BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sepak bola merupakan olahraga yang telah lama ada dan digemari berbagai lapisan masyarakat di dunia. Olahraga sepakbola lahir di Inggris dan berkembang di

Eropa Daratan dan menjadi olahraga popular di seluruh dunia. Berbagai golongan seperti agama, budaya, suku, ras, dan latar belakang sosial tidak dibedakan dalam sepak bola. Hal ini yang menyebabkan sepak bola di gemari oleh semua golongan yang ada di seluruh dunia.

Sepak bola merupakan salah satu olahraga yang telah mendunia. Sejarah tentang sepak bola pertama kali dimulai pada akhir abad ke-19 yang diawali dengan peresmian

Football Association beserta segala aturan mainnya di Freemansons Tavern, Great

Queen Street, London, Inggris.1 Di sendiri, sepakbola pertama kali dikenalkan oleh warga Belanda dari Eropa yang berkerja pada instansi-instansi pemerintahan di Hindia Belanda. Pada mulanya, sepakbola dimainkan oleh orang-orang

Barat, terutama Belanda. Klub sepakbola pertama yang muncul di Indonesia pada tahun

1894 didirikan oleh sekelompok orang Belanda dengan nama Road-Wit (Merah Putih), dua tahun kemudian berdirilah klub sepakbola di Surabaya yang bernama Victory.

Dalam perkembangannya, mulai bermunculan klub-klub sepakbola di Indonesia, seperti

Chineese Voetbal Bond pada 6 Januari 1924 yang merupakan klub sepakbola Tionghoa,

Persebaya Surabaya pada tahun 1927, Persija pada tahun 1928.2

1 Yulius Yuwono Sudharsono, “Pengaruh Fanatisme Fans Sepak Bola Terhadap Perilaku Membeli Aksesori Sepak Bola, Studi Kasus pada Suporter Klup PSS „Slemania‟ Wilayah Depok Sleman”, Skripsi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, 2008, hal. 6. 2 Mohamad Lukman Hakim, “Terbentuknya Komunitas Aremania: Suatu Kebutuhan Akan Identitas Masyarakat Malang 1992-2010”, Tesis Universitas Diponegoro.

1

Pada zaman Kolonial, sepakbola menjadi salah satu alat perjuangan untuk menimbulkan rasa nasionalisme dikalangan penduduk Bumiputera. Pada tahun 1938 Piala Dunia diadakan di Prancis dan Indonesia dengan nama Netherland East Indies atau Hindia Belanda sebagai wakil satu-satunya dari benua Asia3. Setelah kemerdekaan, Soekarno menjadikan olahraga sebagai salah satu alat untuk mengenalkan Indonesia ke dunia internasional, bahwa Indonesia bukan hanya negara politik tetapi juga negara yang mengenal olahraga. Bahkan Soekarno berencana membuat olimpiade tandingan yang bernama Games of The New Emerging Forces disingkat GANEFO pada tahun 1963. Hal ini dibuktikan dengan dibangunnya kompleks olahraga Senayan yang termasuk stadion sepakbola terbesar di Asia pada tahun 1962. Stadion Utama atau Gelora Bung Karno yang digunakan untuk Asian Games pada tahun 19624. Munculnya banyak kompetisi sepak bola memicu hadirnya banyak klub-klub sepak bola yang kemudian lahirnya klub-klub sepak bola ini memicu terbentuknya suporter untuk masing-masing klub. Superter dalam kamus besar bahasa Indonesia didefinisikan sebagai pendukung atau pemberi bantuan semangat dipertandingan.5 Di

Indonesia, klub-klub sepakbola biasanya memiliki suporter sendiri dengan nama tertentu, sebut saja Bonek (Persebaya), Viking atau Bobotoh (), The

Jack (), Pasopati (Persis Solo), Aremania (Arema Indonesia), dan lain- lain. Terbentuknya suporter pertama di Indonesia Bonek mania yang berdiri pada akhir

1988 berawal dari koordinasi Jawa Pos yang dipimpin oleh Dahlan Iskan untuk mendukung di GBK pada semifinal tahun 1988.6

Suporter adalah elemen penting bagi sebuah klub sepakbola, keberadaannya bisa memiliki pengaruh positif dan negatif terhadap klub sepakbola yang didukung.

