TINJAUAN HISTORIS TENTANG KETERLIBATAN MILITER DALAM PEMERINTAHAN SOEHARTO PADA MASA AWAL ORDE BARU

Prihatanti, Maskun dan Syaiful M. FKIP UnilaJalan. Prof. Dr. SoemantriBrojonegoro No. 1 Bandar Lampung 35145 Telepon (0721) 704 947, faximile (0721) 704 624 e-mail:[email protected] Hp. 085279214108

The purpose of this study was to figure out the military involvement during Soeharto’s presidential term in the early of the . This research applied historical method. The data collection techniques employed literary reviews and documentation;while qualitative data analysis was used to analyze the data. The result found out that in the early of the new order, several military members served in the post of governors and ministers during the development cabinet I and II.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya keterlibatan militer dalam pemerintahan Soeharto di bidang birokrasi pada masa awal orde baru. Metode yang digunakan adalah metode historis. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik kepustakaan dan teknik dokumentasi, sedangkan untuk menganalisis data menggunakan analisis data kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa pada masa awal orde baru militer di bidang birokrasi terdapat beberapa anggota militer yang memangku jabatan gubernur, serta sebagai menteri pada kabinet pembangunan I dan II.

Kata kunci : keterlibatan, militer, orde baru

PENDAHULUAN Sejak permulaan Pemerintahan Orde Orde Baru lahir dari tekad untuk Baru tahun 1966, yang sejalan dengan melakukankoreksi total atas kekurangan pergeseran pusat perhatian dari masalah sistem politik yang telah dijalankan pembinaan bangsa ke masalah pembangunan sebelumnya.Dengan kebulatan tekad atau ekonomi, muncul perhatian yang serius untuk komitmen dari segala kekurangan pada masa menata kembali suatu sistem politik yang sebelumnya, Orde Baru merumuskan diharapkan akan dapat menunjang kegiatan tujuannya secara jelas yakni melaksanakan pembangunan ekonomi tersebut. dan UUD 1945 secara murni dan Proses ini semakin jelas ketika negara, konsekuen. karena prioritas pembangunan ekonominya Sebagaimana diungkapkan oleh yang berorientasi pada pertumbuhan, Soeharto dalam salah satu pidatonya“Koreksi mengintegrasikan diri ke dalam sistem secara mendasar terhadap kekeliruan masa ekonomi Internasional yang bercorak lampau itulah yang melahirkan Orde orientasi pada pertumbuhan dan keterikatan Baru.Ialah, tatanan kehidupan rakyat, bangsa internasional mempunyai signifikasi tertentu dan negara yang kita letakkan kembali pada dalam memahami karakteristik kepolitikan pelaksanaan kemurnian Pancasila dan UUD dan birokrasi di Indonesia (Manuel Kaisiepo, 1945. 1987: 14). Sejarah lahirnya Orde Baru ini harus Dalam membangun sistem potitik kita camkan sedalam-dalamnya dalam lubuk yang dapat menjamin stabilitas sebagai hati dan kesadaran kita semua tanpa kecuali” prasyarat pembangunan ekonomi yang (Departemen Pertanian, 1994:6). berorientasi pada pertumbuhan sebagaimana

tercermin dalam pembangunan Nasional tindakan pembaharuan dan stabilisasi politik, Jangka Panjang Pertama mulai di lakukan dengan itulah sebenarnya juga serangkaian usaha untuk menyehatkan kekuasaan Soekarno dengan sistem politik kembali birokrasi pemerintahan sebagai Demokrasi Terpimpin menjadi instrumen penting yang akan menopang dan lenyap.Lenyapnya kekuasaan Soekarno memperlancar usaha-usaha pembangunan kemudian diperkuat dengan ketetapan MPRS (ekonomi) tersebut.Ini berarti usaha yang melalui sidang istimewa pada tahun menciptakan suatu sistem birokrasi modern 1967 mengangkat Letjen Soeharto sebagai yang efisien dan efektif (Mohtar Mas’oed, Pejabat Presiden, sehingga sebagai simbol 1987:7). pun Soekarno tidak diakui sebagai pemegang Rezim Orde Baru dibangun dengan kekuasaan. dukungan penuh dari kelompok-kelompok Pada bulan Maret 1968 MPRS yang ingin terbebas dari kekacauan masa lalu, mengangkat dan melantik Letjen Soeharto baik kekacauan politik, ekonomi, maupun sebagai Presiden (Marwati Djoenet budaya pada masa Orde Lama dengan Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto. Soekarno sebagai presiden. 1984: 415). “Pembangunan pemerintah pada awal Pengertian, ciri-ciri dan hakekat Orde Orde Baru berorientasi pada usaha Baru sebagai yang dirumuskan oleh seminar penyelamatan ekonomi nasional terutama II Angkatan Darat pada bulan Agustus 1966 pada usaha mengendalikan tingkat inflasi, adalah“Orde Baru menghendaki suatu tata penyelamatan keuangan negara dan fikir yang lebih realistis dan pragmatis, pengamanan kebutuhan pokok rakyat. walaupun tidak meninggalkan idealisme Tindakan pemerintah ini dilakukan perjuangan.Orde Baru menghendaki karena adanya kenaikan harga pada awal diutamakannya kepentingan nasional, tahun 1966 yang menunjukkan tingkat inflasi walaupun tidak meninggalkan idiologi kurang lebih 650% setahun.Hal itu menjadi perjuangan anti kolonialisme dan anti penyebab kurang lancarnya program imprealisme. pembangunan yang telah direncanakan Orde Baru menginginkan suatu tata pemerintah” (Ali Moertopo, 2004:48). susunan yang lebih stabil, berdasarkan Pemerintahan Orde Baru adalah suatu kelembagaan dan bukan tata susunan yang penataan kembali seluruh kehidupan bangsa dipengaruhi oleh oknum-oknum yang dan negara serta menjadi titik awal koreksi menegembangkan kultur individu. Akan terhadap penyelewengan pada masa yang lalu. tetapi, Orde Baru tidak menolak Orde Baru bisa diartikan sebagai orde yang kepemimpinan dan pemerintahan yang kuat, mempunyai sikap dan tekad mendalam untuk malahan menghendaki ciri-ciri demikian mengabdi kepada rakyat serta mengabdi dalam masa peralihan dan pembangunan. kepada kepentingan nasional yang didasari