BAB III ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA

3.1. ARAHAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA DAN ARAHAN PENATAAN RUANG

Dalam rangka mewujudkan kawasan permukiman yang layak huni dan berkelanjutan, konsep perencanaan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya disusun dengan berlandaskan pada berbagai peraturan perundangan dan amanat perencanaan pembangunan. Untuk mewujudkan keterpaduan pembangunan permukiman, Pemerintah Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota perlu memahami arahan kebijakan tersebut, sebagai dasar perencanaan, pemrograman, dan pembiayaan pembangunan Bidang Cipta Karya. Gambar 3.1 memaparkan konsep perencanaan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya, yang membagi amanat pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya dalam 4 (empat) bagian, yaitu amanat penataan ruang/spasial, amanat pembangunan nasional dan direktif presiden, amanat pembangunan Bidang Pekerjaan Umum, serta amanat internasional.Dalam pelaksanaannya, pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya dihadapkan pada beberapa isu strategis, antara lain bencana alam, perubahan iklim, kemiskinan, reformasi birokrasi, kepadatan penduduk perkotaan, pengarusutamaan gender, serta green economy. Disamping isu umum, terdapat juga permasalahan dan potensi pada masingmasing daerah, sehingga dukungan seluruh stakeholders pada penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya sangat diperlukan.

1

Gambar 3.1. Konsep Perencanaan Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya

3.1.1. Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya

A. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005- 2025

RPJPN 2005-2025 yang ditetapkan melalui UU No. 17 Tahun 2007, merupakan dokumen perencanaan pembangunan jangka panjang sebagai arah dan prioritas pembangunan secara menyeluruh yang akan dilakukan secara bertahap dalam jangka waktu 2005-2025. Dalam dokumen tersebut, ditetapkan bahwa Visi pada tahun 2025 adalah “Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil dan Makmur”. Dalam penjabarannya RPJPN mengamanatkan beberapa hal sebagai berikut dalam pembangunan bidang Cipta Karya, yaitu:

2

a. Dalam mewujudkan Indonesia yang berdaya saing maka pembangunan dan penyediaan air minum dan sanitasi diarahkan untuk mewujudkan terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat serta kebutuhan sektor-sektor terkait lainnya, seperti industri, perdagangan, transportasi, pariwisata, dan jasa sebagai upaya mendorong pertumbuhan ekonomi. Pemenuhan kebutuhan tersebut dilakukan melalui pendekatan tanggap kebutuhan (demand responsive approach) dan pendekatan terpadu dengan sektor sumber daya alam dan lingkungan hidup, sumber daya air, serta kesehatan. b. Dalam mewujudkan pembangunan yang lebih merata dan berkeadilan maka Pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat yang berupa air minum dan sanitasi diarahkan pada (1) peningkatan kualitas pengelolaan aset (asset management) dalam penyediaan air minum dan sanitasi, (2) pemenuhan kebutuhan minimal air minum dan sanitasi dasar bagi masyarakat, (3) penyelenggaraan pelayanan air minum dan sanitasi yang kredibel dan profesional, dan (4) penyediaan sumber-sumber pembiayaan murah dalam pelayanan air minum dan sanitasi bagi masyarakat miskin. c. Salah satu sasaran dalam mewujudkan pembangunan yang lebih merata dan berkeadilan adalah terpenuhinya kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukungnya bagi seluruh masyarakat untuk mewujudkan kota tanpa permukiman kumuh. Peran pemerintah akan lebih difokuskan pada perumusan kebijakan pembangunan sarana dan prasarana, sementara peran swasta dalam penyediaan sarana dan prasarana akan makin ditingkatkan terutama untuk proyek-proyek yang bersifat komersial. d. Upaya perwujudan kota tanpa permukiman kumuh dilakukan pada setiap

3

tahapan RPJMN, yaitu:

. RPJMN ke 2 (2010-2014): Daya saing perekonomian ditingkatkan melalui percepatan pembangunan infrastruktur dengan lebih meningkatkan kerjasama antara pemerintah dan dunia usaha dalam pengembangan perumahan dan permukiman.

. RPJMN ke 3 (2015-2019): Pemenuhan kebutuhan hunian bagi seluruh masyarakat terus meningkat karena didukung oleh sistem pembiayaan perumahan jangka panjang dan berkelanjutan, efisien, dan akuntabel. Kondisi itu semakin mendorong terwujudnya kota tanpa permukiman kumuh.

. RPJMN ke 4 (2020-2024): terpenuhinya kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung sehingga terwujud kota tanpa permukiman kumuh.

B. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015-2019

RPJMN 2015-2019 yang ditetapkan melalui Peraturan Presiden No. 2 Tahun 2015, menyebutkan bahwa infrastruktur merupakan salah satu prioritas pembangunan nasional untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan sosial yang berkeadilan dengan mendorong partisipasi masyarakat Dalam rangka pemenuhan hak dasar untuk tempat tinggal dan lingkungan yang layak sesuai dengan UUD 1945 Pasal 28H, pemerintah memfasilitasi penyediaan perumahan bagi masyarakat berpendapatan rendah serta memberikan dukungan penyediaan prasarana dan sarana dasar permukiman, seperti air minum, air limbah, persampahan dan drainase.

4

Sasaran pembangunan kawasan permukiman yang tercantum dalam RPJMN 2015-2019 adalah sebagai berikut: 1. Tercapainya pengentasan permukiman kumuh perkotaan menjadi 0 persen; 2. Tercapainya 100 persen pelayanan air minum bagi seluruh penduduk Indonesia; 3. Optimalisasi penyediaan layanan air minum; 4. Peningkatan efisiensi layanan air minum dilakukan melalui penerapan prinsip jaga air, hemat air dan simpan air secara nasional; 5. Penciptaan dokumen perencanaan infrastruktur permukiman yang mendukung; 6. Meningkatnya akses penduduk terhadap sanitasi layak (air limbah domestik, sampah dan drainase lingkungan) menjadi 100 persen pada tingkat kebutuhan dasar; 7. Meningkatnya keamanan dan keselamatan bangunan gedung termasuk keserasiannya terhadap lingkungan.

Sasaran pembangunan perkotaan yang tercantum dalam RPJMN 2015-2019 adalah sebagai berikut: 1. Pembangunan 5 kawasan metropolitan baru di luar Pulau Jawa-Bali sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) yang diarahkan menjadi pusat investasi dan penggerak pertumbuhan ekonomi bagi wilayah sekitarnya guna mempercepat pemerataan pembangunan di luar Pulau Jawa; 2. Peningkatan peran dan fungsi sekaligus perbaikan manajemen pembangunan di 7 kawasan perkotaan metropolitan yang sudah ada untuk diarahkan

5

sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) berskala global guna meningkatkan daya saing dan kontribusi ekonomi; 3. Pengembangan sedikitnya 20 kota otonom di luar Pulau Jawa – Bali khususnya di KTI yang diarahkan sebagai pengendali (buffer) arus urbanisasi ke Pulau Jawa yang diarahkan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi bagi wilayah sekitarnya serta menjadi percotohan (best practices) perwujudan kota berkelanjutan; 4. Pembangunan 10 kota baru publik yang mandiri dan terpadu di sekitar kota atau kawasan perkotaan metropolitan yang diperuntukkan bagi masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah serta diarahkan sebagai pengendali (buffer) urbanisasi di kota atau kawasan perkotaan metropolitan; 5. Perwujudan 39 pusat pertumbuhan baru perkotaan sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL) atau Pusat Kegiatan Wilayah (PKW). Sasaran pembangunan perkotaan yang didukung oleh infrastruktur permukiman bidang Cipta Karya yakni diprioritaskan pada: 5 Kawasan Metropolitan Baru, 7 Kawasan Metropolitan Eksisting, 20 Kota Sedang, 39 Pusat Pertumbuhan Baru, 10 Kota Baru.

6

Gambar 3.2. Sasaran Pembangunan Perkotaan

5 Kawasan 7 Kawasan Metropolitan Metropolitan Baru Eksisting

10 Kota Baru 20 Kota Sedang

39 Pusat Pertumbuhan Baru

C. Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia

Dalam rangka transformasi ekonomi menuju negara maju dengan pertumbuhan ekonomi 7-9 persen per tahun, Pemerintah menyusun Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) yang ditetapkan melalui Perpres No. 32 Tahun 2011. Dalam dokumen tersebut pembangunan setiap koridor ekonomi dilakukan sesuai tema pembangunan masing-masing dengan prioritas pada kawasan perhatian investasi (KPI MP3EI). Ditjen Cipta Karya diharapkan dapat mendukung penyediaan infrastruktur permukiman pada KPI Prioritas untuk menunjang kegiatan ekonomi di kawasan tersebut. Kawasan Perhatian Investasi atau KPI dalam MP3EI adalah adalah satu atau lebih kegiatan ekonomi atau sentra produksi yang terikat atau terhubung dengan satu atau lebih faktor konektivitas dan SDM IPTEK. Pendekatan KPI

7

dilakukan untuk mempermudah identifikasi, pemantauan, dan evaluasi atas kegiatan ekonomi atau sentra produksi yang terikat dengan faktor konektivitas dan SDM IPTEK yang sama.

Gambar 3.3. Peta Koridor MP3EI

D. Masterplan Percepatan dan Perluasan Pengentasan Kemiskinan Indonesia

Sesuai dengan agenda RPJMN 2010-2014, pertumbuhan ekonomi perlu diimbangi dengan upaya pembangunan yang inklusif dan berkeadilan. Untuk itu, telah ditetapkan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pengentasan Kemiskinan Indonesia (MP3KI) dimana semua upaya penanggulangan kemiskinan diarahkan untuk mempercepat laju penurunan angka kemiskinan dan memperluas jangkauan penurunan tingkat kemiskinan di semua daerah dan di semua kelompok masyarakat. Dalam mencapai misi penanggulangan kemiskinan pada tahun 2025, MP3KI bertumpu pada sinergi dari tiga strategi utama, yaitu:

a. Mewujudkan sistem perlindungan sosial nasional yang menyeluruh, 8

terintegrasi,dan mampu melindungi masyarakat dari kerentanan dan goncangan,

b. Meningkatkan pelayanan dasar bagi penduduk miskin dan rentan sehingga dapat terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan dasar dan meningkatkan kualitas sumberdaya manusia di masa mendatang,

c. Mengembangkan penghidupan berkelanjutan (sustainable livelihood) masyarakat miskin dan rentan melalui berbagai kebijakan dan dukungan di tingkat lokal dan regional dengan memperhatikan aspek.

Kementerian Pekerjaan Umum, khususnya Ditjen Cipta Karya, berperan penting dalam pelaksanaan MP3KI, terutama terkait dengan pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat (PNPMPerkotaan/P2KP, PPIP, Pamsimas, Sanimas dsb) serta Program Pro Rakyat.

E. Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)

UU No. 39 tahun 2009 menjelaskan bahwa kawasan ekonomi khusus adalah kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi perekonomian dan memperoleh fasilitas tertentu. KEK dikembangkan melalui penyiapan kawasan yang memiliki keunggulan geoekonomi dan geostrategi dan berfungsi untuk menampung kegiatan industri, ekspor, impor, dan kegiatan ekonomi lain yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan daya saing internasional. Di samping zona ekonomi, KEK juga dilengkapi zona fasilitas pendukung dan perumahan bagi pekerja. Ditjen Cipta Karya dalam hal ini diharapkan dapat mendukung

9

infrastruktur permukiman pada kawasan tersebut sehingga menunjang kegiatan ekonomi di KEK.

