Kebudayaan Tradisional Teater Makyong Cerita Putri Ratna Sebagai Media Pembelajaran Sastra Di Sma
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
KEBUDAYAAN TRADISIONAL TEATER MAKYONG CERITA PUTRI RATNA SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA Anisah Kartika Putri , Suyitno, Muhammad Rohmadi Pascasarjana Pendidikan Bahasa Indonesia FKIP Universitas Sebelas Maret Abstrak Tujuan dari penelitian ini untuk menggambarkan tentang unsur-unsur yang terdapat dalam teater makyong “Cerita Putri Ratna” sebagai media pembelajaran sastra. Data dari penelitian ini berupa dokumen. Dokumen yang digunakan sebagai sumber data dalam penelitian ini adalah hasil telaah dokumen dari perpustakaan kerajaan Melayu yang berada di daerah Sumatera Utara. Sumber data dalam penelitian ini adalah (a) informan, (b) dokumen, (c) video Teater Makyong “cerita Putri Ratna”. Analisis data yang digunakan adalah dengan metode analisis interaktif. Berdasarkan hasil dari kajian terdapat lima pembahasan pokok yaitu (1) struktur/ alur cerita dari kisah putri ratna, (2) Tokoh-Tokoh Dalam Cerita Putri Ratna, (3) makna dan fungsi dari setiap lagu yang dimainkan dalam cerita putri ratna, (4) fungsi tarian yang digunakan atau ditarikan dalam cerita putri ratna, (5) makna dan fungsi dari setiap karakter topeng yang digunakan oleh tokoh dalam cerita putri ratna, (6) implementasinya dengan pembelajaran sastra di SMA. Kata kunci: teater makyong, cerita putri ratna, pembelajaran sastra Abstract The purpose of this study was to learn about the no-no in makyong theater "The Story of Putri Ratna" as a medium for learning literature. Data from this study are documents. The document used as a source of data in this study is the result of a review of documents from the Malay royal library in the North Sumatra region. The data sources in this study are (a) informants, (b) documents, (c) Teater Makyong videos "the story of Putri Ratna". Data analysis used is an interactive analysis method. Based on the results of a discussion of five main discussions, namely (1). the structure / storyline of the story of Ratna's daughter, (2) Figures in the Story of Putri Ratna, (3) the meaning and function of each song played in the story of Putri Ratna, (4) the function of the song used or narrated in the story of the princess, (5) the meaning and function of each mask character used by the characters in the story of Ratna's daughter, (6) its implementation with literary learning in high school. Keywords: makyong theater, princess ratna story, literary learning Alamat korespondensi: ISBN: 978-602-1180-99-0 Kampus UMK Gondangmanis, Bae Kudus Gd. L. lt I PO. BOX 53 Kudus Tlp (0291) 438229 Fax. (0291) 437198 E-mail: [email protected] Putri, Anisah Kartika., Suyitno, Suyitno., Rohmadi, Muhammad / Prosiding Seminar Nasional “Penguatan Muatan Lokal Bahasa dan Sastra Daerah sebagai Fondasi Pendidikan Karakter Generasi Milenial” Kudus, 20 Maret 2019 PENDAHULUAN keluarga bisa menjadi titik awal guna Makyong adalah seni teater menghidupkan kembali pengenalan tradisional masyarakat Melayu yang budaya yang ada di daerah. Bahkan, lebih pertunjukannya menggabungkan berbagai strategis bisa dikembangkan melalui unsur-unsur ritual, sandiwara, tari, musik pendidikan di lingkungan sekolah, baik dari dengan vokal atau instrument. Tokoh strata terbawah hingga perguruan tinggi utama pria dan wanita keduanya dibawakan didaerah. Meskipun demikian, sekolah oleh penari wanita dan menggunakan juga harus melihat relevansi pembentukan topeng. Pada masa awalnya perkembangan, dan penanaman nilai itu dalam konteks pertunjukan makyong diadakan sebagai kehidupan masyarakat yang lebih luas. pertunjukan untuk acara doa ucapan syukur Pada dasarnya, pendidikan karakter juga saat masa panen, acara pernikahan, ingin membantu mempersiapkan siswa agar perayaan ulang tahun raja, upacara dapat bersikap dan bertindak sesuai tatanan penyelamatan yang digunakan dalam moral dan cara berperilaku yang berlaku Pertunjukan main puteri yang merupakan bagi masyarakat setempat tanpa kehilangan upacara penyembuhan penyakit secara visi global, untuk itu pendidikan karakter tradisional. Saat ini yang masih jika ingin tetap relevan mesti menghargai melestarikan teater Makyong adalah Sinar dan mengembangkan keutamaan lokal. Budaya Group. Banyak nilai-nilai yang Friedman (2005:78) menyatakan terkandung di dalam Teater Makyong yang bahwa pendidikan karakter itu bersifat dapat dipelajari atau diterapkan disekolah, glokal (global dan lokal). Sebab, karena budaya Melayu itu sendiri budaya pendidikan karakter bersifat universal yang sangat kuat nilai islami didalamnya. karena menanamkan nilai-nilai moral yang Teater Makyong saat ini sudah hampir berlaku, pendidikan karakter bersifat lokal, punah dikalangan masyarakat melayu itu menghargai tradisi dan kultur setempat, sendiri. Hal ini disebabkan dengan