Baju Kurung Refleksi Budaya Masyarakat Melayu Malaysia
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
Foreign Case Study 2018 Sekolah Tinggi Pariwasata Ambarrukmo Yogyakarta BAJU KURUNG REFLEKSI BUDAYA MASYARAKAT MELAYU MALAYSIA Titi Dwi Yuni Lestari 152218 Sekolah Tinggi Pariwasata Ambarrukmo Yogyakarta Abstract : Makalah ini merupakan hasil laporan Foreign Case Study untuk syarat publikasi ilmiah di Sekolah Tinggi Pariwasata Ambarrukmo Yogyakarta dengan Judul Baju Kurung Refleksi Budaya Masyarakat Melayu Malaysia. 1. PENDAHULUAN B. Latar Belakang Pariwisata di Indonesia merupakan sektor ekonomi penting di Indonesia. Pada tahun 2009, pariwisata menempati urutan ketiga dalam hal penerimaan devisa setelah komoditi minyak dan gas bumi serta minyak kelapa sawit. Secara kumulatif (Januari - Oktober) 2017, jumlah kunjungan wisman ke Indonesia mencapai 11,62 juta kunjungan atau naik 23,55 persen dibandingkan dengan jumlah kunjungan wisman pada periode yang sama tahun sebelumnya yang berjumlah 9,40 juta kunjungan. Kekayaan alam dan budaya merupakan komponen penting dalam pariwisata di Indonesia. Alam Indonesia memiliki kombinasi iklim tropis, 17.508 pulau yang 6.000 di antaranya tidak dihuni, serta garis pantai terpanjang ketiga di dunia setelah Kanada dan Uni Eropa. Indonesia juga merupakan negara kepulauan terbesar dan berpenduduk terbanyak di dunia. Tempat-tempat wisata itu didukung dengan warisan budaya yang kaya yang mencerminkan sejarah dan keberagaman etnis Indonesia yang dinamis dengan 719 bahasa daerah yang dituturkan di seluruh kepulauan tersebut. Hingga 2010, terdapat 7 lokasi di Indonesia yang telah ditetapkan oleh UNESCO yang masuk dalam daftar Situs Warisan Dunia. Sementara itu, empat wakil lain juga ditetapkan UNESCO dalam Daftar Representatif Budaya Takbenda Warisan Manusia . Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, Sekitar 59% turis berkunjung ke Indonesia untuk tujuan liburan, sementara 38% untuk tujuan bisnis. Dalam Travel & Tourism Competitivness Report yang mengukur sejumlah faktor dan kebijakan yang memungkinkan perkembangan berkelanjutan dari sektor travel dan pariwisata yang pada gilirannya berkontribusi pada pembangunan dan daya saing di tahun 2017 sekotor pariwisata Indonesia telah melompat dari ranking 50 ke ranking 42 dunia. Indonesia dinilai unggul dalam segi daya saing harga, sumber daya pariwisata dan skala prioritas pariwisata. Walaupun pringkat Malaysia dan Singapura turun, Indonesia masih tertinggala dari negara tetangga seperti, Singapura ( peringkat 11 menjadi peringkat 13), Thailand (peringkat 35 naik menjadi peringkat 34) dan juga Malaysia (peringkat 25 turun menjadi peringkat 26). Sehingga untuk memahami sektor pariwisata antara negara-negara berbeda, mahasiwa Sekolah Tinggi Pariwisata Ambarrukmo (STIPRAM) Yogyakarta jurusan Hospitality diwajibkan untuk mengikuti kegiatan Foreign Case Study (FCS) yang dilaksanakan 1 dengan melakukan ke beberapa negara tujuan, seperti Malaysia, Thailand, Jepang, Amerika dan negara-negara lain. Kegiatan FCS bertujuan agar mahasiswa dapat menganalisis perbedaan sumber daya pariwisata baik alam, budaya, kebiasaan, regulasi serta pengembangan pariwisata antara Indonesia dengan negara-nrgara lain yang