Model Manajemen Media Komunitas Berbasis Fans Sepak Bola Pasoepati.Net Dalam Perspektif Structure Conduct Perform (SCP)
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
JURNAL AUDIENS VOL. 1, NO. 2 (2020): SEPTEMBER 2020 https://doi.org/10.18196/ja.2017 Model Manajemen Media Komunitas Berbasis Fans Sepak Bola Pasoepati.Net dalam Perspektif Structure Conduct Perform (SCP) Taufiq Syarifudin (Penulis Korespondensi) Program Studi Ilmu Komunikasi, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Indonesia [email protected] Diserahkan: 30 April 2020; Direvisi: 10 Oktober 2020; Diterima: 10 Oktober 2020 Abstract Pasoepati.net is a media community based on Persis Solo football fans that are supported by their own fans. This media emerged in 2008 because of the difficulty of accessing information about Persis Solo in the mainstream media, although there were only a few of them. Pasoepati.net, uses an online media platform as conduct (operational) that can be used easily and cheaply, besides the editorial policy in gathering news is very accommodating for anyone who wants to create content as long as the content is discussing about Persis Solo and Pasoepati. This case is interesting to be appointed as a qualitative descriptive study to determine the media management model of Pasoepati.net with the perspective of SCP, to maintain its existence. This Pasoepati.net community media can prove that the phenomenon of a collective blog in its structure can survive on the basis of mutual passion for football clubs. In addition, with the foundation of performance, Pasoepati.net managed by most young people who have competence in the field of journalism, makes community media can survive and even continue to develope. Keyword: Community Media, Management Model, Pasoepati.net, SCP. Abstrak Pasoepati.net merupakan media komunitas berbasis fans sepak bola Persis Solo yang dihidupi oleh para fansnya sendiri. Media ini muncul pada tahun 2008 karena keresahan sulitnya mengakses informasi mengenai Persis Solo di media arus utama, jika adapun jumlahnya hanya sedikit. Pasoepati.net yang menggunakan platform media online sebagai conduct (operasional) yang dapat digunakan dengan mudah dan murah, selain itu kebijakan redaksi dalam pengumpulan beritapun sangat mengakomodir bagi siapa saja yang ingin membuat konten, sepanjang konten tersebut membicarakan Persis Solo dan Pasoepati. Kasus ini menarik untuk diangkat menjadi sebuah penelitian deskriptif kualitatif untuk mengetahui model manajemen media Pasoepati.net dengan perspektif SCP, untuk mempertahankan eksistensinya. Media komunitas Pasoepati.net ini dapat membuktikan bahwa fenomena blog kolektif dalam strukturnya dapat bertahan atas dasar kegemaran bersama terhadap klub sepak bola. Ditambah lagi dengan pondasi perform (kinerja) Pasoepati.net yang dikelola oleh kebanyakan anak muda yang memiliki kompetensi di bidang jurnalisme, membuat media komunitas dapat bertahan bahkan terus berkembang. Kata Kunci: Model Manajemen, Media Komunitas, Pasoepati.net, SCP PENDAHULUAN Struktur, operasionalisasi, dan kinerja atau yang biasa dikenal S-C-P (structure, conduct, perform) merupakan tiga pilar utama yang dapat digunakan untuk melihat bagaimana model manajemen sebuah media. Pendekatan ini memiliki esensi jika kinerja pasar dipengaruhi oleh operasional perusahaan, sedangkan operasional perusahaan sendiri dipengaruhi oleh banyak variable yang membentuk strukturnya (Wirth & Bloch, 1995). Berdasarkan pendekatan SCP, penulis mengangkat fenomena media komunitas Pasoepati.net sebagai pembahasan, kemunculannya yang dimulai pada awal tahun 2008 menjadikan media komunitas ini salah satu yang tertua diantara media komunitas lain di Indonesia. Pasoepati.net juga secara konsisten masih eksis hingga saat ini. Media komunitas ini lahir dari basis suporter sepak bola Persis Solo, ketika itu keresahan akan minimnya informasi yang mengulas klub kebanggan menjadi pemantik bagi beberapa orang untuk membuat media yang mengakomodir kebutuhan informasi untuk disajikan kepada suporter Persis Solo. Kebutuhan khalayak terhadap informasi sudah seharusnya disadari oleh para pelaku media, sampai akhirnya muncul media alternatif yang dikelola sebuah komunitas sebagai bentuk dari keberagaman kepemilikan dan sebagai anti tesis dari media arus utama. Media komunitas merupakan bentuk media yang hadir di dalam lingkungan masyarakat atau komunitas tertentu dan dikelola oleh dan diperuntukkan bagi warga komunitas tertentu. Di Indonesia telah banyak suporter yang mulai membentuk media komunitas dengan berbagai macam bentuk. Hal ini demi terpenuhinya kebutuhan informasi yang dibutuhkan para suporter. Meskipun media massa arus utama telah mengalokasikan rubrikasinya untuk sepak bola lokal, agaknya fans sepak bola di beberapa kota masih belum cukup mendapatkan informasi tentang klub mereka dari media arus utama (Junaedi & Arifianto, 2017). Maka