Kebudayaan Tradisional Teater Makyong Cerita Putri Ratna Sebagai Media Pembelajaran Sastra Di Sma

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Kebudayaan Tradisional Teater Makyong Cerita Putri Ratna Sebagai Media Pembelajaran Sastra Di Sma KEBUDAYAAN TRADISIONAL TEATER MAKYONG CERITA PUTRI RATNA SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA Anisah Kartika Putri , Suyitno, Muhammad Rohmadi Pascasarjana Pendidikan Bahasa Indonesia FKIP Universitas Sebelas Maret Abstrak Tujuan dari penelitian ini untuk menggambarkan tentang unsur-unsur yang terdapat dalam teater makyong “Cerita Putri Ratna” sebagai media pembelajaran sastra. Data dari penelitian ini berupa dokumen. Dokumen yang digunakan sebagai sumber data dalam penelitian ini adalah hasil telaah dokumen dari perpustakaan kerajaan Melayu yang berada di daerah Sumatera Utara. Sumber data dalam penelitian ini adalah (a) informan, (b) dokumen, (c) video Teater Makyong “cerita Putri Ratna”. Analisis data yang digunakan adalah dengan metode analisis interaktif. Berdasarkan hasil dari kajian terdapat lima pembahasan pokok yaitu (1) struktur/ alur cerita dari kisah putri ratna, (2) Tokoh-Tokoh Dalam Cerita Putri Ratna, (3) makna dan fungsi dari setiap lagu yang dimainkan dalam cerita putri ratna, (4) fungsi tarian yang digunakan atau ditarikan dalam cerita putri ratna, (5) makna dan fungsi dari setiap karakter topeng yang digunakan oleh tokoh dalam cerita putri ratna, (6) implementasinya dengan pembelajaran sastra di SMA. Kata kunci: teater makyong, cerita putri ratna, pembelajaran sastra Abstract The purpose of this study was to learn about the no-no in makyong theater "The Story of Putri Ratna" as a medium for learning literature. Data from this study are documents. The document used as a source of data in this study is the result of a review of documents from the Malay royal library in the North Sumatra region. The data sources in this study are (a) informants, (b) documents, (c) Teater Makyong videos "the story of Putri Ratna". Data analysis used is an interactive analysis method. Based on the results of a discussion of five main discussions, namely (1). the structure / storyline of the story of Ratna's daughter, (2) Figures in the Story of Putri Ratna, (3) the meaning and function of each song played in the story of Putri Ratna, (4) the function of the song used or narrated in the story of the princess, (5) the meaning and function of each mask character used by the characters in the story of Ratna's daughter, (6) its implementation with literary learning in high school. Keywords: makyong theater, princess ratna story, literary learning Alamat korespondensi: ISBN: 978-602-1180-99-0 Kampus UMK Gondangmanis, Bae Kudus Gd. L. lt I PO. BOX 53 Kudus Tlp (0291) 438229 Fax. (0291) 437198 E-mail: [email protected] Putri, Anisah Kartika., Suyitno, Suyitno., Rohmadi, Muhammad / Prosiding Seminar Nasional “Penguatan Muatan Lokal Bahasa dan Sastra Daerah sebagai Fondasi Pendidikan Karakter Generasi Milenial” Kudus, 20 Maret 2019 PENDAHULUAN keluarga bisa menjadi titik awal guna Makyong adalah seni teater menghidupkan kembali pengenalan tradisional masyarakat Melayu yang budaya yang ada di daerah. Bahkan, lebih pertunjukannya menggabungkan berbagai strategis bisa dikembangkan melalui unsur-unsur ritual, sandiwara, tari, musik pendidikan di lingkungan sekolah, baik dari dengan vokal atau instrument. Tokoh strata terbawah hingga perguruan tinggi utama pria dan wanita keduanya dibawakan didaerah. Meskipun demikian, sekolah oleh penari wanita dan menggunakan juga harus melihat relevansi pembentukan topeng. Pada masa awalnya perkembangan, dan penanaman nilai itu dalam konteks pertunjukan makyong diadakan sebagai kehidupan masyarakat yang lebih luas. pertunjukan untuk acara doa ucapan syukur Pada dasarnya, pendidikan karakter juga saat masa panen, acara pernikahan, ingin membantu mempersiapkan siswa agar perayaan ulang tahun