Jurnal Filsafat, Sains, Teknologi, dan Sosial Budaya Volume 23, Nomor 1, Januari - Juni 2017

Pemahaman tentang Budaya Supporter Sepakbola (Kajian Fenomenologi Berdasarkan Kasus Supporter Sepakbola Aremania Malang)1

Harun Ahmad Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra IKIP Budi Utomo Malang [email protected]

Yahmun Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris IKIP Budi Utomo Malang

Abstract: The research was motivated by the debate over cultural affairs of football supporters in both theo- retical and empirical levels. From these debates there are a number of relevant problems to be studied fur- ther, especially emic perspective, ie with respect to (1) the concept of football supporters socially constructed and is rooted in the view Aremania, (2) typology of football supporters among Aremania accordance with the concepts and categories as well as the basic values ​​of what used as the basis of concepts and categoriza- tion, (3) football supporter culture is used as the common reference Aremania and the factors that influence it. This research is a qualitative phenomenological, with three methodological implications, namely (1) to put the focus on the observation and study of the social practices that take place as rergularitas daily, (2) to notice cultural aspects or dimensions that surround the practice of social actors, and (3) to put the actors as knowledgeable agents of social practice, it is necessary for the analysis of strategic conduct. The experiment was conducted in Malang, , precisely in the city of Malang, with field activities for one year, ie since the beginning of October 2011 to October 2012, and obtained the following results. First, Aremania football fans everywhere characterized as football fans in general. This is consistent with the conception of football supporters who claim that football fans are different from other fans because of the audience but also have high levels of bigotry against high club. However, it is wrong to equate Aremania with other football fans. Because, unlike fanatical fanaticism of Aremania of the other football fans. But the ethics are culture fanatic fans who wanted to be constructed by Aremania. Fanatical but should not be to the extent of harm to others. There is respect for the values ​​of humanity while keeping the honor and dignity of the people of Malang. Secondly, based on the emic perspective, football fans have covered broader meaning than merely watching football. Devoting time and energy maximize resources belonging to supporting his favorite club is also interpreted as a football supporter culture. Even time consuming as well as the soul-body to support his/her favorite team is also defined as the culture of football fans. Third, even football and it’s important for Arema people of Malang, but its primacy over the instrumental is more pride and underwriters including a source of honor and dignity of Malang people. This is consistent with the ethos of the culture of the Malang who “comes first” matter of honor and dignity.

Keywords: review of phenomenology, culture football fans Aremania

Sepakbola adalah olahraga paling populer di dunia, sehingga menjadi suatu hal yang wajar jika kejuaraan sepakbola yang melibatkan seluruh negara di dunia dinamai World Cup tanpa harus menyebut jenis olahraganya. Sepakbola termasuk olahraga tontonan yang terkait erat dengan olahraga populer yang melibatkan sekumpulan orang dalam jumlah besar. Istilah populer mengacu pada permainan yang “produced by the people, returns to the people, like ‘folk music’, in the form of spectacles produced for the people” (Bourdieu, 1993:433). Unsur sosial-psikologis akan sangat menonjol ketika sepakbola mengonstruksi keterlibatan orang dalam jumlah massal, terutama keterlibatan massa dari kelas menengah ke bawah. Eduardo Galeano,1 seorang jurnalis sepakbola menyatakan: “Football is a working class sport”. Hal ini mengisyaratkan bahwa sepakbola merupakan salah satu

1 Hasil Penelitian Fundamental, dibiayai Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Dana DIPA Kopertis Wilayah VII Jawa Timur, Tahun 2012. 34 | Harun Ahmad, Pemahaman tentang Budaya Supporter Sepakbola ... bentuk budaya populer. hebat dibandingkan dengan yang terlihat di Di negara-negara Eropa, suporter sepakbola luar negeri. Masa Aremania dalam mendukung dikaitkan dengan kelas menengah ke bawah Arema Indonesia ketika bertanding juga mampu dan seringkali dekat dengan kebrutalan, mempertontonkan sebuah pertunjukkan yang seperti hooligan di Inggris dan tifosi di Italia. sangat menarik, sebagaimana dapat disaksikan King (1997) dalam penelitiannya menyebutkan terutama dalam pertan-dingan home Arema. bahwa media juga berperan membentuk citra Aremania membuat atraksi pertandingan yang suporter seperti itu. Ia juga menemukan bahwa menarik selain pertandingan sepakbola itu para hooligan di Inggris justru senang dengan sendiri. Pukul 12.00 daerah di sekitar Stadion citra bentukan media karena mereka akhirnya Kanjuruhan, kandang Tim Singo Edan (julukan memiliki alasan untuk bertindak brutal dan Arema Indonesia) mulai didekati Aremania. menyerang polisi yang dianggap sebagai Pukul 14.00 Sektor Ekonomi (daerah penonton musuh kaum kelas menengah ke bawah dan kelas ekonomi) mulai ramai disesaki Aremania. pekerja. Dari citra ini juga chant atau nyanyian Pukul 14.30 Tribun VIP mulai dipadati. Pukul suporter lebih merupakan umpatan daripada 15.00 Dirigen Aremania tiba di stadion. Dirigen di dukungan terhadap klub.2 Di Indonesia, citra Utara adalah Yuli Sumpil, dan Karpet di sebelah seperti ini juga seringkali diatributkan kepada Selatan. Mereka memulai semacam latihan sorak- pendukung sepakbola. Kerusuhan-kerusuhan sorai, lagu dan dansa yang terus berlang-sung yang diakibatkan oleh ulah suporter sepakbola sampai akhir pertandingan. Pukul 15.20 para membuat banyak orang menganggap sepakbola pemain memasuki lapangan untuk pemanasan. di Indonesia hanya berisi berita kekalahan dan Saat itu nama setiap pemain dipanggil satu atau kerusuhan suporter. persatu oleh Ovan Tobing selaku announcer Keterlibatan orang dalam jumlah massal lengkap dengan nomor punggung masing- mengisyaratkan bahwa sepakbola merupakan masing. Semua pemain Arema menerima standing olahraga spectacle (tontonan). Karakter tontonan ovation meriah dari Aremania. Pukul 15.25 semua itu sendiri adalah: “First, attention is all important, Aremania berdiri, mengangkat syalnya dan it must be attracted and maintained. Second, vision dengan kompak menyanyikan lagu ‘Padamu is arranged, organized, disposed within various Negeri’. Pukul 15.30 pertandingan dimulai. Ada hegemonic visual regimes, the most influential bermacam-macam lagu dinyanyikan Aremania and pervasive of which is that of capitalism. Third, sambil menirukan gerak-gerik dirigen. Selama everything is (potentially) reduced to the status of dansa itu, Aremania melambaikan tangan dan commodity and there is an emphasis on necessary, syal atau bendera sambil mengikuti irama