Baju Kurung Refleksi Budaya Masyarakat Melayu Malaysia

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Baju Kurung Refleksi Budaya Masyarakat Melayu Malaysia Foreign Case Study 2018 Sekolah Tinggi Pariwasata Ambarrukmo Yogyakarta BAJU KURUNG REFLEKSI BUDAYA MASYARAKAT MELAYU MALAYSIA Titi Dwi Yuni Lestari 152218 Sekolah Tinggi Pariwasata Ambarrukmo Yogyakarta Abstract : Makalah ini merupakan hasil laporan Foreign Case Study untuk syarat publikasi ilmiah di Sekolah Tinggi Pariwasata Ambarrukmo Yogyakarta dengan Judul Baju Kurung Refleksi Budaya Masyarakat Melayu Malaysia. 1. PENDAHULUAN B. Latar Belakang Pariwisata di Indonesia merupakan sektor ekonomi penting di Indonesia. Pada tahun 2009, pariwisata menempati urutan ketiga dalam hal penerimaan devisa setelah komoditi minyak dan gas bumi serta minyak kelapa sawit. Secara kumulatif (Januari - Oktober) 2017, jumlah kunjungan wisman ke Indonesia mencapai 11,62 juta kunjungan atau naik 23,55 persen dibandingkan dengan jumlah kunjungan wisman pada periode yang sama tahun sebelumnya yang berjumlah 9,40 juta kunjungan. Kekayaan alam dan budaya merupakan komponen penting dalam pariwisata di Indonesia. Alam Indonesia memiliki kombinasi iklim tropis, 17.508 pulau yang 6.000 di antaranya tidak dihuni, serta garis pantai terpanjang ketiga di dunia setelah Kanada dan Uni Eropa. Indonesia juga merupakan negara kepulauan terbesar dan berpenduduk terbanyak di dunia. Tempat-tempat wisata itu didukung dengan warisan budaya yang kaya yang mencerminkan sejarah dan keberagaman etnis Indonesia yang dinamis dengan 719 bahasa daerah yang dituturkan di seluruh kepulauan tersebut. Hingga 2010, terdapat 7 lokasi di Indonesia yang telah ditetapkan oleh UNESCO yang masuk dalam daftar Situs Warisan Dunia. Sementara itu, empat wakil lain juga ditetapkan UNESCO dalam Daftar Representatif Budaya Takbenda Warisan Manusia . Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, Sekitar 59% turis berkunjung ke Indonesia untuk tujuan liburan, sementara 38% untuk tujuan bisnis. Dalam Travel & Tourism Competitivness Report yang mengukur sejumlah faktor dan kebijakan yang memungkinkan perkembangan berkelanjutan dari sektor travel dan pariwisata yang pada gilirannya berkontribusi pada pembangunan dan daya saing di tahun 2017 sekotor pariwisata Indonesia telah melompat dari ranking 50 ke ranking 42 dunia. Indonesia dinilai unggul dalam segi daya saing harga, sumber daya pariwisata dan skala prioritas pariwisata. Walaupun pringkat Malaysia dan Singapura turun, Indonesia masih tertinggala dari negara tetangga seperti, Singapura ( peringkat 11 menjadi peringkat 13), Thailand (peringkat 35 naik menjadi peringkat 34) dan juga Malaysia (peringkat 25 turun menjadi peringkat 26). Sehingga untuk memahami sektor pariwisata antara negara-negara berbeda, mahasiwa Sekolah Tinggi Pariwisata Ambarrukmo (STIPRAM) Yogyakarta jurusan Hospitality diwajibkan untuk mengikuti kegiatan Foreign Case Study (FCS) yang dilaksanakan 1 dengan melakukan ke beberapa negara tujuan, seperti Malaysia, Thailand, Jepang, Amerika dan negara-negara lain. Kegiatan FCS bertujuan agar mahasiswa dapat menganalisis perbedaan sumber daya pariwisata baik alam, budaya, kebiasaan, regulasi serta pengembangan pariwisata antara Indonesia dengan negara-nrgara lain yang telah dikunjungi. Hal ini juga bertujuan agar mahasiswa dapat mengetahui apa yang menjadi kekurangan Indonesia dalam sektor pariwisata