Ketoprak, Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Di Sumatera Utara: Pengembangan Dan Keberlanjutannya

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Ketoprak, Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Di Sumatera Utara: Pengembangan Dan Keberlanjutannya Ketoprak, Seni Pertunjukan Tradisional Jawa di Sumatera Utara: Pengembangan dan Keberlanjutannya Torang Naiborhu, Nina Karina Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara Jalan Universitas No. 19 Medan Email: [email protected] ABSTRACT Ketoprak (Ketoprak Dor) is a Javanese art performance found in North Sumatera which was originated from Surakarta, Central Java. The performance combines dialogue, drama, dance, and music. It is performed on stage, taking stories about history, old kingdom, fairy tale, daily life, and others with an interspersed joke. Data collection is collected through observation and interviews with the ketoprak artists, owners of the studio, and the spectators, and a documentation study. The data is analyzed by qualitative analysis technique using performing art theory, ethnomusicology, and history. The results are, fi rst, ketoprak in North Sumatera began to be slowly abandoned despite the adoption of local culture in music, story, clothing, as well as vocabularies used. Second, for its development, it requires strategies for the survival of the performing art among its audiences, particularly Javanese community. Keywords: Ketoprak Dor, ketoprak in North Sumatra, developing ketoprak, art performance ABSTRAK Ketoprak (Ketoprak Dor) adalah seni pertunjukan Jawa di Sumatera Utara yang ber- asal dari Surakarta, Jawa Tengah. Pementasannya menggunakan dialog, drama, tarian, dan musik. Ketoprak dipertunjukkan di atas panggung dengan mengambil cerita sejarah, kera- jaan, dongeng, kehidupan sehari-hari, dan lainnya dengan diselingi lawak. Pengumpulan data dilakukan melalui pengamatan dan wawancara kepada seniman ketoprak, pemilik sanggar, dan masyarakat pengguna, serta studi dokumentasi, dan hasilnya dianalisis de- ngan teknik analisis kualitatif menggunakan teori seni pertunjukan, etnomusikologi, dan metode sejarah. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa ketoprak di Sumatera Utara se- cara perlahan mulai ditinggalkan walaupun telah mengadopsi budaya setempat dalam hal musik, cerita, busana, atau tata bahasa yang dipakai. Untuk pengembangannya diperlukan upaya-upaya strategis agar seni pertunjukan ini dapat bertahan dan tetap diminati oleh masyarakat, khususnya komunitas Jawa. Kata kunci: Ketoprak Dor, ketoprak di Sumatra Utara, pengembangan ketoprak, seni pertunjukan Panggung Vol. 28 No. 4, Desember 2018 483 PENDAHULUAN tera Utara dengan berbagai kesenian yang Penelitian tentang ketoprak (Ketoprak mereka bawa dari daerah asalnya, seperti Dor) di Sumatera Utara, khususnya di Ta- wayang kulit, kuda kepang, ludruk, reog, nah Deli telah dilakukan oleh Tutiek Sugi- dan ketoprak (Heristina Dewi, 2016: 140). arti (1989), Panji Suroso (2012), dan Selamat Munculnya grup-grup ketoprak di per- Hariadi (2015). Penelitian Sugiarti yang di- kebunan Sumatera Timur diperkirakan se- tuangkan dalam skripsi berjudul Ketoprak kitar tahun 1920-an, dan sejak saat itulah, Dor: Perkembangan, Fungsi, dan Tantangan- kesenian ini diwariskan dari generasi ke nya di Sumatera Utara (1920-1985) mengkaji generasi dengan beberapa perubahan se- asal-usul ketoprak di Sumatera Utara, pe- suai dengan perkembangan budaya. Pihak ngaruh Melayu pada ketoprak, fungsinya, kolonial juga mengizinkan keberadaan dan tantangan terhadap perkembangan masa berbagai jenis hiburan tersebut agar para kini dan mendatang. buruh tetap betah, lalu dengan demikian Dijelaskan oleh Sugiarti (1989: 28-30) tenaganya dapat dimanfaatkan secara te- bahwa panen perdana tembakau di tanah rus-menerus (Sugiarti, 1989: 35; Said, 1990: Deli pada tahun 1865 