sekaligus juga terbuka untuk pembaharuan, derasnya arus globalisasi menghadirkan informasi, dan pengetahuan baru yang krisis kemanusiaan yang begitu mengharu datang dari luar sehingga kebudayaan dan biru, sehingga degradasi moral muncul pendidikan merupakan bagian yang tidak ditengah- tengah masyarakat melayu. dapat dipisahkan. Tilaar (2014:45) sudah Engkoswara (1999:6) budaya bangsa yang menegaskan agar pendidikan jangan semakin memudar tampak pada akhlak sampai tidak berbudaya. Oleh sebab itu, mulia, spiritual, moral yang terkoyak- kebudayaan menjadi dasar falsafah koyak sehingga menciptakan suatu pendidikan, sementara pendidikan menjadi kreativitas yang mengerdil. Berdasarkan penjaga utama kebudayaan, karena peran pendapat Tilaar (2009:11) nampaknya yang pendidikan membentuk orang-orang untuk terjadi sekarang ini ialah manusia Indonesia berbudaya. Berbicara mengenai budaya dan semakin kurang moral, apakah itu dari pendidikan karakter, tidak bisa kita sistem pendidikan yang kurang relevan atau lepaskan dari nilai kearifan lokal (lokal kadar keimanan bangsa yang begitu rendah wisdom). Kearifan lokal itu hendaknya atau hal ini ada hubungannya dengan peran diartikan sebagai “kearifan dalam kebudayaan yang semakin luntur. kebudayaan tradisional”, dengan catatan Hal ini perlu ditumbuhkan kesadaran bahwa yang dimaksud dalam hal ini adalah dan upaya terus menerus mengenalkan kebudayaan tradisional suku-suku bangsa. sastra daerah berserta nilai-nilai yang Kata “kearifan” sendiri hendaknya juga terkandung di dalamnya kepada generasi dimengerti dalam arti luasnya, yaitu tidak mendatang. Pengenalan dan sosialisasi hanya berupa norma-norma dan nilai-nilai sastra beserta nilai-nilai yang terkandung budaya, melainkan juga segala unsur didalamnya melalui kisah bertutur, gagasan, termasuk yang berimplikasi membaca, bercerita, di lingkungan kepada teknologi, panganan kesehatan, dan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Muria Kudus 16 Putri, Anisah Kartika., Suyitno, Suyitno., Rohmadi, Muhammad / Prosiding Seminar Nasional “Penguatan Muatan Lokal Bahasa dan Sastra Daerah sebagai Fondasi Pendidikan Karakter Generasi Milenial” Kudus, 20 Maret 2019 estetika. Dengan pengertian tersebut, maka tersebut terdapat pada tiga hal. Pertama, yang termasuk sebagai penjabaran nilai-nilai pendidikan seperti kejujuran, dan “kearifan lokal” itu, disamping peribahasa adil.. Kedua, perbaikan tata cara, misalnya dan segala ungkapan kebahasan yang lain, tatacara pendidikan konvensional berubah adalah juga berbagai pola tindakan dan menjadi pendidikan yang kreatif, inovatif, hasil budaya materialnya. Dalam arti yang dan menyenangkan. Nakamura (komuro, luas itu, maka diartikan bahwa “kearifan 2005:23) menjelaskan bahwa demi lokal” itu terjabar ke dalam seluruh warisan meningkatkan hasil dari pendidikan budaya, baik yang tangible maupun yang dibutuhkan keefektifan pendidikan demi intangible (Edi Sedyawati, 2007: 317). mencapai keefektivan dari pendidikan Adapun menurut Keraf (2010: 369) diperlukan tersedianya semangat kejiwaan kearifan tradisional di sini adalah semua anak-anak yang mendapatkan pendidikan bentuk pengetahuan, keyakinan, tersebut. Anak dianggap memiliki hak pemahaman atau wawasan serta adat untuk belajar sesuai dengan hal yang kebiasaan atau etika yang menuntun dibutuhkan, sesuai minat dan keinginannya. perilaku manusia dalam kehidupan di Mengenali dinamika psikologi anak dalam dalam komunitas ekologis. Jadi kearifan belajar merupakan pendekatan khas dalam lokal ini bukan hanya menyangkut pendidikan baru ini (Chiosso, 1997:32). pengetahuan dan pemahaman masyarakat Ketiga, pergantian kedudukan ilmu, adat tentang manusia dan bagaimana relasi misalnya pendidikan seks yang diganti yang baik di antara manusia, melainkan dengan pendidikan seks melalui pendidikan juga menyangkut pengetahuan, pemahaman formal. dan adat kebiasaan tentang manusia, alam Hal ini didukung oleh penelitian dan bagaimana relasi di antara semua Wahono (2005) yang menyatakan bahwa penghuni komunitas ekologis ini harus kearifan lokal dapat digali dan dijadikan dibangun. Seluruh kearifan tradisional ini basis pendidikan karakter. Itu karena dihayati, dipraktikkan, diajarkan dan kearifan lokal memiliki hal-hal berikut: 1) diwariskan dari satu generasi ke generasi mampu bertahan terhadap budaya luar, 2) lain yang sekaligus membentuk pola memiliki kemampuan mengakomodasi perilaku manusia sehari-hari, baik terhadap unsur-unsur budaya luar, 3) mempunyai sesama manusia maupun terhadap alam dan kemampuan mengintegrasi unsur budaya Yang Gaib. luar ke dalam budaya asli, 4) mampu Kearifan lokal sebagai cerminan memberikan arah pada perkembangan budaya masyarakat setempat dapat digali budaya. Nilai- nilai yang termasuk ke melalui budaya-budaya yang berkembang dalam kearifan lokal yaitu: disuatu daerah. Menurut Soebadio (dalam 1. Nilai Kepemimpinan