dan selanjutnya mahasiswa dapat berkontribusi untuk ikut mengembangkan pariwisata Indonesia. Foreign Case Study (FCS) dapat dilakukan dengan beberapa cara. Pertama, mahasiswa melakukan perjalanan ke luar negeri dalam waktu beberapa hari dan melakukan pengamatan terhadap objek-objek wisata yang di kunjungi dan kembali ke negara asal dengan di dampingi oleh dosen pembimbing. Kemudian dengan magang, yaitu kegiatan perkuliahan mahasiswa yang berupa pergi mengunjungi suatu negara dengan melakukan praktek kerja disuatu hotel atau perusahaan selama kurun waktu tertentu dimana dalam waktu tersebut juga melakukan pengamatan terhadap objek yang dikunjungi. Kemudian dengan melakukan belajar selama dua bulan di Asean Culinary Academy dan menjalani program magang selama empat bulan di suatu perusahaan atau hotel yang telah di tentukan. Dan yang terakhir yakni dengan mengikuti proram student exchange selama seminggu sampai dengan satu bulan di Universitas yang ada di negara tujuan. C. Pelaksanaan Program Foreign Case Study (FCS) Penulis telah melakukan program FCS dengan mengikuti program student exchange yang dilaksanakan di Imperia College of Hospitality yang berlokasi di Kuantan, Pahang, Malaysia pada periode Juni – Juli 2016 yaitu selama satu bulan. Kegiatan pencarian data penulis lakukan dengan melihat serta memahami kebudayaan Malaysia. Penulis juga terbantu dengan melakukan sharing bersama dengan mahasiswa Imperia College of Hospitality. Selain memperoleh data dari program-program pertukaran pelajar dan bertukar ilmu dengan mahasiswa Malaysia, penulis juga mencari data dari berbagai sumber, seperti internet, buku dan komunitas mahasiswa Malaysia di Indonesia [1]. D. Sejarah Negara Malaysia Perkembangan perdagangan antara China, India dan negara-negara lain yang melalui Selat Malaka menjadikan Semenanjung Malaysia menjadi pusat perdagangan utama di Asia Tenggara. Kasultanan Malaka didirikan di awal abad ke 15 yang dimulai oleh seorang pangeran Palembang dengan Malaka sebagai ibukota yang saat ini dikenal sebagai semenanjung Malaysia. Kerajaan ini berlangsung hampir satu abad dan sangat gencar menyebarkan agama Islam. Portugal dengan kekuatan militernya menghancurkan kesultanan Malaka pada taun 1511. Saat itu Sultan terakhir berhasil melarikan diri ke Kampar di Sumatera. Salah satu anaknya pergi ke Semenanjung Malaysia bagian utara dan mendirikan Kesultanan Perak. Anaknya yang lain pergi ke selatan dan mendirikan kerajaan yang merupakan lanjutan dari Kesultanan Malaka Tua yang saat ini dikenal sebagai Kesultanan Johor. Kesultanan Malaka sebagai pusat perdagangan asia tenggara memiliki tingkat ekonomi yang tinggi. Hal ini menyebabkan beberapa bangsa seperti Portugis, belanda dan Inggris tertarik untuk menjajahnya. Inggris mulai menyebarkan pengaruhnya pada tahun 1826 kepada seluruh semenanjung, pemukiman selat termasuk didalamnya yaitu Pulau Pinang, Singapura, dan Melaka. Hal ini dilakukan dengan membentuk pemukiman Selat (Bellato Settlements) Koloni Mahkota (Accretia Colony). 2 Pada 1867, Inggris menjadi semakin agresif dan mulai menghasut para raja kerajaan Melayu. Akibat perang saudara dan gangguan persatuan antara China, Inggris dipilih untuk menyelesaikan masalah – masalah penduduk Negeri Selat. Akhirnya, perjanjian Pangkor ditandatangani dan mengakibatkan perluasan kekuasaan Inggris ke negeri – negeri Melayu (Perak, Pahang, Selangor, dan Negeri Sembilan yang juga dikenal sebagai negeri – negeri bersekutu). Negeri – negeri lain yang yang dikenali sebagai negeri – negeri tidak bersekutu lagi iyalah Perlis, Kedah, Kelantan, dan Terengganu yang berada di bawah kekuasaan Thailand. Di Borneo, Borneo Utara Britania yang dahulu berada di bawah pemerintahan Kesultanan Suku digabungkan menjadi Koloni Kerajaan Inggris, dimana Sarawak menjadi milik keluarga Brooke. Akibat penaklukan Jepang pada Perang Dunia II dan kebangkitan komunis, dukungan kemerdekaan semakin kuat. Saat Inggris menginginkan pembentukan Uni Malaya setelah berakhirnya perang, masyarakat Melayu bangkit menentang dan menginginkan sistem yang nubie – Melayu, yang pada akhirnya Singapura melepaskan diri dari Malaysia dan membentuk negara sendiri, dan meminta sistem kewarganegaraan tunggal. Pada tahun 1937, Malaysia mulai memiliki semangat untuk merdeka dan melakukan perlawanan terhadap kolonialisme. Tepatnya pada tanggal 20 Oktober 1947 bangsa Malaysia lepas dari jajahan Inggris. Persekutuan yang baru diwujudkan di bawah nama Malaysia pada 16 September 1964 melalui penyatuan Persekutuan Malaya, Singapura, Borneo Utara (Kemudian dinamakan Sabah) dan Sarawak. Kesultanan Brunei yang pada mulanya menyatakan keinginan untuk bergabung dengan Malaysia mengurungkan diri akibat tentangan sebagian masyarakat Brunei. Pada awal terbentuknya Malaysia, banyak masalah yang terjadi, misalnya dengan Indonesia (“Konfrontasi”), dan tuntutan oleh Filipina terhadap Sabah. E. Letak geografis Malaysia Malaysia berada pada urutan ke-43 negara dengan banyaknya jumlah penduduk dan negara dengan daratan terluas ke-66 di dunia. Malaysia terdiri dari dua area utama yang dipisahkan oleh Laut China Selatan . Letak astronomis sendiri adalah letak suatu wilayah dilihat dari posisi garis bujur dan garis lintang. Dalam hal ini letak astronomis Malaysia adalah di antara 1°LU – 7°LU dan 100°BT – 119°BT. - Malaysia Timur berada pada posisi 1ºLU-7ºLU dan 100º40’BT-119ºBT. - Malaysia Barat terletak pada posisi 1ºLU-7ºLU dan 100ºBT-104º02’BT. Batas – batas Negara Malaysia : 1. Sebelah Utara : Thailand dan Laut Cina Selatan 2. Sebelah Barat : Selat Melaka 3. Sebelah Timur : Laut Sulu dan Laut Sulawesi 4. Sebelah Selatan : Selat Johor, Singapura dan Indonesia Adapun pembagian administratif wilayah Malaysia, diantaranya : 1. Malaysia Barat (Kawasan Semenanjung Malaysia) Malaysia Barat atau disebut juga dengan Semenanjung Malaysia merupakan wilayah Malaysia yang berada di daratan Benua Eurasia. Adapun wilayah persekutuan dan negara bagian dari Malaysia Barat, yaitu: a. Wilayah Persekutuan 1) Kuala Lumpur Kuala Lumpur (KL) merupakan ibukota negara sekaligus menjadi Kawasan Wilayah Persekutuan. 3 Secara geografis, Kuala Lumpur bercirikan sebuah lembah besar yang dikenal dengan Lembah Klang yang berbatasan dengan Pegunungan Titiwangsadi Timur, beberapa pegunungan kecil di utara dan selatan, dan Selat Malaka di barat. 2) Putrajaya
Recommended publications
  • Baju Kurung Sebagai Pakaian Adat Suku Melayu Di Malaysia
