PENGARUH PERILAKU KEPEMIMPINAN PELATIH DAN HUBUNGAN PELATIH-ATLET TERHADAP KETANGGUHAN MENTAL ATLET SEPAKBOLA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi.)

Oleh: SYAHRIDA SYAHRUL NIM: 109070000143

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH 1435 H/2014 M

i PENGARUH PERILAKU KEPEMIMPINAN PELATIH DAN HUBUNGAN PELATIH.ATLET TERHADAP KETANGGUHAN MENTAL ATLET SEPAKBOLA

Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi.)

Oleh: SYAHRIDA SYAHRUL NIM: 109070000143

Pembimbing I Pembimbing lI

Dr. Abdul Rahiluf Shaleh. NI.Si NrP.19720823 199903 1 002 NIP. 19640814 200112 1 001

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435Ht2014 M LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi berjudul *PENGARUH PERILAKU I(EPEMIMPINAN PELATIH

DAN HUBUNGAN PELATIH-ATLET TERHADAP KETANGGUHAN

MENTAL ATLET SEPAKBOLA" telah diujikan dalam sidang munaqasyah

Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada 2l

Mei 2014. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar

sarjana psikologi (S.Psi) pada Fakultas Psikologi.

Jakarta,2l Mei 20t4

Sidang Munaqasyah

Dekan/Ketua Wakil Dekan/ S tarislAnggota

Prof. Dr. Abdul Muiib, M.Si Dr. Abdul Rahma NrP. 1968061.4 199704 1 001 NrP. 19720823 I

Anggota w Gazi, M.Si Drs. Akhmad Baidun M.Si NrP. 19711214 200701 r 014 NIP. 19640814200112 1 001

iii LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana strata satu

(Sl) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Sernua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karyaini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan hasil jiplakan dat'. karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

NIM. 109070000143

Email: [email protected]

IV

MOTTO

TO LIVE TO LOVE TO LEARN TO LEAVE A LEGACY - Sthepen R. Covey

v

Persembahan

Sebuah karya kupersembahkan untuk kedua orang tuaku Sebagai bakti atas jiwa dan raga yang telah dikorbankan Sehingga raga berdiri kokoh terbebas dari belenggu rasa takut Untuk melangkah sebagai cahaya dalam gelapnya sebuah ketidaktahuan

vi

ABSTRAK

A) Fakultas Psikologi B) Mei 2014 C) Syahrida Syahrul D) Pengaruh Perilaku Kepemimpinan Pelatih dan Hubungan Pelatih-Atlet Terhadap Ketangguhan Mental Atlet Sepakbola E) Xv + 101 halaman + lampiran F) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perilaku kepemimpinan pelatih dan hubungan pelatih-atlet terhadap ketangguhan mental atlet sepakbola. Sampel penelitian ini yaitu atlet sepakbola di 5 klub anggota pengurus cabang PSSI Jakarta Timur sebanyak 200 orang. Teknik sampling yang digunakan yaitu nonprobability sampling. Analisis data yang digunakan yaitu Multiple Regression Analysis pada taraf signifikansi 0,05.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan perilaku kepemimpinan pelatih dan hubungan pelatih-atlet terhadap ketangguhan mental atlet sepakbola. Proporsi varians dari ketangguhan mental yang dijelaskan oleh seluruh variabel bebas yaitu sebesar 53.6%, sedangkan 46,4% sisanya dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian ini. Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa dimensi komitmen dan perilaku komplementer memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ketangguhan mental. Sedangkan dimensi training & instruction, perilaku demokratis, perilaku autokratis, dukungan sosial, umpan balik positif, dan kedekatan emosional tidak berpengaruh terhadap ketangguhan mental. Berdasarkan hasil penelitian, seorang pelatih disarankan memiliki ketegasan dalam memilih pendekatan yang akan digunakan sebagai gaya melatih. Pelatih turut disarankan untuk membangun sebuah hubungan interpersonal yang berorientasi jangka panjang dengan atlet.

Kata kunci : perilaku kepemimpinan pelatih, hubungan pelatih-atlet, ketangguhan mental, atlet, sepakbola

G) Bahan Bacaan: 57; Buku: 13, Jurnal: 31, Artikel: 2, Tesis: 4, Internet: 6, dan Komunikasi personal: 1. (1977-2014)

vii

ABSTRACT

A) Faculty of Psychology, State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta B) May 2014 C) Syahrida Syahrul D) The Affects of Coach Leadership Behavior and Coach–Athlete Relationship on Mental Toughness of an Football Athlete E) xv+ 101 pages + appendix F) This research examines the affects of coach leadership behavior and coach– athlete relationship on mental toughness of an football athlete. A Sample of 200 athletes (M age: 20 years) participated and ranged from five different football club member of East Jakarta PSSI. This research using the nonprobability sampling technique. Multiple Regression Analysis was employed to analyze data observed at 0.05 level of significance.

Coach leadership behavior and coach–athlete relationship was predicted to be significantly related to mental toughness. Consistent with theoretical predictions, coach leadership behavior and coach–athlete relationship was found to be significantly related with mental toughness. The results revealed that mental toughness predicted by all independent variable (R2= .536). Results of linear regression analysis revealed commitment and complementarity were significant predictors of mental toughness. Total mental toughness was not found to be significantly related to training & instruction, democratic behavior, autocratic behavior, social support, positive feedback, and closeness. This suggests that coaches should use a clear approach when coaching athletes either using a democratic or an autocratic behavior as a coaching style. Coaches also suggested to have a long term interpersonal relationship with athletes. Limitations and future research direction are discussed.

Keywords: coach leadership behavior, coach–athlete relationship, mental toughness, athlete, football

G) Reading Material: 57; Books: 3, Journals: 31, Article: 2, Thesis: 4, websites: 6, and personal communication: 1. (1977-2014)

viii

KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirrahim

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan karunia, hidayah, dan pencerahan-Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan penelitian ini. Shalawat serta salam semoga terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW serta pengikutnya sampai akhir zaman. Dalam penyususnan skripsi ini, penulis telah melibatkan banyak pihak yang telah memberikan kontribusi bagi penulis. Setiap pelajaran dan hikmah yang diperoleh selama penulis menghabiskan masa perkuliahan di Fakultas Psikologi merupakan sebuah anugerah bagi kehidupan penulis. Dengan penuh kerendahan hati, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Ag, M.si, selaku Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, periode 2014-2019, beserta jajarannya. 2. Bapak Dr. Abdul Rahman Shaleh, M.Si dosen pembimbing pertama yang telah memberikan banyak saran dan kritik kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini. Secara khusus, penulis menucapkan terima kasih dan tidak akan pernah melupakan pelajaran “khusus” tentang integritas yang pernah diberikan. 3. Bapak Akhmad Baidun, M.Si dosen pembimbing kedua yang secara berkala memberikan banyak masukan dan kritikan kepada penulis dalam menyusun skripsi ini. 4. Ibu Solicha, M.Si dosen Pembimbing Akademik kelas D tahun angkatan 2009, terima kasih atas bimbingan, motivasi, teguran, nasehat dan waktu yang disediakan untuk mendengar setiap keluh kesah penulis selama menjalani masa perkuliahan. 5. Seluruh dosen di Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya Bapak Jahja Umar, Ph.D, selaku mantan dekan Fakultas Psikologi periode 2009-2013 yang selama ini memberikan ilmu dan wawasan bagi penulis. Para staff Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak memberikan kemudahan bagi penulis dalam proses adminisrasi.

ix

6. Seluruh responden penelitian yang telah bersedia memberikan informasi dan mengisi angket penelitian. Khususnya, kepada Bapak Sawid di Pengcab PSSI Jakarta Timur yang telah memberikan saran dan gambaran tentang atlet sepakbola. 7. Kedua orang tua penulis, Papa Syahrul Mahruzar dan Mama Salwa yang senantiasa memberikan dukungan dan do’a selama penulis menjalani perkuliahan dan menyelesaikan skripsi. Kepada seluruh kakak, abang dan adik penulis, terima kasih atas setiap bantuan dan nasehatnya. 8. Terima Kasih buat Arif Hilman, Adhie Mansur, Amin To dan Eko, atas bantuannya ketika mengumpulkan dan mengolah data. Keluarga besar D-One Heart 2009, terima kasih atas setiap suka dan duka yang pernah dijalani bersama. Kalian semua luar biasa!. 9. Terakhir, terimakasih untuk kawan-kawan seperjuangan yang telah banyak mendukung dan memberikan masukan baik selama penyusunan skripsi ini, Deden Dwi, Kunarto Yoga, Rio “jawa” dan Nur Fauziah, 10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah ikut berkontribusi terhadap penelitian ini

Penulis sangat bersyukur atas setiap bantuan yang diberikan, semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat-Nya kepada mereka yang telah membantu penulis.

Jakarta, 21 Mei 2014

Penulis

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...... i LEMBAR PERSETUJUAN ...... ii LEMBAR PENGESAHAN ...... iii LEMBAR ORISINALITAS ...... iv MOTTO...... v LEMBAR PERSEMBAHAN ...... vi ABSTRAK ...... vii KATA PENGANTAR ...... ix DAFTAR ISI...... xi DAFTAR TABEL ...... xiii DAFTAR GAMBAR ...... xiv DAFTAR LAMPIRAN ...... xv

BAB 1. PENDAHULUAN ...... 1 1.1. Latar Belakang Masalah ...... 1 1.2. Rumusan dan Batasan Masalah ...... 10 1.2.1. Rumusan masalah...... 10 1.2.2. Batasan masalah ...... 11 1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...... 11 1.3.1. Tujuan Penelitian ...... 11 1.3.2. Manfaat Penelitian ...... 12 1.4. Sistematika Penulisan ...... 13

BAB 2. KAJIAN TEORI ...... 15 2.1. Ketangguhan Mental ...... 15 2.1.1 Definisi ketangguhan mental ...... 15 2.1.2 Dimensi ketangguhan mental ...... 16 2.1.3 Faktor yang mempengaruhi ketangguhan mental...... 19 2.1.4 Pengukuran ketangguhan mental ...... 21 2.2 Perilaku Kepemimpinan Pelatih ...... 22 2.2.1 Definisi perilaku kepemimpinan pelatih ...... 22 2.2.3 Dimensi perilaku kepemimpinan pelatih ...... 24 2.2.3 Pengukuran perilaku kepemimpinan pelatih...... 26 2.2.4 Perilaku kepemimpinan pelatih dan ketangguhan mental ...... 27 2.3 Hubungan Pelatih-Atlet ...... 28 2.3.1 Definisi hubungan pelatih-atlet ...... 28 2.3.2 Dimensi hubungan pelatih-atlet ...... 30 2.3.3 Pengukuran hubungan pelatih-atlet ...... 31 2.3.4 Hubungan pelatih-atlet dan ketangguhan mental ...... 32 2.4 Kerangka Berpikir...... 33 2.5 Hipotesis Penelitian ...... 38 xi

BAB 3. METODE PENELITIAN ...... 39 3.1. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ...... 39 3.1.1 Populasi dan sampel penelitian...... 39 3.1.2 Teknik pengambilan sampel ...... 39 3.2 Variabel Penelitian ...... 40 3.3 Definisi Operasional Variabel ...... 40 3.3.1 Ketangguhan Mental ...... 40 3.3.2 Perilaku Kepemimpinan Pelatih ...... 40 3.3.3 Hubungan Pelatih-Atlet ...... 41 3.4 Instrumen Penelitian ...... 41 3.4.1 Alat ukur Ketangguhan Mental ...... 41 3.4.2 Alat ukur Perilaku Kepemimpinan Pelatih ...... 42 3.4.3 Alat ukur Hubungan Pelatih-Atlet ...... 43 3.5 Pengujian Validitas Konstruk ...... 44 3.6 Uji validitas konstruk Ketangguhan Mental ...... 46 3.7 Analisa Faktor Eksploratori Skala Ketangguhan Mental ...... 54 3.8 Uji validitas konstruk Perilaku Kepemimpinan Pelatih ...... 56 3.9 Uji validitas konstruk Hubungan Pelatih-Atlet ...... 65 3.10 Prosedur Pengumpulan Data ...... 70 3.11 Metode Analisa Data ...... 71

BAB 4. HASIL PENELITIAN ...... 74 4.1 Gambaran Umum Sampel Penelitian ...... 74 4.2 Deskripsi Statistik Hasil Penelitian ...... 76 4.3 Kategorisasi Skor Variabel...... 78 4.4 Uji Hipotesis Penelitian ...... 85 4.5 Pengujian proporsi varian independent variable ...... 89

BAB 5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN ...... 93 5.1 Kesimpulan...... 93 5.2 Diskusi ...... 93 5.3 Saran ...... 99

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Blueprint Skala Ketangguhan Mental Tabel 3.2 Blueprint Skala Perilaku Kepemimpinan Pelatih Tabel 3.3 Blueprint Skala Hubungan Pelatih-Atlet Tabel 3.4 Muatan Faktor Item Thrive Through Challenge Tabel 3.5 Muatan Faktor Item Sport Awareness Tabel 3.6 Muatan Faktor Item Tough Attitude Tabel 3.7 Muatan Faktor Item Desire Success Tabel 3.8 Muatan Faktor Item Ketangguhan Mental Tabel 3.9 Blueprint Hasil EFA Skala Ketangguhan Mental Tabel 3.10 Muatan Faktor Item Training and Instruction Tabel 3.11 Muatan Faktor Item Perilaku Demokratis Tabel 3.12 Muatan Faktor Item Perilaku Autokratis Tabel 3.13 Muatan Faktor Item Dukungan Sosial Tabel 3.14 Muatan Faktor Item Umpan Balik Positif Tabel 3.15 Muatan Faktor Item Kedekatan Emosional Tabel 3.16 Muatan Faktor Item Komitmen Tabel 3.17 Muatan Faktor Item Perilaku Komplementer Tabel 4.1 Gambaran Subjek Berdasarkan Usia dan Waktu Latihan Tabel 4.2 Gambaran Subjek Berdasarkan Intensitas Latihan Tabel 4.3 Gambaran Subjek Berdasarkan Profesi, Status Pemain dan Prestasi Tertinggi Tabel 4.4 Deskripsi Statistik Variabel Penelitian Tabel 4.5 Norma Skor Variabel Tabel 4.6 Kategorisasi Skor Ketangguhan Mental Tabel 4.7 Kategorisasi Skor Training & Instruction Tabel 4.8 Kategorisasi Skor Perilaku Demokratis Tabel 4.9 Kategorisasi Skor Perilaku Autokratis Tabel 4.10 Kategorisasi Skor Dukungan Sosial Tabel 4.11 Kategorisasi Skor Umpan Balik Positif Tabel 4.12 Kategorisasi Skor Kedekatan Emosional Tabel 4.13 Kategorisasi Skor Komitmen Tabel 4.14 Kategorisasi Skor Perilaku Komplementer Tabel 4.15 Model Summary R Tabel 4.16 Model Summary R Independent Variable I & Independent Variable II Tabel 4.17 Anova Pengaruh Seluruh IV Terhadap DV Tabel 4.18 Koefisien Regresi Tabel 4.19 Proporsi Varians Untuk Masing-Masing independent variable

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian Lampiran 2 Kuesioner Penelitian Lampiran 3 Diagram CFA Lampiran 4 Tabel EFA Skala Ketangguhan Mental Lampiran 5 Contoh Syntax Analisis Faktor Konfimatorik Lampiran 6 Indonesian Clubs in Asian Football

xv

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam bab pendahuluan ini akan dibahas mengenai latar belakang masalah, perumusan dan pembatasan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

1.1. Latar Belakang Masalah

Klub sepakbola telah mengalami penurunan prestasi sejak tahun 1991

(Wikipedia.com, 2014). Prestasi terbaik klub sepakbola asal Indonesia dalam kompetisi tingkat Asia hanya peringkat ketika pada turnamen AFC Champions

League pada musim 1990-1991. Setelah periode tersebut, prestasi sepakbola klub nasional terus mengalami penurunan. Beragam faktor teknis dan non-teknis menjadi penyebab keterpurukan sepakbola nasional. Salah satu yang menjadi penyebab keterpurukan sepakbola nasional adalah mentalitas atlet yang lemah.

Menurut Lombardi (2010), sebuah tim dengan mentalitas yang lemah akan cenderung bermain buruk ketika bertanding. Hal ini diakui oleh pelatih timnas U-

21, Widodo C. Putro (dalam Afroni, 2012) yang menjelaskan timnas mengalami kekalahan karena lemah dalam mental bertanding.

Atlet dengan mentalitas yang kuat memiliki beberapa karakteristik umum seperti memiliki self-belief yang tinggi, memiliki motivasi yang tinggi, mampu menjaga fokus dan konsentrasi, menunjukkan determinasi yang tinggi serta memiliki komitmen (Gucciardi, Gordon & Dimmock, 2008). Atlet sepakbola

Indonesia baik pada tingkat timnas dan klub cenderung menunjukkan pola mentalitas yang sama ketika bertanding. Secara umum, atlet cenderung bermain

1

2

taktis dengan determinasi tinggi dan konsentrasi terbatas pada lima belas menit pertama pada setiap babak. Pertengahan hingga akhir pertandingan atlet cenderung mengalami penurunan kualitas mentalitas. Beberapa indikator penurunan mentalitas yang dapat diamati antara lain: kesalahan dalam melakukan passing karena konsentrasi dan fokus yang menurun, pengambilan keputusan yang tergesa-gesa, pressing yang lemah dan cenderung bermain secara individu.

Dengan demikian, maka mentalitas atlet sepakbola nasional perlu mengalami pembenahan dan peningkatan kualitas.

Berbagai penelitian tentang mentalitas atlet menggunakan istilah ketangguhan mental untuk menjelaskan kumpulan atribut psikologis atlet unggul

(Jones, 2002; Bull, Shambrook, James & Brooks, 2005; Weinberg, Butt & Culp,

2011; Jones, Hanton & Connaughton, 2007; Gucciardi et.al., 2008). Istilah ketangguhan mental merupakan istilah yang digunakan atlet, pelatih dan media untuk mengambarkan karakteristik psikologis atlet unggul yang secara konsisten ditampilkan saat latihan atau kompetisi. Dalam berbagai literatur penelitian, ketangguhan mental kerap dikaitkan dengan top-level performance.

Ketangguhan mental atlet penting untuk diteliti karena dapat memberikan pengaruh terhadap kinerja atlet (Newland, 2009; Thewell, Weston & Greenlees,

2005). Penelitian yang dilakukan Golby dan Sheard (2003) menemukan semakin tinggi ketangguhan mental atlet akan berpengaruh terhadap tingkat performa atlet.

Begitu juga dengan semakin tinggi tingkat pertandingan yang dijalani atlet akan berdampak pada meningkatnya ketangguhan mental atlet. 3

Seorang atlet dengan mental yang tangguh akan memperlihatkan kegigihan yang luar biasa meski secara objektif tidak ada harapan untuk memenangkan pertandingan (Gunarsa, 2004). Pertandingan Bayern Munich menghadapi

Manchester United pada tahun 1998 dan AC Milan menghadapi Liverpool pada tahun 2005 merupakan contoh atlet dengan ketangguhan mental yang mumpuni hingga pertandingan berakhir. Manchester United dan Liverpool berhasil mengubah ketertinggalan menjadi kemenangan (BBC Sport, 2005).

Ketangguhan mental merupakan komponen penting bagi perkembangan atlet. Talenta fisik dan teknik yang dimiliki atlet tidak dapat berkembang dengan optimal tanpa di dukung ketangguhan mental (misalnya kasus Florent Sinama

Ponggolle dan Anthony Le Tallec pada tahun 2001 yang bersinar di usia muda namun gagal pada tingkat premier league). Gucciardi et.al. (2008) menjelaskan bahwa ketangguhan mental merupakan aspek krusial terhadap pencapaian prestasi atlet meski atlet tersebut memiliki kemampuan fisik yang mumpuni. Atlet harus memiliki keseimbangan dalam kemampuan fisik dan ketangguhan mental agar dapat tampil optimal (Suwendi dalam Dewabrata, 2012).

Ketangguhan mental merupakan kumpulan atribut positif yang memungkinkan atlet mampu mengatasi beragam tuntutan (misalnya, kompetisi, latihan dan gaya hidup) lebih baik dari lawan bertanding (Jones, 2002). Loehr menjelaskan atlet dengan ketangguhan mental yang tinggi memiliki kapasitas untuk meningkatkan energi positif dalam situasi kritis (Loehr dalam Nizam,

Fauzee & Samah, 2009). 4

Gucciardi et.al. (2008) menjelaskan ketangguhan mental merupakan kumpulan nilai, sikap, perilaku dan emosi yang membuat atlet mampu bertahan dan melalui beragam hambatan, kesusahan, atau tekanan yang dialami. Atlet turut mampu untuk tetap mempertahankan konsentrasi dan motivasi saat situasi normal.

Perbedaan mendasar antara ketangguhan mental dengan resiliensi dan hardiness yaitu ketangguhan mental memiliki konsep ”positive pressure”. Positive pressure merupakan beragam situasi positif (seperti berada dalam keadaan unggul, menjadi bintang lapangan, atau mendapat label sebagai wonderkid) yang memberikan tekanan kepada atlet. Sementara resiliensi dan hardiness merupakan konsep bangkit dari tantangan yang bersifat distress (Kobasa, 1979; Kobasa, Maddi &

Kahn, 1982; dan Maddi, 1989).

Penelitian yang dilakukan oleh Gould menemukan 82% pelatih menilai ketangguhan mental sebagai atribut psikologis yang menentukan kesuksesan atlet

(Gould dalam Weinberg et.al., 2011). Pelatih terkemuka seperti Sir Alex Ferguson dan Sven-Goran Eriksson turut menilai ketangguhan mental merupakan salah satu faktor yang memberikan kontribusi penting bagi kesuksesan tim (Bull &

Shambrook dalam Fauzee, Saputra, Samad, Gheimi, Asmuni, & Johar, 2012).

Sebagai salah satu aspek yang krusial dalam menunjang performa atlet, sejatinya ketangguhan mental dikembangkan melalui persiapan yang terstruktur bukan melalui banyaknya frekuensi kompetisi (Bull et.al., 2005).

Kelemahan dan kelebihan yang dimiliki oleh atlet dapat diketahui dan dikembangkan melalui persiapan matang sehingga dapat disusun program latihan yang proporsional agar atlet dapat tampil maksimal. Persiapan yang berkualitas 5

meliputi persiapan fisik, teknis, taktis dan ketangguhan mental atlet sehingga atlet berada dalam kondisi siap bertanding (Gucciardi et.al., 2009). Dalam mengembangkan ketangguhan mental atlet, pelatih memiliki peran yang cukup sentral (Weinberg et.al., 2011).

Pelatih berkewajiban untuk membimbing dan membantu pengembangan ketangguhan mental atlet di dalam dan di luar lapangan. Pelatih dapat mengetahui perkembangan ketangguhan mental atlet melalui observasi sikap dan perilaku yang ditampilkan oleh atlet. Sebagai sosok sentral dalam pengembangan ketangguhan mental, pelatih memberikan bimbingan, latihan dan aktivitas yang disesuaikan dengan kondisi atlet (Weinberg et.al., 2011). Setiap program yang disusun oleh pelatih diharapkan memberikan perubahan positif terhadap karakter, sikap dan pemikiran atlet (Bull et.al., 2005). Berhasil atau tidaknya sebuah program pengembangan turut dipengaruhi faktor kepemimpinan pelatih

(Weinberg et.al., 2011; Amorose & Horn, 2000; Burke, Stagl, Klein, Goodwin,

Salas & Halpin, 2006).

Seorang pelatih perlu menyadari aspek kepemimpinan untuk dapat mengarahkan atlet mencapai tujuan (Satiadarma, 2000). Kepemimpinan seorang pelatih merupakan sebuah proses perilaku yang mempengaruhi atlet agar memiliki kinerja yang optimal (Barrow, 1977). Seorang pelatih bertanggung jawab untuk melatih dan memberikan instruksi kepada atlet dalam usahanya membantu atlet mencapai potensi fisik maksimum (Chelladurai & Saleh, 1980).

Perilaku pelatih turut mempengaruhi atribut psikologis atlet. Penelitian yang dilakukan oleh Black dan Weiss (dalam Amorose & Horn, 2000) menemukan 6

umpan balik yang diberikan oleh pelatih berpengaruh terhadap persepsi kemampuan dan motivasi intrinsik atlet. Begitu juga penelitian Pelletier dan

Vallerand (dalam Amorose & Horn, 2000) menemukan kecenderungan pelatih untuk berperilaku secara bebas dan mandiri atau penuh dengan kontrol turut mempengaruhi motivasi intrinsik atlet.

Perilaku kepemimpinan pelatih merupakan bentuk perilaku kepemimpinan yang ditampilkan pelatih yang secara konsisten muncul di dalam dan di luar lapangan. Chelladurai (2012) menjelaskan tiga komponen kepemimpinan multidimensi seorang pelatih. Pertama, required behavior merupakan perilaku pelatih yang secara umum dipengaruhi karakteristik situasional. Kedua, preferred behavior merupakan perilaku pelatih yang dinilai sesuai oleh atlet sebagai fungsi karakteristik individual. Terakhir, actual behavior merupakan perilaku pelatih yang dipengaruhi karakteristik pemimpin, required behavior dan preferred behavior. Menurut Chelladurai (2012), ketiga komponen tersebut akan memberikan pengaruh secara signifikan terhadap kepuasan atlet dan performa tim apabila ketiganya kongruen.

Cox (2012) menjelaskan agar memperoleh perilaku kepemimpinan yang ideal, maka ketiga komponen tersebut harus kongruen. Jika actual behavior belum kongruen dengan required dan preferred behavior, maka harapan yang muncul adalah pelatih akan diganti. Jika preferred behavior belum kongruen dengan required behavior dan actual behavior, performa tim mungkin akan baik namun menimbulkan ketidakpuasan atlet karena perilaku pelatih tidak sesuai harapan.

Terakhir, apabila required behavior belum kongruen dengan preferred behavior 7

dan actual behavior maka performa tim akan mengalami penurunan meski atlet merasa puas dengan perilaku yang ditampilkan pelatih.

Chelladurai & Saleh (1980) menjelaskan terdapat lima dimensi dalam perilaku kepemimpinan pelatih yaitu: (1) Training and instruction, merupakan fungsi utama seorang pelatih. Pelatih bertanggung jawab untuk melatih dan memberikan instruksi kepada atlet dalam usahanya membantu atlet mencapai potensi fisik maksimum. (2) Perilaku demokratis, merefleksikan kebebasan pelatih untuk melibatkan atlet dalam proses pengambilan keputusan. (3) Perilaku autokratis, merefleksikan sejauh mana seorang pelatih harus terpisah dari atlet dan menekankan kekuasaannya sebagai seorang pelatih, hal ini diharapkan akan menimbulkan kepatuhan atas setiap keputusan yang diambil pelatih. (4)

Dukungan sosial, merefleksikan sejauh mana keterlibatan pelatih dalam pemenuhan kebutuhan interpersonal atlet. (5) Umpan balik positif, merefleksikan umpan balik berupa pujian dan penghargaan pelatih atas kontribusi dan performa atlet.

Faktor lain yang dapat mempengaruhi pengembangan ketangguhan mental atlet adalah hubungan antara atlet dan pelatih. Hal ini berdasarkan gagasan seorang pelatih dalam melaksanakan tugas diharuskan membangun komunikasi yang positif dengan atlet. Hubungan pelatih-atlet dalam proses latihan berkontribusi positif terhadap keberhasilan pengembangan potensi atlet, sebaliknya bila diabaikan akan menghambat kesuksesan pengembangan potensi atlet (Lyle dalam Jowett & Cockerill, 2002). 8

Hubungan pelatih-atlet merupakan komunikasi yang intensif antara atlet dan pelatih. Menurut Jowett dan Cockerill (2002), efektifitas seorang pelatih dalam melakukan persiapan teknis, taktis dan strategis, serta mengorganisir, mengevaluasi dan mengarahkan atlet, akan bergantung pada hubungan yang dibangun antara pelatih-atlet. McGready (dalam Jowett & Cockerill, 2002) menjelaskan bahwa untuk membentuk hubungan yang nyaman dan penuh kepercayaan antara pelatih dan atlet adalah tugas yang berat. Hal ini disebabkan oleh sikap, perasaan dan motivasi yang terlibat sulit untuk dikendalikan, misalnya pada sepakbola wanita terdapat ketertarikan pada pelatih yang berjenis kelamin berbeda.

Jowett (2009) menjelaskan hubungan pelatih-atlet merupakan sebuah situasi dimana pelatih dan atlet membangun perasaan, pikiran, dan perilaku yang saling terkait. Terdapat tiga dimensi hubungan pelatih-atlet yaitu, kedekatan emosional, komitmen, dan perilaku komplementer. Dimensi pertama adalah kedekatan emosional, mengambarkan keterikatan afektif antara atlet dan pelatih seperti saling menghormati, saling mempercayai, dan menghargai satu sama lain.

Kedua komitmen, menggambarkan keterikatan kognitif dan berorientasi jangka panjang satu sama lain. Terakhir perilaku komplementer, menggambarkan transaksi perilaku antara pelatih-atlet seperti perilaku saling kerjasama dan kontributif.

Variabel demografis seperti usia, jenis kelamin, dan pengalaman turut berpengaruh terhadap ketangguhan mental (Nicholls, Polman, Levy dan

Backhouse, 2009). Berdasarkan penelitian tersebut, atlet akan mengalami 9

peningkatan ketangguhan mental seiring pertambahan usia dan pengalaman bertanding. Atlet yang bertanding pada tingkat elit (misalnya Olimpiade, pertandingan Internasional, dan divisi teratas sebuah liga) cenderung memiliki ketangguhan mental yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan atlet yang bertanding pada tingkat yang lebih rendah (Nizam, Fauzee & Samah 2009).

