pada sebuah logo sebagai alat untuk menghubungkan antara komunikator dengan komunikan, agar mencapai suatu tujuan komunikasi.

Hal tersebut dilakukan untuk akan melihat pengaruh ekpresi identitas dari hasil ciptaan mahasiswa Polimedia PSDD Medan sesuai dengan ekspresi identitas karakter seseorang, perusahaan, produk, atau jasa yang diwakilkan budayanya, pada hasil ciptaan logo sesuai dengan kreteria logo.

Untuk mendapatkan gambaran yang lengkap mengenai makna bentuk dan peranan warna dan menghsilkan pengaruh ekspresi identitas pada logo yang diteliti, maka pengumpulan data tesis diusahakan agar komprehensif.

Pengumpulan data tesis dilakukan dengan cara sebagai berikut.

1.6.3. Studi kepustakaan

Studi kepustakaan diperlukan untuk memperoleh gambaran tentang penelitian-penelitian lain yang berhubungan dengan penelitian dalam tesis ini, menghubungkan penelitian tesis dengan dialog yang lebih luas dan berkesinambungan tentang topik yang sama, dan memberi kerangka untuk melakukan analisis terhadap topik penelitian. Studi kepustakaan dalam rangka

62

penelitian tesis dilakukan dengan cara mempelajari sejumlah literatur, jurnal, paper, naskah akademis dan tesis yang dinilai mampu memberikan kerangka teori bagi penelitian ini. Peneliti juga mempelajari, baik cetak maupun online, makna bentuk dan peranan warna serta pengaruh ekspresi identitas pada logo yang diteliti.

Informasi-informasi yang memberikan gambaran tentang makna bentuk pada logo yang diteliti dalam berbagai versi dan sudut pandang, tergantung pada latar belakang narasumber yang dikutip. Informasi inilah yang akan digunakan oleh peneliti untuk melakukan penggalian data lebih mendalam. Peneliti juga mempelajari peranan warna pada logo. Hal ini dilakukan untuk memahami konteks permasalahan sehingga dapat melakukan analisis secara tajam dan mendalam. Di samping itu, peneliti melihat terciptanya pengaruh ekspresi identitas pada logo yang diteliti.

1.6.4. Soal untuk penciptaan logo

Teknik pengumpulan data dengan kuesioner akan memberikan seperangkat pertanyaan dan mendesain sebuah logo sesuai dengan ketentuan judul penelian ini, kepada 50 orang (dua kelas) mahasiswa Program Studi Multimedia Polimedia dengan batasan semester II kelas A dan B Politeknik Negeri Media Kreatif

Medan serta yang menjadi sample untuk dijawabnya, yang berupa angket. Isi angket tersebut meliputi:

63

a. Nama b. NIM c. Program Studi d. Mata Kuliah e. Tanggal f. Deskripsi:

Seorang pengusaha batik ingin mendesain logo sesuai dengan bidang usahanya.

Pengusaha tersebut menginginkan pada logo usahanya terdapat unsur motif

Sumatera Utara. Dan juga harus memenuhi beberapa kreteria dalam mendesain

logo perusahaannya yaitu:

1. Sederhana

2. Mudah diingat dan dimengerti

3. Tahan lama

4. Enak di pandang

5. Sesuai fungsi

6. Tepat Sasaran

7. Unik dan menarik g. Soal/pertanyaan:

Gambarkanlah desain logo sesuai dengan bidang usaha dan kreteria yang

diinginkan pengusaha tersebut meliputi:

64

Deskripsi logo

1. Konsep

2. Makna Bentuk

3. Peranan Warna

4. Jenis Font

5. Motif Logo h. Ketentuan teknik

1. Logo dikerjakan pada lembar kerja yang telah disediakan

2. Logo dikerjakan dengan teknik BLOK hitam putih ataupun berwarna,

menggunakan teknik manual atau komputer

3. Nama perusahaan dapat juga digunakan sesuai dengan nama masing-masing

mahasiswa

4. Ukuran logo maksimal 6 X 10 cm, dengan posisi center pada lembar kerja

1.6.5. Observasi

Observasi yang dilakukan dalam dalam penelitian ini adalah melengkapinya dengan format atau blangko pengamatan terhadap makna bentuk dan peranan warna serta pengaruh ekspresi identitas pada logo hasil ciptaan dari

50 orang (dua kelas) mahasiswa program studi multimedia polimedia dengan batasan semester II kelas A dan B Politeknik Negeri Media Kreatif Medan sesuai dengan sebagai instrument.

65

1.6.6. Dokumen

Hasil dari karya ciptaan logo dari 50 orang (dua kelas) mahasiswa program studi multimedia polimedia dengan batasan semester II kelas A dan B Politeknik

Negeri Media Kreatif Medan mahasiswa dapat didokumentasi sebagai menggali infromasi sebagai data yang akan diolah sesuai dengan makna bentuk dan peranan warna serta pengaruh ekspresi identitas pada logo dalam penelitian ini.

1.6.7. Hipotesis kerja

Preposisi tesis ini adalah bahwa logo menghasilkan makna bentuk dan peranan warna, maka logo yang dihasilkan akan menciptakan ekspresi identitas karakter seseorang, perusahaan, produk atau jasa yang diwakilkan, serta budanyanya, dari ciptaan para mahasiswa Polimedia PSDD Medan.

1.6.8. Teknik Analisis Data

Dalam melakukan penelitian terhadap Logo sebagai tanda (Analisis makna bentuk dan peranan warna serta pengaruh ekspresi identitas hasil ciptaan mahasiswa politiknik negeri media kreatif PSDD Medan), pertama-tama peneliti menentukan pertanyaan penelitian yang relevan. Selanjutnya peneliti melakukan penggalian data pustaka untuk menyusun pedoman untuk membuat angket untuk kuesioner digunakan sebagai alat pengumpulan data kepada sampel. Kemudian

66

data tersebut diobservasi dan dipilah menurut teori-teori dan sesuai dengan data pustaka. Data yang telah dipilah akan didokumentasikan, dan dianalisis sesuai dengan makna bentuk dan peranan warna serta pengaruh ekspresi identitas karakter seseorang, perusahaan, produk, atau jasa yang diwakilkannya.

Hasil yang diperoleh melalui proses analisis, kemudian akan digunakan untuk menarik kesimpulan penelitian. Pada penelitian ini dari 50 karya logo mahasiswa Polimedia PSDD yang jadi populasi, dan 20 karya logo yang memiliki kreteria logo yang baik saja yang akan dijadikan sampel. Karya-karya ini kemudian dianalisis dua aspeknya yakni makna bentuk dan peran warna dengan pendekatan disiplin ilmu seni rupa dalam konteks multidisiplin ilmu.

1.7. Penentuan Lokasi dan Obyek Penelitian

Karena penelitian ini secara khusus menganalisis makna bentuk dan peranan warna serta pengaruh ekspresi identitas pada logo, maka obyek penelitian adalah Hasil logo ciptaan mahasiswa program studi multimedia polimedia semester II kelas A dan B Polimedia PSDD Medan, sedangkan lokasi penelitian adalah Guna memberikan gambaran umum yang lebih jelas terhadap obyek penelitian dalam tesis ini, berikut akan disajikan hal-hal yang berkaitan dengan logo sebagai tanda. Penggambaran meliputi pengertian makna bentuk logo, peranan warna pada logo dan pengaruh ekspresi identitas pada logo hasil ciptaan

67

mahasiswa Polimedia PSDD Medan. Melalui Prodi Multimedia Polimedia PSDD

Medan.

Sejauh ini di wilayah Sumatera Utara khususnya Kota Medan, efektifitas pembuatan logo hanya di tempat institusi pendidikan. Maka penelitian ini dilakukan hanya di wilayah Kota Medan saja, yang terfokus pada Politeknik

Negeri Media Kreatif (Polimedia). Penelitian dilakukan diwilayah kota Medan, pada mahasiswa program studi Multimedia Politeknik Negeri Media Grafis

Medan, dengan kurun waktu penelitian selama 12 bulan (Mei 2015 sampai

Desember 2015).

1.8. Pilihan Penelitian terhadap Para Mahasiswa Pencipta Logo

Mengacu kepada permasalahan yang ada dalam penelitian, maka yang menjadi populasi adalah 50 orang (dua kelas) mahasiswa program studi multimedia polimedia dengan batasan semester II kelas A dan B Politeknik Negeri

Media Kreatif Medan. Sedangkan yang menjadi sample pada penelitian ini adalah karya logo ciptaan 50 orang (dua kelas) mahasiswa program studi multimedia polimedia dengan batasan semester II kelas A dan B Politeknik Negeri Media

Kreatif Medan. Mengingat populasi pada penelitian ini jumlahnya sangat sedikit kurang dari 60 orang, maka seluruh populasi akan menjadi sampel (n=50).

68

1.9. Sistematika Penulisan Tesis

Bagaimanapun juga tesis ini mengikuti sistematika penulisan ilmiah.

Tulisan ini secara umum. Tulisan ini secara umum di dibagi ke dalam V bab.

Setiap bab merupakan satu kesatuan yang utuh dan berisi satu rangkaian yang terpadu.

Bab I merupakan pendahuluan yang memaparkan tentang menjelaskan dimulai dari latar belakang penelitian, pokok masalah sebagai sasaran penulis yang akan diteliti, tujuan penelitian, manfaat dan fokus peneliti, kerangka teori sebagai acuan yang peneliti gunakan, metode penelitian sebagai teknik penelitian yang penulis sajikan, teknik analisis data, studi kepustakaan dan sistematika penulisan yang penulis gunakan. Kerangka tersebut meliputi: 1)latar belakang masalah; 2)rumusan masalah; 3)tujuan dan manfaat penelitian; 4)tinjauan pustaka;

5)landasan teoritis; 6)metode penelitian; 7)sistematika penulisan

Bab. II Tinjauan Umum, pada bab ini akan mengulas keberadaan

Polimedia tempat untuk penelitian, juga pembahasan tentang sejarah, definisi, unsur, kreteria, dan klasifikasi logo yang dikaitkan dengan unsur budaya serta teori-teori pendukung lainnya. Yang terdiri dari: 1)deskripsi polimedia; 2)studi logo; 3).pengaruh unsur budaya; 4). Pendekatan Teori Pendukung

Bab III metode penelitian, pembahasan ini menjelaskan urutan demi urutan sesuai klasifikasi data dan kajian memahami makna bentuk dan peranan warna pada logo. Meliputi dari : 1).rancangan penelitian; 2).lokasi penelitian;

69

3).jenis dan sumber data; 4).intrumen penelitian; 5)teknik pengumpulan data,

6).analisis data; 7). penyajian hasil analisis data

Bab IV analisis dan hasil pembahasan: pada bab ini merupakan pembahasan hasil dai seluruh penelitian yang meliputi :1).pendekatan semiotika;

2).analisis makna bentuk pada logo; 3).analisis peranan warna pada logo;

4).ekspesi identitas pada logo

Bab V Penutup, pada bahagian ini penulis menguraikan secara umum hasil penelitian ini, yakni mengenai dua aspek kajian, yang mencakup (a) makna bentuk, (b) peranan warna. Setelah itu penulis memberikan saran-saran untuk pengembangan keilmuan, khususnya kajian seni rupa di Program Studi Magister

Penciptaan dan Pengkajian Seni FIB USU, juga di Polimedia PSSD Medan, juga secara umum untuk perkembangan seni rupa nasional dan dunia, terutama dalam konteks kesejahteraan masyarakat pendukung seni rupa, terutama logo.

70

BAB II

ETNOGRAFIS ETNIK DI SUMATERA UTARA

DAN RAGAM HIASNYA

Pada Bab II ini, penulis mendeskripsikan secara etnografis etnik-etnik yang terdapat di Sumatera Utara. Kemudian secara lebih khusus lagi menguraikan keberadaan seni rupa mereka (baik yang disebut gorga, sejubilang, ragam hias, motif-motif, dan sejenisnya). Di akhir bab ini dideskripsikan pula keberadaan

Polimedia, sebagai institusi pendidikan tinggi yang mengajarkan bidang media kreatif, termasuk penelitian ini, yakni logo yang bermuatan etnik Sumatera Utara.

2.1. Konsep Suku Bangsa atau Kelompok Etnik

Dalam buku-buku antropologi seperti karya Narroll1 kelompok etnik atau suku bangsa didefinisikan sebagai populasi yang: (1) secara bilogis mampu berkembang biak dan bertahan; (2) mempunyai nilai-nilai budaya yang sama dan sadar akan rasa kebersamaan dalam sebuah bentuk budaya; (3) membentuk jaringan komunikasi dan interaksi sendiri; dan (4) menentukan ciri kelompoknya sendiri yang diterima oleh kelompok lain dan dapat dibedakan dari kelompok populasi lain.

1R. Narrol, "Ethnic Unit Classification." Current Anthropology, volume 5 No. 4," 1965. 70

71

Dalam konteks menganalisis kelompok etnik ini adalah pentingnya asumsi bahwa mempertahankan batas etnik tidaklah penting, karena hal ini akan terjadi dengan sendirinya, akibat adanya faktor-faktor isolasi seperti: perbedaan ras, budaya, sosial,dan bahasa. Asumsi ini juga membatasi pemahaman berbagai faktor yang membentuk keragaman budaya. Ini mengakibatkan seorang ahli antropologi berkesmpulan bahwa setiap kelompok etnik mengembangkan budaya dan bentuk sosialnya dalam kondisi terisolasi. Ini terbentuk karena faktor ekologi setempat yang menyebabkan berkembangnya kondisi adaptasi dan daya cipta dalam kelompok tersebut. Kondisi seperti ini telah menghasilkan suku bangsa dan bangsa yang berbeda-beda di dunia. Setiap bangsa memiliki budaya dan masyarakat pendukung tersendiri. Demikian pula yang terjadi di Sumatera Utara.

Setiap kebudayaan yang hidup dalam suatu masyarakat yang dapat berwujud sebagai satu komunitas desa, kota, kelompok kekerabatan, atau kelompok adat yang lain, bisa menampilkan suatu corak khas yang terutama terlihat oleh orang luar yang bukan warga masyarakat bersangkutan. Seorang warga dari suatu kebudayaan yang telah hidup dari hari ke hari di dalam lingkungan kebudayaannya biasanya tidak melihat lagi corak khas itu.

Sebaliknya, terhadap kebudayaan tetangganya, ia dapat melihat corak khasnya, terutama mengenai unsur-unsur yang berbeda mencolok dengan kebudayaan miliknya sendiri.

Corak khas sebuah kebudayaan dapat tampil karena kebudayaan itu menghasilkan satu unsur kecil berupa suatu unsur kebudayaan fisik dengan bentuk

72

yang khusus. Atau karena di antara pranata-pranatanya ada suatu pola sosial yang khusus. Dapat juga karena warganya menganut suatu tema budaya yang khas.

Sebaliknya, corak khas dapat disebabkan karena adanya kompleks unsur-unsur yang lebih besar. Berdasarkan atas corak khususnya tadi, suatu kebudayaan dapat dibedakan dari kebudayaan yang lain.

Pokok perhatian dari suatu deskripsi etnografi adalah ke- budayaan-kebudayaan dengan corak khas seperti itu. Istilah etnografi untuk suatu kebudayaan dengan corak khas adalah "suku bangsa,‖ atau dalam bahasa Inggris ethnic group (kelompok etnik). Koentjaraningrat2 menganjurkan untuk memakai istilah ―suku bangsa" saja, karena istilah kelompok di dalam hal ini kurang cocok.

Sifat kesatuan dari suatu suku bangsa bukan sifat kesatuan "kelompok," melainkan sifat kesatuan "golongan."

Konsep yang tercakup dalam istilah "suku bangsa" adalah suatu golongan manusia yang terikat oleh kesadaran dan identitas akan "kesatuan kebudayaan", sedangkan kesadaran dan identitas tadi seringkali (tetapi tidak selalu) dikuatkan oleh kesatuan bahasa juga. Dengan demikian "kesatuan kebudayaan" bukan suatu hal yang ditentukan oleh orang luar, misalnya oleh seorang ahli antropologi, ahli kebudayaan, atau lainnya, dengan metode-metode analisis ilmiah, tetapi oleh warga kebudayaan itu sendiri. Dengan dernikian, misalnya kebudayaan

Mandailing merupakan suatu kesatuan, bukan karena ada peneliti-peneliti yang secara etnografi telah menentukan bahwa kebudayaan Mandailing itu suatu

2 Koentjaraningrat, Pengantar Ilmnu Antropologi, Jakarta: Rineka Cipta, 1990.

73

kebudayaan tersendiri yang berbeda dari kebudayaan Jawa, Makasar, atau Bali-- tetapi karena orang-orang Mandailing sendiri sadar bahwa di antara mereka ada keseragaman budaya, yaitu budaya Mandailing yang mempunyai kepribadian dan jati diri khusus. Berbeda dengan budaya-budaya etnik lainnya dalam wilayah

Indonesia. Apalagi bahasa Mandailing berbeda dengan bahasa Jawa atau Bali, maka akan lebih mempertinggi kesadaran akan kepribadian khusus tadi.

Dalam kenyataan, konsep "suku bangsa" lebih kompleks daripada apa yang terurai di atas. Ini disebabkan karena dalarn kenyataan, batas kesatuan manusia yang merasakan diri terikat oleh keseragaman kebudayaan itu, dapat meluas atau menyempit, tergantung pada keadaan. Misalnya, penduduk natif Sumatera Utara yang terdiri dari orang Karo, Simalungun, Toba, Pakpak-Dairi, Nias, Melayu,

Pesisir, Lubu, Siladang, dan lainnya. Kepribadian khas dari setiap suku bangsa ini dikuatkan olehbahasa-bahasa suku bangsa yang khusus. Walaupun demikian, kalau orang Sumatera Utara berada di Jakarta, yang menyebabkan mereka harus berhadapan dengan kelompok lain dalam konteks kekejaman perjuangan hidup di skota besar, maka mereka akan merasa bersatu sebagai Putra Sumatera Utara (atau yang dikonsepkan sebagai anak Medan), dan tidak sebagai orang Karo,

Simalungun, Toba, Pakpak-Dairi, Nias, Melayu, Pesisir, Lubu, dan Siladang.

Deskripsi mengenai kebudayaan suatu suku bangsa biasanya merupakan isi dari sebuah karangan etnografi.3 Namun karena ada suku bangsa yang besar

3Etnografi berasal dari istilah ethnic yang arti harfiahnya suku bangsa dan graphein yang artinya mengambarkan atau mendeskripsikan. Etnografi adalah jenis karya antropologis khusus

74

sekali, yang terdiri dari berjutajuta penduduk (seperti suku bangsa Jawa), maka ahli antropologi yang mengarang sebuah etnografi sudah tentu tak dapat mencakup keseluruhan hal etnografis suku bangsa besar itu dalam deskripsinya.

Maka biasanya ia hanya melukiskan sebagian dari kebudayaan suku bangsa itu.

Etnografi tentang kebudayaan Jawa misalnya hanya akan terbatas kepada kebudayaan Jawa dalarn suatu desa atau beberapa desa tertentu. Atau kebudayaan

Jawa dalarn suatu daerah dialek dan sosiolek Jawa yang tertentu (Pesisiran,

Kasultanan, atau Kasunanan), kebudayaan Jawa dalam suatu kabupaten tertentu, kebudayaan Jawa di pegunungan atau kebudayaan Jawa di pantai, atau kebudayaan Jawa dalam suatu lapisan sosial tertentu.

Selain mengenai besar-kecilnya jumlah penduduk dalarn kesatuan masyarakat suku bangsa, seorang ilmuwan antropologi tentu juga menghadapi soal perbedaan asas dan kompleksitas dari unsur kebudayaan yang menjadi pokok penelitian atau pokok deskripsi etnografinya. Dalarn kaitan ini, para ilmuwan antropologi, sebaiknya membedakan kesatuan masyarakat suku-suku bangsa di dunia berdasarkan kepada kriteria mata pencaharian dan sistem ekonomi, yang dan penting yang mengandung bahan-bahan kajian pokok dari pengolahan dan analisis terhadap kebudayaan satu suku bangsa atau kelompok etnik. Oleh karena di dunia ini ada suku-suku bangsa yang jumlahnya relatif kecil, dengan hanya beberapa ratus ribu warga, dan ada pula kelompok etnik yang berjumlahrelatif besar, berjuta-juta jiwa, maka seorang antropolog yang membuat karya etnografi tidak dapat mengkaji keseluruhan aspek budaya suku bangsa yang besar ini. Oleh karena itu, untuk mengkaji budaya Melayu misalnya, yang mencakup berbagai negara bangsa, maka seorang antropolog boleh saja memilih etnografi masyarakat Melayu Desa Batang Kuis, atau lebih besar sedikit masyarakat Melayu Kabupaten Serdang Bedagai, atau masyarakat Melayu Labuhan Batu, dan seterusnya. Ada pula istilah yang mirip dengan etnografi, yaitu etnologi. Arti etnologi berbeda dengan etnografi. Istilah etnologi adalah dipergunakan sebelum munculnya istilah antropologi. Etnologi adalah ilmu yang mempelajari manusia dan kebudayaannya di seluruh dunia, sama maknanya dengan antropologi, yang lebih lazim dipakai belakang hari oleh para ilmuwannya atau dalam konteks sejarah ilmu pengetahuan manusia.

75

mencakup enarn macarn: (1) masyarakat pemburu dan peramu, atau hunting and gathering societies; (2) masyarakat peternak atau pastoral societies; (3) masyarakat peladang atau societies of shifting cultivators; (4) masyarakat nelayan, atau fishing communities, (5) masyarakat petani pedesaan, atau peasant communities; dan (6) masyarakat perkotaan yang kompleks, atau complex urban societies.

Pembatasan deskripsi tentang suatu kebudayaan suku bangsa dalam sebuah karya etnografi, memerlukan metode dalam menentukan asas-asas pembatasan.

Selain itu dibicarakan bagaimana unsur-unsur dalam kebudayaan sesuatu suku bangsa yang menunjukkan persamaan dengan unsur-unsur sejenis dalam kebudayaan suku-suku bangsa lain. Untuk itu dilakukan perbandingan satu dengan lain. Untuk itu perlu suatu konsep yang mencakup persamaan unsur-unsur kebudayaan antara suku-suku bangsa menjadi kesatuan-kesatuan yang lebih besar lagi. Konsep itu adalah konsep "daerah kebudayaan" atau culture area.

2.2. Etnografi Masyarakat dan Kebudayaan Sumatera Utara

Dalam bagian ini, penulis mendeskripsikan secara umum geografi dan etnografi masyarakat Sumatera Utara,4 yang biasanya dalam konteks

4Pada masa penjajahan Belanda, di Sumatera Utara terdapat dua provinsi (afdeeling), yaitu

Sumatera Timur dan Tapanuli. Ada perbezaan pengertian antara Sumatera Utara dengan Sumatera Timur.

Wilayah Sumatera Timur (Oostkust van Sumatra dalam Bahasa Belanda atau East Coast of Sumatra dalam Bahasa Inggeris) mencakup Provinsi Sumatera Utara sekarang di luar Tapanuli, ditambah daerah

76

pemerintahan Republik Indonesia dibagi ke dalam tiga kategori, yaitu: (1) delapan etnik setempat yang terdiri dari: Melayu, Karo, Simalungun, Pakpak-Dairi,

Batak Toba, Mandailing-Angkola, Pesisir, dan Nias; (2) etnik pendatang dari

Nusantara: Minangkabau, Aceh, Banjar, Jawa; serta (3) etnik pendatang dari luar negeri: Tionghoa, Tamil, Benggali, dan Eropa.

Pada masa sekarang sebagian besar masyarakat Sumatera Utara, menerima cara pembagian kelompok-kelompok etnik setempat ke dalam delapan kategori, seperti yang ditawarkan oleh pemerintah Indonesia. Keberadaan etnik setempat dijelaskan oleh Goldsworthy sebagai berikut.

The three major [North] Sumatran ethnic groups are the Batak, coastal Malay and Niasan ... North Sumatrans often divide the indigenous (that is, non-immigrant) population of the province into nine more narrowly defined ethnic groups (suku-suku). ... The broad Batak ethnic group is ussually divided into six main communities - Pakpak-Dairi Dairi, Toba, Angkola-Sipirok, Mandailing, Karo and Simalungun. All six groups have a broadly similar social organisation (patrilineal, exogamus dans) and related languages, but important social, religious and linguistic differences also divide them. The sharpest linguistic division is between the Karo/Pakpak-Dairi Dairi groups in the north and west and the Toba/Mandailing/ Angkola-Sipirok groups in the south. The Simalungun group falls between the two extreme points of contrast.5

Bengkalis Provinsi Riau--secara budaya termasuk pula Tamiang Provinsi Daerah Istimewa Aceh. Lebih jauh lihat Blink, Sumatra's Oostkust: In Here Opkomst en Ontwikkelings Als Economisch Gewest,

(s'Gravenhage: Mouton & Co., 1918), pp. 1 dan 9. Kini Sumatera Utara adalah salah satu dari 34 Provinsi di Indonesia, yang terdiri dari 33 Kabupaten dan Kota.

5 David J. Goldworthy, Melayu Mnusic of Noth Sumatra: Continuities and Changes, Canberra: Monash University, 1976, disertasi doktoral.

77

Tiga kelompok etnik besar Sumatera Utara adalah Batak, Melayu Pesisir, dan Nias. Orang-orang Sumatera Utara biasanya dibagi ke dalam sembilan populasi setempat (yaitu mereka yang bukan imigran), yang biasa disebut dengan suku-suku. Kelompok etnik Batak yang lebih luas, biasanya dibagi pada lima komunitas utama, yaitu: Pakpak-Dairi-Dairi, Batak Toba, Angkola-Sipirok,

Mandailing, Karo, dan Simalungun. Keenam komunitas utama ini mempunyai organisasi sosial yang sama, yaitu berdasar pada sistem patrilineal dan klen yang eksogamus.6 Mereka mempunyai sistem sosial, religi, dan linguistik yang berbeda. Perbedaan linguistik paling jelas adalah antara kelompok Karo dan

Pakpak-Dairi-Dairi di utara dan barat--dengan kelompok Toba, Mandailing,

Angkola, dan Sipirok di Selatan. Simalungun berada di antara dua sistem linguistik ini.

Sumatera adalah salah satu pulau besar di Indonesia yang terdiri dari sekitar 3.000 pulau-pulau. Pulau Sumatera ini mencakup wilayah sebesar 473.606 km.7 Pulau ini mempunyai panjang lebih dari 1.920 km yang membentang dari barat laut ke tenggara, dan mempunyai lebar maksimum sebesar 384 km.

Sumatera adalah pulau di sebelah barat Indonesia, yang terentang dari 6º LU

4Dalam tesis ini, yang dimaksud klen eksogamus adalah sistem kemasyarakatan dalam sebuah suku, yang norma pemilihan pasangan hidupnya berasal dari kelompok luar tertentu. Lihat Paul B. Horton dan Chester L. Hunt (1993:400). Dalam konteks masyarakat Batak, klen yang sama dilarang kawin. 7C.A. Fisher, ―Indonesia: Physical and Social Geography.― The Far East and Australasian 1977-78: A Survey and Directory of Asia and Pacific. London: Europe Publications Ltd., 1977, hlm. 455-457.

78

sampai 6º LS secara latitudinal dan 95º sampai 110º BT secara longitudinal.8

Sumatera juga dikelilingi oleh pulau-pulau di sekitarnya, baik yang berdekatan dengan pantai barat ataupun timurnya. Pulau-pulau ini secara administratif ikut ke dalam pemerintahan daerah di Sumatera. Struktur geologis Pulau Sumatera didominasi oleh rangkaian Pegunungan Bukit Barisan. Rangkaian pegunungan ini sampai ke wilayah Selat Sunda. Sumatera dibagi menjadi lima Provinsi atau

Daerah Tingkat I. Sumatera adalah kawasan yang sangat cocok untuk bidang pertanian dan perikanan.9 (Sebahagian besar penduduk Sumatera tergolong ke dalam ras proto-Mongoloid,10 dan berbahasa sama dengan kelompok bahasa

Austronesia atau Melayu-Polinesia.11

Pada masa lampau, beberapa sistem klasifikasi regional dipergunakan untuk membagi wilayah secara etnik. Provinsi Sumatera Utara misalnya pada zaman Belanda terdiri dari dua wilayah yaitu Sumatera Timur dan Tapanuli.

Namun Sumatera Timur mencakup daerah Aceh Timur.12 Dalam konteks perdagangan dunia, Sumatera Timur sangat terkenal, mempunyai pertumbuhan ekonomi yang pesat. Sumatera Timur mempunyai beberapa perkebunan, menghasilkan minyak bumi, dan menjadi daerah sumber devisa yang penting di

Indonesia. Perdagangan dan perikanan menjadi bidang ekonomi yang sangat

8 W.A. Withington, 1963. ―The Distribution of Population in Sumatra, Indonesia, 1961.‖ The Journal of Tropical Geography, 17, 1963, hlm. 203. 9 Ibid., hlm. 539. 10 Fisher, op.cit., hlm. 456. 11W.Howell, W., The Pacific Islanders. London: Weidenfeld and Nicolson, 1923, hlm. 80-81. 12Whitington, op.cit., hlm. 203.

79

penting di Pesisir Timur Sumatera Utara ini. Daerah Sumatera Timur ini awalnya dihuni oleh tiga etnik setempat, yaitu: Melayu, Karo, dan Simalungun.

Sumatera sendiri dihuni oleh beberapa kelompok etnik setempat, yaitu:

Aceh, Alas dan Gayo, Batak, Melayu, Minangkabau, Rejang, Lampung, Kubu,

Nias, Mentawai, dan Enggano. Di Pesisir Timur Sumatera Utara, yang pada masa kesultanan lazim disebut Sumatera Timur, etnik Melayu mendiami wilayah yang meliputi empat Kabupaten, yaitu: Kabupaten Langkat, Deli Serdang, Asahan, dan

Labuhan Batu. Pada masa-masa pemerintahan sistem kesultanan, etnik Melayu di

Sumatera Timur ini berada dalam tiga kesultanan besar, yaitu: Langkat, Deli, dan

Serdang, dan ditambah sultan-sultan yang secara geografis dan politis lebih kecil, yaitu: Asahan, Bilah, Kotapinang, Panai, dan Kualuh.

Bagan 2.1 : Tiga Kategori Kelompok-kelompok Etnik di Sumatera Utara

80

Wilayah Sumatera Timur terbentang dari perbatasan Aceh sampai kerajaan Siak mempunyai batas-batas geografis sebagai berikut: (1) sebelah utara dan barat berbatasan dengan wilayah Aceh; (2) sebelah timur berbatasan dengan Selat Melaka; (3) sebelah selatan dan tenggara berbatasan dengan daerah

Riau; dan (4) sebelah barat berbatasan dengan daerah Tapanuli.13 Luasnya 94.583 km2 atau sekitar 20 % dari luas pulau Sumatera.14

Peta 2.1 : Wilayah Budaya Etnik Natif Sumatera Utara

13 Volker, T., Van Oerbosch tot Culturgebied. Medan: De Deli Planters Vereeniging, 1928, hlm. 192-1193. 14Pelzer, Karl J., Planters and Peasant Colonial Policy and the Agrarian Struggle in East Sumatra 1863-1847. s‘Gravenhage: Martinus Nijhoff, 1978. Juga terjemahannya dalam bahasa Indonesia, Karl J. Pelzer, Toean Keboen dan Petani: Politik Kolonial dan Perjuangan Agraria 1863-1947. Terjemahan J. Rumbo. Jakarta: Sinar Harapan, 1985.

81

2.3. Etnik Karo dan Seni Rupanya

Daerah kebudayaan Karo, mencakup beberapa kabupaten di Sumatera

Utara, di antaranya Kabupaten Karo, Langkat, Deli Serdang, dan Serdang

Bedagai. Secara wilayah budaya, etnik Karo di Dataran Tinggi Bukit Barisan disebut dengan Karo Jahe, sementara mereka yang berada di Pesisir Pantai Timur

Sumatera Utara disebut Karo Jahe.

Secara administratif pemerintahan, Kabupaten Karo memiliki ketinggian

140 sampai 1400 meter dari permukaan laut. Iklimnya berkisar antara 16 sampai

27 Celsius, serta mempunyai curah hujan rata-rata 1000 mm sampai 1400 mm per tahun. Ibukota Kabupaten Karo adalah Kabanjahe, yang berjarak 76 kilometer dari Kota Medan.15

Etnik Karo mempunyai sistem kemasyarakatan yang disebut merga silima.

Sistem ini adalah pengelompokkan masyarakat ke dalam lima merga (klen) besar:

(1) Ginting, (2) Sembiring, (3) Karo-karo, (4) Perangin-angin, dan (5) Tarigan.

Setiap merga ini terbagi lagi ke dalam merga-merga kecil.

Istilah merga berasal dari kata meherga, yang artinya adalah mahal atau berharga. Istilah ini melekat pada lelaki yang berstatus sebagai penerus keturunan dan mewarisi nama merga. Bagi perempuan istilah yang dipergunakan adalah beru, yang berasal dari kata mberu yang artinya adalah cantik. Selain itu, masyarakat Karo mengenal istilah rakut sitelu, yaitu pengelompokkan tiga

15 Keterangan dari Pemerintah Kabupaten Karo, 2016.

82

struktur sosial: (1) kalimbubu (fihak pemberi isteri); (2) anak beru (fihak penerima isteri, dan (3) senina yaitu orang satu merga.

Pada masa sekarang, masyarakat Karo beragama Kristen Protestan,

Katolik, Islam, Hindu dan sebahagiannya Pemena, yaitu religi pra_Kristen dan

Islam. Nilai-nilai religi Pemena ini sebahagian ditransformasikan hingga kini.

Para penganut religi Pemena mempercayai adanya pencipta alam semesta yang disebut Dibata Kaci-kaci. Mereka juga mempercayai adanya tiga alam: (1) Banua

Datas alam bagian atas yang dikuasai oleh Dibata Datas yang bernama Guru

Batara Datas; (2) Banua Tengah yang dikuasai oleh Dibata Tengah yang bernama Tuan Paduka ni Aji, dan (3) Banua Tero yang dikuasai Dibata Teroh yang bernama Tuan Banua Koling.

Menurut konsep religi Pemena, alam sebagai tempat kehidupan manusia terbagi atas delapan arah sesuai dengan arah mata angin. Arah ini adalah: (1) purba (timur), (2) aguni (tenggara), deksina (selatan), nariiti (barat daya), pusima

(barat), mangadia (barat laut), batara (utara), dan irisan (timur).

Masyarakat Karo juga cukup memberikan perhatian kepada kesenian.

Misalnya dalam bidang kerajinan adalah gundala-gundala, yaitu topeng yang menyerupai orang, tungkat (tongkat), dan alat-alat musik tradisional Karo, yang terus lestari hingga sekarang. Djaga Depari adalah seorang komponis nasional yang berasal dari daerah Karo. Lagu-lagu terkenal di Sumatera Utara, yang diciptakannya antara lain: Piso Surit, Famili Teksi dan Erkata Bedil. Masyarakat

83

Karo juga mempunyai seni suara yang disebut rende (arti harfiahnya berbyabyi).

Lagu yang dinyanyikan disebut enden/ende.

Di dalam budaya masyarakat Karo, sebutan untuk para pemusik adalah sierjabaten, yang secara denotatif artinya adalah yang memiliki tugas. Sierjabaten terdiri dari pemain sarune, gendang singanaki, gendang singindungi, penganak, dan gung. Setiap pemain alat musik dalam etnosains tradisional Karo mereka memiliki nama masing-masing, yaitu: pemain sarune disebut panarune, pemain gendang (singanaki dan singindungi) disebut penggual, dan pemain penganak disebut simalu penganak, dan pemain gung disebut simalu gung, serta pemain mangkuk michiho disebut simalu mangkuk michiho.

Kebudayaan seni rupa etnik berupa ragam hias motif geometris suku

Karo, di antaranya adalah gerga tutup dadu disebut juga cimba lau, merupakan salah satu ragam hias suku karo motif geometris. ragam hias ini merupakan hiasan tepi cimba lau dan tutup dadu dibuat berulang-ulang pada tepi bawah dan atas melen-melen.16 Ragam hias ini melambangkan awan berarak dengan pengertian kecerahan. Fungsi ragam hias ini hanya sebagai keindahan visual yang juga memiliki makna-makna kebudayaan.

16Ibid, hlm. 98.

84

Gambar 2.1 : Ragam Hias Motif Geometris Tutup Dadu Suku Karo

Ragam hias motif geometris suku karo lainnnya adalah tapak raja

Sulaiman. Ragam hias ini tidak begitu jelas dari mana datangnya, sebsb masyarakat pemakai hiasan ini belum beragam Islam ataupun Kristen pada waktu itu. Disinyalir ornamen ini berasal dari Aceh atau Melayu. Menurut orang tua dan orang pande gerga di Tanah Karo, Nabi atau Raja Sulaiman adalah orang sakti dan berilmu. Bentuk ragam hias ini dianggap sebagai tempat duduk disebut ingan kundul raja Sulaiman.17

17Bagianda Sirait, Pengumpulan dan Dokumenasi Ornamen Tradisional di Sumater Utara, Sumatera Utara,:Pemerintah Tingkat I Sumut, 1977-1980, hlm. 93

85

Gambar 2.2 : Ragam Hias Motif Geometris Tapak Raja Sulaiman Pada Budaya Suku Karo

Bentuk ragam hias tapak raja Sulaiman mengandung arti petunjuk jalan supaya jangan tersesat. Motif seni rupa ini mempunyai fungsi mistik sebagai penolak bala, menyembuhkan gatat-gatal, dan keracunan. Ragam hias ini sering dibuat pada sendok nasi yang disebut ukat. Pada bangunan rumah ragam hias ini terdapat pada dinding melen-melen dipangkal dan ujungnya.18

Warna dalam seni rupa suku Karo, dapat dideskripsikan sebagai berikut.

Dinding rumah terdapat ukiran 5 warna, dengan motif saling kait, yang masing- masing warna pastilah memiliki makna sendiri, yang sayangnya tidak diketahui secara pasti tentang makna tersebut. Menurut penuturan warga Karo, hanya

18Ibid., hlm. 93.

86

tinggal para orang tua lanjut usia saja yang paham mengenai makna 5 warna tersebut.

Gambar 2.3 : Warna pada Ornamen Suku Karo

Menurut seorang warga Karo, bahwa 5 warna ukiran tersebut melambangkan keakraban dan kekerabatan antara 5 marga besar dalam suku

Batak Karo, yang saling bersaudara, yaitu:

(1) warna Merah adalah simbol marga Ginting,

(2) warna Hitam, milik marga Sembiring,

(3) warna Putih, milik marga Siangin-Angin (Peranginangin),

(4) warna Biru, milik marga Tarigan, dan

(5) warna Kuning Keemasan, milik marga Karo-Karo.

87

2.4. Etnik Pakpak-Dairi dan Seni Rupanya

Etnik ini bertempat tinggal di sebahagian besar kawasan Kabupaten Dairi dan Pakpak Bharat, yang sebahagian besar terdiri dari daratan tinggi dan bukit- bukit yang ditumbuhi pohon-pohon yang membentuk hutan tropis. Posisi koordinatnya terletak di antara 98 sampai 99 dera jat 20‘ Bujur Timur dan 20 sampai 30 derajat 15‘ Lintang Utara.

Sebelum masuknya ajaran Islam dan Kristen ke wilayah Pakpak-Dairi, pada kebudayaan masyarakatnya terdapat beberapa bentuk kepercayaan yang berdasar kepada adanya kekuatan ghaib pada tempat-tempat tertentu, benda-benda alam, dan alam semesta memiliki kekuatan ghaib dengan adanya dewa-dewa dan roh-roh nenek moyang. Konsep kepercayaan akan adanya alam ghaib terbagi atas tiga bagian, yaitu: Batara Guru (Dewa Pencipta), Tunggul ni Kuta (Dewa Penjaga

Kampung), dan Berraspati ni Tanoh (Dewa yang Menguasai Tanah). Ketiga wujud kekuatan alam ini disebut dengan Tri Tunggal Penguasa Alam. Mereka sebagai penganut kepercayaan kepada kekuatan ghaib juga mempercayai adanya

Sinaga Ale (Dewa Penguasa Air), Jandi ni Mora (Dewa Penjaga Udara) dan

Mbarla (makhluk ghaib yang menguasai ikan dalam air). Pada tahun 1908 perkembangan agama Islam memasuki Pakpak-Dairi yang dibawa oleh Tuan

Pakih Brutu dari daerah Aceh. Pada mulanya penyebaran agama Islam selalu memberikan rangsangan di hadapan orang banyak dengan menunjukkan kekuatan ghaib, seperti menggerakkan batu, kayu, besi, yang diletakkan di atas tanah.

88

Sebelum datangnya masa kolonialisme Belanda, kelompok etnik Pakpak-Dairi dibagi ke dalam lima golongan (puak), yaitu: (1) Pakpak Boang yang tinggal di

Lipat Kajang dan Singkel, yang sekarang merupakan wilayah Nanggroe Aceh

Darussalam bagian selatan; (2) Pakpak Kelasen yang meliputi daerah Parlilitan,

Pakkat dan Manduamas, yang saat ini menjadi bagian wilayah Tapanuli Bahagian

Utara dan Tapanuli Tengah; (3) Pakpak Kepas yang terdiri dari daerah Sidikalang,

Parongil, dan Banturaja, serta (4) Pakpak Simsim berada di Sukarame, Kerajaan, dan Salak.

Ragam hias motif geometris suku Pakpak Dairi dapat diuraikan sebagai berikut. Dari beberapa motif ragam hias pada suku Pakpak Dairi hanya memiliki dua ragam hias geometris yaitu, bulan dan adep.19 Ragam hias bulan biasaya terdapat diantara kedua cecak. Bulan menunjukkan kelembutan dan sebagai lambang perhitungan musim, perhitungan ini dianggap penting bagi kehidupan petani.

19 Ibid, hlm. 173.

89

Gambar 2.4 : Ragam Hias Motif Geometris Suku Pakpak Dairi (Bulan)

Menurut baginda Sirait ragam hias bulan diartikan sebagai lambang kelembutan dan perhitungan musim, dan sangat penting bagi kehidupan petani.20

Dengan pengertian tersebut, maka didaerah Pakpak Dairi terdapat musim-musim sebagai berikut.

1. Bulan pekesada (bulan pertama), musim penghijau (udan amanen apa-apa).

2. Bulan pakedua (bulan kedua), hujan dan kemarau bergantian (meru dan lego).

3.Bulan paketelu (bulan ketiga), hujan dan kemarau bergantian (rudan lego).

4. Bulan pakeempat (bulan keempat), mulai musim penghujan, mulai menanam

padi.

5. Bulan pakelima (bulan kelima), musim kemarau.

6. Bulan pakeenam (bulan keenam), mulai musim penghujan, mulai menanam

Padi.

20Bagianda Sirait, op. cit., hal. 163.

90

7. Bulan pakepitu (bulan ketujuh), musim hujan.

8. Bulan kewaluh (bulan kedelapan), hujan dan kemarau, merumputi.

9. Bulan pakesiwah (bulan kesembilan) , padi sedang bunting.

10. Bulan kesepuluh, mengusir burung dan monyet.

11. Bulan kesebelas, masa mengetam padi.

12. Bulan keduabelas, mengantar padi ke kampung dan menyimpan di lumbung.

2.5. Etnik Simalungun dan Seni Rupanya

Berdasarkan letak geografinya, Kabupaten atau juga wilayah budaya

Simalungun ini membentang antara 02 derjat 36‘ sampai 3 derjat 18‘ Lintang

Utara dan 9 derjat 32‘ sampai 9 derjat 35 ‗ Bujur Timur. Luas keseluruhan daerah

Simalungun adalah 4,386.69 kilometer² atau 16.12% dari keseluruhan luas

Provinsi Sumatera Utara. Menurut Jahutar Damanik dalam bukunya yang bertajuk

Jalannya Hukum Adat Simalungun bahwa istilah simalungun berasal dari pokok kata lungun yang artinya sunyi atau sepi. Ditambah awalan kata ma menjadi malungun yang berarti suatu keadaan yang sunyi. Kemudian ditambah lagi awalan kata si yaitu sebuah sebutan untuk menamakan suatu tempat. Jadi simalungun berarti suatu nama bagi kawasan tanah yang disebut sunyi dan belum dikenal orang. Pada masa-masa awal terbentuknya kebudayaan masyarakat

Simalungun,masih relatif jarang penghuninya. Kini telah berubah seiring dengan perkembangan zaman, dengan dibukanya perkebunan-perkebunan sawit, coklat, dan karet. Masyarakat Jawa datang ke daerah ini sejak abad ke-19, yang

91

umumnya sebagai buruh di perkebunan-perkebunan Belanda. Setelah habis masa kerja di perkebunan, mereka membuka perkampungan sendiri. Kini menjadi

Daerah Kabupaten Simalungun, yang umumnya dihuni oleh etnik Simalungun dan

Jawa.

Sebelumnya kira-kira tahun 500–1290 M di daerah Simalungun telah berdiri sebuah kerajaan, yang disebut Kerajaan Nagur dipimpin seorang raja yang bernama Damanik (Jahutar Damanik 1974:33). Rakyatnya disebut suku Timur

Raya, karena daerah Simalungun ini terletak di Timur Danau Toba (M.D. Purba

1977:21). Setelah masa pemerintahan Kerajaan Nagur berakhir, maka digantikan oleh Kerajaan Silou (1290-1350). Sebelum tahun 1500, wilayah Simalungun terlepas dari Kerajaan Silou, sehingga masing-masing wilayah memegang kekuasaan masing-masing. Tahun 1500-1906 di Simalungun berdiri empat kerajaan yang disebut Raja Maroppat. Kerajaan ini terdiri dari: (1) Kerajaan

Dolok Silou dan (2) Kerajaan Panei masing-masing dengan rajanya bermarga

Purba; (3) Kerajaan Siantar yang rajanya bermarga Damanik; dan (4) Kerajaan

Tanah Jawa yang rajanya bermarga Sinaga. Setelah proklamasi kemerdekaan

Republik Indonesia tahun 1945, Simalungun menjadi Daerah Tingkat II

Simalungun dan Kotamadya Pematang Siantar, kemudian sesuai dengan semangat reformasi sejak 2000 yang lalu berubah menjadi Kabupaten Simalungun dan Kota

Pematang Siantar.

Pada awalnya, etnik Simalungun menganut suatu religi yang disebut dengan Sipajuh Begu-begu atau Parbegu. Sebelum masuknya agama Kristen dan

92

Islam, orang-orang Simalungun dapat dikelompokkan ke dalam orang-orang yang religinya bersifat animisme. Orang-orang Simalungun yang beragama Kristen

Protestan terintegrasi ke dalam persekutuan iman gereja yang disebut Gereja

Kristen Protestan Simalungun (GKPS).

Sistem kekerabatan etnik Simalungun berdasarkan kepada sistem keturunan patrilineal. Kelompok kekerabatan terkecil disebut satangga, yang terdiri dari suami, istri, dan anak-anaknya. Anggota kerabat satu ayah disebut sabapa, satu kakek disebut saompung. Dalam masyarakat Simalungun dikenal istilah tolu sahundulan lima saodoran (―kedudukan yang tiga barisan yang lima‖), terdiri dari: tondong (pihak pemberi isteri), sanina (pihak satu marga), dan anak boru (pihak pengambil isteri). Ditambah dua kelompok lagi yaitu tondong ni tondong (tondong dari pihak pemberi isteri) dan boru ni boru (boru dari pengambil isteri). Pada setiap upacara adat dan pelaksanaan horja (pesta), semua unsur kekerabatan tersebut selalu berperan. Mereka akan tampil dengan mewujudkan sifat tolong-menolongnya. Pihak yang menyumbang uang atau beras adalah tondong, sedangkan yang menyumbangkan tenaga adalah pihak boru.

Orang-orang Simalungun secara tradisi menyebut musik vokalnya (nyanyian) dengan doding. Aktivitas menyanyikan doding ini disebut dengan mandoding.

Selain istilah doding, di dlam genre musik vokal Simalungun dikenal pula istilah ilah dan inggou, yang juga mempunyai makna nyanyian. Perbedaan antara ketiganya adalah hanya dikenal antara khusus untuk suatu nyanyian yang

93

dilagukan secara bersama-sama maupun untuk menyatakan nama sebuah musik vokal.

Gambar 2.5 : Ragam Hias Motif Geometris Suku Simalungun (Gorga Suleppat)

Ragam hias motif geometris suku Simalungun berupa gorga suleppat dianggap sebagai hiasan utama pada rumah adat Simalungun, terdapat pada sambahou yaitu sebagai landasan dinding.21 Melihat pada ikatan jalin menjalin diartikan sebagai lambang persatuan. Adanya ikatan persatuan antara sesama masyarakat, hidup rukun dipimpin olah raja. Fungsi ragam hias ini sebagai lambang persatuan dan sebagai hiasan bangunan yang berbentuk geometris.22

21Bagianda Sirait, Pengumpulan dan Dokumenasi Ornamen Tradisional di Sumater Utara, Sumatera Utara: Pemerintah Tingkat I Sumut, 1977-1980, hlm. 60. 22 Ibid.

94

Gambar 2.6 : Ragam Hias Motif Geometris Suku Simalungun (Gorga Desa Na Uwaluh)

Lain halnya dengan gerga desa na uwaluh (bindu matogu), ragam hias ini berbentuk gambar mata angin. Ragam hias ini dianggap juga sebagai lambang keselamatan rakyat dari segala penjuru, juga berfungsi sebagai tanggal penyakit.

Begitu juga dengan gorga rot-rot derpih, ragam hias ini merupakan hiasan dari ikatan tali pada dinding. Hiasan ini melambangkan kekuatan penangkal roh-roh jahat (black magic).23

23Bagianda Sirait, Pengumpulan dan Dokumenasi Ornamen Tradisional di Sumater Utara, Sumatera Utara, Pemerintah Tingkat I Sumut, 74

95

Gambar 2.7 : Ragam Hias Motif Geometri Suku Simalungun (Rot-rot Derpih)

Di dalam seni rupa etnik Simalungun juga terdapat motif tumbuhan.

Ragam hias etnik Simalungun adalah salah satu jenis ragam hias tradisional di

Sumatera Utara. Walaupun batak Simalungun salah satu sub suku Batak, namun ragam hias tradisionalnya masih dapat dibedakan dengan ragam hias-ragam hias tradisional suku Batak lainnya.

Menurut Baginda Sirait, ada banyak jenis-jenis ragam hias motif tumbuhan pada suku Simalungun adalah rombak-rombak sinade, sihilap horbou, sihilap bajaronggi, pinar bunga bongbong, pinar bunga hambili, bunga tabu, bunga sayur matua, hair potor, pahu-pahu patundal, pinar assi-assi, pinar bulung ni andurdur, pinar bunga tarompet, pinar mombang, dan pinar silombur pingan.24

24Bagianda Sirait, Pengumpulan dan Dokumenasi Ornamen Tradisional di Sumater Utara, Sumatera Utara: Pemerintah Tingkat I Sumut, 1977-1980, hlm. 81

96

Sebagai latar belakang ragam hias suku Simalungun adalah sekitar daerah

Simalungun sendiri, motif-motif ragam hias salah satunya adalah motif tumbuhan, makna ataupun simbol yang dihadirkan pada setiap bentuk ragam hias berbeda- beda sesuai dengan bentuk motif tumbuhan yang dijadikan sebagai ragam hias.

Salah satu jenis ragam hias motif tumbuhan pada suku Simalungun adalah gorga sihilap bajaronggi. Ragam hias ini merupakan sejis tumbuh-tumbuhan air yang daunnya dapat dibuat sayur.

Gambar 2.8 : Motif tumbuhan Suku Simalungun (Sihilap Bajaronggi)

Motif tumbuhan gorga sihilap bajaronggi sebagai simbol sikap kesetia kawanan, saling mengenang dan kharisma. Ragam hias ini juga dianggap sebagai sikap simpatik dan salaing mengingatkan, biarpun berjauhan.25

25Bagianda Sirait, Pengumpulan dan Dokumenasi Ornamen Tradisional di Sumater Utara, Sumatera Utara: Pemerintah Tingkat I Sumut, 65.

97

Pada gorga bunga tabu, ragam hias ini berasal dari batang, daun dan bunga labu (bunga tabu), yang memiliki makna sebagai simbol pemerintahan yang baik. Begitu juga dengan gorga bunga sayur metua berasal dari bunga raya berwarna merah, yang memiliki simbol dari seia sekata dan panjang umur.26

Ragam hias yang keseluruhan ornamen memiliki hal-hal yang berhubungan dengan lambang yang bermakna adat istiadat. Dalam pembuatan ragam hias rumah adat Simalungun akan melewati berbagai proses perencanaan yang matang dan tidak terlepas dari adat istiadat yang telah ditetapkan sebagai sumber hukum yang berlaku di tengah-tengah masyarakat, melalui sidang adat raja, yang kemudian dikirim kepada ahli kesenian.

Gambar 2.9 : Warna ragam hias suku Simalungun

26Ibid., hlm. 68.

98

Tidak banyak warna yang dipakai untuk menggambarkan ornamen atau hiasan pada bangunan tradisional suku Simalungun. Warna yang dipakai adalah hitam, merah dan putih. Penggunaan warna tersebut sangat erat dengan nilai filososif dari warna tersebut, yaitu 1). warna hitam dianggap sebagai warna iblis atau tempat dunia kejahatan dengan sebutan nagori toruh; 2). warna merah dianggap sebagai dunia atau duniawi dimana manuasia berjuang untuk hidup, disanalah pertarungan antara kebaikan dengan kejahatan, kebodohan dengan kejujuran. dunia adalah arena perjuangan diantara kedunya, siapa yang menang tergantung pada manusia itu sendiri. tempat ini dalam bahasa Simalungun disebut nagori tongah; 3). warna putih dianggap mewakili kekuasaan Tuhan Yang Maha

Esa yang bahasa Simalungun disebut nagori atas.

Bahan untuk ragam hias ini bermacam-macam ada yang terbuat dari ijuk, bambu, rotan kayu dan sebagainya, sedangkan untuk mewarnainya dipergunakan sejenis cat yang dibuat sendiri oleh masyarakat, yatiu terbuat dari bahan tanah, gambir, kulit kayu dan sebagainya, warna putih terbuat dari kapur yang ada di daerah tersebut, warna hitam terbuat dari arang dicampur kemiri bakar satau tanah hitam, sedangkan warna merah terbuat dari batu bata warna merah atau kulit kayu

Menurut Sirait (1980:59) bahwa ragam hias tradisional Simalungun ada yang berwarna, tetapi ada juga yang tidak berwarna. Warna dasar ragam hias tersebut adalah warna merah, putih dan hitam. Pengertian warna-warna tersebut adalah sebagai berikut : putih menunjukkan sifat atau jiwa yang bersih, merah merupakan lambang keberanian dan hiatam adalah alambang pendirian yang

99

tetap. Ketiga warna tersebut disatukan di dalam benang manalu yang dipandang sebagai anti roh dan berbuatan mistik.27

2.6. Etnik Batak Toba dan Seni Gorganya

Sebagai satu kesatuan etnik, orang-orang Batak Toba mendiami suatu daerah kebudayaan (culture area) yang disebut dengan Batak Toba. Mereka disebut orang Toba. Menurut Vergouwen, masyarakat Batak Toba mengenal beberapa kesatuan tempat yaitu: (1) kampung, lapangan empat persegi dengan halaman yang bagus dan kosong di tengah-tengahnya, (2) huta, ―republik‖ kecil yang diperintah seorang raja, (3) onan, daerah pasar, sebagai satu kesatuan ekonomi, (4) homban (mata air), (5) huta parserahan, kampung induk dan lain- lain.28 Pada masa kini, wilayah kebudayaan etnik Batak Toba adalah daerah yang sebagian besar termasuk Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Toba Samosir,

Kabupaten Humbang Hasundutan, dan Kabupaten Samosir, yang mengitari Danau

Toba. Letaknya di sebelah tenggara Kota Medan.

Luas daerah kebudayaan Batak Toba adalah 10.605 km². Umumnya tanah kawasan ini terletak pada ketinggian 70-2.300 meter di atas permukaan laut.

Posisinya adalah berada pada 2º-3º Lintang Utara dan 98º-99,5º Bujur Timur

(Pemerintah Provinsi Sumatera Utara 1982:35). Kawasan di seluruh wilayah

27 Bagianda Sirait, Pengumpulan dan Dokumenasi Ornamen Tradisional di Sumater Utara, Sumatera Utara, Pemerintah Tingkat I Sumut, 59 28J.C. Vergouwen, The Social Organization and Customary Law of the Toba Batak. The Hague: Martinus Nijhoff, 1964.

100

Toba dapat dikelompokkan pada dua daerah yang luas, yaitu antara kawasan yang terdapat di Pulau Samosir dan di luarnya.

Masyarakat batak Toba, baik secara peribadi maupun berkelompok mengakui adanya kuasa di luar kuasa manusia. Dalam menghormati kuasa tersebut mereka mempunyai cara penyembahan yang berbeda sesuai dengan kesanggupan memahami makna kuasa tersebut. Motif setiap penghormatan ditujukan untuk mendapat perlindungan agar terhindar dari bahaya, sama ada bahaya alam, penyakit menular mahupun serangan binatang buas. Demikian pula untuk maksud mendapat restu, baik dalam perkawinan maupun usaha mencari rezeki dilaksanakan melalui pemujaan.

Ben M. Pasaribu mengatakan tentang konsep menyatunya antara agama dan adat pada masyarakat Batak Toba sebagai berikut.

