Pembelaan Pada Persebaya Dan Glorifikasi Bonek Dalam Pemberitaan Jawa Pos Tentang Konflik Persebaya Dan Pssi
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
54 Komuniti, Vol. 10, No. 1, Maret 2018 p-ISSN: 2087-085X, e-ISSN: 2549-5623 PEMBELAAN PADA PERSEBAYA DAN GLORIFIKASI BONEK DALAM PEMBERITAAN JAWA POS TENTANG KONFLIK PERSEBAYA DAN PSSI Fajar Junaedi1, Prof. Dr. Heru Nugroho2, Dr. Sugeng Bayu Wahyono3 1Mahasiswa Program Doktor Kajian Budaya dan Media UGM Dosen Ilmu Komunikasi UMY - Yogyakarta 2,3Program Doktor Kajian Budaya dan Media UGM Email:1 [email protected] ABSTRAK Relasi olahraga dan media telah menjadi isu yang signifikan, meskipun jurnalisme olahraga sering disebut sebagai jurnalisme mainan karena sifatnya yang tidak serius dibandingkan dengan jurnalisme politik dan ekonomi. Namun demikian, olahraga bukan sekadar apa yang terjadi di arena olahraga, namun berkelindan dengan beragam aspek lain, mulai dari ekonomi, politik dan sosial. Konflik yang terjadi antara Persebaya dan PSSI sepanjang tahun 2009 sampai dengan 2017 membuktikan bahwa olahraga bukan hanya apa yang terjadi di lapangan hijau namun berkelindan dengan aspek politik. Oleh Jawa Pos, berita tentang konflik Persebaya dan PSSI tidak lagi dikemas dalam jurnalisme mainan, namun ditempatkan di halaman muka yang biasanya diisi berita politik dan ekonomi. Di sekitar pelaksanaan Kongres PSSI pada tahun 2016 dan 2017, Jawa Pos secara massif mengalokasikan halaman korannya untuk memberitakan tentang Persebaya dan Bonek yang memperjuangkan pengakuan kembali Persebaya oleh PSSI. Jawa Pos dalam berbagai pemberitaannya secara eksplisit membingkai keberpihakan kepada Persebaya dan sekaligus membingkai Bonek sebagai fans yang memiliki loyalitas dan militansi tinggi dalam membela Persebaya. Bonek dalam pemberitaan Jawa Pos mengenai konflik Persebaya dan PSSI diglorifikasi sebagai pahlawan yang memperjuangkan Persebaya. Keberpihakan Jawa Pos pada Persebaya dan Bonek berujung pada pembelian saham PT Persebaya Indonesia oleh PT Jawa Pos Sportindo, sebuah perusahaan yang menjadi bagian dari konglomerasi Jawa Pos. Kata Kunci: Persebaya, Bonek, Jawa Pos, Berita, Jurnalisme Olahraga A. Pendahuluan sebagainya, tak henti-hentinya selalu laris di Olahraga menjadi salah satu isu seksi di kolom media (Pramesti, 2014 : 76). media. Media baik cetak maupun elektronik Relasi antara olahraga dan institusi terlihat gencar memberitakan ketika klub media telah menjadi tema yang signifikan. ternama (nasional/internasional) tengah Berita olahraga hampir selalu ada dalam menunjukkan kekuatannya dalam adu pemberitaan koran dan selalu dibaca oleh pertandingan. Tidak bisa dipungkiri, hingga pembacanya. Meskipun demikian, wartawan saat ini, sepakbola masih menjadi berita yang bekerja di departemen olahraga favorit di media. Hal ini tidak lain dikarenakan dianggap sebelah mata dibandingkan oleh penggemar sepakbola yang lebih dengan departemen lain di ruang redaksi, banyak dibandingkan dengan olahraga seperti departemen politik, ekonomi dan lainnya. Tak hanya ketika pertandingan saja, kriminal. Jurnalisme olahraga secara satir isu dunia olahraga rutin dimunculkan di sering disebut sebagai jurnalisme mainan media meski tidak ada pertandingan. Isu- (toy journalism) (Wanta, 