Dari berbagai pemaparan di atas, pembinaan ketangguhan mental atlet sepakbola perlu mendapat perhatian khusus. Sebab, penguasaan teknik bermain sepakbola akan bergantung pada ketangguhan mental atlet. Proses pembinaan ketangguhan mental atlet cenderung bergantung pada proses latihan yang dipimpin oleh pelatih. Seorang pelatih merupakan seorang role model bagi atlet.

Pelatih pula yang paling mengetahui potensi dan kemampuan yang dimiliki atlet.

Dalam membina dan mengembangkan potensi atlet, seorang pelatih akan menampilkan perilaku kepemimpinan. Perilaku kepemimpinan pelatih di dalam dan di luar lapangan akan berpengaruh pada proses pembinaan ketangguhan mental atlet. Selain itu, interaksi antara pelatih dengan atlet akan membentuk atmosfir latihan yang nyaman dan berdampak pada pengembangan ketangguhan mental atlet. Dengan fakta bahwa belum ada peningkatan prestasi secara signifikan dalam proses yang telah berlangsung selama ini, maka hal ini mendorong peneliti untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh

Perilaku Kepemimpinan Pelatih dan Hubungan Pelatih-Atlet Terhadap

Ketangguhan Mental Atlet Sepakbola “.

10

1.2. Rumusan dan Batasan Masalah

1.2.1 Rumusan Masalah

Untuk memfokuskan dan memperoleh hasil penelitian yang lebih akurat sesuai dengan tujuan penelitian, maka penelitian ini merumuskan masalah pada hal-hal yang terkait dengan hubungan antara ketangguhan mental, perilaku kepemimpinan pelatih, dan hubungan pelatih-atlet sebagai berikut:

1. Apakah perilaku kepemimpinan pelatih dan hubungan pelatih-atlet

berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap ketangguhan mental atlet

sepakbola?

2. Apakah training and instruction berpengaruh secara signifikan dan positif

terhadap ketangguhan mental atlet sepakbola?

3. Apakah perilaku demokratis berpengaruh secara signifikan dan positif

terhadap ketangguhan mental atlet sepakbola?

4. Apakah perilaku autokratis berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap

ketangguhan mental atlet sepakbola?

5. Apakah dukungan sosial berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap

ketangguhan mental atlet sepakbola?

6. Apakah umpan balik positif berpengaruh secara signifikan dan positif

terhadap ketangguhan mental atlet sepakbola?

7. Apakah kedekatan emosional berpengaruh secara signifikan dan positif

terhadap ketangguhan mental atlet sepakbola?

8. Apakah komitmen berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap

ketangguhan mental atlet sepakbola? 11

9. Apakah perilaku komplementer berpengaruh secara signifikan dan positif

terhadap ketangguhan mental atlet sepakbola?

1.2.2 Batasan Masalah

Untuk memfokuskan dan memperoleh hasil penelitian yang lebih akurat sesuai dengan tujuan penelitian, maka penelitian ini dibatasi pada hal-hal yang terkait dengan hubungan antara ketangguhan mental, perilaku kepemimpinan pelatih, dan hubungan pelatih-atlet yang didefinisikan sebagai berikut:

1. Ketangguhan mental adalah kumpulan nilai, sikap, perilaku, dan emosi yang

memungkinkan untuk bertahan dan menanggulangi segala rintangan,

kesusahan, atau tekanan yang dialami, namun tetap dapat mempertahankan

konsentrasi dan motivasi saat keadaan baik untuk mencapai suatu tujuan

(Gucciardi, Gordon & Dimmock, 2008).

2. Perilaku kepemimpinan pelatih adalah perilaku kepemimpinan pelatih yang

mempunyai kekuatan untuk mempengaruhi bawahan dengan cara tertentu.

3. Hubungan pelatih-atlet adalah situasi emosi, pikiran dan perilaku antara

pelatih dan atlet saling berhubungan (Jowett & Cockerill, 2002).

1.3. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis variabel yang mempengaruhi ketangguhan mental atlet sepakbola. Secara rinci tujuan penelitian ini yaitu ingin:

1. Mengetahui pengaruh perilaku kepemimpinan pelatih dan hubungan pelatih-

atlet terhadap ketangguhan mental. 12

2. Mengetahui perilaku kepemimpinan yang paling efektif dalam membentuk

ketangguhan mental atlet.

3. Mengetahui pengaruh hubungan pelatih-atlet terhadap perkembangan

ketangguhan mental atlet.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara teoritis maupun praktis yaitu:

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan teori psikologi, khususnya yang berhubungan dengan psikologi olahraga. Penelitian ini diharapkan mampu menjadi embrio bagi pengembangan konseptual ketangguhan mental di Indonesia.

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat, yaitu:

1. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi literatur bagi para atlet dan pelatih

tentang faktor psikologis atlet sehingga dapat menunjang performa atlet di

masa yang akan datang.

2. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi literatur atau bacaan acuan bagi para

atlet dan pelatih untuk menambah pengetahuan tentang ketangguhan mental

serta mampu mengembangkannya secara praktis.

3. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam mengembangkan

penelitian tentang ketangguhan mental.

13

1.4. Sistematika Penulisan

Penulisan hasil penelitian ini mengacu pada pedoman penulisan skripsi Fakultas

Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dengan sistematika sebagai berikut:

BAB 1: Pendahuluan

Bab 1 ini berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.

BAB 2: Kajian Teori

Bab 2 ini berisi kajian teori yang digunakan dalam penelitian yaitu, ketangguhan mental, perilaku kepemimpinan pelatih, dan hubungan pelatih-atlet. a. Penjabaran dan definisi tentang ketangguhan mental, dimensi ketangguhan

mental, faktor yang mempengaruhi ketangguhan mental, pengukuran

ketangguhan mental b. Penjabaran dan definisi tentang perilaku kepemimpinan pelatih, dimensi

perilaku kepemimpinan pelatih, dan pengukuran perilaku kepemimpinan

pelatih. c. Penjabaran dan definisi tentang hubungan pelatih-atlet, dimensi hubungan

pelatih-atlet, dan pengukuran hubungan pelatih-atlet. d. Kerangka berpikir, dan e. Hipotesis

BAB 3: Metode Penelitian

Bab 3 ini berisi penguraian mengenai populasi dan sampel penelitian, variabel penelitian, definisi operasional variabel, instrumen penelitian, pengujian validitas 14

konstruk, prosedur pengumpulan data dan metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini.

BAB 4: Analisa Hasil Penelitian

Bab 4 ini menguraikan hasil pengolahan data yang terkumpul dari penelitian ini dan melakukan analisis secara deskriptif berdasarkan hasil yang diperoleh dari subjek penelitian.

BAB 5: Kesimpulan, Diskusi dan Saran

Bab 5 ini terdiri atas rangkuman hasil penelitian yang telah dilakukan yang dibagi kedalam tiga sub bab yaitu kesimpulan, diskusi, dan saran. BAB II

KAJIAN TEORI

Pada bab kajian teori ini akan dijelaskan mengenai teori-teori yang berkaitan dengan penelitian. Teori Ketangguhan Mental, Perilaku Kepemimpinan Pelatih, dan Hubungan Pelatih-Atlet, serta kerangka berfikir dan hipotesis penelitian.

2.1. Ketangguhan Mental

2.1.1. Definisi Ketangguhan Mental

Ketangguhan mental merupakan istilah yang digunakan untuk menjelaskan karakteristik mental superior seorang atlet. Gucciardi et. al. (2008) menjelaskan ketika kemampuan fisik, teknik, dan taktis yang dimiliki atlet cenderung sama, ketangguhan mental merupakan pembeda antara atlet “baik” dengan atlet “hebat”.

Gucciardi et.al. (2008) mendefinisikan ketangguhan mental dengan:

Mental toughness is a collection of values, attitude, behaviours, and emotions that enables you to preserve and overcome any obstacle, adversity, or pressure experienced, but also to maintain concentration and motivation when things are going well to consistently achieve your goals. (Gucciardi et.al., 2008, p.278)

Gucciardi et.al. (2008) melakukan penelitian ketangguhan mental dalam konteks olahraga beregu yaitu football (Gucciardi menggunakan Autralian-rules football). Dalam penelitiannya, Gucciardi et.al. (2008) melakukan wawancara dengan sebelas pelatih berpengalaman pada tingkat elit. Data verbatim yang diperoleh kemudian dianalisis dan menghasilkan tiga kategori utama dalam memahami ketangguhan mental. Kategori pertama adalah characteristic, kategori ini terdiri atas sebelas karakteristik yang dianggap sebagai kunci ketangguhan mental (self-belief, etos kerja, nilai personal, self-motivated, tough attitude,

15

16

konsentrasi, resiliensi, handling pressure, kecerdasan emosional, sport intelligence, dan ketangguhan fisik). Dua kategori lain yaitu situasi dan perilaku.

Ketiga kategori tersebut mampu memberikan pemahaman hubungan antara karakteristik utama dengan proses (situasi dan perilaku).

Situasi merupakan situasi yang memberikan tuntutan tinggi akan ketangguhan mental seperti ketika dalam keadaan cedera, sedang menjalani masa rehabilitasi cedera, persiapan untuk latihan dan kompetisi, tantangan di dalam dan di luar lapangan, tekanan sosial, serta tekanan internal (misalnya kelelahan dan kurang percaya diri) dan tekanan eksternal (misalnya lingkungan dan situasi ketika bertanding, variabel pertandingan (suporter), dan resiko fisik). Situasi ini merupakan faktor yang mempengaruhi atau keadaan yang membutuhkan ketangguhan mental.

Berdasarkan uraian di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa ketangguhan mental merupakan kumpulan nilai, sikap, perilaku dan emosi yang membuat atlet mampu bertahan dan melalui beragam hambatan, kesusahan, atau tekanan yang dialami. Atlet mampu untuk tetap mempertahankan konsentrasi dan motivasi saat situasi normal dan menguntungkan.

2.1.2. Dimensi Ketangguhan Mental

Gucciardi et.al. (2008) mengatakan bahwa penelitian tentang ketangguhan mental relatif baru dan sedang berkembang. Hal ini dapat dilihat pada variasi hasil penelitian yang dipublikasi (misalnya Clough & Earle, 2000; Bull et.al., 2005;

Middleton, Marsh, Martin, Richards, & Perry, 2004; Gucciardi et.al., 2008).

Namun, dalam penelitian yang telah dilakukan diperoleh beberapa dimensi yang 17

sama seperti self-belief, fokus dan konsentrasi, motivasi, thriving on competition, resiliensi, handling pressure, sikap positif, persiapan yang berkualitas, goal- setting, determination and perseverance, dan komitmen (Gucciardi et.al., 2008).

Penelitian ini menggunakan dimensi ketangguhan mental yang dirumuskan oleh Gucciardi et.al. (2009). Keempat dimensi tersebut yaitu:

1. Thrive through challange, yaitu perilaku dan sikap untuk mampu menghadapi

suatu tantangan yang berasal dari tekanan internal dan eksternal. Dimensi ini

terdiri atas delapan atribut, yaitu (a) belief in physical and mental ability, atlet

memiliki self-belief atas kemampuan fisik dan mental untuk mampu bangkit

ketika berada dalam tekanan; (b) skill execution under pressure, atlet mampu

menunjukkan skill dalam keadaan tertekan; (c) pressure as challenge, atlet

menerima setiap tekanan yang diterima sebagai tantangan terhadap

kemampuan diri; (d) competitiveness, atlet memiliki hasrat kompetitif untuk

menjadi yang terbaik; (e) bounce back, atlet memiliki kemampuan untuk

bangkit dari kesulitan dengan etos kerja dan tekad; (f) concentration, atlet

mampu fokus dan konsentrasi pada tujuan yang ingin dicapai; dan (g)

persistence, atlet tekun dan memiliki tekad yang kuat untuk sukses.

2. Sport awareness, yaitu perilaku, sikap dan nilai yang relevan dengan

performa individual atau tim. Dimensi ini terdiri atas enam atribut, yaitu (a)

aware of individual roles, atlet memiliki kesadaran dan menerima tanggung

jawab individual dalam tim; (b) understand pressure, atlet memahami setiap

tekanan yang diterima di dalam dan di luar pertandingan; (c) acceptance of

team role, atlet menerima dan memahami tanggung jawab sebagai bagian 18

sebuah tim dan mendahului kepentingan tim di atas kepentingan pribadi; (d)

personal value, atlet memiliki dan berpedoman pada nilai kehidupan yang

dimiliki untuk menjadi atlet dan pribadi unggul; (e) make sacrifice, atlet

menyadari pengorbanan merupakan usaha untuk meraih kesuksesan tim dan

personal; dan (f) accountability, atlet bertanggung jawab atas setiap perilaku

dan tidak mencari alasan ketika gagal.

3. Tough attitude, yaitu perilaku dan sikap yang mendasar untuk menghadapi

tekanan dan tantangan yang bersifat positif maupun negatif. Dimensi ini

terdiri atas lima atribut, yaitu (a) distractible, atlet mudah teralihkan yang

ditandai oleh perilaku yang tidak menentu, sporadis dan tidak terkendali; (b)

disicpline, atlet memiliki disiplin dalam perilaku; (c) give in to challenges,

atlet mudah menyerah dalam menghadapi beragam tantangan; (d) physical

fatigue and performance, atlet mampu menampilkan yang terbaik pada sesi

latihan dan pertandingan meski mengalami kelelahan; dan (e) niggly injuries

and performance, atlet mampu menampilkan yang terbaik dalam latihan dan

pertandingan meski mengalami cedera.

4. Desire succsess, yaitu perilaku, sikap, dan nilai yang dihubungkan dengan

pencapaian atau keberhasilan. Dimensi ini terdiri lima atribut, yaitu (a)

understanding the game, atlet mengetahui dan memahami aturan permainan

secara utuh; (b) sacrifices as part of success, atlet memahami pengorbanan

adalah bagian dari kesuksesan; (c) desire team success, atlet memiliki

keinginan untuk menjadi bagian dari kesuksesan tim; (d) vision of success,

atlet memiliki visi yang jelas untuk kesuksesan dan mampu menerapkannya 19

dalam tindakan; dan (e) enjoy 50/50 situasions, atlet menikmati situasi yang

memiliki peluang sama kuat.

Beberapa penelitian tentang ketangguhan mental belum mampu menghasilkan dimensi yang sama dengan penelitian lain (lihat Bull et al., 2005;

Middleton et al., 2004; Gucciardi et al., 2008; Jones, 2002; Loehr dalam Newland,

2009). Hal ini disebabkan karena ketangguhan mental merupakan variabel baru dalam kajian psikologi olahraga (Gucciardi et.al., 2008). Dalam usaha mencapai kesamaan persepsi maka dalam penelitian ini menggunakan keempat dimensi tersebut.

2.1.3. Faktor yang mempengaruhi Ketangguhan Mental

Penelitian tentang ketangguhan mental terlalu berfokus pada gagasan tentang adversity dan bagaimana setiap karakteristik dapat digunakan sebagai modal untuk menghadapi dan mengatasi adversity tersebut (Gucciardi et.al., 2008).

Nicholls et.al. (2009) menemukan bahwa achievement level, jenis kelamin, usia, pengalaman, dan jenis olahraga turut mempengaruhi ketangguhan mental.

Gucciardi et.al. (2008) menemukan terdapat dua faktor utama yang mempengaruhi atau situasi yang membutuhkan ketangguhan mental, yakni situasi umum dan situasi kompetitif. Situasi umum terdiri atas lima faktor, yakni

1. Cedera dan rehabilitasi

Faktor ini berkaitan dengan cedera yang dialami dan proses rehabilitasi. Cedera yang dialami menyebabkan perubahan rutinitas dan memaksa seorang atlet harus mengkaji ulang dan membuat penyesuaian yang dibutuhkan.

20

2. Persiapan

Faktor ini berkaitan dengan semua persiapan terhadap latihan dan kompetisi (mis, diet dan etos kerja) yang bertujuan untuk dapat melakukan kegiatan lebih baik dan di atas rata-rata orang lain sehingga mampu bermain dengan kemampuan terbaik.

3. Bentuk tantangan

Faktor ini berkaitan dengan performa, baik secara individu maupun tim, saat keadaan baik (mis, unggul atas lawan) atau buruk (mis, tertinggal dan tampil di bawah performa).

4. Tekanan sosial

Faktor ini berkaitan dengan tekanan teman dan lingkungan sosial (mis, ajakan untuk menggunakan narkoba atau mabuk) yang memungkinkan atlet kehilangan kontrol atas diri dan olahraga yang ditekuni.

5. Komitmen yang seimbang

Faktor ini berkaitan dengan komitmen atlet yang seimbang antara olahraga yang ditekuni dengan kehidupan di luar olahraga (mis, berhubungan dengan lawan jenis, dan media) terutama berhubungan dengan manajemen waktu dan displin.

Gucciardi, Gordon & Dimmock (2008) menyebutkan faktor lain adalah situasi kompetitif. Faktor ini terdiri atas tekanan eksternal dan internal. Tekanan internal adalah tekanan yang berasal dari atlet seperti kelelahan dan ketika self- belief atlet berkurang. Tekanan eksternal adalah tekanan yang berasal dari luar atlet, terdiri atas: (1) kondisi lingkungan ketika bermain, faktor ini berkaitan dengan keadaan lingkungan dan kondisi saat suatu pertandingan berlangsung

(mis, bermain sebagai tim tamu, penonton, cuaca, dan keputusan wasit); (2) 21

variabel pertandingan, faktor ini merupakan beberapa variabel pertandingan seperti, (a) mendapat tantangan secara individual oleh lawan; (b) resiko fisik seperti cedera; dan (c) ketika sedang unggul dan bermain baik.

2.1.4. Pengukuran Ketangguhan Mental

Semakin berkembang suatu teori maka akan semakin banyak pengukuran tentang teori tersebut, demikian pula ketangguhan mental. Pengukuran ketangguhan mental yang dilakukan oleh Loehr dengan PPI (Psychological Performance

Inventory) terdiri atas 42-item yang mengukur motivasi, kepercayaan diri, energi negatif, attention control, visualisasi dan imagery control, energi positif, dan attitude control. PPI menggunakan skala model likert dengan lima pilihan jawaban dimulai “hampir tidak pernah” hingga “hampir selalu”. Gucciardi,

Gordon & Dimmock (2009) mengatakan, meski banyak digunakan PPI belum mampu membuktikan validitas konstruk dengan pendekatan psikometrik.

Middleton et.al. (2004a) melakukan uji validitas konstruk atas PPI dengan jumlah sampel 263 atlet-pelajar (163 pria, 100 wanita) berusia 12-17 tahun dari sekolah menengah olahraga terkemuka di Sydney, Australia.

Pada tahap awal dilakukan uji validitas konstuk menggunakan confirmatory factor analysis, namun tidak mendukung model a priori dan poor fit. Kemudian dilakukan exploratory factor analysis dengan hasil model lima faktor. Model lima faktor ini dikenal dengan PPI-A. Versi alternatif PPI memiliki model fit yang lebih baik dibandingkan versi asli, namun versi alternatif menunjukkan hubungan yang lebih lemah dengan beberapa hipotesis kunci yang dihubungkan dengan ketangguhan mental seperti physical self-description (r = 0,02-0,45), perception of 22

success (r = -0,03-0,33), elite athlete self-description (r = 0,01-0,66), dan flow (r =

0,02-0,70). Middleton et al. (2004a) menyimpulkan baik PPI versi asli atau versi alternatif lima-faktor belum cukup memenuhi kaidah pengukuran psikometrik tentang ketangguhan mental dan menganjurkan penelitian lanjutan.

Penelitian ini menggunakan pengukuran yang diadaptasi dari penelitian

Gucciardi, Gordon dan Dimmock (2009). Skala ini bernama AfMTI (Australian football Mental Toughness Inventory). Skala ini terdiri atas 24 item yang mengukur empat faktor ketangguhan mental: thrive through challange, sport awareness, tough attitude, dan desire success. Respon item tersedia dalam tujuh skala model likert dimulai dari 1= salah hingga 7=benar. Reabilitas internal dari alat ukur AfMTI termasuk dalam kategori dapat diterima dengan koefisien alpha cronbach 0,70-0,81, dengan nilai minimun reliabilitas alpha cronbach adalah

0,70. Penggunaan AfMTI dalam penelitian ini mengalami penyesuaian jumlah pilihan jawaban menjadi empat agar diperoleh efektifitas dan efisiensi waktu.

2.2. Perilaku Kepemimpinan Pelatih

2.2.1. Definisi Perilaku Kepemimpinan Pelatih

Relevansi teori kepemimpinan dengan olahraga menjadi semakin jelas ketika olahraga beregu dipandang sebagai sebuah organisasi formal (Chelladurai &

Saleh, 1980). Ball (dalam Chelladurai & Saleh, 1980) menjelaskan bahwa olahraga beregu sesuai dengan deskripsi organisasi formal. Lebih jauh, dijelaskan bahwa olahraga beregu memiliki ciri: (a) terdapat identitas yang jelas; (b) memiliki daftar anggota, termasuk daftar jabatan dan status; (c) memiliki aktivitas yang terprogram dan divisi tenaga kerja sebagai usaha mencapai tujuan khusus; 23

dan (d) memiliki tata cara pergantian anggota dan perpindahan anggota dari satu posisi ke posisi lain. Dengan menganalogikan olahraga beregu sebagai sebuah organisasi formal, maka posisi pelatih dapat disamakan dengan manajemen (Sage dalam Chelladurai & Saleh, 1980). Fungsi manajemen seorang pelatih dapat bervariasi meliputi perencanaan secara umum, perencanaan keuangan, mengatur jadwal latihan, hubungan masyarakat, kepemimpinan dan sebagainya.

Barrow (1977) mendefiniskan kepemimpinan sebagai sebuah proses perilaku mempengaruhi individu dan kelompok untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Bridgewater (2010) menjelaskan terdapat lima gaya kepemimpinan seorang pelatih, yaitu (a) Builder, pelatih mengembangkan sesuatu dari nihil pada tahap awal pengembangan klub; (b) Revitalizer, pelatih mengembalikan energi yang hilang ketika klub kehilangan momentum; (c) Accelerator, pelatih melanjutkan dan menambah momentum pada proses perubahan yang dimulai oleh orang lain; (d) Turn-arounder, pelatih terlibat dalam sebuah perubahan besar pada beberapa bagian klub yang mengalami kemunduran; dan (e) Inheritor, pelatih mewarisi kesuksesan pada suatu klub dan mencoba melanjutkan kesuksesan tersebut dengan gayanya sendiri.

Perilaku kepemimpinan pelatih adalah perilaku kepemimpinan yang ditampilkan seorang pelatih ketika latihan atau kompetisi. Chelladurai (dalam

Tenenbaum, Eklund & Kamata, 2012) menjelaskan perilaku pelatih terdiri atas tiga komponen: (1) required behaviors, merupakan perilaku pelatih yang dipengaruhi oleh karakteristik situasi tertentu.; (2) preferred behaviors, merupakan perilaku pelatih yang diharapkan atlet sebagai hasil karakteristik 24

individu atlet.; (3) actual behavior, merupakan perilaku pelatih yang tampil karena dipengaruhi karakteristik pelatih. Menurut Chelladurai, kesesuaian antara tiga bentuk perilaku pelatih tersebut akan berdampak pada meningkatnya kepuasan atlet dan perfoma tim. Seorang pelatih dapat juga mengadaptasi bentuk kepemimpinan transformasional sebagai usaha untuk (a) mengganti karakteristik situasi yang menekan tim dalam beraktivitas; dan (b) merubah karakteristik atlet yakni self-esteem dan aspirasi atlet.

Cox (2012) menjelaskan agar memperoleh leadership behavior yang ideal maka ketiga komponen tersebut harus kongruen. Jika actual behavior belum kongruen dengan required dan preferred behavior, maka harapan yang muncul adalah bahwa pelatih akan diganti. Jika preferred behavior belum kongruen dengan required behavior dan actual behavior, performa tim mungkin akan baik namun menimbulkan ketidakpuasan atlet. Terakhir, apabila required behavior belum kongruen dengan preferred behavior dan actual behavior maka performa tim akan mengalami penurunan meski atlet merasa puas dengan perilaku yang ditampilkan.

Berdasarkan uraian di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa perilaku kepemimpinan pelatih merupakan perilaku pelatih yang secara konsisten ditampilkan di dalam dan di luar lapangan sebagai usaha mempengaruhi anggota untuk meraih tujuan bersama.

2.2.2. Dimensi Perilaku Kepemimpinan Pelatih

Chelladurai & Saleh (1980) menjelaskan bahwa terdapat lima dimensi perilaku yang ditampilkan oleh pelatih yaitu: 25

1. Training and Instruction

Merefleksikan fungsi utama seorang pelatih-yakni meningkatkan level performa atlet. Pelatih bertanggung jawab untuk melatih dan memberikan instruksi kepada atlet dalam usaha membantu atlet mencapai potensi fisik maksimum. Pelatih juga diharapkan untuk menginstruksikan atlet bagaimana menguasai skill tertentu dan mengajarkan atlet teknik dan taktik dalam sepakbola. Dalam konteks olahraga beregu, pelatih juga mengkordinasikan setiap aktivitas atlet dalam tim.

2. Perilaku Demokratis (Democratic Behavior)

Merefleksikan kebebasan pelatih untuk melibatkan altlet dalam proses pengambilan keputusan. Proses pengambilan keputusan ini terkait penentuan target tim dan bagaimana cara meraih target tersebut. Dengan kebebasan tersebut diharapkan atlet mampu bermain secara total karena merasa dilibatkan secara utuh.

3. Perilaku Autokratis (Autocratic Behavior)

Merefleksikan sejauh mana seorang pelatih harus menjauhkan diri dari atlet dan menekankan kekuasaannya sebagai seorang pelatih. Dalam situasi tersebut, diharapkan akan timbul kepatuhan atas keputusan yang telah ditetapkan. Perilaku yang ditampilkan pelatih cenderung dirasakan sebagai salah satu bentuk tekanan terhadap atlet.

4. Dukungan Sosial (Social Support)

Merefleksikan sejauh mana keterlibatan pelatih dalam pemenuhan kebutuhan interpersonal atlet. Perilaku yang ditampilkan oleh pelatih dapat secara langsung memenuhi kebutuhan tersebut. Pelatih juga dapat membangun iklim sosial yang 26

saling memenuhi kebutuhan interpersonal atlet. Penting untuk dicatat, bahwa dukungan sosial yang diberikan tidak berkaitan dengan baik atau buruknya performa yang ditampilkan oleh atlet.

5. Umpan Balik Positif (Positive Feedback)

Merefleksikan umpan balik berupa pujian dan penghargaan pelatih atas kontribusi dan performa atlet. Dalam setiap kompetisi, hanya terdapat satu pemenang dari sejumlah partisipan. Seorang atlet atau sebuah tim mungkin tampil dengan potensi maksimum namun tetap kalah dalam kompetisi tersebut. Lebih jauh, dalam olahraga beregu, kontribusi yang diberikan oleh atlet dengan posisi tertentu mungkin belum disadari dan belum diketahui. Dalam situasi tersebut, penting bagi pelatih untuk mengekspresikan apresiasi dan memberikan pujian pada atlet tersebut atas performa dan kontribusi yang diberikan. Positive feedback dari seorang pelatih menjadi sangat krusial dalam menjaga tingkat motivasi atlet.

2.2.3. Pengukuran Perilaku Kepemimpinan Pelatih

Pengukuran perilaku kepemimpinan pelatih dalam penelitian ini menggunakan

Leadership Scale for Sports (LSS) oleh Chelladurai & Saleh, (1980). LSS mengukur model konstruk kepemimpinan multidimensional. Skala tersebut terdiri atas 40 item yang mengukur lima dimensi perilaku pelatih: training and instruction (13 item), perilaku demokratis (9 item), perilaku autokratis (5 item), dukungan sosial (8 item), dan umpan balik positif (5 item). Dalam LSS, terdapat lima pilihan jawaban yaitu: selalu, sering, kadang-kadang, jarang, dan tidak pernah. Terdapat tiga versi LSS yang mengukur, (a) perilaku seharusnya seorang pelatih menurut atlet; (b) persepsi atlet terhadap perilaku pelatih; dan (c) persepsi 27

pelatih atas perilakunya. Chelladurai dalam Tenenbaum, Eklund & Kamata (2012) menjelaskan konsistensi internal untuk empat faktor dalam LSS adalah adekuat, kecuali dimensi perilaku autokratis yang rendah yakni (< 0,70).

2.2.4. Perilaku Kepemimpinan Pelatih dan Ketangguhan Mental

Cardinal (1998) menjelaskan ciri perilaku seorang pelatih terdiri atas: 1) aktif dalam proses pengambilan keputusan, 2) memberikan umpan balik (baik positif atau negatif) sebagai tanggapan atas performa atlet., 3) menggunakan teknik motivasi tertentu dan 4) memiliki hubungan dengan atlet. Menurut Fletcher

(2006), perilaku kepemimpinan yang ditampilkan seorang pelatih akan memiliki dampak yang signifikan terhadap performa atlet dan/atau kualitas psikologis atlet.

Seorang pelatih memiliki tanggung jawab untuk mempersiapkan mentalitas atlet agar tangguh dalam menghadapi kompetisi, secara khusus hal ini dilakukan sebelum kompetisi berlangsung (Fletcher, 2006). Menurut Orlick and Partington

(dalam Fletcher, 2006), persiapan mentalitas atlet merupakan kunci kesuksesan dalam mencapai performa yang luar biasa.

Chelladurai dan Carron (dalam Fletcher, 2006) menjelaskan perilaku training and instruction pelatih menjadi kurang efektif dalam membentuk ketangguhan mental atlet pada atlet yang sarat pengalaman. Sebaliknya pada atlet yang kurang pengalaman bertanding, perilaku training and instruction akan memiliki pengaruh yang signifikan. Hal ini didukung oleh penelitian Crust dan

Azadi (2008) yang menemukan perilaku training and instruction pelatih memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ketangguhan mental atlet. Hal ini dapat 28

merefleksikan bahwa perilaku training and instruction erat kaitannya dengan usaha peningkatan performa atlet.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Salminen dan Liukkonen (dalam

Fletcher, 2006) menemukan bahwa pelatih yang menerapkan perilaku demokratis turut berpengaruh. Hal ini berbanding terbalik dengan penelitian Crust dan Azadi

(2008) yang menemukan bahwa perilaku demokratis pelatih tidak signifikan dalam mempengaruhi ketangguhan mental atlet. Lebih jauh, Crust dan Azadi

(2008) juga menjelaskan bahwa dukungan sosial, umpan balik positif, dan perilaku autokratis tidak mempengaruhi ketangguhan mental secara signifikan.

Selain itu, kebutuhan akan dukungan sosial pelatih semakin meningkat seiring meningkatnya tingkat kompetisi yang dijalani atlet (Chelladurai & Carron dalam

Fletcher, 2006).

Menurut Connaughton, Wadey, Hanton, dan Jones (2008) dukungan sosial cukup penting dalam perkembangan ketangguhan mental. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas atlet mempersepsikan pelatih sebagai pemberi pengaruh positif dalam perkembangan atlet. Atlet mempersepsikan pelatih sebagai orang yang membantu memiliki kontribusi dalam mencapai performa optimal. Meski demikian, atlet tidak selalu setuju dengan keputusan dan gaya kepemimpinan pelatih dalam melatih (Crust & Azadi, 2008).

2.3. Hubungan Pelatih-Atlet

2.3.1. Definisi Hubungan Pelatih-Atlet

Seorang pelatih akan senantiasa berinteraksi dengan atletnya dalam latihan atau kompetisi. Interaksi yang berlangsung merupakan bagian dari usaha pelatih dalam 29

melaksanakan tugas. Jowett dan Cockerill (2002) menjelaskan tugas pelatih yang meliputi persiapan teknis, taktis dan strategis, serta tugas mengorganisir, mengevaluasi dan mengarahkan atlet akan sangat bergantung pada hubungan antara pelatih-atlet. Jowett dan Cockerill (2002) mendefinisikan hubungan pelatih-atlet sebagai situasi emosi, pikiran dan perilaku antara pelatih dan atlet yang saling berhubungan. Coe dalam Jowett dan Cockerill (2002) menjelaskan bahwa ketika pelatih dan atlet berada dalam satu harmoni, maka akan berdampak pada pencapaian yang luar biasa bagi tim.

McGready (dalam Jowett & Cockerill, 2002) menjelaskan bahwa untuk membentuk hubungan yang nyaman dan penuh kepercayaan antara pelatih-atlet merupakan tugas yang berat karena sikap, perasaan dan motivasi yang terlibat sulit dikendalikan. McGready menjelaskan bahwa kesulitan disebabkan oleh pelatih yang cenderung menghabiskan waktu pada hal yang bersifat teknis dan administratif. Kesulitan dalam membangun hubungan antara pelatih-atlet tidak berarti mengabaikan aspek tersebut, sebab pelatih yang mengabaikan hubungan antara pelatih-atlet dalam proses pelatihan dinilai membahayakan kesuksesan pengembangan potensi atlet (Lyle dalam Jowett & Cockerill, 2002).

Hubungan pelatih-atlet yang dibangun tidak selalu berhasil dan efektif.

Pendekatan negatif yang dilakukan saat melatih turut mempengaruhi perkembangan hubungan pelatih dengan atlet. Pendekatan negatif berupa latihan yang keras, penuh aturan dan militeristik merupakan usaha pelatih dalam mencapai ambisi pribadi melalui atlet yang dilatih tanpa memperhatikan kondisi cedera, kelelahan atau depresi yang mungkin dialami atlet. Menurut Jowett dan 30

Cockerill (2002), pendekatan negatif yang dilakukan pelatih merupakan perilaku negative coaching. Perilaku negative coaching merupakan bentuk pengabaian dan pengkhianatan atas kepercayaan yang merupakan bagian dari hubungan antara pelatih-atlet (Ryan dalam Jowett & Cockerill, 2002). Menurut Jowett dan

Cockerill (2003), pengabaian hubungan antara pelatih-atlet dapat berpengaruh pada keadaan di luar olahraga.

Berdasarkan uraian di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa hubungan pelatih-atlet merupakan hubungan yang saling terkait antara pelatih dan atlet secara emosi, pikiran dan perilaku positif sebagai usaha untuk mencapai tujuan bersama.

2.3.2. Dimensi Hubungan Pelatih-Atlet

Jowett (2009) menjelaskan bahwa terdapat tiga dimensi hubungan pelatih-atlet yaitu:

1. Kedekatan Emosional (Closeness)

Merupakan dimensi yang berfokus pada kesesuaian emosional dalan hubungan pelatih-atlet dan merefleksikan kelekatan diantara pelatih-atlet. Dimensi ini mengambarkan keterikatan afektif seperti saling menghormati, saling mempercayai, dan menghargai satu sama lain yang ditunjukkan sebagai sebuah keadaan interpersonal yang positif dan stabil. Jowett (2003) menjelaskan bahwa merasa dekat satu sama lain merupakan usaha untuk memahami jiwa dan perasaan atlet. Kedekatan yang dibangun memiliki batasan tertentu sebagai upaya agar pelatih tetap memiliki penilaian yang objektif atas atlet.

31

2. Komitmen (Commitment)

Dimensi ini menggambarkan keterikatan kognitif dan berorientasi jangka panjang satu sama lain. Komitmen menjelaskan bahwa antara pelatih-atlet memiliki landasan yang serupa seperti belief, nilai, dan tujuan. Dengan komitmen, pelatih dan atlet saling berbagi pengetahuan dan pemahaman yang bertujuan saling memahami diantara keduanya. Pengetahuan pelatih tentang kepribadian, perilaku, kelemahan, dan keunggulan atletnya akan memudahkan pelatih dalam meningkatkan performa atlet secara efektif (Jowett, 2003).

3. Perilaku komplementer (Complementarity)

Dimensi ini menggambarkan transaksi perilaku antara pelatih-atlet seperti perilaku saling kerjasama. Dimensi ini memiliki prinsip “give and take”, yang berarti pelatih dan atlet saling membutuhkan satu sama lain dalam kegiatan yang sama. Baik pelatih maupun atlet harus saling menerima dan menanggapi atas setiap tindakan. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kontribusi dalam mencapai tujuan dan kesuksesan. Misal, seorang atlet memiliki pengalaman bertanding lebih banyak dari pelatihnya maka pengalaman tersebut dapat digunakan pelatih sebagai sebuah keunggulan bagi tim (Jowett, 2003).

2.3.3. Pengukuran Hubungan Pelatih-Atlet

Pengukuran hubungan pelatih-atlet dalam penelitian ini menggunakan The Coach

– Athlete Relationship Questionnaire (CART-Q) oleh Jowett & Ntoumanis,

(2002). CART-Q mengukur model konstruk hubungan pelatih-atlet. Skala tersebut terdiri atas 11 item yang mengukur tiga dimensi hubungan pelatih-atlet: kedekatan emosional (4 item), komitmen (3 item), dan perilaku komplementer (4 item). 32

Dalam CART-Q, terdapat lima pilihan jawaban yaitu: selalu, sering, kadang- kadang, jarang, dan tidak pernah. Terdapat dua versi CART-Q yang mengukur, (a) persepsi atlet terhadap hubungan dengan pelatih; dan (b) persepsi pelatih terhadap hubungan dengan atlet. CART-Q memiliki nilai reabilitas 0,82 untuk dimensi komitmen, 0,89 untuk dimensi kedekatan emosional, dan 0,89 untuk dimensi perilaku komplementer.

2.3.4. Dinamika Hubungan Pelatih-Atlet dan Ketangguhan Mental

Literatur yang membahas dinamika pengaruh hubungan pelatih-atlet terhadap ketangguhan mental atlet masih sangat terbatas, namun terdapat beberapa penelitian yang menjelaskan bahwa hubungan pelatih-atlet memiliki pengaruh terhadap atribut psikologis yang merupakan bagian dari ketangguhan mental. Sir

Alex Ferguson (dalam Jowett & Carter, 2006), menjelaskan bahwa komitmen merupakan salah satu elemen kunci dalam melatih. Adie dan Jowett (2010) menjelaskan bahwa hubungan pelatih-atlet mempengaruhi performa dan motivasi atlet. Secara khusus, hubungan pelatih-atlet merupakan determinan yang sangat penting dalam mempersiapkan ketangguhan mental atlet (Gould et.al. dalam Adie

& Jowett, 2010). Hal ini didukung oleh Gucciardi et.al. dalam Asamoah (2013) yang menjelaskan hubungan pelatih-atlet (komunikasi yang terbuka dengan atlet) mempengaruhi ketangguhan mental. Lebih jauh, Fletcher (2006) menjelaskan bahwa pelatih dapat menggunakan pendekatan individual terhadap atlet dalam mempersiapkan mentalitas atlet. Meski minim penelitian terdahulu, namun dengan gagasan bahwa pelatih memiliki hubungan yang intens dan personal yang 33

memiliki tujuan yang sama (Jowett & Carter, 2006), maka peneliti berasumsi bahwa hubungan pelatih-atlet memiliki pengaruh terhadap ketangguhan mental atlet.

2.4. Kerangka Berfikir

Klub sepakbola Indonesia cenderung mengalami penurunan prestasi sejak tahun

1991 (Wikipedia, 2014). Prestasi terbaik klub Indonesia adalah peringkat ketiga

AFC Champions League pada tahun 1991 yang diwakili oleh Pelita Jaya.

Beragam faktor menjadi penyebab penurunan prestasi klub sepakbola seperti kompetisi yang belum terorganisir dengan baik, manajemen klub yang belum profesional, kualitas teknik atlet yang di bawah rata–rata atlet Asia, dan lainnya.

Berfokus pada atlet sebagai salah satu kontributor penurunan prestasi klub sepakbola nasional, maka terdapat empat faktor utama yang saling kongruen yaitu aspek teknik, aspek fisik, aspek taktik, dan aspek mentalitas (Arsene Wenger,

2011). Menurut Wenger (dalam UEFA Grassroot Day, 2011) mentalitas seorang atlet sepakbola merupakan kunci untuk menjadi atlet kelas dunia. Lebih jauh,

Wenger menjelaskan bahwa usaha mengembangkan aspek teknik, fisik, dan taktik akan menjadi sia–sia bila aspek mentalitas tidak dikembangkan. Kelemahan dalam hal mentalitas merupakan salah satu permasalahan yang dimiliki atlet sepakbola Indonesia. Beberapa klub peserta kompetisi Indonesia Super League

2014 seperti PSM Makassar, , , Gresik

United, Mitra Kukar dan sudah memberikan perhatian khusus pada pembenahan mental bertanding atlet sebagai salah satu usaha memperbaiki prestasi klub (Goal.com, 2014). Akan tetapi, pembenahan yang dilakukan tanpa 34

pemahaman kongkrit tentang aspek mentalitas menyebabkan program belum berjalan dengan efektif.

Mentalitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah ketangguhan mental.

Ketangguhan mental merupakan kumpulan nilai, sikap, perilaku dan emosi yang membuat atlet mampu bertahan dan melalui beragam hambatan, kesusahan, atau tekanan yang dialami. Begitu juga atlet mampu untuk tetap mempertahankan konsentrasi dan motivasi saat situasi normal (Gucciardi et.al., 2008). Seorang atlet sepakbola akan menghadapi beragam situasi yang menekan secara psikologis seperti bermain sebagai tim tamu, menghadapi tekanan supporter ketika bermain home atau away, keputusan wasit, dan lainnya.

Gucciardi et.al. (2008) menjelaskan beragam situasi tersebut membutuhkan ketangguhan mental dalam derajat yang berbeda. Artinya, bila seorang atlet sepakbola memiliki ketangguhan mental yang lemah maka situasi yang bersifat menekan akan cenderung menimbulkan reaksi yang negatif seperti gugup ketika bertanding, kehilangan konsentrasi, memukul wasit, dan perilaku yang di luar kendali internal atlet tersebut. Sebaliknya, apabila ketangguhan mental dari atlet tersebut kuat maka reaksi yang muncul atas beragam situasi yang penuh tekanan cenderung bersifat positif seperti memiliki motivasi lebih karena tensi pertandingan yang meningkat, tetap mampu fokus meski tertinggal jumlah gol, tetap menghormati keputusan wasit seraya tetap berusaha mengeluarkan kemampuan terbaik.

Membentuk seorang atlet untuk memiliki ketangguhan mental yang kuat merupakan sebuah proses yang kompleks dan panjang. Proses pembinaan 35

ketangguhan mental atlet bergantung pada sosok seorang pelatih. Sebagai sosok sentral dalam pengembangan ketangguhan mental, pelatih harus memberikan bimbingan, latihan dan aktivitas yang disesuaikan dengan kondisi atlet (Weinberg et.al., 2011). Hal ini bertujuan memaksimalkan dampak positif yang akan diperoleh atlet.

Seorang pelatih akan menampilkan perilaku kepemimpinan yang secara konsisten muncul di dalam dan di luar lapangan. Menurut Chelladurai dan Shaleh

(1980), seorang pelatih yang menggunakan pendekatan perilaku demokratis atau otoriter dalam melatih atlet akan memiliki dampak yang berbeda terhadap atlet.

Seorang pelatih yang memberikan dukungan secara personal atau kerap memberikan penghargaan seperti bonus uang turut mempengaruhi perkembangan ketangguhan mental atlet ketika menjalani sebuah kompetisi atau sesi latihan yang menguras kemampuan fisik dan psikis atlet.

Dalam mengembangkan ketangguhan mental atlet, pelatih harus memikirkan strategi yang tepat agar diperoleh hasil yang maksimal. Menurut Weinberg, Butt

& Culp (2011) merekayasa lingkungan latihan menjadi lebih kompetitif, menuntut, dan menantang secara fisik merupakan salah satu jalan yang cukup efektif dalam mengembangkan ketangguhan mental atlet. Selain itu, menurut banyak atlet di dunia yang berprestasi, ketangguhan mental ternyata juga dipengaruhi oleh kemauan yang keras, sikap gigih, dan pantang menyerah, yang terpupuk dari pengalaman pribadi atau melalui penanganan khusus baik oleh pelatih maupun psikolog olahraga (Gunarsa, 2004). 36

Seorang pelatih cenderung untuk memiliki sebuah hubungan dan komunikasi yang intensif dengan atletnya. Pola komunikasi yang terbangun akan turut mempengaruhi berhasil atau tidaknya sebuah program latihan yang dijalani.

Menurut Jowett & Cockerill (2002), efektivitas tugas seorang pelatih yang meliputi persiapan teknis, taktis dan strategis. Tugas mengorganisir, mengevaluasi dan mengarahkan atlet akan bergantung pada hubungan antara pelatih-atlet.

Seorang pelatih yang mampu memposisikan dirinya sebagai seorang teman atau ayah bagi atlet akan cenderung memiliki tingkat keberhasilan yang lebih baik bila dibandingkan dengan pelatih yang memperlakukan pemain sebagai bawahan.

Memperlakukan pemain sebagai bawahan akan cenderung menghasilkan lebih banyak konflik personal yang dapat berujung pada pemecatan pemain atau pemain dijual ke klub lain misalnya kasus Roberto Mancini dengan Mario Balotelli dan

Carlos Tevez di klub Manchester City. Pemecatan atau dijual ke klub lain sedikit banyak akan memiliki dampak psikologis bagi atlet yang mengalaminya.

Jowett (2009) menjelaskan hubungan pelatih-atlet merupakan sebuah situasi dimana pelatih dan atlet membangun perasaan, pikiran, dan perilaku komplementer yang saling terkait. Hubungan yang dibangun meliputi kedekatan emosional yang berorientasi jangka panjang dan ditandai dengan adanya perilaku saling membutuhkan satu sama lain. Semakin berkualitas hubungan yang dibangun, maka turut mempengaruhi kualitas perkembangan ketangguhan mental atlet. Hal ini berdasarkan pemahaman pelatih tentang latar belakang pemain sehingga mampu menerapkan metoda yang tepat. 37

Dari pemaparan di atas, peneliti menyimpulkan kerangka berfikir dalam bagan 2.1. berikut.

Bagan 2.1. Kerangka berfikir

Perilaku Kepemimpinan Pelatih

Training and Instruction

Perilaku Demokratis

Perilaku Autokratis

Dukungan Sosial

Ketangguhan Umpan Balik Positif Mental

Hubungan Pelatih-Atlet

Kedekatan Emosional

Komitmen

Perilaku Komplementer

38

2.5. Hipotesis

Ha1: Terdapat pengaruh yang signifikan dan positif perilaku kepemimpinan pelatih dan hubungan pelatih-atlet terhadap ketangguhan mental atlet sepakbola.

Ha2: Terdapat pengaruh yang signifikan dan positif training and instruction terhadap ketangguhan mental atlet sepakbola.

Ha3: Terdapat pengaruh yang signifikan dan positif perilaku demokratis terhadap ketangguhan mental atlet sepakbola.

Ha4: Terdapat pengaruh yang signifikan dan positif perilaku autokratis terhadap ketangguhan mental atlet sepakbola.

Ha5: Terdapat pengaruh yang signifikan dan positif dukungan sosial terhadap ketangguhan mental atlet sepakbola.

Ha6: Terdapat pengaruh yang signifikan dan positif umpan balik positif terhadap ketangguhan mental atlet sepakbola.

Ha7: Terdapat pengaruh yang signifikan dan positif kedekatan emosional terhadap ketangguhan mental atlet sepakbola.

Ha8: Terdapat pengaruh yang signifikan dan positif komitmen terhadap ketangguhan mental atlet sepakbola.

Ha9: Terdapat pengaruh yang signifikan dan positif perilaku komplementer terhadap ketangguhan mental atlet sepakbola.

BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam bab tiga ini peneliti akan memaparkan tentang populasi, sampel, teknik pengambilan sampel, variabel penelitian, definisi operasional variabel, uji validitas instrumen, analisa faktor eksploratori, teknik analisis data, serta prosedur penelitian yang digunakan dalam penelitian.

3.1. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

3.1.1. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian ini yaitu atlet sepakbola di 24 klub anggota Pengcab PSSI

Jakarta Timur. Karakteristik sampel dalam penelitian ini meliputi kriteria: (a)

Merupakan pemain aktif klub anggota Pengcab PSSI Jakarta Timur, (b) Telah berlatih sepakbola minimal selama 1 tahun, (c) Berusia minimal 15 tahun, dan (d)

Bersedia menjadi responden dalam penelitian ini. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 200 atlet sepakbola yang terdiri dari 50 atlet sepakbola di klub sepakbola Bina Taruna, 40 atlet sepakbola di P.S. ABC Wirayudha, 50 atlet sepakbola di URAKAN FC., dan 60 atlet sepakbola di klub sepakbola Universitas

Negeri Jakarta.

3.1.2. Teknik Pengambilan Sampel

Pada penelitian ini peneliti menggunakan teknik non-probability sampling.

Teknik ini digunakan ketika jumlah populasi penelitian tidak dapat diidentifikasi secara individu atau tidak diketahui. Dalam situasi tersebut, maka penentuan sampel bergantung pada pertimbangan penggunaan karakteristik tertentu yang sesuai dengan tujuan penelitian, sehingga dalam populasi yang telah ditetapkan

39 40

tidak seluuh anggota populasi memiliki kesempatan untuk terpilih menjadi sampel penelitan jika tidak memenuhi kriteria atau karakteristik sampel yang telah ditetapkan sebelumnya (Kumar, 1999).

3.2. Variabel Penelitian

Variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini terdiri dari: ketangguhan mental yang merupakan dependent variable. Sementara variabel perilaku kepemimpinan pelatih merupakan independent variable I yang meliputi dimensi training and instruction, perilaku demokratis, perilaku autokratis, dukungan sosial, dan umpan balik positif. Sementara variabel hubungan pelatih-atlet merupakan independent variable II yang meliputi dimensi kedekatan emosional, komitmen, dan perilaku komplementer.

3.3. Definisi Operasional Variabel

3.3.1. Ketangguhan Mental

Ketangguhan mental merupakan kumpulan nilai, sikap, perilaku dan emosi yang membuat atlet mampu bertahan dan melalui beragam hambatan, kesusahan, atau tekanan yang dialami yang dihasilkan dari skor thrive through challenge, sport awereness, tough attitude, dan desire success dengan menggunakan alat ukur

Australian football Mental Toughness Inventory (AfMTI).

3.3.2. Perilaku Kepemimpinan Pelatih

Perilaku kepemimpinan pelatih merupakan perilaku kepemimpinan seorang pelatih yang secara konsisten ditampilkan di dalam dan di luar lapangan sebagai usaha mempengaruhi anggota untuk meraih tujuan bersama yang dihasilkan dari skor training and instruction, perilaku demokratis, perilaku autokratis, dukungan

41

sosial, dan umpan balik positif dengan menggunakan alat ukur Leadership Scale for Sport (LSS).

3.3.3. Hubungan Pelatih-Atlet

Hubungan pelatih-atlet merupakan hubungan yang saling terkait antara pelatih dan atlet secara emosi, pikiran dan perilaku positif sebagai usaha untuk mencapai tujuan bersama yang dihasilkan dari skor kedekatan emosional, komitmen, dan perilaku komplementer dengan menggunakan alat ukur Coach-Athlete

Relationship Questionnaire (CART-Q).

3.4. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk kuesioner dengan menggunakan skala model Likert yang telah dimodifikasi menjadi empat alternatif pilihan jawaban. Skor untuk alternatif pilihan jawaban dalam pernyataan favourable dimulai dari 4 (sangat setuju) hingga 1 (sangat tidak setuju). Sementara skor untuk alternatif pilihan jawaban dalam pernyataan unfavourable dimulai dari 1 (sangat setuju) hingga 4 (sangat tidak setuju).

3.4.1. Alat Ukur Ketangguhan Mental

Alat ukur ketangguhan mental merupakan sebuah skala yang digunakan untuk mengukur variabel ketangguhan mental. Alat ukur ketangguhan mental yang peneliti gunakan dalam penelitian ini merupakan adaptasi dari alat ukur yang dikembangkan oleh Gucciardi, Gordon & Dimmock (2009) yaitu Australian football Mental Toughness Inventory (AfMTI). Skala ini terdiri atas 24 item yang mengukur empat faktor ketangguhan mental: thrive through challange, sport awareness, tough attitude, dan desire success. Peneliti melakukan adaptasi dengan

42

melakukan penambahan jumlah item pada alat ukur ketangguhan mental menjadi dua kali jumlah item awal dengan pertimbangan apabila terdapat suatu item yang gugur setelah uji validitas, maka peneliti masih memiliki item lain yang mengukur variabel yang sama. Peneliti mengadaptasi instrumen ini dengan menggunakan skala model Likert dengan rentangan sebanyak 4 pilihan jawaban dari “sangat setuju” hingga “sangat tidak setuju”.

Tabel 3.1 Blueprint Skala Ketangguhan Mental No.Item No. Dimensi Jumlah Favourable Unfavourable Thrive through 1, 5, 13, 17, 21, 25, 27, 29, 1 9 16 challenge 31, 33, 35, 39, 43, 45, 47 Sport 2, 6, 10, 14, 18, 22, 26, 32, 2 - 12 awereness 34, 36, 40, 44 3, 7, 11, 15, 19, 23, 28, 37, 3 Tough attitude - 10 41, 46 4, 8, 12, 16, 24, 30, 38, 42, 4 Desire success 20 10 48 Jumlah 46 2 48

3.4.2. Alat Ukur Perilaku Kepemimpinan Pelatih

Alat ukur perilaku kepemimpinan pelatih merupakan sebuah skala yang digunakan untuk mengukur variabel perilaku kepemimpinan pelatih. Alat ukur perilaku kepemimpinan pelatih yang digunakan peneliti mengacu dari alat ukur

Leadership Scale for Sports (LSS) dari Chelladurai & Saleh, (1980), yang terdiri dari 40 item. Pilihan jawaban yang digunakan yaitu skala model Likert dengan rentangan sebanyak 4 pilihan jawaban dari “sangat setuju” hingga “sangat tidak setuju”.

43

Tabel 3.2 Blueprint Skala Perilaku Kepemimpinan Pelatih No.Item No. Dimensi Jumlah Favourable Unfavourable Training and 1, 6, 11, 16, 21, 26, 29, 1 - 13 Instruction 31, 33, 35, 37, 39, 40 2, 7, 12, 17, 22, 27, 30, 2 Perilaku Demokratis - 9 34, 38 3 Perilaku Autokratis 3, 8, 13, 18, 23 - 5 4, 9, 14, 19, 24, 28, 32, 4 Dukungan Sosial - 8 36 5 Umpan Balik Positif 5, 10, 15, 20, 25 - 5 Jumlah 40 40

3.4.3. Alat Ukur Hubungan Pelatih-Atlet

Alat ukur hubungan pelatih-atlet merupakan sebuah skala yang digunakan untuk mengukur variabel hubungan pelatih-atlet. Alat ukur hubungan pelatih-atlet yang peneliti gunakan dalam penelitian ini mengadaptasi kepada alat ukur yang dikembangkan oleh Jowett dan Ntoumanis (2002) yaitu Coach–Athlete

Relationship Questionnaire (CART-Q) yang terdiri dari 11 item. Peneliti melakukan adaptasi dengan melakukan penambahan jumlah item pada alat ukur hubungan pelatih-atlet menjadi dua kali jumlah item awal dengan pertimbangan apabila terdapat suatu item yang gugur setelah uji validitas, maka peneliti masih memiliki item lain yang mengukur variabel yang sama. Dua puluh dua item dalam skala ini terdiri atas 8 item mengukur dimensi kedekatan emosional. Delapan item mengukur dimensi komitmen dan 8 item mengukur dimensi perilaku komplementer. Instrumen ini menggunakan skala model Likert dengan rentangan sebanyak 4 pilihan jawaban dari “sangat setuju” hingga “sangat tidak setuju”.

44

Tabel 3.3 Blueprint Skala Hubungan Pelatih-Atlet No.Item No. Dimensi Jumlah Favourable Unfavourable 1 Kedekatan Emosional 1, 4, 7, 8, 13, 15, 18, 20 - 8 2 Komitmen 2, 9, 10, 12, 16, 21 - 6 3 Perilaku Komplementer 3, 5, 6, 11, 14, 17, 19, 22 - 8 Jumlah 22 22

3.5. Pengujian Validitas Konstruk

Dalam sebuah penelitian, penting untuk melakukan uji validitas kostruk.

Pengujian validitas konstruk menggunakan Confirmatory Factor Analysis (CFA) yang bertujuan untuk mengetahui apakah setiap item pada variabel valid dalam mengukur apa yang hendak diukur. CFA digunakan dalam proses pengembangan skala untuk memeriksa struktur laten dari suatu alat tes. Dalam konteks ini, CFA digunakan untuk verifikasi jumlah dimensi yang mendasari instrumen (faktor) dan pola hubungan item dengan faktor (factor loading).

Dalam Confirmatory Factor Analysis (CFA), peneliti harus memiliki gambaran yang spesifik mengenai (a) jumlah faktor, (b) variabel yang mencerminkan suatu faktor, dan (c) faktor yang saling berkorelasi. Tahapan dalam

CFA diawali dengan merumuskan model teoritis (hipotesis) tentang pengukuran variabel laten, kemudian model tersebut diuji kebenarannya secara statistik menggunakan data. CFA lebih tepat digunakan pada pengujian teori karena (a) langsung menguji teori dan (b) tingkat fit pada model dapat diukur dalam berbagai cara. Adapun logika dasar dari CFA menurut Harrington (2009) :

1. Bahwa terdapat sebuah konsep atau trait berupa kemampuan yang

didefinisikan secara operasional sehingga dapat disusun suatu pertanyaan atau

45

pernyataan untuk mengukurnya. Kemampuan ini disebut faktor, sedangkan

pengukuran terhadap faktor ini dilakukan melalui analisis terhadap respon

(jawaban atas item).

2. Diteorikan setiap item hanya mengukur satu faktor atau dengan kata lain

bersifat unidimensional.

3. Berdasarkan model unidimensional. Pada butir di atas, dapat disusun untuk

himpunan persamaan matematis. Persamaan tersebut dapat digunakan untuk

memprediksi (dengan menggunakan data yang tersedia) matriks korelasi antar

item (yang seharusnya diperoleh), jika korelasi antar item tersebut

(unidimensional) benar. Matriks korelasi ini dinamakan sigma (∑).

Kemudian, matriks ini akan dibandingkan dengan matriks korelasi yang

diperoleh secara empiris dari data (disebut matriks S). Jika teori tersebut

benar (unidimensional), maka seharusnya tidak ada perbedaan yang

signifikan antara elemen matriks ∑ dengan elemen matriks S. secara

matematis dapat dituliskan: S-∑ = 0.

4. Pernyataan matematis yang dijadikan hipotesis nihil yang akan dianalisis

menggunakan CFA. Dalam hal ini, dilakukan uji signifikansi dengan Chi-

square. Jika Chi-square yang dihasilkan tidak signifikan (nilai p>0,05), maka

dapat disimpulkan bahwa hipotesis nilai yang menyatakan: “tidak ada

perbedaan antara matriks S dan ∑” yaitu tidak ditolak (diterima). Artinya,

teori yang menyatakan bahwa seluruh item mengukur hal yang sama, dapat

diterima kebenarannya (didukung oleh data). Sebaliknya, jika nilai Chi-

square yang diperoleh signifikan, maka hipotesis nihil S-∑ = 0 ditolak.

46

Artinya, teori tersebut tidak didukung oleh data (ditolak). Dengan kata lain,

analisis faktor konfirmatori merupakan pengujian terhadap hipotesis nihil

(H0) : S-∑ = 0. Artinya, tidak ada perbedaan antara matriks korelasi yang

diperoleh dari hasil observasi.

5. Jika teori diterima (model fit), langkah selanjutnya menguji hipotesis tentang

signifikan tidaknya masing-masing item dalam mengukur apa yang hendak

diukur. Uji hipotesis ini dilakukan dengan t-test. Jika nilai t signifikan, berarti

item yang bersangkutan signifikan dalam mengukur apa yang hendak diukur.

Dengan cara seperti ini, dapat dinilai butir item mana yang valid dan yang

tidak valid didalam konteks validitas konstruk.

3.6. Uji Validitas Konstruk Skala Ketangguhan Mental

Peneliti melakukan pengujian validitas terhadap 48 item yang terdapat pada alat ukur ketangguhan mental untuk mengetahui apakah seluruh item bersifat unidimensional, yang berarti hanya mengukur ketangguhan mental. Peneliti melakukan pengujian CFA pertama terhadap masing-masing dimensi ketangguhan mental yaitu dimesi thrive through challenge, sport awareness, tough attitude, dan desire succsess. Hasil uji validitas CFA pertama diuraikan sebagai berikut:

1. Thrive Through Challenge

Dari hasil analisis CFA yang dilakukan terhadap 16 item dengan model satu faktor menunjukkan model tidak fit dengan nilai Chi-Square=605.34, df=104, P- value=0.00000, RMSEA=0.156. Peneliti kemudian melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan

47

berkorelasi satu sama lain. Modifikasi dilakukan sebanyak 41 kali sehingga diperoleh model fit dengan nilai Chi-Square=79.47, df=63, P-value=0.07868,

RMSEA=0.036. Hasil modifikasi model fit yang diperoleh menjelaskan bahwa seluruh item hanya mengukur satu faktor yaitu ketangguhan mental pada dimensi thrive through challenge.

Langkah berikutnya adalah menguji validitas masing-masing item sehingga dapat diketahui apakah item tersebut perlu di drop atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil (Ho) tentang koefisien muatan faktor item. Pengujian dilakukan dengan melihat nilai t untuk setiap koefisien muatan faktor seperti pada tabel 3.4. Pada tabel 3.4 dapat dilihat bahwa item yang tidak signifikan adalah nomor item 9. Tidak terdapat muatan faktor item yang bernilai negatif.

Tabel 3.4 Muatan Faktor Item Thrive Through Challenge No item Loading factor Standard error t -value Keterangan 1 0.60 0.07 9.00 √ 5 0.63 0.07 9.48 √ 9 0.00 0.08 0.05 X 13 0.72 0.06 11.41 √ 17 0.59 0.07 8.76 √ 21 0.55 0.07 8.11 √ 25 0.74 0.06 11.90 √ 27 0.73 0.06 11.71 √ 29 0.73 0.06 11.68 √ 31 0.81 0.06 13.42 √ 33 0.70 0.06 11.05 √ 35 0.62 0.07 9.21 √ 39 0.64 0.07 9.80 √ 43 0.68 0.06 10.62 √ 45 0.54 0.07 8.12 √ 47 0.42 007 5.99 √ Keterangan:tanda √ = signifikan (t>1.96) dan tanda X= tidak signifikan (t<1.96)

Model fit yang diperoleh merupakan hasil modifikasi dengan membebaskan antar item saling berkorelasi. Semakin banyak korelasi yang terjadi maka

48

menunjukkan item tersebut dapat diragukan validitasnya. Peneliti melakukan pengkajian kembali dengan melihat koefisien muatan faktor (factor loading).

Menurut Harrington (2009), semakin tinggi nilai koefisien factor loading suatu item maka semakin baik. Koefisien muatan faktor di atas 0.71 dikategorikan sangat baik, 0.63 sangat baik, dan 0.55 merupakan kategori baik.

Penelitian ini menetapkan ambang batas koefisien muatan faktor sebesar

0.63. Artinya jika nilai koefisien muatan faktor pada hasil CFA pertama <0.63 maka item tersebut akan diabaikan, sementara item yang tersisa akan tetap digunakan dalam pengujian CFA kedua. Berdasarkan hasil uji CFA pertama pada tabel 3.4 terdapat 7 item pengukuran dimensi thrive through challenge yang memiliki nilai koefisien <0.63 yaitu item nomor 1, 9, 17, 21, 35, 45, dan 47, sementara sisanya memiliki nilai koefisien >0.63. Dengan hasil ini, maka 7 item tersebut diabaikan, sementara 9 item sisanya akan dilakukan uji CFA kembali.

2. Sport Awareness

Dari hasil analisis CFA yang dilakukan terhadap 12 item dengan model satu faktor menunjukkan model tidak fit dengan nilai Chi-Square=327.24, df=54, P- value=0.00000, RMSEA=0.159. Peneliti kemudian melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lain. Modifikasi dilakukan sebanyak 14 kali sehingga diperoleh model fit dengan nilai Chi-Square=52.86, df=40, P-value=0.08371,

RMSEA=0.040. Hasil modifikasi model fit yang diperoleh menjelaskan bahwa seluruh item hanya mengukur satu faktor yaitu ketangguhan mental pada dimensi sport awareness.

49

Langkah berikutnya adalah menguji validitas masing-masing item sehingga dapat diketahui apakah item tersebut perlu di drop atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil (Ho) tentang koefisien muatan faktor item. Pengujian dilakukan dengan melihat nilai t untuk setiap koefisien muatan faktor seperti pada tabel 3.5. Pada tabel 3.5 dapat dilihat bahwa seluruh item signifikan dan tidak terdapat muatan faktor item yang bernilai negatif.

Dengan ambang batas koefisien muatan faktor sebesar 0.63. Artinya jika nilai koefisien muatan faktor pada hasil CFA pertama <0.63 maka item tersebut akan diabaikan, sementara item yang tersisa akan tetap digunakan dalam pengujian CFA kedua. Berdasarkan hasil uji CFA pertama pada tabel 3.5 terdapat

3 item pengukuran dimensi sport awareness yang memiliki nilai koefisien <0.63, yaitu item nomor 26, 32, dan 44, sementara sisanya memiliki nilai koefisien

>0.63. Dengan hasil ini, maka 3 item tersebut diabaikan, sementara 9 item sisanya akan dilakukan uji CFA kembali.

Tabel 3.5 Muatan Faktor Item Sport Awareness No item Loading factor Standard error t -value Keterangan 2 0.68 0.06 10.68 √ 6 0.64 0.07 9.78 √ 10 0.73 0.06 11.79 √ 14 0.73 0.06 11.96 √ 18 0.78 0.06 12.90 √ 22 0.86 0.06 14.97 √ 26 0.56 0.07 8.53 √ 32 0.33 0.07 4.73 √ 34 0.76 0.06 12.68 √ 36 0.76 0.06 11.24 √ 40 0.70 0.06 12.41 √ 44 0.50 0.07 7.50 √ Keterangan:tanda √ = signifikan (t>1.96) dan tanda X= tidak signifikan (t<1.96)

50

3. Tough Attitude

Dari hasil analisis CFA yang dilakukan terhadap 12 item dengan model satu faktor menunjukkan model tidak fit dengan nilai Chi-Square=508.36, df=35, P- value=0.00000, RMSEA=0.261. Peneliti kemudian melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lain. Modifikasi dilakukan sebanyak 14 kali sehingga diperoleh model fit dengan nilai Chi-Square=31.69, df=21, P-value=0.06297,

RMSEA=0.051. Hasil modifikasi model fit yang diperoleh menjelaskan bahwa seluruh item hanya mengukur satu faktor yaitu ketangguhan mental pada dimensi tough attitude.

Langkah berikutnya adalah menguji validitas masing-masing item sehingga dapat diketahui apakah item tersebut perlu di drop atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil (Ho) tentang koefisien muatan faktor item. Pengujian dilakukan dengan melihat nilai t untuk setiap koefisien muatan faktor seperti pada tabel 3.6. Pada tabel 3.6 dapat dilihat bahwa terdapat 1 item yg tidak signifikan yakni item nomor 19 dan terdapat 3 item dengan muatan faktor yang bernilai negatif yaitu item nomor 7, 15 dan 28.

Dengan ambang batas koefisien muatan faktor sebesar 0.63. Artinya jika nilai koefisien muatan faktor pada hasil CFA pertama <0.63 maka item tersebut akan diabaikan, sementara item yang tersisa akan tetap digunakan dalam pengujian CFA kedua. Berdasarkan hasil uji CFA pertama pada tabel 3.6 terdapat

8 item pengukuran dimensi tough attitude yang memiliki nilai koefisien <0.63, yaitu item nomor 3, 7, 15, 19, 28, 37, 41 dan 46, sementara sisanya memiliki nilai

51

koefisien >0.63. Dengan hasil ini, maka 8 item tersebut diabaikan, sementara 2 item sisanya akan dilakukan uji CFA kembali.

Tabel 3.6 Muatan Faktor Item Tough Attitude No item Loading factor Standard error t -value Keterangan 3 0.34 0.07 4.80 √ 7 -0.20 0.07 -2.77 X 11 0.72 0.08 9.16 √ 15 -0.02 0.07 -0.23 X 19 0.13 0.07 1.85 X 23 0.67 0.07 9.70 √ 28 -0.19 0.07 -2.75 X 37 0.96 0.07 14.10 √ 41 0.40 0.07 5.73 √ 46 0.34 0.07 4.84 √ Keterangan:tanda √ = signifikan (t>1.96) dan tanda X= tidak signifikan (t<1.96)

4. Desire Succsess

Dari hasil analisis CFA yang dilakukan terhadap 12 item dengan model satu faktor menunjukkan model tidak fit dengan nilai Chi-Square=133.27, df=35, P- value=0.00000, RMSEA=0.119. Peneliti kemudian melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lain. Modifikasi dilakukan sebanyak 10 kali sehingga diperoleh model fit dengan nilai Chi-Square=32.35, df=25, P-value=0.14808,

RMSEA=0.038. Hasil modifikasi model fit yang diperoleh menjelaskan bahwa seluruh item hanya mengukur satu faktor yaitu ketangguhan mental pada dimensi desire success.

Langkah berikutnya adalah menguji validitas masing-masing item sehingga dapat diketahui apakah item tersebut perlu di drop atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil (Ho) tentang koefisien muatan faktor item. Pengujian

52

dilakukan dengan melihat nilai t untuk setiap koefisien muatan faktor seperti pada tabel 3.7. Pada tabel 3.7 dapat dilihat bahwa terdapat 1 item yang tidak signifikan dan muatan faktor bernilai negatif yaitu item 20.

Dengan ambang batas koefisien muatan faktor sebesar 0.63. Artinya jika nilai koefisien muatan faktor pada hasil CFA pertama <0.63 maka item tersebut akan diabaikan, sementara item yang tersisa akan tetap digunakan dalam pengujian CFA kedua. Berdasarkan hasil uji CFA pertama pada tabel 3.7 terdapat

4 item pengukuran dimensi desire success yang memiliki nilai koefisien <0.63, yaitu item nomor 4, 20, 24, dan 48, sementara sisanya memiliki nilai koefisien

>0.63. Dengan hasil ini, maka 4 item tersebut diabaikan, sementara 6 item sisanya akan dilakukan uji CFA kembali.

Tabel 3.7 Muatan Faktor Item Desire Success No item Loading factor Standard error t -value Keterangan 4 0.36 0.07 5.17 √ 8 0.68 0.06 10.93 √ 12 0.74 0.06 12.12 √ 16 0.86 0.06 14.17 √ 20 -0.15 0.07 -2.01 X 24 0.58 0.07 8.61 √ 30 0.85 0.06 13.82 √ 38 0.69 0.07 10.03 √ 42 0.64 0.06 9.95 √ 48 0.47 0.07 7.00 √ Keterangan:tanda √ = signifikan (t>1.96) dan tanda X= tidak signifikan (t<1.96)

Setelah melakukan CFA pertama terhadap dimensi dari dependent variable, selanjutnya peneliti melakukan CFA kedua dengan seluruh item yang signifikan dan memiliki koefisien muatan faktor >0.63. Dari hasil analisis CFA kedua yang

53

dilakukan terhadap 26 item dengan model satu faktor menunjukkan model tidak fit dengan nilai Chi-Square=1792.03, df=299, P-value=0.00000, RMSEA=0.158.

Tabel 3.8 Muatan Faktor Item Ketangguhan Mental No item Loading factor Standard error t -value Keterangan 2 0.66 0.06 10.30 √ 5 0.54 0.07 8.25 √ 6 0.54 0.07 8.18 √ 8 0.69 0.06 11.20 √ 10 0.74 0.06 11.90 √ 11 -0.11 0.07 -1.54 X 12 0.75 0.06 12.21 √ 13 0.75 0.06 12.87 √ 14 0.69 0.06 11.33 √ 16 0.72 0.06 11.59 √ 18 0.77 0.06 12.98 √ 22 0.85 0.06 14.73 √ 23 0.06 0.07 0.87 X 25 0.63 0.06 10.01 √ 27 0.74 0.06 12.23 √ 29 0.75 0.06 12.32 √ 30 0.76 0.06 12.37 √ 31 0.66 0.06 10.52 √ 33 0.58 0.07 8.71 √ 34 0.75 0.06 12.33 √ 36 0.75 0.06 12.30 √ 38 0.60 0.06 9.38 √ 39 0.68 0.06 10.92 √ 40 0.70 0.06 11.15 √ 42 0.72 0.06 11.76 √ 43 0.68 0.06 10.81 √ Keterangan:tanda √ = signifikan (t>1.96) dan tanda X= tidak signifikan (t<1.96)

Peneliti kemudian melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lain. Modifikasi dilakukan sebanyak 120 kali sehingga diperoleh model fit dengan nilai Chi-

Square=208.17, df=179, P-value=0.06682, RMSEA=0.029. Hasil modifikasi

54

model fit yang diperoleh menjelaskan bahwa seluruh item hanya mengukur satu faktor yaitu ketangguhan mental. Berdasarkan hasil uji CFA kedua pada tabel 3.8 terdapat 6 item pengukuran ketangguhan mental yang memiliki nilai koefisien

<0.63, yaitu item nomor 2, 5, 10, 22, 31 dan 36, sementara sisanya memiliki nilai koefisien >0.63. Dengan hasil ini, maka 6 item tersebut diabaikan, sementara 20 item sisanya akan digunakan dalam analisis regresi.

3.7. Analisa Faktor Eksploratori Skala Ketangguhan Mental

Peneliti memiliki asumsi bahwa terdapat masalah pengukuran pada skala ketangguhan mental. Asumsi peneliti berdasarkan hasil uji validitas konstruk dan expert judgement yang menjelaskan terdapat beberapa indikator masalah pengukuran diantaranya:

1. Hanya terdapat 20 dari 48 item yang dinyatakan valid. Hal ini berarti bahwa

item yang memenuhi kriteria validitas (t-value >1.96 dan koefisien muatan

faktor >0.63) kurang dari 50%.

2. Model mengalami modifikasi sebanyak 120 kali.

3. Mayoritas antar item berkorelasi lebih dari 3 kali. Menurut Lestari

(komunikasi personal, 2014), jika sebuah item memiliki korelasi sekurang-

kurangnya dengan 3 item lain pada konstruk yang sama maka item tersebut

terdapat kecenderungan multidimensional. Berdasarkan hal tersebut, maka

item sebaiknya tidak digunakan karena dinilai kurang mewakili konstruk.

Berdasarkan indikator masalah pengukuran yang ditemukan, maka peneliti

mengambil gagasan awal bahwa jumlah faktor yang diukur dalam skala

ketangguhan mental cenderung tidak sesuai dengan jumlah sebenarnya. Menurut

55

Henson dan Roberts (dalam Gucciardi et.al., 2009) dalam sebuah pengembangan alat ukur akan terdapat kemungkinan kesalahan ketika menteorikan jumlah faktor suatu variabel. Hal ini mendorong peneliti untuk melakukan Exploratory Factor

Analysis (EFA) untuk mencari jumlah faktor yang diukur oleh skala ketangguhan mental. Peneliti menggunakan metode ekstraksi: Maximum Likelihood dan metode rotasi: Varimax dengan Kaiser Normalization. Jumlah faktor ditentukan berdasarkan besaran eigenvalue lebih besar dari 1.0 (Guttman dalam Thompson,

2004).

Dari hasil analisis EFA (lihat lampiran 4) yang dilakukan terhadap 48 item skala ketangguhan mental. Diteorikan bahwa skala tersebut mengukur 10 faktor

(eigenvalue >1.0). Faktor 5, 7, 8, dan 9 masing-masing hanya diukur oleh satu item. Faktor 5 diukur oleh item 43, faktor 7 diukur oleh item 39, faktor 8 diukur oleh item 2, dan faktor 9 diukur oleh item 1.

Menurut Lestari (komunikasi personal, 2014), faktor yang hanya diukur oleh satu item sebaiknya tidak digunakan. Hal ini mempertimbangkan bahwa jika item tersebut gugur maka tidak ada item lain yang mengukur faktor tersebut, kemudian terdapat kecenderungan bahwa item yang mengukur faktor tersebut multidimensional dengan faktor lain. Pertimbangan berikutnya adalah item tersebut cenderung tidak memenuhi syarat validitas item yang salah satunya adalah bersifat unidimensional.

Pada faktor 10 tidak ada item yang secara utuh mengukur faktor 10. Hal ini dapat terjadi karena nilai eigenvalue faktor 10 yang kemungkinan masih lebih dari 1.0 sehingga dianggap memenuhi syarat. Item 10 dan item 30 yang

56

diteorikan mengukur faktor 10 ternyata multidimensional dengan faktor 1.

Koefisien muatan faktor 1 pada item 10 dan item 30 lebih besar jika

dibandingkan dengan faktor 10 (lihat lampiran 4), sehingga item 10 dan item 30

diteorikan mengukur faktor 1.

Berdasarkan hasil EFA bahwa gagasan awal peneliti yang menyatakan

bahwa “skala ketangguhan mental tidak mengukur jumlah faktor yang tidak

sesuai dengan seharusnya” menjadi diterima. Sebab terdapat lima faktor yang

diukur oleh sekurang-kurangnya dua item yaitu faktor 1, faktor 2, faktor 3, faktor

4 dan faktor 6. Dengan demikian, bahwa hasil EFA penelitian ini berbeda dengan

hasil dari penelitian Gucciardi et.al. (2009) yang menghasilkan 4 faktor. Selain

itu, perbedaan hasil EFA dalam penelitian ini terdapat pada komposisi item yang

mengukur masing-masing faktor.

Tabel 3.9 Blueprint Hasil EFA Skala Ketangguhan Mental No. No.Item Jumlah

2, 7, 8, 10, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 1 Faktor 1 20, 21, 22, 26, 27, 28, 30, 34, 35, 26 36, 38, 39, 40, 42, 43, 44 1, 24, 25, 29, 31, 32, 33, 45, 46, 2 Faktor 2 11 47, 48 3 Faktor 3 3, 11, 23, 37, 41 5 4 Faktor 4 4, 5, 6, 9 4 5 Faktor 6 18 & 19 2 Jumlah 48 48

3.8. Uji Validitas Konstruk Skala Perilaku Kepemimpinan Pelatih

Skala ini memiliki lima dimensi, yaitu training and instruction, perilaku demokratis, perilaku autokratis, dukungan sosial, dan umpan balik positif.

57

1. Training and Instruction

Dari hasil analisis CFA yang dilakukan terhadap 13 item dengan model satu faktor, menunjukkan model tidak fit dengan nilai Chi-Square=244.51, df=65, P- value=0.00000, RMSEA=0.118. Peneliti kemudian melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lain. Modifikasi dilakukan sebanyak 12 kali sehingga diperoleh model fit dengan nilai Chi-Square=70.39, df=53, P-value=0.05522,

RMSEA=0.041. Hasil modifikasi model fit yang diperoleh menjelaskan bahwa seluruh item hanya mengukur satu faktor yaitu perilaku kepemimpinan pelatih pada dimensi training and instruction.

Langkah berikutnya adalah menguji validitas masing-masing item sehingga dapat diketahui apakah item tersebut perlu di drop atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil (Ho) tentang koefisien muatan faktor item. Pengujian dilakukan dengan melihat nilai t untuk setiap koefisien muatan faktor seperti pada tabel 3.10. Pada tabel 3.10 dapat dilihat bahwa seluruh item signifikan dan bermuatan positif.

Dengan ambang batas koefisien muatan faktor sebesar 0.63. Artinya jika nilai koefisien muatan faktor pada hasil CFA pertama <0.63 maka item tersebut akan diabaikan, sementara item yang tersisa akan tetap digunakan dalam pengujian CFA kedua. Berdasarkan hasil uji CFA pertama pada tabel 3.10 terdapat 2 item pengukuran dimensi training and instruction yang memiliki nilai koefisien <0.63, yaitu item nomor 1 dan 33, sementara sisanya memiliki nilai

58

koefisien >0.63. Dengan hasil ini, maka kedua item tersebut diabaikan, sementara

11 item sisanya akan dilakukan uji CFA kembali.

Tabel 3.10 Muatan Faktor Item Training and Instruction No item Loading factor Standard error t -value Keterangan 1 0.60 0.07 9.03 √ 6 0.69 0.06 11.05 √ 11 0.71 0.06 11.30 √ 16 0.72 0.06 11.54 √ 21 0.65 0.06 10.07 √ 26 0.69 0.06 10.99 √ 29 0.75 0.06 12.15 √ 31 0.77 0.06 12.54 √ 33 0.56 0.07 8.44 √ 35 0.70 0.06 11.15 √ 37 0.77 0.06 12.56 √ 39 0.68 0.06 10.57 √ 40 0.81 0.06 13.61 √ Keterangan:tanda √ = signifikan (t>1.96) dan tanda X= tidak signifikan (t<1.96)

Setelah melakukan CFA pertama terhadap dimensi dari independent variable, selanjutnya peneliti melakukan CFA kedua dengan seluruh item yang signifikan dan memiliki koefisien muatan faktor >0.63. Dari hasil analisis CFA kedua yang dilakukan terhadap 11 item dengan model satu faktor menunjukkan model tidak fit dengan nilai Chi-Square=154.66, df=44, P-value=0.00000, RMSEA=0.112.

Peneliti kemudian melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lain. Modifikasi kedua dilakukan sebanyak 8 kali sehingga diperoleh model fit dengan nilai Chi-

Square=43.30, df=36, P-value=0.18783, RMSEA=0.032. Hasil modifikasi model fit yang diperoleh menjelaskan bahwa seluruh item hanya mengukur satu faktor yaitu perilaku kepemimpinan pelatih pada dimensi training and instruction.

59

2. Perilaku Demokratis

Dari hasil analisis CFA yang dilakukan terhadap 9 item dengan model satu faktor, menunjukkan model tidak fit dengan nilai Chi-Square=157.23, df=27, P- value=0.00000, RMSEA=0.156. Peneliti kemudian melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lain. Modifikasi dilakukan sebanyak 12 kali sehingga diperoleh model fit dengan nilai Chi-Square=22.11, df=15, P-value=0.10503,

RMSEA=0.049. Hasil modifikasi model fit yang diperoleh menjelaskan bahwa seluruh item hanya mengukur satu faktor yaitu perilaku kepemimpinan pelatih pada dimensi perilaku demokratis.

Langkah berikutnya adalah menguji validitas masing-masing item sehingga dapat diketahui apakah item tersebut perlu di drop atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil (Ho) tentang koefisien muatan faktor item. Pengujian dilakukan dengan melihat nilai t untuk setiap koefisien muatan faktor seperti pada tabel 3.11. Pada tabel 3.11 dapat dilihat bahwa seluruh item signifikan dan bermuatan positif.

Dengan ambang batas koefisien muatan faktor sebesar 0.63. Artinya jika nilai koefisien muatan faktor pada hasil CFA pertama <0.63 maka item tersebut akan diabaikan, sementara item yang tersisa akan tetap digunakan dalam pengujian CFA kedua. Berdasarkan hasil uji CFA pertama pada tabel 3.11 terdapat 6 item pengukuran dimensi perilaku demokratis yang memiliki nilai koefisien <0.63, yaitu item nomor 7, 17, 22, 27, 34, dan 38, sementara sisanya

60

memiliki nilai koefisien >0.63. Dengan hasil ini, maka keenam item tersebut diabaikan, sementara 3 item sisanya akan dilakukan uji CFA kembali.

Tabel 3.11 Muatan Faktor Item Perilaku Demokratis No item Loading factor Standard error t -value Keterangan 2 0.63 0.07 9.03 √ 7 0.48 0.08 6.03 √ 12 0.74 0.07 10.00 √ 17 0.55 0.07 7.85 √ 22 0.49 0.07 6.86 √ 27 0.45 0.08 5.87 √ 30 0.78 0.07 11.00 √ 34 0.58 0.07 7.18 √ 38 0.51 0.07 7.18 √ Keterangan:tanda √ = signifikan (t>1.96) dan tanda X= tidak signifikan (t<1.96)

Setelah melakukan CFA pertama terhadap dimensi dari independent variable, selanjutnya peneliti melakukan CFA kedua dengan seluruh item yang signifikan dan memiliki koefisien muatan faktor >0.63. Dari hasil analisis CFA kedua yang dilakukan terhadap 3 item dengan model satu faktor menunjukkan model fit dengan nilai Chi-Square=0.00, df=0, P-value=1.00000, RMSEA=0.000. Hasil model fit yang diperoleh menjelaskan bahwa seluruh item hanya mengukur satu faktor yaitu perilaku kepemimpinan pelatih pada dimensi perilaku demokratis.

3. Perilaku Autokratis

Dari hasil analisis CFA yang dilakukan terhadap 5 item dengan model satu faktor, menunjukkan model tidak fit dengan nilai Chi-Square=12.97, df=5, P- value=0.02364, RMSEA=0.090. Peneliti kemudian melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lain. Modifikasi dilakukan sebanyak 2 kali sehingga diperoleh model fit dengan nilai Chi-Square=2.63, df=3, P-value=0.45171,

61

RMSEA=0.000. Hasil modifikasi model fit yang diperoleh menjelaskan bahwa seluruh item hanya mengukur satu faktor yaitu perilaku kepemimpinan pelatih pada dimensi perilaku autokratis.

Langkah berikutnya adalah menguji validitas masing-masing item sehingga dapat diketahui apakah item tersebut perlu di drop atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil (Ho) tentang koefisien muatan faktor item. Pengujian dilakukan dengan melihat nilai t untuk setiap koefisien muatan faktor seperti pada tabel 3.12. Pada tabel 3.12 dapat dilihat bahwa seluruh item signifikan dan bermuatan positif.

Dengan ambang batas koefisien muatan faktor sebesar 0.63. Artinya jika nilai koefisien muatan faktor pada hasil CFA pertama <0.63 maka item tersebut akan diabaikan, sementara item yang tersisa akan tetap digunakan dalam pengujian CFA kedua. Berdasarkan hasil uji CFA pertama pada tabel 3.12 terdapat 3 item pengukuran dimensi perilaku autokratis yang memiliki nilai koefisien <0.63, yaitu item nomor 3, 8 dan 13, sementara sisanya memiliki nilai koefisien >0.63. Pengecualian diberikan pada item nomor 13 karena memiliki koefisien muatan faktor paling tinggi diantara dua lainnya. Pengecualian diberikan agar data dapat diolah dan diwakili oleh sekurang-kurangnya 3 item. Dengan hasil ini, maka hanya dua item yang diabaikan, sementara 3 item sisanya akan langsung digunakan dalam analisis regresi.

Setelah melakukan CFA pertama terhadap dimensi dari independent variable, selanjutnya peneliti melakukan CFA kedua dengan seluruh item yang signifikan dan memiliki koefisien muatan faktor >0.63.

62

Tabel 3.12 Muatan Faktor Item Perilaku Autokratis No item Loading factor Standard error t -value Keterangan 3 0.33 0.08 4.24 √ 8 0.52 0.08 6.86 √ 13 0.55 0.07 7.39 √ 18 0.84 0.07 11.61 √ 23 0.73 0.07 10.10 √ Keterangan:tanda √ = signifikan (t>1.96) dan tanda X= tidak signifikan (t<1.96)

Dari hasil analisis CFA kedua yang dilakukan terhadap 3 item dengan model satu faktor menunjukkan model fit dengan nilai Chi-Square=0.00, df=0, P- value=1.00000, RMSEA=0.000. Hasil model fit yang diperoleh menjelaskan bahwa seluruh item hanya mengukur satu faktor yaitu perilaku kepemimpinan pelatih pada dimensi perilaku autokratis.

4. Dukungan Sosial

Dari hasil analisis CFA yang dilakukan terhadap 8 item dengan model satu faktor, menunjukkan model tidak fit dengan nilai Chi-Square=79.43, df=20, P- value=0.00000, RMSEA=0.122. Peneliti kemudian melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lain. Modifikasi dilakukan sebanyak 5 kali sehingga diperoleh model fit dengan nilai Chi-Square=20.99, df=15, P-value=0.13719,

RMSEA=0.045. Hasil modifikasi model fit yang diperoleh menjelaskan bahwa seluruh item hanya mengukur satu faktor yaitu perilaku kepemimpinan pelatih pada dimensi dukungan sosial.

Langkah berikutnya adalah menguji validitas masing-masing item sehingga dapat diketahui apakah item tersebut perlu di drop atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil (Ho) tentang koefisien muatan faktor item. Pengujian

63

dilakukan dengan melihat nilai t untuk setiap koefisien muatan faktor seperti pada tabel 3.13. Pada tabel 3.13 dapat dilihat bahwa seluruh item signifikan dan bermuatan positif.

Dengan ambang batas koefisien muatan faktor sebesar 0.63. Artinya jika nilai koefisien muatan faktor pada hasil CFA pertama <0.63 maka item tersebut akan diabaikan, sementara item yang tersisa akan tetap digunakan dalam pengujian CFA kedua. Berdasarkan hasil uji CFA pertama pada tabel 3.13 terdapat 3 item pengukuran dimensi dukungan sosial yang memiliki nilai koefisien <0.63, yaitu item nomor 4, 9 dan 36, sementara sisanya memiliki nilai koefisien >0.63. Dengan hasil ini, maka ketiga item tersebut diabaikan, sementara

5 item sisanya akan dilakukan uji CFA kembali.

Tabel 3.13 Muatan Faktor Item Dukungan Sosial No item Loading factor Standard error t -value Keterangan 4 0.45 0.07 6.00 √ 9 0.50 0.07 6.77 √ 14 0.70 0.07 10.23 √ 19 0.68 0.07 9.75 √ 24 0.64 0.07 9.15 √ 28 0.65 0.07 9.43 √ 32 0.74 0.07 10.83 √ 36 0.26 0.08 3.23 √ Keterangan:tanda √ = signifikan (t>1.96) dan tanda X= tidak signifikan (t<1.96)

Setelah melakukan CFA pertama terhadap dimensi dari independent variable, selanjutnya peneliti melakukan CFA kedua dengan seluruh item yang signifikan dan memiliki koefisien muatan faktor >0.63. Dari hasil analisis CFA kedua yang dilakukan terhadap 5 item dengan model satu faktor menunjukkan model fit dengan nilai Chi-Square=6.64, df=5, P-value=0.24853, RMSEA=0.041. Hasil

64

model fit yang diperoleh menjelaskan bahwa seluruh item hanya mengukur satu faktor yaitu perilaku kepemimpinan pelatih pada dimensi dukungan sosial.

5. Umpan Balik Positif

Dari hasil analisis CFA yang dilakukan terhadap 5 item dengan model satu faktor, menunjukkan model fit dengan nilai Chi-Square=9.41, df=5, P-value=0.09376,

RMSEA=0.067. Hasil model fit yang diperoleh menjelaskan bahwa seluruh item hanya mengukur satu faktor yaitu perilaku kepemimpinan pelatih pada dimensi umpan balik positif.

Langkah berikutnya adalah menguji validitas masing-masing item sehingga dapat diketahui apakah item tersebut perlu di drop atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil (Ho) tentang koefisien muatan faktor item. Pengujian dilakukan dengan melihat nilai t untuk setiap koefisien muatan faktor seperti pada tabel 3.14. Pada tabel 3.14 dapat dilihat bahwa seluruh item signifikan dan bermuatan positif.

Dengan ambang batas koefisien muatan faktor sebesar 0.63. Artinya jika nilai koefisien muatan faktor pada hasil CFA pertama <0.63 maka item tersebut akan diabaikan, sementara item yang tersisa akan tetap digunakan dalam pengujian CFA kedua. Berdasarkan hasil uji CFA pertama pada tabel 3.14 terdapat 1 item pengukuran dimensi umpan balik positif yang memiliki nilai koefisien <0.63, yaitu item nomor 5, sementara sisanya memiliki nilai koefisien

>0.63. Dengan hasil ini, maka kedua item tersebut diabaikan, sementara 4 item sisanya akan dilakukan uji CFA kembali.

65

Tabel 3.14 Muatan Faktor Item Umpan Balik Positif No item Loading factor Standard error t -value Keterangan 5 0.47 0.07 6.41 √ 10 0.78 0.07 11.98 √ 15 0.72 0.07 10.48 √ 20 0.76 0.07 11.68 √ 25 0.67 0.07 9.77 √ Keterangan:tanda √ = signifikan (t>1.96) dan tanda X= tidak signifikan (t<1.96)

Setelah melakukan CFA pertama terhadap dimensi dari independent variable, selanjutnya peneliti melakukan CFA kedua dengan seluruh item yang signifikan dan memiliki koefisien muatan faktor >0.63. Dari hasil analisis CFA kedua yang dilakukan terhadap 4 item dengan model satu faktor menunjukkan model tidak fit dengan nilai Chi-Square=6.89, df=2, P-value=0.03184, RMSEA=0.111. Peneliti kemudian melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lain. Modifikasi dilakukan sebanyak 1 kali sehingga diperoleh model fit dengan nilai Chi-Square=1.84, df=1,

P-value=0.17554, RMSEA=0.065. Hasil modifikasi model fit yang diperoleh menjelaskan bahwa seluruh item hanya mengukur satu faktor yaitu perilaku kepemimpinan pelatih pada dimensi umpan balik positif.

3.9.Uji Validitas Konstruk Skala Hubungan Pelatih-Atlet

Skala ini memiliki tiga dimensi, yaitu kedekatan emosional, komitmen, dan perilaku komplementer.

1. Kedekatan Emosional

Dari hasil analisis CFA yang dilakukan terhadap 5 item dengan model satu faktor, menunjukkan model tidak fit dengan nilai Chi-Square=193.05, df=20, P- value=0.00000, RMSEA=0.209. Peneliti kemudian melakukan modifikasi

66

terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lain. Modifikasi dilakukan sebanyak 10 kali sehingga diperoleh model fit dengan nilai Chi-Square=22.11, df=15, P-value=0.10503,

RMSEA=0.049..Hasil modifikasi model fit yang diperoleh menjelaskan bahwa seluruh item hanya mengukur satu faktor yaitu hubungan pelatih-atlet pada dimensi kedekatan emosional.

Langkah berikutnya adalah menguji validitas masing-masing item sehingga dapat diketahui apakah item tersebut perlu di drop atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil (Ho) tentang koefisien muatan faktor item. Pengujian dilakukan dengan melihat nilai t untuk setiap koefisien muatan faktor seperti pada tabel 3.15. Pada tabel 3.15 dapat dilihat bahwa seluruh item signifikan dan bermuatan positif.

Dengan ambang batas koefisien muatan faktor sebesar 0.63. Artinya jika nilai koefisien muatan faktor pada hasil CFA pertama <0.63 maka item tersebut akan diabaikan, sementara item yang tersisa akan tetap digunakan dalam pengujian CFA kedua. Berdasarkan hasil uji CFA pertama pada tabel 3.15 terdapat 2 item pengukuran dimensi kedekatan emosional yang memiliki nilai koefisien <0.63, yaitu item nomor 13 dan 15, sementara sisanya memiliki nilai koefisien >0.63. Dengan hasil ini, maka kedua item tersebut diabaikan, sementara

6 item sisanya akan dilakukan uji CFA kembali.

Setelah melakukan CFA pertama terhadap dimensi dari independent variable, selanjutnya peneliti melakukan CFA kedua dengan seluruh item yang signifikan dan memiliki koefisien muatan faktor >0.63. Dari hasil analisis CFA

67

kedua yang dilakukan terhadap 6 item dengan model satu faktor menunjukkan model tidak fit dengan nilai Chi-Square=96.18, df=9, P-value=0.00000,

RMSEA=0.221. Peneliti kemudian melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lain.

Modifikasi kedua dilakukan sebanyak 5 kali sehingga diperoleh model fit dengan nilai Chi-Square=5.02, df=4, P-value=0.28480, RMSEA=0.036. Hasil modifikasi model fit yang diperoleh menjelaskan bahwa seluruh item hanya mengukur satu faktor yaitu hubungan pelatih-atlet pada dimensi kedekatan emosional.

Tabel 3.15 Muatan Faktor Item Kedekatan Emosional No item Loading factor Standard error t -value Keterangan 1 0.75 0.06 11.85 √ 4 0.75 0.06 12.23 √ 7 0.63 0.07 9.58 √ 8 0.78 0.06 12.63 √ 13 0.59 0.07 8.78 √ 15 0.57 0.07 8.11 √ 18 0.91 0.06 16.03 √ 20 0.77 0.06 12.34 √ Keterangan:tanda √ = signifikan (t>1.96) dan tanda X= tidak signifikan (t<1.96)

2. Komitmen

Dari hasil analisis CFA yang dilakukan terhadap 5 item dengan model satu faktor, menunjukkan model tidak fit dengan nilai Chi-Square=42.48, df=9, P- value=0.00000, RMSEA=0.137. Peneliti kemudian melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lain. Modifikasi dilakukan sebanyak 2 kali sehingga diperoleh model fit dengan nilai Chi-Square=10.77, df=7, P-value=0.14904,

RMSEA=0.052. Hasil modifikasi model fit yang diperoleh menjelaskan bahwa

68

seluruh item hanya mengukur satu faktor yaitu hubungan pelatih-atlet pada dimensi komitmen.

Langkah berikutnya adalah menguji validitas masing-masing item sehingga dapat diketahui apakah item tersebut perlu di drop atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil (Ho) tentang koefisien muatan faktor item. Pengujian dilakukan dengan melihat nilai t untuk setiap koefisien muatan faktor seperti pada tabel 3.16. Pada tabel 3.16 dapat dilihat bahwa seluruh item signifikan dan bermuatan positif.

Tabel 3.16 Muatan Faktor Item Komitmen No item Loading factor Standard error t -value Keterangan 2 0.74 0.06 11.49 √ 9 0.61 0.07 8.84 √ 10 0.84 0.06 13.60 √ 12 0.79 0.06 12.53 √ 16 0.63 0.07 9.28 √ 21 0.68 0.07 9.85 √ Keterangan:tanda √ = signifikan (t>1.96) dan tanda X= tidak signifikan (t<1.96)

Menggunakan ambang batas koefisien muatan faktor sebesar 0.63. Artinya jika nilai koefisien muatan faktor pada hasil CFA pertama <0.63 maka item tersebut akan diabaikan, sementara item yang tersisa akan tetap digunakan dalam pengujian CFA kedua. Berdasarkan hasil uji CFA pertama pada tabel 3.16 terdapat 1 item pengukuran dimensi komitmen yang memiliki nilai koefisien

<0.63, yaitu item nomor 9, sementara sisanya memiliki nilai koefisien >0.63.

Dengan hasil ini, maka item tersebut diabaikan, sementara 5 item sisanya akan dilakukan uji CFA kembali.

69

Setelah melakukan CFA pertama terhadap dimensi dari independent variable, selanjutnya peneliti melakukan CFA kedua dengan seluruh item yang signifikan dan memiliki koefisien muatan faktor >0.63. Dari hasil analisis CFA kedua yang dilakukan terhadap 5 item dengan model satu faktor menunjukkan model tidak fit dengan nilai Chi-Square=13.63, df=5, P-value=0.01817,

RMSEA=0.093. Peneliti kemudian melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lain.

Modifikasi dilakukan sebanyak 1 kali sehingga diperoleh model fit dengan nilai

Chi-Square=4.48, df=4, P-value=0.34544, RMSEA=0.024. Hasil modifikasi model fit yang diperoleh menjelaskan bahwa seluruh item hanya mengukur satu faktor yaitu hubungan pelatih-atlet pada dimensi komitmen.

3. Perilaku Komplementer

Dari hasil analisis CFA yang dilakukan terhadap 8 item dengan model satu faktor, menunjukkan model tidak fit dengan nilai Chi-Square=141.70, df=20, P- value=0.00000, RMSEA=0.175. Peneliti kemudian melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lain. Modifikasi dilakukan sebanyak 7 kali sehingga diperoleh model fit dengan nilai Chi-Square=15.80, df=13, P-value=0.26031,

RMSEA=0.033. Hasil modifikasi model fit yang diperoleh menjelaskan bahwa seluruh item hanya mengukur satu faktor yaitu hubungan pelatih-atlet pada dimensi perilaku komplementer.

Langkah berikutnya adalah menguji validitas masing-masing item sehingga dapat diketahui apakah item tersebut perlu di drop atau tidak. Dalam hal ini yang

70

diuji adalah hipotesis nihil (Ho) tentang koefisien muatan faktor item. Pengujian dilakukan dengan melihat nilai t untuk setiap koefisien muatan faktor seperti pada tabel 3.17. Pada tabel 3.17 dapat dilihat bahwa seluruh item signifikan dan bermuatan positif.

Dengan ambang batas koefisien muatan faktor sebesar 0.63. Artinya jika nilai koefisien muatan faktor pada hasil CFA pertama <0.63 maka item tersebut akan diabaikan, sementara item yang tersisa akan tetap digunakan dalam pengujian CFA kedua. Berdasarkan hasil uji CFA pertama pada tabel 3.17, bahwa seluruh item memiliki nilai koefisien >0.63. Dengan hasil ini, maka seluruh item akan tetap digunakan dan tidak dilakukan uji CFA kembali.

Tabel 3.17 Muatan Faktor Item Perilaku komplementer No item Loading factor Standard error t -value Keterangan 3 0.82 0.06 13.23 √ 5 0.71 0.06 11.14 √ 6 0.70 0.06 11.19 √ 11 0.77 0.06 12.42 √ 14 0.78 0.06 12.94 √ 17 0.70 0.06 10.85 √ 19 0.66 0.06 10.18 √ 22 0.81 0.06 13.46 √

3.9. Prosedur Pengumpulan Data

Penelitian ini berjalan dengan tiga tahapan prosedur penelitian, yaitu tahapan persiapan, pelaksanaan penelitian, dan pengolahan data.

1) Persiapan

Dimulai dengan perumusan masalah, menentukan variabel yang akan diteliti,

melakukan kajian teori untuk mendapatkan gambaran dan penjelasan yang

71

tepat tentang variabel penelitian. Kemudian menentukan, menyusun dan

menyiapkan alat ukur yang akan digunakan.

2) Pelaksanaan penelitian

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 27 Maret 2013 di klub sepakbola

Universitas Negeri Jakarta, dengan sampel sebanyak 60 atlet sepakbola.

Penelitian selanjutnya dilaksanakan pada tanggal 31 Maret 2013 di klub

sepakbola Bina Taruna dengan sampel sebanyak 50 atlet sepakbola. Penelitian

selanjutnya dilaksanakan pada tanggal 2 April 2013 di URAKAN FC, dengan

sampel sebanyak 50 atlet sepakbola.. Penelitian selanjutnya dilaksanakan pada

tanggal 2 April 2013 di PS ABC Wirayudha, dengan sampel sebanyak 40 atlet

sepakbola.

3) Pengolahan data

Untuk setiap variabel penelitian peneliti menghitung true skor (faktor skor)

dengan menggunakan CFA. Dalam hal ini hanya item yang tidak didrop yang

akan dianalisis dalam perhitungan faktor skor.

3.10. Metode Analisa Data

Untuk melihat pengaruh independent variable terhadap dependent variable, peneliti menggunakan analisis regresi berganda. Paling tidak ada empat tahap yang akan dilakukan untuk melihat pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen (Pedhazur, 1997). Pertama, peneliti menghitung konstanta (a, b1, b2,...,bk) dari persamaan regresi Y’ = a + b1X1 + b2X2 +...+ bkXk. Dengan begitu peneliti dapat menggunakan variabel penelitian untuk memprediksi Y partisipan. Kedua, peneliti akan menghitung proporsi varian dari ketangguhan

72

mental yang dapat dijelaskan oleh independent variable yang diteliti, yaitu R2.

Ketiga, peneliti akan menguji signifikansi dari hasil yang didapat. Jadi peneliti dapat mengetahui apakah regresi dari ketangguhan mental atas delapan variabel signifikan secara statistik. Peneliti juga dapat mengetahui apakah koefisien regresi

(b) dari persamaan regresi secara statistik berbeda dari nol. Terakhir, peneliti dapat menentukan relativitas pentingnya setiap variabel independen dalam menjelaskan ketangguhan mental. Berikut penjelasan secara singkat dari empat langkah tersebut.

Pertama membuat persamaan regresi dari ketangguhan mental. Berikut persamaan regresi tersebut:

Y = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + b4 X4 + b5 X5 + b6 X6 + b7 X7+ b8 X8 + e

Dengan dependent variabel ketangguhan mental, dan independent variable training and instruction, perilaku demokratis, perilaku autokratis, dukungan sosial, umpan balik positif, kedekatan emosional, komitmen, dan perilaku komplementer maka penjelasan persamaan regresi di atas sebagai berikut: Y’= ketangguhan mental a = konstanta/intersep b = koefisien regresi masing-masing independent variable X1 = training and instruction X2 = perilaku demokratis X3 = perilaku autokratis X4 = dukungan sosial X5 = umpan balik positif X6 = kedekatan emosional X7 = komitmen X8 = perilaku komplementer e= error

Langkah kedua yaitu peneliti menghitung proporsi varian yang dapat dijelaskan oleh delapan variabel independen (R2). R2 atau squared multiple correlation coefficient bernilai antara 0 hingga 1. Ketika R2 dikali dengan 100,

73

peneliti mendapatkan presentase varian dari ketangguhan mental yang dapat dijelaskan oleh delapan variabel independen. Rumus dari R2 ialah sebagai berikut:

SS reg R2 = SS y

Ketiga, peneliti melakukan uji signifikan. Paling tidak ada tiga uji signifikan yang akan dilakukan pada penelitian ini. Yang pertama ialah uji signifikan dari R2. R2 diuji signifikannya dengan uji F. Berikutnya ialah uji signifikan dari koefisien regresi atas setiap variabel independen. Koefisien regresi diuji dengan uji t. Yang terakhir ialah uji dari kenaikan proporsi varian yang dapat dijelaskan atau R2 change.

Keempat, peneliti ingin mengetahui variabel independen yang memiliki pengaruh paling signifikan terhadap variabel dependen diantara variabel lain yang diteliti. Ada dua cara yang peneliti lakukan untuk dapat mengetahui hal tersebut, yaitu dengan melihat standardized coefficient regression (atau beda), dan pertambahan (increments) proporsi varian yang dapat dijelaskan atau R2 change.

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Dalam bab empat ini peneliti akan memaparkan tentang gambaran umum subjek penelitian, deskripsi statistik hasil penelitian, kategorisasi variabel penelitian, serta pengujian hipotesis penelitian.

4.1 Gambaran Umum Sampel Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah atlet sepakbola yang berlatih di klub sepakbola

Bina Taruna sebanyak 50 atlet, klub sepakbola P.S. ABC Wirayudha sebanyak 40 atlet, klub sepakbola URAKAN FC sebanyak 50 atlet dan klub sepakbola

Universitas Negeri Jakarta sebanyak 60 atlet sehingga total keseluruhan subjek dalam penelitian ini berjumlah 200 atlet. Perbedaan jumlah subjek karena terdapat perbedaan jumlah pemain yang berlatih pada masing-masing klub.

Data yang disajikan berdasarkan subjek penelitian dan tidak berdasarkan klub sepakbola yang berpartisipasi. Hal ini dikarenakan penelitian ini tidak bertujuan untuk melakukan perbandingan antar klub sepakbola yang berpartisipasi dalam penelitian. Di bawah ini akan dijelaskan gambaran subjek penelitian berdasarkan usia dan waktu latihan di klub sepakbola yang dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.1 Gambaran Subjek Berdasarkan Usia dan Waktu Latihan N Minimum Maximum Mean Usia 200 15 25 19.93 Waktu Latihan 200 1 17 6.49

Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa usia terendah atlet dalam penelitian ini adalah 15 tahun dan usia tertinggi adalah 17 tahun dengan rata-rata usia 19.93

74

75

tahun (dibulatkan menjadi 20 tahun). Waktu latihan merupakan rentang waktu atlet berlatih sepakbola. Berdasarkan tabel 4.1, atlet dengan waktu latihan paling cepat selama 1 tahun dan atlet dengan waktu latihan terlama selama 17 tahun dengan rata-rata waktu latihan 6.49 tahun. Artinya rata-rata atlet telah berlatih sepakbola selama 6.49 tahun. Pada tabel 4.2 berikut akan dijelaskan gambaran subjek penelitian berdasarkan intensitas latihan.

Tabel 4.2 Gambaran Subjek Berdasarkan Intensitas Latihan Frekuensi Persentase 4x Seminggu 126 63.0 >4x Seminggu 20 10.0 Lainnya 54 27.0 Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa atlet dengan intensitas latihan “4x seminggu” sebanyak 126 atlet atau 63% dari total subjek. Atlet dengan intensitas latihan “>4x seminggu” sebanyak 20 atlet atau 10% dari total subjek. Sementara

54 atlet atau 27% dari total subjek memiliki intensitas latihan yang bervariasi diluar kedua pilihan tersebut. Pada tabel 4.3 berikut akan dijelaskan gambaran subjek penelitian berdasarkan profesi, status pemain dan prestasi tertinggi.

Tabel 4.3 Gambaran Subjek Berdasarkan Profesi, Status Pemain dan Prestasi Tertinggi Frekuensi Persentase Pelajar/Mahasiswa 192 96.0 Profesi Karyawan 3 1.5 Lainnya 5 2.5 Pemula 67 33.5 Amatir 102 51.0 Status Pemain Semi-Profesional 27 13.5 Profesional 4 2.0 Universitas 55 27.5 Lokal 84 42.0 Prestasi Tertinggi Regional 34 17.0 Nasional 27 13.5 76

Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat bahwa 192 atlet atau 96% dari total subjek berprofesi sebagai “Pelajar/Mahasiswa”. Atlet yang berprofesi sebagai

“Karyawan” sebanyak 3 atlet atau 1.5% dari total subjek. Sementara 2.5% dari total subjek atau sebanyak 5 atlet berprofesi diluar profesi yang disebutkan.

Status pemain merupakan identitas kualifikasi atlet dalam sebuah cabang olahraga. Dalam penelitian ini terdapat 67 atlet atau 33.5% dari total subjek merupakan atlet yang berstatus “Pemula”. Atlet dengan status “Amatir” sebanyak

102 atlet atau 51% dari total subjek. Sementara 13.5% dari total subjek atau 27 atlet berstatus “Semi-Profesional”dan2% dari total subjek atau sebanyak 4 atlet berstatus “Profesional”.

Prestasi tertinggi merupakan tingkat kompetisi tertinggi yang pernah diikuti oleh atlet dalam suatu cabang olahraga. Dalam penelitian ini terdapat 55 atlet atau

27.5% dari total subjek berpartisipasi dalam kompetisi tingkat “Universitas”.

Atlet yang berpartisipasi dalam kompetisi tingkat “Lokal” sebanyak 84 atlet atau

42% dari total subjek. Sementara 17% dari total subjek atau 34 atlet berpartisipasi dalam kompetisi tingkat “Regional” dan 13.5% dari total subjek atau sebanyak 27 atlet berpartisipasi dalam kompetisi tingkat “Nasional”.

4.2 Deskripsi Statistik Hasil Penelitian

Skor yang digunakan dalam analisis statistik pada penelitian ini merupakan skor murni (t-score) yang merupakan hasil dari konversi raw score. Konversi ini dilakukan untuk memudahkan peneliti dalam melakukan perbandingan antar skor hasil penelitian setiap variabel yang diteliti, dengan demikian seluruh raw score setiap variabel harus diletakkan pada platform yang sama. Untuk memperoleh 77

deskripsi statistik, peneliti menghitung setiap item yang valid dan bermuatan positif sehingga diperoleh skor faktor. Skor faktor tersebut dihitung untuk menghindari bias dari kesalahan perngukuran. Jadi, penghitungan skor faktor bukan merupakan penjumlahan tiap item variabel seperti pada umumnya, namun dengan menghitung true score pada tiap skala. Skor faktor yang dianalisis merupakan skor faktor yang bermuatan positif dan signifikan.

Tscore= (10 × skor faktor) + 50

Setelah memperoleh skor faktor yang telah diubah menjadi Tscore, nilai baku ini kemudian akan dianalisis dalam uji hipotesis korelasi dan regresi.

Hal yang sama berlaku untuk seluruh variabel pada penelitian ini. Skor tersebut dapat dilihat pada tabel 4.4.

Tabel 4.4 Deskripsi Statistik Variabel Penelitian Std. N Minimum Maximum Mean Deviation Ketangguhan Mental 200 -0.66 65.72 50.0000 9.67290 Training & Instruction 200 11.89 65.68 50.0000 9.46207 Perilaku Demokratis 200 28.31 66.47 50.0000 8.44991 Perilaku Autokratis 200 37.98 70.89 50.0000 8.55127 Dukungan Sosial 200 19.72 65.29 50.0000 8.85650 Umpan Balik Positif 200 20.72 65.29 50.0000 8.81234 Kedekatan Emosional 200 14.98 63.68 50.0000 9.27110 Komitmen 200 16.22 66.62 50.0000 9.12850 Perilaku Komplementer 200 11.84 64.14 50.0000 9.31075 Valid N (listwise) 200

Pada tabel 4.4 dapat diketahui skor dari training & instruction terendah 11.89 dan skor tertinggi 65.68 dengan standar deviasi 9.46207. Skor perilaku demokratis terendah 28.31 dan skor tertinggi 66.47 dengan standar deviasi 8.44991. Skor perilaku autokratis terendah 37.98 dan skor tertinggi 70.89 dengan standar deviasi

8.55127. Skor dukungan sosial terendah 19.72 dan skor tertinggi 65.29 dengan 78

standar deviasi 8.85650. Skor umpan balik positif terendah 20.72 dan skor tertinggi 65.29 dengan standar deviasi 8.81234. Skor terendah kedekatan emosional 14.98 dan skor tertinggi 63.68 dengan standar deviasi 9.27110. Skor terendah komitmen 16.22 dan skor tertinggi 66.62 dengan standar deviasi

9.12850. Skor terendah compelementarity 11.84 dan skor tertinggi 64.14 dengan standar deviasi 9.31075. Terakhir, skor terendah ketangguhan mental -0.66 dan skor tertinggi 65.72 dengan standar deviasi 9.67290 dengan nilai rata-rata dari seluruh variabel sebesar 50.

Data skor ketangguhan mental, training & instruction, perilaku demokratis, perilaku autokratis, dukungan sosial, umpan balik positif, kedekatan emosional, komitmen dan perilaku komplementer diperoleh melalui angket yang didistribusikan oleh peneliti kepada responden. Dengan data skor yang dimiliki, peneliti kemudian membuat kategorisasi responden untuk menentukan jumlah responden pada tiap variabel yang terbagi dalam tiga kategori yaitu tinggi, sedang, dan rendah.

4.3 Kategorisasi Skor Variabel

Kategorisasi responden bertujuan untuk menempatkan individu kedalam kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum berdasarkan atribut yang diukur. Kontinum berjenjang yang akan peneliti gunakan dalam kategorisasi variabel penelitian terdiri dari kategori tinggi hingga kategori rendah.

Sebelum melakukan pengelompokan setiap variabel berdasarkan kategori tinggi, sedang, dan rendah. Peneliti terlebih dahulu menetapkan norma dari skor dengan 79

menggunakan nilai mean dan standar deviasi pada tabel 4.4 dan berlaku pada seluruh variabel. Norma skor tersebut digambarkan dalam tabel 4.5 berikut.

Tabel 4.5 Norma Skor Variabel Kategori Rumus Tinggi X>M+1SD Sedang M-1SD ≤ X ≤ M+1SD Rendah X≤M-1SD

Setelah norma kategorisasi tersebut diperoleh, selanjutnya akan dijelaskan perolehan nilai persentase kategorisasi untuk variabel ketangguhan mental, training & instruction, perilaku demokratis, perilaku autokratis, dukungan sosial, umpan balik positif, kedekatan emosional, komitmen dan perilaku komplementer.

4.3.1 Kategorisasi Skor Ketangguhan Mental

Berdasarkan data hasil kategorisasi ketangguhan mental, dapat dilihat bahwa atlet yang memiliki ketangguhan mental dalam kategori tinggi sebanyak 16.5% atau

33 atlet, atlet yang memiliki ketangguhan mental kategori sedang sebanyak

72.5% atau 145 atlet, sementara atlet yang memiliki ketangguhan mental kategori rendah sebesar 11% atau 22 atlet. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa atlet yang memiliki ketangguhan mental dalam kategori sedang merupakan yang terbesar dengan 145 atlet atau 72.5% dari total subjek. Kategorisasi skor ketangguhan mental dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut:

Tabel 4.6 Kategorisasi Skor Ketangguhan Mental Kategorisasi N Persentase Tinggi 33 16.5% Sedang 145 72.5% Rendah 22 11%

80

4.3.2 Kategorisasi Skor Training & Instruction

Berdasarkan data hasil kategorisasi training & instruction, dapat dilihat bahwa atlet dengan persepsi aktual terhadap perilaku training & instruction pelatih dalam kategori tinggi sebanyak 14% atau 28 atlet, atlet dengan persepsi aktual terhadap perilaku training & instruction pelatih kategori sedang sebanyak 72.5% atau 145 atlet, sementara atlet dengan persepsi aktual terhadap perilaku training

& instruction pelatih kategori rendah sebesar 13.5% atau 27 atlet. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa atlet dengan persepsi aktual terhadap perilaku training & instruction pelatih dalam kategori sedang merupakan yang terbesar dengan 145 atlet atau 72.5% dari total subjek. Kategorisasi skor training & instruction dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut:

Tabel 4.7 Kategorisasi Skor Training & Instruction Kategorisasi N Persentase Tinggi 28 14% Sedang 145 72.5% Rendah 27 13.5%

4.3.3 Kategorisasi Skor Perilaku Demokratis

Berdasarkan data hasil kategorisasi perilaku demokratis, dapat dilihat bahwa atlet dengan persepsi aktual terhadap perilaku perilaku demokratis pelatih dalam kategori tinggi sebanyak 10.5% atau 21 atlet, atlet dengan persepsi aktual terhadap perilaku perilaku demokratis pelatih kategori sedang sebanyak 80% atau

160 atlet, sementara atlet dengan persepsi aktual terhadap perilaku perilaku demokratis pelatih kategori rendah sebesar 9.5% atau 19 atlet. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa atlet dengan persepsi aktual terhadap perilaku perilaku demokratis pelatih dalam kategori sedang merupakan yang terbesar dengan 160 81

atlet atau 80% dari total subjek. Kategorisasi skor perilaku demokratis dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut.

Tabel 4.8 Kategorisasi Skor Perilaku Demokratis Kategorisasi N Persentase Tinggi 21 10.5% Sedang 160 80% Rendah 19 9.5%

4.3.4 Kategorisasi Skor Perilaku Autokratis

Berdasarkan data hasil kategorisasi perilaku autokratis, dapat dilihat bahwa atlet dengan persepsi aktual terhadap perilaku perilaku autokratis pelatih dalam kategori tinggi sebanyak 7.5% atau 15 atlet, atlet dengan persepsi aktual terhadap perilaku perilaku autokratis pelatih kategori sedang sebanyak 85% atau 170 atlet, sementara atlet dengan persepsi aktual terhadap perilaku perilaku autokratis pelatih kategori rendah sebesar 7.5% atau 15 atlet. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa atlet dengan persepsi aktual terhadap perilaku perilaku autokratis pelatih dalam kategori sedang merupakan yang terbesar dengan 170 atlet atau 85% dari total subjek. Kategorisasi skor perilaku autokratis dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut:

Tabel 4.9 Kategorisasi Skor Perilaku Autokratis Kategorisasi N Persentase Tinggi 15 7.5% Sedang 170 85% Rendah 15 7.5%

4.3.5 Kategorisasi Skor Dukungan Sosial

Berdasarkan data hasil kategorisasi dukungan sosial, dapat dilihat bahwa atlet dengan persepsi aktual terhadap perilaku dukungan sosial pelatih dalam kategori tinggi sebanyak 15.5% atau 31 atlet, atlet dengan persepsi aktual terhadap 82

perilaku dukungan sosial pelatih kategori sedang sebanyak 69.5% atau 139 atlet, sementara atlet dengan persepsi aktual terhadap perilaku dukungan sosial pelatih kategori rendah sebesar 15% atau 30 atlet. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa atlet dengan persepsi aktual terhadap perilaku dukungan sosial pelatih dalam kategori sedang merupakan yang terbesar dengan 139 atlet atau 69.5% dari total subjek. Kategorisasi skor dukungan sosial dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut:

Tabel 4.10 Kategorisasi Skor Dukungan Sosial Kategorisasi N Persentase Tinggi 31 15.5% Sedang 139 69.5% Rendah 30 15%

4.3.6 Kategorisasi Skor Umpan Balik Positif

Berdasarkan data hasil kategorisasi umpan balik positif, dapat dilihat bahwa atlet dengan persepsi aktual terhadap perilaku umpan balik positif pelatih dalam kategori tinggi sebanyak 13% atau 26 atlet, atlet dengan persepsi aktual terhadap perilaku umpan balik positif pelatih kategori sedang sebanyak 74% atau 148 atlet, sementara atlet dengan persepsi aktual terhadap perilaku umpan balik positif pelatih kategori rendah sebesar 13% atau 26 atlet. Kategorisasi skor umpan balik positif dapat dilihat pada tabel 4.11 berikut:

Tabel 4.11 Kategorisasi Skor Umpan Balik Positif Kategorisasi N Persentase Tinggi 26 13% Sedang 148 74% Rendah 26 13% 83

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa atlet dengan persepsi aktual terhadap perilaku umpan balik positif pelatih dalam kategori sedang merupakan yang terbesar dengan 148 atlet atau 74% dari total subjek.

4.3.7 Kategorisasi Skor Kedekatan Emosional

Berdasarkan data hasil kategorisasi kedekatan emosional, dapat dilihat bahwa atlet yang memiliki hubungan kedekatan emosional dengan pelatih dalam kategori tinggi sebanyak 19.5% atau 39 atlet, atlet yang memiliki hubungan kedekatan emosional dengan pelatih kategori sedang sebanyak 70.5% atau 141 atlet, sementara atlet yang memiliki hubungan kedekatan emosional dengan pelatih kategori rendah sebesar 10% atau 20 atlet. Dapat disimpulkan bahwa atlet yang memiliki hubungan kedekatan emosional dengan pelatih dalam kategori sedang merupakan yang terbesar dengan 141 atlet atau 70.5% dari total subjek.

Kategorisasi skor kedekatan emosional dapat dilihat pada tabel 4.12 berikut:

Tabel 4.12 Kategorisasi Skor Kedekatan Emosional Kategorisasi N Persentase Tinggi 39 19.5% Sedang 141 70.5% Rendah 20 10%

4.3.8 Kategori Skor Komitmen

Berdasarkan data hasil kategorisasi komitmen, dapat dilihat bahwa atlet yang memiliki hubungan komitmen dengan pelatih dalam kategori tinggi sebanyak

15.5% atau 31 atlet, atlet yang memiliki hubungan komitmen dengan pelatih kategori sedang sebanyak 69.5% atau 139 atlet, sementara atlet yang memiliki hubungan komitmen dengan pelatih kategori rendah sebesar 15% atau 30 atlet.

Dapat disimpulkan bahwa atlet yang memiliki hubungan komitmen dengan 84

pelatih dalam kategori sedang merupakan yang terbesar dengan 139 atlet atau

69.5% dari total subjek. Kategorisasi skor komitmen dapat dilihat pada tabel 4.13 berikut:

Tabel 4.13 Kategorisasi Skor Komitmen Kategorisasi N Persentase Tinggi 31 15.5% Sedang 139 69.5% Rendah 30 15%

4.3.9 Kategori Skor Perilaku komplementer

Berdasarkan data hasil kategorisasi perilaku komplementer, dapat dilihat bahwa atlet yang memiliki hubungan perilaku komplementer dengan pelatih dalam kategori tinggi sebanyak 16.5% atau 33 atlet, atlet yang memiliki hubungan perilaku komplementer dengan pelatih kategori sedang sebanyak 73.5% atau 147 atlet, sementara atlet yang memiliki hubungan perilaku komplementer dengan pelatih kategori rendah sebesar 10% atau 20 atlet. Dapat disimpulkan bahwa atlet yang memiliki hubungan perilaku komplementer dengan pelatih dalam kategori sedang merupakan yang terbesar dengan 147 atlet atau 73.5% dari total subjek.

Kategorisasi skor perilaku komplementer akan dijelaskan pada tabel 4.14 sebagai berikut:

Tabel 4.14 Kategorisasi Skor Perilaku Komplementer Kategorisasi N Persentase Tinggi 33 16.5% Sedang 147 73.5% Rendah 20 10%

85

4.4 Uji Hipotesis Penelitian

4.4.1 Pengujian Hipotesis

Pada tahap ini peneliti menguji hipotesis dengan teknik analisis regresi berganda.

Dalam regresi ada 3 hal yang harus diperhatikan. Hal pertama adalah besaran R square untuk mengetahui berapa persentase (%) varians DV yang dijelaskan oleh

IV. Kedua, apakah secara keseluruhan IV berpengaruh secara signifikan terhadap

DV. Terakhir dengan melihat signifikan atau tidaknya koefisien regresi dari masing-masing IV.

Tabel 4.15 Model Summary R Std. Error of the Model R R Square Adjusted R Square Estimate 1 .732a .536 .516 6.72627 a. Predictors: (Constant), Perilaku Komplementer, Perilaku Autokratis, Perilaku Demokratis, Umpan Balik Positif, Dukungan Sosial, Komitmen, Training & Instruction, Kedekatan Emosional

Langkah pertama peneliti melihat besaran R square untuk mengetahui berapa persen (%) varians DV yang dijelaskan oleh IV. Dari tabel 4.15 dapat dilihat bahwa perolehan R square sebesar 0.536 atau 53,.6%. Artinya proporsi varians dari ketangguhan mental yang dijelaskan oleh semua independent variable sebesar 53.6%, sementara 46,4% sisanya dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian ini.

Pada tabel 4.16 dapat dilihat bahwa perolehan R square independent variable I yakni, Perilaku Kepemimpinan Pelatih (CLB) sebesar 0.275 atau

27,5%. Artinya proporsi varians dari ketangguhan mental yang dijelaskan oleh IV

I yakni CLB sebesar 27,5% sementara sisanya sebesar 26,1% merupakan pengaruh variabel IV II yaitu Hubungan Pelatih-Atlet. 86

Tabel 4.16 Model Summary R Independent Variable I & Independent Variable II Std. Error of the Model R R Square Adjusted R Square Estimate 1 .524a .275 .256 8.34246 2 .732b .536 .516 6.72627 a. Predictors: (Constant), Training & Instruction, Perilaku Autokratis, Perilaku Demokratis, Umpan Balik Positif, Dukungan Sosial. b. Predictors: (Constant), Training & Instruction, Perilaku Autokratis, Perilaku Demokratis, Umpan Balik Positif, Dukungan Sosial, Kedekatan Emosional, Komitmen, Perilaku Komplementer.

Langkah kedua peneliti menganalisis dampak dari seluruh independent variable terhadap ketangguhan mental. Adapun hasil uji F dapat dilihat pada tabel

4.17. Jika melihat kolom ke 6 dari kiri diketahui bahwa (p<0.05), maka hipotesis nihil yang menyatakan tidak ada pengaruh yang signifikan dari seluruh independent variable terhadap ketangguhan mental di tolak. Artinya, ada pengaruh yang signifikan dari training & instruction, perilaku demokratis, perilaku autokratis, dukungan sosial, umpan balik positif, kedekatan emosional, komitmen dan perilaku komplementer terhadap ketangguhan mental.

Tabel 4.17 Anova Pengaruh Seluruh IV Terhadap DV Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. a 1 Regression 9978.084 8 1247.260 27.568 .000 Residual 8641.366 191 45.243 Total 18619.450 199

Peneliti melakukan uji hipotesis (minor) untuk melihat koefisien regresi setiap independent variable. Jika nilai t >1.96 maka koefisien regresi tersebut signifikan yang berarti bahwa IV tersebut memiliki dampak yang signifikan terhadap ketangguhan mental. Adapun koefisien regresi masing-masing IV dapat dilihat pada tabel 4.18. 87

Untuk melihat signifikan atau tidaknya suatu koefisien yang dihasilkan,

maka cukup dengan melihat nilai sig pada kolom yang paling kanan, jika p<0.05,

maka koefisien regresi yang dihasilkan signifikan pengaruhnya terhadap

ketangguhan mental dan sebaliknya. Dari hasil tabel 4.18 dapat dilihat bahwa

hanya koefisien regresi komitmen dan perilaku komplementer yang berpengaruh

atau signifikan terhadap ketangguhan mental, sedangkan variabel lain tidak

signifikan.

Tabel 4.18 Koefisien Regresia Unstandardized Standardized Model Coefficients Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 11.292 4.436 2.546 .012 Training & Instruction .096 .099 .094 .963 .337 Perilaku Demokratis -.004 .070 -.004 -.060 .952 Perilaku Autokratis -.085 .059 -.075 -1.422 .157 Dukungan Sosial -.032 .105 -.029 -.306 .760 Umpan Balik Positif .052 .077 .047 .677 .499 Kedekatan Emosional .170 .117 .163 1.456 .147 Komitmen .255 .086 .241 2.974 .003* Perilaku Komplementer .322 .118 .310 2.730 .007* a. Dependent Variable: Ketangguhan Mental

Berdasarkan koefisien regresi di atas dapat dijelaskan persamaan regresi sebagai

berikut: (*signifikan)

Ketangguhan mental= 11.292 + (0.094) training and instruction + (-0.004)

perilaku demokratis + (-0.075) perilaku autokratis + (-0.029) dukungan

sosial + (0.047) umpan balik positif + (0.163) kedekatan emosional + (0.241)*

komitmen + (0.310)* perilaku komplementer + e 88

Berdasarkan tabel 4.18 maka dapat diartikan dari 8 hipotesis minor terdapat

2 variabel yang signifikan. Nilai koefisien regresi yang diperoleh masing-masing

IV akan dijelaskan di bawah ini.

1. Variabel Training & Instruction

Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.096 dengan signifikansi 0.377

(p>0,05), artinya variabel training & instruction tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ketangguhan mental.

2. Variabel Perilaku Demokratis

Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0.004 dengan signifikansi 0.952

(p>0,05), artinya variabel perilaku demokratis tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ketangguhan mental.

3. Variabel Perilaku Autokratis

Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0.085 dengan signifikansi 0.059

(p>0,05), artinya variabel perilaku autokratis tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ketangguhan mental.

4. Variabel Dukungan Sosial

Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0.032 dengan signifikansi 0.760

(p>0,05), artinya variabel dukungan sosial tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ketangguhan mental.

5. Variabel Umpan Balik Positif

Diperoleh nilai koesfisien regresi sebesar 0.052 dengan signifikansi 0.499

(p>0,05), artinya variabel umpan balik positif tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ketangguhan mental. 89

6. Variabel Kedekatan Emosional

Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.170 dengan signifikansi 0.147

(p>0,05), artinya variabel kedekatan emosional tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ketangguhan mental.

7. Variabel Komitmen

Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.255 dengan signifikansi 0.003

(p<0,05), variabel komitmen berpengaruh secara signifikan terhadap ketangguhan mental. Artinya semakin tinggi komitmen yang dimiliki seorang atlet terhadap pelatih, maka semakin tinggi pula ketangguhan mental atlet tersebut.

8. Variabel Perilaku Komplementer

Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.322 dengan signifikansi 0.007

(p<0,05), variabel perilaku komplementer berpengaruh secara signifikan terhadap ketangguhan mental. Artinya, semakin tinggi perilaku komplementer yang terjalin antara atlet dan pelatih, maka semakin tinggi pula ketangguhan mental atlet tersebut.

4.5 Pengujian Proporsi Varians Masing-Masing Independent Variable

Pada tahap ini peneliti ingin mengetahui bagaimana penambahan proporsi varians dari masing-masing independet variable terhadap ketangguhan mental. Pada tabel

4.19 kolom pertama merupakan IV yang dianalisis secara satu per satu. Kolom kedua merupakan penambahan varians DV dari tiap IV yang dianalisis satu per satu. Kolom ketiga merupakan nilai murni varians DV dari tiap IV yang dimasukkan secara satu per satu. Kolom keempat merupakan nilai F hitung bagi

IV yang bersangkutan, kolom df merupakan derajat bebas bagi IV yang terdiri 90

dari numerator dan denumerator. Kolom F tabel merupakan kolom mengenai nilai

IV pada tabel F dengan df yang telah ditentukan sebelumnya, nilai kolom inilah yang akan dibandingkan dengan kolom nilai F hitung. Apabila nilai F hitung lebih besar daripada F tabel, maka kolom selanjutnya merupakan kolom signifikansi yang akan dituliskan signifikan atau tidak signifikan. Besarnya proporsi varians pada ketangguhan mental dapat dilihat pada tabel 4.19.

Tabel 4.19 Proporsi Varians Untuk Masing-Masing Independent Variable Std. Change Statistics Adjusted Error of R Model F Sig. F R R the Square df1 df2 Change Change R Square Square Estimate Change a 1 .476 .227 .223 8.52636 .227 58.118 1 198 .000 2 .479b .230 .222 8.53310 .003 .687 1 197 .408 3 .491c .241 .229 8.49347 .011 2.843 1 196 .093 4 .522d .273 .258 8.33271 .032 8.636 1 195 .004 5 .524e .275 .256 8.34246 .002 .545 1 194 .461 6 .691f .477 .461 7.10332 .202 74.588 1 193 .000 7 .720g .518 .500 6.83840 .041 16.244 1 192 .000 8 .732h .536 .516 6.72627 .018 7.454 1 191 .007 a. Predictors: (Constant), Training & Instruction b. Predictors: (Constant), Training & Instruction, Perilaku Demokratis c. Predictors: (Constant), Training & Instruction, Perilaku Demokratis, Perilaku Autokratis d. Predictors: (Constant), Training & Instruction, Perilaku Demokratis, Perilaku Autokratis, Dukungan Sosial e. Predictors: (Constant), Training & Instruction, Perilaku Demokratis, Perilaku Autokratis, Dukungan Sosial, Umpan Balik Positif f. Predictors: (Constant), Training & Instruction, Perilaku Demokratis, Perilaku Autokratis, Dukungan Sosial, Umpan Balik Positif, Kedekatan Emosional g. Predictors: (Constant), Training & Instruction, Perilaku Demokratis, Perilaku Autokratis, Dukungan Sosial, Umpan Balik Positif, Kedekatan Emosional, Komitmen h. Predictors: (Constant), Training & Instruction, Perilaku Demokratis, Perilaku Autokratis, Dukungan Sosial, Umpan Balik Positif, Kedekatan Emosional, Komitmen, Perilaku Komplementer

Berdasarkan data yang ditampilkan pada tabel 4.19 dapat dijelaskan bahwa:

1. Variabel training & instruction memberikan sumbangan sebesar 22.7%

dalam varians ketangguhan mental. Sumbangan tersebut signifikan

dengan F= 58.118 dan df= 1.198. 91

2. Variabel perilaku demokratis memberikan sumbangan sebesar 0.3%

dalam varians ketangguhan mental. Sumbangan tersebut tidak signifikan

dengan F= 0.687 dan df= 1.197

3. Variabel perilaku autokratis memberikan sumbangan sebesar 1.1% dalam

varians ketangguhan mental. Sumbangan tersebut tidak signifikan dengan

F= 2.843 dan df= 1.196.

4. Variabel dukungan sosial memberikan sumbangan sebesar 3.2% dalam

varians ketangguhan mental. Sumbangan tersebut signifikan dengan F=

8.636 dan df= 1.195.

5. Variabel umpan balik positif memberikan sumbangan sebesar 0.2% dalam

varians ketangguhan mental. Sumbangan tersebut tidak signifikan dengan

F= 0.545 dan df= 1.194

6. Variabel kedekatan emosional memberikan sumbangan sebesar 20.2%

dalam varians ketangguhan mental. Sumbangan tersebut signifikan

dengan F= 70.588 dan df= 1.193.

7. Variabel komitmen memberikan sumbangan sebesar 4.1 % dalam varians

ketangguhan mental. Sumbangan tersebut signifikan dengan F= 16.244

dan df= 1.192.

8. Variabel perilaku komplementer memberikan sumbangan sebesar 1.8%

dalam varians ketangguhan mental. Sumbangan tersebut signifikan

dengan F= 7.454 dan df= 1.191.

Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa dari delapan IV yaitu training & instruction, perilaku demokratis, perilaku autokratis, dukungan sosial, 92

umpan balik positif, kedekatan emosional, komitmen dan perilaku komplementer, hanya tiga IV yang tidak signifikan sumbangannya terhadap ketangguhan mental yaitu variabel perilaku demokratis, perilaku autokratis, dan umpan balik positif.

Sementara lima variabel sisanya memiliki sumbangan signifikan. Dengan melihat besaran pertambahan R2 yang dihasilkan setiap penambahan IV (sumbangan proporsi varians yang diberikan), dari delapan IV tersebut, maka dapat diukur variabel mana memberikan sumbangan paling besar terhadap DV. Hal tersebut dapat diketahui dengan melihat nilai R2 change. Semakin besar nilai R2 change maka semakin besar nilai sumbangan yang diberikan terhadap DV.

Berdasarkan tabel 4.19 maka dapat disusun urutan IV yang secara signifikan memberikan sumbangan dalam varian DV dari yang terkecil hingga terbesar . Variabel dengan sumbangan terkecil adalah variabel perilaku komplementer dengan R2 change sebesar 1.8%, kemudian variabel dukungan sosial dengan R2 change sebesar 3.2%, disusul oleh variabel komitmen dengan R2 change 4.1 %, lalu variabel kedekatan emosional dengan R2 change sebesar

20.2% dan terbesar adalah variabel training & instruction dengan R2 change sebesar 22.7%. Variabel Perilaku Kepemimpinan Pelatih memiliki kontribusi pengaruh terhadap Ketangguhan Mental sebesar 27.5% sementara variabel

Hubungan Pelatih-Atlet memiliki kontribusi sebesar 26.1%.

BAB V

KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

Pada bab lima ini akan diuraikan mengenai kesimpulan hasil penelitian, diskusi tentang hasil penelitian serta saran praktis dan saran teoritis untuk penelitian selanjutnya.

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil uji hipotesis, maka diperoleh kesimpulan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dan positif perilaku kepemimpinan pelatih dan hubungan pelatih-atlet terhadap ketangguhan mental atlet sepakbola. Hal tersebut ditunjukkan dari hasil uji F yang menguji seluruh independent variable terhadap dependent variable.

Setelah melakukan uji hipotesis dari masing-masing koefisien regresi terhadap dependent variabel, maka hanya diperoleh dua koefisien regresi yang memiliki pengaruh signifikan terhadap ketangguhan mental, yaitu variabel komitmen dan perilaku komplementer.

Dengan melihat proporsi varians masing-masing variabel bebas terhadap ketangguhan mental maka terdapat lima variabel yang memiliki sumbangan yang signifikan dan positif, yaitu variabel training and instruction, variabel dukungan sosial, variabel kedekatan emosional, variabel komitmen dan variabel perilaku komplementer.

5.2. Diskusi

Ketangguhan mental merupakan konstruk psikologi yang integral dengan performance excellence seorang atlet (Gould, Hodge, Peterson, & Petlichkoff

93 94

dalam Gucciardi et.al., 2009a). Performance excellence yang diraih atlet dalam berbagai tingkat khususnya kategori elit, merupakan hasil dari proses pengembangan ketangguhan mental atlet yang panjang melibatkan berbagai faktor, salah satu diantaranya yaitu faktor pelatih (Connaughton,Wadey, Hanton,

& Jones, 2008). Connaughton et.al. (2008) mejelaskan efektifitas kepemimpinan seorang pelatih berpengaruh pada tahap awal pengembangan ketangguhan mental atlet.

Penelitian yang dilakukan oleh Bull et.al. (2005) dan Thewell et.al. (2005) menjelaskan perilaku pelatih yang muncul merupakan pendekatan secara tidak langsung dalam proses pengembangan ketangguhan mental atlet. Pendekatan ini dilakukan dengan menciptakan lingkungan latihan yang penuh dengan peluang untuk berkembang bagi atlet dari sisi karakter, sikap dan pemikiran. Meski terdapat perbedaan pendekatan, hasil penelitian ini mengkonfirmasi bahwa perilaku kepemimpinan pelatih memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ketangguhan mental atlet.

Perbedaan penelitian terletak pada pendekatan perilaku pelatih. Dalam penelitian ini perilaku pelatih yang dikaji merupakan perilaku seorang pelatih yang secara konsisten muncul dalam latihan atau pertandingan (Cox, 2012).

Sementara penelitian Bull et.al (2005) dan Thewell et.al (2005) merupakan perilaku pelatih yang bersifat situasional yang disesuaikan dengan program.

Dimana berhasil atau tidaknya sebuah program pengembangan turut dipengaruhi faktor kepemimpinan pelatih (Weinberg et.al., 2011; Amorose & Horn, 2000; 95

Burke, Stagl, Klein, Goodwin, Salas & Halpin, 2006). Selain itu, hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Crust dan Azadi (2008).

Kajian pustaka penelitian terdahulu yang dilakukan, secara umum tidak dijelaskan secara mendalam bagaimana hubungan pelatih-atlet berpengaruh dalam mengembangkan ketangguhan mental atlet. Secara umum, penelitian umum berfokus pada pengembangan teoritis hubungan pelatih-atlet (Jowett &

Ntoumanis, 2002; Jowett & Wylleman, 2005; Jowett, 2009; Jowett, 2009a;

Mageau & Vallerand, 2003; Yang & Jowett, 2011). Sementara penelitian lain mengkaji hubungan pelatih-atlet sebagai faktor penyebab dari kohesivitas sebuah tim (Jowett & Chaundy, 2004).

Penelitian yang dilakukan oleh Lyle dalam Jowett & Cockerill (2002) menjelaskan bahwa hubungan pelatih-atlet dalam proses latihan memiliki kontribusi positif terhadap keberhasilan pengembangan potensi psikologis dan fisik atlet. Namun, tidak dijelaskan secara mendetail potensi psikologis yang dimaksud. Dengan memaknai potensi psikologis tersebut sebagai ketangguhan mental, maka dalam penelitian ini hubungan pelatih-atlet memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ketangguhan mental.

Berdasarkan pengujian hipotesis (minor) yang dilakukan, hanya terdapat dua variabel yang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ketangguhan mental. Variabel tersebut adalah komitmen dan perilaku komplementer yang merupakan dimensi variabel hubungan pelatih-atlet. Variabel lain diluar kedua variabel tersebut tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ketangguhan mental. 96

Hasil penelitian dari variabel hubungan pelatih-atlet, menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan pada dimensi komitmen terhadap ketangguhan mental. Berdasarkan tabel 4.17, koefisien regresi komitmen memiliki besaran yang bernilai positif. Artinya, semakin tinggi hubungan komitmen atlet dengan pelatih maka semakin tinggi ketangguhan mental yang dimiliki. Dengan hubungan komitmen, pelatih dan atlet saling berbagi pengetahuan dan pemahaman yang bertujuan saling memahami diantara keduanya dengan landasan belief, values dan tujuan yang serupa (Jowett, 2003; Jowett & Cockerill, 2003). Dengan demikian pelatih memiliki kemampuan untuk memahami dan mengembangkan kondisi psikologis secara efektif dan sesuai. Peneliti dapat mengatakan bahwa atlet yang memiliki nilai komitmen yang tergolong rendah akan sulit untuk memiliki ketangguhan mental yang tinggi karena terdapat perbedaan landasan belief, values dan tujuan. Misalnya atlet menolak mengikuti suatu sesi latihan karena merasa hal tersebut tidak relevan dengan nilai atau tujuan yang dimilikinya.

Hasil penelitian lain dari variabel hubungan pelatih-atlet, menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan pada dimensi perilaku komplementer terhadap ketangguhan mental. Berdasarkan tabel 4.16, koefisien regresi perilaku komplementer memiliki besaran yang bernilai positif. Artinya, semakin tinggi hubungan perilaku komplementer atlet dengan pelatih maka semakin tinggi ketangguhan mental yang dimiliki. Semakin tinggi kebutuhan atlet terhadap pelatih atau sebaliknya dalam sebuah kegiatan yang sama (misalnya latihan) maka semakin tinggi ketangguhan mental atlet yang ditandai dengan prinsip “give and take” (Jowett, 2003). 97

Berdasarkan pengujian hipotesis (minor) yang dilakukan, terdapat enam variabel yang tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ketangguhan mental.

Variabel tersebut diantaranya kedekatan emosional yang merupakan dimensi variabel hubungan pelatih-atlet. Sementara training & instruction, perilaku demokratis, perilaku autokratis, dukungan sosial, umpan balik positif merupakan dimensi variabel perilaku kepemimpinan atlet.

Koefisien regresi yang tidak signifikan dalam penelitian ini dikarenakan beberapa hal yang merupakan asumsi peneliti antara lain: (1) karakteristik sampel yang berbeda. Secara umum, penelitian ketangguhan mental yang dilakukan menggunakan sampel atlet elit (misalnya Thewell et.al, 2005; Jones, 2002;

Gucciardi et.al, 2008). (2) Meski belum di uji secara statistik, terdapat kecenderungan sampel untuk menjawab secara normatif sehingga data yang diperoleh cenderung kurang representatif. (3) Dengan jumlah item didrop cukup banyak ketika uji validitas konstruk, maka secara tidak langsung turut mempengaruhi hasil penelitian. (4) Minimnya penelitian terdahulu yang menghubungkan antara variabel hubungan pelatih-atlet dan variabel perilaku kepemimpinan pelatih dengan ketangguhan mental menyebabkan penelitian ini terbatas secara kajian literatur. (5) Adanya individual difference setiap atlet sehingga memiliki penilaian yang berbeda terhadap hubungan pelatih-atlet dan perilaku kepemimpinan pelatih. Variabel penelitian yang tidak signifikan antara lain variabel training & instruction, perilaku demokratis, perilaku autokratis, dukungan sosial, dan umpan balik positif yang merupakan dimensi dari variabel 98

perilaku kepemimpinan pelatih. Sementara kedekatan emosional merupakan dimensi dari variabel hubungan pelatih-atlet.

Dalam penelitian ini, dimensi training & instruction tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ketangguhan mental. Berdasarkan tabel 4.16, dimensi ini memiliki nilai koefisien regresi yang bernilai positif. Hal ini berarti training & instruction mempengaruhi ketangguhan mental secara positif namun tidak signifikan. Dengan demikian, semakin tinggi persepsi aktual atlet terhadap perilaku training & instruction pelatih maka semakin tinggi pula ketangguhan mental atlet tersebut. Hal ini sedikit berbeda dengan penelitian Crust dan Azadi

(2008) yang menemukan training & instruction memiliki pengaruh yang signifikan dan positif.

Variabel perilaku demokratis, perilaku autokratis, dan dukungan sosial memiliki pengaruh yang tidak signifikan dan bernilai negatif. Hal ini sesuai dengan penelitian penelitian Crust dan Azadi (2008) dengan hasil yang sama.

Sementara variabel umpan balik positif memiliki nilai positif meski tidak memiliki pengaruh terhadap ketangguhan mental. Variabel kedekatan emosional dalam penelitian ini memiliki pengaruh yang tidak signifikan dengan nilai yang positif. Keterbatasan jumlah penelitian terdahulu membuat perbandingan dengan penelitian ini untuk dilakukan.

Berdasarkan kategorisasi hasil penelitian ini, mayoritas atlet memiliki tingkat ketangguhan mental pada level rendah, yang artinya sebagian besar atlet memiliki ketangguhan mental atau mental bertanding yang lemah ketika menjalani aktivitas di klub sepakbola. Jumlah atlet yang memiliki ketangguhan 99

mental tinggi hampir mendekati jumlah mayoritas sampel. Sedangkan, sebagian kecil dari atlet memiliki ketangguhan mental pada tingkat sangat tinggi dan sangat rendah. Hal ini dapat berarti bahwa atlet sepakbola dengan ketangguhan mental yang lemah berdampak pada penurunan prestasi klub sepakbola, dimana faktor perilaku kepemimpinan pelatih yang berupa perilaku pelatih yang konsisten dan hubungan pelatih-atlet yang terjalin belum mampu untuk meningkatkan ketangguhan mental atlet sepakbola.

5.3. Saran

5.3.1. Saran Teoritis

1. Berdasarkan hasil analisis regresi, sumbangan efektif dari hasil penelitian

pada variabel coach leadership behavior dan hubungan pelatih-atlet terhadap

ketangguhan mental menunjukkan pengaruh secara keseluruhan sebesar

53.6% dan selebihnya dipengaruhi oleh variabel lain. Untuk penelitian

selanjutnya disarankan agar melakukan penelitian untuk menguji faktor lain

yang mempengaruhi ketangguhan mental seperti optimisme (Nicholls et al,

2009), goal profile (Kuan & Roy, 2007) atau youth experience (Jones &

Parker, 2013). Dengan mempertimbangkan variabel tersebut, diharapkan

penelitian selanjutnya akan lebih menyempurnakan hasil dalam penelitian ini.

2. Sampel dalam penelitian ini mayoritas berstatus amatir dengan jumlah 102

atlet atau 51% dari total sampel. Selain itu, sampel penelitian ini mayoritas

masih remaja. Disarankan agar penelitian selanjutnya merubah karakteristik

sampel yang digunakan, misalnya sampel yang digunakan yaitu atlet elit

Indonesia yang telah bermain pada tingkat internasional atau divisi tertinggi 100

sebuah liga dan telah memasuki usia dewasa. Penyesuaian karakteristik

sampel diharapkan akan memberikan data yang lebih representatif.

3. Berdasarkan hasil uji validitas konstruk ketangguhan mental, ditemukan

bahwa 28 dari 48 item yang digunakan dalam penelitian ini tidak valid (t <

1,96 dan factor loading <0,63). Peneliti berasumsi, hal disebabkan

penerjemahan item yang kurang baik sehingga menyebabkan kesalahan

dalam memperoleh data. Peneliti menyarankan dalam penelitian selanjutnya

untuk melakukan pilot study pada responden yang akan diteliti dan

menganalisa dengan bertanya langsung apakah kalimat yang digunakan

dalam alat ukur tersebut mudah dipahami atau tidak.

4. Hasil temuan yang menyatakan ketangguhan mental dipengaruhi oleh

perilaku kepemimpinan pelatih dan hubungan pelatih-atlet cukup

menjelaskan bahwa kedua IV merupakan variabel causal. Sehingga, peneliti

menyarankan agar variabel ketangguhan mental dalam penelitian selanjutnya

digunakan sebagai independent variable. Hal ini bertujuan agar dapat melihat

besaran pengaruh yang mampu diberikan ketangguhan mental sebagai IV.

Peneliti menyarankan sport performance (Newland, 2009) sebagai dependent

variable yang dipengaruhi ketangguhan mental.

5.3.2. Saran Praktis

1. Mempertimbangkan kesimpulan penelitian ini yang menunjukkan bahwa

perilaku kepemimpinan pelatih dan hubungan pelatih-atlet berpengaruh

secara signifikan (p<0.05) terhadap ketangguhan mental atlet. Seorang

pelatih disarankan untuk mengembangkan kepemimpinan sebagai pelatih dan 101

mengembangkan kemampuan interpersonal dalam membangun hubungan

dengan atlet.

2. Hasil penelitian menunjukkan variabel perilaku demokratis dan perilaku

autokratis tidak berpengaruh secara signifikan (p>0.05) terhadap

ketangguhan mental atlet. Hal ini dapat menjadi indikasi bahwa pelatih harus

memiliki ketegasan dalam memilih pendekatan yang akan digunakan sebagai

gaya melatih.

3. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 145 atlet atau 72.5% dari total

populasi atlet memiliki ketangguhan mental pada kategorisasi sedang. Untuk

itu, peneliti menyarankan pihak klub sepakbola agar lebih memperhatikan

faktor yang dapat meningkatkan ketangguhan mental pada atlet sepakbola.

Peneliti menyarankan klub untuk memberikan program pelatihan mental

training bagi atlet sepakbola yang berlatih di klub tersebut. Melalui program

ini diharapkan para atlet sepakbola memiliki mental bertanding yang tangguh

dan memiliki daya tahan yang baik dalam menghadapi segala tekanan dan

tantangan yang akan dihadapi.

4. Mempertimbangkan hasil uji regresi yang menunjukkan bahwa komitmen

dan perilaku komplementer berpengaruh secara signifikan (p<0.05) terhadap

ketangguhan mental atlet. Pelatih disarankan untuk membangun sebuah

hubungan interpersonal yang berorientasi jangka panjang dengan pemain. DAFTAR PUSTAKA

Amorose, J.A., & Horn, S.T. (2000). Intrinsic motivation: relationships with collegiate athletes’ gender, scholarship status, and perceptions of their coaches behavior. Journal Of Sport & Exercise Psychology, 22, 63–84.

Asamoah, Benjamin. (2013). The role of mental toughness, psychological skills and team cohesion in soccer performance. Thesis. Department of Sport Science, Faculty of Education at Stellenbosch University.

Barrow, C. Jeffrey, (1977). The variables of leadership: a review and conceptual framework. The Academy Of Management Review, 2, 231–251.

Bull, S., Shambrook, C., James, W., & Brooks, J. (2005). Towards an understanding of mental toughness in elite english cricketers. Journal Of Applied Sport Psychology, 1, 209–227

Bridgewater, S. (2010). Football management. New York: Palgrave Macmillan.

Burke, C.S., Stagl, K.C., Klein, C., Goodwin, G.F., Salas, E. & Halpin, S.M. (2006). What type of leadership behaviors are functional in teams? A meta-analysis. The Leadership Quarterly, 17, 288–307.

Cardinal, J.S. (1998). Effects of coach interactions on college soccer players' behavior and perception. Thesis. San Jose State University.

Chelladurai, P., & Saleh, S.D. (1980). Dimension of leader behavior in sports: development of a leadership scale. Journal Of Sport Psychology, 2, 34– 45.

Chelladurai, P. (2012). Leadership in sports. dalam Tenenbaum, G., & Eklund, C.R. (Eds), Handbook Of Sport Psychology (H. 113 – 135). New Jersey : John Wiley & Sons, Inc.

Chelladurai, P. (2012). Models and measurement of leadership in sport. dalam Tenenbaum, G., Eklund, C.R., Kamata, A. (Eds), Measurement In Sport And Exercise Psychology. Human Kinetics.

Clough, P. J., & Earle, K., (2000). Mental toughness questionnaire (MT48) – Technical Manual. Connaughton, D., & Hanton, S. (2009). Mental toughness in sport. Dalam Mellalieu, S.D., & Hanton, S. (Eds), advances in applied sport psychology: a review (p. 317–346). New York: Routledge.

Connaughton, D., Wadey, R., Hanton, S., & Jones, G. (2008). The development and maintenance of mental toughness: Perceptions of elite performers. Journal of Sport Sciences, 26, 83–95.

Cox, H.R. (2012). Sport psychology: concepts and applications. New York: Mcgraw-Hill.

Crust, L., & Azadi, K. (2008). Leadership preferences of mentally tough athletes. Personality and Individual Differences, 47, 326–330

Fauzee, M.S.O., Saputra, Y.H., Samad, N., Gheimi, Z., Asmuni, M.N., & Johar, M. (2012). Mental toughness among footballers: A case study. International Journal of Academic Research in Business and Social Sciences, 2, 639-658.

Fletcher, Scott. (2006). The final hour: coach-athlete interactions immediately prior to performance in basketball. Thesis. Victoria University.

Golby, J., Sheard, M. (2003). Mental toughness and hardiness at different levels of rugby league. Personality And Individual Differences, 37, 933–942.

Gucciardi, D., Gordon, S., Dimmock, J.A. (2008). Towards an understanding of mental toughness in australian football. Journal Of Applied Sport Psychology, 20, 261 – 281.

Gucciardi, D., Gordon, S, Dimmock, J A. (2009). Development and preliminary validation of a mental toughness inventory for australian football. Psychology Of Sport And Exercise, 10, 201 – 209.

Gucciardi, D., Gordon, S, Dimmock, J A. (2009a). Evaluation of a mental toughness training program for youth-aged australian footballers: i. A quantitative analysis. Journal of applied sport psychology, 21, 307–323

Gunarsa, S.D. (2004). Psikologi olahraga prestasi. Jakarta. Gunung Mulia.

Harrington, D. (2009). Confirmatory factor analysis. Oxford: Wadsworth.

Jones, G. (2002). What is this thing called mental toughness? An investigation of elite sport performers. Journal Of Applied Sport Psychology, 14, 205-218. Jones, G., Hanton, S. & Connaughton, D. (2007). A framework of mental toughness in the world’s best performers. The Sport Psychologist, 2007, 21, 243-264.

Jowett, S. & Cockerill, I. (2002). dalam Cockerill, I. (2002), solution in sport psychology. London : Thompson Learning.

Jowett, S. & Ntounamis, N. (2002). The coach – athlete relationship questionnaire (CART–Q): development and initial validation. Scandinavian Journal Of Medicine & Science In Sports.

Jowett, S. (2003). When the “honeymoon” is over: a case study of a coach-athlete dyad in crisis. The Sport Psychologist, 17, 444 – 460.

Jowett, S. & Carter, D.C. (2006). Perception of empathic accuracy and assumed similarity in the coach-athlete relationship. British Journal of Social Psychology, 45, 617-637.

Jowett, S. & Cockerill, I. (2003). Olympic medallists’ perspective of the althlete– coach relationship. Psychology Of Sport And Exercise, 4, 313 – 331.

Jowett, S. & Chaundy, V. (2004). An investigation into the impact of coach leadership and coach–athlete relationship on group cohesion. Group Dynamics: Theory, Research, and Practice, 8, 302–311.

Jowett, S., & Wylleman P. (2005). Interpersonal relationships in sport and exercise settings: crossing the chasm. Psychology of Sport and Exercise, 7, 119–123.

Jowett, S. (2009). Validating coach-athlete relationship measures with the nomological network. Measurement In Physical Education And Exercise Science, 13, 34 – 51.

Jowett, Sophia (2009a). Factor structure and criterion-related validity of the metaperspective version of the coach–athlete relationship questionnaire (CART-Q). Group Dynamics: Theory, Research, and Practice, 13, 163– 177.

Kobasa, S.C. (1979). Stressful life events, personality, and health: an inquiry into hardiness. Journal of Personality and Social Psychology, 37, 1-11.

Kobasa, S.C., Maddi, S.R., Kahn, S. (1982). Hardiness and health: a prospective study. Journal of Personality and Social Psychology, 42, 168-177. Kumar, R. (1999). Research methodology. London: Sage Publication.

Lestari, Nia. (2014). Komunikasi personal.

Maddi, S.R. (1999). The personality construct of hardiness: Effects on experiencing, coping, and strain. Consulting Psychology Journal: Practice and Research, 51, 83-94.

Mageau, G. A., & Vallerand, R. J. (2003). The coach–athlete relationship: a motivational model. Journal of Sport Sciences, 21, 883-904.

Middleton, S., Marsh, H., Martin, A. Richards, G. & Perry, C. (2004). Discovering mental toughness: a qualitative study of mental toughness in elite athletes [R]. Paper Presented At The 3rd International Biennial Self Research Conference, Berlin, Germany.

Middleton, S. C., Marsh, H. W., Martin, A. J., Richards, G. E., Savis, J., Perry, C., Et Al. (2004a). The psychological performance inventory: is the mental toughness test enough?. Paper Presented At Nzare Aare, Auckland, New Zealand.

Newland, Aubrey. (2009). The relationship between mental toughness and performance in collegiate basketball players. Thesis. Departement Of Kinesiology At Western Illinois University.

Nicholls, A., Polman, R., Levy, A., & Backhouse, S. (2009). Mental toughness in sport: achievement level, gender, age, experience, and sport type differences. Personality And Individual Differences, 47, 73 – 75.

Nizam, A.M., Fauzee, M.S.O., Samah, B.A. (2009). The affect of higher score of mental toughness in the early stage of the league towards winning among malaysian football players. Research Journal Of Internatıonal Studıes, 12, 67 – 78.

Pedhazur, E.J. (1997). Multiple regression in behavioral research: explanation and prediction. USA: Wadsworth-Thomson Learning.

Satiadarma, M. (2000). Dasar – dasar psikologi olahraga. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Thewell, R. , Weston, N., & Greenlees, I. (2005). Defining and understanding mental toughness within soccer. Journal Of Applied Psychology, 17, 326- 332. Thompson, Bruce. (2004). Exploratory and confirmatory factor analysis: understanding concepts and applications. Washington DC: American Psychological Association.

Weinberg, R., Butt, R., & Culp, B. (2011). Coaches views of mental toughness and how it is built. International Journal Of Sport And Exercise Pssychology, 9, 156 – 172.

Yang, S. X., & Jowett, S., (2011) Psychometric properties of the Coach-Athlete Relationship Questionnaire (CART-Q) in seven countries. Psychology of Sport and Exercise, 13, 36-43

Sumber Internet

Afroni, Donny (2012). Widodo C Putro: Mental Bertanding Timnas U-21 Masih Kurang. Diakses Tanggal 7 Desember 2013 dari Http://Www.Goal.Com/Id-Id

BBC Sport, Benitez stunned by epic comeback. Diakses Tanggal 4 November 2012 dari http://news.bbc.co.uk

Dewabrata, A. Wisnu (2012). Olahraga Tak Cuma Melatih Fisik, Tapi Juga Mental. Diakses Tanggal 4 November 2012 dari Http://Bola.Kompas.Com

Wenger, A. (2011). Uefa Grassroot Day Wenger’s Key Player Traits. Diunduh Tanggal 21 Januari 2014 Dari Http://Uefa.Com

Vince Lombardi Quotes (2010). Diakses Pada 4 November 2012 dari Http://Www.Vincelombardi.Com

Indonesian Clubs In Asian Football. Diakses Pada 7 Desember 2013 dari Http://En.Wikipedia.Org Lampiran 2 Kuesioner Penelitian

No. Reg: S…

KUESIONER PENELITIAN

INFORM CONSENT

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Salam Sejahtera

Dengan hormat, Saya Syahrida Syahrul, merupakan mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, yang saat ini sedang melakukan penelitian dalam rangka penyusunan skripsi. Adapun penelitian ini mengambil topik psikologi olahraga.

Saya mengharapkan kesediaan saudara untuk berpartisipasi dalam penelitian saya dengan menjadi responden. Saudara diharapkan memberikan informasi yang dibutuhkan dengan mengisi kuesioner yang terlampir. Tidak ada jawaban salah atau benar. Adapun informasi atau data yang saudara berikan akan sangat bermanfaat bagi penelitian dan dijaga kerahasiaannya. Setelah mengisi pastikan semua pernyataan telah dijawab dan tidak ada yang terlewati.

Atas bantuan dan kerjasama saudara dalam mengisi kuesioner ini, saya ucapkan terima kasih.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Hormat saya,

Syahrida Syahrul

1

PERNYATAAN PERSETUJUAN PARTISIPASI

Dengan ini saya secara sukarela menyatakan bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian ini : (WAJIB DIISI)

Nama (Inisial) :

Usia :

Profesi saat ini : Pelajar/Mahasiswa Karyawan

: (Lainnya) tuliskan ……………………

Berlatih sepakbola sejak tahun: ….

Status pemain : Pemula Amatir Semi-profesional

Profesional

Prestasi tertinggi tingkat :

Universitas Lokal Regional Nasional

Internasional

Jumlah waktu latihan :

2X Seminggu 4X Seminggu >4X Seminggu Lainnya : …

TTD Partisipan,

( )

2

Bagian I Baca dan pahami dengan seksama setiap pernyataan yang diberikan. Saudara diminta untuk mengemukakan apakah pernyataan tersebut sesuai dengan diri saudara, dengan cara memberikan Checklist ( √ ) pada salah satu kolom pilihan jawaban yang tersedia.

Adapun kolom pilihan jawaban yang tersedia sebagai berikut : SS = Bila saudara Sangat Sesuai dengan pernyataan tersebut. S = Bila saudara Sesuai dengan pernyataan tersebut. TS = Bila saudara Tidak Sesuai dengan pernyataan tersebut. STS = Bila saudara Sangat Tidak Sesuai dengan pernyataan tersebut.

Contoh : No. PERNYATAAN SS S TS STS 1. Saya senang bermain sepakbola √

No. PERNYATAAN SS S TS STS 1. Saya senang dengan pelatih saat ini. Saya memiliki komitmen terhadap program latihan dari 2. pelatih. 3. Saya merasa nyaman dengan pelatih saat ini. 4. Saya mempercayai pelatih. Saya mendukung setiap usaha pelatih dalam meningkatkan 5. kemampuan pemain. 6. Saya bersikap ramah kepada pelatih. 7. Saya menghormati pelatih. Saya menghargai pengorbanan yang dilakukan pelatih untuk 8. meningkatkan performance tim. 9. Saya akrab dengan pelatih. Saya berfikir bahwa karir saya sebagai pemain cukup 10. menjanjikan dengan pelatih saat ini. 11. Saya siap melakukan yang terbaik.

3

 Saya merasa …

No. PERNYATAAN SS S TS STS Pelatih memiliki komitmen terhadap pengembangan 1. kemampuan saya. 2. Pelatih menghormati saya. 3. Pelatih siap melakukan yang terbaik. 4. Pelatih senang karena saya berada di dalam tim. 5. Pelatih akrab dengan saya. 6. Pelatih bersikap ramah kepada saya. Pelatih menghargai pengorbanan yang saya lakukan dalam 7. meningkatkan performance. 8. Pelatih merupakan orang yang menyenangkan. 9. Pelatih mempercayai saya. Pelatih percaya bahwa karirnya sebagai pelatih cukup 10. menjanjikan bersama saya. Pelatih mendukung setiap usaha saya untuk menjadi lebih 11. baik.

Bagian II

Baca dan pahami dengan seksama setiap pernyataan yang diberikan. Saudara diminta untuk mengemukakan apakah pernyataan tersebut sesuai dengan diri saudara, dengan cara memberikan Checklist ( √ ) pada salah satu kolom pilihan jawaban yang tersedia.

No. PERNYATAAN SS S TS STS 1. Saya percaya pada kemampuan fisik yang saya miliki. 2. Saya menyadari peranan saya dalam tim. 3. Saat bertanding, saya mudah kehilangan fokus. 4. Saya memahami peraturan pertandingan secara utuh. 5. Saya dapat bertahan dalam situasi apapun. 6. Saya mampu memahami tekanan media. 7. Disiplin merupakan kunci dalam mencapai keberhasilan. Pengorbanan merupakan sesuatu yang harus dilakukan untuk 8. mencapai kesuksesan.

4

No. PERNYATAAN SS S TS STS Semakin tertekan, saya semakin tidak mampu 9. menampilkan kemampuan terbaik saya. 10. Saya memahami tanggung jawab saya dalam tim. Saat menghadapi suatu tantangan kadang saya mudah 11. menyerah. 12. Saya ingin berkontribusi untuk kesuksesan tim.

13. Bagi saya, tekanan dan hambatan merupakan tantangan yang harus dihadapi. Sebagai pemain, penting bagi saya untuk berpegang teguh 14. pada prinsip. Meski kelelahan, saya tetap berusaha menampilkan yang 15. terbaik dalam berlatih dan bertanding. Sebagai seorang atlet, penting bagi saya untuk memiliki visi 16. yang jelas. 17. Menurut saya, setiap atlet penting untuk memiliki daya saing. Saya mengorbankan banyak hal untuk kesuksesan pribadi dan 18. tim.

19. Saya tetap berusaha memberikan yang terbaik meskipun dalam keadaan cedera. Skor pertandingan yang sama kuat membuat saya 20. frustasi. 21. Menyerah bukan pilihan bagi saya. 22. Saya bertanggung jawab atas setiap perbuatan saya. 23. Keputusan wasit membuat saya bereaksi negatif. Memahami aturan pertandingan membuat saya lebih berhati- 24. hati ketika bertanding. Saya mampu mempertahankan konsentrasi dalam sebuah 25. pertandingan. Bila saya mengabaikan tanggung jawab dalam pertandingan, 26. maka akan berpengaruh terhadap tim. Saya berlatih dengan jadwal yang teratur demi kesuksesan 27. karir saya. 28. Penting bagi saya untuk memiliki disiplin dalam keseharian.

5

No. PERNYATAAN SS S TS STS 29. Kemampuan fisik saya membuat saya percaya diri. 30. Saya rela berkorban apapun demi mencapai kesuksesan. 31. Saya yakin dapat tetap kuat dalam situasi tertekan. Berhadapan dengan fans merupakan tekanan yang harus saya 32. hadapi sehari-hari. Saya tetap mampu menampilkan skill yang saya miliki dalam 33. situasi sulit. Meraih gelar juara bersama tim lebih utama dari sekedar 34. mengejar ambisi pribadi seperti menjadi top scorer. Setiap tekanan yang saya alami merupakan ujian atas 35. kemampuan saya. 36. Saya memiliki prinsip hidup yang positif. 37. Saya memilih pasrah ketika mengalami kegagalan. 38. Saya bangga menjadi bagian dari kesuksesan tim. 39. Saya bersaing untuk tetap menjadi yang terbaik. 40. Pengorbanan saya sepadan dengan hasil yang akan saya capai. 41. Kelelahan mengganggu performa saya di atas lapangan. 42. Saya mampu menerapkan visi saya ke dalam tindakan nyata. 43. Kesulitan seperti apapun tidak membuat saya patah semangat. Ketika gagal, saya mengakui kesalahan dan tidak mencari 44. alasan.

45. Saya menjadi pilihan utama pelatih karena kemampuan konsentrasi saya diatas rata-rata. Meskipun cedera saya tetap berusaha melanjutkan 46. latihan/pertandingan. Dengan skill yang saya miliki, berlatih sendiri sudah cukup 47. untuk menjadi pemain inti. Saat pertandingan berlangsung seimbang, saya berusaha 48. untuk tetap enjoy.

6

Bagian III

Baca dan pahami dengan seksama setiap pernyataan yang diberikan. Saudara diminta untuk mengemukakan apakah pernyataan tersebut sesuai dengan diri saudara, dengan cara memberikan Checklist ( √ ) pada salah satu kolom pilihan jawaban yang tersedia.

Adapun kolom pilihan jawaban yang tersedia sebagai berikut : Tidak Pernah = Bila pernyataan tersebut Tidak Pernah saudara alami. Jarang = Bila pernyataan tersebut Jarang saudara alami. Sering = Bila pernyataan tersebut Sering saudara alami. Selalu = Bila pernyataan tersebut Selalu saudara alami.

Contoh : Tidak Selalu No. PERNYATAAN Jarang Sering Pernah 1. Pelatih memuji performa saya ketika berlatih. √

Tidak No. PERNYATAAN Jarang Sering Selalu Pernah Pelatih mengamati setiap pemain berusaha sesuai 1. dengan kemampuan yang dimiliki. Pelatih meminta pendapat pemain tentang strategi 2. permainan dalam kompetisi. Setiap rencana latihan sebisa mungkin disusun pelatih 3. tanpa melibatkan pemain. Pelatih turut membantu menyelesaikan masalah 4. pribadi pemain. Dihadapan pemain lain, pelatih memuji salah seorang 5. pemain ketika bermain baik. Pelatih menjelaskan teknik dan taktik dalam sepak 6. bola kepada setiap pemain. Untuk hal yang penting, pelatih selalu meminta 7. persetujuan pemain. Pelatih tidak menjelaskan tujuan dari setiap 8. tindakannya. 9. Pelatih membantu penyelesaian konflik antar-pemain.

7

Tidak No. PERNYATAAN Jarang Sering Selalu Pernah 10. Pelatih memberitahu pemain ketika ia bermain baik. Pelatih memberikan perhatian khusus dalam 11. memperbaiki kesalahan pemain. Dalam mengambil keputusan, pemain diberi 12. kesempatan untuk memberikan pendapat. Pada situasi tertentu, pelatih menolak untuk 13. berkompromi. 14. Pelatih memperhatikan kesejahteraan pemain. Penghargaan diberikan kepada pemain yang 15. menampilkan permainan bagus. Pelatih memastikan fungsi seorang pelatih dipahami 16. oleh semua pemain. Pemain didorong untuk memberikan saran bagaimana 17. kegiatan latihan dilaksanakan. 18. Pelatih menjaga jarak dari pemain. Secara pribadi, pelatih memberikan dukungan kepada 19. pemain. Pelatih menunjukkan apresiasi ketika pemain tampil 20. baik. Satu per satu pemain diberikan instruksi peguasaan 21. skill bermain bola. Setiap pemain dibebaskan untuk menentukan tujuan 22. pribadi. 23. Perkataan pelatih mengecilkan hati pemain. 24. Pelatih menunjukkan empati kepada pemain. Pelatih memberikan pujian kepada pemain ketika 25. layak diberikan. Pelatih mencari tahu apa yang harus dilakukan dalam 26. berbagai situasi. Meski telah melakukan kesalahan, setiap pemain tetap 27. dibebaskan untuk berlatih dengan caranya sendiri.

8

Tidak No. PERNYATAAN Jarang Sering Selalu Pernah Pemain didorong untuk mempercayakan berbagai hal 28. pada pelatih. Pelatih menjelaskan apa yang harus dan tidak boleh 29. dilakukan oleh pemain. Ketika memberikan arahan yang penting, pelatih 30. meminta pendapat pemain. Pelatih mengharapkan pemain berlatih dengan 31. memperhatikan step by step. Pelatih mendorong hubungan yang akrab dengan 32. pemain. Pelatih menunjukkan kelebihan dan kekurangan 33. masing-masing pemain. Pelatih membiarkan pemain berlatih sesuai dengan 34. kemampuan yang dimiliki. Setiap pemain diberikan instruksi khusus dalam 35. menghadapi berbagai situasi dalam pertandingan. Pemain diundang ke rumah pelatih untuk 36. bersilaturahmi. Pelatih memastikan setiap usaha pemain terkoordinasi 37. dengan baik. Pemain bebas menentukan taktik permainan yang 38. akan digunakan dalam pertandingan. Pelatih menjelaskan secara mendetail apa yang 39. diharapkan dari setiap pemain. Pelatih menjelaskan kontribusi setiap pemain agar 40. sesuai dengan skema permainan.