... dalam masyarakat Batak Toba, yang mayoritas beragama Kristen dan Katolik, terdapat beberapa organisasi agamaniah yang berdasar kepada sistem kepercayaan Batak asli, yang dijalankan menurut persepsi dari pendiri-pendiri oraganisasi-organisasi tersebut dan beberapa persentuhan dengan agama wahyu. Hubungan antara organisasi agamaniah yang tradisi dengan organisasi gereja Kristen merupakan suatu hubungan yang bervariasi sekali, tergantung kepada perkembangan situasi masa yang mempengaruhi persepsi Kristen terhadap unsur kebudayaan tersebut. ... Sehingga selain gereja Kristen Protestan yang menghadirkan acara margondang dalam beberapa peristiwa gereja, gereja Katolik juga mengadakan suatu misa yang didasari oleh beberapa sekwen-sekwen dalam acara margondang dari organisasi agamaniah tersebut. Misalnya, Gondang Elek-elek sebagai kyre, daupa sebagai evangelium, Gondang Santi sebagai offertorium,

101

Tortor Ulubalang sebagai agnus dei, Gondang Puji-Pujian sebagai sanctus dan sebagainya.29

Religi selain agama Kristen dan Islam, dan masih ada pengikutnya sampai kini, yang dianut oleh sebilangan masyarakat Batak Toba adalah Parmalim,

Parbaringin, dan Parhudamdam. Religi-religi ini sering pula disebut agama Si

Raja Batak, karena religi ini diyakini oleh sebahagian besar orang Batak Toba, dianut oleh Raja Si Singamangaraja XII. Mengikut Batara Sangti didirikannya religi-religi tersebut adalah sengaja diperintahkan oleh Si Singamangaraja XII, sebagai gerakan keagamaan dan politik, yaitu Parmalim; dan sebagai gerakan ekstrimis berani amti, yaitu Parhudamdam (Batara Sangti 1977:79). Selepas perang Lumban Gorat Balige pada tahun 1883, seorang keperayaan Raja Si

Singamangaraja XII yang bernama Guru Somalaing Pardede, ditugaskan memperkuat pertahanan di wilayah Habinsaran, terutama untuk membendung pengaruh agama Kristen dan membentuk sebuah agama baru yang disebut

Parmalim.30

Menurut Horsting, Parmalim adalah ajaran agama yang di dalamnya terdapat unsur-unsur ajaran Kristen dan Islam, dan tidak meninggalkan kepercayaan Batak Toba Tua. Unsur-unsur kedua agama tersebut dapat dilihat dari kegiatan-kegiatan para penganutnya seperti di Barus Hulu, Humbang Barat,

29Ben M. Pasaribu, Taganing Batak Toba: Suatu Kajian dalam Konteks Gondang Sabangunan. Skripsi Etnomusikologi Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara. Medan, 1986, hlm. 53-54. 30 Batara Sangti, Sejarah Batak. Balige: Karl Sianipar, 1977, hlm. 79.

102

Tanggabatu (Tampahan), Sigaol (Uluan), Simalungun dan Serdang Hulu dan

Dairi. Di Tanah Karo dinamakan Silimin.31 Namun setelah tersebarnya gama

Kristen dengan pesat sejak tahun 1862 di Tanah Batak, penganut agama tersebut di atas semakin berkurang. Pada masa kini, umumnya masyarakat Batak Toba menganut agama Protestan, Katolik, dan Islam.

Penyebaran agama Kristen, awalnya dimulai oleh Pendeta Burton dan

Ward dari Gereja Baptis Inggeris tahun 1824. Kedua pendeta ini mencoba memperkenalkan Injil di kawasan Silindung (sekitar Tarutung sekarang).

Kehadiran mereka tidak diterima oleh masyarakat Batak Toba. Kemudian tahun

1834 Kongsi Zending Boston Amerika Serikat, mengirimkan dua orang pendeta, yaitu Munson dan Lymann. Kedua misionaris ini dibunuh oleh penduduk di bawah pimpinan Raja Panggalamei, di Lobupining, sekitar Tarutung, pada bulan

Juli 1834. Tahun 1849, Kongsi Bibel Nederland mengirim ahli bahasa Dr. H.N. van der Tuuk untuk menyelidiki budaya Batak. Ia menyusun Kamus Batak-

Belanda, dan menyalin sebahagian isi Alkitab ke bahasa Batak. Tujuan utama

Kongsi Bibel Nederland ini adalah merintis penginjilan ke Tanah Batak melalui budaya. Tahun 1859, Jemaat Ermelo Belanda dipimpin oleh Ds. Witeveen mengirim pendeta muda G. Van Asselt ke Tapanuli Selatan. Ia tinggal di Sipirok sambil bekerja di perkebunan Belanda. Kemudian disusul oleh para pendeta dari

Rheinische Mission Gesellschaft (RMG), pada masa sekarang menjadi Verenigte

Evangelische Mission (VEM), dipimpin Dr. Fabri. Penginjilan sampai saat ini

31Ibid. , hal. 60.

103

berjalan lambat. Kemudian tahun 1862 datanglah pendeta RMG, yang kemudian diterima oleh masyarakat Batak Toba, yaitu Dr. Ingwer Ludwig Nommensen. Di bawah pimpinannya misi penginjilan terjadi dengan pesat. Sampai dekade-dekade awal abad kedua puluh, sebagian besar etnik Batak Toba telah menganut agama

Kristen Protestan. Berdasarkan rapat pendeta pada 3 Februari 1903, penginjilan diperluas ke daerah Simalungun dan Karo, dan ternyata berhasil dengan baik.

Salah satu ciri masyarakat Batak Toba di samping mempunyai nama diri selalu mengikutsertakan marga, sistem garis keturunan yang diambil dari ayah atau bersifat patrilineal. Orang-orang yang mempunyai satu marga dianggap keturunan satu kakek. Keturunan dari satu leluhur menurut garis pihak ayah selagi masih menyatu, berdiam di satu kawasan membentuk sebuah ikatan bernama marga. Mereka saling mengenal dan erat bergaul, yang satu memperlakukan yang lain sebagai saudara kandung.

Salah satu ciri khas masyarakat Batak Toba, di samping nama diri selalu mengikutsertakan marga. Dalam hal ini marga adalah nama garis keturunan yang diambil dari pihak ayah atau bersifat patrilineal. Orang-orang yang mempunya sebuah marga dianggap keturunan satu nenek moyang. Turunan dari satu leluhur menurut garis keturunan pihak ayah selagi masih kompak, berdiam di satu tempat membentuk sebuah ikatan bernama marga. Mereka saling mengenal dan erat bergaul, yang satu memperlakukan yang lain sebagai saudara kandung.

Bila diperhatikan lebih dalam, khususnya terjadinya marga dalam masyarakat Batak Toba, merupakan satu yang sangat rumit, karena erat sekali

104

hubungannya antara mitos dan sejarah penyebaran masyarakat Batak Toba itu sendiri. Berdasarkan mitos dan sejarah, dapat dikatakan bahwa menurut persepsi mereka pada umumnya setiap individu dalam masyarakat Batak Toba merupakan keturunan Si Raja Batak, seperti tercermin dalam tulisan Napitupulu.

Dewa Mulajadi Na Bolon mengirim putrinya Si Boru Deak Parujar turun ke bumi. Ia kawin dengan Dewa Odap-odap dan melahirkan anak kembar manusia, satu lelaki Si Raja Ihat Manisia dan satu perempuan Si Boru Ihat Manisia. Mereka berdua, walau bersaudara, kawin dan lahirlah beberap anaknya. Salah seorangputeranya bernama Si Raja Batak, yang menjadileluhur seluruh suku Batak. Kampungkediamannya bernama Sianjur Mula- mula dekat kaki gunung Pusuk Buhit dis belah Barat Pulau Samosir. Setelah Si Raja Batak meninggal, arwahnya menetap di atas Gunung Pusuk Buhit. Si Raja Batak mempunyai dua putra, yang sulung bernama Guru Tatea Bulan dan adiknya Raja Isumbaon. Si Guru yaitu Tatea Bulan ahli dalam ilmu sihir dan Sang Raja, adiknya ahli dalam ilmu hukum adat. Guru Tatea Bulan mempunyai lima putra dan empat putri. Kelima puteranya adalah: (1) Raja Biak-biak (Raja Uti), (2) Tuan Saribu Raja, (3) Limbong Mulana, (4) Sagala Raja, dan (5) Silau raja (Malau Raja). Nama dari keempat puterinya, sebagai berikut: (1) Si Boru Paromas (Si Boru Anting-anting Sabungan), (2) Si Boru Parema, (3) Si Boru Bindinglaut, dan (4) Nan Tinjo. Raja Isumbaon mempunyai tiga orang putra, yaitu: (1) Sorimangaraja, (2) Raja Asiasi, (3) Sangkar Somalidang (Langka Somalidang).32

Bila diperhatikan lebih jauh, khusus tentang terjadinya marga dalam masyarakat Batak Toba merupakan hal yang rumit, karena erat sekali

32Nalom Siahaan Napitupulu, Sedjarah Kebudajaan Batak: Suatu Studi tentang Suku Batak (Toba, Angkola, Mandailing, Simelungun, Pakpak Dairi, Karo), Michigan: University of Michigan, 1964.

105

hubungannya dengan mite33 dan sejarah penyebaran masyarakat Batak Toba.

Pada umumnya setiap individu dalam masyarakat Batak Toba mempercayai dirinya sebagai keturunan Si Raja Batak, yang kalau diurutkan juga sebagai keturunan dari Debata Mula Jadi na Bolon, yaitu dewa yang mempunyai kekuasaan paling tinggi dalam sisetm religi Batak Toba.

Memperhatikan peranan marga pada masyarakat Batak Toba merupakan satu hal yang sangat penting. Sedemikian pentingnya, sehingga dalam kehidupan sehari-hari terutama pada saat perkenalan terlebih dahulu menyebutkan marga.

Sejauh ini tidak ada orang Batak Toba tanpa marga. Melalui marga orang-orang

Batak Toba boleh mengadakan partuturan (mencari hubungan kekerabatan) yang merupakan salah satu aspek mendasar dalam dalihan na tolu, yang selalu diterjemahkan sebagai tungku nan tiga, yaitu sebuah ungkapan yang menyatakan kesatuan hubungan kekerabatan pada masyarakat Batak Toba. Dalihan na tolu berarti tungku yang terdiri dari tiga buah batu, yang digunakan untuk memasak.

33Mite adalah bagian dari folklor (cerita rakyat). Dari semua bentuk atau genre folklor, yang paling banyak diteliti para ahli folklor adalah cerita prosa rakyat. Mengikut William R. Bascom, cerita prosa rakyat dapat dapat dibagi ke dalam tiga golongan besar, yaitu: (1) mite (myth), (2) legenda (legend) dan (3) dongeng (folktale). Mite adalah cerita prosa rakyat yang dianggap benar-benar terjadi serta dianggap suci oleh yang empunya cerita. Mite ditokohi para dewa atau makhluk setengah dewa. Peristiwa terjadi di dunia lain, atau di dunia yang bukan seperti kita kenal sekarang, dan terjadi pada masa lampau. Legenda adalah prosa rakyat yang mempunyai ciri-ciri yang mirip dengan mite, yaitu dianggap pernah benar-benar terjadi, tetapi tidak dianggap suci—namun legenda ditokohi oleh manusia, meski kadangkala memiliki sifat-sifat luar biasa, dan sering juga dibantu makhluk-makhluk ajaib. Tempat terjadinya adalah di duania seperti yang kita kenal sekarang, waktu terjadinya belumbegitu lama. Dongeng adalah prosa rakyat yang tidak dianggap benar-benar terjadi oleh yang empunya cerita, tidak terikat oleh waktu dan ruang. Lihat William R. Bascom Bascom, 1965. ―The Forms of Folklore: Prose Narratives.‖ Journal of American Folklore. Volume 78, nombor 307, Januari-Mac 1965. Parafrase pengertian tiga bentuk cerita rakyat ini lihat James Danandjaja, 1984. Folklor Indonesia: Ilmu Gosip, Dongeng, dan Lain-lain. Jakarta: Grafiti Pers.

106

Konsep tersebut diterapkan pada sistem kekerabatan pada masyarakat Batak Toba yang terdiri dari tiga unsur, yaitu: (1) dongan sabutuha (teman semarga); (2) hula- hula (keluarga dari pihak istri); (3) boru (keluarga dari pihak menantu laki-laki).

Pedoman bersikap antara ketiga kelompok kekerabatan itu tergambara dalam konsep: (1) molo naeng ho sangap, manat mardongan tubu, artinya jika kamu ingin menjadi orang terhormat, hati-hatilah dan cermat dalam bergaul dengan dongan sabutuha (teman semarga); (2) molo naeng ho gabe, somba ma ho marhula-hula, artinya jika ingin keturunan banyak hormatilah hula-hula dan (3) molo naeng namora, elek ma ho marboru, artinya kalau ingin kaya, baik-baiklah kepada boru.

Gambar 2.10 : Motif tumbuhan suku batak toba (dalihan natolu)

107

Selanjutnya ragam hias motif tumbuhan pada suku Batak Toba banyak ditemukan pada rumat adat, benda pakai, kain adat dan masih banyak lagi, jenis motif tumbuhan yang terdapat pada suku Batak Toba adalah gorga sitompi, dalihan na tolu, si meol-meol, simeol-meol masialoan, sitagan, sijonggi, silintong, simarogung-ogung, dan sundung di langit.34

Masing-masing ragam hias memilik arti dan makna yang berbeda serta menyimbolkan adat istiadat dalam masyarakat Batak Toba. Salah satunya adalah gorga dalihan natolo. Gorga ini biasaya diukir dibagian dinding depan rumah.

Dalihan na tolu, menjadi dasar kekerabatan kebudayaan Batak Toba (hula-hula, dongan sabutuha, boru). Gorga ini dilukiskan untuk menunjukkan bahwa yang penghuni rumah adalah orang yang memiliki hubungan yang selaras dengan hula- hula (paman), dongan sabutuha (teman semarga) dan boru (pihak perempuan).

Seperti yang yang di ungkapkan oleh Sirai Bagianda (1980:20) Istilah dahilan natolu merupakan gerak hidup masyarakat Batak Toba, sehingga sering disebut dengan ucapan falsafah Batak Toba.35 Dikiatakan demikian karena pada setiap upacara adat atau aktivitas lain yang bersifat gotong royong selalu dikaitkan dengan aturan-aturan yang telah digariskan dahilan natolu. Dahilan natolu dapat diartikan dengan kesatuan tiga tungku, dahilan berati batu tungku masak dan ntolu artinya tiga. Pada masyarakat batak toba tungku masaknya terdiri dari tiga kaki tungku yang terbuat dari batu.

34Bagianda Sirait, Pengumpulan dan Dokumenasi Ornamen Tradisional di Sumatera Utara, Sumatera Utara, Pemerintah Tingkat I Sumut, 1977-1980, hlm. 39 35Ibid., hlm. 20.

108

Hubungan ketiga kaki tungku tersebut melambangkan keakraban pada masyarakat Batak Toba, yang dapat diartikan dengan; dongan sabutuha, yaitu pihak yang seketurunan atau semarga dengan kita; hula-hula yaitu pihak marga pemberi anak perempuan yang menjadi istri kita; boru, yaitu pihak marga yang mengambil anak perempuan kita bisa disebut sebagai pihak menatu.

Karena demikian besarnya pengaruh dahilan natolu dalam kehidupan masyarakat batak toba, maka terlukislah ungkapan ini pada gorga dahilan natolu.Fungsi gorga dahilan natolu pada rumah adat batak toba sebagai penggaris untuk pemilik rumah, agar selalu hormat kepada pihak hula-hula dan bersifat mebujuk atau elek kepada boru serta hati-hati atau manat terhadap dongan sabutuha.

Gambar 2.11 : Motif Tumbuhan Suku Batak Toba (Simarogung-ogung)

109

Gorga simarogung-ogung, merupakan salah satu dari motif tumbuhan ragam hias suku Batak Toba, sering juga disebut dengan ogung. Ogung memiliki arti gong salah satu jenis alat music. Bentuk ragam hias ini mirip seperti gong, kalau dilihat dari geraka-gerakan sikalnya. Ragam hia sini biasanya terdapat pada setiap rumah adat yang berukir, karena dianggap sebagai bentuk kegembiraan, gong dianggap simbol pesta, yang diharapkan semua manusia.36

Gorga simarogun-ogun melambangkan kejayaan dan kemakmuran, dan orang yang sudah memiliki kekayaan tersebut parbahul-bahul na bolon, yang artinya pemilik rumah itu adalah seorang yang kaya yang pengasih dan pemurah.37

Gambar 2.12 : Ragam Hias Motif Tumbuhan pada Suku Batak Toba

36Ibid., hlm. 24. 37Ibid.

110

Dari salah satu suku di Sumatera Utara, motif ragam hias mempunyai arti khusus, seperti pohan hayat yang ada di Tapanuli disebut dengan gorga hariara sundung langit yang mempunyai arti simbolik dan kekuatan batin yang dalam.

Adakalanya ragam hias tertentu dipergunakan sebagai pengobatan sehingga merupakan roh yang dipahatkan pada rumah atau benda-benda pakai.

Sebagai alat untuk menganalisis makna simbol dan lambang pada logo karya mahasiswa Polimedia PSDD Medan, penulis akan menguraikan makna bentuk motif tumbuhan yang terdapat pada setiap suku disumatera utara.

Ragam hias motif tumbuhan pada suku batak toba banyak ditemukan pada rumat adat, benda pakai, kain adat dan masih banyak lagi, jenis motif tumbuhan yang terdapat pada suku Batak Toba adalah gorga sitompi, dalihan na tolu, si meol-meol, simeol-meol masialoan, sitagan, sijonggi, silintong, simarogung- ogung, dan sundung di langit.38

Ragam hias atau ornament pada batak toba disebut juga dengan gorga.

Gorga Batak merupakan salah satu karya seni dan kebudayaan Batak yang usianya sudah cukup tua. Sebuah seni pahat tradisional yang dibuat secara alami.

Pada zaman dahulu, gorga hanya dibuat untuk rumah yang dianggap terhormat, karena Nenek Moyang Batak menganggap bahwa gorga bukan hanya sekedar hiasan, tetapi memiliki makna yang mencerminkan hidup Orang Batak.

38Ibid., hlm. 39.

111

Hanya tiga warna yang dipakai pada Gorga Batak Toba. Ketiga warna itu adalah hitam, merah dan putih; melambangkan tiga bagian alam semesta (kosmos) yaitu Banua Toru (alam bagian bawah, di bawah tanah, bukan neraka), Banua

Tonga (kosmos bagian tengah, permukaan Bumi tempat manusia, binatang- binatang dan tumbuh-tumbuhan hidup), Banua Ginjang (kosmos bagian atas: langit, tempat bersemayam para dewa). Ketiga warna gorga juga melambangkan tiga penguasa alam semesta yaitu Batara, Guru penguasa Banua Toru dilambangkan dengan warna hitam, Debata Sori penguasa Banua Tonga dilambangkan dengan warna merah, dan Mangala Bulan penguasa Banua

Ginjang, dilambangkan dengan warna putih. Ketiga dewa yang dikenal dengan sebutan „Debata Sitolu Sada‟, atau tritunggal dewa dan tiga bagian alam semesta ini sangat mempengaruhi hampir seluruh kebudayaan Batak.

Gambar 2.13 : Warna pada Motif Ornamen Batak Toba

112

Mengenai warna di dalam gorga Batak Toba adalah sebagai berikut.

Warna hitam adalah symbol dari Banua Toru (kosmos bagian bawah) dan penguasaanya Batara Guru yang selalu mengendarai kuda hitam. Di dalam kehidupan sehari-hari warna hitam dianggap sebagai simbol kekuatan pengobatan dan kedukunan. Parmalim adalah suatu 10 kepercayaan kuno orang Batak memakai warna hitam, sebagai simbolnya.

Warna hitam sering disebut sebagai Raja Warna, sebab kalau warna ini dicampur dengan warna lain, dengan perbandingan yang sama, maka warna yang lebih kuat adalah warna hitam. Selain itu warna hitam disebut sebagai raja warna karena warna ini melambangkan kekuatan, pelindung dan kekuasaan yang adil dan bijaksana.Itulah sebabnya ikat kepala kepala raja di Tanah Batak selalu berwana hitam. Dalam Gorga Batak Toba warna hitam selalu dibuat pada andor yaitu bidang gorga yang selalu dikontur dengan garis besar berwarna putih.

Seterusnya warna merah adalah simbol Banua Tonga (kosmos bagian tengah) dan penguasanya adalah Debata Sori yang selalu mengendarai kuda berwarna merah. Dahulu warna merah sangat ditakuti oleh Orang Batak, karena warna ini dianggap sebagai penyebab kematian. Keyakinan itu di dapat dari kenyataan pada kehidupan tanam-tanaman, yang pada mulanya berwarna hijau, kemudian nampak berwarna kekuning-kuningan suatu pertanda mendekati kematian. Dan apabila telah pasti mati, daun tanaman yang dulunya berwarna hijau itu kelihatan merah (marrara).

113

Gambar 2.14 : Warna pada Ornamen Batak Toba

Warna merah dibuat pada latar belakang gorga yaitu pada sela-sela andor.

Juga di antara andor dengan daun gorga dan diantara andor dengan batas bidang gorga. Merah adalah lambang keberanian dan kesaktian.

Di sisi lain, warna putih adalah symbol dari Banua Ginjang (kosmos bagian atas) dan penguasanya Mangala Bulan. Putih melambangkan kesucian dan kehidupan. Orang Batak percaya membuat hidup adalah gota (getah), suatu tenaga ajaib yang mengalir dalam tubuh makhluk hidup. Orang Batak zaman dahulu menganggap manusia hidup dari 11 gota ni (getah nasi), gota ni gadong (getah

114

ubi), dan gota ni ingkau (getah sayur-sayuran). Memang tidak semua getah berwarna putih tetapi karena kebanyakan getah berwarna putih, maka orang Batak menganggap bahwa getah itu berwarna putih.

Warna putih dibuat pada garis gorga (hapur atau lili), yaitu garis kontur dan garis tengah yang selalu mengikuti andor (garis berwarna hitam). Dalam konsep etnosains Batak Toba, warna putih melambangkan ketulusan dan kejujuran yang berbuah kesucian.

2.7. Etnik Mandailing-Angkola dan Seni Rupanya

Wilayah budaya Mandailing-Angkola pada masa kini berada di sebagaian besar Kabupaten Tapanuli Selatan dan Kabupaten Mandailing Natal. Mandailing secara tradisional terdiri dari dua wilayah, yaitu Mandailing Godang

(Mandailing Besar) yang terletak di bagian Utara dan mandailing Julu

(Mandailing Hulu) yang terletak di bagian sebelah selatannya. Angkola terletak di bagian utara Kabupaten Tapanuli Selatan ini. Mandailing Godang meliputi wilayah Kecamatan Siabu dan Kecamatan Panyabungan, yang merupakan dataran rendah yang penuh dengan lahan persawahan, sedangkan Mandailing

Julu meliputi wilayah Kecamatan Kotanopan, Muara Sipongi, dan Batang

Natal, yang merupakan kawasan pegunungan dan hanya sedikit memiliki kawasan dataran rendah. Kini wilayah budaya Mandailing-Angkola ini mencakup

Kabupaten Tapanuli Selatan dan Kabupaten Mandailing Natal (Madina).

115

Di Kecamatan Panyabungan terdapat suku bangsa Siladang dan Lubu yang sudah sejak lama mendiami daerah ini. Akan tetapi suku ini mempunyai adat-istiadat dan kebudayaan yang berbeda dengan suku bangsa Mandailing.

Di Kecamatan Muarasipongi terdapat suku bangsa Ulu yang mempunyai adat- istiadat dan kebudayaan yang berbeda juga dengan suku Mandailing.

Suku bangsa Mandailing digolongkan ke dalam kelompok Proto Melayu

(Melayu Tua) yang mempunyai persamaan ciri fisik dengan etnik: Toba,

Simalungun, Pakpak-Dairi-Dairi, dan Karo. Kelompok Proto Melayu ini berasal dari Tiongkok Selatan dan pindah ke wilayah Indonesia, yang diperkirakan berlangsung pada abad kedelapan atau kedau belas sebelum

Masehi. Dengan melihat ciri-ciri khas bentuk fisik dan temperamennya, maka nenek moyang etnik Mandailing-Angkola termasuk rumpun Proto Melayu

(H.M.D. Harahap 1986:12). Sampai pada penjajahan Belanda, penduduk wilayah

Mandailing-Angkola umumnya dihuni etnik Mandailing-Angkola saja.

Namun setelah kemerdekaan, banyak orang Toba yang merantau dan menetap di daerah ini, yang sampai sekarang bertambah terus jumlahnya. Selain orang

Toba, terdapat juga orang Minangkabau yang datang dari Sumatera Barat dan umumnya bekerja sebagai pedagang.

Etnik Mandailing-Angkola menganut garis keturunan patrialineal, mempunyai sistem kemasyarakatan yang disebut dalian na tolu ("tiga tumpuan"). Sistem kekerabatan ini terdiri dari tiga unsur fungsional yang masing-masing unsur tersebut mempunyai rasa ketergantungan antara satu

116

dengan lainnya yang berupa ikatan darah (genealogis) dan ikatan perkawinan.

Ketiga kelompok tersebut adalah: (1) mora, (2) kahanggi, dan (3) anak boru.

Mora adalah kelompok kerabat yang memberi anak perempuan atau pihak pemberi isteri. Kahanggi yaitu kelompok keluarga yang mempunyai satu garis keturunan yang sama atau disebut juga keluarga semarga. Anak boru yang merupakan pihak penerima anak perempuan atau kerabat suami.39

Selain itu ada sistem sosial berdasarkan garis keturunan yang disebut marga. Setiap anggota masyarakat yang mempunyai marga, biasanya menempatkan nama marga di belakang namanya. Orang-orang Mandailing dan

Angkola yang semarga disebut markahanggi. Di dalam masyarakat Mandailing dan Angkola, terdapat sejumlah marga, yang di antaranya adalah: Lubis,

Nasution, Rangkuti, Batubara, Daulae, Pulungan, Parinduri, Matondang,

Siregar, Hasibuan, dan lainnya. Di antara marga-marga ini sampai sekarang marga Lubis dan Nasution merupakan marga yang paling banyak jumlah warganya di Mandailing. Sedangkan di wilayah Angkola Siregar adalah marga terbesarnya.

Sebelum masuknya agama Islam ke Mandailing dan Angkola, penduduknya menganut kepercayaan yang disebut Pelebegu, yaitu kepercayaan yang intinya memuja roh nenek moyang. Untuk berhubungan dengan roh nenek moyang, dilakukan upacara ritual yang dipimpin oleh

39H.M.D. Harahap, Adat-istiadat Tapanuli Selatan, Jakarta: Grafindo Utama, 1986, hlm. 12.

117

seorang ahli keagamaan yang disebut sibaso. Namun setelah masuknya agama Islam, sekitar tahun 1820, kepercayaan Pelebegu ini tidak lagi dianut oleh masyarakatnya. Agama Islam yang masuk ke Mandailing dan

Angkola dibawa oleh kaum Paderi dari daerah Minangkabau.

Di dalam kebudayaan Mandailing-Angkola, terdapat ragam hias motif geometris. Hampir semuanya ragam hias suku Mandailing-Angkola berbentuk geometris, tetapi bentuk ragam hias tersebut diambil dari motif tumbuhan yang didistorsi menjadi bentuk geometris. Pada ragam hias suku Mandailing-Angkola beberapa yang bermotif geometris diantaranya adalah raga-raga.

Gambar 2.15 : Ragam Hias Motif Geometris Suku Madailing-Angkola (Raga-raga)

Raga-raga dapat diartikan sebagai jalinan teratur. Hubungan keluarga atau family antara satu dengan lainnya telah demikian eratnya, disebabkan terjadinya hubungan perkawinan antara marga dengan marga atau perkawinan orang

118

pendatang dengan orang kampung, sehingga menimbulkan sifat raga-raga yang saling menjalin, dengan bentuk geometris.40

Selain raga-raga ada juga ragam hias suku Mandailing yang bermotif geometris yaitu bondul na opat. Ragam hias ini memiliki pengertian bahwa sesuatu perkara adat akan dibawa ke tengah sidang adat godang (balai adat).

Yang akan menangi perkara tersebut adalah pihak sidang adat dengan anggota- anggotanya yang terdiri dari paea orang-orang tua di kampung tersebut.41

Gambar 2.16 : Ragam Hias Motif Geometris Suku Madailing-Angkola (Bondul na Opat)

Dalam sidang adat tersebut hendaklah dicapai keputusan yang seadil-adilnya, sehingga yang berperkara merasa puas menerima keputusan siding adat tersebut.

Suku Mandailing memiliki berbagai macam bentuk ornamen (hiasan) tradisional dapat kita temukan pada bagian tutup ari dari Sopo Godang (Balai

Sidang Adat) dan Bagas Godang (Rumah Besar Raja). Dalam bahasa Mandailing,

40Ibid., hlm. 129. 41 Bagianda Sirait, Pengumpulan dan Dokumenasi Ornamen Tradisional di Sumater Utara, Sumatera Utara, Pemerintah Tingkat I Sumut, 1977-1980, hlm. 131

119

ornamen-ornamen tersebut disebut bolang yang juga berfungsi sebagai simbol atau lambang itu memiliki makna-makna yang sangat mendalam bagi masyarakat

Mandailing.

Di dalamnya terkandung nilai-nilai, gagasan-gagasan, konsep-konsep, norma-norma, kaidah-kaidah, hukum dan ketentuan adat-istiadat yang menjadi landasan dan pegangan dalammengharungi bahtera kehidupan. Seperti yang telah dijabarkan pada pembahasan sebelumnya motif ornament mandailing terbuat dari tiga jenis material: 1) tumbuh-tumbuhan, 2) hewan atau binatang, 3) geometris, serta 4) Figuratif.

Gambar 2.17 : Warna pada Ornamen Suku Mandailing

Motif ornamen-ornamen itu sebagian besar diberi warna na rara (merah), na lomlom (hitam) dan na bontar (putih) yang erat kaitannya dengan kosmologi

120

Mandailing. Bahan yang dipakai sebagai bahan anyaman adalah lembaran- lembaran bambu yang telah diarit dengan bentuk-bentuk terentu. Dalam hal ini, na rara melambangkan kekuatan, keberanian dan kepahlawanan; na bontar melambangkan kesucian, kejujuran dan kebaikan; na lomlom melambangkan kegaiban (alam gaib) dalam sistem kepercayaan animisme yang disebut

Sipelebegu.

2.8. Suku Pesisir dan Seni Rupanya

Di Sumatera Utara terdapat sebuah kelompok etnik yang keberadaannya secara budaya sangat unik. Kawasan budaya ini adalah tempat asal-usul penyair dan ilmuwan agama dan sufi ternama yaitu Hamzah Fansuri, di masa Kesultanan

Aceh. Masyarakat ini berasaskan keturunannya berasal dari etnik Batak Toba,

Mandailing-Angkola, dan Minangkabau.Secara umum, mereka mempunyai kebudayaan yang ―dekat‖ dengan budaya Melayu Pesisir Timur Sumatera Utara.

Menurut Radjoki Nainggolan, ketua Yayasan Lembaga Adat Budaya Tapanuli

Tengah dan Sibolga bahwa keberadaan etnik Pesisir telah membentuk budayanya sendiri sesuai dengan kehidupan di kawasan pantai. Sebahagian besar mata pencahariannya adalah sebagai nelayan. Masyarakat Pesisir ini dapat dikategorikan sebagai kelompok etnik tersendiri.42

42Rajoki Nainggolan, 1997. ―Kebudayaan Pesisir Tapanuli Tengah Sibolga.‖ Makalah pada Seminar Kebudayaan Suku Pesisir Tapanuli Tengah dan Sibolga di Medan 11 Oktober 1977, hlm. 11.

121

Seni rupa suku Pesisir di Sumatera Utara ini, salah satunya pada seni teratak dalam konteks upacara adat perkawinan. Keberadaan taratak ini mengurangi kesulitan para orang-orang tua yang memiliki anak yang mau dirayakan perkawinannya tersebut, maklum hampir semua rumah tidak punya halaman atau ruangan dalam rumah tidak memadai menampung tamu yang datang amat banyak.

Berbeda zaman dahulu, semua kegiatan berada di dalam rumah atau sekitar rumah, saat ini kegiatan berpindah ke jalan dan bahkan jauh dari rumah bila gangnya sempit dan rumah jauh di dalam. Akibatnya etnik Pesisir sudah mulai jarang menjumpai aksesoris rumah pengantin ala pesisir yang amat memesona, tidak banyak lagi kita lihat pelaminan yang bertirai kelambu bersusun, kareta julak-jalik dan aneka hiasan seputar pelaminan ini.

Pendekorasian rumah ini tidak asal taruh saja, ada makna yang mengikuti aturannya, setiap penempatan mengikuti aturan main, sehingga terlihat harmonis dan sejuk dimata. Adapun makna lain dari aksesories tersebut sedikit saya bahas antara lain sebagai berikut.

Tirai berwarna adalah corakragam masyarakat Pesisir, yang berbaur dari berbagai etnis, Arab, China, Aceh, Minang dan Batak. Langit-langit fungsi awalnya dahulu adalah sekat antara pagu (lantai atas rumah), tempat dimana para gadis-gadis berada. Agar mereka tidak kontak langsung dengan para tamu yang bukan semuhrim, digantungkanlah langit-langit tersebut, dan mereka bebas melihat (mengintip) ke bawah siapa-siapa tamu yang datang, tanpa sang tamu

122

menyadarinya.Bentuk tirai langit-langit empat persegi seperti kotak tertelungkup.

Langit-langit ini mempunyai jurai-jurai pada pinggirnya dan dihiasi dengan berbagai motif sulaman.

Pada sisi-sisi langit-langit ini tersemat lidah-lidah bentuknya seperti dasi.

Bahannya dari kain dan berbagai ragam. Ada yang bersulam benang emas, ada yang bertabur bintang dan ada yang pakai kaca gemerlapan. Kesemuanya mengandung makna mawas diri. Angkin main-mainan yang menyela lidah-lidah.

Angkin bahannya dari beludru atau satin. Angkin berhiaskan manik-manikan api- api yang bermotifkan flora dan fauna. Angkin sebagai lambang kebahagiaan dan kesejahteraan.

Tabir adalah kain dinding dengan berbagai warna. Tabir mempunyai warna dasar hitam, kuning dan merah. Ditengahnya ditata dengan bermacam warna kain yang membujur dan membelintang. Tata warna yang menarik bermakna keragaman dalam alur dan patut. Kelambu terdiri dari dua helai kain yang digandeng dan bersibak di tengah. Dasarnya beledru sutera, satin dll.

Motif sulaman kelambu berupa flora dan fauna. Kelambu berfungsi sebagai layar masuk ke tempat tidur dan peristirahatan. Kelambu pelaminan sampai tujuh lapis yang mempunyai makna bahwa untuk menuju dan mendaparkan yang baik melalui berbagai lapis rintangan dan hambatan.

123

2.9. Suku Nias dan Seni Rupanya

Masyarakat Nias memiliki kepercayaan suku yang disebut Sanomba Adu.

Sanomba berarti menyembah, dan Adu adalah patung ukiran yang terbuat dari kayu atau batu sebagai media tempat roh bersemayam. Adu untuk dewa-dewa ditempatkan di osali boronadu, yaitu bangunan sebagai tempat ibadah religi

Sanomba Adu. Mereka mempercayai dewa-dewa, di antaranya: Luo Walangi sebagai dewa pencipta alam semesta; Lature Sobawi Sihono dewa pemilik dan penguasa babi; Uwu Gere dewa pelindung dan penguasa para ere (pemimpin religi Sanomba Adu); Uwu Wakhe dewa penguasa tanam-tanaman; Gozo Tuha

Zangarofa dewa penguasa air, dan lainnya.

Kemudian datanglah agama Kristen ke Nias. Misionaris yang pertama kali datang ke Nias adalah Denninger tahun 1865, tepatnya di Kota Gunung Sitoli.

Sebelumnya ia sudah bergaul dan belajar bahasa Nias dari orang-orang Nias yang bermukim di Padang. Pada masa itu, orang Nias yang berjumlah sekitar 3000 jiwa di Padang ini, merupakan pendatang. Dari merekalah Denninger mempelajari kebiasaan-kebiasaan, adat-istiadat, dan kebudayaan Nias, hingga ia tertarik untuk datang ke Nias mengajarkan agama Kristen, yang kemudian ternyata berhasil dengan baik. Misi Kristen kemudian diteruskan oleh Thomas yang datang tahun

1873. Masa penting dalam pengembangan agama Kristen adalah antara tahun

1915-1930, masa ini disebut sebagai masa pertobatan total (fangesa dodo sebua).

Pada masa ini pula terjadi perubahan-perubahan sikap. Patung-patung mulai dibakar dan dihancurkan. Poligami, sangsi-sangsi hukum adat dengan hukuman

124

badan, penyembahan patung, penyembuhan penyakit melalui fo‟ere (dukun), dan sejenisnya sudah makin berkurang. Hingga kini sebagian besar etnik Nias beragama Kristen.

Masyarakat Nias mengenal derajat sosial berdasarkan kepimpinan dan tingkat-tingkat kehidupan, yang disebut bosi. Sistem pembagian tingkatan hidup manusia ini dijiwai oleh religi Nias pra-Kristen yang disebut Sanomba Adu.

Sistem pemerintahan tradisi pada masyarakat Nias Utara, didasarkan atas pembahagian jabatan sebagai berikut: (1) tuhenori, tuhe berarti tunggul dan nori atau ori artinya kumpulan dari beberapa banua (desa), tuhenori dipilih antara pimpinan banua (salawa); (2) salawa artinya yang tinggi. Salawa ini memimpin satu wilayah yang disebut banua. Jabatan salawa mempunyai pengertian: fa‟atulo

(adil), fa‟atua-tua (bijaksana), fa‟abolo (kuat jasmani dan rohani), fokho (kaya atau memiliki banyak harta dan benda) dan salawa sofu (berwibawa); (3) satua mbanua, yaitu penasihat salawa yang terdiri dari tiga orang pemegang jabatan: tambalina (wakil atau orang kedua), fahandrona (orang ketiga), dan sidaofa

(orang keempat).

Semua jabatan pemerintahan tersebut diduduki oleh golongan bangsawan yang merupakan keturunan pendiri desa. Golongan orang yang termasuk susunan pemerintahan desa ini selalu mendapat perlakukan yang istimewa. Orang lain tidak dapat berbicara dengan tidak sopan, selalu dihormati, selalu dijemput dan hadir dalam pesta adat, seperti perkawinan, kematian, dan

125

lainnya. Mereka memutuskan hal-hal penting dalam pemerintahan desanya.43

Sistem penggolongan derajat manusia berdasarkan tingkat-tingkat kehidupan, dimulai dari janin sampai kehidupan akhirat. Pengertian bosi ini mencakup dua belas tingkat kehidupan. Dalam konteks ini, bosi nantinya mengarahkan manusia untuk berusaha mencapai tingkat tertinggi, agar setelah ia mati, akan masuk ke dalam sorga. Kedua belas bosi itu adalah: fangaruwusi (memperlihatkan kandungan); tumbu (lahir); famatoro doi (memberi nama); famoto (sirkumsisi); falowa (kawin); famadadao omo (membangun rumah); fa‟aniha banua

(memasuki persekutuan desa); famaoli (menjadi anggota adat); fangai toi

(mengambil gelar); fa‟amokho (kekayaan); mame‟e go banua (menjamu orang se desa) dan mame‟e go nori (menjamu orang satu ori, beberapa desa

Di dalam kebudayaan Nias dijumpai pula ragam hias motif geometris.

Motif ragam hias geometris bentuk yang saling terukur, memiliki keteraturan dan keseimbangan. Ragam hias berpola geometris sering ditemukan dalam bentuk spiral, zigzag, garis silang, persegi empat, dan lain-lain. Motif geometris sering seringkali diaplikasikan dalam seni ukir atau pahatan. Namun, tidak jarang juga ditemukan pada motif-motif geometris diterapkan ke dalam bentuk dua dimensi.

Pada ragam hias suku Nias, motif geometis memiliki arti tersendiri bagi kebudayaanya. Salah satunya adalah ragam hias niohulayo. Ragam hias ini memiliki garis geometris yang melambangkan sifat yang heroik (jiwa

43W. Gulö, Benih yang Tumbuh. Semarang: Satya Wacana, 1983.

126

kepahlawanan) dalam bahasa nias niohulayo artinya menyerupai bentuk ujung tombak.44

Gambar 2.18 : Ragam Hias Motif Geometris Etnik Nias (Niohulayo)

Ragam hias ini biasanya terdapat di dalam rumah adat suku nias, merupakan hiasan tepi, juga pada takaran lauru (beras), keris, dan pada pakaian wanita ataupun pria. Suku Nias juga memiliki motif geometris lain yaitu niogama.

Ragam hias ini melambangkan perstuan dan kebulatan hati. Biasanya ragam hias ini terdapat pada hiasan-hiasan rumah adat.

Hasil dari uraian bentuk-bentuk motif ragam hias dari ketujuh suku yang ada di Sumatera Utara, bentuk motif tersebut memikili makna simbol dan melambangkan peraturan ataupun tatanan pemerintah dan kehidupan bermasyarakat, secara tidak langsung aturan tersebut yang tidak boleh dilanggar dari masing-masing suku tersebut yang memikili sangsi sesuai dengan hukum adat mereka.

44Bagianda Sirait, Pengumpulan dan Dokumenasi Ornamen Tradisional di Sumatera Utara, Sumatera Utara: Pemerintah Tingkat I Sumut, hlm. 220.

127

Bentuk-bentuk motif tersebut memiliki keragaman, bukan hanya tepaut pada motif tumbuhan dan geometri seperti yang telah diuraikan sebelumnya, tetapi masih banyak lagi motif-motif dari ketujuh suku tersebut, diantaranya motif hewan, motif figuratif, motif raksasa dan dan motif kosmos atau alam. Pada penelitian ini penulis membatasi pembahasan hanya pada dua motif saja, sesuai dengan karyadesain logo hasil ciptaan mahasiswa Polimedia PSDD Medan yang menjadi sampel pada penelitian ini

Gambar 2.19 : Ragam Hias Motif Geometris Etnik Nias (Niogama)

Pada umumnya ragam hias yang terdapat di rumah adat dibuat dari bahan kayu, dibentuk pada dinding dan tiang rumah adat. Disamping ragam hias pada rumah adat, banyak juga terdapat pada senjata,benda-benda kesenian, pada batu- batuan serta pakaian adat suku Nias. Ragam hias paada batu banyak kita jumpai

128

dihalaman sekitar rumah adat yang berbentuk tiang, tempat duduk, perahu, meja dan bentuk koper. Jenis batu yang dipakai disebut kara satio artinya kara itu batu, satio itu hitam, jadi berarti batu hitam yakni jenis batu-batu gunung.

Pakaian adat suku Nias dinamakan Baru Oholu untuk pakaian laki-laki dan

Oroba Si‘oli untuk pakaian perempuan. Pakaian adat tersebut biasanya berwarna emas atau kuning yang dipadukan dengan warna lain seperti hitam, merah, dan putih. Adapun filosofi dari warna itu adalah:

Warna kuning yang dipadukan dengan corak persegi empat

(Ni‘obakola) dan pola bunga kapas (Ni‘obowo gafasi) sering dipakai oleh para bangsawan untuk menggambarkan kejayaan kekuasaan, kekayaan, kemakmuran dan kebesaran.

Gambar 2.20 : Warna pada ornament Suku Nias

129

Warna merah yang dipadukan dengan corak segi-tiga (Ni‘ohulayo/ ni‘ogöna) sering dikenakan oleh prajurit untuk menggambarkan darah, keberanian dan kapabilitas para prajurit.

Warna hitam yang sering dikenakan oleh rakyat tani menggambarkan situasi kesedihan, ketabahan dan kewaspadaan.

Warna putih yang sering dikenakan oleh para pemuka agama kuno (Ere) menggambarkan kesucian, kemurnian dan kedamaian.

2.10. Etnik Melayu dan Seni Rupanya

Masyarakat Melayu ini menjadi bahagian integral dari Dunia Melayu

Dunia Islam, dan Indonesia. Orang Melayu biasanya mendefinisikan kelompoknya sebagai orang yang beragama Islam, berbahasa Melayu, memakai adat Melayu dan berbagai persyaratan tempatan. Orang-orang Melayu di

Sumatera Utara (dahulu Sumatera Timur) memiliki wilayah budaya dari Tamiang,

Langkat, Deli, Serdang, Batubara, Asahan, dan Labuhanbatu. Mereka juga mempunyai kategorisasi integrasi masyarakatnya yang terdiri dari: Melayu asli,

Melayu semenda, dan Melayu seresam. Melayu asli adalah golongan yang secara keturunan merupakan orang-orang dari puak Melayu apakah Sumatera atau

Semenanjung Malaysia dan Kalimantan. Melayu semenda adalah orang yang bukan etnik Melayu tetapi masuk menjadi Melayu karena faktor perkawinan.

Sedangkan Melayu seresam adalah orang yang masuk menjadi Melayu diakui

130

sebagai Melayu karena mengamalkan resam Melayu. Termasuk di dalam seni rupanya.

Di dalam kebudayaan Melayu di Sumatera Utara, terdapat ragam hias motif geometris suku Melayu. Ragam hias tradisional Melayupada umumnya terdapat pada bagian-bagian rumah adat Melayu salah satu ragam hias motif geometris suku melalu adalah terali biola. Ragam hias ini memiliki bentuk lekuk- lekuk tebukan yang mirip dengan bentuk biola, terbuat dari kepingan papan yang diukir lalu disatukan. Berfungsi sebagai pagar, dan untuk memperindah beranda.

Gambar 2.21 : Ragam Hias Motif Geometris Etnik Melayu Sumatera Utara (Terali Biola)

Selain terali biola, ragam hias motif ragam hias lain adalah ragam hias ricih wajid. Ragam hias ini merupakan potongan wajid, yaitu sejenis makanan

131

yang terbuat dari beras pulut (ketan). Pulut adalah lambang persatuan pada masyarakat Melayu.45

Gambar 2.22 : Ragam Hias Motif Geometris Etnik Melayu Sumatera Utara (Ricih Wajid)

Ragam hias ricih wajid terbentuk dari kepingan papan yang diukir kemudian disatukan. Ragam hias ini melambangkan pemersatu masyarakat

Melayu.

Warna dalam Seni Rupa Suku Melayu. Dalam hal ini, pada dasarnya motif pada ornamen Melayu menggunakan dua warna, yaitu warna hijau dan warna kuning. Namun pada saat ini ornamen Melayu juga mengadopsi warna-warna lain, misalnya warna putih, warna coklat, warna keemasan dan warna lain sebagainya.

Warna ini pada umumnya sering digunakan sebagai warna ornamen Melayu.

45Bagianda Sirait, Pengumpulan dan Dokumenasi Ornamen Tradisional di Sumatera Utara, Sumatera Utara: Pemerintah Tingkat I Sumut, 1977-1980, hlm. 190

132

Gambar 2.23 : Warna pada Ornamen Melayu

Warna kuning ornamen Melayu pada bangunan Istana, Mesjid maupun rumah penduduk di kota Medan ini melambangkan kemegahan dan kesuburan dan kemakmuran dalam hidup. Warna ini pada umumnya sering digunakan pada latar ornamen. Warna hijau melambangkan warna identik agama Islam. Sehingga warna hijau selalu digunakan pada bangunan bernuansa Islam. Seperti contoh pada Mesjid Al- Osmani di Belawan, maupun pada Istana Maimoon di Kota

Medan.

.

133

BAB III

POLIMEDIA MEDAN DAN DISKURSUS LOGO DALAM

DISIPLIN ILMU SENI RUPA

Pada Bab III ini, penulis mendeskripsikan keberadaan Polimedia sebagai sebuah institusi pendidikan seni rupa, yang bertujuan menghasilkan ahli-ahli madya di bidang seni rupa, dalam konteks pembangunan pendidikan di Indonesia.

Di dalam institusi pendidikan ini terdapat mata kuliah desain logo, yang menjadi topik kajian tesis penulis ini. Setelah itu, khusus tentang logo sebagai sebuah sub kajian di dalam disiplin seni rupa, dibahas di dalam bab ini, untuk memberikan gambaran bagaimana logo ini dijadikan sebuah bidang telaah dan wacana

(diskursus) seiring dengan perkembangan seni dan media.

3.1. Deskrispsi Polimedia

Politeknik Negeri Media Kreatif (disingkat: Polimedia) adalah salah satu politeknik yang berstatus negeri yang didirikan pada 8 Oktober 2008. Menurut berita yang terdapat pada Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Polimedia ini dirancang khusus untuk menyediakan tenaga terampil guna memenuhi kebutuhan sumber daya manusia disektor industri kreatif. Departemen Pendidikan berharap dengan pendirian Polimedia menghasilkan standar kompetensi lulusan yang

133

134

diselaraskan dengan kebutuhan dunia usaha kreatif dengan cara menerapkan proses pendidikan berbasis kompetensi produksi dan kewirausahaan. 1

Secara organisasi, Polimedia memiliki manajemen di ibukora Indonesia

Jakarta, dan cabangnya di berbagai provinsi. Polimedia memiliki kampus cabang di Makassar (Sulawesi Selatan) dan Medan (Sumatera Utara) yang saat ini membuka 3 program studi yaitu: Program Studi Multimedia, Program Studi

Desain Grafis, dan Program Studi Teknik Grafika.

3.1.1. Sejarah Polimedia

Polimedia berdiri pada tanggal 8 Oktober 2008 berdasarkan Peraturan

Menteri Pendidikan Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2008 yang disahkan oleh Menteri Pendidikan saat itu, yaitu Bambang Sudibyo. Polimedia berdiri melalui kebijakan pemerintah dalam merevitalisasi Pusat Grafika Indonesia

(Pusgrafin) yang terlebih dulu memiliki reputasi panjang dalam pembinaan dan pengembangan SDM kegrafikaan, penerbitan dan desain grafis, sejak tahun 1969.

Revitalisasi ini adalah bukti sikap pemerintah dalam menindak lanjuti amanat

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada Pekan Produk Budaya Indonesia

(PPBI) di Jakarta Convention Center pada tanggal 4 Juni 2008.2

Pada awalnya Polimedia membuka 3 (tiga) jurusan/program studi, yaitu:

Teknik Grafika, Desain Grafis, dan Penerbitan. Polimedia adalah perguruan tinggi vokasi yang secara khusus ditangani untuk menyiapkan tenaga terampil tingkat

1http//www.psddmedan.polimedia.ac.id. 2 Lihat pada http//www.psddmedan.polimedia.ac.id.

135

madya (dengan gelar Diploma 3) di bidang industri kreatif, yang lulusannya difokuskan terampil dan memahami proses produksi, serta dibekali pengetahuan konsep dan wawasan bisnis untuk berwirausaha.

Salah satu prodi yang memiliki mata kuliah untuk menciptakan desain logo pada Polimedia PSDD Medan adalah prodi multimedia yang merupakan sampel dalam penelitian ini, melalui mata kuliah Media Digital Grafis I (MDG I), mahasiswa dibimbing untuk memiliki strategi pembelajaran berbasis kompetensi produksi. Mahasiswa juga dibimbing dalam menciptakan desain logo sesuai karakter seseorang, perusahaan, produk, atau jasa yang diwakilkannya. Latar belakang kebudayaan yang berbeda, sangat mempengaruhi hasil dari desain logo yang diciptakan mahasiswa tersebut, dengan kombinasi ekpresi dari unsur budaya meliputi bentuk dan identitas warna yang mewakili ciri dari kebudayaan masing- masing mahasiswa tersebut.

3.1.2. Mata kuliah logo

Mata kuliah Logo pada perkuliahan di Multimedia Polimedia PSDD

Medan terdapat pada semester pertama, yaitu mata kuliah Media Digital Grafis I

(MDG I), pada mata kuliah MDG I mahasiswa dibimbing untuk menciptakan sebuah logo sesuai dengan unsur dan kreteria logo yang mampu memenuhi makna bentuk dan peranan warna sebagai ekspresi identitas budaya dari keinginan pemesan logo. Ada juga beberapa mata kuliah yang mendukung proses

136

keberhasilan dalam mendesain logo, yaitu mata kuliah Nirmana dan Tipografi

(Typography).

Dalam pengolahan bentuk pada logo, mata kuliah Nirmana sangat membantu untuk mendistorsi bentuk-bentuk yang sesuai dengan identitas dari bentuk alamiah. Nirmana merupakan pengorganisasian atau penyusunan elemen- elemen visual seperti: titik, garis, warna, bentuk menjadi satu kesatuan harmonis serta menghasilkan angan-angan dalam bentuk dwimatra, trimatra, yang memiliki nilai keindahan.

Kendati demikian jurusan multimedia di Polimedia tidak memiliki mata kuliah khusus tentang materi estetika, materi ragam hias, padahal mata kuliah tersebut sangat mendukung dalam menciptakan sebuah logo serta untuk menghasilkan karya dalam bentuk produk lokal.

3.2. Studi tentang Logo dalam Disiplin Ilmu Seni Rupa

Kata Logo berasal dari bahasa Yunani Logos, yang berarti kata, pikiran, pembicaraan & akal budi. Logo sebenarnya merupakan penyingkatan dari

Logotype yaitu tulisan yang tercetak, namun kini istilah logolah yang lebih populer. Tidak ada keseragaman istilah dalam mengartikan logo.

Mengutip ‗Design Dictionary‘ dari ‗Board of International Research in Design

(BIRD)‘, Logo biasanya mengandung teks, gambar atau kombinasi keduanya.

Elemen teks atau tulisan pada logo biasanya disebut dengan logotype, sedangkan simbol atau gambar yang mewakili sebuah kata ataupun makna disebut logogram.

137

Menurut Surianto Rustan, S.Sn, ―Mendesain Logo‖, Logo merupakan makna yang diperoleh dari suatu kualitas yang disimbolkan, melalui corporate culture, positioning, historis atau aspirasi.3 Beliau juga mengatakan bahwa logo merupankan sebuah simbol atau gambar pengidentifikasi perusahaan. Maksudnya adalah penting dari pada seperti apa rupanya. Penekanannya pada makna di luar atau di balik wujud logo itu.

Lain halnya dengan pendapat Gregory Thomas, ―How to Design Logos,

Symbol and Icon, Cincinnati. Logo bukan hanya memenuhi persyaratan untuk penampilan fisik saja tidak cukup, melainkan sebuah logo haruslah memiliki makna dan tujuan yang terkandung di dalamnya.4

Berbeda dengan pendapat Heriyani Agustina/Farida Nurfalah/Popo

Sutopo, dalam ―Makna Logo Sebagai Cerminan Citra Perusahaan‖ mengatakan bahwa logo adalah presentasi, sosok atau penampilan visual yang senantiasa dikaitkan dengan organisasi tertentu sebagai bentuk identitas dan bagian identitas perusahaan5.

Sebagai bentuk representasi visual sebuah logo tentu saja memiliki unsur- unsur visual yang terdiri dari teks, gambar atau kombinasi dari keduanya. Lebih jauh definisi tentang logo diungkapkan oleh Ferri Chaniago sebagai berikut.

Logo merupakan identitas sebuah produk, perusahaan atau instansi tertentu, logo juga merupakan bentuk gambar atau sekedar sketsa dengan

3 Surianto Rustan, Mendesain Logo, Jakarta, PT. Gramedia, 2009, hlm. 12 4Gregory Thomas, ―How to Design Logos, Symbol and Icon, Cincinnati, Ohio: How Design Book, 46 5Heriyani Agustina/Farida Nurfalah/Popo Sutopo, Makna Logo Sebagai Cerminan Citra Perusahaan ( Studi Deskriptif Pada Logo Cirebon Televisi ) Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon, 331

138

arti tertentu, dan mewakili suatu arti perusahaan, daerah, perkumpulan, produk, nedara yang dianggap membutuhkan hal yang singkat dan mudah diingat sebagai pengganti dari nama perusahaan6.

Jadi secara garis besar, logo adalah bentuk simbol visual dari karakter seseorang, perusahaan, produk, atau jasa yang dapat dilihat oleh setiap orang, dan didalamnya terkandung makna bentuk, peranan warna pada logo sebagai ekspresi identitas, dan unsur budaya, disertai dengan elemen teks atau tulisan yang sengaja dibuat untuk memberikan suatu arti tertentu terhadap objek yang diwakilkan.

3.3. Sejarah Logo

Logo sudah dikenal sejak pusat peradaban di mesir dan Mesopotamia berkembang. Biasanya berupa koin atau emblem kerajaan. Penemuan dan teknik baru pembuatan logo terus berkembang. Gamal Kartono mengatakan pada Jurnal

Seni Rupa dalam ―Sejarah dan Rahasia dibalik Logo‖, ia mengulas bahwa pada zaman kekaisaran Romawi (27 SM-476 M) diciptakan identitas Nasional Pertama

SPQR, singkatan dari Senatus Populusque Romanus atau Seant dari Rakyat

Roma. Ditetapkan pada koin, literature politik, dan monumen.7 Tahun 1961, Jan

Pieterzoon Coer menyaatakan Batavia sebagai pusat perdagangan Belanda di Asia

Timur melalui perusaahan dagang VOC ―Veerengigde Oost-Indische Company”

Monogram VOC ditetapkan disemua bangunan dan benda intervertarisir mereka.8

6 Ferri Caniago, Cara Mutakhir Jago Desain Logo, Jakarta Timur, Niaga Swadaya, 2012, hlm. 3 7 Gamal Kartono, Sejarah dan Rahasia di Balik Logo (Jurna Seni Rupa FBS Unimed Vol.9 no. 2, Desember 2012), Medan, Unimed, 2012, hlm. 11 8 Ibid

139

Logo dalam ejaan Yunani berarti logos, juga dapat diterjemahkan sebagai

"kataku" ini merupakan istilah yang penting dalam filsafat, psikologi, retorika, dan agama. Awalnya kata logos yang berarti "tanah", "permohonan", "pendapat",

"harapan", "kata", "berbicara", "akun", dan "alasan" itu menjadi teknis dalam istilah filsafat.9

Meskipun istilah "logos" secara luas digunakan dalam pengertian agama, dikalangan akademisi logos sering disebut lego ataupun lexis yang artinya kata atau bahasa yang kesemua ini mengacu pada berbagai kegunaan penafsiran

Yunani kuno, atau pada pasca Kristen digunakan dalam filsafat kontemporer, tasawuf, dan psikologi analitis.10

Logos juga disebut sebagai premis atau anggapan dasar baik itu premis mayor, minor dan silogisme, yang merupakan daya tarik logis, dan logika, dengan definisi "logika". Kata logika dapat disimpulkan menjadi dua cara. yaitu, melalui logika induktif yang memberikan contoh-contoh yang relevan dan menggunakannya untuk menunjuk kembali ke pernyataan secara keseluruhan.

Dan yang kedua, melalui logika entimem deduktif yang memberikan skenario umum dan kemudian menarik keluar kebenaran tertentu.11 Meskipun logos diterjemahkan secara konvensional sebagai "kata", tidak digunakan untuk kata

9 Henry George Liddell and Robert Scott, An Intermediate Greek-English Lexicon; Logos. 10 May, Herbert G. and Bruce M. Metzger. The New Oxford Annotated Bible with the Apocrypha. 11"Ethos, Pathos, and Logos"

140

dalam arti gramatikal, melainkan digunakan sebagai istilah untuk menghitung, mengatakan, berbicara.12

Pengetian ―kata‖ pada logo dalam bahasa Yunani adalah kata yang berkaitan dengan Tuhan dan Tuhan adalah kata. Kata yang diterjemahkan "kata" dalam bahasa Yunani adalah logo, bisa juga merunjuk kepada berita-berita tersendiri yang diberikan kepada para Nabi (orang pilihan). Kameras Adam membedakan antara "kata diucapkan" (logos prophorikos), dan "kata tersiat dalam" (logos endiathetos)13.

Dari pembahasan sebelumnya penulis dapat menyimpulkan bahwa Logos endiathetos yang artinya berbicara tentang apa yang ada di dalam, sama hal nya seperti Tuhan memberikan wahyunya kepada orang pilihan, dengan kata lain

Tuhan memberitahu kita melalui kelimpahan hati. Pengertian kata yang demikianlah disebut logos endiathetos.

Sedangkan Logo prophorikos yang artinya berbicara tentang apa yang telah diucapkan. Merupakan kata untuk menyampaikan wahyu yang telah diterima, sama halnya dengan mulut yang berbicara. Pengertian kata yang demikianlah disebut logos prophorikos.

Berikut salah satu arti lain dari kata, Aristoteles (384-322 SM) memberi logo definisi teknis yang berbeda di Arts rhetorica, menggunakannya sebagai argumen makna dari alasan, salah satu dari tiga mode persuasi. (Dua mode

12 Henry George Liddell and Robert Scott, "An Intermediate Greek–English Lexicon: logos. 13Adam Kamesar. "The Logos Endiathetos and the Logos Prophorikos in Allegorical Interpretation: Greek, Roman, and Byzantine Studies (GRBS). 44: 163–81. " Greek, Roman, and Byzantine Studies (GRBS). 44: 163–81.

141

lainnya pathos (Yunani), yang mengacu pada persuasi dengan cara tarik emosional, "menempatkan pendengar ke dalam bingkai pikiran tertentu", dan etos persuasi melalui pendengar meyakinkan dari seseorang ". karakter moral").14

Menurut Aristoteles, logo berkaitan dengan dalam kata-kata pidato itu sendiri, sejauh itu membuktikan atau tampaknya untuk membuktikan. 15

Lain hal dengan logos spermatikos merupakan pengungkapan kata yang dipandang sebagai re-interpretasi dari istilah stoik. Stoik disebut juga stoikisme merupakan ilmu fisafat Yunani yang mempelajari cara menjalani hidup, sebagai sistem yang rasional, dalam arti mempunyai ‗aturan main‘ yang logis (hukum alam). Manusia dalam pandangan Stoik adalah bagian dari alam yang telah menunjukkan melalui etika dan sebagai dasarnya identik dengan akal manusia.

Filsafat Stoic dimulai dengan Zeno dari Citium c. 300 SM, di mana logo adalah alasan aktif meresapi dan menjiwai alam semesta. Itu dipahami sebagai bahan, dan biasanya diidentifikasi dengan Tuhan atau alam. Stoa juga disebut logo mani

("logos spermatikos"), atau hukum generasi di alam semesta, yang merupakan prinsip alasan aktif bekerja di benda mati. Prinsip-prinsip genetika semesta merupakan simbol-simbol yang yang dapat ditafsikan untuk berkomunikasi sesama manusia ataupun dengan sang pencipta.16

14 Aristotle, Rhetoric, in Patricia P. Matsen, Philip B. Rollinson, and Marion Sousa, Readings from Classical Rhetoric, SIU Press, 1990, ISBN 0-8093-1592-0, p. 120. 15 n the translation by W. Rhys Roberts, this reads "the proof, or apparent proof, provided by the words of the speech itself." 16Tripolitis, A., Religions of the Hellenistic-Roman Age,. Wm. B. Erdmans Publishing. pp. 37–38

142

Dengan kata lain, disposisi moral yang terkandung dalam jiwa secara alami subjek dan tunduk pada pengembangan organik atau budaya. Cara hidup yang berkembang, dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi merupakan budaya.17 Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni, dan kesemua itu disimpulkan sebagai prinsip generatif semesta. A. Tripolitis mengatakan bahwa pemahaman yang demikianlah disebut logos spermatikos.18

Pemahaman dari pengertian logos prophorikos dan logos endiathetos, merupakan ucapan seseorang dianggap dalam pengertian tertentu sebagai sebagian dari kedirian si pembicara yang mempunyai keberadaan sendiri yang nyata. Maka ucapan atau Firman Allah dalam kitab suci adalah penyataan diri-Nya sendiri dan dapat menunjuk kepada berita-berita tersendiri yang diberikan kepada para orang pilihan (Nabi). Kata itu digunakan berulang-ulang kali tentang komunikasi dari Allah kepada manusia mengandung kuasa yang serupa dengan kuasa Allah yang mengucapkannya dan melaksanakan kehendak-Nya, serta lebih menunjuk kepada Firman Allah yang tertulis atau tercetak. Kata yang berarti logo juga kemudian disandingkan dengan "type" yang berasal dari kata "typo", yang merupakan perhurufan atau pencetakan huruf, sehingga diartikan menjadi

"logotype".

17 Siegfried Giedion, Space, Time and Architecture (6th ed.), p 3

143

Pemahahan tentang pembahasan logos spermatikos tidak terlepas dari unsur budaya manusia. Manusia itu tidak pernah melihat, menemukan dan mengenal dunia secara langsung kecuali dengan berbagai simbol. Banyak fakta yang hadir dalam dunia ini fenomena, tetapi menyembunyikan realitas sesungguhnya yang ada dibalik fakta tersebut (noumena). Fakta-fakta yang muncul tersebut menuntut untuk memahaminya dan memberikan interpretasi terhadapnya. Penekanan dari itu bahwa manusia tidak pernah mendapatkan penjelasan secara panjang lebar dalam kehidupannya di dunia secara langsung, hanya saja perwakilan dari apa yang dialaminya secara singkat dan sederhana.

Permasalahan dalam pengungkapan sesuatu terkadang tidak didefinisikan dengan jelas dalam penyebutannya. Sehingga penggunaannya pun tidak sesuai dengan objek penyebutannya, tanda, indeks, ikon dan simbol, merupakan kata yang digunakan untuk mengungkapkan sesuatu noumena atau realitas yang melatarbelakangi terjadinya fenomena. Fenomena yang di wakilkan olah tanda, indeks, ikon, simbol menjadi unsur budaya dalam kehidupan manusia. Dalam bahasa Yunani, gram atau gramma memiliki arti huruf, tanda, dengan demikian pemahaman dari uraian logos spermatikos dapat diartikan sebagai "logogram".

Dari hasil pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa logo dapat dibagi menjadi dua bagian besar yaitu, logo yang didominasi gambar dan logo dengan didominasi tulisan.

144

3.4. Klasifikasi Logo

Pengkatagorian bentuk logo dapat dilihat pada dua hal yang sederhana dan mendasar. Pertama dapat dilihat dari seni konstruksinya, pada umumnya dapat dibagi menjadi 3 jenis yaitu, 1).Elemen gambar dan tulisan saling terpisah (picture mark dan letter mark); 2).Gambar dan tulisan saling membaur, dapat disebut gambar bisa juga disebut tulisan (picture mark sekaligus letter mark); 3).Elemen tulisan saja (Letter mark saja).

Gambar 3.1 : Logo dari segi kontruksi

Kedua semua bentuk logo berasal dari bentuk-bentuk dasar (bentuk dasar tercipta dari titik dan garis). Apabila beberapa bentuk dasar bergabung, dapat membentuk dua jenis objek yang lebih kompleks yang dikenal sebagai gambar dan huruf.19

19 Surianto Rustan, S.Sn, Mendesain Logo, Jakarta, PT. Gramedia, 22-23

145

Gambar 3.2 : Klasifikasi bentuk logo

Pembahasan tentang gambar klasifikasi bentuk logo, areal yang paling kiri logo yang elemen gambarnya mendekati bentuk-bentuk dasar. Karena sifatnya abs`trak, sulit untuk menterjemahkan maknanya dari tampilan fisiknya saja. Pada areal yang paling atas adalah areal logo yang elemen gambarnya sangat menyerupai bentuk objek aslinya. Biasanya berupa foto, maupun illustrasi.

Tampilan fisiknya kongkrit sehingga mudah dimengerti.

Pada bagian bawah typographic logo yang elemen tulisannya mendekati bentuk huruf yang sudah baku dan nama entitasnya mudah dibaca. Ditengah- tengah adalah area logo yang mengandung semua elemen-elemen mendekati bentuk dasar berupa gambar sekaligus huruf. Baik elemen gambar maupun elemen tulisan.

Pada area kiri dan kekanan, disebelah kiri logo adalah area logo yang bentuknya sederhana dan abstrak. Sedangkan semakin kekanan logo-logo

146

bentuknyanya semakin kongkrit. Apabila diperhatikan pada area dari atas ke bawah, pada bagian atas logo didominasi oleh gambar kongkrit, sedangkan semakin mengarah ke bawah logo didominasi oleh logo berbentuk tulisan.

Dapat disimpulkan bahwa, dari bentuk-bentuk sederhana dan mendasar tersebut, dapat menciptakan hubungan yang kompleks antara jenis logo dengan, bentuk dasar-gambar-huruf dan hubungan antara bentuk dan makna baik bersifat abstrak, simbol, maupun kongkrit.

3.5. Katagori Logo

Pada pembahasan sebelumnya, jenis logo dapat dibedakan sesuai dengan jenis dan bentuknya, jenis dan bentuk logo, memiliki makna ataupun keinginan serta ide yang dikembangkan, dapat dihadirkan dalam bentuk, teks, gambar bahkan gabungan teks dan gambar.

Mengutip‖Design Dictionary‖ dari Board of Internasional Research in

Design (BIRD) dalam buku Rustam Surianto, ―Mendesain Logo‖: Logo biasanya mengandung teks, gambar, atau kombinasi keduanya. Logo adalah sebuah simbol atau gambar pengidentifikasi perusahaan tanpa kehadiran nama perusahaan.

Logotype adalah cara khusus menuliskan nama perusahaan.20

Perlu juga dipahami bahwa istilah logo secara keseluruhan mengalami perluasan dan penyempitan serta pencampuran makna. Selain itu, masing-masing istilah tidak berdiri sendiri melainkan saling terkait satu dengan yang lainnya.

20 Surianto Rustan, Mendesain Logo, Jakarta PT. Gramedia, 2009, hlm. 13

147

Entitas bisa berupa apa saja baik itu objek fisik maupun non fisik yang meliputi: barang dan jasa, organisasi; perusahaan, lembaga, partai, manusia; pribadi maupun kelompok, tempat; daerah, kota atau Negara, konsep; ide dan gagasan, pengalaman dan peristiwa. Dalam hal ini entitas akan banyak digunakan untuk mewakili objek-objek tersebut. Dan dikatagorikan melalui logotype, logo, logogram, signature, trandmark, waordmark, merek dan merek dagang serta brand.

Yasaburo Kuwayama mengkategorikan logo dalam Rustan (2009:24) ada

4 jenis, yakni: 1). Alphabet (berbentuk huruf); 2). Symbols, Numbers (lambang- lambang, angka-angka); 3).Concrete Forms (bentuk yang serupa dengan bentuk aslinya) 4). Abstract Forms (bentuk abstrak)

Pertimbangan Kuwayama dalam pengkategorian ini adalah semata-mata dilihat dari segi pemampilan fisiknya, bukan dari maknanya.

Pengklasifikasian Per Mollerup berbeda dan jauh lebih kompleks, karena menurutnya kategori yang lebih ideal harus mempunyai perbedaan yang tajam dan jelas antara masing-masing kategori. Di dalam buku yang ditulisnya ‖Mark of

Excellence‖, ia mendasari klasifikasi dari sudut semiotik, logo sebagai sign. Logo tidak hanya dilihat dari segi pemampilan fisiknya namun juga dari segi maknanya.

148

Menurut pendapat Kartono Gamal dalam Sejarah dan Rahasia dibalik

Logo (Jurnal Seni Rupa FBS Unimed), Katagori logo terdiri dari; Logotype, Logo,

Logogram dan Signature21.

Dalam pembahasanya Gamal mengatakan bahwa, Pertama Logotype pertama kali logotype muncul pada tahun 1810-1840, diartikan sebagai tulisan entitas yang didesain secara khusus dengan menggunakan teknik lettering atau memakai jenis huruf tertentu.

Kedua logo adalah singkatan dari logotype Istilah ini baru muncul pada tahun 1973 dan kini istilah logo lebih populer dari pada logotype. Logo bisa menggunakan elemen apa saja: tulisan, logogram, gambar, illustrasi dan lain sebagainya.

Ketiga .Logogram, sebuah simbol tulisan yang mewakili sebuah kata/makna. Seperti angka-angka dan lambang matematika ―1‖ mewakili sebuah satu, ―+‖ mewakili tambah, juga berfungsi untuk menguatkan penulisan sebuah kata, seperti, ―&‖ mewakili kata dan.

Dan yang keempat signature berarti tanda tangan, secara umum juga berarti karakteristik/identitas/tanda/ciri khusus yang diterapkan pada sebuh objek, namun signature tidak terbatas hanya bersifat visual, yang bersifat audio/suara/musik juga sering disebut signature.

21 Gamal Kartono, Sejarah dan Rahasia di Balik Logo (Jurna Seni Rupa FBS Unimed Vol.9 no. 2, desember 2012), Medan, Unimed, 2012, hlm. 13

149

Masing-masing klasifikasi tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan atau kelemahan dan perkembangan desian logo yang makin jauh dari sifat konvensional membutuhkan kategori yang sifatnya lebih fleksibel.

Berdasarkan pendapat para ahli dan pembahasan yang telah di uraikan, jika dikategorikan berdasarkan unsur pembentukan dan maknanya, dapat disimpulkan bahwa katagori logo terdiri dari: 1)..Logotype; 2)..Logogram; dan 3).

Combination type and gram.

Pada logo combination typo and gram (gabungan huhuf dan tulisan), dilihat dari bentuk dasarnya terdiri dari dua bagian yaitu; 3.1).Logogram and separate typo (logo yang gambar dan tulisan terpisah); dan 3.2).Logotype and blend gram (logo tulisan dan gambar saling berbaur).

Logo pada bentuk logotype and blend gram (logo tulisan dan gambar saling membaur) juga terbagi tiga yaitu; 3.2.1).Typographic (logo diantara tulisannya terdapat gambar); 3.2.2).Gramgraphic (di dalam gambar terdapat tulisan; dan 3.2.3). Logogram transform typo (Logo terdiri dari elemen-elemen gambar kecil yang membentuk huruf dan 3.2.4) Logotype transform gram (Logo terdiri dari elemen tulisan yang membentuk gambar).

3.5.1. Logotype (elemen tulisan saja)

Pada awalnya yang lebih polpuler adalah logotype. Istilah logotype pertama kali muncul pada tahun 1810-1840 yang merupakan bentuk tulisan saja yaitu logo yang dibentuk hanya oleh huruf dengan berbagai variasinya.

150

Menurut Gamal Kartono, dalam bukunya ―Sejarah dan Rahasia Dibalik

Logo‖ pada Jurnal Seni Rupa Unimed, logotype diartikan sebagai tulisan entitas yang disesain secara khusus dengan menggunakanteknik lettering, atau memkai huruf tertentu,sehingga logotype hanya sedekar elemen tulisan saja.22

Logotype yang bermula didesain secara khusus dengan teknik tertentu atau mengunakan jenis huruf tertentu contohnya seperti Logotype Coca-Cola

(1885).23

Hendi Hendratman, dalam bukunya “Computer Graphic Design” mengatakan Logo adalah suatu indetitas visual yang berupa symbol, gambar atau tulisan yang mewakilkan dan menggambarkan ciri dari sesuatu baik itu barang, lembaga, perusahaan, instansi ataupun website.

Adi Kusrianto dalam ―Pengantar Desain Komunikasi Visual‖ mengatakan rangkaian logo dari huruf atau kata kata yang digunakan untuk mewakili sebuah perusahaan disebut sebuah Logotype.24 Ia juga mengatakan sebuah font yang elok dan cantik sering digunakan pada tipe logo ini. Logo ini akan memberikan kesan yang bagus terhadap perusahaannya.

Jadi kesimpulannya adalah logotype atau tanda kata (word mark) merupakan ekspresi identitas dari karakter seseorang, perusahaan, produk, atau jasa yang diwakilkan dari budayanya.

22 Gamal Kartono, Sejarah dan Rahasia di Balik Logo (Jurna Seni Rupa FBS Unimed Vol.9 no. 2, desember 2012), Medan, Unimed, 12 23 Hendri Hendratman, ―Computer Graphic Design‖, Bandung, Informatika, 2014, hlm. 253 24 Adi Kusrianto, Pengantar Desain Komunikasi Visual‖, Yogyakarta, Andi, 243

151

Gambar 3.3 : Logo Cocacola (logotype)

3.5.2. Logogram (elemen gambar saja)

Logogram merupakan tanda atau karakter yang mewakili suatu kata atau frase, seperti yang digunakan dalam steno dan beberapa sistem tulisan kuno.

Logogram sering juga diklasifikasikan icon logo dan illustratif logo. Tipe logo seperti ini menjadikan sebuah gambar bentuk atau desain utama dari logo tersebut.

Logogram adalah elemen gambar pada logo. Istilah logogram telah mengalami perubahan makna sehingga hampir mirip dengan logotype.

Menurut Surianto Rustan, S.Sn dalam bukunya Mendesain Logo,

Sebenarnya logogram adalah simbol tulisan yang mewakili sebuah kata atau makna. Contohnya. Angka-angka atau lambing matematika. ―1‖ mewakili ―satu‖, atau ―+‖ mewakili ―tambah‖ bisa juga berfungsi untuk menyingkat simbol atau kata, seperti kata, ―&‖ mewakili kata dan25.

25 Surianto Rustan, Mendesain Logo, Jakarta PT. Gramedia, 13

152

Distorsi bentuk untuk mewakilkan sebuah kata, atau benda serta fungsi yang diwujudkan dalam bentu gambar, juga merupakan jenis logogram.

Sama halnya yang dikatakan Adi Kurrianto ―Pengantar Komunikasi

Visual‖. Logogram adalah berupa element gambar symbol dalam sebuah logo biasanya berupa symbol angka ataupun symbol matematika yang disisipkan pada suatu teks yang berfungsi memberikan variasi atau untuk mempersingkat sebuah penulisan sebuah kata.26 Contoh : ‗&‘ untuk menyingkat ‗dan‘, ‗#‘ untuk meyingkat ‗nomor‘. Pendapat lain mengatakan bahwa logogram sering juga disebut ideogram yang berarti simbol yang mewakili sebuah ide atau arti.27 Pada buku yang sama Hendri Herdratman mengatakan tapi banyak yang menduga logogram adalah suatu gambar dalam logo namun sebenarnya gambar yang berupa logo tersebut biasa disebut dengan istilah Picture mark sementara tulisannya Letter Mark.

26 Adi Kusrianto, Pengantar Desain Komunikasi Visual‖, Yogyakarta, Andi, 243 27 Hendri Hendratman, ―Computer Graphic Design‖, Bandung, Informatika, 2014, hlm. 254

153

Gambar 3.4 : Logo Appel (logogram)

1.5.3. Combination typo and gram (gabungan tulisan dan gambar)

Gabungan antara logotype dan logogram terdiri dari elemen gambar dan tulisan miliki fungsi dan makna yang saling menguatkan, logo tersebut menghadirkan elemen gambar dan elemen tulisan yang bisa saja terpisah ataupun membaur antara elemen tulisan dan elemen gambar.

Gabungan antara gambar dan tulisan dapat dikompokkan menjadi dua bagian yaitu; Logogram and separate type (gabungan gambar & tulisan terpisah) dan Logo gambar & tulisan membaur (logo type and blend gram )

3.5.3.1. Logogram and separate type (gabungan gambar & tulisan terpisah)

Pada perkembangan selanjutnya orang membuatnya lebih unik/berbeda satu dengan lain. Dengan mengolah huruf, menambah elemen gambar, bahkan

154

tulisan dan gambar terpisah, dan masih banyak yang menyebutnya dengan istilah logotype28.

Logo jenis ini merupakan penggabungan antara jenis gambar dan tulisan.

Logo jenis ini gambar dan tulisan terpisah, satu sama lain saling menguatkan untuk menghadirkan makna dari tujuan logo tersebut.

Gambar 3.5 : Logo Garuda Indonesia (Logogram and Separate Type)

Rustan Suriaton mengungkapkan dalam bukunya ―Mendesain Logo‖, yang mendasar dan sederhana dalam menciptakan logo, apabila dilihat dari segi kontruksinya, pada salah satu logo gambar dan tulisan terpisah dan keduanya saling keterkaitan.29

28 Gamal Kartono, Sejarah dan Rahasia di Balik Logo (Jurna Seni Rupa FBS Unimed Vol.9 no. 2, desember 2012), Medan, Unimed, 2012, hlm. 12 29Surianto Rustan, Mendesain Logo, Jakarta, PT. Gramedia, 2009, hlm. 22

155

3.5.3.2. Logotype and blend gram (Logo gambar & tulisan membaur)

Logotype and blend gram terdiri dari elemen gambar dan tulisan pada logo ini kedua elemen tersebut tidak terpisah melainkan membaur satu sama lainnya.

Seperti yang diungkapkan Rustan Suriaton dalam bukunya ―Mendesain Logo‖, logo dikatagorikan pada dua hal yang mendasar dan sederhana, dapat dilihat dari segi kontruksinya, pada salah satu logo bisa disebut gambar, bisa juga disebut tulisan dan keduanya saling membaur

Jenis logo ini gambar dan tulisan saling membaur, dapat disebut sebagai tulisan dan dapat juga disebut sebagai gambar, biasanya tulisan didistrosi sesuai dengan bentuk gambar yang bersifat konvisional, atau pun sebaliknya. Terkadang juga pada tulisan terdapat salah satu elemen gambar sebagai pengganti salah satu hurufnya. Apabila dibedakan dari bentuk anatominya, logo jenis ini dapat dikelompakkan menjadi tiga bagian.

3.5.3.2.1. Typographic (logo dalam tulisan terdapat gambar)

Pada logo ini logo dihadirkan berupa gambar mewakili dari salah satu huruf, biasanya gambar tersebut didistorsi sesuai dengan perwakilan dari bentuk objek atau benda yang menjadi perwakilan pada sebuah identitas, baik itu simbol rasa, jasa, agama bahkan sampai simbol kebudayaan. Bentuk-bentuk gambar ini sengaja dihadirkan agar logo tersebut dapat menginformasikan visi-misi atau produk yang akan dipasarkan sesuai dengan identitas dari sebuah karakter

156

seseorang, perusahaan, produk, atau jasa yang diwakilkannya dan unsur-unsur kebudayaan.

Gambar 3.6 : Logo Logotype and Blend Gram (Typograghic)

3.5.3.2.2. Gramgraphic (logo dalam gambar terdapat tulisan)

Pada logo ini logo dihadirkan berupa gambar yang didalamnya teerdapat tulisan, biasanya tulisan tersebut didistorsi mengikuti bentuk pola logo ataupun bentu dasar yang menjadi pola sebuah logo, logo seperti ini biasanya dipakai dalam dunia pendidikan ataupun pemerintahan. Karena tulisannya merupakan informasi sebuah identitas, Elemen bentuk gambar sengaja dihadirkan agar logo tersebut dapat menginformasikan visi-misi sesuai dengan identitas dari sebuah karakter seseorang, perusahaan, produk, atau jasa yang diwakilkannya dan unsur- unsur kebudayaan.

157

Gambar 3.7 : Logo Logotype and Blend Gram (Gramgraphic)

3.5.3.2.3. Logotype transform gram (logo tulisan membentuk gambar)

Pada jenis logo ini tulisan yang dihadirkan membentuk sebuah gambar. seperti yang tedapat pada logo MTQN 31 Tanjung Balai pada tahun 2008.

Gambar 3.8 : Logo yang tulisan didistrosi sesuai dengan bentuk gambar (Logo MTQN 31 Tanjung Balai 2008)

158

Pada logo MTQN 31 di Tanjung Balai, tulisan MTQN pada logo membentuk gambar kapal lengkap dengan dayungannnya, sedangkan angka 31 yang dibentuk seperti gambar layar terkembang dengan tambahan ciri kota

Tanjaung Balai yang identik dengan kerang, sementara tulisan untuk identitas nama kota dan tahun diposisi seperti gelombang laut.

3.5.3.2.4. Logogram transform typo (logo gambar membentuk huruf)

Sama halnya dengan bentuk logo yang lain. Logo jenis ini terdiri dari elemen-elemen gambar kecil-kecil yang membentuk huruf inisial namanya.

Bentuk-bwntuk gambar tersebut merupakan identitas yang segaja dihadirkan sesuai dengan identitas dari sebuah karakter seseorang, perusahaan, produk, atau jasa yang diwakilkannya dan unsur-unsur kebudayaan.

Dapat dilihat pada salah satu logo distributor yang menghadirkan gambar- gambar yang membentuk huruf sesuai dengan produk yang dipasarkannya.

159

Gambar 3.9 : Logo yang terdiri dari elemen gambar membentuk huruf (Logo unilever)

Dapat disimpulkan bahwa salah satu kategori logo yaitu jenis logo yang diungkapkan oleh Gamal dan Rustam pada pembahasan sebelumnya, logo merupakan bentuk global dari sebuah logo yang memiliki katagori atau bagian- bagian sesuai dengan makna bentuk yang simbolkan dan makna warna yang dilambangkan.

Ada beberapa bentuk yang sering dikatakan sebuah logo seperti signature, yang merupakan tanda tangan, dalam pembahasan sebelumnya tanda tangan merupakan index. Index diterjemahkan secara literal sebagai some sensory feature

(sesuatu yang dapat dilihat, didengar, atau mudah tercium baunya) yang kemudian menghubungkannya dengan obyek tertentu. Index bukan logo melainkan bagian dari makna logo.

Demikian juga halnya dengan mark, trademark,dan merek dan merek dagang dapat diartikan sebagai lambang ataupun tanda yang digunakan pada

160

barang yang diperdagangkan oleh seseorang ataupun beberapa orang secara bersama-sama, fungsinya hanya untuk membedakan dengan barang-barang sejenis lainnya.

Wardmark juga dikategorikan sebagai logo yang berupa tulisan saja, serupa dengan makna awal mula istilah logotype. Terkadang wardmark yang tidak memiliki makna ketika terpisah dari gambar, wardmark hanya bagian dari sebuah logo. Begitu juga dengan brand, memiliki makna yang jauh lebih luas dari pada logo. Logo berbentuk benda fisik yang dapat dilihat. Brand mencakup keseluruhannya, baik yang fisik, non fisik, pengalaman dan juga asosiasi.

Sesuai dengan pembahasan pendapat dari beberapa para ahli dan dapat analisa dapat serta disimpulkan bahwa, logo dapat dikatagori menjadi 3 bagian besar yaitu: 1).Logotype, 2).Logogram, dan 3).Combination typo and gram.

Pada logo combination typo and gram, dikelompok menjadi dua bagian yaitu; 1).Logogram and separate type; dan 2).Logotype and blend gram

Logo pada bentuk logotype and blend gram dibedakan menjadi empat yaitu; 1).Logo typographic (di dalam tuliasan terdapat gambar); 2) Logo gramgraphic (di dalam gambar terdapat tulisan) dan 2). Logogram transform typo (logo terdiri dari elemen-elemen gambar kecil yang membentuk huruf);

3).Logotypo transform gram (logo elemen tulisan yang membentuk gambar).

161

3.6. Kajian Bentuk Logo

Bentuk merupakan fenomena dua dan tiga dimensi. Bentuk juga merupakan gabungan dari beberapa bentuk dasar, sehingga menciptakan unsur dua dimensi yang memiliki panjang dan lebar, dan tiga dimensi yang memiliki panjang dan lebar serta tinggi.

Bentuk dapat berarti bangun (shape) atau bentuk plastis (form).30 Menurut

Kartika Sony Dharsono dalam bukunya ―Estetika‖ mengatakan bahwa bangun

(shape) ialah bentuk benda yang polos, seperti yang terlihat oleh mata, sekedar untuk menyebut sifatnya yang bulat, persegi, ornamental, tak teratur dan sebagainya. Sedang bentuk plastis ialah bentuk benda yang terlihat dan terasa karena adanya unsur nilai (value) dari benda tersebut.

Menurut pendapat lain bentuk ialah satu titik temu antara ruang dan massa.31 Djelantik mengakatan dalamnya buku ―Estetika Sebuah Pengantar‖

Bentuk juga merupakan penjabaran geometris dari bagian semesta bidang yang ditempati oleh objek tersebut, yaitu ditentukan oleh batas-batas terluarnya namun tidak tergantung pada lokasi (koordinat) dan orientasi (rotasi)-nya terhadap bidang semesta yang di tempati.

Pendapat serupa juga dikatakan oleh Hendratman Heri, bentuk disebut juga shape, yang dihasilkan dari garis-garis yang disusun sedemikian rupa.

30 Dharsono Sony Kartika, Estetika, Bandung, Rekayasa Sains, 2007, hlm. 69 31 A.A.M.Djelantik, Estetika Sebuah Pengantar, Bandung, Masyarakat Seni pertunjukan Indonesia, 1999, hlm. 21

162

Bentuk memiliki dua katagori yaitu bentuk dua dimensi (2D) dan tiga dimensi

(3D).32

Ada yang mengatakan bentuk yang paling sederhana ataupun bentuk paling dasar adalah titik. Menurut Djelantik (1999:21), titik tidak mempunyai ukuran ataupun dimensi. Titik tersendiri belum memiliki arti tertentu. Kumpulan dari beberapa titik akan mempunyai arti tertentu. Kalau titik-titik berkumpul dekat sekali dalam satu lintasan akan menjadi bentuk garis. Beberapa garis akan menjadi bentuk bidang dan beberapa kumpulan bidang akan menjadi bentuk ruang.

Dengan demikian titik, garis, bidang dan ruang merupakan bentuk-bentuk dasar ataupun bentuk mendasar dalam seni rupa. Setiap bentuk mempunyai arti tersendiri, tergantung budaya, geografis, dan sebagainya, seperti bentuk segitiga bisa melambangkan konsep trinitas (ayah, ibu, anak), tetapi dimesir bentuk segitiga melambangkan simbol feminimitas (kewanitaan).

Bentuk-bentuk dasar tersebut yang berstruktur memiliki peranan masing- masing dari seluruh aspek yang terdapat pada sebuah pengorganisasian ataupun penataan yang ada hubungannya dengan bagian-bagian yang tersusun akan menghasilkan sebuah pola ataupun motif. Pola atau motif ini merupakan susunan dari komposisi, titik, garis, bidang dan pembagian ruang, yang dapat melambangkan atau menyimbolkan sesuatu melalui perubahan bentuk ataupun wujud antara lain; stilisasi, distorsi, transformasi, dan disformasi.\

32 Heri Hendratman, Computer Graphic Design, Bandung, Informatiaka, 35

163

3.6.1. Bentuk Pola

Pola dalam bahasa Inggris disebut “patent”, H.W. Fowler dan F.G. Fewler pola disebut “decorative” design as executed on carpet, wall paper, clots etc” sedangkan Herbet Read menjelaskan pola sebagai penyebaran garis dan warna dalam seatu bentuk ulang tertentu.33

Pola adalah bentuk atau model (atau, lebih abstrak, suatu set peraturan) yang bisa dipakai untuk membuat atau untuk menghasilkan suatu atau bagian dari sesuatu, khususnya jika sesuatu yang ditimbulkan cukup mempunyai suatu yang sejenis untuk pola dasar yang dapat ditunjukkan atau terlihat, yang mana sesuatu itu dikatakan memamerkan pola. Deteksi pola dasar disebut pengenalan pola. Pola yang paling sederhana didasarkan pada repetisi beberapa tiruan satu kerangka digabungkan tanpa modifikasi.

Seperti yang telah dijabarkan pada pembahasan sebelumnya, bahwa bentuk-bentuk dasar merupakan titik, garis, bidang dan pembagian ruang yang dapat menyimbolkan ataupun melambangkan sesuatu apabila disusun dan diorganisasikan dengan mengikuti pola.

33 Nurfitriana Sihombing dan Brisman Silaban, Analisis Penerapan Ornamen PakPak Dairi PAda Gedung Perkantoran Di Sidikalang Ditinjau Dari Bentuk, Warna, Dan Makna Simbolik, Medan, Jurnal Seni Rupa FBS Unimed Vol 9 No. 2, 55

164

3.6.1.1. Pola bentuk titik

Menurut Djelantik, dalam buku ―Estetika Sebuah Pengantar‖ bentuk titik belum berarti dan baru mendapat arti setelah tersusun penempatannya.34

Ketika titik disusun mengikuti pola, titik akan memiliki makna tersendiri sesuai dengan pola yang telah dirancang dengan tujuan yang ingin dicapai, sehingga menciptakan bentuk dengan memiliki makna tertentu yang dapat berkomunikasi untuk menginformasikan pesan yang ingin disampaikan. Titik juga biasa menggunakan unsur-unsur penunjang yang juga bisa membantu atau dipakai untuk membentuk wujud yang lain. Seperti gerak, sinar dan warna.

Gambar 3.10 : Bentuk Titik

34 A.A.M.Djelantik, Estetika Sebuah Pengantar, Bandung, Masyarakat Seni pertunjukan Indonesia,21

165

3.6.1.2. Pola bentuk garis

Bentuk garis sebagai mengandung arti yang lebih dari pada titik, Karena dengan bentuknya sendiri, garis menimbulkan kesan tertentu. Garis-garis tersebut memberi makna tersendiri, seperti garis lurus memberikan makna kesan tegas, kaku, keras tersendiri daripada garis yang melengkung memberikan kesan luwes, lemah lembut, kesan yang diciptakan tergantung dari panjang pendeknya garis.

Seperti yang dikemukan oleh Djelantik, dalam buku ―Estetika Sebuah

Pengantar.‖ Garis yang kencang memberikan memberikan perasaan yang lain daripada garis yang membelok atau melengkung. Yang satu memberi kesan kaku, keras dan yang lain memberi kesan lembut dan lewes.35

Gambar 3.11 : Pola Bentuk Garis

35A.A.M.Djelantik, Estetika Sebuah Pengantar, Bandung, Masyarakat Seni pertunjukan Indonesia, 1999, hlm. 23

166

Menurut Hendratman Heri dalam bukunya ―Computer Graphic Design‖

Garis tercipta dari adanya perbedaan warna, cahaya atau jarak. Beliu juga mengatakan dalam desain grafis garis juga didefenisisskan sebagai sekumpulam titik yang dideretkan memanjang. 36

Kumpulan bentuk garis dapat disusun ataupun diberi pola sedemikian rupa sehingga mewujudkan unsur-unsur structural seperti ritme, semetri, keseimbangan, kontras, penonjolan dan seolah-olah garis bisa lebih berbicara menyampaikan informasi yang ingin disampaikan, lebih daripada garis.

Garis mempunyai peranan sebagai garis, yang kehadirannya sekedar untuk memberi tanda bentuk logis, seperti yang terdapat pada ilmu-ilmu eksakta atau pasti. Menurut Sony Kartika Dharsono dalam bukunya ―Estetika‖ bahwa Garis mempunya peranan sebagai lambang, yang kehadirannya merupakan lambang informasi yang sudah merupakn pola baku dari kehidupan sehari-hari.37 Seperti pola pada lambang yang terdapat pada logo, tanda yang terdapat pada peraturan lalu lintas, pola-pola yang digunakan pada kehidupan sehari-hari. Garis mempunya peranan dalam menggambarkan sesuatu secara representative, seperti yang tedapat dalam gambar illustrasi, dimana garis merupakan medium untuk menerangkan kepada orang lain. Garis juga merupakan simbol ekpresi dari dari ungkapan seniman, seperti garis-garis yang terdapat dalam seni non figurative atau juga pada seni ekspresionisme dan abstraksionisme.

36 Heri Hendratman, Computer Graphic Design, Bandung, Informatiaka, 2014, hlm. 35 37 Dharsono Sony Kartika, Estetika, Bandung, Rekasaya Sain, 2007, hlm. 71

167

Bentuk garis selain memiliki peranan juga mempunyai sifat formal dan non formal. Seperti yang dikatakan Djelantik (199:21) bahwa garis-garis dapat disusun secara geometris sama dengan ukuran, proposi , siku-siku tertentu yang teratur dan mewujudkan gambar yang memberi rasa indah karena keserasian dan keseimbangan bentuknya.38

Sony Kartika Dharsono juga mengatakan Garis-garis geometrik bersifat formal, beraturan dan resmi. Garis nom geometrik bersifat tak resmi dan cukup luwes, lemah gemulai, lembut, acak-acakan.39

Namun yang paling penting bentuk garis bukan sekedar makna yang disimbolkan ataupun dilambangkan, tetapi bagaimana merasakan intensitas garis yang tergores memiliki kekuatan tersendiri yang butuh pemahaman. Ketika melihat garis secara fisik saja, garis tersebut tidak berbicara banyak dan tidak menemukan apa-apa, tetapi ketika melihat sebuah garis harus dirasakan lewat mata batin, sehingga dapat melatih daya sensitifitas untuk menangkap setiap makna yang tersurat maupun tersirat pada setiap bentuk garis yang digoreskan.

3.6.1.3. Pola bentuk bidang

Bentuk bidang yang diciptakan melalui kumpulan dari beberapa garis memiliki ukuran yaitu panjang dan lebar, yang disebut 2D. Bidang yang berukuran 2D tidak selalu mendatar atau tampak, bisa juga melengkung, tidak

38 A.A.M.Djelantik, Estetika Sebuah Pengantar, Bandung, Masyarakat Seni pertunjukan Indonesia, 1999, hlm 23 39Dharsono Sony Kartika, Estetika, Bandung, Rekasaya Sain, 2007, him. 71

168

merata atau tidak bergelombangnya suatu bidang bisa diciptakan sebagai suatu ilusi dengan menggunakan pewarnaan atau hitam putih yang memberi kesan bayangan.

Menurut pendapat para ahli, bahwa bila garis diteruskan melalui belokan atau paling sedikit dua buah siku samapi kembali lagi pada titik tolaknya, selanjutnya wilayah yang dibatasi ditengah garis tersebut menjadikan suatu bidang.40

Sony Kartina Dharsono juga mengatakan bahwa bidang sesuatu bentuk kecil yang terjadi karena dibatasi oleh sebuah kontur garis atau dibatasi oleh adanya warna yang berbeda atau oleh gelap terang pada arsiran atau adanya tekstur.41

Untuk membatasi bidang dengan garis-garis yang kencang diperlukan paling sedikit tiga garis kencang, dengan garis yang berbelok-belok satu garis bisa mencukupi. Wujud dari bidang masing-masing bisa memberi memberi kesan estetik yang berbeda, sesuai dengan infomasi apa yang disimbolkan ataupun dilambangkan.

40A.A.M.Djelantik, Estetika Sebuah Pengantar, Bandung, Masyarakat Seni pertunjukan Indonesia,1999, hlm. 23 41 Dharsono Sony Kartika, Estetika, Bandung, Rekayasa Sains, 2007, hlm. 71

169

Gambar 3.12 : Pola Bentuk Bidang

Kadang-kadang bidang mengalami beberapa perubahan di dalam penampilannya yang sesuai dengan maksud dan tujuan tertentu. Perubahan itu bisa saja mirip dengan objek yang sebenarnya, bisa saja tidak. Semua itu menunjukkan adanya proses yang terjadi di dalam dunia penciptaan bukan sekedar terjemahan dari pengalaman tertentu atau sekedar apa yang dilihatnya.

Pemaknaan dari bentuk bidang yang mengalami tranformasi sesuai dengan apa yang harus disimbolkan dan apa yang harus dilambangkan. Dan pada dasarnya bentuk bidang dimulai dari segitiga sampai segi yang tak terhingga atau lingkaran, atau bentuk bidang simetris dan asimetris yang berasal dari bentuk dasar tersebut dapat dibuat pengembangan ataupun kombinasi dan variasi, dengan penafsiran pengalaman dalam memaknai suatu bentuk bidang.

Perwujudan bidang yang beraeka ragam dan bervariasi dengan garis-garis secara geotrik banyak diterapkan dalam seni hias ornamentik.

170

3.6.1.4. Pola Bentuk Ruang

Bentuk yang terakhir ada ruang. Ruang merupakan kumpulan dari beberapa bidang. Ruang mempunyai tiga dimensi panjang lebar dan tinggi.

Menurut Djelantik (1999:24) ruang pada aslinya adalah sesuatu yang kosong, tidak ada isinya.42 Ruang yang seluruhnya terisi dengan benda disebut massa. Dan bila benda itu kental massanya menjadi berat. Karena itu selain tiga dimensi, massa mempunyai berat badan seolah-olah dimensi yang keempat atau yang sering disebut empat dimensi (4D).

Dengan adanya ruang dapat dirakan jauh dekat, tinggi rendah, panjang pendek, lebar sempit, besar kecil, kosong padat dan sebagainya. Karena adanya perbandingan. Ruang merupakan kumpulan dari beberapa bidang, yang yang terdiri dari sumbu X dan sumbu Y, ketika ditambah sumbu Z sebuah bidang akan terbentuk menjadi bentuk ruang. Seperti yang diungkapkan oleh Hendratman

Hendri, bahwa apabila sebuah bidang ditambah sumbu Z atau kedalaman ruang, maka ruang desain akan membentuk 3D.43

Dalam seni lukis yang menggunakan bidang pada media kertas atau kanvas, ruang merupakan suatu ilusi yang dibuat dengan pengolahan bidang dan garis, sering juga dibantu dengan warna sebagai unsur penunjang yang akan menciptakan ilusi sinar atau bayangan.

42A.A.M.Djelantik, Estetika Sebuah Pengantar, Bandung, Masyarakat Seni pertunjukan Indonesia, 199, hlm. 24 43Hendri Hendartman, Conputer Graphic Design, Bandung, Informatika, 2014, hlm. 46

171

Gambar 3.13 : Bentuk Ruang

Jadi ruang merupakan bentuk yang menghadirkan ilusi pada gambar 3D dan 4D yang meliputi pengelolaan perspektif dan kontras antara gelap dan terang.

Dengan demikian pola merupakan susunan, tataan, kerangka, alur ataupun jalur yang dirancang sedemikian rupa pada pegolahan bentuk untuk menghadirkan kesan kedalaman atau persepektif dengan komposisi simetris dan asimetris yang berasal dari bentuk dasar melalui pengembangan ataupun kombinasi dan variasi, dengan penafsiran pengalaman dalam memaknai suatu bentuk.

3.6.2. Bentuk Motif

Provinsi Sumatera Utara memiliki suku yang beragam, daerah pesisir

Sumatera Utara, yaitu timur dan barat pada umumnya didiami oleh Suku Melayu dan Suku Mandailing yang hampir seluruhnya beragama Islam. Sementara di daerah pegunungan banyak terdapat suku batak yang sebagian besarnya beragama

172

kristen. Selain itu juga ada Suku Nias di kepulauan sebelah barat. Semua etnik memiliki nilai budaya masing-masing, mulai dari adat istiadat, tari daerah, jenis makanan, budaya dan pakaian adat juga memiliki bahasa daerah masing-masing.

Begitu pula dengan dengan bentuk-bentuk motif ragam hiasnya. Bentuk-bentuk motif yang beragam merupakan tiruan dari bentuk-bentuk alam. Motif erat kaitanya dengan ragam hias atau ornamen, yang merupakan hiasan pada hasil pahatan arca, gerabah, keramik, senjata, genta, bangunan dan lainnya. Motif adalah dorongan dalam diri manusia yang timbul dikarenakan adanya kebutuhan- kebutuhan yang ingin dipenuhi oleh manusia tersebut.

Motif berasal dari bahasa latin movere yang berarti bergerak atau dalam bahasa Inggris to move, yang artinya langkah, memindahkan. Motif memiliki arti simbolik yang lebih padat, semakin sederhana bentuk motif-motif, semakin dalam arti simbolik yang dikandungnya. Motif juga disebut ornamen atau ragam hias.

Ornamen atau ragam hias merupakan hiasan ataupun yang menghiasi, suatu media agar tidak kelihatan kosong dengan motif-motif yang mengikuti pola tertentu yang mempunyai nilai kebudayaan.

Kata ornamen berasal dari bahasa Latin ornare, yang memiliki arti yaitu menghiasi. Menurut Gustami (1978) ornamen ―adalah komponen produk seni yang ditambahkan atau sengaja dibuat untuk tujuan sebagai hiasan. Jadi, bedasarkan pengertian tersebut, ornamen merupakan penerapan hiasan pada suatu produk. Bentuk-bentuk hiasan yang menjadi ornamen tersebut fungsi utamannya adalah untuk memperindah benda produk atau barang yang dihias.‖

173

Menurut Sirait Baginda, Istilah ragam hias berasal dari dua perkataan ragam dan hias yang terpadu menjadi satu pengertian yang mengikuti pola. Dalam bahasa Inggris ragam hias disebut juga ornament.44 Sirait juga mengatakan

(1980:6) dalam bahasa Belanda dikatakan siermotieieven. Dapa dilihat pada terjemahan Van Der Hoop sebagai berikut; ―arti ragam hias tidak gampang diterangklang dengan satu kata-sering arti itu malahan sama sekali tidak tentu.

Dari uraian tersebut dapat diterima bahwa pengertian ragam hias memang sulit dibuat batasannya, yang jelas terkandung didalamnya beragam-ragam pola hias. Untuk menghias suatu dinding atau bidang sering dibubuhi dengan hiasan untuk memeprindah, tetapi bila hiasan itu terdiri dari warna polos tanpa gambar maka dekorasi ini bukanlah ornament atau ragam hias. Berarti dengan kata lain hiasan yang ditambah itu harus berbentuk gambar yang disebut dengan motif yang mengikuti pola.

Perkembangan ragam hias Nusantara menunjuk pada bermacam bentuk motif ragam hias yang tersebar di berbagai wilayah tanah air, pada umumnya bersifat tradisional yang pada setiap daerah memiliki khas dan keanekaragaman masing-masing. Karena itu bentuk motif ragam hias Nusantara memiliki ciri-ciri kedaerahan sesuai dengan cita rasa masyarakat setempat.

Dalam sebuah kebudayaan bentuk motif memiliki arti tersendiri bagi setiap etnik, baik bentuk figurative, fauna, flora dan geometris. Arti simbolik yang lebih dalam dapat dilihat pada awal perkembangan seni hias, dapat dikatakan

44 Bagianda Sirait,Pengumpulan dan Dokumenasi Ornamen Tradisional di Sumater Utara, Sumatera Utara, Pemerintah Tingkat I Sumut, 1077-1980, hlm. 6

174

bahwa semakin sedehana bentuk-bentuk motif yang dijadikan sebuah suatu ornamen, semakin dalam arti simbolik yang terkandung didalamnya. 45

Bentuk motif-motif ini didistorsi menjadi sederhana tetapi masih dapat mengomunikasi dari bentuk yang sebenarnya, bentuk motif ini bisa berupa simbol-simbol yang memiliki konsep tentang sebuah objek atau dapat juga tidak mewakili dari objeknya itu sendiri.

Dalam bukunya Philoshopy in a New Key, Suzzane K. Langer menyatakan bahwa simbol tidak mewakili objeknya tetapi wahana bagi konsep tentang objek.

Berbicara tentang konsep mengenai sesuatu, dan bukan sesuatu itu sendiri, semua ini tentang konsep bukan tentang sesuatu itu, simbol itu harus diartikan. Bila sebuah simbol diungkapkan, maka muncullah sebuah makna.46

Lebih jauh lagi Langer membedakan antara simbol diskursif dan simbol presentatif. Menurutnya simbol diskursif digunakan dalam bahasa tulisan dan lisan untuk keperluan berkomunikasi, sedangkan simbol presentatif, misalnya gambar, merupakan bahasa presentasi suatu makna yang tidak terkatakan dalam simbol diskursif. Simbol seni juga dapat melampai kedua merupakan wilayah ketiga simbol yang merupakan fenomena sensoris mengandung makna implisit yang terdapat dapat ritus dan mitos.

Jadi simbol tersebut lebih bersifat penggambaran segala sesuatu, objek, fakta, kualitas pengalaman, denotasi, peristiwa, benda-benda yang memiliki

45 Diskusi Ilmiah Arkelogi II, Ektetika Dalam Arkeologi Indonesia, Jakarta, Ikiatan Ahli Arkeologi Indonesia, 288 46 Jakob Sumardjo, Estetika Paradoks, Bandung, Sunan Ambu Press, 2006, hlm. 43

175

makna dan ditafsirkan melalui bentuk baik dari alam kesadaran manusia yang merupakan konsep maupun dari reatitas.

Bentuk motif yang didistorsi dan ditranformasi serta didisformasi menyerupai objek yang ada disekitar alam semesta. Baik yang kasat mata maupun khayalan. Dalam hal ini distorsi merupakan pengambaran bentuk yang menekankan pada pencapaian karakter, dengan cara menyangatkan bentuk-bentuk tertentu pada benda atau objek yang digambar atau penyerdahaan bentuk.

Tranformasi adalah gambaran bentuk yang menekankan pada pencapaian karakter, dengan cara memindahkan wujud objek atau vigur dari objek ke objek yang digambar.

Desformasi merupakan penggambaran bentuk yang menekannya padan interprestasi merupakan penggambaran bentuk yang menekankan pada interprestasi karakter, dengan cara mengubah bentuk objek dengan cara menggambarkan objek tersebut dengan sebagian yang dianggap mewakili, atau pengambilan unsur tertentu yang mewakili karakter hasil interprestasi yang sifatnya sangat hakiki.

Berdasarkan pengertian umum ornamen maka dapat diidentifikasi aneka jenis ragam hias etnik di Sumatera Utara yaitu aneka hiasan visual pada rumah- rumah adat berbagai produk kebutuhan hidup sehari-hari.

Pada suku Batak Toba masih banyak memiliki sisa kebudayaan tradisional baik dalam bentuk struktur sosial ataupun kesenian. Dalam bidang seni rupa yang tertinggal hanya sisa kebudayaan pada bangunan rumah adat, benda pakai, patung

176

dan alat musik yang dihiasi dengan motif ragam hias, dan ini tidak lagi dibuat seperti kebiasan lama. Yang masih bertahan perkembangannya adalah kain adat atau ulos. Pada adat suku batak toba jenis ragam hias disebut gorga.47

Sebagaimana halnya sisa kebudayaan pada buku Karo motif ragam hias masih mudah ditemukan, baik struktur social maupun kesenia tradisional mudah ditemukan. Dapat dilihat dari rumah adat dan alat-alat pakai sebagai peninggalan kebudayaan lama. Pada suku adat karo ragam hias disebut dengan gerga.

Di daerah suku batak Simalungun ragam hias sudah sulit ditemukan satu- satunya yang masih tertinggal dan lengkap adalah rumah raja yang berada dipematang purba yang telah diserahkan pada Yayasan Museum Simalungun.

Pada suku adat Simalungun ragam hias disebut juga dengan gorga.48

Sama halnya suku Pakpak Dairi satu-satunya motif ragam hias yang masih tertinggal pada rumah adat raja yang terdapat di Sikobang-kobang kecamatan

Sumbul. Sama halnya dengan suku Karo, pada suku Pakpak Dairi ragam hias disebut juga dengan gerga.

Pada suku Angkola Mandailing motif ragam hias sudah sulit ditemukan, besar kemungkinan hal ini disebabkan pengaruh agama Islam yang tidak menghendaki mistik pelbegub dan pemujaan rah nenek moyang yang pada masa lalau dilakukan secara tradisional. Tetapi ragam hias tersebut banyak terpadat

47Bagianda Sirait,Pengumpulan dan Dokumenasi Ornamen Tradisional di Sumater Utara, Sumatera Utara, Pemerintah Tingkat I Sumut, 1977-1980, hlm. 7

177

pada rumah-rumah adat mandailing yang sudah hampir musnah. Pada suku

Mandailing ragam hias disebut juga dengan gorga.49

Ragam hias pada suku Melayu adat dilihat dari Istana mainun yang berada dimedan. Ragam hias pada rumah-rumah adat dan alat-alat pakai kebanyakan diambil dari motif Arab atau mirip dengan ragam hias melau dari Malaysia.

Sedangkan hiasan peninggalan Hindu sulit ditemukan. Umumnya ragam hias

Melayu bentuknya seruapa dengan ragam hias Arab yang dibawa dari kebudayaan

Islam dari Arab. Sedangkan kebudayaan Melayu yang berasal dari kebudayaan

Hindu tidak ada lagi ditemukan sebagai hiasan rumah dan alat pakai karena bertentangan dengan kebudayaan islam.50 Pada suku Melalu ragam hias tidak memiliki perubahan istilah, tetap dalam penyebutan ragam hias atauoun ornamen.

Karena banyaknya jenis motif gambar maka ragam hias maka ragam hias dikelompoknya menurut jenis motifnya. Berdasarkan pola penggambarannya, mengelompokkan motif ragam hias di Sumatera Utara dalam lima kategori yaitu : berdasarkan pola bentuk gambarnya yaitu : bentuk manusia, bentuk hewan, bentuk raksasa. bentuk tumbuh-tumbuhan, bentuk geometris , bentuk, kosmos atau alam‖51

Dari hasil Diskusi Ilmiah Arkeologi II, yang dibukukan dalam Estetika

Dalam Arkeologi Indonesia, mengatakan bahwa, berdasarkan motifnya hiasan

49 Bagianda Sirait,Pengumpulan dan Dokumenasi Ornamen Tradisional di Sumater Utara, Sumatera Utara, Pemerintah Tingkat I Sumut, 1977-1980, hlm.v 7

50 Ibid, p6

178

dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, motif geometris, motif manusia dan bagian-bagian tubuh manusia, motif flora, motif fauna dan lain sebagainya.52

Pendapat lain mengatakan bahwa motif dasar hiasan meliputi; 1) motif manusia, 2) motif hewan, 3) motif khayalan atau raksasa, 4) motif tumbuh- tumbuhan, 5) motif geometris, motif kosmos atau alam.53

Dengan demikian dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa bentuk motif pada ragam hias sumatera utara dapat diambil dari bentuk- bentuk flora, fauna, figuratif, dan bentuk geometris. Dibeberapa suku di Sumatera

Utara, menurut Sirait Baginda (1984:180) bentuk motif yang berbentuk raksasa tidak ada di temukan. Misalnya suku Melayu dan Mandailing, hal ini di selaraskan dengan ketentuan-ketentuan Islam.54

Jadi pada penelitian ini penulis hanya mengkaji empat motif saja sebagai panduan untuk menganalisis logo karya hasil ciptaan mahasiswa Polimedia PSDD

Medan, motif-motif tersebut adalah; motif tumbuhan, motif, hewan taupun binatang, motif manusia dan motif geometris.

Agar tidak mengembang dan tetap fokus sesuai dengan tujuan penelitian, penulis tidak membahas semua makna bentuk pada jenis-jenis motif ragam hias pada setiap daerah, tetapi hanya beberapa dari setiap motif pada setiap perwakilan suku yang ada di Sumatera Utara. Pembahasan mendalam pada makna bentuk

52 Diskusi Ilmiah Arkelogi II, Ektetika Dalam Arkeologi Indonesia, Jakarta, Ikiatan Ahli Arkeologi Indonesia, 289. 53Tamrim M Sitorus dan Wahyu Tri Atmojo, Analisis Penerapan Ornamen Tradisional Batak Toba Pada Alat Musik Tradisional Batak Toba Di Kabupaten Samosir, Medan, Jurnal Seni Rupa FBS Unimed, 2012, hlm. 45. 54Bagianda Sirait,Pengumpulan dan Dokumenasi Ornamen Tradisional di Sumater Utara, Sumatera Utara, Pemerintah Tingkat I Sumut, 180

179

ragam hias, sesuai bentuk dengan logo yang dihadirkan pada karya mahasiswa

Polimedia PSDD Medan.

3.6.2.1. Bentuk motif tumbuhan

Tumbuhan sebagai sumber objek motif dapat dijumpai hampir di seluruh pulau di Indonesia. Bentuk ragam hias dengan motif tumbuhan mudah dijumpai pada barang-barang seni seperti batik, ukiran, dan tenunan. Begitu juga di

Sumatera Utara hampir sebagian besar bentuk motif berasal dari, bentuk-bentuk motif ini memiliki arti dari sesuatu yang disimbolkan ataupun yang dilambangkan.

Menurut Sunaryo (2009:153) motif hias tumbuh-tumbuhan merupakan motif hias yang diambil dari berbagai jenis-jenis tumbuhan seperti bentuk daun, batang, bunga yang kemudian distilir menjadi bentuk hiasan yang merambat bersulur meliuk ke kiri dan ke kanan.

Seperti halnya di daerah-daerah lain di Sumatera Utara, rumah adat sebagai sumber utama ragam hias pada suku Karo, yang memiliki makna tersendiri sesuai dengan adat istiadat tradisional suku Karo. Ragam hias ini sebagai hiasan yang ditempelkan pada rumat adat karo. Selain itu ada juga yang berfungsi sebagai penguat bangunan rumah adat tersebut. Makna yang terkandung pada bentu ragam hias suku Karo, ada yang mempunyai arti magis penolakan bala berupa hantu, kekutan guna-guna dan roh-roh jahat.

180

Hiasan-hiasan yang terdapat pada rumah adat Karo diantaranya adalah ragam hias motif tumbuhan. Motif tumbuhan pada ragam hias suku Karo tidak terlalu banyak, hanya terdapat tiga jenis. Menurut Siarait Baginda (1980:108) ragam hias motif tumbuhan pada suku Karo hanya memiliki tiga jenis, gerga takal dapur-dapur, gerga embun sikawiten, dan gerga bunga gundur dan pantil.

Bentuk motif yang berbentuk tumbuhan banyak terdapat pada ornamen tradisional Melayu. Bentuk tersebut distilir dari bentuk-bentuk dasar tumbuh- tumbuhan yang biasanya merupakan perwujudan dari daun, batang, bunga, maupun dari tumbuhan yang merambat. Bentuk motif ragam hias tersebut berbentuk tumbuh-tumbuhan juga banyak mengambil bentuk dasar bunga.

Misalnya : ornamen bunga ketola, bunga lawang, bunga cengkeh, bunga matahari dan lain-ain.55

Salah satu bentuk motif flora suku melayu adalah pucuk rebung. Bentuk motif melayu ini mengandung makna dan falsafaf yang mengacu kepada sifat asal dari setiap sumber, dipadukan dengan nilai kepercayaan dan budaya. Motif pucuk rebung mempunyai arti sesuai dengan namanya yang berarti tunas bambu.

