1 ETIKA BERPAKAIAN Cara Berpakaian Melambangkan Keperibadian Pegawai Dan Staf Serta Nilai-Nilai Dan Etika Kerja Yang Murni. Oleh

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

1 ETIKA BERPAKAIAN Cara Berpakaian Melambangkan Keperibadian Pegawai Dan Staf Serta Nilai-Nilai Dan Etika Kerja Yang Murni. Oleh ETIKA BERPAKAIAN Cara berpakaian melambangkan keperibadian pegawai dan staf serta nilai-nilai dan etika kerja yang murni. Oleh itu, cara berpakaian yang bersih, kemas dan bersesuaian adalah ditekankan untuk dijadikan amalan kepada pagawai dan staf. Peraturan-peraturan berikut mengenai pakaian semasa bertugas di Pejabat hendaklah dipatuhi: Pakaian Lelaki: Bagi Pegawai dalam Kumpulan Pengurusan dan Profesional, ”lounge Suite” atau ”Bush Jacket” Seluar panjang dengan baju kemeja berlengan panjang dan bertali leher. Pakaian baju melayu lengkap dengan bersamping dan bersongkok warna gelap. Pegawai dalam Kumpulan Pengurusan dan Profesional diwajibkan memakai tali leher pada setiap masa. Baju kemeja berlengan panjang dan :- a) berkolar Baju Melayu cekak musang berbutang tiga. b) berkolar Baju Melayu cekak musang berbutang lima. c) berkolar nehru berbutang berselindung. d) berkolar mandarin berbutang tiga. e) berseluar panjang. Lengan baju jangan dilipat. Kemeja hendaklah dimasukkan ke dalam (tuck in). Nehru suit yang diperbuat dari jenis kain dan warna yang sesuai:- a) berbutang hadapan. b) berbutang terselindung. Wajib memakai Baju Kemeja Batik Berlengan Panjang (Buatan Malaysia) setiap Khamis 1 Pakaian Wanita: Pakaian yang sesuai dan kemas serta sopan dipakai selari dengan amalan akhlak yang mulia. Pakaian yang dibenarkan adalah seperti berikut: . Baju kurung. Baju kebaya labuh dan longgar. Pakaian kebangsaan mengikut kaum. Kemeja berlengan panjang dan berskirt labuh. Lounge Suit (meliputi skirt labuh, skirt pendek dan 2-piece atau 3-piece pant suit) - Warna, corak dan bahan yang sama; - Potongan jaket berkolar atau tidak berkolar - Jaket berlengan panjang dan labuh menutupi pinggul; - Jaket berbutang atau berzip di hadapan; - Seluar panjang polos yang tidak ketat dan menjolok mata; - Skirt pendek hendaklah melebihi paras lutut; - Berwarna gelap bersesuaian dengan imej korporat. Kasut bertutup. Mengenakan perhiasan atau aksesori yang ringkas dan bersesuaian . sahaja. Wajib memakai Baju Batik (Buatan Malaysia) setiap Khamis 2 PAKAIAN YANG DIBENARKAN (WANITA) Baju Kebaya labuh dan longgar Baju Kurung 3 2- piece suit (skirt labuh) 3- piece suit (skirt labuh) 4 2-piece pant suit 3-piece pant suit 5 Pakaian tradisional mengikut kaum 6 PAKAIAN YANG DIBENARKAN (LELAKI) Seluar panjang dengan baju kemeja berlengan panjang dan bertali leher Baju Melayu Cekak Musang bersamping lengkap 7 Baju Melayu Teluk Belanga (Johor) bersamping lengkap 8 PAKAIAN YANG TIDAK DIBENARKAN Cara berpakaian yang tidak dibenarkan dalam waktu bekerja; Berpakaian yang memberi sangkaan ianya seolah-olah hendak menghadiri pesta ataupun ke tempat perkelahan. Pakaian yang menjolok mata. ’Jeans’ atau ’slacks’. Seluar pendek Pakaian yang menutup muka. Kasut sukan dan selipar/ sandal. Mewarnakan rambut. Skirt dan blaus (kecuali mengandung) Seluar panjang dan blouse tanpa jaket (untuk wanita). Seluar panjang dan blaus tanpa jaket 9 Jubah/ Abaya Skirt dan blaus (kecuali mengandung) 10 Kebaya ketat, pendek, jarang dan terbelah Baju melayu (tidak lengkap - tanpa samping dan songkok) 11 Baju casual (t-shirt, jeans) Berkopiah/ Berketayap 12 .