    Foreign Case Study 2018 Sekolah Tinggi Pariwasata Ambarrukmo Yogyakarta BAJU KURUNG SEBAGAI PAKAIAN ADAT SUKU MELAYU DI MALAYSIA Selfa Nur Insani 1702732 Sekolah Tinggi Pariwasata Ambarrukmo Yogyakarta Abstract : Makalah ini merupakan hasil laporan Foreign Case Study untuk syarat publikasi ilmiah di Sekolah Tinggi Pariwasata Ambarrukmo Yogyakarta dengan Judul Baju Kurung Sebagai Pakaian Adat Suku Melayu di Malaysia. 1. PENDAHULUAN Penulis adalah seorang mahasiswi Sekolah Tinggi Pariwisata Ambarrukmo Yogyakarta (STIPRAM) semester VII jenjang Strata I jurusan Hospitality (ilmu kepariwisataan). Tujuan penulis berkunjung ke Malaysia adalah mengikuti Internship Program yang dilakukan oleh STIPRAM dengan Hotel The Royal Bintang Seremban Malaysia yang dimulai pada 15 September 2015 sampai dengan 11 Maret 2016 [1]. Selain bertujuan untuk Internship Program, penulis juga telah melakukan Program Foreign Case Study (FCS) selama berada di negari itu.Program FCS merupakan salah program wajib untuk mahasiswa Strata 1 sebagai standar kualifikasi menjadi sarjana pariwisata. Program ini meliputi kunjungan kebeberapa atau salah satu negara untuk mengkomparasi potensi wisata yang ada di luar negeri baik itu potensi alam ataupun budaya dengan potensi yang ada di Indoensia. Berbagai kunjungan daya tarik dan potensi budaya negeri malaysia telah penulis amati dan pelajari seperti Batu Cave, China Town, KLCC, Putra Jaya, Genting Highland, Pantai di Port Dikson Negeri Sembilan, Seremban, Arena Bermain I-City Shah Alam, pantai cempedak Kuantan pahang serta mempelajari kuliner khas negeri malaysia yaitu kue cara berlauk dan pakaian tradisional malasyia yaitu baju kurung. Malaysia adalah sebuah negara federasi yang terdiri dari tiga belas negara bagian dan tiga wilayah persekutuan di Asia Tenggara dengan luas 329.847 km persegi. Ibu kotanya adalah Kuala Lumpur, sedangkan Putrajaya menjadi pusat pemerintahan persekutuan.
    [Show full text]
  • Malaysian-Omani Historical and Cultural Relationship: in Context of Halwa Maskat and Baju Maskat
    Volume 4 Issue 12 (Mac 2021) PP. 17-27 DOI 10.35631/IJHAM.412002 INTERNATIONAL JOURNAL OF HERITAGE, ART AND MULTIMEDIA (IJHAM) www.ijham.com MALAYSIAN-OMANI HISTORICAL AND CULTURAL RELATIONSHIP: IN CONTEXT OF HALWA MASKAT AND BAJU MASKAT Rahmah Ahmad H. Osman1*, Md. Salleh Yaapar2, Elmira Akhmatove3, Fauziah Fathil4, Mohamad Firdaus Mansor Majdin5, Nabil Nadri6, Saleh Alzeheimi7 1 Dept. of Arabic Language and Literature, Kulliyyah of Islamic Revealed Knowledge and Human Sciences, International Islamic University Malaysia Email: [email protected] 2 Ombudsman, University Sains Malaysia Email: [email protected] 3 Dept. of History and Civilization, Kulliyyah of Islamic Revealed Knowledge and Human Sciences, International Islamic University Malaysia Email: [email protected] 4 Dept. of History and Civilization, Kulliyyah of Islamic Revealed Knowledge and Human Sciences, International Islamic University Malaysia Email: [email protected] 5 Dept. of History and Civilization, Kulliyyah of Islamic Revealed Knowledge and Human Sciences, International Islamic University Malaysia Email: [email protected] 6 University Sains Malaysia Email: [email protected] 7 Zakirat Oman & Chairman of Board of Directors, Trans Gulf Information Technology, Muscat, Oman Email: [email protected] * Corresponding Author Article Info: Abstract: Article history: The current re-emergence of global maritime activity has sparked initiative Received date:20.01.2021 from various nations in re-examining their socio-political and cultural position Revised date: 10.02. 2021 of the region. Often this self-reflection would involve the digging of the deeper Accepted date: 15.02.2021 origin and preceding past of a nation from historical references and various Published date: 03.03.2021 cultural heritage materials.