raja, upacara dapat bersikap dan bertindak sesuai tatanan penyelamatan yang digunakan dalam moral dan cara berperilaku yang berlaku Pertunjukan main puteri yang merupakan bagi masyarakat setempat tanpa kehilangan upacara penyembuhan penyakit secara visi global, untuk itu pendidikan karakter tradisional. Saat ini yang masih jika ingin tetap relevan mesti menghargai melestarikan teater Makyong adalah Sinar dan mengembangkan keutamaan lokal. Budaya Group. Banyak nilai-nilai yang Friedman (2005:78) menyatakan terkandung di dalam Teater Makyong yang bahwa pendidikan karakter itu bersifat dapat dipelajari atau diterapkan disekolah, glokal (global dan lokal). Sebab, karena budaya Melayu itu sendiri budaya pendidikan karakter bersifat universal yang sangat kuat nilai islami didalamnya. karena menanamkan nilai-nilai moral yang Teater Makyong saat ini sudah hampir berlaku, pendidikan karakter bersifat lokal, punah dikalangan masyarakat melayu itu menghargai tradisi dan kultur setempat, sendiri. Hal ini disebabkan dengan sekaligus juga terbuka untuk pembaharuan, derasnya arus globalisasi menghadirkan informasi, dan pengetahuan baru yang krisis kemanusiaan yang begitu mengharu datang dari luar sehingga kebudayaan dan biru, sehingga degradasi moral muncul pendidikan merupakan bagian yang tidak ditengah- tengah masyarakat melayu. dapat dipisahkan. Tilaar (2014:45) sudah Engkoswara (1999:6) budaya bangsa yang menegaskan agar pendidikan jangan semakin memudar tampak pada akhlak sampai tidak berbudaya. Oleh sebab itu, mulia, spiritual, moral yang terkoyak- kebudayaan menjadi dasar falsafah koyak sehingga menciptakan suatu pendidikan, sementara pendidikan menjadi kreativitas yang mengerdil. Berdasarkan penjaga utama kebudayaan, karena peran pendapat Tilaar (2009:11) nampaknya yang pendidikan membentuk orang-orang untuk terjadi sekarang ini ialah manusia Indonesia berbudaya. Berbicara mengenai budaya dan semakin kurang moral, apakah itu dari pendidikan karakter, tidak bisa kita sistem pendidikan yang kurang relevan atau lepaskan dari nilai kearifan lokal (lokal kadar keimanan bangsa yang begitu rendah wisdom). Kearifan lokal itu hendaknya atau hal ini ada hubungannya dengan peran diartikan sebagai “kearifan dalam kebudayaan yang semakin luntur. kebudayaan tradisional”, dengan catatan Hal ini perlu ditumbuhkan kesadaran bahwa yang dimaksud dalam hal ini adalah dan upaya terus menerus mengenalkan kebudayaan tradisional suku-suku bangsa. sastra daerah berserta nilai-nilai yang Kata “kearifan” sendiri hendaknya juga terkandung di dalamnya kepada generasi dimengerti dalam arti luasnya, yaitu tidak mendatang. Pengenalan dan sosialisasi hanya berupa norma-norma dan nilai-nilai sastra beserta nilai-nilai yang terkandung budaya, melainkan juga segala unsur didalamnya melalui kisah bertutur, gagasan, termasuk yang berimplikasi membaca, bercerita, di lingkungan kepada teknologi, panganan kesehatan, dan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Muria Kudus 16 Putri, Anisah Kartika., Suyitno, Suyitno., Rohmadi, Muhammad / Prosiding Seminar Nasional “Penguatan Muatan Lokal Bahasa dan Sastra Daerah sebagai Fondasi Pendidikan Karakter Generasi Milenial” Kudus, 20 Maret 2019 estetika. Dengan pengertian tersebut, maka tersebut terdapat pada tiga hal. Pertama, yang termasuk sebagai penjabaran nilai-nilai pendidikan seperti kejujuran, dan “kearifan lokal” itu, disamping peribahasa adil.. Kedua, perbaikan tata cara, misalnya dan segala ungkapan kebahasan yang lain, tatacara pendidikan konvensional berubah adalah juga berbagai pola tindakan dan menjadi pendidikan yang kreatif, inovatif, hasil budaya materialnya. Dalam arti yang dan menyenangkan. Nakamura (komuro, luas itu, maka diartikan bahwa “kearifan 2005:23) menjelaskan bahwa demi lokal” itu terjabar ke dalam seluruh warisan meningkatkan hasil dari pendidikan budaya, baik yang tangible maupun yang dibutuhkan keefektifan pendidikan demi intangible (Edi Sedyawati, 