F. Direktif Presiden Program Pembangunan Berkeadilan Dalam Inpres No. 3 Tahun 2010, Presiden RI mengarahkan seluruh Kementerian, Gubernur, Walikota/Bupati, untuk menjalankan program pembangunan berkeadilan yang meliputi Program pro rakyat, Keadilan untuk semua, dan Program Pencapaian MDGs. Ditjen Cipta Karya memiliki peranan penting dalam pelaksanaan Program Pro Rakyat terutama program air bersih untuk rakyat dan program peningkatak\n kehidupan masyarakat perkotaan. Sedangkan dalam pencapaian MDGs, Ditjen Cipta Karya berperan dalam peningkatan akses pelayanan air minum dan sanitasi yang layak serta pengurangan permukiman kumuh.

3.1.2. Arahan Penataan Ruang Bagian ini berisikan arahan RTRW Nasional (PP No.26 Tahun 2008), RTRW Pulau, RTRW Provinsi, serta RTRW Kawasan Strategis Nasional (KSN). Indikasi Program Bidang Cipta Karya pada RTRW Nasional, RTRW Pulau, RTRW Provinsi, maupun RTRW KSN yang terkait dengan kabupaten/kota setempat dipaparkan pada bagian ini. Tidak hanya memaparkan arahan kebijakan spasial, bagian ini juga memaparkan kedudukan kota pada rencana pengembangan MP3EI dan KEK. (jika termasuk dalam KPI, MP3EI dan atau kawasan pengembangan KEK).

3.1.2.1. Arahan Strategis RTRW Nasional (PP No. 26 Tahun 2008)

A. Pusat Kegiatan Nasional (PKN) dan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) 10

Di dalam rencana tata ruang wilayah nasional, provinsi tengah didalam arahan sistem perkotaan nasional-nya terdapat pusat kegiatan nasional (PKN) yakni Kota Palangkaraya. Pusat kegiatan nasional adalah kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama kegiatan ekspor-impor atau pintu gerbang menuju kawasan internasional; kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa skala nasional atau yang melayani beberapa provinsi; dan/atau kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama transportasi skala nasional atau melayani beberapa provinsi.

Sedangkan pusat kegiatan wilayah diantaranya ditetapkan di Kuala Kapuas, Pangkalan Bun, Buntok, Muarateweh, dan Sampit. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) adalah kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul kedua kegiatan ekspor-impor yang mendukung PKN; kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten; dan/atau kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten. Untuk Kabupaten Kotawaringin Barat sendiri, belum masuk dalam pengembangan sistem perkotaan tata ruang nasional. Namun kabupaten ini mendukung PKW pengembangan perkotaan PKW Pangkalan Bun dan Sampit. Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) belum terdapat dalam pengembangannya. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3.3.

11

Gambar 3.4. Sistem Perkotaan Nasional di Provinsi Kalimantan Tengah

Sumber: PP 26 Tahun 2008 Tentang RTRWN

B. Kawasan Strategis Nasional (KSN)

Arahan pengembangan Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan Strategis Nasional Dengan Sudut Kepentingan Lingkungan Hidup; Rehabilitasi/Revitalisasi Kawasan. Selain itu terdapat beberapa kawasan strategis nasional lainnya yang meliputi :

12

1. Kawasan Perbatasan Darat RI dan Jantung Kalimantan (Heart of Borneo) (Provinsi Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Tengah) (I/E/2). 2. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Daerah Aliran Sungai Kahayan Kapuas dan Barito (Provinsi Kalimantan Tengah) (I/A/2).

C. Kawasan Lindung Nasional

Beberapa kawasan lindung nasional yang berada di Kalimantan Tengah meliputi Suaka Margasatwa Sungai Lamandau (Kabupaten Kotawaringin Barat dan dan Kabupaten Sukamara); Cagar Alam Bukit Sapat Hawung (Kab. Murung Raya); Cagar Alam Bukit Tangkiling (Kota Palangkaraya); dan Cagar Alam Pararawen (Kabupaten Barito Utara). Kesemua kawasan lindung nasional tersebut tidak berada dalam pengembangan wilayah Kabupaten Seruyan. Selain itu juga terdapat Taman Nasional Bukit Baka – Bukit Raya (Kalimantan Barat – Kalimantan Tengah); Taman Nasional Tanjung Puting (Kabupaten Seruyan – Kabupaten Kotawaringin Barat); Taman Nasional Sebangau (Kabupaten Katingan). Taman Wisata Alam Tanjung Keluang/Teluk Keluang (Kabupaten Kotawaringin Barat).

13

3.1.2.2. Arahan Strategis Pulau Kalimanatan (RTR Pulau)

A. Sistem Perkotaan Nasional

Strategi operasionalisasi perwujudan sistem perkotaan nasional terkait dengan wilayah Kabupaten Kotawaringin Barat secara regional yakni PKN Palangkaraya, PKW Kuala Kapuas, PKW Pangkalan Bun, PKW Buntok, PKW Muara Teweh, dan PKW Sampit. Beberapa strategi operasionalisasi yang diarahkan meliputi:

1. Pengembangan PKN dan PKW sebagai pusat industri pengolahan hasil pertambangan mineral, batubara, serta minyak dan gas bumi yang didukung oleh pengelolaan limbah industri terpadu yaitu pusat industri pengolahan hasil pertambangan mineral, batubara, serta minyak dan gas bumi di PKW Muara Teweh, PKW Tanjung Redeb, PKW Sangata, PKW/PKSN Nunukan, PKW Tanjung Selor, PKW Malinau, dan PKW Tanah Grogot. 2. Pengembangan PKN dan PKW sebagai pusat industri pengolahan lanjut dan industri jasa hasil perkebunan kelapa sawit dan karet yang berdaya saing dan ramah lingkungan meliputi: a. pusat industri hilir pengolahan hasil perkebunan kelapa sawit dan karet di PKN Palangkaraya, PKN Banjarmasin, dan PKN Kawasan Perkotaan Balikpapan-Tenggarong-Samarinda-Bontang; dan b. pusat industri pengolahan hasil perkebunan kelapa sawit dan karet di PKW Singkawang, PKW Sambas, PKW Ketapang, PKW Putussibau, PKW/PKSN Entikong, PKW Sanggau, PKW Sintang, PKW Kuala Kapuas,

14

PKW Pangkalan Bun, PKW Buntok, PKW Muara Teweh, PKW Sampit, PKW Amuntai, PKW Martapura, PKW Marabahan, PKW Kotabaru, PKW Sangata, PKW/PKSN Nunukan, PKW Tanjung Selor, PKW Tanah Grogot, PKW Sendawar, PKW Malinau, PKSN Simanggaris, PKSN Long Midang, dan PKSN Long Pahangai. 3. Pengembangan PKN dan PKW sebagai pusat industri pengolahan hasil hutan yang berdaya saing dan ramah lingkungan meliputi: a. pusat industri hilir pengolahan hasil hutan di PKN Palangkaraya dan PKN Kawasan Perkotaan Balikpapan-Tenggarong-Samarinda-Bontang; dan b. pusat pengolahan hasil hutan di PKW Ketapang, PKW Putussibau, PKW/PKSN Entikong, PKW Sanggau, PKW Sintang, PKW Kuala Kapuas, PKW Pangkalan Bun, PKW Buntok, PKW Muara Teweh, PKW Sampit, PKW Tanjung Redeb, PKW Sangata, PKW/PKSN Nunukan, PKW Tanjung Selor, PKW Malinau, PKW Tanlumbis, dan PKW Sendawar. 4. Pengembangan PKN dan PKW sebagai pusat industri pengolahan dan industri jasa hasil pertanian tanaman pangan dilakukan di PKN Pontianak, PKN Palangkaraya, PKN Banjarmasin, PKW Mempawah, PKW Singkawang, PKW Sambas, PKW Ketapang, PKW/PKSN Entikong, PKW Sanggau, PKW Sintang, PKW Kuala Kapuas, PKW Pangkalan Bun, PKW Buntok, PKW Muara Teweh, PKW Sampit, PKW Amuntai, PKW Martapura, PKW Marabahan, dan PKW Kotabaru. 5. Pengembangan PKN dan PKW sebagai pusat industri pengolahan dan industri jasa hasil perikanan yang ramah lingkungan dilakukan di PKN Pontianak, PKN Palangkaraya, PKN Banjarmasin, PKN Kawasan 15

Perkotaan Balikpapan-Tenggarong-Samarinda-Bontang, PKN , PKW Mempawah, PKW Singkawang, PKW Sambas, PKW Ketapang, PKW Sanggau, PKW Sintang, PKW Pangkalan Bun, PKW Kuala Kapuas, PKW Martapura, PKW Marabahan, PKW Kotabaru, PKW Tanjung Redeb, PKW/PKSN Nunukan, PKW Tanjung Selor, dan PKW Sangata. 6. Pengembangan PKN, PKW, dan PKSN sebagai pusat pengembangan ekowisata dan wisata budaya meliputi: a. pusat pengembangan ekowisata di PKN Pontianak, PKN Palangkaraya, PKN Banjarmasin, PKN Kawasan Perkotaan Balikpapan-Tenggarong- Samarinda-Bontang, PKW Putussibau, PKW Pangkalan Bun, PKW Buntok, PKW Kotabaru, PKW Tanjung Redeb, PKW Tanjung Selor, PKW Malinau, PKW Tanah Grogot, PKSN Nanga Badau, PKSN Long Midang, PKSN Long Pahangai, dan PKSN Long Nawang; dan b. pusat pengembangan wisata budaya di PKN Pontianak, PKN Palangkaraya, PKN Banjarmasin, PKN Kawasan Perkotaan Balikpapan- Tenggarong-Samarinda-Bontang, PKW Mempawah, PKW Putussibau, PKW Sintang, PKW Amuntai, PKW Sangata, PKW/PKSN Nunukan, dan PKW Sendawar. 7. Pengembangan pusat kegiatan ekonomi di PKN dan PKW yang berdekatan/menghadap badan air dilakukan di PKN Pontianak, PKN Palangkaraya, PKN Banjarmasin, PKN Kawasan Perkotaan Balikpapan- Tenggarong-Samarinda-Bontang, PKW Mempawah, PKW Sambas, PKW Ketapang, PKW Putussibau, PKW Sanggau, PKW Sintang, PKW Kuala Kapuas, PKW Pangkalan Bun, PKW Buntok, PKW Muara Teweh, PKW

