Bukit Gambang Resort City Sebagai Daya Tarik Wisata Di Malaysia

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Bukit Gambang Resort City Sebagai Daya Tarik Wisata Di Malaysia Foreign Case Study 2018 Sekolah Tinggi Pariwasata Ambarrukmo Yogyakarta Bukit gambang resort City Sebagai daya Tarik Wisata di Malaysia Evelin 152271 Sekolah Tinggi Pariwasata Ambarrukmo Yogyakarta Abstract : Makalah ini merupakan hasil laporan Foreign Case Study untuk syarat publikasi ilmiah di Sekolah Tinggi Pariwasata Ambarrukmo Yogyakarta dengan Judul Bukit gambang resort City Sebagai daya Tarik Wisata di Malaysia. 1. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1. Tujuan Foreign Case Study Foreign Case Study adalah satu progam yang rutin dan harus dilaksanakan oleh semua mahasiswa dan mahasiswi di jususan S1 - Hospitality yang diadakan oleh kampus Sekolah Tinggi Pariwisata Ambarrukmo (STIPRAM) Yogyakarta sebagai salah satu syarat kelulusan setelah program Domestic Case Study. Foreign case study sendiri adalah perjalanan keluar negeri sebagai metode pembelajaran menganalisis, dan melihat baik dari budaya, lingkungan, dan masyarakat, yang ada di negara yang telah dikunjungi oleh mahasiswa. Foreign Case study bisa dilaksanakan di dalam bentuk seperti tour ke beberapa negara yang telah ditentukan oleh pihak kampus, training di luar negeri, dan juga student exchange. Foreign Case Study yang tidak hanya bertujuan untuk berjalan – jalan atau bersenang – senang, tetapi mahasiswa dituntut aktif untuk dapat melihat segala perbedaan dengan negara asalnya terutama dari segi pengembangan pariwisata dari negara yang telah dikunjungi. Dan pada tanggal 17 November 2016 s/d 15 Desember 21017 penulis melakukan Foreign Case Study dengan cara Student Exchange di Imperial College of Hospitality di Malaysia [1]. Gambar 1.1 Penulis bersama team dan dosen dari Imperia Collage 1 Selain itu Penulis juga sempat mendatangi berbagai tempat wisata yang ada di Kuala Lumpur yaitu KLCC dan Teluk Cimpedak yang ada di daearah Pahang Malaysia. Setelah melakukan pertukaran pelajar dan mendapat kesempatan untuk praktek sebagai Park Ambassador di Bukit Gambang Safari Park penulis tertarik untuk lebih mengetahui tentang budaya dan pariwisata di Malaysia. 2. Tentang Malaysia Semenanjung Malaya berkembnag sebagai pusat perdagangan utama di Asia Tenggara, karena berkembangnya perdagangan antara Cina dan India dan Negara lainnya melalui Selat Malaka. Kerajaan Melayu yang paling awal tercatat dalam sejarah tumbuh dari kota – pelabuhan tepi pantai yang dibuat pada abad ke 10. Di dalamnya termasuk Langkasuka dan Lembah Bujang di Kedah, dan juga Beruas dan Gangga Negara di Perak dan Pan Pan di Kelantan. Diperkirakan semuanya adalah kerajaan Hindu atau Budha, dan Islam tiba pada abad ke 14 di Terengganu. Pada permulaan abad ke 15, Kesultanan Melaka didirikan di bawah sebuah dinasti yang didirikan oleh Parameswara, Pangeran dari Palembang, Indonesia, di dalam kekaisaran Sriwijaya. Penaklukan memaksa Pangeran dan pendukungnya melarikan diri dari Palembang. Parameswara berlayar ke Temasek untuk menghindari penganiayaan dan tiba di bawah perlindungan Temagi, seorang Penghulu Melayu dari Patani yang ditunjuk oleh Raja Siam sebagai Bupati Temasek. Parameswara membunuh Temagi dan mengangkat dirinya sendiri sebagai Bupati. Setelah lima tahun kemudian, Parameswara meninggalkan Temasek karna ancaman dari Siam. Selama periode