TERIMA KASIH & sukses selalu untuk anda

9

Lampiran 3 Diagram CFA GAMBAR 1

DIAGRAM CFA PERTAMA MENTAL TOUGHNESS DIMENSI THRIVE THROUGH CHALLENGE GAMBAR 2

DIAGRAM CFA PERTAMA MENTAL TOUGHNESS DIMENSI SPORT AWARENESS

GAMBAR 3

DIAGRAM CFA PERTAMA MENTAL TOUGHNESS DIMENSI TOUGH ATTITUDE

GAMBAR 4

DIAGRAM CFA PERTAMA MENTAL TOUGHNESS DIMENSI DESIRE SUCCESS

GAMBAR 5

DIAGRAM CFA KEDUA MENTAL TOUGHNESS

GAMBAR 6

DIAGRAM CFA PERTAMA TRAINING & INSTRUCTION

GAMBAR 7

DIAGRAM CFA KEDUA TRAINING & INSTRUCTION

GAMBAR 8

DIAGRAM CFA PERTAMA DEMOCRATIC BEHAVIOR

GAMBAR 9

DIAGRAM CFA KEDUA DEMOCRATIC BEHAVIOR

GAMBAR 10

DIAGRAM CFA PERTAMA AUTOCRATIC BEHAVIOR

GAMBAR 11

DIAGRAM CFA KEDUA AUTOCRATIC BEHAVIOR

GAMBAR 12

DIAGRAM CFA PERTAMA SOCIAL SUPPORT

GAMBAR 13

DIAGRAM CFA KEDUA SOCIAL SUPPORT

GAMBAR 14

DIAGRAM CFA PERTAMA POSITIVE FEEDBACK

GAMBAR 15

DIAGRAM CFA KEDUA POSITIVE FEEDBACK

GAMBAR 16

DIAGRAM CFA PERTAMA CLOSENESS

GAMBAR 17

DIAGRAM CFA KEDUA CLOSENESS

GAMBAR 18

DIAGRAM CFA PERTAMA COMMITMENT

GAMBAR 19

DIAGRAM CFA KEDUA COMMITMENT

GAMBAR 20

DIAGRAM CFA COMPLEMENTARITY

Lampiran 4 Tabel EFA Skala Ketangguhan Mental

Faktor

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Item1 .249 .314 .014 .172 .095 .066 .171 .239 .400 -.037 Item2 .319 .277 .023 .141 .051 .118 .074 .874 .098 .062 Item3 .051 -.096 .363 .237 .125 .146 .110 .023 .121 -.047 Item4 .228 .202 .044 .521 -.085 .046 .186 .036 -.005 -.054 Item5 .147 .414 -.031 .587 .176 .024 .028 .041 .239 .078 Item6 .235 .303 -.050 .583 .216 .124 -.147 .156 -.012 .115 Item7 .657 .047 -.026 .261 -.129 -.040 .134 -.064 .217 .027 Item8 .638 -.010 -.001 .144 -.068 .232 .134 .164 .119 .101 Item9 .031 -.071 -.602 .163 .144 -.002 -.151 -.034 -.038 .005 Item10 .483 .291 .035 .299 -.024 -.022 .010 .168 .090 .346 Item11 -.086 .049 .647 .003 -.022 -.044 -.014 -.025 -.081 -.023 Item12 .517 .181 .050 .130 .105 .181 .086 .121 .210 .252 Item13 .709 .225 -.196 .065 .022 .068 .063 .118 .063 -.114 Item14 .752 .119 -.100 .072 .040 .127 -.096 .103 .088 -.077 Item15 .503 .277 .032 .053 -.007 .371 .071 .207 .258 -.111 Item16 .632 .188 -.015 .111 .083 .136 -.073 .036 .141 .191 Item17 .610 .017 .147 .013 .172 .358 .049 .040 .064 -.201 Item18 .536 .233 .038 .150 .021 .575 .105 .143 -.178 .173 Item19 .253 .365 .087 .114 .099 .395 .010 .033 .122 .038 Item20 .129 -.278 -.456 .093 .010 -.029 -.069 -.031 -.061 -.146 Item21 .440 .024 -.060 .081 .063 .006 .070 .022 .391 .117 Item22 .668 .227 -.100 .132 .192 .118 .077 .000 .018 .057 Item23 -.183 .304 .599 -.005 .211 .012 -.105 .009 .172 .103 Item24 .234 .455 .097 .122 .103 .111 .298 .065 -.008 .066 Item25 .267 .574 .040 .089 .188 .088 .186 .188 .008 -.155 Item26 .327 .234 .140 .110 .227 .202 .044 .188 -.061 .136 Item27 .380 .373 .081 .107 .206 .201 .180 .113 .079 .200 Item28 .634 .168 -.085 .249 .172 .083 .148 -.020 -.048 .130 Item29 .337 .505 -.046 .086 .090 .292 .177 .141 .261 -.114 Item30 .434 .379 .012 .037 .159 .183 .228 .067 .068 .390 Item31 .259 .425 .077 .277 .382 .166 .164 .022 .112 .121 Item32 .101 .305 .264 .251 .299 .143 -.134 .196 .020 -.069 Item33 .219 .446 .089 .266 .177 .079 .187 .083 .041 -.054 Item34 .711 .075 -.034 .054 .095 .045 .252 .136 -.085 -.105 Item35 .577 .121 -.030 .246 .282 -.031 .205 .165 -.220 .018 Item36 .637 .336 -.019 -.048 .093 -.175 -.011 .101 -.127 .191 Item37 -.199 .311 .659 .138 .016 .034 -.187 .010 -.009 -.078 Item38 .511 .133 .001 .078 .060 -.037 .482 .082 .083 .009 Item39 .428 .256 .083 .102 .036 .141 .531 .036 .167 .099 Item40 .450 .251 .049 .193 .279 .098 .172 .083 .113 .003 Item41 .191 .051 .464 .069 .050 .027 .017 -.014 -.126 -.009 Item42 .407 .405 .049 .009 .392 .121 .012 .022 .061 .098 Item43 .477 .221 -.073 .139 .475 -.078 .052 .051 .141 .012 Item44 .454 .044 .048 -.026 .286 .088 .219 -.149 -.109 -.053 Item45 .074 .623 .173 .138 .065 -.066 -.041 .124 .125 .064 Item46 .131 .592 .193 .111 .013 .150 .018 -.027 -.011 .060 Item47 .038 .657 .282 .067 -.042 -.003 -.030 .052 -.057 .054 Item48 .290 .376 .079 .224 .020 -.048 .065 -.043 -.040 .153

Lampiran 5 Syntax Lisrel

L I S R E L 8.70

BY

Karl G. Jöreskog & Dag Sörbom

This program is published exclusively by Scientific Software International, Inc. 7383 N. Lincoln Avenue, Suite 100 Lincolnwood, IL 60712, U.S.A. Phone: (800)247-6113, (847)675-0720, Fax: (847)675-2140 Copyright by Scientific Software International, Inc., 1981-2004 Use of this program is subject to the terms specified in the Universal Copyright Convention. Website: www.ssicentral.com

ANALISA FAKTOR ThriveThroughChallenge DA NI=16 NO=200 MA=PM LA Item1 Item5 Item9 Item13 Item17 Item21 Item25 Item27 Item29 Item31 Item33 Item35 Item39 Item43 Item45 Item47 PM SY FI=ThriveThroughChallenge.cor MO NX=16 NK=1 TD=SY,FI LX=FR LK ThriveThroughChallenge FR TD 1 1 TD 2 2 TD 3 3 TD 4 4 TD 5 5 TD 6 6 TD 7 7 TD 8 8 TD 9 9 TD 10 10 TD 11 11 TD 12 12 TD 13 13 TD 14 14 TD 15 15 TD 16 16 FR TD 16 15 TD 14 12 TD 5 4 TD 16 7 TD 10 4 TD 9 1 TD 5 2 TD 14 6 TD 4 3 TD 16 3 TD 7 6 TD 11 6 TD 16 6 FR TD 13 12 TD 12 4 TD 12 5 TD 3 2 TD 15 6 TD 8 1 TD 10 2 TD 5 3 TD 14 11 TD 4 2 TD 7 3 TD 13 3 TD 13 5 FR TD 15 11 TD 2 1 TD 13 1 TD 13 9 TD 9 5 TD 6 1 TD 12 6 TD 9 7 TD 16 9 TD 9 6 TD 15 5 TD 15 4 TD 15 12 FR TD 15 2 TD 16 4 PD OU SS MI TV

L I S R E L 8.70

BY

Karl G. Jöreskog & Dag Sörbom

This program is published exclusively by Scientific Software International, Inc. 7383 N. Lincoln Avenue, Suite 100 Lincolnwood, IL 60712, U.S.A. Phone: (800)247-6113, (847)675-0720, Fax: (847)675-2140 Copyright by Scientific Software International, Inc., 1981-2004 Use of this program is subject to the terms specified in the Universal Copyright Convention. Website: www.ssicentral.com

ANALISA FAKTOR SportAwareness DA NI=12 NO=200 MA=PM LA Item2 Item6 Item10 Item14 Item18 Item22 Item26 Item32 Item34 Item36 Item40 Item44 PM SY FI=SportAwareness.cor MO NX=12 NK=1 TD=SY,FI LX=FR LK SportAwareness FR TD 1 1 TD 2 2 TD 3 3 TD 4 4 TD 5 5 TD 6 6 TD 7 7 TD 8 8 TD 9 9 TD 10 10 TD 11 11 TD 12 12 FR TD 12 9 TD 12 1 TD 9 2 TD 6 1 TD 12 3 TD 8 7 TD 9 3 TD 8 2 TD 8 1 TD 10 5 TD 10 2 TD 11 8 TD 6 2 TD 10 3 PD OU SS MI TV

ANALISA FAKTOR ToughAttitude DA NI=10 NO=200 MA=PM LA Item3 Item7 Item11 Item15 Item19 Item23 Item28 Item37 Item41 Item46 PM SY FI=ToughAttitude.cor MO NX=10 NK=1 TD=SY,FI LX=FR LK ToughAttitude FR TD 1 1 TD 2 2 TD 3 3 TD 4 4 TD 5 5 TD 6 6 TD 7 7 TD 8 8 TD 9 9 TD 10 10 FR TD 7 2 TD 5 4 TD 10 5 TD 10 4 TD 9 4 TD 10 7 TD 8 3 TD 4 2 TD 7 4 TD 7 5 TD 5 2 TD 9 7 TD 9 2 TD 6 5 PD OU SS MI TV L I S R E L 8.70

BY

Karl G. Jöreskog & Dag Sörbom

This program is published exclusively by Scientific Software International, Inc. 7383 N. Lincoln Avenue, Suite 100 Lincolnwood, IL 60712, U.S.A. Phone: (800)247-6113, (847)675-0720, Fax: (847)675-2140 Copyright by Scientific Software International, Inc., 1981-2004 Use of this program is subject to the terms specified in the Universal Copyright Convention. Website: www.ssicentral.com

ANALISA FAKTOR DesireSuccess DA NI=10 NO=200 MA=PM LA Item4 Item8 Item12 Item16 Item20 Item24 Item30 Item38 Item42 Item48 PM SY FI=DesireSuccess.cor MO NX=10 NK=1 TD=SY,FI LX=FR LK DesireSuccess FR TD 1 1 TD 2 2 TD 3 3 TD 4 4 TD 5 5 TD 6 6 TD 7 7 TD 8 8 TD 9 9 TD 10 10 FR TD 10 6 TD 5 2 TD 7 4 TD 2 1 TD 8 4 TD 8 7 TD 6 4 TD 6 1 TD 10 1 TD 5 4 PD OU SS MI TV

L I S R E L 8.70

BY

Karl G. Jöreskog & Dag Sörbom

This program is published exclusively by Scientific Software International, Inc. 7383 N. Lincoln Avenue, Suite 100 Lincolnwood, IL 60712, U.S.A. Phone: (800)247-6113, (847)675-0720, Fax: (847)675-2140 Copyright by Scientific Software International, Inc., 1981-2004 Use of this program is subject to the terms specified in the Universal Copyright Convention. Website: www.ssicentral.com

ANALISA FAKTOR MT DA NI=26 NO=200 MA=PM LA Item2 Item5 Item6 Item8 Item10 Item11 Item12 Item13 Item14 Item16 Item18 Item22 Item23 Item25 Item27 Item29 Item30 Item31 Item33 Item34 Item36 Item38 Item39 Item40 Item42 Item43 PM SY FI=MT.cor MO NX=26 NK=1 TD=SY,FI LX=FR PH=ST LK MentalToughness FR TD 1 1 TD 2 2 TD 3 3 TD 4 4 TD 5 5 TD 6 6 TD 7 7 TD 8 8 TD 9 9 TD 10 10 TD 11 11 TD 12 12 TD 13 13 TD 14 14 TD 15 15 TD 16 16 FR TD 17 17 TD 18 18 TD 19 19 TD 20 20 TD 21 21 TD 22 22 TD 23 23 TD 24 24 TD 25 25 TD 26 26 FR TD 9 8 TD 3 2 TD 10 9 TD 13 6 TD 23 22 TD 26 25 TD 19 18 TD 13 8 TD 26 12 TD 20 4 TD 11 9 TD 26 11 TD 22 20 TD 12 1 TD 18 2 TD 21 16 TD 16 14 TD 15 12 TD 20 5 TD 26 20 TD 20 17 TD 23 17 TD 23 21 TD 24 17 TD 21 5 TD 21 9 TD 9 7 TD 21 17 TD 17 7 TD 10 7 TD 15 7 TD 17 16 TD 20 3 TD 26 7 TD 15 14 TD 26 22 TD 13 4 TD 12 7 TD 24 10 TD 20 16 TD 14 1 TD 13 10 TD 18 14 TD 14 2 TD 18 17 TD 19 7 TD 19 4 TD 24 19 TD 22 18 TD 24 23 TD 19 2 TD 24 22 TD 25 12 TD 19 14 TD 17 13 TD 23 12 TD 21 11 TD 21 2 TD 14 7 TD 14 5 TD 4 1 TD 16 5 TD 16 4 TD 15 9 TD 20 8 TD 12 8 TD 16 3 TD 19 3 TD 18 3 TD 15 4 TD 21 15 TD 15 6 TD 22 7 TD 26 9 TD 24 15 TD 25 5 TD 15 3 TD 9 2 TD 11 2 TD 18 13 TD 14 13 TD 22 13 TD 23 3 TD 12 2 TD 19 16 TD 20 13 TD 13 12 TD 13 11 TD 20 10 TD 10 1 TD 11 4 TD 9 4 TD 8 4 TD 22 8 TD 26 8 TD 10 5 TD 26 24 TD 25 23 TD 25 1 TD 10 4 TD 21 19 TD 3 1 TD 26 3 TD 7 3 TD 5 3 TD 21 7 TD 17 11 TD 24 3 TD 24 2 TD 5 2 TD 11 3 TD 20 2 TD 13 1 TD 5 1 TD 6 3 TD 17 8 TD 6 4 TD 11 10 TD 26 4 TD 25 4 PD OU SS MI TV AD=OFF L I S R E L 8.70

BY

Karl G. Jöreskog & Dag Sörbom

This program is published exclusively by Scientific Software International, Inc. 7383 N. Lincoln Avenue, Suite 100 Lincolnwood, IL 60712, U.S.A. Phone: (800)247-6113, (847)675-0720, Fax: (847)675-2140 Copyright by Scientific Software International, Inc., 1981-2004 Use of this program is subject to the terms specified in the Universal Copyright Convention. Website: www.ssicentral.com

ANALISA FAKTOR TrainingInstruction DA NI=13 NO=200 MA=PM LA Item1 Item6 Item11 Item16 Item21 Item26 Item29 Item31 Item33 Item35 Item37 Item39 Item40 PM SY FI=TrainingInstruction.cor MO NX=13 NK=1 TD=SY,FI LX=FR LK TrainingInstruction FR TD 1 1 TD 2 2 TD 3 3 TD 4 4 TD 5 5 TD 6 6 TD 7 7 TD 8 8 TD 9 9 TD 10 10 TD 11 11 TD 12 12 TD 13 13 FR TD 2 1 TD 3 12 TD 11 8 TD 8 13 TD 6 4 TD 2 6 TD 8 7 TD 10 1 TD 10 9 TD 9 8 TD 12 4 TD 12 5 PD OU SS MI TV

ANALISA FAKTOR TrainingInstruction DA NI=11 NO=200 MA=PM LA Item6 Item11 Item16 Item21 Item26 Item29 Item31 Item35 Item37 Item39 Item40 PM SY FI=TrainingInstruction.cor MO NX=11 NK=1 TD=SY,FI LX=FR LK TrainingInstruction FR TD 1 1 TD 2 2 TD 3 3 TD 4 4 TD 5 5 TD 6 6 TD 7 7 TD 8 8 TD 9 9 TD 10 10 TD 11 11 FR TD 7 6 TD 10 2 TD 9 7 TD 11 7 TD 1 5 TD 11 1 TD 5 3 TD 10 3 PD OU SS MI TV L I S R E L 8.70

BY

Karl G. Jöreskog & Dag Sörbom

This program is published exclusively by Scientific Software International, Inc. 7383 N. Lincoln Avenue, Suite 100 Lincolnwood, IL 60712, U.S.A. Phone: (800)247-6113, (847)675-0720, Fax: (847)675-2140 Copyright by Scientific Software International, Inc., 1981-2004 Use of this program is subject to the terms specified in the Universal Copyright Convention. Website: www.ssicentral.com

ANALISA FAKTOR DemocraticBehavior DA NI=9 NO=200 MA=PM LA Item2 Item7 Item12 Item17 Item22 Item27 Item30 Item34 Item38 PM SY FI=DemocraticBehavior.cor MO NX=9 NK=1 TD=SY,FI LX=FR LK DemocraticBehavior FR TD 1 1 TD 2 2 TD 3 3 TD 4 4 TD 5 5 TD 6 6 TD 7 7 TD 8 8 TD 9 9 FR TD 6 5 TD 2 1 TD 6 2 TD 7 3 TD 8 3 TD 9 6 TD 7 6 TD 9 5 TD 7 2 FR TD 5 4 TD 8 2 TD 8 6 PD OU SS MI TV

ANALISA FAKTOR AutocraticBehavior DA NI=3 NO=200 MA=PM LA Item13 Item18 Item23 PM SY FI=AutocraticBehavior.cor MO NX=3 NK=1 TD=SY,FI LX=FR LK AutocraticBehavior FR TD 1 1 TD 2 2 TD 3 3 PD OU SS MI TV

L I S R E L 8.70

BY

Karl G. Jöreskog & Dag Sörbom

exclusively by Scientific Software International, Inc. 7383 N. Lincoln Avenue, Suite 100 Lincolnwood, IL 60712, U.S.A. Phone: (800)247-6113, (847)675-0720, Fax: (847)675-2140 Copyright by Scientific Software International, Inc., 1981-2004 Use of this program is subject to the terms specified in the Universal Copyright Convention. Website: www.ssicentral.com

ANALISA FAKTOR AutocraticBehavior DA NI=5 NO=200 MA=PM LA Item3 Item8 Item13 Item18 Item23 PM SY FI=AutocraticBehavior.cor MO NX=5 NK=1 TD=SY,FI LX=FR LK AutocraticBehavior FR TD 1 1 TD 2 2 TD 3 3 TD 4 4 TD 5 5 FR TD 3 2 TD 2 1 PD OU SS MI TV

ANALISA FAKTOR AutocraticBehavior DA NI=3 NO=200 MA=PM LA Item13 Item18 Item23 PM SY FI=AutocraticBehavior.cor MO NX=3 NK=1 TD=SY,FI LX=FR LK AutocraticBehavior FR TD 1 1 TD 2 2 TD 3 3 PD OU SS MI TV

L I S R E L 8.70

BY

Karl G. Jöreskog & Dag Sörbom

This program is published exclusively by Scientific Software International, Inc. 7383 N. Lincoln Avenue, Suite 100 Lincolnwood, IL 60712, U.S.A. Phone: (800)247-6113, (847)675-0720, Fax: (847)675-2140 Copyright by Scientific Software International, Inc., 1981-2004 Use of this program is subject to the terms specified in the Universal Copyright Convention. Website: www.ssicentral.com

ANALISA FAKTOR SocialSupport DA NI=8 NO=200 MA=PM LA Item4 Item9 Item14 Item19 Item24 Item28 Item32 Item36 PM SY FI=SocialSupport.cor MO NX=8 NK=1 TD=SY,FI LX=FR LK SocialSupport FR TD 1 1 TD 2 2 TD 3 3 TD 4 4 TD 5 5 TD 6 6 TD 7 7 TD 8 8 FR TD 8 4 TD 5 8 TD 3 8 TD 4 7 TD 2 1 PD OU SS MI TV

ANALISA FAKTOR SocialSupport DA NI=5 NO=200 MA=PM LA Item14 Item19 Item24 Item28 Item32 PM SY FI=SocialSupport.cor MO NX=5 NK=1 TD=SY,FI LX=FR LK SocialSupport FR TD 1 1 TD 2 2 TD 3 3 TD 4 4 TD 5 5 PD OU SS MI TV

L I S R E L 8.70

BY

Karl G. Jöreskog & Dag Sörbom

This program is published exclusively by Scientific Software International, Inc. 7383 N. Lincoln Avenue, Suite 100 Lincolnwood, IL 60712, U.S.A. Phone: (800)247-6113, (847)675-0720, Fax: (847)675-2140 Copyright by Scientific Software International, Inc., 1981-2004 Use of this program is subject to the terms specified in the Universal Copyright Convention. Website: www.ssicentral.com

ANALISA FAKTOR PositiveFeedback DA NI=5 NO=200 MA=PM LA Item5 Item10 Item15 Item20 Item25 PM SY FI=PositiveFeedback.cor MO NX=5 NK=1 TD=SY,FI LX=FR LK PositiveFeedback FR TD 1 1 TD 2 2 TD 3 3 TD 4 4 TD 5 5 PD OU SS MI TV

ANALISA FAKTOR PositiveFeedback DA NI=4 NO=200 MA=PM LA Item10 Item15 Item20 Item25 PM SY FI=PositiveFeedback.cor MO NX=4 NK=1 TD=SY,FI LX=FR LK PositiveFeedback FR TD 1 1 TD 2 2 TD 3 3 TD 4 4 TD 3 2 PD OU SS MI TV

L I S R E L 8.70

BY

Karl G. Jöreskog & Dag Sörbom

This program is published exclusively by Scientific Software International, Inc. 7383 N. Lincoln Avenue, Suite 100 Lincolnwood, IL 60712, U.S.A. Phone: (800)247-6113, (847)675-0720, Fax: (847)675-2140 Copyright by Scientific Software International, Inc., 1981-2004 Use of this program is subject to the terms specified in the Universal Copyright Convention. Website: www.ssicentral.com

ANALISA FAKTOR Closeness DA NI=8 NO=200 MA=PM LA Item1 Item4 Item7 Item8 Item13 Item15 Item18 Item20 PM SY FI=Closeness.cor MO NX=8 NK=1 TD=SY,FI LX=FR LK Closeness FR TD 1 1 TD 2 2 TD 3 3 TD 4 4 TD 5 5 TD 6 6 TD 7 7 TD 8 8 FR TD 4 3 TD 8 6 TD 1 2 TD 8 4 TD 8 1 TD 2 3 TD 6 7 TD 6 3 TD 6 5 TD 4 5 PD OU SS MI TV

ANALISA FAKTOR Closeness DA NI=6 NO=200 MA=PM LA Item1 Item4 Item7 Item8 Item18 Item20 PM SY FI=Closeness.cor MO NX=6 NK=1 TD=SY,FI LX=FR LK Closeness FR TD 1 1 TD 2 2 TD 3 3 TD 4 4 TD 5 5 TD 6 6 TD 4 3 TD 2 6 TD 5 4 TD 5 2 TD 4 1 PD OU SS MI TV

L I S R E L 8.70

BY

Karl G. Jöreskog & Dag Sörbom

This program is published exclusively by Scientific Software International, Inc. 7383 N. Lincoln Avenue, Suite 100 Lincolnwood, IL 60712, U.S.A. Phone: (800)247-6113, (847)675-0720, Fax: (847)675-2140 Copyright by Scientific Software International, Inc., 1981-2004 Use of this program is subject to the terms specified in the Universal Copyright Convention. Website: www.ssicentral.com

ANALISA FAKTOR Commitment DA NI=6 NO=200 MA=PM LA Item2 Item9 Item10 Item12 Item16 Item21 PM SY FI=Commitment.cor MO NX=6 NK=1 TD=SY,FI LX=FR LK Commitment FR TD 1 1 TD 2 2 TD 3 3 TD 4 4 TD 5 5 TD 6 6 FR TD 2 5 TD 3 6 PD OU SS MI TV

ANALISA FAKTOR Commitment DA NI=5 NO=200 MA=PM LA Item2 Item10 Item12 Item16 Item21 PM SY FI=Commitment.cor MO NX=5 NK=1 TD=SY,FI LX=FR LK Commitment FR TD 1 1 TD 2 2 TD 3 3 TD 4 4 TD 5 5 TD 5 2 PD OU SS MI TV

L I S R E L 8.70

BY

Karl G. Jöreskog & Dag Sörbom

This program is published exclusively by Scientific Software International, Inc. 7383 N. Lincoln Avenue, Suite 100 Lincolnwood, IL 60712, U.S.A. Phone: (800)247-6113, (847)675-0720, Fax: (847)675-2140 Copyright by Scientific Software International, Inc., 1981-2004 Use of this program is subject to the terms specified in the Universal Copyright Convention. Website: www.ssicentral.com

ANALISA FAKTOR Complementary DA NI=8 NO=200 MA=PM LA Item3 Item5 Item6 Item11 Item14 Item17 Item19 Item22 PM SY FI=Complementary.cor MO NX=8 NK=1 TD=SY,FI LX=FR LK Complementary FR TD 1 1 TD 2 2 TD 3 3 TD 4 4 TD 5 5 TD 6 6 TD 7 7 TD 8 8 FR TD 8 1 TD 7 1 TD 6 7 TD 2 3 TD 4 1 TD 1 2 TD 6 8 PD OU SS MI TV

Lampiran 6 Indonesian Clubs in AFC Champions League/Club Championship From Wikipedia, the free encyclopedia

Year Team Progress Score Last Opponents Notes 1967- 69 None Entered

1970 PSMS Medan Fourth Place 1-0 Homenetmen

1971 None Entered Krama Yudha Tiga

1985-86 Third Place 1-0 Al-Ittihad

Berlian Krama Yudha Tiga 1986-87 2nd in Group Stage N/A Liaoning FC, South China

Berlian Krama Yudha Tiga 1987-88 2nd in Group Stage N/A Federal Territory, Tiong Bahru CSC, Kota Rangers FC

Berlian

1988-89 Niac Mitra 3rd in Group Stage N/A Royal Thai Air Force, Pahang FA, Geylang International, Bandaran

1989-90 Pelita Jaya 4th in Group Semi's N/A Liaoning FC, Al Rasheed, Shahin Ahvaz 2–2

1990-91 Pelita Jaya Third Place April 25 (7-6p) 1-2 in First Match

1991-92 Pelita Jaya First Round 3-4 Geylang International 2-2 in Second Match

1992-93 Arseto Solo 4th in Group Stage N/A Yomiuri FC, Al-Shabab, Al-Muharraq

2-2 in First Match

1993-94 Arema Malang First Round 3-6 Thai Farmers Bank 1-4 in Second Match 1-1 in First Match

1994-95 Pelita Jaya Second Round 1-5 Ilhwa Chunma 0-4 in Second Match

Indonesian Clubs in AFC Champions League/Club Championship (Cont...)

4th in Group

1995-96 N/A Ilhwa Chunma, Thai Farmers Bank, Verdy Kawasaki Quarter’s 1-0 in First Match

1996-97 PSM Makassar First Round 1-4 Pohang Steelers 0-4 in Second Match 1-2 in First Match

1997-98 Persebaya Surabaya First Round 2-6 Ulsan Hyundai Horang-i 1-4 in Second Match 1998-99 None Entered 2-3 in First Match

1999-00 PSIS Semarang First Round 4-9 Suwon Samsung Bluewings 2-6 in Second Match 4th in Group

2000-01 PSM Makassar N/A Júbilo Iwata, Suwon Samsung Bluewings, Shandong Luneng Quarter’s 1-4 in First Match

2001-02 Persija Jakarta First Round 1-4 Kashima Antlers Second match cancelled 2002-03 None Entered

PSM Makassar 4th in Group Stage N/A Dalian Shide, Hoang Anh, Krung Thai 2004

Persik Kediri 3rd in Group Stage N/A Seongnam Ilhwa Chunma, Yokohama F. Marinos, Binh Dinh

PSM Makassar 3rd in Group Stage N/A Shandong Luneng, Yokohama F. Marinos, BEC Tero Sasana 2005

Persebaya Surabaya 3rd in Group Stage N/A Busan I'Park, Krung Thai, Binh Dinh 2006 Disqualified

Persik Kediri 3rd in Group Stage N/A Urawa Red Diamonds, Sydney FC, Shanghai Shenhua 2007

Arema Malang 3rd in Group Stage N/A Kawasaki Frontale, Chunnam Dragons, Bangkok University 2008 None Entered

PSMS Medan Qualifiers 1-2 Singapore Armed Forces 2009

Sriwijaya 4th in Group Stage N/A Gamba Osaka, FC Seoul, Shandong Luneng

Indonesian Clubs in AFC Champions League/Club Championship (Cont...)

Sriwijaya Qualifiers 0-3 Singapore Armed Forces 2010

Persipura Jayapura 4th in Group Stage N/A Kashima Antlers, Jeonbuk Hyundai Motors, Changchun Yatai

Sriwijaya Qualifiers 0-4 Al-Ain 2011

Arema 4th in Group Stage N/A Jeonbuk Hyundai Motors, Cerezo Osaka, Shandong Luneng

2012 Qualifiers 0-3 Adelaide United 2013 None Entered 2014 None Entered

Indonesian Clubs in AFC Cup

Year Team Progress Score Last Opponents Notes 2004 - 08 None Entered

2009 PSMS Medan Round of 16 0-4 Chonburi

Persiwa Wamena 4th in Group Stage N/A South China, Muangthong United, VB Sports Club

2010

Sriwijaya Round of 16 1-4 Thai Port

1-2 in First Match

Persipura Jayapura Quarterfinal 1-3 Arbil

2011 0-1 in Second Match

Sriwijaya Round of 16 0-3 Chonburi

0-2 in First Match

2012 Arema Quarterfinal 0-4 Al-Ettifaq 0-2 in Second Match

Semen Padang Quarterfinal 1-2 East Bengal 0-1 in First Match, 1-1 in Second Match

2013

Persibo Bojonegoro 4th in Group Stage N/A Sunray Cave JC Sun Hei, New Radiant, Yangon United

Persipura Jayapura

2014

Arema