16

Sampit, PKW Martapura, PKW Marabahan, PKW Tanjung Redeb, PKW Sangata, PKW Tanjung Selor, dan PKW Tanah Grogot. 8. Pengembangan jaringan drainase di PKN dan PKW yang terintegrasi dengan sungai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf i meliputi pengembangan jaringan drainase di: a. PKN Palangkaraya yang terintegrasi dengan Sungai Kahayan; b. PKW Kuala Kapuas yang terintegrasi dengan Sungai Kapuas dan Sungai Kahayan; c. PKW Pangkalan Bun yang terintegrasi dengan Sungai Lamandau; d. PKW Buntok, PKW Muara Teweh, PKW Martapura, dan PKW Marabahan yang terintegrasi dengan Sungai Barito; e. PKW Sampit yang terintegrasi dengan Sungai Mentaya; 9. Penataan kawasan perkotaan yang adaptif terhadap ancaman bencana banjir dilakukan di PKN Pontianak, PKN Palangkaraya, PKN Banjarmasin, PKN Kawasan Perkotaan Balikpapan-Tenggarong-Samarinda-Bontang, PKW Mempawah, PKW Sambas, PKW Ketapang, PKW Putussibau, PKW Sanggau, PKW Sintang, PKW Kuala Kapuas, PKW Pangkalan Bun, PKW Buntok, PKW Muara Teweh, PKW Sampit, PKW Martapura, PKW Marabahan, PKW Tanjung Redeb, PKW Sangata, PKW Tanjung Selor, dan PKW Tanah Grogot. 10. Pengendalian perkembangan fisik PKN dan PKW untuk kelestarian lahan pertanian pangan berkelanjutan dan kawasan berfungsi lindung dilakukan di PKN Pontianak, PKN Palangkaraya, PKN Banjarmasin, PKN Kawasan Perkotaan Balikpapan-Tenggarong-Samarinda-Bontang, PKW Putussibau, dan PKW Malinau. 17

B. Kawasan Yang Memberikan Perlindungan Terhadap Kawasan Bawahannya

Strategi operasionalisasi kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya meliputi:

1. Pemertahanan luasan dan pelestarian kawasan bergambut untuk menjaga sistem tata air alami dan ekosistem kawasan dilakukan pada kawasan bergambut di Kabupaten Sambas, Kabupaten Pontianak, Kabupaten Kubu Raya, Kabupaten Kayong Utara, Kabupaten Ketapang, Kabupaten Kapuas Hulu, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kabupaten Katingan, Kabupaten Pulang Pisau, Kabupaten Barito Selatan, Kabupaten Barito Timur, Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kabupaten Kutai Timur, Kabupaten Bulungan, dan Kabupaten Nunukan. 2. Pemertahanan dan peningkatan fungsi kawasan resapan air, khususnya pada hulu sungai dilakukan pada hulu Sungai Barito, hulu Sungai Kahayan, hulu Sungai Katingan, hulu Sungai Kapuas, hulu Sungai Melawi, hulu Sungai Seruyan, hulu Sungai Sesayap, hulu Sungai Sembakung, hulu Sungai Berau, hulu Sungai Kayan dan hulu Sungai Mahakam. 3. Pengendalian kegiatan pemanfaatan ruang di kawasan resapan air dilakukan pada hulu Sungai Barito, hulu Sungai Kahayan, hulu Sungai Katingan, hulu Sungai Kapuas, hulu Sungai Melawi, hulu Sungai Seruyan, hulu Sungai Sesayap, hulu Sungai Sembakung, hulu Sungai Berau, hulu Sungai Kayan, dan hulu Sungai Mahakam.

18

C. Kawasan Yang Memberikan Perlindungan Setempat

Strategi operasionalisasi perwujudan kawasan yang memberikan perlindungan setempat meliputi:

1. Pengendalian perkembangan kawasan terbangun yang mengganggu dan/atau merusak fungsi sempadan sungai dilakukan di sempadan Sungai Seruyan di WS Seruyan; 2. Pengendalian pemanfaatan ruang pada kawasan sekitar danau atau waduk yang berpotensi mengganggu dan/atau merusak fungsi kawasan sekitar danau atau waduk sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c dilakukan pada:  kawasan sekitar Danau Sentarum (Kabupaten Kapuas Hulu), Danau Bekuan (Kabupaten Kapuas Hulu), Danau Belida (Kabupaten Kapuas Hulu), Danau Genali (Kabupaten Kapuas Hulu), Danau Tang (Kabupaten Kapuas Hulu), Danau Bangkau (Kabupaten Hulu Sungai Selatan dan Kabupaten Hulu Sungai Tengah), Danau Bitin (Kabupaten Hulu Sungai Utara), Danau Cembulu (Kabupaten Seruyan), Danau Ganting (Kabupaten Barito Selatan), Danau Bambenan (Kabupaten Barito Selatan), Danau Limut (Kabupaten Barito Selatan), Danau Mepara (Kabupaten Barito Selatan), Danau Raya (Kabupaten Barito Selatan), Danau Gatel (Kabupaten Kotawaringin Barat), Danau Kenamfui (Kabupaten Kotawaringin Barat), Danau Terusan (Kabupaten Kotawaringin Barat), Danau Jempang (Kabupaten Kutai Barat), Danau Melintang (Kabupaten Kutai Kartanegara), Danau

19

Semayang (Kabupaten Kutai Kartanegara), Danau Sembuluh (Kabupaten Seruyan), dan Danau Tete (Kabupaten Barito Utara).

D. Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam Dan Cagar Budaya

Strategi operasionalisasi perwujudan kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya meliputi :

1. Pemertahanan dan rehabilitasi luasan suaka margasatwa, cagar alam, taman nasional, taman hutan raya, dan taman wisata alam dilakukan pada: a. Taman Nasional Betung Kerihun (Kabupaten Kapuas Hulu), Taman Nasional Danau Sentarum (Kabupaten Kapuas Hulu), Taman Nasional Gunung Palung (Kabupaten Kayong Utara dan Kabupaten Ketapang), Taman Nasional Bukit Baka-Bukit Raya (Kabupaten Melawi, Kabupaten Sintang, dan Kabupaten Katingan), Taman Nasional Tanjung Putting (Kabupaten Kotawaringin Barat dan Kabupaten Seruyan), Taman Nasional Sebangau (Kabupaten Katingan, Kabupaten Pulang Pisau, dan Kota Palangkaraya, Taman Nasional Kayan Mentarang (Kabupaten Malinau, Kabupaten Nunukan, dan Kabupaten Bulungan), dan Taman Nasional Kutai (Kabupaten Kutai Timur, Kabupaten Kutai Kartanegara, dan Kota Bontang); b. Taman Nasional Betung Kerihun (Kabupaten Kapuas Hulu), Taman Nasional Danau Sentarum (Kabupaten Kapuas Hulu), Taman Nasional Gunung Palung (Kabupaten Kayong Utara-Kabupaten Ketapang), Taman Nasional Bukit Baka-Bukit Raya (Kabupaten Melawi-

20

Kabupaten Sintang-Kabupaten Katingan), Taman Nasional Tanjung Puting (Kabupaten Kotawaringin Barat dan Kabupaten Seruyan), Taman Nasional Sebangau (Kabupaten Katingan, Kabupaten Pulang Pisau dan Kota Palangkaraya), Taman Nasional Kayan Mentarang (Kabupaten Malinau, Kabupaten Nunukan dan Kabupaten Bulungan), dan Taman Nasional Kutai (Kabupaten Kutai Timur, Kabupaten Kutai Kartanegara, dan Kota Bontang). 2. Pemertahanan kawasan pantai berhutan bakau di wilayah pesisir untuk perlindungan pantai dan kelestarian biota laut dilakukan pada kawasan pantai berhutan bakau di wilayah pesisir Kabupaten Pontianak, Kabupaten Kubu Raya, Kabupaten Kayong Utara, Kabupaten Ketapang, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kabupaten Pulang Pisau, Kabupaten Kapuas, Kabupaten Tanah Laut, Kabupaten Kotabaru, Kabupaten Tanah Bumbu, Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Paser, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kabupaten Kutai Timur, Kabupaten Berau, Kabupaten Bulungan, dan Kabupaten Nunukan.

E. Kawasan Rawan Bencana Alam

Strategi operasionalisasi perwujudan kawasan rawan bencana alam dilakukan dengan mengembangkan jaringan drainase yang terintegrasi dengan sungai pada kawasan perkotaan yang rawan banjir.

1. Pengendalian perkembangan kegiatan budi daya terbangun pada kawasan rawan bencana alam geologi dilakukan pada:

21

a. kawasan rawan gerakan tanah di Kabupaten Melawi, Kabupaten Sintang, Kabupaten Kapuas Hulu, Kabupaten Katingan, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Lamandau, Kota Balikpapan, Kabupaten Kutai Barat, Kota Bontang, Kabupaten Sangata, Kota Samarinda, Kabupaten Barito Utara, Kabupaten Murung Raya, Kabupaten Balangan, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kabupaten Tapin, Kabupaten Banjar, Kabupaten Tanah Laut, Kabupaten Kotabaru, dan Kabupaten Tanah Bumbu; dan 2. Penyelenggaraan upaya mitigasi dan adaptasi bencana melalui penetapan lokasi dan jalur evakuasi bencana, pembangunan prasarana dan sarana pemantauan bencana, serta penetapan standar bangunan gedung untuk mengurangi dampak akibat bencana alam geologi dilakukan pada: a. kawasan rawan gerakan tanah di Kabupaten Melawi, Kabupaten Sintang, Kabupaten Kapuas Hulu, Kabupaten Katingan, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Lamandau, Kota Balikpapan, Kabupaten Kutai Barat, Kota Bontang, Kabupaten Sangata, Kota Samarinda, Kabupaten Barito Utara, Kabupaten Murung Raya, Kabupaten Balangan, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kabupaten Tapin, Kabupaten Banjar, Kabupaten Tanah Laut, Kabupaten Kotabaru, dan Kabupaten Tanah Bumbu; dan b. Pengendalian perkembangan kegiatan budi daya terbangun pada kawasan imbuhan air tanah dilakukan pada kawasan imbuhan air tanah di CAT Paloh (Kabupaten Sambas dan Negara Malaysia), CAT Tanjung Selor (Kabupaten Kutai Timur, Kabupaten Berau, Kabupaten 22

Bulungan, Kabupaten Nunukan, dan Negara Malaysia), CAT Palangkaraya-Banjarmasin (Kabupaten Ketapang, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kabupaten Sukamara, Kabupaten Katingan, Kabupaten Pulang Pisau, Kabupaten Kapuas, Kabupaten Barito Selatan, Kabupaten Gunung Mas, Kabupaten Barito Utara, Kabupaten Barito Timur, Kota Palangkaraya, Kabupaten Tanah Laut, Kabupaten Banjar, Kabupaten Tapin, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kabupaten Tabalong, Kabupaten Balangan, Kota Banjarmasin dan Kota Banjar Baru), CAT Muarapayang (Kabupaten Barito Utara dan Kabupaten Paser), dan CAT Muara Lahai (Kabupaten Kutai Barat, Kabupaten Murung Raya, dan Kabupaten Barito Utara).

F. Kawasan Lindung Lainnya

Strategi operasionalisasi perwujudan pengelolaan kawasan lindung lainnya meliputi:

1. koridor ekosistem bekantan, gabon, gajah, dan orang utan yang menghubungkan antarekosistem dataran rendah, yaitu: a. koridor ekosistem yang menghubungkan Suaka Margasatwa Lamandau (Kabupaten Kotawaringin Barat dan Kabupaten Sukamara), Cagar Alam Gunung Raya Pasi (Kota Singkawang dan Kabupaten Bengkayang), Taman Nasional Gunung Palung (Kabupaten Kayong Utara dan Kabupaten Ketapang), Taman Nasional Tanjung

23

Puting (Kabupaten Kotawaringin Barat dan Kabupaten Seruyan), dan Taman Wisata Alam Tanjung Keluang (Kabupaten Kotawaringin Barat); 2. Pengendalian pemanfaatan ruang kegiatan budi daya dengan prinsip berkelanjutan pada kawasan yang merupakan kawasan koridor ekosistem dilakukan pada: a. Suaka Margasatwa Lamandau (Kabupaten Kotawaringin Barat dan Kabupaten Sukamara), Cagar Alam Gunung Raya Pasi (Kota Singkawang dan Kabupaten Bengkayang), Taman Nasional Gunung Palung (Kabupaten Kayong Utara dan Kabupaten Ketapang), Taman Nasional Tanjung Puting (Kabupaten Kotawaringin Barat dan Kabupaten Seruyan), dan Taman Wisata Alam Tanjung Keluang (Kabupaten Kotawaringin Barat); 3. Pengembangan prasarana yang ramah lingkungan sebagai pendukung koridor ekosistem sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf e dilakukan pada: a. koridor ekosistem bekantan, gabon, gajah, dan orang utan yang menghubungkan: i. Suaka Margasatwa Lamandau (Kabupaten Kotawaringin Barat- Kabupaten Sukamara), Cagar Alam Gunung Raya Pasi (Kota Singkawang dan Kabupaten Bengkayang), Taman Nasional Gunung Palung (Kabupaten Kayong Utara dan Kabupaten Ketapang), Taman Nasional Tanjung Puting (Kabupaten Kotawaringin Barat dan Kabupaten Seruyan), dan Taman Wisata Alam Tanjung Keluang (Kabupaten Kotawaringin Barat); 24

G. Kawasan Budi Daya Strategis Nasional

Strategi operasionalisasi perwujudan kawasan budi daya yang memiliki nilai strategis nasional terdiri atas strategi operasionalisasi perwujudan:

1. kawasan peruntukan hutan; 2. kawasan peruntukan pertanian; 3. kawasan peruntukan perikanan; 4. kawasan peruntukan pertambangan; 5. kawasan peruntukan industri; 6. kawasan peruntukan pariwisata; dan 7. kawasan peruntukan permukiman.

Strategi operasionalisasi perwujudan kawasan peruntukan hutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 huruf a meliputi:

1. Pengembangan kawasan peruntukan hutan yang didukung dengan industry pengolahan dengan prinsip berkelanjutan dilakukan pada kawasan peruntukan hutan di Kabupaten Sambas, Kabupaten Bengkayang, Kabupaten Landak, Kabupaten Pontianak, Kabupaten Sanggau, Kabupaten Ketapang, Kabupaten Sekadau, Kabupaten Sintang, Kabupaten Kapuas Hulu, Kabupaten Melawi, Kabupaten Kayong Utara, Kabupaten Kubu Raya, Kabupaten Lamandau, Kabupaten Sukamara, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kabupaten Katingan, Kabupaten Pulang Pisau, Kabupaten Gunung Mas, Kabupaten Kapuas, Kabupaten Murung Raya,

25

Kabupaten Barito Utara, Kabupaten Barito Selatan, Kabupaten Tabalong, Kabupaten Balangan, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kabupaten Tapin, Kabupaten Banjar, Kabupaten Kotabaru, Kabupaten Tanah Bumbu, Kabupaten Tanah Laut, Kabupaten Paser, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kabupaten Kutai Barat, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kabupaten Kutai Timur, Kabupaten Berau, Kabupaten Bulungan, Kabupaten Nunukan, dan Kabupaten Malinau. 2. Pemertahanan kelestarian keanekaragaman hayati tumbuhan dan satwa endemik kawasan dengan meningkatkan fungsi ekologis di kawasan peruntukan hutan dilakukan pada kawasan peruntukan hutan di Kabupaten Sambas, Kabupaten Bengkayang, Kabupaten Landak, Kabupaten Pontianak, Kabupaten Sanggau, Kabupaten Ketapang, Kabupaten Sekadau, Kabupaten Sintang, Kabupaten Kapuas Hulu, Kabupaten Melawi, Kabupaten Kayong Utara, Kabupaten Kubu Raya, Kabupaten Lamandau, Kabupaten Sukamara, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kabupaten Katingan, Kabupaten Pulang Pisau, Kabupaten Gunung Mas, Kabupaten Kapuas, Kabupaten Murung Raya, Kabupaten Barito Utara, Kabupaten Barito Selatan, Kabupaten Tabalong, Kabupaten Balangan, Kabupaten Hulu Sungai 3. Pengendalian perubahan peruntukan dan/atau fungsi kawasan peruntukan hutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dilakukan pada kawasan peruntukan hutan di Kabupaten Sambas, Kabupaten Bengkayang, Kabupaten Landak, Kabupaten Pontianak, 26

Kabupaten Sanggau, Kabupaten Ketapang, Kabupaten Sekadau, Kabupaten Sintang, Kabupaten Kapuas Hulu, Kabupaten Melawi, Kabupaten Kayong Utara, Kabupaten Kubu Raya, Kabupaten Lamandau, Kabupaten Sukamara, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kabupaten Katingan, Kabupaten Pulang Pisau, Kabupaten Gunung Mas, Kabupaten Kapuas, Kabupaten Murung Raya, Kabupaten Barito Utara, Kabupaten Barito Selatan, Kabupaten Tabalong, Kabupaten Balangan, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kabupaten Tapin, Kabupaten Banjar, Kabupaten Kotabaru, Kabupaten Tanah Bumbu, Kabupaten Tanah Laut, Kabupaten Paser, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kabupaten Kutai Barat, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kabupaten Kutai Timur, Kabupaten Berau, Kabupaten Bulungan, Kabupaten Nunukan, dan Kabupaten Malinau.

Strategi operasionalisasi perwujudan kawasan peruntukan perikanan dilakukan di :

1. Pengembangan kegiatan perikanan budi daya dengan memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dilakukan pada kawasan peruntukan perikanan di Kabupaten Sambas, Kabupaten Pontianak, Kota Singkawang, Kabupaten Ketapang, Kabupaten Kayong Utara, Kabupaten Sukamara, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Kapuas, Kota Banjarmasin, Kabupaten Tanah Laut, Kabupaten Tanah Bumbu, Kabupaten Kotabaru, Kabupaten Penajam

27

Paser Utara, Kota Samarinda, Kabupaten Kutai Timur, dan Kabupaten Bulungan.

Strategi operasionalisasi perwujudan kawasan peruntukan pertambangan dilakukan di:

1. Pengembangan kawasan peruntukan pertambangan mineral, batubara, serta minyak dan gas bumi dengan memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup meliputi: a. kawasan peruntukan pertambangan mineral di Kabupaten Pontianak, Kabupaten Landak, Kabupaten Bengkayang, Kabupaten Sanggau, Kabupaten Sintang, Kabupaten Ketapang, Kabupaten Sambas, Kabupaten Sekadau, Kabupaten Melawi, Kabupaten Kayong Utara, Kabupaten Kubu Raya, Kabupaten Banjar, Kabupaten Banjarbaru, Kota Martapura, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kabupaten Tabalong, Kabupaten Tanah Laut, Kabupaten Tanah Bumbu, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kabupaten Kotabaru, Kabupaten Kapuas Hulu, Kabupaten Lamandau, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kabupaten Katingan, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Sukamara, Kota Palangkaraya, Kabupaten Gunung Mas, Kota Muara Teweh, Kabupaten Barito Selatan, Kabupaten Barito Timur, Kabupaten Murung Raya, Kabupaten Kapuas, Kabupaten Paser, Kabupaten Berau, Kota Samarinda, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kabupaten Kutai Timur, Kabupaten Kutai Barat, Kabupaten Bulungan, Kabupaten Malinau, dan Kota Balikpapan;

28

b. kawasan peruntukan pertambangan batubara di Kabupaten Sintang, Kabupaten Kapuas Hulu, Kabupaten Melawi, Kabupaten Sambas, Kabupaten Bengkayang, Kabupaten Landak, Kabupaten Pontianak, Kabupaten Sanggau, Kabupaten Murung Raya, Kabupaten Barito Utara, Kabupaten Barito Timur, Kabupaten Gunung Mas, Kabupaten Sukamara, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Katingan, Kota Palangkaraya, Kabupaten Kapuas, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Malinau, 2. Pengendalian perkembangan kawasan pertambangan yang mengganggu kawasan berfungsi lindung meliputi: a. kawasan peruntukan pertambangan mineral di Kabupaten Pontianak, Kabupaten Landak, Kabupaten Bengkayang, Kabupaten Sanggau, Kabupaten Sintang, Kabupaten Ketapang, Kabupaten Sambas, Kabupaten Sekadau, Kabupaten Melawi, Kabupaten Kayong Utara, Kabupaten Kubu Raya, Kabupaten Banjar, Kabupaten Banjarbaru, Kota Martapura, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kabupaten Tabalong, Kabupaten Tanah Laut, Kabupaten Tanah Bumbu, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kabupaten Kotabaru, Kabupaten Kapuas Hulu, Kabupaten Lamandau, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kabupaten Katingan, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Sukamara, Kota Palangkaraya, Kabupaten Gunung Mas, Kota Muara Teweh, Kabupaten Barito Selatan, Kabupaten Barito Timur, Kabupaten Murung Raya, Kabupaten Kapuas, Kabupaten Paser, Kabupaten Berau, Kota Samarinda, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kabupaten Kutai Timur, Kabupaten 29

Kutai Barat, Kabupaten Bulungan, Kabupaten Malinau, dan Kota Balikpapan; b. kawasan peruntukan pertambangan batubara di Kabupaten Sintang, Kabupaten Kapuas Hulu, Kabupaten Melawi, Kabupaten Sambas, Kabupaten Bengkayang, Kabupaten Landak, Kabupaten Pontianak, Kabupaten Sanggau, Kabupaten Murung Raya, Kabupaten Barito Utara, Kabupaten Barito Timur, Kabupaten Gunung Mas, Kabupaten Sukamara, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Katingan, Kota Palangkaraya, Kabupaten Kapuas, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Malinau, Kabupaten Nunukan, Kabupaten Bulungan, Kabupaten Berau, Kabupaten Kutai Timur, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kabupaten Kutai Barat, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kabupaten Paser, Kabupaten Tarakan, Kota Bontang, Kota Samarinda, Kabupaten Tabalong, Kabupaten Balangan, Kabupaten Kotabaru, Kabupaten Tanah Bumbu, Kabupaten Tanah Laut, Kabupaten Banjar, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kabupaten Tapin, Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, dan Kota Banjarbaru; dan 3. Pelaksanaan reklamasi dan kegiatan pasca tambang pada kawasan peruntukan pertambangan untuk memulihkan kualitas lingkungan dan ekosistem sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dilakukan pada: a. kawasan peruntukan pertambangan mineral di Kabupaten Pontianak, Kabupaten Landak, Kota Tayan, Kabupaten Bengkayang, Kabupaten Sanggau, Kabupaten Sintang, Kabupaten Ketapang, Kabupaten Sambas, Kabupaten Sekadau, Kabupaten Melawi, Kabupaten Kayong 30

Utara, Kabupaten Kubu Raya, Kabupaten Banjar, Kabupaten Banjarbaru, Kota Martapura, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kabupaten Tabalong, Kabupaten Tanah Laut, Kabupaten Tanah Bumbu, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kabupaten Kotabaru, Kabupaten Kapuas Hulu, Kabupaten Lamandau, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kabupaten Katingan, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Sukamara, Kota Palangkaraya, Kabupaten Gunung Mas, Kota Muara Teweh, Kabupaten Barito Selatan, Kabupaten Barito Timur, Kabupaten Murung Raya, Kabupaten Kapuas, Kabupaten Paser, Kabupaten Berau, Kota Samarinda, Kabupaten Kutai Kertanegara, Kabupaten Kutai Timur, Kabupaten Kutai Barat, Kabupaten Bulungan, Kabupaten Malinau, dan Kota Balikpapan; dan b. kawasan peruntukan pertambangan batubara di Kabupaten Sintang, Kabupaten Kapuas Hulu, Kabupaten Melawi, Kabupaten Sambas, Kabupaten Bengkayang, Kabupaten Landak, Kabupaten Pontianak, Kabupaten Sanggau, Kabupaten Murung Raya, Kabupaten Barito Utara, Kabupaten Barito Timur, Kabupaten Gunung Mas, Kabupaten Sukamara, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Katingan, Kota Palangkaraya, Kabupaten Kapuas, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Malinau, Kabupaten Nunukan, Kabupaten Bulungan, Kabupaten Berau, Kabupaten Kutai Timur, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kabupaten Kutai Barat, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kabupaten Paser, Kabupaten Tarakan, Kota Bontang, Kota Samarinda, Kabupaten 31

Tabalong, Kabupaten Balangan, Kabupaten Kotabaru, Kabupaten Tanah Bumbu, Kabupaten Tanah Laut, Kabupaten Banjar, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kabupaten Tapin, Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, dan Kota Banjarbaru.

Kawasan andalan terdiri atas kawasan andalan dengan sektor unggulan kehutanan, pertanian, perkebunan, perikanan, pertambangan, industri, dan pariwisata. Strategi operasionalisasi perwujudan kawasan andalan terdiri atas strategi operasionalisasi perwujudan:

1. kawasan andalan dengan sektor unggulan kehutanan; 2. kawasan andalan dengan sektor unggulan pertanian; 3. kawasan andalan dengan sektor unggulan perkebunan; 4. kawasan andalan dengan sektor unggulan perikanan; 5. kawasan andalan dengan sektor unggulan pertambangan; 6. kawasan andalan dengan sektor unggulan industri; dan 7. kawasan andalan dengan sektor unggulan pariwisata.

Table 3.1. Strategi Operasionalisasi Kawasan Andalan Kawan Pangkalan Terkait Pengembangan Wilayah No. Strategi Operasionalisasi Bun-Sampit Kab. Kotawaringin Barat

1. SU Kehutanan; Kab. Seruyan, Kab. Kotawaringin  Pengembangan kawasan untuk Barat, Kab. Lamandau, Kab. kegiatan sektor unggulan Kotawaringin Timur kehutanan, termasuk kegiatan industri pengolahan hasil

32

Kawan Pangkalan Terkait Pengembangan Wilayah No. Strategi Operasionalisasi Bun-Sampit Kab. Kotawaringin Barat

hutan, permukiman, serta jaringan prasarana dan sarana.

 Pengendalian perkembangan kegiatan sektor unggulan kehutanan yang mengganggu fungsi ekologis hutan

 Peningkatan keterkaitan pusat kegiatan sektor unggulan kehutanan dengan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat pengembangan kawasan andalan dengan sektor unggulan kehutanan, yang terlayani terutama oleh pelabuhan

2. SU Pertanian; Kab. Seruyan, Kab. Kotawaringin  Pengembangan kawasan untuk Barat, Kab. Lamandau, Kab. kegiatan sektor unggulan Kotawaringin Timur pertanian, termasuk kegiatan industri pengolahan hasil pertanian, permukiman, serta jaringan prasarana dan sarana;

33

Kawan Pangkalan Terkait Pengembangan Wilayah No. Strategi Operasionalisasi Bun-Sampit Kab. Kotawaringin Barat

 Pengendalian alih fungsi lahan pada kawasan andalan dengan sektor unggulan pertanian

 Peningkatan keterkaitan pusat kegiatan pertanian pada kawasan andalan dengan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat pengembangan kawasan andalan dengan sektor unggulan pertanian, yang terlayani terutama oleh pelabuhan

3. SU Perkebunan; Kab. Seruyan, Kab. Kotawaringin  Pengembangan kawasan untuk Barat, Kab. Lamandau, Kab. kegiatan sektor unggulan Kotawaringin Timur perkebunan, termasuk kegiatan industri pengolahan hasil perkebunan, permukiman, serta jaringan prasarana dan sarana

 Peningkatan keterkaitan pusat kegiatan perkebunan dengan

34

Kawan Pangkalan Terkait Pengembangan Wilayah No. Strategi Operasionalisasi Bun-Sampit Kab. Kotawaringin Barat

kawasan perkotaan nasional sebagai pusat pengembangan kawasan andalan dengan sektor unggulan perkebunan, yang terlayani terutama oleh pelabuhan

4. SU Perikanan; Kab. Seruyan, Kab. Kotawaringin  Pengembangan kawasan untuk Barat, Kab. Lamandau, Kab. kegiatan sektor unggulan Kotawaringin Timur perikanan, termasuk kegiatan industri pengolahan hasil perikanan, permukiman, serta jaringan prasarana dan sarana

 Peningkatan keterkaitan pusat kegiatan perikanan dengan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat pengembangan kawasan andalan dengan sektor unggulan perikanan yang terlayani terutama oleh bandar udara dan/atau pelabuhan

35

Kawan Pangkalan Terkait Pengembangan Wilayah No. Strategi Operasionalisasi Bun-Sampit Kab. Kotawaringin Barat

5. SU Kab. Seruyan, Kab. Kotawaringin  Peningkatan keterkaitan pusat Pertambangan; Barat, Kab. Lamandau, Kab. kegiatan pertambangan Kotawaringin Timur dengan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat pengembangan kawasan andalan dengan sektor unggulan pertambangan yang terlayani terutama oleh pelabuhan

6. SU Industri; dan Kab. Seruyan, Kab. Kotawaringin  Pengembangan kawasan untuk Barat, Kab. Lamandau, Kab. kegiatan industri dan Kotawaringin Timur permukiman, serta jaringan prasarana dan sarana

 Peningkatan keterkaitan antarpusat kegiatan industri dan keterkaitan pusat kegiatan industri dengan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat pengembangan kawasan andalan dengan sektor unggulan industri yang

36

Kawan Pangkalan Terkait Pengembangan Wilayah No. Strategi Operasionalisasi Bun-Sampit Kab. Kotawaringin Barat

terlayani terutama oleh bandar udara atau pelabuhan

7. SU Pariwisata Kab. Seruyan, Kab. Kotawaringin  Pengembangan kawasan untuk Barat, Kab. Lamandau, Kab. kegiatan sektor unggulan Kotawaringin Timur pariwisata, termasuk kegiatan pendukung pariwisata, permukiman, serta jaringan prasarana dan sarana

 meningkatkan keterkaitan antarpusat kegiatan pariwisata serta antara pusat kegiatan pariwisata dengan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat pengembangan kawasan andalan dengan sektor unggulan pariwisata, yang terlayani terutama oleh pelabuhan dan/atau bandar udara

Sumber : Perpres No 3/2012 Tentang Rencana Tata Ruang Pulau Kalimantan.

37

3.1.2.3. Arahan Strategis Rencana Tata Ruang Provinsi (RTRW) Provinsi Kalimantan Tengah

Sistem pusat permukiman di Provinsi Kalimantan Tengah, berdasarkan Perda No 8 Tahun 2003, menetapkan:

1. Kota Utama, meliputi Kota Palangkaraya, Kota Kuala Kapuas, Kota Sampit, dan Kota Pangkalan Bun; 2. Kota cepat tumbuh, meliputi Kota Buntok, Muara Teweh, Puruk Cahu, Ampah, Pulang Pisau, Kasongan, Sukamara, Nanga Bulik, Kuala Pembuang, Tumbang Samba, Kuala Kurun, Tamiang Layang dan Pagatan; 3. Kota kecamatan yang didorong pertumbuhan dan pengembangannya meliputi Kota Kotawaringin Lama, Kudangan, Pangkut, Tumbang Sangai, Tumbang Senamang, Samuda, Pelantaran, Tumbang Jutuh, Bawan, Lampeong, Kandui, Timpah, Bahaur, Palingkau, Dadahup.

Kota kota utama memiliki fungsi sebagai berikut:

1. Kota berfungsi sebagai Pusat Pemerintahan Propinsi, Pusat Pendidikan, Kota Kebudayaan, Pusat Perdagangan dan Jasa; 2. Kota Kuala Kapuas berfungsi sebagai Pusat Pemerintahan Kabupaten, Kota Pelabuhan, Kota Industri, Agropolitan, Pusat Perdagangan dan Jasa; 3. Kota Sampit berfungsi sebagai Pusat Pemerintahan Kabupaten, Kota Pelabuhan Laut, Kota Industri, Pusat Perdagangan dan Jasa; 4. Kota Pangkalan Bun berfungsi sebagai Pusat Pemerintahan Kabupaten, Kota Pelabuhan Laut, Kota Industri, Pusat Perdagangan dan Jasa.

38

A. Kawasan Cagar Alam dan Suaka Margasatwa

Kawasan cagar alam dan suaka margasatwa meliputi:

a. Cagar Alam Pararawen I dan Pararawen II terletak di Kabupaten Barito Utara; b. Cagar Alam Bukit Tangkiling terletak di Kota Palangka Raya; c. Cagar Alam Bukit Sapat Hawung terletak di Kabupaten Murung Raya; d. Cagar Alam Tumbang Tahai Tangkiling terletak di Kota Palangka Raya; e. Cagar Alam Air Terjun Molau Besar terletak di Kabupaten Barito Utara; f. Cagar Alain Bukit Bakitap terletak di Kabupaten Murung Raya; g. Suaka Margasatwa Sungai Lamandau di Kabupaten Kotawaringin Barat dan Sukamara.

Suaka Alam Laut dan Perairannya yaitu Suaka Alam Laut Gosong Sanggora di Teluk Kumai Kecamatan Arut Selatan dan Kecamatan Kumai, Kabupaten Kotawaringin Barat. Taman Nasional dan Taman Wisata Alam, terdiri dari :

a. Taman Nasional Tanjung Putting terletak di Kabupaten Kotawaringin Barat dan Kabupaten Seruyan; b. Taman Nasional Bukit Raya Bukit Baka terletak di Kabupaten Katingan; c. Taman Wisata Air Terjun Poran terletak di Kabupaten Barito Utara; d. Taman Wisata Bukit Tangki1ing terletak di Kota Palangka Raya;

39

e. Taman Wisata. Tanjong Keluang terletak di Kabupaten Kotawaringin Barat; f. Taman Wisata Ujung Pandaran di Kabupaten Kotawringin Timur; g. Taman Wisata Liang Saragih di Kabupaten Barito Timur.