Recommended publications
  • Baju Kurung Sebagai Pakaian Adat Suku Melayu Di Malaysia
    Foreign Case Study 2018 Sekolah Tinggi Pariwasata Ambarrukmo Yogyakarta BAJU KURUNG SEBAGAI PAKAIAN ADAT SUKU MELAYU DI MALAYSIA Selfa Nur Insani 1702732 Sekolah Tinggi Pariwasata Ambarrukmo Yogyakarta Abstract : Makalah ini merupakan hasil laporan Foreign Case Study untuk syarat publikasi ilmiah di Sekolah Tinggi Pariwasata Ambarrukmo Yogyakarta dengan Judul Baju Kurung Sebagai Pakaian Adat Suku Melayu di Malaysia. 1. PENDAHULUAN Penulis adalah seorang mahasiswi Sekolah Tinggi Pariwisata Ambarrukmo Yogyakarta (STIPRAM) semester VII jenjang Strata I jurusan Hospitality (ilmu kepariwisataan). Tujuan penulis berkunjung ke Malaysia adalah mengikuti Internship Program yang dilakukan oleh STIPRAM dengan Hotel The Royal Bintang Seremban Malaysia yang dimulai pada 15 September 2015 sampai dengan 11 Maret 2016 [1]. Selain bertujuan untuk Internship Program, penulis juga telah melakukan Program Foreign Case Study (FCS) selama berada di negari itu.Program FCS merupakan salah program wajib untuk mahasiswa Strata 1 sebagai standar kualifikasi menjadi sarjana pariwisata. Program ini meliputi kunjungan kebeberapa atau salah satu negara untuk mengkomparasi potensi wisata yang ada di luar negeri baik itu potensi alam ataupun budaya dengan potensi yang ada di Indoensia. Berbagai kunjungan daya tarik dan potensi budaya negeri malaysia telah penulis amati dan pelajari seperti Batu Cave, China Town, KLCC, Putra Jaya, Genting Highland, Pantai di Port Dikson Negeri Sembilan, Seremban, Arena Bermain I-City Shah Alam, pantai cempedak Kuantan pahang serta mempelajari kuliner khas negeri malaysia yaitu kue cara berlauk dan pakaian tradisional malasyia yaitu baju kurung. Malaysia adalah sebuah negara federasi yang terdiri dari tiga belas negara bagian dan tiga wilayah persekutuan di Asia Tenggara dengan luas 329.847 km persegi. Ibu kotanya adalah Kuala Lumpur, sedangkan Putrajaya menjadi pusat pemerintahan persekutuan.