    [Show full text]
  • Understanding Intangible Culture Heritage Preservation Via Analyzing Inhabitants' Garments of Early 19Th Century in Weld Quay
    sustainability Article Understanding Intangible Culture Heritage Preservation via Analyzing Inhabitants’ Garments of Early 19th Century in Weld Quay, Malaysia Chen Kim Lim 1,*, Minhaz Farid Ahmed 1 , Mazlin Bin Mokhtar 1, Kian Lam Tan 2, Muhammad Zaffwan Idris 3 and Yi Chee Chan 3 1 Institute for Environment & Development (LESTARI), Universiti Kebangsaan Malaysia, Bangi 43600, Malaysia; [email protected] (M.F.A.); [email protected] (M.B.M.) 2 School of Digital Technology, Wawasan Open University, 54, Jalan Sultan Ahmad Shah, George Town 10050, Malaysia; [email protected] 3 Faculty of Art, Computing & Creative Industry, Sultan Idris Education University, Tanjong Malim 35900, Malaysia; [email protected] (M.Z.I.); [email protected] (Y.C.C.) * Correspondence: [email protected] Abstract: This qualitative study describes the procedures undertaken to explore the Intangible Culture Heritage (ICH) preservation, especially focusing on the inhabitants’ garments of different ethnic groups in Weld Quay, Penang, which was a multi-cultural trading port during the 19th century in Malaysia. Social life and occupational activities of the different ethnic groups formed the two main spines of how different the inhabitants’ garments would be. This study developed and demonstrated a step-by-step conceptual framework of narrative analysis. Therefore, the procedures used in this study are adequate to serve as a guide for novice researchers who are interested in undertaking Citation: Lim, C.K.; Ahmed, M.F.; a narrative analysis study. Hence, the investigation of the material culture has been exemplified Mokhtar, M.B.; Tan, K.L.; Idris, M.Z.; by proposing a novel conceptual framework of narrative analysis.
    [Show full text]
  • Shifting of Batik Clothing Style As Response to Fashion Trends in Indonesia Tyar Ratuannisa¹, Imam Santosa², Kahfiati Kahdar3, Achmad Syarief4
    MUDRA Jurnal Seni Budaya Volume 35, Nomor 2, Mei 2020 p 133 - 138 P- ISSN 0854-3461, E-ISSN 2541-0407 Shifting of Batik Clothing Style as Response to Fashion Trends in Indonesia Tyar Ratuannisa¹, Imam Santosa², Kahfiati Kahdar3, Achmad Syarief4 ¹Doctoral Study Program of Visual Arts and Design, Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesa 10 Bandung, Indonesia 2,3,4Faculty of Visual Arts and Design, Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesa 10 Bandung, Indonesia. [email protected] Fashion style refers to the way of wearing certain categories of clothing related to the concept of taste that refers to a person’s preferences or tendencies towards a particular style. In Indonesia, clothing does not only function as a body covering but also as a person’s style. One way is to use traditional cloth is by wearing batik. Batik clothing, which initially took the form of non -sewn cloth, such as a long cloth, became a sewn cloth like a sarong that functions as a subordinate, evolved with the changing fashion trends prevailing in Indonesia. At the beginning of the development of batik in Indonesia, in the 18th century, batik as a women’s main clothing was limited to the form of kain panjang and sarong. However, in the following century, the use of batik cloth- ing became increasingly diverse as material for dresses, tunics, and blouses.This research uses a historical approach in observing batik fashion by utilizing documentation of fashion magazines and women’s magazines in Indonesia. The change and diversity of batik clothing in Indonesian women’s clothing styles are influenced by changes and developments in the role of Indonesian women themselves, ranging from those that are only doing domestic activities, but also going to school, and working in the public.
    [Show full text]
  • “Almost the Same, but Not Quite”: Postcolonial Malaysian Identity Formation in Lat' S Kampung Boy and Town
    “Almost the Same, but Not Quite ”: Postcolonial Malaysian Identity Formation in Lat’ s Kampung Boy and Town Boy English 399b: Senior Thesis Sarah-SoonLing Blackburn Advisor: Professor Theresa Tensuan Spring 2009 Blackburn 1 The Malaysian comic-book autobiographies Kampung Boy and Town Boy chronicle the early life of their author Lat (born Mohammad Nor Khalid) from his birth in a Perak kampung 1 through his family’s new life in the larger town of Ipoh. The Malay boy whose life is followed within the books is known as “Mat,” the diminutive form of Mohammad. Mat acts as a kind of avatar for or slightly fictionalized version of the author himself, for Mat’s experiences are based loosely on Lat’s memories of childhood and adolescence. Because Mat’s story is anchored in Lat’s real life, the narrative of memories inscribed within the books is temporally located with great specificity: their storyline spans the years leading up to and directly following Malaysian independence from British colonial rule. However, just as Mat, the character, is a re-figuration of Lat, the author, the narrative of his memories comprises a re-figuration of the exact, authoritative historical narrative. This conflict between reality and mimesis leads to the problematic formulations of identity played out within Lat’s works as he and his characters—Mat and his family and friends—struggle to reconcile their individual, self- designated identities with externally ascribed identity markers, particularly those imposed by the legacy of British colonialism. In a further complication of Malaysian identity, many of Mat’s acquaintances, including his friends Frankie and Lingham Singh from Town Boy, are non-Malay Malaysians whose family or ancestors were brought to the country through direct and indirect colonial structures.
    [Show full text]
  • An Analysis of the Characteristics of Balinese Costume - Focus On The Legong Dance Costume
    Print ISSN 1229-6880 Journal of the Korean Society of Costume Online ISSN 2287-7827 Vol. 67, No. 4 (June 2017) pp. 38-57 https://doi.org/10.7233/jksc.2017.67.4.038 An Analysis of the Characteristics of Balinese Costume - Focus on the Legong Dance Costume - Langi, Kezia-Clarissa · Park, Shinmi⁺ Master Candidate, Dept. of Clothing & Textiles, Andong National University Associate Professor, Dept. of Clothing & Textiles, Andong National University⁺ (received date: 2017. 1. 12, revised date: 2017. 4. 11, accepted date: 2017. 6. 16) ABSTRACT1) Traditional costume in Indonesia represents identity of a person and it displays the origin and the status of the person. Where culture and religion are fused, the traditional costume serves one of the most functions in rituals in Bali. This research aims to analyze the charac- teristics of Balinese costumes by focusing on the Legong dance costume. Quantitative re- search was performed using 332 images of Indonesian costumes and 210 images of Balinese ceremonial costumes. Qualitative research was performed by doing field research in Puri Saba, Gianyar and SMKN 3 SUKAWATI(Traditional Art Middle School). The paper illus- trates the influence and structure of Indonesian traditional costume. As the result, focusing on the upper wear costume showed that the ancient era costumes were influenced by animism. They consist of tube(kemben), shawl(syal), corset, dress(terusan), body painting and tattoo, jewelry(perhiasan), and cross. The Modern era, which was shaped by religion, consists of baju kurung(tunic) and kebaya(kaftan). The Balinese costume consists of the costume of participants and the costume of performers.
    [Show full text]
  • Panduan Pengurusan Asrama
    1. PERATURAN PAKAIAN 1.1 PELAJAR LELAKI a. Baju Kemeja/Baju T i. Baju kemeja berkolar potongan biasa sama ada berlengan panjang atau pendek dibenarkan. Lain-lain jenis baju seperti baju T berkolar, baju T sukan atau seumpamanya dibenarkan untuk aktiviti riadah sahaja. Baju T TIDAK BERKOLAR TIDAK DIBENARKAN. ii. Baju hendaklah disisipkan ke dalam seluar. iii. Baju kemeja berlengan panjang hendaklah dibutangkan di pergelangan tangan dan tidak dibenarkan dilipat. iv. Pemakaian semua jenis jaket tidak dibenarkan ke kelas akademik. Baju panas (sweater) dibenarkan dalam keadaan tertentu saja. b. Seluar i. Kain seluar slack yang dibenarkan ialah daripada jenis cotton dan synthetic material (PVC atau Polyster). ii. Selain daripada jenis kain di atas TIDAK DIBENARKAN. iii. Fesyen seluar slack hendaklah tidak terlalu longgar baggy, slim fit, terlalu ketat dan berkaki singkat tidak dibenarkan. Paras kaki seluar hendaklah melepasi bawah buku lali dan ukur lilit seluar di antara 36cm – 45cm / 14 inci - 18 inci. (adakah ulur lilit ini terpakai untuk semua tingkatan dan saiz pelajar) c. Tali Pinggang i. Tali pinggang hendaklah dari jenis kulit atau PVC. ii. Lebar tali pinggang hendaklah di antara 2.5cm – 3.0cm dan berwarna hitam atau coklat tua. Tali pinggang yang berwarna-warni dan berbelang tidak dibenarkan. iii. Kepala tali pinggang hendaklah tidak terlalu besar (3cm x 3.5cm) dan tidak berlambang seperti lambang binatang, lambang keagamaan atau tulisan yang tidak sesuai dan tidak bermoral. d. Kasut dan Stoking i. Kasut sekolah hendaklah dari jenis kulit atau PVC berwarna hitam. ii. Pemakaian kasut bersama stoking adalah DIWAJIBKAN. Stoking hendaklah melepasi buku lali. iii. Stoking hendaklah berwarna HITAM SAHAJA.