2007: 317). mencapai keefektivan dari pendidikan Adapun menurut Keraf (2010: 369) diperlukan tersedianya semangat kejiwaan kearifan tradisional di sini adalah semua anak-anak yang mendapatkan pendidikan bentuk pengetahuan, keyakinan, tersebut. Anak dianggap memiliki hak pemahaman atau wawasan serta adat untuk belajar sesuai dengan hal yang kebiasaan atau etika yang menuntun dibutuhkan, sesuai minat dan keinginannya. perilaku manusia dalam kehidupan di Mengenali dinamika psikologi anak dalam dalam komunitas ekologis. Jadi kearifan belajar merupakan pendekatan khas dalam lokal ini bukan hanya menyangkut pendidikan baru ini (Chiosso, 1997:32). pengetahuan dan pemahaman masyarakat Ketiga, pergantian kedudukan ilmu, adat tentang manusia dan bagaimana relasi misalnya pendidikan seks yang diganti yang baik di antara manusia, melainkan dengan pendidikan seks melalui pendidikan juga menyangkut pengetahuan, pemahaman formal. dan adat kebiasaan tentang manusia, alam Hal ini didukung oleh penelitian dan bagaimana relasi di antara semua Wahono (2005) yang menyatakan bahwa penghuni komunitas ekologis ini harus kearifan lokal dapat digali dan dijadikan dibangun. Seluruh kearifan tradisional ini basis pendidikan karakter. Itu karena dihayati, dipraktikkan, diajarkan dan kearifan lokal memiliki hal-hal berikut: 1) diwariskan dari satu generasi ke generasi mampu bertahan terhadap budaya luar, 2) lain yang sekaligus membentuk pola memiliki kemampuan mengakomodasi perilaku manusia sehari-hari, baik terhadap unsur-unsur budaya luar, 3) mempunyai sesama manusia maupun terhadap alam dan kemampuan mengintegrasi unsur budaya Yang Gaib. luar ke dalam budaya asli, 4) mampu Kearifan lokal sebagai cerminan memberikan arah pada perkembangan budaya masyarakat setempat dapat digali budaya. Nilai- nilai yang termasuk ke melalui budaya-budaya yang berkembang dalam kearifan lokal yaitu: disuatu daerah. Menurut Soebadio (dalam 1. Nilai Kepemimpinan
Recommended publications
  • Masyarakat Kesenian Di Indonesia
    MASYARAKAT KESENIAN DI INDONESIA Muhammad Takari Frida Deliana Harahap Fadlin Torang Naiborhu Arifni Netriroza Heristina Dewi Penerbit: Studia Kultura, Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara 2008 1 Cetakan pertama, Juni 2008 MASYARAKAT KESENIAN DI INDONESIA Oleh: Muhammad Takari, Frida Deliana, Fadlin, Torang Naiborhu, Arifni Netriroza, dan Heristina Dewi Hak cipta dilindungi undang-undang All right reserved Dilarang memperbanyak buku ini Sebahagian atau seluruhnya Dalam bentuk apapun juga Tanpa izin tertulis dari penerbit Penerbit: Studia Kultura, Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara ISSN1412-8586 Dicetak di Medan, Indonesia 2 KATA PENGANTAR Terlebih dahulu kami tim penulis buku Masyarakat Kesenian di Indonesia, mengucapkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas berkah dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan penulisan buku ini pada tahun 2008. Adapun cita-cita menulis buku ini, telah lama kami canangkan, sekitar tahun 2005 yang lalu. Namun karena sulitnya mengumpulkan materi-materi yang akan diajangkau, yakni begitu ekstensif dan luasnya bahan yang mesti dicapai, juga materi yang dikaji di bidang kesenian meliputi seni-seni: musik, tari, teater baik yang tradisional. Sementara latar belakang keilmuan kami pun, baik di strata satu dan dua, umumnya adalah terkonsentasi di bidang etnomusikologi dan kajian seni pertunjukan yang juga dengan minat utama musik etnik. Hanya seorang saja yang berlatar belakang akademik antropologi tari. Selain itu, tim kami ini ada dua orang yang berlatar belakang pendidikan strata dua antropologi dan sosiologi. Oleh karenanya latar belakang keilmuan ini, sangat mewarnai apa yang kami tulis dalam buku ini. Adapun materi dalam buku ini memuat tentang konsep apa itu masyarakat, kesenian, dan Indonesia—serta terminologi-terminologi yang berkaitan dengannya seperti: kebudayaan, pranata sosial, dan kelompok sosial.