repetitive and mobile (visual) consumption. Fourth, lagu. Gerakan atraktif dan kreatif menghiasi the subject-as-spectator relates to the social and permainan Arema sepanjang pertandingan. the self through the consumption of commodities” Pukul 17.30 pertandingan berakhir, dan Arema (Schirato, 2007:104). Karakter tontonan tersebut kalah. Walaupun Arema kalah, Aremania tetap menunjukkan bahwa sepakbola sebagai sebuah sopan, tertib, dan tidak membuat keonaran tontonan selayaknya menampilkan sesuatu yang sepanjang perjalanan pulang ke rumah masing- menarik agar mampu menyedot massa dalam masing. Sebuah pemandangan yang sangat jumlah yang banyak. menakjubkan. Pertandingan sepakbola tidak hanya Perubahan sikap dan perilaku Aremania permainan, tetapi juga sekumpulan aspek-aspek dari citra supporter brutal, bringas, dan anarkis yang membuat sepakbola ibarat sebuah drama. ke citra suporter teladan yang kreatif dan Emosi suporter tidak hanya dibangun dengan atraktif memantik sejumlah pertanyaan. Apakah keterikatan asal tetapi juga faktor-faktor lain. perubahan sikap dan perilaku Aremania tersebut Sepakbola modern akhirnya erat dengan aspek- merupakan wujud kepeduliannya terhadap aspek politik, ekonomi, dan sosial-budaya yang Arema sebagai kesebelasan profesional yang menyertainya. Pendukung klub Real Madrid, sekaligus menuntut Aremania bersikap dan misalnya, tidak hanya terlihat di Madrid saja berperilaku profesional? Ataukah sikap dan tetapi juga dari seluruh dunia karena citra Real perilaku positif (kreatif dan atraktif) Aremania Madrid yang dibangun menarik perhatian terhadap Arema, hanya sebatas faktor hiburan, orang-orang di luar Madrid. ekstasi, dan bahkan kedangkalan ritual Di Kota Malang, sebagaimana halnya sebagaimana tesis Bauldrillard (1988) tentang beberapa kota besar di Indonesia, euforia ekstasi dan kedangkalan ritual dalam upacara penonton terhadap sepakbola juga tidak kalah menonton pertandingan sepak bola? Ataukah bentuk dukungan tersebut merupakan ekspresi Harun Ahmad, Pemahaman tentang Budaya Supporter Sepakbola ... | 35 kesadaran Aremania sebagai wujud pemahaman untuk beranjak dari dunia ide dan pemahaman mereka akan nilai, asumsi, definisi, ukuran, Aremania itu sendiri, yakni berdasarkan dunia logika, dan bahkan teori? Ataukah ada faktor lain makna beserta konstruksi sosial-budaya yang yang menyebabkan wujud dukungan Aremania memang hidup di kalangan Aremania itu sendiri terhadap Arema berkategori demikian? selaku agen/pelaku budaya. Dengan demikian, Ada sejumlah pertanyaan yang relevan yang dipandang penting dalam penelitian diajukan untuk diteliti. Pertanyaan-pertanyaan ini bukanlah pada how much melainkan lebih tersebut dipandang perlu dijawab, karena pada what is yang berkenaan dengan budaya perdebatan di seputar perubahan perilaku Aremania. Pusat perhatiannya tertuju kepada Aremania dari anarkis ke supporter teladan bagaimana Aremania memaknakan apa yang kreatif dan atraktif pada tataran teoretik yang mereka sebut dengan suporter, dasar maupun empirik, lazim bertolak dari perspektif pemaknaan dan kategorisasinya seperti apa, para ahli atau teoretisi, dan belum berdasarkan serta dunia rasionalitas macam apa yang konsep dan perspektif Aremania itu sendiri. melatarbelakangi. Dengan demikian menonton Aremania selama ini seringkali dipersepsi oleh pertandingan sepakbola tetap ditempatkan masyarakat terutama para peneliti sebagai sebagai tema sentral dalam penelitian ini. “orang yang dipelajari” untuk disimpulkan Meskipun demikian, konsep suporter sepakbola siapa dan bagaimana mereka, bukan sebagai mungkin saja lebih luas cakupannya, bukan “orang tempat kita belajar” tentang Aremania sekedar dalam konteks menonton atau selaku suporter sepakbola. Yang cenderung menyaksikan pertandingan sepak bola. Dengan dipakai adalah perspektif etik, bukan perspektif demikian, permasalahan pokok penelitian ini, emik. Inferensi ditarik berdasarkan angka-angka adalah: (1) Bagaimanakah konsep suporter hasil observasi, sejalan dengan logika dan sepakbola secara luas yang terkonstruksi (socially perspektif para peneliti yang mempelajarinya. constructed) dan berakar dalam pandangan Kecenderungan seperti itu juga terjadi pada Aremania? Apakah cakupan maknanya semata- mereka yang tergolong substantivist, dan lebih- mata dalam konteks sepakbola atau lebih luas lebih lagi di kalangan ahli yang tergolong dari itu?; (2) Bagaimanakah tipologi suporter formalist. Beberapa kajian tentang Aremania juga sepakbola di kalangan Aremania sesuai dengan bertolak dari hasil mempelajari Aremania secara konsep dan kategorinya? Nilai dasar apakah demikian itu. Inferensinya berdasarkan angka- yang dijadikan pijakan untuk konsep dan angka dan berapa jumlah korban akibat tindakan kategorisasi tersebut?; dan (3) Budaya suporter anarkis Aremania pada masing-masing kasus sepakbola seperti apakah yang dijadikan sebagai yang “dipelajari”. Prokontra ihwal perubahan referensi umum? Apa yang membuatnya perilaku Aremania dari tindakan anarkis ke demikian? Apakah sumbernya semata-mata supporter teladan juga mencerminkan “perang bersifat kegemaran ataukah ada sumber-sumber penafsiran” berdasarkan perspektif para peneliti lain yang bersifat nonkegemaran? Tujuannya itu sendiri. Dunia Aremania menurut perspektif adalah untuk mengeksplorasi bagaimana pelakunya sendiri (perspektif emik) dibiarkan sesungguhnya budaya suporter sepakbola yang berada “nun jauh di sana”, tak tersentuh, masih hidup dan terpola di kalangan Aremania. Dari laksana sebuah kotak hitam yang belum dibuka hasil eksplorasi tersebut diharapkan diperoleh untuk didengar “kesaksiannya”. suatu gambaran umum (untuk tujuan deskripsi) Atas dasar itu penelitian ini mengambil posisi tentang (1) konsep suporter sepakbola secara untuk mencoba memahami Aremania menurut luas, termasuk tujuannya, yang berakar pada perspektif (pandangan, asumsi, nilai, dunia ide, pandangan Aremania, (2) tipologi budaya dan bahkan teori) Aremania itu sendiri. Posisi supporter sepakbola, khususnya dalam konteks demikian itu diambil berdasarkan keyakinan sepakbola berdasarkan konsep dan kategorisasi, bahwa apa pun yang terpola dalam kebiasaan dan (3) budaya supporter sepakbola yang Aremania menyaksikan pertandingan Arema, dijadikan preferensi umum di kalangan termasuk juga yang berkaitan dengan budaya Aremania. mereka, tentu berada dalam kerangka makna yang terkonstruksi di alam pikiran mereka masing-masing. Hal tersebut tentu saja tidak METODE terlepas dari social framework yang melembaga Penelitian ini mengambil posisi untuk dan melingkungi mereka. Oleh karena itu, upaya memahami budaya Aremania berdasarkan memahami budaya Aremania, berpola sama perspektif Aremania itu sendiri. Artinya, atau berbeda satu sama lain, dipandang perlu 36 | Harun Ahmad, Pemahaman tentang Budaya Supporter Sepakbola ... berupaya memahami budaya Aremania menurut fokus kajian, apakah un­tuk tujuan deskripsi sudut pandang, asumsi, definisi, ukuran, logika, semata ataukah untuk tujuan pengembangan dan bahkan teori Aremania itu sendiri. Itulah teori (theory building); itu disesuaikan dengan yang populer dengan sebutan perspektif emik, rumusan masalah dan tujuan penelitian. Kedua, sebagai kebalikan dari persepektif etik. Hal tersebut hasil observasi yang memerlukan pemahaman sesuai dengan keyakinan bahwa Aremania juga lebih lanjut untuk menemukan makna di balik termasuk knowledgeable agent, yang tahu apa suatu praktek sosial digali dengan melakukan yang dilakukan dan mengapa melakukannnya. indepth interview. Informasi dari informan lain “To be a human being”, kata Giddens (1984:3) “is bersifat melengkapi (bila dipandang perlu), to be a purposive agent, who both has reasons for khususnya sebagai informasi awal mengenai his or her activities and is able, if asked, to elabo­rate ‘siapa” dan “bagaimana” agen suatu prak­tek discursively upon those reasons...”. Oleh karena itu, sosial tertentu (agar tidak mudah dibohongi orang awam sekalipun, bagi Giddens termasuk dalam proses penggalian data dari agen praktek juga social theorist, yang teorinya diterapkan sosial). Langkah ini sebagai bagian dari upaya dalam kehidupan mereka sehari-hari (Faisal, mencari makna (tafsiran) terhadap “tabel” yang 1996). ditemukan dari (hasil pelaksanaan) strategi yang Atas dasar itu, rasanya sangat relevan dan disebutkan pertama. beralasan menggunakan pende­katan kualitatif Ketiga, menerapkan prinsip dan teknik untuk dapat memahami secara memadai komparasi secara konstan sepanjang proses berbagai rupa praktek sosial, termasuk juga penelitian, baik dalam rangka menemukan budaya Aremania yang menjadi pusat perhatian “peta” praktek sosial beserta spesifikasi agen penelitian ini. Karakteristik pokok pendekatan maupun dalam rangka menemukan makna di ini ialah mementingkan makna, konteks, dan balik suatu praktek sosial. Dengan menerapkan perspektif emik; proses penelitian lebih berbentuk prinsip dan teknik tersebut, strategi yang siklus daripada linear, karena pengumpulan dan disebutkan pertama dan kedua tadi menjadi analisis data berlangsung secara simultan; lebih tidak mungkin berlangsung linear, melainkan mementingkan kedalaman ketimbang keluasan “bolak-balik”, interaktif dan berbentuk siklus; cakupan penelitian; observasi dan wawancara karenanya, kegiatan pengumpulan dan analisis mendalam bersifat sangat utama dalam proses data juga pada dasarnya berlangsung simultan pengumpulan data, serta peneliti itu sendiri sepanjang proses penelitian berlangsung (intrim yang merupakan instrumen utama. analysis) sebagaimana diajukan Huberman Pendekatan penelitian kualitatif yang dan Miles (1984:429). Proses “sampling” juga digunakan dalam penelitian ini menerapkan mengikuti hasil penerapan prin­sip dan teknik strategi sebagai berikut. Pertama, langkah komparasi secara konstan tersebut; pengumpulan awal penelitian memusatkan perhatian pada dan analisis data akan berhenti pada suatu kegiatan observasi, mengamati berbagai ragam titik tertentu ataukah perlu penelusuran dan praktek yang terpola dan terkait dengan budaya penggalian lebih lanjut bergantung pada hasil Aremania termasuk menyimak kata-kata atau komparasi secara konstan yang dilakukan ketika ungkapan-ungkapan relevan yang terkait penelitian ini berlangsung. Komparasi secara pandangan Aremania juga diperoleh, terutama konstan yang diterapkan dalam penelitian ini dari hasil merekam ungkapan sehari-hari yang bukanlah dalam maknanya yang sempit (analisis merefleksikan jalan pemikiran, proposisi, teori, komparasi terhadap individu/ kelompok dalil sehari-hari mereka mengenai tugas/ sasaran studi), tetapi dalam maknanya yang kewajiban beserta tujuan mereka menjadi luas, yaitu menunjuk pada proses penggalian suporter sepakbola dan bagaimana seharusnya data secara terus menerus guna melacak letak dijalani. Langkah pertama ini dimaksudkan persamaan dan atau perbedaan atas suatu untuk memperoleh gambaran tentang “peta” domain, semacam penerapan structural question praktek sosial yang relevan dan berkaitan dengan yang diajukan Spradley (1979:117-118). budaya dalam kehidupan sehari-hari Aremania yang menjadi situs penelitian; apa saja atau mana saja yang berlaku umum, serta apa saja atau HASIL DAN PEMBAHASAN mana saja yang berlaku khusus bagi orang atau kelompok tertentu di kalangan Aremania. Potret Makna Suporter Sepakbola dalam Pandangan “peta lapangan” semacam itu dapat diibaratkan Aremania semacam “tabel” dalam tradisi penelitian Aremania adalah sebutan untuk komunitas kuantitatif (Fasial, 1990; 1996). Ia merupakan suporter klub sepakbola Arema Indonesia. Harun Ahmad, Pemahaman tentang Budaya Supporter Sepakbola ... | 37

Awalnya Aremania adalah supporter sepakbola Islam atau Kristen, di sini semuanya sama, yang sangat fanatik dalam mendukung Arema, bersaudara.3 sehingga seringkali melakukan tindakan- tindakan anarkis. Oleh karena itu, citra yang Kami (Aremania) datang ke sini (stadion) tidak terbangun dan melekat pada Aremania adalah sekedar menonton sepak bola, “Sam”,4 tetapi kelompok suporter sepakbola paling “bringas”, lebih dari itu yakni membangun persatuan dan “brutal”, dan kejam. Namun demikian, citra buruk persaudaraan sebagai sebuah identitas bagi Arek Malang.5 tersebut berubah seiring perubahan perilaku Aremania yang tidak lagi mengedepankan aksi- aksi heroik yang brutal dan anarkis tapi lebih Konstruksi pemikiran yang teridentifikasi pada aksi-aksi yang kreatif dan atraktif, lebih di atas menyiratkan bahwa Aremania mengedepankan unsur keindahan. menginginkan agar sepakbola tidak lagi Di kalangan Aremania terdapat sebuah menjadi ajang pertikaian, permusuhan ungkapan khas yang selalu mereka ucapkan apalagi perkelahian, tetapi lebih sebagai ajang ketika bertemu sesama Aremania di mana saja. membangun persatuan dan persaudaraan. Siapa Apalagi ketika mendukung Arema Indonesia saja yang datang ke Stadion untuk menyaksikan saat bertanding, ungkapan ini akan selalu pertandingan Arema Indonesia adalah saudara. terdengar. Ungkapan itu berbunyi: “Salam Satu Tidak ada stratifikasi sosial, perbedaan jenis Jiwa, Arema”. kelamin, perbedaan suku, ras (etnis), bahasa, perbedaan agama, tua maupun muda, laki- Apa makna yang terkandung di balik laki atau perempuan, semuanya sama, sama- ungkapan tersebut? Apakah ia sekedar ungkapan sama anak bangsa. Menonton pertandingan simbolis atau simbol status pemiliknya? Atau sepakbola dengan demikian dalam pandangan adakah makna lain yang lebih jauh lagi? Aremania adalah ajang membangun persatuan Apakah ungkapan itu suatu ungkapan simbolik dan persaudaraan sesama anak bangsa. yang “berbicara banyak” tentang siapa dan bagaimana pemiliknya? Apakah ungkapan Muncul kesadaran bahwa tidak ada manfaat tersebut merefleksikan suatu ide dasar yang lebih bagi sebuah perseteruan antar suporter mengalir dari pandangan hidup Aremania? jika kebanggaan itu berakhir dengan tidakan Secara sederhana, dengan mudah dapat destruktif. Bahkan, dalam hal ini klub sudah pasti dikatakan bahwa ungkapan tersebut tidak lebih akan merasa dirugikan akibat sanksi. Klub akan dari sekedar ungkapan keseharian khas anak mengeluarkan anggaran lebih untuk membayar muda di Malang. Argumennya bisa ditambah denda. Klub juga akan dikenai denda larangan berdasarkan kenyataan sosok Aremania yang main di kandang sendiri di laga selanjutnya terkenal lugas, blak-balakan, dan tidak basa- atau bermain tanpa penonton. Tentu selain basi. Benarkah sesederhana itu jawabannya? mengeluarkan biaya lebih, klub juga terancam tidak akan mendapat pemasukan dari hasil Hasil menyimak konstruksi sosial-budaya penjualan tiket penonton. Itu sebabnya, dari sehari-hari maupun interaksi antar Aremania dalam hati setiap Aremania yang paling dalam (social interaction) ketika mendukung Arema muncul cita-cita perdamaian, menghentikan (bersifat proporsional maupun bukan) ternyata perselisihan dengan melupakan sejarah kelam memberi kemungkinan jawaban lain. Menyimak masa lalu. percakapan antar sesama Aremania terutama para “tokoh” yang menjadi panutan Aremania Kesadaran Aremania untuk membangun bertebaran berbagai macam pernyataan tentang budaya persatuan dan persaudaraan sebagai apa sesungguhnya yang mereka cita-citakan. sebuah identitas dilatarbelakangi oleh keinginan Sewaktu digali lebih jauh, jawabannya menjadi untuk membangun Aremania yang sehat dan tunggal yakni bercita-cita membangun persatuan dewasa sekaligus meminimalisasi dan bahkan dan atau persaudaraan antar Arek Malang. mengeliminasi tindak kekerasan yang acapkali dilakukan oknum Aremania yang tidak dapat Cita-cita saya, pagar besi pembatas tribun mengendalikan emosi ketika mendukung Arema. dengan lapangan nanti tidak perlu ada lagi. Membangun persaudaraan sejati sebagai sebuah Jadi kita menonton sepakbola dengan enak, identitas bersama semua anak bangsa dengan tidak ada perkelahian, tidak ada suporter lebih mengedepankan keindahan bukanlah hal yang mengganggu pemain. Saya juga ingin yang mudah. Akan tetapi, setidaknya Aremania semua golongan bisa bersatu di sini. Kaya telah memulainya. Mulai membangun sebuah atau miskin, laki-laki atau perempuan, Cina identitas suporter yang tidak lagi berlandaskan atau bukan Cina, pejabat atau orang biasa, kebencian dan rasa tidak suka kepada yang lain, 38 | Harun Ahmad, Pemahaman tentang Budaya Supporter Sepakbola ... tapi lebih pada sebuah identitas yang selalu suatu entitas sosial dan budaya, melainkan juga mengedepankan nilai-nilai persaudaraan sejati mengan-daikan ditemukannya suatu esensi, bagi semua anak bangsa. Sebab sepakbola adalah sesuatu yang utuh, stabil, tetap, dan tunggal. bahasa universal. Sepakbola adalah wahana Pada titik inilah proyek identitas terjebak dalam terbaik membangun persaudaraan sejati tanpa satu pengandaian bahwa identitas budaya adalah mengenal batas, persau-daraan tanpa batas, sesuatu yang sudah ada dan terberi, sehingga tidak mengenal warna kulit, bahasa, ataupun tugas subjek tinggal menemukan identitas itu. agama. Perkembangan masyarakat Kota Malang Cita-cita luhur Aremania tersebut sejalan yang begitu kompleks dengan berbagai bentuk dengan konsepsi yang jamak diterima bahwa interaksi membentuk sebuah tatanam sosial yang manusia sebagai makhluk budaya akan selalu memiliki ciri dan pola kehidupan yang berbeda. berupaya membangun identitas dalam relasi Kendati demikian, kehadiran komunitas sosial dan kultural untuk menegaskan posisi Aremania adalah sebuah keniscayaan dan tidak individual dan sosial suatu komunitas di bisa dihindari dalam kehidupan bermasyarakat hadapan orang atau komunitas lain. Identitas khususnya di Kota Malang. Dalam konteks ini adalah representasi diri melalui mana seseorang kemunculan dan keberadaan Aremania bisa atau masyarakat melihat dirinya sendiri dan dipahami tidak bersifat sementara, terorganisasi bagaimana orang lain melihat mereka sebagai sesuai konsensus dan kepentingan yang terajuk sebuah entitas sosial-budaya. Identitas adalah pada setiap individu Aremania. produk budaya yang dalam praktek sosial Aremania sebagai kelompok sosial berlangsung demikian kompleks, namun cenderung terkonstruksi karena tekad dan kadangkala atau bahkan seringkali direduksi minat yang sama untuk membentuk sebuah sebagai sesuatu yang pasti, utuh, stabil, dan ikatan emosional. Tidak berbeda jauh dengan tunggal.6 Identitas budaya dibangun dengan kelompok yang sering disebut sebagai asumsi persamaan dan perbedaan. Persamaan kerumunan (crowd). Kerumunan sering terjadi suatu komunitas akan mengikat mereka dalam pada suatu tempat tertentu yang memiliki pola identitas tertentu sebagai satu kesatuan sosial tertentu dengan manampilkan sebuah ciri khas dan kultural yang mengada secara unik (sebagai dan identitas tertentu bersifat kebetulan yang kami) atas dasar berbagai perbedaan dengan melahirkan sebuah interaksi dengan perasaan komunitas lain (sebagai mereka). Dengan emosional yang sama terhadap sebuah identitas. demikian, suatu masyarakat membangun Karakteristik sebuah kerumunan adalah pola identitas mereka atas dasar persamaan di antara kelompok sosial hanya memiliki rentang anggota masyarkat itu sendiri sekaligus atas waktu yang sangat singkat, sebab keber-adaan dasar perbedaannya dengan masyarakat lain. kerumunan ditentukan oleh eksistensi individu Sampai batas tertentu identitas budaya turut yang sedang berkumpul. Selain itu kerumunan membangun kohesi dan solidaritas sosial dalam tidak memiliki struktur kepemimpinan atau struktur internal suatu masyarakat sesama struktur organisasi yang jelas. Kedudukan pemilik suatu identitas budaya.7 individu dalam kelompok sosial ini adalah sama Pembentukan identitas budaya sejatinya karena di dalamnya tidak ada sistem pelapisan. tidak sesederhana itu, karena faktanya jauh lebih kompleks dari apa yang bisa dibayangkan. Masalahnya, kebudayaan suatu masyarakat Tipologi Budaya Suporter Sepakbola Arema- selalu bersifat heterogen bahkan pada tingkatnya nia yang paling sederhana sekalipun. Apa yang Ketika menyaksikan pertandingan Arema diasumsikan sebagai persamaan ternyata tidak baik kandang maupun tandang bisa disaksikan lain dari pecahan-pecahan keberbagian yang sebagian Aremania yang tergolong super fanatik. coba disatukan dalam sebuah produk atau Mereka tidak sekedar menjadi penonton yang konstruk budaya yang dibayangkan sebagai setia dan tertib dalam menyaksikan pertandingan ”inti” sebuah kebudayaan. Artikulasi sebuah Arema. Lebih dari itu, mereka bermanuver dan identitas dengan demikian sesungguhnya sangat atraktif yang disemangati oleh panggilan mereduksi kompleksitas dan heterogenitas jiwa untuk mendukung Arema agar mampu kebudayaan. Pada gilirannya asumsi tentang memberikan hasil yang terbaik. Oleh karena itu, persamaan ini menjebak proyek identitas ke mereka akan berupaya mengoptimalkan sumber- dalam tendensi esensialis. Identitas bukan sumber daya (tenaga, waktu, uang, dan lain-lain) saja menuntut artikulasi melalui mana subjek yang tersedia atau dipunyai. Disemangati oleh menyatakan dirinya secara terbuka sebagai Harun Ahmad, Pemahaman tentang Budaya Supporter Sepakbola ... | 39 jiwa optimalisasi sumber daya yang dipunyai. supporter Aremania tersebut dapat dimengerti Kualitas “tahan bantingan” juga melekat dalam atau dipahami? Bagian ini secara khusus diri mereka. Rintangan-rintangan alam seperti dimaksudkan untuk menemukan pemahaman hujan lebat, terik matahari, dan bahkan gelap teoretis, berdasarkan kenyataan empiris, yang malam acapkali tidak “digubris”, dikalahkan bisa menjelaskan mengapa terjadi heterogenitas oleh kemauan dan semangat pantang mundur, budaya supporter di kalangan Aremania. Untuk pantang menyerah yang memang tinggi demi itu diperlukan pemahaman tentang siapa agen Arema. Mereka mempersonifikasikan Arema pada masing-masing kategori serta mengapa sebagai diri mereka, sehingga jika Arema mereka menjadi agen budaya tersebut menurut menang dalam sebuah pertandingan berarti perspektif agen budaya itu sendiri. Dengan juga kemenangan bagi Aremania. demikian, sumber heterogenitas suporter Tipologi Aremania yang pertama ini relatif ditelusuri dan diinterpretasikan berdasarkan sedikit (tidak banyak) tetapi kehadiran mereka kenyataan tentang siapa agen masing-masing sangat memengaruhi suasana psikologis kategori beserta dunia rasionalitas yang Aremania lainnya. Kelompok ini umumnya mendasari mengapa mereka menjadi agen suatu datang ke stadion dengan berpenampilan kategori budaya tertentu. “aneh”. Salah satu contohnya adalah penampilan Hasil observasi awal peneitian ini Bowo. Sewaktu penelitian ini berlangsung Bowo mengisyaratkan ada kaitan erat budaya suporter juga datang dengan penampilan yang “aneh” Aremania dengan latar belakang sosial-ekonomi- itu, karena hampir seluruh tubuhnya mulai pendidikan. Budaya supporter “fanatik tapi pusar sampai kepala dipasangi anting-anting beretika”, misalnya, terlihat menonjol dan tanpa baju. Suatu mode penampilan yang boleh melekat pada mereka yang berasal dari keluarga dikatakan tidak lazim. Bahkan sebagian orang yang kurang mampu secara ekonomi. Demikian tidak berani melihat “dandanan” aneh seperti juga budaya “loyalitas tanpa batas” sangat itu. Walau-pun begitu Bowo tetap merasa biasa menonjol pada mereka yang latar belakang saja. “… ora enek sing wani ndelok. Aku malah pendidikannya kurang. Sebalik-nya, budaya biasa ae, malah tak kongkon masangne pinku. Iki “tidak narsis tapi selalu eksis”, terlihat sangat jenenge ekspresi, Sam, ha ha ha”, begitu kata Bowo. menonjol pada mereka yang latar belakang Selain Bowo, ada juga beberapa Aremania yang sosial-ekonomi-pendidikan tergolong cukup. berpenampilan “aneh” seperti itu tetapi mereka Atas dasar kenyataan tersebut secara cukup menggunakan cat untuk melumuri hipotetik dapat dinyatakan bahwa penjelas dari sebagian badan mereka dengan lambang Arema heterogenitas budaya Aremania itu terletak dan Aremania. pada bagaimana posisi sosial-ekonomi dan Berdasarkan konsep dan kategori, budaya latar belakang pendidikan. Bila kenyataannya suporter Aremania dapat dibedakan ke dalam demikian, berarti sejalan dengan teori hasil tiga kategori, yakni: (1) fanatik tapi beretika, belajar sosial (social learning), dan sedikit banyak (2) loyalitas tanpa batas, dan (3) tidak narsis juga sejalan dengan teori-teori yang tergolong tapi selalu eksis. Perbedaan kategori-tipologis determinisme ekonomi. Apakah posisi sosial- tersebut berakar pada perbedaan perspektif ekonomi beserta tempaan hasil belajar dalam di kalangan Aremania itu sendiri, khususnya keluarga dan lingkungan bisa sepenuhnya dalam memaknai wujud dukungan terhadap menjelaskan fenomena heterogenitas budaya Arema. Perbedaan perspektif dimaksud Aremania? Apakah tidak ada kasus-kasus yang tercermin pada seperangkat pegangan atau bersifat menyang-gah (negative case)? pendirian yang dianut oleh para Aremania di Hasil observasi dan pelacakan lebih lanjut masing-masing kategori. Mereka yang berbeda menunjukkan suatu kenyataan yang kian kategori juga berbeda pendirian yang dianut. kompleks, karena ada berbagai rupa kasus Hal itu mengisya-ratkan adanya heterogenitas penyanggah. Mereka yang tergolong berbudaya supporter di kalangan Aremania, meskipun “fanatik tapi beretika”, misalnya, posisi latar mereka berada dalam ikatan komunitas dan belakang sosial-ekonomi juga beragam. Selain lingkungan alam beserta sistem budaya yang berasal dari keluarga yang kurang mampu juga sama. ada yang berasal dari keluarga yang cukup Mengapa kenyataan yang demikian itu mampu. Bahkan ada pula yang berasal dari bisa terjadi? Apakah yang menjadi sumber dari keluarga yang tergolong cukup kaya. heterogenitas supporter di kalangan Aremania? Tipe yang tergolong menonjol sebagai Bagaimanakah fenomena hetero-genitas mainstream di masing-masing kategori budaya 40 | Harun Ahmad, Pemahaman tentang Budaya Supporter Sepakbola ...

Aremania adalah tipe 1 yakni “fanatik tapi Apakah yang membuat Bowo bersikap dan beretika”, sebab jumlah agen yang tergolong berprinsip seperti itu? Membela Arema sampai berada pada tipe 1 memang cenderung lebih mati. Begitu digali lebih dalam ternyata sikap menonjol dibandingkan dengan mereka yang yang ditunjukkan Bowo tersebut lebih merupakan berada pada tipe yang lain. Oleh karena itu, luapan ketidakpuasan atau ketidakrelaannya jika wajar dan bisa dimengerti bila kesan awal (hasil ada klub sepak bola harus menggunakan dana observasi) memperlihatkan adanya keterkaitan APBD untuk biaya operasionalnya.8 Sementara budaya Aremania dengan latar belakang posisi Arema adalah murni swasta. sosial-ekonomi dan pendidikan mereka. Akan Ayas seneng arema soale tekok pendanaane tetapi, dengan adanya kasus-kasus negatif, gak nganggo duwite rakyat, terus prestasine maka diperlukan suatu penjelasan lain, setidak- yo terus berkembang tambah apik, enek tidaknya penjelasan tambahan yang bisa secara peningkatanlah, dadi gak ngecewakne memadai menjelaskan sumber heterogenitas suportere, iku tambah nggarai ayas seneng budaya Aremania. banget nang Arema.9 Adakah penjelasan tambahan yang lebih memadai untuk menjelaskan sumber Sikap membela atau mendukung klub heterogenitas budaya Aremania? Apakah sepakbola yang tidak mengandalkan dana dari menonjolnya tipe 1 sebagai mainstream di pemeintah (baca: klub swasta) mencerminkan masing-masing kategori budaya Aremania sebuah sikap profesionalisme yang patut dihargai merupakan konsekuensi logis dari logika sosial- dan diapresiasi. Sebagai seorang pengamen ekonomi dan pendidikan Aremania? Adakah sikap yang ditunjukkan Bowo sangat boleh jadi logika lain (bersifat non-sosial-ekonomi- adalah sebuah bentuk resistensi terhadap klub- pendidikan) yang ikut bermain dalam diri klub yang mengandalkan dana dari pemerintah Aremania? Bagaimanakan dengan kasus-kasus agar dapat eksis menjalani setiap pertandingan. penyanggah (negative case) yang terdapat pada Berapa banyak dana yang harus dikucurkan setiap kategori budaya Aremania? Mengapa pemerintah daerah (baca: APBD) untuk Aremania mengambil “jalan berbeda”, tidak sebuah klub dalam satu musim kompetisi? sejalan dengan tipe menonjol yang menjadi Dibandingkan misalnya dana yang demikian mainstream? Adakah “benang merah” yang bisa besar itu jika dialokasikan untuk pembangunan menjelaskan semua itu? Berikut disajikan kasus daerah khusunya penanggulangan kemiskinan Bowo, yang dalam penelitian ini merupakan dan percepatan pembe-rantasan buta aksara, “pembuka jalan” untuk menemukan “benang yang di daerah konon masih tergolong cukup merah” (faktor penjelas) yang dimaksud. tinggi. Bowo adalah seorang Aremania, pengamen, Tipe Aremania yang lain adalah tipe ayah dari seorang putri bernama Mayang. “Loyalitas tanpa Batas”. Mereka adalah Walaupun hanya seorang pengamen (nota bene orang-orang dengan posisi sosial-ekonomi- berpenghasilan tidak menentu), tetapi dalam hal pendidikan terbilang cukup. Namun dalam hal dukungan kepada Arema memperlihatkan sikap memberikan dukungan kepada Arema mereka yang sangat fanatik tapi beretika. Ketika ditanya memiliki loyalitas yang cukup tinggi. Ungkapan apa arti fanatik dengan lugas Bowo menjawab: “loyalitas tanpa batas” menggambarkan sebuah Lek ayas Sam, fanatik iku opo yo, pokoke pengorbanan yang benar-benar total tanpa sueneng banget karo Arema, sampek matek mengenal batas. “Loyalitas tanpa batas” memang lek perlu mbelo Arema terus, tapi kelakuane terkesan sangat arogan, karena secara logika yo tetep perlu dijogo. Asline yow, ayas segala sesuatu di dunia ini memiliki batasan- gak sepiro seneng lek fanatike arek-arek batasan tertentu (kecuali kuasa Tuhan). Namun iku ngawur, sing mecahi koco mobil plat makna terdalam sesungguhnya adalah sebuah L, padahal durung mesti iku bonek. Terus perwujudan kecintaan Aremania terhadap ngebeki dalanan dadi akeh motor utowo mobil Arema sehingga membuat Aremania benar- sing gak iso lewat tekok arah berlawanan, benar menjaga cinta tersebut dengan sebuah sampek-sampek podho wedi lek Arema lagi kesetiaan dan pengabdian. konvoi ngunu iku. Asline yow gak opo-opo Secara umum loyalitas dimaknai sebagai se lek menurut ayas, tapi yo ndelok-ndelok kesetiaan, pengabdian dan kepercayaan yang lah, kelakuane dijogo, ben jenenge Arema diberikan atau ditunjukan yang di dalamnya karo Aremania apik. terdapat rasa cinta dan tanggung jawab untuk Harun Ahmad, Pemahaman tentang Budaya Supporter Sepakbola ... | 41 berusaha memberikan pelayanan dan perilaku orang berpikiran seperti itu. Masih ada orang yang terbaik (Rasimin, 1988). “Loyalitas adalah yang mencintai pekerjaannya meski upah atau kesetiaan, kepatuhan, dan ketaatan” (KBBI, gaji yang diperoleh tidak sebanding bahkan 1990). Loyalitas adalah sebuah kata yang jauh dari cukup, tetapi mereka tetap mencintai memiliki konsekuensi lebih tinggi dari sekedar pekerjaan dan loyal menjalaninya. solidaritas. Bagaimana makna loyalitas yang ditunjukkan Di dalam Agama Islam, misalnya, loyalitas Aremania dalam mendukung Arema Indonesia merupakan masalah yang sangat penting dan ketika bertanding baik kandang maupun ditekankan kewajibannya, karena merupakan tandang? Salah satu ilustrasi dan representasi salah satu landasan keimanan yang agung, terlihat pada saat Aremania menunjukkan yang dengan melalaikannya akan menyebabkan “ritualnya” dalam mendukung Arema ketika rusaknya keimanan seseorang sebab loyalitas pertandingan melawan Persib berikut ini dapat adalah bagian dari syahadat. Ia merupakan menggambarkan bagaimana wujud “loyalitas bagian penting dari makna syahadat. Maka, tanpa batas” Aremania. menetapkan “hanya Allah” dalam syahadat Kamis sore, 03 Mei 2012 adalah hari tauhid berarti seorang Muslim harus berserah pertandingan Arema versus , diri hanya kepada Allah, membenci dan sesuai jawal ISL putaran kedua. Sebagaimana mencintai hanya karena Allah, lembut dan marah diketahui dalam beberapa pertemuan Arema hanya kepada Allah, dan ia harus memberikan jarang (untuk tidak mengatakan tidak pernah) dedikasi maupun loyalitasnya hanya kepada menang atas Persib Bandung. Kamis sore itu Allah. Bahkan secara literasi, terlihat jelas bahwa dahaga kemenangan atas Persib Bandung dari beberapa kalangan jamaah dari umat Islam, terlampiaskan. Satu kemenangan yang mengha- yang dianggap mewakili beberapa suara dan pus semua dahaga tepat ketika adzan maghrib kepen-tingan, terlihat bahwa loyalitas adalah berkumandang di seluruh langit Malang Raya. bagian dari aqidah. Sebuah hasil yang sangat membahagiakan, Di era postmodern ini mungkin tidak karena diraih atas lawan yang memiliki banyak orang memiliki loyalitas. Istilah ini hubungan tidak terlalu baik dengan Arema sering digunakan untuk mengindahkan sifat beberapa tahun terakhir. loyal. Kalau ada yang lebih bagus dan menjamin Sore hari itu menjadi sore di mana sebuah kehidupan untuk apa susah-susah loyal? loyalitas benar-benar dipertaruhkan oleh Arema Setiap orang pasti berorientasi kesuksesan, dan Aremania. Pemain mengawalinya dengan kenikmatan, keindahan, kenyamanan dan tetap bermain dengan kondisi kembali dikhianati hal-hal menyenangkan lainnya. Segala cara oleh Manajemen. Di tribun, sang dirigen menjadi ditempuh termasuk cara-cara instan melalui inspirator hebat, mengelilingi tribun mengajak jalan pintas seperti merampok, korupsi, dan Aremania bernyanyi, dengan cara merambat sebagainya. Itu sudah menjadi sifat dasar di pagar pembatas di tengah kondisi hujan manusia, selalu mencari kenik-matan dan tidak lebat, Yuli Sumpil membangkitkan semangat pernah puas dengan apa yang sudah diperoleh. Aremania, dimulai dari curva sud di sisi Utara, Pertanyaannya, apakah ada di zaman sekarang hingga berakhir disinggasana kebesarannya, di ini, di mana urusan ekonomi adalah sesuatu depan papan skor yang hadir dengan wajah baru. yang urgen, ada orang yang masih setia dan Itulah makna dari tulisan di kaos baru Arema: loyal kepada sesuatu yang tidak memberikan Arema Till The End! Dan Aremania membalasnya kenikmatan secara ekonomi (material)? dengan geloraan semangat yang tidak pernah Sulit dibayangkan jika seseorang bekerja padam, seperti diakui sang pelatih Suharno, tanpa memperhitungkan gaji. Ketika bekerja “Aremania telah merontokkan mental pemain seseorang pasti memperhitungkan seberapa Persib”. Sebuah bentuk pressure yang sangat besar kualitas dengan kuantitasnya. Tidak mau diperlukan untuk menolong tim, dan wajib berlaku adagium besar pasak dari pada tiang, dilakukan Aremania. Nyanyian, dukungan, dan tapi melihat pekerjaan yang dilakukan haruslah teriakan heroik adalah hal yang wajar dan jamak sebanding dengan gaji yang daperoleh. Jika terjadi dalam sepakbola, dan memang itulah sesuai antara pengorbanan dengan hasil yang tugas Aremania selaku supporter, sebagaimana diperoleh, umumnya seseorang mulai memper- Liverpuldian menghancurkan mental Fernando timbangkan loyalitas. Lebih dipertanyakan lagi Torres dikandang klub barunya Stanford Bridge adalah loyalitas itu justru berlaku dalam sebuah setelah pindah ke Chelsea. Itulah wujud loyalitas even bernama sepakbola. Ternyata tidak semua Aremania, sebuah kesetiaan yang tulus tanpa 42 | Harun Ahmad, Pemahaman tentang Budaya Supporter Sepakbola ... pamrih, sebuah kesetiaan yang tidak dibatasi Oleh karena itu, jika ada Aremania yang memilih oleh ruang dan waktu. Itulah makna “loyalitas untuk tidak ikut Tour Aremania dalam rangka