Motif ini melambangkan sebagai sesuatu kekuatan yang muncul dari dalam, yaitu segala sesuatu berasal dari tunasnya dari kekuatan didalamnya.

Menurut Sirait Baginda (1984:182) ornamen Tumbuh-tumbuhan melambangkan kemakmuran. Ornamen ini terdapat pada lubang hawa bagian

55 Lince Chrismi Yanti dan Azmi, Identifikasi Ragam Hias Melayu Pada Pameran Hasil Kerajinan Cenderamata Di Arena Pekan Raya Sumatera Utara Yang Ke- 41. Unimed, 2012, hlm. 6

181

dalam rumah bangsawan. Motif pucuk rebung ini hanya bisa kita lihat pada kain tradisional. Makna simbolis sesusai dengan nama dari masing-masing bentuknya.

Bentuk motif flora pada suku simalungun salah satunya adalah pahu-pahu patundal adalah tumbuhan pakis bertolak belakang. Motif pakis banyak kita temukan dalam ragam hias Simalungun. Bentuk motif pahu-pahu patundaral menyiratkan persatuan kesatuan yang saling menguntungkan. Sama halnya dengan bentuk motif flora suku nias yaitu Ni‘otalinga Woli-woli. Bentuknya menyerupai tumbuhan pakis yang melambangkan kesuburan. Makna dan simboliknya adalah suku nias dahulu menggunakan ragam hias ini untuk melambangkan kesuburan.

Pada bentuk motif suku mandailing dinamakan bolang. Bolang atau ornamen tradisional mandailing salah satunya adalah tumbuh-tumbuhan atau jenis flora, seperti batang bambu yang melambangkan huta atau bona bulu; burangir atau aropik melambangkan raja dan namora natoras sebagai tempat meminta pertolongan; pusuk ni robung yang disebut bindu melambangkan adat dalian na tolu atau adat markoum sisolkot.

Begitu juga bentuk motif-motif flora yang lainnya memiliki makna simbolik yang sesuai dengan adat istiadat, kepercayaan dan kebudayaan masing- masing.

182

3.6.2.2. Bentuk motif fauna

Bentuk motif fauna merupakan bentuk gambar motif yang diambil dari hewan tertentu. Hewan pada umumnya telah mengalami perubahan bentuk atau gaya. Beberapa hewan yang biasa dipakai sebagai objek ragam hias adalah kupu- kupu, burung, kadal, gajah, ikan dan lain sebagainya. Bentuk motif fauna telah mengalami deformasi namun tidak meninggalkan bentuk aslinya. Motif fauna dapat dikombinasikan dengan motif flora dengan bentuk yang digayakan. Bentuk motif ragam hias tersebut dapat dijumpai pada hasil karya batik, ukiran, anyaman, dan tenun.

Motif hiasan berbentuk hewan pada ornamen tradisional Melayu banyak.

Ornamen tersebut telah distilirisasi sedemikian rupa dan selalu dikombinasikan dengan pola yang berbentuk tumbuh-tumbuhan, yang biasanya perwujudan dari:daun, batang, maupun dari tumbuhan yang merambat, juga berbentuk bunga.

Menurut Sunaryo (2009:67) pada umumnya munculnya motif hewan mengandung maksud-maksud perlambangan.56 Motif-motif digambarkan dengan corak yang beragam, ada yang realistis, stilisasi dekoratif, imajinatif, dan dalam bentuk transformatif atau khayali.

56 Lince Chrismi Yanti dan Azmi, Identifikasi Ragam Hias Melayu Pada Pameran Hasil Kerajinan Cenderamata Di Arena Pekan Raya Sumatera Utara Yang Ke- 41. Unimed,2012, hlm. 6

183

Gambar 3.14 : Bentuk Motif Fauna

Keterangan gambar dari atas: Motif Melayu ―Lebah Bergantung‖, Karo ―Peng ret-ret‖, Mandailing ―Lipan‖, Simalungun ―Boras Pati‖ bawah dari kiri, Pakpak Dairi ―Gogoyawa, dan Batak Toba ―Boraspati‖.

Bentuk motif yang terletak di bawah cucuran atap lesplang atau dan kadang-kadang di bawah anak tangga lambang ini berpijar pada motif hiasan, yakini ‖sarang lebah‖ yang tergantung di dahan kayu. Motif lebah begantung memiliki makna dan simbolik yang beragam seperti rajin, tawar penyakit, begagan, beturai, bersyahadat, namun apa bila musuh menjual pantang tak dibeli dan selalu mendatangkan kebaikan.

184

Motif bentuknya deformasi gambar cecak, dengan kepala kiri dan kanan. memiliki arti simbolik dalam masyrakat Karo dianggap sebagai simbol kekuatan, penangkal roh jahat ataupun tolak bala, dan juga simbol persatuan masyarakat

Karo dalam menyelesaikan suatu masalah. Motif pengretret pada ayo rumah ukurannya yang lebih kecil dari pada yang ada di derpih. Ukuran tersebut disesuaikan dengan luas bidangnya. Fungsinya telah dijelaskan di depan yakni sebagai lambang penangkal kekuatan jahat masuk ke dalam dan menyerang penghuni rumah.57 Disamping itu fungsi fisik bagi rumah adat Karo sebagai pengikat atau sebagai paku pada dinding rumah sehingga menjadi kuat.

Pada suku mandailing bentuk motif lipan melambangkan asas permusyawaratan untuk mufakat. Makna simbolik merupakan setiap keputusan yang dihasilkan berdasarkan musyawarah bersama untuk mufakat merupakan landasan hukum yang memiliki kekuatan tetap dan bersifat memaksa.58

Bentuk motif fauna pada suku pakpak dairi ditorsi bentuknya hampir sama dengan motif fauna karo, namun penyebutan nama saja yang berbeda yaitu

Boraspati. Nama bentuk motif ini juga sangat serupa denga motif fauna Batak

Toba. Walaupun demikian makna simbolis masing-masih suku berbeda, sesuai dengan kepercayaan serta adat istiadat daerah masing-masing.

57 Fuad Erdansyah, Simbol Dan Pemaknaan Gerga Pada Rumah Adat Batak Karo Di Sumatra Utara, Medan, Jurnal Seni Rupa FBS Unimed, 131 58Devi Apriani, Makna Simbol-Simbol Arsitektur Bangunan Bagas Godang Dan Sopo Godang Pada Etnik Mandailing, Medan, Unimed, 4

185

3.6.2.3. Bentuk motif geometris

Bentuk motif geometris merupakan motif hias yang dikembangkan dari bentuk-bentuk geometris dan kemudian digayakan sesuai dengan selera dan imajinasi pembuatnya. Bentuk motif geometris dapat dijumpai di seluruh

Indonesia, seperti Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua.

Gambar 3.15 : Beberapa Bentuk Motif Geometris Seni Rupa Etnik Mandailng Sumatera Utara

Bentuk motif geometris suku mandailing Keterangan gambar dari atas Burangir/Aropik, Sipatomu-tomu dan Rudang

Motif berbentuk geometris pada ornamen Melayu dibuat secara ilmu ukur dan selalu simetris. Ornamen yang berbentuk geometris misalnya: ornamen jala- jala, ornament ricin wajid, ornamen yang terdapat pada kisi-kisi (jerejak), ornamen sinar mata hari pagi, ornamen tampuk pinang, ornamen lebah gantung dan lain-lain.

186

Disamping bentuk-bentuk yang abstrak murni, motif geometris adakalanya menggambarkan objek-objek tertentu, tetapi karena bentuknya sudah sedemikian jauh mengalami pengubahan sehingga sulit dikenali objek asalnya, maka motifnya menjadi tampak abstrak.59 Motif geometris abstrak murni banyak terdapat pada anyam, perulangan garis zigzag, perulangan bidang lingkaran atau segi tiga

(Sunaryo, 2009:19).

Bentuk motif geometris dapat dibuat dengan menggabungkan bentuk- bentuk geometris ke dalam satu motif ragam hias. Di wilayah Sumatera Utara bentuk motif geometris banyak dijumpai pada suku mandailing. Ornamen yang terdapat pada bagas godang dan sopo godang nama rumah adat suku mandailing, berupa garis-garis geometris atau garis lurus kecuali yang menggambarkan benda- benda alam, seperti matahari, bulan dan bintang serta bunga. Fungsi utama dari ornamen tersebut bukan sekadar sebagai hiasan, tetapi berfungsi simbolik untuk menunjukkan banyak hal yang berkaitan dengan nilai budaya dan pandangan hidup masyarakat Mandailing.60

Pada suku lain seperti Batak Toba bentuk motif geometris, salah satunya adalah Gorga ipon-ipon, pada hakekatnya tidaklah semua gorga ipon-ipon berbentuk gigi tetapi beberapa motif berbentuk dekoratif semata. Namun secara visualisasi bentuk gorga ipon-ipon adalah bentuk geometris. Salah satu dari bentuk geometris itu berbentuk segitiga sama kaki yang dibuat berulang-ulang

59Lince Chrismi Yanti dan Azmi, Identifikasi Ragam Hias Melayu Pada Pameran Hasil Kerajinan Cenderamata Di Arena Pekan Raya Sumatera Utara Yang Ke- 41. Unimed, 6 60Devi Apriani, Makna Simbol-Simbol Arsitektur Bangunan Bagas Godang Dan Sopo Godang Pada Etnik Mandailing, Medan, Unimed, 4

187

sehingga menyerupai gigi atau berbentuk taring. Berdasarkan hubungan bentuk alamiah, ipon-ipon merepresentasikan bentuk susunan gigi dengan keberadaan gorga ipon-ipon dimaksud hanya memberi fungsi sebagai menghiasi gorga yang disertainya. Pemahaman makna simbol yang terkandung mengatakan bahwa ipon- ipon suatu simbol kemajuan.

Gambar 3.16 : Bentuk Motif Geometris pada Gorga Batak Toba

Bentuk motif geometris Keterangan gambar dari atas motif geometris suku batak toba ―Ipon-ipon, suku melayu

3.6.2.4. Bentuk Motif Figuratif

Bentuk motif figuratif berupa objek manusia yang digambar dengan mendapatkan penggayaan bentuk. Bentuk motif figuratif biasanya terdapat pada bahan tekstil maupun bahan kayu, yang proses pembuatannya dapat dilakukan dengan cara menggambar. Motif figuratif banyak dijumpai di daerah timur seperti papua.

188

Bentuk motif figurative juga terdapat dibeberapa ragam hias didaerah

Sumatera Utara, seperti batak toba, karo, pakpak dairi dan nias. Dalam bukunya

Sunarya (2009:40) yang berjudul Ornamen Nusantara menuliskan bahwa : Motif hias berbentuk manusia atau figurative sudah ada sejak kebudayaan prasejarah.

Penggambaran motif manusia dapat dalam bentuk sosok manusia seutuhnya atau bentuk sebagian saja.

Gambar 3.17 : Motif Figuratif

Dalam bentuk proporsi sosok manusia dapat dibuat kurus atau sangat langsing sehingga menjadi pola-pola garis yang sangat kuat, atau dapat pula dengan bagian kepala yang besar dengan kaki pendek. Bentuk menjadi terdistorsi maupun terstilirisasi.

Motif tapak Raja Sulaiman adalah motif yang sangat dikenal oleh masyarakat Batak Karo juga Simalungun. Kata Sulaiman adalah nama seorang

189

dukun sakti yang melegenda. Konon dukun tersebut mampu mengobati putri raja yang sakit tak kunjung sembuh. Sang dukun melakukan pengobatan dengan cara menyembelih ayam. Darah ayam tersebut digunakan untuk membuat garis di tanah seperti melukis. Dengan cara itu kemudian putri raja tersebut sembuh, raja kemudian memerintahkan pengawalnya untuk membuat lukisan dari darah ayam itu pada sebidang papan. Dalam perkembangannya motif (lukisan darah) itu dilukiskan pada bidang melmelen.61

Natogog merupakan istri dari Raja Sulaiman, sehingga penempatan gerga ini diletakkan secara berdampingan. Erdansyah Fuad (2011:128) juga mengatakan

Gerga Bindu natogog merupakan deformasi bentuk dari Raja Sulaiman. Motifnya berupa garis bersilang dan saling mengkait, melambangkan kekuatan kesatuan dan keutuhan. Sebagai alat pegangan pada pintu rumah adat justru adalah cikepen pengalo-alo. Sebagai pegangan bagi tamu yang berkunjung.

Dengan demikian bindu natogog adalah sebuah pesan mengingatkan tentang mitos atau legenda tentang adat perkawinan yang sumbang dapat menyebabkan bencana seperti kemarau panjang.

Motif hias manusia dalam ornamen hampir tidak ada yang di terapkan berdiri sendiri melainkan seringkali di kombinasikan dengan motif lain. Menurut

Sirait (1984:180) pola hiasan yang berbentuk raksasa sejauh pengamatan penulis tidak ada ditemukan. Hal ini di selaraskan dengan ketentuan-ketentuan Islam.

61Fuad Erdansyah, Simbol Dan Pemaknaan Gerga Pada Rumah Adat Batak Karo Di Sumatra Utara, Medan, Jurnal Seni Rupa FBS Unimed, 128

190

3.7. Kajian Warna

Dalam sistem kebudayaan warna merupakan simbol-simbol ataupun lambang-lambang yang digunakan untuk berkomunikasi, dan diterapkan pada benda-benda menjadi sebuah tanda, begitu juga penerapan pada ornamen, yang merupakan distorsi dari motif-motif alam. Menurut Francis D. K. Ching (2000 :

14) dalam bukunya Arsitekur bentuk ruang dan tatanan, mengatakan bahwa : warna merupakan sebuah fenomena pencahayaan dan persepsi visual yang menjelaskan persepsi individu dalam corak, intensitas dan nada. Selain itu Francis

D.K. Ching menyebutkan bahwa warna adalah atribut yang paling menyolok membedakan suatu bentuk dari lingkungannya. Warna juga mempengaruhi bobot visual suatu bentuk.

Kehadiran warna menjadikan benda dapat dilihat, dan melalui unsur warna orang dapat mengungkapkan suasana perasaa, atau watak benda yang dirancangnya. Warna juga menunjukkan sifat dan watak yang berbeda-beda.

Berdasarkan sifatnya dapat disebutkan sebagai warna muda, warna tua, warna tua, warna gelap, warna redup dan warna cemerlang.

Dilihat dari macamnya, warna terdiri dari warna merah, kuning, biru dan sebagainya, sedangkan dari segi karakternya disebutkan sebagai warna panas, warna dingin, warna lembut, warna mencolok, warna ringan, warna berat, warna sedih, warna gembira. Penataan warna dalam desain ornament mempunyai

191

peranan penting, karena karakternya yang akan mempengaruhi si pengamat, yang berdampak kepada minat untuk memilikinya62

Setiap warna mampu memberikan kesan dan identitas tertentu sesuai kondisi sosial pengamatnya. Misalnya warna putih akan memberi kesan suci dan dingin di daerah Barat karena berasosiasi dengan salju. Sementara di kebanyakan

Negara Timur, warna putih memberi kesan kematian dan sangat menakutkan karena berasosiasi dengan kain kafan, meskipun secara teoritis putih bukanlah sebuah warna.

Di dalam ilmu warna, hitam dianggap sebagai ketidakhadiran seluruh jenis gelombang warna. Sementara warna putih, dianggap sebagai representasi pada kehadiran seluruh gelombang warna dengan posisi seimbang. Misalnya, warna merah dan putih dalam bendera kebangsaan Indonesia masing-masing melambangkan keberanian dan kesucian.63

Hubungan antara warna dan kebudayaan dapat dilihat dari tiga pola dalam kebudayaan. Dasar kepercayaan kosmologi manusia peladang pada zaman dulu menjadi landasan cara berfikirnya untuk semua hal, yakni tiga pola.

Menurut Sumardjo Yakub dalam bukunya ―estetika paradoks‖ (2006:73) bahwa pola tiga bertolak dari kepercayaan dualisme antagonistik segala hal.

Menurutnya langit di atas, bumi di bawah. Langit basah, bumi kering, Langit

62 Nawawi , ―Analisis Penerapan Estetika Ragam Hias pada Kriya Keramik Mahasiswa Jurusan Seni Rupa FBS-UNIMED‖ Jurnal Seni Rupa FBS UNIMED Vol. 2 No. 2 Desember. Hal 155-156 63Azmi ―Memahami Karya Seni Rupa Kontemporer Melalui Karya Semiotika‖ Jurnal Seni Rupa FBS UNIMED Vol. 5 No. 2 Desember. Hal 2-3

192

perempuan, bumi lelaki. Langit terang, bumi gelap keduanya terpisah dan berjarak.64

Jarak merupakan pemisahan yang harus diakhiri, dan harus mengawinkan keduanya agar hidup lebih hrrmoni dari dua entitas yang bertentangan tapi saling melngkapi. Peristiwa ini yang dimanakan dunia atas dan dunia bawah.

Bebeda dengan kaum peramu yang lebih menekankan pada pertentangan.

Harmoni ini tidak melenyapkan keduanya, tetapi mengawinkannya. Dalam perkawinan, lelaki tetap lelaki, perempuan tetap perempuan, dan keduanya melebur dalam satu kesatuan yang melahirkan entitas ketiga, yaitu anak dan entitas ketiga adalah dunia tengah. Dunia tengah ini adalah penghubung antara dunia atas dan dunia bawah.65

Sama halnya yang terjadi pada kosmologi Batak Toba, menstrukturkan kosmologinya secara bersejajar dari atas kebawah. Pada Batak Toba dunia atas berazazkan perempuan, dan namun didominasi oleh dunia bawah berazazkan lelaki. Hujan memamang berasal dari langit, tetapi air langit berasal dari sungai dan laut yang berasal dari dunia bawah.

Contoh-contoh ini menunjukan bahwa kosmologi didominasi oleh keragaman pola tiga seperti pada kebudayaan Sunda, Minang, Batak, Melayu,

Nias, Mentawai, Madura, Nusa Tenggara, Maluku Selatan, Dayak, Sulaewsi

Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan dan lainnya.66

64Jakob Sumardjo, Estetika Paradoks, Bandung, Sunan Ambu Press, 73 65 Ibid, p74 66 Ibid, p79

193

Dari keterangan tersebut suku atau etnik yang menjadi 3 golongan besar di

Sumatera Utara yaitu Batak, Melayu dan Nias memakai pola tiga, yaitu dunia atas yang lambangkan dengan warna kuning, dunia tengah yang dilambangkan dengan warna merah dan duniah bawah yang dilambangkan dengan warna hitam.

Gambar 3.18 : Kosmologi I La Galigo

3.8. Pengaruh Unsur Budaya

Pemahaman tentang ilmu pengetahuan budaya yang mencakup disiplin- displin yang mengkaji berbagai aspek dari apa yang diartikan dengan kebudayaan.

Konsep kebudayaan mempunyai berbagai definisi tergantung dari pada aliran teoris yang dianutnya. Ada konsep budaya yang bersifat materialistis yang mendefinisikan budaya sebagai sistem yang merupakan hasil dari adaptasi pada lingkungan alam atau suatu sistem yang berfungsi untuk mempertahan kehidupan

194

masyarakat. Ada juga konsep budaya yang bersifat idealistis yang memandang semua fenomena eksternal sebagai manifrestasi suatu sistem enternal.

Bertolak dari memikiran bahawa kebudayaan adalah suatu fenomena social dan tidak dapat dilepaskan dari perilaku dan tindakan warga masyarakat yang mendukung atau menghayatinya. Sebaliknya keteraturan , pola atau konfigurasi, yang tampak pada perilaku dan tindakan warga masyarakat tertentu dibandingkan perilaku dan tindakan warga masyarakat yang lain, tidak dapat dipahami tanpa dikaitkan dengan kebudayaan.

Pandangan terhadap kebudayaan meliputi, 1).sebagai sistem adaptasi terhadap lingkungan, 2).sebagai sistem tanda, 3).sebagai teks, 4).sebagai fenomena yang mempunyai unsur fungsi, 5).menurut perspektif filsafat. Perilaku dan tindakan berpola itu dianggap sebagai uangkapan budaya.67

Cara hidup yang berkembang, dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi merupakan budaya.68 Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni, dan kesemua itu disimpulkan sebagai prinsip generatif semesta.

Salah satu generatif semesta adalah fakta sosial. Fakta sosial secara teoritis sangat sulit diulang karena menghilang dengan berjalannya waktu. Akan tetapi, mengungkap fakta tersebut dapat dilihat melalui penggunaan media tanda, baik

67 T.Christomy & Untung Yuwono, Semiotika Budaya, Depok, Universitas Indonesia, 200, hlm. 3 68 Siegfried Giedion, Space, Time and Architecture (6th ed.), p 3

195

dalam bentuk visual, verbal, kenesik, maupun proksemik yang merupakan proses signifikasi dan komunikasi dan dtafsirkan dalam menggunakan tanda.

Tanda yang merupakan gagasan dan konsep, dapat dilihat dari simbol- simbol yang dihadirkan melalui bentuk dan warna, direpresentasikan secara utuh dan total, melalui sesuatu makna simbol dan lambang menjadikan suatu kualitas dengan nilai-nilai yang ditunjukkan pada sebuah logo.

Di dalam uraian pandangan-pandangan tersebut sebagai pengantar pada pembahasan yang berhubungan dengan penelitian, pada penelitian ini budaya sebagai latar belakang ataupun sebagai identitas, agar dapat dibedakan sumber kepemilikan logo tersebut.

3.8.1. Sebagai sistem tanda

Dalam kehidupan sehari-hari, terdapat kerancuan pandangan antara tanda dan simbol. Istilah tanda dan simbol sering digunakan dalam arti yang sama dan penggunaannya berubah-ubah. Hal ini terjadi karena hubungan kedua istilah tersebut erat dan batas-batasannya sangat erat. Akibatnya penggunaan kata tanda dan simbol tumpang tindih karena perbedaan dari sudut pandang dalam menyikapi konsep kedua istilah tersebut.

Menurut Darmojo (2005:28), Tanda tidak memiliki sifat merangsang perasaan seseorang, cenderung univocal dan tertutup dan tidak berpartisipasi

196

dalam realitas yang ditinadakan juga secara sematis tanda memiliki sifat tertutup.69

Tanda terdiri atas yang menandai (penanda) dan yang ditandai (petanda).

Baik penanda maupun petanda tidak dapat dipisakan satu dari yang lainnya, seakan-akan yang kedua adalah sisi sebelah dari yang pertama, ibarat kedua sisi sehelai kertas, helai kertas itu sendiri adalah tanda. Baik penanda dan petanda bersifat mental; penanda adalah citra bunyi dan petanda adalah gagasan atau konsep.70

Penegrtian tanda cukup rumit, akan tetapi secara umum pengertian tentang tanda dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian besar dwipihak (dyadic) dan tripihak (triadic).71 Defenisi dyalic bahwa tanda sebagai konsep dan bentuk. logo adalah sebuah kata yang mendeskripsikan makna gambar ataupun tanda.

3.8.2. Makna simbol

Pembahasa tentang simbol dapat dilihat dari budaya masyarakat, manusia sejak lahir sampai meniggal dipenuhi dengan upacara, dengan berbagai macam simbol yang menyertainya. Hal ini jelas dalam tradisi jawa, misalnya dirumah orang yang meninggal dipasang lampu teplok atau lampu listrik yang tetap dinyalakan. Maksudnya agar orang yang meninggal dunia mendapat jalan yang terang sampai di tujuan kembali kepada Tuhan. Bagi orang tionghoa, air dianggap

69 Darmojo, Sistem simbol dalam Munaba Waropen Papua, Jakarta, Pusat Bahasa Departeman Pendididkan Nasional,28 70 T.Christomy & Untung Yuwono, Semiotika Budaya, Depok, Universitas Indonesia,20 71 Ibid, pvii

197

sebagai simbol keberuntungan, karena air disamakan dengan simbol harta dan kekayaan. Adanya air yang mengalir melewati pintu atau gerbang utama rumah, sama seperti menerima berlimpah ruahnya harta dan kekayaan.

Menurut pendapat Sobur Alex, dalam bukunya, ―Semiotika Komuniksi‖

(155) menjelaskan bahwa, secara etimologis istilah ―simbol‖ berasal dari kata

Yunani yaitu ―sym-ballein‖ yang berarti melempar bersama suatu (benda, perbuatan) dikaitkan dengan suatu ide.72. Simbol juga sering di artikan sebagai ciri yang memberitahukan sesuatu hal kepada seseorang, dan biasanya simbol terjadi berdasarkan metonimi yakni nama untuk benda lain yang berasosiasi atau menjadi adtributnya. (Misalnya Si kaca mata untuk seseorang yang berkaca mata).

Pemakain kata atau ungkapan yang memiliki unsur metaforo untuk objek atau konsep lain berdasarkan kias atau persamaan (misalnya kaki gunung, kaki meja, yang berdasarkan pada kaki manusia).

Dalam pemikiran dan praktik keagamaan, simbol lazim dianggap sebagai pancaran realitas transenden. Dalam sistem pemikiran logika dan ilmiah, lazimnya istilah simbol dipakai dalam arti tanda abstrak.

Dalam beberapa pengertian, ―simbol‖ diartikan sebagai berikut : simbol adalah sesuatu yang biasanya merupakan tanda yang terlihat yang menggantikan gagasan atau objek. Simbol adalah kata, tanda atau isyarat, yang digunakan untuk mewakili sesuatu yang lain seperti arti, kualitas, abstraksi, gagasan, dan objek.

72 Alex Sobur, ―Semiotika Komunikasi‖,Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, 2006, hlm 155

198

Simbol adalah apapun yang diberikan arti dengan pesetujuan umum dan atau dengan kesepakatan atau kebiasaan.

Dalam peristilahan modern seringkali setiap unsur dari suatu sistem tanda- tanda disebut simbol. Dengan demikian orang berbicara tentang logika simbolik.

Dalam arti yang tepat simbol dapat dipersamakan dengan citra (image) dan menunjuk pada suatu tanda indrawi dan realitas supraindrawi. Tanda-tanda indrawi pada dasarnya, memiliki kecendurungan tertentu untuk menggambarkan realitas supraindrawi. Dalam suatu komunitas tertentu tanda-tanda indrawi langsung dapat dipahami.. Apabila sebuah objek tidak dapat dimengerti secara langsung dan penafsiran objek tersebut tergantung pada proses-proses pikiran rumit, maka orang akan lebih suka berbicara secara alegoris.

3.8.3. Makna lambang

Lambang adalah sesuatu yang digunakan untuk menunjukan sesuatu tanda.

Berdasarkan kesepakatan sekelompok orang (konvensi). Lambang meliputi kata- kata (pesan verbal), perilaku non verbal, dan objek yang maknanya disepakati bersama. Kemampuan manusia menggunakan lambang verbal memungkinkan perkembangan bahasa dan menangani hubungan antara manusia dan objek (baik nyata maupun abstrak) tanpa kehadiran manusia atau objek tersebut.

Menurut Kamus Bahasa Indonesia, lambang adalah sesuatu seperti tanda

(lukisan, perkataan, lencana dan sebagainya) yang menyatakan sesuatu hal atau mengandung maksud tertentu. Menurut Ensiklopedia Indonesia lambang adalah

199

suatu tanda atas dasar kesepakatan atau persetujuan bersama (meliputi juga semboyan dan kata-kata sandi) serta berbagai tanda umumnya.

Lambang-lambang bahasa, baik lisan maupun tulisan disebut lambang verbal. Sedangkan lambang-lambang lainnya yang bukan bahasa disebut lambang non verbal. Lambang adalah sesuatu seperti tanda yang menyatakan sesuatu hal atau mengandung maksud tertentu. Lambang merupakan tanda-tanda yang dipakai untuk menyampaikan pesan di dalam komunikasi.

Lambang adalah alat untuk mempergaruhi komunikan, dapat juga menjadikan seseorang menjadi paham akan pesan yang disampaikan.

Berhubungan dengan hal tersebut, lambang adalah alat untuk menjadikan pengertian terhadap pesan-pesan yang disampaikan juga sebagaa alat untuk penghubung komunikator dengan komunikan. Seiring dengan pembahasan tersebut lambang adalah alat untuk mencapai suatu tujuan komunikasi.

Pada dasarnya lambang merupakan suatu situasi dan kondisi yang bersifat lahir dan batin, yang dialami ketika berkomunikasi, menurut Sobur Alex, dalam bukunya ―Semiotika Komunikasi‖, lambang yang merupakan bagian dari dunia makna manusia dengan tanda yang alamiah (natural sign) yang merupan bagian dari dunia fisik. Yang pertama digunakan dengan sengaja sebagai sarana komunikasi; yang kedua digunakan secara spontan dan tidak disengaja dalam merespon stimuli.73

73 Alex Sobur, ―Semiotika Komunikasi‖,Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, 163

200

Berdasarkan pembahasan di atas, bahwa makna tanda alamiah ditemukan, karena bagian dari hukum sebab akibat alam, seperti : lambang gerak yang menggunakan gerakan anggota badan, misalnya muka merah itu tandanya malu atau marah, lambang suara yang menggunakan pendengaran (telinga) misalnya, berteriak, menangis, lambang yang menggunakan warna-warna, misalnya lampu merah di dalam lalu lintas adalah merupakan tanda berhenti bagi semua kendaraan, lambang gambar yang menggunakan gambar-gambar, misalnya gambar lalu lintas menggunakan gambar-gambar yang mempunyai arti tertentu, lambang yang menggunakan bahasa, baik lisan maupun tulisan. Bahasa lisan adalah bahasa yang dilisankan, diucapkan atau dibunyikan, contohnya terdengar nada lagu, irama. Sendangkan lambang tertulis adalah lambang yang ditulis, lambang angka yang menggunakan angka angka, misalnya alat-alat menghitung , mistar, meteran, kode-kode telepon.

Lambang adalah alat komunikasi yang selalu memegang peranan penting, sehingga manusia berkat kemampuan akalnya dan pengetahuannya mampu menciptakan lambang-lambang yang dipergunakan dalam berkomunikasi, sehingga lambang memberikan penegasan, bahwa penggunaan lambang akan efektif apabila pihak pelaku komunikasi mempergunakan lambang-lambang yang saling dipahami satu sama lainnya denga kesepakatan (konvensi). Lambang- lambang itu hanya merupakan alat-alat untuk mencapai tujuan tertentu di dalam berkomunikasi.

201

3.8.4. Perbedaan Simbol, Lambang, dan Logo

Logo merupakan kata yang mendeskripsikan makna gambar dan makna tanda, serta mencerminkan ekspresi identitas karakter seseorang, perusahaan, produk, atau jasa yang diwakili oleh budayanya. Dalam hal lainnya logo juga membutuhkan sesuatu kata atau tulisan yang singkat dan mudah diingat sebagai pengganti dari nama sebenarnya atau identitas.

Logo memiliki filosofi dan kerangka dasar berupa konsep dengan tujuan melahirkan sifat yang berdiri sendiri atau mandiri. Logo lebih lazim dikenal oleh penglihatan atau visual, seperti ciri khas berupa bentuk, warna dan typografi yang sesuai dengan ekspresi identitas yang mencerminkan karakter seseorang, perusahaan, produk, atau jasa yang diwakili oleh budayanya.

Berdasarkam pembahasan sebelumnya antara makna simbol, lambang dan logo, dapat di simpulkan bahwa perbedaan antara ketiganya terletak pada makna yang dihadirkan dalam konteks penyesuaian kebutuhan dari ekperesi identitas yang mencerminkan karakter seseorang, perusahaan, produk, atau jasa yang diwakili oleh budayanya.

Pemahaman yang paling tepat adalah bahwa di dalam logo terdapat simbol-simbol serta lambang yang dapat ditafsirkan ataupun diterjemahkan sesuai dengan identitas yang mencerminkan karakter seseorang, perusahaan, produk, atau jasa yang diwakili oleh budanya, dan menjadi sebuah tanda. Dapat dilihat pada contoh gambar di bawah ini.

202

Gambar 3.19 : Contoh Gambar Perbedaan antara Simbol, Lambang, dan Logo

Pada gambar di atas merupakan contoh perbedaan antara simbol, lambang dan logo. Contoh yang pertama, gambar. (a) simbol. Bentuk tersebut merupakan gambar buah apel yang dililit pita yang disimpul. Bentuk gambar ini merupakan sebuah hadiah, karena apabila sesuatu yang sederhana dikemas dengan special benda tersebut akan menjadi lebih bermakna. Begitu juga dengan lilitan pita yang disimpul berada pada benda tersebut. Benda apapun yang dikemas dengan lilitan pita bersimpul bermaknakan sebuah hadiah. Pita merupakan makna konotatif dari sebuah gagasan dengan pesetujuan umum dan atau dengan kesepakatan atau kebiasaan.

Seperti yang telah diuraikan pada pembahasan sebelumnya bahwa dalam pemikiran dan praktik keagamaan, simbol lazim dianggap sebagai pancaran realitas transenden. Dalam sistem pemikiran logika dan ilmiah, lazimnya istilah simbol dipakai dalam arti tanda abstrak. Karena simbol adalah gagasan atau objek yang merupakan kata, tanda atau isyarat, yang digunakan untuk mewakili sesuatu yang lain seperti arti, kualitas, abstraksi, gagasan, dan objek. Juga merupakan

203

apapun yang diberikan arti dengan pesetujuan umum dan atau dengan kesepakatan atau kebiasaan.

Pada gambar (a) ada gagasan yang merupakan untuk mewakili sesuatu yang lain berupa pita yang dililit dan disimpul pada buah apel. Gagasan tersebut memberikan arti dengan pesetujuan umum dan atau dengan kesepakatan atau kebiasaan. Kebiasan yang lazim dimasyarakat bahwa ketika memberi suatu hadiah kepada orang lain benda tersebut dibungkus ataupun dikemas sedemikian rupa agar kelihatan indah, alasannya agar yang menerima hadiah sangat senang.

Banyak juga perusahan-perusahaan yang memberikan hadiah dengan cara undian, misalnya bentuk hadiah yang besar berupa mobil, perusahan tersebut langsung melilit mobil tersebut dengan pita yang bersimpul, sudah jelas makna konotatifnya pita yang melilit pada mobil dan disimpul adalah simbol dari sebuah hadiah. Jadi dari contoh gambar (a). bentuk apel yang dililit pita dan diberi simpul merupakan contoh dari sebuah simbol.

Contoh yang kedua, gambar. (b) lambang. Gambar tersebut merupakan bentuk buah apel yang memiliki warna sesuai dengan warna apel tersebut yaitu merah. Bentuk gambar buah merupakan alat komunikasi yang dapat dicerna akal manusia dan berkat pengetahuannya manusia mampu menafsirkan bahwa bentuk apel yang berwarna merah merupakan lambang sebuah rasa. Apabila bentuk gambar tersebut diletakan pada kemasan sebuah produk, gambar apel tersebut telah memberikan penegasan, bahwa penggunaan gambar apel pada sebuah produk tersebut melambangkan sebuah rasa yaitu rasa apel.

204

Pada pembahasan sebelumnya lambang merupakan alat komunikasi yang selalu memegang peranan penting, sehingga manusia berkat kemampuan akalnya dan pengetahuannya mampu menciptakan lambang-lambang yang dipergunakan dalam berkomunikasi, sehingga lambang memberikan penegasan, bahwa penggunaan lambang akan efektif apabila pihak pelaku komunikasi mempergunakan lambang-lambang yang saling dipahami satu sama lain.

Makna denotatif pada bentuk apel yang berwarna merah merupakan makna sebenarnya pada rasa buah apel yang segar. Jadi pada bentuk gambar apel yang berwarna merah merupakan lambang dari sebuah rasa.

Contoh gambar (c).logo. Pada gambar tersebut terdapat distorsi bentuk buah apel yang pada sisi kanannya terdapat sebuah gigitan. Penambahan pola gigitan pada samping kanan buah didasari atas alasan visual, agar buah itu terlihat seperti apel, bukan ceri, bukan pula tomat, apabila logo ditempatkan pada bentuk yang sangat kecil.

Pola gigitan pada buah apel itu dipandang akan dialami semua orang dan lintas budaya. Jika seseorang memiliki apel, maka ia akan menggigit dari samping dan mereka akan mendapatkan hasilnya, dalam hal ini daging buahnya.

Salah seorang direktur kreatif di kantor RMI, memberi memahami bahwa kata ―Bite‖ yang berarti gigitan, pengucapannya sama seperti ―Byte,‖ yaitu sebuah unit informasi digital dalam sistem komputasi dan telekomunikasi.

205

Dalam hal ini bentuk apel dapat dimaknai sebagai lambang, dan bentuk gigitan merupakan sebuah simbol. Kesemua bentuk-bentuk tersebut merupakan kreteria dari sebuah logo.

Seperti yang telah diuraikan pada pembahasan sebelumnya bahwa logo memiliki filosofi dan kerangka dasar berupa konsep dengan tujuan melahirkan sifat yang berdiri sendiri atau mandiri dan dikenal oleh penglihatan atau visual, seperti ciri khas berupa bentuk, warna dan typongafi. Dan di dalam logo terdapat makna bentuk yang disimbolkan dan peranan warna yang dilambangkan, serta dapat juga dibubui bentuk typografi, kesemuanya bertujuan memperkuat identitas yang menghasilkan sebuah tanda. Karena di dalam sebuah logo terdapat makna simbol dan makna lambang.

Dengan demikian sudah jelas perbedaan antara simbol, lambang dan logo, bahwa simbol dan lambang yang terdapat dalam sebuah logo sebagai menyampaikan informasi brand kepada publik, mempengaruhi pemikiran atau pendapat publik terhadap brand, serta merubah perilaku publik untuk mewujudkan tujuan brand. Logo mampu mengatakan banyak hal mengenai brand. Setiap elemen-elemen yang terdapat dalam logo saling mendukung untuk mempengaruhi pandangan publik terhadap brand, bentuk, warna, dan teks, semuanya akan menjadi informasi-informasi yang menjelaskan identitas logo tersebut.

206

BAB IV

ANALISIS MAKNA BENTUK DAN PERANAN WARNA LOGO

CIPTAAN PARA MAHASISWA POLIMEDIA MEDAN

Pada bab ini, untuk meminimalisasi kendala-kendala yang terjadi di lapangan, penulis mengidentifikasi masalah yang akan diteliti, merumuskan masalah yang akan dikaji dan menentukan tujuan yang akan dicapai dari penelitian tersebut.

Hasil penelitian ini diperoleh dengan teknik kuesioner, teknik pengumpulan data dengan kuesioner akan memberikan seperangkat pertanyaan tertulis atau soalan yang merupakan penciptaan desain logo, analisis ini terfokus pada 50 orang (dua kelas) mahasiswa program studi multimedia polimedia dengan batasan semester II kelas A dan B Politeknik Negeri Media Kreatif Medan pada mata kuliah MDG I yang menjadi sample dan dikaitkan dengan rumusan masalah.

Agar penelitian ini lebih objektif dan akurat, pertanyaan atau soalan tertulis tersebut merupakan menciptakan desain logo batik dengan motif sumatera utara. Hasil karya logo dari 50 orang (dua kelas) mahasiswa program studi multimedia, yang akan di uraikan secara deskriptif sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan pada Bab I, yaitu, Logo Sebagai Tanda (Analisis Makna

Bentuk Dan Peranan Warna Serta Pengaruh Ekspresi Identitas Pada Hasil Ciptaan 206

207

Mahasiswa Politiknik Negeri Media Kreatif Psdd Medan). Pada pembahasan ini hanya 20 karya logo yang memiliki kreteria logo yang baik saja yang akan dijadikan sampel

Penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data-data deskriptif berupa kata-kata tertulis yang dasari oleh orang atau perilaku yang diamati. Pendekatannya diarahkan pada 50 karya logo dari hasil ciptaan mahasiswa Polimedia PSDD Medan dan hanya 20 karya logo yang memiliki kreteria logo yang baik saja yang akan dijadikan sampel.

Jadi, tidak dilakukan proses isolasi pada objek penelitian ke dalam variabel atau hipotesis. Tetapi memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan.

Untuk tahap analisis, yang dilakukan oleh peneliti adalah membuat soalan pertanyaan untuk pengumpulan data, observasi, dan dokumentasi dan analisis data yang dilakukan sendiri oleh peneliti. Untuk pengumpulan data, peneliti menggunakan beberapa tahap:

1. Pertama membuat soal untuk menciptakan desain logo sesuai dengan kreteria

logo yang baik.

2. Kedua, melaksanakan proses pembuatan desain logo kepada mahasiswa

Polimedia PSDD Medan guna menjadi data pendukung.

3. Ketiga melakukan dokumentasi langsung dilapangan untuk melengkapi data-

data yang berhubungan dengan penelitian

4. Keempat, memindahkan data penelitian yang berbentuk data dan gambar dari

semua karya desain logo kepada mahasiswa Polimedia PSDD Medan.

207

208

5. Kelima, menganalisis hasil karya desain logo kepada mahasiswa Polimedia

PSDD Medan yang telah dilakukan.

4.1. Deskripsi Bentuk Berdasarkan Teori Nirmana

4.1.1. Bentuk Logo Karya Pencipta 1 (Ade Fitria Ningsih)

Identitas mahasiswi pencipta logo ini, adalah seperti berikut.

Nama Mahasiswa : Ade Fitria Ningsih

NIM : 15810027

Program Studi : Multimedia kelas A

Mata Kuliah : Media Digital Grafis I

Tanggal : 14 Januari 2016

Latar belakang kultural : Mandailing-Angkola

Bentuk logo ciptaannya adalah sebagai berikut.

Gambar 4.1 : Desain Logo Batik Motif Angkola-Mandailing oleh Ade Fitria Ningsih

208

209

Deskripsi bentuk logo. a. Konsep : Logo merupakan inisial dari 5 nama si pemilik, kelima

nama tersebut memiliki kesamaan persis yaitu ―Amir‖ yang

membedakan adalah marga dari kelima si pemilik yaitu

Nasution, Harahap, Lubis, Daulay, dan Siregar. Konsepnya

mencirikan batik yang berasal dari daerah mandailing

propinsi sumatera utara. b. Warna : Warna yang dihadirkan yaitu hitam, merah, dan putih yang

merupakan ciri dari masyarakat Batak dalam hal ini adalah

suku Angkola-Mandailing. c. Jenis Font : Distorsi dari jenis huruf arial d. Motif Logo : Mandailing-Angkola e. Desain : Desain logo batik motif Mandailing-Angkola.

4.1.2. Bentuk Logo Karya Pencipta 2 (Aditya Chansa M)

Nama Mahasiswa : Aditya Chansa M

NIM : 15810145

Program Studi : Multimedia kelas B

Mata Kuliah : Media Digital Grafis I

Tanggal : 14 Januari 2016

Latar Belakang Kultural : Batak Toba

209

210

Bentuk logo ciptaannya adalah sebagai berikut.

Gambar 4.2 : Desain Logo Batik Motif Batak Toba oleh Aditya Chansa M.

a. Konsep : Logo ini terinspirasi dari rumah adat Batak Toba Sumatera

Utara c. Warna : Warna yang dihadirkan yaitu hitam, merah dan putih yang

merupakan ciri dari suku Batak khususnya suku Batak

Toba. d. Jenis Font : Distorsi dari jenis huruf tabatha heavy dan rage itali. e. Motif Logo : Batak Toba f. Desain : Logo batik motif Batak Toba

210

211

4.1.3. Bentuk Logo Karya Pencipta 3 (Agnes Ramadhani)

Nama Mahasiswa : Agnes Ramadhani

NIM : 15810085

Program Studi : Multimedia kelas A

Mata Kuliah : Media Digital Grafis I

Tanggal : 14 Januari 2016

Gambar 4.3 : Desain Logo Batik Motif Batak Toba oleh Agnes Ramadhani

Deskripsi logo a. Konsep : Menciptakan batik dengan motif sumatera utara c. Peranan Warna : Warna ciri khas batak yang merupakan perwakilan daerah

sumatera utara yaitu hitam, merah dan putih yang

merupakan ciri dari suku batak khususnya suku batak toba.

211

212

d. Jenis Font : Distorsi dari jenis huruf comic e. Motif Logo : Sumatera Utara f. Desain : Logo batik motif sumatera utara

4.1.4. Bentuk Logo Karya Pencipta 4 (Agung Nugraha)

Nama Mahasiswa : Agung Nugraha

NIM : 15810223

Program Studi : Multimedia kelas B

Mata Kuliah : Media Digital Grafis I

Tanggal : 14 Januari 2016

Gambar 4.4 : Desain Logo Batik Motif Tembakau Deli oleh Agung Nugraha

212

213

Deskripsi logo a. Knsep : Batik Deli. Tembakau deli yang telah mendunia sejak dulu,

akan dijadikan simbol pada logo ini, dan juga

melambangkan kesultanan deli yang istananya masih berdiri

megah dijantung kota medan.= c. Peranan Warna : Warna hijau muda dan hijau tua selain berperan sebagai

warna tenbakau juga melambangkan tumbuh dan

berkembang, warna ini juga merupakan salah ciri dari

warna melayu, yang juga menghadirkan kenyamana

dengan warna yang sengaja didesain lembut. Sesuai dengan

identik melayu yaitu islami. d. Jenis Font : Distorsi dari jenis huruf Segoe UI Semibold dan Zygo e. Motif Logo : Tembakau deli f. Desain : Logo batik motif tembakau deli

4.1.5. Bentuk Logo Karya Pencipta 5 (Bayu Irgi Fahrizal)

Nama Mahasiswa : Bayu Irgi Fahrizal

NIM : 15810201

Program Studi : Multimedia kelas B

Mata Kuliah : Media Digital Grafis I

Tanggal : 14 Januari 2016

213

214

Gambar 4.5 : Desain Logo Baytik (Bayu Batik) Motif Melayu oleh Agung Nugraha

Deskripsi logo a. Konsep : Sumut Baytik yang berarti sebuah perusahan batik yang

berdiri di sumatera utara. Baytik adalah nama dari

perusahaan ini yang diambil dari nama sang pemilik yaitu

BAY artinya BAYU dan TIK artinya BATIK, jadi dapat

diartikan sebagai bayu batik sumatera utara, atau disingkat

dengan SUMUT BAYTIK. b. Peranan Warna : Warna hijau kebiruan merupakan warna mordenisasi yanhg

warna ini juga merupakan salah ciri dari warna melayu,

yang juga menghadirkan kenyamanan c. Jenis Font : Distorsi dari jenis huruf Crame d. Motif Logo : Melayu

214

215

e. Desain : Logo bayu batik

4.1.6. Bentuk Logo Karya Pencipta 6 (Cepen Firmus G)

Nama Mahasiswa : Cepen Firmus G

NIM : 15810221

Program Studi : Multimedia kelas A

Mata Kuliah : Media Digital Grafis I

Tanggal : 14 Januari 2016

Gambar 4.6 : Desain Logo Cepen Batik Motif Melayu oleh Cepen Firmus G

Deskripsi logo a. Konsep : Kain songket. Proses tenun pada pembuatan kain songket,

akan di ubah menjadi teknik batik, tetapi tidak mengurai

nilai dan keindahan kain songket tersebut.

215

216

b. Peranan Warna : Warna hijau merupakan salah ciri dari warna melayu, yang

juga menghadirkan kenyamanan. c. Jenis Font : Distorsi dari jenis huruf arial black d. Motif Logo : Melayu e. Desain : Logo batik motif Melayu

4.1.7. Bentuk Logo Karya Pencipta 7 (Fita Elfatisi Purba)

Nama Mahasiswa : Fita Elfatisia Purba

NIM : 15810027

Program Studi : Multimedia kelas A

Mata Kuliah : Media Digital Grafis I

Tanggal : 14 Januari 2016

Gambar 4.7 : Desain Logo Batik Motif Bunga oleh Fita Elfatisia Purba

216

217

Deskripsi logo a. Konsep : Mdnciptakan keindahan dari alam Indonesia yaitu dengan

menggunakan bunga sebagai ciri chas batik tersebut. b. Peranan Warna : Warna biru muda dan merah muda merupakan warna yang

cerah, dan juga melambangkan keindahan. Warna yang

dihadirkan sangat elambut bukan berarti lemah, dasar dari

kedua warna ini adalah merah dan biru yang merupakan

warna yang kuat dan dan dinamis sesuai dengan tujuan

perusahan. c. Jenis Font : Distorsi dari jenis huruf arial black d. Motif Logo : Bunga e. Desain : Logo batik motif bunga

4.1.8. Bentuk Logo Karya Pencipta 8 (Hasalan P. Samosir)

Nama Mahasiswa : Hasalan P. Samosir

NIM : 15810158

Program Studi : Multimedia kelas B

Mata Kuliah : Media Digital Grafis I

Tanggal : 14 Januari 2016

217

218

Gambar 4.8 : Desain Logo Batik Motif Ulos Toba Samosir oleh Hasalan P. Samosir

Deskripsi logo a. Konsep : Logo melambangkan bahwa batak memiliki keberanian dan

keberagaman, dan melakukan berbagai hal. b. Peranan Warna : Warna merah melambangkan sifat orang batak keras tetapi

bukan berarti kasar, juga melambangkan kebijaksanaan.

Merah juga melambangkan darah yang merupakan unsur

dari ulos. Hitam melambangkan kekuatan dan hal-hal

mistis. Orang batak terutama didaerah samosir sangat

terkenal dengan mistisnya. Selain itu semua warna yang

dihadirkan pada logo merupakan warna ciri khas dari suku

batak. c. Jenis Font : Distorsi dari jenis huruf arial black

218

219

d. Motif Logo : Ulos toba samosir e. Desain : Logo batik motif ulos toba samosir

4.1.9. Bentuk Logo Karya Pencipta 9 (Iqbal Rizki)

Nama Mahasiswa : Iqbal Rizki

NIM : 15810235

Program Studi : Multimedia kelas B

Mata Kuliah : Media Digital Grafis I

Tanggal : 14 Januari 2016

Gambar 4.9 : Desain Logo Batik Motif Bunga oleh Iqbal Rizki

219

220

Deskripsi logo a. Konsep : Logo melambangkan salah satu jenis bunga yang ada di

sumatera utara dan sudah langka, Karena kelangkaannya

tersebut memiliki indahan dan memiliki warna yang sanat

cantik b. Peranan Warna : Warna logo terdiri dari tiga warna primer atau dasar yaitu

merah, kuning dan biru. c. Jenis Font : Distorsi dari jenis huruf arial black d. Motif Logo : Bunga raya e. Desain : Logo batik motif bunga raya

4.1.10. Bentuk Logo Karya Pencipta 10 (Masnur Pardede)

Nama Mahasiswa : Masnur Pardede

NIM : 15810034

Program Studi : Multimedia kelas A

Mata Kuliah : Media Digital Grafis I

Tanggal : 14 Januari 2016

220

221

Gambar 4.10 : Desain Logo Batik Melayu Langkat oleh Masnur Pardede

Deskripsi logo a. Konsep : Logo merupakan kunci dari brand perusahaan b. Peranan Warna : Warna logo terdiri dari dua warna yaitu hijau muda dan

hijau tua, melambangkan tumbuh dan berkembang juga

merupakan ciri khas dari daerah asal memilik. Langkat

identic dengan melayu c. Jenis Font : Distorsi dari jenis huruf Edmunds. d. Motif Logo : Ornamen melayu langkat e. Desain : Logo batik motif melayu langkat

4.1.11. Bentuk Logo Karya Pencipta 11 (Menanti Sitohang)

Nama Mahasiswa : Menanti Sitohang

221

222

NIM : 15810202

Program Studi : Multimedia kelas B

Mata Kuliah : Media Digital Grafis I

Tanggal : 14 Januari 2016

Gambar 4.11 : Desain Logo Batik Motif Daun Sirih oleh Menenti Sitohang

Deskripsi logo a. Konsep : Daun sirih sebagai sebuah ketenangan bagi pemakai sama

dengan kita ketika melihat daun sirih yang masih hijau. b. Peranan Warna : Warna logo

Orange sebagai simbol eleganitas

Hitam sebagai simbol ketenangan

Putih sebagai simbol kesucian

222

223

c. Jenis Font : Distorsi dari jenis huruf ballemi extra d. Motif Logo : Daun sirih e. Desain : Logo batik motif daun sirih

4.1.12. Bentuk Logo Karya Pencipta 12 (Muhammad Soufiyarno)

Nama Mahasiswa : Muhammad Soufiyarno

NIM : 15810096

Program Studi : Multimedia kelas A

Mata Kuliah : Media Digital Grafis I

Tanggal : 14 Januari 2016

Gambar 4.12 : Desain Logo Batik Motif Ornamen Modern oleh Muhammad Soufiyarno

Deskripsi logo a. Konsep : Modernisasi sebagai unsur fashion yang tidak

menghilangkan unsur kebudayaan

223

224

b. Peranan Warna : Warna orange, melambangkan eleganitas

Warna biru, melambangkan kemakmuran c. Jenis Font : Avalon d. Motif Logo : Ornamen modern e. Desain : Logo batik motif ornament modern

4.1.13. Bentuk Logo Karya Pencipta 13 (Muhammad Zailani)

Nama Mahasiswa : Muhammad Zailani

NIM : 15810217

Program Studi : Multimedia kelas B

Mata Kuliah : Media Digital Grafis I

Tanggal : 14 Januari 2016

Gambar 4.13 : Desain Logo Batik Motif Melayu oleh Muhammad Zailani

224

225

Deskripsi logo a. Konsep : Sederhana dengan inisial Z sebagai sebagai pemilik

perusahaan Zailani, tetapi tetap memiliki unsur-unsur tradisi

dan mudah dipahami. b. Peranan Warna : Warna hijau adalah warna unsur budaya melayu c. Jenis Font : Distorsi dari jenis huruf tiranti solid let dan arial bold d. Motif Logo : Ornamen Melayu e. Desain : Logo batik motif ornamen melayu

4.1.14. Bentuk Logo Karya Pencipta 14 (Nurul Azizah)

Nama Mahasiswa : Nurul Azizah

NIM : 15810079

Program Studi : Multimedia kelas A

Mata Kuliah : Media Digital Grafis I

Tanggal : 14 Januari 2016

225

226

Gambar 4.14 : Desain Logo Batik Motif Simalungun oleh Nurul Azizah

Deskripsi logo a. Konsep : Logo bermotif batik batak simalungun ini hanya dihasilkan

dari Indonesia yang memiliki rasa erat akan keragaman

budaya sumatera utara b. Peranan Warna : Warna merah melambangkan kuat dan berani. Artinya kuat

dan berani dalam mempertahankan kualitas produk yang

akan dipasarkan

Putih melambangkan suci dan bersih dari rasa kecurangan

dari apa yang telah dijanjikan

226

227

Hitam melambangkan ketenganan dan kenyamanan, artinya

konsumen yang memakai produk ini akan terasa nyaman

karena produk ini berasal dari bahan yang berkualitas. c. Jenis Font : Distorsi dari jenis huruf indy condensed d. Motif Logo : Ornamen batak simalungun e. Desain : Logo batik motif ornamen Simalungun

4.1.15. Bentuk Logo Karya Pencipta 15 (Risky Hamdany Ks Lubis)

Nama Mahasiswa : Risky Hamdani Ks Lubis

NIM : 15810082

Program Studi : Multimedia kelas A

Mata Kuliah : Media Digital Grafis I

Tanggal : 14 Januari 2016

Gambar 4.15 : Desain Logo Batik Motif Simalungun oleh Rizky Hamdani Ks Lubis

227

228

Deskripsi logo a. Konsep : Batik batak simalungun memiliki konsep sederhana,

menarik yang mengandung unsur tradisi kebudayaan b. Peranan Warna : Warna merah melambangkan kuat dan berani.

Putih melambangkan suci dan bersih dari

Hitam melambangkan ketenganan dan kenyamanan c. Jenis Font : Distorsi dari jenis huruf arial black. d. Motif Logo : Ornamen batak simalungun e. Desain : Logo batik motif ornament batak simalungun

4.1.16. Bentuk Logo Karya Pencipta 16 (Sri Damayanti)

Nama Mahasiswa : Sri Damayanti

NIM : 15810033

Program Studi : Multimedia kelas A

Mata Kuliah : Media Digital Grafis I

Tanggal : 14 Januari 2016

228

229

Gambar 4.16 : Desain Logo Batik Motif Batak Toba oleh Sri Damayanti

Deskripsi logo a. Konsep : Logo batik ini merupakan corak khas batak toba b. Peranan Warna : Logo terdiri dari 3 warna khas batak toba, yaitu merah

melambangkan kuat dimana perusahaan itu mampu

bersaing di dunia pasar, hitam melambangkan keagungan

dan kemakmuran dimana perusahan ini menjadi yang

terdepan dan putih melambakan suci dan kejujuran. c. Jenis Font : Distorsi dari jenis huruf times new roman d. Motif Logo : Ornamen batak toba e. Desain : Logo batik motif ornament batak toba

229

230

4.1.17. Bentuk Logo Karya Pencipta 17 (Triana Sahfitri)

Nama Mahasiswa : Triana Sahfitri

NIM : 15810093

Program Studi : Multimedia kelas A

Mata Kuliah : Media Digital Grafis I

Tanggal : 14 Januari 2016

Gambar 4.17 : Desain Logo Batik Motif Modern oleh Triana Sahfitri

Deskripsi logo a. Konsep : Sederhana merupakan ciri khas dari perusahaan ini b. Peranan Warna : Logo terdiri dari 2 warna cerah, yang menghadirkan kesan

modern c. Jenis Font : Distorsi dari jenis huruf arial normal

230

231

d. Motif Logo : Ornamen modern e. Desain : Logo batik motif modern

4.1.18. Bentuk Logo Karya Pencipta 18 (Yandri Hotdenito M)

Nama Mahasiswa : Yandri Hotdenito M

NIM : 15810081

Program Studi : Multimedia kelas A

Mata Kuliah : Media Digital Grafis I

Tanggal : 14 Januari 2016

Gambar 4.18 : Desain Logo Batik Motif Mandailing-Angkola oleh Triana Sahfitri

Deskripsi logo a. Konsep : Ornamen mandailing b. Peranan Warna : Logo terdiri dari 3 warna yang merupakan ciri dari suku

mandailing

231

232

c. Jenis Font : Distorsi dari jenis huruf times new roman d. Motif Logo : Ornamen modern e. Desain : Logo batik motif modern

4.1.19. Bentuk Logo Karya Pencipta 19 (Yuni Kartika Sari)

Nama Mahasiswa : Yuni Kartika Sari

NIM : 15810230

Program Studi : Multimedia kelas A

Mata Kuliah : Media Digital Grafis I

Tanggal : 14 Januari 2016

Gambar 4.19 : Desain Logo Batik Motif Bnga Kenanga oleh Yuni Kartika Sari

232

233

Deskripsi logo a. Konsep : Keindahan alam Indonesia sebagai inspirasi dalam

menciptakan produk anak bangsa b. Peranan Warna : Warna kuning memberikan kegembiraan dan kehangatan

pada pemakai, serta merangsang aktivitas mental dan

menarik perhatian.