    [Show full text]
  • Daftar Tarian Kabupaten/Kota Di Aceh
    DAFTAR TARIAN KABUPATEN/KOTA DI ACEH NO KAB/KOTA NAMA TARIAN KETERANGAN I BANDA ACEH 1 Tari Rebana 2 Tari Bungong Jeumpa 3 Tari Poh Kipah 4 Tari Bungong Sie Yung-yung 5 Meusaree-saree 6 Ranub Lampuan 7 Tron U Laot 8 Tari Ramphak Beusare 9 Tari Peumulia Jame 10 Tari Piasan Raya 11 Tari Geudumbak 12 Likok Dara 13 Phok Teupeuen 14 Tari Marhaban 15 Punca Utama 16 Tari Prang Sabilillah 17 Rampo Aceh 18 Tari Sange 19 Tari Perang 20 Muda Ban Keumang II SABANG 1 Sendratari "Srikandi Aceh" 2 Bungong Rampoe 3 Trieng Meususu 4 Murratal 5 Geulumbang Tujoeh 6 Meu'een Ija Kroeng 7 Likok Puloe III ACEH BESAR 1 Seurune Kale 2 Ratoh Duek/Ratoh Taloe 3 Rapai Pulot 4 Nasib 5 Sendratari Cakradonya Iskandar Muda 6 Tari Peuron Eungkot 7 Likok Pulo Aceh IV PIDIE 1 Tarian Seudati Aceh Pidie 2 Geundrang 3 Grempheng 4 Lapeih 5 Meuteuot 6 Laweut 7 Drop Darut NO KAB/KOTA NAMA TARIAN KETERANGAN V BIREUEN 1 Tari Rencong Pusaka 2 Tari Ratoh Bruek 3 Tari Seudati 4 Tari Ramphak Beusare 5 Tari Mengeundum Beude 6 Tari Lapan Sikarang 7 Tari Rebana 8 Rapai Bruek 9 Meurukon 10 Dalael Khairat 11 Kreasi Baru 12 Rebani Wahid 13 Biola 14 Saman 15 Rapai Leupek 16 Rapai Daboh 17 Tarian Magic Yogya Atraksi 18 Rapai Likee 19 Rapai grimpheng 20 Zikir Maulid 21 Kontemporer VI ACEH UTARA 1 Rapai Pase 2 Geudrang Pase 3 Alee Tunjang 4 Tari Tarek Pukat 5 Tari Tanah Lon Sayang 6 Tari Meu-idang 7 Tari Poh kIpah 8 Tari Gaseh seutia 9 Tari Dom Drien 10 Tari Limong Sikarang 11 Tari Rapai aceh VII ACEH TIMUR 1 Saman Lokop 2 Tari Ular Lembing 3 Bines Lokop 4 Cuwek 5 Tari Likok rampou 6 Tari Zapin
    [Show full text]
  • Pantun in the Text of Nyanyian Lagu Melayu Asli (NLMA)
    Harmonia: Journal of Arts Research and Education 18 (1) (2018), 97-106 p-ISSN 2541-1683|e-ISSN 2541-2426 Available online at http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/harmonia DOI: 10.15294/harmonia.v18i1.15524 Pantun in the text of Nyanyian Lagu Melayu Asli (NLMA) Tengku Ritawati Department of Drama, Dance and Music Education, Universitas Islam Riau, Indonesia Received: December 13, 2017. Revised: April 23, 2018. Accepted: June 10, 2018 Abstract The purpose of this study is to understand the role of pantun in the text of Nyanyian Lagu Melayu Asli (NLMA). By using critical descriptive method accompanied by implementation of content analysis theory, the author conducted literature studies (literature studies), namely activities re- lating to compilation and critical analysis of literature data, such as books, magazines, docu- ments, historical stories and etc. The results of the study found that Pantun is an old Malay poetry work that is not only full of meaning but also solid with its beauty value. Values of beauty can perceived if we are sensitive and susceptible with structure and language style a pack of Pantun. The other result of this study found the functionality of the origin creation of Pantun associated with; (1) commoners who created pantun through their own living experiences, (2) wise people who issued wise words from their contemplation and (3) wise verses from the holy book, namely the Qur‟an. The most important research results above all of them are: 1). Pantun as a literary art, which has fulfilled the provisions as one of the highest art works of the Malay heritage.