    [Show full text]
  • Malaysian-Omani Historical and Cultural Relationship: in Context of Halwa Maskat and Baju Maskat
    Volume 4 Issue 12 (Mac 2021) PP. 17-27 DOI 10.35631/IJHAM.412002 INTERNATIONAL JOURNAL OF HERITAGE, ART AND MULTIMEDIA (IJHAM) www.ijham.com MALAYSIAN-OMANI HISTORICAL AND CULTURAL RELATIONSHIP: IN CONTEXT OF HALWA MASKAT AND BAJU MASKAT Rahmah Ahmad H. Osman1*, Md. Salleh Yaapar2, Elmira Akhmatove3, Fauziah Fathil4, Mohamad Firdaus Mansor Majdin5, Nabil Nadri6, Saleh Alzeheimi7 1 Dept. of Arabic Language and Literature, Kulliyyah of Islamic Revealed Knowledge and Human Sciences, International Islamic University Malaysia Email: [email protected] 2 Ombudsman, University Sains Malaysia Email: [email protected] 3 Dept. of History and Civilization, Kulliyyah of Islamic Revealed Knowledge and Human Sciences, International Islamic University Malaysia Email: [email protected] 4 Dept. of History and Civilization, Kulliyyah of Islamic Revealed Knowledge and Human Sciences, International Islamic University Malaysia Email: [email protected] 5 Dept. of History and Civilization, Kulliyyah of Islamic Revealed Knowledge and Human Sciences, International Islamic University Malaysia Email: [email protected] 6 University Sains Malaysia Email: [email protected] 7 Zakirat Oman & Chairman of Board of Directors, Trans Gulf Information Technology, Muscat, Oman Email: [email protected] * Corresponding Author Article Info: Abstract: Article history: The current re-emergence of global maritime activity has sparked initiative Received date:20.01.2021 from various nations in re-examining their socio-political and cultural position Revised date: 10.02. 2021 of the region. Often this self-reflection would involve the digging of the deeper Accepted date: 15.02.2021 origin and preceding past of a nation from historical references and various Published date: 03.03.2021 cultural heritage materials.
    [Show full text]
  • Understanding Intangible Culture Heritage Preservation Via Analyzing Inhabitants' Garments of Early 19Th Century in Weld Quay
    sustainability Article Understanding Intangible Culture Heritage Preservation via Analyzing Inhabitants’ Garments of Early 19th Century in Weld Quay, Malaysia Chen Kim Lim 1,*, Minhaz Farid Ahmed 1 , Mazlin Bin Mokhtar 1, Kian Lam Tan 2, Muhammad Zaffwan Idris 3 and Yi Chee Chan 3 1 Institute for Environment & Development (LESTARI), Universiti Kebangsaan Malaysia, Bangi 43600, Malaysia; [email protected] (M.F.A.); [email protected] (M.B.M.) 2 School of Digital Technology, Wawasan Open University, 54, Jalan Sultan Ahmad Shah, George Town 10050, Malaysia; [email protected] 3 Faculty of Art, Computing & Creative Industry, Sultan Idris Education University, Tanjong Malim 35900, Malaysia; [email protected] (M.Z.I.); [email protected] (Y.C.C.) * Correspondence: [email protected] Abstract: This qualitative study describes the procedures undertaken to explore the Intangible Culture Heritage (ICH) preservation, especially focusing on the inhabitants’ garments of different ethnic groups in Weld Quay, Penang, which was a multi-cultural trading port during the 19th century in Malaysia. Social life and occupational activities of the different ethnic groups formed the two main spines of how different the inhabitants’ garments would be. This study developed and demonstrated a step-by-step conceptual framework of narrative analysis. Therefore, the procedures used in this study are adequate to serve as a guide for novice researchers who are interested in undertaking Citation: Lim, C.K.; Ahmed, M.F.; a narrative analysis study. Hence, the investigation of the material culture has been exemplified Mokhtar, M.B.; Tan, K.L.; Idris, M.Z.; by proposing a novel conceptual framework of narrative analysis.
    [Show full text]
  • “Almost the Same, but Not Quite”: Postcolonial Malaysian Identity Formation in Lat' S Kampung Boy and Town
    “Almost the Same, but Not Quite ”: Postcolonial Malaysian Identity Formation in Lat’ s Kampung Boy and Town Boy English 399b: Senior Thesis Sarah-SoonLing Blackburn Advisor: Professor Theresa Tensuan Spring 2009 Blackburn 1 The Malaysian comic-book autobiographies Kampung Boy and Town Boy chronicle the early life of their author Lat (born Mohammad Nor Khalid) from his birth in a Perak kampung 1 through his family’s new life in the larger town of Ipoh. The Malay boy whose life is followed within the books is known as “Mat,” the diminutive form of Mohammad. Mat acts as a kind of avatar for or slightly fictionalized version of the author himself, for Mat’s experiences are based loosely on Lat’s memories of childhood and adolescence. Because Mat’s story is anchored in Lat’s real life, the narrative of memories inscribed within the books is temporally located with great specificity: their storyline spans the years leading up to and directly following Malaysian independence from British colonial rule. However, just as Mat, the character, is a re-figuration of Lat, the author, the narrative of his memories comprises a re-figuration of the exact, authoritative historical narrative. This conflict between reality and mimesis leads to the problematic formulations of identity played out within Lat’s works as he and his characters—Mat and his family and friends—struggle to reconcile their individual, self- designated identities with externally ascribed identity markers, particularly those imposed by the legacy of British colonialism. In a further complication of Malaysian identity, many of Mat’s acquaintances, including his friends Frankie and Lingham Singh from Town Boy, are non-Malay Malaysians whose family or ancestors were brought to the country through direct and indirect colonial structures.