Warna hijau memberikan makna tumbuh dan berkembang. c. Jenis Font : Distorsi dari jenis huruf titanti solod led dan arial normal d. Motif Logo : bunga kenanga e. Desain : Logo batik motif bunga kenanga

4.1.20. Bentuk Logo Karya Pencipta 20 (Zulfi Arfian)

Nama Mahasiswa : Zulfi Afrian

NIM : 15810231

Program Studi : Multimedia kelas A

Mata Kuliah : Media Digital Grafis I

Tanggal : 14 Januari 2015

233

234

Gambar 4.20 : Desain Logo Batik Motif Mandailing oleh Zufri Afrian

a. Konsep : Ikon kota Medan dan Sumatera Utara yang disusun oleh

bentuk-bentuk segi tiga dari motif Mandailing-Angkola b. Peranan Warna : Logo terdiri dari 3 warna yaitu, merah, hitam dan putih

yang merupakan ciri dari unsur budaya suku mandailing c. Jenis Font : Distorsi dari jenis huruf eyechart display caps ssi d. Motif Logo : Ornamen Mandailing-Angkola e. Desain : Logo batik motif Mandailing

`

234

235

4.2. Analisis Logo Karya Para Mahasiswa Polimedian Medan Berdasarkan

Teori Logo

4.2.1. Berdasarkan Kriteria Logo

Setelah dilakukan proses pembuatan desain logo kepada 50 orang mahasiswa Polimedia PSDD Medan,desain logo yang akan dihasil harus sesuai ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan pada soalan yang diberikan kepada mahasiswa, seperti pada pembahasan sebelumnya.

Dengan kata lain, logo harus sesuai dengan deskripsi pada soalan, dengan ketentuan sebagai berikut : Seorang pengusaha batik ingin mendesain logo sesuai dengan bidang usahanya. Pengusaha tersebut menginginkan pada logo usahanya terdapat unsur motif Sumatera Utara.Dan juga harus memenuhi beberapa kreteria dalam mendesain logo perusahaannya yaitu:

1. Sederhana

2. Mudah diingat dan dimengerti

3. Tahan lama

4. Enak di pandang

5. Sesuai fungsi

6. Tepat Sasaran

7. Unik dan menarik

8. Fleksibel

Dari populasi yang merupakan 50 karya logo mahasiswa Polimedia PSDD

Medan tersebut yang dijadi sampel dalam penelitian ini adalah karya logo yang

235

236

memenuhi kreteria logo yang baik. Ada beberapa aspek yang harus diperhatikan pada logo. Aspek-aspek tersebut merupakan prinsip-prinsip dari logo diantaranya

: sederhana; mudah diingat dan dimengerti; tahan lama; enak di pandang; sesuai fungsi; tepat sasaran; unik dan menarik dan fleksibel.1

Pada penelitian ini dari 50 karya logo mahasiswa Polimedia PSDD yang jadi populasi, akan diseleksi menjadi 20 karya logo. Dari 20 karya direduksi sesuai dengan prinsip-prinsip logo serta yang memiliki kreteria logo yang baik saja yang akan dijadikan sampel.

Logo yang telah direduksi nantinya harus sesuai dengan beberapa kreteria dalam mendesain logo yang baik,yang menjadi acuan logo yang akan dianalisis sesuai dengan pembahasan pada bab-bab sebelumnya.

Seperti yang telah diuraikan pada Bab I, ada tujuh kreteria atau prinsip dasar dalam pembuatan logo, hasil dari analisis ini hanya yang memenuhi empat kreteria atau prinsip dasar saja yang akan dijadikan sampel dalam penelitian ini.

Berikut karya-karya mahasiswa yang akan direduksi sesuai dengan kedelapan prinsip-prinsip logo dengan menggunakan tabel. Dengan ketentuan apabila sesuai dengan kreteria akan diberi tanda ―O‖; apabila tidak sesuai dengan kreteria akan diberi tanda ―X‖.

1 Phili B Meggs, “A History of Graphic Design”, USA, Viking, 153 236

237

Tabel 4.1 : Logo Karya Para Mahasiswa Polimedia Medan ditinjau dari Kriteria Logo

KRETERIA LOGO

NO BENTUK LOGO

DAN DAN MENARIK

FLEKSIBEL

SEDERHANA

TAHAN LAMA TAHAN

SESUAIPUNGSI

MUDAH DIINGAT MUDAH

TEPAT TEPAT SASARAN

ENAK DIPANDANG ENAK UNIK

1 O O O O X O O O

2 O O O O X O O O

3 O O X O O O O X

4 O O O O X O X O

5 O O O O O O O O

237

238

KRETERIA LOGO

NO BENTUK LOGO

DAN DAN MENARIK

FLEKSIBEL

SEDERHANA

TAHAN LAMA TAHAN

SESUAIPUNGSI

MUDAH DIINGAT MUDAH

TEPAT TEPAT SASARAN

ENAK DIPANDANG ENAK UNIK

6 O O X O O O X X

7 O O X O O O X X

8 X O O O O O O X

9 O O O O X O X O

10 O O O O O O X O

11 O O O O X O X O

238

239

KRETERIA LOGO

NO BENTUK LOGO

DAN DAN MENARIK

FLEKSIBEL

SEDERHANA

TAHAN LAMA TAHAN

SESUAIPUNGSI

MUDAH DIINGAT MUDAH

TEPAT TEPAT SASARAN

ENAK DIPANDANG ENAK UNIK

12 O O O O O O O O

13 O O O O O O O O

14 X O O O O O O X

15 X O O O O O O X

16 O O O O O O O O

239

240

KRETERIA LOGO

NO BENTUK LOGO

DAN DAN MENARIK

FLEKSIBEL

SEDERHANA

TAHAN LAMA TAHAN

SESUAIPUNGSI

MUDAH DIINGAT MUDAH

TEPAT TEPAT SASARAN

ENAK DIPANDANG ENAK UNIK

17 O O O O O O O O

18 X O O O O O X X

19 O O O O X O O O

20 O O X O O O O O

Keterangan tabel: (a) Apabila sesuai dengan kreteria diberi tanda ―O‖ (b) Apabila tidak sesuai dengan kreteria diberi tanda ―X‖

240

241

4.2.2. Penilaian Secara Kualitatif

Hasil dari pengamatan pada 20 sampel logo yang akan diteliti, tidak semua desain logo hasil karya mahasiswa Polimedia PSDD Medan memenuhi kedelapan kreteria prinsip-prinsip logo. Pengamatan tersebut berdasarkan pembahasan pada

Bab I, yang sesuai dengan prinsip-prinsip logo yang baik.

Pada kajian ini, berdasarkan kriteria logo, penulis bagi menjadi lima kelompok penilain. Kelima kelompok dan peringkat kualitatif itu adalah sebagai berikut.

1. Sangat baik sekali : apabila desain logo tersebut memenuhi kedelapan

kreteria prinsip-prinsip logo.

2. Sangat baik : apabila desain logo tersebut hanya memenuhi

tujuh dari kedelapan kreteria prinsip-prinsip logo

3. Cukup baik : apabila desain logo tersebut hanya memenuhi

enam dari kedelapan kreteria prinsip-prinsip logo

4. Baik : apabila desain logo tersebut hanya memenuhi

lima dari kedelapan kreteria prinsip-prinsip logo

5. Kurang baik : apabila desain logo tersebut kurang memenuhi

lima dari kedelapan kreteria prinsip-prinsip logo

Hasil penilaian secara kualitatif logo tersebut, dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

241

242

Tabel 4.2 : Penilian Kualitatif Logo Ciptaan Para Mahasiswa Polimedia Medan Berdasarkan Kriteria Logo

PENILAIAN PENGAMTAN

JENIS PENGAMATAN

BAIK

SEKALI

CUKUP BAIK CUKUP

SANGAT BAIK SANGAT

SANGAT BAIK BAIK SANGAT KURANG BAIK KURANG

SAMPEL LOGO 5 5 7 3 0

Hasil reduksi dapat di lihat dari tabel pengamatan, bahwa logo yang menjadi sampel telah layak dikatakan sesuai dengan logo yang baik, sesuai dengan kreteri yang telah ditentukan pada pembahasan sebelumnya.

Untuk pencapaian penelitian yang maksimal peneliti mengamati logo tersebut dari segi katagori. Karya-karya logo mahasiswa Polimedia PSDD yang menjadi sampel tersebut akan diamati ataupun dianalisis sesuai dengan katagori logo yang telah diuraikan pada Bab II. Katagori logo tersebut antara lain adalah:

(1).Logotype (logo bentuk tulisan saja), (2).Logogram(logo hanya bentuk gambar saja), dan (3) Combination typo and gram. (gabungan logotype dan logogram)

(3.1) Logogram and separate type(logo tulisan dan gambar terpisah); dan (3.2)

Logotype and blend gram(logo tulisan dan gambar berbaur); (3.2.1).Logo typographic (didalam tuliasan terdapat gambar), (3.2.2.).Logo Gramgaphic,

(3.2.3) Logogram transform typo (logo terdiri dari elemen-elemen gambar kecil

242

243

yang membentuk huruf), (3.2.4).Logotypo transform gram (logo elemen tulisan yang membentuk gambar).

4.3. Analisis Berdasarkan Kategori Logo dalam Disiplin Seni Rupa

4.3.1. Katagori logotype

Logotype merupakan katagori logo yang disajikan hanya dengan elemen tulisan saja. Menurut Gamal Kartono, dalam bukunya ―Sejarah dan Rahasia

Dibalik Logo‖ pada Jurnal Seni Rupa Unimed, logotype diartikan sebagai tulisan entitas yang disesain secara khusus dengan menggunakanteknik lettering, atau memkai huruf tertentu,sehingga logotype hanya sedekar elemen tulisan saja.2

Hendi Hendratman, dalam bukunya “Computer Graphic Design” mengatakan Logo adalah suatu indetitas visual yang berupa symbol,gambar atau tulisan yang mewakilkan dan menggambarkan ciri dari sesuatu baik itu barang, lembaga, perusahaan, instansi ataupun website.

Adi Kusrianto dalam ―Pengantar Desain Komunikasi Visual‖ mengatakan rangkaian logo dari huruf atau kata kata yang digunakan untuk mewakili sebuah perusahaan disebut sebuah Logotype.3Logo karya mahasiswa yang merupakan katagori logotype adalah sebagai berikut.

2 Gamal Kartono, Sejarah dan Rahasia di Balik Logo (Jurna Seni Rupa FBS Unimed Vol.9 no. 2, Desember 2012), Medan, Unimed, 12 3 Adi Kusrianto, Pengantar Desain Komunikasi Visual‖, Yogyakarta, Andi, 243 243

244

(1). Masnur Pardede

Masnur Pardede merupakan mahasiswa Polimedia PSDD program studi multimedia, semester II kelas B. Desain logo batik motif Melayu

Gambar 4.21 : Desain Logo Batik Motif Ragam Hias Melayu Dalam Kategori Logogram

4.3.2. Kategori logogram

Logogrammerupakan logo yang hanya menampilkan elemen bentuk gambar saja. Biasaya merupakan tanda atau karakter yang mewakili suatu kata atau frase, seperti yang digunakan dalam steno dan beberapa sistem tulisan kuno.Logogram sering juga diklasifikasikan ikon logo dan ilustratif logo. Tipe logo seperti ini menjadikan sebuah gambar bentuk atau desain utama dari logo tersebut.

244

245

Seperti yang dikemukan oleh Surianto Rustan, S.Sn dalam bukunya

Mendesain Logo, Sebenarnya logogram adalah simbol tulisan yang mewakili sebuah kata atau makna. Contohnya. Angka-angka atau lambing matematika. ―1‖ mewakili ―satu‖, atau ―+‖ mewakili ―tambah‖ bisa juga berfungsi untuk menyingkat simbol atau kata, seperti kata, ―&‖ mewakili kata dan4.

Distorsi bentuk untuk mewakilkan sebuah kata, atau benda serta fungsi yang diwujudkan dalam bentu gambar, juga merupakan jenis logogram.Tulisan pada logogram, hanya sekedar informasi identitas saja.

Logo karya mahasiswa yang merupakan katagori logotype adalah sebagai berikut:

(1). Yandri Hotdenito M

Yandri Hotdenito M merupakan mahasiswa Polimedia PSDD program studi multimedia, semester II kelas A. Desain logo batik motif batak mandailing

4 Surianto Rustan, Mendesain Logo, Jakarta PT. Gramedia, 13 245

246

Gambar 4.22 : Desain Logo Batik Motif Mandailing Dalam Kategori Logogram

4.3.3. Katagori logo combination typo and gram

Gabungan antara logotype dan logogram terdiri dari elemen gambar dan tulisan miliki fungsi dan makna yang saling menguatkan, logo tersebut menghadirkan elemen gambar dan elemen tulisan yang bisa saja terpisah ataupun membaur antara elemen tulisan dan elemen gambar.

Logo Combination typo and gram. (gabungan logotype dan logogram) terbagi menjadi dua bagian yaitu 1).Logogram and separate type (logo tulisan dan gambar terpisah); 2).Logotype and blend gram(logo tulisan dan gambar berbaur).

246

247

4.3.3.1. Katagori logogram and separate type

Logogram and separate type merupakan logo gabungan dari bentuk dan tulisan (Combination typo and gram), namun pada logo ini disajikan gambar dan tulisan pada logo tepisah satu dan lainnya, dimana huruf atau tulisan memilik karakter tersendiri ataupun typografinya segaja dirancang khusus sesuai dengan karekter logo tersebut. Logo karya mahasiswa tersebut yang telah dikelompokkan sebagai logoLogogram and separate typeadalah sebagai berikut .

(1) Agnes Ramadhani

Agnes Ramadhani merupakan mahasiswa Polimedia PSDD program studi multimedia, semester II kelas A. Desain logo batik motif Sumatera Utara.

Gambar 4.23 : Desain Logo Batik Motif Sumatera Utara 1 Dalam Kategori Logogram and Separate Type

247

248

(2) Agung Nugraha

Agung Nugraha merupakan mahasiswa Polimedia PSDD program studi multimedia, semester II kelas B. Desain logo batik motif tembakau mencirikan

Tanah Deli, atau kota Medan.

Gambar 4.24 : Desain Logo Batik Motif Daun Tembakau Dalam Kategori Logogram and Separate Type

(3) Fita Elfatisia Purba

Fita Elfatisia Purba merupakan mahasiswa Polimedia PSDD program studi multimedia, semester II kelas A. Desain logo batik motif Sumatera Utara.

248

249

Gambar 4.25 : Desain Logo Batik Motif Sumatera Utara 2 Dalam Kategori Logogram and Separate Type

(4) Iqbal Rizki

Iqbal Rizki merupakan mahasiswa Polimedia PSDD program studi multimedia, semester II kelas B. Desai logo batik motif bunga.

Gambar 4.26 : Desain Logo Batik Motif Bunga Dalam Kategori Logogram and Separate Type

249

250

(5) Menanti Sitohang

Menanti Sitohang merupakan mahasiswa Polimedia PSDD program studi multimedia, semester II kelas B. Desain logo batik motif daun sirih.

Gambar 4.27 : Desain Logo Batik Motif Daun Sirih Dalam Kategori Logogram and Separate Type

(6) Muhammad Zailani

Muhammad Zailani merupakan mahasiswa Polimedia PSDD program studi multimedia, semester II kelas B. Desain logo batik motif Melayu

250

251

Gambar 4.28 : Desain Logo Batik Motif Melayu Dalam Kategori Logogram and Separate Type

(7) Sri Damayanti Hutabarat

Sri Damayanti Hutabarat merupakan mahasiswa Polimedia PSDD

program studi multimedia, semester II kelas A. Desain logo batik motif Batak

Toba.

Gambar 4.29 : Desain Logo Batik Motif Batak Toba Dalam Kategori Logogram and Separate Type

251

252

(8) Yuni Kartika Sari

Yuni Kartika Sari merupakan mahasiswa Polimedia PSDD program studi multimedia, semester II kelas A. Desain logo batik motif Sumatera Utara.

Gambar 4.30 : Desain Logo Batik Motif Sumatera Utara 3 Dalam Kategori Logogram and Separate Type

(9) Zulfi Afrian

Zulfi Afrian merupakan mahasiswa Polimedia PSDD program studi multimedia, semester II kelas A. Desain logo batik motif Mandailing.

252

253

Gambar 4.31 : Desain Logo Batik Motif Mandailing Dalam Kategori Logogram and Separate Type

4.3.3.2. Logotype and blend gram

Logotype and blend grammerupakan logo gabungan dari logotype dan logogram (combination typo and gram). Pada logo Logotype and blend grammemiliki elemen tulisan dan gambar berbaur, logo ini terbagi menjadi empat jenis yaitu; 1).Logo typographic (di dalam tuliasan terdapat gambar); 2).Logo gramgraphic(di dalam gambar terdapat tulisan); 3).Logogram transform typo

(logo terdiri dari elemen-elemen gambar kecil yang membentuk huruf)

4).Logotypo transform gram (logo elemen tulisan yang membentuk gambar).

4.3.3.2.1. Typographic

Logo typographicadalah salah satu dari jenis logotype and blend gram yang memiliki elemen tulisan dan gambar berbaur. Logo tersebut juga merupakan

253

254

bagian dari logo gabungan kombinasi gambar dan tulisan (combination typo and gram).

Jenis logo ini salah satu dari hurufnya diganti dengan bentuk objek sesuai dengan konsep logo tersebut, bisa berupa flora, fauna, geometris dan figuratif.

Bentuk huruf yang diganii dengan elemen objek dapat menjadi simbol atau pun lambang yang bersifat makna yang sebernarnya atau denotatif.

Logo karya mahasiswa tersebut yang telah dikelompokkan sebagai logo typographicadalah sebagai berikut :

(1). Hasalan P. Samosir

Hasalan P. Samosir merupakan mahasiswa Polimedia PSDD program studi multimedia, semester II kelas B. Desain logo batik motif ulos Samosir.

Gambar 4.32 : Desain Logo Batik Motif Ulos Samosir Dalam Kategori Typographic

254

255

(2). Muhammad Soufiyarno

Muhammad Soufiyarno merupakan mahasiswa Polimedia PSDD program studi multimedia, semester II kelas B. Desain logo batik motif modern.

Gambar 4.33 : Desain Logo Batik Motif Modern 1 Dalam Kategori Typographic

(3). Triana Sahfitri

Triana Sahfitri merupakan mahasiswa Polimedia PSDD program studi

multimedia, semester II kelas A. Desain logo batik motif modern.

255

256

Gambar 4.34 : Desain Logo Batik Motif Modern 2 Dalam Kategori Typographic

4.3.3.2.2. Gramgraphic

Logo gramgraphicadalah salah satu dari jenis logotype and blend gram yang memiliki elemen tulisan dan gambar berbaur. Logo tersebut juga merupakan bagian dari logo gabungan kombinasi gambar dan tulisan (combination typo and gram).

Pada logo ini yang disajikan huruf dan gambarnya membaur, pada logo ini logo dihadirkan berupa gambar yang didalamnya terdapat tulisan, biasanya tulisan tersebut didistorsi mengikuti bentuk pola logo ataupun bentuk dasar yang menjadi pola sebuah logo. Elemen bentuk gambar sengaja dihadirkan agar logo tersebut dapat menginformasikan visi-misi sesuai dengan identitas dari sebuah karakter

256

257

seseorang, perusahaan, produk, atau jasa yang diwakilkannya dan unsur-unsur kebudayaan.

. Logo karya mahasiswa tersebut yang telah dikelompokkan sebagai logo gramgraphic adalah sebagai berikut.

(1). Cepen Firmus G

Cepen Firmus G merupakan mahasiswa Polimedia PSDD program studi multimedia, semester II kelas A. Desain logo batik motif Melayu.

Gambar 4.35 : Desain Logo Batik Motif Melayu Dalam Kategori Gramgraphic

(2). Nurul Azizah

Nurul Azizah merupakan mahasiswa Polimedia PSDD program studi multimedia, semester II kelas B. Desain logo batik motif Simalungun.

257

258

Gambar 4.36 : Desain Logo Batik Motif Simalungun Dalam Kategori Gramgraphic

4.3.3.2.3. Logogram transform typo

Logogram transform typo adalah salah satu dari jenis logotype and blend gram yang memiliki elemen tulisan dan gambar berbaur. Logo tersebut juga merupakan bagian dari logo gabungan kombinasi gambar dan tulisan

(combination typo and gram).

Pada logo ini elemen bentuk disusun sehingga membentuk sebuah huruf biasa elemen-elemen bentuk tersebut merupakan simbol-simbol atau lambang- lambang yang dapat menginformasikan menjadi sebuah tanda. Tanda tersebut merupakanidentitas dari sebuah karakter seseorang, perusahaan, produk, atau jasa yang diwakilkan dari unsur-unsur kebudayaan.Logo karya mahasiswa tersebut yang telah dikelompokkan sebagai logo logogram transform typoadalah sebagai berikut :

258

259

(1). Bayu Irgi Fahrizal

Bayu Irgi Fahrizal merupakan mahasiswa Polimedia PSDD program studi multimedia, semester II kelas B. Desain logo batik motif Melayu.

Gambar 4.37 : Desain Logo Batik Motif Melayu Dalam Kategori Logogram Transform Typo

4.3.3.2.4. Logotypo transform gram

Logotypo transform gramadalah salah satu dari jenis logotype and blend gram yang memiliki elemen tulisan dan gambar berbaur. Logo tersebut juga merupakan bagian dari logo gabungan kombinasi gambar dan tulisan

(combination typo and gram).

Pada logo ini bentuktulisanyang didistorsi mengikuti bentuk yang memiliki makna tanda.Elemen bentuk gambar tersebut dapat menginformasikan simbol-simbol atau lambang-lambang pada identitas dari sebuah karakter

259

260

seseorang, perusahaan, produk, atau jasa yang diwakilkan dari unsur-unsur kebudayaan.

Logo karya mahasiswa tersebut yang telah dikelompokkan sebagai logo logotypo transform gram adalah sebagai berikut :

(1). Ade Fitria Ninggsih

Ade Fitria Ninggsih merupakan mahasiswa Polimedia PSDD program studi multimedia, semester II kelas A. Desain logo batik motif Mandailing.

Gambar 4.38 : Desain Logo Batik Motif Angkola Dalam Kategori Logotype Transform Gram

(2). Aditya Chansa M

Aditya Chansa M merupakan mahasiswa Polimedia PSDD program studi multimedia, semester II kelas B. Desain logo batik motif Batak Toba.

260

261

Gambar 4.39 : Desain Logo Batik Motif Batak Toba Dalam Kategori Logotype Transform Gram

(3). Risky Hamdani Ks Lubis

Risky Hamdani Ks Lubis merupakan mahasiswa Polimedia PSDD

program studi multimedia, semester II kelas B. Desain logo batik motif batak

Simalungun.

Gambar 4.40 : Desain Logo Batik Motif Simalungun Dalam Kategori Logotype Transform Gram

261

262

Hasil dari pengamatan desain logo karya mahasiswa Polimedia PSDD

Medan sesuai dengan katagori logo adalah; 1. Logotypeterdapat 1 (satu) desain logo;2. Logogram terdapat 1 (satu) desain logo;3. Logo combination typo and gram terdapat 17 (tujuh belas) desain logo yang terdiri dari;3.1. Logogram and separate type 9 (sembilan) desain logo; 3.2. Logotype and blend gram8 (delapan) desain logo; Logotype and blend gram; logo ini terbagi menjadi; 3.2.1. Logo typographic3 (tiga) desain logo; 3.2.2. Logo Gramgaphic2 (dua)desain logo;

3.2.3. Logogram transform typo1 (satu) desain logo dan 3.2.4. Logotypo transform gram3 (tiga) desain logo. Jadi jumlah seluruh desian logo karya mahasiswa Polimedia PSDD Medan sebanyak 20 sampel desain logo.

4.4. Analisis Semiotik Makna Bentuk dan Analisis Teori Warna terhadap

Peranan Warna Logo

Deskriptif data penelitian adalah analisis pada data yang diperoleh dari hasil pengamatan 20 karya logo mahasiswa yang telah direkduksi sesuai dengan prinsip-prinsip logo yang baik, kemudian dikelompokan sesuai dengan katagori logo dan sudah memenuhi kreteriaseperti yang telah di uraikan pada pembahasan sebelumnya.

Penciptaan desain logo karya mahasiswa Polimedia PSDD Medan merupakan salah satu dari karya desain grafis, dalam menciptakan karya desain grafis, dewasa ini menciptakan karya grafis tidak terlepas dari teknologi, bukan

262

263

berarti teknik manual ditinggalkan. Tetapi teknik manual berupa sket merupakan tahap awal dalam menciptakan karya desain grafis yaitu berupa logo. Logo yang akan diciptakan diawali dengan sket yang dilakukan secara manual, untuk proses penciptaanya serta finishing dari desain tersebut, menggunakan teknologi yaitu berupa komputer.

Semakin maju perkembangan teknologi semakin maksimal hasil yang diciptakan dalam seni desain grafis, begitu juga dengan desain logo. Gaya-gaya yang dihasilkan dalam menciptakan desain dengan menggunakan teknologi tergantung dari ide kreatif sesorang desainer. Bentuk-bentuk gaya tersebut dapat dihadirkan baik dalam bentuk tradisi dan modern atau kontemporer, dapat juga gabungan dari keduanya.

Penguasaan teknologi juga mempengaruhi hasil dari ide kreatif yang akan diciptakan, apabila secara manual dapat menuangkan ide kreatif melalui sket dengan maksimal, ketika diaplikasikan melalui teknologi komputer, belum tentu hasilnya akan maksimal, begitu sebaliknya, apabila mahir dalam mengoperasikan teknologi komputer, kemampuan dalam menggambar secara manual tidak sempurna, ide-ide kreatifnya juga tidak bisa diituangkan secara maksimal untuk menghasilkan sebuah desain yang sempurna.

Dari penelitian yang telah penulis lakukan dalam kegitan belajar mengajar mata kuliah logo pada mahasiswa Polimedia PSDD Medan, keterbatasan menggunakan alat dan kemampuan manual serta reprensi dan wawasan dari setiap mahasiswa dalam menuangkan ide kreatif yang sesuai dengan angket yang telah

263

264

dibagikan, sangat mempengaruhi keberhasilan saat menuangkan ide-ide kreatif, untuk menciptakan desain logo batik dengan unsur Sumatera Utara.

Untuk menganalisis sampel logo tersebut,logo-logo tersebut yang telah dikatagorikan pada pembahasan sebelumnya, sesuai dengan katagori logo yaitu; 1.

Logotype terdapat 1 (satu) desain logo; 2. Logogram terdapat 1 (satu) desain logo;

3. Logo combination typo and gram terdapat 17 (tujuh belas) desain logo yang terdiri dari; 3.1. Logogram and separate type 9 (sembilan) desain logo; 3.2.

Logotype and blend gram 8 (delapan) desain logo; Logotype and blend gram; logo ini terbagi menjadi; 3.2.1. Logo typographic3 (tiga) desain logo; 3.2.2. Logo

Gramgaphic 2 (dua) desain logo; 3.2.3. Logogram transform typo 1 (satu) desain logo dan 3.2.4. Logotypo transform gram 3 (tiga) desain logo.

Masing-masing katagori logo akan dianalisis dari sisimakna bentuk serta peranan warnanya, yang sesuai dengan bentuk pola pada unsur nirmana dan bentuk motif ragam hias Sumatera Utara. Logo-logo tersebut akan dianalisis sesuai dengan proses penciptaan logo yaitu bentuk, warna dan typografi yang telah dibahas pada Bab I.

Penelitian ini akan dilakukan terhadap 20 sampel logo, penulis akan mengunakan metode kuantitatif deskriptif deskriptif. Penelitian kualitatifsecara teoritis pada umumnya penelitian yang tidak berpola.Format desain penelitian kualitatif terdiri dari tiga model, yaitu format deskriptif, format verifikasi, dan format grounded research. Dalam penelitian ini digunakan metode kualitatif

264

265

dengan desain deskriptif, yaitu penelitian yang memberi gambaran secara cermat mengenai hasil pengamatan penulis pada sampel.

Logo yang telah dikelompakkan menurut katagori logo, akan dianalis berdasarkan bentuk pola yang merupakan unsur nirmana meliputi, titik, garis, bidang dan bentuk, sertaketujuh bentuk motif ragam hias Sumatera Utara, meliputi, suku Batak Toba, Simalungun, Karo, Mandailing, Pakpak Dairi, Melayu dan Nias. Begitu juga dengan peranan warna pada logo.

Logo yang dihasilkan melalui dua bentuk pola dan motif ragam hias tersebut bisa aja memiliki muatan etnis Sumatera Utara, baik dari bentuk, warna serta typografinya, yang dikatagorikan sebagai logo bermuatan etnis. Logoyang bemuatan modern,baik dari bentuk, warna serta typografinya dikatagorikan sebagai logo kontemporer. Kedua katagori tersebut tidak terlepas dari unsur-unsur

Sumatera Utara yang akan dijadikan sebagai logo batik sebagai perusahan tisktil yang ada di Sumatera Utara.

Hasil logo yang telah dikelompakkan menurut katagori, akan dianalisi sesusi dengan makna logo dan peranan warna, meliputi; makna bentuk dan penanan warna. Pada makna bentuk akan diuraikan berdasarkan bentuk pola dari teori nirmana dan bentuk motif ragam hias dari unsur kebudayaan. Peranan warna pada logo juga akan diuraikan berdasarkan terori-teroi yang telah dikemukakan pada bab-bab sebelumnya, sehingga dapat dikaitkan pada ekrpesi identitas pada logo tersebut terhadap latarbelakang penciptanya.

265

266

Penelitian ini akan menganalisis sesuai dengan katagori logo yang telah dikelompokkan seperti yang telah diuraikan pada pembahasan sebelumnya, yaitu; logotype, logogram, combination typo and gram, katagori logo ini yang terdiri dari; Logogram and separate type dan Logotype and blend gram,jenis logo ini terbagi menjadi; logo typographic,logo Gramgaphic, logogram transform typo, dan logotypo transform gram.

Logo-logo tersebut akan diuraikan sesuai dengan proses pembuatan logo meliputi; a. Konsep b. Makna bentuk c. Penanan warna d. Typografi e. Makna keseluruhan logo

4.4.1. Makna Bentuk dan Peranan Warna Katagori Logotype

Setelah pengelompakkan logo sesesuai dengan katagorinya. Desain logo karya mahasiswa yang merupakan katagori logotypehanya satu logo yaitu desain logo milik Masnur Pardede.

4.4.1.1. Logo Masnur Pardede

Masnur Pardede merupakan mahasiswa Polimedia PSDD program studi multimedia, semester II kelas B.

266

267

Logo karyanya ini merupakan katagori logotype, seperti telah diuraikan sebelumnya bahwa logo ini merupakan bentuk tulisan saja. Logo ini telah direduksi dan diamati, bahwa logo ini telah memenuhi 7(tujuh) dari 8(delapan kreteria logo, hanya satu kreteria logo yang tidak terpenuhi yaitu unik dan menarik.

Logo ini belum dikatakan unik dan menarik, karena desain logo seperti ini hampir sama dengan desain logo yang lain, walaupun karakternya berbeda.

Namun dari delapan kreteria logo yang baik, logo memenuhi tujuh prinsip logo yang baik, yaitu, sederhana, mudah diingat, enek dipandang, sesuai fungsi, tepat sasaran, dan fleksibel. Dengan predikat sangat baik.

Gambar 4.41 : Tampilan Bentuk dan Warna Logo Masnur Pardede

267

268

4.4.1.1.1. Makna bentuk logo Masnur Pardede

Menurut teori nirmana logo ini memiliki bentuk pola dasar hampir seperti lingkaran yang didistorsimembentuk huruf K dan Y, bentuk huruf tersebut merupakan pola garis yang terdiri dari dua elemen, elemen inti dan elemen penutup, di dalam bentuk huruf yang menyerupai berbentuk lingkaran terdapat huruf A, yang didistorsi menyerupai bentuk kunci, jadi makna dari bentuk logo tersebut bahwa banyak koleksi yang ada didalamnya KAY merupakan kunci, bahwa dalam sebuah usaha tersebut kunci adalah fashion.

Garis apabila dilihat sangat sederhana merupakan gabungan titik-titik yang lurus. Akan tetapi dibalik kesederhanaannya itu, garis bahkan memiliki makna yang mampu merubah pandangan orang yang melihatnya. Ia juga menjadi dasar dari terbentuknya setiap logo.

Selain elemen dasar dalam senirupa, garis memiliki kemampuan dalam mengungkapkan suasana. Garis menciptkan suasana akibat proses stimulasi atau mendorong indera kita dari melihat bentuk-bentuk sederhana yang sering kita lihat disekitar kita begitu juga pada sebuah logo. Hal ini berkaitan dengan sifat-sifat yang dimiliki oleh masing-masing garis tersebut. Untuk mendesain bentuk logo yang sesuai dengan karakter perusahaan, setiap desainer harus mampu memahami kesan yang akan dibentuk dari setiap garis. Setiap garis mampu berbicara dan membentuk image dalam setiap diri orang yang melihatnya.

Pada logo ini garis yang dihadirkan berbentuk melengkung dan hampir membentuk lingkaran, hanya saja lingkaran tersebut terputus dari sisi atas dan

268

269

bawah pada logo. Makna simbol dari garis melengkung akan terasa suasana dengan sesuatu yang lembut, halus dan gemulai. Perasaan ini tercipta melalui ingatan kita sebelumnya dengan bentuk-bentuk yang dominan, bentuk lengkung seperti penari, gerak ombak di laut. Pola garis melengkung juga mencerminkankeanggunan, gerakan dan pertumbuhan.

Jika dilihat dari bentuk motif ragam hias, logo ini merupakan motif ragam hias tumbuhan yang berasal dari suku Melayu. Huruf K dan Y yang didistorsi menjadi motif sulur-suluryang membentuk seperti lingkaran, bila dikaitkan dengan motif tumbuhan suku Melayu bentuk sulur pada logo ini mirip dengan ragam hias Melayu yaitu kuntum bujang. Seperti pepatah Melayu, Hiasan bernama Kuntum Bujang, disebut juga Kuntum Setangkai. Di dalam susah menolong orang, hidup bahagia rukun dan damai. Ragam hias tersebut memiliki makna saling tolong menolong dan hidup rukun sesama, agar hidup aman, bahagia dan sejahtera.Makna bentuk tersebut sangat mencerminkan pola hidup suku Melayu, yang suka tolong menolong di dalam kesusah maupun kesenangan, pola hidup seperti merupakan aturan hidup mereka yang diaplikasi dari aturan agama mereka yaitu agama Islam.

Menurut desainernya, bentuk logo ini merupakan simbol dari kepemiliki perusahan batik yang berasal dari daerah Langkat Sumatera Utara. Langkat identik dengan suku Melayu.

269

270

4.4.1.1.2. Peranan warna logo Masnur Pardede

Warna logo terdiri dari dua warna yaitu hijau muda dan hijau tua. Merurut teori nirmana warna hijau merupakan warna skunder, yaitu gabugan dari dua warna primer. Warna hijau merupakan hasil penggabugan dari warna biru dan kuning. Warna hijau memiliki arti dan keistimewaan dan melambangkan kehidupan dan tabah dalam menghadapi masalah.

Hijau dikaitkan dengan dunia alam. Karena hubungannya dengan alam, hijau dianggap sebagai warna menenangkan dan santai. Warna ini dapat membantu orang yang sering merasa tegang. Hijau akan menyeimbangkan emosi, menciptakan keterbukaan antara anda dan orang lain. Warna ini juga terkait dengan cakra jantung sehingga dipercaya membantu masalah emosional, seperti cinta, kepercayaan, dan kasih sayang. Para peneliti juga menemukan warna hijau dapat meningkatkan kemampuan membaca siswa. Para siswa yang membaca materi tulisan di atas lembaran hijau transparan akan meningkatkan kecepatan membaca dan pemahaman. Efek rileksasi dan menenangkan dari warna ini mungkin jadi penyebabnya. Hijau adalah warna yang tenang karena biasanya di kaitkan dengan lingkungan dan alam. Di dalam desain, kita bisa menggunakan warna hijau untuk memberikan kesan segar. Dan dengan mudah dapat memberikan nuansa membumi dengan kombinasi warna hijau dan coklat gelap.Warna hijau ini memiliki sifat : menyegarkan, membangkitkan energi, memberikan efek menenangkan, menyejukkan, menyeimbangkan emosi kita,

270

271

memberikan rasa bahagia, dan rasa percaya diri. Warna hijau mudan dan hijau muda melambangkan tumbuh dan berkembang juga merupakan ciri khas dari daerah asal memilik.

Warna hijau dalam kebudayaan biasanya identik dengan suku Melayu, orang Melayu pada umumnya beragama Islam, menurut sejarah Melayu itu adalah

Islam, sehingga warna hijau melambangkan warna identik agama Islam. Sehingga warna hijau selalu digunakan pada bangunan bernuansa Islam melambangkan kesuburan dan kesetiaan, taat serta patuh, terhadap ajaran agama.

Warna Pakaian Hijau Lumut dipakai oleh kaum-kaum bangsawan, Tengku, Encik, dan Wan.

4.4.1.1.3. Jenis tipografi Masnur Pardede

Logo huruf (font) seringkali merupakan bagian dari logo atau merek dagang. Tipografi merupakan seni memilih dan menata huruf dengan pengaturan penyebarannya pada ruang-ruang yang tersedia, untuk menciptakan kesan khusus, sehingga akan membantu pembaca menemukan karakterdan makna dari logo.

Penggunaan huruf hendaknya mempertimbangkan 2 hal, yakni, pertimbangan keseimbangandan pertimbangan kecocokan.

Keseimbangan dalam huruf dalam kata mempertimbangkan dimensi, pandangan, dan lekukan/kontur agar logo terlihat padat berkarakter, bermakna dan applicable. Sedangkan faktor kecocokan adalah penyesuaian produk dengan

271

272

bentuk fontnya dimana beberapa bentuk font memberikan gambaran karakter tertentu.

Tipografi yang digunakan pada logo ini merupakan distorsi dari jenis huruf Edmunds, jenis huruf ini digolongkan pada kelompok raman serif. Roman serif adalh jenis huruf yang menggunakan sirip pada ujungnya. Biasanya jenis huruf ini digunakan untuk kalangan akademisi dan formil, namun jenis huruf

Edmund ini di bentuk sangat dinamis untuk menghilangkan kesan kaku pada bentuknya. Jenis huruf ini hampir mendekati katagori jenis scrip, tetapi di bentuk tegak lurus, sehingga kelihatan tegas, walaupun dibeberapa baguian dari huruf terlihat lebih dinamis. Makna tulisan pada logo adalah LANGKAT melambangkan pemilik usaha tersebut berasal dari daerah langkat. BATIK bermakna Indonesia bahwa pemilik bersal dari Indonesia

Jadi logo milik Masnur Pardede merupakan kunci dari brand perusahaanbatik dengan unsur Sumatera Utara yaitu suku Melayu yangmencerminkan keanggunan, gerakan dan pertumbuhan, sehingga mampu mengungkapkan suasana, serta menciptakan proses stimulasi atau mendorong indera kita dari melihat koleksi batik bernuansa motif Melayu yang menjadi band perusahaanya.

Logo ini juga merupakan kunci dari fashion batik dengan penerapan warna hijau muda dan hijau tua, melambangkan tumbuh dan berkembang sesuai dengan harapan pemikinya sampai menembus pasar internasional.

272

273

Logo ini juga menghadirkan kesan kesederhanaan, mudah diingat, tahan lama, enak dipandang, sesuai fungsi, tepat sasaran dan fleksibeldan memiliki keseimbangan yang diperkuat dari jenis tipografinya.

4.4.2. Makna bentuk dan Peranan Warna Kategori Logogram

Dari pengelompakan pada katagori logo. Desain logo karya mahasiswa yang merupakan katagori logogram sama seperti katagori logotype hanya satu desain logo saja yaitu logo milik Yandri Hotdenito M.

4.4.2.1. Logo Yandri Hotdenito M

Yandri Hotdenito M merupakan mahasiswa Polimedia PSDD program studi multimedia, semester II kelas A. Logo miliknya ini merupakan katagori logogram, logo yang pada unsurnya hanya memiliki elemen gambar. Logo Yandri

Hotdenito H ini telah diamati dan direduksi sesusai kreteria logo yang baik, logo ini memiliki lima dari dari delapan kreteria logo yang baik.

Logo karya Yandri ini, belum terlihat sederhana, karena elemen-elemen gambar yang ada didalamnya terlalu rumit walaupun elemen tersebut menggunakan bentuk yang sederhana yaitu segitiga. Logo tersebut juga belum terlihat unik karena masih terlihat seperti desain logo kebanyakan yang bentuk dasarnya adalah lingkaran. Desain logo ini juga belum terlihat fleksibel karena elemen-elemen yang tedapat dalam logo terlalu kecil, sehingga apabila diterapkan

273

274

pada media yang kecil misalnya ukuran 1 x 1 cm, elemen yang terdapat di dalam logo tidak terlihat jelas.

Namun logo ini memiliki kreteri yang mudah diingat, tahan lama (tidak termakan zaman) enak dipandang sesuai dengan fungsi dan tepat sasaran sesuai dengan tujuan dari perusahan batik dengan unsur Sumatera Utara. Dari hasil reduksi dan pengamatan logo ini memiliki predikat baik.

Gambar 4.42 : Tampilan Bentuk dan Warna Yandri Hotdenito M.

4.4.2.1.1. Makna bentuk logo Yandri Hotdenito M.

Menurut teori nirmana logo ini memiliki dasar pola bidang, bentuk yang terdapat pada logo tersebut adalah bentuk segitiga yang membentuk lingkaran.

Namun bentuk setitiga tersebut didistorsi menjadi pola garis.

274

275

Penentuan bentuk logo berdasarkan maknanya dipilih dengan maksud supaya logo tersebut mampu menyampaikan pesan yang ingin disampaikan oleh pemilik logo kepada konsumennya. Selian itu, logo juga mampu membangun brand image seperti yang diinginkan oleh pemilik logo. Oleh karenanya bentuk logo merupakan gambaran dari karakter pemilik logo.

Ada beberapa bentuk dasar yang dapat dipilih berdasarkan kesan apa yang ingin diterapkan pada benak publik. Bentuk tersebut diantaranya adalah lingkaran.

Bentuk lingkaran sangat cocok dengan perusahaan yang ingin memberikan kesan yang dinamis, bergerak, memiliki kecepatan, sesuatu yang berulang, tidak terputus, tidak memiliki awal atau akhir, abadi, memiliki kualitas, dapat diandalkan, sesuatu yang sempurna, serta kehidupan.

Makna atau kesan yang diberikan ini adalah sebuah simbol yang secara tidak sadar menjadi suatu peraturan. Atau dengan kata lain, terjadi dialam bawah sadar manusia. Ini merupakan simbol-smbol dan manusia modern adalah manusia yang penuh dengan simbol. Menyampaikan sesuatu dengan simbol dianggap akan lebih praktis jika menggunakan tulisan. karena simbol bisa dilihat lebih cepat dibandingkan dengan tulisan. Apalagi simbol yang secara tidak sadar telah melekat dalam otak manusia karena ketika simbol tersebut dilihat, maka secara otomatis maka dari simbol tersebut akan muncul sebagai suatu pemahaman yang mengendalikan pemikiran dan perasaan manusia.

Lingkaran tentu termasuk sebuah simbol yang akan mengendalikan pikiran serta perasaan orang yang melihatnya. Hal ini karena arti atau makna dari

275

276

lingkarang yang memiliki sifat-sifat seperti yang telah dikemukakan sebelumnya.

Oleh karenanya logo berbentuk lingkaran akan mampu membangun brand image yang sama seperti makna pada bentuk lingkaran.

Segitiga sering dianggap sebagai lambang dari konsep Trinitas, atau lambang 3 unsur tertentu yang saling berhubungan. Dalam konsep religius mendasarkan pada tiga unsur alam semesta, yaitu Tuhan, manusia dan alam.

Segitiga juga merupakan perwujudan dari konsep keluarga yakni ayah, ibu dan anak. Dalam dunia metafisika segitiga merupakan lambang dari raga, pikiran dan jiwa. Segitiga yang simetris dapat menjadi simbol untuk hukum, ilmu dan agama.

Segitiga juga dapat menunjukkan pergerakan berdasarkan ke mana mereka menunjuk atau sebagai arah/puncak keberhasilan. Segitiga dapat digunakan untuk memberikan tema yang umum seperti piramida, gunung, panah dan simbol api.

Sifat dinamisnya membuat segitiga lebih cocok untuk desain logo pada perusahaan teknologi tinggi yang berkembang daripada untuk institusi keuangan.

Makna tersembunyi segitiga dalam logo dapat digunakan untuk menyampaikan perkembangan, arah dan tujuan, maskulinitas, trinitas, ketegaran, stabilitas dan menembus batas.

Kalau dilihat dari makna motif ragam hias logo ini memilik bentuk motif suku Batak yang ada di Sumatera Utara, motif berbentuk segitiga yang dibagi menjadi tiga bagian merupakan ciri dari bentuk motif ragam hias suku Batak

Toba, Batak Simalungun, Batak Mandiling. Dan Batak Pakpak Dairi. Pada

276

277

masing-masing suku ini bentuk segitiga memiliki nama dan arti yang berbeda beda.

Pada suku Batak Toba disebut gorga ipon-ipon pada rumah adat Batak

Toba ipon-ipon ini merupakan gorga hiasan tepi, yang merupakan bentuk motif ragam hias geometris, selain berfungsi sebagai hiasan ipon-ipon ini yang memiliki arti bahwa seriap insan mengharapkan keturunannay berpendidikan.

Pada suka Simalungun dan suku Pakpak dairi bentuk segitiga hanya berfungsi sebagai hiasan tepi saja. Namun memiliki penyebutan yang berbeda, pada suku Simalungun disebut ipon-ipon dan pada suku Pakpak Dairi disebut ipen-ipen, dan jenis bentuk ini merupakan bentuk motif ragam hias geometris.

Pada suku Mandailin bentuk segitiga memiliki nama bindu, berdasarkan pemahaman masyarakat Mandailing bindu memiliki arti dasar masyarakat dalam suatu kampung dan berdasarkan dalihan natolu yakni pihak mora, kahanggi dan anak boru. Setiap pkerjaan yang dilaksanakan dalam kampung atau huta akan diserahkan tanjung jawab pelaksanaan berdasarkan kedudukannnya pada dalihan natolu. Walaupun bentuknya geemotris yaitu segitiga namun, bentuk segigita ini merupakan distorsi dari bentuk tumbuh-tumbuhan yang berasal dari tunas bambu yang disebut dengan pucuk rebung. Dan bentuk ragam hias ini merupakan bentuk motif tumbuh-tumnbuhan.

Menurut pencipta logo ini, motif yang diaplikasikannya pada logo adalah bentuk motif ragam hias suku mandaling.

277

278

4.4.2.1.2. Peranan warna logo Yandri Hotdenito M.

Sebagai bagian dari elemen logo, warna memegang peran sebagai sarana untuk lebih mempertegas dan memperkuat kesan atau tujuan dari logo tersebut.

Dalam perencanaan corporate identity, warna mempunyai fungsi untuk memperkuat aspek identitas dan untuk mempertegas maksud dari simbol-simbol tersebut.

Kemampuan warna menciptakan impresi, mampu menimbulkan efek-efek tertentu. warna itu mempengaruhi perilaku, memegang peranan penting dalam penilaian estetis dan turut menentukan sikap kesukaan konsumen terhadap produk.

Logo terdiri dari tiga warna yaitu, merah, hitam dan putih. Dalam teori nirmana warna merah merupakan warna dasar yang merupakan warna yang berdiri sendiri tanpa campuran dari warna apapun. Warna merah memiliki arti tersendiri sesuai dengan penerapan warna tersebut pada sebuah benda.

Merah adalah warna yang paling sering menarik perhatian. Warna memilki karateristik merangsang saraf, kelenjar adrenal (endokrin) dan saraf sensorik.

Merah juga meningkatkan sirkulasi darah dan kereaktivan darah itu sendiri.

Warna merah juga paling ampuh untuk merangsang dan meningkatkan energi fisik, memperkuat motivasi, meningkatkan sirkulasi, dan berkaitan dengan seksualitas. Merah juga membangkitkan emosi dan menciptakan perasaan kegembiraan atau intensitas. Tetapi pada saat yang sama, warna ini dapat dianggap sebagai tuntutan dan sikap agresif. Merah adalah warna yang kuat

278

279

sekaligus hangat. Biasanya di gunakan untuk memberikan efek psikologi panas, berani ,marah dan berteriak. Beberapa studi juga mengindentifikasi merah sebagai warna yang sexy. Didalam desain, warna merah digunakan sebagai aksen karena sifatnya yang kuat. Misalnya, pada logo hitam putih di berikan aksen warna merah sedikit saja sudah bisa membuat logo tersebut menjadi terlihat berbeda.

Dalam teori hitam dan putih bukan bagian warna, hitam dan putih merupakaan gelap terang untuk menerangkan dan menggelapkan warna. Dalam psykologi warna hitam adalah warna yang gelap, suram, menakutkan tetapi elegan. Karena itu elemen apapun jika di taruh di atas background hitam akan terasa lebih bagus (misalnya, pada waktu menampilkan foto, portfolio atau produk).

Dengan pemahaman efek dari berbagai macam warna ini maka Akarapi mampu menerapkannya dalam dunia komunikasi visual, marketing, materi promosi (brosur, undangan, x banner, leaflet) , corporate identity (kop surat, kartu nama, amplop) hingga pembuatan desain logo perusahaan yang menjadi titik awal dari program branding yang sukses dan berhasil. Warna berfungsi untuk memberikan vibrasi tertentu di dalam suatu desain logo. Begitu hebatnya kekuatan warna hitam, sehingga bisa memberikan efek psikologis dan kesan yang mendalam kepada semua orang yang melihatnya. Malah di dalam terapi kesehatan, warna tertentu di gunakan untuk membantu pasien menjadi lebih cepat sembuh.

279

280

Pilihlah warna putih memiliki sugesti untuk meredakan rasa nyeri. Putih juga meberikan aura kebebasan dan keterbukaan. Rumah sakit dan pekerja rumah sakit menggunakan warna putih untuk menciptakan kesan steril. Namun, terlalu banyak banyak warna putih dapat memberikan rasa sakit kepala dan kelelahan mata karena cahaya yang dipantulkan. Putih adalah warna yang murni, tidak ada campuran apapun. Makanya sering di anggap sebagai warna yang menimbulkan efek suci dan bersih. Ketika kita ingin membuat desain yang simple dan minimalis, menggunakan warna putih adalah langkah yang tepat walaupun bukan cara satu-satunya.

Menurut pengertian pada kebudayaan di Sumatera Utara, warna merah, hitam dan putih merupakan ciri warna dari suku Batak Toba, Simalungun,

Mandailing, Karo, Pakpak dairi dan Nias.

Dari setiap suku, terkadang miliki arti yang sama ada juga yang berbeda, pada logo ini warna merah, hitam dan putih diambil dari pengertian suku

Mandailing. Menurut masyarakat Mandailing warna merupakan simbol-simbol yang mewakiliaturan tentang tata cara adat istiadat.

Penggunaan warna tersebut tidak terlepas dari pengertian simbol atau lambang kepercayaan. Arti dari warna tersebut adalah merah dianggap sebagai lambang kekuatan, keberanian, kepahlawanan. Warna putih melambangkan kejujuran, kesucian, kebaikan, dan warna hitam diartikan sebagai lambang kegaiban.

280

281

4.4.2.1.3. Jenis font logo Yandri Hotdenito M.

Pada logogram, tipografi huruf tidak memepengaruh arti dan makna logo.

Jenis huruf digunakan sebagai menguat identitas sebuah perusahaan saja. Yang lebih diutamakan dalam penciptaan logogram adalah bentuk dan warna yang mewakili makna simbol serta peranan lambang yang diinformasikan oleh logo tersebut.

Logo milik Yandi merupakan logo batik khas suku Mandailing yang memiliki makna bahwa perusahan batik tersebut memiliki kesan yang dinamis, elegan, mandiri, terbukadan berani membuat keputusan serta cepat dalam melihat peluang pasar. Memiliki pasar yang tidak terputus, serta kualitas yang dapat diandalkan, menuju kearah perkembangan, arah dan tujuan, memiliki stabilitas dan menembus pasar tanpa batas.

Logo ini juga mudah diingat, tidak termakan zaman, sesuai dengan fungsinya dan tepat sasaran dalam menentukan pasar.

4.4.3. Makna Bentuk dan Peranan Warna Katagori Logogram and separate

type

Dari pengelompakan pada katagori logo. Desain logo karya mahasiswa yang merupakan katagori Logogram and separate type merupakan logo gabungan dari bentuk dan tulisan (Combination typo and gram), namun pada logo ini disajikan gambar dan tulisan pada logo tepisah satu dan lainnya, dimana huruf atau tulisan memilik karakter tersendiri ataupun typografinya segaja dirancang

281

282

khusus sesuai dengan karekter logo tersebut. Logo karya mahasiswa tersebut yang telah dikelompokkan sebagai logo Logogram and separate typeada sembilan desain logo karya mahasiswa Polimedia PSDD Medan. Desain logo tersebut karya, Agnes Ramadhani, Agung Nugraha, Fita Elfatisia Purba, Iqbal Rizki,

Menanti Sitohang, Muhammad Zailani, Sri Damayanti Hutabarat, Yuni Kartika

Sari dan Zulfi Afrian

4.4.3.1. Logo Agnes Ramadhani

Agnes Ramadhani merupakan mahasiswa Polimedia PSDD program studi multimedia, semester II kelas A. Desain logo batik motif Sumatera Utara. Logo ini telah diamati dan reduksi sesuai dengan kreteria logo yang baik. Logo ini memiliki eman dari delapan kreteria logo yang baik.

Desain logo ini tidak tahan lama maksudnya dengan desain logo seperti ini akan termakan oleh pengaruh zaman. Karena desain logo seperti ini merupakan desain logo musiman yang lagi mendominasi pada zaman sekarang yaitu minimalis. Ketika zaman berubah dengan gaya yang baru, desain seperti ini sudah kelihan ketinggalan zaman.

Logo seperti ini juga kurang fleksibel, karena dibisa ditempatkan diberbagai media, karena bentuk elemenya terlalu kecil. Tetapi logo ini tyerlihat sangat sederhana, dan mudah diingat, enak dipandanag, sesuai dengan fungsi dan tepat sasaran terhadap tujuan perusahaan. Logo ini juga sangat unik dilihat dari

282

283

jenis tipografinya yang non formal bukan dari bentuknya. Tetapi logodengan gaya minimalis karya Agnes Ramadhani memiliki predikat cukup baik.

Gambar 4.43 : Tampilan Bentuk dan Warna Agnes Raamadhani

4.4.3.1.1. Makna bentuk logo Agnes Ramadhani

Logo karya Agnes Ramadhani memiliki bentuk elemen-elemen segitiga yang membentuk segi empat. Dalam teori nirmana bentuk ini merupakan pola bidang.Logo ini mempunyai bentuk dasar segi empat atau belah ketupat atau sering disebut persegi panjang atupun kotak. Bentuk seni empat atau kotak umumnya tidak menarik perhatian, namun dapat di twist menjadi bentuk yang lebih dinamis dan berasumsi teknologi yang kokoh. Logo yang tidak dibatasi dengan kotak atau lingkaran, menandakan kedinamisan yang tidak terbatas serta fleksibilitas.

283

284

Kotak dan persegi panjang yang berhubungan dengan kualitas dan teknologi sebagai simbol statis, bangunan, kehandalan, ketertiban, simetris, konstruksi, dan stabilitas. Karena makna ini, bentuk-bentuk ini sering digunakan dalam industri bangunan, konstruksi, teknologi perlindungan. Makna tersembunyi bentuk kotak dalam logo biasanya melambangkan ruang khusus, visi kekuatan, pandangan-pandangan yang terukur dan harapan (jendela).

Walaupun dasar dari logo ini terkena kaku dari bentuk dasarnya, namun elemen segitiga yang membentuk segiempat tersebut memiliki kesan dimanis.

Seperti logo Yandi, logo ini juga memiliki elemen bidang segitiga.

Seperti yang telah diuraikan pada pembahasan logo miliki Yandri bahwa segitiga dapat mengimplentasikan pergerakan berdasarkan ke mana mereka menunjuk atau sebagai arah atau puncak keberhasilan. Segitiga dapat digunakan untuk memberikan tema yang umum seperti piramida, gunung, panah dan simbol api. Sifat dinamisnya membuat segitiga lebih cocok untuk desain logo pada perusahaan teknologi tinggi yang berkembang.

Makna tersembunyi segitiga dalam logo dapat digunakan untuk menyampaikan perkembangan, arah dan tujuan, maskulinitas, trinitas, ketegaran, stabilitas dan menembus batas.

Segi empat menurut makna bentuk suku Batak Toba menyerupai bentuk ragam hias yang terdapat pada salah satu hiasan tengah ulos atau badan. Ulos merupakan selembar kain yang ditenun untuk keperluan adat. Ulos adat memiliki makna simbolis berupa pelindung roh (mangulasi tondi) dan mendatangkan

284

285

rahmat dari Tuhan. Pengertian umum adalah kain melindungi tubuh dari gangguan alam.

Bentuk segitiga yang terdapat pada logo yang membentuk segi empat, hampir sama dengan gerga ipon-ipon. Ipon-ipon merupakan hiasan tepi. Seperti yang telah dibahas pada logo karya Yandri bahwa ipon-ipon bukan saja sekedar hiasan tetapi memiliki makna setiap insan mengharapkan keturunannya berpendidikan.

4.4.3.1.2. Peranan warna logo Agnes Ramadhani

Logo terdiri dari tiga warna yaitu, merah, hitam dan putih. Dalam teori nirmana warna merah merupakan warna dasar yang merupakan warna yang berdiri sendiri tanpa campuran dari warna apapun. Hitam dan putih dalam teori warna merupakan gelap terang.