tanpa batas” yang menjadi semboyan dan mendukung Arema akan dikatakan “Woo gak komitmen tulus Aremania dalam mendukung loyal, gak militan!”11 Demikian kata-kata yang Arema Indonesia, yang kemudian menjelma selalu meluncur dari mulut Aremania ketika menjadi budaya Aremania hingga saat ini dalam menyaksikan beberapa Aremania tidak ikut mendukung Arema Indonesia ketika menjalani dalam Tour tersebut. pertandingan liga sepak bola di Indonesia (ISL), Berbeda dengan tipologi budaya “fanatik di manapun dan kapanpun. tapi beretika” dan “loyalitas tanpa batas”, Ketika digali lebih jauh apa makna “loyalitas kelompok yang ketiga adalah kelompok tanpa batas” dalam pandangan Aremania? Aremania bertipologi “tidak narsis tapi selalu Nilai dasar apakah yang dijadikan pijakan eksis”. Mereka tidak dapat dimasukkan ke sehingga tergolong ke dalam tipe Aremania dalam kategori tipologi “fanatik tapi beretika”, yang berbudaya “loyalitas tanpa batas” dalam juga tidak dapat dikelompokkan ke dalam mendukung Arema? kategori tipologi “loyalitas tanpa batas”. Oleh Mochammad Zulham Efendi, Aremania karena itu mereka disebut tipologi “tidak narsis dari Bululawang Malang, mahasiswa, berusia 28 tapi selalu eksis”. Orientasi dan semangat untuk tahun, misalnya, memang terlihat sesuai dengan mengoptimalkan sumber-sumber daya yang sebutan “loyalitas tanpa batas” dalam hal dipunyai berada pada tingkat sedang, tidak mendukung Arema. Jika sebagian besar teman- terlampau tinggi sebagaimana kecenderungan temannya yang sama-sama kuliah memilih lebih tipologi yang pertama, namun juga tidak mementingkan kuliah daripada mendukung serendah tipologi yang kedua. Arema, tidak demikian dengan Zulham. Di sela- Sosok Aremania pada tipologi yang ketiga sela kesibukan kuliah, dia tetap mendukung yakni “tidak narsis tapi selalu eksis” tercermin Arema dengan cara datang langsung ke stadion pada Nanang, pengusaha catering, berusia 40- Kanjuruhan dengan resiko harus meninggalkan an tahun, ayah 2 anak. Dia tergolong cukup kuliah demi Arema. Apa yang membuatnya rajin menonton pertandingan Arema di Malang bersikap demikian? Adakah faktor lain selain (pertandingan kandang), serta tidak terdapat faktor kebanggaan menjadi suporter Aremania keengganan terhadap pertandingan Arema. sebagaimana lazim dipahami para suporter Sebagai pengusaha catering di Malang Raya Aremania? tidak menghalangi Nanang untuk selalu setia Mulai suka dan aktif terlibat sejak SD. menonton pertandingan Arema. Padahal usaha Kami satu keluarga suka sama Arema dan cateringnya tergolong sukses. Yang terlihat Aremania. Selain suporter itu memberikan dipedulikan Nanang adalah pertandingan support kepada pemain, ada kebanggaan Arema. Akan tetapi jika Arema bermain di menjadi supporter Aremania. Sebagai orang luar kandang Nanang tidak akan ikut Tour Malang ya bangga terhadap komunitas sebagaimana lazimnya Aremania yang lain. Aremania karena ada faktor kebersamaan. Ketika ditanyakan mengapa tidak ikut Tour Aremania bukan organisasi tetapi sebuah bersama Aremania yang lain? Dengan lugas bentuk kebersamaan, ada rasa memiliki. Nanang menjawab: Karena itu apapun yang terjadi ya harus Tidak boleh terlampau berlebihan, apa pun juga didukung apalagi ketika Arema bertanding. Menonton ya menonton Kemenangan Arema adalah juga kemenangan Kerja ya kerja Aremania dan kekalahan Arema adalah juga Bila Arema main di kandang, ya nonton kekalahan Aremania. Arema adalah simbol Bila Arema main di luar kandang, ya kerja12 kebanggaan dan harga diri Aremania.10 Kutipan tersebut di atas mengisyaratkan Loyalitas tanpa batas lahir dari sebuah bahwa memberikan dukungan terhadap perjuangan tanpa mengenal kata berhenti. sebuah tim kesayangan tidak boleh berlebihan Loyalitas tanpa batas dalam pemahaman sebagaimana tampak pada tipologi pertama dan sebagian Aremania adalah dukungan yang kedua, tetapi penuh perhitungan. Tipologi inilah diberikan kepada Arema tanpa mengenal yang dalam penelitian ini dimasukkan ke dalam batas-batas keterbatasan manusia, termasuk ke tipologi yang ketiga yakni tipologi “tidak narsis manapun Arema bertanding harus selalu diikuti tapi selalu eksis”. Boleh dilakukan sepanjang dengan berbagai resiko yang harus dianggung. dapat dijangkau atau tidak menghambat Harun Ahmad, Pemahaman tentang Budaya Supporter Sepakbola ... | 43 pekerjaan. Tetapi kalau menghambat atau SIMPULAN DAN SARAN menghalangi pekerjaan bahkan meninggalkan Kesimpulan Hasil Penelitian pekerjaan demi membela atau mendukung Arema lebih memilih bekerja ketimbang Bagian ini dimaksudkan untuk menyajikan menonton dan mendukung Arema. Dikatakan kesimpulan umum penelitian ini berdasarkan penuh perhitungan karena mendukung Arema hasil dan pembahasan hasil penlitian. Ada tiga dengan cara harus mengikuti ke mana pun kesimpulan yang bisa dikemukakan. Pertama, Arema bertanding akan sangat berat dan Aremania memiliki karakteristik sebagaimana mengganggu pekerjaan mereka. Tipologi yang suporter sepak-bola pada umumnya. Hal ini ketiga ini tidak primordial terhadap Arema sesuai dengan konsepsi suporter sepakbola tetapi selalu eksis. Mereka selalu datang untuk yang menyatakan bahwa suporter sepakbola memberikan dukungan kepada Arema jika adalah juga penonton namun berbeda karena pertandingan kandang. memiliki tingkat fanatisme terhadap klub yang Sosok yang demikian bukan tipe suporter tinggi. Namun demikian, adalah salah apabila profesional. Mereka akan datang menyaksikan menyamakan Aremania dengan suporter pertandingan jika yang bertanding adalah Arema sepakbola lainnya. Fanatisme Aremania Indonesia. Tidak peduli apakah lawan yang berbeda dengan fanatisme suporter sepakbola dihadapi Arema termasuk tim papan atas atau yang lain. Fanatik tapi beretika adalah budaya bukan, mereka akan datang untuk memberikan suporter yang ingin dibangun oleh Aremania. dukungan kepada Arema. Kebanggaan menjadi Fanatik tetapi tidak boleh sampai pada tingkat Aremania adalah sebuah keniscayaan. Arema are merugikan orang lain. Ada penghormatan more than just a football club. They are a way of life. terhadap nilai-nilai kemanusiaan sekaligus They are the St Pauli of Indonesia. A culture with in menjaga kehormatan dan martabat sebagai a culture. Satu Jiwa, one heart or one soul. Arema is orang Malang. rough and ready. It’s Satu Jiwa, one soul, it’s Arema Kedua, berdasarkan perspektif emik, or nothing. It’s a five hour walk home after a home suporter sepakbola memiliki cakupan makna game. It’s football of the people, not the marketing yang lebih luas dari sekedar menonton men and it’s real. sepakbola. Mencurahkan tenaga dan pikiran, Mengapa kategori berdasarkan memaksimalkan sumber-sumber daya yang komitmen jiwa Aremania yakni “fanatik tapi dipunyai untuk mendukung klub kesayang- beretika”,”loyalitas tanpa batas”, dan “tidak annya juga dimaknai sebagai budaya suporter narsis tapi selalu eksis” tersebut dimasukkan sepakbola. Bahkan meluangkan waktu serta jiwa- dalam kerangka budaya Aremania? Bukankah raga untuk mendukung tim kesayangannya juga ia lebih merupakan sebuah komitmen jiwa yang diartikan sebagai budaya suporter sepakbola. ada di dalam hati setiap Aremania? Jawabannya Ketiga, sekalipun sepakbola dan Arema itu dapat dikembalikan kepada pola pemikiran penting bagi orang Malang, namun keutamaannya Aremania yang menempatkan ketiga komitmen lebih bersifat instrumental yakni lebih bersifat itu sebagai bagian dari upaya membangun penjamin kebanggaan dan termasuk salah satu identitas dalam konstruksi sosial Aremania sumber pengangkat kehormatan dan martabat di jagat sepakbola Indonesia. Jadi, komitmen orang Malang. Hal itu sejalan dengan etos dukungan kepada Arema bukanlah untuk budaya orang Malang yang “menomorsatukan” komitmen itu sendiri, melainkan komitmen soal kehormatan dan martabat. tersebut melekat di dalam diri Aremania untuk suatu tujuan tertentu yakni identitas Aremania. Ia berposisi sebagai niat yang terbenam, melekat, SARAN dan sebagai bagian integral budaya suporter Satu corak saran teoretis yang bersifat sepakbola. Ia ikut sebagai pemberi orientasi hipotetik layak diajukan. Secara teoretis para yang mewarnai sikap Aremania terhadap suporter sepakbola Aremania akan senantiasa budaya suporter sepakbola ketika memberikan kritis terhadap setiap bentuk fanatisme yang dukungan kepada Arema. Sebab, di balik sikap berlebihan apalagi sampai pada tingkat terhadap budaya suporter sepakbola senantiasa perbuatan yang merugikan orang lain seperti ada “niat” untuk apa atau identitas macam apa tindakan-tidakan anarkis. Sikap kritis tersebut yang ingin dibangun oleh Aremania. tidak terlepas dari kebutuhan dan kepedu- 44 | Harun Ahmad, Pemahaman tentang Budaya Supporter Sepakbola ... lian Aremania terhadap pandangan dan etos Galeano, Eduardo. (tt.). Soccer in Sun and budaya suporter sepakbola yang dibangun Shadow. (Online) (http://thebrowser. oleh Aremania berdasarkan karakteristik orang com/ recommended/soccer-sun-and- Malang dan tuntutan untuk lebih menge- shadow-by-eduardo-galeano, diunduh depankan penghormatan terhadap nilai-nilai 11 April 2011). kemanusiaan yang universal. Giddens, A. 1984. The Constitution of Society: Sementara, saran praktis lebih berkenaan Outline of the Theory of Structu-ration. dengan isu keberlangsungan sosio-budaya. Kasus Berkley: University of California Press. di tingkat mikro (komunitas Aremania) yang Huberman, A . M. dan Matthew B. Miles. 1994. ditemukan dalam penelitian ini menghamparkan “Data Management and Analysis”. contoh kongkret keberlangsungan sosio- Dalam Norman, Denzin K dan budaya (socio-culural-viability) karena senantiasa Loncoln Yvonna S (Ed.). Handbook of berlangsung kompatibilitas antara bias budaya Qualitative Research. California: Sage di dunia ide dan preferensi di tingkat praktik Publications. sosial sehari-hari. Keberlangsungan sosio- King, A. 1997. “The Postmodernity of Football budaya semacam itu tentu juga suatu kebutuhan Hooliganism”. In The British Journal of untuk terwujud pada tingkat yang lebih makro, Sociology, 48 (4): 576-593. termasuk juga di level nasional. Jika tidak Schirato, T. 2007. Understanding Sports Culture. bias budaya yang diproklamasikan sebagai Los Angeles, London, New Delhi, pandangan hidup bangsa bisa laksana “sangkar Singapore: Sage. emas” yang dipenuhi “burung murahan”, yang Spradley, J. P. 1979. The Ethnographic Interview. pada gilirannya akan membumihanguskan New York: Holt, Reinhart and Watson. nilai “keemasan” sangkar itu sendiri. Ini suatu Spradley, J.P. 1970. You Owe Yourself a Drunk: An tantangan besar bagi setiap abdi Negara dan Ethnography of Urban Nomads. Boston: bangsa terutama mereka yang berke-cimpung Little, Brown. di dunia olahraga sepakbola. Kajian-kajian mendalam sangat diperlukan, baik di tataran Spradley, J.P. 1972. Foundations of Cultural teoretis-konseptual maupun pada tataran Knowledge. Dalam Culture and faktual-empirik. Dalam konteks ini, para Cognition: Rules, Maps, and Plans, ed. J.P. ilmuwan disarankan mengambil peran sesuai Spradley, 3-40. San Francisco: Chandler. dengan tugas utama cendekiawan: mencari dan 400 pp. membela kebenaran. Beberapa keterbatasan Wallace, A.F.C. 1965. “Driving lo Work”. yang belum terselesaikan dalam penelitian ini Dalam Context and Meaning in Cultural disarankan untuk dikaji dan diteliti lebih lanjut. Anthropology, ed. M.E. Spiro. Glcncoc, 111.: Free Press. Wallace, A.F.C. 1970. Culture and Personality. DAFTAR RUJUKAN New York: Random House. 2nd ed. Baudrillard, J. 1998. The Consumer Society: Myths Wawancara dengan Mohammad Hariyadi atau and Structures. London: Sage. Nanang (04 Januari 2012) Bourdieu, P. 1993. “How Can One Be A Sports Wawancara dengan Yuli Sugianto atau Yuli Fan?” Dalam Simon During (Ed.). Sumpil (29 Maret 2012). The Cultural Studies Reader. London: Wawancara dengan Bowo (08 September 2012). Routledge. Wawancara dengan Mochammad Zulham Brown, A. (Ed.). 1998. Fanatics! Power, Identity, Efendi (12 September 2012). and Fandom in Football. London & New York: Routledge. Chambers, I. 1986. Popular Culture: The (Endnotes) Metropolitan Experience. London & New 1 Soccer in Sun and Shadow. Publikasi online York: Methuen. pada situs: http://thebrowser.com/ Faisal, S. 1990. Penelitian Sosial: Dasar-dasar dan recommended/ soccer-sun-and-shadow-by- Aplikasi. Malang: YA3. eduardo-galeano, diunduh 11 April 2011. ------. 1996. Pengumpulan dan Analisis Data 2 Anthony King, “The Postmodernity of Penelitian Kualitatif. Makalah Disajikan Football Hooliganism”. Dalam The British dalam Seminar dan Lokakarya Regional. Journal of Sociology, Vol. 48, No. 4 (Desember, Malang: FPIPS-IKIP Malang. 1997), hal. 576-593). Harun Ahmad, Pemahaman tentang Budaya Supporter Sepakbola ... | 45

3 Wawancara dengan Yuli Sugianto atau 7 Roger M. Keesing, Teori-teori Budaya. Buku Yuli Sumpil (29 Maret 2012) sebelum yang dirujuk merupakan terjemahan pertandingan Arema vs Persiwa Wamena). dari Theories of Culture: Annual Reviewof Dia dikenal sebagai Dirigen Aremania sejak Anthropology (1974). 1998. 8 Bowo tidak secara jelas menunjuk 4 Kata “Sam” adalah kebalikan dari kata kesebelasan atau klub mana yang dimaksud. “Mas” dalam bahasa walikan Arek Malang. Tapi dapat dipastikan bahwa yang disindir Kata ini sudah menjadi kata sapaan yang Bowo adalah Persema Malang. digunakan arek-arek Malang dalam 9 Hasil wawancara dengan Bowo (8 September komunikasi keseharian mereka. 2012). 5 Wawancara dengan Mochammad Zulham 10 Hasil wawancara dengan Mochammad Efendi (28 tahun) Aremania dari Bululawang Zulham Efendi (12 September 2012). Malang (12 September 2012). 11 Hasil pengamatan saat Aremania melakukan 6 Cultural studies menjadikan identitas Tur ke mendukung Arema bertan- sebagai salah satu tema penting kajiannya, ding melawan Persija (15 Mei 2012). Jadwal dengan menun-jukkan signifikansi sosial pertandingan tandang putaran kedua Arema dan kultural identitas itu sendiri sekaligus versus Persija, 17 Mei 2012. memperlihatkan kontradiksi-kontradiksi 12 Wawancara dengan Nanang (04 Januari internalnya. 2012).

46 | Harun Ahmad, Pemahaman tentang Budaya Supporter Sepakbola ...