    [Show full text]
  • Panduan Pengurusan Asrama
    1. PERATURAN PAKAIAN 1.1 PELAJAR LELAKI a. Baju Kemeja/Baju T i. Baju kemeja berkolar potongan biasa sama ada berlengan panjang atau pendek dibenarkan. Lain-lain jenis baju seperti baju T berkolar, baju T sukan atau seumpamanya dibenarkan untuk aktiviti riadah sahaja. Baju T TIDAK BERKOLAR TIDAK DIBENARKAN. ii. Baju hendaklah disisipkan ke dalam seluar. iii. Baju kemeja berlengan panjang hendaklah dibutangkan di pergelangan tangan dan tidak dibenarkan dilipat. iv. Pemakaian semua jenis jaket tidak dibenarkan ke kelas akademik. Baju panas (sweater) dibenarkan dalam keadaan tertentu saja. b. Seluar i. Kain seluar slack yang dibenarkan ialah daripada jenis cotton dan synthetic material (PVC atau Polyster). ii. Selain daripada jenis kain di atas TIDAK DIBENARKAN. iii. Fesyen seluar slack hendaklah tidak terlalu longgar baggy, slim fit, terlalu ketat dan berkaki singkat tidak dibenarkan. Paras kaki seluar hendaklah melepasi bawah buku lali dan ukur lilit seluar di antara 36cm – 45cm / 14 inci - 18 inci. (adakah ulur lilit ini terpakai untuk semua tingkatan dan saiz pelajar) c. Tali Pinggang i. Tali pinggang hendaklah dari jenis kulit atau PVC. ii. Lebar tali pinggang hendaklah di antara 2.5cm – 3.0cm dan berwarna hitam atau coklat tua. Tali pinggang yang berwarna-warni dan berbelang tidak dibenarkan. iii. Kepala tali pinggang hendaklah tidak terlalu besar (3cm x 3.5cm) dan tidak berlambang seperti lambang binatang, lambang keagamaan atau tulisan yang tidak sesuai dan tidak bermoral. d. Kasut dan Stoking i. Kasut sekolah hendaklah dari jenis kulit atau PVC berwarna hitam. ii. Pemakaian kasut bersama stoking adalah DIWAJIBKAN. Stoking hendaklah melepasi buku lali. iii. Stoking hendaklah berwarna HITAM SAHAJA.