Orde Baru menghendaki pengutamaan oleh falsafah Pancasila dan menjunjung tinggi konsolidasi ekonomi dan sosial dalam asas serta sendi Undang-undang Dasar 1945. negeri.Orde Baru menghendaki pelaksanaan “Orde Baru juga bisa diartikan sebagai yang sungguh-sungguh dan cita-cita masyarakat yang tertib dan negara yang demokrasi ekonomi.Orde Baru adalah suatu berdasarkan hukum, dimana terdapat tata kehidupan baru disegala bidang yang keseimbangan antara kepentingan individu berlandaskan Pancasila dan UUD 1945” dan masyarakat serta warga negara (Nugroho Notosusanto, 1985: 31). mempunyai pemimpin atau penguasa yang Keterlibatan militer dalam penyusunan tunduk kepada ketentuan yang berlaku” agenda Orde Baru yang memang untuk (Jenderal Soeharto, 1967:7). menyiapkan militer memimpin rezim ini, “Surat Perinttah 11 Maret 1966 atau berimbas besar terhadap berbagai lini Supersemar itulah yg menjadi titik awal kehidupan masyarakat sepanjang masa Orde lahirnyya Orde Baru” sebab dengan Baru. Supersemar itulah kemudian Soeharto Militer dilibatkan dalam setiap membubarkan PKI dan mengambil tindakan- institusi yang dibangun Orde Baru untuk menunjang dan menjalankan kekuasaannya, resmi melalui pengangkatan-pengangkatan terutama dalam bidang politik dan ekonomi, dalam kabinet, parlemen dan administrasi. militer menjadi peran utama. (Eddy Budiarso, Semasa zaman Demokrasi Terpimpin, 2000:2-3). Angkatan Darat menjadi salah satu dari dua Untuk menyingkirkan sisa-sisa kekuatan politik penting yang terorganisasi, pengaruh Soekarno dan unsur PKI dalam dan bersama dengan Presiden Soekarno pemerintahan, maka usaha yang dilakukan menguasai politik dewasa itu.Akhirnya Orde Baru adalah mengamankan agenda pembersihan Angkatan Darat terhadap PKI Politik Pemilu yang direncanakan pada tahun tahun 1965 dan keberhasilannya dalam 1968 dari partai-partai lama yang diduga menurunkan Presiden Soekarno dari masih tersimpan sisa-sisa pengaruh Soekarno. kedudukannya, menjadikan Angkatan Darat Dari sini muncullah konsep perombakan sebagai kekuatan dominan satu-satunya di struktur politik oleh Ali Moertopo yang atas panggung politik Indonesia (Harold dikenal dengan istilah “Strategi Politik Crouch, 1986 :389). Nasional”. Pada awal Orde Baru keterlibatan Dalam bukunya Strategi Politik militer secara aktif bertujuannya untuk Nasional, Ali Moertopo menulis“Bahwa memulihkan krisis nasional yang terjadi penataan kehidupan politik yang dirancang akibat pemberontakan G30-S/PKI karena pada awal Orde Baru diarahkan agar secepat pada saat itu kondisi atau situasi politik di mungkin dapat dicapai stabilisasi kehidupan Indonesia tidak menentu dan terjadi krisis politik dan penyederhanaan struktur ekonomi, sehingga militer turut serta dalam kepartaian, introduksi pengangkatan dalam usaha mempertahankan dan mengisi anggota DPR dan MPR, dan format Pemilu pembangunan bangsa. berikut 12 consensusitem tentang itu yang Keterlibatan militer ikut menentukan dicapai antara kekuatan-kekuatan politik sipil status kepengurusan dalam organisasi dari partai, kalangan ABRI (TNI-AD), dan kemasyarakatan maupun sosial politik pada pemerintah dibuat dalam rangka mendukung masa Orde Barutidak hanya mendominasi ide stabilisasi politik dan ekonomi tersebut” peran sosial politik saja juga dibidang (Ali Moertopo, 2004:22). ekonomi. Dengan tujuan agar dapat menjamin Angkatan Darat Indonesia berbeda mengalirannya danatetap ke kas Angkatan dengan kebanyakan angkatan darat pada Darat, sehingga banyak perwira AD yang umumnya yang telah merebut kekuasaan ditugaskan di berbagai sektor ekonomi, politik, karena tidak pernah sebelumnya seperti perusahaan minyak negara yaitu menganggap diri sebagai suatu organisasi Pertamina yang merupakan salah satu BUMN yang tidak berpolitik. Dari awal sejarahnya yang dipakai AD untuk mengisi kas mereka dalam tahun 1945 sebagai tentara gerilya yang dan perusahaan lainnya yaitu Bulog (Badan memerangi kembalinya kekuasaan penjajah Urusan Logistik). Belanda sampai konsolidasi kekuasaan Keterlibatan militer dalam fungsinya politiknya di bawah Orde Baru, para perwira sebagai kekuatan sosial politik dalam upaya Angkatan Darat Indonesia senantiasa membangun bangsa bukan untuk memperoleh melibatkan dirinya ke dalam masalah-masalah jabatan diluar bidangnya atau jabatan sipil politik dan hampir sepanjang masa itu dengan (Indria Samego,1998:59). giat memainkan peranan politik yang penting. Tujuan dari penelitian ini Dengan keikutsertaan sepenuhnya dimaksudkan untuk meneliti bagaimana dalam perjuangan nasional melawan keterlibatan militer dalam pemerintahan kekuasaan belanda itu, kebanyakan perwira Soeharto pada masa awal Orde Baru.Menurut tersebut merasa bahwa suara mereka harus A.S.S. Tambunan dalam Selo Soemardjan, didengar dalam urusan politik di masa ABRI adalah angkatan bersenjata yang lahir sesudah kemerdekaan.Sesudah berlaku dan tumbuh dengan kesadaran untuk undang-undang keadaan perang tahun 1957, melahirkan kemerdekaan, dan mengisi hak peran serta mereka itu diberi pengakuan kemerdekaan(Soemardjan, 199:7). Menurut A.H Nasution Pidato Dies lembaga-lembaga pemerintahan baik yang Natalis Akademi Militer Nasional pada tahun legeslatif (DPR, MPR) maupun eksekutif 1958 dalam Soebijono dkk, bahwa yang (dari lurah sampai menteri)(Soebijono, dimaksud ABRI adalah : “Bahwa ABRI perlu 1992:58). ikut dalam pembinaan negara, karena kalau Pengertian ABRI menurut dibendung adalah laksana kawah gunung Soebiyanto dalam Muhammad Rusli Karim: merapi, yang pasti dalam waktu akan “Bahwa ABRI itu mempunyai 2 (dua) fungsi, meledak. Ia adalah sebagai kekuatan sosial, ialah sebagai kekuatan HANKAM maka kekuatan rakyat yang bahu membahu dengan ABRI merupakan aparatur Negara atau kekuatan rakyat lainnya “. (Soebijono, Pemerintah, ABRI menjalankan fungsi 1992:86). HANKAMNAS untuk mempertahankan dan Soebijono dkk, Panglima Besar mengamankan negara dan bangsa terhadap Jenderal Sudirman menegaskan mengenai serangan/ancaman/bahaya yang datang dari apa, siapa, dan bagaimana ABRI, “ABRI lahir luar maupun dari dalam negeri. karena proklamasi 17 Agustus 1945, hidup Dalam fungsinya sebagai kekuatan dengan Proklamasi itu dan bersumpah mati- sosial ABRI merupakan salah satu golongan matian hendak mempertahankan kesucian karya yang ikut secara aktif dalam segala proklamasi tersebut, satu-satunya hak milik usaha dan kegiatan masyarakat dan negara di nasional republik yang masih tetap utuh tidak semua bidang dalam rangka pencapaian berubah-ubah meskipun harus menghadapi tujuan Nasional” (Karim, 1991:59). segala soal perubahan, adalah hanya ABRI. Hakikat Dwifungsi ABRI adalah jiwa Kewajiban bagi kita sekalian, yang dan semangat pengabdian ABRI untuk senantiasa hendak mempertahankan tegaknya bersama-sama dengan kekuatan rakyat proklamasi 17 Agustus 1945 untuk tetap lainnya memikul tugas dan tanggung jawab memelihara, agar satu-satunya hak milik perjuangan bangsa Indonesia, baik dibidang nasional yang masih utuh itu tidak berubah- kesejahteraan nasional, maupun di bidang ubah oleh keadaan pertahanan keamanan nasional dalam rangka bagaimanapun”(Soebijono, 1992:84-85). pencapaian tujuan nasional berdasarkan Pada Orde Baru sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945(Notosusanto, keputusan presiden no 132/1967, maka ABRI 1994:170). terdiri atas :Angkatan Darat disingkat AD, Dwifungsi ABRI adalah ABRI tidak Angkatan Laut disingkat AL, Angkatan Udara hanya memiliki peran di bidang pertahanan disingkat AU, Angkatan Kepolisian disingkat dan keamanan saja tetapi ABRI juga memiliki AK, (Poesponegoro, Notosusanto, 1993:464) peran di bidang sosial. Berdasarkan pendapat-pendapat diatas Peran sosial ABRI ini meliputi maka ABRI adalah angkatan bersenjata yang bidang-bidang lainnya seperti politik, ikut dalam pembinaan negara sebagai ekonomi dan budaya.Dan Dwifungsi ABRI di kekuatan sosial, kekuatan rakyat yang bahu Implementasikan dengan dikaryakan ABRI membahu dalam mewujudkan, membela dan diluar bidang hankam khususnya di Birokrasi mengisi kemerdekaan serta mempertahankan pemerintahan. kemurnian Proklamasi. Dan kemudian pada Sesuai dengan ketetapan MPRS No. masa Orde Baru ABRI terdiri dari AD, XLIV/MPRS/1968 Jenderal Soeharto yang AL,AU dan AK. menjabat sebagai Presiden ditetapkan sebagai Dwifungsi ABRI menurut Soebijono Presiden Republik Indonesia untuk masa ialah suatu konsep politik yang menempatkan jabatan 5 tahun (1968-1973) dan dilantik pada ABRI baik sebagai kekuatan Hankam maupun tanggal 27 Maret 1968. sebagai kekuatan sosial politik dalam supra Menurut ketetapan MPRS maupun infra struktur politik sekaligus No.XLI/MPRS/1968 kabinet yang harus (Soebijono, 1992:1). dibentuk adalah Kabinet Pembangunan. Pengertian Dwifungsi ABRI yaitu Ketetapan tersebut otomatis Kabinet sebagai penugasan tentara yang masih aktif Ampera harus Domissioner, diganti kabinet dalam tugas non-militer, khususnya dalam baru yang sudah diberi nama Kabinet Pembangunan. Sebagai realisasi terhadap Selanjutnya kerapkali juga hasilnya Kabinet Pembangunan adalah tanggal 6 Juni dapat digunakan untuk meramal kejadian atau 1968 susunan Menteri Kabinet Pembangunan keadaan masa yang akan datang. Dengan terbentuk dan diumumkan. metode historis adalah sebuah peneliti dapat Kabinet ini dilantik pada tanggal 10 memecahkan sebuah permasalahan dengan Juni 1968. Kabinet ini merupakan Kabinet menggunakan data-data masa lalu berupa Presidensial sebagaimana kabinet lain sejak peninggalan-peninggalan dengan tujuan untuk kita kembali ke UUD 1945 (Bibit Suprapto, merekonstruksi masa lalu tersebut dengan 1985:341). langkah-langkah yang sistematis sehingga Dalam negara yang bersistem Kabinet menghasilkan sebuah jawaban atas Presidensial, domissionernya kabinet karena permasalahan tersebut secara utuh adanya reformasi kabinet (Regrouping berdasarkan bukti-bukti dan fakta yang Kabinet Zaman Orde Lama) atau Reshuffle diperoleh. kabinet secara keseluruhan untuk semua Variabel penelitian adalah tujuan yang menteri dalam kabinet, walaupun kabinet akan menjadi bahan pengamatan suatu sebenarnya masih mampu memerintah. penelitian, dimana variabel akan menjadi Seperti halnya Kabinet Pembangunan I suatu permasalahan yang menjadi titik domissioner ketika Kabinet Pembangunan II perhatian suatu penelitian. terbentuk/diumumkan tanggal 27 Maret 1973 Variabel yang akan dijadikan tepat pukul 19.20 WIB dan dilantik pada esok penelitian tersebut harus dimulai dari arah harinya tanggal 28 Maret 1973 (Bibit mana dan diakhiri dengan arah yang sesuai Suprapto, 1985:360-361). dengan tujuan dari adanya suatu tumpang Dari kutipan diatas penulis dalam melakukan penelitian. menyimpulkan bahwa Pelita I dan II termasuk Variabel penelitian adalah segala dari awal Orde Baru, karena pada awal Orde sesuatu yang menjadi objek penelitian.Dalam Baru itu lah dan pada saat Jenderal Soeharto penelitian ini peneliti menggunakan variabel dilantik sebagai Presiden tahun 1968, dan tunggal yakni variabel yang kuat pengaruhnya pada saat itu juga Kabinet Pembangunan I di untuk dapat berdiri sendiri, dengan fokus kajian bentuk dan dilantik pada 6 Juni 1968 pada keterlibatan militer di bidang birokrasi pada kemudian berkesinambungan dengan Kabinet masa awal Orde Baru (Suharsimi Arikunto, Pembangunan II. 1989: 91). Teknik pengumpulan data yang METODE PENELITIAN digunakan dalam penelitian adalah teknik Metode merupakan cara utama untuk studi kepustakaan dan dokumentasi.Menurut yang digunakan untuk mencapai tujuan Hadari Nawawi (1993: 133), Studi misalnya untuk menguji hipotesis dengan kepustakaan dilaksanakan dengan cara mempergunakan tekhnik serta alat-alat mendapatkan sumber-sumber data yang tertentu (Winarno Surachmad, 1982:111). Hal diperlukan dari perpustakaan, yaitu dengan tersebutlah yang memengaruhi keberhasilan cara mempelajari buku-buku literatur yang dalam suatu penelitian.Maka dari itu seorang ada kaitannya dengan masalah yang diteliti. peneliti harus dapat memilih metode yang Oleh karena dalam penelitian ini tidak tepat dan sesuai. pernah dapat dilepaskan dari literatur-literatur Metode yang digunakan dalam ilmiah, maka kegiatan studi kepustakaan ini penelitian ini adalah metode historis yaitu menjadi sangat penting terutama dalam prosedur pemecahan masalah dengan penelitian kualitatif.Dengan teknik kepustakaan, menggunakan data masa lalu atau peneliti berusaha untuk mempelajari dan menelaah buku-buku guna memperoleh data-data peninggalan-peninggalan, baik untuk dan informasi berupa teori-teori atau argumen- memahami kejadian atau suatu keadaan yang argumen yang dikemukakan oleh para ahli yang berlangsung pada masa lalu terlepas dari berhubungan dengan masalah-masalah yang akan keadaan sekarang dalam hubungannya dengan diteliti yaitu keterlibatan militer dibidang kejadian atau masalah. birokrasi pada masa awal Orde Baru. Teknik dokumentasi adalah cara krisis politik terus meningkat yang ditandai mengumpulkan data melalui peningkatan oleh gelombang demokrasi kurang lebih tertulis berupa arsip-arsip dan juga buku-buku selama 60 hari di ibu kota. Para pemuda, tentang pendapat, teori, dalil atau hukum- mahasiswa, dan pelajar yang menyebut hukum lain yang berhubungan dengan dirinya angkatan 66 mengadakan demonstrasi masalah penelitian. pada tanggal 12 Januari 1966 dengan Dalam hal ini peneliti akan mencari mengajukan tuntutan yang kenal dengan TRI sumber-sumber lain seperti majalah, koran, TURA (Tri Tuntutan Rakyat) yang berisi 1) brosur, dan lain-lain yang berhubungan Bubarkan PKI, 2) Bersihkan kabinet dari dengan masalah yang akan dibahas oleh unsur G.30.S/PKI, 3) Turunkan penelitiMelalui teknik ini penulis mengumpulkan harga/perbaikan ekonomi. berbagai bahan baik berupa tulisan maupun Pengertian, ciri-ciri, dan hakekat Orde gambar-gambar yang berkenaan dengan masalah Baru sebagai yang dirumuskan oleh seminar yang peneliti bahas yakni keterlibatan militer di II Angkatan Darat pada bulan Agustus 1966 bidang birokrasi pada masa awal Orde adalah“Orde Baru menghendaki suatu tata Baru.(Hadari Nawawi, 1993: 27). fikir yang lebih realistisdan pragmatis, Teknik analisis data merupakan suatu walaupun tidak meninggalkan idealisme teknik yang mengelompokkan, membuat perjuangan.Orde Baru menghendaki suatu manipulasi serta menyingkatkan data diutamakannya kepentingan nasional, sehingga mudah dicerna. walaupun tidak meninggalkan idiologi Dalam mengadakan analisis data perlu perjuangan anti kolonialisme dan anti diingat bahwa data yang diperoleh hanya imprealisme. menambahkan keterangan terhadap masalah Orde Baru menginginkan suatu tata yang ingin dipecahkan.Dan informasi susunan yang lebih stabil, berdasarkan merupakan data yang dapat menjawab kelembagaan dan bukan tata susunan yang sebagian ataupun dari masalah yang diteliti dipengaruhi oleh oknum-oknum yang yaitu tentang keterlibatan militer di bidang menegembangkan kultur individu. Akan birokrasi pada masa awal Orde Baru tetapi, Orde Baru tidak menolak (Mohammad Nasir,1988:419). kepemimpinan dan pemerintahan yang kuat, Adapun teknik analisis data dalam malahan menghendaki ciri-ciri demikian penelitian ini adalah teknik analisis data dalam masa peralihan dan pembangunan. kualitatif digunakan untuk memperoleh arti Orde Baru menghendaki pengutamaan dari data yang diperoleh melalui penelitian konsolidasi ekonomi dan sosial dalam kualitatif, dan bermuatan kualitatif negeri.Orde Baru menghendaki pelaksanaan diantaranya berupa catatan lapangan serta yang sungguh-sungguh dan cita-cita pemaknaan peneliti terhadap dokumen atau demokrasi ekonomi.Orde Baru adalah suatu peninggalan. tata kehidupan baru disegala bidang yang Dengan menggunakan teknik analisis data berlandaskan Pancasila dan UUD 1945” kualitatif maka peneliti akan terbimbing dalam memperoleh penemuan-penemuan yang tidak (Nugroho Notosusanto, 1985: 31). terduga sebelumnya. Selain itu peneliti dapat Sebagaimana telah diketahui bahwa menyajikan hasil yang diteliti yaitu tentang pada masa pemerintahan Orde Lama telah keterlibatan militer di bidang birokrasi pada masa terjadi penyelewengan terhadap Pancasila dan awal Orde Baru (Mohammad Ali. 1992:171). UUD 1945, maka Orde Baru sebagai corak kehidupan bangsa yang baru berusaha HASIL DAN PEMBAHASAN mengembalikan kemurnian pelaksanaan Berakhirnya masa Orde Lama danawal Pancasila dan UUD 1945 untuk memperbaiki masa Orde Baru tidak dapat dipisahkan dari semua segi kehidupan Bangsa dan Rakyat peristiwwa pemberonttakan yg dilakukan Indonesia. olleh PKI pada tanggal 30 September 1966. Presiden Soekarno yang selama ini Kudeta gagal yg dilakukan oleh PKI ini dekat dengan PKI tidak mampu lagi menyebabkan negara mengalami mengatasi semua kekacauan yang terjadi kegoncangan. Sejak peristiwa G.30.S/PKI itu karena ia mulai kehilangan kepercayaan dari rakyat, hal ini merupakan konsekuensi logis masyarakat, bangsa dan negara dalam hal dari sikap politik Soekarno pada masa-masa idiologi, politik, sosial dan ekonomi yang sebelum yang cenderung mendukung dan didasarkan kepada kemurnian pelaksanaan memberikan kesempatan kepada PKI untuk Pancasila dan UUD 1945, setelah berkembang. keberhasilan Bangsa Indonesia Selain itu, kondisi ekonomi indonesia menyelamatkan pemerintahan dari peristiwa pada waktu itu tengah terpuruk. Inflasi yang G 30 S oleh PKI. tinggi ditambah dengan sikap Soekarno yang ABRI pada masa Orde Baru selalu tidak segera mengambil tindakan yang tegas diikut sertakan dalam program pembangunan, terhadap PKI yang telah melakukan kudeta salah satunya yaitu “ Adapaun modal dasar menyebabkan keadaan semakin menjadi yang disebutkan dalam Pola Dasar kacau. Pembangunan Nasional ialah : (a) Soekarno yang sudah tidak mampu Kemerdekaan dan Kedaulatan bangsa, (b) lagi mengendalikan jalannya pemerintahan Kedudukan geografi, (c) Sumber-sumber kemudian mengeluarkan surat perintah pada kekayaan alam, (d) Jumlah penduduk, (e) tanggal 11 Maret 1966 kepada Letnan Modal rohaniah dan mental, (f) Modal Jenderal Soeharto selaku Panglima Tinggi budaya, (g) Potensi efektifitas bangsa, (h) Angkatan Darat yang isinya antara lain Angkatan bersenjata (Marwati Djoenet memerintahkan kepada Letnan Jenderal Poesponegoro, Notosusanto, 1993:442). Soeharto untuk mengambil langkah-langkah Pada masa Orde Baru di bidang yang diperlukan untuk memulihkan keamanan eksekutif ABRI menyumbangkan prajurit- dan ketenangan serta kesetabilan jalannya prajurit terbaiknya untuk melaksanakan tugas pemerintahan dan revolusi, serta menjamin negara dan pemerintahan di banyak bidang keselamatan pribadi dan kewibawaan mulai dari tingkat yang tertinggi sampai yang Presiden/Panglima Tertinggi/Pemimpin Besar terendah, di pusat maupun daerah. Revolusi/ Mandataris MPRS demi untuk Di samping itu ABRI juga menjamin keutuhan bangsa dan negara menyumbangkan gagasan dan fikirannya Republik Indonesiadan melaksanakan dengan berupa konsep-konsep kepada pemerintah, pasti segala ajaran Pemimpin Besar Revolusi. maka ABRI sebagai kekuatan sosial politik “Surat Perinttah 11 Maret 1966 atau selalu membantu pelaksanaan program- Supersemar itulah yg menjadi titik awal program Repelita untuk mencapai cita-cita lahirnyya Orde Baru” sebab dengan Orde Baru(Soebijono, 1992:40). Supersemar itulah kemudian Soeharto Keterlibatan militer dalam sebuah membubarkan PKI dan mengambil tindakan- tatanan kehidupan perpolitikan Indonesia.Hal tindakan pembaharuan dan stabilisasi ini dimulai ketika Presiden Soekarno politik.Dengan Supersemar itulah sebenarnya membentuk Dewan Nasional pada 6 Mei kekuasaan Soekarno dengan sistem 1957, setelah peranan partai-partai politik politikDemokrasi Terpimpin menjadi lenyap. (dengan pengecualian PKI) dilumpuhkan dan Lenyapnya kekuasaan Soekarno UU Damra diberlakukan.Dan tujuan dari kemudian diperkuat dengan ketetapan MPRS dibentukan Dewan Nasional adalah para yang melalui sidang istimewa pada tahun membantu kabinet dalam menjalankan 1967 mengangkat Letjen Soeharto sebagai program-programnya tapi pada kenyataannya Pejabat Presiden, sehingga sebagai simbol dimaksudkan untuk mengambil alih peranan pun Soekarno tidak diakui sebagai pemegang partai-partai politik.Kekuatan militer semakin kekuasaan.Pada bulan Maret 1968 MPRS meningkat pesat sesudah tahun 1957, tidak menganggkat dan melantik Letjen Soeharto hanya dalam bidang militer tetapi juga dalam sebagai Presiden (Marwati Djoenet bidang non militer.Setelah kudeta 1965 yang Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto. merupakan awal dari pemerintahan Orde Baru 1984: 415). yang juga merupakan awal bagi militer untuk Dari berbagai pendapat di atas penulis menjalankan kekuasaannyadalam sebuah menyimpulkan bahwa Orde Baru adalah suatu birokrasi politik Indonesia(dee’s upaya untuk menata kembali kehidupan aida.blogspot.com/2010/12/html). Jendral Soeharto selaku pimpinan negeri, menteri pertahanan keamanan, menteri militer berupaya menggunakan suatu penerangan, menteri perindustrian, menteri organisasi sebagai mesin pemilu untuk tenaga kerja dan menteri transmigrasi. memperkuat dan mempertahankan Jabatan menteri pimpinanpada kabinet kepentingan dan kedudukan tentara dalam pembangunan II ada 27 anggota pemerintahan. Menteri.Untuk bagian Menteri departemen Organisasi yang dipilih Jendral terdapat 19 anggota.Untuk anggota Soeharto untuk mempertahankan dan departemen tersebut yaitu 3 anggota memperkuat kedudukan tentara jatuh pada ABRI/militer yang dikaryakan untuk Sekber-. menjabat sebagai menteri pimpinan Militerternyata berhasil menggunakan departemen. Sekber-Golkar untuk memperkuat Jumlah 3 ABRI yang dikaryakan yaitu kekuasaannya dalam pemerintahan.Sekber- pada posisi jabatan : Menteri Dalam Negeri, Golkar yang dulunya hanya sebuah organisasi Menteri Pertahanan Keamanan/Panglima politik kini berubah menjadi sebuah politik ABRI, dan Menteri Perindustrian. yang besar dimasa orde baru yang kemudian Menteri-Menteri Negara terdapat 5 akan memenangkan sebuah pemilihan umum anggota, yaitu 1 anggota ABRI/Militer yang pada masa Orde Baru(dee’s dikaryakan untuk menjabat menteri negara aida.blogspot.com/2010/12/html). tersebut. Jumlah 1 ABRI yang dikaryakan Munculnya partai Golkar sebagai yaitu pada posisi jabatan : Menteri/Sekretaris kekuatan baru sering dianggap sebagai Negara. Dan untuk Pimpinan Lembaga kekuatan Orde Baru karena dalam kekuatan Negara Yang Erat Hubungannya Dengan ini Golkar di dukung oleh 3 kekuatan Pelaksanaan Tugas Kabinet Pembangunan II dominan orde baru, yaitu : terdapat 2 anggota ABRI/Militer yang (1) ABRI sebagai kekuatan kunci dikaryakan untuk menjabat pimpinan tersebut untuk melakukan tekanan atas kekuatan sipil yaitu pada posisi jabatan : Jaksa Agung dan yang mencoba mengganggu eksistensi Panglima Komando Operasi Pemulihan Golkar, (2) Birokrasi dalam hal ini Keamanan dan Ketertiban/Wakil Panglima dibentuknya kokarmendagri sebagai cikal Angkatan Bersenjata. bakal munculnya “monoloyalitas” pegawai Dari susunan-susunan kedua kabinet negeri kepada Golkar dan akhirnya tersebut dapat kita lihat bahwa militer tidak dikukuhkan melalui KORPRI (Korps Pegawai hanya berperan dalam bidang pertahanan Republik Indonesia) dan (3) Golkar dijadikan keamanan namun dalam bidang yang lain pun alat “orde baru” untuk melanggengkan militer juga ikut terlibat di laluinya. kekuasaannya melalui formulasi yang Militer berhasil dalam melangkahi dianggap demokratis dengan tata cara dan lembaga-lembaga lain yang secara prosedur pemilihan umum, sidang umum konvensional berkaitan dengan masalah- MPR dan dengan adanya Dewan Perwakilan masalah politik luar negeri, seperti Rakyat(Sundhaussen, Ulf. 1986: 32). Departemen Luar Negeri Komisi 1 DPR dan Eksistensi militer dalam birokrasi Bappenas yang berwenang dalam masalah- pemerintahan Indonesia dapat kita lihat dari masalah ekonomi dalam negeri dan luar banyaknya anggota militer yang duduk dan negeri. menjabat dalam sebuah parlemen atau dalam Pada awalnya ada pertentangan antara sebuah lembaga pemerintahan. militer dengan departemen luar negeri.Namun Jabatan Menteri pimpinan departemen dalam hal ini militerlah yang muncul sebagai pada kabinet pembangunan I ada 24 pemenang.Akhirnya Jendral Soeharto sebagai departemen dimana dari 24 departemen pemimpin militer telah berhasil membawa tersebut terdapat 6 anggota ABRI/Militer militer ke puncak kejayaan pada masa Orde yang dikaryakan untuk menjabat sebagai Baru. menteri pimpinan departemen. Terlibatnya militer pada Departemen Jumlah 6 militer yang dikaryakan Dalam Negeri bahwa Gubernur yang yaitu pada posisi jabatan :menteri dalam ditempatkan pada tiap propinsi pada masa Orde Baru berjumlah 73 orang, dimana saat itu Indonesia baru melangkah ke jumlah militer yang menjabat sebagai Pembangunan nasional. gubernur dengan jumlah 24 orang. Sedangkan untuk tahun-tahun Meskipun dari total keseluruhan berikutnya pejabat setingkat menteri dijabat jumlah tetap sipil yang mendominasi, namun oleh sipil kecuali pada posisi Pangkopkamtib ada beberapa daerah yang menunjukkan dijabat oleh anggota militer yang memang bahwa dominasi militer pada jabatan sesuai dengan fungsinya yaitu menjaga dan gubernur. mengamankan bangsa dan negara Indonesia. Dari data di atas propinsi yang Untuk lebih jelasnya dapat dilihat mendominasi militer yaitu Daerah Jawa Barat pada pejabat tinggi setingkat menteri pada karena dari beberapa pergantian gubernur kabinet pembangunan I, yaitu Letjen Soeharto pada masa Orde Baru militer yang tidak ada menjabat sebagai Jaksa Agung, Drs. Radius dominasi militer yaitu Daerah Istimewa Aceh, Prawiro menjabat sebagai Gubernur Bank Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu, Daerah Sentral, Jenderal Maraden Panggabean Istimewa Yogyakarta, Nusa Tenggara Barat, menjabat sebagai Pangkopkamtib(Bibit Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan Suprapto, 1985 : 347) Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Irian Kabinet pembangunan Pada awal Jaya dan Timor Timur. Orde Baru keadaan sosial politik maupun Pada tahun 1966-1970 Militer yang perekonomian bangsa Indonesia belum stabil ditempatkan pada jabatan gubernur berjumlah maka pada kabinet pembangunan I pada 8 orang sedangkan untuk sipil berjumlah 34 pejabat setingkat menteri ketiga jabatan orang yang menjabat sebagai gubernur. Dari tersebut dua diantaranya dijabat oleh militer 27 propinsi, 8 militer yang ditempatkan pada yaitu Jaksa Agung dan Pangkopkamtib, propinsi : Sumatera Selatan, DKI Jakarta, sedangkan pada Gubernur Bank Sentral Jawa Barat, Jawa Timur, Bali, Sulawesi dijabat oleh Sipil. Tenggara, Sulawesi Utara, dan Sulawesi Kabinet pembangunan I yakni pada Tengah. tahun 1968-1973 dipimpin oleh Presiden Pada tahun 1971-1978 militer yang Soeharto, namun kebinet pembangunan I ditempatkan pada jabatan gubernur berjumlah hanya berlangsung 5 tahun kemudian 15 orang sedangkan untuk sipil berjumlah 21 digantikan dengan kabinet pembangunan II. orang yang menjabat sebagai gubernur. Pejabat tinggi setingkat menteri pada kabinet Dari 27 propinsi, 15 militer yang pembangunan II, yaituAli Said menjabat ditempatkan pada propinsi : Sumatera Utara, sebagai Jaksa Agung: Rachmat Saleh Riau, Sumatera Selatan, Lampung, DKI menjabat sebagai Gubernur Bank Sentral, Jakarta, Jawa Barat, Bali, Nusa Tenggara Sumitro menjabat sebagai Pangkopkamtib Timur, Kalimantan Barat, Sulawesi Utara, (Bibit Suprapto, 1985 : 363). Sulawesi Tengah, Maluku dan Irian Jaya. Kabinet pembangunan II ini Pejabat tinggi setingkat menteri pada berlangsung dari tahun 1973-1978 dengan Orde Baru, yaitu Jaksa Agung, Gubernur dipimpin oleh Presiden Soeharto dengan Bank dan Panglima komando operasii Wakil Presiden yaitu Sri Sultan keamanan dan ketertiban (Pangkopkamtib). Hamengkubuwono IX dan kabinet Pada kabinet I terdapat dua anggota pembangunan II ini hanya berlangsung 4 militer yang dikaryakan yaitu di Jaksa Agung tahun. Pada kabinet pembangunan II ini dan Pangkopkamtib.Namun setelah itu, pada pejabat setingkat menteri yang militer hanya kabinet pembangunan II pengkaryaan militer di Pangkopkamtib yaitu Jenderal Sumitro tetap atau stabil yaitu hanya di sedangkan Jaksa Agung dan Gubernur Bank Pangkopkamtib. Sentral dijabat oleh sipil.Pada masa Orde Maka pada awal Orde Baru yakni Baru salah satu perwujudan fungsi ABRI pejabat setingkat menteri dijabat oleh anggota sebagai kekuatan sosial politik dalam usaha militer yang mungkin dalam pelaksanaannya menegakkan dan mencapai cita-cita Orde dalam upaya menstabilkan keadaan yang pada Baru ialah penugasan prajuritABRI dalam lembaga/instansi/badan/organisasi diluar sebagainya adalah prinsip-prinsip umum dan jajaran ABRI sebagai pelaksanaan dari manajemen yang dimiliki oleh ABRI. dwifungsi ABRI. Setiap anggota ABRI yang di beri Maksud dan tujuan tersebut pertama- tugas karya harus menyebarkan secara positif tama ialah dalam rangka pengamanan politis semangat dan teknik berorganisasi yang ideologis terutama pada saat awal Orde Baru baik”.Terlihat jelas apa yang dikemukakan dan kemudian dalam rangka menyukseskan oleh Presiden Soeharto, bahwa pertimbangan pembangunan nasional, untuk menjamin penempatan prajurit ABRI di bidang non- tercapainya sasaran program-program hankam intinya berkisar pada segi pembangunan yang terdapat dalam repelita- kepemimpinan, kemampuan manajemen dan repelita. sifat-sifat khas prajurit ABRI. Penugasan dalam rangka pengamanan Di tiap lembaga negara/pemerintahan dapat dibaca dalam pidato kenegaraan Pj. dimana terdapat karyawan ABRI, misalnya Presiden Soeharto tanggal 16 Agustus 1967 DPR, Departemen/Lembaga Non yang antara lain menyebutkan bahwa“Dalam Departemen, pembinaan dilakukan oleh perkembangan politik dan kenegaraan dengan seorang karyawan senior yang ditunjuk oleh asas demokrasi Pancasila, golongan kerja masing-masing angkatan/Polri. yang potensial dan mempunyai peranan yang (Soebijono,1992:157). aktif dan besar untuk mengamankan Pancasila Secara normatif, semua penugasan dan Undang-Undang Dasar 1945 adalah ABRI dilakukan atas permintaan dan golongan karya ABRI. dilaksanakan secara selektif jadi tidak semua Besar kecilnya peranan ABRI itu permintaan harus dipenuhi karena tergantung tergantung pada bahaya yang mengancam pada urgensi dan tersedianya tenaga yang keselamatan Pancasila dan Undang-Undang memenuhi persyaratan. Namun pada 1945, bahaya yang mengancam keselamatan pelaksanaan kekaryaan ABRI yang setelah rakyat, kesatuan dan persatuan bangsa, serta ditempatkan tidak dapat melaksanakan tugas kelangsungan hidup negara, baik bahaya itu yang telah diberikan. datang dari luar maupun dari dalam”. Pada tingkat Implementasi, Adapun penugasan prajurit ABRI keterlibatan militer dijalur non-hankam sering dalam rangka menyukseskan pembangunan ABRI tidak sesuai dengan kualitas normal, nasional dalam Amanat Presiden Soeharto keahlian, maupun pengalaman teknis pada RAPIM ABRI tanggal 23 Februari 1970 sehingga banyak mengacu kepada fungsi yang menekankan bahwa “ABRI hari dapat stabilisator dan dinamisator (UU No. 20 tahun menjadi kekuatan moderenisasi masyarakat, 1982, pasal 28 (1) (Samego,1998:98). menggerakkan pembangunan oleh masyarakat Pada awal Orde Baru, keterlibatan sendiri, justru karena ABRI sangat kaya militer dalam masalah-masalah non-hankam dengan pengalaman dalam membina dimaksudkan untuk mempertahankan masyarakat pada masa-masa sulit dulu, karena kesinambungan pembangunan. sistem organisasinya yang baik, karena Kedudukan anggota militer dalam sifatnya pragmatis, karena jiwanya posisi dimaksudkan untuk mengelola perbandingannya kepada kepentingan dinamika sosial politik yang tumbuh di nasional dan karena ketegasan dalam kalangan masyarakat.Dapat dilihat jika sejak kepemimpinannya”. Orde Baru cukup banyak jumlah anggota Setahun Sebelum Presiden Soeharto, militer yang dikaryakan pada bidang Dalam RAPIM ABRI tanggal 3 Maret 1969 pemerintahan menegaskan harapannya dari mereka yang ABRI pada masa Orde Baru selalu ditugaskaryakan sebagai berikut : “Semangat diikut sertakan dalam program pembangunan, koprs, loyalitas kepada tugas, disiplin, salah satunya yaitu “ Adapun modal dasar organosasi yang lincah, prosedur dan tata yang disebutkan dalam Pola Dasar kerja yang jelas, sistem pertanggungjawaban Pembangunan Nasional ialah : (a) yang tegas, tanggung jawab pimpinan yang Kemerdekaan dan Kedaulatan bangsa, (b) penuh, delegasi kekerasan ke bawah dan Kedudukan geografi, (c) Sumber-sumber kekayaan alam, (d) Jumlah penduduk, (e) Keberadaan militer pada jabatan Modal rohaniah dan mental, (f) Modal setingkat menteri yakni pajabat non- budaya, (g) Potensi efektifitas bangsa, (h) departemen.Awalnya dalam usaha menjaga Angkatan bersenjata. negara, karena keadaan negara pada saat itu Pada masa Orde Baru di bidang baik keadaan sipil yang masih menjaga eksekutif ABRI menyumbangkan prajurit- negara.Keadaan negara pada saat itu baik prajurit terbaiknya untuk melaksanakan tugas keadaan sipil yang masih lemah, keadaan negara dan pemerintahan di banyak bidang politik belum stabil serta terjadi krisis mulai dari tingkat yang tertinggi sampai yang ekonomi sehingga negara Indonesia belum terendah, di pusat maupun daerah. stabil.Bahkan pada saat itu terjadi Di samping itu ABRI juga pemberontakan-pemberontakan dari dalam menyumbangkan gagasan dan fikirannya negeri sehingga militer ditempatkan pada berupa konsep-konsep kepada pemerintah, pejabat non-departemen. maka ABRI sebagai kekuatan sosial politik Keberadaan pada jabatan non- selalu membantu pelaksanaan program- departemen ini menambah besar dan program Repelita untuk mencapai cita-cita memperkuat kekuasaan militer sebab Orde Baru. koordinasi dan tanggung jawab langsung Tugas yang pertama sebagai militer kepada presiden sehingga adanya kaitan adalah melindungi seluruh bangsa tumpah ataupun hubungan yang lain menguntungkan darah Indonesia, wilayah kekuasaan negara antar militer dan presiden Soeharto pada masa serta kekayaan alam Indonesia, dan segala awal Orde Baru. kepentingan-kepentingan negara Republik Militer merupakan tentara nasional Indonesia dari unsur-unsur asing. yang dibentuk untuk mempertahankan dan Peran pertama militer adalah peran menjaga keamanan nasional baik ancaman pertahanan keamanan (Hankam) yaitu peran dari negara luar maupun ancaman yang tradisional yang dijalankan oleh