membawa sukses 27, 90, 93, 100).1 dan menjadi perbincangan di Eropa karena Panji Suroso, dalam bukunya yang ber- kualitasnya yang sangat baik. Ned Han- judul Ketoprak Dor di Helvetia (2012) meng- del Mij, sebuah bank Belanda, kemudian kaji tentang fenomena percampuran budaya mendirikan perseroan terbatas yang diberi pada pertunjukan Ketoprak Dor di Kelurah- nama Deli Maatschappij di tanah Deli. Be- an Helvetia Medan. Dikatakan bahwa pertun- berapa maskapai lain pun segera membuka jukan Ketoprak Dor tidak berdasar kepada perkebunan baru di daerah ini. Michael van naskah tertulis, tetapi lebih kepada ingatan Langenberg (1976: 95) mengatakan bahwa saja. Oleh sebab itu, improvisasi dalam per- sukses panen perdana tersebut segera tunjukan menjadi hal yang sangat lumrah. mengubah daerah ini menjadi het dollar Dialog maupun monolog menggunakan ba- landsch dengan mendirikan 17 perkebunan hasa Jawa campuran, dan bahasa Jawa ngoko. tembakau pada tahun 1863, dan meningkat Karakter tokoh yang diperankan diekspresi- menjadi 76 pada tahun 1884. kan dengan dukungan gerak tari dan musik Meningkatnya jumlah perkebunan ter- yang sudah bercampur dengan budaya se- sebut diikuti pula dengan lonjakan produk- tempat (2012: 65-66). Penyebab lainnya, yaitu si yang didukung oleh tenaga kerja (buruh faktor sejarah, transmisi, kreativitas yang dan kuli) yang memadai. Buruh yang di- tercipta, interaksi budaya, perkembangan datangkan untuk memenuhi kebutuhan zaman, dan teknologi (2012: 103). tersebut salah satunya ialah orang-orang Penelitian Selamat Hariadi (2015) dalam Jawa. Jumlahnya pada tahun 1884, seki- skripsi yang berjudul Studi Deskriptif Ketoprak tar 1.771 kuli, tahun 1900 mencapai 25.224 Dor pada Upacara Adat Perkawinan Jawa di Ke- jiwa, dan meningkat terus pada tahun-ta- lurahan Jati Makmur, Kecamatan Binjai Utara, hun berikutnya (Reid, 1987: 85). Pada ta- Kota Binjai menyoroti tentang deskripsi pe- hun 1929, kuli Jawa di perkebunan Suma- nyajian, dan fungsi pertunjukan Ketoprak tera Timur telah mencapai 239.281 jiwa, Dor pada upacara adat perkawinan Jawa dan pada tahun 1930 total penduduk Jawa di Kota Binjai, Sumatera Utara. Dijelaskan di daerah ini telah mencapai 589.836 jiwa bahwa penyajian ketoprak pada upacara atau 35% dari total penduduk Sumatera ini, yaitu pada malam hari pukul 21.00 WIB Timur (Naiborhu, 2016: 22). Pada saat ini, hingga dini hari, pukul 04.00 WIB. Fungsi masyarakat Jawa telah tersebar di Suma- utamanya adalah sebagai tontonan dan Naiborhu, Karina: Ketoprak, Seni Pertunjukan Tradisional Jawa di Sumatera Utara 484 sarana penyampai pesan berisi tuntunan dalam kesenian dapat berasal dari dalam hidup bagi mempelai dan penonton yang lingkungan kebudayaan atau internal, dan menyaksikannya. juga dapat berasal dari luar kebudayaan atau eksternal. Perubahan secara internal METODE dilakukan oleh pelaku-pelaku kebudayaan Data yang diperoleh dalam tulisan ini itu sendiri, sedangkan perubahan eksternal berasal dari dua sumber, yaitu data primer merupakan perubahan yang timbul akibat dan sekunder. Data primer diperoleh me- pengaruh dari luar lingkup kebudayaan lalui wawancara mendalam (in-depth in- tersebut. terview) dan pengamatan berperan serta Metode sejarah yang digunakan, yaitu (participant observation) yang diikuti dengan heuristik, kritik, interpretasi, dan historio- diskusi kelompok terfokus (focus group dis- grafi . Penelitian diawali dengan mengum- cussion). Kelengkapan untuk memperoleh pulkan berbagai sumber data terkait de- data tersebut menggunakan kamera video, ngan masalah yang diteliti, yaitu sumber foto, dan tape recorder. tertulis untuk tujuan merekonstruksi masa Seleksi informan didasarkan pada pe- lalu (Kartodirdjo, 1982). ngelompokan informan kunci yang menca- kup: pemilik grup kesenian untuk mendapat- HASIL DAN PEMBAHASAN kan data tentang eksistensi dan manajemen Seni Pertunjukan Ketoprak