    [Show full text]
  • Webinar September 15, 2020
    Webinar September 15, 2020 Faculty of Arts and Design Education Universitas Pendidikan Indonesia The 3rd Strengthening Tolerance Through Arts and Design Education ATLANTIS the PRESS education university fpsd2020 Assalamua’alaikum Wr. Wb., Honorable Rector of Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Dean of Faculty of Arts and Design Education, honorable speakers, participants, Ladies and Gentlemen, In this good opportunity, I‟m as a chief of the 3rd ICADE committees, would like to express my gratitude to Rector of UPI, Prof. Dr. M. Solehuddin, M.Pd., M.A. and all vice Rectors; Dean of Faculty of Arts and Design Education, Dr. Zakarias S. Soeteja, M.Sn., and all vice deans and staffs; for all the assists, supports, participation and cooperation in carrying out this 3rd ICADE well. By the theme “Strengthening Tolerance through Arts and Design Education”, The 3rd ICADE aims to share and exchange knowledge and practices for academicians, educators, researchers, practitioners, graduate and post graduate students, and art entrepreneurs from different cultural backgrounds and nationality to worldwide present and exchange their recent knowledge, and latest research in fields of performing arts, arts education and the practices, as well as multidisciplinary arts field. This conference is also held as a media in establishing a partnership within art and design institutes, nationally and internationally. In this happy opportunity, the 3rd ICADE is attended by nearly 100 presenters, co-presenters and 200 participants from various countries such as Germany, Poland, Korea, USA, Mexico, Iran, and from different cities of Indonesia. The selected papers of this conference will then be published on Atlantis Press Publisher, and will be indexed by Web of Science, and Google Scholar.
    [Show full text]
  • Is Eastern Insulindia a Distinct Musical Area? L’Est Insulindien Est-Il Une Aire Musicale Distincte ?
    Archipel Études interdisciplinaires sur le monde insulindien 90 | 2015 L’Est insulindien Is Eastern Insulindia a Distinct Musical Area? L’Est insulindien est-il une aire musicale distincte ? Philip Yampolsky Electronic version URL: http://journals.openedition.org/archipel/373 DOI: 10.4000/archipel.373 ISSN: 2104-3655 Publisher Association Archipel Printed version Date of publication: 15 October 2015 Number of pages: 153-187 ISBN: 978-2-910513-73-3 ISSN: 0044-8613 Electronic reference Philip Yampolsky , « Is Eastern Insulindia a Distinct Musical Area? », Archipel [Online], 90 | 2015, Online since 01 May 2017, connection on 14 November 2019. URL : http://journals.openedition.org/archipel/ 373 ; DOI : 10.4000/archipel.373 Association Archipel PHILIP YAMPOLSKY 1 Is Eastern Insulindia a Distinct Musical Area? 1In this paper I attempt to distinguish the music of “eastern Insulindia” from that of other parts of Insulindia.2 Essentially this is an inquiry into certain musical features that are found in eastern Insulindia, together with a survey of where else in Insulindia they are or are not found. It is thus a distribution study, in line with others that have looked at the distribution of musical elements in Indonesia (Kunst 1939), the Philippines (Maceda 1998), Oceania (McLean 1979, 1994, 2014), and the region peripheral to the South China Sea (Revel 2013). With the exception of McLean, these studies have focused exclusively on material culture, namely musical instruments, tracing their geographical distribution and the vernacular terms associated with them. The aim has been to reveal cultural continuities and discontinuities and propose hypotheses about prehistoric settlement and culture contact in Insulindia and Oceania.