    [Show full text]
  • ISSN: 2320-5407 Int. J. Adv. Res. 8(10), 1133-1141
    ISSN: 2320-5407 Int. J. Adv. Res. 8(10), 1133-1141 Journal Homepage: -www.journalijar.com Article DOI:10.21474/IJAR01/11944 DOI URL: http://dx.doi.org/10.21474/IJAR01/11944 RESEARCH ARTICLE CULTURAL AND IDENTITY SURVIVAL OF THE MALAY-MUSLIM COMMUNITY IN PERTH, AUSTRALIA Napisah Karimah Ismail1, Rosila Bee Mohd Hussain2, Wan Kamal Mujani1, Ezad Azraai Jamsari1, Badlihisham Mohd Nasir3 and Izziah Suryani Mat Resad1 1. Research Centre for Arabic Language and Islamic Civilization, Faculty of Islamic Studies, Universiti Kebangsaan Malaysia, 43600 UKM Bangi, Selangor, Malaysia. 2. Department of Anthropology and Sociology, Faculty of Arts and Social Sciences, University of Malaya, 50603 Kuala Lumpur, Malaysia. 3. Academy of Islamic Studies, Faculty of Social Sciences and Humanities, Universiti Teknologi Malaysia, 81310 Skudai, Johor Bahru, Johor, Malaysia. …………………………………………………………………………………………………….... Manuscript Info Abstract ……………………. ……………………………………………………………… Manuscript History This article discusses the culture of the Malay minority which migrated Received: 27 August 2020 to Perth, Australia from the Islamic aspect of identity. The purpose of Final Accepted: 30 September 2020 this research is to identify the form and characteristics of Islamic and Published: October 2020 Malay cultural identity of this community, based on literature collection and field study through interviews and observation in Perth. Key words:- Australian Malay, Islamic Research finds that this Australian Malay minority has an identity and Characteristics, Religious Values, culture as well as Islamic characteristics almost similar to the parent Culture, Identity, Survival, Malay community in the Malay Archipelago. They are also proud of IslamicCivilization their identity and admit that they are Malays practising Islamic teachings even though living in a Westernised country of different religions and cultures.
    [Show full text]
  • Cabang-Katalog-Inventaris-Cabang
    0 DAFTAR ISI Daftar Isi ..................................................................................................................................................................... 1 Kata Pengantar Ketua Umum PPI Tiongkok 2018/2020 ......................................................................... 2 Region Selatan Changsha ..................................................................................................................................................................... 4 Chongqing .................................................................................................................................................................. 5 Guangzhou ................................................................................................................................................................. 12 Guilin ............................................................................................................................................................................ 21 Nanning ....................................................................................................................................................................... 25 Wuhan .......................................................................................................................................................................... 28 Xiamen ........................................................................................................................................................................
    [Show full text]
  • Module 2 (Week 2): Characteristics of Southeast Asian Arts and Crafts
    8 Arts Quarter 1 – Module 2 (Week 2): Characteristics of Southeast Asian Arts and Crafts Arts – Grade 8 Alternative Delivery Mode Quarter 1 – Module 2 (Week 2): Characteristics of Southeast Asian Arts First Edition, 2020 Republic Act 8293, section 176 states that: No copyright shall subsist in any work of the Government of the Philippines. However, prior approval of the government agency or office wherein the work is created shall be necessary for exploitation of such work for profit. Such agency or office may, among other things, impose as a condition the payment of royalties. Borrowed materials (i.e., songs, stories, poems, pictures, photos, brand names, trademarks, etc.) included in this module are owned by their respective copyright holders. Every effort has been exerted to locate and seek permission to use these materials from their respective copyright owners. The publisher and authors do not represent nor claim ownership over them. Published by the Department of Education Secretary: Leonor Magtolis Briones Undersecretary: Diosdado M. San Antonio Development Team of the Module Writers: Rodjie L. Canada Content Editor/s: Nenita G. Jaralve Evelyn G. Patiño Ralph Anthony P. Panique Language Editor: Fanny Y. Inumerables Illustrator: (Name) Layout Artist: (Name) Layout Editor: Charmaine L. Juvahib QA Evaluator: (For Secondary) MUSIC: Milanie M. Panique ARTS: Archie S. Gallego P.E.: Leonicel D. Caliguid & Mildred A. Coralat HEALTH: Tom Saldua & Arniel Jimena Villamente Moderator: Milanie M. Panique Management Team: Marilyn S. Andales, Ed.D., CESO V – Schools Division Superintendent Leah B. Apao, Ed.D., CESE – Asst. Schools Division Superintendent Ester A. Futalan, Ed.D. – Asst.
    [Show full text]
  • DOSEN PEMBIMBING Dr
    ARTIKEL HASIL PENELITIAN PERKEMBANGAN TARI PAKARENA GANTARANG PADA SANGGAR SENI TERATAI PASSIANA DI KECAMATAN BENTENG KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR Oleh NUR SAWANG 1582140011 DOSEN PEMBIMBING Dr. Nurlina Syahrir, M.Hum Bau Salawati, S.Pd., M.Sn PROGRAM STUDI SENI TARI JURUSAN SENI PERTUNJUKAN FAKULTAS SENI DAN DESAIN UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR 2019 ABSTRACT Nur Sawang, 2019. The Development of Pakarena Gantarang Dance at Passiana Lotus Art Studio in Benteng District, Selayar Islands Regency, Thesis, Faculty of Art and Design, Makassar State University. This study answers the problem of the Development of the Pakarena Gantarang Dance in Passiana Lotus Art Studio in Benteng District of Selayar Islands Regency, namely: (1) How to Present the Presentation of the Pakarena Gantarang Dance in the Passiana Lotus Studio in Benteng District, Selayar Islands Regency, (2) How the Development of Pakarena Gantarang Dance at Passiana Lotus Studio in Benteng District, Selayar Islands Regency). This study is a qualitative study consisting of exposures that explain and interpret data obtained from different sources, as well as descriptive forms that only describe or present what they are about the Pakarena Gantarang Dance at the Passiana lotus studio in Benteng District, Selayar Island District. Data collection techniques used are: (1) literature study, (2) observation, (3) Interviews (4) documentation. The results of the development of the Pakarena Gantarang Dance at the Passiana Lotus Art Studio in Benteng Subdistrict, Selayar Islands Regency (1) there are 7 Variations of Motion covering (a) the structure of respect to the motion of dance, (b) Pakarena dance dancers consist of 5 to 7 dancers (c ) accompanied by akkelong sung by musicians and external music such as gongs, drums and flutes.
    [Show full text]
  • IEEE Paper Template in A4 (V1)
    49 M. Hamidi, Desain dan Aplikasi Busana Baju Melayu Riau Kekinian untuk Penjahit Tradisional DESAIN DAN APLIKASI BUSANA BAJU MELAYU RIAU KEKINIAN UNTUK PENJAHIT TRADISIONAL M.Hamidi1, Hutomo Atman Maulana2 1Sarjana Terapan Administrasi Bisnis Internasional, Politeknik Negeri Bengkalis, [email protected] 2Sarjana Terapan Administrasi Bisnis Internasional, [email protected] ABSTRAK Abstrak: Desain dan aplikasi busana melayu Riau kekinian ini memilik target yang ingin dicapai terutama dari segi produksi yaitu desain busana melayu Riau yang kekinian dan aplikasi desain serta busana pelengkap yang siap pakai serta pemilihan bahan yang digunakan. Dalam pengabdian ini fasilitas yang didapatkan mitra adalah mendesain busana atau pakaian melayu yang kekinian, pelatihan dan pemahaman untuk mengenal macam-macam dan cara membuat tanjak serta kain sampin yang ready to wear (siap pakai) dan pemahaman bagaimana memilih bahan yang digunakan untuk mengaplikasikan busana atau pakaian melayu yang kekinian. Metode yang akan digunakan dalam mencapai tujuan tersebut adalah melalui pelatihan dan pendampingan yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan mitra. Desain dan aplikasi busana melayu Riau kekinian ini didukung tim pakar dengan kepakaran dan keahlian dibidangnya masing-masin. Keluaran dari pengabdian ini adalah desain busana melayu yang kekinian serta aplikasi dari desain tersebut dan pelengkap busana Kata Kunci: desain,melayu, busana/pakaian,busana pelengkap, kekinian Abstract: The current Riau Malay clothing design and application has
    [Show full text]