komunitas suporter di berbagai daerah berinisiatif untuk membangun media sendiri denga kebanyakan menggunakan platform media online dan mempunyai visi misi mengakomodir berita atau informasi soal klub sepak bola kesayangan mereka. Berikut adalah beberapa media komunitas yang menggunakan internet sebagai platform nya, media online dipilih karena memiliki kelebihan mudah diakses di era pesatnya perkembangan teknologi dewasa ini. Tabel 1. Media Komunitas Berbasis Fans Sepak bola Media Komunitas Klub Media yang Digunakan Pasoepati.net Persis Solo Website Kabar Mataram PSIM Yogyakarta Website beralih ke buletin Slemanfootball PSS Sleman Website Simamaung Persib Bandung Website Elja TV PSS Sleman Televisi streaming Pakuningjawa PPSM Magelang Website Jackonline Persija Jakarta Website Emosijiwaku Persebaya Surabaya Website Balifootball Bali United Website Ongisnade.net Arema Malang Website Data didapatkan dari berbagai sumber dan telah dikategorisasikan oleh peneliti (Peneliti, 2019). Pertumbuhan internet yang kian melesat, membuat para pelaku media komunitas semakin mudah untuk mengakses internet hingga mendorong perkembangan jurnalisme warga. Sejak penemuan mesin cetak, penulis non-profesional telah berbagi informasi dan menyoroti berbagai fenomena ketidakadilan melalui pamflet dan brosur. Namun dengan media itu, jurnalisme warga mempunyai batasan informasi hanya bisa dibagi dengan sejumlah orang, dan hanya setelah proses produksi yang panjang dan seringkali mahal. Dengan datangnya era web 2.0, berbagi informasi dengan jutaan “netizen” di seluruh dunia dalam hitungan detik telah menjadi kenyataan bagi siapa saja yang bisa mengakses internet (Jurrat, 2011). Dalam artikel yang berjudul Media Komunitas dan Media Literasi yang dimuat di Jurnal Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta Volume 4 Nomor 2 tahun 2007, Pawito 146 mengungkapkan karakter utama suatu media komunitas sebagai berikut (a) memiliki jangkauan terbatas (lokal); (b) menampilkan isi yang bersifat kontekstual mengacu kondisi komunitas; (c) pengelola serta target adalah orang-orang dari komunitas yang sama; dan (d) hadir dengan misi melayani, tidak ada orientasi mencari keuntungan modal (capital gain). Keberadaan media alternatif yang dikelola oleh kelompok atau komunitas tertentu, dapat menjadi pilihan lain kebutuhan masyarakat akan informasi yang biasanya ketergantungan terhadap media arus utama. Menurut Fuch dalam Deisy Kanal (2015) bahwa media alternatif bisa digunakan sebagai senjata yang ampuh untuk melawan berbagai gempuran dominasi di sekitar kita. Jurnalisme warga, kepemilikan yang dikelola sendiri, distribusi alternatif, lalu penerimaan kritis menjadi kualitas sebuah media alternatif yang diinginkan, meski bukan saja kondisi-kondisi yang dibutuhkan. Hal tersebut harus didukung dengan adanya partisipasi masyarakat dalam penyebaran informasi yang terus berkembang melalui jurnalisme warga (citizen journalism). Dengan adanya media alternatif, masyarakat akan merasa bahwa pesan dan informasi yang selama ini tidak terakomodir oleh media arus utama, bisa terakomodir lewat media yang lebih dekat dengan suatu kelompok atau komunitas. Di Indonesia telah banyak suporter yang mulai membentuk media komunitas dengan berbagai macam bentuk. Hal ini demi terpenuhinya kebutuhan informasi yang dibutuhkan para suporter. Meskipun media massa arus utama telah mengalokasikan rubrikasinya untuk sepak bola lokal, agaknya fans sepak bola di beberapa kota masih belum cukup mendapatkan informasi tentang klub mereka dari media arus utama (Junaedi & Arifianto, 2017). Tentu bukan sesuatu yang menjadi rahasia jika media komunitas tidak mempunyai masalah dengan independensi. Problem lain yang dihadapi oleh media komunitas berbasis fans sepak bola adalah campur tangan yang harus dihadapi ketika berhadapan dengan manajemen klub dan penolakan dari sesama fans sepak bola karena ada pemberitaan yang dianggap tidak sesuai dengan suara mereka. Maka independensinya menjadi salah satu tantangan terbesar yang dihadapi oleh media komunitas berbasis fans sepak bola. Pasoepati Net menentukan sikap independensinya dengan tidak menjadi bagian dari manajemen klub Persis Solo, meskipun beberapa jurnalisnya menjadi bagian dari manajemen klub (Junaedi & Arifianto, 2017). Dengan itu persoalan manajemen media menjadi urgensi untuk diterapkan pada media komunitas. Hal tersebut dikarenakan beragam teks media yang dikonsumsi oleh khalayak adalah hasil dari interaksi sejumlah besar pekerja media yang bekerja dalam organisasi spesifik. Dengan demikian, khalayak dapat mengetahui dan menyadari bahwa teks media yang mereka konsumsi adalah hasil dari pergulatan dari berbagai pekerja media yang terlibat dalam manajemen media (Junaedi, 2017). KAJIAN PUSTAKA Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Pawito yang diterbitkan dalam Jurnal Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya