Peranan Soe Hok Gie Dalam Gerakan Mahasiswa Indonesia Tahun 1960-1968

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Peranan Soe Hok Gie Dalam Gerakan Mahasiswa Indonesia Tahun 1960-1968 PERANAN SOE HOK GIE DALAM GERAKAN MAHASISWA INDONESIA TAHUN 1960-1968 Skripsi Oleh : SUPRIYATNA NIM : K 44 020 45 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2007 PERANAN SOE HOK GIE DALAM GERAKAN MAHASISWA INDONESIA TAHUN 1960-1968 Oleh : SUPRIYATNA NIM : K 44 020 45 Skripsi Ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Sejarah Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2007 Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Persetujuan Pembimbing Pembimbing I Pembimbing II Drs. Djono, M.Pd Drs.Tri Yunianto, M.Hum NIP. 131 918 508 NIP. 131 884 432 PENGESAHAN Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Pada hari : Tanggal : Tim Penguji Skripsi : Nama Terang Tanda Tangan Ketua : Drs. Leo Agung S, M.Pd (………………….) Sekretaris : Drs. Daliman, M.Pd (………………….) Penguji I : Drs. Djono, M.Pd (…………………) Penguji II : Drs. Tri Yuniyanto, M.Hum (…………………) Disahkan oleh, Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Dr. Trisno Martono NIP : 130 539 720 ABSTRAK Supriyatna. K4402045. PERANAN SOE HOK GIE DALAM GERAKAN MAHASISWA INDONESIA TAHUN 1960-1968. Skripsi. Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Februari 2007. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) Latar belakang yang mepengaruhi Soe Hok Gie dalam gerakan mahasiswa tahun 1960-1968, (2) Peran Soe Hok Gie dalam gerakan mahasiswa tahun 1960-1968, (3) perubahan yang terjadi setelah jatuhnya Orde Lama terhadap kondisi politik dan gerakan mahasiswa. Penelitian ini menggunakan metode historis, yang terdiri dari empat tahap kegiatan, yaitu heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Sumber data yang digunakan adalah sumber tertulis, meliputi arsip, buku dan surat kabar. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi pustaka. Analisis data yang digunakan analisis historis, yaitu analisis yang mengutamakan ketajaman dalam menginterpretasi fakta sejarah. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan : (1) Latar belakang masuknya Soe Hok Gie dalam gerakan mahasiswa (a) kepribadian Soe Hok Gie sebagai seorang yang senantiasa kritis menyikapi kondisi dan yang terjadi dan menginginkan kebenaran sebagai dasar kehidupan (b) keadaaan yang terjadi pada masa Demokrasi Terpimpin dimana Presiden Soekarno telah menyelewengkan amanat proklamasi dengan mengutamakan kepentingan salah satu pihak dibanding kepentingan umum sehingga mengakibatkan penderitaaan rakyat; (2) Latar belakang Soe Hok gie berperan dalam menjatuhkan pemerintah masa Demokrasi Terpimpin adalah penyimpangan pada era tersebut semakin diperkeruh dengan pemberontakan yang dilakukan oleh PKI pada tanggal 30 September 1965. Kondisi yang dimanfaatkan sebagian anggota pemerintah dengan menggunakan jalur ekonomi untuk mengacaukan kondisi sehingga mengalihkan perhatian masyarakat terhadap masalah G 30 S semakin memburuk melumpuhkan roda ekonomi sehingga menyebabkan penderitaan bagi rakyat; (3) peran mahasiswa dalam menjatuhkan pemerintah Orde Lama dan berdirinya Orde Baru telah menempatkan mahasiswa pada posisi strategis dalam pemerintahan. Kondisi yang dimanfaatkan sebagian wakil mahasiswa untuk menduduki posisi birokratis dalam pemerintahan, sehingga menyebabkan keprihatinan dari sebagian mahasiswa seperti Soe Hok Gie. Peran mahasiswa dalam politik praktis mengakibatkan bergesernya peran dan fungsi mahasiswa. Kritik yang dilakukan sebagian mahasiswa yang masih mempertahankan idealisme di media massa adalah usaha untuk memberikan wawasan agar mahasiswa kembali ke peran, fungsi dan tugas yang sebenarnya. Motto “perubahan hanya soal waktu,karena zaman tidak bisa dilawan” (Soe Hok Gie) “Apabila orang muda terlalu cepat menjadi pemimipin,maka ia akan kehilangangan banyak waktu untuk ilmu!” ( Imam Syafi'i) PERSEMBAHAN Karya ini saya persembahkan kepada : ➢ Bapak dan Ibu yang terhormat ➢ Adikku Nur Santo dan Aan Prasetyo ➢ Teman-teman Pendidikan Sejarah ➢ Anak-anak kos Panti Jomblo,kos Josroyo,Karya muda,Ungu cell ➢ Almamater KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Alloh S.W.T atas segala limpahan rahmat-Nya sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini banyak memerlukan bantuan berbagai pihak dan tanpa adanya bantuan pihak-pihak yang terlibat di dalamnya baik berupa bimbingan dan pengarahan, penulisan ini tidak akan selesai dengan baik. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah berkenan mengizinkan penulis untuk menyusun skripsi. 2. Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah berkenan pula mengizinkan penulis untuk menyelesaikan penyusunan skripsi ini. 3. Ketua Program Pendidikan Sejarah yang telah memberikan petunjuk dan pengarahan kepada penulis. 4. Drs. Djono, M. Pd, selaku pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, petunjuk, pengarahan dan saran kepada penulis. 5. Drs. Tri Yuniyanto, M. Hum selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, petunjuk, pengarahan dan saran kepada penulis. 6. Segenap staf pengajar Program Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah berkenan memberikan bekal ilmu yang sangat berharga bagi penulis. 7. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dan pengarahan kepada penulis, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Penulis menyadari akan adanya kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti dan para pembaca. Surakarta, Januari 2007 Penulis DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i HALAMAN PENGAJUAN .................................................................................. ii HALAMAN PERSETUJUAN .............................................................................. iii HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... iv ABSTRAK ............................................................................................................ v HALAMAN MOTTO ........................................................................................... vi HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................ vii KATA PENGANTAR .......................................................................................... viii DAFTAR ISI ......................................................................................................... x DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xii BAB I. PENDAHULUAN ................................................................. 1 A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1 B. Perumusan Masalah ............................................................................. 5 C. Tujuan Penelitian .................................................................................. 5 D. Manfaat Penelitian ................................................................................ 6 BAB II. LANDASAN TEORI ............................................................................... 7 A. Tinjauan Pustaka .................................................................................. 7 1. Gerakan Mahasiswa ....................................................................... 7 2. Perubahan Politik ........................................................................... 15 B. Kerangka Pemikiran ............................................................................. 21 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN .............................................................. 25 A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................... 25 B. Bentuk dan Strategi Penelitian ............................................................... 26 C. Sumber Data ........................................................................................ 28 D. Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 26 E. Teknik Analisis Data ............................................................................ 31 F. Prosedur Penelitian ............................................................................... 33 BAB IV. HASIL PENELITIAN ............................................................................ 37 A. Latar Belakang yang Mempengaruhi Soe Hok Gie dalam Gerakan Mahasiswa Tahun 1960-1968................................................. 37 1. Latar Belakang Kehidupan Soe Hok Gie ....................................... 37 2. Perkembangan Pada Masa Demokrasi Terpimpin ........................... 43 3. Peristiwa G 30 S ............................................................................ 49 B. Peranan Soe Hok Gie dalam Pelaksanaan Aksi Gerakan Mahasiswa Tahun 1960-1968 .............................................................
Recommended publications
  • Surrealist Painting in Yogyakarta Martinus Dwi Marianto University of Wollongong
    University of Wollongong Research Online University of Wollongong Thesis Collection University of Wollongong Thesis Collections 1995 Surrealist painting in Yogyakarta Martinus Dwi Marianto University of Wollongong Recommended Citation Marianto, Martinus Dwi, Surrealist painting in Yogyakarta, Doctor of Philosophy thesis, Faculty of Creative Arts, University of Wollongong, 1995. http://ro.uow.edu.au/theses/1757 Research Online is the open access institutional repository for the University of Wollongong. For further information contact the UOW Library: [email protected] SURREALIST PAINTING IN YOGYAKARTA A thesis submitted in fulfilment of the requirements for the award of the degree DOCTOR OF PHILOSOPHY from UNIVERSITY OF WOLLONGONG by MARTINUS DWI MARIANTO B.F.A (STSRI 'ASRT, Yogyakarta) M.F.A. (Rhode Island School of Design, USA) FACULTY OF CREATIVE ARTS 1995 CERTIFICATION I certify that this work has not been submitted for a degree to any other university or institution and, to the best of my knowledge and belief, contains no material previously published or written by any other person, except where due reference has been made in the text. Martinus Dwi Marianto July 1995 ABSTRACT Surrealist painting flourished in Yogyakarta around the middle of the 1980s to early 1990s. It became popular amongst art students in Yogyakarta, and formed a significant style of painting which generally is characterised by the use of casual juxtapositions of disparate ideas and subjects resulting in absurd, startling, and sometimes disturbing images. In this thesis, Yogyakartan Surrealism is seen as the expression in painting of various social, cultural, and economic developments taking place rapidly and simultaneously in Yogyakarta's urban landscape.
    [Show full text]
  • Gerakan Mahasiswa Jakarta 1966: Melawan Rezim
    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI GERAKAN MAHASISWA JAKARTA 1966: MELAWAN REZIM PENGUASA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sejarah Disusun Oleh: Benidiktus Fatubun 141314002 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2019 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI GERAKAN MAHASISWA JAKARTA 1966: MELAWAN REZIM PENGUASA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sejarah Disusun Oleh: Benidiktus Fatubun 141314002 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2019 i PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI iii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan segenap rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, Skripsi ini saya persembahkan kepada: Kedua orang tua saya “ Bapak Yustus Fatubun dan Ibu Rosa Kasihiuw” dan kakak-kakak saya “ Hermina Fatubun, Fransiskus Fatubun” serta adik saya “Tania Fatubun” yang selalu mendukung dan mendoakan saya. iv PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI MOTTO Selama kamu benar, jangan takut. ( Yustus Fatubun) Hormati siapa saja, walaupun dia anak kecil. (Rosa Kasihiuw) Kewajiban manusia adalah menjadi manusia. ( Multatuli) Bukan di mana anda sekolah, tapi bagaimana anda belajar. (Soesilo Toer) v PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI vi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI vii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRAK GERAKAN MAHASISWA JAKARTA 1966: MELAWAN REZIM PENGUASA Oleh: Benidiktus Fatubun Universitas Sanata Dharma 2019 Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan dan menganalisis tiga masalah utama, yaitu: (1) latar belakang lahirnya gerakan mahasiswa 1966, (2) proses gerakan mahasiswa 1966, (3) dampak dari gerakan mahasiswa 1966 dalam bidang ekonomi dan politik.
    [Show full text]
  • Deconstructing Indonesian Film for Semarang's City Branding As A
    Deconstructing Indonesian film for Semarang’s city branding as a cinematic city Dekonstruksi film Indonesia untuk city branding Semarang kota film Amida Yusriana, Mutia Rahmi Pratiwi & Mukaromah Department of Communication Studies, Faculty of Computer Science, Dian Nuswantoro University Jalan Imam Bonjol No.207, Semarang, Central Java 50131 E-mail: [email protected] Abstract The Variety of Culture is the current city branding concept for Semarang City. It depicts the various cultures and ethnicities that live together in Semarang. However, this city branding is considered insufficient to meet the tourism target. This research aims to develop a new branding for Semarang as a Cinematic City. This concept is derived from the success of several cities which famous as shooting locations, for example Oxford in England, Seoul in South Korea, and New Zealand as the filming sites of The Lord of the Rings. The main aim of this research is to map out the potential locations for Semarang’s new branding as a Cinematic City. This research is conducted for three popular movies: Gie, Ayat-Ayat Cinta and Soekarno which those movies used Semarang City as the major filming sites. The result found there are three separated areas in Semarang that can be built as the main points of the city branding. Specifically located in the Old Town District there are Srigunting Park, State Financial Building, Cockfighting site, Berok Bridge, Blenduk Church, Jakarta Lloyd Building, and Berok River. In total, there are nine locations that can be developed as a tourism hub which served as a brand attributes of the effort to construct a Semarang as a Cinematic City.