di Sumatera Utara grup ketoprak; para pemain ketoprak un- Salah satu kesenian Jawa yang masih tuk mendapatkan informasi perihal lakon, bertahan di luar wilayah asalnya adalah ke- perannya sebagai aktor dan aktris; pe- toprak, yaitu seni teater yang menggunakan nanggap untuk mendapatkan alasan dan dialog, drama, tarian, dan musik. Ketoprak latar belakang mengundang ketoprak; dan digelar di sebuah panggung dengan me- penonton untuk mendapatkan informasi ngambil cerita sejarah, kerajaan, dongeng, kesan-kesan dan harapan yang diinginkan kehidupan sehari-hari, dan lainnya dengan dari pertunjukan ketoprak. Jumlah infor- diselingi lawak (Subanar, 2006). man tidak dibatasi sepanjang data yang Sejak kedatangannya hingga tahun 1980- dibutuhkan masih diperlukan. an di Sumatera Utara, khususnya Sumatera Ti- Data sekunder diperoleh melalui buku- mur, pertunjukan ketoprak sudah mengadopsi buku, dokumen, kegiatan-kegiatan organi- kisah-kisah masyarakat dan cerita-cerita sasi, catatan-catatan administrasi organisa- setempat, khususnya Melayu. Besarnya pe- si, dan sebagainya. Kedua jenis data tersebut ngaruh Melayu terlihat pada hampir se- kemudian dianalisis melalui teknik analisis luruh pertunjukan, baik tata rias, kostum, kualitatif dengan menggunakan teori seni nyanyian, tarian, musik, maupun cerita. pertunjukan, etnomusikologi, dan metode Patut diduga, pengaruh ini terjadi karena sejarah. Teori seni pertunjukan dari Milton populernya kesenian Melayu pada saat Singer (dalam Murgianto, 2003) dipakai un- itu melalui onderneming-onderneming yang tuk mengkaji aspek pertunjukan, meliputi: tumbuh dengan pesat. Bersamaan dengan waktu yang terbatas, awal dan akhir, teror- itu, masa keemasan kesenian Melayu juga ganisir, adanya pemain, penonton, tempat, berkembang dengan pesat, seperti pertun- dan kesempatan untuk mempertunjukkan- jukan makyong, teater bangsawan atau pun nya. Sementara itu, teori etnomusikologi lagu-lagu Melayu. Alan P. Merriam (1964: 172) dipakai untuk Saat ini, pengaruh lainnya tampak pada mengkaji faktor-faktor penyebab perubah- kostum, tari-tarian, musik, dan tembang an kesenian. Dikatakan bahwa perubahan (nyanyian)
Recommended publications
  • Pantun in the Text of Nyanyian Lagu Melayu Asli (NLMA)
    Harmonia: Journal of Arts Research and Education 18 (1) (2018), 97-106 p-ISSN 2541-1683|e-ISSN 2541-2426 Available online at http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/harmonia DOI: 10.15294/harmonia.v18i1.15524 Pantun in the text of Nyanyian Lagu Melayu Asli (NLMA) Tengku Ritawati Department of Drama, Dance and Music Education, Universitas Islam Riau, Indonesia Received: December 13, 2017. Revised: April 23, 2018. Accepted: June 10, 2018 Abstract The purpose of this study is to understand the role of pantun in the text of Nyanyian Lagu Melayu Asli (NLMA). By using critical descriptive method accompanied by implementation of content analysis theory, the author conducted literature studies (literature studies), namely activities re- lating to compilation and critical analysis of literature data, such as books, magazines, docu- ments, historical stories and etc. The results of the study found that Pantun is an old Malay poetry work that is not only full of meaning but also solid with its beauty value. Values of beauty can perceived if we are sensitive and susceptible with structure and language style a pack of Pantun. The other result of this study found the functionality of the origin creation of Pantun associated with; (1) commoners who created pantun through their own living experiences, (2) wise people who issued wise words from their contemplation and (3) wise verses from the holy book, namely the Qur‟an. The most important research results above all of them are: 1). Pantun as a literary art, which has fulfilled the provisions as one of the highest art works of the Malay heritage.