Pengaruh positif dari suporter klub sepak bola diantaranya seperti daya juang dan semangat dan konsentrasi pemain meningkat saat para suporter hadir memberikan

3Wardiman Wijaya Kusuma, Piala Dunia dari Masa ke Masa (Yogyakarta: AR- RUZZ Media Grop, 2010), hlm. 32. 4Arief Natakusuma, Drama itu Bernama Sepakbola (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2008), hlm. 69. 5 Indria Hapsari, Istiqomah Wibowo, “Fanatisme dan Agresivitas Suporter Klub Sepak Bola”, Jurnal Psikologi Vol. 8 No. 1 Juni 2015, Hal. 53. 6 Mohamad Lukman Hakim, “Terbentuknya Komunitas Aremania: Suatu Kebutuhan Akan Identitas Masyarakat Malang 1992-2010”, Tesis Universitas Diponegoro.

2 dukungan langsung. Sedangkan, pengaruh negatif dari suporter ialah saat terjadi aksi kekerasan. Kekerasan terjadi ketika sekelompok suporter mendukung tim yang di sukai dan berharap menang, namun ketika tim tersebut kalah, suporter seringkali tidak dapat menerima kekalahan pada pertandingan tim sepak bola yang di dukungnya. Tidak hanya menyerang suporter tim lawan, aksi kekerasan kerap kali berujung aksi vandalisme.

Dalam konteks suporter sepakbola, masyarakat Jambi memiliki suporter sepakbola pendukung klub sepak bola Jambi, PS Kota Jambi, yakni Koja mania. Koja mania sebagai supporter sepakbola Jambi mulai terbentuk pada tahun 2011.7 Hal ini berdasarkan kegelisahan segelintir pemuda pada bulan Januari tahun 2011 yakni kegelisahan yang di maksud karena klub Jambi sedang bertanding, namun tidak ada pergerakan dari pemuda ataupun remaja yang mau memberikan support untuk klub tersebut, itulah awal dari pergerakan Komunitas Suporter Bola Koja mania. Peristiwa itu menjadi embrio terbentuknya komunitas Koja mania di Kota Jambi. Sebelum terbentuknya Koja mania, supporter sepakbola berdiri sendiri-sendiri dan sering terlibat konflik di lapangan ketika selebrasi.

Koja mania, suporter dari PS Kota Jambi yang berkembang menjadi selayaknya penonton bola yang ramai sorak-sorai dan penuh kreatifitas, tidak luput dari bentrokan dengan suporter lain. Butuhnya pengakuan mengenai siapa yang terbaik menjadi salah satu permasalahan konflik suporter Indonesia. Persoalan fanatisme menjadi salah satu faktor suporter sepakbola rawan akan konflik. Begitu pula ketika perasaan bahagia dan euforia suporter yang klub menang dalam pertandingan sering kali membuat suporter klub lawan yang kalah merasa geram. Perasaan tersebut seringkali akhirnya tidak bisa di kontrol oleh suporter klub dan menimbulkan bentrok. Dan juga soal dendam yang

7 Wawancara Fernando Butar-Butar mantan dirijen Kojamania pada tanggal 24 Mei 2019.

3 berasal dari peristiwa yang terjadi sebelumnya ikut terbawa ke dalam kancah sepakbola hingga dikenal ada yang namanya “musuh abadi” dimana salah satu klub selalu bentrok dengan klub yang lainnya. Sebagai contoh seperti suporter klub Persebaya Surabaya atau yang dikenal dengan sebutan Bonek sering kali terlibat bentrok dengan suporter klub Arema Malang, Aremania. Selain dengan Bonek, Aremania juga bermusuhan dengan suporter klub , Persik Mania.8

Koja mania sendiri tidak bisa dipisahkan dari PS Kota Jambi sebagai klub sepakbola yang berasal dari Jambi, sehingga keberadaan komunitas ini sangat identik dengan klub yang didukungnya. Kojamania memiliki peranan penting dalam dunia persepakbola Jambi. Selain sebagai supporter tetap dari PS Jambi, kehadiran Kojamania dianggap dapat menyatukan pemuda Kota Jambi yang mendukung klub sepakbola

Jambi. Koja mania dianggap mampu untuk menampung keinginan pemuda pendukung klub sepakbola Jambi sehingga dapat meniadakan konflik antar pemuda sesama pendukung klub sepakbola Jambi.