B. Kawasan Pertambangan

Kawasan Pertambangan, terdiri dari :

1. Pertambangan emas terletak di semua kabupaten; 2. Pertambangan batubara terletak di Kabupaten Barito Selatan, Barito Timur, Kotawaringin Barat, Kotawaringin Timur, Sukamara, Barito Utara, Murung Raya, Kapuas, dan Gunung Mas; 3. Pertambangan gamping terletak di Kabupaten Kapuas, Barito Selatan, Barito Timur, Barito Utara, Murung Raya, dan Gunung Mas; 4. Pertambangan granit terletak di semua kabupten dan kota; 5. Pertambangan pasir terletak di semua kabupaten dan kota; 6. Pertambangan minyak bumi terletak di Kabupaten Barito Selatan, Barito Utara, Kapuas, dan Barito Timur; 7. Pertambangan batu permata dan setengah permata di semua kabupaten dan kota.

C. Kawasan Industri

Kawasan Industri yang diprioritaskan pengembangannya adalah di Kota Pangkalan Bun, Sampit, Palangka Raya, Pulang Pisau, Kuala Kapuas, Tamiang Layang, Buntok, Muara Teweh, Puruk Cahu, Kasongan, Sukamara, Nanga Bulik, Kuala Pembuang, dan Kota Kuala Kurun. 40

D. Kawasan Pariwisata

Kawasan Pariwisata mencakup kawasan yang memiliki potensi besar untuk keperluan pariwisata di semua kabupaten dan kota.

E. Kawasan Permukiman

Kawasan Permukiman mencakup :

1. Kawasan Permukiman Perkotaan, yaitu kawasan ibukota propinsi, kabupaten, dan kecamatan; 2. Kawasan Permukiman Perdesaan, yaitu kawasan permukiman perdesaan di seluruh desa-desa di Propinsi Kalimantan Tengah; 3. Kawasan Permukiman Rawan Bencana Alam.

F. Sistem Pusat-Pusat Permukiman

Sistem Pusat-Pusat Permukiman di Propinsi Kalimantan Tengah dilihat dalam konteks wilayah propinsi serta keterkaitannya satu sama lain, baik secara spasial maupun fungsional, mencakup :

1. Kota Pangkalan Bun berfungsi sebagai Pusat Pemerintahan Kabupaten, Pelabuhan Laut dan Udara, Pusat Industri, Pusat Perdagangan dan Jasa; 2. Kota Sukamara berfungsi sebagai Pusat Pemerintahan Kabupaten, Pusat Industri dan Pusat Perdagangan dan Jasa; 3. Kota Nanga Bulik berfungsi sebagai Pusat Pemerintahan Kabupaten, Agro-industri dan Pusat Perdagangan dan Jasa;

41

4. Kota Sampit berfungsi sebagai Pusat Pemerintahan Kabupaten, Pelabuhan Laut, Agro-industri Kehutanan, Pusat Perdagangan dan Jasa; 5. Kota Kasongan berfungsi sebagai Pusat Pemerintahan Kabupaten; Pusat Perdagangan dan Jasa; 6. Kota Kuala Pembuang berfungsi sebagai Pusat Pemerintahan Kabupaten, Pusat Industri, Agro Polita dan Pusat Perdagangan dan Jasa; 7. Kota Palangka Raya berfungsi sebagai Pusat Pemerintahan Propinsi, Pusat Pendidikan dan Kebudayan, Pusat Industri serta Pusat Perdagangan dan Jasa; 8. Kota Kuala Kapuas berfungsi sebagai Pusat Pemerintahan Kabupaten, Pusat Industri, Agropolitan, Pusat Perdagangan dan Jasa; 9. Kota Kuala Kurun berfungsi sebagai Pusat Pemerintahan Kabupaten, Agro-Industri dan Pusat Perdagangan dan Jasa; 10. Kota Pulang Pisau berfungsi sebagai Pusat Pemerintahan Kabupaten, Pusat AgroIndustri dan Pusat Perdagangan dan Jasa; 11. Kota Buntok berfungsi sebagai Pusat Pemerintahan Kabupaten, Pusat Agro-Industri dan Pusat Perdagangan dan Jasa; 12. Kota Tamiyang Layang berfungsi sebagai Pusat Pemerintahan Kabupaten, AgroIndustri dan Pusat Perdagangan dan Jasa; 13. Kota Muara Teweh berfungsi sebagai Pusat Pemerintahan Kabupaten, Agro-Industri dan Pusat Perdagangan dan Jasa; 14. Kota Puruk Cahu berfungsi sebagai Pusat Pemerintahan Kabupaten dan Pusat Perdagangan dan Jasa. 42

G. Kawasan Prioritas

Kawasan yang diprioritaskan pengembangan atau penaelolaannya adalah:

1. Kawasan perdesaan terpencil, terisolir, dan terbelakang; 2. Kawasan perdesaan di wilayah perbatasan dengan Kalimantan Barat, Kalimantan Timur dan Kahmantan Selatan, 3. Kawasan Sentra Produksi Pertanian Tanaman Pangim dan Hortiknitura, Perkebunan, Perikanan, kehewanan dan Kawasan Sentra industri, 4. Kawasan Sekitar jalur jalan Lintas Kalimantan: 5. Kawasan Andalan Sampit dan sekitarnya; 6. Kawasan Andalan Pangkalan Bun dan sekitarnya, 7. Kawasan Andalan Muara Teweh dan sekitarnya; 8. Kawasan Andalan Buntok dan sekitarnya: 9. Kawasan Andalan Kuala Kapuas dan sekitarnya; 10. Kawasan Pertumbuhan Ekonomi Terpadu (Kapet) DAS KAKAB; 11. Kawasan Taman Nasional Tanjung, Putting; 12. Taman Nasional Bukit Raya Bukit Baka: 13. Suaka Alam Laut Gosona Sanggora di Teluk Kumai.

3.1.3. Arahan Wilayah Pengembangan Strategis

Kebijakan Prioritas Direktorat Jenderal Cipta Karya sesuai Amanat RPJMN III Tahun 2015-2019 yakni:

43

1. Mendukung sistem perkotaan nasional: metropolitan eksisting, metropolitan baru, kota baru, kota sedang, dan kawasan pusat pertumbuhan baru 2. Mendukung WPS, Pelabuhan Strategis, Kawasan Strategis Pariwisata Nasional, dan Kawasan Industri Prioritas 3. Mendukung Kawasan Perbatasan di Kawasan PLBN dan Kawasan Permukiman Perbatasan 4. Mendukung Pengurangan Kawasan Permukiman Kumuh Perkotaan 5. Mendukung Pembangunan SPAM Regional dan SPAM Kota Binaan 6. Mendukung Pembangunan TPA Regional dan ITF 7. Mendukung Penataan Kampung Nelayan dan Revitalisasi Kawasan Pusaka

Gambar 3.5. Keterpaduan Pembangunan

44

Adapun dalam pelaksanaan pembangunan infrastruktur keciptakaryaan, Ditjen Cipta Karya menggunakan tiga strategi pendekatan yaitu membangun sistem, memfasilitasi Pemerintah Dareah Provinsi, Kota dan Kabupaten, serta memberdayakan masyarakat melalui program-program pemberdayaan masyarakat. Dalam membangun sistem, Ditjen Cipta Karya memberikan dukungan pembangunan infrastruktur dengan memprioritaskan sistem infastruktur Provinsi/Kabupaten/Kota. Dalam hal fasilitasi Pemerintah Daerah, bentuk dukungan yang diberikan adalah fasilitasi kepada Pemerintah Daerah dalam penguatan kelembagaan, keuangan, termasuk pembinaan teknis terhadap tugas dekonsentrasi dan pembantuan. Untuk pemberdayaan masyarakat, bentuk dukungan yang diberikan adalah pembangunan infrastruktur keciptakaryaan melalui program-program pemberdayaan masyarakat.

Gambar 3.6. Peta Wilayah Pengembangan Strategis Kementerian PUPR 2015-2019

45

Provinsi Kalimantan Tengah termasuk dalam Wilayah Pengembangan Strategis (WPS) Nomor 22, yang meliputi Kota Palangkaraya-Banjarmasin-Batulicin. Selain termasuk dalam WPS, Provinsi Kalimantan Tengah menjadi salah satu dari 24 Pengembangan Pelabuhan Strategis yakni yang berada di Kota Sampit. Kemudian juga termasuk dalam 25 Kawasan Strategis Pariwisata Nasional yakni Tanjung Puting. Arahan Kebijakan Prioritas Nasional inilah yang menjadi acuan dalam pengembangan Infrastruktur dalam mendukung aktivitas di dalamnya dan menumbuhkembangkan sektor perekonimian bagi Provinsi Kalimantan Tengah.

3.1.4. Arahan Rencana Pembangunan Daerah

A. Visi, Misi dan Tujuan Visi RPJMD Kabupaten Kotawaringin Barat(2012– 2016) “ TERWUJUDNYA KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT YANG SEJAHTERA , BERKEADILAN DAN JAYA ”

GREAT

Dalam mencapai visi tersebut maka perlu dijabarkan misi RPJMD Kabupaten Kotawaringin Barat (2012– 2016) yaitu:

 Melanjutkan Pembangunan Kotawaringin Barat Sebagai Daerah Pengembangan Pembangunan

 Memperkuat Dimensi Keadilan di Semua Bidang Menuju Kejayaan Kotawaringin Barat

46

Adapun itu tujuan RPJMD Kabupaten Kotawaringin Barat (2012– 2016) adalah:

. Pembangunan Ekonomi Kesejahteraan

Pembangunan ekonomi dan kesejahteraan sasaran pembangunan ditujukan pada bidang pendidikan, kesehatan pangan, energy, Iingkungan hidup,infrastruktur,usaha kecil dan menengah. . Perkuatan Pembangunan Demokrasi

Memantapkan sistem demokrasi yang menghasilkan pemerintahan dan lembaga legistatif yang kredibel, bermutu, efektif, dan mampu menyelenggaran amanah dan tugas serta tanggung jawabnya . Program Penegakan Hukum

Tercapainya suasana dan kepastian keadilan melalui penegakan hukum (rule of law) dan terjaganya ketertiban umum B. Indikator Kinerja Penyusunan RPI2-JM tentu perlu mengacu pada rencana pembangunan daerah yang tertuang dalam RPJMD agar pembangunan sektor Cipta Karya dapat terpadu dengan pembangunan bidang lainnya. Oleh karena itu, ringkasan dari RPJMD perlu dikutip dalam RPI2-JM CK terutama yang berkaitan dengan indikator pencapaian kinerja aspek pelayanan umum (pelayanan dasar). Indikator kinerja Pekerjaan Umum yang tertuang dalam RPJMD Kabupaten Kotawaringin Barat (2012– 2016) antara lain: . Proporsi Panjang jalan dalam kondisi baik . Rasio Jaringan Irigasi

47

. Persentase rumah tinggal bersanitasi (%) . Rasio tempat pemakaman umum persatuan penduduk . Rasio tempat pembuangan sampah (TPS) persatuan penduduk . Rasio rumah layak huni . Rasio permukiman layak huni (%) . Panjang jalan dilalui Roda 4 (Km)

Tabel 3.1. Target Pencapaian Kinerja pada Akhir peride RPJMD Kabupaten Kotawaringin Barat tahun 2016

No. FOKUS/BIDANG Kondisi Target Kondisi Kinerja pada akhir periode URUSAN / Kinerja Capaian RPJMD 2016 INDIKATOR pada Setiap Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun KINERJA Tahun Tahun 2012 2013 2014 2015 2016 PEMBANGUNAN 2011 DAERAH

Pekerjaan Umum

1 Proporsi Panjang 15,44 15,44 18,24 21,04 23,84 26,64 26,64 jalan dalam kondisi baik

2 Rasio Jaringan 56,70 56,70 61,72 67,26 73,33 79,33 79,33 Irigasi

4 Persentase 93,82 93,82 94,81 95,79 96,78 97,76 97,76

48

No. FOKUS/BIDANG Kondisi Target Kondisi Kinerja pada akhir periode URUSAN / Kinerja Capaian RPJMD 2016 INDIKATOR pada Setiap Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun KINERJA Tahun Tahun 2012 2013 2014 2015 2016 PEMBANGUNAN 2011 DAERAH

rumah tinggal bersanitasi (%)

5 Rasio tempat 77,17 77,17 77,17 77,17 77,17 77,17 77,17 pemakaman umum persatuan penduduk****

6 Rasio tempat 0,23 0,23 0,42 0,52 0,62 0,75 0,75 pembuangan sampah (TPS) persatuan penduduk

7 Rasio rumah 60,39 60,39 61,46 62,53 63,60 64,67 64,67 layak huni

8 Rasio 99,28 99,28 99,28 99,29 99,29 99,30 99,30 permukiman layak huni (%)

49

No. FOKUS/BIDANG Kondisi Target Kondisi Kinerja pada akhir periode URUSAN / Kinerja Capaian RPJMD 2016 INDIKATOR pada Setiap Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun KINERJA Tahun Tahun 2012 2013 2014 2015 2016 PEMBANGUNAN 2011 DAERAH

9 Panjang jalan 2.405,2 2405,26 2450 2500 2550 2600 2650 dilalui Roda 4 6 (Km)

Sumber: RPJMD Kabupaten Kotawaringin Barat

3.2. RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA

3.2.1. Rencana Kawasan Permukiman (RKP)

A. Visi dan Misi Pengembangan Permukiman dan Insfrastruktur Rumusan visi pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan adalah: “MEWUJUDKAN KONDISI PERMUKIMAN PERKOTAAN KOTAWARINGIN BARAT YANG LAYAK HUNI, AMAN, NYAMAN DAMAI DAN SEJAHTERA SERTA BERKELANJUTAN”

Rumusan misi pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan Kabupaten Kotawaringin Barat adalah:

50

1)Mengembangkan kawasan-kawasan strategis dan cepat tumbuh untuk pembangunan permukiman dan perumahan pada kawasan permukiman 2)Meningkatkan kualitas lingkungan permukiman dan terbebas dengan permukiman kumuh 3)Mempercepat kecukupan sarana dan prasarana umum secara integratif dan komprehensif dalam rangka peningkatan daya dukung terhadap pembangunan daerah 4)Mewujudkan pengelolaan ruang terbuka hijau sebagai simpul aktivitas social dan ekonomi 5)Mewujudkan pengembangan dan pengelolaan sumber daya air yang berwawasan kelestarian lingkungan secara optimal yang berhasil guna dan berdaya guna 6)Mewujudkan peran serta masyarakat dan/atau swasta dalam pembangunan, peningkatan dan pemeliharaan sarana dan prasarana umum.

Tujuan pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan, masing- masing meliputi 2 (dua) tujuan. 1) Permukiman Pada sektor permukiman terdapat 2 (dua) tujuan, yaitu: a) Terwujudnya kawasan permukiman yang layak dan bebas kumuh bagi semua golongan masyarakat. Tujuan ini dilatarbelakangi oleh adanya kawasan permukiman yang berada pada daerah yang tidak sesuai rencana, yang mana kewasan permukiman tersbut berada pada sempadan/tepian sungai. Pertumbuhan kawasan permukiman ini

51

menjurus tidak terkendali dan menjadi kumuh. Selain itu,pada kawasan permukiman yang terbangun secara seadaya (perumahan non formal) memiliki bentuk yang tidak beraturan, hal ini perlu dikendalikan karena kalau tidak akan berkembang menjadi tidak terkendali dan menjadi kumuh. b) Terwujudnya RTH pengelolaanya di kawasan perkotaan/permukiman sebagai simpul aktifitas social dan ekonomi. Sebagaimana yang sudah disampaikan terdahulu bahwa permukiman padat memiliki RTH yang sempit, karena kepadatan bangunan sangat tinggi. 2) Infrastruktur Permukiman Perkotaan

Sedangkan infrastruktur permukiman perkotaan, terdapat 2 (dua) tujuan, yaitu: a) Mempercepat kecukupan sarana dan prasarana umum secara integratif dan komprehensif dalam rangka peningkatan daya dukung terhadap pembangunan daerah. Tujuan terhadap infrastruktur permukiman perkotaan ini terkait dengan rendahnya infarstruktur permukiman padat/kumuh, terutama permukiman tepian sungai khusnya sanitasi dan persampahan serta air bersih. Sedangkan pada kawasan permukiman daratan (formal dan non formal) masih perlu peningkatan palayanan dan cakupanya. b) Mewujudkan pengembangan dan pengelolaan sumber daya air yang berwawasan kelestarian lingkungan secara optimal yang berhasil guna dan berdaya guna. Kebutuhan air bersih semakin tinggi dengan semakin

52

bertambahnya penduduk, sementara ketersediaan air bersih yang ada belum mencukupi. Hal ini sebagai dasar dalam membuat tujuan. B. Rencana Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman Pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan kawasan pusat kota lama yang direnanakan meliputi: . Penanganan sempadan Sungai Arut dari kegiatan dan bangunan fisik . Pemfungsian Sungai Arut sebagai peningkatan ekonomi kemasyarakatan . Perbaikan kualitas bangunan dan system sanitasi . Penataan dan peningkatan kualitas jalan lingkungan . Penanganan banjir pasang pada tepian pesisir Sungai Arut . Perbaikan kualitas air buangan menuju Sungaui Arut . Peningkatan kualitas air dan penyempitan/pendangkalan Sungai Arut . Peningkatan system sanitasi komunal Sungai Arut . Peningkatan system cakupan pelayaanan air bersih . Perbaikan dan peningkatan system drainase kota . Penataan kawasan permukiman dan RTH . Rencana rumah sederhana/Rusun . Relokasi damai

Secara detail program pembangunan dan lokasi penangananya dapat dilihat pada tabel berikut

53

Tabel 3.3. Program Pembangunan Masing-Masing Sub-Kawasan Pusat Kota Lama

54

C. Penetapan Kawasan Permukiman Prioritas Kawasan pembangunan tahap pertama merupakan kawasan yang diprioritaskan penangananya pada tahun pertama, dengan kriteria dan indicator yang telah disepakati untuk ditetapkan. Kriteria yang digunakan adalah meliputi: a) Urgenitas terhadap penanganan akar permasalahan kawasan, dengan indicator: . Mempunyai korelasi positif terhadap penanganan akar permasalahan . Sesuai dengan tahapan penanganan akar permasalahan . Mempunyai implikasi positif terhadap lokasi lainya b) Jaminan keberlanjutan program dan penuntasan masalah, dengan indicator: . Potensi konflik relative rendah (lahan, social, dll) . Dukungan kelembagaan masyarakat . Historical kawasan . Keluwesan dalam penyusuanan rencana aksi c) Berpotensi untuk menjadi pilot project dalam skala kawasan kota, dengan indicator: . Keragaman penanganan infrastrukur (Bidang keciptakaryaan) . Aspek yang ditangani secara menyeluruh (fisik, social dan ekonomi) . Model penangananya dapat direplikasikan pada lokasi lain

Berdasarkan kriteria dan indicator tersebut, selanjutnya dilakukan penilaian terhadap keempat sub-kawasan prioritas tersebut, yaitu:

. Sub-kawasan tepian sungai Kelurahan Mendawai, Raja dan Kelurahan baru

55

. Sub-kawasan tepian sungai Kelurahan Mendawai Seberang dan Raja Seberang . Sub-kawasan permukiman padat pusat kota lama Kelurahan Mendawai dan Raja, dan . Sub-kawasan permukiman padat pusat kota lama Kelurahan Raja dan Kelurahan baru

Berdasarkan penilaian kriteria dan indicator pada FGD dengan pojanis disepakati dan ditetapkan sub-kawasan permukiman tepian sungai Kelurahan Mendawai, Raja dan Kelurahan Baru sebagai kawasan pengembangan tahap pertama.

3.2.2. Arahan Strategi Sanitasi Kota (SSK)

Strategi layanan sanitasi pada dasarnya adalah untuk mewujudkan Tujuan dan Sasaran pembangunan sanitasi yang bermuara pada pencapaian Visi dan Misi Sanitasi kota. Kabupaten Kotawaringin Barat merumuskan strategi layanan sanitasi didasarkan pada isu-isu strategis yang dihadapi pada saat ini. Paparan isu strategis dan tantangan layanan sanitasi kota ini mencakup isu strategis aspek non teknis yang terdiri dari aspek; kebijakan daerah dan kelembagaan, keuangan, komunikasi, keterlibatan pelaku bisnis, pemberdayaan masyarakat, aspek jender dan kemiskinan, serta aspek monitoring dan evaluasi. Sedangkan paparan isu strategis aspek teknis terdiri dari; sub sektor air limbah domestik, sub sektor persampahan, sub sektor drainase lingkungan, sektor air bersih dan aspek Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

56

A. TUJUAN, SASARAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AIR LIMBAH DOMESTIK

Tabel 3.4. Tabel Tujuan, Sasaran,dan Tahapan Pencapaian Pengembangan Air Limbah Domestik Sasaran

Tujuan Pernyataan Indikator Strategi Sasaran Sasaran

Meningkatnya Berkurangny Tidak ada Melakukan pengetahuan masyarakat a septic tank septic tank sosialisasi mengenai MCK dan septic yang tidak yang bocor kepada tank sehat sesuai atau tidak masyarakat dengan pernah dikuras mengenai cara standar membuat teknis septic tank yang benar secara teknis

Meningkatnyakualitas Berkurangny Tidak ada lagi Membangun sarana dan prasarana a masyarakat MCK++ dengan pengolahan air limbah masyarakat miskin dan desain yang khususnya bagi yang yang tinggal di disesuaikan masyarakat miskin dan melakukan tepi dengan kondisi permukiman tepi sungai BABS (buang sungaimelakuk daerah Air Besar an BABs lengkap Sembaranga dengan akses

57

Sasaran

Tujuan Pernyataan Indikator Strategi Sasaran Sasaran

n) dari 20% air bersih menjadi 0% pada jangka panjang

Meningkatnyapemberday Masyarakat Semakin Mengoptimalk aan masyarakat dan pihak lebih bertambah an kader swasta dalam antusias pengelolaan air lingkungan pengelolaan air limbah. dalam limbah oleh dengan melakukan KSM sesuai melibatkan pengeloaan dengan MCK++ peran serta air limbah / IPAL berbasis masyarakat domestik masyarakat dalam pengelolaan air limbah domestik

Meningkatnyasarana dan Mengolah Septic tank 1. Membangu prasarana pengolahan air limbah tinja yang penuh n IPLT di limbah tinja di Kabupaten dari septic dilakukan Kabupaten Kotawaringin Barat tank yang pengurasan Kotawaringi harus dan limbah n Barat

58

Sasaran

Tujuan Pernyataan Indikator Strategi Sasaran Sasaran

dikuras tinja diolah di untuk IPLT mengolah limbah tinja 2. Menyediaka n armada pelayanan mobil penyedot air limbah tinja Meningkatnyaperencanaa Perencanaa Telah Melakukan n air limbah di seluruh n air limbah terencananya perencanaan / Kabupaten Kotawaringin di seluruh pembangunan masterplan air Barat Kabupaten sarana dan limbah di Kotawaringi prasarana air Kabupaten n Barat telah limbah pada Kotawaringin dapat jangka pendek, Barat dipetakan jangka menengah dan jangka panjang

59

B. TUJUAN, SASARAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN PERSAMPAHAN

Tabel 3.5. Tujuan,Sasaran, dan Strategi Pengembangan Persampahan Sasaran

Tujuan Pernyataan Indikator Strategi Sasaran Sasaran

Meningkatnya kesadaran Meningkatkan Banyak Mengoptimalka masyarakat dalam keterlibatan warga yang n fungsi pokja pengelolaan sampah warga dalam ikut ambil dan kader yang ramah lingkungan pengelolaan bagian lingkungan persampahan dalam dalam sejak dari pengelolaan mengelola sumbernya persampaha sampah dengan n sejak dari melibatkan sumbernya peran serta dan tidak masyarakat membakar sampah

Meningkatnyaketerlibata Memanfaatka Banyak dana Pendekatan n swasta dalam n dana CSR CSR dari kepada pihak pengelolaan sampah dari pihak pihak swasta swasta untuk swasta untuk yang dapat mendapatkan melengkapi diwujudkan dana CSR sarana dan sebagai

60

prasarana sarana dan pengolahan prasarana sampah pengolahan sampah

Melengkapi sarana dan Membangun Banyak TPST Penyediaan prasarana pengelolaan TPST sebagai yang anggaran persampahan ganti TPS dibangun di pembangunan dalam permukiman untuk TPS pengelolaan warga terpadu sampah Banyak Membangun Mengelola sampah B3 fasilitas sampah B3 yang dapat pengelolaan yang dikelola sampah B3 dihasilkan Banyak Membangun Melakukan sampah yang industri sampah dapat di TPA Membangun dimanfaatka fasilitas n pengelolaan air lindi sebagai pupuk cair dan biogas sebagai

61

energi listrik

Meningkatnyajangkauan Memperluas Banyaknya Kawasan dan kualitas pelayanan wilayah penduduk permukiman sistem pengelolaan pelayanan yang dapat yang berada persampahan dilayani dipusat kota, pengelolaan pertokoan dan persampaha sekitar pasar, n pelayanan diberikan dengan cara individual langsung, dimana sampah dikumpul langsung

Kawasan permukiman yang padat penduduk, maka pelayanan diberikan secara komunal yaitu sampah diantar

62

langsung ke TPST-masing rumah tangga.

Meningkatnya peran Meningkatkan Banyaknya Mengoptimalka bank sampah Pangkalan program bank penduduk n fungsi kader Bun dalam mengurangi sampah pada yang lingkungan timbulan sampah semua menjadi dengan kelurahan. nasabah melakukan bank sampah sosialisasi dan manfaat bank sampah

Meningkatkan Tersedianya Pengelolaan Adanya Studi perencanaan perencanaan perencanaan Persampahan persampahan persampahan persampaha Pembuatan yang baik n dapat Masterplan terintegrasi pengelolaan secara Persampahan menyeluruh dan Tersedianya terkoordinasi Perda dengan baik Pengelolaan Persampahan

63

C. TUJUAN, SASARAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN DRAINASE

Tabel 3.6. Tabel Tujuan,Sasaran,dan strategi Pengembangan Drainase Sasaran

Tujuan Pernyataan Indikator Strategi Sasaran Sasaran

Meningkatnya Meningkatkan Terjadinya Melakukan kuantitas dan kelancaran kelancaran identifikasi kualitas sarana saluran drainase saluran drainase kerusakan dan prasarana lingkungan di saluran drainase drainase beberapa lokasi dan pemetaan yang biasa saluran drainase tersumbat. Memperbaiki saluran drainase yang rusak dan melakukan pengerukan, pelurusan, penyayatan bagian saluran yang sempit.

Penertiban bangunan –

64

bangunan di sekitar sungai agar alur sungai tidak menyempit.

Melakukan penyeimbangan prioritas pembangunan dan pemeliharaan.

Meningkatnya Banyaknya SPAL Membangun fungsi SPAL yang dibangun SPAL yang untuk untuk terpisah dengan mengurangi mengurangi saluran drainase pencemaran pencemaran pada lokasi IPAL drainase drainase Komunal

Meningkatnya Peran Banyaknya Pengembangan peran masyarakat permukiman permukiman masyarakat dan meningkat dan yang dibangun oleh masyarakat swasta dalam dana CSR dari yang dan developer pengelolaan pihak swasta memperhatikan harus ada aturan Drainase untuk sarana dan aturan dan peil Peil banjir

65

prasarana banjir perumahan drainase harus diintegrasikan dengan masterplan drainase

Membuat Perda yang Banyaknya Perda dibuat Peraturan dibuat dapat masyarakat yang dengan Daerah (Perda) dilaksanakan tidak lagi memperhatikan yang terkait dengan membuang karakteristik dan dengan menerapkan sampah di budaya pengelolaan penghargaan dan saluran drainase masyarakat drainase sangsi bagi yang Kabupaten melaksanakan Kotawaringin atau melanggar Barat

3.2.3. Rencana Induk Penyediaan Air Minum (RI-SPAM) Tidak tersedia, Kotawaringin Barat harus mulai membuat dokumen sektor tersebut 3.2.4. Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Tidak tersedia, Kotawaringin Barat harus mulai membuat dokumen sektor tersebut

66

3.2.5. Rencana Strategi Pembangunan Kabupaten/Kota Dan Sektor

Berdasarkan dokumen rencana yang telah dijabarkan sebelumnya, maka dapat disusun matriks strategi pembangunan pada skala kabupaten/kota yang meliputi: a. RTRW Kabupaten/Kota sebagai acuan arahan spasial; b. SSK sebagai arahan pengembangan sektor sanitasi; c. RP2KP sebagai acuan arahan pengembangan permukiman; d. Rencana lainnya.

Tabel 3.7. Matriks Identifikasi Rencana Pembangunan Bidang Cipta Karya Kabupaten Kotawaringin Barat PRODUK STATUS ARAHAN NO PROGRAM/KEGIATAN LOKASI SEKTOR RENCANA (ADA/TIDAK) PEMBANGUNAN 1. Rencana Tata ada Kawasan Strategis Ruang Wilayah Kabupaten (KSK) Kabupaten Kotawaringin Barat Indikasi Program AM / PLP Bidang Cipta / Karya Bangkim 2. Strategi ada Sektor Air Limbah Melakukan sosialisasi PLP Sanitasi Kota Domestik kepada masyarakat (SSK) mengenai cara membuat septic tank yang benar secara teknis Membangun MCK++ dengan desain yang disesuaikan dengan kondisi daerah lengkap dengan akses

67

PRODUK STATUS ARAHAN NO PROGRAM/KEGIATAN LOKASI SEKTOR RENCANA (ADA/TIDAK) PEMBANGUNAN air bersih Mengoptimalkan kader lingkungan dengan melibatkan peran serta masyarakat dalam pengelolaan air limbah domestik 1. Membangun IPLT di Kabupaten Kotawaringin Barat untuk mengolah limbah tinja 2. Menyediakan armada pelayanan mobil penyedot air limbah tinja Melakukan perencanaan / masterplan air limbah di Kabupaten Kotawaringin Barat ada Sektor Mengoptimalkan PLP Persampahan fungsi pokja dan kader lingkungan dalam mengelola sampah dengan melibatkan peran serta masyarakat Pendekatan kepada pihak swasta untuk mendapatkan dana CSR Penyediaan anggaran pembangunan untuk TPS terpadu Membangun fasilitas

68

PRODUK STATUS ARAHAN NO PROGRAM/KEGIATAN LOKASI SEKTOR RENCANA (ADA/TIDAK) PEMBANGUNAN pengelolaan sampah B3 Membangun industri sampah di TPA Kawasan permukiman yang berada dipusat kota, pertokoan dan sekitar pasar, pelayanan diberikan dengan cara individual langsung, dimana sampah dikumpul langsung Kawasan permukiman yang padat penduduk, maka pelayanan diberikan secara komunal yaitu sampah diantar langsung ke TPST-masing rumah tangga. Mengoptimalkan fungsi kader lingkungan dengan melakukan sosialisasi dan manfaat bank sampah Adanya Studi Persampahan Pembuatan Masterplan pengelolaan Persampahan Tersedianya Perda Pengelolaan Persampahan ada Sektor Drainase Melakukan identifikasi PLP

69

PRODUK STATUS ARAHAN NO PROGRAM/KEGIATAN LOKASI SEKTOR RENCANA (ADA/TIDAK) PEMBANGUNAN Lingkungan kerusakan saluran drainase dan pemetaan saluran drainase Memperbaiki saluran drainase yang rusak dan melakukan pengerukan, pelurusan, penyayatan bagian saluran yang sempit. Penertiban bangunan – bangunan di sekitar sungai agar alur sungai tidak menyempit. Melakukan penyeimbangan prioritas pembangunan dan pemeliharaan. Membangun SPAL yang terpisah dengan saluran drainase pada lokasi IPAL Komunal Pengembangan permukiman oleh masyarakat dan developer harus ada aturan Peil banjir perumahan harus diintegrasikan dengan masterplan drainase Perda dibuat dengan memperhatikan karakteristik dan budaya masyarakat

70

PRODUK STATUS ARAHAN NO PROGRAM/KEGIATAN LOKASI SEKTOR RENCANA (ADA/TIDAK) PEMBANGUNAN Kabupaten Kotawaringin Barat 3. Rencana ada Kawasan . Penanganan sub- AM / PLP Pembangunan Permukiman sempadan Sungai kawasan / dan Prioritas Arut dari kegiatan permuki Bangkim Pengembangan dan bangunan fisik man Kawasan . Pemfungsian tepian Permukiman Sungai Arut sungai (RP2KP) sebagai Kelurah peningkatan an ekonomi Menda kemasyarakatan wai, . Perbaikan kualitas Raja dan bangunan dan Kelurah system sanitasi an Baru . Penataan dan peningkatan kualitas jalan lingkungan . Penanganan banjir pasang pada tepian pesisir Sungai Arut . Perbaikan kualitas air buangan menuju Sungaui Arut . Peningkatan kualitas air dan penyempitan/pen dangkalan Sungai Arut . Peningkatan system sanitasi komunal Sungai Arut . Peningkatan

71

PRODUK STATUS ARAHAN NO PROGRAM/KEGIATAN LOKASI SEKTOR RENCANA (ADA/TIDAK) PEMBANGUNAN system cakupan pelayaanan air bersih . Perbaikan dan peningkatan system drainase kota . Penataan kawasan permukiman dan RTH . Rencana rumah sederhana/Rusun . Relokasi damai

4. Rencana Lain- ada Arahan AM / PLP lain Rencana/Program / Bangkim

72