telah dikunjungi. Hal ini juga bertujuan agar mahasiswa dapat mengetahui apa yang menjadi kekurangan Indonesia dalam sektor pariwisata dan selanjutnya mahasiswa dapat berkontribusi untuk ikut mengembangkan pariwisata Indonesia. Foreign Case Study (FCS) dapat dilakukan dengan beberapa cara. Pertama, mahasiswa melakukan perjalanan ke luar negeri dalam waktu beberapa hari dan melakukan pengamatan terhadap objek-objek wisata yang di kunjungi dan kembali ke negara asal dengan di dampingi oleh dosen pembimbing. Kemudian dengan magang, yaitu kegiatan perkuliahan mahasiswa yang berupa pergi mengunjungi suatu negara dengan melakukan praktek kerja disuatu hotel atau perusahaan selama kurun waktu tertentu dimana dalam waktu tersebut juga melakukan pengamatan terhadap objek yang dikunjungi. Kemudian dengan melakukan belajar selama dua bulan di Asean Culinary Academy dan menjalani program magang selama empat bulan di suatu perusahaan atau hotel yang telah di tentukan. Dan yang terakhir yakni dengan mengikuti proram student exchange selama seminggu sampai dengan satu bulan di Universitas yang ada di negara tujuan. C. Pelaksanaan Program Foreign Case Study (FCS) Penulis telah melakukan program FCS dengan mengikuti program student exchange yang dilaksanakan di Imperia College of Hospitality yang berlokasi di Kuantan, Pahang, Malaysia pada periode Juni – Juli 2016 yaitu selama satu bulan. Kegiatan pencarian data penulis lakukan dengan melihat serta memahami kebudayaan Malaysia. Penulis juga terbantu dengan melakukan sharing bersama dengan mahasiswa Imperia College of Hospitality. Selain memperoleh data dari program-program pertukaran pelajar dan bertukar ilmu dengan mahasiswa Malaysia, penulis juga mencari data dari berbagai sumber, seperti internet, buku dan komunitas mahasiswa Malaysia di Indonesia [1]. D. Sejarah Negara Malaysia Perkembangan perdagangan antara China, India dan negara-negara lain yang melalui Selat Malaka menjadikan Semenanjung Malaysia menjadi pusat perdagangan utama di Asia Tenggara. Kasultanan Malaka didirikan di awal abad ke 15 yang dimulai oleh seorang pangeran Palembang dengan Malaka sebagai ibukota yang saat ini dikenal sebagai semenanjung Malaysia. Kerajaan ini berlangsung hampir satu abad dan sangat gencar menyebarkan agama Islam. Portugal dengan kekuatan militernya menghancurkan kesultanan Malaka pada taun 1511. Saat itu Sultan terakhir berhasil melarikan diri ke Kampar di Sumatera. Salah satu anaknya pergi ke Semenanjung Malaysia bagian utara dan mendirikan Kesultanan Perak. Anaknya yang lain pergi ke selatan dan mendirikan kerajaan yang merupakan lanjutan dari Kesultanan Malaka Tua yang saat ini dikenal sebagai Kesultanan Johor. Kesultanan Malaka sebagai pusat perdagangan asia tenggara memiliki tingkat ekonomi yang tinggi. Hal ini menyebabkan beberapa bangsa seperti Portugis, belanda dan Inggris tertarik untuk menjajahnya. Inggris mulai menyebarkan pengaruhnya pada tahun 1826 kepada seluruh semenanjung, pemukiman selat termasuk didalamnya yaitu Pulau Pinang, Singapura, dan Melaka. Hal ini dilakukan dengan membentuk pemukiman Selat (Bellato Settlements) Koloni Mahkota (Accretia Colony). 