ini, Temasek juga diserang oleh serombongan Armada Jawa dari Majapahit. Parameswara kemudian memimpin ke utara untuk mendirikan pemukiman baru di Muar. Pada 1511, Melaka ditaklukan oleh Portugal, yang mendirikan sebuah koloni maka berakhirlah Kesultanan Melaka. Sultan Sri Iskandar Zulkarnain Syah atau Sultan Megat Iskandar Syah melarikan diri ke Kampar, Riau, Sumatera dan meninggal disana. Putera – putera Sultan Melaka terakhir mendirikan dua kesultanan di tempat lain di Semenanjung. Kesultanan Perak di utara dan Kesultanan Johor (mulanya kelanjutan Kesultanan Melaka kuno) di selatan. Setelah jatuhnya Melaka, tiga Negara berjuang menguasai Sekat Malaka : Portugis (di Melaka), Kesultanan Johor, dan Kesultanan Aceh. Konflik ini berlangsung sengit hingga tahun 1641, ketika Belanda bekerja sama dengan Kesultanan Johoruntuk merebut Melaka. Perpaduan antara tiga kaum utama yaitu Melayu, Cina, dan India telah memberikan hasil apabila Perjanjian London yang ditandatangani pada 8 Februari 1956 telah memberikan tanda bahwa Tanah Melayu akan merdeka pada 31 Agustus 1957. Setelah kemerdekaan dicapai, timbul masalah yang berhubungan dengan wilayah Malaysia yang menggabungkan Sabah, Serawak serta Singapura. Penentangan terhadap penyatuan ini dating dari Parti Rakyat brunei, Indonesia, dan Filipina. Dan akhirnya dapat terbentuk sebuah Negara yang dianamakan MALAYSIA, yang tercapai pada tanggal 16 September 1963. Dengan memiliki slogan “Bersekutu Bertambah Mutu”. Malaysia terdiri dari 13 negara bagian dan 3 bagian wilayah federal. Sembilan Negara bagian Melayu asli adalah Johor, Kedah, Kelantan, Negeri Sembilan, Pahang, Perak, Perlis, Selangor, dan Terengganu. Bersama dengan Melaka (sebelum Malaka) dan Pinang (sebelumnya Penang), mereka membentuk bekas Federasi Malaya. Dua Negara bagian lain adalah Sabah dan Serawak. Wilayah federal tiga bagian, yang disebut Wilayah Persekutuan, terdiri atas pulau Labuan, ibu kota Kuala Lumpur, dan kota baru Putrajaya (ditunjuk pada tahun 2001). a) Penduduk Sebagian besar dari 30 juta penduduk Malaysia tinggal di Semenanjung Melaya, terutama di kota – kota di atau dekat pantai barat. Penduduk asli Melayu membentuk kelompok 2 etnis tunggal terbesar (50%) diikuti oleh etnis Cina (24%) dan India (7%). Ada juga sejumlah kecil masyarakat adat, yakni orang asli. Sabah dan Serawak di Kalimantan dihuni terutama oleh orang – orang dayak dan masyarakat non-melayu. b) Bahasa Bahasa Melayu adalah bahasa nasional (secara resmi disebut Bahasa Malaysia). Bahasa Inggris digunakan dalam bisnis dan pemerintah. Bahasa Cina juga banyak digunakan. c) Agama Agama mayoritas di Malaysia adalah Islam, tapi konstitusi menjamin kebebasan beragama bagi semua orang. Banyak etnis Tionghoa beragama Buddha atau Tao. Kebanyakan orang India beragama Hindu. Beberapa suku – suku dari Sabah da Serawak adalah orang Kristen, sisanya mengikuti agama asli tradisional nenek moyang mereka. d) Pakaian Pakaian tradisional perempuan melayu adalah sarung yang diikat di pinggang, baju (blus longgar), selendang. Pria Melayu memakai kemeja longgar, celana panjang, dan songkok. Perempuan India mengenakan sari (jubah panjang dan longgar). Wanita Cina menenakan sam-foo atau cheongsam (gaun lurus dengan celah samping). Kebanyakan laki – laki India, Cina, dan Melayu di kota – kota memakai pakaian gaya barat. e) Makanan dan Minuman Kari dan rempah – rempah menambah cita rasa masakan Melayu yang terdiri atas beras, ikan, sayuran, dan daging. Orang – orang cina dan India memasak hidangan nasional mereka sendiri. Sebagian orang minum air minerl, the, dan kopi. Orang penganut agama Islam melarang minuman beralkohol. f) Geografi Malaysia dibagi menjadi dua wilayah yang berbeda, Malaysia Barat (Semenanjung) dan Malaysia Timur (Sabah dan Serawak di pulau Kalimantan). Rantai pegunungan membentang di tengah Semenajung Malaya, mencapai ketinggian 2.100 meter. Rantai ini terdiri atas Tanah TinggiCameron dan Tanah Tinggi Genting. Dataran rendah memanjang baik ke pantai laut timur dan barat. Kecuali untuk lembah sungai Pahang, tanah di sebelah timur pegunungan kurang berkembang dan ditutupi oleh hutan lebat. Pantai timur hanya memiliki dua pelabuhan yang baik, Kota Baharu dan Kuantan. Pantai barat memiliki pelabuhan yang baik di George Town, Pelabuhan Klang (sebelumnya Port Swettenham), Telok Anson, dan Port Weld. Sekitar tiga-perempat dari wilayah Malaysia timur terdiri atas hutan yang jarang penduduknya. Garis pantai Sabah dan Serawak terdiri atas tanah alluvial dan rawa. Masuk ke pedalaman jauh di Serawak, wilayah negara berhadapan dengan pegunungan. Disebelah selatan Pegunungan Kapuas dan Pegunungan Iran (Banjaran Iran) memisahkan Kalimantan Malaysia dengan Kalimantan Indonesia. Di bagia utara Sabah, perbukitan rendah disepanjang pantai naik ke pegunungan tengah. Barisan pegunungan ini memiliki Gunung Kinabalu. Dengan ketinggian 4.100 meter, gunung ini menjadi puncak tertinggi di Malaysia. g) Iklim Malaysia memiliki dua musim utama dimana presipitasi paling sering terjadi, yakni Monsoon Timur Laut ( November – Maret) dan Monsoon Barat daya (Mei- September). Rata – rata curah hujan tahunan 2.000 sampai 2.500 milimeter. Selama Monsoon Barat Daya, garis badai yang disebut sumatras terbentuk di sepanjang Selat Malaka. h) Sumber Daya Alam Semenanjung Malaya (Malay Peninsula) memiliki pasokan besar karet dan kelapa sawit. Daerah ini juga memiliki sejumlah besar kayu. Tin, minyak bumi, gas alam, bijih besi, bauksit, dan emas juga ditemukan disana. Serawak memiliki cadangan besar bauksit (bijih alumunium). Hutanm Malaysia memiliki pohon – pohon palem, jati, kamper, cendana, dan kayu hitam yang melimpah. Namun, di Serawak hutan – hutan ditebang. 3 Gajah, bdak, buaya, kadal, babi hutan, dan harimau dulu berkeliaran dihutan, bukit, dan rawa, tetapi sekarang sudah langka. Ada berbagai macam kupu – kupu, serangga, burung, dan reptile di hutan Malaysia. i) Warisan budaya Di Malaysia, seni sebagian besar ditemukan dalam bentuk kerajinan, terutama batik. Batik adalah desain kain unik yang berasal dari Indonesia. Malaysia memiliki banyak museum. Diantaranya yang paling terkenal adalah Museum Nasional di Kuala Lumpur dan Museum Negara Bagian Serawak di Kuching yang terkenal karena koleksi mebel tradisonal Melayu dan Cina. Wayang merupakan kesenian dari Indonesia, ada juga di Malaysia. Sebuah drama disajikan pada platform atau gubuk
Recommended publications
  • Baju Kurung Sebagai Pakaian Adat Suku Melayu Di Malaysia
    Foreign Case Study 2018 Sekolah Tinggi Pariwasata Ambarrukmo Yogyakarta BAJU KURUNG SEBAGAI PAKAIAN ADAT SUKU MELAYU DI MALAYSIA Selfa Nur Insani 1702732 Sekolah Tinggi Pariwasata Ambarrukmo Yogyakarta Abstract : Makalah ini merupakan hasil laporan Foreign Case Study untuk syarat publikasi ilmiah di Sekolah Tinggi Pariwasata Ambarrukmo Yogyakarta dengan Judul Baju Kurung Sebagai Pakaian Adat Suku Melayu di Malaysia. 1. PENDAHULUAN Penulis adalah seorang mahasiswi Sekolah Tinggi Pariwisata Ambarrukmo Yogyakarta (STIPRAM) semester VII jenjang Strata I jurusan Hospitality (ilmu kepariwisataan). Tujuan penulis berkunjung ke Malaysia adalah mengikuti Internship Program yang dilakukan oleh STIPRAM dengan Hotel The Royal Bintang Seremban Malaysia yang dimulai pada 15 September 2015 sampai dengan 11 Maret 2016 [1]. Selain bertujuan untuk Internship Program, penulis juga telah melakukan Program Foreign Case Study (FCS) selama berada di negari itu.Program FCS merupakan salah program wajib untuk mahasiswa Strata 1 sebagai standar kualifikasi menjadi sarjana pariwisata. Program ini meliputi kunjungan kebeberapa atau salah satu negara untuk mengkomparasi potensi wisata yang ada di luar negeri baik itu potensi alam ataupun budaya dengan potensi yang ada di Indoensia. Berbagai kunjungan daya tarik dan potensi budaya negeri malaysia telah penulis amati dan pelajari seperti Batu Cave, China Town, KLCC, Putra Jaya, Genting Highland, Pantai di Port Dikson Negeri Sembilan, Seremban, Arena Bermain I-City Shah Alam, pantai cempedak Kuantan pahang serta mempelajari kuliner khas negeri malaysia yaitu kue cara berlauk dan pakaian tradisional malasyia yaitu baju kurung. Malaysia adalah sebuah negara federasi yang terdiri dari tiga belas negara bagian dan tiga wilayah persekutuan di Asia Tenggara dengan luas 329.847 km persegi. Ibu kotanya adalah Kuala Lumpur, sedangkan Putrajaya menjadi pusat pemerintahan persekutuan.
    [Show full text]
  • Understanding Intangible Culture Heritage Preservation Via Analyzing Inhabitants' Garments of Early 19Th Century in Weld Quay
    sustainability Article Understanding Intangible Culture Heritage Preservation via Analyzing Inhabitants’ Garments of Early 19th Century in Weld Quay, Malaysia Chen Kim Lim 1,*, Minhaz Farid Ahmed 1 , Mazlin Bin Mokhtar 1, Kian Lam Tan 2, Muhammad Zaffwan Idris 3 and Yi Chee Chan 3 1 Institute for Environment & Development (LESTARI), Universiti Kebangsaan Malaysia, Bangi 43600, Malaysia; [email protected] (M.F.A.); [email protected] (M.B.M.) 2 School of Digital Technology, Wawasan Open University, 54, Jalan Sultan Ahmad Shah, George Town 10050, Malaysia; [email protected] 3 Faculty of Art, Computing & Creative Industry, Sultan Idris Education University, Tanjong Malim 35900, Malaysia; [email protected] (M.Z.I.); [email protected] (Y.C.C.) * Correspondence: [email protected] Abstract: This qualitative study describes the procedures undertaken to explore the Intangible Culture Heritage (ICH) preservation, especially focusing on the inhabitants’ garments of different ethnic groups in Weld Quay, Penang, which was a multi-cultural trading port during the 19th century in Malaysia. Social life and occupational activities of the different ethnic groups formed the two main spines of how different the inhabitants’ garments would be. This study developed and demonstrated a step-by-step conceptual framework of narrative analysis. Therefore, the procedures used in this study are adequate to serve as a guide for novice researchers who are interested in undertaking Citation: Lim, C.K.; Ahmed, M.F.; a narrative analysis study. Hence, the investigation of the material culture has been exemplified Mokhtar, M.B.; Tan, K.L.; Idris, M.Z.; by proposing a novel conceptual framework of narrative analysis.