    [Show full text]
  • Who Cares About Malay Music
    Who cares about Malay music--and why?: migrant musicality, Christian composition, backlash and boundaries in an Indonesian province made for Malays LSE Research Online URL for this paper: http://eprints.lse.ac.uk/101684/ Version: Accepted Version Book Section: Long, Nicholas J. ORCID: 0000-0002-4088-1661 (2019) Who cares about Malay music--and why?: migrant musicality, Christian composition, backlash and boundaries in an Indonesian province made for Malays. In: Kartomi, Margaret J., (ed.) Performing the arts of Indonesia: Malay identity and politics in the, music, dance and theatre of the Riau Islands. NIAS Press, Copenhagen, Denmark, p. 20. ISBN 9788776942595 Reuse Items deposited in LSE Research Online are protected by copyright, with all rights reserved unless indicated otherwise. They may be downloaded and/or printed for private study, or other acts as permitted by national copyright laws. The publisher or other rights holders may allow further reproduction and re-use of the full text version. This is indicated by the licence information on the LSE Research Online record for the item. [email protected] https://eprints.lse.ac.uk/ Who Cares about Malay Music—and Why? Migrant Musicality, Christian Composition, Backlash, and Boundaries in an Indonesian Province Made for Malays Nicholas J. Long Abstract The Riau Islands have a diverse Malay musical heritage, but also a population of extreme demographic diversity. This raises questions about the ways in which non- Malays might engage with creating and performing ‘Malay music’, and how such endeavours are received more widely. This paper explores how such issues affected the Trio Komodo, a Florinese music group resident in the Riau Islands.
    [Show full text]
  • Analisis Pertunjukan Ronggeng Melayu Oleh Kumpulan Pakpung Medan Di Taman Budaya Medan
    ANALISIS PERTUNJUKAN RONGGENG MELAYU OLEH KUMPULAN PAKPUNG MEDAN DI TAMAN BUDAYA MEDAN SKRIPSI DIKERJAKAN O L E H DEVI PERMATA SARI BR SITUMORANG NIM: 150707021 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA PROGRAM STUDI ETNOMUSIKOLOGI MEDAN 2019 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ii UNIVERSITAS SUMATERA UTARA iii UNIVERSITAS SUMATERA UTARA iv UNIVERSITAS SUMATERA UTARA PERNYATAAN Dengan ini saya nyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis disebutkan dalam daftar pustaka. Medan, 27 Desember 2019 Devi Permata Sari Br Situmorang NIM 150707021 v UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ABSTRAK Penelitian ini berjudul Analisis Pertunjukan Ronggeng Melayu di Taman Budaya Medan. Ronggeng Melayu adalah sebuah pertunjukan kesenian Melayu yang melibatkan tari, sastra, dan musik. Kekayaan tradisi musikal, ungkapan-ungkapan dalam pantun, gerakan yang berkembang dalam ronggeng adalah “kontribusi” multikultur yang melatari perjalanan sejarah Ronggeng Melayu sebagai kesenian rakyat. Di Sumatera Utara, khususnya Medan, kesenian Pak Pung disebut juga sebagai Ronggeng Melayu. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif bersifat deskriptif yang dikemukakan oleh Alan P Merriam dalam buku nya “ The Antropology of Music”. Di dalam proses penelitian ini, penulis akan mengawalinya dengan studi pustaka, dan studi lapangan, meliputi pengamatan terlibat, wawancara serta melakukan rekaman lapangan, dan melakukan analisa untuk menuliskan laporan akhir.Teori yang dipakai untuk meneliti kajian ini adalah teori yang di kemukakan oleh Milton Singer bahwa seni pertunjukan memiliki sebagai ciri-ciri berikut : (1) waktu pertunjukan yang terbatas, (2) mempunyai awal dan akhir, (3) acara kegiatan yang terorganisir, (4) sekelompok pemain, (5) sekelompok penonton, (6) tempat pertunjukan, dan (7) kesempatan untuk mempertunjukan.
    [Show full text]
  • Profil Penerima
    Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Profil Penerima ANUGERAH KEBUDAYAAN DAN PENGHARGAAN MAESTRO SENI TRADISI 2 17 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2017 Profil Penerima ANUGERAH KEBUDAYAAN DAN PENGHARGAAN MAESTRO SENI TRADISI 2017 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2017 Untuk kalangan sendiri Tidak untuk diperjualbelikan i TIM PENYUSUN PROFIL PENERIMA PENGHARGAAN KEBUDAYAAN TAHUN 2017 Pengarah: Nadjamuddin Ramly Penanggung Jawab: Yayuk Sri Budi Rahayu Penulis: Binsar Simanullang Dewi Nova Wahyuni Retno Raswati Willy Hangguman Mohamad Atqa Aan Rukmana Desy Wulandari Frans Ekodhanto Purba Dita Darfianti Yusuf Susilo Rini Suryati Hilmi Setiawan Dian Warastuti Kameramen: Saiful Mujab Simbul Sagala Moch. Saleh M. Rully Agus Purna Irawan Fotografer: Dede Semiawan Rachmat Gunawan Yoki Rendra P. Editor: Kenedi Nurhan Sekretariat dan Pengolah Data : Richard Antoni Rizky Ernandi Jatmiko Hari Wibowo Haris Dwijayanto Liza Ariesta Yohanes Redi Luciano Layout & Desain Cover: Tasman ii KATA PENGANTAR Kalaulah bukan karena tinta Takkan kugubah sebuah puisi Kalaulah bukan karena cinta Takkan bersua pada Anugerah Kebudayaan ini Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Saat ini pengaruh globalisasi dan media informasi sangat dahsyat menerpa kehidupan kita. tanpa proses penyaringan tanpa peresapan yang matang akan berakibat pada perubahan sikap dan perilaku yang mempengaruhi karakter dan budaya bangsa. Bertolak dari situasi ini, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Cq Direktorat Warisan Dan Diplomasi Budaya, telah memfokuskan program-program kegiatannya pada arah penguatan karakter bangsa, dengan melakukan penanaman dan persemaian atau internalisasi nilai–nilai budaya. Penganugerahan kebudayaan yang kita lakukan setiap tahun adalah salah satu bentuk penguatan karakter bangsa, dengan melakukan penanaman dan persemaian atau internalisasi nilai – nilai budaya.
    [Show full text]
  • Accessing Accuracy of Structural Performance on Basic Steps in Recording Malay Zapin Dance Movement Using Motion Capture
    J. Appl. Environ. Biol. Sci. , 7(11)165-173, 2017 ISSN: 2090-4274 Journal of Applied Environmental © 2017, TextRoad Publication and Biological Sciences www.textroad.com Accessing Accuracy of Structural Performance on Basic Steps in Recording Malay Zapin Dance Movement Using Motion Capture Norsimaa Mustaffa, Muhammad Zaffwan Idris Creative Multimedia Department, Faculty of Art, Computing and Creative Industry, Sultan Idris Education University, Perak, Malaysia Received: May 11, 2017 Accepted: August 26, 2017 ABSTRACT Traditional dances are deemed under the classification of intangible cultural heritage that could easily be threatened because of their fragility. The need to protect this valuable asset is imperative as it reflects the uniqueness of our generation’s identity and portrays the human development of any community. Dance is arguably the most complex entity to decipher or captured in notation, in still or moving state, because of its kinaesthetic nature. Hence, this paper presents the study of several basic steps based on the structural performance in the Malay dance called Zapin besides accessing accuracy in recording the movement by using motion capture. Zapin is one of the oldest traditional dances fusing the Hadrahmaut Arab dance with Malay performance styles. The objective of the venture is to preserve Zapin focusing on the steps in correspondence with the dance motifs. The recording and simulation of the movement can be virtually re-enacted in 3 dimension (3D) using Motion Capture (MoCap) technology. This technology enables movements to be viewed and analyzed in 3D from 360 degrees, making it an easy reference for viewers to observe and learners to emulate the movements.