    [Show full text]
  • Analisis Pertunjukan Ronggeng Melayu Oleh Kumpulan Pakpung Medan Di Taman Budaya Medan
    ANALISIS PERTUNJUKAN RONGGENG MELAYU OLEH KUMPULAN PAKPUNG MEDAN DI TAMAN BUDAYA MEDAN SKRIPSI DIKERJAKAN O L E H DEVI PERMATA SARI BR SITUMORANG NIM: 150707021 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA PROGRAM STUDI ETNOMUSIKOLOGI MEDAN 2019 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ii UNIVERSITAS SUMATERA UTARA iii UNIVERSITAS SUMATERA UTARA iv UNIVERSITAS SUMATERA UTARA PERNYATAAN Dengan ini saya nyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis disebutkan dalam daftar pustaka. Medan, 27 Desember 2019 Devi Permata Sari Br Situmorang NIM 150707021 v UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ABSTRAK Penelitian ini berjudul Analisis Pertunjukan Ronggeng Melayu di Taman Budaya Medan. Ronggeng Melayu adalah sebuah pertunjukan kesenian Melayu yang melibatkan tari, sastra, dan musik. Kekayaan tradisi musikal, ungkapan-ungkapan dalam pantun, gerakan yang berkembang dalam ronggeng adalah “kontribusi” multikultur yang melatari perjalanan sejarah Ronggeng Melayu sebagai kesenian rakyat. Di Sumatera Utara, khususnya Medan, kesenian Pak Pung disebut juga sebagai Ronggeng Melayu. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif bersifat deskriptif yang dikemukakan oleh Alan P Merriam dalam buku nya “ The Antropology of Music”. Di dalam proses penelitian ini, penulis akan mengawalinya dengan studi pustaka, dan studi lapangan, meliputi pengamatan terlibat, wawancara serta melakukan rekaman lapangan, dan melakukan analisa untuk menuliskan laporan akhir.Teori yang dipakai untuk meneliti kajian ini adalah teori yang di kemukakan oleh Milton Singer bahwa seni pertunjukan memiliki sebagai ciri-ciri berikut : (1) waktu pertunjukan yang terbatas, (2) mempunyai awal dan akhir, (3) acara kegiatan yang terorganisir, (4) sekelompok pemain, (5) sekelompok penonton, (6) tempat pertunjukan, dan (7) kesempatan untuk mempertunjukan.
    [Show full text]
  • Profil Penerima
    Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Profil Penerima ANUGERAH KEBUDAYAAN DAN PENGHARGAAN MAESTRO SENI TRADISI 2 17 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2017 Profil Penerima ANUGERAH KEBUDAYAAN DAN PENGHARGAAN MAESTRO SENI TRADISI 2017 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2017 Untuk kalangan sendiri Tidak untuk diperjualbelikan i TIM PENYUSUN PROFIL PENERIMA PENGHARGAAN KEBUDAYAAN TAHUN 2017 Pengarah: Nadjamuddin Ramly Penanggung Jawab: Yayuk Sri Budi Rahayu Penulis: Binsar Simanullang Dewi Nova Wahyuni Retno Raswati Willy Hangguman Mohamad Atqa Aan Rukmana Desy Wulandari Frans Ekodhanto Purba Dita Darfianti Yusuf Susilo Rini Suryati Hilmi Setiawan Dian Warastuti Kameramen: Saiful Mujab Simbul Sagala Moch. Saleh M. Rully Agus Purna Irawan Fotografer: Dede Semiawan Rachmat Gunawan Yoki Rendra P. Editor: Kenedi Nurhan Sekretariat dan Pengolah Data : Richard Antoni Rizky Ernandi Jatmiko Hari Wibowo Haris Dwijayanto Liza Ariesta Yohanes Redi Luciano Layout & Desain Cover: Tasman ii KATA PENGANTAR Kalaulah bukan karena tinta Takkan kugubah sebuah puisi Kalaulah bukan karena cinta Takkan bersua pada Anugerah Kebudayaan ini Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Saat ini pengaruh globalisasi dan media informasi sangat dahsyat menerpa kehidupan kita. tanpa proses penyaringan tanpa peresapan yang matang akan berakibat pada perubahan sikap dan perilaku yang mempengaruhi karakter dan budaya bangsa. Bertolak dari situasi ini, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Cq Direktorat Warisan Dan Diplomasi Budaya, telah memfokuskan program-program kegiatannya pada arah penguatan karakter bangsa, dengan melakukan penanaman dan persemaian atau internalisasi nilai–nilai budaya. Penganugerahan kebudayaan yang kita lakukan setiap tahun adalah salah satu bentuk penguatan karakter bangsa, dengan melakukan penanaman dan persemaian atau internalisasi nilai – nilai budaya.