    [Show full text]
  • Panduan Pengurusan Asrama
    1. PERATURAN PAKAIAN 1.1 PELAJAR LELAKI a. Baju Kemeja/Baju T i. Baju kemeja berkolar potongan biasa sama ada berlengan panjang atau pendek dibenarkan. Lain-lain jenis baju seperti baju T berkolar, baju T sukan atau seumpamanya dibenarkan untuk aktiviti riadah sahaja. Baju T TIDAK BERKOLAR TIDAK DIBENARKAN. ii. Baju hendaklah disisipkan ke dalam seluar. iii. Baju kemeja berlengan panjang hendaklah dibutangkan di pergelangan tangan dan tidak dibenarkan dilipat. iv. Pemakaian semua jenis jaket tidak dibenarkan ke kelas akademik. Baju panas (sweater) dibenarkan dalam keadaan tertentu saja. b. Seluar i. Kain seluar slack yang dibenarkan ialah daripada jenis cotton dan synthetic material (PVC atau Polyster). ii. Selain daripada jenis kain di atas TIDAK DIBENARKAN. iii. Fesyen seluar slack hendaklah tidak terlalu longgar baggy, slim fit, terlalu ketat dan berkaki singkat tidak dibenarkan. Paras kaki seluar hendaklah melepasi bawah buku lali dan ukur lilit seluar di antara 36cm – 45cm / 14 inci - 18 inci. (adakah ulur lilit ini terpakai untuk semua tingkatan dan saiz pelajar) c. Tali Pinggang i. Tali pinggang hendaklah dari jenis kulit atau PVC. ii. Lebar tali pinggang hendaklah di antara 2.5cm – 3.0cm dan berwarna hitam atau coklat tua. Tali pinggang yang berwarna-warni dan berbelang tidak dibenarkan. iii. Kepala tali pinggang hendaklah tidak terlalu besar (3cm x 3.5cm) dan tidak berlambang seperti lambang binatang, lambang keagamaan atau tulisan yang tidak sesuai dan tidak bermoral. d. Kasut dan Stoking i. Kasut sekolah hendaklah dari jenis kulit atau PVC berwarna hitam. ii. Pemakaian kasut bersama stoking adalah DIWAJIBKAN. Stoking hendaklah melepasi buku lali. iii. Stoking hendaklah berwarna HITAM SAHAJA.
    [Show full text]
  • Cabang-Katalog-Inventaris-Cabang
    0 DAFTAR ISI Daftar Isi ..................................................................................................................................................................... 1 Kata Pengantar Ketua Umum PPI Tiongkok 2018/2020 ......................................................................... 2 Region Selatan Changsha ..................................................................................................................................................................... 4 Chongqing .................................................................................................................................................................. 5 Guangzhou ................................................................................................................................................................. 12 Guilin ............................................................................................................................................................................ 21 Nanning ....................................................................................................................................................................... 25 Wuhan .......................................................................................................................................................................... 28 Xiamen ........................................................................................................................................................................
    [Show full text]
  • Module 2 (Week 2): Characteristics of Southeast Asian Arts and Crafts
    8 Arts Quarter 1 – Module 2 (Week 2): Characteristics of Southeast Asian Arts and Crafts Arts – Grade 8 Alternative Delivery Mode Quarter 1 – Module 2 (Week 2): Characteristics of Southeast Asian Arts First Edition, 2020 Republic Act 8293, section 176 states that: No copyright shall subsist in any work of the Government of the Philippines. However, prior approval of the government agency or office wherein the work is created shall be necessary for exploitation of such work for profit. Such agency or office may, among other things, impose as a condition the payment of royalties. Borrowed materials (i.e., songs, stories, poems, pictures, photos, brand names, trademarks, etc.) included in this module are owned by their respective copyright holders. Every effort has been exerted to locate and seek permission to use these materials from their respective copyright owners. The publisher and authors do not represent nor claim ownership over them. Published by the Department of Education Secretary: Leonor Magtolis Briones Undersecretary: Diosdado M. San Antonio Development Team of the Module Writers: Rodjie L. Canada Content Editor/s: Nenita G. Jaralve Evelyn G. Patiño Ralph Anthony P. Panique Language Editor: Fanny Y. Inumerables Illustrator: (Name) Layout Artist: (Name) Layout Editor: Charmaine L. Juvahib QA Evaluator: (For Secondary) MUSIC: Milanie M. Panique ARTS: Archie S. Gallego P.E.: Leonicel D. Caliguid & Mildred A. Coralat HEALTH: Tom Saldua & Arniel Jimena Villamente Moderator: Milanie M. Panique Management Team: Marilyn S. Andales, Ed.D., CESO V – Schools Division Superintendent Leah B. Apao, Ed.D., CESE – Asst. Schools Division Superintendent Ester A. Futalan, Ed.D. – Asst.