2006 : 121). isu seperti profil pemain, aktivitas pemain, Meskipun dianggap sebelah mata, perpindahan pemain pada suatu klub, dan jurnalisme olahraga tumbuh berkembang Pembelaan pada Persebaya dan Glorifikasi Bonek 55 pesat selama paruh kedua abad ke-20. dengan pemberitaan Jawa Pos. Bahkan Kritik lain yang mengemuka adalah bahwa dalam beberapa edisi penerbitannya, liputan olahraga sering diasosiasikan Jawa Pos menerbitkan suplemen khusus dengan promosi, sehingga obyektivitas mengenai Persebaya yang sedang pemberitaan menjadi semakin bias mengalami permasalahan internal dan (Nicholson 2007 : 107). konflik berkepanjangan dengan PSSI. Berkelindannya jurnalisme dengan Penelitian ini berusaha menyingkap kepentingan sponsor dalam jurnalisme tentang bagaimana Jawa Pos membingkai semakin terlihat dalam relasi Jawa Pos dan berita tentang Persebaya dan Bonek di Persebaya. Sejak Dahlan Iskan mengambil masa Persebaya terlibat konflik dengan PSSI alih kepemimpinan Jawa Pos pada awal sampai dengan PSSI mengakui kembali dekade 1980-an, Jawa Pos menempatkan Persebaya. Pengakuan kembali Persebaya Persebaya sebagai komoditas pemberitaan oleh PSSI di awal tahun 2017 dengan yang laku dijual kepada publik. Komodifikasi segera diikuti dengan pengambilalihan yang semakin terlihat ketika Jawa Pos secara saham Persebaya oleh Jawa Pos. Untuk resmi mengambil alih kepemilikan saham pertama kalinya di Indonesia, perusahaan Persebaya di tahun 2017. koran memiliki sebuah klub sepakbola Oleh Jawa Pos, Persebaya dikemas profesional. Data dikumpulkan dari berbagai sebagai sebuah tontonan/ event yang pemberitaan Jawa Pos tentang Persebaya disodorkan kepada publik. Bukan saja dan Bonek. Data yang dikumpulkan Persebaya yang disodorkan kepada publik kemudian diteliti dengan menggunakan sebagai bagian industri olahraga, namun metode analisis framing. Analisis framing Jawa Pos juga menyodorkan identitas secara umum berusaha memperlihatkan Bonek kepada para suporter Persebaya dan bagaimana bingkai melekat di dalam teks para pembacanya. Jika suporter Persebaya dan membuatnya terlihat dalam teks dan memandang Bonek sebagai bagian dari bagaimana bingkai berimplikasi pada identitas fanatisme kepada Persebaya, pikiran (Entman, 2002 : 391). maka bagi Jawa Pos identitas Bonek adalah William A. Gamson menyebutkan bahwa yang dikomodifikasikan untuk dijual kepada dalam bingkai pemberitaan, terdapat publik. elemen inti berita (idea element) yang Komodifikasi identitas Bonek oleh Jawa merupakan ide, gagasan atau pemikiran Pos semakin jelas ketika Jawa Pos Sportindo sentral yang dikembangkan dalam teks mengambil alih saham Persebaya pada berita itu kemudian didukung dengan awal tahun 2017. Pengambilalihan saham simbol tertentu untuk menekankan arti yang Persebaya yang dilakukan Jawa Pos bisa hendak dikembangkan dalam teks berita. ditelusuri dari konflik internal di Persebaya Simbol itu dapat diamati dari pemakaian dan konflik Persebaya dengan Persatuan kata, kalimat, grafis, atau pemakaian foto Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) yang atau aksentuasi gambar tertentu. Ada dua terjadi sejak tahun 2009. Konflik internal perangkat bagaimana ide sentral yang yang melanda Persebaya dan konflik merupakan bingkai berita diterjemahkan. Persebaya