    [Show full text]
  • Tradisi Lisan Malam Berinai Pada Masyarakat Melayu Tanjung Balai
    TRADISI LISAN MALAM BERINAI PADA MASYARAKAT MELAYU TANJUNG BALAI DISERTASI Oleh LELA ERWANY NIM: 108107015 PROGRAM DOKTOR (S3) LINGUISTIK FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA TRADISI LISAN MALAM BERINAI PADA MASYARAKAT MELAYU TANJUNG BALAI DISERTASI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor dalam Program Doktor Linguistik pada Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara di bawah pimpinan Rektor Sumatera Utara Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH., M.Hum. untuk dipertahankan dihadapan sidang Terbuka Senat Universitas Sumatera Utara Oleh LELA ERWANY NIM: 108107015 Program Doktor (S3) Linguistik FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Judul Disertasi : TRADISI LISAN MALAM BERINAI PADA MASYARAKAT MELAYU TANJUNG BALAI Nama Mahasiswa : Lela Erwany Nomor Pokok : 108107015 Program Studi : Doktor (S3) Linguistik Menyetujui Komisi Pembimbing (Prof. Dr. Ikhwanuddin Nasution, M.Si.) Promotor (Prof. Dr. Robert Sibarani, M.S.) (Dr. Muhammad Takari, M.Hum.) Co-Promotor Co-Promotor Ketua Program Studi Dekan (Prof.T. Silvana Sinar, M.A.,Ph.D.) (Dr. Budi Agustono, M.S.) Tanggal Lulus: UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Diuji pada Ujian Disertasi Terbuka (Promosi) Tanggal: PANITIA PENGUJI DISERTASI Pemimpin Sidang: Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH., M.Hum. (Rektor USU) Ketua : Prof. Dr. Ikhwanuddin Nasution, M.Si. (USU Medan) Anggota : Prof. Dr. Robert Sibarani, M.S. (USU Medan) Dr. Muhammad Takari, M.Hum. (USU Medan) Prof. T. Silvana Sinar, M.A., Ph.D. (USU Medan) Dr. Rahimah, M.Ag. (USU Medan) Dr. Asmyta Surbakti, M.Si. (USU Medan) Dr. T. Thyrhaya Zein, M.A. (USU Medan) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA TIM PROMOTOR Prof. Dr. Ikhwanuddin Nasution, M.Si.
    [Show full text]
  • Print This Article
    Gondang: Jurnal Seni dan Budaya, 5 (1) (2021): 40-52 DOI: https://doi.org/10.24114/gondang.v5i1.20964 Gondang: Jurnal Seni dan Budaya Available online http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/GDG Menghidupkan Identitas Kepulauan Riau Melalui Seni Tari Tradisional To Bring Riau Islands Identity to Life Through Traditional Dance Nur Sekreningsih Marsan 1) & Mia Juliana Siregar 2* 1)Program Studi Seni Tari, Fakultas Seni, Universitas Universal, Indonesia 2) Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Universal, Indonesia Diterima: 28 November 2020; Direview: 11 Januari 2021; Disetujui: 21 Februari 2021 Abstrak Artikel ini dibuat dengan tujuan melihat sejauh mana identitas Kepulauan Riau melalui seni tarian yang dikenal di masyarakat dan mencoba menghidupkan identitas tarian tradisional melalui dokumentasi gerak tarian itu sendiri. Sehingga, masalah pada penelitian ini difokuskan pada gerak tarian tradisional yang memang menjadi identitas pengenal Kepulauan Riau, yaitu gerak tarian melayu. Penelitian ini dilakukan dengan menggali akar tarian tadisi dari pelaku seni secara langsung melalui interview dan mendokumentasikannya. Melalui pengumpulan informasi gerakan tarian kemudian didokumentasikan supaya dapat dilihat atau dibaca oleh semua masyarakat. Sehingga tari tradisional sebagai identitas Kepulauan Riau terdokumentasi dengan baik. Berdasarkan hasil penilaian rersponden, 61% menyatakan mengetahui dan mengenal tarian tradisi Kepulauan Riau, sisanya menyatakan bahwa kurang mengetahui tari tradisi. Pertunjukkan seni hanya
    [Show full text]
  • 2019 Jamalludin Nur Izzati 1567945 Ethesis
    This electronic thesis or dissertation has been downloaded from the King’s Research Portal at https://kclpure.kcl.ac.uk/portal/ The origin, evolution and future of Mek Mulung a state heritage status and beyond Jamalludin, Nur Izzati Awarding institution: King's College London The copyright of this thesis rests with the author and no quotation from it or information derived from it may be published without proper acknowledgement. END USER LICENCE AGREEMENT Unless another licence is stated on the immediately following page this work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-NoDerivatives 4.0 International licence. https://creativecommons.org/licenses/by-nc-nd/4.0/ You are free to copy, distribute and transmit the work Under the following conditions: Attribution: You must attribute the work in the manner specified by the author (but not in any way that suggests that they endorse you or your use of the work). Non Commercial: You