Koja Mania di Kota Jambi tidak hanya sekedar menjadi suporter klub PS Jambi, namun juga telah menjadi barometer bagi suporter-suporter sepakbola yang berasal dari kabupaten/kota lain di Provinsi Jambi. Menjadi hal menarik untuk dibahas mengenai proses awal terbentuknya Kojamania sebagai komunitas suporter klub sepakbola serta bagaimana dinamika dan transisi pembentukan identitas Koja mania tahun 2011 hingga

2017, mengingat begitu mudanya usia Koja mania namun telah berhasil menjadi komunitas suporter panutan bagi kabupaten/kota lain di Provinsi Jambi.

1.2 Rumusan Masalah

8 Indria Hapsari, Istiqomah Wibowo, “Fanatisme dan Agresivitas Suporter Klub Sepak Bola”, Jurnal Psikologi Vol. 8 No. 1 Juni 2015, Hal. 53.

4

Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana proses awal terbentuk Komunitas Koja mania di Kota Jambi?

2. Bagaimana Perkembangan Komunitas Koja mania di Jambi Tahun 2011-2017?

3. Bagaimana Konflik-konflik Komunitas Koja mania di Kota Jambi?

1.3 Ruang Lingkup Penelitian

Penulisan penelitian dengan judul “Komunitas Koja mania: Transisi organisasi suporter modern 2011-2017” dibatasi dengan lingkup spasial dan temporal agar pembahasan semakin terarah.

Ruang lingkup spasial merupakan batasan wilayah penelitian dimana wilayah tersebut merupakan tempat terjadinya peristiwa. Penelitian ini mencakup wilayah

Jambi karena Koja mania berasal dari Provinsi ini tepatnya Kota Jambi Provinsi Jambi.

Koja mania berawal dari Kota Jambi kemudian berkembang ke daerah sekitar Jambi seperti Muaro Jambi. Kota Jambi juga menjadi daerah dimana mayoritas Koja mania berasal.

Ruang lingkup temporal yaitu pembatasan waktu penelitian atau subyek penelitian. Penelitian ini berawal dari tahun 2011, tahun mulai terbentuknya komunitas

Koja mania di Kota Jambi. Batas akhir penelitian ini adalah tahun 2017, karena peneliti menganggap tahun tersebut puncak prestasi PS Kota Jambi yang didukung penuh oleh

Koja mania menjadi juara kompetisi Gubernur Cup Jambi, dan melaju ke babak 32

Besar Liga 3 Indonesia.

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian a. Tujuan Penelitian

5

Berdasarkan pokok permasalahan yang telah penulis rumuskan seperti di atas, maka ada beberapa tujuan yang ingin dicapai dari hasil penelitian ini, sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui sejarah terbentuknya komunitas Koja mania di Kota

Jambi.

2. Untuk mengetahui perkembangan Komunitas Koja mania di tahun 2011-

2017.

3. Untuk mengetahui konflik-konflik yang terjadi pada Koja mania. b. Manfaat Penelitian

Diharapkan dengan adanya penelitian ini, dapat memberikan manfaat, yaitu:

1. Manfaat Akademis

Keberadaan Koja mania sebagai suporter di Provinsi Jambi mampu

memberikan warna baru. Dari perspektif komunikasi, manfaat penelitian ini

yaitu kita dapat memperkaya kajian ilmu komunikasi organisasi melalui

konsep yang diterapkan di tubuh Koja mania karena mampu menampilkan

iklim organisasi yang kondusif.

2. Manfaat Praktis

Dalam segi praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu

inventarisasi Komunitas Koja mania serta pengurus sepakbola daerah

mengenai identitas serta eksistensi Komunitas Suporter Koja mania.

1.5 Tinjauan Pustaka

Penulisan ini menggunakan beberapa buku sebagai referensi dalam menganalisis, sumber dan membandingkan buku-buku, artikel atau karya tulis lain.

Penelitan yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian lain yakni jurnal yang

6 ditulis oleh Indria Hapsari dan Istiqomah Wibowo dengan judul “Fanatisme dan

Agresivitas Suporter Klub Sepakbola yang diterbitakan oleh Jurnal Psikologi pada 1 juni 2015. Penelitian ini membahas mengenai hubungan yang signifikan antara fanatisme dengan agresivitas pada suporter sepak bola. Hubungan antara fanatisme dengan agresivitas pada suporter klub sepak bola cukup signifikan. Penelitian dilakukan pada suporter sepak bola dari klub sepak bola Persija Jakarta dan Persib Bandung yaitu

The Jakmania dan Viking yang resmi dan memiliki keanggotaan resmi. Kejelasan database anggota dianggap dapat meredam agresivitas anggota dalam setiap selebrasi dikarenakan adanya peraturan dari organisasi suporter yang mengikat mereka juga pantauan dari pengurus organisasi suporter.