setiap datang dari dalam negeri Indonesia kekuatan militer dimana saja didunia ini. sendiri.dan memiliki tugas dan peran untuk Militer menggunakan keterampilannya melindungi segenap bangsa Indonesia dan dan perlengkapan senjatanya yang seluruh tumpah darah Indonesia. dimilikinya untuk membela negara dan Pada akhirnya militer menjadi bangsa dari ancaman baik yang berasal dari kekuatan yang dikuasai disemua sektor.Para luar maupun dari dalam negeri. anggota militer seakan-akan merasa dirinya Pada kabinet pembangunan pada masa menjadi kelompok warga negara kelas satu awal Orde Baru pejabat setingkat menteri yang menyandang berbagai hak istimewa itu pada awalnya yakni kabinet pembangunan akhirnya membangun pula tata nilai tertentu pertama diisi oleh militer namun pada kabinet dalam lingkungan militer. prmbangunan kedua peran militer di pejabat Selain itu juga militer sangat non-departemen dikurangi. Pangaruh militer berkepentingan mempertahankan kekuasaan dibidang birokrasi ini sangat besar sebab status quo Orde Baru di bawah kekuasaan militer di pejabat non-departemen hubungan Presiden Soeharto.Sehingga militer sudah kerja maupun pelaksanaan keputusan tidak lagi menjadi alat negara melainkan langsung berhubungan dengan presiden. sudah menjadi alat kekuasaan. Pada masa awal Orde Baru peran militer begitu besar dibidang SIMPULAN pemerintahan.Maka sejak saat pengaruh Berdasarkan hasil penelitian maka militer mulai dirasakan dimana-mana yaitu dapat disimpulkan bahwa :Selama Orde Baru dari badan-badan eksekutif dari pusat hingga militer melibatkan diri dalam berbagai macam daerah, badan-badan legeslatif dan yudikatif, aktifitas negara yaitu keterlibatan militer serta organisasi-organisasi kemasyarakatan, dalam politik semakin besar setelah kudeta sosial politik, ekonomi bisnis dan sosial 1965 yang merupakan tahap awal dari Orde budaya. Baru. Dalam sebuah pemerintahan baik Departemen Pertanian. 1994. Presiden dalam tingkat nasional ataupun subnasional Soeharto dan Pembangunan Pertanian. para perwira militer banyak yang mengambil PT.Citra Media Persada, Jakarta. ahli.Dibawah pimpinan Jendral Soeharto kekuasaan militer dalam politik semakin Jenderal Soeharto. 1967. Orde Baru (Kutipan melebarkan sayapnya.Militer pada jabatan dari Pidato Pejabat Presiden menteri setiap kabinet pembangunan pada Soehartopada Sidang Paripurna masa awal orde baru hanya awalnya saja yaitu Kabinet Ampera tanggal 19 April pada pembangunan pertama, banyak anggota 1967).Grip. Surabaya militer yang menjabat sebagai pejabat setingkat menteri karena pada kabinet Manuel, Kaisiepo. 1987. Dari Kepolitikan berikutnya jumlah militer semakin Birokratik ke Korporatisme menurun.Keberadaan militer pada pejabat Negara:Birokrasi dan Politik Indonesia. non-departemen sangat besar pengaruhnya di Jurnal Umum Politik 2. PT. Gramedia. bidang birokrasi sebab pada pejabat non- Jakarta. departemen bertanggung jawab langsung kepada presiden. Mas’oed, Mohtar. 1987. Ekonomi dan Pada masa awal Orde Baru dimana Struktur Politik Orde Baru 1966-1971, terdapat beberapa anggota militer yang LP3ES.Jakarta memangku jabatan gubernur dan terlibatnya militer di departemen dalam negeri yaitu Moertopo, Ali. 2004. Strategi Pembangunan menjadi gubernur merupakan jabatan yang Nasional Dalam Eka Nova strategis sebab gubernur memiliki peran besar PrasetyaPinem. Kebijakan Politik Fusi : pada wilayah atau daerahnya yakni sebagai Suatu Tujuan Politik Kepartaian Rezim pengatur dan berhubungan langsung dengan OrdeBaru, FISIP, Universitas Sumatera pusat, sehingga militer pada masa awal Orde Utara Baru memiliki peran besar dalam bidang sosial politik juga. Nawawi, Hadari. 1993. Metode Penelitian Masa Awal Orde Baru menunjukkan bahwa Bidang Sosial, Gajah Mada University luasnya peranan militer dibidang non-hankam Press,Yogyakarta. khususnya di bidang sosial politik. Dimana pada masa awal Orde Baru Nawawi, Hadari & Mimi Martini. 1994. terlibatnya militer bertujuan untuk menjaga Penelitian Terapan, Gajahmada stabilitas ekonomi, sosial dan politik negara UniversityPress, Yogyakarta. yang kemudian dijadikan alat penyaluran anggota militer diluar hankam. Nazir, Mohammad. 1988. Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Jakarta. DAFTAR PUSTAKA Ali, Mohammad. 1992. Metode Penelitian. Notosusanto, Nugroho. 1984. Masalah Ghalia. Jakarta. Penelitian Sejarah Kontemporer SuatuPengalaman, Intidaya Press, Arikunto, Suharsini. 1989. Prosedur Jakarta. Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,RinekaCipta, Jakarta. Notosusanto, Nugroho dan Marwati Djoenet Poesponegoro. 1984. Sejarah Nasional Budiarso, Eddy. 2000. Menentang Tirani, Indonesia VI.Depdikbud dan PN, Aksi Mahasiswa 77/78. Grasindo. Balai Pustaka. Jakarta Jakarta Notosusanto, Nugroho. 1985. Tercapainya Crouch, Harold. 1986. Militer dan Politik di Konsensus Nasional 1966-1969, PN Indonesia. Sinar Harapan. Jakarta BalaiPustaka, Jakarta.

Rusli Karim, Muhammad. 1983. Peranan ABRI Dalam Politik. Yayasan Idayu. Indonesia1945-1967:Menuju Dwifungsi Jakarta ABRI.LP3ES .Jakarta

Samego,Indria. 1998. Bila Suprapto. Bibit. 1985. Perkembangan Kabinet ABRIMenghendaki:Desakan Dan Pemerintahan Di Indonesia. KuatReformasi atas KonsepDwifungsi Ghalia Indonesia. Jakarta ABRI.Mirzan. Bandung Surachmad, Winarno. 1982. Pengantar Soebijono, dkk.1992.Dwifungsi ABRI.Gajah Penelitian Ilmiah Dasar, Metode dan Mada University Press.Yogyakarta. Tekhnik,ITB, Bandung.

Soemardjan, Selo. 1999. Kisah Perjuangan Sumber Lain : Reformasi. Pusat Sinar Harapa.Jakarta http://deeaida88.blogspot.com/2010/12/domin asi-militer-dalam-birokrasi.html.Diaksespada Sundhaussen, Ulf. 1986. Politik Militer tanggal 21 September 2013,Pukul 20:02WIB.