may not use this work for commercial purposes. No Derivative Works - You may not alter, transform, or build upon this work. Any of these conditions can be waived if you receive permission from the author. Your fair dealings and other rights are in no way affected by the above. Take down policy If you believe that this document breaches copyright please contact [email protected] providing details, and we will remove access to the work immediately and investigate your claim. Download date: 04. Oct. 2021 THE ORIGIN, EVOLUTION AND FUTURE OF MEK MULUNG: A STATE HERITAGE STATUS AND BEYOND Nur Izzati Jamalludin Submitted in fulfilment for the requirements for the degree of Doctor of Philosophy at King’s College London May 2019 1 Abstract This research was carried out to trace the development of Mek Mulung, a dance- drama which is native solely to the village of Wang Tepus, Kedah in peninsular Malaysia.
    [Show full text]
  • SPAFA Digest 1990, Vol 11, No 1
    44 The Dynamics of the Singapore Malay Dance : A Preliminary Study Dr Chua Soo Pong Tari Tempurung (Coconut Shell Dance) by Sriwana,the most prominent Malay Cultural group in Singapore.The dance shows young lovers dancing happily with coconut shells. 45 AIthough Malays form only organizing of activities by Malay Redjang, Batak, Orang Asli, Javanese, 14.6 per cent of the total population cultural groups, providing opportunity Baweanese or other groups gradually of 2.6 million in Singapore, Malay to listen to discussions on dance, faded away and the court traditions dance has, since the 1950s, become culture and ideas and to observe the of Java, Sumatra or Malaya also one of the three components of the informal interaction among the acti- gradually became irrelevant. But at national dance used as a major vities behind the scene. least these early Malay immigrants cultural symbol. shared the same Malay language and the same religion, Islam. Being a The other minority group, the Cultural Background of the Malay Community in Singapore minority and predominantly a social Indians, in actual fact, make up an group without economic power, even smaller percentage, 6.4 in the Malay is a term used to refer to the Malays did not have many 1980 Singapore census. However, extravagant theatrical forms as Indian dance, together with Chinese a large group of people, in the Southeast Asian region, who settled compared to the ballet, concerts of and Malay dance forming an entity, the Europeans, Indian Dance or was launched during the anti-yellow in Singapore. Whether they are Minangkabau, Redjang, Batak, Chinese Opera.
    [Show full text]
  • Rangkuman Tema Iii Makanan Sehat
    RANGKUMAN TEMA III MAKANAN SEHAT NAMA : ________________________________________________ KELAS / NO. ABSEN: _______________/_______________ RANGKUMAN TEMA 3 “MAKANAN SEHAT” PPKn KD 3.3 Keberagaman Indonesia - Semboyan negara Indonesia adalah Bhinneka Tunggal Ika yang artinya walaupun berbeda-beda tetapi tetap satu. - Perbedaan dapat menjadi penyebab terjadinya perpecahan sehingga kita harus dapat menghormati perbedaan-perbedaan tersebut. - Keberagaman yang dimiliki oleh Indonesia misalnya keberagaman agama, ras, suku bangsa, dan budaya. - Keberagaman di Indonesia dipengaruhi oleh letak geografis, kondisi alam di wilayah Indonesia, dan bentuk negara Indonesia sebagai Negara Kepulauan. Keberagaman adat - Adat istiadat adalah kebiasaan yang mengikat masyarakat dan berlangsung dalam jangka waktu cukup lama. Tujuannya untuk mengatur tata tertib dalam masyarakat. - Contoh upacara adat: 1. Upacara Rambu Solo di Tana Toraja merupakan upacara adat untuk penghormatan terakhir sekaligus mengantar orang tercinta yang telah meninggal dunia menuju ke alam baka. 2. Upacara Ngaben salah satu upacara yang dilakukan umat Hindu di Bali. Upacara Ngaben merupakan upacara pembakaran jenazah. Simbol untuk menyucikan roh orang yang telah meninggal. 3. Upacara Sisingaan adalah suatu kesenian khas masyarakat Sunda (Jawa Barat) yang menampilkan 2-4 boneka singa yang diusung oleh para pemainnya sambil menari. Di atas boneka singa yang diusung itu biasanya duduk seorang anak yang akan dikhitan atau seorang tokoh masyarakat. 4. Upacara Kasada di Jawa Timur adalah upacara mempersembahkan sesaji di kawah Gunung Bromo yang dilakukan oleh masyarakat suku Tengger sebagai rasa syukur. 5. Lompat Batu di Pulau Nias adalah upacara yang dilakukan suku Nias yang menandakan bahwa seorang lak-laki dianggap sudah dewasa. Kelas V SD Talenta Semester 1 2020-2021: Tema 3 Makanan Sehat 2 6.