    [Show full text]
  • ISSN: 2320-5407 Int. J. Adv. Res. 8(10), 1133-1141
    ISSN: 2320-5407 Int. J. Adv. Res. 8(10), 1133-1141 Journal Homepage: -www.journalijar.com Article DOI:10.21474/IJAR01/11944 DOI URL: http://dx.doi.org/10.21474/IJAR01/11944 RESEARCH ARTICLE CULTURAL AND IDENTITY SURVIVAL OF THE MALAY-MUSLIM COMMUNITY IN PERTH, AUSTRALIA Napisah Karimah Ismail1, Rosila Bee Mohd Hussain2, Wan Kamal Mujani1, Ezad Azraai Jamsari1, Badlihisham Mohd Nasir3 and Izziah Suryani Mat Resad1 1. Research Centre for Arabic Language and Islamic Civilization, Faculty of Islamic Studies, Universiti Kebangsaan Malaysia, 43600 UKM Bangi, Selangor, Malaysia. 2. Department of Anthropology and Sociology, Faculty of Arts and Social Sciences, University of Malaya, 50603 Kuala Lumpur, Malaysia. 3. Academy of Islamic Studies, Faculty of Social Sciences and Humanities, Universiti Teknologi Malaysia, 81310 Skudai, Johor Bahru, Johor, Malaysia. …………………………………………………………………………………………………….... Manuscript Info Abstract ……………………. ……………………………………………………………… Manuscript History This article discusses the culture of the Malay minority which migrated Received: 27 August 2020 to Perth, Australia from the Islamic aspect of identity. The purpose of Final Accepted: 30 September 2020 this research is to identify the form and characteristics of Islamic and Published: October 2020 Malay cultural identity of this community, based on literature collection and field study through interviews and observation in Perth. Key words:- Australian Malay, Islamic Research finds that this Australian Malay minority has an identity and Characteristics, Religious Values, culture as well as Islamic characteristics almost similar to the parent Culture, Identity, Survival, Malay community in the Malay Archipelago. They are also proud of IslamicCivilization their identity and admit that they are Malays practising Islamic teachings even though living in a Westernised country of different religions and cultures.
    [Show full text]
  • Cabang-Katalog-Inventaris-Cabang
    0 DAFTAR ISI Daftar Isi ..................................................................................................................................................................... 1 Kata Pengantar Ketua Umum PPI Tiongkok 2018/2020 ......................................................................... 2 Region Selatan Changsha ..................................................................................................................................................................... 4 Chongqing .................................................................................................................................................................. 5 Guangzhou ................................................................................................................................................................. 12 Guilin ............................................................................................................................................................................ 21 Nanning ....................................................................................................................................................................... 25 Wuhan .......................................................................................................................................................................... 28 Xiamen ........................................................................................................................................................................
    [Show full text]
  • Module 2 (Week 2): Characteristics of Southeast Asian Arts and Crafts
    8 Arts Quarter 1 – Module 2 (Week 2): Characteristics of Southeast Asian Arts and Crafts Arts – Grade 8 Alternative Delivery Mode Quarter 1 – Module 2 (Week 2): Characteristics of Southeast Asian Arts First Edition, 2020 Republic Act 8293, section 176 states that: No copyright shall subsist in any work of the Government of the Philippines. However, prior approval of the government agency or office wherein the work is created shall be necessary for exploitation of such work for profit. Such agency or office may, among other things, impose as a condition the payment of royalties. Borrowed materials (i.e., songs, stories, poems, pictures, photos, brand names, trademarks, etc.) included in this module are owned by their respective copyright holders. Every effort has been exerted to locate and seek permission to use these materials from their respective copyright owners. The publisher and authors do not represent nor claim ownership over them. Published by the Department of Education Secretary: Leonor Magtolis Briones Undersecretary: Diosdado M. San Antonio Development Team of the Module Writers: Rodjie L. Canada Content Editor/s: Nenita G. Jaralve Evelyn G. Patiño Ralph Anthony P. Panique Language Editor: Fanny Y. Inumerables Illustrator: (Name) Layout Artist: (Name) Layout Editor: Charmaine L. Juvahib QA Evaluator: (For Secondary) MUSIC: Milanie M. Panique ARTS: Archie S. Gallego P.E.: Leonicel D. Caliguid & Mildred A. Coralat HEALTH: Tom Saldua & Arniel Jimena Villamente Moderator: Milanie M. Panique Management Team: Marilyn S. Andales, Ed.D., CESO V – Schools Division Superintendent Leah B. Apao, Ed.D., CESE – Asst. Schools Division Superintendent Ester A. Futalan, Ed.D. – Asst.
    [Show full text]
  • DOSEN PEMBIMBING Dr
    ARTIKEL HASIL PENELITIAN PERKEMBANGAN TARI PAKARENA GANTARANG PADA SANGGAR SENI TERATAI PASSIANA DI KECAMATAN BENTENG KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR Oleh NUR SAWANG 1582140011 DOSEN PEMBIMBING Dr. Nurlina Syahrir, M.Hum Bau Salawati, S.Pd., M.Sn PROGRAM STUDI SENI TARI JURUSAN SENI PERTUNJUKAN FAKULTAS SENI DAN DESAIN UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR 2019 ABSTRACT Nur Sawang, 2019. The Development of Pakarena Gantarang Dance at Passiana Lotus Art Studio in Benteng District, Selayar Islands Regency, Thesis, Faculty of Art and Design, Makassar State University. This study answers the problem of the Development of the Pakarena Gantarang Dance in Passiana Lotus Art Studio in Benteng District of Selayar Islands Regency, namely: (1) How to Present the Presentation of the Pakarena Gantarang Dance in the Passiana Lotus Studio in Benteng District, Selayar Islands Regency, (2) How the Development of Pakarena Gantarang Dance at Passiana Lotus Studio in Benteng District, Selayar Islands Regency). This study is a qualitative study consisting of exposures that explain and interpret data obtained from different sources, as well as descriptive forms that only describe or present what they are about the Pakarena Gantarang Dance at the Passiana lotus studio in Benteng District, Selayar Island District. Data collection techniques used are: (1) literature study, (2) observation, (3) Interviews (4) documentation. The results of the development of the Pakarena Gantarang Dance at the Passiana Lotus Art Studio in Benteng Subdistrict, Selayar Islands Regency (1) there are 7 Variations of Motion covering (a) the structure of respect to the motion of dance, (b) Pakarena dance dancers consist of 5 to 7 dancers (c ) accompanied by akkelong sung by musicians and external music such as gongs, drums and flutes.
    [Show full text]
  • Penciptaan Istilah Dan Akal Budi Melayu
    International Journal of the Malay World and Civilisation 8(1), 2020: 3 - 16 (https://doi.org/10.17576/jatma-2020-0801-01) Penciptaan Istilah dan Akal Budi Melayu Terminological Coinage and The Malay Mind JUNAINI KASDAN ABSTRAK Kemajuan sesuatu bangsa selari dengan perkembangan ilmu yang dibina oleh bangsa itu sendiri. Sehubungan dengan itu, peristilahan dibentuk bagi menyokong perbendaharaan kata bagi setiap ilmu yang dikembangkan. Bagaimanakah orang dahulu mencipta istilah sebelum adanya rumus dan peraturan? Kelahiran ratusan kitab karya agung membuktikan masyarakat dahulu sudah boleh mencipta dan membina istilah. Kajian membuktikan masyarakat Melayu dahulu mencipta istilah berdasarkan pengalaman mereka berinteraksi dengan alam. Daripada situ mereka membina konsep- konsep tertentu, selaras dengan gaya hidup orang Melayu ketika itu. Contohnya, sebagai masyarakat yang mahir dalam selok-belok pelayaran, maka terciptalah istilah jurumudi dan keahlian dalam menilik serta mengubat pesakit pula mewujudkan istilah ahli nujum. Dalam konteks peristilahan masa kini, awalan ‘juru’, ‘ahli’, ‘pakar’, ‘pandai’ dan ‘tukang’, yang kesemua bermaksud ‘orang yang memiliki kepandaian’, mampu membentuk istilah baharu, seperti jururawat, pakar bedah, ahli kimia, dan tukang kimpal. Kajian mendapati, hasil menganalogi sesuatu istilah, maka terbentuklah istilah baharu yang menepati konsep, di samping mengekalkan ragam kemelayuan. Hal ini dapat dikaitkan dengan penciptaan kearifan tempatan dan akal budi Melayu (intelektual Melayu). Misalnya, istilah yang berkaitan dengan penciptaan bedil atau senapang, istilah tembikar dan istilah tenunan. Rantaian istilah yang tercipta sangat berkaitan dengan ilmu yang hendak disampaikan dan hal inilah yang disebut sebagai perekayasaan bahasa. Ironinya, disebabkan manusia Melayu tidak lagi mencipta, maka istilah yang terjelma lebih bersifat keinggerisan. Entah sama ada konsep istilahnya tiada dalam ruang lingkup budaya Melayu atau kerana selesa menggunakan bahasa Inggeris.
    [Show full text]
  • Interior Galeri Kebaya Indonesia Di Surabaya
    JURNAL INTRA Vol. 2, No. 2, (2014) 668-677 668 Interior Galeri Kebaya Indonesia di Surabaya Cheung, Vivi Chandra Program Studi Desain Interior, Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto 121-131, Surabaya E-mail: [email protected] Abstrak - Perancangan Interior Galeri Kebaya Indonesia di perkembangan. Beberapa bahan digunakan pada kebaya, Surabaya, bertujuan untuk memberikan fasilitas umum berupa contohnya sutra organdi dan serat alam yang tergolong mewah. galeri dimana terdapat sebuah museum yang menghadirkan nilai- Hal ini membuat kebaya diterima di golongan masyarakat nilai sejarah tentang kebaya dari masa ke masa. Selain itu juga kalangan atas. Bahkan kebaya mulai digunakan pada acara- disediakannya fasilitas publik seperti restoran atau café yang acara formal baik yang sifatnya pribadi, keluarga maupun mendukung kenyamanan aktivitas pengunjung. Galeri ini didesain dengan mengangNat Nonsep — .ompleksitas“, yang kenegaraan sehingga menjadi pakaian nasional Indonesia. Saat menggambarkan kerumitan dan keindahan dari pakaian kebaya ini kesuksesan kebaya masih terus berlanjut. itu sendiri dan menghadirkannya di tengah-tengah masa yang Dengan kemajuan kebaya di masa sekarang ini, para sudah modern ini. Penggunaan bentuk spiral distilasi menjadi desainer Indonesia sepakat kebaya merupakan genre dari dunia bentuk lingkaran yang lebih sederhana dan diterapkan baik fesyen yang menjanjikan. Sehingga mulai timbul sisi menarik dalam pola layout, perabot, maupun elemen interior yang ada. untuk dipelajari, dan berkreasi dengan kebaya sehingga makin banyak juga galeri-galeri dari para desainer tersebut untuk Kata kunci - Perancangan, Interior, Galeri, Kebaya menunjukkan hasil karya mereka di masyarakat. Galeri adalah sebuah ruangan yang dipergunakan untuk Abstract- Interior Design Indonesian Gallery of Kebaya in memamerkan serta menjual obyek yang dipamerkan, dengan Surabaya , it‘s purpose is to facilitate the puElic.
    [Show full text]
  • Traditional Costumes
    MALAY TRADITIONAL COSTUMES BAJU KURUNC Baju kurung is used to refer to both the male and #1 female outfit. It is the traditional costume for the Malay community. Wore for formal occasions or as an everyday wear. #2 During Hari Raya Puasa, Malay families wear the baju kurung when visiting their relatives and friends. #3 2 popular styles: Telok Belangah & Cekak Musang 1 Telok Cekak Belangah Musang style style Photograph courtesy of Nuraini Othman BAJU WRUNG (Female) A loose-fitting blouse with long sleeves and is paired with a waistcloth known as a sarong Photograph of a lady wearing baju kurung telok belangah. Ministry of Information and the Arts Collection, courtesy of the National Archives of Singapore TUDUNC Headscarf worn by Muslim women Photograph of a lady wearing a tudung.Courtesy of National Archives of Singapore BAJU KURUNC/BAJU MELAYU(MALE) Men wear the baju kurung as a shirt top with pants, and a kain samping that can be worn over the trousers Example of a baju melayu. Photograph courtesy of Jamal Mohammed SONCKOK A traditional headgear worn by Malay males Photograph from the Arthur B Reich Collection, courtesy of National Archives of Singapore KAIN SONCKET 1 1/111 A woven cloth that is often decorated with either gold or silver threads Photo adapted from flickr TIME! Instructions: - Colour / decorate the picture of the mosque below after you are done with your paper dolls - Stick your paper dolls on this colouring template after you are done DONE BY: TASHLYN, REESE, WEN XIN, MATTHEW,JOSHUA, LEROY FROM RIVER VALLEY HIGH SCHOOL Pg4.
    [Show full text]