    [Show full text]
  • Tradisi Lisan Malam Berinai Pada Masyarakat Melayu Tanjung Balai
    TRADISI LISAN MALAM BERINAI PADA MASYARAKAT MELAYU TANJUNG BALAI DISERTASI Oleh LELA ERWANY NIM: 108107015 PROGRAM DOKTOR (S3) LINGUISTIK FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA TRADISI LISAN MALAM BERINAI PADA MASYARAKAT MELAYU TANJUNG BALAI DISERTASI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor dalam Program Doktor Linguistik pada Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara di bawah pimpinan Rektor Sumatera Utara Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH., M.Hum. untuk dipertahankan dihadapan sidang Terbuka Senat Universitas Sumatera Utara Oleh LELA ERWANY NIM: 108107015 Program Doktor (S3) Linguistik FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Judul Disertasi : TRADISI LISAN MALAM BERINAI PADA MASYARAKAT MELAYU TANJUNG BALAI Nama Mahasiswa : Lela Erwany Nomor Pokok : 108107015 Program Studi : Doktor (S3) Linguistik Menyetujui Komisi Pembimbing (Prof. Dr. Ikhwanuddin Nasution, M.Si.) Promotor (Prof. Dr. Robert Sibarani, M.S.) (Dr. Muhammad Takari, M.Hum.) Co-Promotor Co-Promotor Ketua Program Studi Dekan (Prof.T. Silvana Sinar, M.A.,Ph.D.) (Dr. Budi Agustono, M.S.) Tanggal Lulus: UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Diuji pada Ujian Disertasi Terbuka (Promosi) Tanggal: PANITIA PENGUJI DISERTASI Pemimpin Sidang: Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH., M.Hum. (Rektor USU) Ketua : Prof. Dr. Ikhwanuddin Nasution, M.Si. (USU Medan) Anggota : Prof. Dr. Robert Sibarani, M.S. (USU Medan) Dr. Muhammad Takari, M.Hum. (USU Medan) Prof. T. Silvana Sinar, M.A., Ph.D. (USU Medan) Dr. Rahimah, M.Ag. (USU Medan) Dr. Asmyta Surbakti, M.Si. (USU Medan) Dr. T. Thyrhaya Zein, M.A. (USU Medan) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA TIM PROMOTOR Prof. Dr. Ikhwanuddin Nasution, M.Si.
    [Show full text]
  • Common Injuries Identified in Malay Dance Farah Fadzali, April 2021
    Soultari Amin Farid, Choreographer, Arts Educator and Researcher Common injuries identified in Malay Dance Farah Fadzali, April 2021 The traditional dance forms of the Malay communities in Singapore are wide-ranging and diverse: Zapin, Joget, Asli, and Inang are just some of the many examples amongst others. However, the underlying beauty of this traditional dance is a series of complex and dynamic footwork, performed repetitively to achieve pinpoint finesse in its execution. Together with the countless hours of practice, it places extremely high stress and strain on the dancer’s lower limbs like the foot and ankle. Along with dance practice lasting several hours a day, dancers often risk stress fractures and other overuse injuries. In this article, we will look at some common injuries identified in Malay dance. Zapin: Elegant, soft and subtle body movements. Joget: Performed on a quick tempo with duple and triple beat divisions while dancers make fast rhythmic hand and foot movements. Asli: Owing to its soft and gentle rhythm, Asli is a graceful dance form where every movement has a meaning. Inang: Inang is usually performed with grounded and graceful foot movements. Long scarves are also held in hands like props while performing, which add to the charm of this dance form. __________________________________________________________________________________________ Disclaimer: *SCAPE strongly recommends that you consult with your physician before executing any exercises. Information contained within this article is for educational and informational purposes only while authors draw on their professional expertise and research available. In the event that you use the information provided through our website and or article, *SCAPE and the authors assume no responsibility.
    [Show full text]
  • 340 Isla-3 2014 Character Building Through
    ISLA ---333 Proceeding of the Third International Seminar on Languages and Arts 2012012014201 444 Padang, October 17-18, 2014 CHARACTER BUILDING THROUGH TRADITIONAL DANCE AS DEVELOPING IDENTITY BELONGINGS: A STUDY OF INDONESIA-MALAYSIA Nerosti Adnan Faculty of Language and Art Universitas Negeri Padang [email protected] Abstract The tittle above shows that if a person learns a traditional dance of a specific community, they unconsciously learn about the culture and the moral values of the community too, which is beneficial to them. According to Hughes (2009), the learning process of traditional dance covers four different learning’s ethics: (1) discipline; (2) courtesy and respect; (3) socialize and not arrogant; (4) consistency and confidence. This four ethics can be analyzed in an integrated manner on the textual and contextual of a traditional dance. Among other things: dancing is actually a skill capability that will not be achieved without strong discipline to practice continuously. Salam hormatin the form of squat’s motion, both hands brought together in front of the chest or in the direction of the guest (organized into ten fingers) as initiating a traditional dance. This act is actually to educate the polite nature and mutual respect toward each other. Empirically, dance can be used as a medium of learning in the intimate and socialize formations. The beauty of dance itself can be achieved with simultaneous movement or uniform. Every motion that made by the whole body is the vision of the intellectual character’s build, discipline, art and spiritual, creative and fear of God. So that, the process that must be undertaken in learning a dance is not just memorizing the movement of the dance as a text, but the dancers need to keep planting the values of it in their life.
    [Show full text]