    [Show full text]
  • Studi Deskriptif Pertunjukan Makyong Cerita Puteri Bungsu
    STUDI DESKRIPTIF PERTUNJUKAN MAKYONG CERITA PUTERI BUNGSU KARYA DRA.HJ.TENGKU SITA SYARITSA PADA HIMPUNAN SENI DAN BUDAYA SRI INDERA RATU MEDAN SKRIPSI SARJANA Dikerjakan O L E H NAMA : AGUSTINA ARIATA GINTING NIM : 130707044 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA JURUSAN ETNOMUSIKOLOGI MEDAN 2017 Universitas Sumatera Utara PENGESAHAN STUDI DESKRIPTIF PERTUNJUKAN MAKYONG CERITA PUTERI BUNGSU KARYA DRA.HJ.TENGKU SITA SYARITSA PADA HIMPUNAN SENI DAN BUDAYA SRI INDERA RATU MEDAN Skripsi Sarjana Dikerjakan Oleh NAMA : AGUSTINA ARIATA GINTING NIM : 130707044 Disetujui Oleh Pembimbing I Pembimbing II Drs. Fadlin, M.A. Arifninetrirosa, SST, M.A. NIP. 196102201989031003 NIP. 196502191994032002 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA JURUSAN ETNOMUSIKOLOGI MEDAN 2017 Universitas Sumatera Utara DISETUJUI OLEH JURUSAN ETNOMUSIKOLOGI FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN MEDAN JURUSAN ETNOMUSIKOLOGI KETUA Arifninetrirosa SST., M.A NIP. 196502191994032002 Universitas Sumatera Utara KATA PENGANTAR Segala Puji dan Syukur senantiasa penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala kemurahan Kasih-Nya yang selalu menyertai perjalanan hidup penulis sampai pada hari ini. Dan atas segala pertolongan-Nya yang luar biasa sehingga penulis dapat menyusun sebuah tulisan skripsi sarjana dengan judul :STUDI DESKRIPTIF PERTUNJUKAN MAKYONG CERITA PUTERI BUNGSU KARYA DRA.HJ.TENGKU SITA SYARITSA PADA HIMPUNAN SENI DAN BUDAYA SRI INDERA RATU MEDAN.Ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Jurusan Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara. Dalam penulisan skripsi ini banyak pihak yang mendukung dan membantu dalam setiap proses yang dilalui penulis. Penulis juga mengucapkan terimakasih yang sebesar- besarnya kepada Bapak Drs.Fadlin,M.A selaku dosen pembimbing I. Beliau dengan senang hati memberikan segala arahan dan informasi kepada saya, beliau mengerti dikala saya sedang mempunyai kesibukan sehingga untuk beberapa waktu, skripsi ini sempat tidak berjalan.
    [Show full text]
  • Musical Practice of Malay 'Traditional'
    ARTICLE Musical Practice of Malay ‘traditional’ forms Malay Community Much has been written about the little that is known about pre 19 th century Singapore, among the recent works being the Singapore History Museum's Early Singapore 1300s - 1819: Evidence in Maps, text and Artefacts . However, references to music can be found in the classical Malay text Sejarah Melayu (Malay Annals) that traces the origins and descent of Malay royalty. Although the Sejarah Melayu is a work belonging to more traditional literary genre than history, it nevertheless provides some clue to what type of music could have been performed and heard in prior to the arrival of the British. Here, mention is made of the queen of Bintan, Iskandar Shah who is said to have been the first to use or instituted the nobat , which refers to both a drum as well as a royal orchestra that performs during a ruler's coronation, Bagindalah yang pertama nobat, maka diturut oleh segala raja-raja yang di bawah angin ini. 1 The significance of the nobat lies in that it is believed that the ruler will not be accepted unless the nobat is played. More interestingly however, according to the Sejarah Melayu , Iskandar Shah was the mother of Sang Nila Utama, the founder of Singapore. 2 Excavations by historian and archaeologist John Miksic however has not revealed any musical instruments although Miksic does mention the limitation of his work owing to extraneous factors. Miksic also points out objects that have yet to be identified. Nevertheless, he does however suggest that Fort Canning was once the site of religious activity, craftsmen's workshops and a palace.