Jurnal yang ditulis oleh Lubabun Ni’am & Wisnu Prasetya Utomo dengan judul

“Sayap Selatan Elang Jawa: Ekspresi Identitas Fanatisme BCS PSS Sleman” membahas mengenai konflik yang terjadi antara Slemania” mewakili sayap suporter lama yang dianggap konservatif dan wajah hitam “Brigata Sud” mewakili sayap suppoter baru. Meski menyuarakan dukungan untuk tim sepakbola yang sama pula, pertarungan identitas dan ruang keduanya dapat terlihat saat digelarnya pertandingan.

Pertarungan identitas dan ruang juga terus berjalan di arena publik lain seperti di kampung-kampung pendukungnya. Mereka tak hanya menyuarakan fanatisme tapi juga perbedaan identitas yang berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa fanatisme sangat berperan dalam setiap supporter klub sepakbola.

Jurnal yang ditulis oleh M. Lukman Hakim, Dewi Yuliati, dan Hariono Rinaldi dengan judul “Aremania: Suatu Bentuk Identitas Pemersatu Kaum Muda kota Malang

Tahun 1992-2000” membahas tentang sejarah Aremania, pergerakan serta kondisi

Aremania sebagai komunitas suporter bola pertama di Malang yang menjadi sorotan.

7

Pada tahun 1992 terjadi konflik antara suporter Surabaya dengan suporter Malang.

Konflik dengan suporter Surabaya salah satu faktor utama kontruksi identitas persatuan kaum muda Kota Malang. Setelah peristiwa tersebut suporter Malang menggunakan nama Aremania, nama tersebut merupakan hasil kesepakatan suporter Malang untuk menjadi suporter yang lebih tertib dan santun. Pada akhirnya Aremania merupakan suatu kontruksi identitas dari suporter perusuh menjadi suporter yang tertib dan santun pada tahun 2000. Penulis mengambil jurnal ini sebagai kajian pustaka karena penulis menganggap bahwa jurnal ini cocok dengan pembahasan yang dibuat oleh penulis.

Penelitian yang akan penulis lakukan adalah sama-sama membahas mengenai suporter bola. Meskipun demikian, terdapat perbedaan yang signifikan jika dilihat dari fokus kajian. Dimana kajian ini akan menekankan pada transisi suporter bola, sedangkan kajian-kajian diatas fokus pada sifat fanatisme pada suporter bola.

1.6 Kerangka Konseptual

Penelitian ini adalah penelitian sejarah sosial. Sejarah sosial mempunyai garapan yang sangat luas dan beranekaragam. Sejarah sosial dapat mengambil fakta sosial sebagai bahan kajian. Sejarah sosial meneropong peristiwa sosial seperti nilai-nilai hubungan sosial, hubungan dengan golongan lainnya, konflik sosial, dan sebagainya.

Sepakbola dan pendukungnnya berkaitan erat dengan sosio-kultur masyarakat, karena olahraga sepakbola adalah olahraga yang dinikmati oleh semua kalangan usia.

Untuk meneliti proses terbentuknya komunitas Koja mania digunakan konsep dinamika yaitu tenaga atau kekuatan penggerak perubahan. Dalam penelitian ini dinamika adalah kekuatan penggerak maju mundurnya gerakan suporter asal Kota

Jambi dalam mendukung PS Kota Jambi. Dinamika kemajuan dan kemunduran suporter

8 yang berasal dari Kota Jambi. Pada tahun awal 2013-an Suporter asal Jambi dianggap perusuh sepakbola hingga awal tahun 2015. Koja mania membuat perubahan menjadi suporter yang santun sehingga mendapat pengakuan dari kabupaten lain yang ada di

Provinsi Jambi. Kojamania mengalami kemunduran ketika mendapat hukuman 6 bulan dari Asprov Jambi pada tahun 2015, sehingga pendekatan dinamika bisa digunakan dalam melihat sejarah suporter Kota Jambi. Faktor penggerak Kojamania yang lain adalah kreativitas dalam mendukung klub sepakbola Kota Jambi dengan yel-yel, slogan tentang persaudaraan komunitas Kota Jambi, dan para pelopor komunitas yang memperjuangkan eksistensi Kota Jambi.

Konsep selanjutnya adalah identitas sosial, yaitu bagian dari konsep diri individu yang bersumber dari pengetahuan mereka tentang keanggotaan dalam suatu kelompok sosial dengan berbagai jenis nilai, norma, dan ikatan emosional yang berkembang dalam kelompok tersebut. Identitas tersebut merupakan identitas kolektif yang tidak mensyaratkan masing-masing anggota kelompok sosial tersebut untuk saling mengenal dan memiliki hubungan personal yang dekat. Mengidentifikasi suatu identitas tidak selalu mudah, terkadang orang pun ragu untuk memilih kelompok ini atau itu. Hasil dari identifikasi tidak jarang menimbulkan konflik antar kelompok, bahkan pengaruh terbesar dari identifikasi identitas sosial adalah menciptakan jarak antara in- group dan out-group.9

Mendefinisikan identitas suatu kelompok dilakukan dengan membandingkan atau mengontraskannya dengan identitas kelompok-kelompok lain. Komunitas

Kojamania terbentuk dari identitas resisten10 yang mana suporter dari Kota Jambi selalu

9 Suryono Soekanto,Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: Rajawali Pers, 1987.) hlm. 110. 10 Identitas resisten (resistance identity), yaitu identitas yang dibentuk oleh aktor-aktor yang dalam kondisi tertekan olehdominasi pihak-pihak lain, sehingga mereka membentuk resistensi dan pemunculan

9 disamakan dengan suporter dari Batanghari dalam hal ini Bujang Jantan yang mendominasi Provinsi Jambi pada era 2005-an. Kojamania membangun identitas yang berbeda dengan Bujang Jantan, agar komunitas Kojamania bisa berkembang dan menyamai Bujang Jantan yang terlebih dahulu dikenal.

Konsep selanjutnya yang digunakan adalah konsep Etos di suatu masyarakat. Etos berarti pandangan hidup yang khas dari manusia atau golongan sosial. Etos berasal dari bahasa Yunani (etos) yang berarti sikap, kepribadian, watak, karakter, serta keyakinan, sifat , nilai, dan adat-istiadat khas pada kebudayaan suatu golongan sosial dalam masyarakat.11 Sementara menurut Sartono etos adalah pandangan hidup manusia untuk menghayati hidup yang ditandai dengan kerja keras untuk memperoleh sesuatu. Konsep ini digunakan untuk melihat bagaimana etos No

Ticket No Game supporter PS Kota Jambi dalam mengkonstruksi identitas baru mereka sebagai komunitas Kojamania. PS Kota Jambi atau Persijam Kota Jambi sebagai klub swasta sejak berdirinya pada tahun 1952 sering mengalami krisis keuangan sehingga mengandalkan komunitas supporternya untuk bertahan di kompetisi sepakbola nasional.

Melihat hal tersebut munculah sikap di komunitas Kojamania yakni etos No Ticket No

Game yang berarti setiap Kojamania harus bermodalkan uang untuk membeli tiket di setiap pertandingan dalam rangka mendukung keberlangsungan PS Kota Jambi.12 Etos ini menjadi nilai yang harus dipegang teguh oleh Kojamania, karena dengan etos ini muncul rasa memiliki klub semakin tinggi karena PS Kota Jambi adalah wujud perwakilan masyarakat Kota Jambi di tingkat nasional.

identitas yang berbeda dari pihak yang mendominasi, dengan tujuan untuk keberlangsungan hidup kelompok atau golongannya. 11Eko Sujatmiko, Kamus IPS (: Aksara Sinergi Media Cetakan I, 2014) hlm. 65. 12 Wawancara Yogi Setia ketua umum Kojamania pada tanggal 16 Maret 2019.

10

Secara sederhana, kerangka konseptual pada penelitian ini digambarkan pada bagan dibawah ini:

Koja mania Identitas

Dinamika

Transisi

Dinamika : Tenaga yang menggerakkan; semangat

Transisi : Peralihan dari keadaan (tempat, tindakan, dsb) pada yang lain;

masa peralihan.

Identitas : Jati diri

1.7 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah ini menggunakan metode penelitian sejarah melalui pendekatan sejarah sosial dengan bentuk penulisan deskriptif naratif. Langkah-langkahnya terdiri dari empat tahap, yaitu: (1) pengumpulan sumber,

11

(2) verifikasi, (3) interpretasi, dan (4) histrografi. Berdasarkan penjelasan di atas, penelitian ini ditempuh melalui langkah-langkah berikut ini.13

1. Pencarian Sumber (Heuristik)

Pertama kali yang dilakukan adalah mencari jejak-jejak peristiwa (trace) atau

lebih dikenal dengan pengumpulan data. Untuk mencari sumber-sumber sejarah,

penulis menggunakan tiga teknik dalam pengumpulan data, yaitu:

a. Penggunaan Sumber Lisan/ Oral History Research

Metode ini digunakan untuk mendapatkan keterangan dan data serta

pendirian seseorang tentang sesuatu yang sifatnya verbal dengan mengajukan

pertanyaan-pertanyaan lisan dalam sebuah tanya-jawab. Dalam pencarian sumber

lisan peneliti mewawancarai pelaku sejarah yang pernah aktif dalam perkembangan

PS Kota Jambi yang dianggap dapat memberikan informasi tentang peristiwa yang

berhubungan dengan PS Kota Jambi dan Koja mania. Teknik pengambilan

informasi dilakukan dengan cara bola salju (snowball technique).

b. Sumber Tercetak

Dokumen dapat digunakan sebagai sumber untuk menguji dan menafsirkan.

Dokumen dapat berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, dan lain-lain.

Penulis juga memperoleh sumber dari media cetak Jambi Independent dan Tribun

Jambi yang memuat berita tentang PS. Kota Jambi dan Kojamania mulai tahun 2011

sampai 2017. Penulis juga menelusuri melalui jejaring sosial facebook untuk

mencari sumber dari orang yang masih hidup dan sangat memungkinkan dicari

lewat jejaring sosial dan mendapatkan foto PS Kota Jambi juara Gubernur Cup

tahun 2015.

13 Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah(terj) Nugroho Notosusanto (Jakarta: Universitas Indonesia, 1983), hlm .18 dan 32.

12

Sumber menurut bahannya ada dua yaitu tertulis dan tidak tertulis. Selain itu penelitian sejarah kotemporer mengunakan sumber lisan. Sumber dibedakan menjadi dua yaitu: (a) sumber primer, (b) sumber sekunder. a. Sumber Primer

Sumber primer merupakan sumber terpenting dalam penelitian sejarah. Sumber

primer adalah sumber yang berasal dari saksi hidup yang mengalami atau ikut dalam

peristiwa atau kejadian. Jadi sumber primer adalah sumber yang sejaman dengan

peristiwa yang dikaji. Sumber primer yang digunakan adalah sumber lisan,

dokumentasi foto, dan koran sezaman yang berhubungan dengan PS Kota Jambi.

Dokumentasi foto seperti PS Kota Jambi juara Gubernur Cup tahun 2015, foto

pemain ketika pertandingan PS Kota Jambi dari tahun 2011-2017. Dokumentasi

video seperti atraksi Koja mania di Stadion Tri Lomba Juang tahun 2017, ketika

Koja mania menjadi garda terdepan suporter di Kota Jambi, serta tragedi jembatan

makalam ketika PS Kota Jambi vs Persatuan Sekpabola Kabupaten Tanjab barat

(selanjutnya Persitaj) tahun 2015. Adapun yang tergolong dalam sumber primer

dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari narasumber sebagai pendiri,

pengurus, pemain PS Kota Jambi, koordinator, dan beberapa pengamat. Penentuan

informan kunci harus melalui beberapa pertimbangan sebagai berikut :

1) Orang yang bersangkutan memiliki pengalaman pribadi sesuai dengan

permasalahan yang diteliti.

2) Memiliki pengetahuan yang luas mengenai permasalahan yang diteliti

3) Orang yang bersangkutan bersifat netral, tidak mempunyai kepentingan pribadi

untuk menjelekkan orang lain.

4) Orang yang bersangkutan sehat jasmani dan rohani.

13

5) Usia orang yang bersangkutan telah dewasa.14

Informan yang menjadi sumber primer berhubungan langsung dengan PS

Kota Jambi yaitu :

1) Aji Rahman sebagai Pemilik PS Kota Jambi/Persijam Kota Jambi sehingga

mengetahui perkembangan Klub,

2) Ahmad Mujadid pendiri Jambi Kick Off sebagai band suporter PS Kota Jambi

pertama, lagu-lagunya mencerminkan perjuangan PS Kota Jambi dalam

mengikuti kompetisi di Liga Indonesia,

3) M. Ikhsan Perdana Koordinator The Kojamania yaitu salah satu pendiri

perkumpulan suporter PS Kota Jambi yang pertama,

4) Fernando Butar-butar (dirigen Kojamania) atau pemimpin suporter PS Kota

Jambi. Ketika di stadion semua nyanyian, yel-yel dan gerak berawal darinya.

5) Narasumber lain yang masih hidup. b. Sumber Sekunder

Sumber sekunder ialah sumber yang disampaikan oleh bukan saksi mata atau

pelaku sejarah tidak sezaman dengan kejadian atau peristiwa sejarah yang dikaji.15

Sumber sekunder bisa berupa buku yang ditulis oleh penulis yang tidak mengalami

peristiwa sejarah tersebut, hasil penelitian atau observasi para ahli sejarah dan

karya-karya ilmiah. Adapun yang menjadi sumber sekunder dalam penelitian ini

adalah berbagai sumber tertulis seperti: buku-buku, skripsi dan jurnal yang

diperlukan untuk mendukung pemahaman peneliti terhadap peristiwa yang diteliti.

2. Verifikasi atau Kritik

14 Burhan Bungin, (Ed). Metodologi Penelitian Kualitatif: Aktualisasi Metodologis ke Arah Ragam Varian Kontemporer. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001), hlm. 63. 15 Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah (Jogjakarta: Yayasan Bentang Budaya, 2001), hlm .94- 96.

14

Setelah dilakukan proses pengumpulan sumber, langkah selanjutnya adalah

melakukan verifikasi atau kritik terhadap sumber-sumber yang telah terkumpul tersebut.

Menurut Kuntowijoyo verifikasi itu ada dua macam yaitu untuk mengukur otentisitas

(keaslian sumber) atau kritik ekstern dan kredibilitas (bisa dipercayai) atau kritik intern.

Kritik ini menyangkut verifikasi sumber, yaitu pengujian mengenai kebenaran dari

sumber, sehingga dengan demikian karya sejarah yang dihasilkan merupakan produk

dari proses ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan, bukan dari hasil fantasi dan

manipulasi sejarah.16

Dalam kritik sumber ini, peneliti mempertanyakan autentisitas dan kredibilitas

sumber dengan jalan membandingkan setiap sumber yang ditemukan dengan sumber

lain sehingga diperoleh kesesuaian fakta dan mampu meminimalisasi subjektifitas.

Kritik sumber dilakukan terhadap sumber-sumber primer. Dalam metode sejarah

dikenal dengan cara melakukan kritik eksternal dan kritik internal.Secara lebih rinci

tentang kritik sumber dapat diuraikan sebagai berikut. a. Kritik Ekstern

Kritik eksternal dilakukan untuk melihat keaslian (otentisitas) sumber yang

telah dikumpulkan tersebut palsu atau tidak, dan apakah sumber tersebut masih asli

atau telah dirubah. Kritik ekstern terutama dilakukan untuk sumber-sumber yang

berupa dokumen atau arsip seperti foto perayaan PS Kota Jambi juara Gubernur Cup

tahun 2015 , arsip koran seperti Jambi Independent, Tribun Jambi, dan lain-lain.

Contoh: peneliti menemukan arsip koran 6 Desember 2015 yang memuat berita

tentang “Kojamania garda terdepan suporter kota Jambi” dengan foto koran yang

dipublikasikan ke media sosial. Peneliti menyadari tidak bisa maksimal dalam

16Kuntowijoyo,Pengantar ilmu sejarah. hlm .101.

15

melakukan kritik ekstern ini, karena semestinya setiap dokumen harus dilakukan uji

kimia untuk melihat keasliannya. Oleh sebab itu, untuk menutupi kekurangan dari

kritik ekstern ini, peneliti akan memaksimalkan penggunaan kritik intern. b. Kritik Intern

Usaha untuk meneliti isi sumber sejarah disebut kritik intern. Kritik intern

membutuhkan penguasaan terhadap topik yang diteliti dengan memadai. Setelah

penguasaan topik sejarawan akan dengan cepat menentukan apakah sumber relevan

dengan topik yang diteliti atau tidak.17 Kritik intern dilakukan dengan menganalisis

tingkat kebenaran dari informasi atau isi dari sumber yang didapat. Dalam hal ini

peneliti akan membandingkan berbagai informasi yang didapat, baik hasil

wawancara, dari koran, majalah, maupun buku-buku yang terkait seperti yang

diuraikan dalam langkah heuristik di atas. Dalam penelitian tentang PS Kota Jambi,

kebanyakan sumber yang didapat adalah hasil wawancara, sehingga kritik intern

dilakukan dengan membandingkan hasil wawancara yang didapat selama penelitian

berlangsung.

3. Interpretasi

Interpretasi dalam penelitian sejarah harus dilakukan sebelum proses penulisan

sejarah (historiografi), karena tanpa penafsiran sejarawan, fakta tidak bisa berbicara.

Dengan adanya interpretasi, fakta yang diperoleh dari berbagai sumber sejarah

diharapkan dapat mengungkapkan peristiwa-peristiwa yang diteliti. Interpretasi

mencakup kegiatan analisis dan sintetis. Analisis berarti menguraikan,18 contohnya

mengurai hubungan PS Kota Jambi dengan pengurusnya, PS Kota Jambi dengan

pendukungnya yaitu Kojamania, hubungan individu-individu Kojamania yang

17 Hariyono, Metodologi Sejarah (Malang: tidak diterbitkan, 2006), hlm. 73. 18 Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah. hlm. 100.

16 mengakibatkan solidaritas antar individu suatu kelompok atau perkumpulan yang memunculkan identitas baru bagi masyarakat Kota Jambi. Selanjutnya dilakukan sintesis yang berarti menyatukan fakta-fakta sejarah dalam kesatuan hubungan yang relevan, logis dan kronologis. Contohnya kerusuhan yang terjadi pada bulan Januari tahun 2015 di stadion Tri Lomba Juang yang dimulai lemparan botol dari suporter

Tanjabbarat terhadap suporter Koja mania yang berakhir kerusuhan.

4. Penulisan Sejarah (Historiografi)

Penulisan sejarah atau historiografi merupakan tahap akhir dari keseluruhan proses penelitian peristiwa sejarah. Proses pembuatan deskripsi tentang sebuah peristiwa sejarah akan memperlihatkan profesionalisme seorang sejarawan. Pada penulisan sejarah aspek kronologi menjadi sangat penting untuk membedakan penelitian sejarah tersebut dengan penelitian yang lain. Historiografi dilakukan dengan data-data yang telah diverifikasi dan diinterpretasi sebelumnya. Penulisan sejarah menggunakan pedoman EYD (Ejaan Yang Disempurnakan) dengan tambahan footnote untuk memperjelas penjelasan dan sumber-sumber tulisan.

1.8 Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan gambaran singkat materi yang akan di bahas dalam penelitian ini, maka dapat dilihat dalam sistematika sebagai berikut:

Bab I PENDAHULUAN, dalam BAB ini menguraikan tentang: (1) Latar

Belakang Masalah, (2) Rumusan Masalah, (3) Ruang Lingkup Penelitian, (4) Tujuan dan Manfaat Penelitian, (5) Tinjaun Pustaka, (6) Kerangka Konseptual, (7) Metode

Penelitian, dan (8) Sitematika Penulisan.

BAB II POTRET WILAYAH KOTA JAMBI, BAB ini memuat keadaan umum

Kota Jambi baik keadaan geografis, demografis, maupun ekonomi.

17

BAB III PERKEMBANGAN KOJA MANIA, meliputi uraian mengenai: (1)

Sejarah singkat PS Kota Jambi, (2) Sejarah Koja Mania, (3) Perkembangan Koja Mania

2011-2017.

BAB IV DAMPAK SOSIAL KOJA MANIA DI KOTA JAMBI, yang meliputi konflik yang terjadi serta dampak positif dan negatif adanya sebuah Komunitas Koja

Mania. Sub-bab pada BAB ini diantaranya: (1) Munculnya konflik sosial Koja mania,

(2) Dampak positif Koja Mania.

BAB V PENUTUP, berisi (1) Kesimpulan dan (2) Saran. Pada BAB ini akan menguraikan kesimpulan yang didapat terkait dengan penelitian yang dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA dan DAFTAR LAMPIRAN.

18