    [Show full text]
  • Traditional Costumes
    MALAY TRADITIONAL COSTUMES BAJU KURUNC Baju kurung is used to refer to both the male and #1 female outfit. It is the traditional costume for the Malay community. Wore for formal occasions or as an everyday wear. #2 During Hari Raya Puasa, Malay families wear the baju kurung when visiting their relatives and friends. #3 2 popular styles: Telok Belangah & Cekak Musang 1 Telok Cekak Belangah Musang style style Photograph courtesy of Nuraini Othman BAJU WRUNG (Female) A loose-fitting blouse with long sleeves and is paired with a waistcloth known as a sarong Photograph of a lady wearing baju kurung telok belangah. Ministry of Information and the Arts Collection, courtesy of the National Archives of Singapore TUDUNC Headscarf worn by Muslim women Photograph of a lady wearing a tudung.Courtesy of National Archives of Singapore BAJU KURUNC/BAJU MELAYU(MALE) Men wear the baju kurung as a shirt top with pants, and a kain samping that can be worn over the trousers Example of a baju melayu. Photograph courtesy of Jamal Mohammed SONCKOK A traditional headgear worn by Malay males Photograph from the Arthur B Reich Collection, courtesy of National Archives of Singapore KAIN SONCKET 1 1/111 A woven cloth that is often decorated with either gold or silver threads Photo adapted from flickr TIME! Instructions: - Colour / decorate the picture of the mosque below after you are done with your paper dolls - Stick your paper dolls on this colouring template after you are done DONE BY: TASHLYN, REESE, WEN XIN, MATTHEW,JOSHUA, LEROY FROM RIVER VALLEY HIGH SCHOOL Pg4.
    [Show full text]
  • Motif Dan Warna Dalam Budaya Cina Peranakan: Kajian Kes Ke Atas Kasut Manik Tradisional
    MOTIF DAN WARNA DALAM BUDAYA CINA PERANAKAN: KAJIAN KES KE ATAS KASUT MANIK TRADISIONAL SITI KHADIJAH FARHAH SULAIMAN PUSAT KEBUDAYAAN UNIVERSITI MALAYA UniversityKUALA LUMPUR of Malaya 2019 MOTIF DAN WARNA DALAM BUDAYA CINA PERANAKAN: KAJIAN KES KE ATAS KASUT MANIK TRADISIONAL SITI KHADIJAH FARHAH SULAIMAN DISERTASI YANG DIKEMUKAKAN SEBAGAI MEMENUHI KEPERLUAN BAGI SARJANA KESENIAN (SENI RUPA) PUSAT KEBUDAYAAN UNIVERSITI MALAYA UniversityKUALA LUMPUR of Malaya 2019 UNIVERSITI MALAYA PERAKUAN KEASLIAN PENULISAN Nama: SITI KHADIJAH FARHAH SULAIMAN No. Matrik: RGB130006 Nama Ijazah: SARJANA KESENIAN (SENI RUPA) Tajuk Kertas Projek/Laporan Penyelidikan/Disertasi/Tesis (“Hasil Kerja ini”): MOTIF DAN WARNA DALAM BUDAYA CINA PERANAKAN: KAJIAN KES KE ATAS KASUT MANIK TRADISIONAL Bidang Penyelidikan: Saya dengan sesungguhnya dan sebenarnya mengaku bahawa: (1) Saya adalah satu-satunya pengarang/penulis Hasil Kerja ini; (2) Hasil Kerja ini adalah asli; (3) Apa-apa penggunaan mana-mana hasil kerja yang mengandungi hakcipta telah dilakukan secara urusan yang wajar dan bagi maksud yang dibenarkan dan apa- apa petikan, ekstrak, rujukan atau pengeluaran semula daripada atau kepada mana-mana hasil kerja yang mengandungi hakcipta telah dinyatakan dengan sejelasnya dan secukupnya dan satu pengiktirafan tajuk hasil kerja tersebut dan pengarang/penulisnya telah dilakukan di dalam Hasil Kerja ini; (4) Saya tidak mempunyai apa-apa pengetahuan sebenar atau patut semunasabahnya tahu bahawa penghasilan Hasil Kerja ini melanggar suatu hakcipta hasil kerja yang
    [Show full text]
  • Photo Gallery
    I00 Everyday Objects from Southeast Asia and Korea reetings from the Asia-Pacific Centre of Education for International Understanding (APCEIU), G the Southeast Asian Ministers of Education Organization Regional Centre for Archaeology and Fine Arts (SEAMEO SPAFA) and the Southeast Asian Ministers of Education Organization Secretariat (SEAMEO Secretariat). Our three organizations, which strive to develop education, mutual understanding and intercultural appreciation throughout the Southeast Asian and Asia-Pacific region, are pleased to collaborate once again on this exciting new project, “100 Everyday Objects from Southeast Asia and Korea”, which was developed within the framework of the “SEAMEO-APCEIU Collaboration on Educational Material Development for Cultural Understanding”. Since 2005, our organizations have collaborated on various projects related to multicultural education, including the educational card game “O’oh”, the digital game “SEA Journey”, as well as reading and audio-visual materials on folktales from Southeast Asia and Korea (the latter can be accessed at http://asianfolktales.unescoapceiu.org). Last year, we developed an educational book representing paintings from Southeast Asia and Korea that depict some of the local festivities and rituals shaped by our ancestors over centuries of cultural and historical development (the digital publication is available for download from the organizers’ respective websites: www.unescoapceiu.org, www.seameo-spafa.org and www.seameo.org). This year, thanks to the support of the Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) and the Ministry of Foreign Affairs of the Republic of Korea, we sought the expertise of museum professionals and anthropology researchers to collect ‘everyday objects’ from Southeast Asia and Korea with the aim of developing an educational reference book that presents information on objects used in our homes and communities for our everyday lives.
    [Show full text]
  • Marine Corps Intelligence Activity Cultural Intelligence for Military Operations Malaysia Cultural Field Guide
    UNCLASSIFIED//FOR OFFICIAL USE ONLY Marine Corps Intelligence Activity Cultural Intelligence for Military Operations Malaysia Cultural Field Guide Summary • Malaysia’s population consists of 58 percent ethnic Malays, 24 percent ethnic Chinese, 8 percent ethnic Indian, and 10 percent other groups. • The three main ethnic groups (i.e., Malays, Chinese, and Indians) can be differentiated by their appearance, language, religion, and customs, though there is significant variation within each ethnic group. • Malays are predominantly Muslim, and as a result, the country is strongly influenced by Islam. Most Malaysian Muslims are moderate in their views. They do not want Malaysia to become an Islamic state, and regard Islam primarily as a religion, not a lifestyle. Some of Malaysia’s smaller religious and ethnic groups are concerned about what they perceive as the increasingly Islamic nature of Malaysian society. • Racial polarization is common in Malaysia, as there is little ethnic mixing or integration in either urban or rural areas. Malays living in rural areas rarely come across non-Malays, and Malays in the city tend to live around other Malays. Ethnic segregation is especially apparent in the separate school systems for each ethnic group. • The three main ethnic groups generally coexist peacefully, but there is an undercurrent of tension, especially between the Malays and the Chinese. Inter-ethnic violence has occurred several times over the last several decades; the Chinese are occasionally targeted as scapegoats for the country's problems. • Malaysians place strong emphasis on social order and deference to superiors rather than on individual achievement or personal initiative. Age, rank, social standing, wealth, and education are all used to determine superior-inferior relationships between individuals.
    [Show full text]
  • Baju Kurung Refleksi Budaya Masyarakat Melayu Malaysia
    Foreign Case Study 2018 Sekolah Tinggi Pariwasata Ambarrukmo Yogyakarta BAJU KURUNG REFLEKSI BUDAYA MASYARAKAT MELAYU MALAYSIA Titi Dwi Yuni Lestari 152218 Sekolah Tinggi Pariwasata Ambarrukmo Yogyakarta Abstract : Makalah ini merupakan hasil laporan Foreign Case Study untuk syarat publikasi ilmiah di Sekolah Tinggi Pariwasata Ambarrukmo Yogyakarta dengan Judul Baju Kurung Refleksi Budaya Masyarakat Melayu Malaysia. 1. PENDAHULUAN B. Latar Belakang Pariwisata di Indonesia merupakan sektor ekonomi penting di Indonesia. Pada tahun 2009, pariwisata menempati urutan ketiga dalam hal penerimaan devisa setelah komoditi minyak dan gas bumi serta minyak kelapa sawit. Secara kumulatif (Januari - Oktober) 2017, jumlah kunjungan wisman ke Indonesia mencapai 11,62 juta kunjungan atau naik 23,55 persen dibandingkan dengan jumlah kunjungan wisman pada periode yang sama tahun sebelumnya yang berjumlah 9,40 juta kunjungan. Kekayaan alam dan budaya merupakan komponen penting dalam pariwisata di Indonesia. Alam Indonesia memiliki kombinasi iklim tropis, 17.508 pulau yang 6.000 di antaranya tidak dihuni, serta garis pantai terpanjang ketiga di dunia setelah Kanada dan Uni Eropa. Indonesia juga merupakan negara kepulauan terbesar dan berpenduduk terbanyak di dunia. Tempat-tempat wisata itu didukung dengan warisan budaya yang kaya yang mencerminkan sejarah dan keberagaman etnis Indonesia yang dinamis dengan 719 bahasa daerah yang dituturkan di seluruh kepulauan tersebut. Hingga 2010, terdapat 7 lokasi di Indonesia yang telah ditetapkan oleh UNESCO yang masuk
    [Show full text]
  • Who's Your Neighbour?
    FRONT COVER WHO DO YOU SEE WHEN YOU STEP OUT OF YOUR DOOR? WHAT DO YOU DO OR SAY WHEN YOU MEET THE PEOPLE WHO LIVE NEXT TO YOU? This handbook offers a quick guide to the roots of Singapore's multicultural heritage as well as an introduction to life amid neighbours with diverse origins and beliefs. Through brief insights into the com- For many Singaporeans, the world beyond their door- munities who call Singapore home steps is a community of neighbours, a high-rise village and their respective ways of life, we of people of different origins, traditions and mother hope this handbook will help you tongues who have learned to live together in harmony. to explore and reacquaint yourself We no longer live in kampongs (villages) or shophous- with the many customs and tradi- es, but life in modern Singapore retains much of the tions that make up Singapore, and kampong spirit of old, when children of different races in doing so, even pick up a few new and religions grew up together and learnt to give and nuggets of information and engage take as they marked life’s milestones, performed rites your neighbours with sensitivity and of passage and celebrated moments of festivity. confidence. Walk down the corridors, landings and void decks of HDB flats across the island and you will find neigh- We begin by recalling Singapore's bours who are happy to greet you with a smile, offer history in a nutshell and the rise of a hand in friendship and play a part in making one the public flats that most Singapo- another feel at home.
    [Show full text]
  • Baju Kurung Design in the Context of Cultural Changes in Modern Malaysia
    A Study on the Development of Baju Kurung Design in the Context of Cultural Changes in Modern Malaysia Hanisa Hassan Bandung Institute of Technology (ITB), Faculty of Art and Design (FSRD-S3), Jl Ganeca 10, 40132 Bandung, Jawa Barat, INDONESIA. [email protected] Published online: 15 November 2016 To cite this article: Hanisa Hassan. 2016. A study on the development of baju kurung design in the context of cultural changes in modern Malaysia. Wacana Seni Journal of Arts Discourse, 15: 63–94. http://dx.doi.org/10.21315/ws2016.15.3 To link to this article: http://dx.doi.org/10.21315/ws2016.15.3 ABSTRACT The baju kurung is a type of traditional dress used by Malay descendants in the Nusantara. The baju kurung is prevalent in countries such as Malaysia and Indonesia (Jambi, Riau, Padang, Bentan). Although these countries might refer to the style using different names, the baju kurung is defined by its similar cut and pattern. The advancement of current fashion has changed the concept and understanding of the baju kurung, which is closely related to changes in Malay cultural phenomena. This study examines modifications to baju kurung designs to determine if the style still represents the identity of Malay women. This study takes a qualitative approach by applying the aesthetic morphology analysis method to understand how design developments correspond to the cultural changes in modern Malaysia. This study focuses on the current development of baju kurung designs by using several samples of baju kurung designs by local Malay designers as the primary data. Historical references of baju kurung are used to identify variables that may have changed in modern designs.
    [Show full text]