    [Show full text]
  • The Intangible Cultural Heritage Issue
    NO. 41 VOLUME 13 ISSUE 01 THE INTANGIBLE CULTURAL HERITAGE ISSUE Did you know that people used to dig for remis (clams in Malay) on the shores of the eastern coast using their hands or wooden spatulas? For more stories about the east coast, explore the #BedokHeritageTrail at Roots.sg. FOREWORD ingapore may be a young nation, but the traditional, cultural and PUBLISHER religious practices that represent our diverse society reach deep into antiquity. Tese practices, both communal and individual, are key Selements of our Intangible Cultural Heritage (ICH). With Singapore having ratifed the UNESCO convention to safeguard ICH in 2018 and having National Heritage Board nominated Hawker Culture to the UNESCO Representative List of ICH, 61 Stamford Road, #03-08, Stamford Court, MUSE SG is launching a two-part series that uncovers the various ICH Singapore 178892 practices in Singapore. CHIEF EXECUTIVE OFFICER In this frst issue, the National Heritage Board has partnered with students Chang Hwee Nee from the National University of Singapore’s History Society to jointly explore DEPUTY CHIEF EXECUTIVE seven traditions and cultural practices in Singapore. Alvin Tan (Policy & Community) We begin the issue with an introduction that delves into the diferent forms MUSE SG TEAM Director, Education & Community Outreach of ICH and how these cultural expressions have, over time, become part of Wai Yin Pryke our cultural identity as Singaporeans. Moving on to our feature article on Malay dance, we examine the wide-ranging cultural and artistic traditions that Editors this genre encompasses. Having evolved from court and kampong as well as Norsaleen Salleh Stefanie Tam incorporating infuences from across the globe, innovation forms an intrinsic Nicholas Yeo part of this art form.
    [Show full text]
  • Kebudayaan Tradisional Teater Makyong Cerita Putri Ratna Sebagai Media Pembelajaran Sastra Di Sma
    KEBUDAYAAN TRADISIONAL TEATER MAKYONG CERITA PUTRI RATNA SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA Anisah Kartika Putri , Suyitno, Muhammad Rohmadi Pascasarjana Pendidikan Bahasa Indonesia FKIP Universitas Sebelas Maret Abstrak Tujuan dari penelitian ini untuk menggambarkan tentang unsur-unsur yang terdapat dalam teater makyong “Cerita Putri Ratna” sebagai media pembelajaran sastra. Data dari penelitian ini berupa dokumen. Dokumen yang digunakan sebagai sumber data dalam penelitian ini adalah hasil telaah dokumen dari perpustakaan kerajaan Melayu yang berada di daerah Sumatera Utara. Sumber data dalam penelitian ini adalah (a) informan, (b) dokumen, (c) video Teater Makyong “cerita Putri Ratna”. Analisis data yang digunakan adalah dengan metode analisis interaktif. Berdasarkan hasil dari kajian terdapat lima pembahasan pokok yaitu (1) struktur/ alur cerita dari kisah putri ratna, (2) Tokoh-Tokoh Dalam Cerita Putri Ratna, (3) makna dan fungsi dari setiap lagu yang dimainkan dalam cerita putri ratna, (4) fungsi tarian yang digunakan atau ditarikan dalam cerita putri ratna, (5) makna dan fungsi dari setiap karakter topeng yang digunakan oleh tokoh dalam cerita putri ratna, (6) implementasinya dengan pembelajaran sastra di SMA. Kata kunci: teater makyong, cerita putri ratna, pembelajaran sastra Abstract The purpose of this study was to learn about the no-no in makyong theater "The Story of Putri Ratna" as a medium for learning literature. Data from this study are documents. The document used as a source of data in this study is the result of a review of documents from the Malay royal library in the North Sumatra region. The data sources in this study are (a) informants, (b) documents, (c) Teater Makyong videos "the story of Putri Ratna".
    [Show full text]