2 Pada 1867, Inggris menjadi semakin agresif dan mulai menghasut para raja kerajaan Melayu. Akibat perang saudara dan gangguan persatuan antara China, Inggris dipilih untuk menyelesaikan masalah – masalah penduduk Negeri Selat. Akhirnya, perjanjian Pangkor ditandatangani dan mengakibatkan perluasan kekuasaan Inggris ke negeri – negeri Melayu (Perak, Pahang, Selangor, dan Negeri Sembilan yang juga dikenal sebagai negeri – negeri bersekutu). Negeri – negeri lain yang yang dikenali sebagai negeri – negeri tidak bersekutu lagi iyalah Perlis, Kedah, Kelantan, dan Terengganu yang berada di bawah kekuasaan Thailand. Di Borneo, Borneo Utara Britania yang dahulu berada di bawah pemerintahan Kesultanan Suku digabungkan menjadi Koloni Kerajaan Inggris, dimana Sarawak menjadi milik keluarga Brooke. Akibat penaklukan Jepang pada Perang Dunia II dan kebangkitan komunis, dukungan kemerdekaan semakin kuat. Saat Inggris menginginkan pembentukan Uni Malaya setelah berakhirnya perang, masyarakat Melayu bangkit menentang dan menginginkan sistem yang nubie – Melayu, yang pada akhirnya Singapura melepaskan diri dari Malaysia dan membentuk negara sendiri, dan meminta sistem kewarganegaraan tunggal. Pada tahun 1937, Malaysia mulai memiliki semangat untuk merdeka dan melakukan perlawanan terhadap kolonialisme. Tepatnya pada tanggal 20 Oktober 1947 bangsa Malaysia lepas dari jajahan Inggris. Persekutuan yang baru diwujudkan di bawah nama Malaysia pada 16 September 1964 melalui penyatuan Persekutuan Malaya, Singapura, Borneo Utara (Kemudian dinamakan Sabah) dan Sarawak. Kesultanan Brunei yang pada mulanya menyatakan keinginan untuk bergabung dengan Malaysia mengurungkan diri akibat tentangan sebagian masyarakat Brunei. Pada awal terbentuknya Malaysia, banyak masalah yang terjadi, misalnya dengan Indonesia (“Konfrontasi”), dan tuntutan oleh Filipina terhadap Sabah. E. Letak geografis Malaysia Malaysia berada pada urutan ke-43 negara dengan banyaknya jumlah penduduk dan negara dengan daratan terluas ke-66 di dunia. Malaysia terdiri dari dua area utama yang dipisahkan oleh Laut China Selatan . Letak astronomis sendiri adalah letak suatu wilayah dilihat dari posisi garis bujur dan garis lintang. Dalam hal ini letak astronomis Malaysia adalah di antara 1°LU – 7°LU dan 100°BT – 119°BT. - Malaysia Timur berada pada posisi 1ºLU-7ºLU dan 100º40’BT-119ºBT. - Malaysia Barat terletak pada posisi 1ºLU-7ºLU dan 100ºBT-104º02’BT. Batas – batas Negara Malaysia : 1. Sebelah Utara : Thailand dan Laut Cina Selatan 2. Sebelah Barat : Selat Melaka 3. Sebelah Timur : Laut Sulu dan Laut Sulawesi 4. Sebelah Selatan : Selat Johor, Singapura dan Indonesia Adapun pembagian administratif wilayah Malaysia, diantaranya : 1. Malaysia Barat (Kawasan Semenanjung Malaysia) Malaysia Barat atau disebut juga dengan Semenanjung Malaysia merupakan wilayah Malaysia yang berada di daratan Benua Eurasia. Adapun wilayah persekutuan dan negara bagian dari Malaysia Barat, yaitu: a. Wilayah Persekutuan 1) Kuala Lumpur Kuala Lumpur (KL) merupakan ibukota negara sekaligus menjadi Kawasan Wilayah Persekutuan. 3 Secara geografis, Kuala Lumpur bercirikan sebuah lembah besar yang dikenal dengan Lembah Klang yang berbatasan dengan Pegunungan Titiwangsadi Timur, beberapa pegunungan kecil di utara dan selatan, dan Selat Malaka di barat. 2) Putrajaya