dengan PSSI ini mendapatkan Pertama, framing devices (perangkat porsi pemberitaan yang berlimpah di Jawa framing) yang berelasi langsung dengan ide Pos. sentral atau bingkai yang ditekankan dalam teks berita. Perangkat framing ini ditandai Dalam berbagai edisi penerbitannya, dengan pemakaian kata, kalimat, metafora, persoalan Persebaya sering ditempatkan dan grafik/gambar. Perangkatkedua adalah di halaman utama Jawa Pos. Hal ini tidak reasoning devices (perangkat penalaran) terjadi pada koran lain yang terbit di Jawa yang berhubungan dengan kohesi dan Timur lainnya. Media massa nasional juga koherensi dari teks tersebut yang merujuk tidak pernah mengalokasikan halamannya pada gagasan tertentu (Gamson dalam sedemikian banyaknya seperti halnya Eriyanto, 2004 : 225-226) 56 Komuniti, Vol. 10, No. 1, Maret 2018 p-ISSN: 2087-085X, e-ISSN: 2549-5623 B. Metode Penelitian Adapun pemberitaan Jawa Pos tentang Penelitian ini berusaha menyingkap Persebaya dan Bonek yang diteliti adalah tentang bagaimana Jawa Pos membingkai pemberitaan pada Jawa Pos edisi 19 Agustus berita tentang Persebaya dan Bonek di 2016, 29 Desember 2016, 10 sampai dengan masa Persebaya terlibat konflik dengan PSSI 12 November 2016, 29 Desember 2016, 7 sampai dengan PSSI mengakui kembali Januari 2017, 9 Januari 2017 dan 8 Februari Persebaya. Pengakuan kembali Persebaya 2017. Pemilihan edisi didasarkan secara oleh PSSI di awal tahun 2017 dengan purposif dengan mempertimbangankan segera diikuti dengan pengambilalihan adanya pemberitaan tentang persoalan saham Persebaya oleh Jawa Pos. Untuk konflik antara Persebaya dan PSSI pada pertama kalinya di Indonesia, perusahaan penerbitan Jawa Pos di rentang tahun 2016 koran memiliki sebuah klub sepakbola sampai dengan 2017. profesional. Data dikumpulkan dari berbagai pemberitaan Jawa Pos tentang C. Pembahasan Persebaya dan Bonek. Data yang dikumpulkan kemudian diteliti dengan Ekonomi Politik Sepakbola Indonesia: menggunakan metode analisis framing. Dualisme Kompetisi dan Posisi Persebaya Analisis framing secara umum berusaha Awal persoalan konflik yang menimpa memperlihatkan bagaimana bingkai Persebaya dengan PSSI terjadi pada melekat di dalam teks dan membuatnya pada tahun 2009 ketika Persebaya harus terlihat dalam teks dan bagaimana bingkai menjalani pertandingan play off melawan berimplikasi pada pikiran (Entman, 2002: Persik Kediri setelah kedua klub ini berada 391). di papan bawah Liga Super Indonesia. Secara lebih spesifik, metode analisis Pertandingan play off antara Persebaya yang digunakan dalam penelitian ini adalah dan Persik Kediri akhirnya secara sepihak analisis framing model William A. Gamson. dinyatakan oleh PSSI dimenangkan oleh William A. Gamson menyebutkan bahwa Persik Kediri dengan skor 3 : 0. Skor ini dalam bingkai pemberitaan, terdapat menyebabkan kedua klub sama-sama elemen inti berita (idea element) yang degradasi karena poin yang didapatkan merupakan ide, gagasan atau pemikiran oleh Persebaya dan Persik Kediri tetap sentral yang dikembangkan dalam teks berada di bawah Pelita Jaya. Oleh Persebaya, berita itu kemudian didukung dengan keputusan ini dianggap menguntungkan simbol tertentu untuk menekankan arti yang Pelita Jaya, sebuah klub sepakbola yang hendak dikembangkan dalam teks