    [Show full text]
  • 4 Citizenship and Indonesian Ethnic Chinese in Post-1998 Films
    Downloaded from <arielheryanto.wordpress.com> Citizenship and Indonesian ethnic Chinese in post-1998 films 71 Since 1998, we have seen a dramatic emergence of works that fill in this 4 Citizenship and Indonesian ethnic long-standing lacuna (see Cohen 2002; Samudera 2002; Allen 2003; Her­ yanto 2004a; Hoon 2004; Sen 2006). But we must quickly add that the Chinese in post-1998 films formal ending of the New Order that year is neither the sole nor the most important cause of the change. The racialized violence against the ethnic Ariel Heryanto Chinese in May 1998 (more to follow below) was a more important factor than President Suharto's resignation in triggering the trend. II!-what appears to be a response to the violence, a new recognition of Chinese Indonesians and their long history of civil predicaments has become one of the most popular features in contemporary literature, fine arts, and films. It must be noted that instead of simply filling a gap in the old category of 'official literature', the aesthetic configuration since'1998 has transformed Tan Peng Liang; 'The important thing is, when Indonesia gets its independence, the overall categorization. Banned literature is now widely available and and all of you occupy important positions in the government, never forget me. I reprinted. The disparaged 'pop' literature that circulates in the cultural want to live peacefully, no worrying, with my family'.J pages of newspapers and magazines has gained more'prestige and authority, (Sylado 1999: 360) making the distinction between popular and 'official' literature difficult or meaningless. Established writers have also published in these pop media.
    [Show full text]
  • Exit Suharto: Obituary for a Mediocre Tyrant
    benedict anderson EXIT SUHARTO Obituary for a Mediocre Tyrant n 1971, the indonesian presidential machine informed the public that Suharto and his wife were planning a mauso- leum for themselves on a spur of Mount Lawu, the dormant, 3,000m sacred volcano that lies to the east of the ci-devant royal IJavanese city of Surakarta.1 The site had been carefully chosen, respect- fully situated some metres below the early tombs of the Mangkunegaran dynasty—the second most insignificant of the four small Central Java principalities instituted by colonial authority in the late 18th and early 19th centuries. Mrs Tien Suharto—by then already quietly mocked as Tientje (Ten Per Cent)—claimed some connection with the little dynasty which had barely survived the revolution of 1945–49. For Suharto, who always insisted that he was of simple peasant stock, but was rumoured to be the illegitimate son of a Chinese tycoon, the site represented a social step up; and a normal one, since hypergamy was common among the army officer corps in the 1940s and after, and families were traditionally uxorilocal. Still, the construction of this expensive, unprecedented mau- soleum for the future dead had something creepy about it, since Suharto himself was a healthy 50-year-old at the time. I visited Surakarta in the spring of 1972, after the Suharto government had discovered that I had entered the country by roundabout methods and had informed me that I would be deported. After some negotiations, I was allowed two weeks to wind up my affairs and say farewell to friends.
    [Show full text]
  • SETTING HISTORY STRAIGHT? INDONESIAN HISTORIOGRAPHY in the NEW ORDER a Thesis Presented to the Faculty of the Center for Inte
    SETTING HISTORY STRAIGHT? INDONESIAN HISTORIOGRAPHY IN THE NEW ORDER A thesis presented to the faculty of the Center for International Studies of Ohio University In partial fulfillment of the requirements for the degree Master of Arts Sony Karsono August 2005 This thesis entitled SETTING HISTORY STRAIGHT? INDONESIAN HISTORIOGRAPHY IN THE NEW ORDER by Sony Karsono has been approved for the Department of Southeast Asian Studies and the Center for International Studies by William H. Frederick Associate Professor of History Josep Rota Director of International Studies KARSONO, SONY. M.A. August 2005. International Studies Setting History Straight? Indonesian Historiography in the New Order (274 pp.) Director of Thesis: William H. Frederick This thesis discusses one central problem: What happened to Indonesian historiography in the New Order (1966-98)? To analyze the problem, the author studies the connections between the major themes in his intellectual autobiography and those in the metahistory of the regime. Proceeding in chronological and thematic manner, the thesis comes in three parts. Part One presents the author’s intellectual autobiography, which illustrates how, as a member of the generation of people who grew up in the New Order, he came into contact with history. Part Two examines the genealogy of and the major issues at stake in the post-New Order controversy over the rectification of history. Part Three ends with several concluding observations. First, the historiographical engineering that the New Order committed was not effective. Second, the regime created the tools for people to criticize itself, which shows that it misunderstood its own society. Third, Indonesian contemporary culture is such that people abhor the idea that there is no single truth.
    [Show full text]
  • Kisah Tiga Jenderal Dalam Pusaran Peristiwa 11-Maret
    KISAH TIGA JENDERAL DALAM PUSARAN PERISTIWA 11‐MARET‐1966 Bagian (1) “Kenapa menghadap Soeharto lebih dulu dan bukan Soekarno ? “Saya pertama‐tama adalah seorang anggota TNI. Karena Men Pangad gugur, maka yang menjabat sebagai perwira paling senior tentu adalah Panglima Kostrad. Saya ikut standard operation procedure itu”, demikian alasan Jenderal M. Jusuf. Tapi terlepas dari itu, Jusuf memang dikenal sebagai seorang dengan ‘intuisi’ tajam. 2014 Dan tentunya, juga punya kemampuan yang tajam dalam analisa June dan pembacaan situasi, dan karenanya memiliki kemampuan 21 melakukan antisipasi yang akurat, sebagaimana yang telah dibuktikannya dalam berbagai pengalamannya. Kali ini, kembali ia Saturday, bertindak akurat”. saved: Last TIGA JENDERAL yang berperan dalam pusaran peristiwa lahirnya Surat Perintah 11 Maret Kb) 1966 –Super Semar– muncul dalam proses perubahan kekuasaan dari latar belakang situasi (89 yang khas dan dengan cara yang khas pula. Melalui celah peluang yang juga khas, dalam suatu wilayah yang abu‐abu. Mereka berasal dari latar belakang berbeda, jalan pikiran dan 1966.docx ‐ karakter yang berbeda pula. Jenderal yang pertama adalah Mayor Jenderal Basuki Rachmat, dari Divisi Brawijaya Jawa Timur dan menjadi panglimanya saat itu. Berikutnya, yang kedua, Maret ‐ 11 Brigadir Jenderal Muhammad Jusuf, dari Divisi Hasanuddin Sulawesi Selatan dan pernah menjadi Panglima Kodam daerah kelahirannya itu sebelum menjabat sebagai menteri Peristiwa Perindustrian Ringan. Terakhir, yang ketiga, Brigadir Jenderal Amirmahmud, kelahiran Jawa Barat dan ketika itu menjadi Panglima Kodam Jaya. Pusaran Mereka semua mempunyai posisi khusus, terkait dengan Soekarno, dan kerapkali Dalam digolongkan sebagai de beste zonen van Soekarno, karena kedekatan mereka dengan tokoh puncak kekuasaan itu. Dan adalah karena kedekatan itu, tak terlalu sulit bagi mereka untuk Jenderal bisa bertemu Soekarno di Istana Bogor pada tanggal 11 Maret 1966.
    [Show full text]
  • Resisting Dictatorship: Repression and Protest in Southeast Asia Vince Boudreau Index More Information
    Cambridge University Press 0521839890 - Resisting Dictatorship: Repression and Protest in Southeast Asia Vince Boudreau Index More information Index 1947 constitution (Burma), 84 Asian currency crisis of 1997–1998, 225, 30 Comrades, 43, 76 236, 240, 245 Abad-Santos, Pedro, 67 Aspinall, Edward, 113 ABRI see Indonesian military Ateneo de Manila, 143 ABSU, 202, 205 Aung Gyi, 190, 192, 194, 195, 198, 209, Aceh, 103, 110, 119–120, 165, 235, 237 212, 213, 244 AFL-CIO, 222 Aung San, 43, 44–45 Africa, 17, 19 Aung San Suu Kyi, 190, 209 agrarian reform campaign (Indonesia), 60 Austerity Movement, 113 Akhmadi, Heri, 116 Aveneri, Shlomo, 33 Aksi kaprihatinan, 230 Avila, Charles, 144 All-Burma Student Union, see ABSU Ayatollah Khomeini, 125 Alvarez, Heherson, 62 Ambon, 110 baden perjuangan, 57 American Society of Travel Agents, 145 Bali, 7, 9, 128 Amnesty International, 7 BANDILLA, 182 Amoy, 43 Bandung, 108, 113, 117, AMRSP (Philippines), 137 225, 229 Angkatan 66, 110, 157, 163 barangay, 134 Anglo-Burmese Wars, 40, 41 basic Christian communities, 177 anti-Chinese violence: in Burma, 88, 91, Bataan, 150 101, 155, 203; in Indonesia, 106, 113, Bataan nuclear power plant, 177 223–224, 225, 233 BAYAN, 182–183, 184 Anti-Fascist People’s Freedom League Beissinger, Mark, 24 (AFPFL), 45–49 Benjarmasin, 224, 234 Anti-Fascist Organization (Burma), Bicol, 138 44–45 Bloody Friday, 194, 195 Anti-Fascist Students League (Burma), 97 BMP, 140 anti-Japanese violence (Indonesia), Bogor, 116 114–115 Bratton, 31 April 6th Liberation Movement, 144, Britain, 20, 59 144–145,
    [Show full text]
  • Does Multicultural Indonesia Include Its Ethnic Chinese? 257
    256 WacanaWacana Vol. 13Vol. No. 13 2 No. (October 2 (October 2011): 2011) 256—278 DEWI ANGGRAENI, Does multicultural Indonesia include its ethnic Chinese? 257 Does multicultural Indonesia include its ethnic Chinese? DEWI ANGGRAENI Abstract Multiculturalism in Indonesia is predominantly concerned with various regional cultures in the country, which continue to exist, and in some cases, to develop and progress. These cultures meet and interact in the context of a unitary national, Indonesian culture. There are however people who or whose ancestors originate from outside Indonesia, the major ones being Chinese and Arabs. They brought with them the cultures and mores of their lands of origin and to varying degrees integrated them into those of the places they adopted as homes. This article discusses how the Chinese who opted for Indonesian citizenship and nationality, fared and fare in Indonesia’s multicultural society, what problems slowed them in their path, and what lies behind these problems. Keywords Multicultural, cultural plurality, ethnic Chinese, peranakan, indigenous, migration, nationalism, VOC, New Order, Muslim, Confucianism, ancestry, Cheng Ho, pecinan, Chinese captaincy. What is multiculturalism? In Australia, the United States, and Canada, the media started to use the term multiculturalism from the late 1960s to the early 1970s to describe the nature of the society in their respective countries. It is worth noting that Australia, the United States and Canada have been immigrant-receiving nations where immigrants have had a very significant role in nation building and in economic growth. WorldQ.com explains the concept well and defines multiculturalism or DEWI ANGGRAENI is a writer of fiction and non-fiction.
    [Show full text]
  • Discourse of Chinese Indonesia in Ernest Prakasa’S Show in Stand up Comedy Indonesia Farahdiba R
    Discourse of Chinese Indonesia in Ernest Prakasa’s Show in Stand Up Comedy Indonesia Farahdiba R. Fitri ABSTRACT Chinese problem experienced by Chinese Indonesian has begun to rise in media nowadays, especially in comedy stage. The new category of comedy genre in Indonesia, Stand Up Comedy, has successfully brought these problem into public. Through one of Stand Up Comedians from Chinese Indonesian, Ernest Prakasa, who usually delivers his jokes about his life as Chinese and its cultures, this thesis aims to find out how the discourses of Chinese Indonesian are represented and (re)constructed through Ernest Prakasa’s show in Stand Up Comedy Indonesia through Ernest’s show ‘Ernest Prakasa and The Oriental Bandits’. For the method and theory, the researcher uses the theory of Critical Discourse Analysis-Historical Approach by Ruth Wodak which focuses not only on linguistics aspect of Ernest’s show but also relating it to discourse and historical aspect of Chinese Indonesian. This analysis will be divided into four parts. In the first part, Ernest’s show will be analyzed using five discursive strategies. In the second, third and fourth part, the analysis examines the intertextual and interdiscursive relationship between text (Ernest’s show transcript), genre and discourse. I also relate the text with sociopolitical and historical context of Ernest and Chinese-Indonesian discourse. I found that through Ernest’s jokes, there is strategy of ‘positive-self and negative-other presentation’ which used by Ernest as counter discourse to change the existing dichotomy into Chinese as ‘the self’ and indigene as ‘the other’. Keywords: CDA; Chinese-Indonesian; Discourse; Jokes; Racism; Stand Up Comedy 1.
    [Show full text]
  • Soe Hok Gie Dalam Pergerakan Mahasiswa Tahun 1942-1969
    Jurnal Program Studi Sejarah STKIP PGRI Sidoarjo GENTA Vol. 2 No. 2, September 2014 ISSN : 2337-9707 SOE HOK GIE DALAM PERGERAKAN MAHASISWA TAHUN 1942-1969 (SOE HOK GIE IN YEAR 1942-1969 STUDENT MOVEMENT) Rizal Amirido [email protected] J. Priyanto Widodo F.X Wartoyo Program Studi Pendidikan Sejarah STKIP PGRI Sidoarjo Jl. Jenggala Kotak Pos 149 Kemiri Sidoarjo Abstrak Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode sejarah (History Method). Metode sejarah (History Method), yaitu merekonstruksi tentang masa lampau melalui proses menguji dan menganalisis secara kritis kejadian peninggalan masa lampau berdasarkan data-data yang ada. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah 1). Bagaimana Sosok Sok Hok Gie semasa kecil ?. 2) Bagaimana pemikiran dan pengaruh Sok Hok Gie dalam pergerakan mahasiswa? 3).Bagaimana Peranan Sok Hok Gie pada pergerakan mahasiswa tahun 1942-1969? Kata Kunci : Sosok Soe Hok Gie, Tokoh Pergerakan Mahasiswa. Abstract In this study, researchers used the historical method (Method History). Method history (History Method), which is about reconstructing the past through the testing process and critically analyze past events relic based on the data available. The formulation of the problem in this study is 1). How Sok Hok Gie figure as a child?. 2) How does the thinking and influence Sok Hok Gie in the student movement? 3) The role .Bagaimana Sok Hok Gie in the student movement of 1942 to 1969? Keywords: Figure of Soe Hok Gie, People Student Movement. 152 Jurnal Program Studi Sejarah STKIP PGRI Sidoarjo GENTA Vol. 2 No. 2, September 2014 ISSN : 2337-9707 1. Latar Belakang Kondisi dan basis pergerakan mahasiswa kala itu tumbuh tidak dapat dilepaskan dari konteks pergolakan politik yang ada.
    [Show full text]
  • Tinjauan Historis Tentang Keterlibatan Militer Dalam Pemerintahan Soeharto Pada Masa Awal Orde Baru
    TINJAUAN HISTORIS TENTANG KETERLIBATAN MILITER DALAM PEMERINTAHAN SOEHARTO PADA MASA AWAL ORDE BARU Prihatanti, Maskun dan Syaiful M. FKIP UnilaJalan. Prof. Dr. SoemantriBrojonegoro No. 1 Bandar Lampung 35145 Telepon (0721) 704 947, faximile (0721) 704 624 e-mail:[email protected] Hp. 085279214108 The purpose of this study was to figure out the military involvement during Soeharto’s presidential term in the early of the new order. This research applied historical method. The data collection techniques employed literary reviews and documentation;while qualitative data analysis was used to analyze the data. The result found out that in the early of the new order, several military members served in the post of governors and ministers during the development cabinet I and II. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya keterlibatan militer dalam pemerintahan Soeharto di bidang birokrasi pada masa awal orde baru. Metode yang digunakan adalah metode historis. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik kepustakaan dan teknik dokumentasi, sedangkan untuk menganalisis data menggunakan analisis data kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa pada masa awal orde baru militer di bidang birokrasi terdapat beberapa anggota militer yang memangku jabatan gubernur, serta sebagai menteri pada kabinet pembangunan I dan II. Kata kunci : keterlibatan, militer, orde baru PENDAHULUAN Sejak permulaan Pemerintahan Orde Orde Baru lahir dari tekad untuk Baru tahun 1966, yang sejalan dengan melakukankoreksi total atas kekurangan pergeseran pusat perhatian dari masalah sistem politik yang telah dijalankan pembinaan bangsa ke masalah pembangunan sebelumnya.Dengan kebulatan tekad atau ekonomi, muncul perhatian yang serius untuk komitmen dari segala kekurangan pada masa menata kembali suatu sistem politik yang sebelumnya, Orde Baru merumuskan diharapkan akan dapat menunjang kegiatan tujuannya secara jelas yakni melaksanakan pembangunan ekonomi tersebut.
    [Show full text]