Warna-warna yang dihadirkan dalam logo ini merupakan perencanaan corporate identity, warna mempunyai fungsi untuk memperkuat aspek identitas dan untuk mempertegas maksud dari simbol-simbol tersebut.

Kemampuan warna merah, hitam dan putih dapat menciptakan impresi, mampu menimbulkan efek-efek tertentu, sehingga mampu mempengaruhi perilaku, memegang peranan penting dalam penilaian estetis dan turut menentukan sikap kesukaan konsumen terhadap produk.

Warna merah yang dihadirkan pada logo ini paling sering menarik perhatian. Karena warna merah memilki karateristik merangsang saraf, kelenjar

285

286

adrenal (endokrin) dan saraf sensorik, juga dapat meningkatkan sirkulasi darah dan kereaktivan darah itu sendiri. Warna merah juga paling ampuh untuk merangsang dan meningkatkan energi fisik, memperkuat motivasi, meningkatkan sirkulasi, dan berkaitan dengan seksualitas. Merah juga membangkitkan emosi dan menciptakan perasaan kegembiraan atau intensitas. Tetapi pada saat yang sama, warna ini dapat dianggap sebagai tuntutan dan sikap agresif. Merah adalah warna yang kuat sekaligus hangat.

Pada desain logo ini, warna merah digunakan sebagai aksen karena sifatnya yang kuat. Warna hitam putih pada logo dan di berikan aksen warna merah sedikit saja sudah bisa membuat logo ini menjadi terlihat berbeda.

Dalam desain pada logo ini hitam memerakan warna yang elegan. Karena itu elemen warna putih dan merah yang didampingkan dengan hitam akan terasa lebih bagus dan menonjol. Sehingga menciptakan efek komunikasi visual, marketing, materi promosi pada logo perusahaan yang menjadi titik awal dari program branding yang sukses dan berhasil.

Warna hitam berfungsi untuk memberikan vibrasi tertentu di dalam desain logo yang diciptakan oleh Agnes Ramadhani.

Pilihlah warna putihpada logo memiliki sugesti untuk meredakan rasa nyeri. Putih juga meberikan aura kebebasan dan keterbukaan, untuk menciptakan kesan steril.

Warna putih pada logo ini menghadirkan originalitas warna yang murni, tidak ada campuran apapun, yang efek suci dan bersih pada perusahan batik

286

287

tersebut. Desain ini memiliki gaya simple dan minimalis, dengan menggunakan warna putih adalah langkah yang tepat walaupun bukan cara satu-satunya.

Kalau dilihat peranan warna dari suku Batak Toba, warna yang dominan pada gorga batak Toba adalah warna hitam, merah dan putih. Ketiga warna gorga juga melambangkan tiga penguasa alam semesta yaitu Batara, Guru penguasa

Banua Toru dilambangkan dengan warna hitam, Debata Sori penguasa Banua

Tonga dilambangkan dengan warna merah, dan Mangala Bulan penguasa Banua

Ginjang, dilambangkan dengan warna putih. Ketiga dewa yang dikenal dengan sebutan „Debata Sitolu Sada‟, atau tritunggal dewa dan tiga bagian alam semesta ini sangat mempengaruhi hampir seluruh kebudayaan Batak.

Warna hitam pada logo ini merupakan symbol dari Banua Toru (kosmos bagian bawah) dan penguasaanya.Sebagai lambang yang adil dan bijaksana. Di dalam kehidupan sehari-hari warna hitam dianggap sebagai simbol kekuatan pengobatan dan kedukunan.

Warna hitam disimbolkan sebagai Raja Warna, sebab kalau warna ini dicampur dengan warna lain, dengan perbandingan yang sama, maka warna yang lebih kuat adalah warna hitam. Selain itu warna hitam disebut sebagai raja warna karena warna ini melambangkan kekuatan, pelindung dan kekuasaan yang adil dan bijaksana.Itulah sebabnya ikat kepala kepala raja di Tanah Batak selalu berwana hitam. Dalam Gorga Batak Toba warna hitam selalu dibuat pada andor yaitu bidang gorga yang selalu dikontur dengan garis besar berwarna putih. warna

287

288

hitam yang dihadirkan pada tulisan yang terdapat pada logo merupakan warna ciri khas batak yang merupakan perwakilan daerah sumatera utara yaitu hitam.

Begitu hebatnya kekuatan warna hitam pada logo ini, sehingga bisa memberikan efek psikologis dan kesan yang mendalam kepada semua orang yang melihatnya. Malah di dalam terapi kesehatan, warna tertentu di gunakan untuk membantu pasien menjadi lebih cepat sembuh.

Warna merah pada logo ini merupakan simbol Banua Tonga (kosmos bagian tengah) dan penguasanya adalah Debata Sori. Merah adalah lambang keberanian dan kesaktian.

Warna putih merupakan simbol dari Banua Ginjang (kosmos bagian atas) dan penguasanya Mangala Bulan. Putih melambangkan kesucian dan kehidupan.Orang Batak percaya membuat hidup adalah gota(getah), suatu tenaga ajaib yang mengalir dalam tubuh makhluk hidup. Orang Batak zaman dahulu menganggap manusia hidup dari 11 gota ni (getah nasi), gota ni gadong (getah ubi), dan gota ni ingkau (getah sayur-sayuran). Memang tidak semua getah berwarna putih tetapi karena kebanyakan getah berwarna putih, maka orang Batak menganggap bahwa getah itu berwarna putih.

Warna putih dibuat pada garis gorga (hapur atau lili), yaitu garis kontur dan garis tengah yang selalu mengikuti andor (garis berwarna hitam). Warna putih melambangkan sebagai warna sisandang dera sebagai kuda kendaraan Tuan

Malabulan adik dari Tuan Sorimangaraja, maka ini dianggap sebagai lambang pekerja yang baik (paninggal sibola tali).

288

289

4.4.3.1.3. Jenis font logo Agnes Ramadhani

Jenis tipografi memperkuat untuk menampilkan kesan modernisasi dan menutupi kekakuan dari bentuk segiempat yang dihadirkan pada logo, sehingga menimbulkan kesan dimanis. Jenis tipografi dari logo ini adalah distorsi dari jenis komik yang segaja didesain bebas agar logo tersebut terlepas dari kekakuan.

Jenis huruf digunakan pada logo ini sebagai menguat identitas sebuah perusahaan. Yang lebih diutamakan dalam penciptaan adalah kebebasan dalam mengomunikanmakna simbol serta peranan lambang yang diinformasikan oleh logo tersebut. Jenis huruf ini sengaja di pilih untuk menciptakan kesan unik pada logo tersebut.

Jadi picture marklogo yang berbentuk segi empat merupakan wadah dari tempat proses penciptaan batik. Walaupun bentuk segiempat atau disebut juga dengan tidak menarik perhatian, namun picture mark lebih terlihat dinamis dan berasumsi teknologi yang kokoh serta berkualitasdan memberikan harapan pada sebuah perusahan, makna simbolis dari unsur budaya merupan mangulasi tondi dan mendatangkan rahmat dari Tuhan. Peran segitiga yang membentuk segiempat menunjuk atau sebagai arah atau puncak keberhasilan

Letter mark pada logo menjadikan desain logo yang diciptakan Agnes menjadi lebih bebas dan dinamis, warna-warna yang dihadirkan padamenjadikan logo ini menjadi lebih elegan, berani, jujur dan berkuliatas, menjadikan perusahan

289

290

batik yang memiliki ciri khas Batak Toba menjadi raja di Sumatera Utara khususnya dan dunia internasional diantara perusahan-perusahan batik yang lain

4.4.3.2. Logo Agung Nugraha

Agung Nugraha merupakan mahasiswa Polimedia PSDD program studi multimedia, semester II kelas B. Desain logo batik motif tembakau mencirikan

Tanah Deli, atau kota Medan yang merupakan jenis motif kontemporer. Logo hasil ciptaan Agung Nugrana ini ditelah diamati dan direduksi sesuai dengan prinsip-prinsip logo yang baik, hasilnya logo ini memiliki enam dari delapan kreteria logo yang baik.

Desain logo karya Agung ini, dilihat dari picture mark-nya tidak sesuai dengan fungsi dari perusahaan yaitu logo batik, dan juga tidak memiliki keunikan, karena desain logo terlihat lebih elegan, apalagi dilihat dari letter mark-nya, huruf yang dipilih menghadirkan kedinamisan yang sangat mewah.

Namun logo ini memiliki keserhanaan dari bentuknya, mudah diingat kerena mencirikan sesuatu, sangat enak dipandang dengan warna yang dihadirkan dan tepat sasaran dari identitas yang tonjolkan. Logo ini memiliki predikat cukup baik.

290

291

Gambar 4.44 : Tampilan Bentuk dan Warna Logo Agung Nugraha

4.4.3.2.1. Makna bentuk logo Agung Nugraha

Dalam teori nirmana bentuk yang dihadirkan tidak berwujud karena nirmana dibentuk dari dua kata yaitu nir berarti tidak, mana berarti makna, jika digabungkan berarti tidak bermakna atau tidak mempunyai makna. Jika di artikan lebih dalam nirmana berarti lambang-lambang bentuk tidak bermakna, dilihat sebagai kesatuan pola, warna, komposisi, irama, nada dalam desain. Bentuk yang dipelajari biasanya diawali dari bentuk dasar seperti kotak, segitiga, bulat yang sebelumnya tidak bermakna diracik sedemikian rupa menjadi mempunyai makna tertentu.

Namun pada logo ini bentuk yang dihadirkan memiliki wujud yaitu dua helai daun tembakau yang menjadi picture mark. Ketika berbicara tentang tembakau dunia pasti menyahut ―Tembakau Deli‖ milik Kesultan Deli yang

291

292

istananya masih berdiri megah di kota Medan yaitu Istana Maimoon. Citra rasa yang tinggi menjadikan tembakau deli pada zaman dulu tersohor sampai keseluruh belahan dunia.

Pada logo ini bentuk tembakau yang dihadirkan mencermin komoditi eksport yang berasal dari tanah deli yaitu kota Medan. Dua helai daun tembakau yang dihadirkan merupakan simbol pasangan, produk batik yang berciri khas kota

Medan akan dipasarkan sepasang yaitu produk untuk laki-laki dan perempuan. merupakan batik dengan ciri khas kota Medan yaitu kesultanan deli yang identik dengan suku Melayu.

4.4.3.2.2. Peranan warna logo Agung Nugraha

Warna yang dihadirkan pada logo, picture markyang berbentuk dua helai tembakau deli berwarna hijau tua dan hijau muda. Merurut teori nirmana warna hijau merupakan warna skunder, yaitu gabugan dari dua warna primer. Warna hijau merupakan hasil penggabungan dari warna biru dan kuning. Warna hijau memiliki arti dan keistimewaan dan melambangkan kehidupan dan tabah dalam menghadapi masalah.

Hijau dikaitkan dengan dunia alam. Karena hubungannya dengan alam, hijau dianggap sebagai warna menenangkan dan santai. Warna hijau yang dihadirkan picture mark pada logo akan menyeimbangkan emosi, menciptakan keterbukaan antara anda dan orang lain. Warna ini juga terkait dengan cakra jantung sehingga dipercaya membantu masalah emosional, seperti cinta,

292

293

kepercayaan, dan kasih sayang. Di dalam desain logo karya agung ini, warna hijau digunakan untuk memberikan kesan segar, membangkitkan energi, memberikan efek menenangkan, menyejukkan, menyeimbangkan emosi, memberikan rasa bahagia, dan rasa percaya diri. Warna hijau muda dan hijau muda melambangkan tumbuh dan berkembang juga merupakan ciri khas dari daerah asal memilik.

Warna hijau dalam kebudayaan biasanya identik dengan suku Melayu, orang Melayu pada umumnya beragama Islam, menurut sejarah Melayu itu adalah

Islam, sehingga warna hijau melambangkan warna identik agama Islam. Sehingga warna hijau selalu digunakan pada bangunan bernuansa Islam melambangkan kesuburan dan kesetiaan, taat serta patuh, terhadap ajaran agama.

Warna Pakaian Hijau Lumut dipakai oleh kaum-kaum bangsawan, Tengku, Encik, dan Wan. Seperti kesultan deli.

Warna hitam yang dihadirkan letter markpada logo memberikan kesan kokoh, kuat dan elengan. Dalam kebudayaan warna hitam mencerminkan kedudukan atau pun bersifat menguasa seperti seorang raja.

4.4.3.2.3. Jenis font logo Agung Nugraha

Bentuk huruf yang disajikan sangat tegas dan dinamis, semakin menbuat logo ini terkesan mewah, bermatabat dan elegan. Jenis huruf ini merupakan distorsi dari jenis tipografisegoe ui semibold dan zygo. Jenis huruf ini sengaja dihadirkan agar logo tersebut menciptakan kemewahan seperti kehidupan kesultanan deli.

293

294

Pemilihan nama perusahan batik tersebut sangat tepat yaitu AGUNG yang diambil dari nama depan pencipta logo tersebut. Yang menciptakan kesan agung ada logo tersebut.

Jadi logo karya Agung ini merupakan logo batik yang berasal dari kota

Medan yang mampu menciptakan karya-karya yang mewah, agung dan elengan, dan menambah wibawa bagi orang yang memakainya laksana seorang raja yang tersohor sampai kepenjuru dunia, seperti tembakau deli yang menjadi komoti ekspor yang diinginkan oleh dunia.

4.4.3.3. Logo Fita Elfatisia Purba

Fita Elfatisia Purba merupakan mahasiswa Polimedia PSDD program studi multimedia, semester II kelas A. Desain logo batik motif Sumatera Utara yang merupakan jenis motif kontemporer. Logo ini telah direduksi dan diamati sesuai dengan kreteria logo. logo karaya Fita Elfatisia Purba ini memiliki eman dari delapan kreteria logo yang baik.

Desain logo ini terkesan klasik, namun pada pewarnaanya terkesan modern, jenis desain logo sepertinya hanya jadi primadona dizamannya, ketika zaman berubah logo sepertinya lambat laun akan terasa ketinggalan zaman.Juga idak terlihat unik, karena desain seperti ini sering dibuat orang hanya dengan pemisahan picture mark dan letter mark, padahal pemilihan objek pada picture mark sudah tepat, hanya pengaturan komposisi dan layout antara picture mark dan letter mark saja yang perlu dibenahi 294

295

Bila terdapat ruang yang kecil untuk sebuah promosi, tulisan batik yang ada pada huruf tidak akan terlihat, ini yang mmbuat logo karya Fita ini kurang fleksibel. Namun logo ini memiliki kesederhaan dan mudah diingat dari bentuk serta warnanya, enak dipandang, sesuai fungsi dan tepat sasaran. Logo ini memiliki predikat baik.

Gambar 4.45 : Tampilan Bentuk dan Warna Logo Fita Elfatisia Purba

4.4.3.3.1. Makna bentuk logo Fita Elfatisia Purba

Bentuk yang dihadirkan pada logo ini merupakan ciri khas Sumatera Utara yang di ambil dari motif tumbuhan. Picture mark pada logo ini merupakan bentuk serangkaian bunga.Say it with flowers, itulah ungkapan yang sering didengar untuk mengungkapkan sesuatu pada seseorang. Bungalah yang selalu mewakili

295

296

perasaan terhadap seseorang yang dikasihi dan membuatnya sangat berarti dalam kehidupan.

Beda warna bunga, beda pula arti bunga yang tersimpan di dalamnya.

Misalnya, warna merah menunjukkan gairah yang mendalam, putih menyiratkan kesan elegan, dan emas menggambarkan sebuah kegembiraan.

Bunga diartiakn sebagai keindahan, serta keharuman yang menjadi cita- cita perusahaan tersebut, perusahan batik ini akan menciptakan kain batik yang bermotif indah dan alami serta keharuman yang akan didapatkan oleh perusahaan yang akan dikenali dan namanya menjadi harum dikalangan masyarakat dengan produk yang berkulitas.

4.4.3.3.2. Peranan warna logo Fita Elfatisia Purba

Warna tidak terlepas dari peranan logo yang memiliki simbol-simbol yang dapat diterjemahkan menjadi sebuah makna yang tersirat maupun tersurat. Pada desain logo karya Fita ini warna yang dihadirkan sangat feminism sesuai dengan yang menciptakan logo tersebut, feminim indetik dengan kaum hawa. Warna pada logo tersebut ilah biru mudan dan merah muda atau pink.

Kedua warna ini sangat disukai oleh kaum hawa, karena warna ini sangat lembut layaknya seperti bunga. Kalau dilihat dari maknanya warna biru muda

Biru termasuk salah satu warna yang paling populer dalam desain logo bahkan hampir 83% orang mencantumkan warna ini sebagai salah satu warna favorit mereka. Langit dan lautan yang berwarna biru melambangkan sesuatu yang luas

296

297

dan tanpa batas. Biru juga menggambarkan rasa tenang, berwibawa, percaya diri, kesetiaan dan kesuksesan. Warna ini bahkan dipakai pada hampir semua logo perusahaan Top 500 Fortune diamerika serikat dan bukan hanya para pebisnis yang menyukai warna ini, para tokoh super hero seperti superman, spiderman atau wonder women selalu memakai kostum dengan aksen biru tersebut.

Begitu juga dengan warna Merah muda mewakili bagian feminin dari kehidupan manusia yang menggambarkan kelembutan dan cinta. Terkadang warna ini selain dianggap romantis juga terasosiasi dengan sifat kekanak-kanakan.

Merah muda adalah varian lembut dari warna merah dan sering dimanfaatkan untuk menambahkan kesan feminin dalam sebuah logo. Selain itu warna merah muda atau pink ini dapat pula melambangkan perasaan yang halus, kewanitaan dan kemurnian serta karena gencarnya kampanye kesadaran terhadap penyakit kini warna ini sudah mulai terasosiasi dengan kanker payudara.

Kalau warna biru muda dan merah muda disandingkan dengan bunga akan memiliki makna yang berbeda. Makna dari bunga warna biru muda tidak dapat ditemukan dengan mudah. Contoh bunga biru yang sangat ―kaya‖ dan mewah adalah iris blue dan hydrangea blue. Bunga berwarna biru menawarkan efek ketenangan yang luar biasa. Karena warna biru mengingatkan kita terhadap langit dan laut yang sangat menenangkan. Bunga biru digunakan untuk berbicara tentang keintiman dan bentuk kepercayaan serta komunikasi untuk membangun hubungan dalam jangka panjang. Biru juga mengandung makna kedamaian dan simpati.

297

298

Merah muda atau merah muda adalah warna bunga untuk menunjukkan sikap innocence, sensitivitas, dan sedikit bermain-main. Bunga dengan warna merah mudah dianggap bunga yang paling romantis karena identik dengan warna yang biasa digunakan untuk menyatakan cinta dan keromantisan. Secara tradisional, bunga merah muda kerap kali dikaitkan dengan feminitas dan kelembutan. Akan tetapi, banyak pasangan modern yang menganggap bunga merah muda sebagai suatu hal untuk mewakili perhatian dan spontanitas.

Warna hitam yang dijakan sebagai kontur ataau garis pinggir pada logo memikili makna melindungi ataupun keangunan serta eleganitas yang dapat menyeimbangkan warna lembutyang dominan pada logo tersebut.

4.4.3.3.3. Jenis font logo Fita Elfatisia Purba

Jenis huruf ini merupakan distorsi dari storybook, huruf sengaja dibuat melengkung menyerupai bentuk tangkai bunga agar letter mark mendekati karakter dari picture mark yaitu bentuk bunga.

Logo karya Fita ini memiliki makna keharuman yang menjadi cita-cita perusahaan tersebut, perusahan batik ini akan menciptakan kain batik yang bermotif indah dan alami serta keharuman yang akan didapatkan oleh perusahaan yang akan dikenali dan namanya menjadi harum dikalangan masyarakat dengan produk yang berkulitas. Yang bercirikan hanya produk perempuan yang mewah layaknya seperti putri raja.

298

299

4.4.3.4. Logo Iqbal Rizki

Iqbal Rizki merupakan mahasiswa Polimedia PSDD program studi multimedia, semester II kelas B. Desain logo batik motif bunga kembang sepatu yang merupakan jenis motif kontemporer. Desain logo ini telah diamati dan direduksi yang kemiliki enam dari delapan kreteria logo yang baik. Jenis simbol yang dihadikan pada picture mark tidak sesuai dengan fungsi dari perusahan yairu batik tetapi picture mark pada logo ini mengidentikkan bahwa bentuknya merupakan ciri dari daerah Sumatera.

Logo ini juga belum terlihat unik karena picture mark dan letter mark dirancang dengan komposisi seperti kebanyakan logo lainnya. Tetapi logo ini memiliki kesederhanaan mudah diingat, tidak termakan oleh zaman, tepat sasaran dan dapat diterapkan diberbagai media atau memikili fleksibelitas. Berdasarkan pengamatan dan reduksi logo ini tergolong logo yang cukup baik.

Gambar 4.46 : Tampilan Bentuk dan Warna Logo Iqbal Rizki

299

300

4.4.3.4.1. Makna bentuk logo Iqbal Rizki

Bentuk picture mark pada logo ini merupakan bentuk bunga kembang sepatu, kembang sepatu merupakan tumbuhan liar yang tumbuh di daerah

Sumatera dan negara Malaysia. Kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.) adalah tanaman semak suku Malvaceae yang berasal dari Asia Timur dan banyak ditanam sebagai tanaman hias di daerah tropis dan subtropis. Bunga besar, berwarna merah dan tidak berbau. Bunga dari berbagai kultivar dan hibrida bisa berupa bunga tunggal (daun mahkota selapis) atau bunga ganda (daun mahkota berlapis) yang berwarna putih hingga kuning, oranye hingga merah tua atau merah jambu.

Di Sumatera dan Malaysia, kembang sepatu disebut bunga raya. Bunga ini ditetapkan sebagai bunga nasional Malaysia pada tanggal 28 Juli1960. Orang

Jawa menyebutnya kembang worawari.

Bunga jenis ini terdiri dari lima helai daun kelopak, yang dilindungi oleh kelopak tambahan (epicalyx), sehingga terlihat seperti dua lapis kelopak bunga.

Mahkota bunga terdiri dari lima lembar atau lebih jika merupakan hibrida.

Tangkai putik berbentuk silinder panjang dikelilingi tangkai sari berbentuk oval yang bertaburan serbuk sari. Biji terdapat di dalam buah berbentuk kapsul berbilik lima.

Pada umumnya tinggi tanaman sekitar dua sampai lima meter. Daun berbentuk bulat telur yang lebar atau bulat telur yang sempit dengan ujung daun

300

301

yang meruncing. Di daerah tropis atau di rumah kaca tanaman berbunga sepanjang tahun, sedangkan di daerah subtropis berbunga mulai dari musim panas hingga musim gugur.Bunga berbentuk trompet dengan diameter bunga sekitar enam cm hingga dua puluh cm. Putik (pistillum) menjulur ke luar dari dasar bunga. Bunga bisa mekar menghadap ke atas, ke bawah, atau menghadap ke samping.

Bunga kembang sepatu, selain dimanfaatkan untuk perhiasan di taman atau di pekarangan, juga dimanfaatkan sebagai obat tradisional. Misalnya, daun kembang sepatu digunakan sebagai obat penurun panas pada anak-anak maupun orang dewasa.

4.4.3.4.2. Peranan warna logo Iqbal Rizki

Logo karya Rizky ini memiliki 3 warna yaitu, merah, kuning dan biru.

Menurut teori nirmana, warna ini merupankan warna dasar atau primen, warna yang berdiri sendiri tidak mengalami campuran dari warna manapun.

Penanan warna merah pada logo ini adalah untuk menarik perhatian.

Warna merah juga paling ampuh untuk merangsang dan meningkatkan energi fisik, memperkuat motivasi, meningkatkan sirkulasi, dan berkaitan dengan seksualitas. Merah juga membangkitkan emosi dan menciptakan perasaan kegembiraan atau intensitas. Merah adalah warna yang kuat sekaligus hangat.

Didalam desain, dapatdigunakan warna merah sebagai aksen karena sifatnya yang kuat.

301

302

Kuning adalah warna cerah yang dapat menarik banyak perhatian. Warna ini bisa dipakai sedikit untuk pemberitahuan, seperti cahaya kedua lampu rem yang berada dikendaraan. Pada logo ini warna kuning memiliki makna intelektual dan proses mental. Warna cerah ini juga merangsang otak serta membuat lebih waspada dan tegas. Kuning adalah warna yang ceria, menyenangkan dan penuh energi. Kuning juga biasanya di gunakan untuk mendapatkan perhatian dari orang yang melihat desain logo. Karena begitu kuatnya warna kuning ini, seringkali di gunakan untuk mendapatkan perhatian orang.

Dari semua warna dalam spektrum, biru juga merupankan warna yang meningkatkan ekspresi verbal, komunikasi, ekspresi artistik dan kekuatan. Biru yang kuat (biru tua) akan merangsang pemikiran yang jernih dan biru muda akan menenangkan pikiran dan membantu konsentrasi.

Biru adalah warna favorit para pria dan termasuk warna yang dingin.

Kalau di dunia desain logo, biru sering di sebut warna corporate karena hampir semua perusahaan menggunakan warna biru sebagai warna utamanya. Tidak heran memang, karena biru merupakan warna yang termasuk tenang dan bersifat profesional. Efek lain warna biru adalah sering di anggap sebagai warna yang melambangkan kepercayaan dan trustfulness.

4.4.3.4.3. Jenis font logo Iqbal Rizki

Letter mark pada logo ini mencermikan kebebasan tidak kaku dan fleksibel. Jenis huruf ini merupakan distorsi dari huruf fontdinerdotcom huggable,

302

303

jenis font ini menjadikan logo ini lebih dinamis, dan menciptakan Suasana ceria, tetapi tidak menghilangkan kesan tegas dan elegan pada logo tersebut.

Jadi logo karya Rizky ini, memiliki makna bahwa picture mark dari logo tersebut mengambarkan perusahan yang terbesar di Indonesia, memiliki daya rangsang yang kuat dalam berkomunikasi pada konsumen, serta menginformasikan produk dari batik tersebut satu-satunya yang memiliki kualitas terbaik di Sumatera Utara yang memiliki kekuatan untuk bersaing dipasar lokal maupaun internasional.

4.4.3.5. Logo Menanti Sitohang

Menanti Sitohang merupakan mahasiswa Polimedia PSDD program studi multimedia, semester II kelas B. Desain logo batik motif daun sirih yang merupakan jenis motif kontemporer. Logo hasil ciptaan M. Sitohang ini telah diamati dan direduksi. Hasi pengamatan tersebut adalah bahwa logo tersebut telah memenuhi enam dari delapan kreteris logo yang baik, diantaranya, sederhana, mudah diingat, tahan lama (tidak termakan zaman),enak dipandang, dan tepat sasaran serta fleksibel.

Picture mark pada logo tidak menggambarkan logo batik, tetapi motif pada logo ini merupakan jenis tumbuhan yang ada di pulau Sumatera, logo tersebut juga belum bisa dikatakan sebagai logo yang unik, karena layout pada komposisi picture mark dan letter mark-nya, masih seperti kebanyakkan logo yang lain. Namun dari hasil pengamatan logo karya M. Sitohang ini memiliki 303

304

predikat CUKUP BAIK, menurut kreteria logo, seperti yang dibahas pada bab-bab sebelumnya.

Gambar 4.47 : Tampilan Bentuk dan Warna Logo Iqbal Rizki

4.4.3.5.1. Makna bentuk logo Menanti Sitohang

Bentuk dasar picture markadalah lingkaran, dan terdapat dua lingkaran, lingkaran yang pertama merupakan distorsi dari bentuk daun sirih, dan lingkaran yang kedua sebagai pengunci ataupun hiasan tepi pada picture mark.

Menurut teori nirmana picture mark pada logo merupakan dasar pola bidang. Penentuan bentuk logo berdasarkan maknanya dipilih dengan maksud supaya logo tersebut mampu menyampaikan pesan yang ingin disampaikan oleh pemilik logo kepada konsumennya. Selian itu, logo juga mampu membangun

304

305

brand image seperti yang diinginkan oleh pemilik logo. Oleh karenanya bentuk logo merupakan gambaran dari karakter pemilik logo.

Bentuk lingkaran sangat cocok dengan dengan perusahaan ini yang memberikan kesan yang dinamis, bergerak, memiliki kecepatan, sesuatu yang berulang, tidak terputus, tidak memiliki awal atau akhir, abadi, memiliki kualitas, dapat diandalkan, sesuatu yang sempurna, serta kehidupan.

Makna atau kesan yang diberikan ini adalah sebuah simbol yang secara tidak sadar menjadi suatu peraturan. Atau dengan kata lain, terjadi dialam bawah sadar manusia. Ini merupakan simbol-smbol dan manusia modern adalah manusia yang penuh dengan simbol. Menyampaikan sesuatu dengan simbol dianggap akan lebih praktis jika menggunakan tulisan. karena simbol bisa dilihat lebih cepat dibandingkan dengan tulisan. Apalagi simbol yang secara tidak sadar telah melekat dalam otak manusia karena ketika simbol tersebut dilihat, maka secara otomatis maka dri simbol tersebut akan muncul sebagai suatu pemahaman yang mengendalikan pemikiran dan perasaan manusia.

Lingkaran tentu termasuk sebuah simbol yang akan mengendalikan pikiran serta perasaan orang yang melihatnya. Oleh karenanya logo berbentuk lingkaran akan mampu membangun brand image yang sama seperti makna pada bentuk lingkaran.

Pada lingkaran yang kedua terdapat distorsi daun sirih yang memiliki makna sebagai simbol kerukunan dan perdamaian, tak heran dalam adat istiadat

305

306

suku tertentu kerap membawa dan atau menyuguhkan daun sirih ini sebagai artian pernyataan hidup harmonis dan tidak saling merugikan

Sirih memiliki keunikan, tumbuhan sirih bila diperhatikan tumbuh merambat dari bawah ke atas yang bermakna juga dalam kehidupan maupun pekerjaan segala sesuatunya haruslah dimulai dari bawah hingga perlahan-lahan menjadi lebih tinggi dengan tanpa merugikan orang lain.

Sangat disayangkan jika kebanyakan dari kita beranggapan bahwa sirih hanyalah ritual khusus sekapur sirih para orang tua atau nenek-nenek saja yang biasa selalu menyantapnya dilengkapi dengan hidangan kapur, gambir dan pinang atau juga sedikit campuran tembakau.

4.4.3.5.2. Peranan warna logo Menanti Sitohang

Warna pada logo ini adalah orange dan hitam. Orange merupakan warna skunder yang terdiri dari warna primer atau warna dasar yaitu merah dan kuning.

Dan hitam memjadikan warna lebih gelap, ataupun dikatakan sebagai gelap dan putih terang.

Orange merupakan warna hangat dan ramah yang membuat orang merasa nyaman. Orange berhubungan dengan cakra sakral dan diyakini bermanfaat untuk ginjal, saluran kemih dan organ repoduksi. Dia juga meningkatkan metabolisme, memperkuat paru-paru, limpa dan pankreas. Orange adalah hasil peleburan merah dan kuning, sehingga efek yang di hasilkan masih tetap sama, yaitu kuat dan

306

307

hangat. Dari sisi psikologis sebenarnya warna orange memberikan kesan untuk menarik perhatian orang.

Hitam adalah warna yang gelap, suram, menakutkan tetapi elegan. Dengan pemahaman efek dari berbagai macam warna ini maka Akarapi mampu menerapkannya dalam dunia komunikasi visual, marketing, materi promosi, corporate identity hingga pembuatan desain logo perusahaan yang menjadi titik awal dari program branding yang sukses dan berhasil.

4.4.3.5.3. Jenis font logo Menanti Sitohang

Letter mark pada logo ini merupakan kejelas identitas dari sebuh perusahaan, ketika ditampilkan bersamaan dengan picture mark, makna pesan yang disampaikan akan lebih akurat. Letter mark pada logo ciptaan M. Sitohang ini merupakan distorsi dari jenis huruf ballemi extra. Penggunaan jenis huruf ini dapat mempertegas identitas yang ingin disampaikan.

Jadi makna dari logo ini adalah perusahan batik yang memiliki unsur budaya bangsa Indonesia akan berkembang perlahan seperti tumbuhan sirih yang tumbuh dari bawah ke atas yang berdiri sendiri tanpa merugiakan orang lain.

Memiliki kekuatan dan dapat menyata perhatian dari kualitas produknya serta berani tampil pada pangsa pasar local dan internasional, sebagai wujudmemahami dan menghargai budaya bangsa kita yang luhur ini agar tercipta suatu perdamaian melalui sehelai daun sirih.

307

308

4.4.3.6. Logo Muhammad Zailani

Muhammad Zailani merupakan mahasiswa Polimedia PSDD program studi multimedia, semester II kelas B. Desain logo batik motif Melayu. Logo ini telah diamati dan direduksi sesuai dengan kreteria logo yang baik. Logo karya

Zailani ini memenuhi semua kreteria logo yang baik, dan memiliki muatan sederhana, mudah diingat, tahan lama (tidak terpengaruh olah zaman), enak dipandang, sesuai fungsi, tepat sasaran, unik dan menarik serta memikili fleksibelitas pada semua media. Hasil dari pengamatan dengan kreteria logo yang baik, logo karya Muhammad Zailaniini ditempatkan pada predikat sangat baik sekali.

Gambar 4.48 : Tampilan Bentuk dan Warna Logo Muhammad Zailani

308

309

4.4.3.6.1. Makna bentuk logo Muhammad Zailani

Menurut teori nirmana, picture mark pada logo merupakan bentuk pola bidang, yaitu bidang setengah lingkaran. Seperti yang telah diuraikan pada pembahasan sebelumnya, bahwa makna lingkaran memberikan kesan yang dinamis, bergerak, memiliki kecepatan, sesuatu yang berulang, tidak terputus, tidak memiliki awal atau akhir, abadi, memiliki kualitas, dapat diandalkan, sesuatu yang sempurna, serta kehidupan.

Bentuk setengah lingkaran dapat juga diartikan pelangi. Pelangi pada dasarnya lingkaran utuh, karena pengaruh sudut pandang, sehingga pelangi terlihat setengah lingkaran. Pelangi merupakan sebuah demonstrasi nyata dari dispersi (pembiasan) cahaya dan merupakan bukti bawa sinar matahari atau cahaya tampak tersusun dari spektrum panjang gelombang. Masing-masing panjang gelombang tersebut menghasilkan warna yang berbeda-beda yakni warna merah, orange, kuning, hijau, biru, violet, ungu.

Makna yang lain adalah kubah masjid, bentuk setengah lingkaran biasaya yang sering terlihat kubah masjid. Kubah merupakan bentuk setengah lingkaran atau setengah bola, yang merupakanarsitetur banguan masjid, masjud adalah bangunan rumah ibadah umat Islam. Tidak semua masjid menggunakan kubah setengah lingkaran. Namun seiring berkembangan zaman, kubah indentik dengan

Islam, sehingga menjadi lambang bagunan ibadah umat Islam.

Kalau dianalis melalui makna kebudayaan, picture mark pada logo karya

Zailani ini, merupakan motif ragam hias suku Melayu. Bentuk yang dihadirkan

309

310

berupa motif tumbuh-tumbuhan. Motif seperti ini bagi orang Melayu merupakan ragam hias dengan nama sinar matahari pagi.

Ragam hias sinar matahari pagi ini melambangkan kehidupan masyarakat

Melayu, itu sebabnya rumah-rumah Melayu pada zaman dahulu menghadap ke matahari terbit. Tetapi seiring perkembangan jaman bentuk ragam hias ini mengalami variasi-variasi sehingga ditengah-tengah lingkaran, ragam hias sinar matahari pagi telah ditukar dengan motif-motif lain, seperti tumbuhan, bunga dan lain-lain. Karena motif aslinya sudah bertukar maka makna dari setengah lingkaran menjadi bentuk groda dalam bahasa Indonesia disebut roda. Ragam hias sinar matahari pagi terdapat lobang hawa atau ventelasi, dan orang menyebutnya dengan kasa pintu masuk lobang hawa atas pintu, dan kasa jendela untuk lubang hawa di atas jendela.

4.4.3.6.2. Peranan warna logo Muhammad Zailani

Desain logo karya Zailani ini mempunyai pada picture mark warna hijau dan pada letter mark hitam. Warna hijau adalah warna skunder, yaitu gabungan dari warna biru dan kuning, kedua warna tersebut adalah warna primer. Warna hijau memiliki arti dan keistimewaan dan melambangkan kehidupan dan tabah dalam menghadapi masalah.

Hijau dikaitkan dengan dunia alam. Karena hubungannya dengan alam, hijau dianggap sebagai warna menenangkan dan santai. Warna hijau yang dihadirkan picture mark pada logo akan menyeimbangkan emosi, menciptakan

310

311

keterbukaan antara anda dan orang lain. Warna ini dipercaya membantu masalah emosional, seperti cinta, kepercayaan, dan kasih sayang.

Di dalam desain logo karya Zailani ini, warna hijau digunakan untuk memberikan kesan segar, membangkitkan energi, memberikan efek menenangkan, menyejukkan, menyeimbangkan emosi, memberikan rasa bahagia, dan rasa percaya diri.

Dalam teori nirmana warna hitam sebagai unsur memberi kesan gelap pada warna. Warna hitam yang dihadirkan letter markpada logo memberikan kesan kokoh, kuat dan elengan. Dalam kebudayaan warna hitam mencerminkan kedudukan atau pun bersifat menguasa seperti seorang raja.

Warna hijau dalam kebudayaan biasanya identik dengan suku Melayu, orang Melayu pada umumnya beragama Islam, menurut sejarah Melayu itu adalah

Islam, sehingga warna hijau melambangkan warna identik agama Islam. Sehingga warna hijau selalu digunakan pada bangunan bernuansa Islam melambangkan kesuburan dan kesetiaan, taat serta patuh, terhadap ajaran agama.Warna Pakaian

Hijau Lumut dipakai oleh kaum-kaum bangsawan, Tengku, Encik, dan Wan.

Seperti kesultan deli.

Menurut kebudayaan Melayu warna hitam melambangkan keperkasaan Warna ini selalu dipakai oleh panglima dan hulubalang, ketika diperapkan pada pakaian adat, warna hitam melambangkan kesetiaan, ketabahan dan bertanggung jawab serta jujur. Baju warna Hitam dipakai oleh datuk dan orang besar kerajaan dalam upacara adat kebesaran kerajaan.

311

312

4.4.3.6.3. Jenis font logo Muhammad Zailani

Pada letter mark typografi yang digunakan merupakan distorsi dari jenis huruf tiranti solid let dan arial bold. Bentuk letter mark distorsi huruf Z, memudahkan konsumen atau pemakai produk ini untuk mengingat, karena menggunakan konsep yang sederhana dan tidak lekang dimakan zaman.

Jadi logo milik Zailani ini memiliki makna menghadirkan kesan yang dinamis, bergerakcepatdan tidak berhenti dalam berinovasi, , memiliki produk berkualitas seperti baju para datok dan raja-raja, dapat diandalkan, menjadikan usaha tersebut sempurna, serta memiliki keberhasilan seperti angin yang berhempus masuk melalui ventelasi dan bercirikan islami seperti kehidupan sukun

Melayu.

4.4.3.7. Logo Sri Damayanti Hutabarat

Sri Damayanti Hutabarat merupakan mahasiswa Polimedia PSDD

program studi multimedia, semester II kelas A. Desain logo batik motif Batak

Toba. Desain logo miki Damayanti ini telah diamati dan direduksi sesuai dengan

kreteria loho yang baik. Hasil dari reduksi tersebut adalah logo ini memenuhi

seluruh prinsip kreteria logo yang baik.

Seluruh prinsip-prinsip yang ada dilogo ini adalah sederhana, mudah

diingat, tidak ternakan zaman, enak dipandang, sesuai fungsi, tepat sasaran, unik

dan menarik serta memiliki fleksibelitas di setiap media. 312

313

Gambar 4.49 : Tampilan Bentuk dan Warna Logo Sri Damayanti Hutabarat

4.4.3.7.1. Makna bentuk logo Sri Damayanti Hutabarat

Picture mark pada logo ini merupakan distorsi dari bentuk hati. Bentuk hati merupakan bagian dari pola bidang gambungan dari distori dua lingkaran yang berbentuk oval. Bentuk hati biasanya identik dengan simbol cinta.

Simbol hati banyak digunakan sebagai ekspresi cinta dan kasih sayang. Di banyak negara, simbol hati digunakan untuk menunjukkan bahwa seseorang sedang jatuh cinta. Sebagai lambang cinta, simbol hati sering digambarkan dengan hati yang retak atau patah biasanya melambangkan kesedihan atau rasa sakit akibat cinta.

Bentuk asal simbol hati masih menjadi kontoversi. Walaupun secara umum simbol ini berasal dari bentuk jantung, simbol ini hanya samar-samar melambangkan jantung manusia. Ada pendapat yang mengusulkan bahwa benih

313

314

tanaman silphium (yang pada masa kuno digunakan sebagai alat kontrasepsi alami) merupakan asal mula simbol hati.

Simbol hati juga disebut-sebut menggambarkan bagian-bagian tubuh perempuan, misalnya bokong perempuan, mons pubis, atau vulva yang terbuka.

Simbol "yoni" merupakan contoh lainnya dari vulva perempuan.Simbol hati terbalik digunakan sebagai lambang kebangsawanan karena mirip dengan testis.

Di negara Swedia bentuk hati melambangkan pembuangan air atau kamar mandi (toilet). Bentuk hati yang arah runcingnya ke bawah merupakan ikon dari toilet perempuan, dan bentuk hati yang terbalik atau runcingnya mengarah ke atas merupakan ikon dari toilet laki-laki.

Picture mark pada logo karya Damayanti ini ragam hias suku Batak Toba didistori kebentuk hati. Motif ragam hias yang dihadirkan menjadi picture mark pada logo ini merupakan ragam hias motif tumbuhan yang didistorsi dari bentuk gorga simarogung-ogung.

Simarogung-ogung memiliki makna bahwa ogung berarti gong yang merupakan salah satu alat musik pukul. Gorga Simarogung-ogung memiliki bentuk seperti gong tersebut. Gong dianggap sebagai simbol pesta yang merupakan ungkapan kegembiraan. Gorga ini juga melambangkan kejayaan dan kemakmuran, sehingga rumah orang yang dihiasi Gorga Simarogung-ogung ini merupakan orang kaya yang pengasih dan pemurah (parbahul-bahul na bolon).

314

315

4.4.3.7.2. Peranan warna logo Sri Damayanti Hutabarat

Warna pada logo ini adalah hitam, merah dan putih. Warna merah dalam teori nirmana merupakan warna dasar atau warna primer.

Pemahaman makna hitam dan putih sering disebut sebagai gelap terang.

Fakta lain mengungkapkan bahwa hitam dan putih juga merupakan bagian dari warna yang memiliki makna dari masing-masing warna tersebut.

Hitam adalah mencerminkan kesan elegan. Karena itu elemen apapun jika di taruh di atas dasar hitam akan terasa lebih bagus dan menonjol.Dengan pemahaman efek dari berbagai macam warna ini mampu menerapkannya dalam dunia komunikasi visual, marketing, materi promosi, hingga pembuatan desain logo perusahaan yang menjadi titik awal dari program branding yang sukses dan berhasil.

Putih juga meberikan aura kebebasan dan keterbukaan serta menciptakan kesan steril. Putih adalah warna yang murni, tidak ada campuran apapun.

Makanya sering di anggap sebagai warna yang menimbulkan efek suci dan bersih.

Merah adalah warna yang paling sering menarik perhatian. Warna memilki karateristik merangsang saraf, kelenjar adrenal (endokrin) dan saraf sensorik.

Warna merah juga paling ampuh untuk merangsang dan meningkatkan energi fisik, memperkuat motivasi, meningkatkan sirkulasi, dan berkaitan dengan seksualitas. Merah juga membangkitkan emosi dan menciptakan perasaan kegembiraan atau intensitas.

315

316

Didalam desain logo ini, penggunakan warna merah sebagai aksen karena sifatnya yang kuat. Pada logoiniwarna hitam putih di berikan aksen warna merah menjadikan logo ini terlihat berbeda.

Pengertian lain dilihat dari pemahaman kebudayaan. Pada masyarakat suku Batak Toba, hitam merah dan putih ini merupaka ciri khas dari suku Batak

Toba, dan memiliki arti tersendiri bagi setiap warna yang dihadirkan.

Kemampuan warna merah, hitam dan putih dapat menciptakan impresi, mampu menimbulkan efek-efek tertentu, sehingga mampu mempengaruhi perilaku, memegang peranan penting dalam penilaian estetis dan turut menentukan sikap kesukaan konsumen terhadap produk.

Kalau dilihat peranan warna dari suku Batak Toba, warna yang dominan pada gorga batak Toba adalah warna hitam, merah dan putih. Ketiga warna gorga juga melambangkan tiga penguasa alam semesta yaitu Batara, Guru penguasa

Banua Toru dilambangkan dengan warna hitam, Debata Sori penguasa Banua

Tonga dilambangkan dengan warna merah, dan Mangala Bulan penguasa Banua

Ginjang, dilambangkan dengan warna putih. Ketiga dewa yang dikenal dengan sebutan „Debata Sitolu Sada‟, atau tritunggal dewa dan tiga bagian alam semesta ini sangat mempengaruhi hampir seluruh kebudayaan Batak.

Warna hitam pada logo ini merupakan symbol dari Banua Toru (kosmos bagian bawah) dan penguasaanya.Sebagai lambang yang adil dan bijaksana. Di dalam kehidupan sehari-hari warna hitam dianggap sebagai simbol kekuatan pengobatan dan kedukunan.

316

317

Warna hitam disimbolkan sebagai Raja Warna, warna ini melambangkan kekuatan, pelindung dan kekuasaan yang adil dan bijaksana.Itulah sebabnya ikat kepala kepala raja di Tanah Batak selalu berwana hitam. Dalam Gorga Batak

Toba warna hitam selalu dibuat pada andor yaitu bidang gorga yang selalu dikontur dengan garis besar berwarna putih. warna hitam yang dihadirkan pada tulisan yang terdapat pada logo merupakan warna ciri khas batak yang merupakan perwakilan daerah sumatera utara yaitu hitam.

Warna merah pada logo ini merupakan simbol Banua Tonga (kosmos bagian tengah) dan penguasanya adalah Debata Sori. Merah adalah lambang keberanian dan kesaktian.

Warna putih merupakan simbol dari Banua Ginjang (kosmos bagian atas) dan penguasanya Mangala Bulan. Putih melambangkan kesucian dan kehidupan.Orang Batak percaya membuat hidup adalah gota(getah), suatu tenaga ajaib yang mengalir dalam tubuh makhluk hidup. Orang Batak zaman dahulu menganggap manusia hidup dari 11 gota ni (getah nasi), gota ni gadong (getah ubi), dan gota ni ingkau (getah sayur-sayuran). Memang tidak semua getah berwarna putih tetapi karena kebanyakan getah berwarna putih, maka orang Batak menganggap bahwa getah itu berwarna putih.

Warna putih dibuat pada garis gorga (hapur atau lili), yaitu garis kontur dan garis tengah yang selalu mengikuti andor (garis berwarna hitam). Warna putih melambangkan sebagai warna sisandang dera sebagai kuda kendaraan Tuan

317

318

Malabulan adik dari Tuan Sorimangaraja, maka ini dianggap sebagai lambang pekerja yang baik (paninggal sibola tali).

4.4.3.7.3. Jenis font logo Sri Damayanti Hutabarat

Jenis tipografi pada letter mark, sengaja dipilih agak kaku agar memiliki kesesuaian dengan picture mark, jenis huruf merupakan distorsi dari huruf rockwell. Jenis huruf ini yang memiliki ketegasan dan kekakuan mirip dengan karakter suku batak, namun dibalik karakter tersebut jenis font roman serif ini memiliki nilai artistik sehingga logo tersebut identik terhadap nilai-nilai budaya suku Batak Toba.

Jadi logo karya Damayanti ini memiliki makna kecintaan terhadap kebudayaan suku Batak Toba sehingga pelestarian budaya tersebut di aplikasikan dengan produk batik melalui motif-motif ragam hias yang ada disuku Batak Toba, yang mampu bersaing dengan produk asal batik yaitu pulau Jawa bahkan sampai kemancanegara.

4.4.3.8. Logo Yuni Kartika Sari

Yuni Kartika Sari merupakan mahasiswa Polimedia PSDD program studi multimedia, semester II kelas A. Desain logo batik motif sumatera utara.

Berdasar hasil reduksi dan pengamatan logo inimemiliki tujuh dari delapan kreteria logo yang baik. Salah satu kreteria ya g tidak dimiliki logo ini adalah sesuai dengan fungsi. 318

319

Fungi sesuai dengan produk yang akan dipasarka yatu Batik dengan etnis

Sumatera Utara, tetapi logo tersebut memiliki keserhanaan, mudah diingat tidak termakan zaman, tepat sasaran, unik dan menarik serta fleksibilitas apabila ditempat diberbagai media. Dari hasil pengamatan logo ini memiliki predikat sangat baik.

Gambar 4.50 : Tampilan Bentuk dan Warna Logo Yuni Kartika Sari

4.4.3.8.1. Makna bentuk logo Yuni Kartika Sari

Logo karya Yuni ini merupaka logo batik dengan ciri khas Sumatera

Utara. Pada picture mark, logo ini menghadirkan distorsi bentuk bunga kenanga yang telah menjadi ciri khas ataupun maskot propinsi Sumatera Utara. Bunga kenanga yang sering disebut masyarat Sumatera Utara sebagai bunga kantil memiliki aroma yang harum, Karena itulah bunga ini kerap disuling untuk

319

320

dijadikan minyak wangi. Sering juga dipergunakan sebagai pelengkap acara-acara adat dan keagamaan. Termasuk salah satu bunga tabur saat berziarah.

Nama lain bunga ini adalah Cananga odorataTanaman ini satu suku dengan sirsak dan srikaya, yaitu suku Annonaceae. Ditinjau dari sosok tanamannya,bunga kenanga ini dibedakan atas dua jenis, yaitu: jenis pohon dan jenis perdu, akan tetapi, keduanya termasuk dalam spesies yang sama.

Secara tradisional, bunganya berfungsi sebagi bunga tabur di pemakaman, campuran bunga rampai atau sebagai hiasan pada sanggul wanita. Bunga Kenanga juga dapat mendatangkan devisa, dari bunganya yang wangi terkandung minyak atsiri. Selain itu bagian batangnya mempunyai nilai ekonomis, kayunya yang ukuran besar dapat dimanfaatkan untuk membuat berbagai perkakas rumah tangga, peti, dan sebagainya.

4.4.3.8.2. Peranan Warna logo Yuni Kartika Sari

Warna pada logo memiliki dua warna yaitu hijau dan kuning. Warna tersebut merupakan warna bunga dan tangkai sebenarnya, hijau warna tangkat dan kuning warna bunga. Namun ada makna lain yang tersirat dari dua warna tersebut.

Menurut teori nirmana, warna kuning dan hijau merupakan bagian dari teori warna. Kuning merupan warna dasar atau primer sedangkan warna hijau merupakan warna sekunder.

Telah diuraikan pada pembasahan sebelumnya, warna primer adalah warna dasar yang berdiri sendiri tanpa campuran dari warna apapun, dalam logo ini

320

321

warna tersebut adalah warna kuning. Begitu juga warna hijau merupakan warna skunder yang merupakan campuran dari dua warna primer atau warna dasar yaitu biru dan kuning.

Kedua warna ini apabila disandingan memiliki makna tumbuh dan berkembang, hijau biasa identik dengan muda mentah dan kuning identik dengan warna masak atau tua. Namun apabila dibahas makna masing-masing warna memiliki makna yang berbeda.

Kuning adalah warna cerah yang dapat menarik banyak perhatian. Warna ini bisa dipakai sedikit untuk pemberitahuan. Kuning juga berhubungan dengan intelektual dan proses mental. Warna cerah ini juga merangsang otak serta membuat Anda lebih waspada dan tegas. Kuning adalah warna yang ceria, menyenangkan dan penuh energi. Tidak heran warna kuning identik dengan mainan anak-anak.

Kuning juga biasanya di gunakan untuk mendapatkan perhatian dari orang yang melihat desain logo. Karena begitu kuatnya warna kuning ini, seringkali di gunakan untuk mendapatkan perhatian orang, warna kuning sifatnya menarik perhatian.

Seperti yang telah diuraikan pada pembahasan sebelumnya, hijau dikaitkan dengan dunia alam. Karena hubungannya dengan alam, hijau dianggap sebagai warna menenangkan dan santai. Warna ini dapat membantu orang yang sering merasa tegang. Hijau akan menyeimbangkan emosi, menciptakan keterbukaan.

321

322

Warna ini juga terkait dengan cakra jantung sehingga dipercaya membantu masalah emosional, seperti cinta, kepercayaan, dan kasih sayang. Hijau adalah warna yang tenang karena biasanya di kaitkan dengan lingkungan dan alam. Di dalam desain, kita bisa menggunakan warna hijau untuk memberikan kesan segar.

Dan dengan mudah kita bisa memberikan nuansa membumi dengan kombinasi warna hijau dan coklat gelap.

Hitam adalah warna yang gelap, tetapi elegan. Mampu menghadirkan komunikasi visual, marketing, materi promosi Warnahitam juga berfungsi untuk memberikan vibrasi tertentu di dalam suatu desain logo.

4.4.3.8.3. Jenis font logo Yuni Kartika Sari

Letter mark pada logo ni merupakan distorsi dari jenis huruftitanti solod led jenis huruf ini merupakan kelompok hurufscrift. Dan huruf sebagai informasi identitas merupakan jenis huruf arial normal.

Tipe huruf eyechart display caps ssi¸ sangat sesuai apabila disandingkan picture mark, karena karakter huruf ini memiliki kelembutan seperti halnya dengan bunga. Kesan tegas yang dihadirkan pada huruf yang menjadi informasi identitas pada logo yaitu arial normal, menjadikan logo ini lebih seimbang dan menamkah ketegas pada logo karya Yuni ini.

Jadi makna logo karya Yuni adalah bahwa produk yang nantinya akan dipasarkan mendapat tepat dimasyarakat, menjadi pusat perhatian dan sebagai alat komunikasi sehinggamenghadirkan rasa cinta dan kepercaya kepada konsumen

322

323

serta memiliki nama yang harum sebagai produk kebanggaan daerah Sumatera

Utara yang memiliki tekat dapat bersaing dipasar internasional.

4.4.3.9. Logo Zulfi Afrian

Zulfi Afrian merupakan mahasiswa Polimedia PSDD program studi multimedia, semester II kelas A. Desain logo batik motif Mandailing. Logo ini direduksi dan diamati sesuai dengan kreteri logo yang baik. Dan hasil dari pengamatan, logo memiliki tujuh dari delapan kreteria logo yang baik. Salah satu poin yang belum memenuhi kreteria sebagai logo yang baik adalah tidak tahan lama, maksudnya jenis desain logo tersebut akan tekikis oleh perkembangan zalam, karena picture mark pada logo tersebut. Merupakan gaya masa kini yaitu desain minimalis. Apabila trand zaman berubah logo ini akan ketinggalan zaman.

Namun dari hasil pengamatan logo ini memiliki kesan sederhana, mudah diingat, enak dipandang sesuai dengan fumgsi, tepat sasaran dan unik dan menarik serta memiliki fleksibelitas apabila ditempatkan diberbagai media. Logo ini memiliki predikat sangat baik.

323

324

Gambar 4.51 : Tampilan Bentuk dan Warna Logo Sri Damayanti Hutabarat

4.4.3.9.1. Makna bentuk logo Zulfi Afrian

Menurut teori nirmana picture mark pada logo merupakan pola bidang, bidang tersebut merupakan segitiga, yang disusun sedemikian rupa sehingga menghadirkan nilai estetis pada logo.

Segitiga memiliki arti sebagai lambang dari konsep Trinitas, atau lambang 3 unsur tertentu yang saling berhubungan. Dalam konsep religius mendasarkan pada tiga unsur alam semesta, yaitu Tuhan, manusia dan alam. Segitiga juga merupakan perwujudan dari konsep keluarga yakni ayah, ibu dan anak. Dalam dunia metafisika segitiga merupakan lambang dari raga, pikiran dan jiwa. Segitiga yang simetris dapat menjadi simbol untuk hukum, ilmu dan agama.

Segitiga juga dapat menunjukkan pergerakan berdasarkan ke mana mereka menunjuk atau sebagai arah atau puncak keberhasilan. Segitiga dapat digunakan untuk memberikan tema yang umum seperti piramida, gunung, panah dan simbol 324

325

api. Sifat dinamisnya membuat segitiga lebih cocok untuk desain logo pada perusahaan teknologi tinggi yang berkembang daripada untuk institusi keuangan.

Makna tersembunyi segitiga dalam logo dapat digunakan untuk menyampaikan perkembangan, arah dan tujuan, maskulinitas, trinitas, ketegaran, stabilitas dan menembus batas.

Bentuk lain yang dihadirkan pada picture mark, merupakan distorsi dari bentuk ragam hias suku Mandailing. Bentuk ragam hias tersebut adalah bindu.

Bindu memiliki arti dasar masyarakat dalam suatu kampung dan berdasarkan dalihan natolu yakni pihak mora, kahanggi dan anak boru.

Setiap pekerjaan yang dilaksanakan dalam kampung atau huta akan diserahkan tanjung jawab pelaksanaan berdasarkan kedudukannnya pada dalihan natolu. Walaupun bentuknya geemotris yaitu segitiga namun, bentuk segigita ini merupakan distorsi dari bentuk tumbuh-tumbuhan yang berasal dari tunas bambu yang disebut dengan pucuk rebung. Dan bentuk ragam hias ini merupakan bentuk motif tumbuh-tumnbuhan.

4.4.3.9.2. Peranan warna logo Zulfi Afrian

Warna yang dihadirkan merupakan warna merah, putih dan hitam. warna merah merupakan warna dasar, dan hitam dan putih merupakan warna gelap terang, sesuai dengan teori nirmana. Warna-warna trsebut memiliki arti dan makna yang berbeda dan satu sama lainnya memilik keterkaitan.

325

326

Merah adalah warna yang paling sering menarik perhatian, juga memperkuat motivasi, meningkatkan sirkulasi, dan berkaitan dengan seksualitas.

Merah juga membangkitkan emosi dan menciptakan perasaan kegembiraan atau intensitas. Didalam desain, warna merah dapat menggunakan sebagai aksen karena sifatnya yang kuat. Misalnya, pada logo hitam putih di berikan aksen warna merah sedikit saja sudah bisa membuat logo tersebut menjadi terlihat berbeda.

Pada logo ini putih juga memberikan aura kebebasan dan keterbukaan..

Putih adalah warna yang murni, tidak ada campuran apapun.Hitam mampu menghadirkan kesan elegan. Warna tersebut juga mampu menghadirkan komunikasi visual, marketing, materi promosi Warnahitam juga berfungsi untuk memberikan vibrasi tertentu di dalam suatu desain logo.

4.4.3.9.3. Jenis font logo Zulfi Afrian

Jenis letter mark pada logo merupakan distorsi dari jenis huruf eyechart display caps ssi. Jenis huruf ini tergolong kepada kelompok huruf sans serif.

Huruf ini sengaja dihadirkan untuk menyeimbangkan komposisi bentuk dari picture mack. Jenis huruf ini terkesan modern dan sedikit futuristik, sanagtsesuai dengan bentuk picture mark yang hadirkan kesan minimalis.

Penggabungan antara desain milimalis pada picture mark dan futuristik pada letter mark¸menjadikan logo ini memiliki kesan elengan sesuai dengan jenis produk yang akan dipasarkan nantinya

326

327

Jadi makna logo tersebut dapat diartikan sebagai berikut; bentuk segitiga yang meruncing dapat menjadi suatu penunjuk arah, untuk itu kesan yang timbul adalah pencapaian tujuan. Bentuk ini dapat menyimbolkan stabilitas namun dapat pula sebaliknya. Dalam spiritualitas bentuk ini digunakan untuk mewakili pengenalan diri, dan pencerahan yang merupakan picture mark pada logo.

Didukung dengan warna merah, putih dan hitam menambah kesan berani, terbuka, dan elegen sesuai dengan produk yang ditawarkan. Sehingga desain produk batik akan menciptakan kreafitas tanpa batas yang dalam mengikuti perkembangan zaman.

4.4.4. Makna Bentuk dan Peranan Warna logo Typographic

Logo typographic adalah salah satu dari jenis logotype and blend gram yang memiliki elemen tulisan dan gambar berbaur. Logo tersebut juga merupakan bagian dari logo gabungan kombinasi gambar dan tulisan (combination typo and gram).

Jenis logo ini salah satu dari hurufnya diganti dengan bentuk objek sesuai dengan konsep logo tersebut, bisa berupa flora, fauna, geometris dan figuratif.

Bentuk huruf yang diganii dengan elemen objek dapat menjadi simbol atau pun lambang yang bersifat makna yang sebernarnya atau denotatif.

Dari hasil pengelompokan logo pada pembahasan sebelumnya. Karya logo mahasiswa tersebut yang telah dikelompokkan sebagai logo typographic adalah sebagai berikut : Hasalan P. Samosir, Muhammad Soufiyarnodan Triana Sahfitri

327

328

4.4.4.1. Hasalan P. Samosir

Hasalan P. Samosir merupakan mahasiswa Polimedia PSDD program studi multimedia, semester II kelas B. Desain logo batik motif ulos Samosiryaitu suku Batak Toba. Dari hasil reduksi dan pengamatan logo ini telah memenuhi enam dari delapan kreteria logo yang baik.

Dua dintaranya adalah sederhana dan fleksibel. Desain logo ini terlihat rumit, karena diadopsi dari unsur-unsur ragam hias suku Batak Toba, yang mengikuti tigas garis pada letter mark dan picture mark seperti pewarnaan ragam hias suku Batak Toba, sehingga menjadikan logo ini kurang fleksibel ketika ditempat diberbagai media.

Enam diantaranya yang memenuhi kreteria logo yang baik adalah, mudah diingat, tahan lama (tidak tergilas zaman) enak dipandang, sesuai fungasi dan tepat sasaran sesuai dengan produk batik serta unik dan menarik. Logo ini memiliki predikat cukup baik, setelah diamati sesuai dengan kreteria logo yang baik.

328

329

Gambar 4.52 : Tampilan Bentuk dan Warna Logo Hasalan P. Samosir

4.4.4.1.1. Makna bentuk logo Hasalan P. Samosir

Bentuk picture mark dan letter markmembaur pada logo ini, huruf ―O‖ pada tulisan SAMOSIR dan ULOS, dijadikan sebagai picture mark dan digabungkan sebagai huruf ―O‖ pada kedua tulisan tersebut.

Apabila dianalisis dengan teori nirmana bentuk logo pada letter mark merupakan pola garis, yang terdiri dari tiga garis yaitu; garis dalam, garis tengah dan garis luar. Garis-garis ini didistrosi dan disusun menyeruapi bentuk letter mark¸dengan tulisan SAM-SIR (samosir) dan UL-S (ulos).

Garis terbentuk dari gerakan dari suatu titik yang membentuk suatu goresan yang mengungkapkan gerakan dan bentukan.Garis yang dibentuk sedemikian rupa dan bercerita, memiliki kemampuan untuk mengungkapkan suasana tertentu. mampu membentuk symbol yang memiliki pengertian khusus,

329

330

seperti : garis lurus mengesankan kekuatan, arah dan sikap yang kuat. Garis lengkung mengesankan keanggunan, gerakan dinamis, pertumbuhan.Garis

Horizontalmemberi sugesti ketenangan atau hal yang tak bergerak.Garis Vertikal memberikan stabilitas, kekuatan atau kemegahan.Garis Diagional mengesankan tidak stabil, sesuatu yang bergerak atau dinamika.Garis Lengkungberbelok menghadirkan grace, keanggunan.Garis Zig-zag menhadirkan kesan bergairah, semangat, dinamika atau gerak cepat. Dan Garis coretan kuas memberikan kesan casual, seni, fleksibilitas.

Bentuk pada picture mark merupakan pola bidang, terdapat dua bentuk bidang pada logo tersebut. Bidang segitiga disusun sedemikian rupa sehingga membentuk lingkaran. Bentuk-bentuk tersebut merupakan bentuk geometris.

Bentuk geometris biasanya terstruktur dan umumnya merupakan bentuk yang simetris. Bentuk geometris ini contohnya adalah segi empat, lingkaran, segitiga, segitujuh, segidelapan dan kerucut. Bentuk geometris ini biasanya mudah untuk dikenali. Bentuk geometris ini juga biasanya teratur dan efisien.

Segitiga sering dianggap sebagai lambang dari konsep Trinitas, atau lambang tiga unsur tertentu yang saling berhubungan. Dalam konsep religius mendasarkan pada tiga unsur alam semesta, yaitu Tuhan, manusia dan alam. Segitiga juga merupakan perwujudan dari konsep keluarga yakni ayah, ibu dan anak. Dalam dunia metafisika segitiga merupakan lambang dari raga, pikiran dan jiwa. Segitiga yang simetris dapat menjadi simbol untuk hukum, ilmu dan agama.

330

331

Segitiga merupakan pergerakan berdasarkan menunjukkan atau sebagai arah ataupun puncak keberhasilan. Segitiga dapat digunakan untuk memberikan tema yang umum seperti piramida, gunung, panah dan simbol api. Sifat dinamisnya membuat segitiga lebih cocok untuk desain logo pada perusahaan teknologi tinggi yang berkembang.

Lingkaran adalah elemen dasar yang sangat populer dalam desain logo. Ini dapat digunakan sebagai elemen logo independen. Bentuk lingkaran sangat cocok dengan perusahaan yang ingin memberikan kesan yang dinamis, rotasi, memiliki kecepatan, sesuatu yang berulang, tidak terputus, tidak memiliki awal atau akhir, abadi, memiliki kualitas, dapat diandalkan, sesuatu yang sempurna, serta kehidupan. Juga sering digunakan untuk benda-benda yang akrab seperti roda, bola, dan berbagai macam buah.

Lingkaran juga dilambangkan dengan matahari atau pembatasan dalam kurva yang melambangkan pertahanan, menjaga hal-hal yang ada di dalam dan menunjukkan suatu komunitas, integritas dan kesempurnaan.

Beda hal dengan budaya, logo ini merupakan bentuk motif geometris dari suku Batak Toba. Tiga garis yang dihadirkan letter mark pada logo merupakangaris yang berwarna hitam, putih dan juga merah.Warna hitam sebagai garis utama disebut sonom, pada pertengahannya terdapat garis tipis berwarna putih, setelah warna hitam di sebelah luarnya terdapat lagi garis putih mengapit warna hitam dan ditutup dengan warna hitam.Garis-garis warna hitam dan putih ini dinamakan andor.Paling sedikit tiga garis putih dan empat garis hitam untuk

331

332

membentuk andor.Garis putih inilah yang disebut lili atau hapur.Gorga hanya mempunyai tiga lili yang disebut dengan gorga si tolu lili (gorga dengan tiga garis), apabila suatu gorga mempunyai lima garis disebut dengan gorga si lima lili.

Bentuk segitiga pada picture mark menyerupai bentuk dari ipon-ipon yang merupakan hiasan tepi pada gorga batak, tetapi juga memiliki arti sebagai lambang kemajuan, bentuk segitiga disusun menjadi bentuk lingkaran. Bentuk picture mark ini mirip seperti bentuk matahari.

4.4.4.1.2. Peranan warna logo Hasalan P. Samosir

Pemilihan warna pada logo ini sesuai dengan warna khas suku Batak

Toba, yaitu hitam, putih dan merah. Sama seperti warna logo lainnya yang memilih warna logonya sesuai dengan suku Batak Toba.Uraian maknanya hampir sama persis seperti pembahasan sebelumnya pada logo-logo yang sesuai dengan

Batak Toba.

Berikut pembahasannya pada logo sebelumnya. Warna merah dalam teori nirmana merupakan warna dasar atau warna primer.

Pemahaman makna hitam dan putih sering disebut sebagai gelap terang.

Fakta lain mengungkapkan bahwa hitam dan putih juga merupakan bagian dari warna yang memiliki makna dari masing-masing warna tersebut.

Hitam adalah mencerminkan kesan elegan. Karena itu elemen apapun jika di taruh di atas dasar hitam akan terasa lebih bagus dan menonjol.Dengan pemahaman efek dari berbagai macam warna ini mampu menerapkannya dalam 332

333

dunia komunikasi visual, marketing, materi promosi, hingga pembuatan desain logo perusahaan yang menjadi titik awal dari program branding yang sukses dan berhasil.

Putih juga meberikan aura kebebasan dan keterbukaan serta menciptakan kesan steril. Putih adalah warna yang murni, tidak ada campuran apapun.

Makanya sering di anggap sebagai warna yang menimbulkan efek suci dan bersih.

Merah adalah warna yang paling sering menarik perhatian. Warna memilki karateristik merangsang saraf, kelenjar adrenal (endokrin) dan saraf sensorik.

Warna merah juga paling ampuh untuk merangsang dan meningkatkan energi fisik, memperkuat motivasi, meningkatkan sirkulasi, dan berkaitan dengan seksualitas. Merah juga membangkitkan emosi dan menciptakan perasaan kegembiraan atau intensitas.

Didalam desain logo ini, penggunakan warna merah sebagai aksen karena sifatnya yang kuat. Pada logo iniwarna hitam putih di berikan aksen warna merah menjadikan logo ini terlihat berbeda.

Pengertian lain dilihat dari pemahaman kebudayaan. Pada masyarakat suku Batak Toba, hitam merah dan putih ini merupaka ciri khas dari suku Batak

Toba, dan memiliki arti tersendiri bagi setiap warna yang dihadirkan.

Kemampuan warna merah, hitam dan putih dapat menciptakan impresi, mampu menimbulkan efek-efek tertentu, sehingga mampu mempengaruhi perilaku, memegang peranan penting dalam penilaian estetis dan turut menentukan sikap kesukaan konsumen terhadap produk.

333

334

Kalau dilihat peranan warna dari suku Batak Toba, warna yang dominan pada gorga batak Toba adalah warna hitam, merah dan putih. Ketiga warna gorga juga melambangkan tiga penguasa alam semesta yaitu Batara, Guru penguasa

Banua Toru dilambangkan dengan warna hitam, Debata Sori penguasa Banua

Tonga dilambangkan dengan warna merah, dan Mangala Bulan penguasa Banua

Ginjang, dilambangkan dengan warna putih. Ketiga dewa yang dikenal dengan sebutan „Debata Sitolu Sada‟, atau tritunggal dewa dan tiga bagian alam semesta ini sangat mempengaruhi hampir seluruh kebudayaan Batak.

Warna hitam pada logo ini merupakan symbol dari Banua Toru (kosmos bagian bawah) dan penguasaanya.Sebagai lambang yang adil dan bijaksana. Di dalam kehidupan sehari-hari warna hitam dianggap sebagai simbol kekuatan pengobatan dan kedukunan.

Warna hitam disimbolkan sebagai Raja Warna, warna ini melambangkan kekuatan, pelindung dan kekuasaan yang adil dan bijaksana.Itulah sebabnya ikat kepala kepala raja di Tanah Batak selalu berwana hitam. Dalam Gorga Batak

Toba warna hitam selalu dibuat pada andor yaitu bidang gorga yang selalu dikontur dengan garis besar berwarna putih. warna hitam yang dihadirkan pada tulisan yang terdapat pada logo merupakan warna ciri khas batak yang merupakan perwakilan daerah sumatera utara yaitu hitam.

Warna merah pada logo ini merupakan simbol Banua Tonga (kosmos bagian tengah) dan penguasanya adalah Debata Sori. Merah adalah lambang keberanian dan kesaktian.

334

335

Warna putih merupakan simbol dari Banua Ginjang (kosmos bagian atas) dan penguasanya Mangala Bulan. Putih melambangkan kesucian dan kehidupan.Orang Batak percaya membuat hidup adalah gota(getah), suatu tenaga ajaib yang mengalir dalam tubuh makhluk hidup. Orang Batak zaman dahulu menganggap manusia hidup dari 11 gota ni (getah nasi), gota ni gadong (getah ubi), dan gota ni ingkau (getah sayur-sayuran). Memang tidak semua getah berwarna putih tetapi karena kebanyakan getah berwarna putih, maka orang Batak menganggap bahwa getah itu berwarna putih.

Warna putih dibuat pada garis gorga (hapur atau lili), yaitu garis kontur dan garis tengah yang selalu mengikuti andor (garis berwarna hitam). Warna putih melambangkan sebagai warna sisandang dera sebagai kuda kendaraan Tuan

Malabulan adik dari Tuan Sorimangaraja, maka ini dianggap sebagai lambang pekerja yang baik (paninggal sibola tali).

4.4.4.1.3. Jenis font logo Hasalan P. Samosir

Jenis huruf yang disajikan pada logo ini merupakan letter markdalam istilah logo. Jenis huruf ini adalah indy condensed. Huruf ini memiliki karakter modern, sehingga mampu menjadi penyeimbang antara tradisi dan modernisasi.

Bentuk huruf juga besar dan flesibel, sehingga lebih mudah untuk mendistorsi menjadi garis-garis seperti gorga Batak Toba.

Jadi makna logo ini adalah Lingkaran dapat mewakili kekekalandan bersifat melindungi, kadangLingkaran tebal (ring) dalam sebuah logo dapat memberi arahan, persahabatan, cinta, hubungan dan kesatuan. Memiliki implikasi 335

336

perkawinan dan kemitraan, yang menunjukkan stabilitas dan daya tahan, konsentrasi, ketepatan dan target.

Logo ini juga memiliki makna untuk menyampaikan perkembangan, arah dan tujuan, maskulinitas, trinitas, ketegaran, stabilitas dan menembus batas, dan garis dalam logo melambangkan persatuan, integritas, ikatan yang kuat dan arah yang jelas.

4.4.4.2. Logo Muhammad Soufiyarno

Muhammad Soufiyarno merupakan mahasiswa Polimedia PSDD program studi multimedia, semester II kelas B. Desain logo batik motif modern.

Dari haril reduksi dan pengamatan logo ini memenuhi semua kreteria logo yang baik, karena bentunya sederhana, mudah diingat, tahan lama (tidak termakan zaman), enak dipandang, sesuai fungsi tetap sasaran unik dan menarik serta fleksibel. Logo ini memiliki predikat sangat baik sekali.

336

337

Gambar 4.53 : Tampilan Bentuk dan Warna Logo Muhammad Soufiyarno

4.4.4.2.1. Makna bentuk logo Muhammad Soufiyarno

Huruf ―S‖ terbentuk sepertiragam hias klasik yang merupakan picture mark pada logo, yang berada di tengah-tengan tulisan batik sumatera, mengantikan huruf ―S‖ sebagai simbol dari logo batik tersebut. Namun apabila dilihat secara detail ragam hias ini adalah distorsi ragam hias suku Melayu yang berbentuk sulur-sulur. Ragam hias ini merupakan motif tumbuhan. Pada ragam hias suku Melayu ornament ini sering digunakan pada sudut segitiga siku-siku dan lazimnya disusun secara simetris denga komposisi bentuk kanan dan kiri seimbang.

Bentuk picture mark pada logo ini merupakan distorsi lagi salah satu ragam hias suku Melayu yang sering disebut genting tak putus. Ragam hias ini biasanya berbentukdaun yang bersulur dan terdapat gambar burung di dalamnya,

337

338

hanya aja picture mark pada logo karya Soufiyarnobentuk burunganya dihilangkan dan hanya menggunakan bentuk sulur saja.

Orang Melayu mengartikan ragam hias genting tak putus bermakna bahwa sesusah-susahnya manusia dalam hidup ini tetapi tidak sampai habis sama sekali.

Ragam hias ini sebenarnya memiliki dasar pada bentuknya, berbentuk segitiga atau segi empat, yang memiliki lubang hawa atau ukuran terawang. Biasanya digunakan sebagai penyekat antar ruang pada rumah adat suku Melayu sesuai dengan susunan kontruksi atap rumah, yang berfungsi sebagai ventilasi.

4.4.4.2.2. Peranan warna logo Muhammad Soufiyarno

Warna yang dihadirkan pada logo ini adalah biru dan orange. Dalam teori nirmana warna biru sebagai warna dasar (primer) dan warna orange sebagai warna skunder. Warna dasar merupakan warna yang berdiri sendiri yang terdiri dari merah, kuning dan biru. Sedangkan warna skunder merupakan gabungan dari dua warna primer. Dalam hal ini orange merupakan gabungan dari warna merah dan kuning. Apabila dianalisis lebih dalam warna logo ini terdiri dari senua warna primer, hanya saja warna orange yang jadi perwakilan dari warna merah dan kuning.

Warna birudari semua warna dalam spektrum, biru adalah warna yang bisa

Warna ini juga meningkatkan ekspresi verbal, komunikasi, ekspresi artistik dan kekuatan. Pada dunia desain logo, biru sering di sebut warna corporate karena hampir semua perusahaan menggunakan warna biru sebagai warna utamanya.

338

339

tidak heran memang, karena biru merupakan warna yang termasuk tenang dan bersifat profesional. Efek lain warna biru adalah sering di anggap sebagai warna yang melambangkan kepercayaan dan trustfulness.

Warna orangeorange ialah kombinasi warna merah dan kuning. merupakan warna hangat dan ramah yang membuat orang merasa nyaman. Orange berhubungan dengan cakra sakral dan dapat menarik perhatian.

Dalam kajian budaya khususnya budaya Melayu, warna-warna pada suku

Melayu ada beberapa warna yang diadopsi dari warna-warna ragam hias Arab, sehingga warna pada ragam hias tersebut menjadi beragam. Warna bagi orang

Melayu juga merupakan lambang atau simbol yang dapat membedakan setatus seseorang di dalam kehidupannya. Lambang warna juga dapat menandakan kepatuhan.

Warna birumenurut suku melayu adalah memiliki makna lambang keperkasaan di sungai dan lautan . Dahulunya pakaian biru di peruntukkan bagi pelaksana kerajaan. Warna orange sebenarnya merupakan warna emas. Dalam menciptakan sebuah logo, warna emas sering diterjemahkan dengan warna orange, karena warna emas tidak dapat dihadirkan dengan teknik blok. Pemilihan teknik dalam pewarnaan pada sebuah logo ada baiknya tidak menggunakan warna yang bergradasi, karena akan perpengaruh apabila warna ini disajikan dalam bentuk hitam putih ataupun difotocopi. Disarankanagar menggunakan teknik blok untuk pemilihan waran apada logo. Pada suku Melayu warna orange (keemasan)

339

340

memiliki makna lambang kejayaan dan kemegahan. Warna ini dahulu di pakai oleh raja yang sedang berkuasa.

4.4.4.2.3. Jenis font logo Muhammad Soufiyarno

Letter mark pada logo ini merupakan jenis tipografi Avalon. Jenis huruf ini dikelompokkan kepada bentuk tipografi script, kalau dalam dunia pendidikan jenis huruf ini dinamakan halus kasar. Karena pada beberapabagian garis pada huruf dalam penulisannya, ada yang tebal ada nada yang tipis, teknik ini akan menciptakan huruf yang lebih indah.Begitu juga jenis huruf pada logo ini, jenis tipografi avalon, menghadirkan bentuk klasik yang menjadikan logo ini memiliki nilai estetis yang menawan.

Jadi makna logo ini menggambarkan dua elemen dalam bentuk letter mark merupakan kata batik sumut dan picture mark yang membentuk huruf ―S‖ yang merupakan kata awal ―Sumut‖. Sebuah penggambaran bentuk kerjasama yang sangat erat antara perusahaan batik dengan masyarakat Sumatera Utara sebagaimana visi dari perusahaan batik tersebut.

Warna oranye sebagai simbol suatu hasrat untuk terus maju yang dilakukan dengan energik yang dipadu dengan warna biru yang sportif dan profesional sebagaimana misi dari perusahan batik.

Dasar warna pada logo berwarna putih sebagai ungkapan ketulusan hati untuk melayani sebagaimana statemen perusahaan batik. Penulisan Batik

Sumutterkesan sederhana dan mudah dibaca, guna lebih mengedepankan

340

341

Sumatera Utara, sebagai gambaran keinginan dan dukungan untuk melestarikan kebudayaan di Sumatera Utara.

4.4.4.3. Logo Triana Sahfitri

Triana Sahfitri merupakan mahasiswa Polimedia PSDD program studi

multimedia, semester II kelas A. Desain logo batik motif modern. Logo ini telah

diamati dan direduksi sesuai kreteria logo yang baik.

Dari haril reduksi dan pengamatan logo karya Triana ini memenuhi semua kreteria logo yang baik, karena bentunya sederhana, mudah diingat, tahan lama

(tidak termakan zaman), enak dipandang, sesuai fungsi tetap sasaran unik dan menarik serta fleksibel. Logo ini memiliki predikat sangat baik sekali.

Gambar 4.54 : Tampilan Bentuk dan Warna Logo Triana Sahfitri

341

342

4.4.4.3.1. Makna bentuk logo Triana Sahfitri

Bentuk picture mark yang dihadirkan pada logo ini merupakan bentuk daun dan canting serta sulur-sulur tumbuhan. Picture mark dan letter mark berbaur pada logo ini. Picture mark membentuk huruf ―T‖ yang merupakan nama depan dari sang pemilik perusahan batik, perpaduan dari daun dan canting.

Umur alat untuk membatik ini memang sudah setua peradaban Mesir lama.

Canting merupakan alat untuk melukis dalam pembuatan batik tulis. Fungsi alat ini semacam pena yang menggunakan lilin malam (wax) cair sebagai tintanya.

Canting biasanya terbuat dari tembaga dan bambukayu sebagai pegangannya.

Bentuk canting beraneka ragam tergantung dari fungsinya, namun secara umum bentuk canting terdiri tiga bagian yaitu : nyamplung tempat untuk menampung cairan malam (wax) yang tebuat dari tembaga; cucuk menjadi satu bagian dengan nyamplung sebagai tempat keluarnya cairan malam (wax) panas saat menulis batik; gagang pegangan canting, biasanya terbuat dari bambu atau kayu.

Membatik merupakan sebagai media ekspresi emosi, juga menjadi media kompensasi yang dapat meredakannya, lantaran membatik selalu menuntut keluwesan, keprigelan, dan kesabaran.

Daun memiliki bentuk dasar oval, yang merupakan pola bidang pada teori nirmana. Bidang oval didistorsi menjadi bentuk daun dan disteelisasi menjadi garis di atas pada huruf ―T‖, sedangkan garis vertikan yang ada pada huruf ―T‖ distorsi dari bentuk canting.

342

343

Bentuk oval memiliki sifat tidak terbatas, sempurna, melindungi dengan garis yang menyatu. Memiliki kesan hangat, nyaman, cinta, dan keselarasan.

Selain itu, bentuk ini juga menggambarkan kesatuan dan integritas. Digunakan untuk menggambarkan sifat alam semesta yang tidak bertepi, mewakili sifat keabadian.

Bentuk oval cenderung memproyeksikan pesan emosional yang positif.

Menggunakan lingkaran dalam sebuah logo dapat menyarankan masyarakat, persahabatan, perkawainan dan kemitraan, yang menunjukkan stabilitas dan daya tahan. Sedangkan curves pada bidang apapun cenderung dipandang sebagai suatu gaya yang feminin di alam.

Daun merupakan simbol komponen yang hidup dan tumbuh. Bermakna mendorong untuk tetap tumbuh, hidup dan berkembang dengan semangat dan energi yang tetap segar.

Bentuk sulur merupakan distosi dari motif tumbuh-tumbuhan, karena tumbuh-tumbuhan merupakan perlambang dari kehidupan, dan manusia juga hidup dari tumbuh-tumbuhan. Motif sulur-suluran yang melambangkan kehidupan terus menerus. Begitu pun, motif-motif yang berbentuk bunga juga dianggap merupakan simbol atau perlambang.

343

344

4.4.4.3.2. Pernanan warna logo Triana Sahfitri

Warna yang digunakan pada logo ini adalah warna yang lembut ataupun feminim, warna logo ini menunjukan identitas bahwa pemilik perusahaan ini adalah seorang perempuan. warna tersebut adalah biru tua dan merah muda (pink).

Biru memiliki maknameningkatkan ekspresi verbal, komunikasi, ekspresi artistik dan kekuatan. Biru tua warna yang kuat untuk merangsang pemikiran yang jernih.

Warna merah muda atau pink, juga disebut juga waran merah jambu.Merah muda adalah warna yang feminin, kalau menggunakan warna ini pasti kamu berurusan dengan sesuatu yang bersifat kewanitaan. Efek cinta romantis juga bisa timbul dari warna merah muda ini, agak sedikit berbeda dengan warna merah yang lebih menggambarkan berani. Tetapi banyak juga desain logo perusahaan yang berani menggunakan warna merah muda ini dengan terang- terangan. Misalnya dengan kombinasi hitam dan merah muda sebuah desain bisa menjadi terlihat unik.

4.4.4.3.3. Jenis font logo Triana Sahfitri

Jenis huruf pada logo ini hampir sama dengan jenis huruf staccato,letter mark pada logo ini merupakan huruf yang sengaja diciptakan untuk logo ini. Logo ini merupakan nama dari pemilik perusahaan tersebut yaitu TIA.Huruf ―T‖ merupakan distorsi dari bentuk daun dan canting, sementara huruf A dan I, merupakan huruf vocal dan huruf kecil dalam abjad. Dan diperkuat dengan

344

345

kaliamat BATIK COLLECTION yang menjadi identitas perusahan pada logo tersebut.

Jadi makna logo tersebutb merupakan bentuk canting merupakan alat utama dalam membuat batik, di atas canting terdapat distorsi bentuk daun dengan sulur dikanan dan kiri menciptakan huruf T. Huruf I dan A kecil melengkapi nama pemiliki perusahan.

Logo tersebut memiliki makna tanpa batas, sempurna, melindungi dengan garis yang menyatu, memiliki kesan hangat, nyaman, cinta, dan keselarasan.

Selain itu, bentuk ini juga menggambarkan kesatuan dan integritas, dan menggambarkan sifat alam semesta yang tidak bertepi, mewakili sifat keabadian, cenderung memproyeksikan pesan emosional yang positif, persahabatan, perkawainan dan kemitraan, yang menunjukkan stabilitas dan daya tahan, cenderung dipandang sebagai suatu gaya yang feminin di alam, dan mendorong untuk tetap tumbuh, hidup dan berkembang dengan semangat dan energi yang tetap segar.

Bentuk sulur merupakan distosi dari motif tumbuh-tumbuhan, karena tumbuh-tumbuhan merupakan perlambang dari kehidupan, dan manusia juga hidup dari tumbuh-tumbuhan. Motif sulur-suluran yang melambangkan kehidupan terus menerus. Begitu pun, motif-motif yang berbentuk bunga juga dianggap merupakan simbol atau perlambang.

Warnanya juga meningkatkan ekspresi verbal, komunikasi, ekspresi artistik dan kekuatan dan merangsang pemikiran yang jernih. Kehadiran warna

345

346

merah muda memperkuat identitas perusahan batik ini bahwa produk yang dipasarkan hanya untuk kaum hawa saja dan tulisan batik menandakan perusahaan batik.

4.4.5. Makna Bentuk dan Peranan Warna Logo Gramgraphic

Logo gramgraphic adalah salah satu dari jenis logotype and blend gram yang memiliki elemen tulisan dan gambar berbaur. Logo tersebut juga merupakan bagian dari logo gabungan kombinasi gambar dan tulisan (combination typo and gram).

Pada logo ini yang disajikan huruf dan gambarnya membaur, pada logo ini logo dihadirkan berupa gambar yang didalamnya terdapat tulisan, biasanya tulisan tersebut didistorsi mengikuti bentuk pola logo ataupun bentuk dasar yang menjadi pola sebuah logo. Elemen bentuk gambar sengaja dihadirkan agar logo tersebut dapat menginformasikan visi-misi sesuai dengan identitas dari sebuah karakter seseorang, perusahaan, produk, atau jasa yang diwakilkannya dan unsur-unsur kebudayaan.

Dari hasil pengelompokan logo pada pembahasan sebelumnya. Karya logo mahasiswa tersebut yang telah dikelompokkan sebagai logo gramgraphic adalah sebagai berikut; Cepen Firmus G dan Nurul Azizah.

346

347

4.4.5.1. Logo Cepen Firmus G

Cepen Firmus G merupakan mahasiswa Polimedia PSDD program studi multimedia, semester II kelas A. Desain logo batik motif melayu. Logo ini telah diamati dan di reduksi sesuai dengan kreteria logo yang baik. Logo ini memiliki lima unsur dari delapan unsur kreteria logo.

Desain logo seperti ini merupakan logo yang lagi trand dizaman ini, logo seperti ini tidak tahan lama, karena apabila zaman berubah logo ini akan ketinggalan zaman. Desain bentuk logo seperti ini, kurang menarik, karena mirip seperti logo institusi dan pendidikan. Lebih mendekati lagi dengan jenis stempel.

Dari hasil pengamatan, logo ini juga tidak fleksibel tidak bisa ditempat diberbagai media, apabila dibuat ukuran kecil misalnya 1X1 cm tulisan pada logo terlalu kecil dan tidak kelihatan.

Namun logo ini memiliki unsur sederhana, mudah diingat, enak dipandang, sesuai dengan fungsi dan tepat sasaran. Logo karya Cepen ini memiliki predikat cukup baik.

347

348

Gambar 4.55 : Tampilan Bentuk dan Warna Logo Cepen Firmus G.

4.4.5.1.1. Makna bentuk logo Cepen Firmus G

Picture mark pada logo ini, memiliki bentuk dasar lingkaran, lingkaran sengaja dibuat tegas, sesuai dengan karakter perusahan. Lingkaran terdiri dua bentuk yaitu lingkaran dalam dan lingkaran luar. Lingkaran dalamberfungsi untuk penempatan media tulisan, sedangkan lingkaran luar berfungsi sebagai garis penutup pada logo.

Bentuk lingkaran sangat cocok dengan perusahaan yang ingin memberikan kesan yang dinamis, tidak terputus, tidak memiliki awal atau akhir, abadi, memiliki kualitas, dapat diandalkan, sesuatu yang sempurna.

Lingkaran dapat mewakili kekekalandan bersifat melindungi, kadang dilambangkan dengan matahari atau pembatasan dalam kurva yang

348

349

melambangkan pertahanan, menjaga hal-hal yang ada di dalam dan menunjukkan suatu komunitas, integritas dan kesempurnaan.

Apabila dilihat dari sisi budaya, ragam hias ini mrupakan motif tumbuhan, motif ini merupakan ragam hias suku Melayu yaitu pucuk rebung. Jenis ragam hias suku Melayu ini terdapat pada benda yang bernama pahar (dalung) yaitu sejenis meja tempat hidangan orang pada zaman dahulu. Benda ini terbuat dari tembaga yang diberi ukuran pada tepinya. Pahar digunakan sebagai tempat meletakan hidangan diwaktu hendak makan. Dan sebagai alas bahagian atas dari pahar diberi lapit yang namanya senggora dan baru diletakan hidangan berupa nasi atau lauk pauknya di dalam sebuah cawan. Lapit dari pada pahat terbuat dari berbagai-bagai warna, sesuai dengan yang dihidangkan. Apabila yang makan adalah kaum bangsawan maka lapitnya berwarna kuning.

Pucuk rebung merupakan motif ragam hias suku Melayu yang berupa pucuk bambu yang masih muda. Bentuk pucuk rebung pad pahar disusun melingkar pada tepi pahar. Ragam hias pucuk rebung tidak memiliki makna hanya sebagai hiasan saja.

4.4.5.1.2. Peranan warna logo Cepen Firmus G

Logo karya Cepen ini memiliki perpaduan dua warna yaitu hijau dan putih. Dalam teori nirnama hijau merupan warna skunder yaitu gabungan dari dua warna primer. Warna hiajau dihasilkan dari campuran warna kuning dan biru.

349

350

Hijau dikaitkan dengan dunia alam. Karena hubungannya dengan alam, hijau dianggap sebagai warna menenangkan dan santai.Hijau akan menyeimbangkan emosi, menciptakan keterbukaan, seperti cinta, kepercayaan, dan kasih sayang. Di dalam desain, kita bisa menggunakan warna hijau untuk memberikan kesan segar.

Putih juga memberikan aura kebebasan dan keterbukaan serta menciptakan kesan steril. Putih adalah warna yang murni, tidak ada campuran apapun.

Makanya sering di anggap sebagai warna yang menimbulkan efek suci dan bersih.

Apabila ditijau dari unsur budaya Melayu, warna hijau pada umumnya sering digunakan pada latar ragam hias. Dengan bentuk ragam hias berwana kuning. Warna hijau melambangkan warna identik agama Islam. Sehingga warna hijau selalu digunakan pada bangunan bernuansa Islam. Bagi masyarakat Melayu hijau juga melambangkan kesuburan dan kemakmuran.

Putih juga identik dengan umat Islam karena putih melambangkan kebersihan dan kesucian, seperti cirinya umat Islam. Perkembangan pada ragam hias Melayu yang diadopsi dari arab warna putih juga melambangkan tanda kesucian dalam tata pakaian adat putih di pakai juga sebagai tanda berkabung.

4.4.5.1.3. Jenis font logo Cepen Firmus G

Jenis huruf letter mark pada logo ini adalah arial black. Jenis font ini memiliki karakter tegas agar dapat mengimbangi bentuk ragam hias pucuk rebung

350

351

yang melengkung-lengkung. Pada jenis logo ini di dalam picture mark dan letter mark membaur atau dengan kata lain tulisan terdapat di dalam gambar.

Jadi makna logo inidapat memberi arahan, persahabatan, cinta, hubungan dan kesatuan. Memiliki implikasi perkawinan dan kemitraan, yang menunjukkan stabilitas dan daya tahan. Melambangkan konsentrasi, ketepatan dan target.

Juga melambangkan menyeimbangkan emosi, menciptakan keterbukaan, seperti cinta, kepercayaan, dan kasih saying dan memberikan kesan segar.Serta memberikan aura kebebasan dan keterbukaan serta menciptakan kesan steril serta menimbulkan efek suci dan bersih.

4.4.5.2. Nurul Azizah

Nurul Azizah merupakan mahasiswa Polimedia PSDD program studi multimedia, semester II kelas B. Desain logo batik motif batak Simalungun. Logo ini telah diamati dan direduksi sesuai dengan kreteria logo yang baik. Logo ini memiliki enam dari delapan unsur logo yang baik.

Logo ini hanya tidak terlihat sederhana dan fleksibel. Logo ini terkesan rumit dan sepertinya didapat ditempat diberbagai media, karena bentuk elemen- elemennya terlalu detail dan kecil-kecil. Hasil dari pengamatan logo ini memiliki predikat sangat baik.

351

352

Gambar 4.56 : Tampilan Bentuk dan Warna Logo Nurul Azizah

4.4.5.2.1. Makna bentuk logo Nurul Azizah

Bentuk picture mark pada logo, merupakan pola garis yaitu garis melengkung berbentuk ―S‖ dan bidang yang terdiri dari lingkaran dan segitiga.

Pola garis melengkung yang berbentuk ―S‖ terdiri dari tiga garis, memiliki makna sedemikian rupa dan bercerita, memiliki kemampuan untuk mengungkapkan suasana tertentu. mampu membentuk symbol yang memiliki pengertian khusus yaitub keanggunan.

Pola bidang lingkaran pada picture markyang terdiri dari sembilan bidang lingkaran. Lingkaran pertama yang paling dalam berfungsi sebagai dasar dari logo untk ruang pada letter mark, lingkaran kedua berfungsi sebagai pemisah antara lingkaran pertama dan ketiga. Lingkaran ketiga berfungsi sebagai garis penutup lingkaran pertama. Lengkaran keempat merupakan pemisah antara lingkaran

352

353

ketiga dan kelima. Lingkaran kelima merupakan dasar dari garis melengkung berbentuk ―S‖ yang disusun membentuk lingkaran. Lingkaran keenam berfungsi sebagai pemisah antara lingkaran kelima dan ketujuh. Lingkaran ketujuh merupakan dasar dari bentuk segitiga yang disusun dengan sudut yang paling runcing mengarah ke atas dan kebawah, membentuk lingkaran. Lingkaran kedelapan berfungsi sebagai pemisah antara lingkaran ketujuh dan kesembilan dan yang lingkaran terakhir berfungsi sebagai penutup atau hiasan tepi dari picture mark pada logo.

Pada dasarnya lingkaran memiliki makna kekekalandan bersifat melindungi, kadang dilambangkan dengan matahari atau pembatasan dalam kurva yang melambangkan pertahanan, menjaga hal-hal yang ada di dalam dan menunjukkan suatu komunitas, integritas dan kesempurnaan.

Bentuk yang terakhir adalah segitiga. Bentuk segitiga yang disusun sudut yang paling runcing mengarah ke atas dan kebawah, membentuk lingkarann memiliki makna menyampaikan perkembangan, arah dan tujuan, maskulinitas, trinitas, ketegaran, stabilitas dan menembus batas.

Lain halnya dengan pemahaman dari unsur budaya. Logo ini mengadopsi unsur-unsur suku Simalungun baik dari bentuknya juga warnanya. Picture mark pada logo ini merupakan motif ragam hias bentuk geometris. Bentuk-bentuk elemen ragam hias geometris pada logo ini adalah segitiga, lingkaran dan garis melengkung membentuk ―S‖.

353

354

Bentuk ragam hias yang tedapat pada logo seperti hopuk, pada masyarakat suku Simalungun hopuk merupakan sejinis peti yang dipergunakan menyimpan kain, ulos dan barang pelah belah berharga. Dan pada bagian atas dihiasi dengan ipon-ipon yang berbentuk segitiga berfungsi sebagai pengikat dan penutup hiasan yang merupan hiasan tepi. Gundur manggulapa, pinar bindoran dan pahu-pahu patundal.

Ragam hias pada logo ini hampir mirip dengan hopuk, hanya saja ragam hias yang ada didalamnya didistori agar terkesan minimalis. Ragam hias yang terdapat pada logo adalah ipon-ipon yang berbentuk segitiga berfungsi sebagai pengikat dan penutup sebagai hiasan tepi pada logo, ragam hias yang lain di dalam logo tersebut yaitu pokis marodor, bentuk ragam hias ini sangat mirip dengan garis melengkung ―S‖. Suku Simalungun mengartikan pokis marodor merupakan semut berfungsi sebagai pengapit bentuk paling bagian dalam pada logo yaitu letter mark. Pokis marodor melambangkan sifat gotong-royong dan bentuk kerajianan bekerja pada masyarakat Simalungun.Bidang lingkaran sebagai bentuk penutup hopuk.

4.4.5.2.2. Pernanan warna logo Nurul Azizah

Warna pada sebuah logo dapat digunakansebagai materi promosi, branding,marketing, corporate identity serta logo perusahaan dapat membawa harmoni, stabilitas, keseimbangan dan peningkatan penjualan yang mengagumkan.

354

355

Warna pada logo ini memiliki tiga warna yaitu, merah, putih dan hitam. dalam teori nirmana merah merupakan warna dasar atau warna primer yang berdiri sendiri tanpa ada campuran dari warna apa pun.

Merah memiliki karateristik merangsang saraf, kelenjar adrenal (endokrin) dan saraf sensorik Merah adalah warna yang paling menarik perhatian. Warna merah dapat memperkuat motivasi, meningkatkan sirkulasi, dan berkaitan dengan seksualitas. Merah juga membangkitkan emosi dan menciptakan perasaan kegembiraan atau intensitas. Didalam desain, kita bisa menggunakan warna merah sebagai aksen karena sifatnya yang kuat.

Hitam dan putih dalam teori nimana adalah gelap terang, namun disisi lain hitam dan putih juga disebut warna yang juga memiliki makna. Warna hitam mencerminkan eleganitas. Dalam dunia komunikasi visual, warna hitam dapat dijadikan sebagai sarana marketing, materi promosi corporate identitysehingga dapat menjadi titik awal dari program branding. Warna hitam berfungsi untuk memberikan vibrasi tertentu di dalam suatu desain logo. Begitu hebatnya kekuatan warna hitam, sehingga bisa memberikan efek psikologis dan kesan yang mendalam kepada semua orang yang melihatnya.

Putih juga memberikan aura kebebasan dan keterbukaan serta mampu menciptakan kesan steril. Putih adalah warna yang murni, yang menimbulkan efek suci dan bersih, tidak ada campuran apapun.

355

356

4.4.5.2.3. Jenis font logo Nurul Azizah

Letter mark pada logo merupakan jenis huruf indy condensed. Letter mark merupakan bagian dari logo, merupakan bagian paling dalam pada logo, dengan dasar bidang lingkaran. Logo ini pucture dan letter mark berbaur, dan katagori logo ini huruf berada dalam bentuk.

Apabila pada hopuk bagian adalah ragam hias isi, pada logo ini didistorsi menjadi letter mark.

Jadi logo ini memiliki makna sebagai tempat produk batik yang memiliki kualitas,integritas dan kesempurnaan. Juga mengarah perkembangan, tujuan, maskulinitas, trinitas, ketegaran, stabilitas dan menembus batas, dan menjadikan perusahan batik karya Nurul kuat dan memiliki keagungan dan tak tergoyahkan dalam bersaing di pasar nasional maupun internasional.

4.4.6. Makna Bentuk dan Peranan Warna Logogram transform typo

Logogram transform typo adalah salah satu dari jenis logotype and blend gram yang memiliki elemen tulisan dan gambar berbaur. Logo tersebut juga merupakan bagian dari logo gabungan kombinasi gambar dan tulisan

(combination typo and gram).

Pada logo ini elemen bentuk disusun sehingga membentuk sebuah huruf biasa elemen-elemen bentuk tersebut merupakan simbol-simbol atau lambang- lambang yang dapat menginformasikan menjadi sebuah tanda. Tanda tersebut merupakan identitas dari sebuah karakter seseorang, perusahaan, produk, atau jasa

356

357

yang diwakilkan dari unsur-unsur kebudayaan. Logo karya mahasiswa tersebut yang telah dikelompokkan sebagai logo logogram transform typo adalah hanya bayu Irgi Fahrizal.

4.4.6.1. Logo Bayu Irgi Fahrizal

Bayu Irgi Fahrizal merupakan mahasiswa Polimedia PSDD program studi multimedia, semester II kelas B. Desain logo batik motif Melayu. Telah dilakukan pengamatan dan reduksi pada logo ini sesuai dengan kreteria logo yang baik.

Logo ini memenuhi seluruh kreteria logo yang baik yaitu desain sangat sederhana, mudah diingat, tahan lama (tidak termakan zaman), enak dipandang, sesuai fungsi, tepat sasaran, unik dan menarik dan fleksibel. Jadi logo ini memiliki predikat sangat baik sekali

Gambar 4.57 : Tampilan Bentuk dan Warna Logo Bayu Irgi Fahrizal

357

358

4.4.6.1.1. Makna bentuk logo Bayu Irgi Fahrizal

Bentuk pada logo ini merupakan bentuk geometis yang sesuai dengan pola bidang segitiga. Picture mark pada logo ini merupakan bidang segitiga disusun sedemian rupa sehingga membentuk huruf ―B‖ jadi elemen bidang yang mengikuti bentuk huruf ―B‖.Bentuk huruf ―B‖ merupakan huruf depan dari Bayu dan Batik, Bayu merupakan nama sipemilik perusahaan batik dan Batik nama atau jenis produk yang akan dipasarkan.

Bentuk elemen segitiga pada logo memiliki makna sebagai lambang dari konsep Trinitas, atau lambang tiga unsur tertentu yang saling berhubungan. Dalam konsep religius mendasarkan pada tiga unsur alam semesta, yaitu Tuhan, manusia dan alam. Segitiga juga merupakan perwujudan dari konsep keluarga yakni ayah, ibu dan anak. Dalam dunia metafisika segitiga merupakan lambang dari raga, pikiran dan jiwa. Segitiga yang simetris dapat menjadi simbol untuk hukum, ilmu dan agama.

Segitiga juga dapat menunjukkan pergerakan sebagai petunjuk arah atau puncak keberhasilan. Segitiga dapat digunakan untuk memberikan tema yang umum seperti piramida, gunung, panah dan simbol api dan memiliki sifat dinamis.

Apabila diamati dari segi budaya picture mark pada logo ini adalah motif ragam hias suku Melayu. Ragam hias ini motif geometris. Pada suku Melayu ragam hias ini disebut ragam hias bintang-bintang memiliki makna ketaqwaan kepada Tuhan sebagai pemilik alamsemesta.

358

359

Perempuan yang memiliki hubungan darah dengan sultan. Perempuan tersebut akan cenderung memilih motif salah satunya adalah ragam hiasnyabintang-bintang dan memiliki maknauntuk menunjukkan kemakmuran dan menegaskankekuasaan keluarganya.

4.4.6.1.2. Peranan warna logo Bayu Irgi Fahrizal

Warna pada logo ini keseluruhannya dominan warna hijau. Menurut teori nirmana warna hijau merupakan warna skunder gambungan dari dua warna primer. Warna hijau dihasilkan dari warna kuning dan hijau.

Hijau dikaitkan dengan dunia alam. Karena hubungannya dengan alam, hijau dianggap sebagai warna menenangkan dan santai. Hijau akan menyeimbangkan emosi, menciptakan keterbukaan, membantu masalah emosional, seperti cinta, kepercayaan, dan kasih sayang, menciptakan ketenangandan memberikan kesan segar.

4.4.6.1.3. Jenis font logo Bayu Irgi Fahrizal

Jenis huruf yang digunakan pada picture mark yang dibentuk dari susunan elemen segitiga adalah arial black. Jenis huruf ini sengaja pilih untuk menghadirkan kesan kokoh, kuat dan elengan.

Tulisan baytik sebagai identitas perusahaan merupakan kependekan dari mana si pemilik perusahaan dan jenis produk yang akan dipasarkan yaitu BAYU

BATIK. Jenis huruf yang dipakai untuk informasi identitas ini adalah jenis huruf

359

360

script¸yang sering kita sebut sebagai jenis huruf halus kasar. Nama huruf tersebut adalah Crame. Huruf ini sengaja disandingkan dengan huruf arial black, agar menghilangkan kesan kaku picture mark pada logo karya Bayu.

Jadi makna tersembunyi dalam logo adalah menyampaikan perkembangan, arah dan tujuan, maskulinitas, trinitas, ketegaran, stabilitas dan menembus tanpa batas.Juga menunjukkan kemakmuran dan mempertegaskualiatas keluarga kesultanan pada produk tersebut. Sehingga mampu menciptakan keterbukaan, menciptakan emosional, seperti cinta, kepercayaan, dan kasih sayang, memberikan ketenangan dan memberikan rasa nyaman pada konsumen.

4.4.7. Makna Bentuk dan Peranan Warna Logotypo transform gram

Logotypo transform gram adalah salah satu dari jenis logotype and blend gram yang memiliki elemen tulisan dan gambar berbaur. Logo tersebut juga merupakan bagian dari logo gabungan kombinasi gambar dan tulisan

(combination typo and gram).

Pada logo ini bentuktulisanyang didistorsi mengikuti bentuk yang memiliki makna tanda. Elemen bentuk gambar tersebut dapat menginformasikan simbol-simbol atau lambang-lambang pada identitas dari sebuah karakter seseorang, perusahaan, produk, atau jasa yang diwakilkan dari unsur-unsur kebudayaan. Logo karya mahasiswa tersebut yang telah dikelompokkan sebagai logo logotypo transform gramadalahAde Fitria Ninggsih; Aditya Chansa M dan

Risky Hamdani Ks Lubis.

360

361

4.4.7.1. Logo Ade Fitria Ningsih

Ade Fitria Ninggsih merupakan mahasiswa Polimedia PSDD program studi multimedia, semester II kelas A. Desain logo batik motif mandailing. Logo ini telah diamati dan direduksi sesusai dengan kreteria logo yang baik. Logo karya

Ade tidak memenuhi satu dari delapan kreteria logo yang baik. Sata unsur tersebut adalah tidak sesuai dengan fungsi.

Namun logo karya Ade ini memiliki unsur kesederhanaan, mudah diingat, tahan lama (tidak termakan zaman), enak dipandang, tepat sasaran, unik dan menarik serta memiliki fleksibelitas pada setiap media. Logo ini memiliki predikat sangat baik.

Gambar 4.58 : Tampilan Bentuk dan Warna Logo Ade Fitria Ningsih

361

362

4.4.7.1.1. Makna bentuk logo Ade Fitria Ninggsih

Picture mark pada logo ini merupakan inisial dari huruf depan nama perusahaan yaitu ―A‖ dan ―B‖. Bentuk ―A‖ adalah angkola dan ―B‖ adalah batik.

Huruf ―A‖ didistorsi menjadi bentuk segitiga dan huruf ―B‖ didistorsi menjadi bentuk segiempat. Bentuk segitiga dan segiempat merupakan pola bidang dalam teori nirmana, didalam bentuk bidang segitiga dan segiempat terdapat tiga unsur garis yang tidak terputus. Ketiga unsur garis tersebut disebut pola garis.

Bidang segitaga merupakan distorsi dari atap (tutup ari) rumah adat suku

Mandailing dan segiempat merupakan distorsi dari bagian rumah suku

Mandailing. Jadi bentuk huruf ―A‖ dan ―B‖ mengikuti pola bidang yang merupakan distorsi dari rumah adat suku Mandailing yang disebut bagas godang, dengan tiga garis yang tak terputus.

Pada logo ini letter mark mengikuti pola picture mark dan saling membaur. Bentuk segitiga pada logo karya Ade terbagi dalam tiga garis yang memiliki makna sebagai lambang dari konsep trinitas, atau lambang tiga unsur tertentu yang saling berhubungan.Dalam konsep religius dimaknai sebagai tiga unsur alam semesta, yaitu Tuhan, manusia dan alam.

Segitiga yang simetris dapat menjadi simbol untuk hukum, ilmu dan agama.Segitiga juga dimaknai sebagai arah atau puncak keberhasilan yang memiliki sifat dinamisnya.

Segiempat pada logo ini memiliki makna kesesuaian, kedamaian, soliditas, keamanan dan kesetaraan serta kedinamisan yang tidak terbatas serta fleksibilitas.

362

363

Segiempat sebagai simbol statis, bangunan, kehandalan, ketertiban, simetris, konstruksi, dan stabilitas.

Garis juga memiliki makna yang berbeda pada logo ini tiga garis yang mengikuti betuk segitiga dan segiemapt memiliki kemampuan untuk mengungkapkan suasana tertentu, mampu membentuk symbol mengesankan kekuatan, arah dan sikap yang kuat serta mengesankan keanggunan, gerakan dinamis, dan pertumbuhan tanpa henti.

Apabila dilihat dari unsur budaya suku Mandailing bentuk segitiga dan segiempat yang meruapkan rumah adat suku Mandailing. Nama rumah adat

Mandailing ada dua macam bentuk yaitu bangunan yang disebut bagas godang sebagai tempat namora-natoras. Namora-natoras adalah raja yang memiliki wewenang diwilayah kampung atau huta, berfungsi sebagai mengatur tentang tata cara adat istiadat sebagai pedoaman penghayatan hidup warga masyarakat kampung, baik secara lahir maupun batin.Bangunna yang kedua adalah sopo godang tempat balai sidang adat.

Bentuk atap segitiga memiliki makna gaja manyusu artinya orang miskin yang wajib ditolong dan diberi makan dan yang sudah dipertongan olah raja harus berterima kasih dan tidak seterusnya hidup demikian dan harus mencari nafkah ddengan usaha sendiri.

Apabila dikaji secara keseluruhan bentuk rumah adat Mandailing mempunyai gambaran adat yang berdasarkan dahilan natolu yang merupakan gambaran falsafah hidup masyarakat daerah Mandailing.

363

364

4.4.7.1.2. Peranan warna logo Ade Fitria Ninggsih

Pada logo ini warna yang dihadirkan merupakan warna merah, putih dan hitam. warna merah merupakan warna dasar atau warna primer. Pada teori nirmana merah merupakan warna dasar atau warna primer yang berdiri sendiri tanpa ada campuran dari warna apa pun.

Merah memiliki karateristik merangsang saraf, kelenjar adrenal (endokrin) dan saraf sensorik Merah adalah warna yang paling menarik perhatian. Warna merah dapat memperkuat motivasi, meningkatkan sirkulasi, dan berkaitan dengan seksualitas. Merah juga membangkitkan emosi dan menciptakan perasaan kegembiraan atau intensitas. Di dalam desain, warna merah memiliki aksen karena sifatnya yang kuat.

Hitam dan putih dalam teori nimana adalah gelap terang, namun disisi lain hitam dan putih juga disebut warna yang juga memiliki makna. Warna hitammencerminkan eleganitas. Dalam dunia komunikasi visual, warna hitam dapat dijadikan sebagai sarana marketing, materi promosi corporate identity sehingga dapat menjadi titik awal dari program branding. Warna hitam berfungsi untuk memberikan vibrasi tertentu di dalam suatu desain logo. Begitu hebatnya kekuatan warna hitam, sehingga bisa memberikan efek psikologis dan kesan yang mendalam kepada semua orang yang melihatnya.

364

365

Putih juga memberikan aura kebebasan dan keterbukaan serta mampu menciptakan kesan steril. Putih adalah warna yang murni, yang menimbulkan efek suci dan bersih, tidak ada campuran apapun.

Dalam kajian budaya warna yang terdapat pada logo merupakan warna ragam hias yang dimiliki oleh suku Mandailing. Warna-warna tersebut memiliki arti bagi masyarakat Mandailing. Seperti warna merah melambangkan kekuatan, keberanian, dan kepahlawanan, warna putih melambangkan kesucian, kejujuran dan kebaikan. Sedangkan warna hitam dilambangkan sebagao kegaiban.

4.4.7.1.3. Jenis Font logo Ade Fitria Ninggsih

Tulisan pada logo ini sebagai identitas untuk menunjukan kepuyaannya, pada letter mark tulisan ANGKOLA BATIK, jdenis huruf yang dipakai adalah arial normal bold. Bentuk huruf yang didistorsi menjadi bagas godang merupakan tiga unsur garis yang tak terputuh mengikuti bentuk bidang segitiga dan segiempat.

Jadi makna yang tersembunyi pada logo adalah melambangkan ruang khusus, visi kekuatan, pandangan-pandangan yang terukur dan harapan (jendela).

Menciptakan perkembangan, arah dan tujuan, maskulinitas, trinitas, ketegaran, stabilitas dan menembus batas.

Bentuk huruf yang didistorsi menjadi bagas godang merupakan tiga unsur garis yang tak terputus mengikuti bentuk bidang segitiga dan segiempat.Garis paling luar berwarna hitam merupakan distorsi dari sopo godang yang memiliki

365

366

arti kegaiban. Gaib dalam hal ini sesuatu yang ada tetapi tidak dapat dilihat yaitu

Tuhan Yang Maha Esa. Makna perusahan batik ini, akan diberkahi Tuhan dalam menjalankan roda perusahaan, tanpa henti.

Bentuk garis ditengah yang mengikuti bidang segitiga dan segiempat garis berwarna merah melambangkan kekuatan, keberanian, dan kepahlawanan. Serta garis yang berwarna putih melambangkan kesucian, kejujuran dan kebaikan.

Sebagai garis pemisah antara hitam dan merah.

4.4.7.2. Logo Aditya Chansa M

Aditya Chansa M merupakan mahasiswa Polimedia PSDD program studi multimedia, semester II kelas B. Desain logo batik motif Batak Toba.Logo ini telah diamati dan reduksi sesuai dengan kreteria logo yang baik. Sama halnya dengan logo Ade. Logo milik Aditya ini, hanya satu tidak memenuhi kreteria logo yang baik yaitu sesuai fungsi. Logo ini memiliki predikat sangat baik.

366

367

Gambar 4.59 : Tampilan Bentuk dan Warna Logo Aditya Chansa M

4.4.7.2.1. Makna bentuk logo Aditya Chansa M

Bentuk dasar logo ini adalahsegitiga yang merupakan bentuk distorsi dari huruf ―A‖. Huruf ―A‖ merupakan inisal dari nama pemilik perusahaan batik yaitu

Adytia, Bentuk segitiga merupakan distosi dari bentuk rumah adat Batak Toba.

Bentuk segitiga dibentuk dari dua garis, jadi picture mark dari logo ini memiliki pola garis dan pola bidang. Bentuk garis paling atas merupakan distorsi dari atap rumah adat batak toba, bentuk garis kedua yang berada di bawah merupakan tutup ari dari atap rumah adat suku Batak Toba yang biasanya dihiasi oleh ragam hias. Bentuk segitiga telah banyak diuraikan pada pembahasan logo- logo sebelumnya, pada logo ini bentuk segitiga tidak lagi dibahas secara spesifik.

Pada pembahasan kali ini akan diulas mengenai filosofi bentuk atap rumah adat

Batak Toba.

367

368

Masyarakat Batak Toba memiliki rumah adat yang merupakan tempat tinggal disebut rumah bolon. Rumah bolan terbagi atas beberapa bangunan yaitu, jabu rumah artinya rumah adat batak tanpa ragam hias atau gorga, jabu rumah gorga artinya rumah adat pakai hiasan ragam hias, jabu sopo artinya lumbung padi tanpa ragam hias, dan sopo gorga adalah lumbung padi berhias ragam hias.

Rumah adat Batak Toba merupakan mikro kosmos perlambang makro kosmos yang terbagi alas 3 bagian atau tritunggal banua, yakni banua tongga

(bawah bumi) untuk kaki rumah, banua tonga (dunia) untuk badan rumah, banua ginjang ( dilangit) untuk atap rumah.

Bagian atas rumah (langit-langit) dan atap rumah adat suku Batak Toba disebut banua ginjang (singa di langit) pada atas rumah (langit-langit) inilah yang berhak dihias dengan ragam hias.Atap Rumah Bolon mengambil ide dasar dari punggung kerbau, bentuknya yang melengkung menambah nilai keaerodinamisannya dalam melawan angin danau yang kencang.Atap terbuat dari ijuk, yaitu bahan yang mudah didapat didaerah setempat. Suku batak menganggap atap sebagai sesuatu yang suci, sehingga digunakan untuk menyimpan pusaka mereka.

Dibawah atap bagian depan ada yang disebut ―arop-arop‖. Ini merupakan simbol dari adanya pengharapan bahwa kelak dapat menikmati penghidupan yang layak, dan pengharapan agar selalu diberkati Tuhan Yang Maha Kuasa. Dalam kepercayaan orang Batak sebelum mengenal agama disebut Mula Jadi Na Bolon

368

369

sebagai Maha Pencipta dan Khalik langit dan bumi yang dalam bahasa Batak disebut―Si tompa hasiangan jala Sigomgom parluhutan‖.

Di sebelah depan bagian atas yang merupakan komponen untuk merajut dan menahan atap supaya tetap kokoh ada ―songsong boltok‖. Maknanya, seandainya ada tindakan dan pelayanan yang kurang berkenan di hati termasuk dalam hal sajian makanan kepada tamu harus dipendam dalam hati. ―Ombis- ombis‖ disebut dengan list plank. Berfungsi sebagai pemersatu kekuatan bagi

―urur‖ yang menahan atap yang terbuat dari ijuk sehingga tetap dalam keadaan utuh. Dalam pengertian orang Batak ombis-ombis ini dapat menyimbolkan bahwa dalam kehidupan manusia tidak ada yang sempurna dan tidak luput dari keterbatasan kemampuan, karena itu perlu untuk mendapat nasehat dan saran dari sesama manusia.

Sosok individu yang berkarakter seperti itu disebut―Pangombisi do ibana di angka ulaon ni dongan‖ yaitu orang yang selalu peduli terhadap apa yang terjadi bagi sesama baik di kala duka maupun dalam sukacita.

Pada bagian depan atap rumah terdapat hiasan ragam hias berupa Gajah dompak, bermotif muka binatang, memiliki makna sebagai penolak bala. Begitu pula hiasan bermotif binatang cicak, kepala singa yang dimaksudkan untuk menolak bahaya seperti guna-guna dari luar. Hiasan ini ada yang berupa ukiran kemudian diberi warna, ada pula yang berupa gambaran saja.

369

370

4.4.7.2.2. Peranan warna logo Aditya Chansa M

Logo terdiri dari tiga warna yaitu, merah, hitam dan putih. Dalam teori nirmana warna merah merupakan warna dasar yang merupakan warna yang berdiri sendiri tanpa campuran dari warna apapun. Hitam dan putih dalam teori warna merupakan gelap terang.

Warna-warna yang dihadirkan dalam logo ini merupakan perencanaan corporate identity, warna mempunyai fungsi untuk memperkuat aspek identitas dan untuk mempertegas maksud dari simbol-simbol tersebut. Kemampuan warna merah, hitam dan putih dapat menciptakan impresi, mampu menimbulkan efek- efek tertentu, sehingga mampu mempengaruhi perilaku, memegang peranan penting dalam penilaian estetis dan turut menentukan sikap kesukaan konsumen terhadap produk.

Warna merah yang dihadirkan pada logo ini paling sering menarik perhatian. Karena warna merah memilki karateristik merangsang saraf, kelenjar adrenal (endokrin) dan saraf sensorik, juga dapat meningkatkan sirkulasi darah dan kereaktivan darah itu sendiri. Warna merah juga paling ampuh untuk merangsang dan meningkatkan energi fisik, memperkuat motivasi, meningkatkan sirkulasi, dan berkaitan dengan seksualitas. Merah juga membangkitkan emosi dan menciptakan perasaan kegembiraan atau intensitas. Tetapi pada saat yang sama, warna ini dapat dianggap sebagai tuntutan dan sikap agresif. Merah adalah warna yang kuat sekaligus hangat. Sehingga menciptakan efek komunikasi visual,

370

371

marketing, materi promosi pada logo perusahaan yang menjadi titik awal dari program branding yang sukses dan berhasil.

Warna hitam berfungsi untuk memberikan vibrasi tertentu di dalam desain logo yang diciptakan oleh Aditya. Pilihlah warna putih pada logo memiliki sugesti untuk meredakan rasa nyeri. Putih juga memberikan aura kebebasan dan keterbukaan, untuk menciptakan kesan steril. Warna putih pada logo ini menghadirkan originalitas warna yang murni, tidak ada campuran apapun, yang efek suci dan bersih pada perusahan batik tersebut. Desain ini memiliki gaya simple dan minimalis, dengan menggunakan warna putih adalah langkah yang tepat walaupun bukan cara satu-satunya.

Kalau dilihat peranan warna dari suku Batak Toba, warna yang dominan pada gorga batak Toba adalah warna hitam, merah dan putih. Ketiga warna gorga juga melambangkan tiga penguasa alam semesta yaitu Batara, Guru penguasa

Banua Toru dilambangkan dengan warna hitam, Debata Sori penguasa Banua

Tonga dilambangkan dengan warna merah, dan Mangala Bulan penguasa Banua

Ginjang, dilambangkan dengan warna putih. Ketiga dewa yang dikenal dengan sebutan „Debata Sitolu Sada‟, atau tritunggal dewa dan tiga bagian alam semesta ini sangat mempengaruhi hampir seluruh kebudayaan Batak.

Warna hitam pada logo ini merupakan symbol dari Banua Toru (kosmos bagian bawah) dan penguasaanya.Sebagai lambang yang adil dan bijaksana. Di dalam kehidupan sehari-hari warna hitam dianggap sebagai simbol kekuatan pengobatan dan kedukunan.

371

372

Warna hitam disimbolkan sebagai Raja Warna, sebab kalau warna ini dicampur dengan warna lain, dengan perbandingan yang sama, maka warna yang lebih kuat adalah warna hitam. Selain itu warna hitam disebut sebagai raja warna karena warna ini melambangkan kekuatan, pelindung dan kekuasaan yang adil dan bijaksana.Itulah sebabnya ikat kepala kepala raja di Tanah Batak selalu berwana hitam. Dalam Gorga Batak Toba warna hitam selalu dibuat pada andor yaitu bidang gorga yang selalu dikontur dengan garis besar berwarna putih. Warna hitam yang berada pada bentuk segitiga yang merupakan atas rumah adat Batak

Toba menunjukan kekuatan Tuhan Yang Maha Esa.

Begitu hebatnya kekuatan warna hitam pada logo ini, sehingga bisa memberikan efek psikologis dan kesan yang mendalam kepada semua orang yang melihatnya. Malah di dalam terapi kesehatan, warna tertentu di gunakan untuk membantu pasien menjadi lebih cepat sembuh.

Warna merah pada logo ini merupakan simbol Banua Tonga (kosmos bagian tengah) dan penguasanya adalah Debata Sori. Merah adalah lambang keberanian dan kesaktian.

Putih melambangkan kesucian dan kehidupan.Orang Batak percaya membuat hidup adalah gota(getah), suatu tenaga ajaib yang mengalir dalam tubuh makhluk hidup. Warna putih dibuat pada garis gorga (hapur atau lili), yaitu garis kontur dan garis tengah yang selalu mengikuti andor (garis berwarna hitam).

372

373

4.4.7.2.3. Jenis font logo Aditya Chansa M

Keberadaan tipografi pada logo ini merupakan bagian identitas dari pemilik perusahaan tersebut. Baik yang terdapat pada picture mark dan letter mark. Tipografi yang terpat pada picture mark merupakan ―A‖ bentuk segitiga, sengaja didesain agar kelihatan bentuk atap rumah adat suku Batak Toba.Pada letter mark huruf yang digunakan adalah tabatha heavy dan rage italic. Bagian dari huruf ini juga dibentuk dari tiga garis, dengan nuansa suku Batak Toba.

Jadi pengertian makna pada logo ini adalah picture mark yang juga dibentuk dari huruf dan letter mark, merupakan bentuk ketegasan dan eleganitas pada perusahaan batik tersebut. Bentuk segitiga yang berwarna hitam berada di atas merupakan atas dari ruma bolon, memiliki makna keTuhan sebagai sumber rezeki, pengetahuan yang harus diagungkan. Sedangkan segitiga yang kedua berada di bawah atap merupakan tempatnya diisi oleh macam-macam ragam hias suku Btak Toba. Maknanya adalah sebagai penggalang dari roh-roh jahat atau sihir.

Bentuk segitiga ditengah yang berwarna merah diwakili oleh dua garis distorsi dari huruf A yang merupakan inisil dari nama pemilik perusahaan, melambangkan kekuatan, keberanian, dan kepahlawanan. Warna putih melambangkan kesucian, kejujuran dan kebaikan. Sebagai garis pemisah antara hitam dan merah.

373

374

4.4.7.3. Risky Hamdani Ks Lubis

Risky Hamdani Ks Lubis merupakan mahasiswa Polimedia PSDD program studi multimedia, semester II kelas B. Desain logo batik motif

Simalungun. Logo ini sudah diamati dan direduksi sesui dengan kreteria logo yang baik. Logo ini memiliki enam dari delapan kreteria logo yang baik.

Logo ini pada dasarnya sederhana tetapi, beberapa garis pewarnaan yang

menjadi ciri-ciri dari suku Simalungun, menjadi logo ini terkesan rumit. Kare

pewarnaannya logo ini juga menjadi tidak fleksibel, karena garisnya yang terlalu

kecil, sehingga ketika diterapkan diberbagai media apalagi dengan media yang

kecil, garis-garis warna yang menjadi ciri chas suku Simangun tidak akan terlihat,

menjadikan logo ini terkesan polos dan mengurangi nilai estetisnya.

Logo ini memiliki unsur logo mudah diingat, tahan lama, enak

dipandang,sesuai fungsi,tepat sasaran serta unik dan menarik. Pridikat logo ini

adalah cukup baik.

374

375

Gambar 4.60 : Tampilan Bentuk dan Warna Logo Hamdani Ks Lubis

4.4.7.3.1. Makna bentuk logo Risky Hamdani Ks Lubis

Picture mark pada logo ini di bentuk dari dua huruf ―S‖ dan ―B‖ singkatan dari Sumut Batik, bentuk ini juga merupakan distorsi dari salah satu ragam hias suku Simalaungun yaitu gorga pinar bulung ni andurdur.

Menurut teori nirmana logo merupakan bagian dari pola garis. Picture mark pada logo ini terdiri lima garis yang menbentuk gorga pinar bulung ni andurdur. Ragam hias ini membentuk huruf sebagai inisial dari logo tersebut. Pola garis yang dihadirkan pada logo ini merupakan garis melengkung yang memiliki komposisi simetris, menjadikan logo tersebut menjadi lebih seimbang.

Garis terbentuk dari gerakan dari suatu titik yang membentuk suatu goresan yang mengungkapkan gerakan dan bentukan.Garis yang dibentuk sedemikian rupa dan bercerita, memiliki kemampuan untuk mengungkapkan

375

376

suasana tertentu. mampu membentuk symbol yang memiliki pengertian khusus.

Garis lengkung mengesankan keanggunan, gerakan dinamis, pertumbuhan.

Apabila dianalis dari unsur budaya, picture markpada logo ini merupakan ragam hias pinar bulung ni andurdur, bentuk ini adalah motif tumbuhan. Andurdur adalah sejenis tumbuhan menjalar yang bagus gerakkanya, ragam hias ini merupakan lambang kesetiaan untuk menepati janji sehingga memperoleh kepentingan bersama.

4.4.7.3.2. Peranan warna logo Risky Hamdani Ks Lubis

Ragam hias suku Simalungun ada juga yang tidak berwarna, tetapi masih tetap memiliki makna filosofi yang mengatur tata cara kehidupan masyarakat tersebut. Pada logo ini warna yang dihadirkan pada logo ini adalah merah, hitam dan putih yang merupakan warna dasar dari ragam hias suku Simalungun.

Menurut teori nirmana merah merupakan warna dasar, hitam dan putih adalah gelap terang. Warna yang menjadi dasar dari ragam hias suku Simalungun ini memiliki makna lain, dari filosofi budaya masyarakat Simalungun.

Warna memilki karateristik merangsang saraf, kelenjar adrenal (endokrin) dan saraf sensorik. Merah adalah warna yang paling sering menarik perhatian, sehingga dapat memperkuat motivasi, meningkatkan sirkulasi, dan berkaitan dengan seksualitas menciptakan perasaan kegembiraan atau intensitas. Di dalam warna merah menggunakan sebagai aksen karena sifatnya yang kuat. Pada logo

376

377

ini hitam putih di berikan aksen warna merah sedikit saja diantara putih sudah bisa membuat logo tersebut menjadi terlihat berbeda.

Putih pada logo ini memberikan aura kebebasan dan keterbukaan serta menciptakan kesan steril. Fungsi putih pada logo ini sebagai pemisah antara hitam dan merah yang memberikan ruang terhadap kedua warna tersebut. Putih adalah warna yang murni, tidak ada campuran apapun. Makanya sering di anggap sebagai warna yang menimbulkan efek suci dan bersih.

Hitam adalah warna yang gelap tetapi elegan, efek dari berbagai macam warna ini mampu diterapkan kedalam dunia komunikasi visual, marketing, materi promosi, corporate identity hingga pembuatan desain logo perusahaan yang menjadi titik awal dari program branding yang sukses dan berhasil. Warna berfungsi untuk memberikan vibrasi tertentu di dalam suatu desain logo.

Lain halnya apabila dipandang dari sisi kebudayaan, khususnya suku

Simalungun. Menurut masyarakat Simalungun, warna putih menunjukan sifat atau jiwa yang bersih, merah merupakan lambang keberanian dan hitam adalah lambang pendirian yang tetap.

Masyarakat suku Simalungun percaya bahwa apabila ketiga warna tersebut disatukan di dalam benang manalu, dapat berfungsi sebagai anti roh jahat. Disisi lain benang manalu yang sudah disatukan dengan ketiga warna tersebut dapat dijadikan sebagai alat perbuatan mistik.

377

378

4.4.7.3.3. Jenis font logo Risky Hamdani Ks Lubis

Tipografi pada logo ini sebagai informasi identitas dari perusahaan batik tersebut, pada picture mark, jenis huruf dirancang khusus sehingga dapat menyerupai bentuk ragam hias suku Simalungun yaitu gorga bulung ni andurdur.

Tulisan Sumut Batik yang terdapat dibawah picture mark, merupakan distorsi dari jenis huruf arial black, huruf ini dibentuk mengikuti bentuk ulos. Ulos adalah kain adat yang biasa dipakai untuk keperluan adat dan sebagai pakaian sehari-hari. Sebagai kain adat, ulos dianggap melindungi tondi. Todi menurut kepercayaan masyarakat Simalungun merupakan roh dan jiwa, ulos juga dapat melindungi jasmani dan alam. Ulos digunakan sebagai keperluan acara-acara adat.

Jadi makna logo tersebut lambang kesetiaan dan janji kepada konsumen akan memberikan pelayanan dan kualitas terbaik. Logo ini juga melambangkan perusahan yang kuat serta elegan, memberikan pencerahan, terbuka dan berani bersaing dipasar nasional dan internasional dengan perhitungan yang matang dan professional.

Setalah dianalisis dan diuraikan berdasarkan teori-teori nirmana dan unsur unsur budaya terhadap semua logo karya mahasiswa Polimedia PSDD Medan yang sesuai dengan katagori dan kreteria yang terdapat dalam logo. Dapat dipahami bahwa bentuk merupakan salah satu elemen dasar dalam desain Logo.

Bentuk-bentuk yang mengikuti pola titik, garis, bidangdan ruang dapat

378

379

menyampaikan arti yang secara umum dilihat dan memberikan pemahaman tentang suatu maksud. Bentuk-bentuk itulah yang selalu dilihat dimanapun.

Motif-motif ragam hias yang merupakan unsur budaya seperti motif, tumbuhan, hewan, geometris serta figuratif. Dapat memperkaya pengetahuan melalui unsur budaya, secara tidak langsung dapat melestarikan budaya yang hampir punah melalui makna bentuk dan peranan warna yang dihadirkan melalui logo tersebut.

Logo adalah sebuah karya seni rupa dan tidak bisa lepas dari elemen- elemen senirupa dasar yang membentuknya, seperti garis, bentuk, warna, ruang, tipografi, dan motif dari unsur budaya. Sehingga dapat mencerminkan citra positif dengan cara memaksimalkan pesan-pesan yang menguntungkan dalam picture mark dan letter mark yang terdapat dalam sebuah logo.

Bentuk-bentuk yang kaku dan dinamis serta peranan dari sebuah warna yang divisualkan dengan tepat akan menyampaikan kekuatan, profesionalisme dan efisiensi. Image bentuk itulah yang ingin disampaikan kepada publik melalui visual sebuah Logo.

Sebuah Logo akan berhasil apabila telah memiliki konsep visual yang kuat. Penggambaran inilah yang dibuat dalam berbagai cara, baik dengan warna, ilustrasi atau bahkan dengan Image.Bentuk-bentuk yang selama ini telah pahami adalah bertujuan untuk mengelola informasi melalui suatu hubungan dan pembagian bentuk, menyimbolkan ide-ide yang berbeda, menciptakan pergerakan, tekstur dan kedalaman, menyampaikan keinginan dan emosi, menekankan dan

379

380

menciptakan entry point dan bagian yang menarik, memberikan arah pada mata dari satu elemen desain ke elemen desain selanjutnya. Sehingga dapat mempelajari arti dari elemen dasar logo yang menunjukkan simbol-simbol umum yang terdiri dari elemen-elemen yang terdapat dalam logo tersebut.

380

381

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Sebagai penutup dari tesis ini akan disajikan kesimpulan dari hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya. Kemudian, disampaikan pula saran-saran ang didasarkan pada hasil kesimpulan. Saran dalam hasil penelitian ini diharapkandapat bermanfaat bagi akademisi dan beberapa pihak sebagai masukan dalam menciptakan sebuah logo.

5.1. Kesimpulan

Sebuah logo dari merek besar tidak dipilih secara kebetulan. Ada banyak aspek yang diperhitungkan dalam pembuatan sebuah logo, baik dari segi bentuk, warna, susunan huruf, hingga makna psikologi yang ada didalamnya. Dalam mengembangkan sebuah merek, desain logo adalah raja dari segalanya. Desain logo yang baik yaitu mampu menimbulkan respon emosional dari pelanggan dan calon pelanggan untuk suatu produk tertentu di sebuah perusahaan. Sebuah logo yang kuat mungkin memang terlihat sangat sederhana, tapi dalam penciptaannya tidak ada yang sesederhana yang terlihat dan dibayangkan.

Jika bentuk logo yang digunakan oleh merek tertentu menggambarkan diri mereka, produk, perusahaan atau bahkan budaya lingkungan.Pikiran bawah sadar akan merespon dengan cara yang berbeda untuk setiap bentuk logo yang berbeda 381

382

melalui pola dasar ataupun motif ragam hias dan lain sebagainya, menyiratkan makna yang berbeda.

Bentuk-bentuk logo yang dihadirkan mahasiswa Pilimedia PSDD Medan, yang diadopsi dari bentuk dasar dan unsur budaya, setelah dianalisis, bentuk- bentuk tersebut telah memenuhi kreteria logo yang baik dan terarah pada kategori logo. Bentuk logo yang digunakan sudah mampu menggambarkan kualitas produk, identitas perusahaan, bahkan budaya lingkungan masyarakat Sumatera

Utara.

Selain pertimbangan bentuk, warna juga menjadi bentuk komunikasi non verbal yang bisa mengungkapkan pesan secara instan dan lebih bermakna yang sering digunakan para marketer atau komunikasi visual yang handal untuk tujuan branding, sales dan penjualan serta marketing perusahaan.

Dalam ilmu komunikasi visual ada beberapa warna utama yang bisa memiliki dampak pada kesehatan dan mood yang pada akhirnya akan mendorong konsumen untuk lebih loyal terhadap produk perusahaan. Setiap warna memancarkan panjang gelombang energi yang berbeda dan memiliki efek yang berbeda pula. Dengan menggunakan berbagai nuansa warna pada materi promosi, branding, marketing, corporate identity serta logo perusahaan dapat membawa harmoni, stabilitas, keseimbangan dan peningkatan penjualan yang mengagumkan.

Warna-warna yang dominan pada logo karya mahasiswa Polimedia PSDD

Medan, adalah merah, putih dan hitam. karena sebagain besar suku-suku di

382

383

Sumatera Utara mayoritas memiliki kesamaan dalam pewarnaan ragam hias suku tersebut, hanya Melayu yang memiliki warna berbeda yaitu kuning dan hijau.

Namun seriring perjalanan waktu, warna-warna dari suku Melayu mengalami adaptasi dari Arab Saudi, sehingga warna-warna tersebut tidak lagi hijau dan kuning, tetapi menjadi lebih beragam lagi seperti warna merah, biru, hitam putih, serta coklat keemasan.

Sama halnya dengan suku Karo, warna dasar dari ragam hias suku ini awal merah, putih dan hitam. Kemudian berkembang dan warna pada ragam hias suku

Karo semakin beragam dan bertambah seperti warna hijau, biru, ungu, dan masih banyak lagi.

Implikasi dari bentuk juga meluas hingga ke jenis huruf yang dipilih. Dari sudut pandang tipografi, bentuk yang muncul sebagai suatu rasa yang agresif atau dinamis. Disisi lain, bentuk yang seperti itu dinilai memiliki rasa yang lembut.

Huruf yang bulat juga memberikan daya tarik yang fresh atau muda. Implikasi bentuk huruf terdapat pada beberapa katagori logo. yang lebih dominan pada jenis logotype.

Keragaman budaya yang ada di Sumater Utara, menjadikan logo-logo karya mahasiswa Polimedia PSDD Medan menjadi lebih beragam, identitas- identitas yang dihadirkan mampu mewakili masing-masing dari ketujuh suku yang ada di Sumatera Utara, walaupun latarbelakang budaya pencipta logo tersebut berbeda dari unsur budaya logo yang diciptakan. Walaupun ada juga beberapa mahasiswa menciptakan logo dengan tema modern dan kontemporer

383

384

Pengaruh identitas mahasiswa baik dari suku budaya, asal daerah, tempat dilahirkan, lingkungan sekolah dan tempat tinggal, tidak begitu mempengahui terhadap logo yang diciptakan. Beberapa karya logo yang memilih tema modern dan kontemporer, padahal mahasiswa tersebut berasal dari daerah.

Jadi untuk menciptakan sebuah logo harus terampil dan profesional, harus menggunakan bentuk yang ada baik dari bentuk-bentuk dasar ataupun motif-motif ragam hias suatu kebudayaanserta warna yang sesuai dengan latarbelakang identitas untuk menyimpulkan kualitas khusus tentang merek dari perusahaan tersebut.

Dalam menciptakan sebuah logo, ada beberapa aturan yang harus dipenuhi agar memenuhi kreteria logo yang baik. Aturan ini jelas terpakai pada setiap pembuatan desain logo, atauran tersebut adalah

1. Hindari menggunakan lebih dari 3 warna.

2. Hilangkan semua hal yang tidak perlu atau tidak penting dalam logo tersebut.

3. Tulisan harus bisa dengan mudah terbaca, gunakan ukuran dan font yang

sesuai.

4. Logo dibuat harus bisa dikenali dengan mudah, biasanya menggunakan

bentuk sederhana.

5. Buat logo dengan bentuk dan layout yang unik.

6. Logo harus sesuai dengan keinginan yang memesan logo.

7. Hindari mengkombinasi logo yang sudah ada apalagi terkenal dan melabelnya

menjadi karya sendiri.

384

385

8. Usahan jangan menggunakan clipart atau gambar kartun yang sudah punya

arti sendiri sebelumnya.

9. Logo harus bisa dibuat menjadi warna hitam putih tanpa menghilangkan

bentuk asli logo berwarna.

10. Logo harus bisa dipastikan bisa dikenali walaupun dengan warna yang dibalik

(invert).

11. Logo harus bisa dikenali ketika diubah ukurannya, terlebih dengan ukuran

terkecil ketika dipakai pada produk tertentu.

12. Jika logo terdiri atas ikon atau simbol tertentu, termasuk tulisan, letaknya

harus bisa saling berlawanan atau komplemen serta berbeda satu sama lain.

13. Hindari penggunaan trend logo terbaru, buat logo bisa dipakai sepanjang

jaman.

14. Jangan menggunalan efek spesial seperti menggunakan gradasi warna,

bayangan, efek cermin, dan cahaya berpendar

15. Sesuaikan layout logo dengan bentuk dasar bidang atau motif ragam hias jika

memungkinkan, hindari possible, hindari layout yang tidak dikenali secara

bentuk visual tak beraturan atau abstrak.

16. Hindari detail yang ribet, ruwet dan membingungkan.

17. Pertimbangkan bagaimana logo akan disajikan diberbagaimedia berbeda

18. Citrakan logo yang berani dan percaya diri serta yakin

19. Jangan mengharapkan membuat logo yang sempurna, tetapi sempurnakanlah

logo yang dibuat sesuai dengan kreteria logo yang baik.

385

386

20. Gunakan garis yang tebal untuk bisnis yang tajam, garis lembut untuk bisnis

yang lembut, sesuaikan gaya style dengan bisnis.

21. Logo harus bisa mewakili apa yang ingin disampaikan dan dikomunikasikan.

22. Sebuah gambar foto tidak dibuat untuk sebuah logo, kecuali didistorsi ke

dalam bentuk yang relevan

23.. Jangan menggunakan jenis font huruf lebih dari dua, kecuali untuk informasi

sebuah identitas.

24. Setiap elemen logo harus disejajarkan dan diratakan. Rata tengah samping

kiri, kanan, atas, dan bawah.

25. Logo harus terlihat utuh, solid, tidak ada jejak yang tidak perlu.

26. Harus jeli melihat sagmentasi penikmat logo tersebut sebelum anda berpijak

untuk memikirkan ide desain logo.

27. Selalu pilih kegunaan dan fungsi daripada inovasi.

28. Logo harus dikenali ketika dibuat efek mirror atau dibalik kiri atau kanan atau

atas serta bawah.

29. Logo harus disukai oleh semua orang, tidak hanya yang memakai tetapi juga

yang sekedar melihatnya.

30. Buatlah bervariasi,lebih inovatif, agar mendapatkan logo yang tepat.

31. Logo harus dipakai secara konsisten dalam segala kegunaan yang berbeda.

Warna, bentuk, atau hal semacamnya. Kondisi atau keadaan logo terlihat

sama.

32. Logo harus mudah dideskripsikan dan dijelaskan maksudnya.

386

387

33. Buatlah ide desain menggunakan sketsa gambar terlebih dulu menggunakan

kertas dan pensil kemudian anda bisa bernjak untuk membuatnya menjadi

logo digital memakai komputer.

34. Logo yang dibuat tidak boleh mengacaukan atau mengalihkan fokus

(distract).

35. Logo harus seimbang secara visual.

36. Buatlah standart grafis manual logo, akan memudahkan untuk membuatnya

ulang, apabila disebarluaskan.

5.2. Saran

Saran adalah suatu yang didasarkan atas hasil temuan dalam studi yang telah dilakukan. Saran hanya berisi rekomendasi yang dirumuskan oleh peneliti namun bukan untuk menjawab permasalahan dalam pokok penelitian, saran dirumuskan berdasarkan penelusuran yang menurut penulis dapat bermanfaat secara praktis maupun bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan berdasarkan kedekatan objek.

Saran merupakan adalah teori-teori baru yang ditemukan dalam sebuah penelitian. Temuan tersebut bisa saja menyempurnakan teori ataupun terciptanya teori baru yang belum bernah dilakukan oleh peneliti-peneliti terdahulu.

Pada penelitian ini penulis ingin mengemukakan penyempurnaan teori, yang ditemukan pada saat penelitian, yang merujuk pada teori-teoei peneliti terdahulu. Teori tersebut adalah sejarah asal usal nama logotype dan logogram

387

388

yang kedua, pengelompokan logo berdasarkan katagori logo sesuai dengan karakter bentuk dan hurufnya.

5.2.1. Saran terhadap Sejarah Nama Logotype dan Logogram

Dalam menguraikan sejarah logo, buku-buku yang menjadi refrensi penulis hanya menguraikan perkembangan dan perjalanan logo dari tahun ketahun yang mengarah pada bentuk perkembangannya saja.

Sejarah awal terjadinya sebuah logo atau asal usul dari sebuah nama dari jenis logo, sering terlupakan karena setiap yang menulis hanya mengejar perkembangan fisik dari logo tersebut, dengan konsep yang berbeda dari tahun ketahun. Perkembangan bentuk fisik juga sangat dibutuh untuk seorang desain logo, agar menjadi refrensi dalam menciptakan logo pada zaman sekarang ini.

Pada uraian pembahasan dari bab-bab sebelumnya, penulis menghubungan keterkaitan antara kebiasaan yang merupakan aturan ataupun peraturan yang diterjemahkan menjadi sebuah simbol atau lambang yang memiliki makna atau pesan terhadap suatu wilayah, negara, daerah atau kelompok, yang sudah menjadi sebuah kesepakatan yang harus dipahami dan dilaksanakan dan dikenal sebagai logogram

Pemaknaan pada setiap logo dapat diartikan dari informasi-informasi yang terdapat dari bentuk logo tersebut. Bentuk logo juga mengadobsi informasi- inforomasi dari kata-kata yang diucapkan dari sebuah kesepakatan dari suatu wilayah, negara, daerah atau kelompok bahkan perorangan dan dikenal sebagai

388

389

logotype. Pada kesempatan ini penulis akan menguraikan keterkaian simbol merupakan logogram dan perkataan merupakan logotype.

Dalam bahasa Yunani logo adalah kata yang berkaitan dengan Tuhan dan

Tuhan adalah kata. Kata yang diterjemahkan "kata" dalam bahasa Yunani adalah logo, bisa juga merunjuk kepada berita-berita tersendiri yang diberikan kepada para Nabi (orang pilihan). Pengertiannya adalah kata diucapkanadalah logos prophorikos dan kata tersiat adalah logos endiathetos.

Dari pembahasan sebelumnya penulis dapat menyimpulkan bahwa Logos endiathetos yang artinya berbicara tentang apa yang ada di dalam, sama hal nya seperti Tuhan memberikan wahyunya kepada orang pilihan. Pengertian kata yang demikianlah disebut logos endiathetos.

Sedangkan Logo prophorikos yang artinya berbicara tentang apa yang telah diucapkan. Merupakan kata untuk menyampaikan wahyu yang telah diterima, sama halnya dengan mulut yang berbicara. Pengertian kata yang demikianlah disebut logos prophorikos.

Penjabaran dalam hal ini adalah logos juga disebut sebagai premis atau anggapan dasar. Premis merupakan daya tarik logis, dan logika. Kata logika dapat disimpulkan menjadi dua cara. yaitu, melalui logika induktif dan logika entimem deduktif. Secara konvensional sebagai "kata", tidak digunakan untuk kata dalam arti gramatikal, melainkan digunakan sebagai istilah untuk menghitung, mengatakan, berbicara.

389

390

Lain hal dengan logos spermatikos merupakan pengungkapan kata yang dipandang sebagai re-interpretasi dari istilah stoik. Stoa juga disebut logo mani

("logos spermatikos"), atau hukum generasi di alam semesta, yang merupakan prinsip alasan aktif bekerja di benda mati. Prinsip-prinsip genetika semesta merupakan simbol-simbol yang dapat ditafsikan untuk berkomunikasi sesama manusia ataupun dengan sang pencipta.

Dengan kata lain, disposisi moral yang terkandung dalam jiwa secara alami subjek dan tunduk pada pengembangan organik atau budaya. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni, dan kesemua itu disimpulkan sebagai prinsip generatif semesta. Pemahaman demikianlah disebut logos spermatikos.

Pemahaman dari pengertian logos prophorikosdan logos endiathetos, merupakan ucapan seseorang dianggap dalam pengertian tertentu sebagai sebagian dari kedirian si pembicara yang mempunyai keberadaan sendiri yang nyata. Kata yang berarti logo juga kemudian disandingkan dengan "type" yang berasal dari kata "typo", yang merupakan perhurufan atau pencetakan huruf, sehingga diartikan menjadi "logotype".

Pemahahan tentang pembahasan logos spermatikos tidak terlepas dari unsur budaya manusia. Manusia itu tidak pernah melihat, menemukan dan mengenal dunia secara langsung kecuali dengan berbagai simbol. Penekanan dari itu bahwa manusia tidak pernah mendapatkan penjelasan secara panjang lebar

390

391

dalam kehidupannya di dunia secara langsung, hanya saja perwakilan dari apa yang dialaminya secara singkat dan sederhana. Sesuatu terkadang tidak didefinisikan dengan jelas dalam penyebutannya, sehingga penggunaan kata untuk mengungkapkan sesuatu realitas yang melatarbelakangi terjadinya fenomena.

Fenomena yang di wakilkan olah tanda, indeks, ikon, simbol menjadi unsur budaya dalam kehidupan manusia. Dalam bahasa Yunani, gram atau gramma memiliki arti huruf, tanda, dengan demikian pemahaman dari uraian logos spermatikos dapat diartikan sebagai "logogram".

Dari hasil pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa logo dapat dibagi menjadi dua bagian besar yaitu, logo yang didominasi gambar yang sekarang dikenal dengan nama logogram dan logo dengan didominasi tulisan yang dikenal dengan nama logotype.

Dalam hal ini penulis menyarankan, untuk melakukan penelitian yang lebih mendalam mengenai sejarah terciptanya nama logotype dan logogram.

5.2.2. Saran terhadap Katagori Karakter Bentuk Logo

Pengelompokan logo juga belum jelas untuk semua bentuk logo. Buku- buku yang penulis jadikan sebagai refrensi, belum mengatur bentuk logo yang sesuai dengan katagorinya. Logo hanya dibagi atas tiga bagian besar yaitu logotype (logo yang didomunisi dengan tulisan saja), logogram (logo yang bentuknya hanya gambar saja) serta gabungan logotype dan logogram (gabungan antara bentuk dan gambar).

391

392

Sementara logo gabungan antara bentuk dan gambar, memiliki ciri yang beragam, misalnya logo yang gambar dan tulisannya terpisah, logo yang tulisan dan gambarnya membaur, logo yang di dalam tulisan terdapat gambar atau salah satu hurufnya diganti dengan gambar, logo yang di dalam gambar terdapat tulisan, logo yang tulisanya membentuk gambar dan logo yang gambarnya membentuk tulisan.

Kesemua logo ini belum dikatagorikan sesuai dengan karakter masing- masing logo. Pada tesis ini penulis mengkatagori masing-masing logo sesuai dengan karakter bentuk dan tulisan yang terdapat pada logo.

Sesuai dengan pembahasan pendapat dari beberapa para ahli dan dapat analisa serta disimpulkan bahwa, logo dapat dikatagori menjadi 3 bagian besar yaitu: 1).Logotype, 2).Logogram, dan 3).Combination typo and gram.

Pada logo combination typo and gram, dikelompok menjadi dua bagian yaitu; 1).Logogram and separate type; dan 2).Logotype and blend gram.

Logo pada bentuk logotype and blend gram dibedakan menjadi empat yaitu; 1).Logo typographic (di dalam tuliasan terdapat gambar); 2) Logo gramgraphic (di dalam gambar terdapat tulisan) dan 3). Logogram transform typo (logo terdiri dari elemen-elemen gambar kecil yang membentuk huruf);

4).Logotypo transform gram (logo elemen tulisan yang membentuk gambar).

Nama untuk masing-masing jenis dari katagori logo, belum dibuat secara spasifik, nama-nama logo tersebut hanya sekedar untuk membadanya jenis logo

392

393

yang satu dengan lainnya. Disarankan untuk melalukan penelitian lebih mendalam pada katagori logo-logo tersebut beserta nama masing-masing jenis logo.

393

394

DAFTAR PUSTAKA

Abdul, Juraid. 2006. Manusia, Filsafat,dan Sejarah. Jakarta : Bima Aksara.

Ali, Mat. 2014. Mahir Membuat Ide Kreatif dan Desain Logo, Jakarta: Techno Publishing.

Arntson, Amy E. 2003. Grafihic design basic 4. Whitewater: university of Wisconsin, Thomson Warswort

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian suatu pendekatan Praktek. ,edisi revisi V. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian suatu pendekatan Praktek. ,edisi revisi VI.Jakarta: Rineka Cipta.

Barbier, Jean Paul. 1983. Tobaland : The Shreds Of Tradition. Geneva : Musée Barbier-Müller.

Berger, Arthur Asa. 1984. Signs in Contemporary Culture an Introduction to Semiotics. Marianto & Sunarto. 2005. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya.

Capsule. 2007. Design matter, Logos. Massachusetts: rackport publisfher, inc.

Caniago, Ferri. 2012. Cara Mutakhir Jago Desain Logo, Cipayung, Jakarta Timur : Niaga Swadaya.

Chernyshevsky, N.G. 2005. Hubungan Estitik Seni dengan Realita, Bandung: Ultimus.

Dharmojo. 2005. Sistem Simbol Dalam Munaba Waropen Papua, Jakarta :Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.

Djelantik, A.A.M. 1999. Estetika Sebuah Pengantar, Bandung: Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia.

Dreyfuss, Henry. 2010. ‖Symbol Sourcebook: An Authoritative Guide to International Graphic Symbols‖, McGraw-Hill Companies.

Hendratman, Hendri. Computer Graphic Design. Bandung: Informatika, 2014

394

395

Hasibuan, Jamaludin S. 1985. Art Et Culture/ Seni Budaya. Pierre-René Bauquis. Djakarta : PT. Jayakarta Agung Offset.

Joosten, Leo. 1992. Samosir The Old Batak Society. Pematangsiantar.

Kartono, Gamal. 2012. Jurnal Seni Rupa FBS Unimed: Sejarah dan Rahasia dibalik Logo. Medan : Jurusan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan.

Kartono, Gamal. 2014. Poster, Medan: UNIMED PRESS

Kartono, Gamal. 2015. Tipografi, Medan: UNIMED PRESS

Kartika, Sony Dharsono. 2007. Estetika, Bandung: Rekayasa Sains.

Masunah, Juju dan Narawati, Tati. 2003. Seni dan Pendidikan Seni, Bandung : P4ST UPI.

Meggs, P.B. 2006. A History of Graphic Design, USA : Viking

Metha, Aline. 2014. The True Power of Color. Yogyakarta : Octopus Publishing House.

Narbuko, Cholid and Achmadi.H.Abu.1997. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara.

Nazir, Moh. 2005. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.

Pena , Tim Prima. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gita media Press.

Parera. J. D. 2004. Teori Semantik.edisi kedua. Jakarta : Erlangga.

R.M. Yoyok. And Siswandi. 2007. Pendidikan Seni Rupa. Yudis Tira. Jakarta: PT Ghalia Indonesia Printing.

Rustam, Surianto. 2014 Mendesain Logo, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2009 Sulianta, Feri. Rahasia Teknik Warna, Jakarta: PT. Elex Media Komputerindo.

Sachari, Agus. 2005. Metodologi Penelitian Budaya Rupa Desain, Arsitektur, Seni Rupa dan Kriya. Jakarta: Erlangga

395

396

Saragih, Daulat.dkk.1999. ―Nilai Estetis dan Makna Simbolis yang Terkandung dalam Motif Ornamen Tradisional Bangunan Rumah Adat Batak Toba‖. Laporan Penelitian. UNIMED

Sobur, Alex. 2003. Semiotika Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Simamora, Tano. 1997. Rumah Batak : Usaha Inkulturatif. Pematangsiantar: Seminari menengah, tth.

Sirait, Baginda. 1980. Pengumpulan dan Dokumentasi Ornamen Tradisional di Sumatera utara. IKIP.

SP. Gustami. 1980. Nukilan Seni Ornamen Indonesia. Yogyakarta: Sekolah Tinggi Seni Rupa Indonesia ASRI.

Sudjiman, Panuti, and Zoest Aart Van. 1996. Serba-Serbi Semiotika. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama.

Sulianta, Feri. 2014. Rahasia Teknik Warna. Jakarta : PT. Elex Media Komputinda.

Sukarman. 1982/1983. Pengantar Ornamen Timur I. Yogyakarta : SUB/BAG PROYEK STSRI ―ASRI‖.

Surakhmad, Winarto. 1980. Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar, Metode, dan Teknik. Bandung : TARSITO

Sumarjo, Jayob. 2006. Estetika Paradoks. Bandung: Sunan Ambu Press.

Sutopo, P., Agustina, H., Nurfalah, F. 2009. Makna Logo Sebagai Cerminan Citra Perusahaan, Cirebon: Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon.

Tambunan. E.H. 1982. Sekelumit Mengenai Masyarakat Batak Toba dan Kebudayaannya Sebagai Sarana Pembangunan. Bandung: TARSITO.

Teresa, Anna. 2006. Logos Of Phenomenology And Phenomenology Of The Logos. Netherlan: The Netherlands

Thomas, Gregory. 2006. How to Design Logos, Symbol and Icon. Cincinnati: Ohio: How Design Book.

396

397

Vera, Nawiroh. 2014. Semiotika Dalam Riset Komunikasi, Bogor: Ghalia Indonesia.

Wibowo, Indiwan Seto Wahyu. 2011. Semiotika Komunikasi Aplikasi Praktis bagi Penelitian dan Skripsi Komunikasi. Jakarta: Mitra Wacana Media.

Wheeler, Alina. 2009. Designing Brand Identity New York: The United States of America

Zaviera, Ferdinannd. 2007. Teori Kepribadian Sigmund Reud, Jogyakarta: Prismashopie.

Zoest, Aart Van. 1978. Semiotika Tentang Tanda, Cara Kerjanya dan Apa yang Kita Lakukan Dengannya. Soekowati, Ani. 1993. Jakarta: Yayasan Sumber Agung.

Z. Shahab, Yasmine. 2004. Antropologi Indonesia Tahun XXVIII No. 75 : Seni Sebagai Ekpresi dan Eksistensi. Jakarta: Departemen Antropologi Fakultas Ilmu Sodial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia.

397

398

BUKU PANDUAN UMPN POLIMEDIA PSDD MEDAN

Kata Pengantar

Buku Panduan Ujian Masuk Politeknik Negeri Media Kreatif (PoliMedia) tahun akademik 2011/2012 ini, disusun dalam rangka kegiatan penerimaan mahasiswa baru (PMB) jalur ujian tertulis program Diploma III bagi lulusan

SMU/SMK/MA yang dilaksanakan secara nasional di Politeknik se-Indonesia yang disingkat UMPN (Ujian Masuk Politeknik Negeri).

Calon mahasiswa Politeknik Negeri Media Kreatif PSDD di Medan dapat memilih satu pilihan program studi atau dua pilihan program studi dari 2 Program

Studi yang dibuka tahun ini yaitu Program Studi Teknik Grafika, dan Desain

Grafis.

Buku panduan ini memberikan informasi yang berkaitan dengan Tata Cara

Pendaftaran Calon Mahasiswa Baru, Pengumuman Hasil Seleksi, dan Regristrasi

Ulang. Diharapkan Calon Mahasiswa Baru Politeknik Negeri Media Kreatif

PSDD di Medan dapat mempelajari dan mengikuti dengan seksama petunjuk- petunjuk yang diberikan didalamnya, sehingga kesalahan-kesalahan yang dapat merugikan tidak perlu terjadi.

398

399

Kami mengucapkan selamat datang Calon Mahasiswa Baru di Politeknik Negeri

Media Kreatif PSDD di Medan. Semoga sukses. Terimakasih

Jakarta, Pebruari 2011

Direktur PoliMedia

ttd

Bambang Wasito Adi, SH., M.Sc. NIP : 19570901 197803 1 001

399

400

PANDUAN JALUR UMPN

(UJIAN MASUK POLITEKNIK NEGERI)

Dalam Rangka Penerimaan Mahasiswa Baru Politeknik Negeri Media Kreatif PSDD di Medan Tahun Akademik 2011/2012

I. PENDAHULUAN

Politeknik Negeri Media Kreatif (PoliMedia) Jakarta didirikan berdasarkan

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor: 60 Tahun 2008 yang berkedudukan di Jalan Srengseng Sawah, Jagakarsa Jakarta 12640. Politeknik

Negeri Media Kreatif (PoliMedia) Jakarta sesuai Peraturan Menteri Pendidikan

Nasional RI Nomor 30 Tahun 2009 Membuka Program Studi Di Luar Domisili

Perguruan Tinggi di Medan untuk tahun ajaran 2011/2012 Politeknik Negeri

Media Kreatif (PoliMedia) PSDD di Medan menyelenggarakan Program studi yaitu: Teknik Grafika dan Desain Grafis. PoliMedia PSDD di Medan sebagai perguruan tinggi vokasi yang secara khusus ditangani untuk menyiapkan tenaga terampil tingkat madya di bidang industri kreatif, yang lulusannya difokuskan terampil dan memahami proses produksi, serta dibekali pengetahuan konsep dan wawasan bisnis untuk berwirausaha.

Dewasa ini, kebutuhan tenaga terampil tingkat madya di sektor industri kreatif yang beberapa tahun terakhir ini telah berkembang cukup pesat di Indonesia dan 400

401

memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi cukup signifikan yaitu 6,7

% dari PDB. Salah satu kebijakan pemerintah dalam mengantisipasi kondisi demikian, pada tahun 2011 PoliMedia PSDD di Medan membuka 2 (dua) program di atas. Selanjutnya dalam kesempatan ini, kami informasikan secara terbuka kepada lulusan terbaik dari SMA/MA/SMK seluruh wilayah tanah air Indonesia untuk menjadi mahasiswa PoliMedia PSDD di Medan sesuai minat dan pilihannya masing-masing dengan Rencana Mahasiswa baru yang akan diterima di PoliMedia untuk tahun akademik 2011-2012 bisa dilihat pada tabel 1 di bawah ini:

No Program Studi Jenjang Daya Tampung

1 Desain Grafis D III 32 orang

2 Teknik Grafika D III 32 orang

Jumlah 64 orang

Jumlah Mahasiswa baru yang akan diterima melalui jalur UMPN sebanyak 100% dari total kuota daya tampung. Secara singkat profile dua program studi tersebut adalah: 401

402

1. Desain Grafis akan mempersiapkan tenaga sekaligus seorang wirausaha

mengenai kreasi seni dan desain dalam industri teknologi grafika yang

dipresentasikan dalam bentuk 2 dimensi maupun 3 dimensi sebagai media

komunikasi. Berbagai keahlian bidang desain grafis meliputi perancangan

logo/branding, bahan penerbitan, kemasan, literatur promosi, dan media

kehumasan. Mengingat perkembangan industri kreatif yang semakin

semarak di berbagai kota besar dan daerah dapat meningkatkan penyerapan

sumber daya manusia di bidang desain grafis.

2. Teknik Grafika akan mempersiapkan tenaga yang memiliki pengetahuan dan

keahlian teknik cetak yang diakui secara kualifikasi nasional sebelum

memasuki dunia industri sesuai dengan standar mutu. Program ini sangat

sesuai bagi calon mahasiswa yang ingin meniti karir di bidang produksi

cetak, cetak digital, administrasi dan manajemen cetak, disamping bagi yang

ingin membuka usaha percetakan secara mandiri. Program Studi Teknik

Grafika membekali mahasiswa dengan pengetahuan teknis dan keahlian

praktis serta pengalaman di perusahaan percetakan.

402

403

II. TUJUAN

Tujuan dari penerimaan mahasiswa baru melalui Jalur UMPN ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk menjaring calon mahasiswa yang berkualitas;

2. Memberikan kesempatan yang sama kepada semua calon mahasiswa dari

berbagai daerah di seluruh Indonesia;

III. PENJELASAN UMUM

1. Yang berhak mendaftarkan diri adalah siswa kelas 3 (tiga) SMU/SMK/MA

yang berumur tidak lebih dari 22 tahun (peserta lahir setelah tanggal 31

Agustus 1989).

2. Setiap calon mahasiswa diperbolehkan mengajukan 2 (DUA) PILIHAN

program studi dengan biaya pendaftaran sebesar Rp. 200.000,00 untuk 2

pilihan program studi dan Rp. 150.000,00 untuk 1 pilihan program studi.

IV. PROSES PELAKSANAAN UMPN JALUR UMB POLIMEDIA

1. Seleksi Calon Mahasiswa PoliMedia

Tempat : Politeknik Negeri Media Kreatif PSDD Medan

Jl. Guru Sinumba No. 06 Medan Helvetia

Pendaftaran : Senin, 11 s.d. 27 Juli 2011

403

404

Ujian Menggambar : Rabu, 27 Juli 2011 (Khusus Prodi Desain

Grafis)

(utk yang mendaftar tgl 27 Juli,ujiannya tgl 28 Juli 2011)

Ujian Tertulis : Jumat, 29 Juli 2011

Waktu : 09.00 – 12.30

Pengumuman Ujian Tertulis dan Menggambar: Menyusul akan diumumkan setelah ujian tertulis

Daftar Ulang: Menyusul akan diumumkan setelah ujian tertulis

Catatan:

* Peserta Ujian Tertulis/Menggambar diwajibkan membawa; Alas Menulis,

Pensil 2B, Penghapus dan hal-hal lain yang diperlukan pada saat ujian.

2. Mekanisme Pendaftaran Secara Manual

1. Peserta datang ke Sekretariat Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB) mengambil

formulir pendaftaran UMPN dan membayar biaya pendaftaran sebesar Rp.

150.000,00 untuk 1 pilihan atau Rp. 200.000,00 untuk 2 pilihan.

2. Pembelian formulir pendaftaran UMPN harus dilakukan pada waktu yang

telah ditentukan.

3. Pembelian formulir pendaftaran dapat dilakukan pada hari Senin – Jumat,

dimulai pukul 09.00 s.d. 12.00 dan 13.00 – 16.00.

404

405

4. Bukti pembayaran asli dapat diitukarkan dengan buku panduan UMPN.

5. Setelah formulir pendaftaran diisi oleh peserta dan diserahkan kepada panitia,

maka panitia akan menyerahkan kartu ujian.

Catatan: Peserta menyerahkan kembali formulir berikut persyaratannya paling

lambat dua hari setelah pembelian formulir.

6. Kartu ujian kemudian dibubuhi tanda tangan dan foto peserta ybs.

7. Satu lembar kartu ujian diserahkan kepada yang bersangkutan, dan satu lagi

disimpan oleh panitia untuk arsip.

3. Mekanisme Pendaftaran Online*:

Pendaftaran Online bisa dilakukan melalui website www.polimedia.ac.id dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Peserta membayar biaya pendaftaran di Bank Bukopin dengan No. Rek. 102

184 6011 Atas Nama Politeknik Negeri Media Kreatif (PoliMedia) Jakarta

dan mengirim bukti pembayaran melalui fax ke nomor (061) 8472896.

2. Peserta mengisi formulir melalui http://spmb.polimedia.ac.id/

3. Nama pengirim pada bukti pembayaran harus sama dengan nama peserta yang

dicantumkan pada form pendaftaran di website.

4. Panitia membuat kartu ujian ybs, setelah paitia menerima formulir melalui

internet dan bukti pembayaran.

405

406

5. Selambat-lambatnya seminggu sebelum pelaksanaan ujian, peserta diharuskan

datang ke Politeknik Negeri Media Kreatif (PoliMedia) PSDD Medan, untuk

melakukan registrasi ulang untuk melengkapi persyaratan administrasi.

6. Pada waktu registrasi ulang calon peserta membawa persyaratan antara lain:

a. Bukti pembayaran di Bank Asli.

b. Bukti pendaftaran di Website.

c. Akte Kelahiran.

d. Pas foto berwarna terbaru 4 lembar ukuran 3 x 4.

7. Panitia menyerahkan satu lembar kartu ujian kepada ybs, dan satu lagi untuk

arsip, setelah peserta melengkapi persyaratan yang diperlukan pada kartu

ujian peserta.

8. Peserta berhak mengikuti ujian bila yang bersangkutan mempunyai kartu

ujian.

9. Apabila calon peserta telah melakukan proses pendaftaran sebagaimana

tercantum pada butir 1 dan 2, tetapi tidak melakukan registrasi ulang pada

waktunya (Butir 5), maka pendaftaran dianggap batal atau calon peserta

dianggap mengundurkan diri.

406

407

4. Persyaratan umum pendaftaran UMPN

Pendaftaran UMPN dilakukan dengan persyaratan:

o Umur tidak boleh lebih dari 22 tahun (peserta lahir setelah tanggal 31

Agustus 1989)

o Foto copy surat keterangan lulus/ijazah SMU/SMK/MA yang dilegalisir 1

lembar.

o Foto copy identitas diri (Kartu Pelajar/KTP/SIM).

o Foto copy akte kelahiran/Surat Kenal Lahir.

o Pas foto berwarna terbaru 4 lembar ukuran 3 x 4.

o Surat Keterangan tidak buta warna

o Membayar uang pendaftaran Rp 200.000 untuk dua pilihan prodi, dan Rp

150.000 untuk satu pilihan program studi.

5. Persyaratan Khusus

1. Peserta yang memilih Bidang Rekayasa yaitu Program Studi Teknik Grafika

adalah peserta yang berasal dari SMA/MA jurusan IPA atau SMK Grafika.

2. Peserta yang berasal dari SMA/MA/SMK jurusan IPS atau Bahasa, atau Non-

IPA, hanya dapat memilih Bidang Non-Rekayasa yaitu Program Studi yaitu

Desain Grafis

407

408

6. Materi Ujian

Materi yang diujikan untuk Bidang Rekayasa yaitu Program Studi Teknik

Grafika adalah;

1. Bahasa Indonesia;

2. Bahasa Inggris;

3. Matematika;

4. Fisika.

Adapun materi yang diujikan untuk Bidang Non-Rekayasa yaitu Program

Program Studi Desain Grafis adalah;

1. Bahasa Indonesia;

2. Bahasa Inggris;

3. Matematika;

4. Ekonomi dan Akuntansi.

V. PENGUMUMAN HASIL UJIAN SELEKSI

Hasil proses seleksi akan diumumkan melalui: o Papan Pengumuman di Politeknik Negeri Media Kreatif (PoliMedia) PSDD

di Medan. o Website http://polimediapsddmedan.blogspot.com atau

http://www.facebook.com/poliMediaPSDDMedan o Pengumuman ujian hasil seleksi :

408

409

Hari/tanggal : Menyusul akan diumumkan setelah ujian tertulis.

Pukul : 09.00 WIB

Tempat : Politeknik Negeri Media Kreatif (PoliMedia) PSDD di

Medan

VI. PENDAFTARAN ULANG

A. Pendaftaran Ulang Lulus Utama

Peserta yang telah dinyatakan lulus ujian seleksi calon mahasiswa/i PoliMedia

PSDD di Medan akan dinyatakan secara resmi diterima sebagai mahasiswa/i

PoliMedia Jakarta apabila melengkapi/memenuhi semua persyaratan pendaftaran/registrasi ulang pada jadwal yang telah ditentukan.

Adapun waktu pendaftaran ulang mahasiswa baru Lulus Utama adalah:

Hari/Tanggal : Menyusul akan diumumkan setelah ujian tertulis

Pukul : 09.00-16.00 WIB

Tempat : Politeknik Negeri Media Kreatif PSDD di Medan

Adapun persyaratan daftar ulang adalah :

1. menyerahkan kartu peserta ujian

2. Membawa 2 lembar foto copy ijazah yang telah dilegalisir.

3. mengisi formulir pendaftaran ulang

4. menunjukkan ijazah/ STTB asli

5. Menunjukkan akte/ surat tanda lahir serta menyerahkan 1 lembar fotokopinya

409

410

6. menunjukan kwitansi lunas pembayaran biaya pendidikan

B. Pendaftaran Ulang Nominator Lulus Cadangan

Calon mahasiswa baru yang ikut ujian dan masuk Nominator Lulusan Cadangan, dapat diterima sebagai calon mahasiswa baru Politeknik Negeri Media Kreatif

(PoliMedia) tahun akademik 2011/2012, dengan syarat apabila peserta ujian Lulus

Utama mengundurkan diri dan akan diisi oleh peserta ujian lulus cadangan sesuai rangking lulus cadangan di masing-masing program studi yang diambil.

Pengumuman tentang peserta lulus ujian utama tetapi mengundurkan diri adalah hari : Menyusul akan diumumkan setelah ujian tertulis

Selanjutnya peserta ujian lulus cadangan tersebut diwajibkan melakukan pendaftaran ulang untuk melengkapi/memenuhi persyaratan (Lihat di butir VI.A) sebagai mahasiswa baru PoliMedia PSDD Medan tahun akademik 2011/2012 pada :

Tanggal : Menyusul akan diumumkan setelah ujian tertulis

Pukul : 09.00-16.00 WIB

Tempat : Politeknik Negeri Media Kreatif PSDD di Medan

410

411

VII. BIAYA PENDIDIKAN

Biaya pendidikan yang harus dibayar oleh calon mahasiswa baru secara keseluruhan adalah Rp 2.700.000 yaitu terdiri SPP semester 1 dan Angsuran 1

BPP dengan perincian sebagai berikut :

Sumbangan Penyelenggaraan Pendidikan (SPP) sebesar Rp. 2.000.000

(dua juta rupiah) per-semester; dan Biaya Pengembangan Pembangunan (BPP) sebesar Rp. 2.000.000 (dua juta rupiah), BPP ini dibayar hanya 1 X selama kuliah di PoliMedia PSDD di Medan dengan cara diangsur 3x selama setahun pertama

(Angsuran 1 Rp. 700.000,- Angsuran 2 Rp. 700.000,- dan Angsuran 3 Rp.

600.000,-)

Jakarta, Pebruari 2011

Pembantu Direktur I

ttd

Sarmada, S.Sos., M